Rian Hendrian
-
Upload
boh-cucu-karaeng -
Category
Documents
-
view
291 -
download
15
Transcript of Rian Hendrian
39
GAMBARAN PELAKSANAAN EVALUASI PROGRAM TABLET BESI
(Fe) PADA IBU HAMIL DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN
KUNINGAN PROPINSI JAWA BARAT TAHUN 2010
LAPORAN MAGANG
Disusun Oleh :
RIAN HENDRIAN
NIM: 107101001435
PEMINATAN GIZI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2011
40
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Magang, April 2011
Rian Hendrian, NIM : 107101001435
Gambaran Pelaksanaan Evaluasi Program Tablet Besi (Fe) Pada Ibu Hamil Di
Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan Propinsi Jawa Barat Tahun 2010
xiv + 75 halaman, 6 tabel, 4 bagan, 3 gambar, 5 lampiran
ABSTRAK
Sampai saat ini anemia gizi masih merupakan masalah gizi utama yang diderita
oleh ibu hamil dan wanita pada umumnya. Anemia pada ibu hamil meningkatkan risiko
terjadinya keguguran, lahir sebelum waktunya, melahirkan bayi dengan Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR), lahir mati dan kematian perinatal. Ibu hamil yang menderita
anemia dapat mengalami kegagalan jantung, yang dapat menimbulkan kematian.
Penanggulangan masalah anemia gizi besi saat ini masih terfokus pada pemberian tablet
tambah darah (Fe). Ibu hamil mendapat tablet tambah darah 90 tablet selama
kehamilannya. Berdasarkan laporan gizi tahun 2010 cakupan pemberian tablet Fe-I di
Kabupaten Kuningan sebesar 88% (target 90%) dan cakupan Fe-III sebesar 80% (target
85%).
Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan berada di Provinsi Jawa Barat, membina
37 puskesmas dan 1381 posyandu. Seksi gizi berada dibawah bidang Pelayanan
Kesehatan mempunyai tugas membantu kelancaran tugas bidang Pelayanan Kesehatan
dalam penyelenggaraan pelayanan gizi masyarakat dan institusi.
Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan khususnya seksi gizi memfokuskan pada
cakupan tablet Fe dalam mengevaluasi program tablet Fe. Program Penilaian Kinerja
Puskesmas (PKP) merupakan metode yang digunakan dalam mengevaluasi program
termasuk program tablet Fe. Dalam PKP aspek yang dinilai adalah output semua
program kesehatan termasuk program gizi salah satunya program pemberian tablet Fe ke
ibu hamil. Namun, tidak melakukan evaluasi terhadap proses dan dampaknya. Hasil dari
evaluasi program disajikan dalam laporan tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten
Kuningan.
Daftar bacaan : 31 (1990-2010)
41
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Judul Magang
GAMBARAN PELAKSANAAN EVALUASI PROGRAM TABLET BESI (Fe)
PADA IBU HAMIL DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KUNINGAN
PROPINSI JAWA BARAT TAHUN 2010
Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan Tim Penguji Magang
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 4 April 2011
Mengetahui,
Yuli Amran, SKM, MKM Dodi Wijaya, SKM, M.Kes
Pembimbing Fakultas Pembimbing Lapangan
42
PANITIA SIDANG UJIAN MAGANG
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, 14 April 2011
Penguji I
Yuli Amran, SKM, MKM
Penguji II
Riastuti KW, SKM, MKM
43
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama Lengkap : Rian Hendrian
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 27 Agustus 1988
Alamat : Jln. Raya Cibingbin Desa Cibingbin Rt 01 Rw 03 Dusun
Pahing Kecamatan Cibingbin Kabupaten Kuningan.
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Email : [email protected]
No Hp : 085694649643
Motto Hidup : Hidup adalah perjuangan untuk menjadi lebih baik
Riwayat Pendidikan :
1995 – 2001 SDN 1 Cibingbin
2001 – 2004 Madrasah Tsanawiyah Negeri Cibingbin
2004 – 2007 SMA Negeri 2 Kuningan
2007 - sekarang Peminatan Gizi, Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Riwayat Organisasi :
2005-2006 Remaja Masjid SMAN 2 Kuningan.
2007-2008 - Anggota Departemen Kesenian,Sosial & Olahraga Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM) Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan UIN
Jakarta.
- Anggota karangtaruna di wilayah Kelurahan Jembatan Besi Jakarta
Barat.
2008-2010 - Koordinator Departemen Kesenian,Sosial & Olahraga Badan Eksekutif
Mahasiswa (BEM) Fakultas Kedokteran & Ilmu Kesehatan UIN
Jakarta.
- Anggota relawan Yayasan Aids Indonesia ( YAI )
- Sekretaris RT 04 RW 02 Kelurahan Jembatan Besi Jakarta Barat
44
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang, atas
limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Magang. Shalawat
dan salam senantiasa tecurahkan kepada Rosul tercinta yang telah menjadi suri tauladan
bagi umatnya.
Dengan bekal pengetahuan, pengarahan serta bimbingan yang diperoleh selama
perkuliahan dan selama berlangsungnya magang, serta proses bimbingan setelah
magang, penulis mencoba menyusun laporan magang mengenai “Gambaran Pelaksanaan
Evaluasi Program Tablet Besi (Fe) Pada Ibu Hamil di Dinas Kesehatan Kabupaten
Kuningan Tahun 2010”.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada :
1. Kedua orang tua yang selalu menasehati dan memberi semangat kepada penulis.
2. Bapak Prof. Dr(Hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And Dekan Fakultas Kedokteran &
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak dr.Yuli Prapanca Satar, MARS Kepala Program Studi Kesehatan
Masyarakat.
4. Ibu Yuli Amran, SKM,MKM pembimbing akademik dalam kegiatan magang
yang terus membimbing penulis dengan sabar dalam penulisan laporan magang
ini.
45
5. Ibu Riastuti Kusuma Wardani, SKM,MKM selaku penguji laporan magang ini
yang telah memberi masukan demi kebaikan dalam penulisan laporan ini.
6. Bapak drg.H.Kadaryanto,MM,MARS Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Kuningan yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan kegiatan
magang ini di Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan.
7. Bapak dr.H.Zaenal Arifin Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinkes
Kabupaten Kuningan yang telah menerima penulis untuk melaksanakan kegiatan
magang di Seksi Gizi di bawah Bidang Pelayanan Kesehatan.
8. Bapak Dodi Wijaya, SKM, M.Kes Kepala Seksi Gizi Dinkes Kabupaten
Kuningan yang telah menerima penulis untuk melaksanakan kegiatan magang di
Seksi Gizi.
9. Ibu Indra Wahyuni,SKM staf gizi yang selalu membimbing penulis selama
kegiatan magang ini.
10. Bapak Usep Rusependhi,SKM , Ibu Nanan Heryani dan Bapak Toto Hermanto,
yang telah memberi masukan, dan menerima Penulis dengan senyuman untuk
bergabung di seksi gizi selama kegiatan magang ini.
11. Tetehku “Nia” & suaminya, yang selalu memberi masukan selama penulis
melaksanakan magang. Serta kedua keponakanku yang masih lucu dan imut
“Deden & Elsi” kalian selalu menghadirkan keceriaan dengan gayanya yang
selalu bikin penulis tersenyum.
12. Teman-teman Kesmas 07 “OPUS” baik gizi maupun K3, terima kasih atas
dukungan motivasi dan kebersamaannya. Semoga tetap terjalin tali silaturahmi.
46
13. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Sangat disadari oleh penulis bahwa laporan magang ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis sangat mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun
sebagai masukan demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan seluruh pihak yang memerlukan.
Jakarta, April 2011
RIAN HENDRIAN
47
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK……………………………………………………………………….
PERNYATAAN PERSETUJUAN………………………………………………
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………
RIWAYAT HIDUP PENULIS…………………………………………………..
i
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR ………………………………………………………….. v
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….
DAFTAR TABEL………………………………………………………………..
DAFTAR BAGAN……………………………………………………………….
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………….
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………..
vii
xi
xii
xiii
xiv
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………....……... 1
1.1 Latar Belakang ………………………………………….................. 1
1.2 Tujuan ……………………………………………………............... 3
1.2.1 Tujuan Umum ……………………………………................ 3
1.2.2 Tujuan Khusus ……………………………………………… 3
1.3 Manfaat……………………………………………………………. 4
1.3.1 Bagi Seksi Gizi Dinkes Kabupaten Kuningan…..…............ 4
1.3.2 Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.................... 5
1.3.3 Bagi Mahasiswa…………………………………….............. 5
1.4 Ruang Lingkup Kegiatan Magang………………………………… 6
48
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………… 7
2.1 Zat Besi…………………………………………………………….. 7
2.1.1 Manfaat Zat Besi………………………..…………………… 8
2.1.2 Kebutuhan Zat Besi Pada Ibu Hamil…......…………………. 8
2.2 Program Tablet Besi…………..…………………………………… 9
2.2.1 Pemberian Tablet Besi Pada Ibu Hamil …………………… 9
2.2.2 Dosis dan Cara Pemberian…………………….....................
2.2.3 Distribusi……………………………………………………..
2.2.4 Pencatatan Pelaporan………………………………..............
2.2.5 Monitoring Kepatuhan……………………………………….
10
12
13
14
2.3 Evaluasi…………………………..………………………………… 14
2.3.1 Pengertian…………………………………………………… 14
2.3.2 Tujuan Evaluasi……………………..….…………………… 16
2.3.3 Metode Evaluasi…………………………..………………… 17
2.3.4 Model Pendekatan Evaluasi…………..……………............. 21
2.3.5 Tahapan Evaluasi…………...………………………………. 26
2.3.6 Ukuran Evaluasi……………………………………............. 29
BAB III Alur dan Jadwal Magang………………………………………………. 35
3.1 Alur Kegiatan Magang…………………………………….............. 35
3.2 Jadwal Magang…………………………………………………….. 36
BAB IV Hasil dan Pembahasan…………………………………………………. 39
4.1 Gambaran Umum Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten
49
Kuningan……………………………………………………………. 39
4.1.1 Wilayah Administrasi……….………………………………….. 39
4.1.2 Struktur Organisasi……………………………………………... 41
4.1.3 Tugas Pokok dan Fungsi…………………………..................... 43
4.1.4 Tenaga Gizi…………………………………………………….. 45
4.1.5 Program dan Target Program…………………………………... 47
4.1.6 Dana…………………………………………………………….. 48
4.2 Gambaran Program Tablet Besi (Fe) di Kabupaten Kuningan……… 48
4.2.1 Tablet Besi (Fe)………………………………………………… 48
4.2.2 Distribusi Tablet Besi Di Kabupaten Kuningan ………………. 50
4.2.3 Pemberian Tablet Besi Ke Ibu Hamil………………………….
4.2.4 Cakupan Pemberian Tablet Besi Ke Ibu Hamil………………..
4.3 Gambaran Target (Sasaran) Evaluasi Program Tablet Besi di Seksi
Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan……….………………..
54
54
58
4.4 Gambaran Kerangka Batasan Evaluasi Program Tablet Besi di Seksi
Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan ……...…………………
4.5 Gambaran Desain (Metode) Evaluasi Program Tablet Besi di Seksi
Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan …………………………
4.6 Gambaran Rencana Pelaksanaan dan Instrumen Evaluasi Program
Tablet Besi di Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan……
4.7 Gambaran Cara Pengamatan, Pengukuran dan Analisis Evaluasi
Program Tablet Besi di Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten
60
61
64
50
Kuningan…………………………………………………………..
4.8 Gambaran Pembuatan Kesimpulan dan Pelaporan Hasil Evaluasi
Program Tablet Besi di Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten
Kuningan…………………………………………………………..
67
68
BAB V Kesimpulan dan Saran…………………………………………………. 70
5.1 Kesimpulan………………………………………………………… 70
5.2 Saran………………………………………………………………..
Daftar Pustaka…………………………………………………………………….
Lampiran
72
73
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
2.1
3.1
Kandungan zat besi pada suplemen ibu hamil………
Jadwal Kegiatan Magang…………………………….
11
36
4.1 Wilayah Administrasi Per Kecamatan Di Kabupaten
Kuningan tahun 2010………………………………..
40
4.2 Program dan Target Program Gizi tahun 2010…….. 48
4.3 Kandungan Zat Besi Pada Tablet Besi Swasta……… 49
4.4 Cakupan Pemberian Tablet Fe I dan Fe III Per
Puskesmas Tahun 2010……………………………..
56
51
DAFTAR BAGAN
Nomor Bagan Halaman
2.1
3.1
4.1
4.2
Jalur Distribusi Tablet Besi (Fe)...........................
Alur Kegiatan Magang……………………………..
Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten
Kuningan……………………………………………
Alur Distribusi Tablet Fe Di Kabupaten Kuningan...
12
35
42
53
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Halaman
2.1
4.1
4.2
Daur Evaluasi……………………………………………..
Formulir Daftar Kebutuhan Program Gizi Tahun 2010…..
Format Laporan Fe Puskesmas…………………………..
28
51
66
52
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Magang/PKL
Lampiran 2 Surat Izin Magang/PKL
Lampiran 3 Format LB3
Lampiran 4 Rekapitulasi Cakupan Tablet Fe Pada Ibu Hamil Di Kabupaten
Kuningan Tahun 2010
Lampiran 5 Grafik Cakupan Tablet Fe Pada Ibu Hamil Di Kabupaten Kuningan
Tahun 2008-2010
53
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia.
Kecukupan gizi sangat diperlukan oleh setiap individu, sejak janin yang masih di
dalam kandungan, bayi, anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut. Ibu
atau calon ibu merupakan kelompok rawan, karena membutuhkan gizi yang cukup
sehingga harus dijaga status gizi dan kesehatannya, agar dapat melahirkan bayi yang
sehat (Depkes, 2008). Zat besi merupakan salah satu kebutuhan gizi yang harus
dipenuhi oleh ibu hamil, karena jika tidak terpenuhi akan menyebabkan anemia.
Sampai saat ini anemia gizi masih merupakan masalah gizi utama yang
diderita oleh ibu hamil dan wanita pada umumnya. Anemia pada ibu hamil
meningkatkan risiko terjadinya keguguran, lahir sebelum waktunya, melahirkan
bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), lahir mati dan kematian perinatal.
Ibu hamil yang menderita anemia dapat mengalami kegagalan jantung, yang dapat
menimbulkan kematian (Depkes, 2008).
Masalah kesehatan ibu perlu segera diatasi karena derajat kesehatan ibu
sangat menentukan kualitas sumber daya manusia pada masa yang akan datang
(Depkes, 1998). Penanggulangan masalah anemia gizi besi saat ini masih terfokus
54
pada pemberian tablet besi (Fe) atau yang lebih dikenal masyarakat sebagai tablet
tambah darah. Ibu hamil mendapat tablet tambah darah 90 tablet selama
kehamilannya (Kemenkes, 2010).
Suplementasi pemberian tablet besi dalam program penanggulangan anemia
gizi telah dikaji dan diuji secara ilmiah efektifitasnya apabila dilaksanakan sesuai
dengan dosis dan ketentuan. Namun, program pemberian tablet besi pada wanita
hamil yang menderita anemia kurang menunjukan hasil yang nyata. Hal ini
disebabkan oleh dua hal, yaitu : 1). Kepatuhan minum tablet besi yang tidak
optimal; dan 2). Status besi Wanita Usia Subur (WUS) sebelum hamil sangat
rendah, sehingga jumlah tablet besi yang dikonsumsi tidak cukup untuk
meningkatkan Hemoglobin (Hb) dan simpanan besi (Depkes, 2002).
Berdasarkan laporan provinsi dari tahun 2009, cakupan pemberian tablet
besi (Fe) pada ibu hamil rata-rata nasional adalah 68,5%. Menurut data Riskesdas
(2007) cakupan pemberian tablet besi (Fe) pada ibu hamil di Propinsi Jawa Barat
adalah 68,6% (Kemenkes, 2010). Di Kabupaten Kuningan cakupan pemberian
tablet besi (Fe) pada ibu hamil pada tahun 2007 adalah 83,4% (Dinkes Kuningan,
2007). Target pemerintah tahun 2010 untuk cakupan tablet besi (Fe) adalah 90 %
(Depkes, 2004b).
Idealnya suatu kebijakan harus dimonitor dan dievaluasi secara berkala. Hal
ini penting untuk melakukan antisipasi ataupun koreksi terhadap perubahan
55
lingkungan dan perkembangan yang terjadi di masyarakat yang begitu kompleks
dan cepat (Depkes, 2004a).
Evaluasi program tablet besi (Fe) dibutuhkan untuk perencanaan ke depan
yang lebih baik. Oleh karena itu, melalui kegiatan magang ini penulis ingin
mengetahui gambaran pelaksanaan evaluasi program tablet besi (Fe) di Dinas
Kesehatan Kuningan tahun 2010.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Diketahuinya Gambaran Pelaksanaan Evaluasi Program Tablet Besi Bagi
Ibu Hamil di Kabupaten Kuningan tahun 2010.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran umum seksi gizi Dinas Kesehatan Kabupaten
Kuningan dan tenaga gizi di Puskesmas tahun 2010.
2. Diketahuinya gambaran program tablet besi (Fe) di Kabupaten
Kuningan tahun 2010.
3. Diketahuinya gambaran target/sasaran evaluasi program tablet besi (Fe)
di seksi gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan tahun 2010.
4. Diketahuinya gambaran kerangka batasan evaluasi program tablet besi
(Fe) di seksi gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan tahun 2010.
56
5. Diketahuinya gambaran desain (metode) evaluasi program tablet besi
(Fe) di seksi gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan tahun 2010.
6. Diketahuinya gambaran rencana pelaksanaan dan instrumen evaluasi
program tablet besi (Fe) di seksi gizi Dinas Kesehatan Kabupaten
Kuningan tahun 2010.
7. Diketahuinya gambaran cara pengamatan, pengukuran dan analisis
evaluasi program tablet besi (Fe) oleh seksi gizi Dinas Kesehatan
Kabupaten Kuningan tahun 2010.
8. Diketahuinya gambaran pembuatan kesimpulan dan pelaporan hasil
evaluasi program tablet besi (Fe) oleh seksi gizi Dinas Kesehatan
Kabupaten Kuningan tahun 2010.
1.3. Manfaat
1.3.1. Bagi Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan
1. Membantu evaluasi program/kegiatan di wilayah kerja Dinas Kesehatan
Kabupaten Kuningan.
2. Hasil laporan ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada Seksi Gizi
Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan untuk meningkatkan
perencanaan dan evaluasi program Tablet Besi Bagi Ibu Hamil dalam
rangka mencegah masalah yang diakibatkan karena kekurangan Fe bagi
Ibu Hamil di wilayah Kabupaten Kuningan.
57
1.3.2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
1. Terlaksananya salah satu dari upaya untuk mengimplementasikan Tri
Darma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian
masyarakat.
2. Terbinanya suatu jaringan kerjasama yang berkelanjutan dengan Dinas
Kesehatan Kabupaten Kuningan dalam upaya meningkatkan
keterkaitan dan kesepadanan antara substansi akademik dengan
kompetensi sumber daya yang kompetitif yang dibutuhkan dalam
pembangunan kesehatan masyarakat.
3. Meningkatkan kapasitas dan kualitas pendidikan dengan melibatkan
tenaga terampil di institusi magang.
4. Mendapat tambahan pustaka tentang pelaksanaan evaluasi program
Tablet besi Bagi Ibu Hamil di Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten
Kuningan.
1.3.3. Bagi Mahasiswa
1. Menambah khazanah kelimuan dan wawasan tentang pelaksanaan
evaluasi program tablet besi bagi ibu hamil di seksi gizi Dinas
Kesehatan Kabupaten Kuningan.
2. Mengaplikasikan ilmu atau teori yang telah diperoleh selama proses
belajar mengajar di bangku kuliah.
58
3. Mengetahui kondisi dan adaptasi dunia pekerjaan guna
mengembangakan kompetensi diri secara nyata dan aplikatif.
4. Mendapatkan pengalaman kerja dalam tim (team work) untuk
menyelesaikan permasalahan kesehatan di daerah terutama mengenai
evaluasi program tablet besi.
1.4 Ruang Lingkup Kegiatan Magang
Kegiatan magang ini dilaksanakan oleh mahasiswa semester VIII peminatan
gizi masyarakat, program studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Jakarta Syarif Hidayatullah dalam rangka
memenuhi kurikulum. Kegiatan ini dilaksanakan di Seksi Gizi Dinas Kesehatan
Kabupaten Kuningan pada tanggal 1 - 28 Februari 2011. Kegiatan magang ini
dilakukan untuk mendapatkan gambaran pelaksanaan evaluasi program tablet besi
bagi ibu hamil di Kabupaten Kuningan dengan cara melihat pelaksanaan evaluasi
program tablet besi bagi ibu hamil yang dilaksanakan oleh Seksi Gizi Dinas
Kesehatan Kabupaten Kuningan melalui observasi, wawancara, pengumpulan data
sekunder, dan lain-lain.
59
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Zat Besi (Fe)
Besi merupakan mineral makro yang paling banyak terdapat di dalam tubuh
manusia yaitu sebanyak 3-5 gram (Almatsier, 2006). Pada wanita dewasa terdapat
35-50 mg per kg berat badan (Poedjiadi, 2005).
Faktor peningkat absorpsi Fe :
a. Meat-fish-poultry (daging-ikan-unggas)
b. Vitamin C dapat membantu penyerapan besi non heme dengan merubah bentuk
ferri menjadi ferro
c. Adanya asam sitrat dan asam laktat dari makanan serta asam HCl dari lambung
juga membantu absorpsi Fe (Syafiq, 2006).
Faktor penghambat absorpsi Fe:
a. Fitat (dalam serelia) mengikat besi
b. Asam oksalat (dalam sayuran) mengikat besi
c. Kalsium dalam dosis tinggi menghambat penyerapan Fe, tetapi mekanismenya
belum diketahui pasti
d. Tanin (dalam teh dan kopi) dikonsumsi sebaiknya 1-2 jam setelah makan agar
tidak mengganggu penyerapan Fe (Syafiq, 2006).
60
2.1.1 Manfaat Zat Besi
Besi mempunyai beberapa fungsi esensial didalam tubuh, yaitu: sebagai
alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut
elektron di dalam sel, dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di
dalam jaringan tubuh (Almatsier, 2006).
2.1.2 Kebutuhan Zat Besi Pada Ibu Hamil
Kebutuhan wanita hamil akan zat besi meningkat (untuk pembentukan
plasenta dan sel darah merah) sebesar 200-300%. Perkiraan besaran zat besi
yang perlu ditimbun selama hamil ialah 1040 mg. Dari jumlah ini, 200 mg Fe
tertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan 840 mg sisanya hilang. Sebanyak
300 mg besi ditransfer ke janin, dengan rincian 50-75 mg untuk pembentukan
plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah sel darah merah, dan 200 mg lenyap
ketika melahirkan. Jumlah sebanyak ini tidak mungkin tercukupi hanya melalui
diet. Oleh karena itu, suplementasi zat besi perlu sekali diberlakukan, bahkan
pada wanita yang bergizi baik. Kebutuhan akan zat besi selama trimester I
relatif sedikit, yaitu 0,8 mg sehari, yang kemudian meningkat tajam selama
trimester II dan III hingga 6,3 mg sehari (Arisman, 2004). Kebutuhan zat besi
pada wanita hamil adalah 4,0 mg/hari (Depkes, 2002).
61
2.2 Program Tablet Besi (Tablet Tambah Darah)
Penanggulangan anemia defisiensi besi oleh pemerintah Indonesia sejak
Pelita II sampai saat ini adalah Tablet Besi atau lebih dikenal dengan sebutan Tablet
Tambah Darah (Depkes, 1997). Selain itu, suplementasi tablet besi merupakan cara
yang efektif karena kandungan besinya padat dan dilengkapi dengan asam folat
yang sekaligus dapat mencegah dan menanggulangi anemia akibat kekurangan asam
folat (Depkes, 1999).
2.2.1 Pemberian Tablet Besi Pada Ibu Hamil
Tablet besi adalah tablet tambah darah untuk menanggulangi Anemia Gizi
Besi yang diberikan kepada ibu hamil. Cakupan ibu hamil mendapat tablet Fe
adalah cakupan Ibu hamil yang mendapat 90 tablet Fe selama periode
kehamilannya di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu (Depkes, 2004b).
Untuk rumus perhitungannya yaitu:
Sumber Data diperoleh dari Kohort LB3 Ibu, PWS-KIA, Perkiraan
sasaran ibu bersalin di wilayah kerja yang sama dihitung dengan formula 1.05
x CBR wilayah kerja yang sama x jumlah penduduk di wilayah kerja yang sama
(Depkes, 2004b).
62
Menurut Depkes (2004) target pemerintah tahun 2010 untuk cakupan
tablet besi (Fe) adalah 90%. Untuk mencapai target tersebut maka langkah-
langkah yang digunakan dalam kegiatan pemberian tablet besi bagi ibu hamil
adalah :
1) Pendataan Sasaran Ibu Hamil (baseline data);
2) Perencanaan kebutuhan tablet Fe (zat besi);
3) Pengadaan dan pendistrubusian tablet Fe;
4) Penggandaan Buku Pedoman dan Juknis;
5) Monitoring dan Evaluasi.
Pemberian tablet besi pada ibu hamil disertai dengan penyuluhan atau
pemberian informasi tentang anemia dan tablet besi (Depkes, 2002).
2.2.2 Dosis dan Cara Pemberian
Dosis pencegahan diberikan kepada kelompok sasaran tanpa pemeriksaan
kadar Hb, ibu hamil sampai masa nifas meminum sehari 1 tablet (60 mg besi
elemental dan 0,25 mg asam folat) berturut-turut selama minimal 90 hari masa
kehamilannya sampai 42 hari setelah melahirkan. Sedangkan dosis pengobatan
diberikan pada sasaran yang anemia yaitu bila kadar Hb < 11 gram%, maka
diberikan 3 tablet sehari selama 90 hari pada kehamilannya sampai 42 hari
setelah melahirkan. Bila belum ada perbaikan segera dirujuk untuk
mendapatkan pelayanan lebih lanjut. Diharapkan agar setiap hamil yang datang
ke puskesmas diperiksa kadar Hb-nya (Depkes, 1999).
63
Sebaiknya ibu hamil mulai minum tablet besi (Fe) begitu mengetahui
hamil dan setiap hari satu tablet paling sedikit 90 tablet selama masa
kehamilannya. Lebih baik bila lebih dari 90 hari sampai melahirkan (Depkes,
2002).
Pada beberapa orang, pemberian tablet besi dapat menimbulkan gejala-
gejala seperti mual, nyeri di daerah lambung, muntah, dan kadang-kadang
terjadi diare atau sulit buang air. Untuk mencegah timbulnya gejala tersebut,
dianjurkan agar tablet besi diminum dengan air putih setelah makan pada
malam hari. Setelah minum tablet besi, kotoran (tinja) akan menjadi hitam, hal
ini sama sekali tidak membahayakan. Untuk penyerapan besi, tidak dianjurkan
minum tablet besi bersama-sama dengan susu, teh, kopi atau obat maag
(Depkes, 1999).
Setiap tablet besi (Fe) mengandung 200 mg sulfas ferosus (yang setara
dengan 60 mg besi elemental) dan 0,25 mg asam folat. Besarnya kandungan
besi ini telah mendapatkan kesepakatan dari kalangan ahli (Depkes, 2002).
Tabel 2.1
Kandungan zat besi pada suplemen ibu hamil
Merk Suplemen Kandungan Zat Besi
Tablet tambah darah untuk ibu
hamil dari puskesmas
200 mg ferro sulfat eksikatus
Samcobion 250 mg ferrous fumarate
Ramabion 300 mg ferro fumarat
Etabion 250 mg ferro glukonat
Obimin AF 90 mg ferro glukonat
Sumber : Rochayati (2008)
64
Walaupun kandungan zat besinya berbeda, tablet tambah darah atau tablet
besi tidak akan menyebabkan tekanan darah tinggi dan kebanyakan darah
(Depkes, 1997).
2.2.3 Distribusi
Distribusi yang dimaksud disini adalah pengiriman tablet besi dari tingkat
pusat sampai ke tempat-tempat sasaran pelayanan dimana tablet besi diberikan
langsung ke sasaran (Depkes, 1999).
Bagan 2.1 Jalur Distribusi Tablet Besi (Fe)
Tk.Pusat
Tk.Provinsi/Dati I
Tk. Kabupaten
Tk.Kecamatan
Tk.Desa
Masyarakat
Sumber : Depkes,1999
Produsen
Bidan di
Desa/polindes
Gd.farmasi Kab/kodya
Puskesmas
Posyandu
Sasaran
Pos Obat
Desa
Pustu
65
Tenaga pelaksana distribusi tablet besi (Fe),yaitu petugas puskesmas,
bidan di desa, kader, dukun bayi, dan tenaga lainnya (Depkes, 2008).
2.2.4 Pencatatan Pelaporan
Menurut Depkes (1999) pencatatan distribusi tablet besi pada beberapa
tingkat administrasi kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Posyandu
Pemberian tablet besi untuk ibu hamil sampai masa nifas yang dilakukan di
posyandu di catat dalam “Buku Bantu Ibu Hamil”. Pencatatan di posyandu
dilakukan oleh kader, kemudian direkapitulasi oleh bidan di desa atau
petugas pustu.
2. Desa
Pemberian tablet besi kepada kelompok sasaran dilakukan pula oleh bidan
di desa/Polindes (Pondok Bersalin Desa), petugas Pustu (Puskesmas
Pembantu) serta dicatat pada “Register Kohort Ibu”. Hasil rekapitulasi
dilaporkan ke puskesmas.
3. Puskesmas
Petugas/bidan/pelaksana KIA dan Gizi memberikan tablet besi kepada ibu
hamil sampai nifas di Puskesmas serta dicatat pada “Register Kohort Ibu”.
Rekapitulasi dilakukan oleh bidan (pelaksana KIA) dan atau petugas gizi
66
Puskesmas berdasarkan hasil dari posyandu dan desa serta ditambah dengan
hasil yang dilaksanakan oleh puskesmas sendiri dalam “Register Gizi”.
2.2.5 Monitoring Kepatuhan
Menurut Depkes (1999), monitoring kepatuhan konsumsi tablet besi
yaitu :
Terjadinya perubahan warna hitam pada tinja menunjukan bahwa sasaran
minum tablet besi, adanya Fe dalam tinja dapat diketahui juga dengan tes
Afifi.
Dengan membawa kemasan kembali kepada petugas, menunjukan berapa
jumlah tablet besi yang telah dikonsumsi oleh sasaran.
Supervisi dan monitoring berlaku untuk melihat apakah tablet besi betul-
betul dikonsumsi oleh sasaran.
Dengan melihat perkembangan kesehatan kelompok sasaran, dapat
diketahui juga apakah sasaran mengkonsumsi tablet besi.
2.3 Evaluasi
2.3.1 Pengertian
Evaluasi merupakan kegiatan lebih lanjut dari kegiatan pengukuran dan
pengembangan indikator. Oleh karena itu, dalam melakukan evaluasi harus
67
berpedoman pada ukuran-ukuran dan indikator yang telah disepakati dan
ditetapkan. Evaluasi juga merupakan suatu proses umpan balik atas kinerja
masa lalu yang berguna untuk meningkatkan produktivitas dimasa datang,
sebagai suatu proses yang berkelanjutan, evaluasi menyediakan informasi
mengenai kinerja dalam hubungannya terhadap tujuan dan sasaran
(Notoatmodjo, 2003).
Evaluasi adalah suatu usaha untuk mengukur dan memberi nilai secara
objektif pencapaian hasil-hasil yang telah direncanakan sebelumnya. Hasil
evaluasi dimaksudkan menjadi umpan balik untuk perencanaan kembali
(Aji,1990). Evaluasi adalah bagian integral (terpadu) dari proses manajemen,
untuk mengetahui apakah yang telah dilakukan telah berjalan sesuai dengan
rencana dan memberikan hasil seperti yang diharapkan (Notoatmodjo, 2005).
Evaluasi adalah prosedur penilaian pelaksanaan/hasil kerja/dampak secara
sistematik, membandingkannya dengan standar dan mengikuti
kriteria/metode/tujuan tertentu guna menilai dan pengambilan keputusan
selanjutnya (Prayitno, 1997). Sedangkan menurut Notoatmodjo (2007) evaluasi
adalah membandingkan antara hasil yang telah dicapai oleh suatu program
dengan tujuan yang direncanakan.
Evaluasi program merupakan evaluasi terhadap kinerja program,
sebagaimana diketahui bahwa program dapat didefinisikan sebagai kumpulan
kegiatan-kegiatan nyata, sistematis dan terpadu yang dilaksanakan oleh satu
68
atau beberapa instansi pemerintah ataupun dalam rangka kerjasama dengan
masyarakat, atau yang merupakan partisipasi aktif masyarakat, guna mencapai
sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi program merupakan hasil
kumulatif dari berbagai kegiatan (Mac Kenzie, 2007).
Evaluasi program gizi dilakukan untuk menilai kemajuan kegiatan dan
hasil yang dicapai dalam upaya peningkatan gizi masyarakat yang dilakukan
oleh masing-masing wilayah/daerah (Depkes, 2008).
2.3.2 Tujuan Evaluasi
Menurut Prayitno (1997) tujuan evaluasi yaitu :
a. Sebagai alat untuk memperbaiki kebijaksanaan pelaksanaan program dan
perencanaan program yang akan datang.
b. Sebagai alat untuk memperbaiki alokasi sumber daya.
c. Sebagai alat untuk memperbaiki pelaksanaan suatu kegiatan yang sedang
berjalan.
d. Sebagai alat untuk mengadakan perencanaan kembali yang lebih baik
daripada suatu program.
Tujuan utama dari penilaian/evaluasi adalah agar hasil penilaian tersebut
dapat dipakai sebagai umpan balik untuk perencanaan sebelumnya
(Muninjaya,2004).
69
2.3.3 Metode Evaluasi
Berdasarkan waktunya evaluasi/penilaian, maka penilaian dapat
dilakukan sebagai berikut:
a. Penilaian rutin (concurrent evaluation atau progress report). Dalam setiap
program penilaian rutin ini hendaknya merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari program tersebut. Dengan demikian, penilaian akan berjalan
berkesinambungan dan teratur, serta bersamaan dengan pelaksanaan program
itu sendiri. Penilaian dilakukan oleh staf program dalam bentuk progres
report, dengan cara ini perbaikan-perbaikan pun dilakukan sejak awal.
Demikian pula kekuatan-kekuatan dari program dapat segera didapatkan dan
dapat diterapkan dalam melanjutkan program tersebut. Penilaian meliputi
semua aspek program, termasuk reaksi masyarakat terhadap program
tersebut.
b. Penilaian Berkala (periodical evaluation), yaitu penilaian yang dilakukan
pada setiap akhir dari suatu bagian tertentu dari program, seperti tiap enam
bulan, satu tahun, dua tahun, dan sebagainya.
c. Penilaian khusus (ad-hoc evaluation), yaitu penilaian yang dilakukan setiap
saat yang diperlukan.
d. Penilaian akhir (terminal evaluation), yaitu penilaian yang dilakukan pada
akhir suatu program atau beberapa waktu sesudah akhir suatu program. Jadi
ini merupakan penilaian terhadap pencapaian tujuan akhirnya
(Mubarak,2009).
70
Menurut Notoatmodjo (2003) evaluasi suatu program kesehatan masyarakat
dilakukan terhadap tiga hal, yakni evaluasi terhadap proses pelaksanaan
program, evaluasi terhadap hasil program, dan evaluasi terhadap dampak
program.
a. Evaluasi proses ditujukan terhadap pelaksanaan program yang menyangkut
penggunaan sumber daya, seperti tenaga, dana dan fasilitas lain.
b. Evaluasi hasil program ditujukan untuk menilai sejauh mana program
tersebut berhasil, yakni sejauh mana tujuan-tujuan yang telah ditetapkan
tercapai.
c. Evaluasi dampak program ditujukan untuk menilai sejauh mana program itu
mempunyai dampak terhadap peningkatan kesehatan masyarakat.
Menurut Mantra dalam Santri (2010) secara umum evaluasi dapat
dibedakan atas beberapa tahap yaitu:
a. Evaluasi pada tahap awal program
Evaluasi yang dilakukan pada tahap pengembangan program sebelum
program dimulai. Evaluasi ini akan menghasilkan informasi yang akan di
pergunakan untuk mengembangkan program agar program dapat lebih sesuai
dengan situasi dan kondisi sasaran.
71
b. Evaluasi pada tahap proses
Evaluasi yang dilakukan disini adalah pada saat program sedang
dilaksanakan. Tujuannya adalah untuk mengukur apakah program yang
sedang berjalan telah sesuai dengan rencana atau tidak atau apakah telah
terjadi penyimpangan yang dapat merugikan pencapaian tujuan dari program.
c. Evaluasi pada akhir program
Evaluasi yang dilakukan pada saat program telah selesai dilaksanakan dengan
tujuan untuk memberikan pernyataan efektifitas atau tidaknya suatu program
selama kurun waktu tertentu. Sehingga dapat dipergunakan dalam
pengambilan keputusan untuk merencanakan dan mengalokasikan resources.
d. Evaluasi dampak program
Evaluasi yang menilai keseluruhan efektifitas program dalam menghasilkan
perubahan sikap dan perilaku pada target sasaran, evaluasi dampak
merupakan kebalikan dari penilaian kebutuhan program. Evaluasi kebutuhan
menentukan kebutuhan suatu program sedangkan penilaian dampak akan
menentukan tingkat kebutuhan yang nyata setelah diintervensi oleh program
kesehatan.
Sedangkan menurut Muninjaya (1999) jenis evaluasi sebagai berikut :
72
a. Evaluasi terhadap input biasanya dilaksanakan sebelum kegiatan program
dimulai untuk mengetahui pemilihan sumber daya sudah sesuai dengan
kebutuhan.
b. Evaluasi proses dilaksanakan pada saat kegiatan sedang berlangsung untuk
mengetahui efektifitas metode yang dipilih, dan sebagainya.
c. Evaluasi terhadap output dilaksanakan setelah pekerjaan selesai untuk
mengetahui output, effect, atau outcome program sudah sesuai dengan target
yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dilihat dari implikasi hasil evaluasi bagi suatu program, dibedakan
adanya jenis evaluasi, yakni evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi
formatif dilakukan untuk mendiagnosis suatu program yang hasilnya digunakan
untuk pengembangan atau perbaikan program. Biasanya evaluasi formatif
dilakukan pada proses program (program masih berjalan). Sedangkan evaluasi
sumatif adalah suatu evaluasi yang dilakukan untuk menilai hasil akhir dari
suatu program. Biasanya evaluasi sumatif ini dilakukan pada waktu program
telah selesai (akhir program). Meskipun demikian pada prakteknya, evaluasi
program sekaligus mencakup kedua tujuan tersebut (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Prayitno (1997), berdasarkan waktunya evaluasi dapat
digolongkan menjadi :
a. Evaluasi Formatif
Yaitu evaluasi yang dilakukan pada saat pelaksanaan kegiatan program
masih sedang berlangsung, dikelompokan dalam dua bentuk :
73
- Critical Review Evaluation, yaitu evaluasi untuk menilai suatu
program belum dilaksanakan.
- Midterm Evaluation, yaitu evaluasi pada saat program sedang
dikerjakan, ada dua bentuk :
Evaluasi proses yaitu evaluasi untuk menilai proses/kegiatan.
Evaluasi monitoring yaitu evaluasi untuk berjalannya suatu
program.
b. Evaluasi Sumatif
Yaitu evaluasi yang dilakukan pada saat kegiatan program sudah selesai
dilakukan, dikelompokan dalam dua bentuk :
- Evaluasi output yaitu evaluasi untuk menilai hasil kegiatan program.
- Evaluasi dampak/outcome yaitu evaluasi untuk menilai dampak dari
hasil pelaksanaan program.
2.3.4 Model Pendekatan Evaluasi
Menurut Tayibnapis (2008) model-model dalam evaluasi yaitu sebagai
berikut :
1. Model CIPP
Contect evaluation to serve planning decision
Konteks evaluasi ini membantu merencanakan keputusan, menentukan
kebutuhan yang akan dicapai oleh program, dan merumuskan tujuan
program.
74
Input evaluation, structuring decision
Evaluasi ini menolong pengatur keputusan, menentukan sumber-sumber
yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk
mencapai kebutuhan, serta bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya.
Process Evaluation
Evaluasi proses untuk mengimplementasikan keputusan.
Product evaluation, to serve recycling decision
Evaluasi produk untuk menolong keputusan selanjutnya. Apa hasil yang
telah dicapai.
2. Model UCLA
System assessment
Memberikan informasi tentang keadaaan atau posisi sistem.
Program planning
Membantu pemilihan program tertentu yang mungkin akan berhasil
memenuhi kebutuhan program.
Program implementation
Menyiapkan informasi apakah program sudah diperkenalkan kepada
kelompok tertentu yang tepat.
Program improvement
Memberikan informasi tentang bagaimana program berfungsi, bagaimana
program bekerja, apakah sudah mencapai tujuan, adakah masalah-
masalah baru yang muncul tak terduga.
75
Program certification
Memberi informasi tentang nilai atau guna program.
3. Model Brinkerhoff
Fixed vs Emergent Evaluation Design
Desain evaluasi fixed ditentukan dan direncanakan sebelum implementasi
dikerjakan.
Desain evaluasi emergent dibuat untuk beradaptasi dengan pengaruh dan
situasi yang sedang berkembang.
Formative vs Summative Evaluation
Evaluasi formatif dilaksanakan selama program berjalan untuk
memberikan informasi yang berguna kepada pemimpin program untuk
perbaikan program. Sedangkan evaluasi sumatif adalah suatu evaluasi
yang dilakukan untuk menilai hasil akhir dari suatu program. Biasanya
evaluasi sumatif ini dilakukan pada waktu program telah selesai (akhir
program).
Experimental and quasi Experimental vs Natural/Unobtrusive Inquiry
Dalam desain penelitian Natural Inquiry, evaluator menghabiskan banyak
waktu untuk mengamati dan berbicara dengan audiensi yang relevan.
4. Model Stake atau Model Countenance
Hal yang paling penting dalam model ini ialah bahwa evaluator yang
membuat penilaian tentang program yang dievaluasi.
Menurut Notoatmodjo (2005) desain evaluasi sebagai berikut:
76
1. Historikal, dengan merekonstruksi kejadian di masa lalu secara objektif dan
tepat dikaitkan dengan hipotesis atau asumsi.
2. Deskriptif, melakukan penjelasan secara sistematis suatu situasi atau hal
yang menjadi perhatian secara faktual dan tepat.
3. Studi perkembangan (developmental study), menyelidiki pola dan urutan
perkembangan atau perubahan menurut waktu.
4. Studi kasus atau lapangan (case atau field study), meneliti secara intensif
latar belakang status sekarang, dan interaksi lingkungan dari suatu unit
sosial, baik perorangan, kelompok, lembaga atau masyarakat.
5. Studi korelasional (corelational study), meneliti sejauh mana variasi dari
suatu faktor berkaitan dengan variasi dari satu atau lebih faktor lain
berdasarkan koefisien tertentu.
6. Studi sebab akibat (causal comparative study), yang menyelidiki
kemungkinan hubungan sebab-akibat dengan mengamati berbagai
konsekuensi yang ada dan menggalinya kembali melalui data untuk faktor
menjelaskan penyebabnya.
7. Eksperimen murni (true experimental), yang menyelidiki kemungkinan
hubungan sebab-akibat dengan membuat satu kelompok percobaan atau
lebih terpapar akan suatu perlakuan dan membandingkan hasilnya dengan
77
satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak menerima perlakuan. Pemilihan
kelompok dilakukan secara sembarang (random).
8. Eksperimen semu (quasi experimental), merupakan cara yang mendekati
eksperimen, tetapi dimana kontrol tidak ada dan manipulasi tidak bisa
dilakukan.
9. Riset aksi (action research), bertujuan mengembangkan pengalaman baru
melalui aplikasi langsung di berbagai kesempatan.
Menurut Tayibnapis (2008) pendekatan dalam evaluasi program adalah sebagai
berikut :
a. Pendekatan Eksperimental
Evaluasi yang berorientasi pada penggunaan experimental science dalam
program evaluasi, tujuannya untuk memperoleh kesimpulan yang bersifat
umum tentang dampak suatu program tertentu yang mengontrol
sebanyak-banyaknya faktor dan mengisolasi pengaruh program.
b. Pendekatan yang Berorientasi pada Tujuan (Goal Oriented Approach)
Pendekatan ini memakai tujuan program sebagai kriteria untuk
menentukan keberhasilan.
c. Pendekatan yang Berfokus kepada Keputusan (The Decision Focused
Approach)
Pendekatan ini menekankan pada peranan informasi sistemik untuk
pengelola program dalam menjalankan tugasnya.
78
d. Pendekatan yang Berorientasi kepada Pemakai (The User Oriented
Approach)
Elemen yang paling penting pada pendekatan ini adalah keterlibatan
pemakai yang potensial selama evaluasi berlangsung. Evaluator
menekankan usaha pada pemakai dan cara pemakaian informasi.
Kelebihan pendekatan ini ialah perhatiannya terhadap individu yang
berurusan dengan program dan perhatiannya terhadap informasi yang
berguna untuk individu tersebut.
e. Pendekatan yang Responsif (The Responsive Approach)
Evaluasi responsif ditandai oleh ciri-ciri penelitian kualitatif, elemen
yang paling penting dalam pendekatan responsif ialah pengumpulan dan
menyintesis data.
2.3.5 Tahapan Evaluasi
Menurut Notoatmodjo (2007) langkah-langkah dalam evaluasi/penilaian
adalah sebagai berikut :
1. Menentukan tujuan evaluasi
Tujuan dari evaluasi harus dimengerti, sebab hal ini mempengaruhi bagian
apa dari program yang perlu diamati, selanjutnya mempengaruhi pula macam
informasi yang akan dikumpulkan.
2. Menentukan bagian apa dari program yang akan dievaluasi
Apakah yang dievaluasi masukannya, proses, keluaran, atau dampaknya, atau
kombinasi dari bagian-bagian tersebut.
79
3. Mengumpulkan data awal (base line data)
Data ini dapat dipergunakan sebagai pembanding, antara sebelum diadakan
suatu kegiatan dengan situasi sesudah diadakan kegiatan. Data awal yang
diperlukan bergantung pada apa yang akan dinilai dan maksud penilaian.
4. Mempelajari tujuan program
Tujuan program merupakan syarat penting suatu program, agar penilaian
dapat dilakukan dengan baik. Tujuan harus dapat diukur dan jelas. Tujuan
dapat dirumuskan menjadi tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang.
Tujuan jangka pendek adalah tujuan yang ingin dicapai dalam waktu dekat,
merupakan loncatan untuk bisa sampai pada tujuan jangka menengah. Tujuan
jangka menengah untuk bisa sampai pada tujuan yang harus dicapai dulu,
untuk bisa mencapai tujuan jangka panjang. Tujuan jangka panjang
merupakan tujuan akhir dari sebuah program.
5. Menentukan tolok ukur (indikator)
Perlu ditetapkan patokan apa yang akan digunakan sebagai dasar
pengukuran. Dengan kata lain, harus ditentukan apa yang akan diukur.
6. Menentukan cara menilai, alat penilaian, dan sumber datanya
7. Mengumpulkan data
8. Mengolah dan menyimpulkan data yang didapat.
9. Feedback (umpan balik) dan saran-saran kepada program yang akan dinilai.
Menurut Prayitno (1997) tahapan evaluasi sebagai berikut :
a. Kegiatan berpikir konsepsual :
80
- Formulasi tujuan, sasaran dan manfaat evaluasi.
- Formulasi sumber dan jenis informasi yang diperlukan.
- Formulasi kriteria evaluasi.
- Formulasi model/kerangka kerja/rancang bangun.
b. Kegiatan operasional :
- Pengumpulan data/informasi.
c. Kegiatan penilaian :
- Formulasi derajat keberhasilan.
- Formulasi dan identifikasi masalah.
- Formulasi faktor penunjang & penghambat.
d. Kegiatan tindak lanjut :
- Formulasi/rekomendasi tindakan pemecahan masalah.
- Feed back tentang kebutuhan informasi tambahan.
- Feed back hasil evaluasi kepada pengguna.
- Follow up/corrective action/tindakan perbaikan.
Gambar 2.1 Daur Evaluasi
Menentukan apa
yang akan
dievaluasi
Mengembangkan
kerangka batasan
Merancang
desain
(metode)
Menyusun
rencana dan
instrumen
Melakukan
pengamatan,
pengukuran dan
analisis
Membuat kesimpulan
dan pelaporan
81
Sumber: Notoatmodjo, 2005
Keenam langkah evaluasi dalam gambar 2.1 tersebut dapat dipadatkan
menjadi 2 langkah terpenting yaitu : (1) menetapkan apa (fokus) yang akan
dievaluasi, dan (2) merancang metode (cara) melaksanakannya (Notoatmodjo,
2005).
2.3.6 Ukuran Evaluasi
Kegiatan dalam evaluasi, dimensi pengukuran kinerjanya harus
ditentukan dengan jelas, yaitu meliputi ketepatan dan kesesuaian, efektifitas dan
efisiensi, serta pertimbangan keadilan. Ketepatan dan kesesuaian memandang
kinerja dengan apakah tindakan-tindakan yang diambil sudah sesuai dengan
permasalahan yang ada, sehingga tidak terjadi pemborosan sumber daya yang
terbatas tersebut. Dengan menggunakan asumsi ketepatan, maka program yang
dipertimbangkan ukurannya dan cakupannya cukup untuk membuat suatu
perbedaan yang berarti. Ukuran-ukuran efektifitas dan efisiensi merupakan alat
utama dasar evaluasi program. Efektifitas diartikan sebagai penyelesaian suatu
program dalam kaitannya dengan kebutuhan atau perhatian. Sedangkan
efisiensi dan efektifitas biaya adalah sering kali berhubungan dengan hasil
terhadap input atau rasio output terhadap input (Reinke, 1994).
Menurut Denitson dalam Azwar (1996) terdapat empat macam ukuran
evaluasi yakni :
82
- Appropriateness yakni mengukur kelayakan hasil atau kelayakan pengaruh
dari dilakukannya suatu program.
- Adequacy yakni mengukur program dan hasil yang diperoleh dengan melihat
sesuai atau tidaknya dengan masalah yang ingin dihadapi oleh pelaksanaan
program.
- Effectiveness yakni mengukur suatu hasil yang diperoleh dengan
membandingkannya terhadap tujuan yang telah ditetapkan.
- Efficiency yakni mengukur suatu hasil yang diperoleh dengan
memperhatikan input yang dipergunakan. Jika perbandingan input dan
output baik, maka program dianggap efisien. Jadi jika pembiayaannya besar
sedangkan hasilnya kecil (meskipun sesuai tujuan) dianggap tidak efisien.
Menurut James dalam Azwar (1996) ukuran evaluasi dibedakan menjadi
empat macam yakni :
- Evaluasi terhadap usaha (evaluation of effort) yakni terhadap aktivitas yang
dilaksanakan oleh suatu fasilitas kesehatan dibandingkan terhadap
keseluruhan aktivitas yang harusnya dilaksanakan.
- Evaluasi terhadap penampilan (evaluation of performance) yakni mengukur
apakah hasil yang dicapai oleh suatu usaha telah cukup memuaskan atau
tidak.
83
- Evaluasi terhadap ketepatan dari penampilan (adequacy of performance)
yakni mengukur apakah hasil yang dicapai oleh suatu usaha dapat
menyelesaikan masalah yang ditemukan dimasyarakat atau tidak.
- Evaluasi terhadap efisiensi (evaluation of efficiency) yakni mengukur suatu
hasil yang diperoleh dengan membandingkan terhadap input atau biaya yang
dipergunakan.
Menurut Prayitno (1997) kriteria evaluasi adalah sebagai berikut :
1. Relevansi
Relevansi dipakai untuk memeriksa rasionalisasi relevansi suatu program
yaitu memeriksa relevansi antara: masalah, kebijaksanaan, tujuan, kegiatan, unit
kerja, dan sebagainya.
Relevansi juga dapat dipakai untuk menilai pengadaan atau penghentian
suatu program. Relevansi bersifat kualitatif atau intuitif.
a. Adanya dasar yang kuat pengadaan/pelaksanaan program antara lain :
- Adanya relevansi sosial :
Tujuan program sesuai dengan tujuan nasional kesehatan.
Terdapatnya kontribusi yang jelas dari program tersebut
terhadap kesehatan masyarakat.
Metodenya cukup sederhana.
84
Program tersebut dapat menjawab kebutuhan masyarakat.
- Adanya akibat negatif bila program tidak ada.
b. Adanya dasar yang kuat untuk menghentikan program :
- Bila masalahnya sudah hilang.
- Usaha yang dilakukan tidak memberikan hasil.
2. Tingkat kecukupan (adequacy)
Tingkat kecukupan menggambarkan kecukupan perhatian terhadap
pelaksanaan suatu program dan menunjukan seberapa banyak masalah telah
dapat diatasi.
a. Tingkat kecukupan sejumlah kegiatan (adequacy of effort):
Jumlah kegiatan yang dilaksanakan x 100%
Jumlah kegiatan yang dibutuhkan
b. Tingkat kecukupan aktivitas dan pencapaian (adequacy of performance):
Jumlah hasil (pencapaian kegiatan) x 100%
Coverage
Coverage adalah perkiraan/jumlah hasil yang seharusnya dapat dicapai
dari pelaksanan program.
3. Ukuran tingkat kemajuan (progress)
85
Ukuran tingkat kemajuan adalah penilaian dengan cara membandingkan
rencana/kenyataan suatu program secara berkala pada waktu program sedang
berjalan, untuk mengetahui :
- Monitoring tingkat kemajuan pelaksanaan.
- Identifikasi dan koreksi hambatan pelaksanaan.
Ukuran tingkat kemajuan dapat dilakukan dalam satuan waktu, mingguan,
bulanan, atau tahunan, secara time series analysis. Beberapa metode untuk
memeriksa ukuran tingkat kemajuan suatu program :
- Garis kecenderungan sederhana
- Estimasi ratio
- Rata-rata ukur (geometric mean)
- Regressi
- Diagram batang
4. Efektifitas
- Menilai tingkat keberhasilan program
- Menilai tingkat pencapaian target
- Perbandingan efektifitas beberapa program.
5. Efisiensi
E = Hasil x 100%
target
86
Umumnya dipergunakan untuk menilai pencapaian hasil dikaitkan dengan
banyaknya sumber daya yang digunakan. Beberapa bentuk evaluasi efisiensi :
a. Unit cost/average cost/biaya satuan
Nilai biaya yang diperlukan per satuan kegiatan tertentu. Sehingga
kegiatan/program yang lebih efisien adalah kegiatan/program dengan
nilai unit cost terkecil.
b. Cost Benefit Analysis (CBA)
Perbandingan/ratio atau selisih antara biaya yang harus dikeluarkan
dibanding dengan keuntungan/manfaat dalam skala uang yang bisa
diperoleh. Sehingga kegiatan/program yang lebih efisien adalah kegiatan
atau program yang mempunyai nilai CBA yang tertinggi.
c. Cost Effectiveness Analysis (CEA)
Ukuran perbandingan antara besarnya hasil yang efektif dibandingkan
dengan biaya yang harus dikeluarkan. Sehingga kegiatan atau program
dengan nilai CEA yang tertinggi adalah kegiatan atau program yang
efisien.
87
BAB III
ALUR DAN JADWAL KEGIATAN MAGANG
3.1 Alur Kegiatan Magang
Kegiatan magang yang dilaksanakan di Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten
Kuningan terbagi dalam 3 tahapan yaitu tahap pra magang (persiapan), tahap
pelaksanaan magang dan tahap pasca magang (evaluasi). Melalui kegiatan magang ini
diharapkan dapat diperoleh gambaran pelaksanaan evaluasi program tablet Fe untuk
ibu hamil di Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan tahun 2010.
Bagan 3.1 Alur Kegiatan Magang
.
Pra Magang
(Persiapan)
Pelaksanaan
Magang
Pasca Magang
(Evaluasi)
1. Permohonan surat
magang ke fakultas
2. Pengajuan Surat
Magang ke Dinas
Kesehatan
3. Pembuatan
proposal magang
4. Menunggu surat
izin magang dari
Dinas Kesehatan
5. Fiksasi Rencana
Kerja magang
1. Perkenalan dengan staf
dinas kesehatan terutama
seksi gizi
2. Persetujuan jadwal
magang
3. Pengenalan program-
program di seksi gizi
4. Memahami alur kerja di
seksi gizi
5. Observasi dilapangan
6. Wawancara dengan staff
gizi Dinkes dan petugas
gizi puskesmas, serta
bidan.
7. Pengambilan data
sekunder yang
diperlukan
8. Mengikuti kegiatan seksi
gizi selama magang
1. Evaluasi seluruh
kegiatan magang
2. Persiapan
pembuatan laporan
magang
3. Bimbingan dan
konsultasi
4. Penyusunan
laporan magang
5. Presentasi laporan
magang
6. Revisi laporan
magang
88
3.2 Jadwal Kegiatan Magang
Berikut ini adalah jadwal kegiatan magang yang telah dilaksanakan oleh penulis
selama magang di Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan.
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Magang
No Waktu Nama Kegiatan Tempat
1. 01/02/2011 - Perkenalan dan pengarahan dari Kabid Yankes
dan Kasie Gizi
- Penetapan jadwal kegiatan magang
Kantor DinKes
Kabupaten
Kuningan
2. 02/02/2011 - Mengikuti kegiatan posyandu di Kelurahan
Purwawinangun.
Posyandu Kliwon
III Kelurahan
Purwawinangun
3. 03/02/2011 - Diskusi dengan bidan praktek di wilayah
Puskesmas Cibingbin
Rumah Bidan
Praktek
4. 04/02/2011 - Diskusi dengan Pelaksana Gizi Puskesmas
Lamepayung tentang program gizi di puskesmas
Puskesmas
Lamepayung
5. 05/02/2011 - Penyusunan laporan magang dan studi Literatur Perpustakaan Stiku
6. 07/02/2011 - Membantu membuat laporan F III Kantor DinKes
Kabupaten
Kuningan
7. 08/02/2011 - Membantu membuat laporan LB3 Kantor DinKes
Kabupaten
Kuningan
8. 09/02/2011 - Membantu membuat laporan Fe Kantor DinKes
Kabupaten
Kuningan
89
9. 10/02/2011 - Membantu membuat laporan SKDN Kantor DinKes
Kabupaten
Kuningan
10. 11/02/2011 - Membantu membuat laporan Vit A dan KMS Kantor DinKes
Kabupaten
Kuningan
11. 12/02/2011 - Penyusunan Laporan magang dan studi Literatur Perpustakaan
Uniku
12. 14/02/2011 - Diskusi dengan pembimbing lapangan
- Diskusi dengan pembimbing akademik
Kantor DinKes
Kabupaten
Kuningan
13 15/02/2011 - Observasi di masyarakat Wilayah Desa
Cibingbin
14. 16/02/2011 - Diskusi dengan Pelaksana Gizi Puskesmas
Lamepayung tentang pelaksanaan program tablet
Fe di puskesmas.
Puskesmas
Lamepayung
15. 17/02/2011 - Mengikuti kegiatan konseling gizi
- Diskusi dengan bidan di puskesmas
Lamepayung
Puskesmas
Lamepayung
16. 18/02/2011 - Diskusi dengan seksi data & informasi
- Mencari data sekunder yang di butuhkan.
Kantor DinKes
Kabupaten
Kuningan
17. 19/02/2011 - Penyusunan laporan magang dan studi Literatur Perpustakaan
Uniku
18 20/02/2011 - Observasi di masyarakat Wilayah Desa
Dukuh Badag
19. 21/02/2011 - Diskusi dengan pembimbing lapangan
- Diskusi dengan pembimbing akademik
Kantor DinKes
Kabupaten
Kuningan
90
20. 22/02/2011 - Presentasi Hasil Laporan Magang Kantor DinKes
Kabupaten
Kuningan
21. 23/02/2011 - Melihat proses perencanaan PMT-P Kantor DinKes
Kabupaten
Kuningan
22. 24/02/2011 - Belajar membuat/mengedit format baru laporan
bulanan gizi untuk puskesmas
Kantor DinKes
Kabupaten
Kuningan
23 25/02/2011 - Diskusi dengan seksi SDK
- Pencarian data sekunder yang dibutuhkan
Kantor DinKes
Kabupaten
Kuningan
24 26/02/2011 - Revisi laporan magang dan studi Literatur Perpustakaan Stiku
25 27/02/2011 - Diskusi dengan bidan desa Dukuh Badag Tempat Praktek
Bidan
26 28/02/2011 - Penyampaian akhir laporan magang
- Pamitan
Kantor Dinkes Kab
Kuningan
91
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan
4.1.1 Wilayah Administrasi
Kabupaten Kuningan terbagi dalam 32 Kecamatan yang terdiri dari 376
desa. Adapun secara terperinci dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.1
Wilayah Administrasi Per Kecamatan
Di Kabupaten Kuningan tahun 2010
No Kecamatan
Jumlah
Desa/Kelurahan Keterangan
1 Kuningan 16 Mulai bulan Juli
2 Cigugur 10
3 Kramatmulya 14 Mulai bulan Juli
4 Ciniru 9
5 Hantara 8
6 Luragung 16 Mulai bulan Juli
7 Cimahi 10 Mulai bulan Juli
8 Ciwaru 12
9 Karangkancana 9
10 Cibingbin 10
11 Cibeureum 8
12 Ciawigebang 24
13 Cipicung 10
14 Cidahu 12
15 Kalimanggis 6
16 Lebakwangi 13
17 Garawangi 17
18 Cilimus 13
19 Jalaksana 15 Mulai bulan Juli
20 Japara 10
92
21 Mandirancan 12
22 Pancalang 13
23 Pasawahan 10
24 Kadugede 12
25 Nusaherang 8
26 Darma 19
27 Selajambe 7
28 Subang 7
29 Cilebak 7
30 Maleber 16
31 Sindangagung 12
32 Cigandamekar 11
Jumlah 376
Sumber : Laporan Gizi 2010
4.1.2 Struktur Organisasi
Dalam struktur organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan, seksi
Gizi berada dibawah bidang Pelayanan Kesehatan (Yankes). Seksi Gizi Dinas
Kesehatan Kabupaten Kuningan pada tahun 2010 berjumlah 5 orang dengan
rincian 1 orang lulusan S-II Gizi (Kepala Seksi Gizi), 2 orang lulusan S-I SKM
dan 1 orang lulusan SPAG (Staf Gizi), serta 1 orang lulusan SMA (tenaga
administrasi).
42
Bagan 4.1
Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan
Kepala Dinas
Kel. Jabfung Sub Bag Umum
Sekretariat
Sub Bag Kepegawaian Sub Bag Keuangan
UPTD
Bidang Pelayanan
Kesehatan
Bidang Pengendalian
Masalah Kesehatan
Bidang Jaminan dan
Sarana Kesehatan
Bidang Program dan Pengembangan
Sumberdaya Kesehatan
Seksi Kesehatan
Dasar
Seksi Kesehatan
Rujukan & Khusus
Seksi Gizi
Seksi Pengendalian &
Pemberantasan Penyakit
Seksi Surveilans &
Imunisasi
Seksi Penyehatan
Lingkungan
Seksi Akreditasi &
Pemberdayaan SDM
Seksi Data Informasi &
Pelaporan
Seksi Perencanaan
Seksi Jaminan
Kesehatan
Seksi Promosi
Kesehatan
Seksi Farmasi &
Perijinan
43
53
4.1.3 Tugas Pokok dan Fungsi
Salah satu langkah pengorganisasian adalah menetapkan kewajiban atau
tugas yang harus dilaksanakan oleh staf dan menyediakan fasilitas pendukung
yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya (Muninjaya, 2004). Begitupun
dengan seksi gizi yang merupakan bagian dari Dinas Kesehatan Kabupaten
Kuningan sudah ditetapkan tugas pokok dan fungsinya sebagai salah satu bentuk
pengorganisasian.
Tugas pokok seksi gizi adalah membantu kelancaran tugas bidang
Pelayanan Kesehatan dalam penyelenggaraan pelayanan gizi masyarakat dan
institusi.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud diatas, maka
seksi Gizi mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan gizi masyarakat dan institusi
b. Menyelenggarakan pelayanan gizi masyarakat dan institusi
c. Melaksanakan monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pelayanan gizi
masyarakat dan institusi
Untuk menyelenggarakan fungsi sebagaimana maksud diatas, maka seksi
Gizi mempunyai uraian tugas sebagai berikut :
44
53
a. Menyusun program dan langkah-langkah kerja seksi Gizi.
b. Menyusun rencana pelaksanaan pemberian pelayanan gizi masyarakat dan
institusi.
c. Menyiapkan penyelenggaraan pemberian pelayanan gizi masyarakat dan
institusi.
d. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait dalam pelaksanaan
pelayanan gizi masyarakat dan institusi.
e. Menyiapkan dan melaksanakan monitoring pelaksanaan pelayanan gizi
masyarakat dan institusi.
f. Melaksanakan evaluasi pelaksanaan pelayanan gizi masyarakat dan institusi.
g. Menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas.
h. Melaksanakan koordinasi kegiatan monitoring dan pembinaan dengan lintas
program dalam rangka perbaikan gizi masyarakat.
i. Memberikan saran pertimbangan dan informasi untuk bahan penetapan garis
kebijakan umum Bidang Pelayanan Kesehatan.
j. Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala Bidang
Pelayanan Kesehatan.
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Seksi Gizi maka kegiatan yang
dilaksanakan pada tahun 2010 antara lain :
1. Upaya Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) melalui kegiatan penimbangan
balita setiap bulan di posyandu, distribusi tablet tambah darah (tablet Fe)
45
53
untuk ibu hamil serta distribusi kapsul vitamin A untuk bayi, balita dan
ibu nifas.
2. Pemantauan status gizi balita melalui kegiatan Bulan Penimbangan Balita
(BPB).
3. Pencegahan dan penanggulangan balita gizi buruk melalui kegiatan
Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) dan Pelatihan
Positive Deviance (PD).
4. Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).
5. Peningkatan cakupan ASI Eksklusif melalui kegiatan Pelatihan Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif bagi petugas Puskesmas.
Disamping tugas pokok dan fungsi di atas seksi gizi memiliki kegiatan
rutin yang harus dilaksanakan setiap bulan yaitu pengumpulan, pengolahan dan
analisa data program perbaikan gizi masyarakat dan hasil pemantauan status gizi
yang dilaporkan oleh masing-masing petugas pelaksana gizi puskesmas se-
Kabupaten Kuningan maksimal tanggal lima setiap bulan. Selanjutnya, laporan
puskesmas tersebut direkap, diolah, dan dianalisis. Kemudian hasilnya
dikirimkan ke Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat maksimal tanggal 15 setiap
bulan.
4.1.4 Tenaga Gizi
Tenaga kesehatan menurut PP No. 32/1996 adalah setiap yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta yang untuk tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (Sasmito, 2007).
46
53
Menurut Sistem Kesehatan Nasional (2004) tenaga kesehatan adalah semua
orang yang bekerja secara aktif dan professional di bidang kesehatan, baik yang
memiliki pendidikan formal kesehatan ataupun tidak, yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan (Sasmito, 2007).
Tenaga gizi termasuk ke dalam tenaga kesehatan. Di Kabupaten Kuningan
jumlah tenaga gizi pada tahun 2009 adalah 31 orang. Dengan ratio tenaga gizi
terhadap 100.000 penduduk adalah 1 : 2,64 (Dinkes Kuningan, 2009).
Dalam Kepmenkes No. 1202/MENKES/SK/VIII/2003 tanggal 21 Agustus
tentang Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator
Propinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat, indikator tenaga kesehatan yang
masuk dalam indikator sumber daya kesehatan adalah untuk jenis tenaga gizi
memiliki standart persyaratan tiap 100.000 penduduk memiliki 22 tenaga gizi
yang berlatar belakang pendidikan dari gizi (Santri, 2010). Di Kabupaten
Kuningan tenaga gizi jumlahnya masih kurang dari standart persyaratan tenaga
gizi untuk mencapai indikator Kabupaten Sehat sesuai Kepmenkes No.
1202/MENKES/SK/VIII/2003.
Selain itu, jumlah tenaga yang menangani program gizi di 37 puskesmas
hanya 15 orang (40 %) berlatar belakang Ilmu Gizi, dengan rincian sebanyak 7
orang lulusan D-I SPAG, 7 orang lulusan D-III Gizi dan 1 orang lulusan D-IV
Gizi, sedangkan sebanyak 22 orang (60 %) berlatar belakang diluar ilmu gizi
yaitu bidan dan perawat.
47
53
Padahal menurut Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan (Pusdiknakes), agar
suatu tugas atau pekerjaan terlaksana dengan baik maka harus dilakukan oleh
orang yang ahli di bidangnya atau sesuai dengan keahlian yang dimiliki
(Sumedi,2008).
Oleh karena itu, perlu adanya advokasi ke bagian Badan Kepegawaian
Daerah (BKD) Kabupaten Kuningan agar diadakan penambahan tenaga gizi yang
berlatar belakang pendidikan ilmu gizi untuk mendukung kelancaran program
gizi.
4.1.5 Program dan Target Program Gizi
Dalam upaya Peningkatan Sumber Daya Manusia, Program Perbaikan Gizi
diarahkan tercapainya keadaan gizi yang optimal bagi seluruh penduduk yang
dicerminkan dengan semakin meningkatnya jumlah keluarga yang berperilaku
gizi seimbang.
Dalam melaksanakan berbagai kegiatan tersebut, ditentukan beberapa
indikator yang disertai dengan target pencapaian program, dengan tujuan untuk
memantau dan mengevaluasi jalannya kegiatan.
Target pencapaian program dari setiap indikator program gizi adalah
sebagai berikut :
48
53
Tabel 4.2
Program dan Target Program Gizi tahun 2010
Program Indikator Target
Upaya Perbaikan Gizi
Keluarga ( UPGK )
K/S 90 %
D/S 70 %
N/S 40 %
D/K 80 %
N/D 70 %
DO Balita Timbang 20 %
Fe-I 90 %
Fe-III 85 %
Vitamin A Bufas 100 %
Vitamin A Bayi 100 %
Vitamin A Balita 100 %
Pencegahan dan
Penanggulangan Balita
Gizi Buruk
Gizi Buruk < 1,2 %
BGM < 15 %
Gizi Buruk mendapat Perawatan 100 %
MP-ASI Baduta Gakin BGM 100 %
Kecamatan Bebas Rawan Gizi 80 %
Sumber : Laporan Gizi 2010
4.1.6 Dana
Dana yang dialokasikan untuk kegiatan Program Perbaikan Gizi
Masyarakat Tahun 2010 bersumber dari Program Perbaikan Gizi Provinsi Jawa
Barat, APBN dan APBD I (Bantuan Gubernur).
4.2 Gambaran Program Tablet Besi (Fe) di Kabupaten Kuningan
4.2.1 Tablet Besi (Fe)
Tablet besi adalah tablet tambah darah untuk menanggulangi anemia gizi
besi yang diberikan kepada ibu hamil (Depkes, 2004b). Setiap tablet besi (Fe)
mengandung 200 mg sulfas ferosus (yang setara dengan 60 mg besi elemental)
49
53
dan 0,25 mg asam folat. Besarnya kandungan besi ini telah mendapatkan
kesepakatan dari kalangan ahli (Depkes, 2002).
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi selama kegiatan magang,
didapatkan bahwa di Kabupaten Kuningan tablet besi yang diberikan kepada ibu
hamil tidak hanya tablet besi program (tablet besi yang disediakan pemerintah),
tetapi ditempat bidan praktek yang diberikan adalah tablet besi swasta dengan
berbagai macam merk.
Tablet Fe program diberikan kepada ibu hamil yang memeriksakan
kehamilannya ke puskesmas dan posyandu. Sedangkan tablet Fe swasta
diberikan kepada ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya ke tempat praktek
bidan. Kandungan zat besi pada tablet besi swasta dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 4.3
Kandungan Zat Besi Pada Tablet Besi Swasta
Merk Suplemen Kandungan Zat Besi
Samcobion 250 mg ferrous fumarate
Ramabion 300 mg ferro fumarat
Etabion 250 mg ferro glukonat
Obimin AF 90 mg ferro glukonat
Sumber : rochayati ( 2008 )
Walaupun kandungan zat besinya berbeda, tablet tambah darah atau tablet
besi tidak akan menyebabkan tekanan darah tinggi dan kebanyakan darah
(Depkes, 1997).
50
53
4.2.2 Distribusi Tablet Besi Di Kabupaten Kuningan
Tablet besi dibagikan atau di distribusikan ke tiap puskesmas pada awal
tahun, dengan bentuk sachet (1 sachet berisi 30 tablet Fe). Jumlah tablet Fe yang
akan di distribusikan ke tiap puskesmas di hitung berdasarkan jumlah kebutuhan
di tiap wilayah puskesmas, yaitu dengan cara seksi gizi Dinas Kesehatan
Kabupaten Kuningan memberikan formulir tentang daftar kebutuhan program
gizi pertahun ke tiap puskesmas agar lebih efisien. Contoh formulir sebagai
berikut :
No Jenis Barang Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
51
53
Puskesmas :
Nb : Harap segera diisi dan dikirim kembali ke Sie Gizi Bidang Yankes Dinas
Kesehatan paling lambat tanggal 13 Desember 2009.
Ket :1. Kolom No 4 diisi jumlah total penerimaan dari bulan Jan s/d Nop 2009
2. Kolom No 5 diisi jumlah sisa/stok s/d bulan Nop 2009
Gambar 4.1 Formulir Daftar Kebutuhan Program Gizi Tahun 2010
Sumber: Sie Gizi Dinkes Kab Kuningan 2010
Dalam hal pendistribusian tablet besi, Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan
khususnya bagian obat (gudang farmasi) tidak mendistribusikan langsung ke tiap
puskesmas. Tetapi puskesmas yang mengambil tablet besi ke gudang farmasi
Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan.
Sasaran Penerimaan Sisa/Stok Kebutuhan
1 2 3 4 5 6
1 Vit A Biru ( Bayi ) ………Tablet
2
Vit A Merah ( Balita)
Vit A Merah ( Nifas )
………Tablet
……….Tablet
3 Tablet Fe ……....Sachet
4 KMS ……… Lembar
5 Mineral Mix ………Sachet
52
53
Padahal menurut Depkes (1999) pendistribusian tablet besi di tingkat
Kabupaten, didistribusikan dari gudang farmasi Kabupaten ke tiap puskesmas.
. Berdasarkan hasil wawancara dengan staf seksi gizi Dinas Kesehatan
Kabupaten Kuningan, pendistribusian dengan cara puskesmas langsung
mengambil tablet besi ke gudang farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan
sangat efisien dikarenakan selain mengambil tablet besi pihak puskesmas pun
sekaligus mengambil kebutuhan program lain untuk kebutuhan selama 1 tahun
misalnya vitamin A dan sebagainya. Alur pengambilan distribusi tablet besi di
Kabupaten Kuningan, terlihat seperti bagan di bawah ini:
53
Bagan 4.2
Alur Distribusi Tablet Besi (Fe) Di Kabupaten Kuningan
Daftar Kebutuhan
Program Gizi di
Puskesmas per Tahun
Di rekap & diolah
(perhitungan estimasi
kebutuhan) oleh Sie
Gizi Dinkes
Penyerahan hasil
estimasi kebutuhan
puskesmas pertahun ke
gudang farmasi Dinkes
Pemberian surat
pemberitahuan
pengambilan obat ke
tiap puskesmas
Puskesmas
mengambil
kebutuhan program
gizi pertahun ke
gudang farmasi
Puskesmas
Posyandu
Bagian Obat
Puskesmas
Ibu hamil
57
54
57
4.2.3 Pemberian Tablet Besi Ke Ibu Hamil
Tenaga pelaksana distribusi tablet besi, yaitu petugas puskesmas, bidan di
desa, kader, dukun bayi, dan tenaga lainnya (Depkes, 2008). Berdasarkan hasil
observasi didapatkan bahwa di Kabupaten Kuningan pemberian tablet Fe ke ibu
hamil melalui bagian pos obat puskesmas, posyandu dan tempat praktek bidan.
Namun, di bagian pos obat puskesmas, tidak di jelaskan manfaat tablet Fe, cara
minum tablet Fe tersebut ke ibu hamil, efek jika tidak minum tablet Fe kepada
ibu hamil.
Padahal menurut Depkes (2002) pemberian tablet Fe ke sasaran disertai
dengan pemberian informasi atau penyuluhan mengenai anemia maupun tablet
Fe. Hal ini untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang anemia dan
tablet Fe sehingga ibu hamil mau mengkonsumsi tablet besi (Fe). Menurut
Notoatmodjo (2007) perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih
langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Oleh karena
itu, sebaiknya dalam pemberian tablet Fe kepada ibu hamil perlu diberikan juga
penyuluhan terkait anemia dan tablet Fe.
4.2.4 Cakupan Pemberian Tablet Besi
Cakupan ibu hamil mendapat tablet besi adalah cakupan ibu hamil yang
mendapat 90 tablet Fe selama periode kehamilannya di satu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu (Depkes, 2004b).
55
57
Untuk rumus perhitungannya yaitu:
Target Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan tahun 2010 adalah cakupan
Fe-I 90% dan cakupan Fe-III 85% (Laporan Gizi, 2010). Cakupan pemberian
tablet Fe-I dan Fe-III per puskesmas adalah sebagai berikut :
56
57
Tabel 4.4
Cakupan Pemberian Tablet Fe I dan Fe III Per Puskesmas Tahun 2010
No Puskesmas Fe I ( % ) Fe III ( % )
1 Ciawigebang 97 96
2 Cibeureum 84 79
3 Cibingbin 71 55
4 Cidahu 85 71
5 Cigandamekar 99 89
6 Cihaur 95 73
7 Cilebak 73 66
8 Cilimus 95 92
9 Cimahi 91 89
10 Ciniru 74 70
11 Cipicung 96 89
12 Ciwaru 93 85
13 Darma 94 76
14 Garawangi 94 90
15 Hantara 72 70
16 Jalaksana 88 75
17 Japara 86 76
18 Kadugede 72 68
19 Kalimanggis 83 58
20 Karangkancana 78 72
21 Kramatmulya 78 76
22 Kuningan 98 79
23 Lamepayung 95 92
24 Linggarjati 90 73
25 Luragung 101 100
26 Maleber 97 82
27 Mandirancan 91 78
28 Manggari 87 85
29 Mekarwangi 77 78
30 Nusaherang 96 89
31 Pancalang 92 77
32 Pasawahan 68 69
33 Selajambe 65 72
34 Sindangagung 85 81
35 Subang 88 83
36 Sukamulya 91 82
37 Windusengkahan 81 69
Kabupaten 88 80
Target 90 85
57
57
Dari tabel 4.4 terlihat sebanyak 18 puskesmas yang cakupan pemberian
tablet Fe-I sudah mencapai target 90%, sedangkan cakupan pemberian tablet
Fe-III ada 11 puskesmas yang sudah mencapai target 85%. Cakupan pemberian
tablet Fe-I di Kabupaten Kuningan tahun 2010 sebesar 88% masih dibawah
target yaitu 90% dan cakupan pemberian tablet Fe-III di Kabupaten Kuningan
tahun 2010 sebesar 80% masih dibawah target yaitu 85%.
Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan selama kegiatan magang
ini, didapatkan bahwa penyebab masih rendahnya cakupan adalah adanya
pemberian tablet Fe non-program (Fe Swasta) yang tidak terdata atau datanya
tidak dimasukan dalam laporan oleh beberapa puskesmas sehingga cakupan
pemberian tablet Fe terlihat rendah.
Padahal tidak semua ibu hamil berobat atau periksa kehamilan ke
puskesmas, tetapi banyak juga yang ke bidan. Berdasarkan hasil wawancara
dengan salah satu bidan yang membuka praktek di wilayah Kabupaten
Kuningan, setiap ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya ke tempat
praktek bidan tersebut diberi tablet Fe swasta.
Oleh karena itu, perlu adanya kerjasama lintas sektoral antara seksi gizi
dengan seksi kesehatan dasar (KIA), untuk menghimbau kepada bidan yang
membuka praktek agar melaporkan data pemberian tablet Fe pada ibu hamil
yang berkunjung ke tempat praktek bidan swasta tersebut ke bagian gizi
puskesmas.
58
57
4.3 Gambaran Target (Sasaran) Evaluasi Program Tablet Besi di Seksi Gizi
Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan
Pada tahap ini ditentukan bagian apa yang akan dievaluasi. Hal ini karena apa
saja bisa dievaluasi, misalnya proses pelaksanaan, keluaran, atau bahkan dampak
suatu kegiatan terhadap peningkatan derajat kesehatan (Notoatmodjo, 2005).
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi selama kegiatan magang, didapatkan
bahwa di seksi gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan, pada tahap ini yang
menjadi target dalam evaluasi adalah keluaran (output) dari program tablet besi yakni
cakupan pemberian tablet besi. Target cakupan tablet Fe-I adalah 90% dan target
cakupan tablet Fe-III adalah 85%.
Seksi gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan mengacu pada laporan yang
akan dikirimkan ke Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat. Dalam laporan tersebut
hanya output semua program kesehatan termasuk salah satunya program tablet besi
yang dilaporkan ke Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat. Sedangkan proses
pelaksanaan (pemberian tablet Fe kepada ibu hamil) dan dampak dari adanya
program terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat tidak dievaluasi.
Padahal menurut Notoatmodjo (2003) evaluasi suatu program kesehatan
masyarakat dilakukan terhadap tiga hal, yakni evaluasi terhadap proses pelaksanaan
program, evaluasi terhadap hasil program, dan evaluasi terhadap dampak program.
59
57
Menurut Muninjaya (1999) evaluasi proses dilaksanakan pada saat kegiatan
sedang berlangsung untuk mengetahui apakah metode yang dipilih sudah efektif, dan
sebagainya. Menurut Mantra dalam Santri (2010), evaluasi pada tahap proses
dilakukan pada saat program sedang dilaksanakan. Tujuannya adalah untuk
mengukur apakah program yang sedang berjalan telah sesuai dengan rencana atau
tidak atau apakah telah terjadi penyimpangan yang dapat merugikan pencapaian
tujuan dari program.
Sedangkan evaluasi dampak menurut Notoatmodjo (2003), ditujukan untuk
menilai sejauh mana program itu mempunyai dampak terhadap peningkatan
kesehatan masyarakat. Evaluasi terhadap dampak dilakukan dengan cara melihat
apakah prevalensi anemia dari tahun ke tahun menurun atau semakin meningkat,
karena menurut Depkes (2002) program pemberian tablet besi pada ibu hamil
bertujuan untuk menanggulangi masalah anemia gizi pada ibu hamil. Menurut
Kemenkes (2010) indikator masalah anemia gizi disuatu daerah adalah prevalensi
anemia gizi > 20%.
Oleh karena itu, sebaiknya dalam mengevaluasi program perlu dilakukan juga
evaluasi terhadap proses pelaksanaan program dan dampak terhadap derajat
kesehatan masyarakat. Hal ini untuk melihat sejauh mana program berhasil sesuai
dengan tujuan program serta bermanfaat bagi masyarakat (sasaran program).
60
57
4.4 Gambaran Kerangka Batasan Evaluasi Program Tablet Besi di Seksi Gizi
Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan
Pada tahap ini dilakukan asumsi-asumsi mengenai hasil evaluasi, pembatasan
ruang lingkup evaluasi serta batasan-batasan yang dipakai agar objektif dan fokus
(Notoatmodjo, 2005). Menurut Depkes (2004) kerangka batasan dalam mengevaluasi
program tablet besi (Fe) adalah melalui pencapaian target cakupan pemberian tablet
besi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan seksi gizi Dinas Kesehatan Kabupaten
Kuningan, dalam program tablet besi di Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan yang
menjadi asumsi mengenai hasil evaluasi yakni tercapainya target cakupan tablet Fe
pada tahun 2010 dan batasan dalam mengevaluasi program tablet besi yaitu cakupan
program tablet besi (Fe). Pada tahun 2010 target cakupan pemberian tablet Fe-I
adalah 90% dan target cakupan pemberian tablet Fe-III adalah 85%. Kerangka
batasan dalam mengevaluasi program tablet besi (Fe) yang dilaksanakan oleh seksi
gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan sudah sesuai dengan Standar Pelayanan
Minimal (SPM) yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI tahun 2004, yakni
mengevaluasi program tablet besi dengan melihat pencapaian target cakupan tablet
besi.
61
57
4.5 Gambaran Desain (Metode) Evaluasi Program Tablet Besi di Seksi Gizi
Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan
Menurut Depkes (2002) metode yang dilakukan dalam mengevaluasi program
tablet besi adalah dengan melihat pencapaian indikator kinerja yang telah ditetapkan.
Indikator kinerja program tablet besi adalah tersedianya tablet besi di setiap
puskesmas dan pencapaian target cakupan pemberian tablet besi pada ibu hamil.
Sedangkan menurut Tayibnapis (2008) pendekatan atau metode dalam evaluasi
program adalah sebagai berikut :
f. Pendekatan Eksperimental
Evaluasi yang berorientasi pada penggunaan experimental science dalam
program evaluasi, tujuannya untuk memperoleh kesimpulan yang bersifat
umum tentang dampak suatu program tertentu yang mengontrol
sebanyak-banyaknya faktor dan mengisolasi pengaruh program.
g. Pendekatan yang Berorientasi pada Tujuan (Goal Oriented Approach)
Pendekatan ini memakai tujuan program sebagai kriteria untuk
menentukan keberhasilan.
h. Pendekatan yang Berfokus kepada Keputusan (The Decision Focused
Approach)
Pendekatan ini menekankan pada peranan informasi sistemik untuk
pengelola program dalam menjalankan tugasnya.
62
57
i. Pendekatan yang Berorientasi kepada Pemakai (The User Oriented
Approach)
Elemen yang paling penting pada pendekatan ini adalah keterlibatan
pemakai yang potensial selama evaluasi berlangsung. Evaluator
menekankan usaha pada pemakai dan cara pemakaian informasi.
Kelebihan pendekatan ini ialah perhatiannya terhadap individu yang
berurusan dengan program dan perhatiannya terhadap informasi yang
berguna untuk individu tersebut.
j. Pendekatan yang Responsif (The Responsive Approach)
Evaluasi responsif ditandai oleh ciri-ciri penelitian kualitatif, elemen yang
paling penting dalam pendekatan responsif ialah pengumpulan dan
menyintesis data.
Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan mempunyai program Penilaian Kinerja
Puskesmas (PKP) sebagai metode untuk mengevaluasi kinerja puskesmas. Dalam
Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP) aspek yang dinilai adalah keluaran semua
program kesehatan termasuk program gizi salah satunya program pemberian tablet Fe
ke ibu hamil.
Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP) terbagi dalam 3 tahapan yaitu :
1. Pengumpulan data riil/validitas data
Pada tahapan ini evaluator melakukan croos check dengan data di tiap
puskesmas untuk melihat validitas data.
63
57
2. Pengarahan
Pada tahapan ini evaluator memberikan pengarahan tentang cara pencatatan
dan pelaporan yang baik.
3. Evaluasi Hasil
Pada tahapan ini evaluator melihat hasil dari 2 tahapan sebelumnya, dan
melihat data cakupan program. Dalam hal evaluasi program tablet besi, seksi
gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan juga melihat ketersediaan tablet
besi di puskesmas.
Desain atau model evaluasi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Kuningan, sesuai dengan teori menurut Tayibnapis (2008) yaitu model stake atau
model countenance, yakni pada model ini evaluator yang membuat penilaian tentang
program yang dievaluasi. Tahapan-tahapan yang dilaksanakan pada Penilaian Kinerja
Puskesmas (PKP) dibuat sendiri oleh evaluator yang menyesuaikan dengan kondisi
pada daerah tersebut. Metode yang dipakai Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan
juga tetap mengacu pada metode dari Depkes.
4.6 Gambaran Rencana Pelaksanaan dan Instrumen Evaluasi Program Tablet
Besi di Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan
64
57
Menurut Mubarak (2009) berdasarkan waktunya evaluasi/penilaian, maka
evaluasi dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Penilaian rutin (concurrent evaluation atau progress report). Dalam setiap
program penilaian rutin ini hendaknya merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari program tersebut. Dengan demikian, penilaian akan berjalan
berkesinambungan dan teratur, serta bersamaan dengan pelaksanaan program
itu sendiri. Penilaian dilakukan oleh staf program dalam bentuk progres
report, dengan cara ini perbaikan-perbaikan pun dilakukan sejak awal.
Demikian pula kekuatan-kekuatan dari program dapat segera didapatkan dan
dapat diterapkan dalam melanjutkan program tersebut. Penilaian meliputi
semua aspek program, termasuk reaksi masyarakat terhadap program tersebut.
b. Penilaian Berkala (periodical evaluation), yaitu penilaian yang dilakukan
pada setiap akhir dari suatu bagian tertentu dari program, seperti tiap enam
bulan, satu tahun, dua tahun, dan sebagainya.
c. Penilaian khusus (ad-hoc evaluation), yaitu penilaian yang dilakukan setiap
saat yang diperlukan.
d. Penilaian akhir (terminal evaluation), yaitu penilaian yang dilakukan pada
akhir suatu program atau beberapa waktu sesudah akhir suatu program. Jadi
ini merupakan penilaian terhadap pencapaian tujuan akhirnya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan seksi gizi, di Dinas Kesehatan Kabupaten
Kuningan program Penilaian Kinerja Puskesmas dilaksanakan 2 kali dalam 1 tahun.
Jika mengacu pada teori yang disebutkan Mubarak (2009), maka Penilaian Kinerja
65
57
Puskesmas termasuk ke dalam penilaian berkala (periodical evaluation), yaitu
penilaian yang dilakukan pada setiap akhir dari suatu bagian tertentu dari program,
seperti tiap enam bulan, satu tahun, dua tahun, dan sebagainya.
Sedangkan instrumen yang digunakan adalah laporan Fe puskesmas yang
dilaporkan ke seksi gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan. Contoh format
laporan Fe terlihat pada gambar dibawah ini :
66
57
LAPORAN BULANAN PEMBERIAN TABLET BESI (Fe)
BULAN :
Gambar 4.2 Format Laporan Fe Puskesmas
No Puskesmas
Jumlah Sasaran Jml Bumil Yg Mendapat Tablet Fe Pada Pemberian ke-
Bumil Bulin Fe- I Fe-II Fe- III
(IV)
Bumil
Anemia
Jml bumil yg
mendpt Fe Bln ini
Bulan ini
Prog Swst Jml
Bulan ini
Proy Nyata Proy Nyata Prog Swst Jml (%)
Proy Prog Swst Jml
(%)
Proy
Fe
Prog
Fe
Swasta
Jumlah
No Puskesmas
Ketersediaan Tablet Fe
Jml Bumil yg
mendpt Kaps
Yodium Bln
ini
Jml Bufas yg mendpt Kaps
Vit.A Bulan ini Sisa Fe Bln
lalu di Desa
Tablet Fe yg
diterima Bln
ini
Jml Total
tablet Fe Bln
ini
Tablet Fe yg
dipakai Bln ini
Sisa tablet Fe yg
ada
Bln ini Kum
Jumlah
67
57
4.7 Gambaran Cara Pengamatan, Pengukuran dan Analisis Evaluasi Program Tablet
Besi Oleh Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan
Pada tahap ini yaitu melakukan pengumpulan data hasil pengamatan, melakukan
pengukuran serta mengolah informasi dan mengkajinya sesuai tujuan evaluasi (Notoatmodjo,
2005).
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi selama kegiatan magang, didapatkan bahwa
pengumpulan data hasil pengamatan program tablet besi dilakukan dengan cara puskesmas
memberikan laporan bulanan ke seksi gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan. Kemudian
oleh seksi gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan diukur berdasarkan pencapaian cakupan
pemberian tablet besi. Selanjutnya setelah dilakukan pengukuran, kemudian dilakukan
pengolahan informasi dan mengkajinya sesuai tujuan evaluasi.
Namun, berdasarkan hasil observasi selama kegiatan magang beberapa puskesmas telat
mengumpulkan laporan bulanan termasuk laporan Fe. Oleh karena, untuk meningkatkan
ketepatan waktu pengumpulan laporan bulanan bisa dilakukan dengan cara memberi
penghargaan (reward) pada puskesmas yang tepat waktu memberikan laporan.
68
57
4.8 Gambaran Pembuatan Kesimpulan dan Pelaporan Hasil Evaluasi Program Tablet
Besi Oleh Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan
Informasi yang dihasilkan dari proses evaluasi ini disajikan dalam bentuk
laporan sesuai dengan kebutuhan atau permintaan (Notoatmodjo, 2005). Menurut
Depkes (1999) pencatatan pelaporan distribusi tablet besi pada beberapa tingkat
administrasi kesehatan adalah sebagai berikut :
4. Posyandu
Pemberian tablet besi untuk ibu hamil sampai masa nifas yang dilakukan di
posyandu di catat dalam “Buku Bantu Ibu Hamil”. Pencatatan di posyandu
dilakukan oleh kader, kemudian direkapitulasi oleh bidan di desa atau petugas
pustu.
5. Desa
Pemberian tablet besi kepada kelompok sasaran dilakukan pula oleh bidan di
desa/Polindes (Pondok Bersalin Desa), petugas Pustu (Puskesmas Pembantu) serta
dicatat pada “Register Kohort Ibu”. Hasil rekapitulasi dilaporkan ke puskesmas.
6. Puskesmas
69
57
Petugas/bidan/pelaksana KIA dan Gizi memberikan tablet besi kepada ibu hamil
sampai nifas di Puskesmas serta dicatat pada “Register Kohort Ibu”. Rekapitulasi
dilakukan oleh bidan (pelaksana KIA) dan atau petugas gizi Puskesmas berdasarkan
hasil dari posyandu dan desa serta ditambah dengan hasil yang dilaksanakan oleh
puskesmas sendiri dalam “Register Gizi”.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi selama kegiatan magang, proses pelaporan
distribusi tablet besi disesuaikan dengan tempat ibu hamil mendapatkan tablet besi. Hal ini
sesuai dengan teori Depkes (1999) tentang pencatatan pelaporan distribusi tablet besi.
Hasil pencatatan distribusi tablet besi yang telah direkap dipuskesmas kemudian
dilaporkan ke seksi gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan. Kemudian oleh seksi gizi
direkap dan dianalisis untuk melihat perkembangan cakupan tablet besi disetiap puskesmas
yang berada diwilayah Kabupaten Kuningan. Hasil evaluasi dari program tablet besi ini
disajikan dalam laporan tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan yang dibuat pada
akhir tahun.
70
57
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Seksi gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan berada dibawah bidang Pelayanan
Kesehatan. Jumlah tenaga di seksi gizi terdiri dari 1 orang kepala seksi lulusan S2 Gizi
dan 4 orang staf dengan rincian 2 orang lulusan SI-SKM, 1 orang lulusan SPAG serta
1 orang lulusan SMA. Jumlah tenaga yang menangani program gizi di 37 puskesmas
hanya 15 orang (40 %) berlatar belakang Ilmu Gizi.
2. Gambaran program tablet besi (Fe) Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan tahun 2010,
sebagai berikut :
a. Tablet besi (Fe) yang diberikan kepada ibu hamil tidak hanya tablet Fe program
tetapi juga tablet Fe non-program (tablet Fe swasta). Tablet Fe program diberikan
kepada ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya ke puskesmas dan posyandu.
Sedangkan tablet Fe swasta diberikan kepada ibu hamil yang memeriksakan
kehamilannya ke tempat praktek bidan.
71
57
b. Pendistribusian tablet besi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan ke
puskesmas dengan cara puskesmas langsung mengambil tablet besi ke gudang
farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan.
c. Pemberian tablet Fe ke ibu hamil melalui bagian pos obat puskesmas, posyandu dan
tempat praktek bidan. Namun, di bagian obat puskesmas, tidak di jelaskan manfaat,
cara minum tablet Fe tersebut ke ibu hamil, efek jika tidak minum kepada ibu
hamil.
d. Cakupan pemberian tablet Fe-I di Kabupaten Kuningan tahun 2010 sebesar 88%
masih dibawah target yaitu 90% dan cakupan pemberian tablet Fe-III di Kabupaten
Kuningan tahun 2010 sebesar 80% masih dibawah target yaitu 85%.
3. Target dalam evaluasi program tablet besi di seksi gizi Dinas Kesehatan Kabupaten
Kuningan adalah keluaran (output) dari program tablet besi yakni cakupan pemberian
tablet besi dengan target cakupan tablet Fe-I adalah 90% dan target cakupan tablet Fe-
III adalah 85%. Sedangkan proses pelaksanaan (pemberian tablet Fe kepada ibu hamil)
dan dampak dari adanya program terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat
tidak dievaluasi.
72
57
4. Kerangka batasan dalam evaluasi program tablet besi di seksi gizi Dinas Kesehatan
Kabupaten Kuningan adalah pencapaian target cakupan tablet besi.
5. Desain (metode) dalam evaluasi program tablet besi di seksi gizi Dinas Kesehatan
Kabupaten Kuningan adalah program Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP).
6. Penilaian Kinerja Puskesmas dilaksanakan 2 kali dalam 1 tahun. Sedangkan instrumen
yang digunakan untuk mengevaluasi program tablet besi adalah laporan Fe puskesmas
yang dilaporkan ke seksi gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan setiap bulan.
7. Pengumpulan data hasil pengamatan program tablet besi dilakukan dengan cara
puskesmas memberikan laporan bulanan ke seksi gizi Dinas Kesehatan Kabupaten
Kuningan. Kemudian oleh seksi gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan diukur
berdasarkan pencapaian cakupan pemberian tablet besi. Selanjutnya setelah dilakukan
pengukuran, kemudian dilakukan pengolahan informasi dan mengkajinya sesuai tujuan
evaluasi. Namun, beberapa puskesmas telat mengumpulkan laporan bulanan termasuk
laporan Fe.
8. Hasil evaluasi dari program tablet besi ini disajikan dalam laporan tahunan Dinas
Kesehatan Kabupaten Kuningan yang dibuat pada akhir tahun.
5.2 Saran
73
57
1. Perlu adanya advokasi ke bagian Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten
Kuningan agar diadakan penambahan tenaga gizi yang berlatar belakang pendidikan
ilmu gizi untuk mendukung kelancaran program gizi.
2. Saran terkait gambaran program tablet besi (Fe) Dinas Kesehatan Kabupaten
Kuningan tahun 2010, sebagai berikut :
a. Melakukan penyuluhan terkait anemia dan tablet besi pada ibu hamil terutama
ketika memberikan tablet besi kepada ibu hamil.
b. Mengadakan kerjasama lintas sektoral antara seksi gizi dengan seksi kesehatan
dasar (KIA), untuk menghimbau kepada bidan yang membuka praktek diharuskan
melaporkan data pemberian tablet Fe pada ibu hamil yang berkunjung ke tempat
praktek bidan swasta tersebut ke bagian gizi puskesmas.
3. Sebaiknya dalam mengevaluasi program perlu dilakukan juga evaluasi terhadap proses
pelaksanaan program dan dampak terhadap derajat kesehatan masyarakat. Hal ini
untuk melihat sejauh mana program berhasil sesuai dengan tujuan program serta
bermanfaat bagi masyarakat (sasaran program).
4. Memberi penghargaan (reward) kepada puskesmas yang tepat waktu memberikan
laporan.
74
57
Daftar Pustaka
Aji,Firman B dan Sirait, S Martin. Perencanaan dan Evaluasi : Suatu Sistem Untuk Proyek
Pembangunan.Jakarta:Bumi Aksara,1990.
Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 2006.
Arisman.Gizi dalam Daur Kehidupan.Jakarta:EGC, 2004.
Azwar,Azrul. Pengantar Administrasi Kesehatan.Jakarta: Binarupa Aksara, 1996.
Depkes RI. Petunjuk Penggunaan Materi-materi Komunikasi, Informasi dan Edukasi
(KIE):Anemia dan Tablet Tambah Darah. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 1997.
. Pedoman Penanggulangan Anemia Gizi Untuk Remaja Putri dan Wanita Usia
Subur. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 1998.
. Pedoman Pemberian Tablet Besi-Folat dan Sirup Besi Bagi Petugas. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI, 1999.
. Anemia Gizi dan Tablet Tambah Darah (TTD) untuk Wanita Usia Subur. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI, 2002.
.Kajian Kebijakan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 2004a.
.”Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal (SPM) Penyelenggaraan Perbaikan
Gizi Masyarakat”. www.gizi.net,2004b.Diakses pada tanggal 20 November 2010 pukul
20.00 WIB dari http://www.gizi.net/kebijakan-gizi/SPM_Gizi.pdf
75
57
. Program Penanggulangan Anemia Gizi Pada Wanita Usia Subur (WUS). Jakarta:
Departemen Kesehatan RI, 2008.
DinKes Kab Kuningan. “Profil Kesehatan Kabupaten Kuningan 2007”. www.depkes.go.id
,2007.diakses pada tanggal 11 November 2010 pukul 20.00 WIB dari
http://www.depkes.go.id/downloads/profil/kab_kuningan07.pdf
DinKes Kab Kuningan. Profil Kesehatan Kabupaten Kuningan 2009. Kuningan : Dinas
Kesehatan Kabupaten Kuningan, 2009.
Kemenkes RI. Rencana Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat 2010- 2014.Jakarta:Kementerian
Kesehatan RI, 2010.
Mac Kenzie, James. Kesehatan Masyarakat Suatu Pengantar.Jakarta:EGC, 2007.
Mubarak, dkk. Ilmu Kesehatan Masyarakat:Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika, 2009.
Muninjaya, AA Gde. Manajemen Kesehatan. Jakarta: EGC, 1999.
. Manajemen Kesehatan. Jakarta: EGC, 2004.
Notoatmodjo,Soekidjo. Ilmu Kesehatan Masyarakat : Prinsip –Prinsip Dasar. Jakarta:Rineka
Cipta, 2003.
. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta:Rineka Cipta, 2005.
. Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Jakarta:Rineka Cipta, 2007.
Poedjiadi,Anna dan Supryanti ,Titin. Dasar-Dasar Biokimia.Jakarta:UI Press, 2005.
76
57
Prayitno,Subur. Dasar-Dasar Administrasi Kesehatan Masyarakat. Surabaya: Airlangga
University Press, 1997.
Reinke,William A. Perencanaan Kesehatan Untuk Meningkatkan Efektifitas
Manajemen.Yogyakarta: UGM Press, 1994.
Rochayati,Elli.”Studi Kualitatif Tingkat Kepatuhan Ibu Hamil Mengkonsumsi Suplemen Zat
Besi di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Sawah Kabupaten Tangerang tahun
2008”.Skripsi S1 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2008.
Santri,Wuna.Evaluasi Pelaksanaan Program Perbaikan Gizi Masyarakat Dalam Mencapai Visi
Misi Indonesia Sehat 2010 di Kota Kendari Tahun 2010.www.usu.ac.id, 2010. Diakses
tanggal 17 November 2010 pukul 19.00 WIB dari http://repository.usu.ac.id
Sasmito, Adi. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta : PT Raja Grafindo, 2007.
Sie Gizi Dinkes Kab Kuningan. Laporan gizi tahun 2010. Kuningan : Seksi Gizi Dinkes
Kabupaten Kuningan, 2010.
Sumedi. Pengembangan Profesi Ahli Gizi Di Indonesia. 2008. Diakses tgl 8 Desember 2010
pukul 21.30 WIB dari www.pusdiknakes.or.id
Syafiq,Ahmad dkk. Modul Gizi Kesehatan Masyarakat.Jakarta:UIN Jakarta Press, 2006.
Tayibnapis,Farida Yusuf. Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi. Jakarta:Rineka Cipta, 2008.