Skenario C Blok 21(L8)

download Skenario C Blok 21(L8)

of 19

description

blok 21

Transcript of Skenario C Blok 21(L8)

I. SKENARIO C BLOK 21 :Walaupun tidak jauh dari rumahnya ada Praktek Dokter Keluarga Mandiri, Ibu Rini ditemani tetangga rumahnya dengan cemas membeopong anak perempuannya ke klinik Merdeka untuk meminta pertolongan dr. Rino. Ibu Rini mengatakan pada dr. Rino bahwa leni (anak perempuannya) sebelumnya mengeluh sakit perut, sudah diberikan obat maag yang biasa dikonsumsi di rumahnya namun sakit perut semakin menjadi dan kemudian tiba-tiba menjadi lemas seperti ini.

Klinik Merdeka, adalah klinik DOGA yang memiliki 3 dokter keluarga, yang telah memiliki sarana dan prasarana lengkap sesuai dengan persyaratan klinik DOGA kategori C (minimal). Ibu Rini telah mengenal dr. Rino sebagai dokter yang sering memberikan penyuluhan di Balai Kecamatan dan juga sering berkunjung ke rumah-rumah yang ada di desa mereka bila ada yang sakit.

Setelah melengkapi persyaratan administratif dan pemeriksaan darah, Leni dibawa ke ruang periksa dan diperiksa langsung oleh dr. Rino. Sebagai dokter yang memiliki kompetensi dan kewenangan dokter keluarga serta memiliki keterampilan teknis medis dan pelayanan dalam situasi spesifik, dr. Rino mendiagnosis Leni menderita usus buntu akut.

Dr. Rino memanggil ibu Rini dan mengatakan Leni harus segera dibawa dan dirujuk ke RSUD, namun ibu Rini tidak mau dan tetap meminta dr. Rino mengobati di Klinik Merdeka. Setelah berulang kali Ibu Rini meminta Leni tetapi dirawat dan diobati di klinik Merdeka, dr. Rino tetap ingin merujuk ke RSUD Mandiri, akhirnya ibu Rini setuju.

II. KLARIFIKASI ISTILAH:

1. Praktek dokter keluarga mandiri

2. Penyuluhan

3. Usus buntu

4. Persyaratan administrasi

5. Merujuk

III. IDENTIFIKASI MASALAH:

1. Ibu Rini tetap memilih ke Klinik Merdeka (kategori C) untuk meminta pertolongan dr. Rino daripada ke praktek dokter keluarga mandiri di dekat rumahnya.2. Ibu Rini memberikan obat maag yang biasa dikonsumsi di rumahnya namun sakit perut Leni semakin menjadi dan tiba-tiba menjadi lemas.

3. Ibu Rini telah mengenal dr. Rino sebagai dokter yang sering memberikan penyuluhan di balai kecamatan dan sering berkunjung ke rumah yang ada di desa mereka bila ada yang sakit.

4. Dr. Rino mendiagnosis Leni menderita usus buntu akut dan harus segera dirujuk ke RSUD Mandiri tetapi ibu Rini tidak mau dan setelah dibujuk akhirnya ibu Rini setuju.

IV. ANALISIS MASALAH:

1. Praktek dokter keluarga mandiri:a. Bagaimana tugasnya?

b. Bagaimana pembagian wilayah kerjanya?

c. Jelaskan tentang sarana-prasarana di praktek dokter keluarga mandiri?

d. Jelaskan tentang konsep dan sistem pelayanannya?

2. Klinik dokter keluarga:

a. Jelaskan tentang sarana-prasarana di klinik dokter keluarga?b. Jelaskan tentang klinik dokter keluarga kategori C?c. Jelaskan tentang konsep dan sistem pelayanannya?

d. Bagaimana tugas dan wewenangnya?

3. Kemana seharusnya Leni pertama kali dibawa?

4. Bagaimana peran dokter keluarga dalam mendidik perilaku minum obat masayarakat?

5. Bagaimana persyaratan administrasi di klinik dokter keluarga?

6. Bagaimana peran klinik dokter keluarga dalam kasus emergensi yang bukan wilayah kerjanya?

7. Bagaimana alur rujukan pasien ini?

8. Apa yang dimaksud dokter keluarga memiliki kompetensi dan kewenangan serta memiliki keterampilan teknis medis dan pelayanan dalam situasi spesifik?

9. Apa syarat seorang dokter agar bisa kerja di klinik dokter keluarga?

V. HIPOTESIS:

Ibu Rini lebih memilih ke klinik Merdeka daripada ke PDKM yang tidak jauh dari rumahnya karena telah mengenal dr. Rino sebagai dokter di klinik dokter keluarga.VI. SINTESIS:

A. Dokter keluarga

a. Batasan

Dokter keluarga adalah dokter praktek umum yang menyelenggarakan pelayanan primer yang komprehensif, kontinu, mengutamakan pencegahan, koordinatif, mempertimbangkan keluarga, komunitas dan lingkungannya dilandasi ketrampilan dan keilmuan yang mapan.Pelayanan Dokter Keluarga melibatkan: Dokter Keluarga (DK) sebagai penyaring di tingkat primer

Dokter Spesialis (DSp) di tingkat pelayanan sekunder

Rumah sakit rujukan

Pihak pendana yang kesemuanya bekerja sama dibawah naungan peraturan dan perundangan

b. Prinsip-prinsip Pelayanan Kedokteran Keluarga,

Komprehensif dan holistik

Kontinu dan integrated

Mengutamakan pencegahan

Koordinatif dan kolaboratif

Personal sebagai bagian integral dari keluarganya

Mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan

Menjunjung tinggi etika, moral dan hukum

Sadar biaya dan sadar mutu

Dapat diaudit dan dipertanggungjawabkan

c. Kewajiban Dokter Keluarga

Menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna menyuruh, dan bermutu guna penapisan untuk pelayanan spesialistik yang diperlukan,

Mendiagnosis secara cepat dan memberikan terapi secara cepat dan tepat

Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif kepada pasien pada saat sehat dan sakit

Memberikan pelayanan kedokteran kepada individu dan keluarganya

Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan taraf kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi

Menangani penyakit akut dan kronik,

Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke RS,

Tetap bertanggung-jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter Spesialis atau dirawat di RS

Memantau pasien yang telah dirujuk atau di konsultasikan

Bertindak sebagai mitra, penasihat dan konsultan bagi pasiennya,

Mengkordinasikan pelayanan yang diperlukan untuk kepentingan pasien,

Menyelenggarakan rekam Medis yang memenuhi standar,

Melakukan penelitian untuk mengembang ilmu kedokteran secara umum dan ilmu kedokteran keluarga secara khusus.

d. Wewenang

Menyelenggarakan Rekam Medis yang memenuhi standar

Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi masyarakat

Melaksanakan tindak pencegahan penyakit

Mengobati penyakit akut dan kronik di tingkat primer

Mengatasi keadaan gawat darurat pada tingkat awal

Melakukan tindak prabedah, beda minor, rawat pasca bedah di unit pelayanan primer

Melakukan perawatan sementara

Menerbitkan surat keterangan medis

Memberikan masukan untuk keperluan pasien rawat inap

Memberikan perawatan dirumah untuk keadaan khusus.

e. Kompetensi

Dokter keluarga harus mempunyai kompetensi khusus yang perlu dilatihkan melalui program perlatihan. Kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap Dokter Keluarga secara garis besar:

Menguasai dan mampu menerapkan konsep operasional kedokteran keluarg

Menguasai pengetahuan dan mampu menerapkan ketrampilan klinik dalam pelayanan kedokteran keluarga

Menguasai ketrampilan berkomunikasi, menyelenggarakan hubungan profesional dokter- pasien untuk:

Secara efektif berkomunikasi dengan pasien dan semua anggota keluarga dengan perhatian khusus terhadap peran dan risiko kesehatan keluarga

Secara efektif memanfaatkan kemampuan keluarga untuk berkerjasana menyelesaikan masalah kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit, serta pengawasan dan pemantauan risiko kesehatan keluarga

Dapat bekerjasama secara profesional secara harmonis dalam satu tim pada penyelenggaraan pelayanan kedokteran/kesehatan.

1. Standar Kompetensi Dokter Keluarga (Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia, 2006)

1. Kompetensi Dasar

a. Keterampilan Komunikasi Efektif

b. Katerampilan Klinis Dasar

c. Keterampilan menerapkan dasar-dasar ilmu biomedis, ilmu klinis, ilmu perilaku, dan epidemiologi dalam praktik kedokteran keluarga.

d. Keterampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga ataupun masyarakat dengan cara yang komprehensif, holistik, berkesinambungan, terkoordinasi, dan bekerja sama dalam konteks Pelayanan Kesehatan Primer.

e. Memanfaatkan, menilai secara kritis, dan mengelola informasi.

f. Mawas diri dan pengembangan diri/ belajar sepanjang hayat.

g. Etika, moral, dan profesionalisme dalam praktik

2. Ilmu dan Keterampilan Klinis Layanan Pimer Cabang Ilmu Utama

a. Bedah

b. Penyakit Dalam

c. Kebidanan dan Penyakit Kandungan

d. Kesehatan Anak

e. THT

f. Mata

g. Kulit dan Kelamin

h. Psikiatri

i. Saraf

j. Kedokteran Komunitas

3. Keterampilan Klinis Layanan Primer Lanjut

a. Keterampilan melakukan health screeningb. Menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium lanjut

c. Membaca hasil EKG

d. Membaca hasil USG

e. BTLS, BCLS, dan BPLS

4. Keterampilan Pendukung

a. Riset

b. Mengajar Kedokteran Keluarga

5. Ilmu dan Keterampilan Klinis Layanan Primer Cabang Ilmu Pelengkap

a. Semua cabang ilmu kedokteran lainnya

b. Memahami dan menjembatani pengobatan alternatif

6. Ilmu dan Keterampilan Manajemen Klinis

2. Standar Pelayanan Kedokteran Keluarga

1. Standar Pemeliharaan Kesehatan di Klinik

a. Standar Pelayanan Paripurna

b. Standar Pelayanan Medis

c. Standar Pelayanan Menyeluruh

d. Standar Pelayanan Terpadu

e. Standar Pelayanan Berkesinambungan

2. Standar Perilaku dalam Praktik

a. Standar Perilaku terhadap Pasien

b. Standar Perilaku dengan Mitra Kerja di Klinik

c. Standar Perilaku dengan Sejawat

d. Standar Pengembangan Ilmu dan Keterampilan Praktik

e. Standar Partisipasi dalam Kegiatan Masyarakat di Bidang Kesehatan

3. Standar Pengelolaan Praktik

a. Standar Sumber Daya Manusia

b. Standar Manajemen Keuangan

c. Standar Manajemen Klinik

4. Standar Sarana dan Prasarana

a. Standar Fasilitas Praktik

b. Standar Peralataan Klinik

c. Standar Proses-proses Penunjang Praktik

f. Praktek dokter keluargaBentuk praktek dokter keluarga yang dimaksud secara umum dapat dibedakan atas tiga macam:1. Pelayanan dokter keluarga sebagai bagian dari pelayanan rumah sakit (hospital based)Pada bentuk pelayanan dokter keluarga diselenggarakan di rumah sakit. Untuk ini dibentuklah suatu unit khusus yang diserahkan tanggung jawab menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga. Unit khusus ini dikenal dengan nama bagian dokter keluarga (departement of family medicine), semua pasien baru yang berkunjung ke rumah sakit, diwajibkan melalui bagian khusus ini. Apabila pasien tersebut ternyata membutuhkan pelayanan spesialistis, baru kemudian dirujuk kebagian lain yang ada dirumah sakit.2. Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan oleh klinik dokter keluarga (family clinic)

Pada bentuk ini sarana yang menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga adalah suatu klinik yang didirikan secara khusus yang disebut dengan nama klinik dokter keluarga (family clinic/center). Pada dasarnya klinik dokter keluarga ini ada dua macam. Pertama, klinik keluarga mandiri (free-standing family clinic). Kedua, merupakan bagian dari rumah sakit tetapi didirikan diluar komplek rumah sakit (satelite family clinic). Di luar negeri klinik dokter keluarga satelit ini mulai banyak didirikan. Salah satu tujuannya adalah untuk menopang pelayanan dan juga penghasilan rumah sakit.

Terlepas apakah klinik dokter keluarga tersebut adalah suatu klinik mandiri atau hanya merupakan klinik satelit dari rumah sakit, lazimnya klinik dokter keluarga tersebut menjalin hubungan kerja sama yang erat dengan rumah sakit. Pasien yang memerlukan pelayanan rawat inap akan dirawat sendiri atau dirujuk ke rumah sakit kerja sama tersebut. Klinik dokter keluarga ini dapat diselenggarakan secara sendiri (solo practice) atau bersama-sama dalam satu kelompok (group practice). Dari dua bentuk klinik dokter keluarga ini, yang paling dianjurkan adalah klinik dokter keluarga yang dikelola secara berkelompok. Biasanya merupakan gabungan dari 2 sampai 3 orang dokter keluarga.

Pada klinik dokter keluarga berkelompok ini diterapkan suatu sistem manajernen yang sama. Dalam arti para dokter yang tergabung dalam klinik dokter keluarga tersebut secara bersama-sama membeli dan memakai alat-alat praktek yang sama. Untuk kemudian menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga yang dikelola oleh satu sistem manajemen keuangan, manajemen personalia serta manajemen sistem informasi yang sama pula. Jika bentuk praktek berkelompok ini yang dipilih, akan diperoleh beberapa keuntungan sebagai berikut (Clark, 1971):

a. Pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih bermutuPenyebab utamanya adalah karena pada klinik dokter keluarga yang dikelola secara kelompok, para dokter keluarga yang terlibat akan dapat saling tukar menukar pengalaman, pengetahuan dan keterampilan. Di samping itu, karena waktu praktek dapat diatur, para dokter mempunyai cukup waktu pula untuk menambah pengetahuan dan keterampilan.Kesemuannya ini, ditambah dengan adanya kerjasama tim (team work) disatu pihak, serta lancarnya hubungan dokter-pasien di pihak lain, menyebabkan pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih bermutu.

b. Pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih terjangkauPenyebab utamanya adalah karena pada klinik dokter keluarga yang dikelola secara berkelompok, pembelian serta pemakaian pelbagai peralatan medis dan non medis dapat dilakukan bersama-sama (cost sharing). Lebih dari pada itu, karena pendapatan dikelola bersama, menyebabkan penghasilan dokter akan lebih terjamin. Keadaan yang seperti ini akan mengurangi kecenderungan penyelenggara pelayanan yang berlebihan. Kesemuanya ini apabila berhasil dilaksanakan, pada gilirannya akan menghasilkan pelayanan dokter keluarga yang lebih terjangkau.

3. Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan melalui praktek dokter keluarga (family practice)Pada bentuk ini sarana yang menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga adalah praktek dokter keluarga. Pada dasarnya bentuk pelayanan dokter keluarga ini sama dengan pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan melalui klinik dokter keluarga. Disini para dokter yang menyelenggarakan praktek, rnenerapkan prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga pada pelayanan kedokteran yang diselenggarakanya. Praktek dokter keluarga tersebut dapat dibedaka pula atas dua macam. Pertama, praktek dokter keluarga yang diselenggarakan sendiri (solo practice). Kedua praktek dokter keluarga yang diselenggarakan secara berkelompok (group practice).g. Pelayanan pada praktek dokter keluargaPelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga banyak macamnya. Secara umum dapat dibedakan atas tiga macam :1. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan

Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga hanya pelayanan rawat jalan saja. Dokter yang menyelenggarakan praktek dokter keluarga tersebut tidak melakukan pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di rumah atau pelayanan rawat inap di rumah sakit. Semua pasien yang membutuhkan pertolongan diharuskan datang ke tempat praktek dokter keluarga.

Jika kebetulan pasien tersebut memerlukan pelayanan rawat inap, pasien tersebut dirujuk ke rumah sakit.

2. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien dirumah.

Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga mencakup pelayanan rawat jalan serta pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di rumah. Pelayanan bentuk ini lazimnya dilaksanakan oleh dokter keluarga yang tidak mempunyai akses dengan rumah sakit.

3. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien di rumah, serta pelayanan rawat inap di rumah sakit.

Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga telah mencakup pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien di rumah, serta perawatan rawat inap di rumah sakit. Pelayanan bentuk ini lazimnya diselenggarakan oleh dokter keluarga yang telah berhasil menjalin kerja sama dengan rumah sakit terdekat dan rumah sakit tersebut memberi kesempatan kepada dokter keluarga untuk merawat sendiri pasiennya di rumah sakit.

h. Perencanaan klinik DOGAUntuk dapat menyelenggarakan klinik dokter keluarga ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan:

1. Persiapan

Membentuk organisasi yang bertanggung jawab melaksanakan klinik Doga

Menetapkan batas-batas wewenang dan tanggung jawab organisasi pelaksanan

Menjabarkan ruang lingkup kegiatan yang diselenggarakan oleh organisasi pelaksana

Menetapkan aspek pelayanan kesehatan yang dipandang penting untuk diperhatikan.

2. Pelaksanaan

Manajemen sumber daya manusia, sarana dan prasarana.

Sistem informasi dan komunikasi layanan kedokteran.

Sistem layanan kesehatan terkendali dan pembayaran prospektif.

Program jaga mutu layanan kedokteran primer.i. Kategori klinik dokter keluarga

Kelas A (Ideal)Kelas B (Optimum)Kelas C (minimum)

24 jam

Kedaruratan dan kejadian luar biasa

Pelayanan rawat jalan

Pelayanan rawat inap sehari

Bedah minor

Konseling

Preventif dan promotif

Kunjungan ke- dan perawatan di rumah pasien

Pemeriksaan penunjang

Penyediaan obat

Pendidikan, riset, dan pengembangan 24 jam

Kedaruratan dan kejadian luar biasa

Pelayanan rawat jalan

Pelayanan rawat inap sehari

Bedah minor

Konseling

Preventif dan promotif

Kunjungan ke- dan perawatan di rumah pasien

Pemeriksaan penunjang

Penyediaan obat

Pendidikan, riset, dan pengembangan 24 jam

Kedaruratan dan kejadian luar biasa

Pelayanan rawat jalan

Pelayanan rawat inap sehari

Bedah minor

Konseling

Preventif dan promotif

Kunjungan ke- dan perawatan di rumah pasien

Pemeriksaan penunjang

Penyediaan obat

Pendidikan, riset, dan pengembangan

j. Persyaratan administrasi di klinik dokter keluarga

Persyaratan administrasi ideal pada klinik dokter keluarga itu tergantung penyedia layanan, tempat, dan komponen administasi yang dibutuhkan untuk kepentingan pembiayaan dan pelayanan kesehatan.B. Peran dokter keluarga dalam mendidik prilaku minum obat masyarakatPenggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas dalam pengobatan sendiri (swamedikasi) harus mengikuti prinsip penggunaan obat secara umum, yaitu penggunaan obat secara aman dan rasional. Sebagai seorang profesional kesehatan dokter keluarga mempunyai peran yang sangat penting dalam memberikan bantuan, nasehat dan petunjuk kepada masyarakat yang ingin melakukan swamedikasi, agar dapat melakukannya secara bertanggung jawab. Dokter keluarga harus dapat menekankan kepada pasien, bahwa walaupun dapat diperoleh tanpa resep dokter, namun penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas tetap dapat menimbulkan bahaya dan efek samping yang tidak dikehendaki jika dipergunakan secara tidak semestinya.Dalam penggunaan obat bebas dan obat bebas terbatas, Dokter keluarga memiliki dua peran yang sangat penting, yaitu menyediakan produk obat yang sudah terbukti keamanan, khasiat dan kualitasnya serta memberikan informasi yang dibutuhkan atau melakukan konseling kepada pasien (dan keluarganya) agar obat digunakan secara aman, tepat dan rasional. Konseling dilakukan terutama dalam mempertimbangkan : Ketepatan penentuan indikasi/penyakit

Ketepatan pemilihan obat (efektif, aman, ekonomis), serta

Ketepatan dosis dan cara penggunaan obat.

Satu hal yang sangat penting dalam konseling swamedikasi adalah meyakinkan agar produk yang digunakan tidak berinteraksi negatif dengan produk-produk yang sedang digunakan atau dikonsumsi pasien. Di samping itu dokter keluarga juga diharapkan dapat memberikan petunjuk kepada pasien bagaimana memonitor penyakitnya, serta kapan harus menghentikan pengobatannya atau kapan harus berkonsultasi kepada dokter.

Informasi yang perlu disampaikan oleh Dokter keluarga pada masyarakat dalam penggunaan obat bebas atau obat bebas terbatas antara lain:

Khasiat obat: Dokter keluarga perlu menerangkan dengan jelas apa khasiat obat yang bersangkutan, sesuai atau tidak dengan indikasi atau gangguan kesehatan yang dialami pasien.

Kontraindikasi: pasien juga perlu diberi tahu dengan jelas kontra indikasi dari obat yang diberikan, agar tidak menggunakannya jika memiliki kontra indikasi dimaksud.

Efek samping dan cara mengatasinya (jika ada): pasien juga perlu diberi informasi tentang efek samping yang mungkin muncul, serta apa yang harus dilakukan untuk menghindari atau mengatasinya.

Cara pemakaian: cara pemakaian harus disampaikan secara jelas kepada pasien untuk menghindari salah pemakaian, apakah ditelan, dihirup, dioleskan, dimasukkan melalui anus, atau cara lain.

Dosis: sesuai dengan kondisi kesehatan pasien, Dokter keluarga dapat menyarankan dosis sesuai dengan yang disarankan oleh produsen (sebagaimana petunjuk pemakaian yang tertera di etiket) atau dapat menyarankan dosis lain sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

Waktu pemakaian: waktu pemakaian juga harus diinformasikan dengan jelas kepada pasien, misalnya sebelum atau sesudah makan atau saat akan tidur.

Lama penggunaan: lama penggunaan obat juga harus diinformasikan kepada pasien, agar pasien tidak menggunakan obat secara berkepanjangan karena penyakitnya belum hilang, padahal sudah memerlukan pertolongan dokter.

Hal yang harus diperhatikan sewaktu minum obat tersebut, misalnya pantangan makanan atau tidak boleh minum obat tertentu dalam waktu bersamaan.

Hal apa yang harus dilakukan jika lupa memakai obat

Cara penyimpanan obat yang baik

Cara memperlakukan obat yang masih tersisa

Cara membedakan obat yang masih baik dan sudah rusak

C. Peran dokter keluarga dalam kasus emergensi yang bukan wilayah kerjanya

Sebagai seorang dokter yang baik wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas kemanusiaan, kecuali bila yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya seperti yang tercantum dalam KODEKI pasal 14. Peran dokter keluarga sendiri jika menghadapi kasus emergensi yang bukan wilayah kerjanya sebaiknya memberikan pertolongan pertama sebelum mentransfernya ke rumah sakit rujukan. Setiap pasien semestinya harus ke pelayanan kesehatan primer terlebih dulu untuk semua masalah kesehatan yang dihadapinya. Perkecualian tentu saja ada, misalnya untuk kasus kedaruratan yang parah, pasien bisa langsung ke unit gawat darurat terdekat di manapun. Jika masalah pasien telah ditangani di tingkat sekunder atau tersier, maka pasien akan dikembalikan ke dokter umumnya untuk mendapatkan perawatan lanjutan.Apendisitis akut yang dialami oleh Rini merupakan kompetensi dokter umum sampai tahap 3A yaitu mampu menegakkan diagnosis berdasarkan pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan penunjang, mampu merujuk ke spesialis yang tepat dan menindaklanjuti sesudahnya dan mampu mengambil keputusan terapi pendahuluan pada kasus bukan gawat darurat.

D. Alur rujukan pasien

Bagi pencapaian tujuan Millenium Development Goals (MDGs), program dokter keluarga menjadi promotor sekaligus akselerator. Pelayanan dokter keluarga yang meliputi aspek promotif dan preventif menyempurnakan pelayanan kesehatan saat ini yang masih terfokus pada kuratif dan rehabilitatif. Mutu pelayanan kesehatan masyarakat diharapkan menjadi jauh lebih meningkat.

Kegiatan dokter keluarga meliputi kegiatan pendataan, penyuluhan perseorangan, penyuluhan kelompok, sosialisasi perilaku hidup bersih sehat, gotong royong, kegiatan posyandu, kuratif, dan pemberdayaan masyarakat. Dokter keluarga berada di bawah koordinasi kepala puskesmas. Dokter keluarga ditempatkan di puskesmas-puskesmas pembantu bersama perawat dan bidan sehingga menjadi lini pertama (front liners) layanan kesehatan. Pada penanganan kasus-kasus kegawatdaruratan, dokter keluarga menjadi ujung tombak pelayanan kesehatan di masyarakat (safe guards).

Sebagai tingkatan terendah dalam jenjang pelayanan kesehatan, dokter keluarga memiliki mekanisme rujukan. Alur rujukan pasien dari dokter keluarga adalah ke puskesmas di kelurahan, kemudian ke rumah sakit di tingkat kabupaten. Setelah ditangani puskesmas atau rumah sakit, pasien yang dirujuk ke tingkat layanan kesehatan yang lebih tinggi akan kembali ditangani oleh dokter keluarga. Dokter keluarga menjadi penghubung pasien rujukan setelah mendapatkan perawatan dari jenjang pelayanan kesehatan yang lebih tinggi (gate keeper).

Seperti yang telah dijelaskan pada scenario, Leni yang merupakan anak ibu Reni didiagnosis oleh dokter Rino yang merupakan dokter keluarga di klinik dokter keluarga Merdeka menderita appendicitis akut, kemudian dokter Rino mengatakan bahwa Leni harus segera dibawa dan dirujuk ke RSUD.

Perlu kita ketahui di dalam profesi kedokteran terdapat suatu standar kompetensi, dimana standar kompetensi dokter keluarga seperti dokter Rino pada umumnya sama dengan dokter umum yang merupakan lulusan strata satu. Standar tersebut terdiri dari :

1. Tingkat kemampuan 1

Dapat mengenali dan menempatkan gambaran-gambaran klinik sesuai penyakit ini ketika membaca literature. Dalam korespondensi, ia dapat mengenal gambaran klinik ini, dan tahu bagaimana mendapatkan informasi lebih lanjut. Level ini mengindikasikan overview level. Bila menghadapi pasien dengan gambaran klinik ini dan menduga penyakitnya, Dokter segera merujuk

2. Tingkat kemampuan 2

Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya pemeriksaan laboratorium sederhana dan X-ray). Dokter mampu merujuk pasien secepatnya ke spesialis yang relevan dan mampu menindaklanjuti sesudahnya.

3. Tingkat kemampuan 3

3A. Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya pemeriksaan laboratorium sederhana dan X-ray). Dokter dapat memutuskan memberikan terapi pendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang relevan (bukan kasus gawat darurat)

3B. Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya pemeriksaan laboratorium sederhana dan X-ray). Dokter dapat memutuskan memberikan terapi pendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang relevan (kasus gawat darurat)

4. Tingkat kemampuan 4

Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya pemeriksaan laboratorium sederhana dan X-ray). Dokter dapat memutuskan dan menangani problem itu sendiri sampai tuntas.

Untuk kasus appendicitis akut seperti kasus Leni, maka dokter Rino memilik kompetensi 3A seperti yang telah dituliskan di atas. Jadi yang dilakukan oleh dokter Rino pada kasus ini adalah benar, yaitu segera merujuk ke yang lebih berkompeten karena kita telah mengetahui bahwa kasus appendicitis akut bukan merupakan kompetensi dokter keluarga dalam melakukan tatalaksana secara tuntas. Kompetensi ini terlepas dari dokter Rino yang bukan merupakan dokter keluarga dari ibu Rini, karena belum ada peraturan yang mewajibkan seorang individu berobat harus ke dokter keluarganya sendiri, yang pada kasus ini praktik dokter keluarganya berada dekat dengan rumah ibu Rini.

E. Dokter keluarga yang memiliki kompetensi, kewenangan, dan keterampilan klinis dalam situasi spesifik di klinik

Dokter keluarga harus mempunyai kompetensi khusus yang lebih dari pada seorang lulusan fakultas kedokteran pada umumnya. Kompetensi khusus inilah yang perlu dilatihkan melalui program perlatihan ini. Yang dicantumkan disini hanyalah kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap Dokter Keluarga secara garis besar. Rincian mengenai kompetensi ini, yang dijabarkan dalam bentuk tujuan pelatihan, Menguasai dan mampu menerapkan konsep operasional kedokteran keluarga, Menguasai pengetahuan dan mampu menerapkan ketrampilan klinik dalam pelayanan kedokteran keluarga, Menguasai ketrampilan berkomunikasi, menyelenggarakan hubungan professional dokter- pasien untuk: Secara efektif berkomunikasi dengan pasien dan semua anggota keluarga dengan perhatian khusus terhadap peran dan risiko kesehatan keluarga, Secara efektif memanfaatkan kemampuan keluarga untuk berkerjasana menyelesaikan masalah kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit, serta pengawasan dan pemantauan risiko kesehatan keluarga, Dapat bekerjasama secara profesional secara harmonis dalam satu tim pada penyelenggaraan pelayanan kedokteran/kesehatan.

Jadi, pada kasus, dokter keluarga seharusnya dapat berkomunikasi dengan baik sehingga keluarga pasien atau pasien sendiri menyetujui untuk melakukan tindakan yang disarankan oleh dokter keluarga demi kebaikan pasien itu sendiri. Baik dokter keluarga yang berpraktek secara mandiri ataupun dokter keluarga yang berpraktek di klinik dokter keluarga harus mempunyai kompetensi khusus ini.

Tujuan:Pada akhir program pelatihan, calon doga diharapkan mencapai :

Primary care memiliki pengetahuan dan skill sebagai lini pertama penyedia pelayanan kesehatan

Personal care memiliki kemampuan untuk menangani & memahami ide, perhatian dan ekspektasi dari pasien, anggota keluarga dan orang-orang lain yang terkait pasien

Continuing care memahami nilai inti dalam pelayanan kesehatan yang melebihi pelayanan episodik kepada pasien

Comprehensive care memahami konsep kuratif, rehabilitatif, preventif & promotif sebagai komponen pelayanan kesehatan dan mampu mengadopsi konsep-konsep ini dalam perencanaan dan pelaksanaan pelayanan kesehatan

Family as unit of care memahami nilai inti dari memanage individu dan keluarga sebagai suatu sistem integral dari hubungan, perawatan dan perhatian bagi pasien.

Cakupan & Perbedaan:Paket A = Konsep Kedokteran Keluarga (Concepts of family medicine)

1. The central value of family medicine

2. Personal care, Continuing care and comprehensive care

3. Family as a unit of care

4. Emergency care, housecalls and home care

5. Palliative care

Paket B = Manajemen Klinik Dokter Keluarga (Managing the practice)

1. Managing people and resource

2. Managing facilities and utilities

3. Managing information medical records, confidentiality, computerization

4. Managing finance including managed care

5. Managing quality

Paket C(A) = Medical Technical Skills & Care In Spesific Situation Practice Skills

1. The consultation process

2. Communication skills

3. Counseling skills

4. Changing behavior

5. Disease management

6. Emergency care skills

Paket C(B) = Medical Technical Skills & Care In Spesific SituationCommon symptoms

1. Fatigue 2. Weight loss 3. Fever

4. Dyspepsia 5. Breathlessness 6. Cough

7. Sorethroat 8. Chest Pain 9. Diarrhoea

10. Constipation 11. Vomiting 12. Abdominal pain

13. Skin rash 14. Backache 15. Joint pain

16. Giddiness 17. Headache 18. Insomnia

19. Persistenly crying baby 20. Red eye

Paket C(C) = Medical Technical Skills & Care In Spesific Situation Spesific disorder

1. Cardiovascular and respiratory disorders

2. Gastrointestinal disorders

3. Renal and hematological disorders

4. Psychological disorders

5. Skin disorders

6. Bone & joint disorders

7. Nervous system, eye, and ENT disorders

8. Nutritional, metabolic, and endocrine disorders

Paket D = Applied Medicine in the various age group

1. Child and adolescent helath

2. Womens health

3. Mens health

4. Health of working adult

5. Elders health

6. Public health

15