Sepsis case.docx

download Sepsis case.docx

of 29

Transcript of Sepsis case.docx

  • 8/10/2019 Sepsis case.docx

    1/29

    1

    PRESENTASI KASUS

    SEPSIS

    Pembimbing :

    Dr. Sabur, SpAn

    Dr. Ade, SpAn

    Dr. Ucu, SpAn

    Disusun oleh :

    Devina Pangastuti 03010079

    Malika 03010168

    KEPANITERAAN KLINIK ANESTESI RSUD KARAWANG

    PERIODE 22 SEPTEMBER 2014-24 OKTOBER 2014FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

    2014

  • 8/10/2019 Sepsis case.docx

    2/29

    2

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat-Nya sehingga penulis

    dapat menyelesaikan presentasi kasus dengan judul Sepsis ini dengan baik dan selesai tepat waktu.

    Penulisan kasus ini bertujuan untuk memenuhi sebagian syarat kelulusan kepaniteraan klinik ilmu

    anestesi di RSUD Karawang.

    Selesainya kasus ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini

    penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

    referat ini hingga selesai, terutama kepada dr. Sabur, SpAn, dr. Ade, SpAn, dan dr. Ucu, SpAn selaku

    dokter pembimbing dan konsulen anestesi di RSUD Karawang yang telah membimbing dan memberikan

    masukan dalam penyusunan kasus ini. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada teman-teman

    sejawat serta pihak-pihak lain yang telah membantu dalam penyusunan kasus ini yang namanya tidak

    dapat disebutkan satu per satu.

    Penulis menyadari bahwa kasus ini belum sempurna, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik

    dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan kasus ini. Akhir kata, penulis

    mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan semoga dapat bermanfaat serta

    menjadi bahan masukan bagi dunia pendidikan.

    Penulis,

    Devina Pangastuti & Malika

  • 8/10/2019 Sepsis case.docx

    3/29

    3

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Infeksi adalah masuknya organisme (misalnya bakteri, virus, jamur) yang mampu

    menyebabkan penyakit masuk ke dalam tubuh. Sepsis adalah sindrom klinis seperti perubahan

    suhu, frekuensi nadi, frekuensi nafas, dan lain-lain, yang disebabkan adanya respon inflamasi

    terhadap infeksi tersebut. 1,2

    Sepsis merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di Amerika Serikat. Angka

    kejadian sepsis meningkat secara bermakna dalam dekade lalu. Telah dilaporkan angka kejadian

    sepsis meningkat dari 82,7 menjadi 240,4 pasien per 100.000 populasi antara tahun 1979 2000

    di Amerika Serikat dimana kejadian severe sepsis berkisar antara 51 dan 95 pasien per 100.000

    populasi. Pasien dengan sepsis merupakan indikasi untuk dilakukannya perawatan secara intensif

    di ICU. 3

    Terapi utama pada sepsis meliputi resusitasi cairan untuk mengembalikan tekanan

    sirkulasi darah, terapi antibiotik dan mengatasi sumber infeksi. Penatalaksanaan yang tepat

    sangat diperlukan pada kasus sepsis, sehingga dapat menurunkan angka morbiditas serta

    mortalitas. 3 Apabila sepsis tidak ditangani dengan tepat maka dapat menimbulkan syok sistemik

    hingga kerusakan fungsi organ di dalam tubuh. 2

  • 8/10/2019 Sepsis case.docx

    4/29

    4

    BAB II

    ILUSTRASI KASUS

    2.1 Identitas Nama : Ny. K

    Usia : 56 tahun

    Jenis kelamin : Wanita

    Alamat : Jl. Kuta Jaya

    Tempat/tanggal lahir : Karawang , 02/03/1958

    Agama : Islam

    Pekerjaan : Buruh

    Status pernikahan : Kawin

    Pendidikan : Tamat SLTA

    Masuk instalasi gawat darurat Rumah Sakit Umum Daerah Karawang pada tanggal 25

    September 2014 pukul 11.11

    Masuk Ruang Operasi RSUD Karawang pada tanggal 25 September 2014 pukul 13.00

    2.2 Anamnesis

    A. Keluhan Utama

    Nyeri Perut yang semakin berat sejak 3 hari SMRS.

    B. Riwayat Penyakit Sekarang

    Pasien datang dengan keluhan nyeri perut memberat sejak 3 bulan SMRS. Nyeri

    dirasakan hilang timbul, namun semakin memberat terutama pada 3 hari SMRS. Pasien

    juga mengeluhkan mual serta muntah berisi makanan dan cairan bening sebanyak 25x.

    Tidak ada demam, batuk, dan sesak. Pasien mengaku ada benjolan di bagian tengah perut dan terasa sakit. BAB dan BAK tidak ada keluhan.

    C. Riwayat Penyakit Dahulu

    Pasien pernah memiliki riwayat operasi hernia umbilikus 7 tahun yang lalu. Riwayat

    DM, hipertensi, alergi dan penyakit liver disangkal.

    D. Riwayat Penyakit Keluarga

  • 8/10/2019 Sepsis case.docx

    5/29

    5

    Tidak ada keluarga yang mengalami hal yang sama. Riwayat DM, hipertensi, asma, dan

    penyakit jantung pada keluarga disangkal.

    E. Riwayat Kehidupan dan Kebiasaan

    Riwayat minum alkohol, obat-obatan disangkal.

    2.3 Pemeriksaan Fisik

    A. Keadaan Umum

    Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

    Kesadaran : Compos Mentis

    Status Gizi : Kesan gizi baik

    B. Tanda Vital

    Tekanan Darah : 110/60 mmHg

    Nadi : 76x/menitPernapasan : 22x/menit

    Suhu : 37,2C

    C. Kepala dan Leher

    Bentuk kepala : Normocephal

    Rambut : Hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut

    Wajah :Simetris, tidak ditemukan benjolan, malar rash

    Mata

    Tidak ada oedem palpebra dextra dan sinistra Konjunctiva anemis +/ + , sklera ikterik -/- Pupil isokor, 3 mm Tidak ada kekeruhan pada lensa mata dextra dan sinistra Reflek cahaya langsung +/+ Refleks cahaya tidak langsung +/+

    Telinga

    Tidak ditemukan kelainan pada preaurikula dextra dan sinistra Bentuk aurikula dextra dan sinistra normal, tidak ditemukan kelainan kulit, tidak

    hiperemis

    Tidak ditemukan kelainan pada retroaurikula dextra dan sinistra Nyeri tekan tragus -/-

  • 8/10/2019 Sepsis case.docx

    6/29

    6

    Nyeri tekan aurikula -/- Nyeri tarik aurikula -/- Nyeri tekan retroaurikula -/-

    Hidung

    Deviasi septum nasi -, tidak ada napas cuping hidung, nyeri tekan Nares anerior: sekret -/-, darah -/-, hiperemis -/- Tidak ditemukan deviasi septum

    Mulut

    Bentuk mulut normal saat bicara dan diam, tidak terdapat gangguan bicara, sudut

    bibir kanan dan kiri tampak simetris saat bicara dan tersenyum.

    Tidak ditemukan kelainan kulit daerah perioral Bibir tidak kering, tidak sianosis Oral higiene cukup baik Lidah tidak kotor, tidak tremor, lurus terjulur ditengah, tidak hiperemis, tidak kering Uvula terletak ditengah , tidak oedem Faring tidak hiperemis Tonsil T1-T1 tenang.

    Leher

    Inspeksi : Bentuk leher tidak tampak ada kelainan, tidak tampakpembesaran

    kelenjar tiroid, tidak tampak pembesaran KGB, tidak tampak deviasi trakea

    Palpasi : Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, trakea teraba di tengah, JVP 5-2

    cmH 2O.

    Auskultasi : Tidak terdengar bruit

    D. Thorax

    Thorax Anterior

    Inspeksi Bentuk thorax simetris pada saat statis dan dinamis, tidak ada pernapasan yang

    tertinggal, pernapasan abdominotorakal

    Tidak tampak retraksi sela iga Tidak ditemukan eflouresensi pada kulit dinding dada

  • 8/10/2019 Sepsis case.docx

    7/29

    7

    Tidak terdapat kelainan tulang iga dan sternum Tidak terlihat spider navy

    Palpasi

    Pada palpasi secara umum tidak terdapat nyeri tekan dan tidak teraba benjolan pada

    dinding dada

    Gerak nafas simetris Vocal fremitus simetris pada seluruh lapangan paru, friction fremitus (-), thrill (-) Teraba ictus cordis pada sela iga V, 2 jari medial dari linea midclavicularis kiri

    Perkusi

    Kedua hemithoraks secara umum terdengar sonor Batas kanan paru-jantung pada sela iga IV,garisparasternalis kanan Batas kiri paru-jantung pada sela iga V, 2 jari medial darigaris midcavicularis kiri Batas atas kiri paru-jantung pada sela iga III, garis parasternalis kiri

    Auskultasi

    Suara nafas vesikuler +/+, reguler, ronkhi -/-, wheezing-/- BJ I, BJ II regular, murmur (-), gallop (-), splitting (-)

    Thorax Posterior

    Inspeksi

    Bentuk simetris saat dinamis dan saat statis Tidak terlihat eflouresensi Tidak terlihat benjolan Tidak terdapat kelainan vertebra

    Palpasi

    Gerak nafas simetris Vocal fremitus simetris

    Tidak ditemukan nyeri tekanPerkusi

    Tidak terdapat nyeri ketuk Perkusi secara umum terdengar sonor Batas bawah paru kanan pada sela iga X, batas bawah paru kiri pada sela iga XI

  • 8/10/2019 Sepsis case.docx

    8/29

    8

    Auskultasi

    Suara nafas vesikuler +/+

    E. Abdomen

    Inspeksi

    Bentuk perut buncit Venektasi (-), caput medusae (-), striae alba (-) Terlihat benjolan pada regio umbilikalis

    Auskultasi

    Bising usus (+) sedikit meningkat Arterial bruit (-)

    Palpasi

    Dinding abdomen teraba tegang Teraba benjolan pada regio umbilikalis 8 cm , NT + Ballotement -/- Undulasi (-)

    Perkusi

    Shifting dullness (-)

    F. Ekstremitas

    Ektremitas atas

    Inspeksi

    Tangan kiri dan kanan simetris, tidak terlihat deformitas, tidak terdapat lesi kulit Palmar eritema (-) Tidak sianosis, tidak ikterik Clubbing finger Tidak tampak pembengkakan sendi, kedua extremitas atas dapat bergerak aktif dan

    bebas Tidak ada gerakan involunter

    Palpasi

    Tidak terdapat nyeri tekan Akral hangat

  • 8/10/2019 Sepsis case.docx

    9/29

    9

    Pitting edema -/- -/- Refleks patologis Hoffmann Tromner -/- Flapping tremor -/- Tidak ada atrofi otot, tidak terdapat rigiditas sendi Kekuatan otot normal 5555 5555

    5555 5555

    Ekstremitas bawah

    Inspeksi

    Tungkai kiri dan kanan simetris, tidak terlihat deformitas, tidak tampak

    pembengkakan, tidak terdapat lesi kulit

    Tidak sianosis, tidak ikterik Clubbing finger Kedua tungkai dapat bergerak aktif dan bebas

    Palpasi

    Tidak terdapat nyeri tekan pada kedua tungkai kanan dan kiri Pitting oedem - -

    - -

    Klonus patella -/-, klonus achilles -/- Tidak ada atrofi otot, tidak terdapat rigiditas sendi

    2.4 Pemeriksaan Penunjang

    Hasil laboratorium

    Pemeriksaan 25/10/2014; 11.30 Nilai RujukanHematologi

    Hemoglobin 11,2 13.7- 17.5 g/dlHematokrit 40 33-45 %

    Leukosit - 5-10 ribu/ULTrombosit 157000 150-440 ribu/UL

    VER 93,6 80-100 flHER 27,7 26-34 pg

    Fungsi HatiSGOT 25,6 0- 34 u/LSGPT 9,7 0 - 40 u/L

  • 8/10/2019 Sepsis case.docx

    10/29

    10

    Fungsi GinjalUreum 150,5 20 40 mg/dl

    Kreatinin 1,48 0.5 1.5 mg/dlPemeriksaan Diabetes

    Gula Darah Sewaktu 65 70 140 mg/dlElektrolit Darah

    Natrium 142 135 147 mmol/LKalium 3,30 3.10 5.10 mmol/LKlorida 107 95 108 mmol/L

    Hasil follow up laboratorium

    Pemeriksaan 26/1007:20

    27/0807:20

    Nilai Rujukan

    Hemoglobin 11,2 11,5 11.7- 15.5 g/dlHematokrit 23 35 33-45 %

    Leukosit - - 5-10 ribu/UL

    Trombosit 137000 145000 150-440 ribu/UL

    VER 98,2 90,5 80-100 flHER 48,8 27,2 26-34 pgGDS 70 140 mg/dl

    Natrium 142 137 135 147 mmol/LKalium 3,3 4.31 3.10 5.10 mmol/LKlorida 105 98 95 108 mmol/L

    2.5 Resume

    Pasien wanita, 56 tahun datang dengan keluhan nyeri perut yang dirasa semakin berat

    sejak 3 bulan SMRS. Nyeri dirasakan hilang timbul, namun semakin memberat terutama

    pada 3 hari SMRS. Pasien juga mengeluhkan mual serta muntah berisi makanan dan cairan

    bening sebanyak 25x. Pasien juga mengaku ada benjolan di bagian tengah perut dan terasa

    sakit.

    Pemeriksaan fisik :

    Tampak sakit sedang, compos mentis, kesan gizi baik

    PemeriksaanLaboratorium :Kesan :

    Peningkatan ureum

    2.6 Daftar Masalah

    1. Tumor Intra abdomen ec hernia umbilikalis residif

  • 8/10/2019 Sepsis case.docx

    11/29

    11

    2. AKI

    2.7 Rencana Pemeriksaan DPL, UR/CR , GDS, SGOT/PT

    2.8 Penatalaksanaan

    2.8.1 Non medikamentosa Tindakan Operasi Cito

    2.8.2 Medikamentosa IVFD Nacl 0,9% 500 cc/8 jam Ketorolac 3 x amp iv Valium amp iv Ranitidin 2x amp iv

    2.9 Prognosis

    Ad vitam : Dubia

    Ad fungsionam : Dubia

    Ad sanationam : Dubia ad malam

    2.10 Follow up

    1) Follow Up Tanggal 25 September 2014

    Subjektif nyeri perut memberat, mual, muntah 25 x sehari , benjolan

    membesar d perut.

    Objektif TSS.CM.

    TD : 110/70 mmHg FN : 76 x/menit RR : 22 x/menit S : 37,5 oC

    Mata : Konjungtivapucat +/+, sklera ikterik -/-

    Leher : JVP 5-2 cmH2O, tidak ada pembesaran KGB

    Paru : Vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-

    Jantung : BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)Abdomen :Buncit, nyeri tekan (+), Benjolan d regio umbilikalis

    8cm

    Ekstremitas : Akral hangat, edema -/-/-/-, lesi kulit -/- -/-

    Assessme 1. Tumor Intra abdomen ec hernia umbilikalis residif

  • 8/10/2019 Sepsis case.docx

    12/29

  • 8/10/2019 Sepsis case.docx

    13/29

    13

    BAB III

    TINJAUAN PUSTAKA

    Sepsis

    Sepsis adalah Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) yang disebabkan oleh

    infeksi. 4 Sepsis berat adalah sepsis disertai dengan disfungsi organ, hipoperfusi atau hipotensi

    yang tidak terbatas hanya pada laktat asidosis, oliguria maupun perubahan mental akut. 5

    Sedangkan syok sepsis adalah sepsis dengan hipotensi yang ditandai dengan penurunan TDS< 90

    mmHg atau penurunan >40 mmHg dari tekanan darah awal tanpa adanya obat-obatan yang dapat

    menurunkan tekanan darah. SIRS adalah suatu bentuk respon inflamasi terhadap infeksi atau

    non-infeksi yang ditandai oleh gejala-gejala Inflamasi . 4

    Sepsis dapat mengenai berbagai kelompok umur, pada dewasa, sepsis umumnya terdapat

    pada orang yang mengalami immunocompromised yang disebabkan karena adanya penyakit

    kronik maupun infeksi lainnya. Mortalitas sepsis di negara yang sudah berkembang menurun

    hingga 9% namun, tingkat mortalitas pada negara yang sedang berkembang seperti Indonesia

    masih tinggi yaitu 50-70% dan apabila terdapat syok septik dan disfungsi organ multiple, angka

    mortalitasnya bisa mencapai 80%.

    Etiologi

    Penyebab dari sepsis terbesar adalah bakteri gram negatif dengan presentase 60-70%

    kasus yang menghasilkan berbagai produk yang dapat menstimulasi sel imun yang terpacu untuk

    melepaskan mediator inflamasi.

    Gambar 1 : etiologi sepsis

  • 8/10/2019 Sepsis case.docx

    14/29

    14

    Sistem pendekatan sepsis dikembangkan dengan menjabarkan menjadi dasar predisposisi,

    penyakit penyebab, respons tubuh dan disfungsi organ atau disingkat menjadi PIRO

    (predisposing factors, insult, response and organ dysfunction )

    Gambar2: Faktor predisposisi, infeksi, respon klinis, dan disfungsi organ pada sepsis.

    Gambar3 : Faktor predisposisi, infeksi, respon klinis, dan disfungsi organ pada sepsis

  • 8/10/2019 Sepsis case.docx

    15/29

    15

    Gejala

    Umumnya klinis pada sepsis tidak spesifik, biasanya hanya didahului oleh tanda-tanda

    non spesifik seperti demam, menggigil dan gejala konstitutif seperti lelah, malaise, gelisah dan

    tampak kebingungan. Tempat infeksi yang paling sering adalah paru-paru, traktus digestifus,traktus urinarius, kulit, jaringan lunak dan sistem saraf pusat. Gejala sepsis tersebut akan

    semakin berat pada pendeita usia lanjut, penderita diabetes, kanker, gagal organ utama yang

    sering diikuti dengan syok.

  • 8/10/2019 Sepsis case.docx

    16/29

    16

    PATOGENESIS

    Sepsis dikatakan sebagai suatu proses peradangan intravaskular yang berat. Hal ini

    dikatakan berat karena sifatnya yang tidak terkontrol dan berlangsung terus menerus dengan

    sendirinya, dikatakan intravaskular karena proses ini menggambarkan penyebaran infeksi

    melalui pembuluh darah dan dikatakan peradangan karena semua tanda respon sepsis adalah

    perluasan dari peradangan biasa.

    Ketika jaringan terinfeksi, terjadi stimulasi perlepasan mediator-mediator inflamasi

    termasuk diantaranya sitokin. Sitokin terbagi dalam proinflamasi dan antiinflamasi. Sitokin yang

    termasuk proinflamasi seperti TNF, IL-1,interferon yang bekerja membantu sel untuk

    menghancurkan mikroorganisme yang menyebabkan infeksi. Sedangkan sitokin antiinflamasi

    yaitu IL-1-reseptor antagonis (IL-1ra), IL-4, IL-10 yang bertugas untuk memodulasi, koordinasi

    atau represi terhadap respon yang berlebihan. Keseimbangan dari kedua respon ini bertujuan

    untuk melindungi dan memperbaiki jaringan yang rusak dan terjadi proses penyembuhan.

    Namun ketika keseimbangan ini hilang maka respon proinflamasi akan meluas menjadi respon

    sistemik. Respon sistemik ini meliputi kerusakan endothelial, disfungsi mikrovaskuler dan

    kerusakan jaringan akibat gangguan oksigenasi dan kerusakan organ akibat gangguan sirkulasi.

    Sedangkan konskuensi dari kelebihan respon antiinfalmasi adalah alergi dan immunosupressan.

    Kedua proses ini dapat mengganggu satu sama lain sehingga menciptakan kondisi ketidak

    harmonisan imunologi yang merusak. 6

    Penyebab tersering sepsis adalah bakteri terutama gram negatif. Ketika bakteri gram

    negatif menginfeksi suatu jaringan, dia akan mengeluarkan endotoksin dengan lipopolisakarida

    (LPS) yang secara langsung dapat mengikat antibodi dalam serum darah penderita sehingga

    membentuk lipo-polisakarida antibody (LPSab). LPSab yang beredar didalam darah akan

  • 8/10/2019 Sepsis case.docx

    17/29

    17

    bereaksi dengan perantara reseptor CD 14+ dan akan bereaksi dengan makrofag dan

    mengekspresikan imunomodulator. 6

    Sebagai usaha tubuh untuk bereaksi terhadap sepsis maka limfosit T akan mengeluarkan

    substansi dari Th1 dan Th2. Th1 yang berfungsi sebagai immodulator akan mengeluarkan IFN- ,

    IL2 dan M-CSF (Macrophage Colony Stimulating Factor ), sedangkan Th2 akan

    mengekspresikan IL-4, IL-5, IL-6, IL-10, IFN- g, IFN 1 dan TNF yang merupakan sitokin

    proinflamantori. IL- 1 yang merupakan sebagai imuno regulator utama juga memiliki efek pada

    sel endothelial termasuk didalamnya terjadi pembentukkan prostaglandin E2 (PG-E 2) dan

    merangsang ekspresi intercellular adhesion molecule-1 (ICAM-1) yang menyebabkan neutrofil

    tersensitisasi oleh GM-CSF mudah mengadakan adhesi.10 Neutrofil yang beradhesi akan

    mengeluarkan lisosim yang menyebabkan dinding endotel lisis sehingga endotel akan terbuka

    dan menyebabkan kebocoran kapiler. Neutrofil juga membawa superoksidan yang termasuk

    kedalam radikal bebas (nitrat oksida) sehingga mempengaruhi oksigenisasi pada mitokondria

    sehingga endotel menjadi nekrosis dan terjadilah kerusakan endotel pembuluh darah. Adanya

    kerusakan endotel pembuluh darah menyebabkan gangguan vaskuler dan hipoperfusi jaringan

    sehingga terjadi kerusakan organ multipel. 6

  • 8/10/2019 Sepsis case.docx

    18/29

    18

    Gambar 5 : patogenesis sepsis

    Sepsis akan mengaktifkan Tissue Factor yang memproduksi trombin yang merupakan

    suatu substansi proinflamasi. Trombin akhirnya menghasilkan suatu gumpalan fibrin di dalam

    mikrovaskular. Sepsis selain mengaktifkan tissue factor , dia juga menggangu proses fibrinolisis

    melalui pengaktifan IL- 1 dan TNF dan memproduksi suatu plasminogen activator inhibitor-1

    yang kuat mengahambat fibrinolisis. Sitokin proinflamasi juga mengaktifkan activated protein C

    (APC) dan antitrombin. Protein C sebenarnya bersirkulasi sebagai zimogen yang inaktif tetapi

    karena adanya thrombin dan trombomodulin, dia berubah menjadi enzyme-activated protein C .

    Sedangkan APC dan kofaktor protein S mematikan produksi trombin dengan menghancurkan

    kaskade faktor Va dan VIIIa sehingga tidak terjadi suatu koagulasi. APC juga menghambat kerja

    plasminogen activator inhibitor-1 yang menghambat pembentukkan plasminogen menjadi

    plasmin yang sangat penting dalam mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Semua proses ini

    menyebabkan kelainan faktor koagulasi yang bermanisfestasi perdarahan yang dikenal dengan

  • 8/10/2019 Sepsis case.docx

    19/29

    19

    koagulasi intravaskular diseminata yang merupakan salah satu kegawatan dari sepsis yang

    mengancam jiwa. 7

    Gambar 6 : Patogenesis sepsis

    Diagnosis

    Dalam mendiagnosis sepsis, diperlukan anamnesa dan pemeriksaan yang menyeluruh.

  • 8/10/2019 Sepsis case.docx

    20/29

    20

  • 8/10/2019 Sepsis case.docx

    21/29

    21

    Pemeriksaan Penunjang

    Tatalaksana

    Penatalaksanaan sepsis yang optimal mencangkup stabilisasi pasien langsung (perbaikanhemodinamik), pemberian antibiotik, pengobatan fokus infeksi dan resusitasi serta terapi suportifapabila telah terjadi disfungsi organ. 7

  • 8/10/2019 Sepsis case.docx

    22/29

    22

  • 8/10/2019 Sepsis case.docx

    23/29

    23

  • 8/10/2019 Sepsis case.docx

    24/29

    24

    KOMPLIKASI MODS (disfungsi organ multipel)

    Penyebab kerusakan multipel organ disebabkan karena adanya gangguan perfusi jaringan yang

    mengalami hipoksia sehingga terjadi nekrosis dan gangguan fungsi ginjal dimana pembuluh

    darah memiliki andil yang cukup besar dalam pathogenesis ini.

  • 8/10/2019 Sepsis case.docx

    25/29

    25

    KID (Koagulasi Intravaskular Diseminata)

    Patogenesis sepsis menyebabkan koagulasi intravaskuler diseminata disebabkan oleh faktor

    komplemen yang berperan penting seperti yang sudah dijelaskan pada patogenesis sepsis diatas.

    Disungsi hati dan jantung, neurologi

    ARDS

    Kerusakan endotel pada sirkulasi paru menyebabkan gangguan pada aliran darah kapiler dan

    perubahan permebilitas kapiler, yang dapat mengakibatkan edema interstitial dan alveolar.

    Neutrofil yang terperangkap dalam mirosirkulasi paru menyebabkan kerusakan pada membran

    kapiler alveoli. Edema pulmonal akan mengakibatkan suatu hipoxia arteri sehingga akhirnya

    akan menyebabkan Acute Respiratory Distress Syndrome.

    Gastrointestinal :

    Pada pasien sepsis di mana pasien dalam keadaan tidak sadar dan terpasang intubasi dan tidak

    dapat makan, maka bakteri akan berkembang dalam saluran pencernaan dan mungkin juga dapat

    menyebabkan suatu pneumonia nosokomial akibat aspirasi. Abnormalitas sirkulasi pada sepsis

    dapat menyebabkan penekanan pada barier normal dari usus, yang akan menyebabkan bakteri

    dalam usus translokasi ke dalam sirukulasi (mungkin lewat saluran limfe). Gagal ginjal akut

    Pada hipoksia/iskemi di ginjal terjadi kerusakan epitel tubulus ginjal. vaskular dan sel endotel

    ginjal sehingga memicu terjadinya proses inflamasi yang menyebabkan gangguan fungsi organ

    ginjal.

    Syok septiko Sepsis dengan hipotensi dan gangguan perfusi menetap walaupun telah dilakukan

    terapi cairan yang adekuat karena maldistribusi aliran darah karena adanya

    vasodilatasi perifer sehingga volume darah yang bersirkulasi secara efektif tidak

    memadai untuk perfusi jaringan sehingga terjadi hipovelemia relatif.

  • 8/10/2019 Sepsis case.docx

    26/29

    26

    o Hipotensi disebabkan karena Endotoksin dan sitokin (khususnya IL-1, IFN- , dan

    TNF- ) menyebabkan aktivasi reseptor endotel yang menginduksi influx kalsium

    ke dalam sitoplasma sel endotel, kemudian berinteraksi dengan kalmodulin

    membentuk NO dan melepaskan Endothelium Derived Hyperpolarizing Factor

    (EDHF) yang meyebabkan hiperpolarisasi, relaksasi dan vasodilatasi otot polos

    yang diduga menyebabkan hipotensi.

  • 8/10/2019 Sepsis case.docx

    27/29

  • 8/10/2019 Sepsis case.docx

    28/29

    28

    BAB V

    KESIMPULAN

    Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang kami

    menyimpulkan bahwa diagnosis klinis kelompok kami adalah Sepsis . Dari anamnesis tidak di

    dapatkan hal yang begitu bermakna, dikarenakan kesadaran pasien dalam keadaan sopor. Hasil

    pemeriksaan fisik didapatkan bahwa keadaan umumnya pucat yang terjadi karena anemia.

    Frekuensi suhu, nadi dan nafasnya juga meningkat karena merupakan mekanisme kompensasi

    dari anemianya dan infeksinya, kemudian ditemukan juga ronkhi positif di kedua lapang paru, ini

    bisa terjadi karena adanya infiltrasi dari sel leukosit terhadap kuman yang menginfeksi tubuh.

    Hasil pemeriksaan penunjang tidak dapat menunjukan hal yang pasti, dikarenakan tidak

    lengkapnya hasil laboratorium.

  • 8/10/2019 Sepsis case.docx

    29/29

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Kaplan LJ, dkk. Systemic Inflammatory Response Syndrome. (Accessed October 21,

    2014). Available from: http://emedicine.medscape.com/article/168943-overview#a0156 . 2. Grace PA, Borley NR. At a Glance Ilmu Bedah. 3 rd ed. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2006.

    p. 77-78.

    3. Napitupulu HH. Sepsis. Anestesia & Critical Care. 2010 Sept; 28 (3): 50-57.

    4. Michael R Pinsky, MD, CM, FCCP, FCCM. Shock Septic.

    http://emedicine.medscape.com/article/168402-overview#a0156 . Diunduh September

    2012.

    5. Leksana, Ery. SIRS, Sepsis, Keseimbangan Asam-Basa, Syok dan Terapi cairan. Bagian

    Anestesi dan Terapi Intensif RSUP.dr.Kariadi. Semarang: Fakultas Kedokteran

    Universitas Diponegoro,2006.

    6. Sepsis. Available from : http://www.biomerieux-diagnostics.com/servlet/srt/bio/clinical-

    diagnostics/dynPage?open=CNL_HCP_INF_SEP&doc=CNL_HCP_INF_SEP_G_CHP_

    TXT_1&pubparams.sform=1&lang=en . Diunduh pada tanggal 20 September 2012.

    7. A.Guntur.H. Sepsis. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III . Edisi IV. Jakarta :

    Pusat Penerbit IPD FK UI. 2007;1840-43.

    http://emedicine.medscape.com/article/168943-overview#a0156http://emedicine.medscape.com/article/168943-overview#a0156http://emedicine.medscape.com/article/168943-overview#a0156http://emedicine.medscape.com/article/168402-overview#a0156http://emedicine.medscape.com/article/168402-overview#a0156http://www.biomerieux-diagnostics.com/servlet/srt/bio/clinical-diagnostics/dynPage?open=CNL_HCP_INF_SEP&doc=CNL_HCP_INF_SEP_G_CHP_TXT_1&pubparams.sform=1&lang=enhttp://www.biomerieux-diagnostics.com/servlet/srt/bio/clinical-diagnostics/dynPage?open=CNL_HCP_INF_SEP&doc=CNL_HCP_INF_SEP_G_CHP_TXT_1&pubparams.sform=1&lang=enhttp://www.biomerieux-diagnostics.com/servlet/srt/bio/clinical-diagnostics/dynPage?open=CNL_HCP_INF_SEP&doc=CNL_HCP_INF_SEP_G_CHP_TXT_1&pubparams.sform=1&lang=enhttp://www.biomerieux-diagnostics.com/servlet/srt/bio/clinical-diagnostics/dynPage?open=CNL_HCP_INF_SEP&doc=CNL_HCP_INF_SEP_G_CHP_TXT_1&pubparams.sform=1&lang=enhttp://www.biomerieux-diagnostics.com/servlet/srt/bio/clinical-diagnostics/dynPage?open=CNL_HCP_INF_SEP&doc=CNL_HCP_INF_SEP_G_CHP_TXT_1&pubparams.sform=1&lang=enhttp://www.biomerieux-diagnostics.com/servlet/srt/bio/clinical-diagnostics/dynPage?open=CNL_HCP_INF_SEP&doc=CNL_HCP_INF_SEP_G_CHP_TXT_1&pubparams.sform=1&lang=enhttp://www.biomerieux-diagnostics.com/servlet/srt/bio/clinical-diagnostics/dynPage?open=CNL_HCP_INF_SEP&doc=CNL_HCP_INF_SEP_G_CHP_TXT_1&pubparams.sform=1&lang=enhttp://emedicine.medscape.com/article/168402-overview#a0156http://emedicine.medscape.com/article/168943-overview#a0156