ske e blok 6 2013

38
2.2 Skenario Nn.Susi, 35 tahun, berobat ke dokter karena mengalami penurunan berat badan secara drrastis sampai 12 kg dalam 2 bulan terakhir padahal tidak menjalani program dietolahraga. Saatini berat badan Nn.Susi 46 kg dengan tinggi 160 cm. Ia juga mengeluh mudah sekali merasa lelah. Selama ini Nn.Susi mengaku tidak mengalami penyakit apapun. Dokter yang memeriksa mendapatkan: tekanan darah 90/60 mmhg, denyut nadi 102x/menit saat berbaring. Namun saat berdiri, tekanan darahnya menurun menjadi 70/40mmhg dan denyut nadi 120x/menit. Dokter memeriksa laboratorium didapatkan: kadar natrium 126 meq/l, kalium 7meq/l dan glukosa 50mg/dl. Dokter menduga Nn.Susi mengalami penurunan hormon kortisol dan aldosteron. 2.3.2 Identifikasi Masalah 1. Nn.Susi, 35 tahun mengalami penurunan berat badan secara drastis 12kg dalam 2 bulan terakhir padahal tidak menjalani program diet dan olahraga Saat ini, berat badan Nn.Susi 46 kg dengan tinggi badan 160 cm. 2. Nn.Susi mengeluh mudah sekali merasa lelah padahal selama ini tidak mengalami penyakit apapun. SKENARIO E BLOK V Page 1

description

ske e blok 6 2013

Transcript of ske e blok 6 2013

Page 1: ske e blok 6 2013

2.2 Skenario

Nn.Susi, 35 tahun, berobat ke dokter karena mengalami penurunan berat

badan secara drrastis sampai 12 kg dalam 2 bulan terakhir padahal tidak

menjalani program dietolahraga. Saatini berat badan Nn.Susi 46 kg dengan

tinggi 160 cm. Ia juga mengeluh mudah sekali merasa lelah. Selama ini

Nn.Susi mengaku tidak mengalami penyakit apapun. Dokter yang memeriksa

mendapatkan: tekanan darah 90/60 mmhg, denyut nadi 102x/menit saat

berbaring. Namun saat berdiri, tekanan darahnya menurun menjadi

70/40mmhg dan denyut nadi 120x/menit. Dokter memeriksa laboratorium

didapatkan: kadar natrium 126 meq/l, kalium 7meq/l dan glukosa 50mg/dl.

Dokter menduga Nn.Susi mengalami penurunan hormon kortisol dan

aldosteron.

2.3.2 Identifikasi Masalah

1. Nn.Susi, 35 tahun mengalami penurunan berat badan secara drastis 12kg

dalam 2 bulan terakhir padahal tidak menjalani program diet dan olahraga

Saat ini, berat badan Nn.Susi 46 kg dengan tinggi badan 160 cm.

2. Nn.Susi mengeluh mudah sekali merasa lelah padahal selama ini tidak

mengalami penyakit apapun.

3. Hasil pemeriksaan fisik

-saat berbaring : TD 90/60 mmHg

DN 102x / menit

-berdiri : TD 70/40 mmHG

DN 120x / menit

4. Hasil pemeriksaan lab :

- kadar natirum : 126 mEq/l

- kalium : 7 mEq/l

- glukosa : 50 mg/dl

5. Dokter menduga Nn.Susi mengalami penurunan hormon kortisol dan

aldosteron.

SKENARIO E BLOK V Page 1

Page 2: ske e blok 6 2013

2.3.3 Prioritas Masalah

Nn.Susi mengeluh mudah sekali merasa lelah padahal selama ini

tidak mengalami penyakit apapun.

2.3.4 Analisis Masalah

1. Nn.Susi, 35 tahun mengalami penurunan berat badan secara drastis 12kg

dalam 2 bulang terakhir. Saat ini, berat badan Nn.Susi 46Kg dengan

tinggi 160cm padahal tidak menjali program diet.

a. bagaimana perhitungan IMT Nn.Susi?

Jawab :

Menurut WHO (200) pada Kemenkes RI 2011, perhitungan IMT

adalah sebagai berikut :

IMT =Berat Badan(Kg)

(Tinggi Badan ) (Tinggi Badan )(m)

IMT sebelum berat badan turun 12 kg :

IMT = 58 kg

1,6 m x1,6 m = 58

2,56=¿22,65

Jadi, IMT 22,65 menurut Kemenkes RI, 2011 termasuk kategori ideal.

Karena, kisaran kategori ideal yaitu 18,5 – 22,9 .

IMT setelah berat badan turun 12 kg :

IMT = 46 kg

1,6 m x1,6 m = 46

2,56=¿17,9

Jadi, IMT 17,9 menurut Kemenkes RI, 2011 termasuk kategori kurus.

Karena, kisaran kategori berat badan kurang atau kurus adalah <18,5.

Sintesis:

SKENARIO E BLOK V Page 2

Page 3: ske e blok 6 2013

IMT (Indeks Masa Tubuh) adalah cara menentukan berat badan

ideal yang sehat dan juga cocok dengan orang dewasa berusia diatas 17

tahun. IMT tidak dapat dilakukan pada anak-anak (dibawah usia 17

tahun), ibu hamil, lanjut usia, dan atlet.

(Kemenkes RI, 2011)

b. Bagaimana penurunan berat badan yang normal?

Jawab :

Penurunan BB normal untuk Nn.Nn.Susi seharusnya sekitar 1 kg

per bulan, berarti dalam dua bulan jika ia mengalami penurunan berat

badan, maka normalnya hanya 2 kg. Sedangkan dalam kasus ia

mengalami penurunan 12 kg dalam dua bulan. Artinya Nn. Nn.Susi

mengalami penurunan berat badan drastis.

Menurut Sudoyo dkk (2009 : 1980) pada buku Ilmu Penyakit

Dalam Jilid III, penurunan berat badan harus SMART (Spesific,

Measurable, Realistic, and Time Limited). Tuuan dari SMART ini

adalah menurunkan berat badan sekitar 10% dari berat badan awal.

Dan batas waktu yang masuk akal untuk menurunkan 10% berat

badan awal tersebut selama enam bulan.

Berat badan awal Nn.Nn.Susi adalah 58 kg. Berarti penurunan

berat badan normal untuk Nn.Nn.Susi adalah 5,8 kg dalam waktu

SKENARIO E BLOK V Page 3

Page 4: ske e blok 6 2013

enam bulan. Jadi dalam dua bulan, penurunan berat badan normal

untuk Nn.Nn.Susi adalah sekitar 2 kg.

Menurut Supariasa (2001), penurunan berat badan normal yaitu

0,5 – 1 kg seminggu, tidak boleh lebih. Bila dikonversikan dalam

bentuk penghilangan lemak, maka seseorang hanya boleh mengurangi

asupan kalori atau menambah output energi dengan berolahraga

sebesar 4500 – 9000 kalori per minggu,atau sekitar 650 – 1200 kalori

per hari (Supariasa, 2011).

c. Apasaja faktor penyebab penurunan berat badan secara drastis?

Jawab :

Menurut Almatsier (2001), beberapa faktor yang menyebabkan

penurunan berat badan secara drastis adalah sebagai berikut :

1. Depresi

Depresi dapat menyebabkan penurunan berat badan secara

tidak langsung, dan hal ini sulit untuk dijelaskan secara

gamblang. Namun biasanya, orang yang sedang depresi sering

mengalami kesulitan untuk tidur, makan, ataupun aktivitas-

aktivitas rutin lainnya. Banyaknya pikiran akibat depresi bisa

mengurangi nafsu makan seseorang. Untuk masalah yang terkait

dengan depresi, sebaiknya konsultasikan dengan yang ahli.

2. Hipertiroidisme

Tiroid yang sangat aktif bisa menghasilkan tiroksin yang

berlebihan. Hal ini bisa meningkatkan metabolisme tubuh secara

dramatis, yang pada akhirnya akan membuat berat badan jadi

turun drastis, tubuh mudah berkeringat, dan jadi lebih mudah

tersinggung. Untuk mengatasi hal ini, terdapat obat anti-tiroid

yang bisa membantu menurunkan laju produksi dari hormon

tiroid. Namun demikian, diagnosis dan pengobatannya harus

dilakukan secara tepat.

SKENARIO E BLOK V Page 4

Page 5: ske e blok 6 2013

3. Diabetes

Sebagian besar orang sering mengaitkan penyakit diabetes

dengan obesitas dan kelebihan berat badan. Padahal hal tersebut

adalah sebaliknya, di mana setelah diteliti, penurunan berat badan

merupakan tanda-tanda awal terjadinya diabetes. Ini dikarenakan

meningkatnya kadar glukosa dan frekuensi buang air kecil yang

menyebabkan penyusutan massa otot. Pendeteksian dini dan obat

pengontrol kadar insulin merupakan solusi yang baik untuk

mengatasi penyakit ini.

4. Penyakit CeliacSebagian besar orang tidak toleran terhadap gluten. Gluten

adalah sejenis protein yang ditemukan pada bahan makanan

seperti gandum atau barley. Jadi, apabila mengonsumsi gluten,

tubuh akan menghasilkan reaksi kekebalan pada usus kecil.

Seiring berjalannya waktu, hal tersebut akan menyebabkan

peradangan dan berpotensi merusak lapisan usus kecil yang bisa

membuat kurangnya penyerapan nutrisi. Rusaknya lapisan usus

kecil tersebut pada akhirnya akan menyebabkan berat badan turun

dan diare. Sampai saat ini belum ada obat yang pasti untuk

mengatasi penyakit Celiac.

5. TuberkulosisTB (Tuberkulosis) dalam kondisi serius dan kronis dapat

menular dan menyebar ke udara. Jika sistem kekebalan tubuh

anda lemah, maka anda berisiko terserang penyakit ini. Salah satu

tanda yang bisa terlihat jika seseorang terkena penyakit

tuberkulosis adalah penurunan berat badan yang sangat drastis.

Pengobatan jangka panjang dan beberapa jenis obat tertentu bisa

membantu menghilangkan infeksi dari penyakit ini.

6. Kanker

SKENARIO E BLOK V Page 5

Page 6: ske e blok 6 2013

Penurunan berat badan yang drastis dan terjadi secara tiba-

tiba merupakan salah satu gejala dari penyakit kanker. Sel-sel

abnormal berkembang dengan tidak terkendali dan berpotensi

merusak sel normal dari pasien kanker. Kanker dapat menyebar

ke seluruh tubuh, dan penyakit ini sangat mengancam jiwa.

Pendeteksian secara dini bisa meningkatkan angka kelangsungan

hidup.

7. AIDSSalah satu gejala yang sering terlihat dari pasien pengidap

AIDS adalah penurunan berat badan secara drastis. Penyakit

AIDS disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency

Virus), dan virus ini merusak atau memperlemah sistem

kekebalan tubuh manusia. Walaupun terdapat cara untuk

memperlambat laju perekembangan virus, akan tetapi penyakit

AIDS belum benar-benar bisa disembuhkan.

d. Apa maknapenurunan berat bedan secara drastis padahal tidak

menjalani program diet dan olah raga?

Jawab :

Makna Nn.Susi mengalami penurunan berat badan secara drastis

padahal tidak menjalani progam diet dan olahraga adalah

kemungkinan besar adanya gangguan di tubuh Nn.Susi, terutama

gangguan hormonal, karena berat badan dipengaruhi oleh beberapa

hormon.

Sintesis:

Faktor hormonal sebenarnya juga menjadi faktor pencetus

penurunan berat badan selain dari program diet dan olahraga.

Penurunan berat badan yang terjadi secara mendadak dapat

disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormon kortisol akibat

gangguan dari kelenjar adrenal yang menyebabkan penurunan hormon

SKENARIO E BLOK V Page 6

Page 7: ske e blok 6 2013

aldosteron. Hormon aldosteron berfungsi untuk meningkatkan

rebasorpsi natrium dan meningkatkan ekskresi kalium di tubulus

ginjal.

e. Apa dampak penurunan berat badan secara drastis?

Jawab:

Dampak penurunan berat badan secara drastis adalah sebagai berikut :

1. Mengurangi tingkat metabolism

2. Kehilangan massa otot

3. Malnutrisi

4. Masalah kulit

5. Insomnia

6. Diare

7. Gangguan makan

8. Penyakit jantung

Sintesis:

1. Mengurangi tingkat metabolism

Secara alami tubuh punya cara untuk melindungi sistemnya

terhadap penurunan berat badan yang berlebihan. Jika jumlah

kalori tiba-tiba turun maka tubuh akan mengkompensasikannya

dengan mengurangi tingkat metabolisme tubuh

2. Kehilangan masa otot

Tubuh akan masuk ke proses ketosis untuk mengurangi rasa

lapar, tapi cara ini tidak aman dan sehat. Jika kadar lemak

berkurang, maka tubuhpun akan kehilangan sebagian masa otot.

3. Malnutrisi

Saat melakukan program penurunan badan, seseorang akan

sangat membatasi asupan makanan yang di konsumsinya

sehingga tak jarang jumlah gizinya tak sesuai dengan yang di

anjurkan dan mengalami mall nutrisi. Jika di biarkan terus dapat

SKENARIO E BLOK V Page 7

Page 8: ske e blok 6 2013

memiliki resiko tinggi bagi kesehatan, malnutrisi juga

memnyebabkan asupan vitamin dan mineral berkurang yang

melemahkan folikel rambut dan membuatnya jadi rapuh serta

rontok

4. Masalah kulit

Studi menunjukan ketika berat badan hilang secara drastic, maka

kulit tidak mendapatkan cukup waktu untuk menyusut sesuai

ukuran yang baru sehingga terjadi stretch mark. Selain itu ada

juga kemungkinan mengalami kulit bergelambir

5. Insomnia

Umumnya sulit mendapatkan waktu tidur dan istirahat malam

yang cukup ketika dalam keadaan perut kosong atau menahan

lapar, kondisi ini memicu gangguan tidur yang lama kelamaan

dapat menjadi insomnia

6. Diare

Kondisi ini juga bisa menyebabkan diare berat yang kadang di

sertai dengan sembelit. Kondisi ini tentu saja menurunkan berat

badan, tetapi pada periode tertentu bisa mengakibatkan dehidrasi

serta gangguan organ tubuh

7. Gangguan makan

Gangguan makan di ketahui bisa menyebabkan berbagai macam

masalah kesehatan seperti kekurangan gizi, kehilangan

elektrolit, mineral, anemia, hipertensi, ketidakseimbangan

hormone, fertilitas, osteoporosis, kelelahan serta gangguan

organ

8. Penyakit jantung

Kehilangan berat badan yang cepat bisa menekan kerja jantung

dan membuatnya lebih stress, kondisi ini bisa menjadi factor

SKENARIO E BLOK V Page 8

Page 9: ske e blok 6 2013

risiko dari penyakit jantung karena orang yang melakukan diet

beresiko lebih besar terkena penyakit jantung

2. Nn.Susi mengeluh mudah sekali merasa lelah padahal selama ini tidak

mengalami penyakit apapun.

a. Bagaimana mekanisme terjadinya lelah menurut kasus?

Jawab :

Menurut kasus, penyebab lelah Nn.Nn.Susi karena penurunan

hormon aldosteron yang dialami Nn.Nn.Susi. Defisiensi aldosteron

menyebaban penurunan reabsorpsi natrium di tubulus ginjal dan

peningkatan reabsorpsi kalium di tubulus ginjal. Karena natrium

banyak diekresikan bersama urin, maka menyebabkan hiponatremia

dan volume cairan ekstraseluler turun. Sehingga Nn.Nn.Susi mudah

lelah. Hal tersebut karena natrium banyak dibtuhkan untuk kontraksi

otot. Jika tidak ada natrium maka tidak ada pencetus kontraksi otot,

sehingga kelelahan mudah terjadi.

Sintesis:

Menurut Guyton dan Hall (2014 : 1001), aldosteron

meningkatkan reabsorpsi natrium dan secara bersamaan

meningkatkan sekresi kalium oleh sel epitel tubulus ginjal, terutama

sel prinsipalis di sel tubulus koligens, dan sedikit di tubulus distal dan

duktus koligens. Oleh karena itu, aldostero menyebabkan natrium

dipertahankan dalam cairan ekstraseluler sementara meningkatkan

ekskresi kalium di dalam urine.

Tidak ekskresikannya aldosteron sama sekali dapat menyebabkan

natrium yang hilang dalam urine mencapai 10 sampai 20 gram per

hari, jumlah yang sesuai dengan sepersepuluh sampai seperlima dari

jumlah seluruh natrium dalam tubuh. Pada saat yang sama, kalium

akan disimpan secara kuat dalam cairan ekstraseluler (Guyton dan

Hall, 2014 : 1001).

SKENARIO E BLOK V Page 9

Page 10: ske e blok 6 2013

Karena aldosteron menurun menyebabkan natrium banyak

dieksresikan bersama urine itulah, terjadi kelelahan pada Nn.Nn.Susi

b. Apa saja jenis-jenis lelah dalam tubuh?

Jawab :

Menurut Soetomo (1981) jenis kelelahan pada tubuh terbagi

menjadi 3, yaitu :

Berdasarkan waktu terjadinya lelah

a. Kelelahan Akut

Kelelahan akut terjadi pada aktivitas tubuh terutama yang

banyak menggunakan otot. Hal ini disebabkan karena suatu

organ atau seluruh tubuh bekerja secara terus menerus dan

berlebihan.

b. Kelelahan Kronis

Kelelahan kronis adalah kelelahan akut yang tertimbun. Hal ini

disebabkan adanya tugas terus menerus tanpa adanya

pengaturan jarak tugas yang baik dan teratur bahkan terjadi

sebelum memiliki suatu pekerjaan.

Berdasarkan Proses dalam otot

a. Kelelahan otot

Kelelahan otot yaitu menurunnya kinerja sesduah mengalami

stress tertentu yang ditandai dengan menurunnya kekuatan dan

kelambatan gerak.

b. Kelelahan umum

Kelelahan umum ditandai dengan berkurangnya kemauan

untuk bekerja yang sebab persyrafan atau psikis. Kelelahan

umum ialah suatu perasaan yang menyebar dan disertai adanya

penurunan kesiagaan dan kelmbatan pada setiap aktivitas.

Berdasarkan Penyebabnya

SKENARIO E BLOK V Page 10

Page 11: ske e blok 6 2013

a. Kelelahan Fisik

Kelelahan fisik disebabkan oleh aktivitas fisik atau anggota

tubuh. Kelelahan fisik akan hilang dengan istirahat yang cukup.

b. Kelelahan Mental

Kelelahan mental disebabkan karena faktor psikis dikarenakan

adanya persoalan kejiwaan yang belum terselesaikan dan

menyebabkan stress.

c. Kelelahan keterampilan

Kelelahan keterampian disebabkan oleh adanya tugas-tugas

yang memerlukan ketelitan dan pemecahan persoalan cukup

sulit.

3. Hasil pemeriksaan fisik :

-saat berbaring : TD 90/60 mmHg

DN 102x / menit

-saat berdiri : TD 70/40 mmHg

DN 120x / menit

a. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan tekanan darah dan denyut

nadi?

Jawab :

Tekanan darah

Hasil pemeriksaan fisik Nn.Nn.Susi menunjukkan tekadan

darah saat berbaring adalah 90/60 mmHg dan saat berdiri

adalah 70/40 mmHg. Kedua tekanan darah tersebut masuk

kategori hipotensi (tekanan darah rendah). Karena kisaran

tekanan darah normal untuk sistolik adalah 100-120 mmHg.

sedangkan untuk diastolik adalah 60-80 mmHg.

Menurut Gray, Huon H.dkk (2005), klasifikasi tekanan

darah disajikan pada tabel berikut :

SKENARIO E BLOK V Page 11

Klasifikasi Tekanan Sistolik

(mmHg)

Tekanan Distolik

(mmHg)

Normal 100-120 60-80

Pre hipertensi 130-139 80-89

Stadium I 140-159 90-99

Stadium II ≥160 ≥100

Page 12: ske e blok 6 2013

Denyut nadi

Denyut nadi Nn.Nn.Susi saat berbaring adalah

102x/menit sedangkan saat berdiri 120x/menit. Hal tersebut

menunjukkan bahwa Nn.Nn.Susi mengalami takikardi yaitu

denyut nadi di atas normal. Kisaran normal untuk denyut nadi

adalah 60-100x/ menit.

Menurut Gray, Huon H.dkk (2005), klasifikasi denyut

nadi adalah sebagai berikut :

b. Apa saja faktor yang mempengaruhi tekanan darah?

Jawab :

Menurut Gray, Huon H.dkk. (2005), faktor yang mempengaruhi

tekanan darah adalah sebagai berikut :

Faktor Fisiologis

- Kelenturan dinding arteri

- Volume darah, semakin besar volume darah maka semakin

tinggi tekanan darah.

- Kekuatan gerak jantung

- Viskositas adarah, semakin besar viskosital semakin besar

resistensi terhadap cairan

- Curah jantung, semakin tinggi curah jantung maka semakin

meningkat tekanan darah

Faktor Patologis

SKENARIO E BLOK V Page 12

Klasifikasi Frekuensi

Normal 60-100 kali/menit

Bradikardi ˂60 kali/menit

Takikardi ˃100 kali/menit

Page 13: ske e blok 6 2013

- Posisi tubuh (Baroresreptor akan merespon saat tekanan darah

turun dan berusaha menstabilkan tekanan darah)

- Aktivitas fisik (Aktifitas membutuhkan energi sehingga butuh

aliran yang lebih cepat untuk suplai O2 dan nutrisi sehingga

tekanan darah naik).

- Temperatur (Menggunakan sistem renin-angiontensin-

vasokontriksi perifer)

- Usia (semakin bertambah umur semakin tinggi tekanan darah

karena berkurangnya elastisitas pembuluh darah)

- Jenis kelamin (Wanita cenderung memiliki tekanan darah

rendah karena komposisi tubuhnya yang lebih banyak lemak

sehingga butuh O2 lebih untuk pembakaran).

c. Kenapa tekanan darah saat berbaring lebih tinggi dari pada saat

berdiri?

Jawab :

Saat berbaring, sirkulasi darah seimbang karena posisi tubuh yang

mendatar. Sedangkan saat berdiri, terjadi pengaruh dari gravitasi.

Ketika berdiri, karena gaya gravitasi, maka darah yang merupakan

cairan akan banyak mengumpul di bagian kaki. Sehingga darah yang

kembali ke jantung sedikit, karena jantung letaknya di tubuh bagian

atas. Karena penurunan volume darah tersebut menyebabkan

penurunan tekanan darah.

Sintesis:

Tekanan Darah saat Berdiri

Pada posisi berdiri, maka sebanyak 300-500 ml darah pada

pembuluh ”capacitance” vena anggota tubuh bagian bawah dan

isi sekuncup mengalami penurunan sampai 40%. Berdiri dalam

jangka waktu yang lama dengan tidak banyak bergerak atau hanya

diam akan menyebabkan kenaikan volume cairan antar jaringan

pada tungkai bawah. Selama individu tersebut bisa bergerak maka

SKENARIO E BLOK V Page 13

Page 14: ske e blok 6 2013

kerja pompa otot menjaga tekanan vena pada kaki di bawah 30

mmHg dan alir balik vena cukup (Ganong, 2002).

Pada posisi berdiri, pengumpulan darah di vena lebih banyak.

Dengan demikian selisih volume total dan volume darah yang

ditampung dalam vena kecil, berarti volume darah yang kembali

ke jantung sedikit, isi sekuncup berkurang, curah jantung

berkurang, dan kemungkinan tekanan darah akan turun. Jantung

memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Darah beredar ke

seluruh bagian tubuh dan kembali ke jantung begitu seterusnya.

Darah sampai ke kaki, dan untuk kembali ke jantung harus ada

tekanan yang mengalirkannya. Untuk itu perlu adanya kontraksi

otot guna mengalirkan darah ke atas. Pada vena ke bawah dari

kepala ke jantung tidak ada katup, pada vena ke atas dari kaki ke

jantung ada katup. Dengan adanya katup, maka darah dapat

mengalir kembali ke jantung.

Jika pompa vena tidak bekerja atau bekerja kurang kuat,

maka darah yang kembali ke jantung berkurang, memompanya

berkurang, sehingga pembagian darah ke sel tubuh pun ikut

berkurang. Banyaknya darah yang di keluarkan jantung itu

menimbulkan tekanan, bila berkurang maka tekanannya menurun.

Tekanan darah berkurang akan menentukan kecepatan darah

sampai ke bagian tubuh yang dituju. Ketika berdiri darah yang

kembali ke jantung sedikit. Volume jantung berkurang maka

darah yang ke luar dan tekanan menjadi berkurang (Guyton dan

Hall, 2014).

Tekanan Darah saat Berbaring

Menurut Guyton dan Hall (2014), pada posisi berbaring darah

dapat kembali ke jantung secara mudah tanpa harus melawan

kekuatan gravitasi. Terlihat bahwa selama kerja pada posisi berdiri, isi

sekuncup meningkat secara linier dan mencapai nilai tertinggi pada

40% -- 60% VO2 maksimal. Pada posisi berbaring, dalam keadaan

SKENARIO E BLOK V Page 14

Page 15: ske e blok 6 2013

istirahat isi sekuncup mendekati nilai maksimal sedangkan pada kerja

terdapat hanya sedikit peningkatan. Nilai pada posisi berbaring dalam

keadaan istirahat hampir sama dengan nilai maksimal yang diperoleh

pada waktu kerja dengan posisi berdiri. Jumlah isi sekuncup pada

orang dewasa laki-laki mempunyai variasi antara 70 -- 100 ml. Makin

besar intensitas kerja (melebihi batas 85% dari kapasitas kerja) makin

sedikit isi. sekuncup; hal ini disebabkan memendeknya waktu

pengisian diatole akibat frekuensi denyut jantung yang meningkat

(bila mencapai 180/menit maka 1 siklus jantung hanya berlangsung

selama 0,3 detik dan pengisian diastole merupakan bagian dari 0,3

detik tersebut)

d. Kenapa denyut nadi saat berbaring lebih rendah dari pada saat berdiri?

Jawab :

Karena saat berdiri tekanan darah menurun, membuat kelenjar adrenal

mensekresikan epinefrin. Selanjutnya epinefrin akan berikatan dengan

baroreseptor di pembuluh darah, sehingga terjadi vasokontriksi yang

membuat curah jantung meningkat, sehingga jantung lebih cepat

memompa darah, dan terjadilah takikardi. Hal tersebut merupakan

adaptasi dari menurunnya tekanan darah.

e. Bagaimana cara mengukur denyut nadi dan tekanan darah?

Jawab :

Pemeriksaan Denyut Nadi

- Letakkan ujung jari telunjuk dan jari tengah pada arteri radialis

pasien, dari arah lateral.

- Tekan arteri radialis sampai pulsasi maksimal dapat dirasakan

oleh pemeriksa.

- Hitung denyut arteri radialis selama satu menit penuh

Pemeriksaan Tekanan Darah

- Pasien diminta duduk dengan rileks di kursi dan lengan

diletakkan di meja, sehingga posisi lengan yang akan diperiksa

SKENARIO E BLOK V Page 15

Page 16: ske e blok 6 2013

sejajar dengan posisi jantungnya. Minta pasien menggulung

lengan baju pada lengan yang akan diperiksa.

- Pilihlah ukuran manset sphygmomanometer yang sesuai

dengan tubuh dan usia pasien. Pasang manset pada lengan atas,

kira-kira 2,5 cm di atas fossa cubiti.

- Untuk mengetahui kira-kira setinggi apa raksa pada

sphygmomanometer akan dinaikkan, perlu diperiksa dulu

tekanan sistolik dengan palpasi arteri radialis. Pompa balon

hingga raksa mencapai kurang lebih angka normal tekanan

darah dewasa (120 mmHg), lalu lepaskan pengunci balon

hingga air raksa perlahan-lahan turun kira-kira 2-3 mmHg

setiap kali turun. Air raksa tidak boleh terlalu cepat turun.

Tekanan sistolik adalah angka dimana pemeriksa merasakan

adanya denyut arteri radialis yang pertama kali setelah pompa

balon dilonggarkan.

- Palpasi arteri brachialis pada regio cubiti untuk memastikan

denyutnya. Setelah yakin dengan posisi arteri brachialis,

letakkan diafragma stetoskop (bagian yang datar) di atas arteri

brachialis.

- Kencangkan kembali pengunci balon, lalu pompa balon

kembali sampai ke tekanan sistolik yang telah ditentukan tadi.

Lalu lepaskan pengunci balon hingga air raksa perlahan-lahan

turun. Tekanan sistolik adalah angka dimana pemeriksa

mendengarkan adanya bunyi denyut arteri brachialis yang

pertama kali setelah pompa balon dilonggarkan (Korotkoff I).

Tekanan diastolik adalah angka dimana pemeriksa mulai tidak

mendengar suara denyut arteri brachialis (Korotkoff II).

- Pemeriksaan tekanan darah sebaiknya dilakukan pada kedua

lengan, untuk melihat apakah ada perbedaan tekanan antara

kedua lengan.

SKENARIO E BLOK V Page 16

Page 17: ske e blok 6 2013

Komponen suara jantung disebut suara korotkoff yang berasal

dari suara vibrasi saat manset dikempiskan. Suara Korotkoff sendiri

terbagi menjadi 5 fase yaitu:

1. Fase I : Saat bunyi pertama kali terdengar, disebut sebagai tekanan sistolik.

2. Fase II : Bunyi berdesir akibat aliran darah meningkat, intensitas lebih tinggi dari fase I.

3. Fase III : Bunyi ketukan konstan tapi suara berdesir hilang,

lebih lemah dari fase I.

4. Fase IV : Ditandai bunyi yang tiba-tiba meredup/melemah dan meniup.

5. Fase V : Bunyi tidak terdengar sama sekali, disebut sebagai tekanan diastolik.

(Guay, Huon H.dkk, 2005)

4. Hasil pemeriksaan laboratorium :

- natirum : 126 mEq/l

- kalium : 7 mEq/l

- glukosa : 50 mg/dl

a. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium?

Natrium

Hasil pemeriksaan Natrium pada Nn.Susi adalah 126 mEq/l yang

termasuk dalam kategori rendah (hiponatremi), karena kisaran kadar

natrium ekstraseluler normal menurut Kemenkes RI (2011) adalah 135

mEq/l – 45 mEq/l.

Hasil pemeriksaan Kalium pada Nn.Susi adalah 7 mEq/l yang

termasuk dalam kategori tinggi (hiperkalemi). Kisaran normal kadar

kalium menurut Kemenkes RI (2011) adalah 3,5 mEq/l – 4,8 mEq/l.

Menurut WHO kadar glukosa darah sewaktu yang normal pada

kisaran 145-179 mg/dl. Hasil pemeriksaan Nn.Nn.Susi untuk glukosa

sebesar 50 mg/dl, artinya Nn.Nn.Susi mengalami hipoglikemia, yaitu

keadaan glukosa lebih rendah dari normal.

SKENARIO E BLOK V Page 17

Page 18: ske e blok 6 2013

b. Bagaimana hubungan hasil pemeriksaan laboratorium dengan hormon

Aldosteron dan kortisol pada Nn.Nn.Susi ?

Jawab :

Hasil pemeriksaan Nn.Nn.Susi menunjukkan bahwa ia mengalami

hiponatremia dengan kadar Na+ = 126 meq/L, mengalami

hiperkalemia dengan kadar K+ = 7 meq/l, dan hipoglikemia dengan

kadar glukosa = 50 mg/dl

Hiponatremia dan hiperkalemia disebabkan karena penurunan

hormon aldosteron di tubuh Nn.Nn.Susi. Defisiensi aldosteron

menyebaban penurunan reabsorpsi natrium di tubulus ginjal dan

peningkatan reabsorpsi kalium di tubulus ginjal. Karena natrium

banyak diekresikan bersama urin, maka menyebabkan hiponatremia

dan volume cairan ekstraseluler turun. Peningkatan reabsorpsi kalium

di tubulus ginjal karena penurunan hormon aldosteron juga

menyebabkan hiperkalemia, karena banyaknya kalium di cairan

ekstraseluler.

Sintesis:

Menurut Guyton dan Hall (2014 : 1001), aldosteron meningkatkan

reabsorpsi natrium dan secara bersamaan meningkatkan sekresi

kalium oleh sel epitel tubulus ginjal, terutama sel prinsipalis di sel

tubulus koligens, dan sedikit di tubulus distal dan duktus koligens.

Oleh karena itu, aldostero menyebabkan natrium dipertahankan dalam

cairan ekstraseluler sementara meningkatkan ekskresi kalium di dalam

urine.

Tidak ekskresikannya aldosteron sama sekali dapat menyebabkan

natrium yang hilang dalam urine mencapai 10 sampai 20 gram per

hari, jumlah yang sesuai dengan sepersepuluh sampai seperlima dari

jumlah seluruh natrium dalam tubuh. Pada saat yang sama, kalium

akan disimpan secara kuat dalam cairan ekstraseluler (Guyton dan

SKENARIO E BLOK V Page 18

Page 19: ske e blok 6 2013

Hall, 2014 : 1001). Jadi hiponatremia dan hiperkalemia yang dialami

Nn.Nn.Susi disebabkan oleh penurunan hormon aldosteron

Selanjutnya hipoglikemia disebabkan karena penurunan hormon

kortisol. Pada tubuh, kortisol berfungsi dalam pengaturan kadar

gluksoa pada tubuh. Karena kortisol berperan dalam perangsangan

glukoneogenesis. Karena kortisol menurun, maka glukoneogenesis

tidak ada yang menrangsangnya sehingga ketika kadar glukosa turun,

tubuh tidak bisa melakukan glukoneogenesis untuk meningkatkan

kembali kadar gluksoa pada tubuh.

Menurut Guyton dan Hall (2014 : 1005) efek metabolik kortisol

dan glukokortikoid lainnya terhadap metabolisme adalah

kemampuannya untuk merangsang glukoneogenesis (pembentukan

karbohidrat dari protein dan beberapa zat lain) oleh hati, sering kali

meningkatkan kecepatan glukoneogenesis sebesar 6 sampai 10 kali

lipat. Keadaan ini terutama disebabkan oleh dua efek kortisol.

Dalam merangsang glukoneogenesis, kortisol meningkatkan enzim-

enzim yang dibtuuhkan untuk mengubah asam-asam amino menjad

glukosa dalam sel-sel hati. Hal ini dihasilkan dari glukokortikoid

untuk mengaktifkan transkripsi DNA di dalam inti sel hati, disertai

dengan pembentukan RNA caraka yang selanjutnya dapat dipakai

untuk menyusun enzim-enzim yang dibutuhkan dalam proses

glukoneogenesis (Guyton dan Hall, 2014 : 1005),

Kortisol menyebabkan pengangkutan asam-asam amino dari

jaringan ekstrahepatik, terutama dari otot. Akibatnya, semakin banyak

asam amino tersedia dalam plasma untuk masuk dalam proses

glukoneogenesis di hati dan oleh karena itu akan meningkatkan

pembentukan glukosa (Guyton dan Hall, 2014 : 1005).

c. Apa fungsi natrium, kalium, dan glukosa bagi tubuh?

Jawab :

Natrium

SKENARIO E BLOK V Page 19

Page 20: ske e blok 6 2013

Natrium atau sodium merupakan salah satu mineral

penting bagi tubuh. Menurut Kurniati (2013), natrium memiliki

fungsi:

- Menjaga keseimbangan cairan tubuh.

- Berperan dalam proses penyerapan glukosa dalam ginjal

dan usus.

- Berperan dalam pengangkutan zat-zat melalui membran sel

dalam tubuh.

- Berperan dalam kontraksi otot dan fungsi saraf dalam tubuh

Kalium 

Ion Kalium atau potassium merupakan kation terbanyak di

dalam sel (140 mEq/L). Kadar dalam darah 3,5mEq/L hanya

mewakili 2 % dari total kalium tubuh (TBK ~ 50 mEq/kgBB).

K+ penting dalam memelihara potensial membran dan pada fase

reporasiasi dari action potential pada neuron dan serabut otot. 

Kalium merupakan ion bermuatan positif (kation) utama

yang terdapat di dalam cairan intrasellular (ICF) dengan

konsentrasi ±150 mmol/L. Menurut Kurniati (2013) fungsi

kalium sebagai berikut :

- Memelihara keseimbangan air.

- Transmisi saraf.

- Memelihara keseimbangan asam basa.

- Katalisator

- Kontraksi otot.

- Mengatur sekresi insulin dari prankes memelihara

permeabilitas membran sel.

Glukosa

Glukosa, suatu gula monosakaridasederhana yang

mempunyai rumus molekul C6H12O6. adalah salah satu

Karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber

SKENARIO E BLOK V Page 20

Page 21: ske e blok 6 2013

tenagautama dalam tubuh. Glukosa merupakan prekursor untuk

sintesis semua karbohidrat lain di dalam tubuh seperti glikogen,

ribose dan deoxiribose dalam asam nukleat, galaktosa dalam

laktosa susu, dalam glikolipid, dan dalam glikoprotein dan

proteoglikan (Kurniati, 2013).

5. Dokter menduga Nn.Nn.Susi mengalami penurunan hormon kortisol dan

aldosteron.

a. Bagaimana anatomi kelenjar endokrin pada kasus ini ?

Jawab :

Aldosteron dan kortisol disekresikan oleh kelenjar adreal atau

glandula supraarenalis. Kedua kelenjar adrenal, yang masing-masing

mempunyai berat 4 gram terletak di kutub superior ginjal. Kelenjar

adrenal dibagi menjadi dua bagian, yaitu medula dan korteks. Medula

berfungsi untuk mensekresikan hormon epinefrin dan norepinefrin.

Korteks mensekresikan hormon kortikosteroid

Hormon kortikosteroid dibagi menjadi dua jenis hormon, yaitu

hormon adrenokortikoid dan hormon androgen adrenal.

Hormon adrenokortikoid dibentuk dari steroid yang berasal dari

kolestrol. Sebanyak 80% kolesterol yang digunakan untuk sistesis

steroid disediakan oleh lipoprotein densitas rendah (LDL) yang

bersikulasi di plasma.

Sintetis hormon adrenokortikoid sebagai berikut :

LDL di plasma masuk interstisial berikatan dengan

reseptor cekungan berselebung (coated pits) pada membran sel

adrenokortikoid coated pits membentuk vesikel vesikel

bersatu dengan lisosom kolesterol pada LDL dilepas

kolesterol dipakai untuk membuat steroid.

Sumber : Guyton dan Hall (2014 : 997-1000)

SKENARIO E BLOK V Page 21

Page 22: ske e blok 6 2013

b. Bagaimana pengaturan hormon kortisol di dalam tubuh?

Jawab :

Stres fisiologis hipotalamus mensekresikan faktor pelepas

kortikotropin (CRF) CRF mennuju hipofisis anterior

CRF merangsang sekresi ACTH ACTH mengaktifkan sel

adrenokortikoi produksi steroid sel-sel di zona fasikulata dan

retikularis untuk mensekresikan kortisol.

Sintesis

Menurut Guyton dan Hall (2014 : 1009) hampir semua jenis stres,

apakah bersifat fisik atau neurogenik, meyebabkan peningkatan

sekresi ACTH dengan segera dan bermakna oleh kelenjar hipofisis

anterior. Seperti hormon hipofisis lain yang sekresinya diatur oleh

hipotalamus, sekresi ACTH juga diatur oleh suatu faktor pelepas yang

penting. Faktor pelepas ini disebut faktor pelepas kortikotropin (CRF).

Faktor ini disekresikan ke dalam pleksus kapiler utama dari sistem

portal hipofisis di eminensia mediana hipotalamus dan kemudian

dibawa ke kelenjar hipofisis anterior, tempat faktor pelepas

kortikotropin merangsang sekresi ACTH.

Kemudian ACTH mengaktifkan sel adrenokortikoid untuk

memproduksi steroid melalui peningkatan siklik adenosin monofosfat

(cAMP). Hal tersebut akan menyebabkan hipertrofi dan poliferasi sel-

sel adrenokortikoid, khususnya pada zola fasikulata dan retikularis

tempat kortisol dan androgen disekresikan (Guyton dan Hall, 2014 :

1009).

c. Bagaimana pengaturan hormon aldosteron di dalam tubuh?

Jawab :

Aldosteron merupakan mineralokortikoid fisiologis tubuh. Dengan

kata lain, aldosteron merupakan kortikosteroid adrenal yang

memperngaruhi konsentrasi dan pergerakan kation, terutama natrium

SKENARIO E BLOK V Page 22

Page 23: ske e blok 6 2013

(Na+) dan Kalium (K+). Sekresi aldosteron dikontrol oleh sistem renin-

angiotensin dan dengan pengaruh yang lebih sedikit, oleh ACTH.

Sintesis:

Menurut Greenstein (2010), aldosteron menstimulasi transpor aktif

natrium melalui dinding sel epitel. Kerja ini bergantung pada sintesis

protein. Sama dengan hormon steroid lainnya, aldosteron

menstimulasi sintesis de novoo protein, yang mengikatkan transpor

natrium di sel epitel tubulus kontortus distal ginjal, yang merupakan

lokasi kerja aldosteron di nefron.

d. Apa fungsi hormon kortisol dan aldosteron di dalam tubuh?

Jawab :

Menurut Greenstein (2010) fungsi kortisol dan aldosteron di

dalam tubuh adalah sebagai berikut.

Hormon Cortisol

Berfungsi :

a. Memacu metabolisme karbohidrat.

b. Meningkatkan respon imunitas tubuh.

Hipersekresi :

Bila terjadi kenaikan dalam penghasilan hormon ini akan

dapat menyebabkan cushing syndrome.

Hormon Aldosterone

Berfungsi :

a. Mengatur keseimbangan mineral dan air dalam ren.

b. Membuang kelebihan Kalium.

e. Bagaimana hubungan penurunan hormon kortisol dan aldosteron

dengan gejala yang dialami?

Jawab :

SKENARIO E BLOK V Page 23

Page 24: ske e blok 6 2013

Penurunan hormon aldosteron sekresi natrium meningkat dan

reabsorpsi kalium meningkat di tubulus ginjal hiponatremia dan

hiperkalemia

Hiponatremia volume cairan ekstrasel menurun curah

jantung menurun tekanan darah menurun hipotensi

Penurunan kortisol keseimbangan energi terganggu dan

glukoneogenesis tidak ada yang merangsang kadar glukosa

menurun hipoglikemia

Hiponatremia kadar Natrium menurun aksi potensial tidak

bisa terjadi kontraksi otot terhambat mudah lelah

Hipoglikemia kadar lukosa menurun otot kekurangan

energi karena tidak ada glukosa untuk diubah menjadi ATP

kontraksi otot terhambat mudah lelah

6. Bagaimana pandangan Islam pada kasus ini?

Jawab :

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

شفاء له أنزل إال داء الله أنزل ما

“ Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, melainkan akan menurunkan pula obat untuk penyakit tersebut ” (H.R. Bukhari)

2.3.5 Kesimpulan

Nn.Susi, 35 tahun mengalami penurunan berat badan drastis, mudah

lelah, hipotensi, takikardi karena kemungkinan mengalami penurunan

SKENARIO E BLOK V Page 24

Page 25: ske e blok 6 2013

hormon kortisol dan aldosteron disebabkan karena gangguan kelenjar

adrenal

2.3.6 Kerangka Konsep

SKENARIO E BLOK V Page 25

Gangguan kelenjar adrenal

Penurunan hormon Aldoseron Penurunan hormon Kortisol

Glukoneogenesis MenurunPenurunan reabsobsi Na+ dan meningkatnya reabsobsi

K+ di Tubulus ginjal

Hipernatremia dan HiperkalemiaHipoglikemia

Hipotensi

Takikardi BB turun Drastis

Mudah Lelah