Rian Hendrian

90
39 GAMBARAN PELAKSANAAN EVALUASI PROGRAM TABLET BESI (Fe) PADA IBU HAMIL DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KUNINGAN PROPINSI JAWA BARAT TAHUN 2010 LAPORAN MAGANG Disusun Oleh : RIAN HENDRIAN NIM: 107101001435 PEMINATAN GIZI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011

Transcript of Rian Hendrian

Page 1: Rian Hendrian

39

GAMBARAN PELAKSANAAN EVALUASI PROGRAM TABLET BESI

(Fe) PADA IBU HAMIL DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN

KUNINGAN PROPINSI JAWA BARAT TAHUN 2010

LAPORAN MAGANG

Disusun Oleh :

RIAN HENDRIAN

NIM: 107101001435

PEMINATAN GIZI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2011

Page 2: Rian Hendrian

40

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

Magang, April 2011

Rian Hendrian, NIM : 107101001435

Gambaran Pelaksanaan Evaluasi Program Tablet Besi (Fe) Pada Ibu Hamil Di

Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan Propinsi Jawa Barat Tahun 2010

xiv + 75 halaman, 6 tabel, 4 bagan, 3 gambar, 5 lampiran

ABSTRAK

Sampai saat ini anemia gizi masih merupakan masalah gizi utama yang diderita

oleh ibu hamil dan wanita pada umumnya. Anemia pada ibu hamil meningkatkan risiko

terjadinya keguguran, lahir sebelum waktunya, melahirkan bayi dengan Berat Badan

Lahir Rendah (BBLR), lahir mati dan kematian perinatal. Ibu hamil yang menderita

anemia dapat mengalami kegagalan jantung, yang dapat menimbulkan kematian.

Penanggulangan masalah anemia gizi besi saat ini masih terfokus pada pemberian tablet

tambah darah (Fe). Ibu hamil mendapat tablet tambah darah 90 tablet selama

kehamilannya. Berdasarkan laporan gizi tahun 2010 cakupan pemberian tablet Fe-I di

Kabupaten Kuningan sebesar 88% (target 90%) dan cakupan Fe-III sebesar 80% (target

85%).

Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan berada di Provinsi Jawa Barat, membina

37 puskesmas dan 1381 posyandu. Seksi gizi berada dibawah bidang Pelayanan

Kesehatan mempunyai tugas membantu kelancaran tugas bidang Pelayanan Kesehatan

dalam penyelenggaraan pelayanan gizi masyarakat dan institusi.

Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan khususnya seksi gizi memfokuskan pada

cakupan tablet Fe dalam mengevaluasi program tablet Fe. Program Penilaian Kinerja

Puskesmas (PKP) merupakan metode yang digunakan dalam mengevaluasi program

termasuk program tablet Fe. Dalam PKP aspek yang dinilai adalah output semua

program kesehatan termasuk program gizi salah satunya program pemberian tablet Fe ke

ibu hamil. Namun, tidak melakukan evaluasi terhadap proses dan dampaknya. Hasil dari

evaluasi program disajikan dalam laporan tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten

Kuningan.

Daftar bacaan : 31 (1990-2010)

Page 3: Rian Hendrian

41

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Judul Magang

GAMBARAN PELAKSANAAN EVALUASI PROGRAM TABLET BESI (Fe)

PADA IBU HAMIL DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KUNINGAN

PROPINSI JAWA BARAT TAHUN 2010

Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Magang

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 4 April 2011

Mengetahui,

Yuli Amran, SKM, MKM Dodi Wijaya, SKM, M.Kes

Pembimbing Fakultas Pembimbing Lapangan

Page 4: Rian Hendrian

42

PANITIA SIDANG UJIAN MAGANG

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jakarta, 14 April 2011

Penguji I

Yuli Amran, SKM, MKM

Penguji II

Riastuti KW, SKM, MKM

Page 5: Rian Hendrian

43

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama Lengkap : Rian Hendrian

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 27 Agustus 1988

Alamat : Jln. Raya Cibingbin Desa Cibingbin Rt 01 Rw 03 Dusun

Pahing Kecamatan Cibingbin Kabupaten Kuningan.

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Email : [email protected]

No Hp : 085694649643

Motto Hidup : Hidup adalah perjuangan untuk menjadi lebih baik

Riwayat Pendidikan :

1995 – 2001 SDN 1 Cibingbin

2001 – 2004 Madrasah Tsanawiyah Negeri Cibingbin

2004 – 2007 SMA Negeri 2 Kuningan

2007 - sekarang Peminatan Gizi, Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Riwayat Organisasi :

2005-2006 Remaja Masjid SMAN 2 Kuningan.

2007-2008 - Anggota Departemen Kesenian,Sosial & Olahraga Badan Eksekutif

Mahasiswa (BEM) Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan UIN

Jakarta.

- Anggota karangtaruna di wilayah Kelurahan Jembatan Besi Jakarta

Barat.

2008-2010 - Koordinator Departemen Kesenian,Sosial & Olahraga Badan Eksekutif

Mahasiswa (BEM) Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan UIN

Jakarta.

- Anggota relawan Yayasan Aids Indonesia ( YAI )

- Sekretaris RT 04 RW 02 Kelurahan Jembatan Besi Jakarta Barat

Page 6: Rian Hendrian

44

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang, atas

limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Magang. Shalawat

dan salam senantiasa tecurahkan kepada Rosul tercinta yang telah menjadi suri tauladan

bagi umatnya.

Dengan bekal pengetahuan, pengarahan serta bimbingan yang diperoleh selama

perkuliahan dan selama berlangsungnya magang, serta proses bimbingan setelah

magang, penulis mencoba menyusun laporan magang mengenai “Gambaran Pelaksanaan

Evaluasi Program Tablet Besi (Fe) Pada Ibu Hamil di Dinas Kesehatan Kabupaten

Kuningan Tahun 2010”.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya

kepada :

1. Kedua orang tua yang selalu menasehati dan memberi semangat kepada penulis.

2. Bapak Prof. Dr(Hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And Dekan Fakultas Kedokteran &

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak dr.Yuli Prapanca Satar, MARS Kepala Program Studi Kesehatan

Masyarakat.

4. Ibu Yuli Amran, SKM,MKM pembimbing akademik dalam kegiatan magang

yang terus membimbing penulis dengan sabar dalam penulisan laporan magang

ini.

Page 7: Rian Hendrian

45

5. Ibu Riastuti Kusuma Wardani, SKM,MKM selaku penguji laporan magang ini

yang telah memberi masukan demi kebaikan dalam penulisan laporan ini.

6. Bapak drg.H.Kadaryanto,MM,MARS Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten

Kuningan yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan kegiatan

magang ini di Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan.

7. Bapak dr.H.Zaenal Arifin Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes

Kabupaten Kuningan yang telah menerima penulis untuk melaksanakan kegiatan

magang di Seksi Gizi di bawah Bidang Pelayanan Kesehatan.

8. Bapak Dodi Wijaya, SKM, M.Kes Kepala Seksi Gizi Dinkes Kabupaten

Kuningan yang telah menerima penulis untuk melaksanakan kegiatan magang di

Seksi Gizi.

9. Ibu Indra Wahyuni,SKM staf gizi yang selalu membimbing penulis selama

kegiatan magang ini.

10. Bapak Usep Rusependhi,SKM , Ibu Nanan Heryani dan Bapak Toto Hermanto,

yang telah memberi masukan, dan menerima Penulis dengan senyuman untuk

bergabung di seksi gizi selama kegiatan magang ini.

11. Tetehku “Nia” & suaminya, yang selalu memberi masukan selama penulis

melaksanakan magang. Serta kedua keponakanku yang masih lucu dan imut

“Deden & Elsi” kalian selalu menghadirkan keceriaan dengan gayanya yang

selalu bikin penulis tersenyum.

12. Teman-teman Kesmas 07 “OPUS” baik gizi maupun K3, terima kasih atas

dukungan motivasi dan kebersamaannya. Semoga tetap terjalin tali silaturahmi.

Page 8: Rian Hendrian

46

13. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Sangat disadari oleh penulis bahwa laporan magang ini masih jauh dari sempurna,

oleh karena itu penulis sangat mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun

sebagai masukan demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat

bagi penulis dan seluruh pihak yang memerlukan.

Jakarta, April 2011

RIAN HENDRIAN

Page 9: Rian Hendrian

47

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK……………………………………………………………………….

PERNYATAAN PERSETUJUAN………………………………………………

LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………

RIWAYAT HIDUP PENULIS…………………………………………………..

i

ii

iii

iv

KATA PENGANTAR ………………………………………………………….. v

DAFTAR ISI …………………………………………………………………….

DAFTAR TABEL………………………………………………………………..

DAFTAR BAGAN……………………………………………………………….

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………….

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………..

vii

xi

xii

xiii

xiv

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………....……... 1

1.1 Latar Belakang ………………………………………….................. 1

1.2 Tujuan ……………………………………………………............... 3

1.2.1 Tujuan Umum ……………………………………................ 3

1.2.2 Tujuan Khusus ……………………………………………… 3

1.3 Manfaat……………………………………………………………. 4

1.3.1 Bagi Seksi Gizi Dinkes Kabupaten Kuningan…..…............ 4

1.3.2 Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.................... 5

1.3.3 Bagi Mahasiswa…………………………………….............. 5

1.4 Ruang Lingkup Kegiatan Magang………………………………… 6

Page 10: Rian Hendrian

48

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………… 7

2.1 Zat Besi…………………………………………………………….. 7

2.1.1 Manfaat Zat Besi………………………..…………………… 8

2.1.2 Kebutuhan Zat Besi Pada Ibu Hamil…......…………………. 8

2.2 Program Tablet Besi…………..…………………………………… 9

2.2.1 Pemberian Tablet Besi Pada Ibu Hamil …………………… 9

2.2.2 Dosis dan Cara Pemberian…………………….....................

2.2.3 Distribusi……………………………………………………..

2.2.4 Pencatatan Pelaporan………………………………..............

2.2.5 Monitoring Kepatuhan……………………………………….

10

12

13

14

2.3 Evaluasi…………………………..………………………………… 14

2.3.1 Pengertian…………………………………………………… 14

2.3.2 Tujuan Evaluasi……………………..….…………………… 16

2.3.3 Metode Evaluasi…………………………..………………… 17

2.3.4 Model Pendekatan Evaluasi…………..……………............. 21

2.3.5 Tahapan Evaluasi…………...………………………………. 26

2.3.6 Ukuran Evaluasi……………………………………............. 29

BAB III Alur dan Jadwal Magang………………………………………………. 35

3.1 Alur Kegiatan Magang…………………………………….............. 35

3.2 Jadwal Magang…………………………………………………….. 36

BAB IV Hasil dan Pembahasan…………………………………………………. 39

4.1 Gambaran Umum Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten

Page 11: Rian Hendrian

49

Kuningan……………………………………………………………. 39

4.1.1 Wilayah Administrasi……….………………………………….. 39

4.1.2 Struktur Organisasi……………………………………………... 41

4.1.3 Tugas Pokok dan Fungsi…………………………..................... 43

4.1.4 Tenaga Gizi…………………………………………………….. 45

4.1.5 Program dan Target Program…………………………………... 47

4.1.6 Dana…………………………………………………………….. 48

4.2 Gambaran Program Tablet Besi (Fe) di Kabupaten Kuningan……… 48

4.2.1 Tablet Besi (Fe)………………………………………………… 48

4.2.2 Distribusi Tablet Besi Di Kabupaten Kuningan ………………. 50

4.2.3 Pemberian Tablet Besi Ke Ibu Hamil………………………….

4.2.4 Cakupan Pemberian Tablet Besi Ke Ibu Hamil………………..

4.3 Gambaran Target (Sasaran) Evaluasi Program Tablet Besi di Seksi

Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan……….………………..

54

54

58

4.4 Gambaran Kerangka Batasan Evaluasi Program Tablet Besi di Seksi

Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan ……...…………………

4.5 Gambaran Desain (Metode) Evaluasi Program Tablet Besi di Seksi

Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan …………………………

4.6 Gambaran Rencana Pelaksanaan dan Instrumen Evaluasi Program

Tablet Besi di Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan……

4.7 Gambaran Cara Pengamatan, Pengukuran dan Analisis Evaluasi

Program Tablet Besi di Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten

60

61

64

Page 12: Rian Hendrian

50

Kuningan…………………………………………………………..

4.8 Gambaran Pembuatan Kesimpulan dan Pelaporan Hasil Evaluasi

Program Tablet Besi di Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten

Kuningan…………………………………………………………..

67

68

BAB V Kesimpulan dan Saran…………………………………………………. 70

5.1 Kesimpulan………………………………………………………… 70

5.2 Saran………………………………………………………………..

Daftar Pustaka…………………………………………………………………….

Lampiran

72

73

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

2.1

3.1

Kandungan zat besi pada suplemen ibu hamil………

Jadwal Kegiatan Magang…………………………….

11

36

4.1 Wilayah Administrasi Per Kecamatan Di Kabupaten

Kuningan tahun 2010………………………………..

40

4.2 Program dan Target Program Gizi tahun 2010…….. 48

4.3 Kandungan Zat Besi Pada Tablet Besi Swasta……… 49

4.4 Cakupan Pemberian Tablet Fe I dan Fe III Per

Puskesmas Tahun 2010……………………………..

56

Page 13: Rian Hendrian

51

DAFTAR BAGAN

Nomor Bagan Halaman

2.1

3.1

4.1

4.2

Jalur Distribusi Tablet Besi (Fe)...........................

Alur Kegiatan Magang……………………………..

Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten

Kuningan……………………………………………

Alur Distribusi Tablet Fe Di Kabupaten Kuningan...

12

35

42

53

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Halaman

2.1

4.1

4.2

Daur Evaluasi……………………………………………..

Formulir Daftar Kebutuhan Program Gizi Tahun 2010…..

Format Laporan Fe Puskesmas…………………………..

28

51

66

Page 14: Rian Hendrian

52

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Magang/PKL

Lampiran 2 Surat Izin Magang/PKL

Lampiran 3 Format LB3

Lampiran 4 Rekapitulasi Cakupan Tablet Fe Pada Ibu Hamil Di Kabupaten

Kuningan Tahun 2010

Lampiran 5 Grafik Cakupan Tablet Fe Pada Ibu Hamil Di Kabupaten Kuningan

Tahun 2008-2010

Page 15: Rian Hendrian

53

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia.

Kecukupan gizi sangat diperlukan oleh setiap individu, sejak janin yang masih di

dalam kandungan, bayi, anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut. Ibu

atau calon ibu merupakan kelompok rawan, karena membutuhkan gizi yang cukup

sehingga harus dijaga status gizi dan kesehatannya, agar dapat melahirkan bayi yang

sehat (Depkes, 2008). Zat besi merupakan salah satu kebutuhan gizi yang harus

dipenuhi oleh ibu hamil, karena jika tidak terpenuhi akan menyebabkan anemia.

Sampai saat ini anemia gizi masih merupakan masalah gizi utama yang

diderita oleh ibu hamil dan wanita pada umumnya. Anemia pada ibu hamil

meningkatkan risiko terjadinya keguguran, lahir sebelum waktunya, melahirkan

bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), lahir mati dan kematian perinatal.

Ibu hamil yang menderita anemia dapat mengalami kegagalan jantung, yang dapat

menimbulkan kematian (Depkes, 2008).

Masalah kesehatan ibu perlu segera diatasi karena derajat kesehatan ibu

sangat menentukan kualitas sumber daya manusia pada masa yang akan datang

(Depkes, 1998). Penanggulangan masalah anemia gizi besi saat ini masih terfokus

Page 16: Rian Hendrian

54

pada pemberian tablet besi (Fe) atau yang lebih dikenal masyarakat sebagai tablet

tambah darah. Ibu hamil mendapat tablet tambah darah 90 tablet selama

kehamilannya (Kemenkes, 2010).

Suplementasi pemberian tablet besi dalam program penanggulangan anemia

gizi telah dikaji dan diuji secara ilmiah efektifitasnya apabila dilaksanakan sesuai

dengan dosis dan ketentuan. Namun, program pemberian tablet besi pada wanita

hamil yang menderita anemia kurang menunjukan hasil yang nyata. Hal ini

disebabkan oleh dua hal, yaitu : 1). Kepatuhan minum tablet besi yang tidak

optimal; dan 2). Status besi Wanita Usia Subur (WUS) sebelum hamil sangat

rendah, sehingga jumlah tablet besi yang dikonsumsi tidak cukup untuk

meningkatkan Hemoglobin (Hb) dan simpanan besi (Depkes, 2002).

Berdasarkan laporan provinsi dari tahun 2009, cakupan pemberian tablet

besi (Fe) pada ibu hamil rata-rata nasional adalah 68,5%. Menurut data Riskesdas

(2007) cakupan pemberian tablet besi (Fe) pada ibu hamil di Propinsi Jawa Barat

adalah 68,6% (Kemenkes, 2010). Di Kabupaten Kuningan cakupan pemberian

tablet besi (Fe) pada ibu hamil pada tahun 2007 adalah 83,4% (Dinkes Kuningan,

2007). Target pemerintah tahun 2010 untuk cakupan tablet besi (Fe) adalah 90 %

(Depkes, 2004b).

Idealnya suatu kebijakan harus dimonitor dan dievaluasi secara berkala. Hal

ini penting untuk melakukan antisipasi ataupun koreksi terhadap perubahan

Page 17: Rian Hendrian

55

lingkungan dan perkembangan yang terjadi di masyarakat yang begitu kompleks

dan cepat (Depkes, 2004a).

Evaluasi program tablet besi (Fe) dibutuhkan untuk perencanaan ke depan

yang lebih baik. Oleh karena itu, melalui kegiatan magang ini penulis ingin

mengetahui gambaran pelaksanaan evaluasi program tablet besi (Fe) di Dinas

Kesehatan Kuningan tahun 2010.

1.2. Tujuan

1.2.1. Tujuan Umum

Diketahuinya Gambaran Pelaksanaan Evaluasi Program Tablet Besi Bagi

Ibu Hamil di Kabupaten Kuningan tahun 2010.

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran umum seksi gizi Dinas Kesehatan Kabupaten

Kuningan dan tenaga gizi di Puskesmas tahun 2010.

2. Diketahuinya gambaran program tablet besi (Fe) di Kabupaten

Kuningan tahun 2010.

3. Diketahuinya gambaran target/sasaran evaluasi program tablet besi (Fe)

di seksi gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan tahun 2010.

4. Diketahuinya gambaran kerangka batasan evaluasi program tablet besi

(Fe) di seksi gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan tahun 2010.

Page 18: Rian Hendrian

56

5. Diketahuinya gambaran desain (metode) evaluasi program tablet besi

(Fe) di seksi gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan tahun 2010.

6. Diketahuinya gambaran rencana pelaksanaan dan instrumen evaluasi

program tablet besi (Fe) di seksi gizi Dinas Kesehatan Kabupaten

Kuningan tahun 2010.

7. Diketahuinya gambaran cara pengamatan, pengukuran dan analisis

evaluasi program tablet besi (Fe) oleh seksi gizi Dinas Kesehatan

Kabupaten Kuningan tahun 2010.

8. Diketahuinya gambaran pembuatan kesimpulan dan pelaporan hasil

evaluasi program tablet besi (Fe) oleh seksi gizi Dinas Kesehatan

Kabupaten Kuningan tahun 2010.

1.3. Manfaat

1.3.1. Bagi Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan

1. Membantu evaluasi program/kegiatan di wilayah kerja Dinas Kesehatan

Kabupaten Kuningan.

2. Hasil laporan ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada Seksi Gizi

Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan untuk meningkatkan

perencanaan dan evaluasi program Tablet Besi Bagi Ibu Hamil dalam

rangka mencegah masalah yang diakibatkan karena kekurangan Fe bagi

Ibu Hamil di wilayah Kabupaten Kuningan.

Page 19: Rian Hendrian

57

1.3.2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

1. Terlaksananya salah satu dari upaya untuk mengimplementasikan Tri

Darma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian

masyarakat.

2. Terbinanya suatu jaringan kerjasama yang berkelanjutan dengan Dinas

Kesehatan Kabupaten Kuningan dalam upaya meningkatkan

keterkaitan dan kesepadanan antara substansi akademik dengan

kompetensi sumber daya yang kompetitif yang dibutuhkan dalam

pembangunan kesehatan masyarakat.

3. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pendidikan dengan melibatkan

tenaga terampil di institusi magang.

4. Mendapat tambahan pustaka tentang pelaksanaan evaluasi program

Tablet besi Bagi Ibu Hamil di Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten

Kuningan.

1.3.3. Bagi Mahasiswa

1. Menambah khazanah kelimuan dan wawasan tentang pelaksanaan

evaluasi program tablet besi bagi ibu hamil di seksi gizi Dinas

Kesehatan Kabupaten Kuningan.

2. Mengaplikasikan ilmu atau teori yang telah diperoleh selama proses

belajar mengajar di bangku kuliah.

Page 20: Rian Hendrian

58

3. Mengetahui kondisi dan adaptasi dunia pekerjaan guna

mengembangakan kompetensi diri secara nyata dan aplikatif.

4. Mendapatkan pengalaman kerja dalam tim (team work) untuk

menyelesaikan permasalahan kesehatan di daerah terutama mengenai

evaluasi program tablet besi.

1.4 Ruang Lingkup Kegiatan Magang

Kegiatan magang ini dilaksanakan oleh mahasiswa semester VIII peminatan

gizi masyarakat, program studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Jakarta Syarif Hidayatullah dalam rangka

memenuhi kurikulum. Kegiatan ini dilaksanakan di Seksi Gizi Dinas Kesehatan

Kabupaten Kuningan pada tanggal 1 - 28 Februari 2011. Kegiatan magang ini

dilakukan untuk mendapatkan gambaran pelaksanaan evaluasi program tablet besi

bagi ibu hamil di Kabupaten Kuningan dengan cara melihat pelaksanaan evaluasi

program tablet besi bagi ibu hamil yang dilaksanakan oleh Seksi Gizi Dinas

Kesehatan Kabupaten Kuningan melalui observasi, wawancara, pengumpulan data

sekunder, dan lain-lain.

Page 21: Rian Hendrian

59

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Zat Besi (Fe)

Besi merupakan mineral makro yang paling banyak terdapat di dalam tubuh

manusia yaitu sebanyak 3-5 gram (Almatsier, 2006). Pada wanita dewasa terdapat

35-50 mg per kg berat badan (Poedjiadi, 2005).

Faktor peningkat absorpsi Fe :

a. Meat-fish-poultry (daging-ikan-unggas)

b. Vitamin C dapat membantu penyerapan besi non heme dengan merubah bentuk

ferri menjadi ferro

c. Adanya asam sitrat dan asam laktat dari makanan serta asam HCl dari lambung

juga membantu absorpsi Fe (Syafiq, 2006).

Faktor penghambat absorpsi Fe:

a. Fitat (dalam serelia) mengikat besi

b. Asam oksalat (dalam sayuran) mengikat besi

c. Kalsium dalam dosis tinggi menghambat penyerapan Fe, tetapi mekanismenya

belum diketahui pasti

d. Tanin (dalam teh dan kopi) dikonsumsi sebaiknya 1-2 jam setelah makan agar

tidak mengganggu penyerapan Fe (Syafiq, 2006).

Page 22: Rian Hendrian

60

2.1.1 Manfaat Zat Besi

Besi mempunyai beberapa fungsi esensial didalam tubuh, yaitu: sebagai

alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut

elektron di dalam sel, dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di

dalam jaringan tubuh (Almatsier, 2006).

2.1.2 Kebutuhan Zat Besi Pada Ibu Hamil

Kebutuhan wanita hamil akan zat besi meningkat (untuk pembentukan

plasenta dan sel darah merah) sebesar 200-300%. Perkiraan besaran zat besi

yang perlu ditimbun selama hamil ialah 1040 mg. Dari jumlah ini, 200 mg Fe

tertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan 840 mg sisanya hilang. Sebanyak

300 mg besi ditransfer ke janin, dengan rincian 50-75 mg untuk pembentukan

plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah sel darah merah, dan 200 mg lenyap

ketika melahirkan. Jumlah sebanyak ini tidak mungkin tercukupi hanya melalui

diet. Oleh karena itu, suplementasi zat besi perlu sekali diberlakukan, bahkan

pada wanita yang bergizi baik. Kebutuhan akan zat besi selama trimester I

relatif sedikit, yaitu 0,8 mg sehari, yang kemudian meningkat tajam selama

trimester II dan III hingga 6,3 mg sehari (Arisman, 2004). Kebutuhan zat besi

pada wanita hamil adalah 4,0 mg/hari (Depkes, 2002).

Page 23: Rian Hendrian

61

2.2 Program Tablet Besi (Tablet Tambah Darah)

Penanggulangan anemia defisiensi besi oleh pemerintah Indonesia sejak

Pelita II sampai saat ini adalah Tablet Besi atau lebih dikenal dengan sebutan Tablet

Tambah Darah (Depkes, 1997). Selain itu, suplementasi tablet besi merupakan cara

yang efektif karena kandungan besinya padat dan dilengkapi dengan asam folat

yang sekaligus dapat mencegah dan menanggulangi anemia akibat kekurangan asam

folat (Depkes, 1999).

2.2.1 Pemberian Tablet Besi Pada Ibu Hamil

Tablet besi adalah tablet tambah darah untuk menanggulangi Anemia Gizi

Besi yang diberikan kepada ibu hamil. Cakupan ibu hamil mendapat tablet Fe

adalah cakupan Ibu hamil yang mendapat 90 tablet Fe selama periode

kehamilannya di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu (Depkes, 2004b).

Untuk rumus perhitungannya yaitu:

Sumber Data diperoleh dari Kohort LB3 Ibu, PWS-KIA, Perkiraan

sasaran ibu bersalin di wilayah kerja yang sama dihitung dengan formula 1.05

x CBR wilayah kerja yang sama x jumlah penduduk di wilayah kerja yang sama

(Depkes, 2004b).

Page 24: Rian Hendrian

62

Menurut Depkes (2004) target pemerintah tahun 2010 untuk cakupan

tablet besi (Fe) adalah 90%. Untuk mencapai target tersebut maka langkah-

langkah yang digunakan dalam kegiatan pemberian tablet besi bagi ibu hamil

adalah :

1) Pendataan Sasaran Ibu Hamil (baseline data);

2) Perencanaan kebutuhan tablet Fe (zat besi);

3) Pengadaan dan pendistrubusian tablet Fe;

4) Penggandaan Buku Pedoman dan Juknis;

5) Monitoring dan Evaluasi.

Pemberian tablet besi pada ibu hamil disertai dengan penyuluhan atau

pemberian informasi tentang anemia dan tablet besi (Depkes, 2002).

2.2.2 Dosis dan Cara Pemberian

Dosis pencegahan diberikan kepada kelompok sasaran tanpa pemeriksaan

kadar Hb, ibu hamil sampai masa nifas meminum sehari 1 tablet (60 mg besi

elemental dan 0,25 mg asam folat) berturut-turut selama minimal 90 hari masa

kehamilannya sampai 42 hari setelah melahirkan. Sedangkan dosis pengobatan

diberikan pada sasaran yang anemia yaitu bila kadar Hb < 11 gram%, maka

diberikan 3 tablet sehari selama 90 hari pada kehamilannya sampai 42 hari

setelah melahirkan. Bila belum ada perbaikan segera dirujuk untuk

mendapatkan pelayanan lebih lanjut. Diharapkan agar setiap hamil yang datang

ke puskesmas diperiksa kadar Hb-nya (Depkes, 1999).

Page 25: Rian Hendrian

63

Sebaiknya ibu hamil mulai minum tablet besi (Fe) begitu mengetahui

hamil dan setiap hari satu tablet paling sedikit 90 tablet selama masa

kehamilannya. Lebih baik bila lebih dari 90 hari sampai melahirkan (Depkes,

2002).

Pada beberapa orang, pemberian tablet besi dapat menimbulkan gejala-

gejala seperti mual, nyeri di daerah lambung, muntah, dan kadang-kadang

terjadi diare atau sulit buang air. Untuk mencegah timbulnya gejala tersebut,

dianjurkan agar tablet besi diminum dengan air putih setelah makan pada

malam hari. Setelah minum tablet besi, kotoran (tinja) akan menjadi hitam, hal

ini sama sekali tidak membahayakan. Untuk penyerapan besi, tidak dianjurkan

minum tablet besi bersama-sama dengan susu, teh, kopi atau obat maag

(Depkes, 1999).

Setiap tablet besi (Fe) mengandung 200 mg sulfas ferosus (yang setara

dengan 60 mg besi elemental) dan 0,25 mg asam folat. Besarnya kandungan

besi ini telah mendapatkan kesepakatan dari kalangan ahli (Depkes, 2002).

Tabel 2.1

Kandungan zat besi pada suplemen ibu hamil

Merk Suplemen Kandungan Zat Besi

Tablet tambah darah untuk ibu

hamil dari puskesmas

200 mg ferro sulfat eksikatus

Samcobion 250 mg ferrous fumarate

Ramabion 300 mg ferro fumarat

Etabion 250 mg ferro glukonat

Obimin AF 90 mg ferro glukonat

Sumber : Rochayati (2008)

Page 26: Rian Hendrian

64

Walaupun kandungan zat besinya berbeda, tablet tambah darah atau tablet

besi tidak akan menyebabkan tekanan darah tinggi dan kebanyakan darah

(Depkes, 1997).

2.2.3 Distribusi

Distribusi yang dimaksud disini adalah pengiriman tablet besi dari tingkat

pusat sampai ke tempat-tempat sasaran pelayanan dimana tablet besi diberikan

langsung ke sasaran (Depkes, 1999).

Bagan 2.1 Jalur Distribusi Tablet Besi (Fe)

Tk.Pusat

Tk.Provinsi/Dati I

Tk. Kabupaten

Tk.Kecamatan

Tk.Desa

Masyarakat

Sumber : Depkes,1999

Produsen

Bidan di

Desa/polindes

Gd.farmasi Kab/kodya

Puskesmas

Posyandu

Sasaran

Pos Obat

Desa

Pustu

Page 27: Rian Hendrian

65

Tenaga pelaksana distribusi tablet besi (Fe),yaitu petugas puskesmas,

bidan di desa, kader, dukun bayi, dan tenaga lainnya (Depkes, 2008).

2.2.4 Pencatatan Pelaporan

Menurut Depkes (1999) pencatatan distribusi tablet besi pada beberapa

tingkat administrasi kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Posyandu

Pemberian tablet besi untuk ibu hamil sampai masa nifas yang dilakukan di

posyandu di catat dalam “Buku Bantu Ibu Hamil”. Pencatatan di posyandu

dilakukan oleh kader, kemudian direkapitulasi oleh bidan di desa atau

petugas pustu.

2. Desa

Pemberian tablet besi kepada kelompok sasaran dilakukan pula oleh bidan

di desa/Polindes (Pondok Bersalin Desa), petugas Pustu (Puskesmas

Pembantu) serta dicatat pada “Register Kohort Ibu”. Hasil rekapitulasi

dilaporkan ke puskesmas.

3. Puskesmas

Petugas/bidan/pelaksana KIA dan Gizi memberikan tablet besi kepada ibu

hamil sampai nifas di Puskesmas serta dicatat pada “Register Kohort Ibu”.

Rekapitulasi dilakukan oleh bidan (pelaksana KIA) dan atau petugas gizi

Page 28: Rian Hendrian

66

Puskesmas berdasarkan hasil dari posyandu dan desa serta ditambah dengan

hasil yang dilaksanakan oleh puskesmas sendiri dalam “Register Gizi”.

2.2.5 Monitoring Kepatuhan

Menurut Depkes (1999), monitoring kepatuhan konsumsi tablet besi

yaitu :

Terjadinya perubahan warna hitam pada tinja menunjukan bahwa sasaran

minum tablet besi, adanya Fe dalam tinja dapat diketahui juga dengan tes

Afifi.

Dengan membawa kemasan kembali kepada petugas, menunjukan berapa

jumlah tablet besi yang telah dikonsumsi oleh sasaran.

Supervisi dan monitoring berlaku untuk melihat apakah tablet besi betul-

betul dikonsumsi oleh sasaran.

Dengan melihat perkembangan kesehatan kelompok sasaran, dapat

diketahui juga apakah sasaran mengkonsumsi tablet besi.

2.3 Evaluasi

2.3.1 Pengertian

Evaluasi merupakan kegiatan lebih lanjut dari kegiatan pengukuran dan

pengembangan indikator. Oleh karena itu, dalam melakukan evaluasi harus

Page 29: Rian Hendrian

67

berpedoman pada ukuran-ukuran dan indikator yang telah disepakati dan

ditetapkan. Evaluasi juga merupakan suatu proses umpan balik atas kinerja

masa lalu yang berguna untuk meningkatkan produktivitas dimasa datang,

sebagai suatu proses yang berkelanjutan, evaluasi menyediakan informasi

mengenai kinerja dalam hubungannya terhadap tujuan dan sasaran

(Notoatmodjo, 2003).

Evaluasi adalah suatu usaha untuk mengukur dan memberi nilai secara

objektif pencapaian hasil-hasil yang telah direncanakan sebelumnya. Hasil

evaluasi dimaksudkan menjadi umpan balik untuk perencanaan kembali

(Aji,1990). Evaluasi adalah bagian integral (terpadu) dari proses manajemen,

untuk mengetahui apakah yang telah dilakukan telah berjalan sesuai dengan

rencana dan memberikan hasil seperti yang diharapkan (Notoatmodjo, 2005).

Evaluasi adalah prosedur penilaian pelaksanaan/hasil kerja/dampak secara

sistematik, membandingkannya dengan standar dan mengikuti

kriteria/metode/tujuan tertentu guna menilai dan pengambilan keputusan

selanjutnya (Prayitno, 1997). Sedangkan menurut Notoatmodjo (2007) evaluasi

adalah membandingkan antara hasil yang telah dicapai oleh suatu program

dengan tujuan yang direncanakan.

Evaluasi program merupakan evaluasi terhadap kinerja program,

sebagaimana diketahui bahwa program dapat didefinisikan sebagai kumpulan

kegiatan-kegiatan nyata, sistematis dan terpadu yang dilaksanakan oleh satu

Page 30: Rian Hendrian

68

atau beberapa instansi pemerintah ataupun dalam rangka kerjasama dengan

masyarakat, atau yang merupakan partisipasi aktif masyarakat, guna mencapai

sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi program merupakan hasil

kumulatif dari berbagai kegiatan (Mac Kenzie, 2007).

Evaluasi program gizi dilakukan untuk menilai kemajuan kegiatan dan

hasil yang dicapai dalam upaya peningkatan gizi masyarakat yang dilakukan

oleh masing-masing wilayah/daerah (Depkes, 2008).

2.3.2 Tujuan Evaluasi

Menurut Prayitno (1997) tujuan evaluasi yaitu :

a. Sebagai alat untuk memperbaiki kebijaksanaan pelaksanaan program dan

perencanaan program yang akan datang.

b. Sebagai alat untuk memperbaiki alokasi sumber daya.

c. Sebagai alat untuk memperbaiki pelaksanaan suatu kegiatan yang sedang

berjalan.

d. Sebagai alat untuk mengadakan perencanaan kembali yang lebih baik

daripada suatu program.

Tujuan utama dari penilaian/evaluasi adalah agar hasil penilaian tersebut

dapat dipakai sebagai umpan balik untuk perencanaan sebelumnya

(Muninjaya,2004).

Page 31: Rian Hendrian

69

2.3.3 Metode Evaluasi

Berdasarkan waktunya evaluasi/penilaian, maka penilaian dapat

dilakukan sebagai berikut:

a. Penilaian rutin (concurrent evaluation atau progress report). Dalam setiap

program penilaian rutin ini hendaknya merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari program tersebut. Dengan demikian, penilaian akan berjalan

berkesinambungan dan teratur, serta bersamaan dengan pelaksanaan program

itu sendiri. Penilaian dilakukan oleh staf program dalam bentuk progres

report, dengan cara ini perbaikan-perbaikan pun dilakukan sejak awal.

Demikian pula kekuatan-kekuatan dari program dapat segera didapatkan dan

dapat diterapkan dalam melanjutkan program tersebut. Penilaian meliputi

semua aspek program, termasuk reaksi masyarakat terhadap program

tersebut.

b. Penilaian Berkala (periodical evaluation), yaitu penilaian yang dilakukan

pada setiap akhir dari suatu bagian tertentu dari program, seperti tiap enam

bulan, satu tahun, dua tahun, dan sebagainya.

c. Penilaian khusus (ad-hoc evaluation), yaitu penilaian yang dilakukan setiap

saat yang diperlukan.

d. Penilaian akhir (terminal evaluation), yaitu penilaian yang dilakukan pada

akhir suatu program atau beberapa waktu sesudah akhir suatu program. Jadi

ini merupakan penilaian terhadap pencapaian tujuan akhirnya

(Mubarak,2009).

Page 32: Rian Hendrian

70

Menurut Notoatmodjo (2003) evaluasi suatu program kesehatan masyarakat

dilakukan terhadap tiga hal, yakni evaluasi terhadap proses pelaksanaan

program, evaluasi terhadap hasil program, dan evaluasi terhadap dampak

program.

a. Evaluasi proses ditujukan terhadap pelaksanaan program yang menyangkut

penggunaan sumber daya, seperti tenaga, dana dan fasilitas lain.

b. Evaluasi hasil program ditujukan untuk menilai sejauh mana program

tersebut berhasil, yakni sejauh mana tujuan-tujuan yang telah ditetapkan

tercapai.

c. Evaluasi dampak program ditujukan untuk menilai sejauh mana program itu

mempunyai dampak terhadap peningkatan kesehatan masyarakat.

Menurut Mantra dalam Santri (2010) secara umum evaluasi dapat

dibedakan atas beberapa tahap yaitu:

a. Evaluasi pada tahap awal program

Evaluasi yang dilakukan pada tahap pengembangan program sebelum

program dimulai. Evaluasi ini akan menghasilkan informasi yang akan di

pergunakan untuk mengembangkan program agar program dapat lebih sesuai

dengan situasi dan kondisi sasaran.

Page 33: Rian Hendrian

71

b. Evaluasi pada tahap proses

Evaluasi yang dilakukan disini adalah pada saat program sedang

dilaksanakan. Tujuannya adalah untuk mengukur apakah program yang

sedang berjalan telah sesuai dengan rencana atau tidak atau apakah telah

terjadi penyimpangan yang dapat merugikan pencapaian tujuan dari program.

c. Evaluasi pada akhir program

Evaluasi yang dilakukan pada saat program telah selesai dilaksanakan dengan

tujuan untuk memberikan pernyataan efektifitas atau tidaknya suatu program

selama kurun waktu tertentu. Sehingga dapat dipergunakan dalam

pengambilan keputusan untuk merencanakan dan mengalokasikan resources.

d. Evaluasi dampak program

Evaluasi yang menilai keseluruhan efektifitas program dalam menghasilkan

perubahan sikap dan perilaku pada target sasaran, evaluasi dampak

merupakan kebalikan dari penilaian kebutuhan program. Evaluasi kebutuhan

menentukan kebutuhan suatu program sedangkan penilaian dampak akan

menentukan tingkat kebutuhan yang nyata setelah diintervensi oleh program

kesehatan.

Sedangkan menurut Muninjaya (1999) jenis evaluasi sebagai berikut :

Page 34: Rian Hendrian

72

a. Evaluasi terhadap input biasanya dilaksanakan sebelum kegiatan program

dimulai untuk mengetahui pemilihan sumber daya sudah sesuai dengan

kebutuhan.

b. Evaluasi proses dilaksanakan pada saat kegiatan sedang berlangsung untuk

mengetahui efektifitas metode yang dipilih, dan sebagainya.

c. Evaluasi terhadap output dilaksanakan setelah pekerjaan selesai untuk

mengetahui output, effect, atau outcome program sudah sesuai dengan target

yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dilihat dari implikasi hasil evaluasi bagi suatu program, dibedakan

adanya jenis evaluasi, yakni evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi

formatif dilakukan untuk mendiagnosis suatu program yang hasilnya digunakan

untuk pengembangan atau perbaikan program. Biasanya evaluasi formatif

dilakukan pada proses program (program masih berjalan). Sedangkan evaluasi

sumatif adalah suatu evaluasi yang dilakukan untuk menilai hasil akhir dari

suatu program. Biasanya evaluasi sumatif ini dilakukan pada waktu program

telah selesai (akhir program). Meskipun demikian pada prakteknya, evaluasi

program sekaligus mencakup kedua tujuan tersebut (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Prayitno (1997), berdasarkan waktunya evaluasi dapat

digolongkan menjadi :

a. Evaluasi Formatif

Yaitu evaluasi yang dilakukan pada saat pelaksanaan kegiatan program

masih sedang berlangsung, dikelompokan dalam dua bentuk :

Page 35: Rian Hendrian

73

- Critical Review Evaluation, yaitu evaluasi untuk menilai suatu

program belum dilaksanakan.

- Midterm Evaluation, yaitu evaluasi pada saat program sedang

dikerjakan, ada dua bentuk :

Evaluasi proses yaitu evaluasi untuk menilai proses/kegiatan.

Evaluasi monitoring yaitu evaluasi untuk berjalannya suatu

program.

b. Evaluasi Sumatif

Yaitu evaluasi yang dilakukan pada saat kegiatan program sudah selesai

dilakukan, dikelompokan dalam dua bentuk :

- Evaluasi output yaitu evaluasi untuk menilai hasil kegiatan program.

- Evaluasi dampak/outcome yaitu evaluasi untuk menilai dampak dari

hasil pelaksanaan program.

2.3.4 Model Pendekatan Evaluasi

Menurut Tayibnapis (2008) model-model dalam evaluasi yaitu sebagai

berikut :

1. Model CIPP

Contect evaluation to serve planning decision

Konteks evaluasi ini membantu merencanakan keputusan, menentukan

kebutuhan yang akan dicapai oleh program, dan merumuskan tujuan

program.

Page 36: Rian Hendrian

74

Input evaluation, structuring decision

Evaluasi ini menolong pengatur keputusan, menentukan sumber-sumber

yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk

mencapai kebutuhan, serta bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya.

Process Evaluation

Evaluasi proses untuk mengimplementasikan keputusan.

Product evaluation, to serve recycling decision

Evaluasi produk untuk menolong keputusan selanjutnya. Apa hasil yang

telah dicapai.

2. Model UCLA

System assessment

Memberikan informasi tentang keadaaan atau posisi sistem.

Program planning

Membantu pemilihan program tertentu yang mungkin akan berhasil

memenuhi kebutuhan program.

Program implementation

Menyiapkan informasi apakah program sudah diperkenalkan kepada

kelompok tertentu yang tepat.

Program improvement

Memberikan informasi tentang bagaimana program berfungsi, bagaimana

program bekerja, apakah sudah mencapai tujuan, adakah masalah-

masalah baru yang muncul tak terduga.

Page 37: Rian Hendrian

75

Program certification

Memberi informasi tentang nilai atau guna program.

3. Model Brinkerhoff

Fixed vs Emergent Evaluation Design

Desain evaluasi fixed ditentukan dan direncanakan sebelum implementasi

dikerjakan.

Desain evaluasi emergent dibuat untuk beradaptasi dengan pengaruh dan

situasi yang sedang berkembang.

Formative vs Summative Evaluation

Evaluasi formatif dilaksanakan selama program berjalan untuk

memberikan informasi yang berguna kepada pemimpin program untuk

perbaikan program. Sedangkan evaluasi sumatif adalah suatu evaluasi

yang dilakukan untuk menilai hasil akhir dari suatu program. Biasanya

evaluasi sumatif ini dilakukan pada waktu program telah selesai (akhir

program).

Experimental and quasi Experimental vs Natural/Unobtrusive Inquiry

Dalam desain penelitian Natural Inquiry, evaluator menghabiskan banyak

waktu untuk mengamati dan berbicara dengan audiensi yang relevan.

4. Model Stake atau Model Countenance

Hal yang paling penting dalam model ini ialah bahwa evaluator yang

membuat penilaian tentang program yang dievaluasi.

Menurut Notoatmodjo (2005) desain evaluasi sebagai berikut:

Page 38: Rian Hendrian

76

1. Historikal, dengan merekonstruksi kejadian di masa lalu secara objektif dan

tepat dikaitkan dengan hipotesis atau asumsi.

2. Deskriptif, melakukan penjelasan secara sistematis suatu situasi atau hal

yang menjadi perhatian secara faktual dan tepat.

3. Studi perkembangan (developmental study), menyelidiki pola dan urutan

perkembangan atau perubahan menurut waktu.

4. Studi kasus atau lapangan (case atau field study), meneliti secara intensif

latar belakang status sekarang, dan interaksi lingkungan dari suatu unit

sosial, baik perorangan, kelompok, lembaga atau masyarakat.

5. Studi korelasional (corelational study), meneliti sejauh mana variasi dari

suatu faktor berkaitan dengan variasi dari satu atau lebih faktor lain

berdasarkan koefisien tertentu.

6. Studi sebab akibat (causal comparative study), yang menyelidiki

kemungkinan hubungan sebab-akibat dengan mengamati berbagai

konsekuensi yang ada dan menggalinya kembali melalui data untuk faktor

menjelaskan penyebabnya.

7. Eksperimen murni (true experimental), yang menyelidiki kemungkinan

hubungan sebab-akibat dengan membuat satu kelompok percobaan atau

lebih terpapar akan suatu perlakuan dan membandingkan hasilnya dengan

Page 39: Rian Hendrian

77

satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak menerima perlakuan. Pemilihan

kelompok dilakukan secara sembarang (random).

8. Eksperimen semu (quasi experimental), merupakan cara yang mendekati

eksperimen, tetapi dimana kontrol tidak ada dan manipulasi tidak bisa

dilakukan.

9. Riset aksi (action research), bertujuan mengembangkan pengalaman baru

melalui aplikasi langsung di berbagai kesempatan.

Menurut Tayibnapis (2008) pendekatan dalam evaluasi program adalah sebagai

berikut :

a. Pendekatan Eksperimental

Evaluasi yang berorientasi pada penggunaan experimental science dalam

program evaluasi, tujuannya untuk memperoleh kesimpulan yang bersifat

umum tentang dampak suatu program tertentu yang mengontrol

sebanyak-banyaknya faktor dan mengisolasi pengaruh program.

b. Pendekatan yang Berorientasi pada Tujuan (Goal Oriented Approach)

Pendekatan ini memakai tujuan program sebagai kriteria untuk

menentukan keberhasilan.

c. Pendekatan yang Berfokus kepada Keputusan (The Decision Focused

Approach)

Pendekatan ini menekankan pada peranan informasi sistemik untuk

pengelola program dalam menjalankan tugasnya.

Page 40: Rian Hendrian

78

d. Pendekatan yang Berorientasi kepada Pemakai (The User Oriented

Approach)

Elemen yang paling penting pada pendekatan ini adalah keterlibatan

pemakai yang potensial selama evaluasi berlangsung. Evaluator

menekankan usaha pada pemakai dan cara pemakaian informasi.

Kelebihan pendekatan ini ialah perhatiannya terhadap individu yang

berurusan dengan program dan perhatiannya terhadap informasi yang

berguna untuk individu tersebut.

e. Pendekatan yang Responsif (The Responsive Approach)

Evaluasi responsif ditandai oleh ciri-ciri penelitian kualitatif, elemen

yang paling penting dalam pendekatan responsif ialah pengumpulan dan

menyintesis data.

2.3.5 Tahapan Evaluasi

Menurut Notoatmodjo (2007) langkah-langkah dalam evaluasi/penilaian

adalah sebagai berikut :

1. Menentukan tujuan evaluasi

Tujuan dari evaluasi harus dimengerti, sebab hal ini mempengaruhi bagian

apa dari program yang perlu diamati, selanjutnya mempengaruhi pula macam

informasi yang akan dikumpulkan.

2. Menentukan bagian apa dari program yang akan dievaluasi

Apakah yang dievaluasi masukannya, proses, keluaran, atau dampaknya, atau

kombinasi dari bagian-bagian tersebut.

Page 41: Rian Hendrian

79

3. Mengumpulkan data awal (base line data)

Data ini dapat dipergunakan sebagai pembanding, antara sebelum diadakan

suatu kegiatan dengan situasi sesudah diadakan kegiatan. Data awal yang

diperlukan bergantung pada apa yang akan dinilai dan maksud penilaian.

4. Mempelajari tujuan program

Tujuan program merupakan syarat penting suatu program, agar penilaian

dapat dilakukan dengan baik. Tujuan harus dapat diukur dan jelas. Tujuan

dapat dirumuskan menjadi tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang.

Tujuan jangka pendek adalah tujuan yang ingin dicapai dalam waktu dekat,

merupakan loncatan untuk bisa sampai pada tujuan jangka menengah. Tujuan

jangka menengah untuk bisa sampai pada tujuan yang harus dicapai dulu,

untuk bisa mencapai tujuan jangka panjang. Tujuan jangka panjang

merupakan tujuan akhir dari sebuah program.

5. Menentukan tolok ukur (indikator)

Perlu ditetapkan patokan apa yang akan digunakan sebagai dasar

pengukuran. Dengan kata lain, harus ditentukan apa yang akan diukur.

6. Menentukan cara menilai, alat penilaian, dan sumber datanya

7. Mengumpulkan data

8. Mengolah dan menyimpulkan data yang didapat.

9. Feedback (umpan balik) dan saran-saran kepada program yang akan dinilai.

Menurut Prayitno (1997) tahapan evaluasi sebagai berikut :

a. Kegiatan berpikir konsepsual :

Page 42: Rian Hendrian

80

- Formulasi tujuan, sasaran dan manfaat evaluasi.

- Formulasi sumber dan jenis informasi yang diperlukan.

- Formulasi kriteria evaluasi.

- Formulasi model/kerangka kerja/rancang bangun.

b. Kegiatan operasional :

- Pengumpulan data/informasi.

c. Kegiatan penilaian :

- Formulasi derajat keberhasilan.

- Formulasi dan identifikasi masalah.

- Formulasi faktor penunjang & penghambat.

d. Kegiatan tindak lanjut :

- Formulasi/rekomendasi tindakan pemecahan masalah.

- Feed back tentang kebutuhan informasi tambahan.

- Feed back hasil evaluasi kepada pengguna.

- Follow up/corrective action/tindakan perbaikan.

Gambar 2.1 Daur Evaluasi

Menentukan apa

yang akan

dievaluasi

Mengembangkan

kerangka batasan

Merancang

desain

(metode)

Menyusun

rencana dan

instrumen

Melakukan

pengamatan,

pengukuran dan

analisis

Membuat kesimpulan

dan pelaporan

Page 43: Rian Hendrian

81

Sumber: Notoatmodjo, 2005

Keenam langkah evaluasi dalam gambar 2.1 tersebut dapat dipadatkan

menjadi 2 langkah terpenting yaitu : (1) menetapkan apa (fokus) yang akan

dievaluasi, dan (2) merancang metode (cara) melaksanakannya (Notoatmodjo,

2005).

2.3.6 Ukuran Evaluasi

Kegiatan dalam evaluasi, dimensi pengukuran kinerjanya harus

ditentukan dengan jelas, yaitu meliputi ketepatan dan kesesuaian, efektifitas dan

efisiensi, serta pertimbangan keadilan. Ketepatan dan kesesuaian memandang

kinerja dengan apakah tindakan-tindakan yang diambil sudah sesuai dengan

permasalahan yang ada, sehingga tidak terjadi pemborosan sumber daya yang

terbatas tersebut. Dengan menggunakan asumsi ketepatan, maka program yang

dipertimbangkan ukurannya dan cakupannya cukup untuk membuat suatu

perbedaan yang berarti. Ukuran-ukuran efektifitas dan efisiensi merupakan alat

utama dasar evaluasi program. Efektifitas diartikan sebagai penyelesaian suatu

program dalam kaitannya dengan kebutuhan atau perhatian. Sedangkan

efisiensi dan efektifitas biaya adalah sering kali berhubungan dengan hasil

terhadap input atau rasio output terhadap input (Reinke, 1994).

Menurut Denitson dalam Azwar (1996) terdapat empat macam ukuran

evaluasi yakni :

Page 44: Rian Hendrian

82

- Appropriateness yakni mengukur kelayakan hasil atau kelayakan pengaruh

dari dilakukannya suatu program.

- Adequacy yakni mengukur program dan hasil yang diperoleh dengan melihat

sesuai atau tidaknya dengan masalah yang ingin dihadapi oleh pelaksanaan

program.

- Effectiveness yakni mengukur suatu hasil yang diperoleh dengan

membandingkannya terhadap tujuan yang telah ditetapkan.

- Efficiency yakni mengukur suatu hasil yang diperoleh dengan

memperhatikan input yang dipergunakan. Jika perbandingan input dan

output baik, maka program dianggap efisien. Jadi jika pembiayaannya besar

sedangkan hasilnya kecil (meskipun sesuai tujuan) dianggap tidak efisien.

Menurut James dalam Azwar (1996) ukuran evaluasi dibedakan menjadi

empat macam yakni :

- Evaluasi terhadap usaha (evaluation of effort) yakni terhadap aktivitas yang

dilaksanakan oleh suatu fasilitas kesehatan dibandingkan terhadap

keseluruhan aktivitas yang harusnya dilaksanakan.

- Evaluasi terhadap penampilan (evaluation of performance) yakni mengukur

apakah hasil yang dicapai oleh suatu usaha telah cukup memuaskan atau

tidak.

Page 45: Rian Hendrian

83

- Evaluasi terhadap ketepatan dari penampilan (adequacy of performance)

yakni mengukur apakah hasil yang dicapai oleh suatu usaha dapat

menyelesaikan masalah yang ditemukan dimasyarakat atau tidak.

- Evaluasi terhadap efisiensi (evaluation of efficiency) yakni mengukur suatu

hasil yang diperoleh dengan membandingkan terhadap input atau biaya yang

dipergunakan.

Menurut Prayitno (1997) kriteria evaluasi adalah sebagai berikut :

1. Relevansi

Relevansi dipakai untuk memeriksa rasionalisasi relevansi suatu program

yaitu memeriksa relevansi antara: masalah, kebijaksanaan, tujuan, kegiatan, unit

kerja, dan sebagainya.

Relevansi juga dapat dipakai untuk menilai pengadaan atau penghentian

suatu program. Relevansi bersifat kualitatif atau intuitif.

a. Adanya dasar yang kuat pengadaan/pelaksanaan program antara lain :

- Adanya relevansi sosial :

Tujuan program sesuai dengan tujuan nasional kesehatan.

Terdapatnya kontribusi yang jelas dari program tersebut

terhadap kesehatan masyarakat.

Metodenya cukup sederhana.

Page 46: Rian Hendrian

84

Program tersebut dapat menjawab kebutuhan masyarakat.

- Adanya akibat negatif bila program tidak ada.

b. Adanya dasar yang kuat untuk menghentikan program :

- Bila masalahnya sudah hilang.

- Usaha yang dilakukan tidak memberikan hasil.

2. Tingkat kecukupan (adequacy)

Tingkat kecukupan menggambarkan kecukupan perhatian terhadap

pelaksanaan suatu program dan menunjukan seberapa banyak masalah telah

dapat diatasi.

a. Tingkat kecukupan sejumlah kegiatan (adequacy of effort):

Jumlah kegiatan yang dilaksanakan x 100%

Jumlah kegiatan yang dibutuhkan

b. Tingkat kecukupan aktivitas dan pencapaian (adequacy of performance):

Jumlah hasil (pencapaian kegiatan) x 100%

Coverage

Coverage adalah perkiraan/jumlah hasil yang seharusnya dapat dicapai

dari pelaksanan program.

3. Ukuran tingkat kemajuan (progress)

Page 47: Rian Hendrian

85

Ukuran tingkat kemajuan adalah penilaian dengan cara membandingkan

rencana/kenyataan suatu program secara berkala pada waktu program sedang

berjalan, untuk mengetahui :

- Monitoring tingkat kemajuan pelaksanaan.

- Identifikasi dan koreksi hambatan pelaksanaan.

Ukuran tingkat kemajuan dapat dilakukan dalam satuan waktu, mingguan,

bulanan, atau tahunan, secara time series analysis. Beberapa metode untuk

memeriksa ukuran tingkat kemajuan suatu program :

- Garis kecenderungan sederhana

- Estimasi ratio

- Rata-rata ukur (geometric mean)

- Regressi

- Diagram batang

4. Efektifitas

- Menilai tingkat keberhasilan program

- Menilai tingkat pencapaian target

- Perbandingan efektifitas beberapa program.

5. Efisiensi

E = Hasil x 100%

target

Page 48: Rian Hendrian

86

Umumnya dipergunakan untuk menilai pencapaian hasil dikaitkan dengan

banyaknya sumber daya yang digunakan. Beberapa bentuk evaluasi efisiensi :

a. Unit cost/average cost/biaya satuan

Nilai biaya yang diperlukan per satuan kegiatan tertentu. Sehingga

kegiatan/program yang lebih efisien adalah kegiatan/program dengan

nilai unit cost terkecil.

b. Cost Benefit Analysis (CBA)

Perbandingan/ratio atau selisih antara biaya yang harus dikeluarkan

dibanding dengan keuntungan/manfaat dalam skala uang yang bisa

diperoleh. Sehingga kegiatan/program yang lebih efisien adalah kegiatan

atau program yang mempunyai nilai CBA yang tertinggi.

c. Cost Effectiveness Analysis (CEA)

Ukuran perbandingan antara besarnya hasil yang efektif dibandingkan

dengan biaya yang harus dikeluarkan. Sehingga kegiatan atau program

dengan nilai CEA yang tertinggi adalah kegiatan atau program yang

efisien.

Page 49: Rian Hendrian

87

BAB III

ALUR DAN JADWAL KEGIATAN MAGANG

3.1 Alur Kegiatan Magang

Kegiatan magang yang dilaksanakan di Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten

Kuningan terbagi dalam 3 tahapan yaitu tahap pra magang (persiapan), tahap

pelaksanaan magang dan tahap pasca magang (evaluasi). Melalui kegiatan magang ini

diharapkan dapat diperoleh gambaran pelaksanaan evaluasi program tablet Fe untuk

ibu hamil di Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan tahun 2010.

Bagan 3.1 Alur Kegiatan Magang

.

Pra Magang

(Persiapan)

Pelaksanaan

Magang

Pasca Magang

(Evaluasi)

1. Permohonan surat

magang ke fakultas

2. Pengajuan Surat

Magang ke Dinas

Kesehatan

3. Pembuatan

proposal magang

4. Menunggu surat

izin magang dari

Dinas Kesehatan

5. Fiksasi Rencana

Kerja magang

1. Perkenalan dengan staf

dinas kesehatan terutama

seksi gizi

2. Persetujuan jadwal

magang

3. Pengenalan program-

program di seksi gizi

4. Memahami alur kerja di

seksi gizi

5. Observasi dilapangan

6. Wawancara dengan staff

gizi Dinkes dan petugas

gizi puskesmas, serta

bidan.

7. Pengambilan data

sekunder yang

diperlukan

8. Mengikuti kegiatan seksi

gizi selama magang

1. Evaluasi seluruh

kegiatan magang

2. Persiapan

pembuatan laporan

magang

3. Bimbingan dan

konsultasi

4. Penyusunan

laporan magang

5. Presentasi laporan

magang

6. Revisi laporan

magang

Page 50: Rian Hendrian

88

3.2 Jadwal Kegiatan Magang

Berikut ini adalah jadwal kegiatan magang yang telah dilaksanakan oleh penulis

selama magang di Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan.

Tabel 3.1

Jadwal Kegiatan Magang

No Waktu Nama Kegiatan Tempat

1. 01/02/2011 - Perkenalan dan pengarahan dari Kabid Yankes

dan Kasie Gizi

- Penetapan jadwal kegiatan magang

Kantor DinKes

Kabupaten

Kuningan

2. 02/02/2011 - Mengikuti kegiatan posyandu di Kelurahan

Purwawinangun.

Posyandu Kliwon

III Kelurahan

Purwawinangun

3. 03/02/2011 - Diskusi dengan bidan praktek di wilayah

Puskesmas Cibingbin

Rumah Bidan

Praktek

4. 04/02/2011 - Diskusi dengan Pelaksana Gizi Puskesmas

Lamepayung tentang program gizi di puskesmas

Puskesmas

Lamepayung

5. 05/02/2011 - Penyusunan laporan magang dan studi Literatur Perpustakaan Stiku

6. 07/02/2011 - Membantu membuat laporan F III Kantor DinKes

Kabupaten

Kuningan

7. 08/02/2011 - Membantu membuat laporan LB3 Kantor DinKes

Kabupaten

Kuningan

8. 09/02/2011 - Membantu membuat laporan Fe Kantor DinKes

Kabupaten

Kuningan

Page 51: Rian Hendrian

89

9. 10/02/2011 - Membantu membuat laporan SKDN Kantor DinKes

Kabupaten

Kuningan

10. 11/02/2011 - Membantu membuat laporan Vit A dan KMS Kantor DinKes

Kabupaten

Kuningan

11. 12/02/2011 - Penyusunan Laporan magang dan studi Literatur Perpustakaan

Uniku

12. 14/02/2011 - Diskusi dengan pembimbing lapangan

- Diskusi dengan pembimbing akademik

Kantor DinKes

Kabupaten

Kuningan

13 15/02/2011 - Observasi di masyarakat Wilayah Desa

Cibingbin

14. 16/02/2011 - Diskusi dengan Pelaksana Gizi Puskesmas

Lamepayung tentang pelaksanaan program tablet

Fe di puskesmas.

Puskesmas

Lamepayung

15. 17/02/2011 - Mengikuti kegiatan konseling gizi

- Diskusi dengan bidan di puskesmas

Lamepayung

Puskesmas

Lamepayung

16. 18/02/2011 - Diskusi dengan seksi data & informasi

- Mencari data sekunder yang di butuhkan.

Kantor DinKes

Kabupaten

Kuningan

17. 19/02/2011 - Penyusunan laporan magang dan studi Literatur Perpustakaan

Uniku

18 20/02/2011 - Observasi di masyarakat Wilayah Desa

Dukuh Badag

19. 21/02/2011 - Diskusi dengan pembimbing lapangan

- Diskusi dengan pembimbing akademik

Kantor DinKes

Kabupaten

Kuningan

Page 52: Rian Hendrian

90

20. 22/02/2011 - Presentasi Hasil Laporan Magang Kantor DinKes

Kabupaten

Kuningan

21. 23/02/2011 - Melihat proses perencanaan PMT-P Kantor DinKes

Kabupaten

Kuningan

22. 24/02/2011 - Belajar membuat/mengedit format baru laporan

bulanan gizi untuk puskesmas

Kantor DinKes

Kabupaten

Kuningan

23 25/02/2011 - Diskusi dengan seksi SDK

- Pencarian data sekunder yang dibutuhkan

Kantor DinKes

Kabupaten

Kuningan

24 26/02/2011 - Revisi laporan magang dan studi Literatur Perpustakaan Stiku

25 27/02/2011 - Diskusi dengan bidan desa Dukuh Badag Tempat Praktek

Bidan

26 28/02/2011 - Penyampaian akhir laporan magang

- Pamitan

Kantor Dinkes Kab

Kuningan

Page 53: Rian Hendrian

91

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan

4.1.1 Wilayah Administrasi

Kabupaten Kuningan terbagi dalam 32 Kecamatan yang terdiri dari 376

desa. Adapun secara terperinci dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.1

Wilayah Administrasi Per Kecamatan

Di Kabupaten Kuningan tahun 2010

No Kecamatan

Jumlah

Desa/Kelurahan Keterangan

1 Kuningan 16 Mulai bulan Juli

2 Cigugur 10

3 Kramatmulya 14 Mulai bulan Juli

4 Ciniru 9

5 Hantara 8

6 Luragung 16 Mulai bulan Juli

7 Cimahi 10 Mulai bulan Juli

8 Ciwaru 12

9 Karangkancana 9

10 Cibingbin 10

11 Cibeureum 8

12 Ciawigebang 24

13 Cipicung 10

14 Cidahu 12

15 Kalimanggis 6

16 Lebakwangi 13

17 Garawangi 17

18 Cilimus 13

19 Jalaksana 15 Mulai bulan Juli

20 Japara 10

Page 54: Rian Hendrian

92

21 Mandirancan 12

22 Pancalang 13

23 Pasawahan 10

24 Kadugede 12

25 Nusaherang 8

26 Darma 19

27 Selajambe 7

28 Subang 7

29 Cilebak 7

30 Maleber 16

31 Sindangagung 12

32 Cigandamekar 11

Jumlah 376

Sumber : Laporan Gizi 2010

4.1.2 Struktur Organisasi

Dalam struktur organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan, seksi

Gizi berada dibawah bidang Pelayanan Kesehatan (Yankes). Seksi Gizi Dinas

Kesehatan Kabupaten Kuningan pada tahun 2010 berjumlah 5 orang dengan

rincian 1 orang lulusan S-II Gizi (Kepala Seksi Gizi), 2 orang lulusan S-I SKM

dan 1 orang lulusan SPAG (Staf Gizi), serta 1 orang lulusan SMA (tenaga

administrasi).

Page 55: Rian Hendrian

42

Bagan 4.1

Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan

Kepala Dinas

Kel. Jabfung Sub Bag Umum

Sekretariat

Sub Bag Kepegawaian Sub Bag Keuangan

UPTD

Bidang Pelayanan

Kesehatan

Bidang Pengendalian

Masalah Kesehatan

Bidang Jaminan dan

Sarana Kesehatan

Bidang Program dan Pengembangan

Sumberdaya Kesehatan

Seksi Kesehatan

Dasar

Seksi Kesehatan

Rujukan & Khusus

Seksi Gizi

Seksi Pengendalian &

Pemberantasan Penyakit

Seksi Surveilans &

Imunisasi

Seksi Penyehatan

Lingkungan

Seksi Akreditasi &

Pemberdayaan SDM

Seksi Data Informasi &

Pelaporan

Seksi Perencanaan

Seksi Jaminan

Kesehatan

Seksi Promosi

Kesehatan

Seksi Farmasi &

Perijinan

Page 56: Rian Hendrian

43

53

4.1.3 Tugas Pokok dan Fungsi

Salah satu langkah pengorganisasian adalah menetapkan kewajiban atau

tugas yang harus dilaksanakan oleh staf dan menyediakan fasilitas pendukung

yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya (Muninjaya, 2004). Begitupun

dengan seksi gizi yang merupakan bagian dari Dinas Kesehatan Kabupaten

Kuningan sudah ditetapkan tugas pokok dan fungsinya sebagai salah satu bentuk

pengorganisasian.

Tugas pokok seksi gizi adalah membantu kelancaran tugas bidang

Pelayanan Kesehatan dalam penyelenggaraan pelayanan gizi masyarakat dan

institusi.

Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud diatas, maka

seksi Gizi mempunyai fungsi sebagai berikut :

a. Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan gizi masyarakat dan institusi

b. Menyelenggarakan pelayanan gizi masyarakat dan institusi

c. Melaksanakan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pelayanan gizi

masyarakat dan institusi

Untuk menyelenggarakan fungsi sebagaimana maksud diatas, maka seksi

Gizi mempunyai uraian tugas sebagai berikut :

Page 57: Rian Hendrian

44

53

a. Menyusun program dan langkah-langkah kerja seksi Gizi.

b. Menyusun rencana pelaksanaan pemberian pelayanan gizi masyarakat dan

institusi.

c. Menyiapkan penyelenggaraan pemberian pelayanan gizi masyarakat dan

institusi.

d. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait dalam pelaksanaan

pelayanan gizi masyarakat dan institusi.

e. Menyiapkan dan melaksanakan monitoring pelaksanaan pelayanan gizi

masyarakat dan institusi.

f. Melaksanakan evaluasi pelaksanaan pelayanan gizi masyarakat dan institusi.

g. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas.

h. Melaksanakan koordinasi kegiatan monitoring dan pembinaan dengan lintas

program dalam rangka perbaikan gizi masyarakat.

i. Memberikan saran pertimbangan dan informasi untuk bahan penetapan garis

kebijakan umum Bidang Pelayanan Kesehatan.

j. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala Bidang

Pelayanan Kesehatan.

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Seksi Gizi maka kegiatan yang

dilaksanakan pada tahun 2010 antara lain :

1. Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) melalui kegiatan penimbangan

balita setiap bulan di posyandu, distribusi tablet tambah darah (tablet Fe)

Page 58: Rian Hendrian

45

53

untuk ibu hamil serta distribusi kapsul vitamin A untuk bayi, balita dan

ibu nifas.

2. Pemantauan status gizi balita melalui kegiatan Bulan Penimbangan Balita

(BPB).

3. Pencegahan dan penanggulangan balita gizi buruk melalui kegiatan

Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) dan Pelatihan

Positive Deviance (PD).

4. Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).

5. Peningkatan cakupan ASI Eksklusif melalui kegiatan Pelatihan Inisiasi

Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif bagi petugas Puskesmas.

Disamping tugas pokok dan fungsi di atas seksi gizi memiliki kegiatan

rutin yang harus dilaksanakan setiap bulan yaitu pengumpulan, pengolahan dan

analisa data program perbaikan gizi masyarakat dan hasil pemantauan status gizi

yang dilaporkan oleh masing-masing petugas pelaksana gizi puskesmas se-

Kabupaten Kuningan maksimal tanggal lima setiap bulan. Selanjutnya, laporan

puskesmas tersebut direkap, diolah, dan dianalisis. Kemudian hasilnya

dikirimkan ke Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat maksimal tanggal 15 setiap

bulan.

4.1.4 Tenaga Gizi

Tenaga kesehatan menurut PP No. 32/1996 adalah setiap yang

mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta yang untuk tertentu memerlukan

kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (Sasmito, 2007).

Page 59: Rian Hendrian

46

53

Menurut Sistem Kesehatan Nasional (2004) tenaga kesehatan adalah semua

orang yang bekerja secara aktif dan professional di bidang kesehatan, baik yang

memiliki pendidikan formal kesehatan ataupun tidak, yang untuk jenis tertentu

memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan (Sasmito, 2007).

Tenaga gizi termasuk ke dalam tenaga kesehatan. Di Kabupaten Kuningan

jumlah tenaga gizi pada tahun 2009 adalah 31 orang. Dengan ratio tenaga gizi

terhadap 100.000 penduduk adalah 1 : 2,64 (Dinkes Kuningan, 2009).

Dalam Kepmenkes No. 1202/MENKES/SK/VIII/2003 tanggal 21 Agustus

tentang Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator

Propinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat, indikator tenaga kesehatan yang

masuk dalam indikator sumber daya kesehatan adalah untuk jenis tenaga gizi

memiliki standart persyaratan tiap 100.000 penduduk memiliki 22 tenaga gizi

yang berlatar belakang pendidikan dari gizi (Santri, 2010). Di Kabupaten

Kuningan tenaga gizi jumlahnya masih kurang dari standart persyaratan tenaga

gizi untuk mencapai indikator Kabupaten Sehat sesuai Kepmenkes No.

1202/MENKES/SK/VIII/2003.

Selain itu, jumlah tenaga yang menangani program gizi di 37 puskesmas

hanya 15 orang (40 %) berlatar belakang Ilmu Gizi, dengan rincian sebanyak 7

orang lulusan D-I SPAG, 7 orang lulusan D-III Gizi dan 1 orang lulusan D-IV

Gizi, sedangkan sebanyak 22 orang (60 %) berlatar belakang diluar ilmu gizi

yaitu bidan dan perawat.

Page 60: Rian Hendrian

47

53

Padahal menurut Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan (Pusdiknakes), agar

suatu tugas atau pekerjaan terlaksana dengan baik maka harus dilakukan oleh

orang yang ahli di bidangnya atau sesuai dengan keahlian yang dimiliki

(Sumedi,2008).

Oleh karena itu, perlu adanya advokasi ke bagian Badan Kepegawaian

Daerah (BKD) Kabupaten Kuningan agar diadakan penambahan tenaga gizi yang

berlatar belakang pendidikan ilmu gizi untuk mendukung kelancaran program

gizi.

4.1.5 Program dan Target Program Gizi

Dalam upaya Peningkatan Sumber Daya Manusia, Program Perbaikan Gizi

diarahkan tercapainya keadaan gizi yang optimal bagi seluruh penduduk yang

dicerminkan dengan semakin meningkatnya jumlah keluarga yang berperilaku

gizi seimbang.

Dalam melaksanakan berbagai kegiatan tersebut, ditentukan beberapa

indikator yang disertai dengan target pencapaian program, dengan tujuan untuk

memantau dan mengevaluasi jalannya kegiatan.

Target pencapaian program dari setiap indikator program gizi adalah

sebagai berikut :

Page 61: Rian Hendrian

48

53

Tabel 4.2

Program dan Target Program Gizi tahun 2010

Program Indikator Target

Upaya Perbaikan Gizi

Keluarga ( UPGK )

K/S 90 %

D/S 70 %

N/S 40 %

D/K 80 %

N/D 70 %

DO Balita Timbang 20 %

Fe-I 90 %

Fe-III 85 %

Vitamin A Bufas 100 %

Vitamin A Bayi 100 %

Vitamin A Balita 100 %

Pencegahan dan

Penanggulangan Balita

Gizi Buruk

Gizi Buruk < 1,2 %

BGM < 15 %

Gizi Buruk mendapat Perawatan 100 %

MP-ASI Baduta Gakin BGM 100 %

Kecamatan Bebas Rawan Gizi 80 %

Sumber : Laporan Gizi 2010

4.1.6 Dana

Dana yang dialokasikan untuk kegiatan Program Perbaikan Gizi

Masyarakat Tahun 2010 bersumber dari Program Perbaikan Gizi Provinsi Jawa

Barat, APBN dan APBD I (Bantuan Gubernur).

4.2 Gambaran Program Tablet Besi (Fe) di Kabupaten Kuningan

4.2.1 Tablet Besi (Fe)

Tablet besi adalah tablet tambah darah untuk menanggulangi anemia gizi

besi yang diberikan kepada ibu hamil (Depkes, 2004b). Setiap tablet besi (Fe)

mengandung 200 mg sulfas ferosus (yang setara dengan 60 mg besi elemental)

Page 62: Rian Hendrian

49

53

dan 0,25 mg asam folat. Besarnya kandungan besi ini telah mendapatkan

kesepakatan dari kalangan ahli (Depkes, 2002).

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi selama kegiatan magang,

didapatkan bahwa di Kabupaten Kuningan tablet besi yang diberikan kepada ibu

hamil tidak hanya tablet besi program (tablet besi yang disediakan pemerintah),

tetapi ditempat bidan praktek yang diberikan adalah tablet besi swasta dengan

berbagai macam merk.

Tablet Fe program diberikan kepada ibu hamil yang memeriksakan

kehamilannya ke puskesmas dan posyandu. Sedangkan tablet Fe swasta

diberikan kepada ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya ke tempat praktek

bidan. Kandungan zat besi pada tablet besi swasta dapat dilihat pada tabel

dibawah ini.

Tabel 4.3

Kandungan Zat Besi Pada Tablet Besi Swasta

Merk Suplemen Kandungan Zat Besi

Samcobion 250 mg ferrous fumarate

Ramabion 300 mg ferro fumarat

Etabion 250 mg ferro glukonat

Obimin AF 90 mg ferro glukonat

Sumber : rochayati ( 2008 )

Walaupun kandungan zat besinya berbeda, tablet tambah darah atau tablet

besi tidak akan menyebabkan tekanan darah tinggi dan kebanyakan darah

(Depkes, 1997).

Page 63: Rian Hendrian

50

53

4.2.2 Distribusi Tablet Besi Di Kabupaten Kuningan

Tablet besi dibagikan atau di distribusikan ke tiap puskesmas pada awal

tahun, dengan bentuk sachet (1 sachet berisi 30 tablet Fe). Jumlah tablet Fe yang

akan di distribusikan ke tiap puskesmas di hitung berdasarkan jumlah kebutuhan

di tiap wilayah puskesmas, yaitu dengan cara seksi gizi Dinas Kesehatan

Kabupaten Kuningan memberikan formulir tentang daftar kebutuhan program

gizi pertahun ke tiap puskesmas agar lebih efisien. Contoh formulir sebagai

berikut :

No Jenis Barang Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah

Page 64: Rian Hendrian

51

53

Puskesmas :

Nb : Harap segera diisi dan dikirim kembali ke Sie Gizi Bidang Yankes Dinas

Kesehatan paling lambat tanggal 13 Desember 2009.

Ket :1. Kolom No 4 diisi jumlah total penerimaan dari bulan Jan s/d Nop 2009

2. Kolom No 5 diisi jumlah sisa/stok s/d bulan Nop 2009

Gambar 4.1 Formulir Daftar Kebutuhan Program Gizi Tahun 2010

Sumber: Sie Gizi Dinkes Kab Kuningan 2010

Dalam hal pendistribusian tablet besi, Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan

khususnya bagian obat (gudang farmasi) tidak mendistribusikan langsung ke tiap

puskesmas. Tetapi puskesmas yang mengambil tablet besi ke gudang farmasi

Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan.

Sasaran Penerimaan Sisa/Stok Kebutuhan

1 2 3 4 5 6

1 Vit A Biru ( Bayi ) ………Tablet

2

Vit A Merah ( Balita)

Vit A Merah ( Nifas )

………Tablet

……….Tablet

3 Tablet Fe ……....Sachet

4 KMS ……… Lembar

5 Mineral Mix ………Sachet

Page 65: Rian Hendrian

52

53

Padahal menurut Depkes (1999) pendistribusian tablet besi di tingkat

Kabupaten, didistribusikan dari gudang farmasi Kabupaten ke tiap puskesmas.

. Berdasarkan hasil wawancara dengan staf seksi gizi Dinas Kesehatan

Kabupaten Kuningan, pendistribusian dengan cara puskesmas langsung

mengambil tablet besi ke gudang farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan

sangat efisien dikarenakan selain mengambil tablet besi pihak puskesmas pun

sekaligus mengambil kebutuhan program lain untuk kebutuhan selama 1 tahun

misalnya vitamin A dan sebagainya. Alur pengambilan distribusi tablet besi di

Kabupaten Kuningan, terlihat seperti bagan di bawah ini:

Page 66: Rian Hendrian

53

Bagan 4.2

Alur Distribusi Tablet Besi (Fe) Di Kabupaten Kuningan

Daftar Kebutuhan

Program Gizi di

Puskesmas per Tahun

Di rekap & diolah

(perhitungan estimasi

kebutuhan) oleh Sie

Gizi Dinkes

Penyerahan hasil

estimasi kebutuhan

puskesmas pertahun ke

gudang farmasi Dinkes

Pemberian surat

pemberitahuan

pengambilan obat ke

tiap puskesmas

Puskesmas

mengambil

kebutuhan program

gizi pertahun ke

gudang farmasi

Puskesmas

Posyandu

Bagian Obat

Puskesmas

Ibu hamil

Page 67: Rian Hendrian

57

Page 68: Rian Hendrian

54

57

4.2.3 Pemberian Tablet Besi Ke Ibu Hamil

Tenaga pelaksana distribusi tablet besi, yaitu petugas puskesmas, bidan di

desa, kader, dukun bayi, dan tenaga lainnya (Depkes, 2008). Berdasarkan hasil

observasi didapatkan bahwa di Kabupaten Kuningan pemberian tablet Fe ke ibu

hamil melalui bagian pos obat puskesmas, posyandu dan tempat praktek bidan.

Namun, di bagian pos obat puskesmas, tidak di jelaskan manfaat tablet Fe, cara

minum tablet Fe tersebut ke ibu hamil, efek jika tidak minum tablet Fe kepada

ibu hamil.

Padahal menurut Depkes (2002) pemberian tablet Fe ke sasaran disertai

dengan pemberian informasi atau penyuluhan mengenai anemia maupun tablet

Fe. Hal ini untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang anemia dan

tablet Fe sehingga ibu hamil mau mengkonsumsi tablet besi (Fe). Menurut

Notoatmodjo (2007) perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih

langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Oleh karena

itu, sebaiknya dalam pemberian tablet Fe kepada ibu hamil perlu diberikan juga

penyuluhan terkait anemia dan tablet Fe.

4.2.4 Cakupan Pemberian Tablet Besi

Cakupan ibu hamil mendapat tablet besi adalah cakupan ibu hamil yang

mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya di satu wilayah kerja pada

kurun waktu tertentu (Depkes, 2004b).

Page 69: Rian Hendrian

55

57

Untuk rumus perhitungannya yaitu:

Target Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan tahun 2010 adalah cakupan

Fe-I 90% dan cakupan Fe-III 85% (Laporan Gizi, 2010). Cakupan pemberian

tablet Fe-I dan Fe-III per puskesmas adalah sebagai berikut :

Page 70: Rian Hendrian

56

57

Tabel 4.4

Cakupan Pemberian Tablet Fe I dan Fe III Per Puskesmas Tahun 2010

No Puskesmas Fe I ( % ) Fe III ( % )

1 Ciawigebang 97 96

2 Cibeureum 84 79

3 Cibingbin 71 55

4 Cidahu 85 71

5 Cigandamekar 99 89

6 Cihaur 95 73

7 Cilebak 73 66

8 Cilimus 95 92

9 Cimahi 91 89

10 Ciniru 74 70

11 Cipicung 96 89

12 Ciwaru 93 85

13 Darma 94 76

14 Garawangi 94 90

15 Hantara 72 70

16 Jalaksana 88 75

17 Japara 86 76

18 Kadugede 72 68

19 Kalimanggis 83 58

20 Karangkancana 78 72

21 Kramatmulya 78 76

22 Kuningan 98 79

23 Lamepayung 95 92

24 Linggarjati 90 73

25 Luragung 101 100

26 Maleber 97 82

27 Mandirancan 91 78

28 Manggari 87 85

29 Mekarwangi 77 78

30 Nusaherang 96 89

31 Pancalang 92 77

32 Pasawahan 68 69

33 Selajambe 65 72

34 Sindangagung 85 81

35 Subang 88 83

36 Sukamulya 91 82

37 Windusengkahan 81 69

Kabupaten 88 80

Target 90 85

Page 71: Rian Hendrian

57

57

Dari tabel 4.4 terlihat sebanyak 18 puskesmas yang cakupan pemberian

tablet Fe-I sudah mencapai target 90%, sedangkan cakupan pemberian tablet

Fe-III ada 11 puskesmas yang sudah mencapai target 85%. Cakupan pemberian

tablet Fe-I di Kabupaten Kuningan tahun 2010 sebesar 88% masih dibawah

target yaitu 90% dan cakupan pemberian tablet Fe-III di Kabupaten Kuningan

tahun 2010 sebesar 80% masih dibawah target yaitu 85%.

Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan selama kegiatan magang

ini, didapatkan bahwa penyebab masih rendahnya cakupan adalah adanya

pemberian tablet Fe non-program (Fe Swasta) yang tidak terdata atau datanya

tidak dimasukan dalam laporan oleh beberapa puskesmas sehingga cakupan

pemberian tablet Fe terlihat rendah.

Padahal tidak semua ibu hamil berobat atau periksa kehamilan ke

puskesmas, tetapi banyak juga yang ke bidan. Berdasarkan hasil wawancara

dengan salah satu bidan yang membuka praktek di wilayah Kabupaten

Kuningan, setiap ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya ke tempat

praktek bidan tersebut diberi tablet Fe swasta.

Oleh karena itu, perlu adanya kerjasama lintas sektoral antara seksi gizi

dengan seksi kesehatan dasar (KIA), untuk menghimbau kepada bidan yang

membuka praktek agar melaporkan data pemberian tablet Fe pada ibu hamil

yang berkunjung ke tempat praktek bidan swasta tersebut ke bagian gizi

puskesmas.

Page 72: Rian Hendrian

58

57

4.3 Gambaran Target (Sasaran) Evaluasi Program Tablet Besi di Seksi Gizi

Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan

Pada tahap ini ditentukan bagian apa yang akan dievaluasi. Hal ini karena apa

saja bisa dievaluasi, misalnya proses pelaksanaan, keluaran, atau bahkan dampak

suatu kegiatan terhadap peningkatan derajat kesehatan (Notoatmodjo, 2005).

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi selama kegiatan magang, didapatkan

bahwa di seksi gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan, pada tahap ini yang

menjadi target dalam evaluasi adalah keluaran (output) dari program tablet besi yakni

cakupan pemberian tablet besi. Target cakupan tablet Fe-I adalah 90% dan target

cakupan tablet Fe-III adalah 85%.

Seksi gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan mengacu pada laporan yang

akan dikirimkan ke Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat. Dalam laporan tersebut

hanya output semua program kesehatan termasuk salah satunya program tablet besi

yang dilaporkan ke Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat. Sedangkan proses

pelaksanaan (pemberian tablet Fe kepada ibu hamil) dan dampak dari adanya

program terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat tidak dievaluasi.

Padahal menurut Notoatmodjo (2003) evaluasi suatu program kesehatan

masyarakat dilakukan terhadap tiga hal, yakni evaluasi terhadap proses pelaksanaan

program, evaluasi terhadap hasil program, dan evaluasi terhadap dampak program.

Page 73: Rian Hendrian

59

57

Menurut Muninjaya (1999) evaluasi proses dilaksanakan pada saat kegiatan

sedang berlangsung untuk mengetahui apakah metode yang dipilih sudah efektif, dan

sebagainya. Menurut Mantra dalam Santri (2010), evaluasi pada tahap proses

dilakukan pada saat program sedang dilaksanakan. Tujuannya adalah untuk

mengukur apakah program yang sedang berjalan telah sesuai dengan rencana atau

tidak atau apakah telah terjadi penyimpangan yang dapat merugikan pencapaian

tujuan dari program.

Sedangkan evaluasi dampak menurut Notoatmodjo (2003), ditujukan untuk

menilai sejauh mana program itu mempunyai dampak terhadap peningkatan

kesehatan masyarakat. Evaluasi terhadap dampak dilakukan dengan cara melihat

apakah prevalensi anemia dari tahun ke tahun menurun atau semakin meningkat,

karena menurut Depkes (2002) program pemberian tablet besi pada ibu hamil

bertujuan untuk menanggulangi masalah anemia gizi pada ibu hamil. Menurut

Kemenkes (2010) indikator masalah anemia gizi disuatu daerah adalah prevalensi

anemia gizi > 20%.

Oleh karena itu, sebaiknya dalam mengevaluasi program perlu dilakukan juga

evaluasi terhadap proses pelaksanaan program dan dampak terhadap derajat

kesehatan masyarakat. Hal ini untuk melihat sejauh mana program berhasil sesuai

dengan tujuan program serta bermanfaat bagi masyarakat (sasaran program).

Page 74: Rian Hendrian

60

57

4.4 Gambaran Kerangka Batasan Evaluasi Program Tablet Besi di Seksi Gizi

Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan

Pada tahap ini dilakukan asumsi-asumsi mengenai hasil evaluasi, pembatasan

ruang lingkup evaluasi serta batasan-batasan yang dipakai agar objektif dan fokus

(Notoatmodjo, 2005). Menurut Depkes (2004) kerangka batasan dalam mengevaluasi

program tablet besi (Fe) adalah melalui pencapaian target cakupan pemberian tablet

besi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan seksi gizi Dinas Kesehatan Kabupaten

Kuningan, dalam program tablet besi di Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan yang

menjadi asumsi mengenai hasil evaluasi yakni tercapainya target cakupan tablet Fe

pada tahun 2010 dan batasan dalam mengevaluasi program tablet besi yaitu cakupan

program tablet besi (Fe). Pada tahun 2010 target cakupan pemberian tablet Fe-I

adalah 90% dan target cakupan pemberian tablet Fe-III adalah 85%. Kerangka

batasan dalam mengevaluasi program tablet besi (Fe) yang dilaksanakan oleh seksi

gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan sudah sesuai dengan Standar Pelayanan

Minimal (SPM) yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI tahun 2004, yakni

mengevaluasi program tablet besi dengan melihat pencapaian target cakupan tablet

besi.

Page 75: Rian Hendrian

61

57

4.5 Gambaran Desain (Metode) Evaluasi Program Tablet Besi di Seksi Gizi

Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan

Menurut Depkes (2002) metode yang dilakukan dalam mengevaluasi program

tablet besi adalah dengan melihat pencapaian indikator kinerja yang telah ditetapkan.

Indikator kinerja program tablet besi adalah tersedianya tablet besi di setiap

puskesmas dan pencapaian target cakupan pemberian tablet besi pada ibu hamil.

Sedangkan menurut Tayibnapis (2008) pendekatan atau metode dalam evaluasi

program adalah sebagai berikut :

f. Pendekatan Eksperimental

Evaluasi yang berorientasi pada penggunaan experimental science dalam

program evaluasi, tujuannya untuk memperoleh kesimpulan yang bersifat

umum tentang dampak suatu program tertentu yang mengontrol

sebanyak-banyaknya faktor dan mengisolasi pengaruh program.

g. Pendekatan yang Berorientasi pada Tujuan (Goal Oriented Approach)

Pendekatan ini memakai tujuan program sebagai kriteria untuk

menentukan keberhasilan.

h. Pendekatan yang Berfokus kepada Keputusan (The Decision Focused

Approach)

Pendekatan ini menekankan pada peranan informasi sistemik untuk

pengelola program dalam menjalankan tugasnya.

Page 76: Rian Hendrian

62

57

i. Pendekatan yang Berorientasi kepada Pemakai (The User Oriented

Approach)

Elemen yang paling penting pada pendekatan ini adalah keterlibatan

pemakai yang potensial selama evaluasi berlangsung. Evaluator

menekankan usaha pada pemakai dan cara pemakaian informasi.

Kelebihan pendekatan ini ialah perhatiannya terhadap individu yang

berurusan dengan program dan perhatiannya terhadap informasi yang

berguna untuk individu tersebut.

j. Pendekatan yang Responsif (The Responsive Approach)

Evaluasi responsif ditandai oleh ciri-ciri penelitian kualitatif, elemen yang

paling penting dalam pendekatan responsif ialah pengumpulan dan

menyintesis data.

Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan mempunyai program Penilaian Kinerja

Puskesmas (PKP) sebagai metode untuk mengevaluasi kinerja puskesmas. Dalam

Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP) aspek yang dinilai adalah keluaran semua

program kesehatan termasuk program gizi salah satunya program pemberian tablet Fe

ke ibu hamil.

Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP) terbagi dalam 3 tahapan yaitu :

1. Pengumpulan data riil/validitas data

Pada tahapan ini evaluator melakukan croos check dengan data di tiap

puskesmas untuk melihat validitas data.

Page 77: Rian Hendrian

63

57

2. Pengarahan

Pada tahapan ini evaluator memberikan pengarahan tentang cara pencatatan

dan pelaporan yang baik.

3. Evaluasi Hasil

Pada tahapan ini evaluator melihat hasil dari 2 tahapan sebelumnya, dan

melihat data cakupan program. Dalam hal evaluasi program tablet besi, seksi

gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan juga melihat ketersediaan tablet

besi di puskesmas.

Desain atau model evaluasi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten

Kuningan, sesuai dengan teori menurut Tayibnapis (2008) yaitu model stake atau

model countenance, yakni pada model ini evaluator yang membuat penilaian tentang

program yang dievaluasi. Tahapan-tahapan yang dilaksanakan pada Penilaian Kinerja

Puskesmas (PKP) dibuat sendiri oleh evaluator yang menyesuaikan dengan kondisi

pada daerah tersebut. Metode yang dipakai Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan

juga tetap mengacu pada metode dari Depkes.

4.6 Gambaran Rencana Pelaksanaan dan Instrumen Evaluasi Program Tablet

Besi di Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan

Page 78: Rian Hendrian

64

57

Menurut Mubarak (2009) berdasarkan waktunya evaluasi/penilaian, maka

evaluasi dapat dilakukan sebagai berikut:

a. Penilaian rutin (concurrent evaluation atau progress report). Dalam setiap

program penilaian rutin ini hendaknya merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari program tersebut. Dengan demikian, penilaian akan berjalan

berkesinambungan dan teratur, serta bersamaan dengan pelaksanaan program

itu sendiri. Penilaian dilakukan oleh staf program dalam bentuk progres

report, dengan cara ini perbaikan-perbaikan pun dilakukan sejak awal.

Demikian pula kekuatan-kekuatan dari program dapat segera didapatkan dan

dapat diterapkan dalam melanjutkan program tersebut. Penilaian meliputi

semua aspek program, termasuk reaksi masyarakat terhadap program tersebut.

b. Penilaian Berkala (periodical evaluation), yaitu penilaian yang dilakukan

pada setiap akhir dari suatu bagian tertentu dari program, seperti tiap enam

bulan, satu tahun, dua tahun, dan sebagainya.

c. Penilaian khusus (ad-hoc evaluation), yaitu penilaian yang dilakukan setiap

saat yang diperlukan.

d. Penilaian akhir (terminal evaluation), yaitu penilaian yang dilakukan pada

akhir suatu program atau beberapa waktu sesudah akhir suatu program. Jadi

ini merupakan penilaian terhadap pencapaian tujuan akhirnya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan seksi gizi, di Dinas Kesehatan Kabupaten

Kuningan program Penilaian Kinerja Puskesmas dilaksanakan 2 kali dalam 1 tahun.

Jika mengacu pada teori yang disebutkan Mubarak (2009), maka Penilaian Kinerja

Page 79: Rian Hendrian

65

57

Puskesmas termasuk ke dalam penilaian berkala (periodical evaluation), yaitu

penilaian yang dilakukan pada setiap akhir dari suatu bagian tertentu dari program,

seperti tiap enam bulan, satu tahun, dua tahun, dan sebagainya.

Sedangkan instrumen yang digunakan adalah laporan Fe puskesmas yang

dilaporkan ke seksi gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan. Contoh format

laporan Fe terlihat pada gambar dibawah ini :

Page 80: Rian Hendrian

66

57

LAPORAN BULANAN PEMBERIAN TABLET BESI (Fe)

BULAN :

Gambar 4.2 Format Laporan Fe Puskesmas

No Puskesmas

Jumlah Sasaran Jml Bumil Yg Mendapat Tablet Fe Pada Pemberian ke-

Bumil Bulin Fe- I Fe-II Fe- III

(IV)

Bumil

Anemia

Jml bumil yg

mendpt Fe Bln ini

Bulan ini

Prog Swst Jml

Bulan ini

Proy Nyata Proy Nyata Prog Swst Jml (%)

Proy Prog Swst Jml

(%)

Proy

Fe

Prog

Fe

Swasta

Jumlah

No Puskesmas

Ketersediaan Tablet Fe

Jml Bumil yg

mendpt Kaps

Yodium Bln

ini

Jml Bufas yg mendpt Kaps

Vit.A Bulan ini Sisa Fe Bln

lalu di Desa

Tablet Fe yg

diterima Bln

ini

Jml Total

tablet Fe Bln

ini

Tablet Fe yg

dipakai Bln ini

Sisa tablet Fe yg

ada

Bln ini Kum

Jumlah

Page 81: Rian Hendrian

67

57

4.7 Gambaran Cara Pengamatan, Pengukuran dan Analisis Evaluasi Program Tablet

Besi Oleh Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan

Pada tahap ini yaitu melakukan pengumpulan data hasil pengamatan, melakukan

pengukuran serta mengolah informasi dan mengkajinya sesuai tujuan evaluasi (Notoatmodjo,

2005).

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi selama kegiatan magang, didapatkan bahwa

pengumpulan data hasil pengamatan program tablet besi dilakukan dengan cara puskesmas

memberikan laporan bulanan ke seksi gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan. Kemudian

oleh seksi gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan diukur berdasarkan pencapaian cakupan

pemberian tablet besi. Selanjutnya setelah dilakukan pengukuran, kemudian dilakukan

pengolahan informasi dan mengkajinya sesuai tujuan evaluasi.

Namun, berdasarkan hasil observasi selama kegiatan magang beberapa puskesmas telat

mengumpulkan laporan bulanan termasuk laporan Fe. Oleh karena, untuk meningkatkan

ketepatan waktu pengumpulan laporan bulanan bisa dilakukan dengan cara memberi

penghargaan (reward) pada puskesmas yang tepat waktu memberikan laporan.

Page 82: Rian Hendrian

68

57

4.8 Gambaran Pembuatan Kesimpulan dan Pelaporan Hasil Evaluasi Program Tablet

Besi Oleh Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan

Informasi yang dihasilkan dari proses evaluasi ini disajikan dalam bentuk

laporan sesuai dengan kebutuhan atau permintaan (Notoatmodjo, 2005). Menurut

Depkes (1999) pencatatan pelaporan distribusi tablet besi pada beberapa tingkat

administrasi kesehatan adalah sebagai berikut :

4. Posyandu

Pemberian tablet besi untuk ibu hamil sampai masa nifas yang dilakukan di

posyandu di catat dalam “Buku Bantu Ibu Hamil”. Pencatatan di posyandu

dilakukan oleh kader, kemudian direkapitulasi oleh bidan di desa atau petugas

pustu.

5. Desa

Pemberian tablet besi kepada kelompok sasaran dilakukan pula oleh bidan di

desa/Polindes (Pondok Bersalin Desa), petugas Pustu (Puskesmas Pembantu) serta

dicatat pada “Register Kohort Ibu”. Hasil rekapitulasi dilaporkan ke puskesmas.

6. Puskesmas

Page 83: Rian Hendrian

69

57

Petugas/bidan/pelaksana KIA dan Gizi memberikan tablet besi kepada ibu hamil

sampai nifas di Puskesmas serta dicatat pada “Register Kohort Ibu”. Rekapitulasi

dilakukan oleh bidan (pelaksana KIA) dan atau petugas gizi Puskesmas berdasarkan

hasil dari posyandu dan desa serta ditambah dengan hasil yang dilaksanakan oleh

puskesmas sendiri dalam “Register Gizi”.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi selama kegiatan magang, proses pelaporan

distribusi tablet besi disesuaikan dengan tempat ibu hamil mendapatkan tablet besi. Hal ini

sesuai dengan teori Depkes (1999) tentang pencatatan pelaporan distribusi tablet besi.

Hasil pencatatan distribusi tablet besi yang telah direkap dipuskesmas kemudian

dilaporkan ke seksi gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan. Kemudian oleh seksi gizi

direkap dan dianalisis untuk melihat perkembangan cakupan tablet besi disetiap puskesmas

yang berada diwilayah Kabupaten Kuningan. Hasil evaluasi dari program tablet besi ini

disajikan dalam laporan tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan yang dibuat pada

akhir tahun.

Page 84: Rian Hendrian

70

57

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Seksi gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan berada dibawah bidang Pelayanan

Kesehatan. Jumlah tenaga di seksi gizi terdiri dari 1 orang kepala seksi lulusan S2 Gizi

dan 4 orang staf dengan rincian 2 orang lulusan SI-SKM, 1 orang lulusan SPAG serta

1 orang lulusan SMA. Jumlah tenaga yang menangani program gizi di 37 puskesmas

hanya 15 orang (40 %) berlatar belakang Ilmu Gizi.

2. Gambaran program tablet besi (Fe) Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan tahun 2010,

sebagai berikut :

a. Tablet besi (Fe) yang diberikan kepada ibu hamil tidak hanya tablet Fe program

tetapi juga tablet Fe non-program (tablet Fe swasta). Tablet Fe program diberikan

kepada ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya ke puskesmas dan posyandu.

Sedangkan tablet Fe swasta diberikan kepada ibu hamil yang memeriksakan

kehamilannya ke tempat praktek bidan.

Page 85: Rian Hendrian

71

57

b. Pendistribusian tablet besi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan ke

puskesmas dengan cara puskesmas langsung mengambil tablet besi ke gudang

farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan.

c. Pemberian tablet Fe ke ibu hamil melalui bagian pos obat puskesmas, posyandu dan

tempat praktek bidan. Namun, di bagian obat puskesmas, tidak di jelaskan manfaat,

cara minum tablet Fe tersebut ke ibu hamil, efek jika tidak minum kepada ibu

hamil.

d. Cakupan pemberian tablet Fe-I di Kabupaten Kuningan tahun 2010 sebesar 88%

masih dibawah target yaitu 90% dan cakupan pemberian tablet Fe-III di Kabupaten

Kuningan tahun 2010 sebesar 80% masih dibawah target yaitu 85%.

3. Target dalam evaluasi program tablet besi di seksi gizi Dinas Kesehatan Kabupaten

Kuningan adalah keluaran (output) dari program tablet besi yakni cakupan pemberian

tablet besi dengan target cakupan tablet Fe-I adalah 90% dan target cakupan tablet Fe-

III adalah 85%. Sedangkan proses pelaksanaan (pemberian tablet Fe kepada ibu hamil)

dan dampak dari adanya program terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat

tidak dievaluasi.

Page 86: Rian Hendrian

72

57

4. Kerangka batasan dalam evaluasi program tablet besi di seksi gizi Dinas Kesehatan

Kabupaten Kuningan adalah pencapaian target cakupan tablet besi.

5. Desain (metode) dalam evaluasi program tablet besi di seksi gizi Dinas Kesehatan

Kabupaten Kuningan adalah program Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP).

6. Penilaian Kinerja Puskesmas dilaksanakan 2 kali dalam 1 tahun. Sedangkan instrumen

yang digunakan untuk mengevaluasi program tablet besi adalah laporan Fe puskesmas

yang dilaporkan ke seksi gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan setiap bulan.

7. Pengumpulan data hasil pengamatan program tablet besi dilakukan dengan cara

puskesmas memberikan laporan bulanan ke seksi gizi Dinas Kesehatan Kabupaten

Kuningan. Kemudian oleh seksi gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan diukur

berdasarkan pencapaian cakupan pemberian tablet besi. Selanjutnya setelah dilakukan

pengukuran, kemudian dilakukan pengolahan informasi dan mengkajinya sesuai tujuan

evaluasi. Namun, beberapa puskesmas telat mengumpulkan laporan bulanan termasuk

laporan Fe.

8. Hasil evaluasi dari program tablet besi ini disajikan dalam laporan tahunan Dinas

Kesehatan Kabupaten Kuningan yang dibuat pada akhir tahun.

5.2 Saran

Page 87: Rian Hendrian

73

57

1. Perlu adanya advokasi ke bagian Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten

Kuningan agar diadakan penambahan tenaga gizi yang berlatar belakang pendidikan

ilmu gizi untuk mendukung kelancaran program gizi.

2. Saran terkait gambaran program tablet besi (Fe) Dinas Kesehatan Kabupaten

Kuningan tahun 2010, sebagai berikut :

a. Melakukan penyuluhan terkait anemia dan tablet besi pada ibu hamil terutama

ketika memberikan tablet besi kepada ibu hamil.

b. Mengadakan kerjasama lintas sektoral antara seksi gizi dengan seksi kesehatan

dasar (KIA), untuk menghimbau kepada bidan yang membuka praktek diharuskan

melaporkan data pemberian tablet Fe pada ibu hamil yang berkunjung ke tempat

praktek bidan swasta tersebut ke bagian gizi puskesmas.

3. Sebaiknya dalam mengevaluasi program perlu dilakukan juga evaluasi terhadap proses

pelaksanaan program dan dampak terhadap derajat kesehatan masyarakat. Hal ini

untuk melihat sejauh mana program berhasil sesuai dengan tujuan program serta

bermanfaat bagi masyarakat (sasaran program).

4. Memberi penghargaan (reward) kepada puskesmas yang tepat waktu memberikan

laporan.

Page 88: Rian Hendrian

74

57

Daftar Pustaka

Aji,Firman B dan Sirait, S Martin. Perencanaan dan Evaluasi : Suatu Sistem Untuk Proyek

Pembangunan.Jakarta:Bumi Aksara,1990.

Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 2006.

Arisman.Gizi dalam Daur Kehidupan.Jakarta:EGC, 2004.

Azwar,Azrul. Pengantar Administrasi Kesehatan.Jakarta: Binarupa Aksara, 1996.

Depkes RI. Petunjuk Penggunaan Materi-materi Komunikasi, Informasi dan Edukasi

(KIE):Anemia dan Tablet Tambah Darah. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 1997.

. Pedoman Penanggulangan Anemia Gizi Untuk Remaja Putri dan Wanita Usia

Subur. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 1998.

. Pedoman Pemberian Tablet Besi-Folat dan Sirup Besi Bagi Petugas. Jakarta:

Departemen Kesehatan RI, 1999.

. Anemia Gizi dan Tablet Tambah Darah (TTD) untuk Wanita Usia Subur. Jakarta:

Departemen Kesehatan RI, 2002.

.Kajian Kebijakan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 2004a.

.”Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal (SPM) Penyelenggaraan Perbaikan

Gizi Masyarakat”. www.gizi.net,2004b.Diakses pada tanggal 20 November 2010 pukul

20.00 WIB dari http://www.gizi.net/kebijakan-gizi/SPM_Gizi.pdf

Page 89: Rian Hendrian

75

57

. Program Penanggulangan Anemia Gizi Pada Wanita Usia Subur (WUS). Jakarta:

Departemen Kesehatan RI, 2008.

DinKes Kab Kuningan. “Profil Kesehatan Kabupaten Kuningan 2007”. www.depkes.go.id

,2007.diakses pada tanggal 11 November 2010 pukul 20.00 WIB dari

http://www.depkes.go.id/downloads/profil/kab_kuningan07.pdf

DinKes Kab Kuningan. Profil Kesehatan Kabupaten Kuningan 2009. Kuningan : Dinas

Kesehatan Kabupaten Kuningan, 2009.

Kemenkes RI. Rencana Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat 2010- 2014.Jakarta:Kementerian

Kesehatan RI, 2010.

Mac Kenzie, James. Kesehatan Masyarakat Suatu Pengantar.Jakarta:EGC, 2007.

Mubarak, dkk. Ilmu Kesehatan Masyarakat:Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika, 2009.

Muninjaya, AA Gde. Manajemen Kesehatan. Jakarta: EGC, 1999.

. Manajemen Kesehatan. Jakarta: EGC, 2004.

Notoatmodjo,Soekidjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat : Prinsip –Prinsip Dasar. Jakarta:Rineka

Cipta, 2003.

. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta:Rineka Cipta, 2005.

. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta:Rineka Cipta, 2007.

Poedjiadi,Anna dan Supryanti ,Titin. Dasar-Dasar Biokimia.Jakarta:UI Press, 2005.

Page 90: Rian Hendrian

76

57

Prayitno,Subur. Dasar-Dasar Administrasi Kesehatan Masyarakat. Surabaya: Airlangga

University Press, 1997.

Reinke,William A. Perencanaan Kesehatan Untuk Meningkatkan Efektifitas

Manajemen.Yogyakarta: UGM Press, 1994.

Rochayati,Elli.”Studi Kualitatif Tingkat Kepatuhan Ibu Hamil Mengkonsumsi Suplemen Zat

Besi di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Sawah Kabupaten Tangerang tahun

2008”.Skripsi S1 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2008.

Santri,Wuna.Evaluasi Pelaksanaan Program Perbaikan Gizi Masyarakat Dalam Mencapai Visi

Misi Indonesia Sehat 2010 di Kota Kendari Tahun 2010.www.usu.ac.id, 2010. Diakses

tanggal 17 November 2010 pukul 19.00 WIB dari http://repository.usu.ac.id

Sasmito, Adi. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta : PT Raja Grafindo, 2007.

Sie Gizi Dinkes Kab Kuningan. Laporan gizi tahun 2010. Kuningan : Seksi Gizi Dinkes

Kabupaten Kuningan, 2010.

Sumedi. Pengembangan Profesi Ahli Gizi Di Indonesia. 2008. Diakses tgl 8 Desember 2010

pukul 21.30 WIB dari www.pusdiknakes.or.id

Syafiq,Ahmad dkk. Modul Gizi Kesehatan Masyarakat.Jakarta:UIN Jakarta Press, 2006.

Tayibnapis,Farida Yusuf. Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi. Jakarta:Rineka Cipta, 2008.