BAB I polio

27
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Polio disebabkan oleh virus dan telah ada beribu-ribu tahun. Bahkan ada benda-benda Mesir yang melukiskan individu-individu dengan fitur- fitur khusus dari kelumpuhan setelah polio. Polio telah disebut dengan banyak nama-nama yang berbeda, termasuk kelumpuhan anak-anak, kelemahan dari anggota-anggota tubuh bagian bawah (kaki-kaki dan tangan-tangan), dan spinal paralytic paralysis. Kita sekarang merujuk pada virus dan penyakit sebagai polio, yang adalah kependekan untuk poliomyelitis dan mempunyai asal usul Yunani: polios (abu-abu), myelos (sumsum), dan itis (peradangan). Polio disebbkan oleh enterovirus, poliovirus (PV) yang sangat infeksius, yang terutama mempengaruhi anak-anak muda dan disebarkan melalui kontak langsung orang ke orang, dengan lendir, dahak, feces, yang terinfeksi atau oleh kontak dengan makanan dan air ang terkontaminasi oleh feces dari individu lain yang terinfeksi. Virus berlipatganda dalam sistim pencernaan dimana ia dapat juga menyerang sistim syaraf, menyebabkan 1

Transcript of BAB I polio

Page 1: BAB I polio

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Polio disebabkan oleh virus dan telah ada beribu-ribu tahun. Bahkan

ada benda-benda Mesir yang melukiskan individu-individu dengan fitur-

fitur khusus dari kelumpuhan setelah polio. Polio telah disebut dengan

banyak nama-nama yang berbeda, termasuk kelumpuhan anak-anak,

kelemahan dari anggota-anggota tubuh bagian bawah (kaki-kaki dan

tangan-tangan), dan spinal paralytic paralysis. Kita sekarang merujuk

pada virus dan penyakit sebagai polio, yang adalah kependekan untuk

poliomyelitis dan mempunyai asal usul Yunani: polios (abu-abu), myelos

(sumsum), dan itis (peradangan).

Polio disebbkan oleh enterovirus, poliovirus (PV) yang sangat

infeksius, yang terutama mempengaruhi anak-anak muda dan disebarkan

melalui kontak langsung orang ke orang, dengan lendir, dahak, feces, yang

terinfeksi atau oleh kontak dengan makanan dan air ang terkontaminasi

oleh feces dari individu lain yang terinfeksi. Virus berlipatganda dalam

sistim pencernaan dimana ia dapat juga menyerang sistim syaraf,

menyebabkan kerusakan syaraf yang permanen pada beberapa individu-

individu.

B. RUMUSAN MASALAH

Dalam makalah ini membahas tentang :

1. Apakah yang dimaksud dengan penyakit polio?

2. Apa saja agent penyebab penyakit polio?

3. Apa saja sumber penularan penyakit polio?

4. Bagaimana cara penularan penyakit polio?

5. Bagaimana pencegahan penyakit polio?

6. Bagaimana penanggulangan penyak

1

Page 2: BAB I polio

C. TUJUAN

Dengan tersusunnya makalah ini mahasiswa diharapkan dapat

memahami dan mengetahui tentang :

1. Apa yang dimaksud dengan penyakit polio.

2. Apa saja agent penyebab penyakit polio.

3. Apa saja sumber penularan penyakit polio.

4. Bagaimana cara penularan penyakit polio.

5. Bagaimana pencegahan terhadap penyakit polio.

6. Bagaimana cara penanggulangan penyakit polio.

2

Page 3: BAB I polio

BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI PENYAKIT POLIO

Polio disebabkan oleh virus dan telah ada beribu-ribu tahun. Bahkan

ada benda-benda Mesir yang melukiskan individu-individu dengan fitur-fitur

khusus dari kelumpuhan setelah polio. Polio telah disebut dengan banyak

nama-nama yang berbeda, termasuk kelumpuhan anak-anak, kelemahan dari

anggota-anggota tubuh bagian bawah (kaki-kaki dan tangan-tangan), dan

spinal paralytic paralysis. Kita sekarang merujuk pada virus dan penyakit

sebagai polio, yang adalah kependekan untuk poliomyelitis dan mempunyai

asal usul Yunani: polios (abu-abu), myelos (sumsum), dan itis (peradangan).

Polio disebabkan oleh enterovirus, poliovirus (PV) yang sangat

infeksius, yang terutama mempengaruhi anak-anak muda dan disebarkan

melalui kontak langsung orang ke orang, dengan lendir, dahak, feces, yang

terinfeksi atau oleh kontak dengan makanan dan air ang terkontaminasi oleh

feces dari individu lain yang terinfeksi. Virus berlipatganda dalam sistim

pencernaan dimana ia dapat juga menyerang sistim syaraf, menyebabkan

kerusakan syaraf yang permanen pada beberapa individu-individu.

Kebanyakan individu-individu yang terinfeksi dengan polio tetap

asymptomatic atau mengembangkan hanya gejala-gejala mirip flu yang

ringan, termasuk kelelahan, malaise, demam, sakit kepala, sakit tenggorokan,

dan muntah. Faktanya, gejala-gejala, jika hadir, mungkin hanya berlangsung

48-72 jam; bagaimanapun, individu-individu itu akan terus menerus

melepaskan virus dalam feces mereka untuk periode yang berkepanjangan,

melayani sebagai reservoir (gudang) untuk infeksi-infeksi berikut. Kira-kira

2%-5% dari individu-individu yang terinfeksi terus mengembangkan gejala-

geala yang lebih serius yang mungkin termasuk persoalan-persoalan

pernapasan dan kelumpuhan. Sekarang ini, tidak ada penyembuhan untuk

polio; hanya vaksinasi dapat mencegah penyebaran dari penyakit, dan

meskipun di dunia yang telah berkembang (negara maju) hampir tidak

3

Page 4: BAB I polio

terdengar, secara global, polio tetap penyakit yang cukup umum. Mulanya,

organisasi-organisasi internasional percaya mampu untuk membasmi polio

pada tahun 2000, namun ini telah menjadi lebih sulit daripada waktu awal

diharapkan.

B. AGENT PENYEBAB PENYAKIT POLIO

Poliomyelitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang

disebabkan oleh virus. Virus pembawa penyakit ini adalah sebuah virus yang

dinamakan poliovirus (PV). Virus ini dapat memasuki aliran darah dan

mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang

kelumpuhan.

Virus polio termasuk genus enteroviorus, famili Picornavirus.

Bentuknya adalah ikosahedral tanpa sampul dengan genome RNA single

stranded messenger molecule. Single RNA ini membentuk hampir 30 persen

dari virion, dan sisanya terdiri dari 4 protein besar (VP1-4) dan satu protein

kecil (Vpg). Penyebab virus polio terdiri atas tiga strain, yaitu strain 1

(brunhilde—yang paling paralitogenik atau paling ganas), strain 2 (lanzig—

yang paling jinak), strain 3 (leon). Penyakit polio terbagi atas tiga jenis yaitu

polio non-paralisis, spinal, dan bulbar.

Virus polio sangat tahan terhadap alkohol dan lisol, namun peka

terhadap formaldehide dan larutan klor. Suhu yang tinggi dapat cepat

mematikan virus. Tetapi pada keadaan beku, dapat bertahun-tahun masa

hidupnya.

Virus polio terdiri atas 3 tipe (strain), yaitu tipe 1 (brunhilde), tipe 2

(lanzig) dan tipe 3 (Leon). Infeksi dapat terjadi oleh satu atau lebih tipe

tersebut. Epidemi yang luas biasanya disebabkan oleh tipe 1. Virus ini relatif

tahan terhadap hampir semua desinfektan (etanol, isopropanol, lisol,

amonium kuartener, dll). Virus ini tidak memiliki amplop lemak sehingga

tahan terhadap pelarut lemak termasuk eter dan kloroform. Virus ini dapat

diinaktifasi oleh formaldehid, glutaraldehid, asam kuat, sodium hipoklorit,

dan klorin. Virus polio menjadi inaktif dengan pemanasan di atas 42 derajat

4

Page 5: BAB I polio

Celcius. Selain itu, pengeringan dan ultraviolet juga dapat menghilangkan

aktivitas virus polio.

C. SUMBER PENULARAN

Makanan dan minuman merupakan salah satu sumber penularan

penyakit polio ini. Karena makanan dan minuman dapat terkontaminasi

melalui lalat atau tingkat higienis yang rendah. Sumber penularan lain yang

mungkin berperan adalah tanah dan air yang terkontaminasi material feses,

persawahan yang diberi pupuk feses manusia, dan irigasi yang dengan air

yang telah terkontaminasi virus polio.

Penularan virus polio terutama melalui jalur fekal-oral dan

membutuhkan kontak yang erat. Prevalensi infeksi tertinggi terjadi pada

mereka yang tinggal serumah dengan penderita. Biasanya bila salah satu

anggota keluarga terinfeksi, maka yang lain juga terinfeksi. Kontaminasi

tinja pada jari tangan, alat tulis, mainan anak, makanan dan minuman,

merupakan sumber utama infeksi.

D. CARA PENULARAN

1. Sebelum terinfeksi virus

Virus Polio ditularkan terutama dari manusia ke manusia,

terutama pada fase akut, bersamaan dengan tingginya titer virus polio di

faring dan feses. Virus polio diduga dapat menyebar melalui saluran

pernafasan karena sekresi pernafasan merupakan material yang terbukti

infeksius untuk virus entero lainnya. Meskipun begitu, jalur pernafasan

belum terbukti menjadi jalur penularan untuk virus polio. Transmisi oral

biasanya mempunyai peranan yang dominan pada penyebaran virus

polio di negara berkembang, sedangkan penularan secara fekal-oral

paling banyak terjadi di daerah miskin.

Penularan virus polio terutama melalui jalur fekal-oral dan

membutuhkan kontak yang erat. Prevalensi infeksi tertinggi terjadi pada

mereka yang tinggal serumah dengan penderita. Biasanya bila salah satu

5

Page 6: BAB I polio

anggota keluarga terinfeksi, maka yang lain juga terinfeksi.

Kontaminasi tinja pada jari tangan, alat tulis, mainan anak, makanan dan

minuman, merupakan sumber utama infeksi.

Faktor yang mempengaruhi penyebaran virus adalah kepadatan

penduduk, tingkat higienis, kualitas air, dan fasilitas pengolahan limbah.

Di area dengan sanitasi yang bagus dan air minum yang tidak

terkontaminasi, rute transmisi lainnya mungkin penting. Bahan yang

dianggap infeksius untuk virus polio adalah feses dan sekresi pernafasan

dari pasien yang terinfeksi virus polio atau yang menerima OPV (Oral

Poliovirus Vaccine) dan produk laboratorium yang digunakan untuk

percobaan dengan menggunakan virus polio. Bahan yang dianggap

berpotensi infeksius adalah feses dan sekresi faring yang dikumpulkan

untuk tujuan apapun dari daerah yang masih terdapat virus polio liar.

Darah, serum dan cairan serebrospinal tidak diklasifikasikan infeksius

untuk virus polio.

Globalisasi telah membuat pengendalian penyebaran virus

menjadi lebih sukar. Mobilitas penduduk negara endemis ke berbagai

negara membuat virus dengan cepat menyebar. Ketika terjadi wabah

polio tahun 2005 di Sukabumi lalu virus polionya adalah virus yang

berasal dari Afrika barat. Belum dapat dipastikan bagaimana virus yang

jauh dari Afrika itu bisa sampai ke Sukabumi. Salah satu perkiraannya

adalah virus masuk dari Jakarta melalui perjalanan darat. Perkiraan lain

adalah melalui penduduk yang menjadi jemaah haji, bisa juga dari

tenaga kerja Indonesia di Timur Tengah.

2. Setelah terinfeksi virus

Virus polio masuk melalui saluran cerna. Setelah masuk, virus

akan bereplikasi (memperbanyak diri). Sampai saat ini belum diketahui

secara pasti, tipe sel dan tempat spesifik yang digunakan virus ini untuk

bereplikasi pertama kalinya. Hanya saja, virus ini dapat diisolasi dari

jaringan limfe di saluran cerna, sehingga diduga tempat replikasi

pertama virus tersebut adalah di jaringan limfe saluran cerna terutama

6

Page 7: BAB I polio

“bercak Peyer” dan tonsil. Meskipun begitu, tidak jelas apakah virus

polio memang bereplikasi di tempat tersebut atau “hanya terserap” oleh

jaringan limfe setelah bereplikasi di sel epitel saluran cerna. Fase ini

berlangsung 3-10 hari, dapat sampai 3 minggu. Virus polio pada fase ini

dapat ditemukan di ludah dan feses, dan berperan dalam proses

penularan.

Setelah memperbanyak diri di jaringan limfe saluran cerna, virus

polio akan menyebar melalui darah (viremia) untuk menuju sistem

retikuloendotelial lainnya, termasuk diantaranya nodus limfe, sunsum

tulang, hati, dan limpa, dan mungkin ke tempat lainnya seperti jaringan

lemak coklat dan otot.

Sebagian besar dari mereka yang terinfeksi virus polio tidak

menunjukkan gejala apapun, atau menunjukkan gejala yang disebut

poliomielitis abortif (ada yang menyebutnya fase klinis minor dari

infeksi virus polio). Gejalanya mirip infeksi virus pada umumnya, yaitu

demam, nyeri tenggorokan, gangguan saluran cerna (mual, muntah, rasa

tidak enak di perut, konstipasi atau mungkin diare), dan atau gejala yang

menyerupai influenza, ditandai dengan sakit kepala, mialgia (nyeri

otot), dan badan terasa lemas. Sebagian besar dari mereka yang

terinfeksi dapat mengatasi infeksi yang terjadi sebelum timbul viremia

yang kedua.

Sekitar 5% dari mereka yang terinfeksi, setelah perbanyakan

virus di sistem retikuloendotelial dan tempat lainnya, akan terjadi

penyebaran virus di darah (viremia) yang kedua. Meskipun sistem saraf

pusat (mungkin) dapat terserang ketika viremia pertama, namun

mayoritas terjadi setelah viremia kedua (Di sini poin utama pentingnya

vaksinasi polio. Penjelasan lebih detail di artikel yang akan

datang). Infeksi virus polio pada sistem syaraf pusat dapat menyebabkan

penyakit meningitis (radang selaput otak) aseptik (tidak disertai infeksi

bakteri) non-paralitik atau dapat berupa poliomielitis paralitik (paralitik

= kehilangan kemampuan untuk bergerak/lumpuh, sebagian atau total).

7

Page 8: BAB I polio

Infeksi pada sistem syaraf pusat inilah yang ditakutkan pada infeksi

virus polio.

E. PENCEGAHAN PENYAKIT POLIO

Polio tidak bisa disembuhkan, sehingga harus dicegah. Polio termasuk

musuh yang berbahaya bagi anak-anak karena dapat menyebabkan

kelumpuhan. Pencegahannya dengan imunisasi, yaitu dengan pemberian

vaksin yang aman dan efektif dengan vaksin polio oral (OPV). OPV adalah

perlindungan yang sangat penting terhadap polio bagi anak-anak. Diberikan

berulang kali, vaksin ini akan melindungi anak seumur hidup.

Vaksin polio merupakan bagian dari imunisasi rutin pada masa kanak-

kanak. Terdapat 2 jenis vaksin polio:

1. Vaksin Salk, merupakan vaksin virus polio yang tidak aktif.

2. Vaksin Sabin, merupakan vaksin virus polio hidup.

Yang memberikan kekebalan yang lebih baik (sampai lebih dari 90%)

dan yang lebih disukai adalah vaksin Sabin per-oral (melalui mulut).Tetapi

pada penderita gangguan sistem kekebalan, vaksin polio hidup bisa

menyebabkan polio. Karena itu vaksin ini tidak diberikan kepada penderita

gangguan sistem kekebalan atau orang yang berhubungan dekat dengan

penderita gangguan sistem kekebalan karean virus yang hidup dikeluarkan

melalui tinja.

Dewasa yang belum pernah mendapatkan imunisasi polio dan hendak

mengadakan perjalanan ke daerah yang masih sering terjadi polio, sebaiknya

menjalani vaksinasi terlebih dahulu.

Cara pencegahan yang utama adalah dengan memberikan imunisasi

polio, meningkatkan kebersihan diri dan lingkungan keluarga, serta

kebersihan alat dan bahan makanan serta minuman.

Ada beberapa langkah upaya pencegahan penyakit polio ini, di

antaranya:

1. Eradikasi Polio

Dalam World Health Assembly tahun 1988 yang diikuti oleh

sebagian besar negara di seluruh penjuru dunia dibuat kesepakatan

8

Page 9: BAB I polio

untuk melakukan Eradikasi Polio (ERAPO) tahun 2000, artinya

dunia bebas polio tahun 2000. Program ERAPO yang pertama

dilakukan adalah dengan melakukan cajupan imunisasi yang

memuelutuh.

2. PIN (Pekan Imunisasi Nasional)

Selanjutnya, pemerintah mengadakan PIN pada tahun 1995,

1996, dan 1997. Imunsasi polio yang harus diberikan sesuai dengan

rekomendasi WHO yaitu diberikan sejak lahir sebanyak 4 kali

dengan interval 6-8 minggu. Kemudian diulang pada saat usia

1,5tahun; 5 tahun; dan usia 15 tahun.

Upaya imunisasi yang berulang ini tentu takkan menimbulkan

dampak negatif. Bahkan merupakan satu-satunya program yang

efisien dan efektif dalam pencegahan penyakit polio.

3. Survailance Acute Flaccidd Paralysis

Yaitu mencari penderita yang dicurigai lumpuh layuh pada

usia di bawah usia 15 tahun. Mereka harus diperiksa tinjanya untuk

memastikan apakah karena polio atau bukan. Berbagai kasus yang

diduga polio harus benar-benar diperiksa di laboratorium karena bisa

saja kelumpuhan yang terjadi bukan karena polio.

4. Mopping Up

Artinya tindakan vaksinasi massal terhadap anak usia di bawah

5 tahun di daerah ditemukannya penderita polio tanpa melihat status

imunisasi polio sebelumnya.

Tampaknya di era globalisasi di mana mobilitas penduduk antarnegara

sangat tinggi dan cepat muncul kesulitan dalam mengendalikan penyebaran

virus ini. Selain pencegahan dengan vaksinasi polio, tentu harus disertai

dengan peningkatan sanitasi lingkungan dan sanitasi perorangan. Penggunaan

jamban keluarga, air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan, serta

memelihara kebersihan makanan merupakan upaya pencegahan dan

mengurangi resiko penularan virus polio yang kembali mengkhawatirkan.

9

Page 10: BAB I polio

Menjadi salah satu keprihatinan dunia bahwa kecacatan akibat polio

menetap tak bisa disembuhkan. Penyembuhan yang bisa dilakukan sedikit

sekali alias tidak ada obat untuk menyembuhkan polio. Namun sebenarnya

orangtua tidak perlu panik jika bayi dan anaknya telah memperoleh vaksinasi

polio lengkap.

Kebutuhan rehabilitasi/ habilitasi bagi anak polioyelitis diarahkan

untuk:

1. Menumbuh kembangkan kemampuan agar dapat mengatasi akibat

kelumpuhan.

2. Menjaga agar kelainan tidak menjadi parah.

Diantara kebutuhan rehabilitasi/  habilitasi bagi anak yang limpuh

karena polio, adalah :

1. Mengurangi kondisi kontraktur sendi, melenturkan urat yangkaku

maupun memendek, mengatasi otot fleksid, meninglkatkan

ruanggerak sendi, melatih fungsi koordinaso dan lain-lain melalui

berbagai bentuk terapi.

2. Pemberian alat bantu khusus sesuai kebutuhan seperti brace pendek,

brace oanjang, skoliosisi, flat foot, sepetu koreksi, splint/bidai.

3. Bimbingan ADL baik dengan ataupun tanpa alat bantu.

4. Bimbingan mobilitas, mulaidari posisi tubuh sampai berjalan.

5. Bimbingan sosial psikologis untuk menghilangkan dampak negatif

kelainan.

6. Pendidikan anak dengan orang tua.

7. Bimbingan ekonomi produktif.

Selain dengan melakukan vaksinasi Polio dan rehabilitasi/ habilitasi,

cara lain untuk mencegah penyakit polio adalah dengan selalu melakukan

cuci tangan bila akan melakukan sesuatu pekerjaan seperti makan dll.

10

Page 11: BAB I polio

F. MENDETEKSI LUMPUH LAYUH

1. Untuk Bayi :

a) Perhatikan posisi tidur. Bayi normal menunjukkan posisi tungkai

menekuk pada lutut dan pinggul. Bayi yang lumpuh akan

menunjukkan tungkai lemas dan lutut menyentuh tempat tidur.

b) Lakukan rangsangan dengan menggelitik atau menekan dengan

ujung pensil pada telapak kaki bayi. Bila kaki ditarik berarti tidak

terjadi kelumpuhan.

c) Pegang bayi pada ketiak dan ayunkan. Bayi normal akan

menunjukkan gerakan kaki menekuk, pada bayi lumpuh tungkai

tergantung lemas.

2. Untuk Anak-anak :

a) Mintalah anak berjalan dan perhatikan apakah pincang atau tidak.

b) Mintalah anak berjalan pada ujung jari atau tumit. Anak yang

mengalami kelumpuhan tidak bisa melakukannya.

c) Mintalah anak meloncat pada satu kaki. Anak yang lumpuh tak

bisa melakukannya.

d) Mintalah anak berjongkok atau duduk di lantai kemudian bangun

kembali. Anak yang mengalami kelumpuhan akan mencoba berdiri

dengan berpegangan merambat pada tungkainya.

e) Tungkai yang mengalami lumpuh pasti lebih kecil.

G. GEJALA PENYAKIT POLIO

Masa inkubasi virus polio biasanya berkisar 3-35 hari. Gejala umum

serangannya adalah pengidap mendadak lumpuh pada salah satu anggota

gerak setelah demam selama 2-5 hari.

Berikut fase-fase infeksi virus tersebut:

1. Stadium Akut

Yaitu fase sejak adanya gejala klinis hingga 2 minggu.

Ditandai dengan suhu tubuh yang meningkat. Kadang disertai sakit

kepala dan muntah-muntah. Kelumpuhan terjadi akibat kerusakan

11

Page 12: BAB I polio

sel-sel motor neuron di bagian tulang belakang (medula spinalis)

lantaran invasi virus. Kelumpuhan ini bersifat asimetris sehingga

cenderung menimbulkan gangguan bentuk tubuh (deformitas) yang

menetap atau bahkan menjadi lebih berat. Kelumpuhan yang terjadi

sebagian besar pada tungkai kaki (78,6%), sedangkan 41,4% pada

lengan. Kelumpuhan ini berlangsung bertahap sampai sekitar 2

bulan sejak awal sakit.

2. Stadium subakut

Yaitu fase 2 minggu sampai 2 bulan. Ditandai dengan

menghilangnya demam dalam waktu 24 jam. Kadang disertai

kekakuan otot dan nyeri otot ringan. Terjadi kelumpuhan anggota

gerak yang layuh dan biasanya salah satu sisi saja.

3. Stadium konvalescent

Yaitu fase pada 2 bulan sampai dengan 2 tahun. Ditandai

dengan pulihnya kekuatan otot yang sebelumnya lemah. Sekitar 50-

70 persen fungsi otot pulih dalam waktu 6-9 bulan setelah fase

akut. Selanjutnya setelah 2 tahun diperkirakan tidak terjadi lagi

pemulihan kekuatan otot.

4. Stadium kronik

Yaitu lebih dari 2 tahun. Kelumpuhan otot yang terjadi sudah

bersifat permanen.

Selain itu, Karena penyakit polio dibedakan menjadi 3 jenis, maka masing-

masing dari jenis penyakit polio tersebut memiliki gejala / tanda - tanda sendiri

seperti dibawah ini:

1. Polio non paralisis :

a) Demam 

b) Muntah

c) Sakit perut

d) Lesu

e) Kram otot pada leher serta punggung

f) Otot terasa lembek

12

Page 13: BAB I polio

Semua gejala diatas berlangsung selama 2 - 10 hari dan akan

sembuh dengan sempurna

2. Polio paralisis spinal

Bagi penderita yang sudah memiliki kekebalan, biasanya

akan terjadi kelumpuhan pada kaki. Namun bagi penderita yang

belum memiliki kekebalan / blm divaksinasi biasanya akan

menyerang ke seluruh bagian saraf tulang belakang dan batang otak

sehingga bisa mengakibatkan kelumpuhan seluruh anggota gerak

badan.

3. Polio bulbar

Polio ini akan menyerang saraf yang berhubungan dengan

pergerakan bola mata, muka, pendengaran, proses menelan dan

berbagai fungsi di kerongkongan, pergerakan lidah dan rasa, serta

saraf tambahan yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru,

dan pengatur pergerakan leher. Tanpa alat bantu pernafasan, jenis

polio ini bisa menyebabkan kematian

H. PENANGGULANGAN PENYAKIT POLIO

Tidak ada penyembuhan untuk polio, jadi pencegahan adalah sangat

penting. Pasien-pasien dengan polio non-paralytic perlu dimonitor untuk

kemajuan pada polio paralytic. Pasien-pasien dengan polio paralytic perlu

dimonitor untuk tanda-tanda dan gejala-gejala dari kegagalan pernapasan,

yang mungkin memerlukan terapi-terapi penyelamatan nyawa seperti

dukungan pernapasan. Sebagai tambahan, sejumlah perawatan-perawatan

tersedia untuk mengurangi beberapa dari gejala-gejala yang kurang parah.

Ada obat-obat untuk merawat infeksi-infeksi urin dan retensi urin dan

rencana-rencana manajemen nyeri untuk kejang-kejang otot. Sayangnya,

hanya ada tindakan-tindakan pendukung yang tersedia untuk merawat gejala-

gejala dari polio paralytic. Pasien-pasien yang pulih dari polio mungkin

memerlukan terapi fisik, penunjang-penunjang tungkai, atau bahkan operasi

orthopedic untuk memperbaiki fungsi fisik.

13

Page 14: BAB I polio

Walaupun penyakit polio ini tidak dapat disembuhkan. Penyakit polio

ini dapat dicegah dengan imunisasi. Vaksin virus mati diberikan secara

suntikan. Sedangkan yang hidup melalui mulut dengan tetesan. Virus hidup

yang dilemahkan lebih efektif dibandingkan dengan virus yang mati. Selain

pemberian imunisasi maka peningkatan sanitasi lingkungan dan higienis

perorangan sangat diperlukan.

Cara pengobatan dan pencegahan yang dapat ditempuh adalah :

1. Memberikan tindakan pergejala, misalnya menurunkan suhu badan

ketika demam tinggi dan mengobati pilek/flu yang dideritanya.

2. Meminimalkan efek samping serangan poliovirus.

3. Meningkatkan daya tahan tubuh penderita dengan memberikan

vitamin yang tepat.

4. Memberikan terapi pada penderita yang di duga akan mengalami

kelumpuhan parah, seperti dengan menjalani fisioterapy, sehingga

pasien yang ototnya lemah tidak sampai lumpuh total, walau

jalannya sedikit pincang. Terapi tersebut dapat berupa latihan jalan,

pemanasan, pijat dan beraneka ragam latihan dengan menggunakan

alat.

Mencegah penyakit ini dengan kecukupan asupan gizi pada balita guna

meningkatkan daya tahan tubuh, dan tidak tinggal diarea yang overcrowded

dan terlalu kumuh demi mengurangi resiko penularan poliovirus. 

14

Page 15: BAB I polio

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Poliomyelitis atau polio, adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang

disebabkan oleh virus. Virus pembawa penyakit ini adalah sebuah virus yang

dinamakan poliovirus (PV). Virus ini dapat memasuki aliran darah dan

mengalir ke sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang

kelumpuhan.

Penularan virus polio terutama melalui jalur fekal-oral dan

membutuhkan kontak yang erat. Makanan dan minuman juga merupakan

salah satu sumber penularan penyakit polio ini. Karena makanan dan

minuman dapat terkontaminasi melalui lalat atau tingkat higienis yang

rendah. Sumber penularan lain yang mungkin berperan adalah tanah dan air

yang terkontaminasi material feses, persawahan yang diberi pupuk feses

manusia, dan irigasi yang dengan air yang telah terkontaminasi virus polio.

Ada beberapa langkah upaya pencegahan penyakit polio ini, di

antaranya:

1. Eradikasi Polio

Dalam World Health Assembly tahun 1988 yang diikuti oleh

sebagian besar negara di seluruh penjuru dunia dibuat kesepakatan

untuk melakukan Eradikasi Polio (ERAPO) tahun 2000, artinya

dunia bebas polio tahun 2000. Program ERAPO yang pertama

dilakukan adalah dengan melakukan cajupan imunisasi yang

memuelutuh.

2. PIN (Pekan Imunisasi Nasional)

Selanjutnya, pemerintah mengadakan PIN pada tahun 1995,

1996, dan 1997. Imunsasi polio yang harus diberikan sesuai dengan

rekomendasi WHO yaitu diberikan sejak lahir sebanyak 4 kali

15

Page 16: BAB I polio

dengan interval 6-8 minggu. Kemudian diulang pada saat usia

1,5tahun; 5 tahun; dan usia 15 tahun.

Upaya imunisasi yang berulang ini tentu takkan menimbulkan

dampak negatif. Bahkan merupakan satu-satunya program yang

efisien dan efektif dalam pencegahan penyakit polio.

3. Survailance Acute Flaccidd Paralysis

Yaitu mencari penderita yang dicurigai lumpuh layuh pada

usia di bawah usia 15 tahun. Mereka harus diperiksa tinjanya untuk

memastikan apakah karena polio atau bukan. Berbagai kasus yang

diduga polio harus benar-benar diperiksa di laboratorium karena bisa

saja kelumpuhan yang terjadi bukan karena polio.

4. Mopping Up

Artinya tindakan vaksinasi massal terhadap anak usia di bawah

5 tahun di daerah ditemukannya penderita polio tanpa melihat status

imunisasi polio sebelumnya.

B. SARAN

Menurut saya, makalah yang saya buat ini nantinya dapat menjadi

referensi bagi pembaca. Serta, dapat memperluas wawasan para pembaca pula

karena makalah ini saya susun dari berbagai sumber atau referensi.

DAFTAR PUSTAKA

16

Page 17: BAB I polio

http://id.88db.com/id/Knowledge/Knowledge_Detail.page?kid=10898 , diakses

pada tanggal 29 september 2012, waktu 00.47 WITA.

http://afie.staff.uns.ac.id/2009/02/06/cara-penyebaran-virus-polio/ , diakses pada

tanggal 28 september 2012, waktu 23.56 WITA.

17

Page 18: BAB I polio

BIOGRAFI PENYUSUN

Siti Azizah Isnaini lahir di Sungguminasa pada tanggal 16

januari 1995. Merupakan anak pertama dari pasangan

Much. Zuhri dan Umi Mahmudah. Pernah bersekolah di

SDN Bontokamase, Pesantren Pondok Madinah, MAN 2

Model Makassar dan melanjutkan pendidikan di

Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar

jurusan Kesehatan Masyarakat.

18