JURDING OBGIN

22
PENGARUH STATUS INKONTINENSIA URIN SELAMA KEHAMILAN DAN CARA PERSALINAN PADA INKONTINENSIA POSTPARTUM Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti prevalensi inkontinensia urin pada wanita 6 bulan postpartum dan mempelajari bagaimana status kontinensia urin selama kehamilan dan cara persalinan berpengaruh pada inkontinensia urin 6 bulan postpartum pada wanita primipara. Desain: Studi kohort. Peraturan: Wanita hamil yang melakukan pemeriksaan USG rutin direkrut oleh Norwegian Mother and Child Cohort Study (MoBa). Populasi: Total 12.679 primigravida yang mengalami kontinensia urin sebelum kehamilan. Metode: Data dari MoBa, dilakukan oleh Norwegian Institute of Public Heatlh. Data didapatkan berdasarkan jawaban kuesioner pada minggu ke-15 dan 30 kehamilan dan 6 bulan postpartum. Hasil pengukuran: Inkontinensia urin pada 6 bulan postpartum disajikan sebagai proporsi, odds ratio dan relative risks (RRs). Hasil: Inkontinensia urin dilaporkan terjadi pada 31% wanita setelah 6 bulan melahirkan. Dibandingkan dengan wanita yang kontinen selama kehamilan, inkontinensia 1

description

stroke iskemic 2

Transcript of JURDING OBGIN

Page 1: JURDING OBGIN

PENGARUH STATUS INKONTINENSIA URIN SELAMA

KEHAMILAN DAN CARA PERSALINAN PADA

INKONTINENSIA POSTPARTUM

Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti prevalensi inkontinensia

urin pada wanita 6 bulan postpartum dan mempelajari bagaimana status

kontinensia urin selama kehamilan dan cara persalinan berpengaruh pada

inkontinensia urin 6 bulan postpartum pada wanita primipara.

Desain: Studi kohort.

Peraturan: Wanita hamil yang melakukan pemeriksaan USG rutin direkrut oleh

Norwegian Mother and Child Cohort Study (MoBa).

Populasi: Total 12.679 primigravida yang mengalami kontinensia urin sebelum

kehamilan.

Metode: Data dari MoBa, dilakukan oleh Norwegian Institute of Public Heatlh.

Data didapatkan berdasarkan jawaban kuesioner pada minggu ke-15 dan 30

kehamilan dan 6 bulan postpartum.

Hasil pengukuran: Inkontinensia urin pada 6 bulan postpartum disajikan sebagai

proporsi, odds ratio dan relative risks (RRs).

Hasil: Inkontinensia urin dilaporkan terjadi pada 31% wanita setelah 6 bulan

melahirkan. Dibandingkan dengan wanita yang kontinen selama kehamilan,

inkontinensia urin lebih sering terjadi pada wanita setelah 6 bulan melahirkan

diantara inkontinensia selama kehamilan (disesuaikan RR 2,3, 95% CI 2.2-2.4).

kemudian dilakukan penyesesuaian RR untuk inkontinensia setelah melahirkan

spontan melalui vagina dibandingkan dengan operasi caesar elektif 3,2 (95% CI

2,2-4,7) diantara wanita yang kontinensia urin dan 2,9 (95% CI 2,3-3,4) diantara

wanita yang inkontinensia urin pada kehamilan.

Kesimpulan: Inkontinensia urin sering terjadi pada 6 bulan postpartum.

Hubungan antara inkontinensia urin postpartum dan cara persalinan tidak

dipengaruhi oleh status inkontinensia pada kehamilan. Prediksi dari kelompok

dengan risiko tinggi inkontinensia urin sesuai dengan cara persalinan tidak dapat

didasarkan pada status kontinensia kehamilan.

1

Page 2: JURDING OBGIN

Kata kunci: caesar, studi kohort, postpartum, primiparitas, inkontinensia urin,

kelahiran normal.

Pendahuluan

Inkontinensia urin merupakan kondisi yang umumnya terjadi pada wanita.

Kehamilan dan persalinan merupakan faktor risiko utama pada wanita muda dan

usia pertengahan. Namun, yang sering dilaporkan dari variasi inkontinensia urin

secara umum yaitu selama dan setelah kehamilan. Inkontinensia urin postpartum

adalah gangguan yang terdiri dari inkontinensia urin dimulai dari sebelum, selama

dan setelah kehamilan. Kelompok ini memiliki patofisiologi yang

heterogen/beragam, dan memiliki perbedaan faktor risiko tergantung pada waktu

permulaan dari munculnya gangguan tersebut. Inkontinensia urin yang mulai

terjadi sebelum atau selama kehamilan biasanya berkaitan dengan inkontinensia

urin setelah kehamilan. Beberapa studi menemukan terdapat hubungan faktor

risiko tersebut terhadap inkontinensia urin postpartum dan kemudian hari, tetapi

terdapat studi yang tidak menemukan adanya hubungan tersebut. Peran

inkontinensia urin selama kehamilan, terutama insiden inkontinensia urin, sejauh

ini telah menerima sedikit perhatian sebagai faktor risiko yang potensial untuk

terjadinya inkontinensia setelah kehamilan dan kemudian hari.

Serangkaian faktor risiko tampaknya terlibat pada kejadian inkontinensia

urin postpartum dan kemudian hari, di antaranya semakin banyak bukti terhadap

dampak dari cara persalinan. Beberapa penulis mempelajari efek dari cara

persalinan pada wanita primipara. Kami hanya dapat menemukan satu contoh

studi yang melaporkan analisis bertingkat untuk status kontinensia selama

kehamilan. Beberapa penelitian yang berhubungan dengan masalah ini

mempunyai kelemahan dalam hal metodologi seperti hasil pengukuran yang

buruk, menimbulkan bias dan desain retrospektif. Selain itu, ada masalah dengan

kelompok-kelompok kecil, jumlah operasi Caesar (SC) yang sedikit, hilangnya

informasi mengenai SC elektif dan non-elektif dan persalinan pervaginam dengan

menggunakan alat dan tidak ada penyesuaian untuk hal-hal penting seperti usia

dan indeks massa tubuh (IMS). Kami merencanakan penelitian ini dapat

memenuhi tantangan tersebut.

2

Page 3: JURDING OBGIN

The Norwegian Mother dan Child Cohort Study (MoBa) merupakan

sebuah perkumpulan besar berbasis kohort untuk wanita hamil, dengan beberapa

tahun tindak lanjut, bertujuan menyelidiki masalah kesehatan pada ibu-ibu dan

anak-anak. Populasi studi pada subpenelitian yang saat ini dilakukan terdiri dari

wanita primigravida yang kontinen sebelum kehamilan, karena merupakan model

klinik terbaik yang tersedia dari panggul yang sebagai faktor risiko terkait dalam,

dan dengan demikian merupakan populasi terbaik untuk menilai risiko

inkontinensia urin yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan. Tujuan

kami adalah pertama, untuk menyelidiki kejadian dan prevalensi inkontinensia

urin setelah 6 bulan persalinan; kedua, untuk menyelidiki dampak status

kontinensia pada minggu ke-30 kehamilan pada inkontinensia urin 6 bulan

postpartum dan ketiga, untuk mempelajari bagaimana cara persalinan

kemungkinan mempunyai interaksi dengan status kontinensia urin pada kehamilan

untuk meningkatkan atau mengurangi risiko inkontinensia urin 6 bulan

postpartum.

Bahan dan metode

Terdapat sekitar 55.000 kelahiran di Norwegia per tahun. MoBa

mengundang sekitar 29.000 wanita hamil setiap tahunnya dari tahun 1999 untuk

berpartisipasi dalam penelitian ini, tujuan populasi penelitian pada 100.000

wanita. Sebanyak 39 dari sekitar 50 rumah sakit dan unit bersalin di Norwegia

dengan lebih dari 100 kelahiran per tahun berpartisipasi dalam penelitian ini. Dua

minggu sebelum pemeriksaan USG rutin kehamilan, undangan dikirimkan kepada

para wanita hamil. Pada tahun 2006, 45% dari wanita yang diundang setuju untuk

berpartisipasi dengan persetujuan tertulis (informed consent). MoBa masih

merekrut pada tahun 2008. Para wanita hanya ditanya sekali. Namun, mengingat

partisipasi, respon dalam tindak lanjut penelitian ini sangat ditekankan.

Penelitian ini memperoleh data melalui kuesioner pada enam poin waktu

dari minggu ke-15 kehamilan sampai 7 tahun setelah kelahiran. Dalam penelitian

ini, kami menggunakan set data dari kuesioner 1 (minggu ke-15 kehamilan),

kuesioner 3 (minggu ke-30 kehamilan) dan kuesioner 4 (6 bulan postpartum).

Kami memasukkan wanita pada kehamilan pertama mereka, janin tunggal, yang

3

Page 4: JURDING OBGIN

dilaporkan kontinen sebelum kehamilan. Kuesioner 4 dijawab oleh 87% wanita

yang menjawab kuesioner 3. Data deskriptif berdasarkan kuesioner 1 dan 3 telah

diterbitkan sebelumnya.

Kami menggunakan kuesioner berdasarkan gejala didasarkan istilah dari

International Continence Society (ICS). Para wanita ditanya tentang

ketidakmampuan menahan/kebocoran kencing yang dialami saat ini.

Inkontinensia urin dilaporkan terjadi saat batuk/tertawa/bersin, ketika

berlari/melompat atau bila mereka memiliki kebocoran disertai dengan dorongan

yang kuat untuk menahannya. Sering kencing (tidak pernah, satu sampai empat

kali per bulan, satu sampai enam kali per minggu, sekali sehari dan lebih dari

sekali sehari) dan jumlah (tetesan dan volume yang lebih besar) yang terdaftar.

Dua kelompok frekuensi terakhir dikategorikan menjadi 'sekali atau lebih dari

sehari' untuk analisis. Kami mendefinisikan kasus inkontinensia urin ketika

wanita dilaporkan mengalami kebocoran yang sering atau dalam hal jumlah atau

keduanya. Wanita yang dilaporkan tidak mengalami inkontinensia urin tetapi

menjawab pertanyaan tentang frekuenai (sering kencing) dianggap mengalami

inkontinensia urin (n = 110). Wanita yang gagal menjawab pertanyaan

inkontinensia postpartum (n = 186) dan wanita tanpa informasi sebelumnya

tentang status kontinensia selama kehamilan (n = 16) dimasukkan dalam analisis

dengan nilai-nilai yang hilang. Kami mendefinisikan inkontinensia urin yang

parah bila terjadi kebocoran dalam ‘jumlah besar’ atau ‘sekali atau lebih dalam

sehari’ atau keduanya.

Para wanita menyatakan kehilangan urin dalam kaitannya dengan batuk,

tertawa, bersin, berlari atau melompat didefinisikan memiliki komponen stres

inkontinensia. Wanita yang tidak dapat menahan buang air kecil disertai

kehilangan urin didefinisikan memiliki komponen urgensi inkontinensia. Kami

menggunakan istilah ‘stress urinary incontinence’ untuk wanita yang memiliki

komponen stres saja, sedangkan ‘urge urinary incontinence’ menunjukkan wanita

yang memiliki komponen urgensi saja. Wanita yang memiliki kedua komponen

gejala ini disebut memiliki mixed urinary incontinence, menurut istilah yang biasa

digunakan dalam gejala saluran kemih bawah.

4

Page 5: JURDING OBGIN

Kumpulan data standar yang digunakan dari Medical Birth Register

Norwegia dimasukkan dalam database untuk MoBa. Norwegia Data Inspectorate

menyetujui hubungan dari database. Jika Medical Birth Registry tidak memiliki

informasi mengenai kelahiran sebelumnya, wanita didefinisikan sebagai nulipara

dan dimasukkan dalam penelitian ini. Medical Birth Registry menyimpan

informasi mengenai cara persalinan. SC dikategorikan sebagai ‘SC elektif’, ‘SC

akut dimaksudkan sebagai SC elektif’, ‘SC akut dimaksudkan sebagai persalinan

pervaginam spontan’ atau ‘SC yang tidak ditentukan’ dalam pendaftaran. Kami

menggunakan istilah ‘SC non-elektif’ untuk menunjukkan kategori SC akut yang

dimaksudkan sebagai SC elektif, SC akut dimaksudkan sebagai persalinan

pervaginam spontan dan SC yang tidak ditentukan menjadi satu kelompok.

Persalinan pervaginam dikategorikan sebagai ‘persalinan pervaginam spontan’,

‘persalinan menggunakan forsep’ atau ‘persalinan menggunakan vakum’. Status

kontinensia selama kehamilan dan cara persalinan adalah terpapar dalam

penelitian ini.

Usia yang diperoleh pada minggu ke-15 kehamilan. Berdasarkan kurva

prevalensi inkontinensia urin selama kehamilan, kami mengkategorikan usia ke

dalam empat kelompok umur (<26, 27-30, 31-34 dan >35 tahun). Tinggi badan

dilaporkan pada minggu ke-15. Kami memberikan pengecualian dengan hanya

memasukkan nilai dari 140 cm. IMT dihitung dari berat badan dalam kilogram/

(tinggi dalam meter)2. Untuk IMT, kami menggunakan berat badan yang

dilaporkan pada 6 bulan postpartum. Nilai dari 40-180 kg dimasukkan. IMT

dikategorikan menjadi empat kelompok: <20 (underweight), 20-24,9 (normal

weight), 25-29,9 (overweight) dan >30 kg/m2 (obese).

Hal-hal yang berpotensi sebagai perancu dieksplorasi: usia, IMT, jenis

kelamin bayi, lingkar kepala, berat badan bayi, Apgar skor (1 dan 5 menit),

presentasi janin saat melahirkan (normal oksipital, sungsang, melintang,

presentasi kepala abnormal janin dan lainnya), waktu kelahiran (menit),

persalinan lama, robekan perineum grade 3-4 dan induksi (amniotomi, oksitosin

dan prostaglandin). The Medical Birth Registry mendefinisikan variabel

berdasarkan pada Clinical Guidelines in Obstetrics. Umur dan IMT

5

Page 6: JURDING OBGIN

diidentifikasikan sebagai perancu dalam bahan dan karena itu satu-satunya

variabel dimasukkan dalam analisis yang disesuaikan.

The Norwegia Data Inspectorate menyetujui penelitian MoBa pada tahun

1996 dan memperbaharui persetujuan pada tahun 2003. Daerah Etika Komite

Penelitian Medis, Kesehatan Wilayah II, juga mendukung proyek ini.

Kami mendefinisikan kejadian kumulatif dari inkontinensia urin yang

berkembang setelah wanita melahirkan diantara para wanita yang kontinen selama

kehamilan. Perancu dievaluasi dan disesuaikan dengan analisis regresi logistik

multivariabel dan analisis crosstabs. Pengaruh modifikasi dari status kontinen urin

pada efek persalinan pervaginam dibandingkan dengan SC elektif diuji dengan

menggunakan istilah interaksi dalam analisis regresi logistik multivariabel. Kami

memperlakukan variabel independen sebagai data kategori. Odds rasio adalah

hasil ukur awal dari analisis kami. Semua odds rasio dan kepercayaan interval

odds rasio/odds ratio confidance intervals (CI) yang kemudian dikonversi menjadi

risiko relatif (RRs) dan sesuai CI dengan menggunakan rumus RR = OR/((1 – P)

+ (OR x P)). Dalam rumus ini, P adalah prevalensi inkontinensia urin pada

kelompok terpapar. Data disajikan sebagai rata-rata, odds rasio dan RR dengan CI

95%. Nilai P kurang dari 5% dianggap signifikan secara statistik. SPSS 15.0 for

Windows (SPSS Inc, Chicago, IL, USA) digunakan untuk analisis statistik.

Hasil

Sebanyak 12.679 wanita primigravida dimasukkan dalam subpenelitian.

Semua wanita mengalami kontinensia sebelum kehamilan. Usia rata-rata adalah

28 tahun (kisaran 15-45 tahun), dan rata-rata IMT adalah 24,1 kg/m2 (kisaran 14-

54 kg/m2). Inkontinensia urin dilaporkan terjadi pada 31% (3991/12.679) wanita

setelah 6 bulan melahirkan. Sebanyak 14% (1815/12.679) wanita melahirkan

secara SC. Data deskriptif untuk cara persalinan dan status kontinensia urin

selama kehamilan disajikan pada Tabel 1.

6

Page 7: JURDING OBGIN

Wanita yang melahirkan dengan SC memiliki usia yang lebih tua dan IMT

lebih besar dibandingkan mereka yang mereka yang melahirkan pervaginam.

Lebih banyak wanita yang melahirkan dengan SC memiliki bayi dengan

presentasi janin divergen dan lingkar kepala yang lebih besar dibandingkan

dengan wanita yang melahirkan pervaginam. Wanita yang mengalami

7

Page 8: JURDING OBGIN

inkontinensia urin selama kehamilan memiliki usia yang lebih tua dan IMT yang

lebih besar dibandingkan dengan mereka yang kontinen selama kehamilan. Stres

inkontinensia urin merupakan jenis yang paling sering terjadi pada inkontinensia

urin 6 bulan postpartum (n = 1728/12.679; 14%). Hanya 5% (186/3991)

mengalami kebocoran urin > 1 per hari dan 5% (212/3991) mengalami kebocoran

dalam jumlah besar. Sebanyak 43 wanita mengalami kebocoran urin > 1 per hari

dan secara bersamaan mengalami kebocoran dalam jumlah besar. Frekuensi

kencing dan jumlah kebocoran urin yang berubah setelah melahirkan diantara

mayoritas wanita (data tidak ditampilkan).

Dampak status kontinensia urin selama kehamilan pada inkontinensia urin

postpartum

Inkontinensia urin 6 bulan postpartum menurut status kontinensia minggu

ke-30 kehamilan disajikan dalam Tabel 2.

Sebanyak 52% (2605/5026) dari wanita yang mengalami inkontinensia

urin pada kehamilan mengalami kontinensia 6 bulan postpartum. Inkontinensia

urin pada minggu ke-30 kehamilan merupakan faktor risiko yang signifikan secara

statistik untuk inkontinensia urin postpartum persisten, dengan RR disesuaikan

2,3 dibandingkan dengan wanita yang kontinen pada minggu ke-30. Sebanyak

8

Page 9: JURDING OBGIN

21% (1562/7561) wanita, yang kontinen sebelum dan selama kehamilan, menjadi

inkontinensia 6 bulan postpartum (kejadian kumulatif). Faktor terkuat yang terkait

untuk inkontinensia urin secara de novo dalam analisis disesuaikan adalah

persalinan dengan forcep (RR 4,0, 95% CI 2,6-5,8), persalinan pervaginam (RR

3,2, 95% CI 2,1-4,7), persalinan dengan vakum (RR 3,2, 95% CI 2,1-4,7), semua

dibandingkan dengan SC elektif. Selain itu, usia> 35 tahun (RR 1,8, 95% CI 1,5-

2,1) dan IMT >30 kg/m2 (RR 1,8, 95% CI 1,5-2,1) secara signifikan berhubungan

dengan inkontinensia urin secara de novo.

Dampak cara persalinan

Prevalensi inkontinensia urin 6 bulan postpartum berada di bawah secara

umum untuk kelompok SC (Tabel 2). Tidak ada peningkatan risiko yang

signifikan secara statistik terkait dengan tiga kelompok SC non-elektif

dibandingkan dengan kelompok SC elektif. Ketika ketiga kelompok dianalisis

bersama-sama, perbedaannya adalah batas dari signifikansi (RR 1,4, 95% CI 1,0-

1,8). RR yang disesuaikan untuk inkontinensia urin postpartum diantara wanita

yang melahirkan pervaginam adalah 3,2 dibandingkan dengan SC elektif.

Kejadian inkontinensia urin diantara wanita yang mengalami kontinensia selama

kehamilan dengan berbagai jenis persalinan disajikan dalam Tabel 3.

Setelah melahirkan dengan forceps, 30% menjadi mengalami

inkontinensia urin.

9

Page 10: JURDING OBGIN

Dampak gabungan cara persalinan dan status inkontinensia urin selama

kehamilan

Pada kelompok wanita yang kontinen selama kehamilan, 8% wanita

mengalami inkontinensia urin setelah SC elektif dan 20% mengalami

inkontinensia urin setelah melahirkan pervaginam, mewakili peningkatan absolut

12%. Persentase yang sesuai untuk wanita, yang mengalami inkontinensia urin

selama kehamilan, adalah 23 dan 51% dengan peningkatan absolut 28% (Tabel 3).

Persentase tersebut kurang lebih sama ketika membandingkan semua SC untuk

semua persalinan pervaginam. Dalam analisis yang disesuaikan, risiko

inkontinensia urin 6 bulan setelah SC dimaksudkan sebagai persalinan

pervaginam signifikan secara statistik (RR 1,6) dibandingkan dengan SC elektif

diantara wanita yang mengalami inkontinensia urin selama kehamilan (Tabel 3).

Ketika ketiga kelompok SC non-elektif dianalisis bersama-sama, perbedaan tetap

signifikan (RR 1,6, 95% CI 1,1-2,2). Persalinan pervaginam merupakan faktor

risiko yang kuat dan signifikan secara statistik untuk kejadian inkontinensia urin

setelah 6 bulan melahirkan dibandingkan dengan SC elektif baik antara wanita

yang mengalami kontinensia pada minggu ke-30 kehamilan (RR 3,2) dan untuk

wanita yang mengalami inkontinensia urin pada minggu ke-30 (RR 2,9) (Tabel 3).

Perbedaan RR diantara kelompok tidak signifikan secara statistik.

Komentar

Dalam studi kohort dari wanita primigravida yang kontinensia sebelum

kehamilan, kami menemukan risiko jauh lebih meningkat untuk terjadinya

inkontinensia postpartum diantara mereka yang mengalami inkontinensia urin

selama kehamilan dibandingkan dengan mereka yang mengalami kontinensia

urin. Pengaruh dari cara persalinan pada inkontinensia postpartum tidak

tergantung pada status kontinensia selama kehamilan.

Kami menemukan odds rasio 3,5 untuk inkontinensia urin 6 bulan

postpartum diantara wanita yang mengalami inkontinenisa urin selama kehamilan

dibandingkan dengan mereka yang kontinensia pada saat itu. Ketika dilakukan

analisis kembali pada data yang tersedia sebelumnya telah diterbitkan untuk

perbandingan, odds rasio untuk inkontinensia urin postpartum diantara wanita

10

Page 11: JURDING OBGIN

primipara dengan status kontinensia urin selama kehamilan bervariasi dari 2,5

sampai 9,2. Kami mengidentifikasi empat studi yang menyelidiki hubungan antara

status kontinensia urin selama kehamilan dan status kontinensia urin postpartum

wanita primigravida yang sebelumnya mengalami kontinensia urin, menunjukkan

odds rasio 3.1, 4.3, 5,4 dan 7,8. Alasan odds rasio lebih tinggi pada ketiga artikel

ini dibandingkan dengan penelitian kami mungkin karena usia yang lebih tinggi

pada populasi penelitian, pembatasan stres inkontinensia urin, penyelidikan 3

bulan postpartum, dan menggunakan pewawancara. Masalah metodologi seperti

populasi penelitian yang sedikit, dan desain retrospektif, mungkin berkontribusi

pada kurangnya ketelitian dalam hasil yang diperoleh. Selain itu, tidak ada

kemungkinan untuk penyesuaian odds rasio dalam analisis ulang kami. Banyak

penulis mengklaim bahwa inkontinensia urin selama kehamilan merupakan hal

yang dapat memprediksi dengan penting terjadinya inkontinensia urin postpartum

dan kemudian hari. Glazener et al. adalah satu-satunya kelompok yang

menyelidiki wanita primipara yang kontinensia sebelum kehamilan, bertingkat

untuk status kontinensia selama kehamilan dan kemudian dianalisis dari

parameter persalinan, seperti pendekatan yang kami lakukan. Untuk

perbandingan, kami mengatur SC sebagai kelompok acuan pada penelitian

Glazener dan beberapa SC sebagai kelompok acuan untuk bahan kami. Analisis

ulang ini, odds rasio untuk inkontinensia urin setelah persalinan pervaginam

diantara wanita yang kontinensia selama kehamilan adalah 3,6 pada penelitian

Glazener dan 3,3 pada penelitian kami. Diantara wanita yang inkontinensia

selama kehamilan, odd rasio adalah masing-masing 2,6 dan 2,6. Walaupun

Glazener et al menggunakan desain retrospektif dengan kumpulan data selama 3

bulan postpartum, hasil yang kami peroleh sesuai dengan penelitian mereka.

Insiden inkontinensia urin postpartum diantara wanita primipara yang

mengalami kontinensia baik sebelum dan selama kehamilan bervariasi dari 5

sampai 20%. Kami melaporkan kejadian secara kumulatif 6 bulan postpartum dari

21%. Alasan kenapa kejadian ini tinggi mungkin karena angka kejadian SC yang

lebih rendah dan angka kejadian persalinan pervaginam yang lebih tinggi dalam

penelitian kami dibandingkan dengan penelitian lain. Juga, kami menggunakan

ambang yang rendah untuk menentukan inkontinensia urin. Kejadian kumulatif

11

Page 12: JURDING OBGIN

dari inkontinensia urin yang kami lakukan setelah SC, persalinan pervaginam dan

persalinan menggunakan instrument, sama dengan penelitian lainnya Meskipun

kami melaporkan kejadian yang tinggi dan prevalensi inkontinensia urin dalam

penelitian ini, hanya sebagian kecil dari wanita dilaporkan yang mengalami sering

terjadi kebocoran urin atau mengalami kebocoran dalam jumlah besar. Penelitian

lain telah ditemukan bahwa kebanyakan wanita hamil tidak terganggu oleh

inkontinensia urin yang mereka alami.

MoBa mengundang setiap tahunnya 29.000 wanita hamil di Norwegia

untuk berpartisipasi, perlu digarisbawahi bahwa target populasi MoBa adalah

sampel berdasarkan populasi dan acak. Angka yang di respon diantara wanita

primigravida adalah 45%. Terdapat banyak alasan untuk tingkat respon awal

yang rendah, untuk contoh perlawanan terhadap komitmen dalam kajian

komprehensif dengan kuesioner dari 16 halaman. Populasi penelitian dengan

demikian tidak dapat mewakili untuk wanita hamil di setiap aspek. Ada,

bagaimanapun, hanya perbedaan kecil antara peserta MoBa dan cara persalinan

mereka dibandingkan dengan semua kelahiran di Norwegia pada periode yang

sama mengenai distribusi dari demografi variabel. Terdapat gradien sosio-

ekonomi yang mempengaruhi perkiraan prevalensi, wanita di kelas sosio-ekonomi

bawah kurang terwakili. Faktor risiko seperti usia dan IMT didistribusikan secara

berbeda pada pendapatan rendah wanita hamil. Hal ini mungkin menjadi bias,

kemungkinan besar menjadi prevalensi rendah dari inkontinensia urin

dibandingkan dengan populasi total target. Terdapat, bagaimanapun, tidak ada

alasan untuk percaya bahwa terdapat pilihan atas status inkontinensia urin sejak

MoBa melakukan survei yang meliputi banyak topik, dan pertanyaan tentang

inkontinensia urin hanya menjadi masalah kecil. Kami percaya bahwa perkiraan

efek untuk faktor risiko diteliti dalam penelitian ini tidak berpengaruh pada

signifikan bias. Sebuah kekuatan dari studi MoBa adalah bahwa wanita yang

berpartisipasi tetap dalam studi; wanita yang merespon kuesioner pada minggu

ke-30 kehamilan sebanyak sebagai 87% menyelesaikan kuesioner pada 6 bulan

postpartum.

Untuk menginformasikan dokter, kami menyajikan data secara rinci untuk

SC non-elektif dengan membagi kelompok ini menjadi tiga (mereka yang

12

Page 13: JURDING OBGIN

dimaksudkan melahirkan pervaginam, mereka yang dimaksudkan melahirkan SC

elektif dan kelompok yang tidak ditentukan). Terdapat, namun, tidak ada

perbedaan yang signifikan antara kelompok-kelompok ini. Ketika

menginterpretasi data ini, harus mempertimbangkan bahwa dua kelompok terakhir

memiliki peserta dalam jumlah kecil. Beberapa studi mendukung penemuan kami

dalam berat lahir, lingkar kepala, jenis kelamin, skor Apgar, persalinan lama,

induksi persalinan, presentasi janin saat persalinan dan robekan perineum grade 3-

4 yang lemah atau tidak ada sama sekali faktor risiko dari inkontinensia urin, dan

faktor ini tidak menjadi perancu dari hasil penelitian ini. Medical Birth Register

memperoleh informasi mengenai cara persalinan. Kami tidak memiliki informasi

mengenai indikasi untuk SC non-elektif, maka, beberapa perancu dengan indikasi

mungkin menjadi masalah. Tidak ada informasi lebih lanjut yang diperoleh dari

kegagalan persalinan dengan alat dan mengakibatkan pada SC non-elektif atau

cara pengeluaran persalinan SC non-elektif dilakukan. Jenis informasi yang hilang

merupakan keterbatasan dalam penelitian ini. Proporsi SC (14,3%) dan forsep

(2,4%) dalam penelitian ini yang hampir sama dengan proporsi untuk semua

kelahiran di Norwegia secara keseluruhan selama waktu periode (SC 13,5-16,5%

dan forsep 1,3-1,9%). Dalam analisis yang disesuaikan, hubungan antara cara

persalinan dan inkontinensia urin postpartum lebih kuat dibandingkan dengan

analisis disesuaikan, mungkin mencerminkan rata-rata IMT yang lebih tinggi dan

usia di antara wanita yang mengalami SC.

Kami menemukan perbedaan yang signifikan dalam prevalensi

inkontinensia urin bergantung pada status kontinensia dalam kehamilan dan cara

persalinan. Namun, setelah penyesuaian dan perkiraan transfer RR daripada odds

rasio, perbedaannya kecil. Odds rasio merupakan hasil ukur yang menyesatkan

dengan prevalensi tinggi di kelompok terpajan, seperti dalam penelitian ini. Kami

merekomendasikan prosedur transfer odds ratio untuk RR untuk penelitian

selanjutnya pada kelompok dengan prevalensi tinggi dari inkontinensia urin. Juga,

harus berhati-hati untuk menginterpretasikan hasil ke pengaturan klinis, karena

hal ini merupakan penelitian yang terdiri dari wanita terpilih sebagai yang

primigravida dan kontinensia sebelum kehamilan.

13

Page 14: JURDING OBGIN

Kami menggunakan kuesioner berdasarkan gejala berdasarkan definisi

dari ICS. Meskipun kuesioner tidak divalidasi per se, pertanyaan-pertanyaannya

serupa dengan instrument yang divalidasi.

Kekuatan utama dalam kelompok penelitian yang sangat besar adalah

interval kepercayaan menunjukkan hasil ketelitian yang tinggi. Panggul wanita

nulipara dengan kontinensia urin mewakili model klinis terbaik yang tersedia dari

panggul terpajan, dan desain kami dengan demikian merupakan yang terbaik

untuk menilai risiko inkontinensia urin berhubungan dengan kehamilan dan

persalinan.

SC pilihan dikaitkan dengan risiko yang lebih kecil dari inkontinensia urin

postpartum dibandingkan dengan persalinan pervaginam. Wanita yang mengalami

kontinensia urin selama kehamilan memiliki statistik signifikan lebih rendah pada

prevalensi dari inkontinensia urin postpartum dibandingkan dengan mereka yang

mengalami inkontinensia urin. Terdapat, bagaimanapun, tidak ada perbedaan

statistik yang signifikan dalam risiko antara wanita yang kontinensia dan

inkontinensia pada kehamilan tergantung pada cara persalinan. Kesimpulannya,

penemuan kami menunjukkan bahwa hubungan antara cara persalinan dan status

kontinensia postpartum tidak dipengaruhi oleh status inkontinensia di kehamilan.

Prediksi dari kelompok dengan risiko tinggi inkontinensia urin menurut cara

npersalinan tidak dapat didasarkan pada status kontinensia urin dalam kehamilan.

14