STRATEGI PROBLEM SOLVING STAR UNTUK...
-
Upload
duonghuong -
Category
Documents
-
view
248 -
download
0
Transcript of STRATEGI PROBLEM SOLVING STAR UNTUK...
STRATEGI PROBLEM SOLVING STAR UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP
MATEMATIKA PADA ANAK BERKESULITAN BELAJAR
(LEARNING DISABILITIES)
(Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas VII SMP Budi Waluyo)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
MARLINA ARINDA
NIM. 1111017000088
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul “Strategi Problem Solving STAR untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika pada Anak Berkesulitan
Belajar (Learning Disabilities)” disusun oleh Marlina Arinda, Nomor Induk
Mahasiswa 1111017000088, Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak
untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh
fakultas.
Jakarta, Mei 2017
Yang mengesahkan,
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Afidah Mas’ud Dra. Eni Rosda Syarbaini, M.Psi
NIP. 19610926 198603 2 004 NIP. 19530813 198003 2 001
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Marlina Arinda
NIM : 1111017000088
Jurusan : Pendidikan Matematika
Alamat : Jl. Masjid Darussalam No. 19, RT 05/02, Kelurahan Pondok
Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, 12310
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi yang berjudul Strategi Problem Solving STAR untuk
Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika pada Anak
Berkesulitan Belajar (Learning Disabilities) adalah benar hasil karya sendiri di
bawah bimbingan dosen:
1. Nama : Dra. Afidah Mas’ud
NIP : 19610926 198603 2 004
Dosen Jurusan : Pendidikan Matematika
2. Nama : Dra. Eni Rosda Syarbaini, M. Psi
NIP : 19530813 198003 2 001
Dosen Jurusan : Pendidikan Guru Raudhatul Athfal
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap
menerima segala konsekuensi apabila pernyataan skripsi ini bukan hasil karya
sendiri.
Jakarta, Mei 2017
Yang Menyatakan
Marlina Arinda
i
ABSTRAK
MARLINA ARINDA (1111017000088) “Strategi Problem Solving STAR
untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika pada Anak
Berkesulitan Belajar (Learning Disabilities) (Penelitian Tindakan Kelas di SMP
Budi Waluyo Jakarta)”. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh
penerapan strategi problem solving STAR pada siswa berkesulitan belajar
(learning disabilities) yang dilihat dari aspek kemampuan pemahaman konsep
matematika, aktivitas belajar dan respon siswa. Penelitian ini dilakukan di SMP
Budi Waluyo kelas VII pada tahun ajaran 2016/2017. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua
siklus yang terdiri dari empat tahap yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan,
tahap observasi, dan tahap refleksi. Instrumen yang digunakan adalah tes
kemampuan pemahaman konsep matematika siswa, lembar observasi aktivitas
belajar siswa dan jurnal harian siswa.
Dari hasil penelitian diperoleh kemampuan pemahaman konsep matematika
siswa berkesulitan belajar pada siklus I adalah 84,45 dari 7 orang siswa.
Kemudian pada siklus II rata-ratanya menjadi 77,5 dari 9 orang siswa. Selain itu,
hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa presentase aktivitas belajar
matematika siswa meningkat dari 58,63% pada siklus I menjadi 85,7% pada siklus
II, serta presentase respon positif siswa pada jurnal harian mengalami peningkatan
pada siklus I 65,12% menjadi 88,62% pada siklus II.
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun penerapan strategi problem solving
STAR dalam pembelajaran belum dapat meningkatkan kemampuan pemahaman
konsep matematika siswa secara keseluruhan, akan tetapi dapat meningkatkan
aktivitas belajar serta respon siswa berkesulitan belajar terhadap pembelajaran
matematika.
Kata kunci: pendekatan problem solving, strategi STAR, kemampuan pemahaman
konsep matematika
ii
ABSTRACT
MARLINA ARINDA (1111017000088) “Problem Solving STAR strategy to
improve mathematical conceptual understanding of learning disabilities student
(Classroom Action Research in SMP Budi Waluyo Jakarta)”. Thesis for Math
Education, Faculty of Tarbiya and Teaching Science, Syarif Hidayatullah State
Islamic University Jakarta.
The research aims to identify and analyze the effect of applying problem
solving STAR strategy on learning disabilities student which known from the
aspect of understanding the concept of mathematical ability, learning activities
and student responses. This research was conducted in SMP Budi Waluyo Jakarta
seventh grade in academic year 2016/2017. The methode used in this research is
classroom action research which is conducted in two cycles consisting of four
phases: planning, implementation, observation, and refleciton. The instruments
used was the ability test of understanding mathematical concept, student learning
activity observation sheet, and students daily journals sheet.
From the results showed that the student ability of understanding
mathematical concepts of seven students in the first cycle was 84,45 of seven
students. Then in second cycle it becomes 77,5 of all students. In addition, the
result also showed that the precentage of students’ learning activities increased
from 58,63% in the first cycle to 85,7% in the second cycle, as well as the
precentage of positive responses of students in a daily journal in the fisrt cycle
increased from 65,12% to 88,62% in the second cycle.
The result above shows that althought problem solving STAR strategy
implementation haven’t improve learning disabilities student’ mathematical
conceptual understanding ability, but it can increasing learning disablities
student’ learning acitivities and positive responses to mathematic learning
process.
Keywords: problem solving, STAR, mathematical conceptual understanding
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang senantiasa menunjukan
kebesaran dan kekuasaan-Nya setiap saat sehingga penulis akhirnya dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa Allah
curahkan kepada Baginda yang mulia Nabi Muhammad SAW beserta keluarga,
sahabat dan para pengikutnya yang senantiasa mengikuti ajarannya hingga akhir
zaman.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan hambatan dalam
penulisan skripsi ini. Namun berkat dorongan, do‟a dan bantuan dari berbagai
pihak maka hambatan tersebut dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu,
penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Kadir, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Abdul Muin, S.Si, M.Pd, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan
Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
4. Ibu Dra. Afidah Mas‟ud, selaku dosen pembimbing I yang telah berkenan
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, motivasi, serta
semangat kepada penulis selama proses penyusunan skripsi.
5. Ibu Dra. Eni Rosda Syarbaini, M.Psi., selaku dosen pembimbing II yang telah
berkenan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, motivasi,
serta semangat kepada penulis selama proses penyusunan skripsi.
6. Ibu Eva Musyrifah, M.Pd selaku dosen penasehat akademik yang senantiasa
memberikan motivasi, arahan serta bimbingan selama kuliah hingga
penyusunan skripsi ini selesai.
7. Bapak dan Ibu Dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan berbagai ilmu pengetahuan dan bimbingan selama perkuliahan,
iv
semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan mendapat keberkahan dari
Allah SWT.
8. Staff Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan serta Staff Jurusan Pendidikan
Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberi kemudahan
dalam proses administrasi.
9. Bapak Suharjo A.Md, selaku kepala sekolah SMP Budi Waluyo Jakarta dan
Ibu Sri Subekti S.Pd, selaku guru matematika tempat penulis mengadakan
penelitian yang telah memberikan arahan dan masukan bagi penulis.
10. Teristimewa untuk keluarga tercinta Ayahanda Abdul Rachman, Ibu Neneng
Dahlia, Adinda Fahmi Fauzi dan Agustina Chairani yang tiada hentinya
mencurahkan kasih sayang, do‟a serta memberikan dukungan moril dan
materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.
11. Teman-teman PMTK 2011, HMI angkatan revolusi 2011, kanda-yunda HMI
Komisariat Tarbiyah serta kakak-kakak dan adik-adik kelas yang selalu
memberikan bimbingan dan banyak kenangan serta pelajaran berharga bagi
penulis selama ini.
12. Kawan-kawan seperjuangan, Fina Destyani, Aimi Nursetami, Nahla Malika,
Ardhina Yuspita Devi, Fahmi Shihhatul Aqdah, Kholifah, dan Siti Aisyah,
yang tiada hentinya menemani dan memberikan semangat serta motivasi
kepada penulis. Semoga kebersamaan kita terus menjadi cambuk bagi
kesuksesan kita di masa depan.
13. Sahabat-Sahabatku, Fardatus Sholihah, Chasandra Faradilla, dan Nurul
Lailatun Ni‟mah, yang senantiasa memberikan do‟a semangat, serta motivasi
hingga saat penulis menyelesaikan skripsi ini. Semoga kebersamaan kita
kekal, dan menjadi kenangan berharga bagi anak-cucu nanti.
14. Mudiirul Ma‟had Daarul Kholidin Al-Ustadz KH. Abdul Karim bin Abdul
Halim Ad-Daariy, dan Ustadzah Hj. Siti Widad beserta seluruh asaatidz
Ma‟had Darul Kholidin Jampang yang senantiasa memberikan motivasi, do‟a
serta arahan spiritual kepada penulis. Semoga senantiasa berada dalam
lindungan Allah SWT serta ilmu yang diberikan barokah dan bermanfaat
dunia akhirat.
v
15. Goose House, Bigbang, dan B1A4, terutama Shuhei Kudo, Choi Seung Hyun,
Kang Dae Sung, Shin Dong Woo, Lee Jung Hwan serta So Ji Sub yang selalu
menemani penulis selama proses penyusunan skripsi dan memberikan
motivasi melalui kisah hidup serta musik-musiknya yang penuh makna.
Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada semua pihak yang
namanya tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga bantuan, bimbingan,
dukundan, masukan dan doa yang telah diberikan kepada penulis diterima sebagai
amalan baik yang menjadi pintu pembuka bagi keridhoan Allah SWT. Aamiiin ya
robbal „alamiin.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan-
kekurangan karena terbatasnya kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan demi perbaikan
penulis di masa yang akan datang. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Aamiiin.
Jakarta, Juli 2017
Penulis
Marlina Arinda
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
ABSTRACT ..................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 6
C. Pembatasan Masalah ............................................................................ 6
D. Perumusan Masalah .............................................................................. 7
E. Tujuan Penelitian .................................................................................. 7
F. Manfaat Penelitian ................................................................................. 7
BAB II KAJIAN TEORI, PENGAJUAN KONSEPTUAL, DAN
HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Teori.......................................................................................... 9
1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika ............................... 9
a. Definisi Pemahaman Konsep ....................................................... 9
b. Pengertian Pemahaman Konsep Matematika .............................. 11
2. Anak Berkebutuhan Khusus ............................................................ 13
a. Definisi dan Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus ................. 13
b. Anak Berkesulitan Belajar (Learning Disabilities) .................... 15
c. Pembelajaran Matematika Bagi Anak Berkesulitan Belajar ....... 18
3. Pengertian Strategi Pembelajaran STAR ......................................... 20
a. Pengertian Pembelajaran Matematika ......................................... 20
vii
b. Pendekatan Problem Solving dalam Pembelajaran Matematika . 22
c. Strategi STAR dalam Pendekatan Pemecahan Masalah ............. 25
4. Langkah-Langkah Strategi STAR .................................................... 28
5. Penerapan Strategi STAR dalam Pembelajaran Matematika ........... 31
6. Penelitian yang Relevan ................................................................... 31
7. Kerangka Berpikir ............................................................................ 32
8. Hipotesis Penelitian .......................................................................... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 33
B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan ............................................ 33
C. Subjek Penelitian ................................................................................ 36
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ........................................ 36
E. Tahap Intervensi Tindakan ................................................................. 36
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan....................................... 40
G. Data dan Sumber Data........................................................................ 40
H. Instrumen Penelitian ........................................................................... 40
I. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 41
J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan....................................................... 42
K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis ..................................... 43
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan............................................... 44
BAB IV DEKSRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ................................................................................... 45
1. Penelitian Pendahuluan ................................................................... 45
2. Tindakan Pembelajaran Siklus I .................................................... 46
3. Tindakan Pembelajaran Siklus II ................................................... 70
B. Analisis Data ...................................................................................... 92
1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa ................... 92
2. Aktivitas Pembelajaran Siswa ........................................................ 111
3. Respon Siswa ................................................................................. 113
viii
C. Pembahasan ........................................................................................ 114
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................................... 118
B. Saran .................................................................................................. 119
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 121
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Kegiatan Penelitian Pendahuluan ....................................................... 37
Tabel 3.1. Pelaksanaan Siklus I .......................................................................... 38
Tabel 3.2. Pelaksanaan Siklus II ........................................................................ 39
Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I Pertemuan
Pertama .............................................................................................. 49
Tabel 4.2. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I Pertemuan
Kedua ................................................................................................. 51
Tabel 4.3. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I Pertemuan
Ketiga ................................................................................................. 53
Tabel 4.4. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I Pertemuan
Keempat ............................................................................................. 55
Tabel 4.5. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I Pertemuan
Kelima ................................................................................................ 58
Tabel 4.6. Rekapitulasi Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa Siklus I ......... 60
Tabel 4.7. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ...... 66
Tabel 4.8. Rekapitulasi Jurnal Harian Siswa Siklus I ........................................ 68
Tabel 4.9. Hasil Refleksi Pembelajaran dengan Strategi Problem Solving
STAR pada Siklus I ........................................................................... 69
Tabel 4.10. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus II Pertemuan
Pertama ............................................................................................... 73
Tabel 4.11. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus II Pertemuan
Kedua ................................................................................................. 75
Tabel 4.12. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus II Pertemuan
Ketiga ................................................................................................. 77
Tabel 4.13. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus II Pertemuan
Keempat ............................................................................................. 80
x
Tabel 4.14. Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus II Pertemuan
Kelima ................................................................................................ 82
Tabel 4.15. Rekapitulasi Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa Siklus II ....... 84
Tabel 4.16. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus II .... 90
Tabel 4.17. Rekapitulasi Jurnal Harian Siswa Siklus II ........................................ 92
Tabel 4.18. Perbandingan Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematika Siklus I dan II ................................................................. 94
Tabel 4.19. Perbandingan Hasil Pengamatan Aktivtias Pembelajaran Siswa
pada Siklus I dan II............................................................................. 112
Tabel 4.20. Rata-Rata Presentase Tanggapan Siswa ............................................. 113
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Alur Penelitian Tindakan Kelas ................................................. 35
Gambar 4.1. Jawaban Siswa yang Benar dan Salah ....................................... 48
Gambar 4.2. Siswa Masih Salah dalam Menjumlahkan Pecahan ................... 50
Gambar 4.3. Siswa Masih Kurang Tepat dalam Menuliskan Pecahan
Campuran .................................................................................... 53
Gambar 4.4. Siswa Menempel Kertas yang Mewakili Bentuk Pecahan .......... 54
Gambar 4.5. Hasil Siswa Menempel Kertas Berwarna .................................... 56
Gambar 4.6. Contoh Jawaban Siswa yang Belum Tepat ................................. 72
Gambar 4.7. Hasil Menempel Kertas Berwarna Sebagai Diagram Venn ........ 78
Gambar 4.8. Beberapa Gambar Diagram Venn Siswa yang Salah .................. 79
Gambar 4.9. Jawaban Siswa yang Kurang Tepat ............................................ 81
Gambar 4.10. Jawaban Siswa yang Kurang Tepat ............................................ 81
Gambar 4.11. Jawaban S1 Siklus I .................................................................... 95
Gambar 4.12. Jawaban S1 Siklus II ................................................................... 96
Gambar 4.13. Jawaban S2 Siklus I .................................................................... 97
Gambar 4.14. Jawaban S2 Siklus II ................................................................... 97
Gambar 4.15. Jawaban S5 Siklus I .................................................................... 98
Gambar 4.16. Jawaban S6 Siklus I ................................................................... 99
Gambar 4.17. Jawaban S6 Siklus II ................................................................... 100
Gambar 4.18. Jawaban S4 Siklus I .................................................................... 101
Gambar 4.19. Jawaban S4 Siklus II ................................................................... 102
Gambar 4.20. Jawaban S9 Siklus I .................................................................... 103
Gambar 4.21. Jawaban S9 Siklus II ................................................................... 104
xii
Gambar 4.22. Jawaban S3 Siklus I .................................................................... 105
Gambar 4.23. Jawaban S3 Siklus II ................................................................... 106
Gambar 4.24. Jawaban S7 Siklus I .................................................................... 107
Gambar 4.25. Jawaban S7 Siklus II ................................................................... 108
Gambar 4.26. Jawaban S8 Siklus I .................................................................... 109
Gambar 4.27. Jawaban S8 Siklus II ................................................................... 110
xiii
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa ... 93
Grafik 4.2. Hasil Perbandingan Aktivitas Kegiatan Pembelajaran Siswa pada
Siklus I dan Siklus II .......................................................................... 112
Grafik 4.3. Hasil Perbandingan Tanggapan Siswa pada Siklus I dan II .............. 114
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Rencana Pelakasanaan Pembelajaran (RPP) ...............................124
Lampiran 2. Lembar Kerja Siswa (LKS) .........................................................192
Lampiran 3. Kisi-Kisi Instrumen Tes Akhir Siklus I ...................................... 224
Lampiran 4. Tes Akhir Siklus I ....................................................................... 225
Lampiran 5. Deskriptor Tes Akhir Siklus I ..................................................... 227
Lampiran 6. Kunci Jawaban Instrumen Tes Akhir Siklus I ............................. 228
Lampiran 7. Kisi-Kisi Instrumen Tes Akhir Siklus II ..................................... 230
Lampiran 8. Deskriptor Tes Akhir Siklus II .................................................... 231
Lampiran 9. Tes Akhir Siklus II ...................................................................... 232
Lampiran 10. Kunci Jawaban Instrumen Tes Akhir Siklus II ............................ 236
Lampiran 11. Pedoman Wawancara .................................................................. 238
Lampiran 12. Hasil Wawancara ........................................................................ 241
Lampiran 13. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ............................................. 250
Lampiran 14. Lembar Observasi Aktivitas Mengajar Guru .............................. 251
Lampiran 15. Jurnal Harian Siswa ..................................................................... 252
Lampiran 16. Hasil Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika
Siswa Siklus I .............................................................................. 253
Lampiran 17. Hasil Perhitungan Tes Akhir Siklus I ......................................... 254
Lampiran 18. Hasil Perhitungan Mean dan Presentase Kemampuan
Pemahaman Konsep Siswa Siklus I ............................................ 255
Lampiran 19. Hasil Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika
Siswa Siklus II ............................................................................. 257
Lampiran 20. Hasil Perhitungan Tes Akhir Siklus II......................................... 258
xv
Lampiran 21. Hasil Perhitungan Mean dan Presentase Kemampuan
Pemahaman Konsep Siswa Siklus I ............................................ 259
Lampiran 22. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I .................................... 261
Lampiran 23. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ................................... 262
Lampiran 24. Respon Siswa berdasarkan Jurnal Harian Siklus I ...................... 263
Lampiran 25. Respon Siswa berdasarkan Jurnal Harian Siklus II ..................... 264
Lampiran 26. Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Siklus I ..................... 265
Lampiran 27. Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Siklus II .................... 267
Lampiran 28. Uji Referensi ................................................................................ 269
Lampiran 29. Nilai Siswa Pra Penelitian. .......................................................... 274
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan sebagai salah satu aspek yang menjadi pusat perhatian bagi setiap
negara memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM) pada suatu negara. Seiring dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi, pendidikan dituntut untuk meningkatkan
keberhasilannya dalam menciptakan generasi penerus bangsa yang cerdas,
terampil dan berpotensi untuk menghadapi berbagai permasalahan yang akan
terjadi di masa depan. Keberhasilan pendidikan dalam mencapai tujuan-tujuan
pendidikan sangat mempengaruhi kemajuan bangsa itu sendiri. Undang-undang
No. 20 Tahun 2003 pasal 3 dengan jelas menyatakan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 1
Latar belakang ekonomi dan sosial yang bervariasi di Indonesia membuka
kemungkinan yang cukup besar terhadap kemampuan belajar siswa yang
bervariasi pula. Dibalik sebagian besar siswa yang memiliki kemampuan belajar
yang standar atau bahkan diatas rata-rata, terdapat sebagian kecil siswa yang
memiliki kesulitan tertentu dalam memahami pelajaran yang diberikan oleh guru.
Dalam ilmu psikologi, anak-anak ini disebut sebagai golongan anak berkesulitan
belajar (learning disabilities).
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Bab III pasal 4 ayat 1 menyatakan bahwa “pendidikan diselenggarakan secara
demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi
1UU RI No. 20 tentang Sisdiknas, (Jakarta: CV. Mini Jaya Abadi, 2003), h. 9.
2
hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa”.2
Kemudian pada Bab IV pasal 5 ayat 2 dikatakan bahwa “warga Negara yang
memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan/atau sosial berhak
memperoleh pendidikan khusus”.3
The National Council of Teachers of
Mathematics (NCTM) juga menyatakan bahwa seluruh siswa tanpa menghiraukan
perbedaan karakter, latar belakang, atau kelemahan fisiknya, harus mendapatkan
kesempatan untuk belajar (dan didukung untuk belajar) matematika. Beberapa
pernyataan di atas menjadi landasan yang kuat bagi anak-anak berkebutuhan
khusus, bahwa mereka berhak memperoleh pendidikan yang layak, yang
disesuaikan dengan kemampuan belajar mereka.
Anak berkesulitan belajar (learning disabilities) adalah salah satu dari
golongan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Anak berkesulitan belajar memiliki
gangguan-gangguan baik secara fisik maupun mental yang mempengaruhi
kemampuan mereka dalam bidang akademik. Kesulitan dalam belajar ini
mengharuskan siswa mengikuti pembelajaran yang dikhususkan bagi anak-anak
learning disabilities. Anak-anak dengan kesulitan belajar ini tidak dapat
disetarakan dengan anak-anak yang mengalami tunagrahita (anak dengan kelainan
kecerdasan) atau yang dikenal dengan istilah mental retarded, baik tingkat sedang
maupun ringan. Apabila mereka ditempatkan bersama anak-anak tunagrahita
tingkat ringan maupun sedang mereka akan merasa jenuh dalam belajar, karena
IQ mereka yang lebih tinggi dibanding anak-anak tunagrahita tersebut. Namun
apabila mereka ditempatkan di dalam kelas reguler, mereka akan merasa tertekan
karena mengalami kesulitan dalam belajar.
Pengaruh dari kesulitan belajar (learning disabilities) ini sangat dirasakan
oleh siswa dalam mempelajari matematika. Sebagai pelajaran yang konsep
materinya saling berhubungan satu sama lain, matematika menuntut siswa untuk
memiliki kemampuan dalam berpikir, beranalisa dan berhitung. Kelambatan siswa
dalam memahami konsep awal, mengakibatkan siswa mengalami kesulitan untuk
memahami konsep selanjutnya, sehingga penguasaan siswa terhadap matematika
2 Ibid.
3 Ibid., h. 10.
3
menjadi rendah dan matematika akan terasa sulit bagi siswa yang berkesulitan
belajar (learning disabilities). Sementara di balik itu semua, matematika adalah
pelajaran yang memiliki kontribusi yang besar dalam kehidupan sehari-hari.
Penyebutan jumlah benda, hari, waktu, dan berbagai hal yang berkaitan dengan
jumlah atau kuantitas serta dalam berbagai aktivitas sehari-hari seperti jual-beli,
pengukuran dalam pelajaran IPA maupun IPS, semua membutuhkan kemampuan
dasar yang dipelajari dalam matematika. Sehingga jika siswa tidak memahami
konsep-konsep dalam matematika, maka pembelajaran lain yang memanfaatkan
ilmu matematika pun akan terhambat.
Salah satu sistem pendidikan yang disediakan khusus bagi anak berkesulitan
belajar adalah pendidikan segregasi. Segregasi merupakan pendidikan yang
disediakan untuk anak-anak berkebutuhan khusus agar memperoleh pendidikan
yang layak dan sesuai kebutuhan mereka dan tetap memperoleh kemampuan
belajar sebagaimana yang diperoleh siswa-siswa pada umumnya.
Pengelompokkan sistem pendidikan segregasi disesuaikan dengan jenis kebutuhan
siswa yang diterima pada sekolah tersebut. Lembaga pendidikan segregasi
memiliki jenjang pendidikan yang sama seperti sekolah-sekolah pada umumnya.
Mulai dari pendidikan tingkat TK, SD, SMP dan SMA yang semuanya
dikhususkan bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus.
Salah satu sekolah yang termasuk dalam kategori pendidikan segregasi adalah
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Budi Waluyo. SMP Budi Waluyo merupakan
salah satu sekolah yang khusus menerima anak-anak berkesulitan belajar
(learning disabilities). Sekolah ini memiliki siswa-siswa khusus yang bervariasi
kesulitan belajarnya. Penerapan kurikulum yang sama dengan kurikulum yang
digunakan pada sekolah-sekolah reguler dan didukung oleh tenaga pendidik yang
merupakan guru-guru yang berpotensi dalam mengatasi anak-anak berkebutuhan
khusus dan juga memahami metode-metode belajar yang dikhususkan bagi anak-
anak yang memiliki kesulitan belajar memungkinkan siswa untuk memperoleh
pelajaran sama seperti siswa-siswa di sekolah reguler.
Namun demikian dalam pembelajaran matematika, guru masih mengalami
hambatan dalam mengajarkan materi kepada siswa. Berdasarkan wawancara
4
terhadap guru matematika di SMP Budi Waluyo pada penelitian pendahuluan,
masih banyak siswa yang belum dapat memahami materi pelajaran secara utuh.
Sebagian besar dari siswa hanya mampu menggunakan rumus yang diberikan
untuk soal-soal yang berbentuk isian maupun pilihan ganda. Sedangkan jenis soal
yang berupa pemecahan masalah jarang digunakan oleh guru karena menyulitkan
siswa. Selain itu, kurangnya tenaga pendidik yang tersedia mengakibatkan
suasana pembelajaran kurang kondusif serta terbatasnya kemampuan siswa dalam
belajar tidak dapat diatasi secara eksklusif. Hasil dari wawancara tersebut juga
diperkuat dengan hasil ulangan yang diberikan kepada siswa pada setiap akhir bab.
Perolehan nilai ulangan harian 9 orang siswa kelas VII SMP Budi Waluyo pada
akhir bab menunjukkan rata-rata nilai 69 dengan 2 siswa tidak tuntas, 5 siswa
mencapai nilai KKM dan 2 siswa lainnya memperoleh nilai yang melampaui
KKM. Meskipun hasil tersebut sudah cukup baik, akan tetapi sebagian besar
siswa hanya mampu menyalin kembali apa yang telah dituliskan oleh temannya,
atau guru terlebih dahulu memberikan contoh penyelesaian baru kemudian siswa
mengikutinya. Sehingga meskipun diperoleh nilai harian yang cukup bagus,
namun pemahaman siswa terhadap konsep materi sebenarnya masih termasuk
dalam kategori kurang.
Penggunaan strategi dan pendekatan pembelajaran yang dilakukan juga
sangat mempengaruhi penguasaan siswa terhadap materi. Dalam wawancara
tersebut guru juga menyatakan bahwa perbedaan kesulitan belajar yang dimiliki
siswa membuat guru sulit untuk menentukan suatu metode atau strategi belajar
yang efektif bagi seluruh siswa. Sehingga sejauh ini dalam pembelajaran di kelas
guru hanya menggunakan metode ekspositori yang sesekali dibantu dengan alat
peraga. Penggunaan metode pembelajaran yang monoton tersebut membuat siswa
merasa jenuh dan menunjukkan ekspresi bosan ketika pembelajaran matematika
di kelas berlangsung. Ketertarikan siswa untuk lebih memahami matematika juga
tidak terpancing, yang mengakibatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep
matematika yang dipelajarinya tidak berkembang dengan baik.
Dilihat dari kekurangan siswa dalam mempelajari hal-hal yang bersifat
abstrak, maka pembelajaran pemecahan masalah (problem solving) dapat menjadi
5
salah satu solusi untuk mempermudah siswa dalam memahami matematika.
Masalah yang diberikan merupakan berbagai kondisi yang berkaitan erat dalam
kehidupan sehari-hari siswa, sehingga dianggap lebih mudah bagi siswa untuk
memahami masalah tersebut dan menemukan penyelesaiannya dengan konsep
yang telah dipelajari. Salah satu strategi dari pendekatan pemecahan masalah yang
dapat digunakan adalah strategi STAR.
Strategi STAR (Search, Translate, Answer and Review) dikembangkan
pertama kali oleh Paula Maccini dan Kathy L. Ruhl berdasarkan langkah-langkah
pemecahan masalah (problem solving) yang diberikan oleh Polya dengan
menerapkan teknik mnemonic (pembuatan singkatan). Higbee menyatakan bahwa
“the keyword mnemonic consist of two steps, one verbal and one visual”.4
Penggunaan kedua langkah tersebut (verbal dan visual) membuat singkatan yang
terbentuk mudah diingat karena memiliki sebuah gambaran yang menarik bagi
siswa berkesulitan belajar (learning disabilities). Berdasarkan teknik mnemonic
tersebut maka digunakan kata STAR sebagai singkatan langkah-langkah dalam
memecahkan masalah. Selain kata star yang akrab dengan kehidupan sehari-hari
siswa, simbol bintang (star) juga membuat siswa dapat mengingat singkatan
tersebut ketika melihat atau mengingat gambar bintang.
Sebagai sebuah strategi yang berlandaskan pemecahan masalah, STAR
memfasilitasi proses-proses yang harus dilakukan oleh siswa dalam menemukan
jalan keluar dari suatu masalah yang dihadapi. Pemaparan langkah-langkah
pemecahan masalah yang jelas serta beberapa pertanyaan acuan pada setiap
langkah-langkah STAR akan mempermudah siswa berkesulitan belajar dalam
memecahkan masalah yang sulit sekalipun. Dengan memanfaatkan teknik
mnemonic, STAR dapat menjadi solusi bagi siswa berkesulitan belajar dalam
mengingat dan memahami materi pembelajaran serta langkah-langkah untuk
memecahkan masalah, sehingga siswa tidak lagi mengalami kesulitan yang berarti
ketika dihadapkan kepada soal yang membutuhkan kemampuan memecahkan
masalah.
4 Kenneth L. Higbee, Your Memory : How It Works and How to Improve It, 2017, p. 2,
(www.semanticscholar.org).
6
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dikatakan bahwa secara garis besar
kemampuan pemahaman konsep siswa SMP Budi Waluyo dalam pelajaran
matematika masih rendah. Untuk itu dibutuhkan suatu strategi pembelajaran yang
mampu meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa. Salah
satu pembelajaran yang dianggap mampu untuk mencapai tujuan tersebut adalah
pembelajaran dengan strategi problem solving STAR. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis akan mengadakan penelitian mengenai “Strategi Problem
Solving STAR untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematika pada Anak Berkesulitan Belajar (Learning Disabilities)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan
masalah sebagai berikut:
1. Siswa berkesulitan belajar belum dapat menyelesaikan soal-soal matematika
secara mandiri
2. Keaktifan siswa learning disabilities dalam belajar matematika masih kurang
3. Guru masih kesulitan dalam memilih strategi pembelajaran yang tepat bagi
anak berkesulitan belajar (learning disabilities)
4. Kemampuan pemahaman konsep matematika siswa berkesulitan belajar
(learning disablities) masih rendah
C. Pembatasan Masalah
Menyadari luasnya ruang lingkup dari masalah yang telah diuraikan di atas,
maka perlu adanya suatu pembatasan masalah agar penelitian yang dilakukan
dapat lebih terarah. Masalah dalam penelitian kali ini akan dibatasi pada:
1. Strategi yang digunakan pada penelitian ini adalah strategi problem solving
STAR
2. Fokus penelitian adalah kemampuan pemahaman konsep matematika siswa
learning disabilities pada aspek pemahaman instrumental dan pemahaman
relasional
7
3. Penelitian dilakukan pada kelas VII sekolah segregasi SMP Budi Waluyo
Jakarta
4. Materi yang diajarkan adalah materi Bilangan dan Himpunan
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan dan identifikasi masalah di atas, agar penyusunan
tujuan dan manfaat penelitian dapat lebih terarah maka lebih dahulu peneliti
menyusun rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana pembelajaran dengan pendekatan problem solving dengan strategi
STAR dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika
siswa?
2. Bagaimana aktivitas siswa selama pembelajaran matematika dengan strategi
problem solving STAR berlangsung?
3. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan strategi
problem solving STAR?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan, maka tujuan dari
penelitian ini adalah:
1. Meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa melalui penerapan
strategi problem solving STAR dalam pembelajaran matematika
2. Meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar matematika melalui penerapan
strategi problem solving STAR
3. Mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dengan strategi problem
solving STAR
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
8
1. Bagi Siswa
Dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa,
serta dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar matematika.
2. Bagi Guru
Memberikan masukan kepada guru untuk menggunakan strategi problem
solving STAR untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa dan
membuat siswa tertarik untuk belajar matematika.
3. Bagi Peneliti
Menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan penulis terutama dalam
hal yang berhubungan dengan penggunaan strategi problem solving STAR.
9
BAB II
KAJIAN TEORI, PENGAJUAN KONSEPTUAL, DAN
HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Teori
1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika
a. Definisi Pemahaman Konsep
Pemahaman menurut Sudijono adalah “kemampuan seseorang untuk mengerti
atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat”.1 Dalam kamus
besar Bahasa Indonesia pemahaman berasal dari kata “paham” yang berarti
“mengerti benar”.2 Seseorang dapat dikatakan telah paham akan sesuatu apabila ia
mampu menjelaskan kembali hal tersebut dengan bahasanya sendiri. Di samping
itu, pemahaman juga dapat dinilai dari kemampuan untuk memperkirakan apa
yang akan dilakukannya berdasarkan fakta yang diketahui.
Dalam pembelajaran matematika, kemampuan untuk memahami sangat
diperlukan sebelum memasuki tahap yang lebih kompleks. Menurut Bloom,
pemahaman adalah “kemampuan menguasai pengertian”. 3
Kemampuan tersebut
terlihat ketika mengubah apa yang telah diketahuinya ke dalam bentuk lain,
menafsirkan dan memperkirakan. Kemampuan dalam memahami didahulukan
dengan kemampuan untuk mengetahui dan mengingat apa yang telah diketahui.
Mengingat dalam hal ini bukan hanya sekedar hafal, akan tetapi juga mengingat
segala fakta dan unsur yang terkait dengan apa yang diingat tersebut. Lebih
lengkapnya, memahami berarti dapat membedakan, mengubah, menyajikan,
menjelaskan, memberi contoh, memperkirakan, dan mengambil kesimpulan dari
suatu hal.
Konsep merupakan bagian penting dalam mempelajari matematika. Untuk
dapat menguasai matematika kemampuan dalam memahami konsep-konsep yang
1 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), Cet.
5, h. 50.
2 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), Ed. 4, Cet. 1, h.
998.
3 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. 8, h. 80.
10
berada di dalamnya harus terlebih dahulu dimiliki. Gagne mengatakan bahwa
pemahaman konsep adalah “capabilities to classify phenomena using critical
attributes”.4 Maksudnya adalah apabila seseorang telah mampu menggolongkan
suatu wujud/bentuk berdasarkan ciri-ciri atau kategori tertentu berdasarkan
beberapa pertimbangan maka dapat dikatakan bahwa ia telah menguasai konsep.
Suatu konsep menurut Dienes (dalam Ruseffendi 1980:134) adalah struktur
matematika, dan dibagi ke dalam 3, yaitu: konsep matematika murni yang
berkenaan dengan mengelompokkan bilangan dan hubungan antar bilangan;
konsep notasi yaitu berkenaan dengan sifat-sifat bilangan; dan konsep terpakai
yakni aplikasi konsep matematika notasi dan murni dalam pemecahan soal
matematika dan bidang studi yang berhubungan. Sedangkan dalam teori
konstruktivisme, konsep dalam pembelajaran dianggap sebagai “suatu proses
pembelajaran yang mengondisikan siswa untuk melakukan proses aktif
membangun konsep baru, pengertian baru, dan pengetahuan baru berdasarkan
data”.5
Menurut Duffin & Simpson, pemahaman konsep adalah sebuah kemampuan
siswa untuk: (1) being able to explain, dapat diartikan siswa mampu untuk
mengungkapkan kembali apa yang telah dikomunikasikan kepadanya. (2) being
able to recognise in other contexts, atau menggunakan konsep pada berbagai
sistuasi yang berbeda, dan (3) being able to derive consequences, yakni
kemampuan mengembangkan beberapa akibat dari adanya suatu konsep, dapat
diartikan bahwa siswa paham terhadap suatu konsep akibatnya siswa mempunyai
kemampuan untuk menyelesaikan setiap masalah dengan benar.6
Pemahaman konsep berdasarkan definisi-definisi di atas dapat dikatakan
sebagai kemampuan siswa dalam menyatakan ulang serta menggunakan setiap
konsep dengan tepat untuk menyelesaikan masalah yang diberikan. Siswa tidak
4 Robert M. Gagne & Karen L. Medsker, The Condition of Learning, Training Application,
(Florida: Harcourt Brace College Publisher, 1996), h. 32.
5 M. Sukardjo & Ukim Komarudin, Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2009), Ed. 1, h. 55.
6 J.M Duffin & A.P Simpson, A Search for Understanding, Journal of Mathematical Behavior,
2000, 18(4), h. 415-427.
11
cukup hanya tahu dan hafal suatu konsep yang dipelajarinya, tetapi juga dapat
menerapkannya dalam jenis soal yang berbeda dari contoh.
b. Pengertian Pemahaman Konsep Matematika
Adanya suatu kegiatan pembelajaran adalah untuk mencapai sebuah tujuan
yang ditentukan. Secara garis besar, tujuan dari belajar adalah membuat siswa
paham dan mampu memanfaatkan apa yang telah dipelajarinya. Dalam belajar
matematika kemampuan untuk memahami materi dan konsep di dalamnya
merupakan hal yang paling penting, terutama pada konsep-konsep dasar.
Pemahaman konsep matematika dikatakan penting karena setiap konsep dalam
matematika adalah satu kesatuan yang saling berhubungan. Untuk memahami
sebuah konsep, diperlukan konsep lain yang menjadi dasarnya.
Depdiknas mendefinisikan pemahaman konsep sebagai “salah satu kecakapan
atau kemahiran matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar
matematika yaitu dengan menunjukkan pemahaman konsep yang dipelajarinya,
menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma
secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah”.7 Kemampuan
pemahaman konsep matematika kemudian oleh Bloom dibagi ke dalam 3
indikator:
1) Translation, yakni kemampuan dalam memahami suatu objek yang
dinyatakan dengan cara lain dari pernyataan asal yang dikenal sebelumnya
2) Interpretation, yaitu pemahaman yang berkaitan dengan kemampuan siswa
dalam menentukan konsep-konsep yang tepat untuk digunakan dalam
menyelesaikan soal
3) Extrapolation, yaitu pemahaman yang bekaitan dengan kemampuan siswa
menerapkan konsep dalam perhitungan matematis untuk menyelesaikan soal.8
Sedangkan Hamalik menyatakan:
7 Nila Kesumawati, “Pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran Matematika”, Makalah
disampaikanpada Semnas Matematika dan Pendidikan Matematika, Palembang, 2008, h. 231. 8
New World Encyclopedia, Benjamin Bloom, 2017,
(http://newworldencyclopedia.org/entry/Benjamin_Bloom) .
12
Untuk mengetahui apakah siswa telah mengetahui suatu konsep, paling tidak
ada 4 hal yang telah diperbuatnya, yaitu: (1) Ia dapat menyebutkan nama
contoh-contoh konsep bila dia melihatnya, (2) Ia dapat menyatakan ciri-ciri
konsep tersebut, (3) Ia dapat memilih, membedakan antara contoh-contoh dari
yang bukan contoh, (4) Ia mungkin lebih mampu memecahkan masalah yang
berkenaan dengan konsep tersebut.9
Dalam matematika, setiap konsep mendasari konsep lain yang setingkat
maupun lebih rumit. Penggunaan dari konsep tersebut dapat secara langsung
seperti menyatakan ulang konsep dengan bahasa sendiri, maupun secara tersirat
seperti menggunakannya dalam menyelesaikan sebuah masalah. Kilpatrick, dkk
menyatakan bahwa kemampuan dalam pemahaman konsep ditunjukkan dengan
kemampuan siswa dalam “mengidentifikasi dan menerapkan konsep secara
algoritma, membandingkan, membedakan, dan memberikan contoh dan contoh
kontra dari suatu konsep, serta mengintegrasikan konsep dan prinsip yang saling
berhubungan”.10
Hampir senada dengan pendapat tersebut, Skemp dan Pollastek
membedakan pemahaman konsep ke dalam dua jenis:
1) Instrumental Understanding (Pemahaman instrumental), yaitu pemahaman
atas konsep yang saling terpisah dan hanya rumus yang dihafal dalam
melakukan perhitungan sederhana
2) Relational Understanding (Pemahaman relasional), yaitu skema atau struktur
yang dapat digunakan pada penyelesaian masalah yang lebih luas. 11
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan indikator pemahaman konsep
menurut Skemp dan Pollastek, yaitu pemahaman instrumental dan pemahaman
relasional. Pemahaman instrumental adalah kemampuan siswa dalam menerapkan
rumus yang telah diketahui pada penyelesaian soal-soal sederhana. Sedangkan
pemahaman relasional dinilai dari kemampuan siswa menerapkan konsep atau
beberapa konsep yang dipelajarinya untuk menyelesaikan soal-soal .
9 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2008), Cet. 6, h. 166.
10
Kesumawati, op. cit., h. 234.
11
Richard R.Skemp, Relational Understanding and Instrumental Understanding, Mathematics
Teaching 77 (1), 1976, pp. 20-26.
13
2. Anak Berkebutuhan Khusus
a. Definisi dan Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkesulitan belajar merupakan bagian dari anak berkebutuhan khusus
yang membutuhkan pelayanan yang spesifik dan berbeda dengan anak-anak pada
umumnya. Dalam UU RI No. 20 tahun 2003 Bab IV pasal 5 ayat (2), (3), dan (4)
dinyatakan beberapa golongan yang layak menerima pelayanan khusus dalam
pendidikan yaitu:
1) Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual,
dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus
2) Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang
terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus
3) Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak
memperoleh pendidikan khusus.
Anak berkebutuhan khusus yang dimaskud dalam penelitian ini adalah anak
berkebutuhan khusus yang sesuai dengan kategori pertama yang dinyatakan dalam
UU RI tersebut. Anak berkebutuhan khusus pada kategori ini terbagi dalam dua
kelompok, yakni anak berkebutuhan khusus temporer dan anak berkebutuhan
khusus permanen. Adapun anak berkebutuhan khusus temporer adalah anak yang
mengalami kecacatan sementara yang salah satunya bisa diakibatkan oleh
kecelakaan. Sedangkan anak berkebutuhan khusus permanen meliputi:
1) Anak dengan gangguan penglihatan (Tunanetra)
a) Anak kurang awas (low vision)
b) Anak tunanetra total (blind)
2) Anak dengan gangguan pendengaran dan bicara (Tunarungu/wicara)
a) Anak kurang dengar (hard of hearing)
b) Anak tuli (deaf)
14
3) Anak dengan kelainan kecerdasan
a) Anak dengan gangguan kecerdasan (intelektual) dibawah rata-rata
(tunagrahita) :
- Anak tunagrahita ringan
- Anak tunagrahita sedang
- Anak tunagrahita berat
b) Anak dengan kemampuan intelegensi diatas rata-rata
- Giffted and Genius, yaitu anak yang memiliki kecerdasan diatas rata-rata
- Talented, yaitu anak yang memiliki keterbelakangan khusus
4) Anak dengan gangguan anggota gerak (Tunadaksa)
a) Anak layuh anggota tubuh (polio)
b) Anak dengan gangguan fungsi saraf otak (celebral palcy)
5) Anak dengan gangguan perilaku dan emosi (Tunalaras)
a) Anak dengan gangguan perilaku
- Anak dengan gangguan perilaku taraf ringan
- Anak dengan gangguan perilaku taraf sedang
- Anak dengan gangguan perilaku taraf besar
b) Anak dengan gangguan emosi
- Anak dengan gangguan emosi taraf ringan
- Anak dengan gangguan emosi taraf sedang
- Anak dengan gangguan emosi taraf berat
6) Anak gangguan belajar spesifik
7) Anak lambat belajar (slow learner)
8) Anak autis
9) Anak ADHD
15
Subjek pada penelitian ini merupakan anak berkebutuhan khusus yang berada
pada kategori anak dengan gangguan belajar spesifik atau yang disebut dengan
anak berkesulitan belajar (learning disabilities).
b. Anak Berkesulitan Belajar (Learning Disabilities)
Istilah berkesulitan belajar digunakan bagi anak-anak yang mengalami
gangguan-gangguan tertentu sehingga membutuhkan perlakuan khusus dalam
belajar. Individuals with Disabilities Education Act (IDEA) mendefinisikan
learning disabilitiy sebagai “a disorder in one or more of the basic psychological
processes involved in understanding or in using language, spoken or written, that
may manifest it self in an imperfect ability to listen, think, speak, read, write, spell,
or to do mathematical calculations”.12
Definisi tersebut menyatakan bahwa yang termasuk dalam golongan anak
berkesulitan belajar adalah anak yang memiliki kelemahan psikologis dasar yang
menyebabkan lemahnya kemampuan mendengar, berpikir, membaca, menulis,
berbicara atau menghitung. Lebih lengkapnya dinyatakan golongan buta, tuli,
gangguan motorik, retardasi mental, gangguan emosional, dan faktor lingkungan,
budaya dan ekonomi yang menghambat belajar tidak termasuk dalam golongan
learning disabilities.
Sutjihati (2006:196) menyatakan bahwa kesulitan belajar atau learning
disabilities merupakan istilah generik yang merujuk kepada keragaman kelompok
yang mengalami gangguan dimana gangguan tersebut diwujudkan dalam
kesulitan-kesulitan yang signifikan yang dapat menimbulkan gangguan proses
belajar. Anak-anak berkesulitan belajar ini tidak dapat digolongkan dalam anak
tunagrahita, karena karakteristik mereka berbeda. IQ rata-rata bagi anak
berkesulitan belajar adalah 70 – 90, sedangkan tingkat IQ tersebut berada diatas
IQ rata-rata anak tunagrahita, yaitu sekitar 25 – 69 (tunagrahita berat sampai
ringan). Dengan perbedaan tingkat IQ tersebut maka pembelajaran bagi anak
berkesulitan belajar pun harus dibedakan dengan pembelajaran bagi anak-anak
12
American Speech-Language-Hearing Association, Specific Learning Disability, 2017, p. 1,
(http://www.asha.org).
16
tunagrahita. Anak-anak berkesulitan belajar ini dapat dikelompokkan berdasarkan
kesulitan yang menjadi penyebabnya, yaitu:
1) Dyslexia
Kata dyslexia berasal dari bahasa Yunani dys yang artinya “sulit dalam” dan
lex berasal dari legein, yang artinya “berbicara”.13
Anak yang mengalami disleksia
mengalami kesulitan dalam hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan membaca.
Gangguan ini lebih mengarah kepada bagaimana kinerja otak dalam mengolah
dan memproses informasi yang sedang dibaca.14
Kesulitan membaca ini pada
sebagian kasus akan berakibat kepada lemahnya kemampuan anak tersebut dalam
berhitung dan menulis. Simptom umum yang sering ditampilkan anak disleksia
adalah:
(1) kelemahan orientasi kanan-kiri, (2) kecenderungan membaca kata secara
mundur; seperti “dia” dibaca “aid”, (3) kelemahan keterampilan jari, (4)
kesulitan dalam berhitung, (5) kelemahan memori, (6) kesulitan auditif, (7)
kelemahan memori-visual; tidak mampu memvisualkan kembali objek, kata,
atau huruf, (8) dalam membaca keras tidak mampu menkonversikan simbol
visual kedalam simbol auditif yang sejalan dengan bunyi kata secara benar,
kata yang diucapkan tidak sesuai dengan apa yang dilihatnya.15
2) Dysgraphia
Dysgraphia merupakan kesulitan belajar yang dimiliki anak dalam menulis.
Kesulitan menulis yang dialami oleh anak disgrafia disebabkan karena
ketidakmampuannya dalam mengharmonisasikan ingatan dengan penguasaan
gerak tangan ketika menulis angka atau huruf.16
Disgrafia dapat dilihat dari
kesulitan anak dalam memegang alat tulis atau tulisannya yang buruk.
3) Dyscalculia
Dyscalculia merupakan kesulitan dalam belajar matematika. Dalam
Agustyawati dinyatakan bahwa “kesulitan ini memiliki konotasi medis yang
13
Agustyawati dan Solicha, Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus, (Jakarta: LP UIN
Jakarta, 2009), h. 208.
14
Ibid.
15
Sutjihati Soemantri, Psikologi Anak Luar Biasa, (Bandung: Refika Aditama, 2006), h. 205.
16
Agustyawati, op. cit., h. 211.
17
memandang adanya keterkaitan dengan gangguan sistem saraf pusat”.17
Vitriani
membagi diskalkulia kedalam dua bagian, yaitu “kesulitan berhitung dan kesulitan
kalkulasi”.18
Hal ini biasanya ditandai dengan munculnya kesulitan saat belajar
dan mengerjakan tugas yang melibatkan angka ataupun simbol.
4) Lambat Belajar (Slow Learner)
Lambat belajar (slow learner) adalah anak yang memiliki kemampuan
intelektual sedikit dibawah normal namun belum termasuk dalam golongan
tunagrahita. Anak yang mengalami lambat belajar membutuhkan waktu yang
lebih lama dalam memahami pelajaran. Anak-anak dengan keterlambatan belajar
digolongkan menjadi:
a) Anak yang memiliki IQ dalam rentang 70 – 90
b) Lambat dalam perkembangannya
c) Lambat dalam mempelajari hal tertentu, misal berhitung atau membaca
d) Lambat dalam belajar karena faktor-faktor psikis
e) Lambat belajar karena faktor-faktor organis
f) Lambat dalam belajar karena terlalu emosionil.19
Beberapa hal yang menjadi penyebab anak lambat belajar diantaranya adalah:
(a) anak tersebut mungkin belum cukup matang mengikuti untuk pelajaran di
sekolahnya, (b) metode mengajar guru tidak merangsang anak untuk belajar,
(c) anak mungkin juga menderita kekurangan psikis tertentu, misal tidak
dapat melihat bilangan (acalculy), selalu salah melihat rangkaian huruf
(agraphy), dsb, sehingga dia mengalami kesulitan belajar, (d) anak mungkin
juga menderita kekurangan dalam penglihatan atau pendengaran, (e) mungkin
si anak terlalu emosionil, sehingga hal ini dapat mengganggu belajarnya.20
Berdasarkan definisi-definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa anak
berkesulitan belajar (learning disabilities) adalah anak yang memiliki kelemahan-
kelemahan tertentu dalam kemampuan dasar belajar, yang mengakibatkan
kesulitannya dalam mempelajari materi lebih lanjut. Kelemahan tersebut adalah
17
Ibid., h. 212.
18
Ibid. 19
Ibid., h. 197.
20
Ibid., h. 197-198.
18
kesulitan membaca (dyslexia), kesulitan menulis (dysgraphia), kesulitan berhitung
(dyscalculia) dan lambat dalam belajar (slow learner).
Keempat kategori learning disabilities tersebut terdapat pada seluruh siswa
kelas VII sekolah segregasi SMP Budi Waluyo Jakarta yang akan menjadi
populasi penelitian ini. Sehingga dapat dikatakan bahwa kelas VII SMP Budi
Waluyo seluruhnya terdiri dari siswa bekesulitan belajar.
c. Pembelajaran Matematika Bagi Anak Berkesulitan Belajar
Pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia berhak diperoleh setiap warga
negara Indonesia tanpa terkecuali, termasuk bagi anak-anak berkesulitan belajar
yang berada dalam kategori anak-anak berkebutuhan khusus. Pendidikan bagi
anak-anak berkesulitan belajar ini tentulah tidak dapat disamakan dengan
pendidikan bagi anak-anak biasa pada umumnya, namun dapat disesuaikan.
Beberapa sistem pendidikan yang disediakan bagi anak-anak berkesulitan belajar
adalah sebagai berikut:
1) Pendidikan segregasi dan
2) Pendidikan inklusi (non-segregasi)
Pada sistem pendidikan inklusi, siswa yang mengalami kesulitan belajar ikut
belajar bersama dengan anak yang setingkat dengannya di sekolah umum. Tiga
macam model pendidikan inklusi adalah:
(1) sekolah reguler yang di dalamnya terdapat anak lamban belajar (slow
learner) dan anak yang mengalami kesulitan belajar (learning difficulty), (2)
layanan bagi anak yang berkebutuhan khusus yang telah belajar di SLB
dalam waktu tertentu kemudian dimasukkan ke sekolah reguler dengan guru
pembimbing khusus, (3) diawali saat pengumuman penerimaan siswa baru di
sekolah reguler yang secara eksplisit menyebutkan bahwa sekolah tersebut
akan menerima anak yang berkebutuhan khusus 21
3) Modifikasi pembelajaran
Modifikasi pembelajaran dilakukan dengan menyesuaikan keterbatasan siswa
dalam belajar terhadap hal-hal berikut:
21
Ibid., h. 201.
19
a) Alokasi waktu: Beberapa siswa berkebutuhan khusus memiliki ketidak
mampuan untuk fokus dalam jangka waktu yang cukup lama dan ada juga
yang sebaliknya. Sehingga dibutuhkan penyesuaian jam pelajaran dengan
jenis kelemahan siswa.
b) Isi/materi kurikulum: Tidak semua siswa berkebutuhan khusus dapat
memahami materi pelajaran, meski yang mudah bagi siswa normal sekali pun.
Penyesuaian isi/materi kurikulum ini bertujuan agar siswa tetap merasa
senang dan tidak merasa terbebani dengan pelajaran yang terlalu rumit bagi
mereka.
c) Proses belajar-mengajar: Proses belajar dengan siswa biasa mungkin tetap
dapat berjalan efektif meski diberi selingan berupa game pembelajaran.
Namun tidak selalu demikian dengan pembelajaran bagi anak-anak
berkebutuhan khusus yang membutuhkan upaya lebih dalam menertibkan
siswa untuk belajar. Akibatnya, jika pemilihan strategi atau metode kurang
tepat, maka keadaan di dalam kelas akan menjadi tidak teratur.
d) Sarana prasarana: Penggunaan sarana dan prasarana yang bervariasi dan
menarik perhatian juga mampu meningkatkan minat siswa dalam belajar
matematika.
e) Lingkungan belajar: Yang dimaksud dengan lingkungan belajar adalah daerah
di sekitar tempat dimana siswa belajar. lingkungan belajar yang baik akan
memberikan dampak positif bagi semangat belajar siswa, namun sebaliknya,
di lingkungan belajar yang kurang baik akan berddampak negatif seperti
siswa yang malas belajar.
f) Pengelolaan kelas: Meski pembelajaraan dilakukan di ruang kelas yang sama,
namun pengaturan kelas perlu diubah agar siswa tidak merasa jenuh dalam
belajar. 22
Pembelajaran bagi anak berkesulitan belajar dapat dilaksanakan dengan
ketiga sistem tersebut. Pendidikan segregasi adalah sebuah sistem yang diterapkan
pada suatu lembaga pendidikan yang dikhususkan bagi anak berkebutuhan khusus,
yang termasuk di dalamnya anak learning disabilities Sedangkan dalam sistem
22
Ibid., h. 201-202.
20
modifikasi pembelajaran dapat dipilih beberapa dari aspek yang telah disebutkan
untuk menyesuaikan dengan kondisi siswa yang terdapat di dalam kelas.
Penelitian kali ini diterapkan pada sekolah dengan sistem pendidikan
segregasi yakni SMP Budi Waluyo Jakarta yang dikhususkan bagi siswa
berkesulitan belajar (learning disabilities).
3. Pengertian Strategi Pembelajaran STAR
a. Pengertian Pembelajaran Matematika
Belajar adalah sebuah proses yang sangat berkaitan erat dalam kehidupan
manusia. Sebagai khalifah di muka bumi, manusia dituntut untuk mampu menjaga,
memelihara dan mengelola segala isi bumi dengan baik, yang mana tuntutan-
tuntutan tersebut tidak akan dapat dipenuhi tanpa melalui proses belajar. Belajar
merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu
bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Sedangkan menurut Bell Gredler
(1986) “belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan
aneka ragam competencies, skills, and attitudes”. 23 Berdasarkan definisi dari
Gredler tersebut dapat dikatakan bahwa proses belajar tidak hanya dialami di
sekolah atau jenjang pendidikan formal, tetapi juga dimana saja. Keharusan dalam
menuntut ilmu ini juga dinyatakan dalam sebuah hadits:
على كل مسلم ومسلمة طلب العلم فريضة
Artinya: “Menuntut ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun
muslim perempuan” (HR. Ibnu Abdil Barr)
Reber mendefinisikan belajar ke dalam dua macam, yaitu “sebagai: (1) proses
memperoleh pengetahuan, atau (2) suatu perubahan kemampuan bereaksi yang
relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat”.24
Perubahan kemampuan
23
Udin S. Winataputra, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Tangerang Selatan: Universitas
Terbuka, 2014), Cet. 15, Ed. 1, h. 1.5.
24
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos, 2004), Cet. I, h. 62.
21
tersebut ditunjukkan dengan adanya perubahan perilaku, baik itu perilaku yang
baru, maupun perilaku yang memperbaiki perilaku yang sudah ada sebelumnya.25
Lebih lengkapnya Witherington menyebutkan bentuk-bentuk perubahan yang
diperoleh dalam belajar tersebut meliputi “keterampilan, sikap, kebiasaan,
pengetahuan, dan kecakapan”.26
Pendapat Witherington tersebut hampir senada
dengan ciri-ciri belajar yang disebutkan oleh Sabri yaitu adanya “perubahan
tingkah laku aktual atau potensial, baru, dan adanya usaha yang dilakukan secara
sengaja”.27
Perubahan tingkah laku aktual yang dimaksud adalah perubahan tingkah laku
yang dapat dilihat secara nyata melalui perbuatan atau sikap, seperti kemampuan
membaca, menulis, atau perubahan cara pandang siswa terhadap sesuatu.
Sebaliknya, perubahan tingkah laku potensial merupakan perubahan pada tingkah
laku yang tidak dapat dilihat secara nyata. Contoh dari perubahan tingkah laku
potensial adalah kemampuan analisis, sintesis, dan evaluasi. Perubahan tingkah
laku yang diperoleh sebagai hasil belajar merupakan kemampuan yang baru, baru
dalam arti benar-benar baru diperoleh maupun baru yang merupakan hasil
perbaikan atau peningkatan kemampuan sebelumnya. Kemampuan tersebut
merupakan hasil dari usaha yang dilakukan secara sengaja oleh orang yang belajar,
melalui pengalaman atau latihan. Kemampuan tersebut sifatnya relatif menetap
tidak segera lenyap.
Matematika merupakan salah satu dari beberapa mata pelajaran yang
kegunaannya dapat langsung dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain
pada kehidupan nyata, matematika juga bermanfaat dalam mata pelajaran yang
lainnya. Manfaat yang mencakup hampir seluruh ruang lingkup kehidupan
tersebut menuntut setiap individu untuk menguasai minimal konsep-konsep dasar
yang diberikan oleh matematika.
25
Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2010), h. 55.
26
Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007),
Cet. 4, h. 155.
27
Sabri, op .cit., h. 56-57.
22
Matematika berasal dari akar bahasa Yunani mathema yang berarti
“pengetahuan”, dan mathanein yang artinya “berpikir atau belajar”.28
James dan
James menyatakan bahwa “matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai
bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan
lainnya”.29
Sedangkan Ismail dkk dalam Ali Hamzah memberikan definisi hakikat
matematika sebagai “ilmu yang membahas angka-angka dan perhitungannya,
membahas masalah-masalah numerik, mengenai kuantitas dan besaran,
mempelajari hubungan pola, bentuk dan struktur, sarana berpikir, kumpulan
sistem, struktur dan alat”.30
Berdasarkan definisi-definisi tersebut dapat dikatakan bahwa matematika
merupakan suatu ilmu yang memerlukan adanya suatu penguasaan terhadap
simbol, bentuk, logika, dan besaran-besaran tertentu. Dengan kata lain, tanpa
memahami setiap ungkapan-ungkapan maupun simbol dasar yang digunakan
dalam matematika akan sulit untuk mempelajari matematika tersebut.
Dari beberapa definisi matematika dan pembelajaran yang telah disebutkan,
dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pembelajaran matematika adalah proses
mempelajari sekaligus memahami setiap simbol, konsep maupun logika yang ada
dalam matematika. Pembelajaran matematika tidak hanya sebatas mencatat dan
menghitung angka dengan rumus yang sudah ada, tetapi juga menyatukan rumus-
rumus yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu masalah.
b. Pendekatan Problem Solving dalam Pembelajaran Matematika
“Pendekatan adalah suatu jalan, cara, atau kebijaksanaan yang ditempuh oleh
guru atau siswa dalam pencapaian tujuan pengajaran dilihat dari sudut bagaimana
proses pengajaran atau materi pengajaran itu, umum atau khusus, dikelola”.31
Pendekatan problem solving atau pemecahan masalah adalah pendekatan
28
Ali Hamzah dan Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2014), h. 48.
29
Erna Suwangsih dan Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung: UPI Press, 2006),
h.4.
30
Hamzah. loc. cit.
31
Gelar Dwi Rahayu dan Munasprianto Ramli (eds.), Pendekatan Baru dalam Pembelajaran
Matematika dan Sains Dasar, (Jakarta: PIC UIN, 2007), h. 158.
23
pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai arah dalam belajar. Pemecahan
masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting
karena memungkinkan siswa memperoleh pengalaman menggunakan
pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk memecahkan masalah
yang bersifat tidak rutin.32
Moffit dalam Supinah mendefinisikan pendekatan
pemecahan masalah sebagai “suatu pendekatan yang melibatkan siswa dalam
penyelidikan dalam pemecahan masalah yang memadukan keterampilan dan
konsep dari berbagai kandungan area”.33
Pemecahan masalah sebagai pendekatan belajar didefinisikan sebagai suatu
proses yang menggunakan kekuatan dan manfaat matematika dalam
menyelesaikan masalah dan merupakan metode untuk menemukan solusi melalui
tahap-tahap pemecahan masalah.34
Sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah
diuraikan bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang mampu
mengembangkan kemampuan peserta didik agar mampu menghadapi dan
memecahkan problema yang dihadapinya, maka siswa harus dilatih untuk
memecahkan setiap masalah yang dihadapinya. Pemecahan masalah ini dapat
dilatih kepada siswa melalui proses pembelajaran dengan menyajikan masalah-
masalah yang berkaitan dengan kehidupan siswa sehari-hari. Dengan berusaha
untuk mencari pemecahan masalah secara mandiri akan memberikan suatu
pengalaman bagi siswa sehingga dapat digunakan dalam memecahkan masalah-
masalah yang sejenisnya.
Pengajaran berdasarkan masalah dikembangkan untuk “membantu
mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah, dan keterampilan
intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam
32
Ibid., h. 51. 33
Supinah dan Titik Sutanti, “Pembelajaran Berbasis Masalah Matematika di SD”, (Yogyakarta:
PPPPTK Matematika, 2010), h. 18-19.
34
Abdul Muin, “Pendidikan Metakognitif untuk Meningkatkan Kemampuan Matematika Siswa
SMA”, dalam Gelar Dwirahayu, dkk. (eds.), ALGORITMA, Jurnal Matematika dan Pendidikan
Matematika, (Jakarta: CeMED, 2006), Vol. 1, No. 1, h. 37.
24
pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi pebelajar yang otonom dan
mandiri”.35
Ciri-ciri dari pendekatan pemecahan masalah adalah:
1) Diawali dengan masalah yang tidak rutin
2) Mempunyai penyelesaian yang berbeda
3) Untuk dapat menyelesaikan permasalahan seseorang harus memiliki banyak
pengalaman
Menurut Erna “salah satu cara untuk mengembangkan kemampuan anak
dalam pemecahan masalah adalah melalui penyediaan pengalaman pemecahan
masalah memerlukan strategi berbeda-beda dari satu masalah ke masalah
lainnya”.36
Namun, sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan masalah dalam matematika. Oleh karena itu, agar siswa tertarik
dalam menyelesaikan masalah, Jacobson, Lester, dan Stegel mengajukan tiga
prinsip dalam menyajikan masalah:
1) Memberikan pengalaman langsung, aktif, dan berkesinambungan dalam
menyelesaikan soal-soal yang beragam
2) Menciptakan hubungan yang positif antara minat dalam menyelesaikan soal
dengan keberhasilan siswa
3) Menciptakan hubungan yang akrab antara siswa, permasalahan, prilaku
pemecahan masalah, dan suasana kelas.37
Selain ketiga hal tersebut, masalah yang digunakan juga harus dapat
mengembangkan pengetahuan siswa terhadap satu materi, pengaplikasian materi
tersebut dalam kehidupan nyata, serta mampu mengembangkan kompetensi
kepribadian siswa seperti jujur, bertanggung jawab dan kerja keras. Sehingga
kegiatan pembelajaran yang dilakukan tetap menjadi pembelajaran yang sesuai
dengan kurikulum yang ada dan sesuai dengan konsep pembelajaran bermakna.
35
M. Ibrahim, dan M. Nur, Pengajaran Berdasarkan Masalah, (Surabaya: University Press,
2000), h. 7.
36
Suwangsih, op. cit., h. 129.
37
Rahayu,op. cit., h. 56.
25
c. Strategi STAR dalam Pendekatan Pemecahan Masalah
Kata strategi berasal dari bahasa latin strategi yang berarti seni penggunaan
rencana untuk mencapai tujuan. Sedangkan pembelajaran adalah “upaya dari guru
atau dosen untuk siswa/mahasiswa dalam bentuk kegiatan memilih, menetapkan,
dan mengembangkan metode dan strategi yang optimal untuk mencapai hasil
belajar yang diinginkan”.38
Kozna dalam Santinah menjelaskan bahwa strategi
pembelajaran diartikan sebagai “kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat
memberikan fasilitas atau bantuan kepada siswa menuju tercapainya tujuan
pembelajaran tertentu”.39
Penggunaan strategi dalam kegiatan belajar mengajar
bertujuan untuk membuat pembelajaran yang berlangsung menjadi lebih tertata
sehinga akan diperoleh proses belajar yang kondusif serta hasil akhir yang
maksimal.
Salah satu strategi yang digunakan dalam pembelajaran dengan pendekatan
pemecahan masalah (problem solving) adalah strategi STAR yang merupakan
singkatan dari Search (mencari), Translete (menerjemahkan), Answer (menjawab),
and Review (meninjau kembali). Strategi ini dikembangkan pertama kali oleh
Paula Maccini dan Kathy L. Ruhl di Amerika Serikat pada tahun 2000
berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah yang diberikan oleh Polya
(1957).
Strategi STAR merupakan strategi pembelajaran matematika yang disusun
secara khusus untuk membantu anak-anak learning disabilities dalam belajar
matematika. STAR dibentuk berdasarkan teknik pembentukan singkatan
mnemonic. Kamus Besar Bahasa Indonesia meyebutkan bahwa mnemonik adalah
sandi untuk mempermudah ingatan menyusun tata olah komputer dalam bahasa
rakitan, atau rumus atau ungkapan untuk membantu mengingat-ingat
sesuatu.40
Teknik penyusunan singkatan mnemonic memperhatikan beberapa
prinsip berikut:
38
Hamzah, op. cit., h. 58.
39
Santinah, Konsep Strrategi Pembelajaran dan Aplikasinya, Holistik: Journal for Islamic Social
Sciences, 2016, Vol. 1, Ed. 1, h. 14.
40
Kamus Besar Bahasa Indonesia, op. cit., h. 922.
26
1) Meaningfulness, yakni membuat hal-hal yang dijadikan singkatan tersebut
menjadi bermakna
2) Organization, teknik mnemonic memberikan cara yang sistematis untuk
dipelajari dan diingat
3) Association, yaitu mengasosiasikan singkatan yang akan terbentuk dengan hal
yang sudah akrab dalam ingatan anak
4) Visualization, singkatan mnemonic menggunakan lambang atau gambar yang
menarik dan familiar bagi anak
5) Attention, yaitu singkatan yang terbentuk harus dapat membuat anak tertarik
dan fokus pada setiap komponen dalam melengkapi singkatan. 41
Langkah-langkah pemecahan masalah yang diuraikan dalam strategi STAR
didasari oleh langkah-langkah pemecahan masalah yang diperkenalkan oleh G.
Polya melalui bukunya “How To Solve It”, yaitu:
1) Understanding the Problem (Memahami masalah)
Tahap pertama dalam pemecahan masalah adalah memahami masalah yang
diberikan. Siswa memanfaatkan materi yang telah dipelajarinya untuk memahami
masalah yang disajikan untuk bisa menentukan langkah yang akan digunakan
berikutnya untuk menemukan solusi dari masalah tersebut.
2) Devise the Plan (Merencanakan pemecahan masalah)
Setelah memahami masalah yang diberikan maka langkah yang harus
dilakukan selanjutnya adalah merencanakan penyelesaian masalah. Rencana
pemecahan masalah disusun sedemikian rupa berdasarkan informasi yang
diterima pada tahap sebelumnya. Rancangan inilah yang kemudian akan dijadikan
acuan bagi langkah-langkah pemecahan masalah selanjutnya.
41
Kenneth L. Higbee, Your Memory: How It Works and How to Improve It, p. 2, 2016,
(www.semanticscholar.org).
27
3) Carry Out the Plan (Melaksanakan rencana)
Ini merupakan tahap lanjutan dari tahap perencanaan pemecahan masalah.
Rencana penyelesaian yang telah disusun sebelumnya, direalisasikan pada tahap
ini untuk memperoleh solusi dari masalah yang diberikan.
4) Look Back (Melihat kembali)
Yang dimaksud dengan look back adalah memeriksa kembali tahap-tahap
yang telah dilakukan. Dalam tahap ini dilakukan analisa dan evaluasi terhadap
jawaban yang diperoleh berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Apakah
jawaban yang diperoleh sesuai dengan yang diinginkan soal, adakah cara lain
yang lebih efektif untuk menyelesaikan masalah tersebut, atau dapatkah
penyelesaian masalah tersebut digunakan untuk jenis masalah yang lain. Tahap ini
dilakukan untuk memantapkan jawaban yang diperoleh dan sebagai acuan untuk
masalah-masalah baru yang mungkin akan ditemui berikutnya.42
Strategi STAR mencakupi 6 elemen pembelajaran yaitu “advance organizer
(pendahuluan pembelajaran), model (model), guided practice (pembelajaran
dengan bimbingan), independent practice (pembelajaran tanpa bimbingan),
posttest, dan feedback serta rewards”.43
Keenam elemen pembelajaran inilah yang
menjadi acuan langkah-langkah pada strategi STAR dalam memecahkan masalah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Maccini dan Ruhl, penggunaan
strategi STAR efektif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada
siswa berkesulitan belajar (learning disabilities).44
Berdasarkan keempat langkah pemecahan masalah Polya tersebut dan
memanfaatkan teknik mnemonic dalam membentuk singkatan, maka strategi
STAR mampu memudahkan siswa berkesulitan belajar untuk mengingat dan
menerapkan konsep dalam matematika.
42
G. Polya, How To Solve It, (New York: Princeton University Press, 1957), h. xvi-xvii.
43
Joanna Stegal, Supplemental Algebra Vocabulary Instruction for Secondary Students with
Learning Disabilities, All Disertation, 2013, pp. 27.
44
Paula Maccini and Kathy L. Ruhl, Effects of a Graduated Instructional Sequence on The
Algebraic Subtraction of Integers by Secondary Students with Learning Disabilities, 2017, pp. 465.
28
4. Langkah-Langkah Strategi STAR
Penerapan strategi STAR dalam pembelajaran dianggap mampu untuk
meningkatkan pemahaman siswa dalam memecahkan masalah matematika,
sehingga hasil belajar siswa akan meningkat. Kegiatan memecahkan masalah akan
menjadi hal yang tidak rumit lagi bagi siswa berkesulitan belajar, karena langkah-
langkahnya dapat dengan mudah diingat dengan strategi STAR ini. Strategi STAR
mencakup 3 prinsip pembelajaran yaitu “concrete, semi-concrete, and
abstract”.45
Sesuai dengan singkatannya, maka langkah-langkah pembelajaran dalam
strategi STAR dijabarkan sebagai berikut:
a. Search (mencari)
Langkah pertama ini menerapkan prinsip pembelajaran konkrit yang dimaksud
oleh Maccini dan Hughes (2000). Siswa diminta untuk menemukan kalimat-
kalimat kunci pada masalah yang diberikan. Hal ini berdasarkan pada langkah
pemecahan masalah Polya yang pertama, yaitu mempelajari masalah (Study the
Problem). Sebelum masuk ke dalam proses penyelesaian masalah, siswa terlebih
dahulu diajak untuk memahami masalah yang diberikan. Apa saja kata kunci
utama yang ada dalam soal, bagaimana menyatakan soal tersebut dengan
bahasanya sendiri agar mudah difahami, apa informasi yang diberikan dari soal,
apa saja materi yang telah dipelajari terkait dengan masalah, baru kemudian
menentukan apa informasi yang diminta (pertanyaan inti) dari masalah tersebut.
Beberapa hal yang dapat dijadikan acuan dalam langkah ini adalah:
1) Siswa membaca masalah dengan seksama
2) Menggunakan pertanyaan untuk menyusun proses berpikir
- Apa saja fakta yang sudah diketahui?
- Apa yang harus ditemukan?
3) Menuliskan fakta-fakta dari soal. 46
45
Ibid.
46
Krystal Kimbrough, STAR Strategy Math Intevention, pp. 1, 2016,
(http://faculty.uca.edu/ronkb/bramlett/Star Strategy Math intervention.pdf ).
29
b. Translate (terjemahkan)
Langkah kedua merupakan tahap semi-konkrit dalam pemecahan masalah.
Langkah ini merupakan implementasi dari langkah kedua dalam pemecahan
masalah Polya, yakni menentukan perencanaan pemecahan masalah (devise a
plan). Setelah siswa mengetahui kata kunci yang ada pada soal, selanjutnya siswa
diarahkan untuk mengubah bentuk informasi yang diperoleh dalam soal ke dalam
bentuk gambar atau pernyataan visual lalu menentukan rumus apa yang akan
digunakan. Tujuan dari langkah ini adalah untuk memudahkan siswa dalam
menemukan konsep yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah yang
diberikan. Langkah-langkah yang dilakukan adalah:
1) Siswa memilih variabel-variabel yang tidak diketahui
2) Mengidentifikasi operasi yang digunakan
3) Merepresentasikan masalah
4) Menggambarkan representasi masalah
5) Menulis bentuk aljabar dari masalah.47
c. Answer (menjawab)
Yakni melakukan tindakan pemecahan masalah. Langkah ketiga dan langkah
selanjutnya ini merupakan tahap abstrak dalam pemecahan masalah. Pada tahap
ini, siswa memecahkan masalah dengan memperhatikan informasi yang telah
diperoleh dan menerapkan perencanaan yang telah dibuat sebelumnya (carry out
the plan). Siswa menjawab soal (memecahkan masalah) yang diberikan dengan
menerapkan hal-hal berikut ini:
1) Menggunakan operasi matematika yang tepat (+, -, x, atau /)
2) Menggunakan aturan pemecahan masalah yang sederhana
3) Menggunakan aturan penjumlahan dan pengurangan bilangan positif dan
negatif.48
47
Ibid. 48
Ibid.
30
d. Review (mengulang kembali)
Sesuai dengan langkah terakhir pada pemecahan masalah menurut Polya,
pada tahap ini siswa melakukan refleksi terhadap penyelesaian masalah yang telah
ia kerjakan (looking back). Siswa menyesuaikan hasil yang diperoleh terhadap
jawaban yang diminta oleh soal dan menemukan jawaban yang paling tepat jika
hasil yang diperoleh belum memenuhi permintaan soal. Dan apabila jawaban yang
diproleh sudah tepat, apakah ada cara lain yang lebih efektif untuk menyelesaikan
soal tersebut. Selain itu siswa juga kemudian menerjemahkan jawaban yang
diperoleh ke dalam bentuk jawaban yang diinginkan soal (dalam bentuk angka
ataupun penjelasan). Kegiatan yang dilakukan siswa dalam tahap ini adalah:
1) Membaca ulang masalah
2) Memeriksa kelayakan jawaban diperoleh
3) Memeriksa jawaban yang diperoleh. 49
Adapun penerapan strategi pembelajaran STAR dalam memecahkan masalah
dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
1) Guru menjelaskan materi dan langkah-langkah STAR untuk memecahkan
masalah serta memberikan beberapa soal sebagai contoh.
2) Guru menyajikan soal-soal terkait materi untuk diselesaikan oleh siswa
dengan strategi STAR dibawah bimbingan guru
3) Guru memberikan LKS untuk dikerjakan siswa secara individual dan
memantau kegiatan siswa untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap
materi dan penggunaan strategi STAR dalam memecahkan masalah
4) Beberapa siswa mempresentasikan jawaban yang telah diperolehnya di depan
kelas
5) Guru bersama siswa yang lainnya mendiskusikan hasil jawaban yang
dipresentasikan oleh siswa dan mengoreksi jika ada kekeliruan
49
Ibid.
31
5. Penerapan Strategi STAR dalam Pembelajaran Matematika
Strategi STAR yang merupakan singkatan dari Search, Translete, Answer and
Review merupakan strategi yang dikembangkan oleh Maccini dan Ruhl di
Amerika Serikat. Strategi tersebut disusun dengan memperhatikan prinsip-prinsip
mnemonic untuk mempermudah bagi siswa berkesulitan belajar dalam mengingat
setiap langkah pemecahan masalah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Maccini dan Ruhl, penerapan strategi ini mampu meningkatkan kemampuan siswa
dalam memecahkan masalah meningkat.
Memperhatikan salah satu prinsip dasar pembentukan mnemonic yakni
pengasosiasian (association) bahwa singkatan yang terbentuk oleh mnemonic
harus berhubungan dengan hal-hal yang telah diketahui dan akrab bagi siswa
berkesulitan belajar. Melihat dari prinsip tersebut maka penggunaan singkatan
STAR pada pembelajaran matematika di Indonesia masih kurang tepat. Selain
karena kata “STAR” yang merupakan bahasa asing, kepanjangan dari STAR
tersebut juga menggunakan bahasa asing yang akan menyulitkan siswa learning
disabilities dalam mengingatnya karena tidak familiar dengan keseharian siswa.
Bedasarkan pertimbangan tersebut, maka singkatan STAR perlu diadaptasi ke
dalam bahasa Indonesia agar seluruh prinsip mnemonic dapat terpenuhi dan siswa
tidak mengalami kesulitan dalam mengingat. Singkatan yang digunakan sebagai
pengganti dari STAR tersebut adalah CUMI, yang merupakan singkatan dari Cari,
Ubah, Mengerjakan, dan Ingat kembali. Kata serta gambaran CUMI yang
memiliki kesan menarik pada memori siswa dianggap dapat memudahkan siswa
dalam mengingat setiap langkah pemecahan masalah berdasarkan singkatan
tersebut. Sehingga, meskipun mengubah singkatan, namun makna dari STAR
yang bertujuan memudahkan siswa learning disabilities untuk mengingat, serta
memahami materi matematika tetap dapat tercapai.
6. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan ini
adalah :
32
a. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Afifah (2011), dengan tema judul
“Strategi Pembelajaran Tutor Sebaya untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Matematika Anak Berkesulitan Belajar Kelas IIIA SD Negeri Kepatihan
Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011” menunjukkan bahwa jumlah siswa yang
berhasil mencapai KKM pada siklus I berjumlah 1 dari 5 orang (20%),
sedangkan pada siklus II masih berjumlah 1 orang, dan pada siklus III 5 orang
dari 5 orang siswa mampu memenuhi KKM (100%). Hasil ini menunjukkan
bahwa penggunaan strategi tutor sebaya mampu meningkatkan hasil belajar
matematika pada siswa berkesulitan belajar.
b. Penelitian yang dilakukan oleh Deni Novita (2014) dengan tema judul
“Penerapan Strategi Mnemonik Keyword dalam Meningkatkan Pemahaman
Kosa Kata Siswa Tunarungu di SLB Lembang” menunjukkan bahwa
kemampuan 2 orang siswa tunarungu dalam memahami kosa kata meningkat
secara signifikan, yakni dari 65% hingga mencapai 92,33% pada siswa 1, dan
dari 36,42% hingga 92,33% pada siswa 2. Hasil ini menunjukkan bahwa
penerapan strategi mnemonik mampu meningkatkan kemampuan pemahaman
kosa kata bagi siswa tunarungu.
c. Penelitian yang dilakukan oleh Yeti Nurhayati (2010) dengan tema judul
“Pengaruh Pendekatan Pemecahan Masalah Strategi Working Backward
Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa” menunjukkan bahwa hasil belajar
matematika siswa yang belajar dengan pendekatan pemecahan masalah
strategi working backward lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang
belajar dengan pendekatan konvensional.
7. Kerangka Berpikir
Pendidikan matematika yang dilaksanakan di sekolah diharapkan mampu
meningkatkan pemahaman siswa terhadap matematika, serta menggunakannya
dalam memecahkan masalah yang saling berkaitan antar materi, antar mata
pelajaran maupun yang berkaitan dengan permasalahan di dunia nyata. Salah
33
satunya adalah kemampuan pemahaman konsep matematika yang dapat
ditingkatkan melalui penyajian masalah matematika kepada siswa.
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan problem solving merupakan
salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mencapai tujuan belajar matematika.
Pemberian masalah yang bervariasi dan memerlukan ketekunan dalam
penyelesaiannya dapat membantu meningkatkan kemampuan pemahaman konsep
siswa sekaligus mengontrol emosional siswa berkesulitan belajar. Masalah yang
diberikan adalah masalah yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari siswa,
sehingga siswa dilatih untuk mengaitkan beberapa pengetahuan yang telah
dimilikinya dalam menyelesaikan masalah.
Strategi STAR memberikan solusi bagi guru untuk membimbing siswa dalam
memahami materi melalui pemecahan berbagai variasi masalah dalam matematika.
Kata STAR yang akrab dengan kehidupan siswa dan gambaran STAR yang
menarik mempermudah siswa dalam mengingat dan menentukan penyelesaian
bagi setiap masalah matematika. Siswa dapat memahami serta menerapkan
konsep-konsep yang telah dikuasainya untuk menyusun langkah penyelesaian dari
masalah yang diberikan. Sehingga, siswa tidak lagi hanya mencatat dan menerima
materi tetapi juga memahami materi yang dipelajarinya dan materi tersebut dapat
melekat dalam ingatan siswa. Dengan demikian, pendekatan pemecahan masalah
dengan strategi STAR dipandang mampu untuk meningkatkan kemampuan
pemahaman konsep matematika siswa.
8. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan pemaparan diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah pembelajaran strategi problem solving STAR (Search,
Translate, Answer, and Review) dapat meningkatkan kemampuan pemahaman
konsep matematika pada siswa berkesulitan belajar (learning disabilities).
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Peneltian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Oktober di
SMP Budi Waluyo yang beralamat di Jl. Cisanggiri III, Kebayoran Baru, Jakarta
Selatan di kelas VII tahun ajaran 2016/2017 pada semester ganjil.
B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Sanjaya mendefinisikan penelitian tindakan kelas sebagai
“proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri
dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan
berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap
pengaruh dari perlakuan tersebut”.1
Berdasarkan pengertian tersebut peneliti bermaksud menerapkan dan
merefleksikan pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah dalam upaya
meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika bagi siswa
berkesulitan belajar (leearning disabilities) melalui pemecahan masalah dari
kehidupan sehari-hari khususnya yang berkaitan dengan materi bilangan pecahan
dan himpunan. Dengan penerapan pembelajaran ini diharapkan kemampuan
pemahaman konsep matematika siswa dapat meningkat, khususnya pada materi
bilangan pecahan dan himpunan.
Penelitian ini akan dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian
tindakan kelas menurut Kurt Lewin yang terdiri dari empat tahap pelaksanaan
yaitu: “perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan
refleksi (reflecting)”.2 Keempat tahap ini merupakan suatu siklus yang akan selalu
1 Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 26.
2 Wijaya Kusumah dan Dedi Dwigatama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Indeks,
2012), h. 27.
34
berulang apabila tujuan dari penelitian belum tercapai. Berikut ini penjelasan dari
keempat tahap tersebut.
1. Tahap Perencanaan (Planning)
Perencanaan yang dimaksud adalah menyusun rancangan yang berkaitan
dengan seluruh aspek pada penelitian. Pada tahap ini peneliti menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), lembar observasi
kegiatan guru dan siswa, serta soal posttest untuk Siklus I. Perencanaan penelitian
dibuat dengan mengacu kepada rencana dan aspek yang akan diukur dalam
penelitian, yakni kemampuan pemahaman konsep matematika siswa, serta
aktivitas dan respon siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Pada siklus
kedua, di tahap ini peneliti melakukan kegiatan yang sama dengan
mempertimbangkan hasil refleksi dari siklus pertama.
2. Tahap Tindakan (Acting)
Peneliti mengajar materi di kelas berdasarkan langkah-langkah yang telah
disusun dalam RPP untuk mencapai target penelitian yang telah ditentukan.
Target penelitian ini tercapai apabila tes kemampuan pemahaman konsep siswa
pada akhir siklus menunjukkan rata-rata kemampuan pemahaman konsep
mencapai ≥ 75. Apabila target telah tercapai, maka penelitian dihentikan dan tidak
dilanjutkan ke siklus berikutnya.
3. Tahap Pengamatan (Observing)
Pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan penelitian.
Selama pembelajaran di kelas berlangsung, kolaborator yang dalam hal ini
merupakan guru pengampu mata pelajaran matematika, ikut mendampingi peneliti
untuk menilai kesesuaian rencana pada RPP dengan praktik di kelas, aktivitas
siswa dan memperhatikan respon siswa selama pembelajaran sesuai dengan
lembar pengamatan yang telah disusun sebelumnya.
35
4. Tahap Refleksi (Reflecting)
Tahapan ini merupakan tahapan untuk memproses data yang didapat pada
saat pengamatan dilakukan. Refleksi ini dilakukan dengan kolaboratif, yaitu
adanya diskusi terhadap berbagai masalah yang terjadi di kelas penelitian. Hasil
dari tahap refleksi ini akan berguna untuk menentukan langkah pada siklus
berikutnya.
Setelah melakukan keempat tahap tersebut dalam siklus I, penelitian
dilanjutkan ke siklus II dengan menggunakan hasil refleksi di akhir tahap siklus I.
Kemudian apabila hasil analisis dan refleksi pada siklus II masih belum mencapai
indikator keberhasilan, maka penelitian dilanjutkan ke siklus III, dengan
menggunakan hasil refleksi pada siklus II. Tetapi apabila indikator keberhasilan
telah dicapai, maka penelitian dihentikan.
Desain penelitian tersebut dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut:
Gambar 3.1
Alur Penelitian Tindakan Kelas
Perencanaan
Berhenti atau Siklus
Selanjutnya
Pengamatan
Refleksi
Pelaksanaan
Pelaksanaan
Refleksi
Siklus II
Perencanaan
Pengamatan
Siklus I
36
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Budi Waluyo Jakarta
semester ganjil tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 9 orang. Seluruh siswa
pada kelas VII ini merupakan siswa berkesulitan belajar (learning disabilities)
yang memenuhi kriteria siswa dyslexia, dysgraphia, dyscalculia dan slow learner.
Penelitian ini juga melibatkan guru pengampu mata pelajaran matematika sebagai
kolaborator sekaligus observer yang berperan mengamati dan mencatat segala
detail aktivitas yang dilakukan oleh peneliti dan siswa pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung.
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti bertindak sebagai kolaborator sekaligus observer.
Sebagai kolaborator peneliti berperan membuat perencanaan kegiatan,
melaksanakan kegiatan, melakukan pengamatan. Sebagai observer peneliti
bertugas mengumpulkan dan menganalisis data serta melaporkan hasil penelitian
yang diperoleh dalam mengajar dengan menerapkan strategi problem solving
STAR.
E. Tahap Intervensi Tindakan
Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus yang bertujuan meningkatkan
kemampuan pemahaman konsep matematika pada anak berkesulitan belajar
(learning disabilities). Kegiatan diawali dengan pengamatan peneliti ke sekolah
tujuan untuk mengetahui kondisi sekolah serta pelaksanaan pembelajaran yang
akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan rencana
penelitian (kegiatan pra-penelitian). Adapun setiap siklus penelitian ini terdiri dari
empat tahap, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan
refleksi. Apabila hasil refleksi dari siklus sebelumnya belum memenuhi target
penelitian, maka dilanjutkan ke siklus berikutnya. Lebih rincinya kegiatan yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
37
1. Penelitian Pendahuluan (Pra-Penelitian)
Pada kegiatan ini peneliti melakukan pengamatan terhadap pembelajaran
matematika di kelas, menentukan subyek penelitian, mewawancara guru tentang
ketertarikan siswa terhadap belajar matematika dan kemampuan pemahaman
kosnep matematika siswa. Kemudian peneliti menganalisa masalah yang ada di
kelas. Setelah hasil observasi diperoleh, peneliti bersama dengan guru kelas
melakukan diskusi untuk menentukan cara mengetahui kemampuan awal siswa
dalam matematika sebagai acuan dalam penyusunan rencana penelitian.
Tahap kegiatan pra penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.1
Kegiatan Penelitian Pendahuluan
Penelitian Pendahuluan
1. Observasi ke SMP Budi Waluyo Jakarta
2. Mengurus surat izin penelitian
3. Membuat insrtumen penelitian
4. Menghubungi kepala sekolah
5. Wawancara terhadap guru mata pelajaran
6. Menentukan kelas subjek penelitian
7. Observasi proses pembelajaran di kelas penelitian
8. Mensosialisasikan pembelajaran matematika dengan menggunakan
strategi STAR
2. Siklus I
Kegiatan pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini:
38
Tabel 3.2
Pelaksanaan Siklus I
Tahap Perencanaan
1. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
2. Mendiskusikan RPP dengan guru kolaborator
3. Membuat ringkasan materi siklus I
4. Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS)
5. Membuat pedoman observasi proses pembelajaran di kelas
6. Membuat pedoman observasi aktivitas dan respon
7. Menentukan indikator keberhasilan siklus dengan guru bidang studi
8. Membuat soal tes akhir siklus I
9. Menyiapkan alat dokumentasi
Tahap Tindakan
1. Peneliti mengelompokkan siswa kemudian melaksanakan pembelajaran
di kelas dengan menggunakan pembelajaran strategi problem solving
STAR sesuai dengan RPP
2. Peneliti memberikan tes akhir siklus I berupa soal uraian yang terdiri
dari 5 soal kepada siswa untuk mengetahui peningkatan kemampuan
pemahaman konsepnya.
Tahap Pengamatan
Kegiatan pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan tindakan.
Selama pembelajaran di kelas, kolaborator mengamati aktivitas guru dan
siswa berdasarkan lembar observasi, dan membantu guru dalam
mendokumentasikan kegiatan di kelas.
Tahap Refleksi
Peneliti bersama dengan kolaborator menganalisa hasil tindakan untuk
mengetahui tercapai tidaknya tujuan penelitian. Apabila masih belum
tercapai dan ada kekurangan, maka penelitian dilanjutkan ke siklus II
39
3. Siklus 2
Kegiatan pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.3
Pelaksanaan Siklus II
Tahap Perencanaan
1. Mendiskusikan hasil refleksi siklus I agar siklus II lebih efektif dengan
guru kolaborator
2. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang merupakan
perbaikan dari siklus I
3. Membuat ringkasan materi siklus II
4. Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS)
5. Membuat pedoman observasi proses pembelajaran di kelas
6. Membuat pedoman observasi aktivitas dan respon siswa
7. Menentukan indikator keberhasilan siklus dengan guru bidang studi
8. Membuat soal tes akhir siklus II
9. Menyiapkan alat dokumentasi
Tahap Tindakan
1. Peneliti melaksanakan pembelajaran di kelas dengan menggunakan
pembelajaran strategi problem solving STAR sesuai dengan RPP
2. Peneliti memberikan tes akhir siklus II berupa soal uraian yang terdiri
dari 5 soal kepada siswa untuk mengetahui peningkatan kemampuan
pemahaman konsepnya.
Tahap Pengamatan
Pada tahap ini peneliti dengan bantuan guru kolaborator mengamati
aktivitas siswa dan guru selama pembelajaran di kelas, serta melakukan
dokumentasi kegiatan penelitian.
Tahap Refleksi
Peneliti bersama dengan kolaborator menganalisa hasil tindakan penelitian.
Apabila target penelitian telah tercapai maka penelitian dihentikan.
40
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan
Penelitian ini diharapkan memberikan solusi terhadap masalah yang dihadapi
yakni meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa dengan
menerapkan strategi problem solving STAR pada materi operasi bilangan pecahan
dan himpunan. Jika hasil yang diharapkan sudah tercapai maka penelitian
dihentikan atau siklus berakhir. Ada tiga jenis indikator keberhasilan yang
digunakan dalam penelitian ini:
1. Peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa menunjukkan rata-rata
indikator pemahaman konsep mencapai ≥ 75
2. Peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran di kelas menunjukkan skor
rata-rata presentase aktivitas keseluruhan siswa mencapai 75%
3. Hasil pengamatan melalui lembar observasi menunjukkan 70% siswa
memberikan respon positif terhadap pembelajaran
G. Data dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu data kualitatif dan data
kuantitatif:
1. Data Kualitatif: hasil observasi aktivitas dan respon siswa, serta hasil
dokumentasi selama penelitian
2. Data Kuantitatif: nilai tes kemampuan pemahaman konsep matematika siswa
pada akhir siklus
Sumber data dalam penelitian ini adalah guru kelas, siswa, dan peneliti.
H. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
terdiri dari dua jenis, yaitu:
1. Instrumen Tes.
Untuk mengukur pencapaian kemampuan pemahaman konsep matematika
siswa digunakan instrumen berupa posttest.
41
2. Instrumen Non Tes
Instrumen non tes ini terdiri dari:
a. Lembar observasi siswa, untuk mengetahui keaktifan siswa dalam
pembelajaran.
b. Jurnal Harian, untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran yang
telah dilaksanakan
I. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan pada setiap aktivitas, situasi atau kejadian yang
berkaitan dengan tindakan penelitian yang dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk
menjawab pertanyaan penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan
sebagai berikut:
1. Lembar Observasi
Pengisian lembar observasi dilakukan oleh kolaborator selama proses
pembelajaran berlangsung, untuk mengetahui keaktifan siswa selama kegiatan
pembelajaran. Aspek aktivitas siswa yang dinilai meliputi: memperhatikan
penjelasan guru, menanggapi pertanyaan guru, mengutarakan pendapat,
memanfaatkan media pembelajaran yang tersedia, mengajukan pertanyaan, dan
mengerjakan soal yang diberikan guru.
2. Jurnal Harian
Jurnal harian berisi pertanyaan tertulis yang diisi oleh siswa setiap
pembelajaran berakhir untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran
matematika dengan strategi STAR.
3. Dokumentasi
Dokumentasi penelitian berupa pengambilan foto kegiatan siswa pada setiap
tahap pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
42
4. Tes Pemahaman Konsep Matematika
Siswa mengerjakan tes pada setiap akhir siklus untuk mengetahui
kemampuan pemahaman konsep matematika siswa setelah dilakukan
pembelajaran dengan strategi STAR.
Setelah semua data tersebut terkumpul, peneliti bersama dengan guru
kolaborator menganalisa dan mengambil kesimpulan tentang kelebihan dan
kekurangan penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan serta peningkatan
kemampuan pemahaman konsep siswa.
J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan
Agar memperoleh hasil evaluasi yang baik maka harus digunakan instrumen
yang baik pula. Untuk memperoleh sebuah instrumen yang baik, maka harus
diadakan pengujian validitas terhadap instrumen yang akan digunakan dalam
penelitian. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengevaluasi apa
yang seharusnya dievaluasi.
Uji validitas dalam penelitian ini ada dua jenis, yaitu uji validitas terhadap
instrumen kualitatif dan instrumen kuantitatif. Untuk instrumen kualitatif,
digunakan validitas dengan teknik triangulasi, yaitu:
1. Menggali data dari sumber yang sama dengan menggunakan cara yang
berbeda. Dalam penelitian ini, untuk memperoleh informasi tentang aktivitas
siswa dilakukan dengan mengobservasi siswa dan menilai jurnal harian siswa
2. Menggali data dari sumber yang berbeda untuk informasi tentang hal yang
sama, yakni mengadakan wawancara dengan guru tentang sikap dan perilaku
yang ditunjukkan siswa selama kegiatan belajar berlangsung
3. Memeriksa kembali data-data yang terkumpul, baik tentang kejanggalan-
kejanggalan, keaslian maupun kelengkapan.
4. Mengulang pengolahan dan analisis data yang sudah terkumpul.
43
Adapun data kuantitatif divalidasi dengan menggunakan teknik validtas
konten yaitu dengan mengkaji kesesuaian isi tes dengan indikator yang hendak
diukur dengan bantuan ahli.
K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis
Dari penelitian yang dilakukan data yang terkumpul terdiri dari hasil tes
matematika siswa, lembar observasi, dan jurnal harian. Analisis data kuantitatif
diolah secara statistika dari tes kemampuan pemahaman konsep yang dilakukan
pada setiap akhir siklus. Sedangkan untuk data kualitatif digunakan analisis
sebagai berikut.
1. Observasi
Data hasil observasi disajikan dalam bentuk tabel kemudian dianalisa
menggunakan nilai presentase, dengan rumus:
Keterangan :
f = frekuensi yang sedang dicari presentasenya
N = Number of Cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu)
p = angka presentase.3
2. Jurnal Harian
Data hasil jurnal harian dianalisa dengan cara merangkum pendapat siswa
pada setiap pertemuan, kemudian mengelompokkannya kedalam sikap positif dan
negatif. Penelitian ini tidak menggunakan skala netral karena siswa learning
disabilities hanya mampu membedakan antara positif dan negatif, tetapi sulit
untuk mendeskripsikan perasaan diantara keduanya.
Sikap positif bisa diartikan sebagai menyukai, menyenangi, menunjang atau
memihak terhadap suatu objek. Sedangkan sikap negatif bisa diartikan sebaliknya.
Presentase untuk tiap-tiap pernyataan tersebut digunakan rumus:
3 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), h.
43.
44
Pernyataan positif (%) =
Pernyataan negatif (%) =
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan
Seperti yang telah dikemukakan, bahwa penelitian yang dilakukan oleh
peneliti merupakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) yang memiliki tahapan-
tahapan dalam tiap siklus. Tahapan tersebut meliputi: Perencanaan, tindakan,
pengamatan dan evaluasi serta refleksi. Apabila tindakan siklus I selesai
dilakukan dan belum terjadi peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa, maka
akan ditindak lanjut dengan melakukan tindakan siklus selanjutnya. Siklus II
dilakukan dengan mengacu kepada hasil refleksi dari siklus I, sebagai perbaikan
dari tahap siklus sebelumnya. Apabila dalam tahap siklus II kriteria keberhasilan
belum tercapai, maka dilanjutkan ke siklus III, dan seterusnya sampai kriteria
keberhasilan tercapai. Penelitian akan berakhir jika kriteria keberhasilan telah
berhasil diuji dengan penerapan strategi problem solving STAR untuk
meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa.
45
BAB IV
DESKRIPSI, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII semester ganjil sekolah segregasi
SMP Budi Waluyo Jakarta. Metode yang digunakan adalah penelitian tindakan
kelas, dengan mengambil satu kelas sebagai sampel penelitian untuk diberikan
pembelajaran matematika dengan strategi problem solving STAR. Penelitian ini
terdiri dari dua siklus dengan materi yang diajarkan pada siklus pertama adalah
operasi pada bilangan pecahan, dan materi himpunan pada siklus kedua. Pada
setiap siklus terdiri dari enam pertemuan dengan lima pertemuan pembelajaran
dan satu pertemuan tes akhir siklus. Soal yang diberikan pada setiap akhir siklus
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peningkatan kemampuan pemahaman
konsep siswa berkesulitan belajar dalam memahami materi yang telah dipelajari.
Sebelum diujikan kepada siswa, tiap butir dari soal-soal tersebut divalidasi dengan
validitas konten.
Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah berupa deskripsi proses
pembelajaran pada setiap siklus, hasil tes akhir siklus, observasi aktivitas siswa,
serta respon siswa terhadap pembelajaran dengan strategi problem solving STAR.
Berikut adalah penjabaran dari data hasil penelitian yang diperoleh.
1. Penelitan pendahuluan
Pada tanggal 10 Agustus 2016 peneliti melakukan observasi pembelajaran
matematika di kelas VII SMP Budi Waluyo. Dalam kegiatan observasi ini,
peneliti mengamati kondisi siswa serta aktivitas belajar mengajar matematika di
kelas. Selain observasi pembelajaran, peneliti juga mendiskusikan strategi
problem solving STAR yang akan diterapkan dan melakukan wawancara dengan
guru mata pelajaran matematika.
Berdasarkan penelitan pendahuluan yang dilakukan, diperoleh hasil sebagai
berikut:
46
a. Pembelajaran matematika masih menggunakan metode pembelajaran yang
berpusat pada guru
b. Di dalam kelas tersebut terdapat anak dysgraphia (S1, S2, S5, S9), dyslexia
(S2, S5, S6), dyscalculia (S4, S5, S9) dan slow learner (S3, S7, S8)
c. Siswa belum dapat menyelesaikan soal yang diberikan guru secara mandiri
walaupun diberikan contoh langkah-langkah penyelesaian soalnya
d. Dari 9 orang siswa kelas VII, hanya 3 orang siswa yang mampu memahami
materi yang sudah dijelaskan guru sedangkan 6 siswa lainnya hanya menyalin
apa yang ditulis oleh guru di papan tulis
e. Respon siswa dalam belajar matematika rendah dan tidak menunjukkan
ketertarikan terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung
2. Tindakan Pembelajaran Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2016/2017.
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah menyusun Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), mempersiapkan media pembelajaran yang akan
digunakan, serta instrumen penelitan yang terdiri dari lembar observasi kegiatan
belajar siswa, lembar observasi mengajar guru, lembar kerja siswa, jurnal harian,
lembar tes kemampuan pemahaman konsep, serta alat dokumentasi.
Lembar observasi kegiatan belajar siswa digunakan untuk mengetahui
aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran dengan strategi problem solving
STAR. Lembar observasi mengajar guru diisi oleh kolaborator sebagai bahan
evaluasi proses pembelajaran yang telah dilakukan. Lembar kerja siswa dibuat
dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep siswa pada
setiap pertemuan. Lembar tes akhir siklus digunakan untuk mengetahui
peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa pada setiap akhir
siklus. Jurnal harian siswa digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap
proses pembelajaran yang diisi siswa pada setiap akhir pertemuan.
47
b. Tahap Pelaksanaan dan Pengamatan
Tahap pelaksanaan pembelajaran siklus I terdiri dari 5 pertemuan
pembelajaran dan 1 pertemuan tes akhir siklus I. Tahap ini dilaksanakan pada
tanggal 29 Agustus sampai 16 September 2016 dengan alokasi waktu tiap
pertemuan adalah 2 x 40 menit. Setiap pembelajaran diawali dengan memberikan
masalah pada kehidupan sehari-hari. Tahap pengamatan dilaksanakan bersamaan
dengan pelaksanaan, yakni pada saat proses pembelajaran berlangsung. Deskripsi
proses pembelajaran pada siklus I beserta hasil pengamatannya diuraikan sebagai
berikut:
1) Pertemuan Pertama (Senin, 29 Agustus 2016)
Pembelajaran berlangsung selama 2 x 40 menit dari pukul 09.20 – 10.40
WIB. Pembelajaran diawali dengan perkenalan peneliti dan siswa, kemudian
membaca do’a yang dipimpin oleh perwakilan dari siswa. Setelah seluruh siswa
siap untuk memulai belajar, peneliti memberikan apersepsi dan menjelaskan
tujuan serta manfaat pembelajaran pada pertemuan ini.
Pada pertemuan ini materi yang dipelajari adalah operasi penjumlahan dan
pengurangan pada pecahan biasa berpenyebut sama. Peneliti membagikan LKS
kepada masing-masing siswa lalu meminta salah seorang perwakilan yakni S3,
untuk membacakan cerita dan menyatakan kembali apa yang harus dipecahkan
dari masalah tersebut. Namun baik S3 maupun siswa lainnya tidak dapat
menyatakan masalah yang harus dipecahkan. Sehingga, peneliti mengulang
kembali cerita tersebut dengan kata-kata yang lebih mudah dipahami siswa. Pada
saat membacakan masalah, ada beberapa siswa yang tidak ikut menyimak dan
mengganggu konsentrasi teman di sampingnya. Sehingga peneliti perlu
menertibkan dan memberikan pengawasan lebih kepada siswa yang mengganggu.
Setelah siswa memahami masalah yang diberikan, peneliti meminta 3 pasang
siswa (S1 & S7, S3 & S4, dan S8 & S9) untuk maju ke depan dan menempelkan
potongan kertas berwarna yang telah disediakan pada lingkaran berdasarkan
instruksi yang diberikan dalam LKS. Saat menempelkan kertas, pasangan S8 dan
S9 melakukan kesalahan dengan menempelkan seluruh potongan kertas pada
48
lingkaran, dan subyek lainnya mampu menempelkan dengan benar. Seluruh
subyek menghitung jumlah potongan lingkaran yang benar, dan menuliskannya
dalam LKS masing-masing.
Gambar 4.1
Jawaban Siswa yang Benar dan Salah
Selanjutnya untuk menguatkan pemahaman siswa, peneliti memberikan
latihan soal untuk dikerjakan secara individu. Dalam mengerjakan latihan tersebut,
beberapa siswa masih mengalami kesulitan dalam menulis dan memahami bentuk
soal.
Sebelum pelajaran berakhir, peneliti memberikan lembar jurnal harian untuk
mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran yang telah berlangsung.
Meskipun seluruh siswa merasa senang dan tertarik dengan pembelajaran yang
berlangsung, akan tetapi tidak setiap siswa benar-benar memahami materi karena
konsentrasi siswa yang mudah terganggu.
Pengamatan aktivitas siswa yang dilakukan oleh kolaborator dan peneliti
selama pembelajaran berlangsung memberikan hasil sebagai berikut:
49
Tabel 4.1
Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
Pertemuan Pertama
No Aspek yang Dinilai Presentase
1 Siswa memperhatikan penjelasan guru 55,6%
2 Siswa menanggapi pertanyaan guru 33,3%
3 Siswa mengutarakan pendapat dukungan
atau bantahan terhadap pendapat teman lain 22,2%
4 Siswa memanfaatkan media pembelajaran
yang tersedia dengan optimal untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan
55,6%
5 Siswa mengajukan pertanyaan 22,2%
6 Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru 88,9%
Selama pembelajaran, hanya 5 orang siswa yang fokus dengan pelajaran yang
berlangsung. Sedangkan 5 siswa lainnya ada yang melakukan hal-hal lain sambil
belajar. Berdasarkan tabel aktivitas belajar siswa di atas presentase terkecil ada
pada point 3 dan 5. Pada saat guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengajukan pertanyaan, hanya 2 orang siswa yang berani bertanya, yaitu S3 dan
S8. Sedangkan siswa lainnya masih terlihat bingung untuk bertanya karena belum
menguasai materi yang diberikan dengan baik. Pemahaman siswa yang masih
kurang tersebut juga mempengaruhi siswa dalam mengutarakan pendapat dan
bantahan terhadap pendapat siswa lain. Sehingga point 3 dalam aspek aktivititas
belajar siswa juga berada pada presentase paling rendah, yakni 22,2%.
Berdasarkan pengamatan kolaborator, selama proses pembelajaran masih
terdapat beberapa kekurangan dalam penyampaian materi. Sehingga untuk
pertemuan kedua peneliti harus menggunakan kata-kata yang mudah dipahami
siswa agar siswa mudah memahami penjelasan peneliti.
50
2) Pertemuan Kedua (Rabu, 31 Agustus 2016)
Kegiatan pembelajaran berlangsung selama 2 x 40 menit dari pukul 10.40 –
12.20 WIB. Sama dengan pertemuan sebelumnya, pembelajaran diawali dengan
berdo’a dan mengabsen kehadiran siswa. Hari itu, S6 tidak masuk dikarenakan
sakit. Pada pertemuan ini, materi yang dipelajari adalah operasi penjumlahan dan
pengurangan pada pecahan biasa dengan penyebut berbeda. Sebelum memulai
materi, peneliti mengulas sedikit materi sebelumnya dengan memberikan contoh
soal sederhana. Peneliti memulai dengan membagikan LKS untuk dikerjakan oleh
masing-masing siswa.
Pada saat mengubah bentuk pecahan ke dalam gambar sebagian besar siswa
masih membutuhkan bimbingan dari peneliti karena belum mampu mengubah
pemahamannya terhadap masalah yang diberikan ke dalam bentuk gambar. Di
samping itu, siswa masih belum memahami konsep untuk mengoperasikan
pecahan berpenyebut berbeda. Kemudian peneliti memberikan satu contoh untuk
menjelaskan kepada siswa bahwa penjumlahan dan pengurangan pecahan
berpenyebut berbeda harus disamakan penyebutnya terlebih dahulu.
Dalam menyamakan penyebut, beberapa siswa terlihat kesulitan karena masih
lambat dalam menghitung perkalian. Selain itu, ketika menjawab LKS seorang
siswa yakni S8 langsung menjumlahkan pembilang dan penyebutnya tanpa
menyamakan penyebutnya dahulu.
Gambar 4.2
Siswa Masih Salah dalam Menjumlahkan Pecahan
Setelah seluruh siswa menyelesaikan LKS, peneliti memberikan latihan soal
untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap yang telah dipelajarinya.
Berdasarkan jurnal harian yang diberikan pada akhir pembelajaran, 4 orang siswa
51
memberikan respon yang kurang baik dengan pembelajaran. Menurut kolaborator
hal itu disebabkan karena siswa masih kesulitan dalam memahami materi yang
dipelajarinya sehingga merusak perasaan senang dan konsentrasi siswa ketika
belajar.
Berikut adalah tabel hasil pengamatan aktivitas yang dilakukan selama
pembelajaran berlangsung:
Tabel 4.2
Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
Pertemuan Kedua
No Aspek yang Dinilai Presentase
1 Siswa memperhatikan penjelasan guru 75%
2 Siswa menanggapi pertanyaan guru 25%
3 Siswa mengutarakan pendapat dukungan
atau bantahan terhadap pendapat teman lain 37,5%
4 Siswa memanfaatkan media pembelajaran
yang tersedia dengan optimal untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan
50%
5 Siswa mengajukan pertanyaan 37,5%
6 Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru 50%
Berdasarkan pengamatan kolaborator, pada pembelajaran ini peneliti sudah
mulai dapat beradaptasi dengan kondisi siswa. Jumlah presentase yang besar pada
pertemuan ini dikarenakan jumlah siswa yang hadir hanya 8 orang siswa.
Peningkatan aktivitas siswa pada pertemuan ini adalah karena guru dan
kolaborator memberi pengawasan serius terhadap siswa yang kurang aktif. Di
samping itu, S6 dan S9 sudah mulai berani untuk mengemukakan pendapat dan
bantahan terhadap jawaban teman yang tidak sesuai dengan pemahamannya.
Meskipun aktif, masih ada beberapa siswa yang memerlukan bantuan peneliti
dalam menyamakan penyebut pecahan. Sehingga pada pertemuan selanjutnya,
peneliti harus rutin mereview cara menyamakan penyebut pecahan agar siswa
mampu memahami dan mengingatnya.
52
3) Pertemuan Ketiga (Senin, 5 September 2016)
Pada pertemuan ketiga, materi yang dipelajari adalah operasi penjumlahan
dan pengurangan pada pecahan campuran dengan penyebut sama. Pembelajaran
diawali dengan membaca do’a dan mengabsen kehadiran siswa. Pada hari ini, tiga
orang siswa tidak masuk sekolah karena izin, yaitu S1, S2 dan S4. Sebelum
memulai pembelajaran, peneliti mereview kembali tentang penjumlahan dan
pengurangan serta menyamakan penyebut pada pecahan biasa dengan soal-soal
sederhana.
Setelah melakukan apersepi, peneliti membagikan LKS dan mengarahkan
siswa untuk memahami, mengungkapkan dengan bahasanya sendiri, dan
mengubah bentuk-bentuk pecahan yang ada dalam soal ke dalam gambar. Peneliti
meminta S3 dan S9 untuk maju ke depan dan menempelkan potongan kertas
berwarna pada papan tulis berdasarkan instruksi dalam LKS. Namun S9
melakukan kesalahan dalam menempel kertas. Peneliti meminta satu orang siswa
lainnya untuk maju untuk memperbaiki. S8 pun segera maju dan menempelkan
kertas dengan benar. Setelah diperoleh jawaban yang tepat, seluruh siswa secara
bersama-sama menghitung jumlah potongan persegi yang ditempel pada papan
tulis dan menuliskannya pada lembar LKS.
Pada langkah selanjutnya peneliti bertanya kepada siswa cara penyelesaian
operasi penjumlahan pada pecahan campuran yang berpenyebut sama. Beberapa
orang siswa dapat menyatakan dengan benar cara penyelesaiannya, sedangkan
yang lainnya masih terlihat bingung bagian mana yang harus dijumlahkan. Akan
tetapi setelah dijelaskan kembali bahwa yang dijumlahkan adalah pembilang dan
satuannya, seluruh siswa mengerti dan dapat menyelesaikan operasi penjumlahan
dan pengurangan pecahan campuran tersebut. Selain itu, peneliti juga menemukan
beberapa siswa yang belum dapat menuliskan dengan benar bentuk pecahan
campuran sehingga mempengaruhi cara mereka membaca pecahan tersebut, yaitu
S1 dan S7.
53
Gambar 4.3
Siswa Masih Kurang Tepat dalam Menuliskan Pecahan Campuran
Pada akhir pembelajaran, peneliti memberikan jurnal harian dan soal latihan
sebagai penguatan pemahaman siswa. Dari 6 orang siswa yang hadir, S3 dan S8
merasa tidak senang selama pembelajaran. Kedua siswa tersebut terlihat lelah dan
tidak bersemangat dalam belajar, meskipun masih aktif dalam mengikuti
pembelajaran. Berikut adalah hasil pengamatan kolaborator terhadap aktivitas
siswa selama pembelajaran:
Tabel 4.3
Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
Pertemuan Ketiga
No Aspek yang Dinilai Presentase
1 Siswa memperhatikan penjelasan guru 100%
2 Siswa menanggapi pertanyaan guru 50%
3 Siswa mengutarakan pendapat dukungan
atau bantahan terhadap pendapat teman lain 50%
4 Siswa memanfaatkan media pembelajaran
yang tersedia dengan optimal untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan
83%
5 Siswa mengajukan pertanyaan 50%
6 Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru 100%
Pada pertemuan ini, hanya 6 orang siswa yang hadir. Sedangkan siswa yang
memenuhi point aktivitas selama pembelajaran masih sama dengan pertemuan-
pertemuan sebelumnya. Sedikitnya jumlah siswa yang hadir juga mempengaruhi
semangat siswa dalam belajar. Sehingga meskipun pembelajaran berlangsung
54
efektif, suasana kelas menjadi lebih hening karena siswa tidak banyak merespon
pertanyaan maupun ucapan peneliti saat menjelaskan materi.
4) Pertemuan Keempat (Rabu, 7 September 2016)
Pembelajaran diawali dengan membaca do’a, mengabsen kehadiran siswa dan
melakukan apersepsi. Pada hari itu S2 tidak masuk tanpa keterangan. Seperti
biasanya, peneliti mereview materi sebelumnya dengan tanya jawab dan
memberikan beberapa contoh soal sebelum memulai materi baru.
Materi yang dipelajari pada pertemuan keempat adalah penjumlahan dan
pengurangan pecahan campuran berpenyebut berbeda. Setelah melakukan
apersepsi, peneliti membagikan LKS dan membimbing siswa untuk memahami
masalah yang diberikan dalam LKS. Kemudian peneliti meminta 2 orang siswa
untuk maju ke depan dan menempelkan potongan kertas berwarna pada papan
tulis berdasarkan instruksi yang diberikan dalam LKS. S3 dan S4 segera
mengacungkan tangannya dan maju ke depan kelas. Setelah mereka selesai
menempel, siswa lainnya secara bersama-sama menghitung jumlah potongan
pecahan persegi yang ditempel pada papan tulis, lalu menuliskan jawabannya
pada lembar LKS.
Gambar 4.4
Siswa Menempel Kertas yang Mewakili Bentuk Pecahan
55
Selanjutnya peneliti membimbing siswa untuk menjumlahkan pecahan
campuran yang berpenyebut berbeda tanpa menggunakan gambar. Kesulitan yang
dialami siswa masih sama, yakni dalam menyamakan penyebut pecahan.
Sehingga peneliti harus menjelaskan ulang dan perlahan cara untuk menyamakan
penyebut dua pecahan sampai siswa faham. Namun, pada pertemuan ini siswa
mengalami peningkatan, yakni tidak lagi ditemukan siswa yang melakukan
kesalahan dalam penulisan bentuk pecahan campuran. Untuk menguatkan
pemahaman siswa, peneliti memberikan latihan soal kepada siswa. Ketika
mengerjakan latihan, beberapa siswa masih kesulitan dalam menyamakan
penyebut, sedangkan beberapa yang lainnya lambat dalam menghitung perkalian.
Berdasarkan jurnal harian yang diisi siswa pada akhir pembelajaran, empat
orang siswa merasa tidak senang hari itu karena masih kesulitan dalam menulis
dan mengoperasikan pecahan campuran. Sedangkan aktivitas siswa selama
pembelajaran berlangsung dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.4
Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
Pertemuan Keempat
No Aspek yang Dinilai Presentase
1 Siswa memperhatikan penjelasan guru 75%
2 Siswa menanggapi pertanyaan guru 50%
3 Siswa mengutarakan pendapat dukungan
atau bantahan terhadap pendapat teman lain 50%
4 Siswa memanfaatkan media pembelajaran
yang tersedia dengan optimal untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan
62,5%
5 Siswa mengajukan pertanyaan 50%
6 Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru 100%
Pada pertemuan keempat ini, presentase aktivitas siswa pada point 2, 3 dan 5
mulai meningkat. Peningkatan ini disebabkan karena S4 sudah mulai berani untuk
bertanya saat tidak memahami materi dan mengungkapkan pendapat
56
dibandingkan 3 pertemuan sebelumnya. Sementara S1 masih belum dapat
sepenuhnya fokus pada pembelajaran, sehingga guru perlu terus mengawasinya
agar tidak mengganggu siswa lain.
5) Pertemuan kelima (Rabu, 14 September 2016)
Pembelajaran diawali dengan membaca do’a dan mengabsen kehadiran siswa.
Pada hari itu S5 dan S6 tidak masuk tanpa keterangan. Materi yang dipelajari
adalah operasi perkalian dan pembagian pada pecahan. Sebelumnya, peneliti
mengulang perkalian dan pembagian bilangan bulat dengan metode tanya jawab.
Setelah memberikan apersepsi kepada siswa, peneliti membagikan LKS untuk
dipelajari oleh siswa. Kemudian peneliti meminta seluruh siswa secara bergantian
untuk maju ke depan kelas dan mengubah pecahan pada LKS kedalam bentuk
gambar sesuai dengan urutan langkah yang diberikan. Dari 7 siswa yang hadir,
hanya S1 yang tidak maju ke depan kelas karena kelemahannya dalam memahami
dan merespon ucapan orang lain.
Ketika menempelkan kertas warna merah yang menandakan panjang ruangan,
siswa tidak mengalami kesulitan. Namun pada saat menempelkan kertas warna
kuning, siswa terlihat bingung. Pada awalnya S9 menempelkan 2 lembar kertas
berwarna kuning di atas kertas warna merah, padahal seharusnya hanya 1 lembar.
Tetapi setelah guru menjelaskan kembali tentang ukuran kertas tersebut, ia dapat
mengerti dan memperbaiki jawabannya.
Gambar 4.5
Hasil Siswa Menempel Kertas Berwarna
57
Setelah siswa menempel dengan benar, peneliti menjelaskan bahwa maksud
dari kertas warna tersebut adalah perkalian antara pecahan. Siswa kemudian
menyebutkan besar ukuran kertas yang bertumpuk warna merah dan kuning yang
merupakan luas dari ruangan. Pada saat menyebutkan, sebagian besar siswa masih
mengatakan
dan
. Kemudian peneliti menjelaskan kembali dengan bantuan
gambar yang diarsir hingga seluruh siswa dapat paham bahwa bentuk tersebut
adalah pecahan
. Selanjutnya, peneliti menjelaskan penyelesaian operasi
perkalian pada pecahan tanpa menggunakan gambar. Pada pertemuan ini tidak ada
siswa yang mengalami kesulitan dalam proses mengalikan dan pemangkatan
pecahan. Namun pada saat mempelajari operasi pembagian masih banyak siswa
yang langsung mengubah tanda “÷” menjadi “ ” tanpa membalik pecahan di
belakangnya. Tetapi setelah diberikan lebih banyak contoh, siswa mampu
menyelesaikan pembagian pecahan dengan benar. Kemudian untuk menguatkan
pemahaman siswa, peneliti memberikan latihan soal untuk dikerjakan secara
individu.
Berdasarkan jurnal harian yang diisi pada akhir pembelajaran, S1 dan S4
tidak merasa senang dengan pembelajaran pada hari itu. Menurut kolaborator dan
peneliti hal itu karena kelambatannya dalam menulis menyebabkan tidak dapat
mengikuti pelajaran dengan baik. Sedangkan S4 merasa kesal karena kesulitan
dalam memahami materi pada awal peneliti menjelaskan, sehingga merusak
kesenangannya sampai pelajaran berakhir. Berikut adalah hasil pengamatan
aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung:
58
Tabel 4.5
Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
Pertemuan Kelima
No Aspek yang Dinilai Presentase
1 Siswa memperhatikan penjelasan guru 85,7%
2 Siswa menanggapi pertanyaan guru 57,1%
3 Siswa mengutarakan pendapat dukungan
atau bantahan terhadap pendapat teman lain 42,8%
4 Siswa memanfaatkan media pembelajaran
yang tersedia dengan optimal untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan
71,4%
5 Siswa mengajukan pertanyaan 57,1%
6 Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru 71,4%
Pada pertemuan ini, meskipun hanya 7 orang siswa yang hadir pembelajaran
dapat berlangsung dengan efektif. S9 yang sebelumnya hanya aktif dalam
mencatat dan mengerjakan latihan sudah terlihat berani untuk bertanya, menjawab
pertanyaan guru, serta menyampaikan pendapatnya. Sedangkan pada tiga point
lainnya, beberapa siswa masih belum terlihat aktif, meski pembelajaran sudah
berlangsung selama 5 pertemuan.
Sebelum menutup pelajaran, peneliti memberitahukan siswa bahwa pada hari
Jum’at akan dilakukan tes akhir siklus I dan menghimbau siswa untuk belajar di
rumah.
6) Pertemuan Keenam (Jum’at, 16 September 2016)
Pada pertemuan keenam dilaksanakan tes akhir siklus I. Pertemuan ini
berlangsung pada hari Jum’at diluar jam pelajaran matematika. Ini dikarenakan
Ujian Tengah Semester akan dimulai minggu berikutnya, sehingga jadwal tes
akhir siklus I dimajukan. Pada saat peneliti masuk kelas, seperti biasa, peneliti
mengkondisikan kelas terlebih dahulu. Setelah seluruh siswa duduk di tempat
59
masing-masing dan memasukkan buku maupun catatan ke dalam tas, peneliti
membagikan soal dan lembar jawaban.
Soal yang diberikan terkait materi operasi pada pecahan yang terdiri dari 5
soal uraian. Soal-soal tersebut dibuat berdasarkan indikator kemampuan
pemahaman konsep dan dikerjakan oleh siswa secara individu tanpa melihat buku
ataupun catatan. Pada saat mengerjakan soal tes, masih ada siswa yang tidak bisa
diam, sehingga mengganggu ketenangan siswa lainnya. Selain itu S9 menanyakan
jawaban kepada S8 yang duduk di sampingnya. Peneliti menegur siswa tersebut,
dan memberikan arahan untuk mengerjakan tanpa mencontek. Pada soal yang
terkait pemahaman relasional, hampir semua siswa tidak dapat memahami
maksud dari soal tersebut sehingga membuat suasana kelas sedikit gaduh. Peneliti
pun membacakan kalimat dalam soal tersebut dengan bahasa yang mudah
dipahami siswa, baru kemudian siswa dapat menyelesaikan soal tersebut.
Setelah siklus I selesai, peneliti mengumpulkan seluruh data yang diperoleh
selama berlangsungnya penelitian kemudian mendiskusikannya dengan
kolaborator.
c. Analisis Data Siklus I
Setelah tahap pelaksanaan dan pengamatan selesai, peneliti bersama dengan
kolaborator menganalisa lembar observasi kegiatan siswa, jurnal harian siswa,
serta hasil tes kemampuan pemahaman konsep siswa. Berikut adalah analisa dari
hasil pelaksanaan dan pengamatan siklus I:
1) Kemampuan Pemahaman Konsep
Sebagaimana dijelaskan pada bab sebelumnya, kemampuan pemahaman
konsep siswa dinilai dari hasil tes yang diberikan pada akhir siklus I. Rata-rata
hasil tes yang diperoleh adalah 84,45 dengan jumlah siswa yang mengikuti tes
akhir 7 orang. Penjabaran per indikator dari hasil tes tersebut adalah sebagai
berikut:
60
Tabel 4.6
Rekapitulasi Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa
Siklus I
No. Indikator Pemahaman
Konsep
Rata-
rata
Rata-rata
Total
1. Pemahaman Instrumental 90
84,45 2. Pemahaman Relasional 78,9
Berdasarkan tabel 4.6, disimpulkan bahwa kemampuan pemahaman konsep
siswa pada siklus I adalah sebagai berikut:
a) Pemahaman Instrumental
Berdasarkan tes akhir siklus I, presentase pencapaian kemampuan
pemahaman instrumental 7 orang siswa adalah 90,5%. Walaupun hasil yang
diperoleh cukup tinggi, akan tetapi saat mengerjakan soal pemahaman
instrumental ini beberapa siswa masih membutuhkan kata kunci dari guru untuk
menyelesaikannya. Sehingga pada penelitian siklus kedua siswa harus lebih
banyak dilatih untuk memahami kata kunci penyelesaian dari setiap soal yang
diberikan. Berikut adalah beberapa jawaban siswa pada soal-soal pemahaman
instrumental.
b) Pemahaman Relasional
Kemampuan pemahaman relasional matematika yang dicapai siswa
berdasarkan hasil tes akhir siklus I menunjukkan hasil yang lebih rendah daripada
pencapaian siswa pada pemahaman instrumental, dengan presentasenya hanya
mencapai 79,3%. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa meskipun kemampuan
pemahaman relasional siswa sudah cukup baik, namun kemampuan tersebut
masih tergolong rendah dan perlu dikembangkan lebih baik lagi. Selain itu pada
saat menyelesaikan masalah yang diberikan, sebagian besar siswa masih banyak
membutuhkan arahan guru dalam memahami masalah yang diberikan pada cerita,
61
menentukan apa yang harus dihitung serta konsep apa yang harus diterapkan
untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Hasil tes ini menunjukkan bahwa walaupun hasil rata-rata tes kemampuan
pemahaman konsep siswa pada siklus I mencapai ≥ 75, akan tetapi dalam
menyelesaikan soal tes siswa masih belum mandiri dan membutuhkan arahan dari
guru. Sehingga perlu diadakan perbaikan untuk siklus selanjutnya.
Hasil tes kemampuan pemahaman konsep pada akhir siklus I secara
keseluruhan diperoleh nilai terendah adalah 47 dan paling tinggi adalah 100.
Berdasarkan hasil perhitungan tes kemampuan pemahaman konsep matematika,
diperoleh nilai rata-rata sebesar 83,86, median 90, dan modus 100. Dari perolehan
nilai tes kemampuan pemahaman matematika sebanyak 44,4% atau sebanyak 4
orang siswa dinyatakan belum tuntas karena belum mencapai kriteria ketuntasan
minimal (KKM) yaitu 70. Artinya hanya 55,6% atau 5 orang siswa yang sudah
mencapai KKM dan dinyatakan tuntas dengan nilai diatas 70. Berikut adalah
pembahasan lebih rinci hasil tes kemampuan pemahaman konsep matematika
siswa berkesulitan belajar:
a) Subjek 1 (S1)
Dalam tes akhir siklus, S1 mendapatkan skor 47 yang merupakan skor paling
rendah. Berdasarkan jawaban siswa, dapat diketahui bahwa siswa masih belum
dapat memahami materi yang dipelajari. Pada soal yang meminta untuk
menyamakan penyebut antara dua pecahan, meskipun jawaban akhir yang
diberikan benar, tetapi siswa tidak menuliskan dengan lengkap proses penyamaan
penyebut pecahan. Kemudian pada bentuk soal pemahaman relasional, siswa tidak
menuliskan langkah-langkah penyelesaian dengan benar, dan hanya menuliskan
pecahan-pecahannya. Selain itu, masih ditemukan kesalahan dalam penulisan
bentuk pecahan campuran yang dituliskan.
Beberapa kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam menjawab soal
menandakan bahwa pemahaman siswa terhadap konsep operasi bilangan pecahan
masih kurang. Hal itu disebabkan karena konsentrasi S1 sangat mudah terganggu
62
selama pembelajaran, yang menyebabkan perhatiannya tidak dapat fokus
sepenuhnya ketika peneliti menjelaskan. Oleh karena itu pada siklus selanjutnya,
S1 perlu dibimbing secara intens oleh peneliti dan kolaborator selama kegiatan
pembelajaran berlangsung.
b) Subjek 2 (S2)
Pada saat dilaksanakan tes akhir siklus I, S2 tidak dapat menghadiri kelas
karena sakit. Kemampuan pemahaman konsep yang diperoleh berdasarkan
pengamatan guru dan kolaborator selama siklus I masih menunjukkan hasil yang
sama dengan sebelum dilaksanakan siklus I. Meskipun tidak pernah membuat
kegaduhan selama pembelajaran berlangsung, siswa ini masih belum mampu
untuk memahami penjelasan materi. Kelambatannya dalam memahami ucapan
serta menulis juga menjadi faktor yang membuat kemampuan pemahaman
konsepnya belum meningkat. LKS yang dikerjakan saat pembelajaran tidak diisi
dengan benar, dan hanya mampu menulis sedikit saja. Disamping itu S2 juga
jarang mengerjakan latihan soal yang diberikan pada akhir materi. Sehingga untuk
siklus selanjutnya perlu perhatian yang lebih khusus pada S2 agar ia dapat
mengikuti pembelajaran dan kemampuan pemahaman konsepnya dapat meningkat.
c) Subjek 3 (S3)
Subjek 3 merupakan siswa yang memiliki kemampuan berpikir lebih cepat
dibanding siswa lainnya. Seluruh soal yang diberikan dalam tes dapat dijawab
dengan tepat. Perolehan nilai pada tes akhir siklus I adalah 100. Akan tetapi dalam
soal yang berbentuk pemahaman relasional S3 masih belum dapat menuliskan
penyelesaiannya dengan berurut. Meskipun demikian, S3 dapat memberikan
jawaban serta proses penyelesaian yang tepat. Sehingga dapat dikatakan bahwa
kemampuan pemahaman konsep S3 sudah berkembang setelah dilakukan
pembelajaran dengan strategi problem solving STAR.
63
d) Subjek 4 (S4)
Nilai yang diperoleh S4 pada tes akhir siklus I adalah 100. Jawaban yang
diberikan S4 dalam tes menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman konsep S4
pada siklus I sudah meningkat dengan baik. Pada soal instrumental maupun
relasional S4 mampu memberikan jawaban, dilengkapi dengan proses
penyelesaian serta penjelasan dari jawaban tersebut. Disamping itu, penulisan
jawaban yang diberikan juga rapi dan jelas, sehingga menunjukkan bahwa siswa
memang benar memahami apa yang ditulisnya.
e) Subjek 5 (S5)
Saat tes akhir siklus I berlangsung, S5 tidak dapat menghadiri kelas karena
sakit. Selama pembelajaran pada siklus I berlangsung, S5 selalu memperhatikan
penjelasan guru dan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Sama seperti beberapa
siswa lainnya, S5 juga mengatakan bahwa pembelajaran dengan strategi problem
solving STAR membuatnya semangat dan menyukai belajar matematika. Akan
tetapi, kemampuan berpikirnya yang sangat lambat membuatnya kurang
memahami materi yang dipelajari. Sehingga seringkali peneliti melihat S5
menyalin jawaban dari teman di sampingnya dalam mengerjakan latihan maupun
LKS. S5 juga masih belum bisa menghitung perkalian, ataupun menghafalnya.
Hal tersebut juga menjadi penghambat bagi S5 dalam menyelesaikan soal pecahan
yang mengharuskan untuk menyamakan penyebut dua pecahan. Pada siklus
selanjutnya, S5 harus lebih dibimbing agar mampu memahami materi yang
dipelajari dan cara menghitung perkalian.
f) Subjek 6 (S6)
Dalam tes akhir siklus I, subjek 6 dapat dikatakan bahwa siswa tidak dapat
memahami apa yang harus diselesaikannya. Skor hasil tes S6 pada siklus ini
adalah 60. Pada butir soal pemahaman instrumental pertama, siswa menuliskan
proses penyelesaian dengan lambang yang tidak tepat. Sedangkan pada butir soal
selanjutnya siswa menuliskan proses penyelesaian dengan benar, akan tetapi
melakukan kesalahan dalam menuliskan bentuk pecahan campuran. Kemudian
64
pada soal pemahaman relasional, hanya satu soal yang dapat diselesaikan dengan
benar, meskipun tanpa penjelasan jawaban. Pada dua butir soal pemahaman
relasional lainnya, S6 hanya menuliskan pecahan yang tidak sesuai dengan apa
yang diinginkan soal.
S6 merupakan siswa yang emosinya sangat mudah terpengaruh dengan
keadaan di sekelilingnya. Selain itu, S6 memiliki gangguan pendengaran, yang
mengakibatkan suaranya menjadi terlalu keras dan mengganggu konsentrasi
belajar siswa lainnya. Pada siklus selanjutnya, peneliti dan kolaborator harus
membimbing dan berada tidak terlalui jauh dari posisi S6 dalam belajar sehingga
suaranya tidak mengganggu konsentrasi siswa lainnya.
g) Subjek 7 (S7)
Sama seperti S3, jawaban yang diberikan oleh S7 dalam lembar jawabannya
tepat dan disertai dengan proses yang jelas. Meskipun demikian, S7 masih
kesulitan dalam menuliskan bentuk pecahan campuran. Sehingga bentuk pecahan
campuran cenderung menyerupai pecahan biasa. Hasil yang ia peroleh pada tes
akhir siklus adalah 100.
S7 merupakan siswa yang pendiam di kelas, tetapi mampu merespon dan
memahami penjelasan materi yang diberikan oleh peneliti. Sama seperti beberapa
siswa lainnya, kelemahan S7 adalah lambat dalam menghitung perkalian,
sehingga dalam menyelesaikan soal tes siklus I ia membutuhkan waktu yang lebih
lama daripada siswa lainnya.
h) Subjek 8 (S8)
Skor yang diperoleh S8 dalam tes akhir siklus I adalah 100. Pencapaian ini
dapat dikatakan S8 sudah memiliki kemampuan yang benar dalam memahami
materi serta menyelesaikan masalah. Selain memberikan jawaban yang tepat,
proses penyelesaian soal dan penarikan kesimpulan jawaban juga ditulis dengan
rapi dan sesuai tahap pengerjaan.
S8 adalah siswa yang hiperaktif, sehingga cenderung tidak bisa diam. Selama
pembelajaran berlangsung, S8 seringkali lebih fokus pada aktivitasnya sendiri dan
65
terlihat tidak memperhatikan penjelasan peneliti. Meskipun demikian, siswa ini
mampu merespon dengan cepat pertanyaan yang diberikan oleh guru. Penguasaan
materinya juga dapat dikatakan lebih baik dibandingkan siswa lainnya. Hanya saja,
S8 tidak mampu mengontrol dirinya, sehingga seringkali ia bertengkar dengan S6
ketika pembelajaran berlangsung. Pada siklus selanjutnya, peneliti dan
kolaborator pelu bekerja sama untuk membimbing S8 agar tidak menimbulkan
kegaduhan selama pembelajaran berlangsung.
i) Subjek 9 (S9)
S9 dapat menyelesaikan soal tes akhir siklus I dengan baik, meskipun masih
banyak ditemui kesalahan atau kekurangan dalam penulisannya. Perolehan
nilainya pada tes akhir siklus I adalah 80. Berdasarkan pembelajaran di kelas, ia
termasuk siswa yang aktif dalam bertanya dan mengikuti pelajaran, meskipun
pemahaman terhadap materinya masih kurang. Pencapaian pemahaman konsep ini
menurut peneliti dan kolaborator sudah meningkat dengan baik. Sebelum
dilakukan pembelajaran dengan strategi problem solving STAR, S9 hanya
menyalin catatan materi dari guru, dan bergantung pada jawaban teman atau
bimbingan guru dalam mengerjakan soal latihan maupun ulangan harian. Akan
tetapi pada tes ini S9 hanya bertanya kepada peneliti maksud dari soal, kemudian
menyelesaikannya dengan mandiri.
Pada salah satu pertemuan siklus I, S9 mengatakan bahwa pembelajaran yang
berlangsung sangat menyenangkan dan membuatnya menyukai matematika.
Sehingga peneliti seringkali melihat S9 bersemangat ketika tiba jam pelajaran
matematika. Keaktifan dan ketertarikannya tersebut menimbulkan motivasi
baginya untuk memahami materi yang dipelajari. Sehingga untuk siklus
selanjutnya, peneliti dan kolaborator perlu terus mengarahkan dan membimbing
S9 agar semangatnya dalam belajar tidak menurun.
Berdasarkan penjelasan di atas, meskipun rata-rata dan presentase yang
diperoleh sudah tinggi, akan tetapi kemampuan pemahaman konsep siswa pada
siklus I dengan strategi problem solving STAR masih belum mencapai intervensi
66
tindakan yang diharapkan. Dalam proses pembelajaran masih ditemukan siswa
yang kesulitan dalam menemukan jawaban walaupun bukan dari soal yang
berbentuk pemecahan masalah. Hambatan yang dialami siswa disebabkan karena
siswa masih belum menguasai materi perkalian, dan juga kemampuan berpikir
siswa yang lambat sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama dalam
memahami cara menyelesaikan soal. Oleh karena itu perlu diadakan perbaikan
dalam penyampaian materi dan proses pembelajaran yang berlangsung pada siklus
selanjutnya.
2) Aktivitas Belajar Siswa
Tabel 4.7
Rekapitulasi Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran dengan strategi problem solving STAR walaupun terjadi
peningkatan pada setiap pertemuan, namun rata-rata presentase keseluruhannya
adalah sebesar 58,63%. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam
pembelajaran dengan strategi problem solving STAR masih belum mencapai
Aspek yang diamati Presentase
1. Siswa memperhatikan penjelasan guru 78,26%
2. Siswa menanggapi pertanyaan guru 43,08%
3. Siswa mengutarakan pendapat dukungan atau
bantahan terhadap teman lain 40,5%
4. Siswa memanfaatkan media pembelajaran yang
tersedia dengan optimal untuk menyelesaikan tugas
yang diberikan
64,5%
5. Siswa mengajukan pertanyaan 43,36%
6. Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru 82,06%
Rata-Rata 58,63%
Keterangan Belum Tuntas
67
indikator keberhasilan yang telah ditentukan. Sehingga aktivitas siswa dalam
pembelajaran dengan strategi problem solving STAR harus lebih ditingkatkan
sampai memenuhi pencapaian yang diinginkan, yakni 75%.
Selain itu, siswa yang aktif pada setiap pertemuan selalu berubah.
Kemampuan siswa dalam menguasai dan mengontrol diri yang kurang,
mengakibatkan tidak setiap pembelajaran siswa merasa senang dan bersemangat.
Sehingga beberapa hal sepele seringkali mempengaruhi semangat dan keaktifan
siswa selama belajar di kelas. Meski demikian, dari 9 orang siswa yang ada, 2
orang diantaranya sangat jarang aktif di dalam kelas, yakni S1 dan S2. Hal
tersebut karena mereka lambat dalam memahami penjelasan peneliti serta
kemampuan menulisnya lebih rendah dari siswa lainnya. Sehingga tanpa
bimbingan khusus dari guru, kedua siswa tersebut selalu tertinggal dan menjadi
tidak aktif berpartisipasi pada pembelajaran.
Belum tercapainya indikator keaktifan siswa sesuai dengan yang diharapkan
ini disebabkan karena peneliti masih belum efektif membimbing siswa sesuai
dengan karakteristik anak berkesulitan belajar. Selama proses pembelajaran, ada 2
orang siswa yang berkelahi dan ada juga yang selalu keluar masuk ruang kelas.
Kategori aktivitas yang masuk dalam kategori baik adalah memperhatikan
penjelasan dari guru dan mengerjakan soal. Sedangkan pada saat diberi
kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, siswa tidak dapat memanfaatkan
kesempatan tersebut karena keterbatasan kemampuan siswa yang hanya bisa
memahami dan belum bisa mengungkapkan pendapatnya. Namun demikian,
ketertarikan siswa dalam proses pembelajaran memberikan pencapaian yang
bagus, karena hampir semua siswa terlihat senang dan semangat ketika melihat
guru memasuki ruang kelas untuk memulai mata pelajaran matematika.
3) Respon Siswa
Jurnal harian diberikan kepada siswa pada setiap akhir pertemuan untuk
mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dengan strategi problem solving
STAR yang berlangsung. Berikut adalah hasil yang diperoleh selama siklus I:
68
Tabel 4.8
Rekapitulasi Jurnal Harian Siswa Siklus I
Pertemuan ke- Presentase
Senang Tidak Senang
I 100% 0
II 37,5% 62,5%
III 66,7% 33,3%
IV 50% 50%
V 71,4% 28,6%
Rata-Rata 65,12% 34,88%
Berdasarkan tabel di atas diperoleh respon siswa pada pertemuan pertama
adalah 100% positif. Peneliti dan guru kolaborator mengapresiasi semangat siswa
ketika peneliti pertama kali memperkenalkan singkatan CUMI (Cari, Ubah,
Mengerjakan, dan Ingat kembali) kepada siswa. Pada pertemuan-pertemuan
berikutnya terjadi perubahan respon positif yang tidak beraturan. Hal ini
disebabkan beberapa faktor. Diantaranya adalah konsentrasi siswa yang mudah
terganggu, ada siswa yang merasa kesulitan saat memahami materi, ada siswa
yang bertengkar pada jam pelajaran, dan siswa lain menjadi terganggu, sehingga
mempengaruhi kondisi emosional siswa dan memunculkan respon negatif
terhadap pembelajaran.
4) Rencana Perbaikan Tindakan
Proses pembelajaran yang dilakukan pada siklus I dengan menggunakan
strategi problem solving STAR menunjukkan peningkatan kemampuan
pemahaman konsep belum tercapai oleh seluruh siswa dan masih terbatas pada
siswa tertentu saja. Hal ini menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh dari siklus I
masih belum memenuhi kriteria tercapainya keberhasilan pembelajaran yang
ditentukan. Sehingga perlu adanya perbaikan untuk tahap pembelajaran
selanjutnya di siklus II.
69
Berdasarkan lembar observasi dan lembar jurnal harian siswa, diperoleh
analisis refleksi untuk tahap selanjutnya seperti diuraikan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.9
Hasil Refleksi Pembelajaran
dengan Strategi Problem Solving STAR Pada Siklus I
No Permasalahan Solusi
1 Pembelajaran pemecahan
masalah dengan strategi STAR
masih belum efektif. Hal ini
dilihat dari mayoritas siswa
yang belum dapat menentukan
penyelesaian yang tepat untuk
setiap soal yang diberikan
Peneliti mengadakan pengulangan
pada setiap proses pembelajaran,
terutama penekanan dalam cara
menentukan penyelesaian dari sebuah
soal pada STAR, sehingga siswa dapat
memanfaatkan STAR dengan efektif
dalam memecahkan masalah
2 Keaktifan siswa dalam
merespon pertanyaan guru,
bertanya, serta mengungkapkan
pendapat masih kurang karena
kemampuan siswa dalam
berpikir dan memahami hal-hal
yang baru sangat lambat
Peneliti menggunakan kalimat-kalimat
yang lebih familiar dan mudah
difahami ketika mengajukan
pertanyaan kepada siswa. Untuk
memancing keinginan bertanya dan
mengungkapkan pendapat siswa,
peneliti memberikan contoh yang
lebih dekat dengan keseharian siswa
sehingga akan mudah dimengerti oleh
siswa, dan memberikan pujian pada
siswa yang sudah mengungkapkan
pendapatnya
3 Kemampuan peneliti dalam
penguasaan kelas serta
menyesuaikan kondisi kelas
dengan keadaan siswa masih
sangat kurang, sehingga proses
Peneliti harus membiasakan diri dan
lebih peka terhadap kondisi emosional
siswa pada setiap pertemuan sehingga
proses pembelajaran berlangsung
kondusif
70
pembelajaran yang berlangsung
masih belum kondusif
4 Beberapa siswa memiliki
kelemahan yang lebih
dibandingkan siswa lainnya, dan
tidak mampu memahami
penjelasan peneliti dengan baik.
Peneliti perlu memperhatikan siswa
yang kelemahannya lebih daripada
siswa lain, agar siswa tersebut juga
bisa memahami materi dan ikut aktif
dalam pembelajaran yang
berlangsung.
5 Respon yang diberikan oleh
siswa terhadap pembelajaran
tidak hanya dipengaruhi oleh
penggunaan strategi dan materi
yang dipelajari, tetapi juga
dipengaruhi oleh kondisi
emosional siswa sebelum masuk
kelas.
Pembelajaran pada siklus selanjutnya
harus dirancang agar mampu
memusatkan perhatian dan emosional
siswa agar tidak dipengaruhi oleh
faktor lain selain pembelajaran yang
berlangsung.
3. Tindakan Pembelajaran Siklus II
Kegiatan pembelajaran siklus II dilaksanakan berdasarkan refleksi peneliti
bersama guru kolaborator sebagai tindak lanjut terhadap pelaksanaan
pembelajaran dengan strategi problem solving STAR pada siklus I.
a. Tahap Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah mempersiapkan
RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), lembar observasi siswa, lembar kerja
siswa, jurnal harian, serta instrumen tes akhir siklus II berupa tes kemampuan
pemahaman konsep matematika siswa yang terdiri dari 5 butir soal essai.
Materi yang dibahas pada siklus II adalah materi himpunan. Sama seperti
siklus I, jumlah pertemuan pada siklus II adalah 6 kali pertemuan dengan 5
pertemuan untuk proses pembelajaran dan 1 pertemuan untuk tes akhir siklus II.
Perbedaan proses pembelajaran pada siklus II adalah kegiatan pada langkah
71
pertama pembelajaran STAR serta penggunaan media sebagai alat bantu untuk
mempelajari masalah yang digunakan oleh siswa. Pada siklus ini, media yang
digunakan adalah spidol berwarna untuk melingkari setiap kata kunci yang
diberikan pada masalah di awal pembelajaran agar perhatian siswa lebih terpusat
pada menentukan cara penyelesaian masalah.
Berdasarkan hasil refleksi pada akhir siklus I, pada pembelajaran ini peneliti
harus lebih mempehatikan kondisi emosional siswa sehingga dapat mengontrol
keadaan kelas serta menciptakan suasana belajar yang kondusif bagi seluruh siswa.
Selain itu peneliti juga harus lebih melibatkan siswa dalam setiap mengambil
kesimpulan di akhir pembelajaran agar siswa terus mengingat apa yang sudah
dipelajarinya pada setiap pertemuan.
b. Tahap Pelaksanaan dan Pengamatan
Tahap pelaksanaan pembelajaran siklus II terdiri dari 5 pertemuan
pembelajaran dan 1 pertemuan tes akhir siklus II. Tahap ini dilaksanakan pada
tanggal 26 September sampai 13 Oktober 2016 dengan alokasi waktu tiap
pertemuan adalah 2 x 40 menit. Setiap pembelajaran diawali dengan memberikan
masalah pada kehidupan sehari-hari. Tahap pengamatan dilaksanakan bersamaan
dengan pelaksanaan, yakni pada saat proses pembelajaran berlangsung. Deskripsi
proses pembelajaran pada siklus II beserta hasil pengamatannya diuraikan sebagai
berikut:
1) Pertemuan Ketujuh (Senin, 26 September 2016)
Pembelajaran dimulai pada jam ketiga yakni pukul 09.20 – 10.40 WIB.
Peneliti mengucapkan salam dan mengabsen kehadiran siswa. Pada hari itu S6
tidak masuk tanpa keterangan. Untuk memfokuskan perhatian siswa terhadap
pembelajaran, peneliti memberikan game menyebutkan anggota dari jenis
kumpulan yang disebutkan oleh peneliti. Pada saat peneliti memberikan nama
kumpulan “hewan berkaki empat”, beberapa siswa menyebutkan nama hewan
yang tidak berkaki empat. Akan tetapi siswa lain memprotes jawaban tersebut dan
menyebutkan jawaban yang benar.
72
Pada pertemuan ini, materi yang dipelajari adalah pengertian himpunan, cara
menyatakan himpunan, dan anggota-bukan anggota himpunan. Setelah apersepsi
dengan game tersebut, peneliti membagikan LKS beserta spidol tulis berwarna
kepada siswa. Peneliti membacakan masalah dalam LKS dan meminta siswa
menyebutkan maksud dari soal tersebut. S3, S4, S7, S8 dan S9 dapat
menyebutkan dengan benar apa maksud dari soal, sedangkan S1, S2, S5, dan S6
masih salah dalam memahami masalah.
Selanjutnya peneliti membimbing siswa melingkari kata-kata yang
merupakan kata kunci penyelesaiaan masalah. Siswa diminta untuk mencari
benda-benda di dalam kelas yang sesuai kategori yang diminta. Pada langkah ini,
S5 hanya menyalin jawaban teman di sampingnya, S1 dan S9 tidak dapat
menuliskan nama-nama benda yang ditemuinya dengan benar karena
kelemahannya dalam menulis, dan S7 menyebutkan nama benda-benda tanpa
mempertimbangkan karakteristik benda tersebut. Peneliti meminta siswa yang
melakukan kesalahan-kesalahan tersebut secara bergantian menuliskan
jawabannya di depan kelas. Pada saat menuliskan jawaban, peneliti mengarahkan
siswa untuk mengoreksi kesalahannya. Begitu pula ketika siswa diminta untuk
menyebutkan contoh himpunan lainnya, ada beberapa siswa yang jawabannya
masih belum tepat, diantaranya adalah S8.
Gambar 4.6
Contoh Jawaban Siswa yang Belum Tepat
Pada langkah terakhir siswa diperkenalkan dengan 3 cara menyatakan
himpunan, yakni dengan menyebutkan syarat keanggotaan, mendaftar, dan notasi
pembentuk himpunan. Meski semua siswa dapat memahami 3 cara tersebut,
namun dalam penulisannya sebagian besar siswa tidak dapat menuliskan tanda
73
kurung kurawal dan menggunakan tanda kurung biasa. Kemudian peneliti
memberikan latihan untuk menguatkan pemahaman siswa.
Selama proses pembelajaran berlangsung, tidak ada kejadian khusus yang
terjadi, sehingga pembelajaran bisa berlangsung dengan kondusif. Namun dalam
pemahaman materi, tidak semua siswa dapat memahami dalam membedakan
himpunan atau bukan himpunan. Sedangkan menurut kolaborator, secara
keseluruhan pembelajaran sudah lebih baik dari siklus sebelumnya. Peneliti juga
sudah banyak menggunakan kata-kata yang familiar dalam menjelaskan materi,
sehingga siswa mudah memahaminya. Berikut adalah hasil pengamatan aktivitas
siswa selama pembelajaran berlangsung:
Tabel 4.10
Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
Pertemuan Pertama
No Aspek yang Dinilai Presentase
1 Siswa memperhatikan penjelasan guru 87,5%
2 Siswa menanggapi pertanyaan guru 75%
3 Siswa mengutarakan pendapat dukungan
atau bantahan terhadap pendapat teman lain 75%
4 Siswa memanfaatkan media pembelajaran
yang tersedia dengan optimal untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan
87,5%
5 Siswa mengajukan pertanyaan 75%
6 Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru 87,5%
Aktivitas siswa pada pertemuan pertama di siklus II ini mengalami
peningkatan, terutama pada point 3, 4 dan 5. Pada pertemuan ini siswa sudah tidak
lagi takut ataupun ragu dalam bertanya apa yang tidak dipahaminya, dan
menyatakan keraguan terhadap jawaban yang diberikan temannya. Sedangkan
presentase point 4 yang tinggi disebabkan karena media yang digunakan mampu
membuat siswa fokus terhadap pertanyaan soal, sehingga pemanfaatannya
menjadi optimal. Jumlah siswa yang memberikan respon positif terhadap
74
pembelajaran hari ini adalah 7 dari 8 siswa yang hadir. S2 memberikan respon
negatif pada pembelajaran karena kesulitannya dalam memahami materi yang
berbeda dengan siklus sebelumnya mengakibatkan pembelajaran yang
berlangsung tidak menyenangkan baginya.
2) Pertemuan Kedelapan (Kamis, 29 September 2016)
Pembelajaran berlangsung pada jam kelima, yakni pukul 10.40 – 12.20 WIB.
Kegiatan pembelajaran diawali dengan mengucapkan salam dan mengabsen
kemudian memberikan apersepsi. Pada pertemuan kedelapan ini semua siswa
hadir dalam proses pembelajaran. Setelah melakukan apersepsi dengan tanya
jawab, peneliti membagikan LKS dengan masalah dari kehidupan sehari-hari
kepada semua siswa.
Materi yang dipelajari adalah cara menyatakan jumlah anggota himpunan,
himpunan tak behingga, himpunan kosong, dan himpunan nol. Peneliti
mengarahkan siswa untuk melingkari kata kunci penyelesaian masalah dan
menuliskannya. Dalam menuliskan anggota himpunan bintang di langit, siswa
menyatakan jumlahnya dengan menggunakan kata “banyak”. Kemudian peneliti
menjelaskan kepada siswa agar menggunakan kata “tak berhingga” untuk anggota
himpunan yang tidak dapat dihitung. Pada langkah selanjutnya, peneliti
menjelaskan kepada siswa tentang himpunan kosong dan nol, disertai dengan
contoh dari masalah yang diberikan. Kemudian siswa diarahkan untuk
menyatakan jumlah anggota himpunan dengan menggunakan notasi. Ketika
menyatakan jumlah anggota dari himpunan tak berhingga, siswa belum
memahami tentang penggunaan lambang “~” (tak berhingga), sehingga siswa
tidak menuliskan lambangnya dan hanya menuliskan “tak berhingga”.
Setelah menjelaskan materi peneliti memberikan pertanyaan-pertanyaan
penguatan kepada siswa. Dari hasil jawaban siswa, diketahui bahwa siswa masih
kesulitan dalam memahami perbedaan “himpunan kosong” dan “himpunan nol”.
Semua siswa masih menyebut himpunan nol dengan “himpunan kosong”. Peneliti
pun menjelaskan kembali perbedaan kedua himpunan tersebut disertai contoh
sampai siswa paham. Setelah semua siswa memahami materi, peneliti
75
memberikan soal latihan untuk dikerjakan secara individu agar pemahaman siswa
semakin melekat.
Tahap pengamatan dilakukan bersamaan dengan berlangsungnya
pembelajaran dan hasil pengamatan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.11
Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
Pertemuan Kedua
No Aspek yang Dinilai Presentase
1 Siswa memperhatikan penjelasan guru 88,9%
2 Siswa menanggapi pertanyaan guru 77,8%
3 Siswa mengutarakan pendapat dukungan
atau bantahan terhadap pendapat teman lain 77,8%
4 Siswa memanfaatkan media pembelajaran
yang tersedia dengan optimal untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan
88,9%
5 Siswa mengajukan pertanyaan 77,8%
6 Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru 100%
Peningkatan aktivitas siswa pada pertemuan ini ada pada point 6. Penjelasan
materi dan media belajar yang mudah dimanfaatkan oleh siswa menjadi penyebab
tidak adanya siswa yang kesulitan dalam menyelesaikan soal yang diberikan
meski tanpa bantuan dari peneliti. Berdasarkan jurnal harian dan hasil pengamatan
kolaborator, pembelajaran pada pertemuan ini cukup kondusif. Akan tetapi pada
pertengahan proses pembelajaran S6 dan S8 bertengkar dan membuat kondisi
kelas sempat terganggu. Untuk mengatasi keadaan tersebut, kolaborator
membawa S6 ke ruang kelas lain untuk belajar secara khusus. Setelah itu, kondisi
kelas menjadi tenang kembali dan semua siswa bisa melanjutkan pembelajaran.
3) Pertemuan Kesembilan (Senin, 3 Oktober 2016)
Pembelajaran diawali dengan membaca do’a, mengabsen kehadiran siswa dan
melakukan apersepsi melalui tanya jawab tentang materi pada pertemuan
76
sebelumnya. Materi yang dipelajari pada pertemuan ini adalah pengertian semesta
himpunan serta himpunan bagian. Peneliti membagikan LKS dan mengarahkan
siswa untuk mengerjakannya secara individu. Setelah guru membacakan masalah
yang diberikan, siswa melingkari nama himpunan yang ada dalam soal
menggunakan spidol warna dan menuliskan anggota dari himpunan secara
mendaftar. Kemudian peneliti menjelaskan tentang pemahaman semesta dari
suatu himpunan.
Selanjutnya siswa diminta untuk menyebutkan bagian-bagian kecil yang
dapat dibentuk dari himpunan yang diberikan. Namun siswa tidak dapat
memahami maksud dari bagian-bagian kecil tersebut. Sehingga peneliti
mengatakan “memisah-misahkan anggota himpunan menjadi kumpulan
beranggota kuning, merah, dan seterusnya”. Kemudian siswa mulai memisahkan
anggota himpunan yang diawali dengan membuat himpunan beranggota 1, lalu 2.
Pada saat mengerjakan LKS, banyak siswa yang bertanya terkait anggota
himpunan yang terbentuk. Awalnya siswa membuat kumpulan merah dan kuning
lalu kemudian S9 dan S4 bertanya “kalau merah dan hijau boleh tidak bu? Kan
merahnya sudah sama kuning tadi?” Dari situ peneliti menjelaskan bahwa kedua
kumpulan itu tidak mempengaruhi satu sama lain, jadi dibolehkan adanya
pengulangan warna seperti itu. Setelah 10 menit, siswa menunjukkan hasil
kerjanya. Tetapi tidak semua himpunan bagian dapat dituliskan oleh siswa.
Hampir seluruh siswa hanya menuliskan himpunan bagian dengan anggota satu
dan dua warna, dan tidak semua warna dituliskan. Sehingga diperoleh jawaban
yang bervariasi tentang jumlah himpunan bagian yang terbentuk. Akan tetapi
secara keseluruhan, semua siswa dapat memahami cara membentuk himpunan
bagian dari sebuah himpunan.
Peneliti menjelaskan rumus untuk menentukan banyaknya himpunan bagian
yang dapat dibentuk dari suatu himpunan. Kemudian berdasarkan himpunan di
permasalahan awal, siswa diminta menggunakan rumus tersebut untuk
menghitung banyaknya himpunan bagian yang terbentuk dan menyamakan hasil
tersebut dengan hasil yang diperoleh pada langkah kedua. Beberapa dari siswa
bertanya “kok hasilnya beda bu?”, lalu peneliti menjelaskan bahwa perbedaan
77
tersebut adalah karena siswa tidak menyebutkan seluruh himpunan bagian yang
mungkin pada langkah sebelumnya, sehingga hasilnya lebih sedikit dari yang
seharusnya.
Selanjutnya untuk menguatkan pemahaman siswa, peneliti memberikan
himpunan baru untuk menerapkan rumus yang telah dipelajari untuk menghitung
banyaknya himpunan bagian. Hambatan yang dialami pada langkah ini adalah
ketika siswa harus menghitung hasil dari bilangan berpangkat. Karena tidak
semua siswa yang dapat mengingat hasil perkalian sehingga membutuhkan waktu
yang lama untuk menghitung hasilnya.
Sebelum pelajaran berakhir, peneliti memberikan latihan untuk dikerjakan
siswa. Hampir semua siswa dapat mengerjakan latihan yang diberikan walaupun
masih membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikannya. Tidak ada
kejadian khusus yang terjadi pada pertemuan kali ini. Berikut adalah hasil
pengamatan aktivitas siswa pada pertemuan ketiga:
Tabel 4.12
Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
Pertemuan Ketiga
No Aspek yang Dinilai Presentase
1 Siswa memperhatikan penjelasan guru 88,9%
2 Siswa menanggapi pertanyaan guru 88,9%
3 Siswa mengutarakan pendapat dukungan
atau bantahan terhadap pendapat teman lain 77,8%
4 Siswa memanfaatkan media pembelajaran
yang tersedia dengan optimal untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan
88,9%
5 Siswa mengajukan pertanyaan 88,9%
6 Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru 77,8%
Presentase siswa yang mengerjakan soal pada pertemuan ini berkurang
sebanyak 22,2% dari pertemuan sebelumnya. S2 dan S3 memberikan respon tidak
senang terhadap pembelajaran dan tidak mengerjakan latihan yang diberikan oleh
78
peneliti karena belum menguasai materi yang dipelajarinya. Sedangkan 7 orang
siswa yang mengerjakan latihan tersebut juga masih memerlukan bantuan dari
peneliti untuk mengingat kembali prinsip perpangkatan bilangan. Akan tetapi
sebagian besar siswa sudah dapat memahami konsep dari materi yang dipelajari
dan menerapkannya dalam penyelesaian soal.
4) Pertemuan Kesepuluh (Kamis, 6 Oktober 2016)
Pertemuan kesepuluh ini membahas materi tentang diagram venn, irisan, dan
gabungan. Pada pertemuan ini tidak ada siswa yang asben. Pembelajaran diawali
dengan salam dan mengabsen kehadiran siswa, kemudian mengulas melalui tanya
jawab tentang materi sebelumnya.
Setelah melakukan apersepsi, peneliti membagikan LKS dan meminta siswa
untuk melingkari kata kunci himpunan dan pertanyaan yang ada dalam masalah
tersebut dengan spidol yang diberikan. Kemudian peneliti meminta S8 dan S9
untuk maju dan menyatakan himpunan yang diberikan ke dalam bentuk diagram
venn menggunakan kertas berwarna mengikuti langkah-langkah dalam LKS.
Siswa lainnya diperbolehkan untuk membantu memberikan pendapat jawaban
mereka.
Gambar 4.7
Hasil Menempel Kertas Berwarna Sebagai Diagram Venn
Dari gambar di atas terlihat bahwa siswa masih belum tepat dalam
menempelkan kertas berwarna sesuai masalah yang diberikan. Peneliti kemudian
membacakan kembali bagian pada soal cerita yang menandakan adanya bentuk
irisan antara dua himpunan dan meminta S3 untuk maju dan memperbaiki
79
kesalahan tersebut. Setelah itu siswa menggambarkan diagram venn tersebut pada
LKS. Akan tetapi S6 dan S3 masih kurang tepat dalam menggambarkan bentuk
diagram venn.
Gambar 4.8
Beberapa Gambar Diagram Venn Siswa yang Salah
Selanjutnya siswa menuliskan jumlah anggota himpunan, irisan maupun
gabungan pada diagram venn yang telah diperoleh tersebut. Baru kemudian
peneliti memberikan penjelasan definisi irisan dan gabungan dan mengarahkan
siswa untuk menyatakan irisan dan gabungan dengan notasi. Dalam menuliskan
notasi ini, hanya beberapa siswa saja yang dapat langsung dengan benar
menuliskannya. Selebihnya menuliskan dengan bentuk huruf C atau bentuk
kurung buka ( tanda “(“ ). Kemudian peneliti menjelaskan lagi lebih tuntas
sehingga siswa dapat menuliskan lambang irisan maupun gabungan dengan benar.
Sebelum pembelajaran berakhir, peneliti memberikan latihan untuk
menguatkan pemahaman siswa tentang konsep irisan serta gabungan dan cara
menyatakannya. Selanjutnya peneliti membagikan jurnal harian kepada siswa.
Jumlah siswa yang memberikan respon tidak senang pada hari ini hanya satu
orang, yakni S2, karena masih sulit baginya untuk memahami pengertian diagram
venn, irisan, dan gabungan.
Hasil pengamatan aktivitas siswa pada pertemuan ini dapat dilihat pada tabel
berikut:
80
Tabel 4.13
Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
Pertemuan Keempat
No Aspek yang Dinilai Presentase
1 Siswa memperhatikan penjelasan guru 100%
2 Siswa menanggapi pertanyaan guru 88,9%
3 Siswa mengutarakan pendapat dukungan
atau bantahan terhadap pendapat teman lain 66,7%
4 Siswa memanfaatkan media pembelajaran
yang tersedia dengan optimal untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan
77,8%
5 Siswa mengajukan pertanyaan 77,8%
6 Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru 100%
Presentase keaktifan siswa pada pertemuan kesepuluh mengalami penurunan
pada beberapa point. Berdasarkan pengamatan di kelas, siswa menjadi kurang
aktif karena belum memahami dengan baik materi yang dijelaskan oleh peneliti.
Meskipun pada proses berhitung tidak ada kesulitan, namun siswa masih kesulitan
membedakan antara konsep irisan dan gabungan. Sehingga pada pertemuan
selanjutnya, sebelum pembelajaran dimulai peneliti perlu mereview konsep materi
yang dipelajari pada pertemuan ini.
5) Pertemuan Kesebelas (Senin, 10 Oktober 2016)
Pertemuan terakhir dari siklus II ini membahas materi tentang operasi kurang
dan komplemen dari himpunan serta bentuk diagram vennnya. Pembelajaran
diawali dengan berdoa dan mengabsen siswa serta pengulangan kembali tentang
materi diagram venn, irisan dan gabungan pada pertemuan sebelumnya melalui
tanya jawab. Pada hari ini S6 tidak masuk karena sakit.
Peneliti membagikan LKS dan membimbing siswa untuk memahami masalah
yang diberikan. Setelah itu, siswa melingkari kata kunci penyelesaian masalah.
81
Akan tetapi, S1 dan S2 masih salah dalam menentukan semesta karena daya
ingatnya yang lemah.
Gambar 4.9
Jawaban Siswa yang Kurang Tepat
Siswa mengubah bentuk himpunan yang diberikan ke dalam diagram venn
dan menempatkan setiap anggota himpunan ke dalam diagram venn berdasarkan
kategori himpunannya. Pada tahap ini S1 melakukan kesalahan dengan tidak
memasukkan nama-nama sesuai dengan tempatnya.
Gambar 4.10
Jawaban Siswa Yang Kurang Tepat
Kemudian peneliti menjelaskan pengertian dari komplemen dan operasi
kurang pada himpunan. Peneliti juga menjelaskan rumus yang digunakan untuk
menghitung hasil pengurangan himpunan dengan mengulang ingatan siswa
tentang cara menyatakan jumlah anggota himpunan dengan notasi.
Tidak ada kesulitan yang berarti yang dialami peneliti selama pembelajaran
berlangsung, baik dalam menyampaikan materi maupun aktivitas belajar yang
berlangsung. Meskipun S1 dan S2 masih lambat dalam memahami materi, akan
82
tetapi kedua siswa ini sudah mengalami peningkatan dibanding pertemuan
sebelumnya dalam kemampuan menulis dan memperhatikan ketika peneliti
menjelaskan, walaupun masih sangat lambat untuk memahami. Berikut adalah
hasil pengamatan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung:
Tabel 4.14
Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
Pertemuan Kelima
No Aspek yang Dinilai Presentase
1 Siswa memperhatikan penjelasan guru 100%
2 Siswa menanggapi pertanyaan guru 87,5%
3 Siswa mengutarakan pendapat dukungan
atau bantahan terhadap pendapat teman lain 75%
4 Siswa memanfaatkan media pembelajaran
yang tersedia dengan optimal untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan
100%
5 Siswa mengajukan pertanyaan 87,5%
6 Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru 100%
Meskipun presentase siswa yang berani untuk mengutarakan pendapat selama
pembelajaran ini masih rendah, jumlah ini sudah sangat meningkat dibandingkan
dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya. Keaktifan siswa pada setiap langkah
pembelajaran maupun dalam memanfaatkan media yang tersedia terlihat sudah
maksimal pada pertemuan ini. Sehingga pembelajaran yang berlangsung lebih
efektif dan berjalan sesuai dengan rencana pembelajaran. Sebelum mengakhiri
kegiatan pembelajaran, peneliti memberikan latihan untuk memperkuat ingatan
pemahaman siswa tentang materi yang telah dipelajari bersama-sama pada
pertemuan hari ini. Peneliti mengumumkan kepada siswa tentang tes akhir siklus
II di pertemuan berikutnya dan mengingatkan siswa agar belajar di rumah.
83
6) Pertemuan Keduabelas (Kamis, 13 Oktober 2016)
Pada pertemuan ini dilaksanakan tes akhir siklus II untuk mengetahui
kemampuan pemahaman konsep siswa setelah dilaksanakan kegiatan
pembelajaran CUMI. Sebelum tes dimulai, peneliti mengabsen kehadiran siswa
terlebih dahulu. Seluruh siswa hadir pada hari ini. Setelah mengabsen, peneliti
membagikan soal dan lembar jawaban kepada siswa. Soal yang diberikan terdiri
dari 5 soal uraian yang harus dikerjakan oleh siswa secara individu.
Suasana kelas menjadi hening ketika siswa mulai mengerjakan soal. Berbeda
dengan tes akhir pada siklus sebelumnya, pada tes ini siswa tidak banyak bertanya
tentang maksud dari soal-soal yang diberikan. Selain itu, tidak ada siswa yang
bercanda dan mengganggu konsentrasi siswa lain saat mengerjakan, sehingga
peneliti hanya mengawasi saja. Seluruh siswa dapat menyelesaikan soal tepat
waktu, bahkan ada sebagian yang sudah selesai mengerjakan sebelum waktu habis.
Setelah seluruh tahap siklus II selesai, peneliti mengumpulkan data-data
penelitian siklus II untuk membahas dan membandingkannya dengan data pada
siklus I. Serta membandingkan kemampuan pemahaman konsep siswa pada siklus
I dengan siklus II.
4. Analisis Data Siklus II
Setelah kegiatan pelaksanaan selesai, peneliti bersama dengan kolaborator
mengamati pengaruh dari penerapan strategi problem solving STAR terhadap
pembelajaran matematika di kelas untuk membandingkannya dengan hasil yang
diperoleh dari siklus I. Berikut adalah hasil pengamatan yang diperoleh selama
siklus II:
a. Kemampuan Pemahaman Konsep
Berdasarkan tes yang diberikan kepada siswa pada akhir siklus II diperoleh
rata-rata hasil akhir 78,4 dengan perolehan per indikatornya adalah sebagai
berikut:
84
Tabel 4.15
Rekapitulasi Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa
Siklus II
No. Indikator Pemahaman
Konsep Rata-rata
Rata-rata
Total
1. Pemahaman Instrumental 76,7
77,5
2. Pemahaman Relasional 78,3
Berdasarkan tabel 4.15 di atas dapat dijelaskan bahwa kemampuan
pemahaman konsep siswa adalah sebagai berikut:
1) Pemahaman Instrumental
Berdasarkan hasil tes akhir siklus II, pemahaman instrumental siswa mencapai
presentase 76,5%. Dalam pembelajaran di kelas juga siswa sudah dapat
memahami materi serta menyelesaikan soal yang diberikan meskipun masih
membutuhkan waktu cukup lama untuk memahaminya. Hasil ini menunjukkan
bahwa kemampuan pemahaman instrumental siswa pada siklus II sudah
meningkat.
2) Pemahaman Relasional
Kemampuan pemahaman relasional matematika siswa mencapai presentase
77,8%. Meskipun presentase ini lebih tinggi daripada presentase yang diperoleh
pemahaman instrumental, akan tetapi masih ada 2 orang siswa yang belum dapat
memahami maupun menyelesaikan soal terkait pemahaman relasional yang
diberikan dan hanya bisa menyalin apa yang ditulis oleh teman di sampingnya.
Namun demikian, pencapaian ini sudah meningkat daripada siklus sebelumnya
karena kedua siswa tersebut pada siklus sebelumnya belum mampu menuliskan
jawaban dari soal yang diberikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan
pemahaman relasional siswa pada siklus II juga telah meningkat.
85
Hasil intervensi tindakan yang diharapkan adalah rata-rata kemampuan
pemahaman konsep siswa mencapai ≥ 75. Dengan demikian maka rata-rata
pemahaman konsep yang diperoleh pada siklus II ini sudah memenuhi target
pencapaian, yakni 77,5.
Hasil tes kemampuan pemahaman konsep pada akhir siklus II secara
keseluruhan diperoleh nilai terendah adalah 40 dan tertinggi adalah 93.
Berdasarkan hasil perhitungan tes kemampuan pemahaman konsep matematika,
diperoleh rata-rata nilai 78,4. Berdasarkan data hasil tes akhir siklus II, diketahui
hanya 2 orang siswa yang belum dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal
(KKM) yaitu 70. Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang hasil tes siswa pada
akhir siklus II:
1) Subjek 1 (S1)
Pada siklus sebelumnya, kemampuan pemahaman konsep S1 hanya mencapai
pemahaman materi yang sederhana. Akan tetapi pada siklus II siswa ini mampu
memahami materi yang dipelajarinya dengan baik. Hal tersebut terlihat dari
jawaban yang dituliskannya pada tes akhir siklus II. Siswa tersebut dapat
menjawab soal pemahaman instrumental dengan benar sebanyak 2 butir, dan soal
pemahaman relasional dapat terjawab meskipun masih belum lengkap. Nilai yang
diperoleh pada tes akhir siklus II adalah 67. Perolehan tersebut sudah meningkat
dari siklus sebelumnya, yang mana ia hanya memperoleh nilai 40.
Kemampuan menulisnya juga meningkat dibandingkan dengan siklus
sebelumnya. Peneliti dan kolaborator berpendapat bahwa hal tersebut disebabkan
karena materi pada siklus ini dapat menarik perhatian S1 dalam belajar. Sehingga
konsentrasi siswa selama pembelajaran dapat selalu terpusat pada materi dan tidak
mudah terganggu. Selain itu, peneliti juga menggeser tempat duduk S1 menjadi
lebih dekat dengan meja guru sehingga mudah bagi peneliti untuk mengawasi dan
membimbingnya dalam belajar. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
pembelajaran dengan strategi problem solving STAR pada siklus II telah mampu
meningkatkan kemampuan pemahaman konsep S1 meskipun belum maksimal.
86
2) Subjek 2 (S2)
S2 masih belum dapat menyelesaikan seluruh soal pemahaman konsep yang
diberikan pada akhir siklus. Skor yang diperoleh pada tes akhir siklus ini adalah
40. Meskipun demikian, kemampuan menulis dan minatnya dalam belajar
matematika sudah meningkat dibandingkan pada siklus sebelumnya. Selama
pembelajaran berlangsung, siswa ini juga mulai memperhatikan penjelasan dan
mencatat materi. Hal ini disebabkan karena peneliti selalu mengawasi dan
membimbing S2 selama kegiatan pembelajaran di kelas. Sehingga, walaupun
kemampuan pemahaman konsepnya belum meningkat dengan baik, tetapi
pembelajaran yang berlangsung telah meningkatkan semangat S2 dalam belajar
matematika.
3) Subjek 3 (S3)
Pada tes akhir siklus II, skor yang diperoleh S3 adalah 93. Hasil tes tersebut
menunjukkan hasil yang lebih rendah daripada hasil tes pada siklus sebelumnya.
Kesalahan pada jawabannya terletak pada soal instrumental yang meminta alasan
dari jawaban yang diberikan. Siswa ini tidak dapat menyatakan alasan mengapa
suatu kumpulan disebut himpunan atau bukan. Akan tetapi saat materi tersebut
dijelaskan, S3 dapat membedakan kumpulan yang merupakan himpunan atau
bukan himpunan. Sehingga peneliti dan kolaborator berpendapat bahwa siswa
memiliki kesulitan dalam menyatakan pemahamannya ke dalam bentuk tulisan.
Berdasarkan jawaban yang ditulisnya, diketahui bahwa ia telah mampu
memperbaiki kekurangannya pada siklus sebelumnya dengan memberikan
jawaban yang tepat dan mencantumkan proses penyelesaian dengan berurutan.
Sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan pemahaman konsep S3 telah
meningkat pada siklus ini.
4) Subjek 4 (S4)
Sama seperti S3, pada tes akhir siklus II S4 juga mengalami kesulitan dalam
memberikan alasan dari kumpulan dapat disebut sebagai himpunan. Skor yang
diperoleh S4 adalah 93. Kemampuan pemahaman konsepnya yang sudah bagus
87
pada siklus sebelumnya juga masih terlihat pada siklus ini. Akan tetapi pada awal
siklus II siswa ini mengalami kesulitan dalam menggolongkan kumpulan sebagai
suatu himpunan atau bukan himpunan. Pada pertemuan pertama dan kedua, S4
dapat menyebutkan contoh himpunan dan bukan himpunan dengan benar.
Kemudian pada pertemuan selanjutnya ia sudah lupa bagaimana menentukan
himpunan dan bukan himpunan tersebut. Sehingga peneliti perlu lebih
menekankan pemahaman karakteristik himpunan pada S4 agar pemahamannya
lebih luas. Setelah peneliti mengulang-ulang dengan rutin karakteristik himpunan
tersebut, S4 dapat memahaminya, meskipun masih sulit untuk menyatakan alasan
yang tepat.
5) Subjek 5 (S5)
Pada tes akhir siklus II, awalnya S5 tidak mengerjakan soalnya secara
mandiri. Ia terlihat beberapa kali menunggu jawaban teman di sampingnya.
Kemudian peneliti mendekati dan mengarahkan siswa ini untuk mengerjakan
soalnya tanpa mencontek. Pada saat mengerjakan, ia bertanya kepada peneliti
maksud dari soal yang diberikan. Setelah peneliti menjelaskan, ia pun
menyelesaikan soal tersebut secara mandiri. Skor yang diperoleh pada tes akhir
siklus II adalah 73. Perolehan tersebut berdasarkan soal yang dikerjakan siswa
secara mandiri, yakni dalam perhitungan dan membuat diagram venn. Meskipun
membutuhkan waktu yang lebih lama dari siswa lainnya, S5 dapat menyelesaikan
soal tersebut tanpa mencontek dan mendapatkan hasil yang bagus.
Berdasarkan pengamatan peneliti dan kolaborator, S5 mengalami peningkatan
selama pembelajaran pada siklus II dalam aspek pemahaman konsep. Pada siklus
ini, siswa sudah dapat memahami apa yang dijelaskan oleh peneliti dan peneliti
sudah jarang melihatnya menyalin jawaban dari teman di sampingnya. Sebaliknya,
ia memilih untuk langsung bertanya dan meminta bantuan kepada peneliti apabila
mengalami kesulitan dalam belajar. Sehingga dapat dikatakan kemampuan
pemahaman konsep S5 sudah cukup meningkat dari siklus sebelumnya.
88
6) Subjek 6 (S6)
Skor yang diperoleh S6 pada tes akhir siklus II adalah 80. Hasil ini meningkat
20 poin dari hasil tes pada siklus sebelumnya. Dari jawaban yang dituliskan oleh
siswa, dapat diketahui bahwa kemampuan siswa dalam memahami soal dan
memberikan penyelesaian sudah meningkat. Meskipun siswa ini masih kurang
tepat dalam menggambar diagram venn, akan tetapi jawaban yang diberikan sudah
sesuai dengan penyelesaian yang diinginkan soal.
Pada pembelajaran siklus II, ada suatu kondisi ketika S6 dan S8 bertengkar,
sehingga kolaborator memutuskan agar ia dibimbing belajar secara terpisah. Pada
pertemuan itu, ia terlihat mampu untuk memahami penjelasan materi yang
disampaikan oleh peneliti. Berdasarkan kejadian tersebut, maka pada pertemuan
selanjutnya peneliti dan kolaborator membimbing S6 lebih intens selama
pembelajaran di kelas. Sehingga ia dapat memahami materi lebih dari pertemuan
sebelumnya dan kemampuan pemahaman konsepnya meningkat.
7) Subjek 7 (S7)
Skor yang diperoleh S7 pada siklus ini menurun dari skor di siklus
sebelumnya, yakni 87. Kesalahan yang ditemukan dalam jawabannya adalah tidak
menyatakan alasan suatu kumpulan disebut himpunan. Akan tetapi, pada saat
penyampaian materi, ia dapat membedakan mana yang merupakan himpunan dan
mana yang bukan himpunan dengan tepat, beserta alasannya. Hanya pada saat tes
akhir siklus ia tidak dapat menuliskan alasan tersebut. Selain itu kemampuan S7
dalam menghitung perkalian sudah lebih baik daripada sikus sebelumnya.
Keaktifan siswa dalam pembelajaran juga sudah meningkat. Siswa ini tidak lagi
banyak diam dan mulai ikut berpartisipasi dalam kegiatan belajar seperti siswa
lainnya. Sehingga meskipun nilai tes akhir yang diperoleh menurun dari tes
sebelumnya, dapat dikatakan bahwa kemampuan pemahaman konsep S7 telah
meningkat.
89
8) Subjek 8 (S8)
Kemampuan pemahaman konsep S8 yang memang bagus dari siklus
sebelumnya, juga mengalami peningkatan pada siklus II. Nilai yang diperoleh
pada tes akhir siklus adalah 93. Pada lembar jawaban, ia tidak dapat menuliskan
alasan kumpulan tersebut merupakan himpunan akan tetapi ia mampu
memberikan jawaban yang tepat ketika peneliti menanyakannya secara lisan.
Meskipun terkadang S8 masih terlihat fokus pada hal lain ketika peneliti
menjelaskan materi, tetapi pemahamannya terhadap materi serta keaktifannya
dalam menjawab pertanyaan peneliti pada setiap pertemuan tetap melebihi siswa
lainnya.
9) Subjek 9 (S9)
Jawaban S9 yang tertulis dalam soal tes akhir siklus II menunjukkan bahwa
kemampuan pemahaman konsepnya tidak jauh berbeda dengan siklus sebelumnya.
Nilai yang diperoleh pada tes akhir siklus II adalah 80. Pada satu butir soal
instrumental, ia hanya menuliskan rumusnya dan tidak memberikan jawaban akhir.
Sedangkan pada soal lainnya, ia tidak menyebutkan alasan suatu kumpulan
disebut himpunan, walaupun selama materi siklus II diberikan ia dapat
menyebutkan alasan tersebut. Dilihat dari hal tersebut, kesalahan yang dilakukan
siswa dapat dikatakan karena ia tidak fokus dalam mengerjakan soal. Sedangkan
berdasarkan latihan-latihan yang dikerjakan pada setiap akhir pertemuan, S9
menunjukkan peningkatan kemampuan pemahaman konsep yang signifikan pada
siklus ini.
Sama seperti siklus sebelumnya, yang membuat S9 tetap belajar dengan
semangat pada siklus ini adalah karena penyampaian materi yang menurutnya
menyenangkan. Pada awalnya, ia mengeluh bahwa materi himpunan sulit baginya.
Akan tetapi setelah peneliti memberikan LKS dan menyajikan pembelajaran,
siswa ini menjadi aktif dan bersemangat untuk mempelajari materi. Sehingga dia
dapat memahami materi yang diberikan, meskipun tingkat kemampuan
pemahaman konsepnya masih tidak jauh berbeda dengan siklus sebelumnya.
90
Berdasarkan penjelasan di atas, kemampuan pemahaman konsep siswa yang
diperoleh pada siklus II telah memenuhi target intervensi tindakan yang
diharapkan. Dalam proses pembelajaran yang berlangsung dapat diketahui pula
bahwa kemampuan siswa dalam memahami masalah yang diberikan pada setiap
awal pembelajaran meningkat daripada siklus sebelumnya. Meskipun masih ada
dua orang siswa yang tidak dapat memahami materi, namun kemampuan menulis
dan semangat belajar kedua siswa tersebut mengalami peningkatan yang cukup
baik.
b. Aktivitas Belajar Siswa
Berikut adalah tabel hasil pengamatan aktivitas siswa selama pembelajaran
dengan strategi STAR pada siklus II berlangsung:
Tabel 4.16
Rekapitulasi Hasil Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus II
Melihat pada tabel di atas terdapat peningkatan aktivitas siswa selama
pembelajaran pada siklus II. Pada siklus ini presentase aktivitas siswa secara
keseluruhan adalah 85,7% yang mana terjadi peningkatan 27,07% dari presentase
Aspek yang diamati Presentase
1. Siswa memperhatikan penjelasan guru 93,06%
2. Siswa menanggapi pertanyaan guru 83,56%
3. Siswa mengutarakan pendapat dukungan atau
bantahan terhadap teman lain 74,46%
4. Siswa memanfaatkan media pembelajaran yang
tersedia dengan optimal untuk menyelesaikan tugas
yang diberikan
88,62%
5. Siswa mengajukan pertanyaan 81,4%
6. Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru 93,06%
Rata-Rata 85,7%
Keterangan Tuntas
91
pada siklus sebelumnya yang hanya 58,63%. Hal ini menunjukkan bahwa
pembelajaran yang berlangsung pada siklus II lebih efektif dan terkondisikan
dengan baik.
Hasil presentase ini juga menandakan bahwa intervensi tindakan yang
diharapkan dalam kategori aktivitas siswa sudah tercapai, karena melebihi dari
target yang diharapkan, yakni 75%. Pencapaian ini dirasakan oleh peneliti
maupun kolaborator selama pembelajaran berlangsung. Pada siklus I, siswa masih
belum aktif dalam bertanya serta menyatakan pendapat maupun mengungkapkan
kesulitannya dalam memahami materi. Akan tetapi pada siklus II siswa sudah
mulai berani untuk bertanya dan menentang jawaban yang tidak sesuai dengan
perkiraannya, sehingga suasana pembelajaran di kelas menjadi lebih efektif.
Meskipun demikian, dari 9 orang siswa, masih ada 2 orang siswa yang belum
terhitung aktif seperti siswa lainnya. Hal tersebut dikarenakan kedua siswa ini
memang mengalami kelemahan dalam hal memahami ucapan dan mencatat,
maupun berbicara. Namun kedua orang siswa ini juga mengalami peningkatan
yang berarti dari siklus sebelumnya, yang mana pada siklus sebelumnya mereka
tidak banyak menulis, berbicara dan mendengarkan perkataan dari peneliti, namun
pada siklus ini mereka sudah dapat melakukan hal-hal tersebut sedikit demi
sedikit.
c. Respon Siswa
Pada siklus ini, hampir seluruh siswa mengisi jurnal harian yang diberikan
pada setiap akhir pembelajaran. Sehingga peneliti dapat lebih mengetahui respon
siswa terhadap pembelajaran dengan strategi problem solving STAR yang
berlangsung. Berikut hasil yang diperoleh pada jurnal harian siswa selama siklus
II berlangsung:
92
Tabel 4.17
Rekapitulasi Jurnal Harian Siswa Siklus II
Pertemuan ke- Presentase
Senang Tidak Senang
I 87,5% 12,5%
II 88,9% 11,1%
III 77,8% 22,2%
IV 88,9% 11,1%
V 100% 0%
Rata-Rata 88,62% 11,38%
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa respon siswa terhadap pembelajaran
siklus II mengalami peningkatan yang baik dibandingkan siklus sebelumnya.
Berdasarkan pengamatan peneliti selama proses pembelajaran, siswa merasa
senang karena penggunaan gambar dan ilustrasi yang menarik dalam penyajian
masalah sehingga siswa menjadi senang dan semangat untuk belajar matematika.
Walaupun beberapa siswa masih ada yang kesulitan memahami pelajaran, namun
sudah berani untuk bertanya dan aktif selama kegiatan pembelajaran.
Hasil respon siswa ini juga menandakan bahwa intervensi tindakan yang
diharapkan pada aspek respon sudah terpenuhi, yaitu 70% siswa memberikan
respon positif terhadap pembelajaran dengan strategi problem solving STAR.
Perolehan rata-rata tes akhir kemampuan pemahaman konsep siswa pada
siklus II telah melampaui kriteria kesuksesan yang ditetapkan yaitu 75. Begitu
pula indikator keberhasilan dalam aspek keaktifan dan respon siswa telah
meningkat dari siklus sebelumnya. Oleh karena itu, penelitian tindakan kelas ini
diberhentikan sampai dengan siklus II.
B. Analisis Data
1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa
Berdasarkan analisis data hasil statistik deskriptif kemampuan pemahaman
konsep matematika siswa setelah diterapkan strategi STAR diperoleh skor rata-
93
rata 84,45 pada siklus I dan 77,5 pada siklus II. Adapun rata-rata kemampuan
pemahaman konsep tersebut apabila disajikan dalam bentuk diagram batang
sebagai berikut:
Grafik 4.1
Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa
Grafik 4.1 menunjukkan penurunan kemampuan pemahaman konsep yang
dicapai siswa pada akhir siklus I dan II. Pencapaian ini disebabkan karena pada
siklus II materi yang dipelajari adalah Himpunan, yang membutuhkan
kemampuan verbal siswa dalam memahami dan menyampaikan kembali apa yang
telah dipahaminya. Sedangkan berdasarkan rekapitulasi aktivitas siswa pada
siklus II menunjukkan bahwa presentase siswa dalam mengutarakan pendapat,
dukungan maupun bantahan meskipun sudah meningkat tetapi belum maksimal.
Sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan verbal siswa yang belum maksimal
menjadi penyebab rendahnya perolehan rata-rata tes akhir siklus II. Namun
demikian, ada beberapa siswa yang telah mengalami peningkatan pada siklus ini,
diantaranya adalah S1 dan S2.
Ditinjau dari tiap indikator kemampuan pemahaman konsep, deskripsi data
dapat disajikan sebagai berikut:
50
60
70
80
90
Siklus I
Siklus II
94
Tabel 4.18
Perbandingan Indikator Kemampuan
Pemahaman Konsep Matematika Siklus I dan II
Indikator Tes Siklus I Tes Siklus II
Mean Presentase Mean Presentase
Pemahaman
Instrumental 90 90,5% 76,7 76,5%
Pemahaman
Relasional 78,9 79,3% 78,3 77,8%
Tabel di atas menunjukkan terdapat 2 indikator kemampuan pemahaman
konsep yang dijadikan acuan keberhasilan dalam penelitian ini, yaitu pemahaman
instrumental dan relasional. Setiap indikator memiliki skor ideal yang berbeda
karena dipengaruhi oleh jumlah soal untuk setiap indikator.
Berikut pembahasan dari beberapa jawaban siswa dalam menyelesaikan soal
kemampuan pemahaman konsep pada siklus I dan II berdasarkan kategori
disabilitas siswa.
a. Dysgraphia
1) S1
Pada tes akhir siklus I, skor yang diperoleh S1 adalah 47. Dari kedua soal
pemahaman instrumental, meskipun jawaban yang diberikan benar, namun ia
tidak dapat menuliskan dengan tepat langkah-langkah penyelesaiannya. Kemudian
pada pemahaman relasional, ia tidak dapat menyelesaikan soal karena belum
memahami maksud dari pertanyaan yang diberikan. Ia hanya menuliskan angka
yang dilihatnya dalam soal secara acak. Berikut adalah jawaban S1pada tes akhir
siklus I.
95
Gambar 4.11
Jawaban S1 Siklus I
Skor yang diperoleh S1 pada siklus II adalah 67. Skor ini sudah mengalami
peningkatan dari perolehan pada siklus sebelumnya. Terlihat dari jawaban yang
diberikan, S1 mulai mampu memahami pertanyaan yang diberikan. Meskipun
masih terhambat dengan kelemahan menulisnya, sehingga jawaban yang
dituliskan belum tepat.
96
Gambar 4.12
Jawaban S1 Siklus II
Pencapaian S1 tersebut menunjukkan bahwa pemahamannya terhadap
konsep-konsep yang dipelajari mengalami peningkatan, terutama dalam
pemahaman instrumental. Sedangkan dalam pemahaman relasional, ia masih
kesulitan untuk menyatakan pemahamannya dan memberikan alasan dalam
memilih jawaban yang sesuai.
2) S2
Kemampuan S2 dalam menulis dapat dikatakan yang paling rendah diantara
siswa dengan kategori dysgraphia lainnya. Di samping itu, S2 juga termasuk ke
dalam kategori dyslexia, sehingga dalam belajar di kelas peneliti perlu
memberikan perhatian lebih dalam menjelaskan materi kepadanya. Pada siklus I,
S2 tidak dapat mengikuti tes akhir siklus karena sakit. Akan tetapi, berdasarkan
LKS yang dikerjakannya pada setiap pertemuan dapat diketahui bahwa S2 belum
dapat menulis dengan baik.
97
Gambar 4.13 Jawaban S2 Siklus I
Pada gambar tersebut terlihat bahwa S2 belum mampu menjawab setiap
pertanyaan pada LKS karena kelemahannya dalam menulis. Akan tetapi pada
siklus II kemampuan menulis S2 sudah mulai terlihat peningkatan, sebagaimana
terlihat dari jawabannya pada tes akhir siklus II.
Gambar 4.14
Jawaban S2 Siklus II
Pada gambar di atas diketahui bahwa meskipun jawaban yang diberikan
belum sesuai dengan soal yang ada, akan tetapi S2 sudah dapat menuliskan
98
jawaban pada tempat yang telah disediakan. Sehingga dapat dikatakan bahwa
pembelajaran dengan strategi problem solving STAR mampu meningkatkan
kemampuan matematika S2.
3) S5
Pada tes akhir siklus I dilaksanakan, S5 tidak dapat mengikuti tes dikarenakan
sakit. Kelemahan S5 dalam menulis (dygraphia) termasuk dalam kategori lebih
baik dibandingkan kedua siswa dygraphia lainnya. Ia dapat menyalin dengan
benar setiap tulisan, namun tidak mampu menuliskan kalimat-kalimat yang
disampaikan secara lisan. Selain itu, ia juga memiliki kesulitan dalam matematika
(dyscalculia), yang mengakibatkan ia lebih lambat dalam menghitung hasil
operasi-operasi matematika (penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan
pembagian) sehingga kemampuan instrumentalnya terhambat. Ia juga mengalami
kesulitan dalam memahami soal yang berbentuk cerita, serta soal yang termasuk
dalam kategori pemahaman relasional. Berikut adalah salah satu jawaban LKS S5
pada siklus I.
Gambar 4.15
Jawaban S5 Siklus I
Nilai yang diperolah S5 pada siklus II adalah 73. Perolehan ini dapat dicapai
karena hambatan S5 dalam hal menulis tidak memberi pengaruh besar, serta
99
berkat latihan yang rutin membuatnya terbiasa untuk menghitung hasil operasi
dalam matematika, walaupun masih sedikit terhambat dalam perkalian dan
pembagian. Ia dapat memahami pertanyaan yang dimaksud pada soal yang
diberikan. Kesalahan yang ditemukan pada jawabannya adalah ketika menyatakan
pemahamannya dalam soal yang berbentuk pemahaman relasional. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa meskipun pemahaman relasional S5 belum
meningkat, namun pemahaman instrumentalnya sudah mengalami peningkatan.
b) Dyslexia
1) S6
Selama pembelajaran siklus I dan II, S6 terlihat aktif dalam menulis dan
bertanya terhadap materi yang dijelaskan peneliti. Akan tetapi kesulitannya dalam
membaca membuat materi yang disampaikan secara lisan menjadi lebih mudah
dipahami daripada materi yang berbentuk tulisan. Nilai tes akhir siklus I yang
diperoleh adalah 60. Hal ini disebabkan karena kemampuan membaca S6
menghambatnya untuk memahami soal pemahaman relasional. Berikut adalah
jawaban S6 pada tes akhir siklus I.
Gambar 4.16 Jawaban S6 Siklus I
100
Kemudian pada tes akhir siklus II, S6 mengalami peningkatan dengan
perolehan nilai 80. Ia membutuhkan waktu yang 10 menit lebih lama
dibandingkan siswa lainnya untuk menyelesaikan soal yang diberikan.
Berdasarkan jawaban yang dituliskan, dapat diketahui bahwa ia telah mampu
memahami soal yang diberikan, meskipun belum lengkap dalam memberikan
jawaban. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 4.17
Jawaban S6 Siklus II
Berdasarkan perolehan di kedua siklus, dapat dikatakan bahwa strategi
problem solving STAR mampu meningkatkan kemampuan pemahaman konsep
instrumental dan relasional S6, namun dibutuhkan bimbingan yang lebih dari guru
karena kesulitannya dalam memahami tulisan.
c) Dyscalculia
1) S4
Nilai yang diperoleh S4 pada tes akhir siklus I adalah 100. Selama
pembelajaran siklus I berlangsung, ia selalu terlihat aktif dalam mengerjakan LKS,
memperhatikan penjelasan materi dan mengerjakan latihan. Peneliti juga
membimbing lebih intens pada saat ia menghitung hasil operasi matematika.
101
Sehingga meskipun ia memiliki kesulitan dalam berhitung (dyscalculia), hal
tersebut tidak terlalu berpengaruh besar terhadap pemahaman instrumentalnya.
Jawaban S4 pada tes akhir siklus I dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 4.18
Jawaban S4 Siklus I
Pada siklus II, S4 mengalami penurunan nilai menjadi 93. Berdasarkan
jawaban pada tes akhirnya, dapat diketahui bahwa ia mengalami kesulitan dalam
menyatakan alasan dari sebuah himpunan – bukan himpunan. Sedangkan pada
soal-soal lainnya ia mampu menjawab dengan tepat. Ia belum mampu untuk
mengungkapkan apa yang telah dipahaminya, sehingga menyatakan sebuah alasan
menjadi hal yang sulit baginya. Berikut adalah hasil jawaban S4 pada tes akhir
siklus II.
102
Gambar 4.19
Jawaban S4 Siklus II
Kedua hasil tersebut menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman konsep
S4 pada kedua siklus adalah sama. Kesulitan S4 dalam menyatakan alasan baru
terlihat ketika memasuki siklus II saat pengertian tentang himpunan dipelajari di
kelas. Secara keseluruhan,dapat dikatakan bahwa penerapan strategi problem
solving STAR perlu dikembangkan lagi agar efektif bagi S4.
2) S9
Observasi yang dilakukan oleh peneliti sebelum melaksanakan penelitian
memberikan hasil bahwa S9 mengalami kesulitan dalam berhitung (dyscalculia).
Meskipun ia dapat memahami, berbicara dan menulis dengan benar, akan tetapi
kemampuannya dalam menghitung hasil perkalian lebih lambat daripada S4 yang
juga siswa dyscalculia. Kemudian sama seperti yang dialami siswa lainnya, ia
juga kesulitan dalam memahami soal dan menyatakan apa yang dipahaminya ke
dalam bentuk tulisan. Nilai yang ia peroleh pada tes akhir siklus I adalah 80.
Jawaban yang kurang tepat adalah pada 2 soal pemahaman instrumental dan 1
103
soal pemahaman relasional. Berikut adalah lembar jawaban S9 pada tes akhir
siklus I.
Gambar 4.20
Jawaban S9 Siklus I
Pada tes akhir siklus II S9 memperoleh nilai yang sama, yakni 80.
Berdasarkan jawabannya, dapat diketahui bahwa kesulitan yang dialami S9 masih
sama seperti pada siklus I, yakni dalam memahami soal dan menyatakan kembali
pemahamannya. Begitu pula dengan jawaban yang kurang tepat, 2 soal pada
pemahaman instrumental dan 1 soal pemahaman relasional. Hal tersebut dapat
dilihat pada gambar berikut.
104
Gambar 4.21
Jawaban S9 Siklus II
Meskipun S9 sudah aktif dalam mengikuti setiap kegiatan pada
pembelajaran dan mengerjakan LKS, namun peningkatan yang terlihat darinya
hanya pada aspek kecepatan dalam berhitung. Pada siklus sebelumnya, ia
membutuhkan waktu yang lebih lama dalam menyelesaikan soal tes akhir, akan
tetapi pada tes akhir siklus II ia mampu menyelesaikan soal tepat waktu. Secara
keseluruhan berdasarkan pemaparan S4 dan S9, dapat dikatakan bahwa penerapan
strategi problem solving STAR perlu dikembangkan agar dapat efektif bagi S9
atau bagi siswa dysclaculia di kelas VII SMP Budi Waluyo.
d. Slow Learner
1) S3
Berdasarkan hasil observasi pra penelitian, diperoleh bahwa ada 3 orang
siswa yang termasuk dalam golongan slow learner, salah satu diantaranya adalah
S3. S3 tidak mengalami kesulitan yang berarti dalam mempelajari matematika
selain kecepatannya dalam memahami yang lebih lambat daripada siswa yang
tidak berkesulitan belajar. Begitu pula dalam pembelajaran yang berlangsung, S3
terlihat selalu aktif untuk mengikuti kegiatan belajar dan dapat memahami
105
penjelasan peneliti. Pada tes akhir siklus I S3 memperoleh nilai 100, seperti
terlihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 4.22
Jawaban S3 Siklus I
Pada siklus II, nilai yang diperoleh S3 mengalami penurunan menjadi 93. Hal
tersebut karena sama seperti yang lainnya, S3 juga belum mampu menyatakan
alasan himpunan – bukan himpunan dalam bentuk tulisan. Sedangkan pada soal
instrumental dan relasional yang lainnya ia dapat menjawab dengan tepat.
106
Gambar 4.23
Jawaban S3 Siklus II
Meskipun perolehan nilai S3 pada siklus I menurun pada siklus II, akan tetapi
terlihat peningkatan dalam minat dan kecepatan siswa dalam memahami materi
yang disampaikan. Berdasarkan pengamatan selama pembelajaran, peneliti
menyimpulkan bahwa hal tersebut dipengaruhi oleh penggunaan ikon dan
singkatan yang menarik bagi S3 sehingga ia merasa senang untuk belajar
matematika, yang berakibat memudahkannya dalam memahami materi. Sehingga
dapat dikatakan bahwa penerapan strategi problem solving STAR efektif bagi S3.
2) S7
S7 termasuk siswa yang pendiam di kelas, dan tidak berani untuk betanya
dengan lantang kepada guru seperti siswa-siswa lainnya. Perolehan nilai S7 pada
tes akhir siklus I adalah 100. Meskipun proses pemahamannya terhadap materi
masih lambat, namun penggunaan ikon dan singkatan yang unik mampu menarik
perhatiannya untuk belajar matematika sejak pertemuan pertama siklus I. Sama
seperti siswa lainnya, peneliti juga memberikan bimbingan intens apabila ia
mengalami kesulitan dalam memahami materi. Sehingga pada siklus I ia mampu
menyelesaikan soal instrumental dan relasional dengan baik.
107
Gambar 4.24
Jawaban S7 Siklus I
Nilai yang diperoleh S7 pada siklus II menurun dari siklus I, yaitu 87.
Berdasarkan pengamatan pada lembar jawaban siswa, diketahui bahwa siswa
kesulitan dalam menyatakan alasan himpunan – bukan himpunan, serta belum
tepat dalam menggambar diagaram venn. Ketika menggambarkan diagram venn
S7 hanya mengalami kekeliruan kecil sehingga dapat dikatakan kesalahan tersebut
tidak banyak mempengaruhi kemampuan instrumental atau relasionalnya. Berikut
adalah jawaban S7 pada tes akhir siklus II.
108
Gambar 4.25
Jawaban S7 Siklus II
Sama seperti S3, peningkatan yang diperoleh S7 adalah dalam aspek
kecepatan memahami materi yang disampaikan. Oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa penerapan strategi problem solving STAR bagi S7 cukup efektif dalam
meningkatkan kemampuan pemahaman konsepnya, dan sangat efektif dalam
meningkatkan minat serta kecepatan pemahaman siswa dalam belajar matematika.
3) S8
Nilai yang diperoleh S8 pada tes akhir siklus I adalah 100. Berdasarkan hasil
tersebut diketahui bahwa kemampuan pemahaman konsep S8 sudah baik. Di
dalam pembelajaran pun S8 selalu aktif dalam mengerjakan LKS, latihan serta
berani untuk bertanya dan mengutarakan pendapatnya. Keaktifan tersebut sama
seperti yang dilakukan oleh S3. Jawaban S8 pada tes akhir siklus I dapat dilihat
pada gambar berikut ini.
109
Gambar 4.26
Jawaban S8 Siklus I
Pada siklus II, nilai tes akhir yang diperoleh S8 menurun menjadi 93.
Kesulitan yang dialaminya sama seperti S3, S7 dan siswa lainnya, yakni dalam
menyatakan alasan himpunan – bukan himpunan. Di samping itu, kemampuan S8
dalam memahami materi pada pembelajaran siklus II lebih cepat daripada siklus I.
Pengamatan peneliti selama pembelajaran memberikan hasil bahwa peningkatan
tersebut disebabkan oleh ketertarikan S8 terhadap strategi problem solving STAR
yang diterapkan. Berikut adalah hasil jawaban S8 pada tes akhir siklus II.
110
Gambar 4.27
Jawaban S8 Siklus II
Hasil perolehan siklus I dan siklus II tersebut menunjukkan bahwa penerapan
strategi problem solving STAR efektif meningkatkan kecepatan dalam
memahami materi, tidak hanya bagi S8, namun juga bagi ketiga siswa slow
learner. Akan tetapi, penerapan strategi tersebut belum efektif dalam
meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa efektifitas
penerapan strategi problem solving STAR pada anak berkesulitan belajar berbeda-
beda, bergantung kepada jenis kesulitan belajar yang dimiliki siswa. Strategi
STAR dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep bagi siswa dyslexia,
dan hanya mampu meningkatkan kemampuan pemahaman instrumental bagi
siswa dysgraphia. Sedangkan penerapan strategi tersebut kurang efektif untuk
diterpakan kepada siswa dyscalculia dan hanya mempengaruhi kecepatan dalam
memahami materi bagi siswa slow learner.
111
2. Aktivitas Pembelajaran Siswa
Tahap analisis dilakukan dengan mengamati seluruh sumber data yang
digunakan dalam penelitian siklus I dan II. Berdasarkan hasil yang diperoleh,
penerapan strategi STAR dalam pembelajaran matematika di kelas mampu
meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa, serta meningkatkan
aktivitas belajar siswa di kelas. Pengamatan aktivitas yang dilakukan berdasarkan
pada beberapa aspek, yakni: memperhatikan penjelasan guru, menanggapi
pertanyaan guru, mengutarakan pendapat dukungan atau bantahan terhadap teman
lain, memanfaatkan media pembelajaran yang tersedia dengan maksimal untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan, mengajukan pertanyaan, serta mengerjakan
soal yang diberikan oleh guru. Pada siklus I, hasil pengamatan yang dilakukan
selama kegiatan pembelajaran berlangsung menunjukkan bahwa presentase
keaktifan siswa hanya mencapai 58,63% yang mana hasil tersebut masih kurang
dari presentase keaktifan siswa yang telah ditentukan.
Pada siklus selanjutnya, pembelajaran yang berlangsung berkembang menjadi
lebih kondusif dan partisipasi siswa dalam pembelajaran meningkat. Hal tersebut
dibuktikan dengan hasil presentase keaktifan siswa selama siklus II meningkat
menjadi 85,7%. Peningkatan ini diperoleh karena siswa yang pada siklus
sebelumnya masih ragu untuk bertanya dan berpartisipasi dalam pembelajaran
sudah mulai berani untuk ikut menyampaikan pertanyaan dan pendapatnya.
Dengan demikian, maka hasil ini sudah melebihi dari presentase keaktifan siswa
yang ditentukan pada awal penelitian. Analisis data peningkatan aktivitas belajar
siswa yang diperoleh pada siklus I dan II dapat dilihat pada tabel berikut:
112
Tabel 4.19
Perbandingan Hasil Pengamatan Aktivitas Pembelajaran Siswa
pada Siklus I dan II
NO Aspek yang dinilai Siklus I Siklus II
Presentase Presentase
1 Siswa memperhatikan penjelasan guru 78,26% 93,06%
2 Siswa menanggapi pertanyaan guru 43,08% 83,56%
3 Siswa mengutarakan pendapat dukungan atau
bantahan terhadap teman lain 40,5% 74,46%
4 Siswa memanfaatkan media pembelajaran
yang tersedia dengan optimal untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan
64,5% 88,62%
5 Siswa mengajukan pertanyaan 43.36% 81,4%
6 Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru 82,06% 93,06%
Rata-rata presentase 58,63% 85,7%
Kriteria pencapaian 75%
Adapun rata-rata aktivitas belajar siswa siklus I dan II apabila disajikan dalam
bentuk diagram batang adalah sebagai berikut:
Grafik 4.2
Hasil Perbandingan Aktivitas Kegiatan Pembelajaran Siswa
pada Siklus I dan Siklus II
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Siklus I
Siklus II
113
Berdasarkan tabel 4.19 dan grafik 4.2 menunjukkan peningkatan presentase
aktivitas siswa dari 58,63% pada siklus I menjadi 85,7% pada siklus II.
Peningkatan ini terlihat juga pada setiap aspek yang diamati dalam setiap
pertemuan yang hampir setiap indikator aktivitas pada siklus II melampaui
presentase 75%.
3. Respon Siswa
Jurnal harian yang diberikan pada setiap akhir pertemuan bertujuan untuk
mengetahui bagaimana perasaan dan respon siswa terhadap pembelajaran yang
berlangsung. Jurnal yang diberikan berisi 2 pertanyaan yang melatih kemampuan
siswa untuk mengungkapkan apa yang dirasakan atau dipikirkannya. Tanggapan
yang diberikan oleh siswa terdiri dari 2 jenis, yaitu senang dan tidak senang. Hal
ini karena siswa hanya mampu menyatakan perasaannya dengan dua pilihan
tersebut, karena kosa kata yang dikuasai siswa terbatas, maka akan sulit jika harus
menyatakan secara bebas apa yang dirasakannya. Berikut adalah hasil jurnal
harian selama siklus I dan II yang disajikan dalam bentuk tabel:
Tabel 4.20
Rata-Rata Presentase Tanggapan Siswa
Jenis Komentar Rata-rata presentase siklus (%)
Siklus I Siklus II
Senang 65,12 88,62
Tidak Senang 34,88 11,38
Tabel di atas jika dinyatakan dalam bentuk diagram batang adalah sebagai berikut:
114
Grafik 4.3
Hasil Perbandingan Tanggapan Siswa pada Siklus I Dan II
Berdasarkan tabel dan grafik di atas menunjukkan bahwa tanggapan positif
siswa meningkat pada siklus II dari 65,12% menjadi 88,62%. Peningkatan ini
menunjukkan bahwa target penelitian telah terpenuhi, yakni lebih dari 70% siswa
memberikan tanggapan positif terhadap pembelajaran dengan strategi STAR.
C. Pembahasan
Hasil dari kegiatan pra penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelum
dilakukannya tindakan, memberikan beberapa data sebagai acuan kegiatan
penelitian. Sebelum diterapkannya pembelajaran dengan strategi STAR,
kemampuan pemahaman konsep siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan
guru sangat rendah. Hal ini terbukti dari 9 orang siswa yang ada, hanya 3 orang
siswa yang dapat merespon pertanyaan guru selama pembelajaran dengan baik.
Selain itu dalam mengerjakan ulangan harian, tingginya nilai yang diperoleh
siswa belum dapat mewakili kemampuan pemahaman konsep siswa. Hal tersebut
dikarenakan dalam mengerjakan latihan maupun tugas, masih banyak siswa yang
menyalin jawaban dari temannya. Selain itu wawancara yang peneliti lakukan
dengan guru serta kepala sekolah juga menyatakan bahwa kemampuan siswa
Siklus I Siklus II
65.12%
88.62%
34.88%
11.38%
Senang
Tidak Senang
115
dalam belajar sangat rendah dan membutuhkan waktu lama untuk memahami
materi. Sehingga pembelajaran yang berlangsung membutuhkan waktu lebih lama
pada setiap babnya. ubah
Di samping itu, karakteristik siswa yang berbeda-beda dan sulit untuk
mengontrol emosinya terkadang menghambat kegiatan pembelajaran yang
berlangsung. Terbatasnya jumlah guru yang tersedia juga mengakibatkan setiap
kelas tidak memiliki guru khusus yang mengawasi, sehingga pembelajaran tidak
terlalu kondusif. Oleh karena itu, peneliti ingin memperbaiki proses pembelajaran
matematika dan meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa dengan
menggunakan strategi problem solving STAR. Berikut pembahasan
perkembangan kemampuan pemahaman konsep siswa dari siklus I ke siklus II.
1. Pembelajaran dengan strategi problem solving STAR memberikan pengaruh
yang berbeda-beda kepada siswa
Penerapan strategi problem solving STAR dimaksudkan agar siswa
memahami asal dari suatu rumus, sehingga lebih mudah bagi siswa untuk
mengingat konsepnya. Pembelajaran yang diawali dengan memberikan contoh
masalah dari kehidupan sehari-hari siswa diharapkan dapat memudahkan siswa
untuk memahami pertanyaan dan masalah yang diberikan.
Pada pelaksanaan tindakan siklus I kondisi belajar di kelas sudah berjalan
cukup baik dan tidak ada siswa yang bermasalah. Hal ini disebabkan karena siswa
tertarik dengan singkatan CUMI yang digunakan oleh peneliti. Meskipun tidak
seluruh siswa memahami materi dengan baik, akan tetapi perolehan rata-rata tes
akhir siklus I sudah mampu melebihi kriteria keberhasilan, yaitu 84,45. Sehingga
untuk siklus selanjutnya peneliti dan kolaborator sepakat untuk memperbaiki
strategi STAR agar lebih efektif lagi bagi siswa.
Pada siklus II, peneliti dan guru kolaborator menerapkan perbaikan strategi
yang telah ditentukan pada tahap refleksi siklus I. Selama pembelajaran siklus II
berlangsung, terlihat peningkatan pada beberapa orang siswa, sedangkan sebagian
siswa lainnya masih memiliki kemampuan yang tidak jauh berbeda dengan siklus
sebelumnya. Kemudian pada tes akhir siklus II diperoleh hasil kemampuan
pemahaman konsep yang variatif. Rata-rata nilai yang diperoleh adalah 77,5
116
dengan 2 orang siswa yang mendapat nilai di bawah KKM. Hasil ini menurun dari
rata-rata pada siklus sebelumnya, dan disebabkan oleh nilai yang diperoleh siswa
tidak seluruhnya meningkat. Pada penelitian ini diperoleh bahwa penerapan
strategi problem solving STAR efektif bagi siswa dyslexia dan dysgraphia,
sedangkan kurang efektif bagi siswa slow learner dan tidak efektif untuk
diterapkan pada siswa dyscalculia.
2. Pembelajaran dengan strategi problem solving STAR meningkatkan aktivitas
siswa dalam belajar matematika.
Strategi problem solving STAR yang diterjemahkan menjadi singkatan yang
unik dan familiar bagi siswa diharapkan mampu membuat siswa lebih tertarik dan
aktif dalam belajar, sehingga belajar matematika menjadi menyenangkan.
Berdasarkan pengamatan sebelum penelitian, jumlah siswa yang aktif selama
pembelajaran hanya 3 orang. Sedangkan 6 siswa lainnya hanya menulis apa yang
guru tuliskan di papan tulis, diam dan mencoret-coret buku tulis atau meja, dan
beberapa siswa terlihat berbicara dengan siswa lain. Keadaan tersebut membuat
pembelajaran yang berlangsung tidak kondusif dan materi tidak dapat diterima
siswa dengan baik.
Pada pertemuan pertama dan peneliti menyampaikan singkatan STAR dan
kepanjangannya kepada siswa, hampir seluruh siswa memusatkan perhatiannya
pada penjelasan peneliti. Presentase aktivitas siswa pada pertemuan pertama
mencapai 100% karena seluruh siswa tertarik dengan singkatan STAR.
Pencapaian ini mampu mempengaruhi aktivitas siswa pada pertemuan-pertemuan
selanjutnya, sehingga diperoleh presentase aktivitas siswa pada siklus I adalah
58,63% dan pada siklus II meningkat menjadi 85,7%. Rendahnya presentase pada
siklus I disebabkan karena siswa belum terlatih untuk bertanya dan mengerjakan
soal yang berbentuk pemecahan masalah. Akan tetapi pada siklus II siswa sudah
mulai terbiasa dan berani untuk bertanya kepada peneliti jika ada materi yang
belum difahaminya.
117
3. Pembelajaran dengan strategi problem solving STAR dapat meningkatkan
respon siswa terhadap pembelajaran matematika.
Meningkatnya aktivitas belajar siswa selama pembelajaran dengan strategi
problem solving STAR juga mempengaruhi peningkatan respon yang diberikan
siswa terhadap pembelajaran yang berlangsung. Presentase respon positif siswa
pada siklus I mencapai 65,12% yang kemudian meningkat menjadi 88,62% pada
siklus II.
Respon positif dan negatif yang diberikan siswa masih sebagian besar
dipengaruhi oleh faktor psikologisnya. Ada 2 orang siswa yang tidak mampu
mengontrol emosinya dengan baik, sehingga berbicara dengan nada keras atau
berkelahi dengan temannya saat pembelajaran berlangsung. Selain itu, beberapa
siswa juga tidak dapat menggambarkan perasaannya dengan benar, sehingga tidak
dapat membedakan perasaan senang dan tidak senang meskipun respon tersebut
terlihat dari sikap dan keaktifan siswa.
118
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian observasi, dan pembahasan yang telah diuraikan
pada bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Penerapan pendekatan pemecahan masalah dengan strategi problem solving
STAR dalam pembelajaran matematika memberikan pengaruh yang berbeda-
beda berdasarkan kategori siswa. Kemampuan pemahaman konsep yang
meningkat dengan strategi problem solving STAR ini terlihat pada siswa yang
memiliki kesulitan menulis (dysgraphia) dan membaca (dyslexia). Sedangkan
pada siswa dyscalculia penerapan strategi ini tidak efektif karena tidak terjadi
peningkatan pada siswa. pada siswa slow learner, strategi ini mampu untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam meningkatkan kecepatan proses
berpikir ketika memahami materi, dan tidak berpengaruh terhadap
kemampuan pemahaman konsepnya. Hal ini dibuktikan dengan perolehan
rata-rata siswa pada tes akhir siklus I yang diikuti oleh 7 orang siswa
mencapai 84,45 dengan indikator pemahaman instrumental 90 dan indikator
pemahaman relasional 78,9. Akan tetapi pada siklus selanjutnya, rata-rata
yang diperoleh adalah 77,5 dengan kemampuan pemahaman instrumental
76,7 dan pemahaman relasional 78,3. Dengan demikian, meski diperoleh rata-
rata yang memenuhi kriteria keberhasilan, penerapan strategi problem solving
STAR belum efektif meningkatkan kemampuan pemahaman konsep
instrumental dan relasional siswa.
2. Pembelajaran dengan strategi problem solving STAR juga meningkatkan
aktivitas belajar siswa. Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti dan
kolaborator terhadap aktivitas belajar siswa telah meningkat dari rata-rata
58,63% pada siklus I menjadi 85,7% pada siklus II. Pada pembelajaran siklus
I jumlah siswa yang berani utuk mengutarakan pendapat, mengajukan
119
pertanyaan dan menjawab pertanyaan guru masih terbatas pada 3 orang siswa
saja. Sedangkan dalam memperhatikan penjelasan guru serta mengerjakan
latihan, hampir seluruh siswa bisa berpartisipasi secara aktif, meskipun dalam
menggunakan media pembelajaran masih ditemukan siswa yang belum
mengetahui cara memanfaatkannya untuk mempermudah pemahaman dan
mengerjakan LKS. Pada siklus selanjutnya siswa sudah mulai terbiasa
menggunakan media pembelajaran, dan sudah mulai berani untuk
mengungkapkan pendapat atau bertanya kepada guru saat kesulitan
memahami materi. Sehingga jumlah siswa yang mampu mengerjakan latihan
dari guru dan menanggapi pertanyaan guru juga meningkat dari siklus
sebelumnya.
3. Siswa memberikan respon positif terhadap penggunaan strategi problem
solving STAR dalam pembelajaran. Sebagian besar siswa merasa senang dan
lebih bersemangat saat belajar matematika di kelas. Hal ini ditunjukkan
dengan rata-rata presentase respon siswa yang menunjukkan kategori positif
sebesar 65,12% pada siklus I meningkat menjadi 88,62% pada siklus II.
Berdasarkan hasil tersebut maka target penelitian yaitu 70% siswa
memberikan respon positif terhadap pembelajaran dengan pendekatan
pemecahan masalah dengan strategi problem solving STAR.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dan temuan dalam
penelitian ini, peneliti dapat memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi sekolah hendaknya dapat mendukung dan memfasilitasi guru
matematika dalam sarana dan prasarana belajar sehingga dapat
mengembangkan strategi problem solving STAR di lingkungan sekolah.
2. Bagi guru disarankan agar menerapkan strategi problem solving STAR
sebagai alternatif pembelajaran khususnya dalam meningkatkan kemampuan
pemahaman konsep matematika, aktivitas, dan respon siswa.
120
3. Siswa berkesulitan belajar perlu banyak dilatih dengan soal berbentuk
pemecahan masalah dengan bantuan media pembelajaran, sehingga siswa
tertarik untuk belajar matematika dan mampu memahami konsep-konsep
dalam matematika lebih luas.
4. Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya meneliti apakah strategi problem
solving STAR dapat meningkatkan kemampuan matematika lainnya pada
anak berkesulitan belajar, tidak terbatas hanya pada kemampuan pemahaman
konsep matematika.
121
DAFTAR PUSTAKA
Agustyawati., dan Solicha. Psikologi Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.
Jakarta: LP UIN Jakarta, 2009.
Duffin, J.M., and Simpson, A.P. A Search for Understanding, Journal of
Mathematical Behavior, 18(4), pp. 415-427, 2000.
Gagne, Robert M. and Medsker, Karen L. The Condition of Learning, Training
Application. Florida: Harcourt Brace College Publisher, 1996.
Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, Cet. 8,
2008a.
-----. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi
Aksara, Cet. 6, 2008b.
Hamzah, Ali dan Muhlisrarini. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran
Matematika. Jakarta: Rajawali Pers, 2014.
Higbee, Kenneth L. “Your Memory: How It Works and How to Improve It”.
www.semanticscholar.org, 14 Maret 2016.
Ibrahim, M., dan Nur, M. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya:
University Press, 2000.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, Ed. 4, Cet.
1, 2008.
Kusumah, Wijaya., dan Dwigatama, Dedi. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Indeks, 2012.
Kimbrough, Krystal. “STAR Strategy Math Intevention”,
http://faculty.uca.edu/ronkb/bramlett/Star Strategy Math intervention.pdf,
15 Maret 2016.
Maccini, Paula., and Ruhl, Kathy L. “Effects of a Graduated Instructional
Sequence on the Algebraic Subtraction of Integers by Secondary Students
with Learning Disabilities”, (http://www.jstor.org/stable/42899634), 12
April 2017.
Muin, Abdul. “Pendidikan Metakognitif untuk Meningkatkan Kemampuan
Matematika Siswa SMA”. 1(1), 2006.
122
New World Encyclopedia. “Benjamin Bloom”,
(http://newworldencyclopedia.org/entry/Benjamin_Bloom), 12 April 2017.
Nila Kesumawati, “Pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran
Matematika”, Makalah disampaikan pada Semnas Matematika dan
Pendidikan Matematika, Palembang, 2008.
Polya, G. How To Solve It. New York: Princeton University Press, 1957.
Rahayu, Gelar Dwi., dan Ramli, Munasprianto. Pendekatan Baru dalam
Pembelajaran Matematika dan Sains Dasar. Jakarta: PIC UIN, 2007.
Sabri, Alisuf. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2010.
Sanjaya, Wina. Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: Kencana, 2011.
Santinah, Konsep Strategi Pembelajaran dan Aplikasinya, Journal for Islamic
Social Sciences, 2016.
Skemp, Richard R., Relational Understanding and Instrumental Understanding,
Mathematics Teaching, 77 (1), pp. 20-26, 1976.
Soemantri, Sutjihati. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama, 2006.
American Speech-Language-Hearing Association. Specific Learning Disability.
http://www.asha.org , 11 April 2017.
Stegal, Joanna. Supplemental Algebra Vocabulary Instruction for Secondary
Students with Learning Disabilities, All Disertation. 2013.
Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2003.
-----. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet. 5,
2005.
Sukardjo, M., dan Komarudin, Ukim. Landasan Pendidikan Konsep dan
Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers, Ed. 1, 2009.
Supinah, dan Sutanti, Titik. Pembelajaran Berbasis Masalah Matematika di SD.
Yogyakarta: PPPPTK Matematika, 2010.
Suwangsih, Erna., dkk. Model Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI Press,
2006.
Syah,Muhibbin. Psikologi Belajar. Jakarta: Logos, Cet. I , 1999.
123
Syaodih, Nana. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007.
UU RI No. 20 tentang Sisdiknas. Jakarta: CV. Mini Jaya Abadi, 2003.
Winataputra, Udin S. Teori Belajar dan Pembelajaran. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka, 2014.
124
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS I
Satuan Pendidikan : SMP Budi Waluyo
Kelas/Semester : VII/Ganjil
Mata Pelajaran : Matematika
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit
Pertemuan : Pertama
A. Standar Kompetensi
1. Memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan dan penggunaannya dalam
pemecahan masalah
B. Kompetensi Dasar
1.1 Melakukan operasi hitung bilangan bulat dan pecahan
1.2 Menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat dan pecahan dalam
pemecahan masalah
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Melakukan operasi penjumlahan pada pecahan biasa berpenyebut sama
2. Melakukan operasi pengurangan pada pecahan biasa berpenyebut sama
3. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan pecahan biasa
berpenyebut sama
4. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan pengurangan pecahan biasa
berpenyebut sama
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran ini, siswa diharapkan dapat:
1. Membedakan pecahan yang berpenyebut sama dan berpenyebut berbeda
2. Menghitung hasil operasi penjumlahan pecahan biasa berpenyebut sama
125
Lampiran 1
3. Menghitung hasil operasi pengurangan pecahan biasa berpenyebut sama
4. Menyelesaikan masalah terkait penjumlahan pecahan biasa berpenyebut
sama
5. Menyelesaikan masalah terkait pengurangan pecahan biasa berpenyebut
sama
E. Materi Pembelajaran
Operasi pada Bilangan Pecahan
1. Penjumlahan Pecahan
Untuk penjumlahan pecahan biasa yang penyebutnya sama, dapat
dilakukan dengan menjumlahkan pembilang-pembilangnya, sementara
penyebutnya tetap.
Rumus penjumlahan pada pecahan berpenyebut sama adalah :
+
=
, untuk a, b, dan c bilangan bulat dan c 0
Contoh :
Jumlahkan pecahan-pecahan berikut:
a)
+
=
=
b)
+
=
=
= 1
2. Pengurangan Pecahan
Pengurangan pecahan biasa dengan penyebut sama dilakukan dengan
mengurangkan pembilang-pembilangnya, sementara penyebutnya tetap.
Rumus pengurangan pada pecahan berpenyebut sama adalah :
-
=
, untuk a, b, dan c bilangan bulat dan c 0
Contoh :
Kurangkan pecahan-pecahan berikut:
a)
-
=
=
b)
-
=
=
126
Lampiran 1
F. Pendekatan dan Strategi Pembelajaran
Pendekatan Pembelajaran : Problem Solving
Strategi Pembelajaran : STAR
G. Kegiatan Pembelajaran
Tahapan Deskripsi Kegiatan
Komponen
STAR
Alokasi
Waktu
Awal
1. Peserta didik mengucapkan salam dan melakukan
do’a bersama yang dipimpin oleh ketua kelas
2. Guru memeriksa kehadiran peserta didik
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
4. Guru memotivasi peserta didik untuk mempelajari
materi penjumlahan dan pengurangan pecahan
dengan memberikan gambaran penggunaan materi
dalam kehidupan sehari-hari
5. Guru mengaitkan materi operasi penjumlahan dan
pengurangan pada pecahan biasa berpenyebut sama
dengan pemahaman siswa tentang bentuk pecahan
biasa yang berpenyebut sama dan berbeda, serta
konsep penjumlahan dan pengurangan pada bilangan
bulat.
6. Guru membagikan LKS dan media belajar berupa
kertas serta karton yang mewakilkan bentuk
beberapa pecahan
10 menit
1. Guru memberikan sebuah masalah pada kehidupan
sehari-hari terkait dengan penjumlahan dan
pengurangan pecahan biasa berpenyebut sama dalam
bentuk LKS
2. Guru menggali pengetahuan prasayarat peserta didik
tentang operasi penjumlahan dan pengurangan
Search
Search
127
Lampiran 1
Inti
bilangan bulat, serta perbedaan pecahan yang
berpenyebut sama dan berbeda
3. Guru membimbing peserta didik untuk memahami
masalah pada cerita 1 yang diberikan dalam LKS
4. Guru mengarahkan peserta didik untuk
menggunakan kertas putih yang terdapat pola
pecahan dan potongan karton untuk mengubah
masalah dalam LKS ke dalam bentuk gambar
5. Peserta didik dengan bantuan guru menentukan cara
yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang
diberikan
6. Beberapa peserta didik diberi kesempatan untuk
mempresentasikan cara penyelesaian masalah yang
tepat berdasarkan pendapat
7. Guru memberikan arahan kepada peserta didik
apabila cara penyelesaian yang dipresentasikan
masih belum tepat
8. Peserta didik melanjutkan langkah penyelesaian
masalah dengan cara yang tepat yang telah
ditemukan sebelumnya
9. Beberapa peserta didik mempresentasikan jawaban
yang telah diperoleh
10. Guru bersama peserta didik memeriksa jawaban
yang telah dipresentasikan
11. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
menyelesaikan masalah pada cerita 2 dengan langkah
yang sama dengan langkah pada masalah 1
Search
Translate
Translate
Translate
Answer
Review
60 Menit
1. Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan
dalam bentuk lisan, tulisan, dan isyarat terhadap
keberhasilan dan keaktifan peserta didik dalam
proses pembelajaran
128
Lampiran 1
Akhir
2. Guru menanyakan kepahaman peserta didik pada
materi penjumlahan dan pengurangan pecahan
3. Guru memberikan latihan terkait pemahaman siswa
terhadap materi penjumlahan dan pengurangan
pecahan, serta penguasaan strategi pemecahan
masalah STAR
4. Peserta didik dan guru bersama-sama mengulang
kesimpulan tentang cara untuk menyelesaikan
masalah terkait penjumlahan dan pengurangan
pecahan biasa yang berpenyebut sama
5. Peserta didik dan guru berdo’a bersama
6. Guru menyampaikan salam
10 Menit
H. Alat/Media Pembelajaran
1. Lembar Kerja Siswa (Terlampir)
2. Karton putih dengan berbagai bentuk pecahan
3. Kertas warna yang dipotong berdasarkan ukuran pecahan pada karton
I. Sumber/Bahan Pembelajaran
1. Buku : Penunjang Belajar Matematika untuk SMP dan MTS kelas 7,
Dame Rosida Manik, (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional, 2009)
129
Lampiran 1
J. Penilaian Hasil Belajar
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Penilaian
Teknik Bentuk
Instrumen Contoh Instrumen/ Soal
Menjumlahkan
pecahan biasa
berpenyebut sama
Mengurangkan
pecahan biasa
berpenyebut sama
Tes
Tertulis
Uraian Hitunglah hasil dari :
a.
b.
Memecahkan
masalah terkait
penjumlahan
pecahan biasa
berpenyebut sama
Tes
Tertulis
Uraian Reza membuat kue tart
menggunakan tepung
terigu dengan berat
kg.
Kemudian Reza
membuat kue nastar
dengan tepung terigu
sebanyak
kg. Berapa
total tepung terigu yang
digunakan Reza
seluruhnya?
Memecahkan
masalah terkait
pengurangan
pecahan biasa
berpenyebut sama
Tes
Tertulis
Uraian Yuli mempunyai seutas
tali berwarna kuning.
Jika Yuli memberikan
tali miliknya kepada
Rani sepanjang
bagian,
berapakah sisa tali yang
dimiliki Yuli?
K. Pedoman Penskoran
130
Lampiran 1
Soal Latihan
No. Kunci Jawaban Skor
1. a.
b.
50 point
2.
kg
Jadi, total tepung terigu yang digunakan Reza adalah
kg
25 point
3.
Jadi sisa tali yang dimiliki Yuli adalah
bagian
25 point
Total 100 point
131
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS I
Satuan Pendidikan : SMP Budi Waluyo
Kelas/Semester : VII/Ganjil
Mata Pelajaran : Matematika
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit
Pertemuan : Kedua
A. Standar Kompetensi
1. Memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan dan penggunaannya dalam
pemecahan masalah
B. Kompetensi Dasar
1.1 Melakukan operasi hitung bilangan bulat dan pecahan
1.2 Menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat dan pecahan
dalam pemecahan masalah
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Menghitung hasil operasi penjumlahan pada pecahan biasa berpenyebut
berbeda
2. Menghitung hasil operasi pengurangan pada pecahan biasa berpenyebut
berbeda
3. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan pecahan biasa
berpenyebut berbeda
4. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan pengurangan pecahan biasa
berpenyebut berbeda
132
Lampiran 1
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran ini, siswa diharapkan dapat:
1. Menghitung hasil perkalian dua bilangan bulat
2. Melakukan operasi penjumlahan pada pecahan biasa berpenyebut
berbeda
3. Melakukan operasi pengurangan pada pecahan biasa berpenyebut
berbeda
4. Menyelesaikan masalah terkait penjumlahan pecahan biasa berpenyebut
berbeda
5. Menyelesaikan masalah terkait pengurangan pecahan biasa berpenyebut
berbeda
E. Materi Pembelajaran
Operasi pada Bilangan Pecahan
1. Penjumlahan Pecahan
Penjumlahan pecahan biasa dengan penyebut sama dilakukan dengan
menjumlahkan pembilang-pembilangnya, sementara penyebutnya tetap.
+
=
( ) ( )
=
, untuk a, b, c, dan d bilangan bulat dan c
dan d 0
Contoh :
+
=
( ) ( )
=
=
2. Pengurangan Pecahan
Pengurangan pecahan biasa dengan penyebut yang berbeda dilakukan
dengan menerapkan rumus berikut:
=
( ) ( )
=
, untuk a, b, c, dan d bilangan bulat dan c
dan d 0
Contoh :
=
( ) – ( )
=
=
133
Lampiran 1
F. Pendekatan dan Strategi Pembelajaran
Pendekatan Pembelajaran : Problem Solving
Strategi Pembelajaran : STAR
G. Kegiatan Pembelajaran
Tahapan Deskripsi Kegiatan
Komponen
STAR
Alokasi
Waktu
Awal
1. Peserta didik mengucapkan salam dan melakukan
do’a bersama yang dipimpin oleh ketua kelas
2. Guru memeriksa kehadiran peserta didik
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
4. Guru memotivasi peserta didik untuk mempelajari
materi penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa
berpenyebut berbeda dengan memberikan gambaran
penggunaan materi dalam kehidupan sehari-hari
5. Guru mengaitkan materi operasi penjumlahan dan
pengurangan pada pecahan biasa berpenyebut
berbeda dengan pemahaman peserta didik tentang
bentuk pecahan biasa dengan penyebut sama dan
berbeda, serta konsep penjumlahan, pengurangan
dan perkalian bilangan bulat
6. Guru membagikan LKS dan media belajar berupa
kertas berwarna serta karton yang mewakilkan
bentuk beberapa pecahan
10 menit
1. Guru memberikan sebuah masalah pada kehidupan
sehari-hari terkait dengan penjumlahan pecahan
biasa berpenyebut berbeda dalam bentuk LKS
2. Guru menggali pengetahuan prasayarat peserta didik
tentang operasi penjumlahan, pengurangan dan
Search
Search
134
Lampiran 1
Inti
perkalian bilangan bulat, serta bentuk pecahan yang
berpenyebut sama dan berbeda
3. Guru membimbing peserta didik untuk memahami
masalah pada cerita yang diberikan dalam LKS
4. Guru mengarahkan peserta didik untuk
menggunakan karton putih yang terdapat pola
pecahan dan potongan kertas warna untuk mengubah
masalah dalam LKS ke dalam bentuk gambar
5. Peserta didik dengan bantuan guru menentukan cara
yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang
diberikan
6. Beberapa peserta didik diberi kesempatan untuk
mempresentasikan cara penyelesaian masalah yang
tepat menurut pendapatnya
7. Guru memberikan arahan kepada peserta didik
apabila cara penyelesaian yang dipresentasikan
masih belum tepat
8. Peserta didik melanjutkan langkah penyelesaian
masalah dengan cara yang tepat yang telah
ditemukan sebelumnya
9. Beberapa peserta didik mempresentasikan jawaban
yang telah diperoleh
10. Guru bersama peserta didik memeriksa jawaban
yang telah dipresentasikan
Search
Translate
Translate
Translate
Answer
Review
60 Menit
Akhir
1. Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan
dalam bentuk lisan, tulisan, dan isyarat terhadap
keberhasilan dan keaktifan peserta didik dalam
proses pembelajaran
2. Guru menanyakan kepahaman peserta didik pada
materi penjumlahan dan pengurangan pecahan biasa
berpenyebut berbeda
11 M
135
Lampiran 1
3. Guru memberikan latihan terkait pemahaman peserta
didik terhadap materi penjumlahan dan pengurangan
pecahan biasa berpenyebut berbeda
4. Peserta didik dan guru bersama-sama mengulang
kesimpulan tentang cara untuk menyelesaikan
masalah terkait penjumlahan dan pengurangan
pecahan biasa yang berpenyebut berbeda
5. Peserta didik dan guru berdo’a bersama
6. Guru menyampaikan salam
e
n
i
t
H. Alat/Media Pembelajaran
1. Lembar Kerja Siswa (Terlampir)
2. Karton putih dengan berbagai bentuk pecahan
3. Kertas warna yang dipotong berdasarkan ukuran pecahan pada karton
I. Sumber/Bahan Pembelajaran
1. Buku : Penunjang Belajar Matematika untuk SMP dan MTS kelas 7,
Dame Rosida Manik, (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional, 2009)
136
Lampiran 1
J. Penilaian Hasil Belajar
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Penilaian
Teknik Bentuk
Instrumen Contoh Instrumen/ Soal
Menghitung hasil
operasi penjumlahan
pada pecahan biasa
berpenyebut berbeda
Tes
Tertulis
Uraian
+
=
Menghitung hasil
operasi pengurangan
pada pecahan biasa
berpenyebut berbeda
Tes
Tertulis
Uraian
–
=
Memecahkan
masalah yang
berkaitan dengan
penjumlahan
pecahan biasa
berpenyebut berbeda
Tes
Tertulis
Uraian Ibu pergi ke pasar dan
membeli
kg jeruk.
Kemudian ayah pulang
dan membawa
kg jeruk
lagi untuk ibu. Berapa
banyak jeruk yang ibu
punya sekarang?
Memecahkan
masalah yang
berkaitan dengan
pengurangan
pecahan biasa
berpenyebut berbeda
Sinta mempunyai
sebuah pita merah
sepanjang
meter. Pita
itu digunakan untuk
menghias kado
sepanjang
meter.
Berapa sisa pita Sinta?
137
Lampiran 1
K. Pedoman Penskoran
Soal Latihan
No. Kunci Jawaban Skor
1.
20 Point
2.
20 Point
3.
+
=
+
=
Jadi, banyak jeruk ibu sekarang adalah
kg
30 Point
4.
–
=
–
=
Jadi, panjang pita Sinta adalah
meter
30 Point
Total 100 point
138
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS I
Satuan Pendidikan : SMP Budi Waluyo
Kelas/Semester : VII/Ganjil
Mata Pelajaran : Matematika
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit
Pertemuan : Ketiga
A. Standar Kompetensi
1. Memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan dan penggunaannya dalam
pemecahan masalah
B. Kompetensi Dasar
1.1 Melakukan operasi hitung bilangan bulat dan pecahan
1.2 Menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat dan pecahan dalam
pemecahan masalah
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Menghitung hasil operasi penjumlahan pada pecahan campuran
berpenyebut sama
2. Menghitung hasil operasi pengurangan pada pecahan campuran
berpenyebut sama
3. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan pecahan
campuran berpenyebut sama
4. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan pengurangan pecahan
campuran berpenyebut sama
139
Lampiran 1
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran ini, siswa diharapkan dapat:
1. Membedakan pecahan biasa dan pecahan campuran
2. Melakukan operasi penjumlahan pada pecahan campuran berpenyebut
sama
3. Melakukan operasi pengurangan pada pecahan campuran berpenyebut
sama
4. Menyelesaikan masalah terkait penjumlahan pecahan campuran
berpenyebut sama
5. Menyelesaikan masalah terkait pengurangan pecahan campuran
berpenyebut sama
E. Materi Pembelajaran
Operasi pada Bilangan Pecahan
1. Penjumlahan Pecahan Campuran
Untuk penjumlahan pecahan campuran yang penyebutnya sama, dapat
dilakukan dengan menjumlahkan pembilang-pembilangnya, satuannya
dengan satuannya, sementara penyebutnya tetap.
Rumus penjumlahan pada pecahan berpenyebut sama adalah :
+
= ( )
, untuk a, b, dan c bilangan bulat dan c 0
Contoh :
+
= ( )
=
2. Pengurangan Pecahan
Pengurangan pecahan campuran berpenyebut sama dilakukan dengan
menerapkan rumus penjumlahan pecahan campuran berpenyebut sama.
= ( )
, untuk a, b, dan c bilangan bulat dan c 0
Contoh :
-
= ( )
=
140
Lampiran 1
F. Pendekatan dan Strategi Pembelajaran
Pendekatan Pembelajaran : Problem Solving
Strategi Pembelajaran : STAR
G. Kegiatan Pembelajaran
Tahapan Deskripsi Kegiatan
Komponen
STAR
Alokasi
Waktu
Awal
1. Peserta didik mengucapkan salam dan melakukan
do’a bersama yang dipimpin oleh ketua kelas
2. Guru memeriksa kehadiran peserta didik
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
4. Guru memotivasi peserta didik untuk mempelajari
materi penjumlahan dan pengurangan pecahan
campuran berpenyebut sama dengan memberikan
gambaran penggunaan materi dalam kehidupan
sehari-hari
5. Guru mengaitkan materi operasi penjumlahan dan
pengurangan pada pecahan campuran berpenyebut
sama dengan pemahaman peserta didik tentang
bentuk pecahan biasa dengan penyebut sama dan
berbeda, serta konsep penjumlahan dan pengurangan
bilangan bulat
6. Guru membagikan LKS dan media belajar berupa
kertas berwarna serta karton yang mewakilkan
bentuk beberapa pecahan
10 menit
1. Guru memberikan sebuah masalah pada kehidupan
sehari-hari terkait dengan penjumlahan pecahan
campuran berpenyebut sama dalam bentuk LKS
2. Guru menggali pengetahuan prasayarat peserta didik
tentang operasi penjumlahan dan pengurangan
Search
141
Lampiran 1
Inti
bilangan bulat, serta bentuk pecahan yang
berpenyebut sama dan berbeda
3. Guru membimbing peserta didik untuk memahami
masalah pada cerita yang diberikan dalam LKS
4. Guru mengarahkan peserta didik untuk
menggunakan karton putih yang terdapat pola
pecahan dan potongan kertas warna untuk mengubah
masalah dalam LKS ke dalam bentuk gambar
5. Peserta didik dengan bantuan guru menentukan cara
yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang
diberikan
6. Beberapa peserta didik diberi kesempatan untuk
mempresentasikan cara penyelesaian masalah yang
tepat menurut pendapatnya
7. Guru memberikan arahan kepada peserta didik
apabila cara penyelesaian yang dipresentasikan
masih belum tepat
8. Peserta didik melanjutkan langkah penyelesaian
masalah dengan cara yang tepat yang telah
ditemukan sebelumnya
9. Beberapa peserta didik mempresentasikan jawaban
yang telah diperoleh
10. Guru bersama peserta didik memeriksa jawaban
yang telah dipresentasikan
11. Peserta didik di bawah bimbingan guru menerapkan
cara yang sama untuk bentuk pengurangan pecahan
campuran berpenyebut sama
Search
Translate
Translate
Translate
Answer
Review
60 Menit
1. Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan
dalam bentuk lisan, tulisan, dan isyarat terhadap
keberhasilan dan keaktifan peserta didik dalam
proses pembelajaran
142
Lampiran 1
Akhir
2. Guru menanyakan kepahaman peserta didik pada
materi penjumlahan dan pengurangan pecahan
campuran berpenyebut sama
3. Guru memberikan latihan terkait pemahaman peserta
didik terhadap materi penjumlahan dan pengurangan
pecahan campuran berpenyebut sama
4. Peserta didik dan guru bersama-sama mengulang
kesimpulan tentang cara untuk menyelesaikan
masalah terkait penjumlahan dan pengurangan
pecahan campuran berpenyebut sama
5. Peserta didik dan guru berdo’a bersama
6. Guru menyampaikan salam
11 M
e
n
i
t
H. Alat/Media Pembelajaran
1. Lembar Kerja Siswa (Terlampir)
2. Karton putih dengan berbagai bentuk pecahan
3. Kertas warna yang dipotong berdasarkan ukuran pecahan pada karton
I. Sumber/Bahan Pembelajaran
1. Buku : Penunjang Belajar Matematika untuk SMP dan MTS kelas 7,
Dame Rosida Manik, (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional, 2009)
143
Lampiran 1
J. Penilaian Hasil Belajar
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Penilaian
Teknik Bentuk
Instrumen Contoh Instrumen/ Soal
Menghitung hasil
operasi
penjumlahan
pecahan campuran
berpenyebut sama
Tes
Tertulis
Uraian
Menghitung hasil
operasi
pengurangan
pecahan campuran
berpenyebut sama
Tes
Tertulis
Uraian
Memecahkan
masalah yang
berkaitan dengan
penjumlahan
pecahan campuran
berpenyebut sama
Tes
Tertulis
Uraian Yani membeli
meter
tali rafia kuning dan
meter rafia merah.
Berapa jumlah panjang
tali rafia Yani
seluruhnya?
Memecahkan
masalah yang
berkaitan dengan
pengurangan
pecahan campuran
berpenyebut sama
Dea mempunyai 3
lembar kertas karton.
Keesokan harinya Dea
menggunakan kertas
kartonnya untuk
membuat prakarya
sebanyak
bagian.
Berapa sisa karton milik
Dea sekarang?
144
Lampiran 1
K. Pedoman Penskoran
Soal Latihan
No. Kunci Jawaban Skor
1.
( )
20 point
2.
( )
20 point
3.
( )
Jadi, jumlah panjang tali rafia Yani adalah
meter
30 point
4.
=
= ( )
=
Jadi, sisa karton Dea sekarang adalah
bagian
30 point
Total 100 point
145
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS I
Satuan Pendidikan : SMP Budi Waluyo
Kelas/Semester : VII/Ganjil
Mata Pelajaran : Matematika
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit
Pertemuan : Keempat
A. Standar Kompetensi
1. Memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan dan penggunaannya dalam
pemecahan masalah
B. Kompetensi Dasar
1.1 Melakukan operasi hitung bilangan bulat dan pecahan
1.2 Menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat dan pecahan
dalam pemecahan masalah
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Menghitung hasil operasi penjumlahan pecahan campuran berpenyebut
berbeda
2. Menghitung hasil operasi pengurangan pecahan campuran berpenyebut
berbeda
3. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan pecahan
campuran berpenyebut berbeda
4. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan pengurangan pecahan
campuran berpenyebut berbeda
146
Lampiran 1
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran ini, siswa diharapkan dapat:
1. Membedakan pecahan biasa dan pecahan campuran
2. Menghitung hasil perkalian dua bilangan bulat
3. Melakukan operasi penjumlahan pada pecahan campuran berpenyebut
berbeda
4. Melakukan operasi pengurangan pada pecahan campuran berpenyebut
berbeda
5. Menyelesaikan masalah terkait penjumlahan pecahan campuran
berpenyebut berbeda
6. Menyelesaikan masalah terkait pengurangan pecahan campuran
berpenyebut berbeda
E. Materi Pembelajaran
Operasi pada Bilangan Pecahan
1. Penjumlahan Pecahan Campuran
Untuk penjumlahan pecahan campuran dengan penyebut yang berbeda
dilakukan dengan menerapkan rumus berikut:
+
= ( )
( ) ( )
, untuk a, b, c dan d bilangan bulat
dan c dan d 0
Contoh :
+
= ( )
( ) ( )
=
=
2. Pengurangan Pecahan
Pengurangan pecahan campuran dengan penyebut yang berbeda
dilakukan dengan menerapkan rumus berikut:
-
= ( )
( ) ( )
, untuk a, b, c dan d bilangan bulat
dan c dan d 0
Contoh :
= ( )
( ) ( )
=
=
147
Lampiran 1
F. Pendekatan dan Strategi Pembelajaran
Pendekatan Pembelajaran : Problem Solving
Strategi Pembelajaran : STAR
G. Kegiatan Pembelajaran
Tahapan Deskripsi Kegiatan
Komponen
STAR
Alokasi
Waktu
Awal
1. Peserta didik mengucapkan salam dan melakukan
do’a bersama yang dipimpin oleh ketua kelas
2. Guru memeriksa kehadiran peserta didik
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
4. Guru memotivasi peserta didik untuk mempelajari
materi penjumlahan dan pengurangan pecahan
campuran berpenyebut berbeda dengan memberikan
gambaran penggunaan materi dalam kehidupan
sehari-hari
5. Guru mengaitkan materi operasi penjumlahan dan
pengurangan pada pecahan campuran berpenyebut
berbeda dengan pemahaman siswa tentang bentuk
pecahan biasa dengan penyebut sama dan berbeda,
serta konsep penjumlahan, pengurangan dan
perkalian bilangan bulat
6. Guru membagikan LKS dan media belajar berupa
kertas berwarna serta karton yang mewakilkan
bentuk beberapa pecahan
10 menit
1. Guru memberikan sebuah masalah pada kehidupan
sehari-hari terkait dengan penjumlahan pecahan
campuran berpenyebut berbeda dalam bentuk LKS
2. Guru menggali pengetahuan prasayarat peserta didik
tentang operasi penjumlahan, pengurangan dan
Search
148
Lampiran 1
Inti
perkalian bilangan bulat, serta bentuk pecahan yang
berpenyebut sama dan berbeda
3. Guru membimbing peserta didik untuk memahami
masalah pada cerita yang diberikan dalam LKS
4. Guru mengarahkan peserta didik untuk
menggunakan karton putih yang terdapat pola
pecahan dan potongan kertas warna untuk mengubah
masalah dalam LKS ke dalam bentuk gambar
5. Peserta didik dengan bantuan guru menentukan cara
yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang
diberikan
6. Beberapa peserta didik diberi kesempatan untuk
mempresentasikan cara penyelesaian masalah yang
tepat menurut pendapatnya
7. Guru memberikan arahan kepada peserta didik
apabila cara penyelesaian yang dipresentasikan
masih belum tepat
8. Peserta didik melanjutkan langkah penyelesaian
masalah dengan cara yang tepat yang telah
ditemukan sebelumnya
9. Beberapa peserta didik mempresentasikan jawaban
yang telah diperoleh
10. Guru bersama peserta didik memeriksa jawaban
yang telah dipresentasikan
11. Peserta didik di bawah bimbingan guru menerapkan
cara yang sama untuk pengurangan pecahan
campuran berpenyebut berbeda
Search
Translate
Translate
Translate
Answer
Review
60 Menit
1. Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan
dalam bentuk lisan, tulisan, dan isyarat terhadap
keberhasilan dan keaktifan peserta didik dalam
proses pembelajaran
149
Lampiran 1
Akhir
2. Guru menanyakan kepahaman peserta didik pada
materi penjumlahan dan pengurangan pecahan
campuran berpenyebut berbeda
3. Guru memberikan latihan terkait pemahaman siswa
terhadap materi penjumlahan dan pengurangan
pecahan campuran berpenyebut berbeda
4. Peserta didik dan guru bersama-sama mengulang
kesimpulan tentang cara untuk menyelesaikan
masalah terkait penjumlahan dan pengurangan
pecahan campuran yang berpenyebut berbeda
5. Peserta didik dan guru berdo’a bersama
6. Guru menyampaikan salam
10 Menit
H. Alat/Media Pembelajaran
1. Lembar Kerja Siswa (Terlampir)
2. Karton putih dengan berbagai bentuk pecahan
3. Kertas warna yang dipotong berdasarkan ukuran pecahan pada karton
I. Sumber/Bahan Pembelajaran
1. Buku : Penunjang Belajar Matematika untuk SMP dan MTS kelas 7,
Dame Rosida Manik, (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional, 2009)
150
Lampiran 1
J. Penilaian Hasil Belajar
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Penilaian
Teknik Bentuk
Instrumen Contoh Instrumen/ Soal
Menghitung hasil
operasi penjumlahan
pecahan campuran
berpenyebut berbeda
Tes
Tertulis
Uraian
+
=
Menghitung hasil
operasi pengurangan
pecahan campuran
berpenyebut berbeda
Tes
Tertulis
Uraian
=
Memecahkan
masalah yang
berkaitan dengan
penjumlahan
pecahan campuran
berpenyebut berbeda
Tes
Tertulis
Uraian Ibu mempunyai
persediaan gula di
rumah sebanyak 2
kg.
Pagi ini ibu membeli
lagi gula sebanyak 1
kg. Berapa banyak gula
di rumah sekarang?
Memecahkan
masalah yang
berkaitan dengan
pengurangan
pecahan campuran
berpenyebut berbeda
Tes
Tertulis
Uraian Panjang tambang milik
Andi adalah
meter.
Tapi kemudian adik
Andi memotong
tambang itu menjadi dua
bagian. Bagian pertama
panjangnya
meter.
Berapa panjang tambang
bagian yang kedua?
151
Lampiran 1
K. Pedoman Penskoran
Soal Latihan
No. Kunci Jawaban Skor
1.
+
= ( )
( ) ( )
=
=
20 point
2.
= ( )
=
=
20 point
3.
= ( )
=
Jadi, banyaknya gula yang ada di rumah sekarang adalah
kg
30 point
4.
= ( )
=
Jadi, panjang tambang kedua adalah
meter
30 Point
Total 100 point
152
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS I
Satuan Pendidikan : SMP Budi Waluyo
Kelas/Semester : VII/Ganjil
Mata Pelajaran : Matematika
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit
Pertemuan : Kelima
A. Standar Kompetensi
1. Memahami sifat-sifat operasi hitung bilangan dan penggunaannya dalam
pemecahan masalah
B. Kompetensi Dasar
1.1 Melakukan operasi hitung bilangan bulat dan pecahan
1.2 Menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat dan pecahan
dalam pemecahan masalah
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Menghitung hasil operasi perkalian pada pecahan
2. Menghitung hasil operasi pembagian pada pecahan
3. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan perkalian pecahan
4. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan pembagian pecahan
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran ini, siswa diharapkan dapat:
1. Melakukan operasi perkalian pada pecahan
2. Melakukan operasi pembagian pada pecahan
3. Menyelesaikan masalah terkait operasi perkalian pecahan
4. Menyelesaikan masalah terkait operasi pembagian pecahan
153
Lampiran 1
E. Materi Pembelajaran
Operasi pada Bilangan Pecahan
1. Perkalian Pecahan
Rumus perkalian untuk pecahan secara umum adalah :
, untuk a, b, c dan d bilangan bulat dan b dan d 0
Contoh :
Untuk pecahan campuran, sebelum dikalikan terlebih dahulu harus diubah
ke bentuk pecahan biasa.
Contoh :
= ...
Pecahan
harus diubah menjadi bentuk pecahan biasa, yaitu :
=
Maka perkaliannya menjadi :
=
2. Pembagian Pecahan
Pembagian pecahan adalah kebalikan dari perkalian. Rumus pembagian
pecahan adalah :
, untuk a, b, c dan d bilangan bulat dan b dan d 0
Contoh :
Sama seperti pada perkalian, untuk pecahan campuran, sebelum dibagi
terlebih dahulu harus diubah ke bentuk pecahan biasa.
Contoh :
= ....
Pecahan
harus diubah menjadi bentuk pecahan biasa, yaitu :
=
154
Lampiran 1
Maka menjadi :
=
3. Perpangkatan Pecahan
Perpangkatan pecahan dinyatakan dengan :
(
)
sebanyak n kali
Contoh :
(
)
F. Pendekatan dan Strategi Pembelajaran
Pendekatan Pembelajaran : Problem Solving
Strategi Pembelajaran : STAR
G. Kegiatan Pembelajaran
Tahapan Deskripsi Kegiatan
Komponen
STAR
Alokasi
Waktu
Awal
1. Peserta didik mengucapkan salam dan melakukan
do’a bersama yang dipimpin oleh ketua kelas
2. Guru memeriksa kehadiran peserta didik
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
4. Guru memotivasi peserta didik untuk mempelajari
materi perkalian dan pembagian pecahan dengan
memberikan gambaran penggunaan materi dalam
kehidupan sehari-hari
5. Guru mengaitkan materi operasi perkalian dan
pembagian pecahan dengan pemahaman peserta
didik tentang bentuk pecahan biasa dan campuran,
serta konsep perkalian bilangan bulat
6. Guru membagikan LKS dan media belajar berupa
10 menit
155
Lampiran 1
kertas berwarna serta karton yang mewakilkan
bentuk beberapa pecahan
Inti
1. Guru memberikan sebuah masalah pada kehidupan
sehari-hari terkait dengan perkalian pecahan dalam
bentuk LKS
2. Guru menggali pengetahuan prasayarat peserta didik
tentang operasi perkalian dan pembagian bilangan
bulat, serta mengubah bentuk pecahan campuran
menjadi pecahan biasa
3. Guru membimbing peserta didik untuk memahami
masalah pada cerita yang diberikan dalam LKS
4. Guru mengarahkan peserta didik untuk
menggunakan karton putih yang terdapat pola
pecahan dan potongan kertas warna untuk mengubah
masalah dalam LKS ke dalam bentuk gambar
5. Peserta didik dengan bantuan guru menentukan cara
yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang
diberikan
6. Beberapa peserta didik diberi kesempatan untuk
mempresentasikan cara penyelesaian masalah yang
tepat menurut pendapatnya
7. Guru memberikan arahan kepada peserta didik
apabila cara penyelesaian yang dipresentasikan
masih belum tepat
8. Peserta didik melanjutkan langkah penyelesaian
masalah dengan cara yang tepat yang telah
ditemukan sebelumnya
9. Beberapa peserta didik mempresentasikan jawaban
yang telah diperoleh
10. Guru bersama peserta didik memeriksa jawaban
yang telah dipresentasikan
Search
Search
Translate
Translate
Translate
Answer
Review
60 Menit
156
Lampiran 1
11. Peserta didik di bawah bimbingan guru menerapkan
konsep perkalian dalam menghitung operasi
pembagian dan perpangkatan pada pecahan
Akhir
1. Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan
dalam bentuk lisan, tulisan, dan isyarat terhadap
keberhasilan dan keaktifan peserta didik dalam
proses pembelajaran
2. Guru menanyakan kepahaman peserta didik pada
materi perkalian dan pembagian pecahan
3. Guru memberikan latihan terkait pemahaman peserta
didik terhadap materi perkalian dan pembagian
pecahan
4. Peserta didik dan guru bersama-sama mengulang
kesimpulan tentang cara untuk menyelesaikan
masalah terkait perkalian dan pembagian pecahan
5. Peserta didik dan guru berdo’a bersama
6. Guru menyampaikan salam
10 Menit
H. Alat/Media Pembelajaran
1. Lembar Kerja Siswa (Terlampir)
2. Karton putih dengan berbagai bentuk pecahan
3. Kertas warna yang dipotong berdasarkan ukuran pecahan pada karton
I. Sumber/Bahan Pembelajaran
1. Buku : Penunjang Belajar Matematika untuk SMP dan MTS kelas 7,
Dame Rosida Manik, (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional, 2009)
157
Lampiran 1
J. Penilaian Hasil Belajar
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Penilaian
Teknik Bentuk
Instrumen Contoh Instrumen/ Soal
Menghitung hasil
operasi perkalian
pada pecahan
Menghitung hasil
operasi pembagian
pada pecahan
Tes
Tertulis
Uraian
Menghitung hasil
operasi perkalian
pada pecahan
Tes
Tertulis
Uraian (
)
Memecahkan
masalah yang
berkaitan dengan
perkalian pecahan
Tes
Tertulis
Uraian Sebuah taman berukuran
panjang
meter dan
lebar
meter.
Berapakah luas taman
tersebut?
Memecahkan
masalah yang
berkaitan dengan
pembagian
pecahan
Tes
Tertulis
Uraian Ibu mempunyai sehelai
kain sutera sepanjang 9
meter yang akan
dibagikan kepada 3
orang anaknya sama
panjang. Berapa panjang
kain yang diterima
masing-masing anak?
158
Lampiran 1
K. Pedoman Penskoran
Soal Latihan
No. Kunci Jawaban Skor
1.
20 point
2. (
)
20 point
3.
Jadi, luas taman tersebut adalah
meter persegi
30 point
4.
Jadi, panjang kain yang diterima masing-masing anak
adalah
meter
30 Point
Total 100 point
159
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS II
Satuan Pendidikan : SMP Budi Waluyo
Kelas/Semester : VII/Ganjil
Mata Pelajaran : Matematika
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit
Pertemuan : Pertama
A. Standar Kompetensi
1. Menggunakan konsep himpunan dan diagram venn dalam pemecahan
masalah
B. Kompetensi Dasar
1.1 Memahami pengertian notasi himpunan serta penyajiannya
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Menyatakan himpunan dengan syarat keanggotaan, mendaftar, dan notasi
pembentuk himpunan
2. Menyatakan anggota dan bukan anggota himpunan dengan notasi
3. Membedakan contoh dan bukan contoh himpunan
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran ini, siswa diharapkan dapat:
1. Menyatakan himpunan dalam bentuk syarat keanggotaan, mendaftar, dan
notasi pembentuk himpunan
2. Menyebutkan anggota dan bukan anggota himpunan serta notasinya
3. Menentukan contoh dan bukan contoh himpunan
160
Lampiran 1
E. Materi Pembelajaran
Himpunan dan Anggota Himpunan
1. Pengertian Himpunan
Himpunan adalah suatu kumpulan benda atau objek tertentu dengan
batasan yang jelas.
Contoh himpunan :
- Kumpulan siswa laki-laki
- Kumpulan benda-benda padat di kelas
Contoh bukan himpunan :
- Kumpulan siswa yang tinggi
- Kumpulan benda-benda yang murah
2. Menyatakan Himpunan
Cara menyatakan himpunan ada tiga macam:
- Kata-kata atau syarat keanggotaan
Contoh :
A adalah himpunan warna lampu pada rambu lalu lintas.
A = {warna-warna lampu pada rambu lalu lintas}
- Mendaftarkan anggota-anggota
Contoh :
Himpunan A pada contoh diatas jika dinyatakan dalam bentuk
daftar adalah
A = {merah, kuning, hijau}
- Notasi pembentuk himpunan
Contoh :
Dengan anggota himpunan yang sama seperti di atas, himpunan A
dapat dinyatakan dengan bentuk notasi :
A = {x | x warna-warna lampu pada rambu lalu lintas}
161
Lampiran 1
3. Menyatakan Anggota dari Himpunan
Untuk menyatakan anggota dari suatu himpunan digunakan notasi .
Sedangkan untuk menyatakan bukan anggota menggunakan notasi .
Contoh :
G = {1, 3, 5, 7, 9}
Maka . Begitu juga dengan 3, 5, 7, 9
Sedangkan
F. Pendekatan dan Strategi Pembelajaran
Pendekatan Pembelajaran : Problem Solving
Strategi Pembelajaran : STAR
G. Kegiatan Pembelajaran
Tahapan Deskripsi Kegiatan Komponen
STAR
Alokasi
Waktu
Awal
1. Peserta didik mengucapkan salam dan melakukan
do’a bersama yang dipimpin oleh ketua kela
2. Guru memeriksa kehadiran peserta didik
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
4. Guru memotivasi peserta didik untuk mempelajari
materi himpunan dengan memberikan gambaran
penerapan materi himpunan dalam kehidupan sehari-
hari
5. Guru mengaitkan materi himpunan dengan
pemahaman peserta didik tentang bentuk-bentuk
kumpulan bilangan, benda, hewan dan selainnya
6. Guru membagikan LKS kepada masing-masing
peserta didik
10 menit
1. Guru memberikan sebuah masalah pada kehidupan
sehari-hari terkait himpunan dalam bentuk LKS
Search
162
Lampiran 1
Inti
2. Guru menggali pengetahuan prasayarat peserta didik
tentang kumpulan benda, bilangan, hewan dan lain-
lain berdasarkan kategorinya
3. Peserta didik dengan bantuan guru menemukan
benda-benda di dalam ruang kelas yang sesuai
dengan permintaan dalam LKS
4. Guru mengarahkan peserta didik untuk menyatakan
kembali benda-benda yang telah ditemukan dalam
bentuk kalimat
5. Guru menjelaskan lebih detail kepada peserta didik
tentang definisi himpunan
6. Peserta didik menyebutkan dua contoh himpunan
dan bukan himpunan
7. Beberapa peserta didik diberi kesempatan untuk
mempresentasikan jawaban yang ditemukannya
8. Guru bersama peserta didik memeriksa jawaban
yang telah dipresentasikan
9. Guru memberikan arahan kepada peserta didik
apabila jawaban yang dipresentasikan masih belum
tepat
10. Guru membimbing peserta didik untuk menyatakan
himpunan yang ditemukannya dalam bentuk
mendaftar dan notasi pembentuk himpunan
Search
Translate
Answer
Translate
Review
Review
60 Menit
Akhir
1. Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan
dalam bentuk lisan, tulisan, dan isyarat terhadap
keberhasilan dan keaktifan peserta didik dalam
proses pembelajaran
2. Guru menanyakan kepahaman peserta didik tentang
definisi himpunan dan cara menyatakan himpunan
serta anggota dan bukan anggota himpunan
3. Guru memberikan latihan terkait pemahaman peserta
10 Menit
163
Lampiran 1
didik terhadap materi himpunan
4. Peserta didik dan guru bersama-sama mengulang
kesimpulan tentang cara membedakan himpunan dan
bukan himpunan serta cara menyatakan himpunan,
serta anggota dan bukan anggota himpunan
5. Peserta didik dan guru berdo’a bersama
6. Guru menyampaikan salam
H. Alat/Media Pembelajaran
1. Lembar Kerja Siswa (Terlampir)
2. Benda-benda yang berwarna merah
I. Sumber/Bahan Pembelajaran
1. Buku : Matematika 1 SMP Kelas VII, Marsigit, (Jakarta: Yudhistira,
2009)
2. Buku : Cerdas Aktif Matematika, Sudirman, (Jakarta: Ganeca Exact,
2007)
3. Buku : Penunjang Belajar Matematika untuk SMP dan MTS kelas 7,
Dame Rosida Manik, (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional, 2009)
J. Penilaian Hasil Belajar
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Penilaian
Teknik Bentuk
Instrumen Contoh Instrumen/ Soal
Menyatakan
himpunan dengan
kata-kata,
mendaftar, dan
notasi pembentuk
Tes
Tertulis
Uraian A adalah sebuah
himpunan dari siswa
laki-laki kelas 7 SMP
Budi Waluyo. Coba
nyatakan himpunan
164
Lampiran 1
himpunan tersebut dalam bentuk :
a. Syarat keanggotaan
b. Mendaftar
c. Notasi pembentuk
himpunan
Menyatakan anggota
dan bukan anggota
himpunan dengan
notasi
Tes
Tertulis
Isian C = {himpunan hewan
berkaki empat}
Isilah titik-titik di bawah
ini dengan notasi atau
sesuai dengan
himpunan di atas.
a. Bebek ... C
b. Kerbau ... C
c. Burung Elang ... C
d. Gajah ... C
e. Kucing ... C
Membedakan
contoh dan bukan
contoh himpunan
Tes
Tertulis
Uraian Dari kumpulan berikut
ini manakah yang
merupakan himpunan
dan bukan himpunan?
a. Kumpulan hewan
pemakan daging
b. Kumpulan makanan
enak
c. Kumpulan pria
berbaju hitam
165
Lampiran 1
K. Pedoman Penskoran
Soal Latihan
No. Kunci Jawaban Skor
1. a. Syarat keanggotaan:
A = {siswa laki-laki kelas 7 SMP Budi Waluyo}
b. Mendaftar:
A = {Adam, Rezi, Wildan, Emir, Rafi}
c. Notasi pembentuk himpunan :
A = {x | x siswa laki-laki kelas 7 SMP Budi Waluyo}
45 Point
2. C = {himpunan hewan berkaki empat}
a. Bebek C
b. Kerbau C
c. Burung Elang C
d. Gajah C
e. Kucing C
40 Point
3. a. Kumpulan hewan pemakan daging = Himpunan
b. Kumpulan makanan enak = Bukan himpunan
c. Kumpulan pria berbaju hitam = Himpunan
15 Point
Total 100 point
166
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS II
Satuan Pendidikan : SMP Budi Waluyo
Kelas/Semester : VII/Ganjil
Mata Pelajaran : Matematika
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit
Pertemuan : Kedua
A. Standar Kompetensi
1. Menggunakan konsep himpunan dan diagram venn dalam pemecahan
masalah
B. Kompetensi Dasar
1.2 Memahami pengertian notasi himpunan serta penyajiannya
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Membedakan himpunan berhingga dan tidak berhingga
2. Menyatakan banyaknya anggota himpunan dengan notasi
3. Membedakan himpunan kosong dan himpunan nol
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran ini, siswa diharapkan dapat:
1. Membedakan himpunan berhingga dan tidak berhingga
2. Menghitung banyaknya anggota suatu himpunan
3. Menyatakan himpunan kosong dan himpunan nol dengan notasi
167
Lampiran 1
E. Materi Pembelajaran
Himpunan Berhingga dan Tidak Berhingga
1. Himpunan Berhingga
Himpunan berhingga adalah himpunan yang jumlah anggotanya dapat
dihitung dengan tepat. Sedangkan himpunan tak berhingga adalah
himpunan yang banyak jumlah anggotanya tidak dapat dihitung.
Contoh :
M : {15, 16, 17, 18, ... , 50}
P : {2, 4, 6, 8, ....}
Dari kedua contoh di atas, himpunan M merupakan contoh himpunan
berhingga, sedangkan himpunan P merupakan himpunan tak berhingga.
Untuk menyatakan jumlah anggota pada suatu himpunan, digunakan
bilangan kardinal.
Contoh :
M : {15, 16, 17, 18, ... , 50}
Jumlah anggota dari himpunan M adalah 36, maka penulisannya adalah:
n(M) = 36
2. Himpunan Kosong dan Nol
Himpunan kosong dilambangkan dengan . Contoh dari himpunan
kosong adalah himpunan bilangan ganjil di antara 7 dan 9. Sedangkan
himpunan nol adalah bagian dari suatu himpunan yang isinya merupakan
bilangan nol.
Contoh himpunan yang mencakup himpunan nol adalah himpunan
bilangan cacah positif.
F. Pendekatan dan Strategi Pembelajaran
Pendekatan Pembelajaran : Problem Solving
Strategi Pembelajaran : STAR
168
Lampiran 1
G. Kegiatan Pembelajaran
Tahapan Deskripsi Kegiatan
Komponen
STAR
Alokasi
Waktu
Awal
1. Peserta didik mengucapkan salam dan melakukan
do’a bersama yang dipimpin oleh ketua kelas
2. Guru memeriksa kehadiran peserta didik
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
4. Guru memotivasi peserta didik untuk mempelajari
materi himpunan dengan memberikan gambaran
penerapan materi himpunan pada kehidupan sehari-
hari
5. Guru mengaitkan materi himpunan berhingga, tak
berhingga, himpunan kosong dan nol dengan
pemahaman peserta didik terhadap konsep
pembentukan himpunan dan anggota himpunan
6. Guru membagikan LKS dan spidol kepada masing-
masing peserta didik
10 menit
Inti
1. Guru memberikan sebuah masalah pada kehidupan
sehari-hari terkait dengan himpunan berhingga, tak
berhingga, himpunan kosong dan nol dalam bentuk
LKS
2. Guru menggali pengetahuan prasayarat peserta didik
tentang berbagai macam himpunan, syarat himpunan
dan anggota himpunan
3. Guru membimbing peserta didik untuk memahami
masalah pada cerita yang diberikan dalam LKS
4. Guru mengarahkan peserta didik untuk
menggunakan spidol warna yang telah diberikan
untuk menandai kata kunci yang terdapat dalam
Search
Search
Search
60 Menit
169
Lampiran 1
masalah pada LKS
5. Peserta didik dengan bantuan guru memahami dan
menentukan cara yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah yang diberikan
6. Beberapa peserta didik diberi kesempatan untuk
mempresentasikan cara penyelesaian masalah yang
tepat menurut pendapatnya
7. Guru bersama peserta didik memeriksa jawaban
yang telah dipresentasikan
8. Guru memberikan arahan kepada peserta didik
apabila cara penyelesaian yang dipresentasikan
masih belum tepat
Translate
Translate
Review
Akhir
1. Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan
dalam bentuk lisan, tulisan, dan isyarat terhadap
keberhasilan dan keaktifan peserta didik dalam
proses pembelajaran
2. Guru menanyakan kepahaman peserta didik pada
materi himpunan berhingga, tak berhingga dan
himpunan kosong, serta menyatakan jumlah anggota
himpunan
3. Guru memberikan latihan terkait pemahaman peserta
didik terhadap materi himpunan berhingga, tak
berhingga dan himpunan kosong
4. Peserta didik dan guru bersama-sama mengulang
kesimpulan tentang bentuk himpunan berhingga, tak
berhingga dan himpunan kosong, serta menyatakan
jumlah anggota himpunan
5. Peserta didik dan guru berdo’a bersama
6. Guru menyampaikan salam
10 Menit
170
Lampiran 1
H. Alat/Media Pembelajaran
1. Lembar Kerja Siswa (Terlampir)
2. Spidol Tulis (selain warna hitam)
I. Sumber/Bahan Pembelajaran
1. Buku : Matematika 1 SMP Kelas VII, Marsigit, (Jakarta: Yudhistira,
2009)
2. Buku : Cerdas Aktif Matematika, Sudirman, (Jakarta: Ganeca Exact,
2007)
3. Buku : Penunjang Belajar Matematika untuk SMP dan MTS kelas 7,
Dame Rosida Manik, (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional, 2009)
J. Penilaian Hasil Belajar
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Penilaian
Teknik Bentuk
Instrumen Contoh Instrumen/ Soal
Membedakan
himpunan berhingga
dan tidak berhingga
Tes
Tertulis
Uraian Sebutkan dua contoh
yang termasuk
himpunan berhingga
Menyatakan
banyaknya anggota
himpunan dengan
notasi
Tes
Tertulis
Uraian Nyatakan banyaknya
anggota himpunan
berikut dengan notasi
a. H = {Nama bulan
yang jumlah harinya
30}
b. P = {Siswa kelas VII
SMP Budi Waluyo}
171
Lampiran 1
Membedakan
himpunan kosong
dan himpunan nol
Tes
Tertulis
Uraian Nyatakan himpunan di
bawah ini dalam bentuk
notasi pembentuk
himpunan
a. T = {Hasil
perkalian bilangan
dengan 0}
b. J = {Nama bulan
yang diawali
dengan huruf L}
K. Pedoman Penskoran
Soal Latihan
No. Kunci Jawaban Skor
1. Jawaban bervariasi 20 point
2. a. n(H) = 4
b. n(P) = 9
40 point
3. a. T = {0}
b. J = / {}
40 point
Total 100 point
172
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS II
Satuan Pendidikan : SMP Budi Waluyo
Kelas/Semester : VII/Ganjil
Mata Pelajaran : Matematika
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit
Pertemuan : Ketiga
A. Standar Kompetensi
1. Menggunakan konsep himpunan dan diagram venn dalam pemecahan
masalah
B. Kompetensi Dasar
1.1 Memahami konsep himpunan bagian
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Menentukan semesta dari suatu himpunan
2. Menyebutkan himpunan bagian dari suatu himpunan
3. Menentukan banyaknya himpunan bagian dari suatu himpunan
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran ini, siswa diharapkan dapat:
1. Menyebutkan semesta dari suatu himpunan
2. Menentukan himpunan bagian dari suatu himpunan
3. Menggunakan rumus untuk menghitung banyaknya himpunan bagian dari
suatu himpunan
173
Lampiran 1
E. Materi Pembelajaran
1. Himpunan Semesta
Himpunan semesta adalah himpunan yang memuat semua anggota atau
objek yang dibicarakan. Himpunan semesta biasanya dilambangkan
dengan S.
Misalnya diberikan himpunan K = {kuda, kucing, kerbau, kambing}.
Himpunan tersebut dapat dikelompokkan ke dalam himpunan hewan
berkaki empat, himpunan hewan menyusui, atau himpunan hewan
berawalan huruf K. Bentuk himpunan di atas disebut himpunan semesta
dari himpunan K.
2. Himpunan Bagian
Himpunan bagian dari suatu himpunan adalah himpunan yang anggotanya
juga merupakan anggota dari himpunan tersebut. Contoh :
M = {Himpunan siswa di SMP Budi Waluyo}
N = {Himpunan siwa kelas VII di SMP Budi Waluyo}
O = {Himpunan siswi kelas VIII di SMP Budi Waluyo}
Dari ketiga contoh himpunan tersebut, himpunan N adalah himpunan
bagian dari himpunan M karena anggota dari himpunan N juga
merupakan anggota dari himpunan M. Sedangkan himpunan O bukan
himpunan bagian dari himpunan M karena anggota dari himpunan O
bukan anggota dari himpunan M. Himpunan M bukan himpunan bagian
dari N dan O karena tidak semua anggota himpunan M ada di himpunan
N dan O.
Lambang dari himpunan bagian adalah .
Pada contoh himpunan diatas jika dinyatakan dengan notasi adalah
sebagai berikut :
, , , dan
174
Lampiran 1
3. Menentukan Banyaknya Himpunan Bagian
Untuk menentukan banyaknya himpunan bagian dari suatu himpunan
dapat digunakan rumus 2n dengan nadalah banyaknya anggota dari
himpunan tersebut.
F. Pendekatan dan Strategi Pembelajaran
Pendekatan Pembelajaran : Problem Solving
Strategi Pembelajaran : STAR
G. Kegiatan Pembelajaran
Tahapan Deskripsi Kegiatan
Komponen
STAR
Alokasi
Waktu
Awal
1. Peserta didik mengucapkan salam dan melakukan
do’a bersama yang dipimpin oleh ketua kelas
2. Guru memeriksa kehadiran peserta didik
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
4. Guru memotivasi peserta didik untuk mempelajari
materi himpunan semesta dan himpunan bagian
dengan memberikan gambaran penerapan materi
himpunan semesta dan bagian pada kehidupan
sehari-hari
5. Guru mengaitkan materi himpunan semesta dan
himpunan bagian dengan pemahaman peserta didik
terhadap pengelompokkan anggota himpunan serta
operasi pangkat pada bilangan bulat
6. Guru membagikan LKS dan spidol kepada masing-
masing peserta didik
10 menit
1. Guru memberikan sebuah masalah pada kehidupan
sehari-hari terkait dengan bentuk himpunan semesta
dan himpunan bagian dalam bentuk LKS
175
Lampiran 1
Inti
2. Guru menggali pengetahuan prasayarat peserta didik
tentang pengelompokkan anggota himpunan serta
operasi pangkat pada bilangan bulat
3. Guru membimbing peserta didik untuk memahami
masalah pada cerita yang diberikan dalam LKS
4. Guru mengarahkan peserta didik untuk
menggunakan spidol warna yang telah diberikan
untuk menandai kata kunci yang terdapat dalam
masalah pada LKS
5. Peserta didik dengan bantuan guru memahami dan
menentukan cara yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah yang diberikan
6. Beberapa peserta didik diberi kesempatan untuk
mempresentasikan cara penyelesaian masalah yang
tepat menurut pendapatnya
7. Guru bersama peserta didik memeriksa jawaban
yang telah dipresentasikan
8. Guru memberikan arahan kepada peserta didik
apabila cara penyelesaian yang dipresentasikan
masih belum tepat
Search
Search
Answer
Translate
Review
60 Menit
Akhir
1. Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan
dalam bentuk lisan, tulisan, dan isyarat terhadap
keberhasilan dan keaktifan peserta didik dalam
proses pembelajaran
2. Guru menanyakan kepahaman peserta didik pada
materi himpunan semesta dan himpunan bagian
3. Guru memberikan latihan terkait pemahaman peserta
didik terhadap materi himpunan semesta dan
himpunan bagian
4. Peserta didik dan guru bersama-sama mengulang
kesimpulan tentang himpunan semesta dan bagian,
10 Menit
176
Lampiran 1
serta menentukan banyaknya himpunan bagian dari
suatu himpunan
5. Peserta didik dan guru berdo’a bersama
6. Guru menyampaikan salam
H. Alat/Media Pembelajaran
1. Lembar Kerja Siswa (Terlampir)
2. Spidol Tulis (selain warna hitam)
I. Sumber/Bahan Pembelajaran
1. Buku : Cerdas Aktif Matematika, Sudirman, (Jakarta: Ganeca Exact,
2007)
2. Buku : Matematika, Konsep dan Aplikasinya, Dewi Nuharini dan Tri
Wahyuni, (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional,
2008)
J. Penilaian Hasil Belajar
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Penilaian
Teknik Bentuk
Instrumen Contoh Instrumen/ Soal
Menentukan
semesta dari suatu
himpunan
Tes
Tertulis
Uraian SMP Budi Waluyo
terdiri dari 3 kelas, yaitu
kelas VII, VIII, dan
kelas IX.
Apabila setiap kelas
tersebut merupakan
himpunan bagian,
apakah yang menjadi
himpunan semestanya?
177
Lampiran 1
Menyebutkan
himpunan bagian
dari suatu himpunan
Tes
Tertulis
Uraian Perhatikan himpunan
berikut ini
S = {1, 2, 3, 4}
Buatlah himpunan
bagian dari himpunan
semesta tersebut
Menentukan
banyaknya
himpunan bagian
dari suatu himpunan
Tes
Tertulis
Uraian Dengan himpunan yang
sama seperti nomor 2,
tentukan banyaknya
himpunan bagian yang
terbentuk dengan rumus
yang telah kamu
pelajari.
K. Pedoman Penskoran
Soal Latihan
No. Kunci Jawaban Skor
1. Himpunan SMP Budi Waluyo 20 point
2. {}, {1}, {2}, {3}, {4}, {1,2}, {1, 3}, {1, 4}, {2, 3}, {2, 4},
{3, 4}, {1, 2, 3}, {1, 3}, {,1, 2, 4}, {2, 3, 4}, {1, 2, 3, 4}
50 point
3. 2n = 2
4 = 16 30 point
Total 100 point
178
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS II
Satuan Pendidikan : SMP Budi Waluyo
Kelas/Semester : VII/Ganjil
Mata Pelajaran : Matematika
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit
Pertemuan : Keempat
A. Standar Kompetensi
1. Menggunakan konsep himpunan dan diagram venn dalam pemecahan
masalah
B. Kompetensi Dasar
1.1 Menyajikan himpunan dengan diagram venn
1.2 Melakukan operasi irisan dan gabungan pada himpunan
1.3 Menggunakan konsep himpunan dalam pemecahan masalah
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Menyatakan himpunan dalam bentuk diagram venn
2. Menentukan irisan dan gabungan dari dua himpunan
3. Menyatakan irisan dan gabungan dalam bentuk diagram venn
4. Memecahkan masalah sehari-hari terkait irisan dan gabungan pada
himpunan
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran ini, siswa diharapkan dapat:
1. Membuat diagram venn dari himpunan yang diberikan
2. Menentukan hasil irisan dari dua himpunan
3. Menentukan hasil gabungan dari dua himpunan
179
Lampiran 1
4. Menyelesaikan masalah sehari-hari terkait irisan dan gabungan pada
himpunan
E. Materi Pembelajaran
Himpunan
1. Diagram Venn
Diagram venn adalah bentuk efektif yang biasa digunakan untuk
menyatakan himpunan. Untuk menyatakan suatu himpunan ke dalam
diagram venn, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah :
a. Himpunan semesta biasanya digambarkan dengan persegi panjang
dan lambang S ditulis pada sudut kiri atas gambar persegi panjang
b. Setiap himpunan lain yang dibicarakan (selain himpunan kosong)
digambarkan dengan lingkaran (kurva tertutup)
c. Setiap anggota ditunjukkan dengan noktah (titik) dan nama
anggota himpunan ditulis di samping noktah tersebut
Contoh :
S = {2, 4, 6, 8, 10} dan P = {2, 4, 8}
Diagram vennya adalah :
2. Irisan
Irisan dari himpunan A dan B (dilambangkan dengan ) adalah
himpunan yang anggotanya merupakan anggota dari kedua himpunan
tersebut. Notasinya adalah:
= {x | dan }
Di bawah ini adalah diagram venn yang menyatakan bentuk irisan dimana
C adalah irisan dari A dan B.
180
Lampiran 1
3. Gabungan
Gabungan dari himpunan A dan B (dilambangkan dengan ) adalah
himpunan yang anggotanya merupakan seluruh anggota A dan B.
Notasinya adalah:
= { x,y | dan }
Pada diagram venn di bawah ini, bagian yang diarsir merupakan
gabungan dari himpunan A dan B
F. Pendekatan dan Strategi Pembelajaran
Pendekatan Pembelajaran : Problem Solving
Strategi Pembelajaran : STAR
G. Kegiatan Pembelajaran
Tahapan Deskripsi Kegiatan
Komponen
STAR
Alokasi
Waktu
1. Peserta didik mengucapkan salam dan melakukan
do’a bersama yang dipimpin oleh ketua kelas
2. Guru memeriksa kehadiran peserta didik
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
4. Guru memotivasi peserta didik untuk mempelajari
materi diagram venn dengan gambaran penggunaan
181
Lampiran 1
Awal materi dalam kehidupan sehari-hari
5. Guru mengaitkan materi diagram venn dengan
pemahaman peserta didik terhadap himpunan
semesta dan himpunan bagian
6. Guru membagikan LKS dan spidol kepada masing-
masing peserta didik
10 menit
Inti
1. Guru memberikan sebuah cerita pada kehidupan
sehari-hari terkait dengan diagram venn, irissan dan
gabungan dalam bentuk LKS
2. Guru menggali pengetahuan prasayarat peserta didik
tentang himpunan semesta dan himpunan bagian
3. Guru membimbing peserta didik untuk memahami
masalah pada cerita yang diberikan dalam LKS
4. Guru mengarahkan peserta didik untuk
menggunakan spidol warna yang telah diberikan
untuk menandai kata kunci yang terdapat dalam
masalah pada LKS
5. Seluruh peserta didik secara bergantian diberikan
kesempatan untuk menempelkan kertas warna yang
telah disediakan di papan tulis mengikuti langkah-
langkah pada LKS
6. Guru bersama peserta didik memeriksa hasil
kegiatan peserta didik di papan tulis
7. Guru memberikan arahan kepada peserta didik
apabila cara hasil yang diperoleh masih belum tepat
8. Peserta didik menggambarkan diagram yang
terbentuk di papan tulis pada lembar LKS dengan
simbol warna (M, J, K, H, B, N, U)
9. Peserta didik dengan bimbingan guru
menerjemahkan diagram venn pada soal 2 di langkah
Mengerjakan ke dalam bentuk himpunan mendaftar.
Search
Search
Translate
Review
Answer
Translate
60 Menit
182
Lampiran 1
Akhir
1. Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan
dalam bentuk lisan, tulisan, dan isyarat terhadap
keberhasilan dan keaktifan peserta didik dalam
proses pembelajaran
2. Guru menanyakan kepahaman peserta didik pada
materi diagram venn
3. Guru memberikan latihan terkait pemahaman peserta
didik terhadap materi diagram venn
4. Peserta didik dan guru bersama-sama mengulang
kesimpulan tentang cara menyatakan himpunan ke
dalam diagram venn dan sebaliknya
5. Peserta didik dan guru berdo’a bersama
6. Guru menyampaikan salam
10 Menit
H. Alat/Media Pembelajaran
1. Lembar Kerja Siswa (Terlampir)
2. Spidol Tulis (selain warna hitam)
3. Kertas warna dan solatip
I. Sumber/Bahan Pembelajaran
1. Buku : Cerdas Aktif Matematika, Sudirman, (Jakarta: Ganeca Exact,
2007)
2. Buku : Matematika, Konsep dan Aplikasinya, Dewi Nuharini dan Tri
Wahyuni, (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional,
2008)
3. Buku : Penunjang Belajar Matematika untuk SMP dan MTS kelas 7,
Dame Rosida Manik, (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional, 2009)
183
Lampiran 1
J. Penilaian Hasil Belajar
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Penilaian
Teknik Bentuk
Instrumen Contoh Instrumen/ Soal
Menyatakan
diagram venn dalam
bentuk himpunan
Tes
Tertulis
Uraian Ubahlah diagram venn
di bawah ini ke dalam
bentuk himpunan
mendaftar
Menyatakan
himpunan dalam
bentuk diagram
venn
Tes
Tertulis
Uraian S adalah himpunan
bilangan bulat positif
kurang dari 11. Dan K
adalah himpunan
bilangan genap positif
kurang dari 12.
Nyatakan himpunan
tersebut dalam bentuk
himpunan mendaftar
kemudian buatlah
diagram vennnya.
Menyatakan
masalah sehari-hari
dalam bentuk
diagram venn
Tes
Tertulis
Uraian Pak Beni membeli
kambing, sapi, serta
burung kakak tua untuk
dipelihara di halaman
rumahnya. Sesampainya
di rumah Pak Beni
T
184
Lampiran 1
memutuskan untuk
meletakkan hewan yang
berkaki empat untuk
diletakkan di halaman
belakang rumahnya.
Coba kamu nyatakan
letak hewan-hewan
peliharaan Pak Beni
tersebut dalam bentuk
diagram venn.
(S melambangkan himpu-
nan seluruh hewan dan E
melambangkan himpunan
hewan berkaki empat)
K. Pedoman Penskoran
Soal Latihan
No. Kunci Jawaban Skor
1. S = {0, 1, 2, 3, 4, 5, 6}
T = {2, 3, 4}
20 Point
2. S = {0, 1, 2, 3, 4, ,5, 6, 7, 8, 9, 10}
K = {2, 4, 6, 8, 10}
40 Point
3. S = {Kambing, Sapi, Burung Kakak Tua}
E = {Kambing, Sapi}
40 Point
Total 100 point
5
0 7
3
1 9
S K
2 4 6
8 10
Burung
kakak
tua
S E
Kambing
Sapi
185
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS II
Satuan Pendidikan : SMP Budi Waluyo
Kelas/Semester : VII/Ganjil
Mata Pelajaran : Matematika
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit
Pertemuan : Kelima
B. Standar Kompetensi
1. Menggunakan konsep himpunan dan diagram venn dalam pemecahan
masalah
C. Kompetensi Dasar
1.1 Melakukan operasi kurang, dan komplemen pada himpunan
1.2 Menggunakan konsep himpunan dalam pemecahan masalah
D. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Menentukan kurang dan kompelemen pada himpunan
2. Menyatakan kurang dan komplemen dalam bentuk diagram venn
3. Memecahkan masalah sehari-hari terkait operasi kurang dan komplemen
pada himpunan
E. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran ini, siswa diharapkan dapat:
1. Menentukan hasil operasi kurang dari dua himpunan
2. Menentukan komplemen dari suatu himpunan
3. Menyelesaikan masalah sehari-hari terkait operasi kurang dan
komplemen pada himpunan
186
Lampiran 1
F. Materi Pembelajaran
Himpunan
1. Selisih Dua Himpunan
Selisih dari himpunan A dan B adalah anggota himpunan A yang
bukan anggota himpunan B. Notasinya adalah:
= { x | dan }
Pada diagram venn di bawah ini, bagian yang diarsir merupakan selisih
himpunan A dari B.
2. Komplemen
Komplemen dari himpunan A adalah himpunan yang anggotanya bukan
merupakan anggota dari himpuna A. Lambang dari komplemen
himpunan A adalah atau . Notasi himpunannya adalah:
= { x | , }
Gambar diagram vennnya adalah sebagai berikut:
G. Pendekatan dan Strategi Pembelajaran
Pendekatan Pembelajaran : Problem Solving
Strategi Pembelajaran : STAR
187
Lampiran 1
H. Kegiatan Pembelajaran
Tahapan Deskripsi Kegiatan
Komponen
STAR
Alokasi
Waktu
Awal
1. Peserta didik mengucapkan salam dan melakukan
do’a bersama yang dipimpin oleh ketua kelas
2. Guru memeriksa kehadiran peserta didik
3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
4. Guru memotivasi peserta didik untuk mempelajari
materi operasi pada himpunan dengan memberikan
gambaran penerapan operasi himpunan pada
kehidupan sehari-hari
5. Guru mengaitkan materi operasi himpunan dengan
pemahaman peserta didik terhadap anggota
himpunan, serta konsep dari semesta dan himpunan
bagian
6. Guru membagikan LKS dan spidol kepada masing-
masing peserta didik
10 menit
Inti
1. Guru memberikan sebuah masalah pada kehidupan
sehari-hari terkait dengan operasi himpunan dalam
bentuk LKS
2. Guru menggali pengetahuan prasayarat peserta didik
tentang menentukan anggota dan bukan anggota dari
suatu himpunan
3. Guru membimbing peserta didik untuk memahami
masalah pada cerita yang diberikan dalam LKS
4. Guru mengarahkan peserta didik untuk
menggunakan spidol warna yang telah diberikan
untuk menandai kata kunci yang terdapat dalam
masalah pada LKS
5. Peserta didik dengan bantuan guru memahami dan
Search
Search
Translate
60 Menit
188
Lampiran 1
menentukan cara yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah yang diberikan
6. Beberapa peserta didik diberi kesempatan untuk
mempresentasikan cara penyelesaian masalah yang
tepat menurut pendapatnya
7. Guru bersama peserta didik memeriksa jawaban
yang telah dipresentasikan
8. Guru memberikan arahan kepada peserta didik
apabila cara penyelesaian yang dipresentasikan
masih belum tepat
Answer
Review
Akhir
1. Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan
dalam bentuk lisan, tulisan, dan isyarat terhadap
keberhasilan dan keaktifan peserta didik dalam
proses pembelajaran
2. Guru menanyakan kepahaman peserta didik pada
materi operasi himpunan (selisih dan komplemen)
3. Guru memberikan latihan terkait pemahaman peserta
didik terhadap materi operasi pada himpunan
4. Peserta didik dan guru bersama-sama mengulang
kesimpulan tentang cara menentukan selisih serta
komplemen dari suatu himpunan
5. Peserta didik dan guru berdo’a bersama
6. Guru menyampaikan salam
10 Menit
I. Alat/Media Pembelajaran
1. Lembar Kerja Siswa (Terlampir)
2. Spidol Tulis (selain warna hitam)
189
Lampiran 1
J. Sumber/Bahan Pembelajaran
1. Buku : Penunjang Belajar Matematika untuk SMP dan MTS kelas 7, Dame
Rosida Manik, (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional, 2009)
2. Buku : Cerdas Aktif Matematika, Sudirman, (Jakarta: Ganeca Exact, 2007)
3. Buku : Matematika, Konsep dan Aplikasinya, Dewi Nuharini dan Tri
Wahyuni, (Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional,
2008)
K. Penilaian Hasil Belajar
Indikator Pencapaian
Kompetensi
Penilaian
Teknik Bentuk
Instrumen Contoh Instrumen/ Soal
Menentukan kurang
dan kompelemen
pada himpunan
Tes
Tertulis
Uraian S adalah semesta yang
terdiri dari warna merah,
jingga, kuning, hijau,
biru, nila dan ungu. Jika
L = {warna-warna pada
lampu lalu lintas}
K = {merah, ungu dan
biru}
Sebutkan komplemen
dari gabungan himpunan
K dan L
Menyatakan kurang
dan komplemen
dalam bentuk
diagram venn
TesTertul
is
Uraian Dari soal nomor 1 di
atas, buatlah bentuk
diagram vennnya.
190
Lampiran 1
Memecahkan
masalah sehari-hari
terkait operasi
kurang dan
komplemen pada
himpunan
Tes
Tertulis
Uraian Wali kelas VII sedang
mendata warna
kesukaan dari seluruh
siswa di kelasnya. Dari
35 orang siswa yang
ada, 14 orang
diantaranya menyukai
warna biru, 20 menyukai
warna kuning, dan 10
orang menyukai warna
biru dan kuning. Sisanya
tidak menyukai warna
biru maupun kuning.
Berapakah jumlah siswa
yang tidak menyukai
warna kuning?
L. Pedoman Penskoran
Soal Latihan
No. Kunci Jawaban Skor
1. S = {merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu}
L = {merah, kuning, hijau}
K = {merah, ungu, biru}
(L K)c = n(S) – n(L K) = jingga dan nila
35 point
2. Diagram venn :
30 point
K L
S
191
Lampiran 1
3. n(S) = 35
n(B) = 14
n(K) = 20
n( ) = 10
n(K)c = 35 – 20 = 15
Jadi jumlah siswa yang tidak menyukai warna kuning
adalah 15 orang
35 point
Total 100 point
192
Lampiran 2
193
Lampiran 2
Ayo ikuti langkah-langkah ini untuk menemukan jawabannya
1. Apa yang sedang terjadi di rumah berdasarkan cerita di atas?
2. Apa yang ingin diketahui oleh ibu?
3. Tuliskan bentuk-bentuk pecahan yang ada dalam cerita tersebut
1. Pilihlah bentuk karton yang cocok untuk menyatakan bentuk pizza yang dipotong oleh
ibu
2. Tempelkan potongan karton yang kalian miliki untuk menandai bagian pizza yang sudah
dimakan
3. Bagaimana cara menghitung banyaknya pizza yang sudah dimakan tersebut?
4. Presentasikan cara yang kamu temukan di depan kelas
C CARI
U UBAH
194
Lampiran 2
195
Lampiran 2
196
Lampiran 2
197
Lampiran 2
198
Lampiran 2
1. Apa yang ayah beli?
2. Siapa saja yang mendapatkan apel dari ayah?
3. Apa yang ingin dihitung dalam cerita?
1.
2.
4. Tuliskan bentuk-bentuk pecahan yang ada dalam cerita.
1. Gunakan karton bentuk lingkaran sebagai apel yang dibelikan ayah.
2. Tempelkan potongan kertaswarna merah untuk menandai apel bagian mu.
3. Tempelkan lagi potongan kertas warna biru untuk menandai apel bagian kakak mu.
4. Berapa jumlah bagian apel untuk mu dan kakak mu?
5. Bagian yang belum di tempel karton adalah bagian apel untuk adik.
Berapa besarnya?
6. Bagaimana cara kamu menghitung bagian apel masing-masing?
7. Ceritakan cara menghitung bagian apel yang kamu temukan di depan kelas.
C CARI
U UBAH
199
Lampiran 2
1. Hitunglah jumlah apel untuk kamu dan kakak mu dengan cara yang kamu temukan.
2. Hitunglah jumlah apel untuk adik mu dengan cara yang kamu temukan.
3. Ceritakan jawabanmu di depan kelas
1. Apa pertanyaan yang diberikan dalam soal?
1.
2.
2. Apa jawaban mu?
1.
2.
3. Apakah jawaban mu sudah sesuai dengan pertanyaan dalam soal?
4. Bagaimana cara menjumlahkan pecahan yang berpenyebut berbeda?
SELAMAT MENGERJAKAN ^_^
M MENGERJAKAN
I
U
INGAT KEMBALI
200
Lampiran 2
201
Lampiran 2
202
Lampiran 2
203
Lampiran 2
204
Lampiran 2
205
Lampiran 2
206
Lampiran 2
207
Lampiran 2
208
Lampiran 2
224
Lampiran 3
KISI-KISI INSTRUMEN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SIKLUS I
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator
Pemahaman Konsep
Indikator Soal No.
Soal
Memahami sifat-sifat
operasi hitung bilangan
dan penggunaannya
dalam pemecahan
masalah
Melakukan operasi
hitung bilangan bulat
dan pecahan
Pemahaman
Instrumental
Menghitung hasil operasi pengurangan
pada pecahan berpenyebut berbeda
1
Menghitung hasil operasi penjumlahan
pada pecahan berpenyebut berbeda
3
Menggunakan sifat-sifat
operasi hitung bilangan
bulat dan pecahan
dalam pemecahan
masalah
Pemahaman
Relasional
Memecahkan masalah terkait operasi
hitung pecahan
2, 4, 5
225
Lampiran 4
TES KEMAMPUAN
PEMAHAMAN KONSEP SIKLUS I
SMP BUDI WALUYO JAKARTA
SELAMAT MENGERJAKAN
Nama : Kelas :
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jawaban yang benar
1. Wati mempunyai persediaan gula sebanyak
kg. Kemudian Wati
menggunakan gula tersebut sebanyak
kg untuk membuat kue. Berapa kg
persediaan gula yang tersisa?
2. Pada hari raya Idul Adha, keluarga Andi mendapatkan 2 bungkus daging
kambing yang beratnya masing-masing
kg dan
kg. Daging itu kemudian
dimasak oleh ibu Andi sebanyak
kg. Berapa kg daging kambing yang tersisa?
3. Hitunglah hasil dari
4. Ketua RT 14 ingin membagikan sumbangan bahan pokok berupa beras
kepada para warganya. Beras yang tersedia ada 3 karung dengan berat
masing-masing karung adalah 25 kg. Jika masing-masing kepala keluarga di
RT tersebut memperoleh
kg beras, berapa banyak kepala keluarga yang
tinggal di RT tersebut?
5. Yanti mempunyai pita dengan panjang
meter. Dari pita tersebut akan dibuat
4 bunga yang masing-masing membutuhkan 3 helai pita yang berukuran sama
panjang. Berapa panjang pita yang yang digunakan untuk membuat satu buah
bunga?
Petunjuk Mengerjakan Soal :
1. Jangan lupa berdoa sebelum mengerjakan soal
2. Tulislah nama dan kelasmu di tempat yang telah disediakan
3. Kerjakan soal yang menurutmu lebih mudah terlebih dahulu
4. Periksa kembali jawabanmu sebelum dikumpulkan
5. Jangan lupa berdoa setelah selesai mengerjakan soal
226
Lampiran 4
TES KEMAMPUAN
PEMAHAMAN KONSEP SIKLUS I
SMP BUDI WALUYO JAKARTA
SELAMAT MENGERJAKAN
Nama : Kelas :
1.
2.
3.
4.
5.
227
Lampiran 5
DESKRIPTOR TES KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP
MATEMATIKA SIKLUS I
Indikator
Pemahaman Konsep
Respon Siswa Terhadap Soal Skor No.
Soal
Pemahaman
Instrumental
- Tidak menjawab
- Melakukan kesalahan dalam menggunakan konsep dan
perhitungan
- Menggunakan konsep yang benar tetapi salah dalam
perhitungan
- Menggunakan konsep yang benar dan melakukan perhitungan
yang tepat
0
1
2
3
1,3
Pemahaman
Relasional
- Tidak menjawab
- Melakukan kesalahan dalam menyatakan ulang konsep dalam
bentuk representasi matematis dan salah dalam perhitungan
- Menyatakan ulang konsep dalam bentuk representasi
matematis dengan benar tetapi salah dalam perhitungan
- Menyatakan ulang konsep dalam bentuk representasi
matematis dengan benar dan melakukan perhitungan yang
tepat
0
1
2
3
2,4,5
228
Lampiran 6
Kunci Jawaban Instrumen Tes Akhir Siklus I
1. Diketahui : Persediaan gula
kg. Digunakan
kg
Ditanya : Persediaan gula yang tersisa
Jawab :
( )
( )
Jadi, persediaan gula yang tersisa adalah
kg
2. Diketahui : 2 bungkus daging dengan berat masing-masing
kg dan
kg. Dimasak
sebanyak
kg
Ditanya : Banyak daging kambing yang tersisa
Jawab :
Jadi, banyak daging kambing yang tersisa adalah
kg
3.
4. Diketahui : Banyak beras 3 karung maing-masing 25 kg. Setiap kepala keluarga
mendapat
kg
Ditanya : Banyak kepala keluarga yang tinggal di RT tersebut
Jawab :
75 :
Jadi, banyaknya kepala keluarga di RT tersebut adalah 30 kepala keluarga
5. Diketahui : Dari pita dengan panjang
meter dibuat 4 bunga yang masing-masing
membutuhkan 3 helai pita yang berukuran sama panjang
Ditanya : Panjang pita yang yang digunakan untuk membuat satu buah bunga
Jawab :
229
Lampiran 6
Jadi, panjang pita yang digunakan untuk membuat satu buah bunga adalah
meter
230
Lampiran 7
KISI-KISI INSTRUMEN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SIKLUS II
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator
Pemahaman Konsep
Indikator Soal No.
Soal
Menggunakan konsep
himpunan dan
diagram venn dalam
pemecahan masalah
Memahami pengertian notasi
himpunan serta penyajiannya
Pemahaman
Instrumental
Membedakan contoh dan
bukan contoh himpunan
1
Memahami konsep himpunan
bagian
Menyatakan banyaknya
anggota himpunan
dengan notasi
2
Menentukan banyaknya
himpunan bagian dari
suatu himpunan
4
Menyajikan himpunan dengan
diagram venn
Pemahaman
Relasional
Menyatakan himpunan
dalam bentuk diagram
venn
3
Menggunakan konsep
himpunan dalam pemecahan
masalah
Memecahkan masalah
sehari-hari terkait
operasi-operasi pada
himpunan
5
231
Lampiran 8
DESKRIPTOR TES KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP
MATEMATIKA SIKLUS II
Indikator
Pemahaman Konsep
Respon Siswa Terhadap Soal Skor No.
Soal
Pemahaman
Instrumental
- Tidak menjawab
- Melakukan kesalahan dalam memberikan jawaban dan alasan
- Memberikan jawaban yang tepat tetapi salah dalam
memberikan alasan
- Memberikan jawaban dan alasan yang tepat
0
1
2
3
1
- Tidak menjawab
- Melakukan kesalahan dalam memahami konsep dan
memberikan jawaban
- Memahami konsep tetapi salah dalam memberikan jawaban
- Memahami konsep dan memberikan jawaban yang tepat
0
1
2
3
2,4
Pemahaman
Relasional
- Tidak menjawab
- Melakukan kesalahan dalam menyatakan ulang konsep dalam
bentuk representasi matematis dan salah dalam memberikan
jawaban
- Menyatakan ulang konsep dalam bentuk representasi
matematis dengan benar tetapi salah dalam memberikan
jawaban
- Menyatakan ulang konsep dalam bentuk representasi
matematis dengan benar dan memberikan jawaban yang tepat
0
1
2
3
3,5
232
Lampiran 9
TES KEMAMPUAN
PEMAHAMAN KONSEP SIKLUS II
SMP BUDI WALUYO JAKARTA
SELAMAT MENGERJAKAN
Nama : Kelas :
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jawaban yang benar
1. Di antara kumpulan-kumpulan berikut, manakah yang merupakan suatu
himpunan? Sertakan alasanmu.
a. Nama hari-hari dalam seminggu
b. Kue-kue yang enak
c. Bilangan genap antara 1 dan 10
2. Nyatakan banyaknya anggota dari himpunan berikut dalam bentuk notasi
a. B = {bilangan ganjil antara 1 dan 10}
b. K = {bebek, ayam, burung,angsa}
c. M = {x | -5 x 10, x bilangan bulat}
3. Diketahui :
S = {x | 1 x 10, x bilangan bulat}
L = {x | 1 x 10, x bilangan ganjil}
P = {x | 1 x 10, x bilangan prima}
Buatlah diagram venn untuk menyatakan hubungan himpunan-himpunan di
atas
Petunjuk Mengerjakan Soal :
1. Jangan lupa berdoa sebelum mengerjakan soal
2. Tulislah nama dan kelasmu di tempat yang telah disediakan
3. Kerjakan soal yang menurutmu lebih mudah terlebih dahulu
4. Periksa kembali jawabanmu sebelum dikumpulkan
5. Jangan lupa berdoa setelah selesai mengerjakan soal
233
Lampiran 9
TES KEMAMPUAN
PEMAHAMAN KONSEP SIKLUS II
SMP BUDI WALUYO JAKARTA
SELAMAT MENGERJAKAN
4. G adalah himpunan bilangan bulat diantara 4 dan 8, berapa banyak himpunan
bagian dari G?
5. Dari 9 orang siswa di kelas VII SMP Budi Waluyo, 5 orang menyukai
pelajaran bahasa inggris, 7 orang menyukai matematika dan 4 orang
memyukai keduanya. Dari data tersebut buatlah diagram venn nya, kemudian
tentukan :
a. Jumlah siswa yang menyukai bahasa inggirs saja
b. Jumlah siswa yang menyukai matematika saja
c. Jumlah siswa yang menyukai keduanya
d. Jumlah siswa yang tidak menyukai keduanya
234
Lampiran 9
TES KEMAMPUAN
PEMAHAMAN KONSEP SIKLUS II
SMP BUDI WALUYO JAKARTA
SELAMAT MENGERJAKAN
Nama : Kelas :
1.
2. B =
K =
M =
3.
4.
235
Lampiran 9
TES KEMAMPUAN
PEMAHAMAN KONSEP SIKLUS II
SMP BUDI WALUYO JAKARTA
SELAMAT MENGERJAKAN
5.
236
Lampiran 10
Kunci Jawaban Instrumen Tes Akhir Siklus II
1. Kumpulan yang merupakan himpunan adalah a dan c
2. Banyaknya anggota himpunan dalam bentuk notasi adalah :
a. B = {bilangan ganjil antara 1 dan 10}
n(B) = 4
b. K = {bebek, ayam, burung, angsa}
n(K) = 4
c. M = {x | -5 x 10, x bilangan bulat}
n(M) = 16
3. Diketahui :
S = {x | 1 x 10, x bilangan bulat}
L = {x | 1 x 10, x bilangan ganjil}
P = {x | 1 x 10, x bilangan prima}
Ditanya : buatlah diagram venn nya
Jawab :
4. G = {5, 6, 7}
n(G) = 3
banyaknya himpunan bagian dari G adalah : 23 = 8
S
L 1
9
3
5 P
7
237
Lampiran 10
5. Seluruh siswa kelas VII SMP Budi Waluyo adalah semesta, I adalah himpunan siswa
yang menyukai bahasa inggris dan M adalah himpunan siswa yang menyukai matematika
Diagram venn nya adalah :
a. n(I) = 5 – 4 = 1
b. n(M) = 7 – 4 = 3
c. n(I M) = 4
d. n(I M)c = 9 – (1 + 3 + 4) = 9 – 8 = 1
1 S
3
1 4
238
Lampiran 11
PEDOMAN WAWANCARA
I. Kepala Sekolah
Sistem Sekolah
1. Kebijaksanaan apa sajakah yang dibuat oleh kepala sekolah dalam
pengelolaan sekolah?
2. Bagaimanakah tata cara rekruitmen dan pembinaan pegawai di sekolah ini?
3. Berapa jumlah tenaga pendidik di sekolah ini?
4. Bagaimana pengaturan tanggung jawab pendidik terhadap siswa?
5. Apakah sistem pengaturan seperti itu sudah ideal?
Kurikulum
1. Kurikulum apakah yang diterapkan di sekolah ini?
2. Apakah kekurangan dan kelebihan yang dirasakan sekolah dalam
menerapkan kurikulum tersebut?
3. Selain kurikulum nasional yang ditetapkan oleh depdikbud, adakah
kurikulum tambahan di sekolah ini?
4. Tolong jelaskan apakah perbedaan konten kurikulum untuk SMP regular
dengan kurikulum yang diterapkan di SMP ini?
5. Dalam penyelenggaraan SLB, perbaikan yang manakah yang dirasakan
paling penting untuk segera dilaksanakan?
6. Bagaimana pendapat bapak terhadap pengajaran matematika di sekolah ini?
7. Bagaimana pendapat bapak terhadap guru matematika di sekolah ini?
Sarana dan Prasarana
1. Layanan khusus apa saja yang diberikan kepada siswa di SMP Budi
Waluyo?
2. Apakah fasilitas, sarana dan prasarana yang ada sudah memadai?
3. Bagaimana teknis pengadaan fasilitas?
4. Bagaimana penggunaan fasilitas sekolah yang tersedia?
5. Bagaimana pengelolaan fasilitas yang ada di sekolah?
6. Bagaimana pemeliharaan dan pengawasan terhadap fasilitas yang tersedia?
239
Lampiran 11
7. Apakah semua siswa dan guru sudah menggunakan sarana dan prasarana
yang telah disediakan oleh sekolah?
8. Bagaimana upaya pihak sekolah untuk melengkapi fasilitas yang belum
memadai?
Ekstrakurikuler
1. Jenis ekstrakurikuler apa saja yang ada di sekolah?
2. Apakah ekstrakurikuler juga disesuaikan dengan keadaan siswa atau hanya
secara umum?
3. Siapa yang menjadi instruktur/pendamping kegiatan ekstrakurikuler?
Apakah dari tenaga ahli atau dari guru internal?
4. Apakah pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler sudah efektif?
5. Kendala apa yang dialami dalam pengadaan kegiatan ekstrakurikuler?
6. Apa tips atau kiat agar kegiatan ekstrakurikuler berjalan dengan baik?
7. Motivasi apa yang diberikan pada siswa untuk mengikuti kegiatan
ekstrakurikuler?
II. Guru Matematika
Model Pembelajaran
1. Bagaimana model pembelajaran yang diterapkan di kelas VII SMP Budi
Waluyo?
2. Apa strategi dan metode pembelajaran yang digunakan di kelas VII SMP
Budi Waluyo?
3. Apakah penerapan model pembelajaran tersebut sudah efektif?
4. Bagaimana persiapan guru sebelum proses pembelajaran?
5. Bagaimana model evaluasi yang dilakukan dalam pembelajaran di kelas
VII SMP Budi Waluyo?
6. Apa saja sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam menunjang
pembelajaran di kelas?
7. Bagaimana cara guru agar siswa dapat memahami materi pelajaran?
240
Lampiran 11
8. Apa saja yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan
pembelajaran di kelas?
9. Apa saja kesulitan yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran di kelas?
10. Bagaimana cara guru mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut?
11. Perbedaan kesulitan belajar individu itu bervariasi, bagaimana cara guru
agar mampu memberikan materi dengan optimal?
12. Bagaimana pendekatan emosional yang dilakukan guru terhadap siswa?
241
Lampiran 12
HASIL WAWANCARA
Tahap : Prapenelitian
Hari/tanggal : Selasa, 1 Maret dan Rabu, 10 Agustus 2016
Narasumber : Bpk. Suharjo, A. Md (Kepala Sekolah)
Ibu Sri Subekti, S. Pd (Guru Bidang Studi Matematika)
Tujuan : Untuk mengetahui manajemen siswa, guru dan kurikulum sekolah
serta mengidentifikasi kemampuan pemahaman konsep siswa
sebagai acuan perencanaan tindakan penelitian
I. Kepala Sekolah
Sistem Sekolah
Peneliti : Kebijaksanaan apa sajakah yang dibuat oleh kepala
sekolah dalam pengelolaan sekolah?
Kepala Sekolah : Kebijaksanaan di sekolah ini secara garis besar hampir
sama dengan sekolah-sekolah lainnya, hanya ada beberapa kebijaksanaan khusus
seperti dalam seleksi penerimaan tenaga pengajar dan siswa., serta beberapa
pertaturan yang diperketat bagi siswa, misalnya tidak diperbolehkan pulang
sebelum dijemput atau keluar sekolah tanpa pengawasan guru atau walinya.
Peneliti : Bagaimanakah tata cara rekruitmen dan pembinaan
pegawai di sekolah ini?
Kepala Sekolah : Karena sekolah ini khusus untuk siswa yang “bermasalah”
dalam belajar, walaupun tidak terlalu mengutamakan riwayat pendidikan untuk
anak berkebutuhan khusus tetapi kami menekankan kepada skill tenaga pengajar
dalam penguasaan materi sesuai bidangnya sekaligus memiliki passion terhadap
anak-anak dan kesabaran dalam membimbing serta mengajar. Selain itu juga
harus selalu siap dengan keadaan-keadaan darurat yang sewaktu-waktu mungkin
terjadi. Sedangkan dalam pembinaan kami terus memantau pegawai/tenaga
pengajar kami, dan apabila menemukan kealpaan akan diberi peringatan secara
lisan, sampai surat peringatan.
242
Lampiran 12
Peneliti : Berapa jumlah tenaga pendidik di sekolah ini?
Kepala Sekolah : Kurang lebihnya ada 25 orang termasuk pegawai penjaga
sekolah.
Peneliti : Bagaimana pengaturan tanggung jawab pendidik terhadap
siswa?
Kepala Sekolah : Selama siswa berada di kelas pada jam pelajaran maka
tanggung jawab pengawasan diberikan secara penuh kepada pendidik. Akan
tetapi apabila ada siswa yang keluar dari kelas atau izin keluar sekolah maka
setiap guru yang tidak ada jam pelajaran serta pegawai keamanan memiliki
kewajiban untuk mengawasi dan menjamin keamanan siswa.
Peneliti : Apakah sistem pengaturan seperti itu sudah ideal?
Kepala Sekolah : Sejauh ini sudah cukup ideal karena jumlah siswa masih
belum terlalu banyak, sehingga masih bisa kami awasi.
Kurikulum
Peneliti : Kurikulum apakah yang diterapkan di sekolah ini?
Kepala Sekolah : Kami menggunakan kurikulum KTSP.
Peneliti : Apakah kekurangan dan kelebihan yang dirasakan sekolah
dalam menerapkan kurikulum tersebut?
Kepala Sekolah : Kekurangannya memang penyampaian materi lebih
lambat kepada siswa karena kesulitan belajar siswa yang berbeda-beda
membutuhkan penanganan yang berbeda-beda sedangkan tenaga pendidik kami
belum memadai untuk adanya guru pendamping bagi setiap siswa. Kelebihannya
materi KTSP tidak serumit K13 sehingga masih dapat dicerna siswa meskipun
butuh waktu lebih untuk memahaminya.
Peneliti : Selain kurikulum nasional yang ditetapkan oleh
depdikbud, adakah kurikulum tambahan di sekolah ini?
243
Lampiran 12
Kepala Sekolah : Tidak ada.
Peneliti : Tolong jelaskan apakah perbedaan konten kurikulum
untuk SMP regular dengan kurikulum yang diterapkan di SMP ini?
Kepala Sekolah : Meskipun masih menggunakan KTSP memang beberapa
konten yang menurut kami sulit untuk difahami siswa kami lewatkan atau sekadar
membahas sedikit saja. Biasanya materi seperti itu kami undur untuk di tingkat
selanjutnya (misalnya ada materi yang kami anggap sulit untuk difahami siswa
pada kelas 7, maka materi tersebut baru akan kami jelaskan dengan rinci pada
saat siswa di kelas 8).
Peneliti : Dalam penyelenggaraan SLB, perbaikan yang manakah
yang dirasakan paling penting untuk segera dilaksanakan?
Kepala Sekolah : Penyesuaian kurikulum. Karena seringkali kami kesulitan
ketika siswa menjelang ujian akhir sedangkan materi yang dipelajari belum
mencapai target.
Peneliti : Bagaimana pendapat bapak terhadap pengajaran
matematika di sekolah ini?
Kepala Sekolah : Pembelajaran matematika yang ada sebenarnya sudah
cukup baik, meskipun penggunaan alat peraga matematika masih kurang karena
masih belum tersedia. Selain itu kami masih kekurangan tenaga pengajar karena
satu orang guru matematika kami keluar beberapa bulan lalu.
Peneliti : Bagaimana pendapat bapak terhadap guru matematika di
sekolah ini?
Kepala Sekolah : Guru yang ada sudah baik dalam menyampaikan materi
kepada siswa, akan tetapi karena harus menghandle banyak kelas dan juga
kondisi siswa yang variatif, pembelajaran yang dilakukan masih menggunakan
metode Teacher Centre yang terkadang diselingi beberapa praktek.
244
Lampiran 12
Sarana dan Prasarana
Peneliti : Layanan khusus apa saja yang diberikan kepada siswa di
SMP Budi Waluyo?
Kepala Sekolah : Karena tidak ada siswa yang benar-benar memiliki
kelemahan yang parah kami tidak menyediakan layanan yang benar-benar khusus
bagi siswa. Hanya dalam penyediaan obat-obatan dan penjualan makanan di
kantin harus benar-benar kami perhatikan karena beberapa siswa memiliki
larangan dalam konsumsi makanan dan obat. Dan juga saat siswa ke kamar kecil
tetap harus dalam pengawasan guru. Tujuannya untuk membimbing siswa agar
mandiri dan juga menjaga agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Peneliti : Apakah fasilitas, sarana dan prasarana yang ada sudah
memadai?
Kepala Sekolah : Sudah cukup memadai. Akan tetapi dalam sarana
mengajar masih ada beberapa kekurangan seperti alat-alat peraga, akses internet
dan semacamnya.
Peneliti : Bagaimana teknis pengadaan fasilitas?
Kepala Sekolah : Pengadaan fasilitas ditangani oleh pihak yayasan, dengan
pertimbangan jumlah dan karakteristik disabilitas siswa serta pendapat pihak
sekolah.
Peneliti : Bagaimana penggunaan fasilitas sekolah yang tersedia?
Kepala Sekolah : Penggunaan fasilitas sudah maksimal dan sejauh ini
belum ditemukan penyalah gunaan terhadap fasilitas yang ada.
Peneliti : Bagaimana pengelolaan fasilitas yang ada di sekolah?
Kepala Sekolah : Pengadaan dan perbaikan fasilitas yang rusak ditangani
oleh pihak yayasan.
245
Lampiran 12
Peneliti : Bagaimana pemeliharaan dan pengawasan terhadap
fasilitas yang tersedia?
Kepala Sekolah : Pemeliharaan dan pengawasan penggunaan fasilitas
sepenuhnya menjadi tanggung jawab pihak sekolah.
Peneliti : Apakah semua siswa dan guru sudah menggunakan sarana
dan prasarana yang telah disediakan oleh sekolah?
Kepala Sekolah : Ya, sudah.
Peneliti : Bagaimana upaya pihak sekolah untuk melengkapi
fasilitas yang belum memadai?
Kepala Sekolah : Pihak sekolah maupun yayasan berusaha untuk membuka
kerja sama dengan beberapa pihak lain dan wali murid untuk melengkapi fasilitas
yang belum tersedia.
Ekstrakurikuler
Peneliti : Jenis ekstrakurikuler apa saja yang ada di sekolah?
Kepala Sekolah : Ada dua, pramuka dan olahraga.
Peneliti : Apakah ekstrakurikuler juga disesuaikan dengan keadaan
siswa atau hanya secara umum?
Kepala Sekolah : Ekskul diadakan sekadarnya dan secara umum. Karena
ada siswa yang memang tidak boleh panas-panasan, atau terlalu lelah. Untuk
siswa seperti itu kami beri keringanan untuk hanya ikut pemanasan saja, dan juga
harus terus berada dalam pengawasan.
Peneliti : Siapa yang menjadi instruktur/pendamping kegiatan
ekstrakurikuler? Apakah dari tenaga ahli atau dari guru internal?
Kepala Sekolah : Kami masih menggunakan guru internal karena ekskul
yang ada belum di tingkat yang benar-benar serius atau untuk dilombakan
semacamnya.
246
Lampiran 12
Peneliti : Apakah pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler sudah
efektif?
Kepala Sekolah : Efektif. Karena dengan adanya ekskul siswa tidak hanya
duduk diam di kelas, sekaligus menjadi terapi ringan untuk menjaga kebugaran
dan daya tahan tubuh siswa.
Peneliti : Kendala apa yang dialami dalam pengadaan kegiatan
ekstrakurikuler?
Kepala Sekolah : Kendalanya mungkin hanya pada keterbatasan siswa,
seperti pada satu keadaan tidak semua siswa bisa memahami aba-aba instruktur
ekskul sehingga butuh beberapa guru tambahan untuk menertibkan dan
membimbing siswa. dan tidak semua siswa bisa mengikuti ekskul sampai selesai
karena daya tahan tubuhnya yang berbeda-beda.
Peneliti : Apa tips atau kiat agar kegiatan ekstrakurikuler berjalan
dengan baik?
Kepala Sekolah : Untuk mengatasi kondisi-kondisi seperti tadi biasanya
kami mengerahkan guru lain selain guru yang bertanggung jawab terhadap
ekskul tersebut untuk membantu mengawasi dan membimbing siswa.
Peneliti : Motivasi apa yang diberikan pada siswa untuk mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler?
Kepala Sekolah : Biasanya kami menjelaskan kepada siswa bahwa kegiatan
di luar kelas itu juga perlu agar siswa tidak jenuh dan siswa perlu olahraga agar
tetap sehat.
II. Guru Matematika
Model Pembelajaran
Peneliti : Bagaimana model pembelajaran yang diterapkan di kelas VII
SMP Budi Waluyo?
247
Lampiran 12
Guru : Model yang digunakan masih pembelajaran yang berpusat pada
guru. Karena agak sulit untuk meminta siswa aktif dalam belajar sedangkan
kemampuan memahami materi masih lambat.
Peneliti : Apa strategi dan metode pembelajaran yang digunakan di kelas
VII SMP Budi Waluyo?
Guru : Biasanya menggunakan metode ceramah, tapi pernah juga kami
menerapkan metode pengalaman langsung saat mempelajari materi untung-rugi
melalui praktek jual-beli di pasar.
Peneliti : Apakah penerapan model pembelajaran tersebut sudah efektif?
Guru : Pada satu sisi sudah cukup efektif, karena kami jadi memiliki
kesempatan untuk berkeliling menanyakan kepahaman siswa ketika siswa
mencatat materi yang diberikan. Akan tetapi pada prakteknya, masih banyak
siswa yang belum menguasai materi dan ternyata hanya mampu sebatas menyalin
catatan.
Peneliti : Bagaimana persiapan guru sebelum proses pembelajaran?
Guru : Tidak ada persiapan khusus. Hanya saja kami harus benar-benar
memahami materi serta sudut pandang dan cara siswa memahami materi, apakah
itu melalui penjelasan, gambar atau hal lain. Meskipun pada akhirnya tidak
semua sanggup kami handle karena waktu jam pelajaran juga terbatas.
Peneliti : Bagaimana model evaluasi yang dilakukan dalam pembelajaran di
kelas VII SMP Budi Waluyo?
Guru : Model evaluasi masih melalui ulangan harian, latihan dan
ulangan akhir/tengah semester.Tetapi untuk teknisnya kami memberikan kisi-kisi
soal untuk mempermudah siswa mempelajari materi sebelum ulangan.
Peneliti : Apa saja sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam menunjang
pembelajaran di kelas?
248
Lampiran 12
Guru : Alat peraga yang lebih penting sepertinya.
Peneliti : Bagaimana cara guru agar siswa dapat memahami materi
pelajaran?
Guru : Guru memperhatikan di bagian mana siswa masih belum faham,
kemudian mengulang kembali dengan ditambah contoh-contoh yang sekiranya
mudah difahami siswa.
Peneliti : Apa saja yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan
pembelajaran di kelas?
Guru : Faktor internal siswa (disabilitas siswa yang bervariasi) serta
minimnya alat peraga karena mayoritas siswa kesulitan jika harus
membayangkan hal yang tidak ada wujudnya (contohnya seperti dalam
mempelajari bangun ruang yang sulit ditemui seperti limas, dll).
Peneliti : Apa saja kesulitan yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran
di kelas?
Guru : Kesulitan mungkin dalam penyampaian materi yang harus
perlahan-lahan dan dengan bahasa yang semudah mungkin untuk difahami siswa.
Di samping itu kami juga mengalami kesulitan untuk menjaga situasi belajar
yang kondusif karena ada siswa yang hiperaktif, terlalu pendiam, dan ada juga
yang tidak memperhatikan pelajaran. Dan karena tidak adanya guru pendamping,
suasana seperti itu menjadi lebih menyita waktu jam pelajaran.
Peneliti : Bagaimana cara guru mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut?
Guru : Guru biasanya berkeliling ke tempat duduk setiap siswa untuk
memantau catatan atau latihan yang dikerjakan siswa, atau jika ada siswa yang
mengganggu ketenangan siswa lain maka guru menghampiri siswa tersebut dan
mengawasi lebih ketat dari sebelumnya.
249
Lampiran 12
Peneliti : Perbedaan kesulitan belajar individu itu bervariasi, bagaimana
cara guru agar mampu memberikan materi dengan optimal?
Guru : Guru menyampaikan materi secara perlahan dan satu per satu
dan bersikap terbuka bagi siswa yang ingin aktif belajar atau bertanya.
Kemudian untuk memastikan kepahaman siswa biasanya diberikan latihan atau
PR.
Peneliti : Bagaimana pendekatan emosional yang dilakukan guru terhadap
siswa?
Guru : Di sela-sela mengajar, guru mendengarkan apa yang diceritakan
siswa, memberikan perhatian dan arahan layaknya orang tua bagi siswa.
Sedangkan di luar waktu mengajar, guru menjadi layaknya teman yang akrab
dengan siswa sekaligus memperhatikan aktivitas siswa agar tetap aman.
250
Lampiran 13
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA
Nama Sekolah : SMP Budi Waluyo
Pertemuan Ke- :
Hari/Tanggal :
Pokok Bahasan :
Petunjuk : Berilah tanda check list ( ) pada kolom yang tersedia sesuai hasil pengamatan
No Aspek yang Dinilai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Ket
1. Siswa memperhatikan penjelasan guru
2. Siswa menanggapi pertanyaan guru
3. Siswa mengutarakan pendapat dukungan atau bantahan
terhadap teman kelompok atau kelompok lain
4. Siswa memanfaatkan media pembelajaran yang tersedia
dengan optimal untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan
5. Siswa mengajukan pertanyaan
6. Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru
Observer
251
Lampiran 14
Lembar Observasi Aktivitas Mengajar Guru
Nama Guru : Semester/Kelas :
Mapel : Materi :
Pertemuan ke- : Siklus :
Hari/Tanggal : Pengamat :
No Aspek yang Diamati Skor Penliaian
1 2 3 4
I Pra Pembelajaran
1. Mengucapkan salam dan mengecek kehadiran siswa
2. Mengkondisikan siswa sesuai dengan skenario
pembelajaran
3. Melakukan apersepsi
4. Menyampaikan kompetensi dan tujuan pembelajaran
II Kegiatan Awal Pembelajaran
1. Memberikan informasi mengenai kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan
2. Menempatkan peserta didik sesuai dengan
karakteristik
III Kegiatan Inti Pembelajaran
1. Membuka pelajaran dengan mengemukakan
permasalahan
2. Penguasaan terhadap materi
3. Membantu peserta didik yang mengalami kesulitan
dalam memahami materi yang dipelajari
4. Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa
5. Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam
bentuk ucapan atau hadiah terhadap keberhasilan siswa
6. Memberikan tes untuk mengetahui keberhasilan siswa
IV Kegiatan Akhir
1. Melakukan refleksi dan membuat rangkuman dengan
melibatkan siswa
2. Memberikan tindak lanjut berupa arahan, kegiatan,
atau tugas sebagai remedial
Jumlah
Skor Maksimal
Presentase (%)
Presentase rata-rata
Keterangan skala penilaian :
1 = Kurang
2 = Cukup
3 = Baik
4 = Sangat Baik
252
Lampiran 15
Jurnal Harian Siswa
Nama : No. Absen :
1. Apa yang telah kamu pelajari hari ini?
2. Bagaimana perasaan kamu setelah belajar matematika hari ini?
(Lingkari gambar yang sesuai dengan perasaan mu)
Jurnal Harian Siswa
Nama : No. Absen :
1. Apa yang telah kamu pelajari hari ini?
2. Bagaimana perasaan kamu setelah belajar matematika hari ini?
(Lingkari gambar yang sesuai dengan perasaan mu)
253
Lampiran 16
HASIL TES KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP
MATEMATIKA SIKLUS I
NO KODE SISWA NILAI KETERANGAN
1 S1 47 BELUM TUNTAS
2 S2 0 -
3 S3 100 TUNTAS
4 S4 100 TUNTAS
5 S5 0 -
6 S6 60 BELUM TUNTAS
7 S7 100 TUNTAS
8 S8 100 TUNTAS
9 S9 80 TUNTAS
254
Lampiran 17
HASIL PERHITUNGAN TES AKHIR SIKLUS I
Nilai tes akhir siklus I :
47 60 80 100 100 100 100
1. Mean/rata-rata ( )
= ∑
=
= 83,86
n = jumlah siswa
2. Median (Me)
Me =
x (80 + 100) = 90
3. Modus
Mo = 100 (f = 4)
4. Presentase tuntas
x 100% =
x 100% = 71,43%
5. Presentase belum tuntas
x 100% =
x 100% = 28,57%
255
Lampiran 18
HASIL PERHITUNGAN MEAN DAN PRESENTASE
KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA
SIKLUS I
NAMA SISWA Pemahaman
Instrumental
Pemahaman Relasional
X1 X3 X2 X4 X5
S1 2 2 1 1 1
S2 - - - - -
S3 3 3 3 3 3
S4 3 3 3 3 3
S5 - - - - -
S6 3 2 2 1 1
S7 3 3 3 3 3
S8 3 3 3 3 3
S9 2 3 2 3 2
JUMLAH 19 19 17 17 16
Total per
Indikator 38 50
Rata-Rata per
Indikator 5,4 7,1
Rata-Rata
Indikator 84,45
256
Lampiran 18
Langkah-Langkah Perhitungan Mean dan Presentase Kemampuan
Pemahaman Konsep Siswa Berdasarkan Indikator Pemahaman Konsep
Siklus I
Rumus
Pemahaman
Instrumental
Pemahaman
Relasional
Skor Ideal
Banyaknya soal x skor
maksimal x jumlah siswa 2 x 3 x 7 = 42 3 x 3 x 7 = 63
Skor Siswa
(Xt)
Jumlah dari setiap
indikator
∑ X1 + ∑ X3
= 38
∑ X2 + ∑ X4 + ∑
X5 = 50
Nilai Rata-
Rata ( )
x 100
=
90
= 78,9
Presentase
x 100%
x 100% =
90,5%
x 100% =
79,3%
257
Lampiran 19
HASIL TES KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP
MATEMATIKA SIKLUS II
NO KODE SISWA NILAI KETERANGAN
1 S1 67 BELUM TUNTAS
2 S2 40 BELUM TUNTAS
3 S3 93 TUNTAS
4 S4 93 TUNTAS
5 S5 73 TUNTAS
6 S6 80 TUNTAS
7 S7 87 TUNTAS
8 S8 93 TUNTAS
9 S9 80 TUNTAS
258
Lampiran 20
HASIL PERHITUNGAN TES AKHIR SIKLUS II
Nilai tes akhir siklus I :
40 67 73 80 80 87 93 93 93
1. Mean/rata-rata ( )
= ∑
=
= 78,4
n = jumlah siswa
2. Median (Me)
Me = 80
3. Modus
Mo = 93 (f = 3)
4. Presentase tuntas
x 100% =
x 100% = 77,8%
5. Presentase belum tuntas
x 100% =
x 100% = 22,2%
259
Lampiran 21
HASIL PERHITUNGAN MEAN DAN PRESENTASE
KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA
SIKLUS II
NAMA SISWA Pemahaman
Instrumental
Pemahaman
Relasional
X1 X2 X4 X3 X5
S1 2 1 3 2 2
S2 1 1 1 2 1
S3 2 3 3 3 3
S4 2 3 3 3 3
S5 3 2 2 2 1
S6 2 3 3 2 2
S7 2 3 3 2 3
S8 2 3 3 3 3
S9 2 3 2 3 2
JUMLAH 18 21 23 22 20
Total per
Indikator 62 42
Rata-Rata per
Indikator 6,9 4,7
Rata-Rata
Indikator 77,5
260
Lampiran 21
Langkah-Langkah Perhitungan Mean dan Presentase Kemampuan
Pemahaman Konsep Siswa Berdasarkan Indikator Pemahaman Konsep
Siklus I
Rumus Pemahaman
Instrumental
Pemahaman
Relasional
Skor Ideal
Banyaknya soal x skor
maksimal x jumlah siswa 3 x 3 x 9 = 81 2 x 3 x 9 = 54
Skor Siswa
(Xt)
Jumlah dari setiap
indikator
∑ X1 + ∑ X2
+ ∑ X4 = 62
∑ X3 + ∑ X5
= 42
Nilai Rata-
Rata ( )
x 100
=
76,7
= 78,3
Presentase
x 100%
x 100% =
76,5%
x 100% =
77,8%
261
Lampiran 22
HASIL OBSERVASI AKTIVITAS SISWA SIKLUS I
NO Aspek yang Dinilai Presentase pada Pertemuan ke- Rata-rata
I II III IV V
1. Siswa memperhatikan penjelasan guru 55,6% 75% 100% 75% 85,7% 78,26%
2. Siswa menanggapi pertanyaan guru 33,3% 25% 50% 50% 57,1% 43,08%
3. Siswa mengutarakan pendapat dukungan atau bantahan
terhadap teman lain 22,2% 37,5% 50% 50% 42,8% 40,5%
4. Siswa memanfaatkan media pembelajaran yang tersedia
dengan optimal untuk menyelesaikan tugas yang diberikan 55,6% 50% 83% 62,5% 71,4% 64,5%
5. Siswa mengajukan pertanyaan 22,2% 37,5% 50% 50% 57,1% 43,36%
6. Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru 88,9% 50% 100% 100% 71,4% 82,06%
Rata-Rata Keseluruhan 58,63%
262
Lampiran 23
HASIL OBSERVASI AKTIVITAS SISWA SIKLUS II
NO Aspek yang Dinilai Presentase pada Pertemuan ke- Rata-rata
I II III IV V
1. Siswa memperhatikan penjelasan guru 87,5% 88,9% 88,9% 100% 100% 93,06%
2. Siswa menanggapi pertanyaan guru 75% 77,5% 88,9% 88,9% 87,5% 83,56%
3. Siswa mengutarakan pendapat dukungan atau bantahan
terhadap teman lain 75% 77,8% 77,8% 66,7% 75% 74,46%
4. Siswa memanfaatkan media pembelajaran yang tersedia
dengan optimal untuk menyelesaikan tugas yang diberikan 87,5% 88,9% 88,9% 77,8% 100% 88,62%
5. Siswa mengajukan pertanyaan 75% 77,8% 88,9% 77,8% 87,5% 81,4%
6. Siswa mengerjakan soal yang diberikan guru 87,5% 100% 77,8% 100% 100% 93,06%
Rata-Rata Keseluruhan 85,7%
263
Lampiran 24
RESPON SISWA DARI JURNAL HARIAN SISWA
SIKLUS I
KODE
SISWA PERTEMUAN KE-
I II III IV V
S1 S T - - T
S2 S T - T S
S3 S S T S S
S4 S S - T T
S5 S - S T -
S6 S T S T -
S7 S T S S S
S8 S S T S S
S9 S T S S S
JUMLAH 9 3 5 4 5
Presentase 100% 37,5% 66,7% 50% 71,4%
Rata-rata 65,12%
264
Lampiran 25
RESPON SISWA DARI JURNAL HARIAN SISWA
SIKLUS II
KODE
SISWA PERTEMUAN KE-
I II III IV V
S1 S S T T S
S2 T S S S S
S3 S S T S S
S4 S S S S S
S5 S S S S S
S6 - T S S -
S7 S S S S S
S8 S S S S S
S9 S S S S S
JUMLAH 7 8 7 8 8
Presentase 87,5% 88,9% 77,8% 88,9% 100%
Rata-rata 88,62%
265
Lampiran 26
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS MENGAJAR GURU
SIKLUS I
No Aspek yang Diamati Skor Pada Pertemuan Ke- Jml
1 2 3 4 5
I Pra Pembelajaran
1.
Mengucapkan salam dan
mengecek kehadiran siswa 2 2 2 2 2 10
2.
Mengkondisikan siswa sesuai
dengan skenario pembelajaran 2 2 2 3 3 12
3.
Melakukan apersepsi 2 2 3 2 3 12
4.
Menyampaikan kompetensi
dan tujuan pembelajaran 2 1 2 2 3 10
II Kegiatan Awal Pembelajaran
1.
Memberikan informasi
mengenai kegiatan
pembelajaran yang akan
dilakukan
3 2 2 2 2 11
2.
Menempatkan peserta didik
sesuai dengan karakteristik 1 2 2 2 3 10
III Kegiatan Inti Pembelajaran
1.
Membuka pelajaran dengan
mengemukakan permasalahan 2 2 3 2 3 12
2.
Penguasaan terhadap materi 3 4 3 4 4 18
3.
Membantu peserta didik yang
mengalami kesulitan dalam
memahami materi yang
dipelajari
2 1 2 2 3 10
4.
Menunjukkan sikap terbuka
terhadap respon siswa 2 3 2 2 3 12
5.
Memberikan umpan balik
positif dan penguatan dalam
bentuk ucapan atau hadiah
terhadap keberhasilan siswa
2 1 2 2 2 9
6.
Memberikan tes untuk
mengetahui keberhasilan siswa 2 2 3 3 3 13
266
Lampiran 26
IV Kegiatan Akhir
1.
Melakukan refleksi dan
membuat rangkuman dengan
melibatkan siswa 1 2 2 2 3 8
2.
Memberikan tindak lanjut
berupa arahan, kegiatan, atau
tugas sebagai remedial 1 2 2 3 3 11
Jumlah 27 28 32 33 40
Skor Maksimal 56 56 56 56 56
Presentase (%) 48,2 50 57,1 58,9 71,4
Presentase rata-rata 57,12
Keterangan:
Kriteria nilai: Skala skor total:
1 = kurang baik 1 – 5 = kurang baik
2 = cukup 6 – 10 = cukup
3 = baik 11 – 15 = baik
4 = sangat baik 16 – 20 = sangat baik
267
Lampiran 27
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS MENGAJAR GURU
SIKLUS II
No Aspek yang Diamati Skor Pada Pertemuan Ke- Jml
1 2 3 4 5
I Pra Pembelajaran
1.
Mengucapkan salam dan
mengecek kehadiran siswa 2 3 3 4 3 15
2.
Mengkondisikan siswa sesuai
dengan skenario pembelajaran 4 4 3 4 3 18
3.
Melakukan apersepsi 3 3 4 3 4 17
4.
Menyampaikan kompetensi
dan tujuan pembelajaran 3 2 3 3 3 14
II Kegiatan Awal Pembelajaran
1.
Memberikan informasi
mengenai kegiatan
pembelajaran yang akan
dilakukan
2 3 2 4 4 15
2.
Menempatkan peserta didik
sesuai dengan karakteristik 3 3 3 3 3 15
III Kegiatan Inti Pembelajaran
1.
Membuka pelajaran dengan
mengemukakan permasalahan 3 3 3 3 4 16
2.
Penguasaan terhadap materi 4 4 4 4 4 20
3.
Membantu peserta didik yang
mengalami kesulitan dalam
memahami materi yang
dipelajari
4 3 4 3 4 18
4.
Menunjukkan sikap terbuka
terhadap respon siswa 3 3 3 4 4 17
5.
Memberikan umpan balik
positif dan penguatan dalam
bentuk ucapan atau hadiah
terhadap keberhasilan siswa
2 3 3 4 4 16
6.
Memberikan tes untuk
mengetahui keberhasilan siswa 3 3 3 3 3 15
268
Lampiran 27
IV Kegiatan Akhir
1.
Melakukan refleksi dan
membuat rangkuman dengan
melibatkan siswa 3 3 3 3 3 15
2.
Memberikan tindak lanjut
berupa arahan, kegiatan, atau
tugas sebagai remedial 3 4 3 3 4 17
Jumlah 42 44 44 48 50
Skor Maksimal 56 56 56 56 56
Presentase (%) 75 78,6 78,6 85,7 89,3
Presentase rata-rata 81,44
Keterangan:
Kriteria nilai: Skala skor total:
1 = kurang baik 1 – 5 = kurang baik
2 = cukup 6 – 10 = cukup
3 = baik 11 – 15 = baik
4 = sangat baik 16 – 20 = sangat baik
274
Lampiran 29