Case Report Hidronefrosis
-
Upload
rizaldy-yoga -
Category
Documents
-
view
310 -
download
19
Transcript of Case Report Hidronefrosis
BAB I
PENDAHULUAN
Ginjal adalah organ vital yang mempunyai peran penting dalam
mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur
keseimbangan cairan tubuh, elektrolit, dan asam-asam dengan cara filtrasi
darah, reabsorbsi selektif air, elektrolit, dan non elektrolit, serta
mengekskresi kelebihannya sebagai urin. Fungsi ekskresi ginjal seringkali
terganggu diantaranya oleh batu saluran kemih yang berdasarkan tempat
terbentuknya terdiri dari nefrolitiasis, ureterolitiasis, vesicolitiasis, batu
prostat, dan batu uretra. Batu saluran kemih terutama dapat merugikan
karena obstruksi saluran kemih dan infeksi yang ditimbulkannya (de jong,
2004).
Obstruksi dapat menyebabkan dilatasi pelvis renalis maupun kaliks
yang dikenal sebagai hidronefrosis. Batu dapat menyebabkan kerusakan
atau gangguan fungsi ginjal karena menyumbat aliran urine. Jika
penyumbatan ini berlangsung lama, urin akan mengalir balik kesaluran di
dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan menggelembungkan
ginjal (hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal
(Depkes, 2007). Pada umumnya obstruksi saluran kemih sebelah bawah
yang berkepanjangan akan menyebabkan obstruksi sebelah atas. Jika tidak
diterapi dengan tepat, obstruksi ini dapat menyebabkan kegagalan fungsi
dan kerusakan struktur ginjal yang permanen, seperti nefropati obstruktif,
1
dan jika mengalami infeksi saluran kemih dapat menimbulkan urosepsis
(Purnomo, 2011).
Proses ini umumnya berlangsung lama sekali. Tapi juga bias
mendadak (akut) bila sumbatan secara total. Kasus hidronefrosis semakin
sering didapati. Di Amerika Serikat, insidensinya mencapai 3,1 %, 2,9 %
pada wanita dan 3,3 % pada pria. Penyebabnya dapat bermacam – macam
dimana obstruksi merupakan penyebab yang tersering (Rahmani, 2010).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hidronefrosis
2.1.1. Pengertian
Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan perifer ginjal pada
satu atau kedua ginjal akibat adanya obstruksi pada aliran normal
urin menyebabkan urin mengalir balik sehingga tekanan di ginjal
meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih
tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi kalau
obtruksi terjadi di salah satu ureter akibat adanya batu atau
kekakuan, maka hanya satu ginjal saja yang rusak (Brunner &
Suddarth, 2002).
Hidronefrosis adalah obstruksi aliran kemih proksimal
terhadap kandung kemih dapat mengakibatkan penimbunan cairan
bertekanan dalam pelviks ginjal dan ureter yang dapat
mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim ginjal (Price Sylvia
A, 2005).
Dari kedua pengertian di atas dapat di simpulkan bahwa
hidronefrosis adalah bendungan dalam ginjal yang di sebabkan
oleh obtruksi yang terdapat pada ureter yang di sebabkan karena
adanya batu ureter, sehingga terjadi tekanan balik ke ginjal.
3
2.1.2. Etiologi
2.1.2.1. Jaringan parut ginjal/ureter.
2.1.2.2. Batu
2.1.2.3. Neoplasma/tomur
2.1.2.4. Hipertrofi prostat
2.1.2.5. Kelainan konginetal pada leher kandung kemih dan uretra
2.1.2.6. Penyempitan uretra
2.1.2.7. Pembesaran uterus pada kehamilan
(Smeltzer dan Bare, 2002).
2.1.3. Manifestasi klinis
2.1.3.1. Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara
bertahap. Obstruksi akut dapat menimbulkan rasa sakit
dipanggul dan pinggang. Jika terjadi infeksi maja disuria,
menggigil, demam dan nyeri tekan serta piuria akan terjadi.
Hematuri dan piuria mungkin juga ada. Jika kedua ginjal kena
maka tanda dan gejala gagal ginjal kronik akan muncul, seperti:
2.1.3.2. Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium).
2.1.3.3. Gagal jantung kongestif.
2.1.3.4. Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi).
2.1.3.5. Pruritis (gatal kulit).
2.1.3.6. Butiran uremik (kristal urea pada kulit).
2.1.3.7. Anoreksia, mual, muntah, cegukan.
2.1.3.8. Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang.
4
2.1.3.9. Amenore, atrofi testikuler.
(Smeltzer dan Bare, 2002)
2.1.4. Diagnosis
Diagnosa Penyakit Hidronefrosis bisa merasakan adanya
massa di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggul, terutama
jika ginjal sangat membesar. Pemeriksaan darah bisa menunjukkan
adanya kadar urea yang tinggi karena ginjal tidak mampu
membuang limbah metabolik ini.
Beberapa prosedur digunakan utnuk mendiagnosis
hidronefrosis:
USG, memberikan gambaran ginjal, ureter dan
kandung kemih
Urografi intravena, bisa menunjukkan aliran air
kemih melalui ginjal
5
Gambaran radiologi
Gambaran radiologis dari hidronefrosia terbagi berdasarkan
gradenya. Ada 4 grade hidronefrosis, antara lain :
a. Hidronefrosis derajat 1. Dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi
kaliks. Kaliks berbentuk blunting, alias tumpul.
b. Hidronefrosis derajat 2. Dilatasi pelvis renalis dan kaliks
mayor. Kaliks berbentuk flattening, alias mendatar.
6
c. Hidronefrosis derajat 3. Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor
dan kaliks minor. Tanpa adanya penipisan korteks. Kaliks
berbentuk clubbing, alias menonjol.
d. Hidronefrosis derajat 4. Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor
dan kaliks minor. Serta adanya penipisan korteks Calices
berbentuk ballooning alias menggembung.
2.1.5. Penatalaksanaan
Tujuannya adalah untuk mengaktivasi dan memperbaiki
penyebab dari hidronefrosis (obstruksi, infeksi) dan untuk
mempertahankan dan melindungi fungsi ginjal.
Untuk mengurangi obstruksi urin akan dialihkan melalui
tindakan nefrostomi atau tipe disertasi lainnya. Infeksi ditangani
dengan agen anti mikrobial karena sisa urin dalam kaliks akan
menyebabkan infeksi dan pielonefritis. Pasien disiapkan untuk
pembedahan mengangkat lesi obstrukstif (batu, tumor, obstruksi
ureter). Jika salah satu fungsi ginjal rusak parah dan hancur maka
nefrektomi (pengangkatan ginjal) dapat dilakukan (Smeltzer dan
Bare, 2002).
Pada hidronefrosis akut:
Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri
yang hebat, maka air kemih yang terkumpul diatas
penyumbatan segera dikeluarkan (biasanya melalui sebuah
jarum yang dimasukkan melalui kulit).
7
Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau
terdapat batu, maka bisa dipasang kateter pada pelvis renalis
untuk sementara waktu.
Pada Hidronefrosis kronis :
Diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi
penyumbatan air kemih. Ureter yang menyempit atau abnormal
bisa diangkat melalui pembedahan dan ujung-ujungnya
disambungkan kembali. Kadang perlu dilakukan pembedahan
untuk membebaskan ureter dari jaringan fibrosa. Jika
sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka
dilakukan pembedahan untuk melepaskan ureter dan
menyambungkannya kembali di sisi kandung kemih yang
berbeda.
2.2. Nefrolithiasis
2.2.1. Pengertian
Batu perkemihan dapat timbul dari berbagai tingkat dari
system perkemihan ( ginjal, ureter, kandung kemih ). tetapi yang
paling sering ditemukan adalah di dalam ginjal (Barbara, 1996).
8
Nefrolitiasis adalah adanya timbunan zat padat yang
membatu pada ginjal, mengandung komponen kristal, dan matriks
organik (Soeparman, 2001).
2.2.2. Etiologi
Batu ginjal merupakan konsisi terdapatnya kristal kalsium
dalam ginjal, kristal tersebut dapat berupa kalsium oksalat, kalsium
fosfat maupun kalsium sitrat. Tidak ada penyebab yang bisa
dibuktikan yang sering menjadi predisposisi adalah infeksi saluran
kemih hiperkasiuria, hiperpospaturia, hipervitaminosis D dan
hipertiroidism dan kebanyakan intake kalsium serta alkali
9
cenderung timbul presipitasi garam kalsium dalam urine ( wong de
jong. 1996 )
2.2.3. Manifestasi Klinis
2.2.3.1. Nyeri dan pegal di daerah pinggang
Lokasi nyeri tergantung dari dimana batu itu berada. Bila
pada piala ginjal rasa nyeri adalah akibat dari hidronefrosis
yang rasanya lebih tumpul dan sifatnya konstan. Terutama
timbul pada costoverteral. (barbara. 1996:324)
2.2.3.2. Hematuria
Darah dari ginjal berwarna coklat tua, dapat terjadi karena
adanya trauma yang disebabkan oleh adanya batu atau
terjadi kolik (ilmu kesehatan anak, 2002:840)
2.2.3.3. Infeksi
Batu dapat mengakibatkan gejala infeksi traktus urinarius
maupun infeksi asistemik yang dapat menyebabkan
disfungsi ginjal yang progresif.
2.2.3.4. Kencing panas dan nyeri
Adanya nyeri tekan pada daerah ginjal.
2.2.4. Diagnosis
Selain dari anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk
menegakkan diagnosis, penyakit batu ginjal perlu didukung dengan
pemeriksaan radiologik, laboratorium, dan penunjang lain untuk
10
menentukan kemungkinan adanya obstruksi saluran kemih, infeksi
dan gangguan faal ginjal.
2.2.4.1. Anamnesis
Anamnesa harus dilakukan secara menyeluruh. Keluhan
nyeri harus dikejar mengenai onset kejadian, karakteristik
nyeri, penyebaran nyeri, aktivitas yang dapat membuat
bertambahnya nyeri ataupun berkurangnya nyeri, riwayat
muntah, gross hematuria, dan riwayat nyeri yang sama
sebelumnya. Penderita dengan riwayat batu sebelumnya
sering mempunyai tipe nyeri yang sama.
2.2.4.2. Pemeriksaan Fisik
Penderita dengan keluhan nyeri kolik hebat, dapat
disertai takikardi, berkeringat, dan nausea.
Masa pada abdomen dapat dipalpasi pada penderita
dengan obstruksi berat atau dengan hidronefrosis.
Bisa didapatkan nyeri ketok pada daerah kostovertebra,
tanda gagal ginjal dan retensi urin.
Demam, hipertensi, dan vasodilatasi kutaneus dapat
ditemukan pada pasien dengan urosepsis.
2.2.4.3. Pemeriksaan Penunjang
Radiologi
Secara radiologi, batu dapat radiopaq atau
radiolusen. Sifat radiopak ini berbeda untuk berbagai jenis
11
batu sehingga dari sifat ini dapat diduga batu dari jenis apa
yang ditemukan. Radiolusen umumnya adalah jenis batu
asam urat murni.
Pada yang radiopak pemeriksaan dengan foto polos
sudah cukup untuk menduga adanya batu ginjal bila
diambil foto dua arah. Pada keadaan tertentu terkadang batu
terletak di depan bayangan tulang, sehingga dapat luput
dari penglihatan. Oleh karena itu foto polos sering perlu
ditambah foto pielografi intravena (PIV/IVP). Pada batu
radiolusen, foto dengan bantuan kontras akan menyebabkan
defek pengisian (filling defect) di tempat batu berada. Yang
menyulitkan adalah bila ginjal yang mengandung batu tidak
berfungsi lagi sehingga kontras ini tidak muncul. Dalam hal
ini perludilakukan pielografi retrograd.
Dosis media kontras iodium untuk IVP harus sesuai
dengan jumlah kreatinin pasien yang di periksa.
1. Kreatinin 0,5 - 1,6 mg% = 1cc/kgBB
2. Kreatinin 1,7 – 3 mg% = 2cc/kgBB
3. Kreatinin 3 – 4 mg% = infusion
4. Kreatinin > 4 mg% = tidak dilakukan
Ultrasonografi (USG) dilakukan bila pasien tidak
mungkin menjalani pemeriksaan IVP, yaitu pada keadaan-
keadaan; alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang
12
menurun dan pada wanita yang sedang hamil (3).
Pemeriksaan USG dapat untuk melihat semua jenis batu,
selain itu dapat ditentukan ruang/ lumen saluran kemih.
Pemeriksaan ini juga dipakai unutk menentukan batu
selama tindakan pembedahan untuk mencegah
tertinggalnya batu
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari
kelainan kemih yang dapat menunjang adanya batu di
saluran kemih, menentukan fungsi ginjal, dan menentukan
penyebab batu.
2.2.5. Penatalaksanaan
2.2.5.1. Terapi medis dan simtomatik
Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau
melarutkan batu. Terapi simtomatik berusaha untuk
menghilangkan nyeri. Selain itu dapat diberikan minum
yang berlebihan/ banyak dan pemberian diuretik.
2.2.5.2. Litotripsi
Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan
bantuan nefroskopi perkutan untuk membawa tranduser
melalui sonde kebatu yang ada di ginjal. Cara ini disebut
nefrolitotripsi. Salah satu alternatif tindakan yang paling
sering dilakukan adalah ESWL. ESWL (Extracorporeal
13
Shock Wave Lithotripsy) yang adalah tindakan
memecahkan batu ginjal dari luar tubuh dengan
menggunakan gelombang kejut.
2.2.5.3. Tindakan Bedah
Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat
litotripsor, alat gelombang kejut, atau bila cara non-bedah
tidak berhasil.
14
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1. Identitas Penderita
Nama : Tn. AT
Usia : 39 th
Jenis kelamin : Laki Laki
Alamat : Winong RT 05/ RW 01, pati
3.2. Anamnesa (Alloanamnesa)
a. Keluhan Utama
sakit pada saat BAK dan nyeri pada bagian pinggang
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Onset : sejak 2 hari yang lalu
Lokasi : Pinggang kiri sampai belakang
Kualitas : nyeri hilang timbul
Kuantitas :aktivitas sehari-hari pasien terganggu,
pasien hanya bisa istirahat.
Faktor memperberat : Aktivitas
Faktor memperingan : -
Gejala penyerta : kencing keruh (+), hematuria (-), demam
(+), muntah (-) , mual (-) , BAB (+) , BAK (+)
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah sakit seperti ini sebelumnya
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat Asma disangkal
15
Riwayat Alergi obat disangkal
Riwayat sakit jantung disangkal
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat DM disangkal
3.3. Pemeriksaan Fisik
a) KU : Composmentis
b) Kepala : Mesocephal
c) Tekanan darah: 110 / 70 mmHg
d) Nadi : 80 x/menit
e) RR : 20 x/menit
f) Suhu : 36°C
g) Pemeriksaan Fisik Abdomen
Inspeksi : bentuk sedikit cembung, warna sawo matang, tidak terdapat
sikatrik,strie dan tidak terdapat nodul di permukaan kulit,
Auskultasi: peristaltik dbn, bising usus (+)
Palpasi: NT (+) pada hipokondrium dextra dan sinistra, nyeri ketok (+)
kostovertebra dextra dan sinistra, massa (-)
Perkusi: timpani seluruh regio abdomen (+), batas hepar dbn.
3.4. Pemeriksaan laboratorium
Kreatinin: 0,9 mg %
3.4. Pemeriksaan Penunjang16
3.2.1. Pemeriksaan Radiologi
3.2.1.1. Gambaran Thorak
3.2.1.2. Gambaran Foto Polos Abdomen
3.2.1.2. Gambaran UIV
17
18
19
3.2.1.2. Pembacaan Hasil Foto Thorak
COR :
CTR < 50%
Bentuk dan letak normal.
PULMO :
Corakan vasculer tak meningkat.
Tak tampak gambaran infiltrat.
Diafragma dan sinus kostofrenikus baik.
KESAN:
COR: TAK MEMBESAR
PULMO: TAK TAMPAK KELAINAN
3.2.1.3. Pembacaan Hasil FPA dan IVP
FPA :
Tampak lesi radioopak para vertebra kanan setinggi VL
2, ukuran diameter 0,6 cm dan setinggi L3-4 0,6cm.
Tampak lesi radioopak superposisi dengan corpus L3,
ukuran diameter 2,25 cm.
Tampak ground glass pada abdomen kiri atas
20
IVP :
GINJAL KANAN :
Bentuk, letak , ukuran dan aksis normal.
Pada menit ke 7 tampak ekskresi kontras tipis ,
PCS melebar , kaliks minor bentuk flattering ,
tampak filling defect di kaliks mid pole
URETER KANAN :
Lebar, tampak filling defect setinggi VL 3-4
GINJAL KIRI :
Ukuran besar, fungsi ekskresi baik, PCS
melebar, kaliks rounding, tak tampak filling
defect.
URETER KIRI :
Tak jelas pengisian kontras
Vesica urinaria :
Dinding reguler
Tak tampak : filling defect dan additional
shadow .
Post Miksi :
Sisa kontras pada vesica urinaria sedikit .
21
3.2.1.3. Kesan
Hidronefrosis kanan grade 2 dan hidroureter kanan e.c.
Ureterolithiasis radioopak. Uk diameter sekitar 1cm setinggi
vertebra l 3-4
Nefrolithiasis kanan ukuran diameter sekitar 0,6 cm
Hidronefrosis kiri grade 3 e.c curiga batu di ureter proksimal
ukuran diameter 2,25cm (batu superposisi dengan korpus VL 3)
Fungsi ekskresi kedua ginjal baik.
22
BAB IV
PEMBAHASAN
Seorang pasien laki-laki dengan usia 39 tahun tahun
datang ke UGD pada tangal 7 april 2014. ± 2 hari sebelum pasien
dirawat di Rumah sakit, pasien merasa sakit pada perut kanan dan
nyeri pada bagian pinggang. Sakit dirasakan pada bagian perut kiri
dan menjalar sampai ke bagian belakang. Saat sakit pasien hanya
tiduran dan tidak melakukan aktivitas seperti biasa. Sakit dirasa
tidak berkurang meskipun sudah diberi obat sakit perut. Pasien
merasa kencingnya agak sedikit berwarna keruh, sedikit dan tidak
ada darah. Keluhan lain yang dirasa : muntah (-) , mual (-) , BAB
(+) , BAK (+).
Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan TD 110/70
mmHg, suhu 36º C , RR : 20 kali/menit , nadi : 80 kali/menit. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran composmentis,
pemeriksaan abdomen : cembung (+), NT (+) di hipokondrium
kanan, nyeri ketok kostovertebra kanan (+).
Dari hasil pemeriksaan radiologi foto thoraks, foto polos
abdomen dan UIV didapatkan gambaran. Pada foto thoraks : Cor :
CTR < 50%, bentuk dan letak normal. Pulmo : Corakan vasculer
normal, Tak tampak bercak kedua paru, Diafragma dan sinus
kostofrenikus baik.
23
Pada foto polos abdomen: Tampak lesi radioopak para
vertebra kanan setinggi VL 2, ukuran diameter 0,6 cm dan setinggi
L3-4 0,6cm. Tampak lesi radioopak superposisi dengan corpus L3,
ukuran diameter 2,25 cm. Tampak groundglasspada abdomen kiri
atas
Sedangkan pada pemeriksaan UIV didapatkan:
hidronefrosis kanan grade 2 dan hidroureter kanan e.c.
ureterolithiasis radioopak. uk diameter sekitar 1cm setinggi
vertebra L 3-4. nefrolithiasis kanan ukuran diameter sekitar 0,6 cm.
hidronefrosis kiri grade 3 e.c curiga batu di ureter proksimal
ukuran diameter 2,25cm (batu superposisi dengan korpus VL 3).
fungsi ekskresi kedua ginjal baik
24
BAB V
KESIMPULAN
Hidronefrosis adalah bendungan dalam ginjal yang di sebabkan
oleh obstruksi yang terdapat pada ureter yang di sebabkan karena adanya
batu ureter, sehingga terjadi tekanan balik ke ginjal.
Apapun penyebabnya adanya akumulasi urin di piala ginjal akan
menyebabkan distensi piala dan kaliks ginjal. Pada saat ini atrofi ginjal
terjadi. Ketika salah satu ginjal sedang mengalami kerusakan bertahap,
maka ginjal yang lain akan membesar secara bertahap (hipertropi
kompensatori), akhirnya fungsi renal terganggu.
Tujuan penatalaksanaan hidronefrosis untuk mengaktivasi dan
memperbaiki penyebab dari hidronefrosis (obstruksi, infeksi) dan untuk
mempertahankan dan melindungi fungsi ginjal.
25
DAFTAR PUSTAKA
Brunner,L dan Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah (H.Kuncara, A. Hartono, M. Ester, Y. Asih, Terjemahan), Edisi 8, Volume 1, Penerbit EGC, Jakarta
Purnomo BB. Dasar-Dasar Urologi. Edisi Ke-2. Jakarta : Perpustakaan Nasional republik Indonesia. 2003. 62-65.
Sjamsuhidrajat R, 1 W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran – EGC. 2004. 756-763.
Sylvia A.Price dkk, 2006, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Jilid 2, Penerbit EGC, Jakarta
Tanagho EA, McAninch JW. Smith’s General Urology. Edisi ke-16. New York : Lange Medical Book. 2004. 256-283.
http://runtah.com/gejala-dan-penyebab-penyakit-hidronefrosis/
http:// coass-kita.blogspot.com/2012/06/hidronefrosis.html
http://x-asuhankeperawatan.blogspot.com/2012/06/askep-nefrolitiasis.html
26