Sindrom Dispepsia

36
KELOMPOK TUTORIAL 2 SKENARIO 1 Blok XIII Tutor : dr. Raihanah Susan Anggota : Rika Angelia (G1A108002) Imelta Rizky marza (G1A108017) Mulia O Nauli H (G1A108005) Lestari Nurman (G1A108032) Apri Rahmadani (G1A108033) Melisa (G1A108067) Ahmad Satria Praja (G1A108054) Mutia hasmita (G1A108021) Fitrah Ardriyansyah (G1A108011) Ardilla Rukmana K (G1A108012) Siti Annisa Nurfathia (G1A108013)

description

Sindrom Dispepsia

Transcript of Sindrom Dispepsia

Page 1: Sindrom Dispepsia

KELOMPOK TUTORIAL 2

SKENARIO 1

Blok XIII

Tutor : dr. Raihanah Susan

Anggota :

Rika Angelia (G1A108002)Imelta Rizky marza (G1A108017)Mulia O Nauli H (G1A108005)Lestari Nurman (G1A108032)Apri Rahmadani (G1A108033)Melisa (G1A108067)Ahmad Satria Praja (G1A108054)Mutia hasmita (G1A108021)Fitrah Ardriyansyah (G1A108011)Ardilla Rukmana K (G1A108012)Siti Annisa Nurfathia (G1A108013)

Program Studi Pendidikan DokterUniversitas Jambi

2009/2010

Page 2: Sindrom Dispepsia

SKENARIONy. Sinta, 30 tahun datanng ke UGD RS Raden Mataher Jambi dengan keluhan nyeri ulu hati sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan disertai dengan gelisah, nausea dan vomitus [±3x/hari, @1/4 gelas belimbing, muntah apa yang dimakan,darah (-)]. Ny. Sinta juga sering merasakan perut kembung dan sering bersendawa. Lima hari yang lalu Ny. Sinta berobat ke puskesmas, belum mengalami perbaikan. BAB berwarna hitam disangkal. Riwayat penurunan berat badan tidak ada.Sejak dua minggu terakhir, Ny. Sinta yang berprofesi sebagai akuntan, mengaku kelelahan akibat sering lembur di kantornya. Ia juga jadi sering minum jamu-jamuan untuk meningkatkan stamina dan minum kopi untuk menghilangkan rasa kantuk.KU: tampak sakit sedangKesadaran: komposmentis, kooperatifTD: 120/80 mmHg, N:92x/menit, RR: 16 x/menit, T: 37ºCKonjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tonsil normal, Abdomen: inspeksi normal, auskultasi BU meningkat ringan, palpasi terdapat nyeri epigastrium, perkusi terdapat suara timpani.Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan: Hb 12,5; leukosit 8500; eritrosit 5,5; trombosit 235000.

KLARIFIKASI ISTILAHii

1. Nyeri ulu hati ::Perasaan tidak nyaman pada daerah ulu hati.

2. Gelisah ::Perasaan cemas, tidak tenang, tidak nyaman.

3. Nausea :: Sensasi tidak menyenangkan yang secara samar mengacu pada epigastrium (kuadran atas perut) dan abdomen, dengan kecenderungan untuk muntah.

4. Vomitus ::Muntah, bahan yang dimuntahkan.

5. Perut Kembung ::Perut dalam keadaan menyebar atau membesar.

6. Sendawa ::Udara yang keluar dari perut melalui mulut.

7. Jamu-jamuan ::Ramuan dari rempah-remapah yang diseduh lalu diminum.

2

Page 3: Sindrom Dispepsia

IDENTIFIKASI MASALAH1. Ny. Sinta, 30 tahun datanng ke UGD RS Raden Mataher Jambi dengan keluhan nyeri ulu

hati sejak 1 minggu yang lalu.2. Keluhan disertai dengan gelisah, nausea dan vomitus [±3x/hari, @1/4 gelas belimbing,

muntah apa yang dimakan,darah (-)]. Ny. Sinta juga sering merasakan perut kembung dan sering bersendawa.

3. Lima hari yang lalu Ny. Sinta berobat ke puskesmas, belum mengalami perbaikan.4. Sejak dua minggu terakhir, Ny. Sinta yang berprofesi sebagai akuntan, mengaku

kelelahan akibat sering lembur di kantornya.5. Ia juga jadi sering minum jamu-jamuan untuk meningkatkan stamina dan minum kopi

untuk menghilangkan rasa kantuk.6. KU: tampak sakit sedang

Kesadaran: komposmentis, kooperatifTD: 120/80 mmHg, N:92x/menit, RR: 16 x/menit, T: 37ºCPalpasi abdomen nyeri epigastrium (+).Abdomen: inspeksi normal, auskultasi BU meningkat ringan, palpasi terdapat nyeri epigastrium, perkusi terdapat suara timpani.

7. Pemeriksaan darah rutin: Hb 12,5; leukosit 8500; eritrosit 5,5; trombosit 235000.

Tabel identifikasi masalah

No Objective Expected Concern

1 I Senjang √√√

2 II Senjang √√

3 III Senjang √√

4 IV Sesuai √

5 V Senjang √√

6 VI Senjang √

7 VII Senjang √√√√

3

Page 4: Sindrom Dispepsia

ANALISIS MASALAHI1. Bagaimana anatomi dari sistem digestivus?

Jawab ::i

2. Bagaimana fisiologi dari sistem digestivus?Jawab ::i

4

Page 5: Sindrom Dispepsia

3. Bagaimana histologi dari sistem digestivus?Jawab ::

Organ Ciri – ciriBIBIR Pada permukaan bibir, epitel berlapis gepeng dengan

lapisan tanduk dengan jaringan dibawahnya yang merupakan jairngan agak padat.

Pada inferior dermis terdapat jaringan subkutan yang berupa jaringan ikat longgar.

Pada inferior dermis juga terdapat rambut dan folikel rambut, glandula sebasea dan glandula suderofera.

Permukaan merah bibr dilapisi epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.

Jaringan dibawahnya disebut lamina propria yang membentuk papilla-papila yang menjorok kedalam epitel diatasnya

Baynak kapiler yang dekat ke permukaan dan jernihnya epitel membuat bagian ini tampak merah

Permukaan dalam bibir dilapisi epitel berlapis gepeg tanpa lapisan tanduk

Dibawah epitel terdapat jaringan ikat longgar yang disebut lamina propria

Didaerah pangkal bibir, didalam lamina propria terdapat

5

Page 6: Sindrom Dispepsia

kelenjarlabialis yang merupakan kelenjar mukosa dan kelenjar campuran.

LIDAH 1. Papilla Sirkumvalata Terdapat kelenjar liur serosa yang ada di bagian dalam

tengah lidah Permukaan papil, epitel gepeng berlapis tanpa lapisan

tanduk Permukaan lapisan papilla terdapat banyak “ kuncup

kecap”.

2. Papila filiformis Berbentuk mirip lembaran benang yang di ujung runcing Terdapat epitel berlapis gepeng yang ujungnya membentuk lapisan keratin.

3. Papila fungiformisMirip jamur, terdapat epitel berlapis gepeng yang sering mempunyai lapisan keratin. Kadang-kadang ditemukan kuncup kecap, memiliki jaringan ikat sekunder.

GIGI Pembentukna gigi dipelajari organ email yang umumya ada dalam tingkat genta, Kadang-kadang berhumhubungan dengan lamina dentis, mempunyai tonjolan bakal gigi tetap.Permukaan organ luar organ email, dilapisi epitel kuboid. Dibawah epitel email di luar terdapat sel-sel berbentuk bintang yang membentuk lapisan reticulum stelata / lapisan bintang (sternum stelatum).

ESOFAGUS Terdapat 4 (empat) lapisan mukosa1. Tunika mukosa

Dilapisi oleh epitel gepeng yang dilapisi keratin.Dibawah epitel terdapat lamina propria yang terdiri atas jaringan ikat longgar.Dibawah lamina propria terdapat lapisan otot mukosa yang membentuk tunika muskularis mukosa.

2. Tunika submukosaTerdapat kelenjar campuran yang melapisinya, didalam lapisan ini dapat ditemukan pleksus saraf meisner.

3. Tunika muskularisSebelah dalam, dilapisi tunika muskularis sirkuler.Pada sebelah luar dilapisi tunika muskularis longitudinal.Diantara lapisan tersebut dapat ditemikan pleksus saraf averbach.

6

Page 7: Sindrom Dispepsia

4. Tunika adventisiaTerdiri atas jaringan ikat longgar.

LAMBUNG - Tunika mukosa kubah lambung dilapis epitel selapis torak

- Terdapat sel mucus leher

- Terdapat sel HCl atau sel parietal

- Terdapat sel zimogen atau chief cell

LAMBUNG – DUODENUM

Pada tunika mukosa terdapat epitel selapis silindris tanpa sel goblet sedangkan pada duodenum ditemukan banyak sel goblet

Lamina propria pada pylorus terdapat kelenjar pylorus, sadengkan pada duodenum terdapat kriptus lieberkuhn.

Tunika submukosa pada pylorus tidak mengandung kelenjar sedangkan dalam duodenum dipenuhi kelenjaar burner yang merupakan kelenjar tubulosa bercabang dan bersifat mukosa.

Tunika muskularis pada pylorus, lapisan otot melingkar menebal, sedangkan pada duodenum biasa

Tunika adventisia sama seprti pada lambung.

DUODENUM - Tunika mukosaTerdaapat epitel selpis torak yang mempunyai mikrovili

- Tunika submukosaDipenuhi kelenjar brunner

- Tunika muskularis Terdiri atas lapisan sirkuler dan longitudinal, diantaranya terdapat pleksus saraf duerbach.

- Tunika adventisia

- Terdapat jaringan ikat longgar.

YEYUNUM - Tunika mukosaTerdapat vilus intertinal yang langsing dan sel goblet yang lebih banyak

- Tunika submukosaTerdapat jaringan ikat longgar dengan pleksus meissner didalamnya

- Tunika muskularisSusunanya sama seperti duodenum

- Tunika serosa

- Terdapat jaringan ikat longgar

7

Page 8: Sindrom Dispepsia

APENDIKS Tunika mukosaTerdapat epitel selapis torak yang mempunyai sel goblet yang sangat banyak

Tunika submukosaTedapat jaringan ikat longgar tanpa kelenjar dan terdapat banyak sebukan limfosit yang berasal dari lamina propria

Tunika muskularisMembentuk dua lapisan seperti usus lainnya sekalipun diameter apendik lebih kecil.

COLON - Tunika mukosa Dilapisi epitel selapis silindris

- Tunika submukosa tidak ada- Tunika Muskularis

Terdapat otot sirkuler dan longitudinal serta taenia coli- Tunika serosa

Terdapat jaringan ikat longgar dan banyak jaringan adiposa.

4. Apa penyebab nyeri ulu hati dan bagaimana mekanismenya?Jawab ::i

Bisa iritatif, inflammasi, atau overstimulan1. Iritatif terjadi kerusakan mukus layer sehingga mudah terjadi metaplasia2. Inflammasi, itasi yang lama akan menyebabkan terjadinya inflammasi3. Overstimulan, kurang atau banyaknya konsumsi, jadinya gangguan kontraksi saluran pencernaan.

5. Organ terkena apa saja yang bisa menyebabkan nyeri ulu hati?Jawab ::iii

8

Page 9: Sindrom Dispepsia

Esofagus, gaster, duodenum, pankreas.

II1. Mengapa Ny. Sinta mengalami gelisah?

Jawab ::i

Karna adanya keluhan seperti nyeri ulu hati, mual dan muntah mengakibatkan Ny. Sinta gelisah.

2. Mengapa Ny. Sinta mengalami nausea?Jawab ::i

Mual :: rasa ingin muntah yang dapat di sebabkan oleh impuls iritasi yang datang dari traktus gastrointestinal, impuls yang berasal dari otak bawah yang berhubungan dengan motion sickness, maupun impuls yang berasal dari korteks serebri untuk memulai muntah.

a. Jika di dalam tubuh kita terjadi peradangan lambung akibat kita makan-makanan yang mengandung alcohol, aspirin, steroid, dan kafein sehingga menyebabkan terjadi iritasi pada lambung dan menyebabkan peradangan di lambung yang diakibatkan oleh tingginya asam lambung .

b. Setelah terjadi peradangan lambung maka tubuh akan merangsang pengeluaran zat yang di sebut vas aktif yang menyebabkan permeabilitas kapilier pembuluh daran naik.

c. Sehingga menyebabkan lambung menjadi edema (bengkak) dan merangsang reseptor tegangan dan merangsang hypothalamus untuk mual.

3. Mengapa Ny. Sinta mengalami vomitus?

9

Page 10: Sindrom Dispepsia

Jawab ::i

Muntah :: pengeluaran isi lambung/perut melalui esophagus dan mulut karena terjadi kontraksi otot abdominal dan otot dada yang di sertai dengan penurunan diafragma dan di control oleh pusat muntah otak. Penyebab : infeksi virus, stress, kehamilan obat-obatan.

a. Lambung memberikan sinyal ke zona kemoreseptor oleh system syaraf aferen dan s. simpatis sehingga menyebabkan kontraksi antiperistaltik dan menyebabkan makanan kembali ke duodenum dan lambung setelah masuk ke usus.

b. Sehingga banyak terkumpul makanan di lambung dan mengganggu kerja lambung dan duodenum sehingga duodenum teregang.

c. Akibat duodenum teregang mengakibatkan kontraksi kuat diafragma dan otot dinding abdominal sehingga menyebabkan tekanan di dalam lambung tinggi.

d. Setelah itu kita menjadi bernafas dalam dan naiknya tulang lidah dan laring untuk menarik sfingter esophagus bagian atas supaya terbuka.

Sfingter bagian bawah berelaksasi dan pengeluaran isi lambung melalui esophagus dan keluar. hal Ini disebut muntah.

4. Mengapa Ny. Sinta sering merasakan perut kembung dan bersendawa?Jawab ::i

stress kecemasan dan ↓ asupan makanan menelan udara (aerofagi) jumlah gas dalam traktus digestivus perut kembung sendawa.Faktor lain:Makan/minum terlalu cepat, minum-minuman berkarbonat, orang cemas, obat-obatan tertentu.

5. Jelaskan makna klinis dari vomitus [ muntah apa yang dimakan,darah (-)]?Jawab ::i

Muntah apa yang dimuntahkan artinya makanan yang dimakan belum sempat di cerna.Darah (-) : tidak terjadinya pendarahan pada mulut, esofagus dan gaster.

III1. Mengapa setelah 5 hari yang lalu berobat ke Puskesmas belum mengalami perbaikan?

Jawab ::Karena belum adekuatnya pengobatan yang diberikan bisa karena salah dari diagnosis atau salah pemberian obatnya serta juga karena kepatuhan penderita yang masih kurang.

2. Apa maksud ditanyakannya warna BAB dan riwayat penurunan berat badan?Jawab ::Untuk menyingkirkan diagnosa banding dan juga mengetahui apakah sudah terdapat tanda alarm dispepsia atau belum.

10

Page 11: Sindrom Dispepsia

Tanda-tanda Alarm Dispepsia ::a) Penurunan berat badanb) Pendarahan saluran cerna (hematemesis, melena, hematoschezia)c) Dehidrasid) Anemiae) Disphagia

3. Mengapa BAB dapat berwarna hitam?Jawab ::iv

Inflamasi luka pada traktus digestivus atas makanan bercampur dengan darah darah/Hb teroksidasi selama sistem pencernaan feses berwarna hitam.

IV1. Apa hubungan profesi Ny. Sinta dengan keluhan yang dialaminya?

Jawa ::Lemburlupa makanasam lambung meningkat mual muntah.

Stress

V1. Apa kandungan yang terdapat dalam jamu dan pengaruhnya dalam tubuh?

Jawab ::i

1) Sibutramin Hidroklorida dapat meningkatkan tekanan darah (hipertensi), denyut jantung, serta sulit tidur. Obat ini tidak boleh digunakan pada pasien dengan riwayat penyakit arteri koroner, gagal jantung kongestif, aritmia atau stroke.

2) Sildenafil Sitrat dapat menyebabkan sakit kepala, pusing, dispepsia, mual, nyeri perut, gangguan penglihatan, rinitis (radang hidung), infark miokard, nyeri dada, palpitasi (denyut jantung cepat), dan kematian.

3) Siproheptadin dapat menyebabkan mual, muntah, mulut kering, diare, anemia hemolitik, leucopenia, agranulositosis, dan trombositopenia.

4) Fenilbutason dapat menyebabkan mual, muntah, ruam kulit, retensi cairan dan elektrolit (edema), pendarahan lambung, nyeri lambung, dengan pendarahan atau perforasi, reaksi hipersensitivitas, hepatitis, nefritis, gagal ginjal, leukopenia, anemia aplastik, agranulositosis, dan lain-lain.

5) Asam Mefenamat dapat menyebabkan mengantuk, diare, ruam kulit, trombositopenia, anemia hemolitik dan kejang, serta dikontraindikasikan bagi penderita tukak lambung/usus, asma, dan ginjal.

6) Prednison dapat menyebabkan moon face; gangguan saluran cerna seperti mual dan tukak lambung; gangguan muskuloskeletal seperti osteoporosis; gangguan endokrin seperti gangguan haid; gangguan neuropsikiatri seperti ketergantungan psikis, depresi, dan insomnia; gangguan penglihatan seperti glaukoma; dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

7) Metampiron dapat menyebabkan gangguan saluran cerna seperti mual, pendarahan lambung, rasa terbakar, serta gangguan sistem saraf seperti tinitus

11

Page 12: Sindrom Dispepsia

(telinga berdenging) dan neuropati, gangguan darah, pembentukan sel darah dihambat (anemia aplastik), agranulositosis, gangguan ginjal, shock, kematian, dan lain-lain

8) Teofilin dapat menyebabkan takikardi, aritmia, palpitasi, mual, gangguan saluran cerna, sakit kepala, dan insomnia.

9) Parasetamol dalam penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan gangguan kerusakan hati.

2. Apa kandungan yang terdapat dalam kopi dan pengaruhnya dalam tubuh?Jawab ::i

KafeinKafein bekerja dalam tubuh dengan mengambil alih reseptor adenosin dalam sel syaraf yang akan memacu produksi hormon adrenalin.Di dalam kopi terkandung kafein, yang merupakan senyawa kimia alkaloid yang dikenal sebagai trimetilsantin dengan rumus molekul C8H10N4O2. Jumlah kandungan kafein dalam kopi adalah 1-1,5%, sedangkan pada teh 1-4,8%.Tambahan kak dila

Trigoneline Protein dan Asam Amino Karbohidrat Asam Alifatik (asam karboksilat) Asam Klorogenat Lemak dan turunannya Glikosida Mineral Komponen Volatil

vi1. Bagaimana makna klinis dari pemeriksaan fisik Ny. Sinta?

Jawab ::Vital Sign ::

1. KU :: tampak sakit sedang :: Abnormal2. Kesadaran :: komposmentis, kooperatif :: Normal3. TD :: 120/80 mmHg :: Normal4. Nadi :: 92x/menit :: Normal5. RR :: 16x/menit :: Normal6. T :: 37°C :: Normal

Pemeriksaan fisik abdomen :: 1. Inspeksi :: Normal2. Auskultasi :: BU dan Peristaltik meningkat ringan.3. Palpasi :: Nyeri epigastrik bagian atas.4. Perkusi :: Timpani

12

Page 13: Sindrom Dispepsia

Makna Klinis Pemeriksaan Fisik Abdomen ::

Nyeri tekan Epigastrium dan peristaltik ::i

kopi dan jamu peningkatan asam lambung pola makan yang salah gerakan peristaltik menstimulasi saraf di artikan menjadi rasa nyeri.

2. Bagaimana cara pemeriksaan fisik abdomen?Jawab ::

1. InspeksiKesemetrisan abdomen, adanya pembesaran abdomen atau adanya massa, adakh counture abdomen, striktur, sider navi dan lainya.

2. PalpasiPalpasi Ginjal Kanan ::

a. Tangan kiri pemeriksan berada di pinggang kanan pasien dan di bawah costa XII, dengan ujung jari mencapai CVA

b. Tangan kanan pemeriksa berada di abdomon kuardran kanan atas, lateral-dextra dan pararel dengan M.Rectus Abdominalis

c. Pasien diminta melakukan inspirasid. Saat puncak inspirasi, tangan kanan menekan dengan kuat dan dalam di

kuadran kanan atas, sekitar arkus kostarum

Palpasi Ginjal Kiri ::

a. Tangan kiri pemeriksa berada di pinggang kiri pasien, pararel di bawah costa XII, dengan ujung jari mencapai CVA

b. Tangan kanan pemeriksa berada di kuadrat kiri atas pasien, lateral dan pararel dengan M.Rectus Abdominalis

c. Pasien diminta melakukan inspirasid. Saat puncak inspirasi, tangan kanan menekan dengan kuat dan dalam di

kuadran kanan atas, sekitar arkus kostarum

13

Page 14: Sindrom Dispepsia

Nyeri Tekan CVA ::

a. Pasien pada posisi duduk rileks dengan kaki diluruskanb. Pemeriksa melakukan tekanan pada CVA kanan dengan telapak

kiri diletakkan pararel di CVA kanan kemudian pukul engan ulnar tangan kanan

c. Lakukan tekanan pada CVA kiri, kemudian pukul dengan permukaan ulnar tangan kanan

d. Tanyakan apakah ada rasa nyeri atau tidake. Tenaga harus cukup kuat tapi tidak menimbulkan rasa sakit pada

orang normal

Ballonttement ::

a. Dilakukan bila adanya ascitesb. Dilakukan untuk memperlihatkan adanya massa atau pembesaran

organ yang tidak teridentifikasi melalui palpasi biasa

Undulasi ::

14

Page 15: Sindrom Dispepsia

a. Untuk membedakan dilatasi usus, cairan, dan lemakb. Minta asisten/pasien untuk menekan garis tengah dengan pinggir

tanganc. Letakkan salah satu tangan anda di pinggang dan ketuk pinggang

yang berlawanan dengan jari tangan anda

3. Perkusia. Nilai distribusi pekak dan timpanib. Perkusi bagian samping perut ke belakang di daerah pekak, kemudian

lakukan pada sisi kiric. Bunyi Timpani Adanya udara

4. Auskultasia. Menilai peristaltik ususb. Menilai stenosis A.Renalisc. Menilai adanya aneurismad. Menilai adanya sumbatan vaskular

Vii1. Bagaimana makna klinis dari pemeriksaan penunjang?

Jawab ::a. HB :: 12,5 :: 12,0 – 16,0 g/dL :: Normalb. HT ::35,1% :: 37 – 47 mL/dL :: Normalc. Leukosit :: 8500 u/l :: 4.500-11.000/mm3 :: Normald. Trombosit :: 23500 :: 150.000-400.000/mm3 :: Normale. SGOT :: dbnf. SGPT :: dbn

2. Pemeriksaan penunjang apa yang masih perlu dilakukan?Jawab ::iv

Pemeriksaan untuk penanganan dispepsia terbagi beberapa bagian, yaitu: 1. Pemeriksaan laboratorium biasanya meliputi hitung jenis sel darah yang lengkap

dan pemeriksaan darah dalam tinja, dan urine. Dari hasil pemeriksaan darah bila

15

Page 16: Sindrom Dispepsia

ditemukan lekositosis berarti ada tanda-tanda infeksi. Pada pemeriksaan tinja, jikatampak cair berlendir atau banyak mengandung lemak berarti kemungkinanmenderita malabsorpsi. Seseorang yang diduga menderita dispepsia tukak,sebaiknya diperiksa asam lambung (Hadi, 2002). Pada karsinoma saluranpencernaan perlu diperiksa petanda tumor, misalnya dugaan karsinoma kolonperlu diperiksa CEA, dugaan karsinoma pankreas perlu diperiksa CA 19-9( Vi l a n oet al, cit Hadi, 2002).

2. Barium enema untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus halus dapatdilakukan pada orang yang mengalami kesulitan menelan atau muntah, penurunanberat badan atau mengalami nyeri yang membaik atau memburuk bila penderitamakan (Mansjoer, 2007).

3. Endoskopi bisa digunakan untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau ususkecil dan untuk mendapatkan contoh jaringan untuk biopsi dari lapisan lambung.Contoh tersebut kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk mengetahuiapakah lambung terinfeksi oleh Helicobacter pylori. Endoskopi merupakanpemeriksaan baku emas, selain sebagai diagnostik sekaligus terapeutik.Pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan endoskopi adalah:a. CLO (rapid urea test) b. Patologi anatomi (PA)c.Kultur mikroorgsanisme (MO) jaringand. PCR (polymerase chain reaction), hanya dalam rangka penelitian

4. Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan radiologi, yaitu OMD dengankontras ganda, serologi Helicobacter pylori, dan urea breath test (belum tersediadi Indonesia) (Mansjoer, 2007). Pemeriksaan radiologis dilakukan terhadap saluranmakan bagian atas dan sebaiknya dengan kontras ganda. Pada refluksgastroesofageal akan tampak peristaltik di esofagusnyang menurun terutama dibagian distal, tampak anti-peristaltik di antrum yang meninggi serta seringmenutupnya pilorus, sehingga sedikit barium yang masuk ke intestin (Hadi, 2002).Pada tukak baik di lambung, maupun di duodenum akan terlihat gambar yangdisebut niche, yaitu suatu kawah dari tukak yang terisi kontras media. Bentukniche dari tukak yang jinak umumnya reguler, semisirkuler, dengan dasar licin(Vilano et al, cit Hadi, 2002). Kanker di lambung secara radiologis, akan tampak massa yang ireguler tidak terlihat peristaltik di daerah kanker, bentuk dari lambungberubah (Shirakabecit Hadi, 2002). Pankreatitis akuta perlu dibuat foto polosabdomen, yang akan terlihat tanda seperti terpotongnya usus besar (colon cut offsign), atau tampak dilatasi dari intestin terutama di jejunum yang disebutsentina lloops (Hadi, 2002).

5. Kadang dilakukan pemeriksaan lain, seperti pengukuran kontraksi kerongkongan atau respon kerongkongan terhadap asam.

3. Apa yang terjadi pada Ny. Sinta?Jawab ::Ny. Sinta 30 tahun mengalami sindrom dispepsia fungsionam.

4. Apa saja diagnosis bandingnya?Jawab ::iii

16

Page 17: Sindrom Dispepsia

Dispepsia Fungsional Dispepsia Organik Gastritis Ulkus Peptikum

5. Apa definisinya?Jawab ::iv

Kumpulan gejala yang timbul akibat dari kelainan atau gangguan pada saluran pencernaan bagian atas.

6. Bagaimana klasifikasinya?Jawab ::iii

a. Dispepsia OrganikDispepsia yang terjadi bila sudah jelas penyakit penyebabnya.

b. Dispepsia non-Organik (Fungsionam)Dispepsia fungsionam yaitu dispepsia yang tidak ada kelainan organik tapi merupakan kelainan fungsi dari saluran makanan itu sendiri. Biasanya dicetuskan oleh stres, kelainan psikis, dan faktor lingkungan.

7. Apa etiologinya?Jawab ::iii

a. Dismotilitas lambung :: perlambatan dari masa pengosongan lambung dan gangguan motilitas lain, seperti abnormalitas kontraksi, abnormalitas mioelektrik lambung, refluks gastroduodenal.

b. Asam lambung :: dapat dijumpai kadarnya meninggi, normal atau hyposekresic. Helikobakter pylori :: peran helikobakter pylori dalam menimbulkan

berbagaipatologis saluran cerna bagian atas sudah banyak diteliti. Akan tetapi daribeberapa penelitian yang dilakukan, bahwa keberadaan helikobakter pyloripada pasien non dispepsia dengan dispepsia fungsional tidak berbeda.

d. Psikis :: gangguan psikis, stress, dan faktor lingkungan dapat menimbulkandispepsia fungsional. Stress mengubah sekresi asam lambung, motilitas, danvaskularisasi saluran pencernaan.Pada beberapa penelitian menunjukkanbahwa pasien-pasien dispepsia fungsional lebih cemas atau depresidibandingkan dengan kontrol.

e. Penggunaan obat -obatan secara menetap seperti :: aspirin, steroid, obat antiinflamasi, makanan tertentu, kopi dan merokok dikatakan berhubungan dengandispepsia fungsional. Akan tetapi bukti secara ilmiah masih kurang.

8. Bagaimana epidemiologinya?Jawab ::iii

17

Page 18: Sindrom Dispepsia

Pada dispepsia fungsional, umur penderita dijadikan pertimbangan, oleh karena 45 tahun ke atas sering ditemukan kasus keganasan, sedangkan dyspepsia fungsional diatas 20 tahun. Begitu pula wanita lebih sering dari pada laki-laki.

9. Bagaimana manifestasi klinisnya?Jawab ::iii

1. Dyspepsia dengan keluhan seperti ulkus (ulcus-like dyspepsia), dengan gejala :: Nyeri epigastrium terlokalisasi Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasid Nyeri saat lapar Nyeri episodik

2. Dyspepsia dengan gejala seperti dismotilitas (dysmotility-like dyspepsia), dengan gejala :

Mudah kenyang Perut cepat terasa penuh saat makan Mual Muntah Upper abdominal bloating Rasa tak nyaman bertambah saat makan.

Dyspepsia non spesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe di atas).

10. Bagaimana penegakan diagnosisnya?Jawab ::iv

a. Anamnesisb. Pemeriksaan fisikc. Pemeriksaan penunjang

- Pemeriksaan laboratorium : hitung jenis sel darah yang lengkap dan pemeriksaan darah dalam tinja, dan urine.

- Endoskopi- Foto saluran makan bagian atas- Tes fungsi hati- USG- Bernstein test- Monitoring pH- Pemeriksaan motilitas- Pemeriksaan Amilase

11. Bagaimana penatalaksanaannya?Jawab ::iv

Pengobatan dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu:1. Antasid 20-150 ml/hari Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid

akan menetralisir sekresi asam lambung. Antasid biasanya mengandung Na

18

Page 19: Sindrom Dispepsia

bikarbonat, Al(OH)3, Mg(OH)2, dan Mg triksilat. Pemberian antasid jangan terus-menerus, sifatnya hanya simtomatis, unutk mengurangi rasa nyeri.

2. Mg triksilat dapat dipakai dalam waktu lebih lama, juga berkhasiat sebagai adsorben sehingga bersifat nontoksik, namun dalam dosis besar akan menyebabkan diare karena terbentuk senyawa MgCl2.2.

3. Antikolinergik Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak selektif yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat menekan seksresi asama lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga memiliki efek sitoprotektif.

4. Antagonis reseptor H2 Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis respetor H2 antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin, dan famotidin.

5. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI. Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI adalah omeperazol, lansoprazol, dan pantoprazol.

6. Sitoprotektif Prostoglandin sintetik seperti misoprostol (PGE1) dan enprostil (PGE2). Selain bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal. Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi prostoglandin endogen, yang selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mukus dan meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuk lapisan protektif (site protective), yang bersenyawa dengan protein sekitar lesi mukosa saluran cerna bagian atas (SCBA).6.Golongan Prokinetik Obat yang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid, domperidon, dan metoklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia fungsional dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan memperbaiki bersihan asam lambung (acid clearance)

7. Psikoterapi dan psikofarmaka (obat antidepresi dan cemas) pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak jarang keluhan yang muncul berhubungan dengan faktor kejiwaan seperti cemas dan depresi.

12. Bagaimana pencegahannya?Jawab ::iv

1. Biasakan makan dengan teraturMakanan yang tidak dianjurkan :: Beras ketan, Jagung, Ubi, Talas, Singkong, Kacang merah, Sayuran mentah (lalapan), daun singkong, Kol, Sawi, Nanas, Durian, Nangka, Santan kental, minuman bersoda, Minuman beralkohol, Kopi, Cabe, Merica dan Cuka

2. Kunyah makanan dengan baik supaya enzim ptialin dalam kelenjar ludah dapat melakukan fungsinya dengan sempurna

3. Jangan makan terlalu banyak

19

Page 20: Sindrom Dispepsia

4. Jangan berbaring setelah makan5. Hindari waktu makan yang terlalu ber-dekatan supaya proses mencerna tidak

terganggu (interval 2-3 jam)6. Jangan makan sambil minum (setiap cairan yang dikonsumsi dengan makanan

padat akan mengurangi aktivitas cairan pencernaan yang terlibat dalam proses pencernaan)

7. Tingkatkan konsumsi makanan sumber serat8. Konsumsi makanan probiotik9. Kurangi konsumsi makanan pembentuk asam (protein hewani dan karbohidrat

sederhana)10. Jangan makan makanan yang terlalu panas atau dingin (dapat mengiritasi lapisan

dinding lambung)11. Kurangi stress.

13. Apa saja komplikasinya?Jawab ::iii

Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun, dapat memicu adanya komplikasi, yaitu seperti ::

a. Ulkus Peptikumb. Perdarahan Traktus Digestivusc. Kanker Lambung.

14. Bagaimana prognosisnya?Jawab ::Quo ad vitam :: Dubia ad bonamQuo ad fungsionam :: Dubia ad bonam

20

Page 21: Sindrom Dispepsia

KERANGKA KONSEP

HIPOTESIS“Ny.Sinta (30 tahun) mengalami Sindrom Dispepsia”

Learning issue

Problem What I Know What I dont KnowWhat I Have

to ProveHow Will I

Learn

Sistem Digestiv1. Anatomi2. Histologi

Fisiologi√

Text BookJurnal

InternetTanya PakarDispepsia

1. Definisi2. Klasifikasi3. Etiologi

1. Epidemiologi2. Patofisiologi3. Penegakan

Diagnosa4. Penatalasanaan5. Pencegahan6. Komplikasi7. Prognosis

SINTESIS

21

Dispepsia

Penegakan diagnosa

Pencegahan

Diagnosis banding

DefinisiEtiologiEpidemiologi Patofisiologi

Penatalaksanaan

Komplikasi

Prognosis

Medikamentosa Non-medikamentosa

Manifestasi Klinis

Faktor risiko, predisposisi dan presipitasi

OrganikNon OrganikGabunganKlasifikasi

Page 22: Sindrom Dispepsia

Sindrome Dyspepsia

Defenisi iii

Sindrom Dyspepsia Fungsional yang merupakan Dyspepsia yang tidak ada kelainan organik tetapi merupakan kelainan fungsi dari saluran makanan. Dispepsia fungsional adalah dispepsia yang tidak jelas penyebabnya atau dispepsia yang tidak didapatkan kelainan pada pemeriksaan gastroenterohepatologi konvensional.

Klasifikasi i

1. Dispepsia tipe refluks ::Adanya rasa terbakar pada epigastrium, dada atau regurgitasi dengan gejala perasaan asam di mulut.

2. Dispepsia tipe dismotilitas ::Nyeri epigastrium yang bertambah sakit setelah makan, disertai kembung, cepat kenyang , rasa penuh setelah makan, mual atau muntah, bersendawa dan banyak flatus.

3. Dispepsia tipe ulkus ::Nyeri epigastrium yang mereda bila makan atau minum antasid dan nyeri biasanya terjadi sebelum makan dan tengah malam.

4. Dispepsia non-spesifik ::Dispepsia yang tidak bisa digolongkan dalam satu kategori di atas.

E tiologi iv

1. Penyakit :: Gastritis, tukak lambung, keganasan (maligna), hepatitis, kolesistitis, pankrestitis, disfungsi sfingter odii,

2. Obat2an :: NSAID, alkohol, aspirin3. Infeksi H. Pylori4. Gangguan metabolisme (DM, uremia, hiperkalsemia)5. Menelan udara (aerofagi)6. Intoleransi laktosa7. Psikologis (stress)

Epidemiologi iii

Pada dispepsia fungsional, umur penderita dijadikan pertimbangan, oleh karena 45 tahun ke atas sering ditemukan kasus keganasan, sedangkan dyspepsia fungsional diatas 20 tahun. Begitu pula wanita lebih sering dari pada laki-laki.

Manifestasi Klin is iii

22

Page 23: Sindrom Dispepsia

Dispepsia merupakan kumpulan gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang disertai keluhan lain, perasaan panas didada daerah jantung (heart burn), regurgitasi, kembung, perut terasa penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual, muntah dan beberapa keluhan lainnya.

Didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan, membagi dyspepsia menjadi tiga tipe ::3. Dyspepsia dengan keluhan seperti ulkus (ulcus-like dyspepsia), dengan gejala ::

Nyeri epigastrium terlokalisasi Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasid Nyeri saat lapar Nyeri episodik

4. Dyspepsia dengan gejala seperti dismotilitas (dysmotility-like dyspepsia), dengan gejala :

Mudah kenyang Perut cepat terasa penuh saat makan Mual Muntah Upper abdominal bloating Rasa tak nyaman bertambah saat makan.

5. Dyspepsia non spesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe di atas).

P atofisilogi

(Gambar 4)

23

Page 24: Sindrom Dispepsia

24

Page 25: Sindrom Dispepsia

Penegakan Diagnosa iv

AnamnesisPemeriksaan Fisik ::Untuk mengidentifikasi kelainan intra abdomen atau intra lumen yang padat (misalnya tumor), organomegali, atau nyeri tekan yang sesuai dengan adanya rangsang peritoneal/peritonitis.

Pemeriksaan Penunjang ::1. Laboratorium :: Lebih banyak ditekankan untuk menyingkirkan penyebab organik

lainnya seperti antara lain pankreatitis kronis, diabetes mellitus, dan lainnya. Pada dyspepsia biasanya hasil laboratorium dalam batas normal.

2. Pemeriksaan radiologi yaitu :: OMD dengan kontras ganda, serologi helicobacter pylori, dan Urea Breath Test(belum tersedia di Indonesia). Pemeriksaan ini dapat mengidentifikasi kelainan struktural dinding/mukosa saluran cerna bagian atas seperti adanya tukak atau gambaran kearah tumor. Pemeriksaan ini terutama blermanfaat pada kelainan yang bersifat penyempitan/ stenotik/ obstruktif dimana skop endoskopi tidak dapat melewatinya.

3. Endoskopi merupakan pemeriksaan baku emas, selain sebagai diagnostik sekaligus terapeutik. Pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan endoskopi adalah ::

CLO (Rapid urea test) Patologi Anatomi (PA) Kultur mikroorganisme (MO) jaringan PCR (Polymerase Chain Reaction), hanya dalam rangka penelitian.

Pemeriksaan ini sangat dianjurkan untuk dikerjakan bila dispepsia tersebut disertai oleh keadaan yang disebut alarm symptoms yaitu adanya penurunan berat badan, anemia, muntah hebat dengan dugaan adanya obstruksi, mutah darah, melena, atau keluhan sudah berlangsung lama dan terjadi pada usia lebih dari 45 tahun. Keadaan ini sangat mengarah pada gangguan organik, terutama keganasan, sehingga memerlukan eksplorasi diagnosis secepatnya. Tehnik pemeriksaan ini dapat mengidentifikasi dengan akurat adanya kelainan struktural atau organik intra lumen saluran cerna bagian atas seperti adanya tukak/ulkus, tumor dsb, serta dapat disertai pengambilan contoh jaringan (biopsi) dari jaringan yang dicurigai untuk memperoleh gambaran histopatologiknya atau untuk keperluan lain seperti mengidentifikasi adanya kuman helicobacter pylori.

Pen atalaksanaan iii

Medikamentosa ::1. Obat golongan penekan asam lambung ::

(Antasida, H2blocker, dan Proton Pump Inhibitor)2. Obat golongan sitoproteksi ::Sukralfat,Rebamipid3. Antibiotika ::

Infeksi Helicobacter pylori (Amoksisilin,Claritromisin, dan Metronidazol)

25

Page 26: Sindrom Dispepsia

Non Medikamentosa ::1. Modifikasi gaya hidup & menghindari obat penyebab ulcer (aspirin & NSAIDs lain,

bisphosphonat oral, KCl, pengobatan imunosupresan)2. Menghindari stress3. Stop merokok & alkohol4. Stop kafein (stimulan asam lambung)5. Menghindari makanan dan minuman soda6. Menghindari makan malam.

Prognosis

Quo ad vitam :: Dubia ad bonamQuo ad fungsionam :: Dubia ad bonam.

26

Page 27: Sindrom Dispepsia

DAFTAR PUSTAKA

i A.Price, Sylvia. 2005. Buku Ajar Patofisiologi Konsep Klinis Proses – prosespenyakit. Edisi ke – 9. Volume 2. Jakarta : EGC.

ii Dorlan,W.A.Newman ; alih bahasa , Huriawati, Hartanto, dkk ;editor edisi bahasaindonesia, Huriawati, Hartanto, dkk; 2002:Kamus Kedokteran Dorland, Edisi 29,Jakarta, EGC

iii Hadi, Sujono. 2002. Gastroenterologi. Penerbit P.T. Alumni. Bandung. 156 – 177

iv Prasetya wijaya Ika. 2006. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V. Pusat penerbitandepartemen ilmu penyakit dalam FK UI.

27