Skripsi Lala Juliantari (1)

69
UJI DAYA ANTELMINTIK EKSTRAK ETANOL BAWANG MERAH (Allium ascalonicum Linn.) TERHADAP CACING GELANG AYAM (Ascaridia galli Schrank.) SECARA IN VITRO DAN SUMBANGANNYA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA Skripsi oleh Lala Juliantari Nomor Induk Mahasiswa 06081009037 Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Transcript of Skripsi Lala Juliantari (1)

Page 1: Skripsi Lala Juliantari (1)

UJI DAYA ANTELMINTIK EKSTRAK ETANOL BAWANG MERAH (Allium ascalonicum Linn.) TERHADAP CACING GELANG AYAM (Ascaridia galli Schrank.) SECARA IN VITRO DAN SUMBANGANNYA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA

Skripsi oleh

Lala Juliantari

Nomor Induk Mahasiswa 06081009037

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDERALAYA

2012

Page 2: Skripsi Lala Juliantari (1)

ii

UJI DAYA ANTELMINTIK EKSTRAK ETANOL BAWANG MERAH (Allium ascalonicum Linn.) TERHADAP CACING GELANG AYAM (Ascaridia galli Schrank.) SECARA IN VITRO DAN SUMBANGANNYA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA

Skripsi oleh

Lala Juliantari

Nomor Induk Mahasiswa 06081009037

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Disetujui oleh

Pembimbing 1, Pembimbing 2,

Drs. Khoiron Nazip, M. Si. Mgs. M. Tibrani, S.Pd., M.Si.NIP. 196404231991021001 NIP. 197904132003121001

DisahkanKetua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Dr. Hartono, M.A.NIP. 196710171993011001

ii

Page 3: Skripsi Lala Juliantari (1)

iii

Telah diujikan dan lulus pada :

Hari : Rabu

Tanggal : 24 Oktober 2012

TIM PENGUJI

1. Ketua : Drs. Khoiron Nazip, M.Si. _______________________

2. Sekretaris : Mgs. M. Tibrani, S.Pd., M.Si. _______________________

3. Anggota : Dra. Lucia Maria Santoso, M.Si. _______________________

4. Anggota : Dra. Siti Huzaifah, M.Sc. Ed. _______________________

5. Anggota : Drs. Endang Dayat, M.Si. _______________________

Inderalaya, 31 Oktober 2012 Diketahui oleh

Ketua Program Studi Pendidikan Biologi,

Drs. Kodri Madang, M.Si.

iii

Page 4: Skripsi Lala Juliantari (1)

iv

NIP. 196901281993031003PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Lala Juliantari

NIM : 06081009037

Program Studi : Pendidikan Biologi

dengan ini saya nyatakan bahwa skripsi dengan judul “Uji Daya Antelmintik Ekstrak

Etanol Bawang Merah (Allium ascalonicum Linn.) terhadap Cacing Gelang Ayam

(Ascaridia galli Schrank.) Secara In vitro dan Sumbangannya pada Pembelajaran

Biologi di SMA” ini seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya

tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara yang tidak sesuai dengan

etika keilmuan yang berlaku sesuai dengan Peraturan Pemerintah Menteri pendidikan

Nasional Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2010 tentang Pencegahan dan

Penanggulangan Plagiat di Perguruan Tinggi. Atas pernyataan ini, saya siap

menanggung sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan

adanya pelanggaran dan atau pengaduan dari pihak lain terhadap keaslian karya ini.

Inderalaya, Oktober 2012 Yang membuat pernyataan,

Lala JuliantariNIM. 06081009037

iv

Page 5: Skripsi Lala Juliantari (1)

v

PERSEMBAHAN DAN MOTTO

Dengan rasa syukur atas karunia dan rahmat yang diberikan Allah

SWT ku persembahkan hasil karyaku kepada :

Bapak, Ibu dan Mbah tercinta yang senantiasa selalu mendoakan dan selalu menantikan keberhasilanku,

Kakak dan adik tersayang M. Yudhistandri dan Theo Tandriano yang selalu memberikan bantuan sehingga penelitian skripsi ini berjalan dengan lancar.

Anggrian Luckas Ebrianto♥, Dwi, Juita, Liana, Ina, Tiwi, Irma, Rima, Resi, Jengek, KL, yang turut mendukung dan mendoakan sehingga terselesainya skripsi ini,

Teman-teman seperjuangan Biologi 2008 yang selalu kompak dan senantiasa mendukungku,

Almamaterku yang ku banggakan.

Motto

Hidup hari ini menentukan hidup yang akan datang, jadi berusahalah!

v

Page 6: Skripsi Lala Juliantari (1)

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karuniaNya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana (S1) pada Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sriwijaya.

Dengan selesainya penulisan skripsi ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Drs. Khoiron Nazip, M.Si. sebagai pembimbing satu dan Mgs. M. Tibrani, S.Pd., M.Si. sebagai pembimbing dua. Terima kasih juga kepada Drs. M. Djunaidi Warhan, M.Pd dan Dr. Rahmi Susanti, M.Si. sebagai dosen pembimbing akademik selama menempuh pendidikan di Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Sriwijaya.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Prof. Drs. Tatang Suhery, M.A., Ph.D., Dekan FKIP Unsri, dan Dr. Hartono, M.A. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA serta kepada Drs. Kodri Madang, M.Si. Ketua Program Studi Pendidikan Biologi yang telah memberikan kemudahan dalam pengurusan administrasi penulisan skripsi ini.

Ucapan terimakasih juga ditujukan kepada dosen penguji yang telah memberikan sejumlah saran untuk perbaikan skripsi ini. Terima kasih juga kepada seluruh dosen Program Studi Biologi yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan selama mengikuti perkuliahan.

Selanjutnya penulis menyampaikan terima kasih kepada Pak Taswin yang telah membantu penelitian untuk skripsi ini. Kepada seluruh orang yang terlibat dalam penulisan skripsi ini yang tidak mungkin dituliskan satu persatu. Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian semua. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan dunia pendidikan.

Inderalaya, Oktober 2012

Penulis

vi

Page 7: Skripsi Lala Juliantari (1)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................... ii

HALAMAN PENGUJI........................................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN................................................................................ iv

HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................. v

UCAPAN TERIMA KASIH................................................................................... vi

DAFTAR ISI........................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................... xi

ABSTRAK ............................................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 4

1.3 Batasan Masalah........................................................................................ 5

1.4 Hipotesis.................................................................................................... 5

1.5 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5

1.6 Manfaat Penelitian..................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 7

2.1 Ascaridia galii Schrank............................................................................ 7

2.2 Antelmintik.............................................................................................. 8

2.3 Allium ascalonicum Linn. ....................................................................... 10

2.4 Konsentrasi Letal 50 (KL50)..................................................................... 11

BAB III METODE PENELITIAN..................................................................... 13

vii

Page 8: Skripsi Lala Juliantari (1)

viii

3.1 Waktu dan Tempat................................................................................... 13

3.2 Metode Penelitian..................................................................................... 13

3.3 Alat dan Bahan.......................................................................................... 13

3.4 Tahapan Penelitian................................................................................... 13

3.5 Persiapan Penelitian.................................................................................. 14

3.5.1 Ekstraksi Bawang Merah............................................................. 14

3.5.2 Koleksi Ascaridia galli................................................................ 15

3.6 Uji Antelmintik......................................................................................... 16

3.7 Definisi Operasional................................................................................. 16

3.8 Analisis Data............................................................................................. 16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 18

4.1 Hasil.......................................................................................................... 18

4.1.1 Mortalitas Ascaridia galli................................................................... 18

4.1.2 KL50 Ekstrak Etanol Bawang Merah................................................... 20

4.2 Pembahasan.............................................................................................. 21

4.2.1 Sumbangan Hasil Penelitian.............................................................. 25

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................... 28

5.1 Kesimpulan............................................................................................. 28

5.2 Saran....................................................................................................... 28

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 29

LAMPIRAN-LAMPIRAN................................................................................... 34

viii

Page 9: Skripsi Lala Juliantari (1)

ix

DAFTAR TABEL

TABEL Halaman

2.1. Klasifikasi toksisitas menurut Lu................................................................... 12

4.1. Persentase mortalitas A.galli setelah diberi ekstrak etanol bawang merah.... 18

4.2. Rekapitulasi Analisis Sidik Ragam Mortalitas A.galli.................................. 19

4.3. Rekapitulasi pengaruh ekstrak etanol bawang merah terhadap A.galli

berdasarkan BJND......................................................................................... 20

4.4 Hasil analisis probit untuk menentukan KL50 ekstrak bawang merah........... 20

ix

Page 10: Skripsi Lala Juliantari (1)

x

x

Page 11: Skripsi Lala Juliantari (1)

xi

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR Halaman

2.1. Ascaridia galli Schrank.................................................................................. 7

2.2. Bawang Merah............................................................................................... 11

3.1. Proses Ekstraksi Bawang Merah.................................................................... 14

3.2. Proses Koleksi Ascaridia galli....................................................................... 15

4.1. Grafik Mortalitas A.galli setelah diberi ekstrak etanol bawang merah. ........ 18

xi

Page 12: Skripsi Lala Juliantari (1)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN Halaman

1. Silabus SMA Kelas X Semester 2..................................................................... 35

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran................................................................. 37

3. Lembar Kerja Siswa ......................................................................................... 45

4. Lembar Validasi RPP dan LKS......................................................................... 58

5. Persentase rata-rata mortalitas Ascaridia galli setelah diberi ekstrak etanol

bawang merah dengan lima tingkatan konsentrasi........................................... 62

6. Perhitungan analisis variansi interaksi ekstrak dan konsentrasi terhadap mortalitas

Ascaridia galli................................................................................................... 62

7. Uji Beda Jarak Nyata Duncan........................................................................... 63

8. Analisis probit untuk menentukan konsentrasi letal 50% (KL50)..................... 63

9. Persamaan Regresi Linier (KL50)...................................................................... 63

10. Klasifikasi Toksisitas Ekstrak Etanol Bawang Merah terhadap A.galli........... 64

11. Dokumentasi penelitian.................................................................................... 65

12. Usul Judul Skripsi............................................................................................. 66

13. Surat Keputusan Tentang Penunjukkan Dosen Pembimbing........................... 67

14. Surat izin evaporasi........................................................................................... 68

15. Surat Keterangan Bebas Pinjaman Alat............................................................ 69

16. Kartu Bimbingan Skripsi.................................................................................. 70

xii

Page 13: Skripsi Lala Juliantari (1)

xiii

UJI DAYA ANTELMINTIK EKSTRAK ETANOL BAWANG MERAH (Allium ascalonicum Linn.) TERHADAP CACING GELANG AYAM (Ascaridia galli Schrank.) SECARA IN VITRO DAN SUMBANGANNYA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SMA

ABSTRAK

Penelitian tentang uji daya antelmintik ekstrak etanol bawang merah terhadap Ascaridia galli (A.galli) secara in vitro telah dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui potensi ekstrak etanol bawang merah sebagai antelmintik, konsentrasi efektif dan nilai KL50. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari 5 perlakuan dan 4 ulangan. Konsentrasi perlakuan yaitu 0%, 10%, 20%, 30%, 40% dengan waktu perlakuan 20 jam. Hasil perhitungan uji BJND menunjukkan persentase mortalitas cacing paling maksimal yaitu pada konsentrasi 40%. Hasil analisis probit menunjukkan nilai KL50 ekstrak etanol bawang merah adalah 22,65% dan termasuk kategori toksik. Secara keseluruhan hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol bawang merah berpotensi sebagai antelmintik terhadap A.galli. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif contoh kontekstual materi pelajaran Biologi Kelas X semester 2 khususnya pada materi pokok peranan Plantae bagi kelangsungan hidup di bumi dengan Kompetensi Dasar 3.3 yaitu mendeskripsikan ciri-ciri Divisio dalam dunia tumbuhan dan peranannya bagi kelangsungan hidup di bumi.

Kata kunci : antelmintik, ekstrak bawang merah, Ascaridia galli.

Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNSRI

Nama : Lala Juliantari

Nomor Induk Mahasiswa : 06081009037

Dosen Pembimbing : 1. Drs. Khoiron Nazip, M.Si.

2. Mgs. M. Tibrani, S.Pd., M.Si.

xiii

Page 14: Skripsi Lala Juliantari (1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ascariasis merupakan infeksi parasit (cacing) dalam usus organisme yang

disebabkan oleh Ascaris spp. Infeksi ini merugikan hospesnya karena sari makanan

dalam lumen usus hospes diambil, selain itu juga dapat menyebabkan diare, turunnya

daya tahan tubuh, terhambatnya tumbuh kembang, kurang gizi dan zat besi yang

mengakibatkan anemia (Depkes, 2006:35). Ascariasis merupakan masalah kesehatan

yang perlu penanganan serius terutama untuk daerah tropis seperti Indonesia karena

cukup banyak penduduk yang menderita Ascariasis.

Cukup banyaknya penderita Ascariasis pada daerah tropis dikarenakan tingkat

kelembaban yang tinggi dapat memberi kondisi mendukung bagi ketahanan telur

cacing, hidup larva dan telur infektif di alam (Beriajaya, dkk., 2007:194). Selain itu

kondisi sanitasi yang buruk dan beberapa kebiasaan terkait kebudayan masyarakat

ikut mempengaruhi meningkatnya perkembangan cacing di daerah tropis. Menurut

Cook (2003:145) prevalensi Ascariasis di negara tropis sekitar 70% menyerang

manusia terutama anak-anak.

Ascariasis pada manusia disebabkan oleh cacing gelang Ascaris lumbricoides.

Pada kasus berat penyakit ini dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan

perkembangan anak, cacing bisa bermigrasi hingga ke saluran empedu, otak, tuba

eustachii, appendiks atau bronchus dan juga dapat menyumbat usus bila terdapat

dalam jumlah banyak (Rusmartini, 2009:76). Ascariasis pada manusia diobati dengan

obat cacing yang mengandung pirantel pamoat, mabendazol atau piperazin relatif

kurang aman untuk penderita gangguan hati, ginjal, balita dan ibu hamil karena

menyebabkan teratogenik (Depkes, 2006:38). Ascariasis tidak hanya menyerang

manusia tetapi juga hewan-hewan ternak yang merupakan sumber makanan bagi

manusia, salah satunya adalah ayam.

1

Page 15: Skripsi Lala Juliantari (1)

2

Ascariasis pada ayam disebabkan oleh Ascaridia galli Schrank. (A.galli).

Pertumbuhan ayam lokal yang terinfeksi A.galli menjadi turun hingga 38% sehingga

menghasilkan bobot badan yang rendah dan menyebabkan kerugian ekonomi yang

besar (Tabbu, 2002 dikutip Suharti, dkk., 2010:108). Pengobatan Ascariasis pada

ayam dilakukan dengan pemberian piperazin. Namun, berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Chusniati, dkk (2008:34) pemberian piperazin secara in vivo pada

ayam yang terinfeksi A.galli menyebabkan degenerasi pada sel hati. Selain itu,

penggunaan obat sintetis dalam waktu lama dapat menimbulkan resistensi cacing

serta adanya kekhawatiran residu pada produk ternak (Suharti, dkk., 2010:108).

Sebagai pengobatan alternatif, Ascariasis dapat diobati dengan menggunakan

tanaman obat.

Definisi tanaman obat menurut SK Menkes No.149/SK/Menkes/IV/1978 adalah

tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan obat tradisional atau

jamu; tanaman atau bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan baku obat;

tanaman atau bagian tanaman yang diekstraksi dan ekstrak tanaman tersebut

digunakan sebagai obat. Penggunaan tanaman sebagai obat sangat berkaitan dengan

kandungan kimia yang terdapat dalam tumbuhan tersebut terutama senyawa bioaktif.

Salah satu tanaman obat yang dikenal masyarakat mempunyai daya antelmintik

adalah bawang merah (Allium ascalonicum Linn).

Bawang merah dikenal sebagai tanaman yang menjadi bumbu masakan di

Indonesia. Bawang merah adalah tanaman umbi lapis dari suku Liliaceae yang hidup

di daerah tropis dan diperkirakan berasal dari Asia Tengah (Wibowo, 2007:85).

Bawang merah mengandung senyawa alkaloid, polifenol, flavonoid, steroid,

triterpenoid, kuinon, fenol (Soebagio, dkk., 2007:8). Selain itu pada bawang merah

terdapat allin dan allicin (sulfur organik) (Rahayu dan Nur, 2004:20). Bawang merah

telah digunakan sebagai obat sejak lebih dari 5000 tahun yang lalu (Wibowo,

2007:85). Bawang merah dapat digunakan sebagai obat demam, perut kembung,

batuk, hipertensi, penurun kolesterol, disentri dan cacingan (antelmintik) termasuk

2

Page 16: Skripsi Lala Juliantari (1)

3

Ascariasis (Jaelani, 2011:39). Terkait potensi sebagai antelmintik, pernah dilakukan

beberapa penelitian mengenai aktivitas antelmintik pada bawang merah.

Penelitian mengenai filtrat bawang merah secara in vitro terhadap Fasciola

hepatica menunjukkan hasil yang signifikan terhadap mortalitas cacing tersebut

(Widjayanti, 2008:1). Selain itu pada penelitian secara in vivo yang menggunakan

campuran ekstrak bawang merah dan kelapa terbukti efektif menurunkan jumlah

cacing usus dan meningkatkan berat badan domba (Mehlhorn, dkk., 2010:1041).

Begitu juga pada penelitian yang dilakukan secara in vivo dan in vitro dengan

menggunakan ekstrak bawang merah dan kelapa dengan perbandingan 1:1 efektif

menurunkan jumlah cacing Taenia Muris pada tikus (Klimpel, dkk., 2010:1047).

Walaupun ada informasi yang menyebutkan bawang merah mempunyai potensi

sebagai antelmintik terhadap ascaris, tetapi belum ditemukan publikasi penelitian

mengenai aktivitas antelmintik terhadap Ascaris.

Berdasarkan hasil penelitian Widjayanti (2008:1), Mehlhorn, dkk. (2010:1041)

dan Klimpel, dkk. (2010:1047), ekstrak bawang merah juga diduga akan aktif bersifat

antelmintik terhadap ascaris. Dengan tujuan untuk membuktikan potensi ekstrak

bawang merah tersebut maka dilakukan penelitian tentang uji daya antelmintik

ekstrak etanol bawang merah (Allium ascalonicum Linn.) terhadap cacing gelang

ayam (Ascaridia galli Schrank.) secara in vitro. Potensi bawang merah sebagai

antelmintik juga dapat diketahui melalui tingkat toksisitasnya.

Tingkat toksisitas dapat diketahui melalui pengujian toksisitas. Salah satu

pengujian toksisitas adalah Konsentrasi Letal 50 (KL50). KL50 adalah konsentrasi yang

menyebabkan kematian pada 50% binatang percobaan. Pengujian KL50 merupakan

tahap awal untuk mengetahui tingkat toksisitas suatu ekstrak terhadap hewan uji

dengan suatu standar klasifikasi toksisitas. Pada penelitian ini, KL50 merupakan

konsentrasi ekstrak etanol bawang merah yang dapat mematikan 50% A.galli. Setelah

diketahui konsentrasi efektif dan tingkat toksisitas (KL50) maka diperoleh data dan

informasi potensi bawang merah sebagai tanaman antelmintik.

3

Page 17: Skripsi Lala Juliantari (1)

4

Informasi potensi bawang merah ini dapat digunakan sebagai alternatif contoh

pada pelajaran biologi kelas X SMA. Dalam kurikulum SMA siswa dituntut untuk

mampu mengkomunikasikan pemanfaatan sumber daya alam. Hal ini tercantum

dalam kompetensi dasar 3.3 Mendeskripsikan ciri-ciri Divisio dalam dunia tumbuhan

dan peranannya bagi kelangsungan hidup di bumi. Pada pembelajarannya

memerlukan contoh tumbuhan yang dekat dengan keseharian siswa agar lebih mudah

dipahami. Salah satu tanaman yang dekat dengan keseharian siswa adalah bawang

merah. Bawang merah yang secara umum dikenal siswa sebagai bumbu masakan juga

memiliki potensi lain sebagai obat misalnya sebagai antelmintik alami. Bawang

merah yang telah dikenal dan terdapat di sekitar siswa diharapkan dapat menjadi

contoh yang kontekstual untuk mendeskripsikan peranan tumbuhan dalam kehidupan

sehingga siswa lebih memahami materi pelajaran dan mampu mencapai kompetensi

dasar yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu, informasi potensi bawang merah ini akan

disumbangkan pada pembelajaran biologi di SMA, khususnya pada materi yang

memerlukan penggunaan contoh tumbuhan yang kontekstual yaitu Standar

Kompetensi 3. Memahami manfaat keanekaragaman hayati, Kompetensi Dasar 3.3

Mendeskripsikan ciri-ciri Divisio dalam dunia tumbuhan dan peranannya bagi

kelangsungan hidup di bumi.

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang dirumuskan pada penelitian ini adalah:

1. Apakah ekstrak etanol bawang merah (Allium ascalonicum Linn.) mempunyai

daya antelmintik yang signifikan terhadap cacing gelang (Ascaridia galli

Schrank.) secara in vitro?

2. Berapa konsentrasi efektif dari ekstrak etanol bawang merah (Allium

ascalonicum Linn.) dalam mematikan cacing gelang (Ascaridia galli

Schrank.)?

3. Berapa nilai KL50 ekstrak etanol bawang merah (Allium ascalonicum Linn.)

dalam mematikan cacing gelang (Ascaridia galli Schrank.)?

4

Page 18: Skripsi Lala Juliantari (1)

5

1.3 Batasan masalah

Masalah yang diteliti dibatasi pada:

1. Tanaman bawang merah (Allium ascalonicum Linn.) yang digunakan adalah

bagian umbi yang keras dan tidak terdapat kerusakan.

2. Cacing yang digunakan adalah Ascaridia galli Schrank. yang diperoleh dari

lumen usus halus ayam pedaging.

3. Parameter daya antelmintik yang digunakan adalah jumlah cacing yang letal

terhadap konsentrasi yang digunakan.

1.4 Hipotesis

H0: 1. Ekstrak etanol bawang merah (Allium ascalonicum Linn.) tidak memiliki efek

antelmintik yang signifikan terhadap cacing gelang ayam (Ascaridia galli

Schrank.).

2. Pada konsentrasi tertentu ekstrak etanol bawang merah (Allium ascalonicum

Linn.) tidak efektif mematikan cacing gelang ayam (Ascaridia galli Schrank.).

H1: 1. Ekstrak etanol bawang merah (Allium ascalonicum Linn.) memiliki efek

antelmintik yang signifikan terhadap cacing gelang ayam (Ascaridia galli

Schrank.).

2. Pada konsentrasi tertentu ekstrak etanol bawang merah (Allium ascalonicum

Linn.) efektif mematikan cacing gelang ayam (Ascaridia galli Schrank.).

1.5 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui potensi ekstrak etanol bawang merah (Allium ascalonicum Linn.)

sebagai antelmintik terhadap cacing gelang ayam (Ascaridia galli Schrank.).

2. Mengetahui pada konsentrasi berapakah ekstrak etanol bawang merah (Allium

ascalonicum Linn.) paling efektif dalam mematikan cacing gelang ayam

(Ascaridia galli Schrank.).

5

Page 19: Skripsi Lala Juliantari (1)

6

3. Mengetahui nilai KL50 ekstrak etanol bawang merah (Allium ascalonicum

Linn.) dalam mematikan cacing gelang ayam (Ascaridia galli Schrank.).

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai:

1. Informasi awal tentang potensi ekstrak etanol bawang merah (Allium

ascalonicum Linn.) sebagai antelmintik.

2. Alternatif contoh tanaman berpotensi dalam pembelajaran biologi di SMA

kelas X semester 2 pada kurikulum satuan tingkat pendidikan yang

berhubungan dengan kompetensi dasar 3.3 Mendeskripsikan ciri-ciri Divisio

dalam dunia tumbuhan dan peranannya bagi kelangsungan hidup bumi.

6

Page 20: Skripsi Lala Juliantari (1)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Ascaridia Galli Schrank.

Ascaridia galli pertama kali dilaporkan pada tahun 1788 oleh Schrank dan

diidentifikasi termasuk kedalam kelas Nematoda, sub-kelas Secernentea, bangsa

Ascaridida, suku Ascaridiidae, marga Ascaridia, jenis Ascaridia galli (Soulsby, 1982

dikutip Athaillah, 1999:4). A.galli merupakan salah satu parasit yang hidup di dalam

lumen usus halus (Khwaja dkk., 1993 dikutip Dwipayanti, 2008:7). A.galli paling

banyak dijumpai pada perternakan ayam terutama ayam buras karena pemeliharan

jenis ayam ini kebanyakan secara tradisional (Akoso, 1993:119). A.galli disebut juga

cacing gilik karena bentuk tubuhnya yang silindris.

Tubuh silindris A.galli memiliki dinding tebal dan berwarna putih kekuning-

kuningan (Athaillah, 1999:4). Mulut terdiri dari tiga bibir, satu dorsal dan dua

lateroventral (Soulsby, 1982 dikutip Athaillah, 1999:4). A.galli jantan memiliki

panjang antara 50 - 76 mm dan memiliki preanal sucker yang berbentuk melingkar

dengan dinding kitin, ekor jantan melengkung dan memiliki 10 pasang papilla (Flynn,

2007:214). Sedangkan A.galli betina memiliki panjang antara 60 – 116 mm dan

memiliki vulva dipertengahan tubuhnya (Flynn, 2007:214).

Gambar 2.1. Ascaridia galliSumber: Dokumen pribadi

Daur hidup A. galli pada ayam berlangsung selama 35 hari. Telur cacing akan

keluar lewat tinja ayam dan menjadi infektif dalam waktu 5 hari. Kemudian sewaktu

7

Page 21: Skripsi Lala Juliantari (1)

8

ayam makan, telur infektif ini tertelan dan kemudian menetas di dalam perutnya.

Larva cacing melewati usus dan pindah ke selaput lendir. Periode perpindahan

mungkin terjadi antara 10-17 hari dalam perkembangannya. Dalam waktu 35 hari

cacing akan menjadi dewasa dan meninggalkan selaput lendir dan tinggal di dalam

lumen usus (Akoso, 1993:120).

Seekor A.galli diduga dapat menurunkan berat badan ayam sebanyak 1,5 gram

(Pesti dan Reid, 1982 dikutip Athaillah, 1999:6). Infeksi A.galli dapat diobati dengan

tanaman obat maupun obat sintetik yang mempunyai daya anticacing atau

antelmintika.

2.2 Antelmintika

Antelmintika atau antelmintik atau obat cacing adalah obat yang dapat

memusnahkan cacing dalam tubuh manusia dan hewan. Istilah antelmintik juga

berlaku bagi semua zat yang bekerja lokal menghalau cacing dari saluran cerna

maupun obat sistemik yang membasmi cacing serta larvanya yang menghinggapi

organ maupun jaringan tubuh (Tjay dan Kirana, 2007:196). Antelmintik mempunyai

beragam cara kerja untuk membasmi cacing pada hospesnya.

Berdasarkan cara kerjanya maka antelmintik dibagi dalam 5 kelompok (Permin

dan Hansen 1998 dikutip Beriajaya, 2007:197-198):

- Menghambat fungsi mikrotubuli: demgam terhambatnya fungsi mikrotubuli maka

fungsi seluler cacing rusak dan mati. Antelmintik kelompok ini adalah

albendazole, thiabendazole, fenbendazole, parbendazole, flubendazole, febantel

dan thiophanat.

- Neuromuscular acting compounds: Antelmintik ini bekerja pada reseptor

asetinkolin di dalam sistem syaraf cacing menyebabkan depolarisasi yang

persisten pada sel otot dan sebagai akibatnya terjadi kelumpuhan pada cacing

sehingga mudah dikeluarkan dari usus oleh gerakan peristaltik. Antelmintik

kelompok ini adalah levamisol, pirantel dan morantel.

8

Page 22: Skripsi Lala Juliantari (1)

9

- GABA acting compounds: Antelmintik ini bekerja pada sistem syaraf yang

menyebabkan syaraf presinap dirangsang untuk melepas Gama Amino Butyric

Acid (GABA). Sebagai akibatnya cacing menjadi lumpuh dan lemah sehingga

dapat dikeluarkan dari usus oleh peristaltik. Antelmintik kelompok ini adalah

piperazin, avermectin (ivermectin, doramectin, moxidectin).

- Melekat pada protein plasma: Antelmintik ini setelah diserap mudah melekat pada

protein plasma sehingga dapat digunakan untuk membunuh cacing penghisap

darah. Antelmintik kelompok ini adalah salisilanid dan senyawa nitrofenol:

klosantel, niklosamid, disofenol, bromsalan.

- Inhibitor asetil kolin esterase: Antelmintik ini mengandung organofosfat seperti

diklorvos dan neguvon.

Antelmintik dalam kelompok 4 dan 5 sangat terbatas penggunaannya karena

mempunyai spectrum yang sempit. Beberapa jenis antelmintika yang sering dipakai

diantaranya adalah, Hygromycin B, Fenbendazol, Levamisol, Albendazol, Pirantel

Pamoat dan Piperazine.

Pirantel pamoat dan piperazin merupakan antelmintik yang sering digunakan

untuk mengobati infeksi nematoda khususnya ascaris, obat ini bekerja dengan

membuat cacing paralis. Walaupun sama-sama berguna untuk mengobati Ascariasis,

namun pirantel pamoat dan piperazin tidak boleh digunakan bersamaan karena

menimbulkan efek antagonistik (Theodorus, 2004:209). Selain berupa obat sintetik,

antelmintika dapat berupa tanaman obat yang mengandung senyawa bioaktif yang

dapat berperan sebagai anticacing.

Beberapa senyawa bioaktif pada tanaman yang dapat digunakan untuk

membasmi cacing adalah thymoquinone yang mematikan cacing dengan cara

menurunkan aktivitas enzim antioksidan dan aktivitas glikolisis sehingga sumber

energi pada cacing habis (Azza, dkk., 2005 dikutip Mahmudah, 2010:50). Selain itu

senyawa biokimia yang diduga memiliki daya antelmintik adalah saponin. Saponin

dapat menyebabkan iritasi pada selaput lendir cacing sehingga mengganggu proses

penyerapan nutrient pada usus cacing (Suharti, dkk., 2010:111). Selain thymoquinone

9

Page 23: Skripsi Lala Juliantari (1)

10

dan saponin, senyawa allicin juga diduga memiliki daya antelmintik dengan cara

menghambat terbentuknya ATP pada cacing (Siswandono dan Bambang, 1995;

Murray, dkk., 1999 dikutip Yulianti, 2006:13). Senyawa allicin terdapat pada bawang

putih, bawang bombai dan bawang merah.

2.3 Allium ascalonicum Linn.

Bawang merah (Allium ascalonicum Linn.) adalah tanaman semusim (berumur

pendek) dan berbentuk rumpun. Bawang merah diduga berasal dari Asia tengah yaitu

di sekitar India, Pakistan sampai Palestina (Wibowo, 2007:85). Bawang merah

merupakan tanaman rempah yang sejak sekitar 5000 tahun lalu telah digunakan

sebagai bumbu dalam masakan dan obat (Wibowo, 2007:85). Bawang merah

termasuk dalam keluarga Liliaceae.

Tanaman dari keluarga Liliaceae mempunyai ciri berumbi lapis, berakar serabut,

dan bentuk daun silindris. Tinggi tanaman bawang merah bekisar antara 15-25 cm,

berbatang semu, berakar serabut pendek dengan perakaran yang dangkal. Daunnya

berwarna hijau, berbentuk bulat, memanjang seperti pipa, dan bagian ujungnya

meruncing (Samadi dan Bambang, 2005:15). Bunganya majemuk berbentuk tandan

dengan 50-200 kuntum, bertangkai panjang dan letaknya terminal (Wibowo,

2007:91). Ukuran umbi bawang merah dapat digolongkan menjadi tiga kelas yaitu

umbi ukuran besar (diamater > 1,8 cm atau > 10 gram), umbi ukuran sedang

(diameter  1,5 – 1,8 cm atau 5 – 10 gram) dan umbi ukuran kecil (diameter < 1,5 cm

atau < 5 gram) (BPP Plemahan, 2011:2-3). Bagian umbi merupakan bagian yang

paling banyak dimanfaatkan sebagai bumbu masakan maupun sebagai obat karena

kandungan senyawa kimianya.

Kandungan senyawa kimia dalam umbi bawang merah adalah alkaloid, polifenol,

flavonoid, steroid, triterpenoid, kuinon, fenol (Soebagio, dkk., 2007:8). Bawang

merah mengandung flavonoid cukup tinggi, terutama dalam bentuk quercetin

(Slimestad, dkk., 2007:67). Selain itu pada bawang merah juga mengandung asam

amino yang disebut allin. Karena pengaruh enzim allinase, allin dapat berubah

10

Page 24: Skripsi Lala Juliantari (1)

11

menjadi zat yang mengandung belerang yang disebut allicin. Allicin dan vitamin B1

(thiamin) dapat membentuk ikatan kimia yang disebut allithiamin yang akan lebih

mudah diserap oleh tubuh (Rahayu dan Nur, 2004:21). Selain berfungsi untuk

membentuk ikatan allithiamin, allin dan juga allicin diduga memilki daya antelmintik

(Jaelani, 2007:39).

Daya antelmintik pada allicin diperkirakan karena didalam allicin terkandung

squiterpene (suatu enzim sulfhdril yang dapat menembus tubuh cacing). Squiterpene

atau enzim sulfhdril mempunyai kemampuan kuat berikatan secara kovalen dengan

enzim fosfofruktokinase dari sel (cacing). Enzim fosfofruktokinase berfungsi

mengkatalis perubahan fruktosa-6-fosfat menjadi fruktosa-1,6-difosfat pada jalur

glikolitik protein dan glukosa, karena berikatan secara kovalen dengan alisin

menyebabkan perubahan fruktosa-6-fosfat tidak terjadi, dan pada akhirnya ATP akan

tidak terbentuk sehingga cacing akan kekurangan tenaga dan akhirnya mati

(Yulianti,2006:13).

Gambar 2.2. Bawang MerahSumber: Dokumen pribadi

2.4 Konsentrasi Letal 50 (KL50)

Paparan suatu zat dan efeknya akan membentuk suatu hubungan korelasi disebut

sebagai hubungan dosis-respon. Hubungan dosis-respon merupakan konsep dasar

dalam toksikologi. Pengertian dosis respon dalam toksikologi adalah proporsi dari

sebuah populasi yang terpapar dengan suatu bahan dan akan mengalami respon

spesifik pada dosis, interval waktu dan pemaparan tertentu (Koeman, 1987 dikutip

11

Page 25: Skripsi Lala Juliantari (1)

12

Hayat, 2010:1). Hasil akhir yang dihasilkan dari toksikologi adalah nilai dosis letal 50

(DL50). Jadi untuk mengetahui tingkat toksisitas suatu senyawa maka perlu diketahui

nilai DL50. Tingkat toksisitas suatu zat di klasifikasikan menjadi beberapa tingkatan.

Klasifikasi tingkat toksisitas (Lu, 1995 dikutip Manggung, 2008:9) dapat dilihat pada

tabel berikut ini.

Tabel 2.1 Klasifikasi toksisitas menurut Lu (1995)

LD50 (mg/kg) Tingkat Toksisitas<5 Super toksik5 – 50 Amat sangat toksik50 – 500 Sangat toksik500 – 5000 Toksik 5000 – 15000 Toksik ringan>15000 Tidak toksik

Suatu variasi dari DL50 adalah Konsentrasi Letal 50 (KL50) (Mukono, 2005:35).

KL50 adalah konsentrasi bahan yang menyebabkan kematian setengah dari populasi

(50%) hewan uji yang digunakan. Parameter ini sering digunakan jika suatu

organisme dipaparkan terhadap konsentrasi bahan tertentu dalam zat cair atau udara

yang dosisnya tidak diketahui. Nilai KL50 tidak konstan, artinya nilainya berbeda

antara spesies yang satu dengan spesies yang lain karena adanya variasi antar spesies.

Nilai KL50 merupakan bentuk statistika yang didesain untuk menggambarkan respon

yang mematikan komponen dalam beberapa populasi dari sebuah percobaan.

12

Page 26: Skripsi Lala Juliantari (1)

13

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2012. Bertempat di

Laboratorium Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi

Pendidikan Biologi Universitas Sriwijaya, Inderalaya, Ogan Ilir.

3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak

Lengkap (RAL). Perlakuan terdiri dari 5 konsentrasi yaitu 0%, 10%, 20%, 30%, 40%

dengan waktu pengamatan 20 jam.

3.3 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan untuk preparasi sample antara lain oven, perajang bawang,

blender, gunting bedah dan pinset. Alat yang digunakan untuk ekstraksi antara lain

kertas saring Whatman, alat-alat gelas, neraca analitik, rotary evaporator. Alat untuk

uji antelmintik antara lain cawan petri, inkubator 37OC, penangas air. Bahan utama

yang digunakan dalam penelitian ini adalah bawang merah (Allium ascalonicum

Linn.). Bahan kimia untuk ekstraksi adalah etanol. Bahan untuk uji antelmintik

A.galli, media liquid Nematode Growth Medium (NGM), NaCl 0,9%, akuades.

3.4 Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian yaitu 1. Persiapan bahan baku sebagai simplisia di

Laboratorium Biologi FKIP UNSRI 2. Ekstraksi bawang merah di Laboratorium

Biologi FKIP dan Laboratorium Operasi Teknik Kimia UNSRI 3. Uji aktivitas

antelmintik (uji pendahuluan penentuan konsentrasi/ uji tahap 1, uji antelmintik/ uji

tahap 2).

13

Page 27: Skripsi Lala Juliantari (1)

Bawang MerahDikeringkan Simplisia

MaserasiPenyaringan

Evaporasi

Ekstrak

14

3.5 Persiapan Penelitian

3.5.1 Ekstraksi Bawang Merah

Persiapan Bahan baku sebagai simplisia, bahan baku yang dikumpulkan disortasi,

dirajang menjadi ketebalan 1-2 mm, dikeringkan di dalam oven dengan suhu 50°C

(Nur dan Made, 2007:10) dan dihaluskan menjadi simplisia.

Ekstraksi bawang merah. Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode

maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Serbuk bawang merah sebanyak 350 g

direndam dengan etanol selama 24 jam dengan beberapa kali pengadukan.

Selanjutnya filtrat etanol dipisahkan dari residunya dengan cara penyaringan

menggunakan kertas saring Whatman. Residu yang diperoleh kemudian direndam

lagi selama 24 jam (Maserasi berulang). Filtrat ekstrak bawang merah dipekatkan

dengan rotary evaporator dan ditimbang. Ekstrak pekat yang diperoleh digunakan

untuk uji antelmintik.

Gambar 3.1 Proses ekstraksi bawang merah

14

Page 28: Skripsi Lala Juliantari (1)

Saluran pencernaan ayam

Usus halusDirentangkanDibedah

A.galli dikoleksi A.galli dimasukkan dalam NaCl 0,9%

15

3.5.2 Koleksi Ascaridia galli

Ascaridia galli didapatkan dari tempat pemotongan ayam. Ayam dipotong sekitar

pukul 10.00 WIB, pembedahan usus halus dilakukan antara pukul 10.00 – 11.00

WIB. Cacing yang didapatkan segera dimasukkan kedalam NaCl 0,9% kemudian

dipindahkan dalam liquid NGM dalam suhu 37°C untuk diadaptasikan selama 2 jam,

setelah itu diberi perlakuan. Pemilihan sampel dilakukan dengan cara purposive

sampling dengan kriteria Cacing Ascaridia galli dewasa, masih aktif bergerak

(normal), ukuran 5-11 cm, tidak tampak cacat secara anatomi, dengan tidak

dibedakan antara cacing jantan dan betina (Suharti, dkk., 2010:109).

Gambar 3.2 Proses koleksi Ascaridia galli

15

Page 29: Skripsi Lala Juliantari (1)

16

3.6 Uji Antelmintik

Uji aktivitas antelmintik dilakukan dengan memberi perlakuan pada A.galli,

masing-masing 4 cacing dimasukkan dalam ekstrak etanol bawang merah 0%, 10%,

20%, 30% dan 40% (Widjayanti, 2008:1) dan liquid NGM. Kemudian diinkubasi

selama 20 jam dalam inkubator dengan suhu 37°C. Setelah masa inkubasi berakhir

dihitung jumlah cacing yang letal.

3.7 Definisi Operasional

1. Daya AntelmintikKemampuan ekstrak etanol bawang merah dalam mematikan Ascaridia

galli.

2. Letal / MortalitasJumlah cacing yang mati setelah diberi perlakuan pada waktu percobaan

dengan lama perlakuan 20 jam. Cacing dianggap mati apabila tidak ada

respon gerakan saat disentuh dan tetap diam ketika dipindahkan ke dalam air

bersuhu 50°C.

3. KL50 (Konsentrasi Letal 50%)Merupakan konsentrasi zat yang menyebabkan terjadinya kematian 50%

hewan uji yaitu Ascaridia galli setelah diberi perlakuan ekstrak etanol bawang

merah dengan 5 konsentrasi selama 20 jam.

3. 8 Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan ANAVA, dan dilanjutkan dengan Uji Beda

Jarak Duncan untuk mengetahui pengaruh ektrak etanol bawang merah terhadap

Ascaridia galli. Data juga dianalisis dengan menggunakan analisis probit untuk

mendapatkan KL50.

Analisis probit dihitung berdasarkan nilai persentase mortalitas terkoreksi yang

diperoleh dari persentase mortalitas cacing pada Tabel 4.1. Kemudian persentase

mortalitas terkoreksi ditransformasikan berdasarkan tabel Transformation of

16

Page 30: Skripsi Lala Juliantari (1)

17

percentages to probit untuk mendapatkan nilai probit Hasil perhitungan Analisis

probit kemudian digunakan untuk membuat persamaan garis regresi linear. Antilog

dari x hasil persamaan garis regresi linear yang diperoleh melalui analisis probit

merupakan nilai konsetrasi letal 50% (KL50).

17

Page 31: Skripsi Lala Juliantari (1)

18

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Mortalitas Ascaridia galii

Hasil penelitian uji daya antelmintik ekstrak etanol bawang merah (Allium

ascalonicum Linn.) terhadap cacing gelang ayam (Ascaridia galli) selama 20 jam

dengan konsentrasi 0%, 10%, 20%, 30%, 40% menunjukkan bahwa ektrak etanol

bawang merah memiliki pengaruh terhadap mortalitas A.galli. Tabel 4.1

memperlihatkan persentase mortalitas A.galli setelah 20 jam.

Tabel 4.1. Persentase Mortalitas A.galli Setelah diberi Ekstrak Etanol Bawang Merah

Konsentrasi (%)

Pengulangan Rata-rata Cacing Letal

Persentase (%)1 2 3 4

0 0 0 0 0 0 010 1 0 1 1 0,75 18.7520 1 1 1 1 1 2530 3 3 2 2 2,5 62.540 4 4 4 3 3,5 87.5

0 10 20 30 400

102030405060708090

Konsentrasi Ekstrak (%)

Pers

enta

se M

orta

litas

A.g

alli

(%)

Gambar 4.1. Grafik persentase Mortalitas A.galli Setelah diberi Ekstrak Etanol Bawang Merah

18

Page 32: Skripsi Lala Juliantari (1)

19

Tabel 4.1 dan Gambar 4.1 menampilkan data persentase mortalitas A.galli

setelah diberi ekstrak etanol bawang merah dengan konsentrasi 0%, 10%, 20%, 30%,

40%. Gambar 4.1 memperlihatkan persentase mortalitas A.galli meningkat seiring

dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak etanol bawang merah. Persentase

mortalitas tertinggi terdapat pada konsentrasi 40%.

Selanjutnya berdasarkan data mortalitas A.galli, dilakukan analisis sidik ragam

mengenai pengaruh konsentrasi ekstrak etanol bawang terhadap mortalitas A.galli.

Hasil analisis sidik ragam mortalitas A.galli dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Rekapitulasi Analisis Sidik Ragam Mortalitas A.galli yang diberikan Perlakuan Dengan Ekstrak Etanol awang Merah.

SK DB JK KT F HitungF Tabel5% 1%

Perlakuan 4 32.2 8.0543.909** 3.06 4.89

Galat 15 2.75 0.183      Total 19 34.95        

Keterangan: ** sangat nyata

Hasil analisis keragaman pada Tabel 4.2 memperlihatkan bahwa ekstrak etanol

bawang merah berbeda sangat nyata dalam mematikan A.galli. Berdasarkan hasil

perhitungan F hitung > F tabel maka H0 ditolak artinya ektrak bawang merah

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap A.galli dan minimal ada satu konsentrasi

efektif yang berbeda nyata. Oleh karena itu dilakukan uji lanjut dengan uji Beda Jarak

Nyata Duncan (BJND) untuk mengetahui konsetrasi paling efektif dari ekstrak etanol

bawang merah dalam mematikan A.galli. Hasil uji BJND dapat dilihat pada Tabel

4.3.

19

Page 33: Skripsi Lala Juliantari (1)

20

Tabel 4.3. Rekapitulasi pengaruh ekstrak etanol bawang merah terhadap A.galli berdasarkan Beda Jarak Nyata Duncan

Konsentrasi (%)

Rerata Letalitas A.galli

BJND0,05 0,01

0 0 a A10 0,75 b A20 1 b B30 2,5 c C40 3,5 d D

Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata (0,05), dan berbeda tidak sangat nyata (0,01)

Hasil Uji BJND pada Tabel 4.3 memperlihatkan ekstrak etanol bawang merah

berpengaruh sangat nyata terhadap mortalitas A.galli dibandingkan dengan perlakuan

kontrol 0%. Perlakuan yang berbeda sangat nyata dengan kontrol adalah perlakuan

dengan konsentrasi 40%. Maka dapat disimpulkan konsentrasi 40% adalah

konsentrasi efektif ekstrak etanol bawang merah untuk mematikan A.galli. Setelah

digunakan untuk uji sidik ragam dan uji lanjutan BJND data dari Tabel 4.1 akan

digunakan untuk menghitung analisis probit untuk menghitung KL50.

4.1.2 Konsentrasi Letal 50% (KL50) Ekstrak Etanol Bawang Merah

Perhitungan nilai KL50 bertujuan untuk mengetahui nilai toksisitas minimum dari

ekstrak etanol bawang merah terhadap A.galli. Hasil perhitungan nilai KL50 dari

ekstrak etanol bawang merah terhadap A. galli dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Hasil Analisis Probit untuk Menentukan KL50 Ekstrak Etanol Bawang Merah

Persentase kematian (%)Konsentrasi Ekstrak Etanol Bawang

Merah (%)10 1,8230 6,4250 22,6570 79,9790 282,84100 530,79

20

Page 34: Skripsi Lala Juliantari (1)

21

Tabel 4.4 menampilkan hasil perhitungan konsentrasi letal 10% sampai 90%.

Sebagai parameter untuk mengetahui tingkat toksisitas suatu zat maka perlu dicari

nilai KL50. Hasil analisis probit yang didapatkan untuk KL50 ekstrak etanol bawang

merah adalah 22,65%. Dari hasil perhitungan KL50 ini bisa diketahui bahwa dengan

konsentrasi 22,65% ekstrak etanol bawang merah mampu mematikan 50% A. galli

yang menjadi hewan uji.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian uji daya antelmintik ekstrak etanol bawang merah

terhadap Ascaridia galli secara in vitro, konsentrasi ekstrak etanol bawang merah

menunjukkan pengaruh sangat nyata terhadap mortalitas A. galli. Dari hasil uji lanjut

BJND diketahui bahwa pengaruh konsentrasi ekstrak etanol bawang merah pada

perlakuan 10% relatif sama dengan kontrol, jumlah mortalitas rendah. Efek ekstrak

etanol bawang merah berpengaruh secara signifikan terhadap mortalitas A. galli mulai

terlihat pada perlakuan dengan konsentrasi 20 %, 30% dan 40 % (Tabel 4.4). Pada

perlakuan dengan konsentrasi 40%, persentase mortalitas A. galli mencapai 87,5%.

Hal ini sejalan dengan penelitian Klimpel, dkk (2010:1047) yang menyatakan setelah

delapan hari bawang merah dalam bentuk bubuk dapat mengeliminasi hampir

keseluruhan Trichuris muris pada mencit. Pada perlakuan dengan konsentrasi 0%

tidak ada cacing yang mati sampai dengan batas waktu 20 jam. Berdasarkan uji

pendahuluan, A. galli dapat hidup diluar tubuh inangnya dengan pemberian garam

fisiologis 0,9% selama 2 hari, dan bila mediumnya diganti secara berkala maka

cacing dapat bertahan selama 3 sampai 4 hari dengan pengaturan suhu yang sesuai.

Peningkatan konsentrasi perlakuan sampai 40% berpengaruh linier terhadap

peningkatan mortalitas A.galli. Semakin tinggi ekstrak etanol bawang merah semakin

tinggi angka mortalitas cacing. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi

konsentrasi zat antelmintik yang digunakan maka semakin tinggi aktivitas

antelmintiknya sehingga waktu yang diperlukan untuk mematikan cacing juga

21

Page 35: Skripsi Lala Juliantari (1)

22

semakin sedikit. Konsentrasi yang terkecil memerlukan waktu paling lama untuk

dapat mematikan A. galli, sehingga jumlah mortalitas cacing selama perlakuan

sedikit. Menurut Shargel dan Yu (1988 dikutip Sandika,2012:84) reaksi suatu obat

atau zat aktif tergantung dari jumlah partikel dan lamanya waktu pemaparan.

Selain jumlah partikel dan waktu pemaparan, faktor yang mempengaruhi lama

reaksi obat atau zat aktif adalah kemampuannya dalam melewati membran sel

(Shargel & Yu, 1988 dikutip Sandika, 2012:83). Obat atau senyawa kimia yang larut

dalam lemak lebih mudah melewati membran sel dari pada obat atau zat kimia kurang

larut dalam lemak. Beberapa contoh senyawa yang larut dalam lemak adalah

triterpenoid, steroid dan beberapa contoh senyawa yang larut dalam air dan etanol

adalah saponin, tanin, flavonoid, alkaloid.

Flavonoid dan alkaloid merupakan senyawa yang diperkirakan bersifat

antelmintik yang terdapat dalam bawang merah. Namun dikarenakan sifat kedua

senyawa ini yang larut dalam air dan etanol menyebabkan ekstrak etanol bawang

merah memerlukan waktu yang relatif lama untuk dapat mematikan A. galli. Selain

flavonoid dan alkaloid, allin/allicin juga bersifat antelmintik, tetapi allin/allicin

merupakan senyawa yang tidak dapat larut dalam etanol mutlak, oleh karena itu

senyawa allin/allicin diperkirakan tidak terdapat dalam ektrak etanol bawang merah

yang digunakan dalam penelitian ini. Jadi senyawa yang aktif sebagai antelmintik

dalam ekstrak etanol bawang merah yang digunakan dalam penelitian ini adalah

flavonoid dan alkaloid.

Flavonoid merupakan salah satu kelompok fenol terbesar yang ditemukan di

alam. Jenis flavonoid paling penting yang terdapat pada bawang merah adalah

quercetin (Slimestad dkk., 2007:67). Quercetin pada bawang merupakan quercetin

konjugasi yang dapat mempertahankan kestabilannya hingga temperatur diatas

100°C. Proses ekstraksi bawang merah pada penelitian ini menggunakan suhu ±

50°C, jadi senyawa flavonoid pada ekstrak bawang merah diperkirakan tidak rusak

dalam proses ekstraksi sehingga dapat berperan sebagai antelmintik. Flavonoid

22

Page 36: Skripsi Lala Juliantari (1)

23

dikenal sebagai senyawa yang berperan sebagai antioksidan, namun dalam jumlah

yang banyak flavonoid termasuk dalam senyawa yang bersifat racun (aleopati).

Sifat racun pada flavonoid inilah yang diduga menyebabkan kematian pada A.

galli. Adanya flavonoid dalam lingkungan sel menyebabkan gugus hidroksil (OH-)

pada flavonoid berikatan dengan protein integral membran sel melalui ikatan

hidrogen. Hal ini menyebabkan terganggunya transpor aktif Na+ - K+. Transpor aktif

yang terganggu mengakibatkan ketidakseimbangan cairan intraseluler yang akan

menyebabkan hiperosmolaritas intraseluler dan membuat sel membengkak hingga

akhirnya pecah (Scheuer, 1994 dikutip Sanjayasari dan pliliang, 2011:99). Pecahnya

membran sel inilah yang diperkirakan menyebabkan kematian. Kematian pada A.galli

juga diduga karena gangguan pada otot.

Gangguan pada otot ini diawali dengan terjadinya penurunan intensitas gerak

pada cacing karena adanya kelumpuhan otot. Menurut Sandika, dkk. (2012:84),

kelumpuhan otot atau paralisis disebabkan oleh alkaloid. Alkaloid merupakan

senyawa yang salah satu manfaatnya adalah sebagai inhibitor enzim. Kemampuan

alkaloid sebagai inhibitor enzim inilah yang diperkirakan menyebabkan kelumpuhan

otot pada A.galli.

Kelumpuhan otot pada A.galli diperkirakan terjadi karena adanya gangguan oleh

alkaloid pada enzim asetilkolinesterase (Ache). Ache berperan untuk mengkatalisis

hidrolisis asetilkolin (Ach) yang berfungsi di dalam bagian sinaps yang dihasilkan

oleh ujung syaraf yang telah menerima impuls. Ache merupakan enzim yang paling

penting di dalam transmisi impuls syaraf (Suhara, 2010:123).

Transmisi impuls saraf ke otot terjadi melalui persambungan saraf-otot

(neuromuscular junction). persambungan ini terdiri dari bagian ujung saraf motorik

(prasinaps) dan membran otot (pascasinaps) yang dipisah oleh celah sinap. Pada

prasinaps terdapat vesikel yang berisi neurotransmitter yaitu asetilkolin dan dibagian

pascasinaps terdapat reseptor asetilkolin. Pada persambungan saraf-otot inilah terjadi

mekanisme sinaps kimia.

23

Page 37: Skripsi Lala Juliantari (1)

24

Mekanisme sinaps kimia diawali ketika potensial aksi tiba di ujung akson

prasinaps mengakibatkan depolarisasi membran ujung akson, hal tersebut

menyebabkan lorong ion kalsium terbuka dan ion kalsium masuk. Masuknya ion

kalsium memicu keluarnya Ach. Ach yang dilepaskan di celah sinaps kemudian akan

menyebrang dan melekat pada reseptor neurotransmitter di pascasinaps. Ikatan antara

Ach dengan reseptor neurotransmitter ini akan memicu terbukanya lorong ion. Ion

natrium dan kalsium masuk, sedangkan ion kalium keluar, dan terjadilah kontraksi

otot. Setelah terjadi kontraksi otot, Ach akan segera dihidrolisis oleh Ache menjadi

asetil dan kolin, sehingga lorong ion tertutup kembali dan terjadilah repolarisasi

(inaktivasi potensial aksi) (Campbell, dkk., 2004:211-212). Mekanisme sinap ini

dapat terganggu dengan adanya alkaloid.

Alkaloid diduga mampu masuk kedalam tubuh A.galli melalui difusi dari lapisan

kutikula terluar. Alkaloid akan berinteraksi dengan sisi aktif dari Ache, dengan

demikian Ache akan menjadi tidak aktif dan tidak dapat menghidrolisis Ach yang

telah berikatan dengan reseptor neurotransmitter. Tidak terhidrolisisnya Ach akan

menyebabkan kompleks reseptor-Ach akan terus mempengaruhi membran pascasinap

sehingga serabut otot mendapat rangsang depolarisasi menetap sampai akhirnya

kehilangan respon kontraksi dan menimbulkan kelumpuhan (Isnaeni, 2006:76-77 ;

Erwin dan Kusuma, 2012:333-334). Selain itu tidak terhidrolisinya Ach akan

menyebabkan penumpukan Ach yang mengakibatkan terjadinya kekacauan pada

sistem penghantar impuls yang dapat berakibat terjadi kelumpuhan dan berakhir

kematian. Kematian pada A.galli pada percobaan ini dapat disimpulkan karena

adanya sifat toksik ekstrak etanol bawang merah terhadap A.galii. Untuk mengetahui

tingkat toksisistas dari ekstrak etanol bawang merah maka dilakukan penghitungan

nilai KL50.

KL50 merupakan indikasi untuk toksisitas suatu senyawa atau zat. Pengujian KL50

merupakan tahap awal untuk mengetahui tingkat toksisitas suatu ekstrak terhadap

hewan uji dengan suatu standar klasifikasi toksisitas. Dalam penelitian ini digunakan

standar klasifikasi toksisitas menurut Lu (1995). Semakin besar nilai KL50 berarti

24

Page 38: Skripsi Lala Juliantari (1)

25

toksisitasnya semakin kecil dan sebaliknya semakin kecil nilai KL50 maka semakin

besar toksisitasnya. Dari perhitungan nilai KL50 (lampiran 8) diperoleh nilai KL50

sebesar 22,645%. Nilai KL50 ini kemudian dikonversi menjadi mg/kg dengan

dilakukan perbandingan dengan obat yang paling umum digunakan untuk mematikan

A.galli, yaitu piperazin sitrat. Dari perhitungan konversi nilai KL50 (lampiran 9)

diperoleh nilai 1.882 mg/kg. Berdasarkan standar klasifikasi toksisitas menurut Lu

(1995), ekstrak etanol bawang merah termasuk kategori toksik. Hal ini dapat diartikan

bahwa mulai dari konsentrasi 22,65% ekstrak etanol bawang merah bersifat toksik

terhadap A.galli.

4.2.1 Sumbangan Hasil Penelitian

Kurikulum pendidikan Indonesia yang digunakan di tahun 2012 adalah

Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP). Dalam penyusunannya KTSP

memiliki 12 acuan operasional. Salah satu acuan operasional tersebut adalah

Keragaman potensi, karakteristik daerah dan lingkungan (Mulyadiprana,2010).

Dalam penjabarannya dijelaskan bahwa kurikulum harus memuat keragamam untuk

mendapatkan lulusan yang dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan

lingkungan. Pembelajaran harus menyajikan pemanfaatan keanekaragaman yang

harus berkelanjutan. Manfaat berkelanjutan maksudnya manfaat yang tidak hanya

untuk generasi sekarang tetapi harus bisa terus dikembangkan untuk generasi

mendatang. Oleh karena itu, peserta didik diharapkan dapat memanfaatkan

keanekaragaman hayati yang terdapat dilingkungan sekitarnya.

Salah satu keanekaragaman yang terdapat di lingkungan sekitar peserta didik

adalah bawang merah yang selama ini telah dikenal sebagai bumbu masakan.

Berdasarkan penelitian bawang merah efektif sebagai antelmintik. Hasil penelitian ini

dapat digunakan sebagai wacana materi pembelajaran biologi di SMA kelas X

semester II khususnya pada Standar Kompetensi 3. Memahami manfaat

keanekaragaman hayati, Kompetensi Dasar 3.3. Mendeskripsikan ciri-ciri Divisio

dalam dunia tumbuhan dan peranannya bagi kelangsungan hidup bumi.

25

Page 39: Skripsi Lala Juliantari (1)

26

26

Page 40: Skripsi Lala Juliantari (1)

27

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan adalah bawang merah memiliki

daya antelmintik yang signifikan dalam mematikan Ascaridia galli. Konsentrasi

ekstrak etanol bawang merah yang mempunyai daya mematikan A.galli paling tinggi

adalah 40%. Tingkat toksisitas ektrak etanol bawang merah terhadap A.galli sebesar

22,65% dan tergolong dalam kategori toksik.

5.2 Saran

Proses maserasi (perendaman simplisia menggunakan pelarut) pada penelitian ini

hanya menggunakan pelarut etanol, untuk penelitian sejenis sebaiknya dilakukan

maserasi bertingkat menggunakan pelarut polar dan non polar karena ada beberapa

senyawa aktif yang diduga memiliki daya antelmintik tidak dapat larut pada pelarut

polar (etanol).

27

Page 41: Skripsi Lala Juliantari (1)

28

DAFTAR PUSTAKA

Akoso, Budi T. 1993. Kesehatan Unggas Panduan Bagi Petugas Teknis Penyuluh

dan Peternak. Yogyakarta: Kanisius.

Athaillah, Farida. 1999. Respon Pertahanan Selaput Lendir Usus Halus Terhadap

Infeksi Cacimg Ascaridia galli Pada Ayam Petelur. Skripsi. Bogor: Program

Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Beriajaya, Eny Martindah, dan Imas S Nurhayati. 2007. Masalah Ascariasis Pada

Ayam. Makalah disampaikan dalam Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi

Dalam Mendukung Usaha Ternak Unggas Berdayasaing.

Balai Penyuluhan Pertanian Plemahan. 2011. Budidaya Bawang Merah.

http://epetani.deptan.go.id/budidaya/budidaya-bawang-merah-2587. Diakses

tanggal 10 April 2012.

Campbell, N.A; Reeca J.B dan L.G Mitchell. Tanpa tahun. Biologi. Dialihbahasakan

oleh Wasmen Manalu. 2004. Jakarta: Erlangga.

Chusniati, Sri; Ulumil Huda, Sugiarti, Vivi Yuharni, dan Lucia T Suwanti. 2008.

Pengaruh Pemberian Biji Pepaya (Carica papaya) terhadap Gambaran

Histopatologi Hepar Ayam yang Diinfeksi Telur Cacing Ascaridia galli. Journal

Poultry Diseases, 1 (1) : 32-35.

Cook,G.C. Tanpa tahun. Problem Gastroenterologi Daerah Tropis. Dialihbahasakan

oleh Ivo N Salim. 2003. Jakarta: EGC.

Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. 2006. Pedoman Penggunaan Obat Bebas

dan Bebas Terbatas. http://rian.hilman.web.id/wpcontent/uploads/2011/10/

28

Page 42: Skripsi Lala Juliantari (1)

29

Pedoman-Obat-Bebas-dan-Bebas-Terbatas.pdf. Diakses tanggal 7 November

2011.

Dwipayanti, Ni MY. 2008. Profil Organ Serta Hispatologi Usus dan Hati Ayam

Kampung Terinfeksi Cacing Ascaridia galli yang Diberi Tepung Daun Jarak

(Jathropa curcas L.). Skripsi. Bogor: Fakultas Peternakan Institut Pertanian

Bogor.

Erwin, Iswandi dan Doni I Kusuma. 2012. Inhibitor Asetilkolinesterase untuk

Menghilangkan Efek Relaksan Otot Non-depolarisasi. Cermin Dunia

Kedokteran, 39 (5): 333 – 339.

Flynn, Robert J. 2007. Parasites of Birds. Dalam David G Baker (Ed.): Flynn’s

Parasites of Laboratory Animals Second Edition. Iowa: Blackwell Publishing.

Hlm. 217-302.

Hayat, Fadhil. 2010. Toksikometrik. http://fadhilhayat.wordpress.com/2010/11/11/

toksikometrik-2/. Diakses tanggal 25 September 2012.

Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius.

Istanti, Maya. 2011. Aplikasi Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

Together (NHT) disertai Penggunaan Still Picture untuk Meningkatkan Aktivitas

Belajar Biologi Siswa Kelas X-4 SMA N 1 Banyudono Tahun Pelajaran

2010/2011. Skripsi. Surakarta: FKIP Universitas Sebelas Maret.

Jaelani. 2011. Khasiat Bawang Merah. Yogyakarta: Kanisius.

Klimpel, Sven; Fathy Abdel-Ghaffar, Khaled A. S. Al-Rasheid, Gülendem

Aksu, Katja Fischer, Bianca Strassen, dan Heinz Mehlhorn. 2010. The Effects of

Different Plant Extracts on Nematodes. Parasitology Research, 108 (4): 1047 -

1054.

29

Page 43: Skripsi Lala Juliantari (1)

30

Kusdiati, Sulisworo dan Faisaludin Lilim H. 2011. Penyesuaian Diri di

LingkunganSekolah pada Siswa Kelas X SMA 2 Pasundan Bandung. Humanitas,

VII (2): 171-194.

Mahmudah, Tita R. 2010. Efek Antihelmintik Ekstrak Biji Jintan Hitam (Nigella

Sativa) terhadap Ascaris Suum Goeze In Vitro. Skripsi. Surakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Manggung, Raden ER. 2008. Pengujian Toksisitas Akut Lethal Dose 50 (LD50)

Ekstrak Etanol Buah Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) pada Mencit (Mus

musculus albinus). Skripsi. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian

Bogor.

Mehlhorn, Heinz; Saleh Al-Quraishy, Khaled A.S Al-Rashied, Antje Jatzlau, dan

Fatthy Abdel-Ghaffar. 2010. Addition of A Combination of Onion (Allium cepa)

and Coconut (Cocos nucifera) to Food of Sheep Stops Gastrointestinal

Helminthic Infections. Parasitology Research, 108 (4): 1041 - 1046.

Mukono, H.J. 2005. Toksikologi Lingkungan. Surabaya: Airlangga University Press.

Mulyadiprana, Ahmad. 2010. Pengembangan KTSP SD-SMP-SMA.

http://file.upi.edu/direktori/fip/jur._pend._luar_biasa/196209061986011-ahmad

mulyadiprana/power_point/pengembangan_ktsp_sd-smp-sma_%5bcompatibility

mode%5d.pdf. Diakses tanggal 25 Juli 2012.

Nur, Alia M dan Made Astawan. 2007. Kapasitas Antioksidan Bawang Dayak

(Eleutherine palmifolia) dalam Bentuk Segar, Simplisia dan Keripik, pada

Pelarut Nonpolar, Semipolar dan Polar. Skripsi. Bogor: Fakultas Teknologi

Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Rahayu, Estu dan Nur Belian. 2004. Bawang Merah. Jakarta: Penebar Swadaya.

30

Page 44: Skripsi Lala Juliantari (1)

31

Rusmartini, Tinni. 2009. Penyakit oleh Nematoda Usus. Dalam Djaenudin

Natadisastra dan Ridad Agus (Ed.): Parasitologi Kedokteran Ditinjau dari

Organ Tubuh yang Diserang. Jakarta: EGC.73-96.

Samadi, Budi dan Bambang Cahyono. 2005. Bawang Merah Intenifikasi Usaha Tani.

Yogyakarta: Kanisius.

Sandika, Bayu; Raharjo dan Nur Ducha. 2012. Pengaruh Pemberian Air Rebusan

Akar Delima (Punicia granatum L.) terhadap Mortalitas Ascaris suum Goesze.

secara In Vitro. Lenterabio, 1 (2): 81 – 86.

Sanjayasari, Dyahruri dan Wiranda G Piliang. 2011. Skrining Fitokimia dan Uji

Toksisitas Daun Katuk (Saoropus androgenus (L.) Merr.) terhadap Larva Udang

Artemia Salina: Potensi Fitofarmaka pada Ikan. Berkala Perikanan Terubuk, 39

(1): 91-100.

Slimestad, Rune; Fossen T dan Vagen IM. 2007. Onion: A Source of Unique Dietary

Flavonoids. J Agric Food Chem, 55 (25): 67-80.

Soebagio, Boesro; Taofik Rusdiana, dan Khairudin. 2007. Pembuatan Gel Dengan

Aqupec HV-505 dari Ekstrak Umbi Bawang Merah (Allium cepa L.) Sebagai

Antioksidan. Makalah disampaikan dalam Seminar Penelitian Dosen, pada

tanggal 5 Desember 2007 di Bandung.

Suhara. 2010. Pengantar Tentang Enzim. http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/

Jur._Pend._Biologi/196512271991031-Suhara/9._BAB9__Enzim__ppt_UPI.pdf.

Diakses tanggal 24 Juli 2012.

Suharti, S; K.G.Wiryawan, R. Tiuria, Y.Ridwan, S. Fitriana, dan N. Sumarni. 2010.

Efektivitas Daun Jarak (Jatropha carcass Linn) Sebagai Anticacing Ascaridia

31

Page 45: Skripsi Lala Juliantari (1)

32

galli dan Pengaruhnya terhadap Performa Ayam Lokal. Media Perternakan, 33

(2) : 108-114.

Theodorus. 2009. Antelmintik. Dalam Staf Pengajar Departemen Farmakologi

Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya (Ed.). Kumpulan Kuliah Farmakologi

Edisi 2. Jakarta: EGC. 202-211.

Tjay, Tan H dan Kirana Rahardja. 2007. Obat-obat Penting. Jakarta: PT. Elex Media

Komputindo.

Wibowo, Singgih. 2007. Budidaya Bawang Putih, Merah dan Bombay. Jakarta:

Penebar Swadaya.

Widjayanti, Mamik. 2008. Uji Efektivitas Filrat Bawang Merah (Allium cepa)

terhadap Mortalitas Fasciola hepatica secara In-vitro. Skripsi. Malang: Fakultas

MIPA Universitas Muhamadiyah Malang.

Yulianti, Yenny. 2006. Uji Daya Antelmintik Perasan Umbi Bawang Putih (Allium

Sativum) terhadap Cacing Ascaridia Galli Secara In Vitro. Artikel Karya Tulis

Ilmiah. Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Zakir, Supratman. 2009. Strategi Pembelajran Deklaratif.

http://www.stainbukittinggi.ac.id/index.php?

option=com_content&view=article&id=66:strategi-pembelajaran-

deklaratif&catid=34:tulisan-ilmiah&Itemid=37. Diakses tanggal 14 Oktober

2012.

32

Page 46: Skripsi Lala Juliantari (1)

33

LAMPIRAN

33

Page 47: Skripsi Lala Juliantari (1)

34

34