Skenario B blok 12 kelompok 11
-
Upload
iputlenggogeni -
Category
Documents
-
view
628 -
download
23
Transcript of Skenario B blok 12 kelompok 11
I. Skenario
Bapak Tarjo 38 tahun, dating berobat ke RSUD X dengan keluhan
utama hidung sebelah kiri berbau busuk. Sejak kurang lebih dua
bulan yang lalupenderita mengeluh hidung seblah kiri berbau busuk
yang semakin lama semakin berat, disertai keluhan hidung
tersumbat yang hilang timbul, dan mengeluarkan iungus kental
yang berbau dan berwarna kehijauan. Lender dari hidung juga
dirasakan mengalir ke tenggorokan. Sejak satu minggu yang lalu,
penderita mengeluh demam, sakit kepala yang bertambah berat
teruta saat menunduk, telinga kiri terasa penuh dan pendengaran
sedikit menurun. Telinga kanan dan tenggorokan tidak ada keluhan.
Enam bulan yang lalu penderita mengeluh sakit pada gigi geraham
kiri atas dan oleh dokter gigi disarankan untuk dicabut, namun
penderita menolak.
Pemeriksaan fisik
Tampak sakit ringan
Compos mentis
TD 120/80
Nadi 84 bpm
RR 16 bpm
Temp 37,8oC
Pemeriksaan status lokalis
Otoskopi :
Telinga kanan
Aurikula : dalam batas normal
Kanalis akustikus externus : dalam batas normal
Membrane timpani : dalam batas normal
Telinga kiri
Aurikula : dalam batas normal
Sinusitis-Otitis MediaPage 1
Kanalis akustikus externus : dalam batas normal
Membrane timpani : retraksi (+), reflex cahaya menurun
Rhinoskopi anterior :
Hidung kanan
Khonka inferior : hipertrofi (+)
Mukosa : hiperemis (+), secret (-)
Hidung kiri
Khonka inferior : hipertrofi (+)
Mukosa : hiperemis (+), secret kental (+) berwarna
kehijauan pada meatus media
Septum nasi : di tengah
Rhinoskopi posterior :
Hidung kanan
Khonka inferior : hipertrofi (+)
Mukosa : hiperemis (+), secret (-)
Hidung kiri
Khonka inferior : hipertrofi (+)
Mukosa : hiperemis (+), secret kental (+) berwarna
kehijauan pada meatus media
Septum nasi : di tengah
Post nasal drip : (+)
Orofaring :
Dinding faring posterior : hiperemis (-), granula (+)
Post nasal drip : (+)
Tonsil : T1-T1
Oral : calculus (+), halithosis (+), tampak radix M1 san M2 kiri
atas
II. Klarifikasi istilah
1. Hidung tersumbat :
2. Ingus kental berbau dan berwarna kehijauan :
Sinusitis-Otitis MediaPage 2
3. Otoskopi : alat untuk memeriksa telinga
4. Aurikula : telinga kecil
5. Kanalis akustikus eksternus : saluran telinga luar
6. Membrane timpani : partisi tipis antara MAE dan telinga
bagian dalam
7. Retraksi : tindakan menarik kembalian
8. Rhinoskopi : pemeriksaan lubang hidung menggunakan
spekulum
9. Khonka : struktur seperti kulit kerang
10. Calculus : gumpalan (konkresi yang abnormal)
11. Halithosis : bau nafas yang menusuk
12. Telinga terasa penuh :
13. Pendengaran menurun :
14. Meatus media :
15. Air fluid level :
16. Posisi waters :
III. Identifikasi masalah
1. Bapak Tarjo 38 tahun mengeluh hidung sebelah kiri berbau
busuk.
2. Anamnesis :
Sejak dua bulan yang lalu penderita mengeluh hidung
seblah kiri berbau busuk yang semakin lama semakin
berat, hidung tersumbat yang hilang timbul, dan ingus
kental yang berbau dan berwarna kehijauan. Lendir dari
hidung juga dirasakan mengalir ke tenggorokan.
Sejak satu minggu yang lalu, penderita mengeluh demam,
sakit kepala yang bertambah berat teruta saat menunduk,
telinga kiri terasa penuh dan pendengaran sedikit
menurun.
Sinusitis-Otitis MediaPage 3
Enam bulan yang lalu penderita mengeluh sakit pada gigi
geraham kiri atas dan oleh dokter gigi disarankan untuk
dicabut, namun penderita menolak.
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik
Tampak sakit ringan
Compos mentis
TD 120/80
Nadi 84 bpm
RR 16 bpm
Temp 37,8oC
4. Pemeriksaan fisik status lokalis
Pemeriksaan status lokalis
Otoskopi :
Telinga kanan
Aurikula : dalam batas normal
Kanalis akustikus externus : dalam batas normal
Membrane timpani : dalam batas normal
Telinga kiri
Aurikula : dalam batas normal
Kanalis akustikus externus : dalam batas normal
Membrane timpani : retraksi (+), reflex cahaya menurun
Rhinoskopi anterior :
Hidung kanan
Khonka inferior : hipertrofi (+)
Mukosa : hiperemis (+), secret (-)
Hidung kiri
Khonka inferior : hipertrofi (+)
Mukosa : hiperemis (+), secret kental (+) berwarna
kehijauan pada meatus media
Septum nasi : di tengah
Rhinoskopi posterior :
Hidung kanan
Sinusitis-Otitis MediaPage 4
Khonka inferior : hipertrofi (+)
Mukosa : hiperemis (+), secret (-)
Hidung kiri
Khonka inferior : hipertrofi (+)
Mukosa : hiperemis (+), secret kental (+) berwarna
kehijauan pada meatus media
Septum nasi : di tengah
Post nasal drip : (+)
Orofaring :
Dinding faring posterior :
Post nasal drip
5. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang
Rintgen sinus paranasal posisi water :
Kesan : tampak adanya perselubungan dan air fluid level pada
sinus maksilaris kiri. Sinus maksilaris kanan tidak ada
kelainan.
IV. Analisis masalah
1. Apa anatomi dan fisiologi THT ? (sintesis)
2. Apa saja penyakit dengan keluhan utama hidung busuk, dan
apa etiologinya ? (sintesis)
3. Bagaimana mekanisme hidung berbau busuk ? (sintesis)
4. Mengapa hidung tersumbat dan hilang timbul ? (sintesis)
5. Mengapa ingus kental berbau dan berwarna hijau ? (sintesis)
6. Mengapa lendir dari hidung mengalir ke tenggorokan ?
(sintesis)
7. Mengapa demam timbul 1 minggu yang lalu ? (sintesis)
8. Mengapa sakit kepala bertambah parah saaat menunduk ?
(sintesis)
Sinusitis-Otitis MediaPage 5
9. Mengapa telinga kiri terasa penuh dan pendengaran
menurun ? (sintesis)
10. Bagaimana hubungan riwayat sakit gigi yang tidak
dicabut dengan kasus ? (sintesis)
11. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik dan
interpretasi pemeriksan fisik abnormal ? (sintesis)
12. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik lokalis dan
interpretasi pemeriksan fisik lokalis abnormal ? (sintesis)
13. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan fisik lokalis ?
(sintesis)
14. Apa saja DD kasus ini ? (sintesis)
15. Bagaimana interpretasi pemeriksaan penunjang dan
interpretasi pemeriksan penunjang abnormal ? (sintesis)
16. Apa WD dan bagaimana cara mendiagnosis kasus ini
(kriteria) ? (sintesis)
17. Apa saja etiologi dan factor resiko kasus ? (sintesis)
18. Apa saja epidemiologi kasus ? (sintesis)
19. Bagaimana patofis dan pathogenesis kasus ? (sintesis)
20. Apa manifestasi klinis kasus ? (sintesis)
21. Bagaimana tatalaksana dan pencegahan kasus ?
(sintesis)
22. Apa prognosis kasus ? (sintesis)
23. Apa komplikasi kasus ? (sintesis)
24. Apa KDU kasus ? (sintesis)
V. Hipotesis
“ Bapak Tarjo, 38 tahun mengeluh hidung sebelah kiri berbau busuk
et causa rhinosinusitis dentogen maksilaris sinistra dengan
komplikasi otitis media”
VI. Kerangka Konsep
Sinusitis-Otitis MediaPage 6
VII. Sintesis
i. Anatomi fisiologi THT
Telinga
Telinga tengah
Telinga tengah berbentuk kubus dengan:
• Batas luar : membran timpani
• Batas depan : tuba eustachius
• Batas bawah : vena jugularis (bulbus jugularis)
• Batas belakang : auditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis
• Batas atas : segmen timpani (meningen/ otak)
• Batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah, kanalis semi
sirkularis horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong , tingkap bundar
& promontorium.
Tuba eustachius
• Menghubungkan rongga telinga tengah à nasofaring.
• Bagian lateral àbagian yang bertulang
• 2/3 medial bersifat kartilaginosa.
• Origo otot tensor timpani à sebelah atas bagian bertulang
Sinusitis-Otitis MediaPage 7
Infeksi gigi geraham
sinusitis Menghasilkan secret mukopurulen
Menyumbat TE
Otitis media
• kanalis karotikus terletak di bagian bawahnya.
• Bagian bertulang rawan berjalan melintasi dasar tengkorak à masuk
ke faring di atas otot levator palatinum dan tensor palatinum à disarafi
pleksus faringeal dan saraf mandibularis.
• Menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi membrana timpani.
Sinus paranasal
• Four bones of the skull contain paired air spaces called the paranasal
sinuses - frontal, ethmoidal, sphenoidal, maxillary
• Decrease skull bone weight
• Warm, moisten and filter incoming air
• Add resonance to voice.
• Communicate with the nasal cavity by ducts.
• Lined by pseudostratified ciliated columnar epithelium
Hidung
Dinding medial hidung adalah septum nasi. Septum dibentuk oleh tulang
dan tulang rawan. Bagian tulang adalah:
1) lamina perpendikularis os etmoid,
Sinusitis-Otitis MediaPage 8
2) vomer,
3) krista nasalis os maksila, dan
4) krista nasalis os palatina.
Septum dilapisi oleh perikondrium pada bagian tulang rawan dan
periostium pada bagian tulang, sedangkan diluarnya dilapisi pula oleh
mukosa hidung. Bagian depan dinding lateral hidung licin, yang disebut
ager nasi dan di belakangnya terdapat konka-konka yang mengisi
sebagian besar dinding lateral hidung.
Pada dinding lateral terdapat 4 buah konka. Diantara konka-konka dan
dinding lateral hidung terdapat rongga sempit yang disebut meatus.
Tergantung dari letak meatus, ada tiga meatus yaitu meatus inferior,
medianus dan superior. Meatus inferior terletak di antara konka inferior
dengan dasar hidung dan dinding lateral rongga hidung. Pada meatus
inferior terdapat muara (ostium) duktus nasolakrimalis.
Meatus medius terletak diantara konka media dan dinding lateral rongga hidung. Pada meatus medius terdapat bula etmoid, prosesus unsinatus, hiatus semilunaris, dan infundibulum etmoid. Hiatus semilunaris merupakan suatu celah sempit melengkung dimana terdapat muara sinus frontal, sinus maksila, dan sinus etmoid anterior.
Kompleks Ostiomeatal (Kom)
Kompleks ostiomeatal (KOM) merupakan celah pada dinding lateral hidung
yang dibatasioleh konka media dan lamina papirasea. Strukstur anatomi
penting yang membentuk KOM adalah prosessus unsinatus, infundibulum
ethmoid, hiatus semilunaris, bula ethmoid, agger nasi dan resessus
frontal. KOM merupakan unti fungsional yang merupakan tempat ventilasi
dan drenase dari sinus-sinus yang letaknya di anterior iaitu sinus maksila,
ethmoid anterior dan frontal.
Jika terjadi sumbatan pada celah yang sempit ini maka akan terjadi
perubahan patologis yang signifikan pada sinus-sinus yang terkait.
Hidung Dalam
Sinusitis-Otitis MediaPage 9
Struktur ini membentang dari os internum di sebelah anterior hingga
koana di posterior, yang memisahkan rongga hidung. Septum nasi
merupakan struktur tulang di garis tengah, secara anatomi membagi
organ menjadi dua hidung. Selanjutnya, pada dinding lateral hidung
terdapat pula konka dengan rongga udara yang tak teratur diantaranya
meatus superior, media dan inferior. Sementara kerangka tulang
tampaknya menentukan diameter yang pasti dari rongga gubah resistensi,
dan akibatnya tekanan dan volume aliran udara inspirasi dan eksprasi.
Diameter yang berbeda-beda disebabkan oleh kongesti dan dekongesti
mukosa, perubahan badan vaskular yang dapat mengembang pada konka
dan septum atas, dan dari krusta dan deposit atau sekret mukosa. Hiatus
semilunaris dari meatus media merupakan muara sinus frontalis,
etmoidalis dan sinus maksilaris. Sel-sel sinus etmoidalis posterior
bermuara pada resesus sfenoetmoidalis.
Nasofaring
In the lateral walls of the nasopharynx, paired auditory/eustachian
tubes connect the nasopharynx to the middle ear.
Orofaring
Sinusitis-Otitis MediaPage 10
• The middle pharyngeal region.
• Immediately posterior to the oral cavity.
• Bounded by the edge of the soft palate superiorly and the hyoid bone
inferiorly.
• Common respiratory and digestive pathway through which both air and
swallowed food and drink pass
ii. Interpretasi anamnesis
1. Keluhan utama : hidung sebelah kiri berbau busuk
2. Gejala :
6 bulan lalu
Sakit gigi geraham, disuruh cabut, pasien menolak
etiologi
2 bulan lalu (sub akut)
Hidung tersumbat
Ingus kental, bau, warna kehijauan gejala sinusitis
Post nasal drip
1 minggu lalu (akut)
Demam
Sakit kepala saat menunduk
gejala otitis media
Sinusitis-Otitis MediaPage 11
Telinga terasa penuh dan pendengaran menurun
iii. Interpretasi dan mekanisme pemeriksaan fisik status generalis dan
status lokalis
Pemeriksaan fisik generalis
Tampak sakit ringan
Compos mentis
TD 120/80ànormal
Nadi 84 bpmànormal
RR 16 bpmànormal
Temp 37,8oCàdemam
Pemeriksaan status lokalis
Otoskopi :
Telinga kanan
Aurikula : dalam batas normalànormal
Kanalis akustikus externus : dalam batas normalànormal
Membrane timpani : dalam batas normal ànormal
Telinga kiri
Aurikula : dalam batas normalànormal
Kanalis akustikus externus : dalam batas normalànormal
Membrane timpani : retraksi (+), reflex cahaya menurun
àOMS
Penjelasan :
Membran Timpani normalnya memberikan refleks cahaya
(cone of ligh) positif yang berarti cahaya dari luar dapat
dipantulkan oleh membrane timpani. Penyakit Membran
timpani terjadi secara primer yaitu berasal dari membran
timpani dan dapat pula terjadi akibat adanya penyakit
yang mendahuluinya seperti Otitis Media dan Mastoiditis.
Jika terjadi peradangan pada membran timpani dapat
terlihat bercak-bercak putih tebal akibat timbunan kolagen
terhialinisasi pada lapisan tenaghnya sebagai akibat
peradangan terdahulu (timpanosklerosis). Retraksi
membran timpani dapat pula terjadi bila vakum dalam
Sinusitis-Otitis MediaPage 12
telinga tengah atau dapat menonjol bila terdapat cairan,
infeksi atau massa jaringan dalam telinga tengah. Otitis
media kronis dengan keluarnya secret selalu disertai
perforasi membrane timpani yang serius.
Intervensi kolaboratif pada Penyakit Membran Timpani
adalah pemberian tetes telinga antibiotika seperti
eritromisin, yang merupakan obat pilihan untuk
menghilangkan nyeri, adanya bulging atau vesikel dapat
dipecahkan dengan jarum halus atau miringotomi.
Rhinoskopi anterior :
Hidung kanan
Khonka inferior : hipertrofi (+)àrhinitis hipertrofi
Mukosa : hiperemis (+)àinflamasi, secret (-)ànormal
Hidung kiri
Khonka inferior : hipertrofi (+)àrhinitis hipertrofi
Mukosa : hiperemis (+)àinflamasi, secret kental (+)
berwarna kehijauan pada meatus mediaàmukopurulen
dari inflamasi di sinus maksilaris, yang keluar melalui
muara hiatus semilunaris di meatus media
Septum nasi : di tengahànormal
Rhinoskopi posterior :
Hidung kanan
Khonka inferior : hipertrofi (+)àrhinitis hipertrofi
Mukosa : hiperemis (+)àinflamasi, secret (-)ànormal
Hidung kiri
Khonka inferior : hipertrofi (+)àrhinitis hipertrofi
Mukosa : hiperemis (+)àinflamasi, secret kental (+)
berwarna kehijauan pada meatus mediaà mukopurulen
dari inflamasi di sinus maksilaris, yang keluar melalui
muara hiatus semilunaris di meatus media
Septum nasi : di tengahànormal
Post nasal drip : (+) àsinusitis
Orofaring :
Sinusitis-Otitis MediaPage 13
Dinding faring posterior :hiperemis(-)ànormal, granula
(+)àinfeksi gigi
Post nasal dripàsinusitis
Tonsil : T1-T1ànormal
oral : calculus(+)àdental plaque dari gigi berlubang,
halithosis(+)àbau busuk dari infeksi kuman anaerob pada gigi,
tampak radix M1 dan M2 kiri atasàlokasi gigi berlubag
Sinusitis-Otitis MediaPage 14
iv. Cara melakukan pemeriksaan fisik status lokalis
Pemeriksaan telinga
Inspeksi :
Mula-mula dilakukan inspeksi telinga luar, perhatikan apakah ada
kelainan bentuk telinga, tanda-tanda peradangan, tumor dan secret
yang keluar dari liang telinga. Pengamatan dilakukan pada telinga
bagian depan dan belakang.
Palpasi :
Setelah mengamati bagian-bagian telinga, lakukan palpasi pada
telinga,apakah ada nyeri tekan, nyeri tarik atau tanda-tanda
pembesaran kelenjar pre dan post aurikuler.
Auskultasi :
Pemeriksaan auskultasi pada telinga dengan menggunakan stetoskop
dapat dilakukan pada kasus-kasus tertentu misalnya pada penderita
dengan keluhan tinnitus objektif
Otoskopi :
Pemeriksaan liang telinga dan membrane timpani dilakukan dengan
memposisikan liang telinga sedemikian rupa agar diperoleh aksis liang
telinga yang sejajar dengan arah pandang mata sehingga keseluruhan
liang telinga sampai permukaan membrane timpani dapat terlihat.
Posisi ini dapat diperoleh dengan menjepit daun telinga dengan
menggunakan ibu jari dan jari tengah dan menariknya kearah superior-
dorso-lateral dan mendorong tragus ke anterior dengan menggunakan
jari telunjuk. Cara ini dilakukan dengan tangan kanan
bila akan memeriksa telinga kiri dan sebaliknya digunakan tangan kiri
bila akan memeriksa telinga kanan. Pada kasus-kasus dimana kartilago
daun telinga agak kaku atau kemiringan liang telinga terlalu ekstrim
dapat digunakan bantuan speculum telinga yang disesuaikan dengan
besarnya diameter liang telinga. Spekulum telinga dipegang dengan
menggunakan tangan yang bebas. Amati liang telinga dengan seksama
apakah ada stenosis atau atresia meatal, obstruksi yang disebabkan
oleh secret, jaringan ikat, benda asing, serumen
Sinusitis-Otitis MediaPage 15
obsturan, polip, jaringan granulasi, edema atau furunkel. Semua
sumbatan ini sebaiknya disingkirkan agar membrane timpani dapat
terlihat jelas. Diamati pula dinding liang telinga ada atau tidak laserasi
Liang telinga dibersihkan dari secret dari sekret dengan menggunakan
aplikator kapas, bilas telinga atau dengan suction.
Cara membuat aplikator kapas yaitu dengan mengambil kapas
secukupnya kemudian aplikator diletakkan ditengah-tengah kapas
aturlah letak aplikator sedemikian rupa sehingga ujung aplikator
terletak kira-kira pada pertengahan kapas, kapas kemudian dilipat dua
sehingga menyelimuti ujung aplikator dan dijepit dengan ibu jari dan
jari telunjuk tangan kiri. Selanjutnya pangkal aplikator diputar searah
dengan putaran jarum jam dengan menggunakan tangan kanan.
Setelah ujung aplikator diselimuti kapas lakukan pengecekan apakah
ujung aplikator yang tajam tidak melampaui ujung kapas. Selanjutnya
kapas aplikator dilewatkan diatas api Bunsen.. Bila secret terlalu profus
dapat digunakan bilasan air hangat yang disesuikan dengan suhu
tubuh. Bilasan telinga dilakukan dengan menyemprotkan air dari spoit
langsung ke dalam telinga. Ujung spoit diarahkan ke dinding atas
meatus sehingga diharapkan secret / serumen akan dikeluarkan oleh
air bilasan yang balik kembali. Pengamatan terhadap membrane
timpani dilakukan dengan memperhatikan permukaan membrane
timpani, posisi membrane, warna, ada tidaknya perforasi, refleks
cahaya, struktur telinga tengah yang terlihat pada permukaan
membrane seperti manubrium mallei, prosesus brevis, plika maleolaris
anterior dan posterior
Otopneumoskop :
Untuk mengetahui mobilitas membrane timpani digunakan
otopneumoskop. Bila akan dilakukan pemeriksaan telinga kanan,
speculum otopneumoskop difiksasi dengan ibu jari dan jari telunjuk,
daun telinga dijepit dengan menggunakan jari tengah dan jari manis
tangan kiri, sebaliknya dilakukan bila akan memeriksa telinga kiri.
Selanjutnya pneumoskop dikembang kempiskan dengan menggunakan
Sinusitis-Otitis MediaPage 16
tangan kanan. Pada saat pneumoskop dikembang kempiskan,
pergerakan membrane timpani dapat diamati melalui speculum
otopneumoskop.
Valsalva test :
Pergerakan membrane timpani dapat pula diamati dengan menyuruh
pasien melakukan Manuver Valsalva yaitu dengan menyuruh pasien
mengambil napas dalam, kemudian meniupkan melalui hidung dan
mulut yang tertutup oleh tangan. Diharapkan dengan menutup hidung
dan mulut, udara tidak dapat keluar melalui hidung dan mulut
sehingga terjadi peninggian tekanan udara di dalam nasofaring.
Selanjutnya akibat penekanan udara, ostium tuba yang terdapat dalam
rongga nasofaring akan terbuka dan udara akan masuk ke dalam
kavum timpani melalui tuba auditiva.
Pemeriksaan hidung
Inspeksi :
dilakukan dengan mengamati ada tidaknya kelainan bentuk hidung,
tanda-tanda infeksi dan sekret yang keluar dari rongga hidung.
Palpasi :
dilakukan dengan penekanan jari-jari telunjuk mulai dari pangkal
hidung sampai apeks untuk mengetahui ada tidaknya nyeri, massa
tumor atau tanda-tanda krepitasi.
Pemeriksaan rongga hidung dilakukan melalui lubang hidung yang
disebut dengan Rhinoskopi anterior dan yang melalui rongga mulut
dengan menggunakan cermin nasofaring yang disebut dengan
Rhinoskopi posterior .
Rhinoskopi anterior
RA dilakukan dengan menggunakan speculum hidung yang disesuaikan
dengan besarnya lubang hidung. Spekulum hidung dipegang dengan
tangan yang dominant. Spekulum digenggam sedemikian rupa
sehingga tangkai bawah dapat digerakkan bebas dengan
menggunakan jari tengah, jari manis dan jari kelingking. Jari telunjuk
digunakan sebagai fiksasi disekitar hidung. Lidah speculum
Sinusitis-Otitis MediaPage 17
dimasukkan dengan hati-hati dan dalam keadaan tertutup ke dalam
rongga hidung. Di dalam rongga hidung lidah speculum dibuka. Jangan
memasukkan lidah speculum terlalu dalam atau membuka lidah
speculum terlalu lebar. Pada saat mengeluarkan lidah speculum dari
rongga hidung , lidah speculum dirapatkan tetapi tidak terlalu rapat
untuk menghindari terjepitnya bulu-bulu hidung. Amati struktur yang
terdapat di dalam rongga hidung mulai dari dasar rongga hidung,
konka-konka, meatus dan septum nasi. Perhatikan warna dan
permukaan mukosa rongga hidung, ada tidaknya massa , benda asing
dan secret. Struktur yang terlihat pertama kali adalah konka inferior .
Bila ingin melihat konka medius dan superior pasien diminta untuk
tengadahkan kepala.
Pada pemeriksaan RA dapat pula dinilai Fenomena Palatum Molle yaitu
pergerakan palatum molle pada saat pasien diminta untuk
mengucapkan huruf “ i “. Pada waktu melakukan penilaian fenomena
palatum molle usahakan agar arah pandang mata sejajar dengan dasar
rongga hidung bagian belakang. Pandangan mata tertuju pada daerah
nasofaring sambil mengamati turun naiknya palatum molle pada saat
pasien mengucapkan huruf “ i ” . Fenomena Palatum Molle akan
negatif bila terdapat massa di dalam rongga nasofaring yang
menghalangi pergerakan palatum molle, atau terdapat kelumpuhan
otot-otot levator dan tensor velli palatini. Bila rongga hidung sulit
diamati oleh adanya edema mukosa dapat digunakan tampon kapas
efedrin yang dicampur dengan lidokain yang dimasukkan ke dalam
rongga hidung untuk mengurangi edema mukosa.
Rhinoskopi posterior
Pasien diminta untuk membuka mulut tanpa mengeluarkan lidah, 1/3
dorsal lidah ditekan dengan menggunakan spatel lidah. Jangan
melakukan penekan yang terlalu keras pada lidah atau memasukkan
spatel terlalu jauh hingga mengenai dinding faring oleh karena hal ini
dapat merangsang refleks muntah. Cermin nasofaring yang
sebelumnya telah dilidah apikan, dimasukkan ke belakang rongga
Sinusitis-Otitis MediaPage 18
mulut dengan permukaan cermin menghadap ke atas. Diusahakan
agar cermin tidak menyentung dinding dorsal faring.. Perhatikan
struktur rongga nasofaring yang terlihat pada cermin. Amati septum
nasi bagian belakang, ujung belakang konka inferior, medius dan
superior, adenoid (pada anak), ada tidak secret yang mengalir melalui
meatus.
Perhatikan pula struktur lateral rongga nasofaring : ostium tuba, torus
tubarius, fossa Rossenmulleri
Selama melakukan pemeriksaan pasien diminta tenang dan tetap
bernapas melalui hidung. Pada penderita yang sangat sensitif, dapat
disemprotkan anestesi lokal ke daerah faring sebelum dilakukan
pemeriksaan.
Pemeriksaan sinus paranasalis
Inspeksi :
dilakukan dengan melihat ada tidaknya pembengkakan pada wajah.
Pembengkakan dan kemerahan pada pipi, kelopak mata bawah
menunjukkan kemungkinan adanya sinusitis maksilaris akut.
Pembengkakan pada kelopak mata atas kemungkinan sinusitis frontalis
akut.
Palpasi : Nyeri tekan pada pipi dan nyeri ketuk pada gigi bagian atas
menunjukkan adanya Sinusitis maksilaris. Nyeri tekan pada medial
atap orbita menunjukkan adanya Sinusitis frontalis. Nyeri tekan di
daerah kantus medius menunjukkan adanya kemungkinan sinusitis
etmoidalis.
Pemeriksaan faring
Inspeksi :
Penderita diinstruksikan membuka mulut, perhatikan struktur di dalam
cavum oris mulai dari gigi geligi, palatum, lidah, bukkal. Lihat ada
tidaknya kelainan berupa, pembengkakan, hiperemis, massa, atau
kelainan congenital.
Palpasi :
Lakukan penekanan pada lidah secara lembut dengan spatel lidah.
Perhatikan struktur arkus anterior dan posterior, tonsil, dinding dorsal
Sinusitis-Otitis MediaPage 19
faring. Deskripsikan kelainan-kelainan yang tampak. Dengan
menggunakan sarung tangan lakukan palpasi pada daerah mukosa
bukkal, dasar lidah dan daerah palatum untuk menilai adanya
kelainan-kelainan dalam rongga mulut.
Sinusitis-Otitis MediaPage 20
Langkah-Langkah Pemeriksaan
UMUM Tanda vital (Tekanan darah, nadi,
pernapasan, suhu
tubuh)
FISIS THT Jelaskan tentang prosedur pemeriksaan
kepada
penderita, juga bahwa pemeriksaan ini
kadang –
kadang menimbulkan perasaan khawatir
atau tidak
enak tetapi tidak akan membahyakan
penderita.
b. Atur posisi duduk penderita
c. Pasang lampu kepala
d. Atur fokus lampu kepala
PEMERIKSAAN
TELINGA
e. Inspeksi telinga luar.
f. Palpasi telinga luar
· Tampak menekan dengan jari telunjuk
tangan
kanan pada daerah depan dan belakang
telinga
untuk menilai adanya kelainan-kelainan
pada
telinga
· Menarik aurikula untuk menilai ada
tidaknya
nyeri
g. Otoskopi:
· Melakukan pemilihan spekulum telinga
Sinusitis-Otitis MediaPage 21
yang
tepat
· Memegang dan memposisikan daun
telinga yang
akan diperiksa
· Mengarahkan sorotan lampu kepala ke
dalam
liang telinga
· Menilai keadaan liang telinga
· Memasukan spekulum telinga ke dalam
liang
telinga
· Menilai keadaan gendang telinga
· Mengeluarkan spekulum teling dari
dalam liang
telinga
· Meletakkan alat-alat pemeriksaan ke
tempat
Semula.
PEMERIKSAAN
HIDUNG
h. Inspeksi hidung luar dan sekitarnya
i. Palpasi
· Tampak menekan dengan jari telunjuk
tangan
kanan pada daerah pangkal hidung, pipi,
supra
orbitalis dan daerah interkantus untuk
menilai
adanya kelainan-kelainan pada hidung
dan sinus
paranasalis
j. Rinoskopi anterior
· Melakukan pemilihan spekulum hidung
Sinusitis-Otitis MediaPage 22
yang
tepat
· Memegang dan memasukkan spekulum
hidung
ke dalam rongga hidung
· Mengarahkan sorotan lampu kepala ke
dalam
rongga hidung
· Menilai struktur di dalam rongga hidung
· Melihat fenomena “palatum molle”
· Mengeluarkan spekulum hidung dari
rongga
hidung
k. Rinoskopi posterior:
· Melakukan pemilihan cermin nasofaring
yang
tepat
· Menyuruh penderita membuka mulut
· Melakukan penekanan lidah dengan
spatel lidah
· Melidah apikan cermin nasofaring
sebelum
dimasukkan ke dalam orofaring
· Memposisikan cermin nasofaring di
dalam
orofaring
· Menilai struktur di dalam nasofaring
· Meletakkan alat-alat pemeriksaan ke
tempat
semula
l. Faringoskopi
· Penderita diinstruksikan membuka
Sinusitis-Otitis MediaPage 23
mulut
· Lakukan penekanan lidah dengan
spatel lidah
· Tampak memperhatikan keadaan
cavum oris
sampai orofaring
· Dengan menggunakan sarung tangan
lakukan
palpasi pada daerah mukosa bukkal,
dasar lidah
dan daerah palatum untuk menilai
adanya
kelainan-kelainan dalam rongga mulut
v. Diagnosis banding
SINUSITIS MAKSILARIS KARENA DENTOGEN
Dasar sinus maksila adalah akar gigi (prosesus alveolaris),
sehingga infeksi gigi dapat menyebabkan sinusitis maksilaris.
Penyebab sinus salah satunya infeksi gigi rahang atas M1, M2,
M3, serta P1 dan P2, pada pasien M1 dan M2 kiri atasàmaksila
kiriàhidung kiri (anatomi)
RINITIS HIPERTROFI
Definisi : rinitis kronis yang timbul akibat adanya infeksi berulang
dalam hidung dan sinus, atau sebagai lanjutan dari rinitis alergi
dan vasomotor
Gejala utamanya adalah sumbatan hidung.
Sekret biasanya banyak, mukopurulen
dan sering terdapat keluhan nyeri kepala.
Pada pemeriksaan akan ditemukan konka yang hipertrofi,
terutama konka inferior.
Permukaannya berbenjol-benjol ditutupi oleh mukosa yang juga
hipertrofi.
Sinusitis-Otitis MediaPage 24
Akibatnya saluran udara menjadi sempit.
Sekret mukopurulen ditemukan di antara konka inferior dan
septum, dan juga di dasar rongga hidung.
Pada pasien, kemungkinan diagnosa rinitis hipertrofi belum dapat
disingkirkan.
harus rontgen, bila struk tur tulang baik à bukan rhinitis
hipertrofi
RINITIS ATROFI (OZAENA).
gejala adanya sekret yang keruh dan berbau serta adanya krusta
namun pada pemeriksaan tidak ditemukan adanya atrofi tulang
dan mukosa konka.
vi. Interpretasi pemeriksaan penunjang dan mekanisme pemeriksaan
penunjang abnormal
1. Rontgen sinus paranasal posisi water :
Kesan : tampak adanya perselubungan dan air fluid level pada
sinus maksilaris kiri. Sinus maksilaris kanan tidak ada
kelainanàsinusitis pada sinus maksilaris kanan.
Foto polos posisi water’s, PA dan lateral à hanya dapat menilai
sinus-sinus besar à adanya perselubungan, batas udara-cairan
(air fluid level) atau penebalan mukosa
Foto polos sinus
Sensitivitas : 76% dan spesivitas : 79%
Indikasi :
Complications of ABRS include orbital, intracranial, or soft
tissue involvement.
Alternative diagnoses include malignancy and other
noninfectious causes of facial pain.
Sinusitis-Otitis MediaPage 25
patient has modifying factors or comorbidities that predispose
to complications, including diabetes, immune compromised
state, or a past history of facial trauma or surgery.
Posisi :
Lateral, Caldwell or posterior-anterior view (central ray
angled 15 degrees), and
Waters or occipito-mental view (orbitomeatal line angled 37
degrees to plane).
- should be obtained with the patient in the upright position
to allow visualization of air-fluid levels
- 300 to 600 millirads skin dosage (100-200 per radiograph).
- Sinus opacification, air-fluid level, or marked or severe
mucosal thickening is consistent with, but not diagnostic of,
acute rhinosinusitis
- Sensitivity and specificity for ethmoid and frontal sinusitis
are lower on plain film radiography.
- The sphenoid sinus can be visualized with plain film
radiography by including a base or submentovertex view.
Antral puncture
- sensitivity of 0.73 and specificity of 0.80
vii. Diagnosis kerja dan cara mendiagnosis
WD : sinusitis kronis dan otitis media non supurative serosa
HTD :
Sinusitis kronis OMS
Anamnesis :
hidung tersumbat
ingus purulen (post nasal
drip)
demam
Sakit kepala (sinus
headache)
Pada sinusitis kronis (1
Anamnesis :
Telinga terasa penuh
dan pendengaran
menurun
Pemeriksaan fisik :
Otoskopi : membrane
timpani retraksi (+),
reflex cahaya
Sinusitis-Otitis MediaPage 26
dari 2 gejala):
- sakit kepala kronis,
- post nasal drip,
- batuk kronik,
- gangguan
tenggorokan,
- gangguan telinga
akibat sumbatan
kronik muara tuba
Eustachii,
Pemeriksaan fisik :
rhinoskopi : post nasal
drip
orofaring : halithosis
Pemeriksaan penunjang :
adanya perselubungan,
batas udara-cairan (air
fluid level) atau
penebalan mukosa pada
sinus maksilaris kanan
àSinusitis maksilaris
kanan
Pemeriksaan anjuran :
CT scan sinus à gold
standard diagnosis
sinusitis à mampu
menilai anatomi hidung,
adanya penyakit dan
kelainan pada sinus à
karena mahal hanya
untuk diagnosis sinusitis
kronik yang tidak sembuh
menurun àOMS
Pemeriksaan anjuran :
Tes pendengaran
Sinusitis-Otitis MediaPage 27
viii. Sinusitis
Definisi
Sinusitis adalah inflamasi sinus paranasal.
Umumnya disertai/dipicu oleh rinitis, sehingga sering disebut
rhinosinusitis.
Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila
mengenai semua sinus paranasal disebut pansinusitis.
Etiologi
Berdasarkan penjalaran :
1. Rinogen
Obstruksi dari ostium Sinus (maksilaris/paranasalis) yang
disebabkan oleh :
Rinitis Akut (influenza)
Polip, septum deviasi
2. Dentogen
Penjalaran infeksi dari gigi geraham atas
Penyebabnya adalah kuman :
Streptococcus pneumonia
Hamophilus influenza
Steptococcus viridians
Staphylococcus aureus
Branchamella catarhatis
Berdasarkan agen penyebab :
1. Virus ; Rhinovirus, Influenza, Parainfluenza, Adenovirus.
2. Bakteri
Akut ; S.pneumoniae, H.influenza, M.catarrhalis,
S.pyogenes.
Sinusitis-Otitis MediaPage 28
Kronis ; Anaerob, Bacteroides, Anaerobic gram (+) cocci.
3. Lain-lain ; S.aureus, H.influenza, P.aeruginosa, E.coli, S.beta
hemolyticus , Jamur (sering pada pasien DM/imunocompromise),
Aspergilus, Mucormycosis, Fungus.
Predisposisi
1. Faktor dinamik:
Alergi:
Inhalant, makanan.
Infeksi:
Bakteri, jamur, virus.
Iritasi mukosa.
2. Faktor lingkungan:
Panas, kelembapan.
3. Faktor bukan dinamik:
Kelainan anatomi.
Deviasi septum nasi, stenosis osteomeatal.
Bekas luka operasi.
Synechia, restenosis, lateralisasi concha medius.
Ciliary dyskinesias.
Benda asing.
Polip nasal.
Tumor.
Klasifikasi
Timbulnya gejala klinis:
Akut à sampai 4 minggu.
Subakut à 4-12 minggu.
Kronis à > 12 minggu.
Rekurens:
≥4 episode/tahun, 1 episode: ≥ 7 hari.
Interval di antara episode 2 bulan.
Daerah anatomi yang terlibat:
Etmoidal.
Maxilla.
Sinusitis-Otitis MediaPage 29
Sphenoid.
Frontal.
Keterlibatan kehadiran ekstrasinus:
Komplikasi/bukan.
Faktor-faktor pengganggu atau modifikasinya:
Atopi, imunosupresi, obstruksi osteomeatal.
Patogenesis
Faktor penyebab
1. Obstruksi sinus ostia
a. Kelainan anatomis, tumor, trauma.
à gangguan drainase mukus.
2. Gangguan cilia
a. Ciliotoxin, ciliary dyskinesia, udara dingin.
à akumulasi cairan dalam sinus.
3. Kualitas dan kuantitas mukus
Mengandung glycoprotein, Ig, sel inflamasi.
Produksi >> à retensi.
Defek imunitas à komposisi Ig <<.
Skema :
Gejala Klinis
Keluhan Utama : hidung tersumbat , nyeri tekan pada muka, ingus
purulen (post nasal drip).
Sinusitis-Otitis MediaPage 30
Gejala sistemik : demam dan lesu.
Nyeri tekan pada daerah sinus (khas).
- Sinusitis ethmoidale à nyeri di antara atau belakang kedua
bola mata.
- Sinusitis maxilla à nyeri pipi, kadang referred pain ke gigi dan
telinga.
- Sinusitis frontale à nyeri dahi atau seluruh kepala.
- Sinusitis sfenoid à nyeri di verteks, oksipital, belakang bola
mata, daerah mastoid.
Sakit kepala (sinus headache)
Hipoosmia/anosmiaàkemampuan mennghidu menurun/tidak ada
Halitosisàbau nafas menusuk
Pada sinusitis kronis (tidak khas, 1 dari 2 gejala):
- sakit kepala kronis,
- post nasal drip,
- batuk kronik,
- gangguan tenggorokan,
- gangguan telinga akibat sumbatan kronik muara tuba
Eustachii,
- Dll.
Komplikasi
1. Kelainan orbita:
Edema palpebra, selulitis orbita, abses orbita.
2. Kelainan intrakranial:
Meningitis, abses otak, trombosis sinus kavernosus.
3. Lokal:
Mucocele, osteomyelitis.
4. Sistemik:
Sepsis, multiple organ failure (jarang).
Penatalaksanaan
1. Tujuan
Mempercepat penyembuhan.
Mencegah komplikasi.
Sinusitis-Otitis MediaPage 31
Mencegah perubahan menjadi kronis.
2. Prinsip pengobatan
membuka sumbatan di KOM, sehingga darinase dan ventilasi
sinus pulih secara alami.
Sinusitis akut secara umum
Antibiotik.
Golongan penisilin.
Bila curiga resistensi beta laktamase à co-amoxiclav atau
sefalosporin generasi II. 10-14 hari.
Dekongestan.
Sinusitis kronis secara umum
Antibiotik untuk gram (-) dan anaerob.
Dekongestan oral dan topikal.
Analgetik.
Mukolitik.
Steroid.
Pencucian rongga hidung dengan NaCl.
Tindakan operasi
Bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF/FESS)
Indikasi:
Sinusitis kronis yang tidak membaik setelah terapi adekuat.
Sinusitis kronis + kista/kelainan ireversible.
Polip ekstensif.
Komplikasi sinusitis.
Prognosis
Quo ad vitam: ad bonam
Quo ad functionam: ad bonam
Penatalaksanaan pada kasus
1. Drainage
Medical :
Dekongestan lokal : efedrin 1%(dewasa) �%(anak)
Dekongestan oral :Psedo efedrin 3 X 60 mg
Surgikal : irigasi sinus maksilaris.
Sinusitis-Otitis MediaPage 32
2. antibiotik diberikan dalam 5-7 hari (untk akut) yaitu :
ampisilin 4 X 500 mg
amoksilin 3 x 500 mg
Sulfametaksol=TMP (800/60) 2 x 1tablet
Diksisiklin 100 mg/hari.
3. Simtomatik
parasetamol., metampiron 3 x 500 mg.
4. Untuk kronis adalah :
Cabut geraham atas bila penyebab dentogen
Irigasi 1 x setiap minggu ( 10-20)
Operasi Cadwell Luc bila degenerasi mukosa ireversibel
(biopsi)
ix. Otitis
Definisi
Keradangan pada telinga tengah dengan atau tanpa adanya cairan
dan infeksi
Klasifikasi
Klasifikasi
Berdasarkan durasi :
- Akut : 0-3 minggu
- Subakut : 4-12 minggu (4-9)
- Kronik : > 12 minggu (>9)
- Rekuren : ≥ 4 episode dalam 1 tahun atau ≥ 3 episode
dalam 6 bulan
Patofisiologi Otitis Media
Sinusitis-Otitis MediaPage 33
OTITIS MEDIA
SUPURATIF
AKUT
KRONIS
NON SUPURATIF
AKUT
KRONIS
SPESIFIK
TUBERKULOSA
SIFILITIKA
ADHESIVA
Otitis Media Non Supuratif Serosa
- Keadaan terdapatnya sekret yang non purulen pada telinga
tengah, sedangkan membrana timpani utuh
- Batasan antara otitis media serosa akut dan kronis hanya
pada cara terbentuknya sekret
- Pada yang akut sekret terjadi secara perlahan-lahan dengan
disertai nyeri telinga sedangkan yang kronis sekret terbentuk
bertahap tanpa rasa nyeri
Etiologi
Otitis Media Serosa Akut Otitis Media Serosa Kronis
Etiologi Utama:
Gangguan tuba eustachius
Faktor:
Barotrauma
ISPA karena virus
idiopatik
Etiologi Utama:
Gangguan tuba eustachius
(dalam waktu lama dan
berulang)
Faktor:
Adenoid hipertropi
Adenoiditis
Sumbing palatum
Tumor nasopharing
Sinusitis
Defisiensi imunologik
Alergi
Sinusitis-Otitis MediaPage 34
Patofisiologi OMS
Infeksi gerahamàsinusitisàmembran mukosa swellingàOklusi TE à
reabsorpsi oksigen/nitrogen oleh mukosa kav.timpani
àTek.kav.timpani (-)àTransudasi cairan plasma
Perbedaan OMS akut dan kronis
Otitis media serous akut Otitis media serous kronik
- Dewasa
- Terbentuknya sekret secara
tiba tiba
- Sifat sekret serous
- Pendengaran berkurang
- Rasa tersumbat pada
telinga
- Rasa seperti ada cairan
yang bergerak
- Tinitusàcairan
- Vertigo
- Nyeri (+)
- Otoskopi:
Membrana tympani
retraksi
Tampak air fluid level (air
bubbles)
- Tes garputalaàuntuk
mengetahui apa terjadi tuli
konduksi
- Anak anak
- Terbentuknya sekret
secara perlahan lahan
- Sifat sekret mukoid
(kental seperti lem)
- Perasaan tuli lebih
menonjol (40-50 db)
- Otoskopi:
• Membrana tympani
tampak utuh, retraksi,
suram, kuning
kemerahan atau keabu
abuan
Sinusitis-Otitis MediaPage 35
Penatalaksanaan
Otitis media serous akut Otitis media serous kronik
Antibiotic : (1-2 mgg)
Tetes hidung
Anti histamin
Parasat valsava
Pembedahan:
Miringotomi
Antibiotic : (3 bln)
Tetes hidung
Anti histamin
Pembedahan:
Miringotomi dan
pemasangan ventilasi
(gromet tube)
Causatif:
Alergi- hindari alergi
Adenoidektomi
Sinusitis- Irigasi sinus
Antibiotics
First Line:
Amoxicillin 500 mg p.o. qid x 7-10 days
or if PCN allergic
E-Mycin 333 mg p.o. qid x 7-10 days or
Septra DS i p.o. bid x 7-10 days
Second Line:
Augmentin 875 mg p.o. bid x 7-10 days
Pediazole (Pediatrics) or
3rd generation cephalosporin
x. KDU
Tingkat kemampuan 3a
Sinusitis-Otitis MediaPage 36
Sakit Gigi Geraham Kiri Atas
Infeksi Mikroorganisme
Inflamasi Mukosa Sinus Maksilaris Kiri
Hematogen, Limfogen dari Granuloma ApikalKantong Periodontal Gigi
Jar. Granulasi di Mukosa Sinus Maksilaris Kiri
Cilia Tidak Dapat Bergerak
Edema Kompleks Osteomeatal
Obstruksi
Oksigen Gangguan Drainase & Ventilasi Sinus
Sitokin (IL-1, IL-6 & TNF)
Aktivasi PGE2
Set Point
Demam
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik
dan pem. tambahan (mis: labor sederhana dan x-ray). Dokter dapat
memutuskan dan memberikan terapi awal, serta merujuk
kespesialis yang relevan (bukan kasus gawat darurat)
xi. Pathogenesis dan patofisiologi penyakit pada pasien
Patogenesis dan Patofisiologis
Sinusitis-Otitis MediaPage 37
Sinusitis maksilaris
xii. KDU
Sinusitis-Otitis MediaPage 38
Keluar melalui muara hiatus semilunaris di meatus media
Hidung Tersumbat
Nasofaring
Inflamasi Tenggorokan
Post nasal dripRhinitis
Oklusi TE
Transudasi cairan
Tekanan kav. Timpani (-)
Otitis media akut
Penurunan pendengaran dan telinga penuh
Hijauàverdoperoksidase PMN