(Skenario 1) DISPEPSIA
-
Upload
roni-junior-simanjuntak -
Category
Documents
-
view
75 -
download
0
Transcript of (Skenario 1) DISPEPSIA
MAKALAH MANDIRI
BLOK16
D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
NAMA : RUTH YOKNAEM
NIM: 102009182
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
2010
DAFTAR ISI
BAB 1.Pendahuluan……………………………………………………...... . . . . . .3
1.1 latar belakang……………………………………………………...... . . . . . .3
1.2 tujuan……………………………………………………………...... . . . . . . .3
BAB II Isi…………………………………………………………………...4
1) pemeriksaan.... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .4
1.1 anamnesis... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .6
1.2 fisik... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .7
1.3 penunjang.... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .8
2) WD..... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .9
3) DD..... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .10
4) Etiologi... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .11
5) Epidemiologi.........................................................................................................12
6) faktor resiko..........................................................................................................13
7) Patofisiologi................................................................................................ ........ 13
8) manifestasi klinik..................................................................................... ............15
9) penatalaksanaan.....................................................................................................17
10) komplikasi.............................................................................................................18
11) prognosa................................................................................................................19
12) Pencegahan...............................................................................................,............19
BAB III. Penutup…………………………………………………………………..20
III.1 Kesimpulan………………………………………………………………............20
III.2 Saran……………………………………………………………………..............19
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………...20
2
I. PENDAHULUAN
1) Latar belakang
Salah satu gangguan pencernaan yang paling banyak diderita orang. Dispepsia
merupakan istilah untuk menunjukkan rasa nyeri atau tidak menyenangkan pada bagian
atas perut. Rasa nyeri ini dapat ringan hingga berat. Sebenarnya dispepsia bukanlah nama
penyakit, tapi lebih menunjukkan sebagai gejala, seperti rasa panas pada ulu hati, perih
dan nyeri, mual dan kembung.
Penyebab dari dispepsia ini bermacam-macam. Dapat disebabkan karena tukak lambung,
peradangan pada lapisan dalam lambung yang dapat disebabkan oleh obat, infeksi atau
alkohol, kanker lambung, penyakit pada kandung empedu dan penyakit pankreas.2,3,5
Tapi bila seseorang menderita dispepsia, sulit untuk menentukan penyebab pastinya.
Karena pada beberapa orang, jenis makanan tertentu atau minum alkohol dapat
memunculkan gangguan dispepsia ini. Obat seperti aspirin juga dapat menyebabkan
dispepsia.
2) tujuan
mengetahui melanoma malignan dan mekanisme nya serta memberikan suatu respon
negatif terhadap tubuh berdasarkan gambaran klinis yg tampak.
3
II. ISI
Dispepsia umumnya diderita oleh kaum produktif dan kebanyakan penyebabnya adalah pola atau gaya
hiudup tidak sehat. Gejalanya pun bervariasi mulai dari nyeri ulu hati, mual-muntah, rasa penuh di ulu
hati, sebah, sendawa yang berlebihan bahkan bias menyebabkan diare dengan segala komplikasinya.
Ada beberapa hal yang menjadi penyebab timbulnya dispepsia, yaitu
pengeluaran asam lambung berlebih, pertahanan dindins lambung yang lemah, infeksi
Helicobacter pylori (sejenis bakteri yang hidup di dalam lambung dalam jumlah kecil, gangguangerakan
saluran pencernaan, dan stress psikologis (Ariyanto, 2007).
Terkadang dispepsia dapat menjadi tanda dari masalah serius, contohnya penyakit ulkus lambung yang
parah. Tak jarang, dispepsia disebabkan karena kanker lambung, sehingga harus diatasi dengan serius.
Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan bila terdapat salah satu dari tanda ini, yaitu:5,7
1. Usia 50 tahun keatas
2. Kehilangan berat badan tanpa disengaja
3. Kesulitan menelan
4. Terkadang mual-muntah
5. Buang air besar tidak lancer
6. Merasa penuh di daerah perut (Bazaldua, et al, 1999)
Secara umum dispepsia terbagi menjadi dua jenis, yaitu dispepsia organik dan dispepsia nonorganik atau
dispesia fungsional. Dispepsia organik jarang ditemukan pada usiamuda, tetapi banyak ditemukan pada
usia lebih dari 40 tahun (Richtercit Hadi, 2002).
Dispepsia dapat disebut dispepsia organik apabila penyebabnya telah diketahui secarajelas. Dispepsia
fungsional atau dispepsia non-organik, merupakan dispepsia yang tidak ada kelainan organik tetapi
merupakan kelainan fungsi dari saluran makanan (H eadin g,Nyren, Malageladacit Hadi, 2002).
Pengertian dispepsia terbagi dua, yaitu :
4
1. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya. Sindroma
dispepsi organik terdapat kelainan yang nyata terhadap organ tubuh misalnya tukak (luka) lambung, usus
dua belas jari,radang pankreas, radang empedu, dan lain-lain.
2. Dispepsia non organik atau dispepsia fungsional, atau dispesia non ulkus (DNU),bila tidak jelas
penyebabnya. Dispepsi fungsional tanpa disertai kelainan atau gangguan struktur organ berdasarkan
pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, danendoskopi (teropong saluran pencernaan).Definisi lain,
dispepsia adalah nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atas atau dada, yang sering dirasakan
sebagai adanya gas, perasaan penuh atau rasa sakit ataurasaterbakar di perut. Setiap orang dari berbagai
usia dapat terkena dispepsia, baik pria maupun wanita. Sekitar satu dari empat orang dapat terkena
dispepsia dalam beberapawaktu 3,7
3. Dispepsia nonspesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe di atas)(.Sindroma dispepsia dapat bersifat
ringan, sedang, dan berat, serta dapat akutatau kronissesuai dengan perjalanan penyakitnya. Pembagian
akut dan kronik berdasarkan atasjangka waktu tiga bulan.
PENYEBAB DISPEPSIA ORGANIK
Obat-Obatan NSAID , antibiotik spt: makrolides,
metronidazole), digitalis,etanol (alkohol),
kortikosteroid, teofilin,dll.
Idiosinkrasi/ Intoleransi Makanan
- Alergi: susu sapi, putih telur, kacang,
makanan laut.
- Non-alergi: laktosa, MSG, gluten, kafein,
as. benzoat.
Kelainan Struktural
- Penyakit oesophagus (obstruksi
esophagus, refluks gastroesofageal)
- Penyakit gaster (gastritis, ulkus gaster, Ca
gaster)
- Penyakit saluran empedu (kholelitiasis,
kholesistitis)
- Penyakit pankreas (pankreatitis, Ca
pankreas)
5
- Penyakit usus (malabsorbsi, obstruksi
intestinal, Ca kolon) dll.
Penyakit Metabolik atau Sistemik
Tuberculosis, gagal ginjal, hepatitis, sirosis
hepatis, tumor hepar, DM, penyakit tiroid,
penyakit jantung koroner, dll
Dispepsia tipe seperti ulkus (Ulcer Like Dyspepsia), pada dispepsia tipe ini yang
dominan adalah nyeri epigastrium (terlokalisir dan episodik)dan terjadi sebelum makan
dan tengah malam. Dispepsia tipe ini akanmereda bila makan atau minum
antasid.Dispepsia tipe seperti dismotilitas (Dismotility Like Dyspepsia) yang dominan
adalah nyeri epigastrium, bertambah sakit setelah makan dengan keluhan yaitu kembung,
mual-muntah, rasa penuh, banyak flatus,cepat kenyang, dan tidak nyaman saat
makan.Dispepsia tipe refluksvdengan keluhan rasa terbakar pada epigastrium, dada atau
regurgitasi dan perasaan asam di mulut yang diobati sebagai penyakit refluks
gastroesophageal.Dispepsia Tipe Non Spesifik dengan tidak ada keluhan dominan/khas.5
I. PEMERIKSAAN
1. anamnesis
Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada mungkin disertai dengansendawa dan suara
usus yang keras (borborigmi). Pada beberapa penderita, makandapatmemperburuk nyeri; pada penderita
yang lain, makan bisa mengurangi nyerinya.Gejala lain meliputi nafsu makan yang menurun, mual,
sembelit, diare danflatu lensi(perut kembung).Jika dispepsia menetap selama lebih dari beberapa minggu,
atau tidak memberiresponterhadap pengobatan, atau disertai penurunan berat badan atau gejala lain
yang tidakbiasa, maka penderita harus menjalani pemeriksaan.
Pada anamnesis dispepsia jangan lupa menanyakan gejala Sindrom Kolon Iritatif seperti nyeri
abdomen mereda setelah defikasi, perubahan frekuensi buang air besar atau bentuknya mengalami
perubahan, perut tegang, tidak dapat menahan buang air besar dan perut kembung. Beberapa pasien juga
mengalami aerophagia, lingkaran setan dari perut kembung diikuti oleh masuknya udara untuk
menginduksi sendawa, diikuti oleh kembung yang lebih parah. Ini memerlukan perbaikan tingkah laku.
Abnormalitas di atas belum semua diidentifikasi oleh semua peneliti dan tidak selalu muncul pada semua
penderita. Diagnosis yang dihubungkan dengan penyebab ini didapat secara sistematis, yaitu dengan
6
anamnesis yang teliti dan terarah, pemeriksaan fisik, laboratorium yang disesuaikan dengan hasil
anamnesis dan pemeriksaan penunjang (endoskopi dan radiografi).5,12
Tanda yang diketahui selama emeriksaan fisik mrncakup nyeri tekanabdomen,
dehidrasi (perubahan turgor kulit, membran mukosa kering), dan bukti danya
gangguansi stemik (takikardia, hipotensi). Lamanya waktu dimana gejala saatini hilang
dan metodey ang digunakan oleh klien untuk mengatasi gejala s erta efek-efeknya.
Menurut Tucker (1998)pengkajianp ada klien dengan dyspepsia adalah sebagai
berikut :
a. Keluhan utama
Nyeri/pedih pada epigastrium disamping atas dan bagian samping dada depan
epigastrium, mual, muntah dan tidak ada nafsu makan, kembung, rasa kenyang.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Sering nyeri pada daerah epigastrium,adanya stress psikologis, riwayat minum-minuman
beralkohol.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang lain juga p ernah menderita p enyakit saluran cerna.
d. pola aktivitas
Pola makan yaitu kebiasaan m akan yang tidak teratur, makan m akanan yang
merangsang selaput mukosa lambung, berat badansebelum dan sesudah s akit.
e. Aspek p sikososial
Keadaan emosional, hubungan dengan keluarga, teman,adanya masalah interpersonaly
menyebabkan stress.
f. Aspek ekonomi
Jenis pekerjaan dan jadwal kerja, jarak tempat kerja dan tempat tinggal, hal-hal
dalampekerjaan
yang mempengaruhi stress psikologisdan polamakan.
2. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
Klien tampak kesakitan, berat badan menurun, kelemahan dan cemas.
2)P alpasi
Nyeri tekan daerah epigastrium, turgor kulit menurun karena pasiensering muntah.
7
3) Auskultasi
Peristaltik sangat lambat dan sering terdengar bising (kurang dari limakali permenit)
4)Perkusi
Pekak karena me ningkatnya produksi HCL lambung dan perdarahan akibat perlukaan.
3. Laboratorium
Dilakukan analisis cairan lambung
1) Endoskopi.
Endoskopi bisa digunakan untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus kecil
dan untuk mendapatkan contoh jaringan untuk biopsi dari lapisan lambung. Contoh
tersebut kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk mengetahui apakah lambung
terinfeksi oleh Helicobacter pylori. Endoskopi merupakan pemeriksaan baku emas,
selain sebagai diagnostik sekaligus terapeutik.12 Pemeriksaan yang dapat dilakukan
dengan endoskopi adalah:
1. CLO (rapid urea test)
2. Patologi anatomi (PA)
3. Kultur mikroorgsanisme (MO) jaringan
4. PCR (polymerase chain reaction), hanya dalam rangka penelitian
2) pemeriksaan diagnostik
Feses ada darah (melena) jika terjadi pendarahan
Pemeriksaan dispepsia dilakukan dengan anamnesis gejala yang dirasakan
(misal: nyeri ulu hati, mual-muntah, kembung) lalu pemeriksaan fisik yaitu keadaan
umum dan nyeri tekan abdomen dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu
pemeriksaan laboratorium dengan hitung jenis sel darah lengkap jika dijumpai
leukositosis maka menunjukkan tanda- tanda infeksi, pemeriksaan darah dalam tinja dan
urine jika tinja cair berlendir atau banyak lemak maka menunjukkan tanda- tanda infeksi
tanda malabsorpsi, pemeriksaan asam lambung jika diduga dispepsia tukak, pemeriksaan
tumor marker untuk mengetahui ca saluran pencernaan seperti: CEA (dugaan ca kolon),
CA 19-9 (dugaan ca pankreas).Barium enema untukpemeriksaan kerongkongan, lambung
atau usus halus, pada orang yang sulit menelan atau muntah, Berat badan turun , nyeri
yang membaik atau memburuk bila penderita makan. Endoskopi merupakan gold
8
standard untuk diagnostik dan terapeutik, dilakukan untuk pemeriksaan kerongkongan,
lambung atau usus halus dan mendapat contoh jaringan untuk biopsi dari lapisan lambung
dan diperiksa di bawah mikroskop utuk melihat infeksi H. pylori pada
lambung.Pemeriksaan penunjanglainnya adalah pemeriksaan radiologi dgn kontras
ganda, serologi Helicobacter pylori danurea breath test.Pemeriksaan Lain yang kadang-
kadang dilakukan adalah pengukuran kontraksi kerongkongan dan respon kerongkongan
terhadap asam
II. WORK DIGNOSIS
DISPEPSIA FUNGSIONAL
Dispepsia nonulkus diperkenalkan oleh Thompson (1984) untuk menggambarkan
keadaan yang kronik berupa rasa tidak enak pada daerah epigastrium yang sering
berhubungan dengan makanan, gejalanya seperti ulkus tapi pada pemeriksaan tidak
ditemukan adanya ulkus.
Lagarde dan Spiro (1984) menyebutnya sebagai dyspepsia fungsional untuk keluhan
tidak enak pada perut bagian atas yang bersifat intermitten sedangkan pada
pemeriksaan tidak didapatkan kelainan organic.
Gejala yang dikeluhkan: rasa penuh pada ulu hati sesudah makan, kembung, sering
bersendawa, cepat kenyang, anoreksia, nausea, vomitus, rasa terbakar pada daerah ulu
hati, regurgitasi.Dispepsia fungsional ini umumnya bersifat kronik dan sering kambuh
Patofisiologi
Masih diperdebatkan, penyebabnya bersifat multifaktorial. Namun yang tidak dapat
disangkal lagi bahwa factor psikis/ emosi memegang peran penting baik untuk
timbulnya gangguan maupun pengaruh terhadap perjalanan penyakitnya.
Peran factor psikososial pada dyspepsia fungsional sangat penting karena dapat
menyebabkan hal-hal di bawah ini:
1. menimbulkan perubahan fisiologi saluran cerna
2. perubahan penyesuaian terhadap gejala-gejala yang timbul
3. mempengaruhi karakter dan perjalanan penyakit
9
4. mempengaruhi prognosis
Factor-faktor yang diduga menyebabkan sindrom dyspepsia ialah:
1. peningkatan asam lambung
2. dismotilitas lambung
3. gastritis dan duodenitis kronik (peran Helicobacter pylori)
4. stress psikososial
5. factor lingkungan dan lain-lain (makanan, genetik)
Rangsangan psikis/ emosi sendiri secara fisiologis dapat mempengaruhi lambung
dengan 2 cara, yaitu:
1. Jalur neuron: rangsangan konflik emosi pada korteks serebri mempengaruhi kerja
hipotalamus anterior dan selanjutnya ke nucleus vagus, nervus vagus dan selanjutnya
ke lambung.
2. Jalur neurohumoral: rangsangan pada korteks serebri → hipotalamus anterior →
hipofisis anterior (mengeluarkan kortikotropin) → hormon → merangsang korteks
adrenal (menghasilkan hormon adrenal) → merangsang produksi asam lambung
Faktor psikis dan emosi (seperti pada anksietas dan depresi) dapat mempengaruhi
fungsi saluran cerna dan mengakibatkan perubahan sekresi asam lambung,
mempengaruhi motilitas dan vaskularisasi mukosa lambung serta menurunkan
ambang rangsang nyeri.Pasien dyspepsia umumnya menderita anksietas, depresi dan
neurotik lebih jelas dibandingkan orang normal.
III.DIFFERENT DIAGNOSIS
1. Penyakit refluks gastro- esofageal,
2. Irritable Bowel Syndrome (IBS),
3. penyakit saluran empedu (Batu),
4. pankreatitis kronis,
5. dispepsia karena obat, dan kelainan jiwa.
IV.ETIOLOGI
Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid reflux.Jika anda memiliki
penyakit acid reflux, asam lambung terdorong ke atas menuju esofagus (saluran muskulo membranosa
yang membentang dari faring ke dalam lambung). Hal inimenyebabkan nyeri di dada. Beberapa obat-
10
obatan, seperti obatanti- inflammatory,dapat menyebabkan dispepsia. Terkadang penyebab dispepsia
belum dapat ditemukan.
Penyebab multifaktoral (masih diperdebatkan), salah satunya adalah stress.
Korteks serebri akan merangsang hipotalamus anterior lalu nukleus vagus dan akhirnya
lambung.Rangsang pada lambung akan menyebabkan peningkatan asam lambung. Asam
lambung akan merusak sawar mukosa lambung hingga timbul erosi lalu ulkus. Ulkus
akan menyebabkan rasa nyeri pada lambung. Selain itu, juga akan menyebabkan
pengeluaran histamin yang semakin meningkatkan asam lambung. Rangsang pada
lambung juga akan menyebabkan masukan aferen vagus dan simpatis di lapisan viseral
saluran cerna akan meningkat sehingga merangsang vomiting center lalu menyebabkan
mual dan muntah. Jika intake makanan menurun akan menyebabkan kerusakan mukosa
dan hal ini akan menyebabkan nyeri saat lapar.10
Asam lambung yang meningkat akan meningkatkan jumlah gas sehingga terjadi
kembung. Penurunan hormonmotilin juga akan menyebabkan dispepsia karena
menyebabkan dismotilitas. Disfungsi vagus juga akan menyebabkan dispepsia karena
kegagalan relaksasi bgn proksimal lambung (waktu terima makanan) sehingga
menimbulkan rasa cepat kenyang. Infeksi H.pylori juga akan menyebabkan dispepsia
yang akan dijelaskan pada topik selanjutnya. GERD juga dapat menyebabkan
dispepsiadengan rasa terbakar karena asam lambung yang naik ke esofagus akan merusak
epitel dan menyebabkan inflamasi.8,10
a. Dismotilitas lambung : perlambatan dari masa pengosongan lambung dan
gangguan motilitas lain, seperti abnormalitas kontraksi, abnormalitas
mioelektrik lambung, refluks gastroduodenal.
b. Asam lambung : dapat dijumpai kadarnya meninggi, normal atau hyposekresi.
c. Helikobakter pylori : peran helikobakter pylori dalam menimbulkan berbagaipatologis
saluran cerna bagian atas sudah banyak diteliti. Akan tetapi dari beberapa penelitian yang
dilakukan, bahwa keberadaan helikobakter pylori pada pasien non dispepsia dengan
dispepsia fungsional tidak berbeda.
11
d. Psikis : gangguan psikis, stress, dan faktor lingkungan dapat menimbulkan dispepsia
fungsional. Stress mengubah sekresi asam lambung, motilitas, dan vaskularisasi saluran
pencernaan .Pada beberapa penelitian me nunjukkan bahwa pasien-pasien dispepsia
fungsi.
e. Penggunaan obat -obatan secara menetap seperti : aspirin, steroid, obat anti inflamasi,
makanan tertentu, kopi dan merokok dikatakan berhubungan dengan dispepsia
fungsional.
V.EPIDEMIOLOGI
Pada dispepsia fungsional, umur penderita dijadikan pertimbangan, oleh
karena 45 tahun ke atas sering ditemukan kasus keganasan, sedangkan dyspepsia Pada
ulkus peptik perbandingan laki-laki dan wanita 2 : 1. Insiden ulkus meningkat pada usia
pertengahan (22). Penyakit ulkus memperlihatkan interaksi kompleks dari berbagai faktor
lingkungan dan genetik yang menghasilkan penyakit ;
a. Genetik dan faktor yang berhubungan dengan penyakit.
Insiden akan meningkat pada keadaan :
Ø Sanak keluarga tingkat pertama dari penderita, peningkatannya 3 kali lebih besar.
Ø Penderita ulkus yang kembar meningkat 3 kali lebih besar.
Ø Golongan darah O, meningkat 30 %
b. Perokok : Merokok berkaitan dengan peninggian frekuensi ulkus 33-110 %
dibandingkan dengan yang tidak merokok.
c. Aspirin : Penggunaan yang kronis meningkatkan insiden ulkus
d. Obat anti peradangan non steroid :
Obat-obat seperti indometasin, ibuprofen dan lain-lain, menyebabkan perubahan
mekanisme pertahanan lambung.
e. Kopi dan alkohol
Kafein yang terkandung dalam kopi merupakan stimulan kuat dari sekresi asam,seperti
susu, bir dan minuman ringan.
f. Kortikosteroid :
Sifat ulserogenik dari kortikosteroid secara umum masih kontroversial
G. Stress
12
Peran stress dan tipe personal masih kontroversial, meskipun beberapa
penelitianmenghubungkan pepsinogen serum yang tinggi.fungsional diatas 20
tahun .Begitu pula wanita lebih sering dari pada laki-laki .
VI.FAKTOR RISIKO
faktor resiko (seperti: alkohol, rokok, makanan pedas, obat-obatan dan stress) dan
mengatur pola makan.
VII.PATOFISIOLOGI
Patofisiologi DNU masih sedikit diketahui, beberapa faktor berikut mungkin berperan
penting (multifaktorial):9,10,11
Abnormalitas Motorik Gaster
Dengan studi Scintigraphic Nuklear dibuktikan lebih dari 50% pasien DNU
mempunyai keterlambatan pengosongan makanan dalam gaster. Demikian pula pada
studi monometrik didapatkan gangguan motilitas antrum postprandial, tetapi
hubungan antara kelainan tersebut dengan gejala-gejala dispepsia tidak
jelas.Penelitian terakhir menunjukkan bahwa fundus gaster yang "kaku" bertanggung
jawab terhadap sindrom dispepsia. Pada keadaan normal seharusnya fundus relaksasi,
baik saat mencerna makanan maupun bila terjadi distensi duodenum. Pengosongan
makanan bertahap dari corpus gaster menuju ke bagian fundus dan duodenum diatur
oleh refleks vagal. Pada beberapa pasien DNU, refleks ini tidak berfungsi dengan
baik sehingga pengisian bagian antrum terlalu cepat.
Perubahan sensifitas gaster
Lebih 50% pasien DNU menunjukkan sensifitas terhadap distensi gaster atau
intestinum, oleh karena itu mungkin akibat: makanan yang sedikit mengiritasi seperti
makanan pedas, distensi udara, gangguan kontraksi gaster intestinum atau distensi
dini bagian Antrum postprandial dapat menginduksi nyeri pada bagian ini.9
Stres dan faktor psikososial
13
Penelitian menunjukkan bahwa didapatkan gangguan neurotik dan morbiditas
psikiatri lebih tinggi secara bermakna pada pasien DNU dari pada subyek kontrol
yang sehat.Banyak pasien mengatakan bahwa stres mencetuskan keluhan dispepsia.
Beberapa studi mengatakan stres yang lama menyebabkan perubahan aktifitas vagal,
berakibat gangguan akomodasi dan motilitas gaster. Kepribadian DNU menyerupai
pasien Sindrom Kolon Iritatif dan dispepsia organik, tetapi disertai dengan tanda
neurotik, ansietas dan depresi yang lebih nyata dan sering disertai dengan keluhan
non-gastrointestinal ( GI ) seperti nyeri muskuloskletal, sakit kepala dan mudah letih.
Mereka cenderung tiba-tiba menghentikan kegiatan sehari-harinya akibat nyeri dan
mempunyai fungsi sosial lebih buruk dibanding pasien dispepsia organik. Demikian
pula bila dibandingkan orang normal. Gambaran psikologik DNU ditemukan lebih
banyak ansietas, depresi dan neurotik.10
Gastritis HP
Gambaran gastritis HP secara histologik biasanya gastritis non-rosif non-spesifik. Di
sini ditambahkan non-spesifik karena gambaran histologik yang ada tidak dapat
meramalkan penyebabnya dan keadaan klinik yang bersangkutan. Diagnosa
endoskopik gastrtitis akibat infeksi HP sangat sulit karena sering kali gambarannya
tidak khas. Tidak jarang suatu gastritis secara histologik tampak berat tetapi
gambaran endoskopik yang tampak tidak jelas dan bahkan normal. Beberapa
gambaran endoskopik yang sering dihubungkan dengan adanya infeksi HP adalah
(Malfertheimen, 1994):
a. Erosi kronik di daerah antrum.
b. Nodularitas pada mukosa antrum.
c. Bercak-bercak eritema di antrum.
d. Area gastrika yang menonjol dengan bintik-bintik eritema di daerah korpus.
Peranan infeksi HP pada gastritis dan ulkus peptikum sudah diakui, tetapi apakah HP
dapat menyebabkan DNU masih kontroversi. Pravelensi HP pasien DNU tidak berbeda
dengan kontrol. Di negara maju, hanya 50% pasien DNU menderita infeksi HP, sehingga
14
penyebab dispepsia pada DNU dengan HP negatif dapat juga menjadi penyebab dari
beberapa DNU dengan HP positif. Bukti terbaik peranan HP pada DNU adalah gejala
perbaikan yang nyata setelah eradikasi kuman HP tersebut, tetapi ini masih dalam taraf
pembuktian studi ilmiah. Banyak pasien mengalami perbaikan gejala dengan cepat
walaupun dengan pengobatan plasebo. Studi "follow up" jangka panjang sedang
dikerjakan, hanya beberapa saja yang tidak kambuh.10,11
Kelainan GI fungsional
DNU cenderung dimasukkan sebagai bagian kelainan fungsional GI, termasuk di sini
Sindrom Kolon Iritatif, nyeri dada non-kardiak dan nyeri ulu hati fungsional. Lebih
dari 80% dengan Sindrom Kolon Iritatif menderita dispepsia dan lebih dari sepertiga
pasien dengan dispepsia kronis juga mempunyai gejala Sindrom Kolon Iritatif. Pasien
dengan kelainan seperti ini sering ada gejala extra GI seperti migrain, myalgia dan
disfungsi kencing dan ginekologi. Pada anamnesis dispepsia jangan lupa menanyakan
gejala Sindrom Kolon Iritatif seperti nyeri abdomen mereda setelah defikasi,
perubahan frekuensi buang air besar atau bentuknya mengalami perubahan, perut
tegang, tidak dapat menahan buang air besar dan perut kembung. Beberapa pasien
juga mengalami aerophagia, lingkaran setan dari perut kembung diikuti oleh
masuknya udara untuk menginduksi sendawa, diikuti oleh kembung yang lebih parah.
Ini memerlukan perbaikan tingkah laku.Abnormalitas di atas belum semua
diidentifikasi oleh semua peneliti dan tidak selalu muncul pada semua penderita.
Hasil yang kurang konsisten dari bermacam terapi yang digunakan untuk terapi DNU
mendukung keanekaragaman kelompok ini.
VIII.MANIFESTASI KLINIK
Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan, membagi
dispepsia menjadi tiga tipe :
1. Dispepsia dengan keluhan seperti ulkus (ulkus-like dyspepsia), dengan gejala:
1. Nyeri epigastrium terlokalisasi
2. Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasid
15
3. Nyeri saat lapar
4. Nyeri episodik
5. Mudah kenyang
6. Perut cepat terasa penuh saat makan
7. Mual
8. Muntah
9. Upper abdominal bloating (bengkak perut bagian atas)
10. Rasa tak nyaman bertambah saat makan
2. Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas (dysmotility-like dyspesia), dengan
gejala: Dispepsia nonspesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe di atas) .
Sindroma dispepsia dapat bersifat ringan, sedang, dan berat, serta dapat akut atau kronis
sesuai dengan perjalanan penyakitnya. Pembagian akut dan kronik berdasarkan atas
jangka waktu tiga bulan.5,11
Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada mungkin disertai dengan sendawa
dan suara usus yang keras (borborigmi). Pada beberapa penderita, makan dapat
memperburuk nyeri; pada penderita yang lain, makan bisa mengurangi nyerinya.Gejala
lain meliputi nafsu makan yang menurun, mual, sembelit, diare dan flatulensi (perut
kembung).
Jika dispepsia menetap selama lebih dari beberapa minggu, atau tidak memberi respon
terhadap pengobatan, atau disertai penurunan berat badan atau gejala lain yang tidak
biasa, maka penderita harus menjalani pemeriksaan
IX. PENATALAKSANAAN.
1. Penatalaksanaan Secara Umum
Secara umum, aspek yang terpenting dalam pengobatan adalah hubungan yang baik
antara dokter dan pasien (“patient - physician - relationship). Simtomsimtom cendrung
menjadi kronis dan ditandai dengan periode yang berulang-ulang dan remisi. Dengan
menenangkan pasien (“re assurance”) dan memberikan penjelasan adalah sangat penting ,
16
dimana patogenesis dispepsia fungsional maupun dispepsia organik harus diterangkan
pada pasien.11,12
2. Merubah Kebiasaan Hidup
Diet dan obat-obatan harus ditinjau untuk faktor-faktor yang akan menimbulkan kemb ali
simtom dispepsia.
3. Obat-obatan
Obat-obatan yang sering dipakai antara lain :
a. Antasida : Golongan ini banyak jenisnya dan mudah didapat, pemakaian obat ini
cendrung ke arah simptomatik. Pemakaian obat ini jangan terus menerus dan harus
diperhatikan efek sampingnya serta penyakit lain yang diderita oleh pasien.
b. Anti Kolinergik : Pemakaian obat ini harus diperhatikan sebab kerja obat ini tidak
begitu selektif.
c. Antagonis reseptor H2 : Golongan obat ini antara lain : simetidin, ranitidine;famotidin,
roksatidin, nizatidin, dan lain-lain. Pemakaiannya lebih banyak kearah kausal disamping
bersifat simtomatik. Sebaiknya diberikan padaorganik dan ulkus.
d. Penghambat pompa asam : Obat ini sangat bermanfaat pada kasus kelainan saluran
cerna bagian atas yang berhubungan dengan asam lambung.
Dengan berkembangnya penemuan etiologi ulkus peptikum khususnya ulkus
duodeni yaitu didapatkan helikobakter pylori, penggunaan obat penghambat
pompa ini dengan kombinasi antibiotik dan metronidazol memberikan hasil
yang cukup memuaskan.
e. Prokinetik : Golongan obat ini sangat baik dalam mengobati pasien dispepsiayang
disertai disebabkan gangguan motilitas. Jenis obat ini antara lain metoklopamid,
dompreridon, dan cisapride.
f. Golongan lain : Yaitu obat-obat seperti sukraflat, bismuth subsitrat. Golongan ini
mempunyai efek melenyapkan helikobakter pylori .
g. Psikofarmakoterapi :
Terapi ini khususnya pada pasien dengan sindrom dispepsia fungsional, memberi hasil
yang cukup memuaskan terutama untuk mengurangi atau menghilangkan gejala /
keluhan. Pada kasus ini terapi dengan anti depresan atau anti anxietas dapat membantu
mengurangi gejala klinis .
17
Preparat dan dosis antidepresan :
a. Siklik antidepresan :
Antidepresan trisiklik yang pertama ditemukan adalah impramine dan memiliki sedikit
kegunaan sejak tahun 1950.Trisiklik seperti : amitriptiline, imipramine, trimipramine dan
dispramine, dengan dosis 150 –300 mg/hari. Amoxapine dan trazodone dosis efektif
secara klinis : 150 – 600 mg/hari). Efek amping yang sering dijumpai : sedasi, mulut
kering, konstipasi dan hipotensi postural.
b. Monoamine Oxidase Inhibitors (MAOIs)
MAOI memiliki kekurangan, dimana pasien harus melakukan diet bebas iramine, untuk
menghindari krisis hipertensi, yang disebut reaksi keju (“chese – rection”). Moclobemide
(Reversible MAOI =RIMA) dapat menghindari beberapa masalah yang dimiliki MAOI
yang lainnya (8,35).
C. Selective Serotonin re -uptake inhibitors (SSRI)
Yang termasuk SSRI adalah : fluoxetin, fluvoxamine, sentraline, citalopram dan
paraxetine.Dosis fluoxetin 20-80 mg/hari, sentraline 50-200mg/hari.
4. Psikoterapi
Tiga jenis psikoterapi jangka pendek : terapi kognitif, terapi interpersonal, dan terapi
perilaku yang telah diteliti manfaatnya dalam pengobatan gangguan depresi mayor.
Harold G.K, dan kawan-kawan dalam penelitiannya memperoleh kesimpulan,bahwa
psikoterapi psikoreligius dapat mempersingkat masa remisi pada pasien pasien depresi
dengan penyakit-penyakit medis yang dirawat di rumah sakit
X.KOMPLIKASI
ulkus peptikum yang menyebabkan terjadinya perdarahan saluran cerna.
XI.PROGNOSIS
dispepsia yang ditegakkan dengan pemeriksaan klinis dan penunjang yang akurat akan
menghasilkan prognosis yang baik.11
XII.PENCEGAHAN
18
Modifikasi gaya hidup sangat berperan dalam mencegah terjadinya dispepsia bahkanmemperbaiki
kondisi lambung secara tidak langsung (Ariyanto, 2007)
Berikut ini adalah modifikasi gaya hidup yang dianjurkan untuk mengelola danmencegah timbulnya
gangguan akibat dispepsia :8,10,11
1. Atur pola makan seteratur mungkin.
2. Hindari makanan berlemak tinggi yang menghambat pengosongan isi lambung(coklat, keju, dan
lain-lain).
3. Hindari makanan yang menimbulkan gas di lambung (kol, kubis, kentang, melon,semangka, dan lain-
lain).
4. Hindari makanan yang terlalu pedas.
5. Hindari minuman dengan kadar caffeine dan alkohol.
6. Hindari obat yang mengiritasi dinding lambung, seperti obatanti- inflammatory, misalnya yang
mengandung ibuprofen, aspirin, naproxen, dan ketoprofen.
Acetaminophen adalah pilihan yang tepat untuk mengobati nyeri karena tidak mengakibatkan iritasi pada
dinding lambung.
7. Kelola stress psikologi se-efisien mungkin.
8. Jika anda perokok, berhentilah merokok.
9. Jika anda memiliki gangguan acid reflux, hindari makan sebelum waktu tidur.
10. Hindari faktor-faktor yang membuat pencernaan terganggu, seperti makan terlalubanyak, terutama
makanan berat dan berminyak, makan terlalu cepat, atau makansesaat sebelum olahraga.
11. Pertahankan berat badan sehat
12. Olahraga teratur (kurang lebih 30 menit dalam beberapa hari seminggu) untukmengurangi stress dan
mengontrol berat badan, yang akan mengurangi dispepsia.
13. Ikuti rekomendasi dokter Anda mengenai pengobatandispepsia. Baik itu antasid, PPI, penghambat
histamin-2 reseptor, dan obat motilitas.
III.PENUTUP
1) kesimpulan
merupakan istilah non spesifik yang digunakan untuk menjelaskan keluhan perut bagian
atas ( epigastrium ). Gejala tersebut dapat berupa nyeri atau rasa tidak nyaman di
19
epigastrium, mual, muntah, kembung, cepat kenyang, rasa perut penuh, sendawa,
regurgitasi, borborygmi dan rasa panas yang menjalar di dada.
2) Saran
Pencegahan dengan cara pola makan normal dan teratur, memilih makanan yang
seimbang dgn kebutuhan dan jadwal makan yg teratur.tidak mengkomsumsi makanan
yang berkadar asam tinggi, cabai, alkohol, dan pantang rokok.Bila harus makan obat
karena sesuatu penyakit (misal: sakit kepala), gunakan secara wajar dan tidak
mengganggu fungsi lambung.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mansjoer, Arif et al. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Edisi Ketiga. Jakarta.:488-4912.
2. Hadi, Sujono. 2002. Gastroenterologi. Bandung : 156-1593.
20
3. Bucher, Graham P.Dispepsia.LaurenceHunter.Gastroenterology.China : Elsevier
Science Limited.2003. 31-32
4. Junqueira,Luiz Carlos dan Jose Carneiro.Saluran Cerna.dr.Frans Dany(eds).
Histologi Dasar Teks dan Atlas edisi 10. Jak arta:EGC.2007.278-311.
5. Madjid,A., Harryanto Reksodiputro, Muin Rachman,dkk.Dispepsia
Fungsional.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid 1 edisi IV.
6. Aru W.Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K, Siti
Setiati.Jakarta: FK UI.2006; 352-354.
7. Price, Sylvia dan Lorraine M. Wilson.Gangguan Lambung dan Duodenum.
Patofisiologi volume 1.Jakarta : EKG.2005.417-422.
8. Sherwood, laura.Sistem Pencernaan.Beatricia I.Santoso.Fisiologi Manusia dari
Sel ke Sistem. Jakarta : EGC.2001;484-487, 537-586.
9. Siebernagl, Stefan dan Florian Lang.Stomach, Intestines, Liver. Color Atlas of
Pathophysiology.New York : Thieme.2000.134-135.
10. Mc Gee, David J. Helicobacter pylori pathogenesis, nitrogen metabolism, protein
secretion and carcinogenesis. Available atso u th me d .u sou t ha l. ed u /. . . /f a
cu lt y/ mcg ee . h t ml
11. McPhee,Stephen J , William F. Ganong dkk. Gastrointestinal diseases.
Pathophysiology. San Fransisko : McGraw-Hill Companies.2006.
12. McPhee, Stephen J, Maxine A. Papadakis, dkk.Dispepsia. Current Medical
Diagnosis and Treatment 2009. San Fransisko : McGraw-Hill Companies.2009.
21