SAP waham

9
SATUAN ACARA PENYULUHAN Mata Ajaran : Keperawatan Jiwa Topik : Waham Sub Topik : Peran Serta Keluarga dalam Merawat Waham Sasaran : Keluarga dengan Anggota Keluarganya yang Mengalami Waham Tempat : Hari/Tanggal : Waktu : A. LATAR BELAKANG Berbagai masalah hidup baik kehilangan atau apapun dapat terjadi pada semua orang. Masalah hidup tersebut dapat menimbulkan stress bagi mereka yang tidak kuat mengalaminya. Jika stress ini berkepanjangan dapat memicu berbagai masalah gangguan jiwa, salah satunya adalah waham. Dalam hal tersebut peran kelurga sangat penting sekali untuk memberikan semangat dan segalanya bagi anggota keluarga yang mengalami waham. Tetapi dalam kenyataannya hal tersebut tidak terjadi, kelurga malah cenderung meninggalkan dan merasa malu jika anggota keluarga lainnya mengalami gangguan jiwa yaitu waham. Berdasarkan hal tersebut, kelompok memutuskan untuk memberikan penyuluhan kepada

Transcript of SAP waham

Page 1: SAP waham

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Mata Ajaran : Keperawatan Jiwa

Topik : Waham

Sub Topik : Peran Serta Keluarga dalam Merawat Waham

Sasaran : Keluarga dengan Anggota Keluarganya yang Mengalami Waham

Tempat :

Hari/Tanggal :

Waktu :

A. LATAR BELAKANG

Berbagai masalah hidup baik kehilangan atau apapun dapat terjadi pada semua orang.

Masalah hidup tersebut dapat menimbulkan stress bagi mereka yang tidak kuat mengalaminya.

Jika stress ini berkepanjangan dapat memicu berbagai masalah gangguan jiwa, salah satunya

adalah waham. Dalam hal tersebut peran kelurga sangat penting sekali untuk memberikan

semangat dan segalanya bagi anggota keluarga yang mengalami waham. Tetapi dalam

kenyataannya hal tersebut tidak terjadi, kelurga malah cenderung meninggalkan dan merasa malu

jika anggota keluarga lainnya mengalami gangguan jiwa yaitu waham. Berdasarkan hal tersebut,

kelompok memutuskan untuk memberikan penyuluhan kepada kelurga yang mempunyai anggota

keluarga dengan gangguan jiwa waham.

B. TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM

Pada akhir proses penyuluhan keluarga dapat berperan serta merawat anggota kelurganya yang

mengalami masalah gangguan jiwa waham.

C. TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah diberikan penyuluhan keluarga dapat :

1. Menjelaskan pengertian waham

Page 2: SAP waham

2. Menyebutkan tentang proses terjadinya waham

3. Menyebutkan tanda dan gejala waham

4. Menyebutkan peran serta keluarga dalam merawat waham

5. Mempraktikan dalam kehidupan nyata

D. SASARAN

Keluarga dengan Anggota Keluarganya yang Mengalami Waham

E. MATERI ( TERLAMPIR)

1. Pengertian waham

2. Proses terjadinya waham

3. Tanda dan gejala waham

4. Peran serta keluarga dalam merawat waham

F. METODE

1. Ceramah

2. Tanya Jawab

3. Diskusi

G. MEDIA

1. Leaflet

H. METODE EVALUASI

Tes awal cara mengajukan pertanyaan lisan

1. Apakah pernah mengenal istilah waham?

2. Bagaimana proses terjadinya waham?

3. Apa saja tanda dan gejala waham?

4. Apa saja peran serta keluarga dalam merawat waham ?

Tes akhir dengan cara mengajukan pertanyaan lisan dengan pertanyaan yang sama

dengan tes awal

Page 3: SAP waham

I. KEGIATAN PENYULUHAN

No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audience

1. Pembukaan

3 menit

1. Memberi salam pembukaan

2. Memperkenalkan diri

3. Menjelaskan tujuan penyuluhan

4. Menyebutkan materi yang akan

diberikan

5. Membagikan leaflet

1. Menjawab salam

2. Memperhatikan

3. Memperhatikan

4. Memperhatikan

5. Menerima dan membaca

2.

Pelaksanaan

15 Menit

Pelaksanaan :

1. Menjelaskan pengertian waham

2. Menyebutkan tentang proses

terjadinya waham

3. Menyebutkan tanda dan gejala

waham

4. Menyebutkan peran serta keluarga

dalam merawat waham

1. Memperhatikan

2. Memperhatikan

3. Memperhatikan

4. Memperhatikan

3. Evaluasi

5 menit Menanyakan kepada audience

tentang materi yang telah diberikan

Menjawab Pertanyaan

4. Terminasi

2 menit

1. Mengucapkan terimakasih atas

perhatian yang diberikan

2. Mengucapkan salam penutup

1. Mendengarkan

2. Membalas salam

Page 4: SAP waham

MATERI PENYULUHAN

Pengertian Waham

Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah,

keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya,

ketidakmampuan merespon stimulus internal dan ekternal melalui proses interaksi/informasi

secara akurat.

Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak

diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal (Stuart dan Sundeen,1998).

Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan tetapi dipertahankan dan

tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain, keyakinan ini berasal dari pemikiran klien

dimana sudah kehilangan control (Dep Kes RI, 1994).

Proses Terjadinya Waham

Fase Lack of Human Need

Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik maupun

psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang dengan status social den

ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita. Keinginan ia untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada

juga klien yang secara social dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara reality dengan self

ideal sangat tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi mengiginkan dipandang sebagai seorang

yang dianggap sangat cerdas, sangat berpengalaman dan diperhitungkan dalam kelompoknya.

Waham terjadi karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat

dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang.

Fase Lack of Self Esteem

Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal

dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi

sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya. Misalnya, saat lingkungan

sudah banyak yang kaya, menggunakan teknologi komunikasi yang canggih, berpendidikan

tinggi serta memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang melebihi

lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat jauh. Dari aspek pendidikan klien, materi,

Page 5: SAP waham

pengalaman, pengaruh, support system semuanya sangat rendah.

Fase Control Internal Eksternal

Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia katakan adalah

kebuhongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi menghadapi

kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui,

kebutuhannya untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam

hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan

sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar,

tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga

perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif

berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.

Fase Environment Support

Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya menyebabkan

klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut

sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan

control diri dan tidak berfungsinya norma (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi

perasaan dosa saat berbohong.

Fase Comforting

Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap semua

orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi

pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan

menghindari interaksi social (isolasi sosial).

Fase Improving

Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan yang

salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan traumatic

masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat

menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain.

Penting sekali untuk menggoncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya

keyakinan religiousnya bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada

konsekuensi social.

Page 6: SAP waham

Tanda dan Gejala Waham

Waham Kebesaran

Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan berulang kali

tetapi tidak sesuai kenyataan.

Contoh : “ Saya ini titisan Bung Karno , punya banyak perusahaan, punya rumah

diberbagai Negara dan bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit”.

Waham Curiga

Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan atau mencederai

dirinya, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataannya.

Contoh : “ Banyak polisi mengintai saya, tetangga saya ingin menghancurkan hidup saya,

suster akan meracuni makanan saya”.

Waham Agama

Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang kali

tetapi tidak sesuai kenyataanya. Contoh : “ Tuhan telah menunjuk saya menjadi wali,

saya harus terus menerus memakai pakaian putih setiap hari agar masuk surga”.

Waham Somatik

Meyakini bahwa tubuh klien atau bagian tubuhnya terganggu, diucapkan berulang kali

tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh : “ Sumsung tulang saya kosong, saya pasti kena

kanker, dalam tubuh saya banyak kotoran, tubuh saya telah membusuk, tubuh saya

menghilang”.

Waham Nihilistik

Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia ini atau meninggal, diucapkan berulang

kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh : “ saya sudah menghilang dari dunia ini,

semua yang ada disini adalah roh-roh,sebenarnya saya sudah tidak ada di dunia”.

Peran Serta Keluarga dalam Merawat Waham

Page 7: SAP waham

DAFTAR PUSTAKA

Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama

Keliat, Budi Anna dan Akemat.2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta :

EGC