Skenario b Blok 7

66
SKENARIO B (BLOK 7) 2011 Setelah pensiun sebagai Direktur PT. Batubara Palembang, Ir. Cek Nang (56 tahun), ingin memenuhi cita-cita masa kecilnya yaitu berlibur ke pegunungan Alpen di Swiss. Ia pergi ke resort ‘Verbier Les-Quartre” di dekat kota St-Bernard yang memiliki ketinggian 3200 meter diatas permukaan laut. Setelah 1 hari sampai disana, ia mengeluh mengalami sesak nafas, sakit kepala, terasa melayang, serta susah tidur. Sesak tetap terjadi meski sedang duduk dan bertambah berat bila berjalan / naik tangga. Ia mengeluh mual.. Selama ini ia tidak pernah mengalami gangguan respirasi ataupun gangguan kardiovaskular. Ir. Cek Nang pergi ke klinik resort. Pemeriksaan Vital Sign menunjukkan: Temp. 36,3 C, HR: 101x/min, RR: 36x/min, TD: 110/80 mmHg Pemeriksaan Fisik: Tampak pernapasan cepat dan pendek (tachypneu) dan terlihat kebiruan pada kuku jari Hasil Pemeriksaan Lab: EKG : Tampak normal Tekanan gas arteri: PO2: 60 mmHg, PCO2: 30 mmHg Dokter yang merawat menyatakan bahwa, Ir. Cek Nang tidak mengidap penyakit jantung/ paru-paru dan hanya tidak terbiasa dengan ketinggian. I. KLARIFIKASI ISTILAH Respirasi : Pertukaran oksigen dan karbondioksida antara udara dan sel tubuh. Kardiovaskular : Berkenaan dengan jantung dan pembuluh darah. Vital Sign : Tanda yang berkenaan dengan kehidupan. HR : (Heart Rate) Jumlah detak jantung per unit waktu atau per menit. RR : (Respiration Rate) jumlah gerakan indikasi dari inspirasi dan ekspirasi per satuan waktu TD : (Tekanan Darah) Tekanan yang dialami darah dari pembuluh arteri ketika darah dipompa dari jantung keseluruh tubuh. Tachypneu : Pernapasan yang sangat cepat 1

Transcript of Skenario b Blok 7

Page 1: Skenario b Blok 7

SKENARIO B (BLOK 7) 2011

Setelah pensiun sebagai Direktur PT. Batubara Palembang, Ir. Cek Nang (56 tahun), ingin memenuhi cita-cita masa kecilnya yaitu berlibur ke pegunungan Alpen di Swiss. Ia pergi ke resort ‘Verbier Les-Quartre” di dekat kota St-Bernard yang memiliki ketinggian 3200 meter diatas permukaan laut.

Setelah 1 hari sampai disana, ia mengeluh mengalami sesak nafas, sakit kepala, terasa melayang, serta susah tidur. Sesak tetap terjadi meski sedang duduk dan bertambah berat bila berjalan / naik tangga. Ia mengeluh mual..

Selama ini ia tidak pernah mengalami gangguan respirasi ataupun gangguan kardiovaskular. Ir. Cek Nang pergi ke klinik resort.Pemeriksaan Vital Sign menunjukkan:Temp. 36,3 C, HR: 101x/min, RR: 36x/min, TD: 110/80 mmHgPemeriksaan Fisik:Tampak pernapasan cepat dan pendek (tachypneu) dan terlihat kebiruan pada kuku jariHasil Pemeriksaan Lab:EKG : Tampak normalTekanan gas arteri: PO2: 60 mmHg, PCO2: 30 mmHgDokter yang merawat menyatakan bahwa, Ir. Cek Nang tidak mengidap penyakit jantung/ paru-paru dan hanya tidak terbiasa dengan ketinggian.

I. KLARIFIKASI ISTILAH

Respirasi : Pertukaran oksigen dan karbondioksida antara udara dan sel tubuh.Kardiovaskular : Berkenaan dengan jantung dan pembuluh darah.Vital Sign : Tanda yang berkenaan dengan kehidupan.HR : (Heart Rate) Jumlah detak jantung per unit waktu atau per menit.RR : (Respiration Rate) jumlah gerakan indikasi dari inspirasi dan

ekspirasi per satuan waktuTD : (Tekanan Darah) Tekanan yang dialami darah dari pembuluh arteri

ketika darah dipompa dari jantung keseluruh tubuh.Tachypneu : Pernapasan yang sangat cepatEKG : (Elektro Kardio Gram) Gambaran grafik variasi potensial listrikyang

dihasilkan oleh eksitasi otot jantung dan dideteksi di permukaan tubuh.Tekanan Gas Arteri : Tekanan yang dihasilkan dari ejeksi ventrikel kiri ke aorta dan sistemik

arteri.

II. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Ir. Cek Nang (56 tahun), pensiunan direktur PT Batubara Palembang, pergi ke resort “Verbier Les-Quartre” yang memiliki ketinggian 3200 meter diatas permukaan laut.

2. Ia mengeluh sakit kepala, terasa melayang, susah tidur, mual, mengalami sesak napas ketika ia duduk dan bertambah ketika berjalan.

3. Selama ini tidak pernah mengalami gangguan repirasi atau gangguan kardio vascular seperti tidak pernah mengidap penyakit jantung/ paru-paru, serta tidak terbiasa dengan ketinggian.

4. Ir. Cek Nang pergi ke klinik resort.Vital Sign:Temp. 36,3 C, HR: 101x/min, RR: 36x/min, TD: 110/80 mmHg

1

Page 2: Skenario b Blok 7

Pemeriksaan Fisik:Tampak pernapasan cepat dan pendek (tachypneu) dan terlihat kebiruan pada kuku jariHasil Pemeriksaan Lab:EKG : Tampak normalTekanan gas arteri: PO2: 60 mmHg, PCO2: 30 mmHg

III. ANALISIS MASALAH

1. Ia mengeluh sakit kepala, terasa melayang, susah tidur, mual, mengalami sesak napas ketika ia duduk dan bertambah ketika berjalan.

a. Bagaimana mekanisme normal respirasi dan kardiovaskuler serta hubungannya dengan posisi tubuh?

Perbedaan tekanan darah jika berbeda posisi dipengaruhi oleh gaya gravitasi :Dalam keadaan berdiri atau duduk aliran darah mengarah vertikal sehingga melawan gaya gravitasi , akibatnya tekanan darah meningkat.Dalam keadaan berbaring sebaliknya, posisi tubuh dalam keadaan horizontal, sehingga darah pada pembuluh darah tidak ada perbedaan antara ekstremitas superior dan inferior akibatnya tekanan darah lebih rendah dibandingkan dengan kedua posisi sebelumnya

Untuk respirasi :Mekanisme normalnya (Pada permukaan laut): 1.Pernafasan eksternalO2 di atmosfer dgn Po2-nya 159 mmHg masuk melalu concha nasales dan dihangatkan oleh pembuluh darah di dalamnya agar mencapai suhu optimal ,O2 dilanjutkan ke faring , laring, trakea , dan bronkus ( yg merupakan ruang rugi dimana udara akan terjebak didalamnya ), dan akhirnya o2 masuk ke alveolus.2. Pernafasan Internal Tahap selanjutnya difusi O2 di dalam alveoulus paru – paru ke dalam kapiler darah paru – paru dengan PaO2-nya 104 mmHg, akan tetapi di dalam prosesnya terkadang aliran kapiler ini bercampur dengan aliran darah vena di paru – paru yang memili tekanan 40 mmHg, sehingga PO2 yg terdapat di dalam Aorta dan arteri perifer menjadi 95 mmHg.Tahan selanjutnya O2 masuk ke dalam cairan interistisial dengan Po2 40 mmHg, dan masuk ke dalam sel jaringan dengan tekanan Po2 23 mmHg.

Respirasi (pernapasan) pada manusia ada 2 macam yaitu :1. Pernapasan Dada

Pernapasan dada berlangsung dalam 2 tahap, yaitu :Inspirasi, terjadi bila otot antar tulang rusuk luar berkontraksi, tulang rusuk terangkat, volume rongga dada membesar, paru-paru mengembang, sehingga tekanan udaranya menjadi lebih kecil dari udara atmosfer, sehingga udara masuk.Ekspirasi, terjadi bila otot antar tulang rusuk luar berelaksasi, tulang rusuk akan tertarik ke posisi semula, volume rongga dada mengecil, tekanan udara rongga dada meningkat, tekanan udara dalam paru-paru lebih tinggi dari udara atmosfer, akibatnya udara keluar.2. Pernapasan perut

2

Page 3: Skenario b Blok 7

Inspirasi, terjadi bila otot diafragma berkontraksi, diafragma mendatar mengakibatkan volume rongga dada membesar sehingga tekanan udaranya mengecil dan diikuti paru-paru yang mengembang mengakibatkan tekanan udaranya lebih kecil dari tekanan udara atmosfer dan udara masuk. Ekspirasi, diawali dengan otot diafragma berelaksasi dan otot dinding perut berkontraksi menyebabkan diafragma terangkat dan melengkung menekan rongga dada, sehingga volume rongga dada mengecil dan tekanannya meningkat sehingga udara dalam paru-paru keluar. Pernapasan perut umumnya terjadi saat tidur.

Untuk Kardivaskuler :Sistem Peredaran ini di bedakan menjadi 2 :1. Sistem Peredaran darah kecil (sistem peredaran darah paru-paru)

Ventrikel kanan jantung -> Arteri Pulmonalis -> Paru-paru -> Vena Pulmonalis -> Atrium kiri jantung

2. Sistem Peredaran darah besar (sistem peredaran darah sistemik)Ventrikel kiri -> Aorta -> Areteri superior dan inferior -> sel/jaringan tubuh ->Vena cava inferior dan superior -> Atrium kanan jantung

b. Bagaimana mekanisme: Sesak nafas Sakit kepala Terasa melayang Susah tidur Mual

Serta hubungannya dengan ketinggian?

Sesak napas (dispnea) ,terasa melayang, dan susah tidur terjadi karena hiperventilasi yang terjadi di paru-paru. Pada saat terpapar Po2 yang rendah secara mendadak, akan merangsang kemoreseptor arteri sehingga meningkatkan ventilasi alveolus menjadi maksimal 1,65 kali di atas normal. Kenaikan ventilasi paru yang mendadak akan menghilangkan sejumlah besar karbondioksida, akibatnya Pco2 turun (hipokapnia). Efek dari berkurangnya karbondiaksida dalam dalam adalah terjadi alkalosis respiratorik. CO2 dapat bereaksi dengan air untuk membentuk asam karbonat (H2CO3), asam karbonat kemudian dipecah menjadi ion H+ dan ion bikarbonat (HCO3

-). Kekurangan CO2 akan menyebabkan kurangnya ion H+ sehingga pH naik.Turunnya pH tubuh menghambat pusat pernapasan di medulla oblongata dan melawan efek dari turunnya Po2. Efek ini akan menghambat perangsangan pernapasan dengan menggunakan kemoreseptor pernapasan perifer di badan karotid dan aortik. Efek ini akan hilang setelah beberapa hari karena penurunan kadar ion bikarbonat dalam cairan serebrospinal sebagaimana dalam jaringan otak. Hal ini akan menurunkan kembali pH cairan di sekitar neuron kemosensitif di pusat pernapasan. pH ini dikontrol juga oleh ginjal sebagai kompensasi dari alkalosis respiratorik, caranya yaitu dengan menurunkan sekresi H+ dan meningkatkan ekskresi bikarbonat. Turunnya pH ke arah normal secara bertahap akan membuang efek inhibisi pernapasan dan membuat ventilasi meningkat sekitar lima kali normal (hiperventilasi). Susah tidur terjadi karena jantung berdebar-debar akibat efek dari kemoreseptor pernapasan perifer di badan karotid dan badan aortik. Penyebab sakit kepala bisa disebabkan oleh aktivitas otak yang abnormal, yang dipicu oleh stres, makanan tertentu, faktor lingkungan, atau sesuatu yang lain. Saat ini sebagian besar ahli medis percaya serangan sakit kepala itu dimulai di otak, dan melibatkan

3

Page 4: Skenario b Blok 7

berbagai jalur saraf dan bahan kimia. Perubahan tersebut mempengaruhi aliran darah di otak dan jaringan sekitarnya.

c. Mengapa sesak nafas terjadi saat duduk dan bertambah berat jika berjalan?

Posisi tubuh sangat berpengaruh terhadap frekuensi pernapasan. Pada tubuh yang berdiri, otot-otot kaki akan berkontraksi sehingga diperlukan tenaga untuk menjaga tubuh tetap tegak berdiri. Untuk itu diperlukan banyak O2 dan diproduksi banyak CO2. Pada posisi tubuh berdiri, frekuensi pernapasannya meningkat.

Pada posisi duduk atau tiduran, beban berat tubuh disangga oleh sebagian besar bagian tubuh sehingga terjadi penyebaran beban. Hal ini mengakibatkan jumlah energi yang diperlukan untuk menyangga tubuh tidak terlalu besar sehingga frekuensi pernapasannya juga rendah.

Selain itu sesak napas juga dipengaruhi oleh peningkatan faktor kerja pernapasan. Jika kemampuan mengembang dinding toraks atau paru menurun sedang tahanan saluran napas meningkat, maka tenaga yang diperlukan oleh otot pernapasan guna memberikan perubahan volume serta tenaga yang diperlukan kerja pernapasan akan bertambah. Hal ini berakibat kebutuhan oksigen juga bertambah atau meningkat. Jika paru tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen, akhirnya akan menimbulkan sesak napas.

d. Mengapa keluhan baru terjadi setelah 1 hari disana?

Peningkatan konsentrasi hemoglobin terjadi 1-2 hari pertama pendakian dan terus meningkat sampai beberapa minggu disebabkan oleh peningkatan viskositas darah. Selanjutnya hipoksia akan merangsang produksi eritropoetin dari aparatus jukstaglomerular ginjal dan hati sehingga produksi hemoglobin akan meningkat.

e. Berapa lama proses adaptasi tubuh terhadap perubahan lingkungan dan apa akibatnya bila tubuh tidak mampu beradaptasi?

Proses adaptasi bisa berlangsung selama 2-5 hari dengan penurunan keparahan pada hari ketiga, namun waktu yang paling efektif untuk seseorang yang akan menetap lama di ketinggian tersebut adalah 2-3 minggu, karena tubuh sudah benar-benar menyesuaikan kondisi fisiologisnya dengan lingkungan secara baik.

Jika proses adaptasi kurang baik maka proses adaptasi akan berlangsung kearah semakin buruk. Misal dengan terjadinya Edema serebri akut atau Edema paru akut.

Kadang orang yang berdiam terlalu lama di tempat tinggi, namun tubuh kurang bisa beradaptasi dengan baik, akan terjadi gejala-gejala seperti berikut :

1. Sel darah merah dan hematokrit meningkat tinggi sekali2. Tekanan arteri pulmonalis meningkat, bahkan melebihi peningkatan normal

yang terjadi selama aklimatisasi3. Jantung sisi kanan sangat membesar4. Tekanan arteri perifer menurun5. Terjadi gagal jantung kongesif6. Kematian sering terjadi, kecuali pasien segera dipindahkan ke tempat rendahPenyebab peristiwa-peristiwa tersebut mungkin tiga hal, yaitu: Pertama, massa sel

darah merah menjadi terlalu besar sehingga viskositas darah meningkat beberapa kali lipat; peningkatan viskositas darah ini akan menurunkan aliran darah jaringan sehingga pengangkutan oksigen juga berkurang. Kedua, arteriol paru mengalami

4

Page 5: Skenario b Blok 7

vasokonstriksi akibat hipoksia paru. Hal ini terjadi akibat mekanisme konstriksi akibat sebagai reaksi terhadap hipoksia, yang secara normal terjadi dengan tujuan mengalihkan aliran darah dari alveoli rendah oksigen ke alveoli tinggi oksigen. Tetap, karena semua alveoli sekarang berada dalam keadaan rendah oksigen, semua arteriol mengalami konstriksi, tekanan arteri pulmonalis meningkat hebat, sehingga terjadilah payah jantung kanan. Ketiga, spasme arteriol alveolus mengalihkan banyak aliran darah ke pembuluh paru nonalveolar, menyebabkan banyak aliran darah paru memintas ke pembuluh darah yang oksigenasinya rendah, dan hal ini akan lebih mempersulit keadaan.

Jika proses adaptasi terus-menerus gagal, sehingga penderita kekurangan oksigen secara berat, maka dampak terparah yaitu timbulnya kematian. Jadi penderita harus segera diberikan oksigen atau dibawa ke tempat yang lebih rendah untuk pulih kembali.

f. Bagaimana fisiologi normal darah dan perubahan yang terjadi akibat kondisi lingkungan dan keluhan yang dialaminya?

Fisiologi Darah (Eritrosit)1. Struktur Eritrosit

Eritrosit berbentuk (1) bikonkaf agar menghasilkan luas permukaan yang lebih besar untuk difusi O2 menembus membaran dibandingkan dengan bentuk sel bulat dengan volume yang sama. (2) tipisnya sel memungkinkan O2 cepat berdifusi antara bagian paling dalam sel dan eksterior sel.

2. HemoglobinSuatu pigmen (yang berwarna secara alami). Karena kandungan besinya maka hemoglobin tampak kemerahan jika berikatan dengan O2 dan keunguan jika mengalami deoksigenisasi. Karena itu, darah arteri yang teroksigenisasi penuh akan berwarna merah dan darah vena yang telah kehilangan sebagian dari kandungan O2-nya di tingkat jaringan akan memiliki rona kebiruan.

3. Tidak adanya nucleus dan organelSelama perkembangan sel, struktur-struktur ini dikeluarkan untuk menyediakan ruang lebih banyak bagi hemoglobin. Karena itu, SDM terutama adalag suatu kantung penuh hemoglobin yang dibungkus membrane plasma sehingga setiap SDM bisa membawa lebih dari semilyar molekul O2. (Sherwood)

4. Aklimatisasi terhadap perubahan lingkungan yang tinggiSel darah merah tambahan serta akan diproduksi lebih banyak untuk membawa lebih banyak oksigen. Paru-paru akan bertambah ukurannya untuk dapat lebih memfasilitasi osmosis antara oksigen dan karbondioksida. Kemudian jaringan-jaringan vaskuler di otot akan menebal untuk meningkatkan transfer gas.Pada daerah yang tinggi memiliki jumalah eritrosit dab hemoglobin yang tinggi karena jumlah oksigen yang lebih sedikit dibanding pada daerah yang rendah.

Pada daerah yang tinggi memiliki jumlah eritrosit dab hemoglobin yang tinggi karena jumlah oksigen yang lebih sedikit dibanding pada daerah yang rendah.

2. Ir. Cek Nang pergi ke klinik resort. Vital Sign:Temp. 36,3 C, HR: 101x/min, RR: 36x/min, TD: 110/80 mmHgPemeriksaan Fisik:: Tampak pernapasan cepat dan pendek (tachypneu) dan terlihat kebiruan pada kuku jariHasil Pemeriksaan Lab:

5

Page 6: Skenario b Blok 7

EKG : Tampak normalTekanan gas arteri: PO2: 60 mmHg, PCO2: 30 mmHg

a. Bagaimana hasil pemeriksaan Vital Sign yang normal, dampaknya bila tidak normal, serta hubungannya dengan usia? (mekanisme perubahan temperature, HR, RR, TD, dan fisik)

1. Temperature Normal: 36,6 °C – 37,2 °C. pada cuaca yang panas dapat meningkat hingga

0,5°CMekanisme: suhu tubuh dapat meningkat karena olahraga, haid, maupun jam biologis, oleh karena itu perlu sekali keseimbangan termoregulasi dikontrol. Keseimbangan termoregulasi dikontrol oleh hipotalamus. Pengeluaran panas disesuaikan dengan berkeringat dan dengan mengontrol sedapat mungkin gradient suhu antara kulit dan lingkungan sekitar. Yang terakhir dilakukan dengan mengatur diameter pembuluh darah kulit yaitu vasokonstriksi (mengurangi aliran darah hangat melalui kulit sehingga suhu turun) dan vaso dilatasi (membawa lebih banyak darah hangat sehingga suhu kulit naik). Pada pajanan dingin, hipotalamus berepsons untuk mengurangi kehilangan panas dengan memicu vasokonstriksi kulit sekaligus meningkatkan produksi panas melalui menggigil (Sherwood)

2. RR Frekuensi normal = 12-20 kali permenit 3. HR Frekuensi normal = 60-100 kali permenit Takikardi = >100 kali/menit

Dampak = febris, shock, dekompensasi jantung, hipertiroid Bradikardi = <60 kali/menit4. TD Normal = Tekanan sistolik 120 mmHg – 139 mmHg

Tekanan diastolic 80 mmHg – 89mmHg

b. Bagaimana hasil pemeriksaan lab yang normal, apa dampak apabila tidak normal, serta hubungannya dengan usia dan ketinggian? (mekanisme perubahan EKG dan tekanan gas arteri)

-EKG normalGelombang PSelama depolarisasi atrium normal, vektor listrik utama diarahkan dari nodus SA ke nodus AV, dan menyebar dari atrium kanan ke atrium kiri. Vektor ini berubah ke gelombang P di EKG, yang tegak pada sadapan II, III, dan aVF (karena aktivitas kelistrikan umum sedang menuju elektrode positif di sadapan-sadapan itu), dan membalik di sadapan aVR (karena vektor ini sedang berlalu dari elektrode positif untuk sadapan itu). Sebuah gelombang P harus tegak di sadapan II dan aVF dan terbalik di sadapan aVR untuk menandakan irama jantung sebagai Irama Sinus.Hubungan antara gelombang P dan kompleks QRS membantu membedakan sejumlah aritmia jantung.Bentuk dan durasi gelombang P dapat menandakan pembesaran atrium.

6

Page 7: Skenario b Blok 7

Interval PRInterval PR diukur dari awal gelombang P ke awal kompleks QRS, yang biasanya panjangnya 120-200 ms. Pada pencatatan EKG, ini berhubungan dengan 3-5 kotak kecil.Interval PR lebih dari 200 ms dapat menandakan blok jantung tingkat pertama.Interval PR yang pendek dapat menandakan sindrom pra-eksitasi melalui jalur tambahan yang menimbulkan pengaktifan awal ventrikel, seperti yang terlihat di Sindrom Wolff-Parkinson-White.Interval PR yang bervariasi dapat menandakan jenis lain blok jantung.Depresi segmen PR dapat menandakan lesi atrium atau perikarditis.Morfologi gelombang P yang bervariasi pada sadapan EKG tunggal dapat menandakan irama pacemaker ektopik seperti pacemaker yang menyimpang maupun takikardi atrium multifokus

Kompleks QRS Sejumlah kompleks QRS beserta tatanamanya.Kompleks QRS adalah struktur EKG yang berhubungan dengan depolarisasi ventrikel. Karena ventrikel mengandung lebih banyak massa otot daripada atrium, kompleks QRS lebih besar daripada gelombang P. Di samping itu, karena sistem His/Purkinje mengkoordinasikan depolarisasi ventrikel, kompleks QRS cenderung memandang "tegak" daripada membundar karena pertambahan kecepatan konduksi. Kompleks QRS yang normal berdurasi 0,06-0.10 s (60-100 ms) yang ditunjukkan dengan 3 kotak kecil atau kurang, namun setiap ketidaknormalan konduksi bisa lebih panjang, dan menyebabkan perluasan kompleks QRS.

Tak setiap kompleks QRS memuat gelombang Q, gelombang R, dan gelombang S. Menurut aturan, setiap kombinasi gelombang-gelombang itu dapat disebut sebagai kompleks QRS. Namun, penafsiran sesungguhnya pada EKG yang sulit memerlukan penamaan yang pasti pada sejumlah gelombang. Beberapa penulis menggunakan huruf kecil dan besar, bergantung pada ukuran relatif setiap gelombang. Sebagai contoh, sebuah kompleks Rs akan menunjukkan defleksi positif, sedangkan kompleks rS akan menunjukkan defleksi negatif. Jika kedua kompleks itu dinamai RS, takkan mungkin untuk menilai perbedaan ini tanpa melihat EKG yang sesungguhnya.Durasi, amplitudo, dan morfologi kompleks QRS berguna untuk mendiagnosis aritmia jantung, abnormalitas konduksi, hipertrofi ventrikel, infark otot jantung, gangguan elektrolit, dan keadaan sakit lainnya.Gelombang Q bisa normal (fisiologis) atau patologis. Bila ada, gelombang Q yang normal menggambarkan depolarisasi septum interventriculare. Atas alasan ini, ini dapat disebut sebagai gelombang Q septum dan dapat dinilai di sadapan lateral I, VL, V5 dan V6.Gelombang Q lebih besar daripada 1/3 tinggi gelombang R, berdurasi lebih besar daripada 0,04 s (40 ms), atau di sadapan prekordial kanan dianggap tidak normal, dan mungkin menggambarkan infark miokardium.

Segmen STSegmen ST menghubungkan kompleks QRS dan gelombang T serta berdurasi 0,08-0,12 s (80-120 ms). Segmen ini bermula di titik J (persimpangan antara

7

Page 8: Skenario b Blok 7

kompleks QRS dan segmen ST) dan berakhir di awal gelombang T. Namun, karena biasanya sulit menentukan dengan pasti di mana segmen ST berakhir dan gelombang T berawal, hubungan antara segmen ST dan gelombang T harus ditentukan bersama. Durasi segmen ST yang khas biasanya sekitar 0,08 s (80 ms), yang pada dasarnya setara dengan tingkatan segmen PR dan TP.Segmen ST normal sedikit cekung ke atas.Segmen ST yang datar, sedikit landai, atau menurun dapat menandakan iskemia koroner.Elevasi segmen ST bisa menandakan infark otot jantung. Elevasi lebih dari 1 mm dan lebih panjang dari 80 ms menyusul titik J. Tingkat ukuran ini bisa positif palsu sekitar 15-20% (yang sedikit lebih tinggi pada wanita daripada pria) dan negatif palsu sebesar 20-30%.[14]

Gelombang TGelombang T menggambarkan repolarisasi (atau kembalinya) ventrikel. Interval dari awal kompleks QRS ke puncak gelombang T disebut sebagai periode refraksi absolut. Separuh terakhir gelombang T disebut sebagai periode refraksi relatif (atau peride vulnerabel).

Pada sebagian besar sadapan, gelombang T positif. Namun, gelombang T negatif normal di sadapan aVR. Sadapan V1 bisa memiliki gelombang T yang positif, negatif, atau bifase. Di samping itu, tidak umum untuk mendapatkan gelombang T negatif terisolasi di sadapan III, aVL, atau aVF.Gelombang T terbalik (atau negatif) bisa menjadi iskemia koroner, sindrom Wellens, hipertrofi ventrikel kiri, atau gangguan SSP.Gelombang T yang tinggi atau "bertenda" bisa menandakan hiperkalemia. Gelombang T yang datar dapat menandakan iskemia koroner atau hipokalemia.Penemuan elektrokardiografi awal atas infark otot jantung akut kadang-kadang gelombang T hiperakut, yang dapat dibedakan dari hiperkalemia oleh dasar yang luas dan sedikit asimetri.Saat terjadi abnormalitas konduksi (mis., blok cabang berkas, irama bolak-balik), gelombang T harus didefleksikan berlawanan dengan defleksi terminal kompleks QRS, yang dikenal sebagai kejanggalan gelombang T yang tepat.

Interval QTInterval QT diukur dari awal kompleks QRS ke akhir gelombang T. Interval QT yang normal biasanya sekitar 0,40 s. Interval QT di samping yang terkoreksi penting dalam diagnosis sindrom QT panjang dan sindrom QT pendek. Interval QT beragam berdasarkan pada denyut jantung, dan sejumlah faktor koreksi telah dikembangkan untuk mengoreksi interval QT untuk denyut jantung.

Gelombang UGelombang U tak selalu terlihat. Gelombang ini khasnya kecil, dan menurut definisi, mengikuti gelombang T. Gelombang U diperkirakan menggambarkan repolarisasi otot papillaris atau serabut Purkinje. Gelombang U yang menonjol sering terlihat di hipokalemia, namun bisa ada di hiperkalsemia, tirotoksikosis, atau pemajanan terhadap digitalis, epinefrin, dan antiaritmia Kelas 1A dan 3, begitupun di sindrom QT panjang bawaan dan di keadaan pendarahan intrakranial. Sebuah gelombang U yang terbalik dapat menggambarkan iskemia otot jantung atau kelebihan muatan volume di ventrikel kiri.

8

Page 9: Skenario b Blok 7

-EKG dan usiaTidak berhubungan-EKG dan ketinggianTidak berhubungan-Tekanan gas arteri normal berhubungan dengan ketinggian

Pada udara bertekanan atmosfer 760 mmHg, tekanan oksigen udara (21%) mencapai 159mmHg. Karbon dioksida udara (0,04%) mencapai 0,3mmHg. Tekanan oksigen arteri 95mmHg dan tekanan karbon dioksida arteri 40mmHg. Pada dataran tinggi yang tekanan total atmosfer menurun (<760 mmHg) mengakibatkan tekanan parsial gas penyusun juga menurun. Bila tekanan parsial oksigen di atmosfer turun maka terjadi juga penurunan PO2 dalam alveoli sehingga pertukaran O2 antara udara alveoli dan darah juga melambat. Lambatnya pertukaran O2 ini menyebabkan kadar O2 dalam darah juga rendah.-Tekanan gas arteri tidak normal

Berhubungan dengan keseimbangan asam basa dalam tubuh.-tekanan gas arteri dan usia

9

Page 10: Skenario b Blok 7

c. Adakah perbedaan hasil pemeriksaan didaerah tinggi dan rendah?

Fungsi paru pada ketinggian Peningkatan aliran darah, volume darah sentral serta cairani nterstisial menyebabkan penurunan kapasitas vital, peningkatan volume residu dan penurunan keteregangan paru. Kebalikannya terjadi bila seseorang tinggal lama di ketinggian,terdapat kapasitas vital yang besar pada penduduk yang tinggal di ketinggian. Peningkatan kapasitas vital ini tergantung dari usia seseorang mulai tinggal pada ketinggian. Makin muda seseorang mulai tinggal di ketinggian, makin besar kapisitas vitalnya.

Aliran darah pulmonerHiperventilasi karena ketinggian akan diikuti peningkatan curah jantung, frekuensi jantung dan tekanan darah sistemik. Efek ini akibat perangsangan simpatis sistem kardiovaskular yang menyebabkan perangsangan kemoreseptor arteri dan peningkatan inflasi paru. Selain itu mungkin juga merupakan akibat langsung efek hipoksia miokardium yang menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah pulmoner Peningkatan curah jantung, vasokonstriksi hipoksik pulmoner danrangsang saraf simpatis pembuluh darah menyebabkan peningkatan tekanan arteri pulmoner rata-rata yang selanjutnya dapat mengakibatkan hipertensi pulmoner serta peningkatan kerja ventrikel kanan

Pada ketinggian tekanan atmosfer dan tekanan oksigen inspirasi akan menurun secara linear, menjadi 50% dari nilai permukaan laut  pada ketinggian 5000 meter dan hanya 30% dari nilai permukaan laut pada ketinggian 8900 meter (Puncak Everest).Seiring dengan penurunan PO, tubuh akan mengkompensasinya dengan meningkatkan ventilasi. Hipoksia juga akan  menyebabkan vasokonstriksi pulmoner yang selanjutnya mengakibatkan hipertensi pulmoner dan high altitude pulmonary oedema (HAPE). Selain itu

10

Page 11: Skenario b Blok 7

ketinggian juga dapat menyebabkan gejala acute mountain sickness (AMS) dan chronic mountain sickness (CMS).Insidens HAPE bervariasi antara 0,01% - 15%. Laki-laki  dan perempuan dapat menderita HAPE, walaupun laki-laki  muda lebih mempunyai risiko. Orang Tibet dan Sherpa mempunyai proteksi genetik terhadap HAPE walaupun pernah  dilaporkan terjadi pada populasi ini. Pendakian cepat pada ketinggian menyebabkan perubahan  fisiologik dan kelainan paru sehingga diperlukan penanganan  yang tepat.Udara mengandung 78,08 % nitrogen, 0,03 % CO2, 20,95 % O2, dan 0,01 % unsur lain. Gas ini bersama-sama mempunyai tekanan 760 mmHg pada 0 dpl dan disebut dengan tekanan barometer. Tekanan tiap-tiap gas berhubungan secara proporsional dengan jumlahnya, sehingga tekanan oksigen sebesar 159 mmHg. Pada ketinggian 3500 m tekanan barometer berkurang menjadi 493 mmHg dan tekanna oksigen berkurang hingga 35% dibandingkan dengan permukaan laut, dan pada ketinggian 4500 m tekanan parsial oksigen menjadi 91 mmHg atau turun sebesar 40 %. Turunnya tekanan oksigen pada tempat tinggi menyebabkan berkurangnya saturasi oksigen darah arteri karena proporsi pembentukan oksihemoglobin dalam darah tergantung pada tekanan parsial oksigen dalam alveoli.

d. Jelaskan mekanisme : Tachipneu, Sianosis dan hubungannya dengan ketinggian?

Mekanisme SianosisSianosis adalah perubahan warna kulit menjadi biru yang disebabkan oleh adanya deoksihemoglobin dalam pembuluh darah superfisial. Molekul hemoglobin berubah warna dari biru menjadi merah bila berikatan dengan oksigen di kedua paru. Jika terdapat lebih dari 50g/L deoksihemoglobin dalam darah maka kulit akan tampak kebiruan (Ganong, 1999)Penyebab Sianosis:Sianosis Sentral

1. Saturasi oksigen dalam arteri yang menurun. Normalnya 95-97% dan sianosis akan terdeteksi pada 75% (Price Willson) Kadar oksigen inspirasi berkurang: berada di tempat yang sangat tinggi.

Turunnya tekanan oksigen pada tempat tinggi menyebabkan berkurangnya saturasi oksigen darah arteri karena proporsi pembentukan oksihemoglobin dalam darah tergnatung pada tekanan parsial oksigen dalam alveoli. PaO2 normal dalam darah = 80-100 mmHg, PaO2 normal dalam alveoli = 90-115 mmHg

Penyakit paru: hambatan aliran udara yang kronis dengan korpulmonal, emboli paru masih.

Shunt jantung kanan ke kiri (penyakit jantung kongenital sianosis)2. Polisitemia3. Kelainan hemoglobin dan methemoglobinemia4. Biru metilen (diberikan untuk pemeriksaan jantung- kurva zat pewarna,

Sianosis Perifer1. Semua penyebab dari sianosis sentral menyebabkan sianosis perifer.2. Terkena hawa dingin3. Curah jantung yang berkurang; gagal ventrikel kiri atau syok4. Obstruksi arteri atau vena. (Buku ajar asuhan keperawatan dgn gangguan

system pernapasan, arif muttaqin)

11

Page 12: Skenario b Blok 7

Mekanisme TachypneaTachypnea adalah frekuensi pernapasan yang cepat, lebih cepat dari pernapasan normal (12 hingga 20 kali per menit) yang dapat muncul dengan atau tanpa dyspnea. Tanpa dyspnea :Pernapasan yang lebih cepat disebabkan karena karbon dioksida di dalam paru-paru berlebih sehingga kandungan karbondioksida di dalam darah meningkat yang akan menyebabkan asidosis respiratory. Asidosis respiratory akan menstimulasi pusat pernapasan di otak yaitu medulla oblongata untuk menaikkan respiration rate agar menormalkan kembali pH darah. Hubungan usiaPada ketinggian 2000-3000m, seseorang yang berumur kurang dari 60 tahun akan mempunyai kemungkinan 2 kali lebih besar terserang Acute Mountain Sickness. Alasan mengapa umur 60 tahun keatas lebih tahan untuk tidak mendapatkan AMS masih belum diketahui. (Penelitian Hackett PH)

e. Bagaimana hubungan tekanan gas dan dinamika pertukaran gas?

Berdasarkan Hukum Henry, banyaknya gas yang larut dalam cairan sebanding dengan tekanan parsial gas tersebut dan tingkat kelarutannya (solubility). Semakin besar tekanan parsial dan semakin besar tingkat kelarutanya maka semakin banyak gas yang terlarut dalam cairan tubuh. Gas dalam alveoli mempunyai PO2 105 mmHg dan PCO2 40 mmHg. Perbedaan tekanan parsial membuat pertukaran O2 dari udara dalam alveoli (PO2 105 mmHg) ke darah (PO2 40 mmHg). Sebaliknya, CO2 bertukar dari darah(PCO2 45 mmHg) ke udara alveoli (PCO2 40 mmHg). Antara udara dalam alveoli dan udara atmosfer juga terjadi pertukaran gas CO dari alveoli (PCO2 40 mmHg) ke udara atmosfer (PCO2 0,3 mmHg), sebaliknya O2 dari udara atmosfer (PO2 158 mmHg) ke udara alveoli (PO2 45 mmHg).

12

Page 13: Skenario b Blok 7

3. Ir. Cek Nang (56 tahun), pensiunan direktur PT Batubara Palembang, pergi ke resort “Verbier Les-Quartre” yang memiliki ketinggian 3200 meter diatas permukaan laut.

a. Adakah hubungan usia, tempat kerja, dengan kondisi tubuh terhadap lingkungan khususnya dengan ketinggian?

Kemampuan aklimatisasi atau adaptasi pada usia lanjut tentu semakin menurun, begitu juga dengan toleransinya terhadap perubahan lingkungan. Misalnya nilai PaO2 pada seseorang yang berumur di bawah 60 tahun 80 mmHg, maka nilai ini dikurangi 1 mmHg untuk setiap tahun di astas usia 60 tahun. fungsi paru dan respons ventilasi menurun sesuai perkembangan usia

b. Bagaimana perbedaan temperature, tekanan, respirasi didataran yang tinggi dan rendah serta dampaknya bagi tubuh?

Pada dataran yang tinggi memiliki tekanan udara yang rendah dibanding tekanan oksigen didalam tubuh, sehingga oksigen yg masuk ke dalam tubuh lebih sedikit, sebagai kompensasinya jumlah hemoglobin dan eritrosit didalam tubuh pada dataran tinggi lebih tinggi dibanding pada dataran rendah.Pada dataran tinggi memiliki suhu yang lebih dingin dibandingkan pada dataran rendah sehingga mengakibatkan pembuluh darah mengalami vasokonstriksi yang menyebabkan kapasitas pembuluh darah menurun lalu aliran darah meningkat kemudian cardiac output pun meningkat shg menyebabkan tekanan darah meningkat, sebaliknya pada dataran rendah yang memiliki suhu yang lebih panas, menyebabkan pembuluh darah mengalami vasodilatasi sehingga kapasitas pembulu darah meningkat, kemudian aliran darah dan cardiac output menurun sehingga menyebabkan tekanan darah menurun.

4. Selama ini tidak pernah mengalami gangguan repirasi atau gangguan kardio vascular seperti tidak pernah mengidap penyakit jantung/ paru-paru, serta tidak terbiasa dengan ketinggian.

a. Apa saja gangguan respirasi dan kardiovaskular dan gangguan system lain yang mungkin terjadi pada saat orang berada di ketinggian?

1. Penyakit Gunung Akut Ini adalah kondisi yang sering dialami pada 4-72 jam pertama pada ketinggian di atas 2000 m. Hal ini disertai dengan gejala-gejala misalnya sakit kepala, mudah tersinggung, susah tidur, pusing, mual, tak ada nafsu makan dan muntah. Berat gejala-gejala tersebut bagian terbesarnya tergantung pada kecepatan pendakian. Penyakit gunung akut (PGA) dapat diminimalkan bila pendakian dari ketinggian rendah (<1500 m) ke ketinggian sedang (>2000 m) berlangsung lambat meliputi beberapa hari, asupan cairan dan karbohidrat dalam tata-gizi ditingkatkan dan program latihan diatur pada tingkat yang ringan. Biasanya penyakit itu hanya berlangsung untuk 2-3 hari. Acetazolamide (Diamox = sejenis diuretika) terbukti dapat meminimalkan kejadian PGA (Sutton et al. 1979).2. Udema Paru Pada Ketinggian Tinggi Hal ini adalah kegawatan medis dan memerlukan pertolongan segera dan bila mungkin dievakuasi. Perjalanan waktunya sama dengan PGA. Gejalanya yang menonjol meliputi sesak nafas, batuk, rasa tak nyaman di dada dan sering disertai

13

Page 14: Skenario b Blok 7

terbentuknya sputum yang banyak dan berbusa disertai bercak darah. Pertolongan terdiri dari mengistirahatkan penderita dalam posisi tegak (mengurangi udeme paru), memberi O2, frusemide (Lasix - diuretika) dan bila mungkin segera evakuasi. 3. Udema Cerebral Pada Ketinggian Tinggi Hal ini jarang, tetapi merupakan ancaman maut yang terjadi pada ketinggian lebih dari 4000 m. Gejalanya meliputi sakit kepala yang hebat, disorientasi, halusinasi dan coma, dan pertolongan memerlukan terapi O2, kortikosteroid intravena dan segera evakuasi ke dataran rendah. pencegahannya dapat dilakukan dengan memberi waktu untuk aklimatisasi selama pendakian yaitu pendakian harus dilakukan secara lambat. 4. Perdarahan Retina Pada Ketinggian Pada ketinggian di atas 3500 m perdarahan-perdarahan kecil dapat terjadi di retina. Biasanya asymptomatik kecuali bila terjadi di daerah macula lutea maka akan terjadi gangguan penglihatan.

b. Bagaimana ketinggian bisa mempengaruhi system respirasi dan kardiovaskular?

Penurunan tekanan barometrik merupakan semua penyebab hipoksia pada fisiologi tempat-tinggi, karena seiring terjadinya penurunan tekanan barometrik akan terjadi juga penurunan tekanan oksigen parsial secara proporsional, sehingga tekanan oksigen selalu tetap dari waktu ke waktu, yaitu setidaknya 21 persen dari tekanan barometrik total.

Di tempat tinggi karbondioksida diekskresi terus-menerus dari darah ke alveoli, begitu juga air akan menguap ke dalam udara inspirasi dari permukaan alat pernapasan, Kedua gas ini akan mengencerkan oksigen di dalam alveoli, sehingga menurunkan kadar oksigen. Tekanan uap air di dalam alveoli teteap 47 mm Hg selama suhu tubuh normal, tidak bergantung pada ketinggian. Lain halnya dengan karbondioksida, selama berada di tempat yang sangat tinggi Pco2 alveolus turun dari 40 mmHg ( nilai di permukaan laut ) ke nilai yang lebih rendah. Sedangkan untuk PO2 di alveolus 104 mm Hg (nilai di permukaan laut) menjadi 60 mm Hg pada ketinggian 3200 meter. Pada seseorang yang teraklimitisasi, maka ventilasinya akan meningkat sampai lima kali lipat, sehingga perubahannya tidak terlalu berarti. Saturasi oksigen arteri akan sangat menurun pada ketinggian tertentu.

Bila Po2 alveolus diturunkan sampai 60 mm Hg, saturasi oksigen hemoglobin arteri masih 89 persen, yaitu hanya 8 persen dibawah saturasi normal sebesar 97 persen. Selanjutnya jaringan masih mengeluarkan kira-kira 5 mililiter oksigen dari setiap 100 mililiter darah yang melalui jaringan tersebut. Untuk mengeluarkan oksigen PO2 darah vena turun menjadi 35 mm Hg , hanya 5 mm Hg dibawah normal sebesar 40 mm Hg . Dengan demikian PO2 jaringan hampir tak berubah, walaupun PO2 alveolus secara nyata menurun dari 104 mm Hg menjadi 60 mm Hg.

Pada dasarnya tubuh akan mengadakan adaptasi pada daerah tinggi, sehingga seseorang yang secara tiba-tiba berada pada daerah tinggi akan mengalami beberapa perubahan fisiologis demi mengembalikan homoeostasis.

Peningkatan ventilasi paru (peran kemoreseptor arteri)Kenaikan ventilasi paru yang mendadak pada saat kita naik ke tempat tinggi

akan menghilangkan sejumlah besar karbon dioksida, sehingga PCO2 turun, dan meningkatkan pH cairan tubuh. Semua perubahan itu akan menghambat pusat

14

Page 15: Skenario b Blok 7

pernapasan batang otak dan dengan demikian melawan efek PO2 yang rendah untuk merangsang pernapasan menggunakan kemoreseptor pernapasan perifer di badan karotid dan badan aortic. Namun efek hambatan ini perlahan-lahan akan hilang dalam waktu dua sampai lima hari, sehingga pusat pernapasan dapat mengadakan respons maksimal terhadap rangsangan kemoreseptor sebagai akibat dari hipoksia, dan ventilasi meningkat sekitar lima kali normal.

Penyebab hilangnya hambatan ini dipercaya terjadi terutama karena adanya penurunan kadar ion bikarbonat dalam cairan serebrospinal sebagaimana dalam jaringan otak. Perubahan-perubahan tersebut akan menurunkan pH cairan di sekeliling neuron kemosensitif di pusat pernapasan, dengan demikian akan meningkatkan aktivitas pusat tersebut dalam menstimulasi pernapasan.

Peningkatan jumlah sel darah merah dan konsentrasi hemoglobinHipoksia (kekurangan oksigen dalam jaringan) merupakan rangsangan utama

yang menyebabkan peningkatan produksi sel darah merah. Namun jika hanya dalam beberapa hari, belum ada peningkatan berarti. Setelah terpajan berminggu-minggu dan tubuh telah mengadakan adaptasi, hematokrit akan meningkat hingga 60, dan kadar Hb dari nilai normal 15g/dl dapat meningkat menjadi 20g/dl.

Peningkatan kapasitas difusi Kita ingat bahwa kapasitas difusi normal untuk oksigen ketika melalui

membrane paru kira-kira 21 ml/mm Hg/menit, dan kapasitas difusi ini dapat meningkat sebanyak 3 kali lipat di tempat tinggi.

Sebagian dari peningkatan ini disebabkan oleh peningkatan volume darah kapiler paru, yang menyebabkan terjadinya pelebaran kapiler dan peningkatan luas daerah permukaan tempat oksigen berdifusi ke dalam darah. Sebagian lagi disebabkan oleh peningkatan volume udara paru, yang mengakibatkan antarmuka (interface) kapiler-alveolus lebih meluas lagi. Bagian yang terakhir menyokong ialah peningkatan tekanan darah arteri paru; tenaga ini akan mendorong darah untuk melalui lebih banyak kapiler alveolus daripada dalam keadaan normal, terutama bagian atas paru, yang pada keadaan biasa perfusinya buruk.

Perubahan system sirkulasi perifer (Peningkatan kapilaritas jaringan)Segera setelah mencapai tempat tinggi, curah jantung seringkali meningkat

sampai 30 persen, tetapi kemudian turun kembali menjadi normal dalam hitungan minggu seiring terjadinya peningkatan hematokrit darah, jadi jumlah oksigen yang diangkut ke jaringan tubuh perifer tetap dalam kisaran normal.

Adaptasi sirkulasi yang lain ialah peningkatan jumlah pertumbuhan kapiler yang bersirkulasi secara sistemik di jaringan non paru, yang disebut sebagai peningkatan kapilaritas jaringan (atau angiogenesis). Hal ini terutama terjadi pada binatang yang lahir dan dibiakkan di tempat tinggi, dan kurang nyata efeknya pada binatang yang baru berada di tempat tinggi setelah umurnya cukup tua.

Peningkatan kapilaritas akan terlihat sangat nyata pada jaringan-jaringan aktif yang terpajan hipoksia kronik. Sebagai contoh, kepadatan kapiler dalam otot ventrikel kanan meningkat secara bermakna akibat hipoksia dan beban kerja yang berat, yang disebabkan oleh hipertensi pulmonal pada ketinggian.

15

Page 16: Skenario b Blok 7

IV. KETERKAITAN ANTAR MASALAH

V. LEARNING ISSUE

Sistem respirasi (struktur anatomi dan histology) Sistem kardiovaskuler (heart rate, fisiologi tekanan darah, fisiologi darah) Mekanisme pertukaran gas pada sistem respirasi dan kardiovaskuler terhadap

perubahan lingkungan Mekanisme difusi gas externa dan interna Homeostatis Hipoksia Sianosis Tachypnea Elektrokardiogram

16

Ir. Cek Nang pergi ke Swiss

Tidak pernah mengalami gangguan

respirasi dan kardiovaskular

Terdapat perubahan ketinggian

Terjadi gangguan pada tubuh

Pergi ke klinik & konsultasi ke dokter

Hasil lab Hasil vital sign & fisik

Tidak mengidap penyakit jantung / paru-paru& hanya tidak terbiasa

terhadap ketinggian

Sesak, sakit kepala, melayang, susah tidur, mual

EKG : normalTekanan gas arteri :PO2: 60mmHgPCO2: 30mmHg

Vital Sign:Temp. 36,3 CHR: 101x/minRR: 36x/minTD: 110/80 mmHgPemeriksaan Fisik:Pernapasan cepat & pendek (tachypneu), kuku jari kebiruan

Page 17: Skenario b Blok 7

VI. KERANGKA KONSEP

17

Page 18: Skenario b Blok 7

VII. SINTESIS

Anatomi Sistem Kardiovaskuler

Sistem kardiovaskuler merupakan bagian dari sistem sirkulasi darah yang bertugas mengedarkan darah ke seluruh tubuh dan mengembalikannya kembali ke jantung. Darah membawa oksigen dan nutrisi yang diperlukan sel-sel pada berbagai jaringan tubuh untuk keperluan metabolisme. Dalam melaksanakan fungsinya sistem kardiovaskuler melibatkan organ jantung, pembuluh darah dan darah.

A. JANTUNG

BENTUK DAN LETAK JANTUNGJantung berbentuk seperti buah pir atau kerucut terletak seperti piramida terbalik dengan apeks (puncak) berada di bawah dan basis (alas) berada di atas. Beratnya 250-350 gram pada orang dewasa. Ada pendapat yang mengatakan bahwa jantung sebesar kepalan tangan orang dewasa atau panjang sekitar 12 cm dan lebar sekitar 9 cm.Jantung terletak pada rongga dada (cavum thorax) tepatnya pada rongga mediastinum diantara paru-paru kiri dan kanan.

LAPISAN JANTUNGLapisan jantung terdiri dari perikardium, epikardium, miokardium dan endokardium. Lapisan perikardium adalah lapisan paling atas dari jantung terdiri dari fibrosa dan serosa dan berfungsi sebagai pembungkus jantung. Lapisan perikardium terdiri dari perikardium parietal (pembungkus luar jantung) dan perikardium visceral (lapisan yang langsung menempel pada jantung). Antara perikardium parietal dan visceral terdapat ruangan perikardium yang berisi cairan serosa berjumlah 15-50 ml dan berfungsi sebagai pelumas.

Lapisan epikardium merupakan lapisan paling atas dari dinding jantung. Selanjutnya adalah lapisan miokardium yang merupakan lapisan fungsional jantung yang memungkinkan jantung bekerja sebagai pompa. Miokardium mempunyai sifat istimewa yaitu bekerja secara otonom (miogenik), durasi kontraksi lebih lama dari otot rangka dan mampu berkontraksi secara ritmik.

Ketebalan lapisan miokardium pada setiap ruangan jantung berbeda-beda. Ventrikel kiri mempunyai lapisan miokardium yang paling tebal karena mempunyai beban lebih berat untuk memompa darah ke sirkulasi sistemik yang mempunyai tahanan aliran darah lebih besar.

Miokardium terdiri dari dua berkas otot yaitu sinsitium atrium dan sinsitium ventrikel. Setiap serabut otot dipisahkan diskus interkalaris yang berfungsi mempercepat hantaran impuls pada setiap sel otot jantung. Antara sinsitium atrium dan sinsitium ventrikel terdapat lubang yang dinamakan anoulus fibrosus yang merupakan tempat masuknya serabut internodal dari atrium ke ventrikel. Lapisan endokardium merupakan lapisan yang membentuk bagian dalam jantung dan merupakan lapisan endotel yang sangat licin untuk membantu aliran darah.

RUANGAN PADA JANTUNGRuangan pada jantung terdiri dari atrium dan ventrikel. Atrium dipisahkan menjadi atrium sinistra (kiri) dan dekstra (kanan) oleh septum atrium. Ventrikel juga terbagi dua menjadi ventrikel dekstra dan sinistra.

18

Page 19: Skenario b Blok 7

KATUP-KATUP JANTUNGKatup jantung ada dua macam yaitu katup AV (atrioventrikular) dan katup SL (semilunar). Katup AV terletak antara atrium dan ventrikel, sedangkan katup SL terletak antara ventrikel dengan pembuluh darah besar pada jantung.Katup AV antara atrium dekstra dan ventrikel dekstra adalah katup trikuspidalis dan antara atrium sinistra dan ventrikel sinistra adalah katup bikuspidalis (mitral).Katup AV hanya membuka satu arah (ke arah ventrikel) karena berfungsi mencegah aliran balik dari ventrikel ke atrium pada saat sistol. Secara anatomi katup AV hanya membuka ke satu arah karena terikat oleh korda tendinae yang menempel pada muskulus papilaris pada dinding ventrikel.Katup SL terdiri dari katup pulmonal yang terdapat antara ventrikel kanan dengan arteri pulmonalis dan katup aortik yang terletak antara ventrikel kiri dan aorta.

SISTEM KONDUKSI JANTUNG

Impuls untuk terjadinya kontraksi jantung berasal dari SA node (nodus sinoatrial) yang terletak pada dinding atrium kanan. SA node meneruskan impulsnya ke AV node (nodus atrioventrikular) melalui traktus internodal. Ada tiga traktus internodal yaitu wenkebach, bachman dan tohrel.Impuls dari AV node diteruskan ke berkas his kemudian ke serabut purkinye kiri dan kanan, selanjutnya menyebar ke seluruh dinding ventrikel.

PERSARAFAN PADA JANTUNGJantung dipersarafi oleh sistem saraf otonom yang terdiri dari saraf simpatis (adrenergik) dan parasimpatis (kolinergik). Saraf simpatis meningkatkan heart rate dan kontraktilitas jantung. Sedangkan saraf parasimpatis (nervus vagus) menurunkan heart rate.

PEMBULUH DARAH BESAR PADA JANTUNGAda beberapa pembuluh darah besar yang berdekatan letaknya dengan jantung yaitu :

1. Vena Cava SuperiorVena cava superior adalah vena besar yang membawa darah kotor dari tubuh bagian atas menuju atrium kanan.2. Vena Cava InferiorVena cava inferior adalah vena besar yang membawa darah kotor dari bagian bawah diafragma ke atrium kanan.3. Sinus ConariaSinus coronary adalah vena besar di jantung yang membawa darah kotor dari jantung sendiri.

4. Trunkus PulmonalisPulmonary trunk adalah pembuluh darah besar yang membawa darah kotor dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis. Arteri pulmonalis dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang membawa darah kotor dari pulmonary trunk ke kedua paru-paru.5. Vena PulmonalisVena pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang membawa darah bersih dari kedua paru-paru ke atrium kiri.6. Aorta AsendensAscending aorta, yaitu pembuluh darah besar yang membawa darah bersih dari ventrikel kiri ke arkus aorta (lengkung aorta) ke cabangnya yang bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian atas.

19

Page 20: Skenario b Blok 7

7. Aorta DesendensDescending aorta,yaitu bagian aorta yang membawa darah bersih dan bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian bawah.

SUPLAI DARAH KE JANTUNGJantung mendapatkan suplai darah dari arteri koroner. Arteri koroner adalah arteri yang bertanggung jawab atas jantung itu sendiri, karena darah bersih yang kaya akan oksigen dan elektrolit sangat penting agar jantung tetap bisa bekerja sebagaimana fungsinya.

Arteri koroner terbagi dua yaitu arteri koroner kiri dan kanan. Arteri koroner kiri mempunyai 2 cabang yaitu LAD (Left Anterior Desenden) dan arteri sirkumfleksi. Kedua arteri ini melingkari jantung dalam dua lekuk anatomis eksterna, yaitu sulcus coronary atau sulcus atrioventrikuler yang melingkari jantung diantara atrium dan ventrikel, yang kedua yaitu sulcus interventrikuler yang memisahkan kedua ventrikel. Pertemuan kedua lekuk ini di bagian permukaan posterior jantung yang merupakan bagian dari jantung yang sangat penting yaitu kruks jantung. Nodus AV node berada pada titik ini.

LAD arteri bertanggung jawab untuk mensuplai darah untuk otot ventrikel kiri dan kanan, serta bagian interventrikuler septum. Arteri sirkumfleksi mensuplai 45% darah untuk atrium kiri dan ventrikel kiri serta 10% mensuplai SA node.Arteri koroner kanan bertanggung jawab mensuplai darah ke atrium kanan, ventrikel kanan, permukaan bawah dan belakang ventrikel kiri, 90% mensuplai AV Node dan 55% mensuplai SA Node.

SIRKULASI DARAHSirkulasi darah terbagi menjadi dua yaitu sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal. Sirkulasi pulmonal adalah peredaran darah antara jantung dengan paru-paru.Sirkulasi pulmonal diawali dengan keluarnya darah dari ventrikel kanan ke paru-paru melalui arteri pulmonalis dan kembali ke atrium kiri melalui vena-vena pulmonalis.Sirkulasi sistemik merupakan peredaran darah dari jantung ke seluruh tubuh (kecuali paru-paru). Sirkulasi sistemik dimulai dari keluarnya darah dari ventrikel kiri ke aorta kemudian ke seluruh tubuh melalui berbagai percabangan arteri. Selanjutnya kembali ke jantung (atrium kanan) melalui vena cava. Darah dari tubuh bagian atas kembali ke jantung melalui vena cava superior dan darah dari tubuh bagian bawah kembali ke jantung melalui vena cava inferior.

B. PEMBULUH DARAHJENIS PEMBULUH DARAH

20

Page 21: Skenario b Blok 7

Darah diedarkan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah (vaskuler). Secara umum pembuluh darah terdiri dari 3 lapisan yaitu tunika adventisia, tunika media dan tunika intima.

Tunika adventisia merupakan lapisan paling luar berupa jaringan ikat yang kuat. Tunika media merupakan lapisan tengah yang terdiri dari otot polos. Tunika intima membentuk dinding dalam dari pembuluh darah terdiri dari sel-sel endotel. Celah antara sel-sel endotel membentuk pori-pori pembuluh darah.Pembuluh darah ada 3 macam yaitu arteri, vena dan kapiler.

KAPILER

Kapiler merupakan pembuluh darah kecil yang sangat tipis, hanya dibentuk oleh tunika intima saja sehingga memudahkan proses pertukaran zat antara pembuluh darah dengan sel atau jaringan.Fungsi kapiler adalah :

- Penghubung arteri dan vena- Tempat terjadinya pertukaran zat- Absorbsi nutrisi pada usus- Filtrasi pada ginjal- Absorbsi sekret kelenjar

ARTERI

Arteri merupakan pembuluh darah yang mengalirkan darah dari jantung ke seluruh tubuh. Arteri membawa darah yang kaya oksigen, kecuali arteri pulmonalis.Arteri bersifat elastik karena mempunyai lapisan otot polos dan serabut elastik sehingga dapat berdenyut-denyut sebagai kompensasi terhadap tekanan jantung pada saat sistol. Arteri yang lebih kecil dan arteriola lebih banyak mengandung lapisan otot sebagai respon terhadap pengendalian saraf vasomotor.Arteri mendapatkan suplai darah dari pembuluh darah khusus yang disebut vasa vasorum, dipersarafi oleh serabut saraf motorik yang disebut vasomotor.Arteri mempunyai diameter yang berbeda-beda, mulai yang besar yaitu aorta kemudian bercabang menjadi arteri dan arteriola

21

Page 22: Skenario b Blok 7

VENA

Vena merupakan pembuluh darah yang mengembalikan darah dari seluruh tubuh ke jantung sehingga dinamakan pula pembuluh balik.Vena mempunyai tiga lapisan seperti arteri tetapi mempunyai lapisan otot polos yang lebih tipis, kurang kuat dan mudah kempes (kolaps).Vena dilengkapi dengan katup vena yang berfungsi mencegah aliran balik darah ke bagian sebelumnya karena pengaruh gravitasi.Katup vena berbentuk lipatan setengah bulat yang terbuat dari lapisan dalam vena yaitu lapisan endotelium yang diperkuat oleh jaringan fibrosa.

C. DARAHDarah berbentuk cairan yang berwarna merah, agak kental dan lengket. Darah mengalir di seluruh tubuh kita, dan berhubungan langsung dengan sel-sel di dalam tubuh kita. Darah terbentuk dari beberapa unsur, yaitu plasma darah, sel darah merah, sel darah putih dan trombosit.

Darah berfungsi untuk :1. mengedarkan sari-sari makanan ke seluruh tubuh2. mengedarkan oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh3. mengangkut karbondioksida ke paru-paru4. mengedarkan hormon

PLASMA DARAHUnsur ini merupakan komponen terbesar dalam darah, karena lebih dari separuh darah mengandung plasma darah. Hampir 90% bagian dari plasma darah adalah air. Plasma darah berfungsi untuk mengangkut sari makanan ke sel-sel serta membawa sisa pembakaran dari sel ke tempat pembuangan. Fungsi lainnya adalah menghasilkan zat kekebalan tubuh terhadap penyakit atau zat antibodi.Plasma darah berupa cairan berwarna kekuning-kuningan dan bersifat alkali. Plasma darah mengandung gas (oksigen dan karbondioksida), hormon, enzim, antigen, antibodi dan protein darah.

Protein darah yang terdapat pada plasma adalah albumin, fibrinogen dan globulin. Fibrinogen berperan dalam proses koagulasi (pembekuan darah) dan globulin merupakan komponen dari antibodi (imunoglobulin). Globulin berjumlah sekitar 2-3 gram per 100 ml darah.

Albumin dalam plasma berjumlah sekitar 3-5 gram per 100 ml darah. Berperan dalam menjaga tekanan osmotik, sebagai carier (pembawa) untuk zat-zat tertentu dan menyediakan protein untuk jaringan.

ERITROSIT

Sel darah merah mengandung banyak haemoglobin. Darah berwarna merah sebab haemoglobin berwarna merah tua. Sel darah merah berbentuk bikonkaf (cekung pada kedua sisinya).

Haemoglobin terdapat dalam sel darah merah dan berfungsi untuk mengikat oksigen dan karbondioksida dalam proses transportasi gas.

22

Page 23: Skenario b Blok 7

Sel darah merah dihasilkan di limpa, hati dan sumsum merah pada tulang pipih. Sel darah merah yang sudah mati dihancurkan di dalam hati. Rata-rata usia hidup sel darah merah mencapai 120 hari.

LEUKOSIT

Sel darah putih bentuknya tidak tetap, bening, tidak berwarna. Ukurannya lebih besar dari sel darah merah. Sel darah putih dibuat di sumsum merah dan kelenjar limpa. Jumlah sel darah putih sekitar 5000-10.000 per mm3 darah.Ada beberapa jenis sel darah putih yaitu neutrofil, eusinofil, basofil, limfosit, monosit dan sel-sel plasma. Sel darah putih berperan sebagai salah satu komponen kekebalan tubuh yang berfungsi sebagai fagosit (neutrofil, eusinofil dan makrofag.TROMBOSIT

Bentuk keping darah tidak teratur dan tidak mempunyai inti. Ukurannya lebih kecil, sekitar sepertiga ukuran sel darah merah. Trombosit diproduksi pada sumsum merah, berjumlah sekitar 150.000-500.000 per mm3 darah. Trombosit (platelet) berperan penting dalam proses koagulasi (pembekuan) darah

FISIOLOGI DARAH

Setiap organ dalam tubuh kita membutuhkan darah untuk metabolismenya. Oleh karena itu, tubuh kita memerlukan peranan jantung untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Dalam keadaan istirahat jantung mampu memompa 5 L/menit (80 galon/jam). Selama kegiatan sehari-hari, metabolisme dan kebutuhan darah setiap organ berbeda-beda dan berubah-ubah dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, sistem kardiovaskuler kita harus mampu untuk mengontrol pemompaan darah dan pendistribusiannya. Pada bab ini kita akan membahas bagaimana sistem kardiovaskuler kita melakukan peran tersebut.

Pertama kita ibaratkan pembuluh darah kita sebuah tabung. Sebuah tabung mempunyai dimensi antara lain panjang (L) dan jari-jari(r). Untuk dapat melewati tabung maka sebuah cairan membutuhkan tekanan(Pi). Selain tekanan yang diberikan pada cairan tersebut juga terdapat tekanan yang arahnya berlawanan dengannya(Po). Supaya dapat melewati lubang maka Pi>Po(▲P). Selain factor-faktor diatas juga terdapat factor yang mempengaruhi aliran darah yang disebut resistensi vascular(R). R adalah seberapa besar kesulitan cairan mampu melawati tabung. Berdasarkan penelitian Jean Leonard Marie Peuseuille (1799-1869) resistensi vaskuler dipengaruhi oleh jari-jari, panjang dan viskositas cairan yang ditulis dalam persamaan n=viskositas cairan.Maka besarnya aliran darah(Q) dapat dirumuskan sebagai .Dari kedua persamaan diatas kita bisa mengetahui bahwa faktor yang mudah dimanipulasi dalam pengaturan aliran darah adalah radius yang diperankan oleh otot pembuluh darah dan ▲P yang diperankan oleh jantung. Suatu organ dilalui oleh arteri yang kemudian menjadi vena. Maka kerja jantung disini adalah menjaga supaya tekanan arteri(sekitar 100 mmHg) lebih besar dari vena (sekitar 0 mmHg).

Sebuah catatan penting bahwa aliran darah dalam tubuh kita bersifat pararel. Hal ini sangat berguna untuk pengaturan persebaran darah. Misalnya dalam keadaan hipoksia tubuh kita akan memprioritaskan otak (karena jika selama 4 menit kekurangan oksigen akan terjadi kematian) dibanding organ yang lain sehingga aliran darah ke organ yang lain diperkecil dan aliran ke otak diperbesar.

23

Page 24: Skenario b Blok 7

Fungsi darah terdiri atas :Sebagai alat pengangkut yaitu :a. mengambil O2/zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh jaringan tubuh.b. Mengangkat CO2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.c. Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan keseluruh jaringan/alat tubuh.d. Mengangkat/mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan melalui kulit dan ginjal.Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun yang akan membinasakan tubuh dengan perantaraan leukosit, antibodi/zat-zat anti racun.Menyebarkan panas ke seluruh tubuh.

HEART RATEPeristiwa yang terjadi pada jantung berawal dari permulaan sebuah denyut jantung sampai permulaan denyut jantung berikutnya disebut siklus jantung. Setiap siklus diawali oleh pembentukan potensial aksi yang spontan di dalam nodus sinus. Nodus sinus terletak pada dinding lateral superior atrium kanan dekat tempat masuk vena kava superior, dan potensial aksi menjalar dari sini dengan kecepatan tinggi.melalui kedua atrium dan kemudian melalui berkas A-V ke ventrikel. Karena terdapat pengaturan khusus dalam sistem konduksi dari atrium menuju ventrikel, ditemukan keterlambatan selama lebih dari 0,1 detik ketika impuls jantung dihantarkan dari atrium ke ventrikel. Keadaan ini menyebabkan atrium akan berkontraksi mendahului kontraksi ventrikel, sehingga akan memompakan darah ke dalam ventrikel sebelum terjadi kontraksi ventrikel yang kuat. Jadi, atrium itu bekerja sebagai pompa pendahulu bagi ventrikel, dan ventrikel selanjutnya. akan menyediakan sumber kekuatan utama untuk memompakan darah ke sistem pembuluh darah tubuh.

Siklus jantung terdiri atas satu periode relaksasi yang disebut diastolik, yaitu periode pengisian jantung dengan darah., yang diikuti oleh satu periode kontraksi yang disebut sistolik.

Pada keadaan normal, darah mengalir secara terus menerus dari vena-vena besar menuju ke atrium; kira-kira 80 % dari darah tersebut akan mengalir langsung melewati atrium dan masuk ke dalam ventrikel bahkan sebelum atrium berkontraksi. Selanjutnya, kontraksi atrium biasanya menyebabkan tambahan pengisiian ventrikel sebesar 20%. Oleh karena itu, atrium dikatakan berfungsi sebagai pompa primer yang meningkatkan efektifitas pompa ventrikel sebanyak 20%. Namun, jantung bahkan dapat rerus bekerja pada keadaan tanpa keadaan efektifitas sebesar 20% tersebut, karena secara normal jantung sudah mempunyai kemampuan untuk memompakan darah 300-400 % lebih banyak daripada yang sebesarnya dibutuhkan oleh tubuh yang istirahat. Oleh karena itu, bila atrium gagal berfungsi, perbedaan ini tidak terlalu diperhatikan kecuali kalau orang tersebut mengerahkan tenaga dan kemudian timbul gejala-gejala gagal jantung terutama sesak napas.

Selama fase sistolik ventrkel, sejumlah besar darah berkumpul dalam atrium kiri dan kanan karena katup A-V tertutup. Oleh karena itu, segera sesudah sistolik selesai dan tekanan ventrikel turun lagi sampai ke nilai diastoliknya yang rendah, tekanan yang cukup tinggi, yang telah terbentuk di dalam atrium selama fase sistemik ventrikel, segera mendorong katup A-V agar terbuka sehingga darah dapat mengalir dengan cepat ke dalam ventrikel. Keadaan ini disebut sebagai periode pengisian cepat pada ventrikel.Periode pengisiian cepat berlangsung kira-kira pada sepertiga pertama dari diastolik. Selama sepertiga kedua dari diastolik, biasanya hanya ada sedikit darah yang mengalir ke dalam ventrikel; darah ini adalah darah yang terus mengalir masuk ke dalam atrium dari vena-vena,

24

Page 25: Skenario b Blok 7

dan dari atrium langsung masuk ke ventrikel. Selama periode sepertiga terakhir dari diastolik, atrium berkontraksi dan memberikan dorongan tambahan terhadap aliran darah yang masuk ke dalam ventrikel; dan hal ini kira-kira 20% dari pengisiian ventrikel pada setiap siklus jantung.

Sesudah ventrikel mulai berkontraksi, tekanan ventrikel meningkat dengan tiba-tiba sehingga menyebabkan katup A-V menutup. Selanjutnya dibutuhkan tambahan waktu sebanyak 0.02-0.03 detikbagi ventrikel agar dapat tekanan yang cukup untuk mendoronga katup semilunaris agar terbuka melawan tekanan aorta dan arteri pulmonalis. Oleh karena out, selama periode ini , akan terjadi kontraksi di dalam ventrikel, namun belum ada pengosongan. Periode ini disebut sebagai periode kontraksi isometrik atau isovolemik yang berarti ada kenaikan tagangan di dalam otot namun tidak ada adau sedikit pemendekan otot-otot serabut .

Bila tekanan ventrikel kiri meningkat sedikit diatas 80mmHg, maka tekanan ventrikel ini akan mendorong katup semilunaris supaya menutup. Segera setelah itu, darah mulai mengalir keluar dari ventrikel sekitar 70% dari proses pengosongan darah terjadi selama sepertiga pertama dari periode injeksi dan 30% sisa pengosongan terjadi selama dua pertiga berikutnya. Oleh karena itu, waktu sepertiga pertama disebut sebagai periode injeksi cepat dan waktu duapertiga terakhir disebut periode injeksi lambat.

Pada akhir sistolik, relaksasi ventrikel telah terjadi secara tiba-tiba, sehingga baik tekanan intraventrikel kiri maupun kanan menurun dengan cepat. Peninggian tekanan di dalam arteri besar yang berdilatasi, yang baru saja diisi dengan darah yang berasal dari ventrikel yang berkontraksi segera mendorong darah kembali ke ventrikel sehingga aliran darah ini akan menutup katup aorta dan katup pulmonalis dengan keras. Selama 0,03-0,06 detik berikutnya, otot ventrikel terus berelaksasi, meskipun volume ventrikel tidak berubah, sehingga meningkatkan relaksasi isometrik. Selama periode ini tekanan intraventrikel menurun dengan cepat sekali ke tekanan diastoliknya yang rendah. Selajutnya katup A-V akan terbuka untuk memulai siklus pemompaan ventrikel yang baru.

Selama vase diastolik, pengisiian ventrikel yang normal akan meningkatkan volume setiap ventrikel sampai kira-kira 110-120ml. Volume ini disebut volume diastolik akhir. Selanjutnya, sewaktu ventrikel mengosongkan isinya selama fase sistolik, volume ventrrikel akan menurun sampai kira-kira 70ml, yang disebut curah isi sekuncup. Volume yang masih tertinggal pada setiap ventrikel, yakni kira-kira 40-50ml, disebut sebagai volume sistolik akhir. Bagian darivolume diastolik akhir yang disemprotkan keluar disebut bagian ejeksi biasanya sama dengan kira-kira 60%.

Bila jantung berkontraksi dengan kuat, volume sistolik akhir dapat berkurang hingga mencapai 10-20ml. Sebaliknya, bila sejumlah besar darah mengalir masuk ke dalam ventrikel selama fase diastolik, volume diastolik akhir ventrikel dapat menjadi 150-180ml pada jantung yang sehat. Dengan menaikkan volume diastolik akhir dan menurunkan volume sistolik akhir, curah isi sekuncup dapat ditingkatkan sampai 2 kali volume normal.

HISTOLOGI SISTEM KARDIOVASKULER

Dinding jantung terdiri atas 3 lapisan dari dalam ke luar, yaitu: (1) Endokardium, (2) Miokardium, dan (3) Epikardium. Otot jantung, yang bersifat lurik dan involunter, berkontraksi secara ritmis dan automatis. Mereka terdapat pada lapisan miokardium. Miokardium identik dengan tunika media pada pembuluh darah. Suatu serat otot jantung di bawah mikroskop cahaya terlihat sebagai sejumlah sel otot jantung (beranastomosis) yang terikat “end to end”

25

Page 26: Skenario b Blok 7

(ujung-ujung) pada daerah ikatan khusu yang disebut diskus interkalaris. Selain itu terlihat pula inti yang letaknya di tengah. Lapisan endokardium jantung identik dengan tunika intima arteria. Lapisan ini lebih tebal pada atrium dibanding ventricel. Pada lapisan terdalam terdapat lapisan fibroelastis. Lapisan subendokardium merupakan jaringan pengikat longgar, pada daerah ventricel terisi oleh modifikasi otot jantung yaitu serabut purkinye yang merupakan sistem konduksi di jantung. Pembuluh darah mempunyai selapis sel endotel yang melapisi lumennya di manapun. Pada kapiler sel endotel ini merupakan bagian utama dindingnya. Sel endotel dinding kapiler mempunyai bentuk pipih. Makin besar diameter kapiler, sel endotel makin pendek dan lebar. Antara sel endotel satu dengan yang lain terdapat hubungan erat berupa tight junction (zonula occludens). Kadang-kadang pada batas tersebut melipat ke lumen yang disebut marginal fold. Kapiler dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu tipe I (continue) dan tipe II (fenestrated). Ciri-ciri tipe I dinding kapiler utuh, tidak mempunyai lubang atau pori-pori, membrana basalisnya utuh. Tipe II dibagi lagi menjadi kapiler berlubang / berjendela, pada dindingnya terdapat lubang-lubang yang ditutup oleh diafragma yang tipis, dan kapiler berpori-pori, yang pada dindingnya berpori-pori dan tidak ditutup diafragma. Pembuluh darah arteri dapat dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu arteriol (paling kecil), arteri kecil sampai sedang (memiliki banyak unsur otot), dan arteri besar (terdiri atas serat elastin). Dinding arteri umumnya terdiri dari 3 lapisan utama, yaitu: (1) tunika intima; (2) tunika media; (3) tunika adventitia. Vena biasanya mengikuti pasangannya. Dibanding arteri dinding vena lebih kendor, kurang elastis karena mengalami pengurangan jumlah sel otot dan serabut elastis. Dinding vena banyak disusun oleh serabut kolagen. Seperti arteri vena terdiri dari 3 lapisan utama, yaitu: (1) tunika intima; (2) tunika media; (3) tunika adventitia. Menurut ukuran vena dibedakan menjadi : venulae, vena sedang, vena besar.

HSTOLOGI SISTEM RESPIRASI

Tractus respiratorius dapat dibagi menjadi:

1. Pars ConductoriaMeliputi saluran yang menghubungkan antara bagian luar tubuh dengan paru-paru untuk menyalurkan udara.Saluran ini terdiri dari:- Hidung- Pharynx- Larynx- Trachea- Bronchus- Bronchiolus

2. Pars RespiratoriaMerupakan bagian dari paru-paru yang berfungsiuntuk pertukaran gas antara darah dan udara. Bagian ini terdiri dari:- Saccus alveolaris.- Alveolus.

HIDUNG 

Hidung merupakan organ yang berongga dengan dinding yang tersusun oleh jaringan tulang,

26

Page 27: Skenario b Blok 7

cartilage, otot dan jaringan pengikat. Pada kulit yang menutupi bagian luar hidung diketemukan Glandula sebacea dan rambut-rambut halus.Kulit ini melanjutkan diri melalui nares untuk melapisi vestibulum nasi.Di daerah vestibulum nasi ini banyak rambut yang bersifat kaku yang berfungsi untuk menghalangi debu dan kotoran yang ikut dihirup. Pada sisa cavum nasi yang lain dilapisi oleh epitel silindris semu berlapis bersilia dengan banyak kelenjar mucosa ( sel piala).Di indera pembau terdapat epitel khusus , yang pada bagian bawahnya terdapat membrane basalis yang memisahkan epitel dengan jaringan pengikat yang banyak mengandung kelenjar serosa-mukosa.Di bawah epitel yang menutupi concha nasalis inferior banyak plexus fenosus yang berguna untuk memanasi udara yang lewat.

Organon olfactorius

Merupakan reseptor rangsang bau yang terletak pada ephitelium olfactorius. Epitelnya merupakan epitel silindris semu berlapis dengan 3 macam sel:Sel penyokongSel ini berbentuk langsing, di dalam sitoplasmanya tampak adanya berkas-berkas tonofibril dan jelas tampak terminal bar. Pada permukaannya tampak banyak mikrovili yang panjang yang terpendam dalam lapisan lender. Kompleks golgi yang kecil terdapat pada bagian puncak sel.Di dalamnya juga terdapat pigmen coklat yang memberi warna pada epitel olfactory tersebut.Sel BasalSel ini berbentuk kerucut rendah dengan tonjolan tersusun selapis dan berinti gelap.Sel Olfactoori.Sel ini terdapat diantara sel-sel penyokong sebagai sel syaraf yang berbentuk bipolar. Bagian puncak sel olfactory membulat dan menonjol merupaka dendrite yang meluas sebagai tonjolan silindris pada permukaan epitel. Bagian basal mengecil menjadi lanjutan sel halus yang tidak berselubung myelin.Bagian yang membulat di permukaan disebut vesicular olfactorius, dari bagian yang menonjol ini timbul tonjolan yang berpangkal pada corpuscullum basale sebagai cilia olfactory yang tidak dapat bergerak. Ujung cilia inilah yang merupakan komponen indra pembau dan dapat menerima rangsang.Dalam lamina propria terdapat sel-sel pigmen dan sel limfosit. Selain itu, dalam lamina propria terdapat banyak sekali anyaman pembuluh darah.Di dalam lamina proproia area olfactory terdapat pula kelenjar tubulo-alveolar sebagai Glandula Olfactorius Bowmani, yang berfungsi menghasilkan sekrit yang menjaga agar epitel olfactory tetap basah dan bersih.

Sinus paranasal

Merupakan ruangan yang dibatasi tulang dan berhubungan dengan cavum nasi. Sinus paranasal ini kita kenal: sinus paranasal, sinus ethmoidale, sinus maxilla dan sinus spenoidalis yang terdapat dalam tulang-tulang yang bersangkutan.

LARYNX

Larynx berbentuk sebagai pipa yang irregular dengan dinding yang terdiri atas cartilage hyaline, cartilage elastis, jaringan pengikat dan otot bercorak. Larynx menghubungkan antara pharynx dengan trachea.Fungsinya adaalah menyokong, mencegah makanan/minuman untuk masuk ke dalam trachea.

27

Page 28: Skenario b Blok 7

Rangka larynx terdiri dari beberapa potong kartilago:Cartilage thyrooidea, cartilage cricoidea dan epiglotis yang terdapat tunggalCartilage arythenoidea, Cartilago corniculata, dan cartilage cuneiformis yang terdapat sepasang.Otot bercorak dari larynx dapat dibagi menjadi :Otot ekstrinsik, yang berfungsi untuk menopang dan menghubungkan sekitarnya. Kontraksinya terjadi pada proses digulatio(menelan).Otot instrinsik, yang berfungsi menhubungkan masing-masing cartilage larynx . kontraksinya berpereran dalam proses bersuara.Epiglottis.Merupakan cartilage elastis yang berbentuk seperti sendok pipih. Permukaan depan, bagian atas permukaan belakang epiglotia (plica aryepiglotica) dan plica vokalis dilapisi oleh epitel gepeng berlapis.Plica vokalis merupakan lipatan membrane mukosa yang didalamnya mengandung ligamentum vokalis yang merupakan pengikat elastis. Epitel yang menutupi merupakan epitel gepeng berlapis.

TRACHEA

Merupakan lanjutan dari larynx yang lebarnya 2-3.5 cm dan panjangnya sekitar 11 cm. trachea berakhir dengan cabang dua yang disebut sebagai bronchus.Epitel yang melapisi sebelah dalam ialah epitel silindris semu berlapis bercilia dan bertumpu pada membrane basalis yang tebal. Di antara sel-sel tersebar sel-sel piala. Dibawah membrane basalis terdapat lamina propria yang banyak mengandung serabut elastis. Di lapisan dalam lamina propria serabut elastis membentuk anyaman padat sebagai suatu lamina elastica, maka jaringan pengikat dibawahnya kadang-kadang disebut tunica submukosa.Di dalam tunica submukosa inilah terdapat kelenjar-kelenjar kecil seperti pada dinding larynx yang bermuara pada permukaan epitel.Yang merupakan ciri khas dari trachea adalah adnya kerangka cincin-cincin cartilago hyaline yang berbentuk huruf C sebanyak 16-20 buah yang berderet mengelilingi lumen dengan bagian yang terbuka di bagian belakang( pars cartilaginea).Masing-masing cincin dibungkus oleh serabut fibro elastis.Bagian belakan tidak memiliki cincin cartilage (pars membranacea) diisi oleh serabut-serabut otot polos yang sebagian berjalan melintang dan berhubungan dengan jaringan fibro elastis disekitarnya.

BRONCHUS DAN CABANG-CABANGNYA

Trachea bercabang menjadi 2 bronchus primaries yang masuk ke jaringan paru-paru melalui hilus pulmonalis dengan arah ke bawah dan lateral. Bronchus yang sebelah kana bercabang menjadi 3 dan yang sebelah kiri becabang menjadi 2, dimana setiap cabang tersebut merupakan percabangan dari bronchus primaries.Lamina propria terdiri dari jaringan pengikat yang banyak mengandung serabut elastis dan serabut kolagen dan retikuler serta beberapa limfosit. Di bawah membrane mocosa terdapat stratum musculare yang tidak merupakan lapisan tertutup.Banyaknya serabut elastis berhubungan erat dengan sel-sel otot polos dan serabut elastis ini sangat penting dalam proses respirasi. Di dalam anyaman muskuloelastis ini terdapat banyak jalinan pembuluh darah kecil.Perbedaan struktur antara trachea serta bronchus extrapulmonalis serta intrapulmonalis.

28

Page 29: Skenario b Blok 7

Bentuk cincin cartilage.Susunan serabut otot pada trachea hanya dibagian dorsal sedangkan pada bronchus terdapat disekeliling dinding.Kontraksi lapisan otot ini akan menimbulkan lipatan memanjang pada membrane mukosa.Suatu lapisan anyaman elastis yang membatasi membrane mukosa seperti pada trachea tidak ada, tetapi terdapat serabut-serabut elastis yang berjalan sejajar sepanjang bronchus dengan percabangannya.

Perbedaan Bronchus dan Bronchiolus.

Dengan bercabangnya bronchus, maka kalibernya akan semakin mengecil, yang menyebabkan gambaran stukturnya akan semakin berbeda karena lempeng-lempeng cartilage yang makin berkurang.Kalau struktur pulmo disamakan seperti kelenjar, maka bronchus merupakan ‘ductus extraloburalis’, sebab terdapat diluar lobuli.Cabang bronchus yang memasuki lobulus pada puncaknya disebut ‘bronchiolus’ yang sesuai dengan ‘ductus intralobularis’ pada kelenjar.Biasanya dinding brochiolus berdiameter lebih kecil dari 1mm dengan epitel silindris selapis bercilia dan tanpa cartilago.

PULMO

Paru-paru pada manusia terdapat sepasang yang menempati sebagian besar dalam cavum thoracis. Kedua paru-paru dibungkus oleh pleura yang terdiri atas 2 lapisan yang saling berhubungan sebagai pleura visceralis dan pleura parietalis.

Stuktur PulmoUnit fungsional dalam paru-paru disebut lobulus primerius yang meliputi semua struktur mulai bronchiolus terminalis, bronchiolus respiratorius, ductus alveolaris, atrium, saccus alveolaris, dan alveoli bersama-sama dengan pembuluh darah, limfe, serabut syaraf, dan jarinmgan pengikat.Lobulus di daerah perifer paru-paruberbentuk pyramidal atau kerucut didasar perifer, sedangkan untuk mengisi celah-celah diantaranya terdapat lobuli berbentuk tidak teratur dengan dasar menuju ke sentral.Cabang terakhir bronchiolus dalamlobulus biasanya disebut bronchiolus terminalis. Kesatuan paru-paru yang diurus oleh bronchiolus terminalis disebut acinus.

Bronchiolus RespiratoriusMemiliki diameter sekitar 0.5mm. saluran ini mula-mula dibatasi oleh epitel silindris selapis bercilia tanpa sel piala, kemudian epitelnya berganti dengan epitel kuboid selapis tanpa cilia.Di bawah sel epitel terdapat jaringan ikat kolagen yang berisi anyaman sel-sel otot polos dan serbut elastis. Dalam dindingnya sudah tidak terdapat lagi cartilago.Pada dinding bronchiolus respiratorius tidak ditemukan kelenjar. Disana-sini terdapat penonjolan dinding sebagai alveolus dengan sebagian epitelnya melanjutkan diri. Karena adanya alveoli pada dinding bronchiolus inilah maka saluran tersebut dinamakan bronchiolus respiratorius.

Ductus AlveolarisBronchiolus respiratorius bercabang menjadi 2-11 saluran yang disebut ductus alveolaris.

29

Page 30: Skenario b Blok 7

Saluran ini dikelilingi oleh alveoli sekitarnya.Saluran ini tampak seperti pipa kecil yang panjang dan bercabang-cabang dengan dinding yang terputus-putus karena penonjolan sepanjang dindingnya sebagai saccus alveolaris. Dinding ductus alveolaris diperkuat dengan adanya serabut kolagen elastis dan otot polos sehingga merupakan penebalan muara saccus alveolaris.

Saccus alveolaris dan AlveolusRuangan yang berada diantara ductus alveolaris dan saccus alveolaris dinamakan atrium. Alveolus merupakan gelembung berbentuk polyhedral yang berdinding tipis.Yang menarik, dindingnya penuh dengan anyaman kapiler darah yang saling beranastomose.Kadang ditemukan lubang yang disebut porus alveolaris dan terdapat sinus pemisah(septa) antara 2 alveoli. Fungsi lubang tersebut belum jelas, namun dapat diduga untuk mengalirkan udara apabila terjadi sumbatan pada salah satu bronchus.

Pelapis AlveolarisEpitel alveolus dengan endotil kapiler darah dipisahkan oleh lamina basalis.Pada dinding alveolus dibedakan atas 2 macam sel:sel epitel gepeng ( squamous pulmonary epitheal atau sel alveolar kecil atau pneumosit tipeI).sel kuboid yang disebut sel septal atau alveolar besar atau pneumosit tipe II.

Sel alveolar kecil membatasi alveolus secara kontinyu, kadang diselingi oleh alveolus yang besar. Inti sel alveolus kecil ini gepeng. Bentuk dan ketebalan sel alveolar kecil tergantung dari derajat perkemangan alveolus dan tegangan sekat antara alveoli.Sel alveolar besar ialah sel yang tampak sebagai dinding alveolus pada pengamatan dengan mikroskop cahaya. Sel ini terletak lebar ke dalam daripada pneumosit typeI.Kompleks golginya sangat besar disertai granular endoplasma reticulu m dengan ribosom bebas.Kadang-kadang tampak bangunan ini terdapat dipermukaan sel seperti gambaran sekresi sel kelenjar. Diduga benda-benda ini merupakan cadangan zat yang berguna untuk menurunkan tegangan permukaan dan mempertahankan bentuk dan besar alveolus.Secret tersebut dinamakan ‘Surfactant’Udara di dalam alveolus dan darah dalam kapiler dipisahkan oleh:Sitoplasma sel epitel alveolus.Membrana basalis epitel alveolus.Membrane basalis yang meliputi endotel kapiler darahSitoplasma endotel kapiler darah.

Fagosit Alveolar, Sel Debu (Dust cell)Hampir pada setiap sediaan paru-paru ditemukan fagosit bebas. Karena mereka mengandung debu maka disebut sel debu. Pada beberapa penyakit jantung sel-sel tersebut mengandung butir-butir hemosiderin hasil fagositosis pigmen eritrosit.

Pembuluh Darah

Sebagian besar pulmo menerima darah dari arteri pulmonalis yang bertripe elastis. Cabang arteri ini masuk melalui hilus pulmonalis dan bercabang-cabang mengikuti percabangan bronchus sejauh bronchioli respiratorius.Dari sini arteri tersebut memberi percabangan menuju ke ductus alveolaris, dan memberi anyaman kapiler di sekeliling alveolus. Venula menampung darah dari anyaman kapiler di pleura dan dinding penyekak alveolus. Vena yang menampung darah dari venula tidak selalu

30

Page 31: Skenario b Blok 7

seiring dengan arterinya, tetapi melalui jaringan pengikat di antara lobulus dan segmen.Pulmonalis dan vena pulmonalis terutama untuk pertukaran gas dalam alveolus. Disamping itu terdapat arteri bronchialis yang lebih kecil, sebagai cabang serta mengikuti bronchus dengan cabang-cabangnya. Arteri ini diperlukan untuk nutrisi dinding bronchus termasuk kelenjar dan jaringan pengikat sampai di bawah pleura.Darah akan kembali sebagian besar melalui vena pulmonalis disamping vena bronchialis. Terdapat anastomosis dengan kapiler dari arteri pulmonalis.

Pembuluh Limfe

Terdapat 2 kelompok besar, sebagian dalam pleura dan sebagian dalam jaringan paru-paru. Terdapat hubungan antara 2 kelompok tersebut dan keduanya mengalirkan limfa ke arah nodus limfatikus yang terdapat di hilus.Pembuluh limfe ada yang mengikuti jaringan pengikat septa interlobularis dan ada pula yang mengikuti percabangan bronchus untuk mencapai hilus.

Pleura

Seperti juga jantung paru-paru terdapat didalam sebuah kantong yang berdinding rangkap, masing-masing disebut pleura visceralis dan pleura parietalis. Kedua pleura ini berhubungan didaerah hilus. Sebelah dalam dilapisi oleh mesotil. Pleura tersebut terdiri atas jaringan pengikat yang banyak mengandung serabut kolagen, elastis, fibroblas dan makrofag. Di dalamnya banyak terdapat anyaman kapiler darah dan pembuluh limfe.

HISTOGENESIS

Perkembangan pulmo terdiri dari 3 fase:

Fase glanduler(12-16 minggu)Mula-mula sebagai tonjolan yang akan menjadi trachea yang kemudian bercabang menjadi 2 sebagai calon bronchus. Tonjolan ini dengan cepat tumbuh memanjang dan mencapai kelompok sel-sel mesenkhim sehingga akhirnya menyerupai kelenjar. Pars conductoria tractus respiratorius telah dilengkapi selama kehidupan intrauterin bersama pula dengan sistem pembuluh darah.

Fase kanalikuler(bulan ke-4-7)Terjadi pertumbuhan cepat sel-sel mesenkim di sekitar percabangan bronchus. Sel-sel tersebut dan serabut jaringan pengikat sangat menonjol disamping anyaman kapiler darah. Pada tingkat ini belum tumbuh alveolus. Kelenjar-kelenjar timbul sebagai tonjolan dinding bronchus.

Fase alveolar(6,5 bulan sampai lahir)Paru-paru kehilangan bentuk kelenjarnya karena sekarang banyak sekali pembuluh darah. Ujung-ujung bronchus yang mengembang akan tumbuh bercabang-cabang hingga terbentuk alveoli.Epitel alveoli menipis sehingga terjadi hubungan yang erat dengan kapiler darah. Sesudah lahir masih terjadi perkembangan pars respiratoria untuk penyempurnaan yang meliputi bronchiolus respiratorius sampai alveoli.

REGENERASI PARU-PARU

31

Page 32: Skenario b Blok 7

Paru-paru mudah sekali terserang penyakit infeksi sehingga menimbulkan kerusakan jaringannya. Dalm proses penyembuhan bagian-bagian yang rusak akan digantikan oleh jaringan pengikat. Jaringan paru-paru sendiri tidak mrngalami regenerasi.

Proses Oksigenasi Proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi di dalam tubuh terdiri at as tiga tahapan, yaitu ventilasi, difusi, dan transportasi.

1. VentilasiProses ini merupakan proscs keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer ke dalem alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:a. Adanya perbedaan twkanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi tempat, maka twkanan udara semakin rendah. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah, maka tempat tekanan udara semakin tinggi.b. Adanya kemampuan toraks dan paru pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi atau kembang kempis.c. Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas berbagai otot polos yang kcrjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf otonom. Terjadinya rangsangan simpatis dapat mc:nycbabkan relaksasi schingga dapat terjadi vasodilatasi, kcmudian kerja saraf parasimpatis dapat mcnycbabkan kontriksi schingga dapat mcnvebabkan vasokontriksi atau proses penyempitan.d. Adanya rcflcks batuk dan muntah.e. Adanva peran mukus siliaris scbagai pcnangkal benda asing yang mengandung interveron dan dapat rnengikat virus. Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah contpliemce recoil. Complience yaitu kemampuan paru untuk mengembang yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu adanya surfaktan pada lapisan alveoli vang berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan dan adanva sisa udara yang menyebabkan tidak terjadinya kolaps dan gangguan toraks. Surfaktan diproduksi saat terjadi peregangan sel alveoli, dan disekresi saat pasien menarik napas, sedangkan recoil adalah kemampuan untuk mengeluarkan CO2 atau kontraksi menyempitnya paru. Apabila contplience baik akan tetapi recoil terganggu maka CO2 tidak dapat di keluar secara maksimal.Pusat pernapasan yaitu medulla oblongata dan pons dapat memengaruhi proses ventilasi, karena CO2 memiliki kemampuan merangsang pusat pernapasan. Peningkatan CO, dalam batas 60 mmHg dapat dengan baik merangsang pusat pernapasan dan bila paCO, kurang dari sama dengan 80 mmHg maka dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan.

2. Difusi GasDifusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru dan CO, di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:a. Luasnya permukaan paru.b. Tebal membran respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan interstisial keduanya ini dapat memengaruhi proses difusi apabila terjadi proses penebalan.c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi O„ hal ini dapat terjadi sebagaimana O, dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O, dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O, da1am darah vena pulmonalis, (masuk dalam darah secara berdifusi) dan paCOJ dalam arteri pulmonalis juga akan berdifusi ke dalam alveoli.d. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Hb.

3. Transportasi Gas

32

Page 33: Skenario b Blok 7

Transportasi gas merupakan proses pendistribusian antara O2 kapile;r ke jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, akan berikatan dengan Hb membentuk Oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%), sedangkan C02 akan berikatan dengan Hb membentuk karbominohemoglobin (30%), dan larut dalam plasma (50%), dan sebagian menjadi HC03 berada pada darah (65%).Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya:a. Kardiak output yang dapat dinilai melalui isi sekuncup dan frekuensi denyut jantung.b. Kondisi pembuluh darah, latihan, dan lain-lain.

Faktor-faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Oksigenasi1. Saraf OtonomikPada rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonom dapat memengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan konstriksi. Hal ini dapat terlihat baik oleh simpatis maupun parasimpatis ketika terjadi rangsangan, ujung saraf dapat mengeluarkan neurotransmiter (untuk simpatis dapat mengeluarkan noradrenalin yang berpengaruh pada bronkodilatasi dan untuk parasimpatis mengeluarkan asetilkolin yang berpengaruh pada bronkokonstriksi) karena pada saluran pernapasan terdapat resoptor adrenergik dan reseptor kolinergik.

2. Hormonal dan ObatSemua hormon termasuk derivat katekolamin dapat, melebarkan saluran pernapasan. Obat yang tergolong parasimpatis dapat melebarkan saluran napas, seperti sulfas atropin, ekstrak Belladona dan obat yang menghambat adrenergik tipe beta (khususnya beta-2) dapat mempersempit saluran napas (bronkokontriksi), seperti obat yang tergolong beta bloker nonselektif.

3. Alergi pada Saluran NapasBaktor yang menimbulkan keadaan alergi, antara lain debu yang terdapat di dalam hawa pernapasan, bulu binatang, serbuk benangsari bunga, kapuk, makanan, dan lain-lain. lni menyebabkan bersin. Apahila ada rangsangan di daerah nasal, batuk apabila di saluran napas bagian atas, dan bronkokontriksi terjadi pada asma bronkial, dan jika terletak saluran napes bagian bawah menyebabkan rhinitis.

4. Faktor PerkembanganTahap perkembangan anak dapat memengaruhi jumlah kebutuhan oksigenasi, mengingat usia organ dalam tubuh seiring dengan usia perkembangan anak. Hal ini dapat terlihat pada bayi usia prematur, yaitu adanya kecenderungannya kurang pembentukan surfaktan. Demikian juga setelah anak tumbuh menjadi dewasa kemampuan kematangan organ seiring dengan bertambahnva usia.

5. Faktor LingkunganKondisi lingkungan dapat memengaruhi kebutuhan oksigen seperti faktor alergi, ketinggian, maupun suhu. Kondisi tersebut memengaruhi kemampuan adaptasi.

6. Faktor PerilakuPerilaku yang dimaksud adalah perilaku dalam mengkonsumsi makanan (status nutrisi), seperti orang obesitas dapat memengaruhi dalam proses pengembangan paru, kemudian perilaku aktivitas yang dapat mempengaruhi proses peningkatan kebutuhan oksigenasi, perilaku merokok dapat menyebabkan proses penyempitan pada pembuluh darah, dan lain-lain.

Gangguan/Masalah Kebutuhan Oksigenasi

33

Page 34: Skenario b Blok 7

1. HipoksiaHipoksia merupakan kondisi tidak tercukupinya pemenuhan kebutuhan oksigen dalam tubuh akibat defisiensi oksigen atau peningkatan penggunaan oksigen di tingkat sel, tanda yang muncul seperti kulit kebiruan (sianosis). Secara umum, terjadinya hipoksia ini disebabkan karena menurunnya kadar Hb menurunnya difusi O, dari alveoli ke dalam darah, menurunnya perfusi jaringan, atau gangguan ventilasi yang dapat menurunkan konsentrasi oksigen.

2. Perubahan Pola Pernapasana. Tachypnea merupakan pernapasan yang memiliki frekuensi melebihi 24 kali per menit. Proses ini terjadi karena paru dalam keadaan atelektaksis atau terjadi emboli.b. Bradypnea merupakan pola pernapasan yang ditandai dengan pola lambat, kurang lebih 10 kali permenit. Pola ini dapat ditemukan dalam keadaan peningkatan tekanan intrakranial yang disertai dengan konsumsi obat-obatan narkotika atau sedatif.c. Hiperventilasi merupakan cara tubuh dalam mengompensasi peningkatan jumlah oksigen dalam paru agar pernapasan lebih cepat dan dalam. Proses ini ditandai dengan adanya peningkatan denyut nadi, napas pendek, adanya nyeri dada, menurunnya konsentrasi CO2 dan lain-lain. Keadaan demikian dapat disebabkan karena adanya infeksi, ketidakseimbangan asam-basa atau gangguan psikologis. Apabila pasien mengalami hiperventilasi dapat menyebabkan hipokapnea, yaitu berkurangnya CO, tubuh di bawah batas normal, sehingga rangsangan terhadap pusat pernapasan menurun.d. Kusmaul merupakan pola pernapasan cepat dan dangkal yang dapat ditemukan pada orang dalam keadaan asidosis metaholik.e. Hipoventilasi merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan karbondioksida dengan cukup yang dilakukan pada saat ventilasi alveolar, serta tidak cukupnya dalam penggunaan oksigen dengan ditandai adanya nyeri kepala, penurunan kesadaran, disorientasi atau ketidakseimbangan eletktrolit yang dapat terjadi akibat atelektasis, otot-otot pernapasan lumpuh, depresi pusat pernapasan, tahanan jalan udara pernapasan meningkat, tahanan jaringan paru dan toraks menurun, compliance paru, dan toraks menurun. Keadaan demikian dapat menyebabkan hiperkapnea yaitu retensi CO2 dalam tubuh sehingga paCO2 meningkat (akibat hipoventilasi) akhirnya menyebabkan depresi susunan saraf pusat.f. Dispnea merupakan perasaan sesak dan berat: saat pernapasan. lial ini dapat disebabkan oleh perubahan kadar gas dalam darah/jaringan, kerja berat/berlebihan, dan pengaruh psikis.g. Orthopnea merupakan keesulitan bernapas kecuali dalam posisi duduk atau berdiri dan pola ini sering, ditemukan pada seseorang yang mengalami kongestif paru.h. Cheyne stokes merupakan siklus pernapasan yang amplitudonya mulamula naik kemudian menurun dan berhenti dan kemudian mulai dari siklus baru.i. Pernapasan paradoksial merupakan pernapasan di mana dinding paru bergerak berlawanan arah dari keadaan normal. Sering ditemukan pada keadaan atelektaksis.j. Biot merupakan pernapasan dengan irama yang mirip dengan cheyne stokes akan tetapi amplitudonya tidak teratur. Pola ini sering dijumpai pada rangsangan selaput otak, tekanan intrakranial yang meningkat, trauma kepala, dan lain-lain.k. Stridor merupakan pernapasan bising yang terjadi karena pe;nyempitan pada saluran pernapasan. Pada umumnya ditemukan pada kasus spasme trakea, atau obstruksi laring.

3. Obstruksi Jalan NapasObstruksi jalan napas merupakan suatu kondisi individu mengalami ancaman pada kondisi pernapasannya terkait dengan ketidakmampuan batuk secara efektif, yang dapat disebabkan oleh sekresi yang kental atau berlebihan akibat penyakit infeksi, imobilisasi, stasis sekresi dan batuk tidak efektif karena penyakit persarafan seperti CV/1 (cerebro vaskular accident), akibat. efek pengobatan sedatif, dan lain-lain.

34

Page 35: Skenario b Blok 7

Tanda Klinis:a. Batuk tidak efektif atau tidak ada.b. Tidak mampu mengeluarkan sekresi di jalan napas.c. Suara napas menunjukkan adanya sumbatan.d. Jumlah, irama, dan kedalaman pernapasan tidak normal.

4. Pertukaran GasPertukaran gas merupakan suatu kondisiindividu mengalami penurunan gas baik oksigen maupun karbon dioksida antara alveoli paru dan sistem vaskular, dapat disebabkan oleh sekresi yang kental atau imobilisasi akibat penyakit sistem saraf, depresi susunan saraf pusat, atau penyakit radang pada paru. '1`erjadinya gangguan pertukaran gas ini menunjukkan penurunan kapasitas difusi Yang antara lain disebabkan oleh menurunnYa luas pcrmukaan difusi, menebalnya membran alveolar kapiler, rasio ventilasi perfusi tidak baik dan dapat menyebabkan pengangkutan Cy, dari paru ke jaringan terganggu, anemia dengan segala macam bentuknya, keracunan CO2„ dan terganggunya aliran darah.

Tanda Klinis:a. Dispnea pada usaha napas.b. Napas dengan bibir pada fase ekspirasi yang panjang.c. Agitasi.d. Lelah, letargi.e. Meningkatnya tahanan vaskular paru.f. Menurunnya saturasi oksigen, meningkatnya paCO2g. Sianosis.FREKUENSI PERNAFASAN

Frekuensi pernapasan adalah intensitas memasukkan atau mengeluarkan udara per menit. Pada umumnya intensitas pernapasan pada manusia berkisar antara 16 - 18 kali.Faktor yang mempengaruhi kecepatan frekuensi pernapasan adalah:UsiaBalita memiliki frekuensi pernapasan lebih cepat dibandingkan manula. Semakin bertambah usia, intensitas pernapasan akan semakin menurunJenis kelamin.Laki-laki memiliki frekuensi pernapasan lebih cepat dibandingkan perempuanSuhu tubuhSemakin tinggi suhu tubuh (demam) maka frekuensi pernapasan akan semakin cepat.Di lingkungan yang panas tubuh mengalami peningkatan metabolisme untuk mempertahankan suhu agar tetap stabil. Untuk itu tubuh harus lebih banyak mengeluarkan keringat agar menurunkan suhu tubuh. Aktivitas ini membutuhkan energi yang dihasilkan dari peristiwa oksidasi dengan menggunakan oksigen sehingga akan dibutuhkan oksigen yang lebih banyak untuk meningkatkan frekwensiPosisi tubuhFrekuensi pernapasan meningkat saat berjalan atau berlari dibandingkan posisi diam. frekuensi pernapasan posisi berdiri lebih cepat dibandingkan posisi duduk. Frekuensi pernapasan posisi tidur terlentar lebih cepat dibandingkan posisi tengkurapAktivitasSemakin tinggi aktivitas, maka frekuensi pernapasan akan semakin cepat

35

Page 36: Skenario b Blok 7

Jadi, bertambahnya umur seseorang mengakibatkan frekuensi respirasi menjadi semakin lambat. Pada usia lanjut, energi yang dibutuhkan lebih sedikit dibandingkan pada saat usia pertumbuhan, sehingga oksigen yang diperlukan relatif lebih sedikit. Pada umumnya, laki-laki lebih banyak membutuhkan energi, sehingga memerlukan oksigen yang lebih banyak. Frekuensi pernapasan laki-laki > perempuan. Pernapasan manusia dapat dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin. Kedua hal tersebut mempengaruhi langsung terhadap tingkat aktivitas manusia. Aktivitas bayi dengan anak-anak jelas berbeda apalagi dengan orang tua. perbedaan aktivitas inilah yang nantinya mempengaruhi cepat tidaknya pernapasan. Memang frekuensi pernafasan manusia itu dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin, namun masih banyak faktor-faktor lain yang lebih dominan mempengaruhi frekuensi pernapasan yaitu.Emosi seseorangPerasaan seseorangKejiwaan seseorang.Energi dan Aura seseorangLatihan dan kebatinan seseorangdll

PEMERIKSAAN FREKUENSI PERNAPASAN

Seseorang dikatakan bernapas bila menghirup oksigen (O2) dan mengeluarkan karbon dioksida (CO2) melalui sistim pernapasan. Bernapas dapat dalam dan dapat pula dangkal. Pernapasan yang dalam akan mempunyai volume udara yang besar, baik pada waktu tarik napas/ inspirasi/ inhalasi atau pada waktu mengeluarkan napas/ ekspirasi/ekshalasi. Sedangkan pada pernapasan dangkal maka volume udara akan mengecil.

Frekuensi napas normal tergantung umur :• Usia baru lahir sekitar 35 – 50 x/menit

• Usia < 2 tahun 25 – 35 x/menit• usia 2-12 tahun 18 – 26 x/menit• dewasa 16 – 20 x/menit.• Takhipnea :Bila pada dewasa pernapasan lebih dari 24 x/menit• Bradipnea : Bila kurang dari 10 x/menit disebut• Apnea : Bila tidak bernapas .

1). Persiapan alat1. Alat pengukur waktu (jam, stopwatch)2. Buku pencatat3. Alat pencatat (pensil, pena)

36

LOKASI INSPIRASI EKSPIRASI

Diafragma Kontraksi(tampak datar)Relaksasi(melengkung keatas)

Tulang iga (costae) bergerak keatas & keluar bergerak kebawah&kedalam

Tulang dada Bergerak keluar Bergerak kedalam

Rongga dada membesar mengecil

Paru-paru mengembang mengempis

Page 37: Skenario b Blok 7

2). Persiapan pasien1. Jelaskan pentingnya pemeriksaan frekuensi napas2. Posisi pasien berbaring, kecuali dalam kondisi tertentu.

3). Cara pemeriksaan1. Tempatkan satu telapak tangan pasien diatas dada2. Rasakan gerakan napas dengan memegang tangan pasien atau dengan melihat gerakan dada/ tangan yang naik turun. Gerakan naik (inhalasi) dan turun (ekshalasi) dihitung 1 frekuensi napas3. Hitung frekuensi napas selama satu menit4. Informasikan hasil pemeriksaan dan catat pada status

HIPOKSIA

Hipoksia yaitu kondisi simtoma kekurangan oksigen pada jaringan tubuh yang terjadi akibat pengaruh perbedaan ketinggian. Pada kasus yang fatal dapat berakibat koma, bahkan sampai dengan kematian. Namun, bila sudah beberapa waktu, tubuh akan segera dan berangsur-angsur kondisi tubuh normal kembali.

Penyebab

Di dalam tubuh manusia terdapat suatu sistem kesetimbangan yang berperan dalam menjaga fungsi fisiologis tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Salah satu proses adaptasi yang dilakukan oleh tubuh manusia adalah beradaptasi terhadap perubahan ketinggian yang tiba-tiba. Jika seseorang yang bertempat tinggal di Jakarta dengan ketinggian 0 km dari permukaan laut (dpl) pergi dengan pesawat terbang ke Mexico City dengan ketinggian 2,3 km dpl, maka setelah tiba di Mexico City akan merasa pusing, mual, atau rasa tidak nyaman lainnya.

Oleh karena itu, kasus Hypoxia ini tidak terjadi pada penduduk setempat yang sudah terbiasa hidup di daerah dataran tinggi tersebut dan bagi pendaki gunung diperlukan pos-pos pemberhentian agar tubuh selalu dapat beradaptasi secara baik terus-menerus.

Kesetimbangan Pengikatan Oksigen oleh HemoglobinKeadaan tersebut dapat dijelaskan berdasarkan sistem reaksi kesetimbangan pengikatan oksigen oleh hemoglobin:

Hb(aq) + O2(aq) ↔ HbO2(aq)

HbO2 merupakan oksihaemoglobin yang berperan dalam membawa oksigen ke seluruh jaringan tubuh termasuk otak. Tetapan kesetimbangan dari reaksi tersebut adalah:

Kc = [HbO2] / [Hb][O2]

Pada ketinggian 3 km, tekanan parsial gas oksigen sekitar 0,14 atm, sedangkan pada permukaan laut tekanan parsial gas oksigen sebesar 0,2 atm.

37

Page 38: Skenario b Blok 7

Kesetimbangan akan bergeser ke kiri

Berdasarkan azas Le-Chatelier, dengan berkurangnya gas oksigen berati kesetimbangan akan bergeser ke kiri, dan berakibat kadar HbO2 di dalam darah menurun. Akibat yang ditimbulkan dari keadaan tersebut, suplai oksigen ke seluruh jaringan akan berkurang. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya rasa mual dan pusing, serta perasaan tidak nyaman pada tubuh.

Kondisi tersebut akan mengakibatkan tubuh berusaha beradaptasi dengan memproduksi hemoglobin sebanyak-banyaknya. Dengan meningkatnya konsentrasi hemoglobin akan menggeser kembali kesetimbangan ke kanan dan HbO2 akan meningkat kembali seperti semula. Penyesuaian ini berlangsung kurang lebih 2-3 minggu.

Dari penelitian, diketahui bahwa kadar hemoglobin rata-rata penduduk yang bertempat tinggal di dataran tinggi akan memiliki hemoglobin lebih tinggi daripada penduduk yang bertempat tinggal di dataran rendah.

SIANOSIS

Sianosis adalah suatu keadaan dimana kulit dan membran mukosa berwarna kebiruan akibat hemoglobin yang tidak mengandung oksigen jumlahnya berlebihan pada pembuluh darah kulit, terutama dalam kapiler. Hemoglobin yang tidak mengandung oksigen memiliki warna biru gelap keunguan yang terlihat melalui kulit. Sianosis biasanya paling terlihat pada bibir , kuku dan telinga.Derajat sianosis ditentukan dari warna dan ketebalan kulit yang terlibat.Penyebab dari penumpukan hemoglobin tereduksi bisa dari peningkatan darah vena akibat dilatasi venula atau saturasi oksigen di dalam darah. Sianosis biasanya muncul ketika kadar hemoglobin tereduksi minimal 5 g/dl pada darah arteri.Namun,tidak semua sianosis berhubungan dengan peningkatan kadar hemoglobin tereduksi .Penyebab lain yang mungkin yaitu adanya pigmen abnormal seperti methemoglobin atau sulfhemoglobin pada eritrosit. Sianosis biasanya tidak diketahui sebelum jumlah absolut Hb tereduksi mencapai 5 gram per 100 ml atau lebih pada seseorang dengan konsentrasi Hb normal (saturasi oksigen [SaO2] kurang dari 90 %). Jumlah normal Hb tereduksi dalam jaringan kapier adalah 2,5 gram per 100 ml. Pada orang dengan konsentrasi Hb yang normal sianosis akan pertama kali terdeteksi pada SaO2.kira-kira 75% dan PaO2 50 mmHg atau kurang.

38

Page 39: Skenario b Blok 7

Beberapa kelainan jantung kongenital yang dapat menyebabkan sianosis yaitu:Koartasio aortaStenosis katup pulmonalAnomali EbsteinSindrim jantung kiri hipoplastikKelainan pada lengkung aortaAtresia pulmonalStenosis pulmonal dengan ASD/VSDTetralogi FallotTGA (transposition of the great vessels)Atresia katup trikuspidTrunkus arteriosus

Penyebab lain dari sianosis selain akibat kelainan katup jantung yaitu:Pajanan terhadap bahan kimiaPenyakit genetik, seperti sindrom Down, trisomi 13, sindrom Turner, sindrom Marfan, sindrom Noonan, dan sindrom Ellis-van CreveldInfeksi selama masa kehamilanPenyakit diabetes tidak terkontrol selama masa kehamilanPenggunaan obat-obatan selama masa kehamilanPenyakit paruAbnormalitas hemoglobinDehidrasiHipoglisemi

Tanda dan GejalaGejala utama dari sianosis adalah warna kebiruan yang dapat terlihat pada kulit atau kelenjar mukosa. Bagian tubuh yang paling sering terlihat berwarna kebiruan adalah bibir, ujung jari, dan kuku. Beberapa pasien anak-anak memiliki gejala dispnea, kebingungan, dan hiperventilasi akibat kekurangan oksigen. Akibat dispnea ini, seringkali anak-anak berjongkok untuk mengurangi kebutuhan oksigen. Pada pasien bayi, biasanya gejala berupa kelelahan saat menyusui dan berat badan sulit naik. Selain itu, nyeri dada juga dapat terjadi.

Terdapat dua tipe sianosis, yaitu :Sianosis sentralPada sianosis jenis ini, terdapat penurunan jumlah saturasi oksigen atau derivat hemoglobin yang abnormal. Biasanya sianosis sentral terdapat pada membran mukosa dan kulit.Adanya penurunan saturasi oksigen merupakan tanda dari penurunan tekanan oksigen dalam darah. Penurunan tersebut dapat diakibatkan oleh penurunan laju oksigen tanpa adanya kompensasi yang cukup dari paru-paru untuk menambah jumlah oksigen tersebut. Beberapa penyebab dari sianosis sentral ini yaitu:Penurunan saturasi oksigen arteriPenurunan tekanan atmosfer, biasanya pada ketinggian 4000 mPenyakit jantung kongenital, seperti TGA dan Tetralogi Fallot. Penyakit kongenital ini biasanya berhubungan dengan kebocoran jantung dan menyebabkan darah vena masuk ke sirkulasi arteri. Pada pasien dengan kebocoran jantung kanan ke kiri, derajat sianosis bergantung pada ukuran kebocoran tersebut. Olahraga dapat meningkatkan derajat sianosis

39

Page 40: Skenario b Blok 7

karena peningkatan kebutuhan oksigen oleh jaringan dan penurunan saturasi oksigen pada pembuluh darah.Fistula arteriovenosus pulmonal yang bersifat kongenital atau didapat, soliter atau multipel. Beratnya sianosis akibat fistula ini bergantung pada ukuran dan jumlahnya. Pasien sirosis dapat menunjukkan tanda sianosis akibat dari fistula ini atau anastomosis vena pulmonal dan vena porta.Polisitemia akibat tingginya kadar hemoglobin tereduksi.Tanda dari sianosis sentral terlihat pada kulit dan membran mukosa yang menjadi kebiruan. Sianosis sentral terdapat pada penyakit jantung kongenital dengan tanda dan gejala lain yang menyertai, seperti dispnea, murmur jantung, sinkop, gagal jantung kongestif, dan lain-lain.2

Sianosis sentral dapat terjadi pada individu yang memiliki kadar hemoglobin normal tetapi memiliki saturasi oksigen yang tinggi. Misalnya, pasien yang memiliki kadar hemoglobin 15 g/dL dapat dikatakan sianosis sentral jika saturasi oksigennya menurun hingga 80%. Sedangkan, pasien yang kadar hemoglobinnya 9 g/dL dapat mengalami sianosis sentral jika saturasi oksigen menurun hingga 63%.

Grafik Sianosis Sentral

Ambang batas sianosis sentral yaitu kadar hemoglobin tereduksi kapiler sebesar 5 g/dL. Grafik ini menggambarkan mengenai hubungan antara saturasi oksigen dan kadar hemoglobin yang dapat menimbulkan sianosis sentral.3

Sianosis periferSianosis ini disebabkan oleh menurunnya kecepatan aliran darah dan ekstrasi oksigen yang berlebih dari darah arteri. Hal tersebut diakibatkan oleh vasokonstriksi kapiler, yang dapat diakibatkan oleh:Penurunan curah jantung. Penurunan curah jantung yang menyebabkan sianosis perifer ini biasanya memiliki riwayat adanya emboli pulmonal, stenosis mitral, infark myokard, atau penyakit jantung lainnya.2

40

Page 41: Skenario b Blok 7

keadaan dinginshokgagal jantung kongestifpenyakit vaskular periferobstruksi arteri atau vena. Adanya obstruksi atau konstriksi arteri pada ekstremitas, seperti yang terdapat pada fenomena Raynaud, menyebabkan kulit pucat, dingin, dan sianosis.1Obstruksi arteri biasanya dikeluhkan pasien sebagai kesemutan, yang biasanya dialami oleh penderita diabetes mellitus. Penyebab lain dari obstruksi arteri yaitu emboli, yang biasanya merupakan akibat dari trombus mural pada stenosis mitral, infark myokard, atau endokarditis infektif.2 Selain itu, obstruksi vena, seperti pada trombophlebitis, menyebabkan dilatasi dari pleksus vena subkapiler dan menyebabkan sianosis.1Obstruksi vena bisa disebabkan oleh varises, trombophlebitis, edema, trauma kaki, atau imobilisasi.2

Penyebab sianosis perifer paling sering yaitu vasokonstriksi normal akibat udara atau air dingin. Vasokonstriksi terjadi sebagai kompensasi dari penurunan curah jantung sehingga darah lebih dialirkan ke organ-organ vital daripada ke kulit. Hal tersebut menyebabkan adanya sianosis pada ekstremitas walaupun saturasi oksigennya baik.Sianosis perifer dapat tidak melibatkan membran mukosa pada mulut atau di bawah lidah.1Biasanya, sianosis perifer terlihat pada bagian tubuh yang terkespos, seperti tangan, telinga, hidung, pipi, dan kaki.

Tanda dan gejala dari sianosis perifer yaitu:2

Hipotensi, takikardi, ekstremitas dingin, penurunan output urin, kebingungan, tanda-tanda shock, merupakan tanda dari penurunan curah jantungFenomena Raynaud, yang merupakan tanda dari beberapa penyakit, seperti skleroderma, SLE, dan krioglobulinemiaPseudocyanosis4

Pseudosianosis merupakan keadaan kulit atau membran mukosa yang berwarna kebiruan, dan tidak berhubungan dengan hipoksemia atau vasokonstriksi perifer. Penyebab pseudosianosis ini berhubungan dengan bahan metal, seperti perak nitrat, perak iodida, atau obat-obatan, seperti fenotiazin, amiodaron, dan klorokuin hidroklorida.Kadar oksigen pada pasien dengan pseudosianosis ini normal, karena itu untuk menegakkan diagnosis kelainan ini, dapat dilakukan pengukuran gas darah pada arteri atau oksimetri pulsasi.

Elektrokardiogram (EKG)Arus listrik yang dihasilkan oleh otot jantung selama depolarisasi dan repolarisasi menyebar

ke dalam jaringan sekitar jantung dan dihantarkan melalui cairan tubuh. Sebagian kecil dari aktivitas listrik ini mencapai permukaan tubuh, tempat aktivitas tersebut dapat dideteksi dengan menggunakan elektroda perekam. Rekaman yang dihasilkan adalah suatu elektrokardiogram atau EKG

Ingatlah tiga hal penting dalam mempertimbangkan apa yang dipresentasikan oleh EKG.EKG adalah rekaman dari sebagian aktivitas listrik yang diinduksi di cairan tubuh oleh impuls jantung yang mencapai permukaan tubuh, bukan rekaman langsung aktivitas listrik jantung yang sebenarnya.EKG adalah rekaman kompleks yang mencerminkan penyebaan keseluruhan aktivitas di seluruh jantung sewaktu depolarisasi dan repolarisasi. EKG bukan rekaman satu potensial aksi di sebuah sel pada suatu saat. Rekaman di setiap saat mencerminkan jumlah aktivitas listrik di semua sel otot jantung, yang sebagian mungkin mengalami potensial aksi sementara yang lain mungkin belum diaktifkan.

41

Page 42: Skenario b Blok 7

Rekaman mencerminkan perbandingan dalam voltase yang terdeteksi oleh elektroda-elektroda di dua titik berbeda di permukaan tubuh, bukan potensial aksi sebenarnya.

Pola pasti aktivitas listrik yang direkam dari permukaan tubuh bergantung pada orientasi elektroda perekam. Eletroda dapat secara kasar dianggap sebagai mata yang melihat aktivitas listrik dan menerjemahkannya menjadi rekaman yang dapat dilihat, rekaman EKG. Apakah yang terekam adalah defleksi kebawah atau keatas bergantung pada baiaman elektroda diorientasikan dalam kaitannya dengan aliran arus jantung. Untuk mencapai perbandingan yang baku, rekaman EKG secara rutin terdiri dari 12 sistem elektroda konvesional atau sadapan. Ketika suatu mesin elektrokardiograf dihubungkan antara elektroda-elektroda perekam di dua titik di tubuh maka susunan spesifik dari masing-masing pasangan koneksi disebut sadapan. Terdapat 12 sadapan berbeda yang masing-masing merekam aktivitas listrik di jantung dari lokasi yang berbeda-beda – enam sadapan dari ekstremitas dan enam sadapan dada di berbagai tempat di sekitar jantung. Untuk menghasilkan gambaran dasar untuk perbandingan dan untuk mengenali penyimpangan dari normal, ke-12 sadapan tersebut digunakan secara rutin dalam semua perekaman EKG.

Berbagai Bagian dari Rekaman EKG Dapat Dikaitkan dengan Proses Spesifik di JantungInterpretasi konfigurasi gelombang yang terekam dari masing-masing sadapan bergantung

pada pengetahuan tentang rangkaian penyebaran oksitasi di jantung dan posisi jantung relative terhadap letak elektroda. EKG normal memiliki tiga bentuk gelombang yang jelas gelombang P, kompleks QRS, dan gelombang T.Gelombang P mencerminkan depolarisasi atriumKompleks QRS mencerminkan depolarisasi ventrikelGelombang T mencerminkan repolarisasi ventrikelKarena gelombang pergeseran depolarisasi dan repolarisasi ini masing-masing menyebabkan kontraksi dan relaksasi jantung maka proses siklis mekanis jantung berlangsung sedikit lebih belakang dari perubahan ritmis aktivitas listrik. Hal-hal berikut tentang rekaman EKG juga perlu dicatat:Lepas muatan nodus SA tidak menghasilkan aktivitas listrik yang cukup besar untuk mencapai permukaan tubuh sehingga tidak terekam adanya gelombang pada depolarisasi nodus SA. Karena itu, gelombang yang pertama kali terekam, gelombang P, terjadi ketika impuls atau gelombang depolarisasi menyebar ke seluruh atrium. Pada EKG normal, tidak terlihat gelombang terpisah untuk repolarisasi atrium. Aktivitas listrik yang berkaitan dengan repolarisasi atrium normalnya terjadi bersamaan dengan depolarisasi ventrikel dan ditandai oleh kompleks QRS.Gelombang P jauh lebih kecil daripada kompleks QRS karena atrium memiliki massa otot yang jauh lebih kecil daripada ventrikel dan karenanya menghasilkan aktivitas listrik yang lebih kecil.Di tiga titik waktu berikut tidak terdapat aliran arus netto di otot jantung sehingga EKG tetap berada di garis basal:Sewaktu jeda/penundaan di nodus AV. Jeda ini tercermin oleh interval waktu antara akhir P dan awal QRS; segmen EKG ini dikenal sebagai segmen PR. Arus mengalir melalui nodus AV, tetapi kekuatannya terlalu kecil untuk dideteksi oleh elektroda EKG.Ketika ventrikel terdepolarisasi sempurna dan sel-sel kontraktil mengalami fase datar potensial aksi sebelum mengalami repolarisasi, diwakili oleh segmen ST.Ketika otot jantung mengalami repolarisasi sempurna dan beristirahat dan ventrikel sedang terisi, setelah gelombang T dan sebelum gelombang P berikutnya. Periode ini disebut interval TP.

42

Page 43: Skenario b Blok 7

KESIMPULAN

Ir. Cek Nang mengalami hipoksia akibat berada di tempat ketinggian. Perubahan lingkungan (suhu yang dingin) tekanan barometric pun turun sehingga menyebabkan tekanan oksigen turun. Hal ini yang menyebabkan hipoksia sehinggga terjadi iskemik otot, vasodilatasi arteri intrakranial, cairan serebrospinal meningkat, dan tekanan intrakranial meningkat, yang mengakibatkan sakit kepala dan pusing pada Ir. Cek Nang. Hipoksia juga mengakibatkan gangguan keseimbangan sehingga Ir. Cek Nang terasa melayang.Turunnya tekananan oksigen merangsang kemoreseptor arteri yang menyebabkan hiperventilasi kemudian terjadi tachypnea, sehingga karbon dioksida banyak dikeluarkan, akibatnya PCO2 turun dan terjadi hipocapne, kemudian pH pun naik (alkalosis repiratorik), dan terjadi inhibisi pusat pernapasan untuk melawan efek turunnya PO2. Hal ini merangsang sekresi H+ oleh Renal menurun dan ekresi HCO3

- menaik, sehingga pH normal yang mengakibatkan hiperventilasi meningkat.Ir. Cek Nang tidak mengalami penyakit jantung atau paru-paru melainkan hanya tidak terbiasa pada ketinggian.

43

Page 44: Skenario b Blok 7

DAFTAR PUSTAKA

Aaronson PI, Ward J. PT. At a Glance Sistem Kardiovaskular: Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Kardiovaskular. 3th ed. Jakarta: EGC, 2010. P.68.-patient is subject, not object-

Cox PM, Schwarz. Cyanosis. Dalam: Friedman HH, editor. Problem-Oriented Medical Diagnosis. Ed ke-7. Philadelphia: Lippincott; 2001; h.146-148.

Dennis O’Neil. 2011. Human Biological Adaptability Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, et al. Harrison’s

Principles of Internal Medicine. Ed ke-17. Philadelphia: McGraw-Hill; 2008. file PDF: Biokimia Pernafasan (https://docs.google.com) file PDF: Cermin Dunia Kedokteran “Kesehatan Lingkungan”

(https://docs.google.com)http://www.scribd.com/doc/69100758/HIPOKSIA Guyton, Arthur C.; Hall, John E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11.

Jakarta:EGC. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi Dasar Teks & Atlas. 10th ed. Jakarta: EGC; 2007. p.

335-54. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 31. 2010. Jakarta : EGC. Kuehnel. Color Atlas of Cytology, Histology, and Microscopic Anatomy. 4th ed Stuttgart:

Thieme; 2003. p. 340-51. Kumar, Abbas, Fausto, Mitchell. Robbins Basic Pathology: The Heart.8th ed. Philadelphia:

Saunders Elsevier, 2007. P. 381, 487. Mader, Sylvia S. 2004. Understanding Human Anatomy&Physiology Fifth edition. The Mc

Graw Hill Company. Martin L. Cyanosis [internet]. 2011 [diperbarui 2 April 2009]. Diambil

darihttp://emedicine.medscape.com/article/303533-overview#aw2aab6b3. 2 Morgan WC, Hodge HL. American Family Physician. Diunduh dari

http://www.aafp.org/afp/ 980215 ap /morgan.html.. Mukerji V. Dyspnea. Clinical Methods: The History, Physical, and Laboratory

Examinations. 3rd ed. Boston: Butterworth Publishers,1990. P. 78-80. Putz R,. Pabst R. 2006. Atlas Anatomi Sobotta edisi 22. Jakarta. EGC Richard S. Snell. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6.Jakarta :

EGC. Thompson, Juni, dkk. Mosby. Klinis Keperawatan. 4th ed. St Louis: Mosby, 1997. Weinrauch LA, Zieve D. Cyanotic Heart Disease [internet]. 2011 [diperbarui 12 Oktober

2009; Diambil darihttp://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001104.htm.

44