manajement rawat inap

21
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Perencanaan Perencanaan adalah sejumlah kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk dilaksanakan pada suatu periode tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan. Perencanaan menurut Bintoro Tjokroaminoto dalam Husaini Usman (2008:60) adalah proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Prajudi Atmosudirjo dalam Husaini Usman (2008:60) juga berpendapat bahwa perencanaan adalah perhitungan dan penentuan tentang sesuatu yang akan dijalankan dalam rangka mencapai tujuan tertentu, siapa yang melakukan, bilamana, di mana, dan bagaimana cara melakukannya. Definisi perencanaan adalah suatu kegiatan atau proses penganalisisan dan pemahaman sistem, penyusunan konsep dan kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan demi masa depan yang baik (Soekidjo, 2003). Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa perencanaan adalah 3

description

manajement

Transcript of manajement rawat inap

Page 1: manajement rawat inap

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi PerencanaanPerencanaan adalah sejumlah kegiatan yang ditentukan

sebelumnya untuk dilaksanakan pada suatu periode tertentu dalam rangka

mencapai tujuan yang ditetapkan.

Perencanaan menurut Bintoro Tjokroaminoto dalam Husaini

Usman (2008:60) adalah proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara

sistematis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Prajudi

Atmosudirjo dalam Husaini Usman (2008:60) juga berpendapat bahwa 

perencanaan adalah perhitungan dan penentuan tentang sesuatu yang

akan dijalankan dalam rangka mencapai tujuan tertentu, siapa yang

melakukan, bilamana, di mana, dan bagaimana cara melakukannya.

Definisi perencanaan adalah suatu kegiatan atau proses

penganalisisan dan pemahaman sistem, penyusunan konsep dan kegiatan

yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan demi masa depan

yang baik (Soekidjo, 2003).

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

perencanaan adalah kegiatan yang akan dilaksanakan di masa yang akan

datang untuk mencapai tujuan dan dalam perencanaan itu mengandung

beberapa unsur, diantaranya sejumlah kegiatan yang ditetapkan

sebelumnya, adanya proses, hasil yang ingin dicapai, dan menyangkut

masa depan dalam waktu tertentu (Usman, 2011:66).

Pelaksanaan dan pengawasan termasuk pemantauan, penilaian, dan

pelaporan merupakan unsur yang tidak bisa dilepaskan dari perencanaan.

Dalam perencanaan diperlukan pengawasan agar tidak terjadi

penyimpangan – penyimpangan.

3

Page 2: manajement rawat inap

4

2.2 Definisi Rawat Inap Rumah SakitRawat inap (opname) adalah istilah yang berarti proses

perawatan pasien oleh tenaga kesehatan profesional akibat penyakit

tertentu, di mana pasien diinapkan di suatu ruangan di rumah sakit .

Ruang rawat inap adalah ruang tempat pasien dirawat. Ruangan ini

dulunya sering hanya berupa bangsal yang dihuni oleh banyak orang

sekaligus. Saat ini, ruang rawat inap di banyak rumah sakit sudah sangat

mirip dengan kamar-kamar hotel. Pasien yang berobat jalan di Unit Rawat

Jalan, akan mendapatkan surat rawat dari dokter yang merawatnya, bila

pasien tersebut memerlukan perawatan di dalam rumah sakit, atau

menginap di rumah sakit.

Pasien rawat inap adalah pasien yang dinyatakan oleh dokter

yang  memeriksa, baik yang masuk melalui rawat jalan maupun gawat

darurat, untuk diobservasi dan atau mendapatkan tindakan medis lebih

lanjut sehingga perlu dirawat inap.

2.3 Tujuan Perencanaan Penambahan Tempat Tidur

Seiring berjalannya waktu pertumbuhan penduduk yang semakin

padat juga akan mempengaruhi fasilitas kesehatan, apalagi jika jarak

anatar fasilitas kesehatan yang cukup jauh maka fasilitas ruang rawat pun

harus ditingkatkan. Seperti yang akan kami bahas yakni tentang

perencanaan penambahan tempat tidur di ruang rawat inap. Perencanaan

ini bertujuan untuk menyeimbangkan antara jumlah penduduk dengan

tempat tidur di ruang rawat inap.

Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya KLB. Sehingga

setiap rumah sakit dapat menampung warga yang terkena penyakit. Dalam

perencanaan penambahan tempat tidur diutamakan pada ruang rawat inap

kelas III agar masyarakat menengah bawah juga bisa mendapatkan fasilitas

kesehatan. Yang dilakukan dengan perluasan area Rumah Sakit dan

Page 3: manajement rawat inap

5

penambahan fasilitas berupa gedung rawat inap baru yang berlokasi tepat

di sebelah timur bangunan Rumah Sakit yang sudah ada.

2.4 Manfaat Perencanaan Penambahan Tempat Tidur

1. Untuk menjangkau pasien dengan ekonomi menengah kebawah

2. Agar pasien didaerah tersebut dapat tertampung di Rumah Sakit

3. Menambah pendapatan Rumah Sakit

4. Menambah fasilitas Rumah Sakit

5. Untuk bisa menampung lebih banyak pasien, khususnya pasien dengan

ekonomi menegah kebawah

2.5 Pengkajian Rumah Sakit Saat Ini

1. Pengolahan dan Analisa Data

Data-data, baik data primer maupun sekunder yang diperoleh,

dikompilasi dalam kelompok-kelompok, diadakan kategorisasi, dilakukan

tabulasi dan grafis sehingga data-data tersebut mempunyai makna dan

dapat dievaluasi serta dianalisa lebih lanjut. Adapun analisa data yang

dilakukan adalah :

Melakukan analisa kegiatan pemanfaatan sarana pelayanan rawat

inap dengan menggunakan indikator penilaian pelayanan berupa

pemanfaatan tempat tidur (BOR) rata-rata perawatan hari per

pasien (ALOS), frekuensi pemakaian tempat tidur (BTO) serta

rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati (TOI) pada tiap-tiap

kelas perawatan rawat inap, dengan menggunakan data jenis

pelayanan, jumlah hari perawatan rawat inap, jumlah pasien dan

Page 4: manajement rawat inap

6

jumlah hari perawatan pasien selama 6 (enam) tahun terakhir, yaitu

tahun 2000-2005.

Melakukan perkiraan jumlah penduduk dan perkiraan jumlah hari

perawatan rawat inap untuk 10 (sepuluh) tahun yaitu tahun 2008 –

2017. Menggunakan metode peramalan (forecasting analysis).

Kebutuhan tempat tidur yang didapatkan dari hasil perkiraan

jumlah penduduk dan perkiraan jumlah hari perawatan rawat inap,

dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan ekstern

dan intern. Pendekatan ekstern menggunakan perbandingan jumlah

penduduk pada tahun 2017 dengan kebutuhan standar sarana

pelayanan minimal rumah sakit 1 (satu) TT untuk 1.500 penduduk,

sedangkan kebutuhan intern menggunkan pendekatan perkiraan

jumlah hari perawatan rawat inap tahun 2017 dibagi dengan BOR.

Kebutuhan ruangan didapatkan dari perkalian jumlah tempat tidur

untuk tiap-tiap ruangan kelas perawatan rawat inap dengan standar

luas ruangan.

Melakukan kajian rencana investasi dengan membandingkan dua

alternatif rencana investasi, yaitu alternatif 1, pembangunan

dilakukan dalam satu tahap dengan pendanaan proyek dilakukan

melalui 70 % pinjaman bank dan 30% modal pemerintah

kabupaten melalui APBD, alternatif 2, pembangunan dilaksanakan

dalam 3 tahap dengan pendanaan proyek investasi 100 % modal

pemerintah kabupaten yang bersumber dari APBD.

Untuk mengetahui rencana investasi pada peningkatan sarana

pelayanan rawat inap rumah sakit dilakukan dengan metode

penilaian investasi, yaitu metode Net Present Value (NPV),

Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PP) dan

Profitability Index (PI) dengan terlebih dah

Page 5: manajement rawat inap

7

2. Hasil Pengolahan Analisa Data

Tabel Kegiatan Pelayanan Rawat Inap Kelas Utama/VIP

No TahunIndikator Pelayanan

BOR (%) ALOS (Hari) BTO (Kali) TOI (Hari)

1 2000 32,24 4,73 22,65 10,92

2 2001 47,21 4,48 34,37 5,61

3 2002 45,78 4,36 31,98 6,19

4 2003 53,03 4,41 37,35 4,59

5 2004 74,70 4,40 55,48 1,66

6 2005 58,60 4,51 42,63 3,55

Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel 2 Kgiatan Pelayanan Rawat Inap Kelas I

No TahunIndikator Pelayanan

BOR (%) ALOS (Hari) BTO (Kali) TOI (Hari)

1 2000 50,89 5,39 34,27 5,23

2 2001 47,58 4,90 34,70 5,51

3 2002 61,16 4,97 39,20 3,62

4 2003 55,65 5,12 36,56 4,43

5 2004 59,32 5,51 38,55 3,85

6 2005 62,94 4,71 42,70 3,17

Sumber : Hasil Perhitungan

Page 6: manajement rawat inap

8

Tabel 3 Kegiatan Pelayanan Rawat Inap Kelas II

No TahunIndikator Pelayanan

BOR (%) ALOS (Hari) BTO (Kali) TOI (Hari)

1 2000 33,31 5,44 22,64 10,75

2 2001 33,25 5,06 23,05 10,57

3 2002 33,56 4,89 22,74 10,67

4 2003 26,71 5,06 18,00 14,86

5 2004 35,56 4,98 25,05 9,39

6 2005 41,23 4,54 30,11 7,12

Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel 4 Kegiatan Pelayanan Rawat Inap Kelas III

No TahunIndikator Pelayanan

BOR (%) ALOS (Hari) BTO (Kali) TOI (Hari)

1 2000 70,37 5,22 49,18 2,20

\2 2001 64,80 4,83 47,34 2,71

3 2002 71,14 4,77 47,41 2,22

4 2003 81,31 4,81 56,84 1,20

5 2004 77,28 4,98 53,86 1,54

6 2005 77,49 4,54 55,66 1,48

Sumber : Hasil Perhitunga

Page 7: manajement rawat inap

9

Tabel Hasil Perkiraan Jumlah Hari Perawatan Rawat Inap Tahun

2008-2017

No TahunPerkiraan Hasil Perawatan

VIP Kelas I Kelas II Kelas III Jumlah

1 2008 2.849 5.910 5.865 28.517 43.141

2 2009 3.057 6.126 6.030 29.298 44.512

3 2010 3.265 6.342 6.195 30.080 45.882

4 2011 3.473 6.558 6.361 30.861 47.252

5 2012 3.681 6.774 6.526 31.642 48.623

6 2013 3.889 6.989 6.692 32.423 49.993

7 2014 4.097 7.205 6.857 33.204 51.364

8 2015 4.305 7.421 7.023 33.985 52.734

9 2016 4.513 7.637 7.188 34.767 54.104

10 2017 4.721 7.853 7.353 35.548 55.475

Sumber : Hasil Perhitungan

3. Kebutuhan Tempat Tidur

Berdasarkan hasil perkiraan jumlah penduduk dan jumlah hari

perawatan rawat inap maka dapat diketahui kebutuhan tempat tidur untuk

perawatan rawat inap RSU Kabupaten Bolaang Mongondow dengan

menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan intern yaitu pendekatan

menggunakan hasil perkiraan jumlah hari perawatan rawat inap dan

pendekatan extern dengan menggunakan hasil perkiraan jumlah penduduk.

Pendekatan Intern

Dari hasil perhitungan kebutuhan tempat tidur intern RSU

didapatkan kebutuhan jumlah tempat tidur sebanyak 179 TT dengan

jumlah tempat tidur pada tiap tiap kelas perawatan.

Page 8: manajement rawat inap

10

Dapat dilihat pada tabel berikut ini :

No. Jenis PelayananKelas Perawatan

Kelas VIP Kelas I Kelas II Kelas III

1. Penyakit Dalam 9 14 9 41

2. Bedah 2 - 5 19

3. Kesehatan Anak 2 - 4 16

4. Kebidanan dan Kand 2 12 5 39

Jumlah 15 26 23 115

Pendekatan Extern

Berdasarkan surat keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 228/Menkes/SK/III/2002 Tentang Pedoman Penyusunan

Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Daerah, maka kebutuhan

Tempat Tidur (TT) adalah 1 TT untuk 1:500 penduduk dengan jumlah

pasien miskin 100% terlayani.

Kebutuhan TT Tahun 2017

= jumlah penduduk tahun 2017 / 1.500 penduduk

= 623.166 / 1.500

= 415 TT

Berdasarkan data laporan kegiatan tahun 2004 DPRS kabupaten

tangerang bahwa jumlah penduduk miskin kabupaten tangerang tahun

2004 adalah 154.315 jiwa (30.863 KK) atau sebesar 32,6% dari jumlah

penduduk tahun 2004, maka dengan menggunakan pendekatan

perbandingan prosentase jumlah penduduk miskin terhadap kebutuhan

tempat tidur maka kebutuhan TT untuk pasien miskin adalah: (1)

Page 9: manajement rawat inap

11

kebutuhan TT = 415 TT dan (2) penduduk miskin = 32,6%, sehingga

kebutuhan TT pasien miskin = 415 TT x 32,6% =135 TT.

Perhitungan penyediaan TT untuk pasien tidak ataub kurang

mampu Rumah Sakit pemerintah dilakukan sesuai dengan Permenkes RI

No 159b/Menkes/Per/II/1988, bahwa penyediaan TT untuk pasien tidak

atau kurang mampu sekurang-kurangnya 75%, sehingga kebutuhan

minimal TT (kelas III) yang harus disediakan RSU kabupaten tangerang

adalah 75% x 135 TT = 101,25 ≈ 101 TT.

Dari kedua pendekatan kebutuhan tempat tidur diatas diperoleh

bahwa kebutuhan ekstren adalah sebagai tanggung jawab Rumah Sakit

terhadap pelaksanaan fungsi sosial Rumah Sakit pemerintah terhadap

pasien yang tidak atau kurang mampu ( kelas III ) sedangkan kebutuhan

intern adalah sebagai jawaban dari kebutuhan nyata tempat tidur Rumah

Sakit Umum Kabupaten Tangerang. Maka dalam perencanaan kebutuhan

tempoat tidur RSU Kabupaten Tang\erang didasarkan pada jumlah tempat

tidur 179 TT pada tahun 2017.

Kebutuhan Ruang Perawatan Ruang Inap

Pemenuhan kebutuhan ruang perawatan rawat inap didasarkan pada

perencanaan pembangunan kembali dengan kebutuhan tempat tidur sebanyak 179

TT. Kebutuhan ruang perawatan didapatkan darfi jumlah tempat tidur tiap-tiap

kelas perawatan sedangkan untuk kebutuhan luas ruangan didaasarkan pada

standar kebutuan luasan masing-masing kelas perawatan dengan mengikuti

ketentuan dari dirjen pelayanan medik. Sehingga jumlah kebutuhan minimal

luasan ruang pada tiap-tiap kelas perawatan

Page 10: manajement rawat inap

12

Tabel 8 Kebutuhan Ruang Perawatan Ruang Inap

No. Kelas Perawatan TT Luas Ruang (M2)

1 Kelas utama/VIP 15 322,5

2 Kelas I 26 390

3 Kelas II 23 230

4 Kelas III 115 920

Jumlah 179 1.862,5

RENCANA INVESTASI

Peningkatan sarana pelayanan rawat inap Rumah Sakit memerlukan dana

yang cukup besar, hal ini akan memberatkan beban anggaran pemerintah

Kabupaten Yangb memiliki kemampuan keuangan terbatas tetapi memiliki

berbagai priritas pengembangan pemerintah, dalam upaya menyiasati kondisi

tersebut, maka dalam melakukan rencana investasi akan dikaji bagaimana apabila

investasi dilakukan dengan dua alternatif, yaitu: (1) alternatif pertama adalah

pembangunan dilaksanakan dalam satu tahap dengan pendanaan proyek dilakukan

melalui 70% modal pinjaman bank dan 30%\ modal pemerintah kabupaten

melalui APBD dan (2) alternatif kedua adalah pembangunan dilaksanakan dalam

tiga tahap dengan pendanaan proyek 100% modal pemerintah kabupaten melalui

APBD.

Sebelum melakukan perhitungan-perhitungan dalam melakukan penilaian

investasi maka batasan serta asumsi-asumsi yang dipakai dalam melakukan

rencana investasi adalah sebagai berikut : (1) tahun pembangunan dimulai pada

tahun 2007 (tahun ke 0) dengan, (2) tinjauan masa investasi selama 10 tahun, (3)

suku bunga pinjaman 12,5%,(4) MARR 12,5% (5) inflasi 7% pertahun

Page 11: manajement rawat inap

13

BIAYA INVESTASI

Estimasi biaya investasi terdiri dari biaya fisik bangunan, biaya utilitas,

biaya peralatan medik, biaya fasilitas penunjang pelayanan rawat inap, demolisi

serta ditambah dengan biaya perencanaan dan biaya manajemen konstruksi.

Berdasarkan perhitungan estimasi rencana anggaran biaya maka dapat

dilihat rencana anggaran biaya investasi untuk tiap-tiap alternatif seperti yang

terlihat pada tabel 9.

No. Uraian

Rencana Investasi

Alternatif 1 Alternatif 2

Jumlah\ Harga (Rp.) Jumlah Harga (Rp.)

1 Fisik Bangunan 7.632.225.000,00 8.343.439.000,00

2 Utilitas 1.755.411.750,00 1.918.990.970,00

3 Biaya Perencanaan 228.966.750,00 250.303.170,00

4 Biaya Manajemen Konstruksi 190.805.625,00 208.585.975,00

5 Peralatan Medik 1.069.360.000,00 1.147.077.500,00

6Fasilitas Penunjang

Pelayanan (Non Medik)128.278.750,00 131.555.275,00

7 Demolisi 53.604.050,00 58.039.180,00

Jumlah 11.058.651.925,00 12.057.991.070,00

PPn 10 % 1.105.865.192,00 1.205.799.107,00

Total 12.164.517.117,50 13.263.790.177,00

Sumber : Hasil Perhitungan

Page 12: manajement rawat inap

14

BIAYA OPERASIONAL

Biaya Operasional terdiri dari biaya listrik,biaya air, biaya telpon, biaya

operasional kantor, gaji tenaga rumah sakit dan pemeliharaan bangunan gedung serta

asuransi, untuk proyeksi biaya operasional menggunakan asumsi peningkatan 10%

setiap 2 tahun. Adapaun biaya operasional pelayanan rawat inap dapat dilihat pada

tabel 10.

No Uraian Jumlah Harga (Rp.)

1 Biaya Listrik 23.250.000,00

2 Biaya Air 42.000.000,00

3 Biaya Telpon 18.000.000,00

4 Pemeliharaan Bangunan dan Peralatan 52.474.600,00

5 Operasional Kantor 25.000.000,00

6 Gaji dan Tunjangan Pegawai 1.391.700.000,00

7 A s u r a s i 133.563.937,50

Total 1.685.988.537,50

Sumber : Hasil Olahan

PENDAPATAN

Pendapatan pelayanan rawat inap dihitung berdaasarkan tarif yang telah

ditetapkan, yaitu peraturan bupati tangerang no.05 tahun 2012 tentang tarif

pelayanana rumah sakit badan pelayanan umum daerah pada rumah sakit umum

kabupaten tangerang. Cara perhitungan nya adalah perkalian tarif dengan hari

perawatan atau jumlah pasien dengan menggunakan persentase konstribusi

pendapatan terhadap komponen tarif serta asumsi kenaikan tarif untuk kelas

utama/VIP adalah 40% meningkat setiap 2 tahun, untuk kelas I adalah 40%

meningkat setiap 2 tahun, untuk kelas II adalah 30% meningkat setiap 2 tahun,

untuk kelas III adalah 20% meningkat setiap 2 tahun.

Page 13: manajement rawat inap

15

PENILAIAN INVESTASI

Penilaian investasi dilakukan dengan metode kriteria investasi (Investment

Criteria), Adapun metode penilaian kriteria investasi yang dipakai adalah Net

Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PP) dan

Profitability Index (PI).

Berdasarkan pada teknik arus kas diskonto (discounted cash flow) maupun

teknik penambahan sederhana untuk memperkirakan nilai proyek maka penilaian

investasi untuk tiap-tiap alternatif adalah sebagai berikut :

1. Alternatif 1

Pembangunan dilaksanakan dalam satu tahap, sumber dana proyek

berdasar dari pinjaman bank dan APBD kabupaten dengan perbandingan

pendanaan investasi 70% pinjaman bank adalah sebasar

Rp.8.515.161.982,25 dan 30% modal pemerintah kabupaten dari APBD

untuk 1 tahun anggaran sebesar Rp. 3.649.355.135,25. Bunga pinjaman

bank yang digunakan 12,5% dengan masa tinjau investasi 10 tahun,

diperoleh hasil sebagai berikut :

NPV = Rp. 1.914.079.531.06

PP = Tahun ke 10

IRR = 17,38%

PI = 1,52

Page 14: manajement rawat inap

16

2. Alternatif 2

Pembangunan dilaksanakan dalam 3 tahap,sember dana proyek berasal

dari 100% pemerintah kabupaten melalui APBD, biaya investasi tahap 1

adalah Rp. 2.803.769.512,00 tahap 2 adalah Rp. 3.886.546.512.20 dan

tahap 3 adalah Rp. 6.530.445.705,30 dengan 12,5% dari masa tinjau

investasi 10 tahun, didapatkan dari hasil berikut :

NPV = Rp. 2.135.467.743,99

PP = Tahun ke 10

IRR = 16,28 %

PI = 1,75

PERBANDINGAN HASIL PENILAIAN INVESTASI TERHADAP

ALTERNATIF RENCANA INVESTASI

Metode Kriteria

Investasi

Alternatif Investasi

Alternatif 1 Alternatif 2Pemilihan

Alternatif

N\et Present

Value1.914.079.531,06 2.135.467.743,99 Alternatif 2

Playback Period 10 tahun 10 tahun Alt 1 & Alt 2

Internal Rate of

Return17,38 % 16,28 % Alternatif 1

Profitability

Indeks1,52 1,75 Alternatif 2

Berdasarkan hasil uraian tersebut di atas maka metode penilaian terhadap

pemilihan alternatif rencana investasi yang sebaiknya dilakukan adalah dengan

menggunakan metode NPV sehingga yang terpilih adalah alternatif rencana

investasi 2 dengan pembangunan dilaksanakan dalam 3 tahap dan pendanaan

investasi berasal dari 100% modal pemerintah kabupaten tangerang melalui

APBD.