Skenario B

33
Scenario B (Public Health Education) Setelah melakukan “rakorbang” di Kecamatan Melati, dr. Indah mengadakan pertemuan di Puskesmas Putih-putih yang dipimpinnya sejak 3 tahun terakhir ini. Pertemuan di Puskesmas itu dikhususkan untuk membahas keluhan Camat pimpinan wilayah kecamatan Melati tentang banyaknya warga yang terkena Demam Berdarah Dengue, bahkan 2 hari yang lalu telah ada warga yang meninggal dunia di RSUD karena DBD ini. Dr. Indah yang merasa telah melakukan tugas dengan baik, tidak pernah absen dan semua pasien yang datang dilayani sendiri bersama 2 dokter lainnya di Puskesmas Putih-putih tersebut, sangat tidak menerima “teguran” dari Camat Melati yang mengesankan dia tidak bekerja dengan baik, sehingga DBD bisa menjadi endemic di wilayah kerja puskesmasnya. Dr. indah merasa telah menjaga dengan baik fungsi Puskesmas Putih-putih, mulai dari obat-obatan, alat-alat kesehatan dan leboratorium canggih pun sudah disiapkan. Dr. indah pun telah mengajukan penambahan staf medis untuk membantu melayani warganya yang semakin lama semakin banyak yang berobat di Puskesmas Putih-putih tersebut.

description

as

Transcript of Skenario B

Scenario B (Public Health Education)

Setelah melakukan “rakorbang” di Kecamatan Melati, dr. Indah mengadakan

pertemuan di Puskesmas Putih-putih yang dipimpinnya sejak 3 tahun terakhir ini.

Pertemuan di Puskesmas itu dikhususkan untuk membahas keluhan Camat pimpinan

wilayah kecamatan Melati tentang banyaknya warga yang terkena Demam Berdarah

Dengue, bahkan 2 hari yang lalu telah ada warga yang meninggal dunia di RSUD

karena DBD ini. Dr. Indah yang merasa telah melakukan tugas dengan baik, tidak

pernah absen dan semua pasien yang datang dilayani sendiri bersama 2 dokter

lainnya di Puskesmas Putih-putih tersebut, sangat tidak menerima “teguran” dari

Camat Melati yang mengesankan dia tidak bekerja dengan baik, sehingga DBD bisa

menjadi endemic di wilayah kerja puskesmasnya.

Dr. indah merasa telah menjaga dengan baik fungsi Puskesmas Putih-putih,

mulai dari obat-obatan, alat-alat kesehatan dan leboratorium canggih pun sudah

disiapkan. Dr. indah pun telah mengajukan penambahan staf medis untuk membantu

melayani warganya yang semakin lama semakin banyak yang berobat di Puskesmas

Putih-putih tersebut.

Tidak pernah terpikirkan oleh dr. Indah sebagai penanggungjawab kesehatan

pada puskesmasnya tentang pentingnya upaya kesehatan secara keseluruhan

(promotif, preventif, kuratif, rehabilitative) serta konsep pendidikan kesehatan dalam

mempercepat penurunan mortalitas dan morbiditas DBD di kecamatan Melati

tersebut. Dr. Indah pun lupa bahwa dalam meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat yang sangat dipengaruhi oleh factor perilaku (behavior causes) dan

factor di luar perilaku (non behavior causes). Dan dr. Indah pun lupa bahwa dia

diharapkan bukan hanya sebagai dokter pelayan kesehatan yang mampu mengobati

penyakit tapi juga sebagai “Dokter Masa Depan – 5 star doctor” yang juga harus

memiliki keahlian sebagai care provider, decision maker, communicator, community

leader dan manager.

Klarifikasi Istilah

1. Rakorbang: rapat koordinasi pengembangan

2. Puskesmas: organisasi kesehatan fungsional yang memberikan

pelayanan menyeluruh dan terpadu pada masyarakat di wilayah

kerjanya

3. Endemic: ada nya penyakit-penyakit atau factor penyebab penyakit

yang selalu terdapat di suatu daerah tertentu atau dikatakan sebagai

prevalensi penyakit tertentu yang selalu terdapat di suatu daerah

4. Mortalitas: ukuran jumlah kematian pada suatu populasi skala besar

suatu populasi, per dikali satuan.

5. Morbiditas: derajat sakit, cedera, atau gangguan pada suatu populasi

6. Promotif: usaha mempromosikan kesehatan pada masyarakat.

7. Preventif: upaya secara sengaja dilakukan untuk mencegah terjadinya

ganggguan, kerusakan, atau kerugian bagi seserang atau masyarakat.

(Notosoedirdjo dan Latipun, 2005 : 145).

8. Kuratif: penyembuhan penyakit

9. Rehabilitative: pemulihan kepada kedudukan atau keadaan yang

dahulu atau semula

10. Care provider: di samping memberikan pelayanan yang individual,

seorang dokter harus memebrikan pelayanan yang bersifat

menyeluruh (preventif, kuratif, rehabilitative), terintegrasi,

terusmenerus, dan berkualitas.

11. Decision maker: seorang dokter harus mengambil keputusan yang

tepat guna dan efisien.

12. Communicator: seorang dokter harus mampu berkomunikasi untuk

mempengaruhi individu, keluarga ataupun komunitas agar mereka

merubah gaya hidup mereka menjadi gaya hidup sehat dan mengajak

mereka enjadi partner dalam pelayanan kesehatan.

13. Community leader: mampu mengambil posisi dalam suatu aktivitas

komunitas agar dapat memberikan keuntungan bagi orang banyak.

14. Manager: memiliki kemmpuan mengATUR untuk menjalankan

fungsi-fungsi dari “5 star doctors”.

Identifikasi Masalah

1. Dr. indah, sebagai kepala puskesmas putih-putih, mendapat teguran

dari camat karena banyaknya warga yang terkena DBD, bahkan telah

ada warga yang meninggal 2 hari yang lalu.

2. Tidak pernah terpikir oleh dr. Indah sebagai penanggungjawab

kesehatan pada wilayah puskesmasnya tentang pentingnya upaya

kesehatan secara keseluruhan serta konsep pendidikan kesehatan

dalam mempercepat penurunan mortalitas dan morbiditas DBD di

kecamatan Melati tersebut.

3. Dr.Indah lupa akan factor perilaku dan factor di luar perilaku sangat

mempengaruhi dalam meningkatkan derajat kesehatan

4. Dr. indah lupa tugasnya sebgai “5 star doctors”.

Analisis Masalah

1. Mengapa DBD menjadi kasus epidemi di wilayah kerja Puskesmas

Putih-putih walaupun dokter dan stafnya sudah merasa melakukan

tugas dengan baik?

2. Bagaimana kasus epidemic menjadi endemic?

3. Bagaimana upaya kesehatan secara menyeluruh ?

4. Apa dampak yang timbul bila tidak melakukan upaya kesehatan

secara menyeluruh?

5. Apa saja factor yang mempengaruhi perubahan mortalitas dan

morbiditas suatu penyakit?

6. Apa yang dimaksud dengan konsep pendidikan kesehatan?

7. Bagaimana pengaruh pendidikan kesehatan terhadap mortalitas dan

morbiditas?

8. Apa saja factor perilaku dan factor di luar perilaku yang

mempengaruhi peningkatan derajat kesehatan?

9. Bagaimana derajat kesehatan suatu masyarakat?

10. Apa yang dimaksud dengan “5 star doctor”?

11. Bagaimana penerapan “5 star doctor” dalam pelayanan kesehatan ?

12. Apa solusi untuk kasus ini?

Hipotesis

Derajat kesehatan masyarakat ditentukan oleh upaya pelayanan kesehatan

masyarakat secara menyeluruh dan konsep pendidikan kesehatan melalui

penerapan “5 star doctor”

Sintesis

A. Rakorbang

Rapat koordinasi pembangunan

Gambar Mekanisme Perencanaan Pembangunan Pola Pemberdayaan

Masyarakat

(sumber: MEKANISME PERENCANAAN PEMBANGUNAN MEKANISME

PERENCANAAN, http://www.docstoc.com/docs, diakses tanggal 16 September

2010)

Fungsi dan Tujuan umum

Rakorbang dimulai sejak dari tingkat desa hingga tingkat nasional. Tujuan

utama Rakorbang adalah mengefektifkan dan mengoptimalkan proses

perencanaan dan pengendalian pembangunan daerah sebagai bagian dari

Forum Antar Desa II (UDKP)

Forum Antar Kecamatan (Rakorbang II)

Rakorbang I

Rakornas

Tahap PerencanaanTahap Sosialisasi Program

Musyawarah Pembangunan Dusun

Musbag Desa II

Forum Antar Desa I

Musbag Desa I

Tahap Provinsi

Tingkat Kecamatan

Tingkat Desa

Tingkat Dusun

Tingkat Kabupaten

Tingkat Pusat

perencanaan pembangunan nasional. Berikut ini hal-hal yang berkaitan dengan

penyelenggaraan koordinasi perencanaan tahunan pembangunan.

a. Forum Koordinasi/Rakorbang mempunyai kedudukan dan fungsi yang

penting dan strategis dalam mengefektifkan dan mengoptimalkan proses

perencanaan pembangunan daerah, terutama dalam rangka untuk

meningkatkan konsistensi dan sinkronisasi kebijakan, pencapaian tujuan,

sasaran, program dan kegiatan diantara dokumen rencana di daerah.

b. Sebagai bagian daripada proses perencanaan, penyelenggaraan Forum

Koordinasi/Rakorbang ditujukan untuk menghasilkan kesepakatan dan

komitmen diantara para pelaku pembangunan atas isu strategis, program,

kegiatan dan anggaran pembangunan tahunan daerah sebagai bagian integral

dari rencana jangka menengah dan strategis pembangunan nasional dan

daerah.

c. Sebagai bagian daripada proses penganggaran, penyelenggaraan Forum

Koordinasi/Rakorbang ditujukan untuk menghasilkan kesepakatan dan

komitmen diantara para pelaku pembangunan atas program dan kegiatan

pembangunan daerah yang memerlukan pembiayaan APBD Kabupaten/Kota,

APBD Propinsi, APBN, swadaya masyarakat dan dunia usaha.

d. Untuk dapat menghasilkan keluaran yang optimal, penyelenggaraan Forum

Koordinasi/Rakorbang perlu memenuhi asas demokratis, partisipatif,

kemitraan, transparan dan akuntabilitas dengan melibatkan para pelaku

pembangunan dalam proses pengambilan

e. keputusan Forum Koordinasi/Rakorbang dimulai sejak MUSBANG

Desa/Kelurahan, UDKP, Forum Koordinasi/Rakorbang Kabupaten/Kota

hingga Forum Koordinasi/Rakorbang Propinsi.

f. Untuk dapat menghasilkan keluaran yang efektif dan optimal, perlu

disediakan waktu yang memadai bagi proses penyelenggaraan Forum

Koordinasi/Rakorbang. Disarankan penyelenggaraan Forum Koordinasi/

Rakorbang dibagi dalam tiga tahapan, yaitu: (1) Pra Forum Koordinasi/

Rakorbang untuk mempersiapkan materi pendukung Forum Koordinasi/

Rakorbang; (2) Forum Koordinasi/Rakorbang untuk menghasilkan Arah dan

Kebijaksanaan Umum APBD dan Repetada yang definitif; dan (3) Pasca

Forum Koordinasi/Rakorbang untuk menyiapkan RAPBD dan usulan

Rakorbang Nasional.

g. Pengorganisasian penyelenggaraan Forum Koordinasi/Rakorbang perlu

dipersiapkan secara baik dengan membentuk Tim Fasilitasi Forum

Koordinasi/Rakorbang yang bekerja secara aktif selama proses Forum

Koordinasi/Rakorbang dengan melibatkan Tim Ahli/Profesional yang

didukung oleh tenaga fasilitator yang berpengalaman dan sekretariat Tim

yang memadai.

h. Forum Koordinasi/Rakorbang perlu didukung dengan kriteria seleksi prioritas

usulan program/kegiatan pembangunan yang jelas yang dijabarkan

berasaskan rencana jangka menengah dan strategis daerah; penilaian prioritas

usulan secara partisipatif berdasarkan skala kepentingan daerah dan para

pelaku pembangunan.

i. Hasil-hasil Forum Koordinasi/Rakorbang yang telah disepakati perlu

dipublikasikan secara luas kepada masyarakat umum.

(sumber: Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia. Pedoman

Penyelengaraan Forum Koordinasi Pembangunan Partisipatif,

http//:www.ireyogya.org/regulasi/SE Mendagri 050 987 SJ 5Mei2003.pdf,

diakses tanggal 16 September 2010)

B. Puskesmas

a. Definisi

- Puskesmas berdasarkan Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004

adalah UPTD kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab

menyelenggarakan pemberdayaan kesehatan di suatu wilayah kerja.

- Bedasarkan Depkes RI 1991 Puskesmas adalah organisasi kes fungsional

yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga

membina peran serta masyarakat dan memberikan pelayanan secara

menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam

bentuk kegiatan pokok

b. Wilayah Kerja

Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari

kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan

keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam

menentukan wilayah kerja Puskesmas. Puskesmas merupakan perangkat

Pemerintah Daerah Tingkat II, sehingga pembagian wilayah kerja puskesmas

ditetapkan oleh Bupati atau Walikota, dengan saran teknis dari kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten /Kota.

Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata 30.000

penduduk setiap Puskesmas. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan

maka Puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih

sederhana yanng disebut Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling.

Khusus untuk kota besar dengan jumlah penduduk satu juta atau lebih,

wilayah kerja Puskesmas bisa meliputi 1 Kelurahan. Puskesmas di ibukota

Kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan “

Puskesmas Pembina “ yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi Puskesmas

kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi.

c. Fungsi dan Peran Puskesmas

Fungsi Puskesmas:

1. Sebagai Pusat Pembangunan Kesehatan Masyarakat di wilayah kerjanya.

2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka

meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat

3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada

masyarakat di wilayah kerjanya.

Proses dalam melaksanakan fungsinya, dilaksanakan dengan cara:

1. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan

dalam rangka menolong dirinya sendiri.

2. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali

dan menggunakan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien.

3. Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan

medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan

bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan.

4. Memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat.

5. Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam

melaksanakan program Puskesmas.

Peran Puskesmas:

Dalam konteks Otonomi Daerah saat ini, Puskesmas mempunyai peran yang

sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki kemampuan

manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas

pelayanan kesehatan.

Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk ikut serta menentukan kebijakan

daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan realisize, tatalaksana

kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang

akurat. Rangkaian maajerial di atas bermanfaat dalam penentuan skala

prioritas daerah dan sebagai bahan kesesuaian dalam menentukan RAPBD

yang berorientasi kepada kepentingan masyarakat. Adapun ke depan,

Puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi

terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan

terpadu.

d. Organisasi Puskesmas

Susunan organisasi Puskesmas terdiri dari:

1. Unsur Pimpinan : Kepala Puskesmas

2. Unsur Pembantu Pimpinan : Urusan Tata Usaha

3. Unsur Pelaksana :

a) Unit yang terdiri dari tenaga / pegawai dalam jabatan fungsional

b) jumlah unit tergantung kepada kegiatan, tenaga dan fasilitas tiap

daerah

c) Unit terdiri dari: unit I, II, III, IV, V, VI dan VII [ lihat bagan ]

Bagan Struktur Organisasi Puskesmas

Kepala Puskesmas

Urusan Tata Usaha

Unit :IV-VIIPelaksana Teknis

Puskesmas

Pembantu

Unit: I-III Pelaksana Teknis

Ringkasan Tata Kerja

Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Puskesmas wajib menetapkan prinsip

koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik dalam lingkungan Puskesmas

maupun dengan satuan organisasi di luar Puskesmas sesuai dengan tugasnya

masing-masing.

Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Puskesmas wajib mengikuti dan

mematuhi petunjuk-petunjuk atasan serta mengikuti bimbingan teknis

pelaksanaan yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Dati II, sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kepala Puskesmas bertanggung jawab memimpin, mengkoordinasi semua

unsur dalam lingkungan Puskesmas, memberikan bimbngan serta petunjuk

bagi pelaksanaan tugas masing-masing petugas bawahannya.

Setiap unsur di lingkungan Puskesmas wajib mengikuti dan mematuhi

petunjuk dari dan bertanggung jawab kepada Kepala Puskesmas.

Hal-hal yang menyangkut tata hubungan dan koordinasi dengan instansi

vertical Departemen Kesehatan RI ( akan diatur dengan Surat Keputusan

Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan RI )

3. Peran Dokter di Puskesmas

Fungsi dan kegiatan dokter di Puskesmas:

Tugas pokok:

- Mengusahakan agar fungsi Puskesmas dapat diselenggarakan dengan baik

dan dapat memberi manfaat kepada masyarakat di wilayah kerjanya.

Fungsi:

- Sebagai seorang dokter

- Sebagai seorang manajer

Kegiatan Pokok:

- Melaksanakan fungsi-fungsi manajerial

- Melakukan pemeriksaan dan pengobatan penderita. Menerima rujukan

dan konsultasi

- Mengkoordinir kegiatan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

- Mengkoordinir pembinaan peran serta masyarakat melalui pendekatan

PKMD

Kegiatan Lain:

- Menerima konsultasi dari semua kegiatan Puskesmas

C. Peranan Dokter sebagai Provider di Puskesmas

1. Dokter Kepala Puskesmas sebagai Seorang Dokter

Masyarakat mengharapkan seorang dokter Kepala Puskesmas untuk

melakukan pemeriksaan dan pengobatan orang sakit. Namun demikian,

dalam kenyataan tanggung jawab seorang dokter Kepala Puskesmas tidak

hanya mengobati orang sakit saja akan tetapi jauh lebih besar, yaitu

memelihara dan meningkatkan kesehatan dari masyarakat di dalam wilayah

kerjanya. Disamping itu dokter berfungsi juga sebagai seorang pemimpin dan

seorang manajer. Oleh karenanya dokter dapat mendelegasikan wewenagnya

kepada perawat dan seorang bidan pada waktu tertentu dimana dokter sedang

melakukan tugas-tugas manejemen puskesmas dan kemasyarakatannya.

Dalam melakukan pemeriksaan dan tindakan pengobatan hendaknya

mempergunakan semua fasilitas yang ada dan kemampuan yang dimiliki

dengan sebaik-baiknya. Hal ini sangat penting untuk memupuk kepercayaan

masyarakat dan para pejabat di lingkungan kecamatan kepada dokter

Puskesmas yang bersangkutan. Bila ada penderita yang tidak dapat diatasi

dengan fasilitas dan kemampuan yang ada, maka penderita perlu dikirim ke

Rumah Sakit yang diperkirakan memiliki kemampuan untuk mengatasi

penderita tersebut dengan persetujuan penderita setelah cukup diberi

pengertian dan motivasi.

Ilmu pengetahuan terus berkembang dengan pesat, maka perlu diusahakan

untuk mengikuti seminar yang diselenggarakan oleh IDI setempat, atau

membaca buku, majalah-majalah bidang klinik maupun bidang kesehatan

masyarakat.

2. Dokter Kepala Puskesmas sebagai Seorang Manajer

a. Organisasi dan tatalaksana

Puskesmas mempunyai wilayah satu Kecamatan atau sebagian dari

kecamatan yang langsung bertanggung jawab dalam bidang teknis

kesehatan maupun administratif kepada kepala Dinas Kesehatan Dati II

( dokabu ).

Puskesmas Pembantu dan Bidan di Desa dalam wilayah kerja Puskesmas

adalah bagian integral dari Puskesmas. Puskesmas Pembantu

melaksanakan sebagian tugas-tugas Puskesmas sesuai dengan

kemampuan tenaga dan fasilitas yang ada dalam wilayah tertentu yang

merupakan sebagian dari wilayah kerja Puskesmas.

Jenis dan jumlah tenaga Puskesmas yang sebenarnya tidak perlu sama

untuk tiap puskesmas, tetapi disesuaikan dengan jumlah penduduk dan

luas daerah yang dicakup serta keadaan geografis dan sarana transportasi

di wilayah kerjanya.

Namun demikian jumlah tenaga yang tersedia belum dapat memenuhi

kebutuhan pada hingga saat ini, maka untuk sementara diadakan pola

tenaga yang seragam bagi setiap Puskesmas. Yang penting tenaga

tersebut bekerja dalam suatu tim, berarti pekerjaan tenaga yang satu dapat

mengisi kekurangan dari tenaga yang lain dan sebaliknya. Walupun

pekerjaan yang dilakukan berbeda-beda akan tetapi semuanya dalam

kerangka satu tujuan, yakni meningkatkan kesehatan masyarakat di

wilayah kerja Puskesmas dan di bawah satu pimpinan yakni Kepala

Puskesmas.

Tidak ada pengotak-kotan struktur dalam Puskesmas. Kepala puskesmas

perlu melakukan pembagian tugas bersama-sama stafnya disesuaikan

dengan jenis dan jumlah tenaga serta kegiatan yang dilakukan. Dalam hal

ini perlu dipertimbangkan pula lokasi pekerjaan dan waktu pekerjaan,

sehingga bisa diadakan pembagian tugas dan giliran kerja yang merata di

antara tenagatenaga Puskesmas yang ada dan pekerjaan dapat

dilaksanakan dengan baik.

Pertemua berkala antara Kepala Puskesmas dengan segenap stafnya,

termasuk Puskesmas Pembantu dan Bidan Desa perlu dilakukan secara

teratur setidaknya sebulan sekali. Pembagian tugas dan penjadwalan

pertemuan dilakukan melalui media Mini Lokakarya Puskesmas.

Tujuan pertemuan berkala tersebut, antara lain adalah:

- Menampung masalah / hambatan yang dihadapi dalam melaksanakan

pekerjaan sehari-hari untuk dipecahkan bersama.

- Merencanakan bersama kegiatan yang perlu dilakukan dalam bulan

berikutnya atau minggu yang akan datang.

- Menilai hasil-hasil pekerjaan yang telah dilakukan dalam bulan yang

lalu.

- Meneruskan informasi / instruksi / petunjuk dari atasan untuk

diketahui dan dilaksanakan bersama.

b. Bimbingan teknis dan supervisi

Selain pertemuan berkala dengan staf Puskesmas yang dilakukan di

Puskesmas, Kepala Puskesmas perlu juga datang untuk melihat dan

memberi bimbingan kepada staf Puskesmas secara berkala di tempat

mereka bekerja di Puskesmas, Puskesmas Perawatan, Puskesmas

Pembantu, di lapangan maupun di rumah penduduk dalam rangka

kunjungan rumah. Hal ini penting sekali dilakukan secara teratur untuk

memelihara disiplin kerja staf Puskesmas dalam melaksanakan tugas.

Dalam kunjungan ini dimanfaatkan pula untuk meningkatkan sistem

rujukan (referral system) dimana konsultasi dari staf Puskesmas dapat

dilakukan di tempat mereka bekerja, disamping melimpahkan

pengetahuan dan ketrampilan kepada staf Puskesmas berdasarkan

referensi terkini dan dapat dipertanggung jawabkan.

c. Hubungan kerja antar instansi tingat Kecamatan

Camat meerupakan koordinator dari semua instansi / dinas di tingkat

Kecamatan, Kepala puskesmas bertanggung jawab secara teknis

kesehatan dan administrative kepada Dokabu / Kepala Dinas kesehatan

Dati II. Hubungan dengan Camat adalah hubungan koordinasi, namun

demikian tanggung jawab secara moril dokter Kepala Puskesmas

terhadap Camat tetap ada.

Hubungan kerja sama yang baik perlu dipupuk antara Puskesmas dengan

semua instansi di tingkat Kecamatan. Kepala Puskesmas harus secara

aktif mencari hubungan kerjasama dengan instansi-instansi di tingkat

Kecamatan.

Usaha kesehatan tidak dapat berjalan sendiri dan peerlu kerjasama dengan

instansi lain. Pertemuan berkala antar instansi tingkat Kecamatan perlu

diadakan di bawah koordinasi Camat.

d. Dokter Puskesmas sebagai penggerak pembangunan di wilayah

kerjanya

Disamping hubungan langsung antara dokter Kepala puskesmas dan staf

dengan anggota masyarakat sebagai pengunjung Puskesmas dalam rangka

pemeriksaan, pengobatan dan penyuluhan kesehatan, perlu pula dilakukan

hubungan kerja sama dengan masyarakat dalam rangka membantu

masyarakat agar dapat menolong diri mereka sendiri dalam bidang

kesehatan. Khususnya dengan pemuka masyarakat dalam rangka

memperbaiki nasib mereka, baik dalam ruang lingkup kesehatan maupun

dalam hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan sesuai kebutuhan

masyarakat.

Seringkali masyarakat belum dapat mengenal masalah yang mereka

hadapi, dan belum bisa menentukan prioritas masalah yang perlu

ditanggulangi. Dokter Kepala Puskesmas beserta segenap staf bekerja

sama dengan instansi-instansi terkait, perlu memberi bimbingan kepada

masyarakat untuk mengenal masalahnya dan menentukan prioritas

masalah yang perlu ditanggulangi sesuai kemampuan swadaya mereka

sendiri. Untuk itu perlu dilakukan pertemuan-pertemuan, baik secara

individu dengan para pemuka masyarakat amupun secara kelompok. Bila

diperlukan latihan, maka Kepala Puskesmas dan segenap stafnya harus

dapat melayaninya.

3. Dokter Kepala Puskesmas sebagai Tenaga Ahli Pendamping Camat

Program Pemerintah saat ini baru bisa menempatkan dokter Puskesmas sebagai

seorang sarjana secara merata di kecamatan-kecamatan. Dengan sendirinya

harapan dari seluruh masyarakat kecamatan adalah mendapatkan manfaat dari

keahliannya dalam bidang kesehatan masyarakat maupun pandangan dan cara

berpikir yang luas dan kreatif dari seorang sarjana. Maka peranan dokter

Puskesmas di Kecamatan disamping sebagai Pimpinan Puskesmas, juga

merupakan tenaga ahli dan pendamping Camat.

Kesimpulan:

Dokter Kepala Puskesams bertangguang jawab terhadap secara teknis kesehatan

dan administratif kepada Dokabu / Kepala Dinas kesehatan Dati II. Hubungan

dengan Camat adalah hubungan koordinasi, namun demikian tanggung jawab

secara moril dokter Kepala Puskesmas terhadap Camat tetap ada. Rakorbang

tingkat kecamatan berfungsi merupakan wahana untuk menilai pembangunan dan

perkembangan masyarakat sehinggga kemudian dapat dilakukan upaya perbaikan

dan pengendalian pembangunan.

Tingginya angka kejadian DBD pada Kecamatan Melati menandakan bahwa

Puskesmas Putih-Putih sebagai primary care belum mampu melaksanakan

tugasnya yang tidak hanya melaksanakan program kuratif dan rehabilitatif, tetapi

juga promotif dan preventif pada masyrakat Kecamatan Melati.

(sumber: Hatmoko. Materi Kuliah Manajemen Kesehatan Mahasiswa Program

Studi Kedokteran Universitas Mulawarman: Sistem Pelayanan Kesehatan Dasar

Puskesmas. 2006. Samarinda: IKM PSKU Universitas Mulawarman

D. DBD menjadi kasus epidemi di wilayah kerja Puskesmas Putih-putih

walaupun dokter dan stafnya sudah merasa melakukan tugas dengan baik.

Karena dalam kasus ini Dokter Kepala Puskesmas tidak menerapkan kosep ‘5 stras

doctors’ dan tidak mengoptimalkan fungsi Puskesmas sebagai sarana pelayanan

kesehatan secara menyeluruh. Dalam kasus ini dokter Indah hanya melakukan fungsi

kuratif dan rehabilitatif dan tidak terpikir untuk melkukan kegiatan promotif dan

preventif.

E. Kasus epidemic menjadi endemic.

Epidemi (dari bahasa Yunani epi- pada + demos rakyat) adalah penyakit yang timbul

sebagai kasus baru pada suatu populasi tertentu manusia, dalam suatu periode waktu

tertentu, dengan laju yang melampaui laju "ekspektasi" (dugaan), yang didasarkan

pada pengalaman mutakhir. Dengan kata lain, epidemi adalah wabah yang terjadi

secara lebih cepat daripada yang diduga. Dalam peraturan yang berlaku di Indonesia,

Undang-undang no 4 tahun 1984 pengertian wabah dapat dikatakan sama dengan

epidemi, yaitu "berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah

penderitanya meningkat secara nyata melebihi keadaan yang lazim pada waktu dan

daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka"

Penyakit endemik dalam bahasa percakapan sering diartikan sebagai suatu penyakit

yang ditemukan pada daerah tertentu. Suatu infeksi dikatakan sebagai endemik (dari

bahasa Yunani en- di dalam + demos rakyat) pada suatu populasi jika infeksi tersebut

berlangsung di dalam populasi tersebut tanpa adanya pengaruh dari luar.

Suatu infeksi penyakit dikatakan sebagai endemik bila setiap orang yang terinfeksi

penyakit tersebut menularkannya kepada tepat satu orang lain (secara rata-rata). Bila

infeksi tersebut tidak lenyap dan jumlah orang yang terinfeksi tidak bertambah

secara eksponensial, suatu infeksi dikatakan berada dalam keadaan tunak endemik

(endemic steady state). Suatu infeksi yang dimulai sebagai suatu epidemi pada

akhirnya akan lenyap atau mencapai keadaan tunak endemik, bergantung pada

sejumlah faktor, termasuk virulensi dan cara penularan penyakit bersangkutan.

Hal ini berkaitan dengan semakin meningkatnya jumlah pelaporan, mobilitas dan

kepadatan penduduk di suatu daerah, pengaruh berbagai kondisi lingkungan terhadap

vektor maupun virus demam berdarah dengue, usaha pengendalian penyakit oleh

pemerintah dan masyarakat, perilaku hidup masyarakat dan berbagai faktor lainnya.

(sumber: www.wikipedia.com)

- Pengendalian penyakit menular yang bersifat wabah hanya akan berhasil,

jika terdapat koordinasi, kerjasama terpadu, holistik, dan sinergis diantara

seluruh unsur terkait

- Kegiatan komunikasi, informasi, dan edukasi dikalangan stakeholders

hendaklah dikembangkan agar sosialisasi menjadi lebih kreatif dengan

adanya kegiatan yang bermuatan kearifan lokal kedaerahan

- Kolaborasi dan kemitraan intersektoral mutlak diperlukan

F. “5 star doctor”

“5 stars doctor” adalah profil dokter ideal yang memiliki kemampuan untuk

melakukan serangkaian pelayanan kesehatan untuk memenuhi kualitas, kebutuhan,

efektifitas biaya, dan persamaan dalam dunia kesehatan.

Lima kualitas yang diinginkan dari seorang dokter yang 'five-stars' adalah:

1. Mampu menyediakan perawatan - Care Provider

2. Mampu menjadi penentu keputusan - Decision Maker

3. Mampu menjadi komunikator yang baik - Communicator

4. Mampu menjadi pemimpin dalam komunitas atau masyarakat - Community

Leader

5. Mampu dan bisa memiliki skil manajerial yang baik untuk menjalankan fungsi-

fungsi diatas

G. Penerapan “5 star doctor” dalam pelayanan kesehatan

Dokter biasanya terjebak pada rutinitas profesionalisme yang sempit. Banyak

dokter yang meyakini bahwa ilmu kedokteran hanya terfokus pada masalah

penyakit. padahal idealnya selain melakukan intervensi fisik, dokter harus berperan

dalam intervensi moral dan sosial di tengah masyarakat, yang menerapkan trias

peran dokter, di mana ia dapat sebagai agen perubahan (agent of change), agen

pembangunan (agent of development), dan agen pengobatan (agent of treatment)

Di University of Califonia at Irvine, Medical Center, Medical Group, Dokter

keluarga, "the five star doctors" (dokter keluarga di Amerika Serikat biasanya

berbasis hospital) dilukiskan sebagai:

1. para dokter yang bekerja dan terlatih khusus untuk pelayanan kedokteran

tingkat pertama (front lines) dalam hal-hal pencegahan, diagnosis dan

pengobatan.

2. Mereka adalah para dokter yang pandai-cerdas, senantiasa mendengarkan

dengan seksama, mengerti akan ucapan, keinginan dan keluhan pasiennya.

3. Mereka dapat bercakap-cakap dalam bahasa pasiennya dalam suasana

kekeluargaan dan senantiasa siap melayani kebutuhan pasiennya. Baik

dalam keadaan sehat maupun dalam keadaan sakit.

4. Mereka dapat merujuk pasiennya ke pelayanan dokter tingkat kedua, pada

saat yang tepat atau atas kehendak pasiennya.

5. Mereka bekerja dengan sistem pencatatan dokter yang baik, mempunyai staf

yang terlatih untuk hal-hal demikian.

H. Solusi untuk kasus ini.

Jika dihubungkan dengan profil dokter yang idel, yaitu “5-star doctor”, dr. Indah

seharusnya:

1. Care provider

Memberikan pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan kontinyu,

maksudnya adalah dalam mengatasi penyakit-penyakit pasien, seorang dokter

dituntut untuk tidak hanya mengobati penyakit dengan obat-obatan (kuratif),

tetapi juga terkadang perlu dengan tindakan, seperti melatih anak yang

kecelakaan pada tungkainya agar dapat berfungsi seperti semula

(Rehabilitasi). Selain itu, dokter juga harus memberikan penjelasan mengenai

penyakit yang diderita pasien tersebut (promotif) sehingga pasien mengerti

langkah apa yang harus dilakukannya agar tidk terkena penyakit itu lagi

(preventif)

2. Decision maker

Dr. Indah harus berani mengambil langkah apa selanjutnya untuk mengatasi

wabah DBD ini, agar wabah ini tidak menjadi penyakit endemic di

kecamatan tersebut.

3. Communicator

Dr. Indah segera melakukan penyuluhan kepada masyarakat di kecamatan

Melati mengenai DBD, diagnosis dini DBD dan pencegahan DBD.

Lalu, pada saat menangani pasien, dr. Indah sebaiknya memberikan

penjelasan lagi mengenai penyakit DBD dan kebersihan lingkungan.

4. Community leader

Menggalakkan masyarakat yang ada di wilayah Kecamatan Melati untuk

melakukan kerja bakti di lingkungannya.

5. Manager

Dr. indah harus mampu mengatur setiap pihak yang berhubungan dengan

wabah DBD ini, mulai dari pihak puskesmas, kecamatan, dan masyarakat

sendiri, agar tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mengatasi wabah ini

dapat berjalan baik dan masyarakat segera bebas dari penyakit ini.

Sumber:

Copyright © 2003  PDPERSI.CO.IDTHE FIVE-STAR DOCTOR: An asset to health care reform? Dr Charles Boelen World Health Organization, Geneva, Switzerland