SPAK 2013 Editan Terakhir
-
Upload
indonesia-anti-corruption-forum -
Category
Data & Analytics
-
view
206 -
download
1
description
Transcript of SPAK 2013 Editan Terakhir
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 i
Katalog BPS : 4407001 INDEKS
PERILAKU
ANTI
KORUPSI
Katalog BPS : 4407002
2013
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 i
Katalog BPS : 4407001 INDEKS
PERILAKU
ANTI
KORUPSI
Katalog BPS : 4407002
2013
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 i
Katalog BPS : 4407001 INDEKS
PERILAKU
ANTI
KORUPSI
Katalog BPS : 4407002
2013
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 i
Katalog BPS : 4407001 INDEKS
PERILAKU
ANTI
KORUPSI
Katalog BPS : 4407002
2013
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 i
Katalog BPS : 4407001 INDEKS
PERILAKU
ANTI
KORUPSI
Katalog BPS : 4407002
2013
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 i
Katalog BPS : 4407001 INDEKS
PERILAKU
ANTI
KORUPSI
Katalog BPS : 4407002
2013
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 145
Badan Pusat Statistik Jl. Dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 Telp.: (021) 3841195, 3842508, 3810291-4. Fax.: (021) 3857046 Homepage: http://www.bps.go.id E-mail: [email protected]
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 145
Badan Pusat Statistik Jl. Dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 Telp.: (021) 3841195, 3842508, 3810291-4. Fax.: (021) 3857046 Homepage: http://www.bps.go.id E-mail: [email protected]
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 145
Badan Pusat Statistik Jl. Dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 Telp.: (021) 3841195, 3842508, 3810291-4. Fax.: (021) 3857046 Homepage: http://www.bps.go.id E-mail: [email protected]
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 145
Badan Pusat Statistik Jl. Dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 Telp.: (021) 3841195, 3842508, 3810291-4. Fax.: (021) 3857046 Homepage: http://www.bps.go.id E-mail: [email protected]
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 145
Badan Pusat Statistik Jl. Dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 Telp.: (021) 3841195, 3842508, 3810291-4. Fax.: (021) 3857046 Homepage: http://www.bps.go.id E-mail: [email protected]
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 145
Badan Pusat Statistik Jl. Dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 Telp.: (021) 3841195, 3842508, 3810291-4. Fax.: (021) 3857046 Homepage: http://www.bps.go.id E-mail: [email protected]
KerjasamaBadan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas)dan Badan Pusat Statistik
IND
EKS PER
ILAK
U A
NTI K
OR
UPSI 2013
Cover SPAK.indd 1 14/10/2014 15:22:09
KATA PENGANTAR MENTERI PPN / KEPALA BAPPENAS
ii INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI (IPAK) 2013
ISBN : 978-979-064-731-2 Nomor Publikasi : 04330.1301 Katalog BPS : 4407002 Ukuran Buku : 17 x 24 cm Jumlah Halaman : xxi +105
Naskah: Sub Direktorat Statistik Politik dan Keamanan Penyunting : Sub Direktorat Statistik Politik dan Keamanan Gambar Kulit: Sub Direktorat Statistik Politik dan Keamanan Diterbitkan Oleh : Badan Pusat Statistik, Jakarta-Indonesia Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya
KATA PENGANTAR MENTERI PPN / KEPALA BAPPENAS
ii INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI (IPAK) 2013
ISBN : 978-979-064-731-2 Nomor Publikasi : 04330.1301 Katalog BPS : 4407002 Ukuran Buku : 17 x 24 cm Jumlah Halaman : xxi +105
Naskah: Sub Direktorat Statistik Politik dan Keamanan Penyunting : Sub Direktorat Statistik Politik dan Keamanan Gambar Kulit: Sub Direktorat Statistik Politik dan Keamanan Diterbitkan Oleh : Badan Pusat Statistik, Jakarta-Indonesia Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 iii
KATA PENGANTAR MENTERI PPN / KEPALA BAPPENAS
Komitmen Pemerintah Indonesia untuk memberantas korupsi
bersama Negara-negara di dunia dibuktikan dengan meratifikasi Konvensi
Perserikatan Bangsa-Bangsa Menentang Korupsi (The United Nations
Convention Against Corruption, UNCAC 2003) melalui Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 2006. Untuk lebih meningkatkan berbagai upaya
pencegahan dan pemberantasan korupsi yang sejalan dengan UNCAC,
Pemerintah Indonesia telah berhasil menetapkan Peraturan Presiden Nomor
55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan
Korupsi (Stranas PPK) Jangka Panjang Tahun 2012-2025 dan Jangka
Menengah Tahun 2012-2014. Strategi yang tertuang dalam Stranas PPK
mengacu pada strategi-strategi yang ditetapkan dalam ketentuan UNCAC,
meliputi 6 (enam) strategi yaitu (a) pencegahan; (b) penegakan hukum; (c)
harmonisasi peraturan perundang-undangan; (d) kerjasama internasional
dan penyelamatan asset hasil tindak pidana korupsi; (e) pendidikan dan
budaya anti korupsi; dan (f) mekanisme pelaporan pelaksanaan
pemberantasan korupsi. Survei Perilaku Anti Korupsi (SPAK) yang
dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional merupakan salah satu pelaksanaan dari Strategi 5 (lima) Stranas
PPK.
SPAK merupakan survei yang dibangun atas fondasi kepemilikan
nasional. Sinergi para pemangku kepentingan tercermin di dalam
penyusunan SPAK 2012. Selain pemerintah, unsur masyarakat seperti
akademisi dan aktivis LSM penggiat anti korupsi yang terlibat telah bekerja
keras dan bekerja cerdas dalam mempersiapkan seluruh instrumen survei.
Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) Tahun 2012 sebesar 3,55 sedangkan
IPAK Tahun 2013 sebesar 3,63, naik 0,08 poin dibandingkan tahun
sebelumnya. Meski demikian kenaikan ini belum merubah kategori indeks,
karena masih dalam kategori yang sama yakni masyarakat cenderung anti
korupsi. Potensi ini tentu harus dimanfaatkan dengan meningkatkan
keterlibatan masyarakat secara lebih intensif.
Dengan terbitnya laporan hasil SPAK 2013, atas nama Pemerintah
saya sampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya atas
sumbangsih, kerja keras dan upaya yang luar biasa dari seluruh tim dan juga
KATA PENGANTAR MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Komitmen Pemerintah Indonesia untuk memberantas korupsi bersama Negara-Negara di dunia dibuktikan dengan langkah meratifikasi Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Menentang Korupsi (The United Nations Convention Against Corruption, UNCAC 2003) melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2006. Untuk lebih meningkatkan berbagai upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi yang sejalan dengan UNCAC. Pemerintah Indonesia telah menetapkan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (Stranas PPK) Jangka Panjang Tahun 2012-2025 dan Jangka Menengah Tahun 2012-2014. Strategi yang tertuang dalam Stranas PPK mengacu pada strategi-strategi yang ditetapkan dalam ketentuan UNCAC, meliputi 6 (enam) strategi; yaitu: (a) pencegahan; (b) penegakan hukum; (c) hamonisasi peraturan perundang-undangan; (d) kerjasama internasional dan penyelamatan asset hasil tindak pidana korupsi; (e) pendidikan dan budaya anti korupsi; dan (f) mekanisme pelaporan pelaksanaan pemberantasan korupsi. Survey Perilaku Anti Korupsi (SPAK) yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional merupakan salah satu pelaksanaan dari Strategi 5 (lima) Stranas PPK.
SPAK merupakan survey yang dibangun di atas fondasi kepemilikan nasional. Sinergi para pemangku kepentingan tercermin di dalam penyusunan SPAK 2012. Selain pemerintah, unsur masyarakat seperti akademisi dan aktivis LSM pegiat anti korupsi yang terlibat telah bekerja keras dalam mempersiapkan seluruh instruman survei. Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) Tahun 2012 sebesar 3,55 sedangkan IPAK Tahun 2013 sebesar 3,63, naik 0,08 point dibandingkan tahun sebelumnya. Meski demikian kenaikan ini belum merubah kategori indeks, karena masih dalam kategori yang sama yakni masyarakat cenderung anti korupsi. Potensi ini tentu harus dimanfaatkan dengan meningkatkan keterlibatan masyarakat secara lebih intensif.
Dengan terbitnya laporan hasil SPAK 2013, atas nama Pemerintah saya sampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya atas sumbangsih, kerja keras dan upaya yang luar biasa dari sejumlah tim dan juga pihak-pihak
KATA PENGANTAR MENTERI PPN / KEPALA BAPPENAS
iv INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
pihak-pihak lain yang telah membantu penyusunan SPAK 2013. Saya
berharap, hasil SPAK 2013 ini dapat memacu untuk menciptakan budaya
zero tolerance terhadap korupsi. Kita semua juga berharap, melalui
pengukuran SPAK ini, masyarakat diharapkan menjadi pelaku aktif
pencegahan dan pemberantasan korupsi sehingga mampu mempengaruhi
keputusan di lingkungannya. SPAK 2013 juga akan menjadi pedoman dan
acuan bagi setiap pengambilan keputusan oleh para pejabat publik dalam
menyusun Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (Aksi PPK)
sehingga dengan berbagai upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi
secara berkesinambungan Indonesia akan menjadi negara besar dan bersih
dari berbagai praktik korupsi.
Jakarta, September 2014
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
ttd
Prof. Dr. Armida S. Alisjahbana
lain yang telah membantu penysunan SPAK 2013. Saya berharap, hasil SPAK 2013 ini dapat memacu untuk menciptakan budaya zero tolerance terhadap korupsi. Kita semua juga berharap, melalui pengukuran SPAK ini, masyarakat diharapkan menjadi pelaku aktif pencegahan dan pemberantasan korupsi sehingga mampu mempengaruhi keputusan di lingkungannya. SPAK 2013 juga akan menjadi pedoman dan acuan bagi setiap pengambilan keputusan oleh para pejabat publik dalam menyusun Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (Aksi PPK) sehingga dengan berbagai upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi secara berkesinambungan Indonesia akan menjadi negara besar dan bersih dari berbagai praktik korupsi.
Jakarta, September 2014Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Prof. Dr. Armida S. Alisjahbana
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 v
KATA PENGANTAR
KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK
Korupsi merupakan masalah yang dialami hampir semua negara di
dunia. Korupsi dianggap sebagai ancaman serius yang dapat membahayakan
perkembangan sendi-sendi kehidupan bangsa karena menggerogoti
pembangunan dan kesejahteraan rakyat. Kerusakan yang ditimbulkan juga
tidak sederhana karena berskala masif dengan dampak jangka panjang. Oleh
karena itulah, pemberantasan korupsi merupakan salah satu fokus utama
pemerintah Indonesia.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah, baik yang berupa
pencegahan maupun pemberantasan. Sejumlah instansi pelaksana dan
pendukung pemberantasan korupsipun dibentuk. Selain itu, pemerintah juga
telah menerbitkan sejumlah instruksi dan arahan untuk pencegahan dan
pemberantasan korupsi (PPK), misalnya Instruksi Presiden (Inpres) No. 5
Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi. Kemudian, melalui
Undang-Undang (UU) No. 7 Tahun 2006, pemerintah juga telah meratifikasi
United Nations Convention Against Corruption (Konvensi Perserikatan
Bangsa-Bangsa Anti korupsi, UNCAC) 2003.
Sekalipun demikian pemerintah tidak berhenti melakukan peningkatan
upaya, khususnya yang terkait dengan langkah-langkah pencegahan korupsi.
Dengan penindakan tegas dan pencegahan yang efektif, diharapkan
percepatan pemberantasan korupsi dapat dilakukan di Indonesia. Dalam
rangka itulah, pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi (Stranas PPK) jangka menengah tahun 2012-2014
dan jangka panjang tahun 2012-2025.
Visi dan Misi Stranas PPK tersebut diturunkan ke dalam enam strategi,
yakni: (1) melaksanakan upaya-upaya pencegahan; (2) melaksanakan
langkah-langkah strategis di bidang penegakan hukum; (3) melaksanakan
upaya-upaya harmonisasi penyusunan peraturan perundang-undangan di
bidang pemberantasan korupsi dan sektor terkait lain; (4) melaksanakan
kerjasama internasional dan penyelamatan aset hasil tipikor; (5)
meningkatkan upaya pendidikan dan budaya anti korupsi; dan (6)
meningkatkan koordinasi dalam rangka mekanisme pelaporan pelaksanaan
upaya pemberantasan korupsi.
KATA PENGANTAR KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 v
KATA PENGANTAR
KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK
Korupsi merupakan masalah yang dialami hampir semua negara di
dunia. Korupsi dianggap sebagai ancaman serius yang dapat membahayakan
perkembangan sendi-sendi kehidupan bangsa karena menggerogoti
pembangunan dan kesejahteraan rakyat. Kerusakan yang ditimbulkan juga
tidak sederhana karena berskala masif dengan dampak jangka panjang. Oleh
karena itulah, pemberantasan korupsi merupakan salah satu fokus utama
pemerintah Indonesia.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah, baik yang berupa
pencegahan maupun pemberantasan. Sejumlah instansi pelaksana dan
pendukung pemberantasan korupsipun dibentuk. Selain itu, pemerintah juga
telah menerbitkan sejumlah instruksi dan arahan untuk pencegahan dan
pemberantasan korupsi (PPK), misalnya Instruksi Presiden (Inpres) No. 5
Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi. Kemudian, melalui
Undang-Undang (UU) No. 7 Tahun 2006, pemerintah juga telah meratifikasi
United Nations Convention Against Corruption (Konvensi Perserikatan
Bangsa-Bangsa Anti korupsi, UNCAC) 2003.
Sekalipun demikian pemerintah tidak berhenti melakukan peningkatan
upaya, khususnya yang terkait dengan langkah-langkah pencegahan korupsi.
Dengan penindakan tegas dan pencegahan yang efektif, diharapkan
percepatan pemberantasan korupsi dapat dilakukan di Indonesia. Dalam
rangka itulah, pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi (Stranas PPK) jangka menengah tahun 2012-2014
dan jangka panjang tahun 2012-2025.
Visi dan Misi Stranas PPK tersebut diturunkan ke dalam enam strategi,
yakni: (1) melaksanakan upaya-upaya pencegahan; (2) melaksanakan
langkah-langkah strategis di bidang penegakan hukum; (3) melaksanakan
upaya-upaya harmonisasi penyusunan peraturan perundang-undangan di
bidang pemberantasan korupsi dan sektor terkait lain; (4) melaksanakan
kerjasama internasional dan penyelamatan aset hasil tipikor; (5)
meningkatkan upaya pendidikan dan budaya anti korupsi; dan (6)
meningkatkan koordinasi dalam rangka mekanisme pelaporan pelaksanaan
upaya pemberantasan korupsi.
KATA PENGANTAR KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 v
KATA PENGANTAR
KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK
Korupsi merupakan masalah yang dialami hampir semua negara di
dunia. Korupsi dianggap sebagai ancaman serius yang dapat membahayakan
perkembangan sendi-sendi kehidupan bangsa karena menggerogoti
pembangunan dan kesejahteraan rakyat. Kerusakan yang ditimbulkan juga
tidak sederhana karena berskala masif dengan dampak jangka panjang. Oleh
karena itulah, pemberantasan korupsi merupakan salah satu fokus utama
pemerintah Indonesia.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah, baik yang berupa
pencegahan maupun pemberantasan. Sejumlah instansi pelaksana dan
pendukung pemberantasan korupsipun dibentuk. Selain itu, pemerintah juga
telah menerbitkan sejumlah instruksi dan arahan untuk pencegahan dan
pemberantasan korupsi (PPK), misalnya Instruksi Presiden (Inpres) No. 5
Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi. Kemudian, melalui
Undang-Undang (UU) No. 7 Tahun 2006, pemerintah juga telah meratifikasi
United Nations Convention Against Corruption (Konvensi Perserikatan
Bangsa-Bangsa Anti korupsi, UNCAC) 2003.
Sekalipun demikian pemerintah tidak berhenti melakukan peningkatan
upaya, khususnya yang terkait dengan langkah-langkah pencegahan korupsi.
Dengan penindakan tegas dan pencegahan yang efektif, diharapkan
percepatan pemberantasan korupsi dapat dilakukan di Indonesia. Dalam
rangka itulah, pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi (Stranas PPK) jangka menengah tahun 2012-2014
dan jangka panjang tahun 2012-2025.
Visi dan Misi Stranas PPK tersebut diturunkan ke dalam enam strategi,
yakni: (1) melaksanakan upaya-upaya pencegahan; (2) melaksanakan
langkah-langkah strategis di bidang penegakan hukum; (3) melaksanakan
upaya-upaya harmonisasi penyusunan peraturan perundang-undangan di
bidang pemberantasan korupsi dan sektor terkait lain; (4) melaksanakan
kerjasama internasional dan penyelamatan aset hasil tipikor; (5)
meningkatkan upaya pendidikan dan budaya anti korupsi; dan (6)
meningkatkan koordinasi dalam rangka mekanisme pelaporan pelaksanaan
upaya pemberantasan korupsi.
KATA PENGANTAR KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK
KATA PENGANTAR KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK
vi INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Dalam Perpres 55 tahun 2012 Stranas PPK, Presiden RI secara eksplisit
menugaskan Badan Pusat Statistik (BPS) untuk mengukur indikator pada
strategi 5 yaitu meningkatkan upaya pendidikan dan budaya anti korupsi.
Strategi kelima ini dianggap penting karena salah satu akar penyebab
berkembangnya praktik korupsi patut diduga berasal dari rendahnya
integritas para pelakunya dan masih kentalnya budaya permisif terhadap
tindakan korupsi.
Untuk mendukung strategi tersebut diperlukan dukungan data hasil
survei, termasuk publikasi yang dapat memberikan gambaran tentang
perilaku anti korupsi. Hasil survei diharapkan dapat memberikan peta
permasalahan dan petunjuk arah bagi penyusunan program transformasi
budaya dari yang permisif ke anti korupsi. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut, BPS bekerjasama dengan Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (Bappenas) menyelenggarakan Survei Perilaku Anti Korupsi (SPAK)
2013. SPAK 2013 merupakan kelanjutan dari survei baseline yang telah
dilaksanakan pada tahun 2012.
Semoga publikasi hasil survei ini bermanfaat bagi pemerintah,
khususnya untuk menyusun perencanaan kebijakan meningkatkan upaya
pendidikan dan budaya anti korupsi dan juga untuk masyarakat penggiat
anti korupsi. Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang
terlibat dalam seluruh tahap persiapan, pelaksanaan dan penyusunan
kegiatan ini. Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa meridhai kita semua.
Jakarta, September 2014
Kepala Badan Pusat Statistik
Dr. Suryamin, M.Sc
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 vii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Perpres No. 55 tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi (Stranas PPK), menugaskan BPS untuk
melaksanakan Survei Perilaku Anti Korupsi (SPAK) 2013. Survei ini
dilakukan antara 1-15 November 2013 di 33 provinsi, 170 kabupaten/kota
(49 kota dan 121 kabupaten) dengan sampel 10.000 rumah tangga (response
rates: 90,3 persen). Survei yang merupakan kelanjutan dari survei baseline
yang telah dilaksanakan pada tahun 2012 ini mengukur tingkat permisifitas
masyarakat Indonesia terhadap perilaku korupsi.
Laporan ini menyajikan Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) dan
berbagai indikator tunggal yang menggambarkan perilaku anti korupsi.
Indikator tunggal yang dikumpulkan mencakup pengetahuan, pendapat dan
pengalaman terhadap kebiasaan di masyarakat berhubungan dengan
layanan publik dalam hal perilaku penyuapan (bribery), pemerasan
(extortion), dan nepotisme (nepotism).
Berdasarkan penghitungan indeks komposit, IPAK Indonesia 2013
sebesar 3,63 dalam skala 0 sampai 5. Angka ini naik 0,08 poin dibandingkan
dengan IPAK 2012 sebesar 3,55. Meski demikian kenaikan ini belum
merubah kategori indeks, karena masih dalam kategori yang sama yakni anti
korupsi. (catatan: nilai indeks 0–1,25 sangat permisif terhadap korupsi,
1,26–2,50 permisif, 2,51–3,75 anti korupsi, 3,76–5,00 sangat anti korupsi).
Laporan ini juga memperlihatkan IPAK 2013 untuk masyarakat yang
tinggal di wilayah perkotaan sedikit lebih tinggi sebesar 3,71 dibanding di
wilayah perdesaan sebesar 3,55. Kemudian, IPAK 2013 lebih tinggi pada
penduduk usia kurang dari 60 tahun dibanding penduduk usia 60 tahun ke
atas. IPAK penduduk usia kurang dari 40 tahun sebesar 3,63, usia 40 sampai
59 tahun sebesar 3,65, dan usia 60 tahun ke atas sebesar 3,55.
Pendidikan berpengaruh cukup kuat pada semangat anti korupsi.
Semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi IPAK. IPAK 2013 untuk
responden berpendidikan SLTP ke bawah sebesar 3,55, SLTA sebesar 3,82
dan di atas SLTA sebesar 3,94.
Berdasarkan indikator tunggal terlihat walau masih ada sebagian
masyarakat yang menyatakan permisif terhadap penyuapan, pemerasan dan
nepostime tetapi masih lebih besar persentase masyarakat yang tidak
permisif.
RINGKASAN EKSEKUTIF
KATA PENGANTAR KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK
vi INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Dalam Perpres 55 tahun 2012 Stranas PPK, Presiden RI secara eksplisit
menugaskan Badan Pusat Statistik (BPS) untuk mengukur indikator pada
strategi 5 yaitu meningkatkan upaya pendidikan dan budaya anti korupsi.
Strategi kelima ini dianggap penting karena salah satu akar penyebab
berkembangnya praktik korupsi patut diduga berasal dari rendahnya
integritas para pelakunya dan masih kentalnya budaya permisif terhadap
tindakan korupsi.
Untuk mendukung strategi tersebut diperlukan dukungan data hasil
survei, termasuk publikasi yang dapat memberikan gambaran tentang
perilaku anti korupsi. Hasil survei diharapkan dapat memberikan peta
permasalahan dan petunjuk arah bagi penyusunan program transformasi
budaya dari yang permisif ke anti korupsi. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut, BPS bekerjasama dengan Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional (Bappenas) menyelenggarakan Survei Perilaku Anti Korupsi (SPAK)
2013. SPAK 2013 merupakan kelanjutan dari survei baseline yang telah
dilaksanakan pada tahun 2012.
Semoga publikasi hasil survei ini bermanfaat bagi pemerintah,
khususnya untuk menyusun perencanaan kebijakan meningkatkan upaya
pendidikan dan budaya anti korupsi dan juga untuk masyarakat penggiat
anti korupsi. Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak yang
terlibat dalam seluruh tahap persiapan, pelaksanaan dan penyusunan
kegiatan ini. Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa meridhai kita semua.
Jakarta, September 2014
Kepala Badan Pusat Statistik
Dr. Suryamin, M.Sc
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 vii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Perpres No. 55 tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi (Stranas PPK), menugaskan BPS untuk
melaksanakan Survei Perilaku Anti Korupsi (SPAK) 2013. Survei ini
dilakukan antara 1-15 November 2013 di 33 provinsi, 170 kabupaten/kota
(49 kota dan 121 kabupaten) dengan sampel 10.000 rumah tangga (response
rates: 90,3 persen). Survei yang merupakan kelanjutan dari survei baseline
yang telah dilaksanakan pada tahun 2012 ini mengukur tingkat permisifitas
masyarakat Indonesia terhadap perilaku korupsi.
Laporan ini menyajikan Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) dan
berbagai indikator tunggal yang menggambarkan perilaku anti korupsi.
Indikator tunggal yang dikumpulkan mencakup pengetahuan, pendapat dan
pengalaman terhadap kebiasaan di masyarakat berhubungan dengan
layanan publik dalam hal perilaku penyuapan (bribery), pemerasan
(extortion), dan nepotisme (nepotism).
Berdasarkan penghitungan indeks komposit, IPAK Indonesia 2013
sebesar 3,63 dalam skala 0 sampai 5. Angka ini naik 0,08 poin dibandingkan
dengan IPAK 2012 sebesar 3,55. Meski demikian kenaikan ini belum
merubah kategori indeks, karena masih dalam kategori yang sama yakni anti
korupsi. (catatan: nilai indeks 0–1,25 sangat permisif terhadap korupsi,
1,26–2,50 permisif, 2,51–3,75 anti korupsi, 3,76–5,00 sangat anti korupsi).
Laporan ini juga memperlihatkan IPAK 2013 untuk masyarakat yang
tinggal di wilayah perkotaan sedikit lebih tinggi sebesar 3,71 dibanding di
wilayah perdesaan sebesar 3,55. Kemudian, IPAK 2013 lebih tinggi pada
penduduk usia kurang dari 60 tahun dibanding penduduk usia 60 tahun ke
atas. IPAK penduduk usia kurang dari 40 tahun sebesar 3,63, usia 40 sampai
59 tahun sebesar 3,65, dan usia 60 tahun ke atas sebesar 3,55.
Pendidikan berpengaruh cukup kuat pada semangat anti korupsi.
Semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi IPAK. IPAK 2013 untuk
responden berpendidikan SLTP ke bawah sebesar 3,55, SLTA sebesar 3,82
dan di atas SLTA sebesar 3,94.
Berdasarkan indikator tunggal terlihat walau masih ada sebagian
masyarakat yang menyatakan permisif terhadap penyuapan, pemerasan dan
nepostime tetapi masih lebih besar persentase masyarakat yang tidak
permisif.
RINGKASAN EKSEKUTIF
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 ix
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR MENTERI PPN / KEPALA BAPPENAS ...........................................iii
KATA PENGANTAR KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK .............................................. v
RINGKASAN EKSEKUTIF .............................................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................................................... xix
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................................................xxiii
I. PENDAHULUAN................................................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
1.2. Maksud dan Tujuan ........................................................................................................... 2
1.3. Ruang Lingkup ..................................................................................................................... 2
1.4. Sistematika Penulisan ...................................................................................................... 2
II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI............................................................................... 5
2.1. Metodologi Survei .............................................................................................................. 5
2.1.1. Kerangka Sampel ................................................................................................... 5
2.1.2. Desain Sampel ......................................................................................................... 5
2.1.3. Cakupan dan Jumlah Sampel............................................................................ 6
2.1.4. Pembentukan Paket Sampel Blok Sensus dan Kelompok Sampel Rumah Tangga ......................................................................................................... 6
2.1.5. Pemilihan Sampel Rumah Tangga ................................................................. 7
2.1.6. Penggantian Sampel ............................................................................................. 7
2.1.7. Teknik Estimasi ...................................................................................................... 8
2.2. Metodologi Perhitungan Indeks............................................................................... 10
2.3. Konsep dan Definisi ........................................................................................................ 12
III. PROFIL RESPONDEN ............................................................................................................... 15
3.1. Response Rate Pencacahan......................................................................................... 15
3.2. Profil Demografis Responden .................................................................................. 17
3.3. Tingkat Pendidikan Responden .............................................................................. 19
3.4. Jenis Kegiatan Utama Responden .......................................................................... 21
3.5. Status dalam Pekerjaan Utama Responden ...................................................... 22
DAFTAR ISI
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 ix
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR MENTERI PPN / KEPALA BAPPENAS ...........................................iii
KATA PENGANTAR KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK .............................................. v
RINGKASAN EKSEKUTIF .............................................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................................................... xix
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................................................xxiii
I. PENDAHULUAN................................................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
1.2. Maksud dan Tujuan ........................................................................................................... 2
1.3. Ruang Lingkup ..................................................................................................................... 2
1.4. Sistematika Penulisan ...................................................................................................... 2
II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI............................................................................... 5
2.1. Metodologi Survei .............................................................................................................. 5
2.1.1. Kerangka Sampel ................................................................................................... 5
2.1.2. Desain Sampel ......................................................................................................... 5
2.1.3. Cakupan dan Jumlah Sampel............................................................................ 6
2.1.4. Pembentukan Paket Sampel Blok Sensus dan Kelompok Sampel Rumah Tangga ......................................................................................................... 6
2.1.5. Pemilihan Sampel Rumah Tangga ................................................................. 7
2.1.6. Penggantian Sampel ............................................................................................. 7
2.1.7. Teknik Estimasi ...................................................................................................... 8
2.2. Metodologi Perhitungan Indeks............................................................................... 10
2.3. Konsep dan Definisi ........................................................................................................ 12
III. PROFIL RESPONDEN ............................................................................................................... 15
3.1. Response Rate Pencacahan......................................................................................... 15
3.2. Profil Demografis Responden .................................................................................. 17
3.3. Tingkat Pendidikan Responden .............................................................................. 19
3.4. Jenis Kegiatan Utama Responden .......................................................................... 21
3.5. Status dalam Pekerjaan Utama Responden ...................................................... 22
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
x INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
3.6. Tingkat Pengeluaran Rumah Tangga Sebulan Responden ....................... 23
IV. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI .................................................................................. 25
4.1. IPAK Menurut Jenis Kelamin ..................................................................................... 26
4.2. IPAK Menurut Umur ...................................................................................................... 27
4.3. IPAK Menurut Pendidikan .......................................................................................... 28
4.5. IPAK Menurut Hubungan Kepala Rumah Tangga ........................................... 29
4.6. IPAK Menurut Tingkat Pengeluaran Rumah Tangga .................................... 30
4.7. IPAK Menurut Urban - Rural ...................................................................................... 31
4.8. IPAK Menurut Zona Waktu ......................................................................................... 32
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013 .................................................................................... 33
5.1. Pendapat terhadap Kebiasaan di Masyarakat .................................................. 33
5.1.1. Perilaku di Tingkat Keluarga ........................................................................ 33
5.1.2. Perilaku di Tingkat Komunitas .................................................................... 40
5.1.3. Perilaku di Tingkat Publik .............................................................................. 47
5.2. Pengalaman Berhubungan dengan Layanan Publik ...................................... 65
5.2.1. Akses terhadap Pelayanan Publik .............................................................. 66
5.2.2. Pengetahuan Masyarakat akan Prosedur dan Biaya yang Berlaku ..................................................................................................................... 69
5.2.3. Pengalaman Membayar Melebihi Ketentuan ....................................... 70
5.2.4. Waktu Pembayaran yang Melebihi Ketentuan .................................... 73
5.2.5. Bentuk Pembayaran yang Melebihi Ketentuan ................................... 74
5.2.6. Penyebab Pembayaran Melebihi Ketentuan ......................................... 75
5.2.7. Pola Tanggapan Ketika diminta Membayar Melebihi Ketentuan76
5.2.8. Alasan Pembayaran Melebihi Ketentuan ............................................... 77
5.2.9. Pelaporan Kejadian ............................................................................................ 78
5.3. Pengalaman Mendapatkan Tawaran/Permintaan Tertentu ..................... 79
5.4. Pengetahuan/Pemahaman tentang Perilaku Korupsi .................................. 82
5.5. Media Sosialisasi Pengetahuan Anti Korupsi .................................................... 86
VI. REKOMENDASI ........................................................................................................................... 91
LAMPIRAN ........................................................................................................................................... 95
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Kelompok Sampel Rumah Tangga dalam Paket Sampel Blok Sensus .......................................................................................................................... 6
Tabel 2.1. Kelompok Sampel Rumah Tangga 2012 - 2016..................................... 7
Tabel 3.1. Persentase Response Rate dan Non Response Rate Survei Perilaku Anti Korupsi (SPAK) 2013 .......................................................... 16
Tabel 3.2. Persentase Responden Menurut Hubungan dengan Kepala Rumah Tangga dan Jenis Kelamin, 2013 ................................................ 17
Tabel 3.3. Persentase Responden Menurut Status Perkawinan dan Jenis Kelamin Tahun 2013 ....................................................................................... 18
Tabel 3.4. Persentase Responden Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin, 2013 ...................................................... 20
Tabel 3.5. Persentase Responden Menurut Kegiatan Utama dan Jenis Kelamin, 2013 ....................................................................................................... 21
Tabel 3.6. Persentase Responden Menurut Status Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin, 2013 ........................................................................................... 22
Tabel 5.1. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Sikap Istri yang Menerima Uang Pemberian Suami di Luar Penghasilan Suami Tanpa Mempertanyakan Asal Usul Uang Tersebut Menurut Jenis Kelamin, 2012-2013 .......................................................... 36
Tabel 5.2. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Pegawai Negeri yang Bepergian Bersama Keluarga dengan Menggunakan Kendaraan Dinas untuk Keperluan Pribadi Menurut Jenis Kelamin, 2012-2013 .......................................................... 37
Tabel 5.3. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Orang Tua yang Mengajak Anaknya dalam Kampanye Pemilu/Pilkada Demi Mendapatkan Uang Saku yang Lebih Banyak Menurut Wilayah Domisili, 2012-2013 ................................. 38
Tabel 5.4. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Seseorang yang Mengetahui Saudaranya Mengambil Uang Orang Tuanya Tetapi Tidak Melaporkannya Menurut Jenis Kelamin, 2012-2013 .............................................................................................................. 39
Tabel 5.5. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang kepada Tokoh Informal Ketika Suatu Keluarga Melaksanakan Hajatan (Pernikahan, Khitanan, Kematian) Menurut Domisili Wilayah, 2012-2013 .............................................................................................................. 42
DAFTAR TABEL
DAFTAR ISI
x INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
3.6. Tingkat Pengeluaran Rumah Tangga Sebulan Responden ....................... 23
IV. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI .................................................................................. 25
4.1. IPAK Menurut Jenis Kelamin ..................................................................................... 26
4.2. IPAK Menurut Umur ...................................................................................................... 27
4.3. IPAK Menurut Pendidikan .......................................................................................... 28
4.5. IPAK Menurut Hubungan Kepala Rumah Tangga ........................................... 29
4.6. IPAK Menurut Tingkat Pengeluaran Rumah Tangga .................................... 30
4.7. IPAK Menurut Urban - Rural ...................................................................................... 31
4.8. IPAK Menurut Zona Waktu ......................................................................................... 32
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013 .................................................................................... 33
5.1. Pendapat terhadap Kebiasaan di Masyarakat .................................................. 33
5.1.1. Perilaku di Tingkat Keluarga ........................................................................ 33
5.1.2. Perilaku di Tingkat Komunitas .................................................................... 40
5.1.3. Perilaku di Tingkat Publik .............................................................................. 47
5.2. Pengalaman Berhubungan dengan Layanan Publik ...................................... 65
5.2.1. Akses terhadap Pelayanan Publik .............................................................. 66
5.2.2. Pengetahuan Masyarakat akan Prosedur dan Biaya yang Berlaku ..................................................................................................................... 69
5.2.3. Pengalaman Membayar Melebihi Ketentuan ....................................... 70
5.2.4. Waktu Pembayaran yang Melebihi Ketentuan .................................... 73
5.2.5. Bentuk Pembayaran yang Melebihi Ketentuan ................................... 74
5.2.6. Penyebab Pembayaran Melebihi Ketentuan ......................................... 75
5.2.7. Pola Tanggapan Ketika diminta Membayar Melebihi Ketentuan76
5.2.8. Alasan Pembayaran Melebihi Ketentuan ............................................... 77
5.2.9. Pelaporan Kejadian ............................................................................................ 78
5.3. Pengalaman Mendapatkan Tawaran/Permintaan Tertentu ..................... 79
5.4. Pengetahuan/Pemahaman tentang Perilaku Korupsi .................................. 82
5.5. Media Sosialisasi Pengetahuan Anti Korupsi .................................................... 86
VI. REKOMENDASI ........................................................................................................................... 91
LAMPIRAN ........................................................................................................................................... 95
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Kelompok Sampel Rumah Tangga dalam Paket Sampel Blok Sensus .......................................................................................................................... 6
Tabel 2.1. Kelompok Sampel Rumah Tangga 2012 - 2016..................................... 7
Tabel 3.1. Persentase Response Rate dan Non Response Rate Survei Perilaku Anti Korupsi (SPAK) 2013 .......................................................... 16
Tabel 3.2. Persentase Responden Menurut Hubungan dengan Kepala Rumah Tangga dan Jenis Kelamin, 2013 ................................................ 17
Tabel 3.3. Persentase Responden Menurut Status Perkawinan dan Jenis Kelamin Tahun 2013 ....................................................................................... 18
Tabel 3.4. Persentase Responden Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin, 2013 ...................................................... 20
Tabel 3.5. Persentase Responden Menurut Kegiatan Utama dan Jenis Kelamin, 2013 ....................................................................................................... 21
Tabel 3.6. Persentase Responden Menurut Status Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin, 2013 ........................................................................................... 22
Tabel 5.1. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Sikap Istri yang Menerima Uang Pemberian Suami di Luar Penghasilan Suami Tanpa Mempertanyakan Asal Usul Uang Tersebut Menurut Jenis Kelamin, 2012-2013 .......................................................... 36
Tabel 5.2. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Pegawai Negeri yang Bepergian Bersama Keluarga dengan Menggunakan Kendaraan Dinas untuk Keperluan Pribadi Menurut Jenis Kelamin, 2012-2013 .......................................................... 37
Tabel 5.3. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Orang Tua yang Mengajak Anaknya dalam Kampanye Pemilu/Pilkada Demi Mendapatkan Uang Saku yang Lebih Banyak Menurut Wilayah Domisili, 2012-2013 ................................. 38
Tabel 5.4. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Seseorang yang Mengetahui Saudaranya Mengambil Uang Orang Tuanya Tetapi Tidak Melaporkannya Menurut Jenis Kelamin, 2012-2013 .............................................................................................................. 39
Tabel 5.5. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang kepada Tokoh Informal Ketika Suatu Keluarga Melaksanakan Hajatan (Pernikahan, Khitanan, Kematian) Menurut Domisili Wilayah, 2012-2013 .............................................................................................................. 42
DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL
xii INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Tabel 5.6. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Memberi Uang/Barang Kepada Tokoh Formal Ketika Suatu Keluarga Melaksanakan Hajatan (Pernikahan, Khitanan, Kematian) Menurut Domisili Wilayah. 2012-2013 ........................... 44
Tabel 5.7. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang kepada Tokoh Informal Ketika Menjelang Hari Raya Keagamaan Menurut Domisili Wilayah, 2012-2013 ....................................................................... 45
Tabel 5.8. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Memberi Uang/Barang kepada Tokoh Formal Ketika Menjelang Hari Raya Keagamaan Menurut Domisili Wilayah. 2012-2013 .............................................................................................................. 46
Tabel 5.9. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Menjamin Keluarga/Saudara/Teman agar Diterima Menjadi Pegawai Negeri/Swasta Menurut Domisili Wilayah, 2012-2013 .......................................................................................... 49
Tabel 5.10. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang dalam Proses Penerimaan Menjadi Pegawai Negeri/Swasta Menurut Domisili Wilayah. 2012-2013 .......................................................................................... 50
Tabel 5.11. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang Lebih kepada Petugas untuk Mempercepat Urusan Administrasi (KTP Dan KK) Menurut Domisili Wilayah. 2012-2013................................................... 52
Tabel 5.12. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang Lebih kepada Polisi untuk Mempercepat Pengurusan SIM dan STNK Menurut Domisili Wilayah, 2012-2013 ....................................................................... 53
Tabel 5.13. Perkembangan Persentasae Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang Damai kepada Polisi Menurut Domisili Wilayah, 2012-2013................................................... 54
Tabel 5.14. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Petugas KUA yang Meminta Uang Tambahan untuk Transpor ke Tempat Acara Akad Nikah Menurut Domisili Wilayah, 2012-2013.......................................................................................... 56
Tabel 5.15. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang Guru yang Mendapatkan Jaminan (Jatah) agar Anaknya Diterima di Sekolah Tempatnya Mengajar Menurut Jenis Kelamin, 2012-2013 .......................................................... 58
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 xiii
Tabel 5.16. Perkembangan Persentase Pendapat tentang Perilaku Seseorang Guru yang Meminta Uang/Barang dari Orang Tua Murid Ketika Kenaikan Kelas/Penerimaan Rapor Menurut Jenis Kelamin, 2012-2013 .............................................................................................................. 59
Tabel 5.17. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang kepada Pihak Sekolah agar Anaknya Diterima di Sekolah Tersebut Menurut Jenis Kelamin. 2012-2013 .............................................................................. 60
Tabel 5.18. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang Pegawai yang Melakukan Pekerjaan/Usaha Sampingan di Luar Tugasnya pada Saat Jam Kerja Menurut Domisili Wilayah. 2012-2013 ....................................................................... 61
Tabel 5.19. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Seseorang yang Membagikan Uang/Barang kepada Calon Pemilih pada Pelaksanaan Pilkades/Pilkada/Pemilu Menurut Domisili Wilayah, 2012-2013 ....................................................................... 63
Tabel 5.20. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Seseorang yang Mengharapkan Uang/Barang pada Pelaksanaan Pilkades/Pilkada/Pemilu Menurut Domisili Wilayah, 2012-201364
Tabel 5.21. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan dengan Petugas Layanan Publik Selama Setahun Terakhir, 2012-2013 67
Tabel 5.22. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik dan Mengetahui Prosedur dan Biaya Resmi yang Berlaku .............................................................................. 70
Tabel 5.23. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut Pernah atau Tidaknya Membayar Melebihi Ketentuan ................................................................... 71
Tabel 5.24. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik dan Tidak Pernah Membayar Melebihi Ketentuan menurut Alasan, 2012-2013 ............................. 72
Tabel 5.25. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik dan Pernah Membayar Melebihi Ketentuan menurut Waktu Pembayaran .............................................. 73
Tabel 5.26. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik dan Pernah Membayar Melebihi Ketentuan menurut Bentuk Pengeluaran yang Dilakukan, 2012-2013 ........................................................................................................................... 74
Tabel 5.27. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik dan Pernah Membayar Melebihi
DAFTAR TABEL
xii INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Tabel 5.6. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Memberi Uang/Barang Kepada Tokoh Formal Ketika Suatu Keluarga Melaksanakan Hajatan (Pernikahan, Khitanan, Kematian) Menurut Domisili Wilayah. 2012-2013 ........................... 44
Tabel 5.7. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang kepada Tokoh Informal Ketika Menjelang Hari Raya Keagamaan Menurut Domisili Wilayah, 2012-2013 ....................................................................... 45
Tabel 5.8. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Memberi Uang/Barang kepada Tokoh Formal Ketika Menjelang Hari Raya Keagamaan Menurut Domisili Wilayah. 2012-2013 .............................................................................................................. 46
Tabel 5.9. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Menjamin Keluarga/Saudara/Teman agar Diterima Menjadi Pegawai Negeri/Swasta Menurut Domisili Wilayah, 2012-2013 .......................................................................................... 49
Tabel 5.10. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang dalam Proses Penerimaan Menjadi Pegawai Negeri/Swasta Menurut Domisili Wilayah. 2012-2013 .......................................................................................... 50
Tabel 5.11. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang Lebih kepada Petugas untuk Mempercepat Urusan Administrasi (KTP Dan KK) Menurut Domisili Wilayah. 2012-2013................................................... 52
Tabel 5.12. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang Lebih kepada Polisi untuk Mempercepat Pengurusan SIM dan STNK Menurut Domisili Wilayah, 2012-2013 ....................................................................... 53
Tabel 5.13. Perkembangan Persentasae Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang Damai kepada Polisi Menurut Domisili Wilayah, 2012-2013................................................... 54
Tabel 5.14. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Petugas KUA yang Meminta Uang Tambahan untuk Transpor ke Tempat Acara Akad Nikah Menurut Domisili Wilayah, 2012-2013.......................................................................................... 56
Tabel 5.15. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang Guru yang Mendapatkan Jaminan (Jatah) agar Anaknya Diterima di Sekolah Tempatnya Mengajar Menurut Jenis Kelamin, 2012-2013 .......................................................... 58
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 xiii
Tabel 5.16. Perkembangan Persentase Pendapat tentang Perilaku Seseorang Guru yang Meminta Uang/Barang dari Orang Tua Murid Ketika Kenaikan Kelas/Penerimaan Rapor Menurut Jenis Kelamin, 2012-2013 .............................................................................................................. 59
Tabel 5.17. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang kepada Pihak Sekolah agar Anaknya Diterima di Sekolah Tersebut Menurut Jenis Kelamin. 2012-2013 .............................................................................. 60
Tabel 5.18. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang Pegawai yang Melakukan Pekerjaan/Usaha Sampingan di Luar Tugasnya pada Saat Jam Kerja Menurut Domisili Wilayah. 2012-2013 ....................................................................... 61
Tabel 5.19. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Seseorang yang Membagikan Uang/Barang kepada Calon Pemilih pada Pelaksanaan Pilkades/Pilkada/Pemilu Menurut Domisili Wilayah, 2012-2013 ....................................................................... 63
Tabel 5.20. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Seseorang yang Mengharapkan Uang/Barang pada Pelaksanaan Pilkades/Pilkada/Pemilu Menurut Domisili Wilayah, 2012-201364
Tabel 5.21. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan dengan Petugas Layanan Publik Selama Setahun Terakhir, 2012-2013 67
Tabel 5.22. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik dan Mengetahui Prosedur dan Biaya Resmi yang Berlaku .............................................................................. 70
Tabel 5.23. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut Pernah atau Tidaknya Membayar Melebihi Ketentuan ................................................................... 71
Tabel 5.24. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik dan Tidak Pernah Membayar Melebihi Ketentuan menurut Alasan, 2012-2013 ............................. 72
Tabel 5.25. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik dan Pernah Membayar Melebihi Ketentuan menurut Waktu Pembayaran .............................................. 73
Tabel 5.26. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik dan Pernah Membayar Melebihi Ketentuan menurut Bentuk Pengeluaran yang Dilakukan, 2012-2013 ........................................................................................................................... 74
Tabel 5.27. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik dan Pernah Membayar Melebihi
DAFTAR TABEL
xiv INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Ketentuan menurut Cara Mengetahui Bahwa Harus Membayar Lebih .......................................................................................................................... 75
Tabel 5.28. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik dan Pernah Diminta oleh Petugas/Pihak Ketiga menurut Tanggapan Ketika Dimintai Tidak Sesuai Ketentuan ................................................................................................ 77
Tabel 5.29. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik dan Pernah Membayar Melebihi Ketentuan menurut Tujuan, 2012-2013................................................. 78
Tabel 5.30. Persentase Masyarakat yang Membayar Melebihi Ketentuan dan Tidak Melaporkan, 2012-2013 .................................................................... 79
Tabel 5.31. Persentase Masyarakat yang Pernah Mendapatkan Tawaran Tertentu Selama Setahun Terakhir .......................................................... 80
Tabel 5.32. Persentase Masyarakat yang Pernah Mendapatkan Tawaran Tertentu Selama Setahun Terakhir menurut Tanggapannya, 2012-2013 .............................................................................................................. 81
Tabel 5.33. Persentase Masyarakat yang Memberikan Pendapat tentang Beberapa Perilaku Tertentu di Masyarakat sebagai Perilaku Korupsi ..................................................................................................................... 83
Tabel 5.34. Persentase Masyarakat yang Memberikan Pendapat tentang Beberapa Perilaku Tertentu di Masyarakat sebagai Tidak Tahu dan Bukan Perilaku Korupsi ......................................................................... 84
Tabel 5.35. Persentase Masyarakat yang Memberikan Pendapat tentang Beberapa Perilaku Tertentu di Masyarakat sebagai Perilaku Korupsi menurut Domisili Wilayah, 2012–2013 .............................. 85
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Persentase Non-Respon SPAK 2013 Menurut Alasannya ........ 15
Gambar 3.2. Persentase Responden menurut Kelompok Umur (Tahun), 2013 ...................................................................................................................... 19
Gambar 3.3. Persentase Responden menurut Pengeluaran Rumah Tangga Sebulan, 2013 ................................................................................. 23
Gambar 4.1. Perkembangan Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) Indonesia, 2012–2013................................................................................. 26
Gambar 4.2. Perkembangan IPAK Indonesia Menurut Jenis Kelamin. 2012–2013 ........................................................................................................ 27
Gambar 4.3. Perkembangan IPAK Indonesia Menurut Umur (Tahun), 2012-2013 ......................................................................................................... 28
Gambar 4.4. Perkembangan IPAK Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi, 2012-2013 ................................................................................... 29
Gambar 4.5. Perkembangan IPAK Indonesia Menurut Hubungan dengan Kepala Rumah Tangga, 2012–2013 ..................................................... 29
Gambar 4.6. IPAK Indonesia Menurut Tingkat Pengeluaran Rumah Tangga Sebulan (dalam jutaan rupiah), 2013................................................. 30
Gambar 4.7. Perkembangan IPAK Indonesia Menurut Domisili Wilayah, 2012–2013 ........................................................................................................ 31
Gambar 4.8. IPAK Indonesia Menurut Zona Waktu, 2013 ................................... 32
Gambar 5.1. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Sikap Istri yang Menerima Uang Pemberian Suami di Luar Penghasilan Suami Tanpa Mempertanyakan Asal Usul Uang Tersebut, 2012-2013 ................................................................................... 35
Gambar 5.2. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Pegawai Negeri yang Bepergian Bersama Keluarga dengan Menggunakan Kendaraan Dinas untuk Keperluan Pribadi. 2012–2013 ........................................................................................................ 36
Gambar 5.3. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Orang Tua yang Mengajak Anaknya dalam Kampanye Pemilu/Pilkada Demi Mendapatkan Uang Saku yang Lebih Banyak, 2012–2013 ............................................................. 37
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
xiv INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Ketentuan menurut Cara Mengetahui Bahwa Harus Membayar Lebih .......................................................................................................................... 75
Tabel 5.28. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik dan Pernah Diminta oleh Petugas/Pihak Ketiga menurut Tanggapan Ketika Dimintai Tidak Sesuai Ketentuan ................................................................................................ 77
Tabel 5.29. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik dan Pernah Membayar Melebihi Ketentuan menurut Tujuan, 2012-2013................................................. 78
Tabel 5.30. Persentase Masyarakat yang Membayar Melebihi Ketentuan dan Tidak Melaporkan, 2012-2013 .................................................................... 79
Tabel 5.31. Persentase Masyarakat yang Pernah Mendapatkan Tawaran Tertentu Selama Setahun Terakhir .......................................................... 80
Tabel 5.32. Persentase Masyarakat yang Pernah Mendapatkan Tawaran Tertentu Selama Setahun Terakhir menurut Tanggapannya, 2012-2013 .............................................................................................................. 81
Tabel 5.33. Persentase Masyarakat yang Memberikan Pendapat tentang Beberapa Perilaku Tertentu di Masyarakat sebagai Perilaku Korupsi ..................................................................................................................... 83
Tabel 5.34. Persentase Masyarakat yang Memberikan Pendapat tentang Beberapa Perilaku Tertentu di Masyarakat sebagai Tidak Tahu dan Bukan Perilaku Korupsi ......................................................................... 84
Tabel 5.35. Persentase Masyarakat yang Memberikan Pendapat tentang Beberapa Perilaku Tertentu di Masyarakat sebagai Perilaku Korupsi menurut Domisili Wilayah, 2012–2013 .............................. 85
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Persentase Non-Respon SPAK 2013 Menurut Alasannya ........ 15
Gambar 3.2. Persentase Responden menurut Kelompok Umur (Tahun), 2013 ...................................................................................................................... 19
Gambar 3.3. Persentase Responden menurut Pengeluaran Rumah Tangga Sebulan, 2013 ................................................................................. 23
Gambar 4.1. Perkembangan Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) Indonesia, 2012–2013................................................................................. 26
Gambar 4.2. Perkembangan IPAK Indonesia Menurut Jenis Kelamin. 2012–2013 ........................................................................................................ 27
Gambar 4.3. Perkembangan IPAK Indonesia Menurut Umur (Tahun), 2012-2013 ......................................................................................................... 28
Gambar 4.4. Perkembangan IPAK Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi, 2012-2013 ................................................................................... 29
Gambar 4.5. Perkembangan IPAK Indonesia Menurut Hubungan dengan Kepala Rumah Tangga, 2012–2013 ..................................................... 29
Gambar 4.6. IPAK Indonesia Menurut Tingkat Pengeluaran Rumah Tangga Sebulan (dalam jutaan rupiah), 2013................................................. 30
Gambar 4.7. Perkembangan IPAK Indonesia Menurut Domisili Wilayah, 2012–2013 ........................................................................................................ 31
Gambar 4.8. IPAK Indonesia Menurut Zona Waktu, 2013 ................................... 32
Gambar 5.1. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Sikap Istri yang Menerima Uang Pemberian Suami di Luar Penghasilan Suami Tanpa Mempertanyakan Asal Usul Uang Tersebut, 2012-2013 ................................................................................... 35
Gambar 5.2. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Pegawai Negeri yang Bepergian Bersama Keluarga dengan Menggunakan Kendaraan Dinas untuk Keperluan Pribadi. 2012–2013 ........................................................................................................ 36
Gambar 5.3. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Orang Tua yang Mengajak Anaknya dalam Kampanye Pemilu/Pilkada Demi Mendapatkan Uang Saku yang Lebih Banyak, 2012–2013 ............................................................. 37
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GAMBAR
xvi INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Gambar 5.4. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Seseorang yang Mengetahui Saudaranya Mengambil Uang Orang Tuanya tetapi Tidak Melaporkannya, 2012–2013 ......... 39
Gambar 5.5. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/ Barang kepada Tokoh Informal Ketika Suatu Keluarga Melaksanakan Hajatan (Pernikahan, Khitanan, Kematian) 2012–2013 ........... 42
Gambar 5.6. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang kepada Tokoh Formal Ketika Suatu Keluarga Melaksanakan Hajatan (Pernikahan, Khitanan, Kematian), 2012–2013 .......... 43
Gambar 5.7. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang kepada Tokoh Informal Ketika Menjelang Hari Raya Keagamaan, 2012–2013 ........................................................................................................ 44
Gambar 5.8. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang kepada Tokoh Formal Ketika Menjelang Hari Raya Keagamaan, 2012–2013 ........................................................................................................ 46
Gambar 5.9. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Menjamin Keluarga/Saudara/ Teman agar Diterima Menjadi Pegawai Negeri/Swasta, 2012–2013 ........................................................................................................ 48
Gambar 5.10. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang dalam Proses Penerimaan Menjadi Pegawai Negeri/Swasta, 2012–2013 ........................................................................................................ 50
Gambar 5.11. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang Lebih kepada Petugas untuk Mempercepat Urusan Administrasi (KTP dan KK), 2012–2013 .................................................................................... 51
Gambar 5.12. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang Lebih Kepada Polisi Untuk Mempercepat Pengurusan SIM dan STNK, 2012–2013 ........................................................................................................ 53
Gambar 5.13. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang Damai kepada Polisi, 2012-2013 ........................................................................................... 54
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 xvii
Gambar 5.14. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Petugas KUA yang Meminta Uang Tambahan untuk Transpor ke Tempat Acara Akad Nikah, 2012–2013... 55
Gambar 5.15. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang Guru yang Mendapatkan Jaminan (Jatah) agar Anaknya Diterima di Sekolah Tempatnya Mengajar, 2012–2013.................................................................................. 57
Gambar 5.16. Perkembangan Persentase Pendapat tentang Perilaku Seseorang Guru yang Meminta Uang/Barang dari Orang Tua Murid Ketika Kenaikan Kelas/ Penerimaan Rapor, 2012–2013 ........................................................................................................ 58
Gambar 5.17. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang kepada Pihak Sekolah agar Anaknya Diterima di Sekolah Tersebut, 2012–2013 ........................................................................................................ 59
Gambar 5.18. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang Pegawai yang Melakukan Pekerjaan/Usaha Sampingan di Luar Tugasnya Pada Saat Jam Kerja, 2012–2013 ................................................................................. 61
Gambar 5.19. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Seseorang yang Membagikan Uang/Barang kepada Calon Pemilih pada Pelaksanaan Pilkades/Pilkada/Pemilu, 2012–2013 ........................................................................................................ 62
Gambar 5.20. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Seseorang yang Mengharapkan Uang/Barang pada Pelaksanaan Pilkades/Pilkada/Pemilu, 2012–2013 ................... 64
Gambar 5.21. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik, 2012-2013 ................................. 68
Gambar 5.22. Diagram Alur Pertanyaan Pengalaman Berhubungan dengan Layanan Publik............................................................................... 69
Gambar 5.23. Persentase Frekuensi Masyarakat Memperoleh Pengetahuan Anti Korupsi Selama Setahun Terakhir Menurut Sumber, 2012–2013 ........................................................................................................ 87
Gambar 5.24. Persentase Sumber Media yang Menurut Masyarakat Paling Efektif dalam Memberikan Pengetahuan Anti Korupsi, 2012–2013 ........................................................................................................ 88
DAFTAR GAMBAR
xvi INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Gambar 5.4. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Seseorang yang Mengetahui Saudaranya Mengambil Uang Orang Tuanya tetapi Tidak Melaporkannya, 2012–2013 ......... 39
Gambar 5.5. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/ Barang kepada Tokoh Informal Ketika Suatu Keluarga Melaksanakan Hajatan (Pernikahan, Khitanan, Kematian) 2012–2013 ........... 42
Gambar 5.6. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang kepada Tokoh Formal Ketika Suatu Keluarga Melaksanakan Hajatan (Pernikahan, Khitanan, Kematian), 2012–2013 .......... 43
Gambar 5.7. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang kepada Tokoh Informal Ketika Menjelang Hari Raya Keagamaan, 2012–2013 ........................................................................................................ 44
Gambar 5.8. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang kepada Tokoh Formal Ketika Menjelang Hari Raya Keagamaan, 2012–2013 ........................................................................................................ 46
Gambar 5.9. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Menjamin Keluarga/Saudara/ Teman agar Diterima Menjadi Pegawai Negeri/Swasta, 2012–2013 ........................................................................................................ 48
Gambar 5.10. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang dalam Proses Penerimaan Menjadi Pegawai Negeri/Swasta, 2012–2013 ........................................................................................................ 50
Gambar 5.11. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang Lebih kepada Petugas untuk Mempercepat Urusan Administrasi (KTP dan KK), 2012–2013 .................................................................................... 51
Gambar 5.12. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang Lebih Kepada Polisi Untuk Mempercepat Pengurusan SIM dan STNK, 2012–2013 ........................................................................................................ 53
Gambar 5.13. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang Damai kepada Polisi, 2012-2013 ........................................................................................... 54
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 xvii
Gambar 5.14. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Petugas KUA yang Meminta Uang Tambahan untuk Transpor ke Tempat Acara Akad Nikah, 2012–2013... 55
Gambar 5.15. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang Guru yang Mendapatkan Jaminan (Jatah) agar Anaknya Diterima di Sekolah Tempatnya Mengajar, 2012–2013.................................................................................. 57
Gambar 5.16. Perkembangan Persentase Pendapat tentang Perilaku Seseorang Guru yang Meminta Uang/Barang dari Orang Tua Murid Ketika Kenaikan Kelas/ Penerimaan Rapor, 2012–2013 ........................................................................................................ 58
Gambar 5.17. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang kepada Pihak Sekolah agar Anaknya Diterima di Sekolah Tersebut, 2012–2013 ........................................................................................................ 59
Gambar 5.18. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang Pegawai yang Melakukan Pekerjaan/Usaha Sampingan di Luar Tugasnya Pada Saat Jam Kerja, 2012–2013 ................................................................................. 61
Gambar 5.19. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Seseorang yang Membagikan Uang/Barang kepada Calon Pemilih pada Pelaksanaan Pilkades/Pilkada/Pemilu, 2012–2013 ........................................................................................................ 62
Gambar 5.20. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Seseorang yang Mengharapkan Uang/Barang pada Pelaksanaan Pilkades/Pilkada/Pemilu, 2012–2013 ................... 64
Gambar 5.21. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik, 2012-2013 ................................. 68
Gambar 5.22. Diagram Alur Pertanyaan Pengalaman Berhubungan dengan Layanan Publik............................................................................... 69
Gambar 5.23. Persentase Frekuensi Masyarakat Memperoleh Pengetahuan Anti Korupsi Selama Setahun Terakhir Menurut Sumber, 2012–2013 ........................................................................................................ 87
Gambar 5.24. Persentase Sumber Media yang Menurut Masyarakat Paling Efektif dalam Memberikan Pengetahuan Anti Korupsi, 2012–2013 ........................................................................................................ 88
DAFTAR GAMBAR
xviii INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Gambar 5.25. Persentase Frekuensi Masyarakat Memperoleh Pengetahuan Anti Korupsi Selama Setahun Terakhir Menurut Jenis Media, 2012–2013 ........................................................................................................ 89
Gambar 5.26. Persentase Jenis Media yang Menurut Masyarakat Paling Efektif dalam Memberikan Pengetahuan Anti Korupsi, 2012–2013 ........................................................................................................ 90
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kuesioner SPAK13.K ........................................................................ 95
Lampiran 2 : Foto-Foto Workshop Instruktur Nasional ......................... 100
Lampiran 4 : Foto-Foto Pencacahan .................................................................. 103
Lampiran Tabel 1. Jumlah Target Sampel SPAK 2013 menurut Klasifikasi Wilayah dan Provinsi .............................................105
Lampiran Tabel 2. Jumlah Realisasi Sampel SPAK 2013 menurut Klasifikasi Wilayah dan Provinsi .............................................106
Lampiran Tabel 3. Karakteristik Responden menurut Klasifikasi Kota/Desa ............................................................................................107
Lampiran Tabel 4. Persentase Pendapat Masyarakat terhadap Beberapa Kebiasaan di Masyarakat menurut Klasifikasi Wilayah, 2013 ............................................................108
Lampiran Tabel 5. Persentase Pendapat Masyarakat terhadap Beberapa Kebiasaan di Masyarakat menurut Jenis Kelamin, 2013 ........................................................................110
Lampiran Tabel 6. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan dengan Petugas Layanan Publik Menurut Klasifikasi Wilayah Selama Setahun Terakhir, 2013 ............................112
Lampiran Tabel 7. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan dengan Petugas Layanan Publik Menurut Jenis Kelamin Selama Setahun Terakhir, 2013 ............................113
Lampiran Tabel 8. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik dan Mengetahui Prosedur dan Biaya Resmi yang Berlaku menurut Klasifikasi Wilayah, 2013 ......................114
Lampiran Tabel 9. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik dan Mengetahui Prosedur dan Biaya Resmi yang Berlaku menurut Jenis Kelamin, 2013..................................115
Lampiran Tabel 10. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut Pernah atau Tidaknya Membayar Melebihi Ketentuan menurut Klasifikasi Wilayah, 2013 ................116
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
xviii INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Gambar 5.25. Persentase Frekuensi Masyarakat Memperoleh Pengetahuan Anti Korupsi Selama Setahun Terakhir Menurut Jenis Media, 2012–2013 ........................................................................................................ 89
Gambar 5.26. Persentase Jenis Media yang Menurut Masyarakat Paling Efektif dalam Memberikan Pengetahuan Anti Korupsi, 2012–2013 ........................................................................................................ 90
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kuesioner SPAK13.K ........................................................................ 95
Lampiran 2 : Foto-Foto Workshop Instruktur Nasional ......................... 100
Lampiran 4 : Foto-Foto Pencacahan .................................................................. 103
Lampiran Tabel 1. Jumlah Target Sampel SPAK 2013 menurut Klasifikasi Wilayah dan Provinsi .............................................105
Lampiran Tabel 2. Jumlah Realisasi Sampel SPAK 2013 menurut Klasifikasi Wilayah dan Provinsi .............................................106
Lampiran Tabel 3. Karakteristik Responden menurut Klasifikasi Kota/Desa ............................................................................................107
Lampiran Tabel 4. Persentase Pendapat Masyarakat terhadap Beberapa Kebiasaan di Masyarakat menurut Klasifikasi Wilayah, 2013 ............................................................108
Lampiran Tabel 5. Persentase Pendapat Masyarakat terhadap Beberapa Kebiasaan di Masyarakat menurut Jenis Kelamin, 2013 ........................................................................110
Lampiran Tabel 6. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan dengan Petugas Layanan Publik Menurut Klasifikasi Wilayah Selama Setahun Terakhir, 2013 ............................112
Lampiran Tabel 7. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan dengan Petugas Layanan Publik Menurut Jenis Kelamin Selama Setahun Terakhir, 2013 ............................113
Lampiran Tabel 8. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik dan Mengetahui Prosedur dan Biaya Resmi yang Berlaku menurut Klasifikasi Wilayah, 2013 ......................114
Lampiran Tabel 9. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik dan Mengetahui Prosedur dan Biaya Resmi yang Berlaku menurut Jenis Kelamin, 2013..................................115
Lampiran Tabel 10. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut Pernah atau Tidaknya Membayar Melebihi Ketentuan menurut Klasifikasi Wilayah, 2013 ................116
DAFTAR LAMPIRAN
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kuesioner SPAK13.K ........................................................................ 95
Lampiran 2 : Foto-Foto Workshop Instruktur Nasional ......................... 100
Lampiran 4 : Foto-Foto Pencacahan .................................................................. 103
Lampiran Tabel 1. Jumlah Target Sampel SPAK 2013 menurut Klasifikasi Wilayah dan Provinsi .............................................105
Lampiran Tabel 2. Jumlah Realisasi Sampel SPAK 2013 menurut Klasifikasi Wilayah dan Provinsi .............................................106
Lampiran Tabel 3. Karakteristik Responden menurut Klasifikasi Kota/Desa ............................................................................................107
Lampiran Tabel 4. Persentase Pendapat Masyarakat terhadap Beberapa Kebiasaan di Masyarakat menurut Klasifikasi Wilayah, 2013 ............................................................108
Lampiran Tabel 5. Persentase Pendapat Masyarakat terhadap Beberapa Kebiasaan di Masyarakat menurut Jenis Kelamin, 2013 ........................................................................110
Lampiran Tabel 6. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan dengan Petugas Layanan Publik Menurut Klasifikasi Wilayah Selama Setahun Terakhir, 2013 ............................112
Lampiran Tabel 7. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan dengan Petugas Layanan Publik Menurut Jenis Kelamin Selama Setahun Terakhir, 2013 ............................113
Lampiran Tabel 8. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik dan Mengetahui Prosedur dan Biaya Resmi yang Berlaku menurut Klasifikasi Wilayah, 2013 ......................114
Lampiran Tabel 9. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik dan Mengetahui Prosedur dan Biaya Resmi yang Berlaku menurut Jenis Kelamin, 2013..................................115
Lampiran Tabel 10. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut Pernah atau Tidaknya Membayar Melebihi Ketentuan menurut Klasifikasi Wilayah, 2013 ................116
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
xx INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Lampiran Tabel 11. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut Pernah atau Tidaknya Membayar Melebihi Ketentuan menurut Jenis Kelamin, 2013 ............................117
Lampiran Tabel 12. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut Alasan Tidak Membayar Melebihi Ketentuan menurut Klasifikasi Wilayah, 2013 ........................................118
Lampiran Tabel 13. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut Alasan Tidak Membayar Melebihi Ketentuan menurut Jenis Kelamin, 2013 ....................................................119
Lampiran Tabel 14. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut Kapan pemberian/ permintaan dilakukan menurut Klasifikasi Wilayah, 2013 ............................................................120
Lampiran Tabel 15. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut Kapan pemberian/ permintaan dilakukan menurut Jenis Kelamin, 2013 ........................................................................121
Lampiran Tabel 16. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut Bentuk pemberian/permintaan yang diberikan menurut Klasifikasi Wilayah, 2013 ........................................122
Lampiran Tabel 17. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut Bentuk pemberian/permintaan yang diberikan menurut Jenis Kelamin, 2013 ....................................................123
Lampiran Tabel 18. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut Kapan pengeluaran uang/barang dilakukan menurut Klasifikasi Wilayah, 2013 ........................................124
Lampiran Tabel 19. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut Kapan Pengeluaran Uang/Barang Dilakukan menurut Jenis Kelamin, 2013 ....................................................125
Lampiran Tabel 20. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 xxi
Tanggapan Ketika Dimintai Tidak Sesuai Ketentuan menurut Klasifikasi Wilayah, 2013 ........................................126
Lampiran Tabel 21. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut Tanggapan Ketika Dimintai Tidak Sesuai Ketentuan menurut Jenis Kelamin, 2013 ....................................................127
Lampiran Tabel 22. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik dan Pernah Membayar Melebihi Ketentuan menurut menurut Klasifikasi Wilayah dan Tujuan, 2013 ..................................128
Lampiran Tabel 23. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik dan Pernah Membayar Melebihi Ketentuan menurut menurut Jenis Kelamin dan Tujuan, 2013 ..............................................129
Lampiran Tabel 24. Persentase Masyarakat yang Membayar Melebihi Ketentuan menurut Melaporkan dan Tidak Melaporkan menurut Klasifikasi Wilayah, 2013 .............130
Lampiran Tabel 25. Persentase Masyarakat yang Membayar Melebihi Ketentuan menurut Melaporkan dan Tidak Melaporkan menurut Jenis Kelamin, 2013 ........................131
Lampiran Tabel 26. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut menurut Klasifikasi Wilayah dan Alasan Tidak Melaporkan, 2013 ...........................................................................132
Lampiran Tabel 27. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut menurut Jenis Kelamin dan Alasan Tidak Melaporkan, 2013 ...........................................................................133
Lampiran Tabel 28. Persentase Pengalaman dan Tanggapan Ketika Ditawari Uang/Barang untuk Memilih Kandidat Tertentu dalam Pilkades/Pilkada/Pemilu menurut Jenis Kelamin, 2013 ........................................................................134
Lampiran Tabel 29. Persentase Pengalaman dan Tanggapan Pengalaman dan Tanggapan Ketika Diminta Uang/Barang Saat Proses Penerimaan Pegawai Negeri/Swasta menurut Jenis Kelamin, 2013 ....................................................135
Lampiran Tabel 30. Persentase Pengalaman dan Tanggapan Ketika Ditawari Bantuan Oleh Saudara/Teman Agar ART
DAFTAR LAMPIRAN
xx INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Lampiran Tabel 11. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut Pernah atau Tidaknya Membayar Melebihi Ketentuan menurut Jenis Kelamin, 2013 ............................117
Lampiran Tabel 12. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut Alasan Tidak Membayar Melebihi Ketentuan menurut Klasifikasi Wilayah, 2013 ........................................118
Lampiran Tabel 13. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut Alasan Tidak Membayar Melebihi Ketentuan menurut Jenis Kelamin, 2013 ....................................................119
Lampiran Tabel 14. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut Kapan pemberian/ permintaan dilakukan menurut Klasifikasi Wilayah, 2013 ............................................................120
Lampiran Tabel 15. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut Kapan pemberian/ permintaan dilakukan menurut Jenis Kelamin, 2013 ........................................................................121
Lampiran Tabel 16. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut Bentuk pemberian/permintaan yang diberikan menurut Klasifikasi Wilayah, 2013 ........................................122
Lampiran Tabel 17. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut Bentuk pemberian/permintaan yang diberikan menurut Jenis Kelamin, 2013 ....................................................123
Lampiran Tabel 18. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut Kapan pengeluaran uang/barang dilakukan menurut Klasifikasi Wilayah, 2013 ........................................124
Lampiran Tabel 19. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut Kapan Pengeluaran Uang/Barang Dilakukan menurut Jenis Kelamin, 2013 ....................................................125
Lampiran Tabel 20. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 xxi
Tanggapan Ketika Dimintai Tidak Sesuai Ketentuan menurut Klasifikasi Wilayah, 2013 ........................................126
Lampiran Tabel 21. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut Tanggapan Ketika Dimintai Tidak Sesuai Ketentuan menurut Jenis Kelamin, 2013 ....................................................127
Lampiran Tabel 22. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik dan Pernah Membayar Melebihi Ketentuan menurut menurut Klasifikasi Wilayah dan Tujuan, 2013 ..................................128
Lampiran Tabel 23. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik dan Pernah Membayar Melebihi Ketentuan menurut menurut Jenis Kelamin dan Tujuan, 2013 ..............................................129
Lampiran Tabel 24. Persentase Masyarakat yang Membayar Melebihi Ketentuan menurut Melaporkan dan Tidak Melaporkan menurut Klasifikasi Wilayah, 2013 .............130
Lampiran Tabel 25. Persentase Masyarakat yang Membayar Melebihi Ketentuan menurut Melaporkan dan Tidak Melaporkan menurut Jenis Kelamin, 2013 ........................131
Lampiran Tabel 26. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut menurut Klasifikasi Wilayah dan Alasan Tidak Melaporkan, 2013 ...........................................................................132
Lampiran Tabel 27. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut menurut Jenis Kelamin dan Alasan Tidak Melaporkan, 2013 ...........................................................................133
Lampiran Tabel 28. Persentase Pengalaman dan Tanggapan Ketika Ditawari Uang/Barang untuk Memilih Kandidat Tertentu dalam Pilkades/Pilkada/Pemilu menurut Jenis Kelamin, 2013 ........................................................................134
Lampiran Tabel 29. Persentase Pengalaman dan Tanggapan Pengalaman dan Tanggapan Ketika Diminta Uang/Barang Saat Proses Penerimaan Pegawai Negeri/Swasta menurut Jenis Kelamin, 2013 ....................................................135
Lampiran Tabel 30. Persentase Pengalaman dan Tanggapan Ketika Ditawari Bantuan Oleh Saudara/Teman Agar ART
DAFTAR LAMPIRAN
xxii INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Diterima Menjadi Pegawai Negeri/Swasta menurut Jenis Kelamin, 2013 ....................................................136
Lampiran Tabel 31. Persentase Pengalaman dan Tanggapan Ketika Ditawari Bantuan Oleh Saudara/Teman Agar ART Lolos Seleksi Penerimaan Masuk Sekolah menurut Jenis Kelamin, 2013 ........................................................................137
Lampiran Tabel 32. Persentase Pengalaman dan Tanggapan Ketika Ditawari untuk Membayar Uang Damai Saat Ditilang Oleh Petugas Polisi Lalu Lintas, 2013 ...................................138
Lampiran Tabel 33. Persentase Pendapat Masyarakat terhadap Beberapa Perilaku di Masyarakat Apakah Termasuk Korupsi atau Tidak menurut Klasifikasi Wilayah, 2013 ................139
Lampiran Tabel 34. Termasuk Korupsi atau Tidak menurut Jenis Kelamin, 2013 ........................................................................................................140
Lampiran Tabel 35. Persentase Frekuensi Mendapatkan Pengetahuan tentang Anti Korupsi dari Beberapa Sumber Selama 12 Bulan Terakhir menurut Klasifikasi Wilayah, 2013 ....................................................................................141
Lampiran Tabel 36. Persentase Frekuensi Mendapatkan Pengetahuan tentang Anti Korupsi dari Beberapa Sumber Selama 12 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, 2013 ...........142
Lampiran Tabel 37. Persentase Frekuensi Mendapatkan Pengetahuan tentang Anti Korupsi dari Beberapa Media Selama 12 Bulan Terakhir menurut Klasifikasi Wilayah, 2013 ........................................................................................................143
Lampiran Tabel 38. Persentase Frekuensi Mendapatkan Pengetahuan tentang Anti Korupsi dari Beberapa Media Selama 12 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, 2013 ...........144
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 xxiii
DAFTAR SINGKATAN
SPAK : Survei Perilaku Anti Korupsi
IPAK : Indeks Perilaku Anti Korupsi
PBAK : Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi
Stranas PPK : Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan
Korupsi
EFA : Explanatory Factor Analysis
PCA : Principal Component Analysis
KRT : Kepala Rumah Tangga
ART : Anggota Rumah Tangga
RT : Rukun Tetangga
RW : Rukun Warga
KK : Kartu Keluarga
KTP : Kartu Tanda Pengenal
KUA : Kantor Urusan Agama
Pilkades : Pemilihan Kepala Desa
Pilkada : Pemilihan Kepala Daerah
Pemilu : Pemilihan Umum
DAFTAR SINGKATAN
DAFTAR LAMPIRAN
xxii INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Diterima Menjadi Pegawai Negeri/Swasta menurut Jenis Kelamin, 2013 ....................................................136
Lampiran Tabel 31. Persentase Pengalaman dan Tanggapan Ketika Ditawari Bantuan Oleh Saudara/Teman Agar ART Lolos Seleksi Penerimaan Masuk Sekolah menurut Jenis Kelamin, 2013 ........................................................................137
Lampiran Tabel 32. Persentase Pengalaman dan Tanggapan Ketika Ditawari untuk Membayar Uang Damai Saat Ditilang Oleh Petugas Polisi Lalu Lintas, 2013 ...................................138
Lampiran Tabel 33. Persentase Pendapat Masyarakat terhadap Beberapa Perilaku di Masyarakat Apakah Termasuk Korupsi atau Tidak menurut Klasifikasi Wilayah, 2013 ................139
Lampiran Tabel 34. Termasuk Korupsi atau Tidak menurut Jenis Kelamin, 2013 ........................................................................................................140
Lampiran Tabel 35. Persentase Frekuensi Mendapatkan Pengetahuan tentang Anti Korupsi dari Beberapa Sumber Selama 12 Bulan Terakhir menurut Klasifikasi Wilayah, 2013 ....................................................................................141
Lampiran Tabel 36. Persentase Frekuensi Mendapatkan Pengetahuan tentang Anti Korupsi dari Beberapa Sumber Selama 12 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, 2013 ...........142
Lampiran Tabel 37. Persentase Frekuensi Mendapatkan Pengetahuan tentang Anti Korupsi dari Beberapa Media Selama 12 Bulan Terakhir menurut Klasifikasi Wilayah, 2013 ........................................................................................................143
Lampiran Tabel 38. Persentase Frekuensi Mendapatkan Pengetahuan tentang Anti Korupsi dari Beberapa Media Selama 12 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, 2013 ...........144
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 xxiii
DAFTAR SINGKATAN
SPAK : Survei Perilaku Anti Korupsi
IPAK : Indeks Perilaku Anti Korupsi
PBAK : Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi
Stranas PPK : Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan
Korupsi
EFA : Explanatory Factor Analysis
PCA : Principal Component Analysis
KRT : Kepala Rumah Tangga
ART : Anggota Rumah Tangga
RT : Rukun Tetangga
RW : Rukun Warga
KK : Kartu Keluarga
KTP : Kartu Tanda Pengenal
KUA : Kantor Urusan Agama
Pilkades : Pemilihan Kepala Desa
Pilkada : Pemilihan Kepala Daerah
Pemilu : Pemilihan Umum
DAFTAR SINGKATAN
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Korupsi telah lama menjadi parasit yang secara sengaja mengerogoti
sendi-sendi keadilan dan membajak kebijakan serta mengorbankan
kepentingan masyarakat. Kerusakan yang ditimbulkan juga tidak sederhana
karena berskala masif dengan dampak jangka panjang, sehingga pada banyak
kasus dapat dilihat korelasinya dengan penurunan kualitas kehidupan
masyarakat. Untuk itu, di Indonesia korupsi disebut sebagai kejahatan luar
biasa (extraordinary crime) sehingga penanganannya mendapat salah satu
prioritas utama. Salah satu akar penyebab berkembangnya praktik korupsi
diduga berasal dari rendahnya integritas para pelakunya dan masih
kentalnya budaya permisif terhadap tindakan korupsi.
Kesadaran memerangi korupsi juga seperti telah menjadi “trend” dunia,
seiring dengan semakin banyaknya regulasi yang dibuat untuk menekan
terjadinya korupsi. Indonesia, melalui Undang-Undang (UU) No. 7 Tahun
2006, juga telah meratifikasi United Nations Convention against Corruption
(Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti korupsi, UNCAC) 2003.
Dalam rangka mempercepat upaya pencegahan dan pemberantasan
korupsi pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 55 tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi (Stranas PPK) jangka panjang tahun 2012-2025 dan
jangka menengah tahun 2012-2014.
Presiden RI menugaskan BPS secara eksplisit untuk mengukur indikator
pada strategi 5 yaitu meningkatkan upaya pendidikan dan budaya anti
korupsi. Strategi ini diukur dengan melaksanakan Survei Perilaku Anti
Korupsi. Strategi kelima ini dianggap penting karena salah satu akar
penyebab berkembangnya praktik korupsi patut diduga berasal dari
rendahnya integritas para pelakunya dan masih kentalnya budaya permisif
terhadap tindakan korupsi.
Untuk mendukung strategi tersebut diperlukan sebuah survei yang
dapat memberikan gambaran tentang pendapat-pendapat yang berkembang
di masyarakat terkait dengan korupsi. Hasil survei diharapkan dapat
memberikan peta bagi penyusunan program-program yang dapat
I. PENDAHULUAN
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Korupsi telah lama menjadi parasit yang secara sengaja mengerogoti
sendi-sendi keadilan dan membajak kebijakan serta mengorbankan
kepentingan masyarakat. Kerusakan yang ditimbulkan juga tidak sederhana
karena berskala masif dengan dampak jangka panjang, sehingga pada banyak
kasus dapat dilihat korelasinya dengan penurunan kualitas kehidupan
masyarakat. Untuk itu, di Indonesia korupsi disebut sebagai kejahatan luar
biasa (extraordinary crime) sehingga penanganannya mendapat salah satu
prioritas utama. Salah satu akar penyebab berkembangnya praktik korupsi
diduga berasal dari rendahnya integritas para pelakunya dan masih
kentalnya budaya permisif terhadap tindakan korupsi.
Kesadaran memerangi korupsi juga seperti telah menjadi “trend” dunia,
seiring dengan semakin banyaknya regulasi yang dibuat untuk menekan
terjadinya korupsi. Indonesia, melalui Undang-Undang (UU) No. 7 Tahun
2006, juga telah meratifikasi United Nations Convention against Corruption
(Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti korupsi, UNCAC) 2003.
Dalam rangka mempercepat upaya pencegahan dan pemberantasan
korupsi pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 55 tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi (Stranas PPK) jangka panjang tahun 2012-2025 dan
jangka menengah tahun 2012-2014.
Presiden RI menugaskan BPS secara eksplisit untuk mengukur indikator
pada strategi 5 yaitu meningkatkan upaya pendidikan dan budaya anti
korupsi. Strategi ini diukur dengan melaksanakan Survei Perilaku Anti
Korupsi. Strategi kelima ini dianggap penting karena salah satu akar
penyebab berkembangnya praktik korupsi patut diduga berasal dari
rendahnya integritas para pelakunya dan masih kentalnya budaya permisif
terhadap tindakan korupsi.
Untuk mendukung strategi tersebut diperlukan sebuah survei yang
dapat memberikan gambaran tentang pendapat-pendapat yang berkembang
di masyarakat terkait dengan korupsi. Hasil survei diharapkan dapat
memberikan peta bagi penyusunan program-program yang dapat
I. PENDAHULUAN
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Korupsi telah lama menjadi parasit yang secara sengaja mengerogoti
sendi-sendi keadilan dan membajak kebijakan serta mengorbankan
kepentingan masyarakat. Kerusakan yang ditimbulkan juga tidak sederhana
karena berskala masif dengan dampak jangka panjang, sehingga pada banyak
kasus dapat dilihat korelasinya dengan penurunan kualitas kehidupan
masyarakat. Untuk itu, di Indonesia korupsi disebut sebagai kejahatan luar
biasa (extraordinary crime) sehingga penanganannya mendapat salah satu
prioritas utama. Salah satu akar penyebab berkembangnya praktik korupsi
diduga berasal dari rendahnya integritas para pelakunya dan masih
kentalnya budaya permisif terhadap tindakan korupsi.
Kesadaran memerangi korupsi juga seperti telah menjadi “trend” dunia,
seiring dengan semakin banyaknya regulasi yang dibuat untuk menekan
terjadinya korupsi. Indonesia, melalui Undang-Undang (UU) No. 7 Tahun
2006, juga telah meratifikasi United Nations Convention against Corruption
(Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Anti korupsi, UNCAC) 2003.
Dalam rangka mempercepat upaya pencegahan dan pemberantasan
korupsi pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 55 tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi (Stranas PPK) jangka panjang tahun 2012-2025 dan
jangka menengah tahun 2012-2014.
Presiden RI menugaskan BPS secara eksplisit untuk mengukur indikator
pada strategi 5 yaitu meningkatkan upaya pendidikan dan budaya anti
korupsi. Strategi ini diukur dengan melaksanakan Survei Perilaku Anti
Korupsi. Strategi kelima ini dianggap penting karena salah satu akar
penyebab berkembangnya praktik korupsi patut diduga berasal dari
rendahnya integritas para pelakunya dan masih kentalnya budaya permisif
terhadap tindakan korupsi.
Untuk mendukung strategi tersebut diperlukan sebuah survei yang
dapat memberikan gambaran tentang pendapat-pendapat yang berkembang
di masyarakat terkait dengan korupsi. Hasil survei diharapkan dapat
memberikan peta bagi penyusunan program-program yang dapat
I.PENDAHULUAN
I. PENDAHULUAN
2 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
meningkatkan imunitas masyarakat terhadap praktek-praktek koruptif, dan
peran aktif mereka dalam mendukung tercapainya kondisi tersebut.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut, Badan Pusat Statistik
menyelenggarakan kegiatan dalam bentuk Survei Perilaku Anti Korupsi
(SPAK) 2013 yang merupakan kelanjutan dari survei yang sama pada tahun
2012.
1.2. Maksud dan Tujuan
Penyusunan publikasi ini secara umum dimaksudkan untuk
memperoleh gambaran secara lengkap mengenai situasi dan kondisi
perilaku anti korupsi masyarakat terkini dilihat dari pendapat, pengetahuan,
perilaku, dan pengalaman individu terkait perilaku anti korupsi di Indonesia.
Secara khusus, penyusunan publikasi ini juga ditujukan untuk
memperoleh gambaran secara lengkap mengenai sejauhmana budaya zero
tolerance terhadap perilaku korupsi terinternalisasi dalam setiap individu
khususnya terkait dengan strategi kelima STRANAS PPK yakni pendidikan
dan budaya anti korupsi.
1.3. Ruang Lingkup
Kegiatan SPAK 2013 ini dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia yang
tersebar di 170 Kabupaten/Kota (49 kota dan 121 kabupaten) dan di 33
provinsi. Jumlah sampel seluruhnya sebanyak 10.000 rumah tangga.
Analisis dan kajian mengenai perilaku anti korupsi penduduk Indonesia
dalam publikasi ini secara keseluruhan hanya dilakukan untuk level
nasional.
1.4. Sistematika Penulisan
Publikasi ini disajikan dalam empat bagian (bab) yang disusun secara
sistematis. Bab 1 (Pendahuluan) berisi penjelasan rinci tentang latar
belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup dan sistematika penulisan. Bab
2 (Metodologi) menjelaskan tentang metodologi termasuk metodologi
sampling dan konsep/definisi yang digunakan dalam penyusunan publikasi
ini. Bagian berikutnya atau Bab 3 menyajikan profil responden berdasarkan
berbagai struktur mulai dari pendidikan, pekerjaan, dan pengeluaran rumah
tangga.
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 3
Kemudian, Bab 4 menyajikan hasil Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK)
2013 dibandingkan dengan IPAK 2012. Bab 5 menyajikan data indikator
tunggal mengenai penilaian terhadap perilaku penduduk Indonesia dilihat
dari tiga aspek yakni kebiasaan di tingkat keluarga, komunitas, dan publik.
Analisis dilanjutkan dengan pembahasan mengenai pengalaman
masyarakat berhubungan dengan pelayanan publik dilihat dari aspek
perilaku korupsi dan anti korupsi yang terjadi. Kemudian bagian berikutnya
menyajikan pengetahuan terkait perilaku korupsi dan anti korupsi penduduk
Indonesia. Bab 6 menyajikan rekomendasi terkait dengan stranas PPK secara
umum maupun hasil SPAK. Bagian terakhir atau (lampiran) menyajikan
data-data yang kuesioner dan foto-foto pencacahan.
I. PENDAHULUAN
2 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
meningkatkan imunitas masyarakat terhadap praktek-praktek koruptif, dan
peran aktif mereka dalam mendukung tercapainya kondisi tersebut.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut, Badan Pusat Statistik
menyelenggarakan kegiatan dalam bentuk Survei Perilaku Anti Korupsi
(SPAK) 2013 yang merupakan kelanjutan dari survei yang sama pada tahun
2012.
1.2. Maksud dan Tujuan
Penyusunan publikasi ini secara umum dimaksudkan untuk
memperoleh gambaran secara lengkap mengenai situasi dan kondisi
perilaku anti korupsi masyarakat terkini dilihat dari pendapat, pengetahuan,
perilaku, dan pengalaman individu terkait perilaku anti korupsi di Indonesia.
Secara khusus, penyusunan publikasi ini juga ditujukan untuk
memperoleh gambaran secara lengkap mengenai sejauhmana budaya zero
tolerance terhadap perilaku korupsi terinternalisasi dalam setiap individu
khususnya terkait dengan strategi kelima STRANAS PPK yakni pendidikan
dan budaya anti korupsi.
1.3. Ruang Lingkup
Kegiatan SPAK 2013 ini dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia yang
tersebar di 170 Kabupaten/Kota (49 kota dan 121 kabupaten) dan di 33
provinsi. Jumlah sampel seluruhnya sebanyak 10.000 rumah tangga.
Analisis dan kajian mengenai perilaku anti korupsi penduduk Indonesia
dalam publikasi ini secara keseluruhan hanya dilakukan untuk level
nasional.
1.4. Sistematika Penulisan
Publikasi ini disajikan dalam empat bagian (bab) yang disusun secara
sistematis. Bab 1 (Pendahuluan) berisi penjelasan rinci tentang latar
belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup dan sistematika penulisan. Bab
2 (Metodologi) menjelaskan tentang metodologi termasuk metodologi
sampling dan konsep/definisi yang digunakan dalam penyusunan publikasi
ini. Bagian berikutnya atau Bab 3 menyajikan profil responden berdasarkan
berbagai struktur mulai dari pendidikan, pekerjaan, dan pengeluaran rumah
tangga.
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 3
Kemudian, Bab 4 menyajikan hasil Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK)
2013 dibandingkan dengan IPAK 2012. Bab 5 menyajikan data indikator
tunggal mengenai penilaian terhadap perilaku penduduk Indonesia dilihat
dari tiga aspek yakni kebiasaan di tingkat keluarga, komunitas, dan publik.
Analisis dilanjutkan dengan pembahasan mengenai pengalaman
masyarakat berhubungan dengan pelayanan publik dilihat dari aspek
perilaku korupsi dan anti korupsi yang terjadi. Kemudian bagian berikutnya
menyajikan pengetahuan terkait perilaku korupsi dan anti korupsi penduduk
Indonesia. Bab 6 menyajikan rekomendasi terkait dengan stranas PPK secara
umum maupun hasil SPAK. Bagian terakhir atau (lampiran) menyajikan
data-data yang kuesioner dan foto-foto pencacahan.
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 5
II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI
2.1. Metodologi Survei 2.1.1. Kerangka Sampel
Kerangka sampel yang digunakan pada Survei Perilaku Anti Korupsi
2013 terdiri dari empat jenis, yaitu :
1. Kerangka sampel penarikan tahap pertama adalah daftar
kabupaten/kota di masing-masing provinsi dilengkapi jumlah rumah
tangga hasil SP2010 menurut klasifikasi perkotaan dan pedesaan
2. Kerangka sampel penarikan tahap kedua adalah daftar blok sensus
susenas triwulan 3 2012 di masing-masing kabupaten/kota terpilih
3. Kerangka sampel penarikan tahap ketiga adalah daftar rumah tangga
hasil pemutakhiran di blok sensus terpilih susenas triwulan 3 yang
terpilih SPAK 2012
4. Kerangka sampel tahap keempat adalah kepala rumah tangga atau
suami/istrinya di setiap rumah tangga terpilih.
2.1.2. Desain Sampel
Sampel blok sensus Survei Perilaku Anti Korupsi 2013 adalah
subsampel dari blok sensus terpilih Susenas 2012 triwulan 3. Pengambilan
sampel adalah Three Stages Two Phase Rotation Sampling, sebagai berikut:
1. Pertama, memilih sejumlah kabupaten/kota dengan metode PPS
sistematik with replacement size jumlah rumah tangga SP2010.
Dengan metode ini kabupaten/kota terpilih lebih dari 1 kali akan
memiliki alokasi sampel blok sensus lebih banyak.
2. Kedua, memilih sejumlah blok sensus dari blok sensus terpilih
Susenas triwulan 3 2012 di kabupaten terpilih dengan cara
sistematik. Sampel blok sensus dibedakan atas daerah urban
(perkotaan) dan rural (pedesaan).
3. Ketiga, dari sampel blok sensus Susenas triwulan 3, dilakukan
penarikan sampel rumah tangga berdasarkan hasil pemutakhiran
sebanyak 10 rumah tangga. Penarikan sampel menggunakan nilai
angka random pertama (R1) yang berbeda dengan R1 Susenas.
II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 5
II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI
2.1. Metodologi Survei 2.1.1. Kerangka Sampel
Kerangka sampel yang digunakan pada Survei Perilaku Anti Korupsi
2013 terdiri dari empat jenis, yaitu :
1. Kerangka sampel penarikan tahap pertama adalah daftar
kabupaten/kota di masing-masing provinsi dilengkapi jumlah rumah
tangga hasil SP2010 menurut klasifikasi perkotaan dan pedesaan
2. Kerangka sampel penarikan tahap kedua adalah daftar blok sensus
susenas triwulan 3 2012 di masing-masing kabupaten/kota terpilih
3. Kerangka sampel penarikan tahap ketiga adalah daftar rumah tangga
hasil pemutakhiran di blok sensus terpilih susenas triwulan 3 yang
terpilih SPAK 2012
4. Kerangka sampel tahap keempat adalah kepala rumah tangga atau
suami/istrinya di setiap rumah tangga terpilih.
2.1.2. Desain Sampel
Sampel blok sensus Survei Perilaku Anti Korupsi 2013 adalah
subsampel dari blok sensus terpilih Susenas 2012 triwulan 3. Pengambilan
sampel adalah Three Stages Two Phase Rotation Sampling, sebagai berikut:
1. Pertama, memilih sejumlah kabupaten/kota dengan metode PPS
sistematik with replacement size jumlah rumah tangga SP2010.
Dengan metode ini kabupaten/kota terpilih lebih dari 1 kali akan
memiliki alokasi sampel blok sensus lebih banyak.
2. Kedua, memilih sejumlah blok sensus dari blok sensus terpilih
Susenas triwulan 3 2012 di kabupaten terpilih dengan cara
sistematik. Sampel blok sensus dibedakan atas daerah urban
(perkotaan) dan rural (pedesaan).
3. Ketiga, dari sampel blok sensus Susenas triwulan 3, dilakukan
penarikan sampel rumah tangga berdasarkan hasil pemutakhiran
sebanyak 10 rumah tangga. Penarikan sampel menggunakan nilai
angka random pertama (R1) yang berbeda dengan R1 Susenas.
II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI
II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI
6 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
4. Keempat, dari setiap rumah tangga terpilih, selanjutnya dipilih
responden kepala rumah tangga atau pasangannya menggunakan
Tabel Kish
2.1.3. Cakupan dan Jumlah Sampel
Survei Perilaku Anti Korupsi 2013 dilaksanakan di seluruh Indonesia.
Jumlah sampel blok sensus adalah 1000 blok sensus sehingga jumlah sampel
rumah tangga adalah 10.000 rumah tangga. Sampel 1000 blok tersebut
adalah sampel pada level nasional yang selanjutnya didistribusikan ke dalam
populasi blok sensus di kabupaten/kota terpilih
2.1.4. Pembentukan Paket Sampel Blok Sensus dan Kelompok Sampel
Rumah Tangga
Untuk keperluan pelaksanaan Panel Survei hingga tahun 2016,
dilakukan sampling rotasi. Dari 1.000 sampel blok sensus terpilih SPAK 2012
selanjutnya dibagi menjadi 4 paket sampel, yaitu: paket sampel 1, paket
sampel 2, paket sampel 3, dan paket sampel 4. Setiap paket sampel
berukuran 250 blok sensus dan antar paket sampel tidak saling tumpang
tindih. Pada setiap blok sensus dipilih 2 kelompok sampel rumah tangga
yang masing-masing berukuran 10 rumah tangga. Antar kelompok sampel
rumah tangga tidak saling tumpang tindih.
Tabel 2.1. Kelompok Sampel Rumah Tangga dalam Paket Sampel Blok Sensus
Paket Sampel Blok Sensus
Kelompok Sampel Rumah Tangga
1 A dan E
2 B dan F
3 C dan G
4 D dan H
Setelah dilakukan pembagian kelompok sampel maka selanjutnya
dilakukan pengaturan rotasi kelompok sampel setiap tahun pencacahan
sebagai berikut :
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 7
Tabel 2.2. Kelompok Sampel Rumah Tangga 2012 - 2016
Paket Sampel
Blok Sensus
Kelompok Sampel Rumah Tangga
2012 2013 2014 2015 2016
1 A E E E E
2 B B F F F
3 C C C G G
4 D D D D H
2.1.5. Pemilihan Sampel Rumah Tangga
Misalkan jumlah rumah tangga di blok sensus ke-i dari hasil
pemutakhiran adalah �� , maka interval untuk penarikan sampel sistematik
adalah � ���
��. Penentuan sampel rumah tangga ke-n (n=2,3,…,10) secara
sistematik menggunakan rumus:
�� � �� + (� − 1)�
Sampel rumah tangga yang pertama (��) untuk setiap paket
sampel ditentukan dengan rumus:
1. Paket sampel 1: ��� � ��� dan ��
� � ��� + 1 atau ��
� � ��� − 1
2. Paket sampel 2: ��� � ��� dan ��
� � ��� + 1 atau ��
� � ��� − 1
3. Paket sampel 3: ��� � ��� dan ��
� � ��� + 1 atau ��
� � ��� − 1
4. Paket sampel 4: ��� � ��� dan ��
� � ��� + 1 atau ��
� � ��� − 1
2.1.6. Penggantian Sampel
Penggantian sampel blok sensus tidak diperkenankan.
Penggantian sampel rumah tangga diperkenankan asalkan
penggantinya adalah rumah tangga yang menghuni bangunan sensus
(dwelling) rumah tangga yang diganti.
II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI
6 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
4. Keempat, dari setiap rumah tangga terpilih, selanjutnya dipilih
responden kepala rumah tangga atau pasangannya menggunakan
Tabel Kish
2.1.3. Cakupan dan Jumlah Sampel
Survei Perilaku Anti Korupsi 2013 dilaksanakan di seluruh Indonesia.
Jumlah sampel blok sensus adalah 1000 blok sensus sehingga jumlah sampel
rumah tangga adalah 10.000 rumah tangga. Sampel 1000 blok tersebut
adalah sampel pada level nasional yang selanjutnya didistribusikan ke dalam
populasi blok sensus di kabupaten/kota terpilih
2.1.4. Pembentukan Paket Sampel Blok Sensus dan Kelompok Sampel
Rumah Tangga
Untuk keperluan pelaksanaan Panel Survei hingga tahun 2016,
dilakukan sampling rotasi. Dari 1.000 sampel blok sensus terpilih SPAK 2012
selanjutnya dibagi menjadi 4 paket sampel, yaitu: paket sampel 1, paket
sampel 2, paket sampel 3, dan paket sampel 4. Setiap paket sampel
berukuran 250 blok sensus dan antar paket sampel tidak saling tumpang
tindih. Pada setiap blok sensus dipilih 2 kelompok sampel rumah tangga
yang masing-masing berukuran 10 rumah tangga. Antar kelompok sampel
rumah tangga tidak saling tumpang tindih.
Tabel 2.1. Kelompok Sampel Rumah Tangga dalam Paket Sampel Blok Sensus
Paket Sampel Blok Sensus
Kelompok Sampel Rumah Tangga
1 A dan E
2 B dan F
3 C dan G
4 D dan H
Setelah dilakukan pembagian kelompok sampel maka selanjutnya
dilakukan pengaturan rotasi kelompok sampel setiap tahun pencacahan
sebagai berikut :
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 7
Tabel 2.2. Kelompok Sampel Rumah Tangga 2012 - 2016
Paket Sampel
Blok Sensus
Kelompok Sampel Rumah Tangga
2012 2013 2014 2015 2016
1 A E E E E
2 B B F F F
3 C C C G G
4 D D D D H
2.1.5. Pemilihan Sampel Rumah Tangga
Misalkan jumlah rumah tangga di blok sensus ke-i dari hasil
pemutakhiran adalah �� , maka interval untuk penarikan sampel sistematik
adalah � ���
��. Penentuan sampel rumah tangga ke-n (n=2,3,…,10) secara
sistematik menggunakan rumus:
�� � �� + (� − 1)�
Sampel rumah tangga yang pertama (��) untuk setiap paket
sampel ditentukan dengan rumus:
1. Paket sampel 1: ��� � ��� dan ��
� � ��� + 1 atau ��
� � ��� − 1
2. Paket sampel 2: ��� � ��� dan ��
� � ��� + 1 atau ��
� � ��� − 1
3. Paket sampel 3: ��� � ��� dan ��
� � ��� + 1 atau ��
� � ��� − 1
4. Paket sampel 4: ��� � ��� dan ��
� � ��� + 1 atau ��
� � ��� − 1
2.1.6. Penggantian Sampel
Penggantian sampel blok sensus tidak diperkenankan.
Penggantian sampel rumah tangga diperkenankan asalkan
penggantinya adalah rumah tangga yang menghuni bangunan sensus
(dwelling) rumah tangga yang diganti.
II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI
8 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
2.1.7. Teknik Estimasi
2.1.7.1. Design Weight
Design Weight merupakan kebalikan dari fraksi sampling. Sehingga
fraksi sampling untuk blok sensus SPAK dapat dijabarkan sebagai berikut:
Sampel kabupaten/kota : dipilih secara PPS sistematik dari populasi
kabupaten/kota di suatu propinsi sehingga fraksi sampling kabupaten/kota
ke-k adalah:
Sampel blok sensus : dipilih secara sistematik dari sampel blok
sensus Susenas triwulan 3, sehingga fraksi sampling blok sensus ke-i
dibedakan urban/rural adalah:
Jumlah sampel ruta blok sensus SPAK 2013 adalah 10, sehingga
fraksi sampling rumah tangga ke-j terpilih dibedakan urban/rural adalah:
Overall sampling fraction untuk rumah tangga SPAK 2013 ke-j blok sensus
ke-i, kabupaten ke-p dibedakan urban/rural adalah:
pb
p
pkp
N
k
pk
pkp
pkM
Mb
M
Mbf
∑1
n
0
1
∑ h
hih
h
h
Nh
i
hi
hihhi
M
Mn
n
n
M
Mnf
hihi
hihj
MM
mf
10|
hih
hih
p
pkp
ihjhipkhpijMM
Mn
M
Mbffff
10..
0
|
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 9
Sehingga design weight SPAK 2013 per kabupaten/kota ke-p menurut
urban/rural adalah :
dimana :
: weight rumah tangga ke-j, blok sensus ke-i, propinsi ke-p strata ke-h
: banyaknya rumah tangga propinsi ke-p
: banyaknya rumah tangga kabupaten/kota ke-k, propinsi ke-p
: banyaknya populasi rumah tangga propinsi ke-p, strata ke-h
: banyaknya rumah tangga blok sensus ke-i, strata ke-h
: banyaknya rumah tangga hasil pemutakhiran blok sensus ke-i, strata ke-h
: banyaknya sampel blok sensus, strata ke-h
: banyaknya sampel rumah tangga di setiap blok sensus, strata ke-h
2.1.7.2. Estimasi Karakteristik
Misalkan ijy dan ijx masing-masing merupakan nilai karakteristik Y dan
X rumah tangga terpilih ke-j di blok sensus terpilih ke-i di suatu propinsi di
suatu strata, maka estimasi total karakteristik Y, X, dan rasio R serta varians
rasio dirumuskan sebagai berikut:
a. Estimasi total nilai karakteristik X
∑∑= =
=n
1i
m
1jijij xWX
b. Estimasi total nilai karakteristik Y:
∑∑= =
=n
1i
m
1jijij yWY
10
1 0 hi
hih
h
pkp
p
hpij
hpij
M
Mn
M
Mb
M
fw
hpijw
pM
pkM
0hM
hiM
hiM
hn
hm
II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI
8 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
2.1.7. Teknik Estimasi
2.1.7.1. Design Weight
Design Weight merupakan kebalikan dari fraksi sampling. Sehingga
fraksi sampling untuk blok sensus SPAK dapat dijabarkan sebagai berikut:
Sampel kabupaten/kota : dipilih secara PPS sistematik dari populasi
kabupaten/kota di suatu propinsi sehingga fraksi sampling kabupaten/kota
ke-k adalah:
Sampel blok sensus : dipilih secara sistematik dari sampel blok
sensus Susenas triwulan 3, sehingga fraksi sampling blok sensus ke-i
dibedakan urban/rural adalah:
Jumlah sampel ruta blok sensus SPAK 2013 adalah 10, sehingga
fraksi sampling rumah tangga ke-j terpilih dibedakan urban/rural adalah:
Overall sampling fraction untuk rumah tangga SPAK 2013 ke-j blok sensus
ke-i, kabupaten ke-p dibedakan urban/rural adalah:
pb
p
pkp
N
k
pk
pkp
pkM
Mb
M
Mbf
∑1
n
0
1
∑ h
hih
h
h
Nh
i
hi
hihhi
M
Mn
n
n
M
Mnf
hihi
hihj
MM
mf
10|
hih
hih
p
pkp
ihjhipkhpijMM
Mn
M
Mbffff
10..
0
|
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 9
Sehingga design weight SPAK 2013 per kabupaten/kota ke-p menurut
urban/rural adalah :
dimana :
: weight rumah tangga ke-j, blok sensus ke-i, propinsi ke-p strata ke-h
: banyaknya rumah tangga propinsi ke-p
: banyaknya rumah tangga kabupaten/kota ke-k, propinsi ke-p
: banyaknya populasi rumah tangga propinsi ke-p, strata ke-h
: banyaknya rumah tangga blok sensus ke-i, strata ke-h
: banyaknya rumah tangga hasil pemutakhiran blok sensus ke-i, strata ke-h
: banyaknya sampel blok sensus, strata ke-h
: banyaknya sampel rumah tangga di setiap blok sensus, strata ke-h
2.1.7.2. Estimasi Karakteristik
Misalkan ijy dan ijx masing-masing merupakan nilai karakteristik Y dan
X rumah tangga terpilih ke-j di blok sensus terpilih ke-i di suatu propinsi di
suatu strata, maka estimasi total karakteristik Y, X, dan rasio R serta varians
rasio dirumuskan sebagai berikut:
a. Estimasi total nilai karakteristik X
∑∑= =
=n
1i
m
1jijij xWX
b. Estimasi total nilai karakteristik Y:
∑∑= =
=n
1i
m
1jijij yWY
10
1 0 hi
hih
h
pkp
p
hpij
hpij
M
Mn
M
Mb
M
fw
hpijw
pM
pkM
0hM
hiM
hiM
hn
hm
II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI
10 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
c. Estimasi rasio dan varians rasio:
∑∑
∑∑
∑∑
∑∑
= =
= =
= =
= ==== n
1i
m
1jij
n
1i
m
1jij
n
1i
m
1jijij
n
1i
m
1jijij
x
y
xW
yW
X
YR
����� =���
�����
����∑ ���
� −����
�
���� �� ��� = ��� − ��� � ���
�� = �� − ��� � ��
Dengan:
� : jumlah blok sensus terpilih
��� : estimasi total karakteristik Y dalam blok sensus ke-i
��� : estimasi total karakteristik X dalam blok sensus ke-i
� : fraksi penarikan sampel blok sensus
2.2. Metodologi Perhitungan Indeks
Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) 2013 adalah indikator komposit
yang datanya diperoleh dari Survei Perilaku Anti Korupsi (SPAK). SPAK 2013
mencakup tiga fenomena utama korupsi yaitu penyuapan (bribery),
pemerasan (extortion), dan nepotisme. Variabel penyusun IPAK dipilih dari
sekumpulan pertanyaan pada kuesioner SPAK 2013 menggunakan
explanatory factor analysis (EFA)
IPAK disusun berdasarkan dua substansi utama yakni pendapat tentang
kebiasaan terkait akar dan perilaku anti korupsi di masyarakat serta
pengalaman praktek korupsi terkait pelayanan publik dalam kurun waktu
setahun terakhir.
IPAK sebagai sebuah indeks komposit dihitung menggunakan beberapa
variabel interdependensi yang signifikan secara statistik. Dibutuhkan
metode analisis statistik yang mampu menangani interdependensi antar
variabel dan sekaligus memberikan besaran bobot (penimbang) bagi setiap
variabel yang signifikan secara statistik.
Exploratory Factor Analysis merupakan metode analisis statistik yang
dianggap paling cocok digunakan, dengan keterangan sebagai berikut :
Metode ekstraksi: Principal Component Analysis (PCA)
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 11
Model Fit:
Kaiser-Mayer-Olkin Measure of Sampling Adequacy 0,5
Eigenvalue > 1
Loading Factor 0,4
Total Variance Explained 60%
Berikut adalah tahapan penghitungan IPAK :
• Pemilihan variabel analisis dan transformasi data (proses recording
data)
• Pemilihan variabel penyusun indeks didasarkan pada hasil
Exploratory Factor Analysis (Principal Component Analysis)
• Penghitungan indeks komposit (Indeks Perilaku Anti Korupsi.
Penghitungan IPAK
1. Penghitungan Bobot Setiap Variabel
�����(��) = �������������
�����������������������1������
� �����������������1������
2. Penghitungan Bobot Terstandarisasi Setiap Variabel
��������������������(��) = ��∑��
3. Penghitungan IPAK
IPAK adalah rata-rata tertimbang dari seluruh jawaban pada variabel
penyusun indeks dengan penimbang bobot terstandardisasi masing-
masing.
���� =∑����∑��
bi : Bobot Terstandarisasi; Xi : Variabel
4. Transformasi indeks ke skala 5 (sesuai Perpres)
������(� − 5) = (5 � ������(1 − 4) − 5)
3
II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI
10 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
c. Estimasi rasio dan varians rasio:
∑∑
∑∑
∑∑
∑∑
= =
= =
= =
= ==== n
1i
m
1jij
n
1i
m
1jij
n
1i
m
1jijij
n
1i
m
1jijij
x
y
xW
yW
X
YR
����� =���
�����
����∑ ���
� −����
�
���� �� ��� = ��� − ��� � ���
�� = �� − ��� � ��
Dengan:
� : jumlah blok sensus terpilih
��� : estimasi total karakteristik Y dalam blok sensus ke-i
��� : estimasi total karakteristik X dalam blok sensus ke-i
� : fraksi penarikan sampel blok sensus
2.2. Metodologi Perhitungan Indeks
Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) 2013 adalah indikator komposit
yang datanya diperoleh dari Survei Perilaku Anti Korupsi (SPAK). SPAK 2013
mencakup tiga fenomena utama korupsi yaitu penyuapan (bribery),
pemerasan (extortion), dan nepotisme. Variabel penyusun IPAK dipilih dari
sekumpulan pertanyaan pada kuesioner SPAK 2013 menggunakan
explanatory factor analysis (EFA)
IPAK disusun berdasarkan dua substansi utama yakni pendapat tentang
kebiasaan terkait akar dan perilaku anti korupsi di masyarakat serta
pengalaman praktek korupsi terkait pelayanan publik dalam kurun waktu
setahun terakhir.
IPAK sebagai sebuah indeks komposit dihitung menggunakan beberapa
variabel interdependensi yang signifikan secara statistik. Dibutuhkan
metode analisis statistik yang mampu menangani interdependensi antar
variabel dan sekaligus memberikan besaran bobot (penimbang) bagi setiap
variabel yang signifikan secara statistik.
Exploratory Factor Analysis merupakan metode analisis statistik yang
dianggap paling cocok digunakan, dengan keterangan sebagai berikut :
Metode ekstraksi: Principal Component Analysis (PCA)
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 11
Model Fit:
Kaiser-Mayer-Olkin Measure of Sampling Adequacy 0,5
Eigenvalue > 1
Loading Factor 0,4
Total Variance Explained 60%
Berikut adalah tahapan penghitungan IPAK :
• Pemilihan variabel analisis dan transformasi data (proses recording
data)
• Pemilihan variabel penyusun indeks didasarkan pada hasil
Exploratory Factor Analysis (Principal Component Analysis)
• Penghitungan indeks komposit (Indeks Perilaku Anti Korupsi.
Penghitungan IPAK
1. Penghitungan Bobot Setiap Variabel
�����(��) = �������������
�����������������������1������
� �����������������1������
2. Penghitungan Bobot Terstandarisasi Setiap Variabel
��������������������(��) = ��∑��
3. Penghitungan IPAK
IPAK adalah rata-rata tertimbang dari seluruh jawaban pada variabel
penyusun indeks dengan penimbang bobot terstandardisasi masing-
masing.
���� =∑����∑��
bi : Bobot Terstandarisasi; Xi : Variabel
4. Transformasi indeks ke skala 5 (sesuai Perpres)
������(� − 5) = (5 � ������(1 − 4) − 5)
3
II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI
12 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
IPAK memiliki rentang nilai 0–5. Nilai indeks semakin mendekati 5
menunjukkan bahwa masyarakat berperilaku semakin anti korupsi. Dalam
memaknainya, nilai IPAK bisa dikelompokkan ke dalam 4 kategori, sebagai
berikut :
Nilai IPAK Makna Indeks
0 – 1,25 Sangat Permisif
1,26 – 2,50 Permisif
2,51 – 3,75 Anti Korupsi
3,76 – 5 Sangat Anti Korupsi
2.3. Konsep dan Definisi
Menurut Wertheim, ada tiga fenomena utama yang tercakup dalam
istilah korupsi pada negara-negara Asia Tenggara yaitu
Penyuapan (bribery), yakni apabila seorang pegawai pemerintah
menerima imbalan yang disodorkan oleh seorang dengan maksud
mempengaruhinya agar memberikan perhatian istimewa pada
kepentingan si pemberi.
Pemerasan (extortion), yakni permintaan pemberian-pemberian
atau hadiah dalam pelaksanaan tugas-tugas publik, termasuk
pejabat-pejabat yang menggunakan dana publik yang mereka urus
bagi keuntungan mereka sendiri atau mereka yang bersalah
melakukan penggelapan di atas harga yang harus dibayar oleh publik.
Nepotisme (nepotism) yaitu pengangkatan sanak saudara, teman-
teman atau rekan-rekan politik pada jabatan-jabatan publik tanpa
memandang kemampuan mereka atau konsekuensinya pada
kesejahteraan publik.
Akar Kultural Korupsi
Menurut Scott (dalam Mas’oed, 2008) dalam setiap masyarakat
terdapat desakan untuk timbulnya korupsi disebabkan karena faktor
kultural dan struktural. Dalam masyarakat seperti Indonesia, faktor kultural
yang umumnya mendorong timbulnya korupsi, misalnya adalah adanya nilai
atau kebiasaan sebagai berikut:
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 13
Adanya tradisi pemberian hadiah, oleh-oleh atau semacam itu kepada
pejabat pemerintah. Tindakan seperti itu di Eropa atau Amerika
Utara bisa dianggap korupsi sebagai bentuk pemenuhan kewajiban
oleh kawula kepada gustinya.
Ikatan keluarga dan kesetiaan parokial di masyarakat ketimuran
seperti Indonesia masih dipandang sangat penting. Kewajiban
seseorang pertama-tama adalah memperhatikan saudara terdekat,
kemudian trah atau sesama etniknya. Pada budaya semacam ini
apabila ada seseorang yang mendatangi saudaranya yang pejabat
untuk meminta perlakuan khusus sulit untuk ditolak. Penolakan bisa
diartikan sebagai pengingkaran terhadap kewajiban tradisional,
tetapi menuruti permintaan berarti mengingkari norma-norma
hukum formal yang berlaku. Sehingga selalu terjadi konflik nilai,
yaitu antara norma budaya atau norma hukum formal.
Hasil diskusi dengan stakeholder dan para ahli, definisi perilaku korupsi
dan anti korupsi dalam SPAK 2013 :
Perilaku korupsi adalah “Tindakan meminta (pemerasan)/
memperoleh/memberi (penyuapan) imbalan uang, barang, atau
keistimewaan (nepotisme) bagi layanan yang sudah seharusnya diberikan
atau menggunakan kekuasaan/wewenang untuk mencapai tujuan yang tidak
sesuai dengan standar etik/moral atau peraturan perundang-undangan bagi
kepentingan pribadi (personal, keluarga dekat, kawan dekat)”.
Perilaku anti korupsi adalah “tindakan menolak/tidak permisif
terhadap segala perilaku baik yang secara langsung merupakan korupsi,
maupun perilaku yang menjadi akar atau kebiasaan pelanggengan perilaku
korupsi di masyarakat yang terjadi di keluarga, komunitas, maupun publik”.
II. METODOLOGI DAN KONSEP DEFINISI
12 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
IPAK memiliki rentang nilai 0–5. Nilai indeks semakin mendekati 5
menunjukkan bahwa masyarakat berperilaku semakin anti korupsi. Dalam
memaknainya, nilai IPAK bisa dikelompokkan ke dalam 4 kategori, sebagai
berikut :
Nilai IPAK Makna Indeks
0 – 1,25 Sangat Permisif
1,26 – 2,50 Permisif
2,51 – 3,75 Anti Korupsi
3,76 – 5 Sangat Anti Korupsi
2.3. Konsep dan Definisi
Menurut Wertheim, ada tiga fenomena utama yang tercakup dalam
istilah korupsi pada negara-negara Asia Tenggara yaitu
Penyuapan (bribery), yakni apabila seorang pegawai pemerintah
menerima imbalan yang disodorkan oleh seorang dengan maksud
mempengaruhinya agar memberikan perhatian istimewa pada
kepentingan si pemberi.
Pemerasan (extortion), yakni permintaan pemberian-pemberian
atau hadiah dalam pelaksanaan tugas-tugas publik, termasuk
pejabat-pejabat yang menggunakan dana publik yang mereka urus
bagi keuntungan mereka sendiri atau mereka yang bersalah
melakukan penggelapan di atas harga yang harus dibayar oleh publik.
Nepotisme (nepotism) yaitu pengangkatan sanak saudara, teman-
teman atau rekan-rekan politik pada jabatan-jabatan publik tanpa
memandang kemampuan mereka atau konsekuensinya pada
kesejahteraan publik.
Akar Kultural Korupsi
Menurut Scott (dalam Mas’oed, 2008) dalam setiap masyarakat
terdapat desakan untuk timbulnya korupsi disebabkan karena faktor
kultural dan struktural. Dalam masyarakat seperti Indonesia, faktor kultural
yang umumnya mendorong timbulnya korupsi, misalnya adalah adanya nilai
atau kebiasaan sebagai berikut:
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 13
Adanya tradisi pemberian hadiah, oleh-oleh atau semacam itu kepada
pejabat pemerintah. Tindakan seperti itu di Eropa atau Amerika
Utara bisa dianggap korupsi sebagai bentuk pemenuhan kewajiban
oleh kawula kepada gustinya.
Ikatan keluarga dan kesetiaan parokial di masyarakat ketimuran
seperti Indonesia masih dipandang sangat penting. Kewajiban
seseorang pertama-tama adalah memperhatikan saudara terdekat,
kemudian trah atau sesama etniknya. Pada budaya semacam ini
apabila ada seseorang yang mendatangi saudaranya yang pejabat
untuk meminta perlakuan khusus sulit untuk ditolak. Penolakan bisa
diartikan sebagai pengingkaran terhadap kewajiban tradisional,
tetapi menuruti permintaan berarti mengingkari norma-norma
hukum formal yang berlaku. Sehingga selalu terjadi konflik nilai,
yaitu antara norma budaya atau norma hukum formal.
Hasil diskusi dengan stakeholder dan para ahli, definisi perilaku korupsi
dan anti korupsi dalam SPAK 2013 :
Perilaku korupsi adalah “Tindakan meminta (pemerasan)/
memperoleh/memberi (penyuapan) imbalan uang, barang, atau
keistimewaan (nepotisme) bagi layanan yang sudah seharusnya diberikan
atau menggunakan kekuasaan/wewenang untuk mencapai tujuan yang tidak
sesuai dengan standar etik/moral atau peraturan perundang-undangan bagi
kepentingan pribadi (personal, keluarga dekat, kawan dekat)”.
Perilaku anti korupsi adalah “tindakan menolak/tidak permisif
terhadap segala perilaku baik yang secara langsung merupakan korupsi,
maupun perilaku yang menjadi akar atau kebiasaan pelanggengan perilaku
korupsi di masyarakat yang terjadi di keluarga, komunitas, maupun publik”.
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 15
III. PROFIL RESPONDEN
3.1. Response Rate Pencacahan
Responden terpilih untuk Survei Perilaku Anti Korupsi 2013 ini adalah
kepala rumah tangga atau pasangannya (suami/isteri). Penentuan ini
didasarkan pada pertimbangan bahwa kepala rumah tangga atau
pasangannya selain merupakan orang yang bertanggung-jawab atas
pengelolaan aset rumah tangga, juga merupakan informan kunci yang paling
mengetahui keadaan rumah tangganya dan banyak berhubungan dengan
pelayanan publik.
Gambar 3.1. Persentase Non-Respon SPAK 2013 Menurut Alasannya
Dari keseluruhan sampel yang berjumlah sebanyak 10.000 responden,
sebanyak 970 responden sampai batas akhir waktu pencacahan tidak
berhasil dicacah dikarenakan berbagai hal: pindah sebesar 54 persen, tidak
dapat ditemukan sebesar 8 persen, tidak bersedia dicacah atau menolak
sebesar 6 persen, sedang pergi selama periode pencacahan sebesar 16
persen), dan lainnya sebesar 16 persen tidak dapat didata karena berbagai
hal seperti sudah terlalu tua, sakit, dan gila.
Pindah54%
Menolak6%
Tidak Ditemukan
8%
Pergi16%
Gila/Sakit/ Tua/
lainnya16%
III. PROFIL RESPONDEN
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 15
III. PROFIL RESPONDEN
3.1. Response Rate Pencacahan
Responden terpilih untuk Survei Perilaku Anti Korupsi 2013 ini adalah
kepala rumah tangga atau pasangannya (suami/isteri). Penentuan ini
didasarkan pada pertimbangan bahwa kepala rumah tangga atau
pasangannya selain merupakan orang yang bertanggung-jawab atas
pengelolaan aset rumah tangga, juga merupakan informan kunci yang paling
mengetahui keadaan rumah tangganya dan banyak berhubungan dengan
pelayanan publik.
Gambar 3.1. Persentase Non-Respon SPAK 2013 Menurut Alasannya
Dari keseluruhan sampel yang berjumlah sebanyak 10.000 responden,
sebanyak 970 responden sampai batas akhir waktu pencacahan tidak
berhasil dicacah dikarenakan berbagai hal: pindah sebesar 54 persen, tidak
dapat ditemukan sebesar 8 persen, tidak bersedia dicacah atau menolak
sebesar 6 persen, sedang pergi selama periode pencacahan sebesar 16
persen), dan lainnya sebesar 16 persen tidak dapat didata karena berbagai
hal seperti sudah terlalu tua, sakit, dan gila.
Pindah54%
Menolak6%
Tidak Ditemukan
8%
Pergi16%
Gila/Sakit/ Tua/
lainnya16%
III. PROFIL RESPONDEN
III. PROFIL RESPONDEN
16 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Tingkat respon pencacahan (response rate) SPAK 2013 ini secara
keseluruhan mencapai sebesar 90,3 persen. Secara rinci response rate setiap
provinsi dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Persentase Response Rate dan Non Response Rate
Survei Perilaku Anti Korupsi (SPAK) 2013
Provinsi Respon Rate Non-Respon Rate Jumlah
(1) (2) (3) (4)
Aceh 90,00 10,00 100,00
Sumatera Utara 91,04 8,96 100,00
Sumatera Barat 90,00 10,00 100,00
Riau 89,00 11,00 100,00
Jambi 93,33 6,67 100,00
Sumatera Selatan 83,33 16,67 100,00
Bengkulu 85,00 15,00 100,00
Lampung 93,85 6,15 100,00
Kep. Bangka Belitung 90,00 10,00 100,00
Kep. Riau 88,75 11,25 100,00
DKI Jakarta 89,46 10,54 100,00
Jawa Barat 88,68 11,32 100,00
Jawa Tengah 93,24 6,76 100,00
DI Yogyakarta 87,00 13,00 100,00
Jawa Timur 92,26 7,74 100,00
Banten 89,36 10,64 100,00
Bali 92,35 7,65 100,00
Nusa Tenggara Barat 92,17 7,83 100,00
Nusa Tenggara Timur 93,64 6,36 100,00
Kalimantan Barat 92,50 7,50 100,00
Kalimantan Tengah 91,67 8,33 100,00
Kalimantan Selatan 91,67 8,33 100,00
Kalimantan Timur 88,13 11,88 100,00
Sulawesi Utara 88,89 11,11 100,00
Sulawesi Tengah 91,82 8,18 100,00
Sulawesi Selatan 87,62 12,38 100,00
Sulawesi Tenggara 95,00 5,00 100,00
Gorontalo 92,50 7,50 100,00
Sulawesi Barat 90,00 10,00 100,00
Maluku 80,00 20,00 100,00
Maluku Utara 76,00 24,00 100,00
Papua Barat 85,00 15,00 100,00
Papua 82,22 17,78 100,00
INDONESIA 90,30 9,70 100,00
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 17
3.2. Profil Demografis Responden
Faktor-faktor demografis adalah faktor atau atribut yang melekat
pada seseorang, variabel demografis yang dikumpulkan dalam survei ini
terbatas pada jenis kelamin, umur, hubungan dengan kepala rumah tangga,
dan status perkawinan. Faktor demografis ini diduga berpengaruh terhadap
sikap, pandangan dan perilaku seseorang. Faktor-faktor lainnya yang juga
diduga berpengaruh adalah tingkat pendidikan, status dan lapangan
pekerjaan dibahas pada bagian berikutnya.
Berdasarkan Tabel 3.2 terlihat bahwa sebagian besar responden
yang diwawancarai adalah kepala rumah tangga (KRT). Pada 2013
responden berstatus KRT sebanyak 58,48 persen dari jumlah responden
secara keseluruhan, sedangkan 41,52 persen responden lainnya adalah
pasangan atau suami/isteri dari KRT.
Tabel 3.2. Persentase Responden Menurut Hubungan dengan Kepala Rumah Tangga
dan Jenis Kelamin, 2013
Hubungan dengan Kepala Rumah Tangga
Laki-laki
Perempuan Jumlah
(1) (2) (3) (4)
KRT 99,91 26,26 58,48
Isteri/Suami 0,09 73,74 41,52
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Selain melihat pola status responden menurut hubungan dengan
KRT, survei ini juga menanyakan mengenai status perkawinan responden.
Terdapat empat kategori yakni tidak kawin, kawin, cerai hidup dan cerai
mati. Tidak kawin berarti responden tersebut belum pernah kawin.
Sementara kawin adalah seseorang mempunyai istri (bagi laki-laki) atau
suami (bagi perempuan) pada saat pencacahan, baik tinggal bersama
maupun terpisah.
Dalam hal ini yang dicakup tidak saja mereka yang kawin sah secara
hukum (adat, agama, negara, dan sebagainya), tetapi juga mereka yang hidup
bersama dan oleh masyarakat sekelilingnya dianggap sebagai suami-istri.
Cerai hidup adalah seseorang yang telah berpisah sebagai suami-istri karena
bercerai dan belum kawin lagi. Dalam hal ini termasuk mereka yang
III. PROFIL RESPONDEN
16 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Tingkat respon pencacahan (response rate) SPAK 2013 ini secara
keseluruhan mencapai sebesar 90,3 persen. Secara rinci response rate setiap
provinsi dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Persentase Response Rate dan Non Response Rate
Survei Perilaku Anti Korupsi (SPAK) 2013
Provinsi Respon Rate Non-Respon Rate Jumlah
(1) (2) (3) (4)
Aceh 90,00 10,00 100,00
Sumatera Utara 91,04 8,96 100,00
Sumatera Barat 90,00 10,00 100,00
Riau 89,00 11,00 100,00
Jambi 93,33 6,67 100,00
Sumatera Selatan 83,33 16,67 100,00
Bengkulu 85,00 15,00 100,00
Lampung 93,85 6,15 100,00
Kep. Bangka Belitung 90,00 10,00 100,00
Kep. Riau 88,75 11,25 100,00
DKI Jakarta 89,46 10,54 100,00
Jawa Barat 88,68 11,32 100,00
Jawa Tengah 93,24 6,76 100,00
DI Yogyakarta 87,00 13,00 100,00
Jawa Timur 92,26 7,74 100,00
Banten 89,36 10,64 100,00
Bali 92,35 7,65 100,00
Nusa Tenggara Barat 92,17 7,83 100,00
Nusa Tenggara Timur 93,64 6,36 100,00
Kalimantan Barat 92,50 7,50 100,00
Kalimantan Tengah 91,67 8,33 100,00
Kalimantan Selatan 91,67 8,33 100,00
Kalimantan Timur 88,13 11,88 100,00
Sulawesi Utara 88,89 11,11 100,00
Sulawesi Tengah 91,82 8,18 100,00
Sulawesi Selatan 87,62 12,38 100,00
Sulawesi Tenggara 95,00 5,00 100,00
Gorontalo 92,50 7,50 100,00
Sulawesi Barat 90,00 10,00 100,00
Maluku 80,00 20,00 100,00
Maluku Utara 76,00 24,00 100,00
Papua Barat 85,00 15,00 100,00
Papua 82,22 17,78 100,00
INDONESIA 90,30 9,70 100,00
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 17
3.2. Profil Demografis Responden
Faktor-faktor demografis adalah faktor atau atribut yang melekat
pada seseorang, variabel demografis yang dikumpulkan dalam survei ini
terbatas pada jenis kelamin, umur, hubungan dengan kepala rumah tangga,
dan status perkawinan. Faktor demografis ini diduga berpengaruh terhadap
sikap, pandangan dan perilaku seseorang. Faktor-faktor lainnya yang juga
diduga berpengaruh adalah tingkat pendidikan, status dan lapangan
pekerjaan dibahas pada bagian berikutnya.
Berdasarkan Tabel 3.2 terlihat bahwa sebagian besar responden
yang diwawancarai adalah kepala rumah tangga (KRT). Pada 2013
responden berstatus KRT sebanyak 58,48 persen dari jumlah responden
secara keseluruhan, sedangkan 41,52 persen responden lainnya adalah
pasangan atau suami/isteri dari KRT.
Tabel 3.2. Persentase Responden Menurut Hubungan dengan Kepala Rumah Tangga
dan Jenis Kelamin, 2013
Hubungan dengan Kepala Rumah Tangga
Laki-laki
Perempuan Jumlah
(1) (2) (3) (4)
KRT 99,91 26,26 58,48
Isteri/Suami 0,09 73,74 41,52
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Selain melihat pola status responden menurut hubungan dengan
KRT, survei ini juga menanyakan mengenai status perkawinan responden.
Terdapat empat kategori yakni tidak kawin, kawin, cerai hidup dan cerai
mati. Tidak kawin berarti responden tersebut belum pernah kawin.
Sementara kawin adalah seseorang mempunyai istri (bagi laki-laki) atau
suami (bagi perempuan) pada saat pencacahan, baik tinggal bersama
maupun terpisah.
Dalam hal ini yang dicakup tidak saja mereka yang kawin sah secara
hukum (adat, agama, negara, dan sebagainya), tetapi juga mereka yang hidup
bersama dan oleh masyarakat sekelilingnya dianggap sebagai suami-istri.
Cerai hidup adalah seseorang yang telah berpisah sebagai suami-istri karena
bercerai dan belum kawin lagi. Dalam hal ini termasuk mereka yang
III. PROFIL RESPONDEN
18 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
mengaku cerai walaupun belum resmi secara hukum. Sebaliknya tidak
termasuk mereka yang hanya hidup terpisah tetapi masih berstatus kawin,
misalnya suami/istri ditinggalkan oleh istri/suami ke tempat lain karena
sekolah, bekerja, mencari pekerjaan, atau untuk keperluan lain. Wanita yang
mengaku belum pernah kawin tetapi pernah hamil, dianggap cerai hidup.
Selanjutnya cerai mati adalah seseorang ditinggal mati oleh suami atau
istrinya dan belum kawin lagi.
Komposisi responden menurut status perkawinan seperti yang
disajikan pada Tabel 3.3, menunjukkan bahwa mayoritas dari keseluruhan
responden status perkawinannya adalah kawin. Lebih dari tiga perempat
dari keseluruhan responden atau sebesar 82,08 persen berstatus kawin,
mempunyai istri bagi laki-laki atau mempunyai suami bagi yang perempuan.
Responden yang memiliki status perkawinan cerai (mati dan hidup) sebesar
15,65 persen. Sedangkan responden yang tidak kawin sebesar 2,27 persen. Tabel 3.3.
Persentase Responden Menurut Status Perkawinan dan Jenis Kelamin Tahun 2013
Status Perkawinan
Laki-Laki Perempuan Jumlah
(1) (2) (3) (4)
Tidak Kawin 3,22 1,54 2,27
Kawin 88,74 76,90 82,08
Cerai Hidup 2,30 3,25 2,84
Cerai Mati 5,74 18,31 12,81
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Komposisi responden menurut status perkawinannya untuk setiap
jenis kelamin memiliki polanya serupa secara keseluruhan. Persentase
responden laki-laki berstatus kawin 88,74 persen sementara responden
perempuan bersatus kawin persentasenya mencapai 76,90 persen. Proporsi
responden laki-laki yang berstatus cerai hidup berjumlah paling sedikit,
yakni hanya 2,3 persen. Sementara itu proporsi responden perempuan tidak
kawin paling kecil sebesar 1,54 persen.
Struktur umur responden yang diperlihatkan pada Gambar 3.2,
modus umur berkisar antara 40 - 49 tahun dengan persentase sebesar 26,30
persen. Sebagian besar responden merupakan individu dalam usia produktif
terlihat dari gabungan kelompok umur 20 - 29, 30 – 39 dan 40 – 49 tahun
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 19
yang mencapai 59,32 persen dari keseluruhan. Untuk kelompok dengan
jumlah paling kecil adalah penduduk dibawah 20 tahun, hanya berjumlah
0,46 persen.
Gambar 3.2. Persentase Responden menurut Kelompok Umur (Tahun), 2013
3.3. Tingkat Pendidikan Responden
Pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) yaitu
proses perubahan sikap dan tata laku sesorang atau sekelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan. Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia pasal 1 Nomor 20
Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional, pengertian pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Setiap jenjang pendidikan ditetapkan berdasarkan tingkat
perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang
dikembangkan. Sejalan dengan itu, tingkat pendidikan seseorang dapat
merefleksikan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan kedewasaan yang
dimilikinya. Tingkat pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai
dan kemauan yang dikembangkan. Tingginya rata-rata tingkat pendidikan
masyarakat sangat penting bagi kesiapan bangsa menghadapi tantangan
0,46
8,43
24,5926,30
22,13
11,59
6,49
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
< 20 20-29 30-39 40-49 50-59 60-69 70 +
Kelompok Umur (Tahun)
III. PROFIL RESPONDEN
18 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
mengaku cerai walaupun belum resmi secara hukum. Sebaliknya tidak
termasuk mereka yang hanya hidup terpisah tetapi masih berstatus kawin,
misalnya suami/istri ditinggalkan oleh istri/suami ke tempat lain karena
sekolah, bekerja, mencari pekerjaan, atau untuk keperluan lain. Wanita yang
mengaku belum pernah kawin tetapi pernah hamil, dianggap cerai hidup.
Selanjutnya cerai mati adalah seseorang ditinggal mati oleh suami atau
istrinya dan belum kawin lagi.
Komposisi responden menurut status perkawinan seperti yang
disajikan pada Tabel 3.3, menunjukkan bahwa mayoritas dari keseluruhan
responden status perkawinannya adalah kawin. Lebih dari tiga perempat
dari keseluruhan responden atau sebesar 82,08 persen berstatus kawin,
mempunyai istri bagi laki-laki atau mempunyai suami bagi yang perempuan.
Responden yang memiliki status perkawinan cerai (mati dan hidup) sebesar
15,65 persen. Sedangkan responden yang tidak kawin sebesar 2,27 persen. Tabel 3.3.
Persentase Responden Menurut Status Perkawinan dan Jenis Kelamin Tahun 2013
Status Perkawinan
Laki-Laki Perempuan Jumlah
(1) (2) (3) (4)
Tidak Kawin 3,22 1,54 2,27
Kawin 88,74 76,90 82,08
Cerai Hidup 2,30 3,25 2,84
Cerai Mati 5,74 18,31 12,81
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Komposisi responden menurut status perkawinannya untuk setiap
jenis kelamin memiliki polanya serupa secara keseluruhan. Persentase
responden laki-laki berstatus kawin 88,74 persen sementara responden
perempuan bersatus kawin persentasenya mencapai 76,90 persen. Proporsi
responden laki-laki yang berstatus cerai hidup berjumlah paling sedikit,
yakni hanya 2,3 persen. Sementara itu proporsi responden perempuan tidak
kawin paling kecil sebesar 1,54 persen.
Struktur umur responden yang diperlihatkan pada Gambar 3.2,
modus umur berkisar antara 40 - 49 tahun dengan persentase sebesar 26,30
persen. Sebagian besar responden merupakan individu dalam usia produktif
terlihat dari gabungan kelompok umur 20 - 29, 30 – 39 dan 40 – 49 tahun
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 19
yang mencapai 59,32 persen dari keseluruhan. Untuk kelompok dengan
jumlah paling kecil adalah penduduk dibawah 20 tahun, hanya berjumlah
0,46 persen.
Gambar 3.2. Persentase Responden menurut Kelompok Umur (Tahun), 2013
3.3. Tingkat Pendidikan Responden
Pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) yaitu
proses perubahan sikap dan tata laku sesorang atau sekelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan. Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia pasal 1 Nomor 20
Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional, pengertian pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Setiap jenjang pendidikan ditetapkan berdasarkan tingkat
perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang
dikembangkan. Sejalan dengan itu, tingkat pendidikan seseorang dapat
merefleksikan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan kedewasaan yang
dimilikinya. Tingkat pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai
dan kemauan yang dikembangkan. Tingginya rata-rata tingkat pendidikan
masyarakat sangat penting bagi kesiapan bangsa menghadapi tantangan
0,46
8,43
24,5926,30
22,13
11,59
6,49
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
< 20 20-29 30-39 40-49 50-59 60-69 70 +
Kelompok Umur (Tahun)
III. PROFIL RESPONDEN
20 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
global di masa depan. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan
memudahkan sesorang atau masyarakat untuk menyerap informasi dan
mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari.
Pendidikan formal membentuk nilai bagi seseorang terutama dalam
menerima hal baru (Suhardjo, 2007).
Dalam survei ini yang dimaksud jenjang pendidikan tertinggi yang
pernah ditamatkan adalah jenjang pendidikan tertinggi yang pernah
ditamatkan oleh seseorang yang masih atau sudah tidak bersekolah lagi.
Terdapat delapan kategori jenjang pendidikan mulai dari tidak pernah
sekolah sampai tamat S2 atau S3.
Tabel 3.4. Persentase Responden Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan
dan Jenis Kelamin, 2013
Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan
Laki-laki Perempuan Jumlah
(1) (2) (3) (4)
Tidak Pernah Sekolah 7,47 11,48 9,72
Tidak Tamat SD/sedarajat 21,97 20,54 21,16
SD/Sederajat 29,77 31,15 30,55
SLTP/Sederajat 13,57 14,74 14,23
SLTA/Sederajat 19,31 16,37 17,66
DI/DII/DIII 1,92 2,02 1,98
S1 5,21 3,44 4,21
S2/S3 0,77 0,26 0,49
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Komposisi responden menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan
secara rinci disajikan pada Tabel 3.4. Persentase yang tertinggi adalah tamat
SD/sederajat (30,55 persen), berikutnya berturut-turut adalah tidak tamat
SD/sederajat (21,16 persen), tamat SLTA (17,66 persen), dan tamat SLTP
(14,23 persen). Sedangan gabungan responden tamatan Diploma, S1, S2/S3
persentasenya sebesar 6,68 persen.
Struktur tingkat pendidikan responden pada masing-masing jenis
kelamin serupa dengan struktur tingkat pendidikan responden secara
keseluruhan. Persentase tertinggi pada responden laki-laki adalah tamatan
SD mencapai 29,77 persen, sementara responden perempuan yang tamatan
SD sebesar 31,15 persen.
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 21
3.4. Jenis Kegiatan Utama Responden
Kegiatan utama sehari-hari yang dilakukan seseorang akan
membangun suatu komunitas tersendiri yang juga memiliki pola interaksi
sosial tersendiri. Kondisi ini pada gilirannya nanti akan mempengaruhi sikap
dan perilakunya. Sejalan dengan itu, sikap, wawasan dan perilaku seseorang
yang bekerja akan berbeda dengan orang yang mengurus rumah tangga atau
sekolah (tidak bekerja).
Survei menanyakan apakah responden bekerja atau berusaha dalam
seminggu terakhir. Konsep bekerja atau berusaha yang dipakai dalam survei
ini adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan seseorang dengan maksud
memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan
paling sedikit 1 (satu) jam secara tidak terputus selama seminggu yang lalu.
Kegiatan bekerja ini mencakup, baik yang sedang bekerja maupun yang
punya pekerjaan tetapi dalam seminggu yang lalu sementara tidak bekerja,
misalnya karena cuti, sakit, dan sejenisnya.
Tabel 3.5. Persentase Responden Menurut Kegiatan Utama dan Jenis Kelamin, 2013
Kegiatan Utama Laki-Laki Perempuan Jumlah
(1) (2) (3) (4)
Bekerja 89,82 60,88 73,54
Tidak Bekerja 10,18 39,12 26,46
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Komposisi responden menurut kegiatan utama sehari-hari disajikan
pada Tabel 3.5. Kegiatan utama mayoritas responden adalah bekerja sebesar
73,54 persen, sedangkan responden yang tidak bekerja pada saat dilakukan
pencacahan mencapai 26,46 persen.
Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin maka untuk responden yang
berjenis kelamin laki-laki yang tidak bekerja ada sebanyak 10,18 persen.
Berbeda dengan responden perempuan yang tidak bekerja persentasenya
sebanyak 39,12 persen.
III. PROFIL RESPONDEN
20 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
global di masa depan. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan
memudahkan sesorang atau masyarakat untuk menyerap informasi dan
mengimplementasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari.
Pendidikan formal membentuk nilai bagi seseorang terutama dalam
menerima hal baru (Suhardjo, 2007).
Dalam survei ini yang dimaksud jenjang pendidikan tertinggi yang
pernah ditamatkan adalah jenjang pendidikan tertinggi yang pernah
ditamatkan oleh seseorang yang masih atau sudah tidak bersekolah lagi.
Terdapat delapan kategori jenjang pendidikan mulai dari tidak pernah
sekolah sampai tamat S2 atau S3.
Tabel 3.4. Persentase Responden Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan
dan Jenis Kelamin, 2013
Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan
Laki-laki Perempuan Jumlah
(1) (2) (3) (4)
Tidak Pernah Sekolah 7,47 11,48 9,72
Tidak Tamat SD/sedarajat 21,97 20,54 21,16
SD/Sederajat 29,77 31,15 30,55
SLTP/Sederajat 13,57 14,74 14,23
SLTA/Sederajat 19,31 16,37 17,66
DI/DII/DIII 1,92 2,02 1,98
S1 5,21 3,44 4,21
S2/S3 0,77 0,26 0,49
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Komposisi responden menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan
secara rinci disajikan pada Tabel 3.4. Persentase yang tertinggi adalah tamat
SD/sederajat (30,55 persen), berikutnya berturut-turut adalah tidak tamat
SD/sederajat (21,16 persen), tamat SLTA (17,66 persen), dan tamat SLTP
(14,23 persen). Sedangan gabungan responden tamatan Diploma, S1, S2/S3
persentasenya sebesar 6,68 persen.
Struktur tingkat pendidikan responden pada masing-masing jenis
kelamin serupa dengan struktur tingkat pendidikan responden secara
keseluruhan. Persentase tertinggi pada responden laki-laki adalah tamatan
SD mencapai 29,77 persen, sementara responden perempuan yang tamatan
SD sebesar 31,15 persen.
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 21
3.4. Jenis Kegiatan Utama Responden
Kegiatan utama sehari-hari yang dilakukan seseorang akan
membangun suatu komunitas tersendiri yang juga memiliki pola interaksi
sosial tersendiri. Kondisi ini pada gilirannya nanti akan mempengaruhi sikap
dan perilakunya. Sejalan dengan itu, sikap, wawasan dan perilaku seseorang
yang bekerja akan berbeda dengan orang yang mengurus rumah tangga atau
sekolah (tidak bekerja).
Survei menanyakan apakah responden bekerja atau berusaha dalam
seminggu terakhir. Konsep bekerja atau berusaha yang dipakai dalam survei
ini adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan seseorang dengan maksud
memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan
paling sedikit 1 (satu) jam secara tidak terputus selama seminggu yang lalu.
Kegiatan bekerja ini mencakup, baik yang sedang bekerja maupun yang
punya pekerjaan tetapi dalam seminggu yang lalu sementara tidak bekerja,
misalnya karena cuti, sakit, dan sejenisnya.
Tabel 3.5. Persentase Responden Menurut Kegiatan Utama dan Jenis Kelamin, 2013
Kegiatan Utama Laki-Laki Perempuan Jumlah
(1) (2) (3) (4)
Bekerja 89,82 60,88 73,54
Tidak Bekerja 10,18 39,12 26,46
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Komposisi responden menurut kegiatan utama sehari-hari disajikan
pada Tabel 3.5. Kegiatan utama mayoritas responden adalah bekerja sebesar
73,54 persen, sedangkan responden yang tidak bekerja pada saat dilakukan
pencacahan mencapai 26,46 persen.
Jika dilihat berdasarkan jenis kelamin maka untuk responden yang
berjenis kelamin laki-laki yang tidak bekerja ada sebanyak 10,18 persen.
Berbeda dengan responden perempuan yang tidak bekerja persentasenya
sebanyak 39,12 persen.
III. PROFIL RESPONDEN
22 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
3.5. Status dalam Pekerjaan Utama Responden
Status dalam pekerjaan utama adalah kedudukan seseorang dalam
melakukan pekerjaan di suatu unit usaha/kegiatan. Komposisi responden
menurut status dalam pekerjaan utama dari Tabel 3.6 terlihat bahwa
persentase tertinggi adalah berusaha sendiri sebesar 30,06 persen.
Kelompok mayoritas responden berikutnya berturut-turut adalah
mereka yang berusaha dibantu buruh tidak dibayar (17,89 persen), mereka
yang merupakan karyawan/pegawai swasta (16,21 persen), dan pekerja
bebas (14,33 persen). Sedangkan untuk responden yang berstatus sebagai
pegawai negeri sipil mencapai 4,63 persen.
Tabel 3.6. Persentase Responden Menurut Status Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin, 2013
Status dalam Pekerjaan Utama
Laki-Laki Perempuan Jumlah
(1) (2) (3) (4)
Berusaha sendiri 28,79 31,51 30,06
Berusaha dibantu buruh tidak dibayar 21,82 13,38 17,89
Berusaha dibantu buruh dibayar 6,94 3,88 5,52
Karyawan/pegawai swasta 19,23 12,73 16,21
Pegawai Negeri Sipil/ Pejabat Pemerintah 4,54 4,73 4,63
TNI/POLRI 1,09 0,02 0,59
Pegawai BUMD/BUMN 0,33 0,10 0,23
Pekerja bebas 15,76 12,69 14,33
Pekerja tidak dibayar 0,75 20,13 9,77
Lainnya 0,73 0,83 0,78
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Bila diklasifikasi menjadi tiga kelompok utama yaitu: 1) kelompok
pegawai negeri (PNS dan TNI/Polri), 2) kelompok pekerja/pegawai swasta,
dan 3) kelompok berusaha (wiraswasta) maka data yang dihasilkan
menunjukkan mayoritas responden berada dalam kelompok yang memiliki
pekerjaan berusaha (wiraswasta) mencapai 53,46 persen, diikuti kelompok
pekerja/pegawai swasta mencapai 41,32 persen dan kelompok aparatur
pemerintah (PNS dan TNI Polri) sebesar 5,22 persen dari keseluruhan
responden yang bekerja pada saat pencacahan dilaksanakan.
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 23
3.6. Tingkat Pengeluaran Rumah Tangga Sebulan Responden Pengeluaran rumah tangga secara umum dapat menggambarkan
tingkat pendapatan. Pendapatan seseorang merupakan salah satu faktor
yang turut menentukan tingkat kesejahteraan dalam kehidupan seseorang.
Secara umum, tingkat kesejahteraan memiliki pengaruh terhadap pola pikir
seseorang. Dalam kaitannya dengan perilaku anti korupsi, pola pikir (mind
set) dapat membentuk perilaku permisif atau tidaknya seseorang dalam
menyikapi petty corruption (korupsi sehari-hari).
Tingkat pendapatan dalam survei ini diukur dengan tingkat
pengeluaran. Rata-rata pengeluaran rumah tangga per bulan merupakan
perkiraan berapa biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan hidup seluruh
rumah tangga setiap bulan.
Gambar 3.3. Persentase Responden menurut Pengeluaran Rumah Tangga Sebulan , 2013
Tingkat pengeluaran rumah tangga (sebulan) responden seperti yang
perlihatkan pada Gambar 3.3 memperlihatkan bahwa mayoritas responden
berada pada tingkat pengeluaran rumah tangga sebulan berkisar antara Rp 1
juta – Rp 2,9 juta mencapai lebih dari separuh (55,94 persen). Kemudian
diikuti dengan responden yang memiliki pengeluaran rumah tangga dibawah
Rp 1 juta sebesar 30,29 persen. Sedangkan, untuk kelompok dengan jumlah
yang paling kecil yakni pengeluaran rumah tangga diatas Rp 15 juta sebulan
hanya berjumlah 0,09 persen dari keseluruhan.
30,29
55,94
12,28
1,24 0,16 0,090,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
< 1 Juta 1 - 2,9juta
3 - 5,9juta
6 - 9,9juta
10 - 14,9juta
> 15 juta
Pengeluaran Rumah Tangga Sebulan (Rp)
III. PROFIL RESPONDEN
22 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
3.5. Status dalam Pekerjaan Utama Responden
Status dalam pekerjaan utama adalah kedudukan seseorang dalam
melakukan pekerjaan di suatu unit usaha/kegiatan. Komposisi responden
menurut status dalam pekerjaan utama dari Tabel 3.6 terlihat bahwa
persentase tertinggi adalah berusaha sendiri sebesar 30,06 persen.
Kelompok mayoritas responden berikutnya berturut-turut adalah
mereka yang berusaha dibantu buruh tidak dibayar (17,89 persen), mereka
yang merupakan karyawan/pegawai swasta (16,21 persen), dan pekerja
bebas (14,33 persen). Sedangkan untuk responden yang berstatus sebagai
pegawai negeri sipil mencapai 4,63 persen.
Tabel 3.6. Persentase Responden Menurut Status Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin, 2013
Status dalam Pekerjaan Utama
Laki-Laki Perempuan Jumlah
(1) (2) (3) (4)
Berusaha sendiri 28,79 31,51 30,06
Berusaha dibantu buruh tidak dibayar 21,82 13,38 17,89
Berusaha dibantu buruh dibayar 6,94 3,88 5,52
Karyawan/pegawai swasta 19,23 12,73 16,21
Pegawai Negeri Sipil/ Pejabat Pemerintah 4,54 4,73 4,63
TNI/POLRI 1,09 0,02 0,59
Pegawai BUMD/BUMN 0,33 0,10 0,23
Pekerja bebas 15,76 12,69 14,33
Pekerja tidak dibayar 0,75 20,13 9,77
Lainnya 0,73 0,83 0,78
Jumlah 100,00 100,00 100,00
Bila diklasifikasi menjadi tiga kelompok utama yaitu: 1) kelompok
pegawai negeri (PNS dan TNI/Polri), 2) kelompok pekerja/pegawai swasta,
dan 3) kelompok berusaha (wiraswasta) maka data yang dihasilkan
menunjukkan mayoritas responden berada dalam kelompok yang memiliki
pekerjaan berusaha (wiraswasta) mencapai 53,46 persen, diikuti kelompok
pekerja/pegawai swasta mencapai 41,32 persen dan kelompok aparatur
pemerintah (PNS dan TNI Polri) sebesar 5,22 persen dari keseluruhan
responden yang bekerja pada saat pencacahan dilaksanakan.
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 23
3.6. Tingkat Pengeluaran Rumah Tangga Sebulan Responden Pengeluaran rumah tangga secara umum dapat menggambarkan
tingkat pendapatan. Pendapatan seseorang merupakan salah satu faktor
yang turut menentukan tingkat kesejahteraan dalam kehidupan seseorang.
Secara umum, tingkat kesejahteraan memiliki pengaruh terhadap pola pikir
seseorang. Dalam kaitannya dengan perilaku anti korupsi, pola pikir (mind
set) dapat membentuk perilaku permisif atau tidaknya seseorang dalam
menyikapi petty corruption (korupsi sehari-hari).
Tingkat pendapatan dalam survei ini diukur dengan tingkat
pengeluaran. Rata-rata pengeluaran rumah tangga per bulan merupakan
perkiraan berapa biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan hidup seluruh
rumah tangga setiap bulan.
Gambar 3.3. Persentase Responden menurut Pengeluaran Rumah Tangga Sebulan , 2013
Tingkat pengeluaran rumah tangga (sebulan) responden seperti yang
perlihatkan pada Gambar 3.3 memperlihatkan bahwa mayoritas responden
berada pada tingkat pengeluaran rumah tangga sebulan berkisar antara Rp 1
juta – Rp 2,9 juta mencapai lebih dari separuh (55,94 persen). Kemudian
diikuti dengan responden yang memiliki pengeluaran rumah tangga dibawah
Rp 1 juta sebesar 30,29 persen. Sedangkan, untuk kelompok dengan jumlah
yang paling kecil yakni pengeluaran rumah tangga diatas Rp 15 juta sebulan
hanya berjumlah 0,09 persen dari keseluruhan.
30,29
55,94
12,28
1,24 0,16 0,090,00
10,00
20,00
30,00
40,00
50,00
60,00
< 1 Juta 1 - 2,9juta
3 - 5,9juta
6 - 9,9juta
10 - 14,9juta
> 15 juta
Pengeluaran Rumah Tangga Sebulan (Rp)
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 25
IV. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI
Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) Indonesia merupakan alat ukur
yang memiliki fungsi untuk menggambarkan dinamika perilaku masyarakat
apakah berperilaku anti atau permisif terhadap korupsi. Selain itu, juga
untuk mencerminkan intensitas dan kecenderungan perilaku yang
mengambarkan kondisi perilaku masyarakat secara umum (secara
matematis indeks masyarakat adalah rata-rata dari indeks seluruh individu).
Meningkatkan upaya pendidikan dan budaya anti korupsi merupakan
salah satu dari enam strategi yang diamanatkan Stranas PPK. Strategi ini
mengangankan masyarakat menjadi pelaku aktif pencegahan dan
pemberantasan korupsi. Strategi ini diukur berdasarkan IPAK dari individu
di Indonesia. Semakin tinggi angka indeks ini, maka diyakini nilai budaya
anti korupsi semakin terinternalisasi dan mewujud dalam perilaku nyata
setiap individu untuk memerangi tindak pidana korupsi. Sesuai dengan visi
dari strategi nasional pencegahan dan pemberantasan korupsi (Stranas PPK)
yang kelima yakni terwujudnya masyarakat dengan budaya integritas dalam
berbagai lini kehidupan berbangsa dan bernegara.
IPAK dihitung secara tahunan dapat untuk menggambarkan
perkembangan dinamika perilaku masyarakat. IPAK 2013 merupakan
kelanjutan dari baseline IPAK pada tahun 2012 lalu.
IPAK Indonesia 2013 sebesar
3,63 dalam skala 0 sampai 5. Angka
ini naik 0,08 poin dibandingkan
dengan IPAK 2012 yang besarnya
3,55. Meski demikian, kenaikan ini
belum merubah posisi dalam
kategori indeks, karena masih dalam
kategori yang sama yakni anti
korupsi.
Kategori IPAK dibagi ke dalam empat kategori yakni “sangat permisif
terhadap korupsi“ dengan nilai indeks 0 sampai 1,25, kategori “permisif”
terhadap korupsi dengan nilai indeks 1,26 sampai 2,50, kategori “anti
Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) Indonesia 2013 sebesar 3,63 dalam
skala 0 sampai 5. Angka ini naik 0,08 poin
dibandingkan IPAK tahun 2012 (3,55)
IV. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 25
IV. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI
Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) Indonesia merupakan alat ukur
yang memiliki fungsi untuk menggambarkan dinamika perilaku masyarakat
apakah berperilaku anti atau permisif terhadap korupsi. Selain itu, juga
untuk mencerminkan intensitas dan kecenderungan perilaku yang
mengambarkan kondisi perilaku masyarakat secara umum (secara
matematis indeks masyarakat adalah rata-rata dari indeks seluruh individu).
Meningkatkan upaya pendidikan dan budaya anti korupsi merupakan
salah satu dari enam strategi yang diamanatkan Stranas PPK. Strategi ini
mengangankan masyarakat menjadi pelaku aktif pencegahan dan
pemberantasan korupsi. Strategi ini diukur berdasarkan IPAK dari individu
di Indonesia. Semakin tinggi angka indeks ini, maka diyakini nilai budaya
anti korupsi semakin terinternalisasi dan mewujud dalam perilaku nyata
setiap individu untuk memerangi tindak pidana korupsi. Sesuai dengan visi
dari strategi nasional pencegahan dan pemberantasan korupsi (Stranas PPK)
yang kelima yakni terwujudnya masyarakat dengan budaya integritas dalam
berbagai lini kehidupan berbangsa dan bernegara.
IPAK dihitung secara tahunan dapat untuk menggambarkan
perkembangan dinamika perilaku masyarakat. IPAK 2013 merupakan
kelanjutan dari baseline IPAK pada tahun 2012 lalu.
IPAK Indonesia 2013 sebesar
3,63 dalam skala 0 sampai 5. Angka
ini naik 0,08 poin dibandingkan
dengan IPAK 2012 yang besarnya
3,55. Meski demikian, kenaikan ini
belum merubah posisi dalam
kategori indeks, karena masih dalam
kategori yang sama yakni anti
korupsi.
Kategori IPAK dibagi ke dalam empat kategori yakni “sangat permisif
terhadap korupsi“ dengan nilai indeks 0 sampai 1,25, kategori “permisif”
terhadap korupsi dengan nilai indeks 1,26 sampai 2,50, kategori “anti
Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) Indonesia 2013 sebesar 3,63 dalam
skala 0 sampai 5. Angka ini naik 0,08 poin
dibandingkan IPAK tahun 2012 (3,55)
IV. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI
IV. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI
26 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
korupsi” dengan nilai indeks 2,51 sampai 3,75, dan kategori ”sangat anti
korupsi” dengan nilai indeks 3,76 sampai 5,00.
Gambar 4.1. Perkembangan Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) Indonesia, 2012–2013
Makna nilai IPAK adalah semakin mendekati angka lima menunjukkan
bahwa masyarakat berperilaku semakin anti korupsi, yang bernilai bahwa
budaya zero tolerance terhadap korupsi semakin mengikat dan mewujud
dalam perilaku di masyarakat.
Dengan demikian, diharapkan semakin berkembangnya persamaan cara
pandang individu bahwa korupsi sangat merugikan masyarakat dan setiap
manusia Indonesia, yang kemudian akan muncul perbaikan perilaku yang
anti korupsi. Pendidikan dan internalisasi budaya anti korupsi di segenap
lapisan masyarakat merupakan salah satu cari untuk menyamakan cara
pandang tersebut.
4.1. IPAK Menurut Jenis Kelamin
Secara umum, IPAK 2013 lebih
tinggi pada jenis kelamin laki-laki
dibanding perempuan, meski
perbedaannya tidak dapat dikatakan
signifikan. Berdasarkan Gambar 4.2
IPAK 2013 untuk jenis kelamin laki-laki
sedikit lebih tinggi sebesar 3,66
Meski tidak berbeda signifikan, IPAK laki-laki
relatif lebih tinggi daripada IPAK
perempuan
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 27
dibanding perempuan sebesar 3,60. Hal ini juga terjadi pada IPAK 2012
dimana IPAK untuk jenis kelamin laki-laki sedikit lebih tinggi dibandingkan
IPAK untuk jenis kelamin perempuan.
Pada setiap kelompok jenis kelamin terjadi perubahan IPAK dari 2012
ke 2013. Dibandingkan dengan IPAK 2012 terlihat pola yang sama antara
IPAK laki-laki dan perempuan. IPAK untuk laki-laki maupun IPAK untuk
perempuan masing-masing naik 0,07 poin.
Gambar 4.2. Perkembangan IPAK Indonesia Menurut Jenis Kelamin. 2012–2013
Lebih tingginya angka IPAK 2013 untuk laki-laki dibandingkan dengan
IPAK untuk perempuan dari hasil survei berbanding lurus dengan tingkat
pengetahuan terkait dengan perilaku korupsi. Terlihat dari lebih banyak laki-
laki dibandingkan perempuan yang mengetahui/memahami jenis-jenis
perilaku yang merupakan perilaku korupsi (lihat bab 5.4
Pengetahuan/Pemahaman terkait perilaku korupsi). Hal ini mencerminkan
lebih rendahnya pengetahuan/pemahaman perempuan terkait dengan
perilaku korupsi yang berimplikasi kepada kecenderungan semakin
permisifnya perempuan daripada laki-laki.
4.2. IPAK Menurut Umur IPAK 2013 lebih tinggi pada penduduk usia kurang dari 60 tahun
dibanding penduduk usia 60 tahun ke atas. IPAK penduduk usia kurang dari
40 tahun sebesar 3,63, usia 40 sampai 59 tahun sebesar 3,65, dan usia 60
tahun ke atas sebesar 3,55.
IV. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI
26 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
korupsi” dengan nilai indeks 2,51 sampai 3,75, dan kategori ”sangat anti
korupsi” dengan nilai indeks 3,76 sampai 5,00.
Gambar 4.1. Perkembangan Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) Indonesia, 2012–2013
Makna nilai IPAK adalah semakin mendekati angka lima menunjukkan
bahwa masyarakat berperilaku semakin anti korupsi, yang bernilai bahwa
budaya zero tolerance terhadap korupsi semakin mengikat dan mewujud
dalam perilaku di masyarakat.
Dengan demikian, diharapkan semakin berkembangnya persamaan cara
pandang individu bahwa korupsi sangat merugikan masyarakat dan setiap
manusia Indonesia, yang kemudian akan muncul perbaikan perilaku yang
anti korupsi. Pendidikan dan internalisasi budaya anti korupsi di segenap
lapisan masyarakat merupakan salah satu cari untuk menyamakan cara
pandang tersebut.
4.1. IPAK Menurut Jenis Kelamin
Secara umum, IPAK 2013 lebih
tinggi pada jenis kelamin laki-laki
dibanding perempuan, meski
perbedaannya tidak dapat dikatakan
signifikan. Berdasarkan Gambar 4.2
IPAK 2013 untuk jenis kelamin laki-laki
sedikit lebih tinggi sebesar 3,66
Meski tidak berbeda signifikan, IPAK laki-laki
relatif lebih tinggi daripada IPAK
perempuan
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 27
dibanding perempuan sebesar 3,60. Hal ini juga terjadi pada IPAK 2012
dimana IPAK untuk jenis kelamin laki-laki sedikit lebih tinggi dibandingkan
IPAK untuk jenis kelamin perempuan.
Pada setiap kelompok jenis kelamin terjadi perubahan IPAK dari 2012
ke 2013. Dibandingkan dengan IPAK 2012 terlihat pola yang sama antara
IPAK laki-laki dan perempuan. IPAK untuk laki-laki maupun IPAK untuk
perempuan masing-masing naik 0,07 poin.
Gambar 4.2. Perkembangan IPAK Indonesia Menurut Jenis Kelamin. 2012–2013
Lebih tingginya angka IPAK 2013 untuk laki-laki dibandingkan dengan
IPAK untuk perempuan dari hasil survei berbanding lurus dengan tingkat
pengetahuan terkait dengan perilaku korupsi. Terlihat dari lebih banyak laki-
laki dibandingkan perempuan yang mengetahui/memahami jenis-jenis
perilaku yang merupakan perilaku korupsi (lihat bab 5.4
Pengetahuan/Pemahaman terkait perilaku korupsi). Hal ini mencerminkan
lebih rendahnya pengetahuan/pemahaman perempuan terkait dengan
perilaku korupsi yang berimplikasi kepada kecenderungan semakin
permisifnya perempuan daripada laki-laki.
4.2. IPAK Menurut Umur IPAK 2013 lebih tinggi pada penduduk usia kurang dari 60 tahun
dibanding penduduk usia 60 tahun ke atas. IPAK penduduk usia kurang dari
40 tahun sebesar 3,63, usia 40 sampai 59 tahun sebesar 3,65, dan usia 60
tahun ke atas sebesar 3,55.
IV. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI
28 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Seperti yang disajikan pada Gambar 4.3 memperlihatkan pada setiap
kelompok umur terjadi kenaikan IPAK dari 2012 ke 2013. Pada kelompok
umur di bawah 40 tahun terjadi kenaikan dari 3,57 menjadi 3,63. Pada
kelompok umur 40 sampai 60 tahun terjadi kenaikan dari 3,58 menjadi 3,65.
Hal ini juga terjadi pada kelompok umur di atas 60 tahun yang mengalami
kenaikan dari 3,45 menjadi 3,55.
Gambar 4.3. Perkembangan IPAK Indonesia Menurut Umur (Tahun), 2012-2013
4.3. IPAK Menurut Pendidikan
Pendidikan berpengaruh cukup kuat pada semangat anti korupsi. Dari
Gambar 4.4 terlihat bahwa semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi
IPAK. IPAK 2013 untuk responden berpendidikan SLTP ke bawah sebesar
3,55, SLTA sebesar 3,82 dan di atas SLTA sebesar 3,94.
Bila diliihat, terjadi peningkatan pada
indeks kategori SLTP ke bawah, dimana pada
2013 skornya naik dibandingkan angka 2012.
Sementara itu, pada kategori SLTA pada 2012
sebesar 3,78 dan pada 2013 sebesar 3,82.
Sementara untuk kategori SLTA ke atas pada
2012 sebesar 3,93 dan pada 2013 sebesar 3,94
Secara umum tingkat pendidikan seseorang dapat merefleksikan tingkat
pengetahuan, keterampilan, dan kedewasaan yang dimilikinya. Pendidikan
Pendidikan berpengaruh cukup kuat pada semangat
anti korupsi
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 29
dan internalisasi budaya anti korupsi di segenap lapisan masyarakat
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan semangat anti korupsi.
Gambar 4.4. Perkembangan IPAK Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi, 2012-2013
4.5. IPAK Menurut Hubungan Kepala Rumah Tangga
Secara umum tidak terdapat perbedaan yang signifkan skor indeks bila
dilihat berdasarkan hubungan dengan kepala rumah tangga. Pada setiap
kategori hubungan dengan kepala rumah tangga terjadi kenaikan IPAK dari
2012 ke 2013.
Gambar 4.5. Perkembangan IPAK Indonesia Menurut Hubungan dengan Kepala Rumah Tangga,
2012–2013
Berdasarkan Gambar 4.5 terlihat IPAK 2013 untuk responden yang
berstatus KRT naik dari 3,56 menjadi 3,62 dan IPAK untuk responden yang
IV. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI
28 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Seperti yang disajikan pada Gambar 4.3 memperlihatkan pada setiap
kelompok umur terjadi kenaikan IPAK dari 2012 ke 2013. Pada kelompok
umur di bawah 40 tahun terjadi kenaikan dari 3,57 menjadi 3,63. Pada
kelompok umur 40 sampai 60 tahun terjadi kenaikan dari 3,58 menjadi 3,65.
Hal ini juga terjadi pada kelompok umur di atas 60 tahun yang mengalami
kenaikan dari 3,45 menjadi 3,55.
Gambar 4.3. Perkembangan IPAK Indonesia Menurut Umur (Tahun), 2012-2013
4.3. IPAK Menurut Pendidikan
Pendidikan berpengaruh cukup kuat pada semangat anti korupsi. Dari
Gambar 4.4 terlihat bahwa semakin tinggi pendidikan maka semakin tinggi
IPAK. IPAK 2013 untuk responden berpendidikan SLTP ke bawah sebesar
3,55, SLTA sebesar 3,82 dan di atas SLTA sebesar 3,94.
Bila diliihat, terjadi peningkatan pada
indeks kategori SLTP ke bawah, dimana pada
2013 skornya naik dibandingkan angka 2012.
Sementara itu, pada kategori SLTA pada 2012
sebesar 3,78 dan pada 2013 sebesar 3,82.
Sementara untuk kategori SLTA ke atas pada
2012 sebesar 3,93 dan pada 2013 sebesar 3,94
Secara umum tingkat pendidikan seseorang dapat merefleksikan tingkat
pengetahuan, keterampilan, dan kedewasaan yang dimilikinya. Pendidikan
Pendidikan berpengaruh cukup kuat pada semangat
anti korupsi
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 29
dan internalisasi budaya anti korupsi di segenap lapisan masyarakat
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan semangat anti korupsi.
Gambar 4.4. Perkembangan IPAK Indonesia Menurut Pendidikan Tertinggi, 2012-2013
4.5. IPAK Menurut Hubungan Kepala Rumah Tangga
Secara umum tidak terdapat perbedaan yang signifkan skor indeks bila
dilihat berdasarkan hubungan dengan kepala rumah tangga. Pada setiap
kategori hubungan dengan kepala rumah tangga terjadi kenaikan IPAK dari
2012 ke 2013.
Gambar 4.5. Perkembangan IPAK Indonesia Menurut Hubungan dengan Kepala Rumah Tangga,
2012–2013
Berdasarkan Gambar 4.5 terlihat IPAK 2013 untuk responden yang
berstatus KRT naik dari 3,56 menjadi 3,62 dan IPAK untuk responden yang
IV. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI
30 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
berstatus pasangan (suami/istri) juga naik dari 3,54 menjadi 3,63 pada
2013. Pola ini sejalan dengan pola yang terjadi pada IPAK komposit.
4.6. IPAK Menurut Tingkat Pengeluaran Rumah Tangga
Apabila dilihat berdasarkan
tingkat pengeluaran maka secara
umum terlihat bahwa tingkat
pengeluaran paling rendah
memiliki IPAK yang paling rendah
pula.
Gambar 4.6. IPAK Indonesia Menurut Tingkat Pengeluaran Rumah Tangga Sebulan
(dalam jutaan rupiah), 2013
Seperti yang disajikan pada Gambar 4.6. terlihat pada 2013, IPAK untuk
masyarakat dengan tingkat pengeluaran dibawah 1 juta perbulan sebesar
3,53 sementara IPAK untuk masyarakat dengan tingkat pengeluaran diatass
15 juta rupiah sebesar 3,82. Selanjutnya, IPAK 2013 untuk masyarakat
dengan tingkat pengeluaran 1 sampai 2,9 juta perbulan sebesar 3,64.
IPAK 2013 untuk masyarakat dengan tingkat pengeluaran 3 sampai 5,9
juta perbulan sebesar 3,78, IPAK 2013 untuk masyarakat dengan tingkat
pengeluaran 6 sampai 9,9 juta perbulan sebesar 3,69. Kemudian, IPAK 2013
1 – 2,9 3 – 5,9 6 – 9,9 10 – 14,9 > 15
0
1,25
2,50
3,75
5,0
3,64
< 1
2013
3,53
3,78
3,69
3,86 3,82
Secara umum terlihat tingkat pengeluaran rendah memiliki IPAK yang cenderung rendah
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 31
untuk masyarakat dengan tingkat pengeluaran 10 sampai 14,9 juta perbulan
sebesar 3,86.
Tingkat kesejahteraan yang direfleksikan dalam tingkat pengeluaran
memiliki pengaruh terhadap pola pikir seseorang. Dalam kaitannya dengan
perilaku anti korupsi, pola pikir (mind set) secara kognitif dapat membentuk
perilaku permisif atau tidaknya seseorang terkait dengan petty corruption
(korupsi sehari-hari).
4.7. IPAK Menurut Urban - Rural
Nilai IPAK berdasarkan wilayah urban - rural memiliki pola yang sama
dengan IPAK nasional. Pada Gambar 4.7 terlihat IPAK 2013 untuk perkotaan
cenderung lebih tinggi sebesar 3,71
dibandingkan IPAK perdesaan sebesar
3,55. Perbandingan serupa juga telah
nampak pada 2012, IPAK perkotaan
sebesar 3,63 dibanding perdesaan
sebesar 3,43.
Gambar 4.7. Perkembangan IPAK Indonesia Menurut Domisili Wilayah, 2012–2013
Secara umum pada setiap kelompok wilayah, baik perkotaan maupun
perdesaan terjadi peningkatan IPAK dari 2012 ke 2013.. IPAK untuk
perkotaan maupun IPAK untuk perdesaan masing-masing naik 0,05 poin dan
0,09 poin.
Lebih rendahnya IPAK perdesaan dapat mencerminkan kurangnya
dampak internalisasi budaya anti korupsi disana ketimbang di perkotaan.
IPAK masyarakat di wilayah perkotaan sedikit lebih tinggi
IV. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI
30 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
berstatus pasangan (suami/istri) juga naik dari 3,54 menjadi 3,63 pada
2013. Pola ini sejalan dengan pola yang terjadi pada IPAK komposit.
4.6. IPAK Menurut Tingkat Pengeluaran Rumah Tangga
Apabila dilihat berdasarkan
tingkat pengeluaran maka secara
umum terlihat bahwa tingkat
pengeluaran paling rendah
memiliki IPAK yang paling rendah
pula.
Gambar 4.6. IPAK Indonesia Menurut Tingkat Pengeluaran Rumah Tangga Sebulan
(dalam jutaan rupiah), 2013
Seperti yang disajikan pada Gambar 4.6. terlihat pada 2013, IPAK untuk
masyarakat dengan tingkat pengeluaran dibawah 1 juta perbulan sebesar
3,53 sementara IPAK untuk masyarakat dengan tingkat pengeluaran diatass
15 juta rupiah sebesar 3,82. Selanjutnya, IPAK 2013 untuk masyarakat
dengan tingkat pengeluaran 1 sampai 2,9 juta perbulan sebesar 3,64.
IPAK 2013 untuk masyarakat dengan tingkat pengeluaran 3 sampai 5,9
juta perbulan sebesar 3,78, IPAK 2013 untuk masyarakat dengan tingkat
pengeluaran 6 sampai 9,9 juta perbulan sebesar 3,69. Kemudian, IPAK 2013
1 – 2,9 3 – 5,9 6 – 9,9 10 – 14,9 > 15
0
1,25
2,50
3,75
5,0
3,64
< 1
2013
3,53
3,78
3,69
3,86 3,82
Secara umum terlihat tingkat pengeluaran rendah memiliki IPAK yang cenderung rendah
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 31
untuk masyarakat dengan tingkat pengeluaran 10 sampai 14,9 juta perbulan
sebesar 3,86.
Tingkat kesejahteraan yang direfleksikan dalam tingkat pengeluaran
memiliki pengaruh terhadap pola pikir seseorang. Dalam kaitannya dengan
perilaku anti korupsi, pola pikir (mind set) secara kognitif dapat membentuk
perilaku permisif atau tidaknya seseorang terkait dengan petty corruption
(korupsi sehari-hari).
4.7. IPAK Menurut Urban - Rural
Nilai IPAK berdasarkan wilayah urban - rural memiliki pola yang sama
dengan IPAK nasional. Pada Gambar 4.7 terlihat IPAK 2013 untuk perkotaan
cenderung lebih tinggi sebesar 3,71
dibandingkan IPAK perdesaan sebesar
3,55. Perbandingan serupa juga telah
nampak pada 2012, IPAK perkotaan
sebesar 3,63 dibanding perdesaan
sebesar 3,43.
Gambar 4.7. Perkembangan IPAK Indonesia Menurut Domisili Wilayah, 2012–2013
Secara umum pada setiap kelompok wilayah, baik perkotaan maupun
perdesaan terjadi peningkatan IPAK dari 2012 ke 2013.. IPAK untuk
perkotaan maupun IPAK untuk perdesaan masing-masing naik 0,05 poin dan
0,09 poin.
Lebih rendahnya IPAK perdesaan dapat mencerminkan kurangnya
dampak internalisasi budaya anti korupsi disana ketimbang di perkotaan.
IPAK masyarakat di wilayah perkotaan sedikit lebih tinggi
IV. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI
32 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Kesenjangan tersebut perlu diantisipasi sejak dini supaya tidak menjadi
semakin lebar.
Sosialisasi untuk meningkatkan pengetahuan terkait dengan perilaku-
perilaku yang termasuk dalam perilaku korupsi penting untuk dilakukan,
agar masyarakat perdesaan menjadi lebih memahami/mengetahui bahwa
perilaku yang sepertinya sudah biasa dilakukan di masyarakat merupakan
perilaku korupsi yang tidak sepatutnya dilakukan.
4.8. IPAK Menurut Zona Waktu
IPAK merupakan indeks dengan level estimasi nasional sehingga
merinci nilai IPAK berdasarkan provinsi memang tidak didesain dari survei
perilaku anti korupsi (SPAK) untuk sekarang ini. Namun, sebagai upaya
untuk menjelaskan IPAK berbasis lokasi/wilayah, maka dilakukan
penghitungan IPAK menurut zona waktu
Gambar 4.8. IPAK Indonesia Menurut Zona Waktu, 2013
Secara umum, IPAK 2013 lebih tinggi pada zona waktu Indonesia
Tengah (WITA) daripada zona waktu lainnya, meski perbedaannya tidak
dapat dikatakan signifikan. Berdasarkan Gambar 4.8. terlihat IPAK untuk
zona waktu tengah (WITA) sebesar 3,76 cenderung lebih tinggi
dibandingkan IPAK zona waktu barat (WIB) sebesar 3,60 dan IPAK zona
waktu timur sebesar 3,71.
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 33
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
5.1. Pendapat terhadap Kebiasaan di Masyarakat
Pertanyaan pada bagian ini didesain untuk mengatahui bagaimana
pendapat atau penilaian masyarakat terhadap beberapa perilaku/kebiasaan
yang diduga merupakan akar kultural berkembangnya perilaku korupsi.
Dalam tatanan sosial perilaku/kebiasaan baik atau buruk dapat membentuk
sebuah kultur dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam tatanan inilah pada
penetapan variabel dirancang dalam
tiga tingkatan yakni keluarga,
komunitas, dan publik. Pendapat dan
penilaian merupakan awal yang
membentuk perilaku individu. Perilaku
yang dinilai adalah perilaku sehari-
hari yang merupakan perilaku korupsi (everyday corruption) maupun
perilaku yang diduga merupakan akar kebiasaan perilaku koruptif.
Prof Hamdi Muluk (Guru Besar Psikologi Universitas Indonesia) pada
workshop survei perilaku anti korupsi menyampaikan dalam salah satu
pendekatan psikologi sosial, perilaku manusia dapat terbentuk melalui sikap,
pendapat dan pola pikir yang ada pada masing-masing individu. Pendekatan
kognitif menjelaskan perilaku manusia ditentukan beberapa faktor yakni
informasi/stimulus yang diterima responden di dalam lingkungan, kemudian
informasi tersebut diolah dan membentuk pendapat, sikap, dan pola pikir.
Akhirnya membentuk perilaku yag tercermin dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan kata lain, semakin permisif pendapat masyarakat terhadap
perilaku korupsi dapat diduga menggambarkan perilaku anti korupsi
individu yang semakin rendah dan sebaliknya. Bagian ini diukur dari tiga
aspek (level) yaitu keluarga, komunitas, dan publik.
5.1.1. Perilaku di Tingkat Keluarga
Keluarga adalah level yang sangat penting dalam kehidupan sosial
setiap individu. Keluarga merupakan agen sosialisasi yang memiliki peranan
yang sangat penting. Peranan yang sangat penting itu didasarkan sebuah
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
Sikap, pendapat dan pola pikir membentuk
perilaku korupsi atau anti korupsi individu (Prof Hamdi Muluk)
IV. INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI
32 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Kesenjangan tersebut perlu diantisipasi sejak dini supaya tidak menjadi
semakin lebar.
Sosialisasi untuk meningkatkan pengetahuan terkait dengan perilaku-
perilaku yang termasuk dalam perilaku korupsi penting untuk dilakukan,
agar masyarakat perdesaan menjadi lebih memahami/mengetahui bahwa
perilaku yang sepertinya sudah biasa dilakukan di masyarakat merupakan
perilaku korupsi yang tidak sepatutnya dilakukan.
4.8. IPAK Menurut Zona Waktu
IPAK merupakan indeks dengan level estimasi nasional sehingga
merinci nilai IPAK berdasarkan provinsi memang tidak didesain dari survei
perilaku anti korupsi (SPAK) untuk sekarang ini. Namun, sebagai upaya
untuk menjelaskan IPAK berbasis lokasi/wilayah, maka dilakukan
penghitungan IPAK menurut zona waktu
Gambar 4.8. IPAK Indonesia Menurut Zona Waktu, 2013
Secara umum, IPAK 2013 lebih tinggi pada zona waktu Indonesia
Tengah (WITA) daripada zona waktu lainnya, meski perbedaannya tidak
dapat dikatakan signifikan. Berdasarkan Gambar 4.8. terlihat IPAK untuk
zona waktu tengah (WITA) sebesar 3,76 cenderung lebih tinggi
dibandingkan IPAK zona waktu barat (WIB) sebesar 3,60 dan IPAK zona
waktu timur sebesar 3,71.
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 33
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
5.1. Pendapat terhadap Kebiasaan di Masyarakat
Pertanyaan pada bagian ini didesain untuk mengatahui bagaimana
pendapat atau penilaian masyarakat terhadap beberapa perilaku/kebiasaan
yang diduga merupakan akar kultural berkembangnya perilaku korupsi.
Dalam tatanan sosial perilaku/kebiasaan baik atau buruk dapat membentuk
sebuah kultur dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam tatanan inilah pada
penetapan variabel dirancang dalam
tiga tingkatan yakni keluarga,
komunitas, dan publik. Pendapat dan
penilaian merupakan awal yang
membentuk perilaku individu. Perilaku
yang dinilai adalah perilaku sehari-
hari yang merupakan perilaku korupsi (everyday corruption) maupun
perilaku yang diduga merupakan akar kebiasaan perilaku koruptif.
Prof Hamdi Muluk (Guru Besar Psikologi Universitas Indonesia) pada
workshop survei perilaku anti korupsi menyampaikan dalam salah satu
pendekatan psikologi sosial, perilaku manusia dapat terbentuk melalui sikap,
pendapat dan pola pikir yang ada pada masing-masing individu. Pendekatan
kognitif menjelaskan perilaku manusia ditentukan beberapa faktor yakni
informasi/stimulus yang diterima responden di dalam lingkungan, kemudian
informasi tersebut diolah dan membentuk pendapat, sikap, dan pola pikir.
Akhirnya membentuk perilaku yag tercermin dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan kata lain, semakin permisif pendapat masyarakat terhadap
perilaku korupsi dapat diduga menggambarkan perilaku anti korupsi
individu yang semakin rendah dan sebaliknya. Bagian ini diukur dari tiga
aspek (level) yaitu keluarga, komunitas, dan publik.
5.1.1. Perilaku di Tingkat Keluarga
Keluarga adalah level yang sangat penting dalam kehidupan sosial
setiap individu. Keluarga merupakan agen sosialisasi yang memiliki peranan
yang sangat penting. Peranan yang sangat penting itu didasarkan sebuah
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
Sikap, pendapat dan pola pikir membentuk
perilaku korupsi atau anti korupsi individu (Prof Hamdi Muluk)
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
34 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
keyakinan bahwa keluarga mempunyai fungsi yang sangat penting didalam
menanamkan nilai-nilai sebagai bagian dalam proses sosialisasi.
Sosialisasi menjadi penting karena merupakan proses belajar dimana
anggota masyarakat mempelajari norma-norma dan nilai-nilai yang
berkembang dalam masyarakat. Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai
proses melalui mana seseorang belajar menjadi seorang anggota yang
berpartisipasi dalam masyarakat (Sunarto, 2004).
Dalam pendidikan dan budaya anti korupsi posisi keluarga
dipandang memiliki peran yang sangat penting dalam mengajarkan nilai-nlai
luhur yang merupakan dasar perilaku anti korupsi. Hal ini sejalan dengan
sembilan nilai integritas yang disampaikan oleh KPK (Komisi Pemberantasan
Korupsi), yaitu jujur, peduli, mandiri, disiplin, tanggung jawab, kerja keras,
sederhana, berani dan adil. Nilai-nilai tersebut diyakini memiliki kaitan erat
dengan fungsi dan peran keluarga.
Dalam survei ini di level keluarga terdiri dari empat variabel, yaitu:
1. Pendapat tentang sikap istri yang menerima uang pemberian suami di
luar penghasilan suami tanpa mempertanyakan asal usul uang
tersebut
2. Pendapat tentang pegawai negeri yang bepergian bersama keluarga
dengan menggunakan kendaraan dinas untuk keperluan pribadi
3. Pendapat tentang perilaku orang tua yang mengajak anaknya dalam
kampanye Pemilu/Pilkada demi mendapatkan uang saku yang lebih
banyak
4. Pendapat tentang seseorang mengetahui saudaranya mengambil uang
orang tuanya tetapi tidak melaporkannya
Hasil SPAK 2013
seperti yang disajikan pada
Gambar 5.1 menunjukkan
bahwa masih terdapat 76,43
persen masyarakat
menyatakan bahwa perilaku
istri yang menerima uang
pemberian suami di luar penghasilan suami tanpa mempertanyakan asal
usul uang tersebut merupakan hal yang kurang wajar atau tidak wajar. Jika
Tiga dari empat responden menganggap kurang wajar
atau tidak wajar seorang istri menerima uang yang diberikan
suami tanpa harus mempertanyakan asal usulnya
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 35
dibandingkan dengan 2012 yang sebesar 68,76 persen maka terlihat terjadi
peningkatan sebesar 7,67 persen. Sedangkan masyarakat yang menyatakan
perilaku tersebut merupakan hal yang wajar atau sangat wajar sebesar 31,24
persen.
Gambar 5.1. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Sikap Istri yang Menerima
Uang Pemberian Suami di Luar Penghasilan Suami Tanpa Mempertanyakan Asal Usul Uang Tersebut, 2012-2013
Artinya tiga dari empat masyarakat menganggap kurang wajar atau
tidak wajar seorang istri menerima uang yang diberikan suami tanpa harus
mempertanyakan asal usulnya. Hal ini cerminan perilaku yang memiliki nilai
integritas untuk menjadi anti korupsi.
Apabila berdasarkan jenis kelamin, Tabel 5.1 memperlihatkan pola
yang sama dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2013 sebanyak 73,45
persen laki-laki menyatakan bahwa perilaku istri yang menerima uang
pemberian suami di luar penghasilan suami tanpa mempertanyakan asal
usul uang tersebut adalah hal yang kurang wajar atau tidak wajar.
Sedangkan perempuan yang menyatakan perilaku tersebut adalah
hal yang kurang wajar atau tidak wajar lebih besar yakni 78,75 persen.
Persentase perempuan yang tidak permisif terkait perilaku tersebut lebih
tinggi daripada laki-laki.
0
10
20
30
40
50
60
Sangat Wajar Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar
1,20
30,03
19,56
49,20
1,07
22,50 22,30
54,13
2012 2013
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
34 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
keyakinan bahwa keluarga mempunyai fungsi yang sangat penting didalam
menanamkan nilai-nilai sebagai bagian dalam proses sosialisasi.
Sosialisasi menjadi penting karena merupakan proses belajar dimana
anggota masyarakat mempelajari norma-norma dan nilai-nilai yang
berkembang dalam masyarakat. Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai
proses melalui mana seseorang belajar menjadi seorang anggota yang
berpartisipasi dalam masyarakat (Sunarto, 2004).
Dalam pendidikan dan budaya anti korupsi posisi keluarga
dipandang memiliki peran yang sangat penting dalam mengajarkan nilai-nlai
luhur yang merupakan dasar perilaku anti korupsi. Hal ini sejalan dengan
sembilan nilai integritas yang disampaikan oleh KPK (Komisi Pemberantasan
Korupsi), yaitu jujur, peduli, mandiri, disiplin, tanggung jawab, kerja keras,
sederhana, berani dan adil. Nilai-nilai tersebut diyakini memiliki kaitan erat
dengan fungsi dan peran keluarga.
Dalam survei ini di level keluarga terdiri dari empat variabel, yaitu:
1. Pendapat tentang sikap istri yang menerima uang pemberian suami di
luar penghasilan suami tanpa mempertanyakan asal usul uang
tersebut
2. Pendapat tentang pegawai negeri yang bepergian bersama keluarga
dengan menggunakan kendaraan dinas untuk keperluan pribadi
3. Pendapat tentang perilaku orang tua yang mengajak anaknya dalam
kampanye Pemilu/Pilkada demi mendapatkan uang saku yang lebih
banyak
4. Pendapat tentang seseorang mengetahui saudaranya mengambil uang
orang tuanya tetapi tidak melaporkannya
Hasil SPAK 2013
seperti yang disajikan pada
Gambar 5.1 menunjukkan
bahwa masih terdapat 76,43
persen masyarakat
menyatakan bahwa perilaku
istri yang menerima uang
pemberian suami di luar penghasilan suami tanpa mempertanyakan asal
usul uang tersebut merupakan hal yang kurang wajar atau tidak wajar. Jika
Tiga dari empat responden menganggap kurang wajar
atau tidak wajar seorang istri menerima uang yang diberikan
suami tanpa harus mempertanyakan asal usulnya
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 35
dibandingkan dengan 2012 yang sebesar 68,76 persen maka terlihat terjadi
peningkatan sebesar 7,67 persen. Sedangkan masyarakat yang menyatakan
perilaku tersebut merupakan hal yang wajar atau sangat wajar sebesar 31,24
persen.
Gambar 5.1. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Sikap Istri yang Menerima
Uang Pemberian Suami di Luar Penghasilan Suami Tanpa Mempertanyakan Asal Usul Uang Tersebut, 2012-2013
Artinya tiga dari empat masyarakat menganggap kurang wajar atau
tidak wajar seorang istri menerima uang yang diberikan suami tanpa harus
mempertanyakan asal usulnya. Hal ini cerminan perilaku yang memiliki nilai
integritas untuk menjadi anti korupsi.
Apabila berdasarkan jenis kelamin, Tabel 5.1 memperlihatkan pola
yang sama dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2013 sebanyak 73,45
persen laki-laki menyatakan bahwa perilaku istri yang menerima uang
pemberian suami di luar penghasilan suami tanpa mempertanyakan asal
usul uang tersebut adalah hal yang kurang wajar atau tidak wajar.
Sedangkan perempuan yang menyatakan perilaku tersebut adalah
hal yang kurang wajar atau tidak wajar lebih besar yakni 78,75 persen.
Persentase perempuan yang tidak permisif terkait perilaku tersebut lebih
tinggi daripada laki-laki.
0
10
20
30
40
50
60
Sangat Wajar Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar
1,20
30,03
19,56
49,20
1,07
22,50 22,30
54,13
2012 2013
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
36 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Tabel 5.1. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Sikap Istri yang Menerima
Uang Pemberian Suami di Luar Penghasilan Suami Tanpa Mempertanyakan Asal Usul Uang Tersebut Menurut Jenis Kelamin, 2012-2013
Pendapat 2012 2013
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan
Sangat Wajar 1,34 1,09 1,17 0,99
Wajar 32,35 28,11 25,39 20,26
Kurang Wajar 20,12 19,10 23,15 21,64
Tidak Wajar 46,19 51,69 50,30 57,11
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Komposisi masyarakat yang menilai kurang wajar atau tidak wajar
apabila seorang pegawai negeri bepergian bersama keluarga dengan
menggunakan kendaraan dinas untuk keperluan pribadi mencapai 76,17
persen atau naik 3,13 persen dibandingkan tahun 2012 (73,04 persen).
Jumlah ini lebih besar daripada persentase masyarakat yang menyatakan
perilaku tersebut sebagai hal yang wajar atau sangat wajar sebesar 23,83
persen. Hampir tiga perempat masyarakat tidak permisif terkait perilaku ini.
Gambar 5.2. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Pegawai Negeri
yang Bepergian Bersama Keluarga dengan Menggunakan Kendaraan Dinas untuk Keperluan Pribadi. 2012–2013
Secara umum laki-laki lebih menganggap perilaku seorang pegawai
negeri yang bepergian bersama keluarga dengan menggunakan kendaraan
dinas untuk keperluan pribadi sebagai hal yang kurang wajar atau tidak
wajar sebesar 78,54 persen atau naik 3,85 persen dari tahun 2012 sebesar
0
10
20
30
40
50
60
Sangat Wajar Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar
2,20
25,7620,70
52,34
0,43
23,4120,52
55,65
2012 2013
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 37
74,69 persen. Sementara perempuan yang menilai kurang wajar atau tidak
wajar sebesar 74,31 persen. Persentase masyarakat yang tidak permisif
(kurang wajar atau tidak wajar) lebih tinggi pada laki-laki daripada
perempuan.
Tabel 5.2. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Pegawai Negeri yang
Bepergian Bersama Keluarga dengan Menggunakan Kendaraan Dinas untuk Keperluan Pribadi Menurut Jenis Kelamin, 2012-2013
Pendapat 2012 2013
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan
Sangat Wajar 1,43 1,01 0,38 0,47
Wajar 23,89 27,32 21,08 25,22
Kurang Wajar 20,47 20,89 21,18 20,00
Tidak Wajar 54,22 50,78 57,36 54,31
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Berdasarkan Gambar 5.3 terlihat pada tahun 2013, sebesar 82,70
persen masyarakat menyatakan bahwa perilaku orang tua mengajak
anaknya dalam kampanye Pemilu/Pilkada demi mendapatkan uang saku
yang lebih banyak merupakan hal yang kurang wajar atau tidak wajar. Angka
ini mengalami peningkatan tipis sebesar 2,48 persen dibandingkan dengan
tahun 2012 sebesar 80,22 persen Sedangkan masyarakat yang menyatakan
perilaku tersebut merupakan hal yang wajar atau sangat wajar sebesar 17,30
persen.
Gambar 5.3. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Orang Tua
yang Mengajak Anaknya dalam Kampanye Pemilu/Pilkada Demi Mendapatkan Uang Saku yang Lebih Banyak, 2012–2013
0
20
40
60
80
Sangat Wajar Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar
2,04
18,74 18,37
61,85
0,45
16,85 19,37
63,33
2012 2013
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
36 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Tabel 5.1. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Sikap Istri yang Menerima
Uang Pemberian Suami di Luar Penghasilan Suami Tanpa Mempertanyakan Asal Usul Uang Tersebut Menurut Jenis Kelamin, 2012-2013
Pendapat 2012 2013
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan
Sangat Wajar 1,34 1,09 1,17 0,99
Wajar 32,35 28,11 25,39 20,26
Kurang Wajar 20,12 19,10 23,15 21,64
Tidak Wajar 46,19 51,69 50,30 57,11
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Komposisi masyarakat yang menilai kurang wajar atau tidak wajar
apabila seorang pegawai negeri bepergian bersama keluarga dengan
menggunakan kendaraan dinas untuk keperluan pribadi mencapai 76,17
persen atau naik 3,13 persen dibandingkan tahun 2012 (73,04 persen).
Jumlah ini lebih besar daripada persentase masyarakat yang menyatakan
perilaku tersebut sebagai hal yang wajar atau sangat wajar sebesar 23,83
persen. Hampir tiga perempat masyarakat tidak permisif terkait perilaku ini.
Gambar 5.2. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Pegawai Negeri
yang Bepergian Bersama Keluarga dengan Menggunakan Kendaraan Dinas untuk Keperluan Pribadi. 2012–2013
Secara umum laki-laki lebih menganggap perilaku seorang pegawai
negeri yang bepergian bersama keluarga dengan menggunakan kendaraan
dinas untuk keperluan pribadi sebagai hal yang kurang wajar atau tidak
wajar sebesar 78,54 persen atau naik 3,85 persen dari tahun 2012 sebesar
0
10
20
30
40
50
60
Sangat Wajar Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar
2,20
25,7620,70
52,34
0,43
23,4120,52
55,65
2012 2013
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 37
74,69 persen. Sementara perempuan yang menilai kurang wajar atau tidak
wajar sebesar 74,31 persen. Persentase masyarakat yang tidak permisif
(kurang wajar atau tidak wajar) lebih tinggi pada laki-laki daripada
perempuan.
Tabel 5.2. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Pegawai Negeri yang
Bepergian Bersama Keluarga dengan Menggunakan Kendaraan Dinas untuk Keperluan Pribadi Menurut Jenis Kelamin, 2012-2013
Pendapat 2012 2013
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan
Sangat Wajar 1,43 1,01 0,38 0,47
Wajar 23,89 27,32 21,08 25,22
Kurang Wajar 20,47 20,89 21,18 20,00
Tidak Wajar 54,22 50,78 57,36 54,31
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Berdasarkan Gambar 5.3 terlihat pada tahun 2013, sebesar 82,70
persen masyarakat menyatakan bahwa perilaku orang tua mengajak
anaknya dalam kampanye Pemilu/Pilkada demi mendapatkan uang saku
yang lebih banyak merupakan hal yang kurang wajar atau tidak wajar. Angka
ini mengalami peningkatan tipis sebesar 2,48 persen dibandingkan dengan
tahun 2012 sebesar 80,22 persen Sedangkan masyarakat yang menyatakan
perilaku tersebut merupakan hal yang wajar atau sangat wajar sebesar 17,30
persen.
Gambar 5.3. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Orang Tua
yang Mengajak Anaknya dalam Kampanye Pemilu/Pilkada Demi Mendapatkan Uang Saku yang Lebih Banyak, 2012–2013
0
20
40
60
80
Sangat Wajar Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar
2,04
18,74 18,37
61,85
0,45
16,85 19,37
63,33
2012 2013
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
38 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Apabila dilihat berdasarkan wilayah, dari Tabel 5.3 nampak pada
2013 persentase masyarakat yang berdomisili di wilayah perkotaan lebih
tinggi menyatakan kurang wajar atau tidak wajar dibanding masyarakat di
perdesaan. Sekitar 84,92 persen masyarakat di perkotaan mengatakan
kurang wajar atau tidak wajar apabila ada orang tua yang mengajak anaknya
dalam kampanye Pemilu/Pilkada demi mendapatkan uang saku yang lebih
banyak Sedangkan masyarakat yang berdomisili di wilayah pedesaan yang
menyatakan perilaku tersebut kurang wajar atau tidak wajar sebesar 80,69
persen
Tabel 5.3. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Orang Tua
yang Mengajak Anaknya dalam Kampanye Pemilu/Pilkada Demi Mendapatkan Uang Saku yang Lebih Banyak Menurut Wilayah Domisili, 2012-2013
Pendapat 2012 2013
Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan
Sangat Wajar 0,72 1,33 0,27 0,62
Wajar 15,47 21,69 14,81 18,69
Kurang Wajar 17,83 18,85 17,36 21,17
Tidak Wajar 65,97 58,13 67,56 59,52
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Perilaku korupsi secara umum dapat diduga disebabkan dari perilaku
kecil yang mencerminkan ketidakjujuran mulai dari level yang paling awal
yakni keluarga. Kejujuran merupakan salah satu nilai intergritas KPK yang
dianggap sebagai salah satu cara untuk melawan sikap permisif terhadap
perilaku korupsi.
Komposisi masyarakat yang menilai kurang wajar atau tidak wajar
tentang perilaku seseorang mengetahui saudaranya mengambil uang orang
tuanya dan tidak melaporkannya relatif besar mencapai 96,56 persen.
Apabila dibandingkan dengan tahun 2012, angka ini mengalami peningkatan
tipis sebesar 1,44 persen. Sedangkan, persentase masyarakat yang menilai
wajar atau sangat wajar relatif jauh lebih kecil sebesar 3,44 persen dari
keseluruhan masyarakat.
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 39
Gambar 5.4. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Seseorang yang Mengetahui Saudaranya Mengambil Uang Orang Tuanya tetapi Tidak Melaporkannya, 2012–2013
Gambaran yang serupa juga secara umum ditemukan baik pada laki-
laki maupun perempuan, dimana mayoritas responden cenderung tidak
permisif. Seperti yang disajikan pada Tabel 5.4 terlihat pada tahun 2013
perempuan yang berpendapat tentang perilaku seseorang yang mengetahui
saudaranya mengambil uang orang tuanya dan tidak melaporkannya
merupakan hal yang kurang wajar atau tidak wajar sebesar 96,66 persen
jauh lebih besar daripada yang menyatakan wajar atau sangat wajar sebesar
3,34 persen.
Tabel 5.4. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Seseorang yang Mengetahui
Saudaranya Mengambil Uang Orang Tuanya Tetapi Tidak Melaporkannya Menurut Jenis Kelamin, 2012-2013
Pendapat 2012 2013
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan
Sangat Wajar 0,20 0,11 0,13 0,02
Wajar 4,86 4,63 3,43 3,32
Kurang Wajar 15,97 14,47 14,31 14,10
Tidak Wajar 78,97 80,79 82,13 82,56
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Senada dengan penjelasan tersebut, pada tahun 2013 laki-laki yang
menyatakan kurang wajar atau tidak wajar sebesar 96,44 persen atau naik
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Sangat Wajar Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar
2,15 4,74
15,15
79,97
0,07 3,3714,19
82,37
2012 2013
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
38 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Apabila dilihat berdasarkan wilayah, dari Tabel 5.3 nampak pada
2013 persentase masyarakat yang berdomisili di wilayah perkotaan lebih
tinggi menyatakan kurang wajar atau tidak wajar dibanding masyarakat di
perdesaan. Sekitar 84,92 persen masyarakat di perkotaan mengatakan
kurang wajar atau tidak wajar apabila ada orang tua yang mengajak anaknya
dalam kampanye Pemilu/Pilkada demi mendapatkan uang saku yang lebih
banyak Sedangkan masyarakat yang berdomisili di wilayah pedesaan yang
menyatakan perilaku tersebut kurang wajar atau tidak wajar sebesar 80,69
persen
Tabel 5.3. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Orang Tua
yang Mengajak Anaknya dalam Kampanye Pemilu/Pilkada Demi Mendapatkan Uang Saku yang Lebih Banyak Menurut Wilayah Domisili, 2012-2013
Pendapat 2012 2013
Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan
Sangat Wajar 0,72 1,33 0,27 0,62
Wajar 15,47 21,69 14,81 18,69
Kurang Wajar 17,83 18,85 17,36 21,17
Tidak Wajar 65,97 58,13 67,56 59,52
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Perilaku korupsi secara umum dapat diduga disebabkan dari perilaku
kecil yang mencerminkan ketidakjujuran mulai dari level yang paling awal
yakni keluarga. Kejujuran merupakan salah satu nilai intergritas KPK yang
dianggap sebagai salah satu cara untuk melawan sikap permisif terhadap
perilaku korupsi.
Komposisi masyarakat yang menilai kurang wajar atau tidak wajar
tentang perilaku seseorang mengetahui saudaranya mengambil uang orang
tuanya dan tidak melaporkannya relatif besar mencapai 96,56 persen.
Apabila dibandingkan dengan tahun 2012, angka ini mengalami peningkatan
tipis sebesar 1,44 persen. Sedangkan, persentase masyarakat yang menilai
wajar atau sangat wajar relatif jauh lebih kecil sebesar 3,44 persen dari
keseluruhan masyarakat.
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 39
Gambar 5.4. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Seseorang yang Mengetahui Saudaranya Mengambil Uang Orang Tuanya tetapi Tidak Melaporkannya, 2012–2013
Gambaran yang serupa juga secara umum ditemukan baik pada laki-
laki maupun perempuan, dimana mayoritas responden cenderung tidak
permisif. Seperti yang disajikan pada Tabel 5.4 terlihat pada tahun 2013
perempuan yang berpendapat tentang perilaku seseorang yang mengetahui
saudaranya mengambil uang orang tuanya dan tidak melaporkannya
merupakan hal yang kurang wajar atau tidak wajar sebesar 96,66 persen
jauh lebih besar daripada yang menyatakan wajar atau sangat wajar sebesar
3,34 persen.
Tabel 5.4. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Seseorang yang Mengetahui
Saudaranya Mengambil Uang Orang Tuanya Tetapi Tidak Melaporkannya Menurut Jenis Kelamin, 2012-2013
Pendapat 2012 2013
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan
Sangat Wajar 0,20 0,11 0,13 0,02
Wajar 4,86 4,63 3,43 3,32
Kurang Wajar 15,97 14,47 14,31 14,10
Tidak Wajar 78,97 80,79 82,13 82,56
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Senada dengan penjelasan tersebut, pada tahun 2013 laki-laki yang
menyatakan kurang wajar atau tidak wajar sebesar 96,44 persen atau naik
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Sangat Wajar Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar
2,15 4,74
15,15
79,97
0,07 3,3714,19
82,37
2012 2013
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
40 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
1,50 persen dibandingkan tahun 2012 sebesar 94,94 persen. Angka tersebut
juga jauh lebih besar daripada yang menyatakan wajar atau sangat wajar
sebesar 3,56 persen. Tidak ada perbedaan pendapat yang signifikan antara
laki-laki dan perempuan terkait perilaku tersebut.
5.1.2. Perilaku di Tingkat Komunitas
Dalam setiap masyarakat desakan untuk melakukan perilaku korupsi
bisa disebabkan karena banyak faktor, diantaranya faktor kultural dan
struktural. Pada masyarakat patrimonial seperti Indonesia, faktor kultural
yang mendorong timbulnya korupsi
diduga karena adanya nilai atau
kebiasaan, tradisi pemberian
hadiah, oleh-oleh atau semacam itu
kepada tokoh informal maupun
tokoh formal dalam sebuah
komunitas.
Menurut KH Masdar F Masudi (PBNU) pada Workshop Survei
Perilaku Anti Korupsi menyampaikan bahwa dari sisi historis istilah korupsi
merupakan sesuatu yang baru. Pada zaman kerajaan dahulu belum dikenal
istilah korupsi, namun sudah terdapat kebiasaan yang dapat dikategorikan
akar budaya korupsi yakni kebiasaan masyarakat biasa memberikan
pajak/upeti kepada raja. Budaya upeti sebagai bentuk pemenuhan kewajiban
oleh kawula kepada gustinya sudah lama tertanam sejak jaman kerajaan di
Indonesia. Dengan kata lain, aliran kekayaan (wealth flow) yang berasal dari
golongan masyarakat yang memiliki status sosial lebih rendah kepada
golongan masyarakat berstatus sosial lebih tinggi sudah terinternalisasi
sejak lama.
Interclass wealth flow tersebut meskipun tidak dapat serta merta
dikategorikan sebagai perilaku korupsi, namun diyakini kuat merupakan
sebuah akar kultural perilaku korupsi. Faktor kultural yang sudah terjadi
sejak lama seperti itu diduga sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi
internalisasi budaya yang cenderung koruptif.
Pemberian upeti kepada raja-raja pada masa
monarki dahulu merupakan awal perilaku koruptif. (KH Masdar F Mas’udi)
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 41
Pada level komunitas terdiri dari empat variabel yang dikaji., yaitu:
Pendapat tentang perilaku seseorang yang memberi uang/barang
kepada tokoh informal (adat/agama/masyarakat) ketika suatu
keluarga melaksanakan hajatan (pernikahan, khitanan, kematian)
Pendapat tentang perilaku seseorang yang memberi uang/barang
kepada tokoh informal (adat/agama/masyarakat) ketika menjelang
hari raya keagamaan.
Pendapat tentang perilaku seseorang yang memberi uang/barang
kepada tokoh formal (ketua RT/RW/Kades/Lurah) ketika suatu
keluarga melaksanakan hajatan (pernikahan, khitanan, kematian)
Pendapat tentang perilaku seseorang yang memberi uang/barang
kepada tokoh formal (ketua RT/RW/Kades/Lurah) ketika menjelang
hari raya keagamaan
Secara umum, mayoritas masyarakat menyatakan bahwa perilaku
seseorang yang memberi uang/barang kepada tokoh informal (tokoh adat/
agama/masyarakat) ketika suatu keluarga melaksanakan hajatan
(pernikahan, khitanan, kematian) merupakan hal yang wajar/sangat wajar.
Dari Gambar 5.5.
nampak pada tahun 2013
sebagian besar masyarakat
menganggap perilaku
memberi kepada tokoh
informal sebagai hal yang
wajar atau sangat wajar.
Persentasenya menurun
dari 69,22 persen pada 2012
menjadi 63,70 persen pada
2013. Artinya kurang dari
separuh masyarakat
menyatakan kurang wajar
atau tidak wajar untuk memberi sesuatu pada para tokoh informal atau
tokoh masyarakat setempat (RT/RW/Kades) pada saat melaksanakan
hajatan
Kurang dari separuh
responden menyatakan kurang
wajar atau tidak wajar untuk
memberi sesuatu pada para
tokoh informal atau tokoh
masyarakat setempat
(RT/RW/Kades) pada saat
melaksanakan hajatan atau di
hari raya keagamaan”
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
40 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
1,50 persen dibandingkan tahun 2012 sebesar 94,94 persen. Angka tersebut
juga jauh lebih besar daripada yang menyatakan wajar atau sangat wajar
sebesar 3,56 persen. Tidak ada perbedaan pendapat yang signifikan antara
laki-laki dan perempuan terkait perilaku tersebut.
5.1.2. Perilaku di Tingkat Komunitas
Dalam setiap masyarakat desakan untuk melakukan perilaku korupsi
bisa disebabkan karena banyak faktor, diantaranya faktor kultural dan
struktural. Pada masyarakat patrimonial seperti Indonesia, faktor kultural
yang mendorong timbulnya korupsi
diduga karena adanya nilai atau
kebiasaan, tradisi pemberian
hadiah, oleh-oleh atau semacam itu
kepada tokoh informal maupun
tokoh formal dalam sebuah
komunitas.
Menurut KH Masdar F Masudi (PBNU) pada Workshop Survei
Perilaku Anti Korupsi menyampaikan bahwa dari sisi historis istilah korupsi
merupakan sesuatu yang baru. Pada zaman kerajaan dahulu belum dikenal
istilah korupsi, namun sudah terdapat kebiasaan yang dapat dikategorikan
akar budaya korupsi yakni kebiasaan masyarakat biasa memberikan
pajak/upeti kepada raja. Budaya upeti sebagai bentuk pemenuhan kewajiban
oleh kawula kepada gustinya sudah lama tertanam sejak jaman kerajaan di
Indonesia. Dengan kata lain, aliran kekayaan (wealth flow) yang berasal dari
golongan masyarakat yang memiliki status sosial lebih rendah kepada
golongan masyarakat berstatus sosial lebih tinggi sudah terinternalisasi
sejak lama.
Interclass wealth flow tersebut meskipun tidak dapat serta merta
dikategorikan sebagai perilaku korupsi, namun diyakini kuat merupakan
sebuah akar kultural perilaku korupsi. Faktor kultural yang sudah terjadi
sejak lama seperti itu diduga sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi
internalisasi budaya yang cenderung koruptif.
Pemberian upeti kepada raja-raja pada masa
monarki dahulu merupakan awal perilaku koruptif. (KH Masdar F Mas’udi)
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 41
Pada level komunitas terdiri dari empat variabel yang dikaji., yaitu:
Pendapat tentang perilaku seseorang yang memberi uang/barang
kepada tokoh informal (adat/agama/masyarakat) ketika suatu
keluarga melaksanakan hajatan (pernikahan, khitanan, kematian)
Pendapat tentang perilaku seseorang yang memberi uang/barang
kepada tokoh informal (adat/agama/masyarakat) ketika menjelang
hari raya keagamaan.
Pendapat tentang perilaku seseorang yang memberi uang/barang
kepada tokoh formal (ketua RT/RW/Kades/Lurah) ketika suatu
keluarga melaksanakan hajatan (pernikahan, khitanan, kematian)
Pendapat tentang perilaku seseorang yang memberi uang/barang
kepada tokoh formal (ketua RT/RW/Kades/Lurah) ketika menjelang
hari raya keagamaan
Secara umum, mayoritas masyarakat menyatakan bahwa perilaku
seseorang yang memberi uang/barang kepada tokoh informal (tokoh adat/
agama/masyarakat) ketika suatu keluarga melaksanakan hajatan
(pernikahan, khitanan, kematian) merupakan hal yang wajar/sangat wajar.
Dari Gambar 5.5.
nampak pada tahun 2013
sebagian besar masyarakat
menganggap perilaku
memberi kepada tokoh
informal sebagai hal yang
wajar atau sangat wajar.
Persentasenya menurun
dari 69,22 persen pada 2012
menjadi 63,70 persen pada
2013. Artinya kurang dari
separuh masyarakat
menyatakan kurang wajar
atau tidak wajar untuk memberi sesuatu pada para tokoh informal atau
tokoh masyarakat setempat (RT/RW/Kades) pada saat melaksanakan
hajatan
Kurang dari separuh
responden menyatakan kurang
wajar atau tidak wajar untuk
memberi sesuatu pada para
tokoh informal atau tokoh
masyarakat setempat
(RT/RW/Kades) pada saat
melaksanakan hajatan atau di
hari raya keagamaan”
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
42 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Gambar 5.5. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang
yang Memberi Uang/Barang kepada Tokoh Informal Ketika Suatu Keluarga Melaksanakan Hajatan (Pernikahan, Khitanan, Kematian) 2012–2013
Apabila dilihat berdasarkan domisili wilayahnya, Tabel 5.5
menunjukkan memiliki pola yang sama antara hasil tahun 2012 dengan
2013. Persentase masyarakat yang berdomisili di wilayah perdesaan lebih
tinggi menyatakan sangat wajar atau wajar dibanding masyarakat di
perkotaan. Pada 2013 terlihat sekitar 66,46 persen masyarakat di perdesaan
atau turun 3,30 persen dibandingkan 2012 menyatakan perilaku seseorang
yang memberi uang/barang kepada tokoh informal (tokoh adat/
agama/masyarakat) ketika suatu keluarga melaksanakan hajatan
(pernikahan, khitanan, kematian) merupakan hal yang wajar/sangat wajar.
Tabel 5.5. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang
Memberi Uang/Barang kepada Tokoh Informal Ketika Suatu Keluarga Melaksanakan Hajatan (Pernikahan, Khitanan, Kematian) Menurut Domisili Wilayah, 2012-2013
Pendapat 2012 2013
Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan
Sangat Wajar 4,89 6,16 2,50 4,65
Wajar 63,71 63,60 58,14 61,81
Kurang Wajar 10,33 9,25 12,30 11,83
Tidak Wajar 21,06 20,95 27,06 21,71
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
0
10
20
30
40
50
60
70
Sangat Wajar Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar
5,56
63,66
9,76
21,02
3,63
60,07
12,05
24,24
2012 2013
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 43
Sedangkan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah perkotaan
yang mengatakan wajar atau sangat wajar terhadap perilaku tersebut
sebesar 60,64 persen pada 2013 atau turun 7,96 persen dibandingkan angka
2012. Dengan kata lain, masyarakat yang tinggal di wilayah perdesaan lebih
banyak yang cenderung permisif dalam konteks perilaku tersebut.
Pola distribusi pendapat masyarakat agak berbeda apabila
pemberian uang/barang ditujukan kepada tokoh formal. Seperti yang
disajikan pada Gambar 5.6, lebih dari separuh masyarakat yakni sekitar
57,49 persen menilai kurang wajar atau tidak wajar terhadap perilaku
memberi uang/barang kepada tokoh formal (ketua RT/RW/Kepala
desa/Lurah) ketika suatu keluarga melaksanakan hajatan (pernikahan,
khitanan, kematian).
Gambar 5.6. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang kepada Tokoh Formal Ketika Suatu Keluarga Melaksanakan
Hajatan (Pernikahan, Khitanan, Kematian), 2012–2013
Dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di wilayah perdesaan,
persentase masyarakat yang tidak permisif di daerah perkotaan cenderung
lebih tinggi. Pada 2013 persentase masyarakat di wilayah perkotaan yang
menyatakan kurang wajar atau tidak wajar terhadap perilaku memberi
uang/barang kepada tokoh formal (ketua RT/RW/Kepala desa/Lurah)
ketika suatu keluarga melaksanakan hajatan (pernikahan, khitanan,
kematian) naik 2,82 persen dari 57,50 persen pada tahu tahun 2012 menjadi
60,32 persen pada tahun 2013.
0
10
20
30
40
50
Sangat Wajar Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar
2,19
44,82
15,17
37,82
1,39
41,12
18,11
39,39
2012 2013
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
42 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Gambar 5.5. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang
yang Memberi Uang/Barang kepada Tokoh Informal Ketika Suatu Keluarga Melaksanakan Hajatan (Pernikahan, Khitanan, Kematian) 2012–2013
Apabila dilihat berdasarkan domisili wilayahnya, Tabel 5.5
menunjukkan memiliki pola yang sama antara hasil tahun 2012 dengan
2013. Persentase masyarakat yang berdomisili di wilayah perdesaan lebih
tinggi menyatakan sangat wajar atau wajar dibanding masyarakat di
perkotaan. Pada 2013 terlihat sekitar 66,46 persen masyarakat di perdesaan
atau turun 3,30 persen dibandingkan 2012 menyatakan perilaku seseorang
yang memberi uang/barang kepada tokoh informal (tokoh adat/
agama/masyarakat) ketika suatu keluarga melaksanakan hajatan
(pernikahan, khitanan, kematian) merupakan hal yang wajar/sangat wajar.
Tabel 5.5. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang
Memberi Uang/Barang kepada Tokoh Informal Ketika Suatu Keluarga Melaksanakan Hajatan (Pernikahan, Khitanan, Kematian) Menurut Domisili Wilayah, 2012-2013
Pendapat 2012 2013
Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan
Sangat Wajar 4,89 6,16 2,50 4,65
Wajar 63,71 63,60 58,14 61,81
Kurang Wajar 10,33 9,25 12,30 11,83
Tidak Wajar 21,06 20,95 27,06 21,71
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
0
10
20
30
40
50
60
70
Sangat Wajar Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar
5,56
63,66
9,76
21,02
3,63
60,07
12,05
24,24
2012 2013
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 43
Sedangkan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah perkotaan
yang mengatakan wajar atau sangat wajar terhadap perilaku tersebut
sebesar 60,64 persen pada 2013 atau turun 7,96 persen dibandingkan angka
2012. Dengan kata lain, masyarakat yang tinggal di wilayah perdesaan lebih
banyak yang cenderung permisif dalam konteks perilaku tersebut.
Pola distribusi pendapat masyarakat agak berbeda apabila
pemberian uang/barang ditujukan kepada tokoh formal. Seperti yang
disajikan pada Gambar 5.6, lebih dari separuh masyarakat yakni sekitar
57,49 persen menilai kurang wajar atau tidak wajar terhadap perilaku
memberi uang/barang kepada tokoh formal (ketua RT/RW/Kepala
desa/Lurah) ketika suatu keluarga melaksanakan hajatan (pernikahan,
khitanan, kematian).
Gambar 5.6. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang kepada Tokoh Formal Ketika Suatu Keluarga Melaksanakan
Hajatan (Pernikahan, Khitanan, Kematian), 2012–2013
Dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di wilayah perdesaan,
persentase masyarakat yang tidak permisif di daerah perkotaan cenderung
lebih tinggi. Pada 2013 persentase masyarakat di wilayah perkotaan yang
menyatakan kurang wajar atau tidak wajar terhadap perilaku memberi
uang/barang kepada tokoh formal (ketua RT/RW/Kepala desa/Lurah)
ketika suatu keluarga melaksanakan hajatan (pernikahan, khitanan,
kematian) naik 2,82 persen dari 57,50 persen pada tahu tahun 2012 menjadi
60,32 persen pada tahun 2013.
0
10
20
30
40
50
Sangat Wajar Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar
2,19
44,82
15,17
37,82
1,39
41,12
18,11
39,39
2012 2013
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
44 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Tabel 5.6. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Memberi
Uang/Barang Kepada Tokoh Formal Ketika Suatu Keluarga Melaksanakan Hajatan (Pernikahan, Khitanan, Kematian) Menurut Domisili Wilayah. 2012-2013
Pendapat 2012 2013
Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan
Sangat Wajar 1,32 2,97 0,87 1,85
Wajar 41,18 48,11 38,81 43,20
Kurang Wajar 15,41 14,95 18,26 17,97
Tidak Wajar 42,09 33,94 42,06 36,98
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Secara umum, Lebih banyak masyarakat yang menyatakan bahwa
perilaku seseorang yang memberi uang/barang kepada tokoh informal
ketika menjelang hari raya keagamaan merupakan hal yang wajar/sangat
wajar. Gambar 5.7. memperlihatkan pada tahun 2013 lebih dari separuh
masyarakat menganggap perilaku memberi kepada tokoh informal sebagai
hal yang wajar atau sangat wajar. Persentasenya menurun dari 61,70 persen
pada 2012 menjadi 57,67 persen pada 2013.
Gambar 5.7. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang
Memberi Uang/Barang kepada Tokoh Informal Ketika Menjelang Hari Raya Keagamaan, 2012–2013
0
10
20
30
40
50
60
Sangat Wajar Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar
4,21
57,49
11,78
26,53
2,84
54,83
14,64
27,69
2012 2013
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 45
Bila dilihat berdasarkan domisili wilayahnya, distribusinya
menunjukkan pola yang sama antara hasil tahun 2012 dengan 2013.
Persentase masyarakat yang permisif di daerah perdesaan cenderung lebih
tinggi daripada di perkotaan. Dari Tabel 5.7 nampak bahwa pada 2013
sebanyak 60,78 persen masyarakat menyatakan perilaku seseorang yang
memberi uang/barang kepada tokoh informal ketika menjelang hari raya
keagamaan merupakan hal yang sangat wajar dan wajar.
Tabel 5.7. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang
Memberi Uang/Barang kepada Tokoh Informal Ketika Menjelang Hari Raya Keagamaan Menurut Domisili Wilayah, 2012-2013
Pendapat 2012 2013
Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan
Sangat Wajar 3,42 4,92 1,92 3,67
Wajar 56,61 58,28 52,31 57,11
Kurang Wajar 12,60 11,03 14,57 14,70
Tidak Wajar 27,36 25,67 31,20 24,52
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Gambar 5.8 merupakan perkembangan pendapat masyarakat terkait
dengan perilaku memberi uang/barang kepada tokoh formal (ketua RT/
RW/Kepala desa/Lurah) ketika menjelang hari raya keagamaan. Terlihat
pola distribusi pendapat masyarakat agak berbeda dengan pemberian
uang/barang yang ditujukan kepada tokoh informal. Lebih banyak
masyarakat menyatakan bahwa perilaku seseorang yang memberi
uang/barang kepada tokoh formal ketika menjelang hari raya keagamaan
merupakan hal yang kurang/tidak wajar jumlahnya lebih dari separuh yakni
sekitar 68,40 persen pada 2013 atau naik 3,15 persen dari tahun 2012
(65,25 persen).
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
44 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Tabel 5.6. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Memberi
Uang/Barang Kepada Tokoh Formal Ketika Suatu Keluarga Melaksanakan Hajatan (Pernikahan, Khitanan, Kematian) Menurut Domisili Wilayah. 2012-2013
Pendapat 2012 2013
Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan
Sangat Wajar 1,32 2,97 0,87 1,85
Wajar 41,18 48,11 38,81 43,20
Kurang Wajar 15,41 14,95 18,26 17,97
Tidak Wajar 42,09 33,94 42,06 36,98
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Secara umum, Lebih banyak masyarakat yang menyatakan bahwa
perilaku seseorang yang memberi uang/barang kepada tokoh informal
ketika menjelang hari raya keagamaan merupakan hal yang wajar/sangat
wajar. Gambar 5.7. memperlihatkan pada tahun 2013 lebih dari separuh
masyarakat menganggap perilaku memberi kepada tokoh informal sebagai
hal yang wajar atau sangat wajar. Persentasenya menurun dari 61,70 persen
pada 2012 menjadi 57,67 persen pada 2013.
Gambar 5.7. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang
Memberi Uang/Barang kepada Tokoh Informal Ketika Menjelang Hari Raya Keagamaan, 2012–2013
0
10
20
30
40
50
60
Sangat Wajar Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar
4,21
57,49
11,78
26,53
2,84
54,83
14,64
27,69
2012 2013
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 45
Bila dilihat berdasarkan domisili wilayahnya, distribusinya
menunjukkan pola yang sama antara hasil tahun 2012 dengan 2013.
Persentase masyarakat yang permisif di daerah perdesaan cenderung lebih
tinggi daripada di perkotaan. Dari Tabel 5.7 nampak bahwa pada 2013
sebanyak 60,78 persen masyarakat menyatakan perilaku seseorang yang
memberi uang/barang kepada tokoh informal ketika menjelang hari raya
keagamaan merupakan hal yang sangat wajar dan wajar.
Tabel 5.7. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang
Memberi Uang/Barang kepada Tokoh Informal Ketika Menjelang Hari Raya Keagamaan Menurut Domisili Wilayah, 2012-2013
Pendapat 2012 2013
Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan
Sangat Wajar 3,42 4,92 1,92 3,67
Wajar 56,61 58,28 52,31 57,11
Kurang Wajar 12,60 11,03 14,57 14,70
Tidak Wajar 27,36 25,67 31,20 24,52
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Gambar 5.8 merupakan perkembangan pendapat masyarakat terkait
dengan perilaku memberi uang/barang kepada tokoh formal (ketua RT/
RW/Kepala desa/Lurah) ketika menjelang hari raya keagamaan. Terlihat
pola distribusi pendapat masyarakat agak berbeda dengan pemberian
uang/barang yang ditujukan kepada tokoh informal. Lebih banyak
masyarakat menyatakan bahwa perilaku seseorang yang memberi
uang/barang kepada tokoh formal ketika menjelang hari raya keagamaan
merupakan hal yang kurang/tidak wajar jumlahnya lebih dari separuh yakni
sekitar 68,40 persen pada 2013 atau naik 3,15 persen dari tahun 2012
(65,25 persen).
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
46 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Gambar 5.8. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang
Memberi Uang/Barang kepada Tokoh Formal Ketika Menjelang Hari Raya Keagamaan, 2012–2013
Dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di wilayah perdesaan,
persentase masyarakat yang tidak permisif di daerah perkotaan cenderung
lebih tinggi. Berdasarkan Tabel 5.8. pada 2013 persentase masyarakat di
wilayah perkotaan yang menyatakan kurang wajar atau tidak wajar terhadap
perilaku memberi uang/barang kepada tokoh formal (ketua RT/RW/Kepala
desa/Lurah) ketika menjelang hari raya keagamaan naik 1,18 persen dari
67,88 persen pada tahun 2012 menjadi 69,06 persen pada tahun 2013.
Tabel 5.8. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Memberi
Uang/Barang kepada Tokoh Formal Ketika Menjelang Hari Raya Keagamaan Menurut Domisili Wilayah. 2012-2013
Pendapat 2012 2013
Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan
Sangat Wajar 0,98 1,69 0,56 0,84
Wajar 31,13 35,35 30,38 31,36
Kurang Wajar 16,36 16,07 19,02 20,30
Tidak Wajar 51,52 46,79 50,04 47,51
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
0
10
20
30
40
50
Sangat Wajar Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar
1,350
33,350
16,210
49,040
,706
30,896
19,691
48,708
2012 2013
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 47
5.1.3. Perilaku di Tingkat Publik
Pada level publik dapat terlihat nilai-nilai yang masih dipegang dalam
tatanan masyarakat. Pengembangan sistem nilai dan sikap anti korupsi perlu
dilakukan oleh masyarakat umum. Karena salah satu akar penyebab korupsi
diduga selain berasal dari rendahnya integritas para pelakunya termasuk
juga dikarenakan masih kuatnya sikap permisif terhadap perilaku korupsi di
lingkungan publik oleh masyarakat
Pendapat masyarakat apakah cenderung permisif atau antikorupsi
dalam level publik pada bagian ini akan dilihat dari 12 variabel yakni :
1. Pendapat tentang perilaku seseorang yang menjamin keluarga /saudara
/teman agar diterima menjadi pegawai negeri atau swasta demi
mempererat hubungan kekeluargaan dan pertemanan.
2. Pendapat tentang perilaku seseorang yang memberi uang/barang dalam
proses penerimaan menjadi pegawai negeri/swasta
3. Pendapat tentang perilaku seseorang yang memberi uang lebih kepada
petugas untuk mempercepat urusan administrasi (KTP dan KK)
4. Pendapat tentang perilaku seseorang yang memberi uang lebih kepada
polisi untuk mempercepat pengurusan SIM dan STNK
5. Pendapat tentang perilaku seseorang yang memberi uang damai kepada
polisi
6. Pendapat tentang perilaku petugas KUA yang meminta uang tambahan
untuk transpor ke tempat acara akad nikah
7. Pendapat tentang perilaku guru yang mendapatkan jaminan (jatah)
anaknya dapat diterima masuk ke sekolah tempat dia mengajar.
8. Pendapat tentang perilaku guru yang meminta uang/barang dari
orangtua murid ketika kenaikan kelas/penerimaan rapor
9. Pendapat tentang perilaku seseorang yang memberi uang/barang
kepada pihak sekolah agar anaknya dapat diterima di sekolah tersebut.
10. Pendapat tentang perilaku pegawai yang melakukan pekerjaan/usaha
sampingan di luar tugasnya pada saat jam kerja
11. Pendapat tentang perilaku membagikan uang/barang kepada calon
pemilih pelaksanaan PilkadesPemilu/Pilkada.
12. Pendapat tentang perilaku seseorang yang mengharapkan uang/barang
pada pelaksanaan Pilkades/Pemilu/Pilkada
Salah satu akar budaya perilaku koruptif adalah sangat mementingkan
ikatan keluarga dan kesetiaan parokial lainnya dibandingkan faktor lain yang
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
46 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Gambar 5.8. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang
Memberi Uang/Barang kepada Tokoh Formal Ketika Menjelang Hari Raya Keagamaan, 2012–2013
Dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di wilayah perdesaan,
persentase masyarakat yang tidak permisif di daerah perkotaan cenderung
lebih tinggi. Berdasarkan Tabel 5.8. pada 2013 persentase masyarakat di
wilayah perkotaan yang menyatakan kurang wajar atau tidak wajar terhadap
perilaku memberi uang/barang kepada tokoh formal (ketua RT/RW/Kepala
desa/Lurah) ketika menjelang hari raya keagamaan naik 1,18 persen dari
67,88 persen pada tahun 2012 menjadi 69,06 persen pada tahun 2013.
Tabel 5.8. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Memberi
Uang/Barang kepada Tokoh Formal Ketika Menjelang Hari Raya Keagamaan Menurut Domisili Wilayah. 2012-2013
Pendapat 2012 2013
Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan
Sangat Wajar 0,98 1,69 0,56 0,84
Wajar 31,13 35,35 30,38 31,36
Kurang Wajar 16,36 16,07 19,02 20,30
Tidak Wajar 51,52 46,79 50,04 47,51
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
0
10
20
30
40
50
Sangat Wajar Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar
1,350
33,350
16,210
49,040
,706
30,896
19,691
48,708
2012 2013
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 47
5.1.3. Perilaku di Tingkat Publik
Pada level publik dapat terlihat nilai-nilai yang masih dipegang dalam
tatanan masyarakat. Pengembangan sistem nilai dan sikap anti korupsi perlu
dilakukan oleh masyarakat umum. Karena salah satu akar penyebab korupsi
diduga selain berasal dari rendahnya integritas para pelakunya termasuk
juga dikarenakan masih kuatnya sikap permisif terhadap perilaku korupsi di
lingkungan publik oleh masyarakat
Pendapat masyarakat apakah cenderung permisif atau antikorupsi
dalam level publik pada bagian ini akan dilihat dari 12 variabel yakni :
1. Pendapat tentang perilaku seseorang yang menjamin keluarga /saudara
/teman agar diterima menjadi pegawai negeri atau swasta demi
mempererat hubungan kekeluargaan dan pertemanan.
2. Pendapat tentang perilaku seseorang yang memberi uang/barang dalam
proses penerimaan menjadi pegawai negeri/swasta
3. Pendapat tentang perilaku seseorang yang memberi uang lebih kepada
petugas untuk mempercepat urusan administrasi (KTP dan KK)
4. Pendapat tentang perilaku seseorang yang memberi uang lebih kepada
polisi untuk mempercepat pengurusan SIM dan STNK
5. Pendapat tentang perilaku seseorang yang memberi uang damai kepada
polisi
6. Pendapat tentang perilaku petugas KUA yang meminta uang tambahan
untuk transpor ke tempat acara akad nikah
7. Pendapat tentang perilaku guru yang mendapatkan jaminan (jatah)
anaknya dapat diterima masuk ke sekolah tempat dia mengajar.
8. Pendapat tentang perilaku guru yang meminta uang/barang dari
orangtua murid ketika kenaikan kelas/penerimaan rapor
9. Pendapat tentang perilaku seseorang yang memberi uang/barang
kepada pihak sekolah agar anaknya dapat diterima di sekolah tersebut.
10. Pendapat tentang perilaku pegawai yang melakukan pekerjaan/usaha
sampingan di luar tugasnya pada saat jam kerja
11. Pendapat tentang perilaku membagikan uang/barang kepada calon
pemilih pelaksanaan PilkadesPemilu/Pilkada.
12. Pendapat tentang perilaku seseorang yang mengharapkan uang/barang
pada pelaksanaan Pilkades/Pemilu/Pilkada
Salah satu akar budaya perilaku koruptif adalah sangat mementingkan
ikatan keluarga dan kesetiaan parokial lainnya dibandingkan faktor lain yang
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
48 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
lebih objektif seperti keahilan, kemampuan dan sebagainya. Dalam
masyarakat seperti Indonesia terdapat adat dimana sudah merupakan
kewajiban seseorang yang pertama adalah memperhatikan saudara
terdekatnya, kemudian trah atau sesama etniknya.
Seperti yang disajikan pada Gambar 5.9 menunjukkan pada tahun
2013, sebesar 61,11 persen masyarakat atau naik 7,63 persen dibandingkan
tahun 2012 (53,48 persen) menyatakan bahwa perilaku seseorang yang
menjamin keluarga/saudara/teman agar diterima menjadi pegawai
negeri/swasta merupakan hal yang kurang wajar atau tidak wajar.
Gambar 5.9. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang
Menjamin Keluarga/Saudara/Teman agar Diterima Menjadi Pegawai Negeri/Swasta, 2012–2013
Sedangkan masyarakat yang menyatakan perilaku tersebut
merupakan hal yang wajar atau sangat wajar sebesar 38,89 persen. Artinya
meski ada sepertiga masyarakat yang menyatakan bahwa perilaku seseorang
yang menjamin keluarga/saudara/teman agar diterima menjadi pegawai
negeri/swasta merupakan hal wajar atau sangat wajar meski masih lebih
banyak yang mengatakan sebaliknya (anti korupsi).
Secara umum domisili wilayah tempat tinggal memiliki perngaruh
yang cukup signifikan dengan tingkat permisif masyarakat khususnya pada
pendapat tentang perilaku seseorang yang menjamin keluarga/saudara/
teman agar diterima menjadi pegawai negeri/swasta. Pada perilaku tersebut
dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di wilayah perdesaan
persentase masyarakat yang tidak permisif di daerah perkotaan cenderung
lebih tinggi.
0
10
20
30
40
50
Sangat Wajar Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar
4,04
42,48
16,50
36,98
1,83
37,06
17,48
43,63
2012 2013
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 49
Dari Tabel 5.9 nampak pada 2013 sekitar 66,86 persen masyarakat di
wilayah perkotaan yang menyatakan kurang wajar atau tidak wajar terhadap
perilaku seseorang yang menjamin keluarga/saudara/teman agar diterima
menjadi pegawai negeri/swasta. Angka tersebut mengalami peningkatan
sebesar 7,38 persen dibandingkan tahun 2012 (59,48 persen). Sejalan
dengan masyarakat di wilayah perkotaan, peningkatan juga terlihat pada
masyarakat yang tinggal di wilayah perdesaan. Dimana semakin banyak yang
menganggap perilaku nepotisme tersebut merupakan hal yang kurang wajar
atau tidak wajar.
Tabel 5.9. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang
Menjamin Keluarga/Saudara/Teman agar Diterima Menjadi Pegawai Negeri/Swasta Menurut Domisili Wilayah, 2012-2013
Pendapat 2012 2013
Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan
Sangat Wajar 3,16 4,84 1,45 2,18
Wajar 37,36 47,10 31,69 41,89
Kurang Wajar 16,75 16,27 16,53 18,33
Tidak Wajar 42,73 31,80 50,33 37,60
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Sebagian besar masyarakat menyatakan bahwa perilaku seseorang
yang memberi uang/barang dalam proses penerimaan menjadi pegawai
negeri/swasta merupakan hal yang kurang/tidak wajar. Hal ini terlihat dari
Gambar 5.10 dimana lebih dari tiga perempat masyarakat menyatakan
kurang wajar dan tidak wajar terhadap perilaku tersebut. Persentasenya
naik dari 81,47 persen pada 2012 menjadi 84,27 persen pada 2013.
Komposisi masyarakat yang menyatakan bahwa perilaku tersebut
merupakan hal yang sangat wajar atau wajar kurang dari 20 persen yakni
16,73 persen pada 2013 atau turun 2,8 persen dibandingkan 2012 (19,53
persen).
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
48 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
lebih objektif seperti keahilan, kemampuan dan sebagainya. Dalam
masyarakat seperti Indonesia terdapat adat dimana sudah merupakan
kewajiban seseorang yang pertama adalah memperhatikan saudara
terdekatnya, kemudian trah atau sesama etniknya.
Seperti yang disajikan pada Gambar 5.9 menunjukkan pada tahun
2013, sebesar 61,11 persen masyarakat atau naik 7,63 persen dibandingkan
tahun 2012 (53,48 persen) menyatakan bahwa perilaku seseorang yang
menjamin keluarga/saudara/teman agar diterima menjadi pegawai
negeri/swasta merupakan hal yang kurang wajar atau tidak wajar.
Gambar 5.9. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang
Menjamin Keluarga/Saudara/Teman agar Diterima Menjadi Pegawai Negeri/Swasta, 2012–2013
Sedangkan masyarakat yang menyatakan perilaku tersebut
merupakan hal yang wajar atau sangat wajar sebesar 38,89 persen. Artinya
meski ada sepertiga masyarakat yang menyatakan bahwa perilaku seseorang
yang menjamin keluarga/saudara/teman agar diterima menjadi pegawai
negeri/swasta merupakan hal wajar atau sangat wajar meski masih lebih
banyak yang mengatakan sebaliknya (anti korupsi).
Secara umum domisili wilayah tempat tinggal memiliki perngaruh
yang cukup signifikan dengan tingkat permisif masyarakat khususnya pada
pendapat tentang perilaku seseorang yang menjamin keluarga/saudara/
teman agar diterima menjadi pegawai negeri/swasta. Pada perilaku tersebut
dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di wilayah perdesaan
persentase masyarakat yang tidak permisif di daerah perkotaan cenderung
lebih tinggi.
0
10
20
30
40
50
Sangat Wajar Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar
4,04
42,48
16,50
36,98
1,83
37,06
17,48
43,63
2012 2013
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 49
Dari Tabel 5.9 nampak pada 2013 sekitar 66,86 persen masyarakat di
wilayah perkotaan yang menyatakan kurang wajar atau tidak wajar terhadap
perilaku seseorang yang menjamin keluarga/saudara/teman agar diterima
menjadi pegawai negeri/swasta. Angka tersebut mengalami peningkatan
sebesar 7,38 persen dibandingkan tahun 2012 (59,48 persen). Sejalan
dengan masyarakat di wilayah perkotaan, peningkatan juga terlihat pada
masyarakat yang tinggal di wilayah perdesaan. Dimana semakin banyak yang
menganggap perilaku nepotisme tersebut merupakan hal yang kurang wajar
atau tidak wajar.
Tabel 5.9. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang
Menjamin Keluarga/Saudara/Teman agar Diterima Menjadi Pegawai Negeri/Swasta Menurut Domisili Wilayah, 2012-2013
Pendapat 2012 2013
Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan
Sangat Wajar 3,16 4,84 1,45 2,18
Wajar 37,36 47,10 31,69 41,89
Kurang Wajar 16,75 16,27 16,53 18,33
Tidak Wajar 42,73 31,80 50,33 37,60
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Sebagian besar masyarakat menyatakan bahwa perilaku seseorang
yang memberi uang/barang dalam proses penerimaan menjadi pegawai
negeri/swasta merupakan hal yang kurang/tidak wajar. Hal ini terlihat dari
Gambar 5.10 dimana lebih dari tiga perempat masyarakat menyatakan
kurang wajar dan tidak wajar terhadap perilaku tersebut. Persentasenya
naik dari 81,47 persen pada 2012 menjadi 84,27 persen pada 2013.
Komposisi masyarakat yang menyatakan bahwa perilaku tersebut
merupakan hal yang sangat wajar atau wajar kurang dari 20 persen yakni
16,73 persen pada 2013 atau turun 2,8 persen dibandingkan 2012 (19,53
persen).
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
50 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Gambar 5.10. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang dalam Proses Penerimaan Menjadi Pegawai Negeri/Swasta,
2012–2013
Apabila dilihat berdasarkan domisili wilayahnya, Tabel 5.10
menunjukkan pola yang sama antara tahun 2012 dengan tahun 2013.
Persentase masyarakat yang berdomisili di wilayah perkotaan lebih tinggi
menyatakan kurang wajar dan tidak wajar dibandingkan dengan masyarakat
yang tinggal di wilayah perdesaan.
Tabel 5.10. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang dalam Proses Penerimaan Menjadi Pegawai Negeri/Swasta
Menurut Domisili Wilayah. 2012-2013
Pendapat 2012 2013
Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan
Sangat Wajar 0,38 1,45 0,27 0,98
Wajar 13,49 21,27 11,10 18,65
Kurang Wajar 12,20 14,15 11,97 16,11
Tidak Wajar 73,93 63,13 76,65 64,25
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Pada 2013, sebesar 88,62 persen masyarakat yang tinggal di
perkotaan menyatakan perilaku seseorang yang memberi uang/barang
dalam proses penerimaan menjadi pegawai negeri/swasta merupakan hal
yang kurang wajar dan tidak wajar. Angka ini naik, 3,08 persen dari 86,13
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Sangat Wajar Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar
1,950
17,58113,222
68,250
1,650
15,08014,150
70,120
2012 2013
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 51
persen pada 2012. Dengan kata lain, masyarakat yang tinggal di wilayah
perkotaan lebih banyak yang tidak permisif terhadap perilaku tersebut.
Suap adalah salah satu bentuk korupsi yang paling dasar. Secara
umum di kehidupan sehari-hari memberi uang lebih sebagai bentuk terima
kasih seringkali dianggap sebagai hal yang wajar. Salah satu kebiasaan yang
berlaku umum di masyarakat adalah pemberian tanda terima kasih atas jasa
yang telah diberikan oleh petugas, baik dalam bentuk uang maupun barang.
Seperti yang disajikan pada Gambar 5.11 menunjukkan hampir
separuh masyarakat, sebesar 42,80 persen berpendapat perilaku memberi
uang lebih kepada petugas untuk mempercepat urusan administrasi (KTP
dan KK) sebagai hal yang wajar atau sangat wajar.
Gambar 5.11. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang
yang Memberi Uang Lebih kepada Petugas untuk Mempercepat Urusan Administrasi (KTP dan KK), 2012–2013
Namun, masih lebih banyak masyarakat yang menyatakan bahwa
perilaku seseorang yang memberi uang lebih kepada petugas untuk
mempercepat urusan administrasi (KTP dan KK) merupakan hal yang
kurang/tidak wajar Persentasenya meningkatdari 55,18 persen pada 2012
menjadi 57,2 persen pada 2013
Pada Tabel 5.11 secara umum memperlihatkan persentase
masyarakat yang tidak permisif terhadap perilaku seseorang yang memberi
uang lebih kepada petugas untuk mempercepat urusan administrasi (KTP
dan KK) lebih tinggi di perkotaan daripada di perdesaan. Hanya sebesar
52,33 persen masyarakat di daerah perdesaan menyatakan perilaku
0
10
20
30
40
50
Sangat Wajar Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar
2,067
42,754
15,565
39,620
,998
41,798
16,290
40,913
2012 2013
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
50 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Gambar 5.10. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang dalam Proses Penerimaan Menjadi Pegawai Negeri/Swasta,
2012–2013
Apabila dilihat berdasarkan domisili wilayahnya, Tabel 5.10
menunjukkan pola yang sama antara tahun 2012 dengan tahun 2013.
Persentase masyarakat yang berdomisili di wilayah perkotaan lebih tinggi
menyatakan kurang wajar dan tidak wajar dibandingkan dengan masyarakat
yang tinggal di wilayah perdesaan.
Tabel 5.10. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang/Barang dalam Proses Penerimaan Menjadi Pegawai Negeri/Swasta
Menurut Domisili Wilayah. 2012-2013
Pendapat 2012 2013
Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan
Sangat Wajar 0,38 1,45 0,27 0,98
Wajar 13,49 21,27 11,10 18,65
Kurang Wajar 12,20 14,15 11,97 16,11
Tidak Wajar 73,93 63,13 76,65 64,25
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Pada 2013, sebesar 88,62 persen masyarakat yang tinggal di
perkotaan menyatakan perilaku seseorang yang memberi uang/barang
dalam proses penerimaan menjadi pegawai negeri/swasta merupakan hal
yang kurang wajar dan tidak wajar. Angka ini naik, 3,08 persen dari 86,13
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Sangat Wajar Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar
1,950
17,58113,222
68,250
1,650
15,08014,150
70,120
2012 2013
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 51
persen pada 2012. Dengan kata lain, masyarakat yang tinggal di wilayah
perkotaan lebih banyak yang tidak permisif terhadap perilaku tersebut.
Suap adalah salah satu bentuk korupsi yang paling dasar. Secara
umum di kehidupan sehari-hari memberi uang lebih sebagai bentuk terima
kasih seringkali dianggap sebagai hal yang wajar. Salah satu kebiasaan yang
berlaku umum di masyarakat adalah pemberian tanda terima kasih atas jasa
yang telah diberikan oleh petugas, baik dalam bentuk uang maupun barang.
Seperti yang disajikan pada Gambar 5.11 menunjukkan hampir
separuh masyarakat, sebesar 42,80 persen berpendapat perilaku memberi
uang lebih kepada petugas untuk mempercepat urusan administrasi (KTP
dan KK) sebagai hal yang wajar atau sangat wajar.
Gambar 5.11. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang
yang Memberi Uang Lebih kepada Petugas untuk Mempercepat Urusan Administrasi (KTP dan KK), 2012–2013
Namun, masih lebih banyak masyarakat yang menyatakan bahwa
perilaku seseorang yang memberi uang lebih kepada petugas untuk
mempercepat urusan administrasi (KTP dan KK) merupakan hal yang
kurang/tidak wajar Persentasenya meningkatdari 55,18 persen pada 2012
menjadi 57,2 persen pada 2013
Pada Tabel 5.11 secara umum memperlihatkan persentase
masyarakat yang tidak permisif terhadap perilaku seseorang yang memberi
uang lebih kepada petugas untuk mempercepat urusan administrasi (KTP
dan KK) lebih tinggi di perkotaan daripada di perdesaan. Hanya sebesar
52,33 persen masyarakat di daerah perdesaan menyatakan perilaku
0
10
20
30
40
50
Sangat Wajar Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar
2,067
42,754
15,565
39,620
,998
41,798
16,290
40,913
2012 2013
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
52 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
memberi uang lebih kepada petugas untuk mempercepat urusan
administrasi (KTP dan KK) sebagai hal yang kurang wajar atau tidak wajar.
Namun, sekitar 62,62 persen masyarakat di perkotaan yang menganggap
perilaku memberi uang/barang melebihi ketentuan sebagai hal yang kurang
wajar atau tidak wajar. Angka ini naik 1,93 persen dari tahun 2012 sebesar
60,69 persen.
Tabel 5.11. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang
yang Memberi Uang Lebih kepada Petugas untuk Mempercepat Urusan Administrasi (KTP dan KK) Menurut Domisili Wilayah. 2012-2013
Pendapat 2012 2013
Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan
Sangat Wajar 1,36 2,70 0,82 1,16
Wajar 37,95 47,08 36,57 46,50
Kurang Wajar 16,67 14,57 17,13 15,54
Tidak Wajar 44,02 35,64 45,49 36,79
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Selain mengukur penilaian suap dengan tujuan mempercepat urusan
administrasi (KTP dan KK), survei ini juga melihat seberapa tinggi tingkat
permisif masyarakat terkait pemberian uang lebih kepada polisi terkait
pengurusan SIM dan STNK. Gambar 5.12 menunjukkan secara umum relatif
lebih banyak masyarakat yang menilai kurang wajar atau tidak wajar
terhadap perilaku memberi uang lebih kepada polisi untuk mempercepat
pengurusan SIM dan STNK sebesar 62,96 persen dari keseluruhan
masyarakat. Bila dibandingkan dengan 2012 terjadi peningkatan sebesar 2,2
persen.
Kendati demikian, persentase masyarakat yang menganggap perilaku
tersebut sebagai hal yang wajar atau sangat wajar masih sebesar 37,04
persen. Ini menunjukkan meski lebih besar persentase yang antikorupsi tapi
masih banyak masyarakat yang menganggap perilaku suap sebagai hal yang
lumrah/wajar.
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 53
Gambar 5.12. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang
Memberi Uang Lebih Kepada Polisi Untuk Mempercepat Pengurusan SIM dan STNK, 2012–2013
Tabel 5.12 memperlihatkan bahwa proporsi masyarakat yang
menilai kurang wajar dan tidak wajar lebih tinggi di daerah perkotaan
daripada perdesaan. Pada 2013 sebesar 69,5 persen yang bertempat tinggal
di daerah perkotaan berpendapat kurang wajar atau tidak wajar perilaku
memberi uang lebih kepada polisi untuk mempercepat pengurusan SIM dan
STNK. Sedangkan masyarakat yang menilai kurang wajar atau tidak wajar
sebesar 57,09 persen dari keseluruhan masyarakat di perdesaan
Tabel 5.12. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang Lebih kepada Polisi untuk Mempercepat Pengurusan SIM dan STNK
Menurut Domisili Wilayah, 2012-2013
Pendapat 2012 2013
Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan
Sangat Wajar 1,11 1,89 0,68 1,23
Wajar 31,48 43,34 29,83 41,68
Kurang Wajar 17,17 15,00 16,91 17,53
Tidak Wajar 50,23 39,77 52,59 39,56
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Seperti yang disajikan pada Gambar 5.13 menunjukkan pada tahun
2013, sebesar 70,99 persen masyarakat menyatakan bahwa perilaku
0
10
20
30
40
50
Sangat Wajar Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar
1,52
37,72
16,03
44,73
0,97
36,07
17,24
45,72
2012 2013
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
52 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
memberi uang lebih kepada petugas untuk mempercepat urusan
administrasi (KTP dan KK) sebagai hal yang kurang wajar atau tidak wajar.
Namun, sekitar 62,62 persen masyarakat di perkotaan yang menganggap
perilaku memberi uang/barang melebihi ketentuan sebagai hal yang kurang
wajar atau tidak wajar. Angka ini naik 1,93 persen dari tahun 2012 sebesar
60,69 persen.
Tabel 5.11. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang
yang Memberi Uang Lebih kepada Petugas untuk Mempercepat Urusan Administrasi (KTP dan KK) Menurut Domisili Wilayah. 2012-2013
Pendapat 2012 2013
Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan
Sangat Wajar 1,36 2,70 0,82 1,16
Wajar 37,95 47,08 36,57 46,50
Kurang Wajar 16,67 14,57 17,13 15,54
Tidak Wajar 44,02 35,64 45,49 36,79
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Selain mengukur penilaian suap dengan tujuan mempercepat urusan
administrasi (KTP dan KK), survei ini juga melihat seberapa tinggi tingkat
permisif masyarakat terkait pemberian uang lebih kepada polisi terkait
pengurusan SIM dan STNK. Gambar 5.12 menunjukkan secara umum relatif
lebih banyak masyarakat yang menilai kurang wajar atau tidak wajar
terhadap perilaku memberi uang lebih kepada polisi untuk mempercepat
pengurusan SIM dan STNK sebesar 62,96 persen dari keseluruhan
masyarakat. Bila dibandingkan dengan 2012 terjadi peningkatan sebesar 2,2
persen.
Kendati demikian, persentase masyarakat yang menganggap perilaku
tersebut sebagai hal yang wajar atau sangat wajar masih sebesar 37,04
persen. Ini menunjukkan meski lebih besar persentase yang antikorupsi tapi
masih banyak masyarakat yang menganggap perilaku suap sebagai hal yang
lumrah/wajar.
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 53
Gambar 5.12. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang
Memberi Uang Lebih Kepada Polisi Untuk Mempercepat Pengurusan SIM dan STNK, 2012–2013
Tabel 5.12 memperlihatkan bahwa proporsi masyarakat yang
menilai kurang wajar dan tidak wajar lebih tinggi di daerah perkotaan
daripada perdesaan. Pada 2013 sebesar 69,5 persen yang bertempat tinggal
di daerah perkotaan berpendapat kurang wajar atau tidak wajar perilaku
memberi uang lebih kepada polisi untuk mempercepat pengurusan SIM dan
STNK. Sedangkan masyarakat yang menilai kurang wajar atau tidak wajar
sebesar 57,09 persen dari keseluruhan masyarakat di perdesaan
Tabel 5.12. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang Memberi Uang Lebih kepada Polisi untuk Mempercepat Pengurusan SIM dan STNK
Menurut Domisili Wilayah, 2012-2013
Pendapat 2012 2013
Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan
Sangat Wajar 1,11 1,89 0,68 1,23
Wajar 31,48 43,34 29,83 41,68
Kurang Wajar 17,17 15,00 16,91 17,53
Tidak Wajar 50,23 39,77 52,59 39,56
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Seperti yang disajikan pada Gambar 5.13 menunjukkan pada tahun
2013, sebesar 70,99 persen masyarakat menyatakan bahwa perilaku
0
10
20
30
40
50
Sangat Wajar Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar
1,52
37,72
16,03
44,73
0,97
36,07
17,24
45,72
2012 2013
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
54 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
seseorang yang memberi uang damai kepada polisi merupakan hal yang
kurang wajar atau tidak wajar. Angka ini mengalami peningkatan sebesar
3,32 persen dibandingkan dengan tahun 2012 (67,67 persen).
Gambar 5.13. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang
yang Memberi Uang Damai kepada Polisi, 2012-2013
Sedangkan masyarakat yang menyatakan perilaku tersebut merupakan
hal yang wajar atau sangat wajar sebesar 29,01 persen. Walaupun lebih
banyak masyarakat yang tidak permisif, tetapi masih terdapat hampir
sepertiga yang permisif terhadap perilaku tersebut.
Tabel 5.13. Perkembangan Persentasae Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang
Memberi Uang Damai kepada Polisi Menurut Domisili Wilayah, 2012-2013
Pendapat 2012 2013
Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan
Sangat Wajar 0,90 1,55 0,60 0,76
Wajar 23,28 38,12 20,98 34,93
Kurang Wajar 16,28 16,67 15,92 20,22
Tidak Wajar 59,53 43,49 62,50 44,09
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Apabila dilihat berdasarkan domisili wilayah tempat tinggal
masyarakat, dari Tabel 5.13 nampak bahwa persentase masyarakat yang
berdomisili di wilayah perkotaan lebih tinggi menyatakan kurang wajar dan
0
10
20
30
40
50
60
Sangat Wajar Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar
1,24
31,09
16,48
51,19
0,69
28,32
18,18
52,81
2012 2013
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 55
tidak wajar dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di wilayah
perdesaan. Pola ini berulang kembali pada tahun 2013. Sebesar 78,42 persen
masyarakat yang tinggal di perkotaan menyatakan perilaku seseorang yang
memberi uang damai kepada polisi merupakan hal yang kurang wajar dan
tidak wajar. Angka ini naik 2,61 persen dari 75,81 persen pada 2012.
Perilaku boleh tidaknya
penghulu (petugas KUA)
menerima amplop atau uang
terkait biaya pencatatan nikah
belakangan menjadi polemik.
Akhirnya Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) dan Kementerian
Agama (Kemenag) menyepakati,
penghulu dilarang untuk menerima apalagi meminta amplop dan atau uang
tanda terima kasih atau transport terkait tugasnya sebagai pencatat nikah.
Dasarnya adalah perilaku tersebut masuk dalam kategori penerimaan janji
atau gratifikasi sesuai pasal 12B Undang-Undang (UU) Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi (Tipikor).
Survei ini juga melihat seberapa tinggi tingkat permisif masyarakat
terkait perilaku petugas KUA yang meminta uang tambahan untuk transpor
ke tempat acara akad nikah.
Gambar 5.14. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Petugas KUA
yang Meminta Uang Tambahan untuk Transpor ke Tempat Acara Akad Nikah, 2012–2013
0
10
20
30
40
50
60
Sangat Wajar Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar
1,49
31,54
19,05
47,92
0,66
27,54
18,47
53,33
2012 2013
Lebih dari dua pertiga responden tidak permisif
terkait perilaku petugas KUA yang meminta uang tambahan
untuk transpor ke tempat acara akad nikah
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
54 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
seseorang yang memberi uang damai kepada polisi merupakan hal yang
kurang wajar atau tidak wajar. Angka ini mengalami peningkatan sebesar
3,32 persen dibandingkan dengan tahun 2012 (67,67 persen).
Gambar 5.13. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang
yang Memberi Uang Damai kepada Polisi, 2012-2013
Sedangkan masyarakat yang menyatakan perilaku tersebut merupakan
hal yang wajar atau sangat wajar sebesar 29,01 persen. Walaupun lebih
banyak masyarakat yang tidak permisif, tetapi masih terdapat hampir
sepertiga yang permisif terhadap perilaku tersebut.
Tabel 5.13. Perkembangan Persentasae Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang yang
Memberi Uang Damai kepada Polisi Menurut Domisili Wilayah, 2012-2013
Pendapat 2012 2013
Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan
Sangat Wajar 0,90 1,55 0,60 0,76
Wajar 23,28 38,12 20,98 34,93
Kurang Wajar 16,28 16,67 15,92 20,22
Tidak Wajar 59,53 43,49 62,50 44,09
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Apabila dilihat berdasarkan domisili wilayah tempat tinggal
masyarakat, dari Tabel 5.13 nampak bahwa persentase masyarakat yang
berdomisili di wilayah perkotaan lebih tinggi menyatakan kurang wajar dan
0
10
20
30
40
50
60
Sangat Wajar Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar
1,24
31,09
16,48
51,19
0,69
28,32
18,18
52,81
2012 2013
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 55
tidak wajar dibandingkan dengan masyarakat yang tinggal di wilayah
perdesaan. Pola ini berulang kembali pada tahun 2013. Sebesar 78,42 persen
masyarakat yang tinggal di perkotaan menyatakan perilaku seseorang yang
memberi uang damai kepada polisi merupakan hal yang kurang wajar dan
tidak wajar. Angka ini naik 2,61 persen dari 75,81 persen pada 2012.
Perilaku boleh tidaknya
penghulu (petugas KUA)
menerima amplop atau uang
terkait biaya pencatatan nikah
belakangan menjadi polemik.
Akhirnya Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) dan Kementerian
Agama (Kemenag) menyepakati,
penghulu dilarang untuk menerima apalagi meminta amplop dan atau uang
tanda terima kasih atau transport terkait tugasnya sebagai pencatat nikah.
Dasarnya adalah perilaku tersebut masuk dalam kategori penerimaan janji
atau gratifikasi sesuai pasal 12B Undang-Undang (UU) Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi (Tipikor).
Survei ini juga melihat seberapa tinggi tingkat permisif masyarakat
terkait perilaku petugas KUA yang meminta uang tambahan untuk transpor
ke tempat acara akad nikah.
Gambar 5.14. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Petugas KUA
yang Meminta Uang Tambahan untuk Transpor ke Tempat Acara Akad Nikah, 2012–2013
0
10
20
30
40
50
60
Sangat Wajar Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar
1,49
31,54
19,05
47,92
0,66
27,54
18,47
53,33
2012 2013
Lebih dari dua pertiga responden tidak permisif
terkait perilaku petugas KUA yang meminta uang tambahan
untuk transpor ke tempat acara akad nikah
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
56 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Berdasarkan Gambar 5.14 menunjukkan secara umum relatif lebih
banyak masyarakat yang menilai kurang wajar atau tidak wajar terhadap
perilaku tersebut. Sekitar 71,80 persen atau naik 5,80 persen dibandingkan
tahun 2012 (65,97 persen). Lebih dari dua pertiga masyarakat tidak permisif
terkait perilaku petugas KUA yang meminta uang tambahan untuk transpor
ke tempat acara akad nikah.
Seperti yang disajikan pada Tabel 5.14 menunjukkan pada tahun
2013, sebesar 73,86 persen masyarakat yang tinggal di wilayah perkotaan
menyatakan bahwa perilaku petugas KUA yang meminta uang tambahan
untuk transpor ke tempat acara akad nikah merupakan hal yang kurang
wajar atau tidak wajar. Angka ini mengalami peningkatan sebesar 4,35
persen dibandingkan dengan tahun 2012 (69,51 persen).
Tabel 5.14. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Petugas KUA
yang Meminta Uang Tambahan untuk Transpor ke Tempat Acara Akad Nikah Menurut Domisili Wilayah, 2012-2013
Pendapat 2012 2013
Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan
Sangat Wajar 0,92 2,01 0,74 0,58
Wajar 29,57 33,32 25,40 29,47
Kurang Wajar 18,05 19,95 18,02 18,87
Tidak Wajar 51,46 44,72 55,84 51,07
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Sedangkan masyarakat yang tinggal di wilayah perdesaan sebesar
69,94 persen menyatakan perilaku tersebut merupakan hal yang kurang
wajar atau tidak wajar. Artinya meski tidak berbeda signifikan, masyarakat
yang tinggal di wilayah perkotaan lebih banyak yang tidak permisif terhadap
perilaku tersebut dibandingkan masyarakat yang tinggal di perdesaan.
Perilaku korupsi semakin lama semakin berkembang dan masuk ke
berbagai sektor, termasuk sektor pendidikan yang seyogyanya menjadi salah
satu kanal dalam menginternalisasi pendidikan dan budaya anti korupsi
Untuk itu perlu perilaku aktif, tidak permisif dari masyarakat untuk
mencegah perilaku koruptif di lingkungannya termasuk di sekolah.
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 57
Gambar 5.15 memperlihatkan pada 2013 separuh lebih masyarakat,
sebesar 69,69 atau naik sebesar 5,15 persen dibandingkan 2012 (64,54
persen) yang menilai kurang wajar atau tidak wajar terhadap guru mendapat
jaminan (jatah) anaknya dapat diterima masuk ke sekolah tempat dia
mengajar. Dalam kata lain, meski lebih banyak yang tidak permisif, tetapi
terdapat sekitar sepertiga masyarakat yang masih menganggap wajar atau
sangat wajar terhadap perilaku guru yang mendapatkan jaminan (jatah)
anaknya dapat diterima masuk ke sekolah tempat dia mengajar.
Gambar 5.15. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang Guru yang Mendapatkan Jaminan (Jatah) agar Anaknya Diterima di Sekolah Tempatnya
Mengajar, 2012–2013
Secara umum tidak terdapat perbedaan persentase yang besar antara
laki-laki maupun perempuan. Walaupun secara umum lebih tinggi
persentase laki-laki yang menyatakan kurang wajar atau tidak wajar
terhadap perilaku guru yang mendapatkan jaminan (jatah) anaknya dapat
diterima masuk ke sekolah tempat dia mengajar dibandingkan perempuan.
Pada 2013 sebesar 71,12 persen untuk laki-laki dan 68,58 persen untuk
perempuan berpendapat kurang wajar atau tidak wajar terhadap perilaku
tersebut. Angka keduanya mengalami peningkatan sekitar 4-5 persen
dibandingkan 2012.
0
10
20
30
40
50
Sangat Wajar Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar
2,26
33,20
17,54
47,00
1,00
29,31
20,20
49,49
2012 2013
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
56 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Berdasarkan Gambar 5.14 menunjukkan secara umum relatif lebih
banyak masyarakat yang menilai kurang wajar atau tidak wajar terhadap
perilaku tersebut. Sekitar 71,80 persen atau naik 5,80 persen dibandingkan
tahun 2012 (65,97 persen). Lebih dari dua pertiga masyarakat tidak permisif
terkait perilaku petugas KUA yang meminta uang tambahan untuk transpor
ke tempat acara akad nikah.
Seperti yang disajikan pada Tabel 5.14 menunjukkan pada tahun
2013, sebesar 73,86 persen masyarakat yang tinggal di wilayah perkotaan
menyatakan bahwa perilaku petugas KUA yang meminta uang tambahan
untuk transpor ke tempat acara akad nikah merupakan hal yang kurang
wajar atau tidak wajar. Angka ini mengalami peningkatan sebesar 4,35
persen dibandingkan dengan tahun 2012 (69,51 persen).
Tabel 5.14. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Petugas KUA
yang Meminta Uang Tambahan untuk Transpor ke Tempat Acara Akad Nikah Menurut Domisili Wilayah, 2012-2013
Pendapat 2012 2013
Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan
Sangat Wajar 0,92 2,01 0,74 0,58
Wajar 29,57 33,32 25,40 29,47
Kurang Wajar 18,05 19,95 18,02 18,87
Tidak Wajar 51,46 44,72 55,84 51,07
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Sedangkan masyarakat yang tinggal di wilayah perdesaan sebesar
69,94 persen menyatakan perilaku tersebut merupakan hal yang kurang
wajar atau tidak wajar. Artinya meski tidak berbeda signifikan, masyarakat
yang tinggal di wilayah perkotaan lebih banyak yang tidak permisif terhadap
perilaku tersebut dibandingkan masyarakat yang tinggal di perdesaan.
Perilaku korupsi semakin lama semakin berkembang dan masuk ke
berbagai sektor, termasuk sektor pendidikan yang seyogyanya menjadi salah
satu kanal dalam menginternalisasi pendidikan dan budaya anti korupsi
Untuk itu perlu perilaku aktif, tidak permisif dari masyarakat untuk
mencegah perilaku koruptif di lingkungannya termasuk di sekolah.
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 57
Gambar 5.15 memperlihatkan pada 2013 separuh lebih masyarakat,
sebesar 69,69 atau naik sebesar 5,15 persen dibandingkan 2012 (64,54
persen) yang menilai kurang wajar atau tidak wajar terhadap guru mendapat
jaminan (jatah) anaknya dapat diterima masuk ke sekolah tempat dia
mengajar. Dalam kata lain, meski lebih banyak yang tidak permisif, tetapi
terdapat sekitar sepertiga masyarakat yang masih menganggap wajar atau
sangat wajar terhadap perilaku guru yang mendapatkan jaminan (jatah)
anaknya dapat diterima masuk ke sekolah tempat dia mengajar.
Gambar 5.15. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang Guru yang Mendapatkan Jaminan (Jatah) agar Anaknya Diterima di Sekolah Tempatnya
Mengajar, 2012–2013
Secara umum tidak terdapat perbedaan persentase yang besar antara
laki-laki maupun perempuan. Walaupun secara umum lebih tinggi
persentase laki-laki yang menyatakan kurang wajar atau tidak wajar
terhadap perilaku guru yang mendapatkan jaminan (jatah) anaknya dapat
diterima masuk ke sekolah tempat dia mengajar dibandingkan perempuan.
Pada 2013 sebesar 71,12 persen untuk laki-laki dan 68,58 persen untuk
perempuan berpendapat kurang wajar atau tidak wajar terhadap perilaku
tersebut. Angka keduanya mengalami peningkatan sekitar 4-5 persen
dibandingkan 2012.
0
10
20
30
40
50
Sangat Wajar Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar
2,26
33,20
17,54
47,00
1,00
29,31
20,20
49,49
2012 2013
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
58 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Tabel 5.15. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang Guru yang Mendapatkan Jaminan (Jatah) agar Anaknya Diterima di Sekolah Tempatnya
Mengajar Menurut Jenis Kelamin, 2012-2013
Pendapat 2012 2013
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
Sangat Wajar 2,18 2,34 0,92 1,07
Wajar 31,28 34,79 27,97 30,35
Kurang Wajar 17,54 17,54 20,45 20,01
Tidak Wajar 48,92 45,24 50,67 48,57
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Aspek pemerasan (extortion) di sektor pendidikan tergambar dari
variabel pendapat tentang perilaku guru yang meminta uang/barang dari
orang tua murid ketika kenaikan kelas/penerimaan rapor. Gambar 5.16.
memperlihatkan sekitar 87,49 persen atau naik 5,17 persen dibandingkan
2012 (83,23 persen) yang menilai kurang wajar atau tidak wajar terhadap
perilaku tersebut. Sedangkan sisanya, sebesar 12,51 persen atau turun 4,16
persen dari 16,67 persen pada tahun 2012 menyatakan perilaku guru yang
meminta uang/barang dari orang tua murid ketika kenaikan
kelas/penerimaan rapor merupakan hal yang lumrah/wajar atau sangat
wajar.
Gambar 5.16. Perkembangan Persentase Pendapat tentang Perilaku Seseorang Guru
yang Meminta Uang/Barang dari Orang Tua Murid Ketika Kenaikan Kelas/ Penerimaan Rapor, 2012–2013
Tabel 5.16 menunjukkan, apabila dilihat dari jenis kelamin, maka
lebih banyak laki-laki yang menilai kurang wajar atau tidak wajar perilaku
0
20
40
60
80
Sangat Wajar Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar
,709
16,056 14,641
68,594
,30011,770 15,930
72,010
2012 2013
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 59
guru yang meminta uang/barang dari orang tua murid ketika kenaikan
kelas/penerimaan rapor, jumlahnya sekitar 89,45 persen.
Tabel 5.16. Perkembangan Persentase Pendapat tentang Perilaku Seseorang Guru yang Meminta
Uang/Barang dari Orang Tua Murid Ketika Kenaikan Kelas/Penerimaan Rapor Menurut Jenis Kelamin, 2012-2013
Pendapat 2012 2013
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
Sangat Wajar 0,88 0,56 0,25 0,34
Wajar 14,06 17,71 10,30 12,91
Kurang Wajar 14,70 14,59 15,67 16,12
Tidak Wajar 70,32 67,04 73,78 70,62
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Sementara untuk perempuan yang menyatakan kurang wajar atau
tidak wajar persentasenya relatif lebih kecil yakni sekitar 86,74 persen.
Angka keduanya mengalami peningkatan masing-masing 4,43 persen (laki-
laki) dan 5,11 persen (perempuan) dibandingkan 2012.
Aspek penyuapan (bribery) dalam dunia pendidikan seperti yang
disajikan pada Gambar 5.17 terlihat sekitar 88,17 persen responden atau
naik 4,12 persen dibandingkan 2012 (84,05 persen) menilai kurang wajar
atau tidak wajar terhadap perilaku seseorang yang memberi uang/barang
kepada pihak sekolah agar anaknya diterima di sekolah tersebut.
Gambar 5.17. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang
yang Memberi Uang/Barang kepada Pihak Sekolah agar Anaknya Diterima di Sekolah Tersebut, 2012–2013
0
20
40
60
80
Sangat Wajar Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar
0,91
14,96 16,64
67,41
0,39
11,4417,80
70,37
2012 2013
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
58 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Tabel 5.15. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang Guru yang Mendapatkan Jaminan (Jatah) agar Anaknya Diterima di Sekolah Tempatnya
Mengajar Menurut Jenis Kelamin, 2012-2013
Pendapat 2012 2013
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
Sangat Wajar 2,18 2,34 0,92 1,07
Wajar 31,28 34,79 27,97 30,35
Kurang Wajar 17,54 17,54 20,45 20,01
Tidak Wajar 48,92 45,24 50,67 48,57
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Aspek pemerasan (extortion) di sektor pendidikan tergambar dari
variabel pendapat tentang perilaku guru yang meminta uang/barang dari
orang tua murid ketika kenaikan kelas/penerimaan rapor. Gambar 5.16.
memperlihatkan sekitar 87,49 persen atau naik 5,17 persen dibandingkan
2012 (83,23 persen) yang menilai kurang wajar atau tidak wajar terhadap
perilaku tersebut. Sedangkan sisanya, sebesar 12,51 persen atau turun 4,16
persen dari 16,67 persen pada tahun 2012 menyatakan perilaku guru yang
meminta uang/barang dari orang tua murid ketika kenaikan
kelas/penerimaan rapor merupakan hal yang lumrah/wajar atau sangat
wajar.
Gambar 5.16. Perkembangan Persentase Pendapat tentang Perilaku Seseorang Guru
yang Meminta Uang/Barang dari Orang Tua Murid Ketika Kenaikan Kelas/ Penerimaan Rapor, 2012–2013
Tabel 5.16 menunjukkan, apabila dilihat dari jenis kelamin, maka
lebih banyak laki-laki yang menilai kurang wajar atau tidak wajar perilaku
0
20
40
60
80
Sangat Wajar Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar
,709
16,056 14,641
68,594
,30011,770 15,930
72,010
2012 2013
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 59
guru yang meminta uang/barang dari orang tua murid ketika kenaikan
kelas/penerimaan rapor, jumlahnya sekitar 89,45 persen.
Tabel 5.16. Perkembangan Persentase Pendapat tentang Perilaku Seseorang Guru yang Meminta
Uang/Barang dari Orang Tua Murid Ketika Kenaikan Kelas/Penerimaan Rapor Menurut Jenis Kelamin, 2012-2013
Pendapat 2012 2013
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
Sangat Wajar 0,88 0,56 0,25 0,34
Wajar 14,06 17,71 10,30 12,91
Kurang Wajar 14,70 14,59 15,67 16,12
Tidak Wajar 70,32 67,04 73,78 70,62
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Sementara untuk perempuan yang menyatakan kurang wajar atau
tidak wajar persentasenya relatif lebih kecil yakni sekitar 86,74 persen.
Angka keduanya mengalami peningkatan masing-masing 4,43 persen (laki-
laki) dan 5,11 persen (perempuan) dibandingkan 2012.
Aspek penyuapan (bribery) dalam dunia pendidikan seperti yang
disajikan pada Gambar 5.17 terlihat sekitar 88,17 persen responden atau
naik 4,12 persen dibandingkan 2012 (84,05 persen) menilai kurang wajar
atau tidak wajar terhadap perilaku seseorang yang memberi uang/barang
kepada pihak sekolah agar anaknya diterima di sekolah tersebut.
Gambar 5.17. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang
yang Memberi Uang/Barang kepada Pihak Sekolah agar Anaknya Diterima di Sekolah Tersebut, 2012–2013
0
20
40
60
80
Sangat Wajar Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar
0,91
14,96 16,64
67,41
0,39
11,4417,80
70,37
2012 2013
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
60 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Sedangkan sisanya, sebesar 11,83 persen atau turun 4,04 persen
dibandingkan 2012 (15,87 persen) menyatakan sangat wajar atau wajar
terhadap perilaku tersebut.
Berdasarkan jenis kelamin, Tabel 5.17 memperlihatkan pola yang
sama dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2013 sebanyak 88,61 persen
laki-laki menyatakan bahwa perilaku perilaku seseorang yang memberi
uang/barang kepada pihak sekolah agar anaknya diterima di sekolah
tersebut adalah hal yang kurang wajar atau tidak wajar.
Tabel 5.17. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang
yang Memberi Uang/Barang kepada Pihak Sekolah agar Anaknya Diterima di Sekolah Tersebut Menurut Jenis Kelamin. 2012-2013
Pendapat 2012 2013
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
Sangat Wajar 0,99 0,84 0,32 0,44
Wajar 13,74 15,98 11,08 11,72
Kurang Wajar 17,12 16,25 17,06 18,38
Tidak Wajar 68,15 66,93 71,55 69,46
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Sedangkan perempuan yang menyatakan perilaku tersebut adalah
hal yang kurang wajar atau tidak wajar lebih besar yakni 87,84 persen.
Persentase laki-laki yang tidak permisif terkait perilaku tersebut sedikit
lebih tinggi daripada perempuan. Angka keduanya mengalami peningkatan
sekitar 3-4 persen dibandingkan 2012.
Gambar 5.18 memperlihatkan lebih dari tiga perempat masyarakat,
sebesar 88,04 persen atau naik 0,81 persen dari 87,23 persen pada 2012
menilai kurang wajar atau tidak wajar perilaku seseorang pegawai yang
melakukan pekerjaan/usaha sampingan di luar tugasnya pada saat jam kerja.
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 61
Gambar 5.18. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang Pegawai yang Melakukan Pekerjaan/Usaha Sampingan di Luar Tugasnya Pada Saat Jam Kerja,
2012–2013
Tabel 5.18 menunjukkan proporsi masyarakat yang bertempat
tinggal di wilayah perkotaan yang anti korupsi maupun yang permisif tidak
jauh berbeda dengan masyarakat di perdesaan
Tabel 5.18. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang Pegawai yang Melakukan Pekerjaan/Usaha Sampingan di Luar Tugasnya pada Saat Jam Kerja
Menurut Domisili Wilayah. 2012-2013
Pendapat 2012 2013
Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan
Sangat Wajar 0,61 0,91 0,37 0,29
Wajar 10,18 13,65 11,01 12,20
Kurang Wajar 15,01 17,69 15,02 18,23
Tidak Wajar 74,20 67,75 73,61 69,28
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Berbagai studi yang dilakukan lembaga anti korupsi, termasuk oleh
Komisi Pemberantasan Umum (KPK) menunjukkan bahwa praktek korupsi
dapat terjadi karena berbagai faktor, salah satu yang utama adalah politik
uang.
Bahkan KPK menilai ada dua penyebab utama korupsi di Indonesia.
yaitu, politik uang dalam pemilihan umum dan korupsi partai politik. Selama
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Sangat Wajar Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar
0,77
12,0016,42
70,81
0,33
11,63 16,71
71,33
2012 2013
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
60 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Sedangkan sisanya, sebesar 11,83 persen atau turun 4,04 persen
dibandingkan 2012 (15,87 persen) menyatakan sangat wajar atau wajar
terhadap perilaku tersebut.
Berdasarkan jenis kelamin, Tabel 5.17 memperlihatkan pola yang
sama dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2013 sebanyak 88,61 persen
laki-laki menyatakan bahwa perilaku perilaku seseorang yang memberi
uang/barang kepada pihak sekolah agar anaknya diterima di sekolah
tersebut adalah hal yang kurang wajar atau tidak wajar.
Tabel 5.17. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang
yang Memberi Uang/Barang kepada Pihak Sekolah agar Anaknya Diterima di Sekolah Tersebut Menurut Jenis Kelamin. 2012-2013
Pendapat 2012 2013
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
Sangat Wajar 0,99 0,84 0,32 0,44
Wajar 13,74 15,98 11,08 11,72
Kurang Wajar 17,12 16,25 17,06 18,38
Tidak Wajar 68,15 66,93 71,55 69,46
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Sedangkan perempuan yang menyatakan perilaku tersebut adalah
hal yang kurang wajar atau tidak wajar lebih besar yakni 87,84 persen.
Persentase laki-laki yang tidak permisif terkait perilaku tersebut sedikit
lebih tinggi daripada perempuan. Angka keduanya mengalami peningkatan
sekitar 3-4 persen dibandingkan 2012.
Gambar 5.18 memperlihatkan lebih dari tiga perempat masyarakat,
sebesar 88,04 persen atau naik 0,81 persen dari 87,23 persen pada 2012
menilai kurang wajar atau tidak wajar perilaku seseorang pegawai yang
melakukan pekerjaan/usaha sampingan di luar tugasnya pada saat jam kerja.
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 61
Gambar 5.18. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang Pegawai yang Melakukan Pekerjaan/Usaha Sampingan di Luar Tugasnya Pada Saat Jam Kerja,
2012–2013
Tabel 5.18 menunjukkan proporsi masyarakat yang bertempat
tinggal di wilayah perkotaan yang anti korupsi maupun yang permisif tidak
jauh berbeda dengan masyarakat di perdesaan
Tabel 5.18. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Perilaku Seseorang Pegawai yang Melakukan Pekerjaan/Usaha Sampingan di Luar Tugasnya pada Saat Jam Kerja
Menurut Domisili Wilayah. 2012-2013
Pendapat 2012 2013
Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan
Sangat Wajar 0,61 0,91 0,37 0,29
Wajar 10,18 13,65 11,01 12,20
Kurang Wajar 15,01 17,69 15,02 18,23
Tidak Wajar 74,20 67,75 73,61 69,28
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Berbagai studi yang dilakukan lembaga anti korupsi, termasuk oleh
Komisi Pemberantasan Umum (KPK) menunjukkan bahwa praktek korupsi
dapat terjadi karena berbagai faktor, salah satu yang utama adalah politik
uang.
Bahkan KPK menilai ada dua penyebab utama korupsi di Indonesia.
yaitu, politik uang dalam pemilihan umum dan korupsi partai politik. Selama
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Sangat Wajar Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar
0,77
12,0016,42
70,81
0,33
11,63 16,71
71,33
2012 2013
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
62 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
pada saat pemilihan umum baik legislatif, kepala daerah,maupun presiden,
semua calon yang didukung dari partai politik harus mengeluarkan uang
banyak untuk biaya kampanye maka pada saat terpilih, mereka harus
mengembalikan uang yang telah dikeluarkan tersebut. "
Survei ini melihat bagaimana pendapat masyarakat terkait perilaku
terkait politik uang. Secara umum Gambar 5.19 menyajikan lebih dari
separuh masyarakat menyatakan perilaku membagikan uang/barang kepada
calon pemilih pelaksanaan pemilu/pilkada merupakan hal yang kurang
wajar atau tidak wajar, sebesar 72,56 persen atau turun tipis 0,39 persen
dari 72,17 persen pada tahun 2012.
Gambar 5.19. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Seseorang yang Membagikan
Uang/Barang kepada Calon Pemilih pada Pelaksanaan Pilkades/Pilkada/Pemilu, 2012–2013
Meski tidak terlalu besar, masih ada masyarakat yang masih permisif
terhadap praktek politik uang. Persentase masyarakat yang berpendapat
wajar perilaku membagikan uang/barang kepada calon pemilih pelaksanaan
pemilu/pilkada mencapai 27,44 persen. Yang menarik adalah apabila dilihat
hanya dari satu kategori saja yakni kategori wajar maka terlihat terjadi
peningkatan persentase sebesar 0,35 persen masyarakat yang menyatakan
wajar terhadap perilaku membagikan uang/barang kepada calon pemilih
pelaksanaan pemilu/pilkada
Apabila dilihat dari domisili wilayah masyarakat. Tabel 5.19
menunjukkan lebih tinggi masyarakat yang berada di perkotaan menyatakan
perilaku membagikan uang/barang kepada calon pemilih pelaksanaan
0
10
20
30
40
50
60
Sangat Wajar Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar
1,54
26,29
15,71
56,46
0,79
26,64
15,14
57,42
2012 2013
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 63
pemilu/pilkada merupakan hal yang kurang wajar atau tidak wajar. Pada
2013 jumlahnya sekitar 75,49 persen (tidak ada perubahan dengan angka
2012).
Sedangkan masyarakat yang tinggal di perdesaan yang menyatakan
perilaku tersebut kurang wajar atau tidak wajar sebesar 69,95 persen.
Masyarakat di daerah perdesaan cenderung lebih permisif daripada
masyarakat di daerah perkotaan terhadap perilaku ini.
Tabel 5.19. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Seseorang yang Membagikan
Uang/Barang kepada Calon Pemilih pada Pelaksanaan Pilkades/Pilkada/Pemilu Menurut Domisili Wilayah, 2012-2013
Pendapat 2012 2013
Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan
Sangat Wajar 1,08 1,96 0,61 0,94
Wajar 23,43 28,88 23,90 29,11
Kurang Wajar 15,66 15,75 15,03 15,25
Tidak Wajar 59,83 53,38 60,46 54,70
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Mayoritas masyarakat menyatakan bahwa perilaku seseorang yang
membagikan uang/barang kepada calon pemilih pada pelaksanaan
pilkades/pilkada/pemilu merupakan hal yang kurang/tidak wajar. Seperti
yang disajikan pada Gambar 5.20 menunjukkan pada tahun 2013, sebesar
72,69 persen masyarakat menyatakan bahwa perilaku tersebut merupakan
hal yang kurang wajar atau tidak wajar. Angka ini mengalami penurunan
tipis sebesar 0,22 persen dari 72,91 persen pada tahun 2012. Sedangkan
masyarakat yang menyatakan perilaku tersebut merupakan hal yang wajar
atau sangat wajar pada 2013 sebesar 27,32 persen. Walaupun lebih banyak
masyarakat yang tidak permisif, tetapi masih terdapat hampir sepertiga yang
permisif terhadap perilaku tersebut.
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
62 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
pada saat pemilihan umum baik legislatif, kepala daerah,maupun presiden,
semua calon yang didukung dari partai politik harus mengeluarkan uang
banyak untuk biaya kampanye maka pada saat terpilih, mereka harus
mengembalikan uang yang telah dikeluarkan tersebut. "
Survei ini melihat bagaimana pendapat masyarakat terkait perilaku
terkait politik uang. Secara umum Gambar 5.19 menyajikan lebih dari
separuh masyarakat menyatakan perilaku membagikan uang/barang kepada
calon pemilih pelaksanaan pemilu/pilkada merupakan hal yang kurang
wajar atau tidak wajar, sebesar 72,56 persen atau turun tipis 0,39 persen
dari 72,17 persen pada tahun 2012.
Gambar 5.19. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Seseorang yang Membagikan
Uang/Barang kepada Calon Pemilih pada Pelaksanaan Pilkades/Pilkada/Pemilu, 2012–2013
Meski tidak terlalu besar, masih ada masyarakat yang masih permisif
terhadap praktek politik uang. Persentase masyarakat yang berpendapat
wajar perilaku membagikan uang/barang kepada calon pemilih pelaksanaan
pemilu/pilkada mencapai 27,44 persen. Yang menarik adalah apabila dilihat
hanya dari satu kategori saja yakni kategori wajar maka terlihat terjadi
peningkatan persentase sebesar 0,35 persen masyarakat yang menyatakan
wajar terhadap perilaku membagikan uang/barang kepada calon pemilih
pelaksanaan pemilu/pilkada
Apabila dilihat dari domisili wilayah masyarakat. Tabel 5.19
menunjukkan lebih tinggi masyarakat yang berada di perkotaan menyatakan
perilaku membagikan uang/barang kepada calon pemilih pelaksanaan
0
10
20
30
40
50
60
Sangat Wajar Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar
1,54
26,29
15,71
56,46
0,79
26,64
15,14
57,42
2012 2013
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 63
pemilu/pilkada merupakan hal yang kurang wajar atau tidak wajar. Pada
2013 jumlahnya sekitar 75,49 persen (tidak ada perubahan dengan angka
2012).
Sedangkan masyarakat yang tinggal di perdesaan yang menyatakan
perilaku tersebut kurang wajar atau tidak wajar sebesar 69,95 persen.
Masyarakat di daerah perdesaan cenderung lebih permisif daripada
masyarakat di daerah perkotaan terhadap perilaku ini.
Tabel 5.19. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Seseorang yang Membagikan
Uang/Barang kepada Calon Pemilih pada Pelaksanaan Pilkades/Pilkada/Pemilu Menurut Domisili Wilayah, 2012-2013
Pendapat 2012 2013
Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan
Sangat Wajar 1,08 1,96 0,61 0,94
Wajar 23,43 28,88 23,90 29,11
Kurang Wajar 15,66 15,75 15,03 15,25
Tidak Wajar 59,83 53,38 60,46 54,70
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Mayoritas masyarakat menyatakan bahwa perilaku seseorang yang
membagikan uang/barang kepada calon pemilih pada pelaksanaan
pilkades/pilkada/pemilu merupakan hal yang kurang/tidak wajar. Seperti
yang disajikan pada Gambar 5.20 menunjukkan pada tahun 2013, sebesar
72,69 persen masyarakat menyatakan bahwa perilaku tersebut merupakan
hal yang kurang wajar atau tidak wajar. Angka ini mengalami penurunan
tipis sebesar 0,22 persen dari 72,91 persen pada tahun 2012. Sedangkan
masyarakat yang menyatakan perilaku tersebut merupakan hal yang wajar
atau sangat wajar pada 2013 sebesar 27,32 persen. Walaupun lebih banyak
masyarakat yang tidak permisif, tetapi masih terdapat hampir sepertiga yang
permisif terhadap perilaku tersebut.
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
64 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Gambar 5.20. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Seseorang yang
Mengharapkan Uang/Barang pada Pelaksanaan Pilkades/Pilkada/Pemilu, 2012–2013
Sama halnya dengan variabel sebelumnya, bila dilihat dari domisili
wilayah masyarakat. Tabel 5.20 menunjukkan lebih tinggi masyarakat yang
berada di perkotaan menyatakan perilaku seseorang yang mengharapkan
uang/barang pada pelaksanaan pilkades/pilkada/pemilu merupakan hal
yang kurang wajar atau tidak wajar.
Tabel 5.20. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Seseorang yang Mengharapkan Uang/Barang pada Pelaksanaan Pilkades/Pilkada/Pemilu
Menurut Domisili Wilayah, 2012-2013
Pendapat 2012 2013
Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan
Sangat Wajar 1,81 1,53 0,65 0,84
Wajar 23,17 27,45 25,55 27,48
Kurang Wajar 18,01 18,17 17,39 17,42
Tidak Wajar 57,01 52,82 56,41 54,26
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Pada 2013 jumlahnya sekitar 73,8 persen (turun 1,22 persen dari
75,02 persen pada 2012). Sedangkan masyarakat yang tinggal di perdesaan
yang menyatakan perilaku tersebut kurang wajar atau tidak wajar sebesar
71,68 persen atau mengalami peningkatan 0,69 persen dari 70,99 persen
pada 2012. Artinya masyarakat di daerah perdesaan semakin tinggi yang
cenderung lebih permisif daripada masyarakat di daerah perkotaan terhadap
perilaku ini.
0
10
20
30
40
50
60
Sangat Wajar Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar
1,66
25,42
18,09
54,82
0,75
26,57
17,41
55,28
2012 2013
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 65
5.2. Pengalaman Berhubungan dengan Layanan Publik Komitmen perilaku anti korupsi diuji ketika berbenturan dengan
kepentingan. Salah satunya adalah ketika berhubungan langsung dengan
pelayanan publik. Survei ini ingin melihat pengalaman masyarakat dalam
berhubungan dengan pelayanan publik, bagaimana respon atau tanggapan
masyarakat ketika menemui bentuk-bentuk korupsi seperti pemerasan atau
berpeluang melakukan penyuapan saat mengakses layanan publik..
Institusi layanan publik yang dicakup dalam survei ini adalah layanan
publik yang paling banyak diakses dan terkait langsung dengan kehidupan
sehari-hari warga masyarakat meliputi layanan yang dilakukan oleh :
1. Pengurus RT/RW (misalnya dalam mengurus surat pengantar KTP, KK,
SKTM, dan lain-lain)
SKTM adalah surat keterangan tidak mampu atau biasa dikenal dengan
surat miskin. Dan lain-lain termasuk izin keramaian, lapor kedatangan
tamu menginap 2x24 jam, dan sebagainya.
2. Petugas Kantor Desa/Kelurahan dan Kecamatan (misalnya dalam
mengurus KTP, KK, SKTM, dan lain-lain)
3. Petugas Polisi (misalnya dalam mengurus SIM, STNK, SKCK, dan
pelaporan kehilangan)
SIM adalah surat izin mengemudi, STNK adalah Surat tanda nomor
kendaraan. SKCK adalah surat keterangan catatan kepolisian atau dahulu
dikenal dengan nama surat keterangan kelakukan baik.
4. Petugas PLN (misalnya dalam mendapatkan pemasangan awal, dan
layanan gangguan listrik, penambahan daya, pengurangan daya, ganti
sistem meteran (digital-analog), dan sebagainya)
5. Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas (misalnya dalam menunggu antrian
rawat jalan dan atau mendapatkan kamar rawat inap)
Termasuk layanan kesehatan milik pemerintah pusat maupun daerah
lainnya misal Puskesmas Pembantu (Pustu), Rumah Sakit Bersalin,
Rumah Sakit Khusus, dan sebagainya.
6. Guru/Kepala Sekolah (misalnya dalam proses penerimaan masuk
sekolah negeri, termasuk layanan administrasi sekolah lainnya.
7. Petugas Lembaga Peradilan (misalnya dalam urusan peradilan tilang dan
atau peradilan umum)
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
64 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Gambar 5.20. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Seseorang yang
Mengharapkan Uang/Barang pada Pelaksanaan Pilkades/Pilkada/Pemilu, 2012–2013
Sama halnya dengan variabel sebelumnya, bila dilihat dari domisili
wilayah masyarakat. Tabel 5.20 menunjukkan lebih tinggi masyarakat yang
berada di perkotaan menyatakan perilaku seseorang yang mengharapkan
uang/barang pada pelaksanaan pilkades/pilkada/pemilu merupakan hal
yang kurang wajar atau tidak wajar.
Tabel 5.20. Perkembangan Persentase Pendapat Masyarakat tentang Seseorang yang Mengharapkan Uang/Barang pada Pelaksanaan Pilkades/Pilkada/Pemilu
Menurut Domisili Wilayah, 2012-2013
Pendapat 2012 2013
Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan
Sangat Wajar 1,81 1,53 0,65 0,84
Wajar 23,17 27,45 25,55 27,48
Kurang Wajar 18,01 18,17 17,39 17,42
Tidak Wajar 57,01 52,82 56,41 54,26
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Pada 2013 jumlahnya sekitar 73,8 persen (turun 1,22 persen dari
75,02 persen pada 2012). Sedangkan masyarakat yang tinggal di perdesaan
yang menyatakan perilaku tersebut kurang wajar atau tidak wajar sebesar
71,68 persen atau mengalami peningkatan 0,69 persen dari 70,99 persen
pada 2012. Artinya masyarakat di daerah perdesaan semakin tinggi yang
cenderung lebih permisif daripada masyarakat di daerah perkotaan terhadap
perilaku ini.
0
10
20
30
40
50
60
Sangat Wajar Wajar Kurang Wajar Tidak Wajar
1,66
25,42
18,09
54,82
0,75
26,57
17,41
55,28
2012 2013
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 65
5.2. Pengalaman Berhubungan dengan Layanan Publik Komitmen perilaku anti korupsi diuji ketika berbenturan dengan
kepentingan. Salah satunya adalah ketika berhubungan langsung dengan
pelayanan publik. Survei ini ingin melihat pengalaman masyarakat dalam
berhubungan dengan pelayanan publik, bagaimana respon atau tanggapan
masyarakat ketika menemui bentuk-bentuk korupsi seperti pemerasan atau
berpeluang melakukan penyuapan saat mengakses layanan publik..
Institusi layanan publik yang dicakup dalam survei ini adalah layanan
publik yang paling banyak diakses dan terkait langsung dengan kehidupan
sehari-hari warga masyarakat meliputi layanan yang dilakukan oleh :
1. Pengurus RT/RW (misalnya dalam mengurus surat pengantar KTP, KK,
SKTM, dan lain-lain)
SKTM adalah surat keterangan tidak mampu atau biasa dikenal dengan
surat miskin. Dan lain-lain termasuk izin keramaian, lapor kedatangan
tamu menginap 2x24 jam, dan sebagainya.
2. Petugas Kantor Desa/Kelurahan dan Kecamatan (misalnya dalam
mengurus KTP, KK, SKTM, dan lain-lain)
3. Petugas Polisi (misalnya dalam mengurus SIM, STNK, SKCK, dan
pelaporan kehilangan)
SIM adalah surat izin mengemudi, STNK adalah Surat tanda nomor
kendaraan. SKCK adalah surat keterangan catatan kepolisian atau dahulu
dikenal dengan nama surat keterangan kelakukan baik.
4. Petugas PLN (misalnya dalam mendapatkan pemasangan awal, dan
layanan gangguan listrik, penambahan daya, pengurangan daya, ganti
sistem meteran (digital-analog), dan sebagainya)
5. Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas (misalnya dalam menunggu antrian
rawat jalan dan atau mendapatkan kamar rawat inap)
Termasuk layanan kesehatan milik pemerintah pusat maupun daerah
lainnya misal Puskesmas Pembantu (Pustu), Rumah Sakit Bersalin,
Rumah Sakit Khusus, dan sebagainya.
6. Guru/Kepala Sekolah (misalnya dalam proses penerimaan masuk
sekolah negeri, termasuk layanan administrasi sekolah lainnya.
7. Petugas Lembaga Peradilan (misalnya dalam urusan peradilan tilang dan
atau peradilan umum)
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
66 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Lembaga peradilan termasuk pengadilan negeri, pengadilan tinggi,
pengadilan agama, Mahkamah Agung, pengadilan tata usaha negara,
pengadilan militer.
8. Petugas Kantor Urusan Agama (misalnya dalam mengurus pernikahan,
perceraian, dan sebagainya)
9. Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (misalnya dalam
mengurus Akta Kelahiran, Surat Nikah, dan sebagainya).
10. Petugas Badan Pertanahan Nasional (misalnya untuk pengurusan
sertifikat, balik nama, pengukuran/pemetaan tanah, dan sebagainya)
Pengalaman berhubungan dengan layanan publik yang dicatat tidak
hanya layanan publik yang berkaitan dengan responden saja melainkan juga
untuk anggota rumah tangga (ART) masyarakat selama setahun terakhir.
Survei ini juga mencakup pengalaman-pengalaman berhubungan dengan
layanan publik dari pasangan masyarakat yang diketahui oleh responden
termasuk yang berasal dari cerita pasangannya tersebut
5.2.1. Akses terhadap Pelayanan Publik
Hasil SPAK 2012-2013 seperti terlihat pada Tabel 5.21 menunjukkan
bahwa persentase terbesar masyarakat yang pernah berhubungan baik
sendiri maupun lewat perantara dengan petugas layanan publik ketika
mengurus sesuatu selama setahun terakhir, secara berturut-turut adalah
pada kantor desa/kelurahan/kecamatan (59,5 persen di 2013 atau turun
14,82 persen dibanding 2012), pengurus RT/RW (47,93 persen di 2013 atau
turun 6,22 persen dibanding 2012), dan rumah sakit/puskemas (38,95
persen di 2013 atau turun 0,37 persen dibanding 2012). Sedangkan
persentase masyarakat yang berurusan dengan lembaga peradilan, BPN, dan
KUA merupakan yang terkecil.
Dari tabel terlihat yang menarik adalah pada beberapa layanan publik
tertentu, persentase masyarakat yang mengurus melalui perantara lebih
besar daripada mengurus sendiri. Hal ini terjadi pada layanan petugas dinas
kependudukan dan pencatatan sipil dan petugas BPN. Pada 2013 masyarakat
yang mengurus sendiri di BPN hanya 2,49 persen sementara yang mengurus
dengan perantara mencapai 3,14 persen. Sementara di petugas Disdukcapil
masyarakat yang mengurus sendiri hanya 6,53 persen sementara yang
mengurus dengan perantara mencapai 7,66 persen
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 67
Tabel 5.21. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan dengan Petugas Layanan Publik
Selama Setahun Terakhir, 2012-2013
Petugas Layanan Publik
2012 2013
Berhubungan sendiri
Berhubungan dengan
perantara
Berhubungan sendiri
Berhubungan dengan
perantara
1.Pengurus RT/RW 45,33 8,82 40,70 7,23
2.Petugas Kantor Desa/Kelurahan dan Kecamatan
63,46 10,86 48,68 10,82
3.Petugas Polisi 17,49 8,90 19,73 7,66
4.Petugas PLN 8,92 5,24 10,20 2,71
5.Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
36,28 3,04 37,70 1,25
6.Guru/Kepala Sekolah
17,54 2,46 17,86 0,86
7.Petugas Lembaga Peradilan
1,38 2,04 1,80 0,47
8.Petugas KUA 2,99 2,82 3,90 1,98
9.Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
5,39 6,38 6,53 7,66
10.Petugas BPN 2,04 4,33 2,49 3,14
Seluruh Layanan 20,08 5,49 18,96 4,38
Dari Gambar 5.21 terlihat bahwa pada tahun survei 2013, persentase
terbesar masyarakat yang berhubungan sendiri dengan petugas layanan
publik berturut-turut adalah dengan petugas kantor desa/kelurahan
/kecamatan (48,68 persen), pengurus RT/RW (40,7 persen), dan petugas
rumah sakit/puskesmas (37,7 persen). Sedangkan layanan publik dengan
persentase terkecil masyarakat yang berhubungan sendiri dengan petugas
adalah pada lembaga peradilan (1,8 persen), BPN (2,49 persen), dan KUA
(3,9 persen). Jika dibandingkan tahun 2012, umumnya persentasenya
meningkat, kecuali pada pengurus RT/RW (turun 4,63 persen) dan petugas
kantor desa/kelurahan/kecamatan (turun 14,78).
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
66 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Lembaga peradilan termasuk pengadilan negeri, pengadilan tinggi,
pengadilan agama, Mahkamah Agung, pengadilan tata usaha negara,
pengadilan militer.
8. Petugas Kantor Urusan Agama (misalnya dalam mengurus pernikahan,
perceraian, dan sebagainya)
9. Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (misalnya dalam
mengurus Akta Kelahiran, Surat Nikah, dan sebagainya).
10. Petugas Badan Pertanahan Nasional (misalnya untuk pengurusan
sertifikat, balik nama, pengukuran/pemetaan tanah, dan sebagainya)
Pengalaman berhubungan dengan layanan publik yang dicatat tidak
hanya layanan publik yang berkaitan dengan responden saja melainkan juga
untuk anggota rumah tangga (ART) masyarakat selama setahun terakhir.
Survei ini juga mencakup pengalaman-pengalaman berhubungan dengan
layanan publik dari pasangan masyarakat yang diketahui oleh responden
termasuk yang berasal dari cerita pasangannya tersebut
5.2.1. Akses terhadap Pelayanan Publik
Hasil SPAK 2012-2013 seperti terlihat pada Tabel 5.21 menunjukkan
bahwa persentase terbesar masyarakat yang pernah berhubungan baik
sendiri maupun lewat perantara dengan petugas layanan publik ketika
mengurus sesuatu selama setahun terakhir, secara berturut-turut adalah
pada kantor desa/kelurahan/kecamatan (59,5 persen di 2013 atau turun
14,82 persen dibanding 2012), pengurus RT/RW (47,93 persen di 2013 atau
turun 6,22 persen dibanding 2012), dan rumah sakit/puskemas (38,95
persen di 2013 atau turun 0,37 persen dibanding 2012). Sedangkan
persentase masyarakat yang berurusan dengan lembaga peradilan, BPN, dan
KUA merupakan yang terkecil.
Dari tabel terlihat yang menarik adalah pada beberapa layanan publik
tertentu, persentase masyarakat yang mengurus melalui perantara lebih
besar daripada mengurus sendiri. Hal ini terjadi pada layanan petugas dinas
kependudukan dan pencatatan sipil dan petugas BPN. Pada 2013 masyarakat
yang mengurus sendiri di BPN hanya 2,49 persen sementara yang mengurus
dengan perantara mencapai 3,14 persen. Sementara di petugas Disdukcapil
masyarakat yang mengurus sendiri hanya 6,53 persen sementara yang
mengurus dengan perantara mencapai 7,66 persen
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 67
Tabel 5.21. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan dengan Petugas Layanan Publik
Selama Setahun Terakhir, 2012-2013
Petugas Layanan Publik
2012 2013
Berhubungan sendiri
Berhubungan dengan
perantara
Berhubungan sendiri
Berhubungan dengan
perantara
1.Pengurus RT/RW 45,33 8,82 40,70 7,23
2.Petugas Kantor Desa/Kelurahan dan Kecamatan
63,46 10,86 48,68 10,82
3.Petugas Polisi 17,49 8,90 19,73 7,66
4.Petugas PLN 8,92 5,24 10,20 2,71
5.Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
36,28 3,04 37,70 1,25
6.Guru/Kepala Sekolah
17,54 2,46 17,86 0,86
7.Petugas Lembaga Peradilan
1,38 2,04 1,80 0,47
8.Petugas KUA 2,99 2,82 3,90 1,98
9.Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
5,39 6,38 6,53 7,66
10.Petugas BPN 2,04 4,33 2,49 3,14
Seluruh Layanan 20,08 5,49 18,96 4,38
Dari Gambar 5.21 terlihat bahwa pada tahun survei 2013, persentase
terbesar masyarakat yang berhubungan sendiri dengan petugas layanan
publik berturut-turut adalah dengan petugas kantor desa/kelurahan
/kecamatan (48,68 persen), pengurus RT/RW (40,7 persen), dan petugas
rumah sakit/puskesmas (37,7 persen). Sedangkan layanan publik dengan
persentase terkecil masyarakat yang berhubungan sendiri dengan petugas
adalah pada lembaga peradilan (1,8 persen), BPN (2,49 persen), dan KUA
(3,9 persen). Jika dibandingkan tahun 2012, umumnya persentasenya
meningkat, kecuali pada pengurus RT/RW (turun 4,63 persen) dan petugas
kantor desa/kelurahan/kecamatan (turun 14,78).
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
68 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Gambar 5.21. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan
Petugas Layanan Publik, 2012-2013
Jika dilihat secara keseluruhan, mayoritas masyarakat (73,14 persen
di tahun 2013 atau turun 11,44 dibanding tahun 2012) pernah berhubungan
sendiri dengan petugas pada minimal 1 jenis layanan publik. Sementara itu,
sekitar sepertiga (naik 5,5 persen dibanding tahun 2012) masyarakat pernah
berhubungan lewat perantara pada minimal 1 jenis layanan publik.
Pada survei ini, masyarakat yang menyatakan pernah berhubungan
sendiri dengan petugas layanan publik dalam setahun terakhir akan ditanya
lebih lanjut mengenai pengalaman realnya ketika berhubungan dengan
layanan publik tersebut. Hal ini mencakup pengetahuan tentang
biaya/prosedur yang berlaku, pengalaman membayar melebihi ketentuan,
bentuk pemberian, waktu pemberian, cara mengetahui bahwa harus
membayar uang melebihi ketentuan, tujuan pemberian dan apakah
melaporkan atau tidak kejadian yang dialaminya beserta alasan-alasannya.
Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, dapat terlihat cerminan nyata
dari perilaku individu tersebut, apakah cenderung anti korupsi atau permisif
terhadap korupsi. Alur pertanyaan dalam SPAK bisa dilihat pada Gambar
5.22.
63,46
45,33
36,28
17,49
17,54
8,92
5,39
2,99
2,04
1,38
48,68
40,7
37,7
19,73
17,86
10,2
6,53
3,9
2,49
1,8
Petugas Kantor Desa/Kelurahandan Kecamatan
Pengurus RT/RW
Petugas Rumah Sakit danPuskesmas
Petugas Polisi
Guru/Kepala Sekolah
Petugas PLN
Petugas Dinas Kependudukan danPencatatan Sipil
Petugas KUA
Petugas BPN
Petugas Lembaga Peradilan
2012
2013
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 69
Gambar 5.22. Diagram Alur Pertanyaan Pengalaman Berhubungan dengan Layanan Publik
5.2.2. Pengetahuan Masyarakat akan Prosedur dan Biaya yang Berlaku
Kejelasan atau transparansi dalam prosedur, persyaratan, dan
rincian biaya, merupakan salah satu
prinsip yang harus dipenuhi suatu
layanan publik. Penyelenggara
pelayanan publik antara lain
berkewajiban menyusun dan
mempublikasikan standar pelayanan
yang menjadi tugas dan
wewenangnya. (Lihat pasal 15 UU No.
25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik).
Dengan demikian, masyarakat yang ingin memperoleh layanan
publik seharusnya mendapatkan informasi yang cukup tentang hal ini. Survei
ini berusaha untuk mengumpulkan data untuk melihat sampai di mana
amanat UU ini dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Pengalaman Berhubungan dengan Layanan Publik
Pernah BerhubunganSendiri
Pengalaman Membayar Melebihi Ketentuan
Pernah
Waktu Pembayaran
Sebelum
Pada Saat
Sesudah
Sesudah dan Sebelum
Bentuk Pengeluaran
Uang
Makanan
Barang Berharga
Balas Jasa
Cara Mengetahui BahwaHarus Membayar Lebih
Diminta Petugas/
Pihak Ketiga
Tanggapan
Tidak/ Agak Keberatan
Keberatan/ Sangat
Keberatan
Hal Lumrah
Tidak Ada yang
Meminta
Tujuan
MempercepatProses
Pengurusan
MendapatkanPelayananLebih Baik
Demi MenjagaHubungan
Baik
Sebagai TandaTerima Kasih
PelaporanKejadian
Melaporkan
TidakMelaporkan
TidakPernah
Alasan
Biaya Sesuai Ketentuan
Tidak memilikiuang lebih
Menolakpraktek suap
Tidak adamanfaatnya
Takutmelanggar
hukum
Pengetahuan tentang Prosedur dan Biaya
Resmi
Pernah Berhubungan dengan Perantara
Tidak Pernah
Secara rata-rata, pada
tahun 2013, persentase yang
mengetahui prosedur dan
atau biaya resmi yang
berlaku adalah 65,58
persen, turun 4,56 persen
dibanding tahun 2012
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
68 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Gambar 5.21. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan
Petugas Layanan Publik, 2012-2013
Jika dilihat secara keseluruhan, mayoritas masyarakat (73,14 persen
di tahun 2013 atau turun 11,44 dibanding tahun 2012) pernah berhubungan
sendiri dengan petugas pada minimal 1 jenis layanan publik. Sementara itu,
sekitar sepertiga (naik 5,5 persen dibanding tahun 2012) masyarakat pernah
berhubungan lewat perantara pada minimal 1 jenis layanan publik.
Pada survei ini, masyarakat yang menyatakan pernah berhubungan
sendiri dengan petugas layanan publik dalam setahun terakhir akan ditanya
lebih lanjut mengenai pengalaman realnya ketika berhubungan dengan
layanan publik tersebut. Hal ini mencakup pengetahuan tentang
biaya/prosedur yang berlaku, pengalaman membayar melebihi ketentuan,
bentuk pemberian, waktu pemberian, cara mengetahui bahwa harus
membayar uang melebihi ketentuan, tujuan pemberian dan apakah
melaporkan atau tidak kejadian yang dialaminya beserta alasan-alasannya.
Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, dapat terlihat cerminan nyata
dari perilaku individu tersebut, apakah cenderung anti korupsi atau permisif
terhadap korupsi. Alur pertanyaan dalam SPAK bisa dilihat pada Gambar
5.22.
63,46
45,33
36,28
17,49
17,54
8,92
5,39
2,99
2,04
1,38
48,68
40,7
37,7
19,73
17,86
10,2
6,53
3,9
2,49
1,8
Petugas Kantor Desa/Kelurahandan Kecamatan
Pengurus RT/RW
Petugas Rumah Sakit danPuskesmas
Petugas Polisi
Guru/Kepala Sekolah
Petugas PLN
Petugas Dinas Kependudukan danPencatatan Sipil
Petugas KUA
Petugas BPN
Petugas Lembaga Peradilan
2012
2013
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 69
Gambar 5.22. Diagram Alur Pertanyaan Pengalaman Berhubungan dengan Layanan Publik
5.2.2. Pengetahuan Masyarakat akan Prosedur dan Biaya yang Berlaku
Kejelasan atau transparansi dalam prosedur, persyaratan, dan
rincian biaya, merupakan salah satu
prinsip yang harus dipenuhi suatu
layanan publik. Penyelenggara
pelayanan publik antara lain
berkewajiban menyusun dan
mempublikasikan standar pelayanan
yang menjadi tugas dan
wewenangnya. (Lihat pasal 15 UU No.
25 Tahun 2009 tentang Pelayanan
Publik).
Dengan demikian, masyarakat yang ingin memperoleh layanan
publik seharusnya mendapatkan informasi yang cukup tentang hal ini. Survei
ini berusaha untuk mengumpulkan data untuk melihat sampai di mana
amanat UU ini dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Pengalaman Berhubungan dengan Layanan Publik
Pernah BerhubunganSendiri
Pengalaman Membayar Melebihi Ketentuan
Pernah
Waktu Pembayaran
Sebelum
Pada Saat
Sesudah
Sesudah dan Sebelum
Bentuk Pengeluaran
Uang
Makanan
Barang Berharga
Balas Jasa
Cara Mengetahui BahwaHarus Membayar Lebih
Diminta Petugas/
Pihak Ketiga
Tanggapan
Tidak/ Agak Keberatan
Keberatan/ Sangat
Keberatan
Hal Lumrah
Tidak Ada yang
Meminta
Tujuan
MempercepatProses
Pengurusan
MendapatkanPelayananLebih Baik
Demi MenjagaHubungan
Baik
Sebagai TandaTerima Kasih
PelaporanKejadian
Melaporkan
TidakMelaporkan
TidakPernah
Alasan
Biaya Sesuai Ketentuan
Tidak memilikiuang lebih
Menolakpraktek suap
Tidak adamanfaatnya
Takutmelanggar
hukum
Pengetahuan tentang Prosedur dan Biaya
Resmi
Pernah Berhubungan dengan Perantara
Tidak Pernah
Secara rata-rata, pada
tahun 2013, persentase yang
mengetahui prosedur dan
atau biaya resmi yang
berlaku adalah 65,58
persen, turun 4,56 persen
dibanding tahun 2012
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
70 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Tabel 5.22 memperlihatkan bahwa secara rata-rata, pada tahun 2013
di antara masyarakat yang pernah berurusan sendiri dengan petugas di
pelayanan publik selama setahun terakhir, persentase yang mengetahui
prosedur dan atau biaya resmi yang berlaku adalah 65,58 persen, turun 4,56
persen dibanding tahun 2012. Lebih rinci, persentasenya pada 10 jenis
layanan publik berkisar antara 59,06 persen (petugas PLN) hingga 77,67
persen (guru/kepala sekolah), bergeser turun dibanding tahun 2012 yang
berkisar antara 63,31 persen (Pengurus RT/RW) hingga 83,09 persen
(guru/kepala sekolah). Penurunan memang terjadi pada semua jenis layanan
publik.
Tabel 5.22. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan
Publik dan Mengetahui Prosedur dan Biaya Resmi yang Berlaku
Petugas Layanan Publik 2012 2013
1.Pengurus RT/RW 63,31 59,43
2.Petugas Kantor Desa/Kelurahan dan Kecamatan 67,11 61,14
3.Petugas Polisi 80,83 75,69
4.Petugas PLN 68,20 59,06
5.Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas 72,49 68,48
6.Guru/Kepala Sekolah 83,09 77,67
7.Petugas Lembaga Peradilan 72,37 71,58
8.Petugas KUA 66,30 62,63
9.Petugas Dinas Kependudukandan Pencatatan Sipil
76,82 68,98
10.Petugas BPN 66,35 60,30
Seluruh Layanan 70,14 65,58
5.2.3. Pengalaman Membayar Melebihi Ketentuan
Tabel 5.23 menunjukkan bahwa pada tahun 2013 secara rata-rata, di
antara masyarakat pernah berhubungan sendiri dengan petugas layanan
publik, persentase yang pernah membayar melebihi ketentuan adalah 11,74
persen, meningkat 1,13 persen dibanding tahun 2012. Secara rinci,
persentasenya pada 10 jenis layanan publik berkisar antara 2,55 persen
(petugas rumah sakit/puskesmas) hingga 22,5 persen (petugas KUA), jarak
antara persentase terbesar dan terkecil lebih lebar dibanding tahun 2012
yang berkisar antara 2,84 persen (petugas rumah sakit/puskesmas) hingga
20,4 persen (petugas polisi).
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 71
Persentase masyarakat yang
pernah membayar lebih ketika
berurusan dengan petugas polisi
ketika survei tahun 2012 merupakan
yang terbesar (20,4 persen), pada
tahun 2013 turun 4,15 persen
sehingga posisinya turun ke
peringkat 4 persentase terbesar.
Penurunan persentase lebih besar (5,72 persen) terjadi pada lembaga
peradilan, sehingga peringkat kedua terbesar pada tahun 2012 ini pada
tahun 2013 dengan 12,31 persen posisinya melorot ke urutan ke 7.
Sementara itu, peningkatan persentase antara 1,06–5,09 persen terjadi pada
6 jenis layanan publik lainnya.
Tabel 5.23. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan
Publik menurut Pernah atau Tidaknya Membayar Melebihi Ketentuan
Petugas Layanan Publik
2012 2013
Pernah Tidak
Pernah Pernah
Tidak Pernah
1.Pengurus RT/RW 12,35 87,65 14,53 85,47
2.Petugas Kantor Desa/Kelurahan dan Kecamatan
10,72 89,28 13,78 86,22
3.Petugas Polisi 20,4 79,60 16,25 83,75
4.Petugas PLN 15,65 84,35 19,11 80,89
5.Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
2,84 97,16 2,55 97,45
6.Guru/Kepala Sekolah 6,94 93,06 6,38 93,62
7.Petugas Lembaga Peradilan 18,03 81,97 12,31 87,69
8.Petugas KUA 17,41 82,59 22,5 77,50
9.Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
11,28 88,72 12,31 87,69
10.Petugas BPN 16,26 83,74 19,41 80,59
Seluruh Layanan 10,61 89,39 11,74 88,26
Tabel 5.24 menunjukkan bahwa mayoritas alasan masyarakat yang
tidak pernah membayar melebihi ketentuan adalah karena biaya sesuai
ketentuan. Secara rata-rata, persentasenya 89,77 persen (meningkat dari
11,95 persen dibanding 2012). Peningkatan terjadi pada semua jenis layanan
Pada tahun 2013 secara rata-
rata, persentase yang pernah
membayar melebihi
ketentuan adalah 11,74
persen, meningkat 1,13
persen dibanding tahun 2012
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
70 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Tabel 5.22 memperlihatkan bahwa secara rata-rata, pada tahun 2013
di antara masyarakat yang pernah berurusan sendiri dengan petugas di
pelayanan publik selama setahun terakhir, persentase yang mengetahui
prosedur dan atau biaya resmi yang berlaku adalah 65,58 persen, turun 4,56
persen dibanding tahun 2012. Lebih rinci, persentasenya pada 10 jenis
layanan publik berkisar antara 59,06 persen (petugas PLN) hingga 77,67
persen (guru/kepala sekolah), bergeser turun dibanding tahun 2012 yang
berkisar antara 63,31 persen (Pengurus RT/RW) hingga 83,09 persen
(guru/kepala sekolah). Penurunan memang terjadi pada semua jenis layanan
publik.
Tabel 5.22. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan
Publik dan Mengetahui Prosedur dan Biaya Resmi yang Berlaku
Petugas Layanan Publik 2012 2013
1.Pengurus RT/RW 63,31 59,43
2.Petugas Kantor Desa/Kelurahan dan Kecamatan 67,11 61,14
3.Petugas Polisi 80,83 75,69
4.Petugas PLN 68,20 59,06
5.Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas 72,49 68,48
6.Guru/Kepala Sekolah 83,09 77,67
7.Petugas Lembaga Peradilan 72,37 71,58
8.Petugas KUA 66,30 62,63
9.Petugas Dinas Kependudukandan Pencatatan Sipil
76,82 68,98
10.Petugas BPN 66,35 60,30
Seluruh Layanan 70,14 65,58
5.2.3. Pengalaman Membayar Melebihi Ketentuan
Tabel 5.23 menunjukkan bahwa pada tahun 2013 secara rata-rata, di
antara masyarakat pernah berhubungan sendiri dengan petugas layanan
publik, persentase yang pernah membayar melebihi ketentuan adalah 11,74
persen, meningkat 1,13 persen dibanding tahun 2012. Secara rinci,
persentasenya pada 10 jenis layanan publik berkisar antara 2,55 persen
(petugas rumah sakit/puskesmas) hingga 22,5 persen (petugas KUA), jarak
antara persentase terbesar dan terkecil lebih lebar dibanding tahun 2012
yang berkisar antara 2,84 persen (petugas rumah sakit/puskesmas) hingga
20,4 persen (petugas polisi).
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 71
Persentase masyarakat yang
pernah membayar lebih ketika
berurusan dengan petugas polisi
ketika survei tahun 2012 merupakan
yang terbesar (20,4 persen), pada
tahun 2013 turun 4,15 persen
sehingga posisinya turun ke
peringkat 4 persentase terbesar.
Penurunan persentase lebih besar (5,72 persen) terjadi pada lembaga
peradilan, sehingga peringkat kedua terbesar pada tahun 2012 ini pada
tahun 2013 dengan 12,31 persen posisinya melorot ke urutan ke 7.
Sementara itu, peningkatan persentase antara 1,06–5,09 persen terjadi pada
6 jenis layanan publik lainnya.
Tabel 5.23. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan
Publik menurut Pernah atau Tidaknya Membayar Melebihi Ketentuan
Petugas Layanan Publik
2012 2013
Pernah Tidak
Pernah Pernah
Tidak Pernah
1.Pengurus RT/RW 12,35 87,65 14,53 85,47
2.Petugas Kantor Desa/Kelurahan dan Kecamatan
10,72 89,28 13,78 86,22
3.Petugas Polisi 20,4 79,60 16,25 83,75
4.Petugas PLN 15,65 84,35 19,11 80,89
5.Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
2,84 97,16 2,55 97,45
6.Guru/Kepala Sekolah 6,94 93,06 6,38 93,62
7.Petugas Lembaga Peradilan 18,03 81,97 12,31 87,69
8.Petugas KUA 17,41 82,59 22,5 77,50
9.Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
11,28 88,72 12,31 87,69
10.Petugas BPN 16,26 83,74 19,41 80,59
Seluruh Layanan 10,61 89,39 11,74 88,26
Tabel 5.24 menunjukkan bahwa mayoritas alasan masyarakat yang
tidak pernah membayar melebihi ketentuan adalah karena biaya sesuai
ketentuan. Secara rata-rata, persentasenya 89,77 persen (meningkat dari
11,95 persen dibanding 2012). Peningkatan terjadi pada semua jenis layanan
Pada tahun 2013 secara rata-
rata, persentase yang pernah
membayar melebihi
ketentuan adalah 11,74
persen, meningkat 1,13
persen dibanding tahun 2012
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
72 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
publik. Artinya, semakin banyak masyarakat yang tidak membayar lebih
karena mengetahui biaya sudah sesuai ketentuan.
Tabel 5.24. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan
Publik dan Tidak Pernah Membayar Melebihi Ketentuan menurut Alasan, 2012-2013
Petugas Layanan Publik
Tahun Biaya Sesuai
Ketentuan
Tidak Memiliki
Uang Lebih
Menolak Praktek
Suap
Tidak Ada
Manfaat-nya
Takut Melang
gar Hukum
Total
1.Pengurus RT/RW 2012 74,39 9,05 3,55 11,48 1,55 100
2013 86,67 8,38 1,11 3,17 0,66 100
2.Petugas Kantor Desa/Kelurahan dan Kecamatan
2012 76,04 8,84 2,81 10,16 2,15 100
2013 88,77 7,24 1,24 2,40 0,36 100
3.Petugas Polisi 2012 80,87 5,35 3,86 7,64 2,29 100
2013 91,87 4,56 1,23 1,74 0,60 100
4.Petugas PLN 2012 77,48 6,02 3,28 11,34 1,87 100
2013 91,35 4,64 0,93 2,70 0,37 100
5.Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
2012 80,24 7,54 2,13 8,72 1,37 100
2013 90,87 5,76 0,87 2,14 0,36 100
6.Guru/Kepala Sekolah
2012 82,77 4,45 2,34 8,81 1,64 100
2013 90,96 6,17 0,98 1,38 0,52 100
7.Petugas Lembaga Peradilan
2012 80,42 4,26 6,54 8,64 0,13 100
2013 92,56 4,00 3,08 0,25 0,12 100
8.Petugas KUA 2012 74,64 8,85 1,41 10,99 4,11 100
2013 96,32 1,85 0,12 1,71 0,00 100
9.Petugas Dinas Kependudukandan Pencatatan Sipil
2012 84,50 2,37 3,18 7,41 2,55 100
2013 91,97 3,84 1,37 1,73 1,10 100
10.Petugas BPN 2012 80,06 4,64 7,50 5,08 2,73 100
2013 92,12 3,06 3,87 0,95 0,00 100
Seluruh Layanan 2012 77,82 7,60 2,96 9,78 1,85 100
2013 89,77 6,36 1,12 2,28 0,47 100
Dari ulasan sebelumnya sudah dijelaskan bahwa persentase
masyarakat yang mengetahui prosedur dan biaya resmi yang berlaku
menurun dan persentase masyarakat yang membayar melebihi ketentuan
sedikit meningkat. Ini merupakan indikasi bahwa semakin banyak
masyarakat yang mengetahui prosedur dan biaya yang resmi, maka semakin
banyak masyarakat yang akan membayar biaya layanan publik sesuai
ketentuan yang berlaku.
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 73
5.2.4. Waktu Pembayaran yang Melebihi Ketentuan
Tabel 5.25 memperlihatkan bahwa secara rata-rata, masyarakat yang
pernah berhubungan sendiri dengan petugas layanan publik, membayar
melebihi ketentuan paling banyak dilakukan sesudah pelayanan.
Persentasenya naik dari 39,42 persen pada tahun 2012 menjadi 48,62
persen pada tahun 2013. Secara lebih rinci, pada hampir semua jenis layanan
publik persentasenya naik, kecuali pada jenis layanan lembaga peradilan dan
BPN.
Tabel 5.25. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan
Petugas Layanan Publik dan Pernah Membayar Melebihi Ketentuan menurut Waktu Pembayaran
Petugas Layanan Publik
Tahun Sebelum Pada Saat
Sesudah Sebelum
dan Sesudah
Total
1.Pengurus RT/RW 2012 41,29 14,13 42,83 1,75 100
2013 25,69 19,06 53,32 1,92 100
2.Petugas Kantor Desa/Kelurahan Kecamatan
2012 31,38 21,23 44,60 2,78 100
2013 27,63 19,06 52,31 1,00 100
3.Petugas Polisi 2012 34,88 37,67 25,85 1,60 100
2013 37,84 26,35 34,40 1,41 100
4.Petugas PLN 2012 20,01 17,25 58,18 4,56 100
2013 15,92 17,69 64,29 2,11 100
5.Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
2012 21,39 40,96 35,53 2,12 100
2013 31,16 17,00 41,11 10,74 100
6.Guru/Kepala Sekolah 2012 24,16 47,65 25,49 2,69 100
2013 31,62 17,52 45,24 5,62 100
7.Petugas Lembaga Peradilan
2012 45,36 21,39 29,73 3,52 100
2013 39,80 26,10 26,85 7,26 100
8.Petugas KUA 2012 51,87 18,15 25,56 4,41 100
2013 45,68 15,50 36,31 2,52 100
9.Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
2012 39,99 16,69 43,32 0,00 100
2013 37,85 8,75 48,54 4,85 100
10.Petugas BPN 2012 42,09 20,03 27,79 10,10 100
2013 43,99 19,05 26,49 10,48 100
Seluruh Layanan 2012 34,01 24,10 39,42 2,48 100
2013 29,47 19,38 48,62 2,52 100
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
72 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
publik. Artinya, semakin banyak masyarakat yang tidak membayar lebih
karena mengetahui biaya sudah sesuai ketentuan.
Tabel 5.24. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan
Publik dan Tidak Pernah Membayar Melebihi Ketentuan menurut Alasan, 2012-2013
Petugas Layanan Publik
Tahun Biaya Sesuai
Ketentuan
Tidak Memiliki
Uang Lebih
Menolak Praktek
Suap
Tidak Ada
Manfaat-nya
Takut Melang
gar Hukum
Total
1.Pengurus RT/RW 2012 74,39 9,05 3,55 11,48 1,55 100
2013 86,67 8,38 1,11 3,17 0,66 100
2.Petugas Kantor Desa/Kelurahan dan Kecamatan
2012 76,04 8,84 2,81 10,16 2,15 100
2013 88,77 7,24 1,24 2,40 0,36 100
3.Petugas Polisi 2012 80,87 5,35 3,86 7,64 2,29 100
2013 91,87 4,56 1,23 1,74 0,60 100
4.Petugas PLN 2012 77,48 6,02 3,28 11,34 1,87 100
2013 91,35 4,64 0,93 2,70 0,37 100
5.Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
2012 80,24 7,54 2,13 8,72 1,37 100
2013 90,87 5,76 0,87 2,14 0,36 100
6.Guru/Kepala Sekolah
2012 82,77 4,45 2,34 8,81 1,64 100
2013 90,96 6,17 0,98 1,38 0,52 100
7.Petugas Lembaga Peradilan
2012 80,42 4,26 6,54 8,64 0,13 100
2013 92,56 4,00 3,08 0,25 0,12 100
8.Petugas KUA 2012 74,64 8,85 1,41 10,99 4,11 100
2013 96,32 1,85 0,12 1,71 0,00 100
9.Petugas Dinas Kependudukandan Pencatatan Sipil
2012 84,50 2,37 3,18 7,41 2,55 100
2013 91,97 3,84 1,37 1,73 1,10 100
10.Petugas BPN 2012 80,06 4,64 7,50 5,08 2,73 100
2013 92,12 3,06 3,87 0,95 0,00 100
Seluruh Layanan 2012 77,82 7,60 2,96 9,78 1,85 100
2013 89,77 6,36 1,12 2,28 0,47 100
Dari ulasan sebelumnya sudah dijelaskan bahwa persentase
masyarakat yang mengetahui prosedur dan biaya resmi yang berlaku
menurun dan persentase masyarakat yang membayar melebihi ketentuan
sedikit meningkat. Ini merupakan indikasi bahwa semakin banyak
masyarakat yang mengetahui prosedur dan biaya yang resmi, maka semakin
banyak masyarakat yang akan membayar biaya layanan publik sesuai
ketentuan yang berlaku.
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 73
5.2.4. Waktu Pembayaran yang Melebihi Ketentuan
Tabel 5.25 memperlihatkan bahwa secara rata-rata, masyarakat yang
pernah berhubungan sendiri dengan petugas layanan publik, membayar
melebihi ketentuan paling banyak dilakukan sesudah pelayanan.
Persentasenya naik dari 39,42 persen pada tahun 2012 menjadi 48,62
persen pada tahun 2013. Secara lebih rinci, pada hampir semua jenis layanan
publik persentasenya naik, kecuali pada jenis layanan lembaga peradilan dan
BPN.
Tabel 5.25. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan
Petugas Layanan Publik dan Pernah Membayar Melebihi Ketentuan menurut Waktu Pembayaran
Petugas Layanan Publik
Tahun Sebelum Pada Saat
Sesudah Sebelum
dan Sesudah
Total
1.Pengurus RT/RW 2012 41,29 14,13 42,83 1,75 100
2013 25,69 19,06 53,32 1,92 100
2.Petugas Kantor Desa/Kelurahan Kecamatan
2012 31,38 21,23 44,60 2,78 100
2013 27,63 19,06 52,31 1,00 100
3.Petugas Polisi 2012 34,88 37,67 25,85 1,60 100
2013 37,84 26,35 34,40 1,41 100
4.Petugas PLN 2012 20,01 17,25 58,18 4,56 100
2013 15,92 17,69 64,29 2,11 100
5.Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
2012 21,39 40,96 35,53 2,12 100
2013 31,16 17,00 41,11 10,74 100
6.Guru/Kepala Sekolah 2012 24,16 47,65 25,49 2,69 100
2013 31,62 17,52 45,24 5,62 100
7.Petugas Lembaga Peradilan
2012 45,36 21,39 29,73 3,52 100
2013 39,80 26,10 26,85 7,26 100
8.Petugas KUA 2012 51,87 18,15 25,56 4,41 100
2013 45,68 15,50 36,31 2,52 100
9.Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
2012 39,99 16,69 43,32 0,00 100
2013 37,85 8,75 48,54 4,85 100
10.Petugas BPN 2012 42,09 20,03 27,79 10,10 100
2013 43,99 19,05 26,49 10,48 100
Seluruh Layanan 2012 34,01 24,10 39,42 2,48 100
2013 29,47 19,38 48,62 2,52 100
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
74 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
5.2.5. Bentuk Pembayaran yang Melebihi Ketentuan
Hasil survei seperti terlihat pada Tabel 5.26 menunjukkan bahwa
mayoritas masyarakat yang pernah berhubungan sendiri dengan petugas
layanan publik, membayar melebihi ketentuan dalam bentuk uang.
Persentase secara rata-rata pada survei tahun 2013 relatif sama dengan
tahun 2012 hanya sedikit meningkat dari 96,81 persen menjadi 97,08 persen
Tabel 5.26. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan
Petugas Layanan Publik dan Pernah Membayar Melebihi Ketentuan menurut Bentuk Pengeluaran yang Dilakukan, 2012-2013
Petugas Layanan Publik
Tahun Uang Makanan Barang
Berharga Balas Jasa
Total
1.Pengurus RT/RW 2012 97,72 1,47 0,00 0,82 100
2013 96,54 3,23 0,18 0,05 100
2.Petugas Kantor Desa/Kelurahan dan Kecamatan
2012 97,21 1,25 0,91 0,64 100
2013 98,67 0,24 0,40 0,69 100
3.Petugas Polisi 2012 99,04 0,21 0,50 0,25 100
2013 98,72 0,73 0,44 0,10 100
4.Petugas PLN 2012 87,15 10,11 0,00 2,73 100
2013 90,21 6,87 1,94 0,98 100
5.Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
2012 95,53 1,40 1,37 1,70 100
2013 98,25 1,41 0,00 0,34 100
6.Guru/Kepala Sekolah
2012 93,54 4,37 2,09 0,00 100
2013 94,97 1,02 2,99 1,02 100
7.Petugas Lembaga Peradilan
2012 100,00 0,00 0,00 0,00 100
2013 100,00 0,00 0,00 0,00 100
8.Petugas KUA 2012 100,00 0,00 0,00 0,00 100
2013 94,96 4,61 0,43 0,00 100
9.Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
2012 100,00 0,00 0,00 0,00 100
2013 100,00 0,00 0,00 0,00 100
10.Petugas BPN 2012 92,39 5,81 1,80 0,00 100
2013 98,94 0,00 1,06 0,00 100
Seluruh Layanan 2012 96,81 1,89 0,59 0,72 100
2013 97,08 1,93 0,59 0,39 100
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 75
5.2.6. Penyebab Pembayaran Melebihi Ketentuan
Tabel 5.27 menunjukkan bahwa secara rata-rata, masyarakat lebih
banyak yang membayar melebihi ketentuan karena inisiatif sendiri (tanpa
diminta atau dianggap sebagai hal yang lumrah) dibanding diminta petugas
atau pihak ketiga. Persentasenya pada tahun 2013 adalah 57,57 persen atau
naik 5,42 persen dibanding tahun 2012.
Tabel 5.27. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan
Petugas Layanan Publik dan Pernah Membayar Melebihi Ketentuan menurut Cara Mengetahui Bahwa Harus Membayar Lebih
Petugas Layanan Publik
Tahun Diminta Petugas
Diminta Pihak Ketiga
Hal Lumrah
Tidak Ada yang Meminta
Total
1.Pengurus RT/RW 2012 22,24 1,97 44,50 31,29 100
2013 23,38 1,94 35,99 38,69 100
2.Petugas Kantor Desa/Kelurahan dan Kecamatan
2012 44,08 5,27 29,77 20,88 100
2013 34,93 2,06 33,11 29,90 100
3.Petugas Polisi 2012 66,21 5,59 16,81 11,40 100
2013 52,64 7,24 23,96 16,16 100
4.Petugas PLN 2012 31,50 4,64 32,25 31,61 100
2013 37,71 0,65 18,51 43,12 100
5.Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
2012 54,44 0,78 33,98 10,79 100
2013 56,22 5,14 20,38 18,26 100
6.Guru/Kepala Sekolah
2012 59,90 2,73 24,53 12,84 100
2013 52,90 5,19 20,37 21,55 100
7.Petugas Lembaga Peradilan
2012 53,58 9,95 25,68 10,78 100
2013 76,37 1,87 6,28 15,48 100
8.Petugas KUA 2012 51,56 10,80 21,73 15,91 100
2013 52,03 11,97 18,19 17,81 100
9.Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
2012 59,51 6,09 23,01 11,38 100
2013 54,74 4,26 8,65 32,35 100
10.Petugas BPN 2012 48,03 15,87 18,88 17,22 100
2013 60,21 9,99 15,71 14,09 100
Seluruh Layanan 2012 43,42 4,43 30,93 21,22 100
2013 38,85 3,58 27,96 29,61 100
Namun demikian, jika dilihat lebih rinci, hanya ada tiga jenis
pelayanan publik dengan persentase masyarakat yang membayar melebihi
ketentuan terbanyaknya adalah karena inisiatif sendiri, yaitu: pengurus
RT/RW (74,68 persen atau turun 1,11 persen dibanding tahun 2012),
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
74 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
5.2.5. Bentuk Pembayaran yang Melebihi Ketentuan
Hasil survei seperti terlihat pada Tabel 5.26 menunjukkan bahwa
mayoritas masyarakat yang pernah berhubungan sendiri dengan petugas
layanan publik, membayar melebihi ketentuan dalam bentuk uang.
Persentase secara rata-rata pada survei tahun 2013 relatif sama dengan
tahun 2012 hanya sedikit meningkat dari 96,81 persen menjadi 97,08 persen
Tabel 5.26. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan
Petugas Layanan Publik dan Pernah Membayar Melebihi Ketentuan menurut Bentuk Pengeluaran yang Dilakukan, 2012-2013
Petugas Layanan Publik
Tahun Uang Makanan Barang
Berharga Balas Jasa
Total
1.Pengurus RT/RW 2012 97,72 1,47 0,00 0,82 100
2013 96,54 3,23 0,18 0,05 100
2.Petugas Kantor Desa/Kelurahan dan Kecamatan
2012 97,21 1,25 0,91 0,64 100
2013 98,67 0,24 0,40 0,69 100
3.Petugas Polisi 2012 99,04 0,21 0,50 0,25 100
2013 98,72 0,73 0,44 0,10 100
4.Petugas PLN 2012 87,15 10,11 0,00 2,73 100
2013 90,21 6,87 1,94 0,98 100
5.Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
2012 95,53 1,40 1,37 1,70 100
2013 98,25 1,41 0,00 0,34 100
6.Guru/Kepala Sekolah
2012 93,54 4,37 2,09 0,00 100
2013 94,97 1,02 2,99 1,02 100
7.Petugas Lembaga Peradilan
2012 100,00 0,00 0,00 0,00 100
2013 100,00 0,00 0,00 0,00 100
8.Petugas KUA 2012 100,00 0,00 0,00 0,00 100
2013 94,96 4,61 0,43 0,00 100
9.Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
2012 100,00 0,00 0,00 0,00 100
2013 100,00 0,00 0,00 0,00 100
10.Petugas BPN 2012 92,39 5,81 1,80 0,00 100
2013 98,94 0,00 1,06 0,00 100
Seluruh Layanan 2012 96,81 1,89 0,59 0,72 100
2013 97,08 1,93 0,59 0,39 100
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 75
5.2.6. Penyebab Pembayaran Melebihi Ketentuan
Tabel 5.27 menunjukkan bahwa secara rata-rata, masyarakat lebih
banyak yang membayar melebihi ketentuan karena inisiatif sendiri (tanpa
diminta atau dianggap sebagai hal yang lumrah) dibanding diminta petugas
atau pihak ketiga. Persentasenya pada tahun 2013 adalah 57,57 persen atau
naik 5,42 persen dibanding tahun 2012.
Tabel 5.27. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan
Petugas Layanan Publik dan Pernah Membayar Melebihi Ketentuan menurut Cara Mengetahui Bahwa Harus Membayar Lebih
Petugas Layanan Publik
Tahun Diminta Petugas
Diminta Pihak Ketiga
Hal Lumrah
Tidak Ada yang Meminta
Total
1.Pengurus RT/RW 2012 22,24 1,97 44,50 31,29 100
2013 23,38 1,94 35,99 38,69 100
2.Petugas Kantor Desa/Kelurahan dan Kecamatan
2012 44,08 5,27 29,77 20,88 100
2013 34,93 2,06 33,11 29,90 100
3.Petugas Polisi 2012 66,21 5,59 16,81 11,40 100
2013 52,64 7,24 23,96 16,16 100
4.Petugas PLN 2012 31,50 4,64 32,25 31,61 100
2013 37,71 0,65 18,51 43,12 100
5.Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
2012 54,44 0,78 33,98 10,79 100
2013 56,22 5,14 20,38 18,26 100
6.Guru/Kepala Sekolah
2012 59,90 2,73 24,53 12,84 100
2013 52,90 5,19 20,37 21,55 100
7.Petugas Lembaga Peradilan
2012 53,58 9,95 25,68 10,78 100
2013 76,37 1,87 6,28 15,48 100
8.Petugas KUA 2012 51,56 10,80 21,73 15,91 100
2013 52,03 11,97 18,19 17,81 100
9.Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
2012 59,51 6,09 23,01 11,38 100
2013 54,74 4,26 8,65 32,35 100
10.Petugas BPN 2012 48,03 15,87 18,88 17,22 100
2013 60,21 9,99 15,71 14,09 100
Seluruh Layanan 2012 43,42 4,43 30,93 21,22 100
2013 38,85 3,58 27,96 29,61 100
Namun demikian, jika dilihat lebih rinci, hanya ada tiga jenis
pelayanan publik dengan persentase masyarakat yang membayar melebihi
ketentuan terbanyaknya adalah karena inisiatif sendiri, yaitu: pengurus
RT/RW (74,68 persen atau turun 1,11 persen dibanding tahun 2012),
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
76 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
petugas kantor desa/kelurahan/kecamatan (63,01 persen atau naik 2,36
persen dibanding tahun 2012), dan petugas PLN (61,63 persen atau turun
2,23 persen dibanding tahun 2012). Sedangkan pada 7 jenis pelayanan
publik lainnya, kebanyakan masyarakat membayar melebihi ketentuan
karena diminta petugas. Pada tahun 2013, persentase terbanyak terdapat
pada lembaga peradilan (76,37 persen), BPN (60,21 persen), dan rumah
sakit/puskemas (56,22 persen).
Dari Tabel 5.27 bisa terlihat perbandingan perkembangan selama
2012-2013. Nampak bahwa pada hampir semua jenis pelayanan publik,
persentase masyarakat yang membayar lebih tanpa diminta (termasuk
karena dianggap sebagai hal yang lumrah) mengalami peningkatan.
Sedangkan persentase masyarakat yang membayar lebih karena diminta
petugas terjadi penurunan hanya pada petugas kantor
desa/kelurahan/kecamatan, polisi, guru/kepala sekolah, dan KUA.
5.2.7. Pola Tanggapan Ketika Diminta Membayar Melebihi Ketentuan
Dalam survei ini, masyarakat yang pernah diminta oleh petugas
layanan publik atau pihak ketiga, akan ditanya lebih lanjut bagaimana
tanggapannya ketika diminta membayar melebihi ketentuan tersebut.
Dari Tabel 5.28 terungkap bahwa secara rata-rata, kebanyakan
masyarakat menyatakan tidak keberatan ketika diminta membayar melebihi
ketentuan kepada petugas layanan publik ataupun pihak ketiga. Persentase
pada tahun 2013 adalah 54,06 persen (turun 3,16 persen dibanding tahun
2012). Sedangkan persentase masyarakat yang menyatakan agak keberatan
ketika mengalami hal yang sama menyusul dengan 26,47 persen (meningkat
4,02 persen).
Pola serupa juga tampak ketika dilihat lebih rinci pada setiap jenis
layanan publik. Di antara masyarakat yang pernah diminta membayar
melebihi ketentuan, mayoritas mengaku tidak keberatan atau agak
keberatan.
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 77
Tabel 5.28. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan
Petugas Layanan Publik dan Pernah Diminta oleh Petugas/Pihak Ketiga menurut Tanggapan Ketika Dimintai Tidak Sesuai Ketentuan
Petugas Layanan Publik
Tahun Tidak
Keberatan Agak
Keberatan Keberatan
Sangat Keberatan
Total
1.Pengurus RT/RW 2012 61,22 24,46 11,97 2,35 100
2013 59,98 23,40 11,03 5,59 100
2.Petugas Kantor Desa/Kelurahan dan Kecamatan
2012 66,81 19,80 9,52 3,87 100
2013 62,60 23,58 8,94 4,88 100
3.Petugas Polisi 2012 51,32 20,27 20,76 7,65 100
2013 45,06 30,00 16,26 8,69 100
4.Petugas PLN 2012 46,67 24,37 15,82 13,14 100
2013 57,15 23,16 10,01 9,68 100
5.Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
2012 42,71 28,32 26,19 2,78 100
2013 31,44 55,04 7,65 5,86 100
6.Guru/Kepala Sekolah
2012 54,92 23,46 12,15 9,47 100
2013 43,96 29,19 23,78 3,08 100
7.Petugas Lembaga Peradilan
2012 26,88 17,90 39,01 16,21 100
2013 59,89 9,53 16,21 14,37 100
8.Petugas KUA 2012 59,89 33,02 7,09 0,00 100
2013 70,59 14,55 8,84 6,02 100
9.Petugas Dinas Kependudukandan Pencatatan Sipil
2012 52,33 33,22 12,22 2,23 100
2013 59,19 19,29 16,12 5,39 100
10.Petugas BPN 2012 51,04 20,78 23,85 4,32 100
2013 31,10 31,83 23,86 13,21 100
Seluruh Layanan 2012 57,22 22,45 14,89 5,44 100
2013 54,06 26,47 12,83 6,65 100
5.2.8. Alasan Pembayaran Melebihi Ketentuan
Tabel 5.29 memperlihatkan distribusi alasan masyarakat membayar
melebihi ketentuan. Secara rata-rata keseluruhan, alasan yang dominan
adalah karena ingin mempercepat proses pengurusan dan sebagai tanda
terima kasih. Berturut-turut persentasenya pada tahun 2013 adalah 47,21
persen (meningkat dari 0,33 persen dibanding 2012) dan 34,59 persen
(turun 1,37 persen dibanding 2012).
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
76 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
petugas kantor desa/kelurahan/kecamatan (63,01 persen atau naik 2,36
persen dibanding tahun 2012), dan petugas PLN (61,63 persen atau turun
2,23 persen dibanding tahun 2012). Sedangkan pada 7 jenis pelayanan
publik lainnya, kebanyakan masyarakat membayar melebihi ketentuan
karena diminta petugas. Pada tahun 2013, persentase terbanyak terdapat
pada lembaga peradilan (76,37 persen), BPN (60,21 persen), dan rumah
sakit/puskemas (56,22 persen).
Dari Tabel 5.27 bisa terlihat perbandingan perkembangan selama
2012-2013. Nampak bahwa pada hampir semua jenis pelayanan publik,
persentase masyarakat yang membayar lebih tanpa diminta (termasuk
karena dianggap sebagai hal yang lumrah) mengalami peningkatan.
Sedangkan persentase masyarakat yang membayar lebih karena diminta
petugas terjadi penurunan hanya pada petugas kantor
desa/kelurahan/kecamatan, polisi, guru/kepala sekolah, dan KUA.
5.2.7. Pola Tanggapan Ketika Diminta Membayar Melebihi Ketentuan
Dalam survei ini, masyarakat yang pernah diminta oleh petugas
layanan publik atau pihak ketiga, akan ditanya lebih lanjut bagaimana
tanggapannya ketika diminta membayar melebihi ketentuan tersebut.
Dari Tabel 5.28 terungkap bahwa secara rata-rata, kebanyakan
masyarakat menyatakan tidak keberatan ketika diminta membayar melebihi
ketentuan kepada petugas layanan publik ataupun pihak ketiga. Persentase
pada tahun 2013 adalah 54,06 persen (turun 3,16 persen dibanding tahun
2012). Sedangkan persentase masyarakat yang menyatakan agak keberatan
ketika mengalami hal yang sama menyusul dengan 26,47 persen (meningkat
4,02 persen).
Pola serupa juga tampak ketika dilihat lebih rinci pada setiap jenis
layanan publik. Di antara masyarakat yang pernah diminta membayar
melebihi ketentuan, mayoritas mengaku tidak keberatan atau agak
keberatan.
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 77
Tabel 5.28. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan
Petugas Layanan Publik dan Pernah Diminta oleh Petugas/Pihak Ketiga menurut Tanggapan Ketika Dimintai Tidak Sesuai Ketentuan
Petugas Layanan Publik
Tahun Tidak
Keberatan Agak
Keberatan Keberatan
Sangat Keberatan
Total
1.Pengurus RT/RW 2012 61,22 24,46 11,97 2,35 100
2013 59,98 23,40 11,03 5,59 100
2.Petugas Kantor Desa/Kelurahan dan Kecamatan
2012 66,81 19,80 9,52 3,87 100
2013 62,60 23,58 8,94 4,88 100
3.Petugas Polisi 2012 51,32 20,27 20,76 7,65 100
2013 45,06 30,00 16,26 8,69 100
4.Petugas PLN 2012 46,67 24,37 15,82 13,14 100
2013 57,15 23,16 10,01 9,68 100
5.Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
2012 42,71 28,32 26,19 2,78 100
2013 31,44 55,04 7,65 5,86 100
6.Guru/Kepala Sekolah
2012 54,92 23,46 12,15 9,47 100
2013 43,96 29,19 23,78 3,08 100
7.Petugas Lembaga Peradilan
2012 26,88 17,90 39,01 16,21 100
2013 59,89 9,53 16,21 14,37 100
8.Petugas KUA 2012 59,89 33,02 7,09 0,00 100
2013 70,59 14,55 8,84 6,02 100
9.Petugas Dinas Kependudukandan Pencatatan Sipil
2012 52,33 33,22 12,22 2,23 100
2013 59,19 19,29 16,12 5,39 100
10.Petugas BPN 2012 51,04 20,78 23,85 4,32 100
2013 31,10 31,83 23,86 13,21 100
Seluruh Layanan 2012 57,22 22,45 14,89 5,44 100
2013 54,06 26,47 12,83 6,65 100
5.2.8. Alasan Pembayaran Melebihi Ketentuan
Tabel 5.29 memperlihatkan distribusi alasan masyarakat membayar
melebihi ketentuan. Secara rata-rata keseluruhan, alasan yang dominan
adalah karena ingin mempercepat proses pengurusan dan sebagai tanda
terima kasih. Berturut-turut persentasenya pada tahun 2013 adalah 47,21
persen (meningkat dari 0,33 persen dibanding 2012) dan 34,59 persen
(turun 1,37 persen dibanding 2012).
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
78 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Tabel 5.29. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan
Publik dan Pernah Membayar Melebihi Ketentuan menurut Tujuan, 2012-2013
Petugas Layanan Publik
Tahun
Memper cepat
Proses Pengurusan
Mendapat kan
Pelayanan Lebih vBaik
Demi Menjaga
HubunganBaik
Sebagai Tanda
Terima Kasih
Total
1.Pengurus RT/RW 2012 40,85 5,97 6,62 46,56 100
2013 36,44 8,68 8,10 46,77 100
2.Petugas Kantor Desa/Kelurahan dan Kecamatan
2012 47,16 8,52 4,57 39,74 100
2013 46,62 11,14 4,33 37,91 100
3.Petugas Polisi 2012 65,05 15,06 4,44 15,45 100
2013 68,76 12,21 2,64 16,39 100
4.Petugas PLN 2012 36,30 12,66 4,26 46,78 100
2013 35,41 16,24 4,08 44,27 100
5.Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
2012 27,87 41,16 1,07 29,90 100
2013 44,49 35,81 1,19 18,51 100
6.Guru/Kepala Sekolah
2012 38,96 18,79 8,86 33,40 100
2013 37,67 17,61 11,14 33,59 100
7.Petugas Lembaga Peradilan
2012 62,20 29,65 1,19 6,95 100
2013 71,27 9,60 6,78 12,36 100
8.Petugas KUA 2012 30,90 17,49 0,40 51,21 100
2013 35,07 26,02 8,86 30,05 100
9.Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
2012 69,20 14,66 4,41 11,72 100
2013 78,43 6,67 1,21 13,69 100
10.Petugas BPN 2012 52,87 22,16 0,00 24,97 100
2013 78,66 8,61 3,95 8,78 100
Seluruh Layanan 2012 46,88 12,23 4,93 35,96 100
2013 47,21 12,84 5,36 34,59 100
5.2.9. Pelaporan Kejadian
Hasil SPAK menunjukkan bahwa selama 2012-2013 hampir tidak ada
masyarakat yang pernah berhubungan sendiri dengan pelayanan publik dan
membayar melebihi ketentuan yang berani melaporkan pengalamannya.
Masyarakat yang berani melapor secara rata-rata tidak sampai 1 persen.
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 79
Tabel 5.30. Persentase Masyarakat yang Membayar Melebihi Ketentuan dan
Tidak Melaporkan, 2012-2013
Petugas Layanan Publik 2012 2013
1.Pengurus RT/RW 99,33 99,66
2.Petugas Kantor Desa/Kelurahan dan Kecamatan 99,42 98,78
3.Petugas Polisi 98,77 98,92
4.Petugas PLN 97,90 100,00
5.Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas 100,00 97,81
6.Guru/Kepala Sekolah 100,00 98,24
7.Petugas Lembaga Peradilan 95,23 95,84
8.Petugas KUA 100,00 97,82
9.Petugas Dinas Kependudukandan Pencatatan Sipil 96,33 100,00
10.Petugas BPN 93,80 100,00
Seluruh Layanan 99,04 99,07
5.3. Pengalaman Mendapatkan Tawaran/Permintaan Tertentu
Selain pengalaman dalam berurusan dengan petugas layanan publik,
masyarakat masih mungkin mengalami hal-hal lain di dalam kehidupannya
sehari-hari yang berkaitan dengan perilaku korupsi. Survei ini juga berusaha
mengungkap pengalaman masyarakat dan bagaimana tanggapannya ketika
ditawari uang/barang untuk memilih kandidat tertentu dalam Pilkades,
Pilkada, atau Pemilu; diminta uang/barang saat proses penerimaan pegawai
negeri/swasta; ditawari bantuan oleh saudara/teman agar anggota rumah
tangga diterima menjadi pegawai negeri/ swasta; ditawari bantuan oleh
saudara/teman agar anggota rumah tangga lolos seleksi penerimaan masuk
sekolah; dan ditawari untuk membayar uang damai saat ditilang oleh
petugas polisi lalu lintas.
Hasil SPAK memperlihatkan bahwa tidak banyak masyarakat yang
pernah mengalaminya selama setahun terakhir. Pada tahun 2013, persentase
masyarakat yang pernah ditawari uang/barang untuk memilih kandidat
tertentu dalam Pilkades, Pilkada, atau Pemilu yang kurang dari 13 persen
merupakan yang terbesar dan terlihat menonjol karena meningkat cukup
banyak dibanding tahun 2012 (4,86 persen) serta terpaut cukup jauh dengan
persentase terbanyak kedua (5,93 persen) yaitu persentase masyarakat yang
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
78 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Tabel 5.29. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan
Publik dan Pernah Membayar Melebihi Ketentuan menurut Tujuan, 2012-2013
Petugas Layanan Publik
Tahun
Memper cepat
Proses Pengurusan
Mendapat kan
Pelayanan Lebih vBaik
Demi Menjaga
HubunganBaik
Sebagai Tanda
Terima Kasih
Total
1.Pengurus RT/RW 2012 40,85 5,97 6,62 46,56 100
2013 36,44 8,68 8,10 46,77 100
2.Petugas Kantor Desa/Kelurahan dan Kecamatan
2012 47,16 8,52 4,57 39,74 100
2013 46,62 11,14 4,33 37,91 100
3.Petugas Polisi 2012 65,05 15,06 4,44 15,45 100
2013 68,76 12,21 2,64 16,39 100
4.Petugas PLN 2012 36,30 12,66 4,26 46,78 100
2013 35,41 16,24 4,08 44,27 100
5.Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
2012 27,87 41,16 1,07 29,90 100
2013 44,49 35,81 1,19 18,51 100
6.Guru/Kepala Sekolah
2012 38,96 18,79 8,86 33,40 100
2013 37,67 17,61 11,14 33,59 100
7.Petugas Lembaga Peradilan
2012 62,20 29,65 1,19 6,95 100
2013 71,27 9,60 6,78 12,36 100
8.Petugas KUA 2012 30,90 17,49 0,40 51,21 100
2013 35,07 26,02 8,86 30,05 100
9.Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
2012 69,20 14,66 4,41 11,72 100
2013 78,43 6,67 1,21 13,69 100
10.Petugas BPN 2012 52,87 22,16 0,00 24,97 100
2013 78,66 8,61 3,95 8,78 100
Seluruh Layanan 2012 46,88 12,23 4,93 35,96 100
2013 47,21 12,84 5,36 34,59 100
5.2.9. Pelaporan Kejadian
Hasil SPAK menunjukkan bahwa selama 2012-2013 hampir tidak ada
masyarakat yang pernah berhubungan sendiri dengan pelayanan publik dan
membayar melebihi ketentuan yang berani melaporkan pengalamannya.
Masyarakat yang berani melapor secara rata-rata tidak sampai 1 persen.
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 79
Tabel 5.30. Persentase Masyarakat yang Membayar Melebihi Ketentuan dan
Tidak Melaporkan, 2012-2013
Petugas Layanan Publik 2012 2013
1.Pengurus RT/RW 99,33 99,66
2.Petugas Kantor Desa/Kelurahan dan Kecamatan 99,42 98,78
3.Petugas Polisi 98,77 98,92
4.Petugas PLN 97,90 100,00
5.Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas 100,00 97,81
6.Guru/Kepala Sekolah 100,00 98,24
7.Petugas Lembaga Peradilan 95,23 95,84
8.Petugas KUA 100,00 97,82
9.Petugas Dinas Kependudukandan Pencatatan Sipil 96,33 100,00
10.Petugas BPN 93,80 100,00
Seluruh Layanan 99,04 99,07
5.3. Pengalaman Mendapatkan Tawaran/Permintaan Tertentu
Selain pengalaman dalam berurusan dengan petugas layanan publik,
masyarakat masih mungkin mengalami hal-hal lain di dalam kehidupannya
sehari-hari yang berkaitan dengan perilaku korupsi. Survei ini juga berusaha
mengungkap pengalaman masyarakat dan bagaimana tanggapannya ketika
ditawari uang/barang untuk memilih kandidat tertentu dalam Pilkades,
Pilkada, atau Pemilu; diminta uang/barang saat proses penerimaan pegawai
negeri/swasta; ditawari bantuan oleh saudara/teman agar anggota rumah
tangga diterima menjadi pegawai negeri/ swasta; ditawari bantuan oleh
saudara/teman agar anggota rumah tangga lolos seleksi penerimaan masuk
sekolah; dan ditawari untuk membayar uang damai saat ditilang oleh
petugas polisi lalu lintas.
Hasil SPAK memperlihatkan bahwa tidak banyak masyarakat yang
pernah mengalaminya selama setahun terakhir. Pada tahun 2013, persentase
masyarakat yang pernah ditawari uang/barang untuk memilih kandidat
tertentu dalam Pilkades, Pilkada, atau Pemilu yang kurang dari 13 persen
merupakan yang terbesar dan terlihat menonjol karena meningkat cukup
banyak dibanding tahun 2012 (4,86 persen) serta terpaut cukup jauh dengan
persentase terbanyak kedua (5,93 persen) yaitu persentase masyarakat yang
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
80 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
pernah ditawari untuk membayar uang damai saat ditilang oleh petugas
polisi lalu lintas.
Tabel 5.31. Persentase Masyarakat yang Pernah Mendapatkan Tawaran Tertentu
Selama Setahun Terakhir
Jenis Tawaran 2012 2013
Ditawari uang/barang untuk memilih kandidat tertentu dalam Pilkades, Pilkada, atau Pemilu
4,86 12,95
Diminta uang/barang saat proses penerimaan pegawai negeri/swasta
2,24 2,17
Ditawari bantuan oleh saudara/teman agar anggota rumah tangga diterima menjadi pegawai negeri/swasta
2,13 1,74
Ditawari bantuan oleh saudara/teman agar nggota rumah tangga lolos seleksi penerimaan masuk sekolah
1,00 0,92
Ditawari untuk membayar uang damai saat ditilang oleh petugas polisi lalu lintas
5,68 5,93
Tabel 5.32 memperlihatkan bahwa mayoritas masyarakat menerima
ketika ditawari uang/barang untuk memilih kandidat tertentu dalam
Pilkades/Pilkada/Pemilu dan persentasenya naik 4,5 persen menjadi 83,26
persen di tahun 2013.
Mayoritas (72 persen atau naik 3 persen) masyarakat menolak ketika
diminta uang/barang saat proses penerimaan pegawai negeri/swasta.
Sedangkan masyarakat yang menolak ketika ditawari bantuan oleh
saudara/teman agar anggota rumah tangga diterima menjadi pegawai
negeri/swasta persentasenya pada tahun 2013 adalah 55,87 persen, sedikit
lebih banyak dibanding yang menerima (naik 1,86 persen dibanding tahun
2012).
Mayoritas masyarakat menerima (kebanyakan dengan terpaksa)
ketika ditawari untuk membayar uang damai saat ditilang oleh petugas polisi
lalu lintas, dan persentasenya turun 3,5 poin menjadi 78,3 persen di tahun
2013
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 81
Tabel 5.32. Persentase Masyarakat yang Pernah Mendapatkan Tawaran Tertentu
Selama Setahun Terakhir menurut Tanggapannya, 2012-2013
Petugas Layanan Publik
Tahun Diminta Petugas
Diminta Pihak Ketiga
Hal Lumrah
Tidak Ada yang Meminta
Total
Ditawari uang/barang untuk memilih kandidat tertentu dalam Pilkades/ Pilkada/Pemilu
2012 66,81 11,96 16,02 5,21 100
2013 73,63 9,63 13,11 3,63 100
Diminta uang/barang saat proses penerimaan pegawai negeri/swasta
2012 18,24 12,82 51,24 17,70 100
2013 15,84 12,00 54,78 17,39 100
Ditawari bantuan oleh saudara/teman agar anggota rumah tangga diterima menjadi pegawai negeri/ swasta
2012 40,93 5,06 45,02 8,99 100
2013 39,84 4,29 48,03 7,84 100
Ditawari bantuan oleh saudara/teman agar nggota rumah tangga lolos seleksi penerimaan masuk sekolah
2012 28,41 7,40 49,18 15,01 100
2013 43,44 4,97 34,61 16,98 100
Ditawari untuk membayar uang damai saat ditilang oleh petugas polisi lalu lintas
2012 26,99 54,82 8,72 9,47 100
2013 28,07 50,23 9,33 12,37 100
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
80 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
pernah ditawari untuk membayar uang damai saat ditilang oleh petugas
polisi lalu lintas.
Tabel 5.31. Persentase Masyarakat yang Pernah Mendapatkan Tawaran Tertentu
Selama Setahun Terakhir
Jenis Tawaran 2012 2013
Ditawari uang/barang untuk memilih kandidat tertentu dalam Pilkades, Pilkada, atau Pemilu
4,86 12,95
Diminta uang/barang saat proses penerimaan pegawai negeri/swasta
2,24 2,17
Ditawari bantuan oleh saudara/teman agar anggota rumah tangga diterima menjadi pegawai negeri/swasta
2,13 1,74
Ditawari bantuan oleh saudara/teman agar nggota rumah tangga lolos seleksi penerimaan masuk sekolah
1,00 0,92
Ditawari untuk membayar uang damai saat ditilang oleh petugas polisi lalu lintas
5,68 5,93
Tabel 5.32 memperlihatkan bahwa mayoritas masyarakat menerima
ketika ditawari uang/barang untuk memilih kandidat tertentu dalam
Pilkades/Pilkada/Pemilu dan persentasenya naik 4,5 persen menjadi 83,26
persen di tahun 2013.
Mayoritas (72 persen atau naik 3 persen) masyarakat menolak ketika
diminta uang/barang saat proses penerimaan pegawai negeri/swasta.
Sedangkan masyarakat yang menolak ketika ditawari bantuan oleh
saudara/teman agar anggota rumah tangga diterima menjadi pegawai
negeri/swasta persentasenya pada tahun 2013 adalah 55,87 persen, sedikit
lebih banyak dibanding yang menerima (naik 1,86 persen dibanding tahun
2012).
Mayoritas masyarakat menerima (kebanyakan dengan terpaksa)
ketika ditawari untuk membayar uang damai saat ditilang oleh petugas polisi
lalu lintas, dan persentasenya turun 3,5 poin menjadi 78,3 persen di tahun
2013
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 81
Tabel 5.32. Persentase Masyarakat yang Pernah Mendapatkan Tawaran Tertentu
Selama Setahun Terakhir menurut Tanggapannya, 2012-2013
Petugas Layanan Publik
Tahun Diminta Petugas
Diminta Pihak Ketiga
Hal Lumrah
Tidak Ada yang Meminta
Total
Ditawari uang/barang untuk memilih kandidat tertentu dalam Pilkades/ Pilkada/Pemilu
2012 66,81 11,96 16,02 5,21 100
2013 73,63 9,63 13,11 3,63 100
Diminta uang/barang saat proses penerimaan pegawai negeri/swasta
2012 18,24 12,82 51,24 17,70 100
2013 15,84 12,00 54,78 17,39 100
Ditawari bantuan oleh saudara/teman agar anggota rumah tangga diterima menjadi pegawai negeri/ swasta
2012 40,93 5,06 45,02 8,99 100
2013 39,84 4,29 48,03 7,84 100
Ditawari bantuan oleh saudara/teman agar nggota rumah tangga lolos seleksi penerimaan masuk sekolah
2012 28,41 7,40 49,18 15,01 100
2013 43,44 4,97 34,61 16,98 100
Ditawari untuk membayar uang damai saat ditilang oleh petugas polisi lalu lintas
2012 26,99 54,82 8,72 9,47 100
2013 28,07 50,23 9,33 12,37 100
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
82 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
5.4. Pengetahuan/Pemahaman tentang Perilaku Korupsi
Bagian ini mencoba untuk melihat sejauh mana masyarakat
Indonesia memiliki pemahaman tentang perilaku tertentu yang ada di
masyarakat. Terdiri dari delapan kejadian yang berdasarkan definisi pada
survei ini merupakan perilaku korupsi sehari-hari (petty corruption) maupun
perilaku yang diyakini sebagai akar perilaku koruptif. Perilaku yang
ditanyakan terdiri dari berbagai bentuk mulai dari suap, pemerasan dan
nepotisme.
Pengetahuan/pemahaman mengenai perilaku masyarakat tertentu
sebagai perilaku korupsi atau bukan dalam bagian ini diukur dari delapan
perilaku, yakni:
1. Memberi uang damai kepada polisi agar tidak ditilang.
2. Memberi uang/barang dalam proses penerimaan menjadi pegawai
negeri/swasta.
3. Memberi uang lebih kepada petugas untuk mempercepat urusan
administrasi (KTP dan KK).
4. Petugas KUA meminta uang tambahan untuk transport ke tempat
acara akad nikah.
5. Menerima pembagian uang/barang pada pelaksanaan Pilkades/
Pemilu/ Pilkada.
6. Menjamin keluarga/saudara/teman dalam proses penerimaan
menjadi pegawai negeri/swasta.
7. Guru mendapat jaminan (jatah) anaknya diterima masuk ke sekolah
tempat dia mengajar.
8. Seorang pegawai negeri bepergian bersama keluarga dengan
menggunakan kendaraan dinas untuk keperluan pribadi.
Dari delapan jenis perilaku korupsi, Dari Tabel 5.33 terlihat bahwa
pada 2013 persentase responden
yang menyatakan bahwa perilaku
tersebut korupsi berkisar antara 53–
77 persen. Secara umum terjadi
peningkatan dari 2012 yang berkisar
antara 51–73 persen masyarkat
memberikan pendapat tentang
Tiga dari empat responden menyatakan perilaku
memberi uang/barang dalam proses penerimaan menjadi
pegawai negeri/swasta merupakan perilaku korupsi
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 83
delapan perilaku tersebut sebagai perilaku korupsi. Persentase tertinggi
pada perilaku memberi uang/barang dalam proses penerimaan menjadi
pegawai negeri/swasta mencapai sekitar 77,37 persen. Kemudian perilaku
memberi uang damai kepada polisi agar tidak ditilang mencapai sekitar
68,98 persen.
Tabel 5.33. Persentase Masyarakat yang Memberikan Pendapat tentang Beberapa Perilaku
Tertentu di Masyarakat sebagai Perilaku Korupsi
No. Jenis Perilaku 2012 2013
01 Memberi uang damai kepada Polisi agar tidak ditilang
66,15 68,98
02 Memberi uang/barang dalam proses penerimaan menjadi pegawai negeri /swasta
72,93 77,37
03 Memberi uang lebih kepada petugas untuk mempercepat urusan administrasi (KTP dan KK)
52,88 54,54
04 Petugas KUA meminta uang tambahan untuk transport ke tempat acara akad nikah
54,78 58,10
05 Menerima pembagian uang/barang pada pelaksanaan PILKADES/PILKADA/PEMILU
51,38 53,07
06 Menjamin keluarga /saudara /teman dalam proses penerimaan menjadi pegawai negeri/swasta
53,77 58,87
07 Guru mendapat jaminan (jatah) anaknya diterima masuk ke sekolah tempat dia mengajar
51,38 53,60
08 Seorang pegawai negeri bepergian bersama keluarga dengan menggunakan kendaraan dinas untuk keperluan pribadi
57,72 61,28
Sementara itu, dari delapan jenis perilaku korupsi seperti yang
disajikan pada Tabel 5.34 terlihat bahwa pada 2013, persentase responden
yang menyatakan bahwa perilaku tersebut bukan maupun tidak tahu sebagai
perilaku korupsi berkisar antara 22–46 persen. Tiga persentase tertinggi
terlihat pada perilaku menerima pembagian uang/barang pada pelaksanaan
Pilkades/Pilkada/Pemilu sebesar 46,93 persen, perilaku guru mendapat
jaminan (jatah) anaknya diterima masuk ke sekolah tempat dia mengajar
sekitar 46,40 persen dan perilaku memberi uang lebih kepada petugas untuk
mempercepat urusan administrasi (KTP dan KK) sebesar 45,46 persen.
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
82 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
5.4. Pengetahuan/Pemahaman tentang Perilaku Korupsi
Bagian ini mencoba untuk melihat sejauh mana masyarakat
Indonesia memiliki pemahaman tentang perilaku tertentu yang ada di
masyarakat. Terdiri dari delapan kejadian yang berdasarkan definisi pada
survei ini merupakan perilaku korupsi sehari-hari (petty corruption) maupun
perilaku yang diyakini sebagai akar perilaku koruptif. Perilaku yang
ditanyakan terdiri dari berbagai bentuk mulai dari suap, pemerasan dan
nepotisme.
Pengetahuan/pemahaman mengenai perilaku masyarakat tertentu
sebagai perilaku korupsi atau bukan dalam bagian ini diukur dari delapan
perilaku, yakni:
1. Memberi uang damai kepada polisi agar tidak ditilang.
2. Memberi uang/barang dalam proses penerimaan menjadi pegawai
negeri/swasta.
3. Memberi uang lebih kepada petugas untuk mempercepat urusan
administrasi (KTP dan KK).
4. Petugas KUA meminta uang tambahan untuk transport ke tempat
acara akad nikah.
5. Menerima pembagian uang/barang pada pelaksanaan Pilkades/
Pemilu/ Pilkada.
6. Menjamin keluarga/saudara/teman dalam proses penerimaan
menjadi pegawai negeri/swasta.
7. Guru mendapat jaminan (jatah) anaknya diterima masuk ke sekolah
tempat dia mengajar.
8. Seorang pegawai negeri bepergian bersama keluarga dengan
menggunakan kendaraan dinas untuk keperluan pribadi.
Dari delapan jenis perilaku korupsi, Dari Tabel 5.33 terlihat bahwa
pada 2013 persentase responden
yang menyatakan bahwa perilaku
tersebut korupsi berkisar antara 53–
77 persen. Secara umum terjadi
peningkatan dari 2012 yang berkisar
antara 51–73 persen masyarkat
memberikan pendapat tentang
Tiga dari empat responden menyatakan perilaku
memberi uang/barang dalam proses penerimaan menjadi
pegawai negeri/swasta merupakan perilaku korupsi
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 83
delapan perilaku tersebut sebagai perilaku korupsi. Persentase tertinggi
pada perilaku memberi uang/barang dalam proses penerimaan menjadi
pegawai negeri/swasta mencapai sekitar 77,37 persen. Kemudian perilaku
memberi uang damai kepada polisi agar tidak ditilang mencapai sekitar
68,98 persen.
Tabel 5.33. Persentase Masyarakat yang Memberikan Pendapat tentang Beberapa Perilaku
Tertentu di Masyarakat sebagai Perilaku Korupsi
No. Jenis Perilaku 2012 2013
01 Memberi uang damai kepada Polisi agar tidak ditilang
66,15 68,98
02 Memberi uang/barang dalam proses penerimaan menjadi pegawai negeri /swasta
72,93 77,37
03 Memberi uang lebih kepada petugas untuk mempercepat urusan administrasi (KTP dan KK)
52,88 54,54
04 Petugas KUA meminta uang tambahan untuk transport ke tempat acara akad nikah
54,78 58,10
05 Menerima pembagian uang/barang pada pelaksanaan PILKADES/PILKADA/PEMILU
51,38 53,07
06 Menjamin keluarga /saudara /teman dalam proses penerimaan menjadi pegawai negeri/swasta
53,77 58,87
07 Guru mendapat jaminan (jatah) anaknya diterima masuk ke sekolah tempat dia mengajar
51,38 53,60
08 Seorang pegawai negeri bepergian bersama keluarga dengan menggunakan kendaraan dinas untuk keperluan pribadi
57,72 61,28
Sementara itu, dari delapan jenis perilaku korupsi seperti yang
disajikan pada Tabel 5.34 terlihat bahwa pada 2013, persentase responden
yang menyatakan bahwa perilaku tersebut bukan maupun tidak tahu sebagai
perilaku korupsi berkisar antara 22–46 persen. Tiga persentase tertinggi
terlihat pada perilaku menerima pembagian uang/barang pada pelaksanaan
Pilkades/Pilkada/Pemilu sebesar 46,93 persen, perilaku guru mendapat
jaminan (jatah) anaknya diterima masuk ke sekolah tempat dia mengajar
sekitar 46,40 persen dan perilaku memberi uang lebih kepada petugas untuk
mempercepat urusan administrasi (KTP dan KK) sebesar 45,46 persen.
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
84 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Dengan kata lain, masih banyak masyarakat yang sebenarnya tidak
mengetahui/memahami berbagai perilaku korupsi yang terjadi sehari-hari.
Mereka menganggap bahwa perilaku tersebut bukan sebagai perilaku
korupsi.
Tabel 5.34. Persentase Masyarakat yang Memberikan Pendapat tentang Beberapa Perilaku
Tertentu di Masyarakat sebagai Tidak Tahu dan Bukan Perilaku Korupsi
No. Jenis Perilaku 2012 2013
01 Memberi uang damai kepada Polisi agar tidak ditilang
33,85 31,02
02 Memberi uang/barang dalam proses penerimaan menjadi pegawai negeri /swasta
27,07 22,63
03 Memberi uang lebih kepada petugas untuk mempercepat urusan administrasi (KTP dan KK)
47,12 45,46
04 Petugas KUA meminta uang tambahan untuk transport ke tempat acara akad nikah
45,22 41,90
05 Menerima pembagian uang/barang pada pelaksanaan PILKADES/PILKADA/PEMILU
48,62 46,93
06 Menjamin keluarga /saudara /teman dalam proses penerimaan menjadi pegawai negeri/swasta
46,23 41,13
07 Guru mendapat jaminan (jatah) anaknya diterima masuk ke sekolah tempat dia mengajar
48,62 46,40
08 Seorang pegawai negeri bepergian bersama keluarga dengan menggunakan kendaraan dinas untuk keperluan pribadi
42,28 38,72
Secara umum domisili wilayah
tempat tinggal memiliki perngaruh yang
cukup signifikan dengan tingkat
pemahaman atau pengetahuan responden
terhadap perilaku korupsi, khususnya
pada delapan perilaku yang diukur. Pada
seluruh delapan perilaku tersebut
dibandingkan dengan responden yang
tinggal di wilayah perkotaan persentase
responden yang menyatakan delapan perilaku tersebut merupakan perilaku
korupsi di daerah perdesaan cenderung lebih rendah.
Pada seluruh delapan perilaku yang diukur,
persentase responden di wilayah perdesaan lebih
rendah yang menyatakan perilaku tersebut
merupakan perilaku korupsi
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 85
Sebagai contoh, dari Tabel 5.35 nampak pada 2013 sekitar 81,63
persen responden di wilayah perkotaan yang menyatakan perilaku memberi
uang/barang dalam proses penerimaan menjadi pegawai negeri/swasta
merupakan perilaku korupsi. Sedangkan responden di wilayah perdesaan
yang menyatakan perilaku tersebut merupakan perilaku korupsi lebih
rendah yakni sebesar 73,53 persen pada 2013.
Selain itu juga terlihat perbedaan persentase terbesar antara wilayah
perkotaan dan perdesaan terjadi pada perilaku seorang pegawai negeri
bepergian bersama keluarga dengan menggunakan kendaraan dinas untuk
keperluan pribadi, dimana jauh lebih tinggi persentase masyarakat
perkotaan yang mengetahui perilaku tersebut sebagai perilaku korupsi
daripada masyarakat perdesaan.
Tabel 5.35. Persentase Masyarakat yang Memberikan Pendapat tentang Beberapa Perilaku
Tertentu di Masyarakat sebagai Perilaku Korupsi menurut Domisili Wilayah, 2012–2013
No. Jenis Perilaku 2012 2013
Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan
01 Memberi uang damai kepada Polisi agar tidak ditilang
73,31 59,69 74,91 63,66
02 Memberi uang/barang dalam proses penerimaan menjadi pegawai negeri /swasta
79,84 66,70 81,63 73,53
03 Memberi uang lebih kepada petugas untuk mempercepat urusan administrasi (KTP dan KK)
59,48 46,93 60,17 49,47
04 Petugas KUA meminta uang tambahan untuk transport ke tempat acara akad nikah
59,73 50,31 62,30 54,31
05 Menerima pembagian uang/barang pada pelaksanaan Pilkades/ Pilkada/Pemilu
55,01 48,11 56,16 50,30
06 Menjamin keluarga /saudara /teman dalam proses penerimaan menjadi pegawai negeri/swasta
61,49 46,81 65,40 52,99
07 Guru mendapat jaminan (jatah) anaknya diterima masuk ke sekolah tempat dia mengajar
56,84 46,46 58,33 49,35
08
Seorang pegawai negeri bepergian bersama keluarga dengan menggunakan kendaraan dinas untuk keperluan pribadi
66,16 50,12 68,17 55,09
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
84 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Dengan kata lain, masih banyak masyarakat yang sebenarnya tidak
mengetahui/memahami berbagai perilaku korupsi yang terjadi sehari-hari.
Mereka menganggap bahwa perilaku tersebut bukan sebagai perilaku
korupsi.
Tabel 5.34. Persentase Masyarakat yang Memberikan Pendapat tentang Beberapa Perilaku
Tertentu di Masyarakat sebagai Tidak Tahu dan Bukan Perilaku Korupsi
No. Jenis Perilaku 2012 2013
01 Memberi uang damai kepada Polisi agar tidak ditilang
33,85 31,02
02 Memberi uang/barang dalam proses penerimaan menjadi pegawai negeri /swasta
27,07 22,63
03 Memberi uang lebih kepada petugas untuk mempercepat urusan administrasi (KTP dan KK)
47,12 45,46
04 Petugas KUA meminta uang tambahan untuk transport ke tempat acara akad nikah
45,22 41,90
05 Menerima pembagian uang/barang pada pelaksanaan PILKADES/PILKADA/PEMILU
48,62 46,93
06 Menjamin keluarga /saudara /teman dalam proses penerimaan menjadi pegawai negeri/swasta
46,23 41,13
07 Guru mendapat jaminan (jatah) anaknya diterima masuk ke sekolah tempat dia mengajar
48,62 46,40
08 Seorang pegawai negeri bepergian bersama keluarga dengan menggunakan kendaraan dinas untuk keperluan pribadi
42,28 38,72
Secara umum domisili wilayah
tempat tinggal memiliki perngaruh yang
cukup signifikan dengan tingkat
pemahaman atau pengetahuan responden
terhadap perilaku korupsi, khususnya
pada delapan perilaku yang diukur. Pada
seluruh delapan perilaku tersebut
dibandingkan dengan responden yang
tinggal di wilayah perkotaan persentase
responden yang menyatakan delapan perilaku tersebut merupakan perilaku
korupsi di daerah perdesaan cenderung lebih rendah.
Pada seluruh delapan perilaku yang diukur,
persentase responden di wilayah perdesaan lebih
rendah yang menyatakan perilaku tersebut
merupakan perilaku korupsi
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 85
Sebagai contoh, dari Tabel 5.35 nampak pada 2013 sekitar 81,63
persen responden di wilayah perkotaan yang menyatakan perilaku memberi
uang/barang dalam proses penerimaan menjadi pegawai negeri/swasta
merupakan perilaku korupsi. Sedangkan responden di wilayah perdesaan
yang menyatakan perilaku tersebut merupakan perilaku korupsi lebih
rendah yakni sebesar 73,53 persen pada 2013.
Selain itu juga terlihat perbedaan persentase terbesar antara wilayah
perkotaan dan perdesaan terjadi pada perilaku seorang pegawai negeri
bepergian bersama keluarga dengan menggunakan kendaraan dinas untuk
keperluan pribadi, dimana jauh lebih tinggi persentase masyarakat
perkotaan yang mengetahui perilaku tersebut sebagai perilaku korupsi
daripada masyarakat perdesaan.
Tabel 5.35. Persentase Masyarakat yang Memberikan Pendapat tentang Beberapa Perilaku
Tertentu di Masyarakat sebagai Perilaku Korupsi menurut Domisili Wilayah, 2012–2013
No. Jenis Perilaku 2012 2013
Perkotaan Perdesaan Perkotaan Perdesaan
01 Memberi uang damai kepada Polisi agar tidak ditilang
73,31 59,69 74,91 63,66
02 Memberi uang/barang dalam proses penerimaan menjadi pegawai negeri /swasta
79,84 66,70 81,63 73,53
03 Memberi uang lebih kepada petugas untuk mempercepat urusan administrasi (KTP dan KK)
59,48 46,93 60,17 49,47
04 Petugas KUA meminta uang tambahan untuk transport ke tempat acara akad nikah
59,73 50,31 62,30 54,31
05 Menerima pembagian uang/barang pada pelaksanaan Pilkades/ Pilkada/Pemilu
55,01 48,11 56,16 50,30
06 Menjamin keluarga /saudara /teman dalam proses penerimaan menjadi pegawai negeri/swasta
61,49 46,81 65,40 52,99
07 Guru mendapat jaminan (jatah) anaknya diterima masuk ke sekolah tempat dia mengajar
56,84 46,46 58,33 49,35
08
Seorang pegawai negeri bepergian bersama keluarga dengan menggunakan kendaraan dinas untuk keperluan pribadi
66,16 50,12 68,17 55,09
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
86 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
5.5. Media Sosialisasi Pengetahuan Anti Korupsi Dalam strategi 5, dijelaskan persamaan cara pandang dan pola pikir
bahwa korupsi sangat merugikan masyarakat diharapkan dapat mengarah
kepada perbaikan di masa mendatang. Salah satu caranya adalah dengan
melakukan kampanye anti korupsi secara menyeluruh melalui strategi
komunikasi dan informasi yang efektif.
Salah satu metode meningkatkan perilaku anti korupsi adalah
dengan memberikan pembelajaran kepada masyarakat melalui transformasi
pesan maupun pengetahuan anti korupsi. Pembelajaran merupakan suatu
proses komunikasi. Komunikasi adalah proses pengiriman informasi dari
satu pihak kepada pihak lain untuk tujuan tertentu. Efektivitas sumber dari
informasi pengetahuan anti korupsi memiliki peranan yang penting dalam
memastikan maksud dan tujuan tercapai.
Komunikasi efektif yaitu komunikasi yang mampu menghasilkan
perubahan sikap (attitude change) pada orang lain yang bisa terlihat dalam
proses komunikasi Tujuan dari komunikasi efektif sebenarnya adalah
memberi kan kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan antara
pemberi informasi dan penerima informasi sehingga bahasa yang digunakan
oleh pemberi informsi lebih jelas dan lengkap, serta dapat dimengerti dan
dipahami dengan baik oleh penerima informasi, atau komunikan.
Bagian ini menjelaskan mengenai pendapat masyarakat terkait
seberapa sering mereka mendapatkan pengetahuan tentang anti korupsi dari
berbagai sumber dan jenis media. Pengetahuan anti korupsi yang dimaksud
adalah semua informasi ataupun pengetahuan yang intinya menentang/
menolak segala praktek baik yang secara langsung merupakan korupsi
(penyuapan, pemerasan, nepotisme) maupun praktek yang menjadi akar
atau kebiasaan yang permisif terhadap praktek korupsi di masyarakat
Pengetahuan anti korupsi adalah semua informasi ataupun
pengetahuan yang intinya menentang/menolak segala praktek baik yang
secara langsung merupakan korupsi (penyuapan, pemerasan, nepotisme)
maupun praktek yang menjadi akar atau kebiasaan yang permisif terhadap
praktek korupsi di masyarakat.
Berdasarkan Gambar 5.23. nampak lebih dari 60 persen masyarakat
menyatakan tidak pernah mendapatkan pengetahuan tentang anti korupsi
dari semua jenis sumber yakni keluarga/ kerabat/teman, tokoh agama,
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 87
tokoh masyarakat, organisasi kemasyarakatan (LSM), pemerintah, dan KPK
dan lembaga negara non pemerintah lainnya, dan akademisi.
Gambar 5.23. Persentase Frekuensi Masyarakat Memperoleh Pengetahuan Anti Korupsi Selama
Setahun Terakhir Menurut Sumber, 2013
Persentase masyarakat yang menyatakan tidak pernah mendapatkan
pengetahuan tentang anti korupsi dari sumber pemerintah sebagai salah
satu pihak yang berwenang memberikan sosialisasi anti korupsi sebesar
66,47 persen. Sedangkan sumber akademisi merupakan sumber yang paling
tinggi dimana persentase masyarakat yang mengatakan tidak pernah
mendapatkan pengetahuan tentang anti korupsi dari sumber tersebut
mencapai 87,05 persen.
Gambar 5.24. menunjukkan pola yang sama antara hasil tahun 2013
dengan tahun 2012. Dari keseluruhan masyarkakat, sebagian besar yakni
sejumlah 28,40 persen atau naik 1,1 persen dari 27,30 persen pada 2012
7,13
5,59
7,72
5,37
4,98
4,98
6,93
72,41
66,47
85,58
76,55
63,90
67,60
87,05
12,13
18,65
4,80
14,79
22,33
19,60
3,85
7,42
8,54
1,79
3,09
8,25
7,31
2,00
0,91
0,75
0,12
0,19
0,55
0,52
0,17
KPK dan Lembaga Negara NonPemerintah Lainnya
Pemerintah
Organisasi Kemasyarakatan/ LSM
Tokoh masyarakat
Tokoh agama
Keluarga/kerabat/ teman
Akademisi
Sangat Sering Sering Kadang-Kadang Tidak Pernah Tidak Tahu
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
86 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
5.5. Media Sosialisasi Pengetahuan Anti Korupsi Dalam strategi 5, dijelaskan persamaan cara pandang dan pola pikir
bahwa korupsi sangat merugikan masyarakat diharapkan dapat mengarah
kepada perbaikan di masa mendatang. Salah satu caranya adalah dengan
melakukan kampanye anti korupsi secara menyeluruh melalui strategi
komunikasi dan informasi yang efektif.
Salah satu metode meningkatkan perilaku anti korupsi adalah
dengan memberikan pembelajaran kepada masyarakat melalui transformasi
pesan maupun pengetahuan anti korupsi. Pembelajaran merupakan suatu
proses komunikasi. Komunikasi adalah proses pengiriman informasi dari
satu pihak kepada pihak lain untuk tujuan tertentu. Efektivitas sumber dari
informasi pengetahuan anti korupsi memiliki peranan yang penting dalam
memastikan maksud dan tujuan tercapai.
Komunikasi efektif yaitu komunikasi yang mampu menghasilkan
perubahan sikap (attitude change) pada orang lain yang bisa terlihat dalam
proses komunikasi Tujuan dari komunikasi efektif sebenarnya adalah
memberi kan kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan antara
pemberi informasi dan penerima informasi sehingga bahasa yang digunakan
oleh pemberi informsi lebih jelas dan lengkap, serta dapat dimengerti dan
dipahami dengan baik oleh penerima informasi, atau komunikan.
Bagian ini menjelaskan mengenai pendapat masyarakat terkait
seberapa sering mereka mendapatkan pengetahuan tentang anti korupsi dari
berbagai sumber dan jenis media. Pengetahuan anti korupsi yang dimaksud
adalah semua informasi ataupun pengetahuan yang intinya menentang/
menolak segala praktek baik yang secara langsung merupakan korupsi
(penyuapan, pemerasan, nepotisme) maupun praktek yang menjadi akar
atau kebiasaan yang permisif terhadap praktek korupsi di masyarakat
Pengetahuan anti korupsi adalah semua informasi ataupun
pengetahuan yang intinya menentang/menolak segala praktek baik yang
secara langsung merupakan korupsi (penyuapan, pemerasan, nepotisme)
maupun praktek yang menjadi akar atau kebiasaan yang permisif terhadap
praktek korupsi di masyarakat.
Berdasarkan Gambar 5.23. nampak lebih dari 60 persen masyarakat
menyatakan tidak pernah mendapatkan pengetahuan tentang anti korupsi
dari semua jenis sumber yakni keluarga/ kerabat/teman, tokoh agama,
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 87
tokoh masyarakat, organisasi kemasyarakatan (LSM), pemerintah, dan KPK
dan lembaga negara non pemerintah lainnya, dan akademisi.
Gambar 5.23. Persentase Frekuensi Masyarakat Memperoleh Pengetahuan Anti Korupsi Selama
Setahun Terakhir Menurut Sumber, 2013
Persentase masyarakat yang menyatakan tidak pernah mendapatkan
pengetahuan tentang anti korupsi dari sumber pemerintah sebagai salah
satu pihak yang berwenang memberikan sosialisasi anti korupsi sebesar
66,47 persen. Sedangkan sumber akademisi merupakan sumber yang paling
tinggi dimana persentase masyarakat yang mengatakan tidak pernah
mendapatkan pengetahuan tentang anti korupsi dari sumber tersebut
mencapai 87,05 persen.
Gambar 5.24. menunjukkan pola yang sama antara hasil tahun 2013
dengan tahun 2012. Dari keseluruhan masyarkakat, sebagian besar yakni
sejumlah 28,40 persen atau naik 1,1 persen dari 27,30 persen pada 2012
7,13
5,59
7,72
5,37
4,98
4,98
6,93
72,41
66,47
85,58
76,55
63,90
67,60
87,05
12,13
18,65
4,80
14,79
22,33
19,60
3,85
7,42
8,54
1,79
3,09
8,25
7,31
2,00
0,91
0,75
0,12
0,19
0,55
0,52
0,17
KPK dan Lembaga Negara NonPemerintah Lainnya
Pemerintah
Organisasi Kemasyarakatan/ LSM
Tokoh masyarakat
Tokoh agama
Keluarga/kerabat/ teman
Akademisi
Sangat Sering Sering Kadang-Kadang Tidak Pernah Tidak Tahu
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
88 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
masyarakat menilai pemerintah merupakan sumber media yang paling
efektif (mudah diterima, dapat membawa hasil, berguna) dalam memberikan
pengetahuan anti korupsi dari sumber-sumber lainnya. Peringkat berikutnya
untuk sumber media yang menurut masyarakat paling efektif adalah tokoh
agama (28,00 persen atau naik 3,60 persen dibandingkan tahun 2012) dan
keluarga/kerabat/teman sebesar 20,70 persen (naik 5,00 persen
dibandingkan tahun 2012).
Gambar 5.24. Persentase Sumber Media yang Menurut Masyarakat Paling Efektif dalam
Memberikan Pengetahuan Anti Korupsi, 2012–2013
Selain sumber utama, jenis media yang menjadi saluran komunikasi
juga memiliki peranan yang tidak kalah penting agar prose penyampaian
informasi khususnya pengetahuan anti korupsi semakin efektif.
Berdasarkan Gambar 5.25. nampak bahwa persentase masyarakat
yang menyatakan sering mendapatkan pengetahuan anti korupsi paling
tinggi dari seluruh jenis media adalah melalui televisi sebesar 31,99 persen,
kemudian penyampaian secara langsung sebesar 6,74 persen dan
koran/majalah sebesar 6,52 persen. Lebih dari 50 persen masyarakat
menyatakan tidak pernah mendapatkan pengetahuan tentang anti korupsi
dari semua jenis media kecuali pada media televisi. Persentase masyarakat
yang menyatakan tidak pernah mendapatkan pengetahuan tentang anti
korupsi dari televisi sebesar 25,84 persen.
1,80 1,70
10,808,50
15,70
20,70
16,30
11,50
24,40
28,0027,3028,40
1,20
2012 2013
Ormas Tokoh Masyarakat
Keluarga/kerabat/teman KPK dan Lembaga Negara non Pemerintah Lainnya
Tokoh agama Pemerintah
Akademisi
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 89
Gambar 5.25. Persentase Frekuensi Masyarakat Memperoleh Pengetahuan Anti Korupsi Selama
Setahun Terakhir Menurut Jenis Media, 2013
Proses penyampaian informasi/pengetahuan anti korupsi memiliki
efektivitas yang berbeda tergantung dari jenis medianya. Gambar 5.26.
nampak bahwa secara umum sebesar 70,70 persen atau naik 3,60 persen
67,10 persen masyarakat menilai televisi merupakan jenis media yang paling
efektif dalam memberikan pengetahuan anti korupsi. Kemudian peringkat
kedua media yang menurut masyarakat paling efektif (mudah diterima,
dapat membawa hasil, berguna) adalah dengan penyampaian secara
langsung dengan tatap muka (pidato, khutbah, nasehat, dan sebagainya)
sebesar 25,60 persen.
4,41
5,49
5,73
9,60
6,27
5,10
25,84
83,45
74,96
83,11
73,53
64,00
29,44
8,40
12,02
4,43
15,76
23,65
31,99
2,45
6,52
2,51
4,19
6,74
8,32
0,21
0,77
0,36
0,25
0,51
Televisi
Radio
Koran/ Majalah
Internet/ Media Sosial
Alat Peraga
Penyampaian Langsung
Sangat Sering Sering Kadang-Kadang Tidak Pernah Tidak Tahu
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
88 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
masyarakat menilai pemerintah merupakan sumber media yang paling
efektif (mudah diterima, dapat membawa hasil, berguna) dalam memberikan
pengetahuan anti korupsi dari sumber-sumber lainnya. Peringkat berikutnya
untuk sumber media yang menurut masyarakat paling efektif adalah tokoh
agama (28,00 persen atau naik 3,60 persen dibandingkan tahun 2012) dan
keluarga/kerabat/teman sebesar 20,70 persen (naik 5,00 persen
dibandingkan tahun 2012).
Gambar 5.24. Persentase Sumber Media yang Menurut Masyarakat Paling Efektif dalam
Memberikan Pengetahuan Anti Korupsi, 2012–2013
Selain sumber utama, jenis media yang menjadi saluran komunikasi
juga memiliki peranan yang tidak kalah penting agar prose penyampaian
informasi khususnya pengetahuan anti korupsi semakin efektif.
Berdasarkan Gambar 5.25. nampak bahwa persentase masyarakat
yang menyatakan sering mendapatkan pengetahuan anti korupsi paling
tinggi dari seluruh jenis media adalah melalui televisi sebesar 31,99 persen,
kemudian penyampaian secara langsung sebesar 6,74 persen dan
koran/majalah sebesar 6,52 persen. Lebih dari 50 persen masyarakat
menyatakan tidak pernah mendapatkan pengetahuan tentang anti korupsi
dari semua jenis media kecuali pada media televisi. Persentase masyarakat
yang menyatakan tidak pernah mendapatkan pengetahuan tentang anti
korupsi dari televisi sebesar 25,84 persen.
1,80 1,70
10,808,50
15,70
20,70
16,30
11,50
24,40
28,0027,3028,40
1,20
2012 2013
Ormas Tokoh Masyarakat
Keluarga/kerabat/teman KPK dan Lembaga Negara non Pemerintah Lainnya
Tokoh agama Pemerintah
Akademisi
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 89
Gambar 5.25. Persentase Frekuensi Masyarakat Memperoleh Pengetahuan Anti Korupsi Selama
Setahun Terakhir Menurut Jenis Media, 2013
Proses penyampaian informasi/pengetahuan anti korupsi memiliki
efektivitas yang berbeda tergantung dari jenis medianya. Gambar 5.26.
nampak bahwa secara umum sebesar 70,70 persen atau naik 3,60 persen
67,10 persen masyarakat menilai televisi merupakan jenis media yang paling
efektif dalam memberikan pengetahuan anti korupsi. Kemudian peringkat
kedua media yang menurut masyarakat paling efektif (mudah diterima,
dapat membawa hasil, berguna) adalah dengan penyampaian secara
langsung dengan tatap muka (pidato, khutbah, nasehat, dan sebagainya)
sebesar 25,60 persen.
4,41
5,49
5,73
9,60
6,27
5,10
25,84
83,45
74,96
83,11
73,53
64,00
29,44
8,40
12,02
4,43
15,76
23,65
31,99
2,45
6,52
2,51
4,19
6,74
8,32
0,21
0,77
0,36
0,25
0,51
Televisi
Radio
Koran/ Majalah
Internet/ Media Sosial
Alat Peraga
Penyampaian Langsung
Sangat Sering Sering Kadang-Kadang Tidak Pernah Tidak Tahu
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
90 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Gambar 5.26. Persentase Jenis Media yang Menurut Masyarakat Paling Efektif dalam Memberikan
Pengetahuan Anti Korupsi, 2012–2013
67,1070,70
25,60 25,60
1,80 1,001,70 1,100,80 0,800,80 0,60
2012 2013
Televisi Penyampaian Langsung
Koran/ Majalah Radio
Internet/ Media Sosial Alat Peraga
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 91
VI. REKOMENDASI
Berdasarkan Survei Perilaku Anti Korupsi (SPAK) 2013 yang telah
menghasilkan data Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) dan berbagai
indikator tunggal yang menggambarkan perilaku anti korupsi, serta diskusi
berbagai pihak (stakeholder) terdapat beberapa rekomendasi yang
disepakati untuk segera dilaksanakan yakni :
Identifikasi materi-materi PBAK yang sudah ada di K/L
(Kemenkominfo, BUMN, Kemendikbud, KPK, kejaksaan, POLRI, dll)
untuk masyarakat
Optimalisasi lebih tinggi program PBAK di K/L yang memberikan 10
layanan dan melibatkan tokoh agama dalam PBAK K/L
Monitoring efektifitas penggunaan anggaran penyuluhan hukum di
K/L khususnya 10 layanan untuk memberikan informasi anti korupsi.
Peningkatan penyebaran informasi anti korupsi secara langsung
kepada tokoh agama dan pemerintah (K/L), ormas, asosiasi profesi,
asosiasi pedagang, asosiasi dan perkumpulan-perkumpulan lainnya
Mengembangkan jejaring forum anti korupsi sampai ke daerah untuk
menjadi salah satu sumber informasi bagi masyarakat (Critical Mass
Agent perubahan, ketokohan dan panutan)
Memasukan materi STRANAS PPK pada jalur pendidikan PNS
Memasukan pengetahuan anti korupsi sebagai kualifikasi, kompetensi,
dan promosi jabatan pada IPDN, LAN, STAN, Lemhanas, SPN,
Sespimma, Sespimti, Akpol
Melibatkan peran Inspektorat, BPK, Pengawasan Internal mendukung
Eksternal dan sebaliknya untuk implementasi STRANAS PPK
Pengarusutamaan STRANAS PPK ke dalam RPJMN , lintas dan semua
sektor.
Menjadikan STRANAS PPK pilar penting bagi implementasi berbagai
legislasi dan kebijakan, desa, MP3EI, Investasi, Pendidikan , Kesehatan,
maupun prolegnas, reformasi birokrasi, pelayanan publik
Mengembangkan pilot survey integritas , wilayah, lembaga, individu,
dunia usaha, partai politik, dst
VI. REKOMENDASI
V. INDIKATOR TUNGGAL SPAK 2013
90 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Gambar 5.26. Persentase Jenis Media yang Menurut Masyarakat Paling Efektif dalam Memberikan
Pengetahuan Anti Korupsi, 2012–2013
67,1070,70
25,60 25,60
1,80 1,001,70 1,100,80 0,800,80 0,60
2012 2013
Televisi Penyampaian Langsung
Koran/ Majalah Radio
Internet/ Media Sosial Alat Peraga
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 91
VI. REKOMENDASI
Berdasarkan Survei Perilaku Anti Korupsi (SPAK) 2013 yang telah
menghasilkan data Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) dan berbagai
indikator tunggal yang menggambarkan perilaku anti korupsi, serta diskusi
berbagai pihak (stakeholder) terdapat beberapa rekomendasi yang
disepakati untuk segera dilaksanakan yakni :
Identifikasi materi-materi PBAK yang sudah ada di K/L
(Kemenkominfo, BUMN, Kemendikbud, KPK, kejaksaan, POLRI, dll)
untuk masyarakat
Optimalisasi lebih tinggi program PBAK di K/L yang memberikan 10
layanan dan melibatkan tokoh agama dalam PBAK K/L
Monitoring efektifitas penggunaan anggaran penyuluhan hukum di
K/L khususnya 10 layanan untuk memberikan informasi anti korupsi.
Peningkatan penyebaran informasi anti korupsi secara langsung
kepada tokoh agama dan pemerintah (K/L), ormas, asosiasi profesi,
asosiasi pedagang, asosiasi dan perkumpulan-perkumpulan lainnya
Mengembangkan jejaring forum anti korupsi sampai ke daerah untuk
menjadi salah satu sumber informasi bagi masyarakat (Critical Mass
Agent perubahan, ketokohan dan panutan)
Memasukan materi STRANAS PPK pada jalur pendidikan PNS
Memasukan pengetahuan anti korupsi sebagai kualifikasi, kompetensi,
dan promosi jabatan pada IPDN, LAN, STAN, Lemhanas, SPN,
Sespimma, Sespimti, Akpol
Melibatkan peran Inspektorat, BPK, Pengawasan Internal mendukung
Eksternal dan sebaliknya untuk implementasi STRANAS PPK
Pengarusutamaan STRANAS PPK ke dalam RPJMN , lintas dan semua
sektor.
Menjadikan STRANAS PPK pilar penting bagi implementasi berbagai
legislasi dan kebijakan, desa, MP3EI, Investasi, Pendidikan , Kesehatan,
maupun prolegnas, reformasi birokrasi, pelayanan publik
Mengembangkan pilot survey integritas , wilayah, lembaga, individu,
dunia usaha, partai politik, dst
VI. REKOMENDASI
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 91
VI. REKOMENDASI
Berdasarkan Survei Perilaku Anti Korupsi (SPAK) 2013 yang telah
menghasilkan data Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) dan berbagai
indikator tunggal yang menggambarkan perilaku anti korupsi, serta diskusi
berbagai pihak (stakeholder) terdapat beberapa rekomendasi yang
disepakati untuk segera dilaksanakan yakni :
Identifikasi materi-materi PBAK yang sudah ada di K/L
(Kemenkominfo, BUMN, Kemendikbud, KPK, kejaksaan, POLRI, dll)
untuk masyarakat
Optimalisasi lebih tinggi program PBAK di K/L yang memberikan 10
layanan dan melibatkan tokoh agama dalam PBAK K/L
Monitoring efektifitas penggunaan anggaran penyuluhan hukum di
K/L khususnya 10 layanan untuk memberikan informasi anti korupsi.
Peningkatan penyebaran informasi anti korupsi secara langsung
kepada tokoh agama dan pemerintah (K/L), ormas, asosiasi profesi,
asosiasi pedagang, asosiasi dan perkumpulan-perkumpulan lainnya
Mengembangkan jejaring forum anti korupsi sampai ke daerah untuk
menjadi salah satu sumber informasi bagi masyarakat (Critical Mass
Agent perubahan, ketokohan dan panutan)
Memasukan materi STRANAS PPK pada jalur pendidikan PNS
Memasukan pengetahuan anti korupsi sebagai kualifikasi, kompetensi,
dan promosi jabatan pada IPDN, LAN, STAN, Lemhanas, SPN,
Sespimma, Sespimti, Akpol
Melibatkan peran Inspektorat, BPK, Pengawasan Internal mendukung
Eksternal dan sebaliknya untuk implementasi STRANAS PPK
Pengarusutamaan STRANAS PPK ke dalam RPJMN , lintas dan semua
sektor.
Menjadikan STRANAS PPK pilar penting bagi implementasi berbagai
legislasi dan kebijakan, desa, MP3EI, Investasi, Pendidikan , Kesehatan,
maupun prolegnas, reformasi birokrasi, pelayanan publik
Mengembangkan pilot survey integritas , wilayah, lembaga, individu,
dunia usaha, partai politik, dst
VI. REKOMENDASI
VI. REKOMENDASI
92 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Khusus bagi kepolisian, menata sistem dan data, dimulainya dari
pengaduan masyarakat, pelayanan yang diberikan, tindak lanjut dan
waktunya, investigasi, penuntutan, sanksi dan hukuman (Data Crime
Statistik)
Memotivasi sekolah untuk mengembangkan mekanisme reward dan
punishment oleh sekolah kepada guru berprestasi
Mendorong proses penerimaan murid baru yang terbuka, adil, tanpa
memprioritaskan anak guru dan pejabat (education for all)
Menyusun kebijakan mengenai insentif dan biaya layanan yang
diberikan oleh tokoh formal dan disosialisasikan kepada masyarakat
Mendorong penggunaan Citizen Report Card atau Community Score
Card untuk penilaian kualitas pelayanan publik
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 93
VI. REKOMENDASI
92 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Khusus bagi kepolisian, menata sistem dan data, dimulainya dari
pengaduan masyarakat, pelayanan yang diberikan, tindak lanjut dan
waktunya, investigasi, penuntutan, sanksi dan hukuman (Data Crime
Statistik)
Memotivasi sekolah untuk mengembangkan mekanisme reward dan
punishment oleh sekolah kepada guru berprestasi
Mendorong proses penerimaan murid baru yang terbuka, adil, tanpa
memprioritaskan anak guru dan pejabat (education for all)
Menyusun kebijakan mengenai insentif dan biaya layanan yang
diberikan oleh tokoh formal dan disosialisasikan kepada masyarakat
Mendorong penggunaan Citizen Report Card atau Community Score
Card untuk penilaian kualitas pelayanan publik
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 93
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 95
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kuesioner SPAK13.K
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 95
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kuesioner SPAK13.K
LAMPIRAN
96 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 97
LAMPIRAN
96 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 97
LAMPIRAN
98 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 99
LAMPIRAN
98 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 99
LAMPIRAN
100 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Lampiran 2 : Foto-Foto Workshop Instruktur Nasional
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 101
LAMPIRAN
100 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Lampiran 2 : Foto-Foto Workshop Instruktur Nasional
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 101
LAMPIRAN
102 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 103
Lampiran 3 : Foto-Foto Pencacahan
Pencacahan di Tapango, Provinsi Sulawesi Barat
Pencacahan di Binuang, Provinsi Sulawesi Barat
LAMPIRAN
102 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 103
Lampiran 3 : Foto-Foto Pencacahan
Pencacahan di Tapango, Provinsi Sulawesi Barat
Pencacahan di Binuang, Provinsi Sulawesi Barat
LAMPIRAN
104 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Pencacahan di Kelurahan Amassangan, Provinsi Sulawesi Barat
Pencacahan di Provinsi Lampung
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 105
Lampiran Tabel 1. Jumlah Target Sampel SPAK 2013 menurut Klasifikasi Wilayah dan Provinsi
Provinsi Klasifikasi Wilayah
Perkotaan Perdesaan Total (1) (2) (3) (4)
Aceh 40 80 120
Sumatera Utara 360 120 480
Sumatera Barat 80 80 160
Riau 120 80 200
Jambi 80 40 120
Sumatera Selatan 120 120 240
Bengkulu 40 40 80
Lampung 120 140 260
Kepulauan Bangka Belitung 40 0 40
Kepulauan Riau 80 0 80
DKI Jakarta 560 0 560
Jawa Barat 1.720 400 2.120
Jawa Tengah 880 480 1.360
DI Yogyakarta 160 40 200
Jawa Timur 1.120 520 1.640
Banten 390 80 470
Bali 160 10 170
Nusa Tenggara Barat 120 110 230
Nusa Tenggara Timur 30 80 110
Kalimantan Barat 120 80 200
Kalimantan Tengah 20 40 60
Kalimantan Selatan 80 40 120
Kalimantan Timur 120 40 160
Sulawesi Utara 80 10 90
Sulawesi Tengah 40 70 110
Sulawesi Selatan 80 130 210
Sulawesi Tenggara 40 0 40
Gorontalo 0 40 40
Sulawesi Barat 0 70 70
Maluku 80 0 80
Maluku Utara 40 10 50
Papua Barat 40 0 40
Papua 40 50 90
Total 7.000 3.000 10.000
LAMPIRAN
104 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Pencacahan di Kelurahan Amassangan, Provinsi Sulawesi Barat
Pencacahan di Provinsi Lampung
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 105
Lampiran Tabel 1. Jumlah Target Sampel SPAK 2013 menurut Klasifikasi Wilayah dan Provinsi
Provinsi Klasifikasi Wilayah
Perkotaan Perdesaan Total (1) (2) (3) (4)
Aceh 40 80 120
Sumatera Utara 360 120 480
Sumatera Barat 80 80 160
Riau 120 80 200
Jambi 80 40 120
Sumatera Selatan 120 120 240
Bengkulu 40 40 80
Lampung 120 140 260
Kepulauan Bangka Belitung 40 0 40
Kepulauan Riau 80 0 80
DKI Jakarta 560 0 560
Jawa Barat 1.720 400 2.120
Jawa Tengah 880 480 1.360
DI Yogyakarta 160 40 200
Jawa Timur 1.120 520 1.640
Banten 390 80 470
Bali 160 10 170
Nusa Tenggara Barat 120 110 230
Nusa Tenggara Timur 30 80 110
Kalimantan Barat 120 80 200
Kalimantan Tengah 20 40 60
Kalimantan Selatan 80 40 120
Kalimantan Timur 120 40 160
Sulawesi Utara 80 10 90
Sulawesi Tengah 40 70 110
Sulawesi Selatan 80 130 210
Sulawesi Tenggara 40 0 40
Gorontalo 0 40 40
Sulawesi Barat 0 70 70
Maluku 80 0 80
Maluku Utara 40 10 50
Papua Barat 40 0 40
Papua 40 50 90
Total 7.000 3.000 10.000
LAMPIRAN
106 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Lampiran Tabel 2. Jumlah Realisasi Sampel SPAK 2013 menurut Klasifikasi Wilayah dan Provinsi
Provinsi Klasifikasi Wilayah
Perkotaan Perdesaan Total
(1) (2) (3) (4)
Aceh 37 71 108
Sumatera Utara 325 112 437
Sumatera Barat 75 69 144
Riau 106 72 178
Jambi 74 38 112
Sumatera Selatan 103 97 200
Bengkulu 32 36 68
Lampung 107 137 244
Kepulauan Bangka Belitung 36 0 36
Kepulauan Riau 71 0 71
DKI Jakarta 501 0 501
Jawa Barat 1.514 366 1.880
Jawa Tengah 820 448 1.268
DI Yogyakarta 135 39 174
Jawa Timur 1.031 482 1.513
Banten 349 71 420
Bali 147 10 157
Nusa Tenggara Barat 110 102 212
Nusa Tenggara Timur 27 76 103
Kalimantan Barat 109 76 185
Kalimantan Tengah 19 36 55
Kalimantan Selatan 72 38 110
Kalimantan Timur 104 37 141
Sulawesi Utara 71 9 80
Sulawesi Tengah 36 65 101
Sulawesi Selatan 69 115 184
Sulawesi Tenggara 38 0 38
Gorontalo 0 37 37
Sulawesi Barat 0 63 63
Maluku 64 0 64
Maluku Utara 28 10 38
Papua Barat 34 0 34
Papua 30 44 74
Total 6.274 2.756 9.030
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 107
Lampiran Tabel 3. Karakteristik Responden menurut Klasifikasi Kota/Desa
Karakteristik Responden Perkotaan Perdesaan Total
n % n % n %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Hubungan dengan Kepala Rumah Tangga
KRT 3.663 58,38 1.611 58,45 5.274 58,41
Istri/Suami 2.611 41,62 1.145 41,55 3.756 41,59
Jenis Kelamin
Laki-laki 2.689 42,86 1.230 44,63 3.919 43,40
Perempuan 3.585 57,14 1.526 55,37 5.111 56,60
Kelompok Umur (Tahun)
< 20 41 0,65 8 0,29 49 0,54
20-29 521 8,30 234 8,49 755 8,36
30-39 1.517 24,18 689 25,00 2.206 24,43
40-49 1.798 28,66 686 24,89 2.484 27,51
50-59 1.327 21,15 620 22,50 1.947 21,56
60-69 690 11,00 331 12,01 1.021 11,31
70 + 380 6,06 188 6,82 568 6,29
Status Perkawinan
Tidak kawin 221 3,52 38 1,38 259 2,87
Kawin 5.042 80,36 2.300 83,45 7.342 81,31
Cerai Hidup 184 2,93 73 2,65 257 2,85
Cerai Mati 827 13,18 345 12,52 1.172 12,98
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
SLTP ke bawah 3.715 59,21 2.433 88,28 6.148 68,08
SLTA 1.806 28,79 250 9,07 2.056 22,77
Di atas SLTA 753 12,00 73 2,65 826 9,15
Status Bekerja/Berusahan
Bekerja/Berusaha 4.230 67,42 2.144 77,79 6.374 70,59
Tidak Bekerja/Berusaha 2.044 32,58 612 22,21 2.656 29,41
Rata-rata pengeluaran rumah tangga per bulan
< Rp 1 Juta 1.202 19,16 1.064 38,61 2.266 25,09
Rp 1 Juta – 2.9 Juta 3.660 58,34 1.484 53,85 5.144 56,97
Rp 3 Juta – 5.9 Juta 1.216 19,38 192 6,97 1.408 15,59
Rp 6 Juta – 9.9 Juta 151 2,41 15 0,54 166 1,84
Rp10 Juta – 14.9 Juta 30 0,48 1 0,04 31 0,34
>= Rp 15 Juta 15 0,24 15 0,17
Total 6.274 100,00 2.756 100,00 9.030 100,00
LAMPIRAN
106 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Lampiran Tabel 2. Jumlah Realisasi Sampel SPAK 2013 menurut Klasifikasi Wilayah dan Provinsi
Provinsi Klasifikasi Wilayah
Perkotaan Perdesaan Total
(1) (2) (3) (4)
Aceh 37 71 108
Sumatera Utara 325 112 437
Sumatera Barat 75 69 144
Riau 106 72 178
Jambi 74 38 112
Sumatera Selatan 103 97 200
Bengkulu 32 36 68
Lampung 107 137 244
Kepulauan Bangka Belitung 36 0 36
Kepulauan Riau 71 0 71
DKI Jakarta 501 0 501
Jawa Barat 1.514 366 1.880
Jawa Tengah 820 448 1.268
DI Yogyakarta 135 39 174
Jawa Timur 1.031 482 1.513
Banten 349 71 420
Bali 147 10 157
Nusa Tenggara Barat 110 102 212
Nusa Tenggara Timur 27 76 103
Kalimantan Barat 109 76 185
Kalimantan Tengah 19 36 55
Kalimantan Selatan 72 38 110
Kalimantan Timur 104 37 141
Sulawesi Utara 71 9 80
Sulawesi Tengah 36 65 101
Sulawesi Selatan 69 115 184
Sulawesi Tenggara 38 0 38
Gorontalo 0 37 37
Sulawesi Barat 0 63 63
Maluku 64 0 64
Maluku Utara 28 10 38
Papua Barat 34 0 34
Papua 30 44 74
Total 6.274 2.756 9.030
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 107
Lampiran Tabel 3. Karakteristik Responden menurut Klasifikasi Kota/Desa
Karakteristik Responden Perkotaan Perdesaan Total
n % n % n %
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Hubungan dengan Kepala Rumah Tangga
KRT 3.663 58,38 1.611 58,45 5.274 58,41
Istri/Suami 2.611 41,62 1.145 41,55 3.756 41,59
Jenis Kelamin
Laki-laki 2.689 42,86 1.230 44,63 3.919 43,40
Perempuan 3.585 57,14 1.526 55,37 5.111 56,60
Kelompok Umur (Tahun)
< 20 41 0,65 8 0,29 49 0,54
20-29 521 8,30 234 8,49 755 8,36
30-39 1.517 24,18 689 25,00 2.206 24,43
40-49 1.798 28,66 686 24,89 2.484 27,51
50-59 1.327 21,15 620 22,50 1.947 21,56
60-69 690 11,00 331 12,01 1.021 11,31
70 + 380 6,06 188 6,82 568 6,29
Status Perkawinan
Tidak kawin 221 3,52 38 1,38 259 2,87
Kawin 5.042 80,36 2.300 83,45 7.342 81,31
Cerai Hidup 184 2,93 73 2,65 257 2,85
Cerai Mati 827 13,18 345 12,52 1.172 12,98
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
SLTP ke bawah 3.715 59,21 2.433 88,28 6.148 68,08
SLTA 1.806 28,79 250 9,07 2.056 22,77
Di atas SLTA 753 12,00 73 2,65 826 9,15
Status Bekerja/Berusahan
Bekerja/Berusaha 4.230 67,42 2.144 77,79 6.374 70,59
Tidak Bekerja/Berusaha 2.044 32,58 612 22,21 2.656 29,41
Rata-rata pengeluaran rumah tangga per bulan
< Rp 1 Juta 1.202 19,16 1.064 38,61 2.266 25,09
Rp 1 Juta – 2.9 Juta 3.660 58,34 1.484 53,85 5.144 56,97
Rp 3 Juta – 5.9 Juta 1.216 19,38 192 6,97 1.408 15,59
Rp 6 Juta – 9.9 Juta 151 2,41 15 0,54 166 1,84
Rp10 Juta – 14.9 Juta 30 0,48 1 0,04 31 0,34
>= Rp 15 Juta 15 0,24 15 0,17
Total 6.274 100,00 2.756 100,00 9.030 100,00
LAMPIRAN
108 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Lampiran Tabel 4. Persentase Pendapat Masyarakat terhadap Beberapa Kebiasaan di Masyarakat
menurut Klasifikasi Wilayah, 2013
Kebiasaan di Masyarakat Klasifikasi
Wilayah
Pendapat Masyarakat
Sangat Wajar
Wajar Kurang Wajar
Tidak Wajar
Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Sikap istri yang menerima uang pemberian suami diluar penghasilan suami tanpa mempertanyakan asal usul uang tersebut
Perkotaan 0,89 22,22 20,33 56,56 100,00
Perdesaan 1,23 22,76 24,07 51,94 100,00
Total 1,07 22,50 22,30 54,13 100,00
Seorang Pegawai Negeri bepergian bersama keluarga dengan menggunakan kendaraan dinas untuk keperluan pribadi
Perkotaan 0,34 19,40 19,45 60,81 100,00
Perdesaan 0,51 27,01 21,48 51,00 100,00
Total 0,43 23,41 20,52 55,65 100,00
Orang tua mengajak anaknya dalam kampanye PEMILU/PILKADA demi mendapatkan uang saku yang lebih banyak
Perkotaan 0,27 14,81 17,36 67,56 100,00
Perdesaan 0,62 18,69 21,17 59,52 100,00
Total 0,45 16,85 19,37 63,33 100,00
Seseorang mengetahui saudaranya tanpa izin mengambil uang orang tuanya tetapi tidak melaporkan kepada orang tuanya
Perkotaan 0,03 2,87 12,30 84,81 100,00
Perdesaan 0,11 3,81 15,90 80,18 100,00
Total 0,07 3,37 14,19 82,37 100,00
Memberi uang/barang kepada tokoh adat/agama/masyarakat ketika suatu keluarga melaksanakan hajatan (pernikahan, khitanan, kematian, dsb)
Perkotaan 2,50 58,14 12,30 27,06 100,00
Perdesaan 4,65 61,81 11,83 21,71 100,00
Total 3,63 60,07 12,05 24,24 100,00
Memberi uang/barang kepada tokoh adat/agama/masyarakat ketika menjelang hari raya keagamaan.
Perkotaan 1,92 52,31 14,57 31,20 100,00
Perdesaan 3,67 57,11 14,70 24,52 100,00
Total 2,84 54,83 14,64 27,69 100,00
Memberi uang/barang kepada ketua RT/RW/Kades/Lurah ketika suatu keluarga melaksanakan hajatan (pernikahan, khitanan, kematian, dsb)
Perkotaan 0,87 38,81 18,26 42,06 100,00
Perdesaan 1,85 43,20 17,97 36,98 100,00
Total 1,39 41,12 18,11 39,39 100,00
Memberi uang/barang kepada ketua RT/RW/ Kades/Lurah ketika menjelang hari raya keagamaan
Perkotaan 0,56 30,38 19,02 50,04 100,00
Perdesaan 0,84 31,36 20,30 47,51 100,00
Total 0,71 30,90 19,69 48,71 100,00
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 109
Lanjutan LampiranTabel 4.
Kebiasaan di Masyarakat Klasifikasi
Wilayah
Pendapat Masyarakat
Sangat Wajar
Wajar Kurang Wajar
Tidak Wajar
Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Demi mempererat hubungan kekeluargaan dan pertemanan, seseorang menjamin keluarga/saudara/ teman agar diterima menjadi pegawai negeri/swasta
Perkotaan 1,45 31,69 16,53 50,33 100,00
Perdesaan 2,18 41,89 18,33 37,60 100,00
Total 1,83 37,06 17,48 43,63 100,00
Memberi uang/barang dalam proses penerimaan menjadi pegawai negeri/swasta
Perkotaan 0,27 11,10 11,97 76,65 100,00
Perdesaan 0,98 18,65 16,11 64,25 100,00
Total 0,65 15,08 14,15 70,12 100,00
Memberi uang lebih kepada petugas untuk mempercepat urusan administrasi (KTP, Akta Kelahiran, SIM dll).
Perkotaan 0,82 36,57 17,13 45,49 100,00
Perdesaan 1,16 46,50 15,54 36,79 100,00
Total 1,00 41,80 16,29 40,91 100,00
Memberi uang lebih kepada polisi untuk mempercepat pengurusan SIM dan STNK
Perkotaan 0,68 29,83 16,91 52,59 100,00
Perdesaan 1,23 41,68 17,53 39,56 100,00
Total 0,97 36,07 17,24 45,72 100,00
Pelanggar lalu lintas yang memberi uang damai kepada Polisi
Perkotaan 0,60 20,98 15,92 62,50 100,00
Perdesaan 0,76 34,93 20,22 44,09 100,00
Total 0,69 28,32 18,18 52,81 100,00
Petugas KUA meminta uang tambahan untuk transpor ke tempat acara akad nikah
Perkotaan 0,74 25,40 18,02 55,84 100,00
Perdesaan 0,58 29,47 18,87 51,07 100,00
Total 0,66 27,54 18,47 53,33 100,00
Guru mendapat jaminan (jatah) anaknya diterima masuk ke sekolah tempat dia mengajar
Perkotaan 0,99 28,59 18,22 52,21 100,00
Perdesaan 1,02 29,95 21,99 47,04 100,00
Total 1,00 29,31 20,20 49,49 100,00
Guru meminta uang/barang dari orangtua murid ketika kenaikan kelas/penerimaan rapor
Perkotaan 0,31 8,79 13,12 77,77 100,00
Perdesaan 0,29 14,44 18,44 66,82 100,00
Total 0,30 11,77 15,93 72,01 100,00
Memberi uang/barang kepada pihak sekolah agar anaknya dapat diterima di sekolah tersebut.
Perkotaan 0,34 8,09 14,71 76,87 100,00
Perdesaan 0,44 14,45 20,58 64,53 100,00
Total 0,39 11,44 17,80 70,37 100,00
Pegawai melakukan pekerjaan/usaha sampingan di luar tugasnya pada saat jam kerja
Perkotaan 0,37 11,01 15,02 73,61 100,00
Perdesaan 0,29 12,20 18,23 69,28 100,00
Total 0,33 11,63 16,71 71,33 100,00
Membagikan uang/barang kepada calon pemilih pelaksanaan PEMILU/ PILKADA.
Perkotaan 0,61 23,90 15,03 60,46 100,00
Perdesaan 0,94 29,11 15,25 54,70 100,00
Total 0,79 26,64 15,14 57,42 100,00
Mengharapkan pembagian uang/barang pada pelaksanaan PEMILU/PILKADA
Perkotaan 0,65 25,55 17,39 56,41 100,00
Perdesaan 0,84 27,48 17,42 54,26 100,00
Total 0,75 26,57 17,41 55,28 100,00
LAMPIRAN
108 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Lampiran Tabel 4. Persentase Pendapat Masyarakat terhadap Beberapa Kebiasaan di Masyarakat
menurut Klasifikasi Wilayah, 2013
Kebiasaan di Masyarakat Klasifikasi
Wilayah
Pendapat Masyarakat
Sangat Wajar
Wajar Kurang Wajar
Tidak Wajar
Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Sikap istri yang menerima uang pemberian suami diluar penghasilan suami tanpa mempertanyakan asal usul uang tersebut
Perkotaan 0,89 22,22 20,33 56,56 100,00
Perdesaan 1,23 22,76 24,07 51,94 100,00
Total 1,07 22,50 22,30 54,13 100,00
Seorang Pegawai Negeri bepergian bersama keluarga dengan menggunakan kendaraan dinas untuk keperluan pribadi
Perkotaan 0,34 19,40 19,45 60,81 100,00
Perdesaan 0,51 27,01 21,48 51,00 100,00
Total 0,43 23,41 20,52 55,65 100,00
Orang tua mengajak anaknya dalam kampanye PEMILU/PILKADA demi mendapatkan uang saku yang lebih banyak
Perkotaan 0,27 14,81 17,36 67,56 100,00
Perdesaan 0,62 18,69 21,17 59,52 100,00
Total 0,45 16,85 19,37 63,33 100,00
Seseorang mengetahui saudaranya tanpa izin mengambil uang orang tuanya tetapi tidak melaporkan kepada orang tuanya
Perkotaan 0,03 2,87 12,30 84,81 100,00
Perdesaan 0,11 3,81 15,90 80,18 100,00
Total 0,07 3,37 14,19 82,37 100,00
Memberi uang/barang kepada tokoh adat/agama/masyarakat ketika suatu keluarga melaksanakan hajatan (pernikahan, khitanan, kematian, dsb)
Perkotaan 2,50 58,14 12,30 27,06 100,00
Perdesaan 4,65 61,81 11,83 21,71 100,00
Total 3,63 60,07 12,05 24,24 100,00
Memberi uang/barang kepada tokoh adat/agama/masyarakat ketika menjelang hari raya keagamaan.
Perkotaan 1,92 52,31 14,57 31,20 100,00
Perdesaan 3,67 57,11 14,70 24,52 100,00
Total 2,84 54,83 14,64 27,69 100,00
Memberi uang/barang kepada ketua RT/RW/Kades/Lurah ketika suatu keluarga melaksanakan hajatan (pernikahan, khitanan, kematian, dsb)
Perkotaan 0,87 38,81 18,26 42,06 100,00
Perdesaan 1,85 43,20 17,97 36,98 100,00
Total 1,39 41,12 18,11 39,39 100,00
Memberi uang/barang kepada ketua RT/RW/ Kades/Lurah ketika menjelang hari raya keagamaan
Perkotaan 0,56 30,38 19,02 50,04 100,00
Perdesaan 0,84 31,36 20,30 47,51 100,00
Total 0,71 30,90 19,69 48,71 100,00
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 109
Lanjutan LampiranTabel 4.
Kebiasaan di Masyarakat Klasifikasi
Wilayah
Pendapat Masyarakat
Sangat Wajar
Wajar Kurang Wajar
Tidak Wajar
Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Demi mempererat hubungan kekeluargaan dan pertemanan, seseorang menjamin keluarga/saudara/ teman agar diterima menjadi pegawai negeri/swasta
Perkotaan 1,45 31,69 16,53 50,33 100,00
Perdesaan 2,18 41,89 18,33 37,60 100,00
Total 1,83 37,06 17,48 43,63 100,00
Memberi uang/barang dalam proses penerimaan menjadi pegawai negeri/swasta
Perkotaan 0,27 11,10 11,97 76,65 100,00
Perdesaan 0,98 18,65 16,11 64,25 100,00
Total 0,65 15,08 14,15 70,12 100,00
Memberi uang lebih kepada petugas untuk mempercepat urusan administrasi (KTP, Akta Kelahiran, SIM dll).
Perkotaan 0,82 36,57 17,13 45,49 100,00
Perdesaan 1,16 46,50 15,54 36,79 100,00
Total 1,00 41,80 16,29 40,91 100,00
Memberi uang lebih kepada polisi untuk mempercepat pengurusan SIM dan STNK
Perkotaan 0,68 29,83 16,91 52,59 100,00
Perdesaan 1,23 41,68 17,53 39,56 100,00
Total 0,97 36,07 17,24 45,72 100,00
Pelanggar lalu lintas yang memberi uang damai kepada Polisi
Perkotaan 0,60 20,98 15,92 62,50 100,00
Perdesaan 0,76 34,93 20,22 44,09 100,00
Total 0,69 28,32 18,18 52,81 100,00
Petugas KUA meminta uang tambahan untuk transpor ke tempat acara akad nikah
Perkotaan 0,74 25,40 18,02 55,84 100,00
Perdesaan 0,58 29,47 18,87 51,07 100,00
Total 0,66 27,54 18,47 53,33 100,00
Guru mendapat jaminan (jatah) anaknya diterima masuk ke sekolah tempat dia mengajar
Perkotaan 0,99 28,59 18,22 52,21 100,00
Perdesaan 1,02 29,95 21,99 47,04 100,00
Total 1,00 29,31 20,20 49,49 100,00
Guru meminta uang/barang dari orangtua murid ketika kenaikan kelas/penerimaan rapor
Perkotaan 0,31 8,79 13,12 77,77 100,00
Perdesaan 0,29 14,44 18,44 66,82 100,00
Total 0,30 11,77 15,93 72,01 100,00
Memberi uang/barang kepada pihak sekolah agar anaknya dapat diterima di sekolah tersebut.
Perkotaan 0,34 8,09 14,71 76,87 100,00
Perdesaan 0,44 14,45 20,58 64,53 100,00
Total 0,39 11,44 17,80 70,37 100,00
Pegawai melakukan pekerjaan/usaha sampingan di luar tugasnya pada saat jam kerja
Perkotaan 0,37 11,01 15,02 73,61 100,00
Perdesaan 0,29 12,20 18,23 69,28 100,00
Total 0,33 11,63 16,71 71,33 100,00
Membagikan uang/barang kepada calon pemilih pelaksanaan PEMILU/ PILKADA.
Perkotaan 0,61 23,90 15,03 60,46 100,00
Perdesaan 0,94 29,11 15,25 54,70 100,00
Total 0,79 26,64 15,14 57,42 100,00
Mengharapkan pembagian uang/barang pada pelaksanaan PEMILU/PILKADA
Perkotaan 0,65 25,55 17,39 56,41 100,00
Perdesaan 0,84 27,48 17,42 54,26 100,00
Total 0,75 26,57 17,41 55,28 100,00
LAMPIRAN
110 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Lampiran Tabel 5. Persentase Pendapat Masyarakat terhadap Beberapa Kebiasaan di Masyarakat
menurut Jenis Kelamin, 2013
Kebiasaan di Masyarakat Jenis
Kelamin
Pendapat Masyarakat
Sangat Wajar
Wajar Kurang Wajar
Tidak Wajar
Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Sikap istri yang menerima uang pemberian suami diluar penghasilan suami tanpa mempertanyakan asal usul uang tersebut
Laki-laki 1,17 25,39 23,15 50,30 100,00
Perempuan 0,99 20,26 21,64 57,11 100,00
Total 1,07 22,50 22,30 54,13 100,00
Seorang Pegawai Negeri bepergian bersama keluarga dengan menggunakan kendaraan dinas untuk keperluan pribadi
Laki-laki 0,38 21,08 21,18 57,36 100,00
Perempuan 0,47 25,22 20,00 54,31 100,00
Total 0,43 23,41 20,52 55,65 100,00
Orang tua mengajak anaknya dalam kampanye PEMILU/PILKADA demi mendapatkan uang saku yang lebih banyak
Laki-laki 0,47 15,48 19,48 64,57 100,00
Perempuan 0,44 17,92 19,28 62,36 100,00
Total 0,45 16,85 19,37 63,33 100,00
Seseorang mengetahui saudaranya tanpa izin mengambil uang orang tuanya tetapi tidak melaporkan kepada orang tuanya
Laki-laki 0,13 3,43 14,31 82,13 100,00
Perempuan 0,02 3,32 14,10 82,56 100,00
Total 0,07 3,37 14,19 82,37 100,00
Memberi uang/barang kepada tokoh adat/agama/masyarakat ketika suatu keluarga melaksanakan hajatan (pernikahan, khitanan, kematian, dsb)
Laki-laki 3,73 59,07 12,61 24,58 100,00
Perempuan 3,55 60,85 11,62 23,98 100,00
Total 3,63 60,07 12,05 24,24 100,00
Memberi uang/barang kepada tokoh adat/agama/masyarakat ketika menjelang hari raya keagamaan.
Laki-laki 2,44 53,30 15,04 29,22 100,00
Perempuan 3,15 56,03 14,33 26,49 100,00
Total 2,84 54,83 14,64 27,69 100,00
Memberi uang/barang kepada ketua RT/RW/Kades/Lurah ketika suatu keluarga melaksanakan hajatan (pernikahan, khitanan, kematian, dsb)
Laki-laki 1,45 39,87 17,89 40,78 100,00
Perempuan 1,33 42,10 18,27 38,30 100,00
Total 1,39 41,12 18,11 39,39 100,00
Memberi uang/barang kepada ketua RT/RW/ Kades/Lurah ketika menjelang hari raya keagamaan
Laki-laki 0,58 29,31 20,43 49,68 100,00
Perempuan 0,80 32,13 19,12 47,95 100,00
Total 0,71 30,90 19,69 48,71 100,00
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 111
Lanjutan Lampiran Tabel 5.
Kebiasaan di Masyarakat Jenis
Kelamin
Pendapat Masyarakat
Sangat Wajar
Wajar Kurang Wajar
Tidak Wajar
Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Demi mempererat hubungan kekeluargaan dan pertemanan, seseorang menjamin keluarga/saudara/ teman agar diterima menjadi pegawai negeri/swasta
Laki-laki 1,88 34,89 17,51 45,72 100,00
Perempuan 1,79 38,76 17,45 42,00 100,00
Total 1,83 37,06 17,48 43,63 100,00
Memberi uang/barang dalam proses penerimaan menjadi pegawai negeri/swasta
Laki-laki 0,83 13,51 13,97 71,69 100,00
Perempuan 0,50 16,30 14,29 68,91 100,00
Total 0,65 15,08 14,15 70,12 100,00
Memberi uang lebih kepada petugas untuk mempercepat urusan administrasi (KTP, Akta Kelahiran, SIM dll).
Laki-laki 0,79 39,94 17,21 42,05 100,00
Perempuan 1,16 43,24 15,57 40,03 100,00
Total 1,00 41,80 16,29 40,91 100,00
Memberi uang lebih kepada polisi untuk mempercepat pengurusan SIM dan STNK
Laki-laki 0,79 34,61 17,48 47,12 100,00
Perempuan 1,11 37,20 17,05 44,64 100,00
Total 0,97 36,07 17,24 45,72 100,00
Pelanggar lalu lintas yang memberi uang damai kepada Polisi
Laki-laki 0,64 26,92 17,35 55,09 100,00
Perempuan 0,72 29,41 18,83 51,03 100,00
Total 0,69 28,32 18,18 52,81 100,00
Petugas KUA meminta uang tambahan untuk transpor ke tempat acara akad nikah
Laki-laki 0,46 26,93 18,24 54,37 100,00
Perempuan 0,81 28,02 18,64 52,53 100,00
Total 0,66 27,54 18,47 53,33 100,00
Guru mendapat jaminan (jatah) anaknya diterima masuk ke sekolah tempat dia mengajar
Laki-laki 0,92 27,97 20,45 50,67 100,00
Perempuan 1,07 30,35 20,01 48,57 100,00
Total 1,00 29,31 20,20 49,49 100,00
Guru meminta uang/barang dari orangtua murid ketika kenaikan kelas/penerimaan rapor
Laki-laki 0,25 10,30 15,67 73,78 100,00
Perempuan 0,34 12,91 16,12 70,62 100,00
Total 0,30 11,77 15,93 72,01 100,00
Memberi uang/barang kepada pihak sekolah agar anaknya dapat diterima di sekolah tersebut.
Laki-laki 0,32 11,08 17,06 71,55 100,00
Perempuan 0,44 11,72 18,38 69,46 100,00
Total 0,39 11,44 17,80 70,37 100,00
Pegawai melakukan pekerjaan/usaha sampingan di luar tugasnya pada saat jam kerja
Laki-laki 0,35 10,20 16,77 72,68 100,00
Perempuan 0,31 12,75 16,66 70,28 100,00
Total 0,33 11,63 16,71 71,33 100,00
Membagikan uang/barang kepada calon pemilih pelaksanaan PEMILU/ PILKADA.
Laki-laki 0,68 23,39 16,01 59,92 100,00
Perempuan 0,87 29,17 14,47 55,48 100,00
Total 0,79 26,64 15,14 57,42 100,00
Mengharapkan pembagian uang/barang pada pelaksanaan PEMILU/PILKADA
Laki-laki 0,62 24,87 17,77 56,73 100,00
Perempuan 0,84 27,89 17,12 54,15 100,00
Total 0,75 26,57 17,41 55,28 100,00
LAMPIRAN
110 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Lampiran Tabel 5. Persentase Pendapat Masyarakat terhadap Beberapa Kebiasaan di Masyarakat
menurut Jenis Kelamin, 2013
Kebiasaan di Masyarakat Jenis
Kelamin
Pendapat Masyarakat
Sangat Wajar
Wajar Kurang Wajar
Tidak Wajar
Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Sikap istri yang menerima uang pemberian suami diluar penghasilan suami tanpa mempertanyakan asal usul uang tersebut
Laki-laki 1,17 25,39 23,15 50,30 100,00
Perempuan 0,99 20,26 21,64 57,11 100,00
Total 1,07 22,50 22,30 54,13 100,00
Seorang Pegawai Negeri bepergian bersama keluarga dengan menggunakan kendaraan dinas untuk keperluan pribadi
Laki-laki 0,38 21,08 21,18 57,36 100,00
Perempuan 0,47 25,22 20,00 54,31 100,00
Total 0,43 23,41 20,52 55,65 100,00
Orang tua mengajak anaknya dalam kampanye PEMILU/PILKADA demi mendapatkan uang saku yang lebih banyak
Laki-laki 0,47 15,48 19,48 64,57 100,00
Perempuan 0,44 17,92 19,28 62,36 100,00
Total 0,45 16,85 19,37 63,33 100,00
Seseorang mengetahui saudaranya tanpa izin mengambil uang orang tuanya tetapi tidak melaporkan kepada orang tuanya
Laki-laki 0,13 3,43 14,31 82,13 100,00
Perempuan 0,02 3,32 14,10 82,56 100,00
Total 0,07 3,37 14,19 82,37 100,00
Memberi uang/barang kepada tokoh adat/agama/masyarakat ketika suatu keluarga melaksanakan hajatan (pernikahan, khitanan, kematian, dsb)
Laki-laki 3,73 59,07 12,61 24,58 100,00
Perempuan 3,55 60,85 11,62 23,98 100,00
Total 3,63 60,07 12,05 24,24 100,00
Memberi uang/barang kepada tokoh adat/agama/masyarakat ketika menjelang hari raya keagamaan.
Laki-laki 2,44 53,30 15,04 29,22 100,00
Perempuan 3,15 56,03 14,33 26,49 100,00
Total 2,84 54,83 14,64 27,69 100,00
Memberi uang/barang kepada ketua RT/RW/Kades/Lurah ketika suatu keluarga melaksanakan hajatan (pernikahan, khitanan, kematian, dsb)
Laki-laki 1,45 39,87 17,89 40,78 100,00
Perempuan 1,33 42,10 18,27 38,30 100,00
Total 1,39 41,12 18,11 39,39 100,00
Memberi uang/barang kepada ketua RT/RW/ Kades/Lurah ketika menjelang hari raya keagamaan
Laki-laki 0,58 29,31 20,43 49,68 100,00
Perempuan 0,80 32,13 19,12 47,95 100,00
Total 0,71 30,90 19,69 48,71 100,00
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 111
Lanjutan Lampiran Tabel 5.
Kebiasaan di Masyarakat Jenis
Kelamin
Pendapat Masyarakat
Sangat Wajar
Wajar Kurang Wajar
Tidak Wajar
Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Demi mempererat hubungan kekeluargaan dan pertemanan, seseorang menjamin keluarga/saudara/ teman agar diterima menjadi pegawai negeri/swasta
Laki-laki 1,88 34,89 17,51 45,72 100,00
Perempuan 1,79 38,76 17,45 42,00 100,00
Total 1,83 37,06 17,48 43,63 100,00
Memberi uang/barang dalam proses penerimaan menjadi pegawai negeri/swasta
Laki-laki 0,83 13,51 13,97 71,69 100,00
Perempuan 0,50 16,30 14,29 68,91 100,00
Total 0,65 15,08 14,15 70,12 100,00
Memberi uang lebih kepada petugas untuk mempercepat urusan administrasi (KTP, Akta Kelahiran, SIM dll).
Laki-laki 0,79 39,94 17,21 42,05 100,00
Perempuan 1,16 43,24 15,57 40,03 100,00
Total 1,00 41,80 16,29 40,91 100,00
Memberi uang lebih kepada polisi untuk mempercepat pengurusan SIM dan STNK
Laki-laki 0,79 34,61 17,48 47,12 100,00
Perempuan 1,11 37,20 17,05 44,64 100,00
Total 0,97 36,07 17,24 45,72 100,00
Pelanggar lalu lintas yang memberi uang damai kepada Polisi
Laki-laki 0,64 26,92 17,35 55,09 100,00
Perempuan 0,72 29,41 18,83 51,03 100,00
Total 0,69 28,32 18,18 52,81 100,00
Petugas KUA meminta uang tambahan untuk transpor ke tempat acara akad nikah
Laki-laki 0,46 26,93 18,24 54,37 100,00
Perempuan 0,81 28,02 18,64 52,53 100,00
Total 0,66 27,54 18,47 53,33 100,00
Guru mendapat jaminan (jatah) anaknya diterima masuk ke sekolah tempat dia mengajar
Laki-laki 0,92 27,97 20,45 50,67 100,00
Perempuan 1,07 30,35 20,01 48,57 100,00
Total 1,00 29,31 20,20 49,49 100,00
Guru meminta uang/barang dari orangtua murid ketika kenaikan kelas/penerimaan rapor
Laki-laki 0,25 10,30 15,67 73,78 100,00
Perempuan 0,34 12,91 16,12 70,62 100,00
Total 0,30 11,77 15,93 72,01 100,00
Memberi uang/barang kepada pihak sekolah agar anaknya dapat diterima di sekolah tersebut.
Laki-laki 0,32 11,08 17,06 71,55 100,00
Perempuan 0,44 11,72 18,38 69,46 100,00
Total 0,39 11,44 17,80 70,37 100,00
Pegawai melakukan pekerjaan/usaha sampingan di luar tugasnya pada saat jam kerja
Laki-laki 0,35 10,20 16,77 72,68 100,00
Perempuan 0,31 12,75 16,66 70,28 100,00
Total 0,33 11,63 16,71 71,33 100,00
Membagikan uang/barang kepada calon pemilih pelaksanaan PEMILU/ PILKADA.
Laki-laki 0,68 23,39 16,01 59,92 100,00
Perempuan 0,87 29,17 14,47 55,48 100,00
Total 0,79 26,64 15,14 57,42 100,00
Mengharapkan pembagian uang/barang pada pelaksanaan PEMILU/PILKADA
Laki-laki 0,62 24,87 17,77 56,73 100,00
Perempuan 0,84 27,89 17,12 54,15 100,00
Total 0,75 26,57 17,41 55,28 100,00
LAMPIRAN
112 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Lampiran Tabel 6. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan dengan Petugas Layanan Publik
Menurut Klasifikasi Wilayah Selama Setahun Terakhir, 2013
Layanan Publik Klasifikasi
Wilayah Ya,
sendiri Ya, dengan perantara
Tidak Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Pengurus RT/RW
Perkotaan 45,71 6,39 47,90 100,00
Perdesaan 36,20 7,99 55,81 100,00
Total 40,70 7,23 52,07 100,00
Petugas Kantor Desa/ Kelurahan dan Kecamatan
Perkotaan 49,44 9,85 40,71 100,00
Perdesaan 47,99 11,69 40,32 100,00
Total 48,68 10,82 40,50 100,00
Petugas Polisi
Perkotaan 25,61 8,95 65,44 100,00
Perdesaan 14,44 6,50 79,06 100,00
Total 19,73 7,66 72,61 100,00
Petugas PLN
Perkotaan 10,71 2,14 87,15 100,00
Perdesaan 9,75 3,23 87,02 100,00
Total 10,20 2,71 87,08 100,00
Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
Perkotaan 38,45 1,38 60,17 100,00
Perdesaan 37,03 1,13 61,85 100,00
Total 37,70 1,25 61,05 100,00
Guru/Kepala Sekolah
Perkotaan 19,45 0,96 79,60 100,00
Perdesaan 16,44 0,76 82,80 100,00
Total 17,86 0,86 81,28 100,00
Petugas Lembaga Peradilan
Perkotaan 2,52 0,55 96,93 100,00
Perdesaan 1,16 0,40 98,44 100,00
Total 1,80 0,47 97,73 100,00
Petugas KUA
Perkotaan 3,95 1,59 94,46 100,00
Perdesaan 3,85 2,32 93,83 100,00
Total 3,90 1,98 94,12 100,00
Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Perkotaan 7,74 6,57 85,69 100,00
Perdesaan 5,45 8,64 85,91 100,00
Total 6,53 7,66 85,81 100,00
Petugas BPN
Perkotaan 2,52 2,91 94,57 100,00
Perdesaan 2,47 3,34 94,19 100,00
Total 2,49 3,14 94,37 100,00
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 113
Lampiran Tabel 7. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan dengan Petugas Layanan Publik
Menurut Jenis Kelamin Selama Setahun Terakhir, 2013
Layanan Publik Jenis
Kelamin Ya,
sendiri Ya, dengan perantara
Tidak Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Pengurus RT/RW
Laki-laki 42,14 6,53 51,33 100,00
Perempuan 39,58 7,78 52,64 100,00
Total 40,70 7,23 52,07 100,00
Petugas Kantor Desa/ Kelurahan dan Kecamatan
Laki-laki 49,73 10,01 40,26 100,00
Perempuan 47,86 11,45 40,69 100,00
Total 48,68 10,82 40,50 100,00
Petugas Polisi
Laki-laki 22,65 8,32 69,04 100,00
Perempuan 17,46 7,15 75,39 100,00
Total 19,73 7,66 72,61 100,00
Petugas PLN
Laki-laki 10,95 2,95 86,10 100,00
Perempuan 9,62 2,53 87,85 100,00
Total 10,20 2,71 87,08 100,00
Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
Laki-laki 36,21 0,99 62,80 100,00
Perempuan 38,86 1,44 59,70 100,00
Total 37,70 1,25 61,05 100,00
Guru/Kepala Sekolah
Laki-laki 16,99 0,88 82,13 100,00
Perempuan 18,54 0,83 80,62 100,00
Total 17,86 0,86 81,28 100,00
Petugas Lembaga Peradilan
Laki-laki 2,06 0,51 97,43 100,00
Perempuan 1,61 0,44 97,95 100,00
Total 1,80 0,47 97,73 100,00
Petugas KUA
Laki-laki 4,33 2,11 93,56 100,00
Perempuan 3,56 1,88 94,56 100,00
Total 3,90 1,98 94,12 100,00
Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Laki-laki 7,19 7,68 85,13 100,00
Perempuan 6,02 7,65 86,33 100,00
Total 6,53 7,66 85,81 100,00
Petugas BPN
Laki-laki 3,41 3,60 92,99 100,00
Perempuan 1,78 2,78 95,44 100,00
Total 2,49 3,14 94,37 100,00
LAMPIRAN
112 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Lampiran Tabel 6. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan dengan Petugas Layanan Publik
Menurut Klasifikasi Wilayah Selama Setahun Terakhir, 2013
Layanan Publik Klasifikasi
Wilayah Ya,
sendiri Ya, dengan perantara
Tidak Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Pengurus RT/RW
Perkotaan 45,71 6,39 47,90 100,00
Perdesaan 36,20 7,99 55,81 100,00
Total 40,70 7,23 52,07 100,00
Petugas Kantor Desa/ Kelurahan dan Kecamatan
Perkotaan 49,44 9,85 40,71 100,00
Perdesaan 47,99 11,69 40,32 100,00
Total 48,68 10,82 40,50 100,00
Petugas Polisi
Perkotaan 25,61 8,95 65,44 100,00
Perdesaan 14,44 6,50 79,06 100,00
Total 19,73 7,66 72,61 100,00
Petugas PLN
Perkotaan 10,71 2,14 87,15 100,00
Perdesaan 9,75 3,23 87,02 100,00
Total 10,20 2,71 87,08 100,00
Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
Perkotaan 38,45 1,38 60,17 100,00
Perdesaan 37,03 1,13 61,85 100,00
Total 37,70 1,25 61,05 100,00
Guru/Kepala Sekolah
Perkotaan 19,45 0,96 79,60 100,00
Perdesaan 16,44 0,76 82,80 100,00
Total 17,86 0,86 81,28 100,00
Petugas Lembaga Peradilan
Perkotaan 2,52 0,55 96,93 100,00
Perdesaan 1,16 0,40 98,44 100,00
Total 1,80 0,47 97,73 100,00
Petugas KUA
Perkotaan 3,95 1,59 94,46 100,00
Perdesaan 3,85 2,32 93,83 100,00
Total 3,90 1,98 94,12 100,00
Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Perkotaan 7,74 6,57 85,69 100,00
Perdesaan 5,45 8,64 85,91 100,00
Total 6,53 7,66 85,81 100,00
Petugas BPN
Perkotaan 2,52 2,91 94,57 100,00
Perdesaan 2,47 3,34 94,19 100,00
Total 2,49 3,14 94,37 100,00
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 113
Lampiran Tabel 7. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan dengan Petugas Layanan Publik
Menurut Jenis Kelamin Selama Setahun Terakhir, 2013
Layanan Publik Jenis
Kelamin Ya,
sendiri Ya, dengan perantara
Tidak Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Pengurus RT/RW
Laki-laki 42,14 6,53 51,33 100,00
Perempuan 39,58 7,78 52,64 100,00
Total 40,70 7,23 52,07 100,00
Petugas Kantor Desa/ Kelurahan dan Kecamatan
Laki-laki 49,73 10,01 40,26 100,00
Perempuan 47,86 11,45 40,69 100,00
Total 48,68 10,82 40,50 100,00
Petugas Polisi
Laki-laki 22,65 8,32 69,04 100,00
Perempuan 17,46 7,15 75,39 100,00
Total 19,73 7,66 72,61 100,00
Petugas PLN
Laki-laki 10,95 2,95 86,10 100,00
Perempuan 9,62 2,53 87,85 100,00
Total 10,20 2,71 87,08 100,00
Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
Laki-laki 36,21 0,99 62,80 100,00
Perempuan 38,86 1,44 59,70 100,00
Total 37,70 1,25 61,05 100,00
Guru/Kepala Sekolah
Laki-laki 16,99 0,88 82,13 100,00
Perempuan 18,54 0,83 80,62 100,00
Total 17,86 0,86 81,28 100,00
Petugas Lembaga Peradilan
Laki-laki 2,06 0,51 97,43 100,00
Perempuan 1,61 0,44 97,95 100,00
Total 1,80 0,47 97,73 100,00
Petugas KUA
Laki-laki 4,33 2,11 93,56 100,00
Perempuan 3,56 1,88 94,56 100,00
Total 3,90 1,98 94,12 100,00
Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Laki-laki 7,19 7,68 85,13 100,00
Perempuan 6,02 7,65 86,33 100,00
Total 6,53 7,66 85,81 100,00
Petugas BPN
Laki-laki 3,41 3,60 92,99 100,00
Perempuan 1,78 2,78 95,44 100,00
Total 2,49 3,14 94,37 100,00
LAMPIRAN
114 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Lampiran Tabel 8. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik dan Mengetahui Prosedur dan Biaya Resmi yang Berlaku menurut Klasifikasi
Wilayah, 2013
Layanan Publik Klasifikasi
Wilayah Ya Tidak Total
(1) (2) (3) (4) (5)
Pengurus RT/RW
Perkotaan 61,59 38,41 100,00
Perdesaan 56,97 43,03 100,00
Total 59,43 40,57 100,00
Petugas Kantor Desa/ Kelurahan dan Kecamatan
Perkotaan 63,53 36,47 100,00
Perdesaan 58,92 41,08 100,00
Total 61,14 38,86 100,00
Petugas Polisi
Perkotaan 77,63 22,37 100,00
Perdesaan 72,60 27,40 100,00
Total 75,69 24,31 100,00
Petugas PLN
Perkotaan 61,29 38,71 100,00
Perdesaan 56,85 43,15 100,00
Total 59,06 40,94 100,00
Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
Perkotaan 73,35 26,65 100,00
Perdesaan 63,93 36,07 100,00
Total 68,48 31,52 100,00
Guru/Kepala Sekolah
Perkotaan 79,11 20,89 100,00
Perdesaan 76,15 23,85 100,00
Total 77,67 22,33 100,00
Petugas Lembaga Peradilan
Perkotaan 74,63 25,37 100,00
Perdesaan 65,63 34,38 100,00
Total 71,58 28,42 100,00
Petugas KUA
Perkotaan 60,99 39,01 100,00
Perdesaan 64,15 35,85 100,00
Total 62,63 37,37 100,00
Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Perkotaan 69,74 30,26 100,00
Perdesaan 68,00 32,00 100,00
Total 68,98 31,02 100,00
Petugas BPN
Perkotaan 63,50 36,50 100,00
Perdesaan 57,35 42,65 100,00
Total 60,30 39,70 100,00
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 115
Lampiran Tabel 9. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan
Publik dan Mengetahui Prosedur dan Biaya Resmi yang Berlaku menurut Jenis Kelamin, 2013
Layanan Publik Jenis
Kelamin Ya Tidak Total
(1) (2) (3) (4) (5)
Pengurus RT/RW
Laki-laki 60,49 39,51 100,00
Perempuan 58,55 41,45 100,00
Total 59,43 40,57 100,00
Petugas Kantor Desa/ Kelurahan dan Kecamatan
Laki-laki 61,53 38,47 100,00
Perempuan 60,82 39,18 100,00
Total 61,14 38,86 100,00
Petugas Polisi
Laki-laki 75,49 24,51 100,00
Perempuan 75,90 24,10 100,00
Total 75,69 24,31 100,00
Petugas PLN
Laki-laki 57,90 42,10 100,00
Perempuan 60,08 39,92 100,00
Total 59,06 40,94 100,00
Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
Laki-laki 68,46 31,54 100,00
Perempuan 68,50 31,50 100,00
Total 68,48 31,52 100,00
Guru/Kepala Sekolah
Laki-laki 77,36 22,64 100,00
Perempuan 77,90 22,10 100,00
Total 77,67 22,33 100,00
Petugas Lembaga Peradilan
Laki-laki 70,42 29,58 100,00
Perempuan 72,73 27,27 100,00
Total 71,58 28,42 100,00
Petugas KUA
Laki-laki 63,81 36,19 100,00
Perempuan 61,52 38,48 100,00
Total 62,63 37,37 100,00
Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Laki-laki 71,29 28,71 100,00
Perempuan 66,83 33,17 100,00
Total 68,98 31,02 100,00
Petugas BPN
Laki-laki 58,81 41,19 100,00
Perempuan 62,50 37,50 100,00
Total 60,30 39,70 100,00
LAMPIRAN
114 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Lampiran Tabel 8. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik dan Mengetahui Prosedur dan Biaya Resmi yang Berlaku menurut Klasifikasi
Wilayah, 2013
Layanan Publik Klasifikasi
Wilayah Ya Tidak Total
(1) (2) (3) (4) (5)
Pengurus RT/RW
Perkotaan 61,59 38,41 100,00
Perdesaan 56,97 43,03 100,00
Total 59,43 40,57 100,00
Petugas Kantor Desa/ Kelurahan dan Kecamatan
Perkotaan 63,53 36,47 100,00
Perdesaan 58,92 41,08 100,00
Total 61,14 38,86 100,00
Petugas Polisi
Perkotaan 77,63 22,37 100,00
Perdesaan 72,60 27,40 100,00
Total 75,69 24,31 100,00
Petugas PLN
Perkotaan 61,29 38,71 100,00
Perdesaan 56,85 43,15 100,00
Total 59,06 40,94 100,00
Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
Perkotaan 73,35 26,65 100,00
Perdesaan 63,93 36,07 100,00
Total 68,48 31,52 100,00
Guru/Kepala Sekolah
Perkotaan 79,11 20,89 100,00
Perdesaan 76,15 23,85 100,00
Total 77,67 22,33 100,00
Petugas Lembaga Peradilan
Perkotaan 74,63 25,37 100,00
Perdesaan 65,63 34,38 100,00
Total 71,58 28,42 100,00
Petugas KUA
Perkotaan 60,99 39,01 100,00
Perdesaan 64,15 35,85 100,00
Total 62,63 37,37 100,00
Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Perkotaan 69,74 30,26 100,00
Perdesaan 68,00 32,00 100,00
Total 68,98 31,02 100,00
Petugas BPN
Perkotaan 63,50 36,50 100,00
Perdesaan 57,35 42,65 100,00
Total 60,30 39,70 100,00
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 115
Lampiran Tabel 9. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan
Publik dan Mengetahui Prosedur dan Biaya Resmi yang Berlaku menurut Jenis Kelamin, 2013
Layanan Publik Jenis
Kelamin Ya Tidak Total
(1) (2) (3) (4) (5)
Pengurus RT/RW
Laki-laki 60,49 39,51 100,00
Perempuan 58,55 41,45 100,00
Total 59,43 40,57 100,00
Petugas Kantor Desa/ Kelurahan dan Kecamatan
Laki-laki 61,53 38,47 100,00
Perempuan 60,82 39,18 100,00
Total 61,14 38,86 100,00
Petugas Polisi
Laki-laki 75,49 24,51 100,00
Perempuan 75,90 24,10 100,00
Total 75,69 24,31 100,00
Petugas PLN
Laki-laki 57,90 42,10 100,00
Perempuan 60,08 39,92 100,00
Total 59,06 40,94 100,00
Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
Laki-laki 68,46 31,54 100,00
Perempuan 68,50 31,50 100,00
Total 68,48 31,52 100,00
Guru/Kepala Sekolah
Laki-laki 77,36 22,64 100,00
Perempuan 77,90 22,10 100,00
Total 77,67 22,33 100,00
Petugas Lembaga Peradilan
Laki-laki 70,42 29,58 100,00
Perempuan 72,73 27,27 100,00
Total 71,58 28,42 100,00
Petugas KUA
Laki-laki 63,81 36,19 100,00
Perempuan 61,52 38,48 100,00
Total 62,63 37,37 100,00
Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Laki-laki 71,29 28,71 100,00
Perempuan 66,83 33,17 100,00
Total 68,98 31,02 100,00
Petugas BPN
Laki-laki 58,81 41,19 100,00
Perempuan 62,50 37,50 100,00
Total 60,30 39,70 100,00
LAMPIRAN
116 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Lampiran Tabel 10. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan
Publik menurut Pernah atau Tidaknya Membayar Melebihi Ketentuan menurut Klasifikasi Wilayah, 2013
Layanan Publik Klasifikasi
Wilayah Sangat Sering
Sering Jarang Tidak
Pernah Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pengurus RT/RW
Perkotaan 0,44 3,58 13,59 82,39 100,00
Perdesaan 0,10 2,21 8,73 88,97 100,00
Total 0,28 2,94 11,31 85,47 100,00
Petugas Kantor Desa/ Kelurahan dan Kecamatan
Perkotaan 0,45 3,80 13,86 81,88 100,00
Perdesaan 0,15 1,13 8,47 90,24 100,00
Total 0,30 2,42 11,06 86,22 100,00
Petugas Polisi
Perkotaan 0,96 4,48 10,92 83,65 100,00
Perdesaan 0,25 3,27 12,57 83,91 100,00
Total 0,69 4,01 11,55 83,75 100,00
Petugas PLN
Perkotaan 0,07 3,07 16,83 80,03 100,00
Perdesaan 0,00 2,98 15,27 81,75 100,00
Total 0,03 3,03 16,05 80,89 100,00
Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
Perkotaan 0,20 0,27 1,87 97,66 100,00
Perdesaan 0,10 0,39 2,26 97,25 100,00
Total 0,15 0,33 2,07 97,45 100,00
Guru/Kepala Sekolah
Perkotaan 0,58 3,26 4,81 91,36 100,00
Perdesaan 0,00 0,66 3,31 96,02 100,00
Total 0,30 2,00 4,08 93,62 100,00
Petugas Lembaga Peradilan
Perkotaan 0,65 2,35 12,42 84,59 100,00
Perdesaan 0,00 0,00 6,25 93,75 100,00
Total 0,43 1,55 10,33 87,69 100,00
Petugas KUA
Perkotaan 0,00 5,29 23,19 71,52 100,00
Perdesaan 0,94 0,00 16,04 83,02 100,00
Total 0,49 2,54 19,47 77,50 100,00
Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Perkotaan 0,26 2,61 9,16 87,97 100,00
Perdesaan 0,00 3,33 9,33 87,33 100,00
Total 0,15 2,93 9,23 87,69 100,00
Petugas BPN
Perkotaan 3,35 7,53 13,65 75,47 100,00
Perdesaan 1,47 1,47 11,76 85,29 100,00
Total 2,37 4,37 12,67 80,59 100,00
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 117
Lampiran Tabel 11. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan
Publik menurut Pernah atau Tidaknya Membayar Melebihi Ketentuan menurut Jenis Kelamin, 2013
Layanan Publik Klasifikasi
Wilayah Sangat Sering
Sering Jarang Tidak
Pernah Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pengurus RT/RW
Laki-laki 0,20 3,28 11,09 85,44 100,00
Perempuan 0,35 2,66 11,50 85,49 100,00
Total 0,28 2,94 11,31 85,47 100,00
Petugas Kantor Desa/ Kelurahan dan Kecamatan
Laki-laki 0,34 2,70 11,33 85,63 100,00
Perempuan 0,26 2,19 10,85 86,70 100,00
Total 0,30 2,42 11,06 86,22 100,00
Petugas Polisi
Laki-laki 0,84 3,91 12,71 82,53 100,00
Perempuan 0,53 4,12 10,38 84,98 100,00
Total 0,69 4,01 11,55 83,75 100,00
Petugas PLN
Laki-laki 0,00 3,40 12,92 83,69 100,00
Perempuan 0,07 2,70 18,82 78,42 100,00
Total 0,03 3,03 16,05 80,89 100,00
Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
Laki-laki 0,22 0,24 2,24 97,30 100,00
Perempuan 0,09 0,40 1,95 97,56 100,00
Total 0,15 0,33 2,07 97,45 100,00
Guru/Kepala Sekolah
Laki-laki 0,12 1,72 4,25 93,91 100,00
Perempuan 0,42 2,20 3,96 93,41 100,00
Total 0,30 2,00 4,08 93,62 100,00
Petugas Lembaga Peradilan
Laki-laki 0,00 0,84 11,15 88,01 100,00
Perempuan 0,86 2,26 9,51 87,38 100,00
Total 0,43 1,55 10,33 87,69 100,00
Petugas KUA
Laki-laki 0,00 2,51 23,16 74,34 100,00
Perempuan 0,95 2,57 15,99 80,49 100,00
Total 0,49 2,54 19,47 77,50 100,00
Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Laki-laki 0,30 3,65 6,07 89,97 100,00
Perempuan 0,00 2,26 12,17 85,57 100,00
Total 0,15 2,93 9,23 87,69 100,00
Petugas BPN
Laki-laki 2,84 5,10 12,85 79,21 100,00
Perempuan 1,68 3,28 12,39 82,65 100,00
Total 2,37 4,37 12,67 80,59 100,00
LAMPIRAN
116 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Lampiran Tabel 10. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan
Publik menurut Pernah atau Tidaknya Membayar Melebihi Ketentuan menurut Klasifikasi Wilayah, 2013
Layanan Publik Klasifikasi
Wilayah Sangat Sering
Sering Jarang Tidak
Pernah Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pengurus RT/RW
Perkotaan 0,44 3,58 13,59 82,39 100,00
Perdesaan 0,10 2,21 8,73 88,97 100,00
Total 0,28 2,94 11,31 85,47 100,00
Petugas Kantor Desa/ Kelurahan dan Kecamatan
Perkotaan 0,45 3,80 13,86 81,88 100,00
Perdesaan 0,15 1,13 8,47 90,24 100,00
Total 0,30 2,42 11,06 86,22 100,00
Petugas Polisi
Perkotaan 0,96 4,48 10,92 83,65 100,00
Perdesaan 0,25 3,27 12,57 83,91 100,00
Total 0,69 4,01 11,55 83,75 100,00
Petugas PLN
Perkotaan 0,07 3,07 16,83 80,03 100,00
Perdesaan 0,00 2,98 15,27 81,75 100,00
Total 0,03 3,03 16,05 80,89 100,00
Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
Perkotaan 0,20 0,27 1,87 97,66 100,00
Perdesaan 0,10 0,39 2,26 97,25 100,00
Total 0,15 0,33 2,07 97,45 100,00
Guru/Kepala Sekolah
Perkotaan 0,58 3,26 4,81 91,36 100,00
Perdesaan 0,00 0,66 3,31 96,02 100,00
Total 0,30 2,00 4,08 93,62 100,00
Petugas Lembaga Peradilan
Perkotaan 0,65 2,35 12,42 84,59 100,00
Perdesaan 0,00 0,00 6,25 93,75 100,00
Total 0,43 1,55 10,33 87,69 100,00
Petugas KUA
Perkotaan 0,00 5,29 23,19 71,52 100,00
Perdesaan 0,94 0,00 16,04 83,02 100,00
Total 0,49 2,54 19,47 77,50 100,00
Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Perkotaan 0,26 2,61 9,16 87,97 100,00
Perdesaan 0,00 3,33 9,33 87,33 100,00
Total 0,15 2,93 9,23 87,69 100,00
Petugas BPN
Perkotaan 3,35 7,53 13,65 75,47 100,00
Perdesaan 1,47 1,47 11,76 85,29 100,00
Total 2,37 4,37 12,67 80,59 100,00
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 117
Lampiran Tabel 11. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan
Publik menurut Pernah atau Tidaknya Membayar Melebihi Ketentuan menurut Jenis Kelamin, 2013
Layanan Publik Klasifikasi
Wilayah Sangat Sering
Sering Jarang Tidak
Pernah Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pengurus RT/RW
Laki-laki 0,20 3,28 11,09 85,44 100,00
Perempuan 0,35 2,66 11,50 85,49 100,00
Total 0,28 2,94 11,31 85,47 100,00
Petugas Kantor Desa/ Kelurahan dan Kecamatan
Laki-laki 0,34 2,70 11,33 85,63 100,00
Perempuan 0,26 2,19 10,85 86,70 100,00
Total 0,30 2,42 11,06 86,22 100,00
Petugas Polisi
Laki-laki 0,84 3,91 12,71 82,53 100,00
Perempuan 0,53 4,12 10,38 84,98 100,00
Total 0,69 4,01 11,55 83,75 100,00
Petugas PLN
Laki-laki 0,00 3,40 12,92 83,69 100,00
Perempuan 0,07 2,70 18,82 78,42 100,00
Total 0,03 3,03 16,05 80,89 100,00
Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
Laki-laki 0,22 0,24 2,24 97,30 100,00
Perempuan 0,09 0,40 1,95 97,56 100,00
Total 0,15 0,33 2,07 97,45 100,00
Guru/Kepala Sekolah
Laki-laki 0,12 1,72 4,25 93,91 100,00
Perempuan 0,42 2,20 3,96 93,41 100,00
Total 0,30 2,00 4,08 93,62 100,00
Petugas Lembaga Peradilan
Laki-laki 0,00 0,84 11,15 88,01 100,00
Perempuan 0,86 2,26 9,51 87,38 100,00
Total 0,43 1,55 10,33 87,69 100,00
Petugas KUA
Laki-laki 0,00 2,51 23,16 74,34 100,00
Perempuan 0,95 2,57 15,99 80,49 100,00
Total 0,49 2,54 19,47 77,50 100,00
Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Laki-laki 0,30 3,65 6,07 89,97 100,00
Perempuan 0,00 2,26 12,17 85,57 100,00
Total 0,15 2,93 9,23 87,69 100,00
Petugas BPN
Laki-laki 2,84 5,10 12,85 79,21 100,00
Perempuan 1,68 3,28 12,39 82,65 100,00
Total 2,37 4,37 12,67 80,59 100,00
LAMPIRAN
118 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Lampiran Tabel 12. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan
Publik menurut Alasan Tidak Membayar Melebihi Ketentuan menurut Klasifikasi Wilayah, 2013
Layanan Publik
Klasifikasi Wilayah
Biaya sesuai keten-tuan
Tidak memi-
liki uang lebih
Menolak praktek
suap
Tidak ada
manfaat nya
Takut melang
gar hukum
Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Pengurus RT/RW
Perkotaan 87,83 7,23 1,75 2,43 0,75 100,00
Perdesaan 85,46 9,58 0,45 3,95 0,56 100,00
Total 86,67 8,38 1,11 3,17 0,66 100,00
Petugas Kantor Desa/ Kelurahan dan Kecamatan
Perkotaan 89,86 5,67 1,72 2,35 0,39 100,00
Perdesaan 87,84 8,55 0,84 2,43 0,34 100,00
Total 88,77 7,24 1,24 2,40 0,36 100,00
Petugas Polisi
Perkotaan 92,98 3,28 1,06 1,90 0,79 100,00
Perdesaan 90,11 6,59 1,50 1,50 0,30 100,00
Total 91,87 4,56 1,23 1,74 0,60 100,00
Petugas PLN
Perkotaan 88,54 5,20 1,89 4,09 0,29 100,00
Perdesaan 94,08 4,10 0,00 1,37 0,46 100,00
Total 91,35 4,64 0,93 2,70 0,37 100,00
Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
Perkotaan 91,88 4,70 1,06 2,06 0,31 100,00
Perdesaan 89,92 6,76 0,71 2,22 0,40 100,00
Total 90,87 5,76 0,87 2,14 0,36 100,00
Guru/Kepala Sekolah
Perkotaan 91,79 4,30 1,26 1,84 0,81 100,00
Perdesaan 90,11 8,05 0,69 0,92 0,23 100,00
Total 90,96 6,17 0,98 1,38 0,52 100,00
Petugas Lembaga Peradilan
Perkotaan 92,11 6,28 1,04 0,39 0,18 100,00
Perdesaan 93,33 0,00 6,67 0,00 0,00 100,00
Total 92,56 4,00 3,08 0,25 0,12 100,00
Petugas KUA
Perkotaan 94,56 1,32 0,26 3,85 0,00 100,00
Perdesaan 97,73 2,27 0,00 0,00 0,00 100,00
Total 96,32 1,85 0,12 1,71 0,00 100,00
Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Perkotaan 93,44 2,07 2,43 0,70 1,36 100,00
Perdesaan 90,08 6,11 0,00 3,05 0,76 100,00
Total 91,97 3,84 1,37 1,73 1,10 100,00
Petugas BPN
Perkotaan 90,90 2,59 6,52 0,00 0,00 100,00
Perdesaan 93,10 3,45 1,72 1,72 0,00 100,00
Total 92,12 3,06 3,87 0,95 0,00 100,00
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 119
Lampiran Tabel 13. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan
Publik menurut Alasan Tidak Membayar Melebihi Ketentuan menurut Jenis Kelamin, 2013
Layanan Publik
Jenis Kelamin
Biaya sesuai keten tuan
Tidak memiliki uang
lebih
Menolak praktek
suap
Tidak ada
manfaat nya
Takut melang
gar hukum
Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Pengurus RT/RW
Laki-laki 86,86 8,26 1,25 2,85 0,78 100,00
Perempuan 86,52 8,48 1,01 3,43 0,56 100,00
Total 86,67 8,38 1,11 3,17 0,66 100,00
Petugas Kantor Desa/ Kelurahan dan Kecamatan
Laki-laki 88,65 6,78 1,51 2,61 0,45 100,00
Perempuan 88,86 7,60 1,03 2,23 0,29 100,00
Total 88,77 7,24 1,24 2,40 0,36 100,00
Petugas Polisi
Laki-laki 90,85 5,36 1,59 1,38 0,83 100,00
Perempuan 92,88 3,77 0,88 2,10 0,37 100,00
Total 91,87 4,56 1,23 1,74 0,60 100,00
Petugas PLN
Laki-laki 92,14 4,31 1,36 2,20 0,00 100,00
Perempuan 90,61 4,95 0,52 3,18 0,73 100,00
Total 91,35 4,64 0,93 2,70 0,37 100,00
Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
Laki-laki 90,90 5,22 1,12 2,36 0,40 100,00
Perempuan 90,85 6,15 0,70 1,98 0,33 100,00
Total 90,87 5,76 0,87 2,14 0,36 100,00
Guru/Kepala Sekolah
Laki-laki 91,35 5,43 0,98 1,78 0,46 100,00
Perempuan 90,67 6,69 0,98 1,10 0,56 100,00
Total 90,96 6,17 0,98 1,38 0,52 100,00
Petugas Lembaga Peradilan
Laki-laki 89,62 5,56 4,82 0,00 0,00 100,00
Perempuan 95,51 2,44 1,33 0,49 0,23 100,00
Total 92,56 4,00 3,08 0,25 0,12 100,00
Petugas KUA
Laki-laki 98,41 1,26 0,00 0,33 0,00 100,00
Perempuan 94,50 2,37 0,22 2,91 0,00 100,00
Total 96,32 1,85 0,12 1,71 0,00 100,00
Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Laki-laki 92,47 4,96 1,12 0,73 0,73 100,00
Perempuan 91,48 2,74 1,61 2,71 1,46 100,00
Total 91,97 3,84 1,37 1,73 1,10 100,00
Petugas BPN
Laki-laki 90,40 4,26 5,35 0,00 0,00 100,00
Perempuan 94,57 1,36 1,77 2,31 0,00 100,00
Total 92,12 3,06 3,87 0,95 0,00 100,00
LAMPIRAN
118 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Lampiran Tabel 12. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan
Publik menurut Alasan Tidak Membayar Melebihi Ketentuan menurut Klasifikasi Wilayah, 2013
Layanan Publik
Klasifikasi Wilayah
Biaya sesuai keten-tuan
Tidak memi-
liki uang lebih
Menolak praktek
suap
Tidak ada
manfaat nya
Takut melang
gar hukum
Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Pengurus RT/RW
Perkotaan 87,83 7,23 1,75 2,43 0,75 100,00
Perdesaan 85,46 9,58 0,45 3,95 0,56 100,00
Total 86,67 8,38 1,11 3,17 0,66 100,00
Petugas Kantor Desa/ Kelurahan dan Kecamatan
Perkotaan 89,86 5,67 1,72 2,35 0,39 100,00
Perdesaan 87,84 8,55 0,84 2,43 0,34 100,00
Total 88,77 7,24 1,24 2,40 0,36 100,00
Petugas Polisi
Perkotaan 92,98 3,28 1,06 1,90 0,79 100,00
Perdesaan 90,11 6,59 1,50 1,50 0,30 100,00
Total 91,87 4,56 1,23 1,74 0,60 100,00
Petugas PLN
Perkotaan 88,54 5,20 1,89 4,09 0,29 100,00
Perdesaan 94,08 4,10 0,00 1,37 0,46 100,00
Total 91,35 4,64 0,93 2,70 0,37 100,00
Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
Perkotaan 91,88 4,70 1,06 2,06 0,31 100,00
Perdesaan 89,92 6,76 0,71 2,22 0,40 100,00
Total 90,87 5,76 0,87 2,14 0,36 100,00
Guru/Kepala Sekolah
Perkotaan 91,79 4,30 1,26 1,84 0,81 100,00
Perdesaan 90,11 8,05 0,69 0,92 0,23 100,00
Total 90,96 6,17 0,98 1,38 0,52 100,00
Petugas Lembaga Peradilan
Perkotaan 92,11 6,28 1,04 0,39 0,18 100,00
Perdesaan 93,33 0,00 6,67 0,00 0,00 100,00
Total 92,56 4,00 3,08 0,25 0,12 100,00
Petugas KUA
Perkotaan 94,56 1,32 0,26 3,85 0,00 100,00
Perdesaan 97,73 2,27 0,00 0,00 0,00 100,00
Total 96,32 1,85 0,12 1,71 0,00 100,00
Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Perkotaan 93,44 2,07 2,43 0,70 1,36 100,00
Perdesaan 90,08 6,11 0,00 3,05 0,76 100,00
Total 91,97 3,84 1,37 1,73 1,10 100,00
Petugas BPN
Perkotaan 90,90 2,59 6,52 0,00 0,00 100,00
Perdesaan 93,10 3,45 1,72 1,72 0,00 100,00
Total 92,12 3,06 3,87 0,95 0,00 100,00
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 119
Lampiran Tabel 13. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan
Publik menurut Alasan Tidak Membayar Melebihi Ketentuan menurut Jenis Kelamin, 2013
Layanan Publik
Jenis Kelamin
Biaya sesuai keten tuan
Tidak memiliki uang
lebih
Menolak praktek
suap
Tidak ada
manfaat nya
Takut melang
gar hukum
Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Pengurus RT/RW
Laki-laki 86,86 8,26 1,25 2,85 0,78 100,00
Perempuan 86,52 8,48 1,01 3,43 0,56 100,00
Total 86,67 8,38 1,11 3,17 0,66 100,00
Petugas Kantor Desa/ Kelurahan dan Kecamatan
Laki-laki 88,65 6,78 1,51 2,61 0,45 100,00
Perempuan 88,86 7,60 1,03 2,23 0,29 100,00
Total 88,77 7,24 1,24 2,40 0,36 100,00
Petugas Polisi
Laki-laki 90,85 5,36 1,59 1,38 0,83 100,00
Perempuan 92,88 3,77 0,88 2,10 0,37 100,00
Total 91,87 4,56 1,23 1,74 0,60 100,00
Petugas PLN
Laki-laki 92,14 4,31 1,36 2,20 0,00 100,00
Perempuan 90,61 4,95 0,52 3,18 0,73 100,00
Total 91,35 4,64 0,93 2,70 0,37 100,00
Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
Laki-laki 90,90 5,22 1,12 2,36 0,40 100,00
Perempuan 90,85 6,15 0,70 1,98 0,33 100,00
Total 90,87 5,76 0,87 2,14 0,36 100,00
Guru/Kepala Sekolah
Laki-laki 91,35 5,43 0,98 1,78 0,46 100,00
Perempuan 90,67 6,69 0,98 1,10 0,56 100,00
Total 90,96 6,17 0,98 1,38 0,52 100,00
Petugas Lembaga Peradilan
Laki-laki 89,62 5,56 4,82 0,00 0,00 100,00
Perempuan 95,51 2,44 1,33 0,49 0,23 100,00
Total 92,56 4,00 3,08 0,25 0,12 100,00
Petugas KUA
Laki-laki 98,41 1,26 0,00 0,33 0,00 100,00
Perempuan 94,50 2,37 0,22 2,91 0,00 100,00
Total 96,32 1,85 0,12 1,71 0,00 100,00
Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Laki-laki 92,47 4,96 1,12 0,73 0,73 100,00
Perempuan 91,48 2,74 1,61 2,71 1,46 100,00
Total 91,97 3,84 1,37 1,73 1,10 100,00
Petugas BPN
Laki-laki 90,40 4,26 5,35 0,00 0,00 100,00
Perempuan 94,57 1,36 1,77 2,31 0,00 100,00
Total 92,12 3,06 3,87 0,95 0,00 100,00
LAMPIRAN
120 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Lampiran Tabel 14. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan
Publik menurut Kapan pemberian/ permintaan dilakukan menurut Klasifikasi Wilayah, 2013
Layanan Publik
Klasifikasi Wilayah
Sebelum pelayanan
Pada saat pelayanan
Sesudah pelayanan
Sebelum dan
sesudah pelayanan
Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pengurus RT/RW
Perkotaan 24,32 20,05 54,66 0,97 100,00
Perdesaan 28,18 17,27 50,91 3,64 100,00
Total 25,69 19,06 53,32 1,92 100,00
Petugas Kantor Desa/ Kelurahan dan Kecamatan
Perkotaan 23,87 22,93 52,08 1,13 100,00
Perdesaan 34,11 12,40 52,71 0,78 100,00
Total 27,63 19,06 52,31 1,00 100,00
Petugas Polisi
Perkotaan 35,15 24,29 39,24 1,32 100,00
Perdesaan 42,19 29,69 26,56 1,56 100,00
Total 37,84 26,35 34,40 1,41 100,00
Petugas PLN
Perkotaan 19,31 13,29 65,23 2,17 100,00
Perdesaan 12,24 22,45 63,27 2,04 100,00
Total 15,92 17,69 64,29 2,11 100,00
Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
Perkotaan 38,90 20,41 34,41 6,27 100,00
Perdesaan 25,00 14,29 46,43 14,29 100,00
Total 31,16 17,00 41,11 10,74 100,00
Guru/Kepala Sekolah
Perkotaan 23,67 17,89 52,79 5,65 100,00
Perdesaan 50,00 16,67 27,78 5,56 100,00
Total 31,62 17,52 45,24 5,62 100,00
Petugas Lembaga Peradilan
Perkotaan 37,68 31,52 22,03 8,77 100,00
Perdesaan 50,00 0,00 50,00 0,00 100,00
Total 39,80 26,10 26,85 7,26 100,00
Petugas KUA
Perkotaan 46,47 21,91 31,05 0,56 100,00
Perdesaan 44,44 5,56 44,44 5,56 100,00
Total 45,68 15,50 36,31 2,52 100,00
Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Perkotaan 34,35 11,62 49,51 4,51 100,00
Perdesaan 42,11 5,26 47,37 5,26 100,00
Total 37,85 8,75 48,54 4,85 100,00
Petugas BPN
Perkotaan 46,59 11,89 24,19 17,32 100,00
Perdesaan 40,00 30,00 30,00 0,00 100,00
Total 43,99 19,05 26,49 10,48 100,00
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 121
Lampiran Tabel 15. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut Kapan pemberian/ permintaan dilakukan menurut Jenis Kelamin,
2013
Layanan Publik
Jenis Kelamin
Sebelum pelayanan
Pada saat pelayanan
Sesudah pelayanan
Sebelum dan
sesudah pelayanan
Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pengurus RT/RW
Laki-laki 28,88 18,43 50,53 2,16 100,00
Perempuan 23,04 19,59 55,64 1,72 100,00
Total 25,69 19,06 53,32 1,92 100,00
Petugas Kantor Desa/ Kelurahan dan Kecamatan
Laki-laki 23,94 19,17 55,92 0,97 100,00
Perempuan 30,86 18,96 49,16 1,02 100,00
Total 27,63 19,06 52,31 1,00 100,00
Petugas Polisi
Laki-laki 36,12 24,89 37,99 1,00 100,00
Perempuan 39,85 28,07 30,19 1,89 100,00
Total 37,84 26,35 34,40 1,41 100,00
Petugas PLN
Laki-laki 17,96 22,32 59,72 0,00 100,00
Perempuan 14,55 14,59 67,35 3,52 100,00
Total 15,92 17,69 64,29 2,11 100,00
Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
Laki-laki 27,78 19,53 44,06 8,63 100,00
Perempuan 33,87 14,97 38,73 12,43 100,00
Total 31,16 17,00 41,11 10,74 100,00
Guru/Kepala Sekolah
Laki-laki 35,16 23,93 37,25 3,66 100,00
Perempuan 29,28 13,30 50,50 6,92 100,00
Total 31,62 17,52 45,24 5,62 100,00
Petugas Lembaga Peradilan
Laki-laki 24,34 35,48 38,35 1,83 100,00
Perempuan 54,45 17,20 15,95 12,39 100,00
Total 39,80 26,10 26,85 7,26 100,00
Petugas KUA
Laki-laki 39,77 18,25 41,98 0,00 100,00
Perempuan 53,03 12,07 29,25 5,66 100,00
Total 45,68 15,50 36,31 2,52 100,00
Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Laki-laki 40,05 9,33 41,47 9,15 100,00
Perempuan 36,44 8,38 53,11 2,08 100,00
Total 37,85 8,75 48,54 4,85 100,00
Petugas BPN
Laki-laki 34,74 20,61 32,95 11,69 100,00
Perempuan 60,48 16,27 14,95 8,30 100,00
Total 43,99 19,05 26,49 10,48 100,00
LAMPIRAN
120 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Lampiran Tabel 14. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan
Publik menurut Kapan pemberian/ permintaan dilakukan menurut Klasifikasi Wilayah, 2013
Layanan Publik
Klasifikasi Wilayah
Sebelum pelayanan
Pada saat pelayanan
Sesudah pelayanan
Sebelum dan
sesudah pelayanan
Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pengurus RT/RW
Perkotaan 24,32 20,05 54,66 0,97 100,00
Perdesaan 28,18 17,27 50,91 3,64 100,00
Total 25,69 19,06 53,32 1,92 100,00
Petugas Kantor Desa/ Kelurahan dan Kecamatan
Perkotaan 23,87 22,93 52,08 1,13 100,00
Perdesaan 34,11 12,40 52,71 0,78 100,00
Total 27,63 19,06 52,31 1,00 100,00
Petugas Polisi
Perkotaan 35,15 24,29 39,24 1,32 100,00
Perdesaan 42,19 29,69 26,56 1,56 100,00
Total 37,84 26,35 34,40 1,41 100,00
Petugas PLN
Perkotaan 19,31 13,29 65,23 2,17 100,00
Perdesaan 12,24 22,45 63,27 2,04 100,00
Total 15,92 17,69 64,29 2,11 100,00
Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
Perkotaan 38,90 20,41 34,41 6,27 100,00
Perdesaan 25,00 14,29 46,43 14,29 100,00
Total 31,16 17,00 41,11 10,74 100,00
Guru/Kepala Sekolah
Perkotaan 23,67 17,89 52,79 5,65 100,00
Perdesaan 50,00 16,67 27,78 5,56 100,00
Total 31,62 17,52 45,24 5,62 100,00
Petugas Lembaga Peradilan
Perkotaan 37,68 31,52 22,03 8,77 100,00
Perdesaan 50,00 0,00 50,00 0,00 100,00
Total 39,80 26,10 26,85 7,26 100,00
Petugas KUA
Perkotaan 46,47 21,91 31,05 0,56 100,00
Perdesaan 44,44 5,56 44,44 5,56 100,00
Total 45,68 15,50 36,31 2,52 100,00
Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Perkotaan 34,35 11,62 49,51 4,51 100,00
Perdesaan 42,11 5,26 47,37 5,26 100,00
Total 37,85 8,75 48,54 4,85 100,00
Petugas BPN
Perkotaan 46,59 11,89 24,19 17,32 100,00
Perdesaan 40,00 30,00 30,00 0,00 100,00
Total 43,99 19,05 26,49 10,48 100,00
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 121
Lampiran Tabel 15. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut Kapan pemberian/ permintaan dilakukan menurut Jenis Kelamin,
2013
Layanan Publik
Jenis Kelamin
Sebelum pelayanan
Pada saat pelayanan
Sesudah pelayanan
Sebelum dan
sesudah pelayanan
Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pengurus RT/RW
Laki-laki 28,88 18,43 50,53 2,16 100,00
Perempuan 23,04 19,59 55,64 1,72 100,00
Total 25,69 19,06 53,32 1,92 100,00
Petugas Kantor Desa/ Kelurahan dan Kecamatan
Laki-laki 23,94 19,17 55,92 0,97 100,00
Perempuan 30,86 18,96 49,16 1,02 100,00
Total 27,63 19,06 52,31 1,00 100,00
Petugas Polisi
Laki-laki 36,12 24,89 37,99 1,00 100,00
Perempuan 39,85 28,07 30,19 1,89 100,00
Total 37,84 26,35 34,40 1,41 100,00
Petugas PLN
Laki-laki 17,96 22,32 59,72 0,00 100,00
Perempuan 14,55 14,59 67,35 3,52 100,00
Total 15,92 17,69 64,29 2,11 100,00
Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
Laki-laki 27,78 19,53 44,06 8,63 100,00
Perempuan 33,87 14,97 38,73 12,43 100,00
Total 31,16 17,00 41,11 10,74 100,00
Guru/Kepala Sekolah
Laki-laki 35,16 23,93 37,25 3,66 100,00
Perempuan 29,28 13,30 50,50 6,92 100,00
Total 31,62 17,52 45,24 5,62 100,00
Petugas Lembaga Peradilan
Laki-laki 24,34 35,48 38,35 1,83 100,00
Perempuan 54,45 17,20 15,95 12,39 100,00
Total 39,80 26,10 26,85 7,26 100,00
Petugas KUA
Laki-laki 39,77 18,25 41,98 0,00 100,00
Perempuan 53,03 12,07 29,25 5,66 100,00
Total 45,68 15,50 36,31 2,52 100,00
Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Laki-laki 40,05 9,33 41,47 9,15 100,00
Perempuan 36,44 8,38 53,11 2,08 100,00
Total 37,85 8,75 48,54 4,85 100,00
Petugas BPN
Laki-laki 34,74 20,61 32,95 11,69 100,00
Perempuan 60,48 16,27 14,95 8,30 100,00
Total 43,99 19,05 26,49 10,48 100,00
LAMPIRAN
122 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Lampiran Tabel 16. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut Bentuk pemberian/permintaan yang diberikan menurut Klasifikasi
Wilayah, 2013
Layanan Publik Klasifikasi
Wilayah Uang Makanan
Barang Berharga
Balas Jasa
Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pengurus RT/RW
Perkotaan 97,14 2,51 0,27 0,09 100,00
Perdesaan 95,45 4,55 0,00 0,00 100,00
Total 96,54 3,23 0,18 0,05 100,00
Petugas Kantor Desa/ Kelurahan dan Kecamatan
Perkotaan 98,34 0,38 0,64 0,64 100,00
Perdesaan 99,22 0,00 0,00 0,78 100,00
Total 98,67 0,24 0,40 0,69 100,00
Petugas Polisi
Perkotaan 97,93 1,19 0,72 0,16 100,00
Perdesaan 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00
Total 98,72 0,73 0,44 0,10 100,00
Petugas PLN
Perkotaan 92,48 5,68 1,84 0,00 100,00
Perdesaan 87,76 8,16 2,04 2,04 100,00
Total 90,21 6,87 1,94 0,98 100,00
Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
Perkotaan 96,06 3,18 0,00 0,76 100,00
Perdesaan 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00
Total 98,25 1,41 0,00 0,34 100,00
Guru/Kepala Sekolah
Perkotaan 92,80 1,45 4,28 1,46 100,00
Perdesaan 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00
Total 94,97 1,02 2,99 1,02 100,00
Petugas Lembaga Peradilan
Perkotaan 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00
Perdesaan 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00
Total 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00
Petugas KUA
Perkotaan 95,29 3,99 0,71 0,00 100,00
Perdesaan 94,44 5,56 0,00 0,00 100,00
Total 94,96 4,61 0,43 0,00 100,00
Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Perkotaan 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00
Perdesaan 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00
Total 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00
Petugas BPN
Perkotaan 98,24 0,00 1,76 0,00 100,00
Perdesaan 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00
Total 98,94 0,00 1,06 0,00 100,00
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 123
Lampiran Tabel 17. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan
Publik menurut Bentuk pemberian/permintaan yang diberikan menurut Jenis Kelamin, 2013
Layanan Publik
Jenis Kelamin
Uang Makanan Barang
Berharga Balas Jasa
Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pengurus RT/RW
Laki-laki 94,90 4,59 0,39 0,12 100,00
Perempuan 97,90 2,10 0,00 0,00 100,00
Total 96,54 3,23 0,18 0,05 100,00
Petugas Kantor Desa/ Kelurahan dan Kecamatan
Laki-laki 98,60 0,13 0,41 0,87 100,00
Perempuan 98,73 0,34 0,40 0,53 100,00
Total 98,67 0,24 0,40 0,69 100,00
Petugas Polisi
Laki-laki 97,63 1,36 0,82 0,19 100,00
Perempuan 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00
Total 98,72 0,73 0,44 0,10 100,00
Petugas PLN
Laki-laki 87,69 7,42 2,45 2,45 100,00
Perempuan 91,90 6,51 1,60 0,00 100,00
Total 90,21 6,87 1,94 0,98 100,00
Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
Laki-laki 97,24 2,76 0,00 0,00 100,00
Perempuan 99,06 0,33 0,00 0,61 100,00
Total 98,25 1,41 0,00 0,34 100,00
Guru/Kepala Sekolah
Laki-laki 94,55 0,00 2,88 2,57 100,00
Perempuan 95,26 1,68 3,06 0,00 100,00
Total 94,97 1,02 2,99 1,02 100,00
Petugas Lembaga Peradilan
Laki-laki 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00
Perempuan 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00
Total 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00
Petugas KUA
Laki-laki 91,46 7,76 0,78 0,00 100,00
Perempuan 99,31 0,69 0,00 0,00 100,00
Total 94,96 4,61 0,43 0,00 100,00
Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Laki-laki 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00
Perempuan 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00
Total 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00
Petugas BPN
Laki-laki 98,34 0,00 1,66 0,00 100,00
Perempuan 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00
Total 98,94 0,00 1,06 0,00 100,00
LAMPIRAN
122 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Lampiran Tabel 16. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut Bentuk pemberian/permintaan yang diberikan menurut Klasifikasi
Wilayah, 2013
Layanan Publik Klasifikasi
Wilayah Uang Makanan
Barang Berharga
Balas Jasa
Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pengurus RT/RW
Perkotaan 97,14 2,51 0,27 0,09 100,00
Perdesaan 95,45 4,55 0,00 0,00 100,00
Total 96,54 3,23 0,18 0,05 100,00
Petugas Kantor Desa/ Kelurahan dan Kecamatan
Perkotaan 98,34 0,38 0,64 0,64 100,00
Perdesaan 99,22 0,00 0,00 0,78 100,00
Total 98,67 0,24 0,40 0,69 100,00
Petugas Polisi
Perkotaan 97,93 1,19 0,72 0,16 100,00
Perdesaan 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00
Total 98,72 0,73 0,44 0,10 100,00
Petugas PLN
Perkotaan 92,48 5,68 1,84 0,00 100,00
Perdesaan 87,76 8,16 2,04 2,04 100,00
Total 90,21 6,87 1,94 0,98 100,00
Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
Perkotaan 96,06 3,18 0,00 0,76 100,00
Perdesaan 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00
Total 98,25 1,41 0,00 0,34 100,00
Guru/Kepala Sekolah
Perkotaan 92,80 1,45 4,28 1,46 100,00
Perdesaan 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00
Total 94,97 1,02 2,99 1,02 100,00
Petugas Lembaga Peradilan
Perkotaan 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00
Perdesaan 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00
Total 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00
Petugas KUA
Perkotaan 95,29 3,99 0,71 0,00 100,00
Perdesaan 94,44 5,56 0,00 0,00 100,00
Total 94,96 4,61 0,43 0,00 100,00
Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Perkotaan 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00
Perdesaan 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00
Total 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00
Petugas BPN
Perkotaan 98,24 0,00 1,76 0,00 100,00
Perdesaan 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00
Total 98,94 0,00 1,06 0,00 100,00
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 123
Lampiran Tabel 17. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan
Publik menurut Bentuk pemberian/permintaan yang diberikan menurut Jenis Kelamin, 2013
Layanan Publik
Jenis Kelamin
Uang Makanan Barang
Berharga Balas Jasa
Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pengurus RT/RW
Laki-laki 94,90 4,59 0,39 0,12 100,00
Perempuan 97,90 2,10 0,00 0,00 100,00
Total 96,54 3,23 0,18 0,05 100,00
Petugas Kantor Desa/ Kelurahan dan Kecamatan
Laki-laki 98,60 0,13 0,41 0,87 100,00
Perempuan 98,73 0,34 0,40 0,53 100,00
Total 98,67 0,24 0,40 0,69 100,00
Petugas Polisi
Laki-laki 97,63 1,36 0,82 0,19 100,00
Perempuan 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00
Total 98,72 0,73 0,44 0,10 100,00
Petugas PLN
Laki-laki 87,69 7,42 2,45 2,45 100,00
Perempuan 91,90 6,51 1,60 0,00 100,00
Total 90,21 6,87 1,94 0,98 100,00
Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
Laki-laki 97,24 2,76 0,00 0,00 100,00
Perempuan 99,06 0,33 0,00 0,61 100,00
Total 98,25 1,41 0,00 0,34 100,00
Guru/Kepala Sekolah
Laki-laki 94,55 0,00 2,88 2,57 100,00
Perempuan 95,26 1,68 3,06 0,00 100,00
Total 94,97 1,02 2,99 1,02 100,00
Petugas Lembaga Peradilan
Laki-laki 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00
Perempuan 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00
Total 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00
Petugas KUA
Laki-laki 91,46 7,76 0,78 0,00 100,00
Perempuan 99,31 0,69 0,00 0,00 100,00
Total 94,96 4,61 0,43 0,00 100,00
Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Laki-laki 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00
Perempuan 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00
Total 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00
Petugas BPN
Laki-laki 98,34 0,00 1,66 0,00 100,00
Perempuan 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00
Total 98,94 0,00 1,06 0,00 100,00
LAMPIRAN
124 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Lampiran Tabel 18. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan
Publik menurut Kapan pengeluaran uang/barang dilakukan menurut Klasifikasi Wilayah, 2013
Layanan Publik Klasifikasi
Wilayah
Diminta langsung
oleh petugas
Diminta oleh
pihak ketiga
Hal yang
lumrah
Tidak ada yang meminta
Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pengurus RT/RW
Perkotaan 17,73 1,00 37,79 43,48 100,00
Perdesaan 33,64 3,64 32,73 30,00 100,00
Total 23,38 1,94 35,99 38,69 100,00
Petugas Kantor Desa/ Kelurahan dan Kecamatan
Perkotaan 34,51 1,00 30,28 34,22 100,00
Perdesaan 35,66 3,88 37,98 22,48 100,00
Total 34,93 2,06 33,11 29,90 100,00
Petugas Polisi
Perkotaan 48,48 7,84 24,29 19,39 100,00
Perdesaan 59,38 6,25 23,44 10,94 100,00
Total 52,64 7,24 23,96 16,16 100,00
Petugas PLN
Perkotaan 34,85 1,26 22,41 41,48 100,00
Perdesaan 40,82 0,00 14,29 44,90 100,00
Total 37,71 0,65 18,51 43,12 100,00
Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
Perkotaan 55,07 2,61 19,05 23,27 100,00
Perdesaan 57,14 7,14 21,43 14,29 100,00
Total 56,22 5,14 20,38 18,26 100,00
Guru/Kepala Sekolah
Perkotaan 51,75 5,03 19,57 23,66 100,00
Perdesaan 55,56 5,56 22,22 16,67 100,00
Total 52,90 5,19 20,37 21,55 100,00
Petugas Lembaga Peradilan
Perkotaan 71,46 2,26 7,58 18,70 100,00
Perdesaan 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00
Total 76,37 1,87 6,28 15,48 100,00
Petugas KUA
Perkotaan 56,92 5,35 19,18 18,55 100,00
Perdesaan 44,44 22,22 16,67 16,67 100,00
Total 52,03 11,97 18,19 17,81 100,00
Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Perkotaan 52,14 3,44 11,43 32,98 100,00
Perdesaan 57,89 5,26 5,26 31,58 100,00
Total 54,74 4,26 8,65 32,35 100,00
Petugas BPN
Perkotaan 66,88 3,46 19,45 10,22 100,00
Perdesaan 50,00 20,00 10,00 20,00 100,00
Total 60,21 9,99 15,71 14,09 100,00
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 125
Lampiran Tabel 19. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan
Publik menurut Kapan Pengeluaran Uang/Barang Dilakukan menurut Jenis Kelamin, 2013
Layanan Publik Jenis
Kelamin
Diminta langsung
oleh petugas
Diminta oleh
pihak ketiga
Hal yang
lumrah
Tidak ada yang meminta
Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pengurus RT/RW
Laki-laki 26,01 1,49 35,97 36,52 100,00
Perempuan 21,20 2,31 36,00 40,49 100,00
Total 23,38 1,94 35,99 38,69 100,00
Petugas Kantor Desa/ Kelurahan dan Kecamatan
Laki-laki 33,49 1,15 36,23 29,13 100,00
Perempuan 36,19 2,85 30,39 30,58 100,00
Total 34,93 2,06 33,11 29,90 100,00
Petugas Polisi
Laki-laki 49,16 9,20 24,99 16,66 100,00
Perempuan 56,72 4,94 22,76 15,58 100,00
Total 52,64 7,24 23,96 16,16 100,00
Petugas PLN
Laki-laki 35,95 1,63 19,28 43,14 100,00
Perempuan 38,90 0,00 18,00 43,11 100,00
Total 37,71 0,65 18,51 43,12 100,00
Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
Laki-laki 62,94 7,07 17,20 12,79 100,00
Perempuan 50,83 3,59 22,93 22,65 100,00
Total 56,22 5,14 20,38 18,26 100,00
Guru/Kepala Sekolah
Laki-laki 64,55 2,57 20,92 11,96 100,00
Perempuan 45,22 6,92 20,00 27,87 100,00
Total 52,90 5,19 20,37 21,55 100,00
Petugas Lembaga Peradilan
Laki-laki 93,61 0,00 2,12 4,26 100,00
Perempuan 60,04 3,64 10,21 26,10 100,00
Total 76,37 1,87 6,28 15,48 100,00
Petugas KUA
Laki-laki 59,58 6,10 14,87 19,45 100,00
Perempuan 42,63 19,27 22,32 15,78 100,00
Total 52,03 11,97 18,19 17,81 100,00
Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Laki-laki 52,45 8,49 6,55 32,50 100,00
Perempuan 56,22 1,54 10,00 32,25 100,00
Total 54,74 4,26 8,65 32,35 100,00
Petugas BPN
Laki-laki 62,74 3,26 17,92 16,09 100,00
Perempuan 55,69 22,00 11,78 10,52 100,00
Total 60,21 9,99 15,71 14,09 100,00
LAMPIRAN
124 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Lampiran Tabel 18. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan
Publik menurut Kapan pengeluaran uang/barang dilakukan menurut Klasifikasi Wilayah, 2013
Layanan Publik Klasifikasi
Wilayah
Diminta langsung
oleh petugas
Diminta oleh
pihak ketiga
Hal yang
lumrah
Tidak ada yang meminta
Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pengurus RT/RW
Perkotaan 17,73 1,00 37,79 43,48 100,00
Perdesaan 33,64 3,64 32,73 30,00 100,00
Total 23,38 1,94 35,99 38,69 100,00
Petugas Kantor Desa/ Kelurahan dan Kecamatan
Perkotaan 34,51 1,00 30,28 34,22 100,00
Perdesaan 35,66 3,88 37,98 22,48 100,00
Total 34,93 2,06 33,11 29,90 100,00
Petugas Polisi
Perkotaan 48,48 7,84 24,29 19,39 100,00
Perdesaan 59,38 6,25 23,44 10,94 100,00
Total 52,64 7,24 23,96 16,16 100,00
Petugas PLN
Perkotaan 34,85 1,26 22,41 41,48 100,00
Perdesaan 40,82 0,00 14,29 44,90 100,00
Total 37,71 0,65 18,51 43,12 100,00
Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
Perkotaan 55,07 2,61 19,05 23,27 100,00
Perdesaan 57,14 7,14 21,43 14,29 100,00
Total 56,22 5,14 20,38 18,26 100,00
Guru/Kepala Sekolah
Perkotaan 51,75 5,03 19,57 23,66 100,00
Perdesaan 55,56 5,56 22,22 16,67 100,00
Total 52,90 5,19 20,37 21,55 100,00
Petugas Lembaga Peradilan
Perkotaan 71,46 2,26 7,58 18,70 100,00
Perdesaan 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00
Total 76,37 1,87 6,28 15,48 100,00
Petugas KUA
Perkotaan 56,92 5,35 19,18 18,55 100,00
Perdesaan 44,44 22,22 16,67 16,67 100,00
Total 52,03 11,97 18,19 17,81 100,00
Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Perkotaan 52,14 3,44 11,43 32,98 100,00
Perdesaan 57,89 5,26 5,26 31,58 100,00
Total 54,74 4,26 8,65 32,35 100,00
Petugas BPN
Perkotaan 66,88 3,46 19,45 10,22 100,00
Perdesaan 50,00 20,00 10,00 20,00 100,00
Total 60,21 9,99 15,71 14,09 100,00
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 125
Lampiran Tabel 19. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan
Publik menurut Kapan Pengeluaran Uang/Barang Dilakukan menurut Jenis Kelamin, 2013
Layanan Publik Jenis
Kelamin
Diminta langsung
oleh petugas
Diminta oleh
pihak ketiga
Hal yang
lumrah
Tidak ada yang meminta
Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pengurus RT/RW
Laki-laki 26,01 1,49 35,97 36,52 100,00
Perempuan 21,20 2,31 36,00 40,49 100,00
Total 23,38 1,94 35,99 38,69 100,00
Petugas Kantor Desa/ Kelurahan dan Kecamatan
Laki-laki 33,49 1,15 36,23 29,13 100,00
Perempuan 36,19 2,85 30,39 30,58 100,00
Total 34,93 2,06 33,11 29,90 100,00
Petugas Polisi
Laki-laki 49,16 9,20 24,99 16,66 100,00
Perempuan 56,72 4,94 22,76 15,58 100,00
Total 52,64 7,24 23,96 16,16 100,00
Petugas PLN
Laki-laki 35,95 1,63 19,28 43,14 100,00
Perempuan 38,90 0,00 18,00 43,11 100,00
Total 37,71 0,65 18,51 43,12 100,00
Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
Laki-laki 62,94 7,07 17,20 12,79 100,00
Perempuan 50,83 3,59 22,93 22,65 100,00
Total 56,22 5,14 20,38 18,26 100,00
Guru/Kepala Sekolah
Laki-laki 64,55 2,57 20,92 11,96 100,00
Perempuan 45,22 6,92 20,00 27,87 100,00
Total 52,90 5,19 20,37 21,55 100,00
Petugas Lembaga Peradilan
Laki-laki 93,61 0,00 2,12 4,26 100,00
Perempuan 60,04 3,64 10,21 26,10 100,00
Total 76,37 1,87 6,28 15,48 100,00
Petugas KUA
Laki-laki 59,58 6,10 14,87 19,45 100,00
Perempuan 42,63 19,27 22,32 15,78 100,00
Total 52,03 11,97 18,19 17,81 100,00
Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Laki-laki 52,45 8,49 6,55 32,50 100,00
Perempuan 56,22 1,54 10,00 32,25 100,00
Total 54,74 4,26 8,65 32,35 100,00
Petugas BPN
Laki-laki 62,74 3,26 17,92 16,09 100,00
Perempuan 55,69 22,00 11,78 10,52 100,00
Total 60,21 9,99 15,71 14,09 100,00
LAMPIRAN
126 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Lampiran Tabel 20. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan
Publik menurut Tanggapan Ketika Dimintai Tidak Sesuai Ketentuan menurut Klasifikasi Wilayah, 2013
Layanan Publik
Klasifikasi Wilayah
Tidak keberatan
Agak keberatan
Keberatan Sangat
keberatan Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pengurus RT/RW
Perkotaan 58,88 22,31 12,43 6,38 100,00
Perdesaan 60,98 24,39 9,76 4,88 100,00
Total 59,98 23,40 11,03 5,59 100,00
Petugas Kantor Desa/ Kelurahan dan Kecamatan
Perkotaan 61,24 21,08 13,45 4,23 100,00
Perdesaan 64,71 27,45 1,96 5,88 100,00
Total 62,60 23,58 8,94 4,88 100,00
Petugas Polisi
Perkotaan 39,80 29,31 19,39 11,51 100,00
Perdesaan 52,38 30,95 11,90 4,76 100,00
Total 45,06 30,00 16,26 8,69 100,00
Petugas PLN
Perkotaan 59,40 21,23 10,02 9,35 100,00
Perdesaan 55,00 25,00 10,00 10,00 100,00
Total 57,15 23,16 10,01 9,68 100,00
Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
Perkotaan 52,16 30,95 10,60 6,29 100,00
Perdesaan 16,67 72,22 5,56 5,56 100,00
Total 31,44 55,04 7,65 5,86 100,00
Guru/Kepala Sekolah
Perkotaan 34,80 34,31 26,38 4,51 100,00
Perdesaan 63,64 18,18 18,18 0,00 100,00
Total 43,96 29,19 23,78 3,08 100,00
Petugas Lembaga Peradilan
Perkotaan 48,58 12,21 20,78 18,43 100,00
Perdesaan 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00
Total 59,89 9,53 16,21 14,37 100,00
Petugas KUA
Perkotaan 61,79 18,85 14,95 4,42 100,00
Perdesaan 83,33 8,33 0,00 8,33 100,00
Total 70,59 14,55 8,84 6,02 100,00
Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Perkotaan 67,80 6,15 15,61 10,44 100,00
Perdesaan 50,00 33,33 16,67 0,00 100,00
Total 59,19 19,29 16,12 5,39 100,00
Petugas BPN
Perkotaan 23,46 33,95 20,79 21,79 100,00
Perdesaan 42,86 28,57 28,57 0,00 100,00
Total 31,10 31,83 23,86 13,21 100,00
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 127
Lampiran Tabel 21. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut Tanggapan Ketika Dimintai Tidak Sesuai Ketentuan menurut Jenis
Kelamin, 2013
Layanan Publik
Jenis Kelamin
Tidak keberatan
Agak keberatan
Keberatan Sangat
keberatan Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pengurus RT/RW
Laki-laki 54,50 26,72 13,28 5,50 100,00
Perempuan 65,31 20,17 8,84 5,68 100,00
Total 59,98 23,40 11,03 5,59 100,00
Petugas Kantor Desa/ Kelurahan dan Kecamatan
Laki-laki 58,49 23,97 11,88 5,66 100,00
Perempuan 65,79 23,28 6,65 4,28 100,00
Total 62,60 23,58 8,94 4,88 100,00
Petugas Polisi
Laki-laki 36,11 32,08 19,73 12,08 100,00
Perempuan 55,00 27,69 12,40 4,92 100,00
Total 45,06 30,00 16,26 8,69 100,00
Petugas PLN
Laki-laki 54,17 16,49 14,01 15,32 100,00
Perempuan 59,08 27,47 7,42 6,04 100,00
Total 57,15 23,16 10,01 9,68 100,00
Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
Laki-laki 28,72 47,88 13,79 9,61 100,00
Perempuan 34,26 62,44 1,31 1,99 100,00
Total 31,44 55,04 7,65 5,86 100,00
Guru/Kepala Sekolah
Laki-laki 30,81 38,60 28,57 2,02 100,00
Perempuan 55,12 21,20 19,71 3,98 100,00
Total 43,96 29,19 23,78 3,08 100,00
Petugas Lembaga Peradilan
Laki-laki 55,26 7,56 27,85 9,33 100,00
Perempuan 66,35 12,27 0,00 21,39 100,00
Total 59,89 9,53 16,21 14,37 100,00
Petugas KUA
Laki-laki 66,10 19,94 11,10 2,86 100,00
Perempuan 76,53 7,43 5,86 10,18 100,00
Total 70,59 14,55 8,84 6,02 100,00
Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Laki-laki 62,79 17,78 18,13 1,30 100,00
Perempuan 56,74 20,32 14,76 8,18 100,00
Total 59,19 19,29 16,12 5,39 100,00
Petugas BPN
Laki-laki 36,08 30,02 11,98 21,92 100,00
Perempuan 23,56 34,58 41,86 0,00 100,00
Total 31,10 31,83 23,86 13,21 100,00
LAMPIRAN
126 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Lampiran Tabel 20. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan
Publik menurut Tanggapan Ketika Dimintai Tidak Sesuai Ketentuan menurut Klasifikasi Wilayah, 2013
Layanan Publik
Klasifikasi Wilayah
Tidak keberatan
Agak keberatan
Keberatan Sangat
keberatan Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pengurus RT/RW
Perkotaan 58,88 22,31 12,43 6,38 100,00
Perdesaan 60,98 24,39 9,76 4,88 100,00
Total 59,98 23,40 11,03 5,59 100,00
Petugas Kantor Desa/ Kelurahan dan Kecamatan
Perkotaan 61,24 21,08 13,45 4,23 100,00
Perdesaan 64,71 27,45 1,96 5,88 100,00
Total 62,60 23,58 8,94 4,88 100,00
Petugas Polisi
Perkotaan 39,80 29,31 19,39 11,51 100,00
Perdesaan 52,38 30,95 11,90 4,76 100,00
Total 45,06 30,00 16,26 8,69 100,00
Petugas PLN
Perkotaan 59,40 21,23 10,02 9,35 100,00
Perdesaan 55,00 25,00 10,00 10,00 100,00
Total 57,15 23,16 10,01 9,68 100,00
Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
Perkotaan 52,16 30,95 10,60 6,29 100,00
Perdesaan 16,67 72,22 5,56 5,56 100,00
Total 31,44 55,04 7,65 5,86 100,00
Guru/Kepala Sekolah
Perkotaan 34,80 34,31 26,38 4,51 100,00
Perdesaan 63,64 18,18 18,18 0,00 100,00
Total 43,96 29,19 23,78 3,08 100,00
Petugas Lembaga Peradilan
Perkotaan 48,58 12,21 20,78 18,43 100,00
Perdesaan 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00
Total 59,89 9,53 16,21 14,37 100,00
Petugas KUA
Perkotaan 61,79 18,85 14,95 4,42 100,00
Perdesaan 83,33 8,33 0,00 8,33 100,00
Total 70,59 14,55 8,84 6,02 100,00
Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Perkotaan 67,80 6,15 15,61 10,44 100,00
Perdesaan 50,00 33,33 16,67 0,00 100,00
Total 59,19 19,29 16,12 5,39 100,00
Petugas BPN
Perkotaan 23,46 33,95 20,79 21,79 100,00
Perdesaan 42,86 28,57 28,57 0,00 100,00
Total 31,10 31,83 23,86 13,21 100,00
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 127
Lampiran Tabel 21. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan Publik menurut Tanggapan Ketika Dimintai Tidak Sesuai Ketentuan menurut Jenis
Kelamin, 2013
Layanan Publik
Jenis Kelamin
Tidak keberatan
Agak keberatan
Keberatan Sangat
keberatan Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pengurus RT/RW
Laki-laki 54,50 26,72 13,28 5,50 100,00
Perempuan 65,31 20,17 8,84 5,68 100,00
Total 59,98 23,40 11,03 5,59 100,00
Petugas Kantor Desa/ Kelurahan dan Kecamatan
Laki-laki 58,49 23,97 11,88 5,66 100,00
Perempuan 65,79 23,28 6,65 4,28 100,00
Total 62,60 23,58 8,94 4,88 100,00
Petugas Polisi
Laki-laki 36,11 32,08 19,73 12,08 100,00
Perempuan 55,00 27,69 12,40 4,92 100,00
Total 45,06 30,00 16,26 8,69 100,00
Petugas PLN
Laki-laki 54,17 16,49 14,01 15,32 100,00
Perempuan 59,08 27,47 7,42 6,04 100,00
Total 57,15 23,16 10,01 9,68 100,00
Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
Laki-laki 28,72 47,88 13,79 9,61 100,00
Perempuan 34,26 62,44 1,31 1,99 100,00
Total 31,44 55,04 7,65 5,86 100,00
Guru/Kepala Sekolah
Laki-laki 30,81 38,60 28,57 2,02 100,00
Perempuan 55,12 21,20 19,71 3,98 100,00
Total 43,96 29,19 23,78 3,08 100,00
Petugas Lembaga Peradilan
Laki-laki 55,26 7,56 27,85 9,33 100,00
Perempuan 66,35 12,27 0,00 21,39 100,00
Total 59,89 9,53 16,21 14,37 100,00
Petugas KUA
Laki-laki 66,10 19,94 11,10 2,86 100,00
Perempuan 76,53 7,43 5,86 10,18 100,00
Total 70,59 14,55 8,84 6,02 100,00
Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Laki-laki 62,79 17,78 18,13 1,30 100,00
Perempuan 56,74 20,32 14,76 8,18 100,00
Total 59,19 19,29 16,12 5,39 100,00
Petugas BPN
Laki-laki 36,08 30,02 11,98 21,92 100,00
Perempuan 23,56 34,58 41,86 0,00 100,00
Total 31,10 31,83 23,86 13,21 100,00
LAMPIRAN
128 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Lampiran Tabel 22. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan
Publik dan Pernah Membayar Melebihi Ketentuan menurut menurut Klasifikasi Wilayah dan Tujuan, 2013
Layanan Publik
Klasifikasi Wilayah
Mempercepat proses
pengurusan
Mendapatkan pelayanan yang lebih
baik
Demi menjaga
hubungan baik
Sebagai tanda
terima kasih
Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pengurus RT/RW
Perkotaan 35,98 5,45 7,06 51,51 100,00
Perdesaan 37,27 14,55 10,00 38,18 100,00
Total 36,44 8,68 8,10 46,77 100,00
Petugas Kantor Desa/ Kelurahan dan Kecamatan
Perkotaan 43,07 9,06 5,50 42,37 100,00
Perdesaan 52,71 14,73 2,33 30,23 100,00
Total 46,62 11,14 4,33 37,91 100,00
Petugas Polisi
Perkotaan 64,91 12,02 3,31 19,76 100,00
Perdesaan 75,00 12,50 1,56 10,94 100,00
Total 68,76 12,21 2,64 16,39 100,00
Petugas PLN
Perkotaan 37,96 14,26 4,09 43,69 100,00
Perdesaan 32,65 18,37 4,08 44,90 100,00
Total 35,41 16,24 4,08 44,27 100,00
Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
Perkotaan 42,05 40,43 2,69 14,83 100,00
Perdesaan 46,43 32,14 0,00 21,43 100,00
Total 44,49 35,81 1,19 18,51 100,00
Guru/Kepala Sekolah
Perkotaan 27,53 22,82 11,15 38,50 100,00
Perdesaan 61,11 5,56 11,11 22,22 100,00
Total 37,67 17,61 11,14 33,59 100,00
Petugas Lembaga Peradilan
Perkotaan 65,29 11,59 8,18 14,93 100,00
Perdesaan 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00
Total 71,27 9,60 6,78 12,36 100,00
Petugas KUA
Perkotaan 50,54 17,70 3,83 27,93 100,00
Perdesaan 11,11 38,89 16,67 33,33 100,00
Total 35,07 26,02 8,86 30,05 100,00
Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Perkotaan 69,32 12,16 2,21 16,30 100,00
Perdesaan 89,47 0,00 0,00 10,53 100,00
Total 78,43 6,67 1,21 13,69 100,00
Petugas BPN
Perkotaan 77,78 7,70 0,00 14,52 100,00
Perdesaan 80,00 10,00 10,00 0,00 100,00
Total 78,66 8,61 3,95 8,78 100,00
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 129
Lampiran Tabel 23. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan
Publik dan Pernah Membayar Melebihi Ketentuan menurut menurut Jenis Kelamin dan Tujuan, 2013
Layanan Publik Jenis
Kelamin
Mempercepat proses
pengurusan
Mendapatkan pelayanan yang lebih
baik
Demi menjaga
hubungan baik
Sebagai tanda
terima kasih
Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pengurus RT/RW
Laki-laki 37,29 8,87 5,92 47,92 100,00
Perempuan 35,73 8,53 9,92 45,82 100,00
Total 36,44 8,68 8,10 46,77 100,00
Petugas Kantor Desa/ Kelurahan dan Kecamatan
Laki-laki 44,17 11,16 3,66 41,01 100,00
Perempuan 48,76 11,13 4,91 35,20 100,00
Total 46,62 11,14 4,33 37,91 100,00
Petugas Polisi
Laki-laki 67,65 10,98 4,15 17,21 100,00
Perempuan 70,06 13,64 0,87 15,43 100,00
Total 68,76 12,21 2,64 16,39 100,00
Petugas PLN
Laki-laki 42,22 16,62 4,49 36,67 100,00
Perempuan 30,85 15,98 3,82 49,35 100,00
Total 35,41 16,24 4,08 44,27 100,00
Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
Laki-laki 52,46 30,75 2,67 14,11 100,00
Perempuan 38,09 39,87 0,00 22,04 100,00
Total 44,49 35,81 1,19 18,51 100,00
Guru/Kepala Sekolah
Laki-laki 49,09 13,79 5,87 31,25 100,00
Perempuan 30,14 20,12 14,62 35,13 100,00
Total 37,67 17,61 11,14 33,59 100,00
Petugas Lembaga Peradilan
Laki-laki 78,24 13,62 5,38 2,76 100,00
Perempuan 64,66 5,78 8,10 21,46 100,00
Total 71,27 9,60 6,78 12,36 100,00
Petugas KUA
Laki-laki 34,22 23,21 11,59 30,97 100,00
Perempuan 36,13 29,50 5,47 28,90 100,00
Total 35,07 26,02 8,86 30,05 100,00
Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Laki-laki 76,94 14,23 0,00 8,83 100,00
Perempuan 79,38 1,78 2,00 16,84 100,00
Total 78,43 6,67 1,21 13,69 100,00
Petugas BPN
Laki-laki 76,24 13,43 6,17 4,16 100,00
Perempuan 82,96 0,00 0,00 17,04 100,00
Total 78,66 8,61 3,95 8,78 100,00
LAMPIRAN
128 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Lampiran Tabel 22. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan
Publik dan Pernah Membayar Melebihi Ketentuan menurut menurut Klasifikasi Wilayah dan Tujuan, 2013
Layanan Publik
Klasifikasi Wilayah
Mempercepat proses
pengurusan
Mendapatkan pelayanan yang lebih
baik
Demi menjaga
hubungan baik
Sebagai tanda
terima kasih
Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pengurus RT/RW
Perkotaan 35,98 5,45 7,06 51,51 100,00
Perdesaan 37,27 14,55 10,00 38,18 100,00
Total 36,44 8,68 8,10 46,77 100,00
Petugas Kantor Desa/ Kelurahan dan Kecamatan
Perkotaan 43,07 9,06 5,50 42,37 100,00
Perdesaan 52,71 14,73 2,33 30,23 100,00
Total 46,62 11,14 4,33 37,91 100,00
Petugas Polisi
Perkotaan 64,91 12,02 3,31 19,76 100,00
Perdesaan 75,00 12,50 1,56 10,94 100,00
Total 68,76 12,21 2,64 16,39 100,00
Petugas PLN
Perkotaan 37,96 14,26 4,09 43,69 100,00
Perdesaan 32,65 18,37 4,08 44,90 100,00
Total 35,41 16,24 4,08 44,27 100,00
Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
Perkotaan 42,05 40,43 2,69 14,83 100,00
Perdesaan 46,43 32,14 0,00 21,43 100,00
Total 44,49 35,81 1,19 18,51 100,00
Guru/Kepala Sekolah
Perkotaan 27,53 22,82 11,15 38,50 100,00
Perdesaan 61,11 5,56 11,11 22,22 100,00
Total 37,67 17,61 11,14 33,59 100,00
Petugas Lembaga Peradilan
Perkotaan 65,29 11,59 8,18 14,93 100,00
Perdesaan 100,00 0,00 0,00 0,00 100,00
Total 71,27 9,60 6,78 12,36 100,00
Petugas KUA
Perkotaan 50,54 17,70 3,83 27,93 100,00
Perdesaan 11,11 38,89 16,67 33,33 100,00
Total 35,07 26,02 8,86 30,05 100,00
Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Perkotaan 69,32 12,16 2,21 16,30 100,00
Perdesaan 89,47 0,00 0,00 10,53 100,00
Total 78,43 6,67 1,21 13,69 100,00
Petugas BPN
Perkotaan 77,78 7,70 0,00 14,52 100,00
Perdesaan 80,00 10,00 10,00 0,00 100,00
Total 78,66 8,61 3,95 8,78 100,00
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 129
Lampiran Tabel 23. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan
Publik dan Pernah Membayar Melebihi Ketentuan menurut menurut Jenis Kelamin dan Tujuan, 2013
Layanan Publik Jenis
Kelamin
Mempercepat proses
pengurusan
Mendapatkan pelayanan yang lebih
baik
Demi menjaga
hubungan baik
Sebagai tanda
terima kasih
Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Pengurus RT/RW
Laki-laki 37,29 8,87 5,92 47,92 100,00
Perempuan 35,73 8,53 9,92 45,82 100,00
Total 36,44 8,68 8,10 46,77 100,00
Petugas Kantor Desa/ Kelurahan dan Kecamatan
Laki-laki 44,17 11,16 3,66 41,01 100,00
Perempuan 48,76 11,13 4,91 35,20 100,00
Total 46,62 11,14 4,33 37,91 100,00
Petugas Polisi
Laki-laki 67,65 10,98 4,15 17,21 100,00
Perempuan 70,06 13,64 0,87 15,43 100,00
Total 68,76 12,21 2,64 16,39 100,00
Petugas PLN
Laki-laki 42,22 16,62 4,49 36,67 100,00
Perempuan 30,85 15,98 3,82 49,35 100,00
Total 35,41 16,24 4,08 44,27 100,00
Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
Laki-laki 52,46 30,75 2,67 14,11 100,00
Perempuan 38,09 39,87 0,00 22,04 100,00
Total 44,49 35,81 1,19 18,51 100,00
Guru/Kepala Sekolah
Laki-laki 49,09 13,79 5,87 31,25 100,00
Perempuan 30,14 20,12 14,62 35,13 100,00
Total 37,67 17,61 11,14 33,59 100,00
Petugas Lembaga Peradilan
Laki-laki 78,24 13,62 5,38 2,76 100,00
Perempuan 64,66 5,78 8,10 21,46 100,00
Total 71,27 9,60 6,78 12,36 100,00
Petugas KUA
Laki-laki 34,22 23,21 11,59 30,97 100,00
Perempuan 36,13 29,50 5,47 28,90 100,00
Total 35,07 26,02 8,86 30,05 100,00
Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Laki-laki 76,94 14,23 0,00 8,83 100,00
Perempuan 79,38 1,78 2,00 16,84 100,00
Total 78,43 6,67 1,21 13,69 100,00
Petugas BPN
Laki-laki 76,24 13,43 6,17 4,16 100,00
Perempuan 82,96 0,00 0,00 17,04 100,00
Total 78,66 8,61 3,95 8,78 100,00
LAMPIRAN
130 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Lampiran Tabel 24. Persentase Masyarakat yang Membayar Melebihi Ketentuan menurut
Melaporkan dan Tidak Melaporkan menurut Klasifikasi Wilayah, 2013
Layanan Publik Klasifikasi
Wilayah Ya Tidak Total
(1) (2) (3) (4) (5)
Pengurus RT/RW
Perkotaan 0,54 99,46 100,00
Perdesaan 0,00 100,00 100,00
Total 0,34 99,66 100,00
Petugas Kantor Desa/ Kelurahan dan Kecamatan
Perkotaan 1,03 98,97 100,00
Perdesaan 1,55 98,45 100,00
Total 1,22 98,78 100,00
Petugas Polisi
Perkotaan 0,78 99,22 100,00
Perdesaan 1,56 98,44 100,00
Total 1,08 98,92 100,00
Petugas PLN
Perkotaan 0,00 100,00 100,00
Perdesaan 0,00 100,00 100,00
Total 0,00 100,00 100,00
Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
Perkotaan 0,46 99,54 100,00
Perdesaan 3,57 96,43 100,00
Total 2,19 97,81 100,00
Guru/Kepala Sekolah
Perkotaan 2,52 97,48 100,00
Perdesaan 0,00 100,00 100,00
Total 1,76 98,24 100,00
Petugas Lembaga Peradilan
Perkotaan 5,02 94,98 100,00
Perdesaan 0,00 100,00 100,00
Total 4,16 95,84 100,00
Petugas KUA
Perkotaan 0,00 100,00 100,00
Perdesaan 5,56 94,44 100,00
Total 2,18 97,82 100,00
Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Perkotaan 0,00 100,00 100,00
Perdesaan 0,00 100,00 100,00
Total 0,00 100,00 100,00
Petugas BPN
Perkotaan 0,00 100,00 100,00
Perdesaan 0,00 100,00 100,00
Total 0,00 100,00 100,00
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 131
Lampiran Tabel 25. Persentase Masyarakat yang Membayar Melebihi Ketentuan menurut
Melaporkan dan Tidak Melaporkan menurut Jenis Kelamin, 2013
Layanan Publik Jenis
Kelamin Ya Tidak Total
(1) (2) (3) (4) (5)
Pengurus RT/RW
Laki-laki 0,60 99,40 100,00
Perempuan 0,13 99,87 100,00
Total 0,34 99,66 100,00
Petugas Kantor Desa/ Kelurahan dan Kecamatan
Laki-laki 1,41 98,59 100,00
Perempuan 1,06 98,94 100,00
Total 1,22 98,78 100,00
Petugas Polisi
Laki-laki 0,21 99,79 100,00
Perempuan 2,09 97,91 100,00
Total 1,08 98,92 100,00
Petugas PLN
Laki-laki 0,00 100,00 100,00
Perempuan 0,00 100,00 100,00
Total 0,00 100,00 100,00
Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
Laki-laki 0,46 99,54 100,00
Perempuan 3,59 96,41 100,00
Total 2,19 97,81 100,00
Guru/Kepala Sekolah
Laki-laki 3,27 96,73 100,00
Perempuan 0,77 99,23 100,00
Total 1,76 98,24 100,00
Petugas Lembaga Peradilan
Laki-laki 0,00 100,00 100,00
Perempuan 8,10 91,90 100,00
Total 4,16 95,84 100,00
Petugas KUA
Laki-laki 3,93 96,07 100,00
Perempuan 0,00 100,00 100,00
Total 2,18 97,82 100,00
Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Laki-laki 0,00 100,00 100,00
Perempuan 0,00 100,00 100,00
Total 0,00 100,00 100,00
Petugas BPN
Laki-laki 0,00 100,00 100,00
Perempuan 0,00 100,00 100,00
Total 0,00 100,00 100,00
LAMPIRAN
130 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Lampiran Tabel 24. Persentase Masyarakat yang Membayar Melebihi Ketentuan menurut
Melaporkan dan Tidak Melaporkan menurut Klasifikasi Wilayah, 2013
Layanan Publik Klasifikasi
Wilayah Ya Tidak Total
(1) (2) (3) (4) (5)
Pengurus RT/RW
Perkotaan 0,54 99,46 100,00
Perdesaan 0,00 100,00 100,00
Total 0,34 99,66 100,00
Petugas Kantor Desa/ Kelurahan dan Kecamatan
Perkotaan 1,03 98,97 100,00
Perdesaan 1,55 98,45 100,00
Total 1,22 98,78 100,00
Petugas Polisi
Perkotaan 0,78 99,22 100,00
Perdesaan 1,56 98,44 100,00
Total 1,08 98,92 100,00
Petugas PLN
Perkotaan 0,00 100,00 100,00
Perdesaan 0,00 100,00 100,00
Total 0,00 100,00 100,00
Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
Perkotaan 0,46 99,54 100,00
Perdesaan 3,57 96,43 100,00
Total 2,19 97,81 100,00
Guru/Kepala Sekolah
Perkotaan 2,52 97,48 100,00
Perdesaan 0,00 100,00 100,00
Total 1,76 98,24 100,00
Petugas Lembaga Peradilan
Perkotaan 5,02 94,98 100,00
Perdesaan 0,00 100,00 100,00
Total 4,16 95,84 100,00
Petugas KUA
Perkotaan 0,00 100,00 100,00
Perdesaan 5,56 94,44 100,00
Total 2,18 97,82 100,00
Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Perkotaan 0,00 100,00 100,00
Perdesaan 0,00 100,00 100,00
Total 0,00 100,00 100,00
Petugas BPN
Perkotaan 0,00 100,00 100,00
Perdesaan 0,00 100,00 100,00
Total 0,00 100,00 100,00
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 131
Lampiran Tabel 25. Persentase Masyarakat yang Membayar Melebihi Ketentuan menurut
Melaporkan dan Tidak Melaporkan menurut Jenis Kelamin, 2013
Layanan Publik Jenis
Kelamin Ya Tidak Total
(1) (2) (3) (4) (5)
Pengurus RT/RW
Laki-laki 0,60 99,40 100,00
Perempuan 0,13 99,87 100,00
Total 0,34 99,66 100,00
Petugas Kantor Desa/ Kelurahan dan Kecamatan
Laki-laki 1,41 98,59 100,00
Perempuan 1,06 98,94 100,00
Total 1,22 98,78 100,00
Petugas Polisi
Laki-laki 0,21 99,79 100,00
Perempuan 2,09 97,91 100,00
Total 1,08 98,92 100,00
Petugas PLN
Laki-laki 0,00 100,00 100,00
Perempuan 0,00 100,00 100,00
Total 0,00 100,00 100,00
Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
Laki-laki 0,46 99,54 100,00
Perempuan 3,59 96,41 100,00
Total 2,19 97,81 100,00
Guru/Kepala Sekolah
Laki-laki 3,27 96,73 100,00
Perempuan 0,77 99,23 100,00
Total 1,76 98,24 100,00
Petugas Lembaga Peradilan
Laki-laki 0,00 100,00 100,00
Perempuan 8,10 91,90 100,00
Total 4,16 95,84 100,00
Petugas KUA
Laki-laki 3,93 96,07 100,00
Perempuan 0,00 100,00 100,00
Total 2,18 97,82 100,00
Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Laki-laki 0,00 100,00 100,00
Perempuan 0,00 100,00 100,00
Total 0,00 100,00 100,00
Petugas BPN
Laki-laki 0,00 100,00 100,00
Perempuan 0,00 100,00 100,00
Total 0,00 100,00 100,00
LAMPIRAN
132 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Lampiran Tabel 26. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan
Publik menurut menurut Klasifikasi Wilayah dan Alasan Tidak Melaporkan, 2013
Layanan Publik
Klasifikasi Wilayah
Percuma tidak akan
ditindak lanjuti
Tidak tahu
cara dan kepada
siapa
Proses rumit dan
lama
Takut dipersulit atau di
laporkan balik
Hal lumrah, hanya
sebagai ucapan terima kasih
Saya juga menerim
a keuntung
an
Lain nya
Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Pengurus RT/RW
Perkotaan 5,37 2,61 0,99 2,70 77,11 10,28 0,94 100,00
Perdesaan 5,45 2,73 0,91 3,64 76,36 10,00 0,91 100,00
Total 5,40 2,65 0,96 3,04 76,84 10,18 0,93 100,00
Petugas Kantor Desa/ Kelurahan dan Kecamatan
Perkotaan 7,23 5,19 1,40 4,80 65,73 13,67 1,99 100,00
Perdesaan 9,45 3,94 2,36 0,79 64,57 18,11 0,79 100,00
Total 8,04 4,73 1,75 3,33 65,30 15,29 1,55 100,00
Petugas Polisi
Perkotaan 18,22 4,88 1,42 9,07 38,25 26,73 1,43 100,00
Perdesaan 17,46 9,52 3,17 4,76 26,98 36,51 1,59 100,00
Total 17,93 6,64 2,09 7,43 33,97 30,45 1,49 100,00
Petugas PLN
Perkotaan 8,14 3,16 1,11 1,69 68,31 16,68 0,90 100,00
Perdesaan 6,12 8,16 0,00 0,00 71,43 12,24 2,04 100,00
Total 7,17 5,56 0,58 0,88 69,81 14,55 1,45 100,00
Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
Perkotaan 7,67 11,53 5,83 9,89 32,28 24,87 7,94 100,00
Perdesaan 14,81 11,11 0,00 11,11 33,33 25,93 3,70 100,00
Total 11,59 11,30 2,63 10,56 32,86 25,45 5,61 100,00
Guru/Kepala Sekolah
Perkotaan 7,99 16,28 0,32 10,61 49,91 13,32 1,56 100,00
Perdesaan 22,22 0,00 0,00 5,56 33,33 38,89 0,00 100,00
Total 12,36 11,28 0,22 9,06 44,82 21,18 1,08 100,00
Petugas Lembaga Peradilan
Perkotaan 14,00 2,77 9,20 18,76 29,01 16,33 9,93 100,00
Perdesaan 50,00 0,00 0,00 0,00 0,00 50,00 0,00 100,00
Total 20,46 2,27 7,55 15,39 23,80 22,38 8,14 100,00
Petugas KUA
Perkotaan 2,76 8,53 1,09 6,74 56,94 22,88 1,08 100,00
Perdesaan 0,00 0,00 0,00 0,00 82,35 17,65 0,00 100,00
Total 1,71 5,30 0,68 4,18 66,56 20,90 0,67 100,00
Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Perkotaan 12,30 5,94 0,56 3,91 40,81 32,90 3,57 100,00
Perdesaan 15,79 15,79 5,26 0,00 42,11 21,05 0,00 100,00
Total 13,87 10,39 2,69 2,15 41,40 27,55 1,96 100,00
Petugas BPN
Perkotaan 25,01 7,26 3,17 3,73 33,06 24,54 3,25 100,00
Perdesaan 20,00 0,00 10,00 0,00 20,00 50,00 0,00 100,00
Total 23,03 4,39 5,87 2,26 27,90 34,60 1,96 100,00
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 133
Lampiran Tabel 27. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan
Publik menurut menurut Jenis Kelamin dan Alasan Tidak Melaporkan, 2013
Layanan Publik
Jenis Kelamin
Percumatidak akan
ditindak lanjuti
Tidak tahu cara dan
kepada siapa
Proses rumit dan
lama
Takut dipersulit atau
di laporkan
balik
Hal lumrah, hanya
sebagai ucapan terima kasih
Saya juga
menerima
keuntungan
Lainnya
Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Pengurus RT/RW
Laki-laki 6,02 3,05 0,62 2,41 74,34 11,79 1,76 100,00
Perempuan 4,89 2,32 1,24 3,55 78,91 8,84 0,24 100,00
Total 5,40 2,65 0,96 3,04 76,84 10,18 0,93 100,00
Petugas Kantor Desa/ Kelurahan dan Kecamatan
Laki-laki 7,85 4,22 1,43 3,24 66,82 14,97 1,47 100,00
Perempuan 8,21 5,18 2,03 3,41 63,98 15,57 1,61 100,00
Total 8,04 4,73 1,75 3,33 65,30 15,29 1,55 100,00
Petugas Polisi
Laki-laki 20,40 3,63 2,15 8,00 32,20 30,88 2,74 100,00
Perempuan 14,98 10,25 2,02 6,76 36,08 29,92 0,00 100,00
Total 17,93 6,64 2,09 7,43 33,97 30,45 1,49 100,00
Petugas PLN
Laki-laki 8,73 6,07 0,46 1,63 64,61 17,33 1,17 100,00
Perempuan 6,13 5,22 0,65 0,38 73,29 12,69 1,64 100,00
Total 7,17 5,56 0,58 0,88 69,81 14,55 1,45 100,00
Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
Laki-laki 14,11 11,36 5,80 9,86 27,65 23,33 7,90 100,00
Perempuan 9,51 11,25 0,00 11,14 37,18 27,20 3,72 100,00
Total 11,59 11,30 2,63 10,56 32,86 25,45 5,61 100,00
Guru/Kepala Sekolah
Laki-laki 17,05 12,61 0,57 8,30 34,92 26,18 0,38 100,00
Perempuan 9,35 10,43 0,00 9,54 51,18 17,97 1,53 100,00
Total 12,36 11,28 0,22 9,06 44,82 21,18 1,08 100,00
Petugas Lembaga Peradilan
Laki-laki 29,62 4,47 13,04 23,75 5,21 12,84 11,06 100,00
Perempuan 11,02 0,00 1,89 6,77 42,96 32,21 5,14 100,00
Total 20,46 2,27 7,55 15,39 23,80 22,38 8,14 100,00
Petugas KUA
Laki-laki 2,82 7,48 1,24 3,10 59,40 24,73 1,23 100,00
Perempuan 0,39 2,69 0,00 5,48 75,13 16,31 0,00 100,00
Total 1,71 5,30 0,68 4,18 66,56 20,90 0,67 100,00
Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Laki-laki 9,07 10,23 0,79 3,20 31,14 40,59 4,99 100,00
Perempuan 16,98 10,50 3,91 1,46 48,02 19,14 0,00 100,00
Total 13,87 10,39 2,69 2,15 41,40 27,55 1,96 100,00
Petugas BPN
Laki-laki 11,42 6,85 0,00 3,52 29,43 45,72 3,06 100,00
Perempuan 43,74 0,00 16,33 0,00 25,16 14,77 0,00 100,00
Total 23,03 4,39 5,87 2,26 27,90 34,60 1,96 100,00
LAMPIRAN
132 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Lampiran Tabel 26. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan
Publik menurut menurut Klasifikasi Wilayah dan Alasan Tidak Melaporkan, 2013
Layanan Publik
Klasifikasi Wilayah
Percuma tidak akan
ditindak lanjuti
Tidak tahu
cara dan kepada
siapa
Proses rumit dan
lama
Takut dipersulit atau di
laporkan balik
Hal lumrah, hanya
sebagai ucapan terima kasih
Saya juga menerim
a keuntung
an
Lain nya
Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Pengurus RT/RW
Perkotaan 5,37 2,61 0,99 2,70 77,11 10,28 0,94 100,00
Perdesaan 5,45 2,73 0,91 3,64 76,36 10,00 0,91 100,00
Total 5,40 2,65 0,96 3,04 76,84 10,18 0,93 100,00
Petugas Kantor Desa/ Kelurahan dan Kecamatan
Perkotaan 7,23 5,19 1,40 4,80 65,73 13,67 1,99 100,00
Perdesaan 9,45 3,94 2,36 0,79 64,57 18,11 0,79 100,00
Total 8,04 4,73 1,75 3,33 65,30 15,29 1,55 100,00
Petugas Polisi
Perkotaan 18,22 4,88 1,42 9,07 38,25 26,73 1,43 100,00
Perdesaan 17,46 9,52 3,17 4,76 26,98 36,51 1,59 100,00
Total 17,93 6,64 2,09 7,43 33,97 30,45 1,49 100,00
Petugas PLN
Perkotaan 8,14 3,16 1,11 1,69 68,31 16,68 0,90 100,00
Perdesaan 6,12 8,16 0,00 0,00 71,43 12,24 2,04 100,00
Total 7,17 5,56 0,58 0,88 69,81 14,55 1,45 100,00
Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
Perkotaan 7,67 11,53 5,83 9,89 32,28 24,87 7,94 100,00
Perdesaan 14,81 11,11 0,00 11,11 33,33 25,93 3,70 100,00
Total 11,59 11,30 2,63 10,56 32,86 25,45 5,61 100,00
Guru/Kepala Sekolah
Perkotaan 7,99 16,28 0,32 10,61 49,91 13,32 1,56 100,00
Perdesaan 22,22 0,00 0,00 5,56 33,33 38,89 0,00 100,00
Total 12,36 11,28 0,22 9,06 44,82 21,18 1,08 100,00
Petugas Lembaga Peradilan
Perkotaan 14,00 2,77 9,20 18,76 29,01 16,33 9,93 100,00
Perdesaan 50,00 0,00 0,00 0,00 0,00 50,00 0,00 100,00
Total 20,46 2,27 7,55 15,39 23,80 22,38 8,14 100,00
Petugas KUA
Perkotaan 2,76 8,53 1,09 6,74 56,94 22,88 1,08 100,00
Perdesaan 0,00 0,00 0,00 0,00 82,35 17,65 0,00 100,00
Total 1,71 5,30 0,68 4,18 66,56 20,90 0,67 100,00
Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Perkotaan 12,30 5,94 0,56 3,91 40,81 32,90 3,57 100,00
Perdesaan 15,79 15,79 5,26 0,00 42,11 21,05 0,00 100,00
Total 13,87 10,39 2,69 2,15 41,40 27,55 1,96 100,00
Petugas BPN
Perkotaan 25,01 7,26 3,17 3,73 33,06 24,54 3,25 100,00
Perdesaan 20,00 0,00 10,00 0,00 20,00 50,00 0,00 100,00
Total 23,03 4,39 5,87 2,26 27,90 34,60 1,96 100,00
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 133
Lampiran Tabel 27. Persentase Masyarakat yang Pernah Berhubungan Sendiri dengan Petugas Layanan
Publik menurut menurut Jenis Kelamin dan Alasan Tidak Melaporkan, 2013
Layanan Publik
Jenis Kelamin
Percumatidak akan
ditindak lanjuti
Tidak tahu cara dan
kepada siapa
Proses rumit dan
lama
Takut dipersulit atau
di laporkan
balik
Hal lumrah, hanya
sebagai ucapan terima kasih
Saya juga
menerima
keuntungan
Lainnya
Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
Pengurus RT/RW
Laki-laki 6,02 3,05 0,62 2,41 74,34 11,79 1,76 100,00
Perempuan 4,89 2,32 1,24 3,55 78,91 8,84 0,24 100,00
Total 5,40 2,65 0,96 3,04 76,84 10,18 0,93 100,00
Petugas Kantor Desa/ Kelurahan dan Kecamatan
Laki-laki 7,85 4,22 1,43 3,24 66,82 14,97 1,47 100,00
Perempuan 8,21 5,18 2,03 3,41 63,98 15,57 1,61 100,00
Total 8,04 4,73 1,75 3,33 65,30 15,29 1,55 100,00
Petugas Polisi
Laki-laki 20,40 3,63 2,15 8,00 32,20 30,88 2,74 100,00
Perempuan 14,98 10,25 2,02 6,76 36,08 29,92 0,00 100,00
Total 17,93 6,64 2,09 7,43 33,97 30,45 1,49 100,00
Petugas PLN
Laki-laki 8,73 6,07 0,46 1,63 64,61 17,33 1,17 100,00
Perempuan 6,13 5,22 0,65 0,38 73,29 12,69 1,64 100,00
Total 7,17 5,56 0,58 0,88 69,81 14,55 1,45 100,00
Petugas Rumah Sakit dan Puskesmas
Laki-laki 14,11 11,36 5,80 9,86 27,65 23,33 7,90 100,00
Perempuan 9,51 11,25 0,00 11,14 37,18 27,20 3,72 100,00
Total 11,59 11,30 2,63 10,56 32,86 25,45 5,61 100,00
Guru/Kepala Sekolah
Laki-laki 17,05 12,61 0,57 8,30 34,92 26,18 0,38 100,00
Perempuan 9,35 10,43 0,00 9,54 51,18 17,97 1,53 100,00
Total 12,36 11,28 0,22 9,06 44,82 21,18 1,08 100,00
Petugas Lembaga Peradilan
Laki-laki 29,62 4,47 13,04 23,75 5,21 12,84 11,06 100,00
Perempuan 11,02 0,00 1,89 6,77 42,96 32,21 5,14 100,00
Total 20,46 2,27 7,55 15,39 23,80 22,38 8,14 100,00
Petugas KUA
Laki-laki 2,82 7,48 1,24 3,10 59,40 24,73 1,23 100,00
Perempuan 0,39 2,69 0,00 5,48 75,13 16,31 0,00 100,00
Total 1,71 5,30 0,68 4,18 66,56 20,90 0,67 100,00
Petugas Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Laki-laki 9,07 10,23 0,79 3,20 31,14 40,59 4,99 100,00
Perempuan 16,98 10,50 3,91 1,46 48,02 19,14 0,00 100,00
Total 13,87 10,39 2,69 2,15 41,40 27,55 1,96 100,00
Petugas BPN
Laki-laki 11,42 6,85 0,00 3,52 29,43 45,72 3,06 100,00
Perempuan 43,74 0,00 16,33 0,00 25,16 14,77 0,00 100,00
Total 23,03 4,39 5,87 2,26 27,90 34,60 1,96 100,00
LAMPIRAN
134 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Lampiran Tabel 28. Persentase Pengalaman dan Tanggapan Ketika Ditawari Uang/Barang untuk Memilih
Kandidat Tertentu dalam Pilkades/Pilkada/Pemilu menurut Jenis Kelamin, 2013
Rincian Laki-laki Perempuan Total
(1) (2) (3) (4)
Perkotaan
Pernahkah ditawari uang/barang untuk memilih kandidat tertentu dalam PILKADES, PILKADA, atau PEMILU?
Ya 13,34 14,12 13,79
Tidak 70,88 71,62 71,30
Tidak ingat 0,23 0,41 0,34
Tidak relevan 15,54 13,85 14,57
Total 100,00 100,00 100,00
n 2.689 3.585 6.274
Tanggapan dalam situasi tersebut?
Menerima 65,60 72,49 69,64
Menerima dengan terpaksa 10,42 9,26 9,74
Menolak dengan halus 17,12 14,29 15,46
Menolak dengan tegas 6,86 3,96 5,16
Total 100,00 100,00 100,00
n 339 494 833
Perdesaan
Pernahkah ditawari uang/barang untuk memilih kandidat tertentu dalam PILKADES, PILKADA, atau PEMILU?
Ya 12,20 12,20 12,20
Tidak 70,96 69,90 70,37
Tidak ingat 0,08 0,39 0,25
Tidak relevan 16,76 17,51 17,17
Total 100,00 100,00 100,00
n 1.230 1.526 2.756
Tanggapan dalam situasi tersebut?
Menerima 75,33 79,57 77,68
Menerima dengan terpaksa 10,67 8,60 9,52
Menolak dengan halus 11,33 10,22 10,71
Menolak dengan tegas 2,67 1,61 2,08
Total 100,00 100,00 100,00
n 150 186 336
Perkotaan+Perdesaan
Pernahkah ditawari uang/barang untuk memilih kandidat tertentu dalam PILKADES, PILKADA, atau PEMILU?
Ya 12,73 13,13 12,95
Tidak 70,92 70,73 70,81
Tidak ingat 0,15 0,40 0,29
Tidak relevan 16,19 15,75 15,94
Total 100,00 100,00 100,00
n 3.919 5.111 9.030
Tanggapan dalam situasi tersebut?
Menerima 70,61 75,90 73,63
Menerima dengan terpaksa 10,55 8,95 9,63
Menolak dengan halus 14,14 12,33 13,11
Menolak dengan tegas 4,70 2,83 3,63
Total 100,00 100,00 100,00
n 489 680 1.169
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 135
Lampiran Tabel 29. Persentase Pengalaman dan Tanggapan Pengalaman dan Tanggapan Ketika Diminta
Uang/Barang Saat Proses Penerimaan Pegawai Negeri/Swasta menurut Jenis Kelamin, 2013
Rincian Laki-laki Perempuan Total
(1) (2) (3) (4)
Perkotaan
Pernahkah Diminta Uang/Barang Saat Proses Penerimaan Pegawai Negeri/Swasta
Ya 3,22 3,19 3,21
Tidak 78,27 78,18 78,22
Tidak ingat 0,14 0,29 0,23
Tidak relevan 18,36 18,33 18,35
Total 100,00 100,00 100,00
n 2.689 3.585 6.274
Tanggapan dalam situasi tersebut?
Menerima 13,78 13,82 13,80
Menerima dengan terpaksa 12,45 9,62 10,83
Menolak dengan halus 59,87 50,11 54,30
Menolak dengan tegas 13,90 26,45 21,06
Total 100,00 100,00 100,00
n 97 124 221
Perdesaan
Pernahkah Diminta Uang/Barang Saat Proses Penerimaan Pegawai Negeri/Swasta
Ya 1,14 1,31 1,23
Tidak 75,68 69,85 72,45
Tidak ingat 0,41 0,26 0,33
Tidak relevan 22,77 28,58 25,99
Total 100,00 100,00 100,00
n 1.230 1.526 2.756
Tanggapan dalam situasi tersebut?
Menerima 21,43 20,00 20,59
Menerima dengan terpaksa 7,14 20,00 14,71
Menolak dengan halus 57,14 55,00 55,88
Menolak dengan tegas 14,29 5,00 8,82
Total 100,00 100,00 100,00
n 14 20 34
Perkotaan+Perdesaan
Pernahkah Diminta Uang/Barang Saat Proses Penerimaan Pegawai Negeri/Swasta
Ya 2,10 2,22 2,17
Tidak 76,88 73,86 75,18
Tidak ingat 0,28 0,28 0,28
Tidak relevan 20,73 23,64 22,37
Total 100,00 100,00 100,00
n 3.919 5.111 9.030
Tanggapan dalam situasi tersebut?
Menerima 16,00 15,72 15,84
Menerima dengan terpaksa 10,91 12,80 12,00
Menolak dengan halus 59,08 51,61 54,78
Menolak dengan tegas 14,01 19,88 17,39
Total 100,00 100,00 100,00
n 111 144 255
LAMPIRAN
134 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Lampiran Tabel 28. Persentase Pengalaman dan Tanggapan Ketika Ditawari Uang/Barang untuk Memilih
Kandidat Tertentu dalam Pilkades/Pilkada/Pemilu menurut Jenis Kelamin, 2013
Rincian Laki-laki Perempuan Total
(1) (2) (3) (4)
Perkotaan
Pernahkah ditawari uang/barang untuk memilih kandidat tertentu dalam PILKADES, PILKADA, atau PEMILU?
Ya 13,34 14,12 13,79
Tidak 70,88 71,62 71,30
Tidak ingat 0,23 0,41 0,34
Tidak relevan 15,54 13,85 14,57
Total 100,00 100,00 100,00
n 2.689 3.585 6.274
Tanggapan dalam situasi tersebut?
Menerima 65,60 72,49 69,64
Menerima dengan terpaksa 10,42 9,26 9,74
Menolak dengan halus 17,12 14,29 15,46
Menolak dengan tegas 6,86 3,96 5,16
Total 100,00 100,00 100,00
n 339 494 833
Perdesaan
Pernahkah ditawari uang/barang untuk memilih kandidat tertentu dalam PILKADES, PILKADA, atau PEMILU?
Ya 12,20 12,20 12,20
Tidak 70,96 69,90 70,37
Tidak ingat 0,08 0,39 0,25
Tidak relevan 16,76 17,51 17,17
Total 100,00 100,00 100,00
n 1.230 1.526 2.756
Tanggapan dalam situasi tersebut?
Menerima 75,33 79,57 77,68
Menerima dengan terpaksa 10,67 8,60 9,52
Menolak dengan halus 11,33 10,22 10,71
Menolak dengan tegas 2,67 1,61 2,08
Total 100,00 100,00 100,00
n 150 186 336
Perkotaan+Perdesaan
Pernahkah ditawari uang/barang untuk memilih kandidat tertentu dalam PILKADES, PILKADA, atau PEMILU?
Ya 12,73 13,13 12,95
Tidak 70,92 70,73 70,81
Tidak ingat 0,15 0,40 0,29
Tidak relevan 16,19 15,75 15,94
Total 100,00 100,00 100,00
n 3.919 5.111 9.030
Tanggapan dalam situasi tersebut?
Menerima 70,61 75,90 73,63
Menerima dengan terpaksa 10,55 8,95 9,63
Menolak dengan halus 14,14 12,33 13,11
Menolak dengan tegas 4,70 2,83 3,63
Total 100,00 100,00 100,00
n 489 680 1.169
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 135
Lampiran Tabel 29. Persentase Pengalaman dan Tanggapan Pengalaman dan Tanggapan Ketika Diminta
Uang/Barang Saat Proses Penerimaan Pegawai Negeri/Swasta menurut Jenis Kelamin, 2013
Rincian Laki-laki Perempuan Total
(1) (2) (3) (4)
Perkotaan
Pernahkah Diminta Uang/Barang Saat Proses Penerimaan Pegawai Negeri/Swasta
Ya 3,22 3,19 3,21
Tidak 78,27 78,18 78,22
Tidak ingat 0,14 0,29 0,23
Tidak relevan 18,36 18,33 18,35
Total 100,00 100,00 100,00
n 2.689 3.585 6.274
Tanggapan dalam situasi tersebut?
Menerima 13,78 13,82 13,80
Menerima dengan terpaksa 12,45 9,62 10,83
Menolak dengan halus 59,87 50,11 54,30
Menolak dengan tegas 13,90 26,45 21,06
Total 100,00 100,00 100,00
n 97 124 221
Perdesaan
Pernahkah Diminta Uang/Barang Saat Proses Penerimaan Pegawai Negeri/Swasta
Ya 1,14 1,31 1,23
Tidak 75,68 69,85 72,45
Tidak ingat 0,41 0,26 0,33
Tidak relevan 22,77 28,58 25,99
Total 100,00 100,00 100,00
n 1.230 1.526 2.756
Tanggapan dalam situasi tersebut?
Menerima 21,43 20,00 20,59
Menerima dengan terpaksa 7,14 20,00 14,71
Menolak dengan halus 57,14 55,00 55,88
Menolak dengan tegas 14,29 5,00 8,82
Total 100,00 100,00 100,00
n 14 20 34
Perkotaan+Perdesaan
Pernahkah Diminta Uang/Barang Saat Proses Penerimaan Pegawai Negeri/Swasta
Ya 2,10 2,22 2,17
Tidak 76,88 73,86 75,18
Tidak ingat 0,28 0,28 0,28
Tidak relevan 20,73 23,64 22,37
Total 100,00 100,00 100,00
n 3.919 5.111 9.030
Tanggapan dalam situasi tersebut?
Menerima 16,00 15,72 15,84
Menerima dengan terpaksa 10,91 12,80 12,00
Menolak dengan halus 59,08 51,61 54,78
Menolak dengan tegas 14,01 19,88 17,39
Total 100,00 100,00 100,00
n 111 144 255
LAMPIRAN
136 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Lampiran Tabel 30. Persentase Pengalaman dan Tanggapan Ketika Ditawari Bantuan Oleh Saudara/Teman
Agar ART Diterima Menjadi Pegawai Negeri/Swasta menurut Jenis Kelamin, 2013
Rincian Laki-laki Perempuan Total
(1) (2) (3) (4)
Perkotaan
Pernahkah Ditawari Bantuan Oleh Saudara/Teman Agar ART Diterima Menjadi Pegawai Negeri/Swasta
Ya 2,57 2,32 2,43
Tidak 78,91 79,66 79,34
Tidak ingat 0,11 0,29 0,21
Tidak relevan 18,42 17,73 18,02
Total 100,00 100,00 100,00
n 2.689 3.585 6.274
Tanggapan dalam situasi tersebut?
Menerima 39,79 47,02 43,75
Menerima dengan terpaksa 4,86 7,86 6,50
Menolak dengan halus 45,16 37,91 41,19
Menolak dengan tegas 10,20 7,21 8,56
Total 100,00 100,00 100,00
n 82 99 181
Perdesaan
Pernahkah Ditawari Bantuan Oleh Saudara/Teman Agar ART Diterima Menjadi Pegawai Negeri/Swasta
Ya 1,22 1,05 1,13
Tidak 75,19 70,17 72,41
Tidak ingat 0,41 0,13 0,25
Tidak relevan 23,18 28,65 26,21
Total 100,00 100,00 100,00
n 1.230 1.526 2.756
Tanggapan dalam situasi tersebut?
Menerima 33,33 31,25 32,26
Menerima dengan terpaksa 0,00 0,00 0,00
Menolak dengan halus 60,00 62,50 61,29
Menolak dengan tegas 6,67 6,25 6,45
Total 100,00 100,00 100,00
n 15 16 31
Perkotaan+Perdesaan
Pernahkah Ditawari Bantuan Oleh Saudara/Teman Agar ART Diterima Menjadi Pegawai Negeri/Swasta
Ya 1,84 1,66 1,74
Tidak 76,91 74,75 75,69
Tidak ingat 0,27 0,21 0,23
Tidak relevan 20,98 23,39 22,33
Total 100,00 100,00 100,00
n 3.919 5.111 9.030
Tanggapan dalam situasi tersebut?
Menerima 37,49 41,86 39,84
Menerima dengan terpaksa 3,13 5,29 4,29
Menolak dengan halus 50,43 45,95 48,03
Menolak dengan tegas 8,94 6,89 7,84
Total 100,00 100,00 100,00
n 97 115 212
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 137
Lampiran Tabel 31. Persentase Pengalaman dan Tanggapan Ketika Ditawari Bantuan Oleh Saudara/Teman
Agar ART Lolos Seleksi Penerimaan Masuk Sekolah menurut Jenis Kelamin, 2013
Rincian Laki-laki Perempuan Total
(1) (2) (3) (4)
Perkotaan
Pernahkah Ditawari Bantuan Oleh Saudara/Teman Agar ART Lolos Seleksi Penerimaan Masuk Sekolah
Ya 1,34 1,18 1,25
Tidak 69,87 70,84 70,42
Tidak ingat 0,33 0,38 0,36
Tidak relevan 28,46 27,60 27,97
Total 100,00 100,00 100,00
n 2.689 3.585 6.274
Jika ya, tanggapan dalam situasi tersebut?
Menerima 43,02 40,11 41,45
Menerima dengan terpaksa 0,00 8,27 4,47
Menolak dengan halus 45,69 24,49 34,23
Menolak dengan tegas 11,29 27,14 19,86
Total 100,00 100,00 100,00
n 38 49 87
Perdesaan
Pernahkah Ditawari Bantuan Oleh Saudara/Teman Agar ART Lolos Seleksi Penerimaan Masuk Sekolah
Ya 0,81 0,46 0,62
Tidak 62,50 60,85 61,59
Tidak ingat 0,33 0,20 0,25
Tidak relevan 36,36 38,50 37,54
Total 100,00 100,00 100,00
n 1.230 1.526 2.756
Jika ya, tanggapan dalam situasi tersebut?
Menerima 50,00 42,86 47,06
Menerima dengan terpaksa 10,00 0,00 5,88
Menolak dengan halus 30,00 42,86 35,29
Menolak dengan tegas 10,00 14,29 11,76
Total 100,00 100,00 100,00
n 10 7 17
Perkotaan+Perdesaan
Pernahkah Ditawari Bantuan Oleh Saudara/Teman Agar ART Lolos Seleksi Penerimaan Masuk Sekolah
Ya 1,06 0,81 0,92
Tidak 65,91 65,66 65,77
Tidak ingat 0,33 0,29 0,30
Tidak relevan 32,70 33,25 33,01
Total 100,00 100,00 100,00
n 3.919 5.111 9.030
Jika ya, tanggapan dalam situasi tersebut?
Menerima 45,91 40,92 43,44
Menerima dengan terpaksa 4,13 5,83 4,97
Menolak dengan halus 39,20 29,92 34,61
Menolak dengan tegas 10,76 23,34 16,98
Total 100,00 100,00 100,00
n 48 56 104
LAMPIRAN
136 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Lampiran Tabel 30. Persentase Pengalaman dan Tanggapan Ketika Ditawari Bantuan Oleh Saudara/Teman
Agar ART Diterima Menjadi Pegawai Negeri/Swasta menurut Jenis Kelamin, 2013
Rincian Laki-laki Perempuan Total
(1) (2) (3) (4)
Perkotaan
Pernahkah Ditawari Bantuan Oleh Saudara/Teman Agar ART Diterima Menjadi Pegawai Negeri/Swasta
Ya 2,57 2,32 2,43
Tidak 78,91 79,66 79,34
Tidak ingat 0,11 0,29 0,21
Tidak relevan 18,42 17,73 18,02
Total 100,00 100,00 100,00
n 2.689 3.585 6.274
Tanggapan dalam situasi tersebut?
Menerima 39,79 47,02 43,75
Menerima dengan terpaksa 4,86 7,86 6,50
Menolak dengan halus 45,16 37,91 41,19
Menolak dengan tegas 10,20 7,21 8,56
Total 100,00 100,00 100,00
n 82 99 181
Perdesaan
Pernahkah Ditawari Bantuan Oleh Saudara/Teman Agar ART Diterima Menjadi Pegawai Negeri/Swasta
Ya 1,22 1,05 1,13
Tidak 75,19 70,17 72,41
Tidak ingat 0,41 0,13 0,25
Tidak relevan 23,18 28,65 26,21
Total 100,00 100,00 100,00
n 1.230 1.526 2.756
Tanggapan dalam situasi tersebut?
Menerima 33,33 31,25 32,26
Menerima dengan terpaksa 0,00 0,00 0,00
Menolak dengan halus 60,00 62,50 61,29
Menolak dengan tegas 6,67 6,25 6,45
Total 100,00 100,00 100,00
n 15 16 31
Perkotaan+Perdesaan
Pernahkah Ditawari Bantuan Oleh Saudara/Teman Agar ART Diterima Menjadi Pegawai Negeri/Swasta
Ya 1,84 1,66 1,74
Tidak 76,91 74,75 75,69
Tidak ingat 0,27 0,21 0,23
Tidak relevan 20,98 23,39 22,33
Total 100,00 100,00 100,00
n 3.919 5.111 9.030
Tanggapan dalam situasi tersebut?
Menerima 37,49 41,86 39,84
Menerima dengan terpaksa 3,13 5,29 4,29
Menolak dengan halus 50,43 45,95 48,03
Menolak dengan tegas 8,94 6,89 7,84
Total 100,00 100,00 100,00
n 97 115 212
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 137
Lampiran Tabel 31. Persentase Pengalaman dan Tanggapan Ketika Ditawari Bantuan Oleh Saudara/Teman
Agar ART Lolos Seleksi Penerimaan Masuk Sekolah menurut Jenis Kelamin, 2013
Rincian Laki-laki Perempuan Total
(1) (2) (3) (4)
Perkotaan
Pernahkah Ditawari Bantuan Oleh Saudara/Teman Agar ART Lolos Seleksi Penerimaan Masuk Sekolah
Ya 1,34 1,18 1,25
Tidak 69,87 70,84 70,42
Tidak ingat 0,33 0,38 0,36
Tidak relevan 28,46 27,60 27,97
Total 100,00 100,00 100,00
n 2.689 3.585 6.274
Jika ya, tanggapan dalam situasi tersebut?
Menerima 43,02 40,11 41,45
Menerima dengan terpaksa 0,00 8,27 4,47
Menolak dengan halus 45,69 24,49 34,23
Menolak dengan tegas 11,29 27,14 19,86
Total 100,00 100,00 100,00
n 38 49 87
Perdesaan
Pernahkah Ditawari Bantuan Oleh Saudara/Teman Agar ART Lolos Seleksi Penerimaan Masuk Sekolah
Ya 0,81 0,46 0,62
Tidak 62,50 60,85 61,59
Tidak ingat 0,33 0,20 0,25
Tidak relevan 36,36 38,50 37,54
Total 100,00 100,00 100,00
n 1.230 1.526 2.756
Jika ya, tanggapan dalam situasi tersebut?
Menerima 50,00 42,86 47,06
Menerima dengan terpaksa 10,00 0,00 5,88
Menolak dengan halus 30,00 42,86 35,29
Menolak dengan tegas 10,00 14,29 11,76
Total 100,00 100,00 100,00
n 10 7 17
Perkotaan+Perdesaan
Pernahkah Ditawari Bantuan Oleh Saudara/Teman Agar ART Lolos Seleksi Penerimaan Masuk Sekolah
Ya 1,06 0,81 0,92
Tidak 65,91 65,66 65,77
Tidak ingat 0,33 0,29 0,30
Tidak relevan 32,70 33,25 33,01
Total 100,00 100,00 100,00
n 3.919 5.111 9.030
Jika ya, tanggapan dalam situasi tersebut?
Menerima 45,91 40,92 43,44
Menerima dengan terpaksa 4,13 5,83 4,97
Menolak dengan halus 39,20 29,92 34,61
Menolak dengan tegas 10,76 23,34 16,98
Total 100,00 100,00 100,00
n 48 56 104
LAMPIRAN
138 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Lampiran Tabel 32. Persentase Pengalaman dan Tanggapan Ketika Ditawari untuk Membayar Uang Damai
Saat Ditilang Oleh Petugas Polisi Lalu Lintas, 2013
Rincian Laki-laki Perempuan Total
(1) (2) (3) (4)
Perkotaan
Pernahkah Ditawari untuk Membayar Uang Damai Saat Ditilang Oleh Petugas Polisi Lalu Lintas
Ya 8,87 7,55 8,11
Tidak 56,26 55,26 55,69
Tidak ingat 0,31 0,38 0,35
Tidak relevan 34,56 36,81 35,85
Total 100,00 100,00 100,00
n 2.689 3.585 6.274
Jika ya, tanggapan dalam situasi tersebut?
Menerima 27,33 33,01 30,35
Menerima dengan terpaksa 47,76 51,22 49,60
Menolak dengan halus 12,99 6,28 9,42
Menolak dengan tegas 11,92 9,49 10,63
Total 100,00 100,00 100,00
n 302 305 607
Perdesaan
Pernahkah Ditawari untuk Membayar Uang Damai Saat Ditilang Oleh Petugas Polisi Lalu Lintas
Ya 4,55 3,48 3,96
Tidak 51,98 46,30 48,83
Tidak ingat 0,24 0,13 0,18
Tidak relevan 43,23 50,09 47,03
Total 100,00 100,00 100,00
n 1.230 1.526 2.756
Jika ya, tanggapan dalam situasi tersebut?
Menerima 23,21 24,53 23,85
Menerima dengan terpaksa 50,00 52,83 51,38
Menolak dengan halus 8,93 9,43 9,17
Menolak dengan tegas 17,86 13,21 15,60
Total 100,00 100,00 100,00
n 56 53 109
Perkotaan+Perdesaan
Pernahkah Ditawari untuk Membayar Uang Damai Saat Ditilang Oleh Petugas Polisi Lalu Lintas
Ya 6,55 5,44 5,93
Tidak 53,96 50,62 52,08
Tidak ingat 0,27 0,25 0,26
Tidak relevan 39,22 43,69 41,73
Total 100,00 100,00 100,00
n 3.919 5.111 9.030
Jika ya, tanggapan dalam situasi tersebut?
Menerima 25,79 30,20 28,07
Menerima dengan terpaksa 48,60 51,75 50,23
Menolak dengan halus 11,47 7,33 9,33
Menolak dengan tegas 14,14 10,72 12,37
Total 100,00 100,00 100,00
n 358 358 716
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 139
Lampiran Tabel 33. Persentase Pendapat Masyarakat terhadap Beberapa Perilaku di Masyarakat Apakah
Termasuk Korupsi atau Tidak menurut Klasifikasi Wilayah, 2013
Jenis Perilaku Klasifikasi
Wilayah
Pemahaman Masyarakat Apakah Perilaku Tersebut Termasuk Korupsi
atau Tidak
Ya Tidak Tidak Tahu
Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Memberi uang damai kepada Polisi agar tidak ditilang
Perkotaan 74,91 17,72 7,37 100,00
Perdesaan 63,66 23,09 13,25 100,00
Total 68,98 20,55 10,47 100,00
Memberi uang/barang dalam proses penerimaan menjadi pegawai negeri/swasta
Perkotaan 81,63 12,30 6,07 100,00
Perdesaan 73,53 16,05 10,42 100,00
Total 77,37 14,27 8,36 100,00
Memberi uang lebih kepada petugas untuk mempercepat urusan administrasi (KTP dan KK)
Perkotaan 60,17 34,44 5,39 100,00
Perdesaan 49,47 40,83 9,69 100,00
Total 54,54 37,81 7,65 100,00
Petugas KUA meminta uang tambahan untuk transport ke tempat acara akad nikah
Perkotaan 62,30 30,94 6,76 100,00
Perdesaan 54,31 32,73 12,96 100,00
Total 58,10 31,88 10,02 100,00
Menerima pembagian uang/barang pada pelaksanaan Pilkades/Pemilu/Pilkada
Perkotaan 56,16 35,45 8,39 100,00
Perdesaan 50,30 37,51 12,20 100,00
Total 53,07 36,53 10,40 100,00
Menjamin keluarga/saudara/ teman dalam proses penerimaan menjadi pegawai negeri/swasta
Perkotaan 65,40 26,84 7,76 100,00
Perdesaan 52,99 33,54 13,47 100,00
Total 58,87 30,36 10,77 100,00
Guru mendapat jaminan (jatah) anaknya diterima masuk ke sekolah tempat dia mengajar
Perkotaan 58,33 34,19 7,48 100,00
Perdesaan 49,35 36,42 14,23 100,00
Total 53,60 35,36 11,04 100,00
Seorang pegawai negeri bepergian bersama keluarga dengan menggunakan kendaraan dinas untuk keperluan pribadi
Perkotaan 68,17 24,45 7,39 100,00
Perdesaan 55,09 32,02 12,89 100,00
Total 61,28 28,44 10,28 100,00
LAMPIRAN
138 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Lampiran Tabel 32. Persentase Pengalaman dan Tanggapan Ketika Ditawari untuk Membayar Uang Damai
Saat Ditilang Oleh Petugas Polisi Lalu Lintas, 2013
Rincian Laki-laki Perempuan Total
(1) (2) (3) (4)
Perkotaan
Pernahkah Ditawari untuk Membayar Uang Damai Saat Ditilang Oleh Petugas Polisi Lalu Lintas
Ya 8,87 7,55 8,11
Tidak 56,26 55,26 55,69
Tidak ingat 0,31 0,38 0,35
Tidak relevan 34,56 36,81 35,85
Total 100,00 100,00 100,00
n 2.689 3.585 6.274
Jika ya, tanggapan dalam situasi tersebut?
Menerima 27,33 33,01 30,35
Menerima dengan terpaksa 47,76 51,22 49,60
Menolak dengan halus 12,99 6,28 9,42
Menolak dengan tegas 11,92 9,49 10,63
Total 100,00 100,00 100,00
n 302 305 607
Perdesaan
Pernahkah Ditawari untuk Membayar Uang Damai Saat Ditilang Oleh Petugas Polisi Lalu Lintas
Ya 4,55 3,48 3,96
Tidak 51,98 46,30 48,83
Tidak ingat 0,24 0,13 0,18
Tidak relevan 43,23 50,09 47,03
Total 100,00 100,00 100,00
n 1.230 1.526 2.756
Jika ya, tanggapan dalam situasi tersebut?
Menerima 23,21 24,53 23,85
Menerima dengan terpaksa 50,00 52,83 51,38
Menolak dengan halus 8,93 9,43 9,17
Menolak dengan tegas 17,86 13,21 15,60
Total 100,00 100,00 100,00
n 56 53 109
Perkotaan+Perdesaan
Pernahkah Ditawari untuk Membayar Uang Damai Saat Ditilang Oleh Petugas Polisi Lalu Lintas
Ya 6,55 5,44 5,93
Tidak 53,96 50,62 52,08
Tidak ingat 0,27 0,25 0,26
Tidak relevan 39,22 43,69 41,73
Total 100,00 100,00 100,00
n 3.919 5.111 9.030
Jika ya, tanggapan dalam situasi tersebut?
Menerima 25,79 30,20 28,07
Menerima dengan terpaksa 48,60 51,75 50,23
Menolak dengan halus 11,47 7,33 9,33
Menolak dengan tegas 14,14 10,72 12,37
Total 100,00 100,00 100,00
n 358 358 716
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 139
Lampiran Tabel 33. Persentase Pendapat Masyarakat terhadap Beberapa Perilaku di Masyarakat Apakah
Termasuk Korupsi atau Tidak menurut Klasifikasi Wilayah, 2013
Jenis Perilaku Klasifikasi
Wilayah
Pemahaman Masyarakat Apakah Perilaku Tersebut Termasuk Korupsi
atau Tidak
Ya Tidak Tidak Tahu
Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Memberi uang damai kepada Polisi agar tidak ditilang
Perkotaan 74,91 17,72 7,37 100,00
Perdesaan 63,66 23,09 13,25 100,00
Total 68,98 20,55 10,47 100,00
Memberi uang/barang dalam proses penerimaan menjadi pegawai negeri/swasta
Perkotaan 81,63 12,30 6,07 100,00
Perdesaan 73,53 16,05 10,42 100,00
Total 77,37 14,27 8,36 100,00
Memberi uang lebih kepada petugas untuk mempercepat urusan administrasi (KTP dan KK)
Perkotaan 60,17 34,44 5,39 100,00
Perdesaan 49,47 40,83 9,69 100,00
Total 54,54 37,81 7,65 100,00
Petugas KUA meminta uang tambahan untuk transport ke tempat acara akad nikah
Perkotaan 62,30 30,94 6,76 100,00
Perdesaan 54,31 32,73 12,96 100,00
Total 58,10 31,88 10,02 100,00
Menerima pembagian uang/barang pada pelaksanaan Pilkades/Pemilu/Pilkada
Perkotaan 56,16 35,45 8,39 100,00
Perdesaan 50,30 37,51 12,20 100,00
Total 53,07 36,53 10,40 100,00
Menjamin keluarga/saudara/ teman dalam proses penerimaan menjadi pegawai negeri/swasta
Perkotaan 65,40 26,84 7,76 100,00
Perdesaan 52,99 33,54 13,47 100,00
Total 58,87 30,36 10,77 100,00
Guru mendapat jaminan (jatah) anaknya diterima masuk ke sekolah tempat dia mengajar
Perkotaan 58,33 34,19 7,48 100,00
Perdesaan 49,35 36,42 14,23 100,00
Total 53,60 35,36 11,04 100,00
Seorang pegawai negeri bepergian bersama keluarga dengan menggunakan kendaraan dinas untuk keperluan pribadi
Perkotaan 68,17 24,45 7,39 100,00
Perdesaan 55,09 32,02 12,89 100,00
Total 61,28 28,44 10,28 100,00
LAMPIRAN
140 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Lampiran Tabel 34. Termasuk Korupsi atau Tidak menurut Jenis Kelamin, 2013
Jenis Perilaku Jenis
Kelamin
Pemahaman Masyarakat Apakah Perilaku Tersebut Termasuk Korupsi
atau Tidak
Ya Tidak Tidak Tahu
Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Memberi uang damai kepada Polisi agar tidak ditilang
Laki-laki 72,47 20,31 7,22 100,00
Perempuan 66,27 20,74 12,99 100,00
Total 68,98 20,55 10,47 100,00
Memberi uang/barang dalam proses penerimaan menjadi pegawai negeri/swasta
Laki-laki 80,58 14,44 4,98 100,00
Perempuan 74,87 14,14 10,99 100,00
Total 77,37 14,27 8,36 100,00
Memberi uang lebih kepada petugas untuk mempercepat urusan administrasi (KTP dan KK)
Laki-laki 56,63 37,89 5,49 100,00
Perempuan 52,92 37,74 9,34 100,00
Total 54,54 37,81 7,65 100,00
Petugas KUA meminta uang tambahan untuk transport ke tempat acara akad nikah
Laki-laki 59,53 32,91 7,57 100,00
Perempuan 56,98 31,09 11,93 100,00
Total 58,10 31,88 10,02 100,00
Menerima pembagian uang/barang pada pelaksanaan Pilkades/Pemilu/Pilkada
Laki-laki 55,68 36,76 7,55 100,00
Perempuan 51,04 36,35 12,61 100,00
Total 53,07 36,53 10,40 100,00
Menjamin keluarga/saudara/ teman dalam proses penerimaan menjadi pegawai negeri/swasta
Laki-laki 62,33 29,69 7,98 100,00
Perempuan 56,18 30,89 12,94 100,00
Total 58,87 30,36 10,77 100,00
Guru mendapat jaminan (jatah) anaknya diterima masuk ke sekolah tempat dia mengajar
Laki-laki 56,57 35,54 7,90 100,00
Perempuan 51,29 35,23 13,48 100,00
Total 53,60 35,36 11,04 100,00
Seorang pegawai negeri bepergian bersama keluarga dengan menggunakan kendaraan dinas untuk keperluan pribadi
Laki-laki 65,00 27,00 8,00 100,00
Perempuan 58,39 29,55 12,06 100,00
Total 61,28 28,44 10,28 100,00
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 141
Lampiran Tabel 35. Persentase Frekuensi Mendapatkan Pengetahuan tentang Anti Korupsi dari Beberapa
Sumber Selama 12 Bulan Terakhir menurut Klasifikasi Wilayah, 2013
Sumber Informasi
Klasifikasi Wilayah
Sangat Sering
Sering Kadang-kadang
Tidak Pernah
Tidak Tahu
Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Keluarga/kerabat/teman
Perkotaan 0,89 9,02 22,70 64,92 2,48 100,00
Perdesaan 0,18 5,77 16,81 70,01 7,23 100,00
Total 0,52 7,31 19,60 67,60 4,98 100,00
Tokoh agama
Perkotaan 0,79 10,64 25,80 60,33 2,43 100,00
Perdesaan 0,33 6,10 19,21 67,11 7,26 100,00
Total 0,55 8,25 22,33 63,90 4,98 100,00
Tokoh masyarakat
Perkotaan 0,29 3,67 16,27 77,07 2,70 100,00
Perdesaan 0,11 2,58 13,47 76,07 7,77 100,00
Total 0,19 3,09 14,79 76,55 5,37 100,00
Akademisi
Perkotaan 0,32 3,30 5,63 86,45 4,30 100,00
Perdesaan 0,04 0,84 2,25 87,58 9,29 100,00
Total 0,17 2,00 3,85 87,05 6,93 100,00
Organisasi Kemasyarakatan/LSM
Perkotaan 0,16 2,78 7,30 85,16 4,60 100,00
Perdesaan 0,07 0,91 2,54 85,95 10,53 100,00
Total 0,12 1,79 4,80 85,58 7,72 100,00
Pemerintah
Perkotaan 1,14 11,46 21,15 63,33 2,92 100,00
Perdesaan 0,40 5,92 16,40 69,30 7,99 100,00
Total 0,75 8,54 18,65 66,47 5,59 100,00
KPK dan Lembaga Negara lainnya
Perkotaan 1,44 10,54 14,48 69,15 4,39 100,00
Perdesaan 0,44 4,61 10,02 75,35 9,59 100,00
Total 0,91 7,42 12,13 72,41 7,13 100,00
LAMPIRAN
140 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Lampiran Tabel 34. Termasuk Korupsi atau Tidak menurut Jenis Kelamin, 2013
Jenis Perilaku Jenis
Kelamin
Pemahaman Masyarakat Apakah Perilaku Tersebut Termasuk Korupsi
atau Tidak
Ya Tidak Tidak Tahu
Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Memberi uang damai kepada Polisi agar tidak ditilang
Laki-laki 72,47 20,31 7,22 100,00
Perempuan 66,27 20,74 12,99 100,00
Total 68,98 20,55 10,47 100,00
Memberi uang/barang dalam proses penerimaan menjadi pegawai negeri/swasta
Laki-laki 80,58 14,44 4,98 100,00
Perempuan 74,87 14,14 10,99 100,00
Total 77,37 14,27 8,36 100,00
Memberi uang lebih kepada petugas untuk mempercepat urusan administrasi (KTP dan KK)
Laki-laki 56,63 37,89 5,49 100,00
Perempuan 52,92 37,74 9,34 100,00
Total 54,54 37,81 7,65 100,00
Petugas KUA meminta uang tambahan untuk transport ke tempat acara akad nikah
Laki-laki 59,53 32,91 7,57 100,00
Perempuan 56,98 31,09 11,93 100,00
Total 58,10 31,88 10,02 100,00
Menerima pembagian uang/barang pada pelaksanaan Pilkades/Pemilu/Pilkada
Laki-laki 55,68 36,76 7,55 100,00
Perempuan 51,04 36,35 12,61 100,00
Total 53,07 36,53 10,40 100,00
Menjamin keluarga/saudara/ teman dalam proses penerimaan menjadi pegawai negeri/swasta
Laki-laki 62,33 29,69 7,98 100,00
Perempuan 56,18 30,89 12,94 100,00
Total 58,87 30,36 10,77 100,00
Guru mendapat jaminan (jatah) anaknya diterima masuk ke sekolah tempat dia mengajar
Laki-laki 56,57 35,54 7,90 100,00
Perempuan 51,29 35,23 13,48 100,00
Total 53,60 35,36 11,04 100,00
Seorang pegawai negeri bepergian bersama keluarga dengan menggunakan kendaraan dinas untuk keperluan pribadi
Laki-laki 65,00 27,00 8,00 100,00
Perempuan 58,39 29,55 12,06 100,00
Total 61,28 28,44 10,28 100,00
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 141
Lampiran Tabel 35. Persentase Frekuensi Mendapatkan Pengetahuan tentang Anti Korupsi dari Beberapa
Sumber Selama 12 Bulan Terakhir menurut Klasifikasi Wilayah, 2013
Sumber Informasi
Klasifikasi Wilayah
Sangat Sering
Sering Kadang-kadang
Tidak Pernah
Tidak Tahu
Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Keluarga/kerabat/teman
Perkotaan 0,89 9,02 22,70 64,92 2,48 100,00
Perdesaan 0,18 5,77 16,81 70,01 7,23 100,00
Total 0,52 7,31 19,60 67,60 4,98 100,00
Tokoh agama
Perkotaan 0,79 10,64 25,80 60,33 2,43 100,00
Perdesaan 0,33 6,10 19,21 67,11 7,26 100,00
Total 0,55 8,25 22,33 63,90 4,98 100,00
Tokoh masyarakat
Perkotaan 0,29 3,67 16,27 77,07 2,70 100,00
Perdesaan 0,11 2,58 13,47 76,07 7,77 100,00
Total 0,19 3,09 14,79 76,55 5,37 100,00
Akademisi
Perkotaan 0,32 3,30 5,63 86,45 4,30 100,00
Perdesaan 0,04 0,84 2,25 87,58 9,29 100,00
Total 0,17 2,00 3,85 87,05 6,93 100,00
Organisasi Kemasyarakatan/LSM
Perkotaan 0,16 2,78 7,30 85,16 4,60 100,00
Perdesaan 0,07 0,91 2,54 85,95 10,53 100,00
Total 0,12 1,79 4,80 85,58 7,72 100,00
Pemerintah
Perkotaan 1,14 11,46 21,15 63,33 2,92 100,00
Perdesaan 0,40 5,92 16,40 69,30 7,99 100,00
Total 0,75 8,54 18,65 66,47 5,59 100,00
KPK dan Lembaga Negara lainnya
Perkotaan 1,44 10,54 14,48 69,15 4,39 100,00
Perdesaan 0,44 4,61 10,02 75,35 9,59 100,00
Total 0,91 7,42 12,13 72,41 7,13 100,00
LAMPIRAN
142 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Lampiran Tabel 36. Persentase Frekuensi Mendapatkan Pengetahuan tentang Anti Korupsi dari Beberapa
Sumber Selama 12 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, 2013
Sumber Informasi
Jenis Kelamin
Sangat Sering
Sering Kadang-kadang
Tidak Pernah
Tidak Tahu
Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Keluarga/kerabat/teman
Laki-laki 0,60 7,77 20,77 67,40 3,45 100,00
Perempuan 0,46 6,95 18,69 67,75 6,16 100,00
Total 0,52 7,31 19,60 67,60 4,98 100,00
Tokoh agama
Laki-laki 0,67 9,48 22,87 63,58 3,41 100,00
Perempuan 0,45 7,30 21,91 64,15 6,20 100,00
Total 0,55 8,25 22,33 63,90 4,98 100,00
Tokoh masyarakat
Laki-laki 0,18 3,98 16,39 75,57 3,89 100,00
Perempuan 0,21 2,41 13,56 77,30 6,52 100,00
Total 0,19 3,09 14,79 76,55 5,37 100,00
Akademisi
Laki-laki 0,18 2,42 4,09 88,41 4,90 100,00
Perempuan 0,16 1,68 3,66 85,99 8,51 100,00
Total 0,17 2,00 3,85 87,05 6,93 100,00
Organisasi Kemasyarakatan/LSM
Laki-laki 0,16 1,96 5,73 86,72 5,42 100,00
Perempuan 0,08 1,66 4,07 84,68 9,51 100,00
Total 0,12 1,79 4,80 85,58 7,72 100,00
Pemerintah
Laki-laki 0,79 9,35 20,24 65,75 3,87 100,00
Perempuan 0,72 7,91 17,41 67,04 6,93 100,00
Total 0,75 8,54 18,65 66,47 5,59 100,00
KPK dan Lembaga Negara lainnya
Laki-laki 0,99 8,58 12,77 72,63 5,03 100,00
Perempuan 0,85 6,52 11,64 72,24 8,75 100,00
Total 0,91 7,42 12,13 72,41 7,13 100,00
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 143
Lampiran Tabel 37. Persentase Frekuensi Mendapatkan Pengetahuan tentang Anti Korupsi dari Beberapa
Media Selama 12 Bulan Terakhir menurut Klasifikasi Wilayah, 2013
Jenis Media Klasifikasi
Wilayah Sangat Sering
Sering Kadang-kadang
Tidak Pernah
Tidak Tahu
Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Televisi
Perkotaan 12,11 38,65 28,83 18,56 1,84 100,00
Perdesaan 4,90 26,00 29,99 32,40 6,72 100,00
Total 8,32 31,99 29,44 25,84 4,41 100,00
Radio
Perkotaan 0,20 3,44 10,88 82,04 3,43 100,00
Perdesaan 0,22 1,56 6,17 84,71 7,33 100,00
Total 0,21 2,45 8,40 83,45 5,49 100,00
Koran/Majalah
Perkotaan 1,51 10,90 17,34 66,78 3,47 100,00
Perdesaan 0,11 2,58 7,23 82,32 7,77 100,00
Total 0,77 6,52 12,02 74,96 5,73 100,00
Internet
Perkotaan 0,67 4,37 7,42 80,76 6,78 100,00
Perdesaan 0,07 0,84 1,74 85,22 12,13 100,00
Total 0,36 2,51 4,43 83,11 9,60 100,00
Alat peraga (spanduk, pamflet, brosur, stiker, dsb)
Perkotaan 0,41 6,58 21,23 68,46 3,31 100,00
Perdesaan 0,11 2,03 10,84 78,08 8,93 100,00
Total 0,25 4,19 15,76 73,53 6,27 100,00
Penyampaian secara langsung (pidato, khutbah, nasehat, dsb )
Perkotaan 0,80 8,98 27,59 60,14 2,49 100,00
Perdesaan 0,25 4,72 20,11 67,47 7,44 100,00
Total 0,51 6,74 23,65 64,00 5,10 100,00
LAMPIRAN
142 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Lampiran Tabel 36. Persentase Frekuensi Mendapatkan Pengetahuan tentang Anti Korupsi dari Beberapa
Sumber Selama 12 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, 2013
Sumber Informasi
Jenis Kelamin
Sangat Sering
Sering Kadang-kadang
Tidak Pernah
Tidak Tahu
Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Keluarga/kerabat/teman
Laki-laki 0,60 7,77 20,77 67,40 3,45 100,00
Perempuan 0,46 6,95 18,69 67,75 6,16 100,00
Total 0,52 7,31 19,60 67,60 4,98 100,00
Tokoh agama
Laki-laki 0,67 9,48 22,87 63,58 3,41 100,00
Perempuan 0,45 7,30 21,91 64,15 6,20 100,00
Total 0,55 8,25 22,33 63,90 4,98 100,00
Tokoh masyarakat
Laki-laki 0,18 3,98 16,39 75,57 3,89 100,00
Perempuan 0,21 2,41 13,56 77,30 6,52 100,00
Total 0,19 3,09 14,79 76,55 5,37 100,00
Akademisi
Laki-laki 0,18 2,42 4,09 88,41 4,90 100,00
Perempuan 0,16 1,68 3,66 85,99 8,51 100,00
Total 0,17 2,00 3,85 87,05 6,93 100,00
Organisasi Kemasyarakatan/LSM
Laki-laki 0,16 1,96 5,73 86,72 5,42 100,00
Perempuan 0,08 1,66 4,07 84,68 9,51 100,00
Total 0,12 1,79 4,80 85,58 7,72 100,00
Pemerintah
Laki-laki 0,79 9,35 20,24 65,75 3,87 100,00
Perempuan 0,72 7,91 17,41 67,04 6,93 100,00
Total 0,75 8,54 18,65 66,47 5,59 100,00
KPK dan Lembaga Negara lainnya
Laki-laki 0,99 8,58 12,77 72,63 5,03 100,00
Perempuan 0,85 6,52 11,64 72,24 8,75 100,00
Total 0,91 7,42 12,13 72,41 7,13 100,00
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 143
Lampiran Tabel 37. Persentase Frekuensi Mendapatkan Pengetahuan tentang Anti Korupsi dari Beberapa
Media Selama 12 Bulan Terakhir menurut Klasifikasi Wilayah, 2013
Jenis Media Klasifikasi
Wilayah Sangat Sering
Sering Kadang-kadang
Tidak Pernah
Tidak Tahu
Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Televisi
Perkotaan 12,11 38,65 28,83 18,56 1,84 100,00
Perdesaan 4,90 26,00 29,99 32,40 6,72 100,00
Total 8,32 31,99 29,44 25,84 4,41 100,00
Radio
Perkotaan 0,20 3,44 10,88 82,04 3,43 100,00
Perdesaan 0,22 1,56 6,17 84,71 7,33 100,00
Total 0,21 2,45 8,40 83,45 5,49 100,00
Koran/Majalah
Perkotaan 1,51 10,90 17,34 66,78 3,47 100,00
Perdesaan 0,11 2,58 7,23 82,32 7,77 100,00
Total 0,77 6,52 12,02 74,96 5,73 100,00
Internet
Perkotaan 0,67 4,37 7,42 80,76 6,78 100,00
Perdesaan 0,07 0,84 1,74 85,22 12,13 100,00
Total 0,36 2,51 4,43 83,11 9,60 100,00
Alat peraga (spanduk, pamflet, brosur, stiker, dsb)
Perkotaan 0,41 6,58 21,23 68,46 3,31 100,00
Perdesaan 0,11 2,03 10,84 78,08 8,93 100,00
Total 0,25 4,19 15,76 73,53 6,27 100,00
Penyampaian secara langsung (pidato, khutbah, nasehat, dsb )
Perkotaan 0,80 8,98 27,59 60,14 2,49 100,00
Perdesaan 0,25 4,72 20,11 67,47 7,44 100,00
Total 0,51 6,74 23,65 64,00 5,10 100,00
LAMPIRAN
144 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Lampiran Tabel 38. Persentase Frekuensi Mendapatkan Pengetahuan tentang Anti Korupsi dari Beberapa
Media Selama 12 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, 2013
Jenis Media Jenis
Kelamin Sangat Sering
Sering Kadang-kadang
Tidak Pernah
Tidak Tahu
Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Televisi
Laki-laki 9,17 33,95 29,40 24,39 3,09 100,00
Perempuan 7,65 30,46 29,47 26,98 5,44 100,00
Total 8,32 31,99 29,44 25,84 4,41 100,00
Radio
Laki-laki 0,21 2,36 9,73 83,66 4,03 100,00
Perempuan 0,21 2,53 7,37 83,28 6,62 100,00
Total 0,21 2,45 8,40 83,45 5,49 100,00
Koran/Majalah
Laki-laki 0,98 8,39 13,52 73,07 4,04 100,00
Perempuan 0,61 5,06 10,85 76,43 7,05 100,00
Total 0,77 6,52 12,02 74,96 5,73 100,00
Internet
Laki-laki 0,47 3,28 5,34 83,42 7,49 100,00
Perempuan 0,27 1,91 3,73 82,87 11,23 100,00
Total 0,36 2,51 4,43 83,11 9,60 100,00
Alat peraga (spanduk, pamflet, brosur, stiker, dsb)
Laki-laki 0,43 4,93 17,64 72,27 4,73 100,00
Perempuan 0,11 3,61 14,31 74,51 7,46 100,00
Total 0,25 4,19 15,76 73,53 6,27 100,00
Penyampaian secara langsung (pidato, khutbah, nasehat, dsb )
Laki-laki 0,64 7,81 25,22 62,62 3,71 100,00
Perempuan 0,41 5,90 22,43 65,08 6,18 100,00
Total 0,51 6,74 23,65 64,00 5,10 100,00
LAMPIRAN
144 INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013
Lampiran Tabel 38. Persentase Frekuensi Mendapatkan Pengetahuan tentang Anti Korupsi dari Beberapa
Media Selama 12 Bulan Terakhir menurut Jenis Kelamin, 2013
Jenis Media Jenis
Kelamin Sangat Sering
Sering Kadang-kadang
Tidak Pernah
Tidak Tahu
Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
Televisi
Laki-laki 9,17 33,95 29,40 24,39 3,09 100,00
Perempuan 7,65 30,46 29,47 26,98 5,44 100,00
Total 8,32 31,99 29,44 25,84 4,41 100,00
Radio
Laki-laki 0,21 2,36 9,73 83,66 4,03 100,00
Perempuan 0,21 2,53 7,37 83,28 6,62 100,00
Total 0,21 2,45 8,40 83,45 5,49 100,00
Koran/Majalah
Laki-laki 0,98 8,39 13,52 73,07 4,04 100,00
Perempuan 0,61 5,06 10,85 76,43 7,05 100,00
Total 0,77 6,52 12,02 74,96 5,73 100,00
Internet
Laki-laki 0,47 3,28 5,34 83,42 7,49 100,00
Perempuan 0,27 1,91 3,73 82,87 11,23 100,00
Total 0,36 2,51 4,43 83,11 9,60 100,00
Alat peraga (spanduk, pamflet, brosur, stiker, dsb)
Laki-laki 0,43 4,93 17,64 72,27 4,73 100,00
Perempuan 0,11 3,61 14,31 74,51 7,46 100,00
Total 0,25 4,19 15,76 73,53 6,27 100,00
Penyampaian secara langsung (pidato, khutbah, nasehat, dsb )
Laki-laki 0,64 7,81 25,22 62,62 3,71 100,00
Perempuan 0,41 5,90 22,43 65,08 6,18 100,00
Total 0,51 6,74 23,65 64,00 5,10 100,00
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 i
Katalog BPS : 4407001 INDEKS
PERILAKU
ANTI
KORUPSI
Katalog BPS : 4407002
2013
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 i
Katalog BPS : 4407001 INDEKS
PERILAKU
ANTI
KORUPSI
Katalog BPS : 4407002
2013
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 i
Katalog BPS : 4407001 INDEKS
PERILAKU
ANTI
KORUPSI
Katalog BPS : 4407002
2013
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 i
Katalog BPS : 4407001 INDEKS
PERILAKU
ANTI
KORUPSI
Katalog BPS : 4407002
2013
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 i
Katalog BPS : 4407001 INDEKS
PERILAKU
ANTI
KORUPSI
Katalog BPS : 4407002
2013
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 i
Katalog BPS : 4407001 INDEKS
PERILAKU
ANTI
KORUPSI
Katalog BPS : 4407002
2013
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 145
Badan Pusat Statistik Jl. Dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 Telp.: (021) 3841195, 3842508, 3810291-4. Fax.: (021) 3857046 Homepage: http://www.bps.go.id E-mail: [email protected]
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 145
Badan Pusat Statistik Jl. Dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 Telp.: (021) 3841195, 3842508, 3810291-4. Fax.: (021) 3857046 Homepage: http://www.bps.go.id E-mail: [email protected]
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 145
Badan Pusat Statistik Jl. Dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 Telp.: (021) 3841195, 3842508, 3810291-4. Fax.: (021) 3857046 Homepage: http://www.bps.go.id E-mail: [email protected]
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 145
Badan Pusat Statistik Jl. Dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 Telp.: (021) 3841195, 3842508, 3810291-4. Fax.: (021) 3857046 Homepage: http://www.bps.go.id E-mail: [email protected]
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 145
Badan Pusat Statistik Jl. Dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 Telp.: (021) 3841195, 3842508, 3810291-4. Fax.: (021) 3857046 Homepage: http://www.bps.go.id E-mail: [email protected]
INDEKS PERILAKU ANTI KORUPSI 2013 145
Badan Pusat Statistik Jl. Dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 Telp.: (021) 3841195, 3842508, 3810291-4. Fax.: (021) 3857046 Homepage: http://www.bps.go.id E-mail: [email protected]
KerjasamaBadan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas)dan Badan Pusat Statistik
IND
EKS PER
ILAK
U A
NTI K
OR
UPSI 2013
Cover SPAK.indd 1 14/10/2014 15:22:09