REVISI SIDANG tgl 17 - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/808/1/Allmadita...
Transcript of REVISI SIDANG tgl 17 - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/808/1/Allmadita...
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
i
HALAMAN JUDUL
HUBUNGAN PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA IBU ABORTUS
DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan STIKES A.YaniYogyakarta
Disusun oleh:
ALLMADITA NURMASARI 09/3209019/PSIK
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI
YOGYAKARTA 2014
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
ii
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
iii
HALAMAN PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul:
“Hubungan Pendidikan Kesehatan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi pada
Ibu Abortus di RSUD Panembahan Senopati Bantul”, yang dibuat untuk
memenuhi persyaratan menjadi Sarjana Keperawatan. Program Studi Ilmu
Keperawatan ( PSIK ) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta, sejauh yang saya ketahui bukan merupakan tiruan atau duplikasi dari
skripsi yang sudah dipublikasikan dan atau pernah untuk mendapatkan gelar
kesarjanaan di lingkungan STIKES A. Yani Yogyakarta maupun di perguruan
tinggi atau instansi lain kecuali bagian yang sumber informasinya dicantumkan
sebagaimana mestinya.
Yang menyatakan
Allmadita Nurmasari NPM: 3209019
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan pembuatan Skripsi yang berjudul “Hubungan
Pendidikan Kesehatan Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Pada Ibu Abortus Di
RSUD Panembahan Senopati Bantul”.
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh
gelar sarjana pada Program Studi Keperawatan STIKES Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta. Skripsi ini telah dapat diselesaikan, atas bimbingan, arahan, dan
bantuan berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, dan pada
kesempatan ini penulis dengan rendah hati mengucapkan terimakasih dengan
setulus-tulusnya kepada :
1. Dr. I. Edy Purwoko, Sp. B, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.
2. Dewi Retno Pamungkas, S.Kep., Ns., MNg selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengadakan dan menyusun karya tulis ilmiah.
3. Ida Nursanti, S.Kep.,Ns., M.P.H, selaku Ketua LPPM yang memberikan ijin
untuk pelaksanaan usulan penelitian dan selaku Dewan Penguji yang telah
memberikan saran dan masukannya.
4. Retno Mawarti, S.Pd., M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I, yang telah
memberikan bimbingan dan saran selama proses penyelesaian usulan penelitian
ini.
5. Dwi Susanti, S.Kep., Ns, selaku Dosen Pembimbing II, yang telah memberikan
bimbingan dan saran selama proses penyelesaian usulan penelitian ini.
6. Direktur RSUD Panembahan Senopati Bantul yang telah mengizinkan
melakukan penelitian.
7. Direktur RSU PKU Muhammadiyah Bantul yang telah mengizinkan
melakukan penelitian.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
v
8. Kedua Orang tuaku tercinta, keluarga serta sahabat dan teman terindahku yang
banyak memberikan doa, nasehat dan motivasi hingga terselesaikannya
penyusunan skripsi ini.
9. Responden yang telah bersedia membantu peneliti melakukan penelitian serta
bersedia menjadi responden penelitian.
Penulis menyadari bahwa tak ada gading yang tak retak. Kesempurnaan
hanya milik Allah SWT semata. Oleh karena itu penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya kepada berbagai pihak atas kesalahan dan kekhilafan yang
terjadi dalam proses penyusunan skripsi penelitian ini serta penulis menerima
saran dan kritik yang membangun. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Yogyakarta, Januari 2014
Penulis
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
vi
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………... i HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………………. ...... ii HALAMAN PERNYATAAN .................................................................................. iii KATA PENGANTAR ............................................................................................... iv DAFTAR ISI .............................................................................................................. vi DAFTAR TABEL ...................................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. ix DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. x INTISARI. .................................................................................................................. xi ABSTRACT. ................................................................................................................ xii BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………………….... 1 B. Rumusan Masalah………………………………………………………… 6 C. Tujuan Penelitian…………………………………………………………. 6 D. Manfaat Penelitian……………………………………………………….. 7 E. Keaslian Penelitian……………………………………………………….. 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pemilihan Alat Kontrasepsi……………………………………………… .. 10 B. Abortus…………………………………………………………………….. 17 C. Pendidikan Kesehatan……………………………………………………… 23 D. Landasan Teori…………………………………………………………….. 30 E. Kerangka Teori…………………………………………………………….. 31 F. Kerangka Konsep………………………………………………………….. 31 G. Hipotesa……………………………………………………………………. 32
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian…………………………………………………………... 33 B. Lokasi dan Waktu Penelitian………………………………………………. 33 C. Populasi dan Sampel Penelitian……………………………………………. 33 D. Variabel Penelitian……………………………………………………….... 35 E. Definisi Operasional……………………………………………………….. 35 F. Alat dan Metode Pengumpulan Data………………………………………. 36 G. Pengolahan Data dan Analisis Data……………………………………….. 38 H. Etika Penelitian…………………………………………………………….. 41 I. Pelaksanaan Penelitian……………………………………………………... 41
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
vii
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian…………………………………………………………….. 44 B. Pembahasan………………………………………………………………... 48
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan………………………………………………………………… 54 B. Saran……………………………………………………………………….. 54
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
viii
DAFTAR TABEL
Hal Tabel 2.1. Metode Kontrasepsi Abortus .................................................................... 22 Tabel 3.1. Desain Penelitian ...................................................................................... 33 Tabel 3.2. Definisi Operasional ................................................................................. 35 Tabel 3.3. Koefisien Kontingensi .............................................................................. 40 Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
Umur Kehamilan, Pendidikan dan Pekerjaan .......................................... 45 Tabel 4.2. Distribusi Pemilihan Alat Kontrasepsi Ibu Abortus di RSUD
Panembahan Senopati Bantul Setelah Diberi Pendidikan Kesehatan ...... 46 Tabel 4.3. Distribusi Pilihan Alat Kontrasepsi Ibu Abortus di RSUD
Panembahan Senopati Bantul Setelah Diberi Pendidikan Kesehatan ...... 46 Tabel 4.4. Distribusi Pemilihan Alat Kontrasepsi Ibu Abortus
yang Tidak Diberi Pendidikan Kesehatan ................................................ 47 Tabel 4.5. Distribusi Pilihan Alat Kontrasepsi Ibu Abortus
yang Tidak Diberi Pendidikan Kesehatan ................................................ 47 Tabel 4.6. Tabulasi Silang dan Hasil Uji Chi Square Hubungan Antara Pendidikan
Kesehatan Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Pada Ibu Abortus……. 48
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
ix
DAFTAR GAMBAR
Hal Gambar 2.1. Kerangka Teori ...................................................................................... 31 Gambar 2.2. Kerangka Konsep .................................................................................. 31
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penyusunan Skripsi Lampiran 2. Permohonan Menjadi Responden Lampiran 3. Persetujuan Responden Lampiran 4. Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 5. Kuesioner Pemilihan Alat Kontrasepsi Lampiran 6. Data dasar responden Lampiran 7. Hasil Uji Univariat dan Bivariat Lampiran 8. Surat izin penelitian
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
xi
HUBUNGAN PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA IBU ABORTUS
DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
Allmadita Nurmasari¹, Retno Mawarti², Dwi Susanti³
INTISARI
Latar Belakang : Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum 20 minggu yang dapat menimbulkan perdarahan yang mengancam jiwa ibu sehingga mengakibatkan kematian. Kejadian abortus di DIY semakin meningkat untuk itu perlu penanganan komprehensif untuk mencegah berulangnya abortus dan pemulihan kesuburan maka diperlukan pendidikan kesehatan tentang program KB, sehingga ibu bisa memilih alat kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi ibu. Tujuan : Diketahuinya hubungan antara pendidikan kesehatan dengan pemilihan alat kontrasepsi pada ibu abortus di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Metode : Penelitian ini menggunakan jenis penelitian quasi eksperiment dengan pendekatan Postest Only Control Design. Pengambilan sampel dengan menggunakan jenis purposive sampling, dengan jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 22 responden ibu abortus dengan 11 sebagai kelompok intervensi dan 11 sebagai kelompok kontrol. Uji statistik menggunakan analisis Bivariat. Instrument menggunakan kuesioner dan Satuan Acara Pembelajaran. Hasil : Berdasarkah hasil penelitian bahwa responden pada kelompok intervensi yang diberi pendidikan kesehatan yang memilih alat kontrasepsi sebanyak 81,8% dan yang tidak memilih sebesar 18,2%. Sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak diberikan pendidikan kesehatan yang memilih alat kontrasepsi sebesar 36,4% dan yang tidak memilih sebesar 63,6%. Hasil uji Chi square diperoleh p-value 0,030 < 0,05. dan nilai koefisien kontingensi adalah 0,420 berarti tingkat keeratan hubungan sedang. Kesimpulan : Ada hubungan yang signifikan antara pendidikan kesehatan dengan pemilihan alat kontrasepsi pada ibu abortus di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Saran : Bagi Petugas kesehatan hendaknya secara rutin memberikan pendidikan kesehatan tentang alat kontrasepsi kepada ibu abortus agar ibu abortus termotivasi untuk memilih metode kontrasepsi yang sesuai untuk ibu abortus. Kata Kunci : Pendidikan Kesehatan, Pemilihan Alat Kontrasepsi, Abortus ¹Mahasiswa STIKES Jenderal Ahmad Yani Yogyakarta ²Dosen STIKES Asyiyah Yogyakarta ³Dosen STIKES Jenderal Ahmad Yani Yogyakarta
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
xii
THE RELATIONSHIP BETWEEN HEALTH EDUCATION AND CONTRACEPTIVE CHOICES IN ABORTIVE WOMAN
AT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
Almadita Nurmasari¹, Retno Mawarti², Dwi Susanti³
ABSTRACT
Background of the problem: Abortion is a pregnancy ended before 20 weeks that can cause bleeding followed by death. Abortion cases incease in Yogyakarta Special Terittory, therefore, comprehensive managament is required to prevent the recurrence of abortion and to gain fertility recovery. Health education about family planning program is also required for mothers to choose appropriate contraceptive in accordance with their need and condition. Objective: The purpose of this study is to know the relationship between health education with contraceptive selection among abortive women at RSUD Panembahan Senopati Bantul. Methodology: The study was conducted by the use of quasi experiment with an approach of Post Test Only Control Design. The samples were obtained by using purposive sampling with 22 aborted pregnant women divided into two groups, namely 11 women as intervention group and the remaining 11 as control group. Bivarite analysis was used for statistical assesment while questionares and Lesson Plan were used as the instrument of the study. Result: The result of the study shows that respondents in intervention group given health education, 81,8% chooses contraceptives and 18,2% gives no choice. While respondents in control group with no health education, 36,4% chooses cotraceptives and remaining 63,6% gives no choice. Chi square test gives p-value 0,030 < 0,05 and the contigency coeficient was 0,420. This means that the correlation level is average. Conclusion: There is significant correlation between heath education and contraceptive choice among abortie pregnant women at RSUD Panembahan Senopati Bantul. Recomendation: Health officers should routinely educate the abortive pregnant women about contraceptive in order to be motivated to choose their proper contraceptives. Keyword: Health education, contraceptive choice, Abortion
¹ Student of STIKES Jenderal Ahmad Yani Yogyakarta ² Lecturer of STIKES Asyiyah Yogyakarta ³ Lecturer of STIKES Jenderal Ahmad Yani Yogyakarta
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber
daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Kesehatan jasmani dan rohani
merupakan ciri utama dari manusia yang berkualitas sehingga apabila ingin
melanjutkan pembangunan bangsa dan sekaligus dapat menikmati hasil-hasil
pembangunan tersebut dengan baik maka mutlak dimiliki kesehatan jasmani dan
rohani. Dengan demikian, kesehatan harus senantiasa dibangun sehingga kondisi
dan taraf kesehatan masyarakat Indonesia semakin baik dan kontinyu melalui
berbagai cara atau strategi yang diperlukan (Depkes, 2008).
Strategi utama dalam pembangunan kesehatan, yaitu menggerakan dan
memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat, meningkatkan akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, pemantauan dan informasi
kesehatan serta meningkatkan pembiayaan kesehatan (Depkes, 2008). Strategi
kementerian kesehatan dalam menghadapi hal tersebut adalah melalui 6 strategi
untuk mencapai visi dan misi pembangunan kesehatan. Visi tersebut diantaranya
adalah mencapai masyarakat yang sehat, mandiri, dan berkeadilan, dan tentunya
juga untuk meningkatkan derajat kesehatan setiap warga negara. Enam strategi
untuk mencapai visi dan misi diantaranya melalui: Pemberdayaan masyarakat
swasta madani melalui kerjasama nasional dan global, pemerataan kesehatan bagi
seluruh masyarakat, peningkatan pembiayaan kesehatan, peningkatan penggunaan
daya guna Sumber Daya Manusia (SDM) secara merata, peningkatan pemerataan
dan keterjangkauan obat dan alat kesehatan, peningkatan manajemen kesehatan
agar lebih transparan dan berdaya guna.
Sasaran strategis dalam pembangunan kesehatan 2010 - 2014 menurut
Kementerian Kesehatan adalah :
Meningkatnya Status kesehatan dan gizi masyarakat dengan: meningkatnya umur
harapan hidup dari 70,7 tahun menjadi 72 tahun, menurunnya angka kematian ibu
melahirkan dari 228 menjadi 118 per 100.000 kelahiran hidup, menurunnya angka
kematian bayi dari 34 menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup, menurunnya angka
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
2
kematian neonatal dari 19 menjadi 15 per 1.000 kelahiran hidup, menurunnya
prevelensi kekurangan gizi pada anak balita dari 18,4 persen menjadi di bawah
15,0 persen, menurunnya prevelensi anak balita yang pendek dari 3,8 persen
menjadi kurang dari 32 persen, persentase puskesmas rawat inap yang mampu
Pelayanan Obstetri Neonatal Dasar (PONED) sebesar 100 persen, persentase
rumah sakit kabupaten/kota yang melaksanakan Pelayanan Obstetri Neonatal
Komperhensif (PONED) sebesar 100 persen, cakupan kunjungan neonatal
lengkap (KN Lengkap) sebesar 90 persen (Profil Kesehatan Indonesia, 2009).
Sasaran yang hendak dicapai atau diwujudkan dalam pembangunan
kesehatan di Indonesia sebagaimana tertuang dalam Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan adalah menurunnya angka kematian ibu melahirkan dari
228 menjadi 118 per 100.000 kelahiran hidup. Persoalan kesehatan ibu termasuk
dan terutama kesehatan reproduksi telah menjadi keprihatinan dan kepedulian
semua bangsa dan Negara di dunia. Millennium Development Goals (MDGs)
yang berisikan delapan tujuan pembangunan millennium yang menjelaskan
mengenai tujuan pembangunan yang harus dicapai pada tahun 2015 yang salah
satu tujuannya berkaitan langsung dengan proses persalinan. Disebutkan bahwa
proses persalinan dalam tujuan tersebut tidak hanya merupakan wujud regenerasi
dari suatu keluarga ataupun bangsa namun juga penting untuk perkembangan
manusia itu sendiri. Komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas merupakan
masalah kesehatan yang penting, bila tidak ditanggulangi akan menyebabkan
angka kematian ibu yang tinggi. Kematian seorang ibu dalam proses reproduksi
merupakan tragedi yang mencemaskan. Sehingga mutlak diupayakan suatu
peningkatan dan promosi dalam hal kesehatan reproduksi yang mencakup tiga
komponen yaitu: Kemampuan (ability), keberhasilan (success), dan keamanan
(safety). Kemampuan berarti dapat berproduksi, keberhasilan berarti dapat
menghasilkan anak sehat yang tumbuh dan berkembang, sedangkan keamanan
berarti semua proses reproduksi termasuk hubungan seks, kehamilan, persalinan,
kontrasepi, dan abortus seyogyanya bukan merupakan aktivitas yang berbahaya.
Berdasarkan World Health Organization (WHO, 2009) menyebutkan
bahwa pada setiap hari terdapat 1500 perempuan meninggal karena komplikasi
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
3
persalinan, kematian ibu di dunia disebabkan oleh 25% perdarahan, 20%
penyebab tidak langsung, 15% infeksi, 13% abortus yang tidak aman, 12%
eklampsi, 8% penyulit persalinan, dan 7% penyebab lainnya.
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2009, kasus obstetri
terbanyak (56,09%) disebabkan penyulit kehamilan, persalinan, dan masa nifas
lainnya diikuti dengan kehamilan yang berakhir abortus (26%). Berdasarkan data-
data tersebut, dapat dipahami bahwa abortus merupakan persoalan yang gawat dan
mendesak untuk ditangani secara lebih baik. Hal ini mencakup penanganan secara
profesional terhadap ibu hamil yang mengalami abortus termasuk juga
penanganan abortus dan peningkatan pengetahuan dan kesadaran sehingga,
kejadian dan tindakan abortus bisa dihindarkan dan dikurangi.
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum berusia 20 minggu
atau berat janin dibawah 500 gram dan buah kehamilan belum mampu untuk
hidup diluar kandungan (Budi Handono, 2009). Berdasarkan data dari Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta jumlah abortus tahun 2011 sebanyak 224 kasus abortus
diantaranya inkomplet 167(74,55%) kasus, iminen 16 (7,14%) kasus, komplit 12
(5,36%). Data dari Bantul jumlah abortus tahun 2012 sebanyak 132 abortus
diantaranya inkomplet 66 kasus, iminen 58 kasus, komplit 8 kasus (Rekam Medis
Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul, 2012).
Untuk menekan terjadinya kejadian abortus yang berulang yang semakin
mengancam kesehatan bahkan nyawa ibu maka ibu yang mengalami keguguran
(abortus) baik spontan maupun karena alasan kesehatan yang lain, perlu dilakukan
upaya-upaya agar tidak hamil dalam jarak yang dekat pasca melakukan abortus.
Untuk mencegah kehamilan dalam jarak yang dekat dengan kejadian atau
tindakan abortus dapat diupayakan dan disarankan oleh petugas kesehatan untuk
memakai alat kontrasepsi tertentu atau dengan kata lain ikut program Keluarga
Berencana atau ber-KB. Dalam program KB ini, tersedia berbagai macam cara
dan alat kontrasepsi yang dapat dipilih disesuaikan dengan kebutuhan, keinginan
dan kondisi dari Pasangan Usia Subur (PUS) yang akan ber KB dan juga sesuai
dengan jenis kelamin calon akseptor kendatipun pilihan terbanyak adalah untuk
para wanita
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
4
Program Keluarga Berencana dilaksanakan atas dasar sukarela serta tidak
bertentangan dengan agama, kepercayaan dan moral Pancasila. Program KB
disamping dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat sendiri agar
dapat menghargai dan menerima pola keluarga kecil sebagai salah satu langkah
utama untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya, juga karena adanya alasan
medis tertentu. Oleh karena itu program pelaksanaan Keluarga Berencana tidak
hanya menyangkut masalah teknis medis semata, melainkan meliputi berbagai
segi penting lainnya dalam tata hidup dan kehidupan masyarakat (Badan
Pendidikan Nasional, 2009).
Jumlah akseptor KB di propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu akseptor
baru 50,876 dan akseptor aktif 432.024. Realisasi dan target akseptor KB aktif
menurut jenis kontrasepsi yaitu: IUD sebanyak 109.901 orang, implant sebanyak
23.622 orang, Kondom 22.733 orang, Suntik sebanyak 196.284 orang, pil
sebanyak 54.786 orang, MOW sebanyak 22.049 orang, dan MOP sebanyak 2649
orang ( Badan Pusat Statistik, 2010 ). Jumlah akseptor KB di kota Bantul yaitu
akseptor baru 7.187 dan akseptor aktif 34.881. Realisasi dan target akseptor Kb
aktif menurut jenis kontrasepsi yaitu: IUD 10.458, MOW 2.379, implant 853,
suntik 11.564, pil 3.961, kondom 5.666 ( Badan Pusat Statistik, 2010 ).
Sebagian besar perempuan kesulitan dalam menentukan pilihan jenis
kontrasepsi (Handayani, 2010). Termasuk dalam perempuan yang sulit untuk
menentukan pilihan alat atau cara ber KB ini adalah ibu-ibu yang baru saja
mengalami keguguran atau harus melakukan abortus dengan alasan kesehatan.
Padahal, tujuan jangka pendek yaitu mencegah terjadinya kehamilan dalam jangka
singkat pasca abortus yang dapat meningkatkan resiko pengulangan terjadinya
abortus, ibu yang baru saja menjalani atau mengalami abortus seharusnya
diprioritaskan untuk mengikuti program KB untuk menyelamatkan nyawanya dari
resiko yang fatal apabila terjadi abortus berulang akibat hamil dalam jangka rapat
sejak kejadian abortus pertamanya.
Kesulitan untuk menentukan alat kontrasepsi dan cara ber-KB diyakini
sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor umur, pendidikan, pengetahuan, dukungan
keluarga, pekerjaan dan kepercayaan. Bagi Pasangan Usia Subur, beberapa alat
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
5
kontrasepsi tertentu dipandang tidak praktis bahkan mungkin ada yang
menganggapnya berbahaya, pendidikan formal yang tinggi belum menjamin
Pasangan Usia Subur dapat dengan mudah menentukan alat kontrasepsi apa yang
ingin dipakainya karena pengetahuan tentang KB bahkan tidak pernah didapatkan
di bangku sekolah atau kuliah, demikian seterusnya. Apalagi bagi Pasangan Usia
Subur, dalam hal ini ibu yang baru melakukan abortus, kesulitan semakin
bertambah karena adanya tambahan faktor kebingungan, kesedihan akan
kehilangan sesuatu yang diharapkan dan kesakitan apabila dalam proses abortus
tersebut melibatkan proses yang cukup rumit.
Kesulitan pemilihan alat kontrasepsi dan pada akhirnya menentukan
keberhasilan program KB tidak lepas dari tingkat ekonomi masyarakat karena
berkaitan erat dengan kemampuan untuk membeli alat kontrasepsi yang
digunakan. Selain itu kesulitan dan kebingungan dalam pemilihan cara ber-KB
juga dipengaruhi oleh sejumlah faktor budaya. Diberbagai daerah kepercayaan
religius dapat mempengaruhi klien dalam memilih metode kontrasepsi.
(Handayani, 2010).
Namun diantara berbagai faktor yang menentukan pemilihan alat
kontrasepsi dan cara ber-KB, kurangnya pendidikan dan pengetahuan tentang
pemilihan alat kontrasepsi di yakini sebagai faktor utama termasuk bagi calon
akseptor KB yang berasal dari ibu-ibu atau perempuan yang disarankan untuk
mengikuti KB abortus. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan
Februari, dari wawancara petugas dibagian poli Kebidanan RS Panembahan
Senopati Bantul, diperoleh jumlah Pasangan Usia Subur dengan kasus abortus di
RSUD Panembahan Senopati tahun 2012 sejumlah 132 kasus abortus yang
ditangani. Pemilihan IUD sebesar 30%, suntik sebesar 40%, dan pil sebesar 20%
yang tidak memilih sebesar 10%.
Gambaran pilihan tersebut ternyata sangat dominan bagi wanita karena
pilihan alat kontrasepsi menggambarkan bahwa semua alat kontrasepsi tersebut
adalah alat kontrasepsi untuk wanita padahal telah tersedia alat kontrasepsi untuk
laki-laki yang sejatinya dapat menjadi pilihan yang wajar dalam kondisi ibu yang
kemungkinan mengalami kondisi traumatis abortus. Apabila para ibu calon
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
6
akseptor KB tersebut memiliki pengetahuan dan pendidikan kesehatan yang
memadai dalam hal Keluarga Berencana, terdapat kemungkinan bahwa alat
kontrasepsi yang dipilih akan berbeda termasuk 10% ibu yang belum menjatuhkan
pilihan dalam ber-KB kemungkinan besar juga akan telah menentukan pilihan alat
kontrasepsinya. Apalagi jika pasangan dari ibu yang melakukan abortus tersebut
juga memiliki pengetahuan dan pendidikan kesehatan yang memadai. Hal inilah
yang menarik minat penulis untuk mengetahui lebih jauh yaitu adakah hubungan
antara pendidikan kesehatan yang dimiliki oleh ibu abortus dengan alat
kontrasepsi yang dipilihnya. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk menelitinya dan
menuangkannya dalam skripsi yang berjudul, ”Hubungan Pendidikan Kesehatan
dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi pada Ibu Abortus di RSUD Panembahan
Senopati Bantul”.
B. Perumusan masalah
Dari pembahasan masalah tersebut diatas dapat dirumuskan permasalahan “Ada
hubungan antara pendidikan kesehatan dengan pemilihan alat kontrasepsi pada ibu
abortus di RSUD Panembahan Senopati Bantul?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya hubungan antara pendidikan kesehatan dengan pemilihan alat
kontrasepsi pada ibu abortus di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun
2013.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya prosentase pemilihan dan pilihan alat kontrasepsi ibu Abortus
di RSUD Panembahan Senopati Bantul setelah diberi pendidikan kesehatan.
b. Diketahuinya prosentase pemilihan dan pilihan alat kontrasepsi ibu Abortus
yang tidak diberi pendidikan kesehatan.
c. Diketahuinya keeratan hubungan pemberian pendidikan kesehatan dengan
pemilihan alat kontrasepsi ibu Abortus di RSUD Panembahan Senopati
Bantul.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
7
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Profesi Kesehatan
Petugas kesehatan hendaknya secara rutin memberikan pendidikan kesehatan
tentang alat kontrasepsi kepada ibu abortus agar ibu abortus termotivasi untuk
memilih metode kontrasepsi yang sesuai untuk ibu abortus.
2. Bagi Pasangan Usia Subur
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
tentang alat kontrasepsi, sehingga Pasangan Usia Subur dapat memilih alat
kontrasepsi yang akan digunakan dengan tepat.
3. Bagi Peneliti
Peneliti berikutnya dapat menggunakan data yang diperoleh peneliti untuk
mengembangkan penelitian berikutnya.
E. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang pemilihan alat kontrasepsi dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya telah pernah dilakukan sebelumnya antara lain oleh :
1. Kusumaningrum (2009) dengan judul“ Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pemilihan Jenis Alat Kontrasepsi Yang Digunakan Pada Pasangan Usia Subur
Di Desa Kambangan, Kecamatan Blado, Kabupaten Batang. Metode penelitian
ini menggunakan Observasional analitik dengan desain potong lintang dengan
sampel PUS yang menjadi akseptor KB (Keluarga Berencana), dan bertempat
tinggal di lokasi penelitian. Dari lokasi penelitian diperoleh sebagian besar
akseptor KBya berada dalam kelompok umur 20-39 dan 30–49 tahun,
Penentuan sampel secara purposive sampling. Besar sampel minimal 69
responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner penelitian yang telah
diuji validitasnya. Cara pengambilan data adalah wawancara dengan
responden. Data analisis yang digunakan Chi Square. Hasil: Sebagian besar
responden memilih non MKJP sebagai jenis kontrasepsi yang digunakan.
Faktor tingkat kesejahteraan keluarga, kepemilikan Jamkesmas, tingkat
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
8
pengetahuan, dukungan pasangan, dan pengaruh agama tidak memiliki
hubungan yang bermakna dengan pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan
pada PUS. Faktor umur istri, jumlah anak, dan tingkat pendidikan memiliki
hubungan yang bermakna dengan pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan
pada PUS. kesimpulan: Pada penelitian ini faktor yang memiliki hubungan
yang bermakna dengan pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan pada PUS
adalah umur istri (p=0,011), jumlah anak (p=0,049), dan tingkat pendidikan
(p=0,081). Sedangkan faktor tingkat kesejahteraan keluarga (p=1,000),
kepemilikan Jamkesmas (p=0,485), tingkat pengetahuan (p=0,537), dukungan
pasangan (p=1,000), dan pengaruh agama (p=1,000) tidak memiliki hubungan
yang bermakna dengan pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan pada PUS.
Persamaan dengan penelitian ini adalah pada variabel terikat, instrument
penelitian dan alat analisis yang digunakan. Sedangkan perbedaannya adalah
pada variabel bebas, metode penelitian populasi dan sampel penelitian.
2. Aprianti ( 2005 ) dengan judul “ Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang
Alat Kontrasepsi dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Pasca Abortus di RSUD
Kota Yogyakarta.’’ Metode penelitian ini menggunakan Deskriptif analitik
dengan pendekatan waktu Cross Sectional. Besar sampel sejumlah 30
responden, pengambilan sempel menggunakan teknik random sampling.
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Data analisis yang digunakan Chi
Square. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu
dengan pemilihan alat kontrasepsi pasca abortus. Penelitian ini menyimpulkan
bahwa adakah peningkatan pengetahuan ibu tentang pemilihan alat kontrasepsi
tersebut. Persamaan dengan penelitian ini adalah pada variabel terikat,
instrument penelitian, sampel penelitian dan alat analisis. Sedangkan
perbedaannya adalah pada variabel bebas, metode penelitian dan teknik
pemilihan sampel.
3. Kirana ( 2010 ) dengan judul” Hubungan tingkat pengetahuan ibu post partum
tentang pemilihan metode penggunaan alat kontrasepsi di RSUD Panembahan
Senopati Bantul. Metode penelitian ini menggunakan Deskriptif analitik
dengan pendekatan waktu Cross Sectional, Pengambilan sampel yang
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
9
digunakan teknik purposive sampling, Analisa data yang digunakan adalah chi
square. Hasil penelitian tersebut Sebagian besar responden memilih jenis
kontrasepsi yang digunakan. Faktor umur istri, jumlah anak, dan tingkat
pendidikan memiliki hubungan yang bermakna dengan pemilihan jenis
kontrasepsi yang digunakan pada ibu. Persamaan dengan penelitian ini adalah
pada instrumen penelitian, variabel terikat, teknik pengambilan sampel dan alat
analisis yang digunakan. Sedangkan perbedaannya pada metode penelitian,
variabel bebas, populasi dan sampel penelitian.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Panembahan Senopati terletak di Jln.Dr.Wahidin Sudiro
Husodo Bantul merupakan rumah sakit umum tipe B yang menjadi salah satu
Rumah Sakit rujukan dari berbagai pelayanan kesehatan yang berada di
wilayah kota Bantul, yang mempunyai moto Kepuasaan Anda adalah
kebahagian kami.
Pelayanan yang ada di RS Panembahan Senopati meliputi Poliklinik
Spesialis yang terdiri dari poliklinik spesialis anak, bedah(ortopedi, onkologi),
kebidanan dan kandungan, kulit dan kelamin, THT, mata, syaraf, gigi,
kosmetik medic dan poliklinik konsultan gizi, konsultan berhenti merokok,
konsultan HIV/AIDS, Pelayanan Gawat Darurat 24 jam, Pelayanan rawat inap
dan tindakan operasi, Pelayanan penunjang meliputi instalasi bedah sentral
dengan kamar operasi besar kecil, instalasi rehabilitasi medik, instalasi
radiologi, instalasi farmasi, laboratorium klinik, instlasi sterilisasi sentral,
instalasi pemeliharaan rumah sarana rumah sakit, instalasi pendidikan dan
latihan, dan instalasi gizi.
Selama bulan Oktober 2013 di RSUD Panembahan Senopati terdapat ibu
abortus sebanyak 11 orang, meliputi abortus inkomplet. Peneliti juga
mengambil 11 orang ibu abortus di RS PKU Muhammadiyah Bantul sebagai
kelompok kontrol. Pendidikan Kesehatan tentang kontrasepsi ibu abortus
jarang diberikan oleh petugas kesehatan baik di RSUD Panembahan Senopati
maupun di RS PKU Muhammadiyah Bantul. Petugas kesehatan hanya
memberikan saran penggunaan alat kontrasepsi ibu abortus tanpa memberikan
penjelasan secara detail tentang manfaat dan kerugian penggunaan alat
kontrasepsi bagi ibu abortus.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
45
2. Karakteristik Responden
Karakteristik responden pada penelitian ini dikelompokkan berdasarkan
umur, pendidikan, status ekonomi dan pekerjaan yang diuraikan sebagai
berikut:
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Kehamilan, Pendidikan dan Pekerjaan di RSUD Panembahan Senopati
Bantul dan RS PKU Muhammadiyah Bantul
Karakteristik RSUD Penambahan Senopati RS PKU Muhammadiyah Bantul f % f %
Umur 20-30 tahun 31-35 tahun
6 5
54,5 45,5
7 4
63,6 36,4
Kehamilan 1-2 > 2
7 4
63,6 36,4
8 3
72,7 27,3
Pendidikan SD SMP SMA PT
3 4 2 2
27,3 36,4 18,2 18,2
- 6 3 2
0
54,5 27,3 18,2
Pekerjaan PNS Karyawan swasta Wiraswasta Ibu rumah tangga
- 1 1 9
0
9,1 9,1 81,8
1 2 - 8
9,1 18,2
0 72,7
Jumlah 11 11 11 100 Sumber : Data primer tahun 2013
Tabel 4.1. menunjukkan umur ibu ibu abortus di RSUD Panembahan
Senopati sebagian besar adalah 20-30 tahun sebanyak 6 orang (54,5%).
Kehamilan ibu abortus sebagian besar adalah 1-2 sebanyak 7 orang (63,6%).
Pendidikan ibu abortus kebanyakan adalah SMP sebanyak 4 orang (36,4%).
Status pekerjaan ibu abortus sebagian besar adalah ibu rumah tangga sebanyak
9 orang (81,8%).
Umur ibu abortus di RS PKU Muhammadiyah Bantul sebagian besar
20-30 tahun sebanyak 7 orang (63,6%). Kehamilan ibu abortus sebagian besar
adalah 1-2 sebanyak 8 orang (72,7%). Pendidikan ibu abortus kebanyakan
adalah SMP sebanyak 6 orang (54,5%). Status pekerjaan ibu abortus sebagian
besar adalah ibu rumah tangga sebanyak 8 orang (72,7%).
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
46
3. Pemilihan dan Pilihan Alat Kontrasepsi Ibu Abortus di RSUD
Panembahan Senopati Bantul Setelah Diberi Pendidikan Kesehatan
Hasil analisis data pemilihan dan pilihan alat kontrasepsi ibu abortus di
RSUD Panembahan Senopati Bantul setelah diberi pendidikan kesehatan
diuraikan sebagai berikut:
Tabel 4.2. Distribusi Pemilihan Alat Kontrasepsi Ibu Abortus di RSUD Panembahan Senopati Bantul Setelah Diberi Pendidikan Kesehatan
Pemilihan Alat
Kontrasepsi Jumlah Persentase (%)
Memilih 9 81,8 Tidak Memilih 2 18,2
Jumlah 11 100 Sumber: Data Primer Tahun 2013
Tabel 4.2 menunjukkan ibu abortus di RSUD Panembahan Senopati
Bantul setelah diberi pendidikan kesehatan sebagian besar memilih alat
kontrasepsi sebanyak 9 orang (81,8%).
Tabel 4.3. Distribusi Pilihan Alat Kontrasepsi Ibu Abortus di RSUD Panembahan Senopati Bantul Setelah Diberi Pendidikan Kesehatan
Pilihan alat kontrasepsi Jumlah Persentase (%) Kondom 1 9,1 Pil 1 9,1 Suntik 3 27,3 AKDR 4 36,4 KB alamiah 2 18,2
Jumlah 11 100 Sumber: Data Primer Tahun 2013
Tabel 4.3 menunjukkan ibu abortus di RSUD Panembahan Senopati
Bantul setelah diberi pendidikan kesehatan sebagian besar memilih alat
kontrasepsi AKDR sebanyak 4 orang (36,4%).
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
47
4. Pemilihan dan Pilihan Alat Kontrasepsi Ibu Abortus yang Tidak Diberi
Pendidikan Kesehatan
Hasil analisis data pemilihan dan pilihan alat kontrasepsi ibu abortus
yang tidak diberi pendidikan kesehatan diuraikan sebagai berikut:
Tabel 4.4. Distribusi Pemilihan Alat Kontrasepsi Ibu Abortus yang Tidak Diberi Pendidikan Kesehatan
Pemilihan Alat
Kontrasepsi Jumlah Persentase (%)
Memilih 4 36,4 Tidak Memilih 7 63,6
Jumlah 11 100 Sumber: Data Primer Tahun 2013
Tabel 4.4 menunjukkan ibu abortus yang tidak diberi pendidikan
kesehatan sebagian besar tidak memilih alat kontrasepsi sebanyak 7 orang
(63,6%).
Tabel 4.5. Distribusi Pilihan Alat Kontrasepsi Ibu Abortus yang Tidak Diberi Pendidikan Kesehatan
Pilihan alat kontrasepsi Jumlah Persentase (%) Kondom 1 9,1 Pil 1 9,1 Suntik 1 9,1 AKDR 1 9,1 KB alamiah 7 63,6
Jumlah 11 100 Sumber: Data Primer Tahun 2013
Tabel 4.5 menunjukkan ibu abortus yang tidak diberi pendidikan
kesehatan sebagian besar memilih KB alamiah sebanyak 7 orang (63,6%).
5. Hubungan Antara Pendidikan Kesehatan Dengan Pemilihan Alat
Kontrasepsi Pada Ibu Abortus
Pengujian hubungan antara pendidikan kesehatan dengan pemilihan alat
kontrasepsi pada ibu abortus dilakukan dengan uji chi square. Tabulasi silang
dan hasil uji chi square hubungan antara pendidikan kesehatan dengan
pemilihan alat kontrasepsi pada ibu abortus disajikan pada tabel berikut:
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
48
Tabel 4.6. Tabulasi Silang dan Hasil Uji Chi Square Hubungan Antara Pendidikan Kesehatan Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Pada Ibu Abortus
Pendidikan Pilihan kontrasepsi ibu abortus Total p- Cont. Kesehatan Memilih Tidak memilih Value Coeff.
f % f % f % Diberi 9 40,9 2 9,1 11 50,0 Tidak diberi 4 18,2 7 31,8 11 50,0 0,030 0,420 Total 13 59,1 9 40,9 22 100
Sumber: Data Primer, 2013.
Tabel 4.6 menunjukkan ibu abortus yang diberi pendidikan kesehatan
sebagian besar memilih alat kontrasepsi sebesar 40,9%. Ibu abortus yang tidak
diberi pendidikan kesehatan sebagian besar tidak memilih alat kontrasepsi
sebesar 31,8%.
Hasil perhitungan statistik menggunakan uji chi square seperti disajikan
pada tabel 4.6, diperoleh p-value sebesar 0,030 < α (0,05) sehingga dapat
disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara pendidikan kesehatan
dengan pemilihan alat kontrasepsi pada ibu abortus. Nilai koefisien kontingensi
sebesar 0,420 menunjukkan keeratan hubungan antara pendidikan kesehatan
dengan pemilihan alat kontrasepsi pada ibu abortus adalah sedang karena
terletak pada rentang koefisien kontingensi 0,400 – 0,599.
B. Pembahasan
1. Pemilihan dan Pilihan Alat Kontrasepsi Ibu Abortus di RSUD
Panembahan Senopati Bantul Setelah Diberi Pendidikan Kesehatan
Hasil penelitian menunjukkan ibu abortus setelah diberi pendidikan
kesehatan sebagian besar memilih alat kontrasepsi sebesar 81,8%. Pilihan alat
kontrasepsi ibu abortus setelah diberi pendidikan kesehatan adalah AKDR
sebesar 36,4%. Dikarenakan AKDR dapat digunakan dalam jangka waktu lama
dan mempunyai perlindungan terhadap kehamilan lebih tinggi (Depkes RI,
2009).
Pendidikan ibu abortus kebanyakan SMP 4 orang (36,4%). Pendidikan
merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan pengetahuan dan
persepsi seseorang terhadap pentingnya sesuatu hal, termasuk pentingnya
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
49
keikutsertaan dalam KB, dengan keberhasilan pendidikan kesehatan yang
diberikan oleh petugas akan mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi.
Pendidikan kesehatan adalah suatu penyampaian pesan kesehatan yang
bertujuan untuk merubah perilaku sikap, maupun praktik yang bertujuan agar
seseorang memperoleh informasi kesehatan yang lebih baik (Notoatmodjo,
2007). Menurut teori Notoatmodjo (2007) bahwa pendidikan kesehatan
merupakan pendekatan yang tepat dalam meningkatkan pengetahuan
kesehatan, karena pendidikan kesehatan lebih menitik beratkan pada upaya
pencegahan. Pengetahuan yang baik tentang alat kontrasepsi dari ibu abortus
diharapkan ibu abortus bisa menetapkan hatinya untuk memilih alat
kontrasepsi.
Faktor lain dalam pemilihan kontrasepsi adalah umur ibu sebagaian
besar 20-30 tahun merupakan masa menjarangkan kehamilan, sehingga ibu
yang mengalami abortus akan menggunakan kontrasepsi untuk menjarangkan
kehamilan. Hasil penelitian sesuai dengan Kusumaningrum (2009) yang
menunjukan bahwa umur merupakan faktor yang memiliki hubungan yang
bermakna dengan pemilihan alat kontrasepsi.
Faktor kehamilan ibu abortus dengan kehamilan >2 sebanyak 4 orang
(36,4%) yang memilih AKDR, dikarenakan jumlah anak sudah cukup dan tidak
ingin hamil lagi. Hasil penelitian ini sesuai dengan Kusumaningrum (2009)
yang menunjukan bahwa jumlah anak merupakan faktor yang memiliki
hubungan yang bermakna dengan pemilihan alat kontrasepsi.
Status pekerjaan sebagain besar ibu rumah tangga 9 orang (81,8%), juga
berpengaruh terhadap pemilihan kontrasepsi pasca abortus. Status pekerjaan
dapat berpengaruh terhadap keikutsertaan dalam KB karena adanya faktor
pengaruh lingkungan pekerjaan yang mendorong seseorang untuk ikut dalam
KB. Hal ini sesuai teori Hartanto (2003) bahwa pekerjaan merupakan faktor
yang mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
50
2. Pemilihan dan Pilihan Alat Kontrasepsi Ibu Abortus yang Tidak Diberi
Pendidikan Kesehatan
Hasil penelitian pada ibu abortus yang tidak diberi pendidikan
kesehatan menunjukkan sebagian besar ibu abortus tidak memilih alat
kontrasepsi setelah terjadi keguguran sebesar 63,6%, ibu hanya melakukan KB
secara alamiah. Banyaknya ibu abortus yang tidak memilih alat kontrasepsi
disebabkan oleh faktor pendidikan ibu yang sebagian besar masih rendah yaitu
SMP sebanyak 6 orang (54,5%). Pendidikan merupakan salah satu faktor yang
sangat menentukan pengetahuan dan persepsi seseorang terhadap pentingnya
sesuatu hal, termasuk pentingnya keikutsertaan dalam KB. Ini disebabkan
seseorang yang berpendidikan tinggi akan lebih luas pandangannya dan lebih
mudah menerima ide dan tata cara kehidupan baru (BKKBN, 2008). Hasil
penelitian ini sesuai dengan Kusumaningrum (2009) yang menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan merupakan faktor yang memiliki hubungan yang bermakna
dengan pemilihan jenis kontrasepsi.
Faktor lain yang menyebabkan ibu abortus tidak memilih alat
kontrasepsi adalah umur ibu abortus yang sebagian besar antara 20-30 tahun
sebanyak 7 orang (63,6%). Menurut Hartanto (2003) usia 20-30 tahun
merupakan masa mengatur kesuburan atau menjarangkan kehamilan, periode
ini merupakan periode paling baik untuk melahirkan. Sehingga apabila ibu
mengalami abortus pada rentang usia 20-30 tahun maka ibu tidak akan
menggunakan kontrasepsi karena ingin segera hamil kembali. Hasil penelitian
ini sesuai dengan Kusumaningrum (2009) yang menunjukkan bahwa umur
merupakan faktor yang memiliki hubungan yang bermakna dengan pemilihan
jenis kontrasepsi.
Faktor kehamilan ibu abortus yang sebagian besar adalah kehamilan 1-2
sebanyak 8 orang (72,7%) juga turut menentukan banyaknya ibu yang tidak
memilih alat kontrasepsi. Ibu abortus pada kehamilan pertama dan kedua akan
cenderung untuk cepat hamil lagi karena ingin segera memiliki anak. Hasil
penelitian ini sesuai dengan Kusumaningrum (2009) yang menunjukkan bahwa
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
51
jumlah anak merupakan faktor yang memiliki hubungan yang bermakna
dengan pemilihan jenis kontrasepsi.
Status pekerjaan istri yang sebagian besar ibu rumah tangga sebanyak 8
orang (72,7%) juga berpengaruh terhadap pemilihan kontrasepsi pasca abortus.
Status pekerjaan dapat berpengaruh terhadap keikutsertaan dalam KB karena
adanya faktor pengaruh lingkungan pekerjaan yang mendorong seseorang
untuk ikut dalam KB. Hal ini sesuai teori Hartanto (2003) bahwa pekerjaan
merupakan faktor yang mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi.
3. Hubungan Antara Pendidikan Kesehatan Dengan Pemilihan Alat
Kontrasepsi Pada Ibu Abortus
Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara
pendidikan kesehatan dengan pemilihan alat kontrasepsi pada ibu abortus,
p-value sebesar 0,030 < α (0,05). Menurut Handayani (2010) sebagian besar
perempuan kesulitan dalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi. Termasuk
dalam perempuan yang sulit untuk menentukan pilihan alat atau cara ber KB
ini adalah ibu-ibu yang baru saja mengalami keguguran atau harus melakukan
abortus dengan alasan kesehatan. Padahal, tujuan jangka pendek yaitu
mencegah terjadinya kehamilan dalam jangka singkat pasca abortus yang dapat
meningkatkan resiko pengulangan terjadinya abortus, ibu yang baru saja
menjalani atau mengalami abortus seharusnya diprioritaskan untuk mengikuti
program KB untuk menyelamatkan nyawanya dari risiko yang fatal apabila
terjadi abortus berulang akibat hamil dalam jangka rapat sejak kejadian abortus
pertamanya.
Pendidikan kesehatan khususnya mengenai alat kontrasepsi merupakan
masalah penting yang perlu mendapatkan perhatian karena dengan adanya
pendidikan kesehatan maka diharapkan akan meningkatkan pengetahuan ibu
abortus khususnya tentang alat kontrasepsi, sehingga ibu abortus dapat
mengetahui, memahami, dan bisa menetapkan hatinya untuk memilih alat
kontrasepsi. Hubungan pendidikan Kesehatan dengan pemilihan alat
kontrasepsi sangat signifikan karena dengan keberhasilan penyampaian
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
52
pendidikan kesehatan oleh petugas kesehatan pengaruh terhadap perubahan
sikap, maupun praktek atau informasi kesehatan lebih baik (Notoatmodjo,
2007). Sebaliknya jika tidak diberi pendidikan kesehatan informasi tentang alat
kontrasepsi masih kurang, sehingga pengaruh dalam pemantapan hatinya untuk
tidak memilih alat kontrasepsi. Hal ini sesuai teori Hartanto (2003) bahwa
pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pemilihan
kontrasepsi. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori Suliha, dkk (2002)
bahwa pendidikan kesehatan merupakan usaha/kegiatan untuk membantu
individu, kelompok dan masyarakat dalam meningkatkan kemampuan baik
pengetahuan, sikap maupun keterampilan untuk mencapai hidup sehat secara
optimal.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat responden yang diberikan
pendidikan kesehatan namun tidak memilih alat kontrasepsi, hal ini dapat
disebabkan oleh faktor sasaran yaitu tingkat sosial ekonomi terlalu rendah
sehingga tidak begitu memperhatikan pesan-pesan yang disampaikan karena
lebih memperhatikan kebutuhan-kebutuhan lain yang lebih mendesak. Faktor
lainya adalah kepercayaan dan adat kebiasaan yang telah tertanam sehingga
sulit diubah. Hal ini sesuai dengan teori Notoatmodjo (2007) bahwa salah satu
faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan kesehatan adalah sasaran
penyuluhan.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya responden yang tidak
diberikan pendidikan kesehatan namun memilih alat kontrasepsi, hal ini dapat
disebabkan oleh faktor dukungan keluarga dan kepercayaan yang dianut yang
menerima gagasan mengenai program KB. Hal ini sesuai teori Hartanto (2003)
bahwa faktor yang mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi adalah dukungan
keluarga dan kepercayaan yang dianut.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Aprianti (2005) yang menunjukkan
adanya hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi dengan
pemilihan alat kontrasepsi pasca abortus di RSUD Kota Yogyakarta.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
53
4. Keeratan Hubungan Antara Pendidikan Kesehatan Dengan Pemilihan
Alat Kontrasepsi Pada Ibu Abortus
Nilai koefisien kontingensi yang diperoleh dalam penelitian ini sebesar
0,420 menunjukkan terdapat hubungan positif antara pendidikan kesehatan
dengan pemilihan alat kontrasepsi pada ibu abortus dengan keeratan sedang
karena terletak pada rentang koefisien kontingensi 0,400 – 0,599. Hal ini
dikarenakan tidak dilakukan pengontrolan terhadap faktor resiko lain yang
dapat mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi, seperti dukungan keluarga,
kepercayaan, tingkat kesejahteraan keluarga, kepemilikan jamkesmas dan
dukungan pasangan.
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki berbagai keterbatasan yang mengakibatkan
hasilnya belum sesuai yang diharapkan. Keterbatasan tersebut meliputi:
1. Keterbatasan penelitian
a. Belum mengendalikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi pemilihan alat
kontrasepsi seperti dukungan keluarga, kepercayaan, tingkat kesejahteraan
keluarga, kepemilikan jamkesmas dan dukungan pasangan.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
54
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diperoleh kesimpulan ada hubungan
yang signifikan antara pendidikan kesehatan dengan pemilihan alat kontrasepsi
pada ibu abortus di RSUD Panembahan Senopati Bantul, ditunjukkan dengan
hasil uji Chi square diperoleh p-value 0,030 < 0,05. Keeratan hubungan antara
pendidikan kesehatan dengan pemilihan alat kontrasepsi adalah sedang
ditunjukkan dengan nilai koefisien kontingensi sebesar 0,420 terletak pada
rentang 0,400 – 0,599.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti memberikan saran-
saran sebagai berikut:
1. Bagi Profesi Kesehatan
Petugas kesehatan hendaknya secara rutin memberikan pendidikan kesehatan
tentang alat kontrasepsi kepada ibu abortus agar ibu abortus termotivasi untuk
memilih metode kontrasepsi yang sesuai untuk ibu abortus.
2. Bagi Pasangan Usia Subur
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
tentang alat kontrasepsi, sehingga Pasangan Usia Subur dapat memilih alat
kontrasepsi yang akan digunakan dengan tepat.
3. Bagi peneliti berikutnya
Peneliti berikutnya dapat menggunakan data yang diperoleh peneliti untuk
mengembangkan penelitian berikutnya. Diharapkan pada penelitian yang akan
datang dapat digunakan media yang lebih lengkap, seperti media audio visual
(LED, Slide dan sebagainya).
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
DAFTAR PUSTAKA
Azhari. (2009). Masalah Abortus dan Kesehatan. Diakses 20 April 2013 dari http://digilib.unsri.ac.id/download/Masalah%20Abortus%20dan%20kesehatan.pdf.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi.
Jakarta: Bumi Aksara. Badan Pendidikan Nasional. (2009). Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana.
Jakarta. Handoyo, B. (2009). Abortus Berulang. Jakarta: Refika Aditama. Badan Pusat Statistik Indonesia. (2010). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.
Jakarta. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. (2008). Gerakan KB Nasional.
Diakses 20 April 2013 dari www.bkkbn.go.id. _______. (2009). Gerakan KB Nasional. Diakses 20 April 2013 dari
www.bkkbn.go.id. Cuningham, F.G. (2005). Obstetri William. Edisi 22. Jakarta: EGC. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Tujuan Pembangunan
Kesehatan Millenium 2008-2010. WHO.com. Diakses tanggal 27 April 2013.
_________. (2009). Kesehatan Reproduksi. Jakarta. Nugraheni, E.S.S.T. (2010). Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta: Pustaka
Rihama. Handayani, S. (2010). Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:
Pustaka Rihama. Hartanto. (2003). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta. Hidayat, A.A. (2010). Metode Penelitian Kesehatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika. Machfoedz, I. (2005). Pendidikan Kesehatan Bagian dari Promosi Kesehatan.
Cetakan Kedua. Fitramaja: Yogyakarta.
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA
PERPUSTAKAAN
Murphy, S. (2000). Keguguran : Apa yang Perlu Diketahui. Jakarta : Ardan. Notoatmodjo, S. (2007). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. _____________. (2007). Promosi Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Jakarta: Rineka Cipta. _____________. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Pedoman Skripsi. Jakarta: Salemba Medika. Prawirohardjo, S. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Saifuddin. (2009). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:
Yayasan Sarwonohardjo. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.