KEADILAN DALAM POLIGAMI MENURUT TAFSIR-TAFSIR …

44
KEADILAN DALAM POLIGAMI MENURUT TAFSIR-TAFSIR NUSANTARA (Studi Analisis Komparatif) Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag) Disusun Oleh : Fitria Bilkis Hidayat (14210574) Dosen Pembimbing: Ali Mursyid, MA PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA TAHUN 1439 H/2018 M

Transcript of KEADILAN DALAM POLIGAMI MENURUT TAFSIR-TAFSIR …

Page 1: KEADILAN DALAM POLIGAMI MENURUT TAFSIR-TAFSIR …

KEADILAN DALAM POLIGAMI MENURUT TAFSIR-TAFSIR

NUSANTARA

(Studi Analisis Komparatif)

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agama

(S. Ag)

Disusun Oleh :

Fitria Bilkis Hidayat

(14210574)

Dosen Pembimbing:

Ali Mursyid, MA

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR`AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA

TAHUN 1439 H/2018 M

Page 2: KEADILAN DALAM POLIGAMI MENURUT TAFSIR-TAFSIR …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama yang membawa misi َةًَ لِلمعاَلَمِيم rahmat bagi) رحْم

alam semesta), dan sangat memperhatikan arti penting perkawinan

sebagai satu-satunya cara yang sah untuk berketurunan. Melangsungkan

pernikahan, membangun sebuah keluarga yang sakinah, mawaddah,

warohmah, serta memperbanyak keturunan adalah cita-cita mulia seluruh

manusia laki-laki dan perempuan di muka bumi sebagai makhluk yang

tidak dapat melewati kehidupan ini sendirian.

Nikah menurut bahasa adalah الجمَمع dan م د ال , yang artinya kumpul,

juga bisa diartikan وطَمع الز ومجَة, yang artinya menyetubuhi istri. Kata nikah

sering digunakan untuk arti “persetubuhan”, juga untuk arti akad nikah.1

Menurut Rahmat Hakim, kata nikah berasal dari bahasa Arab نِكَاح yang

merupakan masdar atau kata kerja dari َنكََح, sinonimnya َتَ زوَ ج yang

kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan perkawinan.

Kata nikah sering juga dipergunakan sebab telah masuk ke dalam bahasa

Indonesia. 2

Dalam pasal 1 Undang-Undang No 1 Tahun 1974 tentang

Pernikahan, mendefinisikan pernikahan ialah ikatan lahir batin antara

seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan

1 Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 7

2 M.A, Tihami, dan Sohari Sahrani, Fiqh Munakahat (Kajian Fiqh Nikah Lengkap),

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), h. 6

Page 3: KEADILAN DALAM POLIGAMI MENURUT TAFSIR-TAFSIR …

2

membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa. Tujuan perkawinan menurut Undang-undang

Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan adalah membentuk keluarga

(rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang

Maha Esa). Dengan demikian, pernikahan adalah suatu akad yang secara

keseluruhan aspeknya dikandung dalam kata nikah atau tazwij, dan

merupakan ucapan seremonial yang sakral.3

Dalam tujuan pernikahan tersebut, pasti kita menginginkan kehidupan

rumah tangga yang harmonis, tentram, dan bahagia. Namun faktanya,

terkadang hidup tidak selalu berjalan sesuai dengan apa yang kita

inginkan, dalam setiap prosesnya kita pasti mengarungi berbagai cobaan.

Dalam hal membangun rumah tangga seringkali muncul banyak

permasalahan, contohnya seperti Kekerasan Dalam Rumah Tangga

(KDRT), perselingkuhan, dan poligami.

Dari sudut pandang terminologi, poligami berasal dari bahasa Yunani,

dimana kata poly berarti banyak dan gamien berarti kawin. Kawin

memiliki banyak arti disini diantaranya, seorang pria kawin dengan

beberapa wanita atau sebaliknya seorang wanita kawin dengan lebih satu

pria atau sama-sama banyak pasangan pria dan wanita yang mengadakan

transaksi perkawinan.4

Menurut Musdah Mulia, poligami adalah ikatan perkawinan yang

salah satu pihak (suami) mengawini beberapa (lebih dari satu) istri dalam

waktu yang bersamaan.5

Dari pengertian umum ini, dapat dipahami bahwa poligami adalah

seorang suami yang memiliki lebih dari seorang isteri. Dalam praktiknya,

3 M.A. Tihami dan Sohari Sahrani, Fiqh Munakahat (Kajian Fiqh Nikah Lengkap),

h. 8 4 Bibit Suprapto, Liku-liku Poligami, (Yogyakarta: al-Kautsar, 1990), h. 11

5 Siti Musdah Mulia, Islam Menggugat Poligami, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 2007), h. 43.

Page 4: KEADILAN DALAM POLIGAMI MENURUT TAFSIR-TAFSIR …

3

biasanya seorang pria menikah dengan seorang wanita seperti layaknya

perkawinan monogami, kemudian setelah berkeluarga dalam beberapa

waktu, pria tersebut menikah lagi dengan istri kedua atau ketiga atau

keempatnya tanpa menceraikan istri pertama.

Banyak orang, baik dari kalangan muslim maupun non muslim, yang

menyatakan Islam sebagai agama poligami. Ada ayat Al-Qur`an yang

membolehkan dan ada praktik Sunnah Nabi saw. yang mendukung.6

Dalam pasal 3 ayat 1 dan 2 UU Perkawinan Nomor I Tahun 1974

dipaparkan, pada dasarnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya

boleh mempunyai seorang istri. Demikian juga sebaliknya, seorang

wanita hanya boleh mempunyai seorang suami. Pengadilan dapat

memberi izin kepada seorang suami untuk beristri lebih dari seorang

apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Kemudian.

dalam pasal 40 PP Nomor 9 tahun 1975 dinyatakan bahwa apabila

seorang suami bermaksud untuk beristri lebih dari seorang maka dia

wajib mengajukan permohonan secara tertulis kepada pengadilan.7

Ketika seorang suami memandang kedudukan dan derajat perempuan

berada di bawah laki-laki, poligami menjadi subur. Sebaliknya pada

masa masyarakat yang memandang kedudukan dan derajat perempuan

itu terhormat dan setara dengan laki-laki, poligami pun berkurang. Jadi,

perkembangan poligami mengalami pasang surut mengikuti tinggi-

rendahnya kedudukan dan derajat perempuan di mata masyarakat.

Sebenarnya poligami dilakukan oleh berbagai kalangan didasarkan

pada pertimbangan moral untuk menghindari perbuatan asusila,

pelecehan seksual, perdagangan perempuan (trafficking), serta tindakan-

6 Faqihuddin Abdul Kodir, Sunnah Monogami, (Yogyakarta: Tim Cendekia, 2017)

h. xxvii 7 Iskandar Ritonga, Hak-Hak Wanita dalam Putusan Peradilan Agama, (Jakarta:

Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan

Haji Departemen Agama RI, 2005), h. 181

Page 5: KEADILAN DALAM POLIGAMI MENURUT TAFSIR-TAFSIR …

4

tindakan moral lainnya. Akan tetapi pada zaman sekarang ini banyak

yang menyalahgunakan tujuan dan fungsi poligami itu sendiri, poligami

dilakukan hanya untuk pemuasan hasrat biologis (hawa nafsu) saja, tanpa

mempertimbangkan hak-hak perempuan.

Adanya pengaturan berpoligami di dalam Islam boleh disebut sebagai

salah satu upaya untuk melindungi kaum wanita dari perbuatan pria yang

semena-mena terhadap kaum perempuan dan tidak bertanggungjawab.

Sebab, kaum pria sebagaimana diakui Profesor Schmidt dari Jerman:

“Selalu serba bebas dalam urusan seksual…bahkan di zaman abad-

abad pertengahan, 90% dari kaum pria biasa sekali-kali bertukar

istri dan 50% pria beristri memgkhianati kepercayaan istrinya.”8

Praktik poligami sebenarnya sudah ada jauh sejak sebelum Islam

datang, hal tersebut memungkinkan terjadinya perkawinan dengan jumlah

istri yang membengkak hingga belasan. Saat Islam datang, turun aturan

yang membatasi maksimal empat orang saja, dengan syarat ketat yang

bagi sejumlah pemikir muslim tidak mungkin bisa terpenuhi oleh seorang

laki-laki karena sangat menekankan asas keadilan.

Surat an-Nisâ’ ayat 3 frasa ا مَا طاَبَ لَك مم ini sangat dikenal ..…فاَ نمكِح وم

banyak kalangan, terutama peminta poligami. Frasa ini berbicara tentang

kebolehan seorang laki-laki menikahi dua sampai empat perempuan. Ini

adalah satu-satunya tempat dalam Al-Qur`an yang memberikan

kewenangan berpoligami. Ia hanya disebutkan satu kali, di antara lebih

dari enam ribuan ayat Al-Qur`an yang lain. Itu pun disebutkan dalam

penggalan sebuah ayat yang membicarakan persoalan lain, bukan

poligami. Sekalipun demikian, ayat itu menjadi primadona ketika

seseorang berbicara poligami.

8 Nashruddin Baidan, Tafsir bi al-Ra’yi, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1999), h.

100

Page 6: KEADILAN DALAM POLIGAMI MENURUT TAFSIR-TAFSIR …

5

Ayat ini diusung kemana-mana dengan penuh antusiasme untuk

menyuarakan bahwa poligami adalah syariat Allah SWT. dan merupakan

salah satu tuntutan Al-Qur`an. Bahkan disimpulkan bahwa mereka yang

tidak menerima poligami berarti mereka menolak perintah Allah, atau

mereka yang enggan dipoligami sama dengan tidak patuh terhadap

tuntutan Al-Qur`an. Lebih tragis lagi, mereka menyatakan bahwa Al-

Qur`an dengan mendasarkan pada penggalan di atas, memerintahkan

perkawinan poligami daripada perkawinan monogami.9

Surat An-Nisâ’ ayat 3 ini sejatinya berbicara tentang perlakuan

terhadap anak yatim. Sebagai wali laki-laki yang bertanggung jawab

mengelola kekayaan anak yatim perempuan yang tidak mampu mencegah

dirinya dari ketidakadilan dalam mengelola harta si anak yatim.10

Ayat ini

turun setelah perang Uhud, dimana banyak sekali pejuang Muslim yang

gugur, yang mengakibatkan banyak istri menjadi janda dan anak menjadi

yatim. Dari persoalan tersebut, maka perkawinan adalah satu-satunya

jalan untuk memecahkan persoalan tersebut.11

Dalam hal ini Al-Qur`an

telah memberikan ketentuan yang amat jelas, sehingga anak yatim itu

memperoleh hak-haknya kembali.12

Prinsip dasar Islam tentang pernikahan adalah monogami, meskipun

membolehkan poligami yang tidak menimbulkan malapetaka baik untuk

yang berpoligami maupun terhadap perempuan dengan sejumlah syarat

yang ketat. Poligami dalam ayat tersebut di atas hanya terbatas sebagai

irsyad (petunjuk) dan bukan al-I’lam (anjuran).

9 Faqihuddin Abdul Kodir, Sunnah Monogami, h. 93-94

10 Amina Wadud, Al-Qur’an menurut perempuan membaca kembali kitap suci

dengan semangat keadilan, (Jakarta: PT Global Media Cipta Publishing, 2006), h. 143 11

Labib MZ, Rahasia Poligami Rosulullah SAW, (Gresik: Bintang Pelajar, 1986), h.

51 12

Fadlurrahman, Islam Mengangkat Martabat Wanita, (Gresik: Putra Pelajar,

1999), h. 58

Page 7: KEADILAN DALAM POLIGAMI MENURUT TAFSIR-TAFSIR …

6

Kasus poligami seringkali merugikan sebagian masyarakat, terutama

kaum perempuan dan anak-anak, itu bukan merupakan tujuan dari syariat

Islam tentang pembolehan poligami, akan tetapi lebih disebabkan

rendahnya moralitas orang dan para pihak yang terlibat dengan poligami

itu sendiri.

Beberapa pendapat menyatakan asas keadilan bukan sekadar keadilan

kuantitatif semacam pemberian materi atau waktu gilir antar-istri, tapi

mencakup keadilan kualitatif (kasih sayang yang merupakan fondasi dan

filosofi utama kehidupan rumah tangga). Pendapat ini didukung oleh al-

Dhahhak serta golongan ulama lainnya yang menyatakan bahwa maksud

adil dalam poligami adalah adil dalam segala hal, baik dalam hal materi

(kebutuhan yang terkait dengan jaminan atau fisik) maupun dalam hal

immateri (perasaan). Seorang suami dituntut adil dalam hal kecintaan,

kasih sayang, nafkah, rumah, giliran menginap dan semacamnya.13

Poligami tidak hanya menimbulkan rasa kekecewaan terhadap istri,

tetapi juga menimbulkan rasa ketidakadilan terhadap kaum perempuan

pada umumnya. Istri yang dipoligami selalu merasa tersisihkan karena

suami cenderung lebih memperhatikan istri yang baru (isteri mudanya)

ketimbang istri pertama. Agaknya keharusan berlaku adil kepada kedua

istrinya sulit diwujudkan, sehingga bukanlah surga yang diperoleh tetapi

akan menambah dosa disebabkan berkembangnya rasa saling curiga

antara isteri pertama dengan isteri kedua. Dengan demikian tujuan utama

membangun rumah tangga jauh dari harapan, bahkan yang dirasakan

adalah timbulnya kemudharatan.

Luapan kemarahan pada akhirnya menjadi solusi, para suami dihujat

dan digugat cerai. Tak sedikit dari mereka yang tercemar nama baiknya

13

Syihab al-Din Abi al-Abbas Ahmad bin Muhammad al-Syafi’i al-Qasthalani,

Irsyad al-Syari Syarh Shahih al-Bukhari, Juz XI, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1996),

h. 502

Page 8: KEADILAN DALAM POLIGAMI MENURUT TAFSIR-TAFSIR …

7

bahkan terhempas dari kedudukannya. Seakan telah melakukan dosa

besar yang tak bisa diampuni lagi. Lain masalah ketika para suami itu

berbuat serong, punya wanita idaman lain (WIL) yang tak halal baginya

alias selingkuh. Reaksi sebagian istri justru tak sehebat ketika dipoligami.

Dikutip dari sebuah curahan hati seorang istri yang dimadu

suaminya,

“Dia bilang poligami ini sebagai kesempatan buat saya mencapai

surga. Surga dari mana? surga yang mana? kalau itu sunah kan

seharusnya kedua-duanya merasakan kebahagiaan itu. Ini kok lain.

Dia yang enak saya yang sakit begini. Sunah macam apa itu? (Ny.

Am).14

Dari pernyataan inilah, dapat kita bayangkan bagaimana poligami

membuat resah sang istri yang terpukul secara lahir batin. Semua ulama

sebagaimana tersebut di atas mencatat surat an-Nisa’ ayat 3 untuk

mendukung kebolehan poligami maksimal empat. Sementara dalil

tambahan untuk membuktikan kebolehan poligami maksimal empat

tersebut para ulama mencatat nass yang berbeda.

Beberapa ulama berpendapat mengenai penafsirannya dalam surat an-

Nisa ayat 3 ini, antaralain sebagai berikut:

Menurut pendukung poligami, Islam melegalkan poligami empat

wanita bukan bertujuan untuk memuaskan nafsu birahi laki-laki, tapi

berdasarkan tuntutan syariah:

1. Orang yang berpoligami mengikuti sunah nabi, maka secara

otomatis mendapatkan pahala.

2. Poligami dianjurkan bagi laki-laki yang mampu

melaksanakannya.

3. Poligami sangat bermanfaat untuk mengimbangi ledakan jumlah

penduduk yang menunjukkan kaum perempuan lebih banyak

14

Faqihuddin Abdul Kodir, Sunnah Monogami, h. 20

Page 9: KEADILAN DALAM POLIGAMI MENURUT TAFSIR-TAFSIR …

8

daripada kaum lelaki. Dikhawatirkan, jika tidak dibolehkan

poligami akan banyak sekali perempuan yang tidak kebagian

suami dan akibatnya akan mengganggu kelestarian moral

bangsa.15

4. Mengikuti tauladan Rasulullah saw., dimana ketika beliau wafat

terdapat Sembilan istri dalam tanggungannya. Sebagai umat

beliau wajib meyakini bahwa poligami itu dilegalkan dalam

syariat Islam.

5. Laki-laki mampu memberikan keturunan mulai umur baligh

sampai usia tua. Sementara wanita mampu melahirkan anak

sampai masa monopouse, dalam rentang waktu 40 sampai 45

tahun. Ketika nafsu seksual laki-laki meningkat sedangkan nafsu

seksual wanita menurun seusai monopouse, maka untuk menjaga

kesucian dan mendapat anak, solusinya adalah poligami.

6. Istri mandul sementara suami menginginkan anak

Permasalahan di atas jika dibiarkan, maka akan menambah berbagai

problem sosial dan mencemarkan kesucian seorang muslim baik laki-laki

maupun perempuan. Dengan diperbolehkannya poligami maka persoalan

dapat teratasi.16

Pandangan Kontra terhadap poligami bukan karena ketidakjelasan

dalil poligami, tetapi lebih banyak dipengaruhi oleh berbagai pihak, dan

dampak negatif dari praktik poligami sebagai akibat tidak sesuainya

praktik poligami dengan tuntunan syariah Islam. Ada beberapa alasan

pandangan negatif terhadap poligami yang dilontarkan para penentang

poligami, yaitu:

15

Siti Ropiah, Studi Kritis Poligami dalam Islam (Analisa terhadap Alasan Pro dan

Kontra Poligami), Jurnal al-Afkar, Vol. 1, No. 1, Januari 2018, h. 90-91 16

Usman (Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Suska Riau), Perdebatan Masalah

Poligami dalam Islam), Jurnal An-Nida: Jurnal Pemikiran Islam, Vol. 39, No. 1, Januari-Juni

2014, h. 132-133

Page 10: KEADILAN DALAM POLIGAMI MENURUT TAFSIR-TAFSIR …

9

1. Menikahi lebih dari satu perempuan menyebabkan permusuhan

dan perpecahan dalam keluarga

2. Poligami sebagai wujud pelecehan terhadap kaum perempuan

3. Para ahli ekonomi tidak menganjurkan poligami karena

menambah beban tanggung jawab.17

Menurut yang membolehkan poligami (tengah-tengah),

Ar-Razi (w. 606 H), menurutnya apabila seorang suami takut tidak

akan mampu berbuat adil diantara istri-istrinya sebagaimana dia takut

tidak adil dalam memberi nafkah, maka cukuplah bagi kalian untuk

menikahi satu wanita saja. Monogami lebih dekat untuk tidak berbuat

zalim dan kecenderungan kepada yang lainnya. Keadilan yang dimaksud

adalah keadilan cinta. Keadilan ini pasti saja tidak mungkin untuk di

laksanakan.18

Ibnu Katsir (w. 774 H), menurutnya apabila di bawah pemeliharaan

salah seorang kamu terdapat wanita yatim dan ia merasa takut tidak dapat

memberikan mahar sebanding, maka carilah wanita lainnya. Karena

wanita selain anak yatim cukup banyak. Sedangkan maksud adil adalah

tidak berbuat aniaya dalam hukum dengan timbangan keadilan yang tidak

dikurangi satu biji gandum pun.19

Muhammad Rasyid Ridha (w. 1354 H), menurutnya orang yang

menghayati ayat ini akan mengerti bahwa diperbolehkanya poligami

dalam Islam adalah sebagai suatu perkara yang mempunyai ruang sempit,

ia seakan hal darurat yang hanya diperbolehkan bagi yang

17

Usman (Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Suska Riau), Perdebatan Masalah

Poligami dalam Islam……..h. 133 18

Al-Razi, Tafsir Al-Kabir wa Mafatih Al-Ghaib (Beirut: Dar al-Fikr, 1981) , jilid.

9, h.146 19

Abdullah bin Muhammad bin ‘Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, Lubab at-

Tafsir min Ibn Katsir (Kairo: Dar hilal, 1994), cet-1, h. 231-233

Page 11: KEADILAN DALAM POLIGAMI MENURUT TAFSIR-TAFSIR …

10

membutuhkannya dengan syarat jujur, adil, dan tidak berlaku zalim.

Keadilan dan anti aniaya adalah syarat utama disyariatkannya perkawinan

baik poligami atau monogami, keadilan yang dimaksud adalah keadilan

memenuhi hak giliran dan nafkah bagi setiap istri, bukan keadilan

cenderung hati/ cinta.20

Mahmud Muhammad Thaha dalam bukunya yang berjudul Ar-

Risalah ats-Tsaniyah min al-Islam, berpendapat bahwa keadilan dalam

poligami adalah sesuatu yang sangat sulit diwujudkan karena tidak hanya

mencakup kebutuhan materi, namun juga keadilan dalam mendapat

kecenderungan hati.21

Berbeda dengan beberapa pendapat diatas, terdapat pula pendapat

yang menyatakan bahwa keadilan dalam poligami hanya dalam

kebutuhan materi. Sementara dalam masalah immateri, perlakuan tidak

adil bisa ditolerir. Pendapat ini didasarkan pada hadist Nabi saw. ketika

beliau merasa berdosa tidak mampu berbuat adil kepada para istri beliau

yang artinya:

“Ya Allah, inilah kemampuanku, dan janganlah engkau bebankan aku

kepada sesuatu yang tidak aku mampui.”22

Penjelasan tentang asas perkawinan tidak ditemukan secara tegas

dalam kitab al-Mabsut, yaitu sebuah kitab yang ditulis as-Sarakhsi (w.

483 H/1090 M) dari mazhab Hanafi. Dalam kitab ini hanya ditulis,

seorang suami yang berpoligami harus berlaku adil terhadap para

istrinya.23

Keharusan berlaku adil ini berdasarkan surah an-Nisa’ ayat 3

20

Muhammad Rasyid Ridha, Al-Qur`an al- Hakim As-Syahir bi Tafsir al-Manar,

(Beirut: Dar- Fikr, 2007), jilid IV, h. 244 21

Mahmud Muhammad Thoha, (Terj. Khairon Nahdiyyin), Arus Balik Syari’ah

(Terj. Ar-Risalah ats-Tsaniyah min al-Islam), (Yogyakarta: LKiS, 2003), h. 169 22

Abu Yasid, Fiqh Realitas: Respon Ma’had Aly Terhadap Wacana Hukum Islam

Kontemporer, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), h. 353 23

Syams ad-Din as-Sarakhsi, al-Mabsut, (Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1409/1989), V.

217

Page 12: KEADILAN DALAM POLIGAMI MENURUT TAFSIR-TAFSIR …

11

dan hadis dari Aisyah yang menceritakan perlakuan yang adil dari Nabi

kepada para istrinya, ditambah dengan ancaman bagi suami yang

berpoligami tetapi tidak berlaku adil kepada para istrinya.24

Tuntutan harus berbuat adil diantara para istri, menurut imam asy-

Syafi’i (150-204/767-819) berhubungan dengan urusan fisik, misalnya

mengunjungi istri di malam atau di siang hari. Tuntutan ini didasarkan

pada perilaku nabi dalam berbuat adil kepada para istrinya, yakni dengan

membagi giliran malam dan memberikan nafkah, lantas berdoa. Akan

halnya dengan keadilan dalam hati, menurut asy-Syafi’i hanya Allah yang

mengetahuinya. Karena itu, mustahilnya seseorang dapat berbuat adil

kepada istrinya yang diisyaratkan pada surat an-Nisa’ ayat 129, adalah

berhubungan dengan hati. Dengan demikian, hati tidak mungkin berbuat

adil. Sementara keharusan adil yang dituntut apabila seseorang

mempunyai istri lebih dari satu adalah adil dalam bentuk fisik, yakni

perkataan dan perbuatan. Keadilan dalam urusan fisik ini juga yang

dituntut oleh surat al-Ahzab ayat 50, al-Baqarah ayat 228, dan an-Nisâ’

ayat 19.25

Masih terdapat perbedaan pendapat dikalangan ulama dan pemikir

Islam terhadap poligami, sekalipun dalil pijakannya sama yaitu QS. an-

Nisâ’ ayat 3 dan 129. Perbedaan itu terletak pada cara pandang mereka

akan manfaat dan mudharat poligami dan konsep keadilan terhadap

seluruh istri yang dipoligami.

Poligami memang bukan hal baru yang terjadi di Indonesia.

Belakangan ini, kasus istri yang dipoligami tidak hanya ramai dialami

24

Khoiruddin Nasution, Status Wanita di Asia Tenggara: Studi terhadap

Perundang-undangan Perkawinan Muslim Kontemporer di Indonesia dan Malaysia,

(Jakarta: Katalog Dalam Terbitan (KDT), 2002) h. 103 25

Khoiruddin Nasution, Status Wanita di Asia Tenggara: Studi terhadap

Perundang-undangan Perkawinan Muslim Kontemporer di Indonesia dan Malaysia,

(Jakarta: Katalog Dalam Terbitan (KDT), 2002) h. 105

Page 13: KEADILAN DALAM POLIGAMI MENURUT TAFSIR-TAFSIR …

12

masyarakat biasa, namun juga pada para istri sejumlah public figure. Hal

ini pun diperparah lagi dengan maraknya sinetron bertemakan poligami

yang tayang hampir di setiap channel televisi Indonesia. Poligami

dilakukan karena para suami merasa dapat berlaku adil karena sudah

mempunyai harta yang cukup untuk dibagi rata pada istri-istrinya kelak.

Para suami juga berpikir bahwa melakukan poligami bukanlah masalah

besar, selama dirinya bisa berlaku adil kepada para istrinya. Namun,

kenyataannya tak demikian. Banyak istri yang mengeluh dan protes,

karena sang suami dianggap tak berlaku adil ketika mereka memutuskan

untuk berpoligami. Alhasil, banyak gugatan perceraian yang diajukan ke

Pengadilan Agama karena masalah poligami tersebut.

Data yang diperoleh Surabaya Pagi dari PA Surabaya, menyatakan

bahwa peningkatan dari perceraian akibat adanya gangguan pihak ketiga

dan poligami yang tidak sehat, menjadi tren akhir-akhir ini. Hingga

pertengahan tahun 2017 ini, jumlah perceraian yang diakibatkan pihak

ketiga dan perselingkuhan melebihi jumlah total dari sebab yang sama di

tahun 2016. Pada tahun 2016 tercatat total 394 kasus perceraian di

Surabaya diakibatkan oleh gangguan pihak ketiga dan poligami yang

tidak sehat. Sementara hingga Agustus 2017, dengan sebab yang sama,

jumlah perkara yang masuk PA mencapai 470 kasus.26

Dominasi gugatan perceraian yang dilakukan oleh perempuan akibat

poligami pun terjadi di Bekasi. Sejak tahun 2015, kaum hawa di wilayah

tersebut semakin berani menggugat suaminya ke pengadilan agama.

Ketua Pengadilan Agama sekaligus Hakim di Pengadilan Agama Bekasi,

Dra Hj Siti Zurbaniyyah mengatakan, dari 2.231 kasus perceraian yang

ditangani Pengadilan Agama Bekasi, sejak Januari hingga awal Oktober

26

http://www.surabayapagi.com/read/162068/2017/08/31/Poligami_dan_Selingkuh_

Jadi_Tren.html, di akses pada: Kamis, 31 Agustus 2017, pukul 00:11:09 oleh Ibnu F

Wibowo

Page 14: KEADILAN DALAM POLIGAMI MENURUT TAFSIR-TAFSIR …

13

2017, ada 121 kasus perceraian yang disebabkan oleh masalah

poligami.27

Berikut contoh beberapa pasangan suami istri dari kalangan public

figure yang mengalami kasus perceraian akibat poligami:

1. Opick penyanyi lagu religi Indonesia ini digugat cerai oleh istrinya

akibat melakukan poligami secara diam-diam tanpa sepengetahuan

istrinya. Dian Rositaningrum menggugat cerai suaminya karena ia

tidak bersedia dipoligami.28

2. Rhoma Irama, ayah dari Ridho Rhoma ini menjadi aktor sekaligus

raja dangdut yang tenar pada tahun `80-an. Pelantun lagu “Judi”

tersebut pada akhirnya bercerai dengan istrinya karena diketahui

pernah menikah dengan tiga wanita cantik.29

3. Nia Daniati, Penyanyi yang tenar di era 90-an ini menikah dengan

pengacara Farhat Abbas tahun 2002. Beberapa tahun kemudian Farhat

Abbas menikah lagi dan secara terbuka meminta izin pada Nia untuk

menikah lagi. Akan tetapi, Nia tak mau dipoligami. Karenanya ia

memilih untuk menggugat cerai suaminya dan resmi berpisah dari

Farhat pada tahun 2014 lalu.

4. Dewi Yull yang merupakan istri dari aktor ternama, Ray Sahetapy ini

juga lebih memilih hidup menjanda daripada harus dipoligami. Dewi

menggugat cerai suaminya karena suaminya yang menikah lagi

dengan seorang dosen seni.30

27

https://kumparan.com/@kumparannews/dari-medsos-hingga-poligami-penyebab-

perceraian-di-depok-dan-bekasi, di akses pada: Selasa, 03 Oktober 2017, Pukul 21:48, Oleh

Adim Mughni 28

https://www.google.co.id/amp/banjarmasin.tribunnews.com, Banjarmasin Post,

diakses pada Rabu, 23 Mei 2018, Pukul 11:20, Oleh Yayu Fathilal 29

https://m.merdeka.com/peristiwa/kisah-kisah-tragis-poligami-dari-kiai-sampai-

artis.html, diakses pada 23 Oktober 2015, Pukul 06:45, oleh Siti Nur Azzura 30

https://news.bbmessaging.com/id/hiburan/bintang-com/articles/833403, Bintang,

diakses pada 21 Maret 2018, Pukul 16:00, Oleh Galih Satria/Nur Wahyunan

Page 15: KEADILAN DALAM POLIGAMI MENURUT TAFSIR-TAFSIR …

14

Kasus-kasus poligami di atas memberi kita gambaran bahwa hukum,

syarat dan ketentuan mengenai poligami selama ini masih belum sesuai

dengan realita yang ada. Keadilan dalam poligami yang disyaratkan pada

suami yang hendak poligami, nyatanya masih banyak yang tidak dapat

memenuhi hal tsb, banyak istri yang merasa tidak diperlakukan dengan

adil. Yang berbeda hanya dia yang menunjukkan rasa ketidakadilan

tersebut, dan ada yang menyembunyikannya.

Bukan hanya itu, beberapa bulan ini sedang berkembang tayangan tv

di Indonesia yang menyiarkan sinetron yang bertemakan poligami,

perceraian, dan perselingkuhan yang menurut penulis hal ini sangat tidak

mendidik rakyat Indonesia.

Meningkatnya jumlah angka perceraian di Indonesia yang terjadi

akibat poligami dan berdasarkan kegelisahan-kegelisahan yang tertuang

dalam kasus-kasus poligami di Indonesia saat ini, terlihat masih

banyaknya ketidaksesuaian antara teori dan praktik, penulis merasa

sangat perlu untuk mengkaji lebih dalam mengenai keadilan dalam

poligami ini menggunakan tafsir-tafsir nusantara, sebagaimana kita tahu

teori-teori tentang poligami belum ada yang secara khusus menggunakan

tafsir karya ulama nusantara. Hal ini bertujuan untuk pengembangan ilmu

pengetahuan di bidang tafsir dan untuk menjawab rasa penasaran penulis

terkait permasalahan ini.

Islam Nusantara (IN) terdiri dari dua kata, Islam dan Nusantara. Islam

berarti “penyerahan, kepatuhan, ketundukan, dan perdamaian”. Agama

ini memiliki lima ajaran pokok sebagaimana diungkapkan Nabi

Muhammad, yaitu “Islam adalah bersaksi sesungguhnya tiada Tuhan

selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat,

menunaikan zakat, melaksanakan puasa dan menunaikan haji bagi yang

mampu.” Selain itu Islam memiliki dua pedoman yang selalu dirujuk, Al-

Page 16: KEADILAN DALAM POLIGAMI MENURUT TAFSIR-TAFSIR …

15

Qur`an dan Hadis. Keduanya memuat ajaran yang membimbing umat

manusia beserta alam raya ke arah yang lebih baik dan teratur.

Nusantara adalah istilah yang menggambarkan wilayah kepulauan

dari Sumatera hingga Papua. Kata ini berasal dari manuskrip berbahasa

Jawa sekitar abad ke-12 sampai ke-16 sebagai konsep Negara Majapahit.

Sementara dalam literatur berbahasa Inggris abad ke-19, Nusantara

merujuk pada kepulauan Melayu. Ki Hajar Dewantoro, memakai istilah

ini pada abad 20-an sebagai salah satu rekomendasi untuk nama suatu

wilayah Hindia Belanda (Kroef 1951, 166–171). Karena kepulauan

tersebut mayoritas berada di wilayah negara Indonesia, maka Nusantara

biasanya disinonimkan dengan Indonesia. Istilah ini, di Indonesia secara

konstitusional juga dikukuhkan dengan Keputusan Presiden (Kepres)

MPR No.IV/MPR/1973, tentang Garis Besar Haluan Negara Bab II Sub

E. Kata Nusantara ditambah dengan kata wawasan. Berdasarkan

pengertian di atas, IN adalah ajaran agama yang terdapat dalam Al-

Qur`an dan Hadis yang dipraktikkan oleh Nabi Muhammad dan diikuti

oleh penduduk asli Nusantara (Indonesia), atau orang yang bertempat

tinggal di dalamnya.31

Penjelasan di atas menjadi alasan penulis menggunakan kata

Nusantara dalam pengambilan judul penelitian skripsi ini. Mengupas

permasalahan agama dengan menggunakan kitab-kitab karya ulama

Indonesia (produk lokal) yang diharapkan mampu menjawab

permasalahan yang ada karena dalam proses menafsirkan ayat, seorang

ulama tidak lepas dari kondisi sosial yang terjadi pada lingkungannya.

Oleh sebab itu, dalam hal ini penulis memilih lima tafsir menurut

masanya tafsir berkembang di Indonesia, (tafsir Raudhatul Irfan karya

31

Khabibi Muhammad Luthfi, Islam Nusantara: Relasi Islam dan Budaya Lokal,

Jurnal Shahih, Vol. 1, No. 1, Januari-Juni 2016, h. 3

Page 17: KEADILAN DALAM POLIGAMI MENURUT TAFSIR-TAFSIR …

16

KH. Ahmad Sanusi, tafsir an-Nur karya Hasbi Ash-Shiddieqy, tafsir al-

Azhar karya Buya Hamka, kitab al-Ibriz karya A. Bishri Mustofa, dan

tafsir al-Mishbah karya M. Quraih Shihab).

Kesimpulannya, beberapa poin inti latar belakang penulis mengambil

tema ini ialah:

1. Adanya ketidaksesuaian antara teori dan praktik

2. Meningkatnya kasus perceraian di Indonesia akibat poligami

3. Semakin meluasnya tayangan televisi yang menyiarkan sinetron

bertemakan poligami

4. Belum ada karya ilmiah yang meneliti kasus poligami

menggunakan tafsir-tafsir nusantara secara spesifik.

B. Identifikasi Masalah

Sehubungan dengan latar belakang permasalahan yang sudah terurai

di atas, penulis mencoba mengidentifikasi masalah sebagaimana berikut:

1. Bagaimana sesungguhnya asal-usul penafsiran surat An-Nisâ’ [4] ayat

3 dan 129?

2. Bagaimana asal mula adanya praktik poligami?

3. Benarkah poligami dibolehkan?

4. Berapa batasan jumlah istri jika poligami memang dibolehkan?

5. Bagaimana maksud adil yang disyaratkan dalam poligami?

6. Bagaimana seharusnya sikap seorang suami yang poligami terhadap

istri-istrinya?

7. Apa solusi terbaik jika seorang suami tidak dapat berlaku adil?

8. Bagaimana pandangan ulama tafsir nusantara terkait kasus poligami?

Page 18: KEADILAN DALAM POLIGAMI MENURUT TAFSIR-TAFSIR …

17

C. Batasan Masalah

Untuk memfokuskan penelitian agar tidak terlalu melebar dari pokok

pembahasan, maka penulis membatasi masalah hanya pada bagaimana

keadilan dalam poligami menurut tafsir nusantara, yakni tafsir Raudhatul

Irfan karya KH. Ahmad Sanusi, tafsir an-Nur karya Hasbi Ash-Shiddieqy,

tafsir al-Azhar karya Buya Hamka, kitab al-Ibriz karya A. Bishri

Mustofa, dan tafsir al-Mishbah karya M. Quraih Shihab.

D. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah disampaikan diatas, ada beberapa rumusan

masalah yang bisa diambil:

1. Bagaimana Keadilan dalam Poligami menurut Tafsir-tafsir

Nusantara (tafsir Raudhatul Irfan karya KH. Ahmad Sanusi, tafsir

an-Nur karya Hasbi Ash-Shiddieqy, tafsir al-Azhar karya Buya

Hamka, kitab al-Ibriz karya A. Bishri Mustofa, dan tafsir al-

Mishbah karya M. Quraih Shihab) ?

2. Bagaimana Persamaan dan Perbedaan pemikiran Keadilan dalam

Poligami dalam Tafsir-tafsir Nusantara (tafsir Raudhatul Irfan

karya KH. Ahmad Sanusi, tafsir an-Nur karya Hasbi Ash-

Shiddieqy, tafsir al-Azhar karya Buya Hamka, kitab al-Ibriz karya

A. Bishri Mustofa, dan tafsir al-Mishbah karya M. Quraish

Shihab)?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini ialah:

1. Untuk mengetahui Bagaimana Keadilan dalam Poligami menurut

Tafsir-tafsir Nusantara (tafsir Raudhatul Irfan karya KH. Ahmad

Sanusi, tafsir an-Nur karya Hasbi Ash-Shiddieqy, tafsir al-Azhar

Page 19: KEADILAN DALAM POLIGAMI MENURUT TAFSIR-TAFSIR …

18

karya Buya Hamka, kitab al-Ibriz karya A. Bishri Mustofa, dan

tafsir al-Mishbah karya M. Quraih Shihab)

2. Untuk mengetahui Bagaimana Persamaan dan Perbedaan

pemikiran Keadilan dalam Poligami dalam Tafsir-tafsir Nusantara

(tafsir Raudhatul Irfan karya KH. Ahmad Sanusi, tafsir an-Nur

karya Hasbi Ash-Shiddieqy, tafsir al-Azhar karya Buya Hamka,

kitab al-Ibriz karya A. Bishri Mustofa, dan tafsir al-Mishbah

karya M. Quraih Shihab).

F. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini dapat menambah wawasan dan

informasi baru dalam memecahkan suatu masalah, dan diharapkan juga

dapat berguna bagi:

1. Untuk menambah khasanah pengembangan ilmu Al-Qur`an dan

Tafsir, khususnya mengenai poligami.

2. Untuk mengetahui keadilan berpoligami dalam kacamata tafsir.

3. Memberikan pengalaman kepada penulis untuk dapat menerapkan

dan memperluas wawasan penerapan teori dan pengetahuan yang

telah diterima dalam perkuliahan pada kegiatan nyata.

4. Dari hasil penelitian ini semoga dapat memberikan informasi dan

pengetahuan bagi peneliti dalam menganalisa permasalahan yang

sedang diteliti, serta dapat merealisasikan hasil penelitian ini baik

kepada masyarakat luas maupun orang terdekat.

5. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan dapat

memberikan ilmu dan gagasan baru bagi pembaca.

6. Untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan keislaman, khususnya

bagi penulis, dan umumnya bagi yang ingin mengkajinya.

7. Memberikan sumbangan pengetahuan tentang poligami pada

masyarakat.

Page 20: KEADILAN DALAM POLIGAMI MENURUT TAFSIR-TAFSIR …

19

8. Guna memenuhi salah satu tugas dan syarat untuk mencapai gelar

Kesarjanaan Starata satu (S. Ag) pada fakultas Ushuluddin Prodi

Ilmu Alquran dan Tafsir Institut Ilmu al-Qur`an (IIQ) Jakarta.

G. Kajian Pustaka

Menurut pengamatan penulis, karya-karya tulis mengenai keadilan

poligami menurut ulama tafsir era klasik, pertengahan, dan kontemporer

tidaklah sedikit, akan tetapi yang membahas keadilan poligami perspektif

tafsir nusantara masih perlu dikaji secara lebih mendalam.

Berdasarkan penelusuran penulis, terdapat beberapa pembahasan

yang memiliki keterkaitan dengan pembahasan yang akan penulis bahas,

yakni sebagai berikut:

Keadilan dalam Poligami menurut Al-Qur`an (Studi atas Pemikiran

Tafsir M. Quraish Shihab), skripsi Nawir HK UIN Alauddin

Makasar, Fakultas Ushuluddin, Filsafat, dan Politik, 2016. Dalam

skripsi tersebut dikatakan bahwa makna keadilan dalam poligami

menurut M. Quraish Shihab bukan pada keadilan makna batin (seperti

cinta dan kasih sayang) melainkan keadilan pada hal-hal yang bersifat

material dan terukur.32

Karya peneliti cukup membantu dalam penelitian yang akan

dilakukan penulis sebagai referensi, sebab karya ini sudah membahas

keadilan poligami oleh salah satu mufasir, yakni M. Quraish Shihab, dan

akan diteliti lebih lanjut oleh penulis dengan menganalisisi mufasir-

mufasir lainnya.

Tafsir Al-Qur`an tentang Poiligami: Perbandingan Penafsiran

Muhammad Syahrur dan Nashr Hamid Abu Zayd, Skripsi karya

32

Nawir HK, Keadilan dalam Poligami menurut Al-Qur`an (Studi atas Pemikiran

Tafsir M. Quraish Shihab), skripsi Nawir HK UIN Alauddin Makasar, Fakultas Ushuluddin,

Filsafat, dan Politik, 2016.

Page 21: KEADILAN DALAM POLIGAMI MENURUT TAFSIR-TAFSIR …

20

Muhammad Abdul Fatah Jurusan Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir Fakultas

Adab dan Humaniora IAIN Salatiga tahun 2017, disebutkan bahwa

konsep poligami menurut Muhammad Syahrur dan Nashr Hamid Abu

Zayd memperbolehkan poligami tetapi dengan syarat yang ketat terkait

berhubungan dengan kemanusiaan yaitu istri kedua harus janda yang

mempunyai anak yatim yang masih kecil (balita) yang ditingal mati dan

kedua harus mempunyai rasa khawatir tidak dapat berbuat adil kepada

anak yatim, jika kedua syarat tersebut tidak ada maka alasan poligami

menjadi gugur, pendapat Muhammad Syahrur dan Nashr Hamid tersebut

berbeda dengan kebanyakan ulama yang memperbolehkan poligami

dalam kondisi isteri mandul, istri sakit yang tidak dapat disembuhkan.

Melihat poligami dalam hukum Islam memang berbeda pendapat tetapi

pada umumnya ulama memperbolehkan poligami sebagai praktik yang

bersyarat ketat yang berbeda, untuk berpoligami dalam konsep

Muhammad Syahrur dan Nashr Hamid Abu Zayd dengan membatasi

maksimal empat istri dan syarat keduanya ada rasa khawatir tidak dapat

berlaku adil harus terpenuhi agar membuat dibolehkanya poligami, tetapi

jika salah satu syarat tidak terpenuhi maka poligami tidak boleh

dilakukan.33

Persamaan karya peneliti dengan penelitian yang akan dilakukan

penulis adalah sama-sama membahas tentang poligami, adapun

perbedaannya yaitu peneliti hanya membahas perbandingan penafsiran

mengenai poligami hanya dengan dua tokoh saja, sedangkan penulis akan

membahas tentang keadilan poligami dengan mengkomparatifkan lima

tafsir. Karya peneliti ini sangat membantu penulis untuk meneliti lebih

dalam terkait keadilan poligami menurut Forum Keluarga Poligami

33

Muhammad Abdul Fatah (NIM: 215-13-007), Tafsir Al-Qur`an tentang Poligami:

Perbandingan Penafsiran Muhammad Syahrur dan Nashr Hamid Abu Zayd, Jurusan Ilmu

AL-Qur`an dan Tafsir Fakultas Adab dan Humaniora IAIN Salatiga tahun 2017, h. 82-83

Page 22: KEADILAN DALAM POLIGAMI MENURUT TAFSIR-TAFSIR …

21

Samara (FKPS). Pembahasan di dalamnya mampu memberikan

kontribusi dalam upaya rekonstruksi keadilan poligami serta mampu

menjadi referensi sebagai bahan kajian penulis.

Skripsi Pemahaman Ayat Poligami Menurut Forum Keluarga

Poligami Samara (FKPS) Ushuluddin IAT IIQ Jakarta karya Pratiwi

tahun 2017, disebutkan bahwa para mufasir era klasik dan modern

memiliki pandangan yang berbeda mengenai ayat poligami. Namun,

hampir semua berpendapat bahwa poligami dibolehkan dalam Islam,

selama suami mampu berlaku adil terhadap istri-istrinya dan menjamin

tidak akan berbuat aniaya. Namun, kebolehan melakukan poligami

tetaplah menjadi suatu hal yang sulit karena mengingat syaratnya harus

berlaku adil.

Pemahaman Forum Keluarga Poligami Samara (FKPS) dalam

memahami ayat poligami juga beragam, namun yang lebih dominan ialah

bahwa yang disyariatkan oleh Islam ialah menikah lebih dari satu orang

istri. Bahkan yang sangat dianjurkan ialah menikahi empat orang istri.

Dan ketika tidak mampu menikahi empat orang istri barulah memilih tiga

istri, dan seterusnya.34

Persamaan karya peneliti dengan penelitian yang akan dilakukan

penulis adalah sama-sama membahas tentang poligami, adapun

perbedaannya yaitu peneliti membahas status hukum poligami menurut

Forum Keluarga Poligami Samara (FKPS), sedangkan penulis akan

membahas tentang keadilan poligami perspektif tafsir-tafsir nusantara.

Karya peneliti ini sangat membantu penulis untuk meneliti lebih dalam

terkait keadilan poligami menurut Forum Keluarga Poligami Samara

(FKPS). Pembahasan di dalamnya mampu memberikan kontribusi dalam

34

Pratiwi, Pemahaman Ayat Poligami Menurut Forum Keluarga Poligami Samara

(FKPS), Prodi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ)

Jakarta, 2017, h. 91

Page 23: KEADILAN DALAM POLIGAMI MENURUT TAFSIR-TAFSIR …

22

upaya rekonstruksi keadilan poligami serta mampu menjadi referensi

sebagai bahan kajian penulis.

Skripsi Nurul Husna, Pandangan Mufassir Klasik dan Modern

terhadap Poligami, Prodi Tafsir Hadis Program Pascasarjana IAIN

Sumatera Utara, Medan, tahun 2013, disebutkan bahwa Ibnu Kasir

berpandangan bahwasanya poligami dihukumi mubah dan pemberian

ni’mat yang diberikan oleh Allah untuk hambanya, Beliau salah satu

mufassir yang membolehkan poligami secara mutlak. Ar-Razi

berpandangan bahwasanya poligami hanya berlaku bagi laki-laki yang

merdeka dan tidak untuk budak. Muhammad Rasyid Ridha berpandangan

bahwa poligami boleh dilakukan dalam keadaan darurat begitu juga

Quraish Shihab. Sedangkan Hamka berpandangan bahwa poligami adalah

solusi, poin penting dari perintah ini adalah pemeliharaan anak yatim.

Dari pandangan para Mufassir dapat disimpulkan bahwasanya kelima

mufassir tersebut sependapat bahwasanya ayat ini ditujukan untuk anak

yatim dan kebanyakan dari mereka memilih monogami sebagai

pernikahan ideal dan mayoritas berpandangan bahwa yang boleh dinikahi

maksimal empat istri kecuali pandangan Ar-Razi.35

Persamaan karya peneliti dengan penelitian yang akan dilakukan

penulis yaitu adalah sama-sama membahas tentang poligami menurut

mufassir dengan analisis komparatif , adapun perbedaannya yaitu peneliti

membahas persoalan poligami dengan mengkomparatifkan pendapat

mufassir klasik dan modern, sedangkan penulis akan membahas tentang

keadilan poligami dengan analisis komparatif tafsir-tafsir nusantara.

Karya peneliti ini sangat membantu penulis untuk meneliti lebih dalam

terkait keadilan poligami. Pembahasan di dalamnya mampu memberikan

35

Nurul Husna (NIM: 11 Th 2446), Pandangan Mufassir Klasik dan Modern

terhadap Poligami, Program Studi Tafsir Hadis, Program Pascasarjana IAIN Sumatera

Utara, Medan, Tahun 2013, h. 114

Page 24: KEADILAN DALAM POLIGAMI MENURUT TAFSIR-TAFSIR …

23

kontribusi dalam upaya rekonstruksi keadilan poligami serta mampu

menjadi referensi sebagai bahan kajian penulis.

Nurus Sa’adah, Poligami dalam Lintas Budaya dan Agama: Meta

Interpretation Approach, Jurnal Asy-Syir’ah (Jurnal Ilmu Syariah

dan Hukum), Vol. 49, No. 2, Desember 2015, disebutkan bahwa

pembahasan poligami masih sangat terbuka karena selama manusia

memiliki orientasi pemikiran, rasa, dan perilaku yang berbeda, masalah

poligami tidak akan pernah ada kesepakatan. Berbagai ahli menelaah

poligami dari berbagai sudut baik pendidikan, kesehatan suami dan istri,

psikologis anak, masalah ekonomi, dan dari sisi hukum sendiri yang

merupakan turunan dari berbagai penafsiran Al-Qur`an dan Hadis.

Sungguh pun demikian, justru inilah pengembangan keilmuan akan

terbentuk karena para ilmuan pemerhati maslah poligami akan terus

meneliti dari berbagai sudut pandangnya masing-masing.36

Persamaan karya peneliti dengan penelitian yang akan dilakukan

penulis yaitu adalah sama-sama membahas poligami, adapun

perbedaannya yaitu peneliti membahas poligami dari sisi lintas budaya

dan agama, sedangkan penulis akan membahas tentang keadilan poligami

perspektif tafsir-tafsir nusantara. Karya peneliti ini sangat membantu

penulis untuk meneliti lebih dalam terkait poligami. Pembahasan di

dalamnya mampu memberikan kontribusi dalam upaya rekonstruksi

keadilan poligami serta mampu menjadi referensi sebagai bahan kajian

penulis.

Riyandi. S, Syarat Adanya Persetujuan Isteri untuk Berpoligami

(Analisis Ushul Fikih Syafi’iyyah terhadap Undang-Undang

Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974), Jurnal Ilmiah Islam Futura, Vol.

36

Nurus Sa’adah, dkk, Poligami dalam Lintas Budaya dan Agama: Meta

Interpretation Approach, Jurnal Asy-Syir’ah (Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum), Vol. 49, No.

2, Desember 2015 h. 497

Page 25: KEADILAN DALAM POLIGAMI MENURUT TAFSIR-TAFSIR …

24

15, No. 1, Agustus 2015, disebutkan bahwa syarat poligami dalam fikih

Syafi’iyyah yakni berkemampuan untuk menanggung nafkah isteri-isteri

dan keluarganya, karena suami berkewajiban menanggung nafkah isteri-

isterinya baik lahir maupun batin. Nafkah lahir yang dimaksudkan di sini

ialah berupa makanan dan minuman, pakaian, kediaman, dan perobatan.

Nafkah batin adalah pelayanan atau pemenuhan nafsu biologis sang isteri.

Termasuk syarat poligami dalam fikih Syafi’iyyah adalah memiliki

kemampuan berlaku adil terhadap para isteri dan keluarga. Adil disini

meliputi adil dalam menyediakan tempat tinggal, pakaian, makanan, dan

adil dalam giliran bermalam. Dalam fikih Syafi’iyyah tidak didapati

syarat adanya persetujuan isteri untuk berpoligami, akan tetapi

dibolehkan menambah syarat wadh’i dalam hal memelihara maksud

syara’ selama syarat tersebut tidak merubah ketentuan-ketentuan syara’.

Syarat adanya persetujuan isteri untuk berpoligami hanya terdapat dalam

Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, Peraturan Pemerintah

Nomor 9 Tahun 1975, Kompilasi Hukum Islam (KHI), dan instruksi

Presiden Nomor 1 Tahun 1999 tentang Kompilasi Hukum Islam.37

Persamaan karya peneliti dengan penelitian yang akan dilakukan

penulis yaitu adalah sama-sama membahas poligami, adapun

perbedaannya yaitu peneliti membahas poligami dari sisi syarat-syarat

persetujuan poligami Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974

menggunakan analisis ushul fikih Syafi’iyyah, sedangkan penulis akan

membahas tentang keadilan poligami perspektif tafsir-tafsir nusantara.

Karya peneliti ini sangat membantu penulis untuk meneliti lebih dalam

terkait poligami. Pembahasan di dalamnya mampu memberikan

37

Riyandi. S, Syarat Adanya Persetujuan Isteri untuk Berpoligami (Analisis Ushul

Fikih Syafi’iyyah terhadap Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974), Jurnal

Ilmiah Islam Futura, Vol. 15, No. 1, Agustus 2015, h. 139-140

Page 26: KEADILAN DALAM POLIGAMI MENURUT TAFSIR-TAFSIR …

25

kontribusi dalam upaya rekonstruksi keadilan poligami serta mampu

menjadi referensi sebagai bahan kajian penulis.

Atik Wartini, Poligami: Dari Fiqh hingga Perundang-Undangan,

Jurnal Hunafa, Vol. 10, No. 2, Desember 2013, disebutkan bahwa

poligami dalam konteks perundang-undangan baik itu di Indonesia,

Malaysia, negara-negara yang mayoritas Islam di Asia maupun di Afrika

berbeda-berbeda dalam memposisikan status poligami. Posisi poligami

yang dapat dirangkas, yaitu:

1. Ada yang melarang poligami secara mutlak seperti Turki,

Lebanon, dan Tunisia.

2. Ada yang memberikan hukuman bagi yang melanggar aturan

tentang poligami seperti Tunisia, Irak, Mesir, Pakistan, Indonesia,

dan Malaysia.

3. Poligami harus mendapatkan izin dari pengadilan yakni Syiria,

Irak, Pakistan, Bangladesh, Somalia, dan Indonesia.

4. Poligami menjadi alasan cerai seperti Maroko, Lebanon, Syiria,

dan Mesir.

5. Poligami boleh secara mutlak di Aljazair.

Poligami dalam tinjauan fiqih diperbolehkan jika memenuhi dua

syarat, yaitu mampu dalam segi materi dan adil. Selain itu ada sebab-

sebab tertentu yang dibolehkan poligami, yaitu sebab khusus dan umum

yang secara garis besarnya mengacu pada darurat, hajat, dan

kemaslahatan.38

Persamaan karya peneliti dengan penelitian yang akan dilakukan

penulis yaitu adalah sama-sama membahas poligami, adapun

38

Atik Wartini, Poligami: Dari Fiqh hingga Perundang-Undangan, Jurnal Hunafa,

Vol. 10, No. 2, Desember 2013, h. 265

Page 27: KEADILAN DALAM POLIGAMI MENURUT TAFSIR-TAFSIR …

26

perbedaannya yaitu peneliti membahas terkait poligami dari pandangan

fiqh hingga Undang-Undang, sedangkan penulis akan membahas tentang

keadilan poligami perspektif tafsir-tafsir nusantara. Karya peneliti ini

sangat membantu penulis untuk meneliti lebih dalam terkait poligami.

Pembahasan di dalamnya mampu memberikan kontribusi dalam upaya

rekonstruksi keadilan poligami serta mampu menjadi referensi sebagai

bahan kajian penulis.

Makrum, Poligami dalam Perspektif Al-Qur`an, Jurnal Maghza,

Vol. 1, No. 2, Juli-Desember 2016, disebutkan bahwa dengan

pendekatan tafsir maudhu’i, poligami dalam perspektif Al-Qur`an tidak

dilarang dan tidak dianjurkan, apalagi diperintah, tetapi sekedar

diperbolehkan dengan syarat yang sangat ketat, antaralain dapat berlaku

adil diantara isteri-isterinya dan untuk menlindungi wanita (baca: Janda)

yang memiliki anak. Ini berarti, bagi laki-laki yang memenuhi syarat,

baginya poligami diperbolehkan.39

Persamaan karya peneliti dengan penelitian yang akan dilakukan

penulis yaitu adalah sama-sama membahas poligami, adapun

perbedaannya yaitu peneliti membahas terkait poligami dalam perspektif

Al-Qur`an, sedangkan penulis akan membahas tentang keadilan poligami

perspektif tafsir-tafsir nusantara. Karya peneliti ini sangat membantu

penulis untuk meneliti lebih dalam terkait poligami. Pembahasan di

dalamnya mampu memberikan kontribusi dalam upaya rekonstruksi

keadilan poligami serta mampu menjadi referensi sebagai bahan kajian

penulis.

39

Makrum, Poligami dalam Perspektif Al-Qur`an, Jurnal Maghza, Vol. 1, No. 2,

Juli-Desember 2016, h. 48

Page 28: KEADILAN DALAM POLIGAMI MENURUT TAFSIR-TAFSIR …

27

Buku Tanya Jawab Fiqh Wanita Karya Bakki Ahmad, disebutkan

bahwa Poligami hukumnya tidak wajib dan tidak sunah, tetapi mubah

(boleh). Artinya, bagi yang mampu boleh melakukan dan boleh pula

meninggalkannya. Sedang bagi mereka yang tidak mampu hukumnya

wajib ditinggalkan. Jadi kalau tetap dilakukan maka ia berdosa, karena

tidak mungkin orang yang tidak mampu (yakni tidak memiliki syarat

berpoligami) sanggup memenuhi kewajibannya.40

Persamaan karya peneliti dengan penelitian yang akan dilakukan

penulis yaitu adalah sama-sama membahas tentang poligami, adapun

perbedaannya yaitu peneliti membahas status hukum poligami secara

komprehensif, sedangkan penulis akan membahas tentang keadilan

poligami perspektif tafsir-tafsir nusantara. Karya peneliti ini sangat

membantu penulis untuk meneliti lebih dalam terkait poligami.

Pembahasan di dalamnya mampu memberikan kontribusi dalam upaya

rekonstruksi keadilan poligami serta mampu menjadi referensi sebagai

bahan kajian penulis.

Buku DR. Nashruddin Baidan, Tafsir bi al-Ra’yi. Semua hasil

ijtihad ulama fiqih dan aturan-aturan yang ditetapkan di dalam undang-

undang no 1 / 1974 dan PP. No. 9/ 1975 itu, pada hakikatnya adalah

penjabaran atau penafsiran dari ayat alquran tersebut. Di dalam pasal 3

dari UU tersebut, misalnya, ditegaskan: “Pada asasnya dalam suatu

perkawinan seorang pria hanya boleh mempunyai seorang istri …”.

Ungkapan ini tidak jauh dari pemahaman alquran. Artinya, prinsip dasar

dalam sistem perlawinan Islam ialah beristri satu.41

Persamaan karya peneliti dengan penelitian yang akan dilakukan

penulis yaitu adalah sama-sama membahas poligami, adapun

40 Abu Bakki Akhmad, Tanya Jawab Fiqh Wanita, (Jakarta: Rica Grafika, 1996),

h. 156 41

Nashruddin Baidan, Tafsir bi al-Rayi,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), h. 104

Page 29: KEADILAN DALAM POLIGAMI MENURUT TAFSIR-TAFSIR …

28

perbedaannya yaitu peneliti membahas terkait hukum dan pasal

perundang-undangan poligami dan ijtihad para ulama fiqh, sedangkan

penulis akan membahas tentang keadilan poligami perspektif tafsir-tafsir

nusantara. Karya peneliti ini sangat membantu penulis untuk meneliti

lebih dalam terkait poligami. Pembahasan di dalamnya mampu

memberikan kontribusi dalam upaya rekonstruksi keadilan poligami serta

mampu menjadi referensi sebagai bahan kajian penulis.

H. Metodologi Penelitian

Metode dalam hal ini diartikan sebagai salah satu cara yang harus

dilakukan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan alat-alat tertentu,

sedangkan penelitian adalah suatu usaha untuk menemukan,

mengembangkan dan menguji suatu pengetahuan, usaha dimana

dilakukan menggunakan metode-metode tertentu (Hadi, 1997 : 30).

1. Jenis Penelitian

Penulisan skripsi ini akan dilakukan dengan metode Kualitatif

yang menggunakan metode Library Research (riset kepustakaan),

untuk mendapatkan teori-teori yang mendukung tema dalam

penulisan ini yang diperoleh dari berbagai literatur.42

Salah satu alasan menggunakan pendekatan kualitatif adalah

pengalaman para peneliti dimana metode ini dapat digunakan untuk

menemukan dan memahami apa yang tersembunyi dibalik fenomena

yang kadangkala merupakan sesuatu yang sulit untuk dipahami secara

memuaskan.43

Dengan demikian penulis akan secara mendalam

42

Soerjo Nomor Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UIP, 1986), cet.

ke-III, h.12 43

Subana dan Sudrajat, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Pustaka Setia,

2005), Cet-2, h. 20

Page 30: KEADILAN DALAM POLIGAMI MENURUT TAFSIR-TAFSIR …

29

menganalisis terkait tema, agar dapat ditemukan titik terang dari

permasalahan.

2. Sumber Data

Dalam riset kepustakaan, pasti kita membutuhkan data primer

dan data sekunder yang akan digunakan sebagai bahan penelitian.

Adapun data primer yang digunakan penulis adalah kitab-kitab tafsir

nusantara, sedangkan data Sekunder, diambil dari buku-buku yang

menunjang tema di atas.

3. Pengolahan Data

Pengolahan data yang peneliti lakukan adalah dengan cara

membandingkan, menghubungkan dan kemudian diselaraskan serta

diambil kesimpulan dari data yang terkumpul.

4. Teknik Analisis Data

Untuk teknik analisis, penulis menggunakan metode Deskriptif

Analitis dan komparatif. Data yang terkumpul dalam penelitian

dianalisis dengan metode analisis deskriptif, yaitu usaha untuk

mengumpulkan dan menyusun sesuatu, kemudian dilakukan analisis

terhadap data tersebut.44

Tahap berikutnya adalah interpretasi, yaitu

memahami seluruh materi yang berhubungan dengan pandangan

kelima tafsir nusantara terhadap keadilan dalam poligami. Dalam

penelitian ini digunakan cara berpikir deduktif.45

Unuk menarik

kesimpulan, digunakan pula studi komparatif untuk membandingkan

penafsiran tentang surat an-Nisa’ ayat 3 dan 129 dari kelima mufassir

nusantara.

44

Winarno Surachman, Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode, Teknik,

(Bandung: Remaja Rosda Karya, 1998), h. 139. 45

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas

Psikologi UGM, 1987), h. 36

Page 31: KEADILAN DALAM POLIGAMI MENURUT TAFSIR-TAFSIR …

30

Penulis akan berusaha semaksimal mungkin untuk

mengumpulkan bahan-bahan yang relevan serta mendukung

pembahasan skripsi ini. Data yang diperoleh dari bahan-bahan

pustaka berupa, buku, literatur, dokumen-dokumen resmi, Al-Qur`an

dan hadis yang berhubungan dengan obyek masalah.

I. Teknis dan Sistematika Penulisan

Mengenai teknik penulisan skripsi ini, penulis mengacu pada buku

Pedoman Penulisan Proposal dan Skirpsi terbitan IIQ Jakarta Press tahun

2017 yang di keluarkan oleh Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.

Untuk mengarahkan alur pembahasan secara sistematis dan

mempermudah pembahasan, maka penelitian ini akan dibagi menjadi

beberapa bab dengan rasionalisasi sebagai berikut:

Bab Pertama, Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah,

yaitu untuk memberikan penjelasan secara akademik mengapa penelitian

ini perlu dilakukan dan hal apa yang melatar belakangi penelitian ini.

Kemudian dilanjutkan dengan Identifikasi Masalah, Pembatasan dan

Perumusan Masalah, agar pembahasan dalam penelitian ini lebih terfokus

dan memiliki batasan yang jelas. Poin selanjutnya ialah Tujuan dan

Manfaat Penelitian, yang merupakan tujuan yang ingin dicapai penulis

berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat serta memaparkan

kegunaan apa saja yang diharapkan oleh penulis ketika karya ini selesai

dituliskan, baik secara teoritis maupun praktis. Adapun Tinjauan Pustaka

dimaksudkan untuk menjelaskan dimana posisi topik ini dalam khazanah

keilmuan Islam serta dimana letak perbedaan penelitian ini dengan

penelitian karya lainnya. Sedangkan Metodologi Penelitian dan Teknis

serta Sistematika Penulisan dimaksudkan untuk menjelaskan bagaimana

cara yang aka di tempuh penulis dalam melakukan penelitian ini.

Page 32: KEADILAN DALAM POLIGAMI MENURUT TAFSIR-TAFSIR …

31

Bab kedua, penulis akan mengemukakan beberapa point penting

yang akan menunjang dalam menyelesaikan bab ketiga yakni mengenai

landasan teori pernikahan, poligami.

Bab ketiga, penulis akan memparkan secara singkat sajian data

beberapa kitab tafsir yang akan diambil meliputi Biografi penulis, Latar

Belakang Penulisan Kitab, Metode Penafsiran, dan Corak Penafsiran.

Bab keempat, penulis akan memaparkan hasil analisis komparatif

dari bab ke dua dan ketiga, yakni penafsiran para mufasir nusantara (tafsir

Raudhatul Irfan karya KH. Ahmad Sanusi, tafsir an-Nur karya Hasbi

Ash-Shiddieqy, tafsir al-Azhar karya Buya Hamka, kitab al-Ibriz karya A.

Bishri Mustofa, dan tafsir al-Mishbah karya M. Quraih Shihab mengenai

keadilan dalam poligami.

Bab kelima, merupakan bab penutup yang akan diisi dengan

kesimpulan berdasarkan hasil penelitian beserta sarannya.

Page 33: KEADILAN DALAM POLIGAMI MENURUT TAFSIR-TAFSIR …

155

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari beberapa hasil analisis yang penulis paparkan pada beberapa

bab di atas, dapat diambil kesimpulan bahwasannya:

1. Keadilan dalam poligami menurut tafsir-tafsir nusantara (tafsir al-

Mishbah karya M. Quraih Shihab, tafsir al-Azhar karya Buya Hamka,

kitab al-Ibriz karya A. Bishri Mustofa, kitab Raudhatul Irfan karya

KH. Ahmad Sanusi, dan kitab an-Nur karya Hasbi Ash-Shiddieqy)

adalah keadilan dalam hal materi dan non materi.

Keadilan materi mencakup kebutuhan sandang, pangan, dan papan,

sedangkan keadilan non materi mencakup persoalan hati (rasa cinta

dan kasih sayang).

2. Keadilan yang dimaksud kelima mufasir adalah adil secara materi dan

non materi. Namun, karena adil dalam persoalan non materi (hati,

cinta, dan kasih sayang) adalah sesuatu yang abstrak atau tidak dapat

diukur hanya secara kasat mata, maka kelima ulama tafsir dalam hal

ini berbeda pendapat. Oleh karena itu, suami yang mempunyai istri

lebih dari satu diharuskan menjaga dirinya agar tidak bersikap

condong kepada salah satu istrinya. Adapun beberapa perbedaan

tersebut ialah:

Pertama, menurut M. Quraish Shihab keadilan yang dimaksud adalah

adil yang bermakna material dan terukur (memperlakukan istri

dengan baik, membiasakan diri dengan kekurangan-kekurangannya)

bukan immaterial (seperti cinta dan kasih sayang), sebab hal tersebut

mustahil dapat diwujudkan, yang artinya tidak akan bisa adil walau

bagaimanapun ia berusaha.

Page 34: KEADILAN DALAM POLIGAMI MENURUT TAFSIR-TAFSIR …

156

Kedua, menurut Bisri Musthafa, suami yang mempunyai istri lebih

dari satu wajib berbuat adil secara lahir dan batin terhadap istri-

istrinya.

Ketiga, menurut Buya Hamka dan Ahmad Sanusi adil dalam bentuk

immaterial sulit diwujudkan. Artinya, masih dapat dicapai meskipun

hanya sedikit.

B. Saran

Berdasarkan hasil analisis yang telah disimpulkan, penulis memiliki

beberapa saran yang ingin disampaikan, diantaranya ialah:

1. Telah kita ketahui bersama bahwa ulama-ulama tafsir nusantara

seluruhnya sepakat bahwa poligami diperbolehkan dengan syarat adil.

Penulis mengharapkan kepada kaum laki-laki khususnya, untuk lebih

memperhatikan pada syarat adil tersebut, bukan hanya pada sisi

kebolehannya.

2. Penulis sepakat bahwasannya keadilan hati adalah sesuatu yang tidak

dapat dicapai. Sebab, jika sudah berurusan dengan hati apalagi

perasaan cinta, manusia akan menjadi seseorang yang egois

(memikirkan perasaannya sendiri). Terlebih lagi, hati adalah sesuatu

yang tidak dapat dinilai secara kasat mata, maka otomatis kita tidak

akan dapat mengukur sejauh mana persentase adil telah dicapai.

3. Meski ada beberapa keluarga yang poligami terlihat rukun dan

bahagia, serta istri yang dipoligami merasa baik-baik saja dengan

posisinya, penulis yakin di lubuk hatinya yang paling dalam ia

terluka, keadaan tersebut hanya berusaha ia nikmati demi

mempertahankan rumah tangga yang sudang dibangun dan juga

kebahagiaan anak-anaknya.

Page 35: KEADILAN DALAM POLIGAMI MENURUT TAFSIR-TAFSIR …

157

4. Selama seorang istri masih bisa memberikan seluruh apa yang dia

punya layaknya perempuan lain (tidak ada cacat), penulis berharap

para suami di Indonesia tidak melakukan poligami.

5. Meski poligami adalah tindakan yang lebih manusiawi dibandingkan

dengan berzina atau pun nikah sirri, menurut penulis, dengan tidak

berbuat zalim kepada istri dan keluarga adalah tindakan yang sangat

lebih manusiawi dan mulia dibanding poligami.

Page 36: KEADILAN DALAM POLIGAMI MENURUT TAFSIR-TAFSIR …

159

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kodir, Faqihuddin, Sunnah Monogami, Yogyakarta:Tim

Cendekia, 2017.

Alu Syaikh, Abdullah bin Muhammad bin ‘Abdurrahman bin Ishaq.

Lubab at-Tafsir min Ibn Katsir. Kairo: Dar hilal, 1994

Akhmad, Abu Bakki. Tanya Jawab Fiqh Wanita. Jakarta: Rica

Grafika, 1996

Abadi, Al-Fairuz. Al-Qamus al-Muhith. Beirut: Dar al-Fikr, t.th

Amir, Mafri. Literatur Tafsir Indonesia. Ciputat: Mazhab Ciputat,

2013

Abd Moqsith. Tafsir atas Poligami dalam Al-Qur`an. Jurnal Karsa.

Vol. 23. No. 1 Juni 2015, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Al-‘Aqqad, ‘Abbas Mahmud. Al-Mar’ah fi al-Qur`an. Kairo: Nahdah

Masri, 2005

Abbas, Rafid. (dosen Pascasarjana STAIN Jember), Poligami dalam

Kajian Nash Al-Qur`an dan Hadis, Jurnal Edu Islamika, Vo. 3, No. 1,

Maret 2012

Baidan, Nashruddin. Tafsir bi al-Ra’yi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

1999

_ . PerkembanganTafsir Al-Qur`an di Indonesia. Solo:

PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2003

____________, Tafsir bi al-Rayi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999

Bruinessen, Martin Van. Kitab Kuning, Pesantren dan Tarekat:

Tradisi-Tradisi Islam di Indonesia. Bandung: Mizan, 1999

Burhanuddin, dan Sahiron Syamsuddin. Metodologi Fiqh Islam

Kontemporer. Yogyakarta: tp, 2004

Page 37: KEADILAN DALAM POLIGAMI MENURUT TAFSIR-TAFSIR …

160

DS, Sides Sudyarto. ”Realisme Religius”. dalam Hamka di Mata Hati Umat.

Jakarta: Sinar Harapan, 1984

Al-Dzahabiy, Muhammad Husain. Al-Tafsir wa al-Mufassirun. Vol. I. Kairo:

Dar al-Hadis, 2005

Darmawan, Hendro. dkk. Kamus Ilmiah Populer lengkap Dengan

EYD dan Pembentukan Istilah Serta Akronim Bahasa Indonesia.

Yogyakarta : Bintang Cemerlang, 2010

Doi, Abdurrahman I. “Perkawinan dalam Syari‟at Islam”,Syari‟at

The Islamic Law, Terj. Basri Aba Asghary, Wadi Masturi. Jakarta:

Rineka Cipta, 1992

_ . Karakteristik Hukum Islam dan Perkawinan. jakarta:

Raja Grafindo Persada, 1996

_ . “Inilah Syari‟ah Islam Terjemahan”, Buku The Islamic

Law, Usman Efendi AS dan Abdul Khaliq Lc. Jakarta: Puataka Panji,

1990

Fadlurrahman. Islam Mengangkat Martabat Wanita. Gresik: Putra Pelajar,

1999

Fatah, Muhammad Abdul. Tafsir Al-Qur`an tentang Poligami: Perbandingan

Penafsiran Muhammad Syahrur dan Nashr Hamid Abu Zayd. Jurusan

Ilmu AL-Qur`an dan Tafsir Fakultas Adab dan Humaniora IAIN

Salatiga tahun 2017

Falah, Miftahul. Riwayat Perjuangan K.H. Ahmad Sanusi. Sukabumi: MSI

Cabang Jawa Barat, 2009

Ghazaly, Abd. Rahman. Fiqh Munakahat. Jakarta: Kencana, 2006

Gusmian, Ishlah. Khazanah Tafsir Indonesia dari Hermeneutika sampai

Ideologi, Jakarta: Teraju, 2003

Ghafur, Saiful Amin. Profil Mufassir Al-Qur’an. Yogyakarta: Pustaka Insan

Madani, 2008

Husna, Nurul (NIM: 11 Th 2446). Pandangan Mufassir Klasik dan Modern

Page 38: KEADILAN DALAM POLIGAMI MENURUT TAFSIR-TAFSIR …

161

terhadap Poligami. Program Studi Tafsir Hadis, Program

Pascasarjana IAIN Sumatera Utara, Medan, Tahun 2013

Hilyati. Eka Sri, Poligami menurut Perspektif Pelaku, Jurusan Ahwal

As-Syakhsiyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2009

H.S.A, Alhamdani. Risalah Nikah : Hukum Perkawinan Islam.

Jakarta : Pustaka Amani, 1980

Hashim, Rosnani. “Hamka: Intellectual and Social Transformation of the

Malay World”, in Reclaiming the Conversation: Islamic Intellectual

Tradition in Malay Archipelago,ed. Rosnani Hashim, Kuala Lumpur:

Perdana Leadership Foundation, 2010

Hamka, Rusydi. Hamka di Mata Hati Umat. Jakarta: Sinar Harapan,

1984

_ . Pribadi Dan Martabat Buya Prof. Dr. Hamka, (Jakarta:

Pustaka Panjimas, 1983

Al-Habsyi, Muhammad Bagir. Fiqih Praktis Menurut Al-Qur`an, as-

Sunah, dan Pendapat Para Ulama, (Bandung: Mizan Media Utama, tt

Hadi, Sutrisno. Metodologi Research, Yogyakarta: Yayasan

Penerbitan Fakultas Psikologi UGM, 1987

Hamka. Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983.

_ . Kenang-Kenangan Hidup. Jakarta: Bulan Bintang, 1979

_ . Tasawuf Modern. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1987

Herdanto, Wimardana. Representasi Poligami dalam Film Ayat-ayat

Cinta. Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Airlangga Surabaya, 2009/2010

Irfan, H.M. Nurul. Nasab & Status Anak dalam Hukum Islam.

Jakarta: AMZAH, 2013

Izzan, Ahmad. Metodologi Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Teras, 2005

Iskandar, Mohammad. Kyai Haji Ahmad Sanusi: Biografi Singkat

Page 39: KEADILAN DALAM POLIGAMI MENURUT TAFSIR-TAFSIR …

162

Guru dan Pejuang Pedesaan. Depok: Fakultas Sastra UI, 1991

Junaidi, Mahbub. Rasionalitas Kalam M. Quraish Shihab. Sukoharjo:

Angkasa Solo, 2011

Jwanebel, Fejrian Yazdajird (Mahasiswa Program Doktor UIN

SUNAN Kalijaga). Corak Mistis dalam Penafsiran KH. Bisri Mustofa

(Telaah Analitis Tafsir al-Ibriz). Jurnal Rasail. Vol.1. No.1, 2014

Al-Ja’fî, Muhammad bin Ismail Abû ‘Abdullâh al-Bukhâri. Shahih

Bukhari. Mesir: Dar Tauq an-Najah, 1442

Al-Jarjawi, Ali Ahmad. Hikmah dan Falsafah Syari’at Islam. Jakarta:

Gema Insani, 2006

Khalid, Abdul. Mazahib al-Tafsir. Surabaya: IAIN Sunan Ampel

Press, 2003

Luthfi, Khabibi Muhammad. Islam Nusantara: Relasi Islam dan Budaya

Lokal. Jurnal Shahih, Vol. 1, No. 1, Januari-Juni 2016

MZ, Labib. Rahasia Poligami Rosulullah saw. Gresik: Bintang

Pelajar, 1986

Manan, Abdul. Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana,

2006

Maziyah, Alif. Pemikiran M. Hasbi Ash-Shiddieqy tentang Hadis dan

Sunnah, Yogyakarta: PPS UIN Sunan Kalijaga, 2006

Musthofa, Bisri. Al-Ibriz Lima’rifati Tafsir Al-Qur`an al-Aziz bi al-

Lughoh al- Jawiah. Kudus: Menara Kudus, 1959

Mahjuddin, Masailul Fiqhiyah, Jakarta: Kalam Mulia, 2003, hal.61-62

Misbahuddin, Iing. Tafsir al-Ibriz Lima’rifati Tafsir Al-Qur`an al-

Azizi Karya: KH. Bisri Musthofa Rembang; Studi Metodologi dan

Pemikiran, Tesis, Pascasarjana IAIN Sunan Kalijaga, 1989

Mukhtar Mawardi, “Haji Ahmad Sanusi: Riwayat Hidup dan

Page 40: KEADILAN DALAM POLIGAMI MENURUT TAFSIR-TAFSIR …

163

Perjuangannya”, (Skripsi Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam

Fakultas Adab Uiniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

1985

Mudarresi, M.T. Fikih Dewasa. Jakarta: Al-Huda, t.th

Mohammad, Herry. Tokoh-Tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20.

Jakarta: Gema Islami, 2006

Muhammad, Imron Rosyidi. Poligami dalam Perspektif Kitab Al-

Amṡal Fī Tafsīr Kitāb Allah Al-Munazzal, Jurnal Buana Gender, Vol.

2, Nomor 1, Januari-Juni 2017

Mulia, Siti Musdah. Islam Menggugat Poligami. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama, 2007

Makrum. Poligami dalam Perspektif Al-Qur`an. Jurnal Maghza. Vol. 1. No.

2. Juli-Desember 2016

Nasution, Khoiruddin. Status Wanita di Asia Tenggara: Studi terhadap

Perundang-undangan Perkawinan Muslim Kontemporer di Indonesia

dan Malaysia. Jakarta: Katalog Dalam Terbitan (KDT), 2002

Nizar, Samsul. Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran

Hamka tentang Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, 2008

Pratiwi, Pemahaman Ayat Poligami Menurut Forum Keluarga

Poligami Samara (FKPS), Prodi Ilmu Al-Qur`an dan Tafsir Fakultas

Ushuluddin Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta, 2017.

Al-Qasthalani, Syihab al-Din Abi al-Abbas Ahmad bin Muhammad

al-Syafi’i. Irsyad al-Syari Syarh Shahih al-Bukhari, Juz XI, Beirut:

Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1996 Ritonga, Iskandar. Hak-Hak Wanita

dalam Putusan Peradilan Agama. Jakarta: Program Peningkatan

Kualitas Pelayanan Publik Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan

Haji Departemen Agama RI, 2005.

Ridha, Muhammad Rasyid. Al-Qur`an al- Hakim As-Syahir bi Tafsir

al-Manar. Beirut: Dar- Fikr, 2007

Page 41: KEADILAN DALAM POLIGAMI MENURUT TAFSIR-TAFSIR …

164

__________, Jawaban Islam Terhadap Berbagai Keraguan Seputar

Keberadaan Wanita”, Terj, Hukuukal Mar’ah al-Muslimah, Abd.

Harris Rifa‟i dan M. Nur Hakim. Surabaya: Pustaka Progresif, 1992

Roziqin, Baidatul. 101 Jejak Tokoh Islam Indonesia. Yogyakarta: e-

Nusantara, 2009

Rokhmad, Abu. Heurmeneutika Tafsir Al-Ibriz: Studi Pemikiran KH Bisri

Mustofa Dalam Tafsir al-Ibriz, Semarang: Pusat Penelitian IAIN

Walisongo, 2004

Riddel, Peter. Islam and The Malay - Indonesian World (Singapore :

Horizon Books, 2001

Rahardjo, M. Dawam. Intelektual Inteligensi dan Perilaku Politik

Bangsa , Bandung: Mizan, 1993

Ropiah, Siti. Studi Kritis Poligami dalam Islam (Analisa terhadap Alasan

Pro dan Kontra Poligami). Jurnal al-Afkar, Vol. 1, No. 1, Januari

2018

Al-Razi, Tafsir Al-Kabir wa Mafatih Al-Ghaib. Beirut: Dar al-Fikr, 1981

Sa’adah, Nurus, dkk. Poligami dalam Lintas Budaya dan Agama: Meta

Interpretation Approach. Jurnal Asy-Syir’ah (Jurnal Ilmu Syariah dan

Hukum). Vol. 49. No. 2. Desember 2015

Saleh, Munandi. KH. Ahmad Sanusi: Pemikiran dan Perjuangannya

di Pergolakan Nasional. Tangerang: Jelajah Nusa, 2014

Susanto, A. Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: Amzah, 2009

Sanusi, Ahmad. Rawḍat al-‘Irfān Fi Ma’rifat Al-Qur`an. Jilid 1.

Sukabumi: Irmas Pesantren Gunung Puyuh Sukabumi, tt

S, Riyandi. Syarat Adanya Persetujuan Isteri untuk Berpoligami (Analisis

Ushul Fikih Syafi’iyyah terhadap Undang-Undang Perkawinan

Nomor 1 Tahun 1974). Jurnal Ilmiah Islam Futura. Vol. 15. No. 1.

Agustus 2015

Page 42: KEADILAN DALAM POLIGAMI MENURUT TAFSIR-TAFSIR …

165

Shiddiqi, Nourouzzaman. Fikih Indonesia: Penggagas dan

Gagasannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997

Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. Sejarah dan Pengantar

Ilmu Hadis. Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2009

_ . Tafsir Al-Qur`anul Madjied (Penggerak Usaha),

(Jakarta: Bulan Bintang, 1967

Shihab, M. Quraish. Perempuan. Jakarta: Lentera Hati, 2005

_________Al-Lubab, Makna,Tujuan dan Pelajaran dari Surah-surah

Al-Qur`an,. Tanggerang: Lentera Hati, 2012

_ . Membumikan Al-Qur`an, Bandung: Mizan, 1992

_ . Tasfir al-Mishbah: Pesan, Kesan, dan sian Al-

Qur`an, Ciputat: Lentera Hati, 2007

Shadily, Hasan. Ensiklopedi Indonesia. Jakarta: Ichtiar Baru Van

Hoeve dan Elsevier Publishing Project, 1994

Suprapto, Bibit. Liku-liku Poligami. Yogyakarta: al-Kautsar, 1990

Soekanto, Soerjo Nomor. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UIP,

1986

Syifa, Emma Nayly , Perkawinan Poligami Menurut Hukum Islam

dan Perundang-Undangan di Indonesia, Jurusan Syariah Program

Studi Ahwal As-Syakhsiyah STAIN Salatiga, 2011

Sudrajat. dan Subana, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung:

Pustaka Setia, 2005.

Sabiq, Sayyid. Fiqih Sunnah. Jakarta : Pena Pundi Aksara, 2006

Surachman, Winarno. Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode,

Teknik. Bandung: Remaja Rosda Karya, 1998

As-Sarakhsi, Syams ad-Din al-Mabsut. Beirut: Dar al-Ma’rifah,

1409/1989

Page 43: KEADILAN DALAM POLIGAMI MENURUT TAFSIR-TAFSIR …

166

As-Sanan, Arij Abdurrahman. Memahami Keadilan dalam Poligami.

Jakarta: PT Global Media Cipta Publishing, 2003

As-Sijistani, Abu Daud Sulaiman bin Al-Asy’ats bin Ishaq bin Basyir

bin Syadad bin Umar Al-Azdi. Sunan Abi Daud. Beirut: Al-Maktabah

Al-Ashriyah, tt

Tihami dan Sohari Sahrani. Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah

Lengkap. Jakarta: Rajawali Pres, 2009

Tanjung, Nadimah. Pluralisme dalam Perundang-Undangan Perkawinan di

Indonesia. Surabaya: Airlangga University Press, 2002

Thoha, Mahmud Muhammad. (Terj. Khairon Nahdiyyin). Arus Balik

Syari’ah (Terj. Ar- Risalah ats-Tsaniyah min al-Islam). Yogyakarta:

LKiS, 2003

Usman (Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Suska Riau), Perdebatan Masalah

Poligami dalam Islam, Jurnal An-Nida: Jurnal Pemikiran Islam, Vol.

39, No. 1, Januari-Juni 2014

Al-‘Utsaimin, Riyadh al-Muhaisin Kholid bin Ibrohim Ash-Shoq’abi

Muhammad bin Sholih. Jangan Telat Menikah. Solo: Al-Qowam,

2007

Al-‘Ulwan, Abdullah Nasih. Ta’addud Zawjat fi al-Islam. Kairo: Dar al-

Salam, 2006

Wadud, Amina. Al-Qur’an menurut perempuan membaca kembali

kitap suci dengan semangat keadilan. Jakarta: PT Global Media

Cipta Publishing, 2006

Wartini, Atik. Poligami: Dari Fiqh hingga Perundang-Undangan. Jurnal

Hunafa. Vol. 10. No. 2. Desember 2013

Yasid, Abu. Fiqh Realitas: Respon Ma’had Aly Terhadap Wacana

Hukum Islam Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005

Zuhri, Saifuddin. PPP, NU, dan MI: Gejolak Wadah Politik Islam.

t.tp: Integrita Press, 1983

Page 44: KEADILAN DALAM POLIGAMI MENURUT TAFSIR-TAFSIR …

167

Ibnu Wibowohttp://www.surabayapagi.com/read/162068/2017/08/31/

Poligami_dan Selingkuh_Jadi_Tren.html, di akses pada: Kamis, 31

Agustus 2017, pukul 00:11:09 oleh

Adim Mughni. https://kumparan.com/@kumparannews/dari-medsos-

hinggapoligami-penyebab-perceraian-di-depok-dan-bekasi, di akses

pada: Selasa, 03 Oktober 2017, pukul 21:48

Nafarin WH. https://www.matadunia.net/2015/05/sejaran-lahirnya-

aturan-poligami-di.html. Diakses pada 07 Mei 2015

http://apostrop.blogspot.co.id/2013/02/sekilas-sejarah-kontroversi

poligamidi.html. Diakses pada 20: 59 WIB

M. Quraish Shihab, Poligami dan Kawin Sirri Menurut Islam.

Diaksesdarihttp://nambas.wordpress.com/2010/03/03/quraish-shihab-

poligami-dan kawin-sirri-menurut-islam/

Diakses dari https://hksuyarto.wordpress.com/2008/05/26/keadilan-

dalam-perkawinan-poligamiperspektif-hukum-islam-aspek-

sosiologis-yuridis/M. Quraish Shihab, Ibarat Emergency Exit di

Pesawat, dalam Tabloid Republika Dialog Jum’at, tgl. 8 Desember

2006.

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=293964&val=7159&title

=PER DEBATANMASALAH POLIGAMI DALAM ISLAM

(KajianTafsir Al- Maraghi QS. an-Nisa’ ayat 3 dan 129)

https://www.google.co.id/amp/banjarmasin.tribunnews.com, Banjarmasin

Post, diakses pada Rabu, 23 Mei 2018, Pukul 11:20, Oleh Yayu

Fathilal

https://m.merdeka.com/peristiwa/kisah-kisah-tragis-poligami-dari-kiai-

sampai-artis.html, diakses pada 23 Oktober 2015, Pukul 06:45, oleh

Siti Nur Azzura

https://news.bbmessaging.com/id/hiburan/bintang-com/articles/833403,

Bintang, diakses pada 21 Maret 2018, Pukul 16:00, Oleh Galih

Satria/Nur Wahyunan