revisi 1 raginew2

download revisi 1 raginew2

of 20

Transcript of revisi 1 raginew2

TKS 4054 PRARANCANGAN PABRIK Semester Ganjil 2011

PABRIK RAGI/YEAST

LAPORAN I PENDAHULUAN DAN DESKRIPSI PROSES

Pembimbing : Sri Helianty, ST, MT

Kelompok X

RAISSA DESRIANI RIMA ILANDITA TIARA FITRIANA

(0807113425) (0807113603) (0807121159)

PROGRAM SARJANA TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU 2011

DAFTAR ISI Daftar Isi............................................................................................................................1 Daftar Tabel.......................................................................................................................2 Daftar Gambar...................................................................................................................3 Bab I.Pendahuluan.............................................................................................................4-13 Bab II.Deskripsi Proses.....................................................................................................14-18 Daftar Pustaka...................................................................................................................18 Lampiran A........................................................................................................................19

1

DAFTAR TABEL

1. Produksi Perkebunan Gula Tebu Indonesia (Ton), 2000 - 2009..........................4 2. Produksi Molase Secara Nasional........................................................................5 3. Harga Bahan Baku dan Produk............................................................................8 4. Berat Molekul dan Harga Bahan Baku.................................................................9 5. Data kapasitas produksi dan konsumsi ragi berbasis molasses di Indonesia.......10

2

DAFTAR GAMBAR

1. Saccharomyces cerevisiae pembesaran 10 x 40....................................................7 2. Peta lokasi Industri Tebu.......................................................................................11 3. Proyeksi ekspor ragi di Indonesia ............................13

4. Flow Diagram Pembuatan Ragi.............................................................................15

3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tetes tebu (molasses) merupakan hasil samping dari proses pengolahan gula tebu. United Molases mendefinisikan molase sebagai end product pembuatan gula yang tidak mengandung lagi gula yang dapat dikristalkan dengan cara konvensional (United Molasses, Olbrich, 1973). Di Indonesia produksi perkebunan gula tebu terus mengalami peningkatan, dengan adanya peningkatan produksi perkebunan gula tebu ini maka molase yang dihasilkan sebagai hasil samping industri gula juga semakin meningkat. Data perkebunan gula tebu d Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 1. Produksi Perkebunan Gula Tebu Indonesia (Ton), 2000 - 2009 Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Gula Tebu 1,780,130 1,824,575 1,901,326 1,991,606 2,051,642 2,241,742 2,307,000 2,623,800 2,668,428 2,849,769

(Badan Pusat Statistik, 2011)

Molase merupakan media fermentasi yang baik, karena mengandung gula, sejumlah asam amino dan mineral, setelah itu molase tersebut diolah menjadi beberapa produk seperti gula cair dari gula tetes, penyedap makanan, alkohol, ragi dan lainnya (http://id.advantacell.com/wiki/molaseandethanol.htm).

4

Molase memiliki kandungan sukrosa sekitar 30 persen disamping gula reduksi sekitar 25 persen berupa glukosa dan fruktosa. Sukrosa dalam molase merupakan komponen sukrosa yang sudah tidak dapat lagi dikristalkan dalam proses pemasakan di pabrik gula. Hal ini disebabkan karena molase mempunyai nilai Sucrose Reducing sugar Ratio (SRR) yang rendah yaitu berkisar antara 0,98 2,06. Kandungan yang terdapat pada molase: a. Glukosa : 21,7 % b. Sukrosa : 34,19 % c. Air : 26,49 % d. Abu : 17,62 %

Molase merupakan limbah pabrik gula berupa kristal gula yang tidak terbentuk menjadi gula pada proses kristalisasi. Produksi molase sendiri di Indonesia cukup tinggi, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 2. Produksi Molase Secara Nasional Tahun 1997 1998 2000 2001 2002 Kuantitas (Kg) 1.267.990.000 1.415.115.971 1.536.200.007 1.829.745.972 2.966.023.440 Persentase % 14,06 15,70 17,04 20,30 32,90

Pemilihan molase sebagai bahan baku didasarkan pada hal-hal berikut : 1. Memanfaatkan limbah industri menjadi produk yang bersifat komersial 2. Kandungan gula dalam molase masih cukup tinggi 3. Pabrik gula di Indonesia cukup banyak, sehingga limbah molase yang dikeluarkan juga banyak.

Berdasarkan data dari Indochemical (2011), konsumsi ragi di Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011, diperkirakan konsumsi ragi 6.445 ton dan akan terus meningkat hingga tahun 2015. Dengan kapasitas produksi ragi sebesar 3.000 ton per tahun, maka tidak dapat memenuhi kebutuhan

5

pasar di Indonesia. Oleh karena itu, maka pendirian pabrik ragi di Indonesia memungkinkan untuk proyek investasi.

1.2

Spesifikasi Bahan Baku dan Produk1.2.1 Bahan Baku

1.2.1.1 Molases Molases adalah hasil sisa dari sirup gula yang telah dididihkan dan melewati sentrifugal untuk terakhir kalinya di stasiun pengilingan. Molases ini berwarna hitam pekat dan rasanya pahit dimana sekitar 50 % dari molases diproduksi di Australia dan sisanya digunakan untuk persediaan makanan. Molases juga digunakan sebagai bahan baku dalam proses destilasi dimana industri alkohol (etanol), minuman (rum) dan gas asam dibuat. Dalam gudang penyimpanan yang bersuhu antara 300350C (860950F) molases akan kehilangan 2-3 % setiap tahunnya dari ragi gula yang dihasilkan. Jika temperatur dari gudang penyimpanan meningkat 100C, maka kerugian ini akan berlipat ganda. Molases disimpan di dalam tangki dimana di dalamnya pernah mengalami beberapa pembusukan akibat panas dan penyebab peristiwa ini belum pernah diketahui secara pasti, tetapi hal itu telah terjadi kurang lebih dari periode waktu yang panjang pada proses pemanasan dengan suhu 400C (1040F) atau lebih tinggi lagi. Sangat penting untuk mengamati molases di dalam gudang penyimpanan untuk memastikan bahwa temperaturnya tidak mencapai batas tersebut.

1.2.1.2 Saccharomyces cerevisiae S. cerevisiae merupakan khamir sejati tergolong eukariot yang secara morfologi hanya membentuk blastospora berbentuk bulat lonjong, silindris, oval atau bulat telur yang dipengaruhi oleh strainnya (Gambar 1).Dapat berkembang biak dengan membelah diri melalui "budding cell" . Reproduksinya dapat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan serta jumlah nutrisi yang tersedia bagi pertumbuhan sel . Penampilan makroskopik mempunyai koloni berbentuk bulat, warna kuning muda, permukaan berkilau, licin, tekstur lunak dan memiliki sel bulat dengan askospora 1-8 buah.

6

Gambar 1. Saccharomyces cerevisiae pembesaran 10 x 40 1.2.1.3 Ragi

Ragi atau fermen merupakan zat yang menyebabkan fermentasi. Ragi biasanya mengandung mikroorganisme yang melakukan fermentasi dan media biakan bagi mikroorganisme tersebut. Media biakan ini dapat berbentuk butiran-butiran kecil atau cairan nutrien. Ragi umumnya digunakan dalam industri makanan untuk membuat makanan dan minuman hasil fermentasi seperti acar, tempe, tape, roti, dan bir. Mikroorganisme yang digunakan di dalam ragi umumnya terdiri atas berbagai bakteri dan fungi (khamir dan kapang), yaitu Rhizopus, Aspergillus, Mucor, Amylomyces, Endomycopsis, Saccharomyces, Hansenula anomala,, Lactobacillus, Acetobacter, dan sebagainya. 1.2.2 Produk Ragi atau yeast merupakan suatu produk yang dibuat dengan cara membiakkan khamir jenis tertentu (Saccaromyces cerevisiae, Var ellipsoideus, Candida utilis, dll) dalam media serelia atau bahan lain yang sesuai, dalam keadaan seniter, dikeringkan dan mempunyai kemampuan untuk meragikan. Secara teoritis yeast dikelompokkan menjadi empat, yaitu primary yeast, secondary yeast, product made of yeast, dan product containing yeast. Dari masingmasing kelompok tersebut kemudian dibedakan lagi menjadi beberapa jenis. Untuk primary yeast misalnya, dibedakan menjadi 6 jenis lagi, yakni compressed bakers yeast dan active dried yeast yang digunakan dalam industri bread dan bakery, compressed wine yeast digunakan dalam industri anggur (wine), compressed

7

distillers yeast distilasi minuman ringan, food grade dried yeast dalam industri makanan, dan food or feed yeast yang juga digunakan dalam industri makanan. Dari berbagai jenis yeast tersebut, hanya ada dua jenis yeast yang secara komersial menguntungkan untuk diproduksi, yaitu bakers yeast dan dried yeast sebagaimana yang diproduksi di Indonesia. Sedangkan untuk yeast yang digunakan dalam industri anggur/bir pada umumnya produsen hanya membeli bibitnya saja (kultur murni), kemudian dikembangbiakan sendiri [Indochemical, 2011].

1.2.3 Gross Profit Margin (GPM) Perhitungan nilai GPM digunakan untuk menentukan kelayakan pemasaran ragi dari molasses. GPM dapat dihitung dengan cara menentukan selisih harga jual produk dengan harga pembelian bahan baku. Reaksi keseluruhan pembentukan ragi: C6H12O6 (1) + 1.7 O2 (2) + 0,6 NH3 (3) 4 (CH1,75N0,15O0,5) (4) + 3,4 H2O (5) + 2 CO2 (6) Tabel 3. Harga Bahan Baku dan Produk Overall Reaksi lb mol Molecular Weight kg/kg yeast Rp/kg

C6H12O6 1 180

O2 1,7 32

NH3 0,6 17

CH1,75N0,15O0,5 4 23,85

H2O 3,4 18

CO2 2 44

7,547 1.481

1,342 0

0,713 3.401,525

1 12.200

0,755 0

1,845 7.380,25

( Sumber : Indocemical, September 2011)

8

GPM = (kg/kg yeast produk x harga produk) jumlah (kg/kg reaktan x harga reaktan) = ( ( 1 x 12.200) + (0 x 0,755) + ( 1,845 x 7.380,25)) ((7,547 x 1.481) + (1,342 x 0) + (0,713 x 3.401,525) = (12.200 + 13.616,56125) ( 11177,107 + 2425,287325) = ( 25816,56125 - 13.602,39433) = Rp 12.214,16692

Dari perhitungan GPM di atas dapat diketahui bahwa pabrik ragi ini layak untuk didirikan.

1.2.4 Economic Potential (EP) Tabel 4. Berat Molekul dan Harga Bahan Baku Komponen C6H12O6 O2 NH3 CH1,75N0,15O0,5 H2O CO2 Berat Molekul 180 32 17 23,85 18 44 Rp/kg 1.481 0 3.401,525 12.200 0 7.380,25 Rp/kg mol 266.580 0 57.825,925 290.970 0 324.731

EP

= =

( koef.produk x harga produk) ( koef.reaktan x harga reaktan) ((4x12.200)+(3,4x0)+(2x7.380,25)) ((1x1.481)+(1,7x0)+(0,6x3.401,525))

= = =

(48.800+0+14.760,5)-(1.481+0+2040,915)) (63560,5-3521,915) Rp 60.038,585

1.3 Prospek Pemasaran Industri ragi merupakan salah satu industri yang mempunyai prospek untuk dikembangkan di Indonesia. Pada tahun 2010, konsumsi ragi ke industri roti/bakery mencapai 5.803 ton sedangkan industri biskuit mengkonsumsi ragi sebesar 297 ton. Menurut indochemical (2011), konsumsi ragi akan meningkat dalam 5 tahun kedepan. Pada tahun 2011, konsumsi diperkirakan akan meningkat 2%, pada empat tahun9

mendatang konsumsi diperkirakan akan terus meningkat dengan laju masing-masing sebesar 4%, 5%, 6% dan 8%. Saat ini, terdapat dua produsen ragi di Indonesia yaitu PT Indo Fermex dan PT Sama Indah. PT Indo Fermex yang berlokasi di Bogor, Jawa Barat memiliki kapasitas produksi sebesar 2.000 ton per tahun, sedangkan PT Sama Indah yang berlokasi di Bandung memiliki kapasitas produksi 1.000 ton per tahun. Jadi, total kapasitas produksi ragi di Indonesia sebesar 3.000 ton per tahun [ Indochemical, 2011 ].

Tabel 5. Data kapasitas produksi dan konsumsi ragi berbasis molasses di Indonesia Tahun 2011 Kapasitas pabrik yang ada Proyek konsumsi 3.000 2012 3.000 2013 3.000 2014 3.0000 2015 3.000

6.445

6.703

7.038

7.460

8.057

Dari data kapasitas pabrik yang ada dan proyek konsumsi, maka kebutuhan pasar terhadap kebutuhan ragi di Indonesia mengalami kekurangan kapasitas tiap tahunnya. Dengan kapasitas produksi yang masih dibawah permintaan pasar, maka ketergantungan terhadap pasokan impor masih terjadi dengan kapasitas yang terus meningkat. Oleh karena itu, peluang investasi baru maupun dalam rangka perluasan di industri yeast cukup menguntungkan untuk dilakukan di Indonesia.

1.4

Pemilihan Lokasi Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi pabrik sebagai berikut. 1. Ketersediaan Bahan Baku Lampung merupakan daerah yang fokus pada pengembangan lahan bagi perkebunan besar seperti kelapa sawit, karet, tebu, lada hitam, kopi dan lain-lain. Oleh karena itu, banyak industry pengolahan tebu yang sedang berkembang. Dengan adanya industry ini maka bahan baku untuk pembuatan ragi yang berupa molasses dapat diperoleh dari PT. Gunung Madu Plantation yang berlokasi di Desa Gunung Batin, Lampung Tengahsekitar 90 km arah utara kota Bandar Lampung. Produksi utama PT. GMP berupa gula pasir, rata-rata 200.00010

adalah

ton/tahun. Sedangkan hasil sampingan berupa molasses sebesar 73.434.65 ton/tahun.

Gambar 2. Peta lokasi Industri Tebu 2. Pemasaran Untuk pemasaran produk perlu diperhatikan letak pabrik dengan pasar yang membutuhkan produk tersebut guna menekan biaya pendistribusian ke lokasi pasar dan waktu pengiriman. Produk yeast ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhanakan permintaan didalam negeri. Dan sasarannya adalah pabrik pengolahan bakery di indonesia. Karena lampung terletak di daerah yang strategis, (pintu utama masuk ke sumatera dari jawa) maka produk ini bisa distribusikan ke pulau jawa dan sumatera.

3. Sarana Transportasi Sarana transportasi diperlukan untuk mengangkut bahan baku dan memasarkan produk. Lampung merupakan salah satu daerah penghasil tebu

terbesar di Indonesia, maka untuk mengangkut bahan baku hanya di butuhkan transportasi darat saja. Selain itu, untuk memasarkan produk juga membutuhkan transportasi darat dan laut, misalnya untuk mendistribusikan produk ke pulau jawa.

4. Tenaga Kerja Tenaga kerja yang dibutuhkan dapat direkrut dari tenaga ahli dan berpengalaman dibidangnya misalnya lulusan Teknik Kimia Universitas Riau dan11

tenaga kerja lokal yang berasal dari lingkungan masyarakat sekitar pabrik.sebagai tenaga ahli (skilled labour), menengah, maupun sebagai buruh kasar (unskilled labour).

5.

Utilitas Banyak tersedia bahan pendukung utilitas seperti air, listrik, fuel oil, dan sebagainya. Kebutuhan air untuk konsumsi,sanitasi dan pendingin diperoleh dari sumber air sungai yaitu sungai way seputih yang memili panjang 190 km. Sedangakan sumber listrik dapat dipenuhi dari PLN, disamping itu energi listrik juga dapat diproduksi sendiri menggunakan Diesel Generator Jet.

6. Kebijaksanaan Pemerintah Sesuai dengan kebijaksanaan pengembangan industri, Pemerintah telah menetapkan Lampung sebagai kawasan industri yang terbuka bagi investor. Pemerintah sebagai fasilitator telah memberikan kemudahan-kemudahan dalam perizinan, pajak dan hal-hal lain yang menyangkut teknis pelaksanaan pendirian suatu pabrik.

7.

Iklim Tebu merupakan tanaman yang tumbuh pada iklim tropis, oleh karena itu posisi Indonesia di daerah tropis sangat menguntungkan dan memudahkan bagi pengembangan pabrik, serta kelancaran proses produksi dan pemasaran.

8. Kondisi tanah dan daerah Kondisi tanah yang relatif masih luas dan merupakan tanah datar sangat menguntungkan. Selain itu, keadaan alam Lampung di sebelah barat dan selatan merupakan daerah yang berbukit-bukit sebagai sambungan dari jalur Bukit Barisan di Pulau sumatera, di bagian tengah-tengah merupakan dataran rendah sedangkan ke dekat pantai di sebelah timur, di sepanjang tepi Laut jawa terus ke utara merupakan perairan yang luas. Lampung juga merupakan salah satu kawasan industri di Indonesia sehingga pengaturan dan penanggulangan mengenai dampak lingkungan dapat dilaksanakan dengan baik.

12

1.5

Kapasitas Pabrik Dengan membandingkan antara kapasitas produksi pabrik yang ada dengan proyek konsumsi nya di Tabel 3, maka dalam jangka waktu 5 tahun mendatang kekurangan kapasitas produksi ragi akan terus meningkat. Bila pada tahun 2011 kekurangan diperkirakan sekitar 3.445 ton, pada tahun 2015 akan meningkat menjadi 5.057 ton. Dan kebutuhan ekspor Indonesia diperkirakan dari linearisasi yang dapat dilihat di gambar 3, kebutuhan eksport pada tahun 2015 adalah 75 ton. Pabrik direncanakan akan didirikan pada tahun 2012 dan akan mulai berproduksi pada tahun 2015. Pabrik ini akan menjadi pabrik ragi ke 3 di Indonesia dengan kapasitas 6.000 ton/tahun. Penentuan kapasitas ini diperkirakan dari perkiraan konsumsi ragi dan kebutuhan ekspor tahun 2015 mendatang. Liniearisasi kebutuhan ekspor ragi dapat dilihat dari Gambar 2.45 40 35 Ekspor yeast (ton) 30 25 20 15 10 5 0 2005 2006 2007 2008 Tahun 2009 2010 2011 y = 7.2x - 14433

Gambar 3. Proyeksi ekspor ragi di Indonesia

13

BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1 Teknologi Proses Tekhnologi proses yang digunakan dalam proses pembuatan ragi adalah fermentasi. Dengan menggunakan mikroorganisme Saccharomyces cerevisiae, substrat molase dari limbah produksi gula dan kondisi operasi proses adalah aerob. Pada proses fermentasi dalam skala besar, molase dicairkan dari 800 Brix menjadi 300 Brix dengan pH 5. Hal ini dilakukan untuk menurunkan viskositas dan membuat molase yang dapat dipompa, tetapi juga untuk memungkinkan penghapusan sedimen (pasir, kotoran, materi koloid) sebelum sterilisasi. Kemudian, proses sentrifugal digunakan untuk memisahkan padatan tidak larut, kemudian disterilisasi

menggunakan suhu tinggi. Nutrisi yang dibutuhkan ditambahkan secara terpisah. Penambahan amonia sebagai nutrien dilakukan secara terpisah agar pH dalam proses fermentasi tidak berubah. Proses fermentasi berlangsung pada suhu 300 C dan pH antara 4,5 6,5. pH yang terlalu tinggi, dapat mempercepat produksi ragi tetapi juga meningkatkan pertumbuhan kontaminan. Proses fermentasi dalam skala besar ini dilakukan secara fed-batch. Oksigen merupakan bagian terpenting dalam pertumbuhan ragi. Proses fermentasi berlangsung selama 12 18 jam( Kirk Otmer, 1998). Untuk mencegah konsentrasi alkohol sebagai produk samping, agar tidak lebih dari 1% maka laju alir umpan dari non-molase harus dikontrol. Bibit ragi dengan sumber karbon pada tingkat awal memungkinkan dimulainya pertumbuhan ragi dan kemudian meningkatkan laju pengumpanan sumber karbon sehingga mencapai laju umpan maksimal dengan tetap menjaga konsentrasi alkohol pada tidak lebih tinggi dari 1% pada suhu 20-450C dan pH 3-8 (US PATENT, 1999).

14

2.2 Uraian ProsesDissolving and settling 3 sterilizing cooling

4 5

separating

fermentation

addition

purification

Fresh yeast

Concentrating

Dried yeast

Packing

Cooling and Pressing

Gambar 4. Flow Diagram Pembuatan Ragi

Dissolving and Settling Kandungan gula yang tinggi pada molase diperlukan sebagai bahan baku pembuatan ragi. Langkah pertama pembuatan suspensi yang terdiri dari molase dan air. Setelah suspensi terbentuk maka bagian yang berupa partikel besar (endapan) dibuang dari molase, sehingga didapatkan larutan molase murni.

Sterilizing Untuk memproduksi ragi dapat dilakukan dengan proses fermentasi. Ketika makanan difermentasi tidak boleh mengandung mikroorganisme lain.

Mikroorganisme ini dapat mengganggu pertumbuhan ragi. Hal ini dilakukan agar proses fermentasi berjalan dengan sempurna. Di samping itu, semua peralatan yang akan digunakan dalam proses fermentasi ini harus disterilisasi terlebih dahulu.

Cooling cairan gula didinginkan sampai suhu dibawah 330C. Suhu ini merupakan suhu terbaik untuk pertumbuhann ragi.

15

Additions Untuk membantu pertumbuhan ragi, perlu ditambahkan nutrisi ke dalamnya, misalnya asam dan garam. Selama proses ini, Saccharomyces cerevisiae ditambahkan. Saccharomyces cerevisiae yang ditambahkan harus murni.

Fermentation Selama beberapa hari ragi diberikan waktu untuk berkembang biak. Untuk pertumbuhan, suhu dijaga konstan pada tingkat yang tepat. Dalam menumbuhkan mikroorganisme membutuhkan oksigen. Oleh karena itu, udara steril terus dibawa ke larutan. Ragi juga bisa bertahan anaerob, namun akan menghasilkan etanol yang lebih banyak.

Separating Ragi tidak boleh mengkonsumsi gula secara berlebihan karena dapat menghambat perkembangbiakannya sampai fermentasi berakhir. Penambahan oksigen dan suhu tidak perlu dilakukan lagi. Setelah proses fermentasi berakhir, ragi dipisahkan dari campuran dengan cara disentrifus. Selanjutnya ragi yang diperoleh dimurnikan di tahap purification.

Purification Pemurnian ini dilakukan dengan cara centrifuge beberapa kali agar diperoleh ragi yang murni. Ragi yang murni ini dapat diproses sedemikian rupa sehingga dapat digunakan sebagai ragi segar atau seperti ragi kering aktif.

Concentrating Dalam memproduksi ragi segar, langkah pertama adalah memekatkan ragi tersebut dengan penyaringan vakum. Produk dibawa dibawah kondisi vakum dan melewati saringan. Penyaring tersebut mempunyai lubang kecil dimana sel ragi tidak dapat melewati lubang. Dengan begitu, komponen besar dari cairan yang mengandung garam dan asam terbuang dari biomassa nya.

Cooling and pressing Biomassa ragi didinginkan dan ditekan. Saat proses pendinginan, konsistensi dari produk meningkat. Untuk penyimpanan, temperatur harus dibawah 30C ini16

ditujukan untuk membuat sel ragi tidak aktif. Selanjutnya, ragi dicetak dengan menggunakan tekanan.

Packing Ragi yang telah dicetak kemudian dikemas dan disimpan dengan temperatur 30C. 2.3 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Proses Faktor-faktor yang mempengaruhi proses fermentasi adalah: sumber karbon, gas karbondioksida, pH substrat, nutrien, temperatur, dan oksigen. 2.3.1 pH pH dari media sangat mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme. Setiap mikroorganisme mempunyai pH minimal, maksimal, dan optimal untuk

pertumbuhannya. Untuk Saccharomyces cerevisiae pH optimum pertumbuhannya adalah 4.5 5.5 (Moat and Foster, 1988). 2.3.2 Nutrien Dalam pertumbuhannya mikroba memerlukan nutrient. Nutrien yang dibutuhkan digolongkan menjadi dua yaitu nutrien makro dan nutrien mikro. Nutrien makro meliputi unsur C, N, P, K. Unsur C didapat dari substrat yang mengandung karbohidrat, unsur N didapat dari penambahan urea, sedang unsur P dan K dari pupuk NPK. Unsur mikro meliputi vitamin dan mineral-mineral lain yang disebut trace element seperti Ca, Mg, Na, S, Cl, Fe, Mn, Cu, Co, Bo, Zn, Mo, dan Al (Jutono, 1972). 2.3.3 Suhu Mikroorganisme mempunyai suhu maksimal, optimal, dan minimal untuk pertumbuhannya. Temperatur pertumbuhan yang optimum untuk Saccharomyces cerevisiae adalah 28 360C. 2.3.4 Oksigen Berdasarkan kemampuannya untuk mempergunakan oksigen bebas,

mikroorganisme dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: aerob apabila untuk pertumbuhannya mikroorganisme memerlukan oksigen, anaerob apabila

mikroorganisme akan tumbuh dengan baik pada keadaan tanpa oksigen, dan fakultatif apabila dapat tumbuh dengan baik pada keadaan ada oksigen bebas maupun tidak ada oksigen bebas. Sebagian besar yeast merupakan mikroorganisme aerob.17

Daftar Pustaka Anonim, 2006, Molase and Etanol, (http://id.advantacell.com/wiki/molaseandethanol.htm), diakses 4 Oktober 2011. Anonim, 2008, Yeast Production, http://www.hyfoma.com/en/content/food-branchesprocessing-manufacturing/other-branches/yeast-production/#heading8, diakses 4 Oktober 2011. Badan Pusat Statistik, 2011, Produksi Perkebunan Gula Tebu Indonesia (Ton), http://www.bps.go.id, diakses 4 Oktober 2011 Capricorn Indonesia Consult, Juli 2011, Laporan Bisnis. Indochemical: Jakarta. Jutono et al, 1972, Dasar-Dasar Mikrobiologi (Untuk Perguruan Tinggi), Gadjah Mada University Press, Jogjakarta. Moat, A.G. and J.W. Fooster, 1988. Microbiological physiology second edition.John Wiley and Sons Inc., New York. Olbrich, hubert, 1963, Molasses, Fermentation technologist institut fur zuckerindustrie, Berlin Otmer, Kirk, (1998), Encyclopedia of Chemical Technology, Jhon Willey & Son, Inc. New York. Plomp, P.J.A.M, 1999, Bakers yeast and a methode producing it,US PATENT, 5916609

18

LAMPIRAN A

1. Molase Specific heat : 0.5 cal/kg/0C

Koefisien viskositas molasses (Olbrich, 1963) Viscosity coefficient (Poise) Beet molasses ( 75 to 82 Brix) Absolute ( at 180C) ~ 40 -600 Relative ( at 200C) ~4000 - 60000

2. Saccharomyces cerevisiae Komposisi sel khamir Saccharomyces cerevisiae Senyawa Abu Asam nukleat Lemak Nitrogen Jumlah (%) 5.0 9.5 6.0 12.0 2.0 6.0 7.5 8.5

Kandungan Asam amino dalam khamir Saccharomyces cerevisiae Asam amino

Jumlah (%) 4,1-4,8 4,6-5,3 7,7-7,8 7,0-7,8 1,6-1,7 0,9 4,8-5,4 1,1-1,3 5,3-5,8

Fenilalanin Isoleusin Lisin Leusin Metionin Sistin Treonin Triptofan Valin

19