SKRIPSI PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI...
Transcript of SKRIPSI PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI...
-
i
SKRIPSI
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN
INSPIRATOR GAMBAR PERISTIWA PADA SISWA
KELAS VII A SMP ALBANNA DENPASAR
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
OLEH :
RIAN DANA ABIDIN
N.P.M : 10.8.03.51.31.1.5 2997
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2014
-
ii
-
iii
-
iv
-
v
MOTTO
SERVE THE PEOPLE
JIKA KITA TERDIDIK MAKA
GUNAKANLAH UNTUK MENDIDIK
AGAR KITA SAMA SAMA
MERDEKA
-
vi
PERSEMBAHAN
SKRIPSI INI SAYA PERSEMBAHKAN UNTUK :
AYAH SAYA YANG SANGAT SAYA CINTAI YANG TELAH
MEMBERIKAN DUKUNGANYA, BAIK MORIL MAUPUN MATERIL,
TAK LUPA JUGA IBU SAYA YANG TELAH MENINGGAL ATAS
DUKUNGAN SEMANGAT DAN MOTIVASI SELAMA DIA MASIH
HIDUP SEHINGGA SAYA DAPAT MENYELESAIKAN TUGAS INI
DENGAN BAIK
KAKA DAN SUDARA SAUDARA TERCINTA YANG SELALU
MEMBERI DUKUNGAN DAN DOA SELAMA PROSES PENYUSUNAN
SKRIPSI
TEMAN TEMAN SEPERJUANGAN , TEMAN TEMAN
SEANGKATAN YANG TELAH MEMBATU UNTUK BERTUKAR
PIKIRAN SEHINGGA SKRIPSI INI DAPAT SELESAI
-
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nyalah karya tulis yang berupa skripsi ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya.
Penulis menyadari dan mengakui dan kekurangannya. Skripsi ini tidak
mungkin akan terwujud tanpa bimbingan, petunjuk serta bantuan yang bersifat
material maupun spiritual dari pihak lain. Maka dalam kesempatan ini dengan
segala kerendahan hati dan rasa hormat penulis haturkan ucapan terimakasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Drs. I Made Sukamerta M.Pd selaku Rektor Universitas Mahasraswati
Denpasar yang telah menyediakan sarana dan prasarana serta memberikan ijin
untuk mengadakan penelitian;
2. Bapak Prof Dr. Wayan Maba selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Mahasaraswati Denpasar beserta staf para dosen
pengajar yang mengarahkan mahasiswa dalam melaksanakan kewajiban dan
tugas akademis lapangan;
3. Ibu Dra. Ni Luh Sukanadi, M.Hum, selaku Program Studi Bahasa dan Sastra
Indonesia yang memberikan motivasi dalam pelaksanaan penelitian ini.
4. Bapak Drs. Nyoman Diarta M.pd selaku dosen Pembimbing I dalam
menyusun skripsi ini telah banyak memberi bimbingan dan pengarahan
sehingga skripsi ini dapat terwujud.
-
viii
5. Ibu Dra. Ni Ketut Pola Rustini M. Hum, selaku Pembimbing II yang telah
banyak memberikan bimbingan dan petunjuk sehingga skripsi ini dapat
penulis selesaikan.
6. Semua Dosen FKIP Universitas Mahasaraswati Denpasar atas ilmu dan
motivasi selama penulis mengikuti kuliah.
7. Ibu kepala sekolah SMP Albanna Denpasar yang telah mengizinkan penulis
menggunakan sekolahnya sebagai tempat untuk melaksanakan penelitian.
8. Ibu guru Bahasa Indonesia kelas VII A SMP Albanna Denpasar yang telah
banyak membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian ini.
9. Rekan-rekan yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
banyak memberikan dorongan dalam menyusun skripsi ini.
Tuhan Yang Maha Penyayang akan membalas segala amal baik yang
telah Bapak/Ibu berikan kepada penulis.
Akhir kata, dengan menyadari sepenuhnya bahwa kehadiran skripsi ini
tidak luput dari kekurangan dan keterbatasan yang ada, penulis akan senang hati
menerima segala masukan, saran dan kritik yang bersifat membangun dari para
pembaca demi kesempurnaan skripsi ini.
Denpasar, Agustus 2014
Penulis
-
ix
DAFTAR ISI
ISI HALAMAN
HALAMAN
JUDUL. ....... i
LEMBAR PERSETUJUAN......................... ii
LEMBAR TIM PENGUJI................................ . iii
LEMBAR PENGESAHAN.......................... .. iv
MOTTO....... v
KATA PERSEMBAHAN... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAPTAR ISI. ix
DAPTAR TABEL... xiv
ABTRAK.. .. xvi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ........................ 5
1.3 Tujuan Penelitian............... 5
1.3.1 Tujuan Umum................ 5
1.3.2 Tujuan Khusus .............. 6
1.4. Manfaat Penelitian........ 6
1.4.1 Manfaat Teoritis ............ 6
1.4.2 Manfaat Praktis ............. 6
1.5 Ruang Lingkup Penelitian......... 8
1.6 Asumsi .................. 8
-
x
ISI HALAMAN
BAB II LANDASAN TEORI......... 9
2.1 Pengertian Puisi............... 9
2.2 Pengajaran Puisi.......... 10
2.3 Metode Puisi ............... 11
2.3.1 Diksi (Diksion )............... 12
2.3.2 Imajinasi ( imageri )............ 13
2.3.3 Kata-kata Nyata ( the conencrete word )........... 14
2.3.4 Majas (figurative language )............... 14
2.3.5 Rima ( persajakan )............. 15
2.4 Hakikat Puisi.......... 16
2.4.1 Tema ( sense )......... 16
2.4.2 Rasa ( feling)......... 16
2.4.3 Nada dan Suasa ( tone )........ 17
2.4.4 Amanat atau Pesan ( message )......... 17
2.5 Pengertian Menulis ......... 18
2.6 Pengertian Kemampuan Menulis Puisi........... 20
2.7 Model Pembelajaran Kontekstual ( Contextual Teaching and Leraning)
.............. 20
2.7.1 Perinsip Pembelajaran Kontekstual . ......... 23
2.7.2 Penerapan Pembelajaran Kontekstual.......................... 26
2.7.3 Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kontekstua....... 28
2.7.3.1 Keunggulan Pembelajaran Kontektual......... 28
2.7.3.2 Kelemahan Pembelajaran Kontektual......... 29
2.8 Gambar Peristiwa Sebagai Inspirator . .......... 31
-
xi
ISI HALAMAN
BAB III. METODE PENELITIAN ... 32
3.1 Jenis Penelitian.................................. 32
3.2 Subjek, Objek dan Tempat Penelitian .......... 33
3.3 Rancangan Penelitian ........ 33
3.4 Pengumpulan Data / Intrumen Penelitian... .............................. 34
3.4.1 Metode Observasi ............... 34
3.4.2 Metode Tes......... 35
3.4.2.1 Penetapan Skor........ 35
3.4.2.2 Mengubah Skor Menjadi Skor
Standar............................................ 36
3.5 Prosedur Penelitian...................................................................... 38
3.5.1 Refleksi Awal.................................................................... 38
3.5.2 Siklus I............................................................................... 39
3.4 Teknik Analisis Data .... 43
BAB IV PENYAJIAN HASIL PENELITIAN ............................ 44
4.1 Hasil Penelitian ................................................................ 44
4.1.1 Hasil Observasi Tes awal..................... ................... .. 44
4.1.2 Tes Awal ................................................................ 45
4.1.3 Analisis Data Tes Awal ............................................ 47
4.1.4 Refleksi Tes Awal ................................................... 49
4.2 Hasil Penelitian Siklus I ................................................... 49
4.2.1 Hasil Observasi dan Evaluasi Siklus I ....................... 49
4.2.1.1 Hasil Observasi Siklus I................. .................... ... 49
4.2.1.1 Hasil Tes Siklus I ............................. .................. .. 50
4.2.2 Analisis Data Siklus I... ........................................... 51
4.2.3 Refleksi Siklus I ...................................................... 53
4.3 Siklus II........................................................................... 54
4.3.1 Tahap Perencanaan Penelitian Siklus II .................... 54
-
xii
4.3.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian Siklus II .................... 55
4.3.3 Hasil Observasi dan Evaluasi Siklus II ...................... 57
4.3.3.1 Hasil Observasi Siklus II...................... ............... ... 57
4.3.3.2 Hasil Tes Siklus II................................................ .. 57
4.3.4 Analisis Data Siklus II ............................................. 59
4.3.4 Refleksi Siklus II .................................................... 61
4.4 Siklus III ......................................................................... 62
4.4.1 Rencana Penelitian Siklus III ................................... 62
4.4.2 Tindakan Penelitian Siklus III ................................... 63
4.4.3 Hasil Observasi dan Evaluasi Siklus III .................... 64
4.4.3.1 Hasil Observasi Siklus III................... ................. ... 64
4.4.3.2 Hasil Tes Siklus III.......................................... ...... 65
4.4.4 Analisis Data Siklus III ............................................. 67
4.4.5 Refleksi Siklus III.. .................................................. 69
4.5 Rekaptulasi Hasil Penelitian....................................... .. 70
4.6 Pembahasan............................................................. .... 71
BAB V PENUTUP ........................................................................... 75
5.1 Simpulan ......................................................................... 75
5.2 Saran ............................................................................ 77
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 01. Klasifikasi Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi
Melalui Model Pembelajaran Kontekstual pada Siswa
Kelas VI A SMP Albanna Denpasar Tahun Pembelajaran
2013/2014 ....................................................................... 38
Tabel 02 Sekenario Pembelajaran yang Digunakan dalam
Pelaksanaan Tindakan Siklus I ......................................... 40
Tabel 03 Data Hasil Tes Awal Peningkatan Kemampuan Menulis
Puisi Melalui Model Pembelajaran Kontekstual pada
Siswa Kelas VI A SMP Albanna Denpasar Tahun
Pembelajaran 2013/2014 .................................................. 45
Tabel 04 Analisis Data Tes Awal Peningkatan Kemampuan Menulis
Puisi Melalui Model Pembelajaran Kontekstual pada
Siswa Kelas VI A SMP Albanna Denpasar Tahun
Pembelajaran 2013/2014l ................................................. 47
Tabel 05 Hasil Silklus I Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi
Melalui Model Pembelajaran Kontekstual pada Siswa
Kelas VI A SMP Albanna Denpasar Tahun Pembelajaran
2013/2014 ....................................................................... 50
Tabel 06 Analisis Data Siklus I Peningkatan Kemampuan Menulis
Puisi Melalui Model Pembelajaran Kontekstual pada
Siswa Kelas VI A SMP Albanna Denpasar Tahun
Pembelajaran 2013/2014 .................................................. 52
Tabel 07 Skenario Pembelajaran yang Digunakan dalam
Pelaksanaan Tindakan Siklus II ........................................ 55
Tabel 08 Hasil Evaluasi Siklus II ................................................... 58
Tabel 19 Analisis Data Siklus Peningkatan Kemampuan Menulis
Puisi Melalui Model Pembelajaran Kontekstual pada
Siswa Kelas VI A SMP Albanna Denpasar Tahun
Pembelajaran 2013/2014 II ............................................. 60
Tabel 10 Skenario Pembelajaran yang Digunakan dalam
Pelaksanaan Tindakan Siklus III ....................................... 63
Tabel 11 Hasil Evaluasi Sikius III Peningkatan Kemampuan
Menulis Puisi Melalui Model Pembelajaran Kontekstual
-
xiv
pada Siswa Kelas VI A SMP Albanna Denpasar Tahun Pembelajaran 2013/2014 .................................................. 65
Tabel 12 Analisis Data Siklus III Peningkatan Kemampuan Menulis
Puisi Melalui Model Pembelajaran Kontekstual pada
Siswa Kelas VI A SMP Albanna Denpasar Tahun
Pembelajaran 2013/2014 .................................................. 67
Tabel 13 Peningkatan Rekapitulasi Hasil Penelitian Peningkatan
Kemampuan Menulis Puisi Melalui Model Pembelajaran
Kontekstual pada Siswa Kelas VI A SMP Albanna
Denpasar Tahun Pembelajaran 2013/2014 ......................... 69
-
xv
ABSTRAK
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI
MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DENGAN
INSPIRATOR GAMBAR PERISTIWA PADA SISWA
KELAS VIII A SMP ALBANNA DENPASAR
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
NAMA : RIAN DANA ABIDIN
NPM : 010.8.03.51.31.1.5.2997
HALAMAN :
TAHUN : 2014
Penelitian ini berjudul peningkatan kemampuan menulis puisi
melalui metode kontekstual pada kelas VI A SMP Albanna denpasar tahun
pelajaran 2013/2014. Di latar belakangi oleh pengajaran sastra khususnya
dalam menulis puisi kurang mendapatkan perhatian. Di barengi pula
adanya sikap guru kurang bersungguh sungguh terhadap pengajaran
sastra khusunya pengajaran puisi. Menulis puisi bertujuan untuk
mengungkapkan suatu ide berupa pengalaman, pikiran, perasaan, semangat
dan keyakinan untuk membangkitkan kemampuan siswa dalam membuat
hasil karya sendiri di bidang kesusastraan khususnya puisi. Pembelajaran
menulis puisi di SMP Albanna Denpasar di hadapkan pada beberapa
masalah, yaitu kemampuan siswa dalam menulis puisi masih rendah,
pembelajaran masih berpusat pada guru, hal ini di sebabkan karna s iswa
tidak siap untuk mengikuti pelajaran, sehingga mengakibatkan guru
cenderung mengambil metode ceramah untuk menjelaskan kepada siswa,
sarana prasarana yang tersedia masih minim sekali. Berdasarkan latar
belakang tersebut, maka rumusan masalah yang di angkat dalam penelitian
ini adala apakah pembelajaran kontekstual dengan inspirator gambar
peristiwa dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas VI A
SMP Albanna Denpasar tahun pelajaran 2013-2014. Penelitian ini
bertujuan untuk meningktakan mutu pembelajaran puisi. Khusunya dalam
menulis puisi.
Dalam penelitian ini ada dua tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti,
yaitu : tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum dari penelitian ini
adalah dapat memeberikan sumbangan pemikiran, informasi kepada guru
bahasa Indonesia, dan meningkatkan wawasan menulis puisi melalui
model pembelajaran kontekstual dengan inspirator gambar peristiwa dalam
upaya membina serta pengembangan bahasa dan sastra Indonesia.
Sedangkan, tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan
data yang objektif bahwa model pembelajaran kontekstual dengan
inspirator gambar peristiwa dapat meningkatkan kemampuan menulis
puisi. Ruang lingkup penelitian ini terbatas hanya pada peningkatan
kemampuan menulis puisi melalui model pembelajaran kontekstual dengan
inspirator gambar peristiwa , pada siswa kelas VIII A SMP Albanna
Denpasar, Tahun Pelajaran 2013/2014.
-
xvi
Teori sebagai landasan untuk berpijak bagi penulis dalam penelitian ini, yaitu : (1) pengertian puisi, (2) pengajaran puisi, (3) metode puisi, (4)
hakikat puisi, (5) pengertian menulis, (6) pengertian kemampuan menulis
puisi, (7) pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning),
(8) media lgambar peristiwa sebagai inspirator.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMP Albanna
Denpasar Tahun Ajaran 2013/2014 yang berjumlah 33 orang.
Pengumpulan data dilakukan di SMP Albanna Denpasar dengan
menggunakan dua metode, yaitu (1) metode observasi, dan (2) metode tes.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data
deskriptif kuantitatif, yaitu menyusun data secara sistematis dari yang
besar ke yang kecil atau sebaliknya untuk ditarik suatu simpulan.
Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa hasil penelitian menulis puisi
dengan model pembelajaran kontekstual dengan inspirator gambar pada
siswa kelas VIII A SMP Albanna Denpasar dapat meningkat, ini dapat
dilihat dari peningkatan nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada tes awal
(pra test) jumlah rata-rata 4,09 dengan kategori kurang, pada siklus I
mengalami peningkatan nilai rata-rata 5,3 dengan kategori hampir cukup,
siklus II mengalami peningkatan nilai rata-rata siswa menjadi 6,6 dengan
kategori cukup, dan pada siklus III juga mengalami peningkatan nilai rata -
rata siswa menjadi 8,0 dengan kategori baik. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut, peneliti merumuskan saran diantaranya, guru bahasa Indonesia
SMP Negeri Albanna Denpasar supaya memberi motivasi kepada siswa
agar tidak mengabaikan pembelajaran sastra khususnya menulis puisi.
Kata Kunci: Keterampilan menulis, puisi, inspirator gambar peristiwa,
pembelajaran kontektual
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Selama ini pembelajaran sastra dipandang kurang memenuhi
standar hasil yang memuaskan. Kualitas proses pembelajran kurang begitu
diperhatikan oleh guru atau penyelenggara pendidikan lainnya sehingga
hasilnya pun kurang sesuai dengan harapan. HampIr semua jenis sastra
diajarkan di sekolah disajikan dengan cara-cara yang kurang bisa
mengajak siswa untuk lebih kreatif dan inovatif. Semestinya sastra itu bisa
menjadi pemicu munculnya kreativitas-kreativitas baru mengingat obyek
kajian sastra adalah daya imajinasi dan nilai rasa seseorang. Daya
imajinasi akan memunculkan pemikiran-pemikiran baru yang sangat
menunjang kreativitas seseorang, sedangkan nilai rasa akan menumbuhkan
kepekaan seseorang terhadap fenomena-fenomena kehidupan yang terjadi.
Dengan menggabungkan keduanya dalam pembelajaran, terutama
pembelajaran sastra, akan tercipta suasana pembelajaran yang lebih
menyenangkan sehingga capaian hasil yang diinginkan akan memenuhi
standar yang berlaku.
Kegiatan bersastra juga mengasah kemampuan siswa untuk
memahami pikiran, perasaan, dan pendapat yang disampaikan oleh orang
lain melalui bahasa. Salah satu tujuan pengajaran kesusastraan ialah
menanamkan apresiasi seni pada anak didik. Dengan mengapresiasi sastra,
siswa dapat secara langsung menikmati sebuah karya sastra, dari teori -
-
2
teori tentang sastra sampai penerapan teori tersebut untuk memahami
sebuah karya sastra.
Salah satu cara untuk mengembangkan apresiasi sastra pada anak
didik ialah dengan pembelajaran menulis puisi. Pembelajaran puisi
merupakan kegiatan
bersastra yang berisi luapan ekspresi pikiran, gagasan, dan pengalaman
hidup dalam bentuk kata-kata yang memiliki makna dan unsur estetis
puisi.
Pembelajaran puisi di sekolah bertujuan untuk menanamkan rasa
peka terhadap hasil seni sastra, agar anak didik mendapatkan rasa
keharuan yang diperoleh dari apresiasi puisi. Selain itu, pembelajaran
puisi di sekolah sangat penting dan berguna bagi siswa karena dapat
membantu siswa agar menjadi manusia yang simpatik dan pemikir.
Salah satu aspek dalam pembelajaran puisi adalah menulis puisi.
Menulis puisi berarti mengungkapkan suatu kehidupan dalam medium
bahasa yang harus memenuhi syarat-syarat tertentu sesuai dengan norma-
norma estetis puisi. Untuk mencapai estetis ini diperlukan kemahiran dan
kecakapan untuk menggunakan unsur-unsurnya hingga menghasilkan
paduan yang harmonis. Kemahiran dan kecakapan tersebut dapat diperoleh
dengan rajinnya kita berlatih menulis sebuah puisi secara intensif
(Situmorang, 1983:26). Media pembelajaran juga sangat diperlukan dalam
pembelajaran menulis puisi. Selama ini dalam pembelajaran menulis puisi ,
guru kurang mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran. Hal ini
juga terjadi di SMP Albanna Denpasar .
-
3
Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan dengan guru
mata pelajaran Bahasa Indonesia, di sekolah tersebut diketahui bahwa
media pembelajaran kurang optimal digunakan pada pembelajaran menulis
puisi. Selain itu, minat siswa menulis puisi dan kemampuan menulis puisi
siswa kelas VII SMP Albanna Denpasar tergolong masih rendah yaitu 4,06
dan belum memenuhi kireteria ketuntasan minimal yang di targetkan
nyaitu dengan nilai 8,0 padahal kemampuan pemahaman siswa terhadap
materi cukup baik. Selama ini dalam pembelajaran menulis puisi, guru
memberi tugas menulis puisi dengan cara meramu dan mengolah
pengalaman dengan baik, kemudian melakukan kegiatan pemilihan dan
penempatan kata yang selektif. Setelah memilih kata, kata -kata tersebut
dipadukan dengan kata lain dengan variasi makna konotatif dan denotatif
sehingga akan melahirkan puisi yang bagus. Cara pembelajaran yang
semacam ini terkadang memberikan dampak kemalasan dan kurang
berminatnya siswa untuk mengikuti pelajaran menulis puisi. Dapat
dikatakan pembelajaran tersebut dianggap kurang variatif sehingga
berdampak pada minat siswa dalam menulis menjadi rendah dan secara
tidak langsung akan mengakibatkan kemampuan menulis mereka pun
menjadi rendah. Hal ini dibuktikan saat mereka diberi tugas menulis puisi,
hasilnya kurang maksimal, sedikit yang mampu mencapai kriteria
ketuntasan minimal yaitu nilai Hasil yang kurang maksimal tersebut juga
disebabkan oleh beberapa kendala yang muncul dari diri siswa sendiri.
Kendala tersebut diantaranya adalah siswa kesulitan dalam menentukan
dan menemukan ide, siswa kesulitan menentukan kata pertama dalam
puisinya, kesulitan mengembangkan ide-ide yang telah didapat dalam
-
4
bentuk puisi karena minimnya penguasaan kosakata, dan tidak terbiasanya
siswa mengemukakan pikiran atau imajinasinya ke dalam bentuk puisi.
Kendala-kendala tersebut mengakibatkan nilai menulis puisi siswa
menjadi rendah, sehingga diperlukan perubahan dalam proses
pembelajaran. Perubahan tersebut salah satunya dengan penggunaan media
gambar peristiwa dalam menulis puisi.
Penggunaan metode kontektual dengan media gambar peristiwa
sebagai inspirator diharapkan mampu membantu siswa mengatasi
permasalahan dalam menulis puisi. Media gambar peristiwa merupakan
media berupa gambar sebuah peristiwa atau kejadian yang pernah terjadi.
Media gambar peristiwa tepat digunakan dalam pembelajaran menulis
puisi karena media gambar akan membantu siswa dalam berimajinasi dan
selanjutnya menuangkan ide-ide dan gagasannya ke dalam bentuk puisi.
Pada dasarnya puisi tersusun dari rangkaian kata-kata yang indah sesuai
dengan imajinasi dan kreativitas sang penulis.
Kompetensi dasar yang ingin dicapai adalah menulis kreatif puisi
berkenaan dengan peristiwa yang pernah dialami, sehingga sangat tepat
jika dipilih penggunaan media gambar peristiwa karena media gambar
peristiwa ini berupa gambar peristiwa yang pernah dialami oleh seseorang.
Pada gambar media peristiwa tersebut terlihat jelas peristiwa apa yang
telah terjadi. Penggunaan media gambar peristiwa diharapkan mampu
merangsang kreativitas siswa dalam memperoleh ide dan merangsang
ingatan siswa terhadap peristiwa yang pernah dialaminya sehingga puisi
yang dihasilkan siswa memiliki kejelasan isi sesuai dengan tema yang
telah ditentukan.
-
5
Penggunaan metode kontektual dengan media gambar peristiwa
dimungkinkan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan
menulis puisi. Berdasarkan hal diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tdengan judul Peningkatan Kemampuan Menulis
Puisi melalui Model Pembelajaran Kontekstual dengan Inspirator Gambar
Peristiwa pada Siswa Kelas VII A Albanna Denpasar Tahun Pelajaran
2013/2014.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka permasalahan
yang dibahas dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah model pembelejaran kontekstual dengan inspirator gambar peristiwa
dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi pada siswa kelas VIIA
SMP Albanna Denpasar tahun Pelajaran 2013/2014?
2. Bagaimanakah langkah-langkah model pembelajaran kontekstual
yang tepat dalam menulis puisi pada siswa kelas VIIA SMP
Albanna Denpasar tahun Pelajaran 2013/2014?
1.3 Tujuan Penelitian
Segala sesuatu yang dilakukan pasti memiliki tujuan. Tujuan
inilah yang memberikan arah bagi penelitian dalam melangkah pada
kegiatan berikutnya. Dalam hal ini , adapun tujuan umum dan tujuan
khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
-
6
1.3.1 Tujuan Umum
a. Untuk dapat memberikan sumbangan pemikiran dan meningkatkan
wawasan menulis puisi melalui model pembelajaran kontekstual
dengan gambar peristiwa dalam upaya membina serta
mengembangkan bahasa dan sastra Indonesia.
b. Untuk memberikan informasi nyata kepada guru bahasa Indonesia
dalam usaha memberdayakan mutu kegiatan belajar dan mengajar
bahasa Indonesia.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mendapatkan data yang objektif dapatkah model pembelajaran
kontekstual dengan inspirator gambar peristiwa meningkatkan
kemampuan menulis puisi siswa kelas VII A SMP Albanna Denpasar
Tahun Pelajaran 2013/2014.
b. Untuk menemukan langkah-langkah model pembelajaran kontekstual
dengan inspirator gabar peristiwa yang tepat dalam menulis puisi
pada siswa kelas VII A SMP Albanna denpasar Tahun Pelajaran
2013/2014.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi
dan menambah wawasan kepada siswa, pengajar (guru) dan juga sekolah
dalam memberikan pelajaran-pelajaran yang dinilai sulit dipahami oleh
siswa dalam menerima pelajaran khususnya dalam menulis puisi.
-
7
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini bermanfaat bagi pihak-pihak seperti di bawah ini :
a. Siswa
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar
bahasa Indonesia siswa.
2) Memberikan motivasi untuk lebih meningkatkan pemahaman dalam
pembelajaran menulis puisi.
b. Sekolah
1) Penelitian ini dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran di sekolah.
2) Sebagai pertimbangan dalam mengambil berbagai kebijakan atau
perbaikan-perbaikan dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya
pada pembeajaran puisi.
c. Peneliti
Memberikan sumbangan pengalaman dan menambah ilmu pengetahuan.
d. Lembaga
1) Mengetahui tingkat kemampuan mahasiswa atas penguasaan materi
yang diberikan selama perkuliahan.
2) Menjalin kerjasama dengan lembaga sekolah sebagai mitra dalam
penyelenggaraan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
3) Mengukur kualitas dan mutu pendidikan
-
8
e. Guru Bahasa Indonesia
1) Penelitian tindakan kelas ini dapat dijadikan strategi alternatif bagi
guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia dalam meningkatkan
keterampilan menulis puisi.
2) Hasil penelitian ini diharapkan menjadi pedoman dan menambah
wawasan guru dalam memilih model pembelajaran yang sesuai
dengan kemampuan siswa.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Bertitik tolak dari rumusan masalah dan tujuan penelitian di atas
serta karena luasnya ruang lingkup yang dibahas, keterbatasan
kemampuan dan biaya yang penulis miliki maka penelitian ini terbatas
pada peningkatan kemampuan menulis puisi melalui model pembelajaran
kontekstual dengan inspirator gambar peristiwa, pada siswa kelas VII A
SMP Albanna Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014 dan langkah -langkah
model pembelajaran kontekstual yang tepat dalam menulis puisi.
1.6 Asumsi
Asumsi adalah suatu hal yang diyakini kebenarannya oleh penulis
yang harus dirumuskan secara jelas dan akan berfungsi sebagai landasan
berpijak bagi penulis dalam melaksanakan penelitiannya serta dipakai
untuk memperkuat permasalahannya (Arikunto, 2006:59).
Adapun penelitian ini didasarkan pada beberapa asumsi yaitu :
1. Pokok bahasan menulis puisi sudah diajarkan di kelas VII A
Albanna Denpasar ;
2. Guru bidang studi bahasa Indonesia di kelas VII A SMP Albanna
Denpasar dalam mengajar berpedoman pada kurikulum 2013;
-
9
3. Guru bidang studi bahasa Indonesia di kelas VII A SMP Albanna
Denpasar;
4. Situasi belajar di dalam kelas dan kemampuan siswa baik putra maupun
putri dianggap sama; dan
5. Semua siswa dianggap mempunyai kualitas dan kuantitas yang sama
terhadap pengajaran bahasa Indonesia
-
10
BAB II
LANDASAN TEORI
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang memenuhi validitas data,
perlu didukung oleh beberapa teori yang relevan dengan masalah yang
akan diteliti. Teori tersebut terdapat pada buku-buku pustaka yang pada
hakikatnya merupakan suatu teori yang nyata dan dapat menunjang serta
mampu menjelaskan yang sesungguhnya dibicarakan atau
dipermasalahkan. Teori sebagai landasan untuk berpijak bagi penulis,
yaitu : (1) pengertian puisi, (2) pengajaran puisi, (3) metode puisi, (4)
hakikat puisi, (5) pengertian menulis, (6) pengertian kemampuan menulis
puisi, (7) model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and
Learning), dan (8) media gambar peristiwa sebagai inspirator.
2.1 Pengertian Puisi
Puisi berasal dari bahasa Yunani poisesyang berarti penciptaan.
Lama-kelamaan semakin dipersempit ruang lingkupnya menjadi hasil seni
sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat-syarat tertentu dengan
menggunakan irama, sajak dan kadang-kadang kata kiasan Tarigan (1984:
4). Kehadiran sebuah puisi merupakan pernyataan seorang penyair.
Pernyataan itu berisi pengalaman batin penyair sebagai hasil proses kreatif
terhadap objek seni. Objek seni ini berupa masalah-masalah kehidupan
dan alam sekitar manusia.
Para ahli memberikan definisi yang berbeda-beda terhadap puisi.
Waluyo (dalam Senet, 2009:13) menyatakan, bahwa puisi adalah salah
satu bentuk kesusastraan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan
penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua
-
11
kekuatan bahasa yakni dengan mengonsentrasikan struktur fisik dan
struktur batinnya. Menurut Altenbernd (dalam Senet, 2009:13), puisi
adalah pendramaan pengalaman yang bersifat penafsiran dalam bahasa
berirama. Wordsworth (dalam Senet, 2009:13) juga mendefinisikan puisi
sebagai suatu pernyataan perasaan yang imajinatif, yaitu perasaan yang
direka-reka atau diangan-angankan.
Sementara itu, Aminuddin mengatakan, bahwa secara etimologi
istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poeima yang artinya
membuat atau poesis yang artinya pembuatan dan dalam bahasa
Inggris disebut poem atau poetry. Puisi diartikan membuat dan
pembuatan karena lewat puisi, pada dasarnya seorang te lah menciptakan
suatu dunia tersendiri yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana
tertentu, baik fisik maupun batiniah (1987: 34).
Selain itu, Johnson (dalam Senet, 2009:14) mengatakan, bahwa puisi
merupakan luapan perasaan secara spontan yang penuh daya berpangkal
pada emosi, yang berpadu kembali dalam kedamaian.
Dalam penelitian ini penulis mengunakan pendapat Waluyo (dalam
Senet, 2009:13) dalam penelitian ini pendapatnya adalah satu bentuk
kesusastraan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara
imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa
yakni dengan mengkonsentrasikan struktur fisik dan struktur bantinya .
2.2 Pengajaran Puisi
Pembelajaran sastra di dalam penerapan Kurikulum 2013 perlu
menekankan pada kenyataan bahwa sastra merupakan seni yang dapat
-
12
diproduksi dan diapresiasi sehingga pembelajaran hendaknya bersifat
produktif dan apresiatif.
Pembelajaran sastra merupakan suatu upaya untuk meningkatkan
kemampuan menikmati, menghayati, memahami karya sastra, serta
meningkatkan keberanian dan keterampilan untuk menuangkan gagasan
dan perasaan dalam berbagai bentuk karya sastra.
Pengajaran puisi merupakan bagian dari pembelajaran sastra.
Pengajaran puisi adalah proses pemindahan pengetahuan atau
keterampilan dalam memahami, menilai, dan menciptakan suatu karya
sastra, khususnya puisi. Mengajarkan sebuah puisi berarti mengungkapkan
suatu dunia kehidupan dengan medium bahasa yang harus memenuhi
syarat-syarat tertentu, seperti diksi (pilihan kata), citraan, rima, tipografi,
dan lain sebagainya (Senet, 2009:36).
Menurut Senet (2009:36) bahwa pengajaran puisi sebagai bagian
dari pengajaran sastra bertujuan :
a. Siswa memperoleh kesenangan dari membaca dan mempelajari pui si
sehingga tumbuh keinginan membaca dan mempelajari puisi pada
waktu senggangnya;
b. Siswa memperoleh pengetahuan dan pengertian dasar tentang puisi sehingga
tumbuh keinginan memadukannya dengan pengalaman pribadinya yang
diperoleh di sekolah kini dan mendatang;
c. Mengarahkan siswa agar dapat menguasai bentuk tulisan dan gaya bahasa
sastra;
d. Membantu siswa agar menguasai keterampilan menulis;
-
13
e. Membantu siswa agar dapat mengomunikasikan pikiran, perasaan, dan segala
sesuatu yang menarik perhatiaanya dengan cara yang efektif dan bermakna;
f. Membantu dan memperluas wawasan siswa tentang diri dan lingkungannya
dan orang lain;dan
g. Membantu siswa menciptakan sesuatu yang menyenangkan, mengembangkan,
dan memuaskan.
2.3 Metode Puisi
Metode yang digunakan penyair untuk mengungkapkan sesuatu
dengan jelas dan seluas mungkin tetapi dengan kata sesedikit mungkin,
antara lain sebagai berikut.
2.3.1 Diksi (diction)
Diksi berarti pilihan kata yang biasanya diusahakan oleh penyair
secermat dan seteliti mungkin. Kata-kata yang digunakan oleh penyair
dalam puisinya tidaklah seluruhnya bergantung pada makna denotatif,
tetapi lebih cenderung bergantung pada makna konotatif. Nilai konotatif
inilah yang justru lebih banyak memberi efek bagi para penikmatnya.
Dengan demikian, kecakapan menggunakan kata-kata, penyair dapat
membangkitkan imajinasi pembacanya.
Diksi merupakan hal yang esensial dalam struktur puisi karena kata
merupakan media ekspresi utama. Waluyo, (1991:73) menyatakan, bahwa
kata dalam puisi lebih bersifat konotatif artinya memiliki kemungkinan
makna yang lebih dari satu. Kata-kata dalam puisi dipilih dengan
mempertimbangkan berbagai aspek estetis dan juga puitis artinya
mempunyai efek keindahan yang berbeda dari kata -kata yang kita pakai
dalam kehidupan sehari-hari. Maka kata-kata yang dipilih penyair bersifat
-
14
absolut dan tidak dapat diganti. Apabila diganti akan mengganggu
kompisisi dan daya magis dari puisi itu sendiri. Setiap kata mempunyai
beberapa fungsi, baik fungsi makna, fungsi bunyi, maupun fungsi
pengungkapan nilai estetika bentuk lainnya. Oleh karena itu, diperlukan
ketepatan pemilihan kata dan tidak hanya sekadar bagaimana suatu makna
diungkapkan, tetapi juga apakah kata yang dipilih benar -benar mampu
mengungkapkan suatu ekspresi yang melahirkan pesan-pesan tertentu
tanpa meninggalkan aspek estetisnya.
Jadi, pemilihan kata di dalam puisi sangat menentukan kualitas dan
estetika sebuah puisi itu sendir, sebab diksi yang tepat akan mampu
melahirkan irama maupun bentuk puisi secara keseluruhan, sehingga
ketika puisi itu dibaca atau diperdengarkan akan mampu membuat
pembaca atau pendengarnya merasakan keindahannya. Namun, perlu
diperhatikan bahwa pemilihan kata harus didasarkan pada maksud dan
pesan yang ingin disampaikan oleh penyair supaya tidak menimbulkan
interpretasi yang beragam, bahkan terbalik dari maksud yang sebenarnya.
2.3.2 Imajinasi (imageri)
Imajinasi adalah bayangan atau khayalan yang timbul akibat kata -
kata yang digunakan oleh penyair sehingga pembaca tergugah untuk
menggunakan kemampuannya, melihat, mendengar perasaan secara fantasi
yang dilakukan oleh penyair dengan puisi -puisinya. Pilihan kata dalam
suatu puisi hendaknya dapat melakukan imajinasi tentang suasana pada
waktu itu (Waluyo, 1991: 97).
Penyair ingin menyuguhkan pengalaman baik yang pernah
dialaminya kepada penikmat karyanya. Untuk memenuhi keinginan
-
15
tersebut dengan pemilihan serta penggunaan kata -kata yang tepat dalam
karya mereka. Pemilihan penggunaan kata-kata yang tepat dapat
memperkuat serta memperjelas daya-bayang pikiran manusia; dan energy
tersebut dapat pula mendorong imajinasi atau daya-bayang kita untuk
menjelmakan gambaran yang nyata (Tarigan, 1984:30).
Dengan menarik perhatian pada beberapa perasaan jasmaniah, sang
penyair berusaha membangkitkan pikiran dan perasaan para penikmat
sehingga mereka menganggap bahwa merekalah yang benar -benar
mengalami peristiwa perasaan jasmaniah tersebut.
Dengan demikian, imajinasi penyair dapat menyatakan pembaca
bahwa apa yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya merupakan suatu
realitas, bahwa pembaca beranggapan seolah-olah merekalah yang
mengalami peristiwa yang dituangkan oleh penyair lewat puisinya.
2.3.3 Kata-kata Nyata (the concrete word)
Kata-kata nyata adalah kata-kata yang digunakan penyair untuk
melukiskan dan menyatakan sesuatu dengan setepat -tepatnya dan
secermat-cermatnya sehingga meningkatkan imaji (daya bayang) pembaca,
maka kata-kata harus diperkonkret. Maksudnya adalah bahwa kata-kata itu
dapat mengarah kepada arti yang menyeluruh, seperti halnya pengimajian.
Kata yang diperkonkret ini juga erat hubungannya dengan penggunaan
kata-kata kiasan dan lambang-lambang. Apabila seorang penyair mahir
dalam memperkonkret kata-kata, maka pembaca seolah-olah dapat
melihat, mendengar, atau merasa seperti apa yang dilukiskan oleh penyair.
Dengan demikian pembaca akan terlibat penuh secara lahir dan batin ke
dalam puisi tersebut (Waluyo, 1991: 81).
-
16
2.3.4 Majas (figurative language)
Untuk membangkitkan daya imajinasi, penyair menggunakan
berbagai macam cara, salah satu diantaranya yaitu dengan memanfaatkan
majas atau gaya bahasa. Penyair menggunakan bahasa yang bersusun-
susun atau berpigura sehingga disebut bahasa figuratif. Bahasa figuratif
menyebabkan puisi menjadi prismatis artinya memancarkan banyak makna
atau kaya akan makna. . Karena itulah penyair dalam hal ini menggunakan
berbagai macam gaya bahasa yang merupakan suatu kemampuan
menggunakan kata-kata yang indah sehingga menimbulkan daya tarik dan
daya ungkapannya semakin bertambah serta senantiasa dapat
membangkitkan daya imajinasi. Bahasa figuratif adalah bahasa yang
digunakan oleh penyair untuk menyatakan sesuatu dengan cara yang tidak
biasa, yakni secara tidak langsung mengunkapkan makna kata atau
bahasanya bermakna kias atau makna lambang (Waluyo, 1991: 83).
2.3.5 Rima (persajakan)
Rima adalah persamaan bunyi atau pengulangan bunyi dalam satu
baris, beberapa baris atau semua baris puisi untuk menghadirkan unsur
musikalitas puisi terutama pada saat dibacakan. Melalui pengulangan
bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Dalam mengulangi bunyi itu,
penyair juga mempertimbangkan lambing bunyi. Rima sangat erat
hubungannya dengan arti rasa dan nada serta tujuan maupun
amanatnya.Irama merupakan tinggi rendahnya suara, panjang pendeknya
suara, cepat lambatnya suara pada waktu membaca atau mendeklamasikan
puisi dan penggunaan rima disesuaikan menurut tempat dan susunannya.
Dengan cara ini, pemilihan bunyi-bunyi mendukung perasaan dan suasana
-
17
pada puisi. Persajakan yang sering digunakan penyair meliput i: (1)
asonamsi adalah persamaan bunyi vocal dalam satu atau beberapa baris
puisi, (2) aliterasi adalah penggunaan konsonan dalam satu baris puisi,
dan (3) rima mutlak atau sempurna adalah persamaan bunyi pada beberapa
baris puisi karena ada pengulangan pada salah satu atau beberapa kata
dalam bait puisi (Sarjana Putra. 2010:24).
2.4 Hakikat Puisi
Dari beberapa pendapat di atas mengenai pengertian puisi sudah jelas
betapa sulitnya memberikan batasan yang tepat terhadap puisi. Menurut I.A
Richards sebagaimana yang dikutip Herman J. Waluyo menyatakan batin puisi
ada empat, yaitu : tema (sense), perasaan penyair (feeling), nada atau sikap
penyair terhadap pembaca (tone), amanat (intention) (Waluyo, 1991:180-181).
2.4.1 Tema (sense)
Cuddon dan Cohen (dalam Senet, 2009:30) menyatakan bahwa
tema merupakan gagasan pokok atau subject-matter atau ide sentral yang
dikemukakan oleh penyair dalam karya sastranya. Pokok pikiran atau
gagasan pokok itu dalam karya sastra dapat disampaikan secara eksplisit
atau langsung dan implicit atau tidak langsung. Tema yang disampaikan
secara implicit atau tidak langsung biasanya sulit ditangkap.
Tema sebuah puisi akan menjadi bagian yang paling utama
melatarbelakangi ide atau gagasan yang terdapat di dalam sebuah pui si.
Pada hakikatnya, sebelum menulis puisi terlebih dahulu penyair
menentukan tema yang dipilih sebagai materi mengenai puisi yang akan
ditulis.
2.4.2 Rasa (feeling)
-
18
Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai dua orang atau lebih
menghadapi suatu masalah dengan sikap berbeda, demikian juga seorang
penyair. Ada penyair yang menaruh sikap simpatik, memuja, marah, rasa
sedih, dan berduka. Ambil sebagai contoh tuna karya, Si A mungkin
menghadapinya deongan sikap acuh tak acuh, sedangkan Si B dengan
sikap kemanusiaan yang penuh belas kasih. Jadi, rasa adalah sikap sang
penyair terhadap pokok permasalahan atau persoalan yang terkandung
dalam puisi.
2.4.3 Nada dan Suasana (tone)
Nada (tone) merupakan sifat emosional penyair yang
tergambarkan dalam karya sastra. Zaidan (dalam Senet, 2009:32)
menjelaskan bahwa nada (tone) itu adalah sikap mental yang
mencerminkan suasana hati pengarang yang tersirat dalam karyanya. Hal
ini mungkin berupa sikap romantik, ironis, misterius, gembira, tidak sabar,
keras hati, menggurui, menasehati, mengejek, menyindir, mencemooh,
memberontak, iri hati, gemas, penasaran atau yang lainnya. Suasana
adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi atau akibat
psikologis yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Dapat
disimpulkan bahwa nada dan suasana hati penyair akan mempengaruhi
puisi yang dihasilkannya. Jika suasana hati penyair sedang senang maka
cenderung puisi yang dihasilkan adalah puisi bernuansa gembira.
Sebaliknya, suasana hati penyair sedang sedih, ada kecenderungan puisi
yang diciptakannya adalah puisi yang bernuansa sedih pula.
2.4.4 Amanat atau Pesan (Massage)
-
19
Amanat (massage) adalah maksud atau pesan yang disampaikan
penyair atau pengarang berupa gagasan kepada pembaca, pendengar,
penonton, baik tersurat maupun tersirat yang disampaikan penyair melalui
karyanya, Zaidan (dalam Senet, 2009:32). Penghayatan terhadap amanat
(massage) sebuah puisi tidak secara objektif, melainkan subjektif dan
umum, artinya berdasarkan interpretasi atau penafsiran pembaca. Pesan
yang disampaikan oleh penyair di dalam puisi cenderung bersifat implisit
atau tersembunyi. Melalui tindakan mengapresiasinya, pembaca atau
penikmat puisi akan menemukan sendiri pesan-pesan itu dibalik rangkaian
kata-kata dalam sebuah puisi. Jadi amanat adalah pesan dan kesan yang
hendak disampaikan penyair kepada pembaca lewat karya -karyanya
berupa puisi.
2.5 Pengertian Menulis
Tarigan, (dalam Senet, 2009:10) menyatakan menulis merupakan
suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Menulis merupakan kegia tan
yang ekspresif karena dengan menulis seseorang dapat mengungkapkan
gagasan, maksud, pikiran, atau pesan yang dimilikinya kepada orang lain.
Di samping itu, menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa
yang memegang peranan penting di dalam proses komunikasi yang efektif.
Menulis, seperti halnya keterampilan berbicara, merupakan salah satu
keterampilan yang bersifat produktif. Artinya, menulis merupakan
kegiatan yang bersifat menghasilkan atau menulis merupakan kegiatan
yang aktif menghasilkan tulisan. Akhadiah, dkk. (1988:2) menyatakan
bahwa menulis adalah kemampuan kompleks yang menuntut sejumlah
pengetahuan dan keterampilan. Dengan menulis, penulis terdorong untuk
-
20
terus belajar secara aktif. Penulis menjadi penemu sekaligus pemecah
masalah bukan sekadar menjadi penyadap informasi dari orang lain.
Penulis akan lebih mudah memecahkan permasalahannya, yaitu
menganalisisnya secara tersurat dalam konteks yang lebih kongkret.
Kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan kita berpikir serta
berbahasa secara tertib.
Depdikbud (dalam Senet, 2009:11) mengemukakan bahwa
keterampilan menulis merupakan keterampilan tertinggi dalam pengajaran
bahasa Indonesia. Menulis dikatakan sebagai kegiatan tertinggi karena
keterampilan menulis merupakan keterampilan kognitif (memahami,
mengetahui, dan memersepsi) yang kompleks yang menghendaki strategi
kognitif yang tepat, keterampilan intelektual, informasi verbal, dan
motivasi yang tepat Gagne dan Achmadi (dalam Senet, 2009:11).
Dibandingkan dengan ketiga keterampilan yang lain (menyimak,
berbicara, dan membaca), keterampilan menulis lebih sulit karena dalam
menulis, di samping pengetahuan tentang kosakata, perlu juga
pengetahuan tentang ejaan, tanda baca, dan kalimat efektif. Atau dengan
kata lain, keterampilan menulis itu meliputi bagaimana cara menuangkan
pikiran dalam kalimat dengan menggunakan kata yang tepat serta
penulisan yang sesuai dengan ejaan. Selain itu, dalam kegiatan menulis
dituntut adanya pengetahuan dan pemahaman mengenai topik yang ditulis
dan bagaimana cara yang baik dalam menuangkannya ke dalam bentuk
tulisan.
Semi (dalam Senet, 2009:11) menyatakan bahwa Menulis itu
merupakan salah satu keterampilan berbahasa, merupakan kegiatan
-
21
perekaman bahasa lisan ke dalam bentuk bahasa tulisan . Pada hakikatnya,
menulis sama dengan berbicara karena materi yang digunakan sama, yaitu
kata dan kalimat sehingga wajarlah dikatakan bahwa menulis adalah upaya
memindahkan bahasa lisan ke dalam wujud tertulis. Hanya dalam kegiatan
tulis-menulis diperlukan pengetahuan tentang ejaan dan tanda baca.
Dalam penelitian ini penulis sepakat dan mengunakan pendapat
Tarigan, (dalam Senet, 2009:10) dalam penelitaian ini menyatakan
menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif menulis
merupakan kegiatan yang ekspresif karena dengan menulis seseorang
dapat mengungkapkan gagasan, maksud, pikiran, atau pesan yang
dimilikinya kepada orang lain.
2.6 Pengertian Kemampuan Menulis Puisi
Dalam menciptakan dan menyatakan maksud gagasan dan perasaan
dalam kegiatan menulis, penulis haruslah terampil memanfaatkan
grafologi (ilmu yang mempelajari tentang aksara dan sistem penulisannya)
dan kosakata yang digunakan Tarigan (dalam Senet, 2009:12). Seperti
halnya dalam menciptakan karya sastra, dalam hal ini puisi, seorang
pengarang akan menyampaikan gagasan atau ide yang tersimpan
dibenaknya kepada orang lain melalui bahasa sebagai medianya. Menulis
puisi biasanya dijadikan media untuk mencurahkan perasaan, pikiran,
pengalaman, dan kesan terhadap suatu masalah, kejadian, dan kenyataan di
sekitar kita.
Puisi merupakan karya sastra yang padat arti. Artinya, penyair
mengungkapkan perasaan dan pikirannya dengan kata -kata yang ringkas,
namun tetap menunjukan adanya unsur estetis ketika dibaca.
-
22
Kemampuan menulis puisi merupakan kesanggupan dari seorang
pengarang dengan kecakapan atau kekuatan imajinasinya untuk
mencurahkan pikirannya dan membutuhkan daya kreasi dari
pengarangnnya dalam menggunakan bahasa atau pilihan kata yang tepat
sehingga menghasilkan karya puisi yang mengandung nilai keindahan
khususnya puisi.
2.7 Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Leraning)
Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta
didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih
bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam
bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan
dari guru ke siswa (Depdiknas, 2002:1).
Tujuan pembelajaran kontekstual adalah untuk membekali siswa
berupa pengetahuan dan kemampuan (skill) yang lebih realistis karena inti
pembelajaran ini adalah untuk mendekatkan hal -hal teoritis ke praktis.
Sehingga dalam pelaksanaan metode ini diusahakan teori yang dipelajari
teraplikasi dalam situasi riil. Bagi guru metode ini membantu dosen
mengaitkan materi yang diajarkan dengan dunia nyata dan mendorong
mahasiswa membuat hubungan antara pengetahuan sebelumnya (pior
knowledge) dengan aplikasinya dalam kehidupan mereka dimasyarakat
Khilmiyah (dalam Taniredja 2011:50).
-
23
Dalam konteks ini, peserta didik perlu mengerti apa makna belajar,
apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya.
Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti.
Dengan demikian mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang
memerlukan suatu bekal untuk hidupnya kelak. Mereka mempelajari apa
yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menggapainya. Dalam upaya
itu, mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah sebagai berikut:
a. Membimbing peserta didik mencapai tujuannya;
b. Guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi; dan
c. Mengelola kelas sebagai sebuah timyang bekerja bersama untuk
menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas. Sesuatu yang baru
baik pengetahuan maupun keteampilan datang dari menemukan sendiri
bukan dari guru itu sendiri.
Kontekstual hanya sebagai sebuah strategi pembelajaran. Seperti
halnya strategi pembelajaran yang lain, kontekstual dikembangkan dengan
tujuan agar pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna.
Pendekatan kontekstual dapat dilaksanakan tanpa harus mengubah
kurikulum dan tatanan yang ada.
Menurut Zahorik (dalam Taniredja 2001:51) terdapat lima elemen
yang harus diperhatikan dalam praktik pembelajaran kontekstual yaitu:
a. Pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge);
b. Pemerolehan pengetahuan baru (acquiring knowledge)dengan cara
mempelajari secara keseluruhan dahulu, kemudian memperhatikan detailnya;
-
24
c. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) yaitu dengan cara
menyusun konsep sementara (hipotesis), melakukan sharing kepada orang lain
agar mendapat tanggapan (validasi) dan atas dasar tanggapan itu konsep
tersebut direvisi dan dikembangkan;
d. Memperaktekan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge),
dan
e. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan
pengetahuan tersebut.
Menurut Johnson (dalam Taniredja 2011:51) bahwa pendidikan
kontekstual memiliki tiga prinsip dasar yaitu:
a. Belajar menghasilkan perubahan prilaku anak didik yang relatif permanen,
artinya peran penggiat pendidikan khususnya guru dan dosen adalah sebagai
pelaku perubahan (agent of change);
b. Anak didik memiliki potensi, gandrung dan kemampuan yang merupakan
benih kodrati untuk ditumbuhkembangkan tanpa henti; dan
c. Perubahan atau pencapaian kualitas idealn itu tidak tumbuh alami linier
sejalan proses kehidupan. Artinya, proses belajar mengajar memang
merupakan bagian dari kehidupan itu sendiri, tetapi didesain secara khusus,
dan diniati demi tercapainya kondisi atau kualitas ideal.
2.7.1 Prinsip Pembelajaran Kontekstual
Prinsip pembelajaran kontekstual yang harus dikembangkan oleh guru
yaitu sebagai berikut.
1. Konstruktivisme (Constructivism)
Constructivism (Konstruktivisme) merupakan landasan berpikir (filosofi)
pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit
-
25
demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit)
dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta,
konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus
mengkonstruksi pengetahuan itu dan member makna melalui pengalaman
nyata (Depdiknas,2002:11). Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan
masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan
ide-ide. Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses
mengkonstruksi bukan menerima pengathuan. Dalam proses pembelajaran,
siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif
dalam proses belajar mengajar.
2. Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis
CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan
hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.
Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan
menemukan, apapun matei yang diajarkan (Depdiknas, 2002:12). Dimana
pembelajaran siswa merupakan hasil dan kreativitas siswa itu sendiri, akan
bersifat lebih tahan lama diingat oleh siswa bila dibandingkan dengan
sepenuhnya merupakan pemberian dari guru.
3. Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya.
Bertanya merupakan strategi utama dalam pembelajaran kontekstual. Melalui
penerapan bertanya, pembelajaran akan lebih hidup, akan mendorong proses
-
26
dan hasil pembelajaran yang lebih luas dan mendalam, dan akan banyak
ditemukan unsur-unsur terkait yang sebelumnya tidak terpikirkan baik oleh
guru maupun oleh siswa. Kegiatan bertanya berguna untuk : (1) menggali
informasi, baik administrasi maupun akademis, (2) mengecek pemahamn
siswa, (3)membangkitkan respon kepada siswa, (4) mengetahui sejauhmana
keingintahuan siswa, (5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa, (6)
untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa, (7)
memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru, dan (8)
untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa (Depdiknas, 2002:14).
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran
diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari
sharing antara teman, antar kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum
tahu. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah.
Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi
yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus meminta informasi yang
diperlukan dari teman belajarnya. Kegiatan saling belajar ini dapat terjadi
apabila tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak
yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada pihak yang menganggap paling
tahu, semua pihak mau saling mendengarkan. Setiap pihak harus merasa
bahwa setiap orang lain memiliki pengetahuan, pengalaman, atau
keterampilan yang berbeda yang perlu dipelajari.
5. Pemodelan (Modeling)
Guru bukan satu-satunya sumber belajar bagi siswa, karena dengan segala
kelebihan dan keterbatasan yang dimiliki oleh guru akan mengalami hambatan
-
27
untuk memberikan pelayanan sesuai dengan keiinginan dan kebutuhan siswa
yang cukup heterogen. Dengan begitu model dapat dirancang dengan
melibatkan siswa. Tahap pembuatan model dapat dijadikan alternatif untuk
mengembangkan pembelajaran agar siswa memenuhi harapan secara
menyeluruh, dan membantu mengatasi keterbatasan yang dimiliki oleh para
guru.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir
ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa lalu. Siswa
mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang
baru, yang merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan
yang baru diterima (Depdiknas, 2002 :18). Refleksi dilaksanakan oleh guru
pada akhir pelajaran dengan realisasinya berupa: (1) pernyataan langsung
tentang apa-apa yang diperoleh hari itu, (2) catatan atau jurnal di buku siswa,
(3) kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu, (4) diskusi, dan (5)
hasil karya.
7. Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan
gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar
siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami
proses pembelajaran dengan benar. Data yang dikumpulkan melalui kegiatan
penilaian bukanlah untuk mencari informasi tentang belajar siswa.
Pembelajaran yang benar memang seharusnya ditekankan pada diperolehnya
sebanyak mungkin informasi di akhir periode pembelajaran. Karena penilaian
menekankan proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus
-
28
diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan
proses pembelajaran.
2.7.2 Penerapan Pembelajaran Kontekstual pada Bahasa Indonesia
Belajar secara kontekstual adalah belajar yang akan terjadi bila
dihubungkan dengan pengalaman nyata sehari -hari. Secara umum ada
beberapa langkah pembelajaran kontekstual sebagai berikut :
1. Pembelajaran aktif : peserta didik diaktifkan untuk mengkonstruksikan
pengetahuan dan pemecahan masalah;
2. Multi konteks :pembelajaran dalam konteks yang ganda memberikan peserta
didik pengalaman yang dapat digunakan untuk mempelajari dan
mengidentifikasikan ataupun memechkan masalah dalam konteks baru;
3. Koprasi dan kursus (penjelasan atau ceramah): peserta didik belajar dari orang
lain melalui koprasi, kursus, kerja tim dan mandiri;
4. Berhubungan dengan dunia nyata: pembelajaran yang menghubungkan
dengan isu-isu kehidupan nyata melalui kegiatan pengalaman di luar kelas dan
simulasi;
5. Pengetahuan prasyarat atau awal: pengalaman awal peserta didik dan situasi
pengetahuan yang mereka dapat akan berarti atau bernilai dan Nampak
sebagai dasar dalam pembelajaran;
6. Ragam nilai: pengajaran yang fleksibel menyesuaikan kebutuhan dan tujuan-
tujuan dan peserta didik, peserta didik yang berbeda;
7. Konstribusi pada masyarakat: suatu cara yang dapat meningkatkan
pemberdayaan masyarakat melalui pembelajaran atau akibat prosesnya harus
diutamakan;
-
29
8. Penilaian otentik: proses belajar peserta didik perlu dinilai dalam konteks
ganda yang bermakna;
9. Pemecahan masalah : berpikir tingkat tinggi yang diperlukan dalam
memecahkan masalah nyata harus ditekankan adalah hal berkemaknaan
memorisasi dan pengulangan-pengulangannya;
10. Mengarahkan sendiri (self-direction): peserta didik ditantang dan
dimungkinkan membuat pilihan-pilihan, mengembangkan alternative dan
diarahkan sendiri, berbagi dengan guru;dan
11. Memperhatikan masyarakat kelas: melibatkan kerjasama guru dengan peserta
didik dan peserta didik dengan peserta didik di kelas sangat membantu atau
mendukung proses pembelajaran (Wina Sanjaya, 2009:253).
2.7.3 Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kontekstual
Setiap pembelajaran tentu ada keunggulan dan kelemahan begitu
pula dengan pembelajaran kontekstual. Keunggulan dan kelemahan
pembelajaran kontekstual akan diuraikan di bawah ini.
2.7.3.1 Keunggulan pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut.
a. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut
untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah
dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat
mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan
saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi
materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa,
sehingga tidak akan mudah dilupakan.
-
30
b. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan
konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran
konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntut untuk menemukan
pengathuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa
diharapkan belajar melaluimengalamibukanmenghafal.
c. Kontekstual adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktovitas
siswa secara penuh, baik fisik maupun mental.
d. Kelas dalam pembelajaran kontekstual bukan sebagai tempat untuk
memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data
hasil temuan mereka di lapangan.
e. Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa, bukan hasil
pemberian dari guru.
f. Penerapan pembelajaran kontekstual dapat menciptakan suasana
pembelajaran yang bermakna (Wina Sanjaya, 2009:253).
2.7.3.2 Kelemahan pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut:
1. Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran kontekstual
berlangsung;
2. Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas maka dapat menciptakan situasi
kelas yang kurang kondusif;
3. Guru lebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL, guru
tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelolah
kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan
pengetahuan dan keterampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang
sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang
akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasaan pengalaman
-
31
yang dimilikinya. Dengan demikian, peran guru bukanlah sebagai
instruktur atau penguasa yang memaksa kehendak melainkan guru
adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap
perkembangannya;dan
4. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari
dan dengan sadar menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk
belajar. Namun dalam konteks ini tentu guru memerlikan perhatian dan
bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai
dengan apa yang diterapkan semula (Wina Sanjaya, 2009:253). .
2.8 Media Gambar Perisitiwa Sebagai Inspirator
Sadiman (2008: 29) mengungkapkan bahwa media pendidikan
gambar merupakan media yang paling umum dipakai, gambar merupakan
bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan dinikmati di mana-mana.
Oleh karena itu, pepatah Cina yang mengatakan bahwa sebuah gambar
berbicara lebih banyak daripada seribu kata.
Media gambar peristiwa merupakan sebuah media pendidikan berupa
gambar sebuah peristiwa atau kejadian yang pernah terjadi didalam
kehidupan manusia. Media gambar sebagai media pembelajaran menulis
memiliki kelebihan dan kekurangan. Beberapa kelebihan media gambar
menurut Sadiman (2008: 29), sebagai berikut:
1. Gambar bersifat konkret, gambar lebih menunjukkan pokok masalah
dibandingkan dengan media verbal semata.
2. Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu.
3. Gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita.
-
32
4. Gambar dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan
untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau
membetulkan kesalahpahaman.
5. Gambar harganya murah dan mudah didapat serta digunakan tanpa
peralatan khusus.
Selanjutnya, Sadiman (2008: 29) mengungkapkan beberapa kelebihan
media gambar sebagai berikut.
1. Gambar hanya menekankan persepsi indera mata.
2. Gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan
pembelajaran.
3. Media gambar ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.
Penggunaan media gambar peristiwa sebagai media ispirator
pembelajaran menulis puisi, selain mudah didapatkan juga memudahkan
siswa dalam memunculkan ide yang kreatif dalam bentuk puisi. Hal
tersebut dikarenakan media gambar mampu menyampaikan pesan atau
informasi secara visual sehingga merangsang kreativitas siswa dalam
menafsirkan dan mengemukakan sendiri hal -hal yang terkandung di
dalamnya. Hal-hal yang didapat melalui media gambar tersebut
selanjutnya dituangkan dalam bentuk rangkaian kata yang kemudian
disusun menjadi sebuah puisi.
-
33
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode merupakan suatu cara yang sangat menentukan dalam
mencapai suatu tujuan, terlebih lagi dalam penelitian yang bersifat ilmiah.
Metode dapat diartikan sebagai jalan untuk mencapai tujuan (Netra,
1974:50). Karena itu tercapai atau tidaknya tujuan yang dicari atau
diinginkan itu bergantung kepada metode yang dipergunakan. Tanpa
adanya metode, maka tujuan penelitian tidak dapat dicapai dengan baik.
Sehubungan dengan pernyataan di atas, maka dalam penelitian ini
menggunakan metode yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai,
yaitu : (1) jenis penelitian, (2) subjek, objek, dan tempat penelitian, (3)
rancangan penelitian, (4) prosedur penelitian penelitian, (5), Metode
pengumpulan data dan instrumen dan (6) analisis data.
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian
Tindakan Kelas (Classroom Action Research) adalah suatu bentuk
penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan -tindakan
tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktik -praktik
pengajaran di kelas secara professional. Penelitian tindakan kelas
membentuk sebuah siklus yaitu satu putaran kegiatan beruntun, ya ng
kembali ke langkah semula. Ciri utamanya adalah bertujuan untuk
memperoleh penemuan yang signifikan secara operasional, sehingga dapat
digunakan ketika kebijakan dilaksanakan.
-
34
3.2 Subjek, Objek, dan Tempat Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas kelas VII A Albanna
Denpasar. Alasan memilih kelas VII A sebagai subjek penelitian adalah
karena siswa masih kesulitan mengemukakan ide-ide dalam pelajaran
menulis puisi dan ada beberapa siswa yang mendapat nilai di bawah
standar ketuntasan belajar dalam menulis puisi. Atas dasar pertimbangan
itulah, penelitian ini dilakukan. Objek penelitian ini adalah peningkatan
kemampuan menulis puisi melalui model pembelajaran kontekstual dengan
inspirator gambar peristiwa. Tempat penelitian ini akan dilaksanakan di
SMP Albanna Denpasar 2013/2014.
3.3 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian tindakan kelas ini direncanakan sampai pada
siklus ke-N hingga dicapai hasil sesuai dengan target yang diinginkan.
Adapun target yang diinginkan dalam penelitian ini adalah 8,0. Tiap siklus
dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Penelitian
tindakan kelas yang peneliti gunakan adalah model Kurt Lewin. Model ini
mempunyai konsep pokok yang terdiri atas empat komponen, yaitu :
a. Perencanaan (Planning), yaitu tindakan yang akan dilakukan untuk
memperbaiki, melakukan perubahan perilaku dan sikap sebagai solusi untuk
meningkatkan kemampuan menulis puisi.
b. Tindakan (Acting), yaitu pembelajaran seperti apa yang dilakukan peneliti
sebagai upayah perbaikan, perubahan yang diinginkan dan peningkatan
kemampuan menulis puisi.
-
35
c. Pengamatan (Observing), yaitu penelitian mengamati dampak dari tindakan
yang dilaksanakan terhadap siswa selama pembelajaran dan pengamatan
terhadap hasil kerja siswa.
d. Refleksi (Reflecting), yaitu kegiatan yang dilakukan peneliti yaitu melihat,
mengkaji dan mempertimbangkan hasil yang diperoleh dari tindakan tersebut
dari beberapa segi. Sehingga dapat dilakukan revisi terhadap rencana
sebelumnya oleh peneliti bersama guru.
Secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut :
Refleksi awal Rencana tindakan I Pelaksanaan tindakan I
Observasi Refleksi Rencana tindakan II Pelaksanaan tindakan II
Obsevasi Refleksi Rencana tindakan III Pelaksanaan tindakan
III Observasi RefleksiN dan seterusnya memutuskan tindakan
terbaik.
3.4 Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
Berhasil tidaknya penelitian dilakukan dapat diketahui dari data yang
diperoleh. Terkait dengan itu, untuk memperoleh data dalam menjawab
masalah penelitian dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen
penelitian yaitu sebuah alat bantu yang dipilih peneliti dalam kegiatan
pengumpulan data, agar kegiatan tersebut berjalan dengan sistematis.
Arikunto (dalam Sarjana, 2010:43). Instrumen penelitian yang digunakan
dalam penelitian tindakan kelas ini berupa observasi dan tes sebagai
metode utama untuk memperoleh data:
3.4.1 Metode Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan guru dan siswa
dalam proses belajar mengajar, khususnya dalam pembelajaran menulis
puisi. Observasi yang dilakukan penulis yaitu mengamati secara langsung
objek yang diteliti tanpa ikut terlibat dalam kegiatan pembelajaran
-
36
sehingga tidak mempengaruhi jalannya proses belajar -mengajar. Hasil
yang di dapat dari observasi yang dilakukan penulis yaitu : mengetahui
jangkauan materi yang sudah diberikan kepada siswa, mengetahui model
pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam mengajar, dan
mendapatkan data yang lebih akurat mengenai pembelajaran menulis puisi.
3.4.2 Metode Tes
Metode tes dalam penelitian ini adalah cara memperoleh data yang
berbentuk suatu tugas yang harus dikerjakan oleh siswa yang di tes
(testee) dan dari tes tersebut akan diperoleh suatu skor. Setelah
pelaksanaan pembelajaran maka dilaksanakan tes hasil belajar siswa
dengan memberikan post tes kepada seluruh siswa. Tes yang diberikan
berupa tes kemampuan siswa dalam menulis puisi melalui model
pembelajaran kontekstual dengan inspirator gambar peristiwa. Adapun
aspek yang dinilai dari hasil menulis puisi siswa adalah (1) diksi (pilihan
kata), (2) bentuk tulisan, (3) struktur bahasa, (4) makna dan isi puisi, dan
(5) kesesuain judul dengan konteknya.
3.4.2.1 Penetapan Skor
Pada langkah ini setelah hasil tes dikumpulkan selanjutnya adalah
penentuan skor dan masing-masing aspek diberi skor 1-10. Skor maksimal
yang digunakan yaitu 50 apabila siswa mampu menulis puisi sesuai
dengan kelima aspek tersebut dan mengevaluasinya dengan menggunakan
rumus norma relatif skala 11, sehingga memperoleh data mengenai
kemampuan siswa dalam menulis puisi melalui model pembelajaran
kontekstual dengan inspirator gambar peristiwa.
-
37
3.4.2.2 Mengubah Skor Mentah Menjadi Skor Standar
Langkah-langkah yang di tempuh untuk mengubah skor mentah
menjadi skor standar adalah sebagai berikut :
1. Mencari Skor Maksimal Ideal (SMI) dari tes yang akan diberikan.
Skor maksimal ideal adalah skor yang memungkinkan dicapai apabila
semuanya dapat diselesaikan dengan benar. Skor maksimal ideal ini,
dicari dengan jalan menghitung masing-masing item;
2. Mencari angka rata-rata ideal (MI) untuk tes dengan rumus sebagi
berikut : MI= x SMI; dan
3. Mencari Standar Deviasi Ideal (SDI) untuk tes tersebut dengan rumus :
SDI=1/3 x MI
Membuat pedoman-pedoman konveksi dengan ketentuan sebagai berikut :
M + 2,25 SD 10
M + 1,75 SD 9
M + 1,25 SD 8
M + 0,75 SD 7
M + 0,25 SD 6
M - 0,25 SD 5
M - 0,75 SD 4
M - 1,25 SD 3
M - 1,75 SD 2
M - 2,25 SD 1
(Nurkencana, 1981:93).
Atas dasar rumusan di atas, maka penyelesaiannya adalah hasil tes
yang berupa skor mentah dikonversikan menjadi skor standar dengan
menggunakan norma relative skala 11.
MI = x 50 = 25
-
38
Sdi = 1/3 x 25 = 8,33
Keterangan :
SMI = Skor Maksimal Ideal
MI = Angka Rata-rata Ideal
Sdi = Standar Devisi
Dari rumusan di atas, maka hasil yang diperoleh sebagai berikut :
Mi + 2,25 Sdi = 25 + (2,25 x 8,33) = 44
10
Mi + 1,75 Sdi = 25 + (1,75 x 8,33) = 40 9
Mi + 1,25 Sdi = 25 + (1,25 x 8,33) = 35 8
Mi + 0,75 Sdi = 25 + (0,75 x 8,33) = 31 7
Mi + 0,25 Sdi = 25 + (0,25 x 8,33) = 27 6
Mi 0,25 Sdi = 25 (0,25 x 8,33) = 23 5
Mi 0,75 Sdi = 25 (0,75 x 8,33) = 19 4
Mi 1,25 Sdi = 25 (1,25 x 8,33) = 15 3
Mi 1,75 Sdi = 25 (1,75 x 8,33) = 10 2
Mi 2,25 Sdi = 25 (2,25 x 8,33) = 6 1
Dengan berpedoman pada ketentuan di atas, maka skor standar yang
dipakai oleh masing-masing siswa dengan ketentuan, jika siswa yang
mencapai skor 44 ke atas maka ia mendapat skor standar 10, jika siswa
mendapat skor mentah 40 sampai 43 maka siswa mendapat skor standar 9.
Demikian selanjutnya dengan label peningkatan kemampuan siswa dalam
menulis puisi melalui model pembelajaran kontekstual dengan inspirator
gambar peristiwa seperti yang terdapat pada tabel di bawah ini.
Tabel 01. Klasifikasi Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi melalui
Model Kontekstual dengan Inspirator Gambar pada Siswa
Kelas VII A Albanna Denpasar Tahun Pelajaran 2013/2014 .
No. Skor Mentah Skor Standar Kategori
(1) (2) (3) (4)
01. 44-50 10 Istimewa
02. 40-43 9 Baik Sekali
03. 35-39 8 Baik
04. 31-34 7 Lebih dari
-
39
cukup
05. 27-30 6 Cukup
06. 23-26 5 Hampir Cukup
07. 19-22 4 Kurang
08. 15-18 3 Kurang Sekali
09. 10-14 2 Buruk
10. 6-9 1 Buruk Sekali
3.5 Prosedur Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas, kegiatan penelitian dilakukan
secara multisiklus. Banyaknya siklus yang digunakan dalam penelitian ini
bergantung pada hasil yang ingin dicapai. Kegiatan setiap siklus meliputi:
3.5.1 Refleksi Awal
Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara yang peneliti
lakukan terhadap guru bahasa Indonesia di kelas VII A Albanna Denpasar,
diperoleh informasi bahwa kemampuan siswa di dalam menulis puisi
tergolong rendah. Hal ini terbukti dari nilai rata -rata yang diperoleh oleh
siswa kelas VII A masih ada yang dibawah standar yang ditetapkan
sekolah yaitu 8.
Dari hasil observasi dan wawancara, peneliti memutuskan untuk
melaksanakan penelitian di kelas VII A Albanna Denpasar , dengan
menerapkan model pembelajaran kontekstual dengan inspira tor gambar
peristiwa agar siswa mampu menerima pelajaran menulis puisi dengan
baik.
3.5.2 Siklus I
Pelaksanaan pembelajaran siklus I terdiri atas empat tahapan,
yaitu : perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan observasi, dan refleksi.
1. Perencanaan Tindakan Siklus I
-
40
Supaya penelitian ini dapat berlangsung dengan baik, langkah pertama
yang perlu dilakukan adalah mempersiapkan hal-hal berikut:
a. Peneliti bersama guru secara kolaboratif menganalisis silabus untuk
menyesuaikan pokok bahasan agar sesuai dengan tujuan pembelajaran;
b. Peneliti menjelaskan kepada guru mengenai skenario prosedur
pembelajaran yang akan diterapkan dalam model pembelajaran;
c. Peneliti secara kolaboratif bersama guru menyusun RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran) sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan;
d. Alat evaluasi berupa tes yang menugaskan siswa membuat puisi;dan
e. Pedoman dan kriteria penilaian untuk mengoreksi hasil tulisan.
2. Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Sebelum menerapkan pembelajaran siswa mengenai menulis puisi
melalui model pembelajaran kontekstual dengan inspirator gambar peristiwa ,
guru memberikan tes awal dalam bentuk penugasan untuk mengetahui
kesiapan belajar dan kemampuan siswa terhadap materi yang disajikan pada
siklus I. Dari hasil tes awal tersebut diketahui kemampuan siswa dalam
menulis puisi masih sangat kurang. Oleh karena itu, siswa diberikan
penjelasan tentang menulis puisi. Model pembelajaran tersebut mengikuti
skenario prosedur pembelajaran sebagai berikut :
Tabel 02. Skenario Pembelajaran Pelaksanaan Tindakan
No Guru No Siswa
(1) (2) (3) (4)
Pendahuluan
01.
Membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam
01.
02.
Mengucapkan salam.
Memberitahukan siswa lain
-
41
02.
03.
04.
05.
pembukaan.
Mengecek kehadiran siswa.
Memberikan apersepsi terkait
dengan pelajaran.
Menyampaikan tujuan
pembelajaran.
Menginformasikan
pembelajaran yang akan
dilakukan.
03.
04.
05.
yang tidak hadir.
Menyimak dengan konsentrasi.
Menyimak dengan baik sambil
mencatat;dan
Menyimak dengan konsentrasi.
Inti
Eksplorasi
01.
02.
03.
04.
05.
Menjelsakan materi pelajaran.
Memberikan kesempatan
siswa untuk bertanya.
Memperkenalkan dan
membahas contoh puisi yang
berisi gambar peristiwa.
Memberikan kesempatan
kepada siswa bertanya,
berpendapat atau memberikan
masukan.
Memberikan kesempatan
kepada siswa auntuk
mengamati gambar peristiwa
yang di siapkan
01.
02.
03.
04.
05.
Mencatat hal-hal yang
dianggap penting.
Menanyakan hal-hal yang
belum dipahami.
Mendengarkan penjelasan
guru.
Menanyakan hal-hal yang
belum dipahami atau
mengajukan pendapat.
Mengamati gambar peristiwa
Elaborasi
-
42
06.
07.
Menugaskan siswa menulis
ide-ide dasar sebagai bahan
dasar penulisan puisi.
Menugaskan siswa untuk
menulis sebuah puisi
berdasarkan ide-ide dasar
yang ditulis tadi.
06.
07.
Menuliskan ide-ide dasar
sebagai bahan dasar penulisan
puisi.
Menulis sebuah puisi dengan
mengembangkan ide-ide dasar
yang ditulis tadi.
(1) (2) (3) (4)
Konfirmasi
8.
9.
Menugaskan siswa
membacakan puisinya di
depan kelas kemudian siswa
lain dan guru mengomentari
puisi tersebut; dan
Memberikan kesempatan
kepada siswa untuk merevisi
puisinya.
8.
9.
Membacakan puisinya di
depan kelas kemudian siswa
lain dan guru mengomentari
puisi tersebut; dan
Merevisi puisi.
Penutup
10.
11.
Menyuruh siswa
mengumpulkan puisi yang
sudah di revisi;dan
Menutup pelajaran dan
mengucapkan salam.
10.
11.
Mengumpulkan puisi yang
sudah direvisi;dan
Mendengarkan dengan baik
dan membalas salam.
3. Evaluasi dan Observasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam menulis
puisi. Evaluasi ini berupa tes penugasan yang diberikan kepada masing-
masing siswa setelah tindakan selesai dilakukan. Dengan adanya hasil tes
tersebut peneliti dapat melakukan refleksi dan menarik kesimpulan untuk
-
43
merencanakan aktifitas selanjutnya guna melakukan tindakan pada siklus
berikutnya.
Observasi yang dilakukan penulis adalah pengamatan secara langsung
pada saat berlangsungnya kegiatan proses belajar mengajar di kelas.
Observasi dilaksanakan untuk mendapatkan data yang akurat mengenai
pelaksanaan tindakan dan menjadi pedoman untuk melakukan tindakan
selanjutnya. Dalam melakukan observasi ini, penulis duduk di belakang
mencatat semua kejadiaan, baik yang dilakukan oleh guru maupun yang
dilakukan oleh siswa yang bersangkutan di dalam kelas saat mengikuti proses
belajar mengajar.
4. Refleksi
Refleksi ini dilakukan setelah akhir siklus. Acuan dalam pelaksanaan
refleksi ini adalah hasil observasi dan evaluasi. Refleksi bertujuan untuk
memformalisasikan kekuatan-kekuatan yang ditemukan, kelemahan-
kelemahan dan hambatan-hambatan yang mengganjal upaya dalam
pencapaian tujuan secara optimal dan respon siswa. Hasil refleksi digunakan
untuk menyempurnakan tindakan penelitian pada siklus berikutnya. Jika hasil
yang diinginkan dalam penelitian ini sudah tercapai, pelaksanaan tindakan
akan dihentikn.
3.6 Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan suatu kegiatan yang dilakukan penulis
setelah mengumpulkan data. Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis dan deskriptif kuantitatif, yaitu menyusun
data secara sistematis dari yang besar ke yang kecil atau sebaliknya untuk
-
44
ditarik suatu simpulan. Teknik deskriptif kuantitatif adalah suatu teknik
yang menggunakan paparan sederhana yang berkaitan dengan angka.
Data hasil observasi berupa aktifitas siswa dalam pembelajaran,
data siswa guru dan situasi kelas.Pengelolahan seluruh data yang
diperoleh dilakukan setelah tindakan selesai silaksanakan.
Selanjutnya untuk memperoleh atau mencari nilai rata-rata
digunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
= Rata-rata skor
= Jumlah skor standar
= Jumlah individu
(Nurkancana, 1981:
152).
-
45
BAB IV
PENYAJIAN HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian
Untuk mendapatkan hasil penelitian, penulis telah melaksanakan
penelitian tindakan kelas sesuai dengan tahapan-tahapan dan prosedur
yang sudah ditetapkan sebelumnya. Dari pelaksanaan pene litian ini
diperoleh data tentang peningkatan kemampuan menulis puisi melalui
model pembelajaran kontekstual dengan inspirator Gambar Peristiwa pada
siswa kelas VII A SMP Albanna Denpasar dan langkah-langkah yang
sesuai dalam pembelajaran melalui metode kontekstual. Data yang
diperoleh selama pelaksanaan penelitian tindakan kelas berupa hasil
evaluasi dan data tes peningkatan kemampuan menulis puisi.
Untuk memperoleh jawaban dari masalah yang dirumuskan, penulis
memerlukan tiga siklus pembelajaran. Pembelajaran pada siklus I yaitu
tentang peningkatan kemampuan menulis puisi dengan inspirator Gambar
Peristiwa, sedangkan pelaksanaan siklus II hampir sama dengan siklus I
tetapi di siklus II ini ditekankan untuk p