Skenario B
-
Upload
anthony-foe -
Category
Documents
-
view
21 -
download
3
description
Transcript of Skenario B
Scenario B (Public Health Education)
Setelah melakukan “rakorbang” di Kecamatan Melati, dr. Indah mengadakan
pertemuan di Puskesmas Putih-putih yang dipimpinnya sejak 3 tahun terakhir ini.
Pertemuan di Puskesmas itu dikhususkan untuk membahas keluhan Camat pimpinan
wilayah kecamatan Melati tentang banyaknya warga yang terkena Demam Berdarah
Dengue, bahkan 2 hari yang lalu telah ada warga yang meninggal dunia di RSUD
karena DBD ini. Dr. Indah yang merasa telah melakukan tugas dengan baik, tidak
pernah absen dan semua pasien yang datang dilayani sendiri bersama 2 dokter
lainnya di Puskesmas Putih-putih tersebut, sangat tidak menerima “teguran” dari
Camat Melati yang mengesankan dia tidak bekerja dengan baik, sehingga DBD bisa
menjadi endemic di wilayah kerja puskesmasnya.
Dr. indah merasa telah menjaga dengan baik fungsi Puskesmas Putih-putih,
mulai dari obat-obatan, alat-alat kesehatan dan leboratorium canggih pun sudah
disiapkan. Dr. indah pun telah mengajukan penambahan staf medis untuk membantu
melayani warganya yang semakin lama semakin banyak yang berobat di Puskesmas
Putih-putih tersebut.
Tidak pernah terpikirkan oleh dr. Indah sebagai penanggungjawab kesehatan
pada puskesmasnya tentang pentingnya upaya kesehatan secara keseluruhan
(promotif, preventif, kuratif, rehabilitative) serta konsep pendidikan kesehatan dalam
mempercepat penurunan mortalitas dan morbiditas DBD di kecamatan Melati
tersebut. Dr. Indah pun lupa bahwa dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat yang sangat dipengaruhi oleh factor perilaku (behavior causes) dan
factor di luar perilaku (non behavior causes). Dan dr. Indah pun lupa bahwa dia
diharapkan bukan hanya sebagai dokter pelayan kesehatan yang mampu mengobati
penyakit tapi juga sebagai “Dokter Masa Depan – 5 star doctor” yang juga harus
memiliki keahlian sebagai care provider, decision maker, communicator, community
leader dan manager.
Klarifikasi Istilah
1. Rakorbang: rapat koordinasi pengembangan
2. Puskesmas: organisasi kesehatan fungsional yang memberikan
pelayanan menyeluruh dan terpadu pada masyarakat di wilayah
kerjanya
3. Endemic: ada nya penyakit-penyakit atau factor penyebab penyakit
yang selalu terdapat di suatu daerah tertentu atau dikatakan sebagai
prevalensi penyakit tertentu yang selalu terdapat di suatu daerah
4. Mortalitas: ukuran jumlah kematian pada suatu populasi skala besar
suatu populasi, per dikali satuan.
5. Morbiditas: derajat sakit, cedera, atau gangguan pada suatu populasi
6. Promotif: usaha mempromosikan kesehatan pada masyarakat.
7. Preventif: upaya secara sengaja dilakukan untuk mencegah terjadinya
ganggguan, kerusakan, atau kerugian bagi seserang atau masyarakat.
(Notosoedirdjo dan Latipun, 2005 : 145).
8. Kuratif: penyembuhan penyakit
9. Rehabilitative: pemulihan kepada kedudukan atau keadaan yang
dahulu atau semula
10. Care provider: di samping memberikan pelayanan yang individual,
seorang dokter harus memebrikan pelayanan yang bersifat
menyeluruh (preventif, kuratif, rehabilitative), terintegrasi,
terusmenerus, dan berkualitas.
11. Decision maker: seorang dokter harus mengambil keputusan yang
tepat guna dan efisien.
12. Communicator: seorang dokter harus mampu berkomunikasi untuk
mempengaruhi individu, keluarga ataupun komunitas agar mereka
merubah gaya hidup mereka menjadi gaya hidup sehat dan mengajak
mereka enjadi partner dalam pelayanan kesehatan.
13. Community leader: mampu mengambil posisi dalam suatu aktivitas
komunitas agar dapat memberikan keuntungan bagi orang banyak.
14. Manager: memiliki kemmpuan mengATUR untuk menjalankan
fungsi-fungsi dari “5 star doctors”.
Identifikasi Masalah
1. Dr. indah, sebagai kepala puskesmas putih-putih, mendapat teguran
dari camat karena banyaknya warga yang terkena DBD, bahkan telah
ada warga yang meninggal 2 hari yang lalu.
2. Tidak pernah terpikir oleh dr. Indah sebagai penanggungjawab
kesehatan pada wilayah puskesmasnya tentang pentingnya upaya
kesehatan secara keseluruhan serta konsep pendidikan kesehatan
dalam mempercepat penurunan mortalitas dan morbiditas DBD di
kecamatan Melati tersebut.
3. Dr.Indah lupa akan factor perilaku dan factor di luar perilaku sangat
mempengaruhi dalam meningkatkan derajat kesehatan
4. Dr. indah lupa tugasnya sebgai “5 star doctors”.
Analisis Masalah
1. Mengapa DBD menjadi kasus epidemi di wilayah kerja Puskesmas
Putih-putih walaupun dokter dan stafnya sudah merasa melakukan
tugas dengan baik?
2. Bagaimana kasus epidemic menjadi endemic?
3. Bagaimana upaya kesehatan secara menyeluruh ?
4. Apa dampak yang timbul bila tidak melakukan upaya kesehatan
secara menyeluruh?
5. Apa saja factor yang mempengaruhi perubahan mortalitas dan
morbiditas suatu penyakit?
6. Apa yang dimaksud dengan konsep pendidikan kesehatan?
7. Bagaimana pengaruh pendidikan kesehatan terhadap mortalitas dan
morbiditas?
8. Apa saja factor perilaku dan factor di luar perilaku yang
mempengaruhi peningkatan derajat kesehatan?
9. Bagaimana derajat kesehatan suatu masyarakat?
10. Apa yang dimaksud dengan “5 star doctor”?
11. Bagaimana penerapan “5 star doctor” dalam pelayanan kesehatan ?
12. Apa solusi untuk kasus ini?
Hipotesis
Derajat kesehatan masyarakat ditentukan oleh upaya pelayanan kesehatan
masyarakat secara menyeluruh dan konsep pendidikan kesehatan melalui
penerapan “5 star doctor”
Sintesis
A. Rakorbang
Rapat koordinasi pembangunan
Gambar Mekanisme Perencanaan Pembangunan Pola Pemberdayaan
Masyarakat
(sumber: MEKANISME PERENCANAAN PEMBANGUNAN MEKANISME
PERENCANAAN, http://www.docstoc.com/docs, diakses tanggal 16 September
2010)
Fungsi dan Tujuan umum
Rakorbang dimulai sejak dari tingkat desa hingga tingkat nasional. Tujuan
utama Rakorbang adalah mengefektifkan dan mengoptimalkan proses
perencanaan dan pengendalian pembangunan daerah sebagai bagian dari
Forum Antar Desa II (UDKP)
Forum Antar Kecamatan (Rakorbang II)
Rakorbang I
Rakornas
Tahap PerencanaanTahap Sosialisasi Program
Musyawarah Pembangunan Dusun
Musbag Desa II
Forum Antar Desa I
Musbag Desa I
Tahap Provinsi
Tingkat Kecamatan
Tingkat Desa
Tingkat Dusun
Tingkat Kabupaten
Tingkat Pusat
perencanaan pembangunan nasional. Berikut ini hal-hal yang berkaitan dengan
penyelenggaraan koordinasi perencanaan tahunan pembangunan.
a. Forum Koordinasi/Rakorbang mempunyai kedudukan dan fungsi yang
penting dan strategis dalam mengefektifkan dan mengoptimalkan proses
perencanaan pembangunan daerah, terutama dalam rangka untuk
meningkatkan konsistensi dan sinkronisasi kebijakan, pencapaian tujuan,
sasaran, program dan kegiatan diantara dokumen rencana di daerah.
b. Sebagai bagian daripada proses perencanaan, penyelenggaraan Forum
Koordinasi/Rakorbang ditujukan untuk menghasilkan kesepakatan dan
komitmen diantara para pelaku pembangunan atas isu strategis, program,
kegiatan dan anggaran pembangunan tahunan daerah sebagai bagian integral
dari rencana jangka menengah dan strategis pembangunan nasional dan
daerah.
c. Sebagai bagian daripada proses penganggaran, penyelenggaraan Forum
Koordinasi/Rakorbang ditujukan untuk menghasilkan kesepakatan dan
komitmen diantara para pelaku pembangunan atas program dan kegiatan
pembangunan daerah yang memerlukan pembiayaan APBD Kabupaten/Kota,
APBD Propinsi, APBN, swadaya masyarakat dan dunia usaha.
d. Untuk dapat menghasilkan keluaran yang optimal, penyelenggaraan Forum
Koordinasi/Rakorbang perlu memenuhi asas demokratis, partisipatif,
kemitraan, transparan dan akuntabilitas dengan melibatkan para pelaku
pembangunan dalam proses pengambilan
e. keputusan Forum Koordinasi/Rakorbang dimulai sejak MUSBANG
Desa/Kelurahan, UDKP, Forum Koordinasi/Rakorbang Kabupaten/Kota
hingga Forum Koordinasi/Rakorbang Propinsi.
f. Untuk dapat menghasilkan keluaran yang efektif dan optimal, perlu
disediakan waktu yang memadai bagi proses penyelenggaraan Forum
Koordinasi/Rakorbang. Disarankan penyelenggaraan Forum Koordinasi/
Rakorbang dibagi dalam tiga tahapan, yaitu: (1) Pra Forum Koordinasi/
Rakorbang untuk mempersiapkan materi pendukung Forum Koordinasi/
Rakorbang; (2) Forum Koordinasi/Rakorbang untuk menghasilkan Arah dan
Kebijaksanaan Umum APBD dan Repetada yang definitif; dan (3) Pasca
Forum Koordinasi/Rakorbang untuk menyiapkan RAPBD dan usulan
Rakorbang Nasional.
g. Pengorganisasian penyelenggaraan Forum Koordinasi/Rakorbang perlu
dipersiapkan secara baik dengan membentuk Tim Fasilitasi Forum
Koordinasi/Rakorbang yang bekerja secara aktif selama proses Forum
Koordinasi/Rakorbang dengan melibatkan Tim Ahli/Profesional yang
didukung oleh tenaga fasilitator yang berpengalaman dan sekretariat Tim
yang memadai.
h. Forum Koordinasi/Rakorbang perlu didukung dengan kriteria seleksi prioritas
usulan program/kegiatan pembangunan yang jelas yang dijabarkan
berasaskan rencana jangka menengah dan strategis daerah; penilaian prioritas
usulan secara partisipatif berdasarkan skala kepentingan daerah dan para
pelaku pembangunan.
i. Hasil-hasil Forum Koordinasi/Rakorbang yang telah disepakati perlu
dipublikasikan secara luas kepada masyarakat umum.
(sumber: Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia. Pedoman
Penyelengaraan Forum Koordinasi Pembangunan Partisipatif,
http//:www.ireyogya.org/regulasi/SE Mendagri 050 987 SJ 5Mei2003.pdf,
diakses tanggal 16 September 2010)
B. Puskesmas
a. Definisi
- Puskesmas berdasarkan Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004
adalah UPTD kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pemberdayaan kesehatan di suatu wilayah kerja.
- Bedasarkan Depkes RI 1991 Puskesmas adalah organisasi kes fungsional
yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga
membina peran serta masyarakat dan memberikan pelayanan secara
menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam
bentuk kegiatan pokok
b. Wilayah Kerja
Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari
kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan
keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam
menentukan wilayah kerja Puskesmas. Puskesmas merupakan perangkat
Pemerintah Daerah Tingkat II, sehingga pembagian wilayah kerja puskesmas
ditetapkan oleh Bupati atau Walikota, dengan saran teknis dari kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten /Kota.
Sasaran penduduk yang dilayani oleh sebuah Puskesmas rata-rata 30.000
penduduk setiap Puskesmas. Untuk perluasan jangkauan pelayanan kesehatan
maka Puskesmas perlu ditunjang dengan unit pelayanan kesehatan yang lebih
sederhana yanng disebut Puskesmas Pembantu dan Puskesmas Keliling.
Khusus untuk kota besar dengan jumlah penduduk satu juta atau lebih,
wilayah kerja Puskesmas bisa meliputi 1 Kelurahan. Puskesmas di ibukota
Kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau lebih, merupakan “
Puskesmas Pembina “ yang berfungsi sebagai pusat rujukan bagi Puskesmas
kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi.
c. Fungsi dan Peran Puskesmas
Fungsi Puskesmas:
1. Sebagai Pusat Pembangunan Kesehatan Masyarakat di wilayah kerjanya.
2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka
meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat
3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada
masyarakat di wilayah kerjanya.
Proses dalam melaksanakan fungsinya, dilaksanakan dengan cara:
1. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan
dalam rangka menolong dirinya sendiri.
2. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali
dan menggunakan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien.
3. Memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan
medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan
bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan.
4. Memberikan pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat.
5. Bekerja sama dengan sektor-sektor yang bersangkutan dalam
melaksanakan program Puskesmas.
Peran Puskesmas:
Dalam konteks Otonomi Daerah saat ini, Puskesmas mempunyai peran yang
sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki kemampuan
manajerial dan wawasan jauh ke depan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan.
Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk ikut serta menentukan kebijakan
daerah melalui sistem perencanaan yang matang dan realisize, tatalaksana
kegiatan yang tersusun rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang
akurat. Rangkaian maajerial di atas bermanfaat dalam penentuan skala
prioritas daerah dan sebagai bahan kesesuaian dalam menentukan RAPBD
yang berorientasi kepada kepentingan masyarakat. Adapun ke depan,
Puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan teknologi informasi
terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara komprehensif dan
terpadu.
d. Organisasi Puskesmas
Susunan organisasi Puskesmas terdiri dari:
1. Unsur Pimpinan : Kepala Puskesmas
2. Unsur Pembantu Pimpinan : Urusan Tata Usaha
3. Unsur Pelaksana :
a) Unit yang terdiri dari tenaga / pegawai dalam jabatan fungsional
b) jumlah unit tergantung kepada kegiatan, tenaga dan fasilitas tiap
daerah
c) Unit terdiri dari: unit I, II, III, IV, V, VI dan VII [ lihat bagan ]
Bagan Struktur Organisasi Puskesmas
Kepala Puskesmas
Urusan Tata Usaha
Unit :IV-VIIPelaksana Teknis
Puskesmas
Pembantu
Unit: I-III Pelaksana Teknis
Ringkasan Tata Kerja
Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Puskesmas wajib menetapkan prinsip
koordinasi, integrasi dan sinkronisasi baik dalam lingkungan Puskesmas
maupun dengan satuan organisasi di luar Puskesmas sesuai dengan tugasnya
masing-masing.
Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Puskesmas wajib mengikuti dan
mematuhi petunjuk-petunjuk atasan serta mengikuti bimbingan teknis
pelaksanaan yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Dati II, sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kepala Puskesmas bertanggung jawab memimpin, mengkoordinasi semua
unsur dalam lingkungan Puskesmas, memberikan bimbngan serta petunjuk
bagi pelaksanaan tugas masing-masing petugas bawahannya.
Setiap unsur di lingkungan Puskesmas wajib mengikuti dan mematuhi
petunjuk dari dan bertanggung jawab kepada Kepala Puskesmas.
Hal-hal yang menyangkut tata hubungan dan koordinasi dengan instansi
vertical Departemen Kesehatan RI ( akan diatur dengan Surat Keputusan
Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan RI )
3. Peran Dokter di Puskesmas
Fungsi dan kegiatan dokter di Puskesmas:
Tugas pokok:
- Mengusahakan agar fungsi Puskesmas dapat diselenggarakan dengan baik
dan dapat memberi manfaat kepada masyarakat di wilayah kerjanya.
Fungsi:
- Sebagai seorang dokter
- Sebagai seorang manajer
Kegiatan Pokok:
- Melaksanakan fungsi-fungsi manajerial
- Melakukan pemeriksaan dan pengobatan penderita. Menerima rujukan
dan konsultasi
- Mengkoordinir kegiatan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
- Mengkoordinir pembinaan peran serta masyarakat melalui pendekatan
PKMD
Kegiatan Lain:
- Menerima konsultasi dari semua kegiatan Puskesmas
C. Peranan Dokter sebagai Provider di Puskesmas
1. Dokter Kepala Puskesmas sebagai Seorang Dokter
Masyarakat mengharapkan seorang dokter Kepala Puskesmas untuk
melakukan pemeriksaan dan pengobatan orang sakit. Namun demikian,
dalam kenyataan tanggung jawab seorang dokter Kepala Puskesmas tidak
hanya mengobati orang sakit saja akan tetapi jauh lebih besar, yaitu
memelihara dan meningkatkan kesehatan dari masyarakat di dalam wilayah
kerjanya. Disamping itu dokter berfungsi juga sebagai seorang pemimpin dan
seorang manajer. Oleh karenanya dokter dapat mendelegasikan wewenagnya
kepada perawat dan seorang bidan pada waktu tertentu dimana dokter sedang
melakukan tugas-tugas manejemen puskesmas dan kemasyarakatannya.
Dalam melakukan pemeriksaan dan tindakan pengobatan hendaknya
mempergunakan semua fasilitas yang ada dan kemampuan yang dimiliki
dengan sebaik-baiknya. Hal ini sangat penting untuk memupuk kepercayaan
masyarakat dan para pejabat di lingkungan kecamatan kepada dokter
Puskesmas yang bersangkutan. Bila ada penderita yang tidak dapat diatasi
dengan fasilitas dan kemampuan yang ada, maka penderita perlu dikirim ke
Rumah Sakit yang diperkirakan memiliki kemampuan untuk mengatasi
penderita tersebut dengan persetujuan penderita setelah cukup diberi
pengertian dan motivasi.
Ilmu pengetahuan terus berkembang dengan pesat, maka perlu diusahakan
untuk mengikuti seminar yang diselenggarakan oleh IDI setempat, atau
membaca buku, majalah-majalah bidang klinik maupun bidang kesehatan
masyarakat.
2. Dokter Kepala Puskesmas sebagai Seorang Manajer
a. Organisasi dan tatalaksana
Puskesmas mempunyai wilayah satu Kecamatan atau sebagian dari
kecamatan yang langsung bertanggung jawab dalam bidang teknis
kesehatan maupun administratif kepada kepala Dinas Kesehatan Dati II
( dokabu ).
Puskesmas Pembantu dan Bidan di Desa dalam wilayah kerja Puskesmas
adalah bagian integral dari Puskesmas. Puskesmas Pembantu
melaksanakan sebagian tugas-tugas Puskesmas sesuai dengan
kemampuan tenaga dan fasilitas yang ada dalam wilayah tertentu yang
merupakan sebagian dari wilayah kerja Puskesmas.
Jenis dan jumlah tenaga Puskesmas yang sebenarnya tidak perlu sama
untuk tiap puskesmas, tetapi disesuaikan dengan jumlah penduduk dan
luas daerah yang dicakup serta keadaan geografis dan sarana transportasi
di wilayah kerjanya.
Namun demikian jumlah tenaga yang tersedia belum dapat memenuhi
kebutuhan pada hingga saat ini, maka untuk sementara diadakan pola
tenaga yang seragam bagi setiap Puskesmas. Yang penting tenaga
tersebut bekerja dalam suatu tim, berarti pekerjaan tenaga yang satu dapat
mengisi kekurangan dari tenaga yang lain dan sebaliknya. Walupun
pekerjaan yang dilakukan berbeda-beda akan tetapi semuanya dalam
kerangka satu tujuan, yakni meningkatkan kesehatan masyarakat di
wilayah kerja Puskesmas dan di bawah satu pimpinan yakni Kepala
Puskesmas.
Tidak ada pengotak-kotan struktur dalam Puskesmas. Kepala puskesmas
perlu melakukan pembagian tugas bersama-sama stafnya disesuaikan
dengan jenis dan jumlah tenaga serta kegiatan yang dilakukan. Dalam hal
ini perlu dipertimbangkan pula lokasi pekerjaan dan waktu pekerjaan,
sehingga bisa diadakan pembagian tugas dan giliran kerja yang merata di
antara tenagatenaga Puskesmas yang ada dan pekerjaan dapat
dilaksanakan dengan baik.
Pertemua berkala antara Kepala Puskesmas dengan segenap stafnya,
termasuk Puskesmas Pembantu dan Bidan Desa perlu dilakukan secara
teratur setidaknya sebulan sekali. Pembagian tugas dan penjadwalan
pertemuan dilakukan melalui media Mini Lokakarya Puskesmas.
Tujuan pertemuan berkala tersebut, antara lain adalah:
- Menampung masalah / hambatan yang dihadapi dalam melaksanakan
pekerjaan sehari-hari untuk dipecahkan bersama.
- Merencanakan bersama kegiatan yang perlu dilakukan dalam bulan
berikutnya atau minggu yang akan datang.
- Menilai hasil-hasil pekerjaan yang telah dilakukan dalam bulan yang
lalu.
- Meneruskan informasi / instruksi / petunjuk dari atasan untuk
diketahui dan dilaksanakan bersama.
b. Bimbingan teknis dan supervisi
Selain pertemuan berkala dengan staf Puskesmas yang dilakukan di
Puskesmas, Kepala Puskesmas perlu juga datang untuk melihat dan
memberi bimbingan kepada staf Puskesmas secara berkala di tempat
mereka bekerja di Puskesmas, Puskesmas Perawatan, Puskesmas
Pembantu, di lapangan maupun di rumah penduduk dalam rangka
kunjungan rumah. Hal ini penting sekali dilakukan secara teratur untuk
memelihara disiplin kerja staf Puskesmas dalam melaksanakan tugas.
Dalam kunjungan ini dimanfaatkan pula untuk meningkatkan sistem
rujukan (referral system) dimana konsultasi dari staf Puskesmas dapat
dilakukan di tempat mereka bekerja, disamping melimpahkan
pengetahuan dan ketrampilan kepada staf Puskesmas berdasarkan
referensi terkini dan dapat dipertanggung jawabkan.
c. Hubungan kerja antar instansi tingat Kecamatan
Camat meerupakan koordinator dari semua instansi / dinas di tingkat
Kecamatan, Kepala puskesmas bertanggung jawab secara teknis
kesehatan dan administrative kepada Dokabu / Kepala Dinas kesehatan
Dati II. Hubungan dengan Camat adalah hubungan koordinasi, namun
demikian tanggung jawab secara moril dokter Kepala Puskesmas
terhadap Camat tetap ada.
Hubungan kerja sama yang baik perlu dipupuk antara Puskesmas dengan
semua instansi di tingkat Kecamatan. Kepala Puskesmas harus secara
aktif mencari hubungan kerjasama dengan instansi-instansi di tingkat
Kecamatan.
Usaha kesehatan tidak dapat berjalan sendiri dan peerlu kerjasama dengan
instansi lain. Pertemuan berkala antar instansi tingkat Kecamatan perlu
diadakan di bawah koordinasi Camat.
d. Dokter Puskesmas sebagai penggerak pembangunan di wilayah
kerjanya
Disamping hubungan langsung antara dokter Kepala puskesmas dan staf
dengan anggota masyarakat sebagai pengunjung Puskesmas dalam rangka
pemeriksaan, pengobatan dan penyuluhan kesehatan, perlu pula dilakukan
hubungan kerja sama dengan masyarakat dalam rangka membantu
masyarakat agar dapat menolong diri mereka sendiri dalam bidang
kesehatan. Khususnya dengan pemuka masyarakat dalam rangka
memperbaiki nasib mereka, baik dalam ruang lingkup kesehatan maupun
dalam hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan sesuai kebutuhan
masyarakat.
Seringkali masyarakat belum dapat mengenal masalah yang mereka
hadapi, dan belum bisa menentukan prioritas masalah yang perlu
ditanggulangi. Dokter Kepala Puskesmas beserta segenap staf bekerja
sama dengan instansi-instansi terkait, perlu memberi bimbingan kepada
masyarakat untuk mengenal masalahnya dan menentukan prioritas
masalah yang perlu ditanggulangi sesuai kemampuan swadaya mereka
sendiri. Untuk itu perlu dilakukan pertemuan-pertemuan, baik secara
individu dengan para pemuka masyarakat amupun secara kelompok. Bila
diperlukan latihan, maka Kepala Puskesmas dan segenap stafnya harus
dapat melayaninya.
3. Dokter Kepala Puskesmas sebagai Tenaga Ahli Pendamping Camat
Program Pemerintah saat ini baru bisa menempatkan dokter Puskesmas sebagai
seorang sarjana secara merata di kecamatan-kecamatan. Dengan sendirinya
harapan dari seluruh masyarakat kecamatan adalah mendapatkan manfaat dari
keahliannya dalam bidang kesehatan masyarakat maupun pandangan dan cara
berpikir yang luas dan kreatif dari seorang sarjana. Maka peranan dokter
Puskesmas di Kecamatan disamping sebagai Pimpinan Puskesmas, juga
merupakan tenaga ahli dan pendamping Camat.
Kesimpulan:
Dokter Kepala Puskesams bertangguang jawab terhadap secara teknis kesehatan
dan administratif kepada Dokabu / Kepala Dinas kesehatan Dati II. Hubungan
dengan Camat adalah hubungan koordinasi, namun demikian tanggung jawab
secara moril dokter Kepala Puskesmas terhadap Camat tetap ada. Rakorbang
tingkat kecamatan berfungsi merupakan wahana untuk menilai pembangunan dan
perkembangan masyarakat sehinggga kemudian dapat dilakukan upaya perbaikan
dan pengendalian pembangunan.
Tingginya angka kejadian DBD pada Kecamatan Melati menandakan bahwa
Puskesmas Putih-Putih sebagai primary care belum mampu melaksanakan
tugasnya yang tidak hanya melaksanakan program kuratif dan rehabilitatif, tetapi
juga promotif dan preventif pada masyrakat Kecamatan Melati.
(sumber: Hatmoko. Materi Kuliah Manajemen Kesehatan Mahasiswa Program
Studi Kedokteran Universitas Mulawarman: Sistem Pelayanan Kesehatan Dasar
Puskesmas. 2006. Samarinda: IKM PSKU Universitas Mulawarman
D. DBD menjadi kasus epidemi di wilayah kerja Puskesmas Putih-putih
walaupun dokter dan stafnya sudah merasa melakukan tugas dengan baik.
Karena dalam kasus ini Dokter Kepala Puskesmas tidak menerapkan kosep ‘5 stras
doctors’ dan tidak mengoptimalkan fungsi Puskesmas sebagai sarana pelayanan
kesehatan secara menyeluruh. Dalam kasus ini dokter Indah hanya melakukan fungsi
kuratif dan rehabilitatif dan tidak terpikir untuk melkukan kegiatan promotif dan
preventif.
E. Kasus epidemic menjadi endemic.
Epidemi (dari bahasa Yunani epi- pada + demos rakyat) adalah penyakit yang timbul
sebagai kasus baru pada suatu populasi tertentu manusia, dalam suatu periode waktu
tertentu, dengan laju yang melampaui laju "ekspektasi" (dugaan), yang didasarkan
pada pengalaman mutakhir. Dengan kata lain, epidemi adalah wabah yang terjadi
secara lebih cepat daripada yang diduga. Dalam peraturan yang berlaku di Indonesia,
Undang-undang no 4 tahun 1984 pengertian wabah dapat dikatakan sama dengan
epidemi, yaitu "berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah
penderitanya meningkat secara nyata melebihi keadaan yang lazim pada waktu dan
daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka"
Penyakit endemik dalam bahasa percakapan sering diartikan sebagai suatu penyakit
yang ditemukan pada daerah tertentu. Suatu infeksi dikatakan sebagai endemik (dari
bahasa Yunani en- di dalam + demos rakyat) pada suatu populasi jika infeksi tersebut
berlangsung di dalam populasi tersebut tanpa adanya pengaruh dari luar.
Suatu infeksi penyakit dikatakan sebagai endemik bila setiap orang yang terinfeksi
penyakit tersebut menularkannya kepada tepat satu orang lain (secara rata-rata). Bila
infeksi tersebut tidak lenyap dan jumlah orang yang terinfeksi tidak bertambah
secara eksponensial, suatu infeksi dikatakan berada dalam keadaan tunak endemik
(endemic steady state). Suatu infeksi yang dimulai sebagai suatu epidemi pada
akhirnya akan lenyap atau mencapai keadaan tunak endemik, bergantung pada
sejumlah faktor, termasuk virulensi dan cara penularan penyakit bersangkutan.
Hal ini berkaitan dengan semakin meningkatnya jumlah pelaporan, mobilitas dan
kepadatan penduduk di suatu daerah, pengaruh berbagai kondisi lingkungan terhadap
vektor maupun virus demam berdarah dengue, usaha pengendalian penyakit oleh
pemerintah dan masyarakat, perilaku hidup masyarakat dan berbagai faktor lainnya.
(sumber: www.wikipedia.com)
- Pengendalian penyakit menular yang bersifat wabah hanya akan berhasil,
jika terdapat koordinasi, kerjasama terpadu, holistik, dan sinergis diantara
seluruh unsur terkait
- Kegiatan komunikasi, informasi, dan edukasi dikalangan stakeholders
hendaklah dikembangkan agar sosialisasi menjadi lebih kreatif dengan
adanya kegiatan yang bermuatan kearifan lokal kedaerahan
- Kolaborasi dan kemitraan intersektoral mutlak diperlukan
F. “5 star doctor”
“5 stars doctor” adalah profil dokter ideal yang memiliki kemampuan untuk
melakukan serangkaian pelayanan kesehatan untuk memenuhi kualitas, kebutuhan,
efektifitas biaya, dan persamaan dalam dunia kesehatan.
Lima kualitas yang diinginkan dari seorang dokter yang 'five-stars' adalah:
1. Mampu menyediakan perawatan - Care Provider
2. Mampu menjadi penentu keputusan - Decision Maker
3. Mampu menjadi komunikator yang baik - Communicator
4. Mampu menjadi pemimpin dalam komunitas atau masyarakat - Community
Leader
5. Mampu dan bisa memiliki skil manajerial yang baik untuk menjalankan fungsi-
fungsi diatas
G. Penerapan “5 star doctor” dalam pelayanan kesehatan
Dokter biasanya terjebak pada rutinitas profesionalisme yang sempit. Banyak
dokter yang meyakini bahwa ilmu kedokteran hanya terfokus pada masalah
penyakit. padahal idealnya selain melakukan intervensi fisik, dokter harus berperan
dalam intervensi moral dan sosial di tengah masyarakat, yang menerapkan trias
peran dokter, di mana ia dapat sebagai agen perubahan (agent of change), agen
pembangunan (agent of development), dan agen pengobatan (agent of treatment)
Di University of Califonia at Irvine, Medical Center, Medical Group, Dokter
keluarga, "the five star doctors" (dokter keluarga di Amerika Serikat biasanya
berbasis hospital) dilukiskan sebagai:
1. para dokter yang bekerja dan terlatih khusus untuk pelayanan kedokteran
tingkat pertama (front lines) dalam hal-hal pencegahan, diagnosis dan
pengobatan.
2. Mereka adalah para dokter yang pandai-cerdas, senantiasa mendengarkan
dengan seksama, mengerti akan ucapan, keinginan dan keluhan pasiennya.
3. Mereka dapat bercakap-cakap dalam bahasa pasiennya dalam suasana
kekeluargaan dan senantiasa siap melayani kebutuhan pasiennya. Baik
dalam keadaan sehat maupun dalam keadaan sakit.
4. Mereka dapat merujuk pasiennya ke pelayanan dokter tingkat kedua, pada
saat yang tepat atau atas kehendak pasiennya.
5. Mereka bekerja dengan sistem pencatatan dokter yang baik, mempunyai staf
yang terlatih untuk hal-hal demikian.
H. Solusi untuk kasus ini.
Jika dihubungkan dengan profil dokter yang idel, yaitu “5-star doctor”, dr. Indah
seharusnya:
1. Care provider
Memberikan pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan kontinyu,
maksudnya adalah dalam mengatasi penyakit-penyakit pasien, seorang dokter
dituntut untuk tidak hanya mengobati penyakit dengan obat-obatan (kuratif),
tetapi juga terkadang perlu dengan tindakan, seperti melatih anak yang
kecelakaan pada tungkainya agar dapat berfungsi seperti semula
(Rehabilitasi). Selain itu, dokter juga harus memberikan penjelasan mengenai
penyakit yang diderita pasien tersebut (promotif) sehingga pasien mengerti
langkah apa yang harus dilakukannya agar tidk terkena penyakit itu lagi
(preventif)
2. Decision maker
Dr. Indah harus berani mengambil langkah apa selanjutnya untuk mengatasi
wabah DBD ini, agar wabah ini tidak menjadi penyakit endemic di
kecamatan tersebut.
3. Communicator
Dr. Indah segera melakukan penyuluhan kepada masyarakat di kecamatan
Melati mengenai DBD, diagnosis dini DBD dan pencegahan DBD.
Lalu, pada saat menangani pasien, dr. Indah sebaiknya memberikan
penjelasan lagi mengenai penyakit DBD dan kebersihan lingkungan.
4. Community leader
Menggalakkan masyarakat yang ada di wilayah Kecamatan Melati untuk
melakukan kerja bakti di lingkungannya.
5. Manager
Dr. indah harus mampu mengatur setiap pihak yang berhubungan dengan
wabah DBD ini, mulai dari pihak puskesmas, kecamatan, dan masyarakat
sendiri, agar tindakan-tindakan yang diperlukan untuk mengatasi wabah ini
dapat berjalan baik dan masyarakat segera bebas dari penyakit ini.
Sumber:
Copyright © 2003 PDPERSI.CO.IDTHE FIVE-STAR DOCTOR: An asset to health care reform? Dr Charles Boelen World Health Organization, Geneva, Switzerland