Dispepsia Dewi

download Dispepsia Dewi

of 25

Transcript of Dispepsia Dewi

  • 7/21/2019 Dispepsia Dewi

    1/25

    Dyspepsia

    KKS ILMU PENYAKIT DALAM

    RSUD ACEH TAMIANG Page 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 LATAR BELAKANG

    Dispepsia merupakan salah satu gangguan pada saluran pencernaan,

    khususnya lambung. Dispepsia dapat berupa rasa nyeri atau tidak enak di perut

    bagian tengah ke atas. Rasa nyeri tidak menentu, kadang menetap atau kambuh.

    Dispepsia umumnya diderita oleh kaum produktif dan kebanyakan penyebabnya

    adalah pola atau gaya hidup tidak sehat. Gejalanya pun bervariasi mulai dari nyeri

    ulu hati, mual-muntah, rasa penuh di ulu hati, sebah, sendawa yang berlebihan

    bahkan bisa menyebabkan diare dengan segala komplikasinya.1

    Secara umum dispepsia terbagi menjadi dua jenis, yaitu dispepsia organik

    dan dyspepsia non organik atau dispesia fungsional. Dispepsia dapat disebut

    dispepsia organik apabila penyebabnya telah diketahui secara jelas. Dispepsia

    fungsional atau dispepsia non-organik, merupakan dispepsia yang tidak ada

    kelainan organik tetapi merupakan kelainan fungsi dari saluran makanan.2

    1.2 EPIDEMIOLOGI

    Dispepsia merupakan salah satu masalah pencernaan yang paling umum

    ditemukan. Dialami sekitar 20%-30% populasi di dunia setiap tahun.

    3

    Data

    Depkes tahun 2004 menempatkan dispepsia di urutan ke 15 dari daftar 50

    penyakit dengan pasien rawat inap terbanyak di Indonesia dengan proporsi 1,3%.

    Dispepsia yang oleh orang awam sering disebut dengan sakit maag merupakan

    keluhan yang sangat sering kita jumpai sehari hari. Sebagai contoh dalam

    masyarakat di negara negara barat dispepsia dialami oleh sedikitnya 25%

  • 7/21/2019 Dispepsia Dewi

    2/25

    Dyspepsia

    KKS ILMU PENYAKIT DALAM

    RSUD ACEH TAMIANG Page 2

    populasi. Di negara negara Asia belum banyak data tentang dispepsia tetapi

    diperkirakan dialami oleh sedikitnya 20% dalam populasi umum.4

    Mengenai jenis

    kelamin, ternyata baik lelaki maupun perempuan bisa terkena penyakit itu.

    Penyakit itu tidak mengenal batas usia, muda maupun tua, sama saja. Di Indonesia

    sendiri, survei yang dilakukan dr Ari F Syam dari FKUI pada tahun 2001

    menghasilkan angka mendekati 50 persen dari 93 pasien yang diteliti. Tidak

    hanya di Indonesia di luar negeri juga, banyak orang yang tidak peduli dengan

    dispepsia itu. Mereka tahu bahwa ada perasaan tidak nyaman pada lambung

    mereka, tetapi hal itu tidak membuat mereka merasa perlu untuk segera ke

    dokter.4

    Padahal menurut penelitian masih dari luar negeri-ditemukan bahwa

    dari mereka yang memeriksakan diri ke dokter, hanya 1/3 yang tidak memiliki

    ulkus pada lambungnya atau dispepsia non-ulkus. Angka di Indonesia sendiri,

    penyebab dispepsi adalah 86 persen dispepsia fungsional, 13 persen ulkus dan 1

    persen disebabkan oleh kanker lambung.4 Pada dispepsia fungsional, umur

    penderita dijadikan pertimbangan, oleh karena 45 tahun ke atas sering ditemukan

    kasus keganasan, sedangkan dispepsia fungsional diatas 20 tahun. Begitu pula

    wanita lebih sering daripada laki-laki.

    4

    Pada ulkus peptik perbandingan laki-laki

    dan wanita 2 : 1. Insiden ulkus meningkat pada usia pertengahan.

  • 7/21/2019 Dispepsia Dewi

    3/25

    Dyspepsia

    KKS ILMU PENYAKIT DALAM

    RSUD ACEH TAMIANG Page 3

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 ANATOMI GASTER

    Lambung (bahasa Inggris: stomach) atau ventrikulus berupa suatu kantong

    yang terletak di bawah diafragma, berbentuk huruf J. Fungsi lambung secara

    umum adalah tempat di mana makanan dicerna dan sejumlah kecil sari-sari

    makanan diserap. Lambung dapat dibagi menjadi tiga daerah, yaitu daerah kardia,

    fundus dan pilorus. Kardiaadalah bagian atas, daerah pintu masuk makanan darikerongkongan . Fundus adalah bagian tengah, bentuknya membulat. Pilorus

    adalah bagian bawah, daerah yang berhubungan dengan usus 12 jariduodenum.

    Dinding lambung tersusun menjadi empat lapisan, yaknimukosa,submukosa,

    muscularis, dan serosa. Mukosa ialah lapisan dimana sel-sel mengeluarkan

    berbagai jenis cairan, seperti enzim, asam lambung, dan hormon. Lapisan ini

    berbentuk seperti palung untuk memperbesar perbandingan antara luas dan

    volume sehingga memperbanyak volume getah lambung yang dapat dikeluarkan.

    Submukosa ialah lapisan dimana pembuluh daraharteri danvena dapat ditemukan

    untuk menyalurkan nutrisi dan oksigen ke sel-sel perut sekaligus untuk membawa

    nutrisi yang diserap, urea, dan karbon dioksida dari sel-sel tersebut. Muscularis

    adalah lapisan otot yang membantu perut dalam pencernaan mekanis. Lapisan ini

    dibagi menjadi 3 lapisan otot, yakni otot melingkar, memanjang, dan menyerong.

    Kontraksi dari ketiga macam lapisan otot tersebut mengakibatkan gerak peristaltik

    (gerak menggelombang). Gerak peristaltik menyebabkan makanan di dalam

    lambung diaduk-aduk. Lapisan terluar yaitu serosa berfungsi sebagai lapisan

    pelindung perut. Sel-sel di lapisan ini mengeluarkan sejenis cairan untuk

    mengurangi gaya gesekan yang terjadi antara perut dengan anggota tubuh lainnya.

    http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Inggrishttp://id.wikipedia.org/wiki/Duodenumhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Mucosa&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Submucosa&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Muscularis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Serosa&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Arterihttp://id.wikipedia.org/wiki/Venahttp://id.wikipedia.org/wiki/Ureahttp://id.wikipedia.org/wiki/Karbon_dioksidahttp://id.wikipedia.org/wiki/Karbon_dioksidahttp://id.wikipedia.org/wiki/Ureahttp://id.wikipedia.org/wiki/Venahttp://id.wikipedia.org/wiki/Arterihttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Serosa&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Muscularis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Submucosa&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Mucosa&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Duodenumhttp://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Inggris
  • 7/21/2019 Dispepsia Dewi

    4/25

    Dyspepsia

    KKS ILMU PENYAKIT DALAM

    RSUD ACEH TAMIANG Page 4

    Gambar 1. Anatomi Gaster: 1.Esofagus, 2.Kardia, 3.Fundus, 4.Selaput

    Lendir, 5.Lapisan Otot, 6.Mukosa Lambung, 7.Korpus, 8.Antrum Pilorik,

    9.Pilorus, 10.Duodenum

    Di lapisan mukosaterdapat 3 jenis sel yang berfungsi dalam pencernaan, yaitu

    sel goblet (goblet cell), sel parietal (parietal cell), dan sel chief (chief cell). Sel

    goblet berfungsi untuk memproduksi mucus atau lendir untuk menjaga lapisan

    terluar sel agar tidak rusak karena enzim pepsin dan asam lambung. Sel parietal

    berfungsi untuk memproduksi asam lambung (Hydrochloric acid) yang berguna

    dalam pengaktifan enzim pepsin. Diperkirakan bahwa sel parietal memproduksi

    1.5 mol dm-3 asam lambung yang membuat tingkat keasaman dalam lambung

    mencapai pH 2 yang bersifat sangat asam. Sel chief berfungsi untuk memproduksi

    pepsinogen,yaituenzimpepsin dalam bentuk tidak aktif. Sel chief memproduksi

    dalam bentuk tidak aktif agar enzim tersebut tidak mencerna protein yang dimiliki

    oleh sel tersebut yang dapat menyebabkan kematian pada sel tersebut.

    Di bagian dinding lambung sebelah dalam terdapat kelenjar-kelenjar yang

    menghasilkan getah lambung. Aroma, bentuk, warna, dan selera terhadap

    http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sel_goblet&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sel_parietal&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sel_chief&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pepsinogen&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Enzimhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pepsin&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pepsin&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Enzimhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pepsinogen&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sel_chief&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sel_parietal&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sel_goblet&action=edit&redlink=1
  • 7/21/2019 Dispepsia Dewi

    5/25

    Dyspepsia

    KKS ILMU PENYAKIT DALAM

    RSUD ACEH TAMIANG Page 5

    makanan secara refleks akan menimbulkan sekresi getah lambung. Getah lambung

    mengandung asam lambung (HCI), pepsin, musin, dan renin. Asam lambung

    berperan sebagai pembunuh mikroorganisme dan mengaktifkan enzim pepsinogen

    menjadi pepsin. Pepsinmerupakan enzim yang dapat mengubah protein menjadi

    molekul yang lebih kecil. Musin merupakan mukosa protein yang melicinkan

    makanan. Renin merupakan enzim khusus yang hanya terdapat pada mamalia,

    berperan sebagai kaseinogen menjadi kasein. Kasein digumpalkan oleh Ca2+dari

    susu sehingga dapat dicerna oleh pepsin. Tanpa adanya renim susu yang berwujud

    cair akan lewat begitu saja di dalam lambuing dan usus tanpa sempat dicerna.

    Kerja enzim dan pelumatan oleh otot lambung mengubah makanan menjadi

    lembut seperti bubur, disebut chime (kim) atau bubur makanan. Otot lambung

    bagian pilorus mengatur pengeluaran kim sedikit demi sedikit dalam duodenum.

    Caranya, otot pilorus yang mengarah ke lambung akan relaksasi (mengendur) jika

    tersentuh kim yang bersifat asam. Sebaliknya, otot pilorus yang mengarah ke

    duodenum akan berkontraksi (mengerut) jika tersentuh kim. Jadi, misalnya kim

    yang bersifat asam tiba di pilorus depan, maka pilorus akan membuka, sehingga

    makanan lewat. Oleh karena makanan asam mengenai pilorus belakang, pilorus

    menutup. Makanan tersebut dicerna sehingga keasamannya menurun. Makanan

    yang bersifat basa dibelakang pilorus akan merangsang pilorus untuk membuka.

    Akibatnya, makanan yang asam dari lambung masuk ke duodenum. Demikian

    seterusnya. Jadi, makanan melewati pilorus menuju duodenum segumpal demi

    segumpal agar makanan tersebut dapat tercerna efektif setelah 2 samapi 5 jam,

    lambung kosong kembali.

    Pengaturan peristiwa ini terjadi baik melalui saraf maupun hormone. Impuls

    parasimpatikus yang disampaikan melalui nervus vagus akan meningkatkan

    motilitas, secara reflektoris melalui vagus juga akan terjadi pengosongan

    lambung. Refleks pengosongan lambung ini akan dihambat oleh isi yang penuh,

    kadar lemak yang tinggi dan reaksi asam pada awal duodenum. Keasaman ini

    disebabkan oleh hormone saluran cerna terutama sekretin dan kholeistokinin-

    http://id.wikipedia.org/wiki/Reninhttp://id.wikipedia.org/wiki/Renin
  • 7/21/2019 Dispepsia Dewi

    6/25

    Dyspepsia

    KKS ILMU PENYAKIT DALAM

    RSUD ACEH TAMIANG Page 6

    pankreo-zimin, yang dibentuk dalam mukosa duodenum dan dibawa bersama

    aliran darah ke lambung. Dengan demikian proses pengosongan lambung

    merupakan proses umpan balik humoral.

    Kelenjar di lambung tiap hari membentuk sekitar 2-3 liter getah lambung yang

    merupakan larutan asam klorida yang hampir isotonis dengan pH antara 0,8-1,5,

    yang mengandung pula enzim pencernaan, lender dan faktor intrinsic yang

    dibutuhkan untuk absorpsi vitamin B12. Asam klorida menyebabkan denaturasi

    protein makanan dan menyebabkan penguraian enzimatik lebih mudah. Asam

    klorida juga menyediakan pH yang cocok bagi enzim lambung dan mengubah

    pepsinogen yang tak aktif menjadi pepsin.

    Asam klorida juga akan membunuh bakteri yang terbawa bersama makanan.

    Pengaturan sekresi getah lambung sangat kompleks. Seperti pada pengaturan

    motilitas lambung serta pengosongannya, disini pun terjadi pengaturan oleh saraf

    maupun hormone. Berdasarkan saat terjadinya, maka sekresi getah lambung

    dibagi atas fase sefalik, lambung (gastral) dan usus (intestinal).1

    2.2 DEFINISI

    Dispepsia merupakan sindrom atau kumpulan gejala atau keluhan yang

    terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di ulu hati, kembung, mual, muntah,

    sendawa, rasa cepat kenyang, perut rasa penuh atau begah.4

    Dispepsia berasal dari bahasa Yunani (Dys-), berarti sulit , dan

    (Pepse),berarti pencernaan (N.Talley, et al., 2005). Dispepsia merupakan

    kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut

    bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan. Keluhan refluks

  • 7/21/2019 Dispepsia Dewi

    7/25

    Dyspepsia

    KKS ILMU PENYAKIT DALAM

    RSUD ACEH TAMIANG Page 7

    gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam

    lambung, kini tidak lagi termasuk dispepsia.5

    Ada berbagai macam definisi dispepsia. Salah satu definisi yang

    dikemukakan oleh suatu kelompok kerja internasional adalah: Sindroma yang

    terdiri dari keluhan - keluhan yang disebabkan karena kelainan traktus digestivus

    bagian proksimal yang dapat berupa mual atau muntah, kembung, dysphagia, rasa

    penuh, nyeri epigastrium atau nyeri retrosternal dan ruktus, yang berlangsung

    lebih dari 3 bulan. Dengan demikian dispepsia merupakan suatu sindrom klinik

    yang bersifat kronik.5

    Pengertian dispepsia terbagi dua, yaitu :

    1. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai

    penyebabnya. Sindroma dispepsia organik terdapat kelainan yang nyata terhadap

    organ tubuh misalnya tukak (luka) lambung, usus dua belas jari, radang pankreas,

    radang empedu, dan lain-lain.6

    2. Dispepsia non organik atau dispepsia fungsional, atau dispesia non ulkus, bila

    tidak jelas penyebabnya. Dispepsi fungsional tanpa disertai kelainan atau

    gangguan struktur organ berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi,

    dan endoskopi setelah 3 bulan dengan gejala dispepsia.

    7

    2.3 ETIOLOGI

    Gangguan atau penyakit dalam lumen saluran cerna; tukak gaster atau

    duodenum, gastritis, tumor, infeksiHelicobacter pylori. Obatobatan seperti anti

    inflamasi non steroid (OAINS), aspirin, beberapa antibiotic, digitalis, teofilin dan

    sebagainya. Penyakit pada hati, pankreas, system bilier, hepatitis, pancreatitis,

  • 7/21/2019 Dispepsia Dewi

    8/25

    Dyspepsia

    KKS ILMU PENYAKIT DALAM

    RSUD ACEH TAMIANG Page 8

    kolesistetis kronik. Penyakit sistemik: diabetes mellitus, penyakit tiroid, penyakit

    jantung koroner.

    Penyebab Dispepsia adalah :

    1. Menelan udara (aerofagi)

    2. Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung

    3. Iritasi lambung (gastritis)

    4. Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis

    5. Kanker lambung

    6. Peradangan kandung empedu (kolesistitis)

    7. Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan produknya)

    8. Kelainan gerakan usus

    9. Kecemasan atau depresi

    2.4 PATOFISIOLOGI

    Patofisiologi dispepsia non ulkus masih sedikit diketahui, beberapa faktor

    berikut mungkin berperan penting (multifaktorial):

    Abnormalitas Motorik Gaster

    Dengan studi Scintigraphic Nukleardibuktikan lebih dari 50% pasien

    dispepsia non ulkus mempunyai keterlambatan pengosongan makanan

    dalam gaster. Demikian pula pada studi monometrikdidapatkan gangguan

    motilitas antrum postprandial, tetapi hubungan antara kelainan tersebut

    dengan gejala-gejala dispepsia tidak jelas. Penelitian terakhir

    menunjukkan bahwa fundus gaster yang "kaku" bertanggung jawab

  • 7/21/2019 Dispepsia Dewi

    9/25

    Dyspepsia

    KKS ILMU PENYAKIT DALAM

    RSUD ACEH TAMIANG Page 9

    terhadap sindrom dispepsia. Pada keadaan normal seharusnya fundus

    relaksasi, baik saat mencerna makanan maupun bila terjadi distensi

    duodenum. Pengosongan makanan bertahap dari corpus gaster menuju ke

    bagian fundus dan duodenum diatur oleh refleks vagal. Pada beberapa

    pasien dyspepsia non ulkus, refleks ini tidak berfungsi dengan baik

    sehingga pengisian bagian antrum terlalu cepat.8

    Perubahan sensifitas gaster

    Lebih 50% pasien dispepsia non ulkus menunjukkan sensifitas terhadap

    distensi gaster atau intestinum, oleh karena itu mungkin akibat: makanan

    yang sedikit mengiritasi seperti makanan pedas, distensi udara, gangguan

    kontraksi gaster intestinum atau distensi dini bagian Antrum postprandial

    dapat menginduksi nyeri pada bagian ini.9

    Stres dan faktor psikososial

    Penelitian menunjukkan bahwa didapatkan gangguan neurotik dan

    morbiditas psikiatri lebih tinggi secara bermakna pada pasien dispepsia

    non ulkus daripada subyek kontrol yang sehat. Banyak pasien mengatakan

    bahwa stress mencetuskan keluhan dispepsia. Beberapa studi mengatakan

    stres yang lama menyebabkan perubahan aktifitas vagal, berakibat

    gangguan akomodasi dan motilitas gaster.

    GastritisHelicobacter pylori

    Gambaran gastritisHelicobacter pylorisecara histologik biasanya gastritis

    non-erosif non-spesifik. Di sini ditambahkan non-spesifik karena

    gambaran histologik yang ada tidak dapat meramalkan penyebabnya dan

  • 7/21/2019 Dispepsia Dewi

    10/25

    Dyspepsia

    KKS ILMU PENYAKIT DALAM

    RSUD ACEH TAMIANG Page 10

    keadaan klinik yang bersangkutan. Diagnosa endoskopik gastritis akibat

    infeksiHelicobacter pylorisangat sulit karena sering kali gambarannya

    tidak khas. Tidak jarang suatu gastritis secara histologik tampak berat

    tetapi gambaran endoskopik yang tampak tidak jelas dan bahkan normal.

    Beberapa gambaran endoskopik yang sering dihubungkan dengan adanya

    infeksiHelicobacter pyloriadalah:

    a. Erosi kronik di daerah antrum.

    b.

    Nodularitas pada mukosa antrum.

    c.

    Bercak-bercak eritema di antrum.

    d.

    Area gastrika yang menonjol dengan bintik-bintik eritema di daerah

    korpus.10

    Kelainan gastrointestinal fungsional

    Dispepsia non ulkus cenderung dimasukkan sebagai bagian kelainan

    fungsional GI, termasuk di sini Sindrom Kolon Iritatif, nyeri dada non-

    kardiak dan nyeri ulu hati fungsional. Lebih dari 80% dengan Sindrom

    Kolon Iritatif menderita dispepsia dan lebih dari sepertiga pasien

    dengan dispepsia kronis juga mempunyai gejala Sindrom Kolon

    Iritatif.

    o Obat anti-inflamasi non-steroid merusak mukosa lambung melalui

    beberapa mekanisme. Obat-obat ini menghambat siklooksigenase

    mukosa lambung sebagai pembentuk prostaglandin dari asam

    arakidonat yang merupakan salah satu faktor defensif mukosa

    lambung yang sangat penting.

  • 7/21/2019 Dispepsia Dewi

    11/25

    Dyspepsia

    KKS ILMU PENYAKIT DALAM

    RSUD ACEH TAMIANG Page 11

    2.5 GEJALA KLINIK

    Sindroma dispepsia dapat bersifat ringan, sedang, dan berat, serta dapat

    akut atau kronis sesuai dengan perjalanan penyakitnya. Pembagian akut dan

    kronik berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan.

    Klasifikasi didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan, membagi

    dispepsia menjadi tiga tipe :

    1. Dispepsia dengan keluhan seperti ulkus (ulkus-like dyspepsia), dengan gejala:

  • 7/21/2019 Dispepsia Dewi

    12/25

    Dyspepsia

    KKS ILMU PENYAKIT DALAM

    RSUD ACEH TAMIANG Page 12

    a. Nyeri epigastrium terlokalisasi b. Nyeri hilang setelah makan atau pemberian

    antasid

    c. Nyeri saat lapar d. Nyeri episodik

    2. Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas (dysmotility-like dyspesia), dengan

    gejala:

    a. Mudah kenyang b. Perut cepat terasa penuh saat makan

    c. Mual d. Muntah

    e.Upper abdominal bloating (bengkak perut bagian atas)

    f. Rasa tak nyaman bertambah saat makan

    3. Dispepsia nonspesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe di atas).2

    Dulu sebelum penyebab GERD diketahui dengan jelas, GERD

    dimasukkan ke dalam kelompok dispepsia fungsional. Setelah penyebabnya jelas

    maka GERD dikeluarkan dari kelompok tersebut dan dimasukkan ke dalam

    dispepsia organik.11

    Gejala GERD :

    Gejala khas, terdiri dari :

    - Heart Burn - Rasa panas di epigastrium

    - Rasa nyeri retrosternal - Regurgitasi asam

    - Pada kasus berat : ada gangguan menelan

    Gejala tidakkhas :

    - Nafas pendek - Wheezing

    - Batuk-batuk

  • 7/21/2019 Dispepsia Dewi

    13/25

    Dyspepsia

    KKS ILMU PENYAKIT DALAM

    RSUD ACEH TAMIANG Page 13

    Gejala GERD lebih menonjol pada waktu penderita terbaring terlentang

    dan berkurang bila penderita duduk.

    2.6 ANAMNESIS

    dimulai pertanyaan atau anamnesis dengan lengkap. Berapa sering terjadi

    keluhan, sejak kapan terjadi keluhan, adakah berkaitan dengan konsumsi

    makanan? Adakah pengambilan obat tertentu dan aktivitas tertentu dapat

    menghilangkan keluhan atau memperberat keluhan? Adakah pasien mengalami

    nafsu makan menghilang, muntah, muntah darah, BAB berdarah, batuk atau nyeri

    dada?11

    Pasien juga ditanya, adakah ada konsumsi obat obat tertentu? Atau

    adakah dalam masa terdekat pernah operasi? Adakah ada riwayat penyakit ginjal,

    jantung atau paru? Adakah pasien menyadari akan kelainan jumlah dan warna

    urin? 11

    Riwayat minum obat termasuk minuman yang mengandung alkohol dan

    jamu yang dijual bebas di masyarakat perlu ditanyakan dan kalau mungkin harus

    dihentikan. Hubungan dengan jenis makanan tertentu perlu diperhatikan. Tanda

    dan gejala "alarm"(peringatan) seperti disfagia, berat badan turun, nyeri menetap

    dan hebat, nyeri yang menjalar ke punggung, muntah yang sangat sering,

    hematemesis, melena atau jaundice kemungkinan besar adalah merupakan

    penyakit serius yang memerlukan pemeriksaan seperti endoskopi dan / atau

    "USG" atau "CT Scan" untuk mendeteksi struktur peptik, adenokarsinoma gaster

    atau esophagus, penyakit ulkus, pankreatitis kronis atau keganasan pankreas

    empedu.11

  • 7/21/2019 Dispepsia Dewi

    14/25

    Dyspepsia

    KKS ILMU PENYAKIT DALAM

    RSUD ACEH TAMIANG Page 14

    Perlu ditanyakan hal-hal yang berhubungan dengan stresor psikososial

    misalnya: masalah anak (meninggal, nakal, sakit, tidak punya), hubungan antar

    manusia (orang tua, mertua, tetangga, adik ipar, kakak), hubungan suami-istri

    (istri sibuk, istri muda, dimadu, bertengkar, cerai), pekerjaan dan pendidikan

    (kegiatan rutin, penggusuran, pindah jabatan, tidak naik pangkat). Hal ini

    berakibat eksaserbasi gejala pada beberapa orang.5 Harus diingat gambaran khas

    dari beberapa penyebab dispepsia. Pasien ulkus peptikum biasanya berumur lebih

    dari 45 tahun, merokok dan nyeri berkurang dengan mencerna makanan tertentu

    atau antasid. Nyeri sering membangunkan pasien pada malam hari banyak

    ditemukan pada ulkus duodenum. Gejala esofagitis sering timbul pada saat

    berbaring dan membungkuk setelah makan kenyang yaitu perasan terbakar pada

    dada, nyeri dada yang tidak spesifik (bedakan dengan pasien jantung koroner),

    regurgitasi dengan gejala perasaan asam pada mulut.

    2.7 PEMERIKSAAN FISIK

    Pemeriksaan fisik untuk mengidentifikasi kelainan intra-abdomen atau

    intra lumen yang padat misalnya tumor, organomegali, atau nyeri tekan sesuai

    dengan adanya ransang peritoneal/peritonitis.

    Pada pemeriksaan abdomen Inspeksi akan terlihat distensi, asites, parut,

    hernia yang jelas, ikterus, dan lebam. Auskultasi akan bunyi usus dan karekteristik

    motilitasnya.Palpasi dan perkusi abdomen, perhatikan adanya tenderness, nyeri,

    pembesaran organ dan timpani. Pemeriksaan tanda vital bisa ditemukan takikardi

    atau nadi yang tidak regular.12

  • 7/21/2019 Dispepsia Dewi

    15/25

    Dyspepsia

    KKS ILMU PENYAKIT DALAM

    RSUD ACEH TAMIANG Page 15

    Kemudian, lakukan pemeriksaan sistem tubuh badan lainnya. Perlu

    ditanyakan perubahan tertentu yang dirasakan pasien, keadaan umum dan

    kesadaran pasien diperhatikan. Auskultasi bunyi gallop atau murmur di jantung.

    Perkusi paru untuk mengetahui konsolidasi. Perhatikan dan lakukan pemeriksaan

    terhadap ektremitas, adakah terdapat perifer edema dan dirasakan adakah akral

    hangat atau dingin. Lakukan juga perabaan terhadap kelenjar limfa.12

    2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Pemeriksaan untuk penanganan dispepsia terbagi beberapa bagian, yaitu:

    1. Pemeriksaan laboratorium untuk mengidentifikasi adanya faktor infeksi

    (leukositosis), pakreatitis (amylase, lipase), keganasan saluran cerna (CEA, CA

    19-9, AFP). Biasanya meliputi hitung jenis sel darah yang lengkap dan

    pemeriksaan darah dalam tinja, dan urine. Dari hasil pemeriksaan darah bila

    ditemukan lekositosis berarti ada tanda-tanda infeksi. Pada pemeriksaan tinja, jika

    tampak cair berlendir atau banyak mengandung lemak berarti kemungkinan

    menderita malabsorpsi.Pada karsinoma saluran pencernaan perlu diperiksa

    petanda tumor, misalnya dugaan karsinoma kolon perlu diperiksa CEA, dugaan

    karsinoma pankreas perlu diperiksa CA 19-9. 13

    2.Barium enema untuk memeriksa esofagus, lambung atau usus halus dapat

    dilakukan pada orang yang mengalami kesulitan menelan atau muntah, penurunan

    berat badan atau mengalami nyeri yang membaik atau memburuk bila penderita

    makan. Pemeriksaan ini dapat mengidentifikasi kelainan struktural

    dinding/mukosa saluran cerna bagian atas seperti adanya tukak atau gambaran ke

    arah tumor.14

  • 7/21/2019 Dispepsia Dewi

    16/25

    Dyspepsia

    KKS ILMU PENYAKIT DALAM

    RSUD ACEH TAMIANG Page 16

    3.Endoskopi bisa digunakan untuk memeriksa esofagus, lambung atau usus

    halus dan untuk mendapatkan contoh jaringan untuk biopsi dari lapisan lambung.

    Contoh tersebut kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk mengetahui

    apakah lambung terinfeksi oleh Helicobacter pylori. Pemeriksaan ini sangat

    dianjurkan untuk dikerjakan bila dispepsia tersebut disertai oleh keadaan yang

    disebut alarm symptoms, yaitu adanya penurunan berat badan, anemia, muntah

    hebat dengan dugaan adanya obstruksi, muntah darah, melena, atau keluhan sudah

    berlangsung lama, dan terjadi pada usia lebih dari 45tahun.14

    Pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan endoskopi adalah:

    a. CLO (rapid urea test) b. Patologi anatomi

    (PA)

    c. Kultur mikroorgsanisme (MO) jaringan d. PCR

    4. Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan radiologi, yaitu OMD dengan

    kontras ganda, serologi Helicobacter pylori, dan urea breath test (belum tersedia

    di Indonesia).

    2.9 DIAGNOSIS

    Dispepsia dari gejala-gejalanya saja tidak dapat membedakan antara

    dispepsia fungsional dan dispepsia organik. Diagnosis dispepsia fungsional adalah

    diagnosis yang telah ditetapkan, dimana pertama sekali penyebab kelainan

    organik atau struktural harus disingkirkan melalui pemeriksaan. Pemeriksaan yang

    pertama dan banyak membantu adalah pemeriksaan endoskopi. Oleh karena

    dengan pemeriksaan ini dapat terlihat kelainan di oesophagus, lambung dan

    duodenum. Diikuti dengan USG (Ultrasonography) dapat mengungkapkan

  • 7/21/2019 Dispepsia Dewi

    17/25

    Dyspepsia

    KKS ILMU PENYAKIT DALAM

    RSUD ACEH TAMIANG Page 17

    kelainan pada saluran bilier, hepar, pankreas, dan penyebab lain yang dapat

    memberikan perubahan anatomis. Pemeriksaan hematologi dan kimia darah akan

    dapat mengungkapkan penyebab dispepsia seperti diabetes, penyakit tyroid dan

    gangguan saluran bilier. Pada karsinoma saluran pencernaan perlu diperiksa

    pertanda tumor.15

    Kriteria Diagnostik Dispepsia Fungsional berdasarkan Kriteria Rome III,

    Harus termasuk:

    1.

    berasa terganggu setelah makan

    2.

    cepat kenyang

    3.

    nyeri epigastrik

    4. panas/ rasa terbakar di epigastrik

    Terbukti tidak ada penyakit struktural termasuk endoskopi proksimal yang dapat

    menjelaskan penyebab terjadinya gejala klinis tersebut.

    Kriteria haruslah terjadi dalam masa 3 bulan terakhir dengan onset gejala

    klinis sekurang-kurangnya 6 bulan sebelum diagnosis.15

    2.10 PENATALAKSANAAN

    Berdasarkan Konsensus Nasional Penanggulangan Helicobacter pylori

    1996, ditetapkan skema penatalaksanaan dispepsia, yang dibedakan bagi sentra

    kesehatan dengan tenaga ahli (gastroenterolog atau internis) yang disertai fasilitas

    endoskopi dengan penatalaksanaan dispepsia di masyarakat.

    Pengobatan dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu:

  • 7/21/2019 Dispepsia Dewi

    18/25

    Dyspepsia

    KKS ILMU PENYAKIT DALAM

    RSUD ACEH TAMIANG Page 18

    1. Antasid

    Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid akan menetralisir

    sekresi asam lambung. Antasid biasanya mengandungi Na bikarbonat, Al(OH)3,

    Mg(OH)2, dan Mg triksilat. Pemberian antasid jangan terus- menerus, sifatnya

    hanya simtomatis, untuk mengurangi rasa nyeri. Mg triksilat dapat dipakai dalam

    waktu lebih lama, juga berkhasiat sebagai adsorben sehingga bersifat nontoksik,

    namun dalam dosis besar akan menyebabkan diare karena terbentuk senyawa

    MgCl2. Sering digunakan adalah gabungan Aluminium hidroksida dan

    magnesium hidroksida.Aluminum hidroksida boleh menyebabkan konstipasi dan

    penurunan fosfat; magnesium hidroksida bisa menyebabkan BAB encer. Antacid

    yang sering digunakan adalah seperti Mylanta, Maalox, merupakan kombinasi

    Aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida. Magnesium kontraindikasi

    kepada pasien gagal ginjal kronik karena bisa menyebabkan hipermagnesemia,

    dan aluminium bisa menyebabkan kronik neurotoksik pada pasien tersebut.16

    2. Antikolinergik

    Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak

    selektif yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat

    menekan seksresi asam lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga memiliki efek

    sitoprotektif.16

    3. Antagonis reseptor H2

    Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik

    atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis

    reseptor H2antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin, dan famotidin.17

  • 7/21/2019 Dispepsia Dewi

    19/25

    Dyspepsia

    KKS ILMU PENYAKIT DALAM

    RSUD ACEH TAMIANG Page 19

    4. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI).

    Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari

    proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI adalah

    omeperazol, lansoprazol, dan pantoprazol. Waktu paruh PPI adalah ~18jam

    5. Sitoprotektif

    Prostoglandin sintetik seperti misoprostol (PGE1) dan enprostil (PGE2).

    Selain bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal.

    Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi prostoglandin endogen, yang

    selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mukus dan

    meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuk lapisan protektif (site

    protective), yang bersenyawa dengan protein sekitar lesi mukosa saluran cerna

    bagian atas. Toksik daripada obat ini jarang, bisa menyebabkan konstipasi (2

    3%). Kontraindikasi pada pasien gagal ginjal kronik. Dosis standard adalah 1 g

    per hari.17

    6. Golongan prokinetik

    Obat yang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid, domperidon, dan

    metoklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia fungsional

    dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan memperbaiki bersihan asam

    lambung (acid clearance).16

    7. Antibiotik untuk infeksiHelicobacter pylori

    Eradikasi bakteriHelicobacter pylori membantu mengurangi simptom pada

    sebagian pasien dan biasanya digunakan kombinasi antibiotik seperti amoxicillin

  • 7/21/2019 Dispepsia Dewi

    20/25

    Dyspepsia

    KKS ILMU PENYAKIT DALAM

    RSUD ACEH TAMIANG Page 20

    (Amoxil), clarithromycin (Biaxin), metronidazole (Flagyl) dan tetracycline

    (Sumycin).16

    Kadang kala juga dibutuhkan psikoterapi dan psikofarmakoterapi (obat anti-

    depresi dan cemas) pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak jarang

    keluhan yang muncul berhubungan dengan faktor kejiwaan seperti cemas dan

    depresi.17

    Terapi Dispepsia Fungsional :

    1. Farmakologis

    - pengobatan jangka lama jarang diperlukan kecuali pada kasus-kasus berat.

    (regular medication)

    - mungkin perlu pengobatan jangka pendek waktu ada keluhan. (on demand

    medication)

    2. Psikoterapi

    - Reassurance

    - Edukasi mengenai penyakitnya

    3. Perubahan diet dan gaya hidup

    - Dianjurkan makan dalam porsi yang lebih kecil tetapi lebih sering.

    - Makanan tinggi lemak dihindarkan

    Pengobatan terhadap dispepsia fungsional adalah bersifat terapi

    simptomatik. Pasien dengan dispepsia fungsional lebih dominan gejala dan

    keluhan seperti nyeri pada abdomen bagian atas (ulcer - like) bisa diobati dengan

    PPI (Proton Pump Inhibitors). Pasien dengan keluhan yang tidak jelas di bagian

  • 7/21/2019 Dispepsia Dewi

    21/25

    Dyspepsia

    KKS ILMU PENYAKIT DALAM

    RSUD ACEH TAMIANG Page 21

    abdomen atas di mana yang gagal dengan pengobatan PPI, bisa diobati dengan

    tricyclic antidepressants, walaupun data yang menyokong masih kurang.16

    Pasien dengan keluhan dismotility like symptom bisa diobati dengan

    sama ada dengan acid suppressive therapy, prokinetic agents, atau 5-HT1agonists.

    Metoclopramide dan domperidone menunjukkan antara obat placebo dalam

    pengobatan dispepsia fungsional.16

    2.11 PENCEGAHAN

    Makan secara benar. Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama

    makanan yang pedas, asam, gorengan atau berlemak.

    Hindari alkohol.

    Jangan merokok.

    Lakukan olah raga secara teratur.

    Kendalikan stress.

    Ganti obat penghilang nyeri.

    Ikuti rekomendasi dokter.17

    2.12 PROGNOSIS

    Umumnya baik, tergantung pada beratnya penyakit dan penanganan yang cepat.

    Prognosis pada kasus yang telah mengalami perforasi umumnya buruk

  • 7/21/2019 Dispepsia Dewi

    22/25

    Dyspepsia

    KKS ILMU PENYAKIT DALAM

    RSUD ACEH TAMIANG Page 22

    BAB III

    PENUTUP

    3.1 KESIMPULAN

    Dispepsia merupakan keluhan yang sangat umum, terjadi pada lebih dari

    seperempat populasi, tetapi hanya kurang lebih seperempatnya berkonsultasi ke

    dokter.Terdapat banyak penyebab dispepsia, antaranya adalah gangguan atau

    penyakit dalam lumen saluran cerna; tukak gaster atau duodenum, gastritis, tumor,

    infeksi Helicobacter pylori. Obat obatan seperti anti inflamasi non steroid

    (OAINS), aspirin, beberapa antibiotik, digitalis, teofilin dan sebagainya. Penyakit

    pada hati, pankreas, sistem bilier, hepatitis, pankreatitis, kolesistetis kronik.

    Penyakit sistemik: diabetes mellitus, penyakit tiroid, penyakit jantung koroner.

    Bersifat fungsional, yaitu dispepsia yang terdapat pada kasus yang tidak terbukti

    adanya kelainan atau gangguan organik atau struktural biokimia, yaitu dispepsia

    fungsional atau dispepsia non ulkus. Dispepsia adalah merupakan suatu simptom

    atau kelompok keluhan atau gejala dan bukan merupakan suatu diagnosis. Sangat

    penting mencari clue atau penanda akan gejala dan keluhan yang merupakan

    etiologi yang bisa ditemukan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.

    pemeriksaan endoskopi direkomendasi pada pasien yang berusia > 50 tahu, pada

    pasien yang mangalami penurunan berat badan yang signifikan, terjadi

    pendarahan, dan muntah yang banyak.Penatalaksanaan dispepsia adalah meliputi

    pola hidup sehat, berpikiran positif dan makanan yang sehat dan seimbang, selain

    daripada pengobatan.Pengobatan dispepsia adalah antaranya seperti antasid,

    antikolinergik, antagonis reseptor histamin2, Proton Pump Inhibitor, sitoprotektif,

  • 7/21/2019 Dispepsia Dewi

    23/25

    Dyspepsia

    KKS ILMU PENYAKIT DALAM

    RSUD ACEH TAMIANG Page 23

    golongan prokinetik, antibiotik untuk infeksi Helicobacter pylori dan kadang

    kadang diperlukan psikoterapi.7,9,13,15,16

  • 7/21/2019 Dispepsia Dewi

    24/25

    Dyspepsia

    KKS ILMU PENYAKIT DALAM

    RSUD ACEH TAMIANG Page 24

    DAFTAR PUSTAKA

    1.

    Djojoningrat D. Pendekatan klinis penyakit gastrointestinal. Sudoyo AW,Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku Ajar Ilmu

    Penyakit Dalam. Edisi ke4. FKUI; 2007.h.285.

    2.

    Jones MP. Evaluation and treatment of dyspepsia.Post Graduate Medical

    Journal 2003;79:25-29.

    3.

    Tack J, Nicholas J, Talley, Camilleri M, Holtmann G, Hu P, et al.

    Functional Gastroduadenal. Gastroenterology 2006;130:1466-1479.

    4. Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan

    Tahun 2007. Edisi 2010. Diunduh dari,

    http://library.usu.ac.id/index.php/index.php?option=com_journal_review&

    id.

    5.

    Citra JT. Perbedaan depresi pada pasien dispepsia organik dan fungsional.

    Bagian Psikiatri FK USU 2003.

    6.

    Dyspepsia. Edition 2010. Available from:

    http://www.mayoclinic.org/dyspepsia/.

    7.

    Talley N, Vakil NB, Moayyedi P. American Gastroenterological

    Association technical review: evaluation of dyspepsia. Gastroenterology

    2005;129:1754

    8.

    Indigestion (Dyspepsia, Upset Stomach). Edition 2010. Available from:

    http://www.medicinenet.com/dyspepsia/article.htm,5 Juni 2010.

    9.

    Dyspepsia, What It Is and What to Do About It? Edition 2009. Available

    from:

    http://familydoctor.org/online/famdocen/home/common/digestive/disorder

    s/474.html.

    10.Greenburger NJ. Dyspepsia. The Merck Manuals Online Medical Library.

    2008 March. Available from:

    http://www.merck.com/mmpe/sec02/ch007/ch007c.html.

    11.Delaney BC. 10 Minutes consultation dyspepsia. BMJ. 2001. Available

    from: http://www.bmj.com/cgi/content/full/322/7289/776.12.Ringerl Y. Functional dyspepsia. UNC Division of Gastroenterology and

    Hepatology. 2005;1:1-3.

    13.Glenda NL. Gangguan lambung dan duodenum. Patofisiologi. Edisi ke-6.

    EGC; 2006.h.417-19.

    14.

    Riza TC, Bushra S. Dyspepsia. Prim Care Clinical Office Pract 34

    2007;1:99108.

    15.

    Fauci AS, Braunwald, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, Jameson LJ et

    al. Peptic ulcer disease. Harrisons Principle of Internal Medicine. 17th.Mc

    Graw-Hills; 2008.p.287.

    http://library.usu.ac.id/index.php/index.php?option=com_journal_review&idhttp://library.usu.ac.id/index.php/index.php?option=com_journal_review&idhttp://www.medicinenet.com/dyspepsia/article.htmhttp://www.medicinenet.com/dyspepsia/article.htmhttp://library.usu.ac.id/index.php/index.php?option=com_journal_review&idhttp://library.usu.ac.id/index.php/index.php?option=com_journal_review&id
  • 7/21/2019 Dispepsia Dewi

    25/25

    Dyspepsia

    KKS ILMU PENYAKIT DALAM

    16.

    David JB. Test and Treat or PPI Therapy for Dyspepsia? Journal Watch

    GastroenterologyApril 18, 2008.

    17.

    Dyspepsia. Edition 2001. Available from:

    http://mercyweb.org/MICROMEDEX/health_information.

    http://mercyweb.org/MICROMEDEX/health_informationhttp://mercyweb.org/MICROMEDEX/health_information