Status PRINT Parkinson Aime
-
Upload
shazni-afandi-rusli -
Category
Documents
-
view
51 -
download
0
Transcript of Status PRINT Parkinson Aime
Ilmu Penyakit Saraf – Kasus Penyakit Parkinson Nov 2011
BAB I
STATUS PASIEN
IDENTITAS
Nama : Tn. K
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 84 Tahun
Suku bangsa : Betawi
Agama : Islam
Pekerjaan : Pensiun (1983)
Alamat : Jl Tole Iskandar, Simpang Depok No 16 RT 1/19 Depok
Tanggal masuk RS : 13 September 2011
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesa dan alloanamnesa (Anak pasien, Tn. Ilyas)
pada 14 September 2011, jam 1600 WIB
I. Keluhan utama :
Os dikonsulkan ke bagian Neurologi pada tanggal 14 September.
Os mengalami getar pada kedua tangannya sejak 5 bulan SMRS.
II. Keluhan tambahan :
- Sesak nafas 1 hari SMRS ,
- Batuk kering
- Meriang dan Keringatan malam hari
III. Riwayat penyakit sekarang :
Os mengalami getar pada kedua tangannya sejak 5 bulan SMRS. Getar yang dirasakan tidak
dapat dikendalikan sama sekali Os baik dalam keadaan istirahat maupun aktivitas. Os getar
pada hanya kedua tangannya dan tidak pada kaki. Getar-getar tangannya membuatkan
1
Ilmu Penyakit Saraf – Kasus Penyakit Parkinson Nov 2011
aktivitas dan pergerakan os menjadi terbatas. Os sampai hilang keseimbangan waktu
berubah posisi dari baring ke duduk dan berdiri. Selain merasa getar, os juga mengeluh
sering kaku-kaku. Kaku yang dirasakan sewaktu menggerakkan tangannya mencapai sesuatu
dan berjalan sehingga pada saat berjalan sering hilang keseimbangan dan jatuh. Os dalam
sehari bisa satu atau dua kali terjatuh dan akibat itu os harus dituntun untuk ke kamar mandi
dan sebagainya. Langkah ketika berjalan juga langkah kecil-kecil dan os merasa sulit berjalan
karena kaku-kakunya menyebabkan os lebih memilih untuk tiduran atau posisi duduk di
kasur sepanjang hari.
Bicara os agak terganggu ringan tetapi tidak terlalu sulit untuk dimengerti. Daya ingatan os
masih kuat. Os masih ingat tanggal lahirnya sendiri dan nama kelima-lima anaknya dengan
baik. Untuk menulis seperti tanda tangan, os mengalami kesulitan mengawal gerakan
tangannya. Apatah lagi untuk menulis kata-kata, sebagian besar kata-kata tidak terbaca. Os
masih bisa memakai baju sendiri secara lambat tetapi tidak perlu di bantu. Menurut os dia
tidak bisa mengurus dirinya seperti mandi sendiri dan hanya dilap di tempat tidur. Sikat gigi,
sisir rambut harus dibantu orang lain. Os mengaku gampang berasa sedih seperti nangis dan
sulit untuk tidur pada malam hari. Os mengatakan yang kejadian lama-lama sering datang
waktu malam harinya dan pada waktu itu os masih belum tidur lagi.
Os mengaku kalau air liurnya berlebihan dengan ludah menetes dan kadang suka keselak
saat makan. Os memerlukan makanan yang lunak supaya lancar. Os tidak bisa lagi makan
sendiri karena tidak bisa mengawal getaran tangan dan kadang kaku. Jadi os makannya
harus disuap. Nafsu makan os sejak sakit-sakitan 2 tahun lalu menjadi berkurang dan os
bertambah kurus. Berat os sekarang 50 kg, dahulunya sekitar 60kg. Os sekarang jarang
makan dan hanya bisa mengabiskan 5-6 suap bubur sehari. BAB lancar dengan konsistensi
semi padat sehari sekali. Os mengeluh BAK yang banyak sehari-hari dan kadang tidak bisa
ditahan keluarnya. BAK warna kuning jernih, tidak ada buih atau pasir dengan frekuensi
sering lebih 8 kali sehari.
Keluhan getar pada tangan ini sebenarnya sudah di rasakan os sejak 2 tahun lalu. Awalnya
dimulai dengan rasa tebal dan pegal linu pada lengan tangan kanan. Os mengalami masalah
2
Ilmu Penyakit Saraf – Kasus Penyakit Parkinson Nov 2011
ketika memegang sendok dan sendok itu jatuh. Dari pegal-pegal dan rasa tebal bagian
lengan atas tangan kanan ini lama-kelamaan menjalar ke bawah dan jari jemari. Gerakan
jalan menjadi melambat tetapi masih seimbang dan stabil. Tidak lama dari itu getar tangan
kanan yang hanya terjadi saat gerakan atau aktivitas ini, lama-kelamaan bergetar saat
istirahat juga. Keluarga os tidak membawa os berobat ke dokter, karena dipikirnya itu
merupakan penyakit yang wajar pada orang usia tua. Getar pada tangan kanan ini
berlangsung terus-terusan selama 2 tahun ini dan 5 bulan kebelakang ini tangan kiri mulai
turut sama bergetar. Keluhan lengan dan tangan ini tidak pernah berkurang, dan semakin
sering bergetar tanpa sadar dan tak terkendali.
Selain itu, Os juga sesak nafas, batuk kering, meriang dan suka keringatan. Sesak turut
dirasakan walau tiduran dan lebih enak dengan kepala ditinggikan. Sesak ini baru dirasakan 1
hari SMRS dan selama ini tidak pernah. Batuk kering dan meriang pula sejak 3 hari SMRS.
Batuk kering tanpa dahak dan darah menurut Os. Keringat malam sudah agak 1 minggu
SMRS dirasakan os terutama malam hari. Os berpikir mungkin tidak bisa tidurnya karena
keringatan juga.
Keluarga os tidak ada yang mempunyai keluhan getar tangan dan gampang jatuh yang
serupa. Os ada riwayat hipertensi sejak 10 tahun lalu dan riwayat asma sewaktu kecil dan
jarang kambuhnya. Os tidak ada riwayat diabetes melitus, osteoarthritis, flek paru dan juga
stroke. Tidak ada riwayat trauma kepala berat atau berulang. Tidak ada riwayat
mengkonsumsi obat jenis antagonis dopamin, termasuk agen neuroleptik, agen neuroleptik
atipikal, obat antiemetik, dan antagonis kanal kalsium seperti flunarizine. Pasien juga
menyangkal mengalami intoksikasi logam berat. Os dahulunya karyawan di Bank. Tidak ada
riwayat alergi makanan dan obat-obatan. Pasien tidak mengkonsumsi alkohol maupun
merokok.
3
Ilmu Penyakit Saraf – Kasus Penyakit Parkinson Nov 2011
IV. Riwayat penyakit dahulu
Hipertensi : (+)
Asma : (+)
TB : (-)
Osteoartritis : (-)
Diabetes mellitus : (-)
Sakit jantung : (-)
Trauma kepala : (-)
Stroke : (-)
V. Riwayat penyakit keluarga
Hipertensi - Ayah dan ibu
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4 V5 M6 = 15
Tekanan darah : 160/90 mmHg
Nadi : 80x /menit, reguler
Suhu : 36,5oC (axiller)
Respirasi : 26 x/menit
Habitus : Atletikus
Gizi : Kurang
BB : 50 kg
Tinggi Badan : 165 cm
Warna Kulit : Sawo matang
Kuku : Sianosis (-)
Turgor : Menurun
Kepala : normosefali, distribusi rambut merata, tanda trauma (-)
4
Ilmu Penyakit Saraf – Kasus Penyakit Parkinson Nov 2011
Mata : edem palpebra -/-, CA -/-, SI -/-
Pupil bulat isokor 3mm/3mm, RCL +/+, RCTL +/+
Hidung : Cavum nasi lapang, septum deviasi (-), Sekret -/-
Telinga : Normotia, simetris, Sekret (-)
Tenggorokan : Faring tidak hiperemis, tonsil T1-T1, uvula ditengah
Mulut : Mukosa tidak tampak hiperemis, lidah tidak deviasi
Leher : Kelenjar getah bening tidak teraba membesar
Toraks : Pergerakan simetris, kanan dan kiri
Jantung : Bunyi I dan II reguler, murmur (-), Gallop (-)
Paru-paru : SN vesikuler, ronki +/+, Wheezing -/-
Abdomen : Supel, datar, BU (+) normal, hepatomegali (-)
Ekstremitas : Edema (-), akral hangat (+)
Status Psikiatriks
Cara berpikir : realistik, sesuai umur
Perasaan hati : hipotim
Tingkah laku : pasien sadar, hipoaktif
Ingatan : baik, amnesia (-)
Kecerdasan : sesuai tingkat pendidikan
Status Neurologis :
Kesadaran : Compos mentis, E4 V5 M6 = 15
Sikap tubuh : Berbaring
Cara berjalan : Tidak dilakukan
Tonus : Hipertonus dan gerakan Rigiditas pada sendi siku dekstra dan sinistra,
Cogwheel phenomena (+)
Gerakan abnormal :
-Resting tremor pada digiti I, II, III, IV, dan V sinistra dan dextra (+)
- Pill rolling di digiti I dan II sinistra dan dextra (+)
-Tremor bibir dan lidah (-)
5
Ilmu Penyakit Saraf – Kasus Penyakit Parkinson Nov 2011
Gejala Rangsang Meningeal : NEGATIF
Kanan Kiri
Kaku kuduk - -
Laseque - -
Kernig - -
Brudzinsky I-IV - -
Nervi Kranialis
N. I (Olfaktorius) Kanan Kiri
Subjektif Tidak terganggu Tidak terganggu
Dengan bahan Tidak terganggu Tidak terganggu
N. II ( Optikus ) Kanan Kiri
Tajam Penglihatan Normal Normal
Lapangan Penglihatan Normal Normal
Melihat Warna Normal Normal
Fundus Okuli Normal Normal
N. III (Oculomotorius)
N. IV (Trochlearis)
N. VI (Abducens)
Kanan Kiri
Kelopak Mata
Ptosis Negatif Negatif
Gerakan Bola Mata
Lateral Normal Normal
Medial Normal Normal
Atas Lateral Normal Normal
Atas Medial Normal Normal
Bawah Lateral Normal Normal
Bawah Medial Normal Normal
Atas Normal Normal
Bawah Normal Normal
6
Ilmu Penyakit Saraf – Kasus Penyakit Parkinson Nov 2011
Exoptalmus (-) (-)
Enoptalmus (-) (-)
Pupil
Ukuran pupil 3 mm 3 mm
Bentuk pupil Isokor Isokor
Posisi Ditengah Ditengah
Reflex cahaya langsung ( + ) ( + )
Reflex cahaya tidak langsung ( + ) ( + )
Strabismus ( - ) ( - )
Nistagmus ( - ) ( - )
Diplopia ( - ) ( - )
Reflex konvergensi ( + ) Normal ( + ) Normal
N. V (Trigeminus) Kanan Kiri
Membuka mulut Normal
Menguyah Normal
Menggigit Normal
Sensibilitas Normal Normal
Reflex kornea ( + ) ( + )
N. VII (Fascialis) Kanan Kiri
Mengerutkan dahi Normal
Kerutan kulit dahi Normal
Mengerutkan alis Normal
Kedipan mata Meyerson’s Sign (+)
Menutup mata Normal
Lipatan nasolabial Normal
Sudut mulut Normal
Meringis Bisa tapi agak kaku ototnya
Menggembungkan pipi Bisa tapi agak kaku otonya
Gerakan bersiul Bisa tapi agak kaku otonya
Daya pengecapan lidah 2/3 depan Tidak dilakukan
7
Ilmu Penyakit Saraf – Kasus Penyakit Parkinson Nov 2011
N.VIII ( Acustikus ) Kanan Kiri
Suara berisik ( + ) ( + )
Tes Weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Tes Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan
N. IX (Glossopharyngeus) Kanan Kiri
Daya pengecapan lidah belakang Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sensibilitas Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Sengau Negatif Negatif
Tersedak Negatif Negatif
Pharynx Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
N. X ( Vagus ) Kanan Kiri
Arcus Pharynx Tidak terganggu Tidak terganggu
Bicara Disfoni ( - ) Disfoni ( - )
Menelan Tidak terganggu Tidak terganggu
N. XI (Accesorius) Kanan Kiri
Memalingkan kepala Normal Normal
Sikap bahu Tidak terganggu Tidak terganggu
Mengangkat bahu Tidak terganggu Tidak terganggu
N. XII ( Hipoglosus) Kanan Kiri
Menjulurkan lidah Normal, Tidak ada deviasi
Atrofi lidah ( - ) ( - )
Tremor lidah ( - ) ( -)
Artikulasi Normal Normal
Badan dan Anggota Gerak
1. Badan
a. Motorik
Respirasi : Spontan
Duduk : ( + ), Sedikit fleksi
b. Sensibilitas
8
Ilmu Penyakit Saraf – Kasus Penyakit Parkinson Nov 2011
Kanan Kiri
Taktil Normal Normal
Nyeri Normal Normal
Termi Normal Normal
Diskriminasi Terganggu Terganggu
Lokalisasi Normal Normal
c. Refleks
Kulit perut atas : Tidak diperiksa
Kulit perut bawah : Tidak diperiksa
Kulit perut tengah : Tidak diperiksa
Cremaster : Tidak diperiksa
2. Anggota gerak atas
a. Motorik
Kanan Kiri
Pergerakan ( + ), Sulit ( + ), Sulit
Kekuatan 5555 5555
Tonus Hipertonus Hipertonus
Trofi Normotrofi Normotrofi
b. Sensibilitas
Kanan Kiri
Taktil Terganggu Normal
Nyeri Normal Normal
Termi Normal Normal
Diskriminasi Terganggu Terganggu
Lokalisasi Normal Normal
c. Refleks
Kanan Kiri
Biceps ( ++ ) ( ++ )
Triceps ( ++ ) ( ++ )
9
Ilmu Penyakit Saraf – Kasus Penyakit Parkinson Nov 2011
3. Anggota gerak bawah
a. Motorik
Kanan Kiri
Pergerakan ( + ) Sulit ( + ) Sulit
Kekuatan 5553 5555
Tonus Hipertonus Hipertonus
Trofi Normotrofi Normotrofi
b. Sensibilitas
Kanan Kiri
Taktil Normal Normal
Nyeri Normal Normal
Termi Normal Normal
Diskriminasi Terganggu Normal
Lokalisasi Normal Normal
c. Refleks
Kanan Kiri
Patella ( + ) ( + )
Achiles ( + ) (+)
Glabella (Meyerson’s Sign) ( + ) ( + )
Babinski ( - ) ( - )
Chaddock ( - ) ( - )
Rosolimo ( - ) ( - )
Mandel – Bechterev ( - ) ( - )
Schaffer ( - ) ( - )
Oppenheim ( - ) ( - )
Klonus kaki ( + ) ( - )
Tes Lasegue ( - ) ( - )
Kernig ( - ) ( - )
4. Koordinasi gait dan keseimbangan
Test Romberg : Terganggu
Test Past pointing : Terganggu
10
Ilmu Penyakit Saraf – Kasus Penyakit Parkinson Nov 2011
5. Gerakan – gerakan abnormal
Tremor : ( + )
Miokloni : ( - )
Chorea : ( - )
Atetose : ( - )
Pill rolling : (+)
Masking face : (-)
6. Alat vegetative
Miksi : Inkontinensia urin
Defekasi : Tiada kelainan
Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium tanggal 13 November 2011
Pemeriksaan Hasil Unit Nilai Normal
Hematologi
Darah Lengkap
Hemoglobin 12.5 g/dl 12 – 18
Leukosit 8.7 ribu/mm3 5 – 10
Hematokrit 40 % 38 – 47
Trombosit 381 ribu/mm3 150 – 450
LED 35 mm/jam <20
MCV 96.4 fL 82-92
MCHC 32.5 g/dl 34-45
DIFF
Basofil 0 % 0-1
Eosinofil 0 % 1-3
Neutrofil stab 2 % 3-5
Neutrofil segmen 81 % 52-62
Lymphosite 5 % 25-33
Monosyte 12 % 3-7
11
Ilmu Penyakit Saraf – Kasus Penyakit Parkinson Nov 2011
SGOT / ASAT 103 U/L <35
SGPT/ ALAT 67 U/L
Pemeriksaan Foto Thorax AP
Tanggal 13 Nov 2011
Kesan : Cor tampak kardiomegali. LVH?
Pulmones : sesuai gambaran proses spesifik aktif. Dengan pleural efusi massif dextra
NB. Klinis ada victium cordis/ DHF?
12
Ilmu Penyakit Saraf – Kasus Penyakit Parkinson Nov 2011
Tanggal 15 Nov 2011
Kesan : Jantung dalam batas normal. Tampat infiltrat di lap. paru kanan. Sinus kostofrenikus
tampak tumpul. Dibanding tgl 13/11 STQA / Perburukan?
Pemeriksaan CT- Scan Kepala Polos
13
Ilmu Penyakit Saraf – Kasus Penyakit Parkinson Nov 2011
Tanggal 14 Nov 2011
Kesan : CT scan kepala. Brain atrophy , Infark lama di subkorteks hemisphere serebri.
RESUME
Seorang laki-laki berusia 84 tahun dikonsulkan ke bagian neurologi dengan keluhan kedua-
dua tangan bergetar sejak 5 bulan SMRS. Getar yang dirasakan tidak dapat dikendalikan
sama sekali Os baik dalam keadaan istirahat maupun aktivitas. Selain merasa getar, os juga
mengeluh sering kaku-kaku. Langkah ketika berjalan juga langkah kecil-kecil. Os dalam sehari
bisa satu atau dua kali terjatuh dan akibat itu os harus dituntun. Os masih bisa memakai baju
sendiri secara lambat tetapi tidak perlu di bantu. Menurut os dia tidak bisa mengurus
dirinya seperti mandi. Air liurnya berlebihan dan kadang suka keselak. Nafsu makan sangat
berkurang dan BAK tidak bisa terkendalikan.
Getar di tangan sudah 2 tahun dirasakan dan diawali dengan lengan kanan dahulu. Lama
kelamaan menjalar ke lengan bawah kanan dan sejak 5 bulan ini yang lengan kiri turut
merasai. Selain itu, Os juga sesak nafas, batuk kering, meriang dan suka keringatan terutama
malam hari. Keluarga os tidak ada yang mempunyai keluhan getar tangan dan gampang
jatuh yang serupa. Os ada riwayat hipertensi sejak 10 tahun lalu dan riwayat asma sewaktu
kecil dan jarang kambuhnya. Os tidak ada riwayat diabetes melitus, osteoarthritis, flek paru
dan juga stroke. Tidak ada riwayat trauma kepala berat atau berulang. Tidak ada riwayat
mengkonsumsi obat jenis antagonis dopamin, termasuk agen neuroleptik, agen neuroleptik
atipikal, obat antiemetik, dan antagonis kanal kalsium seperti flunarizine.
Riwayat penyakit dahulu
Hipertensi : (+)
Asma : (+)
Riwayat penyakit keluarga
Hipertensi - Ayah dan ibu
14
Ilmu Penyakit Saraf – Kasus Penyakit Parkinson Nov 2011
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4 V5 M6 = 15
Tekanan darah : 160/90 mmHg
Nadi : 80x /menit, reguler
Suhu : 36,5oC (axiller)
Respirasi : 26 x/menit
Habitus : Atletikus
Gizi : Kurang
BB : 50 kg
Tinggi Badan : 165 cm
Turgor : Menurun
Paru-paru : SN vesikuler dan bronkial, ronki +/+, Wheezing -/-
Status Neurologis :
Kesadaran : Compos mentis, E4 V5 M6 = 15
Sikap tubuh : Berbaring
Tonus : Hipertonus dan gerakan Rigiditas pada sendi siku dekstra dan sinistra,
Cogwheel phenomena (+)
Gerakan abnormal :
-Resting tremor pada digiti I, II, III, IV, dan V sinistra dan dextra (+)
- Pill rolling di digiti I dan II sinistra dan dextra (+)
Gejala Rangsang Meningeal : NEGATIF
15
Ilmu Penyakit Saraf – Kasus Penyakit Parkinson Nov 2011
Nervi Kranialis
N. III (Oculomotorius)
N. IV (Trochlearis)
N. VI (Abducens)
Kanan Kiri
Gerakan Bola Mata
Lateral Normal Normal
Medial Normal Normal
Atas Lateral Normal Normal
Atas Medial Normal Normal
Bawah Lateral Normal Normal
Bawah Medial Normal Normal
Atas Normal Normal
Bawah Normal Normal
Pupil
Reflex konvergensi ( + ) ( + )
N. VII (Fascialis) Kanan Kiri
Kedipan mata Meyerson’s Sign (+)
Meringis Bisa tapi agak kaku ototnya
Menggembungkan pipi Bisa tapi agak kaku otonya
Gerakan bersiul Bisa tapi agak kaku otonya
N. XI (Accesorius) Kanan Kiri
Memalingkan kepala Normal Normal
Sikap bahu Tidak terganggu Tidak terganggu
Mengangkat bahu Tidak terganggu Tidak terganggu
Badan dan Anggota Gerak
7. Badan
d. Motorik
Respirasi : Spontan
Duduk : ( + ), Sedikit fleksi
16
Ilmu Penyakit Saraf – Kasus Penyakit Parkinson Nov 2011
e. Sensibilitas
Kanan Kiri
Diskriminasi Terganggu Terganggu
8. Anggota gerak atas
d. Motorik
Kanan Kiri
Pergerakan ( + ), Sulit ( + ), Sulit
Kekuatan 5555 5555
Tonus Hipertonus Hipertonus
Trofi Normotrofi Normotrofi
e. Sensibilitas
Kanan Kiri
Taktil Terganggu Normal
Nyeri Normal Normal
Diskriminasi Terganggu Normal
Lokalisasi Normal Normal
f. Refleks
Kanan Kiri
Biceps ( ++ ) ( ++ )
Triceps ( ++ ) ( ++ )
9. Anggota gerak bawah
d. Motorik
Kanan Kiri
Pergerakan ( + ) ( + )
Kekuatan 5553 5555
Tonus Hipertonus Hipertonus
Trofi Normotrofi Normotrofi
17
Ilmu Penyakit Saraf – Kasus Penyakit Parkinson Nov 2011
e. Sensibilitas
Kanan Kiri
Diskriminasi Terganggu Normal
f. Refleks
Kanan Kiri
Patella ( + ) ( + )
Achiles ( + ) (+)
Glabella (Meyerson’s Sign) ( + ) ( + )
Klonus kaki ( + ) ( - )
Tes Lasegue ( - ) ( - )
Kernig ( - ) ( - )
Hoffman.trommer (-) (-)
10. Koordinasi gait dan keseimbangan
Test Romberg : Terganggu
Test Past pointing : Terganggu
11. Gerakan – gerakan abnormal
Tremor : ( + )
Miokloni : ( - )
Chorea : ( - )
Atetose : ( - )
Pill rolling : (+)
12. Alat vegetative
Miksi : Inkontinensia urin
Defekasi : Tiada kelainan
Pemeriksaan Penunjang
Hasil laboratorium tanggal 13 November 2011
Pemeriksaan Hasil Unit Nilai Normal
18
Ilmu Penyakit Saraf – Kasus Penyakit Parkinson Nov 2011
Hematologi
Darah Lengkap
LED 35 mm/jam <20
MCV 96.4 fL 82-92
MCHC 32.5 g/dl 34-45
DIFF
Basofil 0 % 0-1
Eosinofil 0 % 1-3
Neutrofil stab 2 % 3-5
Neutrofil segmen 81 % 52-62
Lymphosite 5 % 25-33
Monosyte 12 % 3-7
SGOT / ASAT 103 U/L <35
SGPT/ ALAT 67 U/L
Pemeriksaan Foto Thorax AP
Tanggal 13 Nov 2011
Kesan : Cor tampak kardiomegali. LVH?
Pulmones : sesuai gambaran proses spesifik aktif. Dengan pleural efusi massif dextra
NB. Klinis ada victium cordis/ DHF?
Tanggal 15 Nov 2011
Kesan : Jantung dalam batas normal. Tampat infiltrat di lap. paru kanan. Sinus kostofrenikus
tampak tumpul. Dibanding tgl 13/11 STQA / Perburukan?
Pemeriksaan CT- Scan Kepala Polos
Tanggal 14 Nov 2011
Kesan : CT scan kepala. Brain atrophy dan Infark lama di subkorteks hemisphere
serebri.
Pemeriksaan Fisik
19
Ilmu Penyakit Saraf – Kasus Penyakit Parkinson Nov 2011
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : 15
Tekanan darah : 160/90 mmHg
Nadi : 80 x / menit, reguler
Suhu : 36,5oC (axiller)
Respirasi : 26 x/menit
Gerakan abnormal : (+) Resting tremor pada digiti I, II, III, IV, dan V sinistra dan
dextra, Pill rolling (+)
Status Neurologis
Tonus : Rigiditas pada sendi siku dekstra dan sinistra. Cogwheel
phenomena
Gerakan abnormal : resting tremor pada digiti I,II,III,IV, dan V sinistra dan
dextra (+). Pill rolling pada digiti I dan II sinistra dan dextra (+)
Kepala : Meyerson’s Sign (+)
Motorik
Rigiditas + +
+ +
Kekuatan 5555 5555
5553 5555
Tonus Hipertonus Hipertonus
Hipertonus Hipertonus
Diagnosis
Diagnosa klinis : Parkinson disease grade III, Stroke Iskemik , Bronkopneumonia,
Hipertensi
Diagnosa topis : Subkorteks hemisphere serebri, Ganglia basalis substansia nigra pars
compacta
Diagnosa etiologik : Idiopatik
20
Ilmu Penyakit Saraf – Kasus Penyakit Parkinson Nov 2011
Diagnosa patologik : Gangguan dopaminergik
Penatalaksanaan
Pengelolaan umum:
Medika mentosa:
-Pasang O2 kanul 2L/menit
- Pasang kateter
- Inj. Cefotaxime 2x1g iv
-Inj Ranitidine 2x25mg iv
-Inj Metilprednisolon 2x125mg iv
-Inj Valsartan 1x 80ug
-Inj. Furosemide 1x40 mg iv
-Tab ISDN 3x1
-Aminofillin, ventrolin
-Tab Paracetamol 3 x 500mg pol
Non Medika Mentosa
Tirah baring
Asupan gizi yang cukup
Prognosa
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad fungsionam : Dubia ad malam
Ad sanationam : Dubia ad malam
FOLLOW-UP
21
Ilmu Penyakit Saraf – Kasus Penyakit Parkinson Nov 2011
22
15 NOV 2011 16 NOV 2011S : OS masih bergetar hebat kedua tangannya, terasa kaku. Os masih sulit tidur. Masih sesak dan kadang batuk.
S : Getar di tangan os keliatan berkurang saat istirahat, Os bisa tidur tadi malam. Gerakan kaku agak sedikit berkurang. Sesak berkurang (lepas uap), batuk masih
O : CMTD = 160/80mmHgS = 36.3RR = 26 X/mN = 84 X/m
Pupil : Isokor RCL+/+, RCTL +/+
Motorik : 5555 5555 5553 5555
RF : + + + + ++ + +
RP : - - - -
Masking Face -Mayerson sign +Resting tremor +Cogwheel phenomenon +Pill rolling +
O :CMTD 150/80mmHgS = 36.5RR = 20 X/mN = 80 X/m
Pupil : Isokor RCL+/+, RCTL +/+
Motorik :
5555 5555 5554 5555
RF : + + + + ++ + +
RP : - - - -
Foto Thorax AP: Tampak infiltrat pada lapang paru kanan
Masking Face -Mayerson sign +Resting tremor + (berkurang)Cogwheel phenomenon +Pill rolling + (berkurang)
A :- Parkinson Grade 3-Bronkopneumonia -Hipertensi grade II
A : -Parkinson Stadium 3-TB Paru-Hipertensi
P : Terapi lanjutkan P : Terapi lanjutkan
Ilmu Penyakit Saraf – Kasus Penyakit Parkinson Nov 2011
BAB II
MINI REFERAT
Pada manusia, terdapat sistem yang mengatur dan mengendalikan kerja alat tubuh agar
bekerja serasi dan sesuai dengan fungsinya. Sistem tersebut dinamakan sistem saraf dan
hormon. Untuk penyakit Parkinson, umumnya memiliki gejala awal yang menyerang
kemampuan motorik halus penderita. Kemampuan ini diatur oleh sistem saraf pusat ( otak ).
Ada gangguan pada neurotransmitter ( penghantar rangsang pada otak ) yaitu dopamin, hal
ini mengakibatkan gerakan tubuh tidak luwes karena otot – otot menjadi kaku.
Penyakit Parkinson umumnya menyerang orang-orang yang berusia antara 50-69 tahun,
namun ada sebagian penelitian yang ada bahwa parkinson juga bisa terjadi pada orang muda
usia 20-an. Parkinson menyerang sekitar 1 diantara 250 orang yang berusia diatas 40 tahun
dan sekitar 1 dari 100 orang yang berusia diatas 65 tahun. Penyakit Parkinson telah
ditemukan oleh Dr. James Parkinson pada tahun 1817 di London. Kemudian oleh pierre
Marie Charlott, seorang dokter ahli asli syaraf prancis, penyakit tersebut dinamakan
parkinson sesuai dengan nama penemunya. Penyakit ini sering juga di sebut dengan
“Sharking palsy”. Sejak saat itu muncul istilah parkinsonism yang menggambarkan gejala
klinisnya.
Biasanya penderita mengalami tremor, kaku otot, sulit berjalan, gangguan keseimbangan
dan gerak gerik menjadi lambat (bradykinesia). Gejala primer tersebut disebabkan
berkurangnya rangsangan pada korteks motorik dari ganglia basalis, biasanya karena
kekurangan dopamin, yang diproduksi oleh neuron dopaminergik di otak, sedangkan gejala
sekunder biasanya berupa gangguan pada fungsi luhur dan gangguan wicara.
Para ahli menyebutkan bahwa penyakit parkinson disebabkan oleh kekurangan “Dopamin”
yaitu zat yang dihasilkan oleh otak yang berfungsi untuk mempengaruhi kemampuan
seseorang untuk memulai, melanjutkan dan mengakhiri gerakan. Hampir 70% penderita
penyakit parkinson mengalami sedikit getaran pada tangan atau kaki hingga keseluruh
badan. Parkinson bersifat progresif,yang berarti semakin buruk dari waktu ke waktu, tapi
23
Ilmu Penyakit Saraf – Kasus Penyakit Parkinson Nov 2011
biasanya ini terjadi perlahan – lahan, selama bertahun-tahun dan ada perawatan yang baik
yang dapat membantu anda menjalani kehidupan yang penuh.
2.1 DEFINISI
Terdapat dua istilah berkaitan yang perlu dibedakan yaitu Penyakit Parkinson dan
Parkinsonism. Penyakit Parkinson adalah penyakit bersifat progresif yang disebabkan adanya
gangguan pada otak, suatu penyakit degeneratif pada sistem saraf (neurodegenerative) yang
secara patologi ditandai oleh degenerasi ganglia basalis terutama di substansia nigra pars
kompakta ( SNC ) yang disertai adanya inklusi sitoplasmik eosinofilik ( Lewy bodies ).
Penyakit parkinson adalah bagian dari parkinsonism.
Parkinsonism yaitu suatu sindroma yang ditandai oleh tremor waktu istirahat, rigiditas
( kekakuan otot ), bradikinesia ( berkurangnya kecepatan gerakan ) dan gangguan postural
( kesulitan memelihara keseimbangan dan berjalan ) akibat penurunan kadar dopamin
dengan berbagai macam sebab.
2.2 EPIDEMIOLOGI
Penyakit Parkinson adalah salah satu penyakit neurodegeneratif yang paling banyak dialami
pada umur lanjut dan jarang terjadi dibawah umur 30 tahun. Biasanya mulai timbul pada
usia 40-70 tahun, dan mencapai puncak pada decade ke-enam. Penyakit Parkinson bisa
24
Ilmu Penyakit Saraf – Kasus Penyakit Parkinson Nov 2011
menyerang laki-laki dan perempuan. Onsetnya terjadi pada sekitar usia 60 tahun, rata-rata
usia mulai terkena penyakit Parkinson adalah 61 tahun.
Penyakit Parkinson yang mulai sebelum umur 20 tahun disebut sebagai Juvenile
Parkinsonism. Penyakit Parkinson lebih banyak pada pria dengan ratio pria dibandingkan
wanita 3:2. Penyakit Parkinson meliputi lebih dari 80% Parkinsonism. Di Amerika Utara
meliputi 1 juta penderita atau 1% dari populasi berusia lebih dari 65 tahun. Penyakit
Parkinson mempunyai prevalensi 160 per 100.000 populasi, dan angka kejadiannya berkisar
20 per 100.000 populasi. Keduanya meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Pada
umur 70 tahun prevalensi dapat mencapai 120 dan angka kejadian 55 kasus per 100.000
populasi per tahun. Kematian biasanya tidak disebabkan oleh Penyakit Parkinson sendiri
tetapi oleh karena terjadinya infeksi sekunder.
2.3 ANATOMI SISTEM SARAF PUSAT DAN GANGLIA BASALIS
Otak merupakan pusat sistem saraf. Otak dapat dibagi menjadi korteks serebral, ganglia
basalis, talamus dan hipotalamus, mesencephalon, pons, serebelum. Kortex serebral
tersusun menjadi dua hemisfer yang masing-masing dibagi menjadi empat lobus yaitu: lobus
frontal, parietal, occipital, dan temporal. Serebrum bertanggung jawab untuk fungsi motorik,
asosiatif, dan fungsi mental. Ganglia basalis terdiri dari nukleus caudatus dan lentikularis,
kapsula interna, dan amigdala yang merupakan struktur extrapiramidal. Struktur ini
berfungsi untuk modulasi gerakan volunter tubuh, perubahan sikap tubuh, dan integrasi
otonom. Ganglia basal berperan khusus dalam gerakan extremitas secara halus. Kerusakan
ganglia basal akan mengakibatkan kaku dan tremor.
Ganglia basalis sering ikut terlibat di dalam proses degeneratif dan mengakibatkan gangguan
gerakan, yang dapat berupa gerakan menjadi lamban atau gerakan menjadi berlebihan.
Gerak lamban di sebut sebagai gerak involunter yang abnormal, hiperkinesia atau diskinesia.
Ganglia basalis itu sendiri terdiri dari :
1. Korpus striatum : nukleus kaudatus, putamen, dan globus palidus.
2. Substansia nigra.
3. Nukleus subtalamik.
25
Ilmu Penyakit Saraf – Kasus Penyakit Parkinson Nov 2011
Jika otak memerintahkan suatu aktivitas (misalnya mengangkat lengan), maka sel-sel saraf di
dalam ganglia basalis akan membantu menghaluskan gerakan tersebut dan mengatur
perubahan sikap tubuh. Ganglia basalis mengolah sinyal dan mengantarkan pesan ke
talamus, yang akan menyampaikan informasi yang telah diolah kembali ke korteks serebri.
Keseluruhan sinyal tersebut diantarkan oleh bahan kimia neurotransmiter sebagai impuls
listrik di sepanjang jalur saraf dan diantara saraf-saraf. Neurotransmiter yang utama pada
ganglia basalis adalah dopamin.
2.4 ETIOLOGI
Kebanyakan orang yang menderita Parkinson Disease (PD) tidak diketahui penyebab
pastinya (idiopatik). Akan tetapi ada beberapa faktor risiko (multifaktorial) yang telah
dikenalpasti dan mungkin menjadi penyebab penyakit parkinson yakni :
2.4.1 Usia
Karena Penyakit Parkinson umumnya dijumpai pada usia lanjut dan jarang timbul pada usia
di bawah 30 tahun.
2.4.2 Ras
Di mana orang kulit putih lebih sering mendapat penyakit Parkinson daripada orang Asia dan
Afrika.
2.4.3 Genetik
Faktor genetik amat penting dengan penemuan pelbagai kecacatan pada gen tertentu yang
terdapat pada penderita Penyakit Parkinson, khususnya penderita Parkinson pada usia
muda.
2.4.4 Lingkungan
Toksin (seperti 1-methyl-4-phenyl-1,2,3,6-trihidroxypyridine (MPTP), CO, Mn, Mg, CS2,
methanol, etanol dan sianida), penggunaan herbisida dan pestisida, penggunaan obat (
misalnya antipsikosis yang digunakan untuk mengobati paranoria berat dan skizofrenia )
menghambat kerja dopamia pada sel saraf serta jangkitan.
26
Ilmu Penyakit Saraf – Kasus Penyakit Parkinson Nov 2011
Fenotiazin, benzamid, metildopa, dan reserpin, metoklopramid, SSRI, Amiodarone,
Diltiazem, asam valproat
2.4.5 Cedera kranio serebral : meski peranannya masih belum jelas, dan
2.4.6 Tekanan emosional : yang juga dipercayai menjadi faktor risiko.
2.5 PATOLOGI
Secara makroskopis, substansia nigra dan locus seruleus mengalami depigmentasi dan dari
pemeriksaan makroskopis pada daerah tersebut ditemukan hilangnya neuron yang
mengandung melanin. Pada beberapa neuron yang tersisa ditemukan badan lewy, yaitu
inklusi dalam sitoplasma yang berbentuk bulat sampai memanjang, bersifat osmofilik dengan
porosnya yang padat dikelilingi oleh lingkaran yang lebih jernih.
Secara histologis, terdapat degenerasi dari jalur nigrostratia dopaminergik, dengan hilangnya
badan-badan sel dari substansia nigra, degenerasi akson dan sinaps di dalam striatum
dengan akibat berkurangnya isi dopamin dalam striatum.
Lewy bodies
27
Ilmu Penyakit Saraf – Kasus Penyakit Parkinson Nov 2011
2.6 PATOFISIOLOGI
Pada penyakit Parkinson, sel-sel saraf pada ganglia basalis mengalami kemunduran sehingga
pembentukan dopamin berkurang dan hubungan dengan sel saraf dan otot lainnya juga
lebih sedikit.
Secara patofisiologi diketahui bahwa pada penyakit parkinson terjadi gangguan
keseimbangan neuro-humoral di ganglia basal, khususnya traktur nigrostriatum dalam
sistem ekstrapiramidal. Ehringer dan Hornykiewiez mengungkapkan bahwa kemusnahan
neuron di pars kompakta substansia nigra yang dopaminergik itu merupakan lesi utama yang
mendasari penyaki parkinson.
Korpus striatum sebagian terdiri dari kolinergik. Komponen kolinergik yang merangsang dan
komponen dopaminergik yang menghambat terdapat dalam suatu keseimbangan yang
dinamis. Bilamana kondisi dopaminergik striatal lebih unggul daripada kondisi kolinergik
striatal, yang berarti bahwa dalam striatum terdapat jumlah dopamin yang jauh lebih banyak
dari asetilkolin, maka timbul sindrom yang menyerupai Korea Huntington, suatu gerak
berlebihan dan tak bertujuan yang tidak dapat dikendalikan. Sebaliknya, bilamana terjadi
disproporsi fungsional antara kedua komponen tersebut dengan meningkatnya fungsi
komponen kolinergik akan menimbulkan sindrom Parkinson. Pada penyakit parkinson, baik
yang idiopatik maupun yang simptomatik, konsentrasi dopamin di dalam korpus striatum
dan substansia nigra sangat kurang sehingga kondisi di korpus striatum lebih kolinergik
daripada dopaminergik. Peningkatan aktivitas kolinergik striatal memberikan efek tremor.
Menurunnya jumlah dopamin dan zat metabolitnya yang dinamakan Homovanilic Acid (HVA)
di kedua bangunan itu berkolerasi secara relevan dengan derajat kemusnahan neuron di
substansia nigra pars kompakta.
Neuron dopaminergik di substansia nigra rusak, korpus striatum mendapat impuls dari
substania nigra yang kekurangan dopamin à Stimulasi ke korteks menurun
28
Ilmu Penyakit Saraf – Kasus Penyakit Parkinson Nov 2011
Dopaminergic neuron
2.7 PATOGENESIS
Namun fakta yang menunjukkan bahwa penyakit ini muncul pada usia lanjut memberi
pemikiran bahwa penyakit ini mungkin berhubungan dengan proses penuaan sel-sel
neuronal, khususnya pada individu-individu yang sel-sel nigranya sangat rentan. Enzim-
enzim yang dibutuhkan untuk membuang metabolisme katekolamin, mungkin merupakan
faktor pada penyakit parkinson. Hidrogen peroksida adalah by-produk dari metabolisme
katekolamin dan pembuangannya tergantung pada enzim-enzim peroksidase dan katalase.
Enzim-enzim ini normalnya tinggi pada substansia nigra dan mengalami penurunan seiring
penuaan umur, tapi akan lebih menurun pada penderita parkinson. Reduksi enzim-enzim ini
akan mengakibatkan akumulasi hidrogen peroksida dan produk toksik lainnya yang
kemudian menyebabkan destruksi sel-sel nigra dan hilangnya tirosin hidroksilase yang
adalah enzim yang bertanggung jawab atas produksi dopamin.
Penurunan dopamin dalam korpus striatum mengacaukan keseimbangan antara dopamin
(penghambat) dan asetilkolin (perangsang). Inilah yang menjadi dasar dari kebanyakan
gejala penyakit parkinson. Sampai saat ini belum diungkapkan dengan baik bagaimana
berkurangnya dopamin di striatum yang menyebabkan gejala parkinson (tremor, rigiditas,
dan aknesia)
Suatu teori mengemukakan bahwa munculnya tremor diduga oleh karena dopamin yang
disekresikan dalam nukleus kaudatus dan putamen berfungsi sebagai penghambat yang
merusak neuron dopamingik di substansia nigra sehingga menyebabkan kaudatus dan
putamen menjadi sangat aktif dan kemungkinan menghasilkan signal perangsang secara
terus menerus ke sistem pengaturan motorik kortikospinal. Signal ini diduga merangsang
otot bahkan seluruh otot sehingga menimbulkan kekakuan dan melalui mekanisme umpan
29
Ilmu Penyakit Saraf – Kasus Penyakit Parkinson Nov 2011
balik mengakibatkan efek inhibisi penghambat dopamin akan hilang sehingga menimbulkan
tremor.
Akinesia didiga disebabkan oleh karena adanya penurunan dopamin di sistim limbik
terutama nukleus accumbens, yang diikuti oleh menurunnya sekresi dopamin di ganglia
basalis. Keadaan ini menyebabkan menurunnya dorongan fisik untuk aktivasi motork begitu
besar sehingga timbul akinesia.
2.8 KLASIFIKASI
2.8.1 Parkinsonismus primer/ idiopatik/paralysis agitans
Sering dijumpai dalam praktek sehari-hari dan kronis, tetapi penyebabnya belum
jelas.
Kira-kira 7 dari 8 kasus parkinson termasuk jenis ini.
Penyakit Parkinson
2.8.2 Parkinsonismus sekunder atau simtomatik
Dapat disebabkan pasca ensefalitis virus, pasca infeksi lain : tuberkulosis, sifilis
meningovaskuler.
Iatrogenik atau drug induced, misalnya neuroleptik ( antipsikotik ) golongan
fenotiazin, anti emetic, reserpin, tetrabenazin.
Lain-lain, misalnya perdarahan serebral petekial pasca trauma yang berulang-ulang
pada petinju, infark lakuner, tumor serebri, hipoparatiroid dan kalsifikasi.
Toksin : MPTP, CO, Mn, Mg, methanol, etanol, sianid
2.8.3 Sindrom paraparkinson ( Parkinson plus )
Pada kelompok ini gejalanya hanya merupakan sebagian dari gambaran penyakit
keseluruhan.
Jenis ini bisa didapat pada penyakit Wilson ( degenerasi hepato-lentikularis ),
hidrosefalus normotensif, sindrom Shy-drager, degenerasi striatonigral, atropi palidal
( parkinsonismus juvenilis ).
30
Ilmu Penyakit Saraf – Kasus Penyakit Parkinson Nov 2011
Sindroma Demensia : Kompleks Parkinsonism – dementia – ALS ( Guam ), penyakit
Lewy bodies difus, penyakit Alzheimer.
2.8.4 Penyakit heredodegeneratif
Penyakit Hungtinton
Penyakit Wilson
Nekrosis striatal dan sitopati mitokondria
Penyakit Gerstmann – Strausler - Scheinker
2.9 GEJALA KLINIS
2.9.1 Gejala utama dari penyakit PD adalah ("TRAP"):
Tremor:
Tremor Istirahat (Rest Tremor) yang khas ini merupakan gejala yang paling jelas, sering
terdapat pada awal penyakit dan mudah diidentifikasi oleh penderita maupun keluarganya
sendiri. Rest tremor ini bersifat kasar (kurang lebih 4 siklus/detik), dan gerakannya seperti
memulung pil (pill-rolling) atau seperti menghitung uang logam. Tremor dapat dimulai dari
satu ekstremitas saja pada awal gejala dan dapat menyebar sehingga mengenai seluruh
anggota tubuh (lengan, rahang, lidah, kelopak mata, tungkai) bahkan juga suara. Tremor
dapat menghilang jika otot berelaksasi total ataupun dengan melakukan gerakan volunter.
Faktor fisik dan emosi dapat mencetuskan timbulnya tremor ini. Ada jenis tremor yang
lainnya dengan frekuensi 7-8 siklus/menit. Tidak seperti yang 4 siklus/menit, tremor ini
dapat tetap ada pada gerakan volunter dan tidak berhubungan dengan posisi diam dari
anggota gerak (bukan rest tremor) dan lebih mudah hilang pada posisi otot yang relaksasi.
Pasien bisa menampakkan gejala kedua tremor ini atau hanya salah satunya.
Rigiditas
Kekakuan; peningkatan tonus otot. Dikombinasikan dengan rest tremor, kekakuan ini
menghasilkan fenomena 'cog-wheel' saat ekstremitas digerakkan secara pasif. Hal ini juga
sangat jelas dapat dirasakan dengan cara mempalpasi otot pasien bahkan pada keadaan
rileks
Bradykinesia/Akinesia:
31
Ilmu Penyakit Saraf – Kasus Penyakit Parkinson Nov 2011
Pengurangan atau tidak adanya gerakan sama sekali. Gerakan cepat, berulang-ulang
menghasilkan sebuah gerakan disritmik dan pengurangan kekuatan gerakan.
Postural instability (ketidakstabilan postural):
Tidak adanya refleks postural sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan dan rasa ingin
jatuh
2.9.2 Gejala motorik yang lainnya:
Gangguan gerakan dan postur tubuh.
Shuffling
Ditandai gerakan dengan langkah kecil-kecil, dengan kaki yang hampir tidak terangkat dari
lantai sehingga menimbulkan suara diseret waktu berjalan. Halangan kecil saja dapat
menyebabkan pasien tersandung.
Turning "en bloc"
lain halnya dengan gerakan membalik badan pada orang normal, pasien Parkinson
mempertahankan tulang belakang mereka tetap kaku (rigit) karena untuk membalikkan
badan, mereka butuh melakukannya dengan perlahan-lahan.
Bungkuk.
Pada keadaan yang parah, kepala dan bahu atas dapat sangat membungkuk (camptocornia).
Festination
Kombinasi dari postur yang membungkuk, ketidakseimbangan, dan langkah yang pendek-
pendek. Ini menyebabkan gerakan yang makin lama semakin cepat sehingga berakhir
dengan terjatuh.
Gait freezing
"Membeku" adalah sebuah manifestasi dari akinesia (ketidakmampuan untuk bergerak).
Membekunya gerakan dikarakterisasikan dengan adanya ketidakmampuan untuk
menggerakkan kaki yang makin parah jika berjalan pada tempat yang sempit dan berantakan
atau pada usaha untuk memulai sebuah gerakan.
Distonia (sekitar 20% dari kasus)
32
Ilmu Penyakit Saraf – Kasus Penyakit Parkinson Nov 2011
Kontraksi otot yang abnormal, terus menerus, dan menimbulkan sakit seperti terbelit,
biasanya mengenai otot kaki dan pergelangan kaki (terutama fleksi dari ibu jari kaki dan
inversi dari kaki) yang mengganggu pergerakan tubuh saat berjalan.
Gangguan menelan dan berbicara.
Hipofonia
suara menjadi kecil, serak, dan bicara monoton. Beberapa orang dengan penyakit Parkinson
mengeluhkan lidahnya "berat" ataupun berkata-kata 'kotor'.
Gangguan non motorik yang menyebabkan gangguan pada berbicara ataupun
berbahasa, baik yang ekspresif maupun pengulangan kata-kata
Termasuk diantaranya penurunan kefasihan berbahasa dan gangguan kognitif tertutama
yang terkait dengan pemahaman arti dari isi pembicaraan dan ekspresi wajah.
Disfagia
Ketidakmampuan untuk menelan, sehingga dapat menyebabkan aspirasi dan pneumonia.
Fatigue-kelelahan (lebih dari 50% kasus)
Muka seperti topeng
Berkurangnya gerakan pada otot-otot kecil wajah menimbulkan gambaran wajah yang tanpa
atau sedikit ekspresi (hipomimia) ,disertai dengan jarangnya mata mengedip. Pada orang
normal, frekuensi mengedipkan mata kurang lebih 12-20 kali per menit, sedangkan pada
pasien Parkinson hanya 5-10 kali per menit. Selain itu ditemukan adanya sedikit pembesaran
pada fisura palpebra sehingga pasien seperti melotot (Stellwag Sign).
Kesulitan untuk membalikkan posisi tubuh saat di ranjang ataupun bangun dengan
posisi duduk.
2.9.3 Gejala non-motorik
Gejala non-motorik ini sering terjadi dan merupakan penyebab yang utama dalam
menimbulkan kematian pada pasien Parkinson.
Depresi
33
Ilmu Penyakit Saraf – Kasus Penyakit Parkinson Nov 2011
Dapat muncul pada tahap apapun pada pasien dengan Parkinson , bahkan sebelum timbul
disfungsi motorik, dan menimbulkan dampak yang signifikan pada kualitas hidup pasien yang
bersangkutan.
Gangguan kognitif
Respon yang melambat baik volunteer ataupun involunter respon.
Gangguan fungsi eksekutif : dapat berkembang menjadi demensia yang hampir timbul pada
20-40% kasus PD, dimulai dengan berkurangnya daya pikir dan berkembang dengan
kesulitan mengintepretasi pikiran abstrak, ingatan, dan tingkah laku. Halusinasi, delusi dan
paranoia dapat muncul. Obat asetilkolin esterease dapat memperbaiki keadaan ini pada
beberapa pasien.
Kehilangan ingatan jangka pendek.
Disfungsi otonom
Keringat berlebihan, air ludah berlebihan, gangguan sfingter terutama inkontinensia dan
hipotensi ortostatik.
2.9.4 Gangguan Tidur
Somnolensi pada siang hari yang berlebihan.
Insomnia
Gangguan pada fase tidur REM
Mimpi yang mengganggu - dapat muncul beberapa tahun kemudian setelah diagnosa PD
ditegakkan
2.9.5 Abnormalitas Sistem Sensorik
Gejala sensorik seperti disfungsi olfaktorik, nyeri, parestesi, akathisia, nyeri daerah mulut
dan nyeri pada regio genitalia merupakan gangguan terbanyak namun sekaligus sering tidak
dikenali sebagai gejala Parkinsonian. Dalam salah satu studi ditemukan bahwa disfungsi
system olfaktori (hiposmia) mungkin merupakan tanda dini dari penyakit Parkinson, hal ini
34
Ilmu Penyakit Saraf – Kasus Penyakit Parkinson Nov 2011
dikorelasikan dengan meningkatnya resiko sebanyak 10% terhadap terjadinya penyakit
dalam 2 tahun kemudian. Telah didalilkan bahwa disfungsi olfaktori dihubungkan dengan
hilangnya neuron di area kortikomedial amigdala, atau hilangnya neuron dopaminergik di
bulbus olfaktorius
2.10 KOMPLIKASI PENYAKIT
2.10.1 Hipokinesia
Atrofi / kelemahan otot sekunder, kontraktur sendi, deformitas : kifosis, skoliosis
2.10.2 Gangguan fungsi luhur
Afasia, agnosia, apraksia
2.10.3 Gangguan postural
Perubahan kardio-pulmonal, ulkus dekubitus, jatuh
2.10.4 Gangguan mental
Gangguan pola tidur, emosional, gangguan seksual, depresi, bradifrenia, psikosis, demensia
2.10.5 Gangguan vegetative
Hipotensi postural, inkontinensia urine, gangguan keringat
2.11 DIAGNOSIS
PD kadang sulit untuk didiagnosa secara akurat. Penelitian-penelitian telah menunjukkan 25-
35% diagnosa salah bukanlah hal yang jarang. Sampel dari jaringan otak adalah satu-satunya
metoda diagnostik yang pasti. Saat ini belum ada tes darah maupun laboratorium yang telah
terbukti membantu dalam mendiagnosa PD. Karenanya, diagnosis dibuat berdasarkan
riwayat perjalanan penyakit dan pemeriksaan neurologis. Unified Parkinson's Disease Rating
(lihat lampiran) adalah alat klinis yang utama digunakan dalam membantu mendiagnosa dan
menentukan derajat keparahan dari PD. Tanda dan gejala dini dari PD kadang
dikesampingkan sebagai efek dari proses penuaan yang normal. Karenanya klinisi mungkin
perlu untuk mengobservasi orang tersebut untuk beberapa waktu hingga terlihat jelas
35
Ilmu Penyakit Saraf – Kasus Penyakit Parkinson Nov 2011
bahwa gejala-gejala yang dimaksud memang ada secara konsisten. Tanda-tanda motorik
biasanya berawal secara unilateral. Sebuah diagnosa PD memerlukan adanya tanda-tanda
cardinal berikut ini: tremor distal saat istirahat dengan ukuran 3 hingga 6 Hz, rigiditas,
bradikinesia, dan onset yang asimetris. Tanda-tanda lain yang sering dikenal meliputi
instabilitas postural dengan onset lambat, penciuman yang berkurang, dan mikrografia.
Pasien juga harus merespon positif terhadap tes terapi dari levodopa atau agonis dopamine.
2.11.1 Kriteria Diagnostik berdasarkan Kriteria Hughes:
Possible: terdapat salah satu dari gejala utama
Tremor istirahat
Rigiditas
Bradikinesia
Kegagalan reflex postural
Probable
Bila terdapat kombinasi dua gejala utama (termasuk kegagalan reflex postural) atau
satu dari tiga gejala pertama yang tidak simetris (dua dari empat tanda motorik).
Definite
Bila terdapat kombinasi tiga dari empat gejala atau dua gejala dengan satu gejala lain
yang tidak simetris (tiga tanda cardinal). Bila semua tanda-tanda tidak jelas sebaiknya
dilakukan pemeriksaan ulangan beberapa bulan kemudian.
Kemajuan di bidang radiologi telah membantu dalam menentukan etiologi Parkinsonism dan
dalam mendiagnosa PD yang idiopatik dengan lebih akurat. Walaupun CT scan dan MRI tidak
dapat menunjukkan pola yang spesifik untuk PD, alat-alat ini dapat membantu
mengeliminasi atau mengkonfirmasi penyakit-penyakit lainnya. Teknologi yang sedang
dikembangkan (contohnya Positron Emission Tomography, Single Photon Emission CT)
kemungkinan akan berpengaruh pada diagnosa PD, tetapi, keduanya tidaklah murah.
Tanda khusus
Meyerson’s sign
Tidak dapat mencegah mata berkedip – kedip bila daerah glabela diketuk berulang.
36
Ilmu Penyakit Saraf – Kasus Penyakit Parkinson Nov 2011
Ketukan berulang ( 2x/detik ) pada glabela membangkitkan reaksi berkedip – kedip
( terus menerus )
2.11.2 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan bila ada indikasi, antara lain dengan melakukan
pemeriksaan :
Neuroimaging : CT – Scan, MRI
Untuk mengetahui gambaran internal otak. Pada penyakit parkinson kemungkinan
didapatkan gambaran pelebaran ventrikel.
Analisis cairan serebrospinalis
Pengambilan cairan serebrospinal dapat dilakukan dengan cara Lumbal Punksi, Sisternal
Punksi atau Lateral Cervical Punksi. Lumbal Punksi merupakan prosedure neuro diagnostik
yang paling sering dilakukan, sedangkan sisternal punksi dan lateral hanya dilakukan oleh
orang yang benar-benar ahli. Dilakukan dengan cara menginsersi jarum berongga ke dalam
ruang sub-araknoid di antara lengkung saraf vertebra lumbal ketiga dan lumbal keempat.
Kemungkinan hasil menunjukkan adanya penurunan kadar dopamine
Laboratorium ( Penyakit Parkinson sekunder ) : patologi anatomi, pemeriksaan kadar
bahan Cu ( Wilson’s disease, prion Bovine spongiform encephalopathy)
2.11.3 Diagnosis banding
Tremor esensial
Hidrosefalus bertekanan normal
Progresif supranuklear palsi
Degenerasi striatonigra
Parkinsonism akibat pengaruh obat – obatan
Sekali didiagnosis, dapat dievaluasi perkembangan penyakitnya dengan skala Hoehn dan
Yahr ( Hoehn dan Yahr Staging of Parkinson’s Disease )
37
Ilmu Penyakit Saraf – Kasus Penyakit Parkinson Nov 2011
Stadium satu
Gejala dan tanda pada satu sisi, terdapat gejala yang ringan, terdapat gejala yang
menggangu tetapi tidak menimbulkan kecacatan, biasanya terdapat tremor pada satu
anggota gerak, gejala yang timbul dapat dikenali orang terdekat ( teman ).
Stadium dua
Terdapat gejala bilateral, terdapat kecacatan minimal, sikap / cara berjalan terganggu.
Stadium tiga
Gerak tubuh nyata melambat, keseimbangan mulai terganggu saat berjalan / berdiri,
disfungsi umum sedang.
Stadium empat
Terdapat gejala yang lebih berat, masih dapat berjalan hanya untuk jarak tertentu, rigiditas
dan bradikinesia, tidak mampu berdiri sendiri, tremor dapat berkurang dibanding stadium
sebelumnya.
Stadium lima
Stadium kakhetik ( cachectic stage ), kecacatan total, tidak mampu berdiri dan berjalan,
memerlukan perawatan tetap.
2.12 PENATALAKSANAAN
Penyakit Parkinson bisa diobati dengan berbagai obat, seperti levodopa, Bromokriptin,
pergolid, selegilin, antikolinergik (Benztropin atau triheksifenidil), antihistamin, anti depresi,
propanolol dan amantadin.
Tidak satupun dari obat-obat tersebut yang menyembuhkan penyakit atau menghentikan
perkembangannya, tetapi obat-obat tersebut menyebabkan penderita lebih mudah
melakukan suatu gerakan dan memperpanjang harapan hidup penderita. Obat ini
mengurangi tremor dan kekakuan otot dan memperbaiki gerakan.
Penderita Parkinson ringan bisa kembali menjalani aktivitasnya secara normal dan penderita
yang sebelumnya terbaring di tempat tidur menjadi kembali mandiri. Beberapa ahli percaya
bahwa menambahkan atau mengganti Levodopa dengan Bromokriptin selama tahun-tahun
pertama pengobatan bisa menunda munculnya gerakan-gerakan yang tidak dikehendaki.
Untuk mempertahankan mobilitasnya, penderita dianjurkan untuk tetap melakukan kegiatan
sehari-harinya sebanyak mungkin dan mengikuti program latihan secara rutin.
38
Ilmu Penyakit Saraf – Kasus Penyakit Parkinson Nov 2011
Terapi fisik dan pemakaian alat bantu mekanik (misalnya kursi roda) bisa membantu
penderita tetap mandiri.
Makanan kaya serat bisa membantu mengatasi sembelit akibat kurangnya aktivitas,
dehidrasi dan beberapa obat. Makanan tambahan dan pelunak tinja bisa membantu
memperlancar buang air besar. Pemberian makanan harus benar-benar diperhatikan karena
kekakuan otot bisa menyebabkan penderita mengalami kesulitan menelan sehingga bisa
mengalami kekurangan gizi (malnutrisi).
2.12.1 Umum ( supportive )
a. Pendidikan
Pasien harus mengerti bahwa penyakit Parkinson merupakan penyakit kronik progresif,
dengan tingkat progresifitas yang berbeda-beda pada setiap orang, dan telah banyak
pendekatan yang dilakukan untuk memperingan gejala. Adanya group pendukung yang
berisikan pasien penderita Parkinson tahap lanjut, akan lebih membantu penderita yang
baru saja didiagnosa sebagai penderita penyakit Parkinson. Pasien harus diberikan nasehat
mengenai latihan, termasul stretching, strengthening, fitness kardiovaskular, dan latihan
keseimbangan, walaupun hanya dalam waktu singkat.
b. Latihan fisik
Bagi penderita Parkinson dapat diberikan fisioterpi berupa terapi wicara. Fisioterapi juga
diarahkan untuk mempertahankan mobilitas sendi, menghindari kelainan sikap anggota
gerak badan, koreksi terhadap kelainan sikap anggota gerak badan serta mempertahankan
gaya berjalan yang normal. 3
c. Nutrisi
2.12.2 Medikamentosa
Berdasarkan konsep keseimbangan komponen dopaminergik-kolinergik, kemoterapi
penyakit Parkinson dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan obat yang bersifat
dopaminergik sentral dan dengan obat yang berefek antikolinergik sentral. Selain itu
dikembangkan penghambat MAO-B berdasarkan konsep pengurangan pembentukan zat
radikal bebas. Pilihan obat Parkinson dapat dilihat pada tabel 1.
39
Ilmu Penyakit Saraf – Kasus Penyakit Parkinson Nov 2011
Tabel 1. Pilihan obat penyakit Parkinson
I. Obat dopaminergik sentral
A. Levodopa
B. Bromokriptin
C. Perangsang SSP :
Dekstroamfetamin Metamfetamin Metilfenidat
II. Obat Anti Kolinergik Sentral
A. Senyawa Parasimpatolitik
Triheksifenidil Biperiden Sikrimin Prosiklidin Benztropin Mesilat Karamifen
B. Senyawa Anti Histamin
Difenhidramin Klorfenoksamin Orfenadrin Fenindamin
C. Derifat Fenotiazin
Etoprapazin Prometazin Dietazin
III. Obat Dopamino-antikolinergik
A. Amantadin
B. Antidepresan Trisiklik
Imipramin Amitriptin
IV. Penghambat MAO-B ( Mono Amine Oxidase n B ) Inhibitor
40
Ilmu Penyakit Saraf – Kasus Penyakit Parkinson Nov 2011
Selegiline
Levodopa
Levodopa merupakan precursor dopamine, diyakini merupakan obat antiparkinsonian yang
paling efektif. Dalam percobaan yang membandingkan efektifitas levodopa dan agonis
domain, yang dilakukan secara random, menunjukkan peningkatan ADL dan motorik
sebanyak 40-50% dengan penggunaan levodopa. Levodopa dalam penggunaannya
dikombinasikan dengan peripheral decarboxylase inhibitor seperti carbidopa, untuk
mengurangi terjadinya dekarboksilasi levodopa, sebelum mencapai otak. Tersedia dalam
bentuk immediate-release dan controlled-release. Carbidopa plus levodopa dikombinasikan
dengan catechol O-methyltransferase inhibitor, entacapone, merupakan satu preparat lain,
yang di produksi untuk menciptakan suatu prolong aksi, dengan mencegah terjadinya
metilasi.
Banyak alasan yang mendasari terjadinya kegagalan terapi dengan menggunakan levodopa,
termasuk di dalamnya; penggunaan yang tidak sesuai index respons seperti tremor, dosis
yang tidak adekuat, durasi terapi yang tidak adekuat, dan interaksi obat (mis; penggunaan
levodopa bersamaan dengan metoclopramide, atau risperidone). Percobaan dengan
levodopa harus digunakan selama 3 bulan, dengan peningkatan dosis bertahap, setidaknya
1000 mg per hari (bentuk immediate-release) atau sampai dosis limitasi yang menampakkan
efek merugikan sebelum pasien tidak memiliki respon lagi terhadap pengobatan dengan
levodopa. Karena kegagalan terapi terhadap dosis terapi levodopa hanya dicapai sebanyak
kurang dari 10% pasien yang secara patologi terbukti menderita penyakit Parkinson, maka
kegagalan yang timbul diduga merupakan suatu kemungkinan dari adanya kerusakan lain
yang mengindikasikan tidak adanya terapi farmakologis ataupun terapi pembedahan yang
menguntungkan.
Agonis Dopamin
Meskipun agonis dopamine kurang efektif dibandingkan dengan levodopa, obat-obatan ini
merupakan obat first-line alternative dalam terapi penyakit Parkinson. Bermacam-macam
41
Ilmu Penyakit Saraf – Kasus Penyakit Parkinson Nov 2011
agonis dopamine memiliki efektifitas yang hampir mirip. Salah satu keuntungan yang
potensial dari obat ini dibandingkan dengan levodopa ialah rendahnya resiko untuk
terjadinya diskinesia dan fluktuasi fungsi motorik sebagai efek terapi, dalam 1 hingga 5 tahun
pengobatan, khususnya pada pasien yang mendapatkan agonis dopamine sebagai
pengobatan tunggal. Namun bagaimanapun, sering dibutuhkan penggunaan kombinasi dari
agonis dopamine dan levodopa selama beberapa tahun setelah diagnosis ditegakkan, untuk
mengontrol gejala-gejala lanjutan. Agonis dopamine dihindari pemakaiannya pada pasien
dengan demensia, karena kecenderungan obat ini dalam menimbulkan halusinasi.
Obat-obat agonis dopamine yang lama dikenal, seperti bromokriptine dan pergolide,
merupakan derivate ergot yang jarang menimbulkan fibrosis retroperitoneal, pleural dan
pericardial. Baru-baru ini dilaporkan mengenai hubungan antara penggunaan pergolide
dengan terjadinya penebalan dan disfungsi katup-katup jantung. Hasil echocardiografi pada
pasien dengan penggunaan pergolide jangka panjang menunjukkan adanya penyakit
restriktif valvular dengan resiko 2 sampai 4 kali lipat lebih besar dibandingkan pasien
penyakit Parkinson yang tidak mendapat terapi dengan pergolide. Dengan adanya peristiwa
ini, agonis dopamine tidak diberikan yang berasal dari derivate ergot; seperti pramipexole
dan ropinirole.
Obat-obatan Lainnya
Secara umum, antikolinergik tidak digunakan sebagai pengobatan dalam penyakit Parkinson,
dikarenakan efeknya yang merugikan. Namun begitu, obat-obatan golongan ini kadang
ditambahkan jika gejala tremor dirasa sangat mengganggu dan tidak responsive dengan
pengobatan lain, meskipun sesungguhnya, fakta di lapangan menunjukkan kekurang-
efektifan obat ini dalam mengurangi tremor. Obat golongan antikolinergik merupakan
kontraindikasi pada pasien dengan demensia dan biasanya dihindari penggunaannya pada
pasien yang berusia lebih dari 70 tahun. MAO inhibitor dan amantadine memiliki beberapa
efek yang merugikan dan membutuhkan peningkatan titrasi sedikit demi sedikit untuk
mencapai dosis terapetik. Namun Karen efek dari obat-obatan ini cenderung lemah, maka
obat ini tidak digunakan sebagai obat tunggal dalam pengobatan.
42
Ilmu Penyakit Saraf – Kasus Penyakit Parkinson Nov 2011
Obat-obatan untuk mengobati penyakit Parkinson
Obat Aturan Pemakaian KeteranganLevodopa (dikombinasikan dengan karbidopa)
Merupakan pengobatan utama untuk Parkinson Diberikan bersama karbidopa untuk meningkatkan efektivitasnya & mengurangi efek sampingnya Mulai dengan dosis rendah, yg selanjutnya ditingkatkan sampai efek terbesar diperoleh
Setelah beberapa tahun digunakan, efektivitasnya bisa berkurang
Bromokriptin atau pergolid Pada awal pengobatan seringkali ditambahkan pada pemberian Levodopa untuk meningkatkan kerja Levodopa atau diberikan kemudian ketika efek samping Levodopa menimbulkan masalah baru
Jarang diberikan sendiri
Seleglin Seringkali diberikan sebagai tambahan pada pemakaian Levodopa
Bisa meningkatkan aktivitas Levodopa di otak
Obat antikolinergik (benztropin & triheksifenidil), obat anti depresi tertentu, antihistamin (difenhidramin)
Pada stadium awal penyakit bisa diberikan tanpa Levodopa, pada stadium lanjut diberikan bersamaan dengan Levodopa, mulai diberikan dalam dosis rendah
Bisa menimbulkan beberapa efek samping
Amantadin Digunakan pada stadium awal untuk penyakit yg ringan Pada stadium lanjut diberikan untuk meningkatkan efek Levodopa
Bisa menjadi tidak efektif setelah beberap bulan digunakan sendiri
2.12.3 Pembedahan
Thalamotomy dan thalamic stimulation–deep brains timulation (DBS) dengan implantasi
elektoda– dapat merupakan terapi yang mujarab dalam mengatasi tremor pada penyakit
Parkinson, ketika sudah tidak ada lagi respon dengan pengobatan non-surgikal. Secara
umum tindakan bedah (Thalamotomi ventrolateral dan Pallidektomi) memberikan hasil yang
paling baik pada Parkinsonisme idiopatik dengan gejala unilateral pada penderita dibawah
umur 65 tahun. Pallidotomy, pallidal deep brain stimulation dapat mengatasi gejala-gejala
43
Ilmu Penyakit Saraf – Kasus Penyakit Parkinson Nov 2011
penyakit Parkinson pada pasien yang responnya terhadap medikasi antiparkinsonism
mengalami komplikasi dengan adanya fluktuasi fungsi motorik yang memburuk dan
diskinesia. Karena indikasi dari terapi surgical pada tahap dini penyakit tidak ditemui dan
karena tindakan yang cukup beresiko serta membutuhkan biaya yang mahal, maka terapi
pembedahan ini tidak mempunyai peran pada awal penyakit Parkinson.
2.13 REHABILITASI MEDIK
Tujuan rehabilitasi medik adalah untuk meningkatkan kualitas hidup penderita dan
menghambat bertambah beratnya gejala penyakit serta mengatasi masalah – masalah
sebagai berikut :
Abnormalitas gerakan
Kecenderungan postur tubuh yang salah
Gejala otonom
Gangguan perawatan diri ( Activity of Daily Living – ADL )
Perubahan psikologik
Untuk mencapai tujuan tersebut diatas dapat dilakukan tindakan
1. Terapi fisik ROM ( range of motion )
Peregangan
Koreksi postur tubuh
Latihan koordinasi
Latihan jalan ( gait training )
Edukasi dan program latihan di rumah
2. Terapi okupasi
3. Terapi wicara
4. Psikoterapi
44
Ilmu Penyakit Saraf – Kasus Penyakit Parkinson Nov 2011
5. Terapi sosial medik
2.14 PROGNOSIS
PD bukanlah suatu penyakit yang dengan sendirinya bersifat fatal, melainkan PD merupakan
suatu penyakit yang bertambah parah dengan seiringnya waktu. Perkiraan hidup pasien PD
biasanya lebih rendah dibanding orang yang tidak mempunyai penyakit tersebut. Pada PD
tahap lanjut, PD mungkin dapat menyebabkan komplikasi seperti tersedak, pneumonia, dan
jatuh yang dapat menimbulkan kematian.
Progresi dari gejala PD mungkin akan memakan waktu 20 tahun atau lebih. Pada beberapa
orang, progresi penyakit ini dapat berjalan lebih cepat. Tidak ada cara untuk memprediksi
bagaimana PD akan bermanifestasi pada seseorang. Dengan penanganan yang baik,
kebanyakan dari penderita PD dapat mempunyai hidup yang produktif untuk waktu yang
panjang setelah didiagnosa.
Beberapa penelitian mengatakan bahwa mortalitas meningkat, dan kelangsungan hidup
menurun pada pasien di rumah jompo dibanding pasien yang tinggal di komunitas.
KESIMPULAN
Penyakit Parkinson merupakan gangguan neurodegenerative progresif yang disebabkan
karena proses degenerasi spesifik neuron-neuron dopaminergik ganglia basalis terutama di
substansia nigra pars kompakta yang disertai inklusi sitoplasmik eosinofilik (badan lewy).
Penyakit Parkinson adalah tipe tersering dari suatu keadaan Parkinsonism, lebih kurang 80%
dari seluruh kasus. Selain itu penyakit Parkinson juga merupakan penyakit
neurodegenerative tersering kedua setelah demensia Alzheimer. PD terdapat 4 manifestasi
gejala utama motorik : tremor saat istirahat, rigiditas, bradikinesia (berkurang atau
lambatnya suatu gerakan), dan instabilitas postural.1,5 Selain itu pada PD juga terdapat gejala
non motorik yang termasuk didalamnya adalah gangguan sensoris dan otonom serta
gangguan neurobehavioral (neuropsikiatri) seperti depresi, ansietas, dan psikosis
Manajemen pasien dengan penyakit Parkinson tahap lanjut sangatlah menantang kita dalam
penanganannya dilihat dari segi motorik, sering timbul komplikasi gejala psikosis, yang
disertai dengan berbagai komorbiditas neuropsikiatri lainnya. Penilaian dan penanganan
45
Ilmu Penyakit Saraf – Kasus Penyakit Parkinson Nov 2011
pasien PD yang disertai gejala neuropsikiatri membutuhkan perhatian yang lebih besar bagi
kita untuk lebih memperhatikan lagi berbagai faktor penyebab timbulnya gejala
neuropsikiatri. Pengenalan secara dini dari gejala-gejala neuropsikiatri yang timbul hampir
menyerupai gejala PD sangatlah penting dalam tatalaksana pasien lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA :
1. Medika therapy. com. info penyakit Parkinson. 2009. Diunduh dari
http://medicatherapy.com/index.php/content/read/348/info-penyakit/parkinson
2. Health dokter. Penyakit Parkinson. 11 September 2009. Diunduh dari
http://dokterkwok.blog.com/2009/09/11/penyakit-parkinson/
3. Medikaholistik.com. Lebih jauh mengenal penyakit Parkinson. 28 Mei 2009. Diunduh dari
http://www.medikaholistik.com/medika.html?xmodule=document_detail&xid=208
4. Medicine and Health Investigation. Penyakit Parkinson. 2010. Diunduh dari
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/investigative-medicine/2043668-penyakit-
parkinson/#ixzz1LkMefYhz
5. Nuartha BN. : Penyakit Parkinson dan Parkinsonismus. Dalam Harsono (editor). Kapita
Selekta Neurologi. Edisi I. Yogyakarta University, 1996 : 331 – 9.
6. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia., Buku Ajar Neurologi KlinisEdisi I. Yogyakarta :
Gajahmada University Press 1996 : 223 – 8.
7. Guyton Hall. : Serebelum Ganglia Basalais dan Seluruh Pengatur Motorik. Dalam : Fisiologi
Kedokteran. Edisi 9 Jakarta EGC 1997 : 904 – 5.
8. Morris., JH. : Sistem Saraf. Dalam Robbins, SI., Kumar, V. Editor. Buku Ajar Patologi II. Alih
Bahasa : Lunardhi, JH. Santoso, R. Edisi ke-4. EGC. Jakarta 1995 : 474 – 510.
9. Sudarmanto. Journal Kelainan Fungsi Saraf. Penyakit Parkinson. May 2008. Diunduh dari
http://sudarmanto.multiply.com/journal
46
Ilmu Penyakit Saraf – Kasus Penyakit Parkinson Nov 2011
10.Nutt John G, Wooten G. Frederick. Diagnosis and Initial Management of Parkinson’s Disease.
The New England Journal of Medicine, 2005;353:1021-7
11.Artikel Kesehatan. Penyakit Parkinson. 25 Juni 2009. Diunduh dari http://artikel-info-
kesehatan.blogspot.com/2009/06/penyakit-parkinson-parkinsons-disease.html
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
Pada kasus ini, pasien memiliki trias gejala Parkinson yaitu tremor, rigiditas, dan bradikinesia
yang sudah berlangsung 2 tahun dan semakin parah apabila tangan yang kanan turut
terkena. Hal ini bisa dilihat berdasarkan kriteria diagnosis Parkinson yaitu tiga gejala utama
(trias) penyakit Parkinson : Kekakuan anggota gerak & hilangnya reflek-reflek postural,
Mobilitas berkurang secara abnormal, Gemetar (tremor). Sedangkan etiologi Parkinson
adalah Parkinsonisme Idiopatik yaitu penyebab yang pasti tidak diketahui dengan Prevalensi
diantara 200 orang berusia di atas 70 tahun.
Sedangkan perjalanan klinis penyakit Parkinson dilihat berdasar tahapan menurut Hoehn
dan Yahr:-
1. Stadium I :
- Gejala dan tanda pada satu sisi
- Gejala ringan
- Gejala yang timbul mengganggu tapi tidak menimbulkan cacat
- Tremor pada satu anggota gerak
- Gejala awal dapat dikenali orang terdekat
2. Stadium II :
47
Ilmu Penyakit Saraf – Kasus Penyakit Parkinson Nov 2011
- Gejala bilateral
- Terjadi kecacatan minimal
- Sikap / cara berjalan terganggu
3. Stadium III :
- Gerakan tubuh nyata lambat diri
- Gangguan keseimbangan saat berjalan / berdiri
- Disfungsi umum sedang
4. Stadium IV :
- Gejala lebih berat
- Keterbatasan jarak berjalan
- Rigiditas dan bradikinesia
- Tidak mampu mandiri
- Tremor berkurang
5. Stadium V :
- Stadium kakeksia
- Kecacatan kompleks
- Tidak mampu berjalan dan berdiri
- Memerlukan perawatan tetap
Pada kasus ini pasien berada pada stadium ketiga karena pada pasien ini sudah terjadi
secara bilateral yakni kedua tangan, sikap dan cara berjala sudah mulai terganggu dan hilang
keseimbang ketika berjalan ataupun berdiri. Pasien kadang bisa dan kadang tidak bisa
berjalan sendiri sehingga harus dituntun.
48
Ilmu Penyakit Saraf – Kasus Penyakit Parkinson Nov 2011
Pada kasus ini pasien mendapatkan antikolinergik dan dopaminergik yang diberikan sesuai
dengan gejala yang dikeluhkan oleh penderita. Hal dapat dilihat dari penatalaksanaan
Parkinson yang dibagi menjadi dua yaitu medikamentosa dan non medikamentosa
(Dewanto, 2009). Medikamentosa adalah Dopaminergik (levodopa).
Sedangkan terapi non medika mentosa pada pasien ini adalah stimulasi otak, rehabilitasi
medis, dan Psikoterapi. Operasi tidak dianjurkan karena pasien berusia lanjut (84 tahun).
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fizik dan hasil CT Scan menunjukkan pasien ini ada
gejala stroke juga. Pasien juga ada hipertensi yang juga merupakan factor risiko kepada
stroke. Pada anamnesis ditemukan pasien merasa tangan kanannya yang tebal dan lemas
selama 2 tahun. PF pula, ditemukan hemiparesa kanan dan klonus kaki (+). Klonus kaki
merupakan reflex patologis. Pada stroke, gejala UMN didapatkan seperti hiperefleks ini.
Didapatkan CT san pada pasien ini dengan infark di korteks hemisphere kiri sangat signifikan
dengan hemiparese yang kontralateral yaitu di kanan.
KESIMPULAN
Pada kasus ini, pasien memiliki trias gejala dari Parkinson yaitu tremor, rigiditas, dan
bradikinesia. Berdasarkan gejala dan pemeriksaan fisik, pasien termasuk dalam stadium tiga.
Sedangkan untuk penatalaksanaan pada pasien ini adalah diberikan dopaminergik untuk
mengurangi gejala tremornya agar pasien dapat menjalankan aktifitas seperti biasa.
49