analisis manajement operasi bogasari

26
LAPORAN INDIVIDU Analisis Supply Chain Management Bogasari Flour Mills Oleh : I GEDE PUTU ANGGARA DIVA Mata Kuliah : Production Management Dosen : Hoetomo Lembito, M.B.A PROGRAM STUDI MANAJEMEN BAKRIE SCHOOL OF MANAGEMENT

Transcript of analisis manajement operasi bogasari

Page 1: analisis manajement operasi bogasari

LAPORAN INDIVIDU

Analisis Supply Chain Management

Bogasari Flour Mills

Oleh :

I GEDE PUTU ANGGARA DIVA

Mata Kuliah : Production Management

Dosen : Hoetomo Lembito, M.B.A

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

BAKRIE SCHOOL OF MANAGEMENT

JUNI 2009

Page 2: analisis manajement operasi bogasari

LATAR BELAKANG

Bogasari adalah produsen tepung terigu di Indonesia dengan kapasitas

produksi sebesar 3,6 juta ton per tahun, terbesar di dunia dalam satu lokasi. Sejarah

Bogasari dimulai pada tanggal 29 November 1971 dengan peresmian pabrik yang

pertama di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Setahun kemudian, pada tgl 10 Juli 1972,

pabrik yang kedua di Tanjung Perak Surabaya dioperasikan. Selama hampir tiga

dekade, Bogasari telah melayani kebutuhan pangan masyarakat Indonesia dengan tiga

merek tepung terigunya yang sudah dikenal luas yaitu Cakra Kembar, Kunci Biru dan

Segitiga Biru. Ketiga jenis produk ini digunakan secara luas oleh industri mie, roti,

biskuit; baik yang berskala besar dan kecil serta rumah tangga. Di samping itu,

Bogasari juga menghasilkan produk sampingan (by product) berupa bran, pollard

untuk koperasi dan industri makanan ternak, dan tepung industri untuk industri kayu

lapis.

Selain dua pabrik tepung terigu, Bogasari juga memiliki tiga divisi lain: divisi

Pasta, dan dua divisi penunjang, yaitu kemasan (dahulu disebut Divisi Tekstil) dan

Maritime. Pabrik Pasta didirikan pada Desember 1991 dengan kapasitas produksi

60.000 mt per tahun. Produk yang dihasilkan adalah “Long Pasta” dan “Short Pasta”,

dan hampir 80% ditujukan untuk pasaran ekspor. Divisi Kemasan Bogasari didirikan

pada tahun 1977 di Citeureup, Jawa Barat yang memproduksi kebutuhan kantong

terigu untuk kedua pabrik tepung terigu tersebut. Sedangkan untuk menjamin

kelangsungan persediaan gandum, Divisi Maritim Bogasari mengoperasikan tiga

kapal angkut gandum dan tiga buah kapal tongkang untuk pelayaran antar pulau.

Kapal-kapal ini telah memperoleh penghargaan internasional AMVER (Automated

Mutual Assistance Vessel Rescue).

Selain fasilitas penggilingan gandum (milling facilities) yang canggih,

Bogasari juga memiliki berbagai fasilitas penunjang teknis baik untuk kepentingan

BSM | Analisis Supply Chain Management Bogasari Flour Mills 2

Page 3: analisis manajement operasi bogasari

sendiri maupun umum, antara lain laboratorium, dermaga, Milling Training Center,

dan Baking Training Center. Laboratorium yang ada dilengkapi dengan peralatan

modern dengan tujuan untuk melakukan uji-analisis terhadap kualitas gandum dan

tepung, serta meneliti kemungkinan pengembangan produk baru.

Pabrik Jakarta memiliki dua dermaga, salah satunya selesai dibangun awal

tahun 1997 dan termasuk yang terbaik di dunia mampu menangani jenis kapal ukuran

Panamax. Sedangkan Pabrik Surabaya memiliki satu dermaga. Ketiga dermaga ini

mampu menyediakan jasa bongkar muat tidak hanya untuk gandum, tapi juga untuk

segala jenis komoditas biji-bijian (Grain). Milling Training Center merupakan pusat

pelatihan bagi calon “miller” baik untuk internal maupun eksternal.

Sementara fasilitas lain yang dapat dimanfaatkan masyarakat adalah “Pusat

Pengolahan Tepung Terigu Bogasari” (Bogasari Baking Training Center). Baking

Training Center ini didedikasikan untuk seluruh lapisan masyarakat yang ingin

mempelajari cara pengolahan tepung terigu, seperti cara pembuatan roti, kue, biskuit

dan mie. Selain di Jakarta (sejak 1981), Baking Training Center juga didirikan di

Surabaya (1996) dan Bandung (1999) dan daerah-daerah lainnya yang telah memiliki

sekitar 20.000 alumni. Pada bulan September 2003, Bogasari memperoleh sertifikat

ISO 9001:2000 dan sertifikasi HACCP untuk keamanan pangan dari SGS di tahun

2002. Untuk standar keselamatan dan kesehatan kerja, Bogasari juga mendapatkan

penghargaan OHSAS 18000 dari Sucofindo pada November 2004.

Berdasarkan hal diatas dapat dilihat bahwa Bogasari Flour Mills memiliki alur

supply chain yang menarik untuk dibahas. Sebab supply chain Bogasari Flour Mills

melibatkan pihak-pihak dari dalam negeri maupun luar negeri, karena bahan baku

gandum seluruhnya di ekspor dari luar negeri. Dalam bahasan yang akan dibahas

nantinya digunakan data-data kegiatan supply chain Bogasari Flour Mills pada tahun

2002.

BSM | Analisis Supply Chain Management Bogasari Flour Mills 3

Page 4: analisis manajement operasi bogasari

TINJAUAN PUSTAKA

1. Supply Chain

Supply chain dapat didefinisikan sebagai sekumpulan aktifitas (dalam bentuk

entitas/fasilitas) yang terlibat dalam proses transformasi dan distribusi barang mulai

dari bahan baku paling awal dari alam sampai produk jadi pada konsumen akhir.

Menyimak dari definisi ini, maka suatu supply chain terdiri dari perusahaan yang

mengangkat bahan baku dari bumi/alam, perusahaan yang mentransformasikan bahan

baku menjadi bahan setengah jadi atau komponen, supplier bahan-bahan pendukung

produk, perusahaan perakitan, distributor, dan retailer yang menjual barang tersebut

ke konsumen akhir. Dengan definisi ini tidak jarang supply chain juga banyak

diasosiasikan dengan suatu jaringan value adding activities. Sehingga dalam

menganalisis alur supply chain dapat dilakukan dengan melihat melalui seluruh aspek

kegiatan mulai dari pemesanan hingga distribusi.

2. Supply Chain Management

Supply Chain Management adalah koordinasi dari bahan, informasi dan arus

keuangan antara perusahaan yang berpartisipasi Supply Chain Management bisa juga

berarti seluruh jenis kegiatan komoditas dasar hingga penjualan produk akhir ke

konsumen untuk mendaur ulang produk yang sudah dipakai.

Arus material melibatkan arus produk fisik dari pemasok sampai konsumen

melalui rantai, sama baiknya dengan arus balik dari retur produk, layanan, daur

ulang dan pembuangan.

Arus informasi meliputi ramalan permintaan, transmisi pesanan dan laporan

status pesanan, arus ini berjalan dua arah antara konsumen akhir dan penyedia

material mentah.

Arus keuangan meliputi informasi kartu kredit, syarat-syarat kredit, jadwal

pembayaran dalam penetapan kepemilikandan pengiriman.

BSM | Analisis Supply Chain Management Bogasari Flour Mills 4

Page 5: analisis manajement operasi bogasari

Menurut Turban, Rainer, Porter terdapat 3 macam komponen rantai suplai, yaitu:

a) Upstream supply chain

Bagian upstream (hulu) supply chain meliputi aktivitas dari suatu perusahaan

manufaktur dengan para penyalurannya (yang mana dapat manufaktur,

assembler, atau kedua-duanya) dan koneksi mereka kepada pada penyalur

mereka (para penyalur second-trier). Hubungan para penyalur dapat diperluas

kepada beberapa strata, semua jalan dari asal material (contohnya bijih

tambang, pertumbuhan tanaman). Di dalam upstream supply chain, aktivitas

yang utama adalah pengadaan.

b) Internal supply chain management

Bagian dari internal supply chain meliputi semua proses pemasukan

barang ke gudang yang digunakan dalam mentransformasikan masukan dari

para penyalur ke dalam keluaran organisasi itu. Hal ini meluas dari waktu

masukan masuk ke dalam organisasi. Di dalam rantai suplai internal,

perhatian yang utama adalah manajemen produksi, pabrikasi, dan

pengendalian persediaan.

c) Downstream supply chain segment

Downstream (arah muara) supply chain meliputi semua aktivitas yang

melibatkan pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Di dalam downstream

supply chain, perhatian diarahkan pada distribusi, pergudangan, transportasi,

dan after-sales-service.

MASALAH

BSM | Analisis Supply Chain Management Bogasari Flour Mills 5

Page 6: analisis manajement operasi bogasari

Bogasari Flour Mills merupakan suatu perusahaan penghasil tepung terigu

berbahan dasar gandum yang merupakan market leader di pasar. Bogasari Flour Mills

memiliki beberapa lini produk yang sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia

beberapa diantaranya adalah Gunung Bromo, Kereta Kencana, dan Cakra Kembar.

Bogasari Flour Mills sebagai salah satu industri dengan skala besar, mempunyai

rantai yang cukup kompleks di dalam supply chain-nya. Bogasari Flour Mills yang

memproduksi tepung terigu berbasis make to stock, mempunyai supplier bahan baku,

baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Bahan baku berupa gandum didatangkan dari dari berbagai negara di dunia,

yaitu antara lain Australia, Canada, Amerika Serikat, Argentina, India, dan Arab.

Sedangkan untuk bahan baku berupa packaging yang terdiri dari kantong 25 Kg dan

wrapper 1 Kg didatangkan dari dalam negeri. Jumlah supplier packaging-nya ada

sepuluh supplier yang berasal dari berbagai kota di pulau Jawa, seperti Jakarta,

Citerep, Kudus, dan Surabaya. Gandum yang berasal dari berbagai negara itu dikirim

dengan kapal laut. Pembelian bahan baku berupa gandum diatur oleh Bogasari Flour

Mills Jakarta. Sedangkan bahan baku berupa packaging sepenuhnya diatur oleh

Bogasari Flour Mills Surabaya. Bahan baku berupa gandum yang datang akan

disimpan di dalam Wheat Sillo dan bahan baku berupa packaging akan disimpan di

Empty Bag Store (EBS).

Sistem produksi di Bogasari adalah sistem kontinyu, dimana pihak Product

Planning and Control (PPC) yang mengatur jadwal produksi. Selain itu, PPC juga

bertugas mengontrol inventory, baik itu untuk bahan baku maupun barang jadi.

Proses produksi dikelompokkan dalam tiga bagian besar, yaitu proses pembersihan

gandum, proses penggilingan gandum menjadi tepung terigu, dan proses packaging

(pengepakan tepung terigu ke dalam kantong 25 Kg dan 1 Kg). gambaran secara

BSM | Analisis Supply Chain Management Bogasari Flour Mills 6

Page 7: analisis manajement operasi bogasari

umum dari proses produksi tepung terigu di Bogasari Flour Mills adalah sebagai

berikut.

Gambar Flour Mill Process

Setelah proses pengepakan, tepung terigu tersebut akan ditransfer dan

disimpan di Finish Product Store . Barang-barang Jadi tersebut akan diambil oleh

distributor, depo, dan juga industri-industri yang membutuhkan. Akan tetapi,

terkadang Bogasari Flour Mills juga yang menyediakan jasa angkutan untuk

BSM | Analisis Supply Chain Management Bogasari Flour Mills 7

Page 8: analisis manajement operasi bogasari

pengiriman ke distributor, depo, dan juga industri-industri yang membutuhkan.

Barang yang sudah keluar dari Finis Product Store menjadi tanggung jawab pemilik,

bukan Bogasari Flour Mills. Namun konsumen juga berhak melakukan komplain

apabula terdapat kerusakan tepung terigu, misalnya terdapat kutu di dalamnya.

Komplain tersebut akan diterima oleh pihak Marketing. Proses tanggapan terhadap

komplain costumer tersebut adalah pertama Bogasari Flour Mills akan melakukan

penelitian, apakah kerusakan tersebut disebabkan oleh pihak Bogasari Flour Mills

atau oleh kesalahan penyimpanan di gudang distributor. Apabila memang terbukti

pihak Bogasari Flour Mills yang salah maka Bogasari Flour Mills akan mengganti

rugi tepung yang rusak tersebut. Berikut data komplain dari tahun 1999 hingga 2001.

Tabel Complain Costumer

Dalam kegiatan supply chain Bogasari Flour Mills terjadi sebuah alur bisnis

di dalam internal perusahaan tersebut. Setiap distributor maupun industri yang ingin

member produk Bogasari Flour Mills akan mengeluarkan Purchase Order yang akan

dikirimkan kepada pihak marketing Bogasari Flour Mills. Kemudian marketing akan

menyerahkan Purchase Order tersebut untuk diproses di Sales Administrator. Sales

Administrator akan mengeluarkan Delivery Order yang akan diberikan kepada pihak

distributor maupun industri. Distributor juga akan menerbitkan sebuah Sub Delivery

Order dalam setiap pengambilan tepung terigu dari Bogasari Flour Mills. Adanya Sub

Delivery Order ini karena dalam pengambilan barang ke Bogasari Flour Mills,

distributor tidak mengambil jumlah pesanan sekaligus, melainkan dipecah-pacah

menjadi beberapa kali pengambilan pesanan. Sub Delivery Order tersebut akan

BSM | Analisis Supply Chain Management Bogasari Flour Mills 8

Page 9: analisis manajement operasi bogasari

diberikan kepada pihak Finish Product Store (FSP). Pihak Finish Product Store akan

menegluarkan barang sesuai dengan jumlah yang tertera di dalam Sub Delivery Order

tersebut.

Marketing akan selalu menginformasikan kepada pihak PPC setiap kali ada

Purchase Order yang masuk. Hal ini bertujuan agar pihak PPC dapat mengontrol

kebutuhan kantong di Empty Bag Store (EBS), mengontrol jadwal produksi, dan juga

megontrol inventori di Finish Product Store . PPC juga akan mengontrol inventori

gandum yang ada di Wheat Sillo. PPC juga memiliki tugas dalam melakukan

forecasting kebutuhan gandum dan menginformasikannya kepada pihak Purchasing

Bogasari Flour Mills Jakarta. Gandum yang datang dari berbagai negara tersebut akan

disimpan di Wheat Sillo, yang kemudian di transfer ke Mill sesuai kebutuhan

produksi. Berikut merupakan data kedatangan gandum di Wheat Sillo dari bulan April

sampai September.

BSM | Analisis Supply Chain Management Bogasari Flour Mills 9

Page 10: analisis manajement operasi bogasari

Pihak Empty Bag Store (EBS) akan menginformasikan kebutuhan kantong

yang perlu dibeli dari supplier kepada pihak Purchasing Bogasari Flour Mills

Surabaya. Kemudian, Purchasing Bogasari Flour Mills Surabaya akan memesan

kantong-kantong packaging tersebut sesuai dengan kebutuhan. Kantong-kantong

yang datang akan disimpan di Empty Bag Store (EBS), yang kemudian akan

ditransfer ke pihak Packing, sesuai dengan kebutuhan pengepakan di Empty Bag

Store (EBS). Berikut merupakan data proses packing di Empty Bag Store dari bulan

April sampai September.

Tabel Data Proses Packing dan Broken Bags di Empty Bag Store

BSM | Analisis Supply Chain Management Bogasari Flour Mills 10

Page 11: analisis manajement operasi bogasari

Gandum-gandum yang sudah ditrasfer ke pihak Mill, akan digiling sesuai

dengan jadwal produksi yang telah dibuat oleh PPC. Setelah menjadi tepung,

selanjutya tepung tersebut akan ditransfer ke pihak Packing untuk dilakukan

pengepakan. Pengepakannya terdiri dari dua macam, yaitu pengepakan 25 Kg dan 1

Kg. Produk jadi tersebut akan ditrasfer dan disimpan di Finish Product Store (FSP).

Dari FSP akan didistribusikan kepada depo, distributor dan industri. Berikut

merupakan data inventori di Finish Product Store dari bulan April sampai September.

Tabel Data Catatan Fisik Inventori di Finish Product Store

BSM | Analisis Supply Chain Management Bogasari Flour Mills 11

Page 12: analisis manajement operasi bogasari

ANALISIS

1. Complain

Berdasarkan data diatas terdapat banyak masalah yang dapat ditemukan. Jika

dilihat dari data komplain pelanggan dari tahun 1999 hingga 2001 nampak bahwa

manajemen Bogasari Flour Mills kurang konsisten dalam menjaga kualitas

barangnya. Pembenahan kualitas nampaknya terjadi ketika terjadi banyak komplain

yang diterima setelah komplain untuk masalah tersebut berhasil diatasi konsistensi

dalam mempertahankan perbaikan yang telah dilakukan kurang dilakukan. Hal

tersebut terlihat dari data komplain masalah berat, basah dan masalah lain-lain. Untuk

mengatasi masalah ini yang dapat dilakukan oleh Bogasari Flour Mills adalah

mencoba untuk konsisten terhadap perbaikan kualitas produk dan service kepada

costumer. Untuk perbaikan yang telah dilakukan hendaknya selalu dijaga sehingga

masalah yang telah diperbaiki tidak timbul kembali.

Untuk mewujudkan hal tersebut yang dapat dilakukan oleh Bogasari Flour

Mills adalah melakukan managing terhadap karyawannya. Sumber daya manusia

merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan dalam implementasi suatu strategi,

karena sumber daya manusialah yang menjadi ujung tombak keberhasilan dari

implementasi tersebut. Hal inilah yang membuat perlunya Bogasari Flour Mills

melakukan training dan pembinaan yang cukup terhadap kompetensi dan keahlian

yang dibutuhkan karyawan dalam mengerjakan tanggungjwabnya. Tanpa

memberikan training dan pembinaan yang tepat bukan hanya rencana perbaikan

tersebut yang akan gagal seperti saat ini anmun implementasi supply chain juga akan

gagal atau memiliki performance yang buruk.

BSM | Analisis Supply Chain Management Bogasari Flour Mills 12

Page 13: analisis manajement operasi bogasari

2. Ordering

Dari data kedatangan gandum di Wheat Sillo dari bulan April sampai

September 2008, terlihat bahwa dari semua pemesanan yang dilakukan yang sampai

sesuai jadwal hanyalah pesanan pada tanggal 1 Juni, 14 juni dan 21 September,

selebihnya selalu mengalami keterlambatan. Bahkan pesanan tanggal 17 Maret, 20

Maret dan 11 Juli mengalami keterlambatan hingga lebih dari setengah bulan,

padahal pesanan pada tanggal 20 Maret memiliki kuantitas bahan baku yang cukup

banyak yaitu 22.000 ton. Selain itu masalah kuantitas pesan juga mengalami masalah

karena hanya pesanan dengan jadwal kedatangan tanggal 1 Juni dan 10 Agustus yang

sesuai dengan pesanan, sedangkan kuantitas pesanan lainnya tidak sesuai dengan

pesan. Bahkan pada pesanan dengan jadwal kedatangan tanggal 12 September

mengalami selisih kekurangan pesanan sebanyak 1.078,402 ton. Nampaknya kejadian

tersebut mungkin terjadi akibat kesalahan pemilihan supplier karena supplier yang

dipilih mungkin kurang professional karena selain kekurangan pesanan yang terjadi,

juga terdapat keanehan karena pesanan dengan jadwal kedatangan tanggal 14 Agustus

mengalami kelebihan kuantitas sebesar 202,046 ton. Dari hal tersebutlah dapat dilihat

kurang professionalnya supplier yang dipilih oleh Bogasari Flour Mills Jakarta.

Selain itu masalah hubungan dengan supplier juga dapat mempengaruhi kejadian

diatas karena jika kita memiliki masalah dengan supplier maka penanganan terhadap

pesanan yang kita lakukan akan kurang diperhaikan.

Untuk mengatasi masalah dalam rantai ini yang dapat dilakukan oleh Bogasari

Flour Mills adalah dengan mengelola informasi yang berhubungan dengan

pemesanan ini dengan baik. Persediaan merupakan hal yang cukup penting untuk

diatur dengan baik, persediaan dalam konteks ini berbicara mengenai bagaimana

mengatur persediaan bahan baku yang ada, baik dalam hal pengadaannya maupun

pendistribusian bahan baku tersebut untuk kebutuhan produksi. Namun hal yang

BSM | Analisis Supply Chain Management Bogasari Flour Mills 13

Page 14: analisis manajement operasi bogasari

perlu diperhatikan adalah bahwa kebutuhan bahan baku tersebut tidak akan diketahui

tanpa sebuah informasi. Hal inilah yang membuat bahwa bahan baku dan informasi

merupakan dua hal yang berdampingan.

Untuk itu Bogasari Flour Mills perlu melakuakan periodic inventory policy

review. Kebijakan disini misalnya kebijakan mengenai tingkat pemesanan kembali.

Adanya evaluasi terhadap kebijakan persediaan, dimana evaluasi ini disesuaikan

dengan kebutuhan yang ada. Pembelian bahan baku sesuai dengan proporsi

kebutuhan pelanggan. Dengan melakukan hal ini juga Bogasari Flour Mills dapat

memantau kinerja supplier yang ada sehingga dapat dilakukan tindakan cepat kepada

supplier yang kurang performanya untuk segera diselesaikan dengan melakukannya

seleksi terhadap supplier yang ada. Sehingga masalah order tidak berulang-ulang

terjadi. Dengan demikian maka akan nampak adanya usaha yang dilakukan oleh

Bogasari Flour Mills untuk mendapatkan barang dengan harga dan kualitas yang

bagus,. Selain itu perlu dilakukan juga sentralisasi inventory. Sentralisasi disini

bukan dalam pengertian fisik, tetapi lebih kearah perencanaan yang terintegrasi dari

keseluruhan mata rantai mengenai persediaan bahan baku, dimana dalam kondisi

yang ideal informasi kebutuhan persediaan bahan baku berasal dari berbagai

departemen, baik departemen pemasaran maupun produksi. Pengukurannya dilihat

pada rapat koordinasi yang terjadi sampai implementasi dari koordinasi tersebut yang

mengarah pada perencanaan pengadaan bahan baku.

3. Production

Berdasarkan data data proses packing di Empty Bag Store dari bulan April

sampai September, diketahui bahwa dari proses packing produk kemasan 25 Kg

proses packing semakin baik tiap bulannya terlihat dari berkurangnya broken bags

dalam proses packing kecuali dalam proses packing merk C25 yang semakin banyak

broken bags-nya. Selain itu nampak bahwa proses packing untuk produk kemasan 1

BSM | Analisis Supply Chain Management Bogasari Flour Mills 14

Page 15: analisis manajement operasi bogasari

Kg sangat menghawatirkan sebab banyak terdapat broken bags dalam kegiatan

tersebut. Berdasarkan data dari tersebut juga dapat kita lihat bahwa masalah broken

bags mencapai lebih dari 10% dari seluruh packing. Selain masalah proses packing

jika ditinjau dari efisiensi pemanfaatan bahan baku (gandum) dalam proses produksi

juga terdapat masalah. Masalah tersebut dapat dilihat dari data yield (rasio

perbandingan antara output dan input) produksi tiap merk produk Bogasari Flour

Mills.

Tabel Data Yield

Dari data tersebut jika dilakukan kalkulasi didapatkan yield rata-rata bulan

April adalah sebesar 0.76425, yield rata-rata bulan Mei adalah 0.77552, yield rata-rata

bulan Juni adalah 0.7572, yield rata-rata bulan Juni adalah 0.76233, yield rata-rata

bulan Agustus adalah 0.7613, yield rata-rata bulan September adalah 0.76304.

Berdasarkan hal tersebut maka diperoleh nilai absolute dari yield tiap bulan adalah

sebesar 0.76394. Berdasarkan hasil tersebut dapat diinterpretasikan bahwa dalam

kegiatan produksinya Bogasari Flour Mills hanya menggunakan bahan baku yang

dibelinya untuk dijadika produk tiap bulannya yaitu hanya 76,394% saja berarti

terdapat 23,606% dari bahan baku (input) yang belum dimanfaatkan dengan

maksimal. Dengan demikian pihak Bogasari Flour Mills harus mampu

memaksimalkan kegiatan poduksi, dengan maksimalnya kegiatan produksi maka

masalah defect juga akan dapat ditekan. Dengan berkurangnya jumlah defect maka

BSM | Analisis Supply Chain Management Bogasari Flour Mills 15

Page 16: analisis manajement operasi bogasari

waktu dan cost yang dialokasikan untuk masalah tersebut juga dapat terpangkas

sehingga arus supply chain dapat berjalan lebih baik.

4. Inventory

Berdasarkan data inventori di Finish Product Store dari bulan April sampai

September terlihat bahwa untuk produk dalam kemasan 25 Kg sering kali terjadi

perbedaan data antara keadan fisisk dan catatan yang dimiliki oleh Bogasari Flour

Mills. Perbedaan yang terjadi dalam waktu tertentu terlihat cukup menghawatirkan,

seperti terlihat pada data inventori produk merk E pada bulan Agustus terdapat selisih

kekurangan produk sebesar 420 buah, selain pada data tersebut pada data merk B25

dan C25 pada bulan Mei, data merk D25 pada bulan Juni, data merk E pada bulan

Juli, data merk B25 pada bulan Agustus, dan data merk C25 pada bulan September

juga mengalami selisih kekurangan produk. Selisish kekurangan produk ini menjadi

sesuatu yang sangat penting untuk diperhatikan karena masalah ini mungkin timbul

sebab adanya masalah etika dari karyawan Bogasari Flour Mills. Ini juga menjadi

penting karena dengan kejadian tersebut kapasitas pemenuhan permintaan konsumen

akan berkurang sebab ketersediaan produk yang berkurang. Hal ini mungkin dapat

menyebabkan berpindahnya konsumen kepada produk kompetitor karena Bogasari

Flour Mills tidak dapat memenuhi pesanan yang terjadi, loyalitas konsumen terhadap

produk kebutuhan sehari-hari adalah sangat kecil.

Selain masalah kekurangan tersebut juga terdapat selisish kelebihan di

inventori. Hal tersebut terlihat pada seluruh data merk pada bulan April, data merk

D25 dan F pada bulan Mei, data merk C25 dan F pada bulan Juni, data merk B25 dan

C25 pada bulan Juli, data merk D25 dan F pada bulan Agustus, dan hampir seluruh

data merk (kecuali merk C25) pada bulan September. Kelebihan yang

BSM | Analisis Supply Chain Management Bogasari Flour Mills 16

Page 17: analisis manajement operasi bogasari

menghawatikan terjadi pada data merk F pada bulan Mei karena terdapat selisih

kelebihan produk sebesar 6041 buah produk padahal data catatan hanya sejumlah

1765 buah saja. Hal ini mengidikasikan adanya bullwhip effect pada Bogasari Flour

Mills. Kejadian mungkin terjadi karena adanya distorted informasi atau lack terhadap

informasi. Distorted informasi atau lack terhadap informasi tersebut dapat berupa

inaccurate demand data atau forecast. hal tersebut merupakan masalah yang sangat

serius sebab dapat menyebabkan high buffer inventory, poor costumer service, miss

production schedule, wrong capacity plan, inefficient shipping, dan high cost.

Untuk mengatasi masalah ini Bogasari Flour Mills harus melakukan supply

chain integration, karena untuk memperoleh efisiensi supply chain seluruh pihak

yang terkait untuk berkolaborasi dan bekerja sama. Dengan melakukan supply chain

integration ini maka akan terjadi transparansi data sehingga sharing informasi akan

terjadi pada seluruh supply chain member dan akan tercipta kolaborasi dalam bagian

planning, forecasting, replenishment, dan design. Dengan terciptanya hal-hal tersebut

maka akan dapat mengurangi adanya bullwhip effect.

Masalah bullwhip effect dapat terjadi akibat kesalahan dalam melakukan

forecast. Kegiatan forecast dilakukan oleh bagian PCC Bogasari Flour Mills. Selain

melakukan forecast PCC juga memiliki bnyak tanggung jawab lainnya sehingga

kegiatan forecast mungkin kurang dilakukan dengan baiuk. Maka untuk memudah

kan kerja PCC, selain dengan melakukan supply chain integration Bogasari Flour

Mills dapat menggunakan bar codes dalam mengontrol inventori dan memanfaatkan

RFID (Radio Frequency Identification). Radio Frequency Identification adalah

teknologi compact wireless yang diunggulkan untuk mentransformasi dunia

komersial. sebagai suksesor dari barcode, RFID dapat melakukan kontrol otomatis

untuk banyak hal. Sistem-sistem RFID menawarkan peningkatan efisiensi dalam

pengendalian inventaris (inventory control), logistik dan supply chain management.

BSM | Analisis Supply Chain Management Bogasari Flour Mills 17

Page 18: analisis manajement operasi bogasari

Dengan menggunakan bar codes dan RFID maka Bogasari Flour Mills dapat melihat

keadaan barang-barang produksinya secara real time. Hal tersebut dapat membantu

mengurangi beban kerja PCC sehingga PCC dapat lebih berkonsntrasi membuat

forecast yang baik.

Untuk melakukan forecasting yang baik juga dapat dibantu dengan

menggunakan Electronic Data Interchange (EDI). Electronic Data Interchange

didefinisikan sebagai suatu hubungan online komputer dan pertukaran informasi pada

transaksi diantara perusahaan. Dengan Electronic Data Interchange maka akan dapat

dilakukan share demand information secara real time, dan denga demikian Bogasari

Flour Mills akan mampu untuk meningkatkan akurasi dari demnd forecast.

BSM | Analisis Supply Chain Management Bogasari Flour Mills 18