Seminar BHP (Bioetic Humaniora Program) Semester 3

36
HUKUM PADA PENANGANAN PASIEN GAGAL JANTUNG YANG DIRUJUK KE FASILITAS LEBIH BAIK M. Auzan Syapoetra 111 0211 139 Ilham Pribadi 111 0211 195 Yazida Respati W. 121 0211 002 Fitrianisya Wahyu I. P. 121 0211 029 Hasna Ibadurrahmi 121 0211 065 Ratri Aninditya 121 0211 084 Dini Reulina 121 0211 121 Adhysti Warhanni 121 0211 152 Eka Sulistyowati 121 0211 177 Putri Fazartika 121 0211 184 Srikandhi 121 0211 201

Transcript of Seminar BHP (Bioetic Humaniora Program) Semester 3

Page 1: Seminar BHP (Bioetic Humaniora Program) Semester 3

ISU ETIK, BUDAYA, DAN

HUKUM PADA PENANGANAN

PASIEN GAGAL JANTUNG

YANG DIRUJUK KE FASILITAS

LEBIH BAIK

M. Auzan Syapoetra 111 0211 139Ilham Pribadi 111 0211 195Yazida Respati W. 121 0211 002Fitrianisya Wahyu I. P. 121 0211 029Hasna Ibadurrahmi 121 0211 065Ratri Aninditya 121 0211 084Dini Reulina 121 0211 121Adhysti Warhanni 121 0211 152Eka Sulistyowati 121 0211 177Putri Fazartika 121 0211 184Srikandhi 121 0211 201

Page 2: Seminar BHP (Bioetic Humaniora Program) Semester 3

BAB I

PENDAHULUA

N LATAR BELAKANG

MANFAAT

TUJUAN

Page 3: Seminar BHP (Bioetic Humaniora Program) Semester 3

LATAR BELAKANG

1) Semakin hari, pasien gagal jantung di Indonesia terus meningkat.

Selain karena bertambahnya penduduk berusia tua, juga

keberhasilan terapi yang tidak terlalu signifikan.

2) Tata laksana penyakit jantung koroner, hipertensi, dan penyakit

lain sebagian yang belum berlangsung sesuai harapan.

Page 4: Seminar BHP (Bioetic Humaniora Program) Semester 3

TUJUAN1. Memenuhi salah satu penugasan mata kuliah program BHP

2. Menambah pengetahuan mahasiswa tentang kaidah isu etik,

budaya, dan hukum pada penanganan pasien gagal jantung yang

dirujuk ke fasilitas lebih baik

3. Mengetahui unsur-unsur penting yang terkandung dalam setiap

kaidah isu etik terhadap penanganan pasien gagal jantung

4. Memberi pembelajaran kepada mahasiswa tentang tindakan dan

keputusan yang baik dilakukan dalam menangani pasien gagal

jantung

5. Mempelajari dan mengetahui dasar-dasar hukum dalam perujukan

pasien gagal jantung

6. Mengetahui sarana dan prasarana yang tepat untuk menangani

pasien gagal jantung

Page 5: Seminar BHP (Bioetic Humaniora Program) Semester 3

MANFAAT

1. Mengetahui maksud dari kaidah isu etik, budaya, dan hukum pada

penanganan pasien gagal jantung yang dirujuk ke fasilitas lebih

baik

2. Mengetahui manfaat penanganan pasien gagal jantung yang

dirujuk ke fasilitas lebih baik

3. Menerapkan hukum yang berlaku dalam merujuk pasien gagal

jantung

4. Mampu menggunakan sarana dan prasarana, terutama teknologi

modern, dalam menangani pasien gagal jantung

5. Meningkatkan kualitas dan angka harapan hidup pasien gagal

jantung

Page 6: Seminar BHP (Bioetic Humaniora Program) Semester 3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. BIOETIKA

B. ISU ETIK, HUKUM, DAN BUDAYA

C. GAGAL JANTUNG

D. PRINSIP BIOETIKA UMUM

E. ETIKA KLINIS

Page 7: Seminar BHP (Bioetic Humaniora Program) Semester 3

A. BIOETIKAMenurut Samuel Gorovitz pada tahun 1995, bioetika atau etika

biologi didefinisikan sebagai penyelidikan kritis tentang dimensi-

dimensi moral dari pengambilan keputusan dalam konteks

berkaitan dengan kesehatan dan dalam konteks yang melibatkan

ilmu-ilmu biologis. Bioetika menyelidiki dimensi etis dari masalah-

masalah teknologi, ilmu kedokteran, dan biologi yang terkait

dengan penerapannya dalam kehidupan.

Bioetika juga diartikan sebagai studi tentang isu-isu etika dan

membuat keputusan yang dihubungkan dengan kegunaan

kehidupan makhluk hidup dan obat-obatan termasuk di dalamnya

meliputi etika kedokteran dan etika lingkungan.

Page 8: Seminar BHP (Bioetic Humaniora Program) Semester 3

Dengan demikian bioetika terkait dengan kegiatan yang mencari

jawaban dan menawarkan pemecahan masalah dari konflik moral.

Konflik moral yang dimaksud meliputi konflik yang timbul dari

kemajuan pesat ilmu-ilmu pengetahuan hayati dan kedokteran,

yang diikuti oleh penerapan teknologi yang terkait dengannya.

(Taher, 2003)

Page 9: Seminar BHP (Bioetic Humaniora Program) Semester 3

B. ISU ETIK, HUKUM, DAN

BUDAYA 1. ISU ETIK

Etik mengatur manusia dalam membuat keputusan dan dalamberperilaku (profesi), dengan menggunakan “dialog” antar beberapakaidah moral, dengan hasil yang tidak selalu seragam.

Contoh cara berpikir etik :

Dalam meminta persetujuan tindakan medik, yang penting adalahkeputusan pasien dibuat setelah memahami semua informasi yang diperlukan dalam membuat keputusan tersebut.

Page 10: Seminar BHP (Bioetic Humaniora Program) Semester 3

2. HUKUM

Hukum mengatur perilaku manusia dalam kaitannya dengan

ketertiban hubungan antar manusia, dengan aturan yang tertentu

dan baku.

Para ahli hukum menganggap standar prosedur dan standar

pelayanan medis sebagai domain hukum. Sementara profesi

menganggap bahwa pemenuhan standar profesi adalah bagian dari

sikap etis dan profesi.

Page 11: Seminar BHP (Bioetic Humaniora Program) Semester 3

Perbandingan Etika dengan Hukum

ETIKA HUKUM

Berlaku untuk lingkungan profesi Berlaku untuk umum

Disusun atas kesepakatan anggota

profesi

Disusun oleh badan pemerintah

Tidak seluruhnya tertulis Tertulis

Sanksi: tuntutan Sanksi: tuntutan

Sanksi diselesaikan: Majelis

Kehormatan Disiplin Kedokteran

Indonesia

Sanksi diselesaikan: pengadilan

Barang bukti: tidak selalu fisik Barang bukti: selalu fisik

Page 12: Seminar BHP (Bioetic Humaniora Program) Semester 3

3. BUDAYA

Budaya mengacu kepada sistem pembelajaran sebuah tradisi,

kepercayaan atau keyakinan, nilai, norma, dan shared meanings

yang meracuni rasa tertentu dari identitas keanggotaan suatu

kelompok, communal identity, dan communication identity di

tengah mayoritas anggota kelompok dalam suatu system. System

shared meanings sering menjadi kerangka dalam sebuah

pandangan, interpretasi, dan evaluasi dari sebuah situasi etika

yang dilema.

Page 13: Seminar BHP (Bioetic Humaniora Program) Semester 3

C. GAGAL JANTUNG

DEFINISI

Gagal jantung atau decompensatio cordis didefinisikan sebagai

keadaan menurunnya performa miokardial jantung. Gagal jantung

dapat terjadi secara sistolik ataupun diastolik. Pada gagal jantung

sistolik terjadi penurunan fungsi kontraksi ventrikel kiri yang

diistilahkan penurunan fraksi ejeksi. Sedangkan pada gagal

jantung diastolik tidak terjadi penurunan fraksi ejeksi.

ETIOLOGI

Diantara penyebab gagal jantung yang paling umum adalah

penyakit jantung koroner, hipertensi, penyakit katup jantung

(meliputi mitral stenosis atau regurgitasi), kardiomiopati.

Page 14: Seminar BHP (Bioetic Humaniora Program) Semester 3

GEJALAGejala utama gagal jantung adalah sesak akibat peningkatan preload jantung kiri sehingga menurunkan oksigenasi pulmonal atau karena menurunnya perfusi jaringan perifer. Pasien juga tampak cemas. Selainitu pasien dapat mengalami nocturia yaitu banyak kencing di malam harisebagai akibat dari peningkatan renal blood flow (aliran darah ke ginjal) pada malam hari.

TANDA• Edema (pembengkakan) pada daerah di bawah jantung yaitu

daerah ekstremitas bawah dan daerah perineal.• Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai kardiomegali dan hepatomegali• Dapat ditemukan suara 3 (S3) atau ventricular gallop (gallop = suara

seperti tapak kuda yang berlari). Bisa juga ditemukan juga suara 4 (S4) atau atrial gallop.

• Pada auskultasi paru didapatkan ronchi basal sebagai akibat daritransudasi cairan dari kapiler paru ke alveoli akibat peningkatan tekananventrikel kiri.

• Ditemukan distensi (pembendungan) vena leher. Ini karena tingginyatekanan aliran vena cava superior.

Page 15: Seminar BHP (Bioetic Humaniora Program) Semester 3

DIAGNOSIS

Ditegakkan dengan tanda dan gejala gagal jantung kemudian

disokong dengan pemeriksaan laboratorium, EKG dan foto toraks.

Histori penyakit digunakan untuk menentukan diagnosis etiologi.

Untuk gagal jantung kronis perlu ada klasifikasi berat ringannya

penyakit.

Page 16: Seminar BHP (Bioetic Humaniora Program) Semester 3

PENATALAKSANAAN

• Gagal jantung akut

• Untuk gagal jantung akut, terlebih dahulu ditangani edema parunya dengan:

▫ Dudukkan pasien agak tinggi

▫ Beri O2 aliran tinggi

▫ Beri diamorfin (2,5-5 mg IV)

▫ Beri golongan nitrat seperti ISDN pertama kali sublingual kemudian isosorbid mononitrat 2-10 mg/jam IV. Pemberian nitrat dianjurkan dengan syarat tekanan darah sistol > 100 mmHg

▫ Beri loop diuretic seperti furosemid 40-80 mg IV

Page 17: Seminar BHP (Bioetic Humaniora Program) Semester 3

D. PRINSIP BIOETIKA UMUM

• Pembelajaran etika tidak mengajarkan keputusan apa yang harus

diambil, namun mengajarkan bagaimana cara mengambil

keputusan tersebut. Pada praktiknya, satu prinsip dapat

dibersamakan dengan prinsip yang lain. Tetapi pada beberapa

kasus, karena kondisi yang berbeda, satu prinsip menjadi lebih

penting dan sah untuk digunakan dengan mengorbankan prinsip

yang lain (prima facie).

• OTONOMI.. BENEFICENCE.. NON-MALEFICENCE.. JUSTICE..

Page 18: Seminar BHP (Bioetic Humaniora Program) Semester 3

1. Otonomi (Autonomy)

Prinsip otonomi adalah suatu bentuk kebebasan bertindak dimana seorang dokter mengambil keputusan sesuai dengan rencana yang ditentukan sendiri. Dalam prinsip ini, dokter diharapkan dapat menghormati martabat manusia. Pertama, setiap pasien harus diperlakukan sebagai manusia yang memiliki otonomi (hak untuk menentukan nasib diri sendiri). Kedua, setiap manusia yang otonominya berkurang atau hilang perlu mendapatkan perlindungan.

Page 19: Seminar BHP (Bioetic Humaniora Program) Semester 3

Beberapa ciri-cirinya antara lain:

1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabatpasien

2. Berterus terang

3. Menghargai privasi pasien

4. Menjaga rahasia pasien

5. Menghargai rasionalitas pasien

6. Melaksanakan informed consent

7. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusansendiri tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi pasien

8. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam membuatkeputusan, termasuk keluarga pasien sendiri

Page 20: Seminar BHP (Bioetic Humaniora Program) Semester 3

2. Berbuat baik (Beneficence)

Prinsip berbuat baik merupakan segi positif dari prinsip tidak merugikan. Kewajiban berbuat baik menuntut bahwa seorang dokter harus membantu orang lain dalam memajukan kepentingan mereka. Selain menghormati martabat manusia, dokter juga harus mengusahakan agar pasien yang dirawatnya terjaga keadaan kesehatannya (patient welfare). Beneficence terbagi atas dua macam, yaitu :

1. General beneficence, misalnya:

Melindungi dan mempertahankan hak yang lain

Mencegah terjadinya kerugian pada yang lain

Menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada yang lain

Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien

Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan

Menjamin kehidupan baik minimal manusia

Page 21: Seminar BHP (Bioetic Humaniora Program) Semester 3

2. Spesific beneficence, misalnya:

• Menolong orang cacat

• Menyelamatkan orang dari bahaya

• Ciri-ciri beneficence antara lain:

• Alturisme (tanpa pamrih, rela berkorban)

• Manfaat lebih besar dari kerugian

• Menghargai hak pasien

• Menghargai hak pasien

Page 22: Seminar BHP (Bioetic Humaniora Program) Semester 3

3. Tidak Merugikan (Non-maleficence)

Prinsip ini merupakan suatu cara teknis untuk menyampaikan

bahwa seorang dokter berkewajiban tidak mencelakakan orang

lain. Bila seorang dokter tidak bisa berbuat baik kepada seseorang,

maka sekurang-kurangnya dokter wajib untuk tidak merugikan

orang lain.

Ciri-cirinya antara lain :

• Menolong pasien emergensi

• Mengobati pasien yang luka

• Mencegah pasien dari bahaya lebih lanjut

• Manfaat pasien lebih besar dari kerugian dokter

• Tidak memandang pasien sebagai objek

• Menghindari misrepresentasi dari pasien

Page 23: Seminar BHP (Bioetic Humaniora Program) Semester 3

4.Keadilan (Justice)

Prinsip keadilan mempunyai makna proporsional, sesuai dengan fungsi

dan kebutuhannya. Jenis keadilan antara lain:

1. Komparatif (perbandingan antar kebutuhan penerima)

2. Distributif (membagi sumber), kebaikan membagikan sumber-

sumber kenikmatan dan beban bersama, dengan cara merata, sesuai

keselarasan sifat dan tingkat perbedaan jasmani dan rohani

3. Sosial, kebajikan melaksanakan dan memberikan kemakmuran dan

kesejahteraan bersama.

4. Hukum (umum), pembagian sesuai dengan hukum (pengaturan

untuk kedamaian hidup bersama) mencapai kesejahteraan umum.

Page 24: Seminar BHP (Bioetic Humaniora Program) Semester 3

Ciri-ciri justice antara lain :

• Memberlakukan secara universal

• Menghargai hak sehat pasien

• Tidak membedakan pelayanan kesehatan yang diberikan

• Prima facie

• Dalam kondisi atau konteks tertentu, seorang dokter harus melakukan pemilihan satu kaidah dasar etik yang paling sesuai konteksnya berdasarkan data atau situasi konkrit tersebut. Inilah yang disebut pemilihan berdasarkan asas prima facie.

Page 25: Seminar BHP (Bioetic Humaniora Program) Semester 3

E. ETIKA KLINIS1. Medical Indication, terkait prosedur diagnostik dan terapi yang

sesuai. Dari sisi etik kaidah yang digunakan adalah beneficence dan

nonmaleficence.

2. Patient Preferrence,terkait nilai dan penilaian pasien tentang

manfaat dan beban yang akan diterimanya, merupakan cerminan

kaidah otonomi.

3. Quality of Life, aktualisasi salah satu tujuan kedokteran:

memperbaiki, menjaga atau meningkatkan kualitas hidup insan.

Terkait dengan beneficence, nonmaleficence dan otonomi.

4. Contextual Features, menyangkut aspek non medis yang

mempengaruhi pembuatan keputusan, seperti faktor keluarga,

ekonomi, budaya. Kaidah yang terkait ialah justice.

Page 26: Seminar BHP (Bioetic Humaniora Program) Semester 3

BAB III

PEMBAHASAN

ISU ETIK : AUTONOMI, BENEFICENCE, NON-MALEFICENCE,

JUSTICE

HUKUM

BUDAYA

Page 27: Seminar BHP (Bioetic Humaniora Program) Semester 3

ISU ETIK

Dilihat dari segi :

Autonomi

Beneficence

Non-maleficence

Justice

Page 28: Seminar BHP (Bioetic Humaniora Program) Semester 3

Isu etik Autonomi : 1. Sebelum memberi rujukuan, sudah seharusnya melakukan informed

consent terlebih dahulu, untuk mengurangi risiko kesalahpahaman antara pasien dan dokter dalam melakukan tindakan karena pasienlah yang akan menanggung segala risiko pengobatan

2. Menghargai hak pasien dimana pada kasus ini ialah pasien gagal jantung, yaitu menghargai hak hidupnya dengan cara merujuk ke penanganan dengan fasilitas yang lebih baik guna mencapai prognosis yang diinginkan

3. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, sehingga jika pasien menolak untuk dirujuk ke penanganan yang lebih baik dan maksimal, kita sebagai dokter tidak dapat memaksakan kehendak.

4. Kita tidak boleh ikut campur dalam pengambilan keputusan yang akan diambil pasien karena itu hak penuh pasien dalam memilih cara pengobatan gagal jantung yang diderita.

5. Keluarga, sahabat, dan orang lain juga tidak bisa andil dalam keputusan penanganan pasien gagal jantung selama pasien masih dalam keaadan sadar dan dapat mengambil keputusan yang tepat.

Page 29: Seminar BHP (Bioetic Humaniora Program) Semester 3

Isu etik Beneficence :

1. Kita dapat mencegah kerugian pada pasien gagal jantung dengan cara merujuk ke tangan yang lebih ahli untuk penanganan yang lebih baik, karena jika tidak dirujuk sedangkan kita sebagai dokter umum yang bukan kompetensinya mengobati gagal jantung, akan semakin merugikan pasien tersebut

2. Sebagai dokter sudah sewajibnya memberi kepuasan kepada pasien untuk mencapai kesembuhan dan menjamin kehidupannya. Pada kasus gagal jantung kita dapat merujuknya untuk penanganan dan fasilitas yang lebih baik.

3. Menyelamatkan pasien dari bahaya, dengan merujuk pasien gagal jantung ke ahli yang lebih kompeten sehingga dapat mengurangi risiko lebih lanjut ataupun komplikasi yang akan timbul yang membahayakan pasien.

Page 30: Seminar BHP (Bioetic Humaniora Program) Semester 3

Isu etik Non-maleficence :

1. Dapat mencegah pasien dari bahaya lebih lanjut dengan cara merujuk agar mendapatkan penanganan yang lebih baik

2. Harus mementingkan manfaat yang dapat diterima pasien dibanding memikirkan kerugian dari dokter tersebut. Karena hak pasien agar mencapai kesembuhanlah yang perlu diutamakan seorang dokter.

Page 31: Seminar BHP (Bioetic Humaniora Program) Semester 3

Isu etik Justice :

1. Memperlakukan pasien dengan universal, membantu mereka mencapai tingkat kesembuhan yang diinginkan tanpa membeda-bedakan perlakuan karena status, suku, agama dan lain sebagainya

2. Menghargai hak sehat pasien dengan memberikan solusi yang lebih baik salah satunya dengan cara merujuk

Page 32: Seminar BHP (Bioetic Humaniora Program) Semester 3

HUKUM

Hubungan pasien gagal jantung yang dirujuk dengan hukum ialah sebelum melakukan tindakan apapun haruslah meminta persetujuan

tindakan medis dengan cara formulir persetujuan telah ditandatanganioleh pasien atau “yang mewakilinya”. Tindakan tersebut sebagai self protection dari penuntutan pihak kedua (pasien) atas segala resiko

yang terjadi akibat pengobatan.

Page 33: Seminar BHP (Bioetic Humaniora Program) Semester 3

BUDAYA

1. Budaya dapat membantu menentukan bagaimana dapat bersikap sopan, perilaku penuh perhatian, dan membentuk konsep kepuasan pada pasien. Dengan adanya perbedaan budaya dapat memunculkan perbedaan dalam gaya komunikasi, kontak fisik, interaksi dan lainnya.

Page 34: Seminar BHP (Bioetic Humaniora Program) Semester 3

2. Hendaklah seorang dokter kepada pasiennya dalam kasus dengan penyakit gagal jantung mampu melakukan adaptasi dan toleransi dengan cepat dan tepat terhadap budaya pasien sehingga mencegah terjadinya hambatan dalam proses pengobatan. Akan tetapi toleransi yang dilakukan tidak boleh mencederai adat istiadat yang berlaku sehingga tidak melanggar perundang-undangan dan ketentuan di bidang kesehatan.

3. Persepsi pasien terhadap kondisi penyakit dan pengobatan juga berpengaruh, terutama dalam hal kepatuhan berobat. Pendekatan secara perlahan hendaklah dilakukan agar mencapai hasil yang diharapkan.

Page 35: Seminar BHP (Bioetic Humaniora Program) Semester 3

BAB IV

PENUTUPKESIMPULAN

1. Seorang dokter harus bisaberadaptasi dengan tepat agar tercapai pengambilan keputusanyang sesuai secara etika, hukumdan budaya.

2. Bioetika dalam ilmu kedokteranbisa diartikan sebagai isu-isu etikadalam pengambilan keputusanyang dihubungkan dengan tindakpenanganan terhadap pasien yang meliputi etika lingkungan danetika kedokteran. Dalampengambilan keputusan, yang dilakukan oleh dokter yang didasari oleh prima facie.

3. Selain itu, hukum disini juga mempengaruh sebagaipengaturan tertulis disertaisanksi dan berlaku untukumum. Sedangkan budaya disinimerupakan pertimbangan lain dalam pengambilan keputusankarena memiliki kompleksitasyang berbeda dari setiap suku,serta norma-norma yang berlaku di masyarakat dan nilaikeagamaan.

Page 36: Seminar BHP (Bioetic Humaniora Program) Semester 3

REFERENSIAnatomy and Physiology of Cardiopulmonary System

Cardiology in Family Practice

Ide, Alexandra. 2012. Etika dan Hukum dalam Pelayanan Kesehatan. GrasiaBook Publisher: Yogyakarta.

Medika jurnal kedokteran edisi tahun 2012-pengobatan pasien gagal jantung

http://komunikasi.us/index.php/mata-kuliah/dmnm/2573-etika-komunikasi-dalam-konteks-organisasi-dan-antar-budaya

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24518/4/Chapter%20II.pdf

http://www.jurnalmedika.com/edisi-tahun-2012/edisi-no-09-vol-xxxvii 2012/465-editorial/972-pengobatan-pasien-gagal-jantung-yang-terus-berkembang

http://www.singhealth.com.sg/PatientCare/Overseas-Referral/bh/Conditions/Pages/Cardiac-Arrest-Sudden-Cardiac-Death.aspx