Refrat Anemia rIAN
Transcript of Refrat Anemia rIAN
5/14/2018 Refrat Anemia rIAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-anemia-rian 1/29
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Anemia merupakan masalah kesehatan di Indonesia.1
Studi menunjukkan
prevalensi anemia di negara berkembang lebih besar 2-5 kali dibandingkan di
Amerika Serikat.2
Prevalensi anemia berbeda pada tiap daerah dan kelompok
umur tertentu, 5,4% pada anak pra sekolah dengan gizi baik hingga 56,3% pada
anak sekolah dasar dan pada wanita hamil 19%-62,5%.
1
Penyakit geografis seperti, thalasemia, malaria, penyakit karena cacing,
dan infeksi kronik meningkatkan prevalensi anemia. Faktor terbesar dalam
peningkatan prevalensi anemia adalah faktor nutrisi seperti defisiensi besi dan
defisiensi asam folat. Populasi dengan diet daging memiliki sedikit angka
insidensi tinggi terhadap terjadinya anemia defisiensi besi karena besi heme yang
biasa terdapat dalam daging lebih mudah diserap daripada besi non heme.2
Insidensi anemia aplastik diperkirakan lebih sering terjadi dinegara Timur
dibanding negara Barat. Peningkatan insiden mungkin berhubungan dengan faktor
lingkungan seperti peningkatan paparan terhadap bahan kimia toksik
dibandingkan faktor genetik. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya peningkatan
insiden pada penduduk Asia yang tinggal di Amerika. Penelitian yang dilakukan
di Thailand menunjukkan peningkatan paparan dengan pestisida sebagai etiologi
yang tersering.3
Batasan dari anemia adalah keadaan penurunan jumlah sel darah merah
(SDM) dan kadar hemoglobin (Hb) di bawah nilai normal. Batasan yang praktisguna penelitian di lapangan adalah mengurangnya kadar Hb di bawah normal.
3
Anemia berlatar belakang penyebab yang tunggal, tetapi anemia sekunder
dan simptomatik mungkin penyebabnya multi faktorial. Pengelolaan atau
penatalaksanaan anemia perlu dicari penyakit yang mendasarinya dan gambaran
morfologi sel darah merah. Menghadapi permasalahan pengelolaan anemia cara
yang cepat untuk menetapkan diagnosis adalah memeriksa preparat / film darah
perifer.4
5/14/2018 Refrat Anemia rIAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-anemia-rian 2/29
2
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum : Untuk memberikan gambaran klinis secara umum
kepada pembaca tentang anemia dan
penatalaksanaan medisnya.
2. Tujuan khusus : Untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa
kedokteran tentang karakteristik anemia dalam
mendukung perlakuan medis.
5/14/2018 Refrat Anemia rIAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-anemia-rian 3/29
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. PATOFISIOLOGI
Jumlah sel darah merah pada orang dewasa kira-kira 5 juta per milimeter
kubik darah. Keseimbangan tetap dipertahankan antara kehilangan dan
penggantian sel darah setiap hari.6
Pada orang dewasa normal sumsum tulang
merupakan satu-satunya sel darah baru.4
Pembentukan sel darah merah dirangsang
oleh hormon glikoprotein, eritropoetin, yang dianggap berasal dari ginjal.6
Eritropoetin merupakan regulator utama eritropoesis pada manusia.7
Pembentukan
eritropoetin dipengaruhi oleh faktor seperti perubahan O2 atmosfir, berkurangnya
kadar O2 darah arteri, dan berkurangnya konsentrasi hemoglobin.6
Eritropoetin
berjalan ke sumsum tulang berinteraksi dengan progenitor sel darah merah yaitu
BFU-E(burst forming unit erythroid) dan CFU-E(colony forming unit erythroid)
yang menyebabkan progenitor tersebut berproliferasi dn berdiferensiasi hingga
terbentuk sel darah merah matur.7
Pematangan tergantung pada jumlah makanan
zat-zat yang cukup dan penggunaannya yang cocok, seperti vitamin B12, asam
folat, protein, enzim, dan mineral seperti besi dan tembaga.6
Skema diferensiasi sel induk menjadi sel darah merah
yang sangat disederhanakan
Keterangan:
BFU-E = Burst Forming Unit Erythroid
CFU-E = Colony Forming Unit Erythroid
Epo = Eritropoetin
GM-CSF = Granulocyte Macrophage Coloning Stimulating Factor
IL-3 = Interleukin 3
Sel induk
pluripotenBFU-E CFU-E
Prekursor
eritroit
SDM
matur
Epo
GM-CSF
IL-3 Epo
5/14/2018 Refrat Anemia rIAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-anemia-rian 4/29
4
Komponen utama sel darah merah adalah protein hemoglobin yang
mengangkut O2 dan CO2 dan mempertahankan pH normal. Molekul-molekul Hb
terdiri dari dua pasang rantai polipeptida (globin) dan 4 gugus heme, masing-
masing mengandung sebuah atom besi. Konfigurasi ini emungkinkan ertukaran
gas yang sangat sempurna.6
Pembentukan hemoglobin terjadi pada sumsum tulang melalui semua
stadium pematangan. Sel darah merah memasuki sirkulasi sebagai retikulosit dari
sumsum tulang. Retikulosit adalah stadium terakhir dari perkembangan sel darah
merah yang belum matang dan mengandung jala yang terdiri dari serat-serat
retikuler. Sejumlah kecil hemoglobin masih dihasilkan selama 24 sampai 48 jam
pematangan, retikulum kemudian larut dan menjadi sel darah merah yang
matang.6
Eritrosit memiliki deformitas tinggi dan mampu memperbesar diameternya
dari 7 hingga 13 mikrometer ketika melewati kapiler.Eritrosit memiliki muatan
negatif di permukaannya yang dapat melindunginya terhadap proses fagositosis.
Eritrosit tidak memiliki nukleus sehingga tidak terjadi siklus Krebs, glikolisis
terjadi melalui jalur Embden Meyerhof dan pentose untuk menghasilkan energi.
Banyak enzim yang dibutuhkan untuk menjalankan proses glikolisis aerob
maupun anaerob, jumlah enzim ini berkurang dengan bertambahnya umur
eritrosit. Semakin tua eritosit konsentasi potasium menurun dan sodium
meningkat, permukaannya tidak lagi bermuatan negatif. Faktor ini mengkontribusi
kematian eritrosit pada umur 120 hari.2
Hemoglobin dalam sel darah merah dibungkus oleh lipid membran yang
dibungkus oleh cytoskeleton. Abnormalitas membran, komposisi kimia Hb dan
enzim glikolotik tertentu dapat memperpendek umur sel darah merah danmenyebabkan anemia yaitu kehilangan darah, peningkatan penghancuran sel
darah merah (hemolisis) dan penurunan produksi sel darah merah.2
Proses utama penghantaran O2 ke jaringan meliputi 3 komponen yaitu Hb
pada eritrosit, respirasi dan sirkulasi yang akan saling mengkompensasi jika ada
defisiensi pada salah satu komponen.Pada anemia jumlah efektif sel darah merah
berkurang maka lebih sedikit O2 yang dikirim ke jaringan.8
5/14/2018 Refrat Anemia rIAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-anemia-rian 5/29
5
Mekanisme kompensasi pada anemia meliputi :6
1. Peningkatan curah jantung dan pernafasan untuk meningkatkan
pengiriman O2 ke jaringan oleh sel darah merah. Jumlah O2 yang
dihantarkan ke jaringan oleh sejumlah volume darah tergantung pada
kadar Hb, derajat saturasi Hb dengan O2, affinitas Hb terhadap O2 dan
tahanan O2 pada jaringan.
2. Peningkatan pelepasan O2 oleh Hb dipengaruhi oleh perbedaan konsentrasi
fosfat khususnya 2,3-difosfogliserid acid (2,3-DPG). Affinitas O2 terhadap
Hb akan turun jika konsentrasi 2,3-DPG meningkat seperti ditemukan pada
anemia kronik.Peningkatan ini akan memudahkan pengangkutan O2 ke
jaringan.
3. Mengembangkan volume plasma dengan menarik cairan dari sela-sela
jaringan.
4. Redistribusi aliran darah ke organ-organ vital.
B. KRITERIA ANEMIA
Kriteria anemia dan defisiensi gizi menurut WHO 1972 sebagai berikut:5
- Dinyatakan anemia bila kadar Hb pada ketinggian permukaan air laut,
didapatkan lebih rendah dari nilai pada golongan umur yang ada yaitu:
Anak umur 6 bulan sampai 6 tahun 11 gr/ 100 mL
6 tahun sampai 14 tahun 12 gr/ 100mL
Pria dewasa 13 gr/ 100mL
Wanita dewasa tak hamil 12 gr/ 100mL
Wanita dewasa hamil 11 gr/ 100mL
-
Untuk anemia gizi selain kadar Hb, ditambah tolok ukur keadaan besi,asam folat, dan vitamin B12.
5/14/2018 Refrat Anemia rIAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-anemia-rian 6/29
6
MCHC dibawah 31 gr / dl petunjuk kearah defisiensi besi
- Selain itu petunjuk kearah kemungkinan defisiensi seperti tertera pada
tabel dibawah ini :
Daerah Normal Kemungkinan defisiensi
Serum besi (ug/100mL) 80 – 180
Presentase jenuh Transferin 20 - 50
Serum Vitamin B12 (pg/mL) 150 – 100
Serum Folat (ng/mL) 6 - 20
Folat eritrosit (ng/mL) 150 – 700
< 50
< 15
< 100
< 3
< 100
C. KLASIFIKASI ANEMIA
Secara garis besar terdapat dua klasifikasi utama anemia yaitu :5
1. Klasifikasi atas dasar patogenetik dan etiologi ini didasarkan pada penyebab
dari anemia. Anemia dapat terjadi karena tiga gangguan pokok :
a) Kehilangan darah (perdarahan) baik akut maupun kronik.
Meliputi: anemia post hemoragik akut, dan anemia post hemoragik
kronik yang dapat ditelusuri lebih lanjut mengenai penyebab utamanya.
b) Gangguan pembentukan sel darah merah
1) Gangguan sumsum tulang karena defisiensi unsur-unsur esensial
guna aktifitas elektropoesis :
- anemia defisiensi besi
- anemia makrositik megaloblastik kerena defisiensi vitamin B 12
atau folat
-
anemia berkaitan dengan malnutrisi protein- anemia berkaitan dengan defisiensi vitamin C
2) Gangguan sumsum tulang bukan karena defisiensi:
- anemia karena infeksi
- anemia berkaitan dengan gagal jantung
- anemia karena penyakit hati
- anemia berkaitan dengan keganasan
- anemia aplastik
5/14/2018 Refrat Anemia rIAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-anemia-rian 7/29
7
- anemia berkaitan dengan penyakit kolagen
- anemia berkaitan dengan adanya infiltrasi dalam sumsum tulang
(leukemia, limfoma maligna, mieloma multiple mielosklerosis)
- anemia berkaitan dengan mixoedema dan hipopituitarism
- anemia sideroblastik
- anemia diseritropoetik kongenital
c) Meningkatnya penghancuran SDM (anemia hemolitik)
1) Anemia hemolitik karena defek korpuskuler (abnormalitas intra
korpuskuler atau intrinsik)
2) Anemia hemolitik karena mekanisme abnormal hemolitik
(abnormalitas ekstra korpuskuler atau ekstrinsik)
2. Klasifikasi yang didasakan pada morfologi sel darah merah, atas dasar ciri sel
darah merah yang di jumpai dari pemeriksaan darah.
Klasifikasi ini didasarkan pada dua ciri yaitu rata-rata volume SDM
(MCV) dan rata-rata kadar hemoglobin sel ( MCH ).
Atas dasar morfologi maka dapat dikelompokkan dalam :
a. Anemi Hipokromik Mikrositik bila MCV kurang dari 76 fl atau menurut
William ( 2000 ) kurang dari 78 fl
b. Anemia normokromik normositik bila MCV antara 76-96 fl
c. Anemia Makrositik bila MCV lebih dari 96 fl atau menurut William
(2000) lebih dari 100 fl
Nilai absolut SDM dapat dihitung dari Hb, Ht, dan jumlah SDM, pada
orang dewasa nilai normal MCV berkisar antara 77-96 fl, sedangkan MCH
nilai normal berkisar antara 31-35 g/dl.
5/14/2018 Refrat Anemia rIAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-anemia-rian 8/29
8
Sindroma klinik anemia serta penyebabnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :5
Tabel 1.Corak Anemia, Penyebab dan Sindroma Klinik.
CORAK
ANEMIAPENYEBAB SINDROMA KLINIK
HIPOKROM
MIKROSITIK
Defisiensi : Fe, Vit B6, Cu 1. Anemia defisiensi besi
2. Anemia sideroblastik
3. Talasemia
NORMOSITIK A. Kehilangan darah Anemia akut setelah pendarahan
:
1. Skorbut
2. Hemolitik
3. Purpura
B. Hemolisis
Ekstrakorpuskuler
Intrakorpuskuler
Anemia Hemolitik karena :
1. Infeksi, zat kimia, racuntanaman
2. Reaksi imun tubuh
3. Yang tidak diketahui
1. Sferositosis herediter
2. Anemia sel sabit (sickle)
3. PNH
4. Non sferositik kongenital.
dll
C. Gangguan pembentukan
darah
1. Anemia refrakter primer
2. Infeksi menahun, penyakit
neoplasma
3. Anemia myelophtisic olehkarena metastase keganasan
MAKROSITIK A. Defisiensi Vit B12, asam
folat (Anemia
megaloblastik)
1. Anemia pernisiosa
2. Sprue, idiopatik
3. Tropical Nutritional
Macrocytic Anemia
4. Makrositik anemia pada
kehamilan
5. Megaloblastik anemia pada
bayi
6. Karena anti metabolit.
B.
Bukan Defisiensi(Anemia Non
Megaloblastik
Makrositik)
1.
Anemia sel sabit (sickle)2. Penyakit Hati kronik
3. Anemia makrositik pada
hipertiroidisme.
D. DIAGNOSIS
Anemia kebanyakan ditemukan dari hasil skrining tes laboratorium yang
abnormal. Keluhan dan gejala biasanya timbul bila anemia sudah berkembang
lebih lanjut.5
Diagnosis anemia dapat ditegakkan dengan melakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
5/14/2018 Refrat Anemia rIAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-anemia-rian 9/29
9
1. Anamnesis
Anemia seringkali terjadi disebabkan oleh banyak faktor dan bukan
karena satu faktor saja.3
Pada anemia kita perlu menanyakan riwayat lengkap
mulai dari umur, jenis kelamin, pekerjaan, kebiasaan dan hobi karena produk
kimiawi dapat menyebabkan anemia hemolitik atau anemia aplastik,
granulositopenia dan trombositopenia. Awitan mulai adanya keluhan penting
untuk menentukan suatu proses yang akut atau kronik.8
Riwayat kehilangan darah seperti hematemesis, melena, perdarahan dari
hemorroid, menstruasi, epistaksis, hematuria, hemoptisis untuk mengetahui
adanya kehilangan darah yang bersifat akut. Riwayat yang berhubungan
dengan tendensi perdarahan seperti mudah timbul bercak perdarahan,
perdarahan yang sukar berhenti setelah trauma, perdarahan lebih dari satu
tempat.Kita juga perlu menanyakan mengenai riwayat penggunaan obat (anti
malaria, analgetika, anti bakteri), diet makanan sehari-hari, gaya hidup,
riwayat penyakit dahulu dan riwayat penyakit keluarga.5
Pada anemia semua sistem organ dapat terlibat maka dapat
menimbulkan manifestasi klinik yang luas. Manifestasi ini tergantung pada :
(1) kecepatan timbulnya anemia, (2) umur penderita, (3) mekanisme
kompensasinya, (4) tingkat aktivitasnya, (5) keadaan penyakit yang
mendasarinya, (6) parahnya anemia tersebut.6
a) Sistem kardiorespirasi, ditandai dengan nafas pendek dan sesak tergantung
dari ringan dan beratnya anemia. Pada anemia yang terjadi secara cepat bisa
terjadi nafas pendek, takikardi, dizzines dan fatiq. Pada anemia kronik hanya
terjadi palpitasi dan dyspneu sedang kecuali pada beberapa penderita dengan
gagal jantung kongestif, angina pektoris dan klaudikasio intermiten. Anemiaparah, lama dengan kelainan hemodinamik jantung bisa menyebabkan retensi
garam dan air, edema bahkan asites.8
b) Sistem saraf pusat, pada anemi yang berat sering timbul rasa semutan
(parestesi ), nyeri kepala, kesulitan berjalan, berkurangnya daya konsentrasi
dan tinitus. Hal di atas bisa merupakan manifestasi dari hipoksi serebral.8
c) Sistem reproduksi, khususnya pada wanita keluhan gangguan menstruasi,
kehamilan, abortus.5
5/14/2018 Refrat Anemia rIAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-anemia-rian 10/29
10
d) Sistem gastrointestinal, sering timbul keluhan berat badan menurun,
disfagia, regurgitasi, dispepsia, nyeri abdomen, diare, konstipasi, ikterus.5
e) Sistem urinarius, adanya nocturnal polyuria.5
f) Sistem muskuloskeletal, nyeri tulang, arthritis, arthralgia, mialgia.5
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan rambut yang berwarna, gangguan
pertumbuhan, mudah dicabut, kulit pucat, ekskoriasi, petekie/tanda perdarahan,
kuku pucat, rapuh, bergaris. Wajah kelihatan pucat, konjungtiva palpebra anemis,
bisa terdapat sklera ikterik, ketajaman penglihatan bisa menurun, membran
mukosa mulut pucat, bisa terdapat gusi berdarah dan pembesaran ginggiva.
5
Pada anemia yang berat kemungkinan terdapat pembesaran jantung, dan
bising sistolik prekordial yang menggambarkan beban kerja dan curah jantung
yang meningkat, payah jantung kongestif dapat terjadi sebab jantung yang kurang
oksigen tidak dapat menyesuaikan diri dengan beban jantung yang meningkat.
Pada penderita anemi perlu juga diperiksa sensibilitas dan refleks karena
anemia, misalnya anemia pernisiosa dapat terjadi neuropati perifer dengan gejala
parestesi.8
3. Pemeriksaan penunjang5
a) Pemeriksaan darah
Sel darah merah (SDM)
- Hb
- Ht
- jumlah SDM
b) Indeks sel darah merah
MCV
MCH
MCHC
RDW
c) Hitung sel darah putih
diferensiasi sel
segmentasi inti dari Neutrofil
5/14/2018 Refrat Anemia rIAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-anemia-rian 11/29
11
d) Jumlah trombosit
e) Morfologi sel-sel darah perifer
ukuran sel
kandungan Hb
anisocytosis
poikilositosis
polikromasia
f) Jumlah Retikulosit
g) Studi suplai Besi dan Protein
Serum Fe
TIBC
Serum feritin dan besi sumsum tulang
Albumin dan globulin
h) Studi serum vitamin B12, Folat dan Folat eritrosit.
i) Pemeriksaan Sumsum Tulang
j) Aspirasi
morfologi sel
ME ratio
pengecatan
k) Biopsi
selularitet
Morfologi
Bila ada petunjuk adanya gangguan organ maka perlu dilengkapi
pemeriksaan laboratorium lebih lanjut.
Bila dari preparat film darah perifer terdapat kelainan SDM yang
mengarah pada proses hemolisis perlu diperiksa Coomb test, juga Hb
elektroforesis untuk golongan hemoglobinopati, juga pemeriksaan penunjang lain
seperti radiologi.
Untuk pemeriksaan anemia mikrositik hipokromik yang didasarkan hasil
MCV atau MCH yang rendah, maka perlu diperiksa film darah tepi sesuai alur
bagan 1 & 2 dibawah ini.
5/14/2018 Refrat Anemia rIAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-anemia-rian 12/29
12
Alur Bagan 1.5
PEMERIKSAAN UNTUK ANEMIA MIKROSITIK HIPOKROMIK
ATAS DASAR MCV / MCH
MCV/MCH
Rendah
Film darah perifer
Serum Fe
N/Tinggi
Hb F/A2
Hemoglobinopati
Talasemia
Tinggi Rendah
Fe dlm sumsum tulang Ferritin
Anemia sideroblastik Rendah N/Tinggi
Defisiensi Fe Anemia penyakit
kronik
5/14/2018 Refrat Anemia rIAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-anemia-rian 13/29
13
Alur Bagan 2.5
Anemia Mikrositik Hipokromik
Serum Fe ,TIBC
A. Defisiensi Besi
Hb. Elektroforese
BMA
URINALISA
BUN
CREATININ
Talasemia
Talasemia
SIDEROBLASTIK
ANEMIA
A. Penyakit Kronik
Penyakit Ginjal
Serum Fe
TIBC
Serum Fe N
TIBC dan
Sel Target
HbA1, HBF, HbA
HbA1, HbH,
Serum Fe
TIBC N
Serum Fe
TIBC
N
Ab N
5/14/2018 Refrat Anemia rIAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-anemia-rian 14/29
14
Bila MCV/MCH hasilnya normal, maka perlu pemeriksaan film darah
perifer sesuai alur bagan 3 dibawah ini.
Alur bagan 3.5
PEMERIKSAAN ANEMIA NORMOSITIK NORMOKROMIK
Atas dasar MCV / MCH
MCV/MCH Normal
Film darah perifer
Jumlah retikulosit Tinggi
Hemolisis Perdarahan
akut
Normal/Rendah
Morfologi SS tulang
Normal Abnormal
Anemia Sekunder:
Inflamasi
Peny. ginjal
Peny. hati
Defisiensi
Endokrin
Infiltrasi/
Fibrosis
Hipoplastik
Anemia
Aplastik
Aplasia
SDM
Leukemia
Myelomatosis
Metastase
Myelofibrosis
Diserythropoiesis
Myelodysplasia
5/14/2018 Refrat Anemia rIAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-anemia-rian 15/29
15
Pada penderita anemia dengan hasil pemeriksaan darah anemia
normokromik makrositik maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut sesuai
bagan 4 & 5 di bawah ini.
Alur bagan 4.5
Anemia Normokromik
Makrositik
Tes Faal Hati
Folat SDM/Serum
Serum Vit. B12
Penyakit Hati
Kronik
Anemia Defisiensi
Folat
Vit. B12
Defisiensi
Tes
Schilling
A. Def Vit B12
Sindr.
Malabsorbsi
A. Pernisiosa
Riwayat
Pemberian Anti
Metabolit
A. Megaloblastik
karena Obat
Tes Faal
Hati
Penyakit Hati
Kronik
BMA/
Biopsi
Sindroma
Mielodisplastik
AbN
Folat
Vit.
B12
AbN
N
Vit. B12 N
Folat N
Ya
Abnormal
5/14/2018 Refrat Anemia rIAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-anemia-rian 16/29
16
Alur bagan 5.5
M C V / M C H : N O
R M A L
y a n g t i n g g i
F I L M D
A R A H P E
R I F E R
J u m l a h R e t i k u
l o s i t
N o r m a l / R e n d a h
T i n g g i
N o
n M e g a l o b l a s t i k
M o r f o l o g i S S
T u l a n
M e g a l o b l a s t i k
P e r d a r a h a n
A k u t
A n e m i a
H e m o l i t i k
N o r m o b l a s t i k
D i s e r i t r o p o i e s i s
B 1 2 d a n F o l a t
B 1 2
F o l a t
D e f i s i e n s i
B 1 2
D e f i s i e n s i
F o l a t
P e n y a k i t h
a t i
A l k o h o l i k
H y p o t h y r o i d
M y e l o d y s p l a s i a
P E M E R I K S A A N
U N T U K A N E M I A M A K R O S I T I K
A t a
s d a s a r M C V / M C H
5/14/2018 Refrat Anemia rIAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-anemia-rian 17/29
17
E. PENATALAKSANAAN
Menentukan etiologi anemia penting untuk menentukan terapi yang efektif
dan spesifik.2
Penatalaksanaan anemia sering menimbulkan masalah terutama bila
anemia yang dihadapi termasuk kategori anemia berat. Guna pengelolaan lebih
lanjut maka langkah pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan: Hb, Ht,
jumlah Sel darah merah (SDM), retikulosit, jumlah sel darah putih SDP dan
Trombosit, LED dan membuat hapusan / film darah perifer.5
Anemia hanya merupakan gejala maka pengobatan tentunya diarahkan
pada penyebab, disamping itu perlu diperhatikan berat atau ringannya anemia
yang dihadapi.5
1. Anemia karena kehilangan darah (perdarahan)
Perdarahan dapat bersifat akut maupun kronis. Perdarahan akut bila
perdarahannya masif yaitu bila lebih atau sama dengan 25% volume darah
yang hilang maka biasanya timbul hipovolemi, sehingga diperlukan
penggantian darah transfusi atau cairan pengganti dan perlu dicari penyebab
lebih lanjut. Bila penyebab perdarahan misalnya kerena pecahnya varises
oesophagii, maka harus segera ditentukan dan dilakukan tindakan antara lain
skleroterapi atau tindakan bedah.
Pada perdarahan yang berlangsung menahun maka perlu dicari
penyebabnya, bila perdarahan dari intestinal, misalnya karena cacing tambang
maka perlu dihilangkan cacing tambangnya. Perdarahan kronik biasanya akan
menimbulkan pula defisiensi besi, maka akan terjadi anemia defisiensi besi.
Jadi dalam keadaan demikian perlu juga diberikan preparat besi. Keberhasilan
pengobatan dapat dilihat dengan kenaikan jumlah retikulosit lebih dahulu
dalam minggu I dan minggu II. Hb akan meningkat setelah 2 minggu. Bilasetelah 2 sampai 3 minggu Hb tidak naik, maka perlu dievaluasi ulang apakah
ada penyebab lain sebagai penyebab perdarahan kronis misalnya akibat
keganasan dalam usus.5
5/14/2018 Refrat Anemia rIAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-anemia-rian 18/29
18
2. Anemia Hemolitik
Anemia yang disebabkan oleh pemecahan eritrosit dalam pembuluh
darah sebelum waktunya (sebelum rata-rata masa hidup eritrosit, yaitu 120
hari).
Anemia Hemolitik Autoimun (AHA) atau Autoimune Hemolytic
Anemia (AIHA) adalah anemia hemolitik yang disebabkan oleh
terbentuknya autoantibodi terhadap eritrosit sendiri sehingga
menimbulkan proses destruksi (hemolisis eritrosit). Berdasarkan sifat
reaksinya, AHA dibedakan menjadi :
a. AHA Tipe Panas (Warm AIHA) : reaksi antigen antibodi optimal
terjadi pada suhu tubuh 370C. Proses autoimun diperantarai oleh Ig
G dengan atau tanpa disertai komplemen, dan pemecahan eritrosit
oleh limpa.
b. AHA Tipe Dingin (Cold AIHA) : reaksi antigen antibodi optimal
terjadi pada suhu tubuh < 320C. Proses autoimun diperantarai oleh
Ig M.6,7
Secara garis besar, AHA Tipe panas dapat dibagi dalam 2
golongan, yaitu:
1. Idiopatik
2. Sekunder
a. Penyakit Limfoproliferatif : Limfoma maligna, CLL
b. Penyakit Autoimune (SLE, Artritis Rematoid, Skleroderma,
Kolitis Ulcerativa) dan imunodefisiensi (AIDS, Disglobulinemia,
Hipogamaglobulinemia)
c. Keganasan (Kista Dermoid Ovarii, Teratoma, Karsinoma)d. Infeksi Virus
3. Anemia Hemolitik Autoimun disebabkan oleh Obat
a. Tipe adsorpsi (penisilin)
b. Tipe neoantigen (quinidine/stibophen)
c. Tipe auto imun (α-methyldopa)
d. Tipe non imun (cefalosporin generasi I)7
5/14/2018 Refrat Anemia rIAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-anemia-rian 19/29
19
F. PATOGENESIS
1. Aktivasi sistem komplemen
Sistem komplemen yang teraktivasi akan menyebabkan hancurnya
membran sel eritrosit sehingga terjadi hemolisis intravaskuler yang
ditandai dengan hemoglobinemia dan hemoglobinuria. Sistem
komplemen akan diaktifkan melalui jalur klasik maupun jalur alternatif.
Antibodi yang memiliki kemampuan mengaktifkan jalur klasik salah
satunya IgG yang bereaksi dengan antigen permukaan eritrosit pada suhu
tubuh. IgG merupakan aktivator yang efisien terhadap komplemen pada
suhu 370C
a. Aktivasi komponen jalur klasik
Keterangan :
Aktivasi
Pembentukan kompleks
C1
C4 dan C2
Kompleks Ag-Ab
C1 Aktif
C4b,2b
(C3-convertase)
C3
C3aC3b
C4b,2b,3b
(C5-convertase)
C5
C5a
(anafilatoksin)
C5b
5/14/2018 Refrat Anemia rIAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-anemia-rian 20/29
20
Kompleks C5b bersama dengan molekul C6,C7,C8 dan beberapa
molekul C9 akan membentuk kompleks penghancur membran.
Kompleks ini akan menyisip ke dalam membran sel sehingga
permeabilitas membran terganggu. Air dan ion akan masuk ke dalam
sel, sehingga sel akan bengkak dan ruptur.
b. Aktivasi komplemen jalur alternatif
Keterangan :
Aktivasi
Pembentukan kompleks
C5 akan berikatan dengan C3b dan oleh Bb dipecah menjadi C5a
dan C5b. Selanjutnya C5b berperan dalam penghancuran membran.
2. Aktifasi seluler yang menyebabkan hemolisis ekstravaskular
Sel darah merah disensitasi oleh IgG yang tidak berikatan dengan
komplemen atau berikatan dengan komplemen namun tidak terjadi
aktivasi lebih lanjut, maka sel darah merah akan dihancurkan oleh
sistem retikuloendotelial. Proses immunoadherence, terutama yang
diperantarai oleh IgG-FcR akan menyebabkan fagositosis.8
C3b
Faktor B
Faktor D
BaBb
C3bBb
C3
C3a
5/14/2018 Refrat Anemia rIAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-anemia-rian 21/29
21
G. TEMUAN KLINIK
1. Pada Kehamilan
Pembentukan autoantibodi meningkat pada kehamilan. Hemolisis
cenderung maningkat selama kehamilan dan mereda setelah persalinan. Janin
yang lahir dari ibu dengan anemia hemolitik dapat menderita hemolisis,
namun juga dapat tidak menderita sama sekali. IgG yang berasal dari sang ibu
dapat berkurang sedikit demi sedikit pada masa postpartum. Maternal
antibody-producing lymphocytes tidak dapat menembus plasenta.2
2. Kelainan Laboratorik
a.
HematologiHemoglobin dan Hematokrit dapat ditemukan normal (AHA
kompensata) maupun sangat rendah (sering < 7 g/dl). MCV biasanya
meningkat dan biasanya terkait defisiensi folat pada pasien dengan
hemolisis kronik. Retikulosit biasanya meningkat. Retikulositopenia
dapat ditemukan pada kasus infeksi yang mengenai sumsum tulang,
keganasan myeloid, infeksi parvovirus B19 atau pada antibodi autoimun
yang mengenai retikulosit itu sendiri.
b. Bilirubin Serum
Serum bilirubin biasanya meningkat hingga 2-4 mg/dl (jarang > 5
mg/dl). Urobilinogen urin meningkat disertai dengan hemoglobinuria dan
hemosiderinuria pada hemolisis berat. Gagal ginjal dapat terjadi.
Sterkobilin yang meningkat dapat membuat fess berwarna lebih gelap.1
c. Tes Comb (Tes anti-immunoglobulin)
Tes Comb dibedakan menjadi 2 macam, yaitu secara langsung
( Direct anti-globulin test, DAT ) dan secara tidak langsung ( Indirect anti-
globulin test, IAT ). Keduanya mempunyai prinsip yang sama, yaitu
menggunakan reagen serum antiglobulin ( Anti Human Globuline, AHG)
terhadap globulin manusia.
1) Direct
Tes Comb bertujuan mengidentifikasi IgG yang membungkus
sel darah merah in vivo pada penyakit hemolisis, contohnya pada
ikterus neonatorum ( Hemmolytic Disease of The Newborn), reaksi
5/14/2018 Refrat Anemia rIAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-anemia-rian 22/29
22
transfusi dan anemia hemolitik autoimun.9
Untuk memastikan
apakah sel darah merah dibungkus oleh imunoglobulin, komplemen,
atau keduanya, maka sel darah merah penderita direaksikan dengan
antiseranya (antiglobulin) sehingga terjadi reaksi penggumpalan.6
Sebelumnya, darah pasien diberikan EDTA untuk mencegah
penggumpalan dini.
2) Indirect
Tes Comb Indirek bertujuan untuk mendeteksi antibodi IgG (anti-Rh)
yang bebas dalam seru, antara lain:
a) Paroxysmal Nocturnal Haemoglobinuria
Transfusi SFM yang sudah dicuci. Karena sering terjadi
hemoglobinuria maka dapat timbul defisiensi Fe sehingga perlu
pemberian preparat Fe.5
Pada PNH dengan defek pada sistem
hemopoesis, Hb S. Androgen diperlukan jika terdapat hipoplasia
sumsum tulang.9
b) Thalassemia
Transfusi darah teratur dibutuhkan untuk mempertahankan Hb
diatas 11 g/dL. Ini biasanya membutuhkan 2-3 unit tiap 4-6
minggu. Darah segar yang difiltrasi mengeluarkan sel darah putih,
memberi perpanjangan umur sel darah merah terbaik dengna
reaksi paling sedikit. Asam folat teratur (5 mg perhari jika diet
buruk).
3. Anemia hemolitik autoimun
Steroid merupakan indikasi terapi untuk jenis ini. Kita dapatmemberikan antara lain prednison dengan dosis 1-2 mg /kg BB atau sekitar
40-100 mg per hari. Pemberiannya sampai Hb mendekati nilai normal,
kemudian dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan antara 10-20 mg / hari,
selanjutnya jika Hb normal dan stabil dosis diturunkan serendah mungkin
atau diberikan selang sehari dengan maksud mengurangi efek samping obat.8
Bila pemberian steroid gagal atau dosis pemberian terlalu tinggi
sehingga menimbulkan banyak efek samping maka perlu diupayakan
5/14/2018 Refrat Anemia rIAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-anemia-rian 23/29
23
pemberian obat imunosupresif yang lain misalnya Cyclophosphamide,
Vincristine dan Azathioprine. Pada keadaan akut dapat pula diberikan infus
immunoglobulin yang dapat memblokir reseptor-reseptor Fe, dengan
demikian antibodi tidak dapat bekerja menghancurkan SDM.8
Splenektomi merupakan terapi pilihan jika hemolisis masih terjadi
setelah 2-3 bulan pemakaian kortikosteroid, dan 60 % berespon baik.9
Rituximab merupakan obat baru untuk anak dengan AIHA yang berat
dan memerlukan terapi imunosupresif yang lama. Rituximab mampu secara
selektif menghancurkan limfosit B.9
Rituximab diberikan dengan dosis 375
mg/m2
3 x seminggu. Dalam follow up selama 13 bulan, rata-rata kadar Hb
meningkat dari 7,7 g / dL menjadi 11,8 d / dL, jumlah retikulosit turun dari
236 x 109
menjadi 109 x 109
/ L.9
Pada anemia hemolitik yang disebabkan
defisiensi enzim mislnya G6DP maka penggunaan obat maupun bahan kimia
yang bersifat oksidan dan infeksi sebaiknya dihindari karena berpotensi
menjadi pencetus terjadinya hemolisis.9
4. Anemia karena gangguan pembentukan / produksi SDM
Anemia karena kekurangan bahan baku pembentuk SDM antara lain:
protein, Fe, Vitamin B 12, asam folat.
Kekurangan bahan dapat absolut, hal ini terjadi karena intake yang
kurang atau gangguan penyerapan dalam saluran cerna, dalam hal ini
terapinya adalah pemberian bahan baku baik oral maupun parenteral,
disamping itu terapi etiologik perlu diberikan.5
a. Defisiensi zat besi sangat baik terhadap pemberian obat oral seperti
garam besi (misalnya sulfas ferosus) atau persediaan polysakarida zat
besi (misalnya plymaltosa ferosus) sediaan ferosus yang mengandung 50
mg elemen zat besi per tablet 325 mg diberikan tiga kali sehari.
Pemberian zat besi parenteral diindikasikan pada keadaan tidak mampu
intake besi peroral secara adekuat, gangguan saluran cerna, perdarahan
yang berlangsung kontinue dan tidak bisa dilakukan pembedahan.1,2
b. Pemberian vitamin B12 (oleh karena defisiensi vitamin B12)
Vitamin B12 diberikan dalam bentuk cyanocobalamin atau
hydroxyocobalamin. Keduanya dapat menghasilka remisi dan
5/14/2018 Refrat Anemia rIAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-anemia-rian 24/29
24
mempertahankan remisi pada defisiensi vitamin B12 dan keduanya juga
non toxic. Hydroxycolobalamin lebih dapat dipergunakan oleh sel dan
lebih efektif dibanding cyanocobalamin.
Pengobatan dimulai dengan 100 g cobalamin per hari selama 6 –
7 hari. Selama pengobatan, dilakukan pemeriksaan retikulosit setiap hari.
Jika didapat perbaikan klinis dan adanya respon retikulosit yang diamati
selama 1 minggu tersebut maka dosis yang sama diberikan secara
alternate days untuk 7 dosis. Kemudian setiap 3 – 4 hari selama 2 – 3
minggu berikutnya sehingga tercapai dosis total 1,8 – 2 mg dalam 5 – 6
minggu. Selama waktu tersebut seharusnya nilai-nilai 1,8 – 2 mg dalam 5
– 6 minggu. Selama waktu tersebut seharusnya nilai-nili hematologiknya
sudah kembali normal.1,4
Vitamin B12 dosis kecil (1 g/ hari) selama 10
hari dapat digunakan untuk menegakkan anemia pernisiosa, akan
memberikan respon berupa reaksi retikulosit.
Pada pasien dengan anemia berat yang mengalami kelainan
kardiovaskuler yang gawat/berat maka diperlukan transfusi emergensi.
Hal ini harus dilakukan secara hati-hati.
c. Terapi defisiensi folat
Dosis yang sering digunakan adalah 1 mg folat per hari. Dosis yang
lebih tinggi sampai 5 mg.hari dapat diberikan pada defisiensi folat oleh
karena malabsorbsi. Dosis untuk profilaksis pada wanita hamil adalah 0,2
– 0,4 mg/hari. Pemberian secara parenteral jarang dilakukan.1,4
Lama pemberian terapi tergantung derajat defisiensi serta penyebab
yang mendasari. Pasien dengan kebutuha folat yang meningkat terus-
menerus (misalnya pada anemia hemolitik kronik, malabsorbsi,
malnutrisi kronik) harus mendapatkan tablet folat secara terus-
menerus.1,5
5. Anemia karena gangguan fungsi sumsum tulang5
Gangguan sumsum tulang dapat primer yaitu gangguan yang terletak
dalam sumsum tulang sendiri atau sekunder yaitu sumsum tulang sendiri
sebenarnya masih normal tetapi sumsum tulang diduduki atau didesak atau
5/14/2018 Refrat Anemia rIAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-anemia-rian 25/29
25
diinfiltrasi oleh sel-sel ganas. Gangguan ini disebut juga “ Bone Marrow
Faillure “
a. Gangguan sumsum tulang primer biasanya disebut Anemia Aplastik
(AA). Berdasarkan pada patogenesisnya A.A dapat timbul karena :
1) Defek pada sel induk ( stem cell defect )
Dalam kelainan ini sel induk mengalami kelainan genetik
sehingga sel tersebut tidak mampu berproliferasi maupun
berdiferensiasi secara normal akibatnya akan terjadi kekurangan
semua jenis sel darah yang disebut pansitopenia.
Dalam hal ini terapi kausalnya adalah pembenaran sel induk
yang baru yaitu dengan cangkok sumsum tulang, sedangkan terapi
simptomatisnya dengan transfusi darah berulang-ulang dengan
segala konsekuensi akibat efek sampingnya.8
2) Defek dari lingkungan sel induk ( microenvironment defect )
Lingkungan sumsum tulang adalah sel endotel dan
fibroblast. Sel-sel tersebut adalah sel-sel yang menghidupi dan
memelihara sel induk sehingga dapat menjadi sel-sel yang normal
dan dapat menjadi sel darah yang diperlukan. Zat yang tergolong
hormon pertumbuhan atau hemopoietic growth factor yang dengan
kemajuan teknologi zat-zat tersebut dapat disintesa dan dipasarkan.
3) Pada kegagalan sumsum tulang sekunder ini terapi yang diberikan
ditujukan pada penyebab utamanya.
Terapi terdiri dari usaha untuk membalikkan patologik
primer. Adanya tuberkulosis perlu dicari, karena penyakit ini dapat
diobati. Namun, yang lebih sering terjadi adalah bahwa penyakityang mendasari tidak dapat diobati dan memerlukan tindakan
penunjang misalnya transfusi darah.8
b. Klasifikasi anemia aplastik berdasarkan tingkat keparahan.3,9,10
1. Anemia aplastik berat
Seluraritas sumsum tulang <25% atau 25-50% dengan <30% sel
hematopoietik residu, dan
Dua dari tiga kriteria berikut :
5/14/2018 Refrat Anemia rIAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-anemia-rian 26/29
26
- netrofil < 0,5x109/l
- trombosit <20x109 /l
- retikulosit < 20x109 /l
2. Anemia aplastik sangat berat
Sama seperti anemia aplastik berat kecuali netrofil <0,2x109/l
3. Anemia aplastik bukan berat11
Pasien yang tidak memenuhi kriteria anemia aplastik berat atau sangat
berat; dengan sumsum tulang yang hiposelular dan memenuhi dua dari
tiga kriteria yaitu netrofil < 1,5x109/l, trombosit < 100x109/l,
hemoglobin <10 g/dl
c. Manajemen Awal Anemia Aplastik 12
1) Menghentikan semua obat-obat atau penggunaan agen kimia yang
diduga menjadi penyebab anemia aplastik.
2) Anemia : transfusi PRC bila terdapat anemia berat sesuai yang
dibutuhkan.
3) Pendarahan hebat akibat trombositopenia : transfusi trombosit sesuai
yang dibutuhkan.
4) Tindakan pencegahan terhadap infeksi bila terdapat neutropenia
berat.
5) Infeksi : kultur mikroorganisme, antibiotik spektrum luas bila
organisme spesifik tidak dapat diidentifikasi, G-CSF pada kasus
yang menakutkan; bila berat badan kurang dan infeksi
6) Pertimbangkan transfusi granulosit dari donor yang belum mendapat
terapi GCSF.
7)
Assessment untuk transplantasi stem sel allogenik : pemeriksaanhistocompatibilitas pasien, orang tua dan saudara kandung pasien.
8) Pengobatan spesifik aplasia sumsum tulang terdiri dari tiga pilihan
yaitu transplantasi stem sel allogenik, kombinasi terapi
imunosupresif (ATG, siklosporin dan metilprednisolon) atau
pemberian dosis tinggi siklofosfamid.10
Terapi standar untuk anemia
aplastik meliputi imunosupresi atau transplantasi sumsum tulang11
5/14/2018 Refrat Anemia rIAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-anemia-rian 27/29
27
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Anemia sering dijumpai di masyarakat dan mudah di kenali
(didiagnosa). Tanda dan gejalanya beragam, seperti pucat, lemah, mual,dll.
Pendiagnosaan anemia lebih detail ditunjang dengan pemeriksaan laborat
untuk menegakkan diagnosa terjadinya penurunan kadar Hb.
Terapi oral masih menjadi andalan medis dalam penatalaksanaan semua
tipe anemia.
Kepatuhan penderita terhadap anjuran terapi mutlak untuk prosespenyembuhan secara total
5/14/2018 Refrat Anemia rIAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-anemia-rian 28/29
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Timon IS, Aulia D, Atmakusuma D et al. Some Hematological Problem in
Indonesia. Int J Hematol. 2002 Aug; 76 Suppl 1 : 286-90.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/Entrez/quefy.fcgi?db=protein.
2. Conrad ME. Anemia. eMedicine Journal Vol III Number 2, 2002.
http://www.eMedicine.com/med/topic132.htmn
3. Hillman RS. Hematologic Alterations. In Fauzi AS, Braunwald E, isselbacher
et al. eds. Harrison’s Priciples of Internal Medicine. 14 thEd. Vol 1. New york
: McGraw- Hill. 1998: 334-8.
4. Soenarto. Pengelolaan Anemia. Dalam : Internal Medicine In Global Era.
Pertemuan Ilmiah Tahunan ke-I Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit
Dalam Cabang Surakarta. Surakarta. 2003: 176-99.
5. Bakta, IM. Hematologi klinik ringkas. Penerbit buku kedokteran : EGC.
Jakarta : 2007.
6. Williams S, Wilkins. Wintrobe’s clinical hematology Edisi 12. Edisi Ebook
7. Litchman M, Beutler E, Seligsohn U, Kaushansky K, Kipps TO. Williams
hematology Edisi 7. McGraw Hill Medical
8. Editor : Sudoyo, WA, Setiyohadi B, Alwi I, K Simadibrata M, Setiati S. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI. Pusat penerbitan ilmu penyakit
dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : 26.
9. Suromo LB dan Samsuria IK. Diktat Pegangan Kuliah Patologi Klinik II.
Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang : 2008
10. Smith EC, Marsh JC. Acquired aplastic anaemia, other acquired bone marrow
failure disorders and dyserythropoiesis. In: Hoffbrand AV, Catovsky D, et al(eds). Post Graduate Haematology 5th edition. USA: Blackwell Publishing,
2005;190-206.
11. Paquette R, Munker R. Aplastic Anemias. In: Munker R, Hiller E, et al (eds).
Modern Hematology Biology and Clinical Management 2nd ed. New Jersey:
Humana Press, 2007 ;207-16.
5/14/2018 Refrat Anemia rIAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/refrat-anemia-rian 29/29
29
12. Solander H. Anemia aplastik In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, et al (eds). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi Keempat. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 2006;637-43.