Stroke Iskemik
-
Upload
immanuela-irene-harmany-tangkilisan -
Category
Documents
-
view
54 -
download
3
description
Transcript of Stroke Iskemik
STROKE ISKEMIK
2.1 Anatomi Vaskularisasi Cerebral
Darah disuplai ke otak oleh 2 arteri besar, sirkulasi anterior dan posterior. Sirkulasi
anterior terdiri dari arteri karotis interna sinistra dan dekstra yang bercabang menjadi arteri
serebri anterior dan areri serebri medial.5 Arteri serebri meial menyuplai sebagian besar dari
lobus temporal, lobus anterolateral frontal dan lobus lateroparietal. Arteri cerebri media
menyuplai bagian otak terbanyak dan bila terjadi oklusi, menjadi penyebab tersering kasus
stroke.4 Arteri serebri anterior menyuplai sebgaian besar bagian medial dari lobus frontal, medial
parietal dan bagian anterior dari korpus calosum.
Sedangkan pada sirkulasi posterior terdapat arteri vertebralis dan arteri basilaris, serta
caban-cabangnya. Dua arteri vertebralis menjadi satu dan membentuk arteri basilaris. Sistem
vertebrobasilaris menyuplai batang otang dan bercabang ke cerebellum. Arteri basilaris
bercabang menjadi dia arteri cerebral posterior, yang menyuplai darah ke lobus oksipital dan
sebagian lobus temporal. Pada bagian proksimal, arteri ini memberikan suplai pada thalamus.4
1 | I M M A N U E L A I R E N E H . T A N G K I L I S A N – F K U K I 2 0 1 1
Sirkulasi anterior sinistra dan dekstra bergabung membentuk arteri communicans anterior
yang menyambung dengan arteri cerebri anterior. Sirkulasi anterior dan posterior dihubungkan
oleh 2 arteri communicans posterior. Sirkulus ini dinamakan Sirkulus Willisi. Sirkulus Willisi
menyuplai sirkulasi serebri kolateral yang berperan penting pada perbaikan jaringan pada stroke
akut.5
2.2 Definisi
Menurut WHO definisi stroke adalah amnifestasi klinis dari gangguan fungsi serebral
baik local maupun global, berlangsung cepat, lebih dari 24 jam atau berakhir dengan kematian,
tanpa ditemukan penyebabnya selain gangguan vaskular.
Stroke adalah istilah klinis untuk hilangnya perfusi di otak secara akut sesuai dengan
teritorial vaskular.2 Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa stroke:
1. Menimbulkan kelainan saraf yang sifatnya mendadak
2. Kelainan saraf yang ada sesuai dengan daerah atau bagian mana dari otak yang
terganggu, dengan manifestasi seperti deficit motorik, deficit sensorik, atau kesukaran
dalam berbahasa.
2 | I M M A N U E L A I R E N E H . T A N G K I L I S A N – F K U K I 2 0 1 1
Stroke non hemoragik didefinisikan sebagai sekumpulan tanda klinik yang berkembang
oleh sebab vaskular. Gejala ini berlangsung selama 24 jam atau lebih dan pada umumnya terjadi
akibat berkurangnya aliran darah ke otak, yang menyebabkan cacat atau kematian.6
2.3 Klasifiasi
Stroke non hemoragik diklasifikasikan berdasarkan:
a. Manifestasi klinis, yaitu
i. Serangan Iskemik Sepintas/Transient Ischemic Attack (TIA).7
Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak
akan menghilang dalam waktu 24 jam.
ii. Defisit Neurologik Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic Neurological Deficit
(RIND).7
Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama dari 24
jam namun kurang dari 21 hari.
iii. Stroke in Evolution (Progressing Stroke)7
Stroke in evolution adalah deficit neurologik fokal akut karena gangguan
peredaran darah otak yang berlangsung progresif.
iv. Stroke Komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke)7
Kelainan neurologik sudah menetap, dan tidak berkembang lagi.
b. Kausal:
i. Stroke Trombotik1,2,6
Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh darah
di otak. Trombotik dapat terjadi pada pembuluh darah yang besar dan
pembuluh darah yang kecil. Pada pembuluh darah besar trombotik terjadi
akibat aterosklerosis yang diikuti oleh terbentuknya gumpalan darah yang
cepat. Selain itu, trombotik juga diakibatkan oleh tingginya kadar kolesterol
jahat atau Low Density Lipoprotein (LDL). Sedangkan pada pembuluh darah
kecil, trombotik terjadi karena aliran darah ke pembuluh darah arteri kecil
3 | I M M A N U E L A I R E N E H . T A N G K I L I S A N – F K U K I 2 0 1 1
terhalang. Ini terkait dengan hipertensi dan merupakan indikator penyakit
aterosklerosis.
ii. Stroke Emboli/Non Trombotik1,2,6
Stroke emboli terjadi karena adanya gumpalan dari jantung atau lap.isan
lemak yang lepas. Sehingga, terjadi penyumbatan pembuluh darah yang
mengakibatkan darah tidak bisa mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak.
2.4 Faktor Resiko
Banyak hal yang menjadi faktor resiko dari stroke. Menurut American Heart Association
(AHA), faktor resiko stroke dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi, seperti usia, berat lahir rendah, ras / suku, dan
faktor genetik.8
2. Faktor yang dapat dimodifikasi. Faktor ini merupakan gaya hidup dari seseorang, seperti
kebiasaan olahraga, kebiasaan merokok, diet dan nutrisi yang akan berpengaruh kepada
hipertensi, dislipidemia, obesitas, serta diabetes mellitus.8
3. Faktor yang berpotensi dimodifikasi, contohnya seperti migrain, sindrom metabolik,
hiperkoagulasi, peradangan, dan lain-lain.8
Secara besar, faktor-faktor resiko stroke dibagi juga menjadi mayor dan minor.
1. Faktor resiko mayor
Hipertensi
Penyakit Jantung
Infark miokard
Elektrokardiogram abnormal disritmia, hipertrofi bilik kiri
Penyakit katup jantung
Gagal jantung kongestif
Sudah ada manifestasi arteriosklerosis
Gangguan pembuluh darah koroner (angina pectoris)
Gangguan pembuluh darah karotis
Diabetes mellitus
Polisitemia
4 | I M M A N U E L A I R E N E H . T A N G K I L I S A N – F K U K I 2 0 1 1
Pernah riwayat stroke
Merokok
2. Faktor resiko minor
Kadar lemak darah tinggi
Hematokrit tinggi
Obesitas
Kadar asm urat tinggi
Kurang olahraga
Fibronogen tinggi
2.5 Patogenesis
Seperti yang sudah dijelaskan, subklasifikasi dari stroke berdasarkan kausal ada dua,
yaitu thrombosis dan emboli. Aterotrombosis serebri disebabkan oleh thrombus yang memblokir
aliran darah dalam arteri. Penyempitan ini menyebabkan menurunnya aliran yang mengakibatkan
iskemia bagian distal. Pada umumnya thrombus tidak muncul pada arteri yang sehat, tetapi
5 | I M M A N U E L A I R E N E H . T A N G K I L I S A N – F K U K I 2 0 1 1
cenderung terbentuk pada atau didekat area pembuluh darah yang rusak akibat aterosklerosis.
Pada proses aterosklerotik, plak yang terbentuk dari substansi lemak, kolesterol, produk buangan
dari sel, kalsium, dan fibrin yang menebal, menumpuk secara tidak teratur didalam arteri.
Permukaan ireguler akibat plak menjadi tempat yang ideal bagi thrombus untuk menetap
sehingga dalam beberapa kasus menyebabkan obstruksi lumen permbuluh darah dan
mengganggu aliran darah.2
Subklasifikasi stroke iskemik satu lagi merupakan akibat emboli. Emboli dapat dibentuk
dari kalsium, kolesterol, udara, protein darah, platelets, atau produk dari infeksi jantung
(endokarditis). Kebanyakan stroke emboli melibatkan thrombus dari jantung atau carotis interna.2
2.6 Patofisiologi
6 | I M M A N U E L A I R E N E H . T A N G K I L I S A N – F K U K I 2 0 1 1
Stroke iskemik disebabkan oleh penurunan aliran darah ke otak yang menghasilkan
hipoksia sel dan deplesi adenosine triphosphate (ATP) selular. Tanpa ATP, terjadi
ketidakmampuan mempertahankan gradien ionik membran sel dan depolarisasi sel. Influks ion
natrium dan kalsium dan aliran masuk air ke sel secara pasif, menghasilkan edema sitotoksik.
Kemudian depolarisasi sel membawa pada pelepasan glutamate dan radikal bebas, kerusakan
mitokondria dan membrane, dan cascade yang membawa pada kematian sel apoptotik. Di daerah
aliran darah yang berkurang, akan mengakibatkan kurangnya ATP untuk melakukan pompa ion
dan kurangnya ATP dalam melakukan metabolism. Sehingga terjadi metabolism anaerob dan
menghasilkan laktat. Disisi lain, kegagalan pompa ion membuat reflux dari ion sehingga terjadi
aktivasi dari kalsium ke dalam neuron dan membentuk asam amino dan asam lemak bebas.
Asam amino, melalui siklooksigenase, membentuk prostaglandin endoperoksida dan radikal
7 | I M M A N U E L A I R E N E H . T A N G K I L I S A N – F K U K I 2 0 1 1
bebas. Asam lemak bebas, melalui lipoksigenase, menghasilkan peroksida dan membentuk
leukotrien. Senyawa-senyawa inilah yang menyebabkan kerusakan neuron.
Selain itu, penurunan aliran darah menyebabkan kematian sel eksitotoksik dan nekrotik
terjadi dalam beberapa menit. Ini adalah 'inti' infark, dan jaringan ini cepat mengalami cedera
ireversibel. Namun, sel-sel perifer dapat dipertahankan layak oleh sirkulasi kolateral. Wilayah
perifer ini, disebut 'penumbra iskemik' berisi jaringan yang dapat diselamatkan dengan instansi
yang cepat dari terapi yang tepat. Konsep penumbra iskemik dikembangkan dari studi
menggunakan model hewan percobaan stroke iskemik. Studi menggunakan primata bukan
manusia adalah yang paling informatif dan paling relevan stroke klinis.5
Pengamatan yang dilakukan Jones at al (1981) kepada primata, mendapat hasil bahwa
batas ada untuk gejala klinis dan kelangsungan hidup jaringan dalam pengaturan iskemia
serebral. [16] Ambang batas yang berhubungan dengan tingkat dan durasi penurunan aliran
darah otak (Cerebral Blood Flow). Gejala klinis yang diamati dengan pengurangan aliran darah
di bawah ambang batas tertentu, tetapi jaringan dapat tetap bertahan selama berjam-jam jika
pengurangan alirah darah ringan. Pada aliran darah yang sangat rendah, infark serebral terjadi
dalam beberapa menit; pada tingkat yang lebih tinggi dari CBF (di urutan 15 ml / 100 g per
menit), 2 jam atau lebih akan diperlukan sebelum infark terjadi.5
2.7 Tanda dan Gejala
Stroke iskemik maupun hemoragik akan menunjukkan tanda dan gejala yang kurang
lebih sama, yaitu defisit neurologik, baik fokal maupun global, dan penurunan kesadaran. Gejala
dapat muncul hanya satu, tetapi lebih sering muncul dengan kombinasi. Gejala-gejala yang biasa
timbul seperti hemiparesis, monoparesis, defisit hemisensoris, penurunan penglihatan, baik
monokuer maupun binokuler, penyempitan lapangan pandang, diplopia, disathria, ataksia,
vertigo, afasia, serta penurunan kesadaran yang mendadak.
Oleh karena otak mendapat darah dari dua sistem, yaitu sistem karotis dan sistem
vertebrobasiler, maka gejala yang timbul juga berbeda.
1. Gangguan dari sistema karotis
8 | I M M A N U E L A I R E N E H . T A N G K I L I S A N – F K U K I 2 0 1 1
Gangguan penglihatan pada satu mata tanpa rasa nyeri (amaurosis fugax)
Kelumpuhan lengan dan tungkai atau keduanya pada sisi yang sama
Defisit sensorik atau motorik dari wajah, lengan, atau tungkai saja secara
unilateral.
Afasia
Gangguan fungsi luhur berupa bahasa.
2. Ganguan dari sistema vertebrobasiler
Vetigo dengan atau tanpa disertai muntah atau nausa, terutama bila disertai
diplopia, disfagia, disartria
Mendadak tidak stabil
Unilateral atau bilateral
Heianopsia homonym
Drop attack
2.8 Diagnosis
Penegakkan diagnosis dapat dilakukan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis dapat ditemukan beberapa hal, seperti onset, gejala dan
tanda yang muncul, riwayat penyakit yang diderita, dan factor resiko yang ada, atau mungkin
etiologi dari stroke yang dialami. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menegakkan apakah ini
benar stroke atau bukan, serta menilai derajat keparahan dari stroke yang terjadi.
Dari gejala-gejala dan minfestasi yang ditekan dalam anamnesis dan pemeriksaan fisik,
algoritma Gajah Mada Score dan Siriraj Stroke Score dapat diapaki untuk membantu
menegakkan apakah ini stroke hemoragik atau stroke non hemoragik.
Algoritma Gajah Mada Score terdiri dari tiga komponen, yaitu penurunan kesadaran,
sakit kepala hebat, dan reflex babinski positif. Bila ditemukan 2 dari 3 kriteria tersebut atau
ditemukan reflex babinski positif, maka hasil menunjukkan stroke hemoragik. Sedangkan, Siriraj
Stroke Score (SSS) terdiri dari 5 kriteria, yaitu kesadaran, muntah, nyeri kepala, diastolic, dan
ateroma. Kriteria kesadaran memiliki score 0 bila compos mentis, 1 bila apatis sampai sopor, dan
9 | I M M A N U E L A I R E N E H . T A N G K I L I S A N – F K U K I 2 0 1 1
2 bila spoor coma sampai coma. Muntah dan nyeri kepala memiliki skor masing-masing 1 bila
ditemukan pada pasien dan 0 bila tidak ditemukan. Diastolik merupakan dtekanan diastolic saat
itu. Dan Ateroma mempunyai skor 1 untuk setiap factor resiko yang ditemukan pada pasien.
Rumus untuk SSS adalah :
SSS = (2,5 x kesadaran) + (2 x sakit kepala) + (2x muntah) + (0,1 x diastolic) – (3 x ateroma) – 12
Bila SSS < - 1 , maka stroke non hemoragik, bila > 1 maka stroke hemoragik. Bila SSS diantara
– 1 dan 1 maka membutuhkan CT Scan kepala untuk memastikan lebih lanjut. SSS dapat
memiliki keakuratan di atas 90%.
Untuk lebih memastikan lagi hendaknya dilakukan pemeriksaan baku emas, yaitu
pemeriksaan dengan Non Contrast Computed Tomography (NCCT) scan, walalupun NCCT ini
memiliki sensitivitas yang terbatas untuk mendiagnosis pada masa akut, sehingga perlu diulang
dalam waktu 24 jam kemudian.6 Ada juga pilihan untuk melakukan pemeriksaan radiologi
dengan CT Perfusi, CT angiography, atau Magnetic Resonance Imaging (MRI), dimana MRI
memiliki sensitivitas yang lebih tingi dan tidak ada radiasi untuk penderita stroke. Akan tetapi,
alat MRI masih jarang dan harganya cukup mahal, sehingga untuk evaluasi awal pasien dengan
kecurigaan stroke akut lebih dipilih CT Scan karena cepat dilakukan dan banyak tersedia. CT
scan juga lebih sensitive dibandingkan MRI untuk visualisasi rincian lesi yang mengenai dasar
tulang kepala dan kalvarium.10
Goal dari pemeriksaan dengan NCCT untuk gejala akut adalah, memastikan bukan
hemoragik intra cranial yang dapat mennyumbat thrombosis. Lalu menemukan penampakan
awal dari infark, serta membuang kemungkinan patologis intra krania lain yang dapat
menyerupai stroke, seperti tumor.
CT menunjukkan gambaran lesi yang secara klinis menggambarkan adanya infark. Pada
kasus stroke iskemik hiperakut (0-6 jam setelah onset), CT scan terlihat normal pada >50%
pasien. Gambaran CT scan yang khas untuk iskemia serebri antara lain pendangkalan sulkus
10 | I M M A N U E L A I R E N E H . T A N G K I L I S A N – F K U K I 2 0 1 1
serebri, menghilangnya batas substansia alba dan substansia grisea, misalnya tanda insular
ribbon; hipodensitas nukleus lentiformis, hiperdensitas arteri serebri media, dan tanda Sylvian
dot.11 Akan tetapi, kebanyakan hasil CT scan akan menunjukkan tidak adanya keabnormalitasan
yang menjadi tanda dari proses iskemik akut dalam 6 jam pertama sejak munculnya gejala awal,
dimana waktu ini menjadi jendela terapi dalam intervensi farmakologi yang akan memberikan
efek besar pada pasien. Beberapa penemuan dari gambaran parenkim halus yang menunjukkan
adanya edema sitotoksik, yang merupakan patofisiologi awal dari iskemia, dapat ditemukan.12
Perubahan pertama yang terlihat pada area iskemik adalah mengaburnya batas substansi
abu-abu dan putih, akibat influx dari air kepada bagian metabolisme aktif substansi abu-abu.
Dengan menurunnya aliran darah, sel pompa ion ATP-dependen gagal, dan aliran ion seperti
natrium dan kalium tidak lagi beregulasi dengan baik. Dengan paksaan osmosis, air mengikuti
ion masuk ke dalam sel, dimana ion dan air mengejar aktifitas metabolisme. Karena substansi
abu-abu secara metabolisme lebih aktif dibandingkan substansi putih, maka susbtansi abu-abulah
yang mengalami dampak dengan pengisian air terlebih dahulu, dan menunjukkan penampakan
seperti substansi putih pada CT. Pengaburan dari diferensiasi substansi putih dan abu-abu dapat
ditemukan secara halus diawal tetapi akan menjadi bukti dan menjadi maksmial dalam hari ke 3
dan 5.13
Hilangnya diferensiasi substasi putih dan abu-abu menyebabkan menurunnya densitas,
yang akan menghasilkan gambaran lesi hipodense, yang secara normal terjadi pada territorial
pasokan arteri, serta disertai efek massa ringan yang mengakibatkan atrofi local.14
11 | I M M A N U E L A I R E N E H . T A N G K I L I S A N – F K U K I 2 0 1 1 Gambar 4. Lesi hipodens di lobus parietal sinistra, pada area dengan tanda bintang.
Gambar 5. Lesi hipodens di lobus temporal bilateral, pada area dengan tanda bintang.
Gambar 4 merupakan gambaran CT Scan pada pasien stroke menunjukkan adanya lesi
hipodense pada lobus parietalis sinistra. Gambaran hipodense berbatas tegas menandakan adanya
edema vasogenik pada daerah sekitar yang divaskularisasi.15 Lesi hipodens ditemukan pada lobus
temporalis bilateral (Gambar 6). Dari gambaran ini bisa diambil hipotesis sementara bahwa
penyebab lesi ini adalah sumbatan pada arteri media serebri dextra. Selain itu, berikut contoh
gambaran lesi hipodense dari 2 pasien dugaan stroke dengan gejala hemiparesis sinistra
(Gambar 6 dan 7). Terlihat lesi hipodense pada lobus parietalis dextra, tetapi dengan luas lesi
yang berbeda. Pada gambar 6, terjadi oklusi partial dari arteri cerebri media dextra, sedangkan
gambar 7 merupakan gambaran infark akibat oklusi total dari arteri cerebri media dextra.
2.8 Penatalaksanaan
Secara klinis dilakukan dapat dilakukan tatalaksana awal, 5B ( Breathing, Blood, Brain,
Bladder, Bowel ) :
1. Nafas : Jalan nafas harus bebas untuk menjamin keperluan oksigen
2. Darah : Dijaga agar tekanan darah tetap cukup tinggi untuk mengalirkan darah (perfusi)
ke otak dan menjaga komposisi darah (O2, Hb, Glukosa) tetap optimal untuk metabolisme otak.
12 | I M M A N U E L A I R E N E H . T A N G K I L I S A N – F K U K I 2 0 1 1
Gambar 7. Lesi hipodens akibat oklusi total di arteri cerebral media
Gambar 6. Lesi hipodens akibat oklusi parsial di arteri cerebral media sehingga membuat infark pada daerah dengan garis merah
3. Otak : Mencegah terjadinya edema otak dan timbulnya kejang dengan memberikan
kortikosteroid, gliserol, manitol untuk edema, dan valium intravena secara perlahan untuk
mengatasi kejang.
4. Ginjal : Saluran kemih dan balans cairan diperhatikan.
5. Gastrointestinum : fungsi defekasi/ pencernaan dan nutrisi jangan diabaikan.
a. Stadium hiperakut
Tindakan pada stadium ini dilakukan di Instalasi Gawat Darurat dan merupakan tindakan
resusitasi serebro-kardio-pulmonal yang bertujuan agar kerusakan jaringan otak tidak meluas dan
pada stadium ini, pasien diberi oksigen 2 L/menit dan cairan kristaloid/koloid.16
Dilakukan pemeriksaan CT scan otak, elektrokardiografi, foto toraks, darah perifer
lengkap dan jumlah trombosit, protrombin time (PT), Activated Partial Thromboplastin Time
(APTT), glukosa darah, kimia darah, dan analisis gas darah.
Tindakan lain di Instalasi Rawat Darurat adalah memberikan dukungan mental kepada
pasien serta memberikan penjelasan pada keluarganya agar tetap tenang.
b. Stadium akut
Penanganan faktor-faktor etiologi maupun penyulit dilakukan pada stadium ini.
Dilakukan pula tindakan terapi fisik, okupasi, dan psikologis serta pengembangan kehidupan
sosial untuk membantu pemulihan pasien. Penjelasan dan edukasi kepada keluarga pasien
dirasakan perlu, menyangkut dampak stroke terhadap pasien dan keluarga dan cara perawatan
terhadapa pasien yang dapat dilakukan oleh keluarga.16
c. Stadium subakut
Tindakan yang dilakukan adalah melanjutkan terapi sesuai kondisi akut pasien
sebelumnya, seperti terapi kognitif, okupasi, fisioterapi, dan bladder training, serta
penatalaksanaan komplikasi. Dibutuhkan penatalaksanaan khusus intensif pasca stroke di rumah
13 | I M M A N U E L A I R E N E H . T A N G K I L I S A N – F K U K I 2 0 1 1
sakit dengan tujuan kemandirian pasien mengingat kasus stroke yang dapat menyebabkan
kecacatan pada pasien.16
Pengobatan spesifik
a. Trombolitik
Pemakaian r-TPA ( Recombinant Tissue Plasminogen Activator ) yang diberikan pada penderita
stroke iskemik dengan syarat tertentu dalam waktu kurang dari 3 jam setelah onset stroke secara
intravena.17
b. Antikoagulan
Obat yang diberikan adalah heparin atau heparinoid ( fraxiparine ). Efek antikoagulan heparin
adalah inhibisi terhadap faktor koagulasi dan mencegah atau memperkecil pembentukkan fibrin
dan propagasi thrombus.
c. Anti agregasi trombosit
Obat yang dipakai untuk mencegah pengumpulan sehingga mencegah terbentuknya thrombus
yang dapat menyumbat pembuluh darah. Obat ini dapat digunakan pada TIA. Obat yang banyak
digunakan adalah asetosal (aspirin) dengan dosis 40 mg – 1,3 gram/hari. Akhir-akhir ini
digunakan tiklopidin dengan dosis 2 x 250 mg.
d. Neuroprotektor
Berbagai obat masih diteliti dengan tujuan memperbaiki atau mengoptimasi keadaan otak,
metabolisme, dan sirkulasinya dengan hasil masih kontroversial. Obat- obat ini misalnya
piracetam, citikolin, nimodipin, pentoksifilin.
2.9 Pencegahan
Tindakan pencegahan dibedakan atas pencegahan promer dan sekunder. Pencegahan primer betujuan
untuk pada mereka yang belum pernah terkena stroke. Pencegahan sekunder ditujukan untuk mereka
yang pernah terkena stroke termasuk TIA.
a. Pencegahan primer
Pencegahan primer terhadap stroke meliputi upaya memperbaiki gaya hidup dan mengatasi berbagai
fakor resiko. Upaya ini ditujukan pada orang sehat maupun kelompok resiko tinggi yang belum
pernah terkena stroke.
Pencegahan primer dapat dilakukan dengan modifikasi gaya hidup yang meliputi :
14 | I M M A N U E L A I R E N E H . T A N G K I L I S A N – F K U K I 2 0 1 1
Mengatur pola makan yang sehat.17
Penaganan stres dan beristirahat yang cukup.17
Pemeriksaan kesehatan secara teratur dan taat anjuran domter dalam hal diet dan obat.17
Pengelolaan tekanan sistolik < 140 mmHg dan diastolik < 90 mmHg.17
Menghindari rokok.17
Pada penderita diabetes harus mengontrol tekanan darah dibawah 130/80 mmHg.17
Kolesterol harus diperiksa secara teratur. Penderita dengan kolesterol LDL > 150 mg/dl
sebaiknya dikelola dengan modifikasi pola hidup dan pemberian statin.17
b. Pencegahan sekunder
1. Modifikasi gaya hidup beresiko stroke dan faktor resiko, misalnya :
Hipertensi : diet, obat antihipertensi.17
Diabetes melitus : diet, obat hipoglikemik oral.17
Penyakit jantung aritmia nonvalvular (antikoagulan oral)17
Dislipidemia : diet rendah lemak dan obat anti dislipidemia.17
Hindari alkohol, kegemukan, kurang olahraga.17
Berhenti merokok.17
2. Edukasi kepada keluarga pasien.
Pencegahan stroke merupakan suatu tujuan utama dari program kesehatan.
Pengenalan faktor resiko dan tindakan untuk menghilangkan dan menurunkan berbagai
akibat yang ditimbulkannyamerupakan upaya utama guna mengurangi tingkat kesakitan
dan kematian yang diakibatkan oleh stroke.
15 | I M M A N U E L A I R E N E H . T A N G K I L I S A N – F K U K I 2 0 1 1