bph dan hidronefrosis

48
Laporan Kasus BENIGN PROSTAT HYPERPLASI & HIDRONEFROSIS Pembimbing : Dr. Amukti Wahana Sp.B Disusun oleh : Rangga Pragasta SS 2051210020 1

description

 

Transcript of bph dan hidronefrosis

Page 1: bph dan hidronefrosis

Laporan Kasus

BENIGN PROSTAT HYPERPLASI &

HIDRONEFROSIS

Pembimbing :

Dr. Amukti Wahana Sp.B

Disusun oleh :

Rangga Pragasta SS

2051210020

LAB. ILMU BEDAH UMUM

RSUD KANJURUHAN KEPANJEN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG

2012

1

Page 2: bph dan hidronefrosis

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Laporan kasus

bedah umum dengan judul “ Benign Prostat Hiperplasi dan hidronefrosis” tepat

pada waktunya.

Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik Ilmu Bedah, untuk

menambah wawasan mengenai penatalaksanaan penyakit di bidang bedah. Penulis

menyadari bahwa penulisan dalam makalah ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan

saran untuk penyempurnaan semoga telaah ini dapat berguna dan memberikan manfaat

bagi kita semua. Amin.

Kepanjen, 10 Mei 2012

Penulis

2

Page 3: bph dan hidronefrosis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pembesaran prostat benigna atau lebih dikenal sebagai BPH sering diketemukan

pada pria yang menapak usia lanjut1. Istilah BPH atau benign prostatic hyperplasia

sebenarnya merupakan istilah histopatologis, yaitu terdapat hiperplasia sel-sel stroma

dan sel-sel epitel kelenjar prostat. Hiperplasia prostat benigna ini dapat dialami oleh

sekitar 70% pria di atas usia 60 tahun. Angka ini akan meningkat hingga 90% pada pria

berusia di atas 80 tahun. Meskipun jarang mengancam jiwa, BPH memberikan keluhan

yang menjengkelkan dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Keadaan ini akibat dari

pembesaran kelenjar prostat atau benign prostate enlargement (BPE) yang menye-

babkan terjadinya obstruksi pada leher buli-buli dan uretra atau dikenal sebagai bladder

outlet obstruction (BOO). Obstruksi yang khusus disebabkan oleh pembesaran kelenjar

prostat disebut sebagai benign prostate obstruction (BPO). Obstruksi ini lama kelamaan

dapat menimbulkan perubahan struk-tur buli-buli maupun ginjal sehingga menye-

babkan komplikasi pada saluran kemih atas maupun bawah.

Keluhan yang disampaikan oleh pasien BPH seringkali berupa LUTS (lower uri-

nary tract symptoms) yang terdiri atas gejala obstruksi (voiding symptoms) maupun iri-

tasi (storage symptoms) yang meliputi: frekuensi miksi meningkat, urgensi, nokturia,

pancaran miksi lemah dan sering terputus-putus (intermitensi), dan merasa tidak puas

sehabis miksi, dan tahap selanjutnya terjadi retensi urine. Hubungan antara BPH dengan

LUTS sangat kompleks. Tidak semua pasien BPH mengeluhkan gangguan miksi dan

sebaliknya tidak semua keluhan miksi disebabkan oleh BPH. Banyak sekali faktor yang

diduga berperan dalam proliferasi/pertumbuhan jinak kelenjar prostat, tetapi pada

dasarnya BPH tumbuh pada pria yang menginjak usia tua dan masih mempunyai testis

yang masih berfungsi normal menghasilkan testosteron. Di samping itu pengaruh hor-

mon lain (estrogen, prolaktin), diet tertentu, mikrotrauma, dan faktor-faktor lingkungan

diduga berperan dalam proliferasi selsel kelenjar prostat secara tidak langsung. Faktor

faktor tersebut mampu mempengaruhi sel-sel prostat untuk mensintesis protein growth

factor, yang selanjutnya protein inilah yang berperan dalam memacu terjadinya prolif-

erasi sel-sel kelenjar prostat. Fakor-faktor yang mampu meningkatkan sintesis protein

3

Page 4: bph dan hidronefrosis

growth factor dikenal sebagai faktor ekstrinsik sedangkan protein growth factor dikenal

sebagai factor intrinsik yang menyebabkan hiperplasia kelenjar prostat.

Terapi yang akan diberikan pada pasien tergantung pada tingkat keluhan pasien,

komplikasi yang terjadi, sarana yang tersedia, dan pilihan pasien. Di berbagai daerah di

Indonesia kemampuan melakukan diagnosis dan modalitas terapi pasien BPH tidak

sama karena perbedaan fasilitas dan sumber daya manusia di tiap-tiap daerah. Walaupun

demikian dokter di daerah terpencilpun diharapkan dapat menangani pasien BPH den-

gan sebaik-baiknya. Penyusunan guidelines di berbagai negara maju ternyata berguna

bagi para dokter maupun spesialis urologi dalam menangani kasus BPH dengan

benar.

1.2 BATASAN MASALAH

Laporan Kasus ini berisi tentang Anamnesa, pemeriksaan fisik, gejala

pasien, serta penatalaksanaan BPH atau benign prostatic hyperplasia. Laporan

ini juga membahas sedikit mengenai BPH secara umum.

1.3 TUJUAN PENULISAN

Penulisan Laporan Kasus ini bertujuan untuk:

- Melaporkan pasien dengan diagnose BPH.

- Meningkatkan kemampuan dalam penulisan ilmiah di bidang kedokteran.

- Memenuhi salah satu tugas Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Bedah

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang RSUD Kanjuruhan Kepanjen

Malang.

4

Page 5: bph dan hidronefrosis

BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS

Nama : Tn. AR

Umur : 60 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Jl. Malang

Pekerjaan : Pensiunan guru

Pendidikan : tamat SMA

Agama : Islam

St.Perkawinan: Menikah

Suku : Jawa

Tgl. Berobat : 4 April 2012

No. Register :

2.2 ANAMNESA

Keluhan Utama:

Susah BAK sejak ± 2 bulan yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang:

     Sejak ± 2 bulan yang lalu pasien merasakan susah buang air kecil. Pasien

juga merasa susah untuk memulai BAK, dan terkadang harus disertai dengan

mengedan untuk buang air kacil, pancaran semakin lama dirasa melemah dan

kadang pasien mengalami kencing tiba-tiba berhenti dan lancar kembali.

Sebelumnya pasien juga merasakan anyang-anyangen tapi sekarang

menghilang, pasien menceritakan bahwa dirinya sering bekali-kali ke kamar

kecil dikarenakan hasrat ingin buang air kecil akan tetapi saat di kamar kecil

hanya keluar beberapa tetes saja dan merasa kurang puas, selain itu pasien

mengaku sering terganggu tidurnya dikarenakan kekamar mandi untuk buang air

kecil, keluhan yang lain juga kadang terasa menetes padahal pasien telah buang

air kecil 15 menit yang lalu. Keluhan lain adalah pasien merasakan pegal-pegal

5

Page 6: bph dan hidronefrosis

pada daerah pinggang yang hilang timbul. Kemudian pasien memeriksakan diri

ke puskesmas dan dipasang kateter. Jika kateter dilepas, pasien tidak bisa BAK.

pasien tidak merasakan pusing, mual, muntah, BAB (+) normal, tidak dirasa

nyeripada daerah tertentu, kencing darah (-) , Panas (-).

Riwayat penyakit dahulu

Sebelumnya pasien tidak pernah mengalami kejadian serupa seperti sekarang.

tidak ada riwayat kencing keluar batu.

- Diabetes Melitus : disangkal

- Hipertensi : disangkal

- Alergi : disangkal

- Batuk lama : disangkal

Riwayat penyakit keluarga

- Riwayat sakit denga gejala serupa : Tidak diketahui

- Diabetes Melitus : Tidak diketahui

- Hipertensi : Tidak diketahui

- Alergi : Tidak diketahui

Riwayat Kebiasaan

- Makan : 3 x sehari.

- Minum air putih : Jarang.

- Rokok : (+)

- Alkohol : (-)

- Obat tanpa resep dokter : (-)

- Jamu : (-)

- Olahraga : (-)

2.3 PEMERIKSAAN FISIK

Status Present

Tidak tampak sakit, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi kesan

cukup.

6

Page 7: bph dan hidronefrosis

Tanda Vital

Tensi : 120/80 mmHg

Nadi : 88 x/menit, isi cukup

Pernafasan : 28x/menit, regular, Kusmaull (-), Cheyne-Stokes (-)

Suhu : 36,1o C

Kepala

Bentuk : normocephali

Rambut : warna putih beruban, distribusi merata

Mata

Sklera Ikterik : -/-

Conjuctiva Anemis : -/-

Telinga

Bentuk : normotia

Secret : -/-

Hidung

Tidak ada deviasi septum

Sekret : -/-

Mulut dan tenggorokan

Bibir : tidak kering dan tidak cyanosis

Tonsil : T1/T1

Pharing : tidak hiperemi

Leher

Trakea lurus di tengah, tidak teraba pembesaran KGB

Paru

Suara nafas vesikuler, ronchi -/-, wheezing -/-

Jantung

Auskultasi: Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi : abdomen datar, tidak tampak adanya massa

Palpasi : teraba masa kistik pada supra simpisis

Perkusi : timpani.

Auskultasi : bising usus (+) normal

7

Page 8: bph dan hidronefrosis

Status lokalisata

Pemeriksaan dalam (digital rectal examina-tion) : sfingter ani

mencengkeram kuat, mukosa licin, ampula rectum tidak kolaps, teraba prostat

kenyal, kanan dan kiri simetris, tidak berbenjol-benjol, nyeri tekan (-), sulcus

medianus teraba datar.

2.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Lab darah lengkap : 3 april 2012

Hb : 13, 7 g/dl

Hct : 42,0 %

Eritrosit : 5,17 juta/cmm

Leukosit : 11.760

Hitung jenis : 4 / 0/ 59/ 30 /7

LED : 82 mm/jam

Trombosit : 228.000 sel/cmm

Masa perdarahan : 1’00’’ menit

Masa pembekuan : 8’00’’ menit

GDS : 112 mg/dl

SGOT : 25 U/L

SGPT : 50 U/L

Ureum : 78 mg/dl

Kreatinin : 1,70 mg/dl

Kesimpulan : LED meningkat, azotemia, tidak mengesankan

adanya CKD

USG prostat tanggal 2 April 2011

Hepar        : dbn

Lien        : dbn

Ren Dx        : ukuran 10 x 6,1 cm, intensias echocortex meningkat

Batas cortex medulla kabur, sistema pelvico calyceal dilatasi

grade 2 , tak tampak batu

Ren Sin        : ukuran 11 x 5,2 cm, intensias echocortex meningkat

8

Page 9: bph dan hidronefrosis

Batas cortex medulla kabur, sistema pelvico calyceal dilatasi

grade 1 , tak tampak batu

V U        : ukuran normal, dinding menebal, batu (-)

Prostat        : kesan intravesical uk 5 x 3,5 x 5 cm. Echoparencym homogen

Kesan        : hidronefrosis dextra grade II dan sinistra grade I e/c post

renal dengan kesan intravesical prostat hyperplasia

2.3 RESUME

Pasien Tn.AR ♂ umur 60 tahun datang ke poli bedah RSUD Kanjuruhan

Kepanjen dengan keluhan      Sejak ± 1 bulan yang lalu pasien merasakan susah

buang air kecil. Pasien juga merasa susah untuk memulai BAK, dan terkadang

harus disertai dengan mengedan untuk buang air kacil, pancaran semakin lama

dirasa melemah dan kadang pasien mengalami kencing tiba-tiba berhenti dan

lancar kembali. Sebelumnya pasien juga merasakan anyang-anyangen tapi

sekarang menghilang, pasien menceritakan bahwa dirinya sering bekali-kali ke

kamar kecil dikarenakan hasrat ingin buang air kecil akan tetapi saat di kamar

kecil hanya keluar beberapa tetes saja dan merasa kurang puas, selain itu pasien

mengaku sering terganggu tidurnya dikarenakan kekamar mandi untuk buang air

kecil, keluha yang lain juga kadang terasa menetes padahal pasien telah buang

air kecil 15 menit yang lalu. Keluhan lain adalah pasien merasakan pegal-pegal

pada daerah pinggang yang hilang timbul Kemudian pasien memeriksakan diri

ke dokter dan dipasang kateter, BAK melalui kateter, kadang-kadang batuk.

Dari Pemeriksaan dalam didapatkan sfingter ani mencengkeram kuat,

mukosa licin, ampula rectum tidak kolaps, teraba prostat kenyal, kanan dan kiri

tidak simetris, nyeri tekan (-), sulcus medianus tidak teraba, tidak berbenjol-

benjol. Dari pemeriksaan laboratorium, didapatkan LED meningkat dan

azotemia. Sedangkan hasil pemeriksaan USG didapatkan hidronefrosis dextra

grade II dan sinistra grade I e/c post renal dengan kesan intravesical prostat

hyperplasia.

9

Page 10: bph dan hidronefrosis

2.5 DIAGNOSIS

Diagnosis Kerja

BPH dan hidronefrosis dextra grade 2 sinistra grade 1

Diagnosis Banding

karsinoma prostat,  Neurogenic bladder, Acute prostatitis.

Dasar Diagnosis

- Anamnesa : sejak ± 1 bulan yang lalu pasien merasakan susah buang air

kecil. Pancaran melemah dan terkadang harus disertai dengan mengedan

- Pada pasien didapatkan Hesitansi, Pancaran lemah, Intermitensi, Miksi tidak

puas, Terminal dribbling, disuria.

- IPSS (International Prostate Symptom Score)

Dalam 1 bulan terakhirTidak

pernah

Kurang

dari

sekali

dalam

lima hari

Kurang

dari

setengah

Kadang-

kadang

(sekitar

50%)

Lebih

dari

setengah

Hampir

selaluSkor

1. Seberapa sering anda

merasa masih ada sisa

selesai kencing?

0 1 2 3 4 5 5

2. Seberapa sering Anda

harus kembali kencing

dalam waktu kurang

dari 2 jam setelah sele-

sai kencing?

0 1 2 3 4 5 3

3. Seberapa sering Anda

mendapatkan bahwa

Anda kencing terputus-

putus?

0 1 2 3 4 54

4. Seberapa sering tidak

bisa menahan

keinginan untuk

0 1 2 3 4 5

4

10

Page 11: bph dan hidronefrosis

kencing?

5. Seberapa sering pan-

caran kencing Anda

lemah?

0 1 2 3 4 5 4

6. Seberapa sering Anda

harusmengejan untuk

mulai kencing?

0 1 2 3 4 54

7. Seberapa sering Anda

harus bangun untuk

kencing, sejak mulai

tidur pada malam hari

hingga bangun di pagi

hari?

0 1 2 3 4 53

Skor IPSS Total (pertanyaan 1 sampai 7) = 27

Senang

sekaliSenang

Pada

umumnya

Puas

Biasa saja

Pada

umumnya

tidak

puas

Tidak

bahagia

Buruk

sekali

Seandainya Anda harus

enghabiskan sisa hidup

dengan fungsi kencing

seperti saat ini, agaimana

perasaan Anda?

- Pemeriksaan dalam    : sfingter ani mencengkeram kuat, mukosa licin, ampula

rectum tidak kolaps, teraba prostat kenyal, kanan dan kiri tidak simetris, nyeri

tekan (-), sulcus medianus tidak teraba, tidak berbenjol-benjol.

2.6 DISKUSI

Berdasarkan data tersebut di atas pasien ini di diagnose Pembesaran prostat

jinak (BPH) kategori berat. Hal-hal yang mendukung diagnosis tersebut berdasarkan

11

Page 12: bph dan hidronefrosis

anamnesa adalah sejak ± 1 bulan yang lalu pasien merasakan susah buang air kecil.

Pancaran melemah dan terkadang harus disertai dengan mengedan dan juga pada

pasien didapatkan Hesitansi (susah memulai miksi), Pancaran lemah, Intermitensi

(kencing tiba-tiba berhenti dan lancar kembali), Miksi tidak puas, Terminal

dribbling (menetes setelah miksi), disuria (rasa tidak enak saat kencing).

Pemeriksaan dalam    didapatkan sfingter ani mencengkeram kuat, mukosa licin,

ampula rectum tidak kolaps, teraba prostat kenyal, kanan dan kiri tidak simetris,

nyeri tekan (-), sulcus medianus tidak teraba, tidak berbenjol-benjol. Dan di

kategorikan berat karena skor IPSS = 27

Diagnosis banding dari kasus ini adalah karsinoma prostat,  Neurogenic

bladder, Acute prostatitis.

Karsinoma prostat dijadikan diagnosis banding didasarkan pada anamnesa

dari pasien merasakan susah buang air kecil. Pasien juga merasa susah untuk

memulai BAK, dan terkadang harus disertai dengan mengedan untuk buang air

kacil, pancaran semakin lama dirasa melemah dan kadang pasien mengalami

kencing tiba-tiba berhenti dan lancar kembali, dan disingkirkan dikarenakan pada

rectal touser karsinoma prostatharusnya didapatkan konsistensi prostat keras dan

teraba nodul, dan mungkin antara lobus prostat tidak simetri.

Neurogenic bladder dijadikan diagnosis banding didasarkan pada anamnesa

dari pasien merasakan, pancaran semakin lama dirasa melemah dan kadang pasien

mengalami kencing tiba-tiba berhenti dan lancar kembali. keluha lain juga kadang

terasa menetes padahal pasien telah buang air kecil 15 menit yang lalu. akan tetapi

disingkirkan dikarenakan pada Neurogenic bladder bisa terjadi akibat Penyakit,

Cedera, Cacat bawaan pada otak, medula spinalis atau saraf yang menuju ke

kandung kemih, saraf yang keluar dari kandung kemih maupun keduanya, dan itu

tidak di dapatkan pada pasien tersebut.

Acute prostatitis dijadikan diagnosis banding didasarkan pada anamnesa dari

pasien yang menceritakan bahwa dirinya sering bekali-kali ke kamar kecil

dikarenakan hasrat ingin buang air kecil akan tetapi saat di kamar kecil hanya keluar

beberapa tetes saja dan merasa kurang puas, selain itu pasien mengaku sering

terganggu tidurnya dikarenakan kekamar mandi untuk buang air kecil, akan tetapi

Acute prostatitis disingkirkan dikarenakan pada acute prostatitis sering sering

12

Page 13: bph dan hidronefrosis

menggigil, demam, sakit di punggung bawah dan daerah kelamin, nyeri tubuh, dan

dibuktikan dengan adanya infeksi saluran kemih (sebagaimana dibuktikan oleh

keberadaan sel-sel darah putih dan bakteri dalam urin).

2.7 PENATALAKSANAAN

Non operatif

Non medikamentosa

KIE : Pengaturan gaya hidup yang meliputi, Jangan mengkonsumsi kopi atau alcohol

Kurangi makanan dan minuman yang mengiritasi buli-buli (kopi, coklat), Kurangi

makanan pedas atau asin, Jangan menahan kencing terlalu lama

Medikamentosa

Per oral : Penghambat 5α-reduktase (finasterid) mengurangi volume prostat dengan

menurunkan kadar hormon testosterone.

Operatif : Pro operasi (prostatektomi)

13

Page 14: bph dan hidronefrosis

BAB III

PEMBAHASAN BPH

3.1 PENDAHULUAN

Kelenjar prostat adalah organ tubuh pria yang terletak di sebelah inferior

bulibuli dan membungkus uretra posterior.1 Paling sering mengalami pembe-

saran, baik jinak maupun ganas.2 Bila mengalami pembesaran, organ ini mem-

buntu uretra pars prostatika dan menghambat aliran urin keluar dari buli-buli.1

Benign Prostate Hyperplasia (BPH) merupakan Pembesaran Prostat Jinak (PPJ)

yang menghambat aliran urin dari buli-buli.3 Pembesaran ukuran prostat ini aki-

bat adanya hyperplasia stroma dan sel epitelial mulai dari zona periurethra.3,4

Gambar 1. Perbedaan aliran urin dari buli-buli pada prostat normal dan prostat

yang mengalami pembesaran. Bentuk kelenjar prostat sebesar buah kenari den-

gan berat normal pada orang dewasa ± 20 gram. Mc Neal (1976) membagi ke-

lenjar prostat dalam beberapa zona, antara lain: zona perifer, zona sentral, zona

transisional, zona fibromuskuler anterior dan zona periurethra. Sebagian besar

hiperplasia prostat terdapat pada zona transisional, sedangkan pertumbuhan

karsinoma prostat berasal dari zona perifer.1,6

3.2 ETIOLOGI dan PATOFISIOLOGI

14

Page 15: bph dan hidronefrosis

Hingga sekarang, penyebab BPH masih belum dapat diketahui secara

pasti,tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa BPH erat kaitannya dengan

peningkatan kadar dihidrotestosteron (DHT) dan proses penuaan. Beberapa

hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prostat

1. Teori dihidrotestosteron

Pertumbuhan kelenjar prostat sangat tergantung pada hormone testos-

teron. Dimana pada kelenjar prostat, hormon ini akan dirubah menjadi metabolit

aktif dihidrotestosteron (DHT) dengan bantuan enzim 5 α – reduktase. DHT ini-

lah yang secara langsung memicu m-RNA di dalam sel-sel kelenjar prostat untuk

mensintesis protein growth factor yang memacu pertumbuhan kelenjar prostat. 1

Gambar 2. Perubahan Testosteron menjadi Dihidrotesteron oleh enzim

5 α – reduktase.

Pada berbagai penelitian, aktivitas enzim 5 α – reduktase dan jumlah re-

septor androgen lebih banyak pada BPH. Hal ini menyebabkan sel-sel prostat

menjadi lebih sensitif terhadap DHT sehingga replikasi sel lebih banyak terjadi

dibandingkan dengan prostat normal.

15

Page 16: bph dan hidronefrosis

Gambar 3. Teori Dihidrotestosteron dalam Hiperplasia Prostat

2. Ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron

Pada usia yang makin tua, kadar testosteron makin menurun, sedangkan

kadar estrogen relatif tetap, sehingga perbandingan estrogen : testosteron relatif

meningkat. Estrogen di dalam prostat berperan dalam terjadinya proliferasi sel-

sel kelenjar prostat dengan cara meningkatkan sensitivitas sel-sel prostat ter-

hadap rangsangan hormon androgen,meningkatkan jumlah reseptor androgen

dan menurunkan jumlah kematian sel-sel prostat (apoptosis). Akibatnya, dengan

testosteron yang menurun merangsang terbentuknya sel-sel baru, tetapi sel-sel

prostat yang telah ada mempunyai umur yang lebih panjang sehingga massa pro-

stat menjadi lebih besar.1

16

Page 17: bph dan hidronefrosis

3. Interaksi stroma-epitel

Cunha (1973) membuktikan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan selsel

epitel prostat secara tidak langsung dikontrol oleh sel-sel stroma melalui suatu

mediator (growth factor). Setelah sel stroma mendapatkan stimulasi dari DHT

dan estradiol, sel-sel stroma mensintesis suatu growth factor yang selanjutnya

mempengaruhi sel stroma itu sendiri, yang menyebabkan terjadinya proliferasi

sel-sel epitel maupun stroma.1

4. Berkurangnya kematian sel prostat

Apoptosis sel pada sel prostat adalah mekanisme fisiologik homeostatis

kelenjar prostat. Pada jaringan nomal, terdapat keseimbangan antara laju prolif-

erasi sel dengan kematian sel. Berkurangnya jumlah sel-sel prostat yang apopto-

sis menyebabkan jumlah sel-sel prostat secara keseluruhan makin meningkat se-

hingga mengakibatkan pertambahan massa prostat. Diduga hormon androgen

berperan dalam menghambat proses kematian sel karena setelah dilakukan kas-

trasi, terjadi peningkatan aktivitas kematian sel kelenjar prostat.1

5. Teori sel stem

Untuk mengganti sel-sel yang telah mengalami apoptosis, selalu dibentuk

sel-sel baru. Dalam kelenjar prostat dikenal suatu sel stem, yaitu sel yang mem-

punyai kemampuan berproliferasi sangat ekstensif. Kehidupan sel ini bergantung

pada hormon androgen, dimana jika kadarnya menurun (misalnya pada kastrasi),

menyebabkan terjadinya apoptosis. Sehingga terjadinya proliferasi sel-sel pada

BPH diduga sebagai ketidaktepatan aktivitas sel stem sehingga terjadi produksi

yang berlebihan sel stroma maupun sel epitel.1

PATOFISIOLOGI HIPERPLASIA PROSTAT

Pembesaran prostat menyebabkan terjadinya penyempitan lumen uretra

pars prostatika dan menghambat aliran urin sehingga menyebabkan tingginya

tekanan intravesika. Untuk dapat mengeluarkan urin, buli-buli harus berkon-

17

Page 18: bph dan hidronefrosis

traksi lebih kuat guna melawan tahanan, menyebabkan terjadinya perubahan

anatomik buli-buli, yakni: hipertropi otot destrusor, trabekulasi, terbentuknya

selula, sakula, dan divertikel buli-buli. Perubahan struktur pada buli-buli tersebut

dirasakan sebagai keluhan pada saluran kemih bagian bawah atau Lower Uri-

nary Tract Symptoms(LUTS).

Tekanan intravesika yang tinggi diteruskan ke seluruh bagian buli-buli

tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini

menimbulkan aliran balik dari buli-buli ke ureter atau terjadinya refluks vesik-

oureter. Jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis

bahkan jatuh ke dalam gagal ginjal.1

3.3 Manifestasi Klinis

Anamnesa

1. Keluhan pada saluran kemih bagian bawah

Manifestasi klinis timbul akibat peningkatan intrauretra yang pada

akhirnya dapat menyebabkan sumbatan aliran urin secara bertahap. Meskipun

manifestasi dan beratnya penyakit bervariasi, tetapi ada beberapa hal yang

menyebabkan penderita datang berobat, yakni adanya LUTS.4

Keluhan LUTS terdiri atas gejala obstruksi dan gejala iritatif.

Gejala obstruksi antara lain: hesitansi, pancaran miksi melemah, inter-

mitensi, miksi tidak puas, menetes setelah miksi. Sedangkan gejala iritatif terdiri

dari: frekuensi, nokturia, urgensi dan disuri.1

Untuk menilai tingkat keparahan dari LUTS, bebeapa ahli/organisasi

urologi membuat skoring yang secara subjektif dapat diisi dan dihitung sendiri

oleh pasien.

Sistem skoring yang dianjurkan oleh WHO adalah international Pro-

static Symptom Score (IPSS). Sistem skoring IPSS terdiri atas 7 pertanyaan yang

berhubungan dengan keluhan LUTS dan 1 pertanyaan yang berhubungan dengan

kualitas hidup pasien. Dari skor tersebut dapat dikelompokkan gejala LUTS

dalam 3 derajat, yaitu:

18

Page 19: bph dan hidronefrosis

Ringan : skor 0-7

Sedang : skor 8-19

Berat : skor 20-35

IPSS (International Prostate Symptom Score)

Dalam 1 bulan terakhirTidak

pernah

Kurang

dari

sekali

dalam

lima

hari

Kurang

dari

setengah

Kadang-

kadang

(sekitar

50%)

Lebih

dari

setengah

Hampir

selaluSkor

1. Seberapa sering anda

merasa masih ada sisa

selesai kencing?

0 1 2 3 4 5 5

2. Seberapa sering Anda

harus kembali kencing

dalam waktu kurang

dari 2 jam setelah sele-

sai kencing?

0 1 2 3 4 5 3

3. Seberapa sering Anda

mendapatkan bahwa

Anda kencing terputus-

putus?

0 1 2 3 4 54

4. Seberapa sering tidak

bisa menahan

keinginan untuk

kencing?

0 1 2 3 4 54

5. Seberapa sering pan-

caran kencing Anda

lemah?

0 1 2 3 4 5 4

6. Seberapa sering Anda

harusmengejan untuk

mulai kencing?

0 1 2 3 4 54

19

Page 20: bph dan hidronefrosis

7. Seberapa sering Anda

harus bangun untuk

kencing, sejak mulai

tidur pada malam hari

hingga bangun di pagi

hari?

0 1 2 3 4 53

Skor IPSS Total (pertanyaan 1 sampai 7) = 27

Senang

sekaliSenang

Pada

umumnya

Puas

Biasa saja

Pada

umumnya

tidak

puas

Tidak

bahagia

Buruk

sekali

Seandainya Anda harus

enghabiskan sisa hidup

dengan fungsi kencing

seperti saat ini, agaimana

perasaan Anda?

2. Gejala pada saluran kemih bagian atas

Keluhan dapat berupa gejala obstruksi antara lain, nyeri pinggang, ben-

jolan di pinggang (hidronefrosis) dan demam (infeksi, urosepsis).1

3. Gejala diluar saluran kemih

Tidak jarang pasien berobat ke dokter karena mengeluh adanya hernia in-

guinalis atau hemoroid, yang timbul karena sering mengejan pada saat miksi se-

hingga mengakibatkan peningkatan tekanan intraabdominal.1

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan buli-buli yang penuh dan teraba

massa kistik si daerah supra simpisis akibat retensi urin.1 Pemeriksaan colok dubur atau

Digital Rectal Examination (DRE) merupakan pemeriksaan fisik yang penting pada

BPH, karena dapat menilai tonus sfingter ani, pembesaran atau ukuran prostat dan ke-

curigaan adanya keganasan seperti nodul atau perabaan yang keras. Pada pemeriksaan

ini dinilai besarnya prostat, konsistensi, cekungan tengah, simetri, indurasi, krepitasi

dan ada tidaknya nodul.1,4,9

20

Page 21: bph dan hidronefrosis

Colok dubur pada BPH menunjukkan konsistensi prostat kenyal, seperti meraba

ujung hidung, lobus kanan dan kiri simetris, dan tidak didapatkan nodul.

Sedangkan pada karsinoma prostat, konsistensi prostat keras dan teraba nodul,

dan mungkin antara lobus prostat tidak simetri.1

Gambar 4. Pemeriksaan Colok Dubur5

Pemeriksaan Laboratorium

Sedimen urin diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya proses infeksi atau

inflamasi pada saluran kemih.1 Obstruksi uretra menyebabkan bendungan saluran kemih

sehingga menganggu faal ginjal karena adanya penyulit seperti hidronefrosis menye-

babkan infeksi dan urolithiasis.1,9 Pemeriksaan kultur urin berguna untuk mencari jenis

kuman yang menyebabkan infeksi dan sekaligus menentukan sensitivitas kuman ter-

hadap beberapa antimikroba yang diujikan.

Pemeriksaan sitologi urin digunakan untuk pemeriksaan sitopatologi sel-sel

uroteliumyang terlepas dan terikut urin. Pemeriksaan gula darah untuk mendeteksi

adanya diabetes mellitus yang dapat menimbulkan kelainan persarafan pada buli-buli.

Jika dicurigai adanya keganasan prostat perlu diperiksa penanda tumor prostat (PSA).1

21

Page 22: bph dan hidronefrosis

Pencitraan

Foto polos perut berguna untuk mencari adanya batu opak di saluran kemih,

batu/kalkulosa prostat atau menunjukkan bayangan buli-buli yang penuh terisi urin,

yang merupakan tanda retensi urin. Pemeriksaan IVP dapat menerangkan adanya :

• kelainan ginjal atau ureter (hidroureter atau hidronefrosis)

• memperkirakan besarnya kelenjar prostat yang ditunjukkan dengan in-

dentasi prostat (pendesakan buli-buli oleh kelenjar prostat) atau ureter

bagian distal yang berbentuk seperti mata kail (hooked fish)

• penyulit yang terjadi pada buli-buli, yakni: trabekulasi, divertikel, atau

sakulasi buli-buli

Pemeriksaan IVP tidak lagi direkomendasikan pada BPH.1 Pemeriksaan

USG secara Trans Rectal Ultra Sound (TRUS), digunakan untuk mengetahui be-

sar dan volume prostat , adanya kemungkinan pembesaran prostat maligna seba-

gai petunjuk untuk melakukan biopsi aspirasi prostat, menentukan jumlah resid-

ual urin dan mencari kelainan lain pada buli-buli. Pemeriksaan Trans Abdominal

Ultra Sound (TAUS) dapat mendeteksi adanya hidronefrosis ataupun kerusakan

ginjal akibat obstruksi BPH yang lama.(purnomo, de jong)

Gambar 5. TransRectal Ultra Sound (TRUS)5

22

Page 23: bph dan hidronefrosis

Pemeriksaan lain

Pemeriksaan derajat obstruksi prostat dapat diperkirakan dengan mengukur:1,9

- residual urin, diukur dengan kateterisasi setelah miksi atau dengan pemeriksaan

ultrasonografi setelah miksi

- pancaran urin (flow rate), dengan menghitung jumlah urin dibagi dengan

lamanya miksi berlangsung (ml/detik) atau dengan uroflowmetri.

3.4 PENATALAKSANAAN

Tujuan terapi:

- memperbaiki keluhan miksi

- meningkatkan kualitas hidup

- mengurangi obstruksi infravesika

- mengembalikan fungsi ginjal

- mengurangi volume residu urin setelah miksi

- mencegah progressivitas penyakit

1. Watchful waiting

Pilihan tanpa terapi ini untuk pasien BPH dengan skor IPSS<7, yaitu keluhan

ringan yang tidak menganggu aktivitas sehari-hari. Pasien hanya diberikan

edukasi mengenai hal-hal yang dapat memperburuk keluhan :1

- Jangan mengkonsumsi kopi atau alkohol

- Kurangi makanan dan minuman yang mengiritasi buli-buli (kopi, coklat)

- Kurangi makanan pedas atau asin

- Jangan menahan kencing terlalu lama

2. Medikamentosa

Tujuan:

- mengurangi resistensi otot polos prostat dengan adrenergik α blocker

- mengurangi volume prostat dengan menurunkan kadar hormon testos-

terone melalui penghambat 5α-reduktase

Selain itu, masih ada terapi fitofarmaka yang masih belum jelas

mekanisme kerjanya.1

23

Page 24: bph dan hidronefrosis

3. Operasi

Pasien BPH yang mempunyai indikasi pembedahan:

Tidak menunjukkan pebaikan setelah terapi medikamentosa

Mengalami retensi urin

Infeksi Saluran Kemih berulang

Hematuri

Gagal ginjal

Timbulnya batu saluran kemih atau penyulit lain akibat obstruksi salu-

ran kemih bagian bawah

Jenis pembedahan yang dapat dilakukan:

Transurethral reseksi prostat (TURP)

TURP telah menjadi prosedur umum untuk pembesaran prostat selama bertahun-

tahun, dan merupakan operasi yang dibandingkan perlakuan lainnya. Dengan TURP,

dokter bedah tempat lingkup yang menyala khusus (resectoscope) ke dalam uretra Anda

dan menggunakan alat pemotong kecil untuk menghapus semua kecuali bagian luar

prostat (reseksi prostat. TURP umumnya mengurangi gejala cepat; kebanyakan pria

memiliki aliran urin kuat dalam beberapa hari. Setelah TURP, ada risiko pendarahan,

infeksi, dan Anda mungkin memerlukan kateter untuk menguras kandung kemih Anda

selama tiga sampai lima hari setelah prosedur. Anda akan bisa hanya melakukan

kegiatan ringan sampai Anda sembuh. Prosedur ini umumnya digunakan untuk

mengobati prostat lebih kecil. Namun, lebih baru dan kurang perawatan invasif (terapi

minimal invasif) menjadi lebih umum. Operasi minimal invasif pada umumnya

memiliki risiko yang lebih rendah dari efek samping atau komplikasi, dan memerlukan

waktu pemulihan kurang dari tidak TURP atau jenis operasi invasive.Meskipun

demikian, TURP masih merupakan pilihan pengobatan terbaik untuk beberapa orang.

24

Page 25: bph dan hidronefrosis

Transurethral sayatan dari prostat (TUIP atau TIP)

operasi ini adalah pilihan jika Anda memiliki kelenjar prostat agak membesar

atau kecil, terutama jika Anda memiliki masalah kesehatan yang membuat operasi lain

terlalu berisiko. Seperti TURP, TUIP melibatkan instrumen khusus yang dimasukkan

melalui uretra. Tapi bukannya menghilangkan jaringan prostat, ahli bedah membuat satu

atau dua luka kecil di kelenjar prostat untuk membuka saluran di uretra - sehingga lebih

mudah untuk urin melewatinya.

Open prostatektomi

Jenis operasi ini umumnya dilakukan jika Anda memiliki prostat sangat besar,

kandung kemih kerusakan atau faktor komplikasi lain, seperti batu kandung kemih. Ini

disebut terbuka karena ahli bedah membuat sayatan di perut bagian bawah untuk

mencapai prostat. Buka prostatektomi adalah pengobatan yang paling efektif untuk pria

dengan pembesaran prostat yang parah, tetapi memiliki resiko tinggi efek samping dan

komplikasi. Pada umumnya memerlukan kunjungan singkat di rumah sakit dan

berhubungan dengan risiko tinggi memerlukan transfusi darah.

Operasi Pembedahan laser

Laser (juga disebut terapi laser) menggunakan energi laser tinggi untuk

menghancurkan atau menghapus jaringan prostat lebatLaser bedah umumnya segera

meredakan gejala dan memiliki risiko efek samping yang lebih rendah daripada TURP.

Beberapa operasi laser dapat digunakan pada pria yang tidak harus memiliki prosedur

25

Page 26: bph dan hidronefrosis

prostat lain karena mereka mengambil obat pengencer darah.

Pembedahan laser dapat dilakukan dengan berbagai jenis laser dan dengan cara yang

berbeda.

Prosedur Ablatif (termasuk penguapan) menghapus jaringan prostat menekan

uretra dengan membakar begitu saja, sambil aliran urin. prosedur ablatif dapat

menyebabkan iritasi gejala urin setelah operasi dan mungkin perlu diulang di

beberapa titik.

Prosedur Enucleative serupa untuk membuka prostatektomi, tapi dengan risiko

yang lebih sedikit. Prosedur ini biasanya menghapus semua prostat jaringan

memblokir aliran urin, dan mencegah pertumbuhan kembali jaringan. Salah satu

manfaat dari prosedur enucleative adalah bahwa jaringan prostat dihapus dapat

diperiksa untuk kanker prostat dan kondisi lainnya.

Jenis pembedahan laser meliputi:

Ablasi laser Holmium dari prostat (HoLAP)

Visual laser ablasi dari prostat (VLAP)

Laser Holmium enucleation dari prostat (HoLEP)

Fotosensitif penguapan dari prostat (PVT)

HIDRONEFROSIS

Definisi

Hidronefrosis adalah penggembungan ginjal akibat tekanan batik terhadap ginjal

karena aliran air kemih tersumbat.

26

Page 27: bph dan hidronefrosis

Ada 4 grade hidronefrosis,

a) Hidronefrosis derajat 1. Calices berbentuk blunting, alias tumpul.

b) Hidronefrosis derajat 2. Calices berbentuk flattening, alias mendatar.

c) Hidronefrosis derajat 3. Calices berbentuk clubbing, alias menonjol.

d) Hidronefrosis derajat 4. Calices berbentuk ballooning, alias menggembung.

Penyebab / Etiologi

Hidronefrosis biasanya terjadi akibat adanya sumbatan pada sambungan

ureteropelvik (sambungan antara ureter dan pelvis renalis):

Kelainan struktural, misalnya jika masuknya ureter ke dalam pelvis renalis

terlalu tinggi

Lilitan pada sambungan ureteropelvik akibat ginjal bergeser ke bawah

Batu di dalam pelvis renalis

Penekanan pada ureter oleh : jaringan fibros, arteri atau vena yang letaknya

abnormal, tumor.

Hidronefrosis juga bisa terjadi akibat adanya penyumbatan dibawah sambungan

ureteropelvik atau karma arus batik air kemih dari kandung kemih:

Batu di dalam ureter

Tumor di dalam atau di dekat ureter

Penyempitan ureter akibat cacat bawaan, cedera, infeksi, terapi penyinaran atau

pembedahan

Kelainan pada otot atau saraf di kandung kemih atau ureter

Pembentukan jaringan fibrosa di dalam atau di sekeliling ureter akibat

pembedahan, rontgen atau obat-obatan (terutama metisergid)

Ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam kandung kemih)

Kanker kandung kemih, leper rahim, rahim, prostat atau organ panggul lainnya

Sumbatan yang menghalangi aliran air kemihh dari kandung kemih ke uretra

akibat pembesaran prostat, peradangan atau kanker

Arus batik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan atau cedera

Infeksi saluran kemih yang berat, yang untuk sementara waktu menghalangi

27

Page 28: bph dan hidronefrosis

kontraksi ureter.

Patofisioloigi

Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik, sehingga

tekanan di ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih,

tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi di salah

satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu ginjal saja yang rusak.

Obstruksi parsial atau intermiten dapat disebabkan oleh batu renal yang

terbentuk di piala ginjal tetapi masuk ke ureter dan menghambatnya. Obstruksi dapat

diakibatkan oleh tumor yang menekan ureter atau berkas jaringan parut akibat abses

atau inflamasi dekat ureter dan menjepit saluran tersebut. Gangguan dapat sebagai

akibat dari bentuk abnormal di pangkal ureter atau posisi ginjal yang salah, yang

menyebabkan ureter berpilin atau kaku. Pada pria lansia , penyebab tersering adalah

obstruksi uretra pada pintu kandung kemih akibat pembesaran prostat. Hidronefrosis

juga dapat terjadi pada kehamilan akibat pembesaran uterus.

Apapun penyebabnya adanya akumulasi urin di piala ginjal akan

menyebabkan distensi piala dan kaliks ginjal. Pada saat ini atrofi ginjal terjadi.

Ketika salah satu ginjal sedang mengalami kerusakan bertahap, maka ginjal yang lain

akan membesar secara bertahap (hipertropi kompensatori), akhirnya fungsi renal

terganggu.

Manifestasi Klinis

Nyeri yang luar biasa di daerah tulang rusuk dan tulang panggul (kolik renalis)

hidronefrosis akut.

Tidak ada gejala atau nyeri tumpul hidronefrosis kronik

Demam

Mual

Muntah

Diagnosa

Massa di daerah antara tulang rusuk dan tulang panggul à terutama jika ginjal

28

Page 29: bph dan hidronefrosis

membesar.

USG gambaran ginjal, ureter, kandung ginjal.

Sistoskopi kandung kemih dilihat secara langsung

Laboratorium Biasanya kadar urea karena ginjal tidak mampu membuang

limbah metabolik.

Komplikasi

Gagal ginjal

Batu saluran kemih

Penatalaksanaan

Pada hidronefrosis akut:

- Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang hebat, maka

air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan segera dikeluarkan (biasanya

melalui sebuah jarum yang dimasukkan melalui kulit).

- Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat batu, maka

bisa dipasang kateter pada pelvis renalis untuk sementara waktu.

· Hidronefrosis kronis diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi

penyumbatan air kemih. Ureter yang menyempit atau abnormal bisa diangkat

melalui pembedahan dan ujung-ujungnya disambungkan kembali.

- Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter dari jaringan

fibrosa.

- Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka dilakukan

pembedahan untuk melepaskan ureter dan menyambungkannya kembali di sisi

kandung kemih yang berbeda.

Jika uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi:

- Terapi hormonal untuk kanker prostat

- Pembedahan

- Melebarkan uretra dengan dilator.

Sindroma nefrotik adalah kondisi yang ditandai dengan kelebihan protein di

29

Page 30: bph dan hidronefrosis

dalam urin, bahan kimia lainnya, serta adanya edema. Walaupun sindroma

nefrotik bukan merupakan penyakit tersendiri, hal ini berkaitan dengan

kerusakan kapiler di ginjal dan menandakan adanya kerusakan ginjal.

Kemungkinan untuk perbaikan sangat bervariasi, tergantung pada penyebab

penyakit bersangkutan. Sindroma dapat mengakibatkan gagal ginjal.

Prognosa

Pembedahan pada hidronefrosis akut biasanya jika infeksi dapat

dikendalikan dan ginjal berfungsi dengan baik. Prognosis untuk hidronefrosis

kronis belum visa dipastikan.

BAB IV

30

Page 31: bph dan hidronefrosis

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Pasien Tn.AR ♂ umur 65 tahun datang ke poli bedah RSUD Kanjuruhan

Kepanjen dengan keluhan      Sejak ± 1 bulan yang lalu pasien merasakan susah

buang air kecil. Pasien juga merasa susah untuk memulai BAK, dan terkadang

harus disertai dengan mengedan untuk buang air kacil, pancaran semakin lama

dirasa melemah dan kadang pasien mengalami kencing tiba-tiba berhenti dan

lancar kembali. Sebelumnya pasien juga merasakan anyang-anyangen tapi

sekarang menghilang, pasien menceritakan bahwa dirinya sering bekali-kali ke

kamar kecil dikarenakan hasrat ingin buang air kecil akan tetapi saat di kamar

kecil hanya keluar beberapa tetes saja dan merasa kurang puas, selain itu pasien

mengaku sering terganggu tidurnya dikarenakan kekamar mandi untuk buang air

kecil, keluha yang lain juga kadang terasa menetes padahal pasien telah buang

air kecil 15 menit yang lalu. Keluhan lain adalah pasien merasakan pegal-pegal

pada daerah pinggang yang hilang timbul. Kemudian pasien memeriksakan diri

ke dokter dan dipasang kateter, BAK melalui kateter, kadang-kadang batuk.

Dari Pemeriksaan dalam didapatkan sfingter ani mencengkeram kuat,

mukosa licin, ampula rectum tidak kolaps, teraba prostat kenyal, kanan dan kiri

tidak simetris, nyeri tekan (-), sulcus medianus tidak teraba, tidak berbenjol-

benjol. Dari pemeriksaan laboratorium, didapatkan LED meningkat dan

azotemia. Sedangkan hasil pemeriksaan USG didapatkan hidronefrosis dextra

grade II dan sinistra grade I e/c post renal dengan kesan intravesical prostat

hyperplasia.

31

Page 32: bph dan hidronefrosis

DAFTAR PUSTAKA

1. Purnomo. Dasar-Dasar Urologi, Edisi Kedua. Jakarta: CV.Sagung Seto. 2007.

69-85

2. Birowo & Rahardjo. Pembesaran Prostat Jinak. 2000.

http://fkui.co.id/urologi/ppj.mht [diakses april 2011]

3. Leveillee. Prostate Hyperplasia, Benign. 2006. http://www.emedicine.com. [di-

akses april 2011]

4. Fadlol & Mochtar. Prediksi Volume Prostat pada Penderita Pembesaran Prostat

Jinak. Indonesian J of Surgery 2005; XXXIII-4; 139-145

5. Anonim. Normal Prostate and Benign Prostate Hyperplasia.

2008.http://www_med_nyu_edu/healthwise/media/medical/nci/cdr0000462221

/jpg.mht

6. Kim & Belldegrun (eds). Urology Dalam Schwartz’s Manual Of Surgery,

8thEdition, Brunicardi et al (eds). USA: Mc Graw-Hill Medical Publishing Di-

vision. 2006. 1036-1060

7. Suryawisesa, Malawat, Bustan. Hubungan Faktor Geografis Terhadap Skor Ge-

jala Prostat Internasional (IPSS) Pada Komunitas Suku Makassar Usia Lanjut

Tahun 1998. Ropanasuri 1998; XXVI – 4; 1-10

8. Anonim. The Development of Benign Prostate Hiperplasia. 1998.

http://www_lef_org/magazine/graphics/pros1mar98_jpg.mht. [diakses april

2011]

9. Sjamjuhidayat & De Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC. 2005. 782

10. Pheonix 5. Transurethral Prostatectomy. 2002.

http://www_phoenix5_org/glossary/graphics-turp/NIDDK/gif.mht [diakses

april 2011]

32