RINGKASAN MATERI 3

13

Click here to load reader

description

pelajaran

Transcript of RINGKASAN MATERI 3

Page 1: RINGKASAN MATERI 3

Kebutuhan dan Pola Pendidikan Manusia

A

           

C.                Manusia sebagai Makhluk yang Dapat Dididik

Page 2: RINGKASAN MATERI 3

3.        Pandangan Freud tentang Struktur Jiwa (Kepribadian)[18]

Menurut Freud (ahli ilmu jiwa), struktur jiwa (kepribadian)terbentuk oleh tiga tingkatan atau

lapisan, yaitu bagian dasar (das Es), bagian tengah (das Ich) dan bagian atas (das Uber ich).

a.       Bagian Dasar atau das Es (the Id)

Bagian ini merupakan bagian paling dasar yaitu berkenaan dengan hasrat-hasrat atau sumber

nafsu kehidupan. Semua tuntutan das Es semata-mata demi kepuasan, tanpa memperhatikan nilai

baik-buruk. das Es ini merupakan prototype dari sifat individualistis manusia, egoistis, a-sosial

bahkan a-moral. Dan ketika manusia semata-mata mengikuti dorongan das Es yang demikian

tadi, maka sesungguhnya manusia tidak ada bedanya dengan makhluk alamiah lain.

b.      Bagian Tengah atau das Ich (aku)

Bagian ini terletak ditengah antara das Es dan das Uber Ich. Menjadi penengah antara

kepentingan das Es dan tujuan-tujuan das Uber Ich. Das Ich ini bersifat objektif dan realistis,

sehingga pribadi seseorang dapat berjalan dengan seimbang dan harmonis. Sesuai letaknya, das

Ich ini lebih sadar norma dibanding das Es. Kesadaran das Ich yang bersifat ke-aku-an ini lebih

bersifat social, sehingga das Ich dapat disamakan sebagai aspek social kepribadian manusia.

c.       Bagian Atas atau das Uber Ich (superego)

Bagian jiwa yang paling tinggi, sifatnya paling sadar norma, paling luhur. Bagian ini yang paling

lazim disamakan dengan budi nurani. Setiap motif, cita-cita dan tindakan das Uber Ich selalu

didasarkan pada asas-asas normative. Superego ini selalu menjunjung tinggi nilai-nilai, baik nilai

etika maupun nilai religious. Dengan demikian, superego adalah bagian jiwa yang palling sadar

terhadap makna kebudayaan, membudaya dalam arti terutama sadar nilai moral, watak superego

ialah susila.

4.        Sudut Pandang Asal-Mula dan Tujuan Hidup Manusia

Segala sesuatu yang ada dalam kehidupan ini pasti mempunyai asal-usul dan tujuan

keberadaanya, begitu juga manusia. Asala mula dan tujuan hidup manusia merupakan

merupakan substansi yanng sulit dijelaskan. Karena akal manusia sangat terbatas untuk mencapai

pada substansi tersebut.

Page 3: RINGKASAN MATERI 3

Pikiran manusia tidak pernah mampu menjelaskan secara terperinci tentang substansi asal-mula

tersebut. Mekipun demikian, pikiran manusia dapat dipastikan mampu secara logis

menyimpilkan dan menilai bahwa hakekat asal mula itu hanya ada satu, bersifat universal, dan

berada di dunia metafisis, karena itu bersifat absolut dan tidak mengalami perubahan serta

sebagai sumber dari segala sumber yang ada.[19]

Ketika manusia menyadari bahwa asal mula dan tujuan hidup hanya satu, bersifat universal dan

berada di dunia metafisis, maka pernyataan itu merujuk pada keberadaan Tuhan. Dalam agama

islam, manusia meyakini bahwa ia berasal dari Alloh SWT dan nantinya akan kembali kepada-

Nya juga.

Akal pikiran manusia dapat memastikan bahwa kehidupan ini berawal dari causa prima (Tuhan)

dan pada akhirnya kembali kepadacausa prima (Tuhan) pula.[20]

Jadi, jika demikian adanya maka dalam islam setidaknya manusia mempunyai beberapa tujuan.

Tujuan manusia hidup manusia paling sedikit ada empat macam; beribadah, menjadi khalifah

Alloh di muka bumi (yang baik dan sukses tentunya), memperoleh kesuksesan (kebaikan,

kebahagiaan dan keberuntungan) di dunia dan di akhirat, dan mendapat ridho Alloh.[21]

Page 4: RINGKASAN MATERI 3

BAB II

PEMBAHASAN

A.       Kebutuhan Manusia sebagai Makhluk Homo Educandum

Dengan kemampuan pengetahuan yang benar, manusia berusaha menjaga dan

mengembangkan kelangsungan hidupnya. Manusia berusaha untuk mengamalkan ilmu

pengetahuannya dalam perilaku sehari-hari. Dalam peilaku sehari-hari, pengetahuan berubah

menjadi moral, dan kemudian menjadi etika kehidupan, sedemikian rupa sehingga hakikat

perilaku berupa kecenderungan untuk mempertanggungjawabkan kelangsungan dan

perkembangan hidup dan kehidupan ini sepenuhnya.

Sedangkan tanggung jawab yang demikian itu berbentuk nilai keadilan. Adil terhadap diri

sendiri, terhadap sesama manusia, dan lebih-lebih terhadap alam dimana hidup dan kehidupan ini

berlangsung. Karena tanpa diri dan atau kepribadiannya, seorang manusia tidak mungkin bisa

memerankan arti dan fungsinya sebagai manusia, tanpa sesama manusia lainnya, seorang

manusia tidak mungkin mampu berada dan melangsungkan keberadaannya dan lebih-lebih tanpa

potensi alam, manusia siapa pun tidak mungkin berada.

Sejak lahir, seorang manusia sudah langsung terlibat di dalam kegiatan pendidikan dan

pembelajaran. Dia dirawat, dijaga, dilatih, dan dididik oleh orang tua, keluarga dan

masyarakatnya menuju tingkat kedewasaan dan kematangan, sampai kemudian terbentuk potensi

kemandirian dalam mengelola kelangsungan hidupnya. Kegiatan pendidikan dan pembelajaran

itu diselenggarakan mulai dengan cara-cara konvensional (alami) menurut pengalaman hidup,

sampai pada cara-cara formal yang metodik dan sistematik institusional (pendidikan sekolah),

menurut kemampuan konseptik-rasional.

Setelah taraf kedewasaan dicapai, manusia tetap melanjutkan kegiatan pendidikan dalam

rangka pematangan diri. Kematangan diri adalah kemampuan menolong dri sendiri, orang lain

dan terutama menolong kelestarian alam agar tetap berlangsung dalam ekosistemnya. Dengan

kata lain, pematangan diri adalah bentuk kegiatan pendidikan lanjutan, yakni upaya manusia

untuk menjadi semakin arif dengan sikap dan perilaku adil terhadap apa pun dan siapa pun yang

menjadi bagian bagian integral dari eksistensi kehidupan ini.

Page 5: RINGKASAN MATERI 3

Pada pokoknya persolan pendidikan adalah persoalan yang lingkupannya seluas

persoalan kehidupan manusia itu sendiri. Masalah pendidikan secara kodrati melekat pada dan

dalam diri manusia. Secara langsung atau tidak, setiap kegiatan hidup manusia selalu

mengandung arti dan fungsi pendidikan. Dengan pendidikan, manusia melakukan kegiatan

makan, minum, bekerja, beristirahat, bermasyarakat, beragama dan sebagainya.

Dengan demikian, antara manusia dan pendidikan terjalin hubungan kasualitas. Karena

manusia, pendidikan mutlak ada, dan karena pendidikan, manusia semakin menjadi diri sendiri

sebagai manusia yang manusiawi.

Manusia adalah makhluk yang sangat memerlukan pendidikan atau bisa disebut juga

dengan “homo educandum”.  Manusia dipanggil sebagai homo educandum karena manusia tidak

dapat dipisahkan dari pendidikan, manusia memerlukan pendidikan dan harus dididik terhadap

setiap individu.

Pengertian “homo educandum” menyiratkan adanya tiga subpredikat lainnya, yaitu homo

educandee also (makhluk terdidik), homo educabile (makhluk yang dapat dididik), dan homo

educandum (mahluk pendidikan). Oleh sebab itu, pendidikan bagi manusia sangat penting,

karena pendidikan tersebut merupakan salah satu usaha dalam rangka memanusiakan manusia

dan memanusiawikan manusia.

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, pendidikan

diharapkan dapat berfungsi dalam mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan

bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bretakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cukup, kreatif, mandiri

dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Sasaran pendidikan ini berfungsi sebagai alat atau sarana serta jalan untuk membuat

perubahan menuju perkembangan hidup. Pada titik ini manusia mewujudkan dirinya sebagai

makhluk berpendidikan.

Tersirat dalam kodratnya, manusia sebagai makhluk pendidikan, atas dasar potensi kodrat

cipta, rasa, karsa dan karyanya, manusia berkemampuan untuk dididik, mendidik diri dan

makhluk yang dapat dididik.

B.       Manusia sebagai Makhluk yang Perlu Dididik dan Mendidik Diri

Page 6: RINGKASAN MATERI 3

Manusia adalah makhluk yang perlu dididik dan mendidik drinya. Terdapat tiga prinsip

antopologis yang menjadi asumsi perlunya manusia mendapatkan pendidikan dan perlu mendidik

diri, yaitu: 1) prinsip historitas, 2) proinsip idealitas, dan 3) prinsip posibilitas/aktualitas.

Ada berbagi pandangan yang menginterpretasikan manusia sebagai makhluk, bagik

makhluk sosial, individual, politik, berakal, berbicara dan lain – lain. Dalam kajian ini erat

kaitanya dengan masalah pendidikan yang mengansumsi-kan bahwa manusia harus didik.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Tatang Syaripudin ( 2008 ) dan MI. Soelaeman ( 1985

) bahwa eksistensi atau keberadaan manusia saat ini tiada lain adalah untuk menjadi manusia.

Eksistensi manusia tersebut terpaut dengan masa lalunya sekaligus mengarah ke masa depan

untuk mencapai tujuan hidupnya. Dengan demikian, mausia berada dalam perjalanan hidup,

dalam perkembangan dan pengembangan diri. Ia adalah manusia tetapi sekaligus “belum selesai”

mewujudkan dirinya sebagai manusia (prinsip historisitas).

Selengkapnya di sini ... Makalah ini dipublish untuk berbagi ilmu dan masih banyak

kekurangannya. Makalah ini juga tidak untuk di copy paste dalam memenuhi tugas mata kuliah

apapun. Cantumkan sumber bila ingin mengutip. Terima kasih :)

Hubungan manusia dan kebudayaan

Manusia adalah makhluk individual, namun demikian manusia tidak hidup sendiri, tidak mungkin

hidup sendirian, dan tidak pula hidup untuk dirinya sendiri. Manusia hidup dalam keterpautan dengan

sesamanya. Dalam hidup bersama dengan sesamanya ( bermasyarakat ) setiap individu menepati

kedudukan ( status ) tertentu. Di samping itu, setiap individu mempunyai dunia dan tujuan hidup masing

– masing. Terdapat hubungan timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok,

dan kelompok dengan kelompok. Terdapat hubungan timbal balik antara individu dengan sesamanya

dalam rangka mengukuhkan eksistensinya masing – masing maka hendaknya terdapat keseimbangan

antara individualitas dan sosialitas pada setiap manusia.

Manusia memiliki inisiatif dan kreatif dalam menciptakan kebudayaan, hidup berbudaya, dan

membudaya. Kebudayaan bukan sesuatu yang ada di luar manusia, bahkan hakikatnya meliputi

perbuatan manusia itu sendiri. Berbicara tentang kebudayaan adalah berbicara tentang manusia itu

sendiri. Kebudayaan bertautan dengan kehidupan manusia sepenuhnya, kebudayaan menyangkut

sesuatu yang Nampak dalam bidang eksistensi setiap manusia. Manusia tidak terlepas dari kebudayaan,

bahkan manusia itu baru menjadi manusia karena bersama kebudayaannya ( C. A. Van Peursen, 1957 ).

Sejalan dengan ini Ernst Cassirer menegaskan bahwa manusia tidak akan menjadi manusia karena faktor

Page 7: RINGKASAN MATERI 3

di dalam dirinya, seperti misalnya naluri, melainkan fungsi kehidupannya, yaitu pekerjaannya,

kebudayaannya.

Kebudayaan memiliki fungsi postif bagi manusia, namun demikian apabila manusia kurang

bijaksana dalam mengembangkannya, kebudayaan pun dapat menimbulkan kekuatan – kekuatan yang

mengancam eksistensi manusia. Contoh dalam perkembangan kebudayaan yang begitu cepat, sejak

abad yang lalu disinyalir telah menimbulkan krisis antropologis. Kebudayaan tidak bersifat statis

melainkan dinamis. Kodrat dinamika pada diri manusia mengaplikasikan adanya perubahan dan

pembaharuan kebudayaan. Hal ini tentu saja didukung pula oleh pengaruh kebudayaan masyarakat atau

bangsa lain terhadap kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Selain itu, mengingat adanya dampak

positif dan negatif dari kebudayaan terhadap manusia, masyarakat kadang – kadang terombang –

ambing di antara dua relasi kecenderungan. Di satu pihak ada yang mau melestarikan hal – hal lama (

tradisi ), sedang yang lain terdorong untuk menciptakan hal – hal baru ( inovasi ). Ada pergolakan yang

tak kunjung reda antara tradisi dan inovasi. Hal ini meliputi semua kehidupan budaya ( Ernst Cassirer,

1987 ).

Kebudayaan mempunyai sifat normatif, karena diarahkan oleh nilai – nilai yang diakui bersama

di dalam suatu masyarakat. Proses pendidikan dengan sendirinya merupakan suatu proses yang

normatif, yang di dasari dengan nilai – nilai. Salah satu contoh kebudayaan adalah pendidikan.

Pendidikan sebagai suatu proses kebudayaan yang harus melihat peserta didik sebagai individu yang

menyeluruh atau sebagai seorang seutuhnya. Kebudayaan juga mengatur manusia untuk bertindak.

B.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Manusia memiliki inisiatif dan kreatif dalam menciptakan kebudayaan, hidup berbudaya, dan

membudaya. Kebudayaan bukan sesuatu yang ada di luar manusia, bahkan hakikatnya meliputi

perbuatan manusia itu sendiri. Berbicara tentang kebudayaan adalah berbicara tentang manusia itu

Page 8: RINGKASAN MATERI 3

sendiri. Kebudayaan bertautan dengan kehidupan manusia sepenuhnya, kebudayaan menyangkut

sesuatu yang Nampak dalam bidang eksistensi setiap manusia. Manusia tidak terlepas dari kebudayaan,

bahkan manusia itu baru menjadi manusia karena bersama kebudayaannya ( C. A. Van Peursen, 1957 ).

Setiap manusia itu membutuhkan pendidikan. Karena melalui pendidikan manusia dapat

mempunyai kemampuan – kemampuan untuk mengatur dan mengontrol serta menentukan dirinya

sendiri. Melalui pendidikan pula perkembangan kepribadian manusia dapat diarahkan kepada yang lebih

baik. Dan melalui pendidikan kemampuan tingkah laku manusia dapat didekati dan di analisis secara

murni. Kemampuan seperti itulah yang tidak dimiliki oleh makhluk Tuhan yang lainnya. Manusia dapat

tumbuh dan berkembang melalui pendidikan, karena manusia dapat tumbuh berkembang melalui suatu

proses alami menuju kedewasaan baik itu bersifat jasmani maupun bersifat rohani. Oleh sebab itu

manusia memerlukan Pendidikan demi mendapatkan perkembangan yang optimal sebagai manusia.

Manusia merupakan individu yang memerlukan pendidikan yang layak. Pendidikan salah satu

contoh kebudayaan yang selalu berkembang sesuai perkembangan zaman. Manusia yang baik adalah

manusia yang dapat melestarikan kebudayaannya karena manusia sebagai makhluk budaya. Pendidikan

hanya dapat dilakukan oleh makhluk yang berbudaya dan yang menghasilkan nilai kebudayaan yaitu

manusia. Hal ini juga yang membedakan manusia dengan makhluk yang lainnya ( hewan ) dengan

adanya kebudayaan dan pendidikan. Perkembangan pendidikan sejajar dengan perkambangan

kebudayaan. Pendidikan selalu berubah sesuai perkembangan kebudayaan, karena pendidikan

merupakan proses transfer kebudayaan dan sebagai cermin nilai – nilai kebudayaan ( pendidikan

bersifat reflektif ). Pendidikan juga bersifat progresif yaitu yang selalu mengalami perubahan

perkembangan sesuai tuntutan perkembangan kebudayaan.

B. Saran

Kebudayaan itu di ibaratnya seperti ciri khas dari manusia yang menggunakan kebudayaan

tersebut. Kita sebagai manusia yang berbudaya setidaknya kita dapat menjaga kebudayaan yang kita

punya bahkan kalau bisa kita melestarikan kebudayaan yang ada di Indonesia. Agar tidak terpengaruh

oleh kebudayaan luar yang akhiri – akhir ini berkembang di dunia .

Page 9: RINGKASAN MATERI 3

DAFTAR PUSTAKA

Hatimah, I. dkk. ( 2010 ) Pembelajaran Berwawasan Kemasyaraktan. Jakarta : Universitas Terbuka

Wahyudin, D. dkk. ( 2010 ) Pengantar Pendidikan. Jakarta : Universitas Terbuka.

http://hadirukiyah.blogspot.com/2010/07/hubungan-kebudayaan-dengan-pendidikan.html