Se Polio Fix

14

Transcript of Se Polio Fix

Page 1: Se Polio Fix
Page 2: Se Polio Fix

Setiap instansi kesehatan pemerintah, instansi kesehatan propinsi,

instansi kesehatan kabupaten/kota dan lembaga kesehatan masyarakat dan

swasta wajib menyelenggarakan surveilans epidemiologi, baik secara

fungsional atau structural. Begitu halnya dengan pelaksanaan surveilans polio

ini. Pelaksanaan surveilans polio dilakukan oleh UPT Surveilans Dinas

Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah pada tahun 2009.

Kegiatan surveilans epidemiologi polio di provinsi sulawesi tengah ini

merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara terus menerus dan sistematis

oleh Dinas kesehatan provinsi sulawesi tengah dengan mekanisme kerja

sebagai berikut:

a. Identifikasi kasus dan masalah kesehatan serta informasi terkait

lainnya

Kegiatan surveilans epidemiologi secara aktif terhadap kasus-kasus

Acute Flaccid Paralysis (AFP) kelompok umur < 15 tahun hingga dalam

kurun waktu tertentu, untuk mencari kemungkinan adanya virus Polio liar

yang berkembang di masyarakat.

b. Perekaman, pelaporan, dan pengolahan data

Pengumpulan data dilakukan di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah.

Sasaran penyelidikan adalah kelompok umur <15 tahun. Pemeriksaan

kasus dilakukan dengan pemeriksaan specimen tinja dari kasus AFP yang

dijumpai untuk mengetahui ada tidaknya virus polio liar yang menyerang

masyarkat. Jadi, kategori data yang dikumpulkan adalah data primer

karena diperoleh dari observasi dan melakukan wawancara.

A.Pengorganisasian

B.Mekanisme Kerja

Page 3: Se Polio Fix

c. Analisis dan interpretasi data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan komputer, untuk

analisis deskriptif disajikan dalam bentuk narasi, tabel.

d. Studi epidemiologi

Dikenal dengan nama ”lumpuh layuh” dan diproyeksikan sebagai

indikator keberhasilan program eradikasi (penghapusan) polio. Target

angka penderita AFP dicapai secara nasional pada tahun 2010 adalah 2 per

100.000 anak usia di bawah 15 tahun. Di Sulawesi Tengah Pada tahun

2009, ditemukan 14 penderita AFP yang berarti 1,92 per 100.000 anak usia

di bawah 15 tahun. Angka ini sedikit lebih rendah dari target nasional pada

tahun 2010.

e. Penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkannya

Penyebaran informasi kepada Kementrian Kesehatan berupa Profil

Surveilan Epidemiologi satu kali per tahun. Sedangkan, penyebaran

informasi kepada masyarakat luas melalui pelayanan data facility base

secara gratis.

f. Membuat rekomendasi dan alternatif tindaklanjut

Upaya yang dilakukan melalui gerakan Pekan Imunisasi Nasional

(PIN) sebagai wujud dari komitmen Internasional dalam pembasmian

penyakit polio di Indonesia.

g. Umpan balik.

Tidak ada.

Page 4: Se Polio Fix

Laporan surveilans polio ini termasuk dalam laporan masalah PD3I

(Penyakit dapat dicegah dengan imunisasi) yang berarti surveilans ini termasuk

ke dalam Surveilan Epidemiologi Penyakit Menular.

Surveilans polio berdasarkan jenis penyelengaaraanya, yaitu sebagai

berikut:

• Penyelenggaraan berdasarkan metode pelaksanaan termasuk

surveilans epidemiologi rutin terpadu karena surveilans ini dilakukan

secara rutin setiap tahun.

• Penyelenggaraan Berdasarkan Aktifitas Pengumpulan adalah

surveilans aktif. Termasuk surveilans aktif karena diperoleh dari data

yang berasal dari sarana pelayanan kesehatan (facility based data) yang

diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan.

• Penyelenggaraan Berdasarkan Pola Pelaksanaan, termasuk dalam Pola

selain kedaruratan karena kegiatan surveilans mengacu pada ketentuan

yang berlaku untuk keadaan diluar KLB dan atau wabah.

• Penyelenggaraan Berdasarkan Kualitas Pemeriksanaan dengan bukti

klinis dan Laboratorium, yaitu dengan mencari kemungkinan adanya

virus Polio liar yang berkembang di masyarakat dengan pemeriksaan

spesimen tinja dari kasus AFP yang dijumpai. Setiap kasus AFP yang

ditemukan dalam kegiatan surveilans, akan dilakukan pemeriksaan

spesimen tinja untuk mengetahui ada tidaknya virus Polio Liar yang

menyerang masyarakat.

C.Sasaran Penyelenggaraan

D.Jenis Penyelenggaraan

Page 5: Se Polio Fix

1. Tujuan yang jelas dan dapat diukur

Penemuan penderita secara dini yang ditindaklanjuti dengan

penanganan secara cepat melalui pengobatan penderita.

2. Unit surveilans epidemiologi

Kelompok kerja pada unit surveilan adalah dr. Muhammad Saleh

Amin, MM, Bertin Ayu Wandira, SKM., M.Kes, Chandra, SE., MPH,

Devi Jhony Christiawan, SKM, Neltje Podungge, SKM, Sri Arwati, SKM,

Martha R. Andilolo

3. Konsep surveilans epidemiologi

Pengumpulan data dilakukan di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah.

Sasaran penyelidikan adalah kelompok umur <15 tahun. Pemeriksaan

kasus dilakukan dengan pemeriksaan specimen tinja dari kasus AFP yang

dijumpai untuk mengetahui ada tidaknya virus polio liar yang menyerang

masyarkat. Jadi, kategori data yang dikumpulkan adalah data primer

karena diperoleh dari observasi dan melakukan wawancara.

4. Dukungan advokasi, peraturan perundang-undangan, sarana dan

anggaran

Legitimasi dari peraturan pemerintah berupa Surat Keputusan

Menteri Kesehatan Nomor 374/MENKES/V/2009 yang menyebutkan

bahwa keberhasilan manajemen kesehatan sangat ditentukan antara lain

oleh tersedianya data dan informasi kesehatan, dukungan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi kesehatan, dukungan hokum kesehatan serta

administrasi kesehatan.

E. Komponen Sistem

Page 6: Se Polio Fix

Untuk sarana yang digunakan tidak ditemukan dalam data. Namun

standar yang harus dipenuhi dalam penyelenggaraan surveilan adalah

sebagai berikut:

a. Jaringan elektromedia

b. Komputer dan perlengkapannya

c. Komunikasi (telepon, faksimili, SSB dan telekomunikasi lainnya)

d. Referensi surveilans epidemiologi, penelitian dan kajian kesehatan

e. Pedoman pelaksanaan surveilans epidemiologi dan program aplikasi

komputer

f. Peralatan pelaksanaan surveilans

g. Sarana transportasi

5. Pelaksanaan mekanisme kerja surveilans epidemiologi

Kegiatan dimulai dengan mengidentifikasi kasus. Identifikasi kasus

dilaksanakan dengan menyelenggarakan surveilan epidemiologi secara

efektif terhadap kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP) kelompok umur < 15

tahun hingga dalam kurun waktu tertentu, untuk mencari kemungkinan

adanya virus Polio liar yang berkembang di masyarakat.

Pengumpulan data dilakukan di wilayah propinsi Sulawesi Selatan.

Analisis data dilakukan menggunakan computer dan disajikan dalam

bentuk narasi dan tabel. Penyebaran informasi kepada Kementrian

Kesehatan berupa Profil Surveilan Epidemiologi satu kali per tahun.

Sedangkan, penyebaran informasi kepada masyarakat luas melalui

pelayanan data facility base secara gratis.

6. Jejaring surveilans epidemiologi

UPT Surveilan Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah bekerja sama

unit-unit kerja di lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi maupun

Kabupaten/Kota serta dari berbagai sumber lainnya di luar Dinas

Kesehatan seperti : BPS, Bappeda, BKKBN, dan lain-lain.

Page 7: Se Polio Fix

7. Indikator kinerja

Berikut ini indikator tingkat propinsi dalam penyelenggaraan

sistem surveilan epidemiologi berdasarkan input, proses dan output:

Input

o 1 paket jaringan elektromedia

o 1 paket alat komunikasi (telepon, faksimili, SSB dan

telekomunikasi lainnya)

o 1 paket kepustakaan

o 1 paket pedoman pelaksanaan surveilans epidemiologi dan

program aplikasi komputer

o 4 paket peralatan pelaksanaan surveilans epidemiologi

o 1 roda empat, 1 roda dua

Proses

o Kelengkapan laporan unit pelapor dan sumber data awal sebesar

80 % atau lebih

o Ketepatan laporan unit pelapor dan sumber data awal sebesar 80

% atau lebih

o Penerbitan buletin kajian epidemiologi sebesar 12 kali atau lebih

setahun

o Umpanbalik sebesar 80 % atau lebih

Output, berupa Profil Surveilans Epidemiologi Propinsi sebesar 1 kali

setahun.

ISI

1. Sumber Daya Manusia

G.Sumber Daya

F. Peran Unit Surveilans

Page 8: Se Polio Fix

Sumber daya manusia, dengan rincian sebagai berikut:

Pelaksana : Kepala UPT Surveilans, Data dan Informasi

Tim Penyusun : - dr. Muhammad Saleh Amin, MM

- Bertin Ayu Wandira, SKM., M.Kes

- Chandra, SE., MPH - Devi Jhony Christiawan, SKM - Neltje Podungge, SKM - Sri Arwati, SKM - Martha R. Andilolo

Tim penyusun yang dimaksud disini merupakan tim penyusun

profil kesehatan provinsi sulawesi tengah (laporan surveilans diambil dari

profil kesehatan sulawesi tengah), sedangkan untuk sumber daya yang

melakukan surveilans tidak dijelaskan, hanya dicantumkan bahwa

pelaksannya yaitu kepala UPT Surveilans data dan informasi.

2. Sarana

Sarana yang dibutuhkan dalam surveilans polio ini tidak dijelaskan.

Namun bila seharusnya sarana yang dibutuhkan dalam surveilans polio

yaitu :

a. Jaringan elektromedia

b. Komputer dan perlengkapannya

c. Komunikasi (telepon, faksimili, SSB dan telekomunikasi lainnya)

d. Referensi surveilans epidemiologi, penelitian dan kajian kesehatan

e. Pedoman pelaksanaan surveilans epidemiologi dan program aplikasi

komputer

f. Peralatan pelaksanaan surveilans

g. Sarana transportasi

3. Pembiayaan

Sumber pembiayaan kegiatan sueveilans polio ini tidak dijelaskan

namun secara umum dalam profil dinas kesehatan sulawesi tengah

dijelaskan bahwa dalam melaksanakan upaya pembangunan kesehatan

Page 9: Se Polio Fix

diperlukan pembiayaan, baik yang bersumber dari pemerintah, maupun

masyarakat termasuk swasta. Pembiayaan kesehatan yang bersumber dari

pemerintah terdiri atas (1) APBD Kesehatan meliputi APBD Propinsi dan

APBD Kabupaten/Kota, (2) APBN Kesehatan meliputi APBN Provinsi dan

Kabupaten/Kota termasuk pinjaman hutang luar negeri (Hibah) DAK dan

Dana Tugas Pembantuan).

Pada tahun 2009 total anggaran kesehatan untuk Dinas Kesehatan

Provinsi Sulawesi Tengah Rp. 164.220.501.388,- atau meningkat sebesar

92.61% dari anggaran tahun 2008. Rincian Anggaran tersebut adalah

sebagai berikut, untuk Dana APBD Provinsi sebesar Rp.33.150.143.850,-

Dana APBN (Dekonsentrasi, Tugas Pembantuan dan Dana Alokasi Khusus

(DAK) Rp.128.882.608.559,- dan Dana Hibah sebesar Rp. 2.187.748.979.-.

Untuk data anggaran APBD Kabupaten / Kota sesuai data yang ada sebesar

Rp. 333.689.064.830,-. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dihitung

anggaran kesehatan perkapita pada tahun 2009 dengan membandingkan

jumlah penduduk dengan total anggaran kesehatan pada tahun 2009 adalah

Rp.200.749,- Dari jumlah penduduk Sulawesi Tengah pada tahun 2009

sebesar 2.480.264 jiwa dan anggaran kesehatan pada tahun 2009 sebesar

Rp.497.909.566.218.- Persentase realisasi APBD Kabupaten/Kota tidak

dapat disajikan karena tidak semua Kabupaten/Kota menyampaikan

datanya.

Page 10: Se Polio Fix

Berikut ini indikator tingkat propinsi dalam penyelenggaraan sistem

surveilan epidemiologi berdasarkan input, proses dan output:

Input

o 1 paket jaringan elektromedia

o 1 paket alat komunikasi (telepon, faksimili, SSB dan telekomunikasi

lainnya)

o 1 paket kepustakaan

o 1 paket pedoman pelaksanaan surveilans epidemiologi dan program

aplikasi komputer

o 4 paket peralatan pelaksanaan surveilans epidemiologi

o 1 roda empat, 1 roda dua

Proses

o Kelengkapan laporan unit pelapor dan sumber data awal sebesar 80 % atau

lebih

o Ketepatan laporan unit pelapor dan sumber data awal sebesar 80 % atau

lebih

o Penerbitan buletin kajian epidemiologi sebesar 12 kali atau lebih setahun

H.Indikator

Page 11: Se Polio Fix

o Umpanbalik sebesar 80 % atau lebih

Output, berupa Profil Surveilans Epidemiologi Propinsi sebesar 1 kali setahun.