REVISI SIDANG tgl 17 - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/808/1/Allmadita...

34
STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA PERPUSTAKAAN i HALAMAN JUDUL HUBUNGAN PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA IBU ABORTUS DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan STIKES A.YaniYogyakarta Disusun oleh: ALLMADITA NURMASARI 09/3209019/PSIK PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA 2014

Transcript of REVISI SIDANG tgl 17 - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/808/1/Allmadita...

Page 1: REVISI SIDANG tgl 17 - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/808/1/Allmadita Nurmasari_3209019_nonfull.pdf · Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 5. Kuesioner Pemilihan Alat

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

 

i  

HALAMAN JUDUL

HUBUNGAN PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA IBU ABORTUS

DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan STIKES A.YaniYogyakarta

Disusun oleh:

ALLMADITA NURMASARI 09/3209019/PSIK

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI

YOGYAKARTA 2014

Page 2: REVISI SIDANG tgl 17 - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/808/1/Allmadita Nurmasari_3209019_nonfull.pdf · Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 5. Kuesioner Pemilihan Alat

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

 

ii  

Page 3: REVISI SIDANG tgl 17 - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/808/1/Allmadita Nurmasari_3209019_nonfull.pdf · Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 5. Kuesioner Pemilihan Alat

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

 

iii  

HALAMAN PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul:

“Hubungan Pendidikan Kesehatan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi pada

Ibu Abortus di RSUD Panembahan Senopati Bantul”, yang dibuat untuk

memenuhi persyaratan menjadi Sarjana Keperawatan. Program Studi Ilmu

Keperawatan ( PSIK ) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani

Yogyakarta, sejauh yang saya ketahui bukan merupakan tiruan atau duplikasi dari

skripsi yang sudah dipublikasikan dan atau pernah untuk mendapatkan gelar

kesarjanaan di lingkungan STIKES A. Yani Yogyakarta maupun di perguruan

tinggi atau instansi lain kecuali bagian yang sumber informasinya dicantumkan

sebagaimana mestinya.

Yang menyatakan

Allmadita Nurmasari NPM: 3209019

Page 4: REVISI SIDANG tgl 17 - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/808/1/Allmadita Nurmasari_3209019_nonfull.pdf · Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 5. Kuesioner Pemilihan Alat

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

 

iv  

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan pembuatan Skripsi yang berjudul “Hubungan

Pendidikan Kesehatan Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Pada Ibu Abortus Di

RSUD Panembahan Senopati Bantul”.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh

gelar sarjana pada Program Studi Keperawatan STIKES Jenderal Achmad Yani

Yogyakarta. Skripsi ini telah dapat diselesaikan, atas bimbingan, arahan, dan

bantuan berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, dan pada

kesempatan ini penulis dengan rendah hati mengucapkan terimakasih dengan

setulus-tulusnya kepada :

1. Dr. I. Edy Purwoko, Sp. B, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Jenderal Achmad Yani Yogyakarta.

2. Dewi Retno Pamungkas, S.Kep., Ns., MNg selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

mengadakan dan menyusun karya tulis ilmiah.

3. Ida Nursanti, S.Kep.,Ns., M.P.H, selaku Ketua LPPM yang memberikan ijin

untuk pelaksanaan usulan penelitian dan selaku Dewan Penguji yang telah

memberikan saran dan masukannya.

4. Retno Mawarti, S.Pd., M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I, yang telah

memberikan bimbingan dan saran selama proses penyelesaian usulan penelitian

ini.

5. Dwi Susanti, S.Kep., Ns, selaku Dosen Pembimbing II, yang telah memberikan

bimbingan dan saran selama proses penyelesaian usulan penelitian ini.

6. Direktur RSUD Panembahan Senopati Bantul yang telah mengizinkan

melakukan penelitian.

7. Direktur RSU PKU Muhammadiyah Bantul yang telah mengizinkan

melakukan penelitian.

Page 5: REVISI SIDANG tgl 17 - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/808/1/Allmadita Nurmasari_3209019_nonfull.pdf · Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 5. Kuesioner Pemilihan Alat

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

 

v  

8. Kedua Orang tuaku tercinta, keluarga serta sahabat dan teman terindahku yang

banyak memberikan doa, nasehat dan motivasi hingga terselesaikannya

penyusunan skripsi ini.

9. Responden yang telah bersedia membantu peneliti melakukan penelitian serta

bersedia menjadi responden penelitian.

Penulis menyadari bahwa tak ada gading yang tak retak. Kesempurnaan

hanya milik Allah SWT semata. Oleh karena itu penulis mohon maaf yang

sebesar-besarnya kepada berbagai pihak atas kesalahan dan kekhilafan yang

terjadi dalam proses penyusunan skripsi penelitian ini serta penulis menerima

saran dan kritik yang membangun. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi

pembaca.

Yogyakarta, Januari 2014

Penulis

Page 6: REVISI SIDANG tgl 17 - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/808/1/Allmadita Nurmasari_3209019_nonfull.pdf · Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 5. Kuesioner Pemilihan Alat

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

 

vi  

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………………... i HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………………. ...... ii HALAMAN PERNYATAAN .................................................................................. iii KATA PENGANTAR ............................................................................................... iv DAFTAR ISI .............................................................................................................. vi DAFTAR TABEL ...................................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. ix DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. x INTISARI. .................................................................................................................. xi ABSTRACT. ................................................................................................................ xii BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………….... 1 B. Rumusan Masalah………………………………………………………… 6 C. Tujuan Penelitian…………………………………………………………. 6 D. Manfaat Penelitian……………………………………………………….. 7 E. Keaslian Penelitian……………………………………………………….. 7

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemilihan Alat Kontrasepsi……………………………………………… .. 10 B. Abortus…………………………………………………………………….. 17 C. Pendidikan Kesehatan……………………………………………………… 23 D. Landasan Teori…………………………………………………………….. 30 E. Kerangka Teori…………………………………………………………….. 31 F. Kerangka Konsep………………………………………………………….. 31 G. Hipotesa……………………………………………………………………. 32

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian…………………………………………………………... 33 B. Lokasi dan Waktu Penelitian………………………………………………. 33 C. Populasi dan Sampel Penelitian……………………………………………. 33 D. Variabel Penelitian……………………………………………………….... 35 E. Definisi Operasional……………………………………………………….. 35 F. Alat dan Metode Pengumpulan Data………………………………………. 36 G. Pengolahan Data dan Analisis Data……………………………………….. 38 H. Etika Penelitian…………………………………………………………….. 41 I. Pelaksanaan Penelitian……………………………………………………... 41

Page 7: REVISI SIDANG tgl 17 - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/808/1/Allmadita Nurmasari_3209019_nonfull.pdf · Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 5. Kuesioner Pemilihan Alat

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

 

vii

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian…………………………………………………………….. 44 B. Pembahasan………………………………………………………………... 48

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………………………………………………………………… 54 B. Saran……………………………………………………………………….. 54

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 8: REVISI SIDANG tgl 17 - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/808/1/Allmadita Nurmasari_3209019_nonfull.pdf · Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 5. Kuesioner Pemilihan Alat

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

 

viii  

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 2.1. Metode Kontrasepsi Abortus .................................................................... 22 Tabel 3.1. Desain Penelitian ...................................................................................... 33 Tabel 3.2. Definisi Operasional ................................................................................. 35 Tabel 3.3. Koefisien Kontingensi .............................................................................. 40 Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan

Umur Kehamilan, Pendidikan dan Pekerjaan .......................................... 45 Tabel 4.2. Distribusi Pemilihan Alat Kontrasepsi Ibu Abortus di RSUD

Panembahan Senopati Bantul Setelah Diberi Pendidikan Kesehatan ...... 46 Tabel 4.3. Distribusi Pilihan Alat Kontrasepsi Ibu Abortus di RSUD

Panembahan Senopati Bantul Setelah Diberi Pendidikan Kesehatan ...... 46 Tabel 4.4. Distribusi Pemilihan Alat Kontrasepsi Ibu Abortus

yang Tidak Diberi Pendidikan Kesehatan ................................................ 47 Tabel 4.5. Distribusi Pilihan Alat Kontrasepsi Ibu Abortus

yang Tidak Diberi Pendidikan Kesehatan ................................................ 47 Tabel 4.6. Tabulasi Silang dan Hasil Uji Chi Square Hubungan Antara Pendidikan

Kesehatan Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Pada Ibu Abortus……. 48

Page 9: REVISI SIDANG tgl 17 - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/808/1/Allmadita Nurmasari_3209019_nonfull.pdf · Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 5. Kuesioner Pemilihan Alat

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

 

ix

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 2.1. Kerangka Teori ...................................................................................... 31 Gambar 2.2. Kerangka Konsep .................................................................................. 31

Page 10: REVISI SIDANG tgl 17 - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/808/1/Allmadita Nurmasari_3209019_nonfull.pdf · Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 5. Kuesioner Pemilihan Alat

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

 

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penyusunan Skripsi Lampiran 2. Permohonan Menjadi Responden Lampiran 3. Persetujuan Responden Lampiran 4. Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 5. Kuesioner Pemilihan Alat Kontrasepsi Lampiran 6. Data dasar responden Lampiran 7. Hasil Uji Univariat dan Bivariat Lampiran 8. Surat izin penelitian

Page 11: REVISI SIDANG tgl 17 - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/808/1/Allmadita Nurmasari_3209019_nonfull.pdf · Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 5. Kuesioner Pemilihan Alat

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

 

xi  

HUBUNGAN PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA IBU ABORTUS

DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Allmadita Nurmasari¹, Retno Mawarti², Dwi Susanti³

INTISARI

Latar Belakang :  Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum 20 minggu yang dapat menimbulkan perdarahan yang mengancam jiwa ibu sehingga mengakibatkan kematian. Kejadian abortus di DIY semakin meningkat untuk itu perlu penanganan komprehensif untuk mencegah berulangnya abortus dan pemulihan kesuburan maka diperlukan pendidikan kesehatan tentang program KB, sehingga ibu bisa memilih alat kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi ibu. Tujuan : Diketahuinya hubungan antara pendidikan kesehatan dengan pemilihan alat kontrasepsi pada ibu abortus di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Metode : Penelitian ini menggunakan jenis penelitian quasi eksperiment dengan pendekatan Postest Only Control Design. Pengambilan sampel dengan menggunakan jenis purposive sampling, dengan jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 22 responden ibu abortus dengan 11 sebagai kelompok intervensi dan 11 sebagai kelompok kontrol. Uji statistik menggunakan analisis Bivariat. Instrument menggunakan kuesioner dan Satuan Acara Pembelajaran. Hasil : Berdasarkah hasil penelitian bahwa responden pada kelompok intervensi yang diberi pendidikan kesehatan yang memilih alat kontrasepsi sebanyak 81,8% dan yang tidak memilih sebesar 18,2%. Sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak diberikan pendidikan kesehatan yang memilih alat kontrasepsi sebesar 36,4% dan yang tidak memilih sebesar 63,6%. Hasil uji Chi square diperoleh p-value 0,030 < 0,05. dan nilai koefisien kontingensi adalah 0,420 berarti tingkat keeratan hubungan sedang. Kesimpulan : Ada hubungan yang signifikan antara pendidikan kesehatan dengan pemilihan alat kontrasepsi pada ibu abortus di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Saran : Bagi Petugas kesehatan hendaknya secara rutin memberikan pendidikan kesehatan tentang alat kontrasepsi kepada ibu abortus agar ibu abortus termotivasi untuk memilih metode kontrasepsi yang sesuai untuk ibu abortus. Kata Kunci : Pendidikan Kesehatan, Pemilihan Alat Kontrasepsi, Abortus ¹Mahasiswa STIKES Jenderal Ahmad Yani Yogyakarta ²Dosen STIKES Asyiyah Yogyakarta ³Dosen STIKES Jenderal Ahmad Yani Yogyakarta

Page 12: REVISI SIDANG tgl 17 - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/808/1/Allmadita Nurmasari_3209019_nonfull.pdf · Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 5. Kuesioner Pemilihan Alat

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

 

xii  

THE RELATIONSHIP BETWEEN HEALTH EDUCATION AND CONTRACEPTIVE CHOICES IN ABORTIVE WOMAN

AT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Almadita Nurmasari¹, Retno Mawarti², Dwi Susanti³

ABSTRACT

Background of the problem: Abortion is a pregnancy ended before 20 weeks that can cause bleeding followed by death. Abortion cases incease in Yogyakarta Special Terittory, therefore, comprehensive managament is required to prevent the recurrence of abortion and to gain fertility recovery. Health education about family planning program is also required for mothers to choose appropriate contraceptive in accordance with their need and condition. Objective: The purpose of this study is to know the relationship between health education with contraceptive selection among abortive women at RSUD Panembahan Senopati Bantul. Methodology: The study was conducted by the use of quasi experiment with an approach of Post Test Only Control Design. The samples were obtained by using purposive sampling with 22 aborted pregnant women divided into two groups, namely 11 women as intervention group and the remaining 11 as control group. Bivarite analysis was used for statistical assesment while questionares and Lesson Plan were used as the instrument of the study. Result: The result of the study shows that respondents in intervention group given health education, 81,8% chooses contraceptives and 18,2% gives no choice. While respondents in control group with no health education, 36,4% chooses cotraceptives and remaining 63,6% gives no choice. Chi square test gives p-value 0,030 < 0,05 and the contigency coeficient was 0,420. This means that the correlation level is average. Conclusion: There is significant correlation between heath education and contraceptive choice among abortie pregnant women at RSUD Panembahan Senopati Bantul. Recomendation: Health officers should routinely educate the abortive pregnant women about contraceptive in order to be motivated to choose their proper contraceptives. Keyword:  Health education, contraceptive choice, Abortion

¹ Student of STIKES Jenderal Ahmad Yani Yogyakarta ² Lecturer of STIKES Asyiyah Yogyakarta ³ Lecturer of STIKES Jenderal Ahmad Yani Yogyakarta

Page 13: REVISI SIDANG tgl 17 - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/808/1/Allmadita Nurmasari_3209019_nonfull.pdf · Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 5. Kuesioner Pemilihan Alat

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

 

1  

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber

daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Kesehatan jasmani dan rohani

merupakan ciri utama dari manusia yang berkualitas sehingga apabila ingin

melanjutkan pembangunan bangsa dan sekaligus dapat menikmati hasil-hasil

pembangunan tersebut dengan baik maka mutlak dimiliki kesehatan jasmani dan

rohani. Dengan demikian, kesehatan harus senantiasa dibangun sehingga kondisi

dan taraf kesehatan masyarakat Indonesia semakin baik dan kontinyu melalui

berbagai cara atau strategi yang diperlukan (Depkes, 2008).

Strategi utama dalam pembangunan kesehatan, yaitu menggerakan dan

memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat, meningkatkan akses masyarakat

terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, pemantauan dan informasi

kesehatan serta meningkatkan pembiayaan kesehatan (Depkes, 2008). Strategi

kementerian kesehatan dalam menghadapi hal tersebut adalah melalui 6 strategi

untuk mencapai visi dan misi pembangunan kesehatan. Visi tersebut diantaranya

adalah mencapai masyarakat yang sehat, mandiri, dan berkeadilan, dan tentunya

juga untuk meningkatkan derajat kesehatan setiap warga negara. Enam strategi

untuk mencapai visi dan misi diantaranya melalui: Pemberdayaan masyarakat

swasta madani melalui kerjasama nasional dan global, pemerataan kesehatan bagi

seluruh masyarakat, peningkatan pembiayaan kesehatan, peningkatan penggunaan

daya guna Sumber Daya Manusia (SDM) secara merata, peningkatan pemerataan

dan keterjangkauan obat dan alat kesehatan, peningkatan manajemen kesehatan

agar lebih transparan dan berdaya guna.

Sasaran strategis dalam pembangunan kesehatan 2010 - 2014 menurut

Kementerian Kesehatan adalah :

Meningkatnya Status kesehatan dan gizi masyarakat dengan: meningkatnya umur

harapan hidup dari 70,7 tahun menjadi 72 tahun, menurunnya angka kematian ibu

melahirkan dari 228 menjadi 118 per 100.000 kelahiran hidup, menurunnya angka

kematian bayi dari 34 menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup, menurunnya angka

Page 14: REVISI SIDANG tgl 17 - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/808/1/Allmadita Nurmasari_3209019_nonfull.pdf · Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 5. Kuesioner Pemilihan Alat

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

2  

 

kematian neonatal dari 19 menjadi 15 per 1.000 kelahiran hidup, menurunnya

prevelensi kekurangan gizi pada anak balita dari 18,4 persen menjadi di bawah

15,0 persen, menurunnya prevelensi anak balita yang pendek dari 3,8 persen

menjadi kurang dari 32 persen, persentase puskesmas rawat inap yang mampu

Pelayanan Obstetri Neonatal Dasar (PONED) sebesar 100 persen, persentase

rumah sakit kabupaten/kota yang melaksanakan Pelayanan Obstetri Neonatal

Komperhensif (PONED) sebesar 100 persen, cakupan kunjungan neonatal

lengkap (KN Lengkap) sebesar 90 persen (Profil Kesehatan Indonesia, 2009).

Sasaran yang hendak dicapai atau diwujudkan dalam pembangunan

kesehatan di Indonesia sebagaimana tertuang dalam Rencana Strategis

Kementerian Kesehatan adalah menurunnya angka kematian ibu melahirkan dari

228 menjadi 118 per 100.000 kelahiran hidup. Persoalan kesehatan ibu termasuk

dan terutama kesehatan reproduksi telah menjadi keprihatinan dan kepedulian

semua bangsa dan Negara di dunia. Millennium Development Goals (MDGs)

yang berisikan delapan tujuan pembangunan millennium yang menjelaskan

mengenai tujuan pembangunan yang harus dicapai pada tahun 2015 yang salah

satu tujuannya berkaitan langsung dengan proses persalinan. Disebutkan bahwa

proses persalinan dalam tujuan tersebut tidak hanya merupakan wujud regenerasi

dari suatu keluarga ataupun bangsa namun juga penting untuk perkembangan

manusia itu sendiri. Komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas merupakan

masalah kesehatan yang penting, bila tidak ditanggulangi akan menyebabkan

angka kematian ibu yang tinggi. Kematian seorang ibu dalam proses reproduksi

merupakan tragedi yang mencemaskan. Sehingga mutlak diupayakan suatu

peningkatan dan promosi dalam hal kesehatan reproduksi yang mencakup tiga

komponen yaitu: Kemampuan (ability), keberhasilan (success), dan keamanan

(safety). Kemampuan berarti dapat berproduksi, keberhasilan berarti dapat

menghasilkan anak sehat yang tumbuh dan berkembang, sedangkan keamanan

berarti semua proses reproduksi termasuk hubungan seks, kehamilan, persalinan,

kontrasepi, dan abortus seyogyanya bukan merupakan aktivitas yang berbahaya.

Berdasarkan World Health Organization (WHO, 2009) menyebutkan

bahwa pada setiap hari terdapat 1500 perempuan meninggal karena komplikasi

Page 15: REVISI SIDANG tgl 17 - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/808/1/Allmadita Nurmasari_3209019_nonfull.pdf · Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 5. Kuesioner Pemilihan Alat

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

3  

 

persalinan, kematian ibu di dunia disebabkan oleh 25% perdarahan, 20%

penyebab tidak langsung, 15% infeksi, 13% abortus yang tidak aman, 12%

eklampsi, 8% penyulit persalinan, dan 7% penyebab lainnya.

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2009, kasus obstetri

terbanyak (56,09%) disebabkan penyulit kehamilan, persalinan, dan masa nifas

lainnya diikuti dengan kehamilan yang berakhir abortus (26%). Berdasarkan data-

data tersebut, dapat dipahami bahwa abortus merupakan persoalan yang gawat dan

mendesak untuk ditangani secara lebih baik. Hal ini mencakup penanganan secara

profesional terhadap ibu hamil yang mengalami abortus termasuk juga

penanganan abortus dan peningkatan pengetahuan dan kesadaran sehingga,

kejadian dan tindakan abortus bisa dihindarkan dan dikurangi.

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum berusia 20 minggu

atau berat janin dibawah 500 gram dan buah kehamilan belum mampu untuk

hidup diluar kandungan (Budi Handono, 2009). Berdasarkan data dari Propinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta jumlah abortus tahun 2011 sebanyak 224 kasus abortus

diantaranya inkomplet 167(74,55%) kasus, iminen 16 (7,14%) kasus, komplit 12

(5,36%). Data dari Bantul jumlah abortus tahun 2012 sebanyak 132 abortus

diantaranya inkomplet 66 kasus, iminen 58 kasus, komplit 8 kasus (Rekam Medis

Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul, 2012).

Untuk menekan terjadinya kejadian abortus yang berulang yang semakin

mengancam kesehatan bahkan nyawa ibu maka ibu yang mengalami keguguran

(abortus) baik spontan maupun karena alasan kesehatan yang lain, perlu dilakukan

upaya-upaya agar tidak hamil dalam jarak yang dekat pasca melakukan abortus.

Untuk mencegah kehamilan dalam jarak yang dekat dengan kejadian atau

tindakan abortus dapat diupayakan dan disarankan oleh petugas kesehatan untuk

memakai alat kontrasepsi tertentu atau dengan kata lain ikut program Keluarga

Berencana atau ber-KB. Dalam program KB ini, tersedia berbagai macam cara

dan alat kontrasepsi yang dapat dipilih disesuaikan dengan kebutuhan, keinginan

dan kondisi dari Pasangan Usia Subur (PUS) yang akan ber KB dan juga sesuai

dengan jenis kelamin calon akseptor kendatipun pilihan terbanyak adalah untuk

para wanita

Page 16: REVISI SIDANG tgl 17 - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/808/1/Allmadita Nurmasari_3209019_nonfull.pdf · Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 5. Kuesioner Pemilihan Alat

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

4  

 

Program Keluarga Berencana dilaksanakan atas dasar sukarela serta tidak

bertentangan dengan agama, kepercayaan dan moral Pancasila. Program KB

disamping dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat sendiri agar

dapat menghargai dan menerima pola keluarga kecil sebagai salah satu langkah

utama untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya, juga karena adanya alasan

medis tertentu. Oleh karena itu program pelaksanaan Keluarga Berencana tidak

hanya menyangkut masalah teknis medis semata, melainkan meliputi berbagai

segi penting lainnya dalam tata hidup dan kehidupan masyarakat (Badan

Pendidikan Nasional, 2009).

Jumlah akseptor KB di propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu akseptor

baru 50,876 dan akseptor aktif 432.024. Realisasi dan target akseptor KB aktif

menurut jenis kontrasepsi yaitu: IUD sebanyak 109.901 orang, implant sebanyak

23.622 orang, Kondom 22.733 orang, Suntik sebanyak 196.284 orang, pil

sebanyak 54.786 orang, MOW sebanyak 22.049 orang, dan MOP sebanyak 2649

orang ( Badan Pusat Statistik, 2010 ). Jumlah akseptor KB di kota Bantul yaitu

akseptor baru 7.187 dan akseptor aktif 34.881. Realisasi dan target akseptor Kb

aktif menurut jenis kontrasepsi yaitu: IUD 10.458, MOW 2.379, implant 853,

suntik 11.564, pil 3.961, kondom 5.666 ( Badan Pusat Statistik, 2010 ).

Sebagian besar perempuan kesulitan dalam menentukan pilihan jenis

kontrasepsi (Handayani, 2010). Termasuk dalam perempuan yang sulit untuk

menentukan pilihan alat atau cara ber KB ini adalah ibu-ibu yang baru saja

mengalami keguguran atau harus melakukan abortus dengan alasan kesehatan.

Padahal, tujuan jangka pendek yaitu mencegah terjadinya kehamilan dalam jangka

singkat pasca abortus yang dapat meningkatkan resiko pengulangan terjadinya

abortus, ibu yang baru saja menjalani atau mengalami abortus seharusnya

diprioritaskan untuk mengikuti program KB untuk menyelamatkan nyawanya dari

resiko yang fatal apabila terjadi abortus berulang akibat hamil dalam jangka rapat

sejak kejadian abortus pertamanya.

Kesulitan untuk menentukan alat kontrasepsi dan cara ber-KB diyakini

sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor umur, pendidikan, pengetahuan, dukungan

keluarga, pekerjaan dan kepercayaan. Bagi Pasangan Usia Subur, beberapa alat

Page 17: REVISI SIDANG tgl 17 - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/808/1/Allmadita Nurmasari_3209019_nonfull.pdf · Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 5. Kuesioner Pemilihan Alat

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

5  

 

kontrasepsi tertentu dipandang tidak praktis bahkan mungkin ada yang

menganggapnya berbahaya, pendidikan formal yang tinggi belum menjamin

Pasangan Usia Subur dapat dengan mudah menentukan alat kontrasepsi apa yang

ingin dipakainya karena pengetahuan tentang KB bahkan tidak pernah didapatkan

di bangku sekolah atau kuliah, demikian seterusnya. Apalagi bagi Pasangan Usia

Subur, dalam hal ini ibu yang baru melakukan abortus, kesulitan semakin

bertambah karena adanya tambahan faktor kebingungan, kesedihan akan

kehilangan sesuatu yang diharapkan dan kesakitan apabila dalam proses abortus

tersebut melibatkan proses yang cukup rumit.

Kesulitan pemilihan alat kontrasepsi dan pada akhirnya menentukan

keberhasilan program KB tidak lepas dari tingkat ekonomi masyarakat karena

berkaitan erat dengan kemampuan untuk membeli alat kontrasepsi yang

digunakan. Selain itu kesulitan dan kebingungan dalam pemilihan cara ber-KB

juga dipengaruhi oleh sejumlah faktor budaya. Diberbagai daerah kepercayaan

religius dapat mempengaruhi klien dalam memilih metode kontrasepsi.

(Handayani, 2010).

Namun diantara berbagai faktor yang menentukan pemilihan alat

kontrasepsi dan cara ber-KB, kurangnya pendidikan dan pengetahuan tentang

pemilihan alat kontrasepsi di yakini sebagai faktor utama termasuk bagi calon

akseptor KB yang berasal dari ibu-ibu atau perempuan yang disarankan untuk

mengikuti KB abortus. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan

Februari, dari wawancara petugas dibagian poli Kebidanan RS Panembahan

Senopati Bantul, diperoleh jumlah Pasangan Usia Subur dengan kasus abortus di

RSUD Panembahan Senopati tahun 2012 sejumlah 132 kasus abortus yang

ditangani. Pemilihan IUD sebesar 30%, suntik sebesar 40%, dan pil sebesar 20%

yang tidak memilih sebesar 10%.

Gambaran pilihan tersebut ternyata sangat dominan bagi wanita karena

pilihan alat kontrasepsi menggambarkan bahwa semua alat kontrasepsi tersebut

adalah alat kontrasepsi untuk wanita padahal telah tersedia alat kontrasepsi untuk

laki-laki yang sejatinya dapat menjadi pilihan yang wajar dalam kondisi ibu yang

kemungkinan mengalami kondisi traumatis abortus. Apabila para ibu calon

Page 18: REVISI SIDANG tgl 17 - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/808/1/Allmadita Nurmasari_3209019_nonfull.pdf · Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 5. Kuesioner Pemilihan Alat

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

6  

 

akseptor KB tersebut memiliki pengetahuan dan pendidikan kesehatan yang

memadai dalam hal Keluarga Berencana, terdapat kemungkinan bahwa alat

kontrasepsi yang dipilih akan berbeda termasuk 10% ibu yang belum menjatuhkan

pilihan dalam ber-KB kemungkinan besar juga akan telah menentukan pilihan alat

kontrasepsinya. Apalagi jika pasangan dari ibu yang melakukan abortus tersebut

juga memiliki pengetahuan dan pendidikan kesehatan yang memadai. Hal inilah

yang menarik minat penulis untuk mengetahui lebih jauh yaitu adakah hubungan

antara pendidikan kesehatan yang dimiliki oleh ibu abortus dengan alat

kontrasepsi yang dipilihnya. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk menelitinya dan

menuangkannya dalam skripsi yang berjudul, ”Hubungan Pendidikan Kesehatan

dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi pada Ibu Abortus di RSUD Panembahan

Senopati Bantul”.

B. Perumusan masalah

Dari pembahasan masalah tersebut diatas dapat dirumuskan permasalahan “Ada

hubungan antara pendidikan kesehatan dengan pemilihan alat kontrasepsi pada ibu

abortus di RSUD Panembahan Senopati Bantul?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya hubungan antara pendidikan kesehatan dengan pemilihan alat

kontrasepsi pada ibu abortus di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun

2013.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya prosentase pemilihan dan pilihan alat kontrasepsi ibu Abortus

di RSUD Panembahan Senopati Bantul setelah diberi pendidikan kesehatan.

b. Diketahuinya prosentase pemilihan dan pilihan alat kontrasepsi ibu Abortus

yang tidak diberi pendidikan kesehatan.

c. Diketahuinya keeratan hubungan pemberian pendidikan kesehatan dengan

pemilihan alat kontrasepsi ibu Abortus di RSUD Panembahan Senopati

Bantul.

Page 19: REVISI SIDANG tgl 17 - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/808/1/Allmadita Nurmasari_3209019_nonfull.pdf · Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 5. Kuesioner Pemilihan Alat

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

7  

 

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Profesi Kesehatan

Petugas kesehatan hendaknya secara rutin memberikan pendidikan kesehatan

tentang alat kontrasepsi kepada ibu abortus agar ibu abortus termotivasi untuk

memilih metode kontrasepsi yang sesuai untuk ibu abortus.

2. Bagi Pasangan Usia Subur

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan

tentang alat kontrasepsi, sehingga Pasangan Usia Subur dapat memilih alat

kontrasepsi yang akan digunakan dengan tepat.

3. Bagi Peneliti

Peneliti berikutnya dapat menggunakan data yang diperoleh peneliti untuk

mengembangkan penelitian berikutnya.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang pemilihan alat kontrasepsi dan faktor-faktor yang

mempengaruhinya telah pernah dilakukan sebelumnya antara lain oleh :

1. Kusumaningrum (2009) dengan judul“ Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Pemilihan Jenis Alat Kontrasepsi Yang Digunakan Pada Pasangan Usia Subur

Di Desa Kambangan, Kecamatan Blado, Kabupaten Batang. Metode penelitian

ini menggunakan Observasional analitik dengan desain potong lintang dengan

sampel PUS yang menjadi akseptor KB (Keluarga Berencana), dan bertempat

tinggal di lokasi penelitian. Dari lokasi penelitian diperoleh sebagian besar

akseptor KBya berada dalam kelompok umur 20-39 dan 30–49 tahun,

Penentuan sampel secara purposive sampling. Besar sampel minimal 69

responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner penelitian yang telah

diuji validitasnya. Cara pengambilan data adalah wawancara dengan

responden. Data analisis yang digunakan Chi Square. Hasil: Sebagian besar

responden memilih non MKJP sebagai jenis kontrasepsi yang digunakan.

Faktor tingkat kesejahteraan keluarga, kepemilikan Jamkesmas, tingkat

Page 20: REVISI SIDANG tgl 17 - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/808/1/Allmadita Nurmasari_3209019_nonfull.pdf · Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 5. Kuesioner Pemilihan Alat

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

8  

 

pengetahuan, dukungan pasangan, dan pengaruh agama tidak memiliki

hubungan yang bermakna dengan pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan

pada PUS. Faktor umur istri, jumlah anak, dan tingkat pendidikan memiliki

hubungan yang bermakna dengan pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan

pada PUS. kesimpulan: Pada penelitian ini faktor yang memiliki hubungan

yang bermakna dengan pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan pada PUS

adalah umur istri (p=0,011), jumlah anak (p=0,049), dan tingkat pendidikan

(p=0,081). Sedangkan faktor tingkat kesejahteraan keluarga (p=1,000),

kepemilikan Jamkesmas (p=0,485), tingkat pengetahuan (p=0,537), dukungan

pasangan (p=1,000), dan pengaruh agama (p=1,000) tidak memiliki hubungan

yang bermakna dengan pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan pada PUS.

Persamaan dengan penelitian ini adalah pada variabel terikat, instrument

penelitian dan alat analisis yang digunakan. Sedangkan perbedaannya adalah

pada variabel bebas, metode penelitian populasi dan sampel penelitian.

2. Aprianti ( 2005 ) dengan judul “ Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang

Alat Kontrasepsi dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Pasca Abortus di RSUD

Kota Yogyakarta.’’ Metode penelitian ini menggunakan Deskriptif analitik

dengan pendekatan waktu Cross Sectional. Besar sampel sejumlah 30

responden, pengambilan sempel menggunakan teknik random sampling.

Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Data analisis yang digunakan Chi

Square. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu

dengan pemilihan alat kontrasepsi pasca abortus. Penelitian ini menyimpulkan

bahwa adakah peningkatan pengetahuan ibu tentang pemilihan alat kontrasepsi

tersebut. Persamaan dengan penelitian ini adalah pada variabel terikat,

instrument penelitian, sampel penelitian dan alat analisis. Sedangkan

perbedaannya adalah pada variabel bebas, metode penelitian dan teknik

pemilihan sampel.

3. Kirana ( 2010 ) dengan judul” Hubungan tingkat pengetahuan ibu post partum

tentang pemilihan metode penggunaan alat kontrasepsi di RSUD Panembahan

Senopati Bantul. Metode penelitian ini menggunakan Deskriptif analitik

dengan pendekatan waktu Cross Sectional, Pengambilan sampel yang

Page 21: REVISI SIDANG tgl 17 - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/808/1/Allmadita Nurmasari_3209019_nonfull.pdf · Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 5. Kuesioner Pemilihan Alat

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

9  

 

digunakan teknik purposive sampling, Analisa data yang digunakan adalah chi

square. Hasil penelitian tersebut Sebagian besar responden memilih jenis

kontrasepsi yang digunakan. Faktor umur istri, jumlah anak, dan tingkat

pendidikan memiliki hubungan yang bermakna dengan pemilihan jenis

kontrasepsi yang digunakan pada ibu. Persamaan dengan penelitian ini adalah

pada instrumen penelitian, variabel terikat, teknik pengambilan sampel dan alat

analisis yang digunakan. Sedangkan perbedaannya pada metode penelitian,

variabel bebas, populasi dan sampel penelitian.

Page 22: REVISI SIDANG tgl 17 - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/808/1/Allmadita Nurmasari_3209019_nonfull.pdf · Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 5. Kuesioner Pemilihan Alat

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

44

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Panembahan Senopati terletak di Jln.Dr.Wahidin Sudiro

Husodo Bantul merupakan rumah sakit umum tipe B yang menjadi salah satu

Rumah Sakit rujukan dari berbagai pelayanan kesehatan yang berada di

wilayah kota Bantul, yang mempunyai moto Kepuasaan Anda adalah

kebahagian kami.

Pelayanan yang ada di RS Panembahan Senopati meliputi Poliklinik

Spesialis yang terdiri dari poliklinik spesialis anak, bedah(ortopedi, onkologi),

kebidanan dan kandungan, kulit dan kelamin, THT, mata, syaraf, gigi,

kosmetik medic dan poliklinik konsultan gizi, konsultan berhenti merokok,

konsultan HIV/AIDS, Pelayanan Gawat Darurat 24 jam, Pelayanan rawat inap

dan tindakan operasi, Pelayanan penunjang meliputi instalasi bedah sentral

dengan kamar operasi besar kecil, instalasi rehabilitasi medik, instalasi

radiologi, instalasi farmasi, laboratorium klinik, instlasi sterilisasi sentral,

instalasi pemeliharaan rumah sarana rumah sakit, instalasi pendidikan dan

latihan, dan instalasi gizi.

Selama bulan Oktober 2013 di RSUD Panembahan Senopati terdapat ibu

abortus sebanyak 11 orang, meliputi abortus inkomplet. Peneliti juga

mengambil 11 orang ibu abortus di RS PKU Muhammadiyah Bantul sebagai

kelompok kontrol. Pendidikan Kesehatan tentang kontrasepsi ibu abortus

jarang diberikan oleh petugas kesehatan baik di RSUD Panembahan Senopati

maupun di RS PKU Muhammadiyah Bantul. Petugas kesehatan hanya

memberikan saran penggunaan alat kontrasepsi ibu abortus tanpa memberikan

penjelasan secara detail tentang manfaat dan kerugian penggunaan alat

kontrasepsi bagi ibu abortus.

Page 23: REVISI SIDANG tgl 17 - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/808/1/Allmadita Nurmasari_3209019_nonfull.pdf · Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 5. Kuesioner Pemilihan Alat

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

45

  

2. Karakteristik Responden

Karakteristik responden pada penelitian ini dikelompokkan berdasarkan

umur, pendidikan, status ekonomi dan pekerjaan yang diuraikan sebagai

berikut:

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Kehamilan, Pendidikan dan Pekerjaan di RSUD Panembahan Senopati

Bantul dan RS PKU Muhammadiyah Bantul

Karakteristik RSUD Penambahan Senopati RS PKU Muhammadiyah Bantul f % f %

Umur 20-30 tahun 31-35 tahun

6 5

54,5 45,5

7 4

63,6 36,4

Kehamilan 1-2 > 2

7 4

63,6 36,4

8 3

72,7 27,3

Pendidikan SD SMP SMA PT

3 4 2 2

27,3 36,4 18,2 18,2

- 6 3 2

0

54,5 27,3 18,2

Pekerjaan PNS Karyawan swasta Wiraswasta Ibu rumah tangga

- 1 1 9

0

9,1 9,1 81,8

1 2 - 8

9,1 18,2

0 72,7

Jumlah 11 11 11 100 Sumber : Data primer tahun 2013

Tabel 4.1. menunjukkan umur ibu ibu abortus di RSUD Panembahan

Senopati sebagian besar adalah 20-30 tahun sebanyak 6 orang (54,5%).

Kehamilan ibu abortus sebagian besar adalah 1-2 sebanyak 7 orang (63,6%).

Pendidikan ibu abortus kebanyakan adalah SMP sebanyak 4 orang (36,4%).

Status pekerjaan ibu abortus sebagian besar adalah ibu rumah tangga sebanyak

9 orang (81,8%).

Umur ibu abortus di RS PKU Muhammadiyah Bantul sebagian besar

20-30 tahun sebanyak 7 orang (63,6%). Kehamilan ibu abortus sebagian besar

adalah 1-2 sebanyak 8 orang (72,7%). Pendidikan ibu abortus kebanyakan

adalah SMP sebanyak 6 orang (54,5%). Status pekerjaan ibu abortus sebagian

besar adalah ibu rumah tangga sebanyak 8 orang (72,7%).

Page 24: REVISI SIDANG tgl 17 - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/808/1/Allmadita Nurmasari_3209019_nonfull.pdf · Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 5. Kuesioner Pemilihan Alat

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

46

  

3. Pemilihan dan Pilihan Alat Kontrasepsi Ibu Abortus di RSUD

Panembahan Senopati Bantul Setelah Diberi Pendidikan Kesehatan

Hasil analisis data pemilihan dan pilihan alat kontrasepsi ibu abortus di

RSUD Panembahan Senopati Bantul setelah diberi pendidikan kesehatan

diuraikan sebagai berikut:

Tabel 4.2. Distribusi Pemilihan Alat Kontrasepsi Ibu Abortus di RSUD Panembahan Senopati Bantul Setelah Diberi Pendidikan Kesehatan

Pemilihan Alat

Kontrasepsi Jumlah Persentase (%)

Memilih 9 81,8 Tidak Memilih 2 18,2

Jumlah 11 100 Sumber: Data Primer Tahun 2013

Tabel 4.2 menunjukkan ibu abortus di RSUD Panembahan Senopati

Bantul setelah diberi pendidikan kesehatan sebagian besar memilih alat

kontrasepsi sebanyak 9 orang (81,8%).

Tabel 4.3. Distribusi Pilihan Alat Kontrasepsi Ibu Abortus di RSUD Panembahan Senopati Bantul Setelah Diberi Pendidikan Kesehatan

Pilihan alat kontrasepsi Jumlah Persentase (%) Kondom 1 9,1 Pil 1 9,1 Suntik 3 27,3 AKDR 4 36,4 KB alamiah 2 18,2

Jumlah 11 100 Sumber: Data Primer Tahun 2013

Tabel 4.3 menunjukkan ibu abortus di RSUD Panembahan Senopati

Bantul setelah diberi pendidikan kesehatan sebagian besar memilih alat

kontrasepsi AKDR sebanyak 4 orang (36,4%).

Page 25: REVISI SIDANG tgl 17 - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/808/1/Allmadita Nurmasari_3209019_nonfull.pdf · Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 5. Kuesioner Pemilihan Alat

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

47

  

4. Pemilihan dan Pilihan Alat Kontrasepsi Ibu Abortus yang Tidak Diberi

Pendidikan Kesehatan

Hasil analisis data pemilihan dan pilihan alat kontrasepsi ibu abortus

yang tidak diberi pendidikan kesehatan diuraikan sebagai berikut:

Tabel 4.4. Distribusi Pemilihan Alat Kontrasepsi Ibu Abortus yang Tidak Diberi Pendidikan Kesehatan

Pemilihan Alat

Kontrasepsi Jumlah Persentase (%)

Memilih 4 36,4 Tidak Memilih 7 63,6

Jumlah 11 100 Sumber: Data Primer Tahun 2013

Tabel 4.4 menunjukkan ibu abortus yang tidak diberi pendidikan

kesehatan sebagian besar tidak memilih alat kontrasepsi sebanyak 7 orang

(63,6%).

Tabel 4.5. Distribusi Pilihan Alat Kontrasepsi Ibu Abortus yang Tidak Diberi Pendidikan Kesehatan

Pilihan alat kontrasepsi Jumlah Persentase (%) Kondom 1 9,1 Pil 1 9,1 Suntik 1 9,1 AKDR 1 9,1 KB alamiah 7 63,6

Jumlah 11 100 Sumber: Data Primer Tahun 2013

Tabel 4.5 menunjukkan ibu abortus yang tidak diberi pendidikan

kesehatan sebagian besar memilih KB alamiah sebanyak 7 orang (63,6%).

5. Hubungan Antara Pendidikan Kesehatan Dengan Pemilihan Alat

Kontrasepsi Pada Ibu Abortus

Pengujian hubungan antara pendidikan kesehatan dengan pemilihan alat

kontrasepsi pada ibu abortus dilakukan dengan uji chi square. Tabulasi silang

dan hasil uji chi square hubungan antara pendidikan kesehatan dengan

pemilihan alat kontrasepsi pada ibu abortus disajikan pada tabel berikut:

Page 26: REVISI SIDANG tgl 17 - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/808/1/Allmadita Nurmasari_3209019_nonfull.pdf · Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 5. Kuesioner Pemilihan Alat

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

48

  

Tabel 4.6. Tabulasi Silang dan Hasil Uji Chi Square Hubungan Antara Pendidikan Kesehatan Dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Pada Ibu Abortus

Pendidikan Pilihan kontrasepsi ibu abortus Total p- Cont. Kesehatan Memilih Tidak memilih Value Coeff.

f % f % f % Diberi 9 40,9 2 9,1 11 50,0 Tidak diberi 4 18,2 7 31,8 11 50,0 0,030 0,420 Total 13 59,1 9 40,9 22 100

Sumber: Data Primer, 2013.

Tabel 4.6 menunjukkan ibu abortus yang diberi pendidikan kesehatan

sebagian besar memilih alat kontrasepsi sebesar 40,9%. Ibu abortus yang tidak

diberi pendidikan kesehatan sebagian besar tidak memilih alat kontrasepsi

sebesar 31,8%.

Hasil perhitungan statistik menggunakan uji chi square seperti disajikan

pada tabel 4.6, diperoleh p-value sebesar 0,030 < α (0,05) sehingga dapat

disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara pendidikan kesehatan

dengan pemilihan alat kontrasepsi pada ibu abortus. Nilai koefisien kontingensi

sebesar 0,420 menunjukkan keeratan hubungan antara pendidikan kesehatan

dengan pemilihan alat kontrasepsi pada ibu abortus adalah sedang karena

terletak pada rentang koefisien kontingensi 0,400 – 0,599.

B. Pembahasan

1. Pemilihan dan Pilihan Alat Kontrasepsi Ibu Abortus di RSUD

Panembahan Senopati Bantul Setelah Diberi Pendidikan Kesehatan

Hasil penelitian menunjukkan ibu abortus setelah diberi pendidikan

kesehatan sebagian besar memilih alat kontrasepsi sebesar 81,8%. Pilihan alat

kontrasepsi ibu abortus setelah diberi pendidikan kesehatan adalah AKDR

sebesar 36,4%. Dikarenakan AKDR dapat digunakan dalam jangka waktu lama

dan mempunyai perlindungan terhadap kehamilan lebih tinggi (Depkes RI,

2009).

Pendidikan ibu abortus kebanyakan SMP 4 orang (36,4%). Pendidikan

merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan pengetahuan dan

persepsi seseorang terhadap pentingnya sesuatu hal, termasuk pentingnya

Page 27: REVISI SIDANG tgl 17 - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/808/1/Allmadita Nurmasari_3209019_nonfull.pdf · Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 5. Kuesioner Pemilihan Alat

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

49

  

keikutsertaan dalam KB, dengan keberhasilan pendidikan kesehatan yang

diberikan oleh petugas akan mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi.

Pendidikan kesehatan adalah suatu penyampaian pesan kesehatan yang

bertujuan untuk merubah perilaku sikap, maupun praktik yang bertujuan agar

seseorang memperoleh informasi kesehatan yang lebih baik (Notoatmodjo,

2007). Menurut teori Notoatmodjo (2007) bahwa pendidikan kesehatan

merupakan pendekatan yang tepat dalam meningkatkan pengetahuan

kesehatan, karena pendidikan kesehatan lebih menitik beratkan pada upaya

pencegahan. Pengetahuan yang baik tentang alat kontrasepsi dari ibu abortus

diharapkan ibu abortus bisa menetapkan hatinya untuk memilih alat

kontrasepsi.

Faktor lain dalam pemilihan kontrasepsi adalah umur ibu sebagaian

besar 20-30 tahun merupakan masa menjarangkan kehamilan, sehingga ibu

yang mengalami abortus akan menggunakan kontrasepsi untuk menjarangkan

kehamilan. Hasil penelitian sesuai dengan Kusumaningrum (2009) yang

menunjukan bahwa umur merupakan faktor yang memiliki hubungan yang

bermakna dengan pemilihan alat kontrasepsi.

Faktor kehamilan ibu abortus dengan kehamilan >2 sebanyak 4 orang

(36,4%) yang memilih AKDR, dikarenakan jumlah anak sudah cukup dan tidak

ingin hamil lagi. Hasil penelitian ini sesuai dengan Kusumaningrum (2009)

yang menunjukan bahwa jumlah anak merupakan faktor yang memiliki

hubungan yang bermakna dengan pemilihan alat kontrasepsi.

Status pekerjaan sebagain besar ibu rumah tangga 9 orang (81,8%), juga

berpengaruh terhadap pemilihan kontrasepsi pasca abortus. Status pekerjaan

dapat berpengaruh terhadap keikutsertaan dalam KB karena adanya faktor

pengaruh lingkungan pekerjaan yang mendorong seseorang untuk ikut dalam

KB. Hal ini sesuai teori Hartanto (2003) bahwa pekerjaan merupakan faktor

yang mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi.

Page 28: REVISI SIDANG tgl 17 - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/808/1/Allmadita Nurmasari_3209019_nonfull.pdf · Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 5. Kuesioner Pemilihan Alat

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

50

  

2. Pemilihan dan Pilihan Alat Kontrasepsi Ibu Abortus yang Tidak Diberi

Pendidikan Kesehatan

Hasil penelitian pada ibu abortus yang tidak diberi pendidikan

kesehatan menunjukkan sebagian besar ibu abortus tidak memilih alat

kontrasepsi setelah terjadi keguguran sebesar 63,6%, ibu hanya melakukan KB

secara alamiah. Banyaknya ibu abortus yang tidak memilih alat kontrasepsi

disebabkan oleh faktor pendidikan ibu yang sebagian besar masih rendah yaitu

SMP sebanyak 6 orang (54,5%). Pendidikan merupakan salah satu faktor yang

sangat menentukan pengetahuan dan persepsi seseorang terhadap pentingnya

sesuatu hal, termasuk pentingnya keikutsertaan dalam KB. Ini disebabkan

seseorang yang berpendidikan tinggi akan lebih luas pandangannya dan lebih

mudah menerima ide dan tata cara kehidupan baru (BKKBN, 2008). Hasil

penelitian ini sesuai dengan Kusumaningrum (2009) yang menunjukkan bahwa

tingkat pendidikan merupakan faktor yang memiliki hubungan yang bermakna

dengan pemilihan jenis kontrasepsi.

Faktor lain yang menyebabkan ibu abortus tidak memilih alat

kontrasepsi adalah umur ibu abortus yang sebagian besar antara 20-30 tahun

sebanyak 7 orang (63,6%). Menurut Hartanto (2003) usia 20-30 tahun

merupakan masa mengatur kesuburan atau menjarangkan kehamilan, periode

ini merupakan periode paling baik untuk melahirkan. Sehingga apabila ibu

mengalami abortus pada rentang usia 20-30 tahun maka ibu tidak akan

menggunakan kontrasepsi karena ingin segera hamil kembali. Hasil penelitian

ini sesuai dengan Kusumaningrum (2009) yang menunjukkan bahwa umur

merupakan faktor yang memiliki hubungan yang bermakna dengan pemilihan

jenis kontrasepsi.

Faktor kehamilan ibu abortus yang sebagian besar adalah kehamilan 1-2

sebanyak 8 orang (72,7%) juga turut menentukan banyaknya ibu yang tidak

memilih alat kontrasepsi. Ibu abortus pada kehamilan pertama dan kedua akan

cenderung untuk cepat hamil lagi karena ingin segera memiliki anak. Hasil

penelitian ini sesuai dengan Kusumaningrum (2009) yang menunjukkan bahwa

Page 29: REVISI SIDANG tgl 17 - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/808/1/Allmadita Nurmasari_3209019_nonfull.pdf · Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 5. Kuesioner Pemilihan Alat

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

51

  

jumlah anak merupakan faktor yang memiliki hubungan yang bermakna

dengan pemilihan jenis kontrasepsi.

Status pekerjaan istri yang sebagian besar ibu rumah tangga sebanyak 8

orang (72,7%) juga berpengaruh terhadap pemilihan kontrasepsi pasca abortus.

Status pekerjaan dapat berpengaruh terhadap keikutsertaan dalam KB karena

adanya faktor pengaruh lingkungan pekerjaan yang mendorong seseorang

untuk ikut dalam KB. Hal ini sesuai teori Hartanto (2003) bahwa pekerjaan

merupakan faktor yang mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi.

3. Hubungan Antara Pendidikan Kesehatan Dengan Pemilihan Alat

Kontrasepsi Pada Ibu Abortus

Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara

pendidikan kesehatan dengan pemilihan alat kontrasepsi pada ibu abortus,

p-value sebesar 0,030 < α (0,05). Menurut Handayani (2010) sebagian besar

perempuan kesulitan dalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi. Termasuk

dalam perempuan yang sulit untuk menentukan pilihan alat atau cara ber KB

ini adalah ibu-ibu yang baru saja mengalami keguguran atau harus melakukan

abortus dengan alasan kesehatan. Padahal, tujuan jangka pendek yaitu

mencegah terjadinya kehamilan dalam jangka singkat pasca abortus yang dapat

meningkatkan resiko pengulangan terjadinya abortus, ibu yang baru saja

menjalani atau mengalami abortus seharusnya diprioritaskan untuk mengikuti

program KB untuk menyelamatkan nyawanya dari risiko yang fatal apabila

terjadi abortus berulang akibat hamil dalam jangka rapat sejak kejadian abortus

pertamanya.

Pendidikan kesehatan khususnya mengenai alat kontrasepsi merupakan

masalah penting yang perlu mendapatkan perhatian karena dengan adanya

pendidikan kesehatan maka diharapkan akan meningkatkan pengetahuan ibu

abortus khususnya tentang alat kontrasepsi, sehingga ibu abortus dapat

mengetahui, memahami, dan bisa menetapkan hatinya untuk memilih alat

kontrasepsi. Hubungan pendidikan Kesehatan dengan pemilihan alat

kontrasepsi sangat signifikan karena dengan keberhasilan penyampaian

Page 30: REVISI SIDANG tgl 17 - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/808/1/Allmadita Nurmasari_3209019_nonfull.pdf · Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 5. Kuesioner Pemilihan Alat

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

52

  

pendidikan kesehatan oleh petugas kesehatan pengaruh terhadap perubahan

sikap, maupun praktek atau informasi kesehatan lebih baik (Notoatmodjo,

2007). Sebaliknya jika tidak diberi pendidikan kesehatan informasi tentang alat

kontrasepsi masih kurang, sehingga pengaruh dalam pemantapan hatinya untuk

tidak memilih alat kontrasepsi. Hal ini sesuai teori Hartanto (2003) bahwa

pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pemilihan

kontrasepsi. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan teori Suliha, dkk (2002)

bahwa pendidikan kesehatan merupakan usaha/kegiatan untuk membantu

individu, kelompok dan masyarakat dalam meningkatkan kemampuan baik

pengetahuan, sikap maupun keterampilan untuk mencapai hidup sehat secara

optimal.

Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat responden yang diberikan

pendidikan kesehatan namun tidak memilih alat kontrasepsi, hal ini dapat

disebabkan oleh faktor sasaran yaitu tingkat sosial ekonomi terlalu rendah

sehingga tidak begitu memperhatikan pesan-pesan yang disampaikan karena

lebih memperhatikan kebutuhan-kebutuhan lain yang lebih mendesak. Faktor

lainya adalah kepercayaan dan adat kebiasaan yang telah tertanam sehingga

sulit diubah. Hal ini sesuai dengan teori Notoatmodjo (2007) bahwa salah satu

faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan kesehatan adalah sasaran

penyuluhan.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya responden yang tidak

diberikan pendidikan kesehatan namun memilih alat kontrasepsi, hal ini dapat

disebabkan oleh faktor dukungan keluarga dan kepercayaan yang dianut yang

menerima gagasan mengenai program KB. Hal ini sesuai teori Hartanto (2003)

bahwa faktor yang mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi adalah dukungan

keluarga dan kepercayaan yang dianut.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Aprianti (2005) yang menunjukkan

adanya hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi dengan

pemilihan alat kontrasepsi pasca abortus di RSUD Kota Yogyakarta.

Page 31: REVISI SIDANG tgl 17 - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/808/1/Allmadita Nurmasari_3209019_nonfull.pdf · Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 5. Kuesioner Pemilihan Alat

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

53

  

4. Keeratan Hubungan Antara Pendidikan Kesehatan Dengan Pemilihan

Alat Kontrasepsi Pada Ibu Abortus

Nilai koefisien kontingensi yang diperoleh dalam penelitian ini sebesar

0,420 menunjukkan terdapat hubungan positif antara pendidikan kesehatan

dengan pemilihan alat kontrasepsi pada ibu abortus dengan keeratan sedang

karena terletak pada rentang koefisien kontingensi 0,400 – 0,599. Hal ini

dikarenakan tidak dilakukan pengontrolan terhadap faktor resiko lain yang

dapat mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi, seperti dukungan keluarga,

kepercayaan, tingkat kesejahteraan keluarga, kepemilikan jamkesmas dan

dukungan pasangan.

C. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki berbagai keterbatasan yang mengakibatkan

hasilnya belum sesuai yang diharapkan. Keterbatasan tersebut meliputi:

1. Keterbatasan penelitian

a. Belum mengendalikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi pemilihan alat

kontrasepsi seperti dukungan keluarga, kepercayaan, tingkat kesejahteraan

keluarga, kepemilikan jamkesmas dan dukungan pasangan.

Page 32: REVISI SIDANG tgl 17 - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/808/1/Allmadita Nurmasari_3209019_nonfull.pdf · Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 5. Kuesioner Pemilihan Alat

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

54 

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diperoleh kesimpulan ada hubungan

yang signifikan antara pendidikan kesehatan dengan pemilihan alat kontrasepsi

pada ibu abortus di RSUD Panembahan Senopati Bantul, ditunjukkan dengan

hasil uji Chi square diperoleh p-value 0,030 < 0,05. Keeratan hubungan antara

pendidikan kesehatan dengan pemilihan alat kontrasepsi adalah sedang

ditunjukkan dengan nilai koefisien kontingensi sebesar 0,420 terletak pada

rentang 0,400 – 0,599.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti memberikan saran-

saran sebagai berikut:

1. Bagi Profesi Kesehatan

Petugas kesehatan hendaknya secara rutin memberikan pendidikan kesehatan

tentang alat kontrasepsi kepada ibu abortus agar ibu abortus termotivasi untuk

memilih metode kontrasepsi yang sesuai untuk ibu abortus.

2. Bagi Pasangan Usia Subur

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan

tentang alat kontrasepsi, sehingga Pasangan Usia Subur dapat memilih alat

kontrasepsi yang akan digunakan dengan tepat.

3. Bagi peneliti berikutnya

Peneliti berikutnya dapat menggunakan data yang diperoleh peneliti untuk

mengembangkan penelitian berikutnya. Diharapkan pada penelitian yang akan

datang dapat digunakan media yang lebih lengkap, seperti media audio visual

(LED, Slide dan sebagainya).

 

Page 33: REVISI SIDANG tgl 17 - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/808/1/Allmadita Nurmasari_3209019_nonfull.pdf · Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 5. Kuesioner Pemilihan Alat

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Azhari. (2009). Masalah Abortus dan Kesehatan. Diakses 20 April 2013 dari http://digilib.unsri.ac.id/download/Masalah%20Abortus%20dan%20kesehatan.pdf.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi Revisi.

Jakarta: Bumi Aksara. Badan Pendidikan Nasional. (2009). Pedoman Pelayanan Keluarga Berencana.

Jakarta. Handoyo, B. (2009). Abortus Berulang. Jakarta: Refika Aditama. Badan Pusat Statistik Indonesia. (2010). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.

Jakarta. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. (2008). Gerakan KB Nasional.

Diakses 20 April 2013 dari www.bkkbn.go.id. _______. (2009). Gerakan KB Nasional. Diakses 20 April 2013 dari

www.bkkbn.go.id. Cuningham, F.G. (2005). Obstetri William. Edisi 22. Jakarta: EGC. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Tujuan Pembangunan

Kesehatan Millenium 2008-2010. WHO.com. Diakses tanggal 27 April 2013.

_________. (2009). Kesehatan Reproduksi. Jakarta. Nugraheni, E.S.S.T. (2010). Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta: Pustaka

Rihama. Handayani, S. (2010). Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:

Pustaka Rihama. Hartanto. (2003). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta. Hidayat, A.A. (2010). Metode Penelitian Kesehatan dan Teknik Analisis Data.

Jakarta: Salemba Medika. Machfoedz, I. (2005). Pendidikan Kesehatan Bagian dari Promosi Kesehatan.

Cetakan Kedua. Fitramaja: Yogyakarta.

Page 34: REVISI SIDANG tgl 17 - repository.unjaya.ac.idrepository.unjaya.ac.id/808/1/Allmadita Nurmasari_3209019_nonfull.pdf · Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 5. Kuesioner Pemilihan Alat

STIKES JENDERAL A. YANI YOGYAKARTA

PERPUSTAKAAN

 

Murphy, S. (2000). Keguguran : Apa yang Perlu Diketahui. Jakarta : Ardan. Notoatmodjo, S. (2007). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. _____________. (2007). Promosi Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.

Jakarta: Rineka Cipta. _____________. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Pedoman Skripsi. Jakarta: Salemba Medika. Prawirohardjo, S. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo. Saifuddin. (2009). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:

Yayasan Sarwonohardjo. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfabeta.