Skenario III.laporn.conten
-
Upload
fayzakiyah -
Category
Documents
-
view
24 -
download
0
description
Transcript of Skenario III.laporn.conten
SKENARIO III. MENCEGAH GIGI BERLUBANG
Seorang ibu, datang ke klinik Pedodonsia RSGM Unej untuk
memeriksakan gigi anak perempuannya yang berumur 3 tahun. Ibu tersebut
menginginkan gigi anaknya yang berlubang dilakukan perawatan dan lubangnya
tidak menjadi besar serta gigi yang utuh tetap baik sampai gigi dewasanya
tumbuh. Dari anamnesa diketahui bahwa penderita meminum susu, melakukan
gosok gigi menggunakan pasta gigi anak-anak, walaupun kadang-kadang tidak
mau melakukannya serta penderita tinggal di daerah yang kadar fluornya 0,5 ppm.
Pada pemeriksaan klinis diketahui bahwa penderita mempunyai karies angka
karies yang tinggi. Dokter gigi menganjurkan untuk dilakukan pencegahan karies
secara sistemik maupun lokal.
1
STEP 1
KLARIFIKASI ISTILAH
1. Angka karies : angka yang menunjukkan seberapa banyak karies (jumlah
gigi yang terserang) yang diderita seseorang dari dulu sampai sekarang.
2. Fluor : berasal dari bahasa asing yaitu fluere (mengalir), dimana
fluor ini tidak dapat berdiri sendiri sehingga harus berikatan dengan
elektron lain karena merupakan unsur nonlogam paling reaktif dan
elektronegatif yang terletak pada nomor atom 9 golongan VIIA, fungsi
fluor sebagai perlindungan tulang dan memperkuat struktur gigi dan
tulang, dan bisa diperoleh dari air berfluor, ikan, sayuran, susu, daging,
dan sebagainya.
3. Kadar fluor 0,5 ppm : jika dalam satu liter air diendapkan terdapat 0,5 mg
molekul fluor, dimana 1 ppm=mg/l.
4. Pencegahan : tindakan pemeliharaan kesehatan daripada pengobatan
penyakitnya.
5. Pencegahan sistemik : pencegahan yang dilakukan untuk mencegah
penyakit dimana prosesnya melalui sistem pencernaan, dari sistem
pencernaan tersebut didistribusikan ke darah, tetapi dari pencegahan
sistemik ini terdapat pula pencegah topikal (lokal) misalnya dari saliva
yang mengandung fluoride secara langsung dan terus-menerus membasahi
gigi.
6. Pencegahan lokal : pencegahan pada daerah yang spesifik.
2
STEP 2
PERMASALAHAN
1) Apa saja sumber fluor?
2) Bagaimanakah mekanisme fluor agar bisa mencegah karies?
3) Apa saja dampak kekurangan maupun kelebihan fluor? Dan dosis
normalnya berapa?
4) Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan gigi?
5) Bagaimana indikator untuk menentukan angka karies?
6) Apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegah karies secara sistemik dan
lokal?
3
STEP 3
ANALISIS MASALAH
1) Sumber fluor bisa diperoleh dari :
Air minum, air permukaan laut, air ledeng dan air sumur. Air sumur ini
semakin banyak sumurnya yang digali maka kandungan fluornya
semakin banyak.
Makanan bisa diperoleh dari kentang, kapri, jeruk, ikan teri, sawi,
terutama dari ikan berupa kulit dan tulangnya.
Minuman bisa diperoleh dari air teh.
Dari atmosfer berupa udara.
Kemudian bisa diperoleh dari obat kumur, tablet fluor baik yang tetes
maupun langsung minum, dan pasta gigi.
Fluor ini absorbsinya paling mudah di lambung.
2) Mekanisme fluor agar bisa mencegah karies yaitu :
Terdapat tiga prinsip dari perlekatan fluor terhadap permukaan enamel,
yaitu:
1. Perpindahan ion antara F- dengan OH- dalam apatit sehingga
membentuk lapisan fluorapatit.
2. Terdapat pertumbuhan pembentukan kristal fluorapatit dari
larutan supersaturasi.
3. Pelarutan apatit dengan pembentukan CaF2.
Berikut menunjukkan formula dari reaksi kimia hidroksil apatit dan
fluor:
Ca10(PO4)6(OH)2+2F- Ca10(PO4)6F2+2OH-
Hidroksilapatit fluor fluorapatit
Fluor bekerja dengan cara menghambat metabolisme bakteri plak yang
dapat memfermentasikan karbohidrat melalui perubahan hidroksilapatit
pada enamel menjadi fluor apatit yang lebih stabil dan tahan asam.
Karena tahan asam tersebut sehingga proses demineralisasi terhambat
dan sebaliknya proses remineralisasi mengalami peningkatan.
4
Peningkatan proses remineralisasi karena fluor reaktif dan termasuk
elektron positif sehingga mudah berikatan dengan ion Ca.
3) Dampak kelebihan fluor yaitu:
Batas dosis Akibat
>1,2 ppm fluorosis
>2 ppm Mottled enamel
5 ppm osteoklerosis
50 ppm Kelainan kelenjar tiroid
120 ppm Retardasi pertumbuhan
125 ppm Kelainan ginjal
Dampak kekurangan fluor yaitu:
Gigi mudah rapuh
Karies, jika kadar fluor <0,7 ppm
Menurunkan IQ
Penuan dini
Osteoporosis(tulang rapuh)
Dosis normal fluor yaitu:
Dosis normal fluor dalam air yang dianjurkan yaitu 0,7-1,2 ppm
Batasan normal kandungan fluor dalam air menurut WHO pada tahun
1984 dikatakan bahwa batasan aman fluor tergantung wilayah karena
berhubungan dengan iklim pada suatu wilayah tersebut. Untuk wilayah
hangat (tropis) konsentrasi fluor normalnya dalam kandungan air minum
sebaiknya masih di bawah 1mg/liter atau 1ppm. Sementara di wilayah
dengan iklim lebih dingin sebaiknya konsentrasinya 1,2ppm. Adanya
perbedaan konsentrasi fluor berdasarkan wilayah karena berdasarkan
kenyataannya pada wilayah dengan iklim panas, tubuh akan
mengeluarkan keringat dan membutuhkan banyak minum air maka dari
itu konsentrasi fluor sebaiknya ditentukan lebih rendah.
5
Kebutuhan asupan fluor tergantung faktor usia dan kandungan fluor
dalam sumber airnya.
Apabila asupan fluor dari sumber air kurang dari 0,3ppm, maka
suplemen yang dibutuhkan:
Usia anak Dosis fluor
6 bulan-3 tahun 0,25mg/hari
3-6 tahun 0,5mg/hari
6-16 tahun 1mg/hari
Apabila kandungan fluor dari sumber air lebih tinggi misalnya 0,3-
0,6ppm, maka kebutuhan suplemen menjadi lebih rendah:
Usia anak Dosis fluor
6 bulan-3 tahun Tidak butuh suplemen fluor
3-6 tahun 0,25mg/hari
6-16 tahun 0,5mg/hari
4) Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan gigi, yaitu:
Faktor diet, dimana makanan karbohidrat sederhana (glukosa dan
sukrosa) dan minuman yang mengandung sukrosa bersifat kariogenik
sehingga rentan untuk terjadinya karies.
Faktor pendidikan terkait dengan DHE (Dental Health Education).
Cara menyikat gigi yang baik dan benar.
Faktor plak, semakin banyak plak pada gigi semakin berpotensi
terjadinya karies dan ginggivitis.
Faktor gigi, kandungan fluor yang dikonsumsi mempengaruhi sehat
tidaknya gigi, daerah pit dan fisure dari gigi serta titik kontak proksimal
rentan terjadi karies, begitu pula pada gigi crowded. Hal itu terjadi
karena kurangnya pasokan fluor untuk mencapai pit dan fisure yang sulit
dijangkau. Demikian halnya dengan gigi crowded relatif susah untuk
dibersihkan sepenuhnya.
6
Faktor ekonomi
Dari oral hyginenya.
Faktor merokok, dimana nikotin yang terkandung dapat menekan aliran
saliva.
Faktor kebiasaan, misalnya pada anak dibiasakan minum susu
menggunakan gelas daripada menggunakan botol yang beresiko rampan
karies.
Pada orang yang cacat mental, fisik bahkan sistemik mempengaruhi
salivanya dan kebersihan rongga mulutnya sehingga rentan untuk
terjadinya karies.
5) Indikator untuk menentukan angka karies dapat ditentukan sebagai
berikut:
1) Kondisi klinis: dapat dilihat kondisi plaknya yang meningkat rentan
untuk terjadi karies begitu juga dengan pengalaman karies kemungkinan
untuk terjadi karies lagi.
Pengukuran luas plak bisa dilakukan pada permukaan gigi yaitu daerah
labial dan palatal yang secara kasat mata terlihat. Berdasarkan indeks
Vermillion dan Green:
Skor Plak
0 Tidak ada plak
1 Plak menutupi <1/3 permukaan gigi
2 Plak menutupi <2/3 permukaan gigi
3 Plak menutupi >2/3 permukaan gigi
2) Kondisi lingkungan: berdasarkan riwayat sosial, penggunaan fluor,
ngemil, perawatan giginya rutin atau tidak.
3) Kesehatan umum: misalnya anak cacat mental butuh perhatian khusus,
begitu juga dengan flow salivanya bisa dijadikan indikator.
Begitu juga dapat ditunjukkan dengan adanya white spot menunjukkan
karies tinggi, populasi bakteri streptococcus mutans yang tinggi,
7
penggunaan alat orto rentan karies, gigi yang sensitif perlu dicurigai,
akar yang terbuka, serta pH saliva yang rendah.
Angka karies dapat ditentukan berdasarkan indeks dari jumlah gigi yang
ditambal atau tidak ditambah jumlah gigi yang hilang dan ditambah lagi
dengan gigi yang sudah ditambal. Untuk gigi permanen menggunakan
DMF(Decay Missing Filling) yang bisa dilihat dari S(surface) dan
T(teeth). Sedangkan gigi sulung menggunakan DEF(Decay Exfoliated
Filling).
Indeks rata-rata = D+M+F
Jumlah orang yang diperiksa
Skor Indikator
0,0-0,1 Sangat rendah
0,2-2,6 Rendah
2,7-4,4 Sedang
4,5-6,5 Tinggi
>6,5 Sangat tinggi
6) Yang dapat dilakukan untuk mencegah karies secara lokal, yaitu:
Penanganan secara lokal ini dilakukan pada saat gigi tumbuh bisa dengan
cara pengaturan diet dikendalikan penggunaan gula dalam makanan dan
minuman, pengendalian plak misalnya dengan dental floss dan obat
kumur, pengaturan fluor, menyikat gigi yang baik dan benar, tidak
merokok, dipisahkan dari botol susu.
Pemberian fluor secara lokal: topikal aplikasi, pasta gigi berfluor, obat
kumur 0,2% berfluor (NaF), fissure sealant, dan khlorheksidin.
Penggunaan topikal aplikasi bisa berbentuk gel, pasta dan SnF.
Aplikasi topikal berupa:
Pemberian fluor melalui aplikasi topikal dapat memakai bermacam-
macam bentuk fluor antara lain:
8
Pasta fluor. Pasta fluor dapat berupa pasta fluor dengan konsentrasi tinggi (
SnF2 10%) dan larutan fluor SnF2 10%.
Larutan. Larutan yang biasa dipakai adalah larutan fluor SnF2 20%. Sebelum
dipakai larutan fluor SnF2 20% biasanya dicampur dengan larutan pengencer
atau pemanis (sorbitol) dengan perbandingan 1:1 sehingga akan didapat larutan
fluor dengan konsentrasi 10%. Kapas dicelupkan pada larutan fluor yang
sudah siap dipakai, lalu dioleskan pada seluruh permukaan gigi yang sudah
dikeringkan. Larutan fluor ini juga biasa dipakai pada spot application.
Pemberian fluor melalui spot application merupakan perawatan karena
diberikan langsung pada white spot atau pada daerah yang terkena karies.
Bahan yang dipakai adalah larutan fluor SnF2 20%. Pada teknik spot
application, cotton pellet dicelupkan pada larutan SnF2 20% lalu cotton pellet
diletakkan pada white spot selama 2-3 menit (Putri dkk, 2010).
Fluor dalam bentuk gel. Jika larutan harus diulaskan kuadran demi kuadran,
maka gel dapat diaplikasikan pada seluruh lengkung gigi sekaligus dengan
memakai aplikator khusus sehingga sediaan fluor dalam bentuk gel lebih
banyak digunakan daripada larutan (Kidd dan Bechal, 1992). Fluor dalam
bentuk gel diletakkan pada mouth guard atau sendok cetak, kemudian sendok
cetak dipakai 2-3 menit (Putri dkk, 2010). Namun, karena tiap milimeter gel
mengandung 12 mg F, penggunaan di rumah atau untuk anak-anak tidak
dianjurkan. Penggunaan gel akan lebih aman diaplikasikan di tempat praktek
dokter gigi, dan lebih mudah karena gel melekat ke gigi dan tidak perlu
pembasahan yang terus menerus dalam waktu lama seperti penggunaan larutan
(Kidd dan Bechal, 1992).
Yang dapat dilakukan untuk mencegah karies secara sistemik, yaitu:
Penanganan secara sistemik ini dilakukan pada saat pertumbuhan atau
perkembangan gigi
Upaya pencegahannya bisa dengan fluorodisasi baik pada air susu
dengan kadar 2-5 ppm/l, air minum 1 ppm, dan air garam 250 mg/kg.
9
Bisa juga dengan menggunakan tablet hisap fluor untuk usia 5 bulan-12
tahun dengan konsentrasi tidak lebih dari 0,7 ppm.
STEP 4
MAPPING
FAKTOR GIGI
DICEGAH TIDAK DICEGAH
DIET KONTROL PLAK FLUOR
KARIES
KELEBIHAN KEKURANGAN
SISTEMIK
APLIKASI FLUOR
LOKAL
10
STEP 5
LEARNING OBJECTIVE
1) Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan gigi.
2) Memahami pencegahan karies dengan penggunaan fluor baik sistemik
maupun lokal.
3) Memahami mekanisme bekerjanya fluor dalam mencegah karies.
11
STEP 7
PEMBAHASAN DARI LEARNING OBJECTIVE
1. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan gigi.
a) Jumlah bakteri
Segera setelah lahir akan terbentuk ekosistem oral yang terdiri atas
berbagai jenis bakteri. Kolonisasi bakteri di dalam mulut disebabkan transmisi
antar manusia, yang paling banyak dari ibu atau ayah. Bayi yang memiliki jumlah
S. mutans yang banyak, maka usia 2-3 tahun akan mempunyai risiko karies yang
lebih tinggi pada gigi susunya.Walaupun laktobasilus bukan merupakan penyebab
utama karies, tetapi bakteri ini ditemukan meningkat pada orang yang
mengonsumsi karbohidrat dalam jumlah banyak.
b) Umur
Penelitian epidemiologis menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi
karies sejalan dengan bertambahnya umur. Gigi yang paling akhir erupsi lebih
rentan terhadap karies. Kerentanan ini meningkat karena sulitnya membersihkan
gigi yang sedang erupsi sampai gigi tersebut mencapai dataran oklusal dan
beroklusi dengan gigi antagonisnya. Anak-anak mempunyai resiko karies yang
paling tinggi ketika gigi mereka baru erupsi sedangkan orangtua lebih berisiko
terhadap terjadinya karies akar.
Begitu pula terkait faktor umur menurut Suryabudhi (2003) seseorang
yang menjalani hidup secara normal dapat diasumsikan bahwa semakin lama
hidup maka pengalaman semakin banyak, pengetahuan semakin luas, keahliannya
semakin mendalam dan kearifannya semakin baik dalam pengambilan keputusan
tindakannya terhadap kesehatan gigi dan mulut.
c) Jenis kelamin
Selama masa kanak-kanak dan remaja, wanita menunjukkan nilai DMF
yang lebih tinggi daripada pria. Walaupun demikian, umumnya oral higiene
wanita lebih baik sehingga komponen gigi yang hilang (M missing) yang lebih
12
sedikit daripada pria. Sebaliknya, pria mempunyai komponen F (filling) yang
lebih banyak dalam indeks DMF.
d) Tekanan sosial budaya
Gula masih tetap menjadi bagian utama diet penduduk di kerajaan Inggris.
Dimana tiap orang baik itu laki-laki, perempuan dan anak-anak mengkonsumsi
±900 gr/minggu. Hal itu terjadi karena sejumlah besar modal ditanamkan pada
industri gula, minuman ringan, dan makanan manis yang dipromosikan dalam
bentuk iklan sehingga membuat masyarakat tertarik untuk membelinya. Begitu
pula makanan yang tidak terduga kariogenik ternyata mengandung sukrosa,
misalnya sup tomat, pasta kalengan, roti untuk bayi, dan yogurt buah. Jika hal itu
dibiarkan dan tidak bisa dikendalikan dari individunya sehingga bisa berisiko
karies.
e) Makanan pelindung
Keju dan kacang-kacangan merupakan contoh dari makanan pelindung.
Makanan pelindung tersebut dimakan setelah makan makanan yang mengandung
gula, dimana fungsinya untuk menaikkan pH plak.
f) Kurangnya sarana dan prasarana serta petugas pelayanan kesehatan yang
kurang.
Green et al (1980) menyatakan bahwa kesehatan manusia dipengaruhi oleh
dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku dan faktor non perilaku.
Faktor perilaku itu sendiri dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:
(1) Faktor-faktor predisposisi (predisposin factors), yang terwujud dalam
bentuk pengetahuan, kepercayaan, niai, sikap dan persepsi yang
berhubungan dengan motivasi individu ataupun kelompok dalam
masyarakat.
(2) Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam bentuk
Iingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas kesehatan,
misalnya puskesmas, obat-obatan, sekolah kesehatan dan lain sebagainya.
13
(3) Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors), yang terwujud dalam sikap
dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang termasuk dalam
kelompok referensi dan perilaku masyarakat.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa penilaku kesehatan
seseorang atau masyarakat ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan atau
tradisi. Di samping itu, ketersediaan fasilitas, sikap dan penilaku petugas
kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.
Misalnya, seseorang yang tidak memanfaatkan pelayanan puskesmas yang ada,
mungkin bukan karena dia tidak tahu akan bahaya penyakitnya, atau karena tidak
percaya pada puskesmas, tetapi karena rumahnya jauh, sedangkan sarana
transportasi umum untuk ke puskesmas sulit dan mahal.
Faktor non prilaku dapat berasal dari lingkungan endemik, keadaan sosial,
status ekonomi, pemerataan penduduk (demografi), keadaan geografi, dan lain
sebagainya.
2. Memahami pencegahan karies dengan penggunaan fluor baik sistemik
maupun lokal
Secara lokal
Dalam bidang kedokteran gigi, terdapat bermacam-macam larutan atau
obat-obatan fluor yang dapat dipakai untuk mencegah karies, yaitu Natrium
Fluoride (NaF0, acidulated phospat-fluoride atau Fl3 PO4 (APF), dan stannaous
Fluoride atau SnF2 (Putri dkk, 2010).
Natrium Fluoride (NaF)
Natrium fluoride digunakan dalam bentuk larutan yang dicampur air
dengan konsentrasi 2% atau 2 mg NaF dalam 100 mg larutan. Aplikasi topikal
menggunakan Naf 2% biasanya terdiri atas satu seri perawatan yang terdiri dari 4
kali kunjungan dengan interval antara kunjungan 1, 2, 3, dan 4 adalah 2-7 hari.
Aplikasi ini dianjurkan untuk anak-anak usia 3, 7, 10, dan 13 tahun sebab aplikasi
14
topikal dengan cara ini mempunyai efek profilaksis (tindakan pencegahan) (Putri
dkk, 2010).
Kebaikan dari aplikasi topikal menggunakan larutan NaF adalah rasanya
yang cukup enak (tidak pahit, meskipun ada rasa asin), tidak menimbulkan
pewarnaan ekstrinsik, tidak mengiritasi jaringan gingiva, dan mendidik penderita
untuk melaksanakan disiplin kunjungan ke balai pengobatan selama satu seri
kunjungan. Sedangkan kekurangannya adalah larutan ini tidak tahan lama kecuali
disimpan dalam botol polietilen yang berwarna gelap sehingga tidak tembus
cahaya matahari. Apabila disimpan dalam botol tembus cahaya maka sinar
matahari akan merangsang reaksi kimia dengan ion fluor bebas (Putri dkk, 2010).
Acidulated-phospat-fluoride atau Fl3 PO4 (APF)
Penyerapan fluor oleh email dapat ditingkatkan jika pHnya diturunkan.
Namun, pH yang rendah dapat menyebabkan terjadinya demineralisasi disertai
dengan pembentukan kalsium fluoride dan pelepasan fosfat. Hingga akhirnya
penelitian laboratorium menunjukkan bahwa penambahan fosfat dapat efektif
sebagai buffer (Kid dan Bechal, 1992).
Lebih dari 50% fluor dalam larutan APF berbentuk asam hidrofluor (HF)
yang tak terurai sementara kebanyakan fluor dalam larutan natrium fluorida yang
non asam dengan konsentrasi fluor yang sebanding, berbentuk sebagai ion F−¿¿.
HF lebih cepat berdifusi ke dalam email ketimbang ion F−¿¿, sehingga fluor dari
APF lebih dalam berdifusi daripada fluor yang berasal dari larutan NaF non asam
(Kid dan Bechal, 1992).
Aplikasi topikal dengan larutan fluor yang telah diasamkan ini terdiri atas
satu seri perawatan, 2 kali kunjungan untuk satu tahun. Semakin sering aplikasi
topikal dilakukan, lebih efektif dalam mencegah karies. Keuntungan pemakaian
larutan ini adalah larutan stabil jika disimpan dalam botol polietilen, namun
aplikasi ini dapat menimbulkan pewarnaan ekstrinsik pada gigi geligi. Topikal
aplikasi ini terutama diberikan pada kasus karies rampan (Putri dkk, 2010).
15
Stannous Fluoride (SnF2)
Konsentrasi yang dipakai adalah 8-10% dan diberikan sekali setiap 4-6
bulan dimulai pada usia 3 tahun. Juga efektif untuk orang dewasa. Larutan ini
sangat aktif sehingga akan cepat kehilangan kekuatannya, oleh karena itu harus
dibuat larutan yang baru setiap kali pemakaian, serta pemakaiannya lebih efektif
daripada NaF. SnF2 juga dapat memberikan efek walau pada daerah tempat kadar
fluoride dalam air minum cukup besar. Penggunaan SnF2 8% sekali per tahun
sudah dapat melindungi gigi dari karies. Namun, SnF2 memiliki bau dan rasa yang
tidak enak, dapat menimbulkan pigmentasi pada gigi, dapat mengiritasi gingiva,
dan mudah teroksidasi sehingga tidak efektif lagi (Putri dkk, 2010).
Topikal Aplikasi
Yang dimaksud dengan topikal aplikasi fluor adalah pengolesan langsung
fluor pada enamel. Setelah gigi dioleskan fluor lalu dibiarkan kering selama 5
menit, dan selama 1 jam tidak boleh makan, minum atau berkumur (Lubis, 2001).
Sediaan fluor dibuat dalam berbagai bentuk yaitu NaF, SnF2, APF yang
memakainya diulaskan pada permukaan gigi dan pemberian varnish fluor. Salah
satu varnish fluor adalah duraphat (colgate oral care) merupakan larutan alkohol
varnis alami yang berisi 50 mg NaF/ml (2,5 % sampai kira-kira 25.000 ppm fluor)
dan diberikan sekitar 3-6 bulan sekali. Varnish dilakukan pada anak-anak umur 6
tahun ke atas karena anak dibawah umur 6 tahun belum dapat menelan ludah
dengan baik sehingga dikhawatirkan varnish dapat tertelan dan dapat
menyebabkan fluorosis enamel (Angela, 2005).
NaF digunakan pertama kali sebagai bahan pencegah karies. NaF
merupakan salah satu yg sering digunakan karena dapat disimpan untuk waktu
yang agak lama, memiliki rasa yang cukup baik, tidak mewarnai gigi serta tidak
mengiritasi gingiva. Senyawa ini dianjurkan penggunaannnya dengan konsentrasi
2%, dilarutkan dalam bentuk bubuk 0,2 gram dengan air destilasi 10 ml (Yanti,
2002).
Sekarang SnF2 jarang digunakan karena menimbulkan banyak kesukaran,
misalnya rasa tidak enak sebagai suatu zat astringent dan kecenderungannya
16
mengubah warna gigi karena beraksinya ion Sn dengan sulfida dari makanan,
serta mengiritasi gingiva. SnF2 juga akan segera dihidrolisa sehingga harus selalu
memakai sediaan yang masih baru (Kidd dan Bechal, 1991). Konsentrasi senyawa
ini yang dianjurkan adalah 8%. Konsentrasi ini diperoleh dengan melarutkan
bubuk SnF2 0,8 gramdengan air destilasi 10 ml. Larutan ini sedikit asam dengan
pH 2,4-2,8.
APF lebih sering digunakan karena memiliki sifat yang stabil, tersedia
dalam bermacam-macam rasa, tidak menyebabkan pewarnaan pada gigi dan tidak
mengiritasi gingiva. Bahan ini tersedia dalam bentuk larutan atau gel, siap pakai,
merupakan bahan topikal aplikasi yang banyak di pasaran dan dijual bebas. APF
dalam bentuk gel sering mempunyai tambahan rasaseperti rasa jeruk, anggur dan
jeruk nipis (Yanti, 2002).
Pasta Gigi
Kebanyakan pasta gigi yang kini terdapat di pasaran mengandung kira-
kira 1 mg F/g (1 g sama dengan 12mm pasta gigi pada sikat gigi). Diduga bahwa
anak pra sekolah rata-rata menelan 0,3-0,4 g pasta gigi setiap kali menggosok gigi
sehingga jumlah fluor yang masuk ke dalam tubuh tiap harinya mencapai 0,5 mg.
Hal ini bisa mengakibatkan fluorosis jika tidak diperhatikan. Untuk itu, bagi anak-
anak di bawah usia 6 tahun, lebih baik membatasi penggunaan pasta gigi sebatas
0,3 g saja yang besarnya sama dengan kacang polong kecil, dan penyikatannya
pun hendaknya dibatasi sampai 2 kali sehari saja.
Secara sistemik
Garam fluor
Pemberian garam fluor bisa digunakan sebagai alternatif bagi daerah-
daerah yang tidak mempunyai pipa saluran air minum. Konsentrasi fluor pada
garam dapur yaitu untuk 1 kg garam dapur harus ditambahkan 200 – 300 mg
fluor. Dengan konsumsi garam berfluor rata-rata pada orang dewasa adalah 6
gr/hari.
Susu fluor
Sebuah penelitian di Galsgow menunjukkan adanya penurunan karies
sebesar 35 persen pada molar permanen murid sekolah dasar sebagai hasil dari
17
minum susu yang mengandung 7 bagian /106 F setiap hari selama 4 tahun
lamanya.Namun, terdapat variasi dalam jumlah yang dikonsumsi, dan terlebih lagi
tidak semua anak menyukai susu, maka dengan cara ini akan sedikit sekali
memperoleh fluor atau bahkan tidak sama sekali. Tetapi fluor yang diberikan pada
susu kurang efektif pada biaya dan lebih berisiko menimbulkan fluorosis.
Pemberian Fluor per oral
Tablet fluor dan tetes fluor utamanya dapat memberikan efek sistemik
karena harus dimetabolisme terlebih dahulu dalam tubuh. Tablet fluor ini juga
dapat memberi efek lokal ketika gigi erupsi, anak-anak diberanikan untuk
membiarkan tablet fluor mencair perlahan-lahan dalam mulutnya. Pemberian
tablet atau tetes fluor ini jangan sekali-kali diberikan jika kadar fluor dalam air
melebihi 0,7 ppm.
Dosis fluor yang dianjurkan:
UmurKadar fluor dalam air minum
0-0,3 0,3-0,7 0,7
2 minggu-2 tahun 0,25 0 0
2-4 tahun 0,5 0,25 0
4-16 tahun 1 0,5 0
NB: 2,2 mg sodium fluorida mengandung 1 mg F
Obat Tetes Fluor
Fluor dalam bentuk tetes, biasanya cara penggunaannya dicampur dengan
vitamin. Obat tetes ini biasanya sering digunakan oleh bayi dan balita. Obat yang
diberikan bisa bersamaan dengan susu atau bubur bayi. Jumlah fluor nya harus
sesuai dengan aturan pemakaian. Misalnya, Vitafluor Drops, dengan aturan pakai
3 kali 4 tetes / hari untuk umur dibawah 3 tahun dan 3 kali 8 tetes / hari untuk
anak diatas 3 tahun.
18
ASI (Air Susu Ibu)
Pemberian ASI lebih aman daripada air susu botol terhadap risiko karies.
Karena ASI mengandung laktosa, dimana laktosa tersebut daya kariogeniknya
kurang jika dibandingkan sukrosa. Pemberian ASI setelah anak lahir ini
membantu dalam kesehatan pembentukan matriks enamel dan dentin. Walaupun
dapat kita ketahui bahwa pembentukan matriks enamel dan dentin dari gigi susu
dimulai sejak dalam kandungan tetapi enamel secara sempurna dibentuk pada
umur 1½ bulan untuk gigi insisivus satu susu dan terakhir untuk gigi molar kedua
dari gigi susu saat umur 11 tahun. Untuk pemberian kadar fluor saat ibu hamil
menyebabkan fluor yang masuk melalui plasenta sangat sedikit sehingga kurang
optimal. Dengan demikian pemberian ASI semenjak bayi lahir dapat membantu
nutrisi kesehatan gigi anak dalam pencegahan terjadinya karies.
3. Memahami mekanisme bekerjanya fluor dalam mencegah karies
Reaksi Fluor dengan Email
Agar fluor dapat diikat oleh email, fluor tersebut harus diletakkan dalam bentuk
fluor apatit, yaitu ion hidroksil digantikan oleh ion fluor.
Ca10(PO4)6(OH)2 + 2F C10(PO4)6F2 + 2OH
Dari larutan yang mengandung konsentrasi fluor yang lebih tinggi akan diserap F
yang lebih banyak pula. Tetapi tidak seluruhnya dari fluor ini dibentuk menjadi
fluor apatit. Sebagian ion fluor akan diserap dalam permukaan Kristal tapi sisanya
akan bergabung dengan ion kalsium dari kisi-kisi untuk membentuk kalsium
fluoride (CaF2), membebaskan ion fosfat dan sebagian menguraikan kisi-kisi
dalam proses:
Ca10(PO4)6(OH)2 + 20F 10Ca2F2 + 6PO4 + 2OH
Efek Bakteriostatik :
Bakteri yang melekat di permukaan gigi disebut dengan plak. Beberapa
jenis bakteri didalam mulut, salah satunya bakteri Sreptococcus mutans
menghasilkan asam yang merupakan metabolisme karbohidrat. Salah satu
19
senyawa pembentuk elemen gigi yang berperan penting dalam mekanisme
Flouride Varnish adalah hidroksilapatit. Hidroksilapatit merupakan bagian dari
senyawa-senyawa kalsium fosfat dan merupakan senyawa terpenting untuk
melindungi gigi. Secara lokal flour diikat di permukaan luar dari kristal
hidroksilapatit, sebagai reaksi pertamanya flour akan membentuk endapan calsium
fluoride di permukaan enamel dan terbentuknya flourapatit sebagai reaksi kedua.
Endapan calsium fluoride yang terbentuk lebih banyak dari flourapatit.
Reaksi pertama :
Ca10(PO4)6(OH)2 + 20 F 10CaF2 + 6PO4 + 2OH
Hidroksilapatit Kalsium Flourida
CaF2 ini tidak terikat kuat pada gigi dan secara bertahap dapat terlepas.
Sebagai reaksi kedua terjadi sebagai berikut :
Ca10(PO4)6(OH)2 + 2 F Ca10(PO4)6 F2 + 2OH
Hidroksilapatit Flourapatit
Pada reaksi kedua ini terjadi pertukaran langsung antara ion OH dan ion F,
jumlah flourapatit yang terbentuk tidak banyak. Reaksi pertukaran ini tergantung
dari pH, pada pH 4 reaksi ini akan berlangsung kira-kira seratus kali lebih cepat
dibandingkan pada pH 7. Ini disebabkan pada pH yang rendah akan terbentuk
suatu hasil yaitu ikatan kalsiumfosfat yang disebut brushit.
Brushit merupakan ikatan kalsiumfosfat yang paling stabil dalam keadaan
pH yang lebih rendah dari 4,3. Brushit juga bereaksi dengan flour dan membentuk
senyawa flourapatit. Reaksi persenyawaan ini terjadi lebih cepat dibandingkan
dengan reaksi pertukaran ion yang disebut sebelumnya, sehingga dapat dikatakan
20
bahwa mekanisme utama yang menghambat terjadinya karies adalah reaksi
brushit dengan flour.
Efek pada bakteri penyebab karies dan metabolismenya bergantung pada
pH dan konsentrasinya, fluor dapat menimbulkan efek antibakteri dan antienzim.
Pada aplikasi topikal dengan konsentrasi lebih dari 1 persen F, baik APF (pH 3,2)
maupun SnF (pH 2,1) ternyata toksik terhadap streptococcus mutans. Adanya ion
fluor dalam plak dapat menurunkan efek kariogenik dengan jalan menghambat
pembentukan asam dan penurunan pH yang diakibatkannya.
Fluor dalam bentuk ion (F-) tidak dapat menembus ke dalam sel bakteri,
namun fluor dalam bentuk asam fluorida (HF) dapat masuk ke dalam sel bakteri.
Pada saat pH plak rendah akibat asam yang dihasilkan oleh bakteri, ion hidrogen
(H+) yang terbentuk ketika keadaan asam akan berikatan dengan ion fluorida (F -)
sehingga terbentuk asam fluorida (HF). HF dapat masuk ke dalam sel bakteri.
Kemudian di dalam sel bakteri HF kembali terion menjadi H+ dan F-. F- yang
terbentuk akan menghambat pembentukan asam fosfo-enolpiro anggur yang
dibutuhkan bakteri saat glikolisis. Akibatnya, metabolisme bakteri terganggu.
Meningkatkan remineralisasi
Ketika saliva mengenai plak dan komponen-komponennya, saliva dapat
menetralisasi asam sehingga menaikkan pH yang akan menghentikan
demineralisasi.
Saliva bersama kalsium dan fosfat akan menarik komponen yang hilang
ketika demineralisasi kembali menyusun gigi. Permukaan kristal yang
terdemineralisasi yang terletak antara lesi akan bertindak sebagai
‘nukleator’dan permukaan baru akan terbentuk.
Proses tersebut disebut remineralisasi, yaitu penggantian mineral pada
daerah-daerah yang terdemineralisasi sebagian akibat lesi karies pada
email atau dentin (termasuk bagian akar).
21
Fluor akan meningkatkan remineralisasi dengan mengadsorpsi pada
permukaan kristal menarik ion kalsium diikuti dengan ion fosfat untuk
pembentukan mineral baru.
Mineral yang baru terbentuk disebut veneer yang tidak mengandung
karbonat dan komposisinya memiliki kemiripan antara HAP dan FAP.
FAP mengandung sekitar 30.000 ppm fluor dan memiliki kelarutan
terhadap asam yang rendah.
Mineral yang baru terbentuk memiliki sifat seperti FAP yang kelarutan
dalam asam lebih rendah daripada CAP.
22
23