Self Learning Skenario B BLOK 11
-
Upload
agus-subhan -
Category
Documents
-
view
16 -
download
10
Transcript of Self Learning Skenario B BLOK 11
Self Learning Skenario B
Nama : Yayuk Suzena
NIM : 04081001005
Penegakan Diagnosis dan Diagnosis Kerja
1. Anamnesis (Tn, Joko, seorang sopir bus / 35 tahun)
a. Keluhan Utama : nyeri pada punggung kanan yang menyebar sampai
abdomen bawah dan inguinal
b. Nyeri intermittent sejak 1 bulan lalu dan memburuk sejak 5 jam
sebelumnya
c. Mual dan kadang-kadang demam yang tidak terlalu tinggi dan menggigil
d. Satu minggu sebelumnya, urin berwarna kemerahan selama 1-2 hari lalu
2. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum :
- Tekanan Darah : 130/80 mmHg
- Nadi (HR) : 90x/menit (normalnya : 60-100 x/menit)
- Penafasan (RR) : 20x/menit (normal : 16-24 x/menit)
- Temperatur : 38,7oC (demam) → normal : 36,5º C-37.2°C
Keadaan Spesifik :
-Kepala : Normal
- Leher : Normal
- Dada (Thorax) : Normal
- Abdomen : Datar, nyeri tekan pada sudut costovertebra, vesika urinaria/
kandung kemih kosong
- DRE : tonus sphincter anal normal, prostat normal, konsitensi kenyal
(kekenyalan prostat), tidak ada pengerasan dan tidak nyeri
3. Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin :
Hb : 12,2 gr% (normal pria : 13,5-18 gr/dl, normal wanita : 12-16 gr/dl),
serum kreatinin 1,0 mg/dl (normal : di bawah 2 mg/dl)
Urinalisis :
Sedimen urin : seluruh lapang pandang terdapat sel darah merah dan sel darah
putih
USG : pembengkakan ginjal sedang bagian kanan hal ini karena penyumbatan
pada ureter sehingga urin kembali keginjal dan lama kelamaan verja ginjal
meningkat dan terjadilah pembesaran.
KUB : adanya gambaran radioopak pada lumbar keempat yang menandakan
penyumbatan pada ureter yang setara pada lumbar ke 4.ini menunjukan
penyumbata oleh kalsium. Kalau asam urat .sistisis non opak dan MAP
( magnesium amonium fosfat ) semi opak.
IVU : batu ureter sepertiga proksimal kanan hidronefrosis grade II-III pada
ginjal kanan.
Klinis
Pasien dengan kolik ginjal biasanya mengeluh nyeri pinggang, muntah dan
demam, serta mungkin mempunyai riwayat penyakit batu. Diagnosis klinis
haruslah ditunjang oleh pemeriksaan pencitraan yang sesuai. Hal ini akan
membantu memutuskan apakah cukup dengan terapi konservatif atau dibutuhkan
terapi lain.
Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi wajib dilakukan pada pasien yang dicurigai mempunyai
batu. Hampir semua batu saluran kemih (98%) merupakan batu radioopak. Pada
kasus ini, diagnosis ditegakkan melalui radiografi. Pemeriksaan rutin meliputi
foto abdomen dari ginjal, ureter dan kandung kemih (KUB) ditambah USG atau
excretory pyelography (Intravenous Pyelography, IVP). Excretory pyelography
tidak boleh dilakukan pada pasien dengan alergi media kontras, kreatinin serum >
2 mg/dL, pengobatan metformin, dan myelomatosis.
Pemeriksaan radiologi khusus yang dapat dilakukan meliputi :
Retrograde atau antegrade pyelography
Spiral (helical) unenhanced computed tomography (CT)
Scintigraphy
CT Scan tanpa kontras (unenhanced) merupakan pemeriksaan terbaik untuk
diagnosis nyeri pinggang akut, sensitivitasnya mencapai 100% dan spesifisitas
98%. CT Scan tanpa kontras tersedia luas di negara-negara maju dan juga dapat
memberikan informasi mengenai abnormalitas di luar saluran kemih. IVP
memiliki sensitivitas 64% dan spesifisitas 92%. Pemeriksaan ini membutuhkan
waktu cukup lama dan harus dilakukan dengan hati-hati karena kemungkinan
alergi terhadap kontras.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin meliputi: sedimen urin / tes dipstik untuk
mengetahui sel eritrosit, lekosit, bakteri (nitrit), dan pH urin. Untuk mengetahui
fungsi ginjal, diperiksa kreatinin serum. Pada keadaan demam, sebaiknya
diperiksa C-reactive protein, hitung leukosit sel B, dan kultur urin. Pada keadaan
muntah, sebaiknya diperiksa natrium dan kalium darah. Untuk mencari faktor
risiko metabolik, sebaiknya diperiksa kadar kalsium dan asam urat darah.6
Panduan pemeriksaan laboratorium selengkapnya dapat dilihat pada Pedoman
Tatalaksana Urolitiasis dari European Association of Urology.
Diagnosa ditegakkan dengan study ginjal, kandung kemih (GUK), urografi
intravena atau pielografi retrograde. Uji kimia dan urin 24 jam untuk mengukur
kadar kalsium, asam urat, kreatinin, natrium, pH dan volume total merupakan
bagian dari upaya diagnostik. Riwayat diet dan medikasi serta riwayat adanya
batu ginjal dalam keluarga didapatkan untuk mengidentifikasi faktor yang
mencetuskan terbentuknya batu pada pasien.
Batu yang tidak menimbulkan gejala, mungkin akan diketahui secara tidak sengaja pada pemeriksaan analisa air kemih rutin (urinalisis).
Batu yang menyebabkan nyeri biasanya didiagnosis berdasarkan gejala kolik renalis, disertai dengan adanya nyeri tekan di punggung dan selangkangan atau nyeri di daerah kemaluan tanpa penyebab yang jelas.
Analisa air kemih mikroskopik bisa menunjukkan adanya darah, nanah atau kristal batu yang kecil.
Biasanya tidak perlu dilakukan pemeriksaan lainnya, kecuali jika nyeri menetap lebih dari beberapa jam atau diagnosisnya belum pasti.
Pemeriksaan tambahan yang bisa membantu menegakkan diagnosis adalah pengumpulan air kemih 24 jam dan pengambilan contoh darah untuk menilai kadar kalsium, sistin, asam urat dan bahan lainnya yang bisa menyebabkan terjadinya batu.
Rontgen perut bisa menunjukkan adanya batu kalsium dan batu struvit. Pemeriksaan lainnya yang mungkin perlu dilakukan adalah urografi intravena
dan urografi retrogradeDiagnosis Kerja : Urolitiasis
Etiologi, Epidemiologi, dan Faktor Resiko
Etiologi
Faktor tertentu yang mempengaruhi pembentukan batu mencakup infeksi, statis
urin, periode imobilitas (drainase renal lambat dan perubahan metabolisme
kalsium), hiperkalsemia (Ca serum tinggi) dapat disebabkan oleh:
Hiperparathiroid.
asidosis tubular renal
Malignasi
penyakit granulomatosa
masukan Vit D yang merlebihan
masukan susu dan alkali
penyakit pieloproliperatif
Faktor-faktor ini mencetuskan peningkatan konsentrasi kalsium didalam darah
dan urin, menyebabkan pembentukan batu kalsium.
Teori Terbentuknya Batu Saluran Kemih
Beberapa teori terbentuknya batu saluran kemih adalah:
1. Teori nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau
sabuk batu (nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan yang terlalu
jenuh akan mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu.
Inti bantu dapat berupa kristal atau benda asing saluran kemih.
2. Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin,
globulin dan mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-kristal
batu.
3. Penghambat kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat penghambat
pembentuk kristal yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa
peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat ini berkurang akan memudahkan
terbentuknya batu dalam saluran kemih.
Epidemiologi
Urolitiasis masih merupakan masalah di setiap Negara yang termasuk sabuk
batu (stone belt). Angka kejadian urolitiasis meningkat, diduga mempunyai
hubungan dengan kenaikan konsumsi protein hewani (Robertson WG, 1979).
Di Indonesia urolitiasis masih merupakan masalah klinis karena kaena sering
menyebabkan sindrom gagal ginjal akut atau kronis (Sukandar E, 1985;
Sidabutar RP, 1989).
Laporan epidemiologi klinis menunjukkan bahwa akibat lanjut urolitiasis
menempati urutan kedua dari semua pasien dengan program dialysis regular
(Sukandar E, 1985).
Angka mortality mungkin lebih tinggi karena hanya sebagian kecil (20%)
masyarakat Indonesia yang sanggup menjalani program dialysis regular.
Evaluasi klinis, panduan terapi rasional dan program pencegahan pembentukan
batu (urolitiasis) ulang merupakan upaya untuk mengurangi angka morbiditi
dan mortaliti.
Faktor Resiko
Faktor-faktor yang berperan dalam pembentukan batu saluran kemih dibagi
atas 2 golongan :
a. Faktor intrinsik, meliputi:
1. Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
2. Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
3. Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien
wanita.
b. Faktor ekstrinsik, meliputi:
1. Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih
tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk
batu)
2. Iklim dan temperatur
3. Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat
meningkatkan insiden batu saluran kemih.
4. Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu
saluran kemih.
5. Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya
banyak duduk atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).
Faktor endogenik idiopatik umumnya sukar untuk dikoreksi sehingga batu
saluran kencing memiliki kecenderungan untuk kambuh. Sedangkan faktor
eksogen atau batu sekunder bila penyebabnya diketahui dapat diambil
langkah-langkah untuk mengubah faktor lingkungan atau kebiasaan
sehari-hari sehingga terjadinya rekurensi dapat dicegah.
Faktor lain terutama faktor eksogen dan lingkungan yang diduga ikut
mempengaruhi antara lain:
a. Infeksi
Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan
menjadi inti pembentukan batu saluran kencing. Infeksi oleh bakteri yang
memecah ureum dan membentuk amonium akan mengubah pH urin menjadi
alkali dan akan mengendapkan garam-garam fosfat sehingga akan
mempercepat pembentukan batu yang telah ada.
Batu bisa menyebabkan infeksi saluran kemih. Jika batu menyumbat aliran
kemih, bakteri akan terperangkap di dalam air kemih yang terkumpul diatas
penyumbatan, sehingga terjadilah infeksi.
Jika penyumbatan ini berlangsung lama, air kemih akan mengalir balik ke
saluran di dalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan
menggelembungkan ginjal (hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi
kerusakan ginjal.
b. Obsruksi dan Statis Urin
Adanya obstruksi dan statis urin menyebabkan infeksi
c. Jenis Kelamin
data menunjukan bahwa batu saluran kencing banyak ditemukan pada pria.
c. Ras
Batu saluran kencing banyak ditemukan di Afrika dan Asia sedangkan pada
penduduk Amerika dan Eropa jarang.
d. Keturunan
Ternyata keluarga batu saluran kencing lebih banyak mempunyai kesempatan
untuk menderita batu saluran kencing dari pada orang lain.
e. Air minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum akan mengurangi
kemungkinan trebentuknya batu sakuran kemih, sedangkan bila kurang minum
menyebabkan kadar semua substansi dalam urin akan meningkat dan akan
mempermudah pembentukan batu saluran kemih.
f. Pekerjaan
pekerja-pekerja yang banyak bergerak misalya buruh dan petani akan
mengurangi kemungkinan-kemungkinan terjadinya batu saluran kemih bila
dibandingkan dengan pekerja yang lebih banyak duduk.
g. Makanan
Pada golongan masyarakat yang lebih banyak makanan protein hewani angka
morbiditas batu saluran kemih berkurang.
h. Suhu
Tempat yang bersuhu panas misalnya di daerah panas menyebabkan banyak
mengeluarkan keringat, akan mengurangi produksi urin dan mempermudah
pembentukan batu sakuran kemih.
Prognosis
Prognosis batu saluran kemih tergantung dari faktor-faktor antara lain:
1. Besar batu
2. Letak batu
3. Adanya infeksi
4. Adanya obstruksi
Makin besar batu makin jelek prognosisnya. Letak batu yang dapat menyebabkan
obstruksi dapat mempermudah terjadinya infeksi. Makin besar kerusakan jaringan
adanya infeksi karena faktor obstruksi akan dapat menyebabkan penurunan fungsi
ginal sehingga prognosisnya makin jelek.