Skenario C Blok 17 (L7)

download Skenario C Blok 17 (L7)

of 27

Transcript of Skenario C Blok 17 (L7)

  • 8/7/2019 Skenario C Blok 17 (L7)

    1/30

    I. SKENARIO C BLOK 17 :

    Mrs. Kiki, 18 years old primigravida reffered to the Community Health Center. She had

    convulsion about 1 hour ago, two Time for about 1 minutes. She is 38 weeks pregnant. Since

    2 days ago, she complain about headache, visual disturbance, nausea and vomiting and

    epigastric discomfort. A week ago midewife said that she has high blood pressure. She never

    has hypertension before. Now there is no uterine contraction, no bloody show and no

    amniotic fluid leakage.

    In the examination findings:

    Height = 155 cm; Weight = 70 kg; Sensorium = delirium; Blood pressure = 200/110 mmHg;

    Pulse = 110 x/m; RR = 24 x/m; T = 370C. There is generalised oedema

    External obstetrics examination: fundal height 32 cm, normal presentation, FHR 150 x/min,

    no uterine contraction.

    Laboratory examination:

    Hb 13 g/dL; WBC 8000/mm3; Platelets 260.000/mm3

    Urine: protein +3

    You act as the doctor in Public Health Center and be pleased to analyse this case.

    1. What is the definition of eclampsia?

    2. What are the risk factors and pathophysiology of hypertension in pregnancy?

    3. What are the differential diagnosis of seizure in pregnancy?

    4. How to manage this case (pregnancy, neurology condition, anesthetic methods, family

    planning)?

    5. What are the possible complications?

    6. What about the prognosis?

    1

  • 8/7/2019 Skenario C Blok 17 (L7)

    2/30

    II. KLARIFIKASI ISTILAH:

    1. Primigravida : Kehamilan pertama

    2. Convulsion : Kontraksi otot rangka yang hebat yang dapat

    menyebabkan gangguan kesadaran

    3. Headache : Nyeri di kepala

    4. Visual disturbance : Gangguan penglihatan

    5. Nausea : Sensai yang tidak menyenangkan yang secara samar

    mengacu pada daerah epigastrium dan abdomen,

    dengan kecenderungan untuk muntah

    6. Vomiting : Semburan isi lambung yang keluar dengan paksa

    melalui mulut7. Epigastric discomfort : Perasaan tidak nyaman di regio epigastric

    8. Hypertension : Peningkatan tekanan darah di atas normal

    9. Amniotic fluida

    leakage

    : Keluarnya cairan amnion

    III. IDENTIFIKASI MASALAH:

    1. Ny. Kiki, 18 tahun, primigravida, gestasional age 38 minggu, datang dengan

    keluhan utama kejang 1 jam yang lalu dengan frekuensi 2 kali selama 1 menit.

    2. Keluhan tambahan: 2 hari yang lalu mengalami sakit kepala, gangguan

    penglihatan, mual, muntah, dan nyeri epigastric.

    3. 1 minggu yang lalu, tekanan darah Ny. Kiki tinggi, tidak ada riwayat hipertensi

    sebelumnya.

    4. Tidak ada kontraksi uterus, bloody show dan pecah ketuban.

    5. Hasil pemeriksaan fisik umum: Height = 155 cm; Weight = 70 kg; Sensorium =

    delirium; Blood pressure = 200/110 mmHg; Pulse = 110 x/m; RR = 24 x/m; T =

    370C. There is generalised oedema.

    6. Hasil pemeriksaan obstetri luar: fundal height 32 cm, normal presentation, FHR

    150 x/min, no uterine contraction.

    2

  • 8/7/2019 Skenario C Blok 17 (L7)

    3/30

    7. Hasil pemeriksaan laboratorium: Hb 13 g/dL; WBC 8000/mm3; Platelets

    260.000/mm3. Urine: protein +3.

    IV. ANALISIS MASALAH:

    1. Mengapa Ny. Kiki mengalami kejang?

    Apa makna Ny. Kiki mengalami 2 kali kejang selama 1 menit pada 1 jam yang lalu?

    2. Bagaimana hubungan umur, status kehamilan, dan usia kehamilan dengan kejang

    yang dialaminya?

    3. Apa dampak kejang terhadap janin Ny. Kiki?

    4. Mengapa Ny. Kiki mengalami sakit kepala, gangguan penglihatan, mual muntah,

    dan nyeri epigastrium?

    5. Bagaimana hubungan keluhan tambahan dengan kejang yang dialaminya?

    6. Bagaimana dampak keluhan tambahan terhadap janin Ny. Kiki?

    7. Mengalami ia mengalami hipertensi 1 minggu yang lalu?

    Apa saja faktor resiko hipertensi dalam kehamilan?

    8. Bagaimana hubungan hipertensi dengan kehamilan?

    9. Bagaimana hubungan hipertensi dengan keluhan yang dialaminya?

    10. Apa makna tidak ada kontraksi uterus, bloody show, dan pecah ketuban dalam

    kasus ini?

    11. Apa interpretasi hasil pemeriksaan fisik umu?

    12. Apa interpretasi hasil pemeriksaan luar?

    13. Apa interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium?

    14. Apa diagnosis banding pada kasus ini?

    3

  • 8/7/2019 Skenario C Blok 17 (L7)

    4/30

    15. Bagaimana penegakan diagnosis kasus ini dan apa diagnosis kerjanya?

    16. Apa etiologi dan faktor resiko serta bagaimana epidemiologi kasus ini?

    17. Bagaimana patogenesis dan apa saja manifestasi klinis kasus ini?

    18. Bagaimana penatalaksanaan kasus ini?

    19. Apa komplikasi yang mungkin terjadi?

    20. Apa prognosis dan KDU kasus ini?

    V. HIPOTESIS:

    Ny. Kiki, 18 tahun, G1P0A0, usia kehamilan 38 minggu, mengalami eklamsia ante

    partum dengan janin tunggal hidup tanpa fetal distress.

    VI. SINTESIS:

    I. Perubahan Anatomi, Fisiologi dan Psikologi pada Kehamilan

    1. Perubahan anatomi dan fisiologi

    a. Uterus

    Pada akhir kehamilan (40 minggu) berat uterus menjadi 1000 gram (berat

    uterus normal 30 gram) dengan panjang 20 cm dan dinding 2,5 cm. Pada bulan-bulan

    pertama kehamilan, bentuk uterus seperti buah alpukat agak gepeng. Pada kehamilan

    16 minggu, uterus berbentuk bulat. Selanjutnya pada akhir kehamilan kembali seperti

    bentuk semula, lonjong seperti telur. Hubungan antara besarnya uterus dengan tuanya

    kehamilan sangat penting diketahui antara lain untuk membentuk diagnosis, apakah

    wanita tersebut hamil fisiologik, hamil ganda atau menderita penyakit seperti mola

    hidatidosa dan sebagainya.

    Pada kehamilan 28 minggu, fundus uteri terletak kira-kira 3 jari diatas pusat

    atau 1/3 jarak antara pusat ke prosssus xipoideus. Pada kehamilan 32 minggu, fundus

    4

  • 8/7/2019 Skenario C Blok 17 (L7)

    5/30

    uteri terletak antara jarak pusat dan prossesus xipoideus. Pada kehamilan 36

    minggu, fundus uteri terletak kira-kira 1 jari dibawah prossesus xipoideus. Bila

    pertumbuhan janin normal, maka tinggi fundus uteri pada kehamilan 28 minggu

    adalah 25 cm, pada 32 minggu adalah 27 cm dan pada 36 minggu adalah 30 cm. Pada

    kehamilan 40 minggu, fundus uteri turun kembali dan terletak kira-kira 3 jari dibawah

    prossesus xipoideus. Hal ini disebabkan oleh kepala janin yang pada primigravida

    turun dan masuk kedalam rongga panggul.

    b. Serviks Uteri

    Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena hormon

    estrogen. Akibat kadar estrogen yang meningkat dan dengan adanya

    hipervaskularisasi, maka konsistensi serviks menjadi lunak. Serviks uteri lebih banyak

    mengandung jaringan ikat yang terdiri atas kolagen. Karena servik terdiri atas

    jaringan ikat dan hanya sedikit mengandung jaringan otot, maka serviks tidak

    mempunyai fungsi sebagai spinkter, sehingga pada saat partus serviks akan membuka

    saja mengikuti tarikan-tarikan corpus uteri keatas dan tekanan bagian bawah janin

    kebawah. Sesudah partus, serviks akan tampak berlipat-lipat dan tidak menutup

    seperti spinkter. Perubahan-perubahan pada serviks perlu diketahui sedini mungkin

    pada kehamilan, akan tetapi yang memeriksa hendaknya berhati-hati dan tidak

    dibenarkan melakukannya dengan kasar, sehingga dapat mengganggu kehamilan.

    c. Vagina dan Vulva

    Vagina dan vulva akibat hormon estrogen juga mengalami perubahan. Adanya

    hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vula tampak lebih merah dan agak

    kebiru-biruan (livide). Warna porsio tampak livide. Pembuluh-pembuluh darah alat

    genetalia interna akan membesar. Hal ini dapat dimengerti karena oksigenasi dan

    nutrisi pada alat-alat genetalia tersebut menigkat. Apabila terjadi kecelakaan pada

    kehamilan/persalinan maka perdarahan akan banyak sekali, sampai dapat

    mengakibatkan kematian. Pada bulan terakhir kehamilan, cairan vagina mulai

    meningkat dan lebih kental.

    d. Mammae

    5

  • 8/7/2019 Skenario C Blok 17 (L7)

    6/30

    Pada kehamilan 12 minggu keatas, dari puting susu dapat keluar cairan

    berwarna putih agak jernih disebut kolostrum. Kolostrum ini berasal dari kelenjar-

    kelenjar asinus yang mulai bersekresi.

    e. Sistem Kardiovaskuler

    Cardiac output meningkat sebesar 30 40 % dan peningkatan maksimal

    dicapai pada kehamilan 24 minggu. Pada awalnya peningkatan denyut jantung

    ketinggalan dibelakang peningkatan cardiac output dan kemudian meningkat 10 15

    kali permenit pada kehamilan 28 32 minggu. Peningkatan cardiac output mula-mula

    tergantung kepada penginkatan stroke volume dan kemudian dengan peningkatan

    denyut jantung, tetapi lebih besar perubahan stroke volume dari pada perubahan

    denyut jantung.

    Cardiac output, denyut jantung, stroke volume menurun sampai kenilai

    sebelum persalainan pada 24 72 jam post partum dan kembali kelevel saat tidak

    hamil pada 6 8 minggu setelah melahirkan. Kecuali peningkatan cardiac output,

    tekanan darah sistolik tidak berubah selama kehamilan, tetapi tekanan darah diastolic

    turun 1 15 mmHg. Ada penurunan MAP sebab ada penurunan resistensi vaskuler

    sistemik. Hormon hormon kehamilan seperti estradiol 17-B dan progesterone

    mungkin berperan dalam perubahan vaskuler Ibu. Turunnya pengaturan a dan b

    reseptor juga memegang peranan penting. Selama kehamilan jantung tergeser kekiri

    dan atas karena diafragma tertekan ke atas oleh uterus yang membesar. Gambaran

    EKG yang normal pada parturien adalah sebagai berikut:

    Disritmia benigna

    gelombang ST, T dan Q terbalik

    left axis deviation.

    Tekanan Darah.

    Tekanan darah arteri tidak meningkat selama kehamilan normal. Tetapi

    pada trimester II terjadi sedikit penurunan tekanan diastolic. Tekanan arterial

    pulmonal juga relatif konstan.Bagaimanapun tonus vaskuler lebih tergantung pada

    pengaruh simpatik disbanding pada wanita tidak hamil. Sehingga hipotensi sering

    terjadi sebagai akibat blokade simfatik pada spina maupun ekstradural anaestesi.

    6

  • 8/7/2019 Skenario C Blok 17 (L7)

    7/30

  • 8/7/2019 Skenario C Blok 17 (L7)

    8/30

    Pada akhir kehamilan, kepala janin mulai tuun ke PAP, keluhan sering

    kencing dan timbul lagi karena kandung kencing mulai tertekan kembali. Disamping

    itu, terdapat pula poliuri. Poliuri disebabkan oleh adanya peningkatan sirkulasi darah

    di ginjal pada kehamilan sehingga laju filtrasi glomerulus juga meningkat sampai

    69%. Reabsorbsi tubulus tidak berubah, sehingga produk-produk eksresi seperti urea,

    uric acid, glukosa, asam amino, asam folik lebih banyak yang dikeluarkan.

    i. Sistem Imun

    HCG dapat menurunkan respon imun wanita hamil. Selain itu kadar Ig G, Ig A

    dan Ig M serum menurun mulai dari minggu ke-10 kehamilan hingga mencapai kadar

    terendah pada minggu ke-30 dan tetap berada pada kadar ini, hingga aterm.

    j. Metabolisme Dalam Kehamilan

    BMR meningkat hingga 15-20% yang umumnya ditemukan pada trimester III.

    Kalori yang dibutuhkan untuk itu diperoleh terutama dari pembakaran karbohidrat,

    khususnya sesudah kehamilan 20 minggu ke atas. Akan tetapi bila dibutuhkan,

    dipakailah lemak ibu untuk mendapatkan tambahan kalori dalam pekerjaan sehari-

    hari. Dalam keadaan biasa wanita hamil cukup hemat dalam hal pemakaian

    tenaganya.

    Janin membutuhkan 30-40 gr kalsium untuk pembentukan tulang-tulangnya

    dan hal ini terjadi terutama dalam trimester terakhir. Makanan tiap harinya

    diperkirakan telah mengandung 1,5-2,5 gr kalsium. Diperkirakan 0,2-0,7 gr kalsium

    tertahan dalam badan untuk keperluan semasa hamil. Ini kiranya telah cukup untuk

    pertumbuhan janin tanpa mengganggu kalsium ibu. Kadar kalsium dalam serum

    memang lebih rendah, mungkin oleh karena adanya hidremia, akan tetapi kadar

    kalsium tersebut masih cukup tinggi hingga dapat menanggulangi kemungkinan

    terjadinya kejang tetani.

    Segera setelah haid terlambat, kadar enzim diamino-oksidase (histamine)

    meningkat dari 3-6 satuan dalam masa tidak hamil ke 200 satuan dalam masa hamil

    16 minggu. Kadar ini mencapai puncaknya sampai 400-500 satuan pada kehamilan 16

    minggu dan seterusnya sampai akhir kehamilan.Pinosinase adalah enzim yang dapat

    membuat oksitosin tidak aktif. Pinositase ditemukan banyak sekali di dalam darah ibu

    pada kehamilan 14-38 minggu.

    8

  • 8/7/2019 Skenario C Blok 17 (L7)

    9/30

    Berat badan wanita hamil akan naik kira-kira diantara 6,5-16,5 kg rata-rata

    12,5 kg. Kenaikan berat badan ini terjadi terutama dalam kehamilan 20 minggu

    terakhir. Kenaikan berat badan dalam kehamilan disebabkan oleh hasil konsepsi, fetus

    placenta dan liquor.

    2. Perubahan Psikologi

    Trimester III ditandai dengan klimaks kegembiraan emosi karena kelahiran bayi.

    Sekitar minggu 34 mungkin terdapat periode tidak semangat dan depresi, ketika bayi

    membesar dan ketidaknyamanan bertambah. Calon ibu mudah lelah dan menunggu

    dampaknya terlalu lama. Sekitar 2 minggu sebelum melahirkan, sebagian besar wanita

    mulai mengalami perasaan senang.

    Reaksi calon ibu terhadap persalinan ini secara umum tergantung pada persiapan

    dan persepsinya terhadap kejadian ini. Kerjasama yang khusus salama peristiwa ini akan

    dibicarakan dalam hubungannya dengan askep yang diberikan padanya. Perasaan sangat

    gembira yang dialami ibu seminggu sebelum persalinan mencapai klimaksnya sekitar 24

    jam sebelum persalinan.

    II. Anatomi dan Fisiologi Janin 38 Minggu

    1. Anatomi

    Janin memperoleh kontur yang membulat karena adanya endapan lemak di bawah

    kulit. Kulit dibungkus oleh zat lemak keputih-putihan yang terbentuk dari produk-produk

    sekresi kelenjar sebum. Pertumbuhan panjang badan = 20-30 cm. Berat badan = 900-1300

    gram (2 kali lipat dari BB awal).

    2. Denyut jantung

    Dalam keadaan normal frekuensi denyut jantung janin berkisar antara 120-140

    denyutan per menit. Jika jumlah denyutan jantung >160x/min disebut takikardi,

    sedangkan jika

  • 8/7/2019 Skenario C Blok 17 (L7)

    10/30

    3. Fisiologi vaskularisasi plasenta

    Pada kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran darah dari cabang-

    cabang arteri uterina dan arteri ovarika. Kedua pembuluh darah tersebut menembus

    Myometrium berupa arteri arkuata dan arteri arkuata memberi cabang arteri radialis.

    Arteria radialis menembus endometrium menjadi arteri basalis dan arteri basalis memberi

    cabang arteri spiralis.

    Pada hamil normal, tanpa sebab yang belum jelas, terjadi invasi trofoblas ke

    dalam lapisan otot arteri spiralis, yang menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut

    sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis. Invasi trofoblas juga memasuki jaringan sekitar

    arteri spiralis, sehingga jaringan matriks menjadi gembur dan memudahkan lumen arteri

    spiralis mengalami distensi dan dilatasi. Distensi dan vasodilatasi lumen arteri spiralis ini

    memberi dampak penurunan tekanan darah, penurunan resistensi vaskular, dan

    peningkatan aliran darah pada utero plasenta. Akibatnya, aliran darah ke janin cukup

    banyak dan perfusi jaringan juga meningkat, sehingga dapat menjamin pertumbuhan janin

    dengan baik. Proses ini dinamakan " remodelling arteri spiralis".

    III. Hipertensi dalam Kehamilan

    Hipertensi didiagnosis apabila tekanan darah mencapai 140/90 mmHg atau lebih

    dengan menggunakan fase V Korotkoff untuk menentukan tekanan diastolik. Pada Ny. Kiki

    tekanan darah mencapai 200/110 mmHg, ini menyatakan suatu keadaan hipertensi pada

    kehamilan. Hipertensi yang ditimbulkan atau diperberat oleh kehamilan lebih mungkin terjadi

    pada wanita yang:

    a. Terpapar vili korialis untuk pertamakalinya (primigravida)

    b. Terpapar vili korialis yang terdapat jumlah yang banyak seperti pada

    kehamilan kembar atau mola hidatidosa

    c. Mempunyai riwayat penyakit vaskuler

    d. Mempunyai kecenderungan genetic untuk menderita hipertensi dalamkehamilan

    10

  • 8/7/2019 Skenario C Blok 17 (L7)

    11/30

    Kemungkinan bahwa mekanisme imunologis di samping endokrin dan genetic turut

    terlibat dalam proses terjadinya pre-ekklamsia dan masih menjadi masalah yang mengundang

    perhatian. Resiko hipertensi karena kehamilan dipertinggi pada keadaan di mana

    pembentukan antibody penghambat terhadap tempat-tempat yang bersifat antigen pada

    plasenta terganggu.

    Hipertensi berbahaya karena pembuluh darah menyempit sehingga asupan makanan

    ke bayi menjadi sedikit. Tak jarang, hipertensi pada kehamilan bisa membuat janin

    meninggal, plasenta terputus, pertumbuhan terganggu. Gejala hipertensi adalah pusing dan

    sakit kepala, kadang disertai bengkak di daerah tungkai, dan tes laboratorium menunjukkan

    protein yang tinggi dalam urine.

    Penderita hipertensi bisa sudah mengidap sebelum kehamilan atau hipertensi akibat

    kehamilan itu sendiri. Kondisi ini disebut dengan preeklamsia dan eklamsia. Preeklamsia

    biasanya terjadi pada kehamilan lebih dari 20 minggu dan harus segera ditangani agar tak

    meningkat menjadi eklamsia.

    Makna klinis tidak ada hipertensi sebelumnya tetapi pada kehamilan 38 minggu

    tekanan darahnya meningkat ??

    1. Pada hipertensi dalam kehamilan, preeklamsia,eklamsia terjadi hipertensi

    setelah kehamilan 20 minggu, dan tidak ada hipertensi sebelumnya.

    2. Sedangkan pada hipertensi kronik adanya riwayat hipertensi sebelum

    kehamilan atau didapatkan hipertensi pada kehamilan

  • 8/7/2019 Skenario C Blok 17 (L7)

    12/30

    Dampak hipertensi terhadap janin dan kehamilannya ??

    1. Janin : gawat janin, berat badan lahir rendah atau intra uterine fetal death

    (IUFD).

    2. Ibu : sindroma HELLP (hemolysis, elevated liver enzyme, low platelet), edema

    paru, gangguan ginjal, perdarahan, solusio plasenta bahkan kematian ibu

    Mekanisme sakit kepala, gangguan penglihatan, mual muntah dan nyeri

    epigastrium ??

    1. Mekanisme terjadinya nyeri kepala

    Hipertensi dalam kehamilan (preeklamsi) pasokan darah ke ginjal

    berkurang kerusakan glomerulus permeabilitas membran basalis

    meningkat proteinuria (hipoalbuminemia) tekanan osmotik menurun

    edema di jaringan otak nyeri kepala

    Hipertensi terjadi vasokonstriksi pembuluh darah pasokan darah ke

    otak berkurang hipoksia jaringan otak nyeri kepala

    2. Mekanisme terjadinya gangguan penglihatan

    Hipertensi dalam kehamilan (preeklamsia) pasokan darah ke arteri di

    retina berkurang spasme arteri retina (dapat pula disertai edema karena

    proteinuria) gangguan penglihatan (dapat berupa pandangan kabur,

    skotoma, amaurosis, dan ablatio retina)

    3. Mekanisme mual muntah serta rasa tidak nyaman pada daerah epigastrium

    Penurunan prostaglandin peningkatan sekresi asam lambung refluks

    asam lambung nyeri epigastrium

    Penurunan prostaglandin penurunan motilitas lambung dan peningkatan

    sekresi asam lambung, penurunan sekresi mukus di lambung, dan

    penurunan kontraksi otot polos GIT (delayed gastric emptying) mual

    dan muntah

    12

  • 8/7/2019 Skenario C Blok 17 (L7)

    13/30

    IV. Kejang dalam Kehamilan

    1. Definisi:

    Kejang terjadi akbat adanya muatan paroximal yang berlebihan dari suatu

    populasi neurin yang sangat mudah trepicu (fokus kejang) sehinga menggaggu fungsi

    normal otak. Namun kejang juga terjadi dari jaringan otak normal di bawah kondisi

    patologik tertentu, seperti perubahan keseimbangan asam-basa atau elektrolit. Kejang itu

    sendiri apabila berlangsung singkat jarang menimbulkan kerusakan, tetapi kejang dapat

    merupakan manifestasi klinik dari suatu penyakit mendasar yang membahayakan, misalya

    gangguan metanolesme, infeksi itrakranium, gejala putus obat, intoksikasi obat, atau

    ensefalopati hipertensi.

    2. Mekanisme:

    Di tingkat membran sel, fous kejang memperlihatkan fenomena biokimiawi,

    termasuk yang berikut :

    Instabilitas membran sel saraf, sehingga sel lebih mudah mengalami

    pengaktifan.

    Neuron-neuron hipersensitif denga ambang melepaskan muatan menurun dan

    apabila terpicu akan melepaskan muatan secara berlebihan.

    Kelainan polarisasi (berlebihan, hipopolarisasi, atay selang waktu dalam

    repolarisasi yang disebabkan oleh kelebihan asetilkolin atau defisiensi GABA)

    Ketidak seimbangan ion yang mengubah keseimbangan asam-basa atau

    elektolit, yang mengganggu homeostatis kimiawi neuron sehingga terjadi kelainan

    pada depolarisasi neuron. (neurotransmitter eksitatotik/ neurotransmitter

    inhibitorik).

    Pada eklampsia, terjadi kehilangan autoregulasi aliran darah cerebral sehinggaterjadi hiperperfusi seperti pada hipertensi ensefalopati yang tidak berhubungan dengan

    kehamilan.

    13

  • 8/7/2019 Skenario C Blok 17 (L7)

    14/30

    3. Efek Fisiologis Kejang

    Efek Fisiologis Kejang

    Awal (< 15 menit) Lanjut (15-30 menit) Berkepanjangan (> 1 jam)

    Meningkatnya kecepatan

    denyut jantung

    Meningkatnya tekanan darah

    Meningkatnya kadar glukosa

    Meningkatnya suhu pusat

    tubuh

    Meningkatnya sel darah putih

    Menurunnya tekanan

    darah

    Menurunnya gula darah

    Disritmia

    Edema paru non jantung

    Hipotensi disertai

    berkurangnya aliran darah

    serebrum hipotensi

    serebrum

    Gangguan sawar darah otak

    yang menyebabkan edema

    serebrum

    4. Efek Patologis Kejang

    Dapat terjadinya edema serebri

    Dapat menyebabkan perdarahan intracranial

    Depresi pernapasan

    Obstruksi jalan napas

    Gangguan pada ginjal, dll

    5. Komplikasi Kejang terhadap Ibu dan Kehamilan

    Jenis kejang yang dialami Ny. Kiki adalah kejang generalisata (kehilangan

    kesadaran) dengan tipe tonik-klonik (pada eklampsia kejang yang dialami adalah kejang

    tonik-klonik). Kejang tonik-klonik akan meningkatkan trauma maternal. Jika mengenai

    regio abdomen akan mengakibatkan abruptio plasenta yang menyebabkan hipoksia padafetus bahkan kematian fetus. Aspirasi (inhalasi ke dalam paru) sekresi atau isi lambung,

    14

  • 8/7/2019 Skenario C Blok 17 (L7)

    15/30

    Luka pada lidah, bibir, dagu akibat tergigit, Aritmia jantung dan pada sebagian wanita

    dengan eklampsia, kematian mendadak terjadi bersamaan dengan kejang atau segera

    sesudahnya akibat perdarahan otak massif. Perdarahan sub luteal dapat menyebabkan

    hemiplegia.

    6. Komplikasi Kejang terhadap Janin

    Apabila kejang saat persalinan, frekuensi dan intensitas his dapat sangat

    meningkat, dan durasi persalinan dapat memendek. Hipoksemia ada asidemia

    laktat ibu akibat kejang dapat mengakibatkan janin bradikardia

    Intrauterine growth restriction (IUGR) dan oligohidramnion

    Kenaikan morbiditas dan mortalitas janin, secara tidak langsung akibat

    intrauterine growth restriction, oligohidramnion, dan solutio plasenta

    V. Interpretasi Hasil Pemeriksaan

    1. Fisik Umum

    Pemeriksaan Kasus Normal Interpretasi

    Sensorium Delirium Compos mentis

    Height

    Weight

    155 cm

    70 kg, kehamilan

    38 minggu

    BP 200/110 mmHg > 140/90 mmHg Hipertensi

    Pulse Rate 110 x/mnt 60-100 x/mnt Takikardia. Pada kasus

    mungkin disebabkan

    karena peningkatan

    afterload

    RR 24 x/mnt 16-24 x/mnt Normal

    Suhu 370C 36.5- 370C Normal

    Edema Tidak ada Terjadi penimbunan

    cairan

    2. External Obstetrics

    Hasil pemeriksaan Interpretasi

    15

  • 8/7/2019 Skenario C Blok 17 (L7)

    16/30

    Tinggi fundus uteri 32 cm Berada 3 jari dibawah proc. Xipoideus atau

    sampai proc. Xipoideus, 33 cm di atas simpisis

    Masih dalam keadaan Normal.

    Tinggi fundus dapat digunakan untuk

    mengetahui taksiran berat janin.

    TBJ = (tinggi fundus dari atas simpisis -

    hodge) x 155 = (32 - 13) x 155 = 2945 g

    Berat janin normal 38 minggu = 2500 3000 g

    Presentasi janin normal Normal, hal ini baik karena tidak ada tambahan

    penyulit saat akan melakukan terminasi kehamilan

    FHR : 150x/mnt Normal

    Normalnya 120 160 x/mnt dengan irama regular

    (perbedaan irama 5 menit ke 2, 4, dan 6 tidak lebih

    dari 3)

    Tidak adanya kontraksi uterus Belum terjadi his (belum ada tanda inpartu)

    3. Laboratorium

    Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi

    Hb 12 g/dL 11-14 g/dL Normal

    WBC 9000/mm3 4.000-10.000/ mm3 Normal

    Platelet 250.000/mm3 200.000-400.000/ mm3 Normal

    Protein dalam

    urin

    +3

    (0,2%-0,5%)

    0,5-3 g/hari

    (-) Preeklampsia,

    Glomerulonefritis

    kronik, Gagal

    jantung kongesti

    Pielonefritis

    VI. Diagnosis Banding

    16

  • 8/7/2019 Skenario C Blok 17 (L7)

    17/30

    VII. Penegakan Diagnosis

    1. Anamnesis

    Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun

    Riwayat kesehatan ibu sekarang: terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri

    epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur

    Riwayat kesehatan ibu sebelumnya: penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial,

    hipertensi kronik, DM

    Riwayat kehamilan: riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion sertariwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya

    Pola nutrisi: jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun

    selingan

    Psikososial spiritual: Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh

    karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya

    17

  • 8/7/2019 Skenario C Blok 17 (L7)

    18/30

    2. Pemeriksaan fisik

    Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan

    interval 6 jam.

    Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu

    Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak

    Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam

    Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema

    Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress

    Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM ( jika

    refleks + )

    3. Pemeriksaan penunjang

    Laboratorium : protein urin dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat

    hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit

    menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7

    mg/100 ml.

    USG: untuk mengetahui keadaan janin

    VIII. Diagnosis Kerja

    Eklampsia

    Definisi

    18

  • 8/7/2019 Skenario C Blok 17 (L7)

    19/30

    Eklampsia adalah kelainan pada masa kehamilan, dalam persalinan, atau masa

    nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan timbul akibat kelainan saraf) dan /

    atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre-eklampsia.

    Epidemiologi

    Di Indonesia preeklampsia-eklampsia masih merupakan salah satu penyebab

    utama kematian maternal dan kematian perinatal yang tinggi. Di negara berkembang

    dilaporkan 0,3%-0,7%, sedang di negara maju sekitar 0,05%-0,1%.

    Etiologi

    Ada beberapa teori mencoba menjelaskan perkiraan etiologi dari kelainan tersebut

    di atas, sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory. Adapun teori-

    teori tersebut antara lain:

    Teori kelainan vaskularisasi plasenta

    Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel

    Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin

    Teori adaptasi kardiovaskularori genetik

    Teori defisiensi gizi

    Teori inflamasi

    Faktor Risiko

    a. Usia

    Insidens tinggi pada primigravida muda, meningkat pada primigravida tua. Pada

    wanita hamil berusia kurang dari 25 tahun insidens > 3 kali lipat. Pada wanita hamil

    berusia lebih dari 35 tahun, dapat terjadi hipertensi laten.

    b. Paritas

    19

  • 8/7/2019 Skenario C Blok 17 (L7)

    20/30

    Angka kejadian tinggi pada primigravida, muda maupun tua. Primigravida tua risiko

    lebih tinggi untuk pre-eklampsia berat.

    c. Faktor keturunan

    Jika ada riwayat pre-eklampsia/eklampsia pada ibu/nenek penderita, faktor risiko

    meningkat sampai + 25%.

    d. Faktor gen

    Diduga adanya suatu sifat resesif (recessive trait), yang ditentukan genotip ibu dan

    janin.

    e. Diet / gizi

    Tidak ada hubungan bermakna antara menu / pola diet tertentu (WHO). Penelitian

    lain : kekurangan kalsium berhubungan dengan angka kejadian yang tinggi. Angka

    kejadian juga lebih tinggi pada ibu hamil yang obese / overweight.

    f. Tingkah laku / sosioekonomi

    Kebiasaan merokok : insidens pada ibu perokok lebih rendah, namun merokok selama

    hamil memiliki risiko kematian janin dan pertumbuhan janin terhambat yang jauh

    lebih tinggi. Aktifitas fisik selama hamil : istirahat baring yang cukup selama hamil

    mengurangi kemungkinan / insidens hipertensi dalam kehamilan.

    g. Hiperplasentosis

    Proteinuria dan hipertensi gravidarum lebih tinggi pada kehamilan kembar, dizigotik

    lebih tinggi daripada monozigotik

    h. Diabetes mellitus : angka kejadian yang ada kemungkinan

    patofisiologinya bukan pre-eklampsia murni, melainkan disertai

    kelainan ginjal / vaskular primer akibat diabetesnya.

    i. Mola hidatidosa : diduga degenerasi trofoblas berlebihan berperan

    menyebabkan pre-eklampsia. Pada kasus mola, hipertensi dan

    proteinuria terjadi lebih dini / pada usia kehamilan muda, dan ternyata

    hasil pemeriksaan patologi ginjal juga sesuai dengan pada pre-

    eklampsia.

    j. Riwayat pre-eklampsia.

    k. Obesitas

    l. Kehamilan multiple

    20

  • 8/7/2019 Skenario C Blok 17 (L7)

    21/30

    Patogenesis

    21

  • 8/7/2019 Skenario C Blok 17 (L7)

    22/30

    Perubahan Fungsi Organ Tubuh yang Terjadi pada Eklamsia:

    a. Perubahan kardiovaskular

    Turunnya tekanan darah pada kehamilan normal: karena vasodilatasi perifer.

    Vasodilatasi perifer disebabkan penurunan tonus otot polos arteriol, akibat:

    Meningkatnya kadar progesteron dalam sirkulasi

    Menurunnya kadar vasokonstriktor (adrenalin/noradrenalin/

    angiotensin ii

    Menurunnya respons dinding vaskular terhadap vasokonstriktor akibat

    produksi vasodilator / prostanoid yang juga tinggi (pge2 / pgi2)

    Menurunnya aktifitas susunan saraf simpatis vasomotor

    Pada trimester ketiga akan terjadi peningkatan tekanan darah yang normal ke

    tekanan darah sebelum hamil. + 1/3 pasien pre-eklampsia: terjadi pembalikan ritme

    diurnal, tekanan darah naik pada malam hari. Juga terdapat perubahan lama siklus

    diurnal menjadi 20 jam per hari, dengan penurunan selama tidur, yang mungkin

    disebabkan perubahan di pusat pengatur tekanan darah atau pada refleks baroreseptor.

    b. Regulasi volume darah

    Pengendalian garam dan homeostasis juga meningkat pada pre-eklampsia.

    Kemampuan mengeluarkan natrium terganggu, tapi derajatnya bervariasi. Pada

    22

    http://www.nature.com/nrneph/journal/v1/n2/images/ncpneph0035-f3.jpghttp://www.nature.com/nri/journal/v4/n12/images/nri1514-i1.gif
  • 8/7/2019 Skenario C Blok 17 (L7)

    23/30

    keadaan berat mungkin juga tidak ditemukan edema (suatu "pre-eklampsia kering").

    Jika ada edema interstisial, volume plasma lebih rendah dibandingkan wanita hamil

    normal, dan dengan demikian terjadi hemokonsentrasi. Porsi cardiac output untuk

    perfusi perifer relatif turun. Perfusi plasenta melakukan adaptasi terhadap perubahan-

    perubahan ini, maka pemakaian diuretik adalah TIDAK sesuai karena justru akan

    memperburuk hipovolemia. Plasenta juga menghasilkan renin, diduga berfungsi

    cadangan untuk mengatur tonus dan permeabilitas vaskular lokal demi

    mempertahankan sirkulasi fetomaternal.

    Perubahan metabolisme steroid tidak jelas. Kadar aldosteron turun, kadar

    progesteron tidak berubah. Kelainan fungsi pembekuan darah ditunjukkan dengan

    penurunan AT III. Rata-rata volume darah pada penderita pre-eklampsia lebih rendah

    sampai + 500 ml dibanding wanita hamil normal.

    Penatalaksanaan

    1. Prinsip perawatan eklampsia

    Perawatan dasar eklampsia yang utama adalah terapi suportif. Hal ini bertujuan untuk:

    Stabilisasi fungsi vital,

    Yang harus selalu diingat Airway, breathing, circulation (ABC),

    Mengatasi dan mencegah kejang,

    Mengatasi hipoksemia dan asidemia

    Mencegah trauma pada pasien saat kejang,

    Mengendalikan tekanan darah,

    Melahirkan janin dengan waktu yang tepat dan cara yang tepat pula.

    2. Penanganan eklampsia

    a. Sebelum persalinan, penanganan kejang:

    Beri obat antiknvulsan, magnesium sulfat merupakan obat pilihan.

    Dosis awal:

    23

  • 8/7/2019 Skenario C Blok 17 (L7)

    24/30

    Magnesium Sulfat 4 g IV sebagai larutan 20% selama 5 menit

    Diikuti magnesium sulfat (50%) 5 g IM dengan 1 ml lignokain

    2% (dalam semprit yang sama)

    Maintenance: 4 g (40%) 10 cc (IM) tiap 6 jam sampai 24

    jam.

    Bila kejang timbul lagi (ulangi dari awal berikan MgSO4)

    Berikan fentotalsodium jika masih kejang

    Dosis Pemeliharaan:

    Magnesium sulfat (50%) 5 g + lignokain 2% 1 ml IM setiap 4 jam

    Lanjutkan sampai 24 jam pasca persalinan atau kejang terakhir

    Sebelum pemberian Magnesium Sulfat, periksa:

    Frekuensi pernafasan minimal 16/menit

    Reflex patella (+)

    Urin minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir

    Stop pemberian Magnesium sulfat, jika:

    Frekuensi pernafasan

  • 8/7/2019 Skenario C Blok 17 (L7)

    25/30

    Perlengkepan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedotan, masker

    oksigen, oksigen)

    Lindungi pasien dari kemungkinan trauma

    Aspirasi mulut dan tenggorokan

    Baringkan pasien pada posisi kiri, posisi trendelenburg untuk

    mengurangi risiko aspirasi

    Beri Oksigen 4-6 liter/menit

    b. Penanganan umum:

    Beri antihipertensi

    Obat pilihan adalah hidralazin, yang diberikan 5 mg IV pelan-

    pelan selama 5 menit sampai tekanan darah turun.

    Jika perlu, pemberian hidralazin dapat diulang setiap jam atau

    12,5 mg IM setiap 2 jam

    JIka hidralazin tidak tersedia, dapat diberikan:

    Nifedipne 5 mg sublingual. Jika respon tidak baik setelah 10 menit,

    beri tambahan 5 mg sublingual

    Labetolol 10 mg IV, jika respon tidak baik setelah 10 menit,

    berikan lagi labetolol 20 mg IV

    Pasang infuse Ringer Laktat dengan jarum besar (16 gauge atau lebih)

    Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload

    Keteterisasi urin untuk pengeluaran volume dan proteinuria

    Jika jumlah urin

  • 8/7/2019 Skenario C Blok 17 (L7)

    26/30

    Follow up:

    Jangantinggalkan pasien sendirian . kejang disertai aspirasi

    dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin

    Observasi tanda-tanda vital, reflex, dan denyut jantung janin

    setiap jam

    Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru,

    krepitasi merupakan tanda edema paru. Jika ada edema paru stop

    pemberian cairan, dan berikan diuretic misalnya furosemide 40 mg IV

    Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan bedside. Jikapembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat

    koegulopati.

    3. Persalinan

    a. Pada preeclampsia berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam, sedang pada

    eklampsia dalam 12 jam sejak gejala eklampsia timbul.

    b. Jika terjadi gawat janin, atau persalinan tidak dapat terjadi dalam 12 jam ,

    lakukan seksio sesarea.

    c. Jika seksio sesaria akan dilakukan, perhatikan bahwa:

    Tidak terdapat koagulopati

    Anesthesia yang aman/ terpilih adalah anesthesia umum.

    d. Jika anestesi umum tidak tersedia, atau janin mati, aterm kecil, lakukan

    persalinan pervaginam.

    e. Jika serviks matang, lakukan induksi dengan oksitosin 2-5 IU dalam 500 ml

    dekstrose 10 tetes/menit atau dengan prostaglandin

    4. Perawatan setelah melahirkan (post partum)

    a. Antikonvulsan diteruskan sampau 24 jam postpartum atau kejang terakhir

    b. Teruskan terapi antihipertensi jika tekanan disatolik masih > 110 mmHg

    26

  • 8/7/2019 Skenario C Blok 17 (L7)

    27/30

    5. Rujukan

    Rujuk ke fasilitas yang lebih lengkap jika:

    a. Terdapat Oliguria (

  • 8/7/2019 Skenario C Blok 17 (L7)

    28/30

    Prognosis eclampsia ditentukan oleh kriteria Eden. Kriteria Eden untuk

    menentukan prognosis Eclampsia (tahun 1922):

    1. Koma yang lama.

    2. Nadi diatas 120 per menit

    3. Suhu diatas 1030 F

    4. Desakan darah sistolik diatas 200 mmHg.

    5. Kejang lebih dari 10 X

    6. Proteinuria lebih 10 gr/liter

    7. Tidak ada edema

    Bila didapatkan satu atau lebih dari gejala tersebut, prognosis ibu buruk.

    Bila penderita tidak terlambat dalam pemberian pengobatan, maka gejala

    perbaikan akan tampak jelas setelah kehamilannya diakhiri. Segera setelah persalinan

    berakhir perubahan patofisiologik akan segera pula mengalami perbaikan. Diuresis terjadi

    12 jam kemudian setelah persalinan. Keadaan ini merupakan tanda prognosis yang baik,

    karena hal ini merupakan gejala pertama penyembuhan.

    Pada kasus Ny. Kiki prognosisnya dubia ad malam

    Komplikasi

    1. Komplikasi pada ibu

    Edema pulmonum

    Perdarahan intrakanial

    Trombosis vena sentral

    Kebutaan

    Gangguan hati : subskapsular hematoma hepar, ruptur kapsul hepar

    Gagal ginjal akut, nekrosis tubular akut

    Kardiak arrest, iskemia miokardium

    Perdarahan postpartum, infeksi nifas

    28

  • 8/7/2019 Skenario C Blok 17 (L7)

    29/30

    DIC

    Kematian

    2. Komplikasi pada janin

    Intrauterine fetal growth restriction

    Solusio plasenta

    Sindrom distress napas

    Prematuritas

    Kematian janin intrauterine

    Serebral palsy

    Kompetensi Dokter Umum

    Kompetensi dokter umum dalam menangani kasus ini adalah 3a

    3a. Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan

    pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya: pemeriksaan

    laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi

    pendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang relevan (bukan kasus gawat darurat).

    VII. DAFTAR PUSTAKA:

    Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29

    Buku Acuan Nasional: Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.PT Bina PustakaSarwono Prawirohardjo, Jakarta: 2009

    Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. 2009. Jakarta: PT Bina Pustaka

    Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kandungan. 2009. Jakarta: PT Bina Pustaka

    Supono. Ilmu Kebidanan Bab 1 Fisiologi.1985.Palembang: FK Unsri

    Obstetri Williams Edisi 21. EGC, Jakarta: 2006

    29

  • 8/7/2019 Skenario C Blok 17 (L7)

    30/30