Askep Polio (Group)

23
ASUHAN KEPERAWATAN POLIO Tugas Untuk Memenuhi Mata Kuliah Tropical Disease 1. FAHMI ARIS 8. ROSMINY 2. FITRI AYU SANTRI 9. SAMSINAR 3. IRMAN 10. SARLINCE 4. IRNAYANTI 11. SITI AMINAH 5. JUNIATIN LESTARI 12. SRI WAHYUNINGSIH 6. JUSAK S. PURNAMA 13. SULSIANA KIDO 7. PETRUS R. RAMBA E5 KEPERAWATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

description

Askep Polio (Group)

Transcript of Askep Polio (Group)

Page 1: Askep Polio (Group)

ASUHAN KEPERAWATAN POLIO

Tugas Untuk Memenuhi Mata KuliahTropical Disease

1. FAHMI ARIS 8. ROSMINY

2. FITRI AYU SANTRI 9. SAMSINAR

3. IRMAN 10. SARLINCE

4. IRNAYANTI 11. SITI AMINAH

5. JUNIATIN LESTARI 12. SRI WAHYUNINGSIH

6. JUSAK S. PURNAMA 13. SULSIANA KIDO

7. PETRUS R. RAMBA

E5 KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

MANDALA WALUYA

KENDARI

2014

KATA PENGANTAR

Page 2: Askep Polio (Group)

Puji syukur Tim Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga Tim Penulis dapat menyelesaikan makalah Asuhan

Keperawatan ini tepat pada waktunya. Makalah Asuhan keperaawatan ini merupakan salah

satu tugas mata kuliah Tropical Disease yang diberikan oleh Dosen pengajar Ibu Sri

Wulandari, S.Kep., Ns. Dalam makalah ini Tim Penulis membahas tentang “Asuhan

Keperawatan Polio”.

Dalam pembuatan makalah ini, Tim Penulis menyadari adanya berbagai kekurangan,

baik dalam isi materi maupun penyusunan kalimat.Namun demikian, perbaikan merupakan

hal yang berlanjut sehingga kritik dan saran untuk penyempurnaan makalah ini sangat Tim

Penulis harapkan.

Akhirnya Tim Penulis menyampaikan terima kasih kepada teman-teman yang telah

membantu dalam menyelesaikan makalah ini, sekalian yang telah membaca dan mempelajari

makalah ini.Tim Penulis tak lupa juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengajar

yang telah memberikan tugas ini sehingga menjadi khazanah ilmu pengetahuan bagi Tim

Penulis dan pembaca makalah Asuhan Keperawatan ini.

Kendari, Juli 2014

Tim Penulis

DAFTAR ISI

Page 3: Askep Polio (Group)

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

KATA PENGANTAR ............................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................. 1

C. Tujuan Penulisan................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................... 3

A. Konsep Medik Polio.............................................................. 3

I. Definisi Polio................................................................... 3

II. Klasifikasi Polio............................................................... 3

III. Etiologi Polio................................................................... 5

IV. Patofisiologi Polio........................................................... 5

V. Manifestasi Klinis Polio.................................................. 6

VI. Penatalaksanaan Medis Polio.......................................... 8

B. Konsep Asuhan Keperawatan Polio ..................................... 9

I. Pengkajian ....................................................................... 9

II. Diagnosa Keperawatan.................................................... 11

III. Intervensi Keperawatan................................................... 12

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN................................................... 19

A. Kesimpulan ........................................................................... 19

B. Saran............................................................................................ 19

DAFTAR RUJUKAN

BAB I

Page 4: Askep Polio (Group)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Polio (kependekan dari poliomyelitis) adalah penyakit yang dapat merusak sistem

saraf dan menyebabkan paralysis. Polio adalah penyakit yang sangat menular yang

disebabkan oleh virus. Polio dapat menyebabkan kelumpuhan total dalam hitungan jam.

Virus ini memasuki tubuh melalui mulut dan berkembang biak dalam usus. Gejala awal

adalah demam, kelelahan, sakit kepala, muntah, kekakuan pada leher dan nyeri pada

anggota badan. Satu dari 200 infeksi menyebabkan kelumpuhan ireversibel (biasanya di

kaki). Di antara mereka yang lumpuh, 5% sampai 10% meninggal ketika otot pernapasan

mereka lumpuh.

Di Indonesia banyak dijumpai penyakit polio terlebih pada anak-anak hal ini

disebabkan oleh asupan gizi yang kurang. Disamping asupan gizi juga dapat dipengaruhi

oleh faktor keturunan dari orang tua, apalagi dengan kondisi di negeri ini yang masih

banyak dijumpai keluarga kurang mampu sehingga kebutuhan gizi anaknya kurang

mendapat perhatian.

Peran serta pemerintah disini sangat diharapkan untuk membantu dalam menangi

masalah gizi buruk yang masih banyak ditemui khususnya di daerah terpencil atau yang

jauh dari fasilitas pemerintah, sehingga sulit terjangkau oleh masyarakat pinggiran.Kalau

hal ini tidak mendapat perhatian, maka akan lebih banyak lagi anak-anak Indonesia yang

menderita penyakit polio.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam

makalah ini adalah :

1. Apa etiologi terjadinya Polio ?

2. Ada berapa jenis Polio ?

3. Bagaimana patofisiologi dari Polio ?

4. Apa saja manifestasi klinis bagi penderita Polio ?

5. Pemeriksaan apa saja yang dapat menunjang bagi penentuan diagnosa medis Polio ?

6. Bagaimana tindakan penatalaksanaan medis pada penderita Polio ?

7. Bagaimana proses Asuhan Keperawatan pada penderita Polio ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui etiologi terjadinya Polio

2. Untuk mengetahui jenis-jenis Polio

Page 5: Askep Polio (Group)

3. Untuk mengetahui patofisiologi dari Polio

4. Untuk mengetahui manifestasi klinis bagi penderita Polio

5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang bagi penentuan diagnosa medis Polio

6. Untuk mengetahui tindakan penatalaksanaan medis pada penderita Polio

7. Untuk mengetahui proses Asuhan Keperawatan pada penderita Polio

BAB II

Page 6: Askep Polio (Group)

PEMBAHASAN

A. Konsep Medik Polio

I. Definisi Polio

Polio, kependekan dari poliomyelitis, adalah penyakit yang dapat merusak

sistem saraf dan menyebabkan paralysis. Penyakit ini paling sering terjadi pada anak-

anak di bawah umur 2 tahun. Infeksi virus ini mulai timbul seperti demam yang

disertai panas, muntah dan sakit otot. Kadang-kadang hanya satu atau beberapa tanda

tersebut, namun sering kali sebagian tubuh menjadi lemah dan lumpuh

(paralisis).Kelumpuhan ini paling sering terjadi pada salah satu atau kedua kaki.

Lambat laun, anggota gerak yang lumpuh ini menjadi kecil dan tidak tumbuh secepat

anggota gerak yang lain.

Polio (Poliomielitis) adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus

polio dengan predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan

inti motorik batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut akan

terjadi kelumpuhan serta atropi otot.

Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralysis atau lumpuh yang disebabkan

oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV),

masuk ketubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki

aliran darah dan mengalir kesistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan

kadang kelumpuhan (paralysis).

II. Klasifikasi Polio

1. Polio non-paralisis

Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu, dan sensitif.

Terjadi kram otot pada leher dan punggung. Otot terasa lembek jika disentuh.

2. Polio Paralisis Kurang dari 1% orang yang terinfeksi virus polio berkembang

menjadi polio paralisis atau menderita kelumpuhan. Polio paralisis dimulai dengan

demam. Lima sampai tujuh hari berikutnya akan muncul gejala dan tanda-tanda

lain, seperti : sakit kepala, kram otot leher dan punggung, sembelit/konstipasi,

sensitif terhadap rasa raba.

Polio paralisis dikelompokkan sesuai dengan lokasi terinfeksinya, yaitu:

1) Polio Spinal

Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel

tanduk anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot

tungkai. Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen,

Page 7: Askep Polio (Group)

kurang dari satu penderita dari 200 penderita akan mengalami kelumpuhan.

Kelumpuhan paling sering ditemukan terjadi pada kaki. Setelah poliovirus

menyerang usus, virus ini akan diserap oleh kapiler darah pada dinding usus

dan diangkut ke seluruh tubuh. Poliovirus menyerang saraf tulang belakang

dan motorneuron yang mengontrol gerak fisik.Pada periode inilah muncul

gejala seperti flu. Namun, pada penderita yang tidak memiliki kekebalan atau

belum divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang seluruh bagian batang

saraf tulang belakang dan batang otak. Infeksi ini akan mempengaruhi sistem

saraf pusat dan menyebar sepanjang serabut saraf. Seiring dengan

berkembangbiaknya virus dalam sistem saraf pusat, virus akan menghancurkan

motorneuron. Motorneuron tidak memiliki kemampuan regenerasi dan otot

yang berhubungan dengannya tidak akan bereaksi terhadap perintah dari

sistem saraf pusat. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi

lemas.Kondisi ini disebut acute flaccid paralysis (AFP).Infeksi parah pada

sistem saraf pusat dapat menyebabkan kelumpuhan pada batang tubuh dan otot

pada dada dan perut, disebut quadriplegia. Anak-anak dibawah umur 5 tahun

biasanya akan menderita kelumpuhan 1 tungkai, sedangkan jika terkena orang

dewasa, lebih sering kelumpuhan terjadi pada kedua lengan dan tungkai.

2) Polio Bulbar

Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang

otak ikut terserang. Batang otak mengandung motorneuron yang mengatur

pernapasan dan saraf otak, yang mengirim sinyal ke berbagai otot yang

mengontrol pergerakan bola mata; saraf trigeminal dan saraf muka yang

berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka; saraf auditori

yang mengatur pendengaran; saraf glossofaringeal yang membantu proses

menelan dan berbagai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan

saraf yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan

yang mengatur pergerakan leher. Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar

dapat menyebabkan kematian. Lima hingga sepuluh persen penderita yang

menderita polio bulbar akan meninggal ketika otot pernapasan mereka tidak

dapat bekerja. Kematian biasanya terjadi setelah terjadi kerusakan pada saraf

otak yang bertugas mengirim ‘perintah bernapas’ ke paru-paru.Penderita juga

dapat meninggal karena kerusakan pada fungsi penelanan; korban dapat

‘tenggelam’ dalam sekresinya sendiri kecuali dilakukan penyedotan atau diberi

Page 8: Askep Polio (Group)

perlakuan trakeostomi untuk menyedot cairan yang disekresikan sebelum

masuk ke dalam paru-paru. Namun trakesotomi juga sulit dilakukan apabila

penderita telah menggunakan ‘paru-paru besi’ (iron lung). Alat ini membantu

paru-paru yang lemah dengan cara menambah dan mengurangi tekanan udara

di dalam tabung. Kalau tekanan udara ditambah, paru-paru akan mengempis,

kalau tekanan udara dikurangi, paru-paru akan mengembang. Dengan

demikian udara terpompa keluar masuk paru-paru.Infeksi yang jauh lebih

parah pada otak dapat menyebabkan koma dan kematian.Tingkat kematian

karena polio bulbar.

III. Etiologi polio

Agen pembawa penyakit polio adalah sebuah virus yang dinamakan poliovirus

(PV), masuk ke tubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus dan menyebar ke

sistem saraf yang dibawa melalui aliran darah.

IV. Patofisiologi polio

Virus hanya menyerang sel-sel dan daerah susunan syaraf tertentu. Tidak semua

neuron yang terkena mengalami kerusakan yang sama dan bila ringan sekali dapat

terjadi penyembuhan fungsi neuron dalam 3-4 minggu sesudah timbul gejala. Daerah

yang biasanya terkena polio ialah :

1. Medula spinalis terutama kornu anterior

2. Batang otak pada nucleus vestibularis dan inti-inti saraf cranial serta formasio

retikularis yang mengandung pusat vital

3. Sereblum terutama inti-inti virmis

4. Otak tengah “midbrain” terutama masa kelabu substansia nigra dan kadang-

kadang nucleus rubra

5. Talamus dan hipotalamus

6. Palidum, dan

7. Korteks serebri, hanya daerah motoric

Terjadinya wabah polio biasanya adalah akibat :

a. Sanitasi yang jelek

b. Padatnya jumlah penduduk

c. Tingginya pencemaran lingkungan oleh tinja

d. Pengadaan air bersih yang kurang

Penularan polio dapat melalui beberapa cara, yaitu :

Page 9: Askep Polio (Group)

a. Inhalasi

b. Makanan dan Minuman

c. Bermacam serangga seperti lipas dan lalat.

Penyebaran dipercepat bila ada wabah atau pada saat yang bersamaan dilakukan

pula tindakan bedah seperti tonsilektomi ,ekstraksi gigi dan penyuntikan. Walaupun

penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang harus segera dilaporkan ,Namun data

epidemiologi yang sukar didapat.Dalam salah satu symposium imunisasi

dijakarta(1979) dilaporkan bahwa :

1. Jumlah anak berumur 0-4 tahun yang tripel negative makin bertambah (10%)

2. Insiden polio berkisar 3,5-8/100.000 penduduk.

3. Paralytic rate pada golongan 0-14tahun dan setiap tahun bertambah dengan 9.000

kasus.Namun,10 tahun terakhir terjadi penurunan drastic penyakit ini akibat

gencarnya program imunisasi diseluruh dunia maupun Indonesia.

Mortalitas tinggi terutama pada poliomyelitis tipe paralitik ,disebabkan oleh

komplikasi berupa kegagalan nafas ,sedangkan untuk tipe ringan tidak dilaporkan

adanya kematian.Walaupun kebanyakan poliomyelitis tidak jelas /inapparent (90-

95%);hanya 5-10% yang memberikan gejala poliomyelitis.

V. Manifestasi Klinis Polio

Polio terbagi menjadi empat bagian yaitu :

1. Poliomielitis asimtomatis : Setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat gejala

karena daya tahan tubuh cukup baik, maka tidak terdapat gejala klinik sama

sekali.

2. Poliomielitis abortif : Timbul mendadak langsung beberapa jam sampai beberapa

hari. Gejala berupa infeksi virus seperti malaise, anoreksia, nausea, muntah, nyeri

kepala, nyeri tenggorokan, konstipasi dan nyeri abdomen.

3. Poliomielitis non paralitik : Gejala klinik hamper sama dengan poliomyelitis

abortif , hanya nyeri kepala, nausea dan muntah lebih hebat. Gejala ini timbul 1-2

hari kadang-kadang diikuti penyembuhan sementara untuk kemudian remisi

demam atau masuk kedalam fase ke2 dengan nyeri otot. Khas untuk penyakit ini

dengan hipertonia, mungkin disebabkan oleh lesi pada batang otak, ganglion

spinal dan kolumna posterior.

4. Poliomielitis paralitik : Gejala sama pada poliomyelitis non paralitik disertai

kelemahan satu atau lebih kumpulan otot skelet atau cranial. Timbul paralysis

Page 10: Askep Polio (Group)

akut pada bayi ditemukan paralysis fesika urinaria dan antonia usus. Adapun

bentuk-bentuk gejalanya antara lain :

Bentuk spinal. Gejala kelemahan / paralysis atau paresis otot leher, abdomen,

tubuh, diafragma, thorak dan terbanyak ekstremitas.

Bentuk bulbar. Gangguan motorik satu atau lebih syaraf otak dengan atau

tanpa gangguan pusat vital yakni pernapasan dan sirkulasi.

Bentuk bulbospinal. Didapatkan gejala campuran antara bentuk spinal dan

bentuk bulbar.

Kadang ensepalitik. Dapat disertai gejala delirium, kesadaran menurun,

tremor dan kadang kejang. Berikut fase-fase infeksi virus tersebut:

stadium akut

- Yaitu fase sejak adanya gejala klinis hingga 2 minggu. Ditandai

dengan suhu tubuh yang meningkat. Kadang disertai sakit kepala

dan muntah-muntah. Kelumpuhan terjadi akibat kerusakan sel-sel

motor neuron di bagian tulang belakang (medula spinalis) lantaran

invasi virus. Kelumpuhan ini bersifat asimetris sehingga cenderung

menimbulkan gangguan bentuk tubuh (deformitas) yang menetap

atau bahkan menjadi lebih berat. Kelumpuhan yang terjadi sebagian

besar pada tungkai kaki (78,6%), sedangkan 41,4% pada lengan.

Kelumpuhan ini berlangsung bertahap sampai sekitar 2 bulan sejak

awal sakit.

stadium subakut

- Yaitu fase 2 minggu sampai 2 bulan. Ditandai dengan

menghilangnya demam dalam waktu 24 jam. Kadang disertai

kekakuan otot dan nyeri otot ringan. Terjadi kelumpuhan anggota

gerak yang layuh dan biasanya salah satu sisi saja.

stadium convalescent

- Yaitu fase pada 2 bulan sampai dengan 2 tahun. Ditandai dengan

pulihnya kekuatan otot yang sebelumnya lemah. Sekitar 50-70

persen fungsi otot pulih dalam waktu 6-9 bulan setelah fase akut.

Selanjutnya setelah 2 tahun diperkirakan tidak terjadi lagi pemulihan

kekuatan otot.

stadium kronik

Page 11: Askep Polio (Group)

- Yaitu lebih dari 2 tahun. Kelumpuhan otot yang terjadi sudah

bersifat permanen.

VI. Penatalaksanaan Medis Polio

Begitu penyakit mulai timbul, kelumpuhan sering kali tidak tertangani lagi

karena ketidakadaan obat yang dapat menyembuhkannya. Antibiotika yang biasanya

digunakan untuk membunuh virus juga tidak mampu berbuat banyak. Rasa sakit dapat

diatasi dengan memberikan aspirin atau acetaminophen, dan mengompres dengan air

hangat pada otot-otot yang sakit

1. Poliomielitis abortif

Diberikan analgetk dan sedative

Diet adekuat

Istirahat sampai suhu normal untuk beberapa hari,sebaiknya dicegah aktifitas

yang berlebihan selama 2 bulan kemudian diperiksa neurskeletal secara teliti.

2. Poliomielitis non paralitik

Sama seperti abortif

Selain diberi analgetika dan sedative dapat dikombinasikan dengan kompres

hangat selama 15 – 30 menit,setiap 2 – 4 jam.

3. Poliomielitis paralitik

Perawatan dirumah sakit

Istirahat total

Selama fase akut kebersihan mulut dijaga

Fisioterafi

Akupuntur

Interferon

Poliomielitis asimtomatis tidak perlu perawatan. Poliomielitis abortif diatasi

dengan istirahat 7 hari jika tidak terdapat gejala kelainan aktifitas dapat dimulai lagi.

Poliomielitis paralitik/non paralitik diatasi dengan istirahat mutlak paling sedikit 2

minggu perlu pemgawasan yang teliti karena setiap saat dapat terjadi paralysis

pernapasan. Fase akut : Analgetik untuk rasa nyeri otot. Lokal diberi pembalut hangat

sebaiknya dipasang footboard (papan penahan pada telapak kaki) agar kaki terletak

pada sudut yang sesuai terhadap tungkai..Pada poliomielitis tipe bulbar kadang-

kadang reflek menelan tergaggu sehingga dapat timbul bahaya pneumonia aspirasi

dalam hal ini kepala anak harus ditekan lebih rendah dan dimiringkan kesalah satu

sisi.

Page 12: Askep Polio (Group)

Sesudah fase akut : Kontraktur. Atropi, dan attoni otot dikurangi dengan

fisioterafy. Tindakan ini dilakukan setelah 2 hari demam hilang.

B. Konsep Keperawatan Polio

I. Pengkajian

Identitas Pasien

Nama Pasien :

No. RM :

Tempat Tanggal Lahir :

Umur :

Agama :

Status Perkawinan :

Pendidikan :

Alamat :

Pekerjaan :

Jenis Kelamin :

Suku :

Diagnosa Medis :

Tanggal Masuk RS :

Tanggal Pengkajian :

Penanggung Jawab

Nama :

Tempat Tanggal Lahir :

Umur :

Agama :

Alamat :

Pekerjaan :

Jenis Kelamin :

Hubungan dengan Pasien :

No. Telepon :

Riwayat kesehatan

Riwayat pengobatan penyakit-penyakit dan riwayat imunitas

Pemeriksaan fisik

- Nyeri kepala

- Paralisis

Page 13: Askep Polio (Group)

- Refleks tendon berkurang

- Kaku kuduk

- Brudzinky

MENDETEKSI LUMPUH LAYUH

Bayi

- Perhatikan posisi tidur. Bayi normal menunjukkan posisi tungkai menekuk

pada lutut dan pinggul. Bayi yang lumpuh akan menunjukkan tungkai lemas

dan lutut menyentuh tempat tidur.

- Lakukan rangsangan dengan menggelitik atau menekan dengan ujung pensil

pada telapak kaki bayi. Bila kaki ditarik berarti tidak terjadi kelumpuhan.

- Pegang bayi pada ketiak dan ayunkan. Bayi normal akan menunjukkan

gerakan kaki menekuk, pada bayi lumpuh tungkai tergantung lemas.

Anak besar

- Mintalah anak berjalan dan perhatikan apakah pincang atau tidak.

- Mintalah anak berjalan pada ujung jari atau tumit. Anak yang mengalami

kelumpuhan tidak bisa melakukannya.

- Mintalah anak meloncat pada satu kaki. Anak yang lumpuh tak bisa

melakukannya.

- Mintalah anak berjongkok atau duduk di lantai kemudian bangun kembali.

- Anak yang mengalami kelumpuhan akan mencoba berdiri dengan

berpegangan merambat pada tungkainya.

- Tungkai yang mengalami lumpuh pasti lebih kecil.

Pemeriksaan Fisik (B6)

- B1 (breath) : RR normal, Tidak ada penggunaan otot bantupernafasan Suhu

(38,9 °C)

- B2 (blood) : normal

- B3(brain) : gelisah (rewel) dan pusing

- B4 (bladder) : normal

- B5 (bowel) : mual muntah, anoreksia, konstipasi

- B6 (bone) : letargi atau kelemahan, tungkai kanan/kiri lumpuh, pasien

tidak mampu berdiri dan berjalan

Pemeriksaan Laboratorium

a. Viral Isolation

Page 14: Askep Polio (Group)

Polio virus dapat di deteksi secara biakan jaringan, dari bahan yang di

peroleh pada tenggorokan satu minggu sebelum dan sesudah paralisis dan

tinja pada minggu ke 2-6 bahkan 12 minggu setelah gejala klinis.

b. Uji Serologi

Uji serologi dilakukan dengan mengambil sampel darah dari penderita, jika

pada darah ditemukan zat antibodi polio maka diagnosis orang tersebut

terkena polio benar. Pemeriksaan pada fase akut dapat dilakukan dengan

melakukan pemeriksaan antibodi immunoglobulin M (IgM) apabila terkena

polio akan didapatkan hasil yang positif.

c. Cerebrospinal Fluid (CSF)

Cerebrospinal Fluid pada infeksi poliovirus terdapat peningkatan jumlah sel

darah putih yaitu 10-200 sel/mm3 terutama sel limfosit, dan terjadi kenaikan

kadar protein sebanyak 40-50 mg/100 ml (Paul, 2004).

Pemeriksaan Radiologis

Pemeriksaan ini hanya menunjang diagnosis poliomielitis lanjut. Pada anak yang

sedang tumbuh, di dapati tulang yang pendek, osteoporosis dengan korteks yang

tipis dan rongga medulla yang relative lebar, selain itu terdapat penipisan epifise,

subluksasio dan dislokasi dari sendi.

II. Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada Asuhan Keperawatan Polio

adalah sebagai berikut :

1. Ketidakefektifan pola napas

2. Hambatan mobilitas fisik

3. Nyeri Akut

4. Risiko infeksi

5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

6. Gangguan citra tubuh

7. Ansietas

BAB III

Page 15: Askep Polio (Group)

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dalam makalah asuhan keperawatan Polio ini, Tim

Penulis dapat menarik beberapa kesimpulan bahwa :

- Polio (Poliomielitis) adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus polio

dengan predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan inti

motorik batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut akan terjadi

kelumpuhan serta atropi otot.

- Polio terbagi menjadi 2, yaitu polio paralisis dan polio non-paralisis. Polio paralisis

terbagi lagi menjadi 2, yaitu polio paralisis spinal dan polio paralisis bulbar

- Agen pembawa penyakit polio adalah sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV),

masuk ke tubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus dan menyebar ke sistem

saraf yang dibawa melalui aliran darah.

- Penularan polio dapat melalui beberapa cara, yaitu inhalasi, makanan dan minuman,

dan bermacam serangga seperti lipas dan lalat

- Manifestasi klinis dari polio dapat ditinjau berdasarkan klasifikasi pada masing-

masing polio

B. Saran

Melalui kesimpulan diatas, adapun saran yang diajukkan oleh Tim Penulis adalah :

1. Perawat atau calon perawat harus mengetahui secara detil pengkajian asuhan

keperawatan pada pasien Penderita Polio mengingat pemberian tindakan keperawatan

pada pasien harus dilakukan dengan tepat

2. Perawat harus melakukan tindakan asuhan keperawatan dengan baik pada pasien

penderita Polio sehingga kesembuhan pasien dapat tercapai dengan baik

3. Perawat maupun calon perawat harus memahami konsep dasar dari Penyakit Polio

dan ruang lingkupnya sehingga dalam proses memberikan asuhan keperawatan pada

pada Penderita Polio dapat terlaksana dengan baik.

Page 16: Askep Polio (Group)

DAFTAR RUJUKAN

Budiansyah, Teungku. 2013. Ask The Master UKDI. Tangerang : BINARUPA AKSARA

Publisher

Ganong, W.F. 2008.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 22.Jakarta : EGC

Sudoyo W., dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu penyakit dalam. Jakarta : internapublishing

PAPDI. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI

Ww w. Google.Com /Asuhan Keperawatan Polio. 201 4

Www. Infokes. Com/Program Studi Keperawatan . 2014