Proposal Oktaviani Problem Solving

37
TUGAS PENELITIAN PENDIDIKAN MATEMATIKA PROPOSAL Di susun Oleh : Dedek Oktaviani ( 2012 121 116 ) Dosen Pengasuh : Dra. Hj. Farah Diba M.Pd Kelas : 6 C Progam Studi : Pendidikan Matematika PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG

description

Proposal Penelitian

Transcript of Proposal Oktaviani Problem Solving

TUGAS PENELITIAN PENDIDIKAN MATEMATIKA PROPOSAL

Di susun Oleh :

Dedek Oktaviani( 2012 121 116 )Dosen Pengasuh : Dra. Hj. Farah Diba M.PdKelas: 6 CProgam Studi: Pendidikan Matematika

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKAJURUSAN PENDIDIKAN MIPAFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS PGRI PALEMBANG2015

PROPOSAL PENELITIANPENGARUH METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN BERFIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 16 PALEMBANG1. Latar BelakangPada KTSP dijelaskan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kemampuan itu diperlukan untuk agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.Matematika dengan hakikatnya sebagai ilmu yang terstruktur dan sistematis, sebagai suatu kegiatan manusia melalui proses yang aktif, dinamis, dan generatif, serta sebagai ilmu yang mengembangkan sikap berpikir kritis, objektif, dan terbuka, menjadi sangat penting dikuasai oleh peserta didik dalam menghadapi laju perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat. Pada kenyataannya, tidak dapat dipungkiri bahwa anggapan yang saat ini berkembang pada sebagian besar peserta didik adalah matematika bidang studi yang sulit dan tidak disenangi. Hanya sedikit yang mampu menyelami dan memahami matematika sebagai ilmu yang dapat melatih kemampuan pemahaman konsep matematika. Masalah yang sering dihadapi dalam pembelajaran matematika adalah rendahnya daya serap peserta didik. Hal tersebut tampak dari rata-rata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Dalam pembelajaran, guru sangat jarang memberikan soal yang mengacu pada kemampuan berfikir kreatif, padahal berfikir kreatif merupakan salah satu tuntunan yang perlu dilatih dan dikembangkan dalam proses pembelajaran. Berfikir kreatif sangat penting untuk ditumbuh kembangkan dalam pembelajaran kepada peserta didik, khususnya dalam pembelajaran matematika dengan memilih suatu pendekatan pembelajaran tepat sehingga dapat membangkitkan berfikir kreatif matematis siswa. Oleh karena itu sangat dibutuhkan suatu model, metode ataupun pendekatan yang bisa mengajak siswa untuk berfikir kreatif. Banyak sekali strategi atau metode yang bisa dilakukan oleh seorang guru agar hasil belajar siswa menjadi baik terutama dalam hal kemampuan berfikir kreatif siswa. Biasanya siswa dalam belajar matematika hanya mengikuti dan mengerti dengan apa yang diajarkan dan dicontohkan, apabila contoh tersebut diganti mereka tidak akan mengerti lagi. Oleh karena itu, kemampuan berpikir kreatif siswa perlu dikembangkan. sehingga diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang dapat memfasilitasi upaya peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa. Walaupun bagaimanapun, tidak ada pendekatan pembelajaran yang sempurna dan tepat dapat memfasilitasi kebutuhan kegiatan pembelajaran. Namun hal tersebut bukan menjadi suatu alasan untuk tidak mencari pendekatan pembelajaran yang tepat untuk memfasilitasi kegiatan pembelajaran. Dengan pendekatan pembelajaran yang baru diterapkan sikap siswa terhadap pembelajaran matematika menjadi berbeda dengan ditandai oleh siswa maupun membangun, mengembangkan bahkan meningkatkan kemampuan dalam matematika. Salah satu pendekatan pembelajaran yang diharapkan dapat mengatasi semua masalah tersebut adalah metode PROBLEM SOLVING.

Menurut pendapat (Hamruni, 2012:19) metode problem solving adalah belajar memecahkan masalah. Pada tingkat ini para peserta didik belajar merumuskan memecahkan masalah, memberikan respon terhadap rangsangan yang menggambarkan atau membangkitkan situasi problematik yang menggunakan berbagai kaidah yang telah dikuasainya. Oleh karena itu, metode problem solving dapat menjadi salah satu alternatif untuk mengembangkan kemampuan berfikir kreatif siswa.Berdasarkan informasi yang didapat dari guru bidang studi matematika yang mengajar di SMP NEGERI 16 PALEMBANG, bahwasahnya proses pembelajaran matematika dikelas masih mengahadapi beberapa masalah yang perlu diselesaikan yaitu masih kurangnya kemampuan berpikir kretaif siswa. Hal ini ditandai, oleh keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran masih kurang, siswa jarang diberikan kesempatan malakukan aktifitas dalam menkontruksi pengetahuannya sendiri, selama proses belajar mengajar siswa lebih cenderung pasif, yang mengakibatkan proses berpikir dan kreatifitas siswa dalam mengemukakan gagasannya belum terlatih, pendekatan yang digunakan disekolah pun cenderung belum dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Masih banyak guru yang menyampaikan dengan metode konvensional yaitu ceramah, tanya jawab, pemberian tugas atau sering juga disebut dengan kegiatan ekspositori, yang melibatkan siswa cenderung lebih pasif. Menurut Syaiful Sagala (2011:79) Pendekatan ekspositori menunjukan bahwa guru berperan lebih aktif, lebih banyak melakukan aktifitas dibanding siswanya, karena guru telah mengelola dan mempersiapkan bahan ajar secara tuntas, sedangkan siswanya berperan lebih pasif tanpa banyak melakukan pengelolahan bahan, karena menerima bahan ajar dari guru.Oleh karena itu, dengan menggunakan metode Problem solving siswa diharapakan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatifnya secara mandiri dalam menyelesaikan soal-soal pada pembelajaran matematika.Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian berjudul :PENGARUH METODE PROBLEM SOLVING PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP NEGERI 16 PALEMBANG2. Rumusan Masalah dan Pembatasan Masalah2.1 Rumusan Masalah Berdasarkan pada uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Adakah pengaruh metode problem solving pada pembelajaran matematika terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa SMP NEGERI 16 Palembang?2.1. Pembatasan MasalahAgar penelitian ini tidak terlalu luas dan menyimpang dari sasaran yang diharapkan,maka peneliti membatasi ruang lingkup penelitiannya adalah :1. Pengaruh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dilihat dari perbandingan kemampuan berpikir kreatif siswa antara hasil tes siswa yang diajarkan dengan metode problem solving dengan hasil tes siswa yang menggunakan pendekatan ekspositori.2. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester genap SMP NEGERI 16 Palembang.3. Materi dalam penelitian ini adalah materi tentang bangun ruang sisi datar.

3. Tujuan Pembelajaran Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidak ada pengaruh metode problem solving terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa SMP NEGERI 16 Palembang.4. Manfaat PenelitianAdapun manfaat dari penelitian ini adalah:1. Bagi Kepala Sekolah Sebagai bahan masukan dalam pelaksanaan pembelajaran matematika untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.2. Bagi Guru Sebagai bahan masukan agar dapat melaksanakan proses belajar lebih baik dan dapat mengembangkan interaksi edukatif dalam proses pembelajaran. Sebagai bahan masukan untuk menambah inovasi, strategi dan pendekatan dalam mengadakan variasi terhadap pola pembelajaran.5. Tinjauan Pustaka5.1. Makna Pembelajaran Menurut Syaiful Sagala (2011:11) belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implicit ( tersembunyi ) .Menurut Trianto ( 2011:16 ) belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Menurut Syaiful Sagala (2011:61) pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid.Menurut Trianto ( 2011:17 ) pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Pembelajaran secara simple dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seseorang guru untuk membelajarkan siswanya ( mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya ) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses dimana prilaku diubah, dibentuk atau dikendalikan dengan harapan dapat memberikan hasil sebaik-baiknya yang berasal dari interaksinya dengan informasi (materi, kegiatan dan pengalaman). 5.2. Metode Problem SolvingMenurut pendapat (Hamruni, 2012:19) metode problem solving adalah belajar memecahkan masalah. Pada tingkat peserta didik belajar merumuskan memecahkan masalah, memberikan respon terhadap rangsangan yang menggambarkan atau membangkitkan situasi problematik yang menggunakan berbagai kaidah yang telah dikuasainya.Menurut Sri Anitah (2009:5.31) metode problem solving atau pemecahan masalah merupakan salah satu cara yang harus banyak digunakan dalam pembelajaran karena metode pemecahan masalah merupakan metode mengajar yang banyak mengembangkan kemmapuan berpikir tingkat tinggi. 5.3. Kemampuan Berpikir Kreatif5.3.1. Pengertian kemampuan berpikir kreatifMenurut Roby, Jim Wheeler ( dalam http://robymatematika.wordpress.com/2011/12/21/berpikir-kreatif-dalam-pembelajaran-matematika/ di akses tanggal 25 maret 2015 pukul 16:00 ), berpikir kreatif adalah Menggunakan keterampilan berpikir untuk membuat hubungan yang baru dan berguna untuk membuat sesuatu yang baru, unik dan berbeda dari sesuatu yang lama.Menurut eduklinik, Musbikin (2006) ( dalam http://eduklinik.info/2011/05/02/berpikir-kritis-dan-kreatif-dalam-pembelajaran-matematika/ di akses tanggal 25 maret 2015 pukul 16:00 ) mengartikan kreativitas sebagai kemampuan memulai ide, melihat hubungan yang baru atau tak diduga sebelumnya, kemampuan memformulasikan konsep yang tak sekedar menghafal, menciptakan jawaban baru untuk soal-soal yang sudah ada dan mendapatkan pertanyaan baru yang perlu dijawab.

Menurut suara guru, Ruggiero (di kutip Siswono ,2009:1) ( dalam http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/ di akses pada tanggal 25 maret 2015 pukul 16:00) mengartikan berfikir sebagai suatu aktivitas mental untuk membantu memformulasikan atau memecahkan masalah, membuat suatu keputusan, atau memenuhi hasrat keingintahuan. Pendapat ini menunjukan bahwa ketika seseorang merumuskan suatu masalah, memecahkan masalah, ataupun ingin memahami sesuatu, maka ia melakukan suatu aktifitas berfikir. Berpikir kreatif adalah kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan baru yang diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan baru yang diterapkan dalam pemecahan masalah,atau sebagai kemampuan untuk melibatkan hubungan-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya (Munandar,1992:48). Kemampuan berpikir kreatif adalah salah satu kemampuan yang harus dibina melalui pendidikan.Menurut suara guru, Evan (dikutip Siswono,2009:2) ( dalam http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/ di akses pada tanggal 25 maret 2015 pukul 16:00 ) menjelaskan bahwa berfikir kreatif adalah suatu aktivitas mental untuk membuat hubungan-hubungan (conections) yang terus menerus (kontinu), sehingga ditemukan kombinasi yang benar atau sampai seseorang itu menyerah. Asosiasi kreatif terjadi melalui kemiripan-kemiripan sesuatu atau melalui pemikiran analogis. Asosiasi yang sudah mapan,dan menciptakan hubungan-hubungan tersendiri. Pengertian ini menunjukan bahwa berpikir kreatif merupakan kegiatan mental untuk menemukan sesuatu kombinasi yang belum dikenal sebelumnya.Pendapat lain di kemukakan oleh Johnson (2009:21) ( dalam http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/ di akses pada tanggal 25 maret 2015 pukul 16:00) 4), menyatakam bahwa berpikir kreatif adalah sebuah kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan memerhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi, mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru, membuka sudut pandang yang menakjubkan,dan membangkitkan ide-ide yang tidak terduga.Menurut Woolfolk (dikutip hamza B.Uno:2011:134) ( dalam http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/ di akses pada tanggal 25 maret 2015 pukul 16:00), kemampuan berpikir kreatif adalah, yaitu kemampuan seseorang dalam menggunakan proses berpikirnya untuk menghasilkan suatu ide baru, kontruktif dan baik berdasarkan konsep-konsep, prinsip-prinsip yang rasional, maupun persepsi dan intuisi.Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan berpikir seseorang yang menghasilkan ide-ide atau gagasan yang baru dengan kata lain memberikan macam-macam kemungkinan jawaban yang benar atau cara terhadap suatu masalah berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada keragaman jumlah dan kesesuaian.5.3.2 Hubungan Metode Problem Solving dengan Kemampuan Berpikir KreatifMenurut pendapat (Hamruni 2012:19) metode problem solving adalah belajar memecahkan masalah. Pada tingkat peserta didik belajar merumuskan memecahkan masalah, memberikan respon terhadap rangsangan yang menggambarkan atau membangkitkan situasi problematik yang menggunakan berbagai kaidah yang telah dikuasainya. sedangkan Kemampuan berrpikir kreatif adalah sebuah kebiasaan dari pikiran yang dilatih dengan memerhatikan intuisi, menghidupkan imajinasi, mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan baru, membuka sudut pandang yang menakjubkan,dan membangkitkan ide-ide yang tidak terduga.Dari pokok pemikiran di atas dapat disimpulkan hubungan antara metode Problem solving dan kemampuan berpikir kreatif adalah sama-sama memberikan gagasan yang baru dan memungkinkan mencari jawaban atau cara terhadap satu masalah sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya untuk mengelaborasi permasalahan.6. Kajian Terdahulu Yang RelevanMenurut Hermaini (2011)dengan judul Pengaruh Metode Problem Solving Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 22 Palembang Menyimpulkan adanya pengaruh positif Metode Problem Solving terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas VII SMP Negeri 22 dengan nilai rata-rata kelas eksperimen 74,94 dan kelas kontrol 64,82.Menurut Muhan Hendra Sakti (2012) dengan judul Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika melalui Metode Problem Solving Di SMP Negeri 29 Palembang, Menyimpulan berdasarkan hasil analisis data kemampuan pemahaman pembelajaran Metode Problem Solving secara umum dikatagorikan baik,dengan nilai rata-rata 79,17. Dari 7 indikator pemehaman konsep skor tertinggi yang diperoleh siswa yaitu pada indikator-indikator pertama yaitu menyatakan ulang ada pada nilai rata-rata 99,1 sedangkan untuk rata-rata terendah ada pada kelima yaitu kempuan mengembangkan syarat perlu atau cukup suatu konsep dengan nilai rata-rata 55.7. Anggapan DasarAnggapan dasar adalah sesuatu yang di yakini kebenarannya oleh peneliti yang berfungsi sebagai hal-hal yang dipakai untuk tempat berpijak bagi penelitian didalam melaksanakan penelitiannya (Arikunto,2010:63).Dalam penelitian ini yang menjadi anggapan dasar adalah dengan menggunakan Metode Problem solving pada pembelajaran matematika siswa dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran dimana siswa dapat menentukan sendiri cara atau gagasan mereka untuk menjawab pertanyaan, dengan berbagai jawaban yang beragam sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh siswa sehingga dapat menemukan ide-ide baru sesuai dengan tahapan yang ada. Dan membuat siswa lebih kreatif dalam berpikir.8. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto,2010:110)Berdasarkan definisi diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah Adakah pengaruh Metode Problem Solving dalam pembelajaran matematika terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa di kelas VIII SMP NEGERI 16 Palembang? 9. Kriteria Pengujian HipotesisKriteria pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :Dimana : : : Tidak ada pengaruh Metode Problem Solving dalam pembelajaran matematika terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa di SMP NEGERI 16 PALEMBANG : : Ada pengaruh Metode Problem Solving dalam pembelajaran matematika terhadap kemampuan berpikir kreatif siswa di SMP NEGERI 16 PALEMBANG Kriteria dalam pengujian hipotesis ini adalah : Jika dan tolak Jika t mempunyai harga lain.dk= dengan peluang 10. Prosedur Penelitian 10.1. Variabel penelitian Variabel adalah objek penelitian,atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian(Arikunto,2010:161).Variabel yang menjadi penelitian ini terdiri atas dua variabel yaitu dan Variabel : Kemampuan berpikir kreatif siswa yang di ajarkan dengan menggunakan Metode Problem SolvingVariabel : Kemampuan berpikir kreatif siswa yang di ajarkan tidak menggunakan Metode Problem Solving10.2. Definisi Operasional VariabelKemampuan berpikir kreatif yang dimaksud adalah kemampuan berpikir kreatif siswa dalam menguasahi materi setelah mengikuti belajar mengajar dengan menggunakan Metode Problem Solving . Kemampuan berpikir kreatif siswa di ukur melalui tes berupa soal dalam bentuk essay, dan setiap soal mengacu pada empat indikator penilaian kemampuan berpikir kreatif dan hasil jawaban siswa diberi skor.10.3 Populasi dan Sampel10.3.1 Populasi Penelitian Populasi adalah keseluruan suatu subjek penelitian (Arikunto,2010:173). Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP NEGERI 16 Palembang.10.3.2 Sampel Penelitian Sampel penelitian adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti,(Arikunto,2010:174). Berdasarkan pernyataan tersebut,maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP NEGERI 16 Palembang, pada tahuan ajaran 2015/2016 yang di ambil menggunakan teknik sampel random sampling(acak), dimana sampel yang diambil dengan cara mengundi. Penelitian mengambil dua sampel yaitu VIII.2 sebagai kelas kontrol yang akan di ajarkan dengan menggunakan Metode Problem Solving. Dan kelas VII.1 sebagai kelas eksperimen.10.4 Metode Penelitian Menurut Sugiyono (2010:107) metode eksperimen merupakan suatu metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen (Posstest Only Control Design).

E X K Posstest Only Control Design

( Sugiyono,2010:112)Keterangan :E : Kelas eksperimenK :Kelas kontrolX : Pelakuan (diajarkan dengan menggunakan Metode Problem Solving) :Posttest kelas eksperimen : Posttest kelas kontrolMetode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen (Posstest Only Control Design) yaitu suatu metode yang terdapat dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen adalah kelas yang dikenakan pelakuan (diajarkan dengan menggunakan metode problem Solving) dan kelas kontrol adalah kelas yang tidak dikenakan pelakuan (diajarkan tidak menggunakan pendekatan Ekspositori). Dimana kedua kelas tersebut dikenakan pengukuran yang sama, kemudian diberikan posttest untuk mengetahui hasil akhir antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.10.5 Teknik Pengumpulan DataUntuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan teknik tes. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto,2010:193). Tes dilakukan dikelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes yang digunakan adalah tes tertulis yang berbentuk essay yang diberikan pada akhir pembelajaran. Setiap soal mengacu pada empat indikator kemampuan berpikir kreatif dan hasil jawaban siswa diberikan skor sesuai dengan skor batasan tertentu.Perilaku siswa yang dinilai , menurut Utami Munandar ( 2009:192) antara lain :1. Berpikir lancar Menghasilkan banyak gagasan / jawaban yang relevan Arus pemikiran lancar2. Berpikir Luwes ( Fleksibel ) Menghasilkan gagasan-gagasan yang seragam Mampu mengubah cara atau pendekatan Arah pemikiran yang berbeda -beda3. Berpikir Orisinal Memberikan jawaban yang tidak lazim, yang lain dari yang lain, yang jarang diberikan kebanyakan orang4. Berpikir terperinci ( Elaborasi ) Mengembangkan, menambah, memperkaya suatu gagasan Memperinci detail detail Memperluas suatu gagasanSkor pada jawaban sesuai dengan patokan yang telah ditentukan dengan rentang nilai 0 100 dengan rumus :

10.5. Teknik UJi Coba Instrumen 10.5.1 Uji Validitas Menurut (Arikunto,2010:211) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat dan kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instumen yang kurang valid mempunyai validitas rendah.Penyajian validitas sebuah tes adalah menggunakan product moment dengan angka kasar.

............... (Arikunto,2010:213)Ket :rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikanN = jumlah siswa uji coba X = skor tiap item Y = skor total tiap butir soal

Kemudian harga rxy dikonsultasikan dengan harga rxy product moment. Jika rxy hitung rxy tabel (5%) maka butir soal tersebut valid.10.5.2 Uji Reliabilitas Reliabilitas berasal dari bahasa inggris reliability yang berarti kemantapan suatu alat ukur. Suatu tes dikatakan mempunyai kemantapan atau kepercayaan yang tinggi apabila tes tersebut memberikan hasil yang tepat. Maka reabilitas ini berhubungan dengan masalah ketepatan hasil.

(Arikunto,2010:239)Dimana :

Ket :

= reliabilitas instrumenn = banyaknya butir pertanyaan dan banyaknya butir soal

= jumlah varian skor tiap-tiap item

= varian totalN = jumlah siswa uji coba

Kemudian dikonsultasikan dengan tabel product moment, jika hitung tabel maka instrumen reliabilitas.10.5.3 Taraf Kesukaran Soal Menurut Arikunto (2010:207) soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran. Indeks kesukaran diberi symbol P (P besar),singkatan dari kata proporsi.Rumus untuk menentukan tingkat kesukaran adalah:

Dengan klasifikasi indeks kesukaran : Soal dengan P 0,00 0,30 adalah soal yang sukar Soal dengan P 0,30 0,70 adalah soal yang sedang Soal dengan P 0,70 1,00 adalah soal yang mudah10.5.4 Daya PembedaMenurut Arikunto (2010:211), daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Daya pembeda dilambangkan dengan DP.Rumus untuk menentukan Daya Pembeda adalah

Klasifikasi interpretasi daya pembeda di sajiakan dalam tabel menurut Arikunto (2010:218) adalah:TABEL IIKLASIFIKASI DAYA PEMBEDADiskriminasiInterpretasi

0,00 0,20Jelek

0,20 0,40Cukup

0,40 0,70Baik

0,70 1,00Sangat baik

10.6 Teknik Analisis DataTeknik analisis data adalah teknik yang digunakan untuk mengelola data yang telah dikumpulkan dan diklasifikasikan sesuai tujuan penelitian. Untuk membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

10.6.1 Analisis Data Tes Adapun Analisis data dalam penelitian ini akan dibantu dengan menggunakan Microsoft Excel. Dan adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah :a. Membuat kunci jawaban dan memeriksa skor pada masing-masing jawabanb. Memberikan skor pada jawaban sesuai dengan patokan yang telah ditentukan dengan rentang nilai 0-100 dengan rumus:

c. Menentukan simpangan baku, dengan rumus : ( Sudjana,2005:95)Keterangan : = tanda kelas intervaljumlah sampel kelompok kelas= Varian variable= frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas intervalSetelah semua data terkumpul, kemudian menentukan Namun sebelumnya menggunakan uji-t terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas data.

10.6.2 Uji Normalitas DataUji normalitas perlu dilakukan untuk mengetahui apakah data kedua kelompok sampel berdistribusi normal atau tidak. Jika sampel berdistribusi normal maka populasi juga berdistribusi normal, sehingga kesimpulan berdasarkan teori berlaku. (Sudjana, 2005:109) (Sudjana, 2005:77)Keterangan= Koefisien normalitas (kemiringan)= Modus= nilai rata-rataS= Simpangan bakub= Tepi bawah kelas modusp= Panjang kelas modus= Selisih frekuensi dengan kelas sebelumnya= Selisih frekuensi dengan kelas sesudahnyaMenentukan simpangan baku dengan rumus :(Sudjana, 2005: 95)Keterangan := Simpangan Baku= Frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas interval= Tanda kelas interval= Jumlah siswa10.6.3 Uji Homogenitas VariansDi samping pengujian hipotesis dua varians dilakuakan untuk mengetahui varians dua populasi yang sama (homogen) atau tidak (heterogen).Langakah-langkah uji homogenitas :a. Menentukan hipotesis b. Menentukan c. Menghitung F dengan rumus (Sudjana,2005:250)d. Menentukan kriteria pengujian ditolak jika dengan =0,05.

10.6.4. Uji HipotesisHipotesis didapat diuji dengan menggunakan statistik t (uji pihak kanan), dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 1. Rumus digunakan adalah (Sudjana, 2005:239)Dengan : (Sudjana, 2005:239)Dimana:t = perbedaan rata-rata kedua simpangan = nilai rata-rata kelas eksperimen = nilai rata-rata kelas kontrolS = simpangan baku gabungans1 = simpangan baku dari nilai-nilai kelas eksperimens2 = simpangan bakudari nilai-niali kelas kontroln1 = jumlah siswa kelas eksperimenn2 = jumlah siswa kelas controlKriteria pengujian adalah jika di dapat dari daftar distribusi t dengan dk= ( dan peluang dengan =0,05 dan sebaliknya.

DAFTAR PUSTAKAAnita, Sri. 2009. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta : Penerbit Universitas Terbuka.

Hamruni, 2012.strategi pembelajaran.yogyakarta:Insan MadaniMunandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : Rineka CiptaR.Semiawan,Conny. 2008. Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar. Indonesia. PT Jaya CemerlangSagala, Syaiful. 2011. Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung :AlfabetaSudjana.2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsindo Sugiyono .2010. Metode Penelitian Pendidikan, pendekatan kuantatif, kualitatif dan R & D. Bandung :AlfabetaSiswono, Tatag Yuli.2009.Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa, (Online), (http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-kreatif-siswa/ ) di akses pada tanggal 25 maret 2015 pukul 16:00Trianto, 2011. Mendesain Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta : Prenada Media Group.