BAB I polio
-
Upload
muhammad-fahri-rahmanda -
Category
Documents
-
view
30 -
download
2
Transcript of BAB I polio
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Polio disebabkan oleh virus dan telah ada beribu-ribu tahun. Bahkan
ada benda-benda Mesir yang melukiskan individu-individu dengan fitur-
fitur khusus dari kelumpuhan setelah polio. Polio telah disebut dengan
banyak nama-nama yang berbeda, termasuk kelumpuhan anak-anak,
kelemahan dari anggota-anggota tubuh bagian bawah (kaki-kaki dan
tangan-tangan), dan spinal paralytic paralysis. Kita sekarang merujuk
pada virus dan penyakit sebagai polio, yang adalah kependekan untuk
poliomyelitis dan mempunyai asal usul Yunani: polios (abu-abu), myelos
(sumsum), dan itis (peradangan).
Polio disebbkan oleh enterovirus, poliovirus (PV) yang sangat
infeksius, yang terutama mempengaruhi anak-anak muda dan disebarkan
melalui kontak langsung orang ke orang, dengan lendir, dahak, feces, yang
terinfeksi atau oleh kontak dengan makanan dan air ang terkontaminasi
oleh feces dari individu lain yang terinfeksi. Virus berlipatganda dalam
sistim pencernaan dimana ia dapat juga menyerang sistim syaraf,
menyebabkan kerusakan syaraf yang permanen pada beberapa individu-
individu.
B. RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini membahas tentang :
1. Apakah yang dimaksud dengan penyakit polio?
2. Apa saja agent penyebab penyakit polio?
3. Apa saja sumber penularan penyakit polio?
4. Bagaimana cara penularan penyakit polio?
5. Bagaimana pencegahan penyakit polio?
6. Bagaimana penanggulangan penyak
1
C. TUJUAN
Dengan tersusunnya makalah ini mahasiswa diharapkan dapat
memahami dan mengetahui tentang :
1. Apa yang dimaksud dengan penyakit polio.
2. Apa saja agent penyebab penyakit polio.
3. Apa saja sumber penularan penyakit polio.
4. Bagaimana cara penularan penyakit polio.
5. Bagaimana pencegahan terhadap penyakit polio.
6. Bagaimana cara penanggulangan penyakit polio.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI PENYAKIT POLIO
Polio disebabkan oleh virus dan telah ada beribu-ribu tahun. Bahkan
ada benda-benda Mesir yang melukiskan individu-individu dengan fitur-fitur
khusus dari kelumpuhan setelah polio. Polio telah disebut dengan banyak
nama-nama yang berbeda, termasuk kelumpuhan anak-anak, kelemahan dari
anggota-anggota tubuh bagian bawah (kaki-kaki dan tangan-tangan), dan
spinal paralytic paralysis. Kita sekarang merujuk pada virus dan penyakit
sebagai polio, yang adalah kependekan untuk poliomyelitis dan mempunyai
asal usul Yunani: polios (abu-abu), myelos (sumsum), dan itis (peradangan).
Polio disebabkan oleh enterovirus, poliovirus (PV) yang sangat
infeksius, yang terutama mempengaruhi anak-anak muda dan disebarkan
melalui kontak langsung orang ke orang, dengan lendir, dahak, feces, yang
terinfeksi atau oleh kontak dengan makanan dan air ang terkontaminasi oleh
feces dari individu lain yang terinfeksi. Virus berlipatganda dalam sistim
pencernaan dimana ia dapat juga menyerang sistim syaraf, menyebabkan
kerusakan syaraf yang permanen pada beberapa individu-individu.
Kebanyakan individu-individu yang terinfeksi dengan polio tetap
asymptomatic atau mengembangkan hanya gejala-gejala mirip flu yang
ringan, termasuk kelelahan, malaise, demam, sakit kepala, sakit tenggorokan,
dan muntah. Faktanya, gejala-gejala, jika hadir, mungkin hanya berlangsung
48-72 jam; bagaimanapun, individu-individu itu akan terus menerus
melepaskan virus dalam feces mereka untuk periode yang berkepanjangan,
melayani sebagai reservoir (gudang) untuk infeksi-infeksi berikut. Kira-kira
2%-5% dari individu-individu yang terinfeksi terus mengembangkan gejala-
geala yang lebih serius yang mungkin termasuk persoalan-persoalan
pernapasan dan kelumpuhan. Sekarang ini, tidak ada penyembuhan untuk
polio; hanya vaksinasi dapat mencegah penyebaran dari penyakit, dan
meskipun di dunia yang telah berkembang (negara maju) hampir tidak
3
terdengar, secara global, polio tetap penyakit yang cukup umum. Mulanya,
organisasi-organisasi internasional percaya mampu untuk membasmi polio
pada tahun 2000, namun ini telah menjadi lebih sulit daripada waktu awal
diharapkan.
B. AGENT PENYEBAB PENYAKIT POLIO
Poliomyelitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang
disebabkan oleh virus. Virus pembawa penyakit ini adalah sebuah virus yang
dinamakan poliovirus (PV). Virus ini dapat memasuki aliran darah dan
mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang
kelumpuhan.
Virus polio termasuk genus enteroviorus, famili Picornavirus.
Bentuknya adalah ikosahedral tanpa sampul dengan genome RNA single
stranded messenger molecule. Single RNA ini membentuk hampir 30 persen
dari virion, dan sisanya terdiri dari 4 protein besar (VP1-4) dan satu protein
kecil (Vpg). Penyebab virus polio terdiri atas tiga strain, yaitu strain 1
(brunhilde—yang paling paralitogenik atau paling ganas), strain 2 (lanzig—
yang paling jinak), strain 3 (leon). Penyakit polio terbagi atas tiga jenis yaitu
polio non-paralisis, spinal, dan bulbar.
Virus polio sangat tahan terhadap alkohol dan lisol, namun peka
terhadap formaldehide dan larutan klor. Suhu yang tinggi dapat cepat
mematikan virus. Tetapi pada keadaan beku, dapat bertahun-tahun masa
hidupnya.
Virus polio terdiri atas 3 tipe (strain), yaitu tipe 1 (brunhilde), tipe 2
(lanzig) dan tipe 3 (Leon). Infeksi dapat terjadi oleh satu atau lebih tipe
tersebut. Epidemi yang luas biasanya disebabkan oleh tipe 1. Virus ini relatif
tahan terhadap hampir semua desinfektan (etanol, isopropanol, lisol,
amonium kuartener, dll). Virus ini tidak memiliki amplop lemak sehingga
tahan terhadap pelarut lemak termasuk eter dan kloroform. Virus ini dapat
diinaktifasi oleh formaldehid, glutaraldehid, asam kuat, sodium hipoklorit,
dan klorin. Virus polio menjadi inaktif dengan pemanasan di atas 42 derajat
4
Celcius. Selain itu, pengeringan dan ultraviolet juga dapat menghilangkan
aktivitas virus polio.
C. SUMBER PENULARAN
Makanan dan minuman merupakan salah satu sumber penularan
penyakit polio ini. Karena makanan dan minuman dapat terkontaminasi
melalui lalat atau tingkat higienis yang rendah. Sumber penularan lain yang
mungkin berperan adalah tanah dan air yang terkontaminasi material feses,
persawahan yang diberi pupuk feses manusia, dan irigasi yang dengan air
yang telah terkontaminasi virus polio.
Penularan virus polio terutama melalui jalur fekal-oral dan
membutuhkan kontak yang erat. Prevalensi infeksi tertinggi terjadi pada
mereka yang tinggal serumah dengan penderita. Biasanya bila salah satu
anggota keluarga terinfeksi, maka yang lain juga terinfeksi. Kontaminasi
tinja pada jari tangan, alat tulis, mainan anak, makanan dan minuman,
merupakan sumber utama infeksi.
D. CARA PENULARAN
1. Sebelum terinfeksi virus
Virus Polio ditularkan terutama dari manusia ke manusia,
terutama pada fase akut, bersamaan dengan tingginya titer virus polio di
faring dan feses. Virus polio diduga dapat menyebar melalui saluran
pernafasan karena sekresi pernafasan merupakan material yang terbukti
infeksius untuk virus entero lainnya. Meskipun begitu, jalur pernafasan
belum terbukti menjadi jalur penularan untuk virus polio. Transmisi oral
biasanya mempunyai peranan yang dominan pada penyebaran virus
polio di negara berkembang, sedangkan penularan secara fekal-oral
paling banyak terjadi di daerah miskin.
Penularan virus polio terutama melalui jalur fekal-oral dan
membutuhkan kontak yang erat. Prevalensi infeksi tertinggi terjadi pada
mereka yang tinggal serumah dengan penderita. Biasanya bila salah satu
5
anggota keluarga terinfeksi, maka yang lain juga terinfeksi.
Kontaminasi tinja pada jari tangan, alat tulis, mainan anak, makanan dan
minuman, merupakan sumber utama infeksi.
Faktor yang mempengaruhi penyebaran virus adalah kepadatan
penduduk, tingkat higienis, kualitas air, dan fasilitas pengolahan limbah.
Di area dengan sanitasi yang bagus dan air minum yang tidak
terkontaminasi, rute transmisi lainnya mungkin penting. Bahan yang
dianggap infeksius untuk virus polio adalah feses dan sekresi pernafasan
dari pasien yang terinfeksi virus polio atau yang menerima OPV (Oral
Poliovirus Vaccine) dan produk laboratorium yang digunakan untuk
percobaan dengan menggunakan virus polio. Bahan yang dianggap
berpotensi infeksius adalah feses dan sekresi faring yang dikumpulkan
untuk tujuan apapun dari daerah yang masih terdapat virus polio liar.
Darah, serum dan cairan serebrospinal tidak diklasifikasikan infeksius
untuk virus polio.
Globalisasi telah membuat pengendalian penyebaran virus
menjadi lebih sukar. Mobilitas penduduk negara endemis ke berbagai
negara membuat virus dengan cepat menyebar. Ketika terjadi wabah
polio tahun 2005 di Sukabumi lalu virus polionya adalah virus yang
berasal dari Afrika barat. Belum dapat dipastikan bagaimana virus yang
jauh dari Afrika itu bisa sampai ke Sukabumi. Salah satu perkiraannya
adalah virus masuk dari Jakarta melalui perjalanan darat. Perkiraan lain
adalah melalui penduduk yang menjadi jemaah haji, bisa juga dari
tenaga kerja Indonesia di Timur Tengah.
2. Setelah terinfeksi virus
Virus polio masuk melalui saluran cerna. Setelah masuk, virus
akan bereplikasi (memperbanyak diri). Sampai saat ini belum diketahui
secara pasti, tipe sel dan tempat spesifik yang digunakan virus ini untuk
bereplikasi pertama kalinya. Hanya saja, virus ini dapat diisolasi dari
jaringan limfe di saluran cerna, sehingga diduga tempat replikasi
pertama virus tersebut adalah di jaringan limfe saluran cerna terutama
6
“bercak Peyer” dan tonsil. Meskipun begitu, tidak jelas apakah virus
polio memang bereplikasi di tempat tersebut atau “hanya terserap” oleh
jaringan limfe setelah bereplikasi di sel epitel saluran cerna. Fase ini
berlangsung 3-10 hari, dapat sampai 3 minggu. Virus polio pada fase ini
dapat ditemukan di ludah dan feses, dan berperan dalam proses
penularan.
Setelah memperbanyak diri di jaringan limfe saluran cerna, virus
polio akan menyebar melalui darah (viremia) untuk menuju sistem
retikuloendotelial lainnya, termasuk diantaranya nodus limfe, sunsum
tulang, hati, dan limpa, dan mungkin ke tempat lainnya seperti jaringan
lemak coklat dan otot.
Sebagian besar dari mereka yang terinfeksi virus polio tidak
menunjukkan gejala apapun, atau menunjukkan gejala yang disebut
poliomielitis abortif (ada yang menyebutnya fase klinis minor dari
infeksi virus polio). Gejalanya mirip infeksi virus pada umumnya, yaitu
demam, nyeri tenggorokan, gangguan saluran cerna (mual, muntah, rasa
tidak enak di perut, konstipasi atau mungkin diare), dan atau gejala yang
menyerupai influenza, ditandai dengan sakit kepala, mialgia (nyeri
otot), dan badan terasa lemas. Sebagian besar dari mereka yang
terinfeksi dapat mengatasi infeksi yang terjadi sebelum timbul viremia
yang kedua.
Sekitar 5% dari mereka yang terinfeksi, setelah perbanyakan
virus di sistem retikuloendotelial dan tempat lainnya, akan terjadi
penyebaran virus di darah (viremia) yang kedua. Meskipun sistem saraf
pusat (mungkin) dapat terserang ketika viremia pertama, namun
mayoritas terjadi setelah viremia kedua (Di sini poin utama pentingnya
vaksinasi polio. Penjelasan lebih detail di artikel yang akan
datang). Infeksi virus polio pada sistem syaraf pusat dapat menyebabkan
penyakit meningitis (radang selaput otak) aseptik (tidak disertai infeksi
bakteri) non-paralitik atau dapat berupa poliomielitis paralitik (paralitik
= kehilangan kemampuan untuk bergerak/lumpuh, sebagian atau total).
7
Infeksi pada sistem syaraf pusat inilah yang ditakutkan pada infeksi
virus polio.
E. PENCEGAHAN PENYAKIT POLIO
Polio tidak bisa disembuhkan, sehingga harus dicegah. Polio termasuk
musuh yang berbahaya bagi anak-anak karena dapat menyebabkan
kelumpuhan. Pencegahannya dengan imunisasi, yaitu dengan pemberian
vaksin yang aman dan efektif dengan vaksin polio oral (OPV). OPV adalah
perlindungan yang sangat penting terhadap polio bagi anak-anak. Diberikan
berulang kali, vaksin ini akan melindungi anak seumur hidup.
Vaksin polio merupakan bagian dari imunisasi rutin pada masa kanak-
kanak. Terdapat 2 jenis vaksin polio:
1. Vaksin Salk, merupakan vaksin virus polio yang tidak aktif.
2. Vaksin Sabin, merupakan vaksin virus polio hidup.
Yang memberikan kekebalan yang lebih baik (sampai lebih dari 90%)
dan yang lebih disukai adalah vaksin Sabin per-oral (melalui mulut).Tetapi
pada penderita gangguan sistem kekebalan, vaksin polio hidup bisa
menyebabkan polio. Karena itu vaksin ini tidak diberikan kepada penderita
gangguan sistem kekebalan atau orang yang berhubungan dekat dengan
penderita gangguan sistem kekebalan karean virus yang hidup dikeluarkan
melalui tinja.
Dewasa yang belum pernah mendapatkan imunisasi polio dan hendak
mengadakan perjalanan ke daerah yang masih sering terjadi polio, sebaiknya
menjalani vaksinasi terlebih dahulu.
Cara pencegahan yang utama adalah dengan memberikan imunisasi
polio, meningkatkan kebersihan diri dan lingkungan keluarga, serta
kebersihan alat dan bahan makanan serta minuman.
Ada beberapa langkah upaya pencegahan penyakit polio ini, di
antaranya:
1. Eradikasi Polio
Dalam World Health Assembly tahun 1988 yang diikuti oleh
sebagian besar negara di seluruh penjuru dunia dibuat kesepakatan
8
untuk melakukan Eradikasi Polio (ERAPO) tahun 2000, artinya
dunia bebas polio tahun 2000. Program ERAPO yang pertama
dilakukan adalah dengan melakukan cajupan imunisasi yang
memuelutuh.
2. PIN (Pekan Imunisasi Nasional)
Selanjutnya, pemerintah mengadakan PIN pada tahun 1995,
1996, dan 1997. Imunsasi polio yang harus diberikan sesuai dengan
rekomendasi WHO yaitu diberikan sejak lahir sebanyak 4 kali
dengan interval 6-8 minggu. Kemudian diulang pada saat usia
1,5tahun; 5 tahun; dan usia 15 tahun.
Upaya imunisasi yang berulang ini tentu takkan menimbulkan
dampak negatif. Bahkan merupakan satu-satunya program yang
efisien dan efektif dalam pencegahan penyakit polio.
3. Survailance Acute Flaccidd Paralysis
Yaitu mencari penderita yang dicurigai lumpuh layuh pada
usia di bawah usia 15 tahun. Mereka harus diperiksa tinjanya untuk
memastikan apakah karena polio atau bukan. Berbagai kasus yang
diduga polio harus benar-benar diperiksa di laboratorium karena bisa
saja kelumpuhan yang terjadi bukan karena polio.
4. Mopping Up
Artinya tindakan vaksinasi massal terhadap anak usia di bawah
5 tahun di daerah ditemukannya penderita polio tanpa melihat status
imunisasi polio sebelumnya.
Tampaknya di era globalisasi di mana mobilitas penduduk antarnegara
sangat tinggi dan cepat muncul kesulitan dalam mengendalikan penyebaran
virus ini. Selain pencegahan dengan vaksinasi polio, tentu harus disertai
dengan peningkatan sanitasi lingkungan dan sanitasi perorangan. Penggunaan
jamban keluarga, air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan, serta
memelihara kebersihan makanan merupakan upaya pencegahan dan
mengurangi resiko penularan virus polio yang kembali mengkhawatirkan.
9
Menjadi salah satu keprihatinan dunia bahwa kecacatan akibat polio
menetap tak bisa disembuhkan. Penyembuhan yang bisa dilakukan sedikit
sekali alias tidak ada obat untuk menyembuhkan polio. Namun sebenarnya
orangtua tidak perlu panik jika bayi dan anaknya telah memperoleh vaksinasi
polio lengkap.
Kebutuhan rehabilitasi/ habilitasi bagi anak polioyelitis diarahkan
untuk:
1. Menumbuh kembangkan kemampuan agar dapat mengatasi akibat
kelumpuhan.
2. Menjaga agar kelainan tidak menjadi parah.
Diantara kebutuhan rehabilitasi/ habilitasi bagi anak yang limpuh
karena polio, adalah :
1. Mengurangi kondisi kontraktur sendi, melenturkan urat yangkaku
maupun memendek, mengatasi otot fleksid, meninglkatkan
ruanggerak sendi, melatih fungsi koordinaso dan lain-lain melalui
berbagai bentuk terapi.
2. Pemberian alat bantu khusus sesuai kebutuhan seperti brace pendek,
brace oanjang, skoliosisi, flat foot, sepetu koreksi, splint/bidai.
3. Bimbingan ADL baik dengan ataupun tanpa alat bantu.
4. Bimbingan mobilitas, mulaidari posisi tubuh sampai berjalan.
5. Bimbingan sosial psikologis untuk menghilangkan dampak negatif
kelainan.
6. Pendidikan anak dengan orang tua.
7. Bimbingan ekonomi produktif.
Selain dengan melakukan vaksinasi Polio dan rehabilitasi/ habilitasi,
cara lain untuk mencegah penyakit polio adalah dengan selalu melakukan
cuci tangan bila akan melakukan sesuatu pekerjaan seperti makan dll.
10
F. MENDETEKSI LUMPUH LAYUH
1. Untuk Bayi :
a) Perhatikan posisi tidur. Bayi normal menunjukkan posisi tungkai
menekuk pada lutut dan pinggul. Bayi yang lumpuh akan
menunjukkan tungkai lemas dan lutut menyentuh tempat tidur.
b) Lakukan rangsangan dengan menggelitik atau menekan dengan
ujung pensil pada telapak kaki bayi. Bila kaki ditarik berarti tidak
terjadi kelumpuhan.
c) Pegang bayi pada ketiak dan ayunkan. Bayi normal akan
menunjukkan gerakan kaki menekuk, pada bayi lumpuh tungkai
tergantung lemas.
2. Untuk Anak-anak :
a) Mintalah anak berjalan dan perhatikan apakah pincang atau tidak.
b) Mintalah anak berjalan pada ujung jari atau tumit. Anak yang
mengalami kelumpuhan tidak bisa melakukannya.
c) Mintalah anak meloncat pada satu kaki. Anak yang lumpuh tak
bisa melakukannya.
d) Mintalah anak berjongkok atau duduk di lantai kemudian bangun
kembali. Anak yang mengalami kelumpuhan akan mencoba berdiri
dengan berpegangan merambat pada tungkainya.
e) Tungkai yang mengalami lumpuh pasti lebih kecil.
G. GEJALA PENYAKIT POLIO
Masa inkubasi virus polio biasanya berkisar 3-35 hari. Gejala umum
serangannya adalah pengidap mendadak lumpuh pada salah satu anggota
gerak setelah demam selama 2-5 hari.
Berikut fase-fase infeksi virus tersebut:
1. Stadium Akut
Yaitu fase sejak adanya gejala klinis hingga 2 minggu.
Ditandai dengan suhu tubuh yang meningkat. Kadang disertai sakit
kepala dan muntah-muntah. Kelumpuhan terjadi akibat kerusakan
11
sel-sel motor neuron di bagian tulang belakang (medula spinalis)
lantaran invasi virus. Kelumpuhan ini bersifat asimetris sehingga
cenderung menimbulkan gangguan bentuk tubuh (deformitas) yang
menetap atau bahkan menjadi lebih berat. Kelumpuhan yang terjadi
sebagian besar pada tungkai kaki (78,6%), sedangkan 41,4% pada
lengan. Kelumpuhan ini berlangsung bertahap sampai sekitar 2
bulan sejak awal sakit.
2. Stadium subakut
Yaitu fase 2 minggu sampai 2 bulan. Ditandai dengan
menghilangnya demam dalam waktu 24 jam. Kadang disertai
kekakuan otot dan nyeri otot ringan. Terjadi kelumpuhan anggota
gerak yang layuh dan biasanya salah satu sisi saja.
3. Stadium konvalescent
Yaitu fase pada 2 bulan sampai dengan 2 tahun. Ditandai
dengan pulihnya kekuatan otot yang sebelumnya lemah. Sekitar 50-
70 persen fungsi otot pulih dalam waktu 6-9 bulan setelah fase
akut. Selanjutnya setelah 2 tahun diperkirakan tidak terjadi lagi
pemulihan kekuatan otot.
4. Stadium kronik
Yaitu lebih dari 2 tahun. Kelumpuhan otot yang terjadi sudah
bersifat permanen.
Selain itu, Karena penyakit polio dibedakan menjadi 3 jenis, maka masing-
masing dari jenis penyakit polio tersebut memiliki gejala / tanda - tanda sendiri
seperti dibawah ini:
1. Polio non paralisis :
a) Demam
b) Muntah
c) Sakit perut
d) Lesu
e) Kram otot pada leher serta punggung
f) Otot terasa lembek
12
Semua gejala diatas berlangsung selama 2 - 10 hari dan akan
sembuh dengan sempurna
2. Polio paralisis spinal
Bagi penderita yang sudah memiliki kekebalan, biasanya
akan terjadi kelumpuhan pada kaki. Namun bagi penderita yang
belum memiliki kekebalan / blm divaksinasi biasanya akan
menyerang ke seluruh bagian saraf tulang belakang dan batang otak
sehingga bisa mengakibatkan kelumpuhan seluruh anggota gerak
badan.
3. Polio bulbar
Polio ini akan menyerang saraf yang berhubungan dengan
pergerakan bola mata, muka, pendengaran, proses menelan dan
berbagai fungsi di kerongkongan, pergerakan lidah dan rasa, serta
saraf tambahan yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru,
dan pengatur pergerakan leher. Tanpa alat bantu pernafasan, jenis
polio ini bisa menyebabkan kematian
H. PENANGGULANGAN PENYAKIT POLIO
Tidak ada penyembuhan untuk polio, jadi pencegahan adalah sangat
penting. Pasien-pasien dengan polio non-paralytic perlu dimonitor untuk
kemajuan pada polio paralytic. Pasien-pasien dengan polio paralytic perlu
dimonitor untuk tanda-tanda dan gejala-gejala dari kegagalan pernapasan,
yang mungkin memerlukan terapi-terapi penyelamatan nyawa seperti
dukungan pernapasan. Sebagai tambahan, sejumlah perawatan-perawatan
tersedia untuk mengurangi beberapa dari gejala-gejala yang kurang parah.
Ada obat-obat untuk merawat infeksi-infeksi urin dan retensi urin dan
rencana-rencana manajemen nyeri untuk kejang-kejang otot. Sayangnya,
hanya ada tindakan-tindakan pendukung yang tersedia untuk merawat gejala-
gejala dari polio paralytic. Pasien-pasien yang pulih dari polio mungkin
memerlukan terapi fisik, penunjang-penunjang tungkai, atau bahkan operasi
orthopedic untuk memperbaiki fungsi fisik.
13
Walaupun penyakit polio ini tidak dapat disembuhkan. Penyakit polio
ini dapat dicegah dengan imunisasi. Vaksin virus mati diberikan secara
suntikan. Sedangkan yang hidup melalui mulut dengan tetesan. Virus hidup
yang dilemahkan lebih efektif dibandingkan dengan virus yang mati. Selain
pemberian imunisasi maka peningkatan sanitasi lingkungan dan higienis
perorangan sangat diperlukan.
Cara pengobatan dan pencegahan yang dapat ditempuh adalah :
1. Memberikan tindakan pergejala, misalnya menurunkan suhu badan
ketika demam tinggi dan mengobati pilek/flu yang dideritanya.
2. Meminimalkan efek samping serangan poliovirus.
3. Meningkatkan daya tahan tubuh penderita dengan memberikan
vitamin yang tepat.
4. Memberikan terapi pada penderita yang di duga akan mengalami
kelumpuhan parah, seperti dengan menjalani fisioterapy, sehingga
pasien yang ototnya lemah tidak sampai lumpuh total, walau
jalannya sedikit pincang. Terapi tersebut dapat berupa latihan jalan,
pemanasan, pijat dan beraneka ragam latihan dengan menggunakan
alat.
Mencegah penyakit ini dengan kecukupan asupan gizi pada balita guna
meningkatkan daya tahan tubuh, dan tidak tinggal diarea yang overcrowded
dan terlalu kumuh demi mengurangi resiko penularan poliovirus.
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Poliomyelitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang
disebabkan oleh virus. Virus pembawa penyakit ini adalah sebuah virus yang
dinamakan poliovirus (PV). Virus ini dapat memasuki aliran darah dan
mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang
kelumpuhan.
Penularan virus polio terutama melalui jalur fekal-oral dan
membutuhkan kontak yang erat. Makanan dan minuman juga merupakan
salah satu sumber penularan penyakit polio ini. Karena makanan dan
minuman dapat terkontaminasi melalui lalat atau tingkat higienis yang
rendah. Sumber penularan lain yang mungkin berperan adalah tanah dan air
yang terkontaminasi material feses, persawahan yang diberi pupuk feses
manusia, dan irigasi yang dengan air yang telah terkontaminasi virus polio.
Ada beberapa langkah upaya pencegahan penyakit polio ini, di
antaranya:
1. Eradikasi Polio
Dalam World Health Assembly tahun 1988 yang diikuti oleh
sebagian besar negara di seluruh penjuru dunia dibuat kesepakatan
untuk melakukan Eradikasi Polio (ERAPO) tahun 2000, artinya
dunia bebas polio tahun 2000. Program ERAPO yang pertama
dilakukan adalah dengan melakukan cajupan imunisasi yang
memuelutuh.
2. PIN (Pekan Imunisasi Nasional)
Selanjutnya, pemerintah mengadakan PIN pada tahun 1995,
1996, dan 1997. Imunsasi polio yang harus diberikan sesuai dengan
rekomendasi WHO yaitu diberikan sejak lahir sebanyak 4 kali
15
dengan interval 6-8 minggu. Kemudian diulang pada saat usia
1,5tahun; 5 tahun; dan usia 15 tahun.
Upaya imunisasi yang berulang ini tentu takkan menimbulkan
dampak negatif. Bahkan merupakan satu-satunya program yang
efisien dan efektif dalam pencegahan penyakit polio.
3. Survailance Acute Flaccidd Paralysis
Yaitu mencari penderita yang dicurigai lumpuh layuh pada
usia di bawah usia 15 tahun. Mereka harus diperiksa tinjanya untuk
memastikan apakah karena polio atau bukan. Berbagai kasus yang
diduga polio harus benar-benar diperiksa di laboratorium karena bisa
saja kelumpuhan yang terjadi bukan karena polio.
4. Mopping Up
Artinya tindakan vaksinasi massal terhadap anak usia di bawah
5 tahun di daerah ditemukannya penderita polio tanpa melihat status
imunisasi polio sebelumnya.
B. SARAN
Menurut saya, makalah yang saya buat ini nantinya dapat menjadi
referensi bagi pembaca. Serta, dapat memperluas wawasan para pembaca pula
karena makalah ini saya susun dari berbagai sumber atau referensi.
DAFTAR PUSTAKA
16
http://id.88db.com/id/Knowledge/Knowledge_Detail.page?kid=10898 , diakses
pada tanggal 29 september 2012, waktu 00.47 WITA.
http://afie.staff.uns.ac.id/2009/02/06/cara-penyebaran-virus-polio/ , diakses pada
tanggal 28 september 2012, waktu 23.56 WITA.
17
BIOGRAFI PENYUSUN
Siti Azizah Isnaini lahir di Sungguminasa pada tanggal 16
januari 1995. Merupakan anak pertama dari pasangan
Much. Zuhri dan Umi Mahmudah. Pernah bersekolah di
SDN Bontokamase, Pesantren Pondok Madinah, MAN 2
Model Makassar dan melanjutkan pendidikan di
Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar
jurusan Kesehatan Masyarakat.
18