Revisi draft 1

81
I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan lahan pertanian luas yang tersebar di berbagai pelosok negeri. Oleh karena itu, Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bermata pencaharian di sektor pertanian. Tetapi, sekarang lapangan pekerjaan di sektor pertanian seakan-akan berkurang atau terbatas secara relatif berarti jumlah tenaga kerja lebih banyak dari sumber daya alam dan faktor produksi lainnya. Pentingnya sektor pertanian juga dapat dilihat dari besarnya nilai ekspor yang berasal dari pertanian. Ilmu ekonomi pertanian di Indonesia merupakan salah satu cabang tertua dari ilmu ekonomi yang dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip kelangkaan dan pilihan. Kandungan sumberdaya pada suatu wilayah menjadi landasan pengembangan konsep keunggulan komparatif yang menjadi esensi utama perdagangan barang dan jasa. Strategi aplikasi atau turunan konsep di atas kemudian dikenal sebagai keunggulan kompetitif, yang berkembang sangat pesat dalam

Transcript of Revisi draft 1

Page 1: Revisi draft 1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris dengan lahan pertanian luas yang

tersebar di berbagai pelosok negeri. Oleh karena itu, Indonesia masih

merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting

dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari

banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bermata pencaharian

di sektor pertanian. Tetapi, sekarang lapangan pekerjaan di sektor pertanian

seakan-akan berkurang atau terbatas secara relatif berarti jumlah tenaga kerja

lebih banyak dari sumber daya alam dan faktor produksi lainnya. Pentingnya

sektor pertanian juga dapat dilihat dari besarnya nilai ekspor yang berasal dari

pertanian.

Ilmu ekonomi pertanian di Indonesia merupakan salah satu cabang

tertua dari ilmu ekonomi yang dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip

kelangkaan dan pilihan. Kandungan sumberdaya pada suatu wilayah menjadi

landasan pengembangan konsep keunggulan komparatif yang menjadi esensi

utama perdagangan barang dan jasa. Strategi aplikasi atau turunan konsep di

atas kemudian dikenal sebagai keunggulan kompetitif, yang berkembang

sangat pesat dalam praksis dan peradaban umat manusia dalam proses

industrialisasi dan globalisasi saat ini.

Ekonomi pertanian di Indonesia merupakan ilmu ekonomi yang

berusaha mengungkapkan masalah-masalah pembangunan pertanian di

Indonesia yang diharapkan dapat memberi alternatif baru agar pertanian di

Indonesia bisa lebih maju dan berkembang. Keadaan perekonomian

masyarakat desa yang mayoritas petani cukup menarik untuk dikaji, apalagi

dalam kondisi keterpurukan ekonomi Indonesia saat ini merupakan hal

menarik untuk mengetahui bagaimana kondisi perekonomian di desa

menjadikan pertanian sebagai sektor utama penopang kehidupan. Mahasiswa

perlu mengetahui secara langsung keadaan petani secara menyeluruh baik

dari segi ekonominya maupun dari segi kegiatan pertaniannya. Daerah-daerah

Page 2: Revisi draft 1

yang berada di pedesaan, pada umumnya usahatani diusahakan dengan tujuan

utama untuk memenuhi kebutuhan kehidupan (subsistensi) petani dan

keluarganya. Secara ekonomis dapat dikatakan bahwa hasilnya sebagian besar

untuk memenuhi konsumsi keluarga, dan faktor-faktor produksi atau modal

yang digunakannya sebagian besar berasal dari usahatani sendiri. Sekarang

ini karena semakin meningkatnya kebutuhan hidup para petani, maka mereka

tidak haya menggantungkan nasib di sektor pertanian saja. Para petani

sekarang banyak yang bekerja di luar sektor pertanian sebagai pekerjaan

sampingan untuk menambah pendapatan mereka.

Konsumsi dari masyarakat pedesaan baik dalam hal pangan maupun

non pangan pada umumnya tidak sebesar konsumsi penduduk kota. Banyak

yang bisa dipelajari oleh mahasiswa di pedesaan ini, sebagai contohnya

adalah sifat gotong royong yang masih melekat pada jiwa masyarakat

pedesaan. Melalui kegiatan praktikum ekonomi pertanian ini mahasiswa

diharapkan memperoleh informasi mengenai keadaan sosial ekonomi di

pedesaan, sehingga dapat memberikan kontribusinya bagi pembangunan

Indonesia khususnya di sektor pertanian agar lebih maju dan berkembang di

masa mendatang.

Upaya mendapatkan suatu pengetahuan atau informasi yang dibutuhkan

tidak hanya mengandalkan teori yang kita peroleh dalam suatu perkuliahan

tetapi informasi atau pengetahuan tersebut akan lebih kuat kebenarannya

apabila kita melakukan praktik lapangan. Oleh karena itu, maka dilaksanakan

praktikum Ekonomi Pertanian yang diadakan di Kecamatan Sidoharjo,

Kabupaten Wonogiri, atau lebih tepatnya di Desa Sembukan.

B. Perumusan Masalah

Desa Sembukan merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan

Sidoharjo, Kabupaten Wonogiri. Desa ini memiliki lahan pertanian yang

cukup luas. Mayoritas penduduknya bermatapencaharian sebagai petani.

Terdiri dari petani pemilik penggarap, penyakap, penyewa dan buruh tani.

Dimana dalam pengolahan lahan pertaniannya petani di Desa Sembukan juga

Page 3: Revisi draft 1

mempekerjakan tenaga kerja upahan. Dalam praktikum ekonomi pertanian

ini, kita akan membahas beberapa hal sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik rumah tangga Desa Sembukan, Kecamatan

Sidoharjo, Kabupaten Wonogiri?

2. Bagaimana karateristik rumah tangga petani di Desa Sembukan,

Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Wonogiri?

3. Berapa besar pendapatan, konsumsi, tabungan, investasi dan strategi

bertahan hidup oleh rumah tangga petani di Desa Sembukan, Kecamatan

Sidoharjo, Kabupaten Wonogiri?

C. Tujuan Praktikum Ekonomi Pertanian

1. Mengenalkan mahasiswa kehidupan rumah tangga petani dipedesaan serta

diharapkan mahasiswa mengetahui secara nyata tentang karakteristik

rumah tangga petani di pedesaan.

2. Melatih mahasiswa menganalisis secara ekonomi mengenai pendapatan

rumah tangga petani baik dari usahatani maupun dari luar usahatani.

3. Melatih mahasiswa menganalisis konsumsi, tabungan, serta investasi oleh

rumah tangga petani.

D. Kegunaan Praktikum Ekonomi Pertanian

1. Bagi pemerintah Kabupaten Wonogiri, hasil praktikum ini diharapkan

dapat menjadi sumbangan pemikiran dari mahasiswa mengenai kondisi

dan karakteristik pedesaan serta kehidupan rumah tangga petani di

Kecamatan Nguntoronadi, Kecamatan Ngadirojo, Kecamatan Sidoharjo,

dan Kecamatan Jatisrono.

2. Bagi Fakultas Pertanian UNS, hasil praktikum ini diharapkan dapat

mendukung kelengkapan dalam penerapan kurikulum pendidikan

pertanian.

3. Bagi mahasiswa, untuk menambah wawasan tentang ekonomi pertanian

dan sebagai persyratan dalam menempuh mata kuliah ekonomi pertanian

di semester satu.

Page 4: Revisi draft 1

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Karakteristik Pedesaan

Penduduk desa baik secara individu atau komunitas akan otomatis

terlibat dalam pengaturan kehidupan bermasyarakat di pedesaan. Kultur

masyarakat desa yang demikian menyebabkan penduduk desa dapat

mengatur sendiri pemerintahannya. Hal ini sesuai dengan karakter pedesaan

dan budaya masyarakat desa itu sendiri yang berbeda dengan perkotaan.

Kehidupan masyarakat pedesaan cenderung lebih sederhana sedangkan

kawasan perkotaan dengan segala aktivitasnya memiliki intensitas yang

tinggi (Anonima, 2007).

Hubungan daerah pedesaan dan perkotaan pada umumnya bertambah

erat dengan cepat walaupun ada desa-desa yang letaknya terpencil.

Hubungan tadi tidak semata-mata ditentukan oleh letak dan jarak, tetapi

dipengaruhi juga oleh pemenuhan kebutuhan daerah pedesaan yang

berorientasi pada kota.  Hubungan-hubungan tadi tersalur melalui misalnya

perdagangan (pemasaran hasil pertanian), pendidikan, penawaran tenaga

kerja, merantau dan juga melalui media massa seperti radio transistor dan

televisi (Luthfifatah, 2008).

Masyarakat desa selalu memiliki ciri-ciri atau dalam hidup

bermasyarakat, yang biasanya tampak dalam perilaku keseharian mereka.

Pada situasi dan kondisi tertentu, sebagian karakteristik dapat

digeneralisasikan pada kehidupan masyarakat desa di Jawa. Namun

demikian, dengan adanya perubahan sosial religius dan perkembangan era

informasi dan teknologi, terkadang sebagian karakteristik tersebut sudah

“tidak berlaku” (Yudi, 2008).

Topografi lahan menggambarkan penggunaan lahan pertanian yang

didasarkan pada tinggi tempat. Untuk tanah dikategorikan sebagai lahan

dataran pantai, dataran rendah dan dataran tinggi. Pembagian klasifikasi

menurut topografi ini juga menggambarkan macam usaha pertanian yang

diusahakan oleh penduduk bertempat tinggal di sekitar lokasi itu, misalnya

Page 5: Revisi draft 1

di dekat pantai diusahakan usaha perikanan seperti usaha tambak ikan.

Dataran rendah mungkin dapat diklasifikasikan menjadi dataran rendah

yang beririgasi dan tidak beririgasi atau tegalan di dataran rendah

(Dumairy 2000).

Masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih

mendalam ketimbang hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan

lainnya. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar sistem

kekeluargaan. Penduduk masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari

pertanian walaupun terlihat adanya tukang kayu, tukang genteng dan bata

dan lainnya. Akan tetapi, inti pekerjaan penduduk adalah pertanian

(Yuniastuti, 2001).

B. Pertanian dan Produktivitas Usahatani

Telah diketahui bersama bahwa saat ini mayoritas petani Indonesia

terkategori sebagai petani gurem dan petani buruh. Petani gurem bisa

diartikan sebagai petani yang kepemilikan lahannya kurang dari 0,5 ha.

Sedangkan petani buruh adalah orang yang berprofesi sebagai petani yang

‘nggarap’ lahan pertanian orang lain sedangkan dia sendiri tidak memiliki

lahan. Rata-rata petani Indonesia seperti itu karena pada umumnya lahan

pertanian dikuasaikalangan atas yang biasa tinggal di perkotaan

(Nurhindarno dan Casdimin, 2009).

Negara berkembang memandang pertanian sebagai isu sensitif dan

penting, sebagaimana sudah menjadi ciri sosial ekonomi masyarakatnya.

Namun negara maju yang sudah menjadi negara industri, dengan jumlah

petani dan kontribusi pertanian yang kecil, ternyata juga mati-matian

membela sektor pertaniannya. Telah dipahami, pertanian berperan besar

dalam penciptaan kesempatan kerja dalam memberi sumbangan terhadap

pendapatan nasional, sumbangan terhadap ekspor bersih dan memberi

pengaruh terhadap inflasi. Arti penting itu akan semakin nyata jika kita

mendalami ekonomi daerah-daerah kabupaten di Indonesia yang sebagian

besar masih berbasis pertanian. Pertanian juga memberi prospek baru yang

spektakuler, seperti potensi biodiesel yang diproyeksikan akan mengganti

Page 6: Revisi draft 1

bahan bakar minyak mobil untuk kendaraan bermotor atau potensi

biofarmaka bagi pengembangan obat-obatan, kosmetik dan suplemen

(Krisnamurthi, 2003).

Sifat khusus dari masyarakat petani adalah mempunyai hubungan

dengan tanah dengan ciri spesifik produksi pertanian berakar pada keadaan

khusus petani. Usahatani keluarga merupakan satuan dasar pemilikan,

produksi, konsumsi dan kehidupan sosial petani, kepentingan pokok

pekerjaan dalam menentukan kedudukan sosial, peranan, serta kepribadian

petani dikenal secara baik oleh masyarakat bersangkutan. Struktur sosial

desa merupakan keadaan khusus bagi daerah tertentu dan waktu tertentu;

masyarakat petani merupakan sebuah kesatuan sosial pra-industri yang

memindahkan unsur -unsur spesifik struktur sosial-ekonomi dan

kebudayaan lama ke dalam masyarakat kontemporer (Triyono et all 2002).

Produktivitas adalah ukuran yang menyatakan berapa banyak input

yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah output. Produktivitas

didefinisikan dengan rasio antara pengukuran output dengan masukan atau

input, biasanya merupakan pengukuran rata-rata yang ditunjukkan dengan

total output dibagi total input dari sumberdaya khusus. Produktivitas

mengandung pengertian sikap mental bahwa kualitas kehidupan harus lebih

baik dari sebelumnya (Otto, 2002).

Istilah produktivitas secara ekonomis menggambarkan suatu

perbandingan antara keluaran dan masukan dalam Rutkauskas dan

Paulaviciene, (2005). Selanjutnya, Olaoye (1985) mengamati bahwa

produktivitas itu sebagai suatu konsep yang dapat ditinjau dari dua dimensi,

yakni produktivitas faktor total (TFP) dan produktivitas parsial. Bentuk

hubungan pada produktivitas digambarkan sebagai hubungan antara

produksi output dan indeks dari gabungan input (khususnya tenaga kerja,

barang modal dan sumber alam) (Mohanty, 2000).

C. Pendapatan Petani Pedesaan

Masyarakat pedesaan di Indonesia bisa dikatakan sebagai masyarakat

petani, dan di dalamnya termasuk mereka yang berkecimpung di bidang

Page 7: Revisi draft 1

peternakan. Walaupun tel;ah teradi pergeseran-pergeseran dalam sektor

pekeraan, basis utamanya masih di dominasi oleh kegiatan pertanian.

Rendahnya pendapatan yang diterima petani pada umumnya mendiami

wilayah pedesaan, juga menjadi penyebab terjadinya ketimpangan

pendapatan antara desa dan kota dan antara kawasan barat dengan kawasan

timur Indonesia (Mubyarto,2001).

Hasil produksi pertanian sendiri masih terbatas dalam pengertian

jumlah, mutu, dan konstinuitasnya. Akibatnya pendapatan petani tetap

rendah. Masalah itu diperburuk dengan lemahnya posisi tawar petani

terhadap pedagang (tengkulak), sehingga harga jual produknya relatif

rendah karena ditentukan secara sepihak oleh para pedagang. Ironisnya

petani sulit keluar dari situasi ketergantungan terhadap tengkulak ini.

Sementara informasi pertanian yang baik dan sistem pemasaran alternatif,

yang memberikan keuntungan yang layak bagi petani, belum banyak

berkembang. Pendapatan petani yang rendah terutama disebabkan karena

hasil produksinya yang rendah pula, karena luas garapan yang sempit

dengan tingkat produktivitas yang rendah, karena hanya diusahakan dengan

teknologi sederhana memakai peralatan dan sarana produksi lain yang

sangat terbatas (Anonimb, 2008).

Pekerjaan di luar pertanian merupakan sumber tambahan pendapatan

yang cukup penting dan di sebagian besar desa-desa, pekerjaan itu

merupakan sumber yang memberikan lebih dari 50% dari total pendapatan.

Golongan petani luas yang mempunyai surplus pendapatan dari pertanian

mampu menginvestasikan surplus itu pada usaha-usaha padat modal tapi

yang memberikan pendapatan relatif besar, misalnya alat-alat pengolahan

hasil pertanian, berdagang untuk mencukupi keluarganya. Hal ini berarti

bahwa petani luaslah yang lebih punya jangkauan terhadap sumber non

pertanian, yang pada gilirannya melahirk, an proses akumulasi modal dan

investasi yang saling menunjang baik di bidang pertanian atau non pertanian

di antara golongan elit pedesaan (Hagul 2002).

Page 8: Revisi draft 1

Besarnya pendapatan petani sangat berhubungan erat dengan luas

usaha pertanian. Perbedaan besarnya pendapatan usahatani ini juga

disebabkan oleh adanya perbedaan dalam struktur sumber daya lainnya

seperti pupuk, makanan ternak bermutu, pestisida, mesin/alat pertanian dan

penggunaan tenaga kerja. Peranan dari pendapatan usahatani sangatlah

penting terutama bagi petani kecil. Gejala pendapatan usahatani yang rendah

ini disadari oleh dua hal. Pertama adalah pendapatan absolut yang memang

rendah untuk dapat membiayai hidup. Kedua adalah tingkat penerimaan

yang rendah dari masing-masing sumber daya usahatani. Pertama adalah

soal kemiskinan pertanian dan yang kedua adalah usahatani komersial

meskipun usahatani subsisten juga sering mempunyai tingkat penerimaan

tadi lebih kecil daripada opportunity cost. Ini adalah di alam alokasi

penerimaan dari berbagai input milik sendiri, seperti tenaga kerja keluarga

tanah milik sendiri dan sebagainya. Sekitar empat perlima dari pendapatan

penduduk desa diperoleh dari kegiatan pertanian tanaman pokok yang

mereka kerjakan di lahan yang mereka miliki sementara pendapatan lainnya

berasal dari pengumpulan makanan ternak, tanaman obat, dan kayu.

Pendapatan masyarakat yang diperoleh dari pertanian lebih kurang sama

dengan jumlah yang mereka gunakan untuk keperluan hidupnya sehari-hari

(Rosyadi, 2003).

Masyarakat pedesaan di Indonesia bisa dikatakan sebagai masyarakat

petani, termasuk mereka yang berkecimpung dibidang peternakan.

Walaupun telah terjadi pergeseran-pergeseran dalam sektor pekerjaan, basis

utamanya masih didominasi oleh kegiatan pertanian. Secara umum sumber

pendapatan petani bersumber dari dua macam, yaitu dari pertanian dan non-

pertanian. Pendapatan dari pertanian terdiri dari hasil usahatani sendiri dan

dari hasil berburuh tani. Sumber pendapatan dari usahatani sendiri adalah

dari hasil pertanian yang meliputi komoditas pangan, hortikultura,

perkebunan, ternak, dan perikanan. Pendapatan hasil berburuh tani adalah

pendapatan dari luar kegiatan usahatani sendiri. Pendapatan dari luar

Page 9: Revisi draft 1

usahatani adalah pendapatan yang berasal dari bukan usaha pertanian

(Setyawan, 2002).

D. Konsumsi, Tabungan dan Investasi Pertanian

Konsumsi dari bahasa Belanda yaitu consumptie ialah suatu kegiatan

yang bertujuan mengurangi atau menghabiskan daya guna suatu benda, baik

berupa barang maupun jasa untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan

secara langsung. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau

jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri,

keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk

diperdagangkan. Jika tujuan pembelian produk tersebut untuk dijual kembali

maka dia disebut pengecer atau distributor. Konsumsi yang biasanya untuk

dimakan adalah yang merupakan hasil yang dianggap biasa oleh para petani,

sedangkan hasil yang bagus lebih untuk mereka jual dan ada juga sebagian

hasil yang mereka bagikan pada tetangga mereka sebagai bagian dari

kegiatan selamatan (Sumanto, 2004).

Konsumsi adalah suatu aktivitas memakai atau menggunakan suatu

prosuk barang atau jasa yang dihasilkan oleh para produsen. Perusahaan

atau perseorangan yang melakukan kegiatan konsumsi disebut konsumen

Penundaan konsumsi sekarang dapat diartikan sebagai investasi untuk

konsumsi di masa mendatang. Individu melakukan konsumsi dengan

memakai sumber daya yang ada untuk mendapatkan kepuasan atau utiiti

(utility). Setiap individu diasumsikan lebih menyukai konsumsi lebih

daripada konsumsi yang kurang. Asumsi ini dapat diartikan bahwa utiliti

marginal dari konsumsi adalah positif, yaitu penambahan konsumsi akan

meningkatkan utiliti (kepuasan). Asumsi yang lain adalah bahwa utiliti

marginal dari konsumsi sifatnya adalah menurun, yaitu peningkatan utiliti

untuk konsumsi yang sama akan semakin lebih kecil dari sebelumnya

(Guestav, 2008).

Pendapatan dari petani umumnya sebagai pemenuhan kebutuhan

sehari-hari baik yang mendesak maupun yang tidak mendesak. Dengan

adanya tabungan seorang petani dapat menjadikannya simpanan, jikalau

Page 10: Revisi draft 1

sewaktu-waktu mereka memiliki kebutuhan mendesak dan harus dipenuhi

mereka dapat mengambil uang dari tabungan tersebut. Didalam

perekonomian rumah tangga pertanian, tabungan mempunyai peran cukup

strategis sehingga preferensi menabung menjadi bagian dari perilaku

mereka. Tabungan sering digunakan sebagai “peredam” instabilitas

pengeluaran, terutama di masa paceklik. Peran tabungan yang lain adalah

sebagai cadangan modal untuk membiayai usahatani. Pada konteks

ketahanan pangan, peran sebagai stabilisator konsumsi menunjukkan

penggunaan tabungan menjadi salah satu pilihan strategi dalam menghadapi

ancaman rawan pangan (Hardono, 2003).

Investasi yang lazim disebut juga dengan istilah penanaman atau

pembentukan modal merupakan komponen ke dua yang menentukan tingkat

penghasilan agregat. Apabila para pengusaha menggunakan uang tersebut

untuk membeli barang-barang modal, maka pengeluaran tersebut dinamakan

investasi. Berinvestasi berarti menempatkan sejumlah dana atau barang

dalam jangka waktu tertentu, untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial,

dan atau manfaat lainnya di masa yang akan datang. Investasi dapat

dilakukan oleh pihak pemerintah maupun pihak swasta (kelompok atau

perorangan). Baik yang dilakukan pemerintah maupun swasta selalu

menekankan benefit yang akan diperoleh ketika akan menentukan investasi

yang akan dilakukan (Suryana dan Mochtar, 2006).

Bagi masyarakat modern, kata investasi tentu tidak asing lagi. Bisa

jadi setiap hari kita mendengar kata itu. Sebab semakin tinggi pendidikan

seseorang semakin tidak bersedia membiarkan asetnya menjadi tidak

berkembang dan untuk mengembangkan aset tersebutlah maka diperlukan

investasi. Bagi sebagian masyarakat lainnya, barangkali telah melakukan

investasi tetapi tidak menyadarinya, seperti para petani di pedesaan.

Sehingga investasi dapat diartikan sebagai komitmen menanamkan sejumlah

dana pada satu atau lebih asset selama beberapa periode pada masa

mendatang (Jones, 2004).

Page 11: Revisi draft 1

III. METODOLOGI

A. Penentuan Sampel

1. Sampel Desa

Penentuan sampel desa ditentukan secara purposive (penentuan

sampel secara sengaja dan dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu),

yaitu Kecamatan Gemolong, Sumberlawang, Miri, Kalijambe, dan

Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen. Penentuan desa juga dilakukan

dengan metode purposive yaitu sebagian besar desa berada di Kecamatan

Nguntoronadi, Kecamatan Ngadirojo, Kecamatan Sidoharjo dan

Kecamatan Jatisrono sebanyak 38 desa.

2. Sampel Responden

Penentuan responden dengan cara cluster sampling, yaitu teknik

pengambilan sampel dengan cara mewawancarai rumah tangga petani

untuk setiap kebayanan. Rumah tangga petani yang dijadikan responden

terdiri dari rumah tangga petani pemilik-penyewa dan penyakap. Jumlah

petani yang diwawancarai dalam praktikum ini adalah 25 orang dan 3

tokoh masyarakat. Wawancara dilakukan dengan menggunakan lembar

kuisoner yang telah dipersiapkan.

B. Metode Pemgumpulan Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara

langsung. Wawancara tersebut dilakukan dengan responden atau petani

sampel. Wawancara tersebut meliputi hal-hal yang berkaitan dengan

ekonomi pertanian di daerah penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data pendukung yang diperoleh dari suatu

instansi terkait (misalnya Kelurahan, Dinas Pertanian, Kantor Statistik,

Kecamatan, dan lain-lain). Dengan melakukan pencatatan, yang meliputi

keadaan alam, kependudukan, keadaan pertanian, sarana dan prasarana

yang berupa monografi.

Page 12: Revisi draft 1

C. Metode Analisis Data

Analisis yang digunakan pada praktikum Ekonomi Pertanian ini

adalah:

1. Analisis persentase

Analisis persentase adalah analisis mengenai data yang dibagi

dalam beberapa kelompok yang dinyatakan dan diukur dalam persentase.

Dengan cara ini dapat diketahui kelompok yang paling banyak jumlahnya

yaitu ditunjukkan dengan persentase yang paling tinggi.

2. Tabulasi silang

Tabulasi silang merupakan perluasan dari analisis distribusi relatif

dengan menyajikan hubungan antara variabel satu dengan yang lainnya.

Oleh karena itu, antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya

harus saling berhubungan.

3. Angka rata-rata

Angka rata-rata merupakan angka untuk mengetahui tafsiran secara

kasar untuk melihat gambaran dalam garis besar dari suatu karakteristik

yang ada. Angka rata-rata didapat dari perbandingan antara nilai

keseluruhan dengan banyaknya responden.

4. Analisis usahatani

Analisis usahatani merupakan data sebagian besar status petani dan

komoditi pertanian yang diusahakan.

Page 13: Revisi draft 1

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Desa

1. Karakteristik Wilayah

Sebagian besar bentuk wilayah Desa Sembukan adalah datar, curah

hujan per tahun, yaitu 2.220 mm/th dengan jumlah bulan hujan sebanyak 6

bulan. Adapun jarak dan lama tempuh kantor desa/kelurahan dengan pusat

administrasi lainnya antara lain :

Jarak ke ibu kota kecamatan terdekat : 8 km

Jarak ke ibu kota kabupaten terdekat : 30 km

Desa Sembukan memiliki batas wilayah yaitu :

Sebelah barat : Desa Gemawang

Sebelah utara : Desa Tempursari

Sebelah timur : Desa Sempukerep

Sebelah selatan : Desa Tanjung Sari

Wilayah ini merupakan wilayah penghasil padi, dalam setiap tahunnya

terdapat tiga musim tanam padi. Jenis varietas tanaman padi yang ada di

desa Sembukan adalah IR 64 dan Serenaa. Desa ini terdiri atas 11 dusun, 9

RW, 21 RT.

2. Penduduk

a. Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga

Jumlah penduduk merupakan banyaknya penduduk yang tinggal di

Desa Sembukan. Jumlah penduduk dipengaruhi oleh kematian, kelahiran,

emigrasi dan imigrasi. Berikut ini disajikan tabel jumlah penduduk dan

jumlah rumah tangga Desa Sembukan :

Tabel 4.1.2.1 Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012

Jumlah Penduduk Jumlah KK4194 1129

Sumber : Analisis Data Sekunder

Page 14: Revisi draft 1

Berdasarkan Tabel 4.1.2.1 jumlah penduduk Desa Sembukan,

Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri sebanyak 4194 jiwa dengan

jumlah kepala rumah tangganya sebanyak 1129 Kepala Keluarga, sesuai

dengan angka yang tercantum di dalam data Data Sekunder Desa

Sembukan. Keadaan penduduk di Desa Sembukan Kecamatan Sidoarjo

termasuk padat, karena luas wilayah 1461,6378 hektar, di diami

sebanyak 1129 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk sebanyak

4194 jiwa.

b. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Jumlah penduduk dapat dilihat dari jenis kelaminnya. Perbandingan

antara jumlah penduduk laki-laki dan wanita dapat dilihat dari angka sex

ratio. Berikut ini disajikan tabel jumlah penduduk Desa Sembukan

menurut jenis kelamin :

Tabel 4.1.2.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012

Jenis kelamin Jumlah %Pria 2203 52,53Wanita 1991 47,47Jumlah 4194 100

Sumber: Data Sekunder

Berdasarkan tabel 4.1.2.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun

2012 dapat diketahui di Desa Sembukan, penduduk perempuan lebih

banyak daripada jumlah penduduk pria. Jumlah penduduk pria adalah

2203 jiwa, sedangkan penduduk wanita adalah 1991 jiwa.Selisih antara

penduduk pria dan wanita adalah sebanyak 212 jiwa.

Dengan membandingkan jumlah penduduk pria dan wanita, maka

dapat diketahui angka sex rationya, yaitu:

SR= Jumlah penduduk laki−lakiJumlah penduduk perempuan

x 100 %

= 22031991

x 100 %

Page 15: Revisi draft 1

= 110,64%

Berdasarkan perhitungan di atas, dapat diketahui besar sex ratio

adalah 110,64 %. Perhitungan tersebut menunjukkan bahwa

perbandingan antara penduduk pria lebih sedikit daripada wanita.

Perbandingan antara wanita dan pria tidak sama, maka pembagian kerja

antara pria dan wanita juga tidak sama. Meskipun pada kodratnya, pria

lebih banyak memegang peran sebagai pekerja dibanding peran wanita.

Namun di Desa Sembukan, hal tersebut tidak berlaku karena pria dan

wanita memiliki porsi yang sama dalam urusan pekerjaan.

c. Jumlah Penduduk Menurut Umur

Jumlah penduduk produktif dan non produktif selalu berubah

dikarenakan adanya kematian, merantau atau meninggalkan kampung

halaman dan menetap di desa lain, serta migrasi ke daerah lain. Tidak

semua umur merupakan usia produktif, usia produktif adalah penduduk

yang berusia 16-50 tahun. Sedangkan, penduduk yang merupakan usia

non produktif adalah berusia sekitar 0-15 tahun dan besar dari 50 tahun.

Tabel 4.1.2.3 Jumlah Penduduk Menurut Umur di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012

Umur (Tahun) Jumlah %0-4 514 12,255-9 480 11,44

10-14 520 12,3915-19 454 10,8220-24 404 9,6325-29 320 7,6230-39 467 11,1340-49 491 11,7050-59 400 9,53

60 tahun Keatas 344 8,20

Jumlah 4194 100Sumber: Data Sekunder

Berdasarkan tabel 4.1.2.3 Jumlah Penduduk Menurut Umur di Desa

Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012 di

atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk Desa Sembukan yang

Page 16: Revisi draft 1

berada pada usia non produktif 0-14 tahun sebanyak 1514 jiwa dan usia

60 tahun keatas sebanyak 344 jiwa. Jumlah penduduk usia produktif

yaitu usia 15-59 tahun sebanyak 2336 jiwa. Dengan mengetahui jumlah

penduduk berdasarkan usia non produktif dan usia produktif maka dapat

dihitung ABT (Angka Beban Tanggungan). Angka beban tanggungan

adalah perbandingan antara jumlah penduduk yang tidak produktif

dengan jumlah penduduk yang produktif dikalikan 100. Ini berarti bahwa

setiap 100 penduduk usia produktif harus menanggung sejumlah

penduduk usia nonproduktif.

ABT

= Jumlah penduduk nonproduktifJumlah penduduk produktif

x 100

= 15142336

x 100 = 64,81¿ 65

ABT didapat hasil 65, maka ABT sebesar 65 mengandung arti bahwa

setiap 100 penduduk usia produktif terdapat 65 penduduk usia non

produktif yang harus ditanggung. ABT dapat dijadikan sebagai indikator

perekonomian bagi suatu daerah. Bila ABT rendah maka kesejahteraan

penduduk lebih baik dan sebaliknya.

d. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan

Tingkat pendidikan di daerah pedesaan, umumnya masih rendah.

Begitu juga di Desa Sembukan yang rata-rata penduduknya belum

sekolah dan hanya sedikit yang melanjutkan pendidikan sampai

perguruan tinggi. Berikut ini disajikan secara rinci tentang keadaan

penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Sembukan:

Page 17: Revisi draft 1

Tabel 4.1.2.4 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2010

No Pendidikan Jumlah %1. Belum sekolah 640 24,382 SD 737 28,073 SLTP 739 28,154 SMU/SMK 419 15,965 D3 - -6 S1 90 3,427 S2 - -

  Jumlah 2625 100

Sumber: Data Sekunder

Berdasarkan tabel 4.1.2.4 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan di

Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012,

diketahui bahwa jumlah penduduk Desa Sembukan yang belum sekolah

sebanyak 640 jiwa, SD sebanyak 737 jiwa, untuk SLTP adalah sebanyak

739 jiwa. Untuk SMU/SMK sebanyak 419 jiwa dan untuk S1 sebanyak

90 jiwa. Dan belum ada penduduk yang menempuh pendidikan hingga

tingkat D3 dan S2. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa akses penduduk

di Desa Sembukan terhadap pendidikan masih tergolong rendah, hal ini

tampak dari banyaknya jumlah penduduk yang belum sekolah serta

masih sedikitnya masyarakat yang menempuh jenjang pendidikan

tamatan SD sehingga program wajib belajar 9 tahun belum terlaksana

dengan baik. Karena alasan biaya dan fasilitas pendidikan di desa yang

sangat terbatas, penduduk Desa Sembukan kurang dapat menikmati

pendidikan di tingkat yang lebih tinggi, bahkan sangat sedikit yang

mampu bersekolah hingga tingkat SMU.

e. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Manusia dalam memenuhi kebutuhannya memiliki mata pencaharian

yang beragam. Rata-rata penduduk di Desa Sembukan bermata

pencaharian sebagai petani. Berikut ini disajikan secara rinci tentang

jumlah penduduk menurut mata pencaharian di Desa Sembukan :

Page 18: Revisi draft 1

Tabel 4.1.2.5 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012

No Mata Pencaharian Jumlah %123456789

Petani sendiriBuruh taniBuruh BangunanPedagangPNSPengusaha KecilPengangkutanPensiunLain-lain

767605250401870156

1277

25,1619,848,21,310,592,290,490,1941,89

Total 3048 100Sumber: Data Sekunder

Berdasar tabel 4.1.2.5 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun

2012 diketahui bahwa penduduk Desa Sembukan bermatapencaharian

sebagai petani berjumlah 767 orang, buruh tani 605 orang, buruh

bangunan 250 orang, pedagang berjumlah 40 orang, PNS berjumlah 18

orang, Pengusaha Kecil berjumlah 70 orang, Pengangkutan berjumlah 15

orang, pensiun 6 orang , ,dan lain-lain 1277 orang.

Hampir semua penduduk di desa ini bermatapencaharian sebagai

petani, karena hanya dengan bertanilah mereka dapat melangsungkan

hidupnya. Dalam usahataninya mereka biasanya menggarap lahan sawah

baik miliknya sendiri maupun milik orang lain, menyewa, selain itu

ditemukan pula petani penyakap yang sistem pembagian hasil panen

dengan sistem bagi hasil.

3. Kondisi Pertanian

a. Tata Guna Lahan Pertanian

Tata Guna Lahan (land use) adalah  suatu upaya dalam

merencanakan penggunaan lahan dalam suatu kawasan yang meliputi

pembagian wilayah untuk pengkhususan fungsi-fungsi tertentu, misalnya

fungsi pertanian. Berikut ini disajikan secara rinci tentang jumlah

penduduk menurut tata guna lahan pertanian di Desa Sembukan :

Page 19: Revisi draft 1

Tabel 4.1.3.1 Tata Guna Lahan Pertanian Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2010

No. Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha) %1 Sawah 161,360 6,9423456

TegalPekaranganPemukimanHutan NegaraHutan Rakyat

42,4798096,532408,266

503250

1,874,1517,5521,6310,74

Luas Seluruhnya 2325,6378 100Sumber: Data Sekunder

Tata guna lahan pertanian yang ditunjukkan pada tabel 4.1.3.1 Tata

Guna Lahan Pertanian di Desa Sembukan memperlihatkan bahwa

sebagian besar lahan di Desa Sembukan digunakan untuk lahan sawah

yaitu sebesar 123 hektar atau 6,94 % dari total keseluruhan lahan yang

ada di desa tersebut, sedangkan sisanya digunakan untuk tegal, tanah kas

desa Sembukan, Pemukiman, Pekarangan dan Hutan Negara maupun

Hutan Rakyat.

Tata guna lahan di Desa Sembukan yang digunakan sebagai tanah

garapan tanah yaitu sawah dan tegal. Masa tanam sendiri setiap tahunnya

terdiri dari tiga masa tanam. Lahan sawah, masa tanam satu, dua dan tiga

biasanya ditanami padi. Usahatani tegal di Desa Sembukan biasanya

ditanami tanaman jagung. Sedangkan usahatani pekarangan kurang

dimanfaatkan secara maksimal. Rata-rata para petani menanaminya

dengan pohon jati. Dari hasil usaha pekarangan, sekiranya mampu

menambah penghasilan penduduk di desa ini.

b. Luas Panen dan Produksi Komoditi Pertanian

Pertanian adalah proses menghasilkan bahan pangan, ternak serta

produk-produk agroindustri dengan cara memanfaatkan sumber daya

tumbuhan dan hewan. Jenis-jenis tanaman yang ditanam pun berbeda-

beda, begitu pula dengan hasil panennya. Berikut ini disajikan secara

rinci tentang jenis-jenis tanaman yang diproduksikan dan hasil

produksinya di Desa Sembukan :

Page 20: Revisi draft 1

Tabel 4.1.3.2 Luas Panen dan Produksi Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2010

No Jenis Tanaman

Luas Panen (ha)

Produksi (ku)

Rata-rata/Ha (ku/ha)

1 Kedelai 40 40 1

Jumlah 40 40 1

Sumber: Data Sekunder

Dari data Tabel 4.1.3.2 Luas Panen dan Produksi Desa Sembukan

pada tahun 2010, diketahui bahwa di Desa Sembukan terdapat komoditas

yang ditanam di lahan pertanian warga, yaitu hanya ditanami kedelai dari

data monografi yang saya dapat, tetapi dari responden waktu disana

banyak responden yang menanam jagung, padi dan semacamnya.

Mungkin di monografi ini kurang lengkap.

c. Pola Tanam

Pola tanam diperlukan untuk mengetahui berapa jenis tanaman yang

akan ditanam dalam suatu lahan. Dengan begitu, penggunaan lahan akan

menjadi lebih efisien dan hasil yang didapat menjadi lebih baik. Berikut

ini disajikan secara rinci tentang pola tanam di Desa Sembukan :

Tabel 4.1.3.3 Pola Tanam Lahan Pertanian Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012

No Lahan Pola Tanam %1 Sawah Padi-Padi-Padi 100%

Sumber: Data Sekunder

Dari data Tabel 4.1.3.3 Pola Tanam Lahan Pertanian Desa Sembukan

di atas menunjukkan bahwa pola tanam yang dilakukan oleh warga Desa

Sembukan pada masing-masing lahan adalah pada lahan sawah yaitu

padi-padi-padi dengan persentase 100%. Hal ini manyebabkan lahan di

Desa Sembukan mengalami penjenuhan tanah karena para petani sering

menanami lahan tersebut dengan tanaman padi sepanjang musim tanam.

d. Tanaman Keras

Tanaman keras merupakan tanaman tahunan yang hidup lebih dari

dua tahun dan dapat memberi hasil berulang-ulang sesuai yang

diinginkan pemilik. Tanaman tahunan ini ada bermacam-macam jenisnya

Page 21: Revisi draft 1

dan juga mempunyai beberapa kegunaan dan hasil. Di bawah ini

disajikan tabel jenis tanaman keras yang ada di Desa Sembukan :

Tabel 4.1.3.4 Tanaman Keras di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2010

No Jenis tanaman Luas Panen (Pohon) Produksi (Ku)

1 Kelapa (tidak ada dimonografi)

(tidak ada dimonografi)

2 Mete (tidak ada dimonografi)

(tidak ada dimonografi)

Sumber: Data Sekunder

Dari data tabel 4.1.3.4 tanaman keras pada Desa Sembukan di atas

diketahui bahwa terdapat beberapa jenis tanaman keras yang dapat

digunakan untuk menambah penghasilan yaitu dengan cara dijual.

Tanaman tersebut antara lain, Kelapa yang ditanamn sebanyak 560

pohon dan Mete 3500 pohon. Sedangkan Luas panen atau sudah

menghasilkan tidak tercantum didalam monografi hanya data yang belum

menghasilkan.

e. Peternakan

Peternakan merupakan salah satu unsur dari pertanian yang tertuju

pada pemeliharaan hewan yang diorientasikan sebagai konsumsi

manusia. Peternakan juga kerap kali diusahakan oleh manusia untuk

menunjang tingkat pendapatan dengan cara dijual. Berikut ini disajikan

tabel jenis peternakan yang ada di Desa Sembukan :

Tabel 4.1.3.5 Peternakan Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2010

No Jenis Ternak Jumlah (ekor)1 Sapi 10302 Kambing 8903 Ayam Kampung 60004 Ayam Ras 120005 Itik 806 Angsa 20

Sumber: Data Sekunder

Dari tabel 4.1.3.5 peternakan Desa Sembukan pada tahun 2010

menunjukkan bahwa di desa Sembukan memiliki aset kepemilikan ternak

Page 22: Revisi draft 1

yang banyak antara lain sapi sebanyak 1030 ekor, kambing 890 ekor,

ayam kampung 6000 ekor, ayam ras 12000 ekor, itik 80 ekor dan Angsa

20 ekor. Pada umumnya, hasil ternak ini berorientasi untuk dijual ke

pasar. Untuk ternak sapi biasanya dijual ketika musim haji dan ada juga

yang di jual ketika ada kepentingan yang mendesak, misalnya untuk

bayaran SPP anak atau digunakan untuk kepentingan yang lainnya.

Ternak kambing biasanya dijual ketika musim haji juga, dan ketika ada

kepentingan yang mendadak, sehingga ternak kambing dan sapi adalah

untuk tabungan, sisa keuntunga dari hasil usahatani.

4. Kegiatan Sosial Ekonomi Pedesaan

a. Sarana Perekonomian

Institusi ekonomi berperan dalam melaksanakan produksi dan

distribusi barang dan jasa di dalam masyarakat. Berbagai macam bentuk

organisasi perekonomian dapat dijumpai dalam masyarakat kita. Berikut

ini disajikan secara rinci tentang kegiatan sosial ekonomi pedesaan pada

pasar, kios dan bakul keliling di Desa Sembukan :

Tabel 4.1.4.1 Sarana Perekonomian Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2010

No Jenis Jumlah1 Pasar Tradisional 42 Kios/warung 213 Koperasi RT 21

Sumber: Data Sekunder

Berdasarkan data yang kami dapat, sarana perekonomian Desa

Sembukan di atas menunjukkan ketersediaan sarana perekonomian di

Desa Sembukan cukup memadai karena sara ekonomiannya sudah cukup

lengkap. Sarana perekonomian pasar tradisonal terdapat 4 kios, sarana

perekonomian kios/warung di Desa Sembukan terdapat 21 toko dan

Koperasi RT terdapat 21 RT. Sarana Perekonomian tersebut menjadi

sarana yang penting dalam pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat yang

ada di Desa Sembukan. Selain sebagai sarana untuk pemenuhan

Page 23: Revisi draft 1

kebutuhan hidup masyarakat Desa Sembukan, sarana ini juga

dimanfaatkan sebagai pekerjaan sampingan di luar sektor pertanian.

b. Sarana Transportasi

Prasarana transportasi merupakan faktor utama dalam perkembangan

desa. Evaluasi terhadap lancarnya jalan cukup memberi gambaran

orbitasi pedesaan. Prasarana transportasi lebih khusus, universal serta

berperan penting bagi hubungan antar desa dengan kota terutama di

dalam lalu lintas ekonomi.

Tabel 4.1.4.2 Sarana Transportasi Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2010

No Jenis Jumlah1 Jalan Desa -km2 Jalan Kecamatan 8km3 Jalan Kabupaten - km4 Jembatan 1 buah

Sumber: Data Sekunder

Berdasarkan data tabel 4.1.4.2 Sarana Transportasi Desa Sembukan,

Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri diketahui bahwa di desa

tersebut tidak diketahui sarana transportasi berupa panjang jalan desa,

serta jembatan sebanyak 1 buah. Jalan-jalan tersebut berada dalam

keadaan baik serta sudah di aspal.

c. Pendidikan dan Kesehatan

Pendidikan merupakan variabel input yang memiliki determinasi kuat

terhadap kualitas manusia dan penduduk. Kualitas pendidikan

menentukan derajat kehidupan seseorang. Berikut ini disajikan secara

rinci tentang sarana pendidikan di Desa Sembukan.

Tabel 4.1.4.3 Sarana Pendidikan Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2010

No Sarana Pendidikan Jumlah1234

TKSDSMPSMA

-3--

Sumber: Data Sekunder

Page 24: Revisi draft 1

Tingkat pendidikan di Desa Sembukan yang masih tergolong rendah

karena program wajib belajar 9 tahun belum terlaksana dengan baik. Hal

ini dikarenakan alasan biaya dan fasilitas pendidikan di desa yang sangat

terbatas, seperti terlihat pada tabel. Sarana pendidikan SD hanya

berjumlah 3 buah, dan tidak terdapat SMP maupun SMA. Meskipun

begitu, bukan berarti warganya tidak memiliki kesadaran akan

pentingnya pendidikan karena setiap anak-anak dalam usia sekolah akan

bersekolah ke sarana pendidikan yang ada di desa bahkan pergi ke kota

terdekat.

Kesehatan masyarakat akan berpengaruh terhadap produktivitas dan

kualitas masyarakat. Karena kesehatan masyarakat yang semakin

menurun akan meningkatkan tingkat kematian. Masyarakat akan

mencapai produktivitas maksimal jika dalam keadaan sehat.

Tabel 4.1.4.4 Sarana Kesehatan Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012

No Sarana Kesehatan Jumlah12

PUSTUPOSYANDU

28

Sumber: Data Sekunder

Berdasarkan data sekunder pada tabel 4.1.4.5 Sarana Kesehatan Desa

Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kebupaten Wonogiri di atas, terlihat

bahwa sarana kesehatan yang terdapat di Desa Sembukan masih belum

sepenuhnya memadai, masyarakat Desa Sembukan kebanyakan berobat

ke PUSTU ataupun POSYANDU yang ada di desa tersebut. Karena

tempat berobat yang terjangkau di kalangan perekonomian rumah tangga

petani adalah dua sarana kesehatan tersebut. Apabila sakit yang diderita

parah, mereka membawa ke rumah sakit terdekat.

d. Sarana Peribadatan dan Sosial Kemasyarakatan

Sarana peribadatan merupakan faktor yang sangat penting. Ibadah

merupakan kewajiban semua umat manusia. Berbagai macam sarana

Page 25: Revisi draft 1

untuk beribadah dapat dijumpai di masyarakat kita. Berikut ini disajikan

tabel Sarana Peribadatan dan Sosial Kemasyarakatan di Desa Sembukan :

Tabel 4.1.4.5 Jumlah Sarana Peribadatan di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2010

No. Prasarana dan Sarana Jumlah1.2.3.4.5.

MasjidMusholaGerejaWiharaPura

-----

Jumlah - Sumber :Data Sekunder

Menurut Data Sekunder Desa Sembukan kecamatan Sidoarjo pada

tabel 4.1.4.5 disebutkan bahwa ada mushola ada masjid namun didalam

data yang saya miliki kurang lengkap maka pengisian data akan banyak

kekosongan.

Tabel 4.1.4.6 Jumlah Lembaga Sosial Kemasyarakatan di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2010

No. Prasarana dan Sarana Jumlah1.2.3.4.5.

Organisasi PerempuanOrganisasi PemudaOrganisasi ProfesiOrganisasi BapakLKMD

----

Jumlah - Sumber : Data Sekunder

Menurut Data Sekunder Desa Sembukan pada tabel 4.1.4.6

monografi desa yang kurang lengkap menyebabkan kami tidak dapat

mengetahui lembaga sosial kemasyarakatan lain selain organisasi

perempuan dan pemuda.

Hal tersebut menunjukkan bahwa di Desa Sembukan fasilitas untuk

sosial kemasyarakatan cukup memadai sehingga masyarakat dapat

memanfaatkan organisasi-organisasi tersebut untuk memecahkan

permasalahan dalam desa.

Page 26: Revisi draft 1

e. Penyediaan Sarana Produksi Pertanian

Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri memiliki

penyedia sarana dan produksi pertanian. Umumnya para petani di Desa

Sembukan memperoleh sarana produksi pertanian seperti benih dan

pupuk dengan cara membeli di kios saprodi yang ada di kecamatan tetapi

ada beberapa petani yang lebih memilih untuk memproduksinya sendiri.

Sedangkan sarana untuk pengolahan lahan seperti cangkul, sabit, dan

penyemprot hama, kebanyakan para petani sudah memiliki sendiri.

B. Karakteristik Rumah Tangga di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo,

Kabupaten Wonogiri

1. Identitas Responden

a. Status Rumah Tangga Petani, Jumlah Anggota Rumah Tangga Petani di

Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun

2012

Masyarakat Desa Sembukan yang rata-rata berprofesi sebagai petani

pada umumnya telah berusia matang, yaitu di atas 30 tahun dan sudah

berkeluarga. Di bawah ini disajikan secara rinci data jumlah anggota

keluarga di Desa Sembukan:

Tabel 4.2.1.1 Jumlah Anggota Keluarga di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012

Keterangan Jumlah Rata-rataSuamiIstriAnak

202021

11

1,05Jumlah 61 3,05

Sumber : Data Primer

Dari tabel 4.2.1.1 Jumlah Anggota Keluarga di Desa Sembukan,

Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012 di atas dapat

dilihat bahwa di Sembukan, Desa Sembukan, rata-rata jumlah anggota

setiap keluarga sebanyak 3 orang dan rata-rata memiliki 1 orang anak

setiap keluarganya. Mayoritas dari keluarga tersebut memiliki anak

Page 27: Revisi draft 1

yang sudah berkeluarga atau merantau sehingga rata-rata anak di

Sembukan, Desa Sembukan, tersebut hanya sedikit yaitu 1 anak.

b. Umur Suami (KK) dan Umur Istri di Desa Sembukan, Kecamatan

Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012

Pada sebuah keluarga terdapat struktur dimana ada kepala keluarga

dan anggota keluarga. Peran suami yaitu mencari nafkah dan

bertanggung jawab atas keluarganya. Sedangkan peran istri yaitu

mengurus seluruh kebutuhan keluarga. Umur berpengaruh terhadap

produktivitas sebuah keluarga dalam mencukupi kebutuhan hidupnya.

Tabel di bawah ini menyajikan secara rinci data Umur Suami (KK) dan

Umur Istri di KebayananSembukan, Desa Sembukan:

Tabel 4.2.1.2 Umur Suami (KK) dan Umur Istri di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012

No. Interval Umur (tahun)

Suami IstriJumlah % Jumlah %

123456

< 2021 – 3031 – 4041 – 5051 – 60

> 60

--1784

--5354020

-13763

-515353015

Sumber : Data Primer

Dari tabel 4.2.1.2 Umur Suami (KK) dan Umur Istri di Desa

Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012 di

atas dapat dilihat bahwa umur suami pada responden paling banyak

berada pada interval umur 51-60. Hal ini ditunjukkan dengan persentase

sebesar 40 % atau sebanyak 8 orang untuk umur suami pada interval

tersebut, untuk umur istri paling banyak pada interval 41-50 sebanyak

35 % atau 7 orang. Ini menunjukkan bahwa kebanyakan responden di

Kebayanan Sembukan Desa Sembukan masih berada pada usia

produktif meskipun ada yang telah memasuki usia non produktif.

Page 28: Revisi draft 1

c. Pendidikan Suami (KK) dan Istri di Desa Sembukan, Kecamatan

Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012

Usia dan tingkat pendidikan akan mempengaruhi sikap dan pola

pikir petani. Semakin matang usia petani maka pengalaman yang

diperoleh semakin banyak dan semakin tinggi tingkat pendidikan

petani, maka sikap dan pola pikirnya akan semakin maju.

Tabel 4.2.1.3 Pendidikan Suami (KK) dan Istri di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012

No. Tingkat Pendidikan Suami Istri Jumlah % Jumlah %

1.2.3.4.

0 – 34 – 67 – 9> 10

217-

1

1085-5

2171-

10855-

Jumlah 20 100 20 100 Sumber : Data Primer

Dari tabel 4.2.1.3 Pendidikan Suami (KK) dan Istri di Desa

Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012 di

atas dapat dilihat bahwa pendidikan suami yang paling banyak sampai

tingkat pada interval 4-6 tahun SD sebesar 85% sebanyak 17 orang,

sedangkan istri pada umumnya juga mengenyam pendidikan sampai

SD, yaitu sebesar 85 % sebanyak 17 orang sama seperti kebanyakan

suami.

Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan suami istri di Desa

Sembukan masih sangat rendah. Umumnya disebabkan karena

rendahnya tingkat ekonomi warga yaitu masih berpenghasilan rendah.

Pengetahuan mereka tentang pentingnya pendidikan masih kurang

bahkan jika mereka mengetahui akan pentingnya pendidikan, mereka

acuh tak acuh. Difikiran mereka hanya ada bagaimana cara untuk

memenuhi kebutuhan hidup terutama kebutuhan konsumsi makanan.

d. Jenis Pekerjaan yang Menghasilkan di Desa Sembukan, Kecamatan

Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012

Page 29: Revisi draft 1

Pekerjaan merupakan sarana masyarakat untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Banyak sekali pekerjaan yang dapat dilakukan

masyarakat sesuai bakat yang mereka miliki. Di bawah ini disajikan

secara rinci data jenis pekerjaan responden yang menghasilkan di Desa

Sembukan:

Tabel 4.2.1.4 Jenis Pekerjaan Responden yang Menghasilkan di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012

No. Jenis Pekerjaan Jumlah 1.2.3.4.5.

UT lahan sendiriUT lahan penyewaUT lahan penyakapTernak sendiriDi luar usahatania. Buruh pabrik b. Bakul di pasarc. Bakul keliling d. Pegawai negerie. Lainnya

373---1---

21Jumlah 62

Sumber : Data Primer

Dari tabel 4.2.1.4 Jenis Pekerjaan Responden yang Menghasilkan di

Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun

2012 di atas dapat disimpulkan bahwa suami maupun istri sebagian

besar bekerja sebagai petani. Untuk anak sebagian besar masih dalam

jenjang sekolah dan kebanyakan dari suami bekerja di lahan usahatani

sendiri walaupun hasil yang didapat terkadang belum mampu

mencukupi kebutuhan mereka.

2. Penguasaan Aset Rumah Tangga

a. Luas Pekarangan dan Luas Bangunan Responden di Desa Sembukan,

Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012

Pekarangan merupakan bagian dari rumah yang biasanya

dimanfaatkan untuk menanam tananaman kebutuhan dapur.Tanaman

yang biasanya ditanam seperti ubi kayu, ubi jalar, cabai, dan lain-lain.

Page 30: Revisi draft 1

Di bawah ini disajikan secara rinci data luas pekarangan dan luas

bangunan responden di Desa Sembukan:

Tabel 4.2.2.1 Luas Pekarangan dan Luas Bangunan Responden di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012

No. Aset Rumah Tangga Jumlah (m2) Luas Rata-rata1.2.

Pekarangan Bangunan

60105956

333,89330,89

Jumlah 11966 664,78

Sumber : Data Primer

Dari tabel 4.2.2.1 Luas Pekarangan dan Luas Bangunan Responden

di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun

2012 di atas menunjukkan jumlah luas pekarangan yang dimiliki

responden yang ada di Desa Sembukan sejumlah 6.010 m2. Ini berarti

rata-rata penduduk di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten

Wonogiri mempunyai pekarangan seluas 333,89 m2. Jumlah luas

bangunan responden secara keseluruhan adalah 5956 m2 dengan rata-

rata 330,89 m2.

Luas bangunan penduduk Desa Sembukan sudah cukup luas

dibandingkan dengan luas bangunan penduduk di daerah perkotaan.

Bangunan mereka umumnya mereka dapat dari orang tua mereka yang

dapat kita sebut hasil warisan. Biasanya orang-orang pedesaan memang

mempunyai luas bangunan yang cukup luas disebabkan karena mereka

mempunyai banyak anak, sehingga menuntut mereka untuk membuat

bangunan yang luas. Apabila disarming bangunan rumah masih ada

tempat yang disebut dengan pekarangan maka mereka biasanya

menanami dengan tanaman-tanaman yang digunakan untuk makan

sehari-hari contohnya sayur-sayuran.

b. Keadaan Bangunan Rumah Responden di Desa Sembukan, Kecamatan

Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012

Kuat atau tidaknya suatu rumah sangat dipengaruhi oleh kerangka

rumah itu sendiri.Sebuah rumah biasanya terdiri dari lantai, dinding,

Page 31: Revisi draft 1

kerangka dan atap rumah. Tabel di bawah ini disajikan secara rinci data

keadaan bangunan rumah responden di Desa Sembukan:

Tabel 4.2.2.2 Keadaan Bangunan Rumah Responden di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012

No. Jenis Jumlah1.

2.

3.

4.

Kerangkaa. Kayu Jatib. Kayu tahunc. BambuDindinga. Kayu Jatib. Kayu Tahunanc. Tembokd. Bambue. Batu bataAtapa. Gentingb. AsbesLantaia. Ubin b. Tanahc. Plester

1514

104042

200

0128

Jumlah 80 Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.2.2.2 Keadaan Bangunan Rumah Responden di

Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun

2012 di atas dapat diketahui bahwa keadaan bangunan rumah sebagian

besar adalah sebagai berikut: kerangka terbuat dari kayu jati dengan

dinding dari kayu jati dan atap rumah berupa genting. Lantainya

sebagian besar masih berupa tanah.

c. Pemilikan Elektronik, Kamar dan Mebelair di Desa Sembukan,

Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012

Elektronik, kamar, dan mebelair merupakan kebutuhan sekunder

setiap orang. Elektronik berfungsi untuk memperoleh berbagai

informasi yang ada di setiap belahan dunia. Tabel di bawah ini

menyajikan secara rinci data pemilikan elektronik, kamar dan mebelair

di Desa Sembukan:

Page 32: Revisi draft 1

Tabel 4.2.2.3 Pemilikan Alat Elektronik, Kamar dan Mebelair Responden di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012Jenis Jumlah Rata-rata

Radio TelevisiVCDKulkasHandphoneRuang TamuKamar TidurKursi TamuAlmari

919812021578552

0,450,950,41

1,541,052,854,252,6

Sumber : Data Primer

Menurut tabel 4.2.2.3 Pemilikan Alat Elektronik, Kamar dan

Mebelair Responden di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo,

Kabupaten Wonogiri Tahun 2012 di atas dapat diketahui bahwa

sebagian besar warga sudah memiliki televisi sendiri. Televisi tersebut

mereka gunakan sebagai sarana hiburan dan sumber informasi tentang

dunia luar. Kepemilikan ruang tamu dan kursi tamu untuk semua

responden sudah memiliki walaupun sebagian ada yang masih

sederhana.

d. Bahan Bakar Masak dan Penerangan Rumah Responden di Desa

Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012

Bahan bakar masak dan penerangan rumah merupakan salah satu

kebutuhan dalam rumah tangga yang selalu harus dipenuhi. Dalam

rumah tangga sekarang ini bahan bakar yang sering digunakan adalah

gas dan penerangan yang ada biasanya dari listrik PLN. Tabel di bawah

ini menyajikan secara rinci bahan bakar masak dan penerangan rumah

responden di Desa Sembukan:

Page 33: Revisi draft 1

Tabel 4.2.2.4 Bahan Bakar dan Penerangan Rumah di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012

Keterangan Penerangan Bahan BakarJumlah % Jumlah %

GasKayuMinyak tanahListrik

00020

000

100

42010

168040

Sumber : Data Primer

Dari tabel 4.2.2.4 Bahan Bakar dan Penerangan Rumah di Desa

Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012 di

atas dapat diketahui bahwa responden di Desa Sembukan sudah

memakai gas sebagai bahan bakar dalam rumah tangganya, hal ini

disebabkan oleh adanya bantuan dari pemerintah berupa kompor gas

dan tabung. Demikian pula dengan kepemilikan listrik, yang semua

responden telah dapat memanfaatkan aliran listrik yang telah masuk ke

Desa Sembukan.

e. Pemilikan Sumur, Kamar Mandi, WC dan kondisinya di Desa

Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012

Kamar mandi dan WC merupakan salah satu bagian dari sebuah

rumah. Kebanyakan orang kerap kali menilai tingkat kesehatan sebuah

rumah dengan melihat kamar mandi dan WC rumah tersebut. Tabel di

bawah ini menyajikan secara rinci data Kepemilikan Kamar Mandi dan

WC diDesa Sembukan:

Tabel 4.2.2.5 Kepemilikan Kamar Mandi dan WC di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012

Keterangan Jumlah Kamar mandiWC

1919

Sumber : Data Primer

Dari tabel 4.2.2.5 Kepemilikan Kamar Mandi dan WC di Desa

Sembukan di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

Page 34: Revisi draft 1

mempunyai kamar mandi dan WC sendiri di setiap rumahnya dan pada

umumnya bangunannya telah permanen.

Penduduk Desa Sembukan telah mengerti akan pentingnya

kepemilikan kamar mandi dan WC yang harus dimiliki oleh setiap

keluarga atau setiap rumah. Jika mereka belum mempunyai kamar

mandi dan WC, maka mereka akan mengganggu keluarga lain dengan

meminjam kamar mandi atau WC. Dalam keseharian mereka akan

menjadi ketimpangan dalam menjalankan kegiatan selanjutnya.

f. Pemilikan Alat Transportasi/Kendaraan Responden di Desa Sembukan,

Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012

Alat transportasi sangat dibutuhkan setiap orang dalam

memperlancar akses pengangkutan. Dengan adanya alat tranportasi kita

dapat pergi ke setiap tempat yang kita inginkan dengan mudah. Berikut

ini disajikan data kepemilikan alat transportasi/kendaraan responden di

Desa Sembukan:

Tabel 4.2.2.6 Kepemilikan Alat Transportasi/Kendaraan Respondendi Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012

No. Alat Transportasi Jumlah1.2.3.

SepedaSepeda MotorMobil

27140

Sumber : Data Primer

Dari tabel 4.2.2.6 Kepemilikan Alat Transportasi/Kendaraan

Responden di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten

Wonogiri di atas dapat disimpulkan bahwa pada umumnya para

responden cukup mampu karena telah memiliki alat transportasi

meskipun hanya sebatas sepeda atau sepeda motor yang sudah lebih

dari separuh warga. Dari 20 responden tidak ada yang memiliki mobil

kerana tidak memiliki cukup uang.

g. Pemilikan dan Asal Aset Rumah Tangga Responden di Desa

Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012

Page 35: Revisi draft 1

Rumah atau tanah merupakan aset bagi setiap pemiliknya, dimana

aset tersebut bisa berasal dari warisan orang tua, atau hasil jerih payah

sendiri. Aset sangat penting bagi setiap orang yang memilikinya karena

merupakan tolak ukur kekayaannya. Tabel di bawah ini menyajikan

secara rinci data kepemilikan dan asal aset rumah tangga responden di

Desa Sembukan:

Tabel 4.2.2.7 Kepemilikan dan Asal Aset Rumah Tangga Responden di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012

Status Sawah Tegal PekaranganBawaan SuamiBawaan IstriGono-giniLainnya

8246

----

----

Jumlah 20 0 0 Sumber : Data Primer

Dari tabel 4.2.2.7 Kepemilikan dan Asal Aset Rumah Tangga

Responden di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten

Wonogiri Tahun 2012 di atas, diketahui bahwa sawah yang mereka

miliki sebagian besar berupa sawah yang berasal dari bawaan suami.

Umumnya sawah yang berasal dari bawaan sumi berasal pula dari orang

tua mereka. Biasanya penduduk desa mempunyai sawah yang cukup

luas, karena mereka berfikir sawah adalah aset yang paling berharga

dan dapat berguna untuk anak-anaknya kelak.

3. Akses Pendidikan dan Pelayanan Kesehatan di Desa Sembukan,

Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri tahun 2012

Berdasarkan hasil pengamatan, secara umum penduduk di Desa

Sembukan dalam memperoleh sarana pendidikan dan pelayanan kesehatan

cukup memadai. Untuk pendidikan, telah terdapat Sekolah Dasar di Desa

Page 36: Revisi draft 1

Sembukan tersebut sehingga tidak perlu jauh-jauh untuk menempuh

jenjang pendidikan dasar. Untuk memperoleh pelayanan kesehatan,

sebagian besar penduduk di Desa Sembukan memanfaatkan Puskesmas

yang ada di Desa Sembukan tersebut, karena lebih murah dan dekat untuk

memeriksakan kesehatan. Bagi masyarakat yang menderita penyakit yang

serius dan harus mendapat penanganan khusus harus pergi keluar desa atau

kecamatan lain yang sarana kesehatannya lebih lengkap. Selain di

Puskesmas, di Desa Sembukan ini juga tersedia Bidan yang biayanya

dapat dijangkau oleh masyarakat di Desa Sembukan.

4. Pola Pangan Pokok dan Frekuensi Makan Keluarga di Desa Sembukan

Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Wonogiri tahun 2012

Secara umum masyarakat di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo,

Kabupaten Wonogiri memiliki pola pangan pokok yang selalu sama

disetiap tahunnya yaitu dengan nasi karena memang produk utama

usahatani yang dihasilkan di Desa Sembukan ini adalah padi. Untuk

frekuensi atau jumlah makan keluarga dalam sehari adalah tiga kali. Pola

pangan dengan nasi sebanyak tiga kali sehari ini sudah dilakukan sejak

mereka pertama kali diperbolehkan memakan nasi.

C. Pendapatan dan Konsumsi Rumah Tangga Petani

1. Biaya, Penerimaan dan Pendapatan dari Usahatani Sendiri

a. Biaya

Biaya adalah pengorbanan sumber daya ekonomis yang diukur

dengan satuan uang yang telah terjadi, sedang terjadi atau yang

kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu yang diharapkan dapat

memberi manfaat bagi proses produksi yang sedang dilakukan. Di

bawah ini disajikan secara rinci data biaya dari usahatani sendiri di

Desa Sembukan :

Page 37: Revisi draft 1

Tabel 4.3.1.1 Biaya dari Usahatani Sendiri di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012

Keterangan MT I MT II MT IIIPemilik PenggarapSawahTegalPekarangan

38,269,10018,668,500

-

45,516,60018,473,500

-

32,570,1007,584,500

-

Jumlah

PenyewaSawahTegalPekarangan

56,937,600

30,155,6003,368,000

-

63,990,100

9,957,1002,833,000

-

40,154,600

7,059,1001,874,000

-

Jumlah

PenyakapSawahTegal Pekarangan

33,523,600

2,992,500330,000

-

12,790,100

---

8,933,700

---

Jumlah 3.322.500 - -

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.3.1.1 Biaya dari Usahatani Sendiri di Desa

Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012

diperoleh jumlah rata-rata biaya yang dikeluarkan pada petani pemilik

penggarap, jumlah rata-rata biaya yang dikeluarkan pada MT I Rp

56.937.600, MT II Rp 850.056,00, MT III Rp 340.875,00. Penyewa

MT I sebesar Rp 4.716.000,00. Kemudian pada MT II Rp

1.716.000,00 dan pada MT III Rp 459.000,00. Sedangkan status

petani sebagai penyakap sangat jarang ditemui sehingga tidak dapat

diketahui biaya usahatani yang dikeluarkan.

Setiap masa panen tiba, petani akan mendapatkan penerimaan dari

hasil panen yang didapatkannya. Meskipun tidak semua hasil panen

dari petani dijual, namun hasil panen tersebut memiliki nilai yang

Page 38: Revisi draft 1

diterima petani. Berikut ini merupakan rincian penerimaan yang

diterima oleh petani dari tiga musim tanam di Desa Sembukan.

b. Penerimaan

Kita ketahui bahwa proses produksi yang dilakukan oleh seorang

produsen akan menghasilkan sejumlah barang atau produk. Produk

inilah yang merupakan jumlah barang yang bila dijual oleh seseorang

akan menjadikan penerimaan bagi seseorang tersebut. Jadi pengertian

penerimaan adalah sejumlah uang yang diterima oleh seseorang atas

penjualan produk yang dihasilkan. Di bawah ini disajikan secara rinci

data penerimaan dari usahatani sendiri di Desa Sembukan, Kecamatan

Sidoarjo :

Tabel 4.3.1.2 Penerimaan dari Usahatani Sendiri di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012

Keterangan MT I MT II MT IIIPemilik PenggarapSawahTegalPekarangan

114.275.00039,557,500

-

114.275.00039,557,500

-

85.043.00014,882,500

-

Jumlah

PenyewaSawahTegalPekarangan

153.832.500

59.187.5007,025,000

-

153.832.500

34.437.5004,725,000

-

99.925.500

27.387.5002,400,000

-

Jumlah

PenyakapSawahTegalPekarangan

66.212.500

6.750.0001,050,000

-

39.162.500

---

29.787.500

---

Jumlah 7.800.000 - -Sumber : Data Primer

Page 39: Revisi draft 1

Berdasarkan tabel 4.3.1.2 Penerimaan dari Usahatani Sendiri di

Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun

2012 diperoleh jumlah rata-rata penerimaan pemilik penggarap MT I

sebesar Rp 4.468.056,00. Kemudian pada MT II Rp 3.486.111,00 dan

pada MT III Rp 1.451.667,00. Pada petani penyewa penerimaan rata-

rata yang diperoleh pada MT I danMT II besarnya sama, yaitu Rp

5.250.000,00, pada MT III sebesar Rp 1.700.000,00. Biaya terbesar

yang dikeluarkan ada pada MT I. Hal ini terjadi karena pada MT I

membutuhkan biaya untuk membeli benih, pupuk, dan pestisida yang

biasanya digunakan untuk semua masa tanam.

Dari hasil panen yang dilakukan petani, pastinya sebagian besar

hasilnya dijual meskipun tidak semuanya. Dari hasil penjualan

tersebut, petani memperoleh pendapatan yang digunakan untuk

mencukupi kebutuhan hidupnya. Berikut ini analisis data pendapatan

usahatani dari sawah sendiri di Desa Sembukan.

c. Pendapatan

Penggunaan pendapatan didasarkan pada tingkat kebutuhan,

semakin besar pendapatan seseorang maka kebutuhan tersebut ikut

bertambah, sebaliknya semakin kecil pendapatan maka kebutuhan

tersebut semakin sedikit. Di bawah ini disajikan secara rinci data

pendapatan dari usahatani sendiri di Desa Sembukan :

Page 40: Revisi draft 1

Tabel 4.3.1.3 Pendapatan dari Usahatani Sendiri di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012

Keterangan MT I MT II MT IIIPemilik PenggarapSawahTegalPekarangan

76,005,90020,889,000

-

77,138,90021,084,000

-

60,853,4007,348,000

-

Jumlah

PenyewaSawahTegalPekarangan

96.894.900

28,951,9003,657,000

98.222.900

24,980,4001,892,000

68.201.400

20,828,400526,000

Jumlah

PenyakapSawahTegalPekarangan

3,757,500720,000

--

--

Jumlah

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.3.1.3 Pendapatan dari Usahatani Sendiri di

Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun

2012 diperoleh jumlah rata-rata pendapatan pemilik penggarap MT I

sebesar Rp 3.539.111,00. Kemudian pada MT II Rp 2.636.056,00 dan

pada MT III Rp 1.178.967,00. Pada petani penyewa, pendapatan rata-

rata yang diperoleh pada MT I Rp 534.000,00, MT II Rp 3.534.000,00

dan pada MT III Rp 1.241.000,00.

Pendapatan ada MT I paling rendah karena ada MT I biaya

usahatani lebih besar dibandingkan biaya usahatani pada MT I dan

MT II. Disebabkan biaya sewa lahan pada petani penyewa dan

pembelian lahan pada petani pemilik/penggarap.

2. Pendapatan dari Bekerja pada Usahatani Lain

Page 41: Revisi draft 1

a. Biaya

Biaya adalah pengorbanan sumber daya ekonomis yang diukur

dengan satuan uang yang telah terjadi, sedang terjadi atau yang

kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu yang diharapkan dapat

memberi manfaat bagi proses produksi yang sedang dilakukan. Tabel

di bawah ini menyajikan secara rinci data biaya dari usahatani lain di

Desa Sembukan :

Tabel 4.3.2.1 Biaya dari Usahatani Lain di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri 2012

Status petani Pekarangan Ternak Lain-lainPemilik PenggarapPenyakapPenyewaJumlah Rata-rata

Sumber : Data Primer

Dari tabel 4.3.2.1 Biaya dari Usahatani Lain di Desa Sembukan,

Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012 tidak

mengeluarkan biaya dalam usaha ternak. Untuk proses

pemeliharaannya mencari dari alam atau milik sendiri. Seperti

makanan ternak yang diambil dari rumput-rumut liar dan jerami dari

output usahatani padi. Cara seperti ini akan enghemat dar usaha ternak

yang diusahakan warga.

b. Penerimaan

Kita ketahui bahwa proses produksi yang dilakukan oleh seorang

produsen akan menghasilkan sejumlah barang atau produk. Produk

inilah yang merupakan jumlah barang yang bila dijual oleh seseorang

akan menjadikan penerimaan bagi seseorang tersebut. Jadi pengertian

penerimaan adalah sejumlah uang yang diterima oleh seseorang atas

penjualan produk yang dihasilkan. Di bawah ini disajikan secara rinci

data penerimaan dari usahatani lain di Desa Sembukan :

Page 42: Revisi draft 1

Tabel 4.3.2.2 Penerimaan dari Usahatani Lain di Desa Sembukan,Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012

Status petani Pekarangan Ternak Lain-lainPemilik PenggarapPenyakapPenyewaJumlah Rata-rata

Sumber : Data Primer

Dari tabel 4.3.2.1 Penerimaan dari Usahatani Lain diperoleh bahwa

jumlah penerimaan masyarakat Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo,

Kabupaten Wonogiri Tahun2012dari usaha ternak adalah Rp

22.500.000,00. Kebanyakan masyarakat di Desa Sembukan tidak

memanfaatkan pekarangan sehingga tidak diperoleh penerimaan dari

usaha pekarangan maupun lainnya. Rata-rata penerimaan yang

diperoleh dari usaha ternak per responden adalah Rp 11.250.000,00

satu tahun.

Pekarangan biasanya ditanami sayuran yang digunakan untuk

kebutuhan masak sehari-hari. Hasil outputnya tidak dijual karena

tanaman sayur yang ditanam pada pekarangan hanya sedikit, untuk

memenuhi kebutuhan angan sehari-hari belum cukup.

c. Pendapatan

Penggunaan pendapatan didasarkan pada tingkat kebutuhan,

semakin besar pendapatan seseorang maka kebutuhan tersebut ikut

bertambah, sebaliknya semakin kecil pendapatan maka kebutuhan

tersebut semakin sedikit. Tabel di bawah ini menyajikan secara rinci

data pendapatan dari usahatani lain di Desa Sembukan :

Tabel 4.3.2.3 Pendapatan dari Usahatani Lain di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri 2012

Status petani Pekarangan Ternak Lain-lain

Page 43: Revisi draft 1

Pemilik PenggarapPenyakapPenyewaJumlah Rata-rata

Sumber : Data Primer

Dari tabel 4.3.2.3 Pendapatan Usahatani Lain di Desa Sembukan,

Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012 diperoleh

pendapatan dari usaha ternak adalah Rp 22.500.000,00. Rata-rata

pendapatan yang diperoleh responden adalah Rp 11.250.000,00.

Pendapatan dan penerimaan untuk usahatani lain misalnya berternak

adalah sama, karena untuk pemeliharaan usahatani lain khususnya

dibidang peternakan tidak menggunakan biaya, melainkan dengan

memanfaatkan ada yang ada di alam dan sisa-sisa output dari usahatni

padi.

3. Pendapatan dari Luar Pertanian

Setiap individu mempunyai cara yang berbeda dalam mendapatkan

pekerjaan lain di luar sektor pertanian. Pekerjaan yang berbeda itu tentu

saja mendatangkan pendapatan yang berbeda pula. Berikut ini disajikan

secara rinci tentang pendapatan dari pekerjaan di luar pertanian di Desa

Sembukan :

Tabel 4.3.3.1 Pendapatan dari Luar Pertanian di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012

Keterangan PendapatanPemilik Penggarap Penyewa

SuamiIstriAnakLainJumlahRata-rata

Sumber : Data Primer

Dari tabel 4.3.3.1 Pendapatan dari Luar Pertanian di Desa Sembukan,

Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012 diperoleh jumlah

pendapatan dari luar pertanian adalah Rp 44.650.000,00 untuk pemilik

Page 44: Revisi draft 1

penggarap, Rp 15.000.000,00 untuk penyewa. Rata-rata pendapatan yang

diperoleh responden dari luar pertanian untuk pemilik penggarap adalah

Rp 6.378.571,43 dan penyewa Rp 7.500.000,00 dalam satu

tahun.Pendapatan yang dihasilkan dari luar pertanian tidak sebesar

pendapatan yang mereka dapatkan dari usahatani sendiri, namun

pendapatan yang dihasilkan dari luar pertanian ini cukup membantu

ekonomi petani untuk tetap bertahan hidup tanpa menggantungkan hasil

dari luar usaha pertanian.

4. Total Pendapataan Rumah Tangga Responden

Total pendapatan merupakan jumlah dari total penerimaan dikurangi

total biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Total pendapatan

rumah tangga responden berasal dari pendapatan dibidang pertanian

maupun diluar pertanian. Macam-macam pekerjaan dibidang pertanian

maupun luar pertanian telah dipaparkan pada bab sebelumnya. Berikut ini

disajikan secara rinci tentang total pendapatan rumah tangga responden di

Desa Sembukan :

Tabel 4.3.4.1 Total Pendapatan Rumah Tangga Responden di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri 2012

Keterangan Dari Usaha TaniSawah Ternak Lain

Pemilik Penggarap

PenyewaJumlahRata-rata

Sumber : Data Primer

Dari tabel 4.3.4.1 Total Pendapatan Rumah Tangga Responden di Desa

Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012

diperoleh jumlah pendapatan total responden dari usahatani sawah adalah

Rp 139.455.500,00 dari usaha ternak adalah Rp 22.500.000,00. Rata-rata

pendapatan responden adalah Rp 7.747.527,77untuk usahatani sawah, Rp

11.250.000,00 untuk usaha ternak dalam satu tahun.

Page 45: Revisi draft 1

Besarnya pendapatan yang mampu dihasilkan oleh petani

menunjukkan bahwa petani mempunyai kemampuan dan kemauan yang

sangat besar untuk mampu mencukup kebutuhan hidup baik dari sawah,

tegal, ternak, usahatani lain hingga usaha diluar pertanian. Banyak usaha

yang dilakukan oleh responden petani untuk mencukupi kebutuhan hidup

keluarganya.

5. Konsumsi Rumah Tangga Responden

Kebutuhan yang terus meningkat dan tidak terbatas dari waktu ke

waktu menuntut manusia untuk bekerja dan berusaha lebih giat untuk

memenuhi kebutuhannya agar diperoleh kehidupan yang makmur dan

sejahtera.Berikut ini disajikan secara rinci tentang total konsumsi rumah

tangga responden di Desa Sembukan :

Tabel 4.3.5.1 Konsumsi Rumah Tangga Responden di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri 2012

Keterangan Pemilik Penggarap PenyewaKonsumsi Makanan

Konsumsi Bukan Makanan

Konsumsi Pakaian, Peruman, dll

Konsumsi Total

Sumber : Data Primer

Dari tabel 4.3.5.1 Konsumsi Rumah Tangga Responen di Desa

Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012

diperoleh konsumsi total untuk pemilik penggarap adalah Rp

115.941.825,00 dan untuk penyewa adalah Rp 21.687.000,00 dalam satu

tahun. Dari data primer tersebut dapat diketahui bahwa kebutuhan

konsumsi makanan sangat tinggi dibandingkan kebutuhan yang lainnya.

6. Pendapatan, Konsumsi, Tabungan dan Investasi

Keseluruhan dari pendapatan, konsumsi, tabungan dan investasi

merupakan tolak ukur kesejahteraan sebuah keluarga. Jika pendapatan,

tabungan dan investasi tinggi sedangkan kebutuhan konsumsi sedikit maka

tingkat kesejahteraan tinggi, tetapi jika pendapatan, tabungan dan investasi

Page 46: Revisi draft 1

lebih rendah daripada konsumsi maka tingkat kesejahteraan rendah.

Berikut ini disajikan secara rinci tentang pendapatan, tabungan, konsumsi

dan investasi rumah tangga petani di Desa Sembukan :

Tabel 4.3.6.1 Pendapatan, Konsumsi, Tabungan dan Investasi Rumah Tangga Petani di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri 2012

Keterangan Pemilik Penggarap PenyewaPendapatanKonsumsiTabunganInvestasiJumlahRata-rata

Sumber : Data Primer

Dari tabel 4.3.6.1 Pendapatan, Konsumsi, Tabungan dan Investasi

Rumah Tangga Petani di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten

Wonogiri Tahun 2012 diperoleh jumlah pendapatan yang diterima adalah

Rp 369.475.000,00 untuk pemilik penggarap dan Rp 87.515.000,00 untuk

penyewa. Rata-rata pendapatan yang diperoleh per responden adalah Rp

20.526.388,88 untuk pemilik penggarap dan Rp 43.757.500,00 untuk

penyewa dalam satu tahun.

Pendapatan digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi warga

Des Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri. Baik konsumsi

kebutuhan makanan maupun non makanan seerti saun, detergen, dan lain

sebagainya. Dan konsumsi untuk pendidikan maupun untuk pembayaran

pajak listrik dan PDAM.

Sisa dari pendapatan yang dikurangi konsumsi yaitu tabungan.

Tabungan mereka gunakan apabila ada kebutuhan mendesak. Investasi

data berupa alat produksi untuk usahatani seperti traktor yang disewakan

dan ternak.

7. Strategi Bertahan Hidup Respoden

Tiap keluarga mempunyai strategi sendiri-sendiri untuk

mempertahankan kelangsungan hidup keluarganya. Sehingga antara

keluarga satu dengan keluarga lainnya berbeda dalam strategi bertahan

Page 47: Revisi draft 1

hidupnya. Berikut ini disajikan secara rinci tentang strategi bertahan hidup

rumah tangga petani di Desa Sembukan :

Tabel 4.3.7.1 Strategi Bertahan Hidup Rumah Tangga di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri 2012Strategi Bertahan Hidup Jumlah %

Penyesuaian PendapatanHemat Produk/BarangTunggu KirimanHutangBatasi PendidikanManfaatkan PekaranganJumlah

Sumber : Data Primer

Dari tabel 4.3.7.1 Strategi Bertahan Hidup Rumah Tangga di Desa

Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012 dapat

diperoleh bahwa strategi bertahan hidup para responden kebanyakan

memilih menyesuaikan pendapatan sebesar 24,49 %, hemat produk/barang

sebesar 14,29 %, tunggu kiriman sebesar 14,29 %, batasi pendidikan

sebesar 10,20 %, dan memanfaatkan pekarangan sebesar 16,33 %.

Sebagian besar cenderung memilih untuk menyesuaikan pengeluaran

dengan pendapatan dan lebih aktif untuk bekerja di luar sektor pertanian

agar memperoleh pendapatan yang lebih. Petani dan yang paling sedikit

dipilih untuk bertahan hidup adalah memanfaatkan bantuan pihak lain dan

berhutang juga menjadi alternatif pilihan strategi bertahan hidup bagi

keluarga baik dalam mencukupi kebutuhan pokok, pendidikan anak, dan

keperluan yang mendesak.

Untuk mempertahankan hidup rumah tangga, strategi penghematan

penggunaan barang juga perlu dilakukan untuk meminimalis daya guna

barang. Bekerja keras baik di dalam maupun di luar sektor pertanian

sebagai buruh dan merantau ke daerah lain juga dilakukan untuk

memenuhi kebutuhan rumah tangga. Anak merupakan investasi keluarga,

akan tetapi karena keterpaksaan dan keadaan ekonomi yang sulit terkadang

orang tua tidak menyekolahkan anak ke jenjang yang lebih tinggi untuk

Page 48: Revisi draft 1

memenuhi kebutuhan lainnya yang lebih mendesak untuk

mempertahankan hidup rumah tangga. Berhutang pada saudara juga

termasuk strategi bertahan hidup masyarakat Desa Sembukan. Warga

memilih berhutang pada saudara dengan alasan karena mudah dan dapat

dikembalikan sewaktu-waktu tanpa ada tambahan bunga seperti di bank.

Page 49: Revisi draft 1

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pengamatan pada kehidupan ekonomi

pertanian Desa Sembukan Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Wonogiri, dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Karakteristik Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri

adalah sebagai berikut :

a. Topografi wilayah Desa Sembukan adalah datar, curah hujan per tahun,

yaitu 2.220 mm/th dengan jumlah bulan hujan sebanyak 6 bulan.

b. Desa Sembukan terdiri atas 3 dusun dan 13 RT. Luas wilayah sawah

sebesar 1.231.010 ha dengan seluruh pengairan irigasi teknis, luas

tegal/ladang sebesar 342.110 ha dan tanah kas desa 37.540 ha.

c. Jumlah penduduk desa sebesar 1909 jiwa yang didominasi oleh wanita

964 jiwa dan pria 945 jiwa.

d. Sebagian besar warga berpendidikan SD akan tetapi ada juga yang

melanjutkan ke SMP maupun SMA.

e. Sebagian besar penduduk berprofesi sebagai petani sendiri dan buruh

tani.

f. Desa Sembukan merupakan wilayah penghasil padi, dalam setiap

tahunnya terdapat dua musim tanam padi dan satu musim tanam

palawija. Jenis varietas tanaman padi yang ada di Desa Sembukan adalah

Sriputih dan 64 putih.

g. Jenis peternakan yang ada di Desa Sembukan didominasi dengan hewan

ternak jenis ayam, kambing, sapid dan kelinci.

h. Sarana perekonomian yang ada di Desa Sembukan hanyalah terdapat

enam kios/warung dan satu toko swalayan, tetapi tidak terdapat adanya

pasar desa.

i. Kebayanan Sembukan memiliki sarana kesehatan dan pendidikan.

Page 50: Revisi draft 1

2. Karakteristik rumah tangga petani Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo,

Kabupaten Wonogiri adalah sebagai berikut :

a. Tiap rumah tangga Desa Sembukan rata-rata memiliki 3 anggota

keluarga yang terdiri dari suami, istri dan satu orang anak.

b. Rata-rata umur suami maupun istri paling banyak berada pada interval

umur 41-50 tahun, hal ini menunjukkan bahwa mereka masih berada

pada usia produktif.

c. Tiap rumah tangga rata-rata memiliki luas pekarangan dan bangunan

masing-masing 333 m2 dan dan 330 m2.

d. Keadaan bangunan rumah sebagian besar adalah sebagai berikut:

kerangka dan dinding terbuat dari kayu jati dan atap rumah berupa

genteng, dan lantainya sebagian besar berupa tanah.

e. Sebagian besar warga Desa Sembukan menggunakan bahan bakar berupa

kayu dan gas.

f. Warga Desa Sembukan rata-rata sudah mengakses informasi dibuktikan

dengan adanya kepemilikan barang elektronik seperti TV dan Radio.

g. Warga Desa Sembukan sudah mulai menggunakan sepeda motor dalam

usaha transportasi.

3. Pendapatan, konsumsi, tabungan dan investasi rumah tangga petani Desa

Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri adalah sebagai

berikut :

a. Jumlah rata-rata penerimaan pemilik penggarap MT I sebesar Rp

4.468.056,00. Kemudian pada MT II Rp 3.486.111,00 dan pada MT III

Rp 1.209.722,00. Pada petani penyewa, penerimaan rata-rata yang

diperoleh pada MT I dan MT II yaitu Rp 5.250.000,00 dan MT III yaitu

Rp 1.700.000,00.

b. Pendapatan usahatani lain di Kebayanan Sembukan, Desa Sembukan,

Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri diperoleh pendapatan dari

usaha ternak petani pemilik/penggarap rata-rata adalah Rp

11.250.000,00.

Page 51: Revisi draft 1

c. Rata-rata pendapatan yang diperoleh per responden untuk satu keluarga

dari luar pertanian untuk pemilik penggarap adalahRp 6.378.571,43 dan

penyewa Rp 7.500.000,00 dalam satu tahun.

d. Jumlah pendapatan total responden dari usahatani sawah adalah Rp

139.455.500,00, dari usaha ternak adalah Rp 22.500.000,00, dan dari

usaha lainnya adalah Rp 44.650.000,00. Rata-rata pendapatan per

responden adalah Rp 7.747.527,77 untuk usahatani sawah, untuk usaha

ternakRp 11.250.000,00.

e. Strategi bertahan hidup keluarga responden dari golongan petani yang

paling banyak adalah dengan menyesuaikan pengeluaran dengan

pendapatan dan hutang pada koperasi.

B. Saran

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, adapun saran yang dapat

diberikan adalah :

1. Sebaiknya pemerintah lebih memperhatikan warga Desa Sembukan baik

dibidang pendidikan maupun kesehatan, karena perhatian pemerintah di

bidang tersebut masih sangat rendah.

2. Sebaiknya pemerintah meningkatkan bantuan kepada warga yang kurang

mampu. Peningkatan kelengkapan data-data pada monografi Desa.

3. Seharusnya sarana transportasi ditingkatkan agar hasil-hasil pertanian dapat

terdistribusikan dengan baik dan akses dari rumah warga sampai kantor

pemerintahan lancar.

4. Sebaiknya penyuluhan pertanian ditingkatkan untuk meningkatkan hasil

produksi pertanian.

Page 52: Revisi draft 1

DAFTAR PUSTAKA

Anonima 2007. Krisis Moneter Indonesia dan Ekonomi Rakyat. http//www.binadesa.or.id. Diakses tanggal 30 November 2012.

Anonimb 2008. Ekonomi Petani. http//www.google.com. Diakses tanggal 30 November 2012.

Dumairy 2000. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Fauzi, N 2003. Petani dan Penguasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Guestav 2008. Kebutuhan Konsumsi Dalam Keluarga. http//www.google.com. Diakses tanggal 30 November 2012.

Hagul, P 2002. Pembangunan Desa dan Lembaga Swadaya Masyarakat. Jakarta: Rajawali Pers.

Hardono 2003. Ekonomi Rumah Tangga Petani. Yogyakarta: Aksara Offset.

Iskandar, Otto 2002. J. Etos kerja, Motivasi, dan Sikap Inovatif terhadap Produktivitas Petani Vol X(5): 17-20.

Jones 2004. Petani Pedesaan. Yogyakarta: Aksara Offset.

Krisnamurthi, Bayu 2003. Gelombang Politik Ekonomi Pertanian Baru. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Luthfifatah 2008. Karakteristik Pedesaan. http://luthfifatah.wordpress.com. Diakses tanggal 30 November 2012.

Mohanty 2000. Peningkatan Produktivitas Lahan Sawah melalui Penerapan Pupuk Berimbang dengan Pola Integra. http://cybex.deptan.go.id. Diakses tanggal 30 November 2012.

Nurhindarno M dan Casdimin 2009. Penguatan Basis Ekonomi Pertanian untuk Program Pemberdayaan. Jakarta: Erlangga.

Prayoga, Adi 2004. Produktivitas dan Efisiensi Teknis Usahatani Padi Organik Lahan Sawah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Rosyadi 2003. Pengantar Politik Pertanian. J. Pembangunan Pedesaan Vol3(2). Purwokerto: Penerbit Lembaga Penelitian UNSOED.

Setyawan 2002. Petani Pedesaan. Yogyakarta: Aksara Offset.

Sumanto 2004. Pengertian Konsumsi. http//www.google.com. Diakses tanggal 30 November 2012.

Page 53: Revisi draft 1

Suryana dan Mochtar 2006. Karakteristik Masyarakat Pedesaan di SUT Jawa Timur. J. Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian V5(2): 83-96.

Triyono, Lambang dan Masikun 2002. Proses Perubahan Sosial di Desa Jawa, Teknologi, Surplus Produksi dan Pergeseran Okupasi. Jakarta: CV Rajawali.

Yuniastuti 2001. Karakteristik Desa. J. Kependudukan VolXI(4): 32-35.

Yudi 2008. Karakteristik Masyarakat Desa. http://prayudi.staff.uii.ac.id. Diakses tanggal 30 November 2012.