SISTEM MANAJEMEN PENGEMBANGAN PRODUKeprints.unpam.ac.id/1191/1/Jurnal Ilmiah dan Teknologi... ·...

41
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS PAMULANG perpustakaan.unpam.ac.id – eprints.unpam.ac.id 201 3 Teknologi ISSN 1858 - 4993 JURNAL ILMIAH DAN TEKNOLOGI SISTEM MANAJEMEN PENGEMBANGAN PRODUK STUDI KASUS : ALAT PENGHANCUR JARUM SUNTIK DESTROMED TM MODEL PPF-0106EL “Dosen Program Studi Teknik Industri Universitas Pamulang” Sri Utaminingsih, Deni Mahadi ABSTRAK Limbah jarum suntik yang berasal dari rumah sakit atau puskesmas harus dimusnahkan. Karena jarum suntik yang sudah menjadi limbah mengandung virus dan penyakit menular yang berbahaya seperti hepatitis B, hepatitis C dan HIV-AIDS kepada pasien lain, pengunjung Rumah Sakit (RS)/ Puskesmas, petugas kesehatan, petugas kebersihan, maupun masyarakat umum. P2F LIPI telah membuat protipe alat penghancur jarum suntik. Dari prototipe tersebut diperlukan pengamatan pada peningkatan teknologi pengapian (electrical arc) serta dalam design bentuk yang perlu dimodifikasi. Oleh karena itu didalam pengembangan produk diperlukan sistem yang dapat memberikan solusi pada masalah yang ada dalam alat penghancur jarum suntik tersebut. Karena didalam prototipe ditemukan masalah pada bagian komponen elektriknya seperti elektroda yang terbuat dari alumunium, pada saat jarum suntik dimasukan untuk dimusnahkan jarum suntik terbakar dengan menempel pada bagian elektrik elektroda sehingga pemusnahan jarum suntik masih menyisakan jarum suntiknya (tidak tuntas pembakarannya). Selain itu juga terjadi kebocoran arus pada bagian casing /body dari alat tersebut. hal itu membuat alat ini tidak bekerja dengan baik sehingga perlu dilakukan pengembangan produk. Di dalam pengembangan produk diperlukan sistem manajemen yang baik demi terciptannya suatu perubahan ke arah yang lebih baik lagi. Peningkatan kualitas dengan metode Quality Function Deployment (QFD) dapat membantu proses pengembangan produk yang sistematis dan terorganisir dengan baik. Kata kunci : Limbah medis, Alat penghancur jarum suntik, Sistem Manajemen Pengembangan produk, metode Quality Function Deployment (QFD) Teknologi Vol.IX/No.24/Juni/2013 1

Transcript of SISTEM MANAJEMEN PENGEMBANGAN PRODUKeprints.unpam.ac.id/1191/1/Jurnal Ilmiah dan Teknologi... ·...

SISTEM MANAJEMEN PENGEMBANGAN PRODUK

Teknologi ISSN 1858 - 4993

JURNAL ILMIAH DAN TEKNOLOGI

SISTEM MANAJEMEN PENGEMBANGAN PRODUK

STUDI KASUS : ALAT PENGHANCUR JARUM SUNTIK

DESTROMEDTM MODEL PPF-0106EL

“Dosen Program Studi Teknik Industri Universitas Pamulang”

Sri Utaminingsih, Deni Mahadi

ABSTRAK

Limbah jarum suntik yang berasal dari rumah sakit atau puskesmas harus dimusnahkan. Karena jarum suntik yang sudah menjadi limbah mengandung virus dan penyakit menular yang berbahaya seperti hepatitis B, hepatitis C dan HIV-AIDS kepada pasien lain, pengunjung Rumah Sakit (RS)/ Puskesmas, petugas kesehatan, petugas kebersihan, maupun masyarakat umum. P2F LIPI telah membuat protipe alat penghancur jarum suntik. Dari prototipe tersebut diperlukan pengamatan pada peningkatan teknologi pengapian (electrical arc) serta dalam design bentuk yang perlu dimodifikasi. Oleh karena itu didalam pengembangan produk diperlukan sistem yang dapat memberikan solusi pada masalah yang ada dalam alat penghancur jarum suntik tersebut. Karena didalam prototipe ditemukan masalah pada bagian komponen elektriknya seperti elektroda yang terbuat dari alumunium, pada saat jarum suntik dimasukan untuk dimusnahkan jarum suntik terbakar dengan menempel pada bagian elektrik elektroda sehingga pemusnahan jarum suntik masih menyisakan jarum suntiknya (tidak tuntas pembakarannya). Selain itu juga terjadi kebocoran arus pada bagian casing /body dari alat tersebut. hal itu membuat alat ini tidak bekerja dengan baik sehingga perlu dilakukan pengembangan produk. Di dalam pengembangan produk diperlukan sistem manajemen yang baik demi terciptannya suatu perubahan ke arah yang lebih baik lagi. Peningkatan kualitas dengan metode Quality Function Deployment (QFD) dapat membantu proses pengembangan produk yang sistematis dan terorganisir dengan baik.

Kata kunci : Limbah medis, Alat penghancur jarum suntik, Sistem Manajemen Pengembangan produk, metode Quality Function Deployment (QFD)

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Limbah jarum suntik yang berasal dari rumah sakit atau puskesmas harus dimusnahkan. Karena jarum suntik yang sudah menjadi limbah mengandung virus dan penyakit menular yang berbahaya seperti hepatitis B, hepatitis C dan HIV-AIDS kepada pasien lain, pengunjung Rumah Sakit (RS)/ Puskesmas, petugas kesehatan, petugas kebersihan, maupun masyarakat umum. Sedangkan pengelolaan dengan cara mengubur akan membuat masyarakat tidak aman dari kemungkinan kecelakaan akibat tusukan jarum suntik bekas tersebut. Dokter atau tenaga kesehatan lainnya kerap menggunakan metode tersebut atau memakai insinerator. Cara ini sebenarnya sudah baik, hanya saja kurang tepat dan tidak efisien. Insinerator memerlukan tempat khusus dan energi besar, disamping melebur jarum suntik tanpa mencapai titik leburnya. Untuk menjadikan jarum suntik yang terbuat dari stainless steel menjadi serbuk, dibutuhkan 1.200 derajat celsius. Oleh karena itu, harus dicari alat yang mampu membakar jarum suntik hingga titik lebur, hemat energi dan efisien. Berawal dari itulah, kemudian tim peneliti Pusat Penelitian Fisika-LIPI (P2F LIPI) merancang alat yang lebih praktis ketimbang insinerator atau alat penghancur jarum suntik yang sudah ada namun masih kurang efektif.

Alat yang dibuat dinamakan DestromedTM model PPF-0106EL yaitu sebuah alat penghancur jarum suntik yang bisa dibawa kemana-mana (portable) dengan menggunakan tenaga motor listrik 120 watt. Cara kerja alat ini adalah memanfaatkan panas tinggi yang ditimbulkan oleh gesekan ketika proses penghancuran dilakukan secara mekanis. Dibandingkan dengan insinerator, alat ini bekerja lebih cepat. Dimana kemampuan membakar jarum suntik menjadi serbuk berukuran 0,005 mikron hanya memakan waktu paling lama 10 detik. Dengan penemuan ini penanganan limbah dan virus jarum suntik dapat dicegah.

Dalam kenyataan pasar, banyak sekali produk yang tidak dapat bertahan sangat lama sehingga menjadi perhatian manajemen dalam perusahaan. Masalah yang demikian akan menjadi salah satu tantangan yang cukup besar bagi perencanaan pemasaran karena mereka dipaksa untuk melahirkan dan mengembangkan gagasan tentang produk baru sekaligus memasarkanya dengan sukses.

2. Perumusan Masalah

P2F LIPI telah membuat protipe alat penghancur jarum suntik. Dari prototipe tersebut diperlukan pengamatan kembali pada alat penghancur jarum suntik mulai dari segi design maupun kualitas komponen electrical arc yang terdapat didalamnya. Karena didalam prototipe ditemukan masalah pada bagian komponen elektriknya (elektroda yang terbuat dari alumunium itu, menempel pada bagian elektrik pada saat proses penghancuran jarum suntik dilakukan) yang membuat alat ini tidak bekerja dengan baik. Sehingga terjadi kebocoran arus pada bagian casing/body dari alat tersebut. Dari segi design yang berbentuk kotak persegi dengan proses penghancuran pada posisi vertikal atau tegak lurus, itu menyebabkan hasil dari penghancuran jarum suntiknya tidak sempurna.

3. Pembatasan Masalah

Beberapa batasan dibuat untuk memfokuskan penelitian :

a) Produk yang akan diteliti adalah alat penghancur jarum suntik yang dikembangkan dengan peningkatan teknologi pengapian (electrical arc).

b) Pengamatan pada design bentuk produk serta manajemen perencanaan dan pengembangan produk serta biaya-biaya proses pembuatan produk.

4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

a) Dengan memahami prinsip-prinsip dasar yang harus dipenuhi dalam perencanaan sistem manajemen pengembangan produk. Produk DestromedTM model PPF-0106EL, dapat menjadi bahan inovasi dalam pembuatan produk didalam Pusat Penelitian Fisika LIPI dengan mendukung kemajuan pada bidang jasa maupun penelitian.

b) Dengan cara mengubur akan membuat masyarakat tidak aman dari kemungkinan kecelakaan akibat tusukan jarum suntik bekas tersebut. Dengan adanya alat penghancur jarum suntik ini diharapkan dapat memberikan rasa aman bagi praktisi medis maupun masyarakat umum dari berbagai penyakit menular yang terkandung pada jarum suntik itu sendiri.

5. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini melakukan observasi lapangan, wawancara dan pendekatan kepustakaan. Melakukan wawancara terhadap pimpinan sekaligus pengagas ide pembuatan alat tersebut. Melakukan wawancara dan mencari data-data kualitatif di RS dan Puskesmas Pamulang yang berada di Tangerang Selatan.

6. Manfaaat Penelitian

a) Hasil dari observasi sistem manajemen pengembangan produk alat penghancur jarum suntik DestromedTM model PPF-0106EL, akan bermanfaat bagi Pusat Penelitian Fisika LIPI dalam kemajuan pada bidang jasa maupun penelitian dan dapat bermanfaat juga untuk pihak-pihak pengembang dalam mengembangkan suatu produk barunya.

b) Dalam penelitian ini juga bermanfaat bagi penulis sendiri, untuk mengetahui bagaimana cara mengimplementasikan dari sistem manajemen pengembangan produk khususnya pada produk alat penghancur jarum suntik dan pada umumnya produk-produk pengembangan lainnya.

LANDASAN TEORI

1. Pengertian Pengembangan Produk

Dalam pengembangan produk dapat diartikan sebagai produk yang sudah ada diperbaiki dan dikembangkan. Produk baru bagi perusahaan adalah modifikasi dari produk yang sudah ada, duplikat dari produk pesaing, produk yang diakuisisi dan produk asli inovatif. Produk baru diperkirakan dapat memberi sebuah proporsi yang tinggi bagi pertumbuhan perusahaan dan dapat juga memberikan kontribusi utama terhadap laba bisnis keseluruhan.

Produk dalam perencanaan harus dipandang sebagai pemecahan masalah bagi konsumen, dimana jika seorang konsumen membeli sebuah produk maka konsumen mendapat manfaat dari penggunaan produk tersebut. Hal yang terpenting disini adalah bagaimana konsumen percaya bahwa suatu produk dapat memenuhi kebutuhannya, bukan bagaimana penjual memandang produk tersebut. Jika kebutuhan konsumen sudah terpenuhi, diharapkan timbul kepuasan dalam diri mereka sehingga dimasa yang akan datang mereka akan melakukan pembelian berikutnya terhadap produk yang sama. Beberapa faktor penting dalam perencanaan produk baru, yaitu :

a) Pengetahuan tentang kebutuhan dan keinginan konsumen lengkap.

b) Sumber daya yang mendukung terhadap pengembangan produk baru.

c) Perkiraan penyimpangan produk baru dalam memenuhi pasar sasaran

d) Perkiraan biaya yang dibutuhkan dalam pengembangan produk baru.

e) Antisipasi terhadap reaksi para pesaing.

f) Kapan waktu yang paling tepat untuk meluncurkan produk baru.

g) Jasa terkait sebagai pendukung produk baru.

Terdapat empat type dasar dalam program pengembangan produk, yaitu :

a) Modifikasi produk lini.

b) Di luar produk lini/produk subtitusi.

c) Produk komplemen.

d) Produk inovasi.

2. Proses Pengembangan Produk

Kotler dalam bukunya Marketing Manajement (2009) mengemukakan bahwa ada tujuh proses pengembangan produk baru yaitu mencakup : pemunculan gagasan (ide generation), penyaringan gagasan (ide screening), pengembangan dan pengujian konsep (concept development and testing), analisis bisnis (business analysis), pengembangan produk (product development), pengujian pasar (market testing), dan komersialisasi (commercialization). Dalam setiap tahapan proses tersebut, manajemen akan mereview dan mengambil keputusan apakah lanjut atau menghentikan proses pengembangan produk baru tersebut.

Brainstorming

benefit structure

problem inventory

attribut listing

rating criteria

kapasitas dan tujuan

drop dan go error

konsep produk

pasar sasaran

proyeksi penjualan

analisis investasi

capital budgeting

desain

fisik produk

rencana produksi

potensi problem

produk dan pemasaran

situasi pasar

keputusan pemasaran

koordinasi kegiatan

3. Sasaran Produk Baru

Tidak setiap pelanggan akan dapat diharapkan menerima dan membeli produk baru. Karena tidak setiap pelanggan akan segera menerima sesuatu yang baru tetapi juga tidak setiap pelanggan akan tetap menyukai produk lama. Banyaknya pelanggan yang segera menerima maupun terlambat menerima produk baru tersebut dalam bentuk distribusi normal. Sebagian besar masyarakat adalah segera dan lambat menerima produk baru. Hanya sedikit orang yang menyukai hal-hal baru (inovatif) dan bersedia menerimanya. Dan juga hanya sedikit masyarakat yang sangat terlambat menerima produk baru atau tetap menyukai produk lama.

Seiring berjalannya jaman teknologi yang semakin maju, dahulu mungkin dalam pemusnahan limbah jarum suntik dengan cara menguburnya sudah cukup aman namun di samping itu terkadang manusia lupa akan bahayanya limbah jarum suntik jika dikubur yaitu dapat melukai seseorang sewaktu-waktu. Maka dengan adanya alat penghancur jarum suntik DestromedTM diharapkan kasus tentang penyelesaian limbah jarum suntik dapat dihilangkan/diselesaikan secara benar.

a. Transformasi dari Invention menuju Innovation

Pengembangan produk alat penghancur jarum suntik akan melalui suatu tahap yang dikenal dengan invention. Invention adalah proses menemukan suatu teknologi dari tidak ada menjadi ada. Sedangkan innovation adalah proses pembaharuan dari invention. Innovation melibatkan peluang yang ada di pasar dengan penemuan teknologi dan pengetahuan tentang teknologi baru. Sebagai contoh, temuan teknologi bluetooth, yang memungkinkan pertukaran data melalui koneksi wireless dengan daerah jangkauan sekitar 150 meter, dan saat ini telah diintegrasikan dalam media telepon seluler (handphone), sehingga para pengguna handphone dapat lebih mudah saling bertukar data.

Contoh lain adalah innovasi pada perusahaan air minuman ringan Coca-cola dimana inovasi adalah salah satu keberhasilan yang menjadikan Coca-cola Indonesia semakin besar dan dikenal luas. Melalui riset dan pengembangan (Research & Development), Coca-cola terus berinovasi untuk menciptakan produk, kemasan, strategi pemasaran, serta perlengkapan penjualan baru yang lebih berkualitas, kreatif, serta mempunyai ciri khas tersendiri. Pada tahun 2002, Coca-cola Indonesia meluncurkan Frestea, teh dalam kemasan botol dengan aroma bunga melati yang khas. Dengan inovasi, Coca-cola yakin bahwa produk-produk yang ditawarkan akan mampu memenuhi kebutuhan pasar di indonesia. Pada proses inovasi ini, khususnya pada tahap inisiasi perlu dipertimbangkan bahwa inovasi yang dihasilkan dapat diterima oleh perusahaan maupun masyarakat.

b. Peran Unit R&D

Hasil inovasi yang lahir dari suatu perusahaan akan ditindaklanjuti dengan proses pengembangkan produk atau jasa baru. Untuk itu perlu unit khusus yang menangani proses ini yaitu unit R&D, Research & Development. Unit ini akan melakukan riset penelitian dari hasil inovasi untuk kemudian dikembangkan menjadi suatu produk atau jasa baru yang akan dilempar kepasar ke pasaran. Perusahaan yang sudah mapan biasanya mengalokasikan resourcesnya sekitar 5-10 % dari sales pada aktivitas R&D. Basic Research menuju kepada terciptanya invention, sedangkan Product Development dan engineering menuju kepada terciptanya innovation.

Ada tiga faktor yang harus dipertimbangkan bagi unit R&D dalam usahanya menerapkan formulasi strategi, yaitu :

1) Kompetensi Teknis

2) Kebutuhan Pasar

3) Corporate Interest

Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa kompetensi teknis dari Researcher diperlukan untuk melahirkan produk jasa yang berkualitas. Di lain pihak produk jasa yang dikembangkan juga harus memperhatikan kebutuhan pasar (memiliki commertial value) maupun kepentingan perusahaan, keduanya harus jalan. Untuk itu diperlukan upaya untuk mencari apa yang dibutuhkan oleh pasar dan mencari invent-to-order bagi produk atau jasa untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Fungsi riset bisnis perlu ditambahkan sebagai suatu sub unit dalam Unit R&D untuk menunjang keberhasilan suatu produk atau jasa baru agar sukses dipasaran. Sebagai contoh, TELKOM R&D Center telah melakukan restrukturisasi organisasi pada akhir tahun 2006 dan melahirkan satu bidang baru yaitu bidang Research of Business. Bidang R&D tersebut meliputi 4 laboratorium dengan masing-masing fungsinya sebagai berikut :

1) Business Strategy, melakukan riset dan pengembangan bisnis.

2) Business Performance, melakukan evaluasi dan identifikasi performansi bisnis.

3) Business Competitiveness, menyediakan data pasar, pelanggan dan kompetitor yang kompetitif.

Industrial Partnership, melakukan pengembangan hubungan kemitaraan yang strategis dengan institusi yang relevan.

Produk baru berpeluang menawarkan nilai superior ke customer dan secara total produk baru dapat meningkatkan keberadaan produk.

1) Jenis-jenis produk baru :

Perkenalan barang atau jasa baru bisa diklasifikasikan menjadi : benar-benar baru bagi pasar dan luasnya nilai yang diciptakan, menghasilkan jenis produk baru berikut ini :

a) Inovasi transformasional, produk yang secara radikal baru dan penciptaan nilai yang subtansial.

b) Inovasi subtansial, produk yang secara signifikan baru dan menciptakan nilai penting untuk konsumen.

c) Inovasi incremental, inovasi, produk baru yang menyediakan peningkatan performa atau nilai yang diterima lebih baik (atau biaya lebih rendah).

Sebuah perusahaan yang berinisiatip mengembangkan produk baru dapat melakukan inovasi dalam satu atau lebih dari ketiga kategori diatas. Kenyataannya, banyak produk baru merupakan perluasan dari jalur produk yang ada dari total produk baru yang dihasilkan.

2) Menemukan peluang nilai customer

Kebutuhan customer menjadi informasi penting yang menentukan nilai peluang yang ada dalam pengembangan produk baru. Identifikasi dan analisis segmen pasar membantu untuk mengetahui segmen yang menawarkan peluang produk baru ke organisasi. Kepuasan konsumen mengindikasikan seberapa baik pengalaman menggunakan produk dibandingkan dengan nilai yang diharapkan oleh pembeli.

a) Nilai konsumen

Tujuan analisis nilai customer adalah mengidentifikasi kebutuhan :

1) Produk baru

2) Peningkatan produk yang ada

3) Peningkatan dalam proses produksi

4) Peningkatan layanan pendukung

b) Kapabilitas yang cocok untuk peluang nilai

Setiap nilai harus dipertimbangkan pada saat organisasi mempunyai kapabilitas untuk membawa nilai custumer yang superior. Organisasi secara normal akan mempunyai kapabilitas yang dibutuhkan perluasan lini produk dan tambahan peningkatan. Pengembangan produk untuk sebuah kategori produk baru membutuhkan penilaian pada kapabilitas organisasi mengenai kategori baru.

c) Inovasi transformasional

Customer mungkin bukan penuntun yang baik untuk ide produk baru yang secara total mungkin disebut radikal atau penerobosan inovasi sejak mereka membentuk keluarga produk baru atau bisnis baru. Ketika setiap ide dibawah pertimbangan, pelanggan potensial mungkin tidak mengerti bagaimana produk baru akan mengganti produk yang ada. Masalahnya adalah customer tidak mungkin mengantisipasi sebuah preferensi untuk sebuah produk baru yang revolusioner.

3) Karakteristik inovator yang berhasil

Dalam membentuk karakteristik inovator yang berhasil di perlukan beberapa elemen-elemen penting yang mendukung suatu strategi yang pada akhirnya terbentuk inisiatif strategi. Mulai dari membentuk sebuah budaya yang inovatif sampai pada pembuatan komitmen sumber daya serta pengaruh kapabilitas. Sehingga inovasi yang ditimbulkan menjadi sebuah solusi dalam permasalahan yang sedang dihadapi. Oleh karena itu inisiatif strategi ini menjadi penting dan manfaat bagi setiap inovator-inovator dalam pemecahan sebuah masalah dan menjadi nilai keuntungan bagi instansi atau pihak pengembang dalam membentuk suatu produk yang baru.

4. Sistem Pengembangan Produk

Sebuah strategi produk yang efektif menghubungkan keputusan produk dengan arus kas, dinamika pasar, siklus hidup produk, dan kemampuan organisasi. Sebuah perusahaan harus mempunyai dana untuk mengembangkan produk, memahami perubahan yang terus-menerus terjadi dipasar, mempunyai potensi dan sumber daya yang diperlukan,

Proses penyaringan diperluas pada fungsi operasi. Pengembangan produk yang optimal bergantung pada bagian lain dalam perusahaan, dan juga gabungan dari keputusan MO (manajemen operasi) yang berhasil, mulai dari desain produk hingga pemeliharaan. Mengenali produk yang terlihat akan meraih pangsa pasar, berbiaya efektif, dan menguntungkan, tetapi pada kenyataannya sulit untuk diproduksi, dapat menyebabkan kegagalan dan bukan keberhasilan.

a) Quality Function Deployment

Quality Function Deployment adalah sebuah sistem pengembangan produk yang dimulai dari merancang produk, proses manufaktur sampai produk tersebut ke tangan konsumen, dimana pengembangan produk berdasarkan keinginan konsumen. Ada beberapa aspek penting dari sistem Quality Function Deployment (Kaebernick H., Farmer L. E., Mozar S 1997), antara lain :

1. Fokus utama Quality Function Deployment (QFD) adalah custumer needs (kebutuhan konsumen) dan harapan-harapan konsumen terhadap produk tersebut. Quality Function Deployment berkaitan dengan menetapkan apa yang akan memuaskan.

2. Menerjemahkan keinginan pelanggan pada desain yang di targetkan. Quality Function Deployment adalah suatu proses menetapkan keinginan pelanggan (apa yang menjadi “keinginan” pelanggan) dan menerjemahkannya menjadi atribut (“bagaimana”) agar tiap area fungsional dapat memahami dan melaksanakannya. Kegunaan lain dari QFD adalah untuk menunjukan bagaimana usaha yang berkualitas akan disebarkan.

3. Quality Function Deployment sangat cocok jika diimplementasikan dengan Concurent Engineering yang merupakan sistem pengembangan produk yang terpadu dimana semua aktifitas yang terlibat dalam pengembangan produk dilakukan dalam kurun waktu yang bersamaan. Pada Concurent Engineering perancangan produk dan proses manufaktur terhadap sebuah produk dilakukan secara bersamaan.

Quality Function Deployment meliputi semua elemen mulai dari desain, pemasok material mentah, produksi (manufaktur), distribusi dan pelayanan produk yang telah disesuaikan dengan keahlian dan pengalaman didalam mengembangkan produk secara keseluruhan untuk memenuhi custumer needs dan harapan-harapan konsumen.

b) Membuat Organisasi untuk Pengembangan Produk

Kelompok pengembangan produk bertanggung jawab untuk mengubah permintaan pasar menjadi sebuah produk yang dapat mencapai keberhasilan produk. Kelompok ini terdiri dari perwakilan dari pemasaran, produksi, pembelian dan penjaminan kualitas, dan karyawan pelayanan lapangan. Penguasaan kelompok seperti ini disebut sebagai rekayasa menyeluruh (cocurrent engineering) dan menunjukan sebuah kelompok yang mewakili semua bidang yang terpengaruh (dikenal sebagai kelompok lintas fungsi).

Satu alat QFD adalah rumah kualitas (house of quality). Rumah kualitas merupakan bagian dari proses quality function deployment yang menggunakan sebuah matriks perencanaan untuk menghubungkan “keinginan” pelanggan dengan “bagaimana” perusahaan melakukan sesuatu untuk memenuhi “keinginan” tersebut.

1) Kenali keinginan pelanggan.

2) Kenali bagaimana produk akan memuaskan keinginan pelanggan.

3) Hubungkan keinginan pelanggan dengan bagaimana produk akan dibuat untuk memenuhi keinginan pelanggan produk tersebut.

4) Buat tingkat kepentingan.

5) Evaluasi produk pesaing.

Orientasi pada dokumentasi, salah satu produk/jasa yang dihasilkan dari proses QFD adalah dokumen komprehensif mengenai semua data yang berhubungan dengan segala proses yang ada dan perbandingannya dengan persyaratan pelanggan. Dokumen ini berubah secara konstan setiap kali ada informasi baru yang dipelajari dan informasi yang lama dibuang. Informasi yang up to date mengenai persyaratan pelanggan dan proses internal, sangat berguna bila terjadi pergantian pegawai (turnover).

Efisiensi waktu, QFD dapat mengurangi waktu pengembangan produk/jasa karena memfokuskan pada persyaratan pelanggan yang spesifik dan telah diidentifikasi dengan jelas. Oleh karena itu tidak terjadi pemborosan waktu untuk mengembangkan ciri-ciri produk/jasa yang tidak atau hanya memberikan sedikit nilai (value) kepada pelanggan.

Orientasi kerja sama tim, QFD merupakan pendekatan kerja sama tim. Semua keputusan dalam proses didasarkan pada konsensus/kesepakatan dan dicapai melalui diskusi mendalam. Oleh karena itu setiap tindakan yang dilakukan diidentifikasi sebagai bagian dari proses, maka setiap individu memahami posisinya yang paling tepat dalam proses tersebut, sehingga pada gilirannya hal ini mendorong kerja sama tim yang lebih kokoh.

c) Struktur dan Proses QFD

Analogi yang paling sering digunakan untuk menggambarkan struktur QFD adalah suatu matriks yang berbentuk rumah (house of quality) seperti gambar 3. di bawah ini.

Tembok rumah sebelah kiri (Komponen 1) adalah masukan dari pelanggan. Pada langkah ini pemanufaktur berusaha menentukan segala persyaratan yang dikehendaki pelanggan dan berhubungan dengan produk/jasa. Agar dapat memenuhi persyaratan pelanggan, pemanufaktur mengusahakan spesifikasi kinerja tertentu dan menyaratkan pemasoknya untuk melakukan hal yang sama. Langkah ini digambarkan pada bagian plafon/langit-langit rumah (Komponen 2).

Tembok rumah sebelah kanan (Komponen 3) merupakan matriks perencanaan. Matriks ini merupakan komponen yang digunakan untuk menerjemahkan persyaratan pelanggan ke dalam rencana-rencana untuk memenuhi atau melampaui persyaratan tersebut. Komponen ini meliputi langkah-langkah seperti menggambarkan persyaratan pelanggan pada suatu matriks dan proses pemanufakturan pada matriks lainnya, memprioritaskan persyaratan pelanggan, dan mengambil keputusan mengenai perbaikan yang dibutuhkan dalam proses pemanufakturan.

Di bagian tengah (Komponen 4), persyaratan pelanggan dikonversikan ke dalam aspek-aspek pemanufakturan. Misalnya pelanggan menginginkan lulusan yang berkompetensi dalam bidang kesehatan, maka persyaratan tersebut akan dikonversikan lembaga pendidikan dengan membuka dan mengembangkan jurusan kedokteran.

Bagian bawah rumah (Komponen 5) merupakan daftar prioritas persyaratan proses pemanufakturan. Sedangkan pada bagian atap (Komponen 6), langkah yang dilakukan adalah identifikasi dari proses/kegiatan organisasi yang berhubungan dengan persyaratan pemanufakturan. Pertanyaan yang akan dijawab dalam komponen 6 adalah apa yang terbaik dapat dilakukan organisasi dengan mempertimbangkan persyaratan pelanggan dan kemampuan pemanufakturan organisasi.

METODOLOGI PENELITIAN

1. Ruang Lingkup Penelitian

a) Sistem Manajemen

Sistem manajemen adalah suatu komponen yang memiliki atribut-atribut penting yang dapat menunjang dalam menyusun dan mengembangkan serta mengimplementasikan sistem tersebut pada suatu produk barang atau jasa, sehingga tercipta ekspektasi pada instansi/perusahaan.

b) Pengembangan Ide

Keberhasilan dalam membangkitkan dan memproses ide produk baru dengan berbagai kendala dan hambatan yang dihadapi tergantung pada kemampuan perusahaan mengorganisasikan upaya-upaya pencarian ide tersebut dengan baik, sejauh mana kehati-hatian strategi produk perusahaan dinyatakan dan sumber daya apa yang digunakan.

Kepentingan relatif dari sumber-sumber gagasan produk baru berbeda-beda, tergantung pada perusahaan, industri, dan sejauh mana produk tersebut benar-benar dianggap baru. Selain timbul secara kebetulan sumber-sumber gagasan produk baru timbul dari hal-hal berikut ini :

1. Pelanggan merupakan sumber penting terutama untuk menghasilkan gagasan mengenai produk-produk industrial baru. Dibidang instrument ilmiah dan proses manufaktur sebagian besar inovasi dihasilkan dari masukan para pemakai. Perusahaan juga bisa mengidentifikasi kebutuhan pelanggan dengan menggunakan riset pemasaran, laporan penjualan, diskusi kelompok pengguna dan dengan mendengarkan keluhan tentang kinerja produk sekarang.

2. Personil perusahaan seringkali memberikan saran yang bermanfaat untuk produk baru terutama tambahan lini produk dan perbaikan produk. Sumber didalam perusahaan yang paling penting adalah anggota dari staf litbang atau kerekayasaan, personel penjualan, manajer produk, personel periklanan dan peneliti pemasaran.

3. Saluran distribusi, seperti distributor yang bekerja sama dengan pelanggannya bisa sangat membantu dalam menyarankan modifikasi produk atau perluasan lini produk bagi produk-produk yang ada. Gagasan ini kemudian dapat dicek dengan pelanggan pengguna akhir.

4. Pesaing juga merupakan sumber gagasan produk baru. Dalam banyak kasus perusahaan tidak memiliki banyak pilihan kecuali merespon produk kompetitif dengan salah satu produk yang diproduksinya.

5. Kantor pemerintah, penemuan-penemuan riset yang diumumkan oleh kantor pemerintah juga dapat memperbaharui gagasan produk baru.

6. Sumber-sumber lain adalah dari majalah bisnis, asosiasi perdagangan, biro iklan, perusahaan riset pemasaran, konsultan, laboratorium komersil, serta laboratorium universitas atau institute.

Hampir tidak ada perusahaan yang dapat luput dari pengaruh kemajuan teknologi dan munculnya produk-produk baru. Cepat atau lambat, hampir semua produk yang ada sekarang akan hilang dari pasar dan di gantikan dengan produk-produk lain sehingga pertumbuhan dan keuntungan perusahaan dalam jangka panjang akan tergantung dari kebijaksanaan produk yang didefinisikannya. Dalam kondisi saat ini, dimana perkembangan pasar sangat dinamis dan penuh persaingan, perusahaan akan sulit mempertahankan eksistensinya jika hanya bertahan pada produknya yang sekarang. Oleh karena itu, pengembangan produk baru merupakan suatu hal yang penting bagi perusahaan. Perkembangan tersebut meliputi pembuatan produk yang baru atau penyempurnaan dari produk yang sudah ada. Dalam pengembangan produk dibutuhkan pemikiran yang kreatif sehingga muncul ide atau gagasan yang menjadi tujuan dari pengembangan tersebut, melalui penyaringan ide hal yang menyangkut pengembangan produk dari berbagai ide atau gagasan kita bisa lihat mana ide yang harus diambil dan mana yang di eliminasi.

c) Teknik Menghasilkan Ide

Ide cemerlang merupakan hasil dari, keringat dan teknik. Berikut ini terdapat sejumlah teknik “kreatifitas” yang bisa mmbantu menghasilkan gagasan yang lebih baik.

1) Membuat daftar rincian attribute

2) Menentukan hubungan masing-masing barang dengan barang lainnya.

3) Analisis struktur terkait dengan produk yang dihasilkan, misalnya dimensi-dimensi yang terkait dengan produk baru.

4) Identifikasi masalah dan kebutuhan, dari ketiga teknik diatas sama sekali tidak melibatkanmasukan dari konsumen untuk menghasilkan ide. Sebaliknya identifikasi masalah dan kebutuhan diawali dari konsumen.

2. Strategi Pengenalan Pasar

Pada tahap introduksi atau perkenalan pasar tujuan utama yang ingin dicapai dalam penerapan strategi pemasaran adalah untuk memproleh kesadaran konsumen terhadap produk. Strategi produk akan diarahkan untuk meyakinkan bahwa standar kualitas produk yang dibuat dapat diterima oleh konsumen. Dalam bidang promosi, tujuan yang ingin dicapai adalah menciptakan kesadaran konsumen terhadap merek produk (brand awareness).

3. Limbah Medis Rumah Sakit

Secara umum sampah dan limbah rumah sakit di bagi menjadi dua kelompok besar yaitu;

a) Sampah klinis, yang disebut sampah klinis adalah sampah yang dihasilkan oleh rumah sakit dari kegiatan pelayanan medik termasuk laboratorium dan farmasi. Contoh : Sisa benda tajam (jarum suntik), cairan infeksius, jaringan tubuh, buangan farmasi, buangan laboratorium, dan buangan radio aktif.

b) Sampah atau limbah non klinis, yang termasuk sampah/limbah non klinis adalah sampah yang umumnya berasal dai kegiatan kantor, dapur, cuci, mesin, dan buangan kamar mandi. Jika di tinjau dari wujud sampah/limbah yang dihasilkan rumah sakit dapat berupa bahan padat, cair, dan gas.

Rumah sakit sebagai wahana proses pelayanan kesehatan akan memberikan keluaran berupa kesembuhan pasien sebagai produk utama dan limbah sebagai produk sampingan, limbah yang diproduksi oleh rumah sakit relatif bervareasi sesuai dengan keragaman pelayanan yang di lakukan.

c. Bahaya limbah rumah sakit terhadap kesehatan

Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Bentuk limbah klinis macam-macam dan berdasarkan potensi yang terkandung didalamnya dapat di kelompokan sebagai berikut:

1) Limbah benda tajam, obyek limbah atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum hipodermik, perlengkapan intervena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Semua benda tajam ini memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan. Benda-benda tajam yang terbuang mungkin terkontaminsai oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau radio aktif.

2) Limbah infeksius mencakup limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular (perwatan intensif). Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit menular.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh badan riset universitas indonesia tahun 2007 pengolahan limbah rumah sakit di indonesia menunjukan hanya 53,4 % rumah sakit yang melaksanakan pengolahan limbah cair dan dari rumah sakit yang mengelola limbah tersebut 51,1 % melakukan dengan instalasi IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) dan septic tank (tangki septik). Pemeriksaan kualitas limbah hanya dilakukan oleh 57,5 % rumah sakit dan dari rumah sakit yang melakukan pemeriksaan tersebut sebagian besar telah melakukan pemeriksaan dan sebagian besar telah memenuhi syarat baku mutu 63 %.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Studi Lapangan

Studi lapangan yang telah dilakukan beberapa hari, dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain dan Puskesmas yang berada di daerah Tangerang Selatan di dapat data yang cukup beragam dan menarik untuk dianalisa. Data – data tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Data dari Rumah Sakit

Pada dasarnya pihak rumah sakit tidak keberatan dan menyambut hangat dengan kedatang penulis untuk melakukan observasi dan wawancara mengenai alat penghancur jarum suntik (Destromed).

1) Hasil limbah medis yang berada dirumah sakit pada dasarnya mereka sudah mempunyai alat pengolahan limbah sendiri yaitu insinerator, namun terdapat kendala dari penggunaan insinerator tersebut dengan membutuhkan tenaga listrik yang tinggi belum lagi asap yang mengganggu lingkungan sekitar.

2) Limbah jarum suntik yang mereka hasilkan cukup banyak bisa mencapai ± 200 jarum suntik bekas pakai per hari atau sekitar >5000 jarum suntik bekas pakai per bulan.

3) Menurut mereka alat penghancur jarum suntik (Destromed) cukup baik dan efektif namun harus dikembangkan kembali karena masih terdapat darah pada ujung spuit.

b. Data dari Puskesmas

Pihak Puskesmas hampir sama dengan dengan RS merekapun menyambut hangat, dan mereka tertarik pada alat penghancur jarum suntik (Destromed) dengan sistem pengapian jarum suntik yang terbuat dari stainles stell (ss) sudah hancur lebur.

1) Di beberapa Puskesmas sudah mempunyai alat pengolahan medis, tapi alat yang mereka miliki untuk semua sampah medis yaitu insinerator sehingga belum sempurna keamanannya. Namun kendala lagi bagi mereka dengan lokasi Puskesmas yang sangat berdekatan dengan pemukiman warga dan tempat-tempat umum, yang cukup mengganggu.

2) Limbah jarum suntik yang dihasilkan oleh Puskesmas sekitar ± 100 jarum suntik bekas pakai per hari atau >1000 jarum suntik bekas pakai per bulannya. Namun mereka mempunyai program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) yang diadakan setiap per tiga bulan. Pada setiap per tiga bulan mereka mendapatkan limbah jarum suntik dari kegiatan tersebut bisa mencapai >300 spuit jarum suntik. Namun mereka tidak kelola sendiri dari hasil kegiatan itu mereka langsung menyerahkan ke Dinas Kesehatan Tangerang Selatan (Dinkes Tangsel). Jadi Dinkes yang mengelola limbah medisnya.

Limbah medis, seperti jarum suntik pada gambar 4. diatas dan jenis infeksius lainnya adalah termasuk Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Sesuai Peraturan Pemerintah RI No. 18 Tahun 1999 tentang pengolahan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) diperlukan penanganan khusus, yaitu tidak diperbolehkan dibuang bersama sampah umum atau tidak bisa dibuang langsung ketempat pembuangan akhir (TPA). Bila pengelolaan limbah jarum suntik tidak benar, kemungkinan besar dapat terjadi beragam penularan penyakit, terutama hepatitis B, hepatitis C, dan HIV/AIDS kepada pasien lain, pengunjung rumah sakit (RS)/Puskesmas, petugas kesehatan, petugas kebersihan, maupun masyarakat umum. Sedangkan pengelolaan dengan cara penguburan akan membuat masyarakat tidak aman dari kemungkinan kecelakaan akibat tusukan jarum suntik bekas tersebut.

Setelah dilakukan tahapan dalam pengembangan produk, mulai dari penciptaan gagasan/ide, penyaringan gagasan sampai pengujian dan pengembangan konsep dapat terbentuk hasil yang diharapkan yaitu produk penghancur jarum suntik, di tujukan pada gambar 5. di bawah ini.

Dengan kemiringan, memiliki faktor pendukung yang baik. Namun pada intinya hal yang paling penting pada penghancuran jarum suntik terletak pada holder jarum suntik yang terletak pada bagian dalam yang mengarahkan jarum suntik pada proses pembakaran dengan teknologi pengapian (electrical arc). Alat ini dapat menghancurkan bagian metal dari jarum suntik secara tuntas dengan metode elektrik sampai suhu diatas 1500 0C.

Dimana kemampuan membakar jarum suntik menjadi serbuk berukuran 0,005 mikron hanya memakan waktu paling lama 10 detik. DestromedTM model PPF-0106EL yaitu sebuah alat penghancur jarum suntik yang bisa dibawa kemana-mana (portable) dengan menggunakan tenaga motor listrik 120 watt. Cara kerja alat ini adalah memanfaatkan panas tinggi yang ditimbulkan oleh gesekan ketika proses penghancuran dilakukan secara mekanis. Dengan demikian bakteri atau virus yang bersarang dibatang jarum suntik sudah musnah dan tidak ada residu yang ditimbulkan dari proses penghancuran jarum suntik sehingga dinyatakan alat ini aman dan ramah lingkungan. Dengan semakin tingginya penggunaan jarum suntik dirumah sakit maupun puskesmas dan dengan penggunaannya yang sekali pakai, jarum suntik harus segera dimusnahkan untuk menghindari berbagai penyakit yang terdapat pada jarum suntik seperti hepatitis B, hepatiti C dan HIV/AIDS.

Beberapa alasan perlunya proses pengembangan produk, yang baik, antara lain (Ulrich & Eppinger) :

1) Jaminan kualitas

Suatu proses pengembangan produk yang menjelaskan tahap yang akan dilalui dan melakukan heckpoint selama kurun waktu pengembangan tersebut dengan selalu melakukan pengawasan terhadap tahapan proses pengembangan produk diharapkan kualitas daripada produk yang dihasilkan terjamin.

Tabel 1. Spesifikasi Alat Penghancur Jarum Suntik DestromedTM Model PPF-0106EL

ITEM

STANDAR

Sebelum

Setelah

Ukuran panjang Jarum

12,5 – 50 mm*

12,5 – 50 mm*

Ukran diameter Jarum

0,5 mm – 1 mm

0,5 mm – 1 mm

Temperatur bakar

>1200 oC

>1500 oC

Waktu bakar

10 detik **

10 detik **

Kapasitas pembuangan sampah

5000 jarum

3000 jarum

Konsumsi daya listrik

0.8 KWH/10000 jarum

0.8 KWH/10000 jarum

Catu daya

220 Volt ~ 240 Volt

220 Volt ~ 240 Volt

Suhu operasi

20 – 70 oC

10 – 60 oC

Dimensi

210x170x100 mm3

205x165x100 mm3

Berat

4 Kg

3.5 Kg

*Panjang maksimum jarum tidak terbatas

**Tergantung kecepatan tangan

2) Koordinasi

Suatu proses pengembangan dapat berlaku sebagai master plan yang akan menjelaskan apa, kapan, dan bagaimana suatu tim kecil dapat memberikan masukan terhadap usaha pengembangan ini.

3) Rencana

Dalam suatu proses pengembangan terdapat hubungan antar aktivitas (kegiatan) selama proses pengembangan langsung, termasuk waktu yang diperlukan tiap aktivitas. Sehingga dengan demikian dapat diketahui jadwal untuk seluruh kegiatan, kapan dimulainya suatu kegiatan dan berakhirnya suatu kegiatan atau proyek pengembangan produk.

4) Manajemen

Suatu proses pengembangan merupakan suatu perbandingan terhadap produk sejenis dari perusahaan lain terhadap keunggulannya (benchmarking). Dengan melakukan perbandingan ini pihak manajemen akan mengetahui letak permasalahannya.

5) Improvisasi

Sistem dokumentasi yang baik terhadap organisasi proses pengembangan produk akan membantu dalam mengetahui peluang pengembangan.

Proses pengembangan sebuah produk adalah salah satu proses pengembangan produk yang menempatkan faktor pasar sebagai faktor pemicu dan penentu keberhasilan pengembangan suatu produk. Dalam proses ini, pengembangan produk ditentukan dan dimulai dari keinginan konsumen (pasar) dan kemudian dari data tersebut ditentukan arah perencanaan dan pengembangan produk yang dapat ditentukan secara teknis oleh pihak manajemen (customer driven). Keinginan konsumen yang selalu berubah (dinamis) akan menyebabkan perusahaan selalu bersiap merespon keinginan tersebut secara kreatif dan berlangsung secara terus menerus sehingga akan terjadi integrasi antara pasar, rancangan dari manufaktur. Dalam hal ini perusahaan harus siap dengan setiap perubahan keinginan yang terjadi terhadap konsumen, yang pada akhirnya konsumen mendapatkan haknya sebagai pembeli yaitu memiliki produk yang berkualitas dan sesuai dengan apa yang sedang dibutuhkan konsumen.

2. Biaya-biaya pembuatan alat penghancur jarum suntik

Dalam hal ini biaya pembuatan produk menggunakan dana penelitian yang diberikan oleh pemerintah, dengan dana tersebut dialokasikan kebeberapa departemen diantaranya, departemen biaya bahan baku, biaya produksi, biaya tenaga kerja dan biaya promosi. Kegiatan penelitian dan pengembangan telah didefinisikan sebagai berikut :

a. Penelitian merupakan usaha pencarian terencana atau penyidikan kritis yang ditujukan untuk menemukan pengetahuan baru, dengan harapan bahwa pengetahuan semacam itu akan berguna dalam mengembangkan produk atau jasa baru (untuk selanjutnya disebut “produk”) atau suatu proses atau teknik baru (yang selanjutnya disebut “proses”) atau dalam mengadakan suatu perbaikan yang penting atas produk atau proses yang telah ada.

b. Pengembangan adalah pengejawantahan hasil-hasil penelitian atau pengetahuan lain kedalam rencana atau rancangan produk atau proses baru atau perbaikan penting terhadap produk atau proses yang telah ada, baik yang untuk dijual atau digunakan sendiri. Hal ini meliputi perumusan konseptual, rancangan, dan pengujian atas alternatif-alternatif produk, kontruksi prototype, dan operasi pabrik perintis.

Tabel 2. Biaya-biaya pembuatan alat penghancur jarum suntik (per unit)

No

Uraian

Jumlah (Rp)

Produk Lama

Produk Baru

1

Biaya bahan baku

994.000

472.500

2

Biaya produksi

250.000

200.000

3

Biaya tenaga kerja

356.000

327.500

Jumlah total (Rp)

1.600.000

1.000.000

Dari departemen-departemen biaya diatas dapat dilihat perbedaan yang sangat signifikan antara produk lama dengan produk baru ada selisih biaya sekitar Rp. 600.000,- dibandingkan dengan produk baru yang biaya pembuatannya sekitar Rp. 1.000.000,- ini nilai yang sangat kompetitif. Dengan persaingan yang belum terlalu ketat diyakini alat ini bisa menjadi solusi tepat, dalam pemusnahan jarum suntik.

Tabel 3. Biaya Bahan Baku (per unit)

No

Nama bahan baku

Volume

Harga (Rp)

Produk Lama

Produk Baru

1

Trafo Slep Down

1 pcs

700.000

143.500

2

Holder jarum suntik

1 pcs

-

150.000

3

Fuse Thermal

1 pcs

10.000

12.500

4

Kabel power

1 pcs

18.000

17.500

5

Saklar on/off

1 pcs

5.000

5.000

6

Casing

1 pcs

250.000

125.000

7

Karet dudukan

4 pcs

8.000

6.000

8

Stiker label

1 set

3.000

3.000

9

Handle

1 pcs

-

2.500

10

Fuse Holder

1 pcs

-

7.500

Jumlah total (Rp)

994.000

472.500

1. Biaya pembuatan Alat Penghancur Jarum Suntik yang lama

Biaya total pembuatan Alat penghancur jarum suntik Rp. 1.600.000,-

Bahan Langsung

994.000

Tenaga Kerja Langsung

356.000

1.350.000

Overhead Pabrik

250.000

1.600.000

Biaya Total Produksi 1.600.000

Harga jual produk oleh perusahaan :

Rp. 2.100.000,-

Laba yang diperoleh perusahaan :

= 2.100.000 – 1.600.000 = 500.000,-

Presentasi margin yang diperoleh perusahaan sebesar :

= (500.000/2.100.000) x 100 % = 31,25 %

2. Biaya pembuatan Alat Penghancur Jarum Suntik yang baru

Biaya total pembuatan Alat penghancur jarum suntik Rp. 1.000.000,-

Bahan Langsung

472.500

Tenaga Kerja Langsung

327.500

800.000

Overhead Pabrik

200.000

1.000.000

Biaya Total Produksi 1.000.000

Harga jual produksi oleh perusahaan : Rp. 1.500.000,-

Laba yang diperoleh perusahaan :

= 1.500.000 – 1.000.000 = 500.000,-

Presentasi margin yang diperoleh perusahaan sebesar :

= (500.000/1.500.000) x 100 % = 33,33 %

Dari biaya diatas tersebut merupakan biaya realistis yang digunakan untuk pembuatan alat penghancur jarum suntik/destromed, bukan biaya produksi dalam jumlah besar tetapi hanya dalam bentuk komersil saja. Aktivitas mulai dari perencanaan bahan baku, pembelian bahan baku, proses pembuatan, perakitan sampai barang jadi. Dari biaya diatas terlihat perbedaan yang sangat signifikan dibandingkan dengan produk baru atau setelah mengalami pengembangan. Dilihat dari prosentase produk baru hemat hingga 35 % dibandingkan dengan produk yang lama dengan biaya pembuatannya mencapai Rp. 1.600.000,- . Adapun untuk pengembangan produksi skala industri besar itu perlu diperhitungkan kembali mengenai biaya-biayanya sehingga didapat angka yang proforsional untuk setiap aktivitas produksi. Dari biaya diatas juga dapat dilihat perbedaan harga jual produk, produk lama harga yang ditawarkan sebesar Rp. 2.100.000,- /unit sedangkan produk baru yang setelah dikembangakan memiliki harga yang jauh lebih murah yaitu sebesar Rp. 1.500.000,- atau lebih hemat sekitar 30 % dibandingkan dengan produk lama. Selain itu pula didalam pemasaran produk ini sudah memiliki pasar yang jelas yaitu Rumah Sakit, Puskesmas, dan klinik-klinik sehingga tidak perlu bingung-bingung dalam mencari calon konsumen, dalam hal ini yang perlu ditingkatkan yaitu hubungan antara perusahaan dan pihak rumah sakit atau instansi-instansi lain yang berkaitan dengan medis dengan tujuan untuk meningkatkan sekaligus memperkenalkan produk ini kepada instansi-instansi medis.

Dengan melakukan hubungan yang individual secara intensif terhadap pihak perusahaan dan Rumah Sakit atau instansi-instansi yang terkait dengan medis, dapat mempermudah akses masuknya suatu produk kepada calon konsumen sehingga produk lebih dekat dengan konsumen dan pada akhirnya konsumenpun dapat membeli dan memilikinya. Untuk kedepan alat penghancur jarum suntik ini perlu mendapat perhatian terhadap praktisi medis. Dengan semakin tingginya penggunaan jarum suntik dirumah sakit maupun puskesmas dan dengan penggunaannya yang sekali pakai, jarum suntik harus segera dimusnahkan untuk menghindari berbagai penyakit yang terdapat pada jarum suntik seperti hepatitis B, hepatitis C dan HIV/AIDS. Berdasarkan sumber dari Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (P2M-PL) Departemen Kesehatan RI menyatakan bahwa jumlah jarum suntik yang digunakan di Indonesia secara kuratif sekitar 300 juta buah per tahun. Adapun beberapa penggunaan jarum suntik antara lain : untuk imunisasi bayi 36,8 juta buah, imunisasi ibu hamil/wanita usia subur sekitar 10 juta buah, imunisasi anak sekolah sekitar 20 juta buah dan lain-lain.

3. Pengaruh Quality Function Deployment (QFD) dalam struktur House Of Quality (HOQ)

QFD merupakan sebuah hubungan yang sederhana tetapi juga merupakan sistem yang sangat detail. Banyak perusahaan Amerika dan Jepang telah menemukan QFD menjadi sebuah usaha yang berharga. Keuntungan penggunaan QFD bermacam-macam, beberapa dari keuntungan tersebut memiliki dokumentasi sangat luas dari perusahaan-perusahaan terkemuka. Keuntungan utama lain QFD adalah bahwa tindakan pencegahan (preventive) lebih baik dari reaksi (reactive) dalam pengembangan produk, yang menyebabkan performansi organisasi bergerak naik sehingga akan bekerja pada tingkat kualitas yang tinggi.

Mengenenai pengaruh QFD pada pengembangan produk alat penghancur jarum suntik DestromedTM itu sangat memberikan pengaruh yang sangat signifikan dilihat dari produk lama yang sebelum dikembangkan ditemukan perbedaan yang menonjol dari segi biaya dan kualitas. Dengan biaya pembuatan produk yang lama itu mencapai Rp. 1.600.000,-/unit dibandingkan dengan produk baru yang melewati pengembangan, melalui masukan dari konsumen yang dibentuk dalam struktur House Of Quality masukan konsumen kemudian dianalisa dan diterjemahkan kedalam proses pengembangan produk dari proses pengembangan produk dapat menghasilkan angka yang cukup jauh di bandingkan dengan produk lama yaitu sekitar Rp. 1.000.000,-/unit. Biaya yang didapat dari produk baru memiliki prosentase marjin sebesar 33,33 % dengan harga jual sebesar Rp. 1.500.000,- produk lama memiliki harga jual sebesar Rp. 2.100.000,- dengan marjin yang diperoleh sebesar 31,25 % jika kita melihat perbedaan ini cukup memberikan pengaruh yang signifikan tanpa mengesampingkan sisi kualitas suatu produk dari sistem QFD.

Didalam pengembangan suatu produk yang berhasil tidak lepas dari sistem kerjasama dalam tim, kerjasama dalam tim sangat penting guna menunjang serta mendukung dalam proses suatu pengembangan. Sistem manajemen dalam membentuk suatu organisasi kedalam struktur House Of Quality sangatlah penting agar tujuan yang dicapai dapat terarah (goal oriented). Sehingga semua yang direncanakan dalam proses pengembangan produk dapat terwujud dengan baik secara sistematis serta memiliki nilai proforsional yang tinggi.

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Dengan melakukan survei lapangan penulis mendapatkan data-data dari pihak medis RS dan Puskesmas bahwa dari sebagian mereka belum banyak yang mengetahui tentang alat penghancur jarum suntik seperti Destromed dan mereka ingin mengetahui lebih dalam mengenai alat penghancur jarum suntik tersebut. Sehingga dengan harapan bisa dimiliki oleh setiap RS dan Puskesmas. Oleh karena itu hal ini menjadi penting bagi pihak pengembang atau instansi terkait untuk dapat segera melakukan tindakan untuk mengembangkan produk ini lebih luas. Melalui sistem manajemen pengembangan produk ini dapat diambil beberapa kesimpulan diataranya sebagai berikut:

a) Dengan sistem yang kompleks seperti Quality Function Deployment (QFD) yang didukung dengan metode House Of Quality (HOQ). proses pengembangan suatu produk dapat berorientasi secara intensif kepada konsumen atau pihak pemakai.

b) Dengan perubahan bentuk produk atau modifikasi produk yang dilalui dalam pengembangan produk ini, diharapkan bisa menambah nilai komersil yang kompetitif.

c) Dengan perhitungan biaya pembuatan prototipe pada tabel 2. pada hal. 22 dan 23 bisa menjadi bahan acuan bagi pihak pengembang atau pihak yang terkait dalam pembuatan suatu produk dimasa yang akan datang.

2. Saran

Didalam proses pengembangan suatu produk diperlukan data-data yang lebih luas yang berkaitan dengan produk yang dikembangkan. Karena dengan hal tersebut dapat mendukung kegiatan proses pengembangan, serta mendapatkan hasil yang maksimal dan potensial dalam kemajuan perusahaan, intansi, atau pihak-pihak pengembang.

DAFTAR PUSTAKA

Imam Djati Widodo. 2003. Perencanaan dan Pengembangan Produk, Yogyakarta UII Pres Indonesia.

Karl T. Ulrich., and Steven D. Eppinger. 2001. Perancangan dan Pengembangan Produk, Penerbit Salemba Teknika.

Philip kotler., and Kevin L. Keller. 2006. Manajemen Pemasaran, edisi ketiga belas, penerbit Erlangga.

Wawan Purwanto. 2008. Strategi Pengembangan Produk, Universitas Mercubuana, jakarta.

Robert A. Burgelman. 2004. “Strategic Management Of Technology And Innovation”, Mc Graw Hill.

Septin Puji Astuti, Udisubakti Ciptomulyono, dan Mokh. Suef, 2004. “Evaluasi Konsep Produk dengan Pendekatan Grenn Quality Function Deployment”, Jurnal Teknik Industri Vol. 6, NO. 2.

Sofjian Assauri, S.E, M.B.A, 1990, Manajemen Pemasaran : Dasar, Konsep dan Strategi, Rajawali Pers, Jakarta

Bastian Bustami, Nurlela, 2006 Akuntansi Biaya : Kajian Teori dan Aplikasi, Yogyakarta; Penerbit Graha Ilmu.

Eko Budi Leksono, 2009. “Perbaikan Kualitas Berkesinambungan dengan Mengintegrasikan Pengembangan Fungsi-Fungsi Kualitas dan Metode Taguchi ke Model Six Sigma untuk Kapur Olahan (CaO)”, Jurnal Teknik Industri, Vol. 10, No. 2, agustus 2009: 186-190

McMaster University, “Notes From 9th Annual Canadian MBA Conference: Management Of Technology”, 2007.

STRATEGI DAN

PENGEMBANGAN GAGASAN

SELEKSI GAGASAN

PENGEMBANGAN DAN

PENGUJIAN KONSEP

ANALISIS BISNIS

PENGEMBANGAN PRODUK

UJI PASAR

KOMERSIALISASI

Gambar 1. Diagram Proses Pengembangan Produk

Membentuk sebuah budaya inovatif

Pemilihan strategi inovasi yang baik

Pengembangan dan implementasi proses produk baru yang efektif

Pembuatan komitmen sumber daya

Pengaruh kapabilitas

INNISIATIF STRATEGI

Gambar 2. Karakteristik Inovator yang Berhasil

Gambar 3. Struktur QFD House of Quality (Tjiptono dan Diana (2003:116)

Gambar 4. Jarum suntik bekas pakai

Gambar 5. Alat Penghancur Jarum Suntik DestromedTM sebelum (kiri) dan setelah melewati pengembangan (kanan)

Teknologi Vol.IX/No.24/Juni/2013 27