SKRIPSI PENINGKATAN KEMAMPUAN …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/11/SKRIPSI4.pdf ·...

115
SKRIPSI PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGEMBANGKAN HASIL WAWANCARA MENJADI KARANGAN NARATIF DENGAN PENDEKATAN INTEGRATIF SISWA KELAS VII E SMP NEGERI 2 BANGLI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 OLEH: NI WAYAN SUMIANI 10.8.03.51.31.1.5.2979 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR 2014

Transcript of SKRIPSI PENINGKATAN KEMAMPUAN …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/11/SKRIPSI4.pdf ·...

SKRIPSI

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGEMBANGKAN HASIL WAWANCARA

MENJADI KARANGAN NARATIF DENGAN PENDEKATAN INTEGRATIF

SISWA KELAS VII E SMP NEGERI 2 BANGLI

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

OLEH:

NI WAYAN SUMIANI

10.8.03.51.31.1.5.2979

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

2014

i

SKRIPSI

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGEMBANGKAN HASIL WAWANCARA

MENJADI KARANGAN NARATIF DENGAN PENDEKATAN INTEGRATIF

SISWA KELAS VII E SMP NEGERI 2 BANGLI

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

OLEH:

NI WAYAN SUMIANI

10.8.03.51.31.1.5.2979

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

2014

ii

SKRIPSI

SKRIPSI INI DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN

MEMPEROLEH GELAR SARJANAPENDIDIKAN PROGRAM S1 PADA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MAHASARASWATI

DENPASAR

MENYETUJUI

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Dra. I G.A Pt Tuti Indrawati,M.Hum Dr.Drs.Nyoman Suparsa,M.S

NIP.19620219 198803 2 001 NIP.19601218 198602 1 001

iii

TIM PENGUJI

UJIAN SKRIPSI SARJANA PENDIDIKAN PROGRAM SI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

PENGUJI UTAMA,

Dra. A.A Rai Laksmi, M.Hum

NIP. 19590225 198703 2 001

Penguji I, Penguji II,

Dra.IG.A.Pt Tuti Indrawati, M.Hum Dr.Drs.Nyoman Suparsa.M.S

NIP. 19620219 198803 2 001 NIP.1960 1218 19860 2 1001

iv

DITERIMA OLEH PANITIA UJIAN SKRIPSI

SARJANA PENDIDIKAN PROGRAM S1

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

Hari :

Tanggal :

MENGESAHKAN :

KETUA , SEKRETARIS,

Prof. Dr. Wayan Maba Dra.Ni Luh Sukanadi,M.Hum

NIP. 19581231 198303 1 032 NIP. 19610101 198703 2 002

v

KATA PERSEMBAHAN

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha

Esa atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas berkat dan

rahmat-Nya, penulis dapat tepat waktu menyelesaikan

penyusunan karya ilmiah ini.

Melalui skripsi ini penulis persembahkan kepada :

1. Kedua orang tuaku yang tercinta serta mertuaku,

yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan.

2. Suami dan anak-anakku yang tercinta, yang selalu

membuatku semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Adik-adikku tercinta yang selalu memberikan

dukungan.

vi

MOTTO

Kesuksesan belajar itu bukan karena kecerdasan, melainkan

karena besarnya kemauan dan kesungguhan hati, untuk

meraih sukses tidaklah mudah kita harus sabar dan tetaplah

berdoa serta lakukan dengan usaha kelak kesuksesan akan

tercapai.

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan rahmat-Nya melimpahkan segala yang telah diberikan kepada penulis

sehingga penulis dapat mengerjakan proses penyusunan skripsi dari awal hingga

akhir. Selama proses penyusunan, tentu ada banyak pihak yang penulis libatkan

dalam proses penyusunan skripsi ini agar penulis dapat mengatasi kesulitan-

kesulitan yang penulis hadapi.Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dr.Drs. I Made Sukamerta.M.Pd selaku Rektor Universitas Mahasaraswati

Denpasar, atas fasilitas dan motivasi yang diberikan kepada penulis selama

menjadi mahasiswa;

2. Bapak Prof. Dr. Wayan Maba selaku Dekan FKIP UNMAS Denpasar

yang telah banyak memberikan nasehat dan petunjuk kepada penulis;

3. Ibu Dra. Ni Luh Sukanadi, M.Hum, selaku Ketua Program Studi (KPS)

Pendidikan Bahasa dab Sastra Indonesia FKIP UNMAS Denpasar, yang

telah memberikan peluang kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini;

4. Ibu Dra. I G.A Tuti Indrawati, M.Hum, selaku pembimbing I yang banyak

memberikan masukan dan bimbingan sehingga semakin terbuka wawasan

keilmuan dalam penyusunan skripsi ini;

5. Bapak Dr. Drs. Nyoman Suparsa, M.S, selaku pembimbing II yang banyak

memberikan bimbingan dan meluangkan waktunya dalam menyusun

skripsi ini;

6. Bapak dan Ibu Dosen pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia yang telah mengasuh penulis selama berada di fakultas

viii

Keguruan dan Ilmu pendidikan universitas Mahasaraswati yang telah

membagi ilmunya;

7. Lembaga FKIP UNMAS Denpasar yang sudah menyediakan sarana dan

prasarana yang menunjang aktivitas perkuliahan serta penulisan skripsi ini.

8. Bapak Kepala Sekolah SMP Negeri 2 Bangli atas izinnya untuk

melakukan penelitian di sekolah tersebut guna memperoleh data yang

diperlukan dalam menyusun skripsi ini;

9. Guru pengajar Bahasa Indonesia di kelas VII E SMP Negeri 2 bangli yang

telah banyak berkontribusi dalam pengumpulan data dalam penelitian;

10. Siswa kelas VII E SMP Negeri 2 Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014 yang

telah bersedia menjadi subjek penelitian dalam skripsi yang penulis susun;

dan

11. Rekan-rekan mahasiswa yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu

atas segala bantuannya di dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi yang penulis susun masih banyak kekurangannya,

karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat

membangun guna penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi orang lain.

Denpasar, Agustus 2014

Penulis

ix

DAFTAR ISI

Isi Halaman

JUDUL ……………………………………………………………… i

PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………………… ii

TIM PENGUJI……………………………………………………… iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN………………………………… iv

KATA PERSEMBAHAN………………………………………….. v

MOTTO………………………………………………………………. vi

KATA PENGANTAR……………………………………………… vii

DAFTAR ISI……………………………………………………… … ix

DAFTAR TABEL………………………………………………… … xi

DAFTAR GRAFIK………………………………………………… . xii

ABSTRAK………………………………………………………….. xiii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………………. 1

1.2 Rumusan Masalah……………………………………….............. 6

1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………… 7

1.4 Ruang Lingkup Penelitian………………………………............. 7

1.5 Manfaat Penelitian………………………………………………. 8

1.6 Asumsi…………………………………………………………… 9

BAB II. LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Naratif……………………………………………… … 10

2.2 Pengertian Pendekatan………………………………………….. 13

2.3 Keterampilan Berbicara………………………………………… 20

2.4 Keterampilan Menulis…………………………………………… 23

x

Isi Halaman

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian………………………………………………….. 24

3.2 Subjek, Objek, dan Tempat Penelitian………………… ………… 25

3.2.1 Subjek Penelitian………………………………. ………… 25

3.2.2 Objek Penelitian……………………………….. ………… 25

3.2.3 Tempat Penelitian……………………………… ………… 26

3.3 Rancangan Penelitian………………………………… ………… 26

3.4 Prosedur Penelitian…………………………………… ………… 30

3.5 Metode Pengumpulan Data………………………….. ………… 34

3.6 Analisis Data…………………………………………. ………… 41

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian………………………………………. ………… 42

4.1.1 Refleksi Awal………………………………. ………… 43

4.1.2 Hasil Data Penelitian Siklus I……………… ………… 46

4.1.3 Hasil Data Penelitian Siklus II………………. ………… 52

4.1.4 Hasil Data Penelitian Siklus III……………. ………… 57

4.1.5 Rekapitulasi Hasil Penelitian…………………………. 61

4.2 Pembahasan……………………………………………………..... 62

BAB V. PENUTUP

5.1 Simpulan ………………………………………………………. .. 65

5.2 Saran…………………………………………………………... .. 67

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

0.1 Skenario Pembelajaran……………………………………….. 33

0.2 Kriteria Penilaian………………………………………………. 38

0.3 Pedoman Penskoran………………………………………….. 41

0.4 Hasil Tes Awal Kemampuan Mengembangkan Hasil

Wawancara Menjadi Karangan Naratif Siswa Kelas VII E

SMP Negeri 2 Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014…………… 44

0.5 Persentase tes Awal (Prasiklus)……………………………… 45

0.6 Hasil Tes Siklus I Kemampuan Mengembangkan Hasil

Wawancara Menjadi Karangan Naratif Siswa Kelas VII E

SMP Negeri 2 Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014…………… 47

0.7 Persentase Data Siklus I…………………………………….. 49

0.8 Skenario Pembelajaran……………………………………… 52

0.9 Hasil Tes Siklus II Kemampuan Mengembangkan Hasil

Wawancara Menjadi Karangan Naratif Siswa Kelas VII E

SMP Negeri 2 Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014…………… 54

10. Persentase Data Siklus II……………………………………… 56

11. Skenario Pembelajaran……………………………………….. 57

12. Hasil TesSiklus III Kemampuan Mengembangkan Hasil

Wawancara Menjadi Karangan Naratif Siswa Kelas VII E

SMP Negeri 2 Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014…………… 59

13.Persentase Data Siklus III…………………………………….. 61

14. Rekapitulasi Hasil Tes Awal, Siklus I, Siklus II, Siklus III,

dalam Peningkatan Kemampuan Mengembangkan Hasil

Wawancara Menjadi Karangan Naratif Siswa Kelas VII E SMP

Negeri 2 BangliTahun Pelajaran 2013/2014………………… 62

xii

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

0.1 Tes Awal, Siklus I, Siklus II, Siklus III………………… 65

xiii

ABSTRAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGEMBANGKAN HASIL

WAWANCARA MENJADI KARANGAN NARATIF

DENGAN PENDEKATAN INTEGRATIF

SISWA KELAS VII E SMP NEGERI 2 BANGLI

TAHUN PELAJARAN 20013/20014

Nama : Ni Wayan Sumiani

NPM : 10.8.03.51.31.1.5.2979

Tebal : xiv, 67 Halaman

Tahun : 2014

Berdasarkan observasi awal pada tanggal 05 Mei 2014. Motivasi dan

kemampuan menulis siswa sangat rendah yang ditandai siswa sering merasa jenuh

jika disuruh mengarang, tidak ada siswa yang mempunyai kemampuan yang

menonjol dalam pembelajaran mengarang, hasil karangan siswa masih agak

singkat rata-rata ½ halaman, ide/gagasan siswa kurang berkembang, penggunaan

tanda baca serta ejaan kalimatnya kurang terarah, perpaduan paragraf juga kurang

diperhatikan, rata-rata siswa yang mencapai KKM hanya 41%. Melihat fenomena

itu, terdorong keinginan penulis untuk meneliti kemampuan mengembangkan

hasil wawancara menjadi karangan naratif. Berdasarkan latar belakang diatas

penulis mengambil judul ’’ Peningkatan Kemampuan Mengembangkan Hasil

Wawancara menjadi Karangan Naratif dengan Pendekatan Integratif siswa kelas

VII E SMP Negeri 2 Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014’’.

Rumusan masalah penelitian ini (1) Apakah pendekatan integratif dapat

meningkatkan kemampuan mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan

naratif.(2) Bagaimana langkah-langkah penerapan pendekatan integratif dalam

meningkatkan kemampuan mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan

naratif.Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada kemampuan

mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa kelas VII E

SMP Negeri 2 Bangli dalam mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan

naratif dengan menggunakan pendekatan integratif. Untuk mengetahui langkah-

langkah penerapan pendekatan integratif dalam meningkatkan kemampuan

mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif siswa kelas VII E

SMP Negeri 2 Bangli tahun pelajaran 2013/2014.

Penelitian ini membahas beberapa hal sebagai acuan dalam melakukan

penelitian yaitu (1)Pengertian Naratif, (2)Pengertian Pendekatan Integratif,

(3)Keterampilan Berbicara, (4) Keterampilan Menulis. Penelitian ini

menggunakan Penelitian Tindakan kelas (PTK).Subjek penelitian ini adalah siswa

kelas VII E SMP Negeri 2 Bangli yang berjumlah 28 orang dengan komposisi

laki-laki berjumlah 13 orang dan perempuan berjumlah 15 orang.Objek penelitian

xiv

ini adalah penerapan pendekatan integratif.Tempat penelitian ini dilaksanakan di

SMP Negeri 2 Bangli. Metode pengumpulan data penelitian ini ada dua 1) Metode

Tes,2) Metode Observasi. Penelitian ini dilakukan dengan 3 siklus. Pada prasiklus

dengan persentase nilai rata-rata 4,71 dikatagorikan hampir cukup.Siklus I dengan

persentase rata-rata siswa 6,14 dikategorikan cukup. Siklus II dengan persentase

nilai rata-rata 7,0 dikatagorikan lebih dari cukup. Siklus III dengan persentase

nilai rata-rata 7,64 dikatagorikan baik, ini berarti aktivitas siswa dalam

mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif sudah mencapai

kategori ketuntasan atau memenuhi KKM.

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa pendekatan

integratif dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan aktivitas siswa dalam

mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif siswa kelas VII E

SMP Negeri 2 Bangli tahun pelajaran 2013/2014. Langkah – langkah yang

diterapkan dalam pendekatan Integratif, (1) Berwawancara (2) Menulis Hasil

Wawancara (3) Menulis karangan.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka diharapkan siswa perlu

melatih kemampuan mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif

dengan pendekatan integratif. Selain itu siswa diharapkan lebih meningkatkan

berbagai aktivitas dan mengembangkan berbagai metode belajar sekaligus sebagai

sarana memperluas pengetahuan dan wawasan. Dalam proses mengajar sebaiknya

guru menggunakan strategi mengajar yang bervariasi dengan memperhatikan

kondisi siswa. Dengan demikian motivasi siswa akan meningkat pada mata

pelajaran mengembangkan hasil wawancara. Disarankan bagi peneliti berikutnya

untuk dapat mengembangkan penelitian tentang metode pembelajaran, sebab pada

dasarnya terdapat beberapa metode pembelajaran yang lain yang dapat digunakan

untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.

Kata kunci : Wawancara, Karangan Naratif, Pendekatan Integratif

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah diarahkan pada penguasaan

empat keterampilan berbahasa dan sastra.Pada keempat keterampilan berbahasa

siswa diharapkan terampil menyimak, berbicara, membaca serta menulis.Keempat

keterampilan ini menjadi faktor pendukung dalam menyajikan pikiran, gagasan,

dan pendapat, baik secara lisan maupun secara tertulis sesuai dengan konteks

komunikasi yang harus dikuasai oleh pemakai bahasa. Keterampilan berbahasa

menurut aktivitas penggunaannya terbagi dalam keterampilan yang bersifat

reseptif dan keterampilan yang bersifat produktif. Menurut Tarigan(1981:2)

keterampilan membaca dan menyimak merupakan keterampilan reseptif,

sedangkan keterampilan menulis dan berbicara merupakan keterampilan

produktif, karena keterampilan reseptif hanya mengandalkan kemampuan untuk

menerima informasi. Hal ini berkebalikan dengan keterampilan produktif yang

dituntut untuk menghasilkan sesuatu berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh

seseorang berupa ide, gagasan atau menghasilkan sebuah produk, karena sifatnya

menghasilkan produk, maka keterampilan berbicara dianggap oleh sebagian hal

yang sulit, selain itu pembelajaran berbicara di kelas lebih sedikit porsinya.

Keterampilan menulis merupakan kemampuan yang paling sulit untuk dikuasai

siswa dibandingkan dengan keterampilan berbahasa yang lain. Selain itu,

pembelajaran keterampilan menulis tampaknya belum menggembirakan.Selain

2

satu realita kongkret yang mendukung pernyataan tersebut adalah kondisi

pembelajaran keterampilan menulis di kelas VIIE.

Berdasarkan hasil observasi terhadap keadaan pembelajaran menulis di

kelas VII E serta wawancara awal yang dilakukan, diperoleh informasi bahwa

motivasi dan kemampuan menulis, termasuk menulis wacana naratif siswa masih

sangat rendah yang ditandai siswa sering merasa jenuh jika disuruh mengarang,

tidak ada siswa mempunyai kemampuan yang menonjol dalam pembelajaran

mengarang, dan hasil karangan naratif siswa sangat memprihatinkan yang

dibuktikan dengan tes mengarang siswa yang hanya sekitar 41% siswa mencapai

target KKM 72.

Karangan naratif siswa masih agak singkat (rata-rata ½ halaman),

ide/gagasan siswa kurang berkembang, kosakata yang digunakan sederhana dan

terbatas, penggunaan kalimat dan organisasi tulisan naratif kurang terarah.

Fenomena lain yang tampak berdasarkan observasi awal di sekolah tersebut

adalah sistem pembelajaran menulis yang diterapkan oleh guru cenderung

menoton (didominasi oleh penggunaan metode ceramah), pembelajaran dengan

sistem klasikal yang mengarah pada komunikasi satu arah (guru - siswa), dan

lebih berorientasi kepada penghafalan materi pembelajaran. Masalah yang timbul

dalam proses pembelajaran menulis serta kemampuan siswa dalam menulis yang

belum memadai (masih rendah) sebagaimana uraian tersebutdisebabkan oleh dua

faktor utamayaitu : faktor siswa dan faktor dari luar diri siswa, Adapun faktor

yang berasal dari siswa, antara lain: (1)motivasi siswa dalam menulis sangat

minim; (2) konsep atau bahan yang dimiliki siswa untuk dikembangkan menjadi

3

tulisan sangat terbatas; (3) kemampuan siswa menafsirkan fakta untuk ditulis

sangat rendah; (4) kemampuan siswa menuangkan gagasan atau pikiran ke dalam

bentuk kalimat-kalimat yang mempunyai kesatuan yang logis dan padu serta

diikat oleh struktur bahasa. Adapun faktor yang berasal dari luar diri siswa, antara

lain: (1) sarana dan metode atau strategi pembelajaran menulis belum efektif; (2)

kurangnya hubungan antara guru dan siswa serta dengan siswa lainnya sehingga

proses interaksi menjadi vakum. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa dibutuhkan

pembenahan dalam pembelajaran menulis.Kompetensi siswa dalam menulis

karangan naratif dapat ditingkatkan dengan membenahi segala hal yang menjadi

titik kelemahan siswa dalam menulis. Secara umum, menulis merupakan suatu

proses berupa pengelolaan ide atau gagasan dari tema atau topik yang dipilih

untuk dikomunikasikan dan pemilihan jenis wacana tertentu yang sesuai atau tepat

dengan situasi dan konteksnya.

Pendekatan integratif ini merupakan proses pengintegrasian atau

penggabungan interbidang studi yaitu berbicara dan menulis, serta dalam

penyampaian materi dapat menyebabkan siswa tidak merasakan perpindahan

materi. Pendekatan integratif penting karena dapat digunakan dalam pembelajaran

untuk meningkatkan kemampuan wawancara siswa.Dalam pembelajaran Bahasa

Indonesia, integratif interbidang studi lebih banyak digunakan saat guru

menyampaikan pembelajaran berbicara yang perpindahannya diatur secara

tipis.Bahkan, guru pandai mengintegrasikan penyampaian materi dapat

menyebabkan siswa merasakan perpindahan materi.Integratif sangat diharapkan

dalam pembelajaran Bahasa Indonesia oleh kurikulum berbasis kompetensi

4

ini.Pengintegrasiannya diaplikasikan sesuai kompotensi dasar yang perlu dimiliki

siswa.Materi tidak bisa dipisah-pisahkan, materi harus dikemas secara menarik.

Kemampuan menulis yang menuntut kemampuan untuk dapat melahirkan

dan menyatakan kepada orang lain tentang hal yang dirasakan, dikehendaki, dan

dapat dipikirkan dengan bahasa tulisan. Keterampilan menulis bukanlah

kemampuan yang diwarisi turun-temurun dan tidak datang dengan

sendirinya.Keterampilan ini menuntut pelatihan yang cukup teratur serta

pembelajaran yang terprogram. Dalam proses belajar menulis (mengarang),

berbagai kemampuan itu tidak mungkin dikuasai siswa secara serentak. Semua

kemampuan itu dapat dikuasai siswa melalui suatu proses, setahap demi setahap.

Oleh karena, kemampuan itu tidak dapat dikuasai secara serentak, untuk

mempermudah mempelajari perlu dibuat skala prioritas.Penentuan prioritas ini

diharapkan dapat digunakan sebagai strategi dasar untuk memulai belajar menulis,

sebagai strategi dasar, prioritas yang dimaksud tentu saja tidak hanya berupa suatu

rangkaian kemampuan yang mengarah pada terbentuknya sebuah tulisan.

Karangan merupakan pernyataan gagasan atau ide yang bersumber dari

pengalaman, pengamatan, imajinasi, pendapat, dan keyakinan dengan

menggunakan media tulis sebagai alatnya.Menyusun sebuah karangan bukanlah

hal yang mudah. Adakalanya siswa memiliki pengetahuan, gagasan ide yang luas

tetapi sangat susah menuangkan dalam bentuk tertulis. Siswa kadang tidak

mampu merangkai kata yang membentuk sebuah paragraf. Siswa kadang kurang

menyadari hubungan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Akhirnya

sering ditemukan beberapa kalimat sumbang.Kalimat sumbang dalam sebuah

5

paragraf dapat menimbulkan kekaburan makna atau isi sebuah karangan.

Sebaliknya, sebuah karangan akan lebih mudah dipahami jika kalimat-kalimatnya

tersusun rapi. Sebuah tulisan pada dasarnya merupakan perwujudan hasil

penalaran siswa. Penalaran ini terutama terkait dengan proses penafsiran fakta

sebagai ide dasar untuk dikembangkan menjaditulisan. Setiap penulis harus dapat

menuangkan pikiran atau gagasannya secara cermat ke dalam tulisannya. Salah

satu cara yang dapat digunakan untuk memunculkan ide adalah dengan curah

gagasan. Curah gagasan yang digunakan untuk menuntun siswa

mengembangkanidenya berdasarkan fakta yang ada di sekitar siswa atau peristiwa

yang pernah dialami siswa.

Untuk memperoleh bahan informasi atau bahan yang akan ditulis oleh

siswa, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menuntun siswa mencermati

suatu bentuk teks dan menyajikannya kembali dalam bentuk yang berbeda,

misalnya dari teks wawancara menjadi karangan naratif. Hal itu merupakan salah

satu kompetensi dasar menulis yang diharapkan dimiliki oleh siswa kelas VII

SMP sebagai penguasaan empat pembelajaran menulis, yaitu kemampuan

mengubah jenis tulisan (wacana) yang satu ke jenis tulisan (wacana) yang lain,

termasuk pengubahan teks wawancara yang berbentuk dialog ke dalam bentuk

wacana yang berbentuk monolog, seperti karangan naratif. Wawancara dengan

narasumber (siswa) merupakan salah satu sumber informasi yang

aktual.Mewawancarai seseorang merupakan salah satu teknik untuk memperoleh

informasi sebagai bahan tulisan.Hasil wawancara dapat dikembangkan dan

disajikan dalam bentuk paragraf -paragraf.

6

Berkaitan dengan pembelajaran berbicara, khususnya wawancara

membahas keefektivan pendekatan integratif dalam peningkatan kemampuan

wawancara siswa kelas VII SMP Negeri 2 Bangli. Hal ini didasarkan pada

beberapa alasan, yaitu (1) pembelajaran dengan pendekatan integratif belum

pernah digunakan dalam pembelajaran wawancara pada kelas VII SMP Negeri 2

Bangli, (2) untuk mengetahui pendekatan ini dapat menghasilkan keterampilan

wawancara yang lebih baik.

Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini dilakukan dengan judul

“Peningkatan Kemampuan Mengembangkan Hasil Wawancara menjadi Karangan

Naratif dengan Pendekatan Integratif Siswa Kelas VIIE SMP Negeri 2 Bangli

Tahun Pelajaran 2013/2014.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian

ini.

1. Apakah pendekatan integratif dapat meningkatkan kemampuan

mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif siswa kelas

VIIESMP Negeri 2 Bangli tahun pelajaran 2013/2014?

2. Bagaimanakah langkah-langkah penerapan pendekatan Integratif dalam

meningkatkan kemampuan mengembangkan hasil wawancara menjadi

karangan naratif siswa kelas VIIE SMP Negeri 2 Bangli tahun pelajaran

2013/2014?

7

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan

khusus

1. Tujuan Umum

a. Untuk meningkatkan kemampuan menarasikan hasil wawancara.

b. Untuk meningkatkan ketuntasan belajar siswa kelas VII E SMP Negeri

2 Bangli tahun pelajaran 2013/2014.

c. Untuk meningkatkan proses belajar mengajar.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui apakah pendekatan integratif dapat meningkatkan

kemampuan mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan

naratif siswa kelas VII E SMP Negeri 2 Bangli tahun pelajaran

2013/2014

b. Untuk mengetahui langkah–langkah penerapan pendekatan Integratif

dalam meningkatkan kemampuan mengembangkan hasil wawancara

menjadi karangan naratif siswa kelas VII E SMP Negeri 2 Bangli tahun

pelajaran 2013/2014

1.4 Ruang Lingkup Penelitian

Untuk memberi arahan yang jelas dan pasti dalam penelitian ini, maka

dipandang perlu menentukan ruang lingkup penelitian terhadap peningkatan

kemampuan mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif dengan

menggunakan pendekatan integratif siswa kelas VIIE SMP Negeri 2 Bangli

8

Tahun Pelajaran 2013/2014. Ruang lingkup dalam penelitian ini difokuskan pada

kemampuan mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana memperkuat teori

pengajaran berbicara khususnya wawancara yang ada.

b. Bahan kajian dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran

menulis Naratif.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi siswa, yaitu melatih siswa untuk berpikir kritis, kreatif,

inovatif;meningkatkan motivasi dan rasa kesetiakawanan sosial siswa;

menumbuhkan kebiasaan dan mengembangkan kemampuan dalam

menulis dan meningkatkan berbicara siswa khususnya keterampilan

wawancara.

b. Manfaat bagi Guru,dapat mengembangkan keterampilam praktik

pembelajaran jugadapat mengadakan perbaikan dan peningkatan praktik

pembelajaran.

c. Manfaat bagi Peneliti, sebagai bahan masukan atau pengalaman dalam

melakukan penelitian tindakan kelas, khususnya yang terkait dengan

cara meningkatkan kemampuan mengembangkan hasil wawancara

menjadi karangan naratif.

9

1.6 Asumsi

Asumsi merupakan paduan dari kata postulat (dalil) keduanya disejajarkan

dasar atau praduga dalam Bahasa Indonesia.Jadi asumsi atau anggapan dasar

diartikan sebagai jawaban sementara atau perkiraan saja yang tidak perlu

dibuktikan lagi, yang menjadi asumsi penelitian ini adalah :

1. Pengajaran Bahasa Indonesia telah berorientasi pada Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP), sehingga proses pembelajaran dan

pelaksanaan evaluasinya telah terencana sistematis;

2. Kondisi sekolah maupun keprofesionalan guru pada SMP Negeri 2 Bangli

telah memenuhi persyaratan dan kewenangan mengajar;

3. Kondisi fisik dan psikologi siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia

adalah sama;

4. Semua siswa mendapat pelajaran bahasa Indonesia yang sama, baik

kualitas maupun kuantitasnya; dan

5. Perbedaan jenis kelamin siswa tidak berpengaruh terhadap hasil penelitian.

10

BAB II

LANDASAN TEORI

Penelitian yang baik adalah penelitian yang berdasarkan teori. Tujuan

penelitian akan berhasil dengan baik, jika menggunakan beberapa acuan satuan

teori yang relevan dengan masalah yang dibahas. Buku acuan yang dimaksud,

pada dasarnya memuat penerapan teori struktural yang secara nyata mampu

memberi penjelasan terhadap permasalahan yang muncul dalam penelitian.

Sehubungan dengan hal di atas,peneliti menyajikan beberapa satuan teori

sebagai landasan berpijak dalam melakukan penelitian ini antara lain: (1)

PengertianNaratif, (2)Pengertian pendekatan Integratif, (3)Keterampilan

Berbicara, (4)Keterampilan Menulis.

2.1 Pengertian Naratif

Naratif Adalah semacam bentuk wacana yang berusaha menyajikansuatu

peristiwa atau kejadian sehingga peristiwa itu tampak seolah-olah dialami sendiri

oleh para pembaca (Keraf, 2001:17).Narasi menyajikan peristiwa berdasarkan

urutan waktu dan rangkaian peristiwa kecil-kecil yang bertalian.

Ambo Enre (1994:156) mengemukakan bahwa narasi (wacana

pengisahan) berhubungan dengan penyajian beberapa peristiwa dalam suatu

karangan yang utuh. Pokok masalahnya adalah tindakan atau perbuatan dalam

hubungannya dengan suatu peristiwa yang disusun dalam bentuk cerita. Lebih

lanjut, Ambo Enre (1994:157) berpendapat bahwa kata cerita sering dihubungkan

dengan sebuah bentuk tulisan yang menunjukkan urutan perkembangan;

11

pengisahan dalam arti sebenarnya terbatas pada peristiwa dalam kerangka waktu

tertentu. Seperti halnya dengan pemerian, narasi bertolak dari suatu perkenalan

menuju kepada hal yang lebih kongkret dan hidup. Meskipun fiksi modern

memperlihatkan beberapa teknik penceritaan, tetapi pengisahan dalam arti

dasarnya adalah rangkaian peristiwa yang dijalin sedemikian rupa untuk

mengantarkan pembaca dari suatu permulaan menuju kepada suatu akhir dengan

cara membangkitkan kesan atau kenyataan yang hidup.

Selanjutnya, Arifin & Tasai (1987:130) mengatakan bahwa karangan

narasi biasanya dihubungkan dengan cerita.Oleh karena itu, sebuah karangan

narasi atau paragraf narasi hanya terdapat dalam novel, cerpen atau hikayat.

Sejalan dengan itu, Syamsuddin, dkk. (1998:15) menyatakan bahwa karangan

naratif adalah rangkaian tuturan yang menceritakan atau menyajikan suatu hal

atau kejadian melalui penonjolan tokoh pelaku (orang I atau III) dengan maksud

memperluas pengetahuan pendengar atau pembaca. Kekuatan karangan ini

terletak pada urutan cerita berdasarkan waktu dan cara-cara bercerita yang diatur

melalui alur (plot).Jadi Narasi adalah jenis wacana berupa cerita yang menyajikan

suatu peristiwa atau kejadian berdasarkan urutan waktu sehingga peristiwa itu

tampak seolah-olah dialami sendiri oleh pembaca, bertujuan menyampaikan atau

menceritakan rangkaian peristiwa/pengalaman manusia berdasarkan

perkembangan dari waktu ke waktu.Atar Semi (2003:31) mengemukakan ciri-ciri

karangan narasi, antara lain sebagai berikut.

1. Berupa cerita tentang peristiwa/pengalaman penulis

12

Karangan narasi yang ceritanya tentang peristiwa atu kejadian yang terjadi

dalam kehidupan masyarakat dan bisa juga cerita mencerikan tentang

kehidupan pengarang.

2. Kejadian/peristiwa yang disampaikan benar terjadi dan berupa imajinasi

Sebuah karangan narasi dapat bersumber dari kejadian yang benar-benar

terjadiatau dialami (nyata atau fakta). Misalnya ketika melihat terjadinya

kecelakaan, bencana alam, banjir dan sebagainya.Karangan berupa imajinasi

yaitu karangan bersumber dari fiksi atau rekayasa bukan atas dasar kejadian

sebenarnya.

3. Berdasarkan konflik

Karangan narasi yang berdasarkan masalah.

4. Memiliki nilai estetika

Karangan narasi memiliki nilai yang berkenaan dengan seni dan keindahan

yang bersumber pada unsur perasaan(emosi) manusia.

Ambo Enre (1994:156-161) mengemukakan, bahwa unsur-unsur struktur

narasi (1) urutan waktu yakni seperangkat kejadian dalam rentang waktu, (2)

motif yakni semua pengisahan yang berhubungan dengan tindakan manusia atau

ide/tujuan yang ada pada benak pelaku yang mendorongnya melakukan suatu

tindakan, (3) pertikaian (konflik) yaitu perbenturan dua kepentingan yang

berbeda, (4) titik kisah (sudut pandang) yang paling umum digunakan adalah yang

bersifat analitik, (5) pusat perhatian yaitu cara menyelesaikan masalah yang

diciptakan dalam cerita tersebut.

13

Keraf (1989:136) mengemukakan , bahwa narasi mempunyai dua bentuk,

yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Narasi ekspositoris bertujuan

menggugah pikiran para pembaca untuk mengetahui hal yang dikisahkan.Sasaran

utamanya adalah rasio, yaitu berupa perluasan pengetahuan para pembaca sesudah

membaca kisah tersebut.Narasi ekspositoris menyampaikan informasi mengenai

berlangsungnya suatu peristiwa.Narasi ekspositoris ini dapat bersifat khas

(khusus) dan dapat bersifat generalisasi.Narasi yang bersifat khusus adalah narasi

yang berusaha menceritakan suatu peristiwa yang khas, yang hanya terjadi satu

kali, peristiwa yang tidak dapat diulang kembali. Narasi generalisasi

menyampaikan suatu proses yang umum yang dapat dilakukan secara berulang-

ulang.Narasi sugestif mempunyai tujuan atau sasaran utama untuk memberi

makna atas peristiwa atau kejadian sebagai suatu pengalaman sehingga selalu

melibatkan daya khayal/imajinasi.(Keraf,1989:137).

Jadi, dapat disimpulkan, bahwa Narasi adalah bentuk percakapan atau

tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau

pengalaman manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu sehingga

peristiwa itu tampak seolah-olah dialami sendiri oleh pembaca.

2.2 Pengertian Pendekatan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),pendekatan didefinisikan

suatu usaha dalam aktivitas untuk mengadakan hubungan dengan orang yang

diteliti,metode-metode untuk mencapai pengertian tentang masalah-masalah

penelitian. Menurut Muchlison.(1993:3),pendekatan adalah cara terbaik untuk

mencapai sesuatu, pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak

14

atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada

pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat

umum,didalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode

pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Dilihat dari pendekatannya,

pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu sebagai berikut.

1. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student

centered approach).

Pendekatan pembelajaran berorientasi pada siswa adalah pendekatan

pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subjek belajar dan kegiatan

belajar bersifat modern.Pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada siswa,

menejemen, dan pengelolaannya ditentukan oleh siswa.Pada pendekatan ini siswa

memiliki kesempatan yang terbuka untuk melakukan kreatifitas dan

mengembangkan potensinya melalui aktifitas secara langsung sesuai dengan

minat dan keinginannya.

Pendekatan ini , selanjutnya menurunkan strategi pembelajaran induktif, yaitu

pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pada strategi ini peran guru lebih

menempatkan diri sebagai fasilitator, pembimbing sehingga kegiatan belajar siswa

menjadi lebih terarah.

2. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada guru (teacher centered

approach)

Pendekatan pembelajaran berorientasi pada guru yaitu pembelajaran yang

menempatkan siswa sebagai objek dalam belajar dan kegiatan belajar bersifat

klasik.Dalam pendekatan ini guru menempatkan diri sebagai orang yang serba

15

tahu dan sebagai satu-satunya sumber belajar.Pendekatan pembelajaran yang

berpusat pada guru memiliki ciri bahwa manajemen dan pengelolaan

pembelajaran ditentukan sepenuhnya oleh guru.Peran siswa pada pendekatan ini

hanya melakukan aktivitas sesuai dengan petunjuk guru.Siswa hampir tidak

memiliki kesempatan untuk melakukan aktivitas sesuai dengan minat dan

keinginannya.Selanjutnya pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru

menurunkan strategi pembelajaran langsung (derect instruction).Pada strategi ini

peran guru sangat menentukan baik dalam pilihan isi atau materi pelajaran

maupun penentuan proses pembelajaran.

Berdasarkan dari pengertian di atas, dapat didefinisikan bahwa pendekatan

adalah suatu metode atau carayang digunakan untuk mengatasi permasalahan

dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Definisi ini sesuai dengan proses

pembelajaran, yaitu siswa diharapkan dapat memahami suatu konsep pengetahuan

dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

2.2.1Pengertian Pendekatan Integratif

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, siswa dituntut untuk

menguasai 4 keterampilan, baik itu keterampilan berbahasa maupun bersastra.

Guru harus dapat memilih pendekatan yang sesuai dengan setiap proses

pembelajaran. Hal itu diharapkan agar hasil pembelajaran siswa dapat maksimal.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Integratif adalah penggabungan

atau penyatuan, pembaharuan hingga menjadi kesatuan yang utuh. Menurut

Suyatno (2004:26), integratif berarti menyatukan beberapa aspek dalam satu

proses. Integratif terbagi menjadi interbidang studi dan antarbidang

16

studi.Interbidang studi artinya beberapa aspek dalam satu bidang studi kemudian

diintegrasikan. Misalnya, pembelajaran berbicara diintegrasikan dengan

pembelajaran menyimak dan menulis, sedangkan antar bidang studi merupakan

pengintegrasian bahan dari beberapa bidang studi.Misalnya, Bahasa Indonesia

dengan matematika atau dengan bidang studi lainnya.

Menurut Djiwandono (1996:10), pendekatan integratif diibaratkan sebuah

bahasa. Bahasa merupakan penggabungan dari bagian-bagian dan komponen-

komponen bahasa, yang bersama-sama membentuk bahasa.Bahasa merupakan

suatu integrasi dari bagian-bagian terkecil dan membentuk menjadi bagian-bagian

yang lebih besar, yang secara bertahap dan berjenjang membentuk bagian-bagian

yang lebih besar apalagi yang pada akhirnya merupakan bentukan terbesar berupa

bahasa yang seutuhnya. Sementara itu, menurut Sri Murtiningsih,(2003:6-7),

pembelajaran wawancara secara integratif merupakan pembelajaran wawancara

yang diintegrasikan dengan menulis hasil wawancara, menulis rangkuman

pendapat dan memperkenalkan diri dan orang lain dalam forum resmi.

Jadi, dapat disimpulkan, bahwa pendekatan Integratif adalah ancangan

(kebijakan) pembelajaran bahasa dengan menyajikan bahan ajar secara terpadu,

yaitu dengan menyatukan, menghubungkan atau mengaitkan bahan ajar sehingga

tidak ada yang berdiri sendiri atau terpisah-pisah.

2.2.2 Langkah-langkah Pembelajaran Wawancara dengan Pendekatan Integratif

Pembelajaran dengan pendekatan integratif merupakan sebuah proses

pengintegrasian atau penggabungan interbidang studi yaitu berbicara dan

17

menulis,maka menurut Sri Murtiningsih,(2003:104) pembelajaran dengan

pendekatan integratif dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

1) Berwawancara

Berwawancara merupakan langkah awal sebelum siswa menyusun tulisan

hasil wawancara. Sebelum siswa melakukan wawancara dengan nara

sumber (siswa), guru dan siswa berdiskusi dahulu tentang beberapa hal,

yaitu: (1) persiapan wawancara, dan (2) pemagian kelompok. Adapun

persiapan berwawancara yaitu: (1) menentukan tema/pokok masalah yang

akan ditanyakan, (2) menentukan narasumber, (3) menyusun pokok-pokok

yang akan ditanyakan. Kemudian dilakukan pembagian kelompok, satu

kelompok bisa terdiri dari 5-6 orang.Setelah melakukan persiapan

wawancara dan pembagian kelompok, para siswa bisa melakukan

wawancara dengan sikap sopan dan bahasa yang santun.

2) Menulis Hasil Wawancara

Menulis hasil wawancara ini dilakukan sebagai urutan setelah siswa

melakukan wawancara/membaca tes, siswa merangkum pokok-pokok hasil

wawancara kemudian dikembangkan menjadi karangan narasi.

3) Diskusi Hasil Wawancara

Diskusi hasil wawancara merupakan pertanggung jawaban kelompok

dalam berwawancara.Meskipun demikian, tidak boleh ada seorang siswa

pun yang membagi tugas dalam kelompoknya.Misalnya, ada yang

berwawancara, ada yang menyusun laporan, ada yang menulis.Untuk

mengantisipasi hal itu, maka dialokasikan waktu untuk diskusi.

18

4) Memperkenalkan diri dan orang lain dalam forum resmi

Pembelajaran ini pelaksanaanya bisa lebih efektif jika diintegrasikan

dengan KD keterampilan yang lain. Dalam pembahasan ini,

memperkenalkan diri dan orang lain dalam forum resmi dilaksanakan

terpadu dengan presentasi atau diskusi hasil wawancara, sebelum diskusi

atau presentasi berlangsung, moderator dapat memperkenalkan diri dan

teman-temannya yang merupakan anggota kelompok. Setelah itu baru

diskusi atau presentasi dapat dimulai.

5) Menulis rangkuman pendapat

Dalam menulis rangkuman pendapat, materi pokoknya adalah berbagai

pendapat dari para nara sumber yang diwawancarai serta diskusi

kelompok. Menulis rangkuman pendapat ini dapat dilakukan pada waktu

wawancara lalu tulisan disempurnakan ketika penyaji dalam diskusi

menyampaikan laporan hasil wawancaranya.

2.2.3 Pemanfaatan pendekatan Integratif dalam Peningkatan Kemampuan

Wawancara

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, Integratif berarti menyatukan

beberapa aspek dalam satu proses. Integratif terbagi menjadi interbidang studi

dan antar bidang studi (Suyatno 2004:26). Interbidang studi lebih banyak

digunakan saat guru menyampaikan pembelajaran berbicara yang perpindahannya

diatur secara tipis.Bahkan guru yang pandai mengintegrasikan penyampaian

materi dapat menyebabkan siswa tidak merasakan perpindahan materi. Integratif

sangat diharapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia oleh kurikulum berbasis

19

kompetensi ini.Pengintegrasian diaplikasikan sesuai kompotensi dasar yang perlu

dimiliki siswa. Materi tidak dapatdipisah-pisahkan, materi harus dikemas secara

menarik.

Dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, empat keterampilan

yang ada tidak dapat terpusat penyajiannya. Hal itu disebabkan antara satu

keterampilan dengan keterampilkan yang lain saling berkaitan atau berhubungan.

Penggunaan satu keterampilan biasanya dipadukan dengan keterampilan

berbahasa yang lain. hal itu dilakukan oleh pengajar supaya proses pembelajaran

berhasil dan mendapatkan hasil yang memuaskan.Oleh karena, pada penelitian

ini tentang pembelajaran wawancara maka pembelajaran dalam wawancara ini

diintegrasikan dengan menulis hasil wawancara, menulis rangkuman pendapat,

dan memperkenalkan diri kepada orang lain dalam forum resmi.

Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran wawancara dengan pendekatan

integratif ini kemampuan berbahasa dalam aspek berbicara akan meningkat pada

siswa ketika siswa melakukan wawancara.Dalam kegiatan ini mereka berlatih

untuk mencari informasi dengan bertanya, menanggapi lawan bicara, dan berani

menanyakan kembali informasi yang kurang jelas. Selain itu, peningkatan

kemampuan berbicara dapat dilihat pada proses pertanggung jawaban

“wawancara” yaitu dalam kegiatan diskusi hasil wawancara. Dengan pendekatan

integratif kemampuan berbahasa aspek menulis juga akan meningkat pada siswa,

yaitu dengan menulis hasil wawancara yang memperhatikan struktur ragam tulis

dan EYD.

20

Jadi dapat disimpulkan pemanfaatan pendekatan integratif dalam

peningkatan wawancara adalah dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada

siswa khususnya wawancara karena siswa yang pemalu, pendiam atau tidak berani

berbicara dengan orang lain akan timbul keberaniannya untuk berbicara.

2.3 Keterampilan Berbicara

Dalam kehidupan bermasyarakat keterampilan berbicara mempunyai

peranan penting. Untuk menyampaikan pesan atau informasi kita juga

memerlukan keterampilan berbicara agar semua pesan yang kita miliki dapat

disampaikan kepada orang lain dengan baik.

Menurut Burhan Nurgiyantoro (2001:276), berbicara adalah aktivitas

berbahasa kedua yang dilakukan manusia dalam kehidupan berbahasa, setelah

mendengarkan. Berbicara adalah berkata, bercakap. Berbahasa, melahirkan

pendapat dengan perkataan (KBBI,2005:148). Berbicara adalah kemampuan

mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan,

menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan

(Tarigan,1981:15).

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa berbicara merupakan

kegiatan mengungkapkan sesuatu hal dengan perkataan, yaitu dapat berupa

gagasan, pikiran, ide-ide dan perasaan kepada orang lain dengan menggunakan

bahasa lisan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

2.3.1 Tujuan berbicara

Kegiatan apapun yang dilakukan manusia dalam kehidupan ini selalu

mempunyai maksud dan tujuan ,begitujuga dengan kegiatan berbicara. Tujuan

21

utama kegiatan berbicara adalah untuk berkomunikasi (AzharArsjad,1993:17),

agar dapat menyampaikan informasi dengan efektif,sebaiknya pembicara betul-

betul memahami isi pembicaraannya, disamping itu juga harus mengevaluasi

komunikasinya terhadap pendengar. Jadi,bukan hanya apa yang akan dibicarakan,

tetapi bagaimana mengemukakannya.Sementara itu,menurut Tarigan (1981:15)

bahwa untuk dapat menyampaikan pikiran secara efektif sebaiknya seorang

pembicara memahami segala sesuatu yang ingin disampaikan kepada pendengar

dan prinsip-prinsip yang mendasari segala situasi pembicaraan baik secara umum

maupun perorangan.

Jadi, tujuan berbicara adalah untuk berkomunikasi serta menyampaikan informasi

secara efektif kepada pendengar atau orang lain baik secara umum maupun

perorangan.

2.3.2 Bentuk-bentuk kegiatan berbicara

Berbicara merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat produktif.seseorang

diharapkan mampu mengungkapkan gagasan,ide,pikiran dan perasaan melalui

kegiatan berbicara. Di dalam pembelajaran keterampilan berbicara, siswa harus

mendapatkan kegiatan yang dapat mengasah kemampuan berbicara.kegiatan

berbicara yang diajarkan di sekolah,pada umumnya bertujuan melatih kemampuan

berbicara secara aktif produktif. Artinya siswa dapat mengungkapkan ekspresinya

secara tertulis melalui berbagai cara. Ada beberapa bentuk kegiatan berbicara

yang dapat dilatih untuk meningkatkan dan mengembangkan keterampilan

berbicara siswa (Nurgiantoro 2001: 25-28), rinciannya sebagai berikut.

1) Berbicara berdasarkan gambar

22

Kegiatan berbicara berdasarkan gambar adalah berbicara dengan

menyebutkan tulisan-tulisan yang terdapat di bawah gambar.Gambar

tersebut disajikan secara terpisah.Rangsangan dari gambar tersebut sangat

baik untuk melatih anak-anak yang baru memulai belajar bahasa asing.

2) Bercerita

Bercerita adalah salah satu kegiatan yang dapat mengungkapkan

kemampuan berbicara siswa. Ada dua unsur penting yang harus dikuasai

siswa dalam bercerita yaitu unsur linguistik dan unsurapa yang

diceritakan. Ketetapan ucapan, tata bahasa, kosakata, dan kelancaran,

menggambarkan bahwa siswa memiliki kemampuan berbicara yang baik.

3) Wawancara

Kegiatan wawancara biasanya dilakukan terhadap siswa yang sudah

memiliki kemampuan berbicara yang sudah memadai terhadap bahasa

yang telah dipelajari, sehingga mereka mampu mengungkapkan pikiran

dan gagasannya secara lisan.

4) Pidato

Berbicara sangat berperan di hadapan suatu massa. Kegiatan berpidato

melatih siswa berbicara mengemukakan pendapatnya di depan kelas

dengan tujuan yang dikemukakan dapat diterima oleh temannya sebagai

pendengar.

5) Diskusi

Diskusi merupakan kegiatan berbicara yang dapat memancing kreativitas

siswa.Di dalam diskusi siswa dilatih untuk berbicara dengan berpikir

23

secara logis untuk mengemukakan pikiran dan gagasannya disertai dengan

argumentasi yang harus dipertahankan.

Dari uraian di atas tentang bentuk-bentuk berbicara dapat diketahui bahwa

wawancara adalah salah satu bentuk kegiatan berbicara yang dapat

diterapkan dalam pembelajaran, bentuk pembelajaran tersebut sesuai

dengan yang akan diteliti.

2.4 Keterampilan Menulis

Menulismerupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa.Menulis

bukanlah hal yang sulit namun tidak juga dikatakan mudah.Menulis dikatakan

bukan hal yang sulit bila menulis hanya diartikan sebagai aktivitas

mengungkapkan gagasan melalui lambang-lambang grafis tanpa memperhatikan

unsur penulisan dan unsur di luar penulisan seperti membaca.Sementara itu,

sebagian besar orang berpendapat bahwa menulis bukan hal yang mudah sebab

diperlukan banyak bekal bagi seseorang untuk keterampilan menulis.Menurut

Nurgiantoro (2001:273), menulis adalah aktivitas mengungkapkan gagasan

melalui media bahasa. Batasan yang dibuat Nurgiantoro sangat sederhana,

menurutnya menulis hanya sekedar mengungkapkan ide, gagasan, atau pendapat

dalam bahasa tulis.Menurut Semi (1993:47) menulis sebagai tindakan

pemindahan pikiran atau perasaan dalam bahasa tulis dengan menggunakan

lambang-lambang.

Jadi dapat disimpulkan bahwa menulis adalah aktivitas mengungkapkan

ide, gagasan atau pendapat dan pemindahan pikiran atau perasaan dalam bahasa

tulisdengan menggunakan lambang-lambang.

24

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian tentang peningkatan kemampuan mengembangkan hasil

wawancara menjadi karangan naratif dengan pendekatan integratif siswa kelas

VII E SMP Negeri 2 Bangli adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), penelitian

yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan (2)

melaksanakan dan merefleksikan tindakan sebagai guru, sehingga hasil belajar

siswa dapat meningkat. (Kusumah dan Dwitagama, 2008:9).

Penelitian tindakan kelas harusdilakukan di kelas yang sehari-hari diajar,

bukan kelas yang diajar oleh guru lain meskipun masih dalam satu sekolah,

artinya penelitian tindakan kelas ini padadasarnya dilakukan oleh seorang guru di

kelasnya sendiri untuk mengetahui dan berusaha meningkatkan kemampuan

siswanya dengan penerapan metode pembelajaran yang inovatif pada pembahasan

mengenai materi tertentu. Hal ini disebabkan PTK adalah suatu penelitian yang

berbasis kepada kelas.Hasil PTK dapat digunakan untuk memperbaiki mutu

proses belajar-mengajar (PBM) sesuai dengan kondisi dan karakteristik sekolah,

siswa, dan guru. Melalui PTK guru dapat mengembangkan model-model

mengajar yang bervariatif, pengelolaan kelas yang dinamis dan kondusif, serta

penggunaan media dan sumber belajar yang tepatdan memadai.Dengan penerapan

hasil-hasil PTK secara berkesinambungan diharapkan PBM di sekolah tidak

membosankan serta menyenangkan siswa atau sering disebut PAIKEM

(Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan menyenangkan).

25

Tiga konsep atau unsur penelitian tindakan kelas menurut Kunandar,

(2010:45) yaitu sebagai berikut.

1. Penelitian adalah aktivitas mencermati suatu objek tertentu melalui metode

ilmiah dengan mengumpulkan data-data dan dianallisis untuk menyelesaikan

suatu permasalahan.

2. Tindakan adalah suatu aktivitas yang sengaja dilakukan dengan tujuan

tertentu yang berbentuk siklus kegiatan dengan tujuan untuk memperbaiki

atau kualitas proses belajar mengajar.

3. Kelas adalah sekolah siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran

yang sama dari suatu pelajaran.

Jadi dapat disimpulkan penelitian tindakan kelas adalah suatu

pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja

dimunculkan dan terjadidalam sebuah kelas secara bersama.

3.2Subjek, objek, dan tempat penelitian

3.2.1 Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini subjeknya adalah seluruh siswa kelas VII E SMP

Negeri 2 Bangli tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari 28 siswa dengan

komposisi

siswa laki – laki 13orang dan siswa perempuan 15 orang.

3.2.2 Objek Penelitian

Objek penelitian yang dimaksud adalah penerapanpendekatan integratif sebagai

upaya peningkatan kemampuan mengembangkan hasil wawancara menjadi

26

karangan naratif siswa kelas VII E SMP Negeri 2 Bangli tahun pelajaran

2013/2014.Dalam penelitian ini, peneliti secara khusus hanya meneliti tentang

upaya meningkatkan kemampuan mengembangkan hasil wawancara menjadi

karangan naratif dengan penekatan integratif.

3.2.3.Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Bangli tahun pelajaran

2013/2014 yang beralamat di JalanNusantara No. 144 Bangli, Kabupaten

Bangli.Untuk mata pelajaran bahasa Indonesia.

3.3 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah kerangka penelitian yang merupakan alur

kegiatan penelitian dalam rangka memperoleh, mengumpulkan, menyusun,

mengklarifikasi dan menganalisis data (Arikunto, 2010:10).

Rancangan penelitian merupakan proses yang dilakukan secara bertahap, yakni

perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), observasi (observation), refleksi

(reflecting) Arikunto dan Supardi, (2006:16-19).

1. Perencanaan (planning)

Perencanaan adalah mengembangkan rencana tindakan yang secara kritis

untuk meningkatkan apa yang telah terjadi. Rencana penelitian tindakan kelas

hendaknya tersusun dan dari segi efinisi harus prospektif apa tindakan, rencana itu

harus memandang ke depan. Perencanaan disusun berdasarkan masalah dan

hipotesis tindakan yang diuji secara empirik sehingga perubahan yang diharapkan

27

dapat mengidentifikasi aspek dan hasil PBM, sekaligus mengungkapkan faktor

pendukung dan penghambat pelaksanaan tindakan.

2. Pelaksanaan (acting)

Pelaksanaan adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dan terkendali, yang

merupakan variasi praktik yang cermat dan bijaksana.Praktik diakui sebagai

gagasan dalam tindakan dan tindakan itu digunakan sebagai pijakan bagi

pengembangan tindakan-tindakan berikutnya, yaitu tindakan yang disertai niat

untuk memperbaiki keadaan.

PTK didasarkan atas pertimbangan teoritis dan empiris agar hasil yang diperoleh

berupa peningkatan PBM optimal.Pelaksanaan PTK adalah guru kelas yang

bersangkutan dengan berkolaborasi dengan pihak lain (teman sejawat).Hal

yang dilakukan adalah tindakan yang telah direncanakan.

3. Observasi (observation)

Observasi berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan

terkait. Observasi itu berorientasi ke masa yang akandatang, memberikan dasar

bagi refleksi sekarang, lebih-lebih lagi ketika putaran sekarang ini berjalan.

Observasi yang cermat diperlukan karena tindakan selalu akan dibatasi oleh

keadaan realitas dan semua kendala itu belum pernah dapat dilihat dengan jelas

pada waktu yang lalu. Observasi perlu direncanakan dan juga diasarkan dengan

keterbukaanpandangan dan pikiran. Observasi adalah seluruh proses tindakan

terkait, pengaruhnya (yang sengaja dan tidak sengaja), keadaan dan kendala

tindakan direncanakan dan pengaruhnya.

4. Refleksi(reflecting)

28

Refleksi adalah mengingat dan merenungkan suatu tinddakan persis

seperti yang dicatat dalam observasi. Refleksi berusaha memahamiproses,

masalah, persoalan dan kendala yang nyata dalam tindakan strategis. Refleksi

biasanya dibantu oleh diskusi di antara peneliti dan kolaborator.Melalui diskusi,

refleksi memberikan dasar perbaikan rencana.Refleksi memiliki aspek evaluatif-

reflektif meminta peneliti PTK untuk menimbang-nimbang pengalaman untuk

menilai memberikan saran-saran tentang cara-cara untuk meneruskan

pekerjaan.Refleksi (perenungan) merupakan kegiatan analisis, interpretasi dan

eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi yang telah diperoleh dari

observasi atas pelaksanaan tindakan.

29

Gambar 1 : Siklus Kegiatan PTK

(Suharsimi Arikunto, dkk .2007:74)

Permasalahan

baru hasil

refleksi

Perencanaan

Siklus II

Pelaksanaan

Siklus II

Refleksi

Siklus II

Pengamatan

Siklus II

Apabila Permasalahan

belum terselesaikan Dilanjutkan ke

Siklus berikutnya

Perencanaan

Siklus I

Pelaksanaan

Siklus I Permasalahan

Pengamatan

Siklus I

Refleksi

Siklus I

30

3.4 Prosedur Penelitian

Prinsiputama dalam PTK adalah adanya pemberian tindakan yang diaplikasikan

dalam siklus-siklus yang berkelanjutan. Siklus yang berkelanjutan tersebut

digambarkan sebagai suatu proses yang dinamis. Dalam siklus tersebut, penelitian

tindakan diawali dengan perencanaan tindakan.Tahap berikutnya adalah

pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi (Arikunto dkk,

2007:104).Keempat aspek tersebut berjalan secara dinamis.PTK merupakan

penelitian yang bersiklus.Artinya, penelitian ini dilakukan secara berulang dan

berkelanjutan sampai tujuan penelitian dapat tercapai.Penelitian ini dilakukan

sebanyak tiga siklus, dan setiap siklus dilaksanakan secara bertahap.Sebelum

dilaksanakn pre-test untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam wawancara.

3.4.1 Refleksi Awal

Refleksi awal kegiatan yang dilakukan adalah melakukan obsevasi lapangan

untuk mengetahui kendala-kendala awal yang dialami oleh, baik siswa maupun

guru dalam proses pembelajaran, sehingga perlu dilakukan suatu perbaikan

terhadap kelemahan model yang diterapkan dalam proses pembelajaran.

Dalam tahap ini, peneliti berusaha memahami proses, masalah dan kendala-

kendala awal dalam tindakan. Refleksi awal terlebih dahulu dilakukan sebelum

melaksanakan penelitian.Hal ini dilakukan agar setelah refleksi awal

dilaksanakan, peneliti dapat membuat rancangan penelitian yang nantinya

diharapkan dapat memperbaiki permasalahan pembelajaran yang telah

teridentifikasi.Kegiatan observasi sebagai dasar refleksi dimulai dengan

menelusuri kemampuan siswa dengan melihat hasil belajar siswa dalam

kemampuan mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif.Keadaan

31

awal tentang keterampilan mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan

naratif siswa kelas VII/E SMP Negeri 2 Bangli, terungkap bahwa kemampuan

dalam membuat karangan naratif masih rendah.

Dari kondisi tersebut, peneliti mencoba menerapkan model pendekatan integratif

sebagai model pembelajaran siswa dalam meningkatkan kemampuan

mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif i kelas VII E SMP

negeri 2 Bangli. Diharapkan dengan penerapan pendekatan integratif

dapatdigunakan sebagai alternatif untuk mengatasi permasalahan-permasalahan

yang terjadi dalam proses pembelajaran.

3.4.2 Rancangan PTK Siklus I

1.Perencanaan

Pada tahap perencanaan dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti bersama

menetapkan alternatif tindakan yang akan dilakukan dalam upaya peningkatan

keterampilan subjek yang diinginkan melalui :

1. Merancang pelaksanaan pemecahan masalah dalam pembelajaran

wawancara dengan menggunakan pendekatan integratif;

2. Menyiapkan scenario pelaksanaan tindakan kelas;

3. Menyiapkan instrumen penelitian yang berupa tes; dan

4. Menyusun alat evaluasi pembelajaran.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan dilaksanakan dalam empat kali pertemuan. Proses

pbelajaran dilakukan sesuai jadwal pelajaran Bahasa Indonesia kelas VII E, materi

32

yang akan diberikan adalah mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan

naratif. Adapun tindakan yang harus dilakukan, yaitu:

Tabel 01.Skenario Pembelajaran

No Tahapan Kegiatan Guru Kegiatan siswa

(1) (2) (3) (4)

1

2 Kegiatan Inti

1. Berdoa bersama

2. Mengecek kesiapan siswa,

ruang, media yang akan

digunakan dalam proses

pembelajaran.

3. Memeriksa kehadiran siswa

Eksplorasi

1. Guru menjelaskan materi

tentang wawancara ,

termasuk pembahasan

mengenai kalimat langsung

an tak langsung, Kemudian

siswa membentuk

kelompok.

2. Guru memberikan teks

wawancara yang terdapat

dalam buku/majalah

3. Guru menugaskan siswa

untuk merangkum pokok-

pokok cerita dan mengubah

teks wawancara menjadi

narasi.

1. Siswa berdoa bersama

2. Siswa mempersiapkan

sarana yang akan

digunakan dalam proses

pembelajaran.

3. Siswa menyampaikan

keadaan teman yang

tidak hadir

1. Siswa mendengarkan

menjelaskan guru dan

membentuk kelompok.

2. Siswa mempelajari teks

yang diberikan

3. Siswa mengerjakan tugas

yang diberikan oleh

guru.

Elaborasi

Guru membimbing siswa

dan membantu

permasalahan yang

dihadapi terkait dengan

materi.

Konfirmasi

Guru menugaskan masing-

masing siswa untuk

mempresentasikan hasil

Siswa berdiskusi dan

menanyakan kesulitan

yang dihadapi terkait

dengan materi.

Siswa mempresentasikan

hasil kerjanya secara

bergiliran.

33

(1) (2) (3) (4)

3

Kegiatan

Akhir

kerjanya

Refleksi

1. Guru bersama-sama

siswa merefleksi

kegiatan pembelajaran

dengan menanyakan

kesulitan siswa dalam

pembelajaran yang telah

dilaksanakan.

2. Guru menutup

pembelajaran dengan

berdoa bersama.

1. Siswa menyampaikan

hal-hal yang mereka

dapatkan pada saat

pembelajaran

2. Siswa berdoa bersama

3. Observasi/evaluasi

Observasi ini dilakukan terhadap subjek penelitian, yaitu siswa kelas VII E

SMP Negeri 2 Bangli.Observasi ini dilakukan terhadap aktivitas dalam praktik

pembelajaran di kelas, dan aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran. Observasi dilakukan untuk memantau aktivitas siswa selama

proses pembelajaran berlangsung.

Evaluasi ini dilakukan berupa tes terhadap kemampuan siswa dalam

meningkatkan kemampuan mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan

naratif dengan pendekatan Integratif yang bertujuan untuk mengukur

keterampilan pengetahuan siswa.

4 Refleksi

Refleksi adalah mengingat dan merenungkan suatu tindakan persis seperti

yang telah dicatat dalam observasi. Refleksi berusaha memahami proses, masalah,

persoalan dan kendala yang nyata dalam tindakan strategis. Refleksi (renungan)

merupakan kegiatan analisis, interpretasi dan eksplanasi (penjelasan) terhadap

34

semua informasi yang telah diperoleh dari observasi atas pelaksanaan tindakan.

Hasil observasi yang telah dideskripsikan, didiskusikan bersama guru kelas VII E

SMP Negeri 2 Bangli berupa komentar dan tanggapan terhadap tindakan yang

telah dilakukan sehingga tingkat keberhasilan setiap aspek yang dinilai belum

berhasil akan ditindaklanjuti pada siklus berikutnya.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data tersebut peneliti menggunakan dua jenis metode, yaitu

(1) metode tes, (2) metode observasi.Kedua hal ini akan diuraikan berikut ini.

1. Metode Tes

Tes adalah serentetan atau latihan yang digunakan untuk mengukur

keterampilan, pengetahuan, sikap, intelegensi, kemampuan atau bakat yang

dimiliki oleh individu atau kelompok (Riyanto 2001:103).Instrumen yang

digunakan yaitu dengan memberikan tugas kepada siswa untuk mengembangkan

hasil wawancara menjadi karangan naratif.

Contoh teks wawancara:

Cabai Kathur

Evy S : ‟‟Mengapa cabai ini disebut sebagai cabai kathur, Pak?‟‟

Sartono : ‟‟Karena buahnya tumbuh menjulang menantang langit (ngathur,Jawa)

Evy S :‟‟Apakah ciri-ciri cabai kathur?‟‟

Sartono : Warna cabai kathur hijau waktu muda; masak,merah tua. Bila ditekan

terasa keras karena jumlah bijinya sangat banyak. Kadar airnya

rendah sehingga ia tahan simpan (12 hari setelah petik masih segar)

dan tahan pengangkutan jarak jauh.

35

Evy S :‟‟Setelah penanaman, berapa waktu yang diperlukan petani untuk

memanen kathur ini Pak?‟‟

Sartono : ‟‟Petani mulai memanen 60 hari setelah tanam dan berlangsung

hingga 14 bulan, kalau perawatan intensif masa panen lebih lama

lagi.‟‟

Evy S : ‟‟ Apa manfaat yang dirasakan petani dengan panjangnya masa panen

ini?‟‟

Sartono : ‟‟Masa panen yang panjang sangat menguntungkan petani karena

bisa menikmati harga rendah dan tinggi. Di tingkat konsumen

harganya pernah mencapai Rp20.000,00 per kilogram di saat

pasokan cabai rawit kosong.

Evy S : ‟‟ Kapan waktu yang tepat untuk menanam kathur?‟‟

Sartono : Kathur dapat ditanam setiap saat. Akan tetapi, sebaiknya penanaman

pada akhir musim penghujan dan awal musim kemarau agar tingkat

keseragaman pertumbuhan tinggi.

Evy S : „‟Bagaimana jika kathur ditanam pada musim kemarau?‟‟

Sartono : Penanaman pada musim kemarau tidak masalah sepanjang air tersedia.

Kathur pun tahan perubahan cuaca yang tak menentu, misal pada

musim kemarau tiba-tiba hujan.

Evy S : ‟‟Menurut Anda, apa kelebihan cabai kathur?‟‟

Sartono : ‟‟Kelebihan lainnya adalah tahan hama penyakit. Salah satunya

Aphisgossypii yang mengisap cairan tanaman hingga layu dan mati.

Pada percobaan saya, serangan hama tersebut menyebabkan kematian

36

100% pada varietas hibrida bila tanpa penyemprotan pestisida.

Kematian kathur hanya 10%. Karena lebih tahan hama penyakit,

petani bisa menekan biaya produksi hingga dua pertiga bagian. Kalau

pada cabai rawit hibrida petani rutin menyemprot pestisida 2 kali

seminggu, kathur 10 hari sekali. Frekuensi pemupukan 1 kali sebulan,

kalau hibrida 1 kali per minggu.

2. Metode Observasi

Observasi yaitu metode pengumpulan data yang menggunakan

pengamatan terhadap objek penelitian (Riyanto,2001:96). Metode ini digunakan

untuk mengamati proses pembelajaran menulis deskripsi untuk melihat

perkembangan sebelum dan sesudah dilakukan tindakan. Sementara itu, observasi

terhadap siswa difokuskan pada keaktifan siswa dalam mengikuti proses

pembelajaran.

Tiap-tiap soal yang dinilai dengan rentang skor dan aspek penilaian dapat dilihat

di bawah ini :

Tabel 02.Kreteria Penilaian

No Aspek Penilaian Rentang Skor

1 Kesesuaian narasi dengan teks wawancara 1-20

2 Kepaduan paragraph 1-20

3 Kelengkapan unsur narasi 1-20

4 Keefektifan kalimat 1-20

5 Ketepatan ejaan dan tanda baca 1-20

Jumlah 100

37

Berdasarkan data diatas dapat diuraikan skor maksimal ideal yaitu

menjumlahkan hasil belajar siswa yang diperoleh masing-masing

mengembangkan teks wawancara menjadi karangan narasi, karena aspek yang

dinilai dalam mengembangkan teks wawancara adalah lima soal dan masing-

masing diberi bobot sebagai berikut:

a. Kesesuaian narasi dengan teks wawancara diberi rentang nilai 1-20;

b. Kepaduan paragrafdiberi rentang nilai 1-20;

c. Kelengkapan unsur narasi diberi rentang nilai 1-20;

d. Keefektifan kalimat 1-20;

e. Ketepan ejaan dan tandabaca 1-20 dan

Jadi nilai maksimal idealnya adalah 5 x 20 = 100

Nurkancana, 1981:25)

3.Mengubah Skor Mentah Menjadi Skor Standar

Hasil tes diolah dengan menggunakan keberhasilan belajar secara

klasikal.Setiap aspek diberi rentang nilai 1-20. Penskoran hasil tes menggunakan

rumus sebagai berikut :

S = R

Keterangan :

S = Skor

R = Jumlah aspek yang dinilai

Untuk menentukan kemampuan mengubah teks wawancara menjadi karangan

narasi, skor mentah selanjutnya dikonversikan menjadi skor standar. Teknik

38

penkonversiannya digunakan norma absolut skala sebelas dengan langkah-

langkah sebagai berikut :

1. Mencari Skor Maksimal Ideal (SMI)

Caranya dengan mengalikan 5 aspek yang dinilai dengan rentang tertinggi

adalah 10.Dengan demikian SMI = 5 x 20 = 100

2. Mencari angka rata-rata ideal (MI) untuk teks tersebut dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

MI = ½ x MI

3. Mencari Standar Devisiasi Ideal (SDI) dengan rumus :

SDI = 1/3 x MI

4. Membuat Pedoman Konversi dengan ketentuan sebagai berikut :

M + 2,25 SD ____________________________ 10

M + 1,75 SD ____________________________ 9

M + 1,25 SD ____________________________ 8

M + 0,75 SD ____________________________ 7

M + 0,25 SD ____________________________ 6

M - 0,25 SD ____________________________ 5

M - 0,75 SD ____________________________ 4

M - 1,25 SD ____________________________ 3

M – 1,75 SD ____________________________ 2

M – 2,25 SD ____________________________ 1

( Nurkancana, 1986 : 93)

39

Atas dasar rumusan diatas, maka penyelesaiannya sebagai berikut, hasil tes

yang berupa skor mentah dikonversi menjadiskor standar dengan menggunakan

norma absolut skala sebelas.

SMI = 100

MI = ½ x 100 = 50

SDI =1/3 x50 = 16,66

Keterangan :

SMI = skor maksimal ideal

MI = angka rata – rata ideal

SDI =Standar devisiasi

Dari rumus diatas, maka hasil yang diperoleh sebagai berikut :

MI + 2,25 SDI = 50 + (2,25 x 16,66) = 87 _____________________ 10

MI + 1,75 SDI = 50 + (1,75 x 16,66) = 79 ______________________ 9

MI + 1,25 SDI = 50 + (1,25 x 16,66) = 71 ______________________ 8

MI + 0,75 SDI = 50 + (0,75 x 16,66) = 62 ______________________ 7

MI + 0,25 SDI = 50 + (0,25 x 16,66) = 54 ______________________ 6

MI - 0,25 SDI = 50 -(0,25 x 16,66) = 46_______________________ 5

MI - 0,75 SDI= 50 -(0,75 x 16,66) = 38_______________________ 4

MI - 1,25 SDI= 50 -(1,25 x 16,66) = 29_______________________ 3

MI -1,75 SDI = 50 -(1,25 x 16,66) = 21_______________________ 2

MI - 2,25 SDI =50 - (2,25 x 16,66) = 13_______________________ 1

Dengan berpedoman pada ketentuan diatas, maka dapat ditentukan skor standar

yang didapat oleh masing – masing siswa, jika siswa yang mencapai skor mentah

40

87 ke atas, maka ia mendapat skor standar 10, tetapi bila siswa mendapat skor

mentah 79, maka siswa mendapat skor standar 9 dan begitu seterusnya dengan

tabel kemampuan siswa dalam mengembangkan teks wawancara menjadi

karangan narasi, seperti di bawah ini :

Tabel 03.Pedoman Konversi Nilai

N0 Rentangan Skor

(Skor mentah)

Skor Standar Predikat

(1) (2) (3) (4)

01. 87 – 100 10 Istimewa

02. 79 – 86 9 Baik sekali

03. 71 – 78 8 Baik

04. 62-70 7 Lebih dari cukup

05. 54–61 6 Cukup

06. 46-53 5 Hampir cukup

07. 38 – 45 4 Kurang

08. 29–37 3 Kurang sekali

09. 21–28 2 Buruk

10. 13–20 1 Buruk sekali

(Nurkancana dan Suartana, 1986:129)

3.6 Analisis Data

Dalam menentukan skor rata-rata kelas VII E SMP Negeri 2 Bangli tahun

pelajaran 2013/2014 dengan rumus sebagai berikut:

41

Rumus : M = ∑FX

N

Keterangan :

M = skor rata – rata kelas

∑Fx = jumlah skor siswa

N = jumlah siswa

(Nurkancana, 1992:99)

42

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Bab ini akan menyajikan hasil-hasil yang diperoleh selama peneliti

melakukan penelitian di kelas VII E SMP Negeri 2 Bangli Tahun Pelajaran

2013/2014. Dalam melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) ini, tindakan yang

dilakukan telah sesuai dengan rancangan dan prosedur penelitian yang sudah

ditetapkan.Dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK) telah diperoleh data

observasi terhadap guru dan siswa, serta data hasil tes kemampuan

mengembangkan teks hasil wawancara menjadi karangan naratif.

4.1.1 Refleksi Awal

Pada Refleksi awal yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 05 Mei

2014, diketahui bahwa kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa sudah cukup

baik, tetapi cara siswa dalam membuat karangan naratif masih kurang, hal ini

diketahui dari kegiatan penugasan yang diberikan oleh guru yaitu

mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan narasi, ternyata siswa masih

sulit mengembangkan sehingga hasil penugasan tersebut terkesan asal-asalan.

4.1.1.1 Hasil Observasi Awal

Hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti bahwa kegiatan

mengembangkan teks hasil wawancara menjadi karangan naratif dilakukan oleh

siswa sudah berjalan dengan cukup baik, namun pola pengembangan paragrafnya

masih belum tepat serta ejaan dan tanda bacanya juga kurang diperhatikan.Siswa

43

yang mendapatkan atau mencapai nilai hanya 41% persen dikatagorikan

memenuhi KKM.

4.1.1.2 Hasil Tes Awal

Adapun hasil tes awal dapat dilihat pada tabelberikut :

Tabel 04.Hasil Tes Awal Kemampuan Mengembangkan Hasil Wawancara

Menjadi Karangan Naratif SiswaKelas VII E SMP Negeri 2

Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014

No Nama Siswa Aspek Yang Dinilai Jumlah

Skor Nilai Ket A B C D E

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

01. Indah Fransiska

Sari 10 10 10 10 10 50 5 HC

02. Dwiki Tirtawati 10 10 5 5 10 40 4 K

03. Dila Juliyanti 5 5 5 10 10 40 4 K

04. Kartikayana 10 10 10 10 10 50 5 HC

05. Suandana 5 10 5 10 10 40 4 K

06. Angga Mei Arta 10 10 5 5 10 40 4 K

07. Harimbawa 10 10 5 10 10 45 4 K

08. A.A. Puspawati 10 10 5 5 10 40 4 K

09. Made Artini 10 10 10 10 10 50 5 HC

10. Emi Irma Yani 10 10 10 10 10 50 5 HC

11. Pastika Yasa 10 10 5 10 10 45 4 K

12. Didi Widiawan 10 10 10 10 10 50 5 HC

13. Andika Wirawan 10 10 10 10 10 50 5 HC

14. Juliantari 10 15 10 10 10 55 6 C

15. NovianKusuma

Dewi 10 10 10 10 10 50 5 HC

16. Aditya Wirawan 10 10 10 10 10 50 5 HC

17. Gede Supana 10 10 5 5 10 40 4 K

18. Aldo Wiratama 10 10 5 5 10 40 4 K

19. Winda Savitri 10 10 10 10 10 50 5 HC

20. Yosep Mario 10 10 10 10 10 50 5 HC

21. Pradnyadari 10 10 5 5 10 40 4 K

22. Aldi Dwiguna 10 10 10 10 10 50 5 HC

23. Yuli Adeani 10 10 10 10 15 55 6 C

24. Pradnyadari 10 10 10 10 10 50 5 HC

44

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

25. Sutresni 10 15 10 10 10 55 6 C

26. Nonik Apriani 10 10 10 10 10 50 5 HC

27. Candra Suarbawa 10 10 5 5 10 40 4 K

28. Ira Maharani 10 10 10 10 10 50 5 HC

Jumlah 270 290 225 245 285 1.315 132

Rata – rata 9,64 10,35 8,03 8,75 10,17 46,96 4,71 HC

Keterangan Aspek penilaian :

A. Kesesuaian narasi dengan teks wawancara

B. Kepaduan Paragraf

C. Kelengkapan unsure narasi

D. Keefektifan kalimat

E. Ketepatan ejaan dan tanda baca

4.1.1.3 Analisis Data Tes Awal

Berdasarkan tabel hasil dari tes awal bahwa jumlah skor standar yang

dikumpulkan sejumlah rata-rata siswa keseluruhan adalah 4,71yang dapat

dikatagorikan dengan hampir cukup. Oleh karena itu, memang benar sekali

kemampuan siswa sangatlah rendah.Hal tersebut dapat rata-rata kelas tidak

mencapai KKM yaitu 72. Dapat dilihat pada pengelompokan prestasi sebagai

berikut :

1. Jumlah siswa yang memperoleh nilai skor 6 sebanyak 3 orang, persentasenya

adalah3x 100% = 14,28%

28

2. Jumlah siswa yang memperoleh nilai skor 5 sebanyak 14 orang, persentasenya

adalah14x 100% = 46,42%

28

3. Jumlah siswa yang memperoleh nilai skor 4 sebanyak 11 orang, persentasenya

45

adalah11x 100% = 39,28%

28

Tabel 05.Persentase Tes Awal (Prasiklus)

No Kategori

Rentangan

Skor X F FX Persen

Nilai

Rata-rata

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

01. Istimewa 87-100 10 0 0 0%

= 132

28

= 4,71

(Hampir

Cukup)

02. Baik sekali 79-86 9 0 0 0%

03. Baik 71-78 8 0 0 0%

04. Lebih dari cukup 62-70 7 0 0 0%

05. Cukup 54-61 6 3 18 14,28%

06. Hampir Cukup 46-53 5 14 70 46,42%

07. Kurang 38-45 4 11 44 39,28%

08. Kurang sekali 29-37 3 0 0 0%

09. Buruk 21-28 2 0 0 0%

10. Buruk sekali 13-20 1 0 0 0%

Total 28 132 100%

Keterangan :

X : Skor Standar

F : Frekuensi

Fx : Jumlah nilai

4.1.1.4 Refleksi

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa hasil tes siswa per

individu diketahui 28 siswa yang menjadi subjek, siswa yang mendapat nilai 6

(14,28%) sebanyak 3 siswa. Siswa yang memperoleh nilai 5 (46,42%) sebanyak

14 orang, siswa yang memperoleh nilai 4 (39,28% ) sebanyak 11 orang, sehingga

pemahaman siswa dalam mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan

naratif

dapat dikelompokan dengan katagori hampir cukup. Oleh karena itu, perlu

dilakukan

46

peningkatan hasil belajar dengan melanjutkan ke tahap selanjutnya ke siklus I.

4.1.2 Hasil Data PenelitianSiklus I

Siklus I dilaksanakan pada hari Jumat, 09 Mei 2014. Perencanaan dan

langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan pada tindakan siklus I telah

dipaparkan pada bab III. Adapun hasil evaluasi berupa hasil obsevasi dan tes

dalam upaya meningkatkan kemampuan mengembangkan hasil wawancara

menjadi karangan naratif dengan pendekatan integratif adalah sebagai berikut :

4.1.2.1 Hasil Observasi

Pada pelaksanaan tindakan siklus I, ada beberapa hal yang peneliti catat

yaitu pembelajaran berjalan dengan lancar dan tertib.Siswa terlihat dengan tekun

dan antusias mendengarkan penjelasan guru.Situasi pembelajaran cukup kondusif

dan tergolong aktif.

4.1.2.2 Hasil Tes Siklus I

Setelah diberikan tes hasil belajar pada akhir siklus, dan setelah dilakukan

pengamatan terhadap minat belajar siswa, diperoleh hasil tes siklus I sebagai

berikut :

Tabel 06. Hasil Tes Siklus I Peningkatan Kemampuan Mengembangkan

Hasil Wawancara Menjadi Karangan Naratif Siswa Kelas VII SMP

N 2 Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014

No Nama Siswa Aspek Yang Dinilai Jmlh

Skor Nilai Ket

A B C D E

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

01. Indah Fransiska

Sari 10 15 10 15 15 65 7 LDC

02. Dwiki Tirtawati 10 10 10 10 10 50 5 HC

03. Dila Juliyanti 10 10 10 10 10 50 5 HC

04. Kartikayana 15 10 10 10 10 55 6 C

05. W.Suandana 10 10 10 10 10 50 5 HC

06. Angga Mei Arta 10 10 10 10 15 55 6 C

47

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

07. W.Harimbawa 10 10 10 10 10 50 5 HC

08. A.Puspawati 10 10 10 10 15 55 6 C

09. Ni Made Artini 10 10 10 10 15 55 6 C

10. Emi Irma Yani 15 10 10 15 10 60 6 C

11. Pastika Yasa 15 10 10 10 10 55 6 C

12. Didi Widiawan 15 15 10 10 15 65 7 LDC

13. Andika

Wirawan 15 10 10 10 10 55 6 C

14. Juliantari 15 15 10 15 15 70 7 LDC

15. Novian Kusuma

Dewi 10 15 10 10 15 60 6 C

16. Aditya

Wirawan 15 15 10 15 10 65 7 LDC

17. I Gede Supana 15 15 10 10 15 65 7 LDC

18. Aldo Wiratama 10 10 10 10 15 55 6 C

19. Winda Savitri 10 15 10 10 15 60 6 C

20. Yosep Mario 15 10 10 10 15 60 6 C

21. Sandra

Pradnyani 15 10 10 5 10 55 6 C

22. Aldi Dwiguna 10 10 15 10 10 55 6 C

23. Yuli Adeani 15 15 10 10 15 65 7 LDC

24. Natalia

Pradnyadari 10 15 10 10 15 60 6 C

25. Sutresni 15 10 10 15 15 65 7 LDC

26. Nonik Apriani 15 10 10 10 15 60 6 C

27. Candra

Suarbawa 15 10 10 10 10 55 6 C

28. Ira Maharani 15 15 10 10 15 65 7 LDC

Jumlah 355 330 285 290 360 1.635 172

Rata - rata 12,67 11,78 10,17 10,35 12,85 58,39 6,14 C

Keterangan Aspek penilaian :

A. Kesesuaian narasi dengan teks wawancara

B. Kepaduan Paragraf

C. Kelengkapan unsur narasi

48

D. Keefektifan kalimat

E. Ketepatan ejaan dan tanda baca

4.1.2.3 Analisis Data Siklus I

Dari hasil tes siklus I di atas dapat diketahui bahwa skor standar yang

diperoleh siswa adalah sejumlah 172 dengan rata-rata 6,14 dengan kategori cukup.

Setelah skor mentah dikonversikan ke dalam skor standar dengan menggunakan

norma absolut skala 11, maka dapat diketahui persentase pengelompokan nilai

yang diperoleh siswa, pengelompokan presentasi siswa dapat diuraikan sebagai

berikut :

1. Jumlah siswa yang memperoleh nilai skor 7 sebanyak 8 orang, persentasenya

Adalah 8x 100% = 28,57%

28

2. Jumlah siswa yang memperoleh nilai skor 6 sebanyak 16 orang,

Pesentasenya adalah16 x 100% = 57,14

28

3. Jumlah siswa yang memperoleh nilai skor 5 sebanyak 4 orang, persentasenya

Adalah 4x 100% = 14,28%

28

Tabel 07. Persentase Data Siklus I

No Kategori

Rentangan

Skor X F FX Persen

Nilai

Rata-rata

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

01. Istimewa 87-100 10 0 0 0%

= 172

28

= 6,14

(Cukup)

02. Baik sekali 79-86 9 0 0 0%

03. Baik 71-78 8 0 0 0%

04. Lebih dari cukup 62-70 7 8 56 28,57%

05. Cukup 54-61 6 16 96 57,14%

06. Hampir Cukup 46-53 5 4 20 14,28%

07. Kurang 38-45 4 0 0 0%

08. Kurang sekali 29-37 3 0 0 0%

49

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

09. Buruk 21-28 2 0 0 0%

10. Buruk sekali 13-20 1 0 0 0%

Total 28 72 100%

Keterangan :

X : Skor Standar

F : Frekuensi

Fx : Jumlah nilai

Dilihat dari hasil tes siswa per individu diketahui dari 28 siswa yang

menjadi subjek, 28,57% (8 orang) mendapat nilai 7, sedangkan 57,14% ( 16

orang) mendapat nilai 6, dan 14,28% (4 orang) mendapat nilai 5, masih banyak

siswa yang mendapat nilai di bawah KKM. Meskipun demikian tidak menutup

kemungkinan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Nilai rata-rata pada

siklus I adalah 6,14 dikatagorikan cukup.

4.1.2.4 Refleksi Siklus I

Proses pembelajaran siklus I telah dilaksanakan dengan baik dan sesuai

dengan perencanaan.Hasil siklus I menggambarkan bahwa dengan pendekatan

integrative dapat meningkatkan kemampuan mengembangkan hasil wawancara

menjadi karangan naratif.Dibandingkan dengan tes awal (Prasiklus), hasil siklus I

sudah mengalami peningkatan, namun belum mencapai ketuntasan yang

ditentukan.

Berdasarkan analisis terhadap hasil yang diperoleh pada siklus I, ternyata

masih ada beberapa maasalah yang ditemukan peneliti pada proses pembelajaran

siklus I yang dijadikan bahan refleksi untuk perbaikan siklus selanjutnya. Masalah

yang muncul yaitu masih banyak siswa yang belum konsentrasi dalam

50

pembelajaran dan masih ada siswa yang belum memenuhi target yang diharapkan

yaitu masih dibawah KKM.

4.1.3 Hasil Data Penelitian Siklus II

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus II merupakan rangkaian

dari kegiatan pembelajaran siklus I, kegiatan ini dilakukan karena pada kegiatan

pembelajaran siklus I kemampuan siswa dalam mengubah hasil wawancara

menjadi karangan naratif belum mengenai sasaran, yaitu nilai rata-rata siswa

masih dibawah KKM. Kegiatan pembelajaran siklus II dilaksanakan untuk

memperbaiki kelemahan– kelemahan yang terjadi pada tahap sebelumnya,

sehingga diharapkan melalui pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus II ini

dapat kontribusi terhadap perkembangan kemampuan siswa dalam menulis

karangan narasi.

Pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus II, tahapan pelaksanaanya

sama seperti tahapan kegiatan pembelajaran siklus I, yaitu terdiri dari tahap

perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi dan tahap refleksi.

4.1.3.1 Perencanaan

Pelaksanaan pembelajaran siklus II dilaksanakan dalam satu kali

pertemuan di kelas, dengan alokasi waktu 2 x 40 menit.Pelaksanaan siklus II

dilaksanakan pada hari Selasa, 03 Juni 2014 di kelas VII E SMP Negeri 2 Banglli.

Dalam tahap ini, penulis menyiapkan beberapa hal, adapun hal – hal yang perlu

disiapkan dalam perencanaan pembelajaran adalah :

1. Menyusun rencana pembelajaran (RPP).

2. Menyiapkan bahan ajar yang diambil dalam buku paket siswa.

51

3. Menyiapkan teks wawancara yang akan dibagikan.

4. Memberikan motivasi belajar.

4.1.3.2 Pelaksanaan

Pada tahap ini tindakan yang diambil hampir sama dengan pelaksanaan

siklus I.adapun skenario pelaksanaan tindakan pembelajaran dalam kemampuan

mengubah hasil wawancara menjadi karangan naratif.

Tabel 08. Skenario Pembelajaran

Tahapan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

(1) (2) (3)

Pendahuluan 1. Berdoa bersama

2. Mengecek kesiapan siswa,

ruang, media yang akan

digunakan dalam proses

pembelajaran.

3. Memeriksa kehadiran siswa.

1. Siswa berdoa bersama

2. Siswa mempersiapkan

sarana yang akan digunakan

dalam pembelajaran.

3. Siswa menyampaikan

keadaan teman yang tidak

hadir

Kegiatan

Inti

Eksplorasi

1. Guru menjelaskan materi

tentang wawancara.

2. Guru memberikan teks

wawancara yang terdapat

dalam buku

3. Guru menugaskan siswa

mengubah teks

wawancaramenjadi narasi.

1. Siswa mendengarkan

menjelaskan guru

2. Siswa mempelajari teks

yang diberikan

3. Siswa mengerjakan tugas

yang diberikan oleh guru.

Elaborasi

Guru membimbing dan

membantu permasalahan

yang dihadapi terkait

dengan materi.

Siswa menanyakan

kesulitan yang dihadapi

terkait dengan materi

pembelajaran

Konfirmasi

Memberikan kesempatan

untuk bertanya dan

berdiskusi tentang

permasalahan yang dihadapi

Siswa bertanya dan

berduski untuk bertukar

pikiran

52

(1) (2) (3)

Penutup Refleksi

Guru bersama siswa

merefleksi kegiatan

pembelajaran dengan

menanyakan kesulitan

siswa dalam pembelajaran

yang telah dilaksanaka

Guru menutup

pembelajaran dengan

berdoa bersama

Siswa menyampaikan

hal-hal yang mereka

dapatkan pada saat

pembelajaran.

Siswa berdoa bersama

4.1.3.3 Observasi

Pada pelaksanaan tindakan siklus II ini, ada beberapa hal yang peneliti catat

yaitu, pembelajaran berlangsung dengan lancar dan tertib.Siswa terlihat lebih

tekun mendengarkan guru.Suasana kelas mulai ribut ketika guru membacakan

hasil tes siklus I. banyak siswa merasa kecewa atas nilai yang mereka peroleh

dapatdalam pelaksanaan siklus I. situasi dapat dikendalikan ketika guru

memberikan motivasi untuk dapat memperbaiki hasil tes siklus II.Pembelajaran

menyenangkan saat siswa diminta untuk mengerjakan tugas untuk mengubah hasil

wawancara menjadi karangan naratif.

4.1.3.4 Hasil Data Tes Siklus II

Setelah diberikan tes hasil belajar pada akhir siklus II, diperoleh hasil sebagai

berikut:

Tabel 09. Hasil Tes Siklus II Peningkatan Kemampuan Mengembangkan

Hasil Wawancara Menjadi Karangan Naratif.

No Nama Siswa Aspek Yang Dinilai Jmlh

Skor Nilai ket A B C D E

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

01. Indah Fransiska

Sari 15 15 10 15 15 70 7 LDC

02. Dwiki Tirtawati 15 10 10 10 10 55 6 C

53

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

03. Dila Juliyanti 10 10 10 10 15 55 6 C

04. Kartikayana 15 10 15 15 10 65 7 LDC

05. W.Suandana 10 10 10 10 15 55 6 C

06. Angga Mei Arta 15 15 10 10 15 65 7 LDC

07. W.Harimbawa 10 10 10 10 15 55 6 C

08. A.Puspawati 15 15 10 10 15 65 7 LDC

09. Ni Made Artini 10 15 10 10 15 65 7 LDC

10. Emi Irma Yani 15 10 10 15 15 65 7 LDC

11. W.Pastika Yasa 15 10 10 10 15 65 7 LDC

12. Didi Widiawan 15 15 15 15 15 75 8 B

13. Andika

Wirawan 15 15 10 10 15 65 7 LDC

14. Juliantari 15 15 15 15 15 75 8 B

15. Novian Kusuma 15 15 10 10 15 65 7 LDC

16. Aditya

Wirawan 15 15 15 15 15 75 8 B

17. I Gede Supana 15 15 10 15 15 70 7 LDC

18. Aldo Wiratama 15 15 10 10 15 65 7 LDC

19. Winda Savitri 15 10 10 15 15 65 7 LDC

20. Yosep Mario 15 10 10 15 15 65 7 LDC

21. Sandra

Pradnyani 15 15 10 10 15 65 7 LDC

22. Dwiguna 15 15 15 10 15 65 7 LDC

23. Yuli Adeani 15 15 10 15 15 70 7 LDC

24. Natalia

Pradnyadari 15 15 10 10 15 65 7 LDC

25. Sutresni 15 15 10 15 15 70 7 LDC

26. Nonik Apriani 15 10 15 10 15 65 7 LDC

27. Candra

Suarbawa 15 15 10 10 15 65 7 LDC

28. Ira Maharani 15 15 15 15 15 75 8 B

Jumlah 400 355 310 340 410 1.840 196

Rata - rata 14,28 12,67 11,07 12,14 14,64 65,71 7,0 LDC

Keterangan Aspek penilaian :

a. Kesesuaian narasi dengan teks wawancara

b. Kepaduan Paragraf

54

c. Kelengkapan unsur narasi

d. Keefektifan kalimat

e. Ketepatan ejaan dan tanda baca

4.1.3.5 Analisis Data Tes Siklus II

Dari hasil tes siklus I di atas dapat diketahui bahwa skor standar yang

diperoleh siswa adalah sejumlah 196 dengan rata-rata 7,0 dengan kategori lebih

dari cukup. Setelah skor mentah dikonversikan ke dalam skor standar dengan

menggunakan norma absolut skala 11, maka dapat diketahui persentase

pengelompokan nilai yang diperoleh siswa, pengelompokan presentasi siswa

dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Jumlah siswa yang memperoleh nilai skor 8 sebanyak 4 orang, persentasenya

adalah: 4x 100% = 14,28%

28

2. Jumlah siswa yang memperoleh nilai skor 7 sebanyak 20 orang, persentasenya

adalah20x 100% =71,42%

28

3.Jumlah siswa yang memperoleh nilai skor 6 sebanyak 4 orang, persentasenya

adalah 4 x 100% = 14,28%

28

Tabel 10. Persentase Data Siklus II

No Kategori Rentang

Skor

X F FX Persen Nilai Rata-

rata

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

01. Istimewa 87-100 10 0 0 0 = 196

28

= 7,0

02. Baik sekali 79-86 9 0 0 0

03. Baik 71-78 8 4 32 14,28%

04. Lebih dari cukup 62-70 7 20 140 71,42%

55

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (Lebih dari

cukup) 05. Cukup 54-61 6 4 24 14,28%

06. Hampir Cukup 46-53 5 0 0 0

07. Kurang 38-45 4 0 0 0

08. Kurang sekali 29-37 3 0 0 0

09. Buruk 21-28 2 0 0 0

10. Buruk sekali 13-20 1 0 0 0

Total 28 196 100%

Keterangan :

X : Skor Standar

F : Frekuensi

Fx : Jumlah nilai

Dilihat dari hasil tes siswa per individu diketahui dari 28 siswa yang

menjadi subjek,71,42%(20 orang) mendapat nilai 7, sedangkan 14,28% (4 orang)

mendapat nilai 8, dan 14,28% (4 orang) mendapat nilai 6.Nilai rata-rata pada

siklus II adalah 7,0 dengan kategori lebih dari cukup, jadi nilai siswa belum

memenuhi KKM yaitu 7,2. Maka peneliti melanjutkan lagi ke siklus III.

4.1.4 Data Penellitian Siklus III

Pelaksanaan siklus III melalui tahap yang sama dengan siklus II dilakukan

dengan empat tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi,

dan tahap refleksi..siklus III dilaksanakan pada hari Rabu, 04 Juni 2014 ini

merupakan lanjutan siklus II dan merupakan perbaikan hasil kegiatan pada siklus

II.

4.1.4.1 Perencanaan

Adapun hal – hal yang perlu dipersiapkan dalam perencanaan

pembelajaran adalah sebagai berikut :

1. Menyusun rencana pembelajaran (RPP).

56

2. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai

mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif.

3. Menyiapkan bahan ajar yang diambil dari buku/majalah.

4. Membagikan teks wawancara

4.1.4.2 Pelaksanaan

Pada tahap ini tindakan yang diambil hampir sama dengan pelaksanaan

siklus II. Adapun skenario pelaksanaan tindakan pembelajaran dalam kemampuan

mengubah hasil wawancara menjadi karangan naratif.

Tabel 11. Skenario Pembelajaran

Tahapan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

(1) (2) (3)

Pendahuluan

1. Berdoa bersama

2. Mengecek kesiapan siswa,

ruang, serta media yang akan

digunakan dalam proses

pembelajaran.

3. Memeriksa kehadiran siswa

1. Siswa melaksanakan doa

bersama

2. Siswa mempersiapkan

sarana yang akan

digunakan dalam

pembelajaran.

3. Siswa menyampaikan

keadaan teman yang tidak

hadir

Kegiatan

Inti

Eksplorasi

1. Guru menjelaskan cara

mengubah tes wawancara

2. Guru memberikan teks

wawancara yang terdapat

dalam buku

3. Guru menugaskan siswa

untuk merangkum pokok-

pokok cerita dan mengubah

teks wawancaramenjadi

narasi.

1. Siswa mendengarkan

menjelaskan guru

2. Siswa mempelajari teks

yang diberikan

3. Siswa mengerjakan tugas

yang diberikan oleh guru

57

(1) (2) (3)

Elaborasi

Guru membimbing siswa dan

membantu permasalahan yang

dihadapi terkait dengan

materi.

Siswa berdiskusi dan

menanyakan kesulitan

yang dihadapi terkait

dengan materi

pembelajaran.

Konfirmasi

Memberikan kesempatan untuk

bertanya dan berdiskusi

memikirkan permasalahan

yang dihadapi

Siswa bertanya dan

berdiskusi untuk

bertukar pikiran

Penutup Refleksi

Guru bersama-sama siswa

merefleksi kegiatan

pembelajaran dengan

menanyakan kesulitan siswa

dalam pembelajaran yang telah

dilaksanakan.

Guru menutup pembelajaran

dengan berdoa bersama

Siswa menyampaikan

hal-hal yang mereka

dapatkan pada saat

pembelajaran.

Siswa berdoa bersama

4.1.4.3 Observasi

Pada pelaksanaan tindakan siklus III ini, banyak siswa menunjukkan

peningkatan yaitu keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran dan berani

bertanya

serta percaya diri.

4.1.4.4 Data Hasil Tes Siklus III

Hasil tes siklus III dapat di lihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 12. Hasil Tes Siklus III Peningkatan Kemampuan Mengembangkan

Hasil Wawancara Menjadi Karangan Naratif Siswa Kelas VII E

SMP N 2 Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014

No Nama Siswa Aspek Yang Dinilai Jmlh

Skor Nilai ket A B C D E

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

01. Indah Fransiska 15 20 10 15 15 75 8 LDC

58

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

02. Dwiki Tirtawati 15 15 10 15 15 70 7 LDC

03. Dila Juliyanti 15 15 10 15 15 70 7 LDC

04. Kartikayana 15 15 15 15 10 70 7 LDC

05. Suandana 10 20 10 15 15 75 7 LDC

06. Angga Mei Arta 15 15 10 15 15 75 8 LDC

07. Harimbawa 15 20 10 15 15 70 7 LDC

08. A.Puspawati 15 15 10 15 15 75 8 LDC

09. Ni Made Artini 15 15 15 15 15 75 8 LDC

10. Emi Irma Yani 15 15 15 15 15 75 8 LDC

11. Pastika Yasa 15 15 15 15 15 70 8 LDC

12. Didi Widiawan 15 15 15 15 15 75 8 B

13. Andika Wirawan 15 15 15 15 15 75 8 LDC

14. Juliantari 15 15 15 15 20 80 9 B

15. Novian Kusuma

Dewi 15 20 15 15 15 75 8 LDC

16. Aditya Wirawan 15 15 15 15 15 75 8 B

17. I Gede Supana 15 15 15 15 15 75 8 LDC

18. Aldo Wiratama 15 15 10 15 15 70 7 LDC

19. Winda Savitri 20 15 15 15 15 75 8 LDC

20. Yosep Mario 15 15 10 15 15 70 7 LDC

21. Pradnyani 15 15 10 15 15 70 7 LDC

22. Aldi Dwiguna 15 15 15 15 15 75 8 LDC

23. Yuli Adeani 15 20 10 15 15 75 8 LDC

24. Natalia

Pradnyadari 15 15 10 15 15 70 7 LDC

25. Sutresni 15 20 10 15 15 75 8 LDC

26. Nonik Apriani 15 15 15 10 15 70 7 LDC

27. Candra

Suarbawa 15 15 15 10 15 70 7 LDC

28. Ira Maharani 15 15 15 15 15 75 8 B

Jumlah 420 455 355 405 425 2.055 214

Rata - rata 15,17 16,07 12,67 14,46 15,17 73,39 7,64 Tuntas

Keterangan Aspek penilaian :

A. Kesesuaian narasi dengan teks wawancara

B. Kepaduan Paragraf

59

C. Kelengkapan unsur narasi

D. Keefektifan kalimat

E. Ketepatan ejaan dan tanda baca

4.1.4.5 Analisis Data Hasil Tes Siklus III

Dari hasil tes siklus III di atas dapat diketahui bahwa skor standar yang

diperoleh siswa adalah sejumlah 214 dengan rata-rata 7,64 dengan kategori baik.

Setelah skor mentah dikonversikan ke dalam skor standar dengan menggunakan

norma absolut skala 11, maka dapat diketahui persentase pengelompokan nilai

yang diperoleh siswa, pengelompokan persentase siswa dapat diuraikan sebagai

berikut

1. Jumlah siswa yang memperoleh nilai skor 9 sebanyak 1 orang, persentasenya

adalah1 x 100% =3,57%

28

2. Jumlah siswa yang memperoleh nilai skor 8 sebanyak 16 orang,persentasenya

adalah 16 x 100% = 57,14%

28

3. Jumlah siswa yang memperoleh nilai skor 7 sebanyak 11orang, persentasenya

adalah11 x 100% = 39,28%

28

Tabel 13. Persentase Data Siklus III

No Kategori Rentang

an Skor

X F FX Persen Nilai

Rata-rata

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

01. Istimewa 87-100 10 0 0 0%

= 214

28

= 7,64

02. Baik sekali 79-86 9 1 9 3,57%

03. Baik 71-78 8 16 128 57,14%

04. Lebih dari cukup 62-70 7 11 77 39,28%

05. Cukup 54-61 6 0 0 0%

06. Hampir Cukup 46-53 5 0 0 0%

07. Kurang 38-45 4 0 0 0%

60

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (Baik)

08. Kurang sekali 29-37 3 0 0 0%

09. Buruk 21-28 2 0 0 0%

10. Buruk sekali 13-20 1 0 0 0%

Total 28 214 100%

Keterangan :

X : Skor Standar

F : Frekuensi

Fx : Jumlah nilai

Dilihat dari hasil tes siswa per individu diketahui bahwa siswa kelas VII E

SMP Negeri 2 Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014 dalam kemampuan

mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif dengan pendekatan

integratif dapat mengalami peningkatan sesuai dengan yang diharapkan dan sudah

memenuhi nilai ketuntasan, terbukti dari 28 siswa yang menjadi subjek penelitian

ini, terdapat 3,57% ( 1 orang) mendapat nilai 9, terdapat 57,14% ( 16 orang)

mendapat nilai 8 dan nilai 39,28 % (11 orang) mendapat nilai 7. Nilai rata-rata

yang diperoleh pada siklus III ini adalah 7,64

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan

mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan naratif dengan pendekatan

integratif pada siswa kelas VII E SMP Negeri 2 Bangli Tahun Pelajaran

2013/2014 pada siklus III sudah mencapai target KKM maka penelitian ini dapat

dihentikan.

4.1.4.6 Refleksi

Dari data yang terkumpul melalui hasil observasi dan hasil tes pada

akhir tindakan siklus III menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan

61

mengenai kemampuan mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan

naratif dengan pendekatan integratif siswa kelas VII E SMP Negeri 2 Bangli

tahun pelajaran 2013/2014.Semua masalah yang terdapat pada siklus I dan silus II

dibenahi pada siklus III sehingga siswa memiliki kemampuan dib atas rata-rata

dan mengalami peningkatan sesuai dengan KKM yang ditentukan.Pada siklus III

persentase siswa memperoleh nilai ketuntasan sampai dengan 100%.Dengan

demikian tindakan cukup pada siklus III saja, dan penelitian dapat dihentikan.

4.1.5 Rekapitulasi Hasil Penelitian

Rekapitulasi adalah hasil perhitungan yang diperoleh dalam penelitian dari

tes awal, siklus I, siklus II, dan siklus III.

Tabel 14. Rekapitulasi Hasil Tes Awal,Siklus I, Siklus II, dan Siklus III Dalam

Peningkatan Kemampuan Mengembangkan Hasil Wawancara

Menjadi Karangan Naratif Dengan Pendekatan Integratif Siswa

Kelas VII E SMP Negeri 2 Banglli Tahun Pelajaran 2013/2014

No Nama Siswa Nilai Siklus

Keterangan Awal I II III

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

01. Ni Nengah Indah Fransiska Sari 5 7 7 8 Meningkat

02. Kadek Dwiki Tirtawati 4 5 6 7 Meningkat

03. Ni Luh Dila Juliyanti 4 5 6 7 Meningkat

04. I Nengah Kartikayana 5 6 7 7 Meningkat

05. I Wayan Suandana 4 5 6 7 Meningkat

06. I Kadek Angga Mei Arta 4 6 7 8 Meningkat

07. Wayan Harimbawa 4 5 6 7 Meningkat

08. I Dewa Agung Ayu Puspawati 4 6 7 8 Meningkat

09. Ni Made Artini 5 6 7 8 Meningkat

10. Ni Luh Wayan Emi Irma Yani 5 6 7 8 Meningkat

11. I Wayan Pastika Yasa 4 6 7 8 Meningkat

12. I Wayan Didi Widiawan 5 7 8 8 Meningkat

13. I Wayan Agus Andika Wirawan 5 6 7 8 Meningkat

14. Ni Putu Juliantari 6 7 8 9 Meningkat

15. Ni Kadek Novian Kusuma Dewi 5 6 7 8 Meningkat

62

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

16. I Putu Aditya Wirawan 5 7 8 8 Meningkat

17. I Gede Supana 4 7 7 8 Meningkat

18. I Wayan Aldo Wiratama 4 6 7 7 Meningkat

19. I.A.Gede Winda Savitri 5 6 7 8 Meningkat

20. Yosep Mario Alfarinando Lero 5 6 7 7 Meningkat

21. Desak Md Sandra Pradnyani 4 6 7 7 Meningkat

22. I Kadek Aldi Dwiguna 5 6 7 8 Meningkat

23. Ni Kadek Yuli Adeani 6 7 7 8 Meningkat

24. I.A.Md Natalia Pradnyadari 5 6 7 7 Meningkat

25. Ni Komang Sutresni 6 7 7 8 Meningkat

26. Ni Kadek Nonik Apriani 5 6 7 7 Meningkat

27. I Wayan Candra Suarbawa 4 6 7 7 Meningkat

28. Ni Putu Ira Maharani 5 7 8 8 Meningkat

Jumlah 132 172 196 214 Tuntas

Rata-rata 4,71 6,14 7,0 7,64

4.2 Pembahasan

Berdasarkan rekapitulasi di atas, bahwa hasil tes awal sampai tes siklus III,

terlihat adanya peningkatan, yaitu dari nilai rata-rata 4,71 pada tes awal, menjadi

6,14pada siklus I, meningkat menjadi 7,0 pada siklus II, dan meningkat lagi

menjadi 7,64 pada siklus III.

Dengan pencapaian nilai rata-rata7,64 pada siklus III telah menunjukkan

pencapaian nilai yang ditetapkan yaitu 7,2 telah terpenuhi. Dengan hasil ini,

penelitian yang berjudul ”Kemampuan Mengembangkan Hasil Wawancara

Menjadi Karangan Naratif Dengan Pendekatan Integratif Siswa Kelas VII E SMP

Negeri 2 Bangli Tahun Pelajaran 2013/2014”, berakhir pada siklus III.

Langkah-langkah Pembelajaran

1. Berwawancara (teks wawancara)

63

Berwawancara merupakan langkah awal sebelum siswa menyusun tulisan hasil

wawancara.Kemudian dilakukan pembagian kelompok, satu kelompok bisa

terdiri dari 5-6 orang.

2. Menulis Hasil Wawancara

Menulis hasil wawancara ini dilakukan sebagai urutan setelah siswa

melakukan wawancara atau membaca teks wawancara yang dibagikan.Siswa

mencari pokok-pokok hasil wawancara.

3. Menulis Karangan

Menulis karangan dilakukan setelah siswa mencari pokok-pokok hasil

wawancara, pokok-pokok tersebut kemudian dikembangkan menjadi

karangan narasi sesuai dengan konteksnya, keefektifan kalimat,

perpaduanparagraf dan sesuai dengan ketepatan ejaan dan tanda baca.

4.2.1 Grafik

Grafik merupakan suatu bentuk pemetaan data dengan menggunakan

garis/batang untuk memudahkan dalam menentukan peningkatan tiap periode

dalam jangka waktu tertentu,untuk mengukur sejauh mana peningkatan yang

diperoleh. Grafik peningkatan kemampuan mengembangkan hasil wawancara

menjadi karangan naratif siswa kelas VII E SMP Negeri 2 Bangli Tahun Pelajaran

2013/2014 sebagai berikut :

64

Grafik 01. Tes awal, Siklus I, Siklus II, Siklus III.

Keterangan :

1. Tes awal : 4,71

2. Siklus I : 6,14

3. Siklus II : 7,0

4. Siklus III : 7,64

0

1

2

3

4

5

6

7

8

Tes Awal Siklus ISiklus II

Siklus III

Nilai rata-rata

65

BAB V

PENUTUP

Pada bab ini, peneliti kemukakan tentang simpulan dan saran dari hasil

penelitian yang telah di paparkan pada bab sebelumnya, maka pembahasan pada

bab ini akan diisi pemaparan secara terperinci tentang simpulan dan saran-saran.

Hal tersebut akan dijelaskan sebagai berikut.

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan yang telah dipaparkan

dalam bab IV, peneliti dapat menarik simpulan sebagai berikut.

5.1.1 Pendekatan Integratif dapat meningkatkan kemampuan mengembangkan

hasil wawancara menjadi karangan naratif siswa kelas VII E SMP Negeri 2

Bangli.

1. Pada hasil tes pra siklus siswa memperoleh nilai rata-rata 4,71 dengan

rincian nilai 6 sebanyak 3 orang (14,28%) dengan katagori cukup, nilai 5

sebanyak 14 orang (46,42%) dengan katagori hampir cukup, dan nilai 4

sebanyak 11 orang (39,28%) dikatagori kurang, sehingga kemampuan siswa

dalam mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan narasi dikatakan

kurang.

2. Pada hasil tes siklus Isiswa memperoleh nilai rata-rata 6,14 dengan rincian

nilai 7 sebanyak 8 orang (28,57%) dengan katagori lebih dari cukup, nilai 6

sebanyak 16 orang (57,14%) dengan katagori cukup, dan nilai 5 sebanyak 4

orang (14,28%) dikatagori hampir cukup, sehingga kemampuan siswa

66

dalam mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan narasi dikatakan

cukup.

3. Pada hasil tes siklus II siswa memperoleh nilai rata-rata 7,0 dengan rincian

nilai 8 sebanyak 4 orang (14,28%) dengan katagori baik, nilai 7 sebanyak

20 orang (71,42%) dengan katagori lebih dari cukup, dan nilai 6 sebanyak 4

orang (41,28%) dikatagori cukup, sehingga kemampuan siswa dalam

mengembangkan hasil wawancara menjadi karangan narasi dikatakan lebih

dari cukup.

4. Pada hasil tes siklus III siswa memperoleh nilai rata-rata 7,64 dengan

rincian nilai 9 sebanyak 1 orang (3,57%) dengan katagori baik sekali, nilai 8

sebanyak 16 orang (57,14%) dengan katagori hampir cukup baik, dan nilai 7

sebanyak 11 orang (39,28%) dikatagori lebih dari cukup, sehingga

kemampuan siswa dalam mengembangkan hasil wawancara menjadi

karangan narasi dikatakan baik.

5.1.2 Langkah-langkah yang diterapkan dalam pendekatan Integratif

1. Berwawancara

Berwawancara merupakan langkah awal sebelum siswa menyusun tulisan

hasil wawancara.Kemudian dilakukan pembagian kelompok, satu

kelompok bisa terdiri dari 5-6 orang.

2. Menulis Hasil Wawancara

Menulis hasil wawancara ini dilakukan sebagai urutan setelah siswa

melakukan wawancara atau membaca teks wawancara yang dibagikan.

Siswa mencari pokok-pokok hasil wawancara.

67

3. Menulis karangan

Menulis karangan dilakukan setelah siswa mencari pokok-pokok hasil

wawancara, pokok-pokok tersebut kemudian dikembangkan menjadi

karangan narasi sesuai dengan konteksnya, perpaduan paragraph dan

sesuai dengan ejaan dan tanda baca.

5.2 Saran

1. Siswa perlu melatih kemampuan mengembangkan hasil wawancara

menjadi karangan naratif dengan pendekatan integratif. Selain itu siswa

diharapkan lebih meningkatkan berbagai aktivitas dan mengembangkan

berbagai metode belajar sekaligus sebagai sarana memperluas

pengetahuan dan wawasan.

2. Dalam proses mengajar sebaiknya guru menggunakan strategi mengajar

yang bervariasi dengan memperhatikan kondisi siswa.Dengan demikian

motivasisiswa akan meningkat pada mata pelajaranmengembangkan hasil

wawancara.

3. Disarankan bagi peneliti berikutnya untuk dapat mengembangkan

penelitian tentang metode pembelajaran, sebab pada dasarnya terdapat

beberapa metode pembelajaran yang lain yang dapat digunakan untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto dan Supardi.2006. Penelitian Tindakan kelas.Jakarta : PT Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi, dkk.2007. Penelitian Tindakan kelas.Jakarta : Bumi Aksara.

_____________________.2010.Evaluasi Program Pendidikan:Pedoman Teoritis

Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan. Jakarta : PT.Bumi

Aksara.

Atar Semi.1993. Metode penelitian sastra.Bandung : Angkasa.

_________.2003.Bahasa dan Sastra Indonesia.Singaraja : Biro Penelitian FKIP

Universitas Udayana.

Arifin, E & Amran Tasai.1987 Cermat berbahasa Indonesia.Jakarta mediatama

Sarana Perkasa.

Ambo Enre, Fachruddin. 1994 Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Ujung

Pandang: FKIP Ujung Pandang.

Azhar Arsjad dkk,1993.Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa

Indonesia.Jakarta: Erlangga.

Departemen Pendidikan Nasional.2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta :

Balai Pustaka.

Djiwandono,S. 1996 Tes Bahasa dan Pengajaran. Bandung:ITB.

Keraf, Gorys.1989.Tata Bahasa Indonesia.Nusa Indah.

___________. 2001. Argumentasi dan Narasi.Jakarta : PT Gramedia.

Kunandar, 2010.Langkah Mudah PenelitianTindakan Kelas Sebagai

PengembanganProfesi Guru. Jakarta: PT.Rajawali Pers.

Kusumah, Wijaya dan Dwitagama, Dedi 2008. Penelitian Tindakan Kelas.

Jakarta: PT Indeks.

________________________________.2010.Mengenal Penelitian Tindakan

Kelas. Jakarta: PT Indeks.

Muchlison, dkk. 1993.Pendidikan Bahasa Indonesia.Jakarta : Depdikbud.

Muchlison, dkk. 1996. Pendidikan Bahasa Indonesia 3 modul 1-9.Jakarta:

Depdikbud.

Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung:PT Remaja

Rosdakarya.

Nurgiantoro, Burhan 1995. Penilaian dalam pengajaran Bahasa dan sastra.

Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

___________________.2001.Teori Pengkajian Fiksi.Yogyakarta : Gajah Mada

University Press.

Nurkancana dan Sunartana, 1992.Evaluasi hasil belajar. Jakarta: Balai Pustaka.

Nurkancana, Wayan 1986.Evaluasi Pendidikan.Surabaya : UsahaNasional.

Riyanto, Yatim, 2004. Metodelogi Penelitian dan Pendidikan.Surabaya : IKAPI.

Sri Murtiningsih. 2003. Pembelajaran Menulis Sastra dan Non Sastra di SMU

Kelas I secara terpadu berdasarkan KBK. Yogyakarta:Balai Bahasa.

Suyatno, 2004.Teknik pembelajaran Bahasa dan Sastra.Surabaya; SIC.

Syamsuddin,dkk. 1998. Studi Wacana Bahasa Indonesia.Jakarta : Depdikbud.

Tarigan, Henry Guntur, 1981. Berbicara Sebagai Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.

http://andriew.blogspot.com/2011/02/upaya-peningkatan-kemampuan-wawancara.

html

http://btqsman1grati39.wordpress.com/2013/06/pendekatan-strategi-dan-

model-pembelajaran

LAMPIRAN-LAMPIAN

UNIYERSITAS MAHASARASWATI DENPASARFAKULTAS KEGURUATI DAI\[ ILMU PENDIDIKAII

Sekretariat : Jalan Kamboja 11A Denpasar - BaliE-Mail : [email protected] Tlp/Fax : (0361) 240985

Denpasar, 26 April 7014

Tempat

Dengan Hormat,Melalui Surat ini kami mohon ijin kehadapan BapaMbu untuk mahasiswa kami :

NomorLampiranHal

Kepada

di-

NamaNPMSemesterFakultasProgram StudiAlamat

K.880.0 1.0 I /IV/FKrP/LTNMAS/20 I 4l(Satu)Gabungljin Penelitian

Yth. BapaMbu Kepala Sekolah SMP Negeri 2Bangli

Ni Wayan Sumiani1 0.8.03.5 I .31.t.s.2979VIII @elapan)Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mahasaraswati DenpasarPendidikan Bahasa dan Sastra IndonesiaBr,susut Kelod,Ds,susut,Kec,Susut,Kab,Bangl i

untuk melakukan kegiatan Penelitian pada SekolaW Lembaga yang BapaMbu pimpin dengan judul :

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGEMBANGKAN HASIL WAWANCAR.A MENJADIKARANGAN NARATIF DENGAN PENDEKATAN INTEGRATIF KELAS VII E SMP NEGERI 2BANGLT 20t3t2014.Sebagar batran pertimbangan BapaMbu bersama ini kami lampirkan proposal penelitian ( terlampir ).Demikian surat permohonan ini disampaikan atas perhatian dan perkenan BapaMbu kami haturkanterima kasih.

1118 198103 1 001 NIP. 19550127 198602 1001

"flIffi N'I*:hffi^?ffi

"rfi

TJ#NAH.-Sekretariat : JalanXamboja I lA, Denpasar _ Bali

Ttp/Fax : (0361) z4}irs/ (0361) iqOgssE _ Mail : [email protected]

Dengan hormat SURAT KETERANGAN SLAP JILID

Yang bertanda tangan dibarvah ini,kami !=osen

penguji skripsi progrem Studi pendidikan Bahasadan sastra lndonesia FKI, unmas Denpasar,dengan ini'menerangkan.Nama :-_t[ ula{4n \,umrantNPMJudul Skripsi

Dcmikian surat ini dibuat dengan semestinya agar dapat digu :an seperiunl,a.Terimakasih

fi,femang benar kamitelah membaca dengan teliti skripsi tesiap jilid. ut diatas dan kami menl,atakan sudah

,i!''l'3st$ q8{, I OQI

Peneq[J-Urqma

(lr#)@drl&ffiryM,H(m\tPigtrgoaxg i?BT0g I col

j6+us ?ot2.dan Sastra Indonesia

NIP.ig(.xotg

di.M.Hu

Alamat: Jln.

DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGASMP NEGERI2 BANGLI

E-mail : s mp2 bangli@1 mail. com

Nusantara No. 144 Bangti, Telp; (0366) gl4|7

SURAT KETERANGANNo*o.777ffi814

Yang berranda tangan di bawah ini Kepala SMp Negeri2 Banglimenerangkan bahwa

Ni Wayan Sumiani

I 0.8.03.5 1.3 1.1.s.297 9

Br. Susut Kelod, Kec Susut, Kab.Bangli

Dusun Mas, 03 Desember 1986

FKIP Universitas Mahasaraswati Denpasar

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

VIII

Memang benar bahw a yang bersangkutan telah melaksanakan penelitian disekolah kami dari ranggal 09 Mei 2014 sampai 04 Juni 2014.

Dernikian surat ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Nama

NPM.

Alamat

Tempat/Tgl. Lahir

Fakultas

Program Studi

Semester

Agustus 2014

r99012 I 00i

UNIVERSITAS MAIIASAIIT{SWATI DENPASARr:AKUUTAS KEGURUAI\I DAN ILMU PENDIDIKAIT

TERAKREDITASISekretariat : Jalan Kamboja 11A Denpasar-Bali

E-Mail : [email protected] Tlp/Fax : (0361) 240985

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ni Wayan Sumiani

NPM : 10.8.03.51.31.1.5.2979

Judul Skripsi : Peningkatan Kemampuan Mengembangkan Hasil wawancara

Menjadi Karangan Naratif Dengan Pendekatan Integratif

Siswa Kelas VII E SMP Negeri 2 Bangli Tahun pelajaran

2013t2014.

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis ini

memang benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain.

Apabila dikemudian hari pernyataan saya ini tidak benar, maka saya bersedia

menanggung segala akibat yang ditimbulkan oleh tindakan tersebut.

Demikian pemyataan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat

dipergunakan sebagaimana mestinya.

f)enpasar, Agustus 2014METERAI N.e),

;**IT,,.WJd{ww/w ffi

ilr lVayan Sumiani

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Nama sekolah : SMP Negeri 2 Bangli

Mata pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas / Semester : VII / II (dua)

Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

Standar kompetensi : 1. Mengungkapkan berbagai informasi dalam bentuk

narasi dan pesan singkat

Kompetensi Dasar : 1.1Mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan

memperhatikan cara penulisan kalimat langsung

dan tak langsung

Indikator : 1. Mampu mengubah kalimat langsung menjadi kalimat

tak langsung

2. Mampu mengubah teks wawancara menjadi bentuk

narasi dengan menggunakan pilihan kata, ejaan dan

tanda baca yang tepat

3. Mampu membuat tulisan narasi berdasarkan hasil

wawancara sesuai dengan konteks, pengembangan

paragraf dan kalimat yang efektif

I . Tujuan Pembelajaran

1. Mampu mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung

2. Mampu mengubah teks wawancara menjadi bentuk narasi dengan

menggunakan pilihan kata, ejaan dan tanda baca yang tepat.

3. Mampu membuat tulisan narasi berasarkan hasil wawancara sesuai dengan

konteks, pengembangan paragraf dan kalimat yang efektif

Karakter siswa yang diharapkan: Dapat dipercaya (Trustworthines)

Rasa hormat dan perhatian (Respect)

Tekun (Diligence)

II. Materi Pembelajaran

Naskah wawancara

Cabai Kathur

Evy S : ’’Mengapa cabai ini disebut sebagai cabai kathur, Pak?’’

Sartono : ’’Karena buahnya tumbuh menjulang menantang langit

(ngathur,Jawa)

Evy S : ’’Apakah ciri-ciri cabai kathur?’’

Sartono : Warna cabai kathur hijau waktu muda; masak,merah tua. Bila

ditekan terasa keras karena jumlah bijinya sangat banyak. Kadar

airnya rendah sehingga ia tahan simpan (12 hari setelah petik masih

segar) dan tahan pengangkutan jarak jauh.

Evy S : ’’Setelah penanaman, berapa waktu yang diperlukan petani untuk

memanen kathur ini Pak?’’

Sartono : ’’Petani mulai memanen 60 hari setelah tanam dan berlangsung

hingga 14 bulan, kalau perawatan intensif masa panen lebih lama

lagi.’’

Evy S : ’’ Apa manfaat yang dirasakan petani dengan panjangnya masa

panen ini?’’

Sartono : ’’Masa panen yang panjang sangat menguntungkan petani karena

bisa menikmati harga rendah dan tinggi. Di tingkat konsumen

harganya pernah mencapai Rp20.000,00 per kilogram di saat

pasokan cabai rawit kosong.

Evy S : ’’ Kapan waktu yang tepat untuk menanam kathur?’’

Sartono : Kathur dapat ditanam setiap saat. Akan tetapi, sebaiknya penanaman

pada akhir musim penghujan dan awal musim kemarau agar tingkat

keseragaman pertumbuhan tinggi.

Evy S : ‘’Bagaimana jika kathur ditanam pada musim kemarau?’’

Sartono : Penanaman pada musim kemarau tidak masalah sepanjang air

tersedia. Kathur pun tahan perubahan cuaca yang tak menentu, misal

pada musim kemarau tiba-tiba hujan.

Evy S : ’’Menurut Anda, apa kelebihan cabai kathur?’’

Sartono : ’’Kelebihan lainnya adalah tahan hama penyakit. Salah satunya Aphis

gossypii yang mengisap cairan tanaman hingga layu dan mati. Pada

percobaan saya, serangan hama tersebut menyebabkan kematian

100% pada varietas hibrida bila tanpa penyemprotan pestisida.

Kematian kathur hanya 10%. Karena lebih tahan hama penyakit,

petani bisa menekan biaya produksi hingga dua pertiga bagian. Kalau

paa cabai rawit hibrida petani rutin menyemprot pestisida 2 kali

seminggu, kathur 10 hari sekali. Frekuensi pemupukan 1 kali

sebulan, kalau hibrida 1 kali per minggu.

III. A. Metode Pembelajaran

1. Diskusi

2. Tanya jawab

3. Penugasan

B. Strategi Pembelajaran

Pendekatan : Integratif

IV. Langkah – langkah Kegiatan Pembelajaran

No Tahapan Kegiatan Guru Kegiatan siswa

(1) (2) (3)

1 Pendahuluan 1. Berdoa bersama

2. Mengecek kesiapan

siswa, ruang, media yang

akan digunakan dalam

1. Siswa berdoa bersama

2. Siswa mempersiapkan

sarana yang akan

digunakan dalam

proses pembelajaran.

3. Memeriksa kehadiran

siswa

proses pembelajaran.

3. Siswa menyampaikan

keadaan teman yang

tidak hadir

2 Kegiatan

Inti

Eksplorasi

1. Guru menjelaskan materi

tentang wawancara ,

termasuk pembahasan

mengenai kalimat

langsung an tak langsung,

Kemudian siswa

membentuk kelompok.

2. Guru memberikan teks

wawancara yang terdapat

dalam buku/majalah

3. Guru menugaskan siswa

untuk merangkum pokok-

pokok cerita dan

mengubah teks

wawancara menjadi

narasi.

Elaborasi

Guru membimbing siswa

dan membantu

permasalahan yang

dihadapi terkait dengan

materi.

Konfirmasi

Guru menugaskan

masing-masing siswa

1. Siswa mendengarkan

menjelaskan guru dan

membentuk

kelompok.

2. Siswa mempelajari

teks yang diberikan

3. Siswa mengerjakan

tugas yang diberikan

oleh guru.

Siswa berdiskusi dan

menanyakan

kesulitan yang

dihadapi terkait

dengan materi.

Siswa

mempresentasikan

hasil kerjanya secara

untuk mempresentasikan

hasil kerjanya

bergiliran.

3 Kegiatan

Akhir

Refleksi

1. Guru bersama-sama

siswa merefleksi

kegiatan pembelajaran

dengan menanyakan

kesulitan siswa dalam

pembelajaran yang

telah dilaksanakan.

2. Guru menutup

pembelajaran dengan

berdoa bersama.

1. Siswa menyampaikan

hal-hal yang mereka

dapatkan pada saat

pembelajaran

2. Siswa berdoa bersama

V. Sumber Belajar

1. Teks wawancara

2. Buku Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas VII

VI. Penilaian

Teknik : Tes tertulis

Bentuk Instrumen : Unjuk kerja

KRITERIA PENILAIAN

Rubik Penilaian Partisipasi

No Aspek penilaian Skor

1. Kesesuaian narasi dengan teks wawancara 1 – 20

2. Kepaduan paragraph 1 – 20

3. Kelengkapan unsur narasi 1 – 20

4. Keefektifan kalimat 1 – 20

5. Ketepatan ejaan dan tanda baca 1 - 20

Jumlah 100

Bangli, 09 Mei 2014

Guru Mapel Bahasa Indonesia Peneliti

Desak Putu Sri Oka, S.Pd Ni Wayan Sumiani

NIP.19591114190103 2 011 NPM.10.8.03.51.31.1.5.2979

Mengetahui

Kepala SMP Negeri 2 Bangli

Drs.Sang Anom Subadra

NIP.19561231 199012 1 001

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Nama sekolah : SMP Negeri 2 Bangli

Mengungkapkan berbagai informasi dalam bentuk narasi dan pesan singkat

Kompetensi Dasar : 1.1 Mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan

memperhatikan cara penulisan kalimat langsung

dan tak langsung

Indikator : 1. Mampu mengubah kalimat langsung menjadi kalimat

tak langsung

2. Mampu mengubah teks wawancara menjadi bentuk

narasi dengan menggunakan pilihan kata, ejaan dan

tanda baca yang tepat

3. Mampu membuat tulisan narasi berdasarkan hasil

wawancara sesuai dengan konteks, pengembangan

paragraf dan kalimat yang efektif

I . Tujuan Pembelajaran

1. Mampu mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung

2. Mampu mengubah teks wawancara menjadi bentuk narasi dengan

menggunakan pilihan kata, ejaan dan tanda baca yang tepat

3. Mampu membuat tulisan narasi berasarkan hasil wawancara sesuai dengan

konteks, pengembangan paragraf dan kalimat yang efektif

Karakter siswa yang diharapkan: Dapat dipercaya (Trustworthines)

Rasa hormat dan perhatian (Respect)

Tekun (Diligence)

II. Materi Pembelajaran

Naskah wawancara

Membangun Community of Knowledge Lewat 3G

Keberadaan teknologi 3G sebagai sarana komunikasi di Indonesia

merupakan terobosan baru. Selain untuk menelepon, teknologi 3G berguna untuk

memperoleh informasi, entertainmen. Wawancara dengan ahli telematika Roy

suryo (narasumber).

Penanya : Sejak kapan menekuni bidang komunikasi dan telematika, dan

mengapa memutuskan total di bidang ini?

Narasumber : Memang hobi dari dulu. Kalau hobi mengoprek (mengutak-

atik) permainan elektronik sejak SMP, bahkan di SD sudah

mulai. Tapi belum terbina dan terdidik seperti sekarang.

Semakin lama saya ikuti, semakinmenyenangkan. Dari hobi

itu, ternyata, saya tahu teknologi membuat hidup lebih

nyaman. Kenyataan begitu,. teknologi saya ikuti sebagai

bagian dari kehidupan.

Penanya : Bagaimana Anda melihat teknologi komunikasi dan

telematika Indonesia saat ini, terutama dengan hadirnya 3G?

Narasumber :Teknologi Indonesia berkembang kadang-kadang lebih cepat

dari sosialisasi, bahkan hukumnya. Oleh karena itu, kadang

timbul gesekan-gesekan atau friksi negatif. Itu kemudian

yang membuat saya semakin konsen terlibat di dalamnya.

Kita gunakan 3G untuk kehidupan yang lebih baik, misalnya

untuk hal agamis. Kita bisa manfaatkan, jangan hanya untuk

konsumsi. Tapi juga untuk yang produksi.

Penanya : Apakah dampak negatif lain dari 3G? Kesehatan, lingkungan,

atau mungkin kriminalisasi?

Narasumber : Pertanyaan ini selalu muncul. Semua perangkat ini

memancarkan sinyal. Tentu semua ada ukurannya, ada

ambang batasnya. Di Amerika, ada FCC (Federal

Communication Commission) yang menguji kelayakan produk

elektronik. Kalau dampak negatifnya besar, pasti ditarik.

Cuma, ada orang tertentu yang peka dengan radiasi sinyal.

Tanpa HP pun, bisa kena kanker otak. Untuk mereka yang

punya kreativitas, perlu dibina.

Penanya : Solusi atau dampak negatif yang muncul?

Narasumber : Solusinya agak sulit kalau teknologi hanya dilawan dengan

teknologi saja. Tapi dengan faktor-faktor nonteknis, seperti

sosialisasi dan edukasi ke masyarakat. Bahkan, juga hukum

yang dapat memayungi teknologi. Teknologi tak bisa

dibendung karena cepat sekali berkembang. Sementara

adaptasi masyarakat terhadap teknologi berbeda-beda. Kita

menciptakan komunitas yang berbasis ilmu pengetahuan hi-

tech dengan adanya 3G. Saya sampaikan di tiap tempat bahwa

teknologi itu jangan ditolak. Teknologi jangan dilawan, tapi

dimanfaatkan sebaik-baiknya.

Penanya : Siapa yang berperan terhadap baik-buruknya teknologi?

Narasumber : Semua punya keterlibatan dalam perkembangan teknologi.

Mulai operator, tokoh-tokoh masyarakat, media, dan juga

masyarakat itu sendiri. Semua punya kontribusi. Tetapi, kalau

ada yang "lari" duluan atau lebih cepat dibanding yang lain,

hal itu kadang membuat tidak seimbang. Mari menciptakan

komunitas knowlwdge. Dari komunitas ini, kita punya ide dan

harapan yang dapat dikembangkan bersama. Ajak masyarakat

untuk ngobrol dan kita masukkan kajian-kajian teknologi.

III. A. Metode Pembelajaran

4. Diskusi

5. Tanya jawab

6. Penugasan

B. Strategi Pembelajaran

Pendekatan : Integratif

IV. Langkah – langkah Kegiatan Pembelajaran

Tahapan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

(1) (2) (3)

Pendahuluan

Kegiatan Inti

1. Berdoa bersama

2. Mengecek kesiapan siswa,

ruang, media yang akan

digunakan dalam proses

pembelajaran.

3. Memeriksa kehadiran siswa.

Eksplorasi

1. Guru menjelaskan materi

tentang wawancara.

2. Guru memberikan teks

wawancara yang terdapat dalam

buku

3. Guru menugaskan siswa

mengubah teks wawancara

menjadi narasi.

1. Bersama guru berdoa bersama

2. Siswa mempersiapkan sarana

yang akan digunakan dalam

pembelajaran.

3. Siswa menyampaikan keadaan

teman yang tidak hadir

1. Siswa mendengarkan

menjelaskan guru

2. Siswa mempelajari teks yang

diberikan

3. Siswa mengerjakan tugas yang

diberikan oleh guru.

Penutup

Elaborasi

Guru membimbing,membantu

permasalahan yang dihadapi

terkait dengan materi.

Konfirmasi

Memberikan kesempatan

untuk bertanya dan

berdiskusi yang dihadapi

memikirkan permasalaha

Refleksi

Guru bersama siswa

merefleksi kegiatan

pembelajaran dengan

menanyakan kesulitan siswa

dalam pembelajaran yang

telah dilaksanaka

Guru menutup pembelajaran

dengan berdoa bersama

Siswa menanyakan

kesulitan yang dihadapi

terkait dengan materi.

Siswa bertanya dan

berdiskusi untuk bertukar

pikiran

Siswa menyampaikan hal-hal

yang mereka dapatkan pada

saat pembelajaran.

Siswa berdoa bersama

V. Sumber Belajar

1. Teks wawancara

2. Buku Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas VII

VI. Penilaian

Teknik : Tes tertulis

Bentuk Instrumen : Unjuk kerja

KRITERIA PENILAIAN

Rubik Penilaian Partisipasi

No Aspek penilaian Skor

1. Kesesuaian narasi dengan teks wawancara 1 – 20

2. Kepaduan paragraph 1 – 20

3. Kelengkapan unsur narasi 1 – 20

4. Keefektifan kalimat 1 – 20

5. Ketepatan ejaan dan tanda baca 1 – 20

Jumlah 100

Bangli, 03 Juni 2014

Guru Mapel Bahasa Indonesia Peneliti

Desak Putu Sri Oka, S.Pd Ni Wayan Sumiani

NIP.19591114190103 2 011 NPM.10.8.03.51.31.1.5.2979

Mengetahui

Kepala SMP Negeri 2 Bangli

Drs.Sang Anom Subadra

NIP.19561231 199012 1 001

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Nama sekolah : SMP Negeri 2 Bangli

Mata pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas / Semester : VII / II (dua)

Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

Standar kompetensi : 1. Mengungkapkan berbagai informasi dalam bentuk

narasi dan pesan singkat

Kompetensi Dasar : 1.1 Mengubah teks wawancara menjadi narasi dengan

memperhatikan cara penulisan kalimat langsung

dan tak langsung

Indikator : 1. Mampu mengubah kalimat langsung menjadi kalimat

tak langsung

2. Mampu mengubah teks wawancara menjadi bentuk

narasi dengan menggunakan pilihan kata, ejaan dan

tanda baca yang tepat

3. Mampu membuat tulisan narasi berdasarkan hasil

wawancara sesuai dengan konteks, pengembangan

paragraf dan kalimat yang efektif

I . Tujuan Pembelajaran

1. Mampu mengubah kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung

2. Mampu mengubah teks wawancara menjadi bentuk narasi dengan

menggunakan pilihan kata, ejaan dan tanda baca yang tepat

3. Mampu membuat tulisan narasi berasarkan hasil wawancara sesuai dengan

konteks, pengembangan paragraf dan kalimat yang efektif

Karakter siswa yang diharapkan: Dapat dipercaya (Trustworthines)

Rasa hormat dan perhatian (Respect)

Tekun (Diligence)

II. Materi Pembelajaran

Naskah wawancara

PENYEBAB TIFUS

Wika : Dok, akhir-akhir ini banyak teman saya yang terkena penyakit

tifus.Bagaimanakah tifus itu terjadi?

Dr. Agung: Penyakit tifus terjadi karena infeksi kuman salmonella.Kuman ini

masuk dalam tubuh melalui makanan atau minuman yang tercemar.

Dalam tubuh, kuman ini bermarkas di usus halus.Selanjutnya, kuman

ini menerobos masuk ke pembuluh darah.Saat terjadi agresi ini,

tubuh berusaha melawannya dengan memproduksi

antibodi.Namun,gejala sakitnya baru muncul setelah 10-14 hari sejak

masa invasi.

Wika : Apakah tanda-tanda seseorang diserang penyakit tifus?

Dr.Agung: Biasanya pasien mengalami deman pada sore/malam hari. Suhu tubuh

mencapai 39-40 C

Wika : Berarti jika seseorang mengalami gejala seperti itu ia harus segera ke

dokter.

Dr. Agung : Benar, Nak jika seseorang mengalami gejala seperti yang saya

jelaskan tadi,segera bawa ke Dokter.

Wika : Dok ,megapa kuman Salmonella masuk ke dalam tubuh manusia

melalui makanan dan minuman?

Dr. Agung: Karena makanan yang kita makan tidak selalu makanan yang

bersih,sehat dan matang.

Wika : Mengapa demikian, Dok Padahal sebagian besar makanan yang kita

makan adalah makanan yang telah dimasak.

Dr. Agung : Memang benar. Makanan yang kita makan sehari-hari adalah

makanan matang. Tetapi, kita’kan tidak tahu seberapa matangkah

makanan itu dimasak.Apakah sayur yang kita makan sudah benar-

benar mendidih pada suhu 100 C.

Wika : Apa akibat makanan yang tidak dimasak sampai mendidih pada suhu

100 C Dok?

Dr. Agung: Pada bahan makanan/air bisa jadi terdapat kuman Salmonella.Padahal

penyakit tifus disebabkan oleh kuman ini.Agar kuman mati, bahan

makanan itu harus dimasak sampai suhu 100 C. Air yang akan kita

minum pun harus mendidih sampai 100 C.

Wika : Bagaimana dengan buah dan sayuran, Dok?

Dr. Agung: Pastikan buah dan sayuran itu sudah di cuci dengan bersih. Bukan

hanya dicuci dengan air keran,melainkan dengan air matang.Tidak

harus menggunakan air panas untuk mencucinya.

Wika : Berarti jika memang harus hiup bersih untuk mencegah terserang

tifus,ya

Dr. Agung : Itu sudah pasti. Jika sudah terserang tifus, kita akan repot. Kita tidak

bisa makan sembarang makanan. Pasien tifus harus makan makanan

yang lembek, seperti bubur. Pasien tifus juga tidak boleh makan

gorengan.

Wika : Wah, itu tentu sangat menyiksa. Apalagi jika yang terkena tifus orang

yang suka makanan enak dan mahal.

Dr.Agung : Makanya,sebaiknya kita memang hidup bersih dan sehat.Hindari hal

yang mengakibatkan sakit.Kamu sudah pernah merasakan sakit. Apa

yang kamu rasakan.

Wika : Sudah, saya pernah muntaber ketika masih SD. Rasanya sedih sekali.

Saya harus bolak-balik ke kamar kecil dan berkali-kali

muntah.Badan rasanya lemas. Jangankan makan, minum pun rasanya

malas. Saya jadi iri melihat orang lain yang tidak sakit.

Dr.Agung: Nah,makanya kita harus hidup bersih dan sehat,Kalau sudah jatuh

sakit,biasanya orang merasa bahwa sehat itu menyenangkan.Kita

tidak merasakan sakit. Mau melakukan aktivitas apapun bisa. Belum

lagi biaya pengobatan bisa mencapai jutaan rupiah jika sakitnya

parah.

Wika :’’Betul juga. Dok.’’

Dr.Agung: Nah ingat-ingatlah! Kita lebih baik mencegah sakit daripada

mengobati.kalau membiasakan hidup sehat dan bersih, kta akan

selalu sehat.

Wika : Pesan Dokter akan saya laksanakan dan saya sampaikan kepada teman-

teman.Terima kasih, Dokter sudah bersedia memberikan penjelasan

kepada saya, saya mohon diri. Selamat sore.

Dr. Agung : Selamat sore, Nak! Mudah-mudahan penjelasan saya berguna.

III. A. Metode Pembelajaran

1. Diskusi

2. Tanya jawab

3. Penugasan

B. Strategi Pembelajaran

Pendekatan : Integratif

IV. Langkah – langkah Kegiatan Pembelajaran

Tahapan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa

(1) (2) (3)

Pendahuluan

Kegiatan

Inti

1. Berdoa bersama

2. Mengecek kesiapan siswa,

ruang, media yang akan

digunakan dalam proses

pembelajaran.

3. Memeriksa kehadiran siswa.

Eksplorasi

1. Guru menjelaskan cara

mengubah tes wawancara

2. Guru memberikan teks

wawancara yang terdapat

dalam buku

3. Guru menugaskan siswa

untuk merangkum pokok-

pokok cerita dan mengubah

teks wawancara menjadi

narasi.

Elaborasi

Guru membimbing siswa dan

membantu permasalahan yang

dihadapi terkait dengan materi.

Konfirmasi

Memberikan kesempatan untuk

1. Berdoa bersama

2. Siswa mempersiapkan

sarana yang akan

digunakan dalam

pembelajaran.

3. Siswa menyampaikan

keadaan teman yang tidak

hadir.

1. Siswa mendengarkan

menjelaskan guru

2. Siswa mempelajari teks

yang diberikan

3. Siswa mengerjakan tugas

yang diberikan oleh guru.

Siswa menanyakan

kesulitan yang dihadapi

terkait dengan materi.

Siswa bertanya dan

Penutup

bertanya dan berdiskusi

memikirkan permasalahan

yang dihadapi

Refleksi

1. Guru bersama-sama siswa

merefleksi kegiatan

pembelajaran dengan

menanyakan kesulitan siswa

dalam pembelajaran yang telah

dilaksanakan.

2. Guru menutup pembelajaran

dengan berdoa bersama

berdiskusi untuk

bertukar pikiran

1. Siswa menyampaikan

hal-hal yang mereka

dapatkan pada saat

pembelajaran.

2. Siswa berdoa bersama

V. Sumber Belajar

1. Teks wawancara

2. Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas VII

VI. Penilaian

Teknik : Tes tertulis

Bentuk Instrumen : Unjuk kerja

KRITERIA PENILAIAN

Rubik Penilaian Partisipasi

No Aspek penilaian Skor

1. Kesesuaian narasi dengan teks wawancara 1 – 20

2. Kepaduan paragraph 1 – 20

3. Kelengkapan unsur narasi 1 – 20

4. Keefektifan kalimat 1 – 20

5. Ketepatan ejaan dan tanda baca 1 – 20

Jumlah 100

Bangli, 04 Juni 2014

Guru Mapel Bahasa Indonesia Peneliti

Desak Putu Sri Oka, S.Pd Ni Wayan Sumiani

NIP.19591114190103 2 011 NPM.10.8.03.51.31.1.5.2979

Mengetahui

Kepala SMP Negeri 2 Bangli

Drs.Sang Anom Subadra

NIP.19561231 199012 1 001

RIWAYAT HIDUP

Ni Wayan Sumiani dilahirkan di Dusun Mas, Desa

Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar

pada tanggal 03 Desember 1986. Anak pertama dari

tiga bersaudara dari pasangan I Made Jadra dengan

Ni Made Ani.

Penulis menamatkan pendidikan sekolah dasar di SD

N 5 Bedulu tahun 1999, setelah itu melanjutkan ke

sekolah menengah pertama di SLTP Negeri 1 Blahbatuh lulus tahun 2002,

kemudian melanjutkan ke sekolah menengah atas di SMK Negeri 1 Gianyar lulus

tahun 2005, kemudian tahun 2010 melanjutkan pendidikan keperguruan tinggi di

FKIP Universitas Mahasaraswati Denpasar, program studi pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia.

FOTO PELAKSANAAN PTK DI KELAS VII E