Kompas pasca BHP

18
LEMBAGA DAN KELEMBAGAAN PTS PASCA PEMBATALAN UU BHP Rully Indrawan Rektor IKOPIN Diskusi Pasca Pembatalan UU BHP. Harian Kompas, 3 Mei 2010

Transcript of Kompas pasca BHP

Page 1: Kompas pasca BHP

LEMBAGA DAN KELEMBAGAAN PTS PASCA PEMBATALAN UU BHP

Rully IndrawanRektor IKOPIN

Diskusi Pasca Pembatalan UU BHP. Harian Kompas, 3 Mei 2010

Page 2: Kompas pasca BHP

RUU BHPMengisi kekosongan hukum positif

penyenggara pendidikan;Jawaban atas bentuk tunggal badan hukum

bagi penyelenggaraan pendidikan;Kelanjutan UU Sisdiknas.

Silaturahmi KORPRI Kopertis Wilayah IV

10 Nopember 2005

Page 3: Kompas pasca BHP

PTS

Stakeholder

Mission

ResourcesEntrepreneurshipEtics

Regulatory

Rule enforcement

Economic Dynamics

Technological changes

REVITALISASI PTS:

Page 4: Kompas pasca BHP

Aspek yang perlu dikritisi dilihat dari sudut pandang PTS (saat itu dan juga tetap sampai sekarang)

Aspek Lembaga dan Kelembagaan;Aspek Pembiayaan dan Kepemilikan;Aspek Tenaga Kependidikan

Page 5: Kompas pasca BHP

1. Aspek Kelembagaan

WMA buah dari pikiran penyeragaman?Dua badan hukum, pemicu konflik

internal?Perubahan paradigma setengah hati,

menjamin rasa keadilan?

Page 6: Kompas pasca BHP

2. Aspek Pembiayaan/Kepemilikan

Apakah bentuk peran serta masyarakat telah melihat akar kesejarahan PTS?;

Satuan pendidikan, tidak boleh melakukan kerjasama?;

Komitmen peran pemerintah, senyatanyakah?

Page 7: Kompas pasca BHP

3. Aspek Tenaga Kependidikan

Bagaimana keberlangsungan dosen dpk.;Revisi pola hubungan PT, akankah

menyebabkan biaya tinggi?;

Page 8: Kompas pasca BHP

MK memberikan 5 alasan mengapa MK menggugurkan eksistensi BHP (dalam amar putusan setebal 403 halaman)

UU BHP mempunyai banyak kelemahan baik secara yuridis, kejelasan maksud dan keselarasan dengan UU lain.

UU BHP mempunyai asumsi penyelenggara pendidikan di Indonesia mempunyai kemampuan sama. Tapi, realitasnya kesamaan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) tak berarti semua PTN mempunyai kesamaan yang sama.

Pemberian otonomi kepada PTN akan berakibat beragam. Karena lebih banyak PTN yang tidak mampu menghimpun dana karena terbatasnya pasar usaha di tiap daerah. Hal ini akan menyebabkan terganggunya penyelenggaraan pendidikan.

UU BHP tidak menjamin tercapainya tujuan pendidikan nasional dan menimbulkan kepastian hukum. UU BHP bertentangan dengan pasal 28D ayat 1, dan Pasal 31 UUD 1945.

Prinsip nirlaba tak hanya bisa diterapkan dalam BHP tapi juga dalam bentuk badan hukum lainnya.

Page 9: Kompas pasca BHP

Lantas, Setelah pembatalan UU BHP?

Page 10: Kompas pasca BHP

Menteri Diknas, Metro TV, 1 Mei 2010

Lembaga pendidikan swasta lahir dari sejarah yang panjang dan memberikan

kontribusi terhadap pendidikan nasional. Pemerintah menghargai jasanya dan akan

memperlakukan sama sebagaimana lembaga pendidikan negeri.

Page 11: Kompas pasca BHP

UU Sisdiknas

UU

Penyelenggara dan/atau satuan pendidikan formal yang didirikan oleh Pemerintahatau masyarakat berbentuk badan hukum pendidikan.

BHP (Lembaga)

PP

Tata Kelola (kelembagaan)

Pengelolaan Pendidikan, pengelolaan satuan pendidikan,

pengelolaan dana pendidikanpengalokasian dana pendidikan

dlsb

Perpu?

Guru dan Dosen

Page 12: Kompas pasca BHP

Lembaga (utk PTS kembali format asal)

• Yayasan (UU no 16/2001, UU no 28/2004) a. Keberadaan kegiatan pendidikan

b. Pasal hrs dikaji ulang (Ps 5, 26, 71 dlsb).

c. Yayasan yang melewati 20 oktober 2008

d. Organisasi nir laba vs UU No 7 Tahun 1994 (GATS=General Agreement on Trade in Services?)

Non-Yayasan (badan wakaf, majelis pendidikan, perkumpulan, pesantren

dlsb, Payung hukumnya?)

Page 13: Kompas pasca BHP

Masalah keuangan, misalnya :1. Kewajiban pajak, 2. Pertanggungjawaban kepada donor/donatur, kreditor, 3. Penyalahgunaan dan korupsi 4. Pertanggungjawaban keuangan dan LK, 5. Asuransi,  Masalah non keuangan misalnya :1. Pelanggaran hukum umumnya, UU yayasan khususnya,2. Penyimpangan terhadap misi, 3. Ketidakjelasan ukuran kinerja 4. Jaminan kesejahteraan karyawan, 5. Keperdulian thd. pelanggan.6. Pembagian tugas dan kewenangan dengan satuan pendidikan.

Masalah keuangan, misalnya :1. Kewajiban pajak, 2. Pertanggungjawaban kepada donor/donatur, kreditor, 3. Penyalahgunaan dan korupsi 4. Pertanggungjawaban keuangan dan LK, 5. Asuransi,  Masalah non keuangan misalnya :1. Pelanggaran hukum umumnya, UU yayasan khususnya,2. Penyimpangan terhadap misi, 3. Ketidakjelasan ukuran kinerja 4. Jaminan kesejahteraan karyawan, 5. Keperdulian thd. pelanggan.6. Pembagian tugas dan kewenangan dengan satuan pendidikan.

Page 14: Kompas pasca BHP

Masukan Perpu Menjawab pendidikan untuk siapa? (private goods atau public

goods?)

1. Fleksibilitas terhadap disparitas dan heterogenitas;

2. Pengendalian dan pengawasan mutu diserahkan kepada masyarakat dengan didukung oleh sistem penegakan hukum yang konsisten;

3. Memberi ruang bagi terlaksananya otonomi akademik di satuan pendidikan tinggi.

Pemposisian PTS (mitra atau subsitusi?)

1. Sebagai subsistem pendidikan nasional perlu perlakuan yang pantas dan sepadan;

2. Memperkuat daya saing bangsa juga memperluas akses pendidikan tinggi;

Bentuk yang adaftip dengan perundang-undangan yang lain. (UU Guru dan Dosen, UU Yayasan, UU Ketenagakerjaan, dan Kepres no 80, 2003)

Memuat prinsip otonomi, transparansi, akuntabilitas dan kualitas

Page 15: Kompas pasca BHP

KelembagaanPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

INDONESIANOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANGPENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

Mengapa harus Perpu?

Page 16: Kompas pasca BHP

Masukan Implementasi PPImplementasi kebijakan yang berkarakter

kesetaraan;Pasal yang ambivalen hrs secepatnya diikuti oleh

peraturan perundang-undangan di bawahnya;Mempertimbangan format dan ruh otonomi

daerah dan desentralisasi pendidikanSosialiasi PP yang sudah ada;Secepatnya dikeluarkan PP tentang Pengelolaan

satuan pendidikan. Bisa dikembangkan dari PP 17/2010

Jaminan perlindungan kepada masyarakat atas pelayanan PT.

Page 17: Kompas pasca BHP

Ambivalensi, al.Pengelolaan Pembelajaran di luar Domisili Perguruan

Tinggi

Pasal 89

(1)Pengelolaan pembelajaran pada perguruan tinggi dapat diselenggarakan melalui program studi di luar domisili perguruan tinggi.

(2)…….

Kerja Sama

Pasal 90

(1) Perguruan tinggi dapat melakukan kerja sama akademik dan/atau non-akademik dengan perguruan tinggi lain, dunia usaha, atau pihak lain, baik dalam negeri maupun luar negeri.

(2) Kerja sama perguruan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan meningkatkan efisiensi, efektivitas, produktivitas, kreativitas, inovasi, mutu, dan relevansi pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi.

Page 18: Kompas pasca BHP

Wasalam