Review Chapter 7 - Stefanus Dwiputra ( 0610233189 )

27
REVIEW CHAPTER 6 Pusat Laba MENGUKUR DAN MENGENDALIKAN ASET YANG DIKELOLA Oleh : Stefanus Dwiputra (0610233189)

Transcript of Review Chapter 7 - Stefanus Dwiputra ( 0610233189 )

Page 1: Review Chapter 7 - Stefanus Dwiputra ( 0610233189 )

REVIEW

CHAPTER 6

Pusat LabaMENGUKUR DAN MENGENDALIKAN

ASET YANG DIKELOLA

Oleh :

Stefanus Dwiputra (0610233189)

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Page 2: Review Chapter 7 - Stefanus Dwiputra ( 0610233189 )

2011

MENGUKUR DAN MENGENDALIKAN ASET YANG DIKELOLA

KONSEP PUSAT INVESTASI

Pusat investasi adalah pusat pertanggungjawaban yang basil kerjanya diukur

berdasarkan laba dan jumlah investasinya. Ukuran yang digunakan untuk mengukur basil

kerja sebuah pusat laba adalah laba karena pusat laba mem-punyai wewenang terhadap

masukan dan keluarannya. Termasuk dalam kelompok masukan adalah investasi. Dengan

demikian, pusat laba sebenarnya juga merupakan pusat investasi. Dalam buku ini

pembahasan pusat laba dan pusat investasi dilakukan secara terpisah demi mudahnya

pemahaman oleh pembaca.

Dalam unit usaha yang lain, laba dibandingkan dengan aset yang diguna-kan untuk

meraih laba tersebut. Kami menyebut pusat tanggung jawab yang terakhir sebagai pusat

investasi dan dalam bab ini, kita akan membahas masalah-masalah pengukuran yang

terjadi dalam pusat tanggung jawab semacam ini.

Pertama kita akan membahas masing-masing jenis aset yang mungkin di-gunakan

dalam suatu pusat investasi. Kumpulan aset-aset tersebut dinamakan sebagai basis

investasi. Kemudian kita akan membahas dua metode yang menghubungkan laba dengan

basis investasi: (1) persentase tingkat pengembali-an investasi/return on investment (ROI),

dan (2) nilai tambah ekonomi/economic value added (EVA). Kami akan menjelaskan

keuntungan dan persyaratan-persyaratan dalam menggunakan masing-masing metode

untuk mengukur kinerja. Yang terakhir, kita akan membahas masalah perbedaan dalam

mengukur nilai ekonomi dari suatu pusat investasi, dibandingkan dengan bila kita

mengevaluasi manajer yang berwenang dalam suatu pusat investasi.

Tujuan Analisis

Tujuan pengukuran penggunaan aset merupakan hal yang sama dengan tujuan

pusat laba, yaitu:

- Untuk memberikan informasi yang berguna dalam membuat keputusan penting

mengenai aset yang digunakan dan untuk memacu para manajer untuk membuat

keputusan yang menyalurkan kepentingan perusahaan.

- Untuk mengukur kinerja unit usaha sebagai suatu entitas usaha.

Dalam analisis kita mengenai perlakuan alternatif bagi aset dan per-bandingan

ROI dan EVA-dua cara dalam menghubungkan laba dengan aset yang digunakankita

sangat tertarik pada bagaimana alternatif-alternatif tersebut dapat mencapai kedua tujuan di

Page 3: Review Chapter 7 - Stefanus Dwiputra ( 0610233189 )

atas dalam menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan penting dan mengukur

kinerja ekonomi suatu unit usaha.

Dengan memfokuskan diri pada laba tanpa mempertimbangkan aset yang

digunakan untuk menghasilkan laba tersebut tidaklah cukup untuk proses pengen-dalian.

Kecuali untuk beberapa jenis organisasi jasa tertentu, di mana jumlah modalnya tidak

signifikan, tujuan penting dari sebuah perusahaan yang bero-rientasi pada laba adalah

untuk menghasilkan tingkat pengembalian (return) yang, memuaskan atas modal yang

digunakan. Laba sebesar $1 juta dalam sebuah perusahaan yang memiliki modal $10 juta

tidak mencerminkan kinerja yang baik dibandingkan dengan laba sebesar $1 juta dari

perusahaan yang memiliki modal sebesar $5 juta, dengan asumsi kedua perusahaan

menghadapi risiko yang sama.

Kecuali jumlah aset yang digunakan ikut diperhitungkan, pihak manajemen senior

akan sulit membandingkan kinerja laba dari suatu unit usaha dengan unit usaha yang lain

atau dengan unit yang sama pada perusahaan lain. Membanding-kan perbedaan laba yang

mencolok tidak akan berarti jika unit usaha mengguna-kan sumber daya yang berbeda;

dengan kata lain, makin banyak sumber daya yang digunakan, seharusnya makin besar

laba yang diperoleh. Perbandingan semacam ini digunakan untuk menilai kinerja para

manajer unit usaha dan untuk memutuskan cara pengalokasian sumber daya.

Umumnya, para manajer unit usaha memiliki dua sasaran kinerja. Pertama, mereka

harus menghasilkan laba yang cukup dari sumber daya yang digunakan. Kedua, mereka

dapat menggunakan sumber daya tambahan hanya jika penggunaan tersebut menghasilkan

return yang memadai. (Sebaliknya, mereka harus menghentikan penggunaan jika laba

tahunan yang diharapkan lebih rendah daripada kas yang dapat direalisasikan dari

penjualannya). Tujuan dari menghubungkan laba dengan investasi adalah untuk

memotivasi para manajer unit usaha untuk mencapai sasaransasaran tersebut di atas.

Seperti yang akan kita lihat nanti, terdapat hambatanhambatan yang signifikan dalam

membuat suatu sistem yang fokus pada aset yang digunakan sebagai tambahan fokus pada

laba.

Mengukur Aset yang Digunakan

Dalam memutuskan basis investasi apa yang akan digunakan untuk meng-evaluasi

pusat investasi, kantor-kantor pusat menanyakan dua hal: Pertama, praktik-praktik apa saja

yang akan membuat para manajer unit usaha mengguna-kan aset mereka dengan efisien

dan untuk mendapatkan jumlah dan jenis yang tepat atas aset yang baru? Mungkin, ketika

laba mereka berkaitan dengan aset yang digunakan, para manajer unit usaha akan mencoba

meningkatkan kinerja mereka seperti yang diukur dengan cara ini. Manajemen senior ingin

bahwa tindakan yang mereka lakukan terhadap hal ini menjadi kepentingan terbaik bagi

Page 4: Review Chapter 7 - Stefanus Dwiputra ( 0610233189 )

perusahaan secara keseluruhan. Kedua, praktik-praktik apa saja yang paling baik dapat

mengukur kinerja suatu entitas ekonomi?

Kas

Kebanyakan perusahaan mengendalikan kas secara terpusat karena pusat

pengendalian membuat penggunaan saldo kas lebih kecil daripada jika setiap unit usaha

memegang saldo kasnya, baik untuk pemasukan maupun pengeluaran. Saldo kas unit usaha

mungkin hanya akan merupakan hat yang "mengambang" antara penerimaan harian dan

pengeluaran harian. Akibatnya, saldo kas aktual pada tingkat unit usaha cenderung jauh

lebih kecil daripada sardo kas yang diperlukan jika unit usaha merupakan suatu perusahaan

independen. Karena itu, banyak perusahaan yang menggunakan rumus untuk menghitung

kas yang dilibatkan dalam basis investasi. Sebagai contoh, General Motors melaporkan

penggunaan 4,5% dari penjualan tahunan; Du Pont melaporkan penggunaan biaya

penjualan setiap dua bulan dikurangi depresiasi.

Satu atasan untuk melibatkan kas Pada jumlah yang lebih besar daripada sardo yang

biasanya dipegang oleh suatu unit usaha adalah bahwa jumlah yang lebih besar diperlukan

untuk membuat perbandingan dengan perusahaan luar. Jika saja kas aktual ditunjukkan,

return dari unit internal akan terlihat sangat tinggi dan dapat membingungkan pihak

manajemen senior.

Beberapa perusahaan mengabaikan unsur kas dalam basis investasi. Atasannya

adalah bahwa jumlah kas tersebut menggambarkan kewajiban lanear (current liabilities).

Jika demikian, jumlah piutang dan perusahaan akan menggambarkan jumlah modal kerja

(working capital).

Piutang

Para manajer unit usaha dapat mempengaruhi besarnya piutang secara tidak

langsung, melalui kemampuan mereka dalam penjualan; dan secara langsung, melalui

pembuatan kondisi kredit dan menyetujui akun kredit individu dan batas kredit, serta

melalui wewenang mereka dalam mengumpulkan kredit yang jatuh tempo. Demi

kemudahan, unsur piutang sering dimasukkan pada saldo aktual akhir periode, meskipun

ratarata antarperiode pada konsepnya pengukuran yang lebih baik atas jumlah yang

seharusnya berhubungan dengan laba.

Memasukkan unsur piutang pada harga jual atau pada harga pokok produksi

merupakan hal yang masih diperdebatkan. Suatu pihak dapat berargu-men bahwa investasi

riil suatu unit dalam piutang adalahhanya harga pokok produksi dan bahwa tingkat

pengembalian yang memuaskan atas investasi ini mungkin sudah cukup. Di lain pihak,

adalah mungkin untuk beratasan bahwa unit usaha dapat menginvestasikan kembali dan

karena itu, piutang harus dimasukkan Pada harga jualnya. Yang biasanya dilakukan adalah

Page 5: Review Chapter 7 - Stefanus Dwiputra ( 0610233189 )

mengambil alternatif yang lebih sederhana -yaitu, untuk memasukkan piutang pada nilai

buku, yang merupakan harga jual dikurangi penyisihan piutang ragu-ragu.

Jika unit usaha tersebut tidak mengontrol kredit dan penagihannya, piutang dapat

dihitung menurut suatu rumus. Rumus ini harus konsisten dengan periode pembayaran

normalnya-sebagai contoh, penjualan 30 hari di mana biasanya pembayarannya adalah 30

hari setelah barang dikirim.

Persediaan

Persediaan biasanya diperlakukan sama seperti piutang-yaitu, biasanya dicatat

pada jumlah akhir periode meskipun rata-rata antarperiode lebih baik secara konseptual.

Jika perusahaan menggunakan LIFO (last in,first out) untuk tujuan akuntansi keuangan,

maka metode penilaian yang lain yang digunakan untuk pelaporan laba unit usaha, karena

saldo persediaan LIFO cenderung sangat rendah bila terjadi inflasi. Dalam kondisi-kondisi

tersebut, persediaan harus dinilai Pada biaya standar atau rata-rata, dan biaya-biaya ini

harus digunakan untuk mengukur biaya penjualan pada laporan laba rugi dari unit usaha.

Jika persediaan barang dalam proses (work-in-process) dibiayai dengan cara

pembayaran di muka (advance payment) atau dengan cara progress pay-ment dari

konsumen, seperti biasanya terjadi dalam hal barang yang membutuh-kan waktu produksi

lama, pembayaran tersebut akan dikurangi, dari jumlah persediaan kotor (gross inventory

amounts), atau dilaporkan sebagai kewajiban.

Beberapa perusahaan mengurangkan unsur utang dari persediaan dengan dasar

bahwa utang mencerminkan pembiayaan sebagian dari persediaan oleh pemasok, pada

biaya nol untuk unit usaha. Modal perusahaan yang dibutuhkan untuk persediaan adalah

hanya selisih antara jumlah persediaan kotor dan utang. Jika unit usaha tersebut dapat

mempengaruhi periode pembayaran yang diper-bolehkan oleh pemasok, dan kemudian

memasukkan unsur utang dalam perhitungan tersebut mendorong manajer untuk mencari

kondisi persyaratan yang terbaik. Pada saat terjadi suku bunga tinggi atau kredit yang

diperketat, para manajer mungkin terdorong untuk mempertimbangkan potongan tunai

yang ditawarkan, dan selanjutnya, pembiayaan tambahan yang disediakan oleh pemasok.

Di lain pihak, menunda pembayaran akan mengurangi aset lancar bersih (net current asset)

yang mungkin tidak merupakan kepentingan perusahaan karena hal tersebut akan

membahayakan peringkat kredit (credit rating).

Modal Kerja secara Umum

Seperti yang dapat dilihat, perlakuan modal kerja sangatlah bervariasi. Pada satu

sisi, perusahaan memasukkan seluruh aktiva lancar ke dalam basis investasi dengan tidak

mengeliminasi kewajiban lancar. Metode tersebut datang dari pendapat motivasional jika

unit-unit usaha tidak dapat mempengaruhi utang atau kewajiban lancar yang lain.

Page 6: Review Chapter 7 - Stefanus Dwiputra ( 0610233189 )

Meskipun demikian, metode tersebut melebihkan (overstate) jumlah modal perusahaan

yang diperlukan untuk mendanai unit usaha, karena kewajiban lancar merupakan sumber

modal, dan sering kali merupakan biaya yang berbunga nol. Metode ini memberikan

ukuran yang baik atas modal yang diberikan perusahaan, di mana perusahaan

mengharapkan unit usaha untuk memperoleh return. Meskipun demikian, dapat saja para

manajer unit usaha bertanggung jawab atas beberapa akun kewajiban lancar yang tidak

memiliki pengendali.

Properti, Pabrik, dan Peralatan

Dalam akuntansi keuangan, aset tetap pada awalnya dicatat pada biaya perolehan,

dan biaya ini dihilangkan oleh masa manfaat aset melalui depresiasi. Kebanyakan

perusahaan menggunakan pendekatan yang sama dalarn mengukur profitabilitas basis aset

dari unit usaha. Hal ini menyebabkan permasalahan serius dalam penggunaan sistem untuk

tujuan yang ingin dicapai. Kita akan menganalisis permasalahan tersebut pada bagian-

bagian berikut.

Penggantian Aset. Jika sebuah mesin baru akan menggantikan mesin yang telah ada yang

masih memiliki nilai buku belum terdepresiasi (nilai sisa), kita tahu bahwa nilai sisa

tersebut tidak relevan dengan analisis ekonomi atas pembelian yang diusulkan (kecuali

secara tidak langsung hat tersebut mempengaruhi pajak pendapatan). Meskipun demikian,

menghilangkan nilai buku dari aset yang lama pada dasarnya akan mempengaruhi

perhitungan profitabilitas dari unit usaha. Nilai buku kotor akan meningkat hanya sebesar

selisih antara nilai buku bersih setelah tahun pertama dari mesin yang baru dengan nilai

buku bersih dari mesin yang lama. Pada kasus lain, jumlah relevan dari investasi tambahan

akan understated, dan selanjutnya EVA akan overstated. Hal ini akan mendorong para

manajer untuk mengganti mesin yang lama dengan mesin baru, meskipun penggantian itu

tidak dinilai secara ekonomis. Lebih jauh lagi, unit-unit usaha yang paling banyak

melakukan penggantian akan menunjukkan kenaikan profitabilitas yang besar.

Dalam jumlah, jika aset dimasukkan ke dalam basis investasi pada biaya

orisinalnya, maka manajer unit usaha akan termotivasi untuk menghilangkannyameskipun

aset tersebut memiliki manfaat-karena basis investasi unit usaha akan berkurang oleh

adanya biaya penuh (full cost) dari aset tersebut.

Depresiasi Anuitas. Jika depresiasi ditentukan oleh metode anuitas, dan bukan oleh

metode garis lurus, maka perhitungan profitabilitas unit usaha akan menunjukkan EVA

dan ROI yang feral. Hal ini karena metode depresiasi anuitas sesungguhnya mencocokkan

pengembalian investasi yang impIisit dalam perhitungan present value. Depresiasi anuitas

merupakan kebalikan dari depresiasi akselerasi yang nilai depresiasinya rendah pada

Page 7: Review Chapter 7 - Stefanus Dwiputra ( 0610233189 )

tahun-tahun awal ketika nilai investasinya masih tinggi dan depresiasi makin meningkat

seiring dengan makin menurunnya nilai investasi; rate of return tetap konstan.

Bagaimanapun, sedikit sekali manajer yang dapat menerima ide suatu penyisihan

depresiasi yang meningkat Baal umur aset semakin fila. Mereka melihat depresiasi sebagai

penurunan kondisi fisik atau kerugian dalam nilai ekonomis. Karena itu, mereka percaya

bahwa depresiasi dengan metode garis lurus, atau pun akselerasi, merupakan metode yang

paling menggambarkan kondisi di lapangan. Akibatnya, sangat Stint untuk meyakinkan

mereka untuk menerima konsep metode anuitas untuk mengukur laba unit usaha.

Metode Penilaian yang Lain. Beberapa perusahaan menggunakan nilai buku bersih tetapi

menentukan batas bawahnya, biasanya 50 persen, sebagai biaya original yang dapat

dihilangkan. Hal ini mengurangi distorsi yang terjadi dalam unit-unit usaha yang memiliki

aset-aset tua. Kesulitan dalam metode ini adalah bahwa suatu unit usaha dengan aset tetap

yang memiliki nilai buku bersih kurang dari 50 persen nilai buku kotornya dapat

mengurangi basis investasi dengan sepenuhnya membuang aset-aset yang masih bagus.

Perusahaan-perusahaan lain sepenuhnya berpatokan pada catalan pembukuan dan

menggunakan estimasi nilai sekarang (current value) dari aset. Mereka memperoleh

jumlah ini dengan menilai aset secara berkala (katakanlah, setiap lima tahun atau ketika

manajer unit usaha yang baru mulai bergabung), dengan menyesuaikan biaya original

dengan menggunakan suatu perubahan indeks Pada harga perala tan, atau dengan

menerapkan nilai-nilai asuransi.

Permasalahan utama dalam menggunakan nilai-nilai non-akuntansi adalah bahwa

nilai tersebut cenderung subjektif, berlawanan dengan nilai-nilai akuntansi, yang terlihat

lebih objektif dan biasanya tidak menyebabkan pertentangan. Akibatnya, data akuntansi

memiliki suatu aura kenyataan bagi manajemen yang beroperasi. Meskipun kadar sentimen

tersebut berbeda-beda di antara para manajer, semakin jauh manajer meninggalkan angka-

angka akuntansi dalam mengukur kinerja keuangan, serna kin besar kemungkinan para

manajer unit usaha dan manajer senior akan memperlakukan sistem sebagai permainan

angka-angka.

Suatu masalah yang berkaitan dengan penggunaan jumlah non-akuntansi dalam

sistem internal adalah bahwa profitabilitas unit usaha tidak akan konsisten dengan

profitabilitas perusahaan yang dilaporkan kepada para pemegang saham. Meskipun sistem

pengendalian manajemen tidak harus konsisten dengan pelapor-an keuangan eksternal,

sebenarnya beberapa manajer memandang pendapatan bersih (net income) dalam laporan

keuangan sebagai pengganti "nama permain-an." Akibatnya, tidak senang dengan sistem

internal yang menggunakan metode berbeda untuk mempertahankan nilai tanpa ada nilai

teoretisnya. Persoalan lain dalam menggunakan nilai pasar sekarang (current market value)

Page 8: Review Chapter 7 - Stefanus Dwiputra ( 0610233189 )

adalah me-mutuskan bagaimana menentukan nilai ekonomisnya. Secara konseptual, nilai

ekonomis sekelompok aset sama dengan nilai sekarang (present value) dari arus kas yang

akan dihasilkan oleh aset-aset tersebut Pada masa yang akan datang. Dalam praktiknya,

jumlah tersebut tidak dapat ditentukan. Meskipun kita dapat menggunakan terbitan indeks

biaya penggantian (replacement cost) pabrik dan peralatan, sebagian besar indeks harga

tidak seluruhnya relevan karena mereka tidak membuat ruang untuk dampak perubahan

teknologi.

Aset-aset yang Disewakan

Banyak perjanjian sewa merupakan perjanjian finansial-yaitu, mereka memberikan

alternatif cara untuk menggunakan aset yang harus didapatkan dengan dana dari utang dan

pembiayaan modal. Financial lease (yaitu, penye-waan jangka panjang sama dengan

present value dari arus beban sewa) adalah sama dengan utang dan dilaporkan juga dalam

neraca. Keputusan pendanaan biasanya dilakukan oleh kantor pusat. Karena atasan

tersebut, pembatasan biasanya diberlakukan pada kebebasan manajer unit usaha untuk

menyewa aset.

Aset Tidak Terpakai

Jika suatu unit usaha memiliki aset tak terpakai (idle asset) yang dapat digunakan

oleh unit lain, maka ia dapat diperbolehkan untuk mengeluarkan aset tersebut dari basis

investasinya. Tujuan dari izin ini adalah untuk mendorong para manajer unit usaha untuk

melepas aset tak terpakai kepada unit lain yang mungkin memerlukannya. Meskipun

demikian, jika aset tetap tersebut tidak dapat digunakan oleh unit lain, maka pemberian

izin untuk menjual/mengganti aset tersebut akan membuat tindakantindakan yang

disfungsional. Sebagai contoh, hal tersebut akan mendorong manajer unit usaha untuk

mengosongkan sebagian kapasitas aset yang tidak menghasilkan return yang sama dengan

target laba unit usaha. Jika tidak ada altematif penggunaan peralatan, kontribusi apa pun

dari peralatan ini akan meningkatkan laba perusahaan.

Aset Tidak Berwujud

Beberapa perusahaan cenderung melaksanakan penelitian dan pengem-bangan

(R&D) yang intensif (misalnya perusahaan farmasi seperti Novartis meng-habiskan dana

yang besar untuk mengembangkan produk baru); sedangkan yang lainnya cenderung fokus

pada pemasaran (misalnya perusahaan barang kon-sumen seperti Unilever yang

menghabiskan banyak dana untuk iklannya). Ada keuntungan dalam mengkapitalisasi aset

tidak berwujud seperti R&D dan pema-saran dan kemudian mengamortisasi selama masa

Page 9: Review Chapter 7 - Stefanus Dwiputra ( 0610233189 )

manfaatnya. Metode tersebut akan mengubah pandangan para manajer unit usaha dalam

melihat pengeluaran semacam ini. Dengan melihat aset-aset semaeam ini sebagai investasi

jangka panjang, manajer unit usaha akan mendapatkan manfaat jangka pendek yang lebih

sedikit dari pengurangan pengeluaran pas tersebut. Sebagai contoh, jika pengeluaran R&D

langsung dibebankan, maka setiap dolar dari potongan penge-luaran R&D merupakan

tambahan setiap dolar untuk laba sebelum pajak. Di lain pihak, jika biaya R&D

dikapitalisasi, maka setiap potongan satu dolar akan mengurangi aset yang digunakan

sebesar satu dolar, sehingga beban modal dapat berkurang hanya sebesar satu dolar

dikalikan biaya modal, yang memiliki dampak positif jauh lebih kecil terhadap EVA.

Kewajiban Tidak Lancar

Kadang-kadang, suatu unit usaha menerima modal permanennya dari kumpulan dana

perusahaan. Perusahaan memperoleh dana tersebut dari pemberi pinjaman, modal investor,

dan laba ditahan. Bagi unit usaha, jumlah total dari dana tersebut adalah relevan tetapi

bukan merupakan sumber daya di mana mereka berasal. Meskipun demikian, dalam situasi

yang tidak lazim, pembiayaan suatu unit usaha dapat saja merupakan ciri khusus bagi

situasi itu sendiri. Sebagai contoh, suatu unit usaha yang membangun atau menjalankan

suatu perumahan atau gedung kantor yang menggunakan proporsi jauh lebih besar untuk

utang modalnya daripada suatu manufaktur atau unit pemasaran. Karena modal tersebut

didapat melalui pinjaman hipotek atas aset unit usaha tersebut, maka seharusnya dana yang

dipinjam diperhitungkan secara terpisah dan perhitungan EVA-nya dilakukan berdasarkan

aset yang diperoleh dari sumber utama perusahaan secara umum, bukan total aset.

Beban Modal

Kantor pusat perusahaan menentukan tarif (rate) yang digunakan untuk meng-hitung

beban modal (capital charge). Tarif tersebut seharusnya lebih tinggi dari-pada tarif

perusahaan untuk pembiayaan utang karena dana yang terlibat merupa-kan eampuran

antara utang dan modal berbiaya lebih tinggi (higher-cost equity), Biasanya, tarif tersebut

ditetapkan sedemikian rupa di bawah estimasi biaya modal perusahaan sehingga EVA atas

rata-rata unit usaha berada di atas nol.

Beberapa perusahaan menggunakan tarif yang lebih rendah untuk modal kerja

daripada untuk aset tetap. Hal ini dapat meneerminkan penilaian bahwa modal ke a lebih

kecil risikonya daripada aset tetap karena dananya disalurkan untuk periode yang lebih

pendek. Dalam kasus-kasus lain, tarif yang lebih rendah merupakan cara untuk kompensasi

fakta bahwa perusahaan tersebut memasukkan unsur persediaan dan piutang dalam basis

Page 10: Review Chapter 7 - Stefanus Dwiputra ( 0610233189 )

investasinya pada jumlah kotor (yaitutanpa mengurangkan unsur utang). Perusahaan

tersebut menyadari fakta bahwa dana yang didapatkan dari utang memiliki biaya investasi

nol.

EVA vs ROI

Kebanyakan perusahaan yang memiliki pusat investasi mengevaluasi unit-unit

usahanya dengan dasar ROI, lebih banyak daripada menggunakan EVA. Ada tiga

keuntungan dari ROI. Pertama, ROI merupakan pengukuran yang kompre-hensif di mana

seluruhnya mempengaruhi laporan keuangan yang tercermin dari rasio ini. Kedua, ROI

mudah dihitung, mudah dipahami, dan sangat berarti dalam arti absolut. Sebagai contoh,

ROI di bawah 5 persen dikatakan rendah dalam skala absolut, dan ROI di atas 25 persen

dikatakan tinggi. Ketiga, ROI merupakan denominator yang dapat diterapkan pads setiap

unit organisasi yang bertanggung jawab terhadap profitabilitas, di luar besar dan jenis

usaha. Kinerja dari unit yang berbeda dapat saling dibandingkan. Selain itu, data ROI

depat diketahui oleh pesaing dan dapat dijadikan dasar perbandingan.

EVA tidak memberikan dasar perbandingan semacam ini. Meskipun demikian,

pendekatan EVA juga memiliki beberapa keunggulan. Ada empat atas an yang

membuatnya lebih unggul dari ROI.

Pertama, dengan EVA, seluruh unit usaha memiliki sasaran labs yang sama untuk

perbandingan investasi. Di lain pihak, pendekatan ROI memberikan insentif yang berbeda

untuk investasi di antara unit-unit usaha. Sebagai contoh, suatu unit usaha yang kini

memiliki ROI 30 persen akan cenderung untuk tidak melakukan ekspansi kecuali ia dapat

mencapai ROI 30 persen atau lebih untuk tambahan asetnya; return yang kurang dari itu

akan mengurangi ROI keseluruhan yang telah dicapainya sekarang. Jadi, unit usaha

tersebut melewatkan peluang investasi yang ROI-nya di atas biaya modal tetapi di bawah

30 persen.

Demikian juga Pada unit usaha yang kini mencapai ROI rendah-katakanlah

sebesar 5 persen-akan memperoleh manfaat dari semua ROI tambahan aset yang besarnya

di atas 5 persen. Sebagai konsekuensinya, ROI mendptakan suatu deviasi terhadap

ekspansi yang keciI atau tidak sama sekali dalam bisnis berlaba tinggi, sementara pada saat

yang sama, unit-unit berlaba rendah membuat investasi pada tingkat di bawah tingkat

pengembalian yang ditolak oleh unit-unit berlaba tinggi.

Kedua, keputusan-keputusan yang meningkatkan ROI suatu pusat inves-tasi dapat

menurunkan keseluruhan labanya. Sebagai contoh, dalam sebuah pusat laba yang kini

memiliki ROI sebesar 30 persen, manajer dapat meningkat-kan ROI-nya dengan menjual

suatu aset yang ROI-nya 25 persen. Meskipun demikian, jika biaya modal dikaitkan

Page 11: Review Chapter 7 - Stefanus Dwiputra ( 0610233189 )

dengan pusat investasi yang kurang dari 25 persen, laba absolut setelah mengurangkan

biaya modal akan merupakan suatu penurunan bagi pusat investasi tersebut.

Penggunaan EVA sebagai pengukuran berkaitan dengan permasalahan tersebut.

Mereka berhubungan dengan investasi aset yang ROI -nya turun antara biaya modal dan

ROI yang sekarang dicapai oleh pusat investasi tersebut. Jika kinerja suatu pusat investasi

diukur dengan EVA, maka investasi-investasi yang menghasilkan laba di atas biaya modal

akan meningkatkan EVA dan karena itu, akan lebih menarik bagi manajer.

Keunggulan ketiga dari EVA adalah tingkat suku bunga yang berbeda dapat

digunakan untuk jenis aset yang berbeda pula. Sebagai contoh, tingkat bunga yang rendah

dapat digunakan untuk persediaan, sedangkan tingkat bunga yang relatif tinggi dapat

digunakan untuk investasi-investasi aset tetap. Lebih jauh lagi, tingkat bunga yang berbeda

dapat digunakan untuk jenis aset tetap yang berbeda pula untuk memperhitungkan tingkat

risiko yang berbeda. Singkatnya, sistem pengendalian manajemen dapat dibuat konsisten

dengan kerangka kerja yang digunakan untuk keputusan-keputusan ten tang investasi

modal dan alokasi sumber daya. Selain itu, jenis aset yang sama dapat dibeli untuk

menghasilkan return yang sama dalam perusahaan, di luar profitabilitas unit usaha tertentu.

Jadi, para manajer unit usaha harus bertindak secara konsisten ketika memutuskan satu

investasi atas aset yang baru.

Keunggulan keempat adalah bahwa EVA, berlawanan dengan ROI, memiliki

korelasi positif yang lebih kuat terhadap perubahan-perubahan nilai pasar perusahaan. Para

pemegang saham merupakan pemilik kepentingan (stake-holder) yang penting dalam

perusahaan. Ada beberapa atasan mengapa pem-buatan nilai pemegang saham menjadi

sangat penting bagi perusahaan: (a) mengurangi risiko pengambilalihan (takeover), (b)

menciptakan nilai tukar untuk agresivitas dalam merger dan akuisisi, dan (c) mengurangi

biaya modal, yang memungkinkan investasi yang lebih cepat untuk pertumbuhan yang

akan datang. Jadi, mengoptimalkan nilai pemegang saham merupakan tujuan penting bagi

suatu perusahaan. Meskipun demikian, karena nilai pemegang saham mengukur nilai

perusahaan konsolidasi secara keseluruhan, maka hampir tidak mungkin untuk

menggunakannya sebagai kriteria kinerja bagi suatu pusat tanggung jawab individual

organisasi. Wewenang terbaik untuk nilai pemegang saham pada tingkat unit usaha adalah

menanyakan para manajer unit usaha untuk mencipta-kan dan meningkatkan EVA.

Bahkan peringkat tahunan yang dikeluarkan Fortune atas 1000 perusahaan menurut

kemampuan mereka menciptakan kesejahteraan pemegang saham, menunjukkan bahwa

perusahaan-perusahaan dengan EVA yang tinggi cenderung memperlihatkan nilai tambah

pasar (market value added/MV A) yang tinggi atau gain yang tinggi bagi para pemegang

saham. Ketika digunakan sebagai ukuran kinerja, EVA mendorong para manajer untuk

Page 12: Review Chapter 7 - Stefanus Dwiputra ( 0610233189 )

meningkatkan EVA dengan mengambil tindakan-tindakan yang konsisten dengan

peningkatan nilai pemegang saham. Hal ini dapat dipahami dengan melihat pada cara EVA

diperhitungkan. EVA diukur dengan cara sebagai berikut:

EVA = Laba bersih - Beban modal

di mana

Beban modal = Biaya modal x Modal yang digunakan (1)

Cara lain untuk menyatakan persamaan (1) adalah:

EVA = Modal yang digunakan (ROI - Biaya modal) (2)

Tindakan-tindakan berikut akan meningkatkan EVA seperti yang ditunjuk-kan

oleh persamaan (2): (i) peningkatan ROI melalui business process reengi-neering dan

productivity gains, tanpa meningkatkan basis investasi; (ii) divestasi aset, produk, dan atau

bisnis yang ROI-nya kurang dari besamya biaya modal; (iii) investasi agresif yang baru

dalam aset, produk, dan atau bisnis yang ROI-nya melebihi biaya modal; dan (iv)

peningkatan penjualan, margin laba, atau efisiensi modal (rasio penjualan terhadap modal

yang digunakan), atau penurunan per-sentase biaya modal, tanpa mempengaruhi variabel

yang lain dalam persamaan (2). Tindakan-tindakan tersebutjelas merupakan yang terbaik

bagi kepentingan perusahaan.

EVA memecahkan permasalahan perbedaan sasaran laba untuk aset yang sama dalam

unit usaha yang berbeda dan sasaran laba yang sama untuk aset berbeda pada unit usaha

sama. Metode tersebut memungkinkan untuk memasuk-kan peraturan keputusan yang

sama yang digunakan dalam proses perencanaan ke dalam sistem pengukuran: Semakin

rumit proses perencanaan, semakin rumit juga perhitungan EVA-nya. Sebagai contoh,

andaikan peraturan keputusan investasi modal menentukan return sebesar 10 persen untuk

aset general-purpose dan return sebesar 15 persen untuk aset special-purpose. Aset tetap

yang dimiliki unit usaha dapat diklasifikasikan dengan tepat, dan rate yang berbeda dapat

diterapkan dalam mengukur kinerja. Para manajer mungkin akan cenderung untuk tidak

berinvestasi dalam kondisi kerja, ukuran kontrol polusi, atau sasaran sosiallainnya yang

membaik jika mereka melihat hal tersebut sebagai hal yang tidak menguntungkan.

Investasi-investasi semacam itu akan lebih dapat diterima para manajer unit usaha jika

diharapkan untuk dapat mencapai return yang berkurang bagi mereka.

Pertimbangan Tambahan dalam Mengevaluasi Manajer

Dalam pandangan mengenai kelemahan ROI, kelihatannya mengejutkan bahwa

ROI digunakan secara luas. Kami ketahui dari pengalaman pribadi bahwa kesalahan

Page 13: Review Chapter 7 - Stefanus Dwiputra ( 0610233189 )

konsep ROI untuk evaluasi kinerja adalah benar dan menyebabkan disfungsi bagi para

manajer unit usaha. Meskipun demikian, kami tidak dapat menentukan adanya kesalahan

tersebut karena hanya sedikit jumlah manajer yang mau mengakui adanya kesalahan

tersebut dan banyak yang tidak sadar bahwa kesalahan tersebut terjadi.

Kami sangat menyarankan penggunaan EVA sebagai perangkat pengukur-an

kinerja. Meskipun demikian, EVA tidak menyelesaikan seluruh masalah yang berkaitan

dengan penghitungan aset tetap, seperti yang telah dibicarakan di atas, kecuali metode

depresiasi anuitas (annuity depreciation) dipergunakan, dan hal ini sangat dilakukan dalam

praktik bisnis sehari-hari. Jika metode nilai buku kotor (gross book value) dipergunakan,

suatu unit usaha dapat meningkatkan EVA-nya dengan mengambil tindakan yang

bertentangan dengan kepentingan perusahaan. Sedangkan jika metode nilai buku bersih

(net book value) dipergunakan, EVA akan langsung meningkat karena berlalunya waktu

penggunaan. Lebih jauh lagi, EVA akan tertekan untuk sementara oleh investasi-investasi

yang baru karena tingginya nilai buku bersih Pada tahun-tahun awal. EVA memecahkan

masalah yang ditimbulkan dari perbedaan potensi laba. Seluruh unit usaha, tanpa dilihat

profitabilitasnya, akan termotivasi untuk meningkatkan investasi jika rate of return dari

investasi tersebut melebihi rate yang ditentukan oleh sistem pengukuran.

Lebih jauh lagi, beberapa aset mungkin akan undervalued pada saat dikapitalisasi,

dan aset yang lain juga demikian pada saat dibebankan. Meskipun biaya pembelian aset

tetap biasanya dikapitalisasi, jumlah yang substansial atas investasi dalam biaya awal

(start-up coso, pengembangan produk baru, organisasi dealer, dan sebagainya, mungkin

dapat dihapuskan sebagai beban biaya, dan dengan demikian tidak akan terlihat dalam

basis investasi. Hal tersebut terutama diterapkan Pada unit-unit pemasaran. Dalam unit-

unit tersebut, besamya jumlah investasi biasanya terbatas untuk persediaan, piutang, untuk

perabotan dan peralatan kantor. Ketika sekelompok unit usaha dengan tingkat tanggung

jawab pemasaran yang berbeda-beda diberikan peringkat (ranking), unit dengankegiatan

pemasaran yangrelatifbesar akan cenderung memiliki EVA yang lebih besar.

Dengan mempertimbangkan hal ini, beberapa perusahaan memutuskan untuk

mengeluarkan unsur aset tetap dari basis investasi. Perusahaan-perusaha-an tersebut

membebankan beban bunga hanya untuk aset yang terkontrol, dan mereka mengendalikan

aset tetap dengan perangkat terpisah. Aset yang terkontrol pada dasamya merupakan modal

kerja. Para manajer unit usaha dapat membuat keputusan sehari-hari yang mempengaruhi

aset-aset tersebut. Jika keputusan yang dibuat temyata salah, dampak yang serius akan

segera timbul: Sebagai contoh, jika tingkat persediaan terlalu tinggi, akan menimbulkan

pengeluaran yang tidak perlu dan risiko kerusakan akan meningkat; jika tingkat persediaan

Page 14: Review Chapter 7 - Stefanus Dwiputra ( 0610233189 )

terlalu rendah, maka akan menyebabkan kekurangan persediaan (stock-out) yang

selanjutnya mengakibatkan gangguan produksi atau hilangnya peluang bisnis.

Investasi-investasi pada aset-aset tetap dikendalikan oleh proses anggar-an modal

sebelum terjadi dan oleh audit setelah penyelesaian (postcompletion audit) untuk

menentukan apakah ada arus kas terantisipasi yang material. Hal tersebut jauh dari

memuaskan karena penghematan atau pendapatan aktual dari akuisisi aset tetap tidak dapat

diidentifikasi. Sebagai contoh, jika sebuah mesin baru memproduksi berbagai jenis produk,

sistem akuntansi biaya biasanya tidak akan mengidentifikasi penghematan yang

terkandung dalam setiap produk.

Mengevaluasi Kinerja Ekonomi Suatu Entitas

Pembahasan kita sampai pada saat ini terfokus Pada pengukuran kinerja dari para

manajer unit usaha. Laporan atas kinerja ekonomi unit usaha berbeda-beda. Laporan-

Iaporan manajemen disiapkan dalam rentang waktu yang tidak tetap, biasanya sekali dalam

selang beberapa tahun. Berdasarkan atasan yang telah dijelaskan sebelumnya, laporan-

Iaporan manajemen cenderung mengguna-kan informasi historis atas biaya aktual yang

terjadi, sedangkan laporanlaporan ekonomi menggunakan informasi yang cukup berbeda.

pada bagian ini kita akan membahas tujuan dan sifat informasi ekonomi.

Laporan-Iaporan ekonomi merupakan instrumen yang diagnostik. Mereka

memberikan indikasi apakah strategi unit usaha yang sekarang sudah memuas-kan dan jika

tidak, keputusan apa yang harus dibuat untuk unit usaha tersebutmemperbesamya,

memperkecil, mengubah arah, atau menjualnya. Analisis eko-nomi atas suatu unit usaha

dapat memperlihatkan bahwa rencana yang sekarang atas produk-produk baru, pabrik dan

peralatan baru, atau strategi baru yang lain, bila dilihat secara keseluruhan, tidak akan

menghasilkan laba yang memuaskan di masa depan, meskipun laba tersebut kelihatannya

dapat dihasilkan bila masing-masing keputusan dilakukan secara terpisah.

Laporan-Iaporan ekonomi dapat dijadikan dasar untuk memperoleh nilai per-usahaan

secara keseluruhan. Nilai semacam ini disebut break up value-yaitu, esti-masi jumlah yang

akan diterima oleh para pemegang saham jika masing-masing unit usaha dijual. Break up

value berguna bagi organisasi luar yang sedang akan membuat penawaran pengambilalihan

perusahaan, dan tentu saja, ia juga berguna bagi pihak manajemen dalam menilai suatu

tawaran. Laporan tersebut menunjukkan unit usaha yang menarik dan dapat menyarankan

manajemen senior bila mereka salah mengalokasikan waktu mereka yang terbatas-yaitu,

menghabiskan waktu yang terlalu banyak untuk unit usaha yang cenderung tidak banyak

memberikan kontribusi kepada profitabilitas total perusahaan. Jarak antara profitabilitas

yang sekarang dengan break up value menunjukkan perubahan-perubahan yang harus

Page 15: Review Chapter 7 - Stefanus Dwiputra ( 0610233189 )

dilakukan. (Dengan kata lain, profitabilitas yang sekarang dapat tertekan oleh adanya biaya

yang akan memperbesar profitabilita di masa akan datang, seperti pengembangan produk

baru dan iklan, seperti yang telah disebutkan sebelumnya).

Perbedaan yang paling mencolok antara kedua jenis laporan tersebut adalah bahwa

laporan ekonomi lebih terfokus pada profitabilitas di masa depan daripada profitabilitas

yang sekarang atau yang lalu. Nilai buku dari aset dan depresiasinya yang berdasarkan

biaya historis dari aset tersebut digunakan dalam laporan kinerja para manajer, di luar

keterbatasan mereka. Informasi ini tidaklah relevan untuk laporan yang memperkirakan

masa depan; dalam laporan tersebut, penekanannya adalah pada biaya penggantian

(replacement cost).

Secara konsep, nilai suatu unit usaha adalah present value dari pendapatan di masa

depan. Hal ini dihitung dengan mengestimasi arus kas untuk setiap tahun di mas a depan

dan mendiskontokan setiap arus kas tersebut pada rate pendapatan yang telah ditentukan.

Analisis tersebut dilakukan untuk lima, atau mungkin sepuluh, tahun yang akan datang.

Aset yang ada di tangan pada akhir periode diasumsikan memiliki nilai tertentu-disebut

nilai terminal (terminal value)-yang didiskontokan dan ditambahkan ke dalam nilai arus

kas tahunan. Meskipun estimasi-estimasi tersebut pada umumnya berupa estimasi yang

kasar, mereka tetap memberikan cara yang berbeda dalam melihat unit usaha,

dibandingkan dengan yang ada pada laporan-Iaporan kinerja.

TINGKAT KEMBALIAN INVESTASI

Menurut penelitian Reece dan Cool, di Amerika Serikat tingkat kembalian

investasi (return on investment = ROI) merupakan metode yang paling banyak dipakai

untuk menilai prestasi pusat investasi. ROI adalah perbandingan antara laba dengan jumlah

investasi. Konsep laba maupun investasi dalam perbandingan tersebut dapat bermacam--

macam -- Iaba sebelum pajak penghasilan atau laba setelah pajak penghasilan, investasi

sebelum depresiasi atau investasi setelah depresiasi.

Oleh karena ROI menggunakan komponen laba, maka ROI juga tidak terlepas dari

kelemahan laba sebagai alat pengukur prestasi. Disamping itu, ROI dapat menimbulkan

masalah lain, yaitu menimbulkan rasa tidak adil pada sesama pusat investasi. Agar jelas,

diberikan sebuah contoh.

LABA RESIDUAL

ROI dapat menimbulkan perilaku pusat investasi tidak selaras dengan tujuan

perusahaan-yaitu menjual aktiva yang masih menguntungkan perusahaan, agar kinerja

pusat investasi menjadi kelihatan lebih baik.

BIAYA MODAL

Page 16: Review Chapter 7 - Stefanus Dwiputra ( 0610233189 )

Biaya modal adalah biaya penggunaan modal. Istilah yang lebih tepat sebenar-nya

adalah biaya penggunaan dana karena yang dihitung biaya penggunaannya tidak terbatas

hanya pada modal (aktiva yang dimasukkan ke dalam perusahaan oleh pemiliknya), tetapi

juga aktiva yang berasal dari sumber lain, misalnya, kredit pemasok, kredit bank, obligasi,

dan saham preferen. Penghitungan biaya modal dapat dilakukan dengan menggunakan dua

pendekatan, yaitu, pendekatan rerata dan pendekatan mar-jinal. Pendekatan rerata adalah

pendekatan historis. Sebaliknya, pendekatan marjinal menghitung biaya dana berdasarkan

sumber tambahan dana yang sesungguhnya digunakan.

Menurut pendekatan rerata, biaya modal sama dengan rerata tertimbang dari biaya

berbagai sumber dana. Kalau pendekatan tersebut diterapkan pada proyek investasi baru,

maka secara implisit dianggap bahwa proporsi dana yang digunakan dalam proyek

investasi baru tersebut sama dengan proporsi sumber dana yang berlaku sampai adanya

investasi baru. Anggapan tersebut tidak realistis.

BIAYA UTANG

Biaya utang adalah bunga dan biaya-biaya lain yang timbul berkaitan

dengan peminjaman uang. Biaya tersebut tidak identik dengan tingkat bunga dan biaya lain

yang tertulis dalam perjanjian

BIAYA SAHAM

Terdapat dua macam saham, yaitu saham preferen dan saham biasa. Saham

preferen adalah saham yang diistimewakan hak-haknya, misalnya dalam hal pembagian

laba, likuidasi, hak suara, dan sebagainya.

Biaya saham preferen sama dengan persentase bunga dividen dibagi oleh kurs

penjualan saham. Oleh karena dividen tidak dapat diperhitungkan sebagai biaya

perusahaan, maka tidak dikenal istilah biaya modal preferen setelah pajak.

SEWA GUNA USAHA (LEASE)

Sewa guna usaha adalah sebuah perjanjian antara dua fihak, yaitu penyewakan-

lessor-dan penyewa-lessee. Obyek perjanjian tersebut adalah barang bergerak dan barang

tidak bergerak. Kalau pada akhir perjanjian, obyek perjanjian menjadi milik penyewa maka

sewa guna usaha tersebut disebut sewa guna usaha kapital-capital lease. Kalau pada akhir

perjanjian, obyek perjanjian tidak menjadi milik penyewa maka sewa guna usaha tersebut

disebut sewa guna usaha operasional-operating lease.

Penggunaan sewa guna usaha operasional oleh pusat investasi menyebabkan ROI-

nya meningkat.

Page 17: Review Chapter 7 - Stefanus Dwiputra ( 0610233189 )

DAMPAK SEWA GUNA USAHA TERHADAP ROI

Menurut Pernyataan no. 6 Prinsip Akuntansi Indonesia, sewa guna usaha

operasional tidak perlu dicantumkan sebagai aktiva di dalam neraca penyewa. Oleh karena

tambahan pemakaian aktiva dapat mengakibatkan kenaikan laba-karena penurunan biaya

ataupun kenaikan pendapatan, sedangkan secara formal jumlah investasi tidak bertambah,

maka kinerja pusat investasi akan meningkat.

MEMBELI ATAU MENYEW A-GUNA-USAHA

Sewa guna usaha telah menjadi pokok bahasan selama dua abad. Bahasan tersebut

tidak terbatas pada pelaporannya di laporan keuangan, tetapi literatur dijumpai banyak

metode untuk memilih antara membeli atau menyewa guna usaha. Dalam bab ini dibahas

salah satu metode tersebut.

Dalam metode utang dan beli-dalam hal lessee membeli-lessee dianggap terlebih

dahulu meminjam uang dari bank dan kemudian menggunakan hasil pinjaman tersebut

untuk membeli aktiva. Metode ini menghitung pengeluaran uang setelah pajak-dalam hal

lessee membeli-dengan menggunakan rumus yang berikut ini: