BAB III Revisi 1
description
Transcript of BAB III Revisi 1
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium yaitu melakukan
pengujian potensi antibakteri dari fraksi n-heksana daun kesum serta untuk
mendapatkan konsentrasi efektif fraksi n-heksana terhadap bakteri uji yang
dikembangbiakkan secara secara in vitro. Desain penelitian yang digunakan
adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dimana setiap perlakuan diberikan
kondisi yang homogen sehingga diharapkan tidak ada faktor luar yang
mempengaruhi aktivitas antibakteri fraksi n-heksana daun kesum terhadap S.typhi.
Banyaknya pengulangan perlakuan dalam penelitian ini dihitung menggunakan
rumus Frederer :
(n-1) (t-1) ≥15; dengan t : jumlah kelompok, n:jumlah pengulangan. Jumlah
kelompok perlakuan adalah 7 dengan 2 kelompok kontrol (kontrol positif dan
kontrol negatif). Dengan t = 9 maka didapatkan jumlah pengulangan yang
dibutuhkan adalah sebagai berikut:
(n-1) (9-1) ≥ 15
(n-1) (8) ≥ 15
8n-8 ≥ 15
8n ≥ 15 + 8
8n ≥ 23
n ≥ 2,875
Penelitian dapat dilakukan dengan melakukan pengulangan sebanyak 3 kali.
28
29
B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Tempat pelaksanaan penelitian adalah Laboratorium Biologi dan Kimia
Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak, Laboratorium
Kimia dan Biologi FMIPA Universitas Tanjungpura Pontianak dan Laboratorium
Mikrobiologi Unit Laboratorium Kesehatan (ULK) Pontianak. Penelitian ini akan
dilakukan pada bulan Desember 2013 hingga bulan April 2014.
No AktivitasDesember Januari Februari Maret April
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Studi Literatur
2. Pembuatan Proposal
3. Pengambilan sampel hingga pembuatan fraksi n-heksana daun kesum
4. Skrining fitokimia
5. Uji Antibakteri
6. Penyusunan hasil
dan pembahasan
C. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
C.1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah tanaman kesum (P.minus Huds.) yang
tumbuh di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Barat, Kebun
Percobaan Sui. Kakap.
C.2. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah daun kesum (P.minus Huds.) yang akan
diujikan pada bakteri S.typhi. Bakteri uji diperoleh dari Laboratorium
Tabel 2. Rencana Jadwal Penelitian
30
Mikrobiologi Pusat Antar Universitas (PAU), Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
D. VARIABEL PENELITIAN
D.1. Variabel Bebas
Variabel bebas yang digunakan pada penelitian ini adalah fraksi n-heksana
daun kesum (P.minus Huds.) dengan konsentrasi masing-masing 1%, 2%, 4%,
6%, 8%, 10%, 12% dan antibiotik siprofloksasin 5 µg/disk.
D.2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah diameter zona hambat dari fraksi n-
heksan daun kesum (P.minus Huds.) terhadap S.typhi.
D.3. Variabel Terkendali
Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah variabel yang diusahakan sama
untuk setiap perlakuan yaitu suhu inkubasi, waktu, pH, dan media.
E. DEFINISI OPERASIONAL
E.1. Fraksi n-Heksana Daun Kesum
Fraksi n-heksana daun kesum adalah daun kesum yang telah mengalami proses
fraksinasi dengan metode partisi menggunakan corong pisah dan pemurnian
pelarut menggunakan alat evaporator.
E.2. Konsentrasi Fraksi n-Heksana Daun Kesum
Konsentrasi fraksi n-heksana daun kesum adalah variasi konsentrasi yang
didapat dari fraksi n-heksana daun kesum dengan cara partisi menggunakan
pelarut n-heksana. Alat yang digunakan untuk mengukur adalah timbangan
analitik. Hasil dari pengukuran berupa variasi jumlah konsentrasi dalam (%) pada
setiap tabung. Skala yang digunakan adalah skala numerik.
31
E.3. Siprofloksasin 5 µg/disk
Siprofloksasin 5 µg/disk adalah antibiotik golongan kuinolon yang
menghambat sintesis asam nukleat dan digunakan sebagai kontrol positif pada
penelitian ini. Siprofloksasin dalam bentuk sediaan 5 µg/disk. Skala yang
digunakan adalah skala numerik.
E.4 Ukuran Zona Hambat
Ukuran zona hambat adalah nilai rata-rata diameter zona bening atau zona
pada medium Mueller Hinton Agar yang tidak ditumbuhi S.typhi yang terbentuk
setelah mendapat perlakuan fraksi daun kesum dan siprofloksasin. Alat yang
digunakan untuk mengukur adalah jangka sorong. Hasil dari pengukuran berupa
diameter zona hambat dalam satuan millimeter. Skala yang digunakan adalah
skala numerik.
F. INSTRUMEN PENELITIAN
F.1. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan analitik, pisau,
blender, lemari pendingin, ayakan no.40 mesh, sendok tanduk, bejana maserasi,
batang pengaduk kaca, oven, inkubator, vacuum rotary evaporator, pinset, mag-
netic stirrer, mikropipet, rak tabung, shaker, spektrofotometer, spuit 1 cc, gelas
beker, haemocytometer, Hot Plate , tabung reaksi, penangas air, gelas krusibel,
cawan penguap, corong kaca, desikator, Biological Safety Cabinet (BSC), laminar
air flow (LAF) cabinet, autoklaf, labu ukur 25 mL dan 10 mL , gelas ukur 10 mL,
50 mL, dan 100 mL, gunting , toples plastik besar, batang pengaduk, termometer,
erlenmeyer, penggaris, kamera, cawan petri, jarum ose, pembakar bunsen, pinset,
handscoon, masker, mikroskop, pipet tetes, kaca objek, kaca penutup, pinset,
sarung tangan dan masker.
F.2. Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun kesum (P.minus
Huds.), biakan murni S.typhi, akuades, alumunium foil, cakram kertas, kertas sar-
32
ing Whatman no.1, kertas sampul coklat, kain kasa, kapas, plastik tahan panas,
kertas tisu, kertas label, kertas karton, Mueller Hinton Agar, Salmonella-Shigella
Agar, media Triple Sugar Iron Agar (TSIA), maltose, sukrosa,metanol (teknis), n-
heksan (teknis), spiritus, pereaksi Mayer, kalium iodida (KI), magnesium (Mg),
asam klorida (HCL) pekat, besi (III) klorida (FeCl3) 5%, besi (III) klorida (FeCl3)
1%, pereaksi Molisch, asam asetat (CH3COOH) glasial, H2SO4 pekat, kloroform
(CH3Cl), magnesium sulfat, asam sitrat, kalium hydrogen fosfat, natrium ammo-
nium fosfat, alkohol, pelarut Dimethyl sulfoxide (DMSO) 10 %, media Nutrient
Agar (NA), media Nutrient Broth (NB), karbol kristal ungu, Lugol dan larutan
fukhsin.
G. JALANNYA PENELITIAN
G.1. Penyiapan Bahan Uji
G.1.a. Pengambilan Tanaman
Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman kesum yang
diambil dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Barat, Kebun
Percobaan Sui. Kakap. Sampel diambil secara purposif yaitu tanpa
membandingkan dengan daerah lain. Pengambilan sampel tanaman dilakukan
pada saat proses fotosintesis berlangsung (pagi hari) maksimal yaitu ditandai
dengan saat-saat tanaman mulai berbunga atau buah mulai masak (Gunawan dan
Mulyani, 2004).
G.1.b. Determinasi Tanaman
Tanaman yang digunakan pada penelitian ini diidentifikasi di Laboratorium
Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas
Tanjungpura.
G.1.c. Pengolahan Sampel
Pengolahan bahan dilakukan dengan memisahkan daun dari tangkai, batang,
dan akar lalu dibersihkan dari sisa-sisa tanah dan kotoran kemudian dicuci dengan
air yang bersih dan mengalir. Bagian tumbuhan yang diambil adalah daun. Daun
kesum yang diambil adalah daun tidak menguning, tidak rusak, tidak busuk dan
33
bebas hama. Daun kesum yang masih segar dan telah dipisahkan dari batang dan
akarnya, selanjutnya daun dicuci dengan air yang mengalir lalu dikeringkan tanpa
terkena sinar matahari langsung. Kemudian dilakukan pengecilan ukuran dengan
cara diremas-remas sehingga diperoleh simplisia kasar daun kesum. Simplisia
disimpan di dalam wadah yang kedap, di tempat yang kering dan bersih dan
dijauhkan dari sinar matahari secara langsung (Gunawan dan Mulyani, 2004).
G.1.d. Ekstraksi Daun Kesum
Simplisia daun kesum yang telah halus dimasukkan ke dalam bejana maserasi
dan dilakukan maserasi dengan menggunakan pelarut metanol teknis sampai
seluruh simplisia terendam dalam wadah yang tertutup baik dan terlindung dari
cahaya. Perendaman dilakukan selama 5 hari dengan beberapa kali pengulangan
dan sekali-kali diaduk dengan pergantian pelarut selama 24 jam. Ekstrak dari
hasil maserasi disaring kemudian filtratnya diuapkan dengan menggunakan alat
rotary evaporator sehingga di peroleh ekstrak (Wibowo, 2007). Ekstrak disimpan
dalam desikator silika gel agar terhindar dari kontaminasi jamur.
G.1.e. Fraksinasi Daun Kesum
Ekstrak metanol daun kesum diencerkan dengan metanol (10 kali bobot ek-
strak), diaduk terus hingga encer dan homogen, kemudian dimasukkan ke dalam
corong pisah, difraksinasi secara ekstraksi cair-cair dengan pelarut n-heksana. Ek-
straksi cair-cair dilakukan sebanyak 3 kali. Hasil ekstraksi cair-cair dikumpulkan
dan diuapkan pelarutnya menggunakan water bath hingga diperoleh fraksi n-hek-
sana .
G.2. Pemeriksaan Susut Pengeringan Ekstrak
Penetapan susut pengeringan adalah pengukuran sisa zat setelah pengeringan
pada temperatur 105oC selama 30 menit atau sampai berat konstan yaitu tidak ter-
jadi lagi perubahan bobot atau tidak terjadi lagi perubahan yang signifikan (tidak
lebih dari 5%). Ekstrak ditimbang sebanyak 1 sampai 2 gram dan dimasukkan ke
dalam botol timbang dangkal bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada
suhu 1050C selama 30 menit dan telah ditara. Sebelum ditimbang ekstrak di-
ratakan dalam botol timbang, dengan menggoyangkan botol. Kemudian dima-
34
sukkan kedalam ruang pengering, buka tutupnya. Keringkan pada suhu 105oC
hingga bobot tetap. Sebelum setiap pengeringan, biarkan botol dalam keadaan ter-
tutup mendingin dalam desikator hingga suhu kamar (Departemen Kesehatan Re-
publik Indonesia, 2000).
Rumus penetapan susut pengeringan :
Susut pengeringan = (berat awal-berat akhir ekstrak) X 100%
Berat awal ekstrak
Jenis ekstrak ditentukan dengan melihat % susut pengeringan. Jika % susut
pengeringan berada dalam kisaran 0-5% berarti ekstrak kering, jika dalam kisaran
5-30% termasuk dalam ekstrak kental dan apabila berada dalam kisaran > 30%
termasuk dalam esktrak cair (Voigt, 1994 dalam Ansiah, 2013).
G.3. Skrining Fitokimia
Pemeriksaan skrining fitokimia dilakukan terhadap fraksi n-heksana daun
kesum untuk mengetahui kandungan metabolit sekundernya.
G.3.a. Pemeriksaan Alkaloid
Ekstrak sampel sebanyak 1 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu
ditambahkan 5 tetes kloroform dan beberapa tetes pereaksi Meyer. JIka terbentuk
endapan putih mengindikasikan adanya kandungan alkaloid dalam sampel uji
(Lailatul et al., 2010). Pemeriksaan alkaloid dilakukan triplo.
G.3.b. Pemeriksaan Fenol
Ekstrak sampel sebanyak 4 g ditambahkan beberapa tetes air panas, kemudian
ditambahkan beberapa tetes pereaksi FeCl3 1 %. Jika terbentuk perubahan warna
merah, hijau, atau ungu menunjukkan adanya kandungan fenol dalam sampel uji
(Atmoko dan Ma’ruf, 2009). Pemeriksaan fenol dilakukan triplo.
G.3.c. Pemeriksaan Flavonoid
Ekstrak sampel sebanyak 1 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu
ditambahkan dengan serbuk magnesium sebanyak satu gram dan larutan HCL
pekat. Perubahan warna larutan menjadi warna kuning menandakan adanya
35
kandungan sampel uji (Lailatul et al., 2010). Pemeriksaan flavonoid dilakukan
triplo.
G.3.d. Pemeriksaan Saponin
Ekstrak sampel sebanyak 2 mL dimasukkan ke dalam tabung rekasi, lalu
ditambahkan dengan air dan dikocok dengan kuat selama 10 menit. Jika terdapat
buih yang menetap menunjukkan adanya kandungan saponin dalam sampel uji
(Lailatul et al., 2010). Pemeriksaan saponin dilakukan triplo.
G.3.e. Pemeriksaan Tanin
Ekstrak sampel sebanyak 1 mL dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian
ditambahkan beberapa tetes larutan FeCl3 5 %. Jika terjadi perubahan warna
menjadi biru tua menunjukkan adanya kandungan tannin dalam sampel uji
(Lailatul et al., 2010). Pemeriksaan tanin dilakukan triplo.
G.3.f. Pemeriksaan Terpenoid dan Steroid
Ekstrak sampel sebanyak 1 mL ditambahkan dengan 1 mL CH3COOH glasial
dan 1 mL larutan H2SO4 pekat. Jika warna berubah menjadi biru atau ungu,
menunjukkan adanya kandungan kelompok senyawa steroid. Jika terjadi
perubahan warna menjadi merah, menunjukkan adanya kandungan kelompok
senyawa terpenoid (Lailatul et al., 2010). Pemeriksaan terpenoid dan steroid
dilakukan triplo.
G.4. Sterilisasi Alat dan Bahan
Sterilisasi alat dilakukan sebelum semua peralatan digunakan yaitu dengan
cara membungkus semua peralatan dengan menggunakan kertas coklat kemudian
dimasukkan ke dalam autoklaf pada suhu 121oC dengan tekanan 15 psi (per
square inchi) selama 20 menit. Alat yang tidak tahan panas tinggi disterilisasikan
dengan zat kimia berupa alkohol 70 %. Jarum ose disterilkan dengan cara
dipijarkan pada nyala api bunsen (Waluyo, 2007).
G.5. Pembuatan Media
36
G.5.a. Media Salmonella-Shigella Agar
Media Salmonella-Shigella Agar dibuat dengan cara sebanyak 57 g media
disuspensikan dalam 1 L akuades sambil dipanaskan dan dibiarkan mendidih
secara perlahan untuk melarutkan agar tersebut. Setelah larut, agar tersebut
didinginkan dalam suhu 50oC dan dituang ke dalam cawan petri (Bridson, 1995).
G.5.b. Media Triple Sugar Iron Agar (TSIA)
Media Triple Sugar Iron Agar (TSIA) dibuat dengan cara sebanyak 65 g
media disuspensikan dalam 1 L akuades sambil dipanaskan kemudian
disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121oC dengan tekanan psi (per square
inchi) selama 15 menit (Bridson, 1995).
G.5.c. Media Mueller Hinton Agar (MHA)
Media MHA dibuat dengan cara sebanyak 38 g media dilarutkan dengan 1 L
akuades sambil dipanaskan kemudian disterilisasi dengan autoklaf pada suhu
121oC dengan tekanan psi (per square inchi) selama 15 menit (Bridson, 1995).
G.5.d. Media Nutrient Agar (NA)
Media miring NA dibuat dengan melarutkan 2,3 g agar NA ke dalam 100 mL
akuades dan dipanaskan hingga larut sempurna. Media diukur pHnya sehingga
berada dalam kisaran 7, lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 4 mL
dan disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121oC, tekanan 1 atm selama 15 menit.
Tabung dimiringkan dan didiamkan hingga memadat setelah steril (Waluyo,
2007).
G.5.e. Media Nutrient Broth (NB)
Media Nutrient Broth dibuat dengan cara sebanyak 13 g media dilarutkan
dengan 1 L akuades sambil dicampur kemudian disterilisasi dengan autoklaf pada
suhu 121oC dengan tekanan psi (per square inchi) selama 15 menit (Bridson,
1995).
G.6. Identifikasi Bakteri Uji
37
G.6.a. Identifikasi Jenis Gram Bakteri Uji dengan Pewarnaan Gram
Bakteri uji yang sudah terfiksasi pada kaca objek ditetesi dengan karbol kristal
ungu selama 60 detik. Setelah itu dicuci dengan akuades. Selanjutnya ditetesi
dengan larutan lugol selama 60 detik. Setelah itu dicuci kembali dengan akuades.
Berikutnya larutan alkohol 96 % diteteskan di atas preparat tersebut sampai tidak
ada warna ungu lagi pada preparat. Setelah itu preparat dicuci kembali dengan
akuades sampai bersih. Langkah selanjutnya Preparat ditetesi dengan dan
dibiarkan selama 45 detik. Setelah itu preparat dicuci lagi dengan akuades,
dikeringkan dan diperiksa dibawah mikroskop. Bakteri Gram positif berwarna
ungu dan bakteri Gram negatif berwarna merah (Gandasoebrata, 2007).
G.6.b. Penanaman pada Medium Salmonella-Shigella Agar
Salmonella-Shigella Agar dibagi 4 kuadran. Selanjutnya bakteri diambil
dengan menggunakan jarum ose dan dilakukan streaking pada agar tersebut
secara berurutan pada tiap kuadran searah jarum jam, tahap berikutnya agar
tersebut diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam. Hasil uji positif Salmonella
apabila terbentuk koloni berwarna jernih, kecil, berkeping, dan berbentuk bulat.
Pada beberapa bagian koloni nampak bulatan hitam di tengah koloni yaitu Sulfida
(H2S) yang menjadi ciri khas spesies Salmonella yang menghasilkan sulfur
dibedakan dari spesies Shigella (Lalitha, 2001).
G.6.c. Uji Biokimia dan Uji Gula-Gula
Uji biokimia dilakukan dengan cara bakteri diambil menggunakan jarum ose,
lalu selanjutnya dengan teknik tusukan, jarum ose dimasukkan ke dalam tabung
yang berisi media TSIA. Tahap berikutnya tabung diinkubasi pada suhu 370C
selama 24 jam. Hasil positif untuk bakteri S.typhi jika lereng alkalis, dasar asam,
H2S (+) dan Gas (-). Uji gula-gula dilakukan untuk melihat kemampuan
fermentasi bakteri dalam menentukan kebenaran spesies dengan menggunakan 2
indikator yaitu maltosa dan sukrosa. Uji gula-gula dilakukan dengan cara bakteri
diambil dengan menggunakan jarum ose, selanjutnya jarum ose yang berisi
bakteri dimasukkan ke dalam tabung berisi maltosa dan tabung berisi sukrosa
yang didalamnya telah diisi dengan tabung durham. Jarum ose diaduk didalam
38
tabung untuk menyatukan bakteri dengan media. Tahap selanjutnya tabung
diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam. Adanya fermentasi ditandai dengan
terjadinya perubahan warna media sebelum dan sesudah inkubasi serta dilihat pula
ada tidaknya gelembung pada tabung durham. Hasil positif untuk bakteri S.typhi
yaitu terjadi fermentasi maltosa dan tidak terjadi fermentasi sukrosa (Vandepitte,
2011).
G.7. Persiapan Bakteri Uji
G.7.1. Peremajaan kultur murni bakteri
Kultur murni bakteri S.typhi diinokulasikan sebanyak satu ose pada medium
agar miring NA dalam tabung reaksi dengan cara digoreskan secara aseptik,
kemudian diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 37 oC (Irianto, 2006).
G.7.2. Prekultur atau Pembuatan Suspensi Bakteri
Prekultur dibuat dengan cara menginokulasikan 3 ose kultur bakteri dari agar
miring NA ke dalam 100 mL media cair NB yang sudah disterilisasi, selanjutkan
ditempatkan di shaker dengan kecepatan 150 rpm pada suhu 28oC. Pertumbuhan
bakteri dipantau dengan cara mengukur kekeruhan dengan menggunakan
spektrofotometer pada panjang gelombang 500-600 nm hingga diperoleh nilai
OD sebesar ≥ 0,6 generasi/jam (Khotimah, 2003).
G.7.3. Kontrol Negatif
Kontrol negatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah pelarut DMSO
10%.
G.7.4. Kontrol Positif
Kontrol positif yang digunakan dalam penelitian ini adalah siprofloksasin 5
µg/disk.
G.7.5. Pembuatan Larutan Sampel
Fraksi n-heksana daun kesum (P.minus Huds.) dibuat dalam konsentrasi 1%,
2%, 4%, 6%, 8%, 10% dan 12% b/v (g/100mL). Konsentrasi tersebut dibuat
dengan cara menimbang fraksi masing-masing 10 mg, 20 mg, 40 mg, 60 mg, 80
39
mg, 100 mg, dan 120 mg dengan timbangan analitik, kemudian masing-masing
dilarutkan dengan pelarut DMSO 10% hingga volumenya 1 mL.
G.8. Pengujian Antibakteri
Pengujian daya hambat fraksi n-heksana daun kesum (P.minus Huds.) terhadap
pertumbuhan bakteri S.typhi dilakukan dengan metode difusi menggunakan kertas
saring berdiameter 6 mm. Medium MHA yang telah dipanaskan kemudian
didinginkan sampai suhu ± 40oC, lalu dituang sebanyak 15 mL ke dalam cawan
petri yang telah ditambahkan 0,1 mL kultur bakteri uji berumur 24 jam. Cawan
petri ditutup dan digerakkan agar homogen dan ditunggu hingga media membeku
(Madigan dkk, 1997). Kertas saring yang direndam dalam larutan sampel fraksi n-
heksana daun kesum (P.minus Huds.) dan kontrol negatif DMSO 10% selama 15
menit ditempatkan pada permukaan media yang telah memadat. Kontrol positif
digunakan siprofloksasin dalam bentuk disk dengan dosis 5 µg/disk. Jarak kertas
saring antara 1 dengan yang lainnya sebesar 3 cm dan dari tepi media sebesar 2
cm.
Keterangan : A = Kertas saring ; B = Cawan petri
Gambar 13. Skema peletakan kertas saring pada media uji (Waluyo, 2007)
Media yang telah berisi bakteri uji kemudian diinkubasikan pada suhu 37oC
(Simarmata dkk, 2007). Biakan bakteri dalam media MHA tersebut diamati ada
atau tidak zona hambat yang terbentuk kemudian diameter zona hambat diukur
untuk mengetahui aktivitas dan sifat antibakteri fraksi n-heksana daun kesum
(P.minus Huds.). Diameter zona hambat pada waktu 2 kali 24 jam dikategorikan
tingkat responnya berdasarkan tabel klasifikasi menurut Davis dan Stout (1971).
40
Tabel 3. Klasifikasi Respon Hambatan Pertumbuhan Bakteri
Diameter Zona Hambat Respon Hambatan
≥ 20 mm Sangat Kuat
11-19 mm Kuat
5-10 mm Sedang
>5 mm Lemah
(Davis dan Stout, 1971 dalam Afriani, 2010)
H. ANALISIS DATA
Data hasil penelitian yang normal dan homogen (setelah diuji dengan uji
Kolmogorov-Smirnov dan uji Leuveune’s) dilanjutkan dengan analisis varian satu
arah (One Way ANOVA) untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan
pemberian fraksi n-heksana daun kesum terhadap S.typhi. Jika terdapat perbedaan
secara bermakna, maka dilanjutkan dengan analisis Post-Hoc Least Significant
Difference (LSD) untuk mengetahui perbedaan secara signifikan dari data satu
kelompok perlakuan fraksi n-heksana daun kesum dengan kelompok lainnya.
41
I. DIAGRAM ALUR PENELITIAN
Sampel Daun Kesum
Determinasi Tanaman Pembuatan Simplisia Daun Kesum
Ekstraksi Daun Kesum dengan Pelarut Metanol
Ekstrak Metanol Ampas
Fraksi n-Heksana Residu
Fraksinasi Daun Kesum dengan Pelarut n-heksana
Uji Aktivitas Antibakteri S.typhi dengan Metode Disc Diffusion Kirby-Bauer
Skrining FitokimiaVariasi Konsentrasi Fraksi n-Heksana
Aktivitas Antibakteri Fraksi n-heksana daun kesum terhadap S.typhi
Identifikasi Bakteri Uji
Kontrol Positif
Pembuatan Media
Kontrol Negatif
Gambar 12. Alur Penelitian
Analisis Data Menggunakan SPSS