seorang pasien dengan hidronefrosis

93
SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN HIDRONEFROSIS Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit batu saluran kemih yang selanjutnya disingkat BSK adalah terbentuknya batu yang disebabkan oleh pengendapan substansi yang terdapat dalam air kemih yang jumlahnya berlebihan atau karena faktor lain yang mempengaruhi daya larut substansi. BSK sudah diderita manusia sejak zaman dahulu, hal ini dibuktikan dengan diketahui adanya batu saluran kemih pada mummi Mesir yang berasal dari 4800 tahun sebelum Masehi. Batu saluran kemih banyak dijumpai pada orang dewasa antara umur 30-60 tahun dengan rerata umur tahun (pria rerata 43,06 dan wanita rerata 40,20 tahun)[6]. Umur terbanyak penderita batu di negara-negara Barat 20-50 tahun dan di Indonesia antara 30-60 tahun[2,3]. Kemungkinan keadaan ini disebabkan adanya perbedaan faktor sosial ekonomi, budaya dan diet. Robertson dkk. telah membuktikan bahwa di Inggris kejadian BSK meningkat dengan adanya peningkatan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

description

laporan kasus radiologi

Transcript of seorang pasien dengan hidronefrosis

Page 1: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Penyakit batu saluran kemih yang selanjutnya disingkat BSK adalah

terbentuknya batu yang disebabkan oleh pengendapan substansi yang terdapat

dalam air kemih yang jumlahnya berlebihan atau karena faktor lain yang

mempengaruhi daya larut substansi. BSK sudah diderita manusia sejak zaman

dahulu, hal ini dibuktikan dengan diketahui adanya batu saluran kemih pada mummi

Mesir yang berasal dari 4800 tahun sebelum Masehi. Batu saluran kemih banyak

dijumpai pada orang dewasa antara umur 30-60 tahun dengan rerata umur tahun

(pria rerata 43,06 dan wanita rerata 40,20 tahun)[6]. Umur terbanyak penderita batu

di negara-negara Barat 20-50 tahun dan di Indonesia antara 30-60 tahun[2,3].

Kemungkinan keadaan ini disebabkan adanya perbedaan faktor sosial ekonomi,

budaya dan diet.

Robertson dkk. telah membuktikan bahwa di Inggris kejadian BSK meningkat

dengan adanya peningkatan konsumsi protein hewani. Oleh karena itu, besar sekali

kemungkinan bahwa masalah BSK akan menjadi masalah yang semakin besar di

Indonesia, sehubungan dengan perbaikan taraf hidup rakyat dengan adanya Program

Perbaikan Gizi oleh Pemerintah. Harus pula diingat bahwa Indonesia terletak pada

kelompok Negara di dunia yang dilewati oleh Sabuk batu. (Stone belt) [4].. Secara

garis besar pembentukan BSK dipengaruhi oleh faktor Intrinsik dan Ekstrinsik. Faktor

Intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam individu sendiri seperti herediter/

keturunan, umur, jenis kelamin. Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari luar

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 2: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

2

individu seperti kondisi geografis daerah, faktor lingkungan, jumlah air minum, diet,

lama duduk saat bekerja, olah raga, obesitas, kebiasaan menahan buang air kemih dan

konsumsi vitamin C dosis tinggi[7,15,19]

Di Indonesia sampai saat ini angka kejadian BSK yang sesungguhnya belum

diketahui, diperkirakan 170.000 kasus per tahun. Jumlah penderita baru saluran

kemih di sub bagian urologi bagian bedah. Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo

periode Januari 1994 – Desember 2005 yaitu sebesar 1028 pasien, dengan jenis

kelamin 694(67%) laki-laki dan 334(32,5%) wanita11. Data rekam medis RS Dr.

Kariadi diketahui bahwa kasus batu saluran kemih menunjukkan peningkatan dari

32,8% dari kasus urologi pada tahun 2003 menjadi 35,4% dari kasus urologi pada

tahun 2004 dan meningkat menjadi 39,1% pada tahun 2005[3].

BSK dapat menimbulkan keadaan darurat bila batu turun dalam sistem

kolektivus dan dapat menyebabkan kelainan sebagai kolektivus ginjal atau infeksi

dalam sumbatan saluran kemih. Kelainan tersebut menyebabkan nyeri karena

dilatasi sistem sumbatan dengan peregangan reseptor sakit dan iritasi lokal dinding

ureter atau dinding pelvis ginjal yang disertai edema dan penglepasan mediator sakit.

Sekitar 60-70% batu yang turun spontan sering disertai dengan serangan kolik

ulangan Salah satu komplikasi batu saluran kemih yaitu terjadinya gangguan fungsi

ginjal yang ditandai kenaikan kadar ureum dan kreatinin darah, gangguan tersebut

bervariasi dari stadium ringan sampai timbulnya sindroma uremia dan gagal ginjal,

bila keadaan sudah stadium lanjut bahkan bisa mengakibatkan kematian[7].

Untuk menegakan diagnosis batu saluran kemih diperlukan anamesis,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium atau penunjang lainnya salah

satunya adalah pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan laboratorium yang terdiri dari

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 3: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

3

pemeriksaan darah dan urin serta pemeriksaan radiologi mampu membantu

menegakan diagnosis batu saluran kemih. Pada pusat pelayanan kesehatan primer

pemeriksaan pada pasien suspect batu saluran kemih hanya terbatas sampai

pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan radiologi harus dilakukan di rumah sakit

yang memiliki sarana radiologi. Dengan alasan efisiensi biaya dan efektivitas perlu

diketahui apakah ada kesesuaian diagnosis batu saluran kemih menggunakan

pemeriksaan mikroskopis urin dan pemeriksaan radiologi[1].

Tujuan pemeriksaan batu saluran kemih dengan pencitraan adalah

menentukan adanya batu dalam saluran kemih, mengevaluasi komplikasi,

memperkirakan kemungkinan bagian batu, pastikan bagian batu, menilai beban batu,

dan mengevaluasi aktivitas penyakit. Adapun pemeriksaan yang dapat di antaranya

adalah foto polos, USG, CT Scan, MRI, IVP, pielografi retrogard, dan renogram.

Dalam praktek klinik sehari-hari, pemeriksaan radiografi dengan USG sering

menjadi langkah investigasi pertama dari kecurigaan adanya gangguan pada saluran

kemih, termasuk batu saluran kemih. Dibandingkan dengan pemeriksaan CT Scan,

USG memiliki sensitivitas 76% dan spesifisitas 100%, lebih rendah dari CT Scan.

Meskipun demikian, melihat dari segi cost effective dan kekhawatiran untuk efek

jangka panjang yang berpotensi membahayakan akibat akumulasi radiasi yang

ditimbulkan CT Scan, USG tetap harus dipertimbangkan sebagai tes pencitraan

pertama pada kecurigaan batu ginjal [1,5,6].

Berdasarkan uraian di atas, maka dibuat laporan mengenai kasus batu saluran

kemih yang ditemukan pada pasien dengan judul Pemeriksaan Ultrasonografi

Abdomen Pada Pasien Dengan Batu Saluran Kemih Dan Hidronefrosis.

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 4: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

4

1.2 TUJUAN

a. Mengetahui dan memahami faktor-faktor resiko serta etiologi yang diduga dapat

menyebabkan batu saluran kemih sehingga dapat dilakukan intervensi yang sesuai.

b. Mengetahui dan memahami mekanisme dan patofisiologi terjadinya batu saluran

kemih, sehingga pendekatan diagnostik yang tepat dapat dicapai.

c. Mengetahui dan memahami anatomi ginjal dan diagnosis banding dari batu saluran

kemih.

d. Mengetahui pemeriksaan penunjang mana yang diperlukan untuk menunjang

diagnostik pada batu saluran kemih terutama secara radiologi.

e. Mengetahui penatalaksanaan dari batu saluran kemih.

1.3 MANFAAT

Dengan penulisan laporan kasus ini diharapkan dapat dijadikan sebagai media

belajar bagi mahasiswa klinik sehingga dapat mendiagnosis terutama secara radiologis

dan mengelola pasien dengan permasalahan seperti pada pasien ini secara

komprehensif.

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 5: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ANATOMI GINJAL

Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak di kedua sisi

kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan ginjal kiri karena

tertekan kebawah oleh hati. Kutub atas ginjal kanan terletak setinggi iga keduabelas,

sedangkan kutub atas ginjal kiri terletak setinggi iga kesebelas. Kutub bawah ginjal

kiri terletak setingi tepi bawah vertebra lumbal ketiga sedangkan kutub bawah ginjal

kanan terletak setinggi tepi bawah vertebra lumbal keempat[8,9]. Aksis longitudinal

dari tiap ginjal mengarah ke caudolateral, sedangkan aksis transversalnya ke

posterolateral. Permukaan anterior masing-masing ginjal cembung, dan tampak depan

dan lateral. Margo lateralnya cembung dan mengarah ke posterolateral dinding

abdomen, sedangkan margo medialnya cekung di bagian tengah dan cembung saat

mendekati ekstremitas. Ginjal kanan berhubungan dengan glandula suprarenalis,

herpar, pars descendens duodenum, dan fleksura coli dextra di anterior; diafragma,

recessus costodiaframaticus, Costa XII, m. Psoas major, m. Quadratus lumborum, dan

m. Transversus abdominis di posterior. Ginjal kiri berhubungan dengan glandula

suprarenalis, lien, gaster, pankreas, fleksura coli sinistra, dan lengkung-lengkung

jejunum di anterior; diafragma, recessus costodiafragmatikus, costa XI dan XII, m

psoas, m. Quadratus lumborum, dan m. Transversus abdominis di posterior [19].

Ginjal terletak di bagian belakang abdomen atas, di belakang peritoneum, di

depan dua iga terakhir, dan tiga otot besar-transversus abdominis, kuadratus

lumborum, dan psoas mayor. Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 6: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

6

lemak yang tebal. Ginjal terlindung dengan baik dari trauma langsung, disebelah

posterior (atas) dilindungi oleh iga dan otot-otot yang meliputi iga sedangkan di

anterior (bawah) dilindungi oleh bantalan usus yang tebal. [7,16].

Gambar: Letak Ginjal dalam Kavum Abdomen

Gambar: Ginjal dan Hubungannya dengan Organ Retroperitoneal

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 7: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

7

Struktur Ginjal terdiri atas:

I. Struktur Makroskopik[7,16].

Pada orang dewasa , panjang ginjal adalah sekitar 12 sampai 13 cm (4,7

hingga 5,1 inci), lebarnya 6 cm (2,4 inci), tebalnya 2,5 cm (1 inci), dan

beratnya sekitar 150 gram. Secara anatomik ginjal terbagi dalam dua

bagian, yaitu korteks dan medula ginjal.8 Ginjal terdiri dari bagian dalam

(medula), dan bagian luar (korteks).

a. Bagian dalam (internal) medula.

Substansia medularis terdiri dari piramid renalis yang jumlahnya antara

18-16 buah yang mempunyai basis sepanjang ginjal, sedangkan

apeksnya mengahadap ke sinus renalis. Mengandung bagian tubulus

yang lurus, ansa henle, vasa rekta dan diktus koligens terminal.

b. Bagian luar (eksternal) korteks.

Substansia kortekalis berwarna coklat merah, konsistensi lunak dan

bergranula. Substansia ini tepat dibawah tunika fibrosa, melengkung

sapanjang basis piramid yang berdekatan dengan garis sinus renalis,dan

bagian dalam diantara piramid dinamakan kolumna renalis. Mengandung

glomerulus, tubulus proksimal dan distal yang berkelok-kelok dan

duktus koligens

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 8: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

8

Gambar 2.1. Anatomi Ginjal dilihat dari Inferior Potongan Transversa

Abdomen setinggi Vertebra Lumbal II

II. Struktur Mikroskopik[16,17].

a. Nefron

Tiap tubulus ginjal dan glomerolusnya membentuk satu kesatuan

(nefron). Ukuran ginjal terutama ditentukan oleh jumlah nefron yang

membentuknya. Tiap ginjal manusia memiliki kira-kira 1.3 juta

nefron. Setiap nefron bisa membentuk urin sendiri. Karena itu fungsi

satu nefron dapat menerangkan fungsi ginjal.

b. Glomerulus

Setiap nefron pada ginjal berawal dari berkas kapiler yang disebut

glomerulus, yang terletak didalam korteks, bagian terluar dari ginjal.

Tekanan darah mendorong sekitar 120 ml plasma darah melalui

dinding kapiler glomerular setiap menit. Plasma yang tersaring masuk

ke dalam tubulus. Sel-sel darah dan protein yang besar dalam plasma

terlalu besar untuk dapat melewati dinding dan tertinggal.

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 9: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

9

c. Tubulus kontortus proksimal

Berbentuk seperti koil longgar berfungsi menerima cairan yang telah

disaring oleh glomerulus melalui kapsula bowman. Sebagian besar

dari filtrat glomerulus diserap kembali ke dalam aliran darah melalui

kapiler-kapiler sekitar tubulus kotortus proksimal. Panjang 15 mm

dan diameter 55 µm.

d. Ansa henle

Berbentuk seperti penjepit rambut yang merupakan bagian dari nefron

ginjal dimana, tubulus menurun kedalam medula, bagian dalam

ginjal, dan kemudian naik kembali kebagian korteks dan membentuk

ansa. Total panjang ansa henle 2-14 mm.

e. Tubulus kontortus distalis

Merupakan tangkai yang naik dari ansa henle mengarah pada koil

longgar kedua. Penyesuaian yang sangat baik terhadap komposisi urin

dibuat pada tubulus kontortus. Hanya sekitar 15% dari filtrat

glomerulus (sekitar 20 ml/menit) mencapai tubulus distal, sisanya

telah diserap kembali dalam tubulus proksimal.

f.Duktus koligen medula

Merupakan saluran yang secara metabolik tidak aktif. Pengaturan

secara halus dari ekskresi natrium urin terjadi disini. Duktus ini

memiliki kemampuan mereabsorbsi dan mensekresi kalsium.

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 10: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

10

Gambar 2.3. Struktur Makroskopik dan Mikroskopik ginjal

2.2. ANATOMI RADIOGRAFIK

Pada foto radiografi standar anteroposterior abdomen, dapat terlihat:

1. Tulang. Pada bagian atas foto rontgen terlihat costae bagian bawah. Ke arah bawah,

pada bagian tengah foto terdapat vertebra thoracicae bagian bawah, vertebra lumbales,

os. sacrum, dan os. coccygis. Pada dextra dam sinsitra terlihat articulatio sacroiliaca,

os. coxae, dan articulatio coxae.

2. Diaphragma. Terlihat sebagai bayangan berbentuk kubah yang terdapat pada setiap

sisi; kubah kanan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan kubah kiri.

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 11: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

11

3. Musculus Psoas Major. Di kanan dan kiri kolumna vertebralis bayangan pinggir

lateral musculus psoas major terlihat berjalan ke bawah dan lateral dari vertebra

thoracica XII

4. Hepar. Berbentuk gambaran opak homogen pada bagian atas abdomen.

5. Lien. Memberikan bayangan halus yang dapat dilihat pada spatium intercostales IX

dan X sinistra.

6. Ren. Biasanya terlihat karena adanya kapsula adiposa yang mengelilingi ginjal

menghasilkan garis transradiant.

7. Gaster dan Intestinum. Udara mungkin dapat dilihat pada fundus gastrikus dan

intestinum. Feces juga dapat dilihat di dalam colon.

8. Vesica Urinaria. Bila vesica urinaria berisi urin yang cukup banyak, bayangannya

dapat dilihat di dalam pelvis.

GAMBARAN RADIOGRAFIK TRAKTUS URINARIUS:

1. Ren. Ren biasanya dapat dilihat pada foto rontgen anteroposterior standar abdomen

karena kapsula adiposa yang menutupi ren menghasilkan garis transradian.

2. Calices, Pelvis Renalis, dan Ureter. Normalnya struktur-struktur tersebut tidak

terlihat pada foto rontgen standar. Lumen dapat diperlhatkan dengan menggunakan

senyawa radiopak pada pyelografi intravena atau pyelografi retrogard. Pada

pyelografi intravena, senyawa yang mengading yodium disuntikkan pada vena

subkutan di lengan. Senyawa ini diekskresikan dan dipekatkan oleh ren sehingga

calices dan ureter terlihat opak dengan sinar-X. Bila senyawa opak ini sudah cukup

diekskresikan, vesica urinaria juga terlihat. Ureter terlihat tumpang tindih dengan

proceccus transversus vertebrae lumbales. Ureter menyilang articulatio sacroiliaca

dan masuk ke pelvis. Di dekat spina ischiadica, ureter membelok ke medial untuk

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 12: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

12

Gambar: Diagram struktur anatomi radiografi pada foto polos abdomen

masuk ke vesica urinaria. Tiga tempat penyempitan ureter yang normal (pada

perlaihan pelvis renalis ke ureter yang normal (pada peralihan pelvis renalis ke ureter,

pinggir atas pelvis, dan di tempat ureter masuk ke dalam vesica urinaria) dapat

terlihat. Dengan pyelografi retrogard, sistoskop dimasukkan melalui urethra ke dalam

vesica urinaria, dan kateter ureter dimasukkan ke dalam ureter. Kemudian larutan

natrium yodida disuntikkan sepanjang kateter sampai ke ureter. Bila calices renalis

minores telah terisi dengan nzat radiopak, anatomi calices minores dan majores serta

pelvis renalis dapat terlihat dengan jelas. Masing-masing calyx minor memperlihatkan

bentuk seperti mangkuk akibat penonjolan papilla renalis ke dalamnya.

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 13: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

13

Pemeriksaan USG ginjal merupakan pemeriksaan yang tidak invasif. Sebelum

pemeriksaan, pasien dipuasakan untuk meminimalkan gas di usus yang dapat

menghalangi pemeriksaan. Penilaian UIV sangat dibutuhkan untuk menetukan posisi

ginjal dan daerah yang perlu dinilai lebih lanjut. Fokus transduser yang digunakan

sekitar 5 cm, 2,5 – 3,5 MHz cukup memadai. Lakukan irisan transversal untuk

menentukan lokasi aksis ginjal, diikuti dengan irisan – irisan longitudinal, bila perlu

gunakan magnifikasi. Ginjal turut bergerak pada pernapasan, sehingga pasien diminta

untuk menahan napas pada inspirasi dalam. Penilaian kutub atas ginjal paling baik

dengan sektor transduser melalui celah iga. Ginjal kanan dapat diperiksa dengan

pasien pada posisi supine, left lateral decubitus, dan pronasi. Sementara untuk ginjal

kiri, digunakan posisi right lateral decubitus dan pronasi. Posisi supine tidak

dianjurkan untuk memeriksa ginjal kiri karena gambaran ginjal terganggu oleh

gambaran udara lambung dan usus. Sonic window yang digunakan adalah otot perut

belakang dan posterolateral serta celah iga. Pada ginjal kanan, hepar juga digunakan

sebagai sonic window, sedangkan pada ginjal kiri yang dipakai adalah lambung yang

berisi air.

USG dapat memberikan keterangan tentang ukuran, bentuk, letak, dan struktur

anatomi dalam ginjal. Ukuran ginjal normal berkisar antara:

ginjal kanan : 8 – 14 cm

ginjal kiri : 7 – 12 cm

Diameter anteroposterior rata – rata 4 cm dan diameter melintang rata – rata 5

cm. Lemak perirenal tampak sebagai lapisan yang berdensitas tinggi mengelilingi sisi

luar ginjal. Sementara parenkim ginjal terdiri atas korteks dan medula. Eko parenkim

ginjal relatif lebih rendah dibandingkan dengan eko sinus ginjal. Medula dan korteks

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 14: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

14

dapat jelas dibedakan. Pada keadaan normal, eko korteks lebih tinggi daripada eko

medula, yang relatif lebih hiperekoik. Tebal parenkim ginjal normal hampir merata, di

bagian tengah 1 – 2 cm dan di bagian kutub 2 – 3 cm. Tebal parenkim ginjal

dibandingkan tebal sinus ginjal kira – kira 1 : 2. Piramis medula berisi lebih banyak

cairan daripada korteks sehingga terlihat lebih hipoekoik, berbentuk segitiga, dengan

basis di korteks dan apeksnya di sinus. Eko sinus ginjal juga dikenal sebagai central

pelvicaliceal echo complex, terlihat sebagai daerah hiperekoik di bagian tengah ginjal.

Hal ini disebabkan karena di sekitar pelvis, infundibulum, dan kalises sebagian besar

terdiri dari lemak[18].

2.3. FISIOLOGI GINJAL

Fungsi utama ginjal terangkum dibawah ini, yang menekankan peranannya

sebagai organ pengatur dalam tubuh[9]..

I. Fungsi Ekskresi

a. Mengeluarkan zat toksis/racun

b. Mengatur keseimbangan air, garam/elektrolit, asam /basa

c. Mempertahankan kadar cairan tubuh dan elektrolit (ion-ion lain)

d. Mengekskresikan produk akhir nitrogen dari metabolisme protein (terutama

urea, asam urat dan kreatinin)

e. Bekerja sebagai jalur ekskretori untuk sebagian besar obat

II. Fungsi Non Ekskresi

Mensintesis dan mengaktifkan Hormon:

a. Renin, penting dalam pengaturan tekanan darah

b. Eritropoetin, merangsang produksi sel darah merah oleh sumsum tulang

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 15: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

15

c. 1,25-dihidroksivitamin D3 : hidroksilasi akhir vitamin D3 menjadi bentuk

yang

d. paling kuat

e. Prostaglandin : sebagian besar adalah vasodilator, bekerja secara lokal, dan

f. melindungi dari kerusakan iskemik ginjal

g. Degradasi hormon polipeptida

h. Insulin, glukagon, parathormon, prolaktin, hormon pertumbuhan, ADH dan

hormon gastrointestinal (gastrin, polipeptida intestinal vasoaktif).

2.4. BATU SALURAN KEMIH

Definisi

Batu Saluran Kemih (BSK) adalah penyakit dimana didapatkan masa keras

seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik saluran kemih atas

(ginjal dan ureter) dan saluran kemih bawah (kandung kemih dan uretra), yang dapat

menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih dan infeksi. Batu ini bisa

terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu

kandung kemih). Batu ini terbentuk dari pengendapan garam kalsium, magnesium,

asam urat, atau sistein[2].

Epidemiologi

Di Indonesia penyakit batu saluran kemih masih menempati porsi terbesar dari

jumlah pasien di klinik urologi. Insidensi dan prevalensi yang pasti dari penyakit ini

di Indonesia belum dapat ditetapkan secara pasti.

Dari data di luar negeri didapatkan bahwa resiko pembentukan batu sepanjang

hidup (life time risk) dilaporkan berkisar 5-10% (EAU Guidelines). Laki-laki lebih

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 16: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

16

sering dibandingkan wanita (kira-kira 3:1) dengan puncak insidensi antara dekade

keempat dan kelima, hal ini kurang lebih sesuai dengan yang ditemukan di RSUPN-

CM[11].

Klasifikasi

Batu saluran kemih dapat dibagi berdasarkan lokasi terbentuknya, menurut

lokasi beradanya, menurut keadaan klinik, dan menurut susunan kimianya.

I. Menurut tempat terbentuknya[12]:

a. Batu ginjal

b. Batu kandung kemih

II. Menurut lokasi keberadaannya[12]:

a. Batu urin bagian atas (mulai ginjal sampai ureter distal)

b. Batu urin bagian bawah (Mulai kandung kemih sampai uretra)

III. Menurut Keadaan Klinik[12]:

a. Batu urin metabolic aktif : bila timbul dalam satu tahun trakhir, batu

bertambah besar atau kencing batu.

b. Batu urin metabolic inaktif : bila tidak ada gejala seperti yang aktif

c. Batu urin yang aktifitasnya diketahui (asimtomatik)

d. Batu urin yang perlu tindakan bedah (surgically active) bila

menyebabkan obstruksi, infeksi, kolik, hematuria.

IV. Menurut susunan kimiawi[12]:

Berdasarkan susunan kimianya batu urin ada beberapa jenis yaitu : batu

kalsium okalat, batu kalsium fosfat, batu asam urat, batu struvit

(magnesium ammonium fosfat) dan batu sistin

a. Batu Kalsium Oksalat :

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 17: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

17

Merupakan jenis batu paling sering dijumpai; yaitu lebih kurang 75 –

85% dari seluruh batu urin. Batu ini lebih umum pada wanita, dan rata-

rata terjadi pada usia decade ketiga (6) Kadang-kadang batu ini

dijumpai dalam bentuk murni atau juga bisa dalam bentuk campuran,

misalnya dengan batu kalsium fosfat )biasanya hidroxy apatite).

Batu kalsium ini terdiri dari 2 tipe yaitu monohidrat dan dihidrat.

Batu kalsium dihidrat biasanya pecah dengan mudah dengan lithotripsy

(suatu teknik non invasive dengan menggunakan gelombang kejut yang

difokuskan pada batu untuk menghancurkan batu menjadi fragmen-

fragmen.) sedangkan batu monohidrat adalah salah satu diantara jenis

batu yang sukar dijadikan fragmen-fragmen.

b. Batu Struvit :

Sekitar 10-15% dari total, terdiri dari magnesium ammonium fosfat

(batu struvit) dan kalsium fosfat. Batu ini terjadi sekunder terhadap

infeksi saluran kemih yang disebabkan bakteri pemecah urea. Batu

dapat tumbuh menjadi lebih besar membentuk batu staghorn dan

mengisi seluruh pelvis dan kaliks ginjal. Batu dapat tumbuh menjadi

lebih besar membentuk batu staghorn dan mengisi seluruh pelvis dan

kaliks ginjal. Batu ini bersifat radioopak dan mempunyai densitas yang

berbeda. Diurin kristal batu struit berbentuk prisma empat persegi

panjang. Dikatakan bahwa batu staghorn dan struit mungkin

berhubungan erat dengan destruksi yang cepat dari ginjal’ hal ini

mungkin karena proteus merupakan bakteri urease yang poten.

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 18: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

18

c. Batu asam urat :

Lebih kurang 5-10% dari seluruh batu saluran kemih dan batu ini tidak

mengandung kalsium dalam bentuk mu rni sehingga tak terlihat dengan

sinar X (Radiolusen) tapi mungkin bisa dilihat dengan USG atau

dengan Intra Venous Pyelografy (IVP). Batu asam urat ini biasanya

berukuran kecil, tapi kadang-kadang dapat cukup besar untuk

membentuk batu staghorn, dan biasanya relatif lebih mudah keluar

karena rapuh dan sukar larut dalam urin yang asam. Batu asam urat ini

terjadi terutama pada wanita. Separoh dari penderita batu asam urat

menderita gout; dan batu ini biasanya bersifat famili apakah dengan

atau tanpa gout. Dalam urin kristal asam urat berwarna merah orange.

Asam urat anhirat menghasilkan kristal-kristal kecil yang terlihat

amorphous dengan mikroskop cahaya. Dan kristal ini tak bisa

dibedakan dengan kristal apatit. Batu jenis dihidrat cenderung

membentuk kristal seperti tetesan air mata.

d. Batu Sistin : (1-2%)

Lebih kurang 1-2% dari seluruh BSDK, Batu ini jarang dijumpai

(tidak umum), berwarana kuning jeruk dan berkilau. Sedang kristal

sistin diurin tampak seperti plat segi enam, sangat sukar larut dalam air.

Bersifat Radioopak karena mengandung sulfur.

e. Batu Xantin :

Amat jarang, bersifat herediter karena defisiensi xaintin oksidase.

Namun bisa bersifat sekunder karena pemberian alupurinol yang

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 19: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

19

berlebihan.

.

Faktor Resiko dan Etiologi

Faktor Resiko[13,14]

Intrinsik à berasal dari tubuh seseorang

Jenis kelamin : jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dari pasien

perempuan.

keturunan: penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya.

umur paling sering usia 30-50 tahun

Peminum alkohol

Kegemukan

Ekstrinsik à berasal dari lingkungan sekitar

Geografi: pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran

kemih yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai

daerah stone belt sedangkan daerah Bantu di Afrika Selatan hampir tidak

dijumpai batu saluran kemih.

Iklim dan Temperatur

Asupan air: kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium

pada air yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.

Diet: diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya

penyakit batu saluran kemih.

Pekerjaan: penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya

banyak duduk atau kurang aktifitas atau sedentary life.

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 20: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

20

Etiologi[14]

Idiopatik

Gangguan aliran air kemih

Fimosis

Striktur meatus

Hipertrofi prostat

Refluks vesiko-ureteral

Ureterokel

Konstriksi hubungan ureteropelvik

Gangguan metabolisme

Hiperparatiroidisme

Hiperuresemia

Hiperkalsiuria

Infeksi saluran kemih oleh mikroorganisme berdaya membuat urease (proteus

mirabilis)

Dehidrasi: Kurang minum, suhu lingkungan tinggi

Benda asing: Fragmen kateter, telur sistosoma

Jaringan mati (nekrosis papil)

Multifaktor : Anak di negara berkembang; penderita multitrauma

Patofisiologi

Batu saluran kemih biasanya terjadi akibat gangguan keseimbangan antara

bahan pembentukan batu dengan faktor penghambat. Dan juga diketahui ginjal haru

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 21: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

21

menghemat air tetapi juga harus mengeskresikan materi yang mempunyai kelarutan

yang rendah.

Kedua keperluan yang berlawanan dari fungsi ginjal tersebut harus

dipertahankan keseimbangannya terutama selama penyesuaian terhadap kombinasi

diet, iklim dan aktifitas. Masalahnya sampai seberapa luas kejadian batu berkurang

dengan fakta adanya bahan yang terkandung diurin yang menghambat kristalisasi

garam kalsium dan yang lainnya yang mengikat kalsium dalam komplek larut. Bila

urin menjadi sangat jenuh dengan bahan yang tidak larut (seperti; kalsium, asam urat,

oksalat dan sistin) karena tingkat ekskresi yang berlebihan dan atau karena

penghematan air yang ekstrim dan juga zat protektif terhadap kristalisasi kurang

sempurna atau menurun (seperti; pirofosfat, magnesium dan sitrat), menyebabkan

terjadinya kristalisasi yang kemudian berkembang dan bersatu membentuk batu[7,10,

13,15,16]

Dengan demikian terlihat bahwa keseimbangan antara faktor penghambat

dengan faktor pembentuk sangat berpengaruh terhadap pembentukan batu urin ini.

Berbagai Teori Pembentukan Batu[13,14,15] :

Teori nukleasi

batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu sabuk batu (nukleus).

Partikel-partikelyang berada dalam larutan yang kelewat jenuh (supersaturated)

akan mengendap di dalamnukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti batu

dapat berupa kristal atau bendaasing di saluran kemih.

Teori Matriks

Mtriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin dan

mukoprotein)merupakan kerangka tempat diendapkannya kristal-kristal batu.

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 22: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

22

Teori kristalisasi

Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentukan kristal, antara

lainmagnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein, dan beberapa peptida. Jika kadar

salah satu ataubeberapa zat itu berkurang, akan memudahkan terbentuknya batu di

dalam saluran kemih.

Gambar 2.4: Patofisiologi Batu Saluran Kemih

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 23: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

23

Manifestasi Klinis

Anamnesis

Adanya Faktor presipitasi :jenis kelamin,usia,pekerjaan hubungan keadaan

penyakit infeksi dan penggunaan obat2an,Adanya riwayat keluarga yang

menderita batu ginjal[13,14]. Selain itu, nyeri yang diungkapkan pasien yang

berasal dari ginjal terbagi menjadi dua, yaitu nyeri kolik ginjal dan nyeri ginjal

bukan kolik. Kolik ginjal biasanya disebabkan oleh peregangan urinary

collecting system (sistem pelviokalises), sedangkan nyeri ginjal bukan kolik

disebabkan distensi dari kapsul ginjal. Batu urin ini juga dapat lewat tanpa

gejala dan keluar bersama urin, tapi pada umumnya sering dengan nyeri dan

dengan perdarahan baik gross hematuria ataupun hematuri secara mikrooskopis.

Anamnesis juga diperlukan dalam menggali gejala khas yang dapat menentukan

posisi batu[14].

1. Batu pelvis ginjal

- Batu pielum didapatkan dalam bentuk yang sederhana sehingga hanya

menempati bagian pelvis. Tetapi dapat juga tumbuh mengikuti bentuk

susunan pelviokaliks sehingga bercabang menyerupai tanduk rusa.

Kadang juga batu hanya terdapat di suatu kaliks. Batu pelvis ginjal dapat

bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat.

- Gejala dan tanda Pielolitiasis :

a. Tidak ada gejala atau tanda

b. Nyeri pinggang, sisi, atau sudut costovertebral

c. Hematuria makroskopik atau mikroskopik

d. Pielonefritis dan / atau sistitis

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 24: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

24

e. Pernah mengeluarkan batu kecil ketika kencing

f. Nyeri tekan kostovertebral

g. Batu tampak pada pemeriksaan pencitraan

h. Gangguan faal ginjal

i. Batu ginjal yang terletak di pelvis juga dapat menyebabkan

terjadinya hidronefrosis.

2. Batu Ureter

Anatomi ureter mempunyai beberapa tempat penyempitan yang

memungkinkan batu ureter terhentià peristalsisàKolik, yakni nyeri yang

timbul disertai perasaan mual dengan atau tanpa muntah dengan nyeri

khas,selama batu bertahan di tempat yang menyumbat, selama itu kolik

akan berulang2 sampai batu bergeser dan memberikan kesempatan air

kemih untuk lewat.Tidak jarang terjadi hematuria yang didahului oleh

serangan kolik.

3. Batu kandung kemih

Karena batu menghalangi aliran kemih akibat penutupan leher kandung

kemih, aliran yang mula-mula lancar secara tiba-tiba akan berhenti dan

menetes disertai dengan nyeri. Bila saat sakit tersebut penderita berubah

posisi, suatu saat air kemih akan dapat keluar karena letak batu yang

berpindah, selain nyeri sewaktu miksi juga akan terdapat nyeri menetap

suprapubik.

4. Batu prostat

Pada umumnya batu prostat juga berasal dai kemih yang secara retrograd

terdorong kedalam saluran prostat dan mengendapàbatu kecil. Pada

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 25: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

25

umumnya batu ini tidak memberikan gejala sama sekali karena tidak

menyebabkan gangguan pasase ( kontraksi ) kemih.

5. Batu uretra

Batu uretra umumnya merupakan batu yang berasal dari ureter atau

kandung kemih yang oleh aliran kemih sewaktu miksi terbawa ke uretra,

tetapi menyangkut di tempat yang agak lebar ( pars prostatika ). Gejala

yang ditimbulkan umumnya miksi tiba-tiba terhenti, menjadi menetes dan

nyeri.

Pemeriksaan fisik didapatkan nyeri ketok pada daerah kosto-vertebra,teraba

ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis,terlihat tanda2 ginjal,resistensi urine

dan dapat disertai demam /menggigil.

Pemeriksaan Laboratorium[7,15]

Pemeriksaan sedimen urine:

Menunjukkan adanya : leukosituria, hematuria dan dijumpai kristal-kristal

pembentuk batu.

Pemeriksaan culture urin:

Mungkin menunjukkan adanya pertumbuhan kuman pemecah urea.

Tes Faal Ginjal : bertujuan untuk mencari kemungkinan terjadinya

penurunan fungsi ginjal dan untuk mempersiapkan pasien menjalani

pemeriksaan foto PIV.

Investigasi biokimiawi

Pemeriksaan laboratorium urin, sampel dan air kemih. Pemeriksaan pH,

berat jenis air kemih, sedimen air kemih untuk menentukan hematuri,

leukosituria dan kristaluria. Pemeriksaan kultur kuman penting untuk

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 26: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

26

adanya infeksi saluran kemih. Apabila batu keluar, diperlukan pencarian

factor risiko dan mekanisme timbulnya batu. Perlu dilakukan :

o Penampungan air kemih 24 jam (atau waktu tertentu).

o Pengurangan pH air kemih.

o Penampungan air kemih dengan bahan pengawet 10mL timol 5% did ala

isopropanol untuk 2L, atau 15 mL HCl 6 N.

o Pemeriksaan serum

o Mengikuti protocol diet.

Pemeriksaan Radiologi[7,14,16]

Untuk diagnosa pasti adanya batu adalah dengan IVP dan foto polos abdomen

atau BNO. Namun pada keadaan tertentu misalnya wanita hamil, ada riwayat

tak tahan dengan zat kontras, ditentukan dengan pemeriksaan USG. Dikatakan

USG lebih sensitive untuk mendeteksi batu ureteral vesical junction

dibandingkan dengan IVP, namun juga dikatakan bahwa USG tidak dapat

mendeteksi batu ureter tengah dan distal.

Diagnosis

Adanya batu saluran atas ini dapat diketahui berdasarkan gejala-gejala klinis

yang dijumpai, adanya riwayat batu dan dikonfirmasi dengan pemeriksaan radiologis

atau dengan IVU pada batu radiolusen. Selain itu ada dua hal lagi yang selalu harus

dipertimbangkan yaitu: diagnosis tipe dari batu dan penyebab dari batu. Identifikasi

dari kristal yang ada di urin akan membantu konfirmasi keberadaan dan penentuan

tipe batu. Namun bila pernah ada batu maka diagnosa tipe batu yang paling tepat

adalah dengan analisa batu, sedangkan pemeriksaan biokimia dari darah puasa dan

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 27: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

27

urin 24 jam dapat memperkirakan penyakit yang menyertai/menyebabkan terjadinya

batu[7,10,13]

Diagnosis Banding[13,14]

Kolik dapat dipertimbangkan kolik saluran cerna, kandung empedu, atau apendisitis

akut,Kalau perempuan dipertimbangan kemungkinan adneksitis.

Bila terjadi hematuri tanpa nyeri dipertimbangkan adanya keganasan.

Batu kandung kemih juga perlu dibandingkan dengan tumor kandung kemih (terutama

radiolusen)

Pada batu ureter jenis radiolusen yang hematuria tdk disertai USG dipertimbangkan

tumor ureter.

Penatalaksanaan

Delapan puluh sampai delapan puluh lima persen dbatu urin dapat lewat

dengan spontan melalui ureter dan keluar bersama urin. Sedangkan sisanya sekitar 20

% memerlukan perawatan Rumah sakit karena nyeri yang tak henti-hentinya, ISK

bagian atas atau ketidak sanggupan menahan tekanan urin yang ada dalam saluran

kemih. Batu ureter yang berhubungan dengan obstruksi dan ISK bagian atas

merupakan keadaan darurat urologik yang sebenarnya karena keadaan ini dapat

menimbulkan komplikasi termasuk abses perinefrik, urosepsis dan kematian[11,12].

Pada garis besarnya penatalaksanaan batu saluran kemih dibagi dua[12] :

1. Mengeluarkan batu dan

2. Mencegah kekambuhan

Mengeluarkan batu ada 2 cara[12]:

1. Tindakan (bedah terbuka, lithotripsy,pe rcutaneous nephhrostomy dan lainlain)

2. Konservasi : - Observasi

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 28: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

28

Terapi medis dan simtomatik[13,15]

- Terapi medis batu saluran kemih berusaha mengeluarkan batu atau melarutkan batu.

- Pengobatan simptomatik :

o R/Antalgin 500mg tab No.X S.3dd tab Ià Mengusahan agar nyeri, khususnya

kolik yang terjadi menghilang.

o R/Furosemid 40mg tab No.III S1dd tab.Ià diharapkan batu ureter keluar

dengan sendirinya, dapat diberikan minum berlebihan.

o R/Ciprofloxacin 500mg tab No VI s.2dd tab I à Antibiotic, bila adanya suatu

infeksi saluran kemih.

o R/Nephrolit tab No.XXV s.4dd tab IIà Antiurease, pelarut batu.

Komplikasi

o Obstruksi[13]

Akibat obstruksi khususnya di ginjal atau ureter dapat terjadi hidronefrosis

dan kemudian berlanjut dengan atau tanpa pionefrosis yg berakhir dengan

kegagalan faal ginjal yg terkena

Bila terjadi pada kedua ginjal akan timbul uremia karena gagal ginjal total

Khusus pada batu urethra dapat terjadi divertikulum uretra.

Bila obstruksi berlangsung lama dapat terjadi ekstravasasi air kemih dan

terbentuklah fistula yg terletak proximal dari batu ureter

o Infeksi sekunder[12,13]

Terjadinya ISK bisa didahului oleh adanya penyakit yang mendasari

terjadinya obstruksi, misalnya batu urin. Atausebaliknya terjadinya batu urin

ini bisa didahului oleh adanya infeksi, misalnya batu urin. Atau sebaliknya

terjadinya batu urin ini bisa didahului oleh adanya infeksi sluran kemih. Khusu

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 29: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

29

batu infeksi (struvit), pembentukannya selalu didahului ISK oleh bakteri

pemecah urea yang dapat memecah urea menjadi amonial sehingga

meningkatkan pH urin dan menyebabkan presipitasi dari magnesium

ammonium fosfat.(47) Namun sebenarnya ada hubungan segitiga antara batu

infeksi-obstruksi yang trjalin satu sama lain didalam kemih termasuk

ginjal.Antara ketiga faktor tersebut terdapat hubungan yang erat dan saling

berpengaruh timbal balik.(12) .

Gambar

- Unsur Batu Dan Infeksi

Batu berperan sebagai benda asing dalam saluran kemih. Kehadiran batu ini

menyebabkan pertahanan saluran yang normal berkurang, sehingga

bakteriberpeluang untuk masuk dan menerap dalam saluran. Bakteri

memainkan peran sebagai pencetus pembentukan batu melalui proses nukleasi

dengan membentuk inti dari jaringan yang copot, ulserasi, gumpalan nanaj

atau bakteri atas mana terjadi presipitasi kristaloid.Infeksi juga berperanan

memelihara pertumbuhan batu menjadi tambah besardengan meningkatkan

presipitasi kristaloid terlebih- lebih batu jenis kalsium, magnesium,

ammonium fosfat dan oksalat dengan membuat urin menjadi lebih alkalis oleh

bakteri- baktei pemecah urea.

- Unsur batu dan obstruksi/statis :Batu ketika tebawa air kemih dapat tersangkut

pada liang saluran kemih terutama pada permukaan yang relatif sempit yang

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 30: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

30

mengakibatkan terjadinya pembendungan atau penggenangan air kemih.

Obstruksi atau penggenangan air kemih ini akan memberi kesempatan pada

kristaloid untuk berpartisipasi sehingga terbentuk batu dibagian atas (hulu)

rintangan.

- Unsur infeksi dan Obstruksi/Statis

Infeksi menyebabkan copotnya jaringan, ulserasi, dan gumpalan nanah atau

bakteri. Lesi pada luka ini akan men yembuh berupa jaringan parut yang

mana hal ini akan menimbulkan penyempitan saluran kemih dan akibatnya

akan mengganggu aliran air kemih. Aliran yang jelek ini bisa menimbulkan

sisa (residu) Kejadian ini menyebabkan daya ketahnan saluran menjadi

berkurang yang mana merupakankesempatan bagi bakteri untuk bermukim

pada saluran tersebut.

o Suhu naik

o Stress

o Tensi naik

o Retensi urin à Gagal jantung à oedem

o Iritasi yg berkepanjangan pada urotelium yg dapat menyebabkan tumbuhnya

keganasan yg sering berupa karsinoma epidermoid[13].

Prognosis

Sesuai dengan penatalaksanaan, kalau ditangani dengan tepat dan benar,

kemungkinan sembuh akan lebih besar[13].

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 31: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

31

II.4. Hidronefrosis

Gambar 2.4: Ginjal Normal (kiri) dan Hidronefrosis (kanan)

DEFINISI

Hidronefrosis adalah penggembungan ginjal akibat tekanan balik terhadap

ginjal karena aliran air kemih tersumbat. Dalam keadaan normal, air kemih mengalir

dari ginjal dengan tekanan yang sangat rendah. Jika aliran air kemih tersumbat, air

kemih akan mengalir kembali ke dalam tabung-tabung kecil di dalam ginjal (tubulus

renalis) dan ke dalam daerah pusat pengumpulan air kemih (pelvis renalis). Hal ini

akan menyebabkan ginjal menggembung dan menekan jaringan ginjal yang rapuh.

Pada akhinya, tekanan hidronefrosis yang menetap dan berat akan merusak

jaringan ginjal sehingga secara perlahan ginjal akan kehilangan fungsinya.

PENYEBAB

Hidronefrosis biasanya terjadi akibat adanya sumbatan pada

sambungan ureteropelvik (sambungan antara ureter dan pelvis renalis):

Kelainan struktural, misalnya jika masuknya ureter ke dalam pelvis renalis

terlalu tinggi

Lilitan pada sambungan ureteropelvik akibat ginjal bergeser ke bawah

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 32: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

32

Batu di dalam pelvis renalis

Penekanan pada ureter oleh:

- jaringan fibrosa

- arteri atau vena yang letaknya abnormal

- tumor.

Hidronefrosis juga bisa terjadi akibat adanya penyumbatan dibawah

sambungan ureteropelvik atau karena arus balik air kemih dari kandung

kemih:

Batu di dalam ureter

Tumor di dalam atau di dekat ureter

Penyempitan ureter akibat cacat bawaan, cedera, infeksi, terapi penyinaran

atau pembedahan

Kelainan pada otot atau saraf di kandung kemih atau ureter

Pembentukan jaringan fibrosa di dalam atau di sekeliling ureter akibat

pembedahan, rontgen atau obat-obatan (terutama metisergid)

Ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam kandung kemih)

Kanker kandung kemih, leher rahim, rahim, prostat atau organ panggul lainnya

Sumbatan yang menghalangi aliran air kemih dari kandung kemih

ke uretra akibat pembesaran prostat, peradangan atau kanker

Arus balik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan atau cedera

Infeksi saluran kemih yang berat, yang untuk sementara waktu menghalangi

kontraksi ureter.

Kadang hidronefrosis terjadi selama kehamilan karena pembesaran rahim

menekan ureter. Perubahan hormonal akan memperburuk keadaan ini karena

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 33: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

33

mengurangi kontraksi ureter yang secara normal mengalirkan air kemih ke

kandung kemih.

Hidronefrosis akan berakhir bila kehamilan berakhir, meskipun sesudahnya

pelvis renalis dan ureter mungkin tetap agak melebar.

Pelebaran pelvis renalis yang berlangsung lama dapat menghalangi kontraksi

otot ritmis yang secara normal mengalirkan air kemih ke kandung

kemih. Jaringan fibrosa lalu akan menggantikan kedudukan jaringan otot yang

normal di dinding ureter sehingga terjadi kerusakan yang menetap.

GEJALA

Gejalanya tergantung pada penyebab penyumbatan, lokasi penyumbatan serta

lamanya penyumbatan.

Jika penyumbatan timbul dengan cepat (hidronefrosis akut), biasanya akan

menyebabkan kolik renalis ( nyeri yang luar biasa di daerah antara tulang rusuk dan

tulang panggul) pada sisi ginjal yang terkena.

Jika penyumbatan berkembang secara perlahan (hidronefrosis kronis), bisa

tidak menimbulkan gejala atau nyeri tumpul di daerah antara tulang rusuk dan tulang

pinggul).

Nyeri yang hilang timbul terjadi karena pengisian sementara pelvis renalis

atau karena penyumbatan sementara ureter akibat ginjal bergeser ke bawah. Air kemih

dari 10% penderita mengandung darah. Sering ditemukan infeksi saluran kemih

(terdapat nanah di dalam air kemih), demam dan rasa nyeri di daerah kandung kemih

atau ginjal. Jika aliran air kemih tersumbat, bisa terbentuk batu (kalkulus).

Hidronefrosis bisa menimbulkan gejala saluran pencernaan yang samar-samar,

seperti mual, muntah dan nyeri perut. Gejala ini kadang terjadi pada penderita anak-

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 34: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

34

anak akibat cacat bawaan, dimana sambungan ureteropelvik terlalu sempit. Jika tidak

diobati, pada akhirnya hidronefrosis akan menyebabkan kerusakan ginjal dan bisa

terjadi gagal ginjal.

DIAGNOSA

Dokter bisa merasakan adanya massa di daerah antara tulang rusuk dan tulang

pinggul, terutama jika ginjal sangat membesar. Pemeriksaan darah bisa menunjukkan

adanya kadar urea yang tinggi karena ginjal tidak mampu membuang limbah

metabolik ini.

Beberapa prosedur digunakan utnuk mendiagnosis hidronefrosis:

USG, memberikan gambaran ginjal, ureter dan kandung kemih

Urografi intravena, bisa menunjukkan aliran air kemih melalui ginjal

Sistoskopi, bisa melihat kandung kemih secara langsung.

PENGOBATAN

Pada hidronefrosis akut:

- Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang hebat,

maka air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan segera dikeluarkan

(biasanya melalui sebuah jarum yang dimasukkan melalui kulit).

- Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat batu,

maka bisa dipasang kateter pada pelvis renalis untuk sementara waktu.

Hidronefrosis kronis diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi

penyumbatan air kemih. Ureter yang menyempit atau abnormal bisa diangkat

melalui pembedahan dan ujung-ujungnya disambungkan kembali. Kadang perlu

dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter dari jaringan fibrosa. Jika

sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka dilakukan pembedahan

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 35: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

35

untuk melepaskan ureter dan menyambungkannya kembali di sisi kandung kemih

yang berbeda.

Jika uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi: - terapi hormonal untuk

kanker prostat

- pembedahan

- melebarkan uretra dengan dilator.

PROGNOSIS

Pembedahan pada hidronefrosis akut biasanya berhasil jika infeksi dapat

dikendalikan dan ginjal berfungsi dengan baik. Prognosis untuk hidronefrosis kronis

belum bisa dipastikan.

II.5. Pemeriksaan Radiografi Batu Saluran Kemih dan Hidronefrosis

Pemeriksaan radiologi ultrasonography, Intravena Pyelography, dan computed

tomography (CT-Scan) merupakan teknik pencitraan yang paling penting dan paling

sering dilakukan untuk menilai kelainan pada uroradiology. Penggunaannya di klinik

sehari-hari didasari dengan berbagai macam pertimbangan, seperti gejala dan tanda

klinis penderita, keadaan umum, kecepatan, keamanan, nilai diagnostik, dan biaya

menurut cost-effective penderita.

Berikut dipaparkan jenis pemeriksaan uroradiology berdasarkan pertimbangan

klinis dari tanda dan gejala yang didapat saat anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 36: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

36

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 37: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

37

Tabel 2.2. Pemeriksaan Radiologi Traktur Urinarius

Batu Saluran Kemih

1. Foto Rontgen Polos (BNO)

Setiap pemeriksaan traktus urinarius sebaiknya dibuat terlebih dahulu

foto polos abdomen. Pada foto ini dapat menunjukkan bayangan,

besar, bentuk dan posisi kedua ginjal. Dapat pula dilihat kalsifikasi dalam

kista dan tumor, batu radioopak dan perkapuran dalam ginjal. Harus

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 38: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

38

diperhatikan batas muskulus psoas kanan dan kiri. Serta batu

radioopak di daerah ureter dan buli- buli. Interpretasi terhadap kalsifikasi

pada saluran ginjal harus dilakukan dengan hati-hati karena flebolit pada

kelenjar mesenterika dan vena pelvis yang berada di atasnya sering disalah

artikan sebagai batu ureter.  Film yang diambil saat inspirasi dan ekspirasi

akan mengubah posisi ginjal dan sering kali dapat mengkonfirmasi bahwa

daerah yang mengalami kalsifikasi pada abdomen tersebut adalah batu.

Gambar 2.5: Gambaran batu radiopak pada BNO

Kelebihan - Relatif murah- Cepat- Dapat menentukan posisi

batu- Memberikan gambaran

abdomen dan pelvis secara lengkap

Kekurangan - Tidak dapat mendeteksi batu radiolusen

- Tidak dapat membedakan batu radiopak atau kalsifikasi

Persiapan - Mengurangi bicara dan merokok

- Minum laksansia saat malam sebelum

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 39: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

39

pemeriksaan- Puasa minimal 8 jam

sebelum pemeriksaan- Makan rendah serat 3 hari

sebelum pemeriksaan- Telah BAB di rumah pagi

sebelum pemeriksaan

2. USG

Pada USG, batu ditunjukkan sebagai gambaran Echogenic terang

dengan bayangan posterior akustik. Batu divisualisasikan cukup baik

dengan USG di ginjal dan ureter distal pada atau dekat UVJ, terutama jika

ada dilatasi. Pemeriksaan USG sangat baik untuk menilai komplikasi batu

saluran kemih seperti hidronefrosis (atau tanda-tanda lain dari obstruksi).

Namun demikian, pemeriksaan USG tidak dapat menilai derajat obstuksi

yang ditimbulkan batu saluran kemih. [14]. Pemeriksaan ini juga dipakai

unutk menentukan batu selama tindakan pembedahan untuk mencegah

tertinggalnya batu.

Gambar 2.6. Gambaran hiperekoik dan akustik shadow pada batu ginjal

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 40: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

40

Kelebihan - Tidak ada kontraindikasi- Dapat melihat semua jenis

batu beserta ukurannya- Relatif murah- Dapat digunakan oleh

pasien hamil atau alergi kontras

- Dapat menentukan hidronefrosis sebagai akibat dari obstruksi batu

Kekurangan - Operator dependant- Tidak dapat menilai batu di

ureter- Tidak dapat membedakan

batu radiopak atau radiolusen

- Sulit menunjukkan batu yang ukurannya sangat kecil

Persiapan - Puasa minimal 6 Jam.- Satu jam sebelum

pemeriksaan minum air putih 3 gelas dan menahan kencing

3. IVP

Gambar 2.8: Gambaran Filling Defect pada pemeriksaan IVP

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 41: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

41

Pemeriksaan ini membutuhkan 5 kali pemotretan sesuai dengan fase-

fase keberadaan kontras, yaitu:

1. BNO Pendahuluan (belum disuntik kontras)

2. Fase Nefrogram pada menit ke 5 setelah disuntik kontras:

menilai PCS

3. Fase Pyelogram pada menit ke 15 setelah disuntik kontras:

menilai PCS dan kedua ureter

4. Fase Cystogram pada menit ke 30/45 setelah disuntik

kontras: menilai ureterovesicajunction, vesica urinaria

5. Fase Post Miksi setelah pasien buang air kecil: menilai

vesica urinaria

Pada batu radiolusen, foto dengan bantuan kontras akan menyebabkan

defek pengisian (filling defect) di tempat batu berada. Yang menyulitkan

adalah bila ginjal yang mengandung batu tidak berfungsi lagi sehingga

kontras ini tidak muncul. Dalam hal ini perlu dilakukan pielografi

retrograd.

Kelebihan - Dapat menilai anatomi sekaligus fungsi ginjal

Kekurangan - Tidak dapat diusulkan untuk pasien yang punya riwayat hipersensitivitas

- Kreatinin darah pasien yang boleh dilakukan pemeriksaan maksimal 2 mg/dL

- Waktu lama (mencakup 5 fase)

- Tidak dapat dilakukan pada wanita hamil

Persiapan - Kadar ureum dan kreatinin darah harus normal

- Malam sebelumnya diberi

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 42: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

42

laksansia (12 jam sebelum pemeriksaan)

- Makan rendah serat dan tekstur lunak selama 3 hari sebelum pemeriksaan

- Tidak minum sejak jam 22.00 untuk mendapatkan kondisi dehidrasi ringan

- Mengurangi bicara dan merokok

- Memastikan tidak alergi kontras dengan melakukan skin test

- Sebelum pemeriksaan pasien disuruh berkemih untuk memastikan pengosongan traktur urinarius

4. Pyelografi

Pemeriksaan ini dilakukan apabila sistem urinary sudah

tidak berfungsi. Media kontras dimasukkan berbalik atau

melawan jalannya alur sistem urinaria melalui sistem

pelviocaliceal dengan memasang kateter. Bila pemasangan

kaeteter lewat uretra disebut retrograde pyelography (RPG)

dan bila langsung percutaneus ke dalam sistem

pelvicokaliks disebut anterogard pyelography (APG) Adanya

obstruksi akibat batu menunjukkan gambaran yang sama

dengan IVP.

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 43: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

43

Gambar: Filling Defect dan Pelebaran PCS pada RPG

Kelebihan - Dapat mendiagnosis adanya suatu obstruksi mekanik pada ginjal yang sudah tidak berfungsi

Kekurangan - Tidak boleh diusulkan pada pasien dengan uretritis maupun striktur uretra

Persiapan Sama seperti persiapan pada pemeriksaan BNO-IVP, yakni :

- Kadar ureum dan kreatinin darah harus normal

- Malam sebelumnya diberi laksansia (12 jam sebelum pemeriksaan)

- Makan rendah serat dan tekstur lunak selama 3 hari sebelum pemeriksaan

- Tidak minum sejak jam 22.00 untuk mendapatkan

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 44: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

44

kondisi dehidrasi ringan- Mengurangi bicara dan

merokok- Memastikan tidak alergi

kontras dengan melakukan skin test

- Sebelum pemeriksaan pasien disuruh berkemih untuk memastikan pengosongan traktur urinarius

5. Renografi

Pemeriksaan radiogradi ginjal dengan teknik nuklir dapat digunakan

untuk mengukur fungsi ginjal secara objektif, terutama dalam dilatasi

sistem dimana derajat obstruksi masih dipertanyakan. Pemeriksaan ini juga

merupakan studi yang wajar pada pasien hamil, yang menuntut pembatasan

paparan radiasi diagnostik.

Prinsip pemeriksaan yaitu menilai penangkapan radionuklida oleh

ginjal, yang dialirkan melalui nephron dan diekskresikan ke dalam pelvis

ginjal dan kemudian melalui ureter sampai dengan kandung kemih. Jumlah

zat yang difiltrasi tergantung dari derajat ikatan protein dari radionuklida di

dalam plasma darah.

Biasanya posisi pasien pada akuisisi citra adalah supine atau tidur

terlentang dengan kamera gamma berada di posterior atau punggung

pasien. Namun posisi duduk atau setengah duduk juga dapat

dilakukan. Bahkan posisi setengah duduk lebih disarankan karena posisi

demikian lebih fisiologis, dimana aliran urin menjadi lebih baik dan tidak

ada pemisah antara pasien dengan kamera.

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 45: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

45

Pemeriksaan dianalisa setelah data kasar dari pencitraan digabung dan

terlihat secara jelas ginjal dan vesika urinaria.Kemudian dibuat Regions of

Interests (ROI) pada kedua ginjal serta daerah di bawah ginjal

(background). 

Kurva normal secara khas memperlihatkan adanya tiga fase. Fase

pertama/inisial dimana terjadi peningkatan secara cepat segera setelah

penyuntikan radiofarmaka yang menunjukkan kecepatan injeksi dan aliran

darah vaskuler ke dalam ginjal. Dari fase ini dapat pula dilihat dari teknik

penyuntikan radiofarmaka, apakah bolus atau tidak. Fase ini terjadi kurang

dari 2 menit. Fase kedua/sekresi menunjukkan kenaikan yang lebih lamban

dan meningkat secara bertahap. Fase ini berkaitan dengan proses

penangkapan radiofarmaka oleh ginjal melaui proses difusi lewat sel-sel

tubuli dan filtrasi glomerulus, atau keduanya ke dalam lumen

tubulus. Dalam keadaan normal fase ini mencapai puncak dalam waktu 2-5

menit. Ketika aktivitas radiofarmaka mulai meninggalkan daerah ginjal

maka dimulailah fase ketiga. Fase ketiga/ekskresi dimana tampak kurva

menurun dengan cepat setelah mencapai puncak kurva yang menunjukkan

keseimbangan antara radioaktivitas yang masuk dan meninggalkan

ginjal. Fase ketiga menggambarkan terutama untuk eliminasi radiofarmaka

dari daerah ginjal. Bentuk kurva dari fase ketiga ini menggambarkan pola

urodinamik dari ginjal dan pola eliminasi melalui sistem pelvikalises

menuju ke ureter dan vesika urinaria, sehingga pada fase ini sangat sensitif

untuk untuk kelainan pada saluran kemih (pelvis, ureter, dan vesika

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 46: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

46

urinaria) dan suatu bentuk kurva yang normal dapat menyingkirkan dugaan

adanya obstruksi pada saluran kemih. 

Adanya waktu ekskresi memangjang menggambarkan

ada obstruksi traktus urinarius mekanik atau obstruksi non

mekanik seperti akibat posisi atau akibat kerusakan kronis

parenkim ginjal. Untuk membedakan antara obstuksi

mekanik dan non mekanik dapat dilihat pada fase ekskresi

setelah pemberian suntikan i.v. furosemid. Bila terjadi

penurunan kurva fase ekskresi tercapai setengah dari saat

suntik dalam waktu kurang dari 10 menit, berarti suatu

obstruksi non mekanik, bila lebih dari 20 menit merupakan

obstruksi mekanik, sedangkan bila antara 10-20 menit

karena obstruksi parsial[18,20].

Kelebihan - Dapat mendiagnosis adanya suatu obstruksi mekanik atau non mekanik berikut fungsi ginjal

Kekurangan - Tidak dapat menilai anatomi ginjal sehingga tidak dapat menentukan letak obstruksi

Persiapan - menjaga status hidrasi dari pasien selama proses pemeriksaan renografi.Pasien dewasa disarankan untuk minum 400 mL air 20-30 menit sebelum pemeriksaan agar kedua ginjal dapat terhidrasi dengan baik

- Pasien harus mengosongkan vesika urinarianya terlebih dahulu sebelum dilakukan

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 47: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

47

pemeriksaan

6. CT-Scan

CT Scan tanpa kontras (unenhanced) merupakan pemeriksaan terbaik

untuk diagnosis nyeri pinggang akut. Sensitivitas mencapai 100% dan

spesifisitas 98%. CT  Scan  tanpa kontras  tersedia  luas  di  negara-negara 

maju  dan  juga  dapat  memberikan  informasi mengenai abnormalitas di

luar saluran kemih. Computed Tomography (CT) Scan telah mengambil

kepentingan yang lebih besar dan meningkatkan berkaitan dengan

urolitiasis. Dan CT Scan merupakan ”gold standard” dalam mendiagnosa

batu saluran kemih.

Gambar 2.7: Gambaran batu radiopak pada CT-Scan

Kelebihan - Resolusi anatomi lebih baik sehingga dapat menentukan lokasi secara lebih akurat

Kekurangan - Tidak dapat menampilkan batu radiolusen

- Jumlah radiasi sangat

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 48: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

48

tinggiPersiapan - Mengurangi bicara dan

merokok- Minum laksansia saat

malam sebelum pemeriksaan

- Puasa minimal 8 jam- Makan rendah serat 3 hari

sebelum pemeriksaan- Telah BAB di rumah pagi

sebelum pemeriksaan

Gambar: Alur diagnostik pemeriksaan radiografi nyeri kolik renalis

Hidronefrosis

Penyebab hidronefrosis tersering adalah obstruksi kronis pada traktur

urinarius. Hal ini menyebabkan dilatasi pelvis kalik, kemudian berlanjut

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 49: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

49

dengan destruksi parenkim ginjal. Hidronefrosis dapat unilateral maupun

bilateral bergantung dimana lesi obstruksi berada.

Pada pemeriksaan IVP, terdapat 4 grade hidronefrosis menurut sistem

grading Grainger and Allison’s Diagnostic Radiology, yaitu:

I. Hidronefrosis derajat 1. Dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks.

Kaliks berbentuk blunting, alias tumpul.

II. Hidronefrosis derajat 2. Dilatasi pelvis renalis dan kaliks mayor.

Kaliks berbentuk flattening, alias mendatar.

III. Hidronefrosis derajat 3. Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan

kaliks minor. Tanpa adanya penipisan korteks. Kaliks berbentuk

clubbing, alias menonjol.

IV. Hidronefrosis derajat 4. Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan

kaliks minor. Serta adanya penipisan korteks Calices berbentuk

ballooning alias menggembung.

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 50: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

50

Gambar 2.9: Gambaran Ginjal Normal (Kiri) dan Hidronefrosis (Kanan) pada IVP

Sementara pada USG, derajat hidronefrosis terbagi menjadi tiga.

Hidronefrosis ringan memberikan gambaran hipoekoik di bagian tengah

ginjal. Pada hidronefrosis sedang terlihat pelebaran peilokalikises yang sama

baiknya seperti pada urografi. Sedangkan pada hidronefrosis berat tampak

kalises berupa suatu zona bebas eko yang lobulated, parenkim ginjal tidak

jelas lagi[18].

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 51: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

51

Gambar 2.10: Gambaran USG Ginjal Normal (Kiri) dan Hidronefrosis (Kanan)

Pada pemeriksaan dengan menggunakan CT Scan, hidronefrosis

tampak sebagai gambaran pelebaran PCS yang dapat disertai batu radiopak

yang terdeteksi.

Gambar: Hidronefrosis duplex yang ditandai dengan lesi hipodens luas

dari pelebaran PCS di kedua ginjal

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1 ANAMNESIS

3.1.1 Identitas

Nama : Ny. Asripah

Umur : 63 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Telogorejo, Demak

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

No. CM : 268706

Tanggal Masuk : 16 Oktober 2013

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 52: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

52

Autoanamnesis dan alloanamnesis dilakukan dengan pasien dan anaknya pada

tanggal 16 Oktober 2013 pukul 11.15 WIB

3.1.2 Keluhan Utama : Nyeri perut bawah (kemeng).

3.1.3 Riwayat Penyakit Sekarang :

± 5 bulan pasien telah merasakan nyeri pada daerah perut bawahnya. Nyeri

bersifat ‘kemeng’ dan sangat tidak nyaman, diperberat dengan buang air kecil.

Sebelum merasakan nyeri kemeng di perut bawah, pasien mengaku telah

merasakan nyeri di bagian kedua pinggang sejak bertahun-tahun lamanya. Nyeri

kemudian dirasa menjalar ke perut bawah depan yang bersifat kemeng dan

memberat bila pasien buang air kecil. Nyeri pada pinggang ini dirasakan muncul

tidak teratur dan tidak berhubungan dengan derajat aktivitas yang dilakukan

pasien di kesehariannya. Nyeri pada pinggang dirasa mereda bila pasien

melakukan kerikan atau menempel koyo panas. Selain nyeri pada pinggang dan

perut bawah, pasien juga mengeluh meningkatnya frekuensi berkemih yang

sangat mengganggu aktivitas sehari-harinya, termasuk tidur malam. Frekuensi

kemih pasien dapat mencapai 20 kali per harinya sehingga pasien sering merasa

haus dan minum banyak air. Tidak ada nyeri saat berkemih, pancaran urin yang

lemah/macet, atau perubahan warna air seni.

± 4 bulan yang lalu pasien memutuskan berobat di puskesmas dekat rumah.

Oleh puskesmas pasien diberi obat yang diminum hingga habis tetapi keluhan

tidak mereda. Pasien juga telah melakukan tes gula darah dan asam urat di

puskesmas tersebut dan dinyatakan tidak menderita Diabetes Melitus, tetapi

menderita hiperurisemia dengan kadar ± 9.0 g/dL.

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 53: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

53

Setelah melakukan pengobatan yang pertama di puskesmas, pasien sering

melakukan kontrol tetapi keluhan tidak kunjung mereda. Dari kerabat, pasien

disarankan untuk mengonsumsi pelarut batu ginjal yang dibeli di apotek. Pasien

mengonsumsi obat tersebut secara teratur hingga habis satu botol tetapi keluhan

juga belum mereda. Selanjutnya, pasien diberi saran untuk mengonsumsi pelarut

batu ginjal beruba herbal (daun ciplukan, daun keji beling, dan daun kumis

kucing yang direbus dan diminum sarinya) secara teratur tiap sore sejak 1 bulan

yang lalu. Keluhan yang dirasakan belum juga mereda hingga sekarang.

Saat kontrol ke-3 kalinya, oleh pihak puskesmas, pasien disarankan untuk

memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan yang memiliki fasilitas lebih lengkap

sehingga anak pasien memutuskan mengantarnya ke poli penyakit dalam RSUD

Kota Semarang. Saat memeriksakan diri ke RSUD Kota Semarang pada tanggal

16 Oktober 2013, pasien masih merasakan keluhan berupa nyeri kemeng di perut,

nyeri pinggang, dan poliuri. Nafsu makan baik, BAB (+), BAK (+), mual (-),

sesak nafas (-), batuk (-), pusing (-).

3.1.4 Riwayat Penyakit Dahulu

Sebelumnya tidak pernah mengalami sakit seperti ini, hanya sering merasakan

nyeri pinggang yang tidak dipengaruhi aktivitas sejak lama.

Riwayat penyakit saraf berupa kelumpuhan otot wajah sebelah kanan yang

telah diderita 25 tahun yang lalu tanpa kelemahan anggota gerak.

Riwayat penyakit herpes zoster ± 35 tahun yang lalu di daerah punggung.

Riwayat Hipertensi disangkal.

Riwayat Diabetes Mellitus disangkal.

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 54: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

54

Riwayat TBC disangkal

Riwayat Kejang disangkal.

Riwayat Tumor disangkal

Riwayat Stroke disangkal

Riwayat Sakit Telinga disangkal

Riwayat Sakit Gigi disangkal

Riwayat mengkomsumsi Jamu berupa daun ciplukan, daun keji beling, dan

daun kumis kucing yang direbus dan diminum sarinya sudah sejak 1 bulan

yang lalu setiap sore.

3.1.5 Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang pernah atau sedang mengalami sakit seperti

ini.

Riwayat Hipertensi di keluarga disangkal.

Riwayat TBC disangkal

Riwayat Diabetes Mellitus disangkal

Riwayat Tumor disangkal

Riwayat Stroke disangkal

3.1.6 Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien tidak memiliki kebiasaan merokok, mengonsumsi kopi atau teh

secara teratur, ataupun minum alkohol. Pasien Tinggal dirumah dengan suami, 2

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 55: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

55

anak dan 5 cucunya. Pasien tidak memiliki pekerjaan ataupun aktivitas rutuin di

luar rumah. Keseharian pasien membantu mengurus kebutuhan rumah, anak, dan

cucu. Pasien masih bisa melakukan activity daily living secara mandiri dengan

baik. Kebutuhan sehari-hari dipenuhi oleh anak-anaknya. Pasien berobat dibiayai

anaknya.

Kesan Sosial Ekonomi : Cukup

3.2 Pemeriksaan Fisik

Tanggal 16 Oktober 2013 jam 11.35 WIB di bagian radiologi RSUD Kota

Semarang.

Status Present

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 63 Tahun

Berat Badan : 55 kg

Panjang Badan : 153 cm

Tanda Vital

Tekanan Darah : 160 / 100 mmHg

Nadi : 112 x / menit, irama regular, isi cukup, equalitas sama

pada keempat ekstremitas.

Suhu : 36,4 ºC (aksila)

Frekuensi Nafas : 22 x / menit

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 56: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

56

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : komposmentis, status gizi baik, kontak wajar dapat

dipertahankan.

Kepala : Mesocephal

Rambut : Hitam bercampur putih uban, tidak mudah dicabut.

Mata : Palpebra asimetris (-/+), cekung (-/-), konjungtiva

anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor Ø 2 mm, reflek cahaya

pupil (N).

Telinga : Serumen (-/-), tidak nyeri, tidak bengkak.

Hidung : Simetris, sekret (-/-), nafas cuping hidung (-/-)

Leher : Simetris, pembesaran kelenjar (-/-)

Tenggorokan :

Faring

• Mukosa Bukal : Warna merah muda, hiperemis (-)

• Lidah : Dalam batas normal

• Uvula : di tengah, dalam batas normal

Tonsil

• Ukuran : T 1- 1

• Warna : Hiperemis (-)

Thorax

Paru-paru

• Inspeksi : Simetris, dalam keadaan statis dan dinamis, tidak ada

retraksi atau penyempitan sela iga.

• Palpasi : Stem fremitus kedua paru normal.

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 57: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

57

• Perkusi : Sonor pada kedua paru

• Auskultasi : Suara dasar : vesikuler; Suara tambahan : wheezing

(-/-), ronkhi (-/-)

Jantung

• Inspeksi: Iktus kordis tidak tampak

• Palpasi : Iktus kordis teraba di sela iga ke V, 2 cm kelateral linea mid

clavicularis sinistra, tidak kuat angkat, tidak melebar.

• Perkusi :

o Batas atas :ICS II linea parasternalis kiri

o Pinggang :ICS III linea parasternalis kiri

o Batas kiri :ICS V 2 cm ke lateral linea

midclavicularis kiri

o Batas kanan :ICS V linea sternalis kanan

o Auskultasi : Rreguler, Suara jantung murni, gallop

(-

o ), bising Jantung (-)

Abdomen

Inspeksi : Datar

Palpasi : Supel, nyeri tekan (+) di daerah suprapubik , turgor

normal, massa (-), hepar dan lien tidak teraba.

Perkusi : Timpani, pekak sisi (-), pekak alih (-)

Auskultasi : Peristaltic (+) normal

Ginjal

Palpasi :ballotement tidak teraba, nyeri tekan (-/-)

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 58: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

58

Perkusi : nyeri ketok costovertebra (+/+)

Ekstremitas

Status Neurologik

GCS 15 , E4V5M6

Pemeriksaan Rangsang Meningeal:

• Kaku kuduk ( - )

• Lasegue ( - )

• Kernig ( - )

• Brudzinski I/Brudzinski’s neck sign ( - )

• Brudzinski II/ Brudzinski’s contralateral leg sign ( - )

Nervus kranialis : dalam batas normal

Motorik:

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Pemeriksaan Superio

r

Inferior

Akral dingin -/- -/-

Reflek fisiologis +/+ (N) +/+ (N)

Reflek patologis -/- -/-

Sianosis -/- -/-

Petekhie -/- -/-

Gerakan Bebas Bebas

Kekuatan 5/5 5/5

Turgor kulit Cukup Cukup

Page 59: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

59

• Kekuatan : 5

• Tonus : Normal

Sensorik: dalam batas normal

Refleks fisiologis: dalam batas normal

Refleks patologis: dalam batas normal

Otonom: retensio urin (-), inkotinensia alvi (-)

3.3 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Radiologi

a. USG Abdomen (Tanggal 16 Oktober 2013)

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 60: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

60

Gambar 3.1. Ren sinistra (kiri) dan ren dextra (kanan)

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 61: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

61

Gambar3.2. Gallbladder (kiri) dan Vesica Urinaria (kanan)

Gambar 3.3 Hepar

Interpretasi :

HEPAR ukuran dan bentuk normal, parenkim homogen, ekogenesitas

normal, tepi rata, sudut tajam, tak tam,pak nodal, V. Porta dan V.

Hepatika tak melebar, duktus biliaris ekstrahepatal tak melebar.

VESICA FELLEA tak membesar, dinding tak menebal, tak tampak batu.

LIEN ukuran normal, parenkim homogen, v. Lienalis tak melebar, tak

tampak nodul

PANKREAS ukuran normal, parenkim homogen, duktus pankreatikus tak

melebar

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 62: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

62

GINJAL KANAN ukuran dan bentuk normal, parenkim tipis, PCS

sangat melebar, tampak batu multipel ukuran 1.2 cm, tak tampak

massa.

GINJAL KIRI ukuran dan bentuk normal, parenkim tipis, PCS

sangat melebar, tampak batu multipel dengan ukuran 1.1 cm, tak

tampak massa.

AORTA tak tampak melebar, tak tampak pembesaran limfonodi

paraaorta.

VESICA URINARIA dinding tak menebal, reguler, tak tampak

batu/massa.

Tak tampak efusi pleura.

Tak tampak cairan bebas intraabdominalis.

KESAN:

Severe hydronephrosis duplex et causa nephrolitiasis multipel.

Tak tampak kelainan pada organ intraabdominalis pada sonografi

abdomen di atas.

3.4 DIAGNOSIS

Hidronefrosis et causa nephrolitiasis

Diagnosis Banding :

• Cystolitiasis

• Pielonefritis

• Neurogenic Bladder

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 63: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

63

3.5 PENATALAKSANAAN

A. MEDIAKMENTOSA

• Analgesik: acetaminophen 325 mg bila nyeri (maks. 6x1)

• Antidiuretik: desmopressin 0.05 mg 2x1

• NSAID: ibuprofen 300 mg 4x1

• Urikosurik: allopurinol 300 mg 3x1

• Alkalinizing agents: Potassium Citrat (Urocit K) 150 mg 1x1

Atau

• Medical Expulsive Therapy (MET) dengan regimen standar:

Ketorolac 10 mg 4x1 selama 5 hari

Nifedipine 30 mg 1x1 selama 7 hari

Prednisone 20 mg 2x1 selama 5 hari

Trimethoprim/sulfamethoxazole DS 1x1 selama 7 hari

Acetaminophen 4x2 selama 7 hari

Analgesik narkotik bila diperlukan

Prochlorperazine bila diperlukan

• Konsul bedah untuk pengangkatan batu atau ESWL (Extracorporeal

Shockwave Lithotripsy)

B. NON MEDIKAMENTOSA

• Minum banyak air

• Diet rendah protein, garam, dan purin

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 64: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

64

• Minum obat dan kontrol secara teratur

Program :

• Melakukan investigasi lanjutan untuk menilai anatomi-fungsi ginjal dengan

mengusulkan pemeriksaan IVP, darah lengkap, kimia darah (serum kreatinin,

BUN, asam urat, kolesterol, gula darah, dsb), dan urinalisa

• Konsul bagian penyakit dalam dan bedah untuk rawat bersama guna

mencegah kerusakan fungsi dan parenkim ginjal lebih lanjut

3.6. PROGNOSIS

• Ad vitam : dubia ad bonam

• Ad functionam : dubia ad bonam

• Ad sanactionam : dubia ad bonam

DAFTAR PUSTAKA

1. Cronan JJ. Contemporary concepts in imaging urinary tract obstruction. Radiol Clin North Am. May 1991;29(3):527-42. [Medline].

2. Herman, Pola Batu Saluran Kemih di RS Dr. Kariadi, 1989-1993. Karya Tulis Tahap Akhir PPDS I Bedah. Bag. Ilmu Bedah FK Undip. Semarang. 1995.

3. Saptahadi dan Rifki Muslim. Analisa Batu Saluran Kemih pada Dewasa dan Anak di RSUP Dr. Kariadi 1994-1995. Naskah MABIXII, Surabaya, 1996

4. Rifki Muslim, Batu Saluran Kemih Suatu Problem Gaya Hidup dan Pola Makan serta Analisis Ekonomi pada Pengobatannya. Pidato Pengukuhan.Diucapkan pada Upacara Penerimaan Jabatan Guru Besar Ilmu Bedah Fak. Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang, 3 Maret 2007.

5. Dr Bruno Di Muzio, Dr Jeremy Jones et al. http://radiopaedia.org/articles/urolithiasis . Diakses 18 Oktober 2013

6. Passerotti C , Chow JS, Silva A, Schoettler CL, Rosoklija I, Perez-Rossello J, Cendron M, Cilento BG, Lee RS, Nelson CP, Estrada CR, Bauer SB, Borer

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013

Page 65: seorang pasien dengan hidronefrosis

SEORANG PASIEN DENGAN BATU SALURAN KEMIH DAN

HIDRONEFROSIS

Bagian Radiologi RSUD Kota Semarang

65

JG,Diamond DA, Retik AB, Nguyen HT J Urol.  2009. Ultrasound versus computerized tomography for evaluating urolithiasis. Oct;182(4 Suppl):1829-34. doi: 10.1016/j.juro.2009.03.072. Epub 2009 Aug 19..Department of Urology

7. Price, S. A., Wilson, Lorraine M., 2005. Patofisologi Konsep Klinis ProsesProses Penyakit. Buku Kedokteran EGC, Jakarta

8. Syaifuddin., 2001. Fungsi Sistem Tubuh Manusia. Widya Medika, Jakarta.

9. Ganong, W., F., 2002. Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC,Jakarta

10. Chang E., 2009. Pathofisiologi : Aplikasi Pada Praktik Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

11. Rahardjo D, Hamid R. Perkembangan penatalaksanaan batu ginjal di RSCM tahun 1997-2002. J I Bedah Indones 2004; 32(2):58-63.

12. Yendt ER Renal Calculi. Medicine International 1982; 1 (22 - 24) : 1110- 3

13. Basuki B Purnomo. Dasar-dasar UROLOGI. Edisi kedua. Sagung seto

14. Sjamsuhidayat, R. Jong Wim De, 2004, Buku Ajar Ilmu Bedah, (edisi 2), CopyEditor : Adinda Candralela, Jakarta: EGC

15. Sja’bani, M., Ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed 4. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK UI. Jakarta; 2006

16. Tortora G. J., Derrickson B. 2009. Principles of Anatomy and Physiology. 12th ed. John Wiley & Sons.

17. Junqueira L.E., Carneiro J., Kelley R.O. 2005. Basic Histology. 11 th ed. Boston: Mc Graw-Hill.

18. Rasad, Sjahriar. 2005. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Jakarta: Balai Penerbit FK UI

19. Gray, Henry. Anatomy of The Human Body. http://www.bartleby.com/107/253.html . Diakses 21 Oktober 2013

20. IAEA. Nuclear Medicine Resources Manual. Sales and Promotion Unit, Publishing Section International Atomic Energy Agency 2006.

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Periode 14 Oktober - 2 November 2013