referat infertilitas

21
BAB I PENDAHULUAN Ilmu kedokteran masa kini baru berhasil menolong 50 % pasangan infertile memperoleh anak yang diinginkannya. Itu berarti separuh lagi terpaksa menempuh hidup tanpa anak, megadopsi anak, poligini, atau bercerai. Berkat kemajuan tekonologi kedokteran, beberapa pasangan telah dimungkinkan memperoleh anak dengan jalan inseminasi buatan donor, “bayi tabung”, atau membesarkan janin di rahim wanita lain. Di Indonesia masih langka sekali dokter yang berminat dalam ilmu infertilitas. Apabila banyaknya pasangan infertil di Indonesia dapat diperhitungkan dari banyaknya wanita yang pernah kawin dan tidak mempunyai anak yang masih hidup, maka sensus penduduk terdapat 12 % baik di desa maupun di kota, atau kira-kira 3 juta pasangan infertile di sleuruh Indonesia. Sesuai dengan definisi fertilitas yaitu kemampuan seorang isteri untuk menjadi hamil dan melahirkan anak hidup oleh suami yang mampu menghamilinya,maka pasangan infertil haruslah dilihat sebagai satu kesatuan. Penyebab infertilitaspun harus dilihat pada kedua belah pihak yaitu isteri dan suami. Salah satu bukti bahwa pasangan infertil harus dilihat sebagai satu kesatuan adalah adanya faktor imunologi yang memegang peranan dalam fertilitas suatu pasangan. Faktor imunologi ini erat kaitannya dengan faktor semen/sperma, cairan/lendir serviks dan reaksi 1

Transcript of referat infertilitas

Page 1: referat infertilitas

BAB I

PENDAHULUAN

Ilmu kedokteran masa kini baru berhasil menolong 50 % pasangan infertile memperoleh

anak yang diinginkannya. Itu berarti separuh lagi terpaksa menempuh hidup tanpa anak,

megadopsi anak, poligini, atau bercerai. Berkat kemajuan tekonologi kedokteran, beberapa

pasangan telah dimungkinkan memperoleh anak dengan jalan inseminasi buatan donor, “bayi

tabung”, atau membesarkan janin di rahim wanita lain. Di Indonesia masih langka sekali dokter

yang berminat dalam ilmu infertilitas.

Apabila banyaknya pasangan infertil di Indonesia dapat diperhitungkan dari banyaknya

wanita yang pernah kawin dan tidak mempunyai anak yang masih hidup, maka sensus penduduk

terdapat 12 % baik di desa maupun di kota, atau kira-kira 3 juta pasangan infertile di sleuruh

Indonesia.

Sesuai dengan definisi fertilitas yaitu kemampuan seorang isteri untuk menjadi hamil dan

melahirkan anak hidup oleh suami yang mampu menghamilinya,maka pasangan infertil haruslah

dilihat sebagai satu kesatuan. Penyebab infertilitaspun harus dilihat pada kedua belah pihak

yaitu isteri dan suami. Salah satu bukti bahwa pasangan infertil harus dilihat sebagai satu

kesatuan adalah adanya faktor imunologi yang memegang peranan dalam fertilitas suatu

pasangan. Faktor imunologi ini erat kaitannya dengan faktor semen/sperma, cairan/lendir

serviks dan reaksi imunologi isteri terhadap semen/sperma suami. Termasuk juga sebagai faktor

imunologi adanya autoantibodi.

Lebih kurang seperlima pasangan usia subur di Amerika Serikat adalah pasangan

infertil. Limabelas persen diantaranya tergolong infertil yang tidak jelas penyebabnya

(unexplained infertility). Banyak bukti yang menjelaskan bahwa ada peranan faktor

imunomodulasi pada pasangan ini. Aspek penting dari imunomodulasi ini adalah adanya

antibodi anti sperma (ASA).

Beberapa penelitian telah dilakukan terutama dinegara maju untuk mengetahui hubungan

faktor imunologi ini dengan fungsi reproduksi suatu pasangan. Diantara penelitian ini yaitu

menemukan antigen pada sperma, cara-cara identifikasi antigen/antibodi dalam tubuh, dan

penatalaksanaan apa yang memungkinkan diberikan pada pasangan infertil dengan faktor

imunologi ini. Terjadinya infertilitas pada suatu pasangan yang mempunyai antibodi antisperma

secara teoritis dikarenakan tingginya kadar antibodi antisperma pada cairan vagina, serviks, 1

Page 2: referat infertilitas

uterus atau tuba. Walaupun antibodi antisperma terdapat dalam serum seseorang, belum tentu

orang tersebut mempunyai antibodi antisperma yang tinggi kadarnya dalam cairan genitalianya.

Penemuan antibodi antisperma juga memberiakan suatu ide bagi beberapa ilmuwan untuk

mengembangkan suatu vaksin kontrasepsi berdasarkan antigen sperma.

2

Page 3: referat infertilitas

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Fertilitas adalah kemampuan seorang istri untuk menjadi hamil dan melahirkan anak

hidup oleh suami yang mampu menghamilkannya. Jadi, fertilitas adalah fungsi satu pasangan

yang sanggup menjadikan kehamilan dan kelahiran anak hidup.

Infertilitas diklasifikasikan menjadi infertilitas primer dan sekunder. Infertilitas primer

bila istri belum pernah hamil walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada kemungkinan

kehamilan selama 12 bulan. Infertilitas sekunder bila istri pernah hamil, akan tetapi

kemudian tidak terjadi kehamilan lagi walaupun pasangan bersenggama dan dihadapkan

kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan.

2.2 Epidemiologi

Kenyataan menunjukkan, 40 persen masalah yang membuat sulit punya anak terdapat

pada wanita, 40 persen pada pria, dan 30 persen pada keduanya. Walaupun masalah

infertilitas tidak berpengaruh terhadap aktivitas fisik sehari-hari dan tidak mengancam jiwa,

bagi banyak pasangan hal ini berdampak besar terhadap kehidupan berkeluarga. Faktor

psikokultural mempengaruhi sikap pasangan terhadap masalah ini, termasuk upaya-upaya

irasional untuk punya anak. Memang apa yang dilakukan penderita tidak dapat disalahkan

sepenuhnya, karena ilmu kedokteran yang mutakhir sekalipun belum dapat menjawab

seluruh masalah infertilitas secara memuaskan.

Sekitar 10 persen pasangan suami-istri mengalami kesulitan memperoleh keturunan

sehingga memerlukan bantuan medis untuk mendapatkan keturunan. Penyebab infertilitas

terbesar, yaitu 30-50 persen, ialah gangguan pada sperma. Jumlah pasangan subur di

Indonesia sampai akhir tahun 2009 sekitar 15 juta, dengan demikian 1,5 juta hingga 2 juta

pasangan mengalami masalah infertilitas.

2.3 Etiologi

Banyak faktor yang menyebabkan mengapa seorang wanita tidak bisa atau sukar

menjadi hamil setelah kehidupan seksual normal yang cukup lama. Diantara faktor-faktor

tersebut yaitu faktor organik/fisiologik, faktor ketidakseimbangan jiwa dan kecemasan

berlebihan. Dimic dkk di Yugoslavia mendapatkan 554 kasus (81,6%) dari 678 kasus

pasangan infertil disebabkan oleh kelainan organik, dan 124 kasus (18,4%) disebabkan oleh

faktor psikologik. Ingerslev dalam penelitiannya mengelompokkan penyebab infertilitas 3

Page 4: referat infertilitas

menjadi 5 kelompok yaitu faktor anatomi, endokrin, suami, kombinasi, dan tidak diketahui

(unexplained infertility).

Sumapraja membagi masalah infertilitas dalam beberapa kelompok yaitu air mani,

masalah vagina, masalah serviks, masalah uterus, masalah tuba, masalah ovarium, dan

masalah peritoneum.

1. Masalah air mani

Penampungan air mani

Air mani ditampung dengan jalan masturbasi, setelah abstinensia 3-5 hari.

Karakteristik air mani

- Koagulasi dan likuefaksi

Air mani akan segera menjadi agar atau koagulum, lalu melikuefaksi dalam 5-20

menit menjadi cairan yang agak pekat.

- Viskositas

Setelah berlikuefaksi, ejakulat akan menjadi cairan homogeny yang agak pekat, yang

dapat membenang kalau dicolek dengan sebatang lidi. Daya membenangnya dapat

mencapai 3-10 cm. Makin panjang membenangnya, makin tinggi viskositasnya.

Lebih tepat bila menggunakan pipet Eliasson, viskositas normal memerlukan waktu

1-2 detik, dikatakan tinggi bila lebih dari 5 detik. Bila kadar spermatozoa <60 juta/ml

viskositas tinggi air mani itu sangat menghambat gerakan spermatozoa.

- Rupa dan bau

Air mani yang baru diejakulasikan rupanyaputih-kelabu, seperti agar-agar. Setelah

berlikuefaksi menjadi cairan, kelihatannya jernih atau keruh, tergantung dari

konsentrasi spermatozoa yang dikandung. Baunya langu, seperti bau bunga akasia.

- Volum

Setelah abstinensia selama 3 hari, volum air mani berkisar antara 2,0-5,0 ml. Volum

kurang dari 1 ml atau lebih dari 5 ml biasanya disertai kadar spermatozoa rendah.

- pH

Air mani yang diejakulasikan pH-nya berkisar antara 7,3-7,7, yang bila dibiarkan

lebih lama, akan meningkat karena penguapan CO2 nya. Bila pH lebih dari 8,

mungkin disebabkan oleh peradangan mendadak kelenjar atau saluran genital, bila pH

<7,2 mungkin disebabkan peradangan menahun kelenjar. Secret kelenjar prostat pH

nya <7 4

Page 5: referat infertilitas

- Fruktosa

Merupakan hasil dari vesikula seminalis yang menunjukkan adanya rangsangan

andogen.

Pemeriksaan mikroskopik

1. Konsentrasi spermatozoa

Cairan pengencernya adalah larutan George yang mengandung formalin 40 %,

sehingga spermatozoa menjadi tidak bergerak. Untuk menghitung kadar spermatozoa

yang bergerak digunakan larutan NaCl 0,9 %, yang tidak membunuh spermatozoa

yang bergerak. Tahun 1929, Macomber dan Saunders menyatakan konsentrasi

spermatozoa yang bisa menghamilkan adalah 60 juta/ml. Amelar, tahun 1966, 40

juta/ml atau 125 juta/ejakulat asal morfologi dan gerakan spermatozoa normal.

Macleod, menyatakan >20 juta/ml. makin rendah konsentrasi spermatozoa, makin

kurang kemungkinan menghamilkannya, dan bila konsentrasi <10 juta/ml, sangat

jarang terjadi kehamilan.

2. Motilitas spermatozoa

Lebih penting dari pada konsentrasi. Pada pemeriksaan pasca senggama segera

ternyata spermatozoa dapat mencapai lender serviks dalam 1 ½ menit setelah

ejakulasi, dan tidak dapat hidup lama dalam secret vagina karena keasamannya yang

tinggi.

3. Morfologi spermatozoa

Pemeriksaan ini hanya dapat dilakukan dengan pulasan sediaan usap air mani, lalu

menghitung jenis spermatozoanya.

Uji ketidakcocokan imunologik

Uji kontak air mani dengan lender serviks (sperm cervical mucus contact test-

SCMC Test) yang dapat menunjukkan adanya antibody local pada pria atau wanita.

2. Masalah vagina

Bila terdapat peradangan atau sumbatan. Sumbatan psikogen disebut vaginismus atau

disparenia, sedangkan sumbatan anatomic dapat karena bawaan atau didapat.

5

Page 6: referat infertilitas

3. Masalah serviks

Migrasi spermatozoa ke dalam lender serviks sudah dapat terjadi pada hari ke-8

atau 9, mencapai puncaknya saat ovulasi, lalu terhambat pada 1-2 hari setelah ovulasi.

Spermatozoa sudah dapat sampai di lendir serviks 1 ½ - 3 menit post

ejakulasi.spermatozoa yang tertinggal dalam lingkungan vagina lebih dari 35 menit tidak

lagi mampu bermigrasi ke lender serviks. Spermatozoa motil dapat hidup dalam lender

serviks sampai 8 hari setelah sanggama.

Bila terdapat sumbatan kanalis servikalis, lender serviks yang abnormal,

malposisi, atau kombinasi. Kelainan anatomi, seperti polip, atresia, stenosis karena

trauma, peradangan menahun (servisitis).

- Uji pascasanggama

Kebanyakan peneliti bersepakat untuk melakukannya pada tengah siklus haid. Uji

pasca sanggama dilakukan secepatnya setelah sanggama. Jette dan Glass menemukan

peningkatan persentase kehamilan yang secara statistic bermakna kalau terdapat lebih

dari 20 spermatozoa/LPB; dan tidak berbeda bermakna pada golongan 1-5, 6-10, atau

11-20 spermatozoa/LPB.

Cara pemeriksaan

Setelah abstinensia selama 2 hari, pasangan dianjurkan lakukan sanggama 2 jam

sebelum saat yang ditentukan. Dengan speculum kering serviks ditampilkan, lalu

lendir dibersihkan dengan kapas kering. Jangan gunakan kapas basah oleh antiseptic

karena dapat mematikan spermatozoa. Diliat di bawah mikroskop.

- Uji in vitro

1. Uji gelas objek

Dengan menempatkan setetes air mani dan setetes lendir serviks pada gelas objek,

lalu disinggungkan. Spermatozoa akan tampak menyerbu ke lendir serviks.

2. Uji kontak air mani dengan lendir serviks

Menurut Kremer & Jager, pada ejakulat dengan autoimunisasi, gerakan maju

spermatozoa akan berubah menjadi terhenti, atau gemetar di tempat kalau

bersinggungan dengan lendir serviks, ini menandakan adanya antibody pada

serum serviks terhadap spermatozoa. Uji dilakukan dengan cara setetes lendir

serviks dicampur dan diaduk dengan tetesan air mani di atas gelas objek, lalu

bandingkan motilitas spermatozoa dengan tetesan air mani di sebelahnya. Uji ini 6

Page 7: referat infertilitas

untuk menyelidiki adanya factor imunologi apabila ternyata uji pascasanggama

selalu negative atau kurang baik, sedangkan kualitas air mani dan lendir serviks

normal. Perbandingan banyaknya spermatozoa yang gemetar di tempat, yang

maju pesat, dan yang tidak bergerak mungkin menentukan prognosis fertilitas

pasangan.

4. Masalah uterus

Spermatozoa dapat ditemukan dalam tuba fallopii manusia secepat 5 menit setelah

inseminasi. Kontraksi uterus dan vagina berperan penting dalam transportasi

spermatozoa. Kurang nya prostaglandin dalam air mani dapat merupakan masalah

infertilitas, karena berperan dalam transportasi spermatozoa dengan jalan membuat uterus

berkontraksi. Selain itu dapat disebabkan distorsi kavum uteri karena sinekia, mioma,

polip, peradangan endometrium, dan lain-lain.

- Biopsi endometrium

Bila ingin mengetahui pengaruh hormone estrogen atau yang lain selain

hormonal, maka biopi dilakukan pada hari ke-14. Bila ingin mengetahui peradangan

menahun (TBC), ovulasi, atau neoplasia, biopsy dilakukan setelah ovulasi. Umumnya

waktu yang terbaik untuk biopsy adalah 5 – 6 hari setelah ovulasi, yaitu sesaat

sebelum terjadinya implantasi blastosis pada pemukaan endometrium.

Bila terjadi defek fase luteal yaitu korpus luteum tidak menghasilkan cukup

progesterone, menurut Speroff et al., siklus haid dengan defek luteal yang berulang

hanya terjadi pada kurang dari 4 % pasangan infertil.

- Histerosalpingografi (HSG)

Menyuntikkan kontras dengan kateter pediatric foley, diawasi dengan fluoroskopi.

HSG yang baik dapat memberikan keterangan tentang seluk-beluk kavum uteri,

patensi tuba, bila tuba paten dapat perlihatkan peritoneum.

- Histeroskopi

Adalah peneropongan kavum uteri yang sebelumnya telah digelembungkan dengan

media dekstran 32 %, glukosa 5 %, garam fisiologik, atau gas CO2.

Dilakukan pada infertilitas, dengan:

1. Kelainan pada HSG

2. Riwayat abortus habitualis

3. Miom atau polip submukosa7

Page 8: referat infertilitas

4. Perdarahan abnormal dari uterus

5. Sebelum lakukan bedah plastic tuba, untuk menempatkan kateter sebagai splint

pada bagian proksimal tuba.

Tidak dilakukan biladiduga ada infeksi akut rongga panggul, kehamilan, atau

perdarahan banyak dari uterus

6. Masalah tuba

- Pertubasi

Atau uji rubin, bertujuan memeriksa patensi tuba dengan jalan meniupkan gas

CO2 melalui kanula atau kateter foley yang terpasang pada kanalis servikalis. Apabila

kanalis servikouteri dan salah satu atau kedua tubanya paten, maka gas akan

mengalir bebas ke dalam kavum peritonei.patensi tuba akan dinilai dari cacatan

tekanan aliran gas sewaktu dilakukan peniupan, terdengarnya pada auskultasi

suprasimpisis tiupan gas masuk ke dalam kavum peritonei seperti bunyi jet atau nyeri

bahu segera setelah pasien dipersilakan duduk sehabis pemeriksaan, akibat terjadi

penggumpalan gas di bawah diafragma.

Indikasi kontra adalah kehamilan yang belum disingkirkan, peradangan alat

kelamin, perdarahan uterus, dan kuretase yang baru dilakukan. Saat terbaik untuk

dilakukan pertubasi adalah setelah haid bersih dan sebelum ovulasi, atau pada hari ke

10 siklus haid.

7. Masalah ovarium

Ovulasi yang jarang terjadi dapat menyebabkan infertilitas. Bagi pasangan

infertile yang bersenggama teratur, cukup dianjurkan senggama 2 hari sekali pada

minggu dimana ovulasi diharapkan akan terjadi.

Masalah ovulasi dapat dilihat dari pengamatan korpus luteum, siklus haid yang

tidak teratur dengan lama haid yang tidak sama sangat mungkin disebabkan anovulasi.

Amenore hamper selalu disertai kegagalan ovulasi. Nyeri perut bawah kiri atau kanan

sebagai tanda ovulasi. Keputihan, ketegangan jiwa, nyeri payudara sering terjadi pada

siklus haid yang berovulasi.

- Perubahan lendir serviks

Diperiksa berdasarkan perubahan:

1. Bertambah besarnya pembukaan ostium eksterna serviks

8

Page 9: referat infertilitas

2. Bertambah banyaknya jumlah, bertambah panjangnya daya membenang,

bertambah jernih, bertambah rendahnyaviskositas

3. Bertambah tingginya daya serbu spermatozoa

4. Peningkatan persentase sel-sel kariopiknotik dan eosinofilik pada usap vagina.

- Catatan suhu basal

Pada pembacaan kurva suhu basal badan, ovulasi terjadi setelah permulaan

peningkatan suhu basal badan.

- Sitologi vagina hormonal

Menyelidiki sel-sel yang terlepas dari selaput lendir vagina, sebagai pengaruh

hormone-hormon ovarium. Pemeriksaan ini sangat sederhana, mudah, tidak

menimbulkan nyeri, sehingga dapat dilakukan berkala pada siklus haid. Tidak ada

indikasi kontra.

Tujuan :

1. Memeriksa pengaruh estrogen dengan mengenal perubahan sitologik yang khas

pada proliferasi

2. Memeriksa adanya ovulasi dengan melihat perubahan sitologik fase luteal lanjut

3. Menentukan saat ovulasi

4. Memeriksa kelainan fungsi ovarium pada siklus haid yang tidak berovulasi.

Oei melakukan pemeriksaan dengan cara ;

1. Tablet nimorazol dimasukkan ke vagina 2 hari sebelum pemeriksaan

2. Pemeriksaan terencana hari ke 8, 12, 18, 24 dari siklus haid.

3. Dilarang sanggama, periksa dalam, atau bilas ke dalam vagina, dalam 24 jam

pemeriksaan

4. Lihat forniks lateral dengan speculum

5. Lendir vagina di oleskan ke gelas objek

6. Difiksasi dengan alcohol

7. Diwarnai dengan pulasan Harris-shorr

- Pemeriksaan hormonal

Dilakukan pemeriksaan terhadap FSH, LH, estrogen dan progesterone. Pemeriksaan

estrogen serum atau urin memberikan banyak informasi tentang aktivitas ovarium dan

penentuan saat ovulasi. Pemeriksaan progesterone plasma atau pregnandiol urin

berguna untuk menunjukkan ovulasi. Ovulasi akan diikuti oleh peningkatan 9

Page 10: referat infertilitas

progesterone, yang dapat diukur mulai 2 hari sebelum ovulasi, dan sangat nyata pada

3 hari setelah ovulasi.

- Biopsi endometrium

Jarang dilakukan.

8. Masalah peritoneum

Dengan menggunakan laparoskopi diagnostik, Esposito menganjurkan sebaiknya

dilakukan 6-8 bulan setelah pemeriksaan infertilitas dasar selesai dilakukan.

Albano, indikasi laparoskopi diagnostic;

1. 1 tahun pengobatan belum juga hamil

2. Siklus haid tidak teratur, atau suhu badan basal monofasik

3. Istri berumur >28 tahun, atau infertile selama >3 tahun

4. Riwayat laparotomi

5. Pernah HSG

6. Riwayat apendisitis

7. Pertubasi abnormal

8. Tersangka endometriosis

9. Akan lakukan inseminasi buatan

Waktu terbaik adalah segera setelah ovulasi. Laparoskopi untuk melihat kelainan tuba

seperti tuba fimosis, melihat rongga perut, melihat adanya endometriosis, dan lain-lain.

2.4 Penanggulangan

Air mani abnormal

Lakukan sanggama berencana pada saat subur istri

Varikokel

Lakukan operasi. Dua pertiga pria dengan varikokel yang dioperasi akan alami perbaikan

dalam motilitas spermatozoanya.

Sumbatan vas

Operasi vasoepididimostomi belum memuaskan hasilnya.

Infeksi

Diberikan antibiotik, dengan pilihan yang dapat terkumpul dalam traktus genitalis dalam

jumlah besar, seperti eritromisin, dimetilklortetrasiklin, dan trimetoprimsulfametoksazol.

Defisiensi gonadotropin

10

Page 11: referat infertilitas

Diberikan LH dalam bentuk HCG selama 3 bulan dengan dosis 1000 dan 3000 IU, dua atau

tiga kali seminggu. pada beberapa orang terkadang memerlukan pengobatan HCG dan FSH

untuk merangsang spermatogenesis. Diberikan preparat 3-4 ampul setiap minggu, dengan

lama pengobatan bervariasi antara 4 bulan sampai 2 tahun, hingga ditemukannya

spermatozoa dalam ejakulatnya. Oleh karena itu, monitor air mani setiap bulan.

Hiperprolaktinemia

Dengan memberikan dopamine agonis 2-bromo-alfa-ergo-kriptin.

Uji pascasanggama yang abnormal

Diberikan Dietil stillbestrol (DES) dengan dosis 0,1-0,2 mg per hari dimulai pada hari ke

lima sampai keduapuluh dari siklus haid, baik bila penyebabnya adalah kualitas dan jumlah

lendir serviks yang sedikit. Klomifen sitrat digunakan bila penyebabnya lendir serviks yang

kurang baik akibat perkembangan folikular yang tidak adekuat. Inseminasi buatan dapat

dilakukan pada kasus normospermia volum rendah dna oligospermia ringan.

Mioma uteri

Dilakukan miomektomi

Masalah tuba yang tersumbat

Bila dengan riwayat infeksi pelvik, dapat diberikan antibiotic jangka panjang selama 6-12

bulan. Endometriosis dapat diobati dengan pil-kb, progesterone, atau danazol. Dilakukan

pembedahan, atas indikasi tersumbatnya seluruh atau sebagian tuba, tidak dapat dilakukan

bila kalau hasil analisis air mani suami abnormal, dan penyakit pada istri yang tidak

dibolehkan hamil. Tujuannya adalah untuk memperbaiki dan mengembalikan anatomi

tubadan ovarium. Saat yang paling tepat dilakukan pembedahan adalah pada tengah

proliferasi, dan jangan fase sekresi.

Endometriosis

1. Menunggu sampai kehamilan sendiri

Dengan mempertimbangkan usia dan lama infertilitas

2. Hormonal

Pil KB yang berkhasiat kuat seperti noretinodrel 5 mg + mestranol 75 mikrogram

(enovid), dengan 1-2 tablet sehari, lalu dinaikkan dengan 1-2 tablet setiap minggu,

sampai pasien mendapat 20 mg (4 tablet) sehari, selama 6-9 bulan. Danazol dengan dosis

200mg, 2 kali 2 kapsul atau 4 kali 1 kapsul sehari, selama 6 bulan atau hingga hasil

memuaskan.11

Page 12: referat infertilitas

Induksi ovulasi dengan klomifen sitrat

Klomifen sebagai pilihan utama pasien dengan siklus haid yang tidak berovulasi dan

oligomenore, amenore sekunder yang kadar FSH, LH, dan prolaktin normal. Bila haid

klomifen diberikan pada hari kelima sampai hari kesembilan selama 5 hari. Bila tidak haid,

buat perdarahan surut dengan 5 mgnoretisteron, 2 kali sehari selama 5 hari, klomifen

diberikan hari ke lima setelah perdarahan surut. Dosis nya adalah 50 mg perhari selama 5

hari.

Terdapat 4 kemungkinan hasil, yaitu

1.Terjadi ovulasi.

2. Hanya pematangan folikel, mungkin dengan ovulasi yang terjadi lambat atau defek

korpus luteul

3. Pematangan folikel tanpa ovulasi

4. Tak ada reaksi sama sekali

Bila kemungkinan 1, pengobatan diulang, kemungkinan 2 pengobatan diulang, bila

hasil sama dosis dinaikkan. Kemungkinan 3, pengobatan diulang, dosis sama ditambah

HCG 3000-5000 IU selama 5-7 hari setelah dosis klomifen dimakan. Kemungkinan 4, dosis

dinaikkan setiap siklus, dimulai dengan 100 mg perhari selama 5 hari dan berakhir dengan

dosis maksimal 200 mg per hari selama 5 hari

2.5 Prognosis

Menurut Behrman&Kistner, prognosis terjadinya kehamilan tergantung pada umur

suami, umur istri, dan lamanya dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan (frekuensi

sanggama, dan lamanya perkawinan). Karena adanya pengelolaan mutakhir, 50 % pasangan

dapat hamil. Jones & Pourmand, pasangan yang tidak hamil selama 3 tahun, dapat

mengharapkan kehamilan 50 %, yang lebih dari 5 tahun, menurun menjadi 30 %. Turner et

al., menyatakan bahwa lamanya infertilitas sangat mempengaruhi prognosis kehamilan.

12

Page 13: referat infertilitas

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Infertilitas diklasifikasikan menjadi infertilitas primer dan sekunder. Infertilitas

primer bila istri belum pernah hamil walaupun bersenggama dan dihadapkan kepada

kemungkinan kehamilan selama 12 bulan. Infertilitas sekunder bila istri pernah hamil, akan

tetapi kemudian tidak terjadi kehamilan lagi walaupun pasangan bersenggama dan

dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan.

Sumapraja membagi masalah infertilitas dalam beberapa kelompok yaitu air mani,

masalah vagina, masalah serviks, masalah uterus, masalah tuba, masalah ovarium, dan

masalah peritoneum.

Menurut Behrman&Kistner, prognosis terjadinya kehamilan tergantung pada

umur suami, umur istri, dan lamanya dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan (frekuensi

sanggama, dan lamanya perkawinan). Karena adanya pengelolaan mutakhir, 50 % pasangan

dapat hamil. Jones & Pourmand, pasangan yang tidak hamil selama 3 tahun, dapat

mengharapkan kehamilan 50 %, yang lebih dari 5 tahun, menurun menjadi 30 %. Turner et

al., menyatakan bahwa lamanya infertilitas sangat mempengaruhi prognosis kehamilan.

13

Page 14: referat infertilitas

DAFTAR PUSTAKA

Pritchard, dan MacDonald, G. (2001), Obstetri Williams, Edisi Ketujuhbelas, Airlangga

University Press, Jakarta.

Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo: 2008.

Mochtar, R. (2004), Sinopsis Obstetri Fisiologi Patologi, Edisi III, EGC, Jakarta.

Achadiat, C.M. (2004), Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi, EGC, Jakarta.

Depkes RI, (2002), Pedoman Teknis Pelayanan Kesehatan Dasar, Pelayanan Kesehatan

Neonatal Esensial, Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan

Masyarakat Direktorat Bina Kesehatan Keluarga, Jakarta.

Manuaba, I.B.G. (2001), Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana

Untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta.

14