SKRIPSI PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI...

download SKRIPSI PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI …unmas-library.ac.id/wp-content/uploads/2014/11/PENINGKATAN... · inspirator gambar peristiwa pada siswa kelas vii a smp albanna ...

If you can't read please download the document

Transcript of SKRIPSI PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI...

  • i

    SKRIPSI

    PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI

    MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN

    INSPIRATOR GAMBAR PERISTIWA PADA SISWA

    KELAS VII A SMP ALBANNA DENPASAR

    TAHUN PELAJARAN 2013/2014

    OLEH :

    RIAN DANA ABIDIN

    N.P.M : 10.8.03.51.31.1.5 2997

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

    2014

  • ii

  • iii

  • iv

  • v

    MOTTO

    SERVE THE PEOPLE

    JIKA KITA TERDIDIK MAKA

    GUNAKANLAH UNTUK MENDIDIK

    AGAR KITA SAMA SAMA

    MERDEKA

  • vi

    PERSEMBAHAN

    SKRIPSI INI SAYA PERSEMBAHKAN UNTUK :

    AYAH SAYA YANG SANGAT SAYA CINTAI YANG TELAH

    MEMBERIKAN DUKUNGANYA, BAIK MORIL MAUPUN MATERIL,

    TAK LUPA JUGA IBU SAYA YANG TELAH MENINGGAL ATAS

    DUKUNGAN SEMANGAT DAN MOTIVASI SELAMA DIA MASIH

    HIDUP SEHINGGA SAYA DAPAT MENYELESAIKAN TUGAS INI

    DENGAN BAIK

    KAKA DAN SUDARA SAUDARA TERCINTA YANG SELALU

    MEMBERI DUKUNGAN DAN DOA SELAMA PROSES PENYUSUNAN

    SKRIPSI

    TEMAN TEMAN SEPERJUANGAN , TEMAN TEMAN

    SEANGKATAN YANG TELAH MEMBATU UNTUK BERTUKAR

    PIKIRAN SEHINGGA SKRIPSI INI DAPAT SELESAI

  • vii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena

    berkat rahmat-Nyalah karya tulis yang berupa skripsi ini dapat diselesaikan tepat

    pada waktunya.

    Penulis menyadari dan mengakui dan kekurangannya. Skripsi ini tidak

    mungkin akan terwujud tanpa bimbingan, petunjuk serta bantuan yang bersifat

    material maupun spiritual dari pihak lain. Maka dalam kesempatan ini dengan

    segala kerendahan hati dan rasa hormat penulis haturkan ucapan terimakasih dan

    penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

    1. Bapak Drs. I Made Sukamerta M.Pd selaku Rektor Universitas Mahasraswati

    Denpasar yang telah menyediakan sarana dan prasarana serta memberikan ijin

    untuk mengadakan penelitian;

    2. Bapak Prof Dr. Wayan Maba selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

    Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar beserta staf para dosen

    pengajar yang mengarahkan mahasiswa dalam melaksanakan kewajiban dan

    tugas akademis lapangan;

    3. Ibu Dra. Ni Luh Sukanadi, M.Hum, selaku Program Studi Bahasa dan Sastra

    Indonesia yang memberikan motivasi dalam pelaksanaan penelitian ini.

    4. Bapak Drs. Nyoman Diarta M.pd selaku dosen Pembimbing I dalam

    menyusun skripsi ini telah banyak memberi bimbingan dan pengarahan

    sehingga skripsi ini dapat terwujud.

  • viii

    5. Ibu Dra. Ni Ketut Pola Rustini M. Hum, selaku Pembimbing II yang telah

    banyak memberikan bimbingan dan petunjuk sehingga skripsi ini dapat

    penulis selesaikan.

    6. Semua Dosen FKIP Universitas Mahasaraswati Denpasar atas ilmu dan

    motivasi selama penulis mengikuti kuliah.

    7. Ibu kepala sekolah SMP Albanna Denpasar yang telah mengizinkan penulis

    menggunakan sekolahnya sebagai tempat untuk melaksanakan penelitian.

    8. Ibu guru Bahasa Indonesia kelas VII A SMP Albanna Denpasar yang telah

    banyak membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian ini.

    9. Rekan-rekan yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

    banyak memberikan dorongan dalam menyusun skripsi ini.

    Tuhan Yang Maha Penyayang akan membalas segala amal baik yang

    telah Bapak/Ibu berikan kepada penulis.

    Akhir kata, dengan menyadari sepenuhnya bahwa kehadiran skripsi ini

    tidak luput dari kekurangan dan keterbatasan yang ada, penulis akan senang hati

    menerima segala masukan, saran dan kritik yang bersifat membangun dari para

    pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.

    Denpasar, Agustus 2014

    Penulis

  • ix

    DAFTAR ISI

    ISI HALAMAN

    HALAMAN

    JUDUL. ....... i

    LEMBAR PERSETUJUAN......................... ii

    LEMBAR TIM PENGUJI................................ . iii

    LEMBAR PENGESAHAN.......................... .. iv

    MOTTO....... v

    KATA PERSEMBAHAN... vi

    KATA PENGANTAR ... vii

    DAPTAR ISI. ix

    DAPTAR TABEL... xiv

    ABTRAK.. .. xvi

    BAB I. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang ......................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah ........................ 5

    1.3 Tujuan Penelitian............... 5

    1.3.1 Tujuan Umum................ 5

    1.3.2 Tujuan Khusus .............. 6

    1.4. Manfaat Penelitian........ 6

    1.4.1 Manfaat Teoritis ............ 6

    1.4.2 Manfaat Praktis ............. 6

    1.5 Ruang Lingkup Penelitian......... 8

    1.6 Asumsi .................. 8

  • x

    ISI HALAMAN

    BAB II LANDASAN TEORI......... 9

    2.1 Pengertian Puisi............... 9

    2.2 Pengajaran Puisi.......... 10

    2.3 Metode Puisi ............... 11

    2.3.1 Diksi (Diksion )............... 12

    2.3.2 Imajinasi ( imageri )............ 13

    2.3.3 Kata-kata Nyata ( the conencrete word )........... 14

    2.3.4 Majas (figurative language )............... 14

    2.3.5 Rima ( persajakan )............. 15

    2.4 Hakikat Puisi.......... 16

    2.4.1 Tema ( sense )......... 16

    2.4.2 Rasa ( feling)......... 16

    2.4.3 Nada dan Suasa ( tone )........ 17

    2.4.4 Amanat atau Pesan ( message )......... 17

    2.5 Pengertian Menulis ......... 18

    2.6 Pengertian Kemampuan Menulis Puisi........... 20

    2.7 Model Pembelajaran Kontekstual ( Contextual Teaching and Leraning)

    .............. 20

    2.7.1 Perinsip Pembelajaran Kontekstual . ......... 23

    2.7.2 Penerapan Pembelajaran Kontekstual.......................... 26

    2.7.3 Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kontekstua....... 28

    2.7.3.1 Keunggulan Pembelajaran Kontektual......... 28

    2.7.3.2 Kelemahan Pembelajaran Kontektual......... 29

    2.8 Gambar Peristiwa Sebagai Inspirator . .......... 31

  • xi

    ISI HALAMAN

    BAB III. METODE PENELITIAN ... 32

    3.1 Jenis Penelitian.................................. 32

    3.2 Subjek, Objek dan Tempat Penelitian .......... 33

    3.3 Rancangan Penelitian ........ 33

    3.4 Pengumpulan Data / Intrumen Penelitian... .............................. 34

    3.4.1 Metode Observasi ............... 34

    3.4.2 Metode Tes......... 35

    3.4.2.1 Penetapan Skor........ 35

    3.4.2.2 Mengubah Skor Menjadi Skor

    Standar............................................ 36

    3.5 Prosedur Penelitian...................................................................... 38

    3.5.1 Refleksi Awal.................................................................... 38

    3.5.2 Siklus I............................................................................... 39

    3.4 Teknik Analisis Data .... 43

    BAB IV PENYAJIAN HASIL PENELITIAN ............................ 44

    4.1 Hasil Penelitian ................................................................ 44

    4.1.1 Hasil Observasi Tes awal..................... ................... .. 44

    4.1.2 Tes Awal ................................................................ 45

    4.1.3 Analisis Data Tes Awal ............................................ 47

    4.1.4 Refleksi Tes Awal ................................................... 49

    4.2 Hasil Penelitian Siklus I ................................................... 49

    4.2.1 Hasil Observasi dan Evaluasi Siklus I ....................... 49

    4.2.1.1 Hasil Observasi Siklus I................. .................... ... 49

    4.2.1.1 Hasil Tes Siklus I ............................. .................. .. 50

    4.2.2 Analisis Data Siklus I... ........................................... 51

    4.2.3 Refleksi Siklus I ...................................................... 53

    4.3 Siklus II........................................................................... 54

    4.3.1 Tahap Perencanaan Penelitian Siklus II .................... 54

  • xii

    4.3.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian Siklus II .................... 55

    4.3.3 Hasil Observasi dan Evaluasi Siklus II ...................... 57

    4.3.3.1 Hasil Observasi Siklus II...................... ............... ... 57

    4.3.3.2 Hasil Tes Siklus II................................................ .. 57

    4.3.4 Analisis Data Siklus II ............................................. 59

    4.3.4 Refleksi Siklus II .................................................... 61

    4.4 Siklus III ......................................................................... 62

    4.4.1 Rencana Penelitian Siklus III ................................... 62

    4.4.2 Tindakan Penelitian Siklus III ................................... 63

    4.4.3 Hasil Observasi dan Evaluasi Siklus III .................... 64

    4.4.3.1 Hasil Observasi Siklus III................... ................. ... 64

    4.4.3.2 Hasil Tes Siklus III.......................................... ...... 65

    4.4.4 Analisis Data Siklus III ............................................. 67

    4.4.5 Refleksi Siklus III.. .................................................. 69

    4.5 Rekaptulasi Hasil Penelitian....................................... .. 70

    4.6 Pembahasan............................................................. .... 71

    BAB V PENUTUP ........................................................................... 75

    5.1 Simpulan ......................................................................... 75

    5.2 Saran ............................................................................ 77

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    Tabel 01. Klasifikasi Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi

    Melalui Model Pembelajaran Kontekstual pada Siswa

    Kelas VI A SMP Albanna Denpasar Tahun Pembelajaran

    2013/2014 ....................................................................... 38

    Tabel 02 Sekenario Pembelajaran yang Digunakan dalam

    Pelaksanaan Tindakan Siklus I ......................................... 40

    Tabel 03 Data Hasil Tes Awal Peningkatan Kemampuan Menulis

    Puisi Melalui Model Pembelajaran Kontekstual pada

    Siswa Kelas VI A SMP Albanna Denpasar Tahun

    Pembelajaran 2013/2014 .................................................. 45

    Tabel 04 Analisis Data Tes Awal Peningkatan Kemampuan Menulis

    Puisi Melalui Model Pembelajaran Kontekstual pada

    Siswa Kelas VI A SMP Albanna Denpasar Tahun

    Pembelajaran 2013/2014l ................................................. 47

    Tabel 05 Hasil Silklus I Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi

    Melalui Model Pembelajaran Kontekstual pada Siswa

    Kelas VI A SMP Albanna Denpasar Tahun Pembelajaran

    2013/2014 ....................................................................... 50

    Tabel 06 Analisis Data Siklus I Peningkatan Kemampuan Menulis

    Puisi Melalui Model Pembelajaran Kontekstual pada

    Siswa Kelas VI A SMP Albanna Denpasar Tahun

    Pembelajaran 2013/2014 .................................................. 52

    Tabel 07 Skenario Pembelajaran yang Digunakan dalam

    Pelaksanaan Tindakan Siklus II ........................................ 55

    Tabel 08 Hasil Evaluasi Siklus II ................................................... 58

    Tabel 19 Analisis Data Siklus Peningkatan Kemampuan Menulis

    Puisi Melalui Model Pembelajaran Kontekstual pada

    Siswa Kelas VI A SMP Albanna Denpasar Tahun

    Pembelajaran 2013/2014 II ............................................. 60

    Tabel 10 Skenario Pembelajaran yang Digunakan dalam

    Pelaksanaan Tindakan Siklus III ....................................... 63

    Tabel 11 Hasil Evaluasi Sikius III Peningkatan Kemampuan

    Menulis Puisi Melalui Model Pembelajaran Kontekstual

  • xiv

    pada Siswa Kelas VI A SMP Albanna Denpasar Tahun Pembelajaran 2013/2014 .................................................. 65

    Tabel 12 Analisis Data Siklus III Peningkatan Kemampuan Menulis

    Puisi Melalui Model Pembelajaran Kontekstual pada

    Siswa Kelas VI A SMP Albanna Denpasar Tahun

    Pembelajaran 2013/2014 .................................................. 67

    Tabel 13 Peningkatan Rekapitulasi Hasil Penelitian Peningkatan

    Kemampuan Menulis Puisi Melalui Model Pembelajaran

    Kontekstual pada Siswa Kelas VI A SMP Albanna

    Denpasar Tahun Pembelajaran 2013/2014 ......................... 69

  • xv

    ABSTRAK

    PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI

    MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN

    INSPIRATOR GAMBAR PERISTIWA PADA SISWA

    KELAS VIII A SMP ALBANNA DENPASAR

    TAHUN PELAJARAN 2013/2014

    NAMA : RIAN DANA ABIDIN

    NPM : 010.8.03.51.31.1.5.2997

    HALAMAN :

    TAHUN : 2014

    Penelitian ini berjudul peningkatan kemampuan menulis puisi

    melalui metode kontekstual pada kelas VI A SMP Albanna denpasar tahun

    pelajaran 2013/2014. Di latar belakangi oleh pengajaran sastra khususnya

    dalam menulis puisi kurang mendapatkan perhatian. Di barengi pula

    adanya sikap guru kurang bersungguh sungguh terhadap pengajaran

    sastra khusunya pengajaran puisi. Menulis puisi bertujuan untuk

    mengungkapkan suatu ide berupa pengalaman, pikiran, perasaan, semangat

    dan keyakinan untuk membangkitkan kemampuan siswa dalam membuat

    hasil karya sendiri di bidang kesusastraan khususnya puisi. Pembelajaran

    menulis puisi di SMP Albanna Denpasar di hadapkan pada beberapa

    masalah, yaitu kemampuan siswa dalam menulis puisi masih rendah,

    pembelajaran masih berpusat pada guru, hal ini di sebabkan karna s iswa

    tidak siap untuk mengikuti pelajaran, sehingga mengakibatkan guru

    cenderung mengambil metode ceramah untuk menjelaskan kepada siswa,

    sarana prasarana yang tersedia masih minim sekali. Berdasarkan latar

    belakang tersebut, maka rumusan masalah yang di angkat dalam penelitian

    ini adala apakah pembelajaran kontekstual dengan inspirator gambar

    peristiwa dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas VI A

    SMP Albanna Denpasar tahun pelajaran 2013-2014. Penelitian ini

    bertujuan untuk meningktakan mutu pembelajaran puisi. Khusunya dalam

    menulis puisi.

    Dalam penelitian ini ada dua tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti,

    yaitu : tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari penelitian ini

    adalah dapat memeberikan sumbangan pemikiran, informasi kepada guru

    bahasa Indonesia, dan meningkatkan wawasan menulis puisi melalui

    model pembelajaran kontekstual dengan inspirator gambar peristiwa dalam

    upaya membina serta pengembangan bahasa dan sastra Indonesia.

    Sedangkan, tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan

    data yang objektif bahwa model pembelajaran kontekstual dengan

    inspirator gambar peristiwa dapat meningkatkan kemampuan menulis

    puisi. Ruang lingkup penelitian ini terbatas hanya pada peningkatan

    kemampuan menulis puisi melalui model pembelajaran kontekstual dengan

    inspirator gambar peristiwa , pada siswa kelas VIII A SMP Albanna

    Denpasar, Tahun Pelajaran 2013/2014.

  • xvi

    Teori sebagai landasan untuk berpijak bagi penulis dalam penelitian ini, yaitu : (1) pengertian puisi, (2) pengajaran puisi, (3) metode puisi, (4)

    hakikat puisi, (5) pengertian menulis, (6) pengertian kemampuan menulis

    puisi, (7) pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning),

    (8) media lgambar peristiwa sebagai inspirator.

    Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMP Albanna

    Denpasar Tahun Ajaran 2013/2014 yang berjumlah 33 orang.

    Pengumpulan data dilakukan di SMP Albanna Denpasar dengan

    menggunakan dua metode, yaitu (1) metode observasi, dan (2) metode tes.

    Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data

    deskriptif kuantitatif, yaitu menyusun data secara sistematis dari yang

    besar ke yang kecil atau sebaliknya untuk ditarik suatu simpulan.

    Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa hasil penelitian menulis puisi

    dengan model pembelajaran kontekstual dengan inspirator gambar pada

    siswa kelas VIII A SMP Albanna Denpasar dapat meningkat, ini dapat

    dilihat dari peningkatan nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada tes awal

    (pra test) jumlah rata-rata 4,09 dengan kategori kurang, pada siklus I

    mengalami peningkatan nilai rata-rata 5,3 dengan kategori hampir cukup,

    siklus II mengalami peningkatan nilai rata-rata siswa menjadi 6,6 dengan

    kategori cukup, dan pada siklus III juga mengalami peningkatan nilai rata -

    rata siswa menjadi 8,0 dengan kategori baik. Berdasarkan hasil penelitian

    tersebut, peneliti merumuskan saran diantaranya, guru bahasa Indonesia

    SMP Negeri Albanna Denpasar supaya memberi motivasi kepada siswa

    agar tidak mengabaikan pembelajaran sastra khususnya menulis puisi.

    Kata Kunci: Keterampilan menulis, puisi, inspirator gambar peristiwa,

    pembelajaran kontektual

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Selama ini pembelajaran sastra dipandang kurang memenuhi

    standar hasil yang memuaskan. Kualitas proses pembelajran kurang begitu

    diperhatikan oleh guru atau penyelenggara pendidikan lainnya sehingga

    hasilnya pun kurang sesuai dengan harapan. HampIr semua jenis sastra

    diajarkan di sekolah disajikan dengan cara-cara yang kurang bisa

    mengajak siswa untuk lebih kreatif dan inovatif. Semestinya sastra itu bisa

    menjadi pemicu munculnya kreativitas-kreativitas baru mengingat obyek

    kajian sastra adalah daya imajinasi dan nilai rasa seseorang. Daya

    imajinasi akan memunculkan pemikiran-pemikiran baru yang sangat

    menunjang kreativitas seseorang, sedangkan nilai rasa akan menumbuhkan

    kepekaan seseorang terhadap fenomena-fenomena kehidupan yang terjadi.

    Dengan menggabungkan keduanya dalam pembelajaran, terutama

    pembelajaran sastra, akan tercipta suasana pembelajaran yang lebih

    menyenangkan sehingga capaian hasil yang diinginkan akan memenuhi

    standar yang berlaku.

    Kegiatan bersastra juga mengasah kemampuan siswa untuk

    memahami pikiran, perasaan, dan pendapat yang disampaikan oleh orang

    lain melalui bahasa. Salah satu tujuan pengajaran kesusastraan ialah

    menanamkan apresiasi seni pada anak didik. Dengan mengapresiasi sastra,

    siswa dapat secara langsung menikmati sebuah karya sastra, dari teori -

  • 2

    teori tentang sastra sampai penerapan teori tersebut untuk memahami

    sebuah karya sastra.

    Salah satu cara untuk mengembangkan apresiasi sastra pada anak

    didik ialah dengan pembelajaran menulis puisi. Pembelajaran puisi

    merupakan kegiatan

    bersastra yang berisi luapan ekspresi pikiran, gagasan, dan pengalaman

    hidup dalam bentuk kata-kata yang memiliki makna dan unsur estetis

    puisi.

    Pembelajaran puisi di sekolah bertujuan untuk menanamkan rasa

    peka terhadap hasil seni sastra, agar anak didik mendapatkan rasa

    keharuan yang diperoleh dari apresiasi puisi. Selain itu, pembelajaran

    puisi di sekolah sangat penting dan berguna bagi siswa karena dapat

    membantu siswa agar menjadi manusia yang simpatik dan pemikir.

    Salah satu aspek dalam pembelajaran puisi adalah menulis puisi.

    Menulis puisi berarti mengungkapkan suatu kehidupan dalam medium

    bahasa yang harus memenuhi syarat-syarat tertentu sesuai dengan norma-

    norma estetis puisi. Untuk mencapai estetis ini diperlukan kemahiran dan

    kecakapan untuk menggunakan unsur-unsurnya hingga menghasilkan

    paduan yang harmonis. Kemahiran dan kecakapan tersebut dapat diperoleh

    dengan rajinnya kita berlatih menulis sebuah puisi secara intensif

    (Situmorang, 1983:26). Media pembelajaran juga sangat diperlukan dalam

    pembelajaran menulis puisi. Selama ini dalam pembelajaran menulis puisi ,

    guru kurang mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran. Hal ini

    juga terjadi di SMP Albanna Denpasar .

  • 3

    Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan dengan guru

    mata pelajaran Bahasa Indonesia, di sekolah tersebut diketahui bahwa

    media pembelajaran kurang optimal digunakan pada pembelajaran menulis

    puisi. Selain itu, minat siswa menulis puisi dan kemampuan menulis puisi

    siswa kelas VII SMP Albanna Denpasar tergolong masih rendah yaitu 4,06

    dan belum memenuhi kireteria ketuntasan minimal yang di targetkan

    nyaitu dengan nilai 8,0 padahal kemampuan pemahaman siswa terhadap

    materi cukup baik. Selama ini dalam pembelajaran menulis puisi, guru

    memberi tugas menulis puisi dengan cara meramu dan mengolah

    pengalaman dengan baik, kemudian melakukan kegiatan pemilihan dan

    penempatan kata yang selektif. Setelah memilih kata, kata -kata tersebut

    dipadukan dengan kata lain dengan variasi makna konotatif dan denotatif

    sehingga akan melahirkan puisi yang bagus. Cara pembelajaran yang

    semacam ini terkadang memberikan dampak kemalasan dan kurang

    berminatnya siswa untuk mengikuti pelajaran menulis puisi. Dapat

    dikatakan pembelajaran tersebut dianggap kurang variatif sehingga

    berdampak pada minat siswa dalam menulis menjadi rendah dan secara

    tidak langsung akan mengakibatkan kemampuan menulis mereka pun

    menjadi rendah. Hal ini dibuktikan saat mereka diberi tugas menulis puisi,

    hasilnya kurang maksimal, sedikit yang mampu mencapai kriteria

    ketuntasan minimal yaitu nilai Hasil yang kurang maksimal tersebut juga

    disebabkan oleh beberapa kendala yang muncul dari diri siswa sendiri.

    Kendala tersebut diantaranya adalah siswa kesulitan dalam menentukan

    dan menemukan ide, siswa kesulitan menentukan kata pertama dalam

    puisinya, kesulitan mengembangkan ide-ide yang telah didapat dalam

  • 4

    bentuk puisi karena minimnya penguasaan kosakata, dan tidak terbiasanya

    siswa mengemukakan pikiran atau imajinasinya ke dalam bentuk puisi.

    Kendala-kendala tersebut mengakibatkan nilai menulis puisi siswa

    menjadi rendah, sehingga diperlukan perubahan dalam proses

    pembelajaran. Perubahan tersebut salah satunya dengan penggunaan media

    gambar peristiwa dalam menulis puisi.

    Penggunaan metode kontektual dengan media gambar peristiwa

    sebagai inspirator diharapkan mampu membantu siswa mengatasi

    permasalahan dalam menulis puisi. Media gambar peristiwa merupakan

    media berupa gambar sebuah peristiwa atau kejadian yang pernah terjadi.

    Media gambar peristiwa tepat digunakan dalam pembelajaran menulis

    puisi karena media gambar akan membantu siswa dalam berimajinasi dan

    selanjutnya menuangkan ide-ide dan gagasannya ke dalam bentuk puisi.

    Pada dasarnya puisi tersusun dari rangkaian kata-kata yang indah sesuai

    dengan imajinasi dan kreativitas sang penulis.

    Kompetensi dasar yang ingin dicapai adalah menulis kreatif puisi

    berkenaan dengan peristiwa yang pernah dialami, sehingga sangat tepat

    jika dipilih penggunaan media gambar peristiwa karena media gambar

    peristiwa ini berupa gambar peristiwa yang pernah dialami oleh seseorang.

    Pada gambar media peristiwa tersebut terlihat jelas peristiwa apa yang

    telah terjadi. Penggunaan media gambar peristiwa diharapkan mampu

    merangsang kreativitas siswa dalam memperoleh ide dan merangsang

    ingatan siswa terhadap peristiwa yang pernah dialaminya sehingga puisi

    yang dihasilkan siswa memiliki kejelasan isi sesuai dengan tema yang

    telah ditentukan.

  • 5

    Penggunaan metode kontektual dengan media gambar peristiwa

    dimungkinkan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan

    menulis puisi. Berdasarkan hal diatas, maka penulis tertarik untuk

    melakukan penelitian tdengan judul Peningkatan Kemampuan Menulis

    Puisi melalui Model Pembelajaran Kontekstual dengan Inspirator Gambar

    Peristiwa pada Siswa Kelas VII A Albanna Denpasar Tahun Pelajaran

    2013/2014.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka permasalahan

    yang dibahas dalam penelitian ini adalah :

    1. Apakah model pembelejaran kontekstual dengan inspirator gambar peristiwa

    dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas VIIA

    SMP Albanna Denpasar tahun Pelajaran 2013/2014?

    2. Bagaimanakah langkah-langkah model pembelajaran kontekstual

    yang tepat dalam menulis puisi pada siswa kelas VIIA SMP

    Albanna Denpasar tahun Pelajaran 2013/2014?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Segala sesuatu yang dilakukan pasti memiliki tujuan. Tujuan

    inilah yang memberikan arah bagi penelitian dalam melangkah pada

    kegiatan berikutnya. Dalam hal ini , adapun tujuan umum dan tujuan

    khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

  • 6

    1.3.1 Tujuan Umum

    a. Untuk dapat memberikan sumbangan pemikiran dan meningkatkan

    wawasan menulis puisi melalui model pembelajaran kontekstual

    dengan gambar peristiwa dalam upaya membina serta

    mengembangkan bahasa dan sastra Indonesia.

    b. Untuk memberikan informasi nyata kepada guru bahasa Indonesia

    dalam usaha memberdayakan mutu kegiatan belajar dan mengajar

    bahasa Indonesia.

    1.3.2 Tujuan Khusus

    a. Untuk mendapatkan data yang objektif dapatkah model pembelajaran

    kontekstual dengan inspirator gambar peristiwa meningkatkan

    kemampuan menulis puisi siswa kelas VII A SMP Albanna Denpasar

    Tahun Pelajaran 2013/2014.

    b. Untuk menemukan langkah-langkah model pembelajaran kontekstual

    dengan inspirator gabar peristiwa yang tepat dalam menulis puisi

    pada siswa kelas VII A SMP Albanna denpasar Tahun Pelajaran

    2013/2014.

    1.4 Manfaat Penelitian

    Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

    1.4.1 Manfaat Teoritis

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi

    dan menambah wawasan kepada siswa, pengajar (guru) dan juga sekolah

    dalam memberikan pelajaran-pelajaran yang dinilai sulit dipahami oleh

    siswa dalam menerima pelajaran khususnya dalam menulis puisi.

  • 7

    1.4.2 Manfaat Praktis

    Hasil penelitian ini bermanfaat bagi pihak-pihak seperti di bawah ini :

    a. Siswa

    1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar

    bahasa Indonesia siswa.

    2) Memberikan motivasi untuk lebih meningkatkan pemahaman dalam

    pembelajaran menulis puisi.

    b. Sekolah

    1) Penelitian ini dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan kualitas

    pembelajaran di sekolah.

    2) Sebagai pertimbangan dalam mengambil berbagai kebijakan atau

    perbaikan-perbaikan dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya

    pada pembeajaran puisi.

    c. Peneliti

    Memberikan sumbangan pengalaman dan menambah ilmu pengetahuan.

    d. Lembaga

    1) Mengetahui tingkat kemampuan mahasiswa atas penguasaan materi

    yang diberikan selama perkuliahan.

    2) Menjalin kerjasama dengan lembaga sekolah sebagai mitra dalam

    penyelenggaraan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

    3) Mengukur kualitas dan mutu pendidikan

  • 8

    e. Guru Bahasa Indonesia

    1) Penelitian tindakan kelas ini dapat dijadikan strategi alternatif bagi

    guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia dalam meningkatkan

    keterampilan menulis puisi.

    2) Hasil penelitian ini diharapkan menjadi pedoman dan menambah

    wawasan guru dalam memilih model pembelajaran yang sesuai

    dengan kemampuan siswa.

    1.5 Ruang Lingkup Penelitian

    Bertitik tolak dari rumusan masalah dan tujuan penelitian di atas

    serta karena luasnya ruang lingkup yang dibahas, keterbatasan

    kemampuan dan biaya yang penulis miliki maka penelitian ini terbatas

    pada peningkatan kemampuan menulis puisi melalui model pembelajaran

    kontekstual dengan inspirator gambar peristiwa, pada siswa kelas VII A

    SMP Albanna Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014 dan langkah -langkah

    model pembelajaran kontekstual yang tepat dalam menulis puisi.

    1.6 Asumsi

    Asumsi adalah suatu hal yang diyakini kebenarannya oleh penulis

    yang harus dirumuskan secara jelas dan akan berfungsi sebagai landasan

    berpijak bagi penulis dalam melaksanakan penelitiannya serta dipakai

    untuk memperkuat permasalahannya (Arikunto, 2006:59).

    Adapun penelitian ini didasarkan pada beberapa asumsi yaitu :

    1. Pokok bahasan menulis puisi sudah diajarkan di kelas VII A

    Albanna Denpasar ;

    2. Guru bidang studi bahasa Indonesia di kelas VII A SMP Albanna

    Denpasar dalam mengajar berpedoman pada kurikulum 2013;

  • 9

    3. Guru bidang studi bahasa Indonesia di kelas VII A SMP Albanna

    Denpasar;

    4. Situasi belajar di dalam kelas dan kemampuan siswa baik putra maupun

    putri dianggap sama; dan

    5. Semua siswa dianggap mempunyai kualitas dan kuantitas yang sama

    terhadap pengajaran bahasa Indonesia

  • 10

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    Untuk mendapatkan hasil penelitian yang memenuhi validitas data,

    perlu didukung oleh beberapa teori yang relevan dengan masalah yang

    akan diteliti. Teori tersebut terdapat pada buku-buku pustaka yang pada

    hakikatnya merupakan suatu teori yang nyata dan dapat menunjang serta

    mampu menjelaskan yang sesungguhnya dibicarakan atau

    dipermasalahkan. Teori sebagai landasan untuk berpijak bagi penulis,

    yaitu : (1) pengertian puisi, (2) pengajaran puisi, (3) metode puisi, (4)

    hakikat puisi, (5) pengertian menulis, (6) pengertian kemampuan menulis

    puisi, (7) model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and

    Learning), dan (8) media gambar peristiwa sebagai inspirator.

    2.1 Pengertian Puisi

    Puisi berasal dari bahasa Yunani poisesyang berarti penciptaan.

    Lama-kelamaan semakin dipersempit ruang lingkupnya menjadi hasil seni

    sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat-syarat tertentu dengan

    menggunakan irama, sajak dan kadang-kadang kata kiasan Tarigan (1984:

    4). Kehadiran sebuah puisi merupakan pernyataan seorang penyair.

    Pernyataan itu berisi pengalaman batin penyair sebagai hasil proses kreatif

    terhadap objek seni. Objek seni ini berupa masalah-masalah kehidupan

    dan alam sekitar manusia.

    Para ahli memberikan definisi yang berbeda-beda terhadap puisi.

    Waluyo (dalam Senet, 2009:13) menyatakan, bahwa puisi adalah salah

    satu bentuk kesusastraan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan

    penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua

  • 11

    kekuatan bahasa yakni dengan mengonsentrasikan struktur fisik dan

    struktur batinnya. Menurut Altenbernd (dalam Senet, 2009:13), puisi

    adalah pendramaan pengalaman yang bersifat penafsiran dalam bahasa

    berirama. Wordsworth (dalam Senet, 2009:13) juga mendefinisikan puisi

    sebagai suatu pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang

    direka-reka atau diangan-angankan.

    Sementara itu, Aminuddin mengatakan, bahwa secara etimologi

    istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poeima yang artinya

    membuat atau poesis yang artinya pembuatan dan dalam bahasa

    Inggris disebut poem atau poetry. Puisi diartikan membuat dan

    pembuatan karena lewat puisi, pada dasarnya seorang te lah menciptakan

    suatu dunia tersendiri yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana

    tertentu, baik fisik maupun batiniah (1987: 34).

    Selain itu, Johnson (dalam Senet, 2009:14) mengatakan, bahwa puisi

    merupakan luapan perasaan secara spontan yang penuh daya berpangkal

    pada emosi, yang berpadu kembali dalam kedamaian.

    Dalam penelitian ini penulis mengunakan pendapat Waluyo (dalam

    Senet, 2009:13) dalam penelitian ini pendapatnya adalah satu bentuk

    kesusastraan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara

    imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa

    yakni dengan mengkonsentrasikan struktur fisik dan struktur bantinya .

    2.2 Pengajaran Puisi

    Pembelajaran sastra di dalam penerapan Kurikulum 2013 perlu

    menekankan pada kenyataan bahwa sastra merupakan seni yang dapat

  • 12

    diproduksi dan diapresiasi sehingga pembelajaran hendaknya bersifat

    produktif dan apresiatif.

    Pembelajaran sastra merupakan suatu upaya untuk meningkatkan

    kemampuan menikmati, menghayati, memahami karya sastra, serta

    meningkatkan keberanian dan keterampilan untuk menuangkan gagasan

    dan perasaan dalam berbagai bentuk karya sastra.

    Pengajaran puisi merupakan bagian dari pembelajaran sastra.

    Pengajaran puisi adalah proses pemindahan pengetahuan atau

    keterampilan dalam memahami, menilai, dan menciptakan suatu karya

    sastra, khususnya puisi. Mengajarkan sebuah puisi berarti mengungkapkan

    suatu dunia kehidupan dengan medium bahasa yang harus memenuhi

    syarat-syarat tertentu, seperti diksi (pilihan kata), citraan, rima, tipografi,

    dan lain sebagainya (Senet, 2009:36).

    Menurut Senet (2009:36) bahwa pengajaran puisi sebagai bagian

    dari pengajaran sastra bertujuan :

    a. Siswa memperoleh kesenangan dari membaca dan mempelajari pui si

    sehingga tumbuh keinginan membaca dan mempelajari puisi pada

    waktu senggangnya;

    b. Siswa memperoleh pengetahuan dan pengertian dasar tentang puisi sehingga

    tumbuh keinginan memadukannya dengan pengalaman pribadinya yang

    diperoleh di sekolah kini dan mendatang;

    c. Mengarahkan siswa agar dapat menguasai bentuk tulisan dan gaya bahasa

    sastra;

    d. Membantu siswa agar menguasai keterampilan menulis;

  • 13

    e. Membantu siswa agar dapat mengomunikasikan pikiran, perasaan, dan segala

    sesuatu yang menarik perhatiaanya dengan cara yang efektif dan bermakna;

    f. Membantu dan memperluas wawasan siswa tentang diri dan lingkungannya

    dan orang lain;dan

    g. Membantu siswa menciptakan sesuatu yang menyenangkan, mengembangkan,

    dan memuaskan.

    2.3 Metode Puisi

    Metode yang digunakan penyair untuk mengungkapkan sesuatu

    dengan jelas dan seluas mungkin tetapi dengan kata sesedikit mungkin,

    antara lain sebagai berikut.

    2.3.1 Diksi (diction)

    Diksi berarti pilihan kata yang biasanya diusahakan oleh penyair

    secermat dan seteliti mungkin. Kata-kata yang digunakan oleh penyair

    dalam puisinya tidaklah seluruhnya bergantung pada makna denotatif,

    tetapi lebih cenderung bergantung pada makna konotatif. Nilai konotatif

    inilah yang justru lebih banyak memberi efek bagi para penikmatnya.

    Dengan demikian, kecakapan menggunakan kata-kata, penyair dapat

    membangkitkan imajinasi pembacanya.

    Diksi merupakan hal yang esensial dalam struktur puisi karena kata

    merupakan media ekspresi utama. Waluyo, (1991:73) menyatakan, bahwa

    kata dalam puisi lebih bersifat konotatif artinya memiliki kemungkinan

    makna yang lebih dari satu. Kata-kata dalam puisi dipilih dengan

    mempertimbangkan berbagai aspek estetis dan juga puitis artinya

    mempunyai efek keindahan yang berbeda dari kata -kata yang kita pakai

    dalam kehidupan sehari-hari. Maka kata-kata yang dipilih penyair bersifat

  • 14

    absolut dan tidak dapat diganti. Apabila diganti akan mengganggu

    kompisisi dan daya magis dari puisi itu sendiri. Setiap kata mempunyai

    beberapa fungsi, baik fungsi makna, fungsi bunyi, maupun fungsi

    pengungkapan nilai estetika bentuk lainnya. Oleh karena itu, diperlukan

    ketepatan pemilihan kata dan tidak hanya sekadar bagaimana suatu makna

    diungkapkan, tetapi juga apakah kata yang dipilih benar -benar mampu

    mengungkapkan suatu ekspresi yang melahirkan pesan-pesan tertentu

    tanpa meninggalkan aspek estetisnya.

    Jadi, pemilihan kata di dalam puisi sangat menentukan kualitas dan

    estetika sebuah puisi itu sendir, sebab diksi yang tepat akan mampu

    melahirkan irama maupun bentuk puisi secara keseluruhan, sehingga

    ketika puisi itu dibaca atau diperdengarkan akan mampu membuat

    pembaca atau pendengarnya merasakan keindahannya. Namun, perlu

    diperhatikan bahwa pemilihan kata harus didasarkan pada maksud dan

    pesan yang ingin disampaikan oleh penyair supaya tidak menimbulkan

    interpretasi yang beragam, bahkan terbalik dari maksud yang sebenarnya.

    2.3.2 Imajinasi (imageri)

    Imajinasi adalah bayangan atau khayalan yang timbul akibat kata -

    kata yang digunakan oleh penyair sehingga pembaca tergugah untuk

    menggunakan kemampuannya, melihat, mendengar perasaan secara fantasi

    yang dilakukan oleh penyair dengan puisi -puisinya. Pilihan kata dalam

    suatu puisi hendaknya dapat melakukan imajinasi tentang suasana pada

    waktu itu (Waluyo, 1991: 97).

    Penyair ingin menyuguhkan pengalaman baik yang pernah

    dialaminya kepada penikmat karyanya. Untuk memenuhi keinginan

  • 15

    tersebut dengan pemilihan serta penggunaan kata -kata yang tepat dalam

    karya mereka. Pemilihan penggunaan kata-kata yang tepat dapat

    memperkuat serta memperjelas daya-bayang pikiran manusia; dan energy

    tersebut dapat pula mendorong imajinasi atau daya-bayang kita untuk

    menjelmakan gambaran yang nyata (Tarigan, 1984:30).

    Dengan menarik perhatian pada beberapa perasaan jasmaniah, sang

    penyair berusaha membangkitkan pikiran dan perasaan para penikmat

    sehingga mereka menganggap bahwa merekalah yang benar -benar

    mengalami peristiwa perasaan jasmaniah tersebut.

    Dengan demikian, imajinasi penyair dapat menyatakan pembaca

    bahwa apa yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya merupakan suatu

    realitas, bahwa pembaca beranggapan seolah-olah merekalah yang

    mengalami peristiwa yang dituangkan oleh penyair lewat puisinya.

    2.3.3 Kata-kata Nyata (the concrete word)

    Kata-kata nyata adalah kata-kata yang digunakan penyair untuk

    melukiskan dan menyatakan sesuatu dengan setepat -tepatnya dan

    secermat-cermatnya sehingga meningkatkan imaji (daya bayang) pembaca,

    maka kata-kata harus diperkonkret. Maksudnya adalah bahwa kata-kata itu

    dapat mengarah kepada arti yang menyeluruh, seperti halnya pengimajian.

    Kata yang diperkonkret ini juga erat hubungannya dengan penggunaan

    kata-kata kiasan dan lambang-lambang. Apabila seorang penyair mahir

    dalam memperkonkret kata-kata, maka pembaca seolah-olah dapat

    melihat, mendengar, atau merasa seperti apa yang dilukiskan oleh penyair.

    Dengan demikian pembaca akan terlibat penuh secara lahir dan batin ke

    dalam puisi tersebut (Waluyo, 1991: 81).

  • 16

    2.3.4 Majas (figurative language)

    Untuk membangkitkan daya imajinasi, penyair menggunakan

    berbagai macam cara, salah satu diantaranya yaitu dengan memanfaatkan

    majas atau gaya bahasa. Penyair menggunakan bahasa yang bersusun-

    susun atau berpigura sehingga disebut bahasa figuratif. Bahasa figuratif

    menyebabkan puisi menjadi prismatis artinya memancarkan banyak makna

    atau kaya akan makna. . Karena itulah penyair dalam hal ini menggunakan

    berbagai macam gaya bahasa yang merupakan suatu kemampuan

    menggunakan kata-kata yang indah sehingga menimbulkan daya tarik dan

    daya ungkapannya semakin bertambah serta senantiasa dapat

    membangkitkan daya imajinasi. Bahasa figuratif adalah bahasa yang

    digunakan oleh penyair untuk menyatakan sesuatu dengan cara yang tidak

    biasa, yakni secara tidak langsung mengunkapkan makna kata atau

    bahasanya bermakna kias atau makna lambang (Waluyo, 1991: 83).

    2.3.5 Rima (persajakan)

    Rima adalah persamaan bunyi atau pengulangan bunyi dalam satu

    baris, beberapa baris atau semua baris puisi untuk menghadirkan unsur

    musikalitas puisi terutama pada saat dibacakan. Melalui pengulangan

    bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Dalam mengulangi bunyi itu,

    penyair juga mempertimbangkan lambing bunyi. Rima sangat erat

    hubungannya dengan arti rasa dan nada serta tujuan maupun

    amanatnya.Irama merupakan tinggi rendahnya suara, panjang pendeknya

    suara, cepat lambatnya suara pada waktu membaca atau mendeklamasikan

    puisi dan penggunaan rima disesuaikan menurut tempat dan susunannya.

    Dengan cara ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana

  • 17

    pada puisi. Persajakan yang sering digunakan penyair meliput i: (1)

    asonamsi adalah persamaan bunyi vocal dalam satu atau beberapa baris

    puisi, (2) aliterasi adalah penggunaan konsonan dalam satu baris puisi,

    dan (3) rima mutlak atau sempurna adalah persamaan bunyi pada beberapa

    baris puisi karena ada pengulangan pada salah satu atau beberapa kata

    dalam bait puisi (Sarjana Putra. 2010:24).

    2.4 Hakikat Puisi

    Dari beberapa pendapat di atas mengenai pengertian puisi sudah jelas

    betapa sulitnya memberikan batasan yang tepat terhadap puisi. Menurut I.A

    Richards sebagaimana yang dikutip Herman J. Waluyo menyatakan batin puisi

    ada empat, yaitu : tema (sense), perasaan penyair (feeling), nada atau sikap

    penyair terhadap pembaca (tone), amanat (intention) (Waluyo, 1991:180-181).

    2.4.1 Tema (sense)

    Cuddon dan Cohen (dalam Senet, 2009:30) menyatakan bahwa

    tema merupakan gagasan pokok atau subject-matter atau ide sentral yang

    dikemukakan oleh penyair dalam karya sastranya. Pokok pikiran atau

    gagasan pokok itu dalam karya sastra dapat disampaikan secara eksplisit

    atau langsung dan implicit atau tidak langsung. Tema yang disampaikan

    secara implicit atau tidak langsung biasanya sulit ditangkap.

    Tema sebuah puisi akan menjadi bagian yang paling utama

    melatarbelakangi ide atau gagasan yang terdapat di dalam sebuah pui si.

    Pada hakikatnya, sebelum menulis puisi terlebih dahulu penyair

    menentukan tema yang dipilih sebagai materi mengenai puisi yang akan

    ditulis.

    2.4.2 Rasa (feeling)

  • 18

    Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai dua orang atau lebih

    menghadapi suatu masalah dengan sikap berbeda, demikian juga seorang

    penyair. Ada penyair yang menaruh sikap simpatik, memuja, marah, rasa

    sedih, dan berduka. Ambil sebagai contoh tuna karya, Si A mungkin

    menghadapinya deongan sikap acuh tak acuh, sedangkan Si B dengan

    sikap kemanusiaan yang penuh belas kasih. Jadi, rasa adalah sikap sang

    penyair terhadap pokok permasalahan atau persoalan yang terkandung

    dalam puisi.

    2.4.3 Nada dan Suasana (tone)

    Nada (tone) merupakan sifat emosional penyair yang

    tergambarkan dalam karya sastra. Zaidan (dalam Senet, 2009:32)

    menjelaskan bahwa nada (tone) itu adalah sikap mental yang

    mencerminkan suasana hati pengarang yang tersirat dalam karyanya. Hal

    ini mungkin berupa sikap romantik, ironis, misterius, gembira, tidak sabar,

    keras hati, menggurui, menasehati, mengejek, menyindir, mencemooh,

    memberontak, iri hati, gemas, penasaran atau yang lainnya. Suasana

    adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi atau akibat

    psikologis yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Dapat

    disimpulkan bahwa nada dan suasana hati penyair akan mempengaruhi

    puisi yang dihasilkannya. Jika suasana hati penyair sedang senang maka

    cenderung puisi yang dihasilkan adalah puisi bernuansa gembira.

    Sebaliknya, suasana hati penyair sedang sedih, ada kecenderungan puisi

    yang diciptakannya adalah puisi yang bernuansa sedih pula.

    2.4.4 Amanat atau Pesan (Massage)

  • 19

    Amanat (massage) adalah maksud atau pesan yang disampaikan

    penyair atau pengarang berupa gagasan kepada pembaca, pendengar,

    penonton, baik tersurat maupun tersirat yang disampaikan penyair melalui

    karyanya, Zaidan (dalam Senet, 2009:32). Penghayatan terhadap amanat

    (massage) sebuah puisi tidak secara objektif, melainkan subjektif dan

    umum, artinya berdasarkan interpretasi atau penafsiran pembaca. Pesan

    yang disampaikan oleh penyair di dalam puisi cenderung bersifat implisit

    atau tersembunyi. Melalui tindakan mengapresiasinya, pembaca atau

    penikmat puisi akan menemukan sendiri pesan-pesan itu dibalik rangkaian

    kata-kata dalam sebuah puisi. Jadi amanat adalah pesan dan kesan yang

    hendak disampaikan penyair kepada pembaca lewat karya -karyanya

    berupa puisi.

    2.5 Pengertian Menulis

    Tarigan, (dalam Senet, 2009:10) menyatakan menulis merupakan

    suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Menulis merupakan kegia tan

    yang ekspresif karena dengan menulis seseorang dapat mengungkapkan

    gagasan, maksud, pikiran, atau pesan yang dimilikinya kepada orang lain.

    Di samping itu, menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa

    yang memegang peranan penting di dalam proses komunikasi yang efektif.

    Menulis, seperti halnya keterampilan berbicara, merupakan salah satu

    keterampilan yang bersifat produktif. Artinya, menulis merupakan

    kegiatan yang bersifat menghasilkan atau menulis merupakan kegiatan

    yang aktif menghasilkan tulisan. Akhadiah, dkk. (1988:2) menyatakan

    bahwa menulis adalah kemampuan kompleks yang menuntut sejumlah

    pengetahuan dan keterampilan. Dengan menulis, penulis terdorong untuk

  • 20

    terus belajar secara aktif. Penulis menjadi penemu sekaligus pemecah

    masalah bukan sekadar menjadi penyadap informasi dari orang lain.

    Penulis akan lebih mudah memecahkan permasalahannya, yaitu

    menganalisisnya secara tersurat dalam konteks yang lebih kongkret.

    Kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan kita berpikir serta

    berbahasa secara tertib.

    Depdikbud (dalam Senet, 2009:11) mengemukakan bahwa

    keterampilan menulis merupakan keterampilan tertinggi dalam pengajaran

    bahasa Indonesia. Menulis dikatakan sebagai kegiatan tertinggi karena

    keterampilan menulis merupakan keterampilan kognitif (memahami,

    mengetahui, dan memersepsi) yang kompleks yang menghendaki strategi

    kognitif yang tepat, keterampilan intelektual, informasi verbal, dan

    motivasi yang tepat Gagne dan Achmadi (dalam Senet, 2009:11).

    Dibandingkan dengan ketiga keterampilan yang lain (menyimak,

    berbicara, dan membaca), keterampilan menulis lebih sulit karena dalam

    menulis, di samping pengetahuan tentang kosakata, perlu juga

    pengetahuan tentang ejaan, tanda baca, dan kalimat efektif. Atau dengan

    kata lain, keterampilan menulis itu meliputi bagaimana cara menuangkan

    pikiran dalam kalimat dengan menggunakan kata yang tepat serta

    penulisan yang sesuai dengan ejaan. Selain itu, dalam kegiatan menulis

    dituntut adanya pengetahuan dan pemahaman mengenai topik yang ditulis

    dan bagaimana cara yang baik dalam menuangkannya ke dalam bentuk

    tulisan.

    Semi (dalam Senet, 2009:11) menyatakan bahwa Menulis itu

    merupakan salah satu keterampilan berbahasa, merupakan kegiatan

  • 21

    perekaman bahasa lisan ke dalam bentuk bahasa tulisan . Pada hakikatnya,

    menulis sama dengan berbicara karena materi yang digunakan sama, yaitu

    kata dan kalimat sehingga wajarlah dikatakan bahwa menulis adalah upaya

    memindahkan bahasa lisan ke dalam wujud tertulis. Hanya dalam kegiatan

    tulis-menulis diperlukan pengetahuan tentang ejaan dan tanda baca.

    Dalam penelitian ini penulis sepakat dan mengunakan pendapat

    Tarigan, (dalam Senet, 2009:10) dalam penelitaian ini menyatakan

    menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif menulis

    merupakan kegiatan yang ekspresif karena dengan menulis seseorang

    dapat mengungkapkan gagasan, maksud, pikiran, atau pesan yang

    dimilikinya kepada orang lain.

    2.6 Pengertian Kemampuan Menulis Puisi

    Dalam menciptakan dan menyatakan maksud gagasan dan perasaan

    dalam kegiatan menulis, penulis haruslah terampil memanfaatkan

    grafologi (ilmu yang mempelajari tentang aksara dan sistem penulisannya)

    dan kosakata yang digunakan Tarigan (dalam Senet, 2009:12). Seperti

    halnya dalam menciptakan karya sastra, dalam hal ini puisi, seorang

    pengarang akan menyampaikan gagasan atau ide yang tersimpan

    dibenaknya kepada orang lain melalui bahasa sebagai medianya. Menulis

    puisi biasanya dijadikan media untuk mencurahkan perasaan, pikiran,

    pengalaman, dan kesan terhadap suatu masalah, kejadian, dan kenyataan di

    sekitar kita.

    Puisi merupakan karya sastra yang padat arti. Artinya, penyair

    mengungkapkan perasaan dan pikirannya dengan kata -kata yang ringkas,

    namun tetap menunjukan adanya unsur estetis ketika dibaca.

  • 22

    Kemampuan menulis puisi merupakan kesanggupan dari seorang

    pengarang dengan kecakapan atau kekuatan imajinasinya untuk

    mencurahkan pikirannya dan membutuhkan daya kreasi dari

    pengarangnnya dalam menggunakan bahasa atau pilihan kata yang tepat

    sehingga menghasilkan karya puisi yang mengandung nilai keindahan

    khususnya puisi.

    2.7 Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Leraning)

    Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning)

    adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang

    diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta

    didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

    penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan

    masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih

    bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam

    bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan

    dari guru ke siswa (Depdiknas, 2002:1).

    Tujuan pembelajaran kontekstual adalah untuk membekali siswa

    berupa pengetahuan dan kemampuan (skill) yang lebih realistis karena inti

    pembelajaran ini adalah untuk mendekatkan hal -hal teoritis ke praktis.

    Sehingga dalam pelaksanaan metode ini diusahakan teori yang dipelajari

    teraplikasi dalam situasi riil. Bagi guru metode ini membantu dosen

    mengaitkan materi yang diajarkan dengan dunia nyata dan mendorong

    mahasiswa membuat hubungan antara pengetahuan sebelumnya (pior

    knowledge) dengan aplikasinya dalam kehidupan mereka dimasyarakat

    Khilmiyah (dalam Taniredja 2011:50).

  • 23

    Dalam konteks ini, peserta didik perlu mengerti apa makna belajar,

    apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya.

    Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti.

    Dengan demikian mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang

    memerlukan suatu bekal untuk hidupnya kelak. Mereka mempelajari apa

    yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menggapainya. Dalam upaya

    itu, mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing.

    Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah sebagai berikut:

    a. Membimbing peserta didik mencapai tujuannya;

    b. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi; dan

    c. Mengelola kelas sebagai sebuah timyang bekerja bersama untuk

    menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas. Sesuatu yang baru

    baik pengetahuan maupun keteampilan datang dari menemukan sendiri

    bukan dari guru itu sendiri.

    Kontekstual hanya sebagai sebuah strategi pembelajaran. Seperti

    halnya strategi pembelajaran yang lain, kontekstual dikembangkan dengan

    tujuan agar pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna.

    Pendekatan kontekstual dapat dilaksanakan tanpa harus mengubah

    kurikulum dan tatanan yang ada.

    Menurut Zahorik (dalam Taniredja 2001:51) terdapat lima elemen

    yang harus diperhatikan dalam praktik pembelajaran kontekstual yaitu:

    a. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge);

    b. Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge)dengan cara

    mempelajari secara keseluruhan dahulu, kemudian memperhatikan detailnya;

  • 24

    c. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) yaitu dengan cara

    menyusun konsep sementara (hipotesis), melakukan sharing kepada orang lain

    agar mendapat tanggapan (validasi) dan atas dasar tanggapan itu konsep

    tersebut direvisi dan dikembangkan;

    d. Memperaktekan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge),

    dan

    e. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan

    pengetahuan tersebut.

    Menurut Johnson (dalam Taniredja 2011:51) bahwa pendidikan

    kontekstual memiliki tiga prinsip dasar yaitu:

    a. Belajar menghasilkan perubahan prilaku anak didik yang relatif permanen,

    artinya peran penggiat pendidikan khususnya guru dan dosen adalah sebagai

    pelaku perubahan (agent of change);

    b. Anak didik memiliki potensi, gandrung dan kemampuan yang merupakan

    benih kodrati untuk ditumbuhkembangkan tanpa henti; dan

    c. Perubahan atau pencapaian kualitas idealn itu tidak tumbuh alami linier

    sejalan proses kehidupan. Artinya, proses belajar mengajar memang

    merupakan bagian dari kehidupan itu sendiri, tetapi didesain secara khusus,

    dan diniati demi tercapainya kondisi atau kualitas ideal.

    2.7.1 Prinsip Pembelajaran Kontekstual

    Prinsip pembelajaran kontekstual yang harus dikembangkan oleh guru

    yaitu sebagai berikut.

    1. Konstruktivisme (Constructivism)

    Constructivism (Konstruktivisme) merupakan landasan berpikir (filosofi)

    pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit

  • 25

    demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit)

    dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,

    konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus

    mengkonstruksi pengetahuan itu dan member makna melalui pengalaman

    nyata (Depdiknas,2002:11). Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan

    masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan

    ide-ide. Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses

    mengkonstruksi bukan menerima pengathuan. Dalam proses pembelajaran,

    siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif

    dalam proses belajar mengajar.

    2. Menemukan (Inquiry)

    Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis

    CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan

    hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.

    Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan

    menemukan, apapun matei yang diajarkan (Depdiknas, 2002:12). Dimana

    pembelajaran siswa merupakan hasil dan kreativitas siswa itu sendiri, akan

    bersifat lebih tahan lama diingat oleh siswa bila dibandingkan dengan

    sepenuhnya merupakan pemberian dari guru.

    3. Bertanya (Questioning)

    Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya.

    Bertanya merupakan strategi utama dalam pembelajaran kontekstual. Melalui

    penerapan bertanya, pembelajaran akan lebih hidup, akan mendorong proses

  • 26

    dan hasil pembelajaran yang lebih luas dan mendalam, dan akan banyak

    ditemukan unsur-unsur terkait yang sebelumnya tidak terpikirkan baik oleh

    guru maupun oleh siswa. Kegiatan bertanya berguna untuk : (1) menggali

    informasi, baik administrasi maupun akademis, (2) mengecek pemahamn

    siswa, (3)membangkitkan respon kepada siswa, (4) mengetahui sejauhmana

    keingintahuan siswa, (5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, (6)

    untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, (7)

    memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru, dan (8)

    untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa (Depdiknas, 2002:14).

    4. Masyarakat Belajar (Learning Community)

    Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran

    diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari

    sharing antara teman, antar kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum

    tahu. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah.

    Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi

    yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus meminta informasi yang

    diperlukan dari teman belajarnya. Kegiatan saling belajar ini dapat terjadi

    apabila tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak

    yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada pihak yang menganggap paling

    tahu, semua pihak mau saling mendengarkan. Setiap pihak harus merasa

    bahwa setiap orang lain memiliki pengetahuan, pengalaman, atau

    keterampilan yang berbeda yang perlu dipelajari.

    5. Pemodelan (Modeling)

    Guru bukan satu-satunya sumber belajar bagi siswa, karena dengan segala

    kelebihan dan keterbatasan yang dimiliki oleh guru akan mengalami hambatan

  • 27

    untuk memberikan pelayanan sesuai dengan keiinginan dan kebutuhan siswa

    yang cukup heterogen. Dengan begitu model dapat dirancang dengan

    melibatkan siswa. Tahap pembuatan model dapat dijadikan alternatif untuk

    mengembangkan pembelajaran agar siswa memenuhi harapan secara

    menyeluruh, dan membantu mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh para

    guru.

    6. Refleksi (Reflection)

    Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir

    ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Siswa

    mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang

    baru, yang merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan

    yang baru diterima (Depdiknas, 2002 :18). Refleksi dilaksanakan oleh guru

    pada akhir pelajaran dengan realisasinya berupa: (1) pernyataan langsung

    tentang apa-apa yang diperoleh hari itu, (2) catatan atau jurnal di buku siswa,

    (3) kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu, (4) diskusi, dan (5)

    hasil karya.

    7. Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assessment)

    Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan

    gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar

    siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami

    proses pembelajaran dengan benar. Data yang dikumpulkan melalui kegiatan

    penilaian bukanlah untuk mencari informasi tentang belajar siswa.

    Pembelajaran yang benar memang seharusnya ditekankan pada diperolehnya

    sebanyak mungkin informasi di akhir periode pembelajaran. Karena penilaian

    menekankan proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus

  • 28

    diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan

    proses pembelajaran.

    2.7.2 Penerapan Pembelajaran Kontekstual pada Bahasa Indonesia

    Belajar secara kontekstual adalah belajar yang akan terjadi bila

    dihubungkan dengan pengalaman nyata sehari -hari. Secara umum ada

    beberapa langkah pembelajaran kontekstual sebagai berikut :

    1. Pembelajaran aktif : peserta didik diaktifkan untuk mengkonstruksikan

    pengetahuan dan pemecahan masalah;

    2. Multi konteks :pembelajaran dalam konteks yang ganda memberikan peserta

    didik pengalaman yang dapat digunakan untuk mempelajari dan

    mengidentifikasikan ataupun memechkan masalah dalam konteks baru;

    3. Koprasi dan kursus (penjelasan atau ceramah): peserta didik belajar dari orang

    lain melalui koprasi, kursus, kerja tim dan mandiri;

    4. Berhubungan dengan dunia nyata: pembelajaran yang menghubungkan

    dengan isu-isu kehidupan nyata melalui kegiatan pengalaman di luar kelas dan

    simulasi;

    5. Pengetahuan prasyarat atau awal: pengalaman awal peserta didik dan situasi

    pengetahuan yang mereka dapat akan berarti atau bernilai dan Nampak

    sebagai dasar dalam pembelajaran;

    6. Ragam nilai: pengajaran yang fleksibel menyesuaikan kebutuhan dan tujuan-

    tujuan dan peserta didik, peserta didik yang berbeda;

    7. Konstribusi pada masyarakat: suatu cara yang dapat meningkatkan

    pemberdayaan masyarakat melalui pembelajaran atau akibat prosesnya harus

    diutamakan;

  • 29

    8. Penilaian otentik: proses belajar peserta didik perlu dinilai dalam konteks

    ganda yang bermakna;

    9. Pemecahan masalah : berpikir tingkat tinggi yang diperlukan dalam

    memecahkan masalah nyata harus ditekankan adalah hal berkemaknaan

    memorisasi dan pengulangan-pengulangannya;

    10. Mengarahkan sendiri (self-direction): peserta didik ditantang dan

    dimungkinkan membuat pilihan-pilihan, mengembangkan alternative dan

    diarahkan sendiri, berbagi dengan guru;dan

    11. Memperhatikan masyarakat kelas: melibatkan kerjasama guru dengan peserta

    didik dan peserta didik dengan peserta didik di kelas sangat membantu atau

    mendukung proses pembelajaran (Wina Sanjaya, 2009:253).

    2.7.3 Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kontekstual

    Setiap pembelajaran tentu ada keunggulan dan kelemahan begitu

    pula dengan pembelajaran kontekstual. Keunggulan dan kelemahan

    pembelajaran kontekstual akan diuraikan di bawah ini.

    2.7.3.1 Keunggulan pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut.

    a. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut

    untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah

    dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat

    mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan

    saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi

    materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa,

    sehingga tidak akan mudah dilupakan.

  • 30

    b. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan

    konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran

    konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntut untuk menemukan

    pengathuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa

    diharapkan belajar melaluimengalamibukanmenghafal.

    c. Kontekstual adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktovitas

    siswa secara penuh, baik fisik maupun mental.

    d. Kelas dalam pembelajaran kontekstual bukan sebagai tempat untuk

    memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data

    hasil temuan mereka di lapangan.

    e. Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa, bukan hasil

    pemberian dari guru.

    f. Penerapan pembelajaran kontekstual dapat menciptakan suasana

    pembelajaran yang bermakna (Wina Sanjaya, 2009:253).

    2.7.3.2 Kelemahan pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut:

    1. Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran kontekstual

    berlangsung;

    2. Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas maka dapat menciptakan situasi

    kelas yang kurang kondusif;

    3. Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL, guru

    tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelolah

    kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan

    pengetahuan dan keterampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang

    sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang

    akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasaan pengalaman

  • 31

    yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai

    instruktur atau penguasa yang memaksa kehendak melainkan guru

    adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap

    perkembangannya;dan

    4. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau

    menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari

    dan dengan sadar menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk

    belajar. Namun dalam konteks ini tentu guru memerlikan perhatian dan

    bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai

    dengan apa yang diterapkan semula (Wina Sanjaya, 2009:253). .

    2.8 Media Gambar Perisitiwa Sebagai Inspirator

    Sadiman (2008: 29) mengungkapkan bahwa media pendidikan

    gambar merupakan media yang paling umum dipakai, gambar merupakan

    bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati di mana-mana.

    Oleh karena itu, pepatah Cina yang mengatakan bahwa sebuah gambar

    berbicara lebih banyak daripada seribu kata.

    Media gambar peristiwa merupakan sebuah media pendidikan berupa

    gambar sebuah peristiwa atau kejadian yang pernah terjadi didalam

    kehidupan manusia. Media gambar sebagai media pembelajaran menulis

    memiliki kelebihan dan kekurangan. Beberapa kelebihan media gambar

    menurut Sadiman (2008: 29), sebagai berikut:

    1. Gambar bersifat konkret, gambar lebih menunjukkan pokok masalah

    dibandingkan dengan media verbal semata.

    2. Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu.

    3. Gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita.

  • 32

    4. Gambar dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan

    untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau

    membetulkan kesalahpahaman.

    5. Gambar harganya murah dan mudah didapat serta digunakan tanpa

    peralatan khusus.

    Selanjutnya, Sadiman (2008: 29) mengungkapkan beberapa kelebihan

    media gambar sebagai berikut.

    1. Gambar hanya menekankan persepsi indera mata.

    2. Gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan

    pembelajaran.

    3. Media gambar ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.

    Penggunaan media gambar peristiwa sebagai media ispirator

    pembelajaran menulis puisi, selain mudah didapatkan juga memudahkan

    siswa dalam memunculkan ide yang kreatif dalam bentuk puisi. Hal

    tersebut dikarenakan media gambar mampu menyampaikan pesan atau

    informasi secara visual sehingga merangsang kreativitas siswa dalam

    menafsirkan dan mengemukakan sendiri hal -hal yang terkandung di

    dalamnya. Hal-hal yang didapat melalui media gambar tersebut

    selanjutnya dituangkan dalam bentuk rangkaian kata yang kemudian

    disusun menjadi sebuah puisi.

  • 33

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    Metode merupakan suatu cara yang sangat menentukan dalam

    mencapai suatu tujuan, terlebih lagi dalam penelitian yang bersifat ilmiah.

    Metode dapat diartikan sebagai jalan untuk mencapai tujuan (Netra,

    1974:50). Karena itu tercapai atau tidaknya tujuan yang dicari atau

    diinginkan itu bergantung kepada metode yang dipergunakan. Tanpa

    adanya metode, maka tujuan penelitian tidak dapat dicapai dengan baik.

    Sehubungan dengan pernyataan di atas, maka dalam penelitian ini

    menggunakan metode yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai,

    yaitu : (1) jenis penelitian, (2) subjek, objek, dan tempat penelitian, (3)

    rancangan penelitian, (4) prosedur penelitian penelitian, (5), Metode

    pengumpulan data dan instrumen dan (6) analisis data.

    3.1 Jenis Penelitian

    Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian

    Tindakan Kelas (Classroom Action Research) adalah suatu bentuk

    penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan -tindakan

    tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktik -praktik

    pengajaran di kelas secara professional. Penelitian tindakan kelas

    membentuk sebuah siklus yaitu satu putaran kegiatan beruntun, ya ng

    kembali ke langkah semula. Ciri utamanya adalah bertujuan untuk

    memperoleh penemuan yang signifikan secara operasional, sehingga dapat

    digunakan ketika kebijakan dilaksanakan.

  • 34

    3.2 Subjek, Objek, dan Tempat Penelitian

    Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas kelas VII A Albanna

    Denpasar. Alasan memilih kelas VII A sebagai subjek penelitian adalah

    karena siswa masih kesulitan mengemukakan ide-ide dalam pelajaran

    menulis puisi dan ada beberapa siswa yang mendapat nilai di bawah

    standar ketuntasan belajar dalam menulis puisi. Atas dasar pertimbangan

    itulah, penelitian ini dilakukan. Objek penelitian ini adalah peningkatan

    kemampuan menulis puisi melalui model pembelajaran kontekstual dengan

    inspirator gambar peristiwa. Tempat penelitian ini akan dilaksanakan di

    SMP Albanna Denpasar 2013/2014.

    3.3 Rancangan Penelitian

    Rancangan penelitian tindakan kelas ini direncanakan sampai pada

    siklus ke-N hingga dicapai hasil sesuai dengan target yang diinginkan.

    Adapun target yang diinginkan dalam penelitian ini adalah 8,0. Tiap siklus

    dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Penelitian

    tindakan kelas yang peneliti gunakan adalah model Kurt Lewin. Model ini

    mempunyai konsep pokok yang terdiri atas empat komponen, yaitu :

    a. Perencanaan (Planning), yaitu tindakan yang akan dilakukan untuk

    memperbaiki, melakukan perubahan perilaku dan sikap sebagai solusi untuk

    meningkatkan kemampuan menulis puisi.

    b. Tindakan (Acting), yaitu pembelajaran seperti apa yang dilakukan peneliti

    sebagai upayah perbaikan, perubahan yang diinginkan dan peningkatan

    kemampuan menulis puisi.

  • 35

    c. Pengamatan (Observing), yaitu penelitian mengamati dampak dari tindakan

    yang dilaksanakan terhadap siswa selama pembelajaran dan pengamatan

    terhadap hasil kerja siswa.

    d. Refleksi (Reflecting), yaitu kegiatan yang dilakukan peneliti yaitu melihat,

    mengkaji dan mempertimbangkan hasil yang diperoleh dari tindakan tersebut

    dari beberapa segi. Sehingga dapat dilakukan revisi terhadap rencana

    sebelumnya oleh peneliti bersama guru.

    Secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut :

    Refleksi awal Rencana tindakan I Pelaksanaan tindakan I

    Observasi Refleksi Rencana tindakan II Pelaksanaan tindakan II

    Obsevasi Refleksi Rencana tindakan III Pelaksanaan tindakan

    III Observasi RefleksiN dan seterusnya memutuskan tindakan

    terbaik.

    3.4 Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

    Berhasil tidaknya penelitian dilakukan dapat diketahui dari data yang

    diperoleh. Terkait dengan itu, untuk memperoleh data dalam menjawab

    masalah penelitian dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen

    penelitian yaitu sebuah alat bantu yang dipilih peneliti dalam kegiatan

    pengumpulan data, agar kegiatan tersebut berjalan dengan sistematis.

    Arikunto (dalam Sarjana, 2010:43). Instrumen penelitian yang digunakan

    dalam penelitian tindakan kelas ini berupa observasi dan tes sebagai

    metode utama untuk memperoleh data:

    3.4.1 Metode Observasi

    Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan guru dan siswa

    dalam proses belajar mengajar, khususnya dalam pembelajaran menulis

    puisi. Observasi yang dilakukan penulis yaitu mengamati secara langsung

    objek yang diteliti tanpa ikut terlibat dalam kegiatan pembelajaran

  • 36

    sehingga tidak mempengaruhi jalannya proses belajar -mengajar. Hasil

    yang di dapat dari observasi yang dilakukan penulis yaitu : mengetahui

    jangkauan materi yang sudah diberikan kepada siswa, mengetahui model

    pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam mengajar, dan

    mendapatkan data yang lebih akurat mengenai pembelajaran menulis puisi.

    3.4.2 Metode Tes

    Metode tes dalam penelitian ini adalah cara memperoleh data yang

    berbentuk suatu tugas yang harus dikerjakan oleh siswa yang di tes

    (testee) dan dari tes tersebut akan diperoleh suatu skor. Setelah

    pelaksanaan pembelajaran maka dilaksanakan tes hasil belajar siswa

    dengan memberikan post tes kepada seluruh siswa. Tes yang diberikan

    berupa tes kemampuan siswa dalam menulis puisi melalui model

    pembelajaran kontekstual dengan inspirator gambar peristiwa. Adapun

    aspek yang dinilai dari hasil menulis puisi siswa adalah (1) diksi (pilihan

    kata), (2) bentuk tulisan, (3) struktur bahasa, (4) makna dan isi puisi, dan

    (5) kesesuain judul dengan konteknya.

    3.4.2.1 Penetapan Skor

    Pada langkah ini setelah hasil tes dikumpulkan selanjutnya adalah

    penentuan skor dan masing-masing aspek diberi skor 1-10. Skor maksimal

    yang digunakan yaitu 50 apabila siswa mampu menulis puisi sesuai

    dengan kelima aspek tersebut dan mengevaluasinya dengan menggunakan

    rumus norma relatif skala 11, sehingga memperoleh data mengenai

    kemampuan siswa dalam menulis puisi melalui model pembelajaran

    kontekstual dengan inspirator gambar peristiwa.

  • 37

    3.4.2.2 Mengubah Skor Mentah Menjadi Skor Standar

    Langkah-langkah yang di tempuh untuk mengubah skor mentah

    menjadi skor standar adalah sebagai berikut :

    1. Mencari Skor Maksimal Ideal (SMI) dari tes yang akan diberikan.

    Skor maksimal ideal adalah skor yang memungkinkan dicapai apabila

    semuanya dapat diselesaikan dengan benar. Skor maksimal ideal ini,

    dicari dengan jalan menghitung masing-masing item;

    2. Mencari angka rata-rata ideal (MI) untuk tes dengan rumus sebagi

    berikut : MI= x SMI; dan

    3. Mencari Standar Deviasi Ideal (SDI) untuk tes tersebut dengan rumus :

    SDI=1/3 x MI

    Membuat pedoman-pedoman konveksi dengan ketentuan sebagai berikut :

    M + 2,25 SD 10

    M + 1,75 SD 9

    M + 1,25 SD 8

    M + 0,75 SD 7

    M + 0,25 SD 6

    M - 0,25 SD 5

    M - 0,75 SD 4

    M - 1,25 SD 3

    M - 1,75 SD 2

    M - 2,25 SD 1

    (Nurkencana, 1981:93).

    Atas dasar rumusan di atas, maka penyelesaiannya adalah hasil tes

    yang berupa skor mentah dikonversikan menjadi skor standar dengan

    menggunakan norma relative skala 11.

    MI = x 50 = 25

  • 38

    Sdi = 1/3 x 25 = 8,33

    Keterangan :

    SMI = Skor Maksimal Ideal

    MI = Angka Rata-rata Ideal

    Sdi = Standar Devisi

    Dari rumusan di atas, maka hasil yang diperoleh sebagai berikut :

    Mi + 2,25 Sdi = 25 + (2,25 x 8,33) = 44

    10

    Mi + 1,75 Sdi = 25 + (1,75 x 8,33) = 40 9

    Mi + 1,25 Sdi = 25 + (1,25 x 8,33) = 35 8

    Mi + 0,75 Sdi = 25 + (0,75 x 8,33) = 31 7

    Mi + 0,25 Sdi = 25 + (0,25 x 8,33) = 27 6

    Mi 0,25 Sdi = 25 (0,25 x 8,33) = 23 5

    Mi 0,75 Sdi = 25 (0,75 x 8,33) = 19 4

    Mi 1,25 Sdi = 25 (1,25 x 8,33) = 15 3

    Mi 1,75 Sdi = 25 (1,75 x 8,33) = 10 2

    Mi 2,25 Sdi = 25 (2,25 x 8,33) = 6 1

    Dengan berpedoman pada ketentuan di atas, maka skor standar yang

    dipakai oleh masing-masing siswa dengan ketentuan, jika siswa yang

    mencapai skor 44 ke atas maka ia mendapat skor standar 10, jika siswa

    mendapat skor mentah 40 sampai 43 maka siswa mendapat skor standar 9.

    Demikian selanjutnya dengan label peningkatan kemampuan siswa dalam

    menulis puisi melalui model pembelajaran kontekstual dengan inspirator

    gambar peristiwa seperti yang terdapat pada tabel di bawah ini.

    Tabel 01. Klasifikasi Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi melalui

    Model Kontekstual dengan Inspirator Gambar pada Siswa

    Kelas VII A Albanna Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014 .

    No. Skor Mentah Skor Standar Kategori

    (1) (2) (3) (4)

    01. 44-50 10 Istimewa

    02. 40-43 9 Baik Sekali

    03. 35-39 8 Baik

    04. 31-34 7 Lebih dari

  • 39

    cukup

    05. 27-30 6 Cukup

    06. 23-26 5 Hampir Cukup

    07. 19-22 4 Kurang

    08. 15-18 3 Kurang Sekali

    09. 10-14 2 Buruk

    10. 6-9 1 Buruk Sekali

    3.5 Prosedur Penelitian

    Dalam penelitian tindakan kelas, kegiatan penelitian dilakukan

    secara multisiklus. Banyaknya siklus yang digunakan dalam penelitian ini

    bergantung pada hasil yang ingin dicapai. Kegiatan setiap siklus meliputi:

    3.5.1 Refleksi Awal

    Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara yang peneliti

    lakukan terhadap guru bahasa Indonesia di kelas VII A Albanna Denpasar,

    diperoleh informasi bahwa kemampuan siswa di dalam menulis puisi

    tergolong rendah. Hal ini terbukti dari nilai rata -rata yang diperoleh oleh

    siswa kelas VII A masih ada yang dibawah standar yang ditetapkan

    sekolah yaitu 8.

    Dari hasil observasi dan wawancara, peneliti memutuskan untuk

    melaksanakan penelitian di kelas VII A Albanna Denpasar , dengan

    menerapkan model pembelajaran kontekstual dengan inspira tor gambar

    peristiwa agar siswa mampu menerima pelajaran menulis puisi dengan

    baik.

    3.5.2 Siklus I

    Pelaksanaan pembelajaran siklus I terdiri atas empat tahapan,

    yaitu : perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan observasi, dan refleksi.

    1. Perencanaan Tindakan Siklus I

  • 40

    Supaya penelitian ini dapat berlangsung dengan baik, langkah pertama

    yang perlu dilakukan adalah mempersiapkan hal-hal berikut:

    a. Peneliti bersama guru secara kolaboratif menganalisis silabus untuk

    menyesuaikan pokok bahasan agar sesuai dengan tujuan pembelajaran;

    b. Peneliti menjelaskan kepada guru mengenai skenario prosedur

    pembelajaran yang akan diterapkan dalam model pembelajaran;

    c. Peneliti secara kolaboratif bersama guru menyusun RPP (Rencana

    Pelaksanaan Pembelajaran) sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan;

    d. Alat evaluasi berupa tes yang menugaskan siswa membuat puisi;dan

    e. Pedoman dan kriteria penilaian untuk mengoreksi hasil tulisan.

    2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

    Sebelum menerapkan pembelajaran siswa mengenai menulis puisi

    melalui model pembelajaran kontekstual dengan inspirator gambar peristiwa ,

    guru memberikan tes awal dalam bentuk penugasan untuk mengetahui

    kesiapan belajar dan kemampuan siswa terhadap materi yang disajikan pada

    siklus I. Dari hasil tes awal tersebut diketahui kemampuan siswa dalam

    menulis puisi masih sangat kurang. Oleh karena itu, siswa diberikan

    penjelasan tentang menulis puisi. Model pembelajaran tersebut mengikuti

    skenario prosedur pembelajaran sebagai berikut :

    Tabel 02. Skenario Pembelajaran Pelaksanaan Tindakan

    No Guru No Siswa

    (1) (2) (3) (4)

    Pendahuluan

    01.

    Membuka pelajaran dengan

    mengucapkan salam

    01.

    02.

    Mengucapkan salam.

    Memberitahukan siswa lain

  • 41

    02.

    03.

    04.

    05.

    pembukaan.

    Mengecek kehadiran siswa.

    Memberikan apersepsi terkait

    dengan pelajaran.

    Menyampaikan tujuan

    pembelajaran.

    Menginformasikan

    pembelajaran yang akan

    dilakukan.

    03.

    04.

    05.

    yang tidak hadir.

    Menyimak dengan konsentrasi.

    Menyimak dengan baik sambil

    mencatat;dan

    Menyimak dengan konsentrasi.

    Inti

    Eksplorasi

    01.

    02.

    03.

    04.

    05.

    Menjelsakan materi pelajaran.

    Memberikan kesempatan

    siswa untuk bertanya.

    Memperkenalkan dan

    membahas contoh puisi yang

    berisi gambar peristiwa.

    Memberikan kesempatan

    kepada siswa bertanya,

    berpendapat atau memberikan

    masukan.

    Memberikan kesempatan

    kepada siswa auntuk

    mengamati gambar peristiwa

    yang di siapkan

    01.

    02.

    03.

    04.

    05.

    Mencatat hal-hal yang

    dianggap penting.

    Menanyakan hal-hal yang

    belum dipahami.

    Mendengarkan penjelasan

    guru.

    Menanyakan hal-hal yang

    belum dipahami atau

    mengajukan pendapat.

    Mengamati gambar peristiwa

    Elaborasi

  • 42

    06.

    07.

    Menugaskan siswa menulis

    ide-ide dasar sebagai bahan

    dasar penulisan puisi.

    Menugaskan siswa untuk

    menulis sebuah puisi

    berdasarkan ide-ide dasar

    yang ditulis tadi.

    06.

    07.

    Menuliskan ide-ide dasar

    sebagai bahan dasar penulisan

    puisi.

    Menulis sebuah puisi dengan

    mengembangkan ide-ide dasar

    yang ditulis tadi.

    (1) (2) (3) (4)

    Konfirmasi

    8.

    9.

    Menugaskan siswa

    membacakan puisinya di

    depan kelas kemudian siswa

    lain dan guru mengomentari

    puisi tersebut; dan

    Memberikan kesempatan

    kepada siswa untuk merevisi

    puisinya.

    8.

    9.

    Membacakan puisinya di

    depan kelas kemudian siswa

    lain dan guru mengomentari

    puisi tersebut; dan

    Merevisi puisi.

    Penutup

    10.

    11.

    Menyuruh siswa

    mengumpulkan puisi yang

    sudah di revisi;dan

    Menutup pelajaran dan

    mengucapkan salam.

    10.

    11.

    Mengumpulkan puisi yang

    sudah direvisi;dan

    Mendengarkan dengan baik

    dan membalas salam.

    3. Evaluasi dan Observasi

    Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam menulis

    puisi. Evaluasi ini berupa tes penugasan yang diberikan kepada masing-

    masing siswa setelah tindakan selesai dilakukan. Dengan adanya hasil tes

    tersebut peneliti dapat melakukan refleksi dan menarik kesimpulan untuk

  • 43

    merencanakan aktifitas selanjutnya guna melakukan tindakan pada siklus

    berikutnya.

    Observasi yang dilakukan penulis adalah pengamatan secara langsung

    pada saat berlangsungnya kegiatan proses belajar mengajar di kelas.

    Observasi dilaksanakan untuk mendapatkan data yang akurat mengenai

    pelaksanaan tindakan dan menjadi pedoman untuk melakukan tindakan

    selanjutnya. Dalam melakukan observasi ini, penulis duduk di belakang

    mencatat semua kejadiaan, baik yang dilakukan oleh guru maupun yang

    dilakukan oleh siswa yang bersangkutan di dalam kelas saat mengikuti proses

    belajar mengajar.

    4. Refleksi

    Refleksi ini dilakukan setelah akhir siklus. Acuan dalam pelaksanaan

    refleksi ini adalah hasil observasi dan evaluasi. Refleksi bertujuan untuk

    memformalisasikan kekuatan-kekuatan yang ditemukan, kelemahan-

    kelemahan dan hambatan-hambatan yang mengganjal upaya dalam

    pencapaian tujuan secara optimal dan respon siswa. Hasil refleksi digunakan

    untuk menyempurnakan tindakan penelitian pada siklus berikutnya. Jika hasil

    yang diinginkan dalam penelitian ini sudah tercapai, pelaksanaan tindakan

    akan dihentikn.

    3.6 Teknik Analisis Data

    Analisis data merupakan suatu kegiatan yang dilakukan penulis

    setelah mengumpulkan data. Analisis data yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah analisis dan deskriptif kuantitatif, yaitu menyusun

    data secara sistematis dari yang besar ke yang kecil atau sebaliknya untuk

  • 44

    ditarik suatu simpulan. Teknik deskriptif kuantitatif adalah suatu teknik

    yang menggunakan paparan sederhana yang berkaitan dengan angka.

    Data hasil observasi berupa aktifitas siswa dalam pembelajaran,

    data siswa guru dan situasi kelas.Pengelolahan seluruh data yang

    diperoleh dilakukan setelah tindakan selesai silaksanakan.

    Selanjutnya untuk memperoleh atau mencari nilai rata-rata

    digunakan rumus sebagai berikut:

    Keterangan :

    = Rata-rata skor

    = Jumlah skor standar

    = Jumlah individu

    (Nurkancana, 1981:

    152).

  • 45

    BAB IV

    PENYAJIAN HASIL PENELITIAN

    4.1 Hasil Penelitian

    Untuk mendapatkan hasil penelitian, penulis telah melaksanakan

    penelitian tindakan kelas sesuai dengan tahapan-tahapan dan prosedur

    yang sudah ditetapkan sebelumnya. Dari pelaksanaan pene litian ini

    diperoleh data tentang peningkatan kemampuan menulis puisi melalui

    model pembelajaran kontekstual dengan inspirator Gambar Peristiwa pada

    siswa kelas VII A SMP Albanna Denpasar dan langkah-langkah yang

    sesuai dalam pembelajaran melalui metode kontekstual. Data yang

    diperoleh selama pelaksanaan penelitian tindakan kelas berupa hasil

    evaluasi dan data tes peningkatan kemampuan menulis puisi.

    Untuk memperoleh jawaban dari masalah yang dirumuskan, penulis

    memerlukan tiga siklus pembelajaran. Pembelajaran pada siklus I yaitu

    tentang peningkatan kemampuan menulis puisi dengan inspirator Gambar

    Peristiwa, sedangkan pelaksanaan siklus II hampir sama dengan siklus I

    tetapi di siklus II ini ditekankan untuk p