Skenario B Blok 26

38
LAPORAN TUTORIAL SKENARIO B BLOK 26 Kelompok 7 Tutor : dr. Wresnindyatsih, Sp. PA, M. Kes Amir Ibnu Hizbullah 041114010 32 M. Addien Prima Nanda 041114010 37 Yusti Desita Indri Ani Muharam Yoga Kharisma 041114010 42 041114010 43 Maya Rentina Dhilah Juas Ainun 041114010 55 041114010 60 Arie Wahyudi Wijaya 041114010 71 Teguh Ridho Perkasa 041114010 80 Syena Damara Riza 041114010

description

skenario

Transcript of Skenario B Blok 26

Page 1: Skenario B Blok 26

LAPORAN TUTORIALSKENARIO B BLOK 26

Kelompok 7Tutor : dr. Wresnindyatsih, Sp. PA, M. Kes

Amir Ibnu Hizbullah 04111401032

M. Addien Prima Nanda 04111401037

Yusti Desita Indri AniMuharam Yoga Kharisma

0411140104204111401043

Maya RentinaDhilah Juas Ainun

0411140105504111401060

Arie Wahyudi Wijaya 04111401071

Teguh Ridho Perkasa 04111401080

Syena Damara Riza Gustam 04111401081

Prabashni Ramani 04111401093

Faris Naufal Afif 04111401077

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG

2014KATA PENGANTAR

Page 2: Skenario B Blok 26

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya penulis

dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul “Laporan Tutorial Skenario B Blok 26”

sebagai tugas kompetensi kelompok. Salawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan

kita, nabi besar Muhammad SAW, beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga

akhir zaman.

Laporan tutorial ini bertujuan untuk memenuhi tugas Blok 26 yang merupakan

bagian dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. Penulis

menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan materi dan

perbaikan di masa yang akan datang.

Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, penulis banyak mendapat bantuan,

bimbingan dan saran. Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang

diberikan kepada semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga bermanfaat dalam

perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.

Palembang, 20 Agustus 2014

Penulis

DAFTAR ISI

Page 3: Skenario B Blok 26

Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1.2 Maksud dan Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Bab II Pembahasan

2.1 Skenario Kasus . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

2.2 Paparan

I. Klarifikasi Istilah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

II. Identifikasi Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

III. Analisis Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

IV. Jawaban Analisis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

V. Hipotesis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

VI. Kerangka Konsep . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

VII. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Daftar

Pustaka . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

BAB I

Page 4: Skenario B Blok 26

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Blok Infeksi tropik adalah Blok 26 pada Semester 7 dari Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas

Sriwijaya Palembang.

Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran

untuk menghadapi tutorial yang sebenarnya pada waktu yang akan datang. Penulis

memaparkan kasus yang diberikan mengenai Malaria Vivax.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari materi praktikum ini, yaitu :

1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem

pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.

2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis

dan pembelajaran diskusi kelompok.

3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari

skenario ini.

BAB II

Page 5: Skenario B Blok 26

PEMBAHASAN

2.1 Skenario

Skenario B Blok 26

Tn. Yasin, 38 tahun, datang ke dokter karena mengeluh demam yang hilang timbul sejak pulang

dari Bangka 6 bulan yang lalu. Sejak 6 hari ini demam muncul setiap hari, disertai mnggigil dan

berkurang setelah keluar keringat dingin. Tn Yasin juga mengeluh sakit kepala, mual dan rasa

penuh di perut.

Pemeriksaan Fisik :

Keadaan Umum : Kesadaran Compos Mentis, TD : 12/80mmHg,Nadi : 96x/menit, RR :

24x/menit, temp axilla 39o celcius

Kepala : Sklera Ikterik -/-, konjunktiva pucat +/+

Leher : Pembesaran KGB

Thorax : Paru dan jantung dbn

Abdomen : Lien teraba Schuffner 4, hepar teraba 1 jari dibawah arcus costae

Ekstrremitas : edema pretibia -/-

Pemeriksaan Penunjang :

Hb 9 gr/dl, RBC 4,5 jt, WBC 11.000/mm3 , Trombosit 200.000/mm3

DDR : Ukuran RBC yang terinfeksi membesar, tampak gambaran ring form cenderung tebal dan

kasar, tampak sitoplasma tidak teratur (ameboid) dan terdapat Schuffner’s dot

2.2. Klarifikasi Istilah

Page 6: Skenario B Blok 26

1. Demam : Kenaikan suhu tubuh di atas normal (37,2o)

2. Menggigil : Keadaan tubuh yang gemetar secara involunter seperti demam

3. Mual : Perasaan tidak nyaman di epigastrium seperti ingin muntah

4. Sklera ikterik : Bagian putih mata yang berwarna kuning

5. Ring form : Gambaran apusan darah berbentuk cincin

6. Schuffner dot : Gambaran pada pulasan darah yang biasanya ditemukan pada

plasmodium ovale dan plasmodium vivax dimana terlihat seperti

titik-titik halus berwarna merah muda yang tampak dalam eritrosit.

7. Ameboid : Gambaran mikroskopik dimana sitoplasma tidak teratur

2.3. Identifikasi Masalah

1. Tn. Yasin, 38 tahun, datang ke dokter karena mengeluh demam yang hilang timbul sejak

pulang dari Bangka 6 bulan yang lalu.

2. Sejak 6 hari ini demam muncul setiap hari, disertai mnggigil dan berkurang setelah keluar

keringat dingin. Tn Yasin juga mengeluh sakit kepala, mual dan rasa penuh di perut.

3. Pemeriksaan Fisik :

Keadaan Umum : Kesadaran Compos Mentis, TD : 12/80mmHg,Nadi : 96x/menit, RR :

24x/menit, temp axilla 39o celcius

Kepala : Sklera Ikterik -/-, konjunktiva pucat +/+

Leher : Pembesaran KGB

Thorax : Paru dan jantung dbn

Page 7: Skenario B Blok 26

Abdomen : Lien teraba Schuffner 4, hepar teraba 1 jari dibawah arcus costae

Ekstrremitas : edema pretibia -/-

4. Pemeriksaan Penunjang :

Hb 9 gr/dl, RBC 4,5 jt, WBC 11.000/mm3 , Trombosit 200.000/mm3

DDR : Ukuran RBC yang terinfeksi membesar, tampak gambaran ring form cenderung

tebal dan kasar, tampak sitoplasma tidak teratur (ameboid) dan terdapat Schuffner’s dot

2.4. Analisis Masalah

Tn. Yasin, 38 tahun, datang ke dokter karena mengeluh demam yang hilang

timbul sejak pulang dari Bangka 6 bulan yang lalu.

a. Apa hubungan riwayat berpergian pasien dengan keluhan ?

Daerah endemis malaria dibedakan menjadi endemis tinggi, endemis

sedang dan endemis rendah. Dikatakan endemis tinggi jika API-nya lebih besar

dari 50 per 1.000 penduduk. Seperti di Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua

Barat, Sumatera Utara (Kabupaten Nias dan Nias Selatan), dan NTT.

Sedangkan endemis sedang bila API-nya berkisar antara 1 sampai kurang

dari 50 per 1.000 penduduk. Di antaranya di Aceh (Kabupaten Siemeulu), Bangka

Belitung, Kepri (Kabupaten Lingga), Jambi (Kabupaten Batang Hari, Merangin,

dan Sorolangun), Jawa Tengah (Wonosobo, Banjarnegara, Banyumas,

Pekalongandan Sragen), dan Jawa Barat (Sukabumi, Garut, dan Ciamis). Adapun

endemis rendah bila API-nya 0 - 1 per 1.000. Ini di antaranya sebagian Jawa,

Kalimantan, dan Sulawesi.

Page 8: Skenario B Blok 26

Keadaan geografis Bangka

- Banyak daerah pantai, rawa, air payau, hutan lebat, pada daerah rawa banyak

terdapat hutan bakau.

- Banyak terdapat genagan air seperti danau kecil bekas galian tambang (galian

timah).

- Iklim tropis tipe A, suhunya 26o – 28,1o C.

Habitat Nyamuk

- Anopheles Sundaicus : dikawasan muara sungai (air payau), salinitas 12% -

18%.

- Anopheles Moculatus : didalam kolam air / anak sungai di kawasan bukit.

- Anopheles Vagus, Anopheles Subpictus, Anopheles Tesselatus, Anopheles

Farauti : genangan air bekas galian tanah yang ditumbuhi berbagai jenis rumput,

air jernih dengan pH 6-8, salinitas 0%.

Hubungannya :

Sesuai dengan riwayat berpergiannya ke Bangka sangat berhubungan dengan habitat

nyamuk Anopheles.

b. Apa etiologi dan mekanisme demam yang hilang timbul ?

Page 9: Skenario B Blok 26

Plasmodium(virus) masuk System imun bekerja mempertahankan

tubuh Makrofag memfagosit plasmodium Makrofag membentuk APC

(antigen precenting cell) Memicu pengeluaran interleukin 1 (IL 1) sebagai anti

infeksi IL 1 Merangsang sel endothel hypothalamus mengeluarkan Asam

arakhidonat Memicu hipotalamus mensekresi prostaglandin Hypothalamus

meningkatkan setter suhu tubuh pada termogulator Demam

2. Sejak 6 hari ini demam muncul setiap hari, disertai menggigil dan berkurang setelah

keluar keringat dingin. Tn Yasin juga mengeluh sakit kepala, mual dan rasa penuh di

perut.

a. Apa makna klinis dari demam muncul setiap hari sejak 6 hari yang lalu disertai

menggigil ?

Menggambarkan bahwa pasien telah masuk ke stadium merozoit dimana

merozoit lolos dari fagositosis di hati dan lien sehingga menimbulkan gejala

b. Apa jenis demam yang menggambarkan kondisi pasien?

Demam intermitten : suhu kembali normal setiap hari umumnya pada pagi

hari namun memuncak pada siang hari

c. Apa etiologi dan mekanisme dari demam disertai menggigil dan berkurang setelah

keluar keringat dingin ?

Pecahnya SDM yang berisi skizon mengeluarkan bermacam-macam

antigenmerangsang makrofag,monosit atau limfosit mengeluarkan berbagai

macam sitokin (diantaranya IL-1) mengaktifkan sel Tmerangsang sel T

Page 10: Skenario B Blok 26

untuk memproduksi limfokin menimbulkan panas yang tinggi (disertai dengan

mekanisme TNF alfa) dikompensasi dengan mengigil dan keringat dingin.

d. Apa etiologi dan mekanisme dari sakit kepala ?

infeksi parasit plasmodium siklus RBC mengalami lisis terjadi

penggumpalan terjadi penyumbatan pembuluh darah ke otak sakit kepala

e. Apa etiologi dan mekanisme dari mual dan rasa penuh di perut?

Pada stadiun eksoeritrositik banyaknya sel hati yang rusak hepatomegali

menekan lambungperasaan penuh dan mual

3. Pemeriksaan Fisik :

Keadaan Umum : Kesadaran Compos Mentis, TD : 12/80mmHg,Nadi :

96x/menit, RR : 24x/menit, temp axilla 39o celcius

Kepala : Sklera Ikterik -/-, konjunktiva pucat +/+

Leher : Pembesaran KGB

Thorax : Paru dan jantung dbn

Abdomen : Lien teraba Schuffner 4, hepar teraba 1 jari dibawah arcus costae

Ekstrremitas : edema pretibia -/-

Page 11: Skenario B Blok 26

a. Apa interpretasi dan mekanisme abnormal dari pemeriksaan fisik?

Demam : Timbul bersamaan dengan pecahnya skizon darah yang mengeluarkan

bermacam-macam antigen. Antigen ini akan merangsang sel-sel makrofag.

Monosit atau limfosit yang mengeluarkan berbagai macam sitokin, antara lain

TNF (tumor nekrosis factor). TNFhipothalamuspengaturan set point suhu

tubuh demam. Proses skizogoni pada ke empat plasmodium memerlukan

waktu yang berbeda-beda.

p.falciparum memerlukan waktu 36-48 jam, P.vivax/ovale 48 jsm, dan P.malariae

72 jam. Demam pada P.falciparum dapat terjadi setiap hari dan P.malariae demam

timbul selang waktu 2 hari

Splenomegali

Splenomegali merupakan gejala khas malaria kronik. Limpa mengalami kongesti,

menghitam, dan menjadi keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan

jaringan ikat yang bertambah.

Pembesaran KGB : sel-sel limfosit yang ada di KGB memfagosit merozoit yang

berada sekitarnya Sel limfosit berisi merozoit pembesaran KGB

4. Pemeriksaan Penunjang :

Hb 9 gr/dl, RBC 4,5 jt, WBC 11.000/mm3 , Trombosit 200.000/mm3

DDR : Ukuran RBC yang terinfeksi membesar, tampak gambaran ring form

cenderung tebal dan kasar, tampak sitoplasma tidak teratur (ameboid) dan

terdapat Schuffner’s dot

Page 12: Skenario B Blok 26

a. Apa interpretasi dan mekanisme abnormal dari pemeriksaan penunjang ?

Anemia

Anemia disebabkan oleh:

-       Penghancuran eritrosit yang berlebihan

-       Eritrosit normal tidak dapat hidup lama

-       Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi eritropoiesis dalam sumsum

tulang

5. Apa saja diagnosis banding kasus ini ?

Malaria Vivax

Malaria falciparum

6. Apa diagnosis kerja nya?

Malaria tertian

Page 13: Skenario B Blok 26

7. Bagaimana cara menegakkan diagnosis (termasuk pemeriksaan penunjang) ?

Diagnosis

Diagnosis malaria ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan

laboratorium. Diagnosis pasti malaria harus ditegakkan dengan pemeriksaan sediaan

darah secara mikroskopik atau tes diagnostik cepat (RDT – Rapid Diagnostik Test).

A.   Anamnesis

1.    Pada anamnesis sangat penting diperhatikan:

-       Keluhan utama: demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai rasa sakit kepala,

mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal

-       Riwayat berkunjung dan bermalam 1 – 4 minggu yang lalu ke daerah endemik malaria

-       Riwayat tinggal di daerah endemik malaria

-       Riwayat sakit malaria

-       Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir

-       Riwayat mendapat transfusi darah

2.       Selain hal di atas pada penderita tersangka malaria berat, dapat ditemukan keadaan

dibawah ini:

-       Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat

-       Keadaan umum yang lemah (tidak bisa duduk/berdiri)

-       Kejang-kejang

-       Panas sangat tinggi

Page 14: Skenario B Blok 26

-       Mata atau tubuh kuning

-       Perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaan

-       Nafas cepat dan atau sesak nafas

-       Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum

-       Warna air seni seperti teh tua dan dapat sampai kehitaman

-       Jumlah air seni kurang (oligouria) sampai tidak ada (anuria)

-       Telapak tangan sangat pucat

B.    Pemeriksaan Fisik

-       Demam (pengukuran dengan termometer > 37,5° C)

-       Konjungtiva atau telapak tangan ikterus atau pucat

-       Pembesaran limpa (splenomegali)

-       Pembesaran hati (hepatomegali)

C.    Pemeriksaan Laboratorium

1.    Pemeriksaan dengan mikroskop

Pemeriksaan apusan darah tebal / DDR (DrikeDrupple) untuk menentukan ada tidaknya

parasit malaria (positif atau negatif).

Page 15: Skenario B Blok 26

2.    Pemriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)

Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria dengan

menggunakan metode imunokromatografi dalam bentuk dipstik. Kemampuan rapid test

yang beredar pada umumnya ada 2 jenis yaitu:

-       Single, yang mampu mendiagnosis hanya infeksi P. falciparum

-       Combo, yang mampu mendiagnosis infeksi P. falciparum dan non falciparum

8. Bagaimana epidemiologinya?

Pada negara yang beriklim dingin sudah tidak ditemukan lagi daerah endemic

malaria. Namun demikian, malaria masih merupakan persoalan kesehatan yang besar

didaerah tropis dan subtropis seperti Brasil, Asia Tenggara, dan seluruh Sub-Sahara

Afrika.

Di Indonesia, malaria ditemukan hampir semua wilayah. Pada tahun 1996

ditemukan kasus malaria di Jawa-Bali dengan jumlah penderita sebanyak 2.341.401

orang, slide positive rate (SPR): annual paracitic index (API): 0,08o/oo. CFR di rumah

sakit sebesar 10-50%. Menurut laporan, di provinsi Jawa tengah tahun 1999; API

sebanyak 0,35 o/oo, sebagian besar disebabkan oleh Plasmodium falciparum dan P.vivax.

Angka prevalensi malaria di provinsi Jawa Tengah terus menurun dari tahun ke tahun,

mulai dari 0,51 pada tahun 2003, menurun menjadi 0,15 dan berkurang lagi menjadi 0,07

pada tahun 2005. Plasmodium malariae banyak ditemukan di Indonesia Timur,

sedangkan Plasmodium ovale di Papua dan NTT.

Page 16: Skenario B Blok 26

9. Bagaimana patogenesisnya ?

Patogenesis malaria sangat kompleks, dan seperti patogenesis penyakit infeksi pada

umumnya melibatkan faktor parasit, faktor penjamu, dan lingkungan.

- Sporozoit (dari kelenjar ludah nyamuk anopheles) masuk ke tubuhmenuju hati

(stadium eksoeritrositik) sporozoit berkembang menjadi Schizon cryptozoit

pembelahan menjadi merozoit cryptozoit sel parenkim hati pecah merozoit keluar

beberapa di fagosit oleh makrofag dan yang lainnya mengulang siklus reproduksinya di

parenkim hati.

- Sebagian merozoit lainnya masuk ke dalam sel darah merah (stadium

erotrositik)trofozoitmulai membentuk pigmen malaria (sitoplasma membesar dan

bentuk tidak teratur) schizon mudaschizon matangmenghasilkan banyak merozoit

SDM pecah

- Sebagian merozoit difagosit namun beberapa lainnya meamasuki SDM kembali dan

mengulangi siklus schizogoni, dan sebagian lainnya memasuki siklus seksual

Page 17: Skenario B Blok 26

(mikrogametosit(jantan dan makrogametosit (betina) dihisap kembali oleh nyamuk

berfertilisasi zigot (di lambung nyamuk) ookinet ookista sporozoit

10. Bagaimana penatalaksanaanya?

Page 18: Skenario B Blok 26

11. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi ?

Malaria serebral : 2% pada penderita non-imun. 20-50% menyebabkan kematian.

Gagal ginjal akut: Sering terjadi pada malaria dewasa. Kelainan fungsi ginjal dapat

terjadi karena dehidrasi (>50%) dan hanya 5% disebabkan oleh nekrosis tubular akut.

Kelainan Hati : Karena sel parenkim hati yang terus diserang oleh plasmodium

hepatomegali

12. Apa saja tindakan pencegahan yang dapat dilakukan ?

Tanggap dan waspada terhadap para turis yang baru dari daerah endemis

malaria

Menghindari dari gigitan nyamuk :

Page 19: Skenario B Blok 26

- Tidur menggunakan kelambu

- Menggunakan obat pembunuh nyamuk, lotion, asap ,dst

- Memakai proteksi bila berada di alam bebas.

- Vaksinasi malaria bila memungkinkan.

- Konsumsi obat Kloroquin atau doxicycline

13. Bagaimana prognosisnya?

Malaria vivax: prognosis biasanya baik, tidak menyebabkan kematian. Jika tidak

mendapat pengobatan, serangan pertama dapat berlangsung selama 2 bulan atau lebih.

bonam

14. Berapa SKDI untuk kasus ini ?

4a. Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan penatalaksanaan

penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.

Page 20: Skenario B Blok 26

2.5. Sintesis

2.5.1 Malaria Vivax

Daerah endemis malaria dibedakan menjadi endemis tinggi, endemis

sedang dan endemis rendah. Dikatakan endemis tinggi jika API-nya lebih besar

dari 50 per 1.000 penduduk. Seperti di Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua

Barat, Sumatera Utara (Kabupaten Nias dan Nias Selatan), dan NTT.

Sedangkan endemis sedang bila API-nya berkisar antara 1 sampai kurang

dari 50 per 1.000 penduduk. Di antaranya di Aceh (Kabupaten Siemeulu), Bangka

Belitung, Kepri (Kabupaten Lingga), Jambi (Kabupaten Batang Hari, Merangin,

dan Sorolangun), Jawa Tengah (Wonosobo, Banjarnegara, Banyumas,

Pekalongandan Sragen), dan Jawa Barat (Sukabumi, Garut, dan Ciamis). Adapun

endemis rendah bila API-nya 0 - 1 per 1.000. Ini di antaranya sebagian Jawa,

Kalimantan, dan Sulawesi.

Keadaan geografis Bangka

- Banyak daerah pantai, rawa, air payau, hutan lebat, pada daerah rawa banyak

terdapat hutan bakau.

- Banyak terdapat genagan air seperti danau kecil bekas galian tambang (galian

timah).

- Iklim tropis tipe A, suhunya 26o – 28,1o C.

Habitat Nyamuk

- Anopheles Sundaicus : dikawasan muara sungai (air payau), salinitas 12% -

18%.

Page 21: Skenario B Blok 26

- Anopheles Moculatus : didalam kolam air / anak sungai di kawasan bukit.

- Anopheles Vagus, Anopheles Subpictus, Anopheles Tesselatus, Anopheles

Farauti : genangan air bekas galian tanah yang ditumbuhi berbagai jenis rumput,

air jernih dengan pH 6-8, salinitas 0%.

1. Patogenesis

Patogenesis malaria sangat kompleks, dan seperti patogenesis penyakit infeksi pada

umumnya melibatkan faktor parasit, faktor penjamu, dan lingkungan.

- Sporozoit (dari kelenjar ludah nyamuk anopheles) masuk ke tubuhmenuju hati

(stadium eksoeritrositik) sporozoit berkembang menjadi Schizon cryptozoit

pembelahan menjadi merozoit cryptozoit sel parenkim hati pecah merozoit keluar

beberapa di fagosit oleh makrofag dan yang lainnya mengulang siklus reproduksinya di

parenkim hati.

Page 22: Skenario B Blok 26

- Sebagian merozoit lainnya masuk ke dalam sel darah merah (stadium

erotrositik)trofozoitmulai membentuk pigmen malaria (sitoplasma membesar dan

bentuk tidak teratur) schizon mudaschizon matangmenghasilkan banyak merozoit

SDM pecah

- Sebagian merozoit difagosit namun beberapa lainnya meamasuki SDM kembali dan

mengulangi siklus schizogoni, dan sebagian lainnya memasuki siklus seksual

(mikrogametosit(jantan dan makrogametosit (betina) dihisap kembali oleh nyamuk

berfertilisasi zigot (di lambung nyamuk) ookinet ookista sporozoit

2. Diagnosis

Diagnosis

Diagnosis malaria ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan laboratorium. Diagnosis pasti malaria harus ditegakkan dengan

pemeriksaan sediaan darah secara mikroskopik atau tes diagnostik cepat (RDT – Rapid

Diagnostik Test).

A.   Anamnesis

1.    Pada anamnesis sangat penting diperhatikan:

-       Keluhan utama: demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai rasa sakit kepala,

mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal

-       Riwayat berkunjung dan bermalam 1 – 4 minggu yang lalu ke daerah endemik

malaria

-       Riwayat tinggal di daerah endemik malaria

-       Riwayat sakit malaria

-       Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir

-       Riwayat mendapat transfusi darah

Page 23: Skenario B Blok 26

2.       Selain hal di atas pada penderita tersangka malaria berat, dapat ditemukan keadaan

dibawah ini:

-       Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat

-       Keadaan umum yang lemah (tidak bisa duduk/berdiri)

-       Kejang-kejang

-       Panas sangat tinggi

-       Mata atau tubuh kuning

-       Perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaan

-       Nafas cepat dan atau sesak nafas

-       Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum

-       Warna air seni seperti teh tua dan dapat sampai kehitaman

-       Jumlah air seni kurang (oligouria) sampai tidak ada (anuria)

-       Telapak tangan sangat pucat

B.    Pemeriksaan Fisik

-       Demam (pengukuran dengan termometer > 37,5° C)

-       Konjungtiva atau telapak tangan ikterus atau pucat

-       Pembesaran limpa (splenomegali)

-       Pembesaran hati (hepatomegali)

Page 24: Skenario B Blok 26

C.    Pemeriksaan Laboratorium

1.    Pemeriksaan dengan mikroskop

Pemeriksaan apusan darah tebal / DDR (DrikeDrupple) untuk menentukan ada tidaknya

parasit malaria (positif atau negatif).

2.    Pemriksaan dengan tes diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)

Mekanisme kerja tes ini berdasarkan deteksi antigen parasit malaria dengan

menggunakan metode imunokromatografi dalam bentuk dipstik. Kemampuan rapid test

yang beredar pada umumnya ada 2 jenis yaitu:

-       Single, yang mampu mendiagnosis hanya infeksi P. falciparum

-       Combo, yang mampu mendiagnosis infeksi P. falciparum dan non falciparum

3. Penatalaksanaan

Page 25: Skenario B Blok 26
Page 26: Skenario B Blok 26
Page 27: Skenario B Blok 26

2.6 Kerangka Konsep

Page 28: Skenario B Blok 26

BAB III

KESIMPULAN

Tn Yasin , 38 tahun dengan keluhan demam disertai menggigil menderita Malaria Vivax

Page 29: Skenario B Blok 26

DAFTAR PUSTAKA

Ganiswarna, Sulistia G. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Guyton A. C, Hall J. E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta : Buku

Kedokteran EGC.

Kumala, Poppy, Dyah Nuswantari. 2009. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 25. Jakarta:

Buku Kedokteran EGC.

Price, Sylvia A., Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi Volume 1 & 2 Edisi 6. Jakarta: Buku

Kedokteran EGC.

Bakta, I.M ., 2007. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta : EGC.

Hoffbrand, A.V., Pettit, J.E., Moss, P.A.H., 2005. Kapita Selekta Hematologi. Jakarta : EGC.

Weiss, G.,Goodnough, L.T., 2005. Anemia of Chronic Disease.Nejm, 352 : 1011-1023.

Dunn, A., Carter, J., Carter, H., 2003. Anemia at the end of life: prevalence, significance, and causes in patients receiving palliative care. Medlineplus. 26:1132-1139.

Sudoyo, Aru dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III. Jakarta : Interna Publishing.