Case Report Hidronefrosis

37
BAB I PENDAHULUAN Ginjal adalah organ vital yang mempunyai peran penting dalam mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur keseimbangan cairan tubuh, elektrolit, dan asam- asam dengan cara filtrasi darah, reabsorbsi selektif air, elektrolit, dan non elektrolit, serta mengekskresi kelebihannya sebagai urin. Fungsi ekskresi ginjal seringkali terganggu diantaranya oleh batu saluran kemih yang berdasarkan tempat terbentuknya terdiri dari nefrolitiasis, ureterolitiasis, vesicolitiasis, batu prostat, dan batu uretra. Batu saluran kemih terutama dapat merugikan karena obstruksi saluran kemih dan infeksi yang ditimbulkannya (de jong, 2004). Obstruksi dapat menyebabkan dilatasi pelvis renalis maupun kaliks yang dikenal sebagai 1

Transcript of Case Report Hidronefrosis

Page 1: Case Report Hidronefrosis

BAB I

PENDAHULUAN

Ginjal adalah organ vital yang mempunyai peran penting dalam

mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur

keseimbangan cairan tubuh, elektrolit, dan asam-asam dengan cara filtrasi

darah, reabsorbsi selektif air, elektrolit, dan non elektrolit, serta

mengekskresi kelebihannya sebagai urin. Fungsi ekskresi ginjal seringkali

terganggu diantaranya oleh batu saluran kemih yang berdasarkan tempat

terbentuknya terdiri dari nefrolitiasis, ureterolitiasis, vesicolitiasis, batu

prostat, dan batu uretra. Batu saluran kemih terutama dapat merugikan

karena obstruksi saluran kemih dan infeksi yang ditimbulkannya (de jong,

2004).

Obstruksi dapat menyebabkan dilatasi pelvis renalis maupun kaliks

yang dikenal sebagai hidronefrosis. Batu dapat menyebabkan kerusakan

atau gangguan fungsi ginjal karena menyumbat aliran urine. Jika

penyumbatan ini berlangsung lama, urin akan mengalir balik kesaluran di

dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan menggelembungkan

ginjal (hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal

(Depkes, 2007). Pada umumnya obstruksi saluran kemih sebelah bawah

yang berkepanjangan akan menyebabkan obstruksi sebelah atas. Jika tidak

diterapi dengan tepat, obstruksi ini dapat menyebabkan kegagalan fungsi

dan kerusakan struktur ginjal yang permanen, seperti nefropati obstruktif,

1

Page 2: Case Report Hidronefrosis

dan jika mengalami infeksi saluran kemih dapat menimbulkan urosepsis

(Purnomo, 2011).

Proses ini umumnya berlangsung lama sekali. Tapi juga bias

mendadak (akut) bila sumbatan secara total. Kasus hidronefrosis semakin

sering didapati. Di Amerika Serikat, insidensinya mencapai 3,1 %, 2,9 %

pada wanita dan 3,3 % pada pria. Penyebabnya dapat bermacam – macam

dimana obstruksi merupakan penyebab yang tersering (Rahmani, 2010).

2

Page 3: Case Report Hidronefrosis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hidronefrosis

2.1.1. Pengertian

Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan perifer ginjal pada

satu atau kedua ginjal akibat adanya obstruksi pada aliran normal

urin menyebabkan urin mengalir balik sehingga tekanan di ginjal

meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih

tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi kalau

obtruksi terjadi di salah satu ureter akibat adanya batu atau

kekakuan, maka hanya satu ginjal saja yang rusak (Brunner &

Suddarth, 2002).

        Hidronefrosis adalah obstruksi aliran kemih proksimal

terhadap kandung kemih dapat mengakibatkan penimbunan cairan

bertekanan dalam pelviks ginjal dan ureter yang dapat

mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim ginjal (Price Sylvia

A, 2005).

Dari kedua pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa

hidronefrosis adalah bendungan dalam ginjal yang di sebabkan

oleh obtruksi yang terdapat pada ureter yang di sebabkan karena

adanya batu ureter, sehingga terjadi tekanan balik ke ginjal.

3

Page 4: Case Report Hidronefrosis

2.1.2. Etiologi

2.1.2.1. Jaringan parut ginjal/ureter.

2.1.2.2. Batu

2.1.2.3. Neoplasma/tomur

2.1.2.4. Hipertrofi prostat

2.1.2.5. Kelainan konginetal pada leher kandung kemih dan uretra

2.1.2.6. Penyempitan uretra

2.1.2.7. Pembesaran uterus pada kehamilan

(Smeltzer dan Bare, 2002).

2.1.3. Manifestasi klinis

2.1.3.1. Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara

bertahap. Obstruksi akut dapat menimbulkan rasa sakit

dipanggul dan pinggang. Jika terjadi infeksi maja disuria,

menggigil, demam dan nyeri tekan serta piuria akan terjadi.

Hematuri dan piuria mungkin juga ada. Jika kedua ginjal kena

maka tanda dan gejala gagal ginjal kronik akan muncul, seperti:

2.1.3.2. Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium).

2.1.3.3. Gagal jantung kongestif.

2.1.3.4. Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi).

2.1.3.5. Pruritis (gatal kulit).

2.1.3.6. Butiran uremik (kristal urea pada kulit).

2.1.3.7. Anoreksia, mual, muntah, cegukan.

2.1.3.8. Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang.

4

Page 5: Case Report Hidronefrosis

2.1.3.9. Amenore, atrofi testikuler.

(Smeltzer dan Bare, 2002)

2.1.4. Diagnosis

Diagnosa Penyakit Hidronefrosis bisa merasakan adanya

massa di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggul, terutama

jika ginjal sangat membesar. Pemeriksaan darah bisa menunjukkan

adanya kadar urea yang tinggi karena ginjal tidak mampu

membuang limbah metabolik ini.

Beberapa prosedur digunakan utnuk mendiagnosis

hidronefrosis:

USG, memberikan gambaran ginjal, ureter dan

kandung kemih

Urografi intravena, bisa menunjukkan aliran air

kemih melalui ginjal

5

Page 6: Case Report Hidronefrosis

Gambaran radiologi

Gambaran radiologis dari hidronefrosia terbagi berdasarkan

gradenya. Ada 4 grade hidronefrosis, antara lain :

a. Hidronefrosis derajat 1. Dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi

kaliks. Kaliks berbentuk blunting, alias tumpul.

b. Hidronefrosis derajat 2. Dilatasi pelvis renalis dan kaliks

mayor. Kaliks  berbentuk flattening, alias mendatar.

6

Page 7: Case Report Hidronefrosis

c. Hidronefrosis derajat 3. Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor

dan kaliks minor. Tanpa adanya penipisan korteks. Kaliks

berbentuk clubbing, alias menonjol.

d. Hidronefrosis derajat 4.  Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor

dan kaliks minor. Serta adanya penipisan korteks Calices

berbentuk ballooning  alias menggembung. 

2.1.5. Penatalaksanaan

Tujuannya adalah untuk mengaktivasi dan memperbaiki

penyebab dari hidronefrosis (obstruksi, infeksi) dan untuk

mempertahankan dan melindungi fungsi ginjal.

Untuk mengurangi obstruksi urin akan dialihkan melalui

tindakan nefrostomi atau tipe disertasi lainnya. Infeksi ditangani

dengan agen anti mikrobial karena sisa urin dalam kaliks akan

menyebabkan infeksi dan pielonefritis. Pasien disiapkan untuk

pembedahan mengangkat lesi obstrukstif (batu, tumor, obstruksi

ureter). Jika salah satu fungsi ginjal rusak parah dan hancur maka

nefrektomi (pengangkatan ginjal) dapat dilakukan (Smeltzer dan

Bare, 2002).

Pada hidronefrosis akut:

Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri

yang hebat, maka air kemih yang terkumpul diatas

penyumbatan segera dikeluarkan (biasanya melalui sebuah

jarum yang dimasukkan melalui kulit).

7

Page 8: Case Report Hidronefrosis

Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau

terdapat batu, maka bisa dipasang kateter pada pelvis renalis

untuk sementara waktu.

Pada Hidronefrosis kronis :

Diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi

penyumbatan air kemih. Ureter yang menyempit atau abnormal

bisa diangkat melalui pembedahan dan ujung-ujungnya

disambungkan kembali. Kadang perlu dilakukan pembedahan

untuk membebaskan ureter dari jaringan fibrosa. Jika

sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka

dilakukan pembedahan untuk melepaskan ureter dan

menyambungkannya kembali di sisi kandung kemih yang

berbeda.

2.2. Nefrolithiasis

2.2.1. Pengertian

Batu perkemihan dapat timbul dari berbagai tingkat dari

system perkemihan ( ginjal, ureter, kandung kemih ). tetapi yang

paling sering ditemukan adalah di dalam ginjal (Barbara, 1996).

8

Page 9: Case Report Hidronefrosis

Nefrolitiasis adalah adanya timbunan zat padat yang

membatu pada ginjal, mengandung komponen kristal, dan matriks

organik (Soeparman, 2001).

2.2.2. Etiologi

Batu ginjal merupakan konsisi terdapatnya kristal kalsium

dalam ginjal, kristal tersebut dapat berupa kalsium oksalat, kalsium

fosfat maupun kalsium sitrat. Tidak ada penyebab yang bisa

dibuktikan yang sering menjadi predisposisi adalah infeksi saluran

kemih hiperkasiuria, hiperpospaturia, hipervitaminosis D dan

hipertiroidism dan kebanyakan intake kalsium serta alkali

9

Page 10: Case Report Hidronefrosis

cenderung timbul presipitasi garam kalsium dalam urine ( wong de

jong. 1996 )

2.2.3. Manifestasi Klinis

2.2.3.1. Nyeri dan pegal di daerah pinggang

Lokasi nyeri tergantung dari dimana batu itu berada. Bila

pada piala ginjal rasa nyeri adalah akibat dari hidronefrosis

yang rasanya lebih tumpul dan sifatnya konstan. Terutama

timbul pada costoverteral. (barbara. 1996:324)

2.2.3.2. Hematuria

Darah dari ginjal berwarna coklat tua, dapat terjadi karena

adanya trauma yang disebabkan oleh adanya batu atau

terjadi kolik (ilmu kesehatan anak, 2002:840)

2.2.3.3. Infeksi

Batu dapat mengakibatkan gejala infeksi traktus urinarius

maupun infeksi asistemik yang dapat menyebabkan

disfungsi ginjal yang progresif.

2.2.3.4. Kencing panas dan nyeri

Adanya nyeri tekan pada daerah ginjal.

2.2.4. Diagnosis

Selain dari anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk

menegakkan diagnosis, penyakit batu ginjal perlu didukung dengan

pemeriksaan radiologik, laboratorium, dan penunjang lain untuk

10

Page 11: Case Report Hidronefrosis

menentukan kemungkinan adanya obstruksi saluran kemih, infeksi

dan gangguan faal ginjal.

2.2.4.1. Anamnesis

Anamnesa harus dilakukan secara menyeluruh. Keluhan

nyeri harus dikejar mengenai onset kejadian, karakteristik

nyeri, penyebaran nyeri, aktivitas yang dapat membuat

bertambahnya nyeri ataupun berkurangnya nyeri, riwayat

muntah, gross hematuria, dan riwayat nyeri yang sama

sebelumnya. Penderita dengan riwayat batu sebelumnya

sering mempunyai tipe nyeri yang sama.

2.2.4.2. Pemeriksaan Fisik

Penderita dengan keluhan nyeri kolik hebat, dapat

disertai takikardi, berkeringat, dan nausea.

Masa pada abdomen dapat dipalpasi pada penderita

dengan obstruksi berat atau dengan hidronefrosis.

Bisa didapatkan nyeri ketok pada daerah kostovertebra,

tanda gagal ginjal dan retensi urin.

Demam, hipertensi, dan vasodilatasi kutaneus dapat

ditemukan pada pasien dengan urosepsis.

2.2.4.3. Pemeriksaan Penunjang

Radiologi

Secara radiologi, batu dapat radiopaq atau

radiolusen. Sifat radiopak ini berbeda untuk berbagai jenis

11

Page 12: Case Report Hidronefrosis

batu sehingga dari sifat ini dapat diduga batu dari jenis apa

yang ditemukan. Radiolusen umumnya adalah jenis batu

asam urat murni.

Pada yang radiopak pemeriksaan dengan foto polos

sudah cukup untuk menduga adanya batu ginjal bila

diambil foto dua arah. Pada keadaan tertentu terkadang batu

terletak di depan bayangan tulang, sehingga dapat luput

dari penglihatan. Oleh karena itu foto polos sering perlu

ditambah foto pielografi intravena (PIV/IVP). Pada batu

radiolusen, foto dengan bantuan kontras akan menyebabkan

defek pengisian (filling defect) di tempat batu berada. Yang

menyulitkan adalah bila ginjal yang mengandung batu tidak

berfungsi lagi sehingga kontras ini tidak muncul. Dalam hal

ini perludilakukan pielografi retrograd.

Dosis media kontras iodium untuk IVP harus sesuai

dengan jumlah kreatinin pasien yang di periksa.

1. Kreatinin 0,5 - 1,6 mg% = 1cc/kgBB

2. Kreatinin 1,7 – 3 mg% = 2cc/kgBB

3. Kreatinin 3 – 4 mg% = infusion

4. Kreatinin > 4 mg% = tidak dilakukan

Ultrasonografi (USG) dilakukan bila pasien tidak

mungkin menjalani pemeriksaan IVP, yaitu pada keadaan-

keadaan; alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang

12

Page 13: Case Report Hidronefrosis

menurun dan pada wanita yang sedang hamil (3).

Pemeriksaan USG dapat untuk melihat semua jenis batu,

selain itu dapat ditentukan ruang/ lumen saluran kemih.

Pemeriksaan ini juga dipakai unutk menentukan batu

selama tindakan pembedahan untuk mencegah

tertinggalnya batu

Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari

kelainan kemih yang dapat menunjang adanya batu di

saluran kemih, menentukan fungsi ginjal, dan menentukan

penyebab batu.

2.2.5. Penatalaksanaan

2.2.5.1. Terapi medis dan simtomatik

Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau

melarutkan batu. Terapi simtomatik berusaha untuk

menghilangkan nyeri. Selain itu dapat diberikan minum

yang berlebihan/ banyak dan pemberian diuretik.

2.2.5.2. Litotripsi

Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan

bantuan nefroskopi perkutan untuk membawa tranduser

melalui sonde kebatu yang ada di ginjal. Cara ini disebut

nefrolitotripsi. Salah satu alternatif tindakan yang paling

sering dilakukan adalah ESWL. ESWL (Extracorporeal

13

Page 14: Case Report Hidronefrosis

Shock Wave Lithotripsy) yang adalah tindakan

memecahkan batu ginjal dari luar tubuh dengan

menggunakan gelombang kejut.

2.2.5.3. Tindakan Bedah

Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat

litotripsor, alat gelombang kejut, atau bila cara non-bedah

tidak berhasil.

14

Page 15: Case Report Hidronefrosis

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1. Identitas Penderita

Nama : Tn. AT

Usia : 39 th

Jenis kelamin : Laki Laki

Alamat : Winong RT 05/ RW 01, pati

3.2. Anamnesa (Alloanamnesa)

a. Keluhan Utama

sakit pada saat BAK dan nyeri pada bagian pinggang

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Onset : sejak 2 hari yang lalu

Lokasi : Pinggang kiri sampai belakang

Kualitas : nyeri hilang timbul

Kuantitas :aktivitas sehari-hari pasien terganggu,

pasien hanya bisa istirahat.

Faktor memperberat : Aktivitas

Faktor memperingan : -

Gejala penyerta : kencing keruh (+), hematuria (-), demam

(+), muntah (-) , mual (-) , BAB (+) , BAK (+)

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien belum pernah sakit seperti ini sebelumnya

Riwayat hipertensi (-)

Riwayat Asma disangkal

15

Page 16: Case Report Hidronefrosis

Riwayat Alergi obat disangkal

Riwayat sakit jantung disangkal

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat hipertensi disangkal

Riwayat DM disangkal

3.3. Pemeriksaan Fisik

a) KU : Composmentis

b) Kepala : Mesocephal

c) Tekanan darah: 110 / 70 mmHg

d) Nadi : 80 x/menit

e) RR : 20 x/menit

f) Suhu : 36°C

g) Pemeriksaan Fisik Abdomen

Inspeksi : bentuk sedikit cembung, warna sawo matang, tidak terdapat

sikatrik,strie dan tidak terdapat nodul di permukaan kulit,

Auskultasi: peristaltik dbn, bising usus (+)

Palpasi: NT (+) pada hipokondrium dextra dan sinistra, nyeri ketok (+)

kostovertebra dextra dan sinistra, massa (-)

Perkusi: timpani seluruh regio abdomen (+), batas hepar dbn.

3.4. Pemeriksaan laboratorium

Kreatinin: 0,9 mg %

3.4. Pemeriksaan Penunjang16

Page 17: Case Report Hidronefrosis

3.2.1. Pemeriksaan Radiologi

3.2.1.1. Gambaran Thorak

3.2.1.2. Gambaran Foto Polos Abdomen

3.2.1.2. Gambaran UIV

17

Page 18: Case Report Hidronefrosis

18

Page 19: Case Report Hidronefrosis

19

Page 20: Case Report Hidronefrosis

3.2.1.2. Pembacaan Hasil Foto Thorak

COR :

CTR < 50%

Bentuk dan letak normal.

PULMO :

Corakan vasculer tak meningkat.

Tak tampak gambaran infiltrat.

Diafragma dan sinus kostofrenikus baik.

KESAN:

COR: TAK MEMBESAR

PULMO: TAK TAMPAK KELAINAN

3.2.1.3. Pembacaan Hasil FPA dan IVP

FPA :

Tampak lesi radioopak para vertebra kanan setinggi VL

2, ukuran diameter 0,6 cm dan setinggi L3-4 0,6cm.

Tampak lesi radioopak superposisi dengan corpus L3,

ukuran diameter 2,25 cm.

Tampak ground glass pada abdomen kiri atas

20

Page 21: Case Report Hidronefrosis

IVP :

GINJAL KANAN :

Bentuk, letak , ukuran dan aksis normal.

Pada menit ke 7 tampak ekskresi kontras tipis ,

PCS melebar , kaliks minor bentuk flattering ,

tampak filling defect di kaliks mid pole

URETER KANAN :

Lebar, tampak filling defect setinggi VL 3-4

GINJAL KIRI :

Ukuran besar, fungsi ekskresi baik, PCS

melebar, kaliks rounding, tak tampak filling

defect.

URETER KIRI :

Tak jelas pengisian kontras

Vesica urinaria :

Dinding reguler

Tak tampak : filling defect dan additional

shadow .

Post Miksi :

Sisa kontras pada vesica urinaria sedikit .

21

Page 22: Case Report Hidronefrosis

3.2.1.3. Kesan

Hidronefrosis kanan grade 2 dan hidroureter kanan e.c.

Ureterolithiasis radioopak. Uk diameter sekitar 1cm setinggi

vertebra l 3-4

Nefrolithiasis kanan ukuran diameter sekitar 0,6 cm

Hidronefrosis kiri grade 3 e.c curiga batu di ureter proksimal

ukuran diameter 2,25cm (batu superposisi dengan korpus VL 3)

Fungsi ekskresi kedua ginjal baik.

22

Page 23: Case Report Hidronefrosis

BAB IV

PEMBAHASAN

Seorang pasien laki-laki dengan usia 39 tahun tahun

datang ke UGD pada tangal 7 april 2014. ± 2 hari sebelum pasien

dirawat di Rumah sakit, pasien merasa sakit pada perut kanan dan

nyeri pada bagian pinggang. Sakit dirasakan pada bagian perut kiri

dan menjalar sampai ke bagian belakang. Saat sakit pasien hanya

tiduran dan tidak melakukan aktivitas seperti biasa. Sakit dirasa

tidak berkurang meskipun sudah diberi obat sakit perut. Pasien

merasa kencingnya agak sedikit berwarna keruh, sedikit dan tidak

ada darah. Keluhan lain yang dirasa : muntah (-) , mual (-) , BAB

(+) , BAK (+).

Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 110/70

mmHg, suhu 36º C , RR : 20 kali/menit , nadi : 80 kali/menit. Pada

pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran composmentis,

pemeriksaan abdomen : cembung (+), NT (+) di hipokondrium

kanan, nyeri ketok kostovertebra kanan (+).

Dari hasil pemeriksaan radiologi foto thoraks, foto polos

abdomen dan UIV didapatkan gambaran. Pada foto thoraks : Cor :

CTR < 50%, bentuk dan letak normal. Pulmo : Corakan vasculer

normal, Tak tampak bercak kedua paru, Diafragma dan sinus

kostofrenikus baik.

23

Page 24: Case Report Hidronefrosis

Pada foto polos abdomen: Tampak lesi radioopak para

vertebra kanan setinggi VL 2, ukuran diameter 0,6 cm dan setinggi

L3-4 0,6cm. Tampak lesi radioopak superposisi dengan corpus L3,

ukuran diameter 2,25 cm. Tampak groundglasspada abdomen kiri

atas

Sedangkan pada pemeriksaan UIV didapatkan:

hidronefrosis kanan grade 2 dan hidroureter kanan e.c.

ureterolithiasis radioopak. uk diameter sekitar 1cm setinggi

vertebra L 3-4. nefrolithiasis kanan ukuran diameter sekitar 0,6 cm.

hidronefrosis kiri grade 3 e.c curiga batu di ureter proksimal

ukuran diameter 2,25cm (batu superposisi dengan korpus VL 3).

fungsi ekskresi kedua ginjal baik

24

Page 25: Case Report Hidronefrosis

BAB V

KESIMPULAN

Hidronefrosis adalah bendungan dalam ginjal yang di sebabkan

oleh obstruksi yang terdapat pada ureter yang di sebabkan karena adanya

batu ureter, sehingga terjadi tekanan balik ke ginjal.

Apapun penyebabnya adanya akumulasi urin di piala ginjal akan

menyebabkan distensi piala dan kaliks ginjal. Pada saat ini atrofi ginjal

terjadi. Ketika salah satu ginjal sedang mengalami kerusakan bertahap,

maka ginjal yang lain akan membesar secara bertahap (hipertropi

kompensatori), akhirnya fungsi renal terganggu.

Tujuan penatalaksanaan hidronefrosis untuk mengaktivasi dan

memperbaiki penyebab dari hidronefrosis (obstruksi, infeksi) dan untuk

mempertahankan dan melindungi fungsi ginjal.

25

Page 26: Case Report Hidronefrosis

DAFTAR PUSTAKA

Brunner,L dan Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah (H.Kuncara, A. Hartono, M. Ester, Y. Asih, Terjemahan), Edisi 8, Volume 1, Penerbit EGC, Jakarta

Purnomo BB. Dasar-Dasar Urologi. Edisi Ke-2. Jakarta : Perpustakaan Nasional republik Indonesia. 2003. 62-65.

Sjamsuhidrajat R, 1 W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran – EGC. 2004. 756-763.

Sylvia A.Price dkk, 2006, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Jilid 2, Penerbit EGC, Jakarta

Tanagho EA, McAninch JW. Smith’s General Urology. Edisi ke-16. New York : Lange Medical Book. 2004. 256-283.

http://runtah.com/gejala-dan-penyebab-penyakit-hidronefrosis/

http:// coass-kita.blogspot.com/2012/06/hidronefrosis.html

http://x-asuhankeperawatan.blogspot.com/2012/06/askep-nefrolitiasis.html

26