revisi sidang 1

44
BAB I PENDAHULUAN Dalam upaya mewujudkan pembangunan masyarakat Indonesia seutuhnya, maka setiap warga Indonesia berhak memperoleh derajat sehat yang setinggi- tingginya yang meliputi sehat jasmani, rohani, dan sosial. Tidak hanya bebas dari penyakit, cacat, bahkan kelemahan maka dalam sistem kesehatan nasional diupayakan pelaksanaan kesehatan yang bersifat terpadu, merata, menyeluruh, dan dapat terjangkau masyarakat luas. (Depkes, 2005) Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit (preventive), penyembuhan (curative), dan pemulihan (rehabilitative) yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan (UU RI no.23/1992 Bab V pasal 10). Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam kerangka mencapai tujuan tersebut, pembangunan kesehatan dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan. (Depkes, 2005). Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, mekanis dan terapeutik), pelatihan fungsi, dan komunikasi.(Kepmenkes RI Nomor 376/MENKES/SK/III/2007) A. Latar Belakang Masalah Anggota gerak pada manusia merupakan anggota gerak yang sangat penting sepanjang daur kehidupan manusia, baik anggota gerak atas maupun anggota gerak bawah. Anggota gerak atas yang terdiri dari bahu, siku, pergelangan tangan dan jari-jari merupakan salah satu alat gerak utama untuk bekerja sepanjang daur kehidupan. Dari sejak lahir hingga 1

Transcript of revisi sidang 1

Page 1: revisi sidang 1

1

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam upaya mewujudkan pembangunan masyarakat Indonesia seutuhnya,

maka setiap warga Indonesia berhak memperoleh derajat sehat yang setinggi-

tingginya yang meliputi sehat jasmani, rohani, dan sosial. Tidak hanya bebas dari

penyakit, cacat, bahkan kelemahan maka dalam sistem kesehatan nasional

diupayakan pelaksanaan kesehatan yang bersifat terpadu, merata, menyeluruh,

dan dapat terjangkau masyarakat luas. (Depkes, 2005)

Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat

diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan,

peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit (preventive),

penyembuhan (curative), dan pemulihan (rehabilitative) yang diselenggarakan

secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan (UU RI no.23/1992 Bab V

pasal 10).

Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar

terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam kerangka

mencapai tujuan tersebut, pembangunan kesehatan dilaksanakan secara

sistematis dan berkesinambungan. (Depkes, 2005).

Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada

individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara, dan

memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan

menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik,

mekanis dan terapeutik), pelatihan fungsi, dan komunikasi.(Kepmenkes RI

Nomor 376/MENKES/SK/III/2007)

A. Latar Belakang Masalah

Anggota gerak pada manusia merupakan anggota gerak yang sangat

penting sepanjang daur kehidupan manusia, baik anggota gerak atas

maupun anggota gerak bawah. Anggota gerak atas yang terdiri dari bahu,

siku, pergelangan tangan dan jari-jari merupakan salah satu alat gerak

utama untuk bekerja sepanjang daur kehidupan. Dari sejak lahir hingga

1

Page 2: revisi sidang 1

2

lansia lengan sangat membantu kita melakukan hal-hal yang kita inginkan

seperti makan minum, mandi, mengangkat atau mengambil benda,

mengendarai motor dan lain sebagainya. Oleh karena itu jika lengan atau

siku seseorang sakit, aktifitas dalam kehidupannya akan sangat terganggu,

misalnya aktifitas sebagai ibu rumah tangga di rumah seperti memasak,

mencuci, menyapu dan lain sebagainya. Seorang petenis yang harus

berlatih atau bertanding ia akan sangat memerlukan lengannya, maupun

orang yang tidak mengetahui dan tidak pernah tenis pun juga tak luput

terkena cidera ini tetapi jumlahnya tidak seberapa dibandingkan dengan

orang yang mempunyai hoby bermain tenis.(Jowir, 2009)

Gangguan sendi siku merupakan salah satu gangguan yang sering

terjadi dan sangat mengganggu aktifitas. Tennis elbow atau epicondylitis

lateralis salah satu gangguan siku yang paling sering di derita oleh orang

yang suka bermain tenis. Prevalensi atau angka kejadian yang ada di dunia,

tennis elbow dialami 1% hingga 3% penduduk secara keseluruhan dan

sebanyak 50% dari pemain tenis selama mereka berkarir, seringnya diderita

oleh pria dibandingkan dengan wanita. (Melissa, 2009)

Tennis elbow merupakan salah satu kondisi dimana sendi siku bagian

luar terasa nyeri akibat paradangan atau iritasi pada tempat melekatnya

tendon ekstensor carpi radialis pada epicondylus humeri (Dorlands, 2002).

Keadaan tersebut sering terjadi pada pemain tenis tetapi tidak sedikit juga

keadaan tersebut dialami oleh ibu rumah tangga dan juga montir. Pekerjaan

yang memerlukan gerak memutar ke arah luar pada lengan bawah seperti

mencuci, menyapu, mengepel, memutar obeng dan lain sebagainya, jika

dilakukan oleh seseorang secara terus-menerus mengakibatkan trauma

pada sendi siku, sehingga akan terjadi peradangan pada tendon ekstensor

carpi radialis. Meskipun keadaan tersebut tidak membahayakan bagi

penderita, tetapi keadaan tersebut dapat sangat mengganggu aktifitas

sehari-hari. Nyeri pada permukaan luar sendi siku tersebut dapat

menyebabkan penurunan kekuatan otot lengan akibat nyeri yang dialami.

Para penderita tennis elbow biasanya ditemukan pada kelompok usia antara

35 tahun sampai 55 tahun. Pada orang-orang yang berusia lebih dari 60

tahun atau berusia 30 tahun jarang dijumpai kasus tersebut, meskipun dalam

segala usia dapat terserang (De Wolf, 1994).

Page 3: revisi sidang 1

3

Fisioterapi sangat berperan penting dalam pemulihan gerak dan

fungsional pada kasus tennis elbow ini. Problematika fisioterapi pada kasus

tennis elbow meliputi impairment adanya nyeri di sekitar sendi siku, dan

penurunan kekuatan otot lengan. Problematika selanjutnya ialah functional

limitation atau fungsi yang terbatas misalnya keterbatasan fungsi dari sendi

siku untuk mencuci, menyapu, mengepel lantai, mengangkat barang berat

dan lain sebagainya karena nyeri. Ada beberapa modalitas fisioterapi yang

bisa diberikan pada problematik diatas, diantaranya Ultra Sound Therapy

(US) dan Terapi Latihan.

Berdasarkan uraian diatas penulis mempunyai keinginan untuk

mengetahui lebih dalam tentang kasus tennis elbow dan memperoleh

gambaran mengenai manfaat ultra sound therapy dan terapi latihan dalam

mengurangi nyeri, mengurangi spasme otot dan meningkatkan kekuatan otot

serta meningkatkan aktifitas fungsional. Sehingga penulis mengangkat judul

karya tulis ilmiah PENATALAKSANAAN ULTRA SOUND THERAPY (US)

DAN TERAPI LATIHAN PADA TENNIS ELBOW DEXTRA.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah Penatalaksanaan Ultra Sound Therapy dan Terapi

Latihan pada Tennis Elbow?

2. Bagaimanakah Manfaat Ultra Sound Therapy dan Terapi Latihan pada

Tennis Elbow?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk memenuhi persyaratan akademik pendidikan D-III Fisioterapi.

2. Tujuan Khusus

a) Untuk mengetahui Penatalaksanaan Ultra Sound Therapy dan

Terapi Latihan pada Tennis Elbow.

b) Untuk mengetahui manfaat Ultra Sound Therapy dan Terapi Latihan

dapat mengurangi nyeri, mengurangi spasme otot dan

meningkatkan kekuatan otot serta meningkatkan aktifitas

fungsional pada kasus Tennis elbow.

Page 4: revisi sidang 1

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KAJIAN TEORI

1. Definisi

Penatalaksanaan berasal dari kata tata dan laksana. Tata berarti

susunan, sistem dan cara. Sedangkan laksana menurut kamus besar

bahasa Indonesia artinya pengatur pelaksanaan. (Suharso, 2005)

Istilah Tennis Elbow digunakan untuk menggambarkan titik nyeri

tekan pada epicondylus lateralis siku, sering timbul secara spontan tetapi

bisa disebabkan oleh sejumlah puntiran lengan bawah sewaktu sendi

diekstensikan seperti sewaktu melakukan “service” Tennis.

(Hughes,1994). Tennis elbow adalah keadaan nyeri pada permukaan luar

siku, akibat peradangan atau iritasi pada tempat melekatnya tendon

ekstensor carpi radialis pada epicondylus lateralis humeri.(Dorlands,2002)

Tennis elbow atau sering disebut juga lateral epicondylitis merupakan

salah satu cidera karena penggunaan yang berlebihan (over use). Cidera

karena over use pada umumnya adalah karena penggunaan yang terlalu

banyak dan terlalu cepat melakukan latihan atau pekerjaan yang

sebenarnya melampaui kemampuannya. Epicondylitis lateralis

merupakan gangguan siku yang paling sering terjadi. Istilah siku tenis

memberi dugaan adanya epicondylitis terutama pada petenis tetapi tidak

demikian halnya, hanya sebagian jumlah kecil pasien yang mengalami

keadaan tersebut setelah bermain tenis. Sering kali penderita tennis

elbow berusia 35 tahun hingga 55 tahun. Pada lansia berusia lebih dari 60

tahun atau usia 30 tahun jarang mengalami kondisi tersebut (De

Wolf,1994).

Penderita tennis elbow yang mengalami sakit bukanlah pada siku,

tetapi pada tendon. Perlekatan otot pada tulang dari otot yang berada di

belakang dari lengan, otot-otot ini bertugas untuk membengkokkan

tangan dan pergelangan tangan. Peradangan terjadi pada otot ekstensor

carpi radialis brevis atau longus (Sidharta, 1984).

4

Page 5: revisi sidang 1

5

Ultra Sound Therapy merupakan modalitas fisioterapi yang

menggunakan gelombang suara yang dirubah menjadi gelombang

mekanik. Dengan menggunakan frekuensi lebih dari 20.000 Hz.(Sujatno,

2002)

Terapi latihan merupakan salah satu metode pengobatan dalam

fisioterapi yang pelaksanaannya menggunakan latihan-latihan gerak

anggota tubuh baik aktif maupun pasif (Kishner, 1995).

2. Anatomi Terapan

a) Persendian Pada Sendi Siku.

Sendi siku dibentuk oleh tiga tulang, yaitu humeri, radius, ulna yang

saling berhubungan. Bagian-bagian pembentuk sendi tersebut adalah

distal humerus, proksimal radius dan proksimal ulna. Sendi elbow

berbentuk engsel, selain itu memilki bentuk sendi pasak (pivot) atau sendi

trochoidea terdiri dari sendi pasak dan sendi putar.

Gambar 2.1

Sendi siku tampak dari anterior dan posterior ( R. Putz, R.Pabst, 2000).

Dari gambar 2.1 dapat dilihat bentuk atau struktur tulang pada sendi

siku yang terdiri dari tiga tulang yaitu humeri, radius dan ulna yang saling

berhubungan satu dengan yang lainnya. Sendi siku terdapat gerakan

Page 6: revisi sidang 1

6

kedua arah yaitu fleksi dan ekstensi yang terjadi pada bidang sagital dan

pronasi dan supinasi pada bidang rotasi. Fleksi dan ekstensi terjadi antara

humeri dan lengan bawah (radius dan ulna). Pronasi dan supinasi terjadi

karena radius berputar pada ulna, sementara itu radius juga berputar

pada porosnya.

b) Ligamentum Pada Sendi Siku.

Sendi siku diperkuat oleh ligamentum dan juga oleh otot-otot lengan

yang besar, sehingga saat bergerak atau mengangkat barang yang berat

sendi kuat mengangkat. Saat mengangkat benda posisi sendi masih tetap

rapat dengan dibantu otot yang berkontraksi. Sendi ini diperkuat oleh

ligamentum colaterale laterale, ligamentum colaterale mediale dan

ligamentum annulare radii yang menstabilkan caput radii.

(1) Ligamentum collaterale lateral

Ligamen ini merupakan ligamen yang kuat dan terletak pada

tepi radial. Ligamen tersebut merupakan bundle yang kuat melekat

pada epicondylus lateralis humeri dan berjalan kearah distal,

sebagian melekat pada ulna dan sebagian lagi melekat pada

ligamen annulare.

(2) Ligamentum collaterale medial

Ligamen ini berbentuk segitiga datar yang kuat. Ligamen ini

terdiri dari tiga bagian yaitu :

(a) Pars anterior melekat pada epicondylus medialis humeri ke

processus coronoideus humeri.

(b) Pars posterior melekat pada epicondylus humeri ke olecranon.

(c) Pars transversal yang menghubungkan kedua bagian ini,

membentang dari processus coronoideus ulnae menuju ke

olecranon.

(3) Ligamentum annulare radii

Bentuknya seperti cincin melekat pada ventral dan dorsal

incissura radius ulna, melingkari capitulum radii. Ligamen ini

berfungsi untuk menjaga tetap kontaknya capitulum radii dengan

incisura radius ulna. Serabut bagian atas berhubungan dengan

ligamen pada articulatio cubiti sedangkan serabut bagian bawah

berhubungan dengan colum radii.

Page 7: revisi sidang 1

7

c) Myologi Pada Sendi Siku.

Otot-otot yang berfungsi pada sendi siku ialah brachioradialis,

biceps brachii, triceps brachii, pronator teres dan supinator. Selain

otot-otot tersebut, sendi siku juga berasal dari sejumlah otot yang

berfungsi untuk pergelangan tangan seperti ekstensor carpi radialis

longus yang berfungsi sebagai penggerak utama ekstensi sendi

pergelangan tangan serta otot ekstensor carpi radialis brevis sebagai

penggerak utama ekstensi dan abduksi pergelangan tangan. Otot

ekstensor carpi ulnaris, fleksor carpi radialis, palmaris longus, fleksor

carpi ulnaris, fleksor digitorum superficialis, ekstensor digitorum,

ekstensor digiti minimi, fleksor carpi radialis. Berikut ini fungsi, origo

dan insertio dari otot-otot tersebut :

No Nama Origo Insertio Fungsi Inervasi

1 M .Biceps Brachii Caput Longum

(Tuberositas

supraglenoidalis

scapula)

Caput

Breve(Proc.cora

coideus

scapula)

Tuberositas

radii

Fleksi dan

supinasi

siku.

N

.Musculocutan

eus

C5-C6

2 M .Brachialis Facies anterior

humeri

Tuberositas

ulna

Fleksi siku N

.Musculocutan

eus

C5-C6

3 M .Triceps Caput

longum(Tuberos

itas

infraglenoidialis

scapula)

Caput

lateral(paruh

atas permukaan

Olecranon

Ulna

Ekstensi

siku

N .radialis

C6-C8

Page 8: revisi sidang 1

8

posterior corpus

humeri)

Caput

medial(paruh

bawah

permuakaan

posterior corpus

humeri)

4 M .pronator teres Caput

humerale(epico

ndylus medialis

humeri)

Caput

Ulnare(pinggir

medial

proc.coronoideu

s ulnae

Permukaan

lateral corpus

radii

Pronasi

dan fleksi

siku

N .medianus

C6-C7

5 M .brachioradialis Crista

supracondylaris

lateralis humeri

Basis

proc.styloide

us radii

Fleksi dan

supinasi

siku

N .radialis

C5-C6

6 M .supinator Epicondylus

lateralis humeri

Facies

anterior radii

Supinasi

siku

R .profundus

dan N.radialis

C6-C7

7 M .ekstensor carpi

radialis brevis

Epicondylus

lateralis humeri

Permukaan

posterior

basis os

metacarpal III

Ekstensi

wrist

R .profundus

dan N.radialis

C6-C8

8 M . ekstensor carpi

radialis longus

Margo lateral,

epicondylus

lateral humeri

Permukaan

posterior

basis os

metacarpal II

Ekstensi

wrist,

radial

deviasi

N .radialis

C6-C7

9 M.ekstensor

digitorum

Epicondylus

lateralis humeri

Phalang

tengah dan

Ekstensi

jari

R.profundus

N. radialis

Page 9: revisi sidang 1

9

distal 4 jari

sisi medial

C7-C8

10 M.ekstens

or digiti minimi

Epicondylus

lateralis humeri

Ekspansi

ekstensor jari

kelingking

Ekstensi

metacarpo

phalangea

jari

kelingking

R.profundus

N. radialis

C7-C8

11 M.ekstensor carpi

ulnaris

Epicondylus

lateralis humeri

Basis os

metacarpal V

Ekstensi

pergelang

an tangan

dan

abduksi

pergelang

an tangan

R.profundus

N. radialis

C7-C8

12 M. fleksor carpi

radialis

Epicondylus

medialis humeri

Basis

metacarpal II

dan III

Fleksi dan

abduksi

pergelang

an tangan

N. medianus

C6-C7

13 M.palmaris longus Epicondylus

medialis humeri

Fleksor

retinakulum

dan

aponeurosis

palmaris

Fleksi

pergelang

an tangan

N. medianus

14 M. fleksor carpi

ulnaris

Caput humeri :

epicondylus

medialis

Caput ulnaris :

permukaan

medial

olecranon dan

pinggir posterior

ulna

Os pisiforme Fleksi dan

abduksi

pergelang

an tangan

N. ulnaris

C7-T1

15 M.fleksor digitorum Caput humero Phalang Fleksi N. medianus

Page 10: revisi sidang 1

10

superficialis ulnaris :

Epicondylus

medialis humeri.

Caput radiale :

Linea obliqua

pada

permukaan

anterior corpus

radii

tengah 4 jari

medial

phalang

tengah

dan

membantu

phalang

proksimal

dan

tangan

C8-T1

Tabel 2.1

Origo, insertio, fungsi dan inervasi otot-otot sendi siku.

(snell, 1998)

Gambar 2.2

Otot-otot lengan bawah tampak dari lateral

(Putz, R.Pabst, 2000).

Page 11: revisi sidang 1

11

Keterangan Gambar 2.3 :

1. M .biceps brachii.

2. M .brachialis.

3. M .brachioradialis.

4. M .ekstensor carpi radialis

longus.

5. Epicondylus lateralis humeri.

6. M .ekstensor carpi radialis

brevis.

7. M . brachioradialis (tendon).

8. M .ekstensor carpi radialis

longus (tendon).

9. M .ekstensor carpi radialis

brevis (tendon).

10. M .abduktor policis longus.

11. M .abduktor policis longus

(tendon).

12. M .ekstensor policis brevis

(tendon).

13. M .ekstensor carpi radialis

brevis (tendon).

14. M .ekstensor carpi radialis

longus (tendon).

15. Os radius.

16. Retinakulum musculorum

ekstensorum.

17. M .ekstensor policis longus

(tendon).

18. M .ekstensor carpi ulnaris.

19. M .ekstensor digiti minimi.

20. M .ekstensor digitorum.

21. M .ekstensor policis brevis.

22. M .fleksor carpi ulnaris.

23. M .anconeus.

24. Olecranon.

25. M .tricep brachii (tendon).

26. M .tricep brachii caput mediale.

27. Septum intermusculare brachii

lateral.

28. M .tricep brachii caput lateral.

Page 12: revisi sidang 1

12

3. Biomekanik

a) Osteokinematika

Pada bagian ini akan dibahas mengenai gerakan aksis sendi dan

Lingkup Gerak Sendi (LGS)

(1) Sendi Siku.

(a) Fleksi dan Ekstensi

Bergerak pada bidang sagital dengan aksis

frontal,dari Lingkup Gerak Sendi normal yaitu dari posisi

awal 0O ditulis S : 00- 00 – 1450 (tidak ada hiperekstensi),

gerakan di luar batas 100 di bawah posisi dasar 00 disebut

hiperekstensi sehingga ditulis S : 100 – 00 – 1450

(b) Rotasi Lengan Bawah

Gerakan memutar kearah medial atau lateral, dengan

posisi awal 00 (posisi netral) bila dorsum tangan pararel

terhadap aksis longitudinal dari pergelangan tangan,

dengan siku menempel pada tubuh dengan fleksi 900,

supinasi 850 dan pronasi 900 ditulis R : 850 – 00 – 900

(2) Sendi Pergelangan Tangan

(a) Fleksi dan Ekstensi

Bergerak pada bidang sagital dengan aksis frontal

untuk ekstensi 800 dan fleksi 900, ditulis S : 800 - 00 – 900

(b) Radial dan Ulnar Deviasi

Bergerak pada bidang frontal dengan aksis sagital

Lingkup Gerak Sendi pada posisi 00 (netral) bila lengan

bawah dan jari ketiga dalam garis lurus. Radial Deviasi 200

(posisi anatomi dengan telapak tangan abduksi) dan ulnar

deviasi (adduksi) 300 ditulis F : 200 – 00 – 300 .(Russe

,1975).

b) Arthokinematik

Hukum cekung cembung (konkaf – konvek) yang berbunyi :

“ Apabila permukaan sendi cembung bergerak pada permukaan

sendi cekung, gerakan Roll selalu berlawanan arah dengan slide”.

dan “Apabila permukaan sendi cekung bergerak pada permukaan

sendi cembung, gerakan Roll dan Slide searah”.

Page 13: revisi sidang 1

13

(1) Sendi Humeroradius

(a) Fleksi :

Fleksi siku, radius (konkaf) bergerak ke humerus

(konvek) maka roll dan slide kearah ventral.

(b) Ekstensi :

Ekstensi radius ulna (konkaf) bergerak ke humerus

(konvek) maka roll dan slide kearah dorsal.

(2) Sendi Radioulnar Proksimalis

(a) Pronasi :

Radius (konvek) bergerak ke ulnar (konkaf), maka

roll kearah ventro medial dan slide kearah dorso lateral.

(b) Supinasi :

Radius (konvek) bergerak ke ulnar (konkaf), maka

roll kearah dorso lateral, slide kearah ventro medial.

(3) Sendi Radioulnar Distal

(a) Pronasi :

Radius (konkaf) bergerak ke ulnar (konvek) maka

roll dan slide kearah ventral.

(b) Supinasi :

Radius (konkaf) bergerak ke ulnar (konvek) maka

roll dan slide kearah dorsal.

(4) Sendi Pergelangan Tangan

Radiokarpal : Radius (konkaf), karpal (konvek).

(a) Fleksi :

Karpal bergerak ke radius, roll kearah dorsal maka

slide palmar sedikit proksimal.

(b) Ekstensi :

Karpal bergerak ke radius, roll kearah palmar maka

slide palmar sedikit distal. (Syatibi, 2002)

Pada kasus ini tidak ada keterbatasan Lingkup Gerak Sendi

(LGS) atau ROM.

Page 14: revisi sidang 1

14

4. Perubahan Patologi

a) Etiologi

Etiologi adalah ilmu pengetahuan atau teori tentang faktor-

faktor yang menyebabkan penyakit (Dorlands, 2002). Tennis Elbow

sering disebabkan oleh :

(1) Penggunaan sendi yang melampaui batas (over use) atau juga

karena cidera otot yang berulang-ulang.

(2) Pembebanan yang terlalu berat pada otot-otot ekstensor

pergelangan tangan.

(3) Melakukan backhand yang berlebihan.

(4) Adanya trauma berulang-ulang di dalam aponeorosis dari otot

ekstensor. Sebagian tendon robek akibat peregangan mendadak

pada lengan bawah.

(Akraf, 2012)

b) Patologi

Patologi merupakan cabang ilmu kedokteran yang mempelajari

tentang sifat essensial penyakit khususnya perubahan struktural dan

fungsional pada jaringan dan organ.(Dorlands,2002). Keluhan yang

sering terjadi ialah nyeri bagian lateral siku pada epicondylus yang

terkadang menjalar hingga lengan bawah, punggung tangan atau

dapat juga menjalar ke lengan atas terutama pada pagi hari.

Merupakan gangguan gerak sendi dan otot di sekitar sendi siku yang

sering dialami oleh petenis tetapi sering terjadi juga pada orang yang

sering menggunakan lengannya secara berulang-ulang sehingga

terjadi pembebanan yang berlebihan. Patogenesisnya sering terjadi

pembebanan yang terlalu berat dari otot-otot ekstensor pergelangan

tangan serta trauma langsung pada siku. Disamping itu dapat

diakibatkan oleh permukaan radiohumeral yang tidak rata serta

terjadinya iritasi akar-akar saraf cervical. (DeWolf, 1994).

Peradangan pada jaringan ikat, peradangan ligamentum

annulare dan terbentuknya jaringan noduler di dalam ruangan

subtendinous diantara apponeurosis otot-otot ekstensor menimbulkan

microruptur yang dalam proses penyembuhannya meninggalkan

bekas-bekas luka pada jaringan. Dapat sobek sebagai akibat otot ini

Page 15: revisi sidang 1

15

dipakai secara normal atau sebagai trauma yang yang timbul

kembali, yang bisa mengakibatkan terjadinya lingkaran setan.

(DeWolf, 1994)

Gambar 2.3

Letak terjadinya tennis elbow

(Melissa, 2009)

Gambar 2.4 menunjukkan adanya cidera pada jaringan ikat atau tendon di

sekitar sendi siku akibat dari over use gerakan ke arah lateral. Tendon

ekstensor melekat pada epicondylus lateralis sehingga untuk terjadi cidera

tendon ekstensor carpi radialis lebih sering terjadi. Nyeri yang terjadi pada

tennis elbow timbul pada saat gerak ekstensi dan pergelangan tangan ke arah

atas, gerakan ini dilakukan oleh otot-otot ekstensor carpi radialis. Nyeri

dirasakan pada epicondylus lateralis humeri bila tinju dikepalkan. Keadaan ini

disebabkan iritasi periosteum pada daerah origo kedua M. Ekstensor radialis

karena pemakaian otot yang berlebihan. Nyeri tersebut akan bertambah

setelah beraktifitas, terutama pada gerakan dorso fleksi pergelangan tangan

dan terasa kaku saat siku diluruskan. (Platzer, 1997)

Ada beberapa tipe tennis elbow antara lain :

(1) Type 1 : letak cidera pada origo dari M. extensor carpi radialis

longus, tepatnya pada bagian proksimal dari epicondylus lateralis

humeri.

(2) Type II : letak cidera pada origo teno periosteal extensor carpi

radialis brevis.

Page 16: revisi sidang 1

16

(3) Type III : letak cidera pada tendon otot ekstensor carpi radialis

brevis.

(4) Type IV : letak cidera pada muscle belly ekstensor carpi radialis

brevis.

Gambar 2.4

Titik tipe-tipe Tennis Elbow

(Syatibi, 2002)

5. Tanda dan Gejala

Menurut Ovedoff (2002) tanda gejala yang sering dialami oleh penderita

tennis elbow antara lain adalah :

a) Adanya nyeri kira-kira 1-2 cm didaerah pingir luar dari sendi siku

tepatnya di area epicondylus lateralis humeri yang menjalar hingga

lengan atas dan bawah.

b) Terjadi kelemahan pada otot-otot pergelangan tangan sehingga terjadi

penurunan aktifitas fungsional seperti ketidakmampuan membuka pintu

yang bergagang sampai ketikmampuan melakukan aktivitas mengocok

suatu benda.

c) Nyeri terjadi di sendi siku bagian luar ketika tangan ekstensi dan sendi

pergelangan tangan melawan tahanan.

d) Nyeri terjadi ketika adanya tekanan (palpating) di epicondylus lateralis

humeri dan otot ekstensor carpi radialis.

e) Nyeri siku bertambah bila menggenggam dan memutar dilakukan

bersamaan, mungkin menjalar ke bagian luar lengan dan lengan bawah.

f) Walaupun terasa nyeri tetapi ketika dilakukan gerakan pasif masih dapat

dilakukan seluruhnya.

Page 17: revisi sidang 1

17

6. Pemeriksaan Spesifik pada Regio Elbow

a) Test instabilitas ligamen.

Stabilitasi lengan pasien di daerah siku oleh tangan pemeriksa,

sedang tangan lainnya diletakkan diatas pergelangan tangan pasien.

Selanjutnya pasien memfleksikan sikunya sekitar 20 – 30 derajat. Untuk

memeriksa ligamen collateral lateral, berikan penekanan kearah adduksi

/ varus dan penekanan kearah abduksi / valgus untuk memeriksa

ligamen collateral medial. Penekanan ditingkatkan dan perhatikan ada

tidaknya perubahan nyeri atau ROM.

b) Test tinel’s pada elbow.

Tempat dari nervus ulnaris di dalam celah antara processus

olecranon dan epicondylus medial. Apabila terdapat neuroma atau

entrapment neuritis disulkus n. ulnaris, maka penekanan pada nervus

ulnaris ditempat tersebut (sulkus n. ulnaris) akan menimbulkan nyeri

yang dirasakan berpangkal pada tempat penekanan dan menjalar

sepanjang perjalanan n. ulnaris.

c) Test untuk Tennis Elbow (metode I).

Stabilisasi siku dengan ibu jari pemeriksa, selanjutnya pasien

diminta untuk melakukan gerakan pronasi lengan bawah, radial deviasi

dan ekstensi pergelangan tangan sementara itu pemeriksa memberikan

resisted terhadap gerakan tersebut. Tanda positif indikasi tiba-tiba

muncul timbul nyeri yang hebat di area epicondylus lateral humeri.

Epicondylus dapat juga di palpasi untuk menentukan tempat nyeri. Test

ini dikenal dengan nama Cozen’s test.

d) Test untuk Tennis Elbow (metode II).

Sambil mempalpasi epicondylus lateral, pemeriksa mempronasikan

lengan bawah pasien disertai fleksi pergelangan tangan dan ekstensi

siku. Jika tes ini positif indikasi timbul nyeri diatas epicondylus lateral

humeri. Test ini dikenal dengan nama Manuver mill test.

e) Test untuk Golf Elbow.

Pemeriksa mempalpasi epicondylus medial pasien selanjutnya

pemeriksa menggerakkan lengan pasien kearah supinasi lengan bawah

disertai ekstensi siku dan pergelangan tangan. Tanda positif indikasi

timbul nyeri diatas epicondylus medial humeri.

Page 18: revisi sidang 1

18

f) Fleksi Elbow Test.

Minta pasien untuk fleksi siku maksimal dan pertahankan posisi

tersebut sampai 5 menit. Tanda positif indikasi adanya rasa kram atau

paresthesia sepanjang distribusi saraf ulnar di lengan bawah dan

tangan. Tes ini membantu untuk mengetahui adanya cubital tunnel

syndrome.(Indonesianrehab, 2012)

7. Problematik Fisioterapi

a) Impairment

Suatu gangguan setingkat jaringan atau keluhan yang dirasakan

pasien akibat penyakit yang dideritanya. Pada penderita tennis elbow

dapat berupa :

(1) Nyeri diam, nyeri tekan pada bagian sisi luar siku atau pada

epicondylus lateralis, nyeri gerak untuk gerakan ekstensi dan

supinasi siku secara pasif, aktif, maupun aktif melawan tahanan.

Adanya nyeri gerak untuk gerakan dorsal fleksi pergelangan tangan

dengan posisi lengan bawah ekstensi dan pronasi baik secara pasif,

aktif, maupun aktif melawan tahanan.

(2) Penurunan kekuatan otot ekstensor siku, supinator siku, dan

ekstensor pergelangan tangan.

(3) Spasme otot ekstensor carpi radialis.

b) Functional Limitation

Hambatan dalam aktifitas sehari-hari yang di alami oleh penderita

tennis elbow berupa gangguan fungsional misalnya mengangkat benda

berat, mengendarai sepeda motor terutama saat menambah gas, dan

gerakan yang menggunakan lengan dan pergelangan tangan karena

nyeri.

8. Diagnosis Banding

Diagnosis banding merupakan penentuan satu dari dua atau lebih

penyakit atau keadaan yang diderita pasien dengan membandingkan dan

mengadu penemuan klinik secara sistematik (Dorlands, 2002).

Diagnosis banding dari kondisi tennis elbow diantaranya trauma

lokal berupa tendinitis dan artritis yang mengenai siku. (Ovedoff, 2002).

Page 19: revisi sidang 1

19

Kemungkinan terjadi entrapment neuropati nervus radialis dan kelainan-

kelainan di daerah leher. Dapat juga terjadi corpus liberum intra artikuler

leher. (De Wolf, 1994).

9. Prognosis

Prognosis adalah pengetahuan akan kejadian mendatang atau

perkiraan keadaan akhir yang mungkin terjadi dari serangan penyakit

tersebut, berkaitan dengan kesembuhan dari penyakit yang diperkirakan

oleh sifat dan gejala kasus tersebut (Dorlands, 2002).

Prognosis dari kasus tennis elbow umumnya adalah baik, dengan

perawatan suportif dan fisioterapi serta latihan terus menerus dapat

mengurangi nyeri yang dirasakan dan juga dapat meningkatkan kerja

sendi siku . Beberapa penderita mungkin memerlukan pembedahan dan

menunjukkan hasil yang umumnya baik. Perbaikan teknik mungkin

mengurangi kejadian kekambuhan akut lebih lanjut. (Ovedoff, 2002).

10. Teknologi Fisioterapi

Ada beberapa Modalitas fisioterapi yang dapat digunakan untuk

mengatasi problematik pada Tennis Elbow diantaranya :

a) TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation).

b) IR (Infra Red).

c) US (Ultra Sound Therapy).

d) MWD (Micro Wave Dhiatermy).

e) Terapi Manipulasi.

f) Terapi Latihan.

B. Rencana Penatalaksanaan Fisioterapi

1. Ultra Sound

a) Sifat gelombang ultra sound

Bunyi atau suara adalah peristiwa rambatan getaran dari

sumber getaran mekanik dengan bentuk getaran bergelombang

longitudinal yang berjalan melalui medium tertentu dengan frekuensi

yang fariabel. Berdasarkan frekuensinya bunyi atau suara di bagi

Page 20: revisi sidang 1

20

menjadi 3 kelompok yaitu: Infra sonik (< 20 Hertz), Audio sonik (20 –

20.000 Hertz) dan Ultra sonik (> 20.000 Hertz).

Dalam dunia medis, gelombang ultra sound digunakan dalam

berbagai tujuan antara lain diagnosis, misalnya Doppler Blood Flow

(frekuensi 5 – 10 MHz intensitas 203 mW / cm2). Terapeutik disebut

juga ultra sound therapy (frekuensi 0,7 MHz – 3 MHz) digunakan

dalam bidang fisioterapi.

Karakter gelombang ultra sound adalah longitudinal yang

digerakkan oleh partikel-partikel yang berasal dari dan ke. Dengan

kata lain arah penyebaran sama dengan arah getaran. Untuk dapat

menyebarkan getaran longitudinal ini membutuhkan suatu medium

yang bersifat elastis. Agar partikel-partikel dapat berubah bentuk ke

bentuk semula untuk memungkinkan gerakan dari dan ke.

Panjang Gelombang sama dengan perbandingan antara

kecepatan penyebaran dibanding frekuensi. Frekuensi mesin ultra

sound adalah tetap dan kecepatan penyebaran tergantung medium,

maka panjang gelombang juga tergantung pada medium.

b) Sifat rambatan gelombang ultra sound

Sifat pancaran gelombang ultra sound dibagi dua area masing-

masing mempunyai karakter yang berbeda yaitu :

(a) Area divergen atau terpencar

(b) Area Kovergen atau mengumpul

c) Metode

Metode yang digunakan pada Ultra Sound ada dua macam

yaitu:

(a) Kontak Langsung

Cara ini paling banyak digunakan untuk mendapatkan

kontak yang sempurna antara tranduser dengan kulit diperlukan

kontak medium. Kontak medium yang banyak dipakai adalah :

i) Oil (minyak)

ii) Water – oli emulsions

iii) Aqueous – gels

iv) Ointments (Pasta)

Page 21: revisi sidang 1

21

(b) Kontak Tidak Langsung

Metode ini tranduser tidak langsung kontak dengan kulit

melainkan dengan perantara berupa :

i) Sub Aqual (dalam air)

ii) Water Pillow

d) Tranduser

Tranduser sirkuit merupakan rangkaian terakhir mesin ultra

sound. Arus yang diperoleh dari oscillator sirkuit dengan cara induksi

diterima oleh bahan piezoelektrik yang biasanya dibuat dari bahan

natural quart. Dalam tranduser sirkuit ini dipasang kondensator jenis

variabel yang fungsinya untuk tuning. Permukaan transduser

mempunyai area yang efektif untuk radiasi yang disebut the Efecting

Radiating Area (ERA). Area ini sangat penting untuk menentukan

waktu terapi. Tidak semua permukaan tranduser terjadi vibrasi, maka

ERA selalu mempunyai luas permukaan yang lebih kecil dari

permukaan tranduser. ERA sangat menentukan intensitas alat. Dosis

yang tepat pada penggunaan ultra sound ditentukan oleh permukaan

transduser, dalam hal ini adalah ERA.

e) Efek Mekanik

Gelombang ultra sound menimbulkan adanya peregangan dan

pemampatan di dalam jaringan dengan frekuensi dari ultra sound,

sehingga adanya variasi tekanan di dalam jaringan. Variasi tekanan ini

akan menimbulkan efek mekanik yang dikenal dengan istilah Micro

Massage. Di mana Micro Massage ini akan bermanfaat untuk

normalisasi atau relaksasi dari otot, sehingga nantinya tekanan dalam

jaringan akan berkurang.

f) Efek Panas

Micro Massage yang ditimbulkan oleh ultra sound akan

menimbulkan efek panas dalam jaringan. Terjadinya efek panas ini

akan bermanfaat untuk melancarkan sirkulasi darah.

g) Efek Biologis

(a) Memperbaiki sirkulasi darah.

(b) Rileksasi otot.

(c) Meningkatkan permeabilitas jaringan otot.

Page 22: revisi sidang 1

22

(d) Mengurangi nyeri.

h) Dosis

Dosis yang akan diberikan untuk ultra sound dapat ditentukan

oleh beberapa faktor yaitu :

(a) Intensitas dan waktu

Faktor ini bukan ukuran yang pasti sehingga diambil batas

relatif sebagai berikut : Derajat rendah lebih rendah dari 1

watt/cm2, derajat menengah (1-2) watt/cm2 sedangkan derajat

tinggi lebih dari 2 watt/cm2. Namun intensitas ditentukan oleh

nilai-nilai refleksi energi ultra sound. Waktu penggunaannya

diambil dari pedoman pengobatan jaringan parut dimana nilai

relatifnya adalah 1 cm2 per menit. Waktu terapi ditentukan

dengan cara, waktu = luas area jaringan : ERA tranduser .

(b) Sifat Gelombang ultra sound yang dipancarkan

Mesin ultra sound dapat menghasilkan mesin continue dan

Intermiten. Untuk itu dalam penggunaannya harus

memperhatikan kondisi yang diobati, luas daerah lesi, letak

struktur jaringan dan kondisi tersebut yaitu efisiensi dan

efektifitas penggunaan gelombang ultra sound dalam pemulihan

modalitas berdasarkan tujuan terapi.

i) Indikasi

(a) Kelainan-kelainan pada jaringan lunak seperti sendi, otot, dan

jaringan lunak lainnya.

(b) Rhematoid arthritis pada stadium kronis

(c) Kelainan atau penyakit pada sirkulasi kulit

j) Kontra Indikasi

(a) Absolut kontra indikasi pemberian ultra sound di daerah mata,

jantung, kehamilan, testis.

(b) Relatif :

i) Post Laminectomie

ii) Hilangnya Sensibilitas

iii) Endorprothese

iv) Tumor

v) Post Traumatik

Page 23: revisi sidang 1

23

vi) Tromboplebitis dan Varices

vii) Diabetes Melitus

(Sujatno, 2002).

k) Prosedur aplikasi

(a) Persiapan alat

i) Mesin di test untuk mengetahui dapat digunakan atau tidak

(caranya meneteskan air dipermukaan tranduser dan mesin

dihidupkan intensitas dinaikkan, mesin baik apabila air

bergetar seperti mendidih).

(b) Persiapan pasien

i) Posisi pasien diatur senyaman mungkin.

ii) Daerah yang akan diterapi bebas dari pakaian.

iii) Test sensibilitas kulit.

iv) Daerah yang diobati diberi gel (bila menggunakan metode

kontak langsung).

v) Perasaan yang timbul hanyalah hangat apabila nyeri harus

melapor ke terapis.

(c) Dosis

Dosis waktu dapat diberikan dengan perbandingan area

jaringan dan luas era di tranduser (luas daerah yang diterapi :

luas era = waktu). Contoh, luas jaringan 5 cm x 5 cm : era 5 cm =

5 menit.

(d) Pelaksanaan terapi

i) Nyalakan alat, atur timer, frekuensi dan jenis gelombang.

ii) Beri gel pada area yang akan diobati, diratakan dengan

tranduser.

iii) Tranduser kontak dengan kulit dan intensitas dinaikkan

perlahan,

iv) Perlu hati – hati bila kontak tidak begitu baik karena udara

memantulkan energi Ultra Sound.

v) Gerakan tranduser jangan terlalu cepat, gerakan dapat

melingkar / melintang secara dinamis .

Page 24: revisi sidang 1

24

vi) Setelah selesai, turunkan intensitas sampai 0 dan matikan

alat. Bersihkan gel pada daerah yang diobati dan tranduser

dengan tissue. (Sujatno, 2002).

2. Terapi Latihan

Terapi latihan merupakan salah satu metode pengobatan dalam

fisioterapi yang pelaksanaannya menggunakan latihan-latihan gerak

anggota tubuh baik aktif maupun pasif. Dapat pula didefinisikan sebagai

suatu usaha untuk mempercepat penyembuhan dari suatu injuri atau

penyakit tertentu yang telah merubah cara hidupnya yang normal. (Kishner,

1995)

Terapi latihan terdiri dari :

a) Latihan gerak pasif

Latihan gerak pasif adalah suatu latihan yang dilakukan dengan

bantuan tenaga atau kekuatan dari luar anggota tubuh yang bergerak

tanpa adanya kontraksi otot (Kishner,1995). Gerakan yang termasuk

dalam latihan ini adalah relaxed passive movement. Relaxed passive

movement yaitu gerakan pasif dimana gerakan hanya terbatas sampai

rasa nyeri, bila penderita sudah merasa nyeri pada batas ROM

tertentu, maka gerakan harus dihentikan. Efek dan penggunaannya

yaitu untuk mencegah perlengketan jaringan dan memelihara lingkup

gerak sendi, merangsang sendi, tulang, otot, memelihara

ekstensibilitas otot dan mencegah pemendekan otot, memperbaiki dan

memperlancar sirkulasi darah dan proses metabolisme dalam jaringan,

memperoleh efek rileksasi dan pelemasan otot. Pada kasus ini latihan

gerak pasif tidak dilakukan karena nilai kekuatan otot bernilai 4.

b) Latihan gerak aktif

Latihan gerak aktif yaitu latihan dengan menggerakan suatu

segmen pada tubuh yang dilakukan oleh kekuatan otot dari bagian

tubuh itu sendiri. (Kishner, 1995). Sedangkan menurut Heri priyatna,

latihan gerak aktif merupakan suatu gerakan yang diselenggarakan

dan dikontrol oleh kerja otot yang disadari. (Priatna, 1985). Latihan

gerak aktif ini dapat meningkatkan proses metabolisme di dalam

tubuh. Selama terapi latihan berlangsung, dinding kapiler yang terletak

pada otot akan melebar, sehingga permeabilitas dinding kapiler akan

Page 25: revisi sidang 1

25

naik, dengan demikian kapasitas darah bertambah, juga pertukaran

cairan dalam jaringan dan pembuangan zat-zat yang tidak berguna

menjadi lebih lancar. Hal ini akan berpengaruh terhadap relaksasi otot,

pengurangan nyeri, pengurangan spasme otot, serta perbaikan

sirkulasi darah. (Kishner, 1995)

Latihan gerak aktif terdiri dari :

(1) Assisted active exercise

Merupakan latihan aktif yang dibantu disamping dilakukan

oleh kerja otot dari bagian tubuh yang bersangkutan dan melawan

pengaruh gravitasi juga dibantu oleh kekuatan dari luar. (Kishner,

1995)

(2) Free active exercise

Merupakan latihan dengan gerakan yang dilakukan sendiri

oleh pasien tanpa adanya bantuan. Dimana gerak yang dihasilkan

adalah akibat kontraksi kelompok otot dari bagian tubuh yang

bergerak itu dengan melawan gaya gravitasi. (Kishner, 1995)

(3) Active resisted exercise

Merupakan latihan gerak yang dillakukan oleh pasien tanpa

bantuan orang lain dan melawan tahanan dari luar. Tahanan dapat

berasal dari terapis, pegas maupun dari pasien sendiri. (Kishner,

1995)

3. Pemeriksaan nyeri dengan skala VDS

Verbal Descriptive Scale (VDS) adalah cara pengukuran derajat nyeri

dengan tujuh skala penilaian yaitu :

1 = Tidak nyeri.

2 = Nyeri sangat ringan.

3 = Nyeri ringan.

4 = Nyeri tidak begitu berat.

5 = Nyeri cukup berat.

6 = Nyeri berat.

7 = Nyeri tak tertahankan.

(Mardiman, 2002)

Page 26: revisi sidang 1

26

4. Pemeriksaan kekuatan otot dengan Manual Muscle Testing (MMT)

Manual Muscle Testing (MMT) adalah suatu usaha untuk menentukan

atau mengetahui kemampuan seseorang dalam mengkontraksikan otot

atau group ototnya secara voluntary atau disadari. (Mardiman, 2002)

Kriteria nilai kekuatan otot meliputi :

Nilai Keterangan

5 N (Normal) : subyek bergerak dengan LGS penuh, melawan

gravitasi dan melawan tahanan maksimal

100% : subyek bergerak dan mempertahankan posisi dengan

melawan gravitasi dan tahanan maksimal

4 + G + (Good plus) : subyek bergerak dengan LGS penuh, melawan

gravitasi dan tahanan hampir maksimal

4 G (Good) : subyek bergerak dengan LGS penuh, melawan

gravitasi dan tahanan sedang (moderat)

80% : subyek bergerak dan mempertahankan posisi dengan

melawan gravitasi dan tahanan kurang dari maksimal

4 - G – (Good minus) : subyek bergerak dengan LGS penuh

melawan gravitasi dan tahanan minimal

3 + F + (Fair plus) : subyek bergerak penuh melawan gravitasi, sedikit

melawan tahanan (LGS hampir penuh antara mide range)

3 F (Fair) : subyek bergerak dengan LGS penuh melawan gravitasi

tanpa melawan tahanan

50% : subyek bergerak dan mempertahankan posisi dengan

melawan gravitasi

3 - F - (Fair minus) : subyek bergerak melawan gravtasi dengan LGS

lebih besar dari posisi “ Mide Range”

2 + P + (Poor plus) : subyek bergerak sedikit dengan melawan

gravitasi atau bergerak dengan LGS penuh dengan tahanan

minimal tanpa melawan gravitasi

2 P (Poor) : subyek bergerak dengan LGS penuh tanpa melawan

gravitasi

2 - P - (Poor minus) : subyek bergerak dengan LGS tidak penuh

tanpa melawan gravitasi

1 T (Trace) atau 5 % : kontraksi otot bisa dipalpasi tetapi tidak ada

gerakan sendi

0 0 (Zero) atau 0 % : kontraksi otot tidak terdektesi dengan palpasi

Tabel 2.2

Kriteria nilai kekuatan otot

Page 27: revisi sidang 1

27

BAB III

LAPORAN KASUS

I. Keterangan Umum Penderita

A. Nama : Tn. X

B. Umur : 54 Tahun

C. Jenis Kelamin : Laki-laki

D. Agama : Islam

E. Pekerjaan : PNS

F. Alamat : Colomadu, Surakarta.

II. Data – data Medis Rumah Sakit

A. Diagnosis medis : Tennis Elbow Dextra

B. Catatan Klinis : Tidak ada karena pasien tidak melakukan

pemeriksaan LAB dan Radiologi

C. Terapi Umum : Dokter, Medikamentosa, Fisioterapi.

D. Rujukan Fisioterapi dari dokter :

Mohon diberikan tindakan fisioterapi kepada pasien atas nama

Tn.Bambang Susanto (54 Th) dengan diagnosa Tennis Elbow Dextra.

III. SEGI FISIOTERAPI

TANGGAL : 21 Mei 2012

A. ANAMNESIS (AUTO / HETERO)

1. Keluhan Utama :

Pasien mengeluh nyeri didaerah sisi luar siku kanan.

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Kurang lebih 2 minggu yang lalu pasien mengeluh nyeri pada siku

kanan bagian luar. Nyeri timbul kadang-kadang dan bersifat menusuk.

Nyeri meningkat saat pasien melakukan aktivitas dan kelelahan.Nyeri

berkurang saat pasien istirahat. Kemudian pada tanggal 14 mei 2012

pasien datang ke rumah sakit untuk berobat, oleh dokter dirujuk ke poli

fisioterapi.

3. Riwayat Penyakit Dahulu :

1) Hipertensi : tidak ada keluhan (-)

2) DM : tidak ada keluhan (-)

3) Trauma : tidak ada keluhan (-)

27

Page 28: revisi sidang 1

28

4. Riwayat Penyakit Penyerta : Tidak ada

5. Riwayat Pribadi :

Pasien seorang PNS yang Hobinya bermain Tenis dan Badminton.

6. Riwayat Keluarga :

Diabaikan karena bukan penyakit keturunan.

7. Anamnesis Sistem :

a) Kepala & Leher : Tidak ada gangguan.

b) Kardiovaskuler : Tidak ada gangguan.

c) Respirasi : Tidak ada gangguan.

d) Gastrointestinalis : Tidak ada gangguan, BAB lancar dan

terkontrol.

e) Urogenitalis : Tidak ada gangguan, BAK lancar dan

terkontrol.

f) Muskuloskeletal :

a) Ada keluhan sakit pada otot sekitar siku kanan.

b) Adanya kelemahan otot lengan bawah kanan karena nyeri.

g) Nervorum : Tidak ada keluhan kesemutan.

B. PEMERIKSAAN

1. Pemeriksaan Fisik

a) Tanda – tanda vital :

1) Tekanan Darah : 130/80 mmHg

2) Denyut Nadi : 80 x/menit

3) Pernapasan : 24 x/menit

4) Temperatur : 360 C

5) Tinggi Badan : 172 cm

6) Berat Badan : 65 kg

b) Inspeksi :

1) Statis :

Keadaan umum pasien baik.

Tidak nampak oedem pada siku kanan.

Tidak ada perubahan warna kulit siku kanan dan kiri.

2) Dinamis :

Pasien terlihat seperti menahan nyeri saat meluruskan

lengan bawah, menekuk pergelangannya ke atas dan

Page 29: revisi sidang 1

29

memutar lengan bawahnya ke arah luar dengan

mengepalkan tangan.

c) Palpasi :

1) Suhu Lokal Normal

2) Adanya spasme otot ekstensor carpi radialis lengan kanan.

3) Tidak ada oedem di daerah lengan kanan.

4) Adanya nyeri tekan di daerah epycondilus lateralis.

d) Perkusi : Tidak dilakukan.

e) Auskultasi : Tidak dilakukan.

f) Gerakan Dasar :

1) Gerak Aktif :

Pasien mampu menggerakkan siku kanannya secara full ROM,

ada nyeri pada gerakan ekstensi siku, supinasi siku dan dorsal

fleksi pergelangan tangan.

2) Gerak Pasif anggota gerak atas sisi kanan :

Sendi Gerakan ROM End Feel Nyeri

Elbow Fleksi Full ROM Soft endfeel Tidak nyeri

Ekstensi Full ROM Hard endfeel Nyeri

Radioulnar Pronasi Full ROM Hard endfeel Tidak nyeri

Supinasi Full ROM Hard endfeel Nyeri

Wrist Palmar fleksi Full ROM Firm endfeel Tidak nyeri

Dorsal fleksi Full ROM Firm endfeel Nyeri

Tabel 3.1

Pemeriksaan gerak pasif

3) Gerak Isometrik Melawan Tahanan anggota gerak kanan :

Sendi Gerakan Tahanan Nyeri

Elbow Fleksi Mampu maksimal Tidak nyeri

Ekstensi Mampu moderat Nyeri

Radius ulnar Pronasi Mampu maksimal Tidak nyeri

Supinasi Mampu moderat Nyeri

Wrist Palmar fleksi Mampu maksimal Tidak nyeri

Dorsal fleksi Mampu moderate Nyeri

Tabel 3.2

Pemeriksaan Isometrik Melawan Tahanan

Page 30: revisi sidang 1

30

g) Kognitif, Intrapersonal dan Interpersonal :

1) Kognitif : Pasien mampu memberikan informasi dan

menceritakan kembali penyakitnya.

2) Intrapersonal : Pasien mempunyai semangat dan keinginan untuk

sembuh.

3) Interpersonal : Pasien kooperatif dan komunikatif terhadap

terapis dan orang lain.

h) Kemampuan Fungsional & Lingkungan Aktivitas

b) Kemampuan Fungsional Dasar

Pasien mampu perawatan diri secara mandiri dengan diikuti rasa

nyeri di siku kanan.

c) Aktivitas Fungsional

Pasien mampu perawatan diri secara mandiri dengan diikuti rasa

nyeri di siku kanan.

d) Lingkungan Aktivitas

Lingkungan poliklinik Fisioterapi dan tempat tinggal pasien

mendukung untuk kesembuhan pasien.

2. Pemeriksaan Spesifik (FT B)

Tanggal 21 mei 2012

a) Pemeriksaan spesifik pada regio elbow

(1) Test instabilitas ligamen

Hasilnya tidak nyeri.

(2) Test tinel’s pada elbow

Hasilnya tidak nyeri

(3) Test untuk Tennis Elbow (metode I)

Hasilnya positif, timbul nyeri diarea epicondylus lateral humeri.

(4) Test untuk Tennis Elbow (metode II)

Hasilnya positif, timbul nyeri diatas epicondylus lateralis.

(5) Test untuk Golf Elbow

Hasilnya tidak nyeri.

(6) Test cubital tunnel syndrom (fleksi elbow)

Hasilnya negatif.

Page 31: revisi sidang 1

31

b) Nyeri dengan VDS

Waktu pemberian

terapi

Nyeri diam Nyeri tekan Nyeri gerak Aktif

T1 Nyeri sangat ringan (nilai 2)

Nyeri berat (nilai 6)

Nyeri cukup berat

(nilai 5)

T2 Nyeri sangat ringan (nilai 2)

Nyeri berat (nilai 6)

Nyeri cukup berat

(nilai 5)

T3 Tidak nyeri (nilai 1)

Nyeri cukup berat

(nilai 5)

Nyeri tidak begitu berat

(nilai 4)

T4 Tidak nyeri (nilai 1)

Nyeri tidak begitu berat

(nilai 4)

Nyeri ringan (nilai 3)

Tabel 3.3

Pemeriksaan nyeri dengan VDS

c) Kekuatan otot dengan MMT

Sendi Otot T1 T2 T3 T4

Kanan Kiri kanan Kiri kanan kiri kanan Kiri

Elbow Fleksor 5 5 5 5 5 5 5 5

Ekstensor 4 5 4 5 5 5 5 5

Radiu

s ulnar

Pronator 5 5 5 5 5 5 5 5

Supinator 4 5 5 5 5 5 5 5

Wrist Palmar fleksor 5 5 5 5 5 5 5 5

Dorsal fleksor 4 5 4 5 4 5 5 5

Tabel 3.4

Pemeriksaan kekuatan otot

Page 32: revisi sidang 1

32

C. Diagnosis fisioterapi

a) Impairment :

a) Adanya nyeri diam, nyeri tekan pada epicondylus lateralis

humeri dan adanya nyeri gerak untuk gerakan ekstensi dan

supinasi siku secara aktif, pasif, maupun aktif melawan

tahanan. Adanya nyeri gerak untuk gerakan dorsal fleksi

pergelangan tangan dengan posisi lengan bawah ekstensi

dan pronasi baik secara aktif, pasif, maupun aktif melawan

tahanan.

b) Adanya spasme otot-otot ekstensor carpi radialis.

c) Adanya penurunan kekuatan otot ekstensor siku, supinator

siku, dan ekstensor pergelangan tangan karena nyeri.

d) Potensial deformitas.

b) Fungsional Limitation :

Adanya gangguan aktivitas fungsional karena nyeri.

D. Program / rencana fisioterapi

1) Tujuan :

a) Jangka Pendek :

1. Mengurangi nyeri

2. Mengurangi spasme

3. Meningkatkan kekuatan otot

4. Mencegah deformitas lebih lanjut

b) Jangka Panjang :

1. Melanjutkan tujuan jangka pendek

2. Membantu meningkatkan aktivitas fungsional

2) Tindakan Fisioterapi :

a) Teknologi Fisioterapi :

1. Teknologi Alternatif

a. TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation)

b. IR (Infra Red)

c. US (Ultra Sound Terapi)

d. MWD (Mikro Wave Dhiatermy)

e. Terapi Manipulasi

Page 33: revisi sidang 1

33

f. Terapi Latihan

2. Teknologi yang dilaksanakan :

a. Ultra Sound Therapy

b. Terapi Latihan

3) Edukasi :

1. Menyarankan kepada pasien untuk melakukan latihan-latihan

yang diajarkan terapis dan agar terapi secara rutin dan teratur.

2. Menyarankan kepada pasien agar tidak mengangkat dan

memindahkan benda yang terlalu berat (beratnya melebihi

kapasitas kekuatan otot).

3. Menyarankan kepada pasien untuk melakukan pemanasan

sebelum melakukan olahraga, dilakukan dengan penguluran

otot-otot ekstensor wrist (pronasi + ekstensi elbow + palmar

fleksi wrist).

4. Menyarankan kepada pasien untuk melakukan latihan-latihan

di rumah guna menunjang keberhasilan terapi dengan tujuan

penguatan otot – otot pergelangan tangan.

a) Meluruskan lengan secara penuh dan mendorong telapak

tangan ke bawah (palmar fleksi) kemudian bergantian

atau kebalikan telapak tangan menghadap ke atas dan

mendorong telapak tangan ke bawah. dilakukan 6-8 kali

dengan 3 kali pengulangan.

Gambar 3.1

Latihan untuk Tennis Elbow

b) Menggunakan beban telapak tangan menghadap ke

bawah angkat beban ke atas tahan 2 hingga 5 detik

kemudian turunkan perlahan. Ganti posisi telapak tangan

menghadap ke atas dan lakukan gerakan yang sama.

Gerakan ini bertujuan untuk penguatan otot-otot

ekstensor wrist.

Page 34: revisi sidang 1

34

Gambar 3.2

Latihan untuk Tennis Elbow

c) Pegang beban dengan ibu jari menunjuk ke atas.

Gerakan pergelangan tangan ke atas dan ke bawah,

seperti gerakan memukul paku. Semua gerakan harus

dilakukan oleh pergelangan tangan. Sedangkan untuk

penguatan otot pronator dan supinator pergelangan

tangan: pegang beban dengan ibu jari menunjuk ke atas.

Putar pergelangan tangan ke dalam secara maksimal dan

kemudian putar ke luar secara maksimal dapat dilihat

pada gambar 3.3. Tahan selama 2 hingga 5 detik dan

ulangi sebanyak 6-8 kali gerakan.

Gambar 3.3

Latihan untuk Tennis Elbow

d) Pijatan dilakukan pada daerah nyeri. Gunakan tekanan

yang lunak dengan menggunakan 2 jari pada daerah

nyeri dan pijatlah selama 5 menit

Gambar 3.4

Latihan untuk Tennis Elbow

(Yulianto, 2008)

Page 35: revisi sidang 1

35

4) Rencana Evaluasi :

1) Nyeri dengan VDS

2) Kekuatan Otot dengan MMT

E. Prognosis

1) Quo ad Vitam : Baik

2) Quo ad Sanam : Baik

3) Quo ad Fungsionam : Baik

4) Quo ad Cosmeticam : Baik

F. Pelaksanaan Fisioterapi :

Pelaksanaan fisioterapi dilakukan empat kali pada tanggal 21, 23, 25 dan

28 mei 2012. Pelaksanaan fisioterapi tersebut secara berurutan adalah :

1. Ultra Sound (US)

a) Persiapan tempat

Terapis harus menyiapkan tempat, bed dan kursi yang bersih dan

nyaman untuk pasien.

b) Persiapan alat sebelum pengobatan

Persiapan alat, periksa kabel dan tranduser, gel dan tissue.

c) Persiapan pasien

Posisi pasien diatur senyaman mungkin, yaitu pasien diposisikan

tidur terlentang di atas bed dengan siku kanan dalam keadaan

fleksi dan pronasi diganjal bantal, dan dilakukan tes sensibilitas

terhadap panas dan dingin. Terapis harus menjelaskan tentang

tujuan terapi, rasa yang akan dirasakan selama terapi.

d) Pelaksanaan terapi

Terapis duduk berada di samping bed ( sisi kanan pasien), berikan

gel pada area yang akan diterapi yaitu pada epicondylus lateralis

atau siku kanan bagian luar, ratakan gel dengan tranduser,

nyalakan alat kemudian atur waktu = 5 menit, intensitas 1 watt/cm

dan frekuensi 3 MHz, arus yang digunakan continus dengan arah

gerakan tranduser melingkar. Setelah terapi selesai, turunkan

intensitas pada posisi nol kemudian matikan alat dan bersihkan

gel dengan tissue baik pada tranduser maupun pada siku pasien.

Page 36: revisi sidang 1

36

2. Terapi Latihan

Latihan gerak aktif :

Pasien menggerakkan secara aktif untuk fleksi, ekstensi,

supinasi, pronasi elbow, palmar dan dorsal fleksi wrist.

a) Free active exercise

Posisi pasien duduk dan senyaman mungkin, kemudian

terapis meminta pasien untuk menekuk dan meluruskan lengan

kanannya (fleksi dan ekstensi elbow). Untuk gerakan pronasi dan

supinasi posisi siku 900 , dan pasien diminta untuk memutar

lengan bawahnya kedalam dan keluar, untuk gerakan palmar

dan dorsal fleksi wrist pasien diminta menekuk pergelangan

tangannya keatas dan kebawah 8 kali hitungan.

b) Resisted active exercise

(1) Untuk gerakan fleksi dan ekstensi siku.

Untuk gerakan fleksi, tangan terapis yang kiri

memfiksasi pada proksimal sendi siku kanan pasien dan

tangan kanan terapis berada di ventral lengan bawah.

Kemudian terapis meminta pasien untuk menekuk sikunya

dan terapis memberi tahanan. Untuk gerakan ekstensi,

posisi awal pasien fleksi. Tangan kanan terapis berada di

dorsal lengan bawah pasien, dan tangan kiri memfiksasi

pada proksimal sendi siku. Terapis meminta pasien untuk

meluruskan lengan bawahnya, terapis memberi tahanan. 8

kali hitungan.

Gambar 3.5

Resisted untuk gerakan fleksi dan ekstensi siku

(2) Untuk gerakan pronasi dan supinasi.

Untuk gerakan pronasi, tangan kiri terapis memfiksasi di

bagian lateral lengan bawah kanan pasien dan tangan kanan

terapis berada di bagian medial lengan bawah pasien

sebagai tahanan. Pasien di suruh memutar lengan

Page 37: revisi sidang 1

37

bawahnya ke dalam dan terapis memberikan tahanan ke

arah luar. Untuk gerakan supinasi tangan kiri terapis berada

di bagian lateral lengan bawah pasien, sebagai tahanan dan

tangan kanan terapis berada di bagian medial lengan bawah

pasien sebagai fiksasi. Pasien disuruh memutar lengan

bawahnya kearah luar, terapis menahan kearah dalam. 8

kali hitungan.

Gambar 3.6

Resisted untuk gerakan pronasi dan supinasi

(3) Untuk gerakan palmar dan dorsal fleksi wrist.

Tangan terapis yang kiri memfiksasi pada proksimal

sendi siku kanan pasien. Untuk gerakan dorsal fleksi wrist,

posisi lengan bawah pasien pronasi tangan kanan terapis

berada di punggung atas tangan pasien. Pasien disuruh

menekuk pergelangan tangannya ke atas dan terapis

memberi tahanan, 8 kali hitungan. Untuk gerakan palmar

fleksi wrist, posisi lengan bawah pasien supinasi. Tangan

kanan terapis berada di atas telapak kanan, pasien di suruh

menekuk pergelangan tangannya ke atas dan terapis

memberi tahanan, 8 kali hitungan.

Gambar 3.7 Resisted untuk gerakan palmar dan dorsal fleksi

pergelangan tangan

Page 38: revisi sidang 1

38

G. Evaluasi

Tanggal 28 mei 2012

1. Nyeri dengan VDS

Waktu pemberian

terapi

Nyeri diam Nyeri tekan Nyeri gerak Aktif

T1 Nyeri sangat ringan (nilai 2)

Nyeri berat (nilai 6)

Nyeri cukup berat

(nilai 5)

T4 Tidak nyeri (nilai 1)

Nyeri tidak begitu berat

(nilai 4)

Nyeri ringan (nilai 3)

Tabel 3.5

Evaluasi Nyeri

2. Kekuatan Otot dengan MMT

Sendi Otot T1 T4

Kanan Kiri kanan Kiri

Elbow Fleksor 5 5 5 5

Ekstensor 4 5 5 5

Radius ulnar

Pronasi 5 5 5 5

Supinasi 4 5 5 5

Wrist Palmar fleksi 5 5 5 5

Dorsal fleksi 4 5 5 5

Tabel 3.6

Evaluasi Kekuatan Otot

H. Hasil Terapi Akhir

Setelah dilakukan terapi sebanyak 4 kali pasien atas nama Tn.X (54 th)

diperoleh hasil :

1. Nyeri berkurang dan spasme otot juga berkurang.

2. Peningkatan kekuatan otot.

3. Peningkatan kemampuan fungsional karena nyeri berkurang.

Page 39: revisi sidang 1

39

BAB IV

PENUTUP

A. Pembahasan

Dalam bab ini membahas mengenai hasil terapi dan evaluasinya. Sesuai

dengan studi kasus yang dilakukan kepada Tn.X 54 tahun dengan kondisi tennis

elbow dextra, yang mendapatkan penanganan fisioterapi selama 4 kali yaitu

tanggal 21, 23, 25, dan 28 mei 2012. Setelah dilakukan penatalaksanaan

fisioterapi pada pasien ini ternyata didapatkan hasil yang cukup baik

dibandingkan dengan saat sebelum dilakukan tindakan fisioterapi. Hasil

peningkatan tersebut dapat dilihat dari hasil evaluasi sebagai berikut :

Waktu pemberian

terapi

Nyeri diam Nyeri tekan Nyeri gerak Aktif

T1 Nyeri sangat ringan (nilai 2)

Nyeri berat (nilai 6)

Nyeri cukup berat

(nilai 5)

T2 Nyeri sangat ringan (nilai 2)

Nyeri berat (nilai 6)

Nyeri cukup berat

(nilai 5)

T3 Tidak nyeri (nilai 1)

Nyeri cukup berat (nilai 5)

Nyeri tidak begitu berat

(nilai 4)

T4 Tidak nyeri (nilai 1)

Nyeri tidak begitu berat

(nilai 4)

Nyeri ringan (nilai 3)

Tabel 4.1

Hasil evaluasi nyeri dengan VDS

Pada kasus ini derajat nyeri diukur dengan menggunakan skala VDS

(Verbal Descriptive Scale). Adanya penurunan nyeri pada sendi siku kanan dapat

lebih jelas dilihat dari tabel di atas. Tabel di atas menjelaskan bahwa setelah

dilakukan terapi selama 4 kali terdapat penurunan nyeri saat diam berkurang dari

nilai 2 menjadi nilai 1. Nyeri tekan pada otot ekstensor carpi radialis berkurang

dari nilai 6 menjadi 4, nyeri gerak siku saat ekstensi dan supinasi baik aktif

maupun pasif berkurang dari nilai 5 menjadi 3, nyeri gerak ekstensi pergelangan

tangan baik aktif maupun pasif berkurang dari nilai 5 menjadi 3. Gelombang ultra

sound mencegah adanya perlengketan jaringan, gelombang tersebut akan

menyebabkan terjadinya variasi tekanan sehingga menimbulkan efek mekanik

39

Page 40: revisi sidang 1

40

yang di kenal dengan micro massage. Efek panas dalam jaringan akan

bermanfaat untuk melancarkan sirkulasi darah, relaksasi otot, peningkatan

kemampuan regenerasi jaringan serta untuk mengurangi nyeri. Durasi ultra

sound diberikan selama 5 menit dengan intensitas 1 watt/cm2 atau sesuai

dengan toleransi pasien jenis arus yang digunakan adalah continous dan

frekuensi 3 MHz. Menggunakan metode kontak langsung dengan media gel,

tranduser yang digunakan dengan luas ERA 5 cm dengan arah gerakan

tranduser melingkar.

Selain terapi menggunakan ultra sound dilakukan juga modalitas lain

yaitu terapi latihan. Pemberian terapi latihan pada kasus tennis elbow dextra

bertujuan untuk mengurangi nyeri, mengurangi spasme, meningkatkan kekuatan

otot dan meningkatkan aktivitas fungsional pasien. Dimana latihan yang diberikan

adalah latihan gerak aktif karena latihan ini dapat meningkatkan proses

metabolisme didalam tubuh. Selama terapi latihan berlangsung, dinding kapiler

yang terletak pada otot akan melebar, sehingga permeabilitas dinding kapiler

akan naik, dengan demikian kapasitas darah bertambah, juga pertukaran cairan

dalam jaringan dan pembuangan zat-zat yang tidak berguna menjadi lebih

lancar. Hal ini akan berpengaruh terhadap relaksasi otot, pengurangan nyeri,

pengurangan spasme otot, serta perbaikan sirkulasi darah. Peningkatan

kekuatan otot dapat dilihat dari tabel berikut ini :

Sendi Otot T1 T2 T3 T4

Kanan Kiri kanan Kiri kanan kiri kanan Kiri

Elbow Fleksor 5 5 5 5 5 5 5 5

Ekstensor 4 5 4 5 5 5 5 5

Radius ulnar

Pronator 5 5 5 5 5 5 5 5

Supinator 4 5 5 5 5 5 5 5

Wrist Palmar fleksor

5 5 5 5 5 5 5 5

Dorsal fleksor

4 5 4 5 4 5 5 5

Tabel 4.2

Hasil evaluasi kekuatan otot dengan MMT

Page 41: revisi sidang 1

41

Kekuatan otot diukur dengan MMT. Pada T1 nilai ekstensor, supinator

elbow dan dorsal fleksor wrist adalah 4. Pada T4 didapat peningkatan kekuatan

otot ekstensor, supinator elbow dan dorsal fleksor wrist menjadi nilai 5. Kekuatan

otot akan meningkat seiring dengan berkurangnya nyeri. Tetapi bila pasien tidak

dilatih maka dikhawatirkan setelah nyeri menghilang maka akan terjadi

penurunan kekuatan otot karena tidak pernah digunakan. Pada kasus ini, setelah

dilakukan active exercise telah terjadi peningkatan kekuatan otot. Menurut Kisner

dan Colby (1996) jika suatu tahanan diberikan pada otot yang berkontraksi maka

otot tersebut akan beradaptasi dan menjadi lebih kuat.

Berkurangnya nyeri yang dirasakan dan adanya peningkatan kekuatan

otot pada pasien ini akan berpengaruh pada aktifitas fungsional sehari-hari.

Motivasi pasien, dorongan dari keluarga dan terapis, serta lingkungan tempat

tinggal dapat mendukung kesembuhan pasien. Pada kasus ini, pasien

mempunyai motivasi dan keinginan sembuh yang tinggi, sehingga aktifitas

fungsional pasien tidak terganggu seiring adanya nyeri yang semakin berkurang.

B. Kesimpulan

Dari uraian bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa

permasalahan yang dihadapi pada kasus ini adalah adanya nyeri pada daerah

sendi siku kanan, penurunan kekuatan otot, spasme otot ekstensor carpi radialis

serta penurunan kemampuan fungsional pasien. Sesuai dengan problematika

tersebut, maka fisioterapi dapat berperan dengan pemberian modalitas ultra

sound therapy dan terapi latihan yang dapat berupa latihan gerak aktif. Setelah

dilakukan terapi sebanyak empat kali didapatkan hasil berupa penurunan nyeri,

spasme otot berkurang, peningkatan kekuatan otot, serta peningkatan

kemampuan fungsional pasien.

C. Saran

Setelah melakukan proses fisioterapi yaitu dengan Ultra Sound Therapy

dan Terapi Latihan pada pasien tennis elbow dextra, maka penulis akan

memberikan saran kepada :

1. Kepada pasien

Kesungguhan pasien dalam melakukan latihan harus ada karena

tanpa adanya kesungguhan dan semangat untuk melakukan latihan secara

Page 42: revisi sidang 1

42

rutin maka keberhasilan sulit dicapai. Pasien disarankan untuk melakukan

latihan – latihan yang diajarkan terapis seperti menekuk dan meluruskan

siku, latihan menggunakan beban pada tangan dengan siku lurus kemudian

pergelangan tangan bergerak ke atas dan ke bawah. Selain itu pasien

dianjurkan untuk membatasi aktivitas yang membebani sendi siku kanan

yang berlebihan, seperti mengangkat beban yang terlalu berat dan

menggerakkan lengan ke sisi luar yang dipaksakan atau berlebihan.

2. Kepada fisioterapis

Dalam melakukan pelayanan hendaknya sesuai prosedur yang ada

oleh karena itu perlu suatu pemeriksaan yang teliti, sistematik dan terarah

sehingga permasalahan yang ditemui dapat ditangani dengan tepat agar

diperoleh hasil yang memuaskan. Selain itu hendaknya selalu meningkatkan

kemampuan diri baik secara teori maupun praktek untuk menghadapi

perkembangan IPTEK yang semakin maju.

3. Kepada masyarakat

Bagi masyarakat umum untuk berhati-hati dalam melakukan aktivitas

kerja yang mempunyai resiko untuk terjadinya trauma atau cidera.

Disamping itu, jika terjadi cidera atau merasakan sakit hendaknya langsung

berobat ke dokter atau ke rumah sakit agar mendapat pertolongan dan

pengobatan yang tepat.

Page 43: revisi sidang 1

43

DAFTAR PUSTAKA

Arif.RehabilitasiuntukTennisElbow.http://www.aspromedik.com/2008/03/rehabilita

si-untuk-tennis-elbow.html (04/06/12 - via google).

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2006. Rencana Strategis Departemen Kesehatan 2005-2009. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

De Wolf AN and Mens.1994. Pemeriksaan Alat Penggerak Tubuh. Bohn Stafleu Von Loghum. Houte seventeen. hal 47-50.

Dorland. 2002. Kamus Kedokteran. Jakarta ; Buku Kedokteran EGC.

Hukum Kesehatan UU.RI.No 23 Tahun 1992. Polilteknik Kesehatan Surakarta.

Hughes, Sean. 1994. Kapita Selekta Traumatologik dan Orthopedik. Aston, J.N. Edisi 3.

Jowir,Rico.TennisElbow/LateralEpicondylitis.www.seripayku.blogspot.com/2009/03/cedera-pada-olahraga-tennis.html (01/06/12-via google)

Kisner, Carolyn, lynn Allen Colby. 1995. Therapeutik Exc Foundation and Techniques. 3ed edition. T.A. David Company Philadelpia.

Levesque, Marc, Athritis and Tennis Elbow. www.MedecineNet.com/2009-American-Academic-of-Orthopedic-Surgeons.html (30/05/12-via google)

Mardiman, Sri. 2002. Dokumentasi Persiapan Pratek Profesional Fisioterapi. Politeknik Kesehatan Surakarta.

Ovedoff, David, 2002. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 1. Batam ; Binarupa Aksara. Hal 595-596.

Parjoto, Slamet. 2006. Terapi Listrik untuk Modulasi Nyeri. IFI Cabang Semarang .

Platzer, Werner. 1997. Sistem Lokomotor Muskuloskeletal dan Topografi . Jakarta : Hipokrates. Hal 162. Djilid 1.

Priatna, H. 1985. Exercise Therapy. Akademi Fisioterapi Surakarta.

Putz, R dan Pabst, R. 2000. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. Edisi 20.

Russe, Otto A, et al. 1975. International SFTR Method of Measuring and Recording. Hans Huber Publisher Bern Stuttgart Vienna.

Sidharta, Priguna. 1984. Sakit Neuro Muskuloskeletal Dalam Paktek Umum. Jakarta : PT Dian Rakyat. Hal 145-146.

Page 44: revisi sidang 1

44

Snell , Richard. 1998. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta : Buku Kedokteran EGC. Edisi 3.

Sujatno, et al. 2002. Sumber Fisis. Akademi Fisioterapi Surakarta.

Suharso. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang : CC Widya Karya.

Syatibi , Mudatsir. 2002. Terapi Manipulasi Ekstremitas. Akademi Fisioterapi Surakarta.

www.artikel.indonesianrehabequipment.com/2012/01/pemeriksaan-spesifik-pada-regio-elbow.html (02/06/12 - via google).

Wijarnoko, Bambang, et al. 2010. Masase Terapi Cidera Olahraga. Surakarta : Yuma Pustaka.

http://akrafpeduli.blogspot.com/2012/03/tennis-elbow-tipe-ii-epycondylitis.html (02/06/12 - via google).