Infertilitas Sekunder

45
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekalipun gerakan keluarga berencana sangat gencar di galakan, tetapi ada sebagian kecuali masyarakat sangat mendambakan keturunan karena telah cukup waktu untuk menanggungnya namun belum berhasil. Diperkirakan jumlah mereka sekitar 10 % pasangan usia subur atau kurang sama dengan 7-8 juta orang. Kerisaun mereka menyebabkan mereka sangat gelisah, dan terus berusaha dan pada berkali-kali berganti dokter yang di dengarnya telah berhasil dalam menolong mereka yang mendambakan kehamilan. Penanganan pasangan mandul atau kurang subur ( infertilitas ) merupakan masalah medis yang kompleks dan menyangkut beberapa disiplin ilmu kedokteran, sehingga memerlukan konsultasi pemeriksaan yang kompleks pula. Ilmu kedokteran masa kini baru berhasil menolong 50% pasangan infertile memperoleh anak yang diinginkanya.itu berarti separuhnya lagi harus menempuh hidup tanpa anak, mengangkat anak (adopsi), poligini atau bercerai. Berkat kemajuan teknologi kedokteran, beberapa pasangan telah dimungkinkan memperoleh anak dengan jalan inseminasi buatan donor, “ bayi tabung “, atau membesarkan janin didalam rahim wanita lain. Dalam makalah ini akan di uraikan mengenai definisi, penyebab, pemeriksaan pasangan infertilitas sekunder, penangannya beserta dengan asuhan keperawatannya. 1

Transcript of Infertilitas Sekunder

Page 1: Infertilitas Sekunder

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekalipun gerakan keluarga berencana sangat gencar di galakan, tetapi ada

sebagian kecuali masyarakat sangat mendambakan keturunan karena telah cukup waktu

untuk menanggungnya namun belum berhasil. Diperkirakan jumlah mereka sekitar 10 %

pasangan usia subur atau kurang sama dengan 7-8 juta orang. Kerisaun mereka

menyebabkan mereka sangat gelisah, dan terus berusaha dan pada berkali-kali berganti

dokter yang di dengarnya telah berhasil dalam menolong mereka yang mendambakan

kehamilan.

Penanganan pasangan mandul atau kurang subur ( infertilitas ) merupakan

masalah medis yang kompleks dan menyangkut beberapa disiplin ilmu kedokteran,

sehingga memerlukan konsultasi pemeriksaan yang kompleks pula.

Ilmu kedokteran masa kini baru berhasil menolong 50% pasangan infertile

memperoleh anak yang diinginkanya.itu berarti separuhnya lagi harus menempuh hidup

tanpa anak, mengangkat anak (adopsi), poligini atau bercerai. Berkat kemajuan teknologi

kedokteran, beberapa pasangan telah dimungkinkan memperoleh anak dengan jalan

inseminasi buatan donor, “ bayi tabung “, atau membesarkan janin didalam rahim wanita

lain.

Dalam makalah ini akan di uraikan mengenai definisi, penyebab, pemeriksaan

pasangan infertilitas sekunder, penangannya beserta dengan asuhan keperawatannya.

B. Tujuan Penulisan

a. Tujuan Umum

1) Mempelajari tentang gejala-gejala yang menyertai klien dengan

infertilitas sekunder, dan berbagai faktor yang diduga mempunyai

kaitan dengan gejala-gejala tersebut.

b. Tujuan Khusus

1) Untuk melakukan pengkajian pada klien dengan infertilitas sekunder

1

Page 2: Infertilitas Sekunder

2) Untuk menegakkan diagnosa keperawatan pada klien dengan

infertilitas sekunder

3) Untuk melihat dan melaksanakan intervensi keperawatan pada klien

dengan infertilitas sekunder

4) Untuk melakukan evaluasi pada klien dengan infertilitas sekunder.

C. Manfaat Penulisan

a. Hasil penulisan ini diharapkan bisa menambah pengetahuan dan wawasan

bagi perkembangan ilmu keperawatan.

b. Hasil penulisan ini diharapkan bisa meningkatkan pengetahuan dan

sebagai bahan masukan bagi sekolah atau instansi kesehatan.

c. Hasil penulisan ini diharapkan bisa menambah pengetahuan bagi

Masyarakat umum mengenai pentingnya dukungan keluarga terhadap

klien dengan infertilitas sekunder

d. Hasil penulisan ini diharapkan bisa menjadi referensi untuk penulisan

selanjutnya.

2

Page 3: Infertilitas Sekunder

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. DEFINISI

Infertilitas sekunder adalah kalau istri pernah hamil, akan tetapi

tidak terjadi kehamilan lagi walaupun bersenggama.

2. ETIOLOGI

Riwayat yang teliti bisa membantu mengarahkan evaluasi, tetapi

penting memeriksa hitung sperma, ada tidaknya ovulasi, dan patensi dari

tuba fallopii sebelum memulai sembarang pengobatan.

1) Sebab-sebab infertilitas:

Penyakit saluran telur 25-50%

Anovulasi 20-40%

Factor pria 40%

Factor seviks 5 - 10%

Uterus / endometrium 5 - 10%

(mis : defek fase luteal )

Tidak diketahui 10% Kombinasi

2) Factor-faktor penyebab kemandulan adalah :

Factor wanita sekitar 60% sampai 75%.

Factor vagina 3% - 5%

Serviks 1% - 10%

Uterus 4% - 5%

Tuba fallopii 65% - 80%

Ovarium 5% - 10%

Peritoneum 5% - 10%

3) Factor suami sekitar 30% sampai 40%

Sebab-sebab infertilitas pada pria :

Infeksi

Prostatitis, epididimis, parotitis.

Kerusakan pada testis

3

Page 4: Infertilitas Sekunder

Varikokel

Panas –suhu skrotum yang tinggi bisa menurunkan jumlah dan

mortiliyas sperma.

Obat-obatan

Mariyuana

Kemoterapi

Tembakau

Alcohol : bisa menurunkan testiteron, juga bisa

mengurangi libido.

Ejakulasi retrograde

Hipospadia

Radiasi

Kongnital

Kelainan kromosom

Pernah vasektomi

Anti body anti sperma

Difungsi seksual.

3. PEMERIKSAAN PASANGAN INFERTILITAS SEKUNDER

a. Syarat-syarat pemeriksaan

Setiap pasangan infertile harus diperlakukan sebagai satu kesatuan.

Itu berarti, kalau istri saja sedangkan istrinya tidak mau di periksa, maka

pasangan itu tidak diperiksa.

Adapun syarat-syarat pemeriksaan pasangan infertil adalah sebagai

berikut :

1) Istri yang berumur antara 20-30 tahun baru akan diperiksa setelah

berusaha mendapat anak selama 12 bulan. Pemeriksaan bisa dilakukan

lebih dini bila :

a) Pernah mengalami keguguran berulang,

b) Diketahui mengidap kelainan endokrin,

c) Pernah mengalami rongga panggul atau rongga perut, dan

d) Pernah mengalami bedah ginekologi.

2) istri yang berumur antara 31-35 tahun dapat diperiksa pada

kesempatan pertama pasangan itu datang ke dokter

4

Page 5: Infertilitas Sekunder

3) pasangan infertile yang berumur 36-40 tahun hanya dilakukan

pemeriksaan infertilitas kalau belum mempunyai anak dari perkawinan

ini.

4) Pemeriksaan infertilitas tidak dilakukan pada pasangan infertile yang

tidak satu pasangan anggotannya mengidap penyakit yang

membahayakan kesehatan istri dan anaknya.

b. Rencana dan jadwal pemeriksaan

Rencana dan jadwal pemeriksaan infertilitas terhadap pasangan suami

dan istri selama 3 siklus haid istri.

c. Pemeriksaan masalah-masalah infertilitas

Masalah-masalah infertilitas yang penting adalah (1) masalah air mani,

(2) masalah vagina, (3) masalah serviks, (4) masalah uterus, (5) masalah

tuba, (6) masalah ovarium, dan (7) masalah peritoneum.

1. Masalah air mani

Air mani yang ditampung dengan jalan masturbasi langsung

kedalam botol gelas bersih yang bermulut lebar, setelah obstinensi 3-5

hari. Sebaiknya penampungan air mani itu dilakukan dirumah pasien

sendiri dan dibawa ke laboratorium setelah 2 jam.

Karateristik air mani

1) Koagulasi dan likuefaksi. Air mani yang di ejakulasi dalam bentuk

cair akan segera menjadi “agar” atau koagulum, untuk kemudian

melekuefaksi dalam 5-20 menit menjadi cairan yang agak pekat

guna memungkinkan spermatozoa bergerak dengan leluasa. Proses

koagulasi dan likuefaksi diatur oleh enzim.

2) Viskositas. Setelah berlikuefaksi, ejakulat akan menjadi cairan

homogen yang agak pekat, yang dapat membenang kalau dicolek

dengan sebatang lidi. Makin panjang membenangnya makin tinggi

viskositasnya. Pengukuran viskositas seperti itu sangat subyektif.

3) rupa dan bau. Air mani yang baru di ejakulasi rupanya putih-

kelabu, seperti agar-agar.baunya langu seperti bau bunga akasia.

5

Page 6: Infertilitas Sekunder

4) volum. Setelah abstinensi selama 3 hari, volum air mani berkisar

antara 2,0-5,0 ml.

5) PH air mani yang baru diejakulasi PH-nya berkisar antara 7,3-7,7,

yang bila dibiarkan lebih lama akn meningkat karena penguapan

CO2-nya.

6) kecepatan gerak sperma 0,8-1,2 detik.

7) persentase gerak sperma motil 60%

8) uji fruktosa posiif.

Uji ketidak cocokan imunologik, Uji kontak air mani dengan

lender serviks (sperm cervical mucus contact test – SCMC test)

yang dikembangkan oleh Kremer dan Jager memperyunjukan

adanya antibody lookal pada pria atau wanita.

2. Masalah vagina

Kemampuan menyampaikan air mani kedalam vagina sekitar

serviks perlu untuk fertilitas. Masalah vagina yang dapat menghambat

penyampaian ini adalah adanya sumbatan dan peradangan. Sumbatan

psikosen disebut Vaginismus atau Disparenia, sedangkan sumbatan

anatomic dapat karena bawaan atau perolehan. Vaginitis karena

Kandida albikans atau Trikomonas vaginalis hebat dapat merupakan

masalah, bukan karena anti spermisidalnya, melainkan arti

sengamanya.

3. Masalah serviks

Infertilitas Sekunder yang berhubungan dengan fakto serviks

dapat disebabkan oleh sumbatan kanalis servikalis, lender serviks yang

abnormal, mal posisi dari serviks, atau kombinasinya. Kelainan

anatomis serviks misalnya ; cacat bawaan (atresia), polip serviks,

stenosis akibat trauma, peradangan serviks, sinekia setelah konisasi,

dan insenimasi yang tidak adekuat.

4. Masalah uterus

6

Page 7: Infertilitas Sekunder

Prostaglandin memegang peranan penting dalam transportasi

spermatozoa kedalam uterus dan melewati penyempitan pada batas

uterus dan tuba itu, uterus sangat sensitive terhadap prostaglandin pada

akhir fase proliferasi dan permulaan fase sekresi. Dengan demikian,

kurangnya prostaglandin dalam air mani dapat merupakan masalah

infertilitas.

Masalah lain yang dapat mengangu transportasi spermatozoa

melalui uterus adalah distorsi kavum uteri karena sinekia, mioma atau

polip; peradangan endrometrium, dan gangguan kontraksi utrus.

Kelainan-kelainan itu dapat menggangu dalam hal implantasi,

pertumbuhan intra uterin, dan nutrisi serta oksigenasi janin.

5. Masalah tuba

Frekuensi factor tuba dalam infertilitas sangat bergantung pada

populasi yang diselidiki. Peranan factor tuba yang masuk akal adalah

25-50%. Dengan deikian factor tuba dapat dikatakan paling sering

ditemukan dalam masalah infertilitas. Oleh karena itulah, penilain

potensi tuba dianggap sebagai salah satu pemeriksaan terpenting dalam

pengobatan infertilitas.

6. Masalah ovarium

Deteksi tepat ovulasi kini tidak seberap penting lagi setelah

diketahui sperma dapat hidup dalam lender serviks selama 8 hari.

Deteksi tepat ovulasi baru diperlukan kalau akan dilakukan inseminasi

buatan, menentukan saat senggama yang jarang dilakukan, atau karena

siklus hidnya sangat panjang. Bagi pasangan-pasngan infertile yang

bersenggama teratur , cukup dianjurkan bersenggama dua kali sehari

pada minggu dimana ovulasi diharapkan akan terjadi.dengan demikian

nasehat senggama yang terlalu ketat tidak dianjurkan lagi.

7. Masalah peritoneum

Laparoskopi diagnostic telah menjadi bagian integral terahkir

pengelolaan infertilitas untuk memeriksa masalah peritoneum.

7

Page 8: Infertilitas Sekunder

Menurut Albano, indikasi untuk melakukan laparoskopi dignostik

adalah :

a) Apabila selama 1 tahun pengobatan belum juga terjadi kehamilan

b) Kalau siklus haid tidak teratur, ataun suhu basal badan monofasik;

c) Apabila istri pasangan infertile berumur 20 tahun lebih,atau

mengalami infertilitas selama 30 tahu lebih.

d) Kalau terdapat riwayat laparotomi

e) Kalau pernah dilkukan histerosalpingografi dengan media kontras larut

minyak.

f) Kalu terdapat riwayat apendititis

g) Kalau pasturbasi beulang-ulang abnormal;

h) Klau di diagnosa endrometriosis;

i) Kalau nakan dilkukan inseminasi buatan.

Kalau hasil pemeriksaan laparoskopi sangat meragukan, dapat dilakukan

pemeriksaan histeroskopi.

4. PROGNOSIS INFERTILITAS

Menurut Behrman & Kistner, prognosis terjadinya kehamilan tergantung

pada umur suami, umur istri dan lamanya dihadapkan kepada kemungkinan

kehamilan. Fertilitas maksimal wanita dicapai pada umur 24 tahun, kemudian

menurun perlahan –lahan sampai 30 tahun., dan setelah itu menurun dengan

cepat.

Menurut MacLeod, fertilitas maksimal pria di capai pada umur 24-35

tahun. Hamper pada setiap golongan umur pria proporsi terjadinya kehamilan

dalam waktu kurang dari 6 bulan meningkat dengan meningkatnya frekueansi

senggama.

Penyelidikan jumlah bulan yang di perlukan untuk terjadinya kehamilan

tanpa pemakaian kontrasepsi telah dilakukan di Taiwan dan Amerika Serikat

dengan kesimpulan 25% akan hamil dalam satu bulan pertama, 63% dalam bulan

pertama, 75% dalam9 bulan pertama, 80% dalam 12 bulan pertama, dan 90%

dalam 18 bulan pertama.dengan demikian makin lama pasangan kawin tanpa

hasil, makin turun prognosi kehamilannya.

Hasil penyelidikan Dor et al, menunjukan apabila umur istri akan

dibandingkan dengan angka kehamilanya, maka pada infertilitas primer akan

8

Page 9: Infertilitas Sekunder

terjadi penurunan yang tetap setelah umur 30 tahun.pada infertilitas sekunder juga

terjadi penurunan, akan tetapi tidak securam seperti infertilitas primer.

Jones & Pourmand berkesimp[ulan sama, bahwa pasangan yang telah

dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 3 tahun kurang, dapat

mengharapkan kehamilan sebesar 50%; yang lebih dari5 tahun, menurun menjadi

30%.

Turner et at. Menyatakan pula bahwa lamanya infertilitas sangat

mempengaruhi prognosis terjadinya kehamilan.

5. PENANGANAN INFERTILITAS

Penanganan terhadap infertilitas diarahkan kepada penyebab. Saluran telur

yang tidak paten biasanya disebabkan oleh penyakit radang panggul

(PRP). Tiap episode PRP meningkatkan risiko infertitlitas. Dengan PRP

episode pertama terdapt 10-15% risiko kemandulan ; dengan episode

kedua risiko meningkat menjadi 25%, dan setelah episode ketiga resiko

meningkat lagi menjadi 50%. Melepaskan adhesi-adhesi (lisis) saluran

telur dan rekonstruksinya dengan laparotomi atau laparoskopi bisa

mengembalikan patensi tuba. Namun, patensi tuba tidak menjamin

kebersihan menjadi hamil.

Anovulsi atau oligo-ovulasi adalah penyebab infertilitas yang

paling umum. Keberhailan pengobatan anovulasi bergantung kepada

penyebabnya. Adalah penting untuk menyingkirkan latar belakang

gangguan-gangguan endokrin sebelum terapi. Wanita yang kegemukan

seringkali mempunyai penyakit ovarium polikistik disertai anovulasi.

Pasien-pasien ini mempunyai kadar LH yang tetap tinggi dengan kadar

androgen yang tinggi, yang menyebabkan anovulasi. pengobatan dengan

sitras klommifen diindikasikan sebagai langkah pertama wanita yang

terlalu kurus (anoreksia nervosa, penari balet, penari, dsb)seringkali akan

mengalami anovulasi, tetapi mekanisme yang menyerti anovulasi pada

mereka berbeda dengan mekanisme pada pasien-pasien gemuk.

Terapi terhadap anovulasi haruslah pertama-tama mencari dan

mengoreksi sembarang latar belakang kelainan endokrin. Bila kelainan

endokrin tidak ada, selanjutnya diindikasikan untuk melakukan induksi

9

Page 10: Infertilitas Sekunder

ovulasi. Klomifen dimulai pada hari kelima dari siklus dan diberikan

selama 5 hari.

Human menoupousal gonadotropin (hMG) disediakan dalam

bentuk ampul yang mengandung 75 atau 150 IU untuk masing-masing

LH dan FSH (pergonal) dan urofolitropin disediakan dalam bentuk ampul

yang mengandung 75 IU FSH manusia yang di murnikan (metrodin)

10

Page 11: Infertilitas Sekunder

6. PENATALAKSANAN INFERTILITAS

11

PASANGAN MANDUL (INFERTILITAS)Merupakan kesatuan biologis.

ANAMNESA UMUM Berapa lama kawin Tentang hubungan seks Apakah infeksi

-penyakit hubungan seks-operasi alat kandungan genetalia luar

KECANDUAN DALAM Perokok Peminum Narkotik

PEMERIKSAAN DASAR UMUM Fisik umum suami/istri Laboratorium dasar Roentgen/ultrasonografi.

PEMERIKSAAN KHUSUS WANITA Cairan serviks

-Imunologis-Shim Huhner

Mikrokuretage Partubasi Hiteroskopi Histerosalpingografi Tes terjadinya ovulasi laparoskopi

PEMERIKSAAN KHUSUS Penis –kelainan anatomi

-ejakulasi terbalik Testis – kelainan anatomi

-kelinan pem. darah

PENGOBATAN PASANGAN KURANG SUBUR Bersifat spesialis Pengobatan kompleks Dengan obat khusus Dengan tindakan operasi

SIKAP BIDAN DI DESA/POLINDES Melakukan rujukan Memberikan nasehat

Page 12: Infertilitas Sekunder

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

Proses keperawatan adalah suatu metode sistematik untuk mengkaji respon

manusia terhadap masalah-masalah dan membuat rencana keperawatan yang

bertujuan untuk mengatasi masalah – masalah tersebut. Masalah-masalah

kesehatan dapat berhubungan dengan klien keluarga juga orang terdekat atau

masyarakat. Proses keperawatan mendokumentasikan kontribusi perawat dalam

mengurangi / mengatasi masalah-masalah kesehatan.

Proses keperawatan terdiri dari lima tahapan, yaitu : pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

a) Pengkajian

a. Data diri klien

b. Data biologis/fisiologis : Keluhan utama, riwayat keluhan utama

c. Riwayat kesehatan masa lalu

d. Riwayat kesehatan keluarga

e. Riwayat reproduksi : Siklus haid, durasi haid

f. Riwayat obstetric

g. Pemeriksaan fisik

h. Data psikologis/sosiologis : Reaksi emosional setelah penyakit

diketahui

1. Anamnesa umum( bersama ) :

Berapa usia perkawinan

Umur istri dan suami

Frekuensi hubungan seks

Tingkat kepuasan seks

Tehnik hubungan seks

Apakah masing-masin pernah kawin

Apakah dari perkawinan tersebut mempunyai anak

Kalau punya berapa umur anak terkecil

Apakah pernah menderita penyakit yang mungkin dapat menurunkan

kesuburan seperti penyakit hubungan seks atau pernah mengalami

oprasi.

2. Anamnesa khusus :

12

Page 13: Infertilitas Sekunder

a. Anamnesa khusus istri :

Berapa umur saat menarche

Apakah haid teratur

Berapa lama terjadi pendaraha.

o Apakah terdapat gumpalan darah

o Apakah disertai rasa nyeri saat menstruasi

o Apakah keputihan

Apakah terdapat kontak berdarah.

Riwayat alat reprodruksi.

o Apakah pernah mengalami oprasi alat genetelia

o Apakah pernah memakai KB-IUCD

o Apakah pernah keguguran.

o Apakah pernah infeksi genetelia.

b. Anamnesa suami :

Bagaimana tingkat ereksi

Apakah pernah mengalami penyakit hubungan seksual

Apakah pernah menderita penyakit mump (parotitus epidemika) waktu

kecil

Infertilitas primer yaitu suatu pasangan yang sudah menikah selama 1

tahun dan bersenggama namun belum menghasilkan keturunan.

b) Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon

individu, keluarga atau komunitas terhadap proses kehidupan/ masalah kesehatan.

Aktual atau potensial dan kemungkinan dan membutuhkan tindakan keperawatan

untuk memecahkan masalah tersebut. Adapun diagnosa keperawatan yang

muncul pada pasien infertilitas adalah sebagai berikut :

1) Ansietas b.d ketidaktahuan tentang hasil akhir proses diagnostic

2) Gangguan konsep diri; harga diri rendah b.d gangguan fertilitas

3) Gangguan konsep diri; gangguan citra diri b.d perubahan struktur

anatomis dan fungsional organ reproduksi

13

Page 14: Infertilitas Sekunder

4) Resiko tinggi terhadap kerusakan koping individu / keluarga b.d metode

yang digunakan dalam investigasi gangguan fertilitas

5) Konflik pengambilan keputusan b.d terapi untuk menangani infertilitas,

alternatif untuk terapi

6) Perubahan proses keluarga b.d harapan tidak terpenuhi untuk hamil

7) Berduka dan antisipasi b.d prognosis yang buruk

8) Nyeri akut b. d efek tes dfiagnostik

9) Efek tes diagnostic ketedakberdayaan b.d kurang control terhadap

prognosis

10) Resiko tinggi isolasi social b.d kerusakan fertilitas, investigasinya, dan

penataklaksanaannya

c) Perencanaan

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, maka intervensi dan aktivitas

keperawatan perlu ditetapkan untuk mengurangi, menghilangkan, dan mencegah

masalah keperawatan penderita. Tahapan ini disebut perencanaan keperawatan

yang meliputi penentuan prioritas, diagnosa keperawatan, menetapkan sasaran

dan tujuan, menetapkan kriteria evaluasi dan merumuskan intervensi dan aktivitas

keperawatan.

d) Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah tahap pelaksananan terhadap rencana tindakan keperawatan

yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien. Implementasi dilaksanakan

sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, disamping itu juga dibutuhkan

ketrampilan interpersonal, intelektual, teknikal yang dilakukan dengan cermat dan

efisien pada situasi yang tepat dengan selalu memperhatikan keamanan fisik dan

psikologis. Setelah selesai implementasi, dilakukan dokumentasi yang meliputi

intervensi yang sudah dilakukan dan bagaimana respon pasien.

e) Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan

evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi

keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan.

14

Page 15: Infertilitas Sekunder

Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh mana tujuan

tercapai:

1. Berhasil : prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal

yang ditetapkan di tujuan.

2. Tercapai sebagian : pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang

ditentukan dalam pernyataan tujuan.

3. Belum tercapai. : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan prilaku yang

diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan.

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny. D.K

DENGAN INFERTILITAS SEKUNDER DI PAVILIUN MARIA

RSU BETHESDA TOMOHON

OKTOBER 2010.

15

Page 16: Infertilitas Sekunder

a. PENGKAJIAN

I. Identitas Diri Pasien

Nama : Ny. D.K

Umur : 25 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Desa Woloan, Kec. Tomohon Utara.

Status perkawinan : Nikah

Agama : Kristen Protestan Pentakosta

Suku /Bangsa : Minahasa / Indonesia

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Tgl. MRS/Tgl operasi : 12 Oktober Jam : 07.00 wita

Tgl. Pengkajian : 12 Oktober 2010. Jam : 10.00 wita

Sumber informasi : Pasien

Keluarga yang dapat

dihubungi : Suami

Nama : Tn. E.D

Umur : 30 Tahun

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Tani

Alamat : Desa Woloan, kec. Tomohon Utara.

II. Status Kesehatan saat ini

a. Keluhan Utama

Saat dikaji klien mengeluh nyeri perut.

b. Riwayat keluhan utama

Keluhan dirasakan pada daerah perut, karena haid tidak teratur, selama 4 hari

sejak tanggal 12 Oktober 2010.

c. Riwayat keluhan MRS.

16

Page 17: Infertilitas Sekunder

Klien MRS dengan keluhan nyeri pada bagian perut, karena haid yang tidak

teratur, pusing, kepala terasa melayang dan nyeri seperti ditusuk-tusuk secara

hilang timbul. Pada tanggal 12 Oktober 2010 Jam 07.00 Wita klien dibawa

ke RSU Bethesda Via UGD dan dipindahkan ke Paviliun Maria Jam 12.00

Wita.

III. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

a. Penyakit yang pernah dialami

o Kanak-kanak : Demam, batuk

o Kecelakaan : Belum pernah

o Pernah dirawat : Belum pernah

o Operasi : Belum pernah

o Obat-obatan : Menggunakan obat-obatan yang dijual

bebas untuk mengobati sakit.

b. Pola Nutrisi

o Sebelum Sakit

BB : 49 kg TB : 157 cm

Jenis makanan : 4 sehat 5 sempurna

Makanan yang tidak disukai : Tidak ada

Makanan yang disukai : Lalapan.

Makanan pantangan : Tidak ada

Nafsu makan : Baik

o Perubahan setelah sakit

Intake cairan : ± 2500 ml

Output cairan : ± 1500 ml

Porsi makan : 2 x/hari, masih rasa mual

Nafsu makan : Tidak ada

c. Poal Eliminasi

o Sebelum Sakit

BAB : Frekuensi : 1-2 x/hari Konsistensi : Lembek

waktu : pagi penggunaan pencahar : Tidak ada

17

Page 18: Infertilitas Sekunder

BAK : Frekuensi : 4-5 x/Hari

Warna : Kuning

Bau : Ammonia

o Perubahan setelah sakit

BAB : Saat dikaji klien mengatakan belum BAB

BAK : Melalui kateter.

d. Pola Tidur dan Istirahat

o Sebelum Sakit

Waktu tidur : 6-7 Jam/Hari

Kebiasaan pengantar tidur : Menonton TV

Kesulitan dalam tidur : Tidak ada

o Perubahan setelah Sakit

Waktu tidur : 9-10 Jam/Hari

Kesulitan tidur : Tidak ada

e. Pola Aktivitas dan Latihan

Kegiatan dalam pekerjaan : Sebagai IRT

Olahraga : Tidak pernah

Kegiatan diwaktu luang : Menonton TV

IV. Riwayat Reproduksi

a. Pertama kali haid Umur : 15 tahun, lamanya 6-7 hari, teratur warna darah

merah, konsiotensi cair tanpa gumpalan.

b. Pertama kali menikah usia 20 tahun, kehamilan banyaknya 2 x

Abortus : tidak pernah

section cesarra : tidak pernah

c. Menjadi peserta KB

V. Riwayat Keluarga

Genogram :

18

: Laki-laki

: Perempuan

* : meninggal

: tinggal bersama

/serumah

Page 19: Infertilitas Sekunder

Komentar :

Dikeluarga klien tidak ada yang menderita penyakit ini, hanya klien yang

menderita penyakit ini. Mengenai penyakit turunan seperti : hipertensi, DM,

disangkal oleh keluarga. Penyakit menular seperti : TBC, dan infeksi daerah

kewanitaan disangkal oleh keluarga.

VI. Riwayat Lingkungan

Klien tinggal dilingkungan rumah yang bersih dan masyarakat yang terbuka, jauh

dari bahaya radiasi dan polusi. Klien pernah mengalami ataupun terpajan dengan

udara bahaya dan polusi.

VII. Aspek psikososial

a. Pola pikir dan persepsi menggunakan bantuan dengan menurunkan sensitifitas

pengaruh sakit, saat ini lebih berfokus dengan kondisi penyakit dengan

harapan dapat sembuh dan berkumpul kembali dengan keluarga besar

dirumah.

Suasana hati tidak terbebani dengan kondisi penyakit, banyak mendapat

dukungan, Dokter, Perawat dan teman.

b. Hubungan/komunikasi

Bicara relevan, jelas dan mampu mengekspresikan, menggunakan adat

istiadat lebih dominant suku tombulu.

Pola komunikasi langsung, pola keuangan memadai, biaya hidup ditanggung

oleh suami, kesulitan dalam keluarga tidak ada.

c. Pertahanan/mekanisme koping

19

Page 20: Infertilitas Sekunder

Pengambilan keputusan adalah suami dan dibantu oleh klien sebagai istri,

mampu memecahkan masalah, selau mencari jalan keluar dalam setiap

permasalahan yang dihadapi.

d. System dan nilai kepercayaan

Yakin dan percaya terhadap TYME dan agama yang dianutnya yakni agama

Kristen Protestan Pentakosta.

e. Tingkat perkembangan

Usia : tahun karakteristik : dalam tahap perkembangan dewasa muda.

VIII. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum

Kesadaran : Compos mentis

TD : 110/90 mmHg

N : 84 x/mnt

R : 24 x/mnt

SB : 36,6 0C

b. Kepala

Bentuk : Bulat simetris

Keluhan : Tidak ada

c. Mata

Reaksi terhadap cahaya : Baik

Bentuk : Bulat isokor, tepi rata

Konjugtiva : Anemis

Fungsi penglihatan : Baik

d. Hidung

Nasal septum : Centralis

Cancha : tidak kemerahan, tidak ada pembengkakan,

Tidak ada pengeluaran lendir.

Mulut dan kerongkongan : Tidak ada peradangan,

kesulitan menelan : Tidak ada.

e. Dada dan paru-paru

Suara nafas : Bronchoveskuler batuk : tidak ada

20

Page 21: Infertilitas Sekunder

Ronchi/wheezing : Tidak ada sputum : tidak ada

Pola nafas : Thorax

Mamae : Agak Simetris

f. Jantung dan Sirkulasi

Irama : Sinkron dengan irama jantung

Nyeri : Tidak ada

g. Abdomen

Inspeksi : Terdapat luka operasi secara Horizontal.

Palpasi : Nyeri tekan.

Auskultasi : Bising usus

h. Status neurology : GCS : E4 V5 M6 = 15

i. Genetalia :

Inspeksi : Labio mayor menutupi labio minor yang tampak

kemerahan Orivisium uretra terpasang kateter

j. Ekstremitas

o Ekstremitas atas

Kesimetrisan : Simetris

Cyanosis : Tidak ada

Hiperpigmentasi : Tidak ada

Edema : Tidak ada

Akral : Hangat

o Eksremitas bawah

Kesimetrisan : Simetris

Cyanosis : Tidak ada

Hiperpigmentasi : Tidak ada

Edema : Tidak ada

Akral : Hangat

o Terpasang IVFD Sol Ringle Laktat : 20 gtt/mnt

o Lokasi : Tangan kanan

IX. Data Penunjang

Pemeriksaan laboratorium

21

Page 22: Infertilitas Sekunder

Ureum : 20 mg/dl

Kreatinin : 0,8 mg/dl

Albumin : 3,8 mg/dl

Hb : 11,5 mg/dl

X. Klasifikasi data

a. Data subjektif

1. klien mengatakan nyeri daerah perut.

2. klien mengatakan cemas dengan keadaan penyakitnya.

3. klien mengatakan tidak ada nafsu makan.

b. Data objektif

1. Nyeri tekan pada daerah abdomen

2. Wajah Meringis

3. Cemas dengan keadaan penyakit

4. Tanda-tanda vital

TD : 110/90 mmHg R : 24 x/menit

N : 84 x/menit SB : 36,6 0C.

XI. Analisa Data

DATA ETIOLOGI MASALAH

1. DS : klien mengatakan nyeri

daerah perut.

DO :

- wajah tampak meringis

- TD : 110/90 mmHg

- N : 84 x/mnt

- R : 24 x/mnt

Nyeri perut

Merangsang reseptor nyeri

mengeluarkan zat kimia

Dikirim dalam bentuk impuls

elektrokimia ke dorsal karena pola

spiral cord

Diantar ke thalamus sebagian pusat

rasa

Dialirkan ke cortex serebri

Persepsi nyeri

Nyeri Akut

22

Page 23: Infertilitas Sekunder

2. DS : klien mengatakan

cemas dengan keadaan

penyakitnya.

DO : Pasien dan

keluarga sering bertanya

pada dokter dan

perawat tentang

penyakitnya

Nyeri akut

Infertilitas

Kurang pengetahuan pasien dan

keluarga mengenai proses

penyakitnya

Merupakan stressor bagi pasien

Cemas

Cemas

XII. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan reseptor nyeri

2. Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai proses

penyakit

DX HARI/TGL IMPLEMENTASI EVALUASI

I Selasa, 13

Oktober

2010 1. Mengatur posisi pasien

dengan cara posisi kepala

lebih tinggi dari badan

2. Observasi TTV dengan hasil

T D : 110/90 mmHg

N : 84 x/mnt

R : 24 x/mnt

SB : 36,6 0C

3. Mengkaji tingkat nyeri

Tanggal 13 Oktober 2010 Jam :

08.30 wita

S : Pasien mengatakan nyeri

pada daerah perut

O : Ekspresi wajah pasien tampak

Meringis.

A : Masalah belum teratasi

P : Tindakan lanjut.

23

Page 24: Infertilitas Sekunder

Rabu, 14

Oktober

2010

pasien.

Hasil : tingkat nyeri 4-7 =

nyeri sedang dengan durasi

2-3 menit.

4. Mengajarkan pasien

relaksasi dalam dan

dilakukan saat pasien

merasakan nyeri

Hasil : nyeri belum

berkurang

1. Mencatat masalah

medis/psikologis

hasil : adanya nyeri

2. Mencatat adanya sakit,

karakteristik, intensitasdan

durasi

Hasil : nyeri tekan dan lepas

2-3 detik meningkat dengan

penekanan dan pergerakan

berlebih pada perut .

3. Mengkaji TTV

hasil :

TD : 110/90 mmHg

N : 24 x/mnt

R : 84 x/mnt

4. Mengkaji ketidaknyamanan

yang berasal dari perut

Hasil : klien merasakan

nyeri hanya di daerah perut

5. Menganjurkan teknik

relaksasi, menarik nafas

dalam

Hasil : klien mampu

Tanggal 14 Oktober 2010 jam :

08.30 wita

S : Klien mengatakan nyeri

masih terasa.

O : Nyeri tekan durasi 1-2 dtk

TD : 110/90 mmHg

N : 84 x/mnt

R : 20 x/mnt

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan intervensi,

24

Page 25: Infertilitas Sekunder

Kamis, 15

Oktober

2010.

Jumat, 16

Oktober

2010.

mempraktekkan dan merasa

sedikit nyaman.

1. Mencatat adanya sakit,

karakteristik, intensitas dan

durasi

Hasil : nyeri tekan, 1-2 detik

meningkat dengan

pergerakan

2. Mengkaji TTV

Hasil :

TD : 110/90 mmHg

N : 84 x/mnt

R : 24 x/mnt

3. Menganjurkan penggunaan

teknik relaksasi

Hasil : klien mengatakan

sudah praktekkan teknik

relaksasi, tarik nafas dalam

setiap merasa nyeri

1. Mencatat adanya sakit,

karakteristik

Hasil : klien mengatakan

nyeri berkurang

2. Mengkaji TTV

Hasil :

TD : 120/80 mmHg

N : 80 x/mnt

R : 24 x/mnt

memberikan obat sesuai indikasi

Tanggal 15 Oktober 2010 jam :

08.30 wita

S : Klien mengatakan nyeri

berkurang

O :

TD : 110/90 mmHg

R : 24 x/mnt

N : 84 x/mnt

Klien mampu mempraktekkan

teknik relaksasi nafas dalam

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan Tindakan.

Tanggal 16 Oktober 2010 jam :

08.30 wita

S : Klien mengatakan nyeri

hilang.

O :

TD : 120/90 mmHg

N : 80 x/mnt

R : 20 x/mnt

25

Page 26: Infertilitas Sekunder

A : Masalah teratasi

P : -

II 17 Oktober

2010

1. Mengkaji tingkat kecemasan

pasien

Hasil : pasien tidak cemas

lagi dan pasien tampak

tenang

2. Memberikan penjelasan

mengenai penyakit

Hasil : pasien mengerti

dengan penjelasannya

3. Menganjurkan keluarga

untuk memberikan support

atau dukungan pada pasien.

4. Memberikan dorongan

spiritual terhadap pasien

Tanggal 17 oktober jam : 09.00

wita

S : pasien mengatakan tidak

cemas lagi dengan keadaannya

O : Pasien memahami dan

mengerti dengan keadaannya

A : Masalah teratasi.

P : -

XIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN (KRITERIA NANDA, NOC, NIC)

1. NYERI AKUT BERHUBUNGAN DENGAN RESEPTOR NYERI.

1) NANDA (ACUTE PAIN, 1996)

Domain : 12 – Kenyamanan : perasaan sejahtera atau tentram

Class : 1 – kenyamanan fisik : perasaan sejahtera atau nyaman

dan atau bebas dari rasa nyeri

Diagnosa : Nyeri Akut

Pengertian : pengalaman emosional dan sensori yang tidak menyenangkan

yang muncul dari kerusakan jaringan secara aktual atau potensial yang

menunjukkan adanya kerusakan jaringan (association study of pain) :

serangan mendadak atau perlahan dari intensitas ringan sampai berat yang

dapat diantisipasi atau prediksi durasi nyeri kurang dari 6 bulan.

26

Page 27: Infertilitas Sekunder

Batasan karakteristik :

Melaporkan nyeri secara verbal atau nonverbal

Menunnjukkan kerusakan

Posisi untuk mengurangi nyeri

Gerakan untuk melindungi

Tingkah laku berhati-hati

Muka topeng

Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan

kacau, menyeringai)

Fokus pada diri sendiri

Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses

berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan).

Tingkah laku distraksi (jalan-jalan, menemui orang lain, aktivitas

berulang)

Respon otonom (diaporesis, perubahan tekanan darah, perubahan

nafas, nadi, dialatasi pupil).

Perubahan otonom dalam tonus otot (dalam rentang lemah ke

kaku)

Tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, menangis, waspada,

iritabel, nafas panjang, mengeluh)

Perubahan dalam nafsu makan.

2) NOC : NOC : Anxiety Control (1402)

Domain : Psychososial Health (III)

Class : self Control (O)

Scale : Never Demonstrated To Consistenly

Demonstrated (m)

Indikasi :

140201 Kontrol instensitas cemas

140202 Eliminasi tanda cemas

140206 Menggunakan strategi koping efektif

140207 Menggunakan teknik relaksasi untuK

27

Page 28: Infertilitas Sekunder

Menekan Kecemasan

3) NIC : ACTIVITY THERAPY (4310)

Aktivitas :

Sepakat dengan pasien utuk membatasi tingkat aktivitas

pasien

Pantau dan dokumentasikan perubahan status Pasien

Pantau tingkat kesadaran pasien

Orientasikan pada orang, waktu dan situasi dalam setiap

interaksi

2. CEMAS BERHUBUNGAN DENGAN KURANG PENGETAHUAN

TENTANG PROSES PENYAKIT.

1) NANDA ( ANXIETY ; 1973, 1982,1998 )

Domain : 9 – koping/toleransi terhadap stress : daya tampung

terhadap peristiwa atau proses kehidupan

Class : 2 – respon koping : proses dalam mengelola stress

lingkungan.

Diagnosis : Cemas

Pengertian : Perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang tidak jelas dan

gelisah disertai dengan respon otonom (sumber terkadang tidak spesifik atau

tidak diketahui oleh individu), perasaan yang was-was untuk mengatasi

bahaya. Ini merupakan sinyal peringatan akan adanya bahaya dan

memungkinkan individu untuk mengambil langkah untuk menghadapinya.

Batasan karakteristik :

a) Perilaku

a. Penurunan produktivitas

b. Gelisah

c. Insomnia

d. Resah

b) Afektif

a. Kesedihan yang mendalam

28

Page 29: Infertilitas Sekunder

b. Takut

c. Gugup

d. Mudah tersinggung

e. Nyeri hebat

f. Ketakutan

g. Distres

h. Khawatir

i. Cemas

c) Fisiologi

a. Goyah

b. Peningkatan respirasi (simpatis)

c. Peningkatan keringat

d. Wajah tegang

e. Anoreksia (simpatis)

f. Kelelahan (parasimpatis)

g. Gugup (simpatis)

h. Mual (parasimapatis)

i. Pusing (parasimpatis)

d) Kognitif

a. Bingung

b. Kerusakan perhatian

c. Ketakutan terhadap hal yang tidak jelas

d. Sulit berkonsentrasi

2) NOC : Anxiety Control (1402)

Domain : Psychososial Health (III)

Class : self Control (O)

Scale : Never Demonstrated To Consistenly Demonstrated (m)

Indikasi :

140201 Kontrol instensitas cemas

140202 Eliminasi tanda cemas

140206 Menggunakan strategi koping efektif

29

Page 30: Infertilitas Sekunder

140207 Menggunakan teknik relaksasi untuk menekan kecemasan

3) NIC : Counseling (5240)

Aktivitas :

1) Beri dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan

perasaan untuk mengeksternalisasikan kecemasan.

2) Bantu pasien untuk menfokuskan pada situasi saat ini, sebagai alat untuk

mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi

kecemasan.

3) Sediakan pengalihan melalui televise, radio, permainan serta terapi

okupasi untuk mengurangi kecemasan dan memperluas focus.

4) Sediakan penguatan yang positif ketika apsien mampu meneruskan

aktivitas sehari-hari dan lainnnya meskipun mengalami kecemasan.

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Di bidang reproduksi, infertilitas diartikan sebagai kekurang

mampuan pasangan untuk menghasilkan keturunan, jadi bukanlah

30

Page 31: Infertilitas Sekunder

ketidakmampuan mutlak untuk memiliki keturunan. Jadi, pasangan suami istri

dikategorikan mengalami infertilitas bila tidak juga mengalami pembuahan,

sekalipun sudah melakukan hubungan seksual secara teratur - tanpa kontrasepsi

- dalam periode setahun. Sedangkan kemandulan atau sterilitas adalah perempuan

yang rahimnya telah diangkat atau laki-laki yang telah dikebiri

(dikastrasi).infertilitas terbagi menjadi infertilitas primer dab inrfertilitas

sekunder. Infertilitas primer adalah bila pasangan tersebut belum pernah

mengalami kehamilan sama sekali, sedangkan infertilitas sekunder adalah bila

pasangan tersebut sudah memiliki anak, kemudian memakai kontrasepsi namun

setelah di lepas selama satu tahun belum juga hamil.

B. SARAN

Setiap pasangan suami istri pasti mendambakan anak dari hasil

perkawinannya itu, anak adalah merupakan suatu pelengkap dari sebuah keluarga

inti,tanpa anak pasangan suami istri tersebut belum bisa dikatakan sebuah

keluarga inti/lengkap. Namun, sebuah keluarga berencana demi kesehatan tidak

pernah lengkap tanpa penanggulangan masalah infertilitas. Ditinjau dari sudut

kesehatanya, keluarga berencana harus meliputi pencegahan dan pengobatan

infertilitas, apalagi kalau kejadiannya sebelum pasangan memperoleh anak-anak

yang diharapkan.

Beberapa saran untuk pasangan kurang subur :

Mengubah tehnik hubungan seks, dapat memperhatikan masa subur istri.

Memilih makanan yang dapat meningkatkan kesuburan suami-istri.

Menghitung masa minggu subur dengan jalan menggunakan termokauter

khusus atau menghitung melalui hari pertama dating bulan.

31

Page 32: Infertilitas Sekunder

DAFTAR PUSTAKA

Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana untuk Pendidikan

Bidan.oleh Prof. Ida Bagus Gde Manuaba, SpOG.

Ilmu Kandungan, Editor ketua Prof. Hanifa Wiknjosatro, dr , DSOG. Editor Prof.

Abdul Bari saifudin, dr, DSOG, MPH & Trijatmo Rachimhadhi, dr, dsog,edisi

kedua.(yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo. Jakarta, 1994.

Kapita selekta Kedokteran, Edisi Ketiga Jilid Pertama. Editor Arief Mansjoer,

Kuspuji Trianti, Rakhmi Savitri, Wahyu Ika Wardhani, Wiwiek Setio Wulan.

Dikutip Dari : www.google.com

32

Page 33: Infertilitas Sekunder

33