SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas...

105
SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT (SUATU TINJAUAN FILOLOGIS) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Disusun oleh ROMANIA C0105043 FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

Transcript of SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas...

Page 1: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT (SUATU TINJAUAN FILOLOGIS)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh ROMANIA C0105043

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2009

Page 2: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

ii

SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT (SUATU TINJAUAN FILOLOGIS)

Disusun oleh

ROMANIA C0105043

Telah disetujui oleh pembimbing

Pembimbing I

Drs. Supardjo, M. Hum. NIP 19560921 198601 1001

Pembimbing II

Drs. Imam Sutarjo, M. Hum. NIP 19600101 198703 1004

Mengetahui Ketua Jurusan Sastra Daerah

Drs. Imam Sutarjo, M. Hum.

NIP 19600101 198703 1004

Page 3: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

iii

SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT (SUATU TINJAUAN FILOLOGIS)

Disusun oleh

ROMANIA C0105043

Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Pada tanggal 4 Agustus 2009

Jabatan

Nama Tanda Tangan

Ketua : Dra. Endang Tri Winarni, M. Hum. NIP 19581101 198601 2001

..............................................

Sekretaris : Drs. Sisyono Eko Widodo, M. Hum. NIP 19620503 198803 1002

.............................................

Penguji I : Drs. Supardjo, M. Hum.

NIP 19560921 198601 1001

.............................................

Penguji II : Drs. Imam Sutarjo, M. Hum.

NIP 19600101 198703 1004

.............................................

Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Drs. Sudarno, M. A. NIP. 19530314 198506 1001

Page 4: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

iv

PERNYATAAN

Nama : Romania

NIM : C0105043

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Serat Langendriya

Episode Damarwulan Ngarit (Suatu Tinjauan Filologis) adalah betul – betul karya

sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal – hal yang bukan

karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam

daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh

dari skripsi tersebut.

Surakarta, 28 Juli 2009

Yang membuat pernyataan,

Romania

Page 5: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

v

PERSEMBAHAN

§ Kakek tersayang, terima kasih atas do’a dan

nasehatmu.

§ Ayah dan ibu terkasih, terima kasih atas do’a, kasih

sayang, perhatian serta dukungannya.

§ Arif Yulianto, aku menjadi bangkit atas motivasi,

nasehat dan bimbinganmu.

§ Kakak dan keponakanku Bintang yang aku cintai.

§ Rekan-rekan Sastra Daerah angkatan 2005 yang aku

banggakan.

§ Untuk almamaterku tercinta.

Page 6: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

vi

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan

karunia Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Serat

Langendriya Episode Damarwulan Ngarit (Suatu Tinjauan Filologis)”. Skripsi

ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna melengkapi gelar sarjana

sastra jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

Dalam menyusun skripsi ini, penulis sadar sepenuhnya bahwa karya ini

tidak akan terselesaikan tanpa adanya dorongan, bimbingan dan bantuan dari

berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. dr. HM. Syamsulhadi, Sp.Kj. selaku Rektor Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

2. Drs. Sudarno, M.A selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Imam Sutarjo, M. Hum selaku Ketua Jurusan Sastra Daerah Fakultas

Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku

pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada penulisan skripsi

ini.

4. Drs. Sisyono Eko Widodo, M. Hum selaku Pembimbing Akademik Jurusan

Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

5. Drs. Supardjo, M. Hum selaku dosen pembimbing pertama yang selalu

memberikan saran, bimbingan dan dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 7: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

vii

6. Kepala dan staf perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa serta

Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret yang telah menyediakan

berbagai referensi.

7. Kepala dan staf perpustakaan Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta

yang telah membantu dalam pencarian, pengumpulan, dan analisis data.

8. Kepala dan staf Yayasan Sastra Surakarta memberikan banyak informasi

kepada penulis.

9. Teman – teman Sasda angkatan 2005, terutama bidang filologi: Daning, Ama,

Wiwik, Ambar, Eby, Tantri, Mita,dan Uus. Tetap semangat menghadapi

tantangan hidup ini. Sukses untuk kita semua!!!

10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses pembuatan skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk

itu saran dan kritik yang bersifat membangun akan sangat diharapkan. Besar

harapan penulis bahwa karya sederhana ini dapat bermanfaat terhadap para

pecinta budaya Jawa dan para pembaca.

Surakarta, 4 Agustus 2009

Penulis

Page 8: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... iii

PERNYATAAN .......................................................................................... iv

PERSEMBAHAN ....................................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................. vi

DAFTAR ISI................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xi

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ............................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii

ABSTRAK....................................................................................................xiv

BAB I. PENDAHULUAN........................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1

B. Batasan Masalah .................................................................... 10

C. Rumusan Masalah .................................................................. 10

D. Tujuan Penelitian ................................................................... 11

E. Manfaat Penelitian.................................................................. 11

F. Sistematika Penulisan ............................................................. 12

BAB II. KAJIAN TEORI............................................................................. 14

A. Pengertian Filologi............................................................... 14

B. Obyek Penelitian Filologi .................................................. 14

C. Langkah Kerja Penelitian Filologi ........................................15

Page 9: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

ix

1. Penentuan Sasaran Penelitian....................................16

2. Inventarisasi Naskah .................................................16

3. Observasi Pendahuluan dan Deskripsi Naskah ........17

4. Perbandingan Naskah............................................... 18

5. Penentuan Naskah Dasar.......................................... 18

6. Transliterasi/ Transkripsi Naskah..............................20

7. Kritik Teks dan Aparat Kritik ....................................20

8. Sinopsis ......................................................................22

D. Pengertian Langendriyan.......................................................23

E. Pengertian Etos Kerja............................................................24

BAB III. METODE PENELITIAN...............................................................26

A. Bentuk dan Jenis Penelitian…………………………..…….26

B. Lokasi Pencarian Data…………………………………..….26

C. Sumber Data dan Data Penelitian………………………......27

D. Teknik Pengumpulan Data....................................................27

E. Teknik Analisis Data ............................................................29

BAB IV. ANALISIS DATA........................................................................ 31

A. Kajian Filologis.................................................................. ..31

1. Deskripsi Naskah ......................................................31

2. Perbandingan Naskah................................................39

a. Perbandingan Urutan Pupuh dan Jumlah Bait

setiap Pupuh..........................................................40

b. Perbandingan Kata dan Kelompok Kata...............43

3. Penentuan Naskah Dasar...........................................47

Page 10: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

x

4. Kritik Teks, Suntingan Teks dan Aparat Kritik........48

a. Transliterasi ......................................................... 50

b. Sinopsis ................................................................72

B. Pembahasan Isi ....................................................................78

BAB V. PENUTUP......................................................................................88

A. Kesimpulan ............................................................................88

B. Saran.......................................................................................88

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................90

LAMPIRAN NASKAH SL (D. 166)............................................................92

Page 11: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Perbandingan urutan pupuh dan banyaknya bait ......................6

Tabel 4. 1 Perbandingan urutan pupuh dan banyaknya bait ......................40

Tabel 4. 2 Perbandingan urutan bait...........................................................42

Tabel 4. 3 Perbandingan kata .....................................................................43

Tabel 4. 4 Perbandingan kelompok kata.....................................................46

Page 12: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

xii

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

SL : Serat Langendriya

Naskah A : Naskah dengan nomor katalog D. 166

Naskah B : Naskah dengan nomor katalog G. 162

Naskah C : Naskah dengan nomor katalog D. 167

è : Tanda diakritik (è) dibaca e seperti pada kata yèku yang berarti

’yaitu’.

ê : Tanda diakritik (ê) dibaca e seperti pada kata sêkar yang berarti

‘bunga’.

# :Memberikan keterangan penggantian bacaan berdasarkan

konvensi tembang.

* :Memberikan keterangan penggantian bacaan berdasarkan

pertimbangan linguistik.

/ : Menandakan tiap pergantian baris

// : Menandakan akhir dari tiap bait

{B} : Teks diambil dari naskah B

Page 13: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Naskah SL (D. 166)...........................................................92

Lampiran 1 Naskah SL, Halaman 4......................................................93

Lampiran 2 Naskah SL, Halaman 5......................................................94

Lampiran 3 Naskah SL, Halaman 6......................................................95

Lampiran 4 Naskah SL, Halaman 7......................................................96

Lampiran 5 Naskah SL, Halaman 8......................................................97

Lampiran 6 Naskah SL, Halaman 9......................................................98

Lampiran 7 Naskah SL, Halaman 10....................................................99

Lampiran 8 Naskah SL, Halaman 11....................................................100

Lampiran 9 Naskah SL, Halaman 12....................................................101

Lampiran 10 Naskah SL, Halaman 13....................................................102

Page 14: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

xiv

ABSTRAK

Romania. C0105043. 2009. Serat Langendriya Episode Damarwulan Ngarit (Suatu Tinjauan Filologis). Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Obyek dalam penelitian ini adalah Serat Langendriya Episode Damarwulan Ngarit, koleksi Perpustakaan Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta dengan nomor katalog D. 166 dan Serat Lampahan Damarwulan Ngarit, koleksi Perpustakaan Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta dengan nomor katalog G. 162. Kedua naskah tersebut diteliti karena ada keunikan dari segi filologis dan isinya menarik, sehingga dicari naskah yang bersih dari kesalahan dan mendekati aslinya.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu (1) Bagaimana suntingan teks naskah Serat Langendriya Episode Damarwulan Ngarit yang bersih dari kesalahan sesuai dengan cara kerja filologi? (2) Bagaimana isi ajaran yang terkandung dalam naskah Serat Langendriya Episode Damarwulan Ngarit?

Tujuan penelitian ini adalah (1) Menyajikan suntingan teks naskah Serat Langendriya Episode Damarwulan Ngarit yang bersih dari kesalahan sesuai dengan cara kerja filologi. (2) Mengungkapkan isi ajaran yang terkandung dalam naskah Serat Langendriya Episode Damarwulan Ngarit.

Teknik pengumpulan data berdasarkan membaca katalog, kemudian observasi langsung, mendeskripsikan isi, dan transliterasi. Kedua naskah tersebut ditemukan beberapa perbedaan, yaitu: perbedaan urutan pupuh, perbedaan jumlah bait, perbedaan kata dan kelompok kata. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif komparatif, yaitu mengungkapkan naskah apa adanya secara keseluruhan, kemudian berdasarkan kondisi naskah yang akan diteliti yaitu jamak, maka dibandingkan naskah yang satu dengan naskah yang lain guna mendapat naskah yang paling mendekati aslinya. Metode penyuntingan teks ini menggunakan metode landasan, yaitu menentukan naskah yang paling unggul kualitasnya, melalui tahapan-tahapan: (1) deskripsi naskah, (2) perbandingan naskah, (3) penentuan naskah dasar, (4) suntingan teks dan aparat kritik, (5) sinopsis.

Dari analisis tersebut dapat disimpulkan beberapa hal yakni (1) Diperoleh naskah dengan judul Serat Langendriya Episode Damarwulan Ngarit, koleksi Perpustakaan Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta dengan nomor koleksi D. 166 sebagai naskah dasar dalam suntingan teks dan suntingan teks dalam hasil penelitian yang sudah mendapat kritik teks tersebut yang paling baik dan mendekati aslinya. (2) Dilihat dari segi isi, naskah SL memberi ajaran, yaitu suatu perjuangan hidup yang penuh rintangan, hambatan, pertentangan, pertarungan, dan persaingan dapat ditanggulangi dengan adanya etos kerja yang tinggi dan sikap disiplin, yaitu terdiri dari: taat dan patuh, tabah dalam menghadapi cobaan, pantang menyerah, mandiri, serta efisiensi waktu.

Page 15: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

xv

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bangsa Indonesia terkenal sebagai bangsa yang kaya akan kebudayaan.

Kekayaan budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia adalah warisan dari nenek

moyang yang merupakan ciri khas yang menunjukkan kepribadian bangsa

Indonesia dari bangsa lain. Di antara warisan budaya tersebut adalah karya sastra

atau karya tulis yang tersimpan pada bahan yang lama seperti batu, logam, kulit

binatang, kulit kayu dan kertas (Siti Baroroh Baried, 1983). Karya tulis yang

tersimpan pada logam, kulit binatang, kulit kayu dan kertas disebut naskah.

Naskah dipandang suatu dokumen budaya, potret dari suatu kebudayaan masa

lalu. Siti Baroroh Baried (1985) menyatakan bahwa : “naskah–naskah nusantara

mengemban isi yang sangat kaya. Kekayaan ini dapat ditunjukan oleh aneka

ragam aspek kehidupan yang dikemukakan; misalnya masalah sosial, politik,

ekonomi, agama, kebudayaan, bahasa dan sastra. Apabila dilihat dari

pengungkapannya, dapat dikatakan bahwa kebanyakan isinya mengacu pada sifat–

sifat historis dan religius”.

Dalam usaha untuk menggali dan mengungkapkan khasanah kepribadian

bangsa Indonesia ini, ternyata masih banyak sumber yang dapat dimanfaatkan.

Salah satunya adalah khasanah naskah–naskah Jawa yang isinya beraneka ragam.

Keanekaragaman isi yang terkandung di dalam naskah–naskah lama dapat dilihat

dalam katalog-katalog naskah Jawa. Naskah–naskah lama tersimpan di tempat–

tempat penyimpanan naskah, seperti di perpustakaan–perpustakaan dan ada pula

Page 16: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

xvi

yang tersimpan pada perorangan atau koleksi pribadi. Jumlah naskah di Indonesia

sangat banyak, namun kurang diimbangi dengan usaha penelitian naskah untuk

mendayagunakan isi yang terkandung di dalamnya. Usaha penelitian naskah di

Indonesia terbilang masih langka, akibatnya materi yang terkandung dalam

naskah-naskah tersebut belum banyak yang didayagunakan. Masyarakat kesulitan

dalam membaca dan mempelajari naskah-naskah kuna terutama mengenai bahasa

dan tulisannya.

Dari sekian banyak naskah–naskah lama, tidak semua sampai kepada kita.

Ada banyak faktor yang menjadi penyebabnya, antara lain: banyak naskah yang

hilang karena bencana alam dan ada sebagian naskah yang dibawa pulang oleh

penjajah ke negerinya pada waktu perang, selain itu kondisi fisik naskah sendiri

yang umumnya terbuat dari lontar, bambu, dluwang dan kulit binatang,

menyebabkan naskah menjadi mudah rusak dan rapuh, serta tidak tahan pada

cuaca yang lembab. Naskah yang sampai kepada kita sekarang ini sebagian besar

bukan lagi naskah asli. Kebanyakan naskah–naskah turunan akibat adanya budaya

salin menyalin naskah, sehingga tidak menutup kemungkinan banyak terjadi

kesalahan atau perubahan. Kesalahan terjadi karena penyalin tidak memahami

tulisan, salah baca atau tidak menguasai pokok permasalahan naskah yang disalin.

Perubahan yang terjadi karena ada bagian teks yang diambil atau ditambah dengan

tujuan untuk memperindah atau melengkapi isi teks yang dirasa kurang oleh

penyalin. Adanya banyak kesalahan atau perubahan maka diperlukan peranan

filologi untuk menangani naskah dengan menggunakan cara kerja filologi.

Menurut Haryati Soebadio (1975), tugas utama filolog adalah mendapatkan

kembali naskah yang bersih dari kesalahan, yang memberi pengertian sebaik-

Page 17: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

xvii

baiknya dan yang bisa dipertanggungjawabkan pula sebagai naskah yang paling

dekat dengan aslinya.

Naskah yang akan dijadikan sebagai objek penelitian dan disajikan yaitu

Serat Langendriya Episode Damarwulan Ngarit (yang selanjutnya disebut SL).

Menurut Girardet–Soetanto, mereka mengelompokkan jenis naskah sebagai

berikut:

a. Kronik, Legende dan Mite

Di dalamnya termasuk naskah–naskah: babad, pakem, wayang purwa, menak,

panji, pustakaraja dan silsilah.

b. Agama, Filsafat dan Etika

Di dalamnya termasuk naskah–naskah yang mengandung unsur–unsur:

hinduisme–budhisme, islam, mistik jawa, kristen, magic dan ramalan, sastra

wulang.

c. Peristiwa kraton, hukum, peraturan-peraturan

d. Buku teks dan penuntun,kamus, ensiklopedi tentang linguistik, obat–obatan,

pertanian, antropologi, geografi, perjalanan, perdagangan, masak–memasak

dan sebagainya.

Berdasarkan penggolongan naskah yang dilakukan oleh Girardet–Soetanto

di atas, kedudukan SL berada pada bagian a, yaitu: kronik, legende, dan mite,

yang di dalamnya termasuk naskah jenis pakem. Dalam Kamus Bausastra Jawa

karangan Purwadarminta (1939: 458), “pakem adalah suatu patokan dalam cerita

pedhalangan”. Menurut Suyanto (2003) pakem ada dua jenis, yaitu pakem jangkep

dan pakem balungan. Pakem jangkep adalah lakon wayang yang ditulis secara

utuh, baik dari segi bahasa, sulukan, gendhing, dan cak-cakan sabet wayang.

Page 18: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

xviii

Sedangkan pakem balungan adalah kerangka lakon yang bersifat singkat (hanya

menulis tempat, tokoh, dan konflik permasalahan). Menurut keterangan mengenai

pakem jangkep dan balungan, naskah SL termasuk pakem jangkep.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari katalog, naskah SL hanya

terdapat di Perpustakaan Reksapustaka Pura Mangkunagaran Surakarta, yakni:

a. Naskah berjudul Pakem Mandraswara, dengan nomor katalog D.166.

(Girardet, 1983)

b. Naskah berjudul Pakem Mandraswara, dengan nomor katalog D. 167.

(Girardet, 1983)

c. Naskah berjudul Serat Lampahan Damarwulan Ngarit, dengan nomor katalog

G. 162. (menurut katalog lokal milik perpustakaan Reksapustaka Pura

Mangkunegaran Surakarta)

Langkah selanjutnya adalah mengadakan pengecekan langsung ke tempat

penyimpanan naskah. Naskah SL benar-benar terdapat di satu tempat, yaitu:

Perpustakaan Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta. Berdasarkan

pengecekan ketempat penyimpanan naskah tersebut, ternyata ditemukan 3 naskah,

yaitu: naskah dengan nomor katalog D. 166 (yang selanjutnya disebut naskah A),

naskah dengan nomor katalog G. 162 (yang selanjutnya disebut naskah B), naskah

dengan nomor katalog D. 167 (yang selanjutnya disebut naskah C). Perlu

diketahui bahwa judul pada cover naskah A bertuliskan “Pakem Mandraswara,

Lampahan Damarwulan Ngarit, macapat” yang berarti ‘Pakem Mandraswara,

Episode Damarwulan Ngarit, macapat’. Tetapi setelah dibaca isi teksnya, pada

halaman pertama bertuliskan, “Ing ngandhap punika purwakaning Serat

Langendriya mawi kasukanan sandi asmanipun ingkang nganggit” yang berarti

Page 19: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

xix

‘Di bawah ini bagian awal dari Serat Langendriya disertai nama sandi dari

pengarangnya . Gaya penulisan huruf antara judul cover dengan isi teks berbeda.

Setelah membaca isi teks pada naskah A, dapat diketahui bahwa judul

naskah bukan Pakem Mandraswara tetapi berjudul Serat Langendriya, sedangkan

naskah B berbentuk puisi (tembang macapat) yang dipadukan dengan prosa

berupa dialog dan monolog. Naskah C ternyata merupakan tedhakan yang berarti

‘salinan’ dari naskah A, hal itu dapat diketahui dari judul pada cover naskah C,

yaitu Pakem Mandraswara, Lampahan Damarwulan Ngarit, tetedhakan saking

pakeming Tandhakusuman yang berarti ‘Pakem Mandraswara, Episode

Dmarwulan Ngarit, salinan dari pakem Tandhakusuma. Dengan demikian naskah

C dieliminasi karena merupakan salinan dari naskah A dan penyalinannya belum

selesai atau hanya sampai pada pertengahan cerita, sehingga yang dijadikan obyek

dalam penelitian ini adalah naskah A dan B. Naskah yang lain dijadikan sebagai

pembanding.

Alasan naskah SL dijadikan sebagai obyek kajian dalam penelitian karena

dalam segi filologi, naskah SL perlu segera ditangani berdasarkan dua alasan.

Pertama, adanya varian-varian dalam teks SL yang menjadi faktor

pendorong untuk ditemukannya naskah yang paling mendekati aslinya sesuai

dengan cara kerja filologi. Penanganan ini dilakukan karena dalam 2 naskah yang

ditemukan memiliki perbedaan urutan pupuh, jumlah bait, perbedaan kata dan

kelompok kata.

Adanya varian bacaan, di antaranya disebabkan karena kelebihan guru

wilangan, seperti yang terjadi pada halaman 6 tembang Pangkur bait ketiga baris

keempat. Pada baris ini berbunyi “dhuh jagat dewa bathara”, yang seharusnya

Page 20: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

xx

bila didasarkan pada konvensi tembang Pangkur, baris keempat mamiliki

konvensi guru wilangan dan guru lagu 7a, sehingga seharusnya, baris ini

berbunyi “jagat dewa bathara”. Selain itu, adanya pengurangan guru wilangan,

seperti yang terjadi pada halaman 7 tembang Kinanthi bait keempat baris kedua.

Pada baris ini berbunyi “ing ma rêkyana patih”, yang seharusnya, bila didasarkan

pada konvensi tembang Kinanthi, baris kedua memiliki konvensi guru wilangan

dan guru lagu 8i, sehingga seharusnya, baris ini berbunyi “ing rama rêkyana

patih”. Kesalahan kata, seperti yang terjadi pada halaman 10 tembang Sinom bait

keempat baris keempat. Berbunyi “sun rumangsa kokbisiki”, kata bisiki tidak

sesuai dengan konteks kalimat, sehingga seharusnya “sun rumangsa kokbêciki”.

Sementara itu, salah satu perbedaan jumlah bait dapat dilihat pada naskah A

yang pada pupuh XX memiliki 6 bait tembang Durma, sedangkan naskah B

memiliki 5 bait tembang Durma. Untuk mempermudah mengetahui perbedaan

tersebut, maka dibuatkan tabel perbandingan mengenai perbedaan jumlah pupuh,

urutan pupuh serta banyaknya bait dalam naskah SL.

Tabel 1. 1. Perbandingan urutan pupuh dan banyaknya bait.

Jumlah Bait No Urutan Pupuh

Naskah A Naskah B

1 Dhandhanggula 3 3

2 Kinanthi 3 3

3 Sinom 4 4

4 Gambuh 1 2

5 Pangkur 6 6

6 Mijil 2 2

Page 21: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

xxi

7 Durma 3 3

8 Sinom 4 4

9 Pangkur 10 10

10 Kinanthi 6 6

11 Durma 5 5

12 Gambuh 6 6

13 Pocung 6 6

14 Asmaradana 6 6

15 Sinom 4 4

16 Megatruh 7 7

17 Mijil 5 6

18 Durma 3 3

19 Pangkur 4 4

20 Durma 6 5

Dengan melihat varian-varian di atas inilah yang mendorong dilakukannya

penelitian dengan cara perbandingan naskah untuk mendapatkan naskah yang

paling mendekati naskah aslinya.

Kedua, naskah SL ini diteliti karena dalam naskah ini isinya menarik, yaitu

mengisahkan perjalanan Damarwulan ketika mengabdi di Majapahit. Cerita

dimulai dengan percakapan antara Ratu Ayu dari Majapahit dengan Patih

Logender tentang situasi kerajaan. Patih Logender menerangkan bahwa situasi

kerajaan baik-baik saja, tetapi ada satu adipati yang membangkang yaitu Adipati

Menakjingga dari Blambangan. Menakjingga ingin mempersunting Ratu Ayu, jika

Page 22: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

xxii

ditolak maka akan terjadi perang pupuh. Cerita mengenai pengabdian

Damarwulan ketika menjadi pelayan Patih Logender. Pada mulanya, Damarwulan

menjadi penjaga pintu kerajaan, kemudian beralih menjadi perawat kuda yang

selalu diganggu oleh Raden Seta dan Kumitir. Di situlah Damarwulan bertemu

dengan Dewi Anjasmara, saling jatuh cinta dan pada akhirnya menikah.

Naskah SL merupakan bentuk kesenian langendriyan. Cirinya, penggarapan

adegan dilaksanakan dengan pola wayang orang, tetapi percakapannya dilakukan

dengan tembang yang berarti ‘nyanyian’. Riwayat terciptanya langendriyan, pada

pertengahan abad kesembilan belas hidup seorang Indo Jerman di kota Solo yang

bernama Tuan Godlieb. Beliau seorang saudagar batik yang sukses, dan

pegawainya rata-rata para gadis desa. Pada waktu luang, mereka menghibur diri

dengan menyanyi (ura-ura). Tertarik akan hal itu, maka tuan Godlieb meminta

RMA Tandakusuma untuk membina para pegawainya sebagai kegiatan

sampingan selain membatik. Perlu diketahui bahwa RMA Tandakusuma adalah

menantu dari Mangkunegara IV, yang ahli di bidang gendhing dan tari.

Menyanggupi tawaran tuan Godlieb, RMA Tandakusuma segera menulis naskah

yang judulnya Serat Langendriya yang terdiri dari empat episode, yaitu:

Damarwulan Ngarit, Pejahipun Ranggalawe Tuban, Menakjingga Lena, Ratu Ayu

Dhaup kaliyan Damarwulan. Pada mulanya, hanya dilakukan dalam bentuk

nyanyian (uran-uran) yang diiringi gamelan, tanpa adanya gerakan tari. Pada

suatu saat, perusahaan Tuan Godlieb mengalami kemunduran, sehingga Ia tidak

mampu lagi mengurusi dan membiayai kegiatan tersebut. Atas saran RMA

Tandakusuma, bentuk kesenian langendriyan dan para pemainnya

dipersembahkan kepada Mangkunagara IV. Pementasan langendriyan yang

Page 23: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

xxiii

dilakukan dengan tari dilaksanakan pada masa pemerintahan Mangkunegara V.

(Sutarwo, 1985)

Kenikmatan pertunjukan langendriyan tidak hanya disalurkan melalui indera

pendengaran dengan mendengar pemainnya bernyanyi (uran-uran), melainkan

juga lewat indera penglihatan dengan melihat tariannya, sehingga selain sebagai

tontonan yang sifatnya menghibur, pasti di dalamnya ingin menyampaikan suatu

pesan. Di dalam naskah SL pesan yang terkandung adalah berisi ajaran, yaitu

ajaran mengenai perjuangan hidup. Perjuangan hidup yang dijalani dengan

semangat hidup yang tinggi, gigih, mau bekerja keras, walaupun banyak cobaan

yang menghadang. Segala usaha yang dijalani dengan tabah, tekun dan ulet pasti

akan membuahkan hasil yang maksimal. Dalam naskah SL, walaupun

Damarwulan hanya bekerja sebagai pelayan dan perawat kuda, Ia selalu tekun,

ulet, tabah, dan kerja keras dalam melaksanakan pekerjaannya walaupun banyak

terhalang rintangan, sehingga berkat kegigihannya, Damarwulan bisa menjadi raja

di Majapahit. Berbeda dengan jaman sekarang, masyarakat lebih suka hal-hal

apapun yang sifatnya cepat, tidak mau repot, susah, dan rumit. Masyarakat

sekarang lebih suka hal-hal yang sifatnya praktis. Contoh, banyak mahasiswa

yang membayar seseorang untuk mengerjakan skripsinya. Mahasiswa tersebut

melakukannya karena malas berusaha dan tidak mau bekerja keras. Timbul

dampak negatif, yaitu pada saat ujian, mahasiswa tersebut kurang menguasai

materi dan untuk jangka panjang, akan berdampak pada saat mencari pekerjaan,

pasti akan kesulitan karena keahliannya kurang maksimal.

Page 24: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

xxiv

Dengan melihat uraian isi di atas, maka naskah SL perlu diteliti dan dikaji,

agar pembaca dapat mengetahui cerita dan makna yang terkandung dalam naskah

SL.

B. Batasan Masalah

Permasalahan yang berkaitan dengan naskah SL ini sangat beragam, yaitu

kondisi naskah, perbedaan bentuk naskah, perbedaan urutan pupuh, perbedaan

jumlah bait, perbedaan kata dan kelompok kata masing-masing naskah, serta isi

naskah yang menceritakan episode-episode Langendriyan, seperti: episode

Damarwulan Ngarit, Ranggalawe Gugur, Menakjingga Lena, dan Ratu Ayu

Dhaup kaliyan Damarwulan. Di dalam mengungkap makna cerita yang

terkandung di dalam naskah, baik dari segi ajaran, sejarah, jalan cerita, tokoh

pemeran, dan jenis iringan musiknya, tidak mungkin akan dibahas semuanya.

Batasan masalah sebagai pencegah meluasnya bahasan dalam penelitian,

maka dilakukan dua kajian. Yaitu kajian filologis dan kajian isi. Kajian filologis

meliputi deskripsi naskah, perbandingan naskah, penentuan naskah dasar, kritik

teks, transliterasi naskah, aparat kritik dan sinopsis Episode Damarwulan Ngarit.

Kajian isi meliputi bagaimana isi ajaran yang terkandung dalam naskah Serat

Langendriya Episode Damarwulan Ngarit.

C. Rumusan Masalah

Berdasar pada permasalahan di atas, maka dalam penelitian ini dapat

dirumuskan dua permasalahan, yaitu:

1. Bagaimana suntingan teks naskah Serat Langendriya Episode Damarwulan

Ngarit yang bersih dari kesalahan sesuai dengan cara kerja filologi?

Page 25: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

xxv

2. Bagaimana isi ajaran yang terkandung dalam naskah Serat Langendriya

Episode Damarwulan Ngarit?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu:

1. Mendapatkan suntingan teks naskah Serat Langendriya Episode

Damarwulan Ngarit yang bersih dari kesalahan sesuai dengan cara kerja

filologi.

2. Mengungkapkan isi ajaran yang terkandung dalam naskah Serat

Langendriya Episode Damarwulan Ngarit.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu

manfaat praktis dan manfaat teoretis.

1. Manfaat Praktis

a. Menyelamatkan data dalam naskah Serat Langendriya Episode

Damarwulan Ngarit dari kerusakan dan hilangnya data dari naskah

tersebut.

b. Mempermudah pemahaman isi teks naskah Serat Langendriya Episode

Damarwulan Ngarit bagi khalayak umum.

c. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang cerita yang terdapat

pada naskah Serat Langendriya Episode Damarwulan Ngarit

d. Memberi data sebagai pedoman bagi para seniman yang ingin

mengadakan pertunjukan langendriyan.

Page 26: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

xxvi

2. Manfaat Teoretis

a. Menambah kajian terhadap naskah Jawa yang masih banyak dan belum

terungkap isinya.

b. Membantu peneliti lain untuk mengkaji lebih lanjut teks Serat

Langendriya Episode Damarwulan Ngarit khususnya dan naskah Jawa

umumnya dari berbagai disiplin ilmu.

c. Menumbuhkan minat peneliti–peneliti lain dari berbagai disiplin ilmu.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan bertujuan untuk memberikan gambaran yang lebih

jelas mengenai laporan hasil penelitian. Laporan penelitian ini dibagi menjadi

lima bab, yang disusun sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang, pembatasan masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika

penulisan.

Bab II Kajian Teoretik

Dalam bab ini diuraikan mengenai pengertian filologi, objek penelitian

filologi, langkah kerja penelitian filologi, kritik teks dan aparat kritik,

pengertian langendriyan, serta pengertian etos kerja.

Bab III Metode Penelitian

Dalam bab ini diuraikan mengenai bentuk dan jenis penelitian, lokasi

pencarian data, sumber data dan data, teknik pengumpulan data, dan

teknik analisis data.

Page 27: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

xxvii

Bab IV Analisis Data

Dalam bab ini dikemukakan mengenai kajian filologis dan kajian isi

naskah. Kajian filologis terdiri dari deskripsi naskah, perbandingan

naskah, penentuan naskah dasar, kritik teks, transliterasi naskah, aparat

kritik, dan sinopsis cerita. Kajian isi membahas ajaran perjuangan hidup.

Bab V Penutup

Dalam bab ini dikemukakan mengenai kesimpulan dari yang telah

diuraikan dalam bab-bab sebelumnya. Selain kesimpulan, dalam bab ini

juga akan dikemukakan saran-saran.

Bagian akhir dari penulisan laporan hasil penelitian ini dilampirkan

daftar pustaka dan copy naskah yang dipakai sebagai bahan acuan dalam

kegiatan penelitian.

Page 28: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

xxviii

BAB II

KAJIAN TEORETIK

A. Pengertian Filologi

Kata Filologi berasal dari bahasa Yunani yaitu philologia, gabungan dari

dua kata yaitu philos yang berarti cinta dan logos yang berarti ilmu (Siti Baroroh

Baried, et al. 1994: 2). Hal itu mengisyaratkan kata philologia bermakna cinta

kata atau senang bertutur. Arti ini kemudian berkembang menjadi senang belajar,

senang ilmu dan senang kesastraan.

Dalam sejarah perkembangannya, istilah filologi mengalami perubahan dan

perkembangan. Pengertian dan penerapannya di Indonesia, pada awal mulanya

dipengaruhi oleh para ahli terdahulu, yang sedikit banyak dilatarbelakangi oleh

pengetahuan dan pemahaman tentang filologi yang berlaku dan yang diperlukan

untuk karya-karya abad pertengahan yang menjadi sasaran dan obyek kerja para

peneliti filologi terdahulu. Menurut Edward Djamaris (1997), filologi adalah ilmu

yang obyek penelitiannya naskah-naskah lama, sedangkan menurut Akhadiati

Ikram (1980), filologi dalam arti luas adalah ilmu yang mempelajari segala segi

kehidupan di masa lalu seperti yang ditemukan dalam tulisan.

B. Objek Penelitian Filologi

Objek penelitian filologi adalah tulisan tangan yang menyimpan berbagai

ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil budaya masa lampau (Siti Baroroh

Page 29: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

xxix

Baried, et al. 1994: 55). Objek penelitian yang konkrit yaitu naskah dan teks hasil

dari tulisan tangan. Semua bahan tulisan tangan disebut naskah, sedangkan teks

menurut Siti Baroroh Baried, dkk (1994) adalah kandungan atau muatan naskah,

sesuatu yang abstrak yang hanya dapat dibayangkan.

Dari pengertian-pengertian naskah di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa

naskah merupakan semua bahan tulisan tangan sebagai wadah penyimpanan teks

yang wujud kongkritnya dapat dilihat dan dipegang yang tertulis pada daun lontar,

nipah, bambu, kulit kayu, rotan dan dluwang. Teks adalah kandungan atau muatan

naskah, sesuatu yang abstrak yang hanya dapat dibayangkan saja dan memuat

berbagai ungkapan pikiran serta perasaan penulis yang disampaikan kepada

pembacanya. Kaitannya dengan penelitian ini, obyek penelitian yang dikaji adalah

naskah tulisan Jawa carik yang berjudul Serat Langendriya Episode

Damarwulan Ngarit.

C. Langkah Kerja Penelitian Filologi

Langkah kerja yang dilakukan dalam penelitian filologi, yaitu inventarisasi

naskah, deskripsi naskah, perbandingan naskah, dasar–dasar penentuan naskah

yang akan ditransliterasi, singkatan naskah dan transliterasi naskah (Edward

Djamaris, 1977: 23). Teori tersebut tidak semuanya dan selamanya harus dipakai

untuk mengkaji semua naskah. Setiap naskah memiliki kondisi yang berbeda–

beda, sehingga teori itupun juga harus disesuaikan dengan naskah yang nantinya

akan kita kaji.

Dalam penelitian ini, penulis menempuh langkah kerja yang meliputi

penentuan sasaran penelitian; inventarisasi naskah; observasi pendahuluan dan

Page 30: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

xxx

deskripsi naskah; perbandingan naskah; penentuan naskah dasar; transliterasi/

transkripsi naskah; kritik teks dan aparat kritik; sinopsis. Langkah ini tentu saja

tidak jauh berbeda dengan prinsip cara kerja filologi, berikut adalah perinciannya :

1. Penentuan Sasaran Penelitian

Langkah pertama adalah menentukan sasaran, karena banyak ragam yang

perlu dipilih, baik tulisan, bahan, bentuk, maupun isinya. Karena ada naskah

yang bertuliskan huruf Arab, Jawa, Bali, dan Batak. Ada naskah yang ditulis

pada kertas, daun lontar, kulit kayu, atau rotan. Ada naskah yang berbentuk

puisi dan ada pula yang berbentuk prosa. Ada naskah yang berisi cerita nabi,

bertema adat-istiadat, sejarah, agama, atau pewayangan.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti menentukan sasaran yang diteliti adalah

sebagai berikut: naskah bertuliskan huruf Jawa carik, ditulis pada kertas dan

dluwang, berbentuk puisi Jawa/ tembang macapat dan berisi masalah

piwulang ajaran hidup. Keseluruhan rangkaian bentuk di atas terangkum di

dalam Serat Langendriya Episode Damarwulan Ngarit.

2. Inventarisasi Naskah

Inventarisasi adalah upaya untuk mendaftar atau mendata semua naskah

dengan judul sama maupun yang hampir sama untuk dijadikan obyek

penelitian. Tujuannya untuk mengetahui tempat penyimpanannya, jumlah

naskah, nomor naskah, umur naskah, tulisan naskah, tahun pembuatan serta

pengarang. Menurut Edi S. Ekadjati (1980) bila hendak melakukan

penelitian filologi, pertama-tama harus mencari dan memilih naskah yang

Page 31: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

xxxi

akan dijadikan pokok penelitian, dengan mendatangi tempat-tempat koleksi

naskah atau mencarinya melalui katalog.

3. Observasi Pendahuluan dan Deskripsi Naskah

Observasi pendahuluan dilakukan dengan mengecek data secara langsung ke

tempat koleksi naskah sesuai informasi yang diungkapkan oleh katalog.

Setelah mendapatkan data yang dimaksud yakni Serat Langendriya Episode

Damarwulan Ngarit, maka diadakanlah deskripsi naskah dan ringkasan isi

naskah.

Deskripsi naskah ialah uraian ringkas naskah secara terperinci untuk

mengetahui keadaan naskah dan sejauh mana isi naskah itu, serta membantu

kita dalam memilih naskah yang paling baik untuk ditransliterasi dan

digunakan untuk perbandingan.

Emuch Hermansoemantri (1986) menguraikan bahwa deskripsi naskah

merupakan sarana untuk memberikan informasi mengenai: judul naskah,

nomor naskah, tempat penyimpanan naskah, asal naskah, keadaan naskah,

ukuran naskah dan teks, tebal, jumlah baris setiap halaman, huruf, aksara,

tulisan, cara penulisan, bahan naskah, bahasa naskah, bentuk teks, umur

naskah, identitas pengarang/ penyalin, fungsi sosial naskah hingga pada

ikhtisar teks/ cerita. Sedangkan ringkasan isi naskah digunakan untuk

mengetahui garis besar kandungan naskah sesuai dengan urutan cerita dan

halaman naskah.

Page 32: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

xxxii

4. Perbandingan Naskah

Perbandingan naskah menurut Edward Djamaris (1977) perlu dilakukan

apabila sebuah cerita ditulis dalam dua naskah atau lebih, untuk

membetulkan kata-kata yang salah atau tidak terbaca, untuk menentukan

silsilah naskah, untuk mendapatkan naskah yang terbaik dan untuk tujuan-

tujuan yang lain.

Perbandingan naskah ini dilakukan dengan mengacu pada cara perbandingan

naskah Edward Djamaris. Menurut Edward Djamaris (1977), perbandingan

naskah dilakukan dengan cara:

a. Perbandingan kata demi kata dan kelompok kata

Untuk membetulkan kata-kata yang salah atau tidak terbaca,

menentukan silsilah naskah, dan mendapatkan teks asli atau terbaik.

b. Perbandingan susunan kalimat atau gaya bahasa

Untuk mengelompokkan cerita dalam beberapa versi dan untuk

mendapatkan cerita yang bahasanya lancar dan jelas.

c. Perbandingan Isi Cerita

Untuk mendapatkan naskah yang isinya lengkap dan tidak

menyimpang serta untuk mengetahui penambahan unsur atau

pengurangan unsur yang telah ada dalam naskah semula.

5. Penentuan Naskah Dasar

Berdasarkan perbandingan naskah tersebut, kemudian dilakukan

pertimbangan naskah. Bertolak dari pertimbangan naskah tersebut dapat

diketahui naskah yang tidak lengkap isinya, naskah yang berupa salinan

Page 33: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

xxxiii

langsung dari naskah lainnya, serta naskah yang berbeda versinya. (Sisyono

EW, 2000: 14). Selanjutnya, naskah terpilih yang memiliki keunggulan

sebagai hasil dari perbandingan naskah tersebut dijadikan sebagai naskah

dasar suntingan. Penentuan naskah dasar, yang nantinya akan ditransliterasi,

menurut Edward Djamaris (1977) harus dihubungkan dengan tujuan

penelitian filologi yaitu untuk mendapatkan naskah yang paling lengkap dan

paling baik atau paling representatif dari naskah-naskah yang ada.

Edward Djamaris (1977: 28-29), mengemukakan bahwa untuk menentukan

naskah dasar sebagai berikut:

a. isinya lengkap dan tidak menyimpang dari kebanyakan naskah lain;

b. tulisannya jelas dan mudah dibaca;

c. keadaan naskah baik dan utuh;

d. bahasanya lancar dan mudah dipahami;

e. umur naskah lebih tua

Naskah yang memenuhi kriteria sebagaimana teori di atas adalah naskah

yang layak dijadikan sebagai naskah dasar, namun sebelum diadakan

suntingan teks, terlebih dahulu diadakan suatu kritik teks untuk

membersihkan kesalahan-kesalahan yang mengikuti naskah dasar tersebut.

Hal ini dilakukan, agar naskah yang disunting benar-benar terbebas dari

kesalahan, atau setidaknya dapat meminimalkan kesalahan yang ada di

dalam teks tersebut.

Page 34: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

xxxiv

6. Transliterasi/ Transkripsi Naskah

Transliterasi naskah ialah penggantian atau pengalihan huruf demi huruf dari

abjad yang satu ke abjad yang lain (Bani Sudardi, 2003: 66). Penyajian

bahan transliterasi harus selengkap–lengkapnya dan sebaik–baiknya, agar

mudah dibaca dan dipahami. Transliterasi dilakukan dengan mengalihkan

huruf Jawa ke huruf Latin.

Transkripsi adalah gubahan teks dari satu ejaan ke ejaan yang lain. Segala

kesalahan harus dijelaskan oleh filolog, sehingga tidak terdapat lagi

kekeliruan dan salah tafsir. Filolog hendaknya dapat menyajikan bahan

transliterasi atau transkripsi itu selengkap-lengkapnya dan sebaik-baiknya,

sehingga mudah dibaca dan dipahami. Di samping itu, juga disajikan

perbedaan-perbedaan kata pada naskah-naskah lain, perbaikan-perbaikan

serta komentar dan penjelasannya; sehingga dapat ditetapkan bagaimana

bunyi teks itu seharusnya.

7. Kritik Teks dan Aparat Kritik

Penyalinan berkali-kali terhadap teks tidak menutup kemungkinan akan

timbulnya berbagai kesalahan dan perubahan. Oleh karena itu, perlu adanya

suatu kajian untuk meluruskan teks tersebut sesuai dengan keadaan teks

asalnya. Kajian yang dimaksud di sini adalah kajian secara filologis. Kajian

filologis menurut Teeuw (1988) bertujuan untuk memulihkan teks asli dan

murni lewat perbandingan naskah yang cermat. Untuk mencapai tujuan itu

dilakukanlah pemurnian teks yang disebut dengan kritik teks. Usaha kritik

teks ini dilakukan sebelum suntingan teks. Menurut Siti Baroroh Baried,

Page 35: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

xxxv

dkk. (1994) kata “kritik” teks berasal dari bahasa Yunani krites yang artinya

‘seorang hakim’, krinein berarti menghakimi, kriterion berarti dasar

penghakiman. Kritik teks mengandung arti sikap menghakimi dalam

menghadapi sesuatu, sehingga dapat berarti menempatkan sesuatu yang

sewajarnya atau memberikan evaluasi terhadap teks. Jadi mengadakan kritik

teks berarti menempatkan teks pada tempat yang sewajarnya, memberikan

evaluasi terhadap teks, meneliti atau mengkaji lembaran naskah, lembaran

bacaan yang mengandung kalimat–kalimat atau rangkaian kata–kata tertentu

(Maas, 1972 dalam Darusuprapta1989: 20). Kegiatan kritik teks bertujuan

untuk menghasilkan teks yang sedekat-dekatnya dengan teks aslinya.

Berdasarkan jumlah naskah yang dikaji, metode kritik teks dibagi menjadi

dua yaitu metode edisi naskah tunggal dan edisi naskah jamak. Dalam

penelitian yang melibatkan dua naskah, maka metode yang digunakan

adalah metode edisi naskah jamak. Metode untuk naskah jamak meliputi

metode intuitif, metode objektif, metode gabungan dan metode landasan.

Penelitian SL ini, memakai metode naskah jamak, yaitu metode landasan.

Menurut Siti Baroroh Baried (1985), mengungkapkan bahwa metode

landasan diterapkan apabila menurut tafsirannya ada satu atau segolongan

naskah yang unggul kualitasnya dibandingkan dengan naskah-naskah

sejenis, diperiksa dari sudut bahasa, kesusastraan, sejarah dan lain

sebagainya. Sehingga dapat dinyatakan sebagai naskah yang mengandung

paling banyak bacaan yang baik. Oleh sebab itu, naskah itu dipandang

paling baik sebagai landasan untuk edisi. Sebelum menggunakan metode

landasan, lebih dahulu diadakan suatu pengelompokan naskah, untuk

Page 36: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

xxxvi

menentukan versi bentuk naskah yang dianggap paling unggul. Hal ini

dilakukan mengingat data yang terdiri dari dua versi bentuk naskah yakni

naskah A berbentuk puisi, sedangkan naskah B berbentuk puisi yang

dipadukan dengan prosa.

Usaha pengelompokan naskah ini meliputi perbandingan urutan pupuh,

jumlah bait, kata per kata, dan kelompok kata. Perbandingan ini dilakukan

untuk mengelompokkan dan menentukan naskah yang dianggap autoritatif,

yaitu naskah atau sekelompok naskah yang memiliki keunggulan dibanding

dengan naskah yang lain; seperti kelengkapan isi, bahasa termasuk ejaannya.

Sedangkan varian-varian dari naskah lain dipakai sebagai pelengkap atau

penunjang, dimuat dalam aparat kritik.

Pengertian aparat kritik menurut Darusuprapta (1984) adalah uraian tentang

kelainan bacaan, yaitu bagian yang merupakan suatu pertanggungjawaban

ilmiah dalam penelitian naskah, berisi segala macam kelainan bacaan dalam

semua naskah yang diteliti. Jika peneliti melakukan perubahan,

pengurangan, dan penambahan itu harus disertai pertanggungjawaban

melalui dasar teori yang tepat. Kesemuanya itu dicatat dan ditempatkan pada

aparat kritik. Maksud diadakan aparat kritik supaya pembaca bisa mengecek

bagaimana bacaan naskah, dan bila perlu membuat penafsiran sendiri. Jadi,

aparat kritik merupakan suatu pertanggungjawaban secara ilmiah.

8. Sinopsis

Sinopsis adalah ringkasan cerita secara garis besarnya saja yang merupakan

gambaran singkat isi teks sehingga menyangkup semua dari isi cerita. Hal

Page 37: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

xxxvii

itu bertujuan agar memudahkan pembaca dalam memahami isi teks yang

terdapat dalam naskah.

D. Pengertian Langendriyan

Langendriyan adalah penyajian drama tari yang semula dilakukan di

pendhapa Istana Mangkunegaran, yaitu drama tari yang menggunakan dialog

dalam bentuk tembang yang berarti ‘nyanyian’. Bentuk yang disajikan adalah

lakon Damarwulan. (buku Bab Langendriya: 1938, Reksapustaka,

Mangkunegaran).

Langendriyan adalah dari kata langen dan driya. Langen berarti hiburan,

sedangkan driya berarti hati. Jadi, langendriya adalah hiburan hati. (Suranto, BA).

Langendriya juga disebut Mandraswara. (Pigeaud dan R.M.Ng. Partahudaya).

Pengertian Langendriyan di kalangan masyarakat luas menurut S.D

Humardani yaitu :

1. Semua drama tari yang dialognya vokal.

2. Drama tari yang dialognya vokal dan dengan lakon Damarwulan.

3. Dramatari yang dialognya vokal dengan lakon Damarwulan dan dilakukan

oleh wanita.

Langendriyan adalah ciptaan R.M H. Tandakusuma, menantu K.G.P.A.A

Mangkunegara IV (1853-1881), pada tahun 1881 di Surakarta. Semula

langendriyan merupakan nyanyian macapat yang dilakukan dengan duduk.

Setelah pemerintahan Mangkunegara V (1881-1896) langendriyan lebih digarap

lagi dengan ditambah gerak-gerik tari yang dilakukan dengan posisi berdiri agar

Page 38: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

xxxviii

lebih menarik. Pertunjukan langendriyan digunakan untuk pahargyan peringatan

kelahiran, pahargyan penobatan raja, dan menyambut tamu agung.

Pigeaud menyatakan bahwa semula cerita langendriyan yang ditulis R.M.H

Tandakusuma, adalah lakon Damarwulan Ngarit dan Menakjingga Lena. Setelah

langendriyan di bawah kekuasaan Mangkunagara V, R.M.H Tandakusuma

menyusun 2 lakon : Damarwulan Ngarit dan Ranggalawe Gugur.

Menurut catatan R.M.Ng. Partahudaya, bahwa Pakem Langendriya oleh

R.M.H Tandakusuma ada empat lakon, yaitu : Damarwulan Ngarit, Ranggalawe

Gugur, Menakjingga Lena, Pernikahan Damarwulan dengan Ratu Ayu di

Majapahit.

E. Pengertian Etos Kerja

Etos adalah sikap yang mendasar terhadap diri dan dunia yang dipancarkan

dalam hidup, maka dalam hal ini etos kerja adalah kesadaran akan diri sendiri

yang menjadi sumber daya moral untuk terus berusaha hingga tercapainya

eksistensi diri sendiri. Etos kerja yang tinggi biasanya muncul karena berbagai

tantangan-tantangan, harapan-harapan, dan kemungkinan-kemungkinan yang

menarik. Etos kerja suatu masyarakat merupakan suatu sikap yang dikehendaki

dengan bebas yang tumbuh dari suatu kesadaran untuk selalu bekerja dengan

tekun. Perilaku yang mencerminkan etos kerja adalah efisiensi, kerajinan,

ketrampilan, sikap tekun, tepat waktu, kesederhanaan, kejujuran, sikap mengakui

rasio dalam mengambil keputusan dan tindakan, kesediaan untuk berubah,

kegesitan dalam menggunakan kesempatan-kesempatan yang muncul, sikap

bekerja secara energis, sikap bersandar pada kekuatan sendiri, percaya diri, sikap

Page 39: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

xxxix

mau bekerja sama, dan kesediaan mau memandang jauh ke masa depan. (Tjoek

Suwarso: 1995)

Etos kerja pada dasarnya suatu pengertian tentang makna kerja, apakah kerja

itu keharusan demi hidup, atau sesuatu yang perlu dilakukan untuk hidup, ataukah

mengandung tujuan luhur dan muatan nilai sosial. Sehingga dapat dikatakan etos

kerja adalah sikap kehendak tentang pekerjaan yaitu suatu sikap yang diambil

berdasarkan tanggung jawab moral.

Page 40: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

xl

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Bentuk dan Jenis Penelitian

Bentuk penelitian terhadap naskah SL adalah bentuk penelitian filologi yang

obyek kajiannya mendasarkan pada manuskrip (naskah tulisan tangan). Penelitian

ini bersifat deskriptif kualitatif, artinya melalui pendekatan kualitatif yang bersifat

deskriptif, yang berarti semata-mata menggambarkan, melukiskan, menuliskan,

melaporkan obyek penelitian pada saat ini berdasarkan data yang ditemukan atau

sebagaimana adanya.

Penelitian ini menggunakan teknik komparatif atau perbandingan naskah,

untuk mendapatkan naskah yang sedapat mungkin mendekati aslinya sesuai

dengan tujuan penelitian filologi tradisional. Sedangkan jenis penelitian yang

digunakan adalah jenis penelitian pustaka (Library Research). Penelitian pustaka

ini diharapkan dapat mengumpulkan data-data, informasi dengan bantuan buku-

buku, majalah, naskah-naskah cetakan, dokemen-dokumen, yang terdapat di

perpustakaan yang berkaitan dengan obyek yang diteliti.

B. Lokasi Pencarian Data

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari katalog naskah mengenai

keberadaan naskah SL, diperoleh informasi tentang keberadaan naskah yang

menjadi sasaran penelitian tersebut yaitu di wilayah Surakarta dan Yogyakarta.

Wilayah Surakarta terdapat di perpustakaan Reksapustaka Pura Mangkunegaran

Surakarta dan museum Radyapustaka Surakarta. Wilayah Yogyakarta meliputi

Page 41: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

xli

perpustakaan Sasana Budaya Yogyakarta. Namun, setelah dilakukan observasi

langsung, naskah SL hanya terdapat di wilayah Surakarta yaitu perpustakaan

Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta.

C. Sumber Data dan Data Penelitian

1. Sumber data dalam penelitian ini adalah:

a. Serat Langendriya koleksi Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta

dengan nomor D. 166

2. Data dalam penelitian ini adalah:

a. Teks Serat Langendriya Episode Damarwulan Ngarit dalam Serat

Langendriya koleksi Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta

dengan nomor D. 166.

b. Teks Serat Lampahan Damarwulan Ngarit koleksi Reksapustaka Pura

Mangkunegaran Surakarta dengan nomor G. 162.

Data sekunder dalam penelitian ini adalah sumber data yang berupa buku-

buku, makalah, artikel dan sumber informasi penunjang lainnya yang dapat

membantu memberikan informasi yang berkaitan dengan penelitian naskah

tentang SL.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam teknik pengumpulan data ini, menggunakan atau mengacu pada

langkah awal dari cara kerja penelitian filologi seperti yang dikemukakan oleh

Edwar Djamaris yaitu inventarisasi naskah, maksudnya usaha-usaha mendata,

Page 42: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

xlii

mengumpulkan data. Dalam usaha pengumpulan data ini, informasi yang

digunakan bersumber pada katalog-katalog yang ada.

Langkah pertama yang dilakukan adalah membaca buku katalog. Dari

informasi yang didapat dari katalog tersebut kemudian dicatat judul naskah yang

sama, mencatat nomor katalog (nomor koleksi naskah), tempat penyimpanan

naskah dan mencatat informasi lain yang ada kaitannya dengan naskah tersebut

yang dianggap penting. Setelah itu melacak data, mencocokan pada tempat–

tempat yang menyimpan naskah sesuai dengan informasi yang terdapat pada

katalog tadi. Adapun katalog-katalog tersebut adalah sebagai berikut:

1. Descriptive Catalogus of the Javanese Manuscripts and Printed Book in the

Main Libraries of Surakarta and Yogyakarta (Girardet-Soetanto, 1983)

2. Javanese Language Manuscripts of Surakarta Central Java a Preliminary

Descriptive Catalogus Level I and II (Nancy K. Florida, 1994)

3. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid I dan II Museum Sana

Budaya Yogyakarta (T.E. Behrend, 1990)

4. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 3-B (Fakultas Sastra

Universitas Indonesia, 1998)

5. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 4 Perpustakaan Nasional

Republik Indonesia (Lindstay, Jennifer, 1994)

6. Katalog Induk Naskah-Naskah Nusantara Jilid 2 Keraton Yogyakarta

7. Katalog Lokal Perpustakaan Museum Radyapustaka Surakarta

8. Katalog Lokal Perpustakaan Sasanapustaka Keraton Surakarta

9. Katalog Lokal Perpustakaan Reksapustaka Pura Mangkunagaran Surakarta

10. Katalog Lokal Perpustakaan Sanabudaya Yogyakarta.

Page 43: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

xliii

Setelah memperoleh informasi dari katalog, langkah selanjutnya adalah

mengecek ke tempat penyimpanan naskah tersebut. Kemudian melakukan

observasi atau pengamatan, deskripsi naskah dan selanjutnya dalam

mengumpulkan data digunakan teknik transliterasi dan fotografi. Hal ini bertujuan

untuk memperoleh gambaran wujud asli naskah.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan suatu upaya pengolahan data dan menempatkan

data sesuai dengan cara kerja penelitian filologi. Dalam penelitian filologi yang

dimaksud dengan analisis data yaitu meliputi tiga teknik, yaitu analisis deskriptif,

analisis komparatif dan analisis interpretasi.

Analisis deskriptif yaitu naskah diungkapkan apa adanya secara

keseluruhan, meliputi judul bendel naskah, judul naskah, nomor naskah, tempat

penyimpanan naskah, identitas pengarang/ penyalin, manggala/ kolofon, ukuran

naskah, ukuran teks, tebal naskah/ jumlah halaman, jumlah baris tiap halaman,

cara penulisan, bahan naskah, bahasa naskah, bentuk teks, huruf, aksara, tulisan,

keadaan naskah, umur naskah, ikhtisar teks/ cerita, dan catatan lain.

Pendeskripsian itu dilakukan untuk memudahkan di dalam perbandingan naskah.

Berdasarkan deskripsi naskah-naskah SL, dibuat tabel mengenai jenis dan jumlah

pupuh, serta jumlah bait yang terdapat di dalam setiap naskah. Tabel-tabel

tersebut bermanfaat untuk mempermudah pemahaman di dalam menentukan

naskah mana yang akan dijadikan sebagai landasan atau naskah dasar. Selanjutnya

dibuat tabel mengenai perbandingan kata per kata dan kelompok kata. Pembuatan

tabel ini diharapkan dapat mempermudah pembaca di dalam memahami

Page 44: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

xliv

perbandingan naskah, terutama perbandingan untuk menentukan naskah yang

autoritatif atau naskah yang dianggap sebagai naskah landasan.

Analisis komparatif digunakan berkenaan dengan data naskah yang jamak,

sehingga diperlukan untuk membandingkan bagian naskah yang satu dengan

naskah yang lain guna mendapatkan naskah yang paling mendekati aslinya.

Penelitian terhadap SL ini, dilakukan dengan mengelompokkan naskah dan

menggunakan metode landasan dengan membandingkan isi masing-masing

naskah, jenis pupuh, urutan dan jumlah bait setiap pupuh, serta bacaan naskah.

Perbandingan ini dilakukan untuk mengelompokkan naskah yang dianggap

autoritatif, yaitu naskah atau sekelompok naskah yang memiliki keunggulan-

keunggulan dibandingkan dengan naskah yang lain; seperti kelengkapan isi,

bahasa termasuk ejaannya, yang akan digunakan sebagai dasar suntingan teks.

Penentuan naskah dasar ini menggunakan metode landasan. Sedangkan varian-

varian dari naskah lain dipakai sebagai pelengkap atau penunjang, dimuat dalam

aparat kritik.

Analisis interpretasi digunakan untuk menginterpretasikan isi naskah

melalui berbagai sudut pandang dengan suatu kondisi misalnya makna dibalik

suatu peristiwa atau ajaran tertentu. Makna yang terkandung dalam naskah SL,

dikhususkan pada ajaran perjuangan hidup yang bersangkutan dengan etos kerja.

Page 45: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

xlv

BAB IV

ANALISIS DATA

A. Kajian Filologis

Kajian filologis memiliki tujuan menggambarkan, melukiskan, menuliskan,

melaporkan obyek penelitian pada saat ini, berdasarkan data yang ditemukan atau

sebagaimana adanya. Kajian ini terdiri atas: deskripsi naskah, perbandingan

naskah (meliputi: perbandingan urutan pupuh dan jumlah bait tiap pupuh) serta

perbandingan isi naskah (meliputi: perbandingan kata per kata dan kelompok

kata), penentuan naskah dasar, kritik teks, transliterasi naskah dan aparat kritik,

serta sinopsis cerita.

Keenam bagian tersebut selengkapnya akan diuraikan sebagaimana berikut

ini:

1. Deskripsi Naskah

Deskripsi naskah adalah gambaran secara ringkas dan terperinci mengenai

wujud fisik naskah maupun isi naskah dengan tujuan untuk mempermudah

pengenalan terhadap naskah beserta konteks isinya. Deskripsi naskah dalam

penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang naskah Serat

Langendriya Episode Damarwulan Ngarit secara ringkas atau padat, lengkap dan

jelas. Deskripsi naskah dapat membantu dalam memilih naskah yang paling baik

untuk ditransliterasikan dan naskah yang digunakan untuk perbandingan.

Deskripsi naskah yang akan dilakukan berpedoman pada pendapat yang

dikemukakan oleh Emuch Hermansoemantri (1986: 1).

Page 46: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

xlvi

Hal-hal yang diungkapkan dalam deskripsi naskah antara lain menyangkut

informasi atau data mengenai : (1) judul bendel naskah; (2) judul naskah; (3)

nomor naskah; (4) tempat penyimpanan naskah; (5) identitas pengarang/ penyalin;

(6) kolofon; (7) ukuran naskah; (8) ukuran teks; (9) tebal naskah/ jumlah halaman;

(10) jumlah baris pada setiap halaman; (11) cara penulisan; (12) bahan naskah;

(13) bahasa naskah; (14) bentuk teks; (15) huruf, aksara, tulisan; (16) keadaan

naskah; (17) umur naskah; (18) ikhtisar teks/ cerita; dan (19) catatan lain. Berikut

deskripsi lengkap naskah SL:

a. Naskah D. 166

1. Judul bendel naskah

Serat Langendriya

Judul bendel tersebut terdapat pada halaman 1 teks naskah, yaitu: Ing

ngandhap punika, purwakaning Serat Langendriya, mawi kasukanan sandi

asmanipun ingkang nganggit. Sedangkan pada cover berjudul Pakem

Mandraswara, yaitu: Pakem Mandraswara, Lampahan Damarwulan Ngarit,

macapat.

2. Judul Naskah

Serat Langendriya Episode Damarwulan Ngarit

Judul ini dapat diketahui dari isi cerita. Seperti yang terdapat pada teks

naskah D. 166 halaman 7-8, yaitu:

èh Damarwulan kulup ... sun marèni gonmu dadi kêmit kori sun lih dadi tunggonipun jaran rolas mangsa borong

Page 47: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

xlvii

… angarita sukêt sampène binukti marang jaran rolas mau … Dari keterangan di atas, dapat diketahui bahwa judul naskah pada halaman

2-13 adalah Serat Langendriya Episode Damarwulan Ngarit.

3. Nomor Naskah

D.166

Tercantum di dalam Descriptive Catalogus of the Javanese Manuscript and

Printed Book in the Main Libraries of Surakarta and Yogyakarta (Nicolaus

Girardet : 1983)

4. Tempat penyimpanan naskah

Perpustakaan Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta

5. Identitas Pengarang/ Penyalin

Raden Mas Harya Tandhakusuma

Menurut bunyi teks naskah SL pada halaman 1 bait 1 yang merupakan

sandiasma dari pengarangnya. Dapat dilihat dari suku kata awal sampai ke

bawah, yaitu:

rading candra angèsthi dumadi dènira mrih sarkara ginita masang lêlangên sêdyane hardaning tyas kayungyun yayah kadya nggayuh wiyati tontonên kandhanira dhadharing para gung kumaraning nungswa Jawa sumawana winahyu wahyèng pamardi maladi kata dibya

6. Kolofon

Naskah ini ditulis pada tahun 1811 Jawa atau tahun 1881 M. Sebagaimana

yang tertulis pada teks di bawah ini:

Page 48: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

xlviii

… rading candra angèsthi dumadi 1 1 8 1 … merupakan sengkalan yang berarti tahun 1811 AJ (1881 M)

7. Ukuran naskah

17 cm x 21 cm

8. Ukuran teks

14 cm x 19 cm

· Margin atas : 1,5 cm

· Margin bawah : 0,5 cm

· Margin kiri : 2 cm

· Margin kanan : 1 cm

9. Tebal Naskah/ jumlah halaman

· Jumlah halaman Serat Langendriya: 21 halaman

· Untuk episode Damarwulan Ngarit: 12 halaman

10. Jumlah baris pada setiap halaman

24 baris

11. Cara Penulisan

Penempatan tulisan pada lembaran naskah, teks ditulis sejajar dengan lebar

lembaran naskah.

Pengaturan ruang tulisan, larik-lariknya ditulis secara berdampingan lurus ke

samping diteruskan ke bawahnya dan seterusnya.

Nomor halaman naskah ditulis di bagian atas-tengah lembaran,

menggunakan angka arab, urut dari halaman 1-21. Untuk Episode

Damarwulan Ngarit berada di halaman 2-13.

Page 49: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

xlix

12. Bahan naskah

Kertas folio tidak bergaris

Kualitas kertas, tebal, masih baik tetapi agak rapuh, mudah patah/ patah

kalau ditekuk.

Warna kertas, coklat kekuningan.

13. Bahasa naskah

Bahasa Jawa dengan menggunakan ragam ngoko dan krama.

Keterpahaman akan bahasa naskah, bahasa naskah dapat dipahami

masyarakat pembaca kini, walaupun tidak begitu mudah.

14. Bentuk teks

Berbentuk puisi (tembang macapat).

15. Huruf, aksara, tulisan

Jawa carik, dengan ukuran font sedang.

Bentuk huruf, ngetumbar.

Keadaan tulisan, jelas dan mudah dibaca.

Jarak antarhuruf, agak renggang.

Warna tinta, hitam, sudah agak kecoklat-coklatan.

16. Keadaan Naskah

Keadaan naskah secara fisik baik dan utuh/ lengkap, tidak ada lembaran-

lembaran naskah yang hilang. Tetapi di bagian tepi naskah banyak yang

sobek.

17. Umur naskah

Berdasarkan informasi dari kolofon, umur naskah adalah 128 tahun, yakni

antara tahun 1811 AJ (1881 M)- sekarang (2009 M)

Page 50: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

l

18. Ikhtisar Teks / Cerita

Cerita yang dimulai dengan percakapan antara Ratu Ayu dari Majapahit

dengan Patih Logender tentang situasi kerajaan. Maka Patih Logender

menerangkan bahwa semua baik-baik saja, tetapi ada satu adipati yang

membangkang yaitu Adipati Menakjingga dari Blambangan. Kemudian,

cerita mengenai pengabdian Damarwulan kepada Patih Logender ketika

menjadi perawat kuda. Pernikahan Damarwulan dengan Dewi Anjasmara

(putri Patih Logender).

19. Catatan Lain

Serat Langendriya Episode Damarwulan Ngarit ini berada pada bendel

Serat Langendriya, yang isinya terdiri dari 2 episode, yaitu:

a. Episode Damarwulan Ngarit (hal. 2-13)

b. Episode Ranggalawe Gugur (hal. 13-21)

b. Naskah G. 162

1. Judul bendel naskah

Serat Lampahan Damarwulan Ngarit

Tetapi setelah dibaca isi teksnya, ternyata sama dengan naskah D. 166 dan

sama-sama terdapat 2 episode cerita, yaitu Damarwulan Ngarit dan

Ranggalawe Gugur. Setelah dibandingkan dengan naskah D. 166, judul

bendel naskah G. 162 bukan Serat Lampahan Damarwulan Ngarit, tetapi

Serat Langendriya.

2. Judul Naskah

Serat Lampahan Damarwulan Ngarit

Page 51: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

li

Judul ini dapat diketahui dari cover naskah dan perbandingan isi cerita dari

naskah D. 166. Pada cover naskah, judul ditulis dengan pensil, yaitu: Serat

Lampahan Damarwulan Ngarit. Isi ceritanya sama dengan naskah D. 166,

sehingga judulnya juga pasti sama.

3. Nomor Naskah

G. 162

Tercantum di dalam katalog lokal Perpustakaan Reksapustaka Pura

Mangkunegaran Surakarta.

4. Tempat penyimpanan naskah

Perpustakaan Reksapustaka Pura Mangkunegaran Surakarta

5. Identitas Pengarang/ Penyalin

Anonim

6. Kolofon

Tidak tercantum tanggal penulisan naskah.

7. Ukuran naskah

16,5 cm x 21 cm

8. Ukuran teks

15,5 cm x 18,5 cm

· Margin atas : 2 cm

· Margin bawah : 0,5 cm

· Margin kiri : 0,5 cm

· Margin kanan : 0,5 cm

9. Tebal Naskah/ jumlah halaman

· Untuk bendel naskah terdiri : 66 halaman

Page 52: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

lii

· Untuk episode Damarwulan Ngarit: 31 halaman

10. Jumlah baris pada setiap halaman

24 baris, tetapi pada halaman 2 hanya terdiri 18 baris

11. Cara Penulisan

Penempatan tulisan pada lembaran naskah, teks ditulis sejajar dengan lebar

lembaran naskah.

Pengaturan ruang tulisan, larik-lariknya ditulis secara berdampingan lurus ke

samping diteruskan ke bawahnya dan seterusnya.

Nomor halaman naskah ditulis di bagian atas-tengah lembaran,

menggunakan angka arab, urut dari halaman 1-66. Untuk Episode

Damarwulan Ngarit berada di halaman 1-31.

12. Bahan naskah

Kertas folio bergaris

Kualitas kertas, tebal, masih baik.

Warna kertas, putih kecoklatan.

13. Bahasa naskah

Bahasa Jawa dengan menggunakan ragam ngoko dan krama.

Keterpahaman akan bahasa naskah, bahasa naskah dapat dipahami

masyarakat pembaca kini, walaupun tidak begitu mudah.

14. Bentuk teks

Teks berbentuk puisi (tembang macapat) yang dipadukan dengan prosa.

15. Huruf, aksara, tulisan

Jawa carik

Bentuk huruf, ngetumbar.

Page 53: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

liii

Keadaan tulisan, kurang jelas dan agak sukar dibaca.

Jarak antarhuruf, agak rapat

Warna tinta, biru. Agak tebal. Tetapi banyak yang jemblok, karena terkena

air.

16. Keadaan Naskah

Keadaan naskah secara fisik baik dan utuh/ lengkap, tidak ada lembaran-

lembaran naskah yang hilang.

17. Umur naskah

Tidak diketahui.

18. Ikhtisar Teks / Cerita

Cerita yang dimulai dengan percakapan antara Ratu Ayu dari Majapahit

dengan Patih Logender tentang situasi kerajaan. Maka Patih Logender

menerangkan bahwa semua baik-baik saja, tetapi ada satu adipati yang

membangkang yaitu Adipati Menakjingga dari Blambangan. Kemudian,

cerita mengenai pengabdian Damarwulan kepada Patih Logender sebagai

perawat kuda. Pernikahan Damarwulan dengan Dewi Anjasmara (putri Patih

Logender).

2. Perbandingan Naskah

Setelah dilakukan deskripsi naskah untuk memberikan gambaran mengenai

perbedaan dan persamaan secara fisik naskah yang diteliti, langkah selanjutnya

adalah proses penentuan naskah dasar. Proses penentuan naskah dasar ini diawali

dengan tahap perbandingan naskah. Perbandingan naskah ini mengacu pada

perbandingan isi. Perbandingan isi menganggap bahwa naskah yang memiliki isi

Page 54: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

liv

yang sama merupakan naskah yang seversi. Usaha ini dilakukan karena dalam

penelitian ini ditemukan dua naskah yang memiliki isi cerita yang sama, namun

berbeda dalam bentuk naskahnya. Naskah A berbentuk puisi (tembang macapat)

dan naskah B berbentuk puisi (tembang macapat) yang dipadukan dengan prosa.

Perbandingan isi ini diikuti dan ditunjang oleh perbandingan urutan pupuh,

jumlah bait tiap pupuh, perbandingan kata per kata dan kelompok kata.

Secara garis besar, perbandingan yang disebutkan di atas untuk menentukan

naskah yang autoritatif, sehingga layak dijadikan dasar suntingan.

a. Perbandingan urutan pupuh dan jumlah bait setiap pupuh

Naskah A dan B terdapat perbedaan jumlah bait yaitu pada pupuh ke 4

tembang Gambuh, naskah A berjumlah 1 bait sedangkan naskah B berjumlah 2

bait, dan pada pupuh ke 17 tembang Mijil, naskah A berjumlah 5 bait sedangkan

naskah B berjumlah 6 bait. Untuk lebih jelasnya dan untuk mempermudah

mengetahui perbedaan tersebut, maka dibuatkan tabel perbandingan mengenai

perbedaan urutan pupuh serta banyaknya bait dalam naskah SL. Tabel perbedaan

itu adalah sebagai berikut:

Tabel 4. 1. Perbandingan Urutan Pupuh dan Banyaknya Bait

Jumlah Bait No Urutan Pupuh

Naskah A Naskah B

1 Dhandhanggula 3 3

2 Kinanthi 3 3

3 Sinom 4 4

4 Gambuh 1 2

Page 55: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

lv

5 Pangkur 6 6

6 Mijil 2 2

7 Durma 3 3

8 Sinom 4 4

9 Pangkur 10 10

10 Kinanthi 6 6

11 Durma 5 5

12 Gambuh 6 6

13 Pocung 6 6

14 Asmaradana 6 6

15 Sinom 4 4

16 Megatruh 7 7

17 Mijil 5 6

18 Durma 3 3

19 Pangkur 4 4

20 Durma 6 5

Dari tabel di atas tampak secara jelas bahwa jumlah bait tiap pupuh dari

kedua naskah ada yang berbeda. Perbedaan tersebut mengakibatkan perbedaan

urutan bait-bait pada kedua naskah tersebut. Berikut ditampilkan perbandingan

urutan bait pada kedua naskah dan kutipan teks dari naskah B pupuh ke 4 bait ke 2

dan pupuh ke 17 bait ke 3, yang tidak dimiliki oleh naskah A.

Page 56: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

lvi

Tabel 4. 2. Perbandingan Urutan Bait

Pupuh ke- Bait ke- Naskah A Naskah B

4 (gambuh) 1 V V

2 -

èngêta ywa kadurus/

lali lamun dadya narendra gung/

dadak kaya pambêkane bangsa druwis/

yèn kasêpa banjur limut/

tandha ngalamate awon//

17 (mijil) 1 V V

2 V V

3 -

apa saking katuron gung arip/

karêpe maleyot/

eman-eman wong bagus rupane/

têka darbe tekad minggrang-minggring/

mangka sun labuhi/

nadyan prapteng lampus//

4 V V

5 V V

6 V V

20 (durma) 1 V -

2 V V

3 V V

4 V V

5 V V

6 V V

Page 57: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

lvii

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa urutan bait-bait pada pupuh

tersebut ada perbedaan, yakni adanya penambahan bait pada pupuh ke 4 bait ke 2

dan pupuh ke 17 bait ke 3 dalam naskah B. Namun, hal itu tidak mengurangi

kelengkapan isi cerita.

Dalam menentukan naskah yang akan dijadikan sebagai naskah dasar,

apabila hanya berlandaskan pada urutan bait-bait pada pupuh tersebut masih

belum cukup kuat. Hal ini memerlukan upaya lain, yaitu perbandingan kata dan

kelompok kata.

b. Perbandingan kata dan kelompok kata

Naskah yang akan disunting dan sekaligus sebagai teks dasar suntingan,

naskah A (D. 166) yang terpilih. Dipilih berdasarkan kriteria, yaitu tulisan jelas,

keadaan naskah baik, keunggulan dan kelengkapan isi teks (meliputi keunggulan

dari perbandingan urutan pupuh dan jumlah bait; keunggulan dari perbandingan

kata dan kelompok kata).

Perbandingan kata dan kelompok kata diperlukan untuk memperjelas

perbedaan yang terdapat pada kedua naskah, dan untuk menentukan kata atau

kelompok kata yang dipilih dalam edisi teks.

Berikut ini tabel perbandingan kata:

Tabel 4.3. Perbandingan Kata

No. Letak Naskah A Naskah B Edisi

1 I; 1; 5 suyud suyut A

2 I; 3; 9 ora nora A

3 II; 3; 5 marang dhatêng A

Page 58: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

lviii

4 III; 2; 6 ngundhung-undhung undhung-undhung A

5 III; 2; 9 rinasa rinaras A

6 III; 3; 4 kang gung B

7 III; 3; 7 mirangrong wirangrong A

8 III; 4; 2 gonira dènira A

9 V; 1; 7 nungsa nungswa A

10 V; 1; 2 nuli nuntên A

11 V; 2; 6 panandhang panantang A

12 V; 6; 3 punika puniku A

13 VI; 1; 1 panêmumu panampamu A

14 VI; 2; 1 rêsi rêksi A

15 VII; 1; 2 bidhala budhala A

16 VII; 2; 5 kakanthi akanthi B

17 VII; 3; 5 batin pêsthi A

18 VIII; 1; 4 guna dina A

19 VIII; 3; 6 pinunjul linuhung A

20 IX; 1; 2 karyanta karsanta A

21 IX; 2; 7 suwitèng suwita A

22 IX; 3; 5 gampang ing ananging A

23 IX; 7; 2 lan yèn A

24 IX; 8; 5 loro karo A

25 IX; 9; 1 rama nyawa A

26 IX; 9; 3 wis wus A

Page 59: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

lix

27 IX; 9; 7 enjing ari A

28 IX; 10; 3 tugu tugur B

29 X; 4; 3 mriksane priksane A

30 X; 4; 3 tasih masih A

31 X; 6; 1 babu ayu B

32 XI; 3; 1 priksa pirsa A

33 XI; 4; 1 kapundhut pinundhut A

34 XI; 4; 4 lamun luhung A

35 XI; 4; 7 sami nuli A

36 XII; 1; 4 tunggonipun gamêlingsun A

37 XII; 2; 1 grokên ngêrok A

38 XIII; 4; 4 mangke mangkin A

39 XIV; 1; 6 tanya takon A

40 XIV; 4; 5 sêjatosira sêjatinira A

41 XV; 1; 9 ulun ingsun A

42 XVII; 2; 3 rawuh têka A

43 XVII; 4; 2 solah polah A

44 XIX; 1; 3 bangêt dahat A

45 XX; 4; 6 konangan kawruhan A

Jumlah A=

41

B=

4

Keterangan:

Angka arab seperti 1;1 : urutan bait dan baris

Angka romawi : urutan pupuh

Page 60: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

lx

Berikui ini tabel perbandingan kelompok kata:

Tabel 4.4. Perbandingan Kelompok Kata

No. Letak Naskah A Naskah B Edisi

1 III; 2; 8 sari-ari ing sahari A

2 V; 1; 5 jalaraning pupuh jalaran prang pupuh B

3 VI; 2; 3 ngrasana panggawe ngrangsang panggawene A

4 IX; 5; 5 saponana rêsikipun rêrêsika latar nyapu A

5 IX; 5; 7 aja ana aja na kang B

6 X; 4; 4 kapati tan sipi A

7 XI; 4; 5 tan kalakon mati wurunga ngêmasi A

8 XI; 5; 1 wis sapiha siya-siya A

9 XII; 4; 4 dahat nuwun datan anut A

10 XIII; 6; 4 sumangga linakona sumawi linaksanan A

11 XV; 4; 6 padha dum mara dum A

12 XIX; 4; 3 mrèthèli kênèsmu mrènèli gêmblungmu A

Jumlah A=

10

B=

2

Keterangan:

Angka arab seperti 1;1 : urutan bait dan baris

Angka romawi : urutan pupuh

Dari perbandingan kata per kata dan kelompok kata tersebut menunjukkan

bahwa kata dan kelompok kata dalam naskah A lebih banyak digunakan dalam

edisi teks daripada naskah B.

Page 61: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

lxi

3. Penentuan Naskah Dasar

Penentuan naskah dasar, menurut Edward Djamaris (1977) harus

dihubungkan dengan tujuan penelitian filologi yaitu untuk mendapatkan naskah

yang paling lengkap dan paling baik.

Edward Djamaris (1977: 28-29), mengemukakan teori yang digunakan

untuk menentukan naskah dasar sebagai berikut:

1. isinya lengkap dan tidak menyimpang dari kebanyakan naskah lain;

2. tulisannya jelas dan mudah dibaca;

3. keadaan naskah baik dan utuh;

4. bahasanya lancar dan mudah dipahami;

5. umur naskah lebih tua.

Naskah yang memenuhi kriteria sebagaimana teori di atas adalah naskah

yang layak dijadikan sebagai naskah dasar.

Dalam menentukan naskah dasar, telah dilakukan perbandingan antara

naskah A dan B, yaitu perbandingan urutan pupuh, jumlah bait tiap pupuh, kata

per kata, dan kelompok kata. Walaupun diantara naskah A dan B terdapat

perbedaan jumlah bait tiap pupuh namun tidak mengurangi substansi isi cerita.

Oleh karena itu, kelebihan sebanyak 2 bait dalam naskah B tersebut, tidak menjadi

usulan guna melengkapi naskah A. Berdasarkan pada perbandingan kata per kata

dan kelompok kata, menunjukkan bahwa naskah A lebih unggul dibandingkan

dengan naskah B dalam menentukan pilihan kata dan kelompok kata untuk edisi

teks. Jadi, setelah dilakukan proses perbandingan tersebut, akhirnya menentukan

naskah A sebagai naskah dasar untuk suntingan teks.

Page 62: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

lxii

4. Kritik Teks, Suntingan Teks, dan Aparat Kritik

Kritik teks merupakan pertanggungjawaban secara ilmiah dalam penelitian

naskah. Segala kelainan bacaan yang terdapat pada naskah sejenis, diteliti dan

diadakan pembetulan. Berdasarkan perbandingan kata per kata, kelompok kata,

serta bacaan naskah, telah diperoleh beberapa kelainan bacaan antara naskah

sejenis.

Naskah SL ditulis dengan aksara Jawa. Oleh karena itu, transliterasi

merupakan salah satu langkah penting yang harus dilakukan dalam rangka

penyuntingan teks. Hal ini sebagai usaha agar teks naskah tersebut dapat dibaca

oleh kalangan yang lebih luas. Transliterasi naskah ialah penggantian atau

pengalihan huruf demi huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain (Bani

Sudardi, 2003: 66). Penyajian bahan transliterasi harus selengkap – lengkapnya

dan sebaik–baiknya, agar mudah dibaca dan dipahami, namun prinsip transliterasi

tersebut tidak sepenuhnya dapat diterapkan karena sistem ejaan penulisan aksara

Jawa ada perbedaan dengan sistem ejaan penulisan aksara Latin.

Transliterasi dari huruf Jawa ke huruf Latin yang tidak sesuai dengan kaidah

bahasa disesuaikan dengan ejaan penulisan yang benar sesuai dengan pedoman

yang digunakan.

Dalam rangka suntingan teks cara penyajiannya adalah dengan menentukan

naskah dasar yang akan disunting yaitu naskah A. Jika terjadi kesalahan,

kekurangan atau kelebihan pada teks dasar maka digunakan naskah B sebagai teks

pembantu. Tujuan dari suntingan teks ini adalah berusaha untuk membebaskan

teks dari segala kesalahan, supaya teks tersebut dapat dipahami sejelas-jelasnya.

Page 63: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

lxiii

Perbaikan tersebut didasarkan pada ejaan, makna yang lebih jelas, serta aturan-

aturan metrum yang lebih sesuai.

Jika naskah dasar terdapat bacaan yang tidak jelas, ketinggalan, atau ada

tambahan, maka bacaan naskah dasar tersebut dibetulkan dengan cara diganti,

ditambah, atau dikurangi. Pembetulan bacaan naskah dasar tersebut dicatat dalam

aparat kritik. Hal itu penting, karena bila bacaan yang dibetulkan tersebut ternyata

tidak sesuai atau salah, maka data dari bacaan yang berasal dari naskah dasar

tersebut tidak hilang, karena sudah dicatat dalam aparat kritik. Dalam suntingan

ini aparat kritik langsung diletakkan di bagian bawah bacaan yaitu berupa

footnote dengan menggunakan angka Arab.

Agar suntingan teks naskah SL mudah dan dapat dikenal masyarakat luas,

maka penyajian suntingan teks diusahakan agar susunannya mudah dibaca dan

dipahami. Untuk memudahkan pemahaman terhadap teks ini, suntingan teks

disajikan dengan tanda-tanda sebagai berikut:

a. Angka arab 1, 2, 3, ... dst yang berada dalam teks adalah nomor kritik teks

pada kata yang terdapat kesalahan. Ditulis di bagian bawah teksnya

semacam catatan kaki (footnote).

b. Angka 1, 2, 3, ... dst yang terletak di sebelah kiri teks adalah untuk

menunjukkan pergantian bait dari tiap pupuh.

c. Angka [1, 2, 3, ... dst] adalah untuk menunjukkan pergantian lembar

halaman teks.

d. Tanda diakritik (ê) dibaca e seperti pada kata lêlangên yang berarti

‘kesenangan/hiburan’.

e. Tanda diakritik (è) dibaca e seperti pada kata dèrèng yang berarti ‘belum’.

Page 64: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

lxiv

f. Tanda / menandakan tiap pergantian baris.

g. Tanda // menandakan akhir dari tiap bait

h. Tanda # memberikan keterangan penggantian bacaan berdasarkan

konvensi tembang.

i. Penulisan hasil transliterasi SL menggunakan spasi 1,5 supaya terlihat

lebih rapi.

j. Tanda * memberikan keterangan penggantian bacaan berdasarkan

pertimbangan linguistik.

k. Tanda {B} memberikan keterangan penggantian bacaan mengambil dari

naskah B.

a. Transliterasi

[2] “Ladrang Dhandhanggula”

1. siwa Patih Logêndèr samangkin/

kaya paran para kancanira/

ing praja manca prajane/

apa ya padha lulus/

suyud sungkêm mring jênêng mami/

dhuh gusti binathara/

patikbra pukulun/

ing praja myang manca praja/

lulus trêsna suyud sungkêm dera ngabdi/

mring paduka narendra//

2. mung sajuga nênggih pun dipati/

Menakjingga kang dèrèng sumewa/

wit nguni praptèng samangke/

seje kang ingsun catur/

dhawuhêna wrataning jawi/

muhguh1 karsa manira/

1 *mungguh

Page 65: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

lxv

Si Seta sun junjung/

dadi bupati nayaka/

nggêntènana kalungguhanira nguni/

dene ingkang taruna//

3. Si Kumitir uga sun paringi/

kalungguhan bupati nayaka/

gumantia ing pangkate/

Si Paman Tejalaku/

liya iku para bupati/

padha parentahana/

suwak nggone tugur/

muliha mring prajanira/

sowang-sowang layak wus ora kuwatir/

nuwun inggih sandika//

Pupuh II “Ketawang Kinanthi Gangsal”

1. eh kanca dipati sagung/

sumrambah mring para mantri/

dhawuhe juwita nata/

pun Seta lawan Kumitir/

kaangkat dadya punggawa/

karone pangkat bupati//

2. liya kang sampun kawuwus/

eh yayi Sang Adipati/

Arya Ronggalawe Tuban/

miwah yayi Adipati/

Sindura Kadhiri Daha/

tiga anak Adipati//

3. Menakkoncar kang amêngku/

Lumajang dhawuh narpati/

suwak kang sami tuguran/

sadaya wus dènlilani/

Page 66: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

lxvi

mantuk marang prajanira/

inggih sandika ki patih//

Pupuh III ( Weni Gonjing )

1. dhuh jagat dewa bathara/

têtulunga ing kaswasih/

tumuli ingsun panggihna/

lan Si bèng kusuma aji/

Si gêndhuk Subasiti /

Ratu Ayu Majalangu/

kumalaning bawana/

ratu-ratune apsari/

amung ingsun pantês dadya jodhonira//

2. kang kuwasa nadhahana/

tanduking wicara manis/

gêbyar mubyaring bawana/

[3]panglirike netra lindri/

parigêl mikatoni/

mrak atine ngundhung-undhung/

angêndhong tyas wigêna/

ginusita sari-ari/

rarasing rèh rinasa rêsmining driya//

3. dhuh Gusti sampun ndêdawa/

mangonêng-onênging galih/

lali labêting la êla/

lalu ngênglêng kang2 angliling/

kerut langêning liring/

rungèh ringa ratu-ratu/

mirangrong karungrungan/

ngarang merang muring-muring/

tan rinasa saru rusaking sarira//

2 {B}gung

Page 67: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

lxvii

4. Dayun-Dayun sun tarima/

gonira asung pêpeling/

mangsa nora kalakona/

mondhong raja putri adi/

musthikaning sabumi/

pêpujanku Ratu Ayu/

Sri Kênya Majalêngka/

ya ndhuk ya bèng ya yuk ya nyi/

rak ya ngono ya dhi ya intênku sira//

Pupuh IV “Gambuh”

1. dhuh Gusti sang aprabu/

mugi sampun nangsaya tyas liwung/

kula dede Sri Kênya ing Majapahit/

kula niki rak Si Dayun/

sampun paduka salah ton//

Pupuh V “Pangkur Dhudhakasmaran”

1. èh paman prabu Kotbuta/

kula arsa utusan nglamar nuli/

mring Sri Kênya Majalangu/

dene yèn tan katampan/

minangkaa dadi jalaraning3 pupuh/

pêpucuk nggèn kula arsa/

binatharèng nungsa Jawi//

2. dhuh anak prabu sumangga/

ing sakarsa pun bapa nêmbadani/

ing sakarsa yêkti anut/

paman nunten dhawuhna/

karya surat kang dhumatêng Ratu Ayu/

panglamar ngiras panandhang/

anak prabu nuwun inggih//

3 {B} jalaran prang

Page 68: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

lxviii

“Pangkur Manyura Pélog”

3. adhuh putraningsun nyawa/

kaki prabu arsa apa sirèki/

pijêr nggêgabah wadyagung/

ngugung sagung jubriya/

lagi nggonmu mbalela marang ing ratu/

iku wus datan prayoga/

wuwuh-wuwuh arsa wiwit//

4. ngrusak sung srik siya-siya/

mangka Risang Prabu Kênya tan wiwit/

mung saking pangowêlingsun/

kaki prabu mring sira/

aja kongsi tilar trapsilaning ratu/

dhawuhe sang dwijawara/

daha-[4]t ing nuwun kapundhi//

5. nanging ing panyuwun kula/

panêmbahan ngamungna amêmuji/

muja karaharjanipun/

dene bab pêpêrangan/

nalaripun dede pandamêlan wiku/

kaki prabu bênêr sira/

wiku tan pramèng ngajurit//

6. nanging nalare kanggonan/

marmaningsun kudu asung prayogi/

nggih punika rêmbug gabug/

bêbêg ngandhêgi karsa/

ngêgul-guli gêgalane wong yun pupuh/

pupute mung sok dahwèna/

maoni sêdyaning janmi//

Pupuh VI “Mijil Larasati”

1. ywa mangkono panêmumu kaki/

Page 69: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

lxix

prabu mring wakingong/

nora pisan sok dahwèna wae/

saking dahat pangeman ywa kongsi/

tilar tata krami/

trapsilaning ratu//

2. inggih lêrês kasinggihan rêsi/

nanging omong kosong/

kadhungsangan ngrasana panggawe/

rêmbug ndika niku ingkras-ingkris/

kokehan pamikir/

pamurunging pupuh//

Pupuh VII “Durma”

1. èh èh bapa pêpatih Menaksabawa/

sira bidhala4 aglis/

marang Majalêngka/

angaturna pustaka/

mring Sri Kênya Subasiti/

sira mintoa/

wangsulaning prabèstri//

2. yèn sinamun amung angecani driya/

sira banjura wiwit/

pêpucuk ngayuda/

nggigiro mrih girisa/

kakanthi5 para bupati/

sira manggona/

Kalidhadhung prayogi//

3. sampun têrang dhawuh paduka narendra/

patikbra nyuwun pamit/

iya muga-muga/

4 {B}budhala 5 {B} akanthi

Page 70: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

lxx

sira antuka karya/

ya kurang prayitnèng batin/

nuwun sandika/

mung pangèstunira dji//

Pupuh VIII “Wèni Logondhang”

1. dhuh kulup Damarsasangka/

ing rèhning sira kaki6/

wus putus liring wiweka7/

wikan ing guna kasêktin/

ing mêngko luwih bêcik/

sira suwita ing ratu/

magang mring pamanira/

Logêndèr rêkyana patih/

lah ing kono margane antuk nugraha//

2. [5]dhuh eyang nuwun sandika /

ananging adrênging kapti/

mung nêdya nyantrik jêjanggan/

mring kajêng8 eyang sang yogi/

aja mangkono kaki/

iku panyipta kaliru/

wite dadi pandhita/

mung murih sampurnèng pati/

beda lawan ciptane para sarjana//

3. ing batin ambêk pandhita/

laire olah praja di/

anggayuha kawiryawan/

kautamaning dumadi/

mangkono kang wis-uwis/

lakuning janma pinunjul/

6 #Berdasarkan pada konvensi tembang Sinom, memiliki guru lagu dan guru wilangannya 8i,

tetapi dalam teks hanya 7i, sehingga seharusnya: “ing sarèhning sira kaki” 7 *wêweka 8 *kangjêng

Page 71: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

lxxi

ringkêse tuduhingwang/

kudu sira anglakoni/

nuwun inggih jêng eyang mugi angsala//

4. pangèstuning yogiswara/

iya kulup sun pêpuji/

muga antuka nugraha/

èh Sabdapalon sirèki/

lan sutanta Si Mêlik/

angêtutna momongamu/

aja kurang prayitna/

lêlakon kang rungsit-rungsit/

nuwun inggih sandika rèh dwijawara//

Pupuh IX “Pangkur Paripurna”

1. èh Angabèhi Sarayuda9/

apa ana karyanta kang wigati/

bandara pisowan ulun/

mung lahanan kewala/

kula atur uninga sang manidya nung/

nalika sowan kawula/

sapraptaning kori jawi//

2. wontên lare cadhang karsa/

saking dhusun Paluamba palinggih/

Damarwulan namènipun/

badhe sowan paduka/

kawruhamu iku kaponakaningsun/

putrane kakang Udara/

baya yun suwitèng mami//

3. paran yèn sun tampanana/

mbokmanawa ngasorkên putra mami/

9 # Berdasarkan pada konvensi tembang Pangkur, memiliki guru lagu dan guru wilangannya 8a,

tetapi dalam teks berjumlah 9a, sehingga seharusnya: “eh Ngabèhi Sarayuda”

Page 72: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

lxxii

yèn sun tampik mênèk muncul/

kauningan Sri Kênya/

bêcik ingsun tampani gampang ing pungkur/

mara bèi timbalana/

sandika rèh kyana patih//

“Pangkur Dhudhakasmaran”

4. èh kulup Damarsasangka/

bagya sira apa padha basuki/

dhuh paman sang manidu10 nung/

mung pangèstu pa-[6]duka/

arsa apa sira sumewa maringsun/

paman kalamun sambada/

kawula nyuwun angabdi//

5. iya sun tampani sira/

nanging sira dèn narima nglakoni/

manggona ing balemangu/

kêmita kori pisan/

sabên dina saponana rêsikipun11/

wong lumaku ulatêna/

aja ana12 saru sirik//

6. lah biyung mban kae sapa/

lah punika raka panduka13 Gusti/

Dyan Damarwulan rumuhun/

dhuh jagat déwa bathara14/

ingsun pangling dene nguni kyuyus-kyuyus/

saiki têkan jênthara/

arsa apa ika nangkil//

10 *manindya 11 {B}sabên dina rêrêsika latar nyapu 12 {B}aja na kang 13 *paduka 14 # Berdasarkan pada konvensi tembang Pangkur, memiliki guru lagu dan guru wilangannya 7a,

tetapi dalam teks berjumlah 8a, sehingga seharusnya: “jagad dewa bathara”

Page 73: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

lxxiii

7. sumawita ing ramanta/

pinrih kêmit balemangu lan kori/

dudu wong si rama iku/

mêndêm kamuktèn ndadra/

lali siwa Udara jalaran luhur/

lan kaponakane pira/

siya-siya mring sasami//

8. dhuh paman karsa paduka/

nuwun inggih sandika rèh nglampahi/

lah ta mara age kulup/

manggona nèng wiwara/

panakawanira loro jakên anut/

apa parentah manira/

nuwun sandika nglampahi//

“Pangkur”

9. adhuh rama kaya paran/

abot têmên gaweyan aku iki/

lah Mêlik wis15 aja muwus/

puluh-puluh kapakna/

wus pinasthi saking kojure wong têlu/

tinitah kalara-lara/

bubut-bubut sabên enjing//

10.nyapu mènèk ing wiwitan16/

angrêsiki nyêmpali pang kang garing/

tugu17 lawan mêlèk dalu/

dhuh rama sapa baya/

kang mènèhi sêga iwak mring awakku/

gawene sadina-dina/

pangan nora dènwènèhi//

15 {B}wus 16 *wit-witan 17 {B}tugur

Page 74: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

lxxiv

Pupuh X “Katawang Kinanthi Sandhung”

1. dhuh radèn kula kautus/

ing arinta sang lir ratih/

kusuma Dyah Anjasmara/

ngaturi gantèn sês wangi/

lan dhaharan warna-warna/

sumanggèng karsanta gusti//

2. bibi matura riningsun/

dahat ing panuwun mami/

nanging wêdi nampanana/

yèn antuk dukaning patih/

dhuh lae saiba-[7] iba/

rêntênge arinta gusti//

3. lamun paduka tan sarju/

tampi kintunaneng ari/

iya bibi dèn kapakna/

saking rumangsaku atis/

mongka arinta sang rêtna/

dupi myat paduka gusti//

4. nalika nèng ngarsanipun/

ing ma rêkyana patih18/

mriksané yèn tasih kadang/

sumêdhot wêlas kapati/

lah ta sampun kalilana/

umatur rinta sang dèwi//

5. ya bibi panuwuningsun/

sang dyah ngaksama ing dasih/

ndika mawon kyai tuwa/

tampanana sihing gusti/

18 # Berdasarkan pada konvensi tembang Kinanthi, memiliki guru lagu dan guru wilangannya 8i,

tetapi dalam teks berjumlah 7i, sehingga seharusnya: “ing rama rêkyana patih”

Page 75: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

lxxv

kang dhumatêng jêngandika/

nggih mbok mban nuwun kapundhi//

6. kula pundhi ni mbok babu19/

lah nggih niku tiyang kalih/

êndi seh bageyaningwang/

èh aja melikan rugi/

iyah mbok aja sêmbrana/

êndi seh sêlak kêpingin//

Pupuh XI “Durma”

1. kowé sapa aranmu wong apa sira/

pinangkanira ing ngêndi/

tan wruh ing dêduga/

tinggal krama dêgsura/

rasakna ganjaran mami/

mara sambata/

ngakua mumpung urip//

2. dhuh rahadèn kula tiyang Paluamba/

nami pun Damarsasi/

kula sumawita/

mring rama jêngandika/

dados abdi kêmit kori/

mila kawula/

ngadêg mêntas nyaponi//

3. botên priksa rawuhe dyan sakaliyan/

sèwu lêpating dasih/

nyuwun pangaksama/

sangsaya doracara/

ngaku nora amiyarsi/

kokehan swara/

ulungna krismu nuli//

19 {B}ayu

Page 76: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

lxxvi

4. radèn-radèn yèn kapundhut dhuwung kula/

nuwun kiwala20 yêkti/

kula suka lila/

lamun pinêjahana/

mangsa tan kalakon mati/

èh para wadya/

kroyokên wae sami//

5. èh putrèngsun kulup aja wis sapiha/

wèha ngapura kaki/

marang kakangira/

kadangmu Damarsangka/

apa sira padha pangling/

wis ta mrenea/

ayo gunêm sing bêcik//

Pupuh XII “Gambuh”

1. èh Damarwulan kulup/

ing samêngko mungguh karsa-[8]ningsun/

sun marèni gonmu dadi kêmit kori/

sun lih dadi tunggonipun/

jaran rolas mangsaborong//

2. gêbêgên grokên iku/

saponana ing gêdhoganingpun21/

angarita sukêt sampène binukti/

marang jaran rolas mau/

poma aja kongsi towong//

3. paman sang manidya nung/

nuwun inggih sandika rèh manut/

apadene aja nganggo busanadi/

20 *kewala 21 *gêdhoganipun

Page 77: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

lxxvii

ucula jamang kalungmu/

kêrismu pasrahna ingong//

4. nganggoa sruwa kusud/

ênya bibit22 lêlurik brêkutut/

klambi kotang sarta nyangkêlita arit/

paman kula dahat nuwun/

yèn dhuwung kula kalolos//

5. dene sedayanipun/

inggih badhe nglampahi satuduh/

ya wis ta nggèr kêrismu buntêlên upih/

supaya nora kadulu/

sagung laranganing katong//

6. wis salina dèn gupuh/

lan manggona ing gêdhogan gonmu/

lan ngêroka ngarita saari-ari/

dèn mituhu wêkasingsun/

inggih sandika sapakon//

Pupuh XIII “Pocung”

1. dhuh mbok adhi sintên sinambating arum/

kula bakul Prada/

puniki bakul Sumampir/

tunggil dhusun sami griya ing Minggiran//

2. wangsul dika sintên sinambat mbok ayu/

yèn takèn mring kula/

bakul Sambirawa nami/

mitra kula puniki bakul Sêpanjang//

3. sami wisma Ngrandhubala sêdyaningsun/

ngulari mring praja/

22 *bêbêt

Page 78: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

lxxviii

arsa mêmunjung malês sih/

mring turune suwargi Patih Duwara//

4. nglêksanani ing rèh wêlinge pun biyung/

wit jalaranira/

cêkap saking kyana patih/

praptèng mangke tumurun dhumatêng kula//

5. dhuh kapasang yogya lire rèh mbok ayu/

lah kula punika/

inggih badhe nglêksanani/

sampun jiblês tunggil sêdya lan andika//

6. [9] yèn sêmbada, yèn sêmbada mbok ayu suwawi nunut23/

pangarit punika/

kados malêbêt nagari/

bibèkane nggih sumangga linakona//

Pupuh XIV “Ladrang Asmaradana”

1. sintên sinambat kiyai/

têka dahat kawlasarsa/

mikul kongsi ambêntoyong/

lah mugi sami kèndêla/

kula badhe têtanya/

yèn mbok anak tanya mring sun/

Sabdapalon nami kula//

2. anak kula nami Mêlik/

niki bêndara kawula/

sawêg nglampahi sapakon/

pinrih ngarit dina-dina/

nami Dyan Damarsangka/

putrane suwargènipun/

23 # Berdasarkan pada konvensi tembang Pocung, memiliki guru lagu dan guru wilangannya 12u,

tetapi dalam teks berjumlah 16u, sehingga seharusnya:“yèn sembada mbok ayu suwawi nunut”

Page 79: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

lxxix

rêkyana Patih Udara//

3. dhuh jagat dewa linuwih/

mbok adhi kapasangyoga/

dene kêpanggih ing kene/

gusti pangabêkti kula/

gusti ngabêkti kula/

gusti pangabêkti ulun/

gusti pangabêkti kula//

4. ya mbok ngantèn sun tampani/

bêktimu marang manira/

nanging jarwanana ingong/

sawadine ing karsanta/

gusti sêjatosira/

kula anglampahi tuduh/

wêlinge biyang24 kawula//

5. pinrih mêmunjung malês sih/

mring trahe Patih Udara/

ingkang awit jalarane/

pun biyung cêkap tinêdha/

saking Patih Udara/

praptèng kawula tumurun/

cêkape biyung kawula//

6. mila kula angulari/

mangke kapanggih paduka/

kalêksanan sêdyaningong/

kula ngaturi busana/

miwah dhahar paduka/

pêpanganan ulam sêkul/

sumonggèng karsa paduka//

24 *biyung

Page 80: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

lxxx

Pupuh XV “Wèni Parijatha”

1. mbok ngantèn pisungsungira/

dahat ing panrima mami/

nanging ywa dadi tyasira/

ingsun lagya asêsirih/

dene busana adi/

besuk wae ingsun pundhut/

yèn wus rucat cintraka/

kanggo ing sarira mami/

adhuh nyawa ulun tan sagêd umiyat//

2. mring lêlampahan paduka/

tobat-tobat priye iki/

kiyai dika kewala/

dika tampani sih mami/

inggih [10] nggèr trimakasih/

dhuh gusti lamun pinuju/

nêmbadani ing karsa/

rumpute kula kang nyanggi/

lah ta iya sakarsanta sun tarima//

3. mbok adhi bakul Parada/

nyanggaa abdi kêkalih/

pangane lan sandhangira/

dene kula lan Sumampir/

Sapanjang samya nyanggi/

rumput kalihwêlas pikul/

gusti nuntên tindaka/

mring wisma ulun amampir/

sumrambaha bakul sakawan punika//

4. ya mbok ngantèn dèn saranta/

pasthi sira sun têkani/

mangsa nora kalakona/

sun rumangsa kok bêciki/

Page 81: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

lxxxi

wajibe sun malês sih/

lah wis padhadum rahayu/

wus suwe nggonku lunga/

manawi dènarsi-arsi/

dhuh rahadèn nyuwun pangèstu panduka25//

Pupuh XVI “Mêgatruh”

1. gusti ulun kautus rinta sang ayu/

Dyah Anjasmara ngaturi/

gantèn, sês, srat kanthènipun/

dhaharan lan busana di/

kaatur gusti sang anom//

2. iya bibi matura mring sang rêtnayu/

dahat ing panuwun mami/

nanging tampa masih lumuh/

lah dika mawon kiyai/

paringe dyah masaborong//

3. nggih mbok êmban sangêt nuwun-nuwun ulun/

dhuh lae bandara mami/

karsa dika niku prihpun26/

nampik sihe rinta gusti/

rak sae sami linakon//

4. ala, gêring, neng gêdhogan bêcik lampus/

jalaran nglabuhi putri/

paman bênêr ing rêmbugmu/

bibi matura sang dewi/

sandika nut rèh sang sinom//

5. mêngko têngah ratri nggoningsun lumêbu/

wêngakna butulan kori/

25 *paduka 26 *pripun

Page 82: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

lxxxii

margining pisowaningsun/

dhuh lah sokur-sokur gusti/

ulun ajab jroning batos//

6. lah asampun kalilana ulun matur/

mring rinta gusti sang dèwi/

lah iya bibi satuhu/

mêngko ingsun lêksanani/

sumiwèng dyah sapatêmon//

7. lah ta rama panganane aku njaluk/

ngèngèhana awak mami/

èh ta Mêlik kok enakmu/

aku [11] ingkang dèn paringi/

aja sira mèlu mbadhog//

Pupuh XVII “Mijil Sulastri”

1. biyung êmban wayah apa iki/

rêmbulan wus ngayom/

ing gêgana trang abyor lintange/

titi sunya puspita kasilir/

maruta ris kengis/

sumrik gandanya rum//

2. kados gusti sampun têngah ratri/

pangintêning batos/

iya ya kok durung rawuh kene/

gusti kakung ratuning asigit/

apa cidrèng janji/

dora mring wak ingsun//

3. dhuh lae, dhuh, dhuh, pêpujan mami/

paran solah ingong/

lamun cidra ubaya ta mangke/

ing prasêtya datan anêtêpi/

Page 83: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

lxxxiii

marmèng sun sumiwi/

wit saka karsamu//

4. praptaning don tumambuh mimbuhi/

nalangsaning batos/

sukalila patènana wae/

apa gawene ingsun dumadi/

yèn datan antuk sih/

ira sang rêtnayu//

5. mangka ta yayi tyas ingsun iki/

suka bêdhèlên brol/

njaba njêro intên padha wae/

nora darbe paningal kêkalih/

amung sira gusti/

gumantung jêjantung//

Pupuh XVIII “Durma”

1. dhuh kakangmas lêrês ing panyipta kula/

anggèn kula drêng nêlik/

mring Damarsasangka/

punika yêktinira/

mbangkang prentah los ing wêngi/

rêrêsanira/

botên rinêksa yêkti//

2. bênêr yayi ayo padha ingulatan/

manawa turu ndhêlik/

nèng dhuwur gêdhogan/

tuwin ana makanan/

mara bocah dèn salêsih/

gonmu ngupaya/

kawula nuwun inggih//

Page 84: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

lxxxiv

3. kuningana kori bubutulan mênga/

lah wis têtela yayi/

yèn Si Damarwulan/

malêbu ing pungkuran/

mratandhani maling julig/

ayo jinêman/

padha dipuntututi//

Pupuh XIX “Pangkur Barang”

1. èh Anjasmara wêngakna/

lawangira ingsun arsa pinanggih/

mring sira bangêt27 wulangun/

kakang iya sun tarima28/

kadingarèn kok nganggo kangê-[12]n maring sun/

ujarmu iku tan lamba/

wêngi-wêngi yun kapanggih//

2. lah kêsusu apa sira/

apa sêlak ora mênangi enjing/

si kêparat asu buntung/

ana wong kinangênan/

têka wuwuse datan kêna rinungu/

mratandhani lamun sira/

darbe polah nora bêcik//

3. kakang iya dhasar nyata/

arêp apa kowe aja cêriwis/

e lah sundêl bêdhêl gêmblung/

eh sapa rowangira/

dhèk pêngarit sing kok dhêlikake iku/

kakang iya dhasar nyata/

yagene sira prêduli//

27 {B}dahat 28 # Berdasarkan pada konvensi tembang Pangkur, memiliki guru lagu dan guru wilangannya 7a,

tetapi dalam teks berjumlah 8a, sehingga seharusnya:“kakang ya sun tarima”

Page 85: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

lxxxv

4. wong mung sun dhewe sing wêlas/

anitèni nak dulurku wong bêcik/

saya mrèthèli kênèsmu/

Damarwulan mêtua/

aja ngenak-enak ayonana ingsun/

apa kongsi sun tarajang/

saiki tiwasmu yêkti//

Pupuh XX “Durma”

1. Anjasmara aja ngêregoni sira/

aja dupèh mung siji/

kadangku wanodya/

yèn ala gawe apa/

lah iya mara ta uwis/

gêmatènana/

mangsa nora nêmahi//

2. wis têtela sundêl anjing Anjasmara/

lali mring kadang yêkti/

nyawat pakêwoan/

raiku gubras dubang/

kangmas mripat kula pêrih/

kenging sinawat/

ing papone njêt putih//

3. Damarwulan aja sira ling-alingan/

mring Anjasmara nuli/

misaha panggonan/

yèn dhasar padha lanang/

radèn ywa sumêlang panggalih29/

mangsa botêna/

mangke kula tadhahi//

29 # Berdasarkan pada konvensi tembang Durma, memiliki guru lagu dan guru wilangannya 8i,

tetapi dalam teks berjumlah 9i, sehingga seharusnya: “radèn ywa sumêlang galih”

Page 86: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

lxxxvi

4. kulup-kulup putraku ayo ngapura/

marang kang polah sisip/

lah wis ywa ndêdawa/

wirang marang sujanma/

yèn kongsia gawe pati/

konangan30 praja/

tan wurung ngrêrubêti//

5. puluh-puluh wus bêjane sun narima/

èh kulup Damarsasi/

sun dhaupkên sira/

lan nikèn Anjasmara/

ananging padha sun pingit/

ingsun kunjara/

anèng pakêbonan buri31//

6. aja pisan mban la-[13]n panakawanira/

padha sun talikungi/

paman kyanapatya/

dahat nuwun kawula/

pasihane paman patih/

kalingga murda/

ya nggèr mapana nuli//

b. Sinopsis

Penyajian sinopsis dilakukan untuk mempermudah pemahaman bagi

pembaca untuk memahami isi dan kandungan naskah. Berikut adalah sinopsis dari

Serat Langendriya Episode Damarwulan Ngarit:

Cerita berawal dari Patih Logender menghadap Ratu Ayu, membicarakan

tentang perkembangan situasi Kerajaan Majapahit bahwa semua wilayah dapat

30 {B}kawruhan 31 # Berdasarkan pada konvensi tembang Durma, memiliki guru lagu dan guru wilangannya 7i,

tetapi dalam teks berjumlah 8i, sehingga seharusnya:“nèng pakêbonan buri”

Page 87: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

lxxxvii

ditundukkan kecuali wilayah Blambangan yang diperintah oleh Adipati

Menakjingga. (Pupuh I Dhandhanggula, bait 1-3)

Pembicaraan dilanjutkan dengan pengangkatan Seta dan Kumitir sebagai

bupati Nayaka. Para adipati yaitu Ranggalawe dari Tuban, Sindura dari Kediri,

dan Menakkoncar dari Lumajang yang sedang bertugas di Kerajaan Majapahit

diperintahkan untuk pulang ke wilayahnya masing-masing, karena situasi kerajaan

sudah aman dan tidak mengkhawatirkan. (Pupuh II Kinanthi, bait 1-3)

Di Blambangan, Menakjingga sedang membayangkan kecantikan Ratu Ayu

penguasa Majapahit, alangkah bahagianya jika Menakjingga dapat

mempersunting Ratu Ayu. Tetapi pengikutnya si Dayun, mengingatkan bahwa

sangatlah tidak pantas jika Menakjingga ingin melamar seorang penguasa

Majapahit yaitu Ratu Ayu. (Pupuh III Sinom, bait 1-4)

Di lain waktu, karena Menakjingga sedang dimabuk asmara, Ia merayu si

Dayun yang disangkanya Ratu Ayu. Si Dayun mengingatkan lagi bahwa jangan

terlalu larut dalam asmara, karena itu pertanda tidak baik. (Pupuh IV Gambuh,

bait 1-2)

Menakjingga segera mengutus prabu Kotbuta untuk melamar Ratu Ayu. Ia

berpesan, jika lamarannya ditolak maka akan terjadi perang pupuh. Para pengikut

Menakjingga memperingatkan agar tidak gegabah dalam bertindak. Sangat tidak

pantas jika memberotak sang ratu, hanya karena hasrat Menakjingga yang tidak

tercapai dalam mempersunting Ratu Ayu yang kemudian menantang perang. Para

pengikut Menakjingga tetap berdoa, semoga keadaan kerajaan akan tetap baik-

baik saja dan tidak terjadi perang. Hal itu dibantah Menakjingga, Ia tetap ingin

Page 88: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

lxxxviii

menjalankan tekadnya walaupun terjadi perang pupuh sekalipun. (Pupuh V

Pangkur, bait 1-6)

Para pengikut Menakjingga mengingatkan lagi bahwa tindakan Menakjingga

melamar Ratu Ayu sudah meninggalkan tata krama dan sopan santun terhadap

sang ratu, namun Menakjingga tetap membantah. (Pupuh VI Mijil, bait 1-2)

Menaksabawa diutus Menakjingga untuk segera menemui Ratu Ayu,

menyampaikan surat lamaran dari Menakjingga dan segera meminta jawaban dari

lamarannya tersebut. (Pupuh VII Durma, bait 1-3)

Di tempat lain yaitu Paluamba, Damarwulan diutus kakeknya pergi

mengembara ke Majapahit dengan mengabdi pada pamannya patih Logender

dengan harapan agar Damarwulan mendapat berkah dan anugerah di Majapahit.

Pada mulanya, Damarwulan ingin terus bersama kakeknya saja. Tetapi

kakeknya menasehati, bahwa itu tindakan yang keliru. Sebagai pemuda seperti

Damarwulan harus bisa berkarya untuk mendapatkan keberhasilan menjadi orang

yang sukses. Kepergian Damarwulan diikuti oleh Sabdapalon bersama putra-

putranya. (Pupuh VIII Sinom, bait 1-4)

Tibalah Damarwulan dan pengikutnya di Majapahit. Sarayuda menghadap

Patih Logender, melaporkan bahwa ada seorang pemuda dari Paluamba bernama

Damarwulan yang ingin bertemu dengan Patih Logender. Patih Logender

memperbolehkan Damarwulan untuk menemuinya, karena Damarwulan adalah

keponakannya yaitu putra dari kakaknya yaitu Patih Udara. Kemudian

Damarwulan menghadap Patih Logender. Mengutarakan maksud kedatangannya,

yaitu hendak mengabdi kepada Patih Logender. Keinginannya dikabulkan,

Damarwulan ditempatkan di balemangu sebagai prajurit. Tugasnya sebagai

Page 89: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

lxxxix

penjaga pintu, setiap hari harus menyapu dan mengawasi setiap orang yang lewat

jangan sampai terjadi hal yang tidak diinginkan. Diam-diam, Dewi Anjasmara

putri Patih Logender, memperhatikan Damarwulan. Ia sangat kesal kepada

ayahnya karena memperlakukan keponakannya sendiri yaitu Damarwulan dengan

tidak sepantasnya. Di sisi lain, Damarwulan dan pengikutnya mengeluh atas

pekerjaan barunya, yaitu mencari rumput setiap hari, menebang pohon, dan

begadang setiap malam, bahkan jarang mendapat jatah makan. (Pupuh IX

Pangkur, bait 1-10)

Dewi Anjasmara mengutus embannya mengirim pakaian dan makanan untuk

Damarwulan, karena merasa iba terhadap ujian yang sedang dialami Damarwulan.

Dewi Anjasmara merasa heran terhadap ayahnya Patih Logender, karena

Damarwulan diperlakukan tidak sepantasnya padahal masih keponakannya

sendiri. Pemberian Dewi Anjasmara berupa pakaian dan makanan tersebut ditolak

dengan halus oleh Damarwulan, karena jika Patih Logender mengetahuinya pasti

Damarwulan akan dimarahi. (Pupuh X Kinanthi, bait 1-6)

Sejak kedatangan Damarwulan di Majapahit, Seta dan Kumitir selalu

mengganggunya. Mereka menantang Damarwulan untuk bertarung karena merasa

iri dan tidak suka melihat keberadaan Damarwulan. Tetapi Damarwulan tidak

menanggapi Seta dan Kumitir dengan buruk. Damarwulan mencoba berlaku

santun terhadap mereka. Sebelum mereka bertarung, Patih Logender datang dan

segera melerai mereka. Menjelaskan bahwa Damarwulan masih saudara mereka,

sehingga segeralah berdamai dan jangan saling bermusuhan. (Pupuh XI Durma,

bait 1-5)

Page 90: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

xc

Akibat kejadian tersebut, Patih Logender mengganti pekerjaan Damarwulan

yang semula sebagai prajurit yang bertugas menjaga pintu beralih menjadi

perawat kuda. Setiap hari membersihkan kandang dan mencari makan untuk kuda

yang dirawatnya. Semua yang dikenakan Damarwulan harus dilepas, seperti

jamang, kalung, dan keris. Diganti dengan pakaian yang sederhana dan dibekali

sebuah arit sebagai alat untuk mencari rumput. (Pupuh XII Gambuh, bait 1-6)

Di tempat lain, terjadi pertemuan antara bakul Prada dan bakul Sumampir

yang berasal dari Minggiran dengan bakul Sambirawa dan bakul Sapanjang yang

berasal dari Ngrandhubala. Mereka sama-sama sedang mencari keberadaan putra

Patih Udara yaitu Damarwulan. Menurut pesan orang tua mereka, mereka harus

dapat membalas budi patih Udara dan semua keturunannya atas jasa-jasa yang

telah diberikan. (Pupuh XIII Pocung, bait 1-6)

Secara kebetulan, keempat bakul tersebut bertemu dengan Damarwulan

beserta pengikutnya. Keempat bakul menjelaskan bahwa mereka mendapat pesan

dari orangtua mereka masing-masing untuk membalas kebaikan Patih Udara dan

keturunannya, yang tidak lain ayah Damarwulan. Keempat bakul tersebut

menawarkan segala bantuan baik pakaian, makanan, maupun tenaga. (Pupuh XIV

Asmaradana, bait 1-6)

Damarwulan menolak bantuan yang ditawarkan keempat bakul tersebut

dengan halus. Tetapi mereka tetap ingin membantu Damarwulan dan Sabdapalon,

dengan membantu memikul rumput, membawakan pakaian dan makanan untuk

mereka. (Pupuh XV Sinom, bait 1-6)

Setibanya di kediaman Patih Logender, Dewi Anjasmara mengirim pakaian

dan makanan lagi untuk Damarwulan. Tetapi Damarwulan masih menolak

Page 91: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

xci

pemberiannya dan berjanji akan menemui Dewi Anjasmara pada tengah malam

nanti. (Pupuh XVI Megatruh, bait 1-7)

Tengah malam tiba, Dewi Anjasmara menanti-nanti kedatangan

Damarwulan, tetapi tidak kunjung datang. Dewi Anjasmara berfikir, Damarwulan

pasti ketiduran atau bahkan tidak menepati janjinya. Tetapi setelah beberapa saat,

ternyata Damarwulan benar-benar menemui Dewi Anjasmara. Mereka saling

bercengkrama, memadu kasih dan mengikat janji saling setia. (Pupuh XVII Mijil,

bait 1-6)

Di tempat lain, Seta dan Kumitir sedang berencana ingin memeriksa

keberadaan Damarwulan di tempat kediamannya. Mereka menyangka

Damarwulan mungkin saja melanggar perintah dan tugas yang diberikan ayahnya.

Kemudian, Seta dan Kumitir mendatangi kediaman Damarwulan. Prasangka

buruk mereka terhadap Damarwulan ternyata benar, mereka melihat pintu dalam

keadaan terbuka berarti Damarwulan tidak melaksanakan tugasnya dengan baik.

Mereka segera mencari Damarwulan. (Pupuh XVIII Durma, bait 1-3)

Seta dan Kumitir mendatangi kediaman adiknya Dewi Anjasmara. Mereka

sangat yakin dan curiga, Damarwulan sedang bersama Dewi Anjasmara. Tetapi

Dewi Anjasmara berusaha menutupi dan menyangkal kecurigaan kakak-kakaknya

bahwa Ia telah menyembunyikan Damarwulan. Seta dan Kumitir meminta

Damarwulan untuk keluar dari persembunyiannya dan menantangnya untuk

bertarung melawan mereka. (Pupuh XIX Pangkur, bait 1-4)

Setelah Dewi Anjasmara beradu mulut dengan kedua kakaknya, akhirnya

Damarwulan keluar dari persembunyiannya. Ketika akan bertarung melawan Seta

dan Kumitir, tidak lama kemudian Patih Logender datang dan segera melerai

Page 92: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

xcii

mereka karena jika semua orang mengetahuinya, pasti akan membuat malu

keluarga dan saudara-saudaranya.

Pada akhirnya, Patih Logender menikahkan Damarwulan dengan putrinya

Dewi Anjasmara. (Pupuh XX Durma, bait 1-6)

B. Pembahasan Isi

Dalam Serat Langendriya Episode Damarwulan Ngarit, menceritakan

kisah Damarwulan sebagai prajurit bawahan yang sangat rajin, ulet, jujur, tekun,

dan gigih sehingga atas kerja kerasnya tersebut Ia dapat menjadi pejuang sejati

yang pada akhirnya menjadi raja di Majapahit. Dari kisah tersebut, yang dapat

diambil sebagai teladan adalah kegigihan Damarwulan dalam menghadapi

perjuangan hidup.

Perjuangan hidup dapat ditempuh dengan baik jika mempunyai sikap

disiplin. Disiplin adalah perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang

dipercaya, yaitu melakukan pekerjaan tertentu yang dirasakan menjadi tanggung

jawab. Pendisiplinan adalah usaha-usaha untuk menanamkan nilai, agar memiliki

kemampuan untuk menaati peraturan. Disiplin dimulai dari disiplin diri, yaitu

melatih keteguhan hati dalam melaksanakan apa yang semestinya dilakukan dan

diputuskan. Disiplin diri seperti otot, jika sering dilatih maka semakin kuat. Pada

mulanya memang terasa berat, setelah terbiasa maka berbagai kemudahan akan

menyertainya. Disamping itu perlu adanya disiplin moral, yaitu:

1. Menghargai kehidupan;

2. Menghargai milik orang lain;

Page 93: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

xciii

3. Menghargai hubungan pribadi: menyalurkan hati dan tenaga untuk

pengembangan spiritual;

4. Menghargai kebenaran: dengan bersikap jujur;

5. Menghargai kesejahteraan lahir dan batin.

Sikap disiplin terdiri dari: taat dan patuh, tabah dalam menghadapi cobaan,

pantang menyerah, mandiri, serta efisien waktu. Penjelasannya adalah sebagai

berikut:

a. Taat dan patuh

Disiplin akan mudah ditegakkan bilamana timbul kesadaran dari setiap

insan, untuk selalu bertindak taat, patuh, tertib, dan teratur, tanpa orang lain harus

mengarahkan, menyuruh, mengawasi atau menertibkannya, serta bukan karena

ada tekanan atau paksaan dari luar. Dalam SL hal ini juga diungkapkan sifat taat

dan patuh dari Damarwulan yaitu terdapat pada pupuh X Kinanthi bait ke 1-2.

Berikut teksnya:

“dhuh radèn kula kautus/ ing arinta sang lir ratih/ kusuma Dyah

Anjasmara/ ngaturi gantèn sês wangi/ lan dhaharan warna-warna/ sumanggèng

karsanta gusti//”

“Dhuh raden, saya diutus Dyah Anjasmara memberikan pakaian, rokok, dan

makanan, mohon diterima.”

“bibi matura riningsun/ dahat ing panuwun mami/ nanging wêdi

nampanana/ yèn antuk dukaning patih/ dhuh lae saiba-iba/ rêntênge arinta

gusti//”

“Terima kasih Bibi, tetapi saya takut menerimanya, karena patih Logender pasti

akan marah.”

Page 94: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

xciv

Dari kutipan teks di atas, menggambarkan bahwa Damarwulan adalah seseorang

yang mempunyai watak disiplin, salah satu diantaranya adalah memiliki sikap taat dan

patuh terhadap pimpinan, dalam cerita tersebut yang dimaksud adalah taat pada perintah

Patih Logender sebagai majikannya. Damarwulan menolak pemberian Dewi Anjasmara

karena jika Patih Logender menegtahuinya maka Damarwulan pasti akan dimarahi.

b. Tabah dalam menghadapi cobaan

Tuhan memberi kesulitan dan cobaan untuk membuat manusia menjadi

kuat, mental dan moral akan teruji, penuh ketabahan dan kegigihan. Dalam SL hal

ini juga diungkapkan bahwa Damarwulan tabah dalam menghadapi cobaan yaitu

terdapat pada pupuh IX Pangkur bait ke 9-10. Berikut teksnya:

“adhuh rama kaya paran/ abot têmên gawean aku iki/ lah Mêlik wis aja

muwus/ puluh-puluh kapakna/ wus pinasthi saking kojure wong têlu/ tinitah

kalara-lara/ bubut-bubut sabên enjing//”

“adhuh rama, bagaimana ini, berat sekali pekerjaanku. Sudahlah Melik,

jangan bicara, bagaimanapun juga, itu adalah nasib kita bertiga, ditakdirkan

sengsara, harus mencari rumput setiap hari.”

“nyapu mènèk ing wit-witan/ angrêsiki nyêmpali pang kang garing/ tugur

lawan mêlèk dalu/ dhuh rama sapa baya/ kang mènèhi sêga iwak mring awakku/

gawene sadina-dina/ pangan nora dèn wènèhi//”

“ menyapu, memanjat pohon, membersihkan dan memotong batang-batang

pohon yang kering, berjaga-jaga dan begadang setiap malam. Dhuh rama, siapa

yang mau memberiku nasi dan lauk yang enak, karena sehari-hari jarang

mendapat makanan.”

Page 95: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

xcv

Dari kutipan teks di atas, Damarwulan dan pengikutnya dihadapkan pada

kesulitan/ cobaan yang begitu berat yaitu setiap pagi harus membersihkan

pekarangan, mencari rumput untuk pakan kuda serta harus begadang setiap

malam. Tetapi Tuhan mempunyai rencana bahwa dibalik kesulitan tersebut

apabila dapat melaluinya maka manusia akan bertambah kuat dan tegar.

Ketegaran adalah tidak membiarkan sesuatupun memisahkan diri seseorang

terhadap suatu tujuan hidupnya. Tuhan memberi berbagai persoalan hidup untuk

diselesaikan agar manusia bertambah bijaksana. Tuhan memberi otak dan tenaga

untuk dipergunakan sepenuhnya dalam mencapai kemakmuran. Tuhan memberi

rintangan dan bahaya agar manusia mempunyai keteguhan hati dan keberanian

untuk mengatasinya. Tuhan memberi orang-orang yang dalam kesulitan untuk

diberi pertolongan, diselamatkan dan dicintai. Dalam SL hal ini juga diungkapkan

bahwa Tuhan akan menolong hambanya ketika dalam kesulitan dengan mengutus

seorang perantara, yaitu terdapat pada pupuh X Kinanthi bait ke 1 dan 4 . Berikut

teksnya:

“dhuh radèn kula kautus/ ing arinta sang lir ratih/ kusuma Dyah

Anjasmara/ ngaturi gantèn sês wangi/ lan dhaharan warna-warna/ sumanggèng

karsanta gusti//”

“dhuh raden, saya diutus Dyah Anjasmara memberikan pakaian, rokok, dan

makanan, mohon diterima”

“nalika nèng ngarsanipun/ ing rama rêkyana patih/ mriksane yèn tasih

kadang/ sumêdhot wêlas kapati/ lah ta sampun kalilana/ umatur rinta sang

dèwi//”

Page 96: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

xcvi

“ ketika di hadapan sang rama rekyana patih, mengetahui jika masih

saudara, sangatlah iba dan kasihan. Sudahlah, relakan saja, sampaikan kepada

sang dewi.”

Dari kutipan teks di atas, Damarwulan yang tengah mengalami kesulitan

ditolong oleh Tuhan melalui perantara Dewi Anjasmara atas dasar iba, cinta, dan

kasih. Tuhan pasti memberikan yang terbaik untuk umatnya, sehingga manusia

harus berjuang, berusaha, dan berserah diri.

Bersyukurlah jika tidak tahu sesuatu, karena itu memberi kesempatan untuk

belajar. Bersyukurlah untuk masa-masa sulit, karena di masa itulah manusia akan

tumbuh. Bersyukurlah untuk setiap tantangan baru, karena itu akan membangun

kekuatan diri dalam mencapai kemakmuran. Dalam SL hal ini juga diungkapkan

bahwa tantangan baru akan membangun kekuatan diri, yaitu terdapat pada pupuh

VIII Sinom bait ke 1. Berikut teksnya:

“dhuh kulup Damarsasangka/ ing sarèhning sira kaki/ wus putus liring

wêweka/ wikan ing guna kasêktin/ ing mêngko luwih bêcik/ sira suwita ing ratu/

magang mring pamanira/ Logêndèr rêkyana patih/ lah ing kono margane antuk

nugraha//”

“dhuh Damarsasangka, di kediamanku ini, sudah selesai kamu dalam

bertapa guna menambah kesaktianmu, nantinya, lebih baik kamu menemui sang

ratu, mangabdi pada pamanmu patih Logender, disana nanti kamu akan mendapat

anugrah.”

Dari kutipan teks di atas, Damarwulan diberikan tantangan baru yaitu

mengembara ke Majapahit untuk mengabdi kepada pamannya. Kedengarannya

sangat berat, karena Damarwulan yang semula putra seorang patih, hidup serba

kecukupan dan dilayani, lalu diperintah untuk menjadi seorang prajurit bawahan.

Page 97: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

xcvii

Tetapi, dengan adanya tantangan tersebut, Damarwulan akan dapat membangun

kekuatan diri menjadi seorang yang gigih dan tegar sehingga kelak akan meraih

sukses.

c. Pantang menyerah

Hidup membutuhkan perjuangan yang tiada henti dalam menghadapi

rintangan, hambatan, pertentangan, pertarungan dan persaingan. Sehingga kita

harus dapat menentukan sikap, pilihan, dan reaksi atas kejadian yang menimpa

kita dan mampu mengendalikan hati dan pikiran, untuk dapat menghadapi

rintangan dan cobaan dengan baik. Tetapi, sikap dan perilaku seseorang tidak

terbentuk dalam sekejab. Diperlukan pembinaan terus-menerus sejak dini. Dalam

SL hal ini diungkapkan bahwa hidup penuh pertentangan dan pertarungan, yaitu

terdapat pada pupuh XX Durma bait ke 1. Berikut teksnya:

“Anjasmara aja ngêregoni sira/ aja dupèh mung siji/ kadangku wanodya/.../

gêmatènana/ mangsa nora nêmahi//”

“Anjasmara, jangan menyepelekan aku, bukan berarti kamu saudaraku

perempuan satu-satunya, ... , diperlakukan baik-baik, tapi tidak tahu balas budi.”

Dari kutipan teks di atas, terlihat bahwa antar saudara pun sering terjadi

pertentangan. Sehingga manusia harus tidak mengenal putus asa dan kuat hatinya

agar mampu dan berani berjuang di dalam hidupnya. Sesungguhnya hidup yang

berarti adalah hidup yang memperjuangkan kehidupan, baik bagi kepentingan diri

sendiri maupun bagi kepentingan sesama manusia. Disamping itu, persaingan

hidup sering memunculkan sikap-sikap iri dan berprasangka buruk terhadap orang

lain. Dalam SL hal ini juga diungkapkan yaitu terdapat pada pupuh XI Durma,

bait 1. Berikut teksnya:

Page 98: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

xcviii

“kowe sapa aranmu wong apa sira/ pinangkanira ing ngêndi/ tan wruh ing

dêduga/ .../ngakua mumpung urip//

“siapa namamu, dari mana, tidak tahu aturan, ..., mengakulah mumpung

masih hidup.”

Dari kutipan teks di atas, menunjukkan adanya sifat iri dalam persaingan

hidup. Seta dan Kumitir iri melihat Damarwulan karena sangat tampan, tekun,

ulet, sehingga mereka takut akan kalah bersaing dan kelak menghalangi

kesuksesan Seta dan Kumitir.

Dalam usaha memperjuangkan kehidupan, dibutuhkan sikap keperwiraan,

kecintaan akan hidup, dan rasa kedamaian. Dalam keperwiraan itu seseorang

selalu siap untuk membela kehidupan. Rasa kecintaan seseorang akan selalu

bersikap menghargai terhadap kehidupan. Sedangkan rasa kedamaian di hati

seseorang akan tetap merasa tenang di dalam menghadapi tantangan hidup.

Manusia mempunyai potensi besar untuk memenangkan perjuangan hidup,

yaitu dengan memperkuat mental, menjadikan tantangan hidup sebagai latihan

mental. Dalam SL hal ini juga diungkapkan bahwa Damarwulan pantang

menyerah yaitu terdapat pada pupuh XI Durma bait ke 3 dan 4. Berikut teksnya:

“boten pirsa rawuhe dyan sakaliyan/ sèwu lêpating dasih/ nyuwun

pangaksama/ ... / ngaku nora amiyarsi/ kokehan swara/ ulungna krismu nuli//”

“tidak mengetahui kedatangan kalian berdua, mohon maaf sekali, ... Pura-

pura tidak tahu, kebanyakan bicara, berikan kerismu.”

Dari kutipan teks di atas, Damarwulan diuji mentalnya. Walaupun diganggu

Layangseta dan Kumitir, Ia tetap tegar menghadapinya, sehingga pada akhirnya Ia

Page 99: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

xcix

akan menjadi pemenang dengan menjadi raja di Majapahit. Semakin tinggi

kesulitan hidup yang berhasil dilewati, maka mental juga semakin kuat.

d. Mandiri

Melaksanakan suatu pekerjaan, dibutuhkan kerja keras dan mandiri, tidak

mengharapkan bantuan dari orang lain. Dalam SL hal ini juga diungkapkan pada

pupuh XIV Asmaradana bait ke 6 dan pupuh XV Sinom bait ke 1. Berikut

teksnya:

“..../ kula ngaturi busana/ miwah dhahar paduka/ pêpanganan ulam sêkul/

sumonggèng karsa paduka//”

“.... , saya memberikan pakaian, makanan, serta lauk pauk, mohon

diterima.”

“... / dahat ing panrima mami/ nanging ywa dadi tyasira/ ingsun lagya

asêsirih/ dene busana adi/ besuk wae ingsun pundhut/ yèn wus rucat cintraka/

...//”

“...., saya sangat berterima kasih, tetapi kalian jangan tersinggung, saya

sedang prihatin, mengurangi makan dan minum, sedangkan untuk pakaian dan

sebagainya, besok saja saya ambil jika sudah keluar, ...”

Dari kutipan teks di atas menggambarkan bahwa sosok Damarwulan adalah

tokoh yang mandiri, tidak mengharap bantuan orang lain. Walaupun ke empat

bakul menawarkan bantuan berupa jasa tenaga, makanan, serta pakaian,

Damarwulan tetap menolaknya. Padahal sebenarnya, semua tawaran bantuan

tersebut sangat dibutuhkan, tetapi Damarwulan berusaha untuk mengendalikan

diri untuk menjadi seseorang yang mandiri, tidak mengharapkan bantuan dari

orang lain.

Page 100: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

c

e. Efisien waktu

Melakukan perubahan positif sedari sekarang sangatlah penting, salah

satunya adalah dengan menggunakan waktu lebih efektif, tidak menunda-nunda

pekerjaan, selesaikan apa yang sudah dimulai, misalnya di sela-sela waktu longgar

digunakan untuk berlatih meningkatkan kemampuan dan memperluas wawasan

dengan ilmu pengetahuan, serta berbenah diri terus-menerus.

Memiliki tujuan hidup yang benar dan jelas serta keyakinan yang kuat, akan

mendorong seseorang untuk bangkit dan maju. Keyakinan yang kuat misalnya

jika menginginkan sesuatu, maka seseorang sangat yakin akan mendapatkan

keinginan tersebut. Keyakinan kuat menjadi pemenang, membuat seseorang

mampu memetik pelajaran berharga dan bertindak lebih hati-hati dengan

memperhitungkan setiap tindakan yang ditempuh. Keyakinan membantu

seseorang untuk berfikir jernih dan positif. Menjadikan kekurangan maupun

kelebihan sebagai motivasi untuk meningkatkan kualitas diri dan bekerja lebih

giat.

Salah satu cerminan perilaku dari etos kerja yaitu bekerja cerdas dan ikhlas

dengan landasan keimanan dan kejujuran. Etos kerja yang tinggi akan menuntun

seseorang ke dalam kesuksesan. Dalam naskah SL, Damarwulan pada mulanya

bekerja sebagai perawat kuda. Akibat etos kerjanya yang baik, Damarwulan dapat

memenangkan perjuangan hidup yaitu pada akhirnya menjadi raja di Majapahit.

Jangan pernah beranggapan bahwa meraih kehidupan yang berhasil itu

mudah, karena mencapai sukses diperlukan sikap disiplin yang tinggi,

memfokuskan waktu dan energi pada aktivitas yang bernilai tinggi yaitu aktivitas

yang terbaik dari apa yang ditawarkan.

Page 101: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

ci

Setelah membaca uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa semua orang

perlu memiliki sikap disiplin serta mempunyai etos kerja yang tinggi dalam

menjalankan perjuangan hidupnya sehingga dapat mencapai cita-cita dan meraih

kesuksesan.

Page 102: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

cii

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasar pada berbagai uraian analisis di atas, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan kajian filologis, dapat diketahui mengenai deskripsi dari

keadaan naskah SL, hingga dapat ditemukannya naskah dasar untuk edisi

teks melalui perbandingan naskah beserta analisis-analisisnya. Dari hasil

perbandingan tersebut, didapatkan naskah dengan judul Serat Langendriya

Episode Damarwulan Ngarit, koleksi Perpustakaan Reksapustaka Pura

Mangkunegaran Surakarta dengan nomor koleksi D. 166 sebagai naskah

dasar dalam suntingan teks.

2. Serat Langendriya Episode Damarwulan Ngarit memberi ajaran, yaitu

suatu perjuangan hidup yang penuh rintangan, hambatan, pertentangan,

pertarungan, dan persaingan dapat ditanggulangi dengan adanya etos kerja

yang tinggi dan sikap disiplin, yaitu terdiri dari: taat dan patuh, tabah

dalam menghadapi cobaan, pantang menyerah, mandiri, serta efisiensi

waktu.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penanganan awal terhadap naskah SL dalam penelitian ini adalah secara

filologis, sehingga dihasilkan edisi teks. Selanjutnya perlu tindak lanjut

dan kerja sama dengan pihak-pihak terkait untuk mempublikasikan teks

Page 103: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

ciii

Serat Langendriya Episode Damarwulan Ngarit dalam bentuk terbitan

agar teks ini mudah dibaca, dipahami, serta dinikmati oleh masyarakat

luas.

2. Naskah SL hendaknya dapat dijadikan sebagai sumber data tertulis dalam

penyajian sebuah drama tari khususnya langendriyan.

3. Banyak sekali naskah yang belum terungkap isinya. Kita sebagai generasi

muda hendaknya menjaga dan melestarikan naskah-naskah tersebut,

karena keadaannya sudah mulai rapuh sehingga memerlukan penanganan

serius.

Page 104: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

civ

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiati Ikram. 1980. “Perlunya Memelihara Sastra Lama”. Kumpulan Naskah dalam Analisis Kebudayaan No. 3 Tahun I. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

_______. 1992. Beberapa Metode Kritik dan Edisi Naskah. Kumpulan Makalah

(Filologi). Bandung. Bani Sudardi. 2003. Penggarapan Naskah. Surakarta: Badan Penerbit Sastra

Indonesia. Behrend, T. E. 1990. Katalog Induk Naskah – Naskah Nusantara Jilid 1 Museum

Sanabudaya Yogyakarta. Jakarta: Djambatan. _______. 1997. Katalog Induk Naskah – Naskah Nusantara Jilid 3-A FSUI.

Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. _______. 1997a. Katalog Induk Naskah – Naskah Nusantara Jilid 3B FSUI.

Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Darusuprapta dan Hartini. 1989. Problematik Filologi. Surakarta: Sebelas Maret

University Press. Edi S. Ekadjati. 1992. Cara Kerja Filologi. Kumpulan Makalah (Filologi).

Bandung. Edward Djamaris. 1991. Metode Penelitian Filologi. Jakarta: Depdikbud. _______. 2002. Metodologi Penelitian Filologi. Jakarta: MANASCO Emuch Herman Soemantri. 1986. Identifikasi Naskah. Bandung: Fakultas Sastra

Universitas Pajajaran. Florida, Nancy K. 1994. Javanese Language Manuscripts of Surakarta, Central

Java A Preliminary Descriptive Catalogus Level I and II

Page 105: SERAT LANGENDRIYA EPISODE DAMARWULAN NGARIT …/Serat... · Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan selaku pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan pada

cv

KGPAA Mangkunegara VII. 1912. Langendriya Mandraswara. Surakarta : Reksa Pustaka Pura Mangkunegaran.

_______1920. Bab Langendriyan. Surakarta : Reksa Pustaka Pura

Mangkunegaran. Girardet-Sutanta. 1983. Descriptive Catalogus of the Javanese Manuscripts and

Printed Book in the Main Libraries of Surakarta and Yogyakarta. Weisbaden: Franz Steiner Verslag GMBH.

Poerwadarminta, W. J. S. 1939. Baoesastra Jawa. Batavia: J.B. Wolters’

Uitgevers Maatschappij. Suyanto, S.Kar, MA. 2003. Bahan Ajar Teori Pedalangan I. Surakarta : Sekolah

Tinggi Seni Indonesia. Tjoek Suwarso, BA, dkk. 1995. Persepsi Tentang Etos Kerja Kaitannya dengan

Nilai Budaya Masyarakat. Semarang : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah.

Ary Ginanjar Agustian. 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi

dan Spritual. Jakarta: Arga Soegeng Prijodarminto, S. H. 1992. Disiplin Kiat Menuju Sukses. Jakarta:

Pradnya Paramita. Edward de Bono. 1991. Taktik; Kiat dan Ilmu Sukses. Jakarta: Binarupa Aksara Maryono Dwiraharjo, dkk. 2005. Pedoman Penulisan dan Pembimbingan Skripsi/

Tugas Akhir Fakultas Sastra dan Seni Rupa. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

<http://www.perjuangan hidup.com>. (diakses tanggal 24 Juni 2009 pukul 20.00). <http://www.disiplin.com>. (diakses tanggal 17 Juli 2009 pukul 12.00).