RIAN ARIANDI -...

100
PROFESIONALISME GURU DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN (KAJIAN TEMATIK AYAT-AYAT AL-QUR’AN) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) Oleh RIAN ARIANDI NIM: 109011000286 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M/1436 H

Transcript of RIAN ARIANDI -...

Page 1: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

PROFESIONALISME GURU DALAM PERSPEKTIF

AL-QUR’AN

(KAJIAN TEMATIK AYAT-AYAT AL-QUR’AN)

SKRIPSI

Diajukan

Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)

Oleh

RIAN ARIANDINIM: 109011000286

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015 M/1436 H

Page 2: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...
Page 3: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...
Page 4: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...
Page 5: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...
Page 6: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...
Page 7: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

i

ABSTRAK

Nama

NIM

Fak/jur

Judul

:

:

:

:

Rian Ariandi

109011000286

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan/Pendidikan Agama Islam

“Profesionalisme Guru dalam Perspektif Al-Qur’an (Kajian

Tematik Ayat-ayat Al-Qur’an)”

Profesionalisme Guru merupakan suatu hal yang sangat penting dalammelaksanakan serangkaian tugasnya dalam proses kegiatan belajar mengajar. Danhal ini juga merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan. Al-Qur’ansebagai kitab samawi yang menjadi petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa,baik tersurat maupun tersirat telah banyak memberikan inspirasi terkait konseppendidikan, tidak terkecuali ayat-ayat yang menjelaskan tentang sikap profesionalyang harus dimiliki oleh seorang guru. Sehingga dalam penyusunan skripsi inibertujuan untuk mendeskripsikan ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan denganprofesionalisme guru.

Skripsi ini merupakan kajian pustaka (Library Research) yang bersifatkualitatif deskriptif, yakni metode yang memberikan gambaran dan paparankonsep dengan cara berfikir rasional dan reflektif. Dalam metode penafsiran al-Qur’an dikenal dengan sebutan metode Maudhu’i (tematik) yakni suatu metodeyang berupaya menghimpun ayat-ayat Al-Qur’an dari berbagai surah denganmenjelaskan tujuan-tujuannya secara umum dan khusus atau tema sentral surahtersebut, kemudian menghubungkannya dengan ayat-ayat lain sebagai pendukungketerangan.

Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah seorang guru yang profesionaltentunya menguasai berbagai macam kompetensi untuk menunjang performanyasebagai seorang guru. Adapun isyarat al-Qur’an secara implisit menunjukkanbeberapa kosakata yang menunjukkan pada kompetensi guru diantaranya,Muzakki, Mu’allim, Ulul Albab, dan Ulama. Setelah diteliti secara mendalam,penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan dengankompetensi guru sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang no. 14 tahun 2005tentang Guru dan Dosen.

Page 8: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

ii

ABSTRACK

Nama

NIM

Fak/jur

Judul

:

:

:

:

Rian Ariandi

109011000286

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan/Pendidikan Agama Islam

“Profesionalisme Guru dalam Perspektif Al-Qur’an (Kajian

Tematik Ayat-ayat Al-Qur’an)”

Teachers’ professionalism is very important in the process of teaching and

learning activities. And it is also as the key to reach the successful in education. Al-Quran as the heavenly books that became guidance for those who fear with the God, either express or implied has inspired many opinions related to education’s concept, and no exception the verses that describes the professional attitude which must a teacher have. So that, in formulation of this paper, the author aims to describes the verses of the Qur'an relating to the teachers’ professionalism.

This paper is a library research which is qualitative descriptive, which is a method that provides an overview and exposure the concept in rational thinking and reflective. In the method of interpretation of the Qur’an known as Maudhu'i method (thematic) which is a method that try to collect the verses of the Qur'an from various surah by explaining in genaral objectives and specific or the central theme of that surah, then connecting with other verses as supporting explanation.

The result of this study is a professional teacher must have various competencies to support the performance as a teacher. In implicitly, Al-Qur’an shows that indicated some words that shows the teachers’ competence, such as, Muzakki, Mu'allim, Ulul Albab, and Ulama. After deeply studied, the author obtain the understanding that the words is in line with the teachers’ competence as writen in Lawbook no. 14 years 2005 about Teachers and Lecturers.

Page 9: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

ii

KATA PENGANTAR

بسم الله الرحمن الرحيم

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allat Swt, yang telah

melimpahkan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi sebagai tugas akhir ini. Shalawat dan salam senantiasa

dipanjatkan kepada Rasulullah Muhammad Saw, yang telah mengubah peradaban

dari peradaban yang penuh kesesatan menuju masyarakat yang berperadaban,

yang penuh keimanan dan ketakwaan. Doa dan salam juga semoga terlimpahkan

kepada keluarga, sahabat dan pengikutnya yang senantiasa istiqomah dan setia

hingga akhir zaman. Amiin

Melalui segenap usaha, doa, dan penantian panjang. Alhamdulillah,

penulis telah dapat menyelesaikan penyusunan skripsi sebagai tugas akhir ini

berkat bantuan dari berbagai pihak, baik materil maupun moril, terutama adalah

atas Taufiq dan Inayah Allah Swt. Karena itu, penulis merasa kepada Allah Swt,

dan berterima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan serta

kemudahan kepada penulis baik pada saat penulis menyelesaikan studi maupun

saat penulis menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Untuk itu, penulis ingin sampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Prof. Dr. H. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. H. Abdul Majid Khon, MA. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Hj. Marhamah Saleh, Lc, MA. Sekretaris Jurusan, serta staf-staf jurusan

Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Page 10: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

iii

5. Dra. Hj. Elo Al-Bugis, MA. Dosen Pembimbing, atas segenap waktu, arahan

dan kesabarannya dalam membimbing penulis hingga akhir penulisan skripsi

ini.

6. Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA. Dosen Penasihat Akademik.

7. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta atas ilmu yang diberikan kepada penulis,

semoga ilmu ini dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

8. Pimpinan dan staf perpustakaan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta. Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan serta perpustakaan lainnya, yang telah membantu penulis dalam

menyediakan buku-buku yang penulis butuhkan.

9. Ayahanda tercinta, Dedi dan Ibunda tercinta Cucu Sumartini, atas segenap

doa, nasehat, kesabaran, yang diberikan kepada penulis untuk dapat belajar

terus tanpa batas.

10. Teristimewa, Desi Anggryani, atas segala bentuk dukungan dan perhatian

yang diberikan kepada penulis.

11. Kepada semua sahabatku PAI angkatan 2009 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan khususnya kelas G Jurusan Pendidikan Agama Islam, terima kasih

atas segala masukan, motivasi, dukungan dan doa yang telah kalian berikan.

Semoga Allah Swt, yang Maha Pengasih dan Penyayang, berkenan membalas

semua amal kebaikan mereka dengan balasan yang sebaik-baiknya, dan

semoga menuai manfaat dan barokah fidunya wal akhirah. Amiin.

Jakarta, 10 April 2105

Penulis

Page 11: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

iv

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING

LEMBAR PERNYATAAN

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA SIDANG

ABSTRAK.....................................................................................................

KATA PENGANTAR...................................................................................

DAFTAR ISI.................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.....................................................................

B. Identifikasi Masalah............................................................................

C. Pembatasan Masalah...........................................................................

D. Rumusan Masalah...............................................................................

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian...........................................................

BAB II KAJIAN TEORI

A. Profesionalisme Guru.........................................................................

1. Pengertian Profesionalisme Guru.................................................

2. Syarat Guru Profesional................................................................

3. Standar Kompetensi Guru.............................................................

4. Tugas, Fungsi, dan Tanggung Jawab Guru...................................

5. Kedudukan Guru dalam Islam......................................................

B. Perspektif Al-Qur’an...........................................................................

1. Pengertian Perspektif....................................................................

2. Pengertian Al-Qur’an....................................................................

3. Fungsi Al-Qur’an..........................................................................

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian.............................................................

B. Metode Penelitian...............................................................................

C. Fokus Penelitian..................................................................................

i

ii

iv

1

6

6

6

7

8

8

14

17

21

25

27

27

27

29

32

32

35

Page 12: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

v

BAB IV TEMUAN PENELITIAN (KOSA KATA YANG

MENUNJUKAN PADA PROFESIONALISME GURU DALAM AL-

QUR’AN)

A. Teks Ayat dan Terjemahan.................................................................

B. Tafsir Ayat-Ayat Al-Qur’an...............................................................

1. Surat Al-Baqarah[2]: 151..............................................................

2. Surat Ali-Imran[3]: 190-191.........................................................

3. Surat Faathir[35]: 27-28................................................................

C. Temuan Penelitian..............................................................................

1. Al-Muzakki...................................................................................

2. Al-Mu’allim..................................................................................

3. Ulul Albab.....................................................................................

4. Ulama............................................................................................

D. Konstruksi Ayat-ayat Al-Qur’an yang Memiliki Kosa Kata yang

Mengandung Makna Profesionalisme Guru.......................................

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................................

B. Implikasi.............................................................................................

C. Saran...................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

36

37

37

43

49

55

55

62

67

74

80

83

84

85

Page 13: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Guru merupakan bagian dari komponen pendidikan yang paling

strategis, pendidikan tidak dapat dilepaskan dari peran seorang guru. Guru

juga biasa disebut ujung tombak proses pendidikan, yang mengantarkan anak

didiknya ke gerbang kesuksesan. Karena demikian pentingnya, hingga di

antara pakar pendidikan Nana Syaodih Sukmadinata sebagaimana dikutip

Abuddin Nata berpendapat, “andaikata tidak ada kurikulum secara tertulis,

tidak ada ruang kelas dan prasarana belajar mengajar lainnya, namun ada guru,

maka pendidikan masih dapat berjalan”.1

Di masa lalu, ketika ilmu pengetahuan dan teknologi belum

berkembang, sumber belajar masih terbatas, kekuasaan kaum ulama dan

ilmuwan masih cukup dominan, peran dan fungsi guru sangat dihormati. Guru

tak ubahnya seperti pendeta atau orang suci yang doa dan nasihatnya selalu

diharapkan. Mereka menjadi tempat bertanya bagi masyarakat, mulai dari

urusan keagamaan hingga urusan keluarga, pendidikan, dan lain sebagainya.

Visi dan orientasi kebahagiaan guru pada waktu itu hanya satu, yaitu

membangun peradaban dengan cara memajukan dan mensejahterakan

masyarakat melalui peningkatan kualitas fisik, pancaindra, akal pikiran, sosial,

1Abuddin Nata, Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta: Proyek Pengadaanbuku Daras/Ajar, 2005), cet. h. 127.

Page 14: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

2

seni, moral, dan spiritual.2 Kebahagiaan baginya adalah apabila dapat

menyaksikan para muridnya menjadi orang yang sukses dimasyarakat dengan

melaksanakan peran dan fungsinya memajukan masyarakat, seperti menjadi

tokoh agama, ulama, panutan masyarakat, pejabat negara yang adil dan

demokratis, serta orang kaya yang dermawan.

Selain itu, menurut Asef Umar Fakhruddin menyatakan bahwa, guruadalah pribadi yang dapat menentukan maju atau tidaknya sebuahbangsa dan peradaban manusia. Di tangannya, seorang anak yangawalnya tidak tahu apa-apa menjadi pribadi jenius, melaluisepuhannyalah lahir generasi-generasi unggul. Ia “turun” untukmemberantas kebodohan umat manusia, sekaligus menghujamkankearifan sehingga manusia bisa paham tentang makna kedirian danmakna kehidupan.3

Tanpa guru, tidak mungkin program pendirian sekolah dan universitas

dapat berhasil. Tanpa guru, tidak mungkin muncul generasi berkualitas, lalu

bagaimana dengan kondisi kualitas guru di Indonesia (diseluruh Provinsi)?

Data dari kementrian Pendidikan Nasional 2009, menunjukan bahwa terjadi

ketimpangan kualitas guru antara Provinsi di Jawa dan di luar Jawa.4 Di

samping itu, derasnya arus globalisasi menawarkan nilai-nilai baru yang

secara kasat mata sangat menggiurkan dan menggoda. Kalau kita tidak

menyikapi dengan cerdas, maka kita hanya akan menjadi objek dan bukan

subyek yang mengendalikan globalisasi.

Saat ini, peran dan fungsi guru tersebut tengah mengalami pergeseran

dan perubahan yang amat mendasar dan drastis. Penggunaan sains dan

teknologi, terutama teknologi komunikasi, menyebabkan semakin

mengecilnya peran dan fungsi guru, karena banyak tugas-tugas keguruan

terutama dalam transfer of knowledge (menyampaikan ilmu pengetahuan)

sudah digantikan oleh teknologi. Demikian pula dimensi sakralitas dan

kekudusan seorang guru semakin tergeser. Doa dan nasihatnya pun jarang

2Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam Isu-isu Kontemporer tentangPendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), cet. 1, h. 300.

3Asef Umar Fakhruddin, Menjadi Guru Favorit, (Jogyakarta: Diva Press, 2010), cet. II, h.8.

4Munif Chatib, Gurunya manusia, (Bandung: Kaifa, 2011), Cet. Ke-I, h. xiv.

Page 15: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

3

didengarkan, perannya pun bergeser pada fungsi kebendaan yang bersifat

mekanistik, seperti fasilitator, katalisator, dan mediator.5

Peran dan fungsi guru yang demikian itu semakin diperparah lagi oleh

munculnya berbagai masalah yang tidak lagi sanggup diatasi oleh guru.

Meningkatnya jumlah orang yang mengalami gangguan jiwa, stres, bunuh diri,

tempramental, mengamuk, menyerang, menyakiti orang lain, mencuri,

merampok, pelecehan seksual, hamil diluar nikah, menggugurkan kandungan,

dan mengkonsumsi narkoba yang sebagian dilakukan oleh para pelajar,

menyebabkan peran dan fungsi guru semakin tidak berdaya.

Kekurang berdayaan guru dalam mengatasi berbagai masalah tersebut,

semakin diperparah oleh adanya sebagian guru yang mengalami disorientasi

keguruannya sebagaimana tersebut di atas. Sebagian guru ada yang melihat

jabatannya sebagai pekerja tukang yang hanya tunduk pada hukum

transaksional materialistik, yakni mengukur peran, fungsi dan tugasnya hanya

dari segi nilai uang yang diterimanya.

Sejalan dengan sifatnya itu, maka diantara guru ada yang menjadi

makelar dengan menjadikan sekolah sebagai pasar untuk memasarkan

berbagai produk barang dan jasa yang ditawarkan dari luar, mulai dari barang

cetakan, baju seragam, barang elektronik, jasa keterampilan, transportasi,

rekreasi, penyalahgunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS),

melakukan praktik yang tidak jujur dalam meluluskan ujian para muridnya

dengan imbalan tertentu, dan lain sebagainya.

Terjadinya pergeseran visi, misi dan orientasi guru yang demikian itu

tentu harus dicegah, karena keadaan guru yang demikian itu tidak mungkin

dapat menyiapkan lulusan pendidikan yang memiliki keunggulan dalam

bidang fisik, intelektual, keterampilan, moral dan spiritual. Mereka tidak

mungkin dapat melaksanakan perannya sebagai penggerak perubahan sosial

(agent of social change) ke arah yang lebih baik, serta sebagai pembangun

masa depan peradaban bangsa yang unggul.

5Abuddin Nata, op. cit., h. 300-301.

Page 16: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

4

Dengan kondisi bangsa dan negara seperti ini sangat dibutuhkan guru

yang berkualitas (profesional), berkompeten, memiliki karakter kuat, jujur,

tangguh, berakhlak mulia, dan mampu menjawab tantangan zaman. Namun,

kenyataannya tidak sedikit para guru yang belum mengetahui secara jelas/pasti

bagaimana menjadi guru profesional dan berkualitas, serta memiliki

kompetensi yang mutlak perlu dimiliki oleh seorang guru dan calon guru.

Sebab tanpa ini semua tidak mungkin proses interaksi tersebut dapat berjalan

secara kondusif.

Di antara profesionalisme guru yang harus dimiliki adalah mampu

menjadi pengendali dan pengarah, pembimbing perkembangan dan

pertumbuhan manusia didik, serta memahami kebutuhan perkembangan dan

pertumbuhan manusia didik bagi kehidupannya di masa depan. Dan pendidik

harus memahami dan pandai menggunakan berbagai macam metode yang

berdaya guna dalam proses kependidikan sesuai dengan tuntunan kebutuhan

tingkat perkembangan dan pertumbuhan mereka yang berpusat pada

kemampuan kognitif, konatif (kemauan), dan emosional atau afektif serta

psikomotorik manusia didik dalam kerangka fitrah masing-masing.

Selanjutnya, standar kompetensi yang tertuang dalam Undang-undang

No.14 tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen pasal 10 ayat (1), dimana

peraturan tersebut menyebutkan bahwa guru profesional sekurang-kurangnya

harus memiliki 4 kompetensi guru, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh

melalui pendidikan profesi.6

Kompetensi seorang guru atau pendidik dalam melaksanakan tugas

mendidik harus sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya

dan harus disertai dengan perilaku rasional yang dapat dipertanggung

jawabkan serta layak sebagai bagian dari diri seorang guru.

Al-Qur’an merupakan sumber utama dalam ajaran islam. Ia menjadi

petunjuk bagi kehidupan manusia. Al-Qur’an adalah kitab suci terakhir yang

6Lampiran Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005, Tentang Gurudan Dosen

Page 17: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

5

diturunkan Allah Swt, kepada umat manusia yang isinya mencakup segala

pokok-pokok syari’at yang terdapat dalam kitab-kitab suci yang diturunkan

sebelumnya. Kehadiran Al-Qur’an telah memberi pengaruh yang luar biasa

dahsyat bagi lahirnya berbagai konsep yang diperlukan manusia dalam

berbagai bidang kehidupan, tidak terkecuali pendidikan dan juga tentang

kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru dan calon guru agar

memenuhi kriteria menjadi guru profesional.

Sebagai kalamullah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW.

Al-Quran diturunkan Allah SWT untuk menunjukkan manusia kearah yang

lebih baik. Firman Allah SWT:

) ٦٤]: ١٦[النحلسورة(

“dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al Quran) ini,melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yangmereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaumyang beriman.” (Surat An-Nahl[16]: 64)

Al-Quran, apabila bercerita tentang sejarah manusia pada masa lalu,

maka ada pesan khusus yang diselipkan di dalam kisah tersebut, yaitu agar

kejadian tersebut bisa menjadi renungan akan jati dirinya dan dapat bercermin

dengan kejadian masa lalu. Karena, sejarah akan senantiasa terulang kembali

apabila faktor-faktor yang menimbulkan sejarah itu muncul kembali. Jika saja

mau meluangkan waktu untuk mempelajari Al-Qur`an, maka sudah pasti akan

mendapatkan pelajaran yang banyak.

Kemudian, bagaimana jika macam-macam profesionalisme guru

tersebut, dihubungkan dengan isyarat-isyarat yang terdapat dalam al-Qur’an

yang menjadi sumber ilmu pengetahuan dan telah banyak memberikan

inspirasi edukatif, dengan cara mengintrodusir konsep-konsep al-Qur’an

tentang kependidikan, serta ayat-ayat yang menjelaskan tentang

profesionalisme guru.

Page 18: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

6

Mengingat begitu pentingnya kompetensi yang harus dimiliki oleh

seorang guru dan calon guru, untuk memenuhi kriteria sebagai guru

profesional dalam dunia pendidikan, maka penulis tertarik mengangkat judul

skripsi “Profesionalisme Guru dalam Persfektif Al-Qur’an (Kajian Tematik

Ayat-ayat Al-Qur’an)”.

B. Identifikasi Masalah

Dengan dasar pemikiran diatas maka peneliti akan menjelaskan

tentang identifikasi masalah yang ditemukan sebagai berikut:

1. Banyak guru yang belum mencerminkan karakternya sebagai seorang guru

profesional.

2. Banyak guru yang mengalami disorientasi keguruannya.

3. Rendahnya kompetensi kepribadian guru.

4. Rendahnya kompetensi pedagogik guru.

5. Rendahnya kompetensi sosial guru.

6. Rendahnya kompetensi profesional guru.

C. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan skripsi ini terfokus, maka penulis membatasi kajian

skripsi ini pada pembahasan tentang:

1. Kompetensi kepribadian guru dalam al-Qur’an surat Al-Baqarah[2]: 151

2. Kompetensi pedagogik guru dalam al-Qur’an surat Al-Baqarah[2]: 151

3. Kompetensi sosial guru dalam al-Qur’an surat Ali-Imran[3]: 190-191

4. Kompetensi profesional guru dalam al-Quran surat Faathir[35]: 27-28

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada pembatasan masalah diatas, maka penulis

merumuskan masalah yaitu: bagaimana

1. Bagaimana kompetensi kepribadian guru dalam surat Al-Baqarah[2]: 151?

2. Bagaimana kompetensi pedagogik guru dalam surat Al-Baqarah[2]: 151?

3. Bagaimana kompetensi sosial guru dalam surat Ali-Imran[3]: 190-191?

4. Bagaimana kompetensi profesional guru dalam surat Faathir[35]: 27-28?

Page 19: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dengan melihat dan memperhatikan rumusan masalah diatas, tujuan

dari penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan kompetensi kepribadian guru dalam surat Al-Baqarah[2]:

151.

2. Mendeskripsikan kompetensi pedagogik guru dalam surat Al-Baqarah[2]:

151.

3. Mendeskripsikan kompetensi sosial guru dalam surat Ali-Imran[3]: 190-

191.

4. Mendeskripsikan kompetensi profesional guru dalam surat Faathir[35]: 27-

28.

Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan formulasi awal

dalam mengutamakan kompetensi guru, serta pelajaran berharga bagi kaum

muslimin, khususnya guru dan calon guru, dan diharapkan pula manfaat yang

diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai khazanah ilmu pengetahuan/intelektual tentang profesionalisme

guru, khususnya bagi guru, calon guru, dan khalayak umum yang bergelut

dalam dunia pendidikan.

2. Kajian ini juga dapat digunakan sebagai rujukan atau dasar untuk

melakukan penelitian selanjutnya.

Page 20: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

8

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Profesionalisme Guru

1. Pengertian Profesionalisme Guru

Profesionalisme berasal dari bahasa Inggris Profession yang berarti

mata pencarian atau pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh

melalui pendidikan atau latihan khusus.1 Menurut Ahmad Tafsir di dalam

bukunya mengatakan bahwa, “profesionalisme ialah paham yang

mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang

profesional. Orang yang profesional ialah orang yang memiliki profesi”.2

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia profesi adalah “bidang

pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejuruan, dan

sebagainya) tertentu”.3 Sedangkan secara etimologi, profesi berasal dari

bahasa inggris profession yang berarti mengakui, pengakuan, dan

menyatakan ahli atau mampu dalam melaksanakan pekerjaan tertentu.4

Sudarwan Danim merujuk pendapat Howard M. Vollmer dan

Donald L. Mills sebagaimana dikutip oleh Ali Mudlofir berpendapat

1M. Jhons Echols, et. All, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia, 1996), cet.XXIII. h. 499

2Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Rosda Karya, 2010),cet. 1, h. 107.

3Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: BalaiPustaka, 2007), cet. 3, h. 897.

4Aris Shoimin, Excellent Teacher Meningkatkan Profesionalisme Guru Pasca Sertifikasi,(Semarang: Dahara Prize, 2013), cet. 1, h. 4.

Page 21: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

9

bahwa profesi adalah suatu pekerjaan yang menuntut kemampuan

intelektual khusus yang diperoleh melalui kegiatan belajar dan pelatihan

yang bertujuan untuk menguasai keterampilan atau keahlian dalam

melayani atau memberikan advis pada orang lain dengan memperoleh

upah atau gaji dalam jumlah tertentu.5

Menurut Muhajir sebagaimana dikutip oleh Pupuh Fathurrohman

dan Aa Suryana, secara historis profesi memiliki arti yang berasal dari kata

“profesio” (Latin) bermakna “Ikrar”.6 Diawali di lingkungan gereja, yaitu

para biarawan dan biarawati menyerahkan diri dalam hidupnya untuk

bekerja demi Tuhannya dan kemanusiaan, berikrar bekerja untuk gereja

dan berjanji-berikrar: tanpa meminta bayaran atau gaji. Dilihat dari

historikalnya profesi adalah pekerjaan dan sikap yang mulia (suci).

Profesional menurut rumusan Undang-Undang Nomor 14 Tahun

2005 Bab I Pasal I ayat 4 yang dikutip oleh Ali Mudlofir digambarkan

sebagai pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan

menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,

kemahiran, dan kecakapan yang memenuhi standar mutu dan norma

tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.7

Abuddin Nata menyatakan, bahwa pada mulanya kata profesiseperti yang kita gunakan sekarang ini arti sebenarnya tidak laindari pernyataan atau pengakuan tentang bidang pekerjaan ataubidang pengabdian yang dipilih. Jadi seorang yang mengatakanbahwa profesinya adalah pemusik, maka sebenarnya tak lain daripada memberitahukan kepada orang lain bahwa bidang pekerjaanyang dipilihnya adalah bermain musik. Pada taraf perkembanganberikutnya, kata profesi ini mendapat arti yang lebih jelas ataulebih ketat. Ada dua ketentuan mengenai penggunaan kata profesiini. Pertama, suatu kegiatan hanya dapat dikatakan profesi kalaukegiatan itu dilakukan untuk mencari nafkah. Kegiatan yangdilakukan tidak untuk mencari nafkah, melainkan untuk mencarikesenangan atau kepuasan semata-mata disebut hobi. Kedua,ditentukan pula bahwa suatu kegiatan untuk mencari nafkah hanya

5Ali Mudlofir, Pendidik Profesional, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012), cet. 1, h.6.

6Pupuh Fathurrohman, Aa Suryana, Guru Profesional, (Bandung: PT Refika Aditama,2012), cet. 1, h. 1.

7Ali Mudlofir. loc. cit.

Page 22: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

10

boleh disebut profesi kalau dilakukan dengan tingkat keahlian yangtinggi. Perbuatan yang dilakukan dengan tingkat keahlian yangsedang-sedang saja disebut kejuruan atau vokasi. Sedangkan, suatukegiatan mencari nafkah dilakukan tanpa keahlian semata-matadalam bahasa inggris disebut unskilled labour. Dalam bahasaIndonesia pekerjaan seperti ini disebut pekerjaan awam.8

Untuk itu menurut Mochtar Buchori, terdapat tiga petunjuk dasarmengenai suatu perbuatan profesi yaitu sebagai berikut. Pertama,ditentukan bahwa setiap profesi dikembangkan untuk memberikanpelayanan tertentu kepada masyarakat. Kedua, ditentukan bahwaprofesi bukanlah sekedar mata pencaharian atau bidang pekerjaan.Dalam kata profesi tercakup pula pengertian pengabdian padasesuatu. Ketiga, setiap bidang profesi mempunyai kewajiban untukmenyempurnakan prosedur kerja yang mendasari pengabdiannyasecara terus menerus. 9

Menurut Nana Sudjana sebagaimana dikutip oleh Uzer Usman

menyatakan bahwa, “kata profesional berasal dari kata sifat yang berarti

mata pencaharian dan juga sebagai kata benda yang berarti orang yang

mempunyai keahlian. Dengan kata lain pekerjaan yang bersifat profesional

adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus

dipersiapkan dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang

karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain”.10

Menurut Syamsudin yang dikutip oleh Aris Shoimin menyatakan

bahwa profesionalisme merujuk kepada derajat atau tingkat penampilan

seseorang sebagai seorang profesional dalam melaksanakan profesi yang

mulia itu.11 Dengan kata lain, profesionalisme adalah sebuah istilah yang

diperoleh setelah melalui sebuah proses tahapan tertentu. Karena telah

melewati tahapan tertentu itulah, maka ia disebut profesional.

Dari berbagai pengertian di atas dapat penulis simpulkan bahwa

dalam profesi digunakan teknik dan prosedur intelektual yang harus

dipelajari secara sengaja, sehingga dapat diterapkan untuk kemaslahatan

8Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam diIndonesia, (Jakarta: Kencana, 2010), cet. 4, h. 153.

9Mochtar Buchori, Pendidikan dalam Pembangunan, (Jakarta: IKIP MuhammadiyahJakarta Press, 1994), cet. 1, h. 36.

10Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Rosda, 2011), cet. 25, h. 14.11Aris Shoimin, op. cit., h. 5

Page 23: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

11

orang lain. Dengan kata lain, profesi atau profesionalisme yaitu sebagai

pandangan yang menganggap bahwa bidang pekerjaan yang dikerjakannya

adalah sebagai suatu pengabdian yang diperolehnya melalui pendidikan

atau keahlian tertentu dalam rangka mencari nafkah, dan keahlian ini

merupakan suatu pekerjaan yang harus diperbarui secara terus menerus

dengan memanfaatkan kemajuan-kemajuan yang terdapat dalam ilmu

pengetahuan, sebagai perwujudan dalam memberikan pelayanan terbaik,

pelayanan itu dapat berupa pelayanan individual, yaitu pelayanan kepada

perorangan, pelayanan masyarakat, serta bisa juga dalam bentuk pelayanan

kolektif, yaitu pelayanan kepada kelompok manusia sekaligus.

Dalam Islam, setiap pekerjaan harus dilakukan secara profesional,

artinya harus dilakukan secara baik dan benar. Itu hanya mungkin

dilakukan oleh orang yang ahli, pentingnya keahlian ini tercermin dalam

Hadits Rosulullah saw, dari Abu Hurairoh sebagaimana diriwayatkan oleh

Bukhori,

نما جاءه , صلى الله عليه وسلم يف جملس حيدث القوم النيب عن أيب هريـرة قال بـيـقال .مىت الساعة؟ فمضى رسول الله صلى الله عليه وسلم حيدث :فـقال أعرايب

قضى احىت اذ .بل مل يسمع : وقال بـعضهم . ع ماقال فكره ماقال مس : بـعض القوم : قال , ها أنايارسول الله : قال . }السائل عن الساعة راه ن أ اي {:حديـثه قال

ها؟ قال : قال } فاذاضيـعت األمانةفانـتظرالساعة { اذاوسداألمراىل {:كيف إضاعتـ}أهله فانـتظرالساعة غري

Abu Hurairah r.a. berkata, “Ketika Rasulullah saw. di suatu majlissedang berbicara dengan suatu kaum, datanglah seorang kampungdan berkata, ‘Kapankah kiamat itu?’ Rasulullah terus berbicara,lalu sebagian kaum berkata, ‘Beliau mendengar apa yangdikatakan olehnya, namun beliau benci apa yang dikatakannyaitu.’ Dan sebagian dari mereka berkata, ‘Beliau tidakmendengarnya. ‘Sehingga, ketika beliau selesai berbicara, makabeliau bersabda, ‘Di manakah gerangan orang yang bertanyatentang kiamat?’ Ia berkata, ‘Inilah saya, wahaiRasulullah.’Beliau bersabda, ‘Apabila amanat itu telah disia-siakan, maka nantikanlah kiamat.’ Ia berkata, ‘Bagaimana

Page 24: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

12

menyia-nyiakannya?’ Beliau bersabda, ‘Apabila perkara (urusan)diserahkan kepada selain ahlinya, maka nantikanlah kiamat.” 12

Mengacu pada pengertian-pengertian di atas, lalu apakah dapat

disimpulkan bahwa bidang keguruan merupakan profesi di negara kita?

Apabila hanya diterapkan kriteria profesionalisasi di atas terhadap keadaan

dewasa ini, maka jawabannya jelas bahwa bidang keguruan belum

merupakan profesi dalam arti sepenuhnya. Akan tetapi, apabila kita

memusatkan kepedulian pada kebutuhan akan sumber daya manusia yang

berkualitas tinggi dan diperlukan untuk melestarikan keyakinan bangsa

dan negara, maka penanganan layanan pendidikan, mulai dari perencanaan

sampai dengan penyelenggaraannya dari hari ke hari mutlak mensyaratkan

tenaga-tenaga profesional.

Penyiapan generasi muda melalui sistem magang (anak petani ikut

ayah ke sawah, anak nelayan ikut ayah ke laut dan sebagainya) jelas sudah

tidak memadai lagi untuk bertahan dalam abad informasi ini. Sebaliknya

penyiapan menjemput hari esok saat ini membutuhkan guru-guru yang

benar-benar memiliki ketanggapan yang berlandaskan kearifan terhadap

kemungkinan masalah-masalah yang dihadapi masyarakat yang akan

datang. Dengan perkataan lain, hanya kepada guru-guru yang profesional

masa depan bangsa dan negara dapat dipercaya.

Sementara itu, profesionalisme guru merupakan suatu pandangan

tentang kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan

kewenangan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan

dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian.13 Guru yang

profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan

untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Dengan kata lain,

pengertian guru profsional adalah orang yang memiliki kemampuan dan

12M. Nashiruddin Al-Albani, Ringkasan Shahih Bukhari, Jilid 1, (Jakarta: Gema InsaniPress, 2003), cet. 1, h. 46-47.

13Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), cet. 1, h.46.

Page 25: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

13

keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan

tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal.

Guru yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan

pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi

maupun metode. Selain itu, juga ditunjukkan melalui tanggung jawabnya

dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru yang profesional

hendaknya mampu memikul dan melaksankan tanggung jawab sebagai

guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa, negara, dan

agamanya.

Surya berpendapat sebagaimana dikutip oleh Kunandar bahwaprofesionalisme guru mempunyai makna penting, yaitu: (1)profesionalisme memberikan jaminan perlindungan kepadakesejahteraan masyarakat umum; (2) profesionalisme gurumerupakan suatu cara untuk memperbaiki profesi pendidikan yangselama ini dianggap oleh sebagian masyarakat rendah; (3)profesionalisme memberikan kemungkinan perbaikan danpengembangan diri yang memungkinkan guru dapat memberikanpelayanan sebaik mungkin dan memaksimalkan kompetensinya. 14

Guru profesional adalah guru yang mengenal tentang dirinya.

Yaitu, dirinya adalah pribadi yang dipanggil untuk mendampingi peserta

didik untuk/dalam belajar. Guru dituntut mencari tahu terus-menerus

bagaimana seharusnya peserta didik itu belajar. Maka, apabila ada

kegagalan peserta didik, guru terpanggil untuk menemukan penyebabnya

dan mencari jalan keluar bersama-sama peserta didik bukan

mendiamkannya atau malahan menyalahkannya. Sikap yang harus

senantiasa dipupuk adalah kesediaan untuk mengenal diri, mau belajar

dengan meluangkan waktu untuk menjadi guru. Seorang guru yang tidak

bersedia belajar, tak mungkin kerasan dan bangga menjadi guru. Kerasan

dan kebanggaan atas keguruannya adalah langkah untuk menjadi guru

yang profesional.

14Ibid., h. 48.

Page 26: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

14

2. Syarat Guru Profesional

Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang gampang, seperti

yang dibayangkan sebagian orang, dengan bermodal penguasaan materi

dan menyampaikannya kepada siswa sudah cukup, hal ini belumlah dapat

dikategori sebagai guru yang profesional, karena guru yang profesional,

mereka harus memiliki berbagai keterampilan, kemampuan khusus,

mencintai pekerjaannya, menjaga kode etik guru, dan lain sebagainya.

Seorang guru profesional, dia memiliki keahlian, keterampilan, dan

kemampuan sebagaimana filosof Ki Hajar Dewantara yang di kutip oleh

Martinis Yamin; “tut wuri handayani, ing ngarso sung tolodo, ing madyo

mangun karso”.15 Tidak cukup dengan menguasai materi pelajaran akan

tetapi mengayomi murid, menjadi contoh atau teladan bagi murid serta

selalu mendorong murid untuk lebih baik dan maju. Guru profesional

selalu mengembangkan dirinya terhadap pengetahuan dan mendalami

keahliannya.

Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen Bab I pasal 1 ayat 1, dikemukakan bahwa, guru sebagai jabatan

profesional. Teks lengkapnya sebagai berikut: Guru adalah pendidik

profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada

pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah.16

Syarat guru profesional memang merupakan yang harus dimiliki

oleh setiap guru. Menjadi guru profesional merupakan impian semua guru

di tanah air, sebagai jabatan profesional, seorang guru dituntut dengan

sejumlah persyaratan minimal, antara lain: memiliki kualifikasi pendidikan

profesi yang memadai, memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan

bidang yang ditekuninya, memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik

15Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Jakarta: Gaung PersadaPress, 2006), cet. 2, h. 23.

16Lampiran Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005, Tentang Gurudan Dosen.

Page 27: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

15

dengan anak didiknya, mempunyai jiwa kreatif dan produktif, mempunyai

etos kerja dan komitmen tinggi terhadap profesinya, dan selalu melakukan

pengembangan diri secara terus menerus melalui organisasi profesi,

internet, buku, seminar, dan semacamnya.

Mengingat tugas guru yang demikian kompleksnya, maka profesi

ini memerlukan persyaratan khusus. Persyaratan tersebut antara lain

sebagai berikut, pertama, menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan

konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam. Kedua, menekankan

pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang

profesinya. Ketiga, menuntut tingkat pendidikan keguruan yang memadai.

Keempat, adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari

pekerjaan yang dilaksanakannya. Kelima, memungkinkan perkembangan

sejalan dengan dinamika kehidupannya. Lebih jelas, ada beberapa syarat

menjadi seorang guru profesional, antara lain:

a. Komitmen tinggi, artinya seorang guru profesional harusmempunyai komitmen yang kuat pada pekerjaan yang sedangdilakukannya.

b. Tanggung jawab, artinya seorang guru profesional harusbertanggung jawab penuh terhadap pekerjaan yangdilakukannya sendiri.

c. Berpikir Sistematis, artinya seorang guru profesional harusmampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya danbelajar dari pengalamannya.

d. Penguasaan materi, artinya seorang guru profesional harusmenguasai secara mendalam bahan atau materi pekerjaan yangsedang dilakukannya.

e. Menjadi bagian masyarakat profesional, artinya seyogyanyaseorang guru profesional harus menjadi bagian dari masyarakatdalam lingkungan profesinya dan masyarakat tempattinggalnya.17

Dalam perspektif agama, syarat menjadi guru yang ideal ada dua

puluh macam seperti halnya yang disampaikan KH. Hasyim Asy’ari.

Kedua puluh tersebut antara lain:

a. Selalu istiqomah dalam muraqabah kepada Allah SWT.Muraqabah yaitu melihat Allah SWT, dengan mata hati dan

17Aris Shoimin, op. cit., h. 18.

Page 28: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

16

menghubungkan dengan perbuatan yang telah dilakukanselama ini;

b. Senantiasa berlaku khauf (takut kepada Allah SWT) dalamsegala ucapan dan tindakan;

c. Bersikap tenang;d. Bersikap wara’ yaitu keluar dari setiap perkara subhat dan

mengoreksi diri dalam setiap keadaan;e. Selalu bersikap tawadhuk yaitu merendahkan diri dan

melembutkan diri terhadap makhluk, atau patuh kepadakebenaran dan tidak berpaling dari hikmah, hukum dankebijaksanaan;

f. Selalu bersikap khusyuk kepada Allah SWT;g. Menjadikan Allah SWT sebagai tempat meminta pertolongan

dalam segala keadaan;h. Tidak menjadikan ilmu sebagai tangga mencapai keuntungan

duniawi, baik jabatan, harta, popularitas, atau agar lebih majudibanding temannya yang lain;

i. Tidak diskriminatif terhadap murid;j. Bersikap zuhud dalam urusan dunia sebatas apa yang ia

butuhkan, yang tidak membahayakan diri sendiri, keluarga,sederhana dan qana’ah;

k. Menjauhkan diri dari tempat-tempat yang rendah dan hinamenurut manusia, juga hal-hal yang dibenci oleh adat setempat;

l. Menjauhkan diri dari tempat-tempat kotor dan maksiatwalaupun jauh dari keramaian;

m. Selalu menjaga syiar-syiar Islam dan zhahir-zhahir hukum,seperti shalat berjama’ah dimasjid, menyebarkan salam, amarma’ruf nahi munkar dan senantiasa berlaku sabar terhadapmusibah yang dihadapi;

n. Menegakkan sunnah-sunnah dan menghapus segala hal yangmengandung unsur bid’ah, menegakkan segala hal yangmengandung kemaslahatan dengan jalan yang dibenarkan;

o. Membiasakan diri untuk melakukan sunnah yang bersifatsyariat, baik qauliyah atau fi’liyah;

p. Bergaul dengan akhlak yang baik;q. Membersihkan hati dan tindakan dari akhlak yang jelek dan

dilanjutkan dengan perbuatan yang baik;r. Senantiasa bersemangat untuk mengembangkan ilmu dan

bersunggguh-sungguh dalam setiap aktivitas;s. Tidak boleh membeda-bedakan status, nasab, dan usia dalam

mengambil hikmah dari semua orang;t. Membiasakan diri untuk menyusun dan merangkum

pengetahuan.18

18Ibid., h. 19-21.

Page 29: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

17

Dari poin-poin di atas dapat penulis simpulkan bahwa syarat

menjadi guru ideal harus mempunyai landasan keagamaan kokoh dan

disiplin, memahami visi misi pendidikan secara holistik dan integral,

mempunyai kemampuan intelektual yang memadai, menguasai teknik

pembelajaran yang kreatif.

Dari penjelasan yang sudah dibahas, bahwa guru profesional pada

intinya adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk

melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu membedah

aspek profesionalisme guru berarti mengkaji kompetensi yang harus

dimiliki seorang guru. Maka dari itu menurut penulis, perlu kiranya dalam

penelitian ini mencantumkan sub pokok bahasan mengenai kompetensi

guru profesional.

3. Standar Kompetensi Guru

Kompetensi dalam bahasa Indonesia merupakan serapan dari

bahasa inggris, competence yang berarti kecakapan dan kemampuan.

Kompetensi menurut Jejen Musfah adalah kumpulan pengetahuan,

perilaku, dan keterampilan yang harus dimiliki guru untuk mencapai

tujuan pembelajaran dan pendidikan.19 Kompetensi diperoleh melalui

pendidikan, pelatihan, dan belajar mandiri dengan memanfaatkan sumber

belajar.

Sedangkan di dalam buku “Excellent Teacher” mengemukakan

bahwa kompetensi merupakan perilaku rasional guna mencapat tujuan

yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan.20 Dengan

demikian suatu kompetensi ditunjukkan oleh penampilan atau unjuk kerja

yang dapat dipertanggung jawabkan secara rasional dalam upaya mencapai

suatu tujuan.

Adapun kompetensi guru menurut Uzer Usman merupakan

kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban

19Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber BelajarTeori dan Praktik, (Jakarta: Kencana, 2011), cet. 1, h. 27.

20Aris Shoimin, op. cit., h. 22-23.

Page 30: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

18

secara bertanggung jawab dan layak.21 Dengan tiga pengertian yang

penulis kutip dari para ahli, maka bisa penulis simpulkan bahwa

kompetensi merupakan kemampuan, kewenangan, dan perilaku rasional

yang harus dimiliki oleh seorang guru agar tercapainya tujuan

pembelajaran dan pendidikan secara bertanggung jawab dan layak.

Selanjutnya dalam melakukan kewenangan profesionalnya,

seorang guru dituntut agar memiliki seperangkat kompetensi (kemampuan)

yang beraneka ragam. Kompetensi guru yang dikatakan sebagai modal

dalam pengelolaan pendidikan dan pengajaran banyak jenisnya. Namun

dalam hal ini penulis membatasi kajian tentang sub pokok kompetensi

guru profesional, hanya pada kompetensi guru sebagaimana yang

dimaksud menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Bab IV pasal

10 ayat 1.

Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, meliputi:

kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan

kompetensi profesional. Kemudian dijelaskan melalui peraturan

Mendiknas No. 16 Tahun 2007 poin b tentang standar kompetensi Guru.

Adapun mengenai penjelasannya sebagai berikut:

a. Kompetensi Pedagogik

Yaitu kemampuan mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman

terhadap peserta didik, perancangan, pelaksanaan pembelajaran,

evaluasi pembelajaran, dan pengembangan peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Secara rinci

kompetensi pedagogik meliputi:

1) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral,

sosial, kultural, emosional, dan intelektual.

2) Memahami latar belakang keluarga dan masyarakat peserta didik

dan kebutuhan belajar dalam konteks kebhinekaan budaya.

3) Memahami gaya belajar dan kesulitan belajar peserta didik.

4) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik.

21Uzer Usman, op. cit., h. 14.

Page 31: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

19

5) Menguasai teori dan prinsip belajar serta pembelajaran yang

mendidik.

6) Mengembangkan kurikulum yang mendorong keterlibatan peserta

didik dalam pembelajaran.

7) Merancang pembelajaran.

8) Melaksankan pembelajaran yang mendidik.

9) Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.

b. Kompetensi Kepribadian

Yaitu kemampuan yang melekat dengan diri. Guru sering dianggap

sebagai sosok yang memiliki kepribadian ideal. Oleh karena itu pribadi

guru sering dianggap sebagai model atau panutan yang harus digugu

dan ditiru. Sebagai seorang model, guru harus memiliki kompetensi

yang berhubungan dengan pengembangan kepribadian (personal

competencies). Kompetensi kepribadian meliputi:

1) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa,

arif, dan berwibawa.

2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang berakhlak mulia dan

sebagai teladan bagi peserta didik dan masyarakat.

3) Mengevaluasi kinerja sendiri.

4) Mengembangkan diri secara berkelanjutan.

5) Kemampuan yang berhubungan dengan pengalaman ajaran agama

sesuai dengan keyakinan agama yang dianutnya.

6) Kemampuan untuk menghormati dan menghargai antarumat

beragama.

7) Kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan norma, aturan, dan

sistem nilai yang berlaku dimasyarakat.

8) Mengembangkan sifat-sifat terpuji sebagai seorang guru misalnya

sopan santun dan tata karma dan bersikap demokratis dan terbuka

terhadap pembaruan dan kritik.

Page 32: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

20

c. Kompetensi Sosial

Yaitu kemampuan berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik,

sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik,

dan masyarakat sekitar. Dengan kompetensi guru ini diharapkan:

1) Berkomunikasi secara efektif dan empatik dengan peserta didik,

orang tua peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, dan

masyarakat.

2) Kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman

sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesional.

3) Kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap

lembaga kemasyarakatan.

4) Kemampuan untuk menjalin kerja sama baik secara individual

maupun secara kelompok.

5) Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di sekolah dan

masyarakat.

6) Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di tingkat lokal,

regional, nasional, dan global.

7) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) untuk

berkomunikasi dan pengembangan diri.

d. Kompetensi Profesional

Yaitu kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan

mendalam yang memungkinkan untuk membimbing peserta didik

memenuhi standar kompetensi. Kompetensi profesional adalah

kompetensi atau kemampuan yang berhubungan dengan penyesuaian

tugas-tugas keguruan. Kompetensi ini merupakan kompetensi yang

sangat penting. Karena langsung berhubungan dengan kinerja yang

ditempilkan. Oleh sebab itu, tingkat keprofesionalan seorang guru

dapat dilihat dari kompetensi ini. Lingkup kompetensi profesional ini

meliputi:

Page 33: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

21

1) Kemampuan untuk menguasai landasan kependidikan, misalnya

paham akan tujuan pendidikan yang harus dicapai baik tujuan

nasional, institusional, kurikuler dan tujuan pembelajaran.

2) Pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan, misalnya paham

tentang tahapan perkembangan siswa, paham tentang teori-teori

belajar.

3) Kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan

bidang studi yang diajarkannya.

4) Kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metodologi dan

strategi pembelajaran.

5) Kemampuan merancang dan memanfaat berbagai media dan

sumber belajar.

6) Kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran.

7) Kemampuan dalam menyusun program pembelajaran.

8) Kemampuan dalam melaksanakan unsur penunjang, misalnya

administrasi sekolah, bimbingan, dan penyuluhan.

9) Kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berpikir ilmiah

untuk meningkatkan kinerja.22

4. Tugas, Fungsi, dan Tanggung Jawab Guru

Guru adalah profesi, jabatan atau pekerjaan yang paling mungkin

menyumbangkan manusia-manusia terbaik yang dapat menjadi teladan.

Guru adalah sosok yang digugu dan ditiru. Digugu artinya diindahkan atau

dipercayai. Sedangkan ditiru artinya dicontoh atau diikuti.23

Kata guru berasal dari bahasa sansekerta, yang merupakangabungan dari kata gu dan ru. Gu artinya kegelapan, kejumudanatau kekelaman. Sedangkan ru artinya melepaskan, menyingkirkanatau membebaskan. Jadi guru adalah manusia yang “berjuang”terus-menerus dan secara gradual, untuk melepaskan manusia darikegelapan. Guru secara harfiahnya didefinisikan sebagai “berat”adalah pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa Indonesia, guruumumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama

22Aris Shoimin, op.cit., h. 23-2623Umi Hany, “Tafsir Surat Al-Qalam Ayat 1-4 (Kajian Tentang Kompetensi Guru),”

Skripsi pada Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2013, h. 68, tidak dipublikasikan.

Page 34: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

22

mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,dan mengevaluasi peserta didik.24

Dalam terminologi islam, guru diistilahkan dengan murabby, satu

akar kata dengan rabb yang berarti Tuhan, seakar kata dengan tarbiyah

yang berarti pendidikan,25 walaupun maknanya sudah digunakan, namun

kosa katanya masih jarang digunakan.26 Jadi, fungsi dan peran guru dalam

sistem pendidikan merupakan salah satu manifestasi dari sifat ketuhanan.

Demikian mulianya posisi guru, sampai-sampai Tuhan, dalam pengertian

sebagai rabb mengidentifikasikan diri-Nya sebagai rabbul ‘alamin “Sang

Maha Guru”, Guru seluruh jagad raya.

Keutamaan profesi seorang guru sangatlah besar sehingga Allah

Swt menjadikan sebagai tugas yang diemban oleh Rasulullah saw

sebagaimana sabdanya:

هماعن النىب صلى الله عليه وسل كلكم راع : م قال وعن ابن عمررضي الله عنـرراع , وكلكم مسئـول عن رعيته بـيته والمراةراعيته والرجل راع على أهل , واألميـ

)متفق عليه(على بـيت زوجها وولده فكلكم راع وكلكم مسئـول عن رعيته “Dari Ibnu Umar RA dari Rasulullah SAW, sabdanya: “ketahuilahbahwa setiap orang adalah pemimpin dan setiap pemimpin akanditanya tentang apa yang dipimpinnya, seorang Amir (penguasa)adalah pemimpin bagi rakyatnya, dan akan ditanyakepemimpinannya, dan seorang laki-laki adalah pemimpin bagiisteri dan anaknya dan akan ditanya tentang keluarganya,camkanlah bahwa kalian semua adalah pemimpin dan akanditanya tentang apa yang dipimpinnya.”(HR. Muttafaqun Alaih).27

Mengingat lingkup pekerjaan guru, seperti yang telah dilukiskan di

atas, maka tugas itu meliputi: pertama, tugas pengajaran atau guru sebagai

pengajar, kedua, tugas bimbingan dan penyuluhan atau guru sebagai

pembimbing dan pemberi bimbingan, dan ketiga, tugas administrasi atau

24Abdul Rahmat, Kearifan Sang Guru, (Bandung: Mqs Publishing, 2010), cet. 1, h. 19.25M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an,

Volume 15, (Jakarta: Lentera Hati, 2010), cet. 3, h. 456.26Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), cet. 1, h. 160.27Kitab Riyadus Sholihin, h. 152

Page 35: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

23

guru sebagai pemimpin kelas (manajer kelas).28 Ketiga tugas itu

dilaksanakan sejalan secara seimbang dan serasi tidak ada satupun yang

terabaikan, karena semuanya fungsional dan saling berkaitan dalam

menuju keberhasilan kependidikan sebagai satu kesatuan yang utuh dan

tidak terpisahkan.

Lebih lanjut Zakiah Darajat menguraikan sebagai berikut:

a. Tugas Pengajaran atau Guru sebagai PengajarSebagai pengajar, guru bertugas membina perkembanganpengetahuan, sikap dan keterampilan. Guru mengetahui bahwapada ahkir setiap satuan pengajaran kadang-kadang hanyaterjadi perubahan dan perkembangan pengetahuan sajamungkin pola para guru telah bersenang hati bila telah terjadiperubahan dan perkembangan dibidang pengetahuan danketerampilan karena dapat diharapkan efek tidak langsungmelalui proses transfer bagi perkembangan dibidang sikap danminat murid hal ini demikian tampaknya bersifat umum.

b. Tugas Bimbingan atau Guru sebagai Pembimbing dan pemberiBimbinganGuru sebagai pembimbing dan pemberi bimbingan adalah duamacam peranan yang mengandung banyak perbedaan danpersamaan keduanya sering dilakukan guru yang mendidik danyang bersifat mengasihi dan mencintai muridnya.Sebagai pemberi bimbingan, guru sering berhadapan dengankelompok-kelompok kecil dari murid-murid atau bahkan hanyaseorang murid saja. Semua murid memerlukan bimbinganuntuk murid atau murid-murid yang memerlukan bantuankhusus. Bimbingan khusus secara individual yang dilakukan,dinamakan penyuluhan. Penyuluhan adalah bimbingan intensifsekali.

c. Guru bertugas sebagai Tenaga AdministrasiBukan berarti sebagai pegawai kantor, melainkan sebagaipengelola kelas, atau pengelola interaktif belajar mengajarmeskipun masalah pengelolaan itu dapat dipisahkan darimasalah mengajar dan bimbingan, tetapi tidak dapat denganmudah diidenfikasikan. Sesungguhnya ketiga hal itu seringberhubungan dan tidak terpisahkan dari mengajar itu sendiri.29

28Zakiah Darajat, dkk. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,2008), cet. 4, h. 264.

29Ibid.

Page 36: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

24

Menurut Jamal Ma’mur Asmani, selain tugas tersebut terdapat

tugas-tugas yang harus dilakukan oleh seorang guru, yaitu guru sebagai

leader (pemimpin), fasilitator, dan motivator.30

a. Guru bertugas sebagai Leader (pemimpin)

Guru juga seorang pemimpin kelas. Karena itu ia harus bisa

menguasai, mengendalikan, dan mengarahkan kelas menuju

tercapainya tujuan pembelajaran yang berkualitas. Sebagai

seorang pemimpin, guru harus terbuka, demokratis, egaliter,

dan menghindari cara-cara kekerasan.

b. Guru sebagai fasilitator

Sebagai fasilitator, guru bertugas memfasilitasi murid untuk

menemukan dan mengembangkan bakatnya secara benar.

Menemukan bakat anak didik bukan persoalan mudah, ia

membutuhkan ekperimentasi maksimal, latihan terus-menerus,

dan evaluasi rutin.

c. Guru sebagai motivator

Sebagai seorang motivator, seorang guru harus mampu

membangkitkan semangat dan mengubur kelemahan anak didik

bagaimanapun latar belakang hidup keluarganya,

bagaimanapun kelam masa lalunya, dan bagaimanapun berat

tantangannya, tidak ada kata menyerah sampai titik darah

penghabisan. Allah Swt selalu menyayangi hambanya yang

sungguh-sungguh di jalan-Nya dan berjanji memberikan jalan

kesuksesan.31

Dalam proses pendidikan, guru tidak hanya menjalankan fungsi

alih ilmu pengetahuan (transfer of knowledge), tapi juga berfungsi untuk

menanamkan nilai (values) serta membangun karakter (Character

building) peserta didik secara berkelanjutan. Guru adalah salah satu

komponen yang memiliki peran dan fungsi yang amat strategis, peranan

30Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menajdi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif, (Jogjakarta:Diva Press, 2009), cet. 3, h. 40.

31Ibid.

Page 37: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

25

guru dalam proses pendidikan (belajar mengajar) merupakan kunci utama

yang tidak dapat digantikan oleh komponen yang lain.

Dari pernyataan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa profesi

guru adalah profesi yang bidang keahliannya tidak hanya mengajar dan

membimbing. Namun, guru juga harus menguasai berbagai keahlian lain,

diantaranya yaitu sebagai tenaga administrasi, sebagai leader (pemimpin),

sebagai fasilitator, dan sebagai motivator.

5. Kedudukan Guru Dalam Islam

Guru sebagai professional worker (pekerja profesional) sangat di

butuhkan masyarakat. Namun, kebutuhan masyarakat akan guru belum

seimbang dengan sikap sosial masyarakat terhadap profesi guru. Berbeda

bila dibandingkan dengan penghargaan mereka terhadap profesi lain,

seperti dokter, pengacara, insinyur, dan yang seterusnya.

Rendahnya pengakuan masyarakat terhadap profesi guru, menurut

Uzer Usman sebagaimana mengutip pendapat Nana Sudjana, disebabkan

oleh beberapa faktor, yaitu:

a. Adanya pandangan sebagian masyarakat bahwa siapa pun dapat

menjadi guru, asalkan ia berpengetahuan, walaupun tidak

mengerti didaktik-metodik.

b. Kekurangan tenaga guru di daerah terpencil memberikan

peluang untuk mengangkat seseorang yang tidak mempunyai

kewenangan profesional untuk menjadi guru.

c. Banyak tenaga guru sendiri yang belum menghargai

profesinya, apalagi berusaha mengembangkan profesi

tersebut.32

Menurut Muhibbin Syah sebagaimana dikutip oleh Uzer Usman

menyebutkan, faktor lain yang mengakibatkan rendahnya pengakuan

masyarakat terhadap profesi guru yakni kelemahan yang terdapat pada diri

guru itu sendiri, antara lain, rendahnya tingkat kompetensi profesionalisme

32Uzer Usman, op. cit., h. 14.

Page 38: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

26

mereka, penguasaaan guru terhadap materi dan metode pengajaran masih

berada dibawah standar.33

Salah satu hal menarik pada ajaran islam ialah penghargaan yang

begitu tinggi terhadap seorang guru. Karena begitu tingginya penghargaan

itu sehingga menempatkan kedudukan guru setingkat di bawah kedudukan

Nabi dan Rasul. Mengapa demikian? Karena guru adalah bapak ruhani

(spiritual father) bagi anak didik yang memberi santapan jiwa dengan ilmu

pengetahuan. Penghargaan islam terhadap orang yang berilmu tergambar

dalam hadis Nabi yang dikutip oleh Al-Ghazali dalam bukunya Ihya

‘Ulumuddin, yang artinya:

a. Tinta ulama lebih berharga dari pada darah para syuhada

b. Orang yang berpengetahuan melebihi orang yang senang

beribadah, orang yang berpuasa, bahkan melebihi kebaikan

orang yang berperang dijalan Allah Swt.

c. Kelebihan orang yang berilmu atas orang yang gemar

beribadah seperti kelebihan bulan atas bintang.

d. Kelebihan orang yang berilmu terhadap orang yang ahli ibadah

laksana kelebihan aku (Nabi Muhammad saw) atas orang

awam.

e. Apabila meninggal seorang alim maka terjadilah kekosongan

dalam islam yang tidak dapat diisi kecuali orang alim pula.

f. Seorang yang berilmu adalah orang kepercayaan Allah di muka

bumi.34

Menurut Ali bin Abi Thalib sebagaimana dikutip oleh Az-Zarnuji

di dalam kitabnya yang sangat fenomenal yaitu kitab ta’limul Muta’allim,

mengenai kedudukan guru yang sangat tinggi

أناعبدمن علمىن : "وجههقال علي كرم الله ,ومن تـعظيم العلم تـعظيم األستاذ "إن شاءباع وإن شاءأعتق وإن شاء إستـرق , حرفاواحدا

33Ibid.34Al-Ghazali, Ihya ‘Ulumuddin, Terj, (Bandung: Marja, 2011), cet. 1, h. 181.

Page 39: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

27

Salah satu cara memuliakan ilmu adalah memuliakan sang Guru,sebagaimana Ali bin Abi Thalib Karamallahu Wajhah berkata:“Saya menjadi hamba bagi orang yang mengajariku satu hurufilmu; terserah ia mau menjualku, memerdekakan atau tetapmenjadikan aku sebagai hamba”.35

B. Perspektif Al-Qur’an

1. Pengertian Perspektif

Perspektif berasal dari bahasa italia “Prospettiva” yang berarti

gambar pandangan atau sudut pandangan.36 Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia kata per.spek.tif/perspektif merupakan (1) cara melukiskan

suatu benda pada permukaan yang mendatar sebagaimana yang terlihat

oleh mata dengan tiga dimensi (panjang, lebar, dan tingginya); (2) sudut

pandang, pandangan.37

Menurut Leonardo da Vinci perspektif adalah suatu yang alamiyang terbentuk dari relief datar menjadi suatu relief bidang atauruang. Jadi, perspektif adalah suatu teknik sistem matematikamembentuk suatu proyeksi bidang tiga dimensi ke dalam bidangdua dimensi, seperti kertas atau canvas. Hal ini dapat membentukkemungkinan untuk menggambar sebuah objek atau benda dalamsuatu ruang secara nyata di atas bidang datar atau dapatmembentuk suatu gambar geometri sehingga tampak digambarkanatas, bawah, samping, dan depan pada objek tersebut. 38

Dari pengertian-pengertian di atas, arti kata perspektif apabila

penulis kaitkan dengan judul profesionalisme guru dalam perspektif al-

Qur’an, merupakan suatu upaya untuk melukiskan pandangan al-Qur’an

dalam sebuah bidang datar (skripsi) terkait dengan sikap profesional yang

harus dimiliki oleh seorang guru.

2. Pengertian Al-Qur’an

Al-Qur’an berasal dari kata )قراء( Qara’a, yang berarti

mengumpulkan atau menghimpun, dan Qira’ah berarti menghimpun

huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lain dalam satu ucapan yang

35Aliy As’ad, Ta’limul Muta’allim, Terj, (Kudus: Menara Kudus, 2007), cet. 1, h. 36-3736http://www.notepedia.info/2013/10/pengertian-perspektif-dan-sejarah.html37Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, op. cit., h. 864.38http://www.notepedia.info/2013/10/pengertian-perspektif-dan-sejarah.html

Page 40: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

28

tersusun rapi.39 Hal senada dikemukakan oleh M. Quraish shihab, bahwa

al-Qur’an terambil dari akar kata yang berarti “menghimpun”, sehingga

tidak selalu harus diartikan “membaca teks tertulis dengan aksara

tertentu”.40

Menurut bahasa, Qur’an berarti bacaan, pengertian seperti ini

sebagaimana dikemukakan oleh al-Qur’an sendiri yakni dalam surat Al-

Qiyamah[75] ayat 17-18:

) ٧٥[القيامةسورة :[

١٨-١٧(“Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (didadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kamitelah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu”.(QS.Al-Qiyamah[75]: 17-18)

Menurut Muhammad Ali ash-Shabuni sebagaimana dikutip olehAbdul Rozak dan Aminuddin, mendefinisikan Al-Qur’an adalahfirman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada NabiMuhammad Saw, penutup para Nabi dan Rasul, denganperantaraan Malaikat Jibril AS. dan ditulis pada mushaf-mushafyang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, sertamembaca dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulaidengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Nas.41

Lebih lanjut M. Quraish Shihab mengemukakan, Al-Qur’an yang

secara harfiah berarti “bacaan sempurna” merupakan suatu nama pilihan

Allah yang sungguh tepat, karena tiada satu bacaan pun sejak manusia

mengenal tulis-baca ribuan tahun lalu yang dapat menandingin Al-Qur’an

Al-Karim, bacaan sempurna lagi mulia itu.42

Tiada bacaan semacam Al-Qur’an yang dibaca oleh ratusan juta

orang yang tidak mengerti artinya dan atau tidak dapat menulis dengan

aksaranya. Bahkan dihafal huruf demi huruf oleh orang dewasa, remaja,

dan anak-anak. Tiada bacaan melebihi Al-Qur’an dalam perhatian yang

39Abdul Rozak, dan Aminuddin, Studi Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Mitra Wacana Media,2010), cet. 1, h. 3

40M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai PersoalanUmat, (Bandung: Mizan, 2007), cet. 19, h. 5.

41Abdul Rozak, dan Aminuddin, op. cit., h. 4.42M. Quraish Shihab, op. cit., h. 3.

Page 41: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

29

diperolehnya, bukan saja sejarahnya secara umum, tetapi ayat demi ayat,

baik dari segi masa, musim, dan saat turunnya, sampai kepada sebab-sebab

serta waktu-waktu turunnya.

3. Fungsi Al-Qur’an

Sebagaimana tersurat dalam nama-nama-Nya, maka fungsi al-

Qur’an adalah sebagai berikut:

a. Hudan (petunjuk).

Kata hudan berasal dari kata hada. Secara harfiah, berarti

menjelasakan, memberi tahu, dan menunjukan.43 Maka Al-Qur’an

sebagai hudan berarti, bahwa fungsi Al-Qur’an adalah menjelaskan

dan memberitahu manusia tentang jalan yang dapat menyampaikannya

kepada tujuan hidup, yaitu kebahagiaan dunia dan akhirat.44

Dalam al-Qur’an terdapat tiga kategori tentang posisi al-Qur’an

sebagai petunjuk. Pertama, petunjuk bagi manusia secara keseluruhan.

Allah Swt, berfirman dalam surat Al-Baqarah[2]: 185

)١٨٥]: ٢[سورة البقرة(

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan,bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagaipetunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenaipetunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempattinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulanitu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu iaberbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang

43Kadar M. Yusuf, Studi Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2009), cet. 1, h. 177-18244Ibid.

Page 42: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

30

ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendakikemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklahkamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikankepadamu, supaya kamu bersyukur.”(QS. Al-Baqarah[2]: 185).

Kedua, al-Qur’an merupakan petunjuk bagi orang-orang yang

bertakwa. Allah Swt, berfirman dalam surat Al-Baqarah[2] ayat 2.

)٢]: ٢[سورةالبقرة(“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagimereka yang bertaqwa.” (QS. Al-Baqarah[2]: 2).

Ketiga, petunjuk bagi orang-orang yang beriman. Allah Swt, berfirman

dalam surat Fushshilat[41] ayat 44.

) ٤٤]: ٤١[ة فصلتر سو(

“Dan Jikalau Kami jadikan Al Quran itu suatu bacaan dalambahasa selain Arab, tentulah mereka mengatakan: "Mengapa tidakdijelaskan ayat-ayatnya?" Apakah (patut Al Quran) dalam bahasaasing sedang (Rasul adalah orang) Arab? Katakanlah: "Al Quranitu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang mukmin. danorang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka adasumbatan, sedang Al Quran itu suatu kegelapan bagi mereka.mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh".(QS. Fushshilat[41]: 44).

b. Al-Furqan (pemisah).

Secara harfiah kata furqan berasal dari kata faraqa, yang berarti

pembeda.45 Dalam al-Qur’an dikatakan bahwa ia adalah pemisah

antara hak dan batil atau yang benar dan yang salah. Seperti Firman

Allah Swt dalam surat Al-Baqarah[2]: 185.

45Ibid., h. 182.

Page 43: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

31

c. Al-Syifa (obat).

Dalam al-Qur’an dikatakan bahwa ia berfungsi sebagai obat bagi

penyakit dalam dada atau penyakit psikologis. Allah Swt berfirman

dalam surat Yunus[10] ayat 57.

)٥٧]: ١۰[سورة يونس(

“Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajarandari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yangberada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orangyang beriman.” (QS. Yunus[10]: 57).

d. Al-mauidhah (nasihat)

Kata mauidhah merupakan mashdar mimi dari wa’azha. Secara

harfiah, ia berarti an-nushhu (nasihat) dan at-tadzkir bi al-awaqib

(memberi peringatan yang disertai dengan ancaman).46 Dalam al-

Qur’an dikatakan bahwa ia berfungsi sebagai nasehat bagi orang-orang

yang bertakwa. Allah Swt berfirman dalam surat Al-Imran[3] ayat 138.

)٣[سورة العمران :[

١٣٨(“(Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, danpetunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS.Ali-Imran[3]: 138).

Dari penjelasan di atas dapat penulis pahami bahwa al-Qur’an

memiliki fungsi yang sangat holistik dan komprehensif, sehingga menjadi

hal yang wajar apabila segala sesuatu di dunia ini sebaiknya berangkat dari

pandangan al-Qur’an, terlebih mengenai pendidikan dan berbagai macam

persoalannya serta profesionalisme guru.

46Ibid., h. 177.

Page 44: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Dalam menyusun skripsi ini penulis mengambil tempat penelitian

diperpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, juga didukung dengan

koleksi buku-buku diperpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta. Karena penelitian ini adalah bersifat kajian

pustaka, maka yang menjadi objek penelitian pada skripsi ini adalah buku-

buku referensi dan literatur yang dapat dipertanggung jawabkan yang terkait

dengan pembahasan skripsi dengan judul “kompetensi guru profesional dalam

perspektif Al-Qur’an (kajian tematik ayat-ayat Al-Qur’an) penelitian ini

berlangsung dari tanggal 5 Juni sampai 29 September 2014.

B. Metode Penelitian

Dalam upaya mengungkap permasalah yang dibahas, penulis

menggunakan pendekatan secara kualitatif, yaitu Penelitian yang

menghasilkan data deskriptif yang mendalam berupa kata-kata tertulis.1 Untuk

memperoleh data yang representatif, dalam pembahasan skripsi ini digunakan

metode penelitian kepustakaan (library research) yaitu dengan cara menelaah,

menganalisis, meneliti dari sumber rujukan atau literatur yang dapat di

1Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta,2010), cet. 2, h. 352.

Page 45: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

33

pertanggungjawabkan tentang masalah yang berkaitan dengan pembahasan

skripsi ini. Dimana sumber pokoknya (primer) adalah:

1. Al-Qur’an

2. Buku Tafsir Al-Qur’an: Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan, dan Keserasian

Al-Qur’an, karya M. Quraish Shihab. Tafsir al-azhar, karya H. Abdullah

Malik Karim Amrullah (Hamka).

Di samping hal tersebut, juga merujuk pada buku-buku pendukung

(sekunder) baik yang ada hubungan langsung maupun tidak langsung.

Sumber-sumber pendukung ini antara lain adalah:

1. Buku Tafsir Al-Qur’an: Tafsir Al-Maraghi, karya Ahmad Mustafa Al-

Maraghi, dan Shahih Tafsir Ibnu Katsir, karya Shafiyyurrahman al-

Mubarakfuri.

2. Buku-buku Tafsir yang dianggap memadai dan mewakili.

3. Buku-buku yang berisikan ilmu-ilmu tentang Al-Qur’an, atau yang dikenal

dengan ‘Ulum Al-Qur’an.

4. Kamus-kamus yang memuat daftar kata-kata Al-Qur’an, yang mana isinya

merupakan petunjuk praktis untuk menemukan ayat-ayat. Dan dipakai pula

kamus-kamus lain yang relevan dengan pembahasan.

5. Hadits-hadits Nabi Muhammad Saw.

6. Sumber-sumber lain yang relevan dengan pembahasan.

Adapan metode yang digunakan dalam menafsirkan ayat yang dibahas

dalam skripsi ini, peneliti menggunakan metode tafsir Maudhu’i (Tematik),2

yaitu: dengan berupaya menghimpun ayat-ayat Al-Qur’an dari berbagai surah

dengan menjelaskan tujuan-tujuannya secara umum dan khusus atau tema

sentral surah tersebut, kemudian menghubungkannya dengan ayat-ayat lain

sebagai pendukung keterangan.

Tahapan-tahapan yang akan dilalui dalam penelitian tentang

kompetensi guru profesional dalam perspektif Al-Qur’an (kajian tematik ayat-

ayat Al-Qur’an) dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

2M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an; Fungsi dan Peran Wahyu dalamKehidupan Masyarakat, (Bandung,1993), cet. 3, h. 132.

Page 46: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

34

1. Menetapkan ayat yang akan diteliti sebagai objek bahasan.

2. Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.

3. Diperlukan pengetahuan tentang latar belakang diturunkannya ayat (asbab

an-nuzul), yang dimaksudkan untuk mempermudah memahami

pengertian-pengertian ayat.

4. Diteliti juga munasabah bagian-bagian ayat dengan ayat atau dengan ayat-

ayat lain dan berbagai bentuk hubungan lain. Tampaknya hal ini dapat

disejajarkan dengan memperhatikan kontek pembicaraan yang mengitari

ayat.

5. Jika diperlukan maka akan diperkaya dengan berbagai hadits Nabi Saw,

yang ada hubungannya dengan pembahasan. Karena hadits dapat

menjelaskan dan membantu mendapatkan pengertian makna yang

terkandung dalam Al-Qur’an.

6. Memperhatikan penafsiran-penafsiran para mufasir khususnya dalam

kitab-kitab tafsir yang menjadi rujukan utama dengan tidak

mengesampingkan referensi lain yang dapat membantu dalam memahami

tentang kompetensi guru profesional.

7. Langkah berikutnya adalah pemeriksaan maudhu’i, yakni usaha

menafsirkan ayat-ayat yang dijadikan obyek pembahasan. Dalam hal ini

terbagi dalam beberapa tahapan. Pertama, memilih, menentukan, dan

menjelaskan kata kunci yang dapat membantu untuk memahami konsep

kompetensi guru profesional yang ada dalam ayat-ayat yang sedang

dibahas, kedua menafsirkan ayat-ayat yang menjadi obyek pembahasan

dengan menggunakan huruf bercetak tegak sebagai pembeda terjemahan

ayat yang dicetak dengan huruf italic (miring), ketiga menjelaskan konsep

kompetensi guru profesional yang ada dalam ayat yang menjadi obyek

pembahasan.

Sedangkan teknik penulisan, penulis berpedoman pada buku

“Pedoman Penulisan Skripsi” yang telah distandarkan oleh UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Page 47: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

35

C. Fokus Penelitian

Dalam pembahasan skripsi ini, penulis hanya fokus menelusuri

kandungan surah Al-Baqarah[2]: 151, Ali-Imran[3]: 190-191, Fathir[35]: 27-

28, dengan melihat penafsirannya serta menganalisa dengan merujuk kepada

penafsiran para ulama untuk kemudian dijadikan sebagai referensi dalam

penelitian dan penulisan skripsi ini. Pemilihan ayat yang terkandung dalam

surah Al-Baqarah[2]: 151, Ali-Imran[3]: 190-191, Fathir[35]: 27-28, karena

menurut para ahli di antaranya Abuddin Nata, menyatakan bahwa pada ayat-

ayat tersebut mengandung kosa kata yang menunjukan pada profesionalisme

guru.3

3Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam Isu-isu Kontemporer tentangPendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), cet. 1, h. 302.

Page 48: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

36

BAB IV

PROFESIONALISME GURU DALAM AL-QUR’AN

A. Teks Ayat dan Terjemahan

1. Surat Al-Baqarah[2]: 151

) سورة

)١٥١]: ٢[البقرة“Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kamikepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantarakamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu danmensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belumkamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah[2]: 151)

2. Surah Ali-Imran[3]:190-191

)١٩١-١٩۰]: ٣[سورة العمران(

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silihbergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagiorang-orang yang berakal”. (QS. Ali-Imran[3]: 190)

Page 49: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

37

“(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiriatau duduk atau dalam keadan berbaring dan merekamemikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (serayaberkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan inidengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kamidari siksa neraka”. (Q.S. Ali-Imran[3]: 191)

3. Surah Faathir[35]: 27-28

)٢٨-٢٧]: ٣٥[سورة فاطر(

“Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujandari langit lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahanyang beraneka macam jenisnya. dan di antara gunung-gunungitu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macamwarnanya dan ada (pula) yang hitam pekat.”(QS. Fathir[35]:27)“Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatangmelata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takutkepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi MahaPengampun.(QS. Fathir[35]: 28)

B. Tafsir Ayat-Ayat Al-Qur’an

1. Surat Al-Baqarah[2]: 151

) سورة

)١٥١]: ٢[البقرة“Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kamikepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantarakamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu danmensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belumkamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah[2]: 151).

Page 50: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

38

لواعليكم ايتناكماارسلنافيكم رسوالمنكم يـتـPenjelasannya yaitu, sungguh Aku (Allah) berkehendak

menyempurnakan nikmat-Ku kepada kalian, yakni dengan

memberikan kekuasaan kepada kalian dari penyembahan berhala.

Allah juga menyempurnakan nikmat dengan mengutus seorang Rasul

dari kalangan sendiri, yakni Nabi Muhammad saw. Kiblat berada di

negara umat Islam dan Rasul adalah dari kalangan mereka sendiri.

Rasul membacakan ayat-ayat Allah yang membimbing ke jalan yang

benar. Rasul memberi petunjuk ke jalan hidayah.

Hidayah tersebut adalah ayat-ayat Al-Qur’an dan lain-lain yang

merupakan bukti dan dalil yang menunjukkan keesaan dan keagungan

Allah, serta menunjukkan kebijaksanaan Allah Yang Maha mengatur

tatanan langit dan bumi.1 Ayat ini juga merupakan bukti pengabulan

doa Nabi Ibrahim as, yang dipanjatkan ketika beliau bersama putranya

Isma’il as, membangun Ka’bah.2

Sebagaimana doa Nabi Ibrahim pada surat yang sama namun

ayat yang terdahulu. Permohonan Nabi Ibrahim di sana berbunyi:

“Tuhan kami! Utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan

mereka, beliau bermohon agar diutus seorang rasul dari kalangan anak

keturunannya, bukan sekedar dari anak cucunya. Karena itu di dalam

surat al-Baqarah[2]: 129, tidak menyatakan )وابعث منھم( wab’ats

minhum / utuslah dari mereka, tetapi ayat tersebut menyatakan, وابعث (

)فیھم wab’ats fihim / utuslah dari kalangan mereka.3

Menurut Hamka di dalam Tafsir Al-Azhar, yang dimaksud

dengan di antara kamu di sini, bukanlah di antara orang Arab saja,

atau di antara Quraisy saja, melainkan lebih luas. Yaitu mengenai

manusia seluruhnya. Apabila maksud di antara kamu ditujukan kepada

1Ahmad Mustafa al-Maragi, Tafsir al-Maragi, Juz 1, (Semarang: PT Karya Toha Putra,1992), cet. 2, h. 28.

2M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan,dan Keserasian Al Qur’an, Volume1, (Jakarta: Lentera Hati, 2009), cet. 1, h. 431.

3Ibid., h. 391.

Page 51: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

39

orang Arab, tentu batallah maksud ayat-ayat yang lain, yang

mengandung seruan kepada Bani Adam, atau kepada al-Insan, atau

kepada an-Nas. Tentu batal pula ayat-ayat yang menyatakan bahwa

nabi Muhammad saw, diutus Tuhan adalah untuk rahmat bagi seluruh

alam Rahmatan lil-‘Alamin.4

Sebenarnya, banyak nabi dan rasul yang diutus oleh Allah dari

anak keturunan Nabi Ibrahim as, melalui anaknya Ishaq, bahkan beliau

digelar sebagai bapak para Nabi. Tetapi, seperti diketahui, doa ini

beliau panjatkan di Ka’bah ketika selesai membangunnya bersama

putra beliau Isma’il as.5 Jadi, jelas sekali ayat ini menunjuk dalam

kenyataannya kepada Nabi Muhammad saw, bukan nabi-nabi dari

keturunan Nabi Ibrahim yang melalui putranya Ishaq as, karena bukan

Nabi Ishaq yang berdoa di sini.

Inilah latar belakang mengapa Rasulullah saw, bersabda dalam

hadits yang di kutip oleh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri yaitu:

“Diutusnya aku berawal dari doa ayahku (ibrahim) dan berita

gembira yang disampaikan oleh Isya bin Maryam.”6

Rasul yang dimohonkan itu diharapkan bertugas untuk )یتلوا(

yatluu, yang maknanya membacakan, baik berupa wahyu yang Engkau

turunkan maupun alam raya yang Engkau ciptakan.7 ) یزكیكم )

Yuzakkiikum, yang maknanya menyucikan kamu, artinya bahwa

Rasulullah membersihkan diri dari kemusyrikan dan segala bentuk

maksiat yang merusak jiwa umat manusia dan mengotori akhlak dari

berbagai kotoran perbuatan yang hina, seperti kebiasaan Jahiliyah yang

merajalela.8 Misalnya mengubur anak perempuan hidup-hidup,

membunuh anak dengan maksud meringankan beban penghidupan,

dan gemar mengalirkan darah lantaran persoalan yang sangat sepele.

4Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz II, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2002), h. 245Ibid.6Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Shahih Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 1, (Jakarta: Pustaka

Ibnu Katsir, 2011), cet. 4, h. 464.7M. Quraish Shihab, loc. cit.8Ahmad Mustafa al-Maragi, op. cit., h. 29

Page 52: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

40

)یعلم( Yu’allimu,merupakan shigat fi’il mudhori dari fi’il madhi

( علم( ‘allama, yang maknanya mengajarkan. Kemudian yang jadi

pertanyaan di sini adalah apa yang diajarkan oleh Rasulullah saw?

Kandungan )الكتب ) al-Kitab yakni al-Qur’an, atau tulis baca, )والحكمة(

al-Hikmah yakni Sunnah, atau kebijakan dan kemahiran melaksanakan

hal yang mendatangkan manfaat serta menampik mudharat.9

Hal senada pun diungkapkan dalam ayat lain:

....) سورة

)١٦٤]: ٣[العمران“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orangyang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorangRasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepadamereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, danmengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah.” Danayat seterusnya(QS. Ali-Imran[3]: 164)

Nabi Muhammad saw, membacakan al-Qur’an untuk mereka

agar dihafal susunan kata-katanya, sehingga al-Qur’an terpelihara dari

perubahan. Nabi juga memberikan petunjuk akan rahasia-rahasia dan

hukum yang terkandung dalam al-Qur’an agar dijadikan sebagai

petunjuk di dalam kehidupan ini.10 Di samping memberikan rahasia-

rahasia syari’at dan tujuan-tujuannya, Rasulullah juga mencontohkan

dengan peragaan amal dihadapan umat Islam. Sehingga dapat

dijadikan sebagai teladan bagi mereka, baik perbuatan ataupun

perkataan.

Jika tidak terdapat penjelasan melalui perbuatan Nabi tersebut,

maka sangat sulit bagi bangsa Arab yang pecah belah dan bermusuhan

untuk bersatu, saling pengertian dan saling persaudaraan menuju

berkembangnya ilmu pengetahuan dan pengaturan umat manusia.

9M. Quraish Shihab, loc. cit.10Ahmad Mustafa al-Maragi, loc. cit.

Page 53: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

41

ويـعلمكم مامل تكونـواتـعلمونDi dalam kitab tafsir al-maragi menjelaskan bahwa, di samping

al-Qur’an dan hikmah-hikmahnya, Nabi juga mengajarkan

pengetahuan yang tidak bersumber dari akal dan analisa. Pengetahuan

tersebut hanya bisa diperoleh melalui wahyu, seperti pemberitaan

tentang alam gaib, perjalanan para Nabi dan riwayat umat terdahulu

yang tampak kurang jelas bagi kalian, dan kisah-kisah yang sama

sekali tidak diketahui oleh ahli kitab. Sekalipun ahli kitab termasuk

umat yang banyak mengetahui tentang sesuatu.11

Dengan kata lain, ahli kitab adalah umat yang paling banyak

mengetahui tentang cerita-cerita umat terdahulu dibanding umat

lainnya. Sebab, kitab mereka ini banyak menyinggung cerita-cerita

tersebut. Sekalipun pengetahuan mereka demikian banyaknya, tidaklah

bisa menandingin pengetahuan yang dimiliki umat Islam yang

mendapat bimbingan Rasulullah saw.12

Menurut M. Quraish Shihab, terdapat sedikit perbedaan antara

permohonan Nabi Ibrahim as, dan pengabulan Allah yang dibahas

pada ayat ini. Menyucikan ditempatkan pada peringkat ketiga dari lima

macam anugerah Allah dalam konteks memperkenankan doa Nabi

Ibrahim itu. Lima macam anugerah itu adalah 1) Rasul dari kelompok

mereka, 2) membacakan ayat-ayat Allah, 3) Menyucikan mereka, 4)

Mengajarkan al-Kitab dan al-Hikmah, 5) Mengajarkan apa yang

mereka belum ketahui.

Sedang, perbedaan tersebut adalah bahwa pada surat yang

sama ayat 129, menyucikan di tempatkan pada peringkat terakhir dari

empat macam permohonan, yaitu 1) Rasul dari kelompok mereka, 2)

Membacakan ayat-ayat Allah, 3) Mengajarkan al-Kitab dan al-

Hikmah, 4) Menyucikan mereka.13

11Ibid., h. 30.12Ibid.13M. Quraish Shihab, op. cit., h. 432.

Page 54: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

42

Lebih lanjut M. Quraish Shihab menjelaskan, di sini terlihat

bahwa yang dikabulkan Allah lebih banyak daripada apa yang

dimohonkan. Lihatlah yang dimohonkan Nabi Ibrahim as, hanya empat

macam sedang yang dianugerahkan-Nya sebanyak lima macam yakni

terdapat satu yang tidak dimohonkan yaitu mengajarkan apa yang

mereka belum ketahui. Ini merupakan nikmat tersendiri, mencakup

banyak hal dan melalui sekian cara.14 Memang, sejak dini al-Qur’an

telah mengisyaratkan dalam wahyu pertama (Iqra) bahwa ilmu yang

diperoleh manusia diraih dengan dua cara. Pertama, upaya belajar

mengajar, dan kedua anugerah langsung dari Allah berupa ilham dan

intuisi.

Hal kedua yang terlihat dari hasil membandingkan permohonan

Nabi Ibrahim as, dan pengabulan Allah adalah bahwa Allah

mendahulukan apa yang dimohon terakhir dan mengakhirkan apa yang

dimohon terlebih dahulu.15 Yang terakhir disebutkan oleh Nabi

Ibrahim as, adalah penyucian sedang penyucian disebut oleh Allah

dalam konteks pengabulan pada peringkat ketiga setelah pembacaan

ayat-ayat-Nya dan sebelum mengajarkan al-Kitab dan al-Hikmah. Ini

menunjukan bahwa membaca ayat-ayat Allah (walau sebelum

memperoleh rahasia-rahasianya) telah dapat mengantarkan kepada

kesucian jiwa.

Demikian Allah mengatur anugerah-Nya, pengaturan yang

sesuai dengan yang terbaik untuk manusia. Di sisi lain, ia juga

menunjukkan bahwa Allah memilihkan yang terbaik bagi hamba-

hamba-Nya yang tulus bermohon. Di samping itu terlihat pula bahwa

doa tidak mesti terkabul seketika. Lihatlah berapa lama jarak antara

doa Nabi Ibrahim as, dan diutusnya Nabi Muhammad saw. Ribuan

tahun lamanya.

14Ibid.15Ibid.

Page 55: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

43

2. Surat Ali-Imran[3]: 190-191

)١٩١-١٩۰]: ٣[سورة العمران(

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silihbergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagiorang-orang yang berakal.” (QS. Ali-Imran[3]: 190)“(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiriatau duduk atau dalam keadan berbaring dan merekamemikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (serayaberkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan inidengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kamidari siksa neraka.” (QS. Ali-Imran[3]: 191)

Sebelum penulis melanjutkan lebih jauh mengenai penafsiran

ayat ini, terlebih dahulu penulis akan mengemukakan mengenai

asbabun nuzul (sebab turunnya) surat Ali-Imran [3] ayat 190 ini,

menurut Ath-Thabrani dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu

Abbas, sebagaimana dikutip oleh Jalaluddin As-Suyuthi, dia berkata:

Orang-orang Quraisy mendatangi orang-orang Yahudi danbertanya kepada mereka, “Apa tanda-tanda yang dibawa Musakepada kalian?” Orang-orang Yahudi itu menjawab, “tongkatdan tangan yang putih bagi orang-orang yang melihatnya.”Lalu orang-orang Quraisy itu mendatangi orang-orang Nasrani,lalu bertanya kepada mereka, “Apa tanda-tanda yangdiperlihatkan Isya?” Mereka menjawab, “Dia dulumenyembuhkan orang yang buta, orang yang sakit kusta danmenghidupkan orang mati.” Lalu mereka mendatangi Nabisaw, lalu mereka berkata kepada beliau, “Berdoalah kepadaTuhanmu untuk mengubah bukit Shafa dan Marwah menjadiemas untuk kami.” Lalu beliau berdoa, maka turunlah firmanAllah swt ini.16

16Jalaluddin As-Suyuthi, Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani, 2008),h. 148-149.

Page 56: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

44

سماوات واألرض إن يف خلق الDi dalam kitab shahih tafsir ibnu katsir, Pada ketinggian dan

luasnya langit serta kerendahan bumi dan kepadatannya. Dan apa yang

ada pada keduanya berupa tanda-tanda kekuasaan Allah yang agung

dan dapat disaksikan, berupa bintang-bintang, komet, daratan dan

lautan, pegunungan, tanah gersang, pepohonan, tumbuh-tumbuhan,

tanaman, buah-buahan, binatang, barang tambang, serta berbagai

macam warna, aroma dan rasa.17 Menurut Ahmad Mustafa al-

Maragi, ) الخلق( al-Khalqu, artinya perkiraan dan penyusunan yang

menunjukkan pada tatanan yang mantap.18

واختالف اليل والنـهار Menurut Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, silih bergantinya

siang dan malam, keduanya susul-menyusul, serta panjang dan

pendeknya.19 Terkadang dalam perubahan antara malam dan siang ini

terdapat perbedaan. Perbedaan tersebut yaitu terkadang ada malam

yang lebih panjang dan siang yang lebih pendek, atau mungkin

sebaliknya. Lalu masing-masing dari dari keduanya itu menjadi

seimbang. Semua itu karena Allah yang Mahaperkasa lagi

Mahamengetahui.

Di dalam Tafsir al-Maragi, hal senada pun dijelaskan namun

dengan redaksi kata yang berbeda. Sesungguhnya dalam tatanan langit

dan bumi serta keindahan perkiraan dan keajaiban ciptaan-Nya juga

dalam silih bergantinya siang dan malam secara teratur sepanjang

tahun yang dapat kita rasakan langsung pengaruhnya pada tubuh kita

dan cara berpikir kita karena pengaruh panas matahari, dinginnya

malam, dan pengaruhnya yang ada pada dunia flora dan fauna, dan

17Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Shahih Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 2, (Jakarta: PustakaIbnu Katsir, 2011), cet. 4, h. 389.

18Ahmad Mustafa al-Maragi, Tafsir al-Maragi, Juz IV, (Semarang: PT Karya Toha Putra,1992), cet. 2, h. 286.

19Ibid.

Page 57: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

45

sebagainya merupakan bukti yang menunjukkan keesaan Allah,

kesempurnaan pengetahuan dan kekuasaan-Nya.20

Kata )األلباب( al-albab adalah bentuk jamak dari )لب ( lubb yaitu

saripati sesuatu.21 Kacang, misalnya memiliki kulit yang menutupi

isinya. Isi kacang dinamai lubb. Menurut M. Quraish Shihab, Ulul

Albab adalah orang-orang yang memiliki akal yang murni yang tidak

diselubungi oleh “kulit”, yakni kabut ide, yang dapat melahirkan

kerancuan dalam berpikir.22

Menurut Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Ulul albab adalah

mereka mempunyai akal yang sempurna lagi bersih, yang mengetahui

hakekat banyak hal secara jelas dan nyata. Mereka bukan orang yang

tuli dan bisu yang tidak berakal.23 Menurut Ahmad Mustafa al-Maragi,

Ulul Albab adalah orang-orang yang mau menggunakan pikirannya,

mengambil faedah darinya, mengambil hidayah darinya,

menggambarkan keagungan Allah dan mau mengingat hikmah akal

dan keutamaannya, di samping keagungan karunia-Nya dalam segala

sikap dan perbuatan mereka, sehingga mereka bisa berdiri, duduk,

berjalan, berbaring dan sebagainya.24

Kesimpulannya, bahwa mereka adalah orang-orang yang tidak

melalaikan Allah Swt, dalam sebagian besar waktunya. Mereka merasa

tenang dengan mengingat Allah Swt, dan tenggelam dalam kesibukan

mengoreksi diri secara sadar bahwa Allah Swt, selalu mengawasi

mereka.

Kemudian, ayat selanjutnya menjelaskan sebagian dari ciri-ciri

siapa yang dinamai Ulul Albab, yaitu )یذكرون هللا ( orang-orang yang

mengingat Allah. Baik laki-laki maupun perempuan yang senantiasa

mengingat dengan ucapan dan atau hati dalam seluruh situasi dan

20Ahmad Mustafa al-Maragi, op. cit., h. 288.21M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan,dan Keserasian Al Qur’an, Volume

2, (Jakarta: Lentera Hati, 2009), cet. 1, h. 370.22M. Quraish Shihab, loc. cit.23Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, loc. cit.24Ahmad Mustafa al-Maragi, op. cit., h. 290.

Page 58: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

46

kondisi saat bekerja atau istirahat.25 Atau dengan kata lain, mereka

tidak henti-hentinya berdzikir dalam setiap keadaan, baik dengan hati

maupun lisan mereka.

ويـتـفكرون يف خلق السماوات واألرض Menurut Ahmad Mustafa al-Maragi, mereka mau memikirkan

tentang kejadian langit dan bumi beserta rahasia-rahasia dan manfaat-

manfaat yang terkandung di dalamnya yang menunjukan pada ilmu

yang sempurna, hikmah tertinggi dan kemampuan yang utuh.26 Dengan

memahami hikmah yang terdapat pada keduanya yang menunjukkan

keagungan Sang Pencipta, juga kekuasaan, keluasan ilmu, perbuatan,

serta rahmat-Nya.

Pada surat yang lain, Allah benar-benar mencela orang-orang

yang enggan mengambil pelajaran dari penciptaan makhluk-makhluk-

Nya. Padahala semua itu menunjukkan keesaan Zat dan sifat-Nya, juga

menunjukkan syari’at dan tanda-tanda kekuasaan-Nya. Allah

berfirman:

. ) سورة

)١۰٦-١۰٥]: ١٢[يوسف“Dan banyak sekali tanda-tanda (kekuasaan Allah) di langitdan di bumi yang mereka melaluinya, sedang mereka berpalingdari padanya. Dan sebahagian besar dari mereka tidakberiman kepada Allah, melainkan dalam Keadaanmempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain).”(QS. Yusuf[12]: 105-106)

Menurut M. Quraish Shihab, terlihat bahwa objek zikir adalah

Allah Swt, sedang objek fikir adalah makhluk-makhluk Allah berupa

fenomena alam. Ini menandakan bahwa pengenalan kepada Allah lebih

banyak didasarkan kepada kalbu, sedang pengenalan alam raya oleh

25M. Quraish Shihab, op. cit., h. 37226Ahmad Mustafa al-Maragi, op. cit., h. 291.

Page 59: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

47

penggunaan akal, yakni berfikir.27 Akal memiliki kebebasan seluas-

luasnya untuk memikirkan fenomena alam, tetapi ia memiliki

keterbatasan dalam memikirkan Zat Allah Swt. Lebih lanjut M.

Quraish Shihab menjelaskan bahwa:

Islam tidak menolak desakan akal atau dorongan nalar.Bukankah beragam argumen akliah yang dipaparkanbersamaan dengan sentuhan-sentuhan rasa guna membuktikankeesaan-Nya? Bukankah al-Qur’an memuji Ulul Albab yangberzikir dan berpikir tentang kejadian langit dan bumi?Bukankah Dia memerintahkan untuk memandang alam danfenomenanya dngan pandangan nazhar/nalar sertamemikirkannya? Bukankah bukti-bukti kehadiran-Nyadipaparkan sedemikian jelas melalui berbagai pendekatan?Tetapi, akal manusia sering kali tidak puas hanya sampai padatitik di mana wujud-Nya terbukti, akal manusia sering kaliingin mengenal Zat dan hakikat-Nya, bahkan ingin melihat-Nya dengan mata kepala seakan-akan Tuhan adalah sesuatuyang dapat terjangkau oleh pancaindera.28

Al-asbahani, dalam hal ini telah meriwayatkan sebuah hadis

dari Abdullah bin Salam, sebagaimana yang penulis kutip dari kitab

Tafsir al-Maragi bahwa Rasulullah saw, pernah pergi keluar bersama

para sahabatnya sedangkan waktu itu mereka sedang bertafakkur.

Kemudian Rasulullah saw, bersabda:

تـفكروايف اخللق والتـتـفكرواىف اخلالق “Pikirkanlah oleh kalian tentang makhluk Allah SWT, danjangan sekali-kali kalian memikirkan tentang Allah SWT.”29

Kesimpulannya, bahwa keberuntungan dan keselamatan hanya

bisa dicapai melalui mengingat Allah dan memikirkan makhluk-

makhluk-Nya dari segi yang menunjukkan adanya Sang Pencipta Yang

Esa, yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.

ربـناماخلقت هذاباطال سبحنك Dalam tafsir al-maragi dijelaskan bahwa orang-orang yang

berzikir lagi berfikir mengatakan, “Ya Tuhan kami, tidak sekali-kali

27M. Quraish Shihab, op. cit., h. 373.28Ibid., h. 374.29Ahmad Mustafa al-Maragi, loc. cit.

Page 60: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

48

Engkau menciptakan alam yang ada di atas dan yang di bumi yang

kami saksikan tanpa arti, dan Engkau tidak menciptakan semuanya

dengan sia-sia. Maha Suci Engkau wahai Tuhan kami, dari segala yang

tidak berarti dan sia-sia, bahkan semua ciptaan-Mu itu adalah hak,

yang mengandung hikmah-hikmah yang agung dan maslahat-maslahat

yang besar.30

Menurut M. Quraish Shihab, didahulukannya kata ( سبحانك(

subhanaka yang terjemahnya adalah Mahasuci Engkau atas

permohonan terpelihara dari siksa neraka adalah mengajarkan

bagaimana seharusnya bermohon, yaitu mendahulukan penyucian

Allah dari segala kekurangan, yakni memuji-Nya baru mengajukan

permohonan. Ini demikian agar si pemohon menyadari aneka nikmat

Allah yang telah melimpah kepadanya sebelum adanya permohonan,

sekaligus untuk menampik segala macam kekurangan dan

ketidakadilan terhadap Allah apabila ternyata permohonan yang

diajukan belum diperkenankan-Nya.31

Ayat di atas juga menunjukkan bahwa semakin banyak hasil

yang diperoleh dari zikir dan pikir, dan semakin luas pengetahuan

tentang alam raya, semakin dalam pula rasa takut kepada-Nya, yang

antara lain tercermin pada permohonan untuk dihindarkan dari siksa

neraka.

فقناعذاب النارDi dalam kitab shahih tafsir ibnu katsir, maksudnya adalah

wahai Rabb yang menciptakan segala makhluk dengan sungguh-

sungguh dan adil. Wahai Zat yang dijauhkan dari kekurangan, aib dan

hal yang sia-sia, peliharalah kami dari adzab Neraka dengan daya dan

kekuatan-Mu. Berilah taufik kepada kami untuk mengerjakan amal

30Ahmad Mustafa al-Maragi, op. cit., h. 292.31M. Quraish Shihab, op. cit., h. 376.

Page 61: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

49

shalih yang dapat mengantarkan kami ke surga serta menyelamatkan

kami dari adzab-Mu yang pedih.32

3. Surat Faathir[35]: 27-28

)٢٨-٢٧]: ٣٥[سورة فاطر(

“Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujandari langit lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahanyang beraneka macam jenisnya. dan di antara gunung-gunungitu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macamwarnanya dan ada (pula) yang hitam pekat.” (QS. Faathir[35]:27).“Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatangmelata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takutkepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”(QS. Faathir[35]: 28).

امل تـران الله انـزل من السماءماء فاخرجنابه مثرت خمتلفاالوانـهاDi dalam tafsir al-Maragi dijelaskan yaitu Allah Swt, berfirman

tentang kesempurnaan kekuasaan-Nya. Tidaklah engkau saksikan hai

orang yang melihat, bahwa sesungguhnya Kami (Allah) telah

menciptakan bermacam-macam barang dari satu materi. Yaitu kami

turunkan air dari langit, dan dengan air itu Kami (Allah) keluarkan

buah-buahan yang bermacam-macam warnanya, rasanya, dan baunya,

sebagaimana dapat disaksikan warna-warni dari buah-buahan itu, dari

kuning, merah sampai hijau dan seterusnya. 33

32Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, op. cit., h. 39133Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi , Juz XXII, (Semarang: PT Karya Toha

Putra, 1992), cet. 2, h. 218.

Page 62: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

50

M. Quraish Shihab menambahkan, bahwa seandainya yang

melakukan itu adalah nature/alam tentu hal-hal tersebut tidak akan

beragam dan bermacam-macam. Dan perbedaan serta keragaman

serupa terjadi juga pada yang lebih kukuh dari buah-buahan.34

وغرابيب سود ومن اجلبال جددبيض ومحرخمتلف الوانـهاDi dalam shahih tafsir ibnu katsir dijelaskan bahwa, Dia

(Allah) menciptakan gunung-gunung, yang beraneka warna,

sebagaimana yang bisa disaksikan, ada yang berwarna putih dan ada

pula yang merah. Pada sebagian gunung itu ada jalan-jalan, dan itulah

yang dimaksud judad (garis), bentuk jamak dari juddah (satu garis),

yang beraneka warna juga. 35

Ibnu ‘Abbas ra berkata, lafazh ) جدد( judad, semakna dengan

)طرائق( tharaaiq, yakni jalan-jalan. 36 Di dalam tafsir al-Misbah, kata

)جدد( judad adalah bentuk jamak dari kata ( جدة( juddah, yakni jalan.

Kata )بیض( bidh adalah bentuk jamak dari kata )أبیض( abyadh, kata

)سود( sud adalah bentuk jamak dari kata )اسود( aswad/hitam, dan kata

)حمر( humur adalah bentuk jamak dari kata )أحمر( ahmar.37 Demikian

juga yang dikatakan Abu Malik, Hasan, Qatadah, dan as-Suddi.

Di antara gunung-gunung itu ada pula yang berwarna hitam

pekat. Ikrimah berkata, “Al-gharabib ialah gunung-gunung yang tinggi

lagi hitam.38 Demikian juga yang dikatakan Abu Malik, ‘Atha’ al-

Khurasani dan Qatadah. Ibnu Jarir berkata, “Apabila menyifati sesuatu

yang berwarna hitam dengan hitam yang pekat, maka bangsa Arab

berkata: aswad gharib.39

34M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan,dan Keserasian Al Qur’an, Volume11, (Jakarta: Lentera Hati, 2009), cet. 1, h. 58.

35Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Shahih Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 7, (Jakarta: PustakaIbnu Katsir, 2011), cet. 4, h. 484.

36Ibid.37M. Quraish Shihab, loc. cit.38Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, loc. cit.39Ibid.

Page 63: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

51

Adapun kata )غرابیب( gharabib menurut M. Quraish Shihab

adalah bentuk jamak dari kata ) غربیب( ghirbib yaitu yang pekat

(sangat) hitam. Sebenarnya istilah yang lumrah dipakai adalah

)سودغرابیب( sud gharabib/hitam pekat, tetapi redaksi ayat ini

membaliknya untuk menggambarkan kerasnya kepekatan itu.40

Menurut tim penyusun Tafsir al-Muntakhab, kemukjizatan ayat

ini dari segi ilmu pengetahuan bukan saja tampak ketika ia

menyebutkan bahwa warna gunung yang bermacam-macam itu

disebabkan adanya perbedaan materi-materi yang dikandung oleh

bebatuan gunung-gunung itu. Jika materinya besi, warna dominannya

adalah merah; jika materinya batubara, maka warna dominannya

hitam; jika materinya perunggu, maka gunung tersebut berwarna

kehijau-hijauan; dan seterusnya.41

Kemukjizatan ayat ini sebenarnya sangat menonjol ketika ia

mengaitkan adanya berbagai jenis buah-buahan meskipun

pepohonannya disiram dengan air yang sama, dengan penciptaan

gunung-gunung yang beraneka warna meskipun juga berasal dari suatu

materi yang sama di dalam perut bumi. Materi ini, oleh para geolog,

dinamakan magma yang muncul di berbagai kawasan bumi. Akan

tetapi, karena kemunculan magma itu dari kedalaman yang berbeda,

maka kandungannya menjadi berbeda pula.

ومن الناس والدواب واألنـعام خمتلف ألوانه كذلك Menurut Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri yaitu, demikian juga

makhluk hidup yang lain, termasuk manusia dan hewan, yaitu makhluk

yang berjalan di atas kaki yang kokoh serta binatang ternak. Pada ayat

ini terdapat (‘athf) dari sesuatu yang khusus kepada sesuatu yang

umum. Kata al-an’aam (ternak) yang bersifat khusus di-athaf-kan

kepada kata ad-dawabb (binatang melata) yang bersifat umum.42

40M. Quraish Shihab, op. cit., h. 59.41Ibid.42Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, loc. cit.

Page 64: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

52

Firman-Nya: ) كذلك( kadzalika dipahami oleh banyak ulama

dalam arti seperti keragaman itu juga tejadi pada makhluk-makhluk

hidup itu. Ada juga ulama yang memahaminya dalam arti “seperti

itulah perbedaan-perbedaan yang tampak dalam kenyataan yang

dialami makhluk”. Ini kemudian mengantar kepada pernyataan

berikutnya yang maknanya adalah “yang takut kepada Allah dari

manusia yang berbeda-beda warnanya itu hanyalah para

ulama/cendekiawan.”43

Ayat ini menggarisbawahi juga kesatuan sumber materi namun

menghasilkan aneka perbedaan. Sperma yang menjadi bahan

penciptaan dan cikal bakal kejadian manusia dan binatang, pada

hakikatnya tampak tidak berbeda dalam kenyataannya satu dengan

yang lain. Bahkan, sekiranya kita menggunakan alat pembesar sekali

pun, sperma-sperma tersebut tampak tidak berbeda. Di sinilah letak

salah satu rahasia dan misteri gen dan plasma.

Di antara manusia pun terdapat berbagai bangsa dan ras. Di

anatara mereka ada bangsa Barbar, Habsyi dan bangsa yang berwarna

kulit sangat hitam. Ada juga yang berbangsa Slaves dan Romawi yang

berwarna kulit amat putih. Adapun bangsa Arab berada di antara kedua

warna itu, sedang bangsa India selain warna tersebut. Maka sungguh

benar jika ayat ini menyatakan bahwa para ilmuwan yang mengetahui

rahasia-rahasia penciptaan sebagai kelompok manusia yang paling

takut kepada Allah.

Karenanya Allah Swt, berfirman di ayat yang lain,

... )٢٢]: ٣۰[سورة الروم(

“... dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu.Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat

43M. Quraish Shihab, op. cit., h. 60.

Page 65: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

53

tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.” (QS. Ar-Ruum[30]: 22)

اخيشى الله من عباده العلماء إمنDi dalam Shahih Tafsir Ibnu Katsir, dijelaskan yang merasa

takut kepada-Nya dengan sebenar-benar rasa takut hanyalah para

ulama yang memiliki pengetahuan tentang Dia. Sebab, setiap kali

bertambah pengetahuannya tentang Dia Yang Mahaagung, Mahakuasa,

dan Maha Mengetahui, maka makin bertambah pula rasa takutnya.

Setiap kali pengetahuan dan pemahamannya tentang Allah Swt, yang

disifati dengan sifat-sifat sempurna dan diiringi dengan Nama-Nama

yang baik (Asmaa’ul Husna), maka rasa takut kepada-Nya pun lebih

agung dan lebih sempurna pula.44

Menurut Hamka, di pangkal ayat ini Tuhan memakai kata

“innama”, yang berarti “lain tidak hanya”. Ahli-ahli ilmu nahwu

mengatakan bahwa huruf innama itu adalah أداة حصر adaatu hashr,

yang artinya alat untuk pembatas. Sebab itu artinya yang tepat dan jitu

ialah: Lain tidak hanyalah orang-orang yang berilmu jua yang akan

merasa takut kepada Allah. Kalau ilmu tidak ada, tidaklah orang akan

merasa takut kepada Allah.45

Menurut M. Quraish Shihab, kata )علماء( ‘ulama adalah bentuk

jamak dari kata )عالم( ‘alim yang terambil dari akar kata yang berarti

mengetahui secara jelas. Karena itu, semua kata yang terbentuk oleh

huruf-huruf ‘ain, lam, dan mim selalu menunjuk kepada kejelasan,

seperti )علم( ‘alam/bendera, )عالم( ‘alam/alam raya atau makhluk yang

memiliki rasa dan atau kecerdasan, )عالمة( ‘alamah/alamat.46

Menurut Thabathaba’i sebagaimana dikutip oleh M. Quraish

Shihab, menulis bahwa mereka itu adalah yang mengenal Allah Swt,

dengan nama-nama, sifat-sifat, dan perbuatan-perbuatan-Nya,

44Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, op. cit., h. 485.45Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz XXII, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2002), h. 245.46M. Quraish Shihab, op. cit., h. 60-61.

Page 66: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

54

pengenalan yang bersifat sempurna sehingga hati mereka menjadi

tenang dan keraguan serta kegelisahan menjadi sirna, dan tampak pula

dampaknya dalam kegiatan mereka sehingga amal mereka

membenarkan ucapan mereka.47

Sementara itu, Thahir Ibn Asyur menulis bahwa yang dimaksuddengan ulama adalah orang-orang yang mengetahui tentangAllah dan syariat. Sebesar kadar pengetahuan tentang hal itusebesar itu juga kadar kekuatan khasyat/takut. Adapun ilmuwandalam bidang yang tidak berkaitan dengan pengetahuan tentangAllah serta pengetahuan tentang ganjaran dan balasan-Nya,pengetahuan mereka itu tidaklah mendekatkan mereka kepadarasa takut dan kagum kepada Allah. Seorang yang alim, yakniyang dalam pengetahuannya tentang syariat, tidak akan samarbaginya hakikat-hakikat keagamaan. Dia mengetahuinyadengan mantap dan memperhatikannya serta mengetahuidampak baik dan buruknya, dan dengan demikian dia akanmengerjakan atau meninggalkan satu pekerjaan berdasar apayang dikehendaki Allah serta tujuan syariat. Demikian lebihkurang menurut Ibn Asyur.48

Sementara itu, di dalam Tafsir Al-Misbah, Pendapat yang

menyatakan bahwa yang dimaksud dengan “ulama” pada ayat ini

adalah “yang berpengetahuan agama” bila ditinjau dari segi

penggunaan bahasa Arab tidaklah mutlak demikian. Siapa pun yang

memiliki pengetahuan, dan dalam disiplin apa pun pengetahuan itu,

maka ia dapat dinamai ‘alim. Dari konteks ayat ini pun, kita dapat

memperoleh kesan bahwa ilmu yang disandang oleh ulama itu adalah

ilmu yang berkaitan dengan fnomena alam.49

Sayyid Quthub, menamai fenomena alam antara lain yang

diuraikan ayat-ayat di atas dengan nama Kitab alam yang sangat indah

lembaran-lembarannya dan sangat menakjubkan bentuk dan warnanya.

Ulama ini kemudian menulis bahwa: Ulama adalah mereka yang

memerhatikan kitab yang menakjubkan ini. Karena itu, mereka

47Ibid., h. 61.48Ibid.49Ibid.

Page 67: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

55

mengenal Allah dengan pengenalan yang sebenarnya.50 Mereka

mengenal-Nya melalui hasil ciptaan-Nya, mereka menjangkau-Nya

melalui dampak kuasa-Nya, serta merasakan hakikat kebesaran-Nya

dengan melihat hakikat ciptaan-Nya, dari sini maka mereka takut

kepada-Nya serta bertakwa sebenar-benarnya.

Di dalam Tafsir Al-Azhar, menjelaskan bahwa apabila

direnungkan ayat 27-28 ini. Jelaslah bahwa jangkauan ulama itu

amatlah luas. Nampaklah bahwa guru bukanlah semata-mata kitab

saja. Alam itu sendiri adalah kitab yang terbuka luas. Setelah berguru

kepada Alam terbukalah hijab dan jelaslah Tuhan dengan serba-serbi

kebesaran dan keagungan-Nya, lalu timbullah rasa takut kalau-kalau

umur telah terbuang percuma saja.51

Dengan demikian jelas pula bahwa Ulama dalam ayat ini,

bukanlah hanya sekedar orang yang tahu hukum-hukum agama secara

terbatas, dan bukan orang yang hanya mengaji kitab Fiqh, dan bukan

pula ditentukan oleh jubah dan sorban yang besar. Akan tetapi, ulama

dalam ayat ini merupakan orang-orang yang mendalam ilmunya dan

dengan ilmunya itu lebih menambahkan ketaatannya kepada Allah.

C. Temuan Penelitian

1. Muzakki

Muzakki apabila ditinjau dari sudut pandang etimologi, berasal dari

bahasa Arab kata )يمزك ( muzakki, yakni isim fa’il dari fi’il madhi )زكي(

zakka yang berarti berkembang, tumbuh, bertambah, menyucikan,

membersihkan, memperbaiki, dan menguatkan. Dengan demikian muzakki

adalah orang yang membersihkan, mensucikan sesuatu agar ia menjadi

bersih dan suci terhindar dari kotoran.52

Jika dikaitkan dengan pendidikan, maka muzakki adalah pendidik

yang bertanggung jawab untuk memelihara, membimbing, dan

50Ibid.51Hamka, op. cit., h. 246.52Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), h. 144.

Page 68: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

56

mengembangkan fitrah peserta didik, agar ia selalu berada dalam kondisi

suci dalam keadaan taat kepada Allah terhindar dari perbuatan tercela.

Menurut Ibnu Abbas kalimat wayuzakkihim berarti “membersihkan

hati dengan iman”. Sedangkan menurut imam Suyuthi, “menyucikan

mereka dari kotoran-kotoran akidah dan kotoran-kotoran jahiliyah”.53

Dengan kata lain dapat dipahami bahwa, muzakki adalah orang yang

bersih dari kebodohan dan kerusakan akhlak, kotoran kepercayaan dan

kemusyrikan. Dengan kualitas seperti ini menurut Hamka, seorang

muzakki bertugas untuk membersihkan mereka pada rohani dengan

jasmani. Sehingga dapat membedakan mana kepercayaan yang kotor

dengan yang bersih. Kebersihan itulah yang akan membuka akal dan budi,

sehingga selamat dalam kehidupan.54

Secara khusus penulis perlu menyebutkan bahwa, guru profesional

yang berperan sebagai (agent of social change) agen penggerak perubahan

sosial ke arah yang lebih baik, dengan cara mendidik para siswanya

sehingga tercipta peradaban manusia yang lebih baik. Maka sebaiknya

peran dan fungsi guru saat ini, diarahkan pada karakter seorang al-

muzakki. Dengan kata lain, seorang guru harus memiliki kelebihan dari

murid-muridnya dalam hal kepribadian.

Pribadi guru memiliki andil yang sangat besar terhadap

keberhasilan pendidikan, khususnya dalam membentuk pribadi peserta

didik. Ini dapat dimaklumi karena manusia merupakan makhluk yang

mencontoh, termsuk mencontoh pribadi gurunya dalam bentuk pribadinya.

Hal itu menunjukkan bahwa kepribadian guru sangat dibutuhkan oleh

peserta didik dalam proses pembentukan pribadinya. Oleh karena itu, guru

harus berani tampil beda, harus berbeda dari penampilan orang lain yang

bukan guru, beda dan unggul.

Seorang guru harus memiliki kepribadian yang mantap, berakhlak

mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Dengan

53A.F. jaelani, Penyucian Jiwa (Tazkiyat Al-Nafs)&Kesehatan Mental, (Jakarta: Amzah,2000), cet. 1, h. 43.

54Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz 1, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2004), h. 311.

Page 69: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

57

kata lain guru harus melaksanakan tugasnya dengan baik, profesional, dan

dapat dipertanggungjawabkan, guru harus memiliki kepribadian yang

mantap, stabil, dan dewasa. Ketidakstabilan akan mengakibatkan, emosi

yang melunjak, yang terungkap dengan kata-kata, raut muka, gerakan-

gerakan tertentu, bahkan ada yang dilahirkan dalam bentuk kontak fisik

pada area terlarang.

Sehubungan dengan uraian di atas, setiap guru dituntut untuk

memiliki kepribadian yang baik agar mampu menanamkan nilai-nilai

kepribadian kepada peserta didik yang baik pula. Dalam hal ini, Al-Qur’an

menawarkan melalui ayat yang telah penulis kaji pada bab sebelumnya,

dimana ayat tersebut menunjukkan kosa kata yaitu al-muzakki, yang secara

eskplisit menunjukkan pada kompetensi kepribadian yang harus dimiliki

oleh guru profesional.

Dapat diketahui bahwa fungsi guru sebagai al-muzakki adalah

orang yang memiliki mental dan karakter yang mulia. Sebagai al-muzakki,

ia akan membersihkan dirinya dan anak didiknya dari pengaruh negatif

yang merusak akhlak, serta akan menjauhkan dirinya dari berbuat dosa dan

maksiat. Seorang guru yang al-muzakki tentunya akan senantiasa memiliki

ciri-ciri sebagai berikut yakni, syukur, sabar, rendah hati, dan

qana’ah/sederhana.

a. Syukur

Seorang guru harus bersyukur kepada Allah Swt, Tuhan Yang

Maha Esa, atas semua nikmat yang telah di anugerahkan. Posisi,

jabatan, dan status sosialnya di masyarakat sebagai guru merupakan

karunia Allah yang sangat besar. Ini mengingat jarang sekali ada orang

yang secara sadar ingin mengabdikan diri kepada Allah melalui profesi

guru. Allah telah menunjuk dan mempercayakan peran itu kepadanya,

oleh karena itu dia wajib mensyukurinya.

Kata “syukur” adalah kata yang berasal dari bahasa Arab.

Secara harfiah, syukur berasal dari kata syakara yang berarti

membuka. Kata ini dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartikan

Page 70: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

58

sebagai rasa terima kasih kepada Allah dan untunglah (menyatakan

lega, senang, dan sebagainya).55 Ini berarti bersyukur adalah

menampakkan nikmat yang Allah Swt berikan kepada kita, baik dalam

bentuk ucapan maupun perbuatan.

Syukur merupakan proses kejiwaan dan ungkapan batin atas

apa yang diperolehnya, boleh jadi yang diperolehnya tidak dalam

bentuk materi, seperti kesehatan, kecerdasan, jabatan, kedudukan,

penghargaan, dan sebagainya. Syukur juga merupakan bukti kesehatan

mental seseorang. Allah berjanji akan menambahkan nikmat bagi

orang yang bersyukur. Sikap dan sifat syukur ditunjukkan dalam

meningkatkan ibadah dan ikhtiar, yang semuanya itu dilakukan karena

Allah dan untuk Allah. Kedudukan syukur mengisyaratkan kesadaran

serta mencakup ikhwal keluasan rahmat Allah atas hamba-Nya.

Sifat senantiasa ber-syukur amat sangat dibutuhkan oleh

seorang guru profesional untuk menjalankan perannya sebagai al-

muzakki. Karena, di antara manfaat syukur yang dapat dirasakan oleh

masing-masing individu adalah, dapat menentramkan hati, dapat

membangun semangat baru, dan dapat mengobati kekecewaan.

Manfaat dari syukur ini, tentu sangat dibutuhkan untuk membentuk

pribadi siswa yang positif dan tangguh.

b. Sabar

Sabar diartikan tabah, yaitu dapat menahan diri dari hal-hal

yang bertentangan dengan hukum Islam, baik dalam keadaan lapang

maupun sulit, mampu mengendalikan nafsu yang dapat mengguncang

iman.56 Menurut M. Quraish Shihab, sabar adalah menahan kehendak

nafsu demi mencapai sesuatu yang baik atau lebih baik. Secara umum,

kesabaran dapat dibagi dalam dua bagian pokok: yaitu sabar jasmani

dan sabar ruhani. Yang pertama adalah kesabaran dalam menerima dan

55M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai PersoalanUmat, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2007), cet. 19, h. 215.

56Fua’ad Abdul Aziz asy-Syalhub, Begini Seharusnya Menjadi Guru, (Jakarta: DarulHaq, 2010), cet. 3, h. 21.

Page 71: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

59

melaksanakan perintah-perintah keagamaan yang melibatkan anggota

tubuh, seperti sabar dalam melaksanakan ibadah haji yang

mengakibatkan keletihan atau sabar dalam menerima cobaan-cobaan

yang menimpa jasmani, seperti penyakit, penganiayaan dan

semacamnya. Sedangkan sabar ruhani menyangkut kemampuan

menahan kehendak nafsu seksual yang bukan pada tempatnya.57

Selanjutnya, Rif’at Syauqi Nawawi mengutip pendapat Imam

Ghazali mengenai lingkup wilayah aplikasi sabar, yaitu meliputi tiga

wilayah, antara lain

1) Ash-Shabr fi ath-tha’ah (terus-menerus sabar menjalankan

ketaatan).

2) Ash-Shabr ‘an al-ma’shiyyah (sabar dalam rangka menghindarkan

diri dari maksiat), dan

3) Ash-Shabr’ala al-musibah (tegar dan sabar dalam menghadapi

musibah).58

Dari paparan Imam Al-Ghazali tersebut dapat ditegaskan

bahwa kesabaran yang dimiliki manusia seharusnya menghasilkan

sikap aktif dalam beberapa hal, yaitu terus menerus menjunjung sikap

taat kepada Allah, terus menerus berusaha menghindarkan diri dan

tindakan-tindakan maksiat kepada Allah, dan tetap tegar dan optimis

serta tabah dalam menghadapi hal-hal yang secara lahiriah tidak

menyenangkan, seperti bersabar dalam menghadapi berbagai keadaan

yang tidak sesuai dengan keinginannya.

Sikap sabar ini tentunya sangat diperlukan sekali bagi seorang

guru profesional, karena untuk membiasakan siswa agar memiliki

pribadi yang baik, bukan hal yang mudah. Maka dari itu sikap sabar ini

sangat diperlukan sekali bagi guru untuk menjalankan perannya

sebagai al-muzakki.

57M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an,volume 10, (Jakarta: Lentera Hati, 2009), cet. 2, h. 292.

58Rif’at Syauqi Nawawi, Kepribadian Qur’ani, (Jakarta: Amzah, 2011), cet. 1, h. 74.

Page 72: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

60

c. Rendah Hati

Lawan dari sikap rendah hati adalah sombong. Sikap sombong

berasal dari iblis, dan tidak boleh ada seorang pun manusia yang

pantas mengikutinya. Ada dua jenis kesombongan, pertama

kesombongan yang terbuka, terang-terangan, nyata dan kedua

tersembunyi, diam-diam, atau rahasia. Kesombongan yang

tersembunyi adalah sebutan bagi perasaan dalam diri seseorang yang

merasa serba lebih daripada orang lain. Bilamana diwujudkan dalam

tindakan, maka ia disebut kesombongan yang terbuka, kesombongan

yang terang-terangan. Perasaan unggul atau lebih (superioritas) dari

orang lain di dalam hati disebut kibr (merasa diri lebih dari orang lain).

Ketika kibr diungkapkan dalam perbuatan, ia disebut sombong

(takabur). Oleh karena itu, merasa diri unggul, merasa diri lebih

menjadi pokok pangkal kesombongan. Merasa diri lebih adalah takjub

(heran dan bangga) bahwa dirinya lebih hebat, lebih pandai, lebih

kaya, dan lebih saleh daripada orang lain.59

Sifat sombong ini tentu sangat dilarang untuk diikuti,

sebagaimana firman-Nya, QS Al-Baqarah[2]: 34

)٣٤]: ٢[سورة البقرة(

“dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat:"Sujudlah kamu kepada Adam," Maka sujudlah mereka kecualiIblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia Termasuk golonganorang-orang yang kafir.(QS. Al-Baqarah[2]: 34).Bagi seorang guru profesional, sifat rendah hati ini tentunya

menjadi sifat yang amat sangat dibutuhkan. Karena dengan sifat ini,

dapat memberikan energi positif bagi para peserta didik. Selain itu,

sifat ini dapat menuntun seorang guru agar menjadi pribadi yang

demokratis. Seorang guru yang demokratis tentunya dapat terbuka

59Purwanto, Menghidupkan Ilmu-ilmu Agama, Terj. dari Ihya ‘Ulumuddin oleh Al-Ghazali, Jilid II, (Bandung: Marja, 2011), cet. 1, h. 391.

Page 73: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

61

menerima kritik dan masukan, sehingga seorang guru dapat

mengarahkan peserta didik menjadi pribadi yang baik dan berakhlakul

karimah. Lain halnya dengan guru yang memiliki sifat sombong

(takabur), sifat ini pasti akan memberikan energi negatif bagi para

peserta didiknya. Dengan sifat sombong ini tentunya seorang guru

tidak akan mampu mengarahkan peserta didiknya untuk menjadi

pribadi yang baik.

d. Qana’ah/sederhana

Orang yang mempunyai sifat qana’ah adalah orang yang rela

menerima apa pun yang dianugerahkan Allah Swt kepadanya. Ia tidak

tergiur oleh kemewahan atau kekayaan yang dimiliki oleh orang lain,

karena dirinya sudah merasa cukup, ia merasa dirinya kaya dengan apa

yang ia milikinya.60 Qana’ah bukan berarti hidup bermalas-malasan,

tidak mau berusaha sebaik-baiknya. Akan tetapi qana’ah untuk

mendatangkan rasa tentram dalam hati dan menjauhkan diri dari sifat-

sifat serakah dan tamak.

Guru yang qana’ah/sederhana bertindak cermat dan penuh

perhitungan. Ini menunjukkan kecerdasan intelektual, emosional,

spiritual, dan sosialnya yang tinggi. Seluruh aspek kehidupannya

bermanfaat, seperti anggota seluruh tubuh, dari ujung rambut sampai

ujung kaki, ciptaan Allah yang maha sempurna. Sehingga tidak ada

yang mubadzir, semua manfaat dan tepat guna.

Seorang guru adalah model yang sempurna perilaku bagi

masyarakat dan lingkungannya. Oleh karena itu dia harus

menunjukkan sikap yang bisa menularkan kebaikan bagi banyak orang.

Pola pikirnya sederhana, sehingga mudah dipahami oleh murid-

muridnya. Tutur kata dan alur bicaranya sistematis, tidak bertele-tele

tapi menyenangkan dan enak didengar. Dalam banyak hal, guru yang

qana’ah/sederhana selalu bertindak serta berprilaku lemah-lembut,

60Imam Pamungkas, Akhlak Muslim Modern Membangun Karakter Generasi Muda,(Bandung: Marja, 2012), cet. 1, h. 72.

Page 74: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

62

sehingga tidak menyakiti hati murid-muridnya. Bahkan para murid itu

terstimulasi untuk melakukan kebaikan seperti yang dilakukan oleh

guru mereka.

2. Mu’allim

Istilah mu’allim )معلم( secara etimologi berasal dari kata, علم یعلم

تعلیما yang berarti telah mengajar, sedang/akan mengajar, dan pengajaran.

Kata mu’allim )معلم( memiliki arti pengajar atau orang yang mengajar.

Istilah ini, berkonotasi pendidik, dalam hadits adalah kata yang paling

umum dikenal dan banyak ditemukan.61 Rasyid Ridha, mengartikan التعلیم

sebagai proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu.

Dengan demikian maka mu’allim )معلم( adalah orang yang melakukan

proses tersebut.62

Merujuk pada pengertian tersebut di atas, maka mu’allim adalah

orang yang mampu merekontruksi bangunan ilmu secara sistematis dalam

pemikiran peserta didik dalam bentuk ide, wawasan, kecakapan, dan

sebagainya, yang ada kaitannya dengan hakekat sesuatu. Mu’allim adalah

orang yang memiliki kemampuan unggul dibandingkan dengan peserta

didik, yang dengannya ia dipercaya menghantarkan peserta didik ke arah

kesempurnaan dan kemandirian.63

Seorang guru sebagai mu’allim, tugas utamanya adalah mengajar

dan mendidik murid di kelas dan di luar kelas. Guru selalu berhadapan

dengan murid yang memerlukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap

utama untuk menghadapi hidupnya di masa depan. Sebagai mu’allim

seorang guru dituntut untuk memiliki pemahaman wawasan atau landasan

kependidikan, pemahaman tentang peserta didik, perancangan

61Hayat Ruhyat, Profil Pendidik dalam Kajian Tafsir dan Hadits, “Makalah padaProgram Pascasarjana IAIN Syekh Nurjati Cirebon”, h. 5.

62Ibid.63Ramayulis, op. cit., h. 141.

Page 75: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

63

pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, dan

mengevaluasi hasil belajar.64

a. Pemahaman wawasan atau landasan pendidikan

Seorang guru untuk menjalankan perannya sebagai mu’allim,

harus memahami hakikat pendidikan dan konsep yang terkait

dengannya. Di antaranya yaitu fungsi dan peran lembaga pendidikan,

konsep pendidikan seumur hidup dan berbagai implikasinya, peranan

keluarga dan masyarakat dalam pendidikan, pengaruh timbal balik

antara sekolah, keluarga, dan masyarakat, sistem pendidikan nasional,

dan inovasi pendidikan.

Pemahaman yang benar terhadap konsep pendidikan tersebut

akan membuat guru sadar posisi strategisnya di tengah masyarakat dan

perannya yang besar bagi upaya pencerdasan generasi bangsa. Karena

itu, mereka juga sadar bagaimana harus bersikap di sekolah dan

masyarakat, dan bagaimana cara memenuhi kualifikasi statusnya, yaitu

sebagai guru profesional.

b. Pemahaman tentang peserta didik

Seorang guru untuk menjalankan perannya sebagai mu’allim

tentunya harus mengenal dan memahami siswa dengan baik,

memahami tahap perkembangan yang telah dicapainya,

kemampuannya, keunggulan dan kekurangannya, hambatan yang

dihadapi serta faktor dominan yang memengaruhinya.65 Pada dasarnya

peserta didik itu ingin tahu, dan sebagian tugas guru ialah membantu

perkembangan keingintahuan tersebut.

Seorang guru harus mampu memberikan atau menjadi inspirasi

bagi para siswanya. Sebagai inspirator guru harus dapat memberikan

pengetahuan yang baik bagi kemajuan peserta didik. Guru harus dapat

memberi petunjuk bagaimana cara belajar yang baik. Guru sebagai

inspirator, dituntut untuk memiliki pengetahuan dan wawasan yang

64Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber BelajarTeori dan Praktik, (Jakarta: Kencana, 2011), cet. 1, h. 31.

65Ibid.

Page 76: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

64

luas, luwes dalam berkomunikasi, rendah hati, selalu ingin belajar dan

bekerja keras, fleksibilitas dalam bergaul, berani bersikap, memiliki

prinsip dalam kebenaran, dan yang paling utama tidak merasa bosan

menjadi seorang pendidik.

c. Perancangan pembelajaran

Kesadaran guru sebagai seorang mu’allim harus mengetahui

apa yang akan diajarkan pada siswanya. Menyiapkan metode dan

media pembelajaran setiap akan mengajar. Karena perancangan

pembelajaran menimbulkan dampak positif berikut ini;

1) siswa akan selalu mendapat pengetahuan baru dari guru, tidak akan

terjadi pengulangan materi yang tidak perlu, yang dapat

mengakibatkan kebosanan siswa dalam belajar

2) menumbuhkan kepercayaan siswa pada guru, sehingga mereka

akan senang dan giat belajar. Guru yang baik akan memotivasi

siswa untuk meneladani kebaikan dan kedisiplinannya, meskipun

siswa itu tidak mengatakannya pada guru.

3) Belajar akan menjadi aktivitas yang menyenangkan dan ditunggu-

tunggu oleh siswa, karena mereka merasa tidak akan sia-sia datang

belajar ke kelas.

Menurut Jejen Musfah sebagaimana mengutip dari Gagne,

Brigs, dan Wager, selain memahami metode pembelajaran dengan

baik, guru juga harus memahami tiga prinsip pembelajaran, yaitu

hubungan, pengulangan, dan penguatan. Pertama, adanya hubungan,

bahwa kondisi pendorong harus dihadirkan secara bersamaan dengan

respon yang diinginkan. Kedua, adanya pengulangan, bahwa kondisi

pendorong dan responsnya harus diulang, atau dipraktikan, agar

pembelajaran berkembang dan ingatan lebih kuat. Ketiga, adanya

penguatan, belajar tentang aktivitas baru dapat menguatkan ketika

aktivitas tersebut diikuti oleh ungkapan kepuasan.66

d. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis

66Ibid., h. 37.

Page 77: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

65

Seorang guru profesional, untuk menjalankan peran dan

fungsinya sebagai seorang mu’allim tentunya harus mampu

melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Pada peserta

didik umunya, inisiatif belajar harus muncul dari seorang guru, karena

mereka pada umumnya belum memahami pentingnya belajar. Maka,

guru harus mampu menyiapkan pembelajaran yang bisa menarik rasa

ingin tahu siswa, yaitu pembelajaran yang menarik, menantang, dan

tidak monoton, baik dari sisi kemasan maupun isi atau materinya.

Menurut Hamka Abdul Azis, seorang guru harus mampu

menjadi seorang pemimpin bagi murid-muridnya di dalam kelas.

Dalam arti, sebagai pemimpin kelas guru berfungsi menggali,

menemukan, dan mengembangkan nilai karakter diri murid.

1) Menggali

Ketika berhadapan dengan murid-muridnya, seorang guru

profesional secara naluriah sudah dapat melihat potensi dasar yang

dimiliki para muridnya, sehingga seorang guru tau apa yang harus

dilakukannya. Dia yakin murid-murid mempunyai potensi karakter

yang khas dan spesifik yang akan jadi kebanggannya di masa yang

akan datang. Proses penggalian potensi ini akan memakan waktu

lama, bukan sehari-dua hari.

2) Menemukan

Guru tidak boleh berhenti menggali sampai dia menemukan nilai

karakter murid-muridnya. Setelah ditemukan, barulah guru bisa

menentukan sikap, bagaimana sebaiknya memperlakukan nilai

karakter para murid yang telah ditemukan itu.

3) Mengembangkan

Setelah guru menemukan nilai karakter murid, maka proses

selanjutnya tinggal mencari cara bagaimana mengembangkannya.

Page 78: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

66

Sebuah potensi baik tidak akan menjadi baik kalau hanya sebatas

diwacanakan, tidak dimunculkan.67

Sementara itu, menurut Wina Sanjaya sebagaimana dikutip

oleh Aris Shoimin, menyebutkan bahwa seorang guru harus mampu

memfasilitasi siswanya dan berperan memberikan pelayanan untuk

memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran.68 Peran guru

sebagai fasilitator membawa konsekuensi terhadap perubahan pola

hubungan guru-siswa, yang semula lebih bersifat top-down menjadi

hubungan kemitraan.

Dalam hubungan yang bersifat top-down, guru seringkali

diposisikan sebagai atasan yang cenderung bersifat otoriter, sarat

komando, dan instruksi bergaya birokrat. Sementara siswa lebih

diposisikan sebagai bawahan yang harus selalu patuh mengikuti

instruksi dan segala sesuatu yang dikehendaki oleh guru. Berbeda

dengan hubungan top-down, hubungan kemitraan antara guru dengan

siswa, guru bertindak sebagai pendamping belajar siswanya dengan

suasana belajar yang demokratis dan menyenangkan.

e. Mengevaluasi hasil belajar

Setelah melalui berbagai tahapan yang telas dijelaskan di atas,

maka seorang guru profesional untuk menjalankan peran dan

fungsinya sebagai seorang mu’allim harus mampu mengevaluasi hasil

belajar peserta didik, untuk mengetahui sejauh mana kesuksesan

seorang guru dalam memberikan pembelajaran terhadap peserta didik.

Kesuksesan seorang guru sebagai pendidik profesional tergantung pada

pemahamannya terhadap penilaian pendidikan, dan kemampuannya

bekerja efektif dalam penilaian. Penilaian adalah proses pengumpulan

dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar

67Hamka Abdul Azis, Karakter Guru Profesional Melahirkan Murid Unggul MenjawabTantangan Masa Depan, (Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2012), cet. 1, h. 51-53.

68Aris Shoimin, Excellent Teacher Meningkatkan Profesionalisme Guru Pasca Sertifikasi,(Semarang: Dahara Prize, 2013), cet. 1, h. 34.

Page 79: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

67

peserta didik.69 Penilaian hasil pembelajaran mencakup aspek kognitif,

psikomotorik, dan afektif sesuai karakteristik mata pelajaran.

Evaluasi perlu dilakukan, karena melalui evaluasi guru, guru

dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa

terhadap pelajaran, serta ketepatan metode mengajar. Tujuan lain

penilaian ialah untuk mengetahui kedudukan siswa di dalam kelas atau

kelompok.70

Dengan menelaah pencapaian tujuan mengajar, guru dapat

mengetahui apakah proses belajar mengajar yang dilakukan cukup

efektif, cukup memberikan hasil yang baik dan memuaskan, atau

sebaliknya. Kiranya jelas bahwa guru harus mampu dan terampil

dalam melaksanakan penilaian, karena dalam penilaian, guru dapat

mengetahui prestasi yang dicapai oleh siswa setelah ia mengikuti

proses belajar mengajar.

3. Ulul Albab

Menurut Ahsin W. Al-Hafidz bahwa ulul albab adalah orang yang

memiliki akal yang murni, yang tidak diselubungi oleh kulit, yaitu kabut

ide yang melahirkan kerancuan dalam berpikir, dengan perkataan lain,

Ulul Albab adalah orang-orang yang berpikir atau orang-orang cendekia.

Salah satu sifat Ulul Albab yang dipuji Allah adalah yang mendengar

perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya.71

Dapat diketahui, bahwa guru sebagai Ulul albab adalah orang yang

memiliki keseimbangan antara daya fikr dan dzikr, daya nalar dan

spiritual. Dengan daya ini, maka seorang guru yang Ulul albab akan

melakukan fungsi amar ma’ruf nahi munkar (memerintahkan yang baik

dan mencegah yang munkar).72

69Lampiran BSNP70Aris Shoimin, op. cit., h. 50-5171Ahsin W. Al-Hafidz, Kamus Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Amzah, 2006), cet. 2, h. 300.72Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam Isu-isu Kontemporer tentang

Pendidikan Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), cet. 1, h. 303.

Page 80: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

68

Zikir adalah mengingat Allah Swt sebaik dan seikhlas mungkin.

Mengingat Allah, melalui shalat merupakan zikir yang paling sempurna,

karena perbuatan di dalamnya menjadi zikir, ucapan lisan menjadi zikir,

dan perasaan (emosi) juga menjadi zikir. Oleh sebab itu, zikir dalam shalat

merupakan induk kepada zikir-zikir di luar shalat. Perkataan yang baik

adalah zikir , nasihat-menasihati dalam rangka kebaikan karena Allah

adalah zikir, menyeru (dakwah) manusia ke jalan Allah adalah zikir.

Semua itu adalah bentuk zikir dengan lisan.

Menurut Atabik Lutfi, zikir dalam bentuk perbuatan merangkumsemua bentuk amal (aktivitas) yang sesuai dengan petunjuk syariatdalam rangka mencari ridha Allah Swt. Berdiri, ruku’, dan sujuddalam shalat adalah zikir. Melakukan pekerjaan yang halal karenaAllah Swt untuk memenuhi perintah-Nya dan meninggalkanlarangan-Nya adalah zikir, mengalihkan duri dari jalan adalahzikir, melempar senyuman untuk membahagiakan orang lainadalah zikir. Senyummu untuk saudaramu adalah sedekah. (al-Hadits) apa pun juga perbuatan yang tidak bertentangan dengansyariat yang dilakukan semata-mata karena Allah Swt akanmenjadi zikir. Bahkan tidak melakukan apa-apa aktivitas pun bisamenjadi zikir. Orang yang menahan lidah dan hatinya dari turutserta menyertai maksiat kepada Allah Swt sebenarnya merupakanzikir. Jadi, untuk menjadikan ucapan dan perbuatan sehari-harimenjadi aktivitas zikir perlu dibarengi dengan zikir hati yaitu hatiselalu ingat kepada Allah Swt, ikhlas dalam melakukan segalaperintah-Nya atau dalam meninggalkan larangan-Nya.73

Seorang Ulul albab, bukan hanya memiliki ilmu pengetahuan dan

keterampilan, serta memiliki kekuatan pikir, melainkan memiliki tanggung

jawab moral (moral obligation) untuk mendarmabaktian ilmu dan

keterampilannya itu untuk membangun peradaban. Visi dan misi Ulul

albab ini sejalan dengan pelaksanaan kompetensi sosial yang disyaratkan

sebagai guru profesional.

Secara garis besar ajaran Islam dapat dikelompokan dalam dua

kategori yaitu, hablum minallah (hubungan vertikal antara manusia dengan

Allah) dan hablum minannas (hubungan horizontal antara manusia dengan

73Atabik Luthfi, Tafsir Tazkiyah Tadabur Ayat-ayat untuk Pencerahan dan PenyucianHati, (Jakarta: Gema Insani, 2009), cet. 1, h. 190.

Page 81: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

69

manusia). Allah menghendaki kedua hubungan tersebut seimbang

walaupun hablum minannas lebih banyak ditekankan. Namun itu semua

bukan berarti lebih mementingkan urusan kemasyarakatan, akan tetapi hal

itu tidak lain karena hablum minannas lebih kompleks dan

komprehensif.74

Dalam konsepsi Al-Qur’an tentang manusia bermasyarakat dan

persamaan tingkat dapat dilihat dalam surat Al-Hujurat[49]: 13

)١٣]: ٤٩[سورة احلجراة(

“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dariseorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamuberbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamudisisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”(QS. Al-Hujurat[49]: 13).

Dengan memperhatikan makna ayat di atas dapatlah kita

mengetahui bahwa tingkat manusia sama saja. Adapun Allah menjadikan

manusia bersuku-suku, berbangsa-bangsa, berlainan bahasa dan warna

kulit, adalah merupakan bukti kekuasaan Allah dan juga untuk saling kenal

dalam artian yang lebih luas seperti, hubungan ekonomi, kebudayaan,

politik, dan ilmu pengetahuan.

Kompetensi sosial guru memegang peranan penting, karena

kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan

peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali

peserta didik, masyarakat sekitar sekolah. Selain itu, sebagai pribadi yang

hidup ditengah-tengah masyarakat, guru perlu juga memiliki kemampuan

untuk berbaur dengan masyarakat melalui kemampuannya, antara lain

melalui kegiatan olahraga, keagamaan, dan kepemudaan. Keluwesan

bergaul harus dimiliki, sebab kalau tidak ada pergaulannya akan menjadi

74Syahid Mu’ammar Pulungan, Manusia dalam Al-Qur’an, (Surabaya: Bina Ilmu, 1984),cet. 1, h. 59.

Page 82: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

70

kaku dan berakibat yang bersangkutan kurang bisa diterima oleh

masyarakat.

Untuk menjadi guru yang baik, tidak cukup digantungkan kepada

bakat kecerdasan, kecakapan saja, tetapi juga harus beritikad baik sehingga

hal ini menyatu dengan norma yang dijadikan landasan dalam

melaksanakan tugasnya. Untuk menjalankan peran dan fungsinya sebagai

ulul albab, yang tentunya hidup sebagai makhluk sosial, maka seorang

guru harus menumbuhkan sikap adil, baik dilingkungan sekolah maupun

lingkungan masyarakat, dan sebagai makhluk sosial seorang guru juga

harus memiliki cinta dan kasih sayang.

a. Adil

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “adil” diartikan:

(1) tidak berat sebelah/tidak memihak, (2) Berpihak kepada kebenaran,

dan (3) sepatutnya/tidak sewenang-wenang.75 Menurut Hamka Abdul

Aziz, adil adalah menempatkan sesuatu pada tempat sebenarnya dan

sesuai porsinya. Orang yang adil adalah orang yang pandai mengambil

keputusan sesuai yang seharusnya, bukan sesuai dengan yang

diinginkan.

Hakim yang adil memutuskan perkara berdasarkan banyak

pertimbangan akalnya, hatinya, dan rasa keadilan masyarakat, tapi atas

segalanya dia memutuskan perkara berdasarkan hukum yang telah

Allah tetapkan. Sebab sebaik-baik keadailan adalah keadilan yang

Allah tetapkan. Seorang guru haruslah bersikap adil, dia tidak boleh

memandang rendah orang yang satu tapi meninggikan yang lain. Dia

juga tidak boleh mengecilkan yang satu, seraya membesarkan yang

lainnya.

Guru yang adil dalam bersikap dan berbicara menunjukkan

kematangan jiwanya. Dia adil dalam sikap karena tidak membedakan

status sosial, dia juga adil dalam berbicara karena dia selalu

75Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005),ed. 3., cet. 3, h. 8.

Page 83: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

71

memberikan kesempatan kepada orang lain untuk menyampaikan isi

pikiran dan perasaan mereka. Tidak selalu mendominasi obrolan,

sehingga yang terjadi adalah komunikasi dua arah.76

Guru tidak boleh bersifat diskriminatif, karena bila itu yang

dilakukan, berarti dia telah berlaku tidak adil. Ketidaksukaannya pada

kelakuan seorang murid tidak boleh menghalanginya menegakkan

keadilan. Guru harus selalu objektif memandang masalah, sehingga dia

bisa bersikap adil dan bijaksana memutuskan masalah.

Seorang guru profesional haruslah memiliki sikap yang adil,

baik dalam penilaian, pelayanan, dan perhatiannya. Karena ia akan

menghadapi berbagai jenis manusia yang berbeda-beda, mulai dari

usia, latar belakang ekonomi, tingkat kecerdasan, dan jenis kelamin

yang berbeda, serta keadaan lain yang mengharuskan guru bersikap

demikian.

Dalam firman-Nya, diisyaratkan bahwa Allah sangat

memrintahkan untuk bersikap adil dalam segala situasi, QS. Al-

Ma’idah[5]: 8.

)٨]: ٥[سورة املائدة(“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah,menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kalikebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untukberlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekatkepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah, SesungguhnyaAllah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Ma’idah[5]: 8).Dalam ayat tersebut Allah memerintahkan bersikap adil dan

mewajibkannya terhadap hambanya. Adil yang diperintahkan Allah

76Hamka Abdul Azis, op. cit., h. 111.

Page 84: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

72

mencakup adil di dalam hak-Nya dan adil di dalam hak hamba-hamba-

Nya dan hendaklah seorang hamba memperlakukan orang lain dengan

penuh keadilan. Maka setiap penguasa harus menunaikan apa yang

menjadi kewajibannya, yang berada di bawah kekuasaannya, baik itu

dalam kekuasaan kepemimpinan besar (khalifah), kekuasaan

kehakiman, para mentri khalifah, dan para wakil hakim. Demikian juga

seorang guru, yang memiliki kekuasaan atas siswanya, ia harus berlaku

adil sesuai dengan ukurannya.

b. Cinta dan Kasih Sayang

Cinta dan kasih sayang memberikan peran dan pengaruh yang

sangat besar bagi keberlangsungan pendidikan, bahkan kehidupan ini.

Cinta memberikan kekuatan yang sangat besar untuk memberikan

perubahan, sekecil apapun dan sebesar apapun, ia akan selalu

memberikan inspirasi dalam keberlangsungan pendidikan. Sebabnya,

tidak lain karena ia membingkai semua hal kebaikan yang ada di atas

persada dunia. Dengan demikian, jika kemudian pendidikan

menjadikan cinta sebagai landasannya.77

Cinta adalah sebuah perasaan yang ingin membagi bersama

atau sebuah perasaan afeksi terhadap seseorang. Pendapat lainnya

mengatakan, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan

manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati,

perhatian, memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan,

mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek

tersebut. Hanya dengan cinta manusia membangun kehidupan

bersama, cinta adalah energi penyatu, daya dinamis yang terus

menerus mendorong setiap pribadi untuk membuka diri dan menjalin

komunikasi yang konstruktif dengan pribadi yang lain.78

77Asef Umar Fakhruddin, Menjadi Guru Favorit, (Jogjakarta: Diva Press, 2010), cet. 2, h.141.

78Abdul Rahmat, Kearifan Cinta Sang Guru, (Bandung: MQS Publishing, 2010), cet. 1, h.2.

Page 85: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

73

Banyak orang tidak menyadari betapa pentingnya menganalisa

cinta. Mereka menyadari cinta hanya sebagai perasaan yang mereka

miliki terhadap keluarga, teman dan orang lain yang kepadanya dia

tertarik, tetapi sebenarnya cinta lebih dari sekedar itu. Hubungan

anatara guru dan murid adalah ekspresi dari cinta dalam persahabatan

ilahi tanpa syarat. Cinta tersebut berdasarkan pada tujuan yang satu,

keinginan untuk mencintai Tuhan lebih dari segala sesuatu yang lain.

Murid membuka jiwanya kepada guru dan guru pun membuka hatinya

pada murid. Di antara mereka tidak ada yang disembunyikan. Bahkan

pada bentuk persahabatan lain yang lebih mulia, kadang-kadang

terdapat diplomasi. Namun, persahabatan antara guru dan murid bersih

dari noda.79

Manusia merupakan makhluk yang unik. Sebagai makhluk

sosial, manusia merupakan individu yang memerlukan manusia lain

untuk dapat hidup di dunia. Oleh karena itu, sudah sepatutnyalah setiap

individu memahami dan menguasai hukum-hukum yang berlaku antar

sesama manusia.

Menurut Maxwell, sebagaimana dikutip oleh Abdul Rahmat,menyebutkan ada sepuluh hukum yang harus dilakukan olehmanusia agar relasi/hubungannya bisa berjalan baik, yaitu:1) Berbicara kepada orang lain.2) Tersenyum kepada orang lain.3) Memanggil orang lain dengan namanya.4) Bersahabat dan suka menolong.5) Menjadi orang yang ramah.6) Menunjukkan ketertarikan yang tulus kepada orang lain.7) Mudah memuji.8) Memiliki tenggang rasa terhadap orang lain.9) Terbuka.10) Siap memberikan pelayanan.80

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, jika guru telah

sanggup menjalankan sepuluh hukum tersebut maka akan tercipta

hubungan yang harmonis antara guru dan murid, antara guru dengan

79Ibid., h. 5.80Ibid., h. 13.

Page 86: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

74

sesama guru, antara guru dengan tenaga kependidikan, antara guru

dengan orang tua atau wali murid, antara guru dengan masyarakat di

lingkungan sekolah, antara guru dengan masyarakat tempat guru itu

tinggal.

4. ‘Ulama

Menurut M. Quraish Shihab, sebagaimana yang telah dijelaskan

pada bab yang lalu, kata )علماء( ‘ulama adalah bentuk jamak dari kata

)عالم( ‘alim yang berarti mengetahui secara jelas.81 Menurut istilah, ulama

adalah orang yang memiliki pengetahuan ilmu agama dan ilmu

pengetahuan kealaman yang dengan pengetahuannya tersebut memiliki

rasa takut dan tunduk kepada Allah Swt.82

Saat ini, ulama sering diartikan sebagai orang yang mendalam

ilmu agamanya, sangat tinggi akhlaknya serta memiliki tanggung jawab

untuk mencerdaskan masyarakat. Pengertian ulama yang demikian itu

tidak salah, walaupun belum cukup. Ulama di masa lalu di zaman klasik

Islam dan sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an, adalah mereka yang tidak

hanya menguasai ilmu agama, melainkan juga ilmu umum, serta

bertanggung jawab untuk membangun peradaban.83

Seorang guru sebagai al-ulama adalah orang yang mendalami

ilmunya melalui kegiatan penelitian terhadap dunia fauna, flora, ruang

angkasa, geologi, fisika, dan sebagainya yang disertai dengan naluri

intuisi dan fitrah batinnya untuk menyadari bahwa alam jagat raya yang

dijadikan objek penelitiannya itu adalah bagian dari ciptaan dan tanda

kekuasaan Allah. Melalui penelitiannya itu ia hanya menemukan dan

bukan pencipta teori, karena pemilik teori yang hakiki hanya Allah Swt.

Kesadaran guru sebagai al-ulama ini, akan mengantarkan dirinya

memiliki rasa takut menggunakan berbagai teori tersebut untuk tujuan-

tujuan yang bertentangan dengan kehendak Allah Swt. Fungsi keulamaan

81M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan,dan Keserasian Al Qur’an, Volume11, (Jakarta: Lentera Hati, 2009), cet. 1, h. 60-61.

82Ahsin W. Al-Hafidz, op. cit., h. 299.83Abuddin Nata, op. cit., h. 304.

Page 87: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

75

guru yang demikian itu sejalan dengan kompetensi profesional yang

menjadi syarat bagi seorang guru.

Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan

materi pembelajaran secara luas dan mendalam. Menurut Abdul Rahmat

mengutip dari pernyataan Imam Al-Ghazali, seorang guru harus memiliki

kelebihan dari murid-muridnya. Salah satu kriteria yang tidak bisa

dihilangkan untuk menjadi guru adalah kapasitas ilmu pengetahuan yang

dimilikinya harus berbeda jauh melebihi murid-muridnya. Mereka yang

menjadi guru harus seorang yang ‘alim dan pecinta ilmu pengetahuan.84

Seorang guru untuk menjalankan perannya sebagai ulama,

tentunya harus selalu melakukan berbagai macam upaya agar

pengetahuannya senantiasa bertambah dan mendalam ilmunya. Di antara

upaya tersebut adalah dengan meluangkan waktu untuk membaca dan

mengikuti pelatihan.

a. Meluangkan Waktu untuk Membaca

Seorang guru yang mendalam ilmunya, tentu harus

meluangkan waktu untuk membaca. Banyak manfaat yang akan

didapatkan dari membaca, di antaranya yaitu mendapatkan

pengetahuan dan informasi. Membaca di sini tentu dalam arti yang

seluas-luasnya yaitu, mengumpulkan informasi, memahami,

mengklarifikasi atau mengkategorisasi, membandingkan,

menganalisa, menyimpulkan, dan memverifikasi.

Allah Swt, melalui ayat pertama yang diturunkan dari surat

Al-Qur’an pun memerintahkan kita untuk membaca. Firman Allah

Swt, di dalam Al-Qur’an surat Al-Alaq[96]: 1-5

) سورة

)٥- ١]: ٩٦[العلق

84Abdul Rahmat, op. cit., h. 20.

Page 88: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

76

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yangMenciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpaldarah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yangmengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajarkepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-Alaq[96]: 1-5).

Menurut Aidh bin Abdullah al-Qarni, dalam buknyamengungkapkan tentang banyaknya manfaat membaca, yaitu diantaranya sebagai berikut:1) Membaca menghilangkan kecemasan dan kegundahan.2) Ketika sibuk membaca, seseorang terhalang masuk ke

dalam kebodohan.3) Kebiasaan membaca membuat orang terlalu sibuk untuk

bisa berhubungan dengan orang-orang malas dan tidak maubekerja.

4) Dengan sering membaca, orang bisa mengembangkankeluwesan dan kefasihan dalam bertutur kata.

5) Membaca membantu mengembangkan pemikiran danmenjernihkan cara berpikir.

6) Membaca meningkatkan pengetahuan seseorang danmeningkatkan memori dan pemahaman.

7) Dengan membaca, orang mengambil manfaat daripengalaman orang lain: kearifan orang bijaksana danpemahaman para sarjana.

8) Dengan sering membaca, orang mengembangkankemampuannya; baik untuk mendapat dan memproses ilmupengetahuan maupun untuk mempelajari berbagai disiplinilmu dan aplikasinya dalam hidup.

9) Membaca membantu seseorang untuk menyegarkanpemikirannya dari keruwetan dan menyelamatkanwaktunya agar tidak sia-sia.

10) Dengan sering membaca, orang bisa menguasai banyakkata dan mempelajari berbagai tipe dan model kalimat;lebih lanjut lagi ia bisa meningkatkan kemampuannyauntuk menyerap konsep dan untuk memahami apa yangtertulis “di antara baris demi baris” (memahami apa yangtersirat).85

Seorang guru untuk menjalankan perannya sebagai ulama,

tentunya harus menyibukkan dirinya dengan membaca. Karena

membaca merupakan salah satu unsur tepenting dalam dunia

pendidikan, kunci pengajaran dan pendidikan adalah membaca,

85Aris Shoimin, op. cit., h. 163

Page 89: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

77

bahkan membaca merupakan kunci dari banyak kebaikan dan

keberkahan.

Di samping berbagai manfaat membaca yang telah

dikemukakan oleh A’idh bin Abdullah Al-Qarni, manfaat membaca

lainnya menurut Aris Shoimin bahwa membaca juga bermanfaat

untuk otak dan kesehatan. Setidaknya ada 5 manfaat membaca untuk

kesehatan, lima manfaat tersebut antara lain:

1) Melatih otak

Salah satu keuntungan membaca adalah sebagai latihan otak dan

pikiran. Membaca dapat membantu menjaga otak agar selalu

menjalankan fungsinya secara sempurna. Saat membaca, otak

dituntut untuk berpikir lebih sehingga dapat membuat orang

semakin cerdas.

2) Meringankan stres

Stres adalah faktor risiko dari beberapa penyakit berbahaya.

Keindahan bahasa dalam tulisan, memiliki kemampuan untuk

menenangkan dan mengurangi stres.

3) Menjauhkan risiko penyakit Alzheimer

Membaca benar-benar dapat langsung meningkatkan daya ikat

otak. Ketika membaca, otak akan dirangsang dan stimulasi

(rangsangan) secara teratur dapat membantu mencegah gangguan

pada otak termasuk penyakit Alzheimer. Karena, menurut peneliti

bahwa kegiatan membaca dapat merangsang sel-sel otak dapat

terhubung dan tumbuh.

4) Mengembangkan pola tidur sehat

Bila kita membiasakan membaca buku sebelum tidur, maka itu

bertindak sebagai alarm bagi tubuh dan mengirimkan sinyal bahwa

sudah waktunya tidur. Ini akan membantu kita mendapatkan tidur

nyenyak dan bangun segar di pagi hari.

5) Meningkatkan konsentrasi

Page 90: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

78

Kebiasaan membaca akan memiliki otak yang lebih konsentrasi

dan fokus. Karena fokus ini, pembaca akan memiliki kemampuan

untuk memiliki perhatian penuh dan praktis dalam kehidupan. ini

juga mengembangkan keterampilan objektivitas dan pengambilan

keputusan.86

b. Mengikuti pelatihan

Pelatihan dan pengembangan sering kita dengar dalam dunia

kerja di perusahaan, organisasi, lembaga, atau bahkan dalam instansi

pendidikan. Hal ini dapat diasumsikan bahwa pelatihan dan

pengembangan sangat penting bagi tenaga kerja untuk bekerja lebih

menguasai dan lebih baik terhadap pekerjaan yang dijabat atau akan

dijabat kedepan.

Tidak terlalu jauh dalam instansi pendidikan, pelatihan dan

pengembangan sering dilakukan sebagai upaya meningkatkan kinerja

para tenaga pendidik yang dianggap belum mampu untuk mengemban

pekerjaannya karena faktor perkembangan kebutuhan masyarakat

dalam pendidikan.

Tujuan diselenggarakan pelatihan dan pengembangan kerja

menurut simamora sebagai mana dikutip oleh Aris Shoimin,

diarahkan untuk membekali, meningkatkan, dan mengembangkan

kompetensi profesional guna meningkatkan kemampuan,

produktivitas, dan kesejahteraan.87

Pelatihan mempunyai andil besar dalam menentukan

efektifitas dan efisiensi dalam meningkatkan kinerja guru. Beberapa

manfaat nyata yang didapat dari program pelatihan dan

pengembangan adalah:

1) Meningkatkan kuantitas dan kualitas pendidik

2) Mengurangi waktu belajar yang diperlukan guru untuk mencapai

standar pembelajaran yang diharapkan

86Ibid., h. 164-165.87Ibid., h. 174

Page 91: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

79

3) Membentuk sikap, loyalitas, dan kerjasama yang baik

4) Memenuhi kebutuhan perencanaan sumber daya manusia

5) Membantu guru dalam peningkatan dan pengembangan ilmu

pengetahuan mereka.

Seorang guru profesional, harus yakin sepenuhnya tentang

pengetahuan dan tindakan yang diambilnya, sehingga akan tampil

penuh percaya diri, tidak bicara dengan ragu dan tidak melakukan

sesuatu dengan coba-coba serta memilih perbuatan yang terbaik. Dan

yang terpenting adalah ilmu dan pengetahuan yang telah dimilkinya

tersebut, menuntunnya untuk semakin dekat dengan Allah Swt, dan

takut untuk menyalahgunakan apa yang dimilkinya.

Page 92: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

80

D. Konstruksi Ayat-ayat Al-Qur’an yang Memiliki Kosa Kata yang

Mengandung Makna Profesionalisme Guru

Dari pembahasan ayat-ayat al-Qur’an di atas, setelah dikaji dan

ditafsirkan bila diilustrasikan dengan tabel sebagai berikut:

NoNama/Nomor

Surat danNomor ayat

Terjemah

Kosa kata yangmengandung

maknaprofesionalisme

guru

Kelompokayat

1. QS.

Al-Baqarah[2]:

151

Sebagaimana (kami

telah

menyempurnakan

nikmat Kami

kepadamu) Kami telah

mengutus kepadamu

Rasul diantara kamu

yang membacakan

ayat-ayat Kami kepada

kamu dan mensucikan

kamu dan

mengajarkan

kepadamu Al kitab

dan Al-Hikmah, serta

mengajarkan kepada

kamu apa yang belum

kamu ketahui.

-Al-muzakki,

senantiasa

membersihkan

dirinya dan anak

didiknya dari

pengaruh negatif

yang merusak

akhlak, serta

menjauhan

dirinya dari

berbuat dosa dan

maksiat.

-Al-mu’allim,

paham terhadap

peserta didik,

perancangan,

pelaksanaan

pembelajaran,

evaluasi, dengan

pengembanganny

a, dengan

memahami dan

menguasai teori

Madaniyah

Page 93: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

81

dan strategi

belajar.

2. QS.

Ali-Imran[3]:

190-191

Sesungguhnya dalam

penciptaan langit dan

bumi, dan silih

bergantinya malam

dan siang terdapat

tanda-tanda bagi

orang-orang yang

berakal,

(Yaitu) orang-orang

yang mengingat Allah

sambil berdiri atau

duduk atau dalam

keadan berbaring dan

mereka memikirkan

tentang penciptaan

langit dan bumi

(seraya berkata): "Ya

Tuhan Kami, Tiadalah

Engkau menciptakan

ini dengan sia-sia,

Maha suci Engkau,

Maka peliharalah

Kami dari siksa

neraka.

-Ulul Albab,

mengemban misi

sebagai

pembangun masa

depan peradaban

bangsa, menjadi

bagian dari

masyarakat.

Madaniyah

3. QS.

Faathri[35]:

27-28

Tidakkah kamu

melihat bahwasanya

Allah menurunkan

hujan dari langit lalu

-Ulama, senantiasa

mendalami

ilmunya melalui

kegiatan

Makkiyah

Page 94: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

82

Kami hasilkan dengan

hujan itu buah-buahan

yang beraneka macam

jenisnya. dan di antara

gunung-gunung itu

ada garis-garis putih

dan merah yang

beraneka macam

warnanya dan ada

(pula) yang hitam

pekat.

Dan demikian (pula)

di antara manusia,

binatang-binatang

melata dan binatang-

binatang ternak ada

yang bermacam-

macam warnanya (dan

jenisnya).

Sesungguhnya yang

takut kepada Allah di

antara hamba-hamba-

Nya, hanyalah ulama.

Sesungguhnya Allah

Maha Perkasa lagi

Maha Pengampun.

penelitian,

sehingga kegiatan

tersebut akan

mengantar

dirinya memiliki

rasa takut

menggunakan

berbagai teori itu

untuk tujuan yang

bertentangan

dengan kehendak

Allah Swt.

Page 95: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

83

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Untuk mengakhiri uraian dari bab-bab sebelumnya dalam pembahasan

skripsi ini, maka pada bab penutup ini dapat penulis simpulkan hal-hal sebagai

berikut:

Kosa kata yang menunjukkan pada profesionalisme guru dalam Al-

Qur’an. Surat Al-Baqarah[2]: 151; surat Ali-Imran[3]: 190-191; surat

Faathir[35]: 27-28 adalah:

1. Muzakki; dapat diketahui bahwa fungsi guru sebagai muzakki adalah orang

yang memiliki mental dan karakter yang mulia. Sebagai muzakki, ia akan

membersihkan dirinya dan anak didiknya dari pengaruh negatif yang

merusak akhlak, serta akan menjauhkan dirinya dari berbuat dosa dan

maksiat. Fungsi ini sejalan dengan kompetensi kepribadian bagi seorang

guru profesional.

2. Mu’allim; seorang guru sebagai mu’allim adalah orang yang mampu

merekontruksi bangunan ilmu secara sistematis dalam pemikiran peserta

didik dalam bentuk ide, wawasan, kecakapan, dan sebagainya, yang ada

kaitannya dengan hakekat sesuatu. Mu’allim adalah orang yang memiliki

kemampuan unggul dibandingkan dengan peserta didik, yang dengannya

ia dipercaya menghantarkan peserta didik ke arah kesempurnaan dan

Page 96: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

84

kemandirian. Fungsi ini sejalan dengan kompetensi pedagogik yang

menjadi syarat sebagai guru profesional.

3. Ulul albab; dapat diketahui bahwa guru sebagai ulul albab adalah orang

yang memiliki keseimbangan antara daya fikr dan dzikr, daya nalar dan

spiritual. Dengan daya ini, maka seorang guru yang ulul albab akan

melakukan fungsi amar ma’ruf nahi munkar (memerintahkan yang baik

dan mencegah yang munkar). Dengan fungsi yang demikian, ia akan

mengemban misi sebagai pembangun masa depan peradaban bangsa. Visi

dan misi ulul albab ini sejalan dengan pelaksanaan kompetensi sosial yang

disyaratkan sebagai guru profesional.

4. Ulama; Seorang guru sebagai ulama adalah orang yang mendalami

ilmunya melalui kegiatan penelitian, membaca dalam arti yang seluas-

luasnya yaitu, mengumpulkan informasi, memahami, mengklarifikasi atau

mengkategorisasi, membandingkan, menganalisa, menyimpulkan, dan

memverifikasi. Melalui kegiatannya itu ia hanya menemukan dan bukan

pencipta teori, karena pemilik teori yang hakiki hanyalah Allah Swt.

kesadaran guru sebagai ulama ini, akan mengantarkan dirinya memiliki

rasa takut menggunakan berbagai teori tersebut untuk tujuan-tujuan yag

bertentangan dengan kehendak Allah Swt. fungsi keulamaan guru yang

demikian itu sejalan dengan kompetensi profesional yang menjadi syarat

bagi seorang guru.

B. Implikasi

Dari kesimpulan tersebut di atas, penulis memberikan impilkasi:

pertama, harus diadakan perbaikan dan pengembangan kompetensi guru

profesional secara terencana dan sistematis melalui pelatihan dan studi lanjut.

Kedua, guru diharapkan memberikan perhatian lebih terhadap sikap

profesionalisme guru, agar menunjang performa guru yang prima. Ketiga,

diharapkan pula seluruh komponen pendidikan dilingkungan sekolah bisa

bekerja sama untuk saling mengingatkan dalam kebaikan dan taqwa.

Page 97: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

85

C. Saran

Dari beberapa konsep tersebut maka penulis menyarankan untuk:

1. Perlu diadakannya penelitian lebih lanjut atau pemahaman yang lebih rinci

dan komprehensif lagi tentang sikap profesionalisme dalam ayat-ayat Al-

Qur’an, sehingga pemahaman akan sikap profesional guru dalam dunia

pendidikan baik formal maupun non formal dapat terus ditingkatkan dan

dikembangkan.

2. Bagi para kepala sekolah, agar benar-benar memperhatikan dengan serius

mengenai sikap profesional para pegawai (gurunya), keberhasilan sebuah

lembaga pendidikan kunci utama adalah pendidiknya, kalau para guru

memiliki sikap profesional maka diharapkan mampu melahirkan murid

yang unggul serta mampu menjawab tantangan zaman.

3. Kepada masyarakat luas, khususnya kepada orang tua untuk mengetahui

dan memahami dengan baik tentang apa itu profesional, sehingga dapat

diterapkan untuk pendidikan putra-putri atau menjunjung tinggi

profesionalitas dalam segala aktivitas.

Page 98: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

DAFTAR PUSTAKA

Abidu, Yunus Hasan. Tafsir Al-Qur’an Sejarah Tafsir dan Metode Para Mufasir.Jakarta: Gaya Media Pratama, Cet. 1, 2007.

Al-Albani, M Nashiruddin. Ringkasan Shahih Bukhari. Jakarta: Gema InsaniPress, Cet. 1, 2003.

Al-Ghazali, Ihya ‘Ulumuddin, Terj. Bandung: Marja, Cet. 1, 2011.

Al-Hafidz, Ahsin W. Kamus Ilmu Al-Qur’an. Jakarta: Amzah, Cet. 2, 2006.

Al-Maragi, Ahmad Mustafa. Tafsir al-Maragi, Juz 1. Semarang: PT Karya TohaPutra, Cet. II, 1992.

Al-Mubarakfuri, Shafiyyurrahman. Shahih Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 1. Jakarta:Pustaka Ibnu Katsir, Cet. IV, 2011.

As’ad, Aliy. Ta’limul Muta’allim, Terj, Kudus: Menara Kudus, Cet. 1, 2007.

Asmani, Jamal Ma’mur. Tips Menajdi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif.Jogjakarta: Diva Press, Cet. III, 2009.

As-Suyuthi, Jalaluddin Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an. Jakarta: Gema Insani,2008.

Asy-Syalhub, Fua’ad Abdul Aziz. Begini Seharusnya Menjadi Guru. Jakarta:Darul Haq, Cet. 3, 2010.

Azis, Hamka Abdul. Karakter Guru Profesional Melahirkan Murid UnggulMenjawab Tantangan Masa Depan. Jakarta: Al-Mawardi Prima, Cet. 1,2012.

Buchori, Mochtar. Pendidikan dalam Pembangunan. Jakarta: IKIPMuhammadiyah Jakarta Press, Cet. I, 1994.

Chatib, Munif. Gurunya Manusia. Bandung: Kaifa, 2011.

Darajat, Zakiah, dkk. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: BumiAksara, Cet. IV, 2008.

Fakhruddin, Asef Umar. Menjadi Guru Favorit. Jogyakarta: Diva Press, Cet. II,2010.

Hamka. Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas, 2004.

Http://www.notepedia.info/2013/10/pengertian-perspektif-dan-sejarah.htm

Jaelani, A.F. Penyucian Jiwa (Tazkiyat Al-Nafs)&Kesehatan Mental. Jakarta:Amzah, Cet. 1, 2000.

Kitab Riyadus Sholihin,

Page 99: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

Kunandar. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT RajaGrafindoPersada, Cet. I, 2007.

Luthfi, Atabik. Tafsir Tazkiyah Tadabur Ayat-ayat untuk Pencerahan danPenyucian Hati. Jakarta: Gema Insani, Cet. 1, 2009.

M. Jhons Echols, et. All. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT Gramedia, Cet.XXIII, 1996.

Mudlofir, Ali. Pendidik Profesional. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, Cet. I,2012.

Musfah, Jejen. Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan SumberBelajar Teori dan Praktik. Jakarta: Kencana, Cet. I, 2011.

Nata, Abuddin. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana, Cet. I, 2010.

-------, Kapita Selekta Pendidikan Islam Isu-isu Kontemporer tentang PendidikanIslam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet. I, 2012.

-------, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam diIndonesia. Jakarta: Kencana, Cet. I, 2010.

-------, Menuju Sukses Sertifikasi Guru dan Dosen. Jakarta: Faza Media, Cet. I,2009.

-------, Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an. Jakarta: Proyek Pengadaan bukuDaras/Ajar, Cet. I, 2005.

Nawawi, Rif’at Syauqi. Kepribadian Qur’ani. Jakarta: Amzah, Cet. 1, 2011.

Pamungkas, Imam. Akhlak Muslim Modern Membangun Karakter GenerasiMuda. Bandung: Marja, Cet. 1, 2012.

Pulungan, Syahid Mu’ammar. Manusia dalam Al-Qur’an. Surabaya: Bina Ilmu,Cet. 1, 1984.

Fathurrohman, Pupuh., dan Suryana, Aa. Guru Profesional. Bandung: PT RefikaAditama, Cet. 1, 2012.

Purwanto. Menghidupkan Ilmu-ilmu Agama. Terj. dari Ihya ‘Ulumuddin oleh Al-Ghazali, Jilid II. Bandung: Marja, Cet. 1, 2011.

Rahmat, Abdul. Kearifan Sang Guru. Bandung: Mqs Publishing, Cet. I, 2010.

Rozak, Abdul., dan Aminuddin. Studi Ilmu Al-Qur’an. Jakarta: Mitra WacanaMedia, Cet. 1, 2010.

Shihab, M Quraish. Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an,Volume 15. Jakarta: Lentera Hati, Cet. III, 2010.

Page 100: RIAN ARIANDI - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26848/1/Rian... · penulis mendapatkan pemahaman bahwa kosakata tersebut di atas sejalan ...

-------, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat.Bandung: PT Mizan Pustaka, Cet. 19, 2007.

Shoimin, Aris. Excellent Teacher. Semarang: Dahara Prize, Cet. I, 2013.

Tafsir, Ahmad Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Rosda Karya,Cet. I, 2010.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka, Cet. IV, 2007.

Usman, Uzer. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosda, Cet. XXV, 2011.

Yamin, Martinis. Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia. Jakarta: GaungPersada Press, Cet. II, 2006.

Yusuf, Kadar M. Studi Al-Qur’an. Jakarta: Amzah, Cet. 1, 2009.