Skizofrenia Paranoid

22
SKIZOFRENIA PARANOID 1. Skizofrenia a. Pengertian Skizofrenia. Menurut Nevid, dkk (2005) skizofrenia adalah gangguan psikotik menetap yang mencakup gangguan pada perilaku, pikiran, emosi dan persepsi. Menurut Kaplan, dkk (2010), skizofrenia adalah gangguan psikotik yang kronik, pada orang yang mengalaminya tidak dapat menilai realitas dengan baik dan pemahaman diri buruk. Skizofrenia dengan onset masa anak-anak pada pengertiannya adalah sama dengan skizofrenia pada masa remaja dan masa dewasa. Walaupun jarang, skizofrenia pada anak-anak prapubertal ada sekurangnya dua hal berikut: halusinasi, waham, bicara atau perilaku yang jelas terdisorganisasi, dan menarik diri yang parah sekurang-kurangnya satu bulan. Disfungsi sosial dan akademik harus ada, dan tanda gangguan harus menetap terus-menerus selama sekurangnya enam bulan. (Kaplan, dkk 2010). Skizofrenia biasanya berkembang pada masa remaja akhir atau dewasa awal, tepat pada saat orang mulai keluar dari keluarga menuju ke dunia luar (Cowan & Kandel, Harrop & Trower), dikutif Nevid, dkk (2005). Orang yang

description

Skizofrenia Paranoid

Transcript of Skizofrenia Paranoid

Page 1: Skizofrenia Paranoid

SKIZOFRENIA PARANOID

1. Skizofrenia

a. Pengertian Skizofrenia.

Menurut Nevid, dkk (2005) skizofrenia adalah gangguan psikotik menetap yang mencakup

gangguan pada perilaku, pikiran, emosi dan persepsi. Menurut Kaplan, dkk (2010),

skizofrenia adalah gangguan psikotik yang kronik, pada orang yang mengalaminya tidak

dapat menilai realitas dengan baik dan pemahaman diri buruk.

Skizofrenia dengan onset masa anak-anak pada pengertiannya adalah sama dengan

skizofrenia pada masa remaja dan masa dewasa. Walaupun jarang, skizofrenia pada anak-

anak prapubertal ada sekurangnya dua hal berikut: halusinasi, waham, bicara atau perilaku

yang jelas terdisorganisasi, dan menarik diri yang parah sekurang-kurangnya satu bulan.

Disfungsi sosial dan akademik harus ada, dan tanda gangguan harus menetap terus-menerus

selama sekurangnya enam bulan. (Kaplan, dkk 2010). Skizofrenia biasanya berkembang pada

masa remaja akhir atau dewasa awal, tepat pada saat orang mulai keluar dari keluarga menuju

ke dunia luar (Cowan & Kandel, Harrop & Trower), dikutif Nevid, dkk (2005). Orang yang

mengidap skizofrenia semakin lama semakin terlepas dari masyarakat. Mereka gagal untuk

berfungsi sesuai peran yang diharapkan sebagai pelajar, pekerja, atau pasangan, dan keluarga

serta komunitas mereka menjadi kurang toleran terhadap perilaku mereka yang menyimpang.

Gangguan ini biasa berkembang pada akhir masa remaja atau awal usia 20 tahun lebih, pada

masa dimana otak sudah mencapai kematangan yang penuh. Pada sekitar tiga dari empat

kasus, tanda-tanda pertama dari skizofrenia tampak pada usia 25 tahun (Keith, Regier & Rae)

dikutif Nevid, dkk (2005).

Skizofrenia adalah penyakit yang mempengaruhi lingkup yang luas dari proses psikologis,

mencakup kognisi, afek, dan perilaku. Orang-orang dengan skizofrenia menunjukkan

kemunduran yang jelas dalam fungsi pekerjaan dan sosial. Mereka mungkin mengalami

Page 2: Skizofrenia Paranoid

kesulitan mempertahankan pembicaraan, membentuk pertemanan, mempertahankan

pekerjaan, atau memperhatikan kebersihan pribadi mereka. Namun demikian tidak ada satu

pola perilaku yang unik pada skizofrenia, demikian pula tidak ada satu pola perilaku yang

selalu muncul pada penderita skizofrenia. Penderita skizofrenia mungkin menunjukkan

waham, masalah dalam pikiran asosiatif, dan halusinasi, pada satu atau lain waktu, namun

tidak selalu semua tampil pada saat bersamaan. Juga terdapat perbedaan ragam atau jenis

skizofrenia, dicirikan pada pola-pola perilaku yang berbeda (Navid, dkk, 2005).

Dalam beberapa kasus, skizofrenia menyerang manusia usia muda antara 15 hingga 30 tahun,

tetapi serangan kebanyakan terjadi pada usia 40 tahun ke atas. Skizofrenia bisa menyerang

siapa saja tanpa mengenal jenis kelamin, ras, maupun tingkat sosial ekonomi. Diperkirakan

penderita skizofrenia sebanyak 1 % dari jumlah manusia yang ada di bumi.

Skizofrenia tidak bisa disembuhkan sampai sekarang. Tetapi dengan bantuan Psikiater dan

obat-obatan, skizofrenia dapat dikontrol. Pemulihan memang kadang terjadi, tetapi tidak bisa

diprediksikan. Dalam beberapa kasus, penderita menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Keringanan gejala selalu nampak dalam 2 tahun pertama setelah penderita diobati, dan

berangsur-angsur menjadi jarang setelah 5 tahun pengobatan. Pada umur yang lanjut, di atas

40 tahun, kehidupan penderita skizofrenia yang diobati akan semakin baik, dosis obat yang

diberikan akan semakin berkurang, dan frekuensi pengobatan akan semakin jarang.Peranan

Psikolog juga sangat penting dan mendukung penanganan penderita skizofrenia melalui

psikotherapy dengan CBT : Cognitive Behavior Therapy yang menggunakan berbagai teknik

yang terdiri dari 25 macam teknik. Ada serangkaian teknik terapi CBT menurut beberapa

tokoh sebagai berikut :

1) Book dan Randal (2002), merekomendasikan farmakoterapi yang dikombinasikan dengan

psikoterapi, yakni Cognitive Behavioral Therapy. Komponen Terapi Kognitif Perilaku yang

direkomendasikannya antara lain : exposure, restrukturisasi kognitif, latihan relaksasi, dan

Page 3: Skizofrenia Paranoid

pelatihan keterampilan sosial.

2) Feeney (2004), dalam 31 sesi terapinya menggunakan beberapa tehnik yakni: self-

monitoring, restrukturisasi kognitif, relaksasi otot dan latihan pernafasan, exposure dan

parodoxical intention.

3) Halford, Doolan, dan Eadie (2002), dalam mengatasi gangguan kecemasan dan depresi

menggunakan psikoedukasi, mengajarkan strategi manajemen kecemasan, restrukturisasi

kognitif, latihan relaksasi, pelatihan keterampilan komunikasi, penjadwalan aktivitas yang

menyenangkan, dan exposure.

4) Karp dan Dugas (2003), menggunakan psikoedukasi, training problem solving, role play,

kognitif re-evaluasi, fade-out dan relaps prevention. Tentunya disertai dengan masa follow-up

setelah dua bulan pasca terapi. Semuanya terlaksana dalam 16 sesi terapi, selama 20 minggu.

5) Rector, Kocovski, dan Ryder (2006) untuk mengatasi kecemasan sosial dan

ketidaknyamanan terhadap orang lain menerapkan beberapa elemen tretmen, yakni:

restrukturisasi kognitif atau downward arrow, exposure, pengurangan perilaku aman, dan

pelatihan keterampilan sosial.

6) Suryaningrum (2006), menggunakan relaksasi, restrukturisasi kognitif, role-play dan in-

vivo exposure dalam Cognitive Behavioral Therapy.

7) Westra dan Pheonix (2003) dalam penelitiannya terhadap dua gangguan kecemasan (salah

satunya adalah pobia sosial), menggunakan psikoedukasi, latihan pernafasan, identifikasi

pemikiran negatif dan exposure. Westra dan Pheonix juga menambahkan terapi peningkatan

motivasi untuk klien yang berulangkali mengalami kegagalan dalam menjalani terapi.

Kesimpulan, skizofrenia merupakan salah satu dari diagnosis gangguan jiwa menurut

Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ-III) dengan kode F20. Suatu

sindrom dengan variasi penyebab banyak belum diketahui dan perjalanan penyakit tidak

Page 4: Skizofrenia Paranoid

selalu bersifat kronik atau luas, serta jumlah akibat yang tergantung pada pertimbangan

pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya. Skizofrenia pada umumnya ditandai oleh

penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek

yang tidak wajar atau tumpul. Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya

tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.

b. Simtom Skizofrenia.

Simtom skizofrenia dibagi menjadi 2 kelompok gejala yaitu : simtom positif dan simtom

negatif.

1) Simtom Positif

Simtom positif meliputi; waham, halusinasi, dan katatonik.

Menurut Durand, dkk (2007) simtom positif skizofrenia merupakan tanda-tanda yang lebih

jelas dari psikosis. Ini termasuk pengalaman delusi dan halusinasi yang menganggu.

Pembicaraan yang tidak terorganisasi menjelaskan terjadinya proses pembicaraan

menyimpang karena adanya masalah pada organisasi ide dan perkataan yang tidak dipahami

oleh orang lain. Delusi merupakan keyakinan salah yang biasanya melibatkan kesalahan

interpretasi pada persepsi atau pengalaman. Halusinasi merupakan gangguan persepsi yang

membuat seseorang dapat melihat sesuatu atau mendengar suara yang tidak ada sumbernya,

bisa berupa halusinasi pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecapan dan perabaan.

(Diagnostic and Statistik Manual of Mental Disorder / DSM-IV TR, 2000).

Delusi adalah gejala psikotik yang melibatkan gangguan isi pikiran dan adanya keyakinan

yang kuat, yang merupakan misrepresentasi dari kenyataan (Durand, dkk, 2007). Waham atau

delusi, yaitu kesalahan dalam menilai diri sendiri, atau keyakinan tentang isi pikirannya

padahal tidak sesuai dengan kenyataan. Atau kenyataan yang telah terpaku/terpancang kuat

dan tidak dapat dibenarkan berdasarkan fakta dan kenyataan tetapi tetap dipertahankan. Jika

Page 5: Skizofrenia Paranoid

disuruh membuktikan berdasarkan akal sehatnya, tidak bisa. Atau disebut juga kepercayaan

yang palsu dan sudah tidak dapat dikoreksi. Penyesatan pikiran (delusi) adalah kepercayaan

yang kuat dalam menginterpretasikan sesuatu yang kadang berlawanan dengan kenyataan.

Misalnya, pada penderita skizofrenia, lampu trafik di jalan raya yang berwarna merah kuning

hijau, dianggap sebagai suatu isyarat dari luar angkasa. Beberapa penderita skizofrenia

berubah menjadi seorang paranoid. Mereka selalu merasa sedang diamat-amati, diintai, atau

hendak diserang.

Kegagalan berpikir mengarah kepada masalah dimana penderita skizofrenia tidak mampu

memproses dan mengatur pikirannya. Kebanyakan penderita tidak mampu memahami

hubungan antara kenyataan dan logika. Karena penderita skizofrenia tidak mampu mengatur

pikirannya membuat mereka berbicara secara serampangan dan tidak bisa ditangkap secara

logika. Ketidakmampuan dalam berpikir mengakibatkan ketidakmampuan mengendalikan

emosi dan perasaan. Hasilnya, kadang penderita skizofrenia tertawa sendiri atau berbicara

sendiri dengan keras tanpa memperdulikan sekelilingnya. Semua itu membuat penderita

skizofrenia tidak bisa memahami siapa dirinya, tidak berpakaian, dan tidak bisa mengerti apa

itu manusia. Dia juga tidak bisa mengerti kapan dia lahir, dimana dia berada, dan sebagainya.

Waham kebesaran adalah waham peningkatan kemampuan, kekuatan, pengetahuan, identitas,

atau hubungan khusus dengan dewa atau orang terkenal. Waham merupakan anggapan

tentang orang yang hypersensitif, dan mekanisme ego spesifik, reaksi formasi dan

penyangkalan. Klien dengan waham, menggunakan mekanisme pertahanan reaksi formasi,

penyangkalan dan proyeksi. Pada reaksi formasi, digunakan sebagai pertahanan melawan

agresi, kebutuhan, ketergantungan dan perasaan cinta. Kebutuhan akan ketergantungan

ditransformasikan menjadi kemandirian yang kokoh. Penyangkalan, digunakan untuk

menghindari kesadaran akan kenyataan yang menyakitkan. Proyeksi digunakan untuk

Page 6: Skizofrenia Paranoid

melindungi diri dari mengenal impuls yang tidak dapat diterima di dalam dirinya sendiri.

Hypersensitivitas dan perasaan inferioritas, telah dihipotesiskan menyebabkan reaksi formasi

dan proyeksi, waham kebesaran dan superioritas. Waham juga dapat muncul dari hasil

pengembangan pikiran rahasia yang menggunakan fantasi sebagai cara untuk meningkatkan

harga diri mereka yang terluka. Waham kebesaran merupakan regresi perasaan maha kuasa

dari anak-anak, dimana perasaan akan kekuatan yang tidak dapat disangkal dan dihilangkan

(Kaplan, dkk, 2010).

Macam-macam waham :

a) Waham kejar, yaitu keyakinan bahwa orang lain atau lingkungan memusuhi atau

mencurigai dirinya. Misalnya merasa ada orang yang ingin membunuhnya, memata-matai,

atau membicarakan kejelekannya.

b) Waham kebesaran (grandeur), yaitu keyakinan bahwa dirinya mempunyai kekuatan,

kekuasaan, kedudukan, kekayaan berlimpah, pendidikan tinggi, atau kepandaian yang luar

biasa. Misalnya seseorang yakin bahwa dirinya seorang raja.

c) Waham nihilistik, yaitu penyangkalan terhadap keberadaan dirinya atau lingkungan.

Misalnya yakin bahwa dia sendiri sudah mati, dunia ini tidak ada, dan sebagainya.

d) Waham keagamaan, yaitu keyakinan yang berhubungan dengan keagamaan. Misalnya

merasa dirinya seorang nabi; merasa dalam waktu 10 hari akan terjadi kiamat di suatu tempat.

e) Waham dosa, yaitu keyakinan pada dirinya bahwa ia telah melakukan dosa yang sangat

besar dan tidak mungkin terampuni, karenanya ia bertanggung jawab atas kejadian-kejadian

tertentu. Misalnya kematian orang tua diyakini akibat dosa yang diperbuatnya.

f) Waham pengaruh, yaitu keyakinan bahwa pikiran, emosi, atau tingkah lakunya dipengaruhi

oleh kekuatan dari luar yang tidak terlihat atau ghaib.

g) Waham somatik atau hipokondrik, yaitu keyakinan bahwa keadaan tubuhnya sudah tidak

mungkin benar atau sakit. Misalnya yakin bahwa ususnya telah busuk, di perutnya ada gajah,

Page 7: Skizofrenia Paranoid

dan sebagainya.

h) Waham sakit, yaitu keyakinan bahwa seluruh atau sebagian tubuhnya sedang dilanda

penyakit yang kronis.

i) Waham hubungan, yaitu interpretasi yang salah dari pembicaraan, kejadian, atau gerak-

gerik yang dirasakan berhubungan langsung dengan dirinya.

Halusinasi adalah gejala-gejala psikotik dari gangguan perseptual di mana berbagai hal

dilihat, didengar, atau diindra meskipun hal-hal itu tidak riil atau benar-benar ada (Durand,

dkk, 2007).

Macam-macam halusinasi :

a) Halusinasi Pendengaran, misalnya; mendengar suara-suara yang berbisik, melengking,

mendesir, bising, atau kata-kata. Ada suara terdengar ditelinga, sehingga terlihat bertengkar

atau berbicara sendiri dengan suara tersebut. Mendengar suara yang berasal dari bagian atau

dari dalam tubuh sendiri. Mendengar suara dari suatu tempat dekat atau jauh. Mendengar

suara-suara yang menyuruh untuk melakukan sesuatu.

b) Halusinasi Penglihatan, misalnya; melihat sesuatu kejadian menakutkan atau mengerikan.

Melihat kilatan cahaya, melihat sebuah bentuk tertentu, misal ular besar, bidadari, malaikat,

hewan buas dan lain sebagainya.

c) Halusinasi Penciuman, misalnya; seolah-olah merasa mencium bau sesuatu. Merasa

mencium bau kemenyan, sampah, kotoran, wangi-wangian disekitar kemanapun bergerak.

d) Halusinasi Pengecapan, misalnya; seolah-olah merasa mengecap sesuatu. Merasa lidah

terlalu pahit, panas, asam, asin atau manis.

e) Halusinasi Perabaan, misalnya; seolah-olah merasa diraba, disentuh, ditiup, disinari, atau

ada sesuatu yang bergerak di kulitnya.

f) Halusinasi Kinestik, misalnya; seolah-olah badan bergerak dalam sebuah ruang. Anggota

badan bergerak-gerak tanpa berhenti.

Page 8: Skizofrenia Paranoid

g) Halusinasi Viseral, misalnya; ada perasaan tertentu dalam tubuh.

h) Halusinasi Hipnagogik, misalnya; merasa terjadi sesuatu dimana tepat sebelumnya tertidur,

persepsi atau tanggapan sensorik yang bekerja salah.

i) Halusinasi Hipnopompik, misalnya; halusinasi (mendengar atau melihat sesuatu) yang

terjadi atau dialami tepat sebelum terbangun dari tidur.

j) Halusinasi Histerik, misalnya; sering timbul konflik emosional, marah-marah, sedih,

tertawa-tawa tanpa sebab yang jelas.

k) Depersonalisasi, misalnya; perasaan aneh tentang diri sendiri. Perasaan bahwa kepribadian

sudah tidak seperti dulu lagi, tidak menurut kenyataan. Merasa seperti diluar badan atau

sebagian tubuh sudah bukan kepunyaan diri sendiri lagi.

l) Derealisasi, misalnya; perasaan aneh tentang lingkungan sekitar dan tidak menuruti

kenyataan. Perasaan terhadap sesuatu yang dialami seperti mimpi.

Halusinasi selalu terjadi saat rangsangan terlalu kuat dan otak tidak mampu

menginterpretasikan dan merespon pesan atau rangsangan yang datang. Penderita skizofrenia

mungkin mendengar suara-suara atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada, atau

mengalami suatu sensasi yang tidak biasa pada tubuhnya. Auditory hallucinations, gejala

yang biasanya timbul, yaitu penderita merasakan ada suara dari dalam dirinya. Kadang suara

itu dirasakan menyejukkan hati, memberi kedamaian, tapi kadang suara itu menyuruhnya

melakukan sesuatu yang sangat berbahaya, seperti bunuh diri.

Perilaku pasien yang teramati : menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan

bibirnya tanpa menimbulkan suara, gerakan mata yang cepat, respon verbal yang lamban,

diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikkan. Condemning (secara umum halusinasi

menjijikkan). Karakteristik : pengalaman sensori bersifat menjijikkan dan menakutkan, orang

yang berhalusinasi mulai merasa kehilangan kendali dan berusaha untuk menjauhkan dirinya

Page 9: Skizofrenia Paranoid

dari sumber yang dipersepsikan, individu mungkin merasa malu karena pengalaman

sensorinya dan menarik diri dari orang lain (nonpsikotik).

Perilaku pasien yang teramati : peningkatan saraf otonom yang menunjukan ansietas

misalnya peningkatan nadi, pernapasan dan tekanan darah, penyempitan kemampuan

konsentrasi, dipenuhi dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan kemampuan

untuk membedakan halusinasi dengan realitas. Controling (pengalaman sensori menjadi

penguasa). Orang yang berhalusinasi menyerah untuk melawan pengalaman halusinasinya

dan membiarkan halusinasi menguasai dirinya, isi halusinasi dapat berupa permohonan,

individu mungkin mengalami kesepian jika pengalaman sensori tersebut berakhir. Perilaku

pasien yang teramati : lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya

daripada menolaknya, kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain, rentang perhatian

hanya beberapa menit atau detik, gejala fisik dan kecemasan berat seperti berkeringat, tremor,

ketidakmampuan mengikuti petunjuk.

Pengalaman sensori mungkin menakutkan jika individu tidak mengikuti perintah, halusinasi

bisa berlangsung dalam beberapa jam atau hari apabila tidak ada intervensi terapeutik.

Perilaku pasien yang teramati : perilaku menyerang atau teror seperti panik, sangat potensial

melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain, kegiatan fisik merefleksikan isi halusinasi

seperti amuk, agitasi, menarik diri, atau kataton, tidak mampu berespon terhadap lebih dari

satu orang.

Katatonik adalah salah satu jenis skizofrenia yang ditandai dengan hendaya yang jelas dalam

perilaku motorik dan perlambatan aktivitas yang berkembang menjadi stupor namun mungkin

berubah secara tiba-tiba menjadi fase agitasi. Orang-orang dengan skizofrenia katatonik

mungkin dapat menunjukkan bentuk perangai atau seringai yang tidak biasa, atau

mempertahankan postur yang aneh, tampak kuat selama berjam-jam meskipun tungkai

mereka menjadi kaku atau membengkak. Ciri yang mengejutkan namun kurang umum adalah

Page 10: Skizofrenia Paranoid

waxy flexibility, yang menampilkan posisi tubuh yang tetap, sebagaimana posisi yang telah

dipaparkan oleh orang lain terhadap mereka. Mereka tidak akan merespons pertanyaan atau

komentar selama masa tersebut, yang dapat berlangsung selama berjam-jam. Bagaimanapun

sesudahnya mereka mungkin mengatakan mendengar apa yang dikatakan oleh orang lain

selama masa itu (Nevid, dkk, 2005).

2) Simtom Negatif

Simtom negatif meliputi; perubahan proses pikir, gangguan emosi, kemauan, dan otisme.

Menurut Durand, dkk (2007) simtom negatif terdiri dari avolition, alogia, anhedonia, afek

datar, disorganized speech dan inappropriate. Avolition adalah sikap apati atau

ketidakmampuan untuk memulai atau mempertahankan kegiatan-kegiatan penting. Alogia

adalah defisiensi dalam jumlah atau isi pembicaraan, gangguan yang sering terlihat pada

penderita skizofrenia. Anhedonia adalah ketidakmampuan untuk mengalami kesenangan,

yang terkait dengan beberapa gangguan suasana perasaan dan gangguan skizofrenik. Afek

datar adalah tingkah laku yang tampak tanpa emosi (termasuk cara berbicara yang tanpa nada

dan tatapan mata kosong) saat ia mestinya bereaksi. Disorganized Speech (disorganisasi

dalam pembicaraan). Gaya bicara yang sering terlihat pada penderita skizofrenia, termasuk

inkoherensi dan ketiadaan pola logika yang wajar. Inappropriate affect (afek yang tidak pas).

Ekspresi emosional yang tidak sesuai dengan situasinya.

c. Tipe Skizoprenia.

Skizofrenia dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu simplek, hebefrenik, katatonik, paranoid, tak

terinci, residual (Maslim, 2000).

d. Skizofrenia Paranoid.

Skizofrenia paranoid merupakan salah satu tipe dari enam jenis skizofrenia dalam Pedoman

Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ-III) diberi kode diagnosis F20.0.

Page 11: Skizofrenia Paranoid

Skizofrenia Paranoid merupakan gangguan psikotik yang merusak yang dapat melibatkan

gangguan yang khas dalam berpikir (delusi), persepsi (halusinasi), pembicaraan, emosi dan

perilaku. Keyakinan irasional bahwa dirinya seorang yang penting (delusi grandeur) atau isi

pikiran yang menunjukkan kecurigaan tanpa sebab yang jelas, seperti bahwa orang lain

bermaksud buruk atau bermaksud mencelakainya. Para penderita skizofrenia tipe paranoid

secara mencolok tampak berbeda karena delusi dan halusinasinya, sementara keterampilan

kognitif dan afek mereka relatif utuh. Mereka pada umumnya tidak mengalami disorganisasi

dalam pembicaraan atau afek datar. Mereka biasanya memiliki prognosis yang lebih baik

dibandingkan penderita tipe skizofrenia lainnya, Durand, dkk (2007).

Ciri utama skizofrenia tipe paranoid ini adalah adanya waham yang mencolok atau halusinasi

auditorik dalam konteks terdapatnya fungsi kognitif dan afek yang relatif masih terjaga,

sedangkan katatonik relatif tidak menonjol. Waham biasanya adalah waham kejar atau

waham kebesaran, atau keduanya, tetapi waham dengan tema lain (misalnya waham

cemburu, keagamaan, atau somatisasi) mungkin juga muncul. Halusinasi juga biasanya

berkaitan dengan tema wahamnya, (Arif, 2006).

e. Kriteria Diagnostik Skizofrenia Paranoid.

Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia yaitu harus ada sedikitnya satu gejala berikut

ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih, bila gejala-gejala itu kurang tajam

atau kurang jelas) :

1) “Thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya

(tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya. “Thought insertion or withdrawal” =

isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau pikirannya

diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal), dan “Thought broadcasting” = isi

pikirannya tersiar ke luar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya.

Page 12: Skizofrenia Paranoid

2) “Delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu

dari luar, atau “delusion of influence” = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu

kekuatan tertentu dari luar, atau “delusion of passivity” = waham tentang dirinya tidak

berdaya dan pasrah terhadap sesuatu kekuatan dari luar, (tentang “dirinya” = secara jelas

merujuk ke pergerakan tubuh atau anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan

khusus). “Delusional perception”= pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna

sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.

3) Halusinasi auditorik : suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap

perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (di antara

berbagai suara yang berbicara), atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu

bagian tubuh.

4) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak

wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau

kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca,

atau berkomunikasi dengan mahluk asing dari dunia lain).

Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:

5) Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham

yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas,

ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila

terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus.

6) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang

berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme.

7) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu

(posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.

8) Simtom-simtom “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respon

Page 13: Skizofrenia Paranoid

emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri

dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal

tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.

Sebagai tambahan halusinasi atau waham harus menonjol : suara-suara halusinasi yg

mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik. Halusinasi pembauan

atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual

mungkin ada tetapi jarang menonjol. Waham hampir setiap jenis, seperti ; waham

dikendalikan, waham kejar, waham curiga yang paling khas. Gangguan afektif, dorongan

kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak menonjol.

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan

atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal).

Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall

quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour), bermanifestasi sebagai

hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri (self-

absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.