SKD 3A - Obgin - Infertilitas (Lapkas)

53
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infertilitas merupakan suatu permasalahan yang cukup lama dalam dunia kedokteran, namun sampai saat ini ilmu kedokteran baru berhasil menolong ± 50% pasangan infertil untuk memperoleh anak. Perkembangan ilmu infertilitas lebih lambat dibanding cabang ilmu kedokteran lainnya. Sesuai dengan definisi fertilitas yaitu kemampuan seorang istri untuk menjadi hamil dan melahirkan anak hidup oleh suami yang mampu menghamilinya, maka pasangan infertil haruslah dilihat sebagai satu kesatuan. Penyebab infertilitas pun harus dilihat pada kedua belah pihak, yaitu istri dan suami. Salah satu bukti bahwa pasangan infertil harus dilihat sebagai satu kesatuan adalah adanya faktor imunologi yang memegang peranan dalam fertilitas suatu pasangan. Faktor imunologi ini erat kaitannya dengan faktor semen/sperma, cairan/lendir serviks dan reaksi imunologi istri terhadap semen/sperma suami, termasuk juga sebagai faktor imunologi adanya autoantibodi. 1

description

infertil

Transcript of SKD 3A - Obgin - Infertilitas (Lapkas)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangInfertilitas merupakan suatu permasalahan yang cukup lama dalam dunia kedokteran, namun sampai saat ini ilmu kedokteran baru berhasil menolong 50% pasangan infertil untuk memperoleh anak. Perkembangan ilmu infertilitas lebih lambat dibanding cabang ilmu kedokteran lainnya.Sesuai dengan definisi fertilitas yaitu kemampuan seorang istri untuk menjadi hamil dan melahirkan anak hidup oleh suami yang mampu menghamilinya, maka pasangan infertil haruslah dilihat sebagai satu kesatuan. Penyebab infertilitas pun harus dilihat pada kedua belah pihak, yaitu istri dan suami. Salah satu bukti bahwa pasangan infertil harus dilihat sebagai satu kesatuan adalah adanya faktor imunologi yang memegang peranan dalam fertilitas suatu pasangan. Faktor imunologi ini erat kaitannya dengan faktor semen/sperma, cairan/lendir serviks dan reaksi imunologi istri terhadap semen/sperma suami, termasuk juga sebagai faktor imunologi adanya autoantibodi.Pasangan suami istri yang mengalami gangguan kesuburan pada tingkat dunia mencapai 10-15%, dari jumlah tersebut 90% diketahui penyebabnya, sekitar 40% diantaranya berasal dari faktor wanita (Hadibroto, 2007). Kejadian infertilitas di Amerika Serikat sebesar 12%, ternyata fertilitas menurun setelah usia 35 tahun, kejadian infertilitas pada wanita umur 16-20 tahun sebesar 4,5%, umur 35-40 tahun 31,3% dan umur lebih dari 40 tahun sebear 70%.Dalam realisasinya tidak semua pasangan mudah memperoleh keturunan seperti yang diharapkan. Ditengah gencarnya pencanangan program pembatasan kelahiran melalui program keluarga berencana di berbagai penjuru dunia ternyata ada kelompok pasangan suami istri yang justru mengalami infertilitas atau kesulitan untuk memperoleh anak. Pada tahun 2000 dari sekitar 30 juta pasangan usia subur terdapat 3,45 juta atau sekitar 10-15% pasangan yang memiliki problem kesuburan. Dengan demikian, angka infertilitas di Indonesia ternyata cukup tinggi (Hidayah, 2007).Banyaknya pasangan infertil di Indonesia dapat diperhitungkan dari banyaknya wanita yang pernah kawin, tetapi tidak pernah mempunyai anak. Berdasarkan sensus penduduk, terdapat 30 juta di antaranya adalah pasangan usia subur (PUS). Sekitar 10-15% atau 3-4,5 juta PUS memiliki problem kesuburan, dan dari 10-15% terdapat 7-9% yang mengalami infertilitas primer.Pada umumnya faktor-faktor organik/fisiologik yang menjadi sebab mengapa seorang pasangan suami istri tidak bisa hamil. Menurut Worlth Health Organization (WHO), jumlah pasangan infertilitas sebanyak 36% diakibatkan adanya kelainan pada si ayah, sedangkan 64% berada pada si ibu. Hal ini dialami 17% pasangan yang sudah menikah lebih dari 2 tahun belum mengalami tanda-tanda kehamilan bahkan sama sekali belum pernah hamil (Ida, 2010). 1.2 Tujuan1.2.1 Tujuan UmumTujuan yang ingin dicapai dari penulisan laporan ini adalah mengetahui dan mempelajari perjalanan suatu penyakit dari salah seorang pasien, sehingga dapat mengikuti perkembangan penyakit yang terjadi pada pasien dengan melakukan penilaian kondisi pasien dari awal terjadinya penyakit hingga post diberikan tindakan.1.2.1 Tujuan KhususTujuan khusus dari penulisan laporan ini yaitu untuk memahami definisi, epidemiologi, etiologi, faktor risiko, patofisiologi, klasifikasi, gejala dan tanda klinik, cara penegakkan diagnosis, penatalaksanaan, komplikasi serta prognosis infertilitas.1.3 ManfaatAdapun manfaat yang diperoleh dari penulisan laporan ini adalah menjadikan calon dokter terlatih untuk menangani pasien serta mengetahui dan mengawasi perkembangan penyakit pasien. Di samping itu, melatih skill berkomunikasi baik secara verbal maupun non-verbal demi mencapai hasil perawatan yang maksimal bagi kesembuhan pasien.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

II. 1 FertilisasiII. 1. 1. Definisi Suatu kehamilan diawali oleh proses pembuahan atau fertilisasi yaitu penyatuan ovum (oosit sekunder) dan spermatozoa yang biasanya berlangsung di ampula tuba. II. 1. 2. Proses Fertilisasi Fertilisasi meliputi penetrasi spermatozoa ke dalam ovum, fusi spermatozoa dan ovum, diakhiri dengan fusi materi genetik.Hanya satu spermatozoa yang telah mengalami proses kapasitasi mampu melakukan penetrasi membran sel ovum. Untuk mencapai ovum, spermatozoa harus melewati korona radiata (lapisan sel di luar ovum) dan zona pelusida (suatu bentuk glikoprotein ekstraselular), yaitu dua lapisan yang menutupi dan mencegah ovum mengalami fertilisasi lebih dari satu spermatozoa. Suatu molekul komplemen khusus di permukaan kepala spermatozoa kemudian mengikat ZP3 glikoprotein di zona pelusida. Pengikatan ini memicu akrosom melepaskan enzim yang membantu spermatozoa menembus zona pelusida.Pada saat spermatozoa menembus zona pelusida terjadi reaksi korteks ovum. Granula korteks di dalam ovum (oosit sekunder) berfusi dengan membran plasma sel, sehingga enzim di dalam granula-granula dikeluarkan secara eksositosis ke zona pelusida. Hal ini menyebabkan glikoprotein di zona pelusida berkaitan satu sama lain membentuk suatu materi yang keras dan tidak dapat ditembus oleh spermatozoa. Proses ini mencegah ovum dibuahi lebih dari satu sperma.

Spermatozoa yang telah masuk ke vitelus kehilangan membran nukleusnya; yang tinggal hanya pronukleusnya, sedangkan ekor spermatozoa dan mitokondrianya berdegenerasi. Itulah sebabnya seluruh mitokondria manusia berasal dari ibu (maternal). Masuknya spermatozoa ke dalam vitelus membangkitkan nukelus ovum yang masih dalam metafase untuk proses pembelahan selanjutnya (pembelahan meiosis kedua). Sesudah anafase kemudian timbul telofase, dan benda kutub (polar body) kedua menuju ke ruang perivitelina. Ovum sekarang hanya mempunyai pronukleus yang haploid. Pronukleus spermatozoa juga telah mengandung jumlah kromosom yang haploid.Kedua pronukleus dekat mendekati dan bersatu membentuk zigot yang terdiri atas bahan genetik dari perempuan dan laki-laki. Pada manusia terdapat 46 kromosom, ialah 44 kromosom otosom dan 2 kromosom kelamin; pada seorang laki-laki satu X dan satu Y. Sesudah pembelahan kematangan, maka ovum matang mempunyai 22 kromosom otosom serta 1 kromosom X dan suatu spermatozoa mempunyai 22 kromosom otosom serta 1 kromosom X atau 22 kromosom otosom serta 1 kromosom Y. Zigot sebagai hasil pembuahan mempunyai 44 kromosom otosom serta 2 kromosom X akan tumbuh sebagai janin perempuan, sedang yang memiliki 44 kromosom otosom serta 1 kromosom X dan 1 kromosom Y akan tumbuh sebagai janin laki-laki.Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailah pembelahan zigot. Hal ini dapat berlangsung oleh karena sitoplasma ovum mengandung banyak zat asam amino dan enzim. Segera setelah pembelahan ini terjadi, pembelahan-pembelahan selanjutnya berjalan dengan lancar dan dalam 3 hari terbentuk suatu kelompok sel yang sama besarnya. Hasil konsepsi berada dalam stadium morula. Energi untuk pembelahan ini diperoleh dari vitelus, hingga volume vitelus makin berkurang dan terisi seluruhnya oleh morula. Dengan demikian, zona pelusida tetap utuh, atau dengan perkataan lain, besarnya hasil konsepsi tetap sama. Dalam ukuran yang sama ini hasil konsepsi disalurkan terus ke pars ismika dan pars interstisialis tuba (bagian-bagian tuba yang sempit) dan terus disalurkan ke arah kavum uteri oleh arus serta getaran silia pada permukaan sel-sel tuba dan kontraksi tuba.

II. 2 InfertilisasiII. 2. 1. DefinisiKeadaan dimana terdapat ketidakmampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya satu tahun berhubungan seksual sedikitnya empat kali seminggu tanpa kontrasepsi (Strigh B., 2005).Infertilitas adalah bila pasangan suami istri, setelah bersenggama secara teratur 2-3 kali seminggu, tanpa memakai metode pencegahan belum mengalami kehamilan selama satu tahun (Mansjoer, 2004).II. 2. 2. KlasifikasiInfertilitas terbagi menjadi 2, yaitu infertilitas primer dan infertilitas sekunder. Disebut infertilitas primer bila istri belum pernah hamil walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan, sedangkan disebut infertilitas sekunder bila istri pernah hamil, akan tetapi kemudian tidak terjadi kehamilan lagi walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan.II. 2. 3. PatofisiologiKehamilan bisa terjadi bila ada proses berikut : tubuh wanita melepaskan sel telur dari salah satu indung telur (proses ovulasi), sel telur itu akan berjalan melewati tuba falopii menuju uterus (rahim). Selama perjalanan menuju uterus tersebut harus ada sperma dari pria yang akan bergabung dengan sel telur (proses pembuahan). Sel telur yang telah dibuahi akan menempel ke bagian dalam uterus (proses implantasi). Terdapatnya gangguan atau masalah di salah satu proses di atas dapat mengakibatkan infertilitas.

II. 2. 4. EtiologiA. Infertilitas PrimerSperma berasal dari kata spermatozoa, yaitu sel kelamin jantan yang memiliki bulu cambuk. Bentuk sperma mirip kecebong. Sperma dihasilkan oleh testis. Cairan nutrisi sperma berupa cairan putih, kental dan berbau khas yang disebut semen. Proses pengeluaran semen dan sperma disebut ejakulasi, sehingga cairannya disebut juga dengan cairan ejakulat. Sperma membawa sifat dari bapak, yang nantinya akan bertemu dengan sel telur yang membawa sifat dari ibu. Oleh karena itu, kualitas sperma dan sel telur yang baik menjadi faktor penting dalam kehamilan.Penyebab infertilitas dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu : sepertiga masalah terkait pada wanita, sepertiga pada pria dan sepertiga disebabkan oleh faktor kombinasi.

1) Infertilitas Pada WanitaBanyak faktor yang menyebabkan mengapa seorang wanita tidak bisa atau sukar menjadi hamil setelah kehidupan seksual normal yang cukup lama. Di antara faktor-faktor tersebut, yaitu faktor organik/fisiologik, faktor ketidakseimbangan jiwa dan kecemasan berlebihan. Sumapraja membagi masalah infertilitas dalam beberapa kelompok, diantaranya yaitu :i. Masalah vaginaInfeksi vagina seperti vaginitis, trikomoniasis yang hebat akan menyebabkan infeksi lanjut pada portio, serviks, endometrium bahkan sampai ke tuba sebagai organ reproduksi vital untuk terjadinya konsepsi. Disfungsi seksual yang mencegah penetrasi penis atau lingkungan vgina yang sangat asam yang secara nyata dapat mengurangi daya hidup sperma (Stright B., 2005).ii. Masalah serviksGangguan pada setiap perubahan fisiologis yang secara normal terjadi selama periode praovulatori dan ovulatori yang membuat lingkungan serviks kondusif bagi daya hidup sperma misalnya peningkatan alkalinitas dan peningkatan sekresi (Stright B., 2005)iii. Masalah uterusNidasi ovum yang telah dibuahi terjadi di endometrium. Kejadian ini tidak dapat berlangsung apabila ada patologi di uterus. Patologi tersebut antara lain polip endometrium, adenomiosis, mioma uteri atau leiomioma, bekas kuretase dan abortus septik. Kelainan-kelainan tersebut dapat mengganggu implantasi, pertumbuhan, nutrisi serta oksigenasi janin (Wiknjosastro, 2002).iv. Masalah tubaSaluran telur mempunyai fungsi yang sangat vital dalam proses kehamilan. Apabila terjadi masalah dalam saluran reproduksi wanita tersebut, maka dapat menghambat pergerakan ovum ke uterus, mencegah masuknya sperma atau menghambat implantasi ovum yang telah dibuahi. Sumbatan di tuba falopii merupakan salah satu dari banyak penyebab infertilitas. Sumbatan tersebut terjadi akibat infeksi, pembedahan tuba atau adhesi yang disebabkan oleh endometriosis atau inflamasi (Hall et al, 1974). Infertilitas yang berhubungan dengan masalah tuba ini yang paling menonjol adalah adanya peningkatan insiden penyakit radang panggul (pelvic inflammatory disease-PID). PID ini menyebabkan jaringan parut yang memblok kedua tuba falopii.v. Masalah ovariumWanita perlu memiliki siklus ovulasi yang teratur untuk menjadi hamil, ovumnya harus normal dan tidak boleh ada hambatan dalam jalur lintasan sperma atau implantasi ovum yang telah dibuahi. Dalam hal ini, masalah ovarium yang dapat mempengaruhi infertilitas yaitu kista atau tumor ovarium, penyakit ovarium polikistik, endometriosis, atau riwayat pembedahan yang mengganggu siklus ovarium.

2) Infertilitas Pada PriaGangguan yang terjadi pada pria, umumnya meliputi 3 hal, yaitu :i. Gangguan di daerah sebelum testis (pretesticular)Gangguan biasanya terjadi pada bagian otak, yaitu hipofisis yang bertugas mengeluarkan hormon FSH dan LH, kedua hormon tersebut mempengaruhi testis dalam menghasilkan hormon testosteron, akibatnya produksi sperma dapat terganggu. Terapi yang dapat dilakukan dengan terapi hormon.

ii. Gangguan di daerah testis (testicular)Kerja testis dapat terganggu bila terkena trauma pukulan, gangguan fisik atau infeksi. Dapat juga terjadi, selama pubertas testis tidak berkembang dengan baik, sehingga produksi sperma menjadi terganggu.iii. Gangguan di daerah setelah testis (posttesticular)Gangguan terjadi di saluran sperma sehingga sperma tidak dapat disalurkan dengan lancar, biasanya karena salurannya buntu. Penyebabnya dapat jadi bersifat bawaan sejak lahir, terkena infeksi penyakit (e.g. tuberkulosis), serta vasektomi yang memang disengaja.

3) Masalah InteraktifBerupa masalah yang berasal dari penyebab spesifik untuk setiap pasangan meliputi : frekuensi sanggama yang tidak memadai, waktu sanggama yang buruk, perkembangan antibodi terhadap sperma pasangan dan ketidakmampuan sperma untuk melakukan penetrasi ke sel telur (Strirgh B., 2005).

B. Infertilitas SekunderMasalah pada infertilitas sekunder sangat berhubungan dengan masalah pada pasangan dengan infertilitas primer. Sebagian besar pasangan dengan infertilitas sekunder menemukan penyebab masalah kemandulan sekunder tersebut, dari kombinasi berbagai faktor meliputi :1) UsiaFaktor usia sangat berpengaruh pada kesuburan seorang wanita. Selama wanita tersebut masih dalam masa reproduksi yang berarti mengalami haid yang teratur, keumungkinan masih bisa hamil. Akan tetapi seiring dengan bertambahnya usia maka kemampuan indung telur untuk menghasilkan sel telur akan mengalami penurunan. Penelitian menunjukkan bahwa potensi wanita untuk hamil akan menurun setelah usia 25 tahun dan menurun drastis setelah usia di atas 38 tahun. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh National Center for Health Statistics menunjukkan bahwa wanita subur berusia di bawah 25 tahun memiliki kemungkinan hamil 96% dalam setahun, usia 25-34 tahun menurun menjadi 86% dan 78% pada usia 35-44 tahun.Pada pria dengan bertambahnya usia juga menyebabkan penurunan kesuburan. Meskipun pria terus menerus memproduksi sperma sepanjang hidupnya, akan tetapi morfologi sperma mereka mulai menurun. Penelitian mengungkapkan hanya sepertiga pria yang berusia di atas 40 tahun mampu menghamili istrinya dalam waktu 6 bulan dibandingkan pria yang berusia di bawah 25 tahun. Selain itu, usia yang semakin tua juga mempengaruhi kualitas sperma (Kasdu, 221).2) Masalah reproduksiMasalah pada sistem reporduksidapat berkembang setelah kehamilan awal, bahkan kehamilan sebelumnya kadang-kadang menyebabkan masalah reproduksi yang benar-benar mengarah pada infertilitas sekunder, misalnya perempuan yang melahirkan dengan operas caesar, dapat menuebabkan jaringan parut yang mengarah mengarah pada penymmbatan tuba. Masalah lain yang juga berperan dalam reproduksi yaitu, ovulasi tidak teratur, gangguan pada kelenjar pituitary dan penyumbatan saluran sperma.3) Faktor gaya hidupPerubahan pada faktor gaya hidup juga dapat berdampak pada kemampuan setiap pasangan untuk dapat menghamili atau hamil lagi. Wanita dengan berat badan yang berlebihan sering mengalami gangguan ovulasi, karena kelebihan berat badan dapat mempengaruhi estrogen dalam tubuh dan mengurangi kemampuan untuk hamil. Pria yang berolahraga secara berlebihan juga dapat meningkatkan suhu tubuh mereka, yang mempengaruhi perkembangan sperma dan penggunaan celana dalam yang ketat juga mempengaruhi motilitas sperma (Kasdu, 2001).

II. 2. 5. Gejala Klinik dan TandaKetidakmampuan pasangan untuk mendapatkan kehamilan adalah gejala utama infertilitas. Selain itu, tidak terdapat gejala yang lebih jelas atau khas. Pada beberapa kasus, wanita yang mengalami infertilitas memiliki periode menstruasi yang tidak teratur (abnormal), sementara pria yang mengalami infertilitas seringkali memiliki masalah hormonal seperti perubahan pertumbuhan rambut atau fungsi seksual.

II. 2. 6. Syarat Pemeriksaan Pasangan Infertil Beberapa persyaratan yang harus terpenuhi bagi pasangan yang akan melakukan pemeriksaan infertilitas diantaranya yaitu :1. Istri berusia 20-30 tahun, telah berusaha untuk mendapatkan anak 12 bulan. Pemeriksaan dapat dilakukan lebih dini bila :a. Pernah mengalami keguguran berulangb. Mengidap kelainan endokrinc. Pernah mengalami PID/infeksi rongga perutd. Pernah menjalani bedah ginekologik2. Istri berusia 31-35 tahun diperiksa pada kesempatan pertama datang ke dokter3. Istri berusia 36-40 tahun hanya diperiksa jika belum punya anak dari perkawinan tersebut4. Pemeriksaan infertilitas tidak dilakukan jika salah satu pasangan mengidap penyakit yang dapat membahayakan pasangannyaII. 2. 7. DiagnosisMengetahui penyebab infertilitas sangat perlu untuk bisa segera mengatasi kondisi sulit mendapatkan keturunan. Penyebab infertilitas dapat diketahui terlebih dahulu melalui pemeriksaan riwayat medis (anamnesa) dan pemeriksaan fisik oleh dokter, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang diagnosa lainnya seperti pemeriksaan laboratorium dan ultrasonografi (USG).Pemeriksaan laboratorium bagi pria, diantaranya meliputi : Analisa sperma Folicle-stimulating hormone (FSH) Luteinizing hormone (LH) Testosteron ProlaktinSementara pemeriksaan ultrasound bagi pria yaitu transrectal and scrotal ultrasound. Pemeriksaan ini dapat membantu dokter untuk melihat adanya retrograde ejaculation dan kerusakan pembuluh darah ejakulator. Pemeriksaan laboratorium bagi wanita yang umumnya dilakukan meliputi : Thyroid-stimulatih hormone (TSH) Prolaktin Luteinizing hormone (LH) Folicle-stimulating hormone (FSH) ProgesteronSementara pemeriksaan ultrasound bagi wanita yaitu : Hysterosalpingography (HSG) untuk melihat kondisi uterus dan tuba falopii Laparoscopy untuk memeriksa indung telur, tuba falopii dan uterus terkait masalah penyakit seperti jaringan parut dan endometriosis

II. 2. 8. Terapi Pemilihan pengobatan untuk infertilitas umumnya berdasarkan pada berapa lama terjadinya infertilitas, penyebab infertilitas dan faktor usia. Untuk pria, bila penyebab infertilitasnya adalah gangguan seksual seperti impotensi atau ejakulasi dini dapat diatasi dengan pemberian obat atau perubahan perilaku. Bila penyebabnya adalah produksi sperma yang kurang, biasanya dilakukan tindakan pembedahan, pemberian obat hormon reproduksi atau dengan bantuan teknologi reproduksi (assisted reproductove technology/ART).Untuk wanita, obat penyubur merupakan pilihan utama untuk mengatasi infertilitas yang disebabkan oleh gangguan ovulasi. Obat penyubur bekerja layaknya FSH dan LH untuk merangsang ovulasi. Beberapa obat penyubur antara lain : klomifen sitrat, pergonal (ekstrak FSH dan LH), human chorionic gonadotropin (HCG), hypothalamic releasing factors, bromokriptin dan lain sebagainya. Bila penyebabnya adalah kondisi yang terkait dengan tuba falopii seperti penyumbatan, biasanya dilakukan tindakan pembedahan. Bila penyebab infertilitas sudah cukup parah dan tidak dapat diatasi dengan pemberian obat ataupun pembedahan, maka tindakan yang diambil adalah dengan ART seperti in vitro fertilization (IVF), meningkatkan ejakulasi dengan stimulasi elektrik atau vibrator, aspirasi sperma dengan pembedahan, intracytoplasmic sperm injection (ICSI) dan assisted hatching.II. 2. 9. Pencegahan Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah infertilitas ini diantaranya yaitu :1) Untuk Pria Hindari kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol yang berlebihan Jangat terlalu sering berendam air panas atau bersauna (suhu tinggi dapat mempengaruhi produksi dan gerakan sperma, walau bersifat sementara)2) Untuk Wanita : Olahraga secara teratur Jaga berat badan (kelebihan atau kekurangan berat badan bisa mempengaruhi produksi hormon reproduksi) Hindari rokok dan alkohol\ Batasi konsumsi kafein dan pemaikaian obat-obatan tertentu3) Untuk Pasangan : Berhubungan intim 2-3 kali seminggu dapat meningkatkan fertilitasII. 2. 10. Prognosis Menurut Behrman & Kistner, prognosis terjadinya kehamilan tergantung pada umur suami, umur istri dan lamanya dihadapkan pada kemungkinan kehamilan (frekuensi sanggama dan lamanya perkawinan). Fertilitas maksimal wanita dicapai pada umur 24 tahun, kemudian menurun perlahan-lahan sampai umur 30 tahun dan setelah itu menurun dengan cepat. Menurut MacLeod, fertilitas maksimal pria dicapai pada umur 24-25 tahun. Hampir pada setiap golongan umur pria proporsi terjadinya kehamilan dalam waktu kurang dari 6 bulan meningkat dengan meningkatnya frekuensi sanggama. Ternyata, sanggama 4 kali seminggu paling meluangkan terjadinya kehamilan; karena ternyata kualitas dan jenis motilitas spermatozoa menjadi lebih baik dengan seringnya ejakulasi. Penyelidikan jumlah bulan yang diperlukan untuk terjadinya kehamilan tanpa pemakaian kontrasepsi telah dilakukan di Taiwan dan di Amerika Serikat dengan kesimpulan bahwa 25% akan hamil dalam 1 bulan pertama, 63% dalam 6 bulan pertama, 75% dalam 9 bulan pertama, 80% dalam 12 bulan pertama, dan 90% dalam 18 bulan pertama. Dengan demikian, makin lama pasangan kawin tanpa hasil, makin turun prognosis kehamilannya. Pengelolaan mutakhir terhadap pasangan infertil dapat membawa kehamilan kepada lebih dari 50% pasangan, walaupun masih selalu ada 10-20% pasangan yang belum diketahi etiologinya. Separuhnya lagi terpaksa harus hidup tanpa anak atau memperoleh anak dengan jalan lain, umpamanya dengan inseminasi buatan donor atau mengangkat anak (adopsi). Hasil penyelidikan Dor et al. menunjukkan, apabila umur istri akan dibandingkan dengan angka kehamilannya, maka pada infertilitas primer terdapat penurunan yang tetap setelah umur 30 tahun. Pada infertilitas sekunder terdapat juga penurunan, akan tetapi tidak securam seperti pada infertilitas primer. Penyelidikan tersebut selanjutnya mengemukakan bahwa istri yang baru dihadapkan pada kemungkinan kehamilan selama 3 tahun kurang, prognosis kehamilannya masih baik. Akan tetapi, kalau sudah dihadapkan selama 5 tahun lebih, prognosisnya buruk. Oleh karena itu, dianjurkan untuk tidak menunda pemeriksaan dan pengobatan infertilitas selama 3 tahun lebih. Jones & Pourmand berkesimpulan sama, bahwa pasangan yang telah dihadapkan pada kemungkinan kehamilan selama 3 tahun kurang, dapat mengharapkan angka kehamilan sebesar 50%; yang lebih dari 5 tahun, menurun menjadi 30%. Turner et al. menyatakan pula bahwa lamanya infertilitas sangat mempengaruhi prognosis terjadinya kehamilan.

II. 3 Infertilitas WanitaII. 3. 1. Syarat Fertilitas WanitaNoSyaratFisiologi

1Terjadi ovulasiAksis hipotalamus-hipofisis-ovarium harus baik

2Tuba patent dan berfungsiFimbriae harus mampu melakukan pick up ovum ke dalam tuba dan terjadi transport ke uterus

3Ada sperma dan berfungsi normalTestis harus memproduksi gamet matang dan fungsional

4Koitus teratur dan benarKoitus harus saat pertengahan siklus, sperma masuk ke dalam vagina

5Lendir serviks normalKualitas lendir serviks memudahkan masuknya sperma

6Endometrium siap menerima hasil konsepsiEndometrium oleh pengaruh hormonal siap untuk implantasi

II. 3. 2. Kimiawi dan Sifat Lendir Serviks Lendir serviks terdiri dari serabut-serabut glikoprotein. Komponen lain adalah asam lemak, Na dan Cl, lisozim dan enzim-enzim seperti alkaline fosfatase. Karbohidrat terpenting adalah musin sebagai penentu viskositas lendir. Sekresi dari lendir serviks ini diatur oleh hormon-hormon steroid, saat pre-ovulasi serabut tersebut sejajar menyediakan terowongan yang dapat dilalui spermatozoa dengan mudah. Pada fase luteal, serabut tersebut menjadi simpang siur, sulit dilalui sperma.II. 3. 3. Fungsi Lendir Serviks Dalam Faal Reproduksi Berikut ini adalah beberapa fungsi lendir serviks dalam faal reproduksi, yaitu : Menerima penetrasi spermatozoa dekat saat ovulasi dan mencegahnya pada saat lain Sebagai reservoir bagi spermatozoa, karena serviks biasanya mengarah ke bawah belakang sehingga berhadapan langsung dengan dinding belakang vagina hal tersebut memungkinkan tergenang dalam air mani yang ditumpahkan waktu ejakulasi Sebagai filter terhadap spermatozoa dimana lendir serviks hanya dapat dilalui oleh spermatozoa yang normal dan dapat bergerak mengatasi kekentalan lendir serviks Melindungi spermatozoa dari lingkungan yang hostile dari vagina dan fagositosis Menambah tenaga yang diperlukan oleh spermatozoa Berperan dalam kapasitasi sperma Mempertahankan kapasitas perkembangan konseptus di dalam uterus

II. 3. 4. Migrasi Sperma ke Dalam Lendir Serviks dan Faktor yang Membantu Migrasi Spermatozoa ke Dalam Lendir ServiksMigrasi sperma sudah dapat terjadi di hari ke-8 siklus haid, puncaknya saat ovulasi terjadi, setelah itu sampai ke dalam lendir serviks dalam waktu 1 3 menit setelah ejakulasi, bila dalam waktu > 35 menit sperma tertinggal di vagina makan sperma akan mati. Beberapa faktor yang dapat membantu migrasi spermatozoa ke dalam lendir serviks yaitu : Ciri-ciri biokimia dan biofisik lendir serviks (banyak dan viskositas rendah saat ovulasi) Struktur lendir serviks (mikrofibril teratur longitudinal karena pengaruh estrogen) Mulut serviks dan kanalis endoservikalis melebar saat ovulasi pH lendir serviks dan enzim-enzim di dalamnyaII. 3. 5. Penilaian Lendir Serviks (Mogishi)NoFaktor DinilaiSkor

1234

1Jumlah00,1 ml0,2 ml0,3 ml

2ViskositasTebalIntermediateMidlyNormal

3FerningKristalisasi (-)Tidak khasCabang primer dan sekunderCabang tertier

4Spinbarkheit< 1 cm1-4 cm5-6 cm> 9 cm

5Selularitas> 11 cm6-10/LPB1-5/LPB0

Jumlah skor > 12 normal

II. 3. 6. Modalitas Penilaian Infertilitas WanitaII. 3. 6. 1. Menentukan Adanya Ovulasi Menentukan adanya ovulasi pada seorang wanita dapat dilakukan dengan cara menghitung siklus haid dan adanya tanda Mittelschmerz, yaitu rasa nyeri pelvik pada pertengahan siklus haid karena rangsangan peritoneum oleh darah karena pecahnya folikel. Beberapa pemeriksaan yang umumnya dilakukan pada seorang wanita untuk mengetahui waktu ovulasi, yaitu :a. Suhu Badan BasalProgesteron merupakan hormon yang bersifat termogenik, sehingga pada saat kadar progesteron tinggi dalam tubuh dapat menyebabkan peningkatan suhu basal badan antara 0,3-0,7C. Pada siklus ovulator, suhu awal siklus cenderung rendah dan suhu nadir terjadi pada saat ovulasi, lalu akan naik dan menetap sekitar 37C sampai permulaan haid berikutnya.

Metode :Suhu basal tubuh harus diukur saat bangun tidur pagi hari. Suhu tubuh harus diukur selama 3-5 menit menggunakan termometer khusus atau elektronik.Evaluasi :Ovulasi diperkirakan terjadi jika ditemukan kenaikan suhu 0,3-0,5C yang berlangsung selama 48 jam. Selama 3 hari berturut-turut suhu basal harus sekurangnya > 0,3C dari pemeriksaan 7 hari berturut-turut sebelumnya (kriteria WHO).

b. Getah ServiksHari 9-15 haid berada di bawah pengaruh estrogen sehingga menyebabkan lendir serviks cair dan jernihm dapat membenang sampai 15-20 mm (Spinnbarkeit). Pada gelas objek dengan mikroskop tampak kritalisasi seperti daun pakis (Fern test). 24-48 jam setelah ovulasi, pengaruh progesteron dimulai sehingga lendir serviks menjadi kental dan keruh, pada saat ini gambaran daun pakis menghilang.

c. Menentukan Hormon SerumKadar estrogen mencapai puncak pada hari 12-15, diikuti LH surge 18-24 jam setelah puncak estrogen. Kadar progesteron dapat digunakan untuk menilai korpus luteum pada fase luteal.

d. USG TransvaginalTujuanMenilai siklus ovulasi (ovulasi atau hanya siklus anovulatoir) menilai kualitas ovum.Waktu pemeriksaanDapat dilakukan pada hari ke 10-12 menstruasi.

Prosedura. Pasien harus mengosongkan kandung kemih terlebih dahulub. Pasien berbaring di meja pemeriksaan dengan posisi litotomic. Dengan USG transvaginal menilai : diameter folikel yang masakd. Dapat sekaligus memeriksa anatomi uterusHasil pemeriksaane. Ada/tidaknya folikel yang masakf. Diameter folikel yang masak (normalnya > 16 mm)II. 3. 6. 2. Pemeriksaan Lendir Serviksa. Spinnbarkeit (daya membenang)PrinsipMeningkatnya kadar estrogen meningkatkan kemampuan lendir serviks untuk meregang yang menunjukkan estradiol diproduksi dalam jumlah normal pada fase folikulerIndikasiUntuk mendapatkan bukti aktivitas estrogen sebelum ovulasi secara langsungCara pemeriksaan Ambil lendir serviks dengan spuit/pipet Semprotkan pada gelas obyek Taksir jumlahnya Tarik lendir serviks dengan pinset beberapa cmEvaluasiPada fase pra-ovulasi spinnbarkeit harus mencapai 12-15 cm, tidak adanya spinnbarkeit menunjukkan : Ovulasi dini Awitan sekresi progesteron Tidak terdapat folikel yang matang Infeksi bakteri pada kelenjar serviksBila tidak dijumpai spinnbarkeit harus dilakukan pemeriksaan terhadap kadar estrogen dalam serum, USG ovarium dan pemeriksaan kemungkinan infeksi kelenjar serviks.b. Fern test (gambaran daun pakis)Cara pemeriksaan Ambil lendir seviks dengan spuit/pipet Semprotkan pada objek glass Sebarkan tipis-tipis dan biarkan mengering Lihat di bawah mikroskopPenilaian Lihat adanya gambar daun pakis Hasil (+) palsu disebabkan adanya NaCl dalam pipet/lendir serviks dan peradanganManfaat Tes serial dapat menentukan saat ovulasi Membantu menentukan saat inseminasi buatan Tes sederhana untuk menilai aktivitas estrogen Diagnosis dini kehamilan Petunjuk defisiensi progesteron pada hamil mudaII. 3. 6. 3. Uji Mukus Serviks (UMS)TujuanMenilai kualitas mukus serviks, sekaligus menentukan masa subur. Waktu pemeriksaan yakni pada hari ke 10/11/12 menstruasi.Syarat/PersiapanPasien melakukan senggama dengan pasangannya 2-6 jam sebelum waktu pemeriksaan (karena biasanya sekaligus dilakukan pemeriksaan UPS)

Prosedur Pasien mengosongkan kandung kemih terlebih dulu Pasien berbaring di meja pemeriksaan dengan posisi litotomi Tindakan sepsis/asepsis vulvovagina Pasang spekulum cocor bebek Dengan kapas pemeriksaan, ambil lendir dari OUE, oleskan di kaca objek, kemudian periksa di bawah mikroskopHasil Pemeriksaan (Indeks Serviks menurut Insler)Parameter0123

Jumlah sekresiTidak adaSedikit Meningkat gumpalan berkilauBerlebihan, lendir mengalir

MembenangTidak adaTipis, hanya mencapai vagina Normal, meregang mencapai vaginaSangat tebal, dapat meregang melampaui vagina

Pembukaan rahimTertutup, mukosa merah muda pucatTerbuka sebagian, mukosa merah mudaTerbuka, mukosa hiperemis

Mendaun pakisTidak adaLinear Sebagian Lengkap

Interpretasi skor maksimum 12 (semakin tinggi semakin baik)II. 3. 6. 4. Uji Pasca Senggama (UPS)TujuanMenilai kualitas mukus serviks, sekaligus menentukan masa subur. Waktu pemeriksaan yakni pada hari ke 10/11/12 menstruasi.Syarat/PersiapanPasien melakukan senggama dengan pasangannya 2-6 jam sebelum waktu pemeriksaan Prosedur Pasien mengosongkan kandung kemih terlebih dulu Pasien berbaring di meja pemeriksaan dengan posisi litotomi Tindakan sepsis/asepsis vulvovagina Pasang spekulum cocor bebek Dengan kapas pemeriksaan, ambil lendir dari OUE, oleskan di kaca objek, kemudian periksa di bawah mikroskopHasil Pemeriksaan Jumlah spermoatozoa: ......... sel/LPBJumlah sperma hidup: ......... %Jarak senggama: ......... jamInterpretasiSangat tergantung dari jarak sanggama dengan pemeriksaan; jumlah spermatozoa yang hidup > 50% mengindikasikan tidak adanya antibodi lendir serviks terhadap spermatozoa.Klasifikasi hasil UPS : Negatif: spermatozoa (-) Sedang: 1-5 spermatozoa bergerak/LPB dalam spesimen endoserviks Baik: > 6 spermatozoa bergerak/LPB dalam spesimen endoserviks dengan kulitas derajat 3 atau lebih (gerak maju dengan cepat) Sangat baik : > 15 spermatozoa bergerak/LPB

II. 3. 6. 5. HisteroskopiMerupakan pemeriksaan dimana melihat secara langsung ke dalam kanalis servikalis, kavum uteri dan tuba. Pada pemeriksaan ini sebelumnya uteri digelembungkan dengan dextrn 32%, glukosa 5%, NaCl atau CO2, pemeriksaan dilakukan 5 hari setelah haid bersih.Indikasi : Adanya kelainan pada pemeriksaan HSG Riwayat abortus habitualis Diduga myoma atau polip submukosa PUD Sebelum dilakukan tuboplasti untuk menempatkan kateter sebagai splint pada bagian proksimal tubaKontraindikasi : PID Kehamilan Perdarahan uterus Keganasan serviksSelain sebagai sarana diagnostik, hidroskopi digunakan sebagai alat pembedahan ringan yaitu dengan tujuan untuk melepaskan perlekatan, mengangkat polip dan muoma submukosa.II. 3. 6. 6. Pertubasi/Insuflasi (Rubin Test)Merupakan cara untuk memeriksa patensi tuba dengn meniupkan gas CO2 melalui kanul atau kateter Folley yang dipasang pada kanalis servikalis. Bila kanalis servikalis, kavum uteri dan salah satu atau kedua tuba paten, maka gas akan mengalir ke dalam kavum peritoneum. Tes ini dilakukan setelah haid bersih dan sebelum ovulasi (hari ke-10).

Penilaian patensi tuba :a. Tuba paten Tekanan hanya meningkat sampai 80-100 mmhg Dengan auskultasi terdengar tiupan seperti bunyi jet di suprasimfisis saat gas masuk kavum peritoneum Nyeri bahu setelah pasien duduk (karena pengumpulan gas di bawah diafragma) Pada pemeriksaan rontgen terlihat adanya gelembung udara di bawah diafragmab. Tuba non-paten Obstruksi parsial : tekanan 180-200 mmHg Obstruksi total : tekanan meningkat sampai > 200 mmHKontraindikasi : Kehamilan (lakukan sebelum ovulasi) Abortus Menstruasi Perdarahan uterus Baru dilakukan kuretase PeradanganII. 3. 6. 7. HSG (Histerosalphingografi)TujuanMenilai patensi tuba falopii, mengetahui jika ada kelainan anatomis vagina, uterus dan tubaWaktu pemeriksaanHari ke 9/10/11 menstruasi

Syarat/persiapan Pasien tidak buleh bersenggama sejak hari pertama menstruasi sampai dengan waktu pemeriksaan Harus disingkirkan adanya infeksi vulvovagina dan serviks (untuk mencegah infeksi ascenden_, jika ada infeksi/kelainan harus diterapi lebih dahuluProsedur Pasien mengosongkan kandung kemih terlebih dulu Pasien berbaring di meja X-ray dengan posisi litotomi Pasang spekulum Masukkan kanula ke OUE, suntikkan kontras ke dalam cavum uteri Lakukan pemotretan (x-ray) untuk melihat perjalanan kontras dari vagina-serviks-cavum uteri-tuba-peritoneum Jika perlu, lakukan pemotretan (x-ray) dengan posisi pasine setengah oblique Berikan analgetika jika perlu Berikan antibiotika profilaksis (doxycycline 2x100 mg selama 5 hari)Hasil pemeriksaanNilai gambaran kontras yang mengisi kavum uteri, bisa untuk mengetahui jika da kelainan anatomis seperti uterus subseotus, uterus bikornis, dsb. Nilai patensi tuba (peritoneal spill)

II. 4 Infertilitas PriaII. 4. 1. Modalitas Diagnosis Infertilitas PriaII. 4. 1. 1. Analisis SemenSyarat untuk melakukan analisis semen, diantaranya yaitu : Jangan mengeluarkan air mani minimal 3 hari sebelum pemeriksaan Sebaiknya air mani dikeluarkan dengan rangsangan tangan (onani), bila terpaksa dengan coitu interuptus Ditampung di botol gelas bersih bermulut lebar Diterima di lab selambatnya jam setelah dikeluarkan Tidak boleh ada yang tumpahParameter hasil analisis semenParmeterNormalAbnormal

Volume2-6 ml< 1 ml (hipospermia)> 5 ml (hiperspermia)

WarnaPutih kanji, keabuan, kekuninganKemerahan, merah darah (hemospermia), putih susu (leukospermia)

BauSeperti bunga akasiaPesing, amis atau bau obat-obatan

pH7,2 7,8> 7,8 atau < 7,2

Koagulum & likuefaksiAda pada ejakulat baru, akan mengalami likuefaksi dalam 15-30 menitTidak ada pada ejakulat baru atau likuefaksi > 60 menit

ViskositasWaktu 1 tetesan pada piper Elkasson 5 menitWaktu 1 tetes > 5 menit

(-) baik sejati atau palsu atau < 10%Ada aglutinasi sejak atau palsu 10%

Jumlah spermatozoa 20 juta/ml 40 juta/ejakulat< 20 juta/ml

Presentase sperma motil 60% bergerak maju ke depan< 50%

Presentase morfologi 50% bentuk normal< 60%

Viabilitas 50% hidup dengan pengecatan vital

Sperm drive< 1,3 juta/0,05 mm

Leukosit< 1 juta/mm

Kadar fruktosa 120 mg%

Terminologi : Abstinensia seksualis jarak waktu tidak melakukan kegiatan seks setlah sanggama yang pertama ke pengeluaran mani berikutnya. Untuk keperluan analisis sperma biasanya 3-5 hari Likuefaksi proses mengencernya koagulum semen Viskositas kekentalan semen yang diukur setelah semen mengalami likuefaksi sempurna Aspermia tidak ada sperma yang keluar, meski pasien merasa telah berejakulasi Hiperspermia volume semen > 6 mL Hipospermia volume semen < 1,5 mL Lekospermia semen berwarna putih seperti susu/secara mikroskopis leukosit > 1 juta/mL Hemospermia semen berwarna kemerahan, merah tua, secara mikroskopik dapat dilihat adanya eritrosit Normozoospermia jumlah spermatozoa, % motilitas yang bergerak ke depan dan % morfologi normal berada dalam batas normal Oligospermia jumlah spermatozoa kurang dari 20 juta/mL, ekstrim bila < 5 juta/mL Asthenozoospermia % motilitas yang bergerak ke depan < 50% Teratozoospermia % morfologi normal < 50% Oligoasthenozoospermia jumlah spermatozoa/mL, % motilitas yang bergerak ke depan < nilai normal Oligoteratospermia jumlah spermatozoa/mL dan morfologi normal < nilai normal Asthenoteratozoospermia % motilitas dan & morfologi normal < nilai normal Oligoasthenoteratozoospermia jumlah spermatozoa/mL, % motilitas yang bergerak ke depan dan % morfologi normal < nilai normal Polyzoospermia jumlah spermatozoa dalam semen > 250juta/mL Azoospermia tidak ada spermatozoa di dalam semen/sedimennya Nekrozoospermia tidak ada sperma yang hidup dibuktikan dengan pengecatan Aglutinasi terjadi perlengketan spermatozoa satu sama lain langsung maupun tidak langsung dengan benda perantara seperti sel epitelII. 4. 1. 2. SPERST (Uji Ketahanan Sperma In-Vitro)Tujuanya adalah untuk mengetahui ketahanan sperma di luar organ reproduksi, syarat untuk melakukan uji ini adalah abstinensia 3-7 hari sebelumnya. Prosedur pemeriksaan meliputi ejakulasi sperma ke dalam wadah yang selanjutnya diperiksa pada jam ke-24 dan ke-48 setelah diejakulasikan. Normalnya dalam 24 jam post ejakulasi 50% sperma masih hidup dan dalam 48 jam 25%.II. 4. 1. 3. MAR Test (Uji Antibodi Sperma)Tujuan tes ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya antibodi terhadap sperma, syarat atau persiapan yang dibutuhkan yakni abstinensia selama 3-7 hari sebelum pemeriksaan. Normalnya IgG MAR test < 10%.

BAB IIILAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN Nama: Ny. R Usia: 40 tahun Jenis Kelamin: Perempuan Alamat : Temanggung Pekerjaan: DPRD Tmg Status: Menikah 3 tahun Agama: Islam Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada hari Selasa (tanggal 26 Maret 2013) di ruang poliklinik kebidanan Rumah Sakit Tingkat II Dr. Soedjono, Magelang.

B. ANAMNESIS1. Keluhan Utama Ingin mempunyai anak

2. Riwayat Penyakit SekarangPasien datang dengan ditemani oleh suami, pasien menyatakan sedang mengikuti program hamil selama kurang lebih 3 bulan terakhir dan hari ini merupakan kunjungan ke-3 pasien, sudah menikah selama 3 tahun. Sebelumnya pasien pernah mengikuti program hamil, tetapi berhenti dan sekarang mulai menjalani program hamil lagi.Pasien pernah hamil saat usia pernikahan 8 bulan, namun saat usia kandungan 12 minggu, pasien menyatakan mengalami perdarahan pervaginam berupa flek-flek, saat itu pasien memeriksakan kandungannya ke dokter kandungan, disarankan untuk bedrest dan diberi 1 macam obat peroral. Malam hari berikutnya, terjadi perdarahan dalam jumlah banyak, sehingga pasien berobat ke RS, saat dilakukan pemeriksaan dinyatakan bahwa janin tidak berkembang, namun saat itu pasien menyatakan tidak dilakukan tindakan kuretase. Selain itu, pasien mengaku bahwa 1 bulan setelah abortus sudah menstruasi kembali.

3. Riwayat PemeriksaanPasien menyatakan bahwa pada pemeriksaan pertama diajarkan cara menghitung masa subur dan posisi dalam melakukan sanggama, diberi obat untuk kesuburan, serta diberikan surat pengantar untuk melakukan analisis sperma bagi suami, selain itu pasien diminta untuk datang kembali satu bulan mendatang apabila pasien menstruasi. Sebulan kemudian pasien datang dengan membawa hasil analisis sperma suami, serta diberikan konseling kembali mengenai perhitungan masa subur selanjutnya dan pemberian obat. Kunjungan selanjutnya adalah yang terakhir ini

4. Riwayat Menstruasi Menarche: 14 tahun Siklus haid: 28 hari Lama haid: 6 hari Nyeri haid: (-)

5. Riwayat PernikahanPasien menikah 1 kali, dengan suami yang sekarang, selama 3 tahun. Selama pernikahan pasien tidak pernah menggunakan KB.

6. Riwayat Penyakit DahuluPasien menyangkal adanya riwayat sakit darah tinggi, penyakit jantung, asma, kencing manis maupun alergi terhadap makanan/obat-obatan tertentu.

7. Gaya HidupRiwayat merokok pada pasien maupun suami disangkal, konsumsi alkohol disangkal. Pasien menyatakan memiliki hewan peliharaan berupa burung.

C. PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum: Tampak baik Kesadaran/GCS: Compos Mentis / 15 Tanda Vital : Tekanan Darah: 120/85 mmHg Nadi: 80 x/menit Respirasi: 20 x/menit

F. PEMERIKSAAN PENUNJANGA. Istri USGKesan : keadaan rahim dalam batas normal, tidak tampak adanya kelainan dari gambaran USGB. Suami Analisis Sperma (AS)ParameterHasil

Volume2,6 ml

WarnaPutih keabuan agak keruh

BauKhas

Likuefaksi18 menit

ViskositasSedang

Jumlah spermatozoa75,4 jt/mL

Motilitas : a. Maju cepat lurus b. Maju lambat/tidak lurus c. Bergerak di tempat d. Tidak bergerak10%30%30%30%

Morfologi : a. Kepala b. Bagian tengah c. EkorNormal 70%Normal 75%Normal 60%

EritrositNegatif

Leukosit8-12/lp

Epitel2-4/lp

AglutinasiNegatif

Kesimpulan : Asthenozoospermia

E. DIAGNOSIS KERJA Infertilitas sekunder

G. PLANNING Planning Therapy Istri Profertil Etuferol 1x1 tablet Suami Tribestan 3x1 tablet

BAB IVANALISIS KASUS

Diagnosis pada pasien ini sudah dapat ditegakkan hanya dengan berdasarkan hasil anamnesis, namun untuk mengetahui penyebab dari keadaan yang dialami oleh pasien maka diperlukan pemeriksaan penunjang, sejauh ini pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan pada pasien adalah bagi istri dilakukan pemeriksaan USG sedangkan bagi suami dilakukan pemeriksaan analisis sperma guna mengetahui keadaan sperma suami.Berdasarkan hasil anamnesis diperoleh bahwa pasien sedang menjalani program hamil karena ingin memiliki anak, setelah digali lebih lanjut didapatkan keterangan bahwa pasien telah menikah selama 3 tahun, selama masa pernikahan tidak pernah menggunakan KB, selain itu pasien menyatakan bahwa pada saat usia pernikahan menginjak bulan ke-8 pasien pernah hamil, namun saat usia kandungan 12 minggu mengalami keguguran, dan setelah itu pasien tidak pernah hamil lagi.Dari hasil anamnesis tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pasien mengalami infertilitas sekunder, dimana istri pernah hamil namun mengalami keguguran dan setelahnya tidak pernah hamil lagi. Untuk itu langkah terapi yang direncanakan pada pasien untuk jangka mendatang adalah memberikan edukasi mengenai cara perhitungan masa subur istri dan posisi dalam melakukan sanggama, kemudian istri diberi obat untuk kesuburan dan bagi suami diberi surat pengantar untuk melakukan analisis sperma. Hal ini dilakukan sebab berdasarkan keterangan pasien bahwa sudah pernah menjalani program hamil sebelumnya namun saat itu suami belum pernah diperiksa dan berhenti pada bulan September tahun 2012. Oleh sebab itu, sejak kunjungan pertama, suami diberikan surat pengantar untuk memeriksakan keadaan spermanya.Hasil analisis sperma yang telah dilakukan oleh suami, memberikan kesimpulan asthenozoospermia, dimana kondisi tersebut mengartikan % motilitas sperma yang bergerak ke depan < 50%. Keadaan ini dapat menjadi salah satu penyebab pasangan ini sulit untuk mendapatkan kehamilan, namun berdasar keadaan tersebut masih terdapat kemungkinan pasangan untuk memperoleh keturunan. Oleh sebab itu, pada pasien kedua belah pihak diberikan terapi hormonal untuk memperbaiki keadaan. Istri diberi terapi berupa profertil dan etuferol, sedangkan suami diberi terapi berupa tribestan. Profertil merupakan obat yang isinya clomiphene citrate adalah salah satu jenis obat yang digunakan untuk memicu ovulasi sehingga diberikan atas indikasi gangguan ovulasi atau unexplained infertility. Secara farmakologis, obat ini mudah diabsorpsi dan di ekskresi melalui feses dan urin. Sebagai kontraindikasinya yaitu pada pasien dengan penyakit hepar, riwayat disfungsi hepar, perdarahan abnormal dan wanita hamil. Dosis terapi untuk pemberian pertama yaitu 50 mg/hari secara peroral untuk 5 hari, dan pada pemberian kedua dan selanjutnya dosis ditingkatkan menjadi 100 mg/hari. Penggunaan obat ini dapat menyebabkan efek samping berupa sakit kepala, gangguan penglihatan, diplopia, fotofobia, nyeri perut, distensi, mual dan muntah.Etuferol merupakan tokoferol, yaitu senyawa antioksidan yang larut dalam lemak dan ditemukan dalam minyak sayur. Vitamin E ini diperlukan untuk pengembangan otot, sel darah merah dan reproduksi normal.Tribestan adalah suatu tablet non-hormonal yang mengandung bahan aktif yang berasal dari tumbuh-tumbuhan Tribulus terrestis L. Sebanyak 250 mg, dengan zat aktif Protodioscin 45%. Tribestan mengandung glikosida flavonoid dan saponin furostanol (protodioscin) sebaai komponen aktif. Indikasi dari obat ini bagi pria adalah membantu meringankan masalah kesuburan dan memperbiki kualita sperma.

BAB VPENUTUP

Kesimpulan Infertilitas adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri belum mampu memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2-3 kali dalam seminggu dalam kurun waktu 1 tahun tanpa menggunakan kontrasepsi. Pada pasien dalam kasus ini, diagnosis infertilitas dapat ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis, dimana jenis infertilitas yang dialami adalah infertilitas sekunder, hal tersebut berdasar keterangan pasien yang menyatakan pernah hamil sebelumnya namun mengalami keguguran. Penatalaksanaan pada pasien ini dengan memberikan terapi hormonal sebagai penyubur, dan memberikan edukasi mengenai perhitungan masa subur untuk menentukan waktu yang tepat dalam melakukan sanggama serta posisi dalam bersanggama. Pasien disarankan untuk memperbaiki gaya hidup, dimana makan makanan yang bergizi, istirahat yang cukup, berolahraga teratur dan menghindari stress.

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, F. Gary, et al., 2005, Obstetri Williams, Volume 2, Edisi 21, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.Hart, D. M., 2000, Gynaecology Illustrated, Fiftth Edition, Churchill Livingstone, Inc, United States.Mochtar R., 1998, Sinopsis Obstetri Ed. 2, Penerbit EGC, Jakarta.Prawirohardjo, S., 2008, Ilmu Kandungan, PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta Winknojosastro, Hanifa, Saifuddin, Abdul Bari and Rachimhadhi, Trijatmo, 2007, Ilmu Kandungan, Edisi Kedua, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.

34